Anak-anak Allah Yang Hidup – Sinclair B. Ferguson ANAK-ANAK ALLAH YANG HIDUP (CHILDREN OF THE LIVING GOD) Oleh: Sinclair B. Ferguson Penerjemah: Yulvita Hadi Yarti Editor: Trivina Ambarsari Editor Umum: Solomon Yo Copyright (c) 1989 by Sinclair B. Ferguson Originally published in English under the title, Children of the Living God by The Banner Of Truth Trust, 3 Murrayfield Road, Edinburgh, EH12 6EL, Scotland ISBN: 0 85151 526 3 Hak cipta terbitan bahasa Indonesia pada Penerbit Momentum (Momentum Christian Literature) Surabaya, Indonesia. Copyright (c) 1997 ISBN: 979-8131-03-7
Halaman 17-23
DUA KELAHIRAN BARU
Tujuan ultimat Allah adalah untuk mempermuliakan Putra-Nya, Yesus Kristus, dengan menjadikan-Nya "yang sulung di antara banyak saudara" (Rm. 8:29). Ia bermaksud menjadikan kita anak-anak Allah. Dengan cara bagaimana Ia menggenapkan semua ini? Mengajukan pertanyaan seperti ini berarti menyangkal pendapat umum bahwa kita semua secara alamiah adalah anak-anak Allah. Bukankah Tuhan Yesus mengajar murid-murid-Nya untuk memanggil Allah sebagai "Bapa"? Dan bukankah Paulus setuju bahwa kita semua adalah "keturunan" Allah (Kis. 17:28)? Page 1
Anak-anak Allah Yang Hidup – Sinclair B. Ferguson
Memang terkadang Alkitab membicarakan tentang kebapaan Allah karena Ia memang Pencipta segala sesuatu. Ia adalah "Bapa segala terang" (Yak. 1:17) dan Pribadi yang menciptakan alam semesta. Tetapi ini bukanlah ide yang paling lazim dalam pemakaian konsep kebapaan Allah di dalam Alkitab. Lazimnya, ide ini merujuk pada hubungan istimewa Bapa-Anak yang ada antara Allah Bapa dan Anak-Nya, Yesus Kristus, dan juga antara Allah Bapa dan orang-orang yang mengenal dan percaya kepada-Nya. Jadi, karena kebapaan Allah secara tak langsung status kita sebagai anak serta persekutuan kita dengan-Nya, maka jelas bahwa tak semua orang adalah anak-Nya atau dapat memanggil-Nya Bapa. Inilah asumsi dasar Injil Kristen: bukan secara alamiah kita adalah anak-anak Allah. Kita perlu menjadi anak-anak-Nya. Secara alamiah, kita ini terasing dari Allah. Inilah inti argumentasi Paulus dalam Roma 1:183:20. Tak seorang pun dari kita yang memiliki karakteristik anak Allah secara alamiah. Sebaliknya, kita memperhatikan segala macam tanda pemberontakan dan berpaling dari pengaturan-Nya sebagai Bapa atas hidup kita. Kita tidak mengerti apa artinya rasa takut kepada-Nya sebagai bapa (Rm. 3:18). Itu sebabnya Injil mutlak perlu bagi kita. Kenyataannya, secara natur kita adalah anak-anak yang harus dimurkai, bukan anak-anak Allah (Ef. 2:3, kata asli dari "orang" secara harafiah berarti "anak", tekna). Allah memandang kita bukan sebagai orang-orang berdosa yang hanya layak mendapatkan penghukuman sebagai "anak durharka" yang "hilang" sekaligus "mati" (Luk. 15:31). Tak ada penipuan diri yang lebih besar daripada menganggap diri kita secara alamiah adalah anak-anak-Nya. Sebaliknya, kita perlu menjadi anak-anak Allah. Hal ini terangkum dalam prolog Injil Yohanes saat ia berkata: "Semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; orangorang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah" (Yoh. 1:12-13). Di sini jelas ditegaskan bahwa kita perlu menjadi anakanak Allah. Lebih lanjut disebutkan, kita dapat menjadi anak-anak-Nya hanya oleh keputusan kehendak Allah. Kelahiran baru yang Yohanes ungkapkan tidak menjadi milik kita secara alamiah, dan juga tak dapat Page 2
Anak-anak Allah Yang Hidup – Sinclair B. Ferguson
diusahakan dengan kekuatan kita sendiri! Ini bukan saja mengancurkan segala kesombongan manusia, tetapi juga menggarisbawahi kehancuran rohani alamiah kita. Prolog Injil Yohanes bagaikan lagu pembukaan dalam sebuah simfoni. Prolog tersebut mengindikasikan berbagai motif yang kemudian dikembangkan dalam pasal-pasal berikutnya. Di pasal 3, melalui pertemuan antara Yesus dan Nikodemus, Yohanes menjelaskan arti lahir dari Allah. Nikodemus adalah "pengajar Israel," namun tampaknya ia tidak mengerti ajaran Tuhan tentang signifikasi kelahiran baru bagi mereka yang hendak menjadi anak Allah (Yoh. 3:10). Di sini ada seorang pria yang memiliki banyak kelebihan, seorang Yahudi yang mewarisi janji dan firman Allah dalam hidupnya; juga seorang Farisi yang hidup seturut Taurat Allah sampai hal yang sekecil-kecilnya; seorang teolog, dan bahkan seorang profesor teologi yang termasyhur. Nikodemus adalah seorang yang taat beragama, namun ia tidak memahami bahwa ia harus dilahirkan kembali, jika ia ingin menjadi anak Allah dan masuk kerajaan-Nya. Kisah Nikodemus menggambarkan apa yang bisa dimiliki seseorang, tetapi ia tetap bukan merupakan anggota keluarga Allah. Ketika Yesus mengatakan kepadanya bahwa tak seorang pun dapat melihat atau memasuki kerajaan Allah tanpa kelahiran baru, Nikodemus menunjukkan kegagalan untuk melihat kerajaan yang Yesus maksudkan. Ia bertanya "Bagaimanakah mungkin hal itu terjadi?" (Yoh. 3:9). Baru kemudian ia memahami perbedaan antara menjadi milik keluarga Allah dengan menjadi anggota keluarga Iblis (Yoh. 8:42-7; 19:39; 1Yoh. 3:10). Jika demikian, apakah yang Yesus maksudkan dengan kelahiran baru, yang merupakan inti dari menjadi anggota keluarga Allah? Kelahiran baru kerap dimengerti sebagai pengalaman pertobatan yang khusus dan bersifat pribadi. Sekarang ini, kelahiran baru sudah menjadi semacam mode; dan media [di Amerika, ed.] menggambarkannya sebagai "gerakan" sosiologis. Namun kelahiran baru sering kali hanya dimengerti sebagai pengalaman religius yang samar-samar, sementara yang Perjanjian Baru maksudkan jauh lebih spesifik.
Page 3
Anak-anak Allah Yang Hidup – Sinclair B. Ferguson
Perlu diperhatikan bahwa istilah "kelahiran baru" dan "regenerasi" bisa menjadi sekadar "kata-kata populer yang tak bermakna." Mempergunakan bahasa Alkitab tidak berarti kita sudah sungguh-sungguh memiliki pengalaman yang dimaksudkan dalam Alkitab. Sedikit pengetahuan tentang latar belakang Perjanjian Baru akan menolong kita memahami hal itu. Gagasan tentang regenerasi atau kelahiran baru pada abad pertama tidak hanya ada di kalangan Kristen. Gagasan tersebut sudah lazim di kalangan agama-agama mistis purba (mungkin inilah alasan mengapa Rasul Paulus cenderung menghindari istilah ini). Akan tetapi, Perjanjian Baru memberikan penekanan khusus pada apa yang dimaksud dengan "kelahiran baru." Pada intinya, kelahiran baru berarti mengambil bagian dalam kebangkitan dan kuasa Yesus Kristus, dan memasuki hubungan yang hidup dengan Dia.
Yesus menubuatkan bahwa "kelahiran baru" atau "regenerasi" yang terakhir akan terjadi pada akhir zaman (Mat. 19:28). Kebangkitan-Nya dari antara orang mati sesungguhnya merupakan buah sulung dari peristiwa agung itu (1Kor. 15:20). Melalui kebangkitan-Nya itu, Yesus menjadi "yang sulung di antara banyak saudara." Tujuan ultimat Allah adalah menjadikan kita serupa dengan gambar Anak-Nya melalui cara yang sama, yaitu kebangkitan kita (Flp. 3:21).
Dalam pengertian ini, dengan tepat kita dapat menyebut kebangkitan Kristus sebagai "kelahiran baru"-Nya. Ia mati karena dosa (dosa kita, bukan dosa-Nya), tetapi Allah membangkitkan-Nya ke dalam hidup yang baru (Rm. 6:9-10). Melalui kebangkitan Ia diubahkan, dan dinyatakan sebagai Anak Allah yang berkuasa (Rm. 1:3-4). Dengan ini, Ia memasuki satu dimensi kemanusiaan yang baru sama sekali, dimana "kematian tidak berkuasa lagi atas-Nya" (Rm. 6:9).
Paulus juga menyebut saat kebangkitan Yesus sebagai hari dimana Ia "diperanakkan" ke dalam keluarga Allah: Page 4
Anak-anak Allah Yang Hidup – Sinclair B. Ferguson
Dan kami sekarang memberitakan kabar kesukaan kepada kamu, yaitu bahwa janji yang diberikan kepada nenek moyang kita, telah digenapi Allah kepada kita, keturunan mereka, dengan membangkitkan Yesus, seperti yang ada tertulis dalam mazmur kedua: Anak-Ku Engkau! Aku telah memperanakkan Engkau pada hari ini' (Kis. 13:32-33).
Paulus melihat bahwa "hari ini" dalam Mazmur 2 menunjuk pada kebangkitan Yesus. Ini tidak berarti Yesus "menjadi" Anak Allah pada saat kebangkitan. Artinya, sebagai Allah-manusia, "manusia bagi sesamanya," Dialah yang telah menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di dunia yang akan datang. Dalam artian yang jauh lebih mendalam daripada kata-kata Neil Armstrong saat ia menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di Bulan, fajar saat Yesus bangkit merupakan "lompatan raksasa dalam sