Dukungan Sub Sistem Peradilan Pidana Terhadap Perlindungan Saksi dan Korban (Eksistensi Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban)
DUKUNGAN SUB SISTEM PERADILAN PIDANA TERHADAP PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN (EKSISTENSI LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN) Taufik H. Simatupang Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan, Departemen Hukum dan HAM RI Jln. Raya Gandul Cinere, Jakarta Selatan
[email protected]
Abstract In article 173 of Criminal Code, the protection of witnesses and victims not be clearly defined. It gives authority to board of judges to present a witness to testify without the presence of the suspect. The reason is to let witness to speak and testify in a more spacious and there is no fear or worry. However, the witness must have a freedom to express some information without fearless While witnesses are people who saw or felt occurrence of a crime, directly. In Article 1 paragraph (1) of Law 13/2006, explains that witness is a person who can demonstrate to investigation, prosecution, and examination before the court what he/she heard by him/herself, he/she saw, and / or his/her own experience. While, in Article 1 paragraph (2) victim is a person whom suffers physically, mentally, and / or economic loss caused by a crime. Protection against both of them are great importance in the criminal justice process, this is in line with the legal principle set forth in the constitution where all citizens are equal position before the law (equality before the law), this in order to give protection and legal certainty and to ensure a good criminal justice process (due Process of law) is very necessary to the protect them (witnesses and / or victims). It is to create a clean and fair trial that can give justice in society. Furthermore, in the preamble the Act mentioned above, said that law enforcer in searching for and in clarifying about crimes often have difficulties because they could not present witnesses and / or victims , because of threatening of certain parties, physically and psychologically. Keywords: Tool of Testimony Evidence, Protection of Witnesses, Victims Protection Institution
dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan
Pendahuluan Dua kovenan Internasional tentang Hak
setiap orang demi kehormatan serta perlindungan
Asasi Manusia, yaitu Hak Sipil dan Politik (Interna-
hakikat dan martabat manusia. Sebagai negara yang
tional Covenant on Civil and Political Rights) yang
menjunjung tinggi norma-norma hukum dan HAM,
di sahkan melalui Undang-undang RI Nomor:12 Ta-
pemerintah memiliki peran sentral untuk memas-
hun 2005; dan kovenan Internasional tentang Hak-
tikan setiap warga negara mendapatkan perlindu-
hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (International
ngan hak-haknya. Meskipun, dalam banyak kasus
Vovenant on Economi, Social And Cultural Rights)
pelanggaran HAM itu sendiri juga seringkali dilaku-
yang disahkan melalui Undang-undang Nomor: 11
kan oleh negara.
Tahun 2005, yang selanjutnya dari dua kovenan ter-
Pembuktian telah terjadinya tindak pidana
sebut diikuti oleh kovenan-kovenan lainnya yang
terutama tindak pidana pelanggaran HAM yang be-
pada prinsipnya untuk memberikan perlindungan
rat bukanlah perkerjaan yang mudah, terutama da-
terhadap hak-hak asasi manusia. Hak Asasi Manusia
lam hal mencari dan menghadirkan saksi dan korban
sendiri menurut Pasal UU Nomor 39 Tahun 1999
yang mau dan berani memberi kesaksian. Saksi dan
adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat
korban yang tidak mau dan tidak berani bersaksi
keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang
karena-salah satunya tidak ada jaminan atas rasa
Maha Esa yang wajib dihormati, dijunjung tinggi
aman dan perlindungan terhadap ancaman ketakutan
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 1, Desember 2010
1
Dukungan Sub Sistem Peradilan Pidana Terhadap Perlindungan Saksi dan Korban (Eksistensi Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban)
akibat dari kesaksiannya. Kenyataan ini menjadi
secara umum terkait dengan perlindungan terhadap
kendala serius dalam proses pembuktian pidana
Saksi dan Korban.
yang bertujuan untuk mencari kebenaran materiel
Pokok-pokok permasalahan yang akan dite-
karena saksi merupakan alat bukti yang sangat pen-
liti dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah pe-
ting dalam suatu perkara pidana. Mengingat
mahaman penegak hukum yang termasuk dalam sis-
pentingnya keberadaan saksi dan korban dalam sua-
tem peradilan pidana terhadap UU Nomor 13 Tahun
tu proses peradilan pidana, maka perlindungan ter-
2006? Bagaimanakah persepsi penegak hukum yang
hadap saksi dan korban harus mendapat perhatian
termasuk dalam sistem peradilan pidana terhadap
serius dari semua unsur penegak hukum. Hal ini
keberadaan, peran dan fungsi LPSK? Bagaimanakah
mengingat perlindungan terhadap Saksi dan Korban
dukungan penegak hukum terhadap keberadaan,
kejahatan yang selama ini pengaturannya dalam Ki-
fungsi dan peran LPSK? Hal-hal apa sajakah yang
tab Undang-undang Hukum Acara Pidana belum
diharapkan penegak hukum atas fungsi dan peran
terakomodir. Dalam penjelasan umum Kitab Un-
LPSK 1 sampai dengan 3 tahun kedepan? Bagai-
dang-Undang Hukum Acara Pidana Pasal 50 sampai
manakah mekanisme dan teknis perlindungan saksi
dengan Pasal 68 hanya mengatur perlindungan ter-
dan korban yang selama ini dilakukan penegak hu-
hadap hak–hak tersangka dan terdakwa terhadap ke-
kum?
mungkinan adanya pelanggaran terhadap hak-hak mereka.
Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui pemahaman penegak hukum yang termasuk
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban
dalam sistem peradilan pidana terhadap UU Nomor
sebagai suatu lembaga yang baru dan telah bekerja
13 Tahun 2006. Kemudian Untuk mengetahui per-
sejak pertengahan tahun 2008 lalu saat ini tengah
sepsi penegak hukum yang termasuk dalam sistem
melakukan pembangunan organisasi yang arah ker-
peradilan pidana terhadap keberadaan, peran dan
janya diprioritaskan pada penguatan internal kelem-
fungsi LPSK. Untuk mengetahui bentuk dukungan
bagaan. Pada titik awal pengembangan Lembaga
secara nyata dari penegak hukum terhadap kebera-
Perlindungan Saksi dan Korban maka diperlukan
daan, fungsi dan peran LPSK. Untuk mengetahui
suatu media untuk melakukan penggalian data dan
harapan (hal-hal konkrit) yang diinginkan penegak
informasi mengenai dukungan sub sistem peradilan
hukum atas fungsi dan peran LPSK 1 sampai de-
pidana terhadap fungsi dan tugas Lembaga Perlin-
ngan 3 tahun kedepan. Untuk mengetahui mekanis-
dungan Saksi dan Korban sebagaimana diatur da-
me dan teknis perlindungan saksi dan korban yang
lam undang-undang.
selama ini dilakukan penegak hukum.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut
Tipe penelitian ini bersifat deskriptif ana-
di atas, maka perlu dilakukan suatu penelitian yang
lisis artinya menggambarkan secara umum suatu fe-
lebih komprehensif terkait dengan dukungan para
nomena yang diteliti kemudian melakukan analisa
penegak hukum dalamm kerangka integrated crimi-
terhadap temuan data penelitian sehingga diharap-
nal justice system terhadap keberadaan, peran dan
kan dapat menjawab pokok permasalahan, sekaligus
fungsi Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban,
menemukan faktor-faktor penghambat dan pendo-
se-hingga nantinya akan didapatkan gambaran
rong. Sumber data yang digunakan dalam penelitian
2
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 1, Desember 2010
Dukungan Sub Sistem Peradilan Pidana Terhadap Perlindungan Saksi dan Korban (Eksistensi Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban)
ini adalah data sekunder (bahan-bahan hukum pri-
hukum hukum non-random sampling. Responden
mer, sekunder, tertier) dan data primer dari para res-
dalam penelitian ini adalah penyidik di lingkungan
ponden yang dipilih secara sengaja (purposive judg-
Direktorat Bareskrim Kepolisian Daerah Kupang;
ment sampling) berdasarkan tingkat pemahaman
Jaksa Penuntut Umum; Hakim; Petugas Lembaga
dan keterkaitannya dengan masalah-masalah perlin-
Pemasyarakatan dan Biro Hukum Pemerintah Dae-
dungan saksi dan korban. Dengan demikian pene-
rah Propinsi NTT di Kupang.
litian ini diharapkan dapat menggambarkan atau mendeskripsikan secara umum terhadap fenomena
Pembahasan
keradaan LPSK, peran dan fungsinya menurut per-
Sistem Peradilan Pidana
sepsi dari para penegak hukum. Alat pengumpulan
Hak Asasi Manusia di Indonesia merupakan
data (Instrumen) yang digunakan dalam penelitian
masalah yang sangat erat kaitannya dengan sistem
ini adalah daftar pertanyaan (kuisioner) yang bersi-
peradilan pidana. Oleh karena itu, untuk mewujud-
fat tertutup dan terbuka. Hal ini dimaksudkan untuk
kan sistem peradilan pidana yang adil dan benar-
lebih memudahkan pengolahan data lapangan. Tek-
benar sesuai dengan tujuan dan harapan masyarakat,
nik pengolahan data lapangan menggunakan tabu-
sangat relevan apabila dilakukan kajian mengenai
lasi data dengan sistem telly, sehingga setiap butir
proses peradilan pidana, baik tentang pengertiannya
pertanyaan dapat menunjukkan tingkat kecende-
secara umum maupun tentang perkembangan proses
rungan (porsentase) masing-masing jawaban atau
peradilan pidana itu sendiri dalam menjamin dan
pendapat responden, baik yang mendukung maupun
melindungi hak-hak tersangka dan terdakwa. (Mien,
tidak mendukung keberadaan, peran fungsi LPSK.
2003) Berdasarkan pendapat tersebut di atas, sebe-
Teknik analisa data yang digunakan dalam
narnya dalam proses peradilan pidana (criminal jus-
penelitian adalah dengan menggunakan kombinasi
tice prosess) bukan saja perlindungan terhadap ter-
pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif.
sangka dan terdakwa, akan tetapi perlindungan ter-
Namun demikian pendekatan kualitatif akan lebih
hadap saksi dan korban juga merupakan bagian ter-
menonjol dalam hasil penelitian ini nantinya. Pen-
penting (urgen) bagi terlaksananya proses peradilan
dekatan kuantitatif hanya terbatas pada pengukuran
pidana yang baik (due prosess of law).
tingkat kecenderungan atau frekuensi dari setiap
Sistem hukum menurut teori yang dikem-
jawaban responden. Butir-butir pertanyaan yang
bangkan Lawrence M. Friedman merupakan rang-
memiliki hubungan erat dengan permasalahan pe-
kaian sub sistem yang terdiri dari struktur, substansi
nelitian akan dianalisa secara kualitatif setelah dida-
dan budaya hukum. Sebagai suatu rangkaian ketiga
patkan hasil pengolahan datanyanya melalui sistem
sub sistem tersebut memiliki peran dan arti yang sa-
tally. Penelitian akan dilaksanakan di Kota Kupang
ma penting untuk menciptakan sistem hukum yang
Provinsi Nusa Tengara Timur. Populasinya adalah
baik. Lebih lanjut Friedman mengatakan :
para penegak hukum yang terkait dengan sistem pe-
“sistem hukum mempunyai struktur, sistem hukum terus berubah, namun bagian-bagian sistem itu berubah dalam kecepatan yang berbeda, dan setiap bagian berubah tidak secepat bagian tertentu lainnya. Ada pola jangka panjang yang berkesinambungan–aspek sistem yang berada disini kemarin (atau
radilan pidana terpadu. Sedangkan sampel yang akan dijadikan responden dipilih secara sengaja (purposive judgment sampling) dengan mengikuti
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 1, Desember 2010
3
Dukungan Sub Sistem Peradilan Pidana Terhadap Perlindungan Saksi dan Korban (Eksistensi Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban)
bahkan pada abad yang mutakhir) akan berada disitu dalam jangka panjang. Inilah struktur sistem hukum kerangka atau rangkaiannya, bagian yang tetap bertahan, bagian yang memberi semacam bentuk dan batasan terhadap keseluruhan.” (Friedman, 2001)
Pasal yang sama, menyatakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak berlaku apabila disertai alat bukti yang sah lainya. Hal ini artinya jika lebih dari satu orang saksi sudah cukup untuk membuktikan apakah seorang terdakwa bersalah
Di Indonesia kerangka (struktur) dari suatu
atau tidak.
pengadilan pidana dapatlah dikatakan sebagai bagian-bagian yang ikut serta dalam suatu proses pera-
Lembaga Perlindungan Saksi di Beberapa
dilan pidana. Proses peradilan pidana (criminal jus-
Negara
tice prosess) dalam sistem peradilan pidana terpadu
Jerman
(integreated criminal justice system) artinya adalah
Di Jerman, tidak ada lembaga atau komisi
penegakan hukum merupakan rangkaian dari suatu
khusus yang berwenang untuk menangani pemberi-
proses yang dilaksanakan oleh beberapa komponen
an perlindungan terhadap saksi. Penanganan pembe-
sebagai sub sistem. Rangkaian proses tersebut satu
rian perlindungan saksi dilakukan oleh Zeugens-
sama lain saling terkait secara erat dan tidak terpi-
chutzdienststelle atau Kantor Perlindungan Saksi da-
sahkan (Muladi, 2005), selanjutnya menurut Sujata
lam rangka melaksanakan tugasnya di bidang pence-
dalam buku muladi mengatakan pada umumnya,
gahan dan penanggulangan bahaya. Kantor Perlin-
komponen sub sistem tersebut mencakup: a. Penyi-
dungan Saksi ini memiliki wewenang yang cukup
dik (Kepolisian/PPNS); b. Kejaksaan (Penuntut U-
besar meskipun secara kelembagaan ia berada di-
mum); c. Penasehat Hukum (Korban/Pelaku); d. Pe-
bawah Inspektorat Jenderal Kepolisian Jerman. Pe-
ngadilan (Hakim); e. Pihak-pihak lain (Saksi/Ahli/
ngaturan tentang Kantor Perlindungan Saksi diatur
Pemerhati) (Muladi, 2005) Terhadap lima kompo-
dalam Undang-undang Harmonisasi Perlindungan
nen tersebut di atas, saksi merupakan salah satu sub
Saksi di Jerman, namun UU ini hanya mengatur ma-
sistem dari sistem peradilan pidana, dikatakan sis-
salah. Wewenang yang diberikan kepada Kantor
tem peradilan pidana pada hakekatnya merupakan
Perlindungan Saksi. Hal-hal yang berkaitan dengan
proses penegakan hukum pidana (Muladi &
struktur kelembagaan dari Kantor Perlindungan Sak-
Nawawi, 2005) dimana kedudukan seorang saksi
si ini tidak dijelaskan. Hal ini dikarenakan, kelemba-
adalah kunci untuk mendapatkan kebenaran mate-
gaan dari Kantor Perlindungan Saksi yang berada di
riel, sebagaimana diatur pada Pasal 184 dan Pasal
bawah Kepolisian Jerman. Mengenai masalah ke-
185 KUHAP. Dalam Pasal 184, menempatkan
anggotaan, prosedur pemilihan anggota dan pember-
keterangan saksi diurutan pertama diatas alat bukti
hentian anggota Kantor Perlindungan Saksi Jerman,
lain berupa keterangan ahli, surat, petunjuk dan ke-
juga menjadi wewenang dari Kepolisian Republik
terangan terdakwa. Kemudian didalam Pasal 185
Jerman, yang tidak diatur dalam Undang-undang
ayat (2) KUHAP menjelaskan keterangan seorang
Harmonisasi Perlindungan Saksi Jerman ini. Tugas
saksi saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa
dan wewenang Lembaga Perlindungan Saksi
terdakwa bersalah terhadap perbuatan yang didakwakan kepadanya. Selanjutnya dalam ayat (3) dari 4
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 1, Desember 2010
Dukungan Sub Sistem Peradilan Pidana Terhadap Perlindungan Saksi dan Korban (Eksistensi Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban)
a. Menerima permohonan untuk perlindungan ter-
pene-gakan unit perlindungan saksi ini memiliki
hadap saksi berdasarkan pertimbangan derajat
hubu-ngan kerja dengan lembaga-lembaga lainnya
bahaya yang mengancam saksi tersebut
yakni: Jaksa penuntut umum atau badan investigasi
b. Menjalankan Program Perlindungan Saksi
lain-nya, Kejaksaan Agung, US Marshalls Service
c. Membuat perjanjian yang berkaitan dengan tin-
atau Unit Kemanan lainnya (FBI), Bureau Of Pri-
dakan-tindakan terhadap perlindungan saksi ser-
son, Pengadilan, Kantor Imigrasi dan Naturalisasi
ta menjaga kerahasiaan akta tersebut, dengan ti-
dan yang terakhir adalah pemerintahan negara ba-
dak menutupi kemungkinan untuk Kantor Pe-
gian.
nuntut Umum untuk mengakses data-data yang terkait
tahun 1984 ini mengatur hubungan kerja antara an-
d. Melakukan koordinasi dengan instansi lain seperti Kantor Penuntut Umum. e. Memiliki hak untuk tidak memberikan informa-
f.
Undang-undang reformasi kemanan saksi
tara unit khusus perlindungan saksi tersebut dengan lembaga lainnya adalah dengan pola memberikan fungsi pengawasan program/fungsi kontrol oleh unit
si tentang data pribadi saksi
perlindungan saksi dengan mengintegrasikannya
Memerintahkan Instansi lain seperti Kantor
dengan tugas dan fungsi institusi lainnya yang telah
Umum dan Kantor Non Umum untuk tidak me-
ada, seperti terlihat dalam tabel 1.
nyebarkan data pribadi saksi kepada pihak lain g. Memerintahkan Kantor Umum dan Kantor Non Umum untuk membuat dokumen Penyamaran Identitas maupun dokumen identitas yang baru. h. Mencabut Dokumen Penyamaran Identitas dari
i.
Afrika Selatan Di Afrika Selatan, berdasarkan Undang-undang Perlindungan Saksi Tahun 1983, Jawatan perlindungan Saksi berada di bawah naungan Depar-
saksi apabila tidak diperlukan lagi
temen Kehakiman yang dipimpin dengan nama lem-
Memiliki wewenang untuk menentukan tempat
baga yakni : Jawatan Perlindungan Saksi. Dalam pe-
dan waktu kediaman dari saksi yang terlibat pu-
laksanaan kegiatannya, jawatan perlindungan saksi
la dalam persidangan selain persidangan pidana
ini memiliki hubungan khusus dengan institusi lainnya yakni: Komisi-Komisi Khusus, Direktorat pe-
Amerika Serikat
ngaduan Independen, Penuntut umum, Departemen
Amerika Serikat melaksanakan program
lembaga Pemasyarakatan, organisasi public lainnya
perlindungan Saksi berdasarkan Witnes Protection
dan pejabat-pejabat keamanan (dalam hal ini adalah:
Act 1984 (undang-undang reformasi keamanan saksi
sekretaris bidang pertahanan, Komisioner Nasional
tahun 1984). Yang melaksanakan perlindungan ter-
kepolisian Afrika Selatan, Badan intelijen Nasional,
hadap saksi adalah Unit program perlindungan sak-
Badan Rahasia Afrika Selatan, Komisioner Pelaya-
si, yang berada dalam naungan dari Departemen
nan masyarakat). Undang-undang perlindungan sak-
Ke-hakiman (Departement of Justice) dalam divisi
si 1998 ini mengatur hubungan kerja antara unit
kri-minal, dengan nama lembaga yakni: kantor
khusus perlindungan saksi tersebut dengan institusi
operasi penegakan unit khusus perlindungan saksi.
lainnya adalah dengan pola memberikan fungsi pe-
Dalam pelaksanaan kegiatannya, unit kantor operasi
ngawasan program/fungsi kontrol oleh unit perlin-
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 1, Desember 2010
5
Dukungan Sub Sistem Peradilan Pidana Terhadap Perlindungan Saksi dan Korban (Eksistensi Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban)
dungan saksi dengan mengintegrasikannya dengan
ka melaksanakan undang-undang perlindungan sak-
tugas dan fungsi intusi lainnya yang telah ada (lihat
si. Selain itu Jawatan juga berhak untuk menutup
tabel dan gambar di bawah ini). Jawatan perlindu-
kantor atau menggabungkan suatu kantor cabang de-
ngan saksi di Afrika Selatan ini, selain berkantor
ngan kantor cabang lainnya dan sekaligus penataan
pusat di ibukota negara, dapat juga mendirikan se-
adminsitratif sejauh dianggapnya perlu.
buah kantor jawatan di daerah manapun dalam rang-
No.
Tabel 1 Tugas Unit Perlindungan Saksi dan Lembaga Lainnya di Amerika Serikat Lembaga Tugas Fungsi dan Kewenangannya
1.
Unit Khusus
Mengatur, mengawasi dan melakukan persetujuan dan penetapan
Perlindungan Saksi
terhadap permohonan perlindungan saksi.
Jaksa Penuntut
Melakukan permohonan perlindungan saksi, dan mempersiapkan
Umum dan Badan
berkas administrasi.
2.
Investigasi lainnya 3.
Bereau of Prison
Mengawasi dan mengatur para saksi dalam status tahanan atau narapidana dan mempersiapkan berkas administrasi.
4.
Pengadilan
Melakukan penetapan dan perintah terhadap pembebasan tahanan yang ikut dalam program perlindungan saksi
5.
Kantor Imigrasi dan
Mempersiapkan dokumen bagi perlindungan terhadap orang asing
Naturalisasi
ilegal. Memberikan persetujuan kepada badan investigasi.
6.
Pemerintah negara
Membayar pembiayaan dalam hal perlindungan saksi lokal.
bagian
Bekerjasama dengan jaksa penuntut umum dalam menetapkan UU Perlindungan Saksi.
7.
US Marshal Service
Melakukan penilaian terhadap saksi yang akan dimasukan ke dalam program perlindungan. Melakukan perlindungan terhadap saksi. Melakukan perlindungan dalam keadaan mendesak.
8.
Jaksa Agung
Mendapatkan dan mengevaluasi semua informasi yang diberikan perihal pengikutsertaan saksi dalam program perlindungan. Membuat penilaian tertulis atas resiko yang mungkin diterima oleh suatu komunitas dimana saksi akan direlokasi.
Sumber: ELSAM
6
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 1, Desember 2010
Dukungan Sub Sistem Peradilan Pidana Terhadap Perlindungan Saksi dan Korban (Eksistensi Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban)
Tabel 2 Tugas Jawatan perlindungan saksi dan institusi lainnya di Afrika Selatan No. 1.
Nama Lembaga
Tugas dan Kewenangan
Jawatan Perlindungan
Melindungi saksi, orang terkait lainnya dan layanan-laya-
Saksi
nan yang diperlukan. Melaksanakan tugas administratif menyangkut perlindungan Membuat perjanjian tentang bantuan yang akan dilakukan. Membuat kesepakatan dengan departemen lainnya.
2.
Jaksa Penuntut Umum
Membuat permohonan perlindungan ke jawatan
dan Badan Investigasi
Mempersiapkan dokumen pendukung (administrasi)
Lainnya 3.
Pejabat Keamanan
Melakukan keamanan dan perlindungan bagi saksi Menjalankan kewenangan dan harus melaksanakan fungsi atau mengerjakan tugas-tugas yang diberikan,ditugaskan atau dibebankan kepadanya Menerima laporan dari saksi dan meneruskannya ke jawatan perlindungan
4.
Pengadilan
Penetapan bagi anak dibawah umur untuk ikut dalam program perlindungan. Mengeluarkan perintah penundaan persidangan perdata lain yang dapat mengungkap identitas atau keberadaan saksi dalam program. Mengeluarkan perintah untuk melarang publikasi (lukisan, ilustrasi, foto, pamlet, poster, bahan cetak) lainnya yang dapat mengungkap identitas saksi dalam persidangan.
5.
Menteri Department of
Meninjau keputusan Jawatan perlindungan saksi berda-
Justice
sarkan permohonan dari orang yang merasa dirugikan oleh program perlindungan.
6.
Organisasi publik lainnya
Membantu pelaksanaan program perlindungan Memberikan pelayanan terhadap saksi sesuai dengan kesepakatan atau perjanjian dengan jawatan perlindungan.
Sumber: ELSAM
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 1, Desember 2010
7
Dukungan Sub Sistem Peradilan Pidana Terhadap Perlindungan Saksi dan Korban (Eksistensi Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban)
Sumber: ELSAM Gambar 1 Institusi yang Bertanggung Jawab dalam Perlindungan Saksi Di Afrika Selatan
Unit Perlindungan Saksi Dan Korban Model
dari panitera saja. Dua organ lainnya, yakni Penga-
International Criminal Court
dilan dan Kantor Penuntut juga memiliki tanggung
Salah satu lembaga yang dapat dijadikan
jawab untuk melindungi saksi dan korban.
model untuk lembaga perlindungan saksi adalah
Dalam Mahkamah Pidana Internasional,
Unit Perlindungan Saksi dan Korban yang dimiliki
yang bertanggung jawab untuk melindungi saksi dan
oleh International Criminal Court. Belajar dari pe-
korban adalah panitera, yang membentuk Unit Kor-
ngalaman dua tribunal ad hoc internasional sebe-
ban dan Saksi. Unit ini, berdasarkan konsultasi de-
lumnya yang menangani perkara pelanggaran HAM
ngan Kantor Penuntut, menyediakan tindakan pro-
Berat yakni International Criminal Tribunal for the
tektif dan pengaturan keamanan, bimbingan dan
former Yugoslavia dan International Criminal Tri-
bantuan lainnya yang sesuai untuk para saksi, kor-
bunal for Rwanda, Mahkamah Pidana Internasional
ban yang hadir di persidangan, dan mereka yang
menganggap perlindungan terhadap saksi dan kor-
memiliki resiko atas kesaksian yang diberikan oleh
ban merupakan salah satu unsur terpenting dalam
saksi di depan pengadilan. Diperkuat oleh staf yang
penanganan perkara yang dibawa ke hadapannya.
memiliki multi keahlian, termasuk keahlian di bi-
Meski Pasal 43 Paragraf 6 Statuta Roma mengamanatkan agar Panitera dari Mahkamah Pi-
dang trauma dibidang kejahatan, unit ini memiliki tugas-tugas dan wewenang sebagai berikut.
dana Internasional membentuk suatu unit di ba-
Panitera membentuk Unit Korban dan Saksi
wahnya untuk menangani masalah pemberian per-
dalam Kantor Panitera. Unit ini, berdasarkan kon-
lindungan terhadap saksi dan korban, namun
sultasi dengan Kantor Penuntut, menyediakan tin-
perlindungan terhadap saksi bukan hanya monopoli
dakan protektif dan pengaturan keamanan, bimbi-
8
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 1, Desember 2010
Dukungan Sub Sistem Peradilan Pidana Terhadap Perlindungan Saksi dan Korban (Eksistensi Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban)
ngan dan bantuan lainnya yang sesuai untuk para
dahulu seluruh alat bukti atau informasi, Jika bukti
saksi, korban yang hadir di persidangan, dan mereka
atau informasi sesuai dengan statuta ini mengarah
yang memiliki resiko atas kesaksian yang diberikan
kepada terancamnya saksi atau keluarganya, sebagai
oleh saksi didepan pengadilan. Termasuk di dalam-
gantinya jaksa dapat menyerahkan resumenya saja.
nya adalah menyediakan para saksi dan korban de-
Tindakan tersebut dilaksanakan dalam cara yang
ngan tindakan protektif dan keamanan serta meru-
tidak merugikan hak-hak dari tersangka dalam pro-
muskan rencana jangka panjang dan pendek untuk
ses pemeriksaan pengadilan (Chamber of the Court).
perlindungan bagi para saksi, korban dan mereka
Pemeriksaan pengadilan awal ini juga memiliki ke-
yang beresiko akibat kesaksian yang dikemukakan
wenangan untuk memberikan perlindungan terhadap
oleh saksi, sesuai dengan kebutuhan dan keadaan
saksi dan korban. Pengadilan berkewajiban meng-
khusus. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Unit
ambil tindakan-tindakan yang sesuai untuk melin-
ini adalah juga membuat perjanjian mengenai re-
dungi keselamatan, kesejahteraan fisik dan psikolo-
lokasi dan ketetapan jasa dukungan tentang teritori
gis, martabat dan privasi dari para korban dan saksi.
dari suatu negara dari korban yang trauma atau ter-
Dalam melaksanakan hal tersebut, Pengadilan ber-
ancam, saksi-saksi atau pihak-pihak lain yang bere-
kewajiban memperhatikan seluruh faktor-faktor
siko akibat kesaksian saksi di pengadilan. Perjan-
yang relevan, termasuk usia, jender, dan kesehatan,
jian-perjanjian tersebut bersifat rahasia.
serta jenis kejahatan, khususnya, namun tidak terba-
Selain unit perlindungan korban dan saksi,
tas pada hanya kejahatan yang melibatkan kejahatan
statuta roma juga mengamanatkan agar Penuntut
seksual atau kejahatan terhadap anak-anak. Sebuah
Umum juga memberikan perlindungan terhadap
pemeriksaan pengadilan awal dalam membuat pe-
korban dan saksi dalam kapasitasnya. Dalam hal ini,
tunjuk atau instruksi, dan organ-organ lainnya dari
Penuntut berkewajiban: mengambil tindakan-tinda-
pengadilan dalam melaksanakan fungsi mereka ber-
kan yang sesuai untuk menjamin penyidikan dan
dasarkan statuta atau rules, harus memperhatikan
penuntutan yang efektif dalam yurisdiksi penga-
kebutuhan dari seluruh korban dan saksi sesuai de-
dilan, dan dalam melaksanakan hal demikian,
ngan Pasal 68, khususnya, anak-anak, orang-orang
menghormati kepentingan dan situasi personal dari
berusia lanjut, orang-orang cacat, dan korban-kor-
korban dan saksi, termasuk mengenai usia, jender,
ban dari kekerasan seksual dan kekerasan jender.
dan kesehatan, serta dengan memperhatikan jenis
Dalam memfasilitasi koordinasi perwakilan
kejahatan, khususnya dimana hal tersebut melibat-
korban, Kepaniteraan dapat memberikan bantuan,
kan kejahatan seksual, kejahatan jender, serta keja-
dengan cara merujukkan korban kepada sejumlah
hatan terhadap anak-anak.
pembimbing, atau, menyarankan satu atau lebih per-
Di samping itu kantor Penuntut menunjuk
wakilan hukum bersama. Jika korban tidak dapat
para penasehat dengan keahlian hukum atas isu-isu
memilih wakil hukum atau wakil mereka dalam ba-
tertentu, termasuk, tetapi tidak terbatas, kekerasan
tas waktu yang ditentukan oleh hakim pada pe-
seksual dan jender, serta kekerasan terhadap anak,
meriksaan pengadilan awal, maka proses pengadilan
untuk mendampingi para saksi dan korban. Penuntut
ini dapat meminta Panitera untuk memilihkan satu
memiliki kewenangan untuk Jaksa menahan terlebih
atau lebih wakil hukum bersama. Majelis hakim dan
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 1, Desember 2010
9
Dukungan Sub Sistem Peradilan Pidana Terhadap Perlindungan Saksi dan Korban (Eksistensi Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban)
Kepaniteraan mengambil langkah-langkah yang
memberikan keterangan secara lebih lapang dan ti-
beralasan untuk menjamin bahwa dalam pemilihan
dak ada rasa takut atau khawatir. Meskipun demi-
wakil hukum, kepentingan-kepentingan yang berbe-
kian, saksi juga harus dibebaskan dari rasa takut
da dari korban terwakili, dan setiap konflik kepen-
atau khawatir akan akibat dari keterangan yang di-
tingan dihindari. Pengadilan harus menjamin bahwa
berikannya.
seluruh dokumen yang dipublikasikan harus meng-
Sementara Saksi adalah orang yang melihat
hormati tugas untuk melindungi kerahasiaan persi-
atau merasakan langsung terjadinya suatu tindak pi-
dangan dan keamanan korban dan saksi.
dana. Dijelaskan dalam Pasal 1 ayat (1) UU 13/
Sebuah majelis hakim, dapat melaksanakan
2006, Saksi adalah orang yang dapat memberikan
pemeriksaan yang dilakukan melalui kamera, untuk
keterangan guna kepentingan penyelidikan, penyidi-
menentukan apakah ia akan menginstruksikan tin-
kan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang penga-
dakan-tindakan yang akan mencegahnya disiarkan-
dilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar
nya ke publik atau pers dan agen informasi tentang
sendiri, ia lihat sendiri, dan/atau ia alami sendiri.
lokasi saksi, korban atau orang-orang beresiko aki-
Sedangkan Korban dalam Pasal 1 ayat (2) adalah
bat kesaksian yang diberikan oleh saksi, dengan me-
seseorang yang mengalami penderitaan fisik, men-
nginstruksikan: Bahwa nama dari korban, saksi atau
tal, dan/atau kerugian ekonomi yang diakibatkan
orang-orang beresiko akibat kesaksian yang diberi-
oleh suatu tindak pidana. Perlindungan terhadap ke-
kan oleh saksi atau informasi lainnya yang dapat
duanya sangat penting keberadaannya dalam proses
mengarah kepada identifikasi mereka dapat dihi-
peradilan pidana, hal ini sejalan dengan asas hu-
langkan dari catatan publik Kamar Pengadilan; Bah-
kum yang tercantum di dalam konstitusi dimana
wa Penuntut, Pembela atau pihak lain dalam persi-
setiap warga negara sama kedudukannya dihadapan
dangan dilarang membuka informasi tersebut kepa-
hukum (equality before the law) hal ini guna mem-
da pihak ketiga; Bahwa Kesaksian yang disajikan
berikan jaminan perlindungan dan kepastian hukum.
melalui alat-alat elektronik maupun alat-alat khusus,
guna menjamin adanya proses peradilan pidana
termasuk didalamnya penggunaan teknologi alat au-
yang baik (due prosess of law) sangat diperlukan
dio visual, khususnya Video Conference atau clo-
adanya perlindungan terhadap Saksi dan/atau Kor-
sed-circuit television, dan penggunaan ekslusif dari
ban, hal ini untuk menciptakan peradilan yang fair
media suara.
dan bersih yang dapat menimbulkan rasa keadilan di masyarakat.
Pentingnya Perlindungan Bagi Saksi dan
Untuk itu, maka berdasarkan Undang-undang R.I Nomor: 13 Tahun 2006 Tentang Perlin-
Korban Meskipun tidak secara jelas pengaturannya
dungan Saksi dan Korban dalam Bab III dibentuklah
terkait perlindungan Saksi dan Korban, di dalam
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban yang ber-
Pasal 173 KUHAP memberikan kewenangan ke-
sifat mandiri dengan tujuan dan mempunyai
pada Majelis Hakim untuk memungkinkan seorang
tanggung jawab memberikan perlindungan dan
saksi didengar keterangannya tanpa kehadiran ter-
bantuan pada saksi dan korban agar saksi dan kor-
dakwa. Alasannya agar saksi dapat berbicara dan 10
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 1, Desember 2010
Dukungan Sub Sistem Peradilan Pidana Terhadap Perlindungan Saksi dan Korban (Eksistensi Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban)
ban merasa aman dalam memberikan keterangan
mana dukungan setiap unsur penegak hukum seba-
pada setiap proses peradilan pidana.
gai sub sistem peradilan pidana terhadap perlindu-
Dalam
pertimbangan
Undang-Undang
No.13 tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan
ngan saksi dan korban di Indonesia dan pelaksanaan tugas LPSK itu sendiri.
Korban, dikatakan bahwa salah satu alat bukti yang
Disamping perkara-perkara pidana korupsi,
sah dalam proses peradilan pidana adalah ketera-
narkotika/psikotropika, terorisme yang tentunya sak-
ngan Saksi dan/atau Korban yang mendengar, meli-
si dan korbannya perlu mendapat perlindungan
hat, atau mengalami sendiri terjadinya suatu tindak
LPSK, perkara-perkara yang paling menonjol di
pidana dalam upaya mencari dan menemukan ke-
Kupang adalah perkara asusila yang menurut istilah
jelasan tentang tindak pidana yang dilakukan oleh
responden sebagai perbuatan ”ingkar janji”. Dalam
pelaku tindak pidana. Selanjutnya dalam konsideran
pengertian pria seringkali tidak mau menikahi pe-
Undang-Undang tersebut di atas, mengatakan bah-
rempuan yang sudah dihamilinya. Menurut respon-
wa penegak hukum dalam mencari dan menemukan
den, meskipun kasus tersebut digolongkan sebagai
kejelasan tentang tindak pidana yang dilakukan oleh
tindak pidana umum tetapi kunatitas dan kualitasnya
pelaku tindak pidana sering mengalami kesulitan
sudah cukup memprihatinkan, sehingga saksi dan
karena tidak dapat menghadirkan Saksi dan/atau
korbannya perlu mendapat perlindungan hukum.
Korban disebabkan adanya ancaman, baik fisik
Perkara lain yang juga menonjol adalah Kekerasan
maupun psikis dari pihak tertentu.
Dalam Rumah Tangga (KDRT). Kuantitas dan kualitasnya juga sduah perlu mendapatkan perhatian te-
Deskripsi Lokasi Penelitian dan Sumber Da-
rutama. Hal ini seringkali menempatkan perempuan
ta
sebagai saksi sekaligus korban didalamnya. Kegiatan penelitian ini mengambil lokasi di
Sedangkan sumber data dalam penelitian di-
wilayah Ibukota Propinsi Nusa Tenggara Timur
dapatkan dari 49 responden yang terdiri 7 orang res-
(NTT), yaitu Kupang. Salah satu pertimbangan me-
ponden Penyidik (pidana korupsi, narkoba dan tero-
milih lokasi penelitian di Kupang adalah represen-
risme) dari Direktorat Bareskrim Polda NTT, 7
tase keterwakilan wilayah timir Indonesia. Disam-
orang responden Jaksa, 7 orang responden Hakim, 7
ping itu juga direncanakan akan dilakukan pengum-
orang responden pejabat eselon III dan IV di lingku-
pulan data lapangan di beberapa lokasi penelitian
ngan Biro Hukum Pemda Propinsi NTT dan 7 orang
lain sebagai representase wilayah barat Indonesia
responden dari Lapas Dewasa dan Lapas Anak di
dan sebagian pulau Jawa.
Kupang. Mengingat adanya kendala teknis, dimana
Sangat disadari bahwa data lapangan dari
dari dari responden hakim yang belum masuk, maka
Propinsi NTT tidaklah dapat dijadikan ukuran untuk
penulisan laporan ini masih bersifat sementara ber-
mengeneralisasi sekaligus menjawa pokok masalah
dasarkan hasil pengolahan data (tabulasi) dari 27
besar dalam penelitian ini. Namun demikian studi
responden terdiri dari institusi Kepolisian, Kejak-
mendalam (indept study) yang sudah dilakukan di
saan, Pengadilan, Pemda dan Lembaga Pemasya-
wilayah NTT dapatlah kiranya dijadikan landasan
rakatan.
berpijak sekaligus data awal untuk mengukur bagaiLex Jurnalica Volume 8 Nomor 1, Desember 2010
11
Dukungan Sub Sistem Peradilan Pidana Terhadap Perlindungan Saksi dan Korban (Eksistensi Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban)
LPSK Sebagai Sub Sistem Peradilan Pidana Dari data penelitian lapangan didapatkan
tidak merupakan bagian dari criminal justice system. Me-nurut
responden
criminal
justice
system
tanggapan beragam dari para responden (Polisi dan
hanyalah Penyidik, Jaksa Penuntut Umum dan
Jaksa) tentang apakah LPSK dapat dianggap se-
Hakim. Jumlah porsentase ini sama dengan 4
bagai sub sistem peradilan pidana atau tidak. Seba-
responden (28,57%) yang tidak menjawab. Hal ini
nyak 4 responden (28,57%) menyatakan LPSK
sebagaimana tergam-bar dalam tabel dibawah ini:
Tabel 3 LPSK sebagai sub sistem peradilan pidana N=14 Prosentase
No
Pendapat
Frekuensi
a. b.
Ya Ya, karena memberikan rasa aman bagi saksi dan korban Ya, pendukung kelancaran peradilan pidana Tidak, criminal justice system hanya penyidik, penuntut dan hakim Tidak menjawab
2
14,29%
2
14,29%
2
14,28%
4 4
28,57% 28,57%
14
100,00
c. d. e.
Jumlah Sumber: Data penelitian lapangan
Pemahaman Penegak Hukum Terhadap UU
Oleh karenanya pemerintah telah mengeluarkan UU Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlin-
Nomor 13 Tahun 2006 Dalam konsideran menimbang UU Nomor
dungan Saksi dan Korban yang disahkan pada tang-
13 Tahun 2006 diamanatkan bahwa salah satu alat
gal 11 Agustus 2006 dan diundangkan dalam Lem-
bukti yang sah dalam proses peradilan pidana ada-
baran Negara RI Tahun 2006 Nomor 64. Sekaligus
lah keterangan saksi dan/atau korban yang men-
undang-undang ini juga memberikan amanat kepada
dengar, melihat, atau mengalami sendiri terjadinya
LPSK sebagai lembaga yang bertanggung jawab
suatu tindak pidana dalam upaya mencari dan me-
untuk menangani pemberian perlindungan dan ban-
nemukan kejelasan tentang tindak pidana yang dila-
tuan kepada saksi dan korban. Dalam Pasal 184 ayat
kukan oleh pelaku tindak pidana. Penegak hukum
(1) KUHAP dikatakan bahwa alat bukti yang sah
dalam mencari dan menemukan kejelasan tindak pi-
adalah a) keteangan saksi; b) keteangan ahli; c) su-
dana yang dilakukan oleh pelaku tindak pidana se-
rat; d) petunjuk; e) keterangan terdakwa. Sebagai
ring mengalami kesulitan karena tidak dapat meng-
alat bukti yang penting untuk tujuan pembuktian
hadirkan saksi dan/atau korban disebabkan adanya
pidana secara meteriel, keterangan saksi sangat
ancaman, baik pisik maupun psikis dari pihak ter-
dibutuhkan dalam suatu perkara pidana mulai dari
tentu. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu
tingkat penyidikan, penuntutan sampai pada pe-
dilakukan serangkaian perlindungan terhadap saksi
meriksaan pengadilan.
dan korban yang sangat penting keberadaannya dalam proses peradilan pidana. 12
Meskipun keradaan UU Nomor 13 Tahun 2006 masih dikatakan relatif baru, tetapi perlu se-
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 1, Desember 2010
Dukungan Sub Sistem Peradilan Pidana Terhadap Perlindungan Saksi dan Korban (Eksistensi Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban)
gera mendapat respon positif dari semua unsur
yang dirahasiakan. Termasuk saksi dan korban juga
penegak hukum yang terkait dalam sistem peradilan
berhak untuk mengetahui perkembangan kasus sam-
pidana terpadu (integrated criminal justice sistem),
pai putusan akhir yang sudah berkekuatan hukum te-
terutama dari unsur Kepolisian, Kejaksaan dan P-
tap. Hal ini juga disetujui oleh semua responden. Se-
engadilan. Termasuk juga unsur Pemerintah Daerah
dangkan untuk materi UU Nomor 13 Tahun 2006
dan Lembaga Pemasyarakatan.
yang menyangkut pemberian identitas baru dan tem-
Dalam UU Nomor 8 Tahun 1981 Tentang
pat kediaman sementara bagi saksi dan korban,
KUHAP sudah diatur tentang hak-hak tersangka
mendapat tanggapan yang beragam dari responden.
dan terdakwa tetapi belum mengatur hak-hak saksi
Sebanyak 22 responden (81,48%) menyatakan setu-
dan korban. Dalam rangka untuk memperlancar pro-
ju saksi dan korban dapat diberikan identitas baru
ses peradilan pidana dan sebagai alat bukti yang
dan tempat kediaman sementara. Sedangkan 5 res-
penting, maka diperlukan perlindungan secara khu-
ponden (18,52%) menyatakan tidak setuju karena
sus terhadap hak-hak saksi dan korban. Hal ini dise-
alasan akan mempersulit penyidik dalam melaksana-
tujui oleh semua responden (27/100%). Secara subs-
kan upaya hukum dan pemberian identitas baru pada
tansial semua responden setuju dalam rangka mem-
akhirnya tidak sesuai lagi dengan identitas dalam
berikan rasa aman selama proses pemeriksaan saksi
BAP terdahulu. Hal ini sebagaimana tergambar da-
dan korban harus ditempatkan dalam suatu lokasi
lam tabel di bawah ini:
Tabel 4 Pemberian identitas baru dan tempat kediaman sementara N=27 Prosentase
No
Pendapat
Frekuensi
a.
Setuju
22
81,48%
b.
Setuju
5
18,52%
Jumlah
27
100,00
Sumber: Data penelitian lapangan Untuk Kasus-kasus tertentu apa saja yang
tansi yang ada dalam UU Nomor 13 Tahun 2006
saksi dan korbannya perlu mendapatkan perlindu-
dan setuju bahwa perlindungan terhadap saksi dan
ngan, semua responden (7/100%) sepakat untuk ka-
korban merupakan salah satu hal yang penting.
sus-kasus tindak pidana korupsi, narkotika/ psikotropika dan tindak pidana terorisme. Namun dimasa
Dukungan Penegak Hukum Terhadap Kebe-
mendatang mayoritas responden menyatakan perlu
radaan, Fungsi dan Peran LPSK
diperluas lagi untuk kasus-kasus tindak pidana
Sebagai lembaga baru yang dibentuk berda-
umum dimana tersangkanya mempunyai ”pengaruh
sarkan amanat UU Nomor 13 tahun 2006, LPSK
sosial” yang besar dalam masyarakat, Kekerasan
memiliki peran dan fungsi untuk memberikan per-
Dalam Rumah Tangga (KDRT), pembunuhan, pen-
lindungan kepada saksi dan korban pada setiap ting-
curian, penganiayaan, perkosaan dan ilegal loging.
kat pemeriksaan. Meskipun dapat dikatakan sebagai
Secara umum responden relatif mengetahui subs-
sebuah lembaga yang masih relatif baru, mayoritas
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 1, Desember 2010
13
Dukungan Sub Sistem Peradilan Pidana Terhadap Perlindungan Saksi dan Korban (Eksistensi Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban)
responden sudah mengetahui keberadaan LPSK.
maupun melalui media cetak dan elektronik. Se-
Dari 20 responden (tanpa Lapas/Rutan karena perta-
dangkan yang belum mengetahui keberadaan LPSK
nyaan yang berbeda), 12 responden (60,00%) sudah
sebanyak 6 responden (30,00%) dan yang tidak
mengetahui keberadaan LPSK. Baik yang menge-
menjawab sebanyak 2 responden (10,00%). Hal ini
tahui lewat undang-undangnya, sosialisasi, LPSK
sebagaimana tergambar dalam tabel dibawah ini:
Tabel 5 Apakah sudah mengetahui keberadaan LPSK No a.
Pendapat Sudah
Frekuensi
N=20 Prosentase
12
60,00%
1) dari UU No. 13/2006 2) sosialisasi di unit masing-masing 3) LPSK b.
4) Media cetak dan elektronik
6
30,00%
c.
Tidak
2
10,00%
20
100,00
Tidak menjawab Jumlah Sumber: Data penelitian lapangan Meskipun 50 % lebih responden menyata-
hanya menuntut tetapi juga harus menunjukkan
kan sudah mengetahui keberadaan LPSK, namun
langkah-langkah konkrit dan jalan keluar yang nyata
seluruh responden (20/100%) tetap menginginkan
untuk mewujudkan terciptanya perlindungan bagi
sosilaisasi lebih intens kedepan terutama yang me-
saksi dan korban.
nyangkut bagimana tugas pokok dan fungsi serta bagaimana mekanisme kerjanya. Sebagai suatu lembaga pendukung (suppor-
Hal-hal yang diharapkan Penegak Hukum Terhadap Keberadaan LPSK
ting unit) untuk bekerjanya sistem peradilan pidana
Menurut para responden yang terdiri dari
terpadu (integrated criminal justice system), teruta-
Kepolisian, Kejaksaan dan Pemda NTT seharusnya
ma untuk memberikan perlindungan kepada saksi
inisiatif pemberian perlindungan terhadap saksi dan
dan korban, hampir semua responden (19/95,00%)
korban dilakukan secara katif oleh LPSK. Dari 20
menyatakan LPSK memiliki posisi yang strategis
orang responden, sebanyak 10 orang responden
untuk memperlancar proses penyidikan, penuntutan
(50,00%) menjawab perlindungan terhadap saksi
dan pemeriksaan perkara dan untuk membantu agar
dan korban sebaiknya menjadi inisiatif LPSK. Hal
saksi tidak takut bersaksi/memberikan keterangan.
ini sebagaimana tergambar dalam tebel dibawah ini:
Namun demikian, meskipun mayoritas responden memberikan apresiasi positif atas peran LPSK, ada juga responden yang berpendapat agar LPSK jangan
14
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 1, Desember 2010
Dukungan Sub Sistem Peradilan Pidana Terhadap Perlindungan Saksi dan Korban (Eksistensi Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban)
Tabel 6 Perlindungan saksi dan korban sebaiknya menjadi inisiatif siapa No
Pendapat
Frekuensi
N=20 Prosentase
a.
LPSK
10
50,00%
b.
Saksi dan/atau korban
2
10,00%
c.
LPSK, saksi/korban dan keluarganya
2
10,00%
d.
Saksi/korban dan keluarganya
1
5,00%
e.
Penyidik, Jaksa dan Hakim
3
15,00%
f.
LPSK, Penyidik, Jaksa dan Hakim
2
10,00%
20
100,00
Jumlah Sumber: Data penelitian lapangan Sedangkan lembaga/instansi mana saja
dan korban diperlukan atau tidak dalam rangka
yang berhak mengusulkan agar saksi dan korban
untuk memperlancar proses penyidikan, penuntutan
mendapat perlindungan seharusnya menjadi hak dan
dan pemeriksaan perkara di pengadilan. Disamping
kewenangan dari institusi penegak hukum yang ter-
itu ada juga responden yang berpendapat pengusu-
libat secara langsung dalam proses peradilan pidana,
lan perlindungan dilakukan oleh LSM dan lembaga
seperti Kepolisian, Kejaksaan dan Pengadilan. Hal
agama meskipun dalam porsentase yang kecil. Por-
ini diasumsikan, para penegak hukum tersebutlah
sentase persebaran jawaban responden dapat dilihat
yang paling mengetahui apakah perlindungan saksi
dalam tabel dibawah ini:
Tabel 7 Lembaga/instansi yang berhak mengusulkan perlindungan saksi dan korban No
Pendapat
Frekuensi
N=20 Prosentase
a.
Kepolisian
4
20,00%
b.
Kejaksaan
2
10,00%
c.
Kepolisian, Kejaksaan
4
20,00%
d.
Kepolisian, Kejaksaan dan LSM
1
5,00%
e.
Kepolisian, kejaksaan dan Pengadilan
5
25,00%
f.
Kepolisian, kejaksaan, Pengadilan dan Pemda 3
15,00%
1
5,00%
20
100,00
LSM dan Lembaga Agama g. Jumlah Sumber: Data penelitian lapangan
Mekanisme dan Prosedur Perlindungan
dimana saksi dan korbannya mendapat perlindungan
yang Selama Ini Dilakukan
LPSK, seluruh responden (14 orang responden) men
Ketika pertanyaan dilontarkan kepada Polisi
jawab belum pernah. Meskipun seluruh responden
dan Jaksa apakah pernah menangani perkara pidna
belum pernah menangani perkara dimana saksi dan
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 1, Desember 2010
15
Dukungan Sub Sistem Peradilan Pidana Terhadap Perlindungan Saksi dan Korban (Eksistensi Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban)
korbannya dilindungi LPSK, mayoritas responden
dangkan responden yang tidak memberikan perlin-
mengatakan bahwa mereka juga memberikan perlin-
dungan dikarenakan kekurangan personil dan ketia-
dungan kepada saksi dan korban selama proses hu-
daan biaya operasional. Hal ini sebagaimana ter-
kum berlangsung (penyidikan dan penuntutan). Se-
gambar dalam tabel dibawah ini:
Tabel 8 Memberikan perlindungan selama proses pemeriksaan Frekuensi
N=14 Prosentase
11
78,57%
biaya operasional
2
14,29%
Tidak tahu
1
7,14%
20
100,00
No
Pendapat
a.
Ya
b.
Tidak Alasannya: keterbatasan personil dan
c.
Jumlah Sumber: Data penelitian lapangan Sedangkan bagaimana mekanisme dan pro-
ritas responden mengatakan memberikan perlindu-
sedur perlindungan saksi dan korban yang selama
ngan kepada saksi dan korban maupun keluarganya.
ini dilakukan didapatkan jawaban yang sangat bera-
Persebaran jawaban responden dapat dilihat dalam
gam. Meskipun tidak secara eksplisit tetapi mayo-
tabel di bawah ini:
Tabel 9 Mekanisme dan teknis perlindungan saksi dan korban N=11 No a.
b. c.
d.
Pendapat Saksi dijaga dirumahnya, diinapkan di Kantor Polisi dan diberikan uang makan dan transportasi Memantau keberadaannya, keluarganya dan tempat tinggalnya Mengacu pada UU No.2/2002 tentang Kepolisian, Peraturan kapolri dan Juklak/Juknis dilingkungan Polri Memberikan perlindungan kepada saksi dan korban serta keluarganya Bekerjasama dengan LSM ”Rumah Perempuan” untuk tempat tinggal sementara Tinggal bersama dengan Penyidik Identitas pelapor dirahasiakan
e. f. g. Jumlah
Frekuensi 1
Prosentase 9,09%
1
9,09%
1
9,09%
4
36,37%
2 1 1
18,18% 9,09% 9,09%
20
100,00
Sumber: Data penelitian lapangan
dengan serangkaian sosialisasi agar sampai pada pe-
Kesimpulan Pemahaman penegak hukum yang termasuk
mahaman yang komprehensif dan mau berko-
dalam sistem peradilan pidana terhadap UU Nomor
ordinasi dengan pihak LPSK sebagaimana yang di-
13 Tahun 2006, relatif sudah mengetahui. Meskipun
amanatkan dalam undang-undang tersebut. Hal ini
pengetahuan tersebut masih harus ditindaklanjuti
dapat dilihat dari tanggapan responden yang cukup
16
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 1, Desember 2010
Dukungan Sub Sistem Peradilan Pidana Terhadap Perlindungan Saksi dan Korban (Eksistensi Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban)
kritis seperti segera membuat peraturan pelaksanaan
kum seperti memantau keberadaan saksi dan korban
dan segera diundangkan. Persepsi penegak hukum
dan keluarganya serta tempat tinggalnya. Menjaga
yang termasuk dalam sistem peradilan pidana ter-
saksi di rumahnya dan bekerjasama dengan LSM
hadap keberadaan, peran dan fungsi LPSK menun-
”Rumah Perempuan” untuk keperluan tempat ting-
jukkan persepsi yang positif terutama untuk mem-
gal sementara.
bantu pihak Kepolisian, Kejaksaan dan Pengadilan memperlancar proses peradilan pidana. Terutama
Daftar Pustaka
untuk menghindari saksi dan korban dari rasa takut
Koentjaraningrat,
“Metode-Metode
Peneltian
dalam memberikan kesaksian. Namun demikian ada
Masyarakat”, edisi ketiga, PT Gramedia
juga kritik agar LPSK dalam menjalankan peran dan
Pustaka Utama, Jakarta, 1993.
fungsinya tidak hanya menuntut tapi juga harus
Lawrence M. Friedman, “American Law an Intro-
menunjukkan langkah-langkah konkrit dan mem-
duction”, (Hukum Amerika Sebuah Pengan-
berikan jalan keluar dalam rangka perlindungan ter-
tar, second edition, Tertanusa, Jakarta,
hadap saksi dan korban. Dukungan penegak hukum
2001.
terhadap keberadaan, fungsi dan peran LPSK tidak
Mien Rukmini, ”Perlindungan HAM melalui Asas
secara eksplisit dapat disimpulkan dalam penelitian
Praduga Tidak Bersalah dan Asas Persama-
ini. Karena data lapangan tidak menggambarkan
an Kedudukan Dalam Hukum Pada Sistem
bentuk dukungan secara konkrit, kecuali dukungan
Peradilan
berupa koordinasi dan kerjasama dalam rangka
Bandung, 2003.
Pidana
Indonesia”,
Alumni,
memberikan perlindungan saksi dan korban. Pene-
Muladi, ”Hak Asasi Manusia, Hakekat, Konsep dan
gak hukum mengharapkan keberadaan, peran dan
Implikasi dalam Perspektif Hukum dan Ma-
fungsi LPSK lebih dioptimalkan 1 sampai dengan 3
syarakat”, PT. Refika Aditama, Bandung,
tahun kedepan, seperti segera melengkapi aturan-
2005.
aturan pelaksanaan terkait dengan tugas pokok dan
Muladi dan Barda Nawawi Arief, ”Teori-Teori dan
fungsi, ketersediaan sarana prasarana, dukungan
Kebijakan Pidana”, Alumni, cetakan ke-3,
SDM, metode dan tata cara serta dukungan ang-
Bandung, 2005.
garan. Mekanisme dan teknis perlindungan saksi dan korban yang selama ini dilakukan penegak hu-
Nasution, ”Metode Research (Penelitian Ilmiah)”, cet ke-8, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2006.
Lex Jurnalica Volume 8 Nomor 1, Desember 2010
17