DUKUNGAN KELUARGA DAN PRAKTIK PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS PUCANG SEWU Devi Ayu Hedianti1, Sri Sumarmi2, Lailatul Muniroh2 Email :
[email protected]
ABSTRACT Exclusive breastfeeding role to optimize growth and development of infant. Factors affecting exclusive breastfeeding among others level of knowledge the family and family support in exclusive breastfeeding. This research aimed was to analyze the relation of family support and exclusive breastfeeding in Pucang Sewu Public Health Center. This research is observational analytic research with cross sectional method. The sample of this study are all mothers who have infants aged 7 – 12 months was done by using simple random sampling method with 53 respondents. The result showed there is a relation between support informational (p=0,007), support of assesment (p=0,012), emotional support (p=0,000) with exclusive breastfeeding, but not so with instrumental support (p=0,140). A member of the greatest role in providing suppot is the husband and parents. It is concluded that mothers with good family support likely to breastfeed exclusively. It is therefore recommended exclusive breastfeeding counseling are devoted exclusively to the family.
Keywords : level of knowledge the family, exclusive breastfeeding, family support
ABSTRAK Pemberian ASI eksklusif berperan dalam mengoptimalkan tumbuh kembang bayi. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif antara lain adalah tingkat pengetahuan keluarga dan dukungan keluarga. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Pucang Sewu. Penelitian ini menggunakan pendekatan potong lintang. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi berusia 7 – 12 bulan dan diambil secara simple random sampling yaitu sebesar 53 responden. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara dukungan informasional (p=0,007), dukungan penilaian (p=0,012), dan dukungan emosional (p=0,000) dengan pemberian ASI eksklusif, namun tidak demikian dengan dukungan instrumental (p=0,140). Anggota keluarga yang paling berperan dalam memberikan dukungan adalah suami dan orangtua. Kesimpulan penelitian ini adalah ibu dengan dukungan keluarga yang baik cenderung memberikan ASI eksklusif. Oleh karena itu disarankan terdapat penyuluhan ASI eksklusif yang ditujukan khusus kepada keluarga.
Kata kunci : tingkat pengetahuan keluarga, ASI eksklusif, dukungan keluarga.
PENDAHULUAN Kebutuhan zat gizi bayi yang berusia 0 – 6 bulan dapat dipenuhi dengan memberikan Air Susu Ibu (ASI) tanpa makanan atau minuman tambahan lain yang dikenal sebagai ASI eksklusif. Makanan dan minuman tambahan lain yang dimaksud antara lain bubur, nasi, buah, sayur, air putih, sari buah, dan makanan atau minuman lain selain ASI (Yuliarti, 2010).Keberhasilan pemberian ASI eksklusif antara lain dipengaruhi oleh usia ibu, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, status pekerjaan, jenis persalinan, Inisiasi Menyusu Dini (IMD), dan dukungan keluarga (Zakiyah, 2012; Juliastuti, 2011; Afifah, 2007). Keberhasilan menyusui dapat dipengaruhi oleh keluarga karena keluarga merupakan orang yang paling dekat dengan ibu dan dapat mempengaruhi keadaan emosi ibu maupun perilaku ibu dalam memberikan ASI. Keadaan emosi ibu dapat mempengaruhi terjadinya let down reflex. Keluarga dengan tingkat pengetahuan baik mengenai ASI eksklusif akan mendukung dan memotivasi ibu agar memberikan ASI eksklusif kepada bayi. Haryono dan Setianingsih (2014) menyatakan bahwa dukungan dari keluarga merupakan salah satu faktor keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Ibu yang mendapatkan dukungan dari keluarga dapat meningkatkan pemberian ASI, begitupula sebaliknya. Cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia baru mencapai 42% (WHO, 2015). Hal serupa ditemukan di tingkat kota berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2013, cakupan pemberian ASI eksklusif di kota Surabaya sebesar 60,52%.
Berdasarkan laporan Puskesmas Pucang Sewu, cakupan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Pucang Sewu pada tahun 2015 sebesar 49%. Hal tersebut mununjukkan bahwa capaian pemberian ASI eksklusif belum mencapai standar Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) tahun 2015 yaitu sebesar 80%. Berdasarkan hasil studi pendahuluan, Puskesmas Pucang sewu termasuk dalam 10 besar Puskesmas dengan cakupan ASI eksklusif terendah di kota Surabaya. Penyebab rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Pucang Sewu adalah rendahnya tingkat pengetahuan keluarga mengenai ASI eksklusif dan dukungan keluarga agar ibu memberikan ASI eksklusif masih kurang. Beberapa upaya yang telah dilakukan tenaga kesehatan di Puskesmas Pucang Sewu adalah memberikan penyuluhan mengenai ASI eksklusif kepada ibu hamil dan menyusui yang dilakukan pada saat kegiatan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dan kelas ibu hamil. Namun upaya yang dilakukan belum menghasilkan peningkatan cakupan pemberian ASI eksklusif sesuai target Kemenkes RI 2015 karena sasaran penyuluhan hanaya kepada ibu saja, belum kepada keluarga sehingga keluarga belum paham mengenai konsep ASI ekslusif. Ketidakpahaman keluarga menyebabkan dukungan yang diberikan kepada ibu agar ibu memberikan ASI eksklusif masih kurang. Oleh karena itu, diperlukan kajian penelitian tentang dukungan keluarga dan praktik pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Pucang Sewu. METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk dalam penelitian observasional analitik dengan metode pendekatan potong lintang. Populasi adalah seluruh ibu di wilayah kerja Puskesmas Pucang Sewu yang memiliki bayi berusia 7 – 12 bulan yaitu sebesar 115 orang dan didapatkan sampel sebesar 53 responden. Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan keluarga dan analisis statistik digunakan untuk menganalisis hubungan dukungan keluarga yang meliputi dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental, dan dukungan emosional dengan pemberian ASI eksklusif. HASIL
Berdasarkan Tabel 1 sebagian besar usia responden (50,9%) termasuk dalam kategori dewasa awal. Tingkat pendidikan sebagian besar responden (71,7%) adalah SMA/sederajat yang termasuk dalam kategori tinggi. Status pekerjaan sebagian besar responden (58,5%) adalah tidak bekerja. Jumlah anggota keluarga responden bekisar antara 3 – 7 orang dan termasuk dalam tipe keluarga nuclear family (keluarga inti). Sebagian besar responden (54,7%) melakukan persalinan secara caesar dan tidak melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Pemberian ASI Eksklusif Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu (71,7%) tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya namun masih ditemukan 28,3% ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.
Karakteristik Responden Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Pucang Sewu Tahun 2016 Karakteristik Responden Usia (Tahun) 17 – 25 (remaja akhir) 26 – 35 (dewasa awal) 36 – 45 (dewasa akhir) Tingkat Pendidikan SD SMP SMA/SMK Status Pekerjaan Tidak Bekerja Bekerja Tipe Keluarga Single Parent Nuclear Family Extended Family Jenis Persalinan
Jumlah Responden (n = 53) 15 (28,3%) 27 (50,9%) 11 (20,8%) 5 (9,4%) 10 (18,9%) 38 (71,7%) 31 (58,5%) 22 (41,5%) 1 (1,9%) 32 (60,4%) 20 (37,7%)
Normal Caesar Inisiasi Menyusu Dini Tidak Melakukan IMD Melakukan IMD
24 (45,3%) 29 (54,7%) 29 (54,7%) 24 (45,3%)
Tabel 2. Distribusi Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Pucang Sewu Tahun 2016 JumlahResponden (n=53) 38 (71,7%) 15 (28,3%)
Pemberian ASI Eksklusif Non Eksklusif Eksklusif
Tabel 3. Distribusi Responden berdasarkan Dukungan Keluarga dan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Pucang Sewu Tahun 2016
Dukungan Keluarga Dukungan Informasional Kurang Baik Dukungan Penilaian Kurang Baik Dukungan Instrumental Kurang Baik Dukungan Emosional Kurang Baik Dukungan Keluarga Kurang Baik Dukungan Keluarga
Pemberian ASI Non Eksklusif Eksklusif n N (n=38) (n=15)
p-value
36 (94,7%) 2 (5,3%)
10 (66,7%) 5 (33,3%)
0,007
29 (76,3%) 9 (23,7%)
6 (40,0%) 9 (60,0%)
0,012
5 (13,2%) 33 (86,8%)
0 (0,0%) 15 (100,0%)
0,140
33 (86.8%) 5 (13,2%)
5 (33,3%) 10 (66,7%)
0,000
26 (68,4%) 3 (20,0%) 0,001 12 (31,6%) 12 (80,0%) Tabel 4 menunjukkan bahwa dukungan keluarga kepada ibu agar ibu
memberikan ASI eksklusif kepada bayi masih kurang. Hasil uji statistik Chi Square menunjukkan ada hubungan antara dukungan informasional (p=0,007), dukungan penilaian (p=0,012), dan dukungan emosional (p=0,000) dengan
pemberian ASI eksklusif. Namun tidak demikian dengan dukungan instrumental (p=0,140) yang tidak berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif. Sebagian besar responden (80%) yang memberikan ASI eksklusif mendapatkan dukungan keluarga yang baik. Tabel 4 menunjukkan ada hubungan antara dukungan keluarga (p=0,001) dengan pemberian ASI eksklusif.
