DUKUNGAN SOSIAL, STRATEGI KOPING, DAN INTERAKSI IBU PADA KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK TUNAGRAHITA
ANGGRAINI MULIASARI
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul dukungan sosial, strategi koping, dan interaksi ibu pada keluarga yang memiliki anak tunagrahita adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014 Anggraini Muliasari NIM I24100058
ABSTRAK ANGGRAINI MULIASARI. Dukungan Sosial, Strategi Koping, dan Interaksi pada Keluarga yang Memiliki Anak Tunagrahita. Dibimbing oleh ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI. Interaksi antara ibu dengan anak tunagrahita berbeda dengan ibu yang memiliki anak yang normal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dukungan sosial, strategi koping ibu, dan interaksi ibu dengan anak tunagrahita. Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang memiliki anak tunagrahita yang bersekolah di SDLB Negeri Gumilir Kota Cilacap dan ibu sebagai responden. Pengambilan contoh menggunakan nonprobability sampling secara purposive. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan yang diterima ibu berada dalam kategori sedang, sedangkan strategi koping dan interaksi ibu dengan anak berada dalam kategori tinggi. Dukungan emosional, dukungan informasi, dan dukungan self-esteem yang diterima ibu berhubungan positif signifikan dengan koping fokus pada masalah yang ibu gunakan. Berdasarkan analisis regresi, faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi ibu dengan anak adalah usia anak, status ibu yang bekerja, dan pendapatan keluarga. Kata kunci: dukungan sosial, strategi koping, interaksi ibu dengan anak ABSTRACT ANGGRAINI MULIASARI. Social Supports, Coping Strategies, and Mother Interaction towards Families that have Mentally Retarded Children. Guided by ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI. The interaction between mother and mentally retarded children is different with mother whose normal children. This research aimed to analyze social supports, mother coping strategies, and the interaction between mother and mentally retarded children. The population on this research were families that have mentally retarded children who study in SDLB Negeri Gumilir Cilacap. Participants of this research were purposively chosen 50 mothers. The results showed that social supports that were accepted by mother were in the moderate category, meanwhile mother coping strategies and interaction between mother and mentally retarded children were in the high categories. Emotional supports, information supports, and self-esteem supports accepted by mother had significant correlation with problem focused coping. Based on the research the factors that affect interaction between mother and mentally retarded children were child age, mother’s job status and family incomes. Key words: social supports, coping strategies, and the interaction between mother and mentally retarded children.
DUKUNGAN SOSIAL, STRATEGI KOPING IBU, DAN INTERAKSI IBU PADA KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK TUNAGRAHITA
ANGGRAINI MULIASARI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Tema yang dipilih pada penelitian yang dilaksanakan sejak Maret sampai April 2014 adalah Dukungan Sosial, Strategi Koping, dan Interaksi Ibu pada Keluarga yang Memiliki Anak Tunagrahita. Terima kasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberi bimbingan dan masukan dalam penyelesaian karya tulis ini. Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing akademik Ir. M. D. Djamaludin, M. Si yang senantiasa membimbing dan mengarahkan penulis selama perkuliahan. Terima kasih kepada bapak, Wasis, S.Sos dan ibu, Dewi Murniasih, serta kakak, Aldilla Muliawati, S.Ikom yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan, semangat, dan doa kepada penulis.Terima kasih kepada Bapak Hiskia dan Bapak Thalud serta seluruh pihak guru SDLB yang sangat membantu penulis selama pengambilan data. Terima kasih kepada sahabat dan kerabat penulis yang selalu hadir memberi dukungan kepada penulis. Dalam penulisan karya tulis ini penulis telah berusaha yang terbaik namun penulis juga menyadari bahwa segala sesuatu tidak lepas dari kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan suatu masukan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan keluarga dan kerabat yang tidak dapat disebutkan satu per-satu, atas doa dan dukungannya. Semoga karya tulis ini bisa bermanfaat. Bogor, September 2014
Anggraini Muliasari
DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan Khusus Manfaat penelitian KERANGKA PEMIKIRAN METODE Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Jenis dan Cara Pengumpulan Data Teknik Penarikan Contoh Pengolahan dan Analisis Data Definisi Operasional HASIL Gambaran umum SDLB Negeri Gumilir Cilacap Karakteristik anak dan keluarga Dukungan sosial Strategi koping Interaksi ibu Hubungan antara dukungan sosial dengan strategi koping Faktor-faktor yang Mempengaruhi interaksi ibu PEMBAHASAN SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
vii viii viii viii 1 1 2 3 3 3 3 3 6 6 6 7 7 9 10 10 10 10 11 12 13 14 14 16 16 17 18 21 33
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7
Jenis dan cara pengambilan data Nilai maksimum, minimum, rata-rata, dan standar deviasi pada karakteristik anak dan keluarga Sebaran keluarga berdasarkan kategori dukungan sosial Sebaran keluarga berdasarkan kategori strategi koping Sebaran keluarga berdasarkan kategori interaksi ibu dengan anak Nilai koefisien korelasi Pearson dukungan sosial dengan strategi koping Hasil analisis regresi karakteristik orang tua, karakteristik anak, dukungan sosial, dan strategi koping ibu terhadap interaksi ibu dengan anak
6 10 11 12 13 13
14
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4
Sebaran jawaban dukungan sosial Sebaran jawaban strategi koping Sebaran jawaban interaksi ibu Hasil korelasi antar variabel karakteristik ibu dan anak, dukungan sosial, strategi koping, dan interaksi ibu dengan anak tunagrahita
22 23 24 25
PENDAHULUAN Latar Belakang Tunagrahita merupakan suatu kelainan pada anak yang terjadi pada masa pertumbuhan atau dibawah usia 18 tahun yang memiliki tingkat kecerdasan dibawah rata-rata (IQ dibawah 70) sehingga anak tersebut mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas dan saat beradaptasi (Supratiknya dalam Napolion 2010). Terkait dengan keterbatasan yang dimiliki anak maka dalam hal ini keluarga merupakan orang terdekat bagi anak untuk membantu anak saat anak kesulitan dalam melakukan aktifitas. Keluarga dicirikan sebagai tempat atau lembaga pengasuhan anak yang paling dapat memberi kasih sayang yang tulus dan efektif (Guhardja et al. 1992). Interaksi terjadi adanya kontak sosial dan komunikasi (Soekanto 1999). Interaksi orang tua terhadap anak mencakup perawatan dan pendampingan. Kuczynski dalam Hastuti (2008) menyatakan bahwa keterikatan yang diciptakan antara ibu dan anak dapat dilakukan dengan memberi respon, perhatian, komunikasi, dan memberikan kenyamanan. Pada interaksi tersebut terjadi proses timbal balik antara anak dengan orang tua, dengan begitu akan terjalin keakraban dan anak akan lebih terbuka dengan orang tuanya. Dalam keluarga, beradaptasi dengan anak yang berkebutuhan khusus, kecocokan antara suami-istri dan dukungan yang diinginkan ditemukan berhubungan positif signifikan terhadap prediksi pribadi, perkawinan, dan adaptasi orang tua (Bristol et al.1988). Interaksi yang terjadi antara ibu dengan anak tunagrahita berbeda dengan anak normal karena anak tunagrahita lamban dalam menerima stimulus sehingga dibutuhkan kesabaran ibu dalam berinteraksi dan memberikan stimulus kepada anak. Anak yang memiliki keterbelakangan mental memiliki respon yang kurang terhadap orang tua mereka karena mereka mengalami kesulitan dalam berinteraksi sosial daripada anak yang tidak mengalami keterbelakangan mental (Fischer 1987). Interaksi antara ibu dan anak yang mengalami tunagrahita harus lebih intensif agar ibu dapat memahami kondisi anak dan mampu membantu anak dalam mengatasi masalah yang dihadapinya, karena dalam perkembangannya anak tunagrahita mengalami keterlambatan dalam berbagai aspek terutama dalam menerima respon, hal tersebut dapat memicu stres dan menjadi beban bagi ibu. Hasil penelitian Nachschen et al. dalam Gunarsa (2006) menunjukkan bahwa tingkat adaptasi yang rendah dalam keluarga akan menghambat kemampuan ibu dalam pengasuhan, terutama mengasuh pada anak yang mengalami gangguan perkembangan. Menurut Peshawaria & Ganguli (1995) mengasuh seorang anak yang mengalami cacat mental bukan tugas yang mudah. Orang tua yang memiliki pengalaman dengan anak yang mengalami cacat perkembangan memiliki stres yang lebih besar daripada orang tua yang memiliki anak yang normal (Hastings 2002). Dukungan sosial diperlukan ibu agar dapat mengurangi tekanan yang dirasakan oleh ibu. Dukungan sosial yang diberikan dapat berupa dukungan emosional, dukungan instrumen, dukungan informasi, dan dukungan self-esteem (Cutrona 1986). Dukungan sosial dapat mengurangi kecemasan dan rasa malu (Greene 2007).
2
Safaria (2005) mengemukakan bahwa seorang ibu yang memiliki anak tunagrahita merasa dirinya tidak berharga dan muncul perasaan malu karena tidak mampu melahirkan anak normal. Hal ini menjadi tantangan bagi ibu dalam mengasuh dan mengatasi hambatan-hambatan yang muncul. Stres yang dialami ibu akibat kondisi anak tunagrahita mendorong ibu untuk melakukan strategi koping. Masalah dan stres yang dihadapi ibu akan menentukan jenis koping yang dilakukan. Menurut penelitian Maryam (2007) bahwa masalah stres dan adanya dukungan sosial berpengaruh terhadap strategi koping. Terkait dengan adanya masalah tersebut maka diperlukan kajian mengenai strategi koping, dukungan sosial, dan interaksi ibu dengan anak tunagrahita dalam penelitian ini. Perumusan Masalah Tunagrahita merupakan kelainan yang dialami seseorang sejak dalam kandungan karena keabnormalan kromosom. Anak yang mengalami tunagrahita dalam perkembangannya memiliki keterbatasan dalam aspek kognitif, sosial, personal, motorik, dan bahasa (Hamid 1983). Data pokok sekolah luar biasa di seluruh Indonesia yang menyandang tunagrahita adalah 62.011 jiwa, 60% diderita laki-laki dan 40% diderita perempuan (Hendriani et al. 2006). Menurut penelitian Napolion (2010) bahwa respon awal saat mengetahui anaknya tunagrahita merasa sedih, terkejut, cemas dan kaget. Penerimaan keluarga sebagian ada yang ikhlas dan sebagian menganggap anak tersebut sebagai beban hidup. Anggapan lingkungan sekitar bahwa memiliki anak tunagrahita merupakan suatu aib keluarga, membuat keluarga terutama ibu merasa tersisihkan dari lingkungan. Tak jarang para tetangga maupun keluarga besar yang tidak menerima kehadiran anak tunagrahita menghina kondisi anak. Seorang ibu yang memiliki anak tunagrahita memiliki beban yang besar daripada memiliki anak yang normal. Interaksi dengan anak tunagrahita berbeda dengan anak normal karena anak tunagrahita lamban dalam menerima stimulus sehingga dibutuhkan kesabaran ibu dalam berinteraksi dan memberikan stimulus kepada anak. Waktu dalam berinteraksi dengan anak harus lebih banyak diluangkan dan terjadi secara intensif. Keterlambatan yang terjadi pada tumbuh kembang anak menimbulkan tekanan dalam diri ibu yang membuat ibu menjadi stres. Para ibu pun juga tidak memiliki waktu yang cukup untuk menghibur diri karena sibuk terhadap anak. Belum lagi para ibu menghadapi sendiri situasi seperti ini di rumah karena suami bekerja. Hal demikian akan meningkatkan stres ibu. Oleh karena itu diperlukan adanya dukungan sosial dan strategi koping untuk mengurangi tekanan dan mengatasi masalah atau hambatan-hambatan yang ibu hadapi dalam setiap perkembangan anak. Berdasarkan uraian tersebut peneliti memperoleh beberapa pertanyaan yang muncul dalam rumusan masalah diharapkan peneliti mampu menjawab pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana dukungan sosial yang diterima ibu, strategi koping, serta interaksi ibu terhadap anak yang mengalami tunagrahita? 2. Bagaimana hubungan antara dukungan sosial yang ibu terima dengan strategi koping? 3. Faktor apa saja yang memengaruhi interaksi ibu?
3
Tujuan Tujuan umum Mengidentifikasi dukungan sosial, strategi koping, dan interaksi ibu pada keluarga yang memiliki anak tunagrahita Tujuan Khusus 1. Menganalisis dukungan sosial, strategi koping, dan interaksi ibu terhadap anak yang mengalami tunagrahita. 2. Menganalisis hubungan antara dukungan sosial dan strategi koping. 3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi ibu dengan anak tunagrahita. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang telah dipelajari selama perkuliahan dan mengetahui permasalahan yang timbul dalam keluarga yang memiliki dengan kelainan tunagrahita dan cara mengatasi masalah tersebut. 2. Bagi para ibu yang memiliki anak tunagrahita, diharapkan penelitian ini dapat memberi informasi pada mereka mengenai interaksi dan strategi koping yang dilakukan dalam menghadapi anak yang mengalami tunagrahita. 3. Bagi pemerintah diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai anak tunagrahita sehingga pemerintah dapat memebrikan perhatian khusus pada anak tunagrahita dan keluarga.
KERANGKA PEMIKIRAN Keluarga yang memiliki anak tunagrahita memiliki pebedaan dengan keluarga yang memiliki anak normal. Beban yang diemban oleh keluarga dengan anak tunagrahita lebih besar daripada keluarga normal. Anak berkebutuhan khusus perlu memperoleh perhatian dan penanganan sepanjang hidupnya karena berbagai hambatan yang mereka miliki. Orang tua merupakan tempat yang utama bagi anak untuk berinteraksi. Hal yang harus dilakukan orang tua adalah menyadari dan menerima anak seutuhnya bahwa anak tersebut mengalami kelainan tunagrahita. Pola interaksi sedikit berbeda karena yang orang tua hadapi merupakan anak berkebutuhan khusus. Orang tua harus memiliki kesabaran yang tinggi dan harus pandai dalam mengelola stres yang dihadapi. Anak dengan kelainan tunagrahita dalam menerima respon cukup lamban dan bila mendapat perintah bahkan terkadang tidak mengerti oleh karena itu perlu dilakukan intervensi dini terhadap anak tunagrahita dan orang tua juga harus menerapkan pola komunikasi yang intens dengan anak.
4
Tidak hanya orang tua saja tetapi dukungan sosial sekitar juga mempengaruhi perkembangan anak tunagrahita. Keluarga besar, para tetangga, kerabat dekat orang tua juga harus mengerti, menyadari, dan menerima anak tersebut seutuhnya tanpa membedakan dengan anak normal pada umumnya, memperlakukan anak tunagrahita dengan baik. Karakteristik kepribadian anggota keluarga, status keuangan mereka, tingkat pendidikan, kemampuan memecahkan masalah, dan spiritualitas semua mempengaruhi kemampuan keluarga untuk mengatasi. Hubungan yang kuat dan dukungan sosial juga membantu menentukan penyesuaian ibu (Emerson 2003). Dukungan sosial yang diberikan keluarga maupun orang terdekat akan mempengaruhi strategi koping dan interaksi ibu kepada anaknya. Ibu akan merasa medapatkan dorongan postif dari orang sekitar yang membuatnya kuat. Menurut Purnomosari dalam Tati (2004) dukungan sosial yang positif akan memberikan rasa nyaman pada ibu sehingga ibu mampu mengelola rumah tangga dan mengasuh anak dengan baik. Menurut Firestone dan Wenstein dalam Atirah (2011) dalam kondisi tertentu kelurga memerlukan dukungan. Dukungan yang diberikan dapat membantu untuk mengelola perubahan yang terjadi dalam keluarga. Bristol et al. (1988) menemukan bahwa dukungan dari pasangan seseorang adalah prediktor terbaik dari kualitas orang tua dalam sebuah sampel anak-anak dengan dan tanpa cacat (Gambar 1).
5
Karakteristik anak - Usia - Jenis kelamin - Urutan anak
Karakteristik ibu -Usia -Pendidikan -Pekerjaan -Pendapatan Karakteristik keluarga -Pendidikan ayah -Usia ayah r -Pekerjaan ayah -Pendapatan -Besar keluarga
Strategi koping Stres ibu -
Koping fokus pada masalah Koping fokus pada emosi
Interaksi ibu dengan anak Dukungan sosial - Dukungan emosional - Dukungan instrumental - Dukungan informasi - Dukungan self esteem
Perkembangan anak
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Keterangan:
: hubungan yang tidak diteliti : variasi
6
METODE PENELITIAN Lokasi, Desain, dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di SDLB (Sekolah Dasar Luar Biasa) Negeri Gumilir Cilacap. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive. Pemilihan lokasi ini karena jumlah anak yang mengalami tunagrahita mencapai 138 dan kota Cilacap juga merupakan kota industri yang menyebabkan tingkat polusi di kota ini tinggi. Penyebab kelahiran cacat terjadi karena usia, tingkat ekonomi, lingkungan, akses kesehatan yang kurang, dan pendidikan ( Harwood et al. 2004). Waktu penelitian termasuk persiapan, pengumpulan data, pengolahan, dan analisis data serta penulisan laporan mulai dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2014. Jenis Data dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer. Data primer diperoleh dari wawancara dengan responden berdasar kuesioner yang telah disediakan, yaitu kuesioner yang telah diuji validitas dan realibilitasnya. Data primer yang diperoleh melalui kuesioner meliputi karakteristik keluarga (usia ayah, usia ibu, pendidikan ayah, pendidikan ibu, pendapatan keluarga, besar keluarga), karakteristik anak (usia anak, jenis kelamin, urutan anak dalam keluarga), interaksi ibu, strategi koping ibu ,serta dukungan sosial (Tabel 1). Tabel 1 Kategori variabel, skala data, dan pengelompokan data Variabel Satuan Skala Data Pengelompokan Data Karakteristik anak Usia Tahun Rasio Jenis kelamin Nominal 1. Laki-laki 2. Perempuan Urutan kelahiran Nominal 1. Anak tunggal 2. Anak sulung 3. Anak tengah 4. Anak bungsu Karakteristik keluarga Usia orangtua Tahun Rasio Jenis pekerjaan Nominal 1. PNS/Polisi/TNI 2. Karyawan swata 3. Wirausaha 4. Petani 5. Buruh 6. Pensiun 7. Tidak bekerja 8. Lainnya (sebutkan) Lama pendidikan Tahun Rasio Pendapatan keluarga Rupiah Rasio Besar keluarga Orang Rasio
7
Variabel Interaksi ibu Ekspresi wajah Ekspresi bicara Posisi dan kontak fisik Ekspresi kasih sayang Pengendalian disiplin Strategi koping Koping fokus pada emosi Koping fokus pada masalah Dukungan sosial Dukungan emosional Dukungan instrumental Dukungan informasi Dukungan self esteem
Satuan -
Skala Data Ordinal
Pengelompokan Data 1 Tidak pernah 2 Jarang 3 Sering
-
Ordinal
1Tidak digunakan 2 Sedikit digunakan 3 banyak digunakan
-
Ordinal
1Tidak 2 Jarang 3Terkadang 4 Selalu
Teknik Penarikan Contoh Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang memiliki anak tunagrahita. Responden pada penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak tunagrahita. Penarikan contoh dilakukan secara purposive melalui pendekatan pada keluarga yang memiliki anak tunagrahita yang bersekolah di SDLB Negeri Gumilir Cilacap tinggal bersama ibunya. Pada penarikan contoh diambil 50 sampel. Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh diolah melalui proses editing, coding, scorring, entry data, cleaning data, dan analisis data dengan software Microsoft Excel dan Statistical Product and Service Solution (SPSS). Dukungan sosial diukur menggunakan instrumen yang telah dimodifikasi yang dikembangkan dari Djakiman (2013) dengan cronbach alpha 0,728. Terdapat empat dimensi dalam pengukuran dukungan sosial yaitu dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informasi, dan dukungan self-esteem. Jumlah pernyataan dalam instrumen ini sebanyak 20 buah. Skala dalam pengukuran dukungan sosial menggunakan empat poin tipe skala Likert berdasarkan ranking tidak pernah (1) sampai selalu (4). Strategi koping diukur menggunakan instrumen yang telah dimodifikasi yang dikembangkan dari Nurillah (2013) dengan cronbach alpha sebesar 0,636. Strategi koping yang digunakan terdiri dari dua dimensi yaitu fokus koping pada masalah dan fokus koping pada emosi. Jumlah pernyataan dalam instrumen ini sebanyak 14 buah. Skala dalam pengukuran strategi koping menggunakan tiga poin tipe skala Likert berdasarkan ranking tidak digunakan (1) sampai banyak digunakan (3).
8
Interaksi ibu diukur menggunakan instrumen yang telah dimodifikasi yang dikembangkan oleh Sukardi (2011) dengan cronbach alpha 0,642. Interaksi ibu terdiri dari empat dimensi yaitu ekspresi wajah, ekspresi bicara, ekspresi kasih sayang, dan pengendalian disiplin. Jumlah pernyataan sebanyak 19 buah. Skala dalam pengukuran interaksi ibu menggunakan tiga poin tipe skala Likert berdasarkan ranking tidak pernah (1) sampai sering (3). Setiap pernyataan dijumlah hingga diperoleh skor lalu dikompositkan dalam bentuk indeks. Indeks pada setiap dimensi dari setiap variabel dikategorikan menjadi rendah, sedang, dan tinggi melalui interval kelas. Indeks: Skor yang dicapai – Skor minimum x 100 Skor maksimal-skor minimal Setelah mendapatkan skor variabel, selanjutnya skor dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Untuk menentukan cut off variabel tersebut, dibutuhkan interval kelas. Kelas interval (IK) : Skor maksimum – Skor minimum Jumlah Kelas Hasil dari rumus di atas maka interval kelas untuk variabel dukungan sosial, strategi koping, dan interaksi ibu yaitu: a. Rendah : 0-33.33 b. Sedang : 33.4-66.66 c. Tinggi : 66.7-100 Data yang telah terkumpul diolah dengan bantuan analisis deskriptif, analisis korelasi, dan analisis regresi. 1. Analisis deskriptif meliputi nilai maksimum, nilai minimum, nilai rataan, standar deviasi, dan frekuensi distribusi. 2. Analisis korelasi digunakan untuk melihat hubungan antara dukungan sosial dengan strategi koping ibu. 3. Analisis regresi linear digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi ibu. Y = α+β1X1+ β2X2+ β3X3+ β4X4+ β5X5+ β6X6+ β7X7+ β8X8+ β9X9+e Y = Interaksi ibu X1 = Usia anak (tahun) X2 = Jenis kelamin X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 D1 D2 D3
β = Koefisien Regresi e = Variabel pengganggu α = Konstanta
= Besar keluarga (orang) = Usia ibu (tahun) = Lama pendidikan (tahun) = Pekerjaan ibu = Pendapatan keluarga (rupiah) = Dukungan sosial = Strategi koping = Jenis kelamin (0= laki-laki, 1= perempuan) = Urutan kelahiran (0= bukan anak sulung, 1= anak sulung) = Status pekerjaan ibu ( 0=tidak bekerja, 1= bekerja)
9
Definisi Operasional Tunagrahita adalah seseorang yang mengalami kelainan dimana fungsi intelektual dibawah rata-rata (IQ 70) yang muncul bersamaan dengan kurangnya perilaku adaptif serta kemampuan beradptasi dengan lingkungan sosial sesuai dengan perkembangan dan budaya (Wong 2004; Townsend 2003). Karakteristik anak adalah keadaan anak berdasarkan usia, jenis kelamin dan urutan kelahiran. Usia adalah lama waktu hidup (dalam tahun) orang tua dan anak sejak lahir sampai waktu pengambilan data penelitian. Pekerjaan orangtua adalah kegiatan aktif yang dilakukan orangtua untuk memperoleh pendapatan. Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang tinggal bersama dalam satu rumah. Dukungan sosial adalah suatu perhatian yang diberikan keluarga, teman, maupun tetangga terhadap ibu yang memiliki anak tunagrahita. Dukungan emosional adalah dukungan berupa ungkapan empati, perhatian, maupun kepedulian yang diterima ibu. Dukungan instrumental adalah bantuan atau materi atau bantuan sehari-hari yang diterima ibu. Dukungan informasi adalah nasehat, pengarahan, dan umpan balik yang diterima ibu. Dukungan self-esteem adalah penghargaan yang diterima oleh ibu berupa pujian dan dorongan. Koping fokus pada masalah adalah upaya yang dilakukan ibu dengan melakukan sesuatu Koping fokus pada emosi adalah kondisi dimana ibu tidak dapat mengubah keadaan dan menerima situasi yang terjadi Strategi koping adalah upaya yang dilakukan oleh ibu dalam mengelola dan menyelesaikan konflik atau problematika yang terjadi dalam dirinya Interaksi ibu adalah terjadinya kontak sosial dan komunikasi antara ibu dengan anak tunagrahita. Lama pendidikan keluarga adalah lamanya waktu dalam menyelesaikan pendidikan formal terakhir. Lama pendidikan ini antara lain 9 tahun atau setingkat tamat SMP (tingkat pendidikan rendah), 12 Tahun atau setingkat tamat SMA (tingkat pendidikan sedang), lebih dari atau sama dengan 15 tahun atau setingkat tamat Perguruan Tinggi (tingkat pendidikan tinggi). Pendapatan keluarga adalah jumlah pendapatan yang diperoleh oleh anggota keluarga setiap bulannya.
10
HASIL Gambaran Umum SDLB Negeri Gumilir Cilacap SDLB Negeri Gumilir Cilacap terletak di Kelurahan Gumilir, Kecamatan Cilacap Utara, Kabupaten Cilacap. Jumlah guru yang mengajar di SDLB Negeri Gumilir sebanyak 32 orang. Sekolah ini terdiri dari 16 kelas. Kelas 1 sebanyak 1 kelas, kelas 2 sebanyak 3 kelas, kelas 3 sebanyak 4 kelas, kelas 4 sebanyak 3 kelas, kelas 5 sebanyak 3 kelas, dan kelas 6 sebanyak 2 kelas. SDLB Negeri Gumilir memiliki fasilitas asrama yaitu Asrama Harapan Ibu yang dikelola oleh Tim Penggerak PKK Kabupaten Cilacap. Karakteristik Anak dan Karakteristik Keluarga Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 2, rata-rata usia anak yang bersekolah di SDLB adalah 10,64 tahun. Proporsi terbesar urutan anak (64%) merupakan bukan anak sulung. Rata-rata besar anggota keluarga yang memiliki anak tunagrahita sebanyak 4 orang. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran keluarga dalam penelitian ini rata-rata merupakan keluarga kecil (BKKBN 2005). Rata-rata usia ayah adalah 41,54 tahun dan ibu 41,00 tahun, sehingga rata-rata usia ayah dan ibu berada pada kategori usia dewasa madya (Hurlock 1980). Rata-rata lama pendidikan ayah adalah setara dengan tamat SMP dan rata-rata pendidikan ibu adalah setara dengan kelas 3 SMP. Rata-rata pendapatan keluarga per kapita yang memiliki anak tunagrahita per bulan diatas garis kemiskinan Provinsi Jawa Tengah, dimana garis kemiskinan Provinsi Jawa Tengah yaitu Rp 268.397,00 (BPS 2013). Tingkat pendapatan per kapita keluarga yang berada di bawah garis kemiskinan sebanyak 16 persen. Tabel 2 Nilai maksimum, minimum, rata-rata, dan standar deviasi pada karakteristik anak dan keluarga Variabel Karakteristik anak Usia anak (tahun) Karakteristik keluarga Besar keluarga (orang) Usia ayah (tahun) Usia ibu (tahun) Lama pendidikan ayah (tahun) Lama pendidikan ibu (tahun) Pendapatan keluarga (Rp) Pendapatan per kapita (Rp)
Minimum
Maksimum
7
18
3 30 28 0 1 500.000
7 62 55 16 16 13.000000
125.000
3.250.000
Rataan ± SD 10,64 ± 2,136 4,14 ± 0,881 41,54 ± 13,471 41,00 ± 7,251 9,10 ± 4,273 8,98 ± 3,508 3.045.500,00 ± 2.686.263,669 732.745,14±645569.742
Dukungan Sosial Dukungan sosial adalah sesuatu yang diberikan oleh seseorang untuk memberikan dampak kesejahteraan pada kehidupan orang lain (Cutrona 1996). Ibu yang memiliki anak tunagrahita sangat membutuhkan dukungan sosial dari sekitarnya agar berkurang beban yang ibu rasakan selama mengasuh anak
11
tunagrahita. Dukungan sosial dalam penelitian ini dilihat dari empat aspek yaitu emosi, instrumental, informasi, dan self-esteem. Berdasarkan hasil analisis deskriptif pada Tabel 3 dari aspek dukungan sosial menunjukkan bahwa tiga per empat ibu mendapatkan dukungan emosional yang tinggi. Hal tersebut karena sebagian besar ibu memiliki teman berbagi suka dan duka yang dirasakan selama memiliki anak tunagrahita, suami mendengarkan apa yang ibu ceritakan. Dukungan instrumen yang ibu dapatkan tergolong sedang hal tersebut karena suami mendampingi saat ibu merasa kesulitan merawat anak tunagrahita dan suami mengutamakan pendidikan anak. Dukungan informasi yang ibu dapatkan tergolong sedang hal tersebut karena ibu mendapat saran dan informasi mengenai cara mengasuh anak tunagrahita, bertanya pada guru di sekolah mengenai perkembangan anak, dan saling menceritakan pengalaman pengasuhan dengan ibu yang memiliki anak tunagrahita. Dukungan self-esteem tergolong sedang yang didapat ibu, hal tersebut dikarenakan ada yang percaya dengan kemampuan ibu dalam mengasuh anak tunagrahita, semua yang ibu kerjakan dianggap penting, dan memberikan dorongan saat ibu merasa putus asa dalam mengasuh anak tunagrahita. Keseluruhan dukungan sosial yang didapat, lebih dari separuh ibu termasuk dalam kategori sedang. Hal tersebut menunjukkan bahwa orang disekitar ibu cukup peduli dengan kondisi ibu. Tabel 3 Sebaran keluarga berdasarkan kategori dukungan sosial Emosional
Instrumen
Informasi
Self esteem
0,0
6,0
2,0
4,0
Dukungan sosial total 0,0
Sedang (33,4-66,6)
30,0
82,0
74,0
52,0
56,0
Tinggi (66,7-100)
70,0
12,0
24,0
44,0
44,0
Total
100
100,0
100,0
100,0
100,0
Kategori Rendah (0-33,3)
Min-maks Rataan±SD
46-100
20-80
33-86
20-93
39-85
76,86±15,851
55±13,417
61,04±12,463
64,7±15,798
64,32±9,821
Strategi Koping Berdasarkan hasil penelitian dalam Tabel 4 menunjukkan bahwa lebih dari separuh ibu (54%) menggunakan koping yang berfokus pada masalah dengan kategori tinggi. Hal tersebut karena ibu mengobrol dengan sesama ibu yang memiliki anak tunagrahita (64%), dan merencanakan segala kebutuhan anak tunagrahita agar anak sejahtera sama halnya dengan anak normal lainnya (66%). Selain menggunakan koping yang berfokus pada masalah ibu juga menggunakan koping fokus pada emosi dengan kategori tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa ibu yakin bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan anugerah Tuhan yang harus di syukuri (80%), ibu berpikiran positif bahwa dengan dikaruniai anak tunagrahita Tuhan sedang melatih kesabaran (76%), mengambil hikmah atas kelahiran anak tunagrahita (82%), ibu yakin bahwa setiap masalah pasti memiliki solusi (84%), dan berusaha tidak menyerah pada keadaaan (96%) (Lampiran 2). Keseluruhan strategi koping yang dilakukan ibu berada dalam kategori tinggi. Antusias yang tinggi diantara beberapa ibu dalam mengikuti sosialisasi yang diadakan sekolah, pengajian, dan terapi dengan psikolog untuk anak membuat ibu tidak begitu stres dalam menghadapi anak. Para ibu begitu tertarik terhadap
12
perkembangan anak melalui diskusi dengan guru, saling mengobrol berbagi pengalaman dengan ibu yang memiliki anak tunagrahita, dan aktif bertanya dengan psikolog saat anak melakukan terapi. Sejalan dengan penelitian Kumar (2008) bahwa orangtua yang menghadiri seminar dan lokakarya dapat meningkatkan strategi koping dalam mengatasi dan menangani masalah anak dengan sukses. Namun terdapat beberapa ibu yang memiliki rasa keingintahuan yang kurang mengenai perkembangan anak disekolah maupun respon mengenai diadakannya terapi gratis bagi anak, sehingga anak tidak tuntas dalam melakukan terapi. Hal ini disebabkan sebagian ibu yang bekerja. Tabel 4 Sebaran keluarga berdasarkan kategori strategi koping Koping fokus pada masalah 0
Koping fokus pada emosi 0,0
Sedang (33.4-66.6)
46,0
10,0
16,0
Tinggi (66.7-100)
54,0
90,0
84,0
100,0
100,0
100,0
Kategori Rendah (0-33.3)
Total
Strategi koping total 0,0
Min-maks
35-92
57-100
53-96
Rataan±SD
68,56±12,911
88,88±13,148
78,7±10,706