80.0% 67.9% 70.0% 60.0% 50.9% 50.9% 47.2% 47.2%50.9% 50.0% 35.8% 40.0% 32.1% 30.2% 26.4%24.5% 30.0% 22.6% 20.0% 10.0% 5.7% 1.9% 1.9%0.0% 1.9%0.0% 1.9%0.0% 0.0% Dukungan Dukungan Dukungan Dukungan Dukungan Informasional Penilaian Instrumental Emosional Keluarga Kerabat
Orangtua
Suami
Suami dan orangtua
Gambar 1. Kontribusi Anggota Keluarga dalam Memberikan Dukungan awal (26 – 35 tahun). Usia tersebut Gambar 1 menunjukkan bahwa merupakan usia yang produktif bagi ibu anggota keluarga yang paling berperan hamil dan ibu menyusui. Menurut Choirul dalam memberikan dukungan dari segi (2011) usia produktif bagi ibu hamil dan dukungan informasional dan dukungan menyusui adalah 20 – 35 tahun. Menurut penilaian adalah suami, sedangkan anggota Arini (2012) usia 35 tahun merupakan usia keluarga yang paling berperan dalam yang berisiko karena pada usia tersebut memberikan dukungan instrumental dan berkaitan erat dengan anemia gizi yang dukungan emosional adalah suami dan dapat mempengaruhi produksi ASI. orangtua. Secara keseluruhan aspek Tingkat pendidikan sebagian besar dukungan, anggota keluarga yang paling responden (71,7%) adalah SMA/sederajat berperan dalam memberikan dukungan dan termasuk dalam kategori tingkat adalah suami dan orangtua (67,9%). penddikan tinggi. Tingkat pendidikan keluarga khususnya ibu dapat PEMBAHASAN mempengaruhi status gizi keluarga terutama anak. Semakin tinggi tingkat Karakteristik Responden Responden di wilayah kerja pendidikan ibu, maka pengetahuan ibu Puskesmas Pucang Sewu sebagian besar mengenai gizi akan lebih baik (50,9%) termasuk dalam kategori dewasa dibandingkan dengan ibu yang tingkat
pendidikannya rendah. Jika ibu memiliki pengetahuan gizi yang kurang maka anak akan kurang mendapatkan perhatian khususnya tentang gizi anak dan hal tersebut dapat mempengaruhi status gizi anak. Hal ini sejalan dengan penelitian Rahmawati (2014) yang menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan dimana semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuannya. Wilayah kerja Puskesmas Pucang Sewu termasuk wilayah perkotaan dengan penduduk yang identik bekerja. Bekerja dapat menyita waktu bagi ibu yang memiliki keluarga. Ibu yang bekerja tidak memiliki banyak waktu dengan keluarga. Aktifitas ibu selama masa menyusui berpengaruh terhadap intensitas pertemuan antara ibu dengan anak sehingga ibu memiliki sedikit waktu untuk menyusui anaknya. Status pekerjaan sebagian besar responden (58,5%) adalah tidak bekerja yang berarti responden memiliki banyak waktu untuk keluarga. Seharusnya ibu yang tidak bekerja dapat memaksimalkan pemberian pemberian ASI kepada bayi selama 6 bulan pertama. Namun faktanya, cakupan pemberian ASI eksklusif masih rendah. Hal ini disebabkan karena beberapa responden tinggal dengan orangtua dan pemahaman orangtua tentang ASI eksklusif masih kurang. Saat bayi menangis terus, ibu merasa anak kelaparan dan orangtua menyarankan bayi diberikan makanan tambahan.Bagi ibu yang bekerja, pada saat bekerja, anak dititipkan ke orangtua sehingga ibu tidak memiliki banyak waktu untuk bertemu dengan bayi. Pada saat bayi dititpkan, orangtua responden cenderung memberikan makanan tambahan seperti pisang atau susu formula kepada bayi dengan alasan
lebih praktis dan agar bayi kenyang. Pemberian susu formula kepada bayi melalui botol dapat mempengaruhi produksi ASI (Swandari, 2012). Masyarakat Indonesia menganut tipe keluarga tradisional. Terdapat lima kelompok pada tipe keluarga tradisional yaitu nuclear family (keluarga inti) yang terdiri dari suami, istri, anak; extended family (keluarga besar) yang terdiri dari keluarga inti dan keluarga lain yang masih ada hubungan darah; keluarga dyad yang terdiri dari suami dan istri saja; single parent yang terdiri dari satu orang tua dan anak; keluarga usia lanjut yang