Interaksi Ibu dengan Anak Interaksi antara ibu dengan anak tunagrahita sangat diperlukan agar ibu mengetahui segala sesuatu yang terjadi pada anak dan untuk merespon kebutuhan anak. Interaksi ibu dibagi dalam empat dimensi yaitu ekspresi wajah, ekspresi bicara, ekspresi kasih sayang, dan pengendalian disiplin. Ekspresi wajah merupakan mimik wajah ibu dan respon ketika ibu berinteraksi dengan anak. Ekspresi wajah yang ditunjukkan ibu berdasarkan hasil penelitian berada dalam kategori tinggi. Ibu selalu memandang wajah anak ketika sedang berbicara (72%), ibu tersenyum ketika anak memperlihatkan perbuatan baik (86%), ibu tidak pernah kaku saat anak menunjukkan keberhasilannya (78%), tetapi ibu menunjukkan ekspresi marah ketika anak mengganggu ibu saat bekerja (78%). Ekspresi bicara merupakan intonasi, jawaban, dan respon ibu terhadap anak saat berkomunikasi. Ekspresi bicara termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini disebabkan karena ibu menjawab pertanyaan anak dengan segera (74%) dan ibu berbicara dengan lembut (88%). Ekspresi kasih sayang merupakan ungkapan rasa cinta ibu kepada anak melalui sentuhan, perlindungan, pelukan pendekatan posisi tubuh kepada anak. Ekspresi kasih sayang ibu kepada anak berada dalam kategori tinggi. Ibu melindungi anak ketika mendapat perlakuan berbeda dari keluarga atau tetangga (90%), ibu mengelus anak sebagai pujian (74%), ibu mendatangi anak dengan segera (76%), ibu memeluk anak ketika anak merasa takut atau sedih (54%), dan ibu mengucapkan kata-kata sayang (66%). Pengendalian disiplin ibu kepada anak tunagrahita berada dalam kategori sedang. Hal ini dikarenakan ibu jarang memarahi anak saat anak tidak menuruti perintah (88%), ibu jarang melarang anak secara fisik (58%), dan ibu sering
13
memberikan contoh (80%) (Lampiran 3 ). Sebagian besar ibu memiliki interaksi yang tinggi dengan anak. Tabel 5 Sebaran keluarga berdasarkan kategori interaksi ibu dengan anak Kategori
Pengendalian disiplin
Interaksi total
0
10,0
0
36,0
22,0
76,0
26,0
86,0
64,0
78,0
14,0
74,0
100,0
100
100,0
100,0
100,0
Ekspresi wajah
Ekspresi bicara
0
0
14,0
Rendah (033.3) Sedang (33.466.6) Tinggi (66.7100) Total Min-maks Rataan±SD
Ekspresi kasih sayang
50-100
37-100
50-100
33-100
50-88
80,44±10,723
68,82,±14,608
76,54±13,362
61,28±15,434
71,66±9,718
Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Strategi Koping Hasil penelitian berdasarkan analisis korelasi Pearson pada Tabel 6 menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara dukungan emosional dengan koping fokus pada masalah (p<0,01). Artinya semakin tinggi dukungan emosional yang diterima ibu maka semakin tinggi koping fokus pada masalah yang dilakukan ibu. Dukungan informasi berhubungan positif signifikan dengan koping fokus pada masalah (p<0,01). Hal ini berarti bahwa semakin tinggi dukungan informasi yang diterima ibu maka semakin tinggi pula koping fokus pada masalah yang dilakukan ibu. Dukungan self-esteem berhubungan positif signifikan dengan koping fokus pada masalah (p<0,01) dan strategi koping total (p<0,05), yang berarti bahwa semakin tinggi dukungan self-esteem yang diterima ibu maka semakin tinggi pula koping fokus pada masalah dan strategi koping total yang dilakukan ibu. Dukungan sosial total berhubungan positif signifikan dengan koping fokus pada masalah (p<0,01). Artinya bahwa semakin tinggi dukungan sosial total yang diterima ibu maka semakin tinggi pula koping fokus pada masalah yang dilakukan ibu. Tabel 6 Nilai koefisien korelasi Pearson dukungan sosial dengan strategi koping Variabel Dukungan emosional Dukungan instrumen Dukungan informasi Dukungan selfesteem Dukungan sosial total
Koping fokus pada masalah 0,386 **
Koping fokus pada emosi -0,130
Strategi koping total
0,039
-0,163
-0,081
0,373 ** 0,447 **
-0,253 0,124
0,068 0,344 *
0,473 **
-0,131
0,201
Keterangan: *=signifikan pada p<0,05; **=signifikan pada p<0,01
0,148
14
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Ibu dengan Anak Berdasarkan analisis regresi pada Tabel 7 menunjukkan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi interaksi ibu terhadap anak adalah usia anak, status pekerjaan ibu, dan pendapatan keluarga berpengaruh positif dan signifikan. Artinya bahwa setiap kenaikan satu satuan usia anak maka akan menurunkan interaksi ibu dengan anak, setiap kenaikan satu satuan ibu yang bekerja maka akan menurunkan interaksi ibu dengan anak, dan setiap kenaikan satu satuan pendapatan keluarga maka akan meningkatkan interaksi ibu dengan anak. Nilai koefisien determinasi (Adjusted R2) yang diperoleh adalah 0,379. Artinya bahwa sebesar 37,9 persen variabel dependen (interaksi ibu) dipengaruhi oleh usia anak, status pekerjaan ibu ,dan pendapatan total, sisanya sebesar 62,1 persen dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Tabel 7 Hasil analisis regresi karakteristik orang tua, karakteristik anak, dukungan sosial, dan strategi koping ibu terhadap interaksi ibu dengan anak Variabel Konstanta Usia anak (tahun) Jenis kelamin (0=lakilaki, 1=perempuan) Besar Keluarga (orang) Usia ibu (tahun) Lama pendidikan ibu (tahun) Status pekerjaan ibu (0= tidak bekerja, 1= bekerja) Pendapatan keluarga (Rp/1000000) Dukungan sosial total Strategi koping F R square Adjusted R2 Sig
Tidak Terstandarisasi 96,225 -1,240
Terstandarisasi
Sig. 0,000
-0,272
0,030 *
-2,313
-0,120
0,316
-1,878
-0,167
0,174
0,049
0,036
0,787
-0,517
-0,186
0,237
-13,723
-0,654
0,000 **
1,215
0,345
0,036*
0,054 -0,033
0,054 -0,036 4,318 0,493 0,379 0,001 **
0,678 0,762
Keterangan: *=signifikan pada p<0,05; **=signifikan pada p<0,01
PEMBAHASAN Memiliki anak dengan kebutuhan khusus salah satunya tunagrahita tidaklah mudah untuk mengasuhnya. Kesulitan anak dalam berinteraksi dengan lingkungan dan mental yang tidak sempurna membuat orang disekitar khususnya ibu harus benar-benar memahami kondisi anak tersebut. Dukungan sosial sangat diperlukan oleh para ibu yang memiliki anak tunagrahita karena dukungan sosial memberi arti yang sangat penting bagi ibu terhadap beban atau stres yang dihadapi ibu karena kondisi anak yang tidak
15
sempurna secara mental serta adanya cemooh dari tetangga maupun keluarga besar yang tidak memahami kondisi ibu. Dukungan sosial dari sekitar yang diterima ibu cukup baik. Keseleruhan total dukungan sosial yang diterima ibu berada dalam kategori sedang. Sumber dukungan sosial yang paling sering diperoleh berasal dari keluarga yaitu suami. Sejalan dengan penelitian Houtson (1991) bahwa dukungan dari suami seperti yang diungkapkan oleh ibu dari anakanak tunagrahita merupakan faktor pendukung paling penting pada keluarga yang memiliki anak dengan keterbelakangan mental. Keluarga merupakan sumber dukungan yang paling utama karena keluarga merupakan orang terdekat dan selalu ada ketika individu membutuhkan pertolongan. Gove et al. (1990) menyatakan bahwa dukungan sosial dapat memberikan kekuatan dan mengurangi kesulitan seseorang dalam menjalani kehidupannya. Berdasarkan hasil penelitian, koping fokus pada masalah maupun koping fokus pada emosi berada pada kategori tinggi. Keseluruhan strategi koping yang dilakukan ibu tergolong tinggi. Hal ini membuktikan bahwa koping yang dilakukan ibu sangat baik dan mampu mengatasi masalah yang dihadapi contoh. Sejalan dengan hasil penelitian Moawad (2012) bahwa hampir sebagian besar ibu menggunakan lebih dari satu cara dalam koping menghadapi anak disabilitas dengan mencari dukungan sosial seperti mencari pertolongan teman dan dukungan dari teman-teman. Interaksi yang terjadi antara ibu dengan anak tergolong tinggi. Ekspresi wajah, ekspresi bicara,ekspresi kasih sayang yang tergolong tinggi. Ekspresi wajah digunakan agar ibu dapat memberi respon yang mudah diketahui anak. Sedangkan ekspresi bicara tergolong tinggi, karena anak tunagrahita tidak bisa hanya dengan satu kali dalam berkomunikasi, terkadang anak membutuhkan pengulangan agar anak mengerti. Ekspresi kasih sayang tergolong tinggi. Meskipun anak mengalami keterbelakanagn mental tetapi ibu tidak membedabedakan dengan anak normal. Sejalan dalam penelitian Thengal (2013) bahwa terdapat perasaan cinta yang kuat dan penerimaan terhadap anak-anak cacat mental. Pengendalian disiplin yang ibu terapkan tergolong sedang hal ini dikarenakan anak tidak bisa dikendalikan seperti anak normal, meskipun ibu sudah berusaha maksimal namun anak tersebut tidak boleh dipaksa dalam pengendalian disiplin. Hasil penelitian antara dukungan sosial dengan strategi koping menemukan adanya hubungan yang positif signifikan antara dukungan emosional, instrumen, dan dukungan self-esteem dengan koping fokus pada masalah. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik dukungan sosial yang diterima ibu maka akan semakin baik pula koping fokus pada masalah yang digunakan ibu. Sesuai dengan pernyataan Tati (2004) bahwa mengatasi masalah yang dihadapi dengan melakukan strategi koping dapat dibantu dengan adanya dukungan sosial. Purnomosari (2004) menyebutkan bahwa dukungan sosial yang positif akan membuat ibu dapat melaksanakan tugas dan perannya dalam mengelola rumah tangga dengan baik. Namun dukungan emosional, dukungan instrumen, dan dukungan self-esteem berhubungan negatif dengan koping fokus pada emosi karena koping fokus pada emosi merupakan sikap pasrah dalam menerima keadaan dan tidak dapat merubah situasi, sehingga apabila ibu mendapat dukungan emosional, dukungan instrumen, dan dukungan self-esteem yang tinggi maka sikap pasrah tersebut berkurang karena ibu akan melakukan upaya-upaya
16
untuk mengurangi stres yang dialami. Sejalan dengan pernyataan Smet (1994) rasa aman yang timbul dengan adanya penerimaan dukungan sosial akan membuat individu tersebut melakukan partisipasi aktif, eksplorasi, dan eksperimentasi dalam kehidupan yang akhirnya meningkatkan rasa percaya diri, keterampilanketerampilan, dan strategi menghadapi masalah. Berdasarkan hasil analisis regresi menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi ibu dengan anak adalah usia anak, status pekerjaan ibu, dan pendapatan keluarga. Semakin bertambah usia anak maka akan menurunkan interaksi ibu dengan anak. Status ibu yang bekerja akan mengurangin intensitas interaksi ibu dengan anak. Sejalan dengan penelitian Sukardi (2011) bahwa ibu yang bekerja biasanya memiliki alokasi waktu yang lebih sedikit dalam berinteraksi dengan anak. Semakin tinggi pendapatan orang tua maka interaksi ibu semakin tinggi. Sejalan dengan penelitian Sukardi (2011) bahwa keluarga yang memiliki ekonomi yang mapan akan berpeluang untuk memberikan pengasuhan yang lebih baik dan mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak. Semakin banyak anggota keluarga dalam suatu keluarga maka interaksi ibu dengan anak akan berkurang karena fokus ibu terbagi dengan anak yang lain. Hal ini sesuai dengan penelitian Saputra (2010) yang menunjukkan bahwa besar keluarga akan mempengaruhi perhatian orang tua kepada anak, semakin besar keluarga maka semakin sedikit perhatian yang diperoleh dari orang tua. Pendidikan ibu berpengaruh negatif terhadap interaksi ibu karena semakin lama ibu menempuh pendidikan maka ibu akan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik sehingga waktu berinteraksi dengan anak menjadi berkurang. Semakin baik dukungan sosial yang diterima ibu maka interaksi dengan anak akan semakin baik. Sejalan juga dengan penelitian Barakat & Linney (1992) bahwa dukungan dari pasangan, teman, dan keluarga memiliki efek positif pada adaptasi yang sehat di kalangan keluarga. Koping yang dilakuan ibu berpengaruh negatif dengan interaksi ibu. Sejalan dengan penelitian Hastuti et al. (2008) ibu yang mengalami stres akan merasa gelisah dan emosi yang tidak stabil sehingga menurunkan perhatian dan kualitas pengasuhan. Keterbatasan dalam penelitian ini peneliti belum meneliti tingkat stres ibu sesuai tingkat tunagrahita anak. Observasi untuk melihat interaksi ibu dengan anak kurang mendalam karena hanya dengan wawancara dan sedikit pengamatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan non probability sampling sehingga terkadang dapat menyebabkan bias.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dukungan sosial yang diterima ibu yang berada pada kategori tinggi yaitu dukungan emosional sedangkan dukungan instrumen, dukungan informasi, dan dukungan self-esteem berada pada kategori sedang. Keseluruhan dukungan sosial yang diterima ibu berada pada kategori sedang. Keseluruhan strategi koping yang ibu gunakan baik. Interaksi ibu yang berada dalam kategori tinggi yaitu ekspresi bicara dan ekspresi kasih sayang. Ekspresi wajah dan pengendalian disiplin berada dalam kategori sedang. Keseluruhan dimensi interaksi menunjukkan
17
bahwa interaksi ibu berada dalam kategori yang baik. Semakin tinggi dukungan sosial yang ibu terima akan meningkatkan koping fokus masalah yang dilakukan ibu dan menurunkan koping fokus emosi yang dilakukan ibu. Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi ibu dengan anak adalah usia anak, status pekerjaan ibu, dan pendapatan keluarga. Saran Bagi keluarga yang memiliki anak tunagrahita diharapkan lebih aktif mencari informasi terkait pengasuhan anak tunagrahita, banyak memberikan kekuatan pada ibu, dan lebih peduli dengan kondisi anak melihat berdasarkan data bahwa dukungan sosial yang diterima ibu masih dalam kategori sedang. Bagi para ibu hendaknya lebih aktif untuk menanyakan ataupun berdiskusi dengan guru di sekolah mengenai perkembangan dan pencapaian anak selama di kelas. Sebaiknya pemerintah lebih memperhatikan anak-anak tunagrahita dengan lebih sering mengadakan terapi dengan menyediakan banyak terapis.
18
DAFTAR PUSTAKA Atirah. 2011. Analisis Dukungan Sosial, Interaksi Suami-Istri, dan Kualitas Perkawinan pada Keluarga tenaga Kerja Wanita (TKW) (Studi Kasus di desa Padaasih, Kecamatan Cisaat, Sukabumi Jawa Barat) [skripsi]. Bogor (ID). Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor. Badan Pusat Statistik (BPS). 2013. Data Kemiskinan Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik. Barakat LP & Linney JA. 1992. Children with physical handicaps and their mother: The interrelation of social support, maternal adjustment, and child adjustment. Journal of Pediatric Psychology. 17: 725-739 Bristol MM, Ghallager JJ, Schopler E. 1988. Mothers and fathers of young developmentally disabled and nondisabled boys: Adaptation and spousal support. Journal of Developmental Psychology. 24: 441-451. Coyne J, Aldwin C, & Lazarus R. 1981. Depression and Coping In Stressfull Episodes. Journal of Abnormal Psychology. Vol. 50, No. 2, 234-254. Cutrona.1996. Social Support in Couples. California: Sage Publication Inc. Djakiman R. 2013. Hubungan dukungan sosial, tingkat religiusitas dengan kepuasan hidup lansia pria dan wanita [skripsi]. Bogor (ID). Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor. Emerson E. 2003. Mothers of children and adolescents with intelectual dissability: social and economic situation, mental health status, and the self-assessed social and psycological impact of the child’s difficulties. Journal of Intellect Dissability. 47: 52-56. Fitriani. 2010. Kajian Modal Sosial, Dukungan Sosial, dan Ketahanan Keluarga Nelayan di Daerah Rawan Bencana [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Fisher MA.1987. Mother-child interaction in preverbal children with Down Syndrome. Journal Of Speech and Hearing Disorder. 52, 179-190. Folkman & Lazarus. 1984. Stress Appraisal and Coping. New York: Springer Publishing Company. Gove WR, Style CB, Hughes M. 1990. The effect of marriage on the well-being of adults: A theoretical analysis. Journal of Family Issues, 11(1), 4-35. Goldsmith. 1996. Resource Management for Individual and Families. USA: West Publishing Company. Greene RR. (2007). Social work practice: A risk and resilience perspective. Belmont, CA: Thomson Brooks/Cole. Gunarsa SD & Gunarsa SD. 1995. Psikologi Praktis : Anak, Remaja, dan Keluarga. Jakarta: Gunung Mulia. _______________________. 2006. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Gunung Mulia Hamid AYS. 1983. Child Family Characteristic and Coping Patterns of Indonesian Family with A Mentally Retardad child [Dissertation]. Washington DC: Chatolic University of america.
19
Hastings R. & Brown T. 2002. Behaviour problems of children with autism, parental self efficacy and mental health. American Journal of Mental Retardation, 107, 222-232. Hastuti D, Syarif H, Megawangi R, Suprihatin G, Patmonodewo S. 2008. Karakteristik keluarga, interaksi ibu-anak, dan pengasuhan serta pengaruhnya pada tumbuh kembang anak di Bogor dan Depok. Media Gizi dan Keluarga. 32 (1):42-55. Harwood RH, Sayer AA, Hirscfeld M. 2004. Current and Future Worldwide Prevalence of Dependency, Its Relationship to Total Population, and Dependency Ratios. Bull World Organ. Hendriani W, Handariyati R, Sakti TM. 2006. Penerimaan keluarga terhadap individu yang mengalami keterbelakangan mental. Insan. 2: 100-111. Houtser. 1991. A comparison of psychological stress and coping by fathers of adolescents with mentally retarded and fathers of adolescents without mentally retarded. Research in developmental disabilities, Psychological Abstracts. 12: 251-260. Maryam S. 2007. Strategi Koping Keluarga yang Terkena Musibah Gempa dan Tsunami di Provinsi Nangro Aceh Darussalam [Tesis]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana IPB Mawardah U, Siswati, Hidayati F. 2012. Relationship between Active Coping with Parenting Stress in Mother of Mentally Retarded Child. Jurnal Psikologi. 1(1): 1-14. Moawad. 2012. Coping strategies of mothers having children with special needs. Journal of Biology, agriculture, and Healthcare .Vol 2 (8): 77-84. Napolion TK. 2010. Pengalaman keluarga dalam merawat anak tunagrahita di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor barat Kota Bogor 2010: studi fenomenologi [tesis]. Depok (ID). Program Pasca Sarjana Ilmu Keperawatan. Fakultas Ilmu Keperawatan. Universitas Indonesia Nurillah H. 2013. Strategi koping, tekanan ekonomi, dan ketahanan keluarga di kawasan kumuh [skripsi]. Bogor (ID). Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor. Peshwaria R & Ganguli R. 1995. Families having person with mental retardation Project Report, NIMH, Secunder abad. Safaria. 2005. Autisme Pemahaman Baru untuk Hidup Bermakna bagi Orangtua. Yogyakarta: Graha Ilmu. Saputra L.E. 2010. Pengaruh gaya pengasuhan orang tua dan kecerdasaran emosional terhadap perilaku bullying remaja sekolah menengah pertama [skripsi]. Bogor (ID): Departemen Ilmu keluarga dan Konsumen. Fakultas Ekologi Manusia. IPB Smet B.1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: Grasindo Sukardi A. 2011. Kajian riwayat perkembangan anak,sensitivitas dan kelekatan ibu terhadap anak usia 3-5 tahun dikampung adat Urug, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID). Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Tati. 2004. Pengaruh tekanan ekonomi keluarga, dukungan sosial, dan kualitas perkawinan terhadap pengasuhan anak [tesis]. Bogor (ID). Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.
20
Thengal N. 2013. Attitude of parents and family members towards their mentally retarded children in Assam. International journal of behavioral social and movement science. Vol (2): 1-15. Townsend C.M. (2003). Psychiatric Mental Healt Nursing : Concepts of Care.Fourth Edition. Philadelphia: Davis Company. Venkatest Kumar. 2008. Psychological stress and coping strategies of parents of mentally challenge children. Journal of The Indian Academy of Apllied Psychology. 34: 227-231. Wong, Donna L. (2004). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4. Jakarta : EGC.
21
LAMPIRAN
22
Dukungan Sosial Lampiran 1 Sebaran keluarga berdasarkan jawaban pernyataan dukungan sosial
No.
1. 2.
3. 4. 5.
1.
2.
3. 4. 5. 1. 2.
3. 4. 5.
1. 2. 3. 4.
Pernyataan Dukungan emosional Suami mendengarkan apa yang saya ceritakan. Saya memiliki teman untuk berbagi suka dan duka yang saya rasakan selama memiliki anak tunagrahita. Saya merasa orang-orang di sekitar saya siap mendengarkan curahan hati saya. Saya merasa orang di sekitar saya siap untuk diajak bertukar pikiran. Keluarga maupun tetangga berupaya memperlihatkan kepedulian kepada saya. Dukungan instrumental Suami mendampingi saat saya merasa kesulitan merawat anak saya yang mengalami tunagrahita. Jika saya mengalami kesulitan keuangan untuk membiayai pendidikan dan kebutuhan anak, ada keluarga maupun tetangga yang meminjamkan uang kepada saya. Bila saya pergi ada yang membantu menjaga anak saya. Suami menemani anak saat anak sedang belajar. Suami mengutamakan pendidikan anak. Dukungan informasi Saya mendapat saran dan informasi mengenai cara mengasuh anak tunagrahita. Saya diingatkan agar selalu sabar dan tidak membeda-bedakan antara anak saya yang mengalami tunagrahita dengan anak saya yang normal. Bertanya kepada guru di sekolahnya mengenai perkembangan anak saya. Saling menceritakan pengalaman pengasuhan dengan ibu yang memiliki anak tunagrahita Ada yang dipercaya membantu memcahkan masalah Dukungan self esteem Memberikan pujian atas hal yang saya lakukan. Ada yang percaya dengan kemampuan saya dalam mengasuh dan merawat anak Semua yang saya kerjakan dianggap penting Senantiasa berbuat sesuatu untuk menghargai
1 %
2 %
3 %
4 %
4,0
10,0
16,0
70,0
0,0
6,0
64,0
34,0
0,0
12,0
60,0
30,0
0,0
8,0
63,0
30,0
0,0
10,0
38,0
52,0
4,0
12,0
12,0
72,0
44,0 28,0
28,0
0,0
38,0 22,0
38,0
2,0
34,0 40,0
16,0
10,0
2,0
0,0
6,0
92,0
4,0
38,0
48,0
10,0
2,0
22,0
62,0
14,0
4,0
52,0
40,0
4,0
2,0
20,0
76,0
2,0
0,0
10,0
34,0
56,0
13,0 25,0
24,0
0,0
2,0
10,0
18,0
70,0
4,0 8,0
24,0 36,0
26,0 46,0
46,0 10,0
23
5.
saya Memberikan dorongan saat saya merasa putus asa dalam mengasuh anak
0,0
0,0
50,0
50,0
Keterangan: 1. Tidak pernah; 2. Kadang-kadang; 3. Sering ; 4. Selalu
Strategi Koping Lampiran 2 Sebaran keluarga berdasarkan jawaban pernyataan dukungan sosial
No
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
. 1.
2.
3.
4. 5. 6.
7.
Pernyataan
Koping Fokus pada Masalah Berdoa pada Tuhan. Mengobrol dengan sesama ibu yang memiliki anak tunagrahita. Berdiskusi dengan guru saat mengalami kesulitan merawat anak. Meminta bantuan suami, keluarga besar, teman, maupun tetangga. Berkumpul dengan keluarga saat merasa jenuh. Mengikuti segala kegiatan yang berhubungan dengan anak tunagrahita Merencanakan segala sesuatu kebutuhan anak agar anak sejahtera sama halnya seperi anak normal lainnya. Koping Fokus pada Emosi Yakin bahwa segala sesuatu yang terjadi pada saya merupakan anugerah Tuhan yang harus saya syukuri. Berpikir positif bahwa dengan anak saya mengalami tunagrahita, Tuhan sedang melatih kesabaran saya. Saya percaya bahya keluarga dan teman saya dapat membantu saya jika saya kesulitan dalam merawat anak tunagrahita Saya percaya bahwa semua masalah yang ada pasti memiliki solusinya. Saya mencoba mengambil hikmah atas kelahiran anak tunagrahita. Saya selalu menikmati setiap tahap perkembangan anak saya meskipun anak saya berbeda dengan anak normal. Berusaha tidak menyerah pada keadaan.
Keterangan: 1= tidak digunakan; 2=sedikit digunakan; 3=banyak digunakan
1 (%)
2 (%)
3 (%)
0,0
34,0
33,0
2,0
34,0
64,0
2,0
58,0
40,0
5,0
29,0
38,0
32,0
40,0
28,0
10,0
60,0
30,0
4,0
30,0
66,0
0,0
20,0
80,0
0,0
24,0
76,0
6,0
34,0
60,0
0,0
16,0
84,0
0,0
18,0
82,0
0,0
22,0
78,0
0,0
4,0
96,0
24
Interaksi Ibu dengan Anak Lampiran 3 Sebaran keluarga berdasarkan jawaban pernyataan interaksi ibu dengan anak
No.
Sensitivitas Ibu
1 (%)
2 (%)
3 (%)
0,0
28,0
72,0
6,0
78,0
16,0
0,0
14,0
86,0
0,0
22,0
78,0
18,0
70,0
12,0
0,0
12,0
88,0
16,0
72,0
12,0
0,0
26,0
74,0
0,0
10,0
90,0
0,0
26,0
74,0
0,0
24,0
76,0
0,0
32,0
68,0
6,0
52,0
42,0
0,0
46,0
54,0
0,0
34,0
66,0
52,0
28,0
20,0
Ekspresi Wajah 1. 2. 3. 4.
1. 2. 3. 4.
1.
2. 3. 4.
5. 6. 7. 8.
Ibu memandang wajah anak ketika sedang berbicara Ibu menunjukkan ekspresi marah ketika anak mengganggu ibu saat bekerja Ibu tersenyum ketika anak memperlihatkan perbuatan baik Ibu tidak berekspresi/kaku/dingin saat anak menunjukkan keberhasilannya Ekspresi Bicara Ibu berbicara dengan nada suara tinggi saat menyuruh anak melakukan sesuatu Ibu berbicara dengan lembut Ibu membentak anak ketika anak merengek-rengek meminta sesuatu Ibu dengan segera menjawab saat anak bertanya Ekspresi Kasih Sayang Ibu melindungi anak saat anak medapat perlakuan berbeda dari keluarga maupun tetangga Ibu menyentuh/mengelus anak sebagai pujian Ibu mendatangi anak dengan segera saat anak memangil-manggil ibu Ibu membungkuk/menunduk/mendekatkan tubuh agar setara dengan anak ketika berbicara Ibu menggandeng anak ketika berjalan bersama Ibu memeluk anak ketika anak merasa takut atau sedih Ibu mengucapkan kata-kata sayang Ibu memiliki panggilan kesayangan Pengendalian disiplin
1. 2. 3.
Ibu memarahi saat anak tidak menuruti perintah Ibu melarang anak secara fisik
8,0
88,0
4,0
24,0
58,0
18,0
Ibu memberi contoh
0,0
20,0
80,0
Keterangan: 1= tidak pernah; 2= jarang; 3= sering
25
Lampiran 4 Hasil korelasi antar variabel karakteristik anak dan ibu, dukungan sosial, strategi koping, dan interaksi ibu dengan anak Lama Variabel Usia Jenis Urutan Besar Usia ibu pendidikan pekerjaan ibu Pendapatan Dukungan anak kelamin anak keluarga ibu keluarga sosial Usia anak
1
Jenis kelamin
-0,076
1
Urutan anak
0,168
-0,083
1
Besar keluarga
0,109
-0,187
0,335*
Usia ibu Lama pendidikan ibu
0,233
0,045
0,377
-0,167
-0,132
Pekerjaan ibu Pendapatan keluarga Dukungan sosial
0,070
**
Strategi koping
Interaksi ibu
1 0,016
1
-0.436**
-0,026
-0,190
1
-0,044
-0,145
-0,071
0,152
0,142
1
0,087
-0,160
-0,014
-0,194
0,181
0,502**
0,377**
1
-0,144
0,173
-0,087
0,037
0,227
0,042
-0,354*
-0,099
1
Strategi koping
-0,144
0,040
-0,068
0,071
0,037
0,249
-0,051
0,151
0,201
1
Interaksi ibu
-0,144
0,046
0,125
0,004
0,178
0,023
-0,408**
0,145
0,151
-0,017
1
26
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Cilacap, 05 November 1992 dari ayah, Wasis, S.Sos dan Ibu, Dewi Murniasih. Penulis merupakan putri kedua dari dua bersaudara. Tahun 2008 penulis meraih peringkat keempat dalam Olimpiade Kebumian Tingkat Kabupaten Cilacap. Tahun 2010 penulis lulus dari SMAN 1 Cilacap dan penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) 2010 dan diterima di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia. Selama mengikuti perkuliahan Penulis mengikuti organisasi HIMAIKO (20112012) sebagai sekretaris divisi english club. Penulis juga aktif berpartisipasi dalam kepanitiaan dalam acara FNC Day ( Family and Consumer) 2012, panitia masa perkenalan departemen 2012 dan panitia dalam kegiatan LES (Leadership and Enterpreneurship School) IPB 2013.