terdiri dari suami istri berusia lanjut. (Achjar, 2010). Ibu yang memilih melakukan persalinan secara caesar sebagian besar karena merasa takut sakit dan cemas jika melakukan persalinan normal (Mochtar, 1998). Permintaan persalinan secara caesar hingga saat ini terus meningkat. Banyak faktor yang melatarbelakangi peningkatan persalinan sectio caesar ini, diantaranya yaitu karena ibu tidak mau merasa sakit. Penelitian di Brazil menyatakan bahwa keluarga dengan pendapatan lebih tinggi dan tingkat pendidikan lebih tinggi lebih sering memilih persalinan secara caesar (Behague dalam Sarmana, 2004). Menurut Depkes RI (2002) manfaat pemberian ASI sesegera mungkin setelah proses persalinan adalah dapat menghangatkan bayi karena terjadi kontak langsung antara ibu dan anak, dapat merangsang produksi ASI, dan mempererat hubungan batin antara ibu dan anak. Keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) salah satunya dipengaruhi oleh penolong persalinan.Banyak penolong persalinan yang tidak mendukung ibu melakukan IMD yang ditunjukkan saat bayi selesai dibersihkan, bayi dibawa ke ruangan bayi dan bayi diberi susu formula dengan tujuan
agar bayi tidak menangis terus. Bayi yang diberikan kesempatan melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD), kemungkinan berhasil mendapatkan ASI eksklusif akan lebih tinggi (Roesli, 2012). Isapan yang dilakukan oleh bayi dapat mempengaruhi kadar hormon prolaktin dimana hormon prolaktin dapat merangsang kelenjar susu untuk memproduksi ASI. Semakin sering ibu menyusui bayi dan semakin sering bayi menghisap, maka hormon prolaktin akan meningkat dan produksi ASI juga akan meningkat (Yuliarti, 2010). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden (54,7%) belum melakukan IMD. Sebesar 66,7% ibu tidak melakukan IMD karena ASI belum keluar. Sebesar 27,8% ibu tidak melakukan IMD karena pada saat setelah melakukan persalinan secara caesar, penolong persalinan mebawa bayi ke ruang bayi dan memberikan bayi ke ibu beberapa jam kemudian. Pada saat di ruang bayi, bayi sudah diberi susu formula oleh petugas kesehatan, sedangkan 5,6% ibu tidak melakukan IMD karena melahirkan bayi secara prematur. Hal ini menunjukkan kurangnya peran dan kurangnya informasi mengenai Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dari penolong persalinan dan petugas kesehatan di rumah sakit tersebut. Pemberian ASI Eksklusif ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan saat bayi berusia 0 – 6 bulan. ASI merupakan sumber gizi ideal dengan komposisi seimbang yang sesuai dengan kebutuhan bayi. Ibu dengan gizi kurang juga dapat memberikan ASI eksklusif dan bayi tidak akan kekurangan gizi (Roesli, 2007). Semakin sering ibu menyusui maka semakin sering bayi menghisap. Hal tersebut dapat meningkatkan hormon
prolaktin sehingga produksi ASI juga semakin meningkat. Pemberian ASI eksklusif dapat memberikan perlindungan terhadap infeksi gastrointestinal. Hasil penelitian di Belarus menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dapat mengurangi kematian yang diakibatkan karena diare, dibandigkan dengan bayi yang diberi ASI eksklusif selama 4 bulan. Selain itu, pemberian ASI eksklusif dapat meningkatkan kecerdasan anak sehingga pengembangan potensi kecerdasan anak dapat lebih optimal. Hasil penelitian pada tahun 1993 menunjukkan bahwa bayi prematur yang mendapatkan ASI eksklusif mempunyai IQ 8,3 kali lebih tinggi dibandingkan dengan bayi prematur yang tidak diberi ASI (WHO, 2001). WHO (2002) akhirnya menetapkan pemberian ASI eksklusif menjadi 6 bulan karena ASI mengandung antibodi Immunoglobulin A (IgA) yang dapat melindungi tubuh dari serangan bakteri dan virus, melindungi bayi dari serangan diare dan penyakit lain seperti pneumonia, infeksi telinga tegah, dan mengurangi risiko infeksi selaput otak pada usia 1 tahun pertama. Hal tersebut disebabkan karena IgA memiliki komponen yang dapat menghambat pertumbuhan virus dan dapat mencegah penempelan mikroorganisme pada dinding usus. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu (71,7%) tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Ibu mengatakan bahwa bayi sudah diberi makanan tambahan lain seperti pisang dan nasi sebelum bayi berusia 6 bulan atas saran orangtua. Beberapa ibu mengatakan bahwa pemberian susu formula kepada bayi disebabkan karena bayi menangis terus dan produksi ASI sedikit. Keadaan bayi yang menangis terus membuat ibu
merasa panik dan ibu beranggapan bahwa bayi menangis karena lapar sehingga ibu memberikan makanan atau minuman tambahan selain ASI kepada bayi. Selain itu, terdapat 1 ibu yang tidak memberikan ASI kepada bayi karena malas repot sehingga bayi diberi susu formula. Hal tersebut disebabkan karena responden masih berusia 19 tahun sehingga pemahaman mengenai ASI eksklusif masih kurang. Hasil penelitian ini menunjukkan cakupan pemberian ASI eksklusif (28,3%) belum mencapai target pemberian ASI eksklusif menurut Kemenkes RI (2015) yaitu sebesar 80%. Diharapkan dengan lahirnya Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 33 tahun 2012 tentang pemberian ASI eksklusif yang mengatur kewajiban beberapa pihak yang berperan dengan keberhasilan ASI eksklusif, target pemberian ASI eksklusif menurut Kemenkes RI (2015) dapat tercapai.Tenaga kesehatan dan penyelenggara fasilitas kesehatan memiliki kewajiban memberikan informasi dan edukasi mengenai ASI eksklusif kepada ibu dan keluarga sejak ibu hamil hingga pemberian ASI eksklusif (pasal 13). Peraturan Pemerintah ini mengatur pihak-pihak yang terkait dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif seperti tenaga kesehatan (pasal 29), pemilik tempat kerja (pasal 31), dan penyelenggara sarana umum (pasal 33). Keberhasilan pemberian ASI eksklusif dapat berlangsung jika semua pihak seperti pemerintah pusat, pemerintah daerah, tenaga kesehatan, dunia bisnis, dan seluruh masyarakat bertanggungjawab penuh, bukan ibu saja. Dukungan Keluarga Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor keberhasilan pemberian ASI
eksklusif (Sudiharto, 2007). Dukungan keluarga sangat penting untuk memotivasi ibu agar ibu memberikan ASI eksklusif kepada bayi saat bayi berusia 0 – 6 bulan. Anggota keluarga yang mendukung pemberian ASI eksklusif harus selalu siap meberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan oleh ibu (Manaf, 2010).Menurut Rohani (2008), dukungan yang diberikan keluarga kepada ibu merupakan faktor utama yang dapat mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Ibu yang berada dalam keadaan tenang akan memiliki pikiran positif terhadap bayi sehingga ibu merasa senang saat melihat bayi, kemudian memikirkan bayi dengan penuh kasih sayang dan ingin memberikan ASI kepada bayinya. Keadaan tenang dapat diperoleh jika ibu mendapatkan dukungan dari lingkungan sekitar yaitu suami, orangtua, maupun keluarga lainnya agar ibu memberikan ASI eksklusif kepada bayi. Caplan dalam Friedman (1998) menjelaskan bahwa keluarga memiliki empat fungsi dukungan yaitu dukungan informasional yang dapat berupa informasi dan saran; dukungan penilaian yang dapat berupa penilaian positif bahwa memberikan ASI eksklusif adalah suatu tindakan yang paling benar; dukungan instrumental yang dapat berupa materi; dan dukungan emosional yang dapat berupa empati, menghibur ibu, membantu ibu memecahkan masalah. Berdasarkan hasil penelitian ini, dukungan keluarga kepada ibu masi kurang. Dukungan keluarga yang kurang antara lain disebabkan karena kebiasaan keluarga memberikan susu formula atau makanan tambahan lain sebelum bayi berusia 6 bulan dan tingkat pengetahuan keluarga yang kurang mengenai ASI eksklusif.
Caplan dalam Frieman (1998) menjelaskna hubungan dukungan informasional keluarga merupakan penyebar informasi. Sebagai kepala keluarga, suami dapat memberikan saran dan informasi kepada ibu agar ibu lebih memahami manfaat pemberian ASI eksklusif dan dapat memberikan sugesti khusus kepada ibu agar ibu memberikan ASI kepada bayi. Dukungan keluarga dari segi dukungan informasional masih kurang karena keluarga kurang memahami tentang ASI eksklusif dan keluarga tidak ada kemauan untuk mencari informasi mengenai ASI eksklusif karena keluarga beranggapan bahwa hal tersebut merupakan tanggungjawab ibu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang mendapatkan dukungan informasional yang baik cenderung memberikan ASI eksklusif. Hal ini sejalan dengan penelitian Manaf (2010) dan Simbolon (2011) yang menunjukkan dukungan informasional berpengaruh signifikan dengan pemberian ASI eksklusif. Dukungan penilaian dari keluarga dapat berupa sikap keluarga yang selalu mengingatkan ibu agar tepat waktu dalammemberikan ASI eksklusif kepada bayi dan melarang ibu memberikan makanan atau minuman selain ASI kepada bayi. Produksi ASI akan meningkat jika ibu sering menyusui bayi. Motivasi dari keluarga agar ibu sering menyusui atau memompa ASI sangat penting. Ibu yang mendapatkan dukungan penilaian yang baik akan memiliki keyakinan bahwa memberikan ASI eksklusif kepada bayi adalah keputusan yang paling tepat. Bentuk dukungan penilaian juga dapat berupa motivasi kepada ibu untuk mengkonsumi makanan yang bergizi agar kebutuhan gizi ibu terpenuhi dan produksi ASI semakin lancar. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ibu yang mendapatkan dukungan penilaian yang baik cenderung memberikan ASI eksklusif dan ada hubungan antara dukungan penilaian dan pemberian ASI eksklusif. Hal ini sejalan dengan penelitian Manaf (2010) yang menunjukkan dukungan penilaian berpengaruh signifikan terhadap pemberian ASI eksklusif. Bentuk dukungan instrumental dapat berupa materi seperti uang, barang, atau fasilitas. Dukungan instrumental dapat mengurangi stress yang berhubungan dengan materi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu yang mendapatkan dukungan instrumental yang baik cenderung tidak memberikan ASI eksklusif dan tidak ada hubungan antara dukungan instrumental dengan pemberian ASI eksklusif. Hal tersebut disebabkan karena ibu beranggapan bahwa materi yang diberikan merupakan kewajiban, bukan suatu bentuk penghargaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Simbolon (2011) yang menunjukkan bahwa dukungan instrumental tidak berpengaruh dengan pemberian ASI eksklusif. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Manaf (2010) yang menunjukkan dukungan instrumental berpengaruh signifikan terhadap pemberian ASI eksklusif. Menurut Roesli (200&), dukungan emosional dapat diberikan dalam bentuk komunikasi saat ibu mengalami masalah, memberikan pujian saat ibu menyusui bayi, memberikan semangat kepada ibu agar rajin menyusui dan memompa ASI, dan menghibur ibu jika ibu merasa kelelahan sehingga ibu tidak merasa sendiri dan merasa diperhatikan. Keluarga merupakan tempat yang dapat membantu mengontrol keadaan emosi seseorang. Jika kondisi emosi ibu baik makanibu akan senang saat
menyusui bayi dan ingin memberikan ASI eksklusif kepada bayi agar bayinya mendapatkan gizi yang terbaik. Berdasarkan hasil penelitian, dukungan emosional yang diberikan keluarga masih kurang. Hal tersebut disebabkan karena keluarga membiarkan ibu memecahkan masalahnya sendiri dan tidak pernah menanyakan kondisi ibu. Hasil penelitian menunjukkan ibu dengan dukungan emosional yang baik cenderung memeberikan ASI eksklusif. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Manaf (2010) dan Simbolon (2011) yang menunjukkan bahwa dukungan emosional berpengaruh signifikan terhadap pemberian ASI eksklusif. Dukungan keluarga adalah dukungan yang diberikan keluarga untuk memotivasi ibu agar ibu memberikan ASI eksklusif kepada bayi. Seorang ibu yang tidak pernah mendapatkan informasi mengenai ASI eksklusif dari keluarga dapat mempengaruhi sikap ibu saat menyusui (Baskoro, 2008). Dukungan keluarga yang baik diwujudkan dengan senantiasa membentuk keyakinan positif ibu terhadap pemberian ASI eksklusif (Suradi, 2010). Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden yang memberikan ASI eksklusif mendapatkan dukungan keluarga yang baik dan ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif. Beberapa penelitian juga menunjukkan dukungan keluarga berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif (Sinaga, 2010; Anggorowati dan Nuzila, 2011; Masykur, 2014; Abidjulu dkk, 2015). Namun hal ini tidak sejalan dengan penelitian Anggriani (2014) yang menunjukkan tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif.
Anggota keluarga yang paling berperan dalam memberikan dukungan baik dari segi dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental, maupun dukungan emosional adalah suami dan orangtua. Kebiasaan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Pucang Sewu terutama orangtua adalah menyarankan ibu memberikan makanan tambahan seperti pisang kepada bayi dengan alasan jika diberi ASI saja bayi tidak akan kenyang dan akan menangis terus. Sikap orangtua tersebut disebabkan karena kurangnya pemahaman mengenai ASI eksklusif. Ibu merasa tidak enak apabilan tidak menuruti saran dari orangtua sehingga ibu memberikan makanan selain ASI kepada bayi. SIMPULAN Sebagian besar responden adalah ibu dengan usia 26 – 35 tahun yang termasuk dalam kategori dewasa awal, memiliki pendidikan tinggi, bekerja, dan termasuk dalam tipe keluarga nuclear family. Sebagian besar responden yang memberikan ASI eksklusif mendapatkan dukungan keluarga yang baik dan ada hubungan antara dukungan informasional, dukungan penialaian, dukungan emosional dengan pemberian ASI ekslusif, namun tidak demikian dengan dukungan instrumental. Secara keseluruhan, ada hubungan dukungan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif. Anggota keluarga yang paling berperan dalam memberikan dukungan baik dari segi dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental, maupun dukungan emosional adalah suami dan orangtua. Berdasarkan hasil penelitian diharapkan tenaga kesehatan khususnya
yang melayani di bidang ibu dan anak lebih giat memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai ASI eksklusif. Pemberian edukasi dapat berupa penyuluhan dan sebaiknya diberikan kepada keluarga dan ibu. Selain itu, diharapkan ada suatu komunitas ayah yang mendukung pemberian ASI eksklusif agar dapat saling memberikan masukan bila istri mengalami masalah saat masa menyusui dan pemberian ASI eksklusif dapat tercapai. Diharapkan motivasi untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi bukan berasal dari ibu sendiri, namun juga berasal dari lingkungan sekitar terutama keluarga.
DAFTAR PUSTAKA Achjar, K.A. 2010. Aplikasi Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: Sagung Solo. Afifah, D.N. 2007. Faktor yang Berperan dalam Kegagalan Pemberian ASI Eksklusif. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro. Abidjulu, F., Hutagol, E., Kundre, R. 2015. Hubungan Dukungan Suami dengan Kemauan Ibu Memberikan ASI Eksklusif di Puskesmas Tuminting Kecamatan Tuminting. eJournal Keperawatan. 3(1): 1-7. Anggorowati dan Nuzila, F. 2011. Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi di desa Bebengan Kecamatan Boja Kabupaten Kendal. Jurnal Keperawatan Maternitas. 1(1): 18. Anggriani, M. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian
ASI Eksklusif di Posyandu Tanah Boleng Donara Kabupaten Flores Timur. Artikel Ilmiah. Jakarta: STIK Sint Carolous. Arini. 2012. Mengapa seorang Ibu Harus Menyusui. Yogyakarta: Flash Books. Baskoro, A. 2008. ASI: Panduan Praktis Ibu Menyusui. Jakarta: Banyu Media. Choirul, I. 2011. Usia Terbaik untuk Hamil. www.sidominews.com. (diakses tanggal 6 Mei 2016). Depkes. 2002. Strategi Nasional Peningkatan Pemberian ASI (PPASI). Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Ema, K. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan Suami dengan Praktik Pemberian ASI Eksklusif di RW 25 Baktijaya Sukmajaya Depok. Skripsi. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Friedman. 1998. Keperawatan Keluarga, Teori dan Praktik, Edisi 3. Jakarta: EGC. Haryono, T. Dan Setianingsih, S. 2014. Manfaat ASI Eksklusif untuk Buah Hati Anda. Yogyakarta: Gosyen Publishing. Juliastuti, R. 2011. Hubungan Tingkat Pengetahuan, Status Pekerjaan Ibu, dan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dengan Pemberian ASI Eksklusif. Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Pusat data dan Informasi. Jakarta: Kemenkes RI. Manaf, S.A. 2010. Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Bekerja di Kecamatan Darul Imarah
Kabupaten Aceh Besar. Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara. Masykur, M. 2014. Hubungan Dukungan Suami dengan Pemberian ASI Eksklusif di Desa Kaben Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan. Surya. 1(17): 100-106. Mochtar R, Prof. dr. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC. Notoadmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta. Novianti, R. 2009. Cara Dahsyat memberikan ASI untuk Bayi Sehat dan Cerdas. Yogyakarta: Octopus. Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 33. 2012. Pemberian ASI Eksklusif. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Purnamawati, S. 2003. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Pola Pemberian ASI pada Bayi Usia Empat Bulan. Badan Litbang Kesehatan. 13(3): 29-37. Rahmawati, A. 2013. Hubungan antara Karakteristik Ibu, Peran Petugas Kesehatan, dan Dukungan Keluarga dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bonto Cani Kabupaten Bone Tahun 2013. Skripsi. Makassar: UNHAS. Roesli, U. 2007. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda. Rohani, 2008. Pengaruh Karakteristik Ibu Menyusui terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Kecamatan Secanggan Kabupaten Langkat. Skripsi. Fakultas Keperawatan: USU.
Sarmana. 2004. Determinan Non Medis dalam Permintaan Persalinan Sectio Caesarea di RS St. Elizabeth Medan Tahun 2004. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat: USU. Simbolon, P. 2011. Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Gurilla Pematangsiantar. Tesis. Medan: USU. Sinaga. 2010. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Balita di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru. Skripsi. FKM: USU. Sudiharto. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Keperawatan Transkultural. Jakarta: EGC. Suradi, R, B., Hegar, I.G.A.N., Partiwi. 2010. Indonesia Menyusui. Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: IDAI. Swandari, S. 2012. Manajemen Laktasi bagi Ibu Bekerja. http://bbpkmakassar.or.id/umum/i nfokesehatan/manajemenlaktasibagi-ibubekerja.phd(diakses tanggal 8 Mei 2016). WHO. 2001. The Optimal Duration of Exclusive Breastfeeding. Department of Nutrition for Health and Development Department of Child and Adolescent Health and Development. Geneva: World Health Organization. WHO. 2002. Nutrient Adequacy of Exclusive Breastfeeding for The Term Infant During The First Six
Months of Life. Department Nutrition for Health and Deelopment Department of Child and Adolescent Health and Development. Geneva: World Health Organization. WHO. 2015. World Health Statistics 2015.http://www.who.int/world_h ealth_statistics/2015. (diakses tanggal 29 Januari 2016). Yuliarti, N. 2010. Keajaiban ASI Makanan Terbaik untuk Kesehatan, Kecerdasan, dan Kelincahan Si Kecil. Yogayakarta: Andi Publisher. Zakiyah. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Semanan Kecamatan Kalideres Jakarta Barat. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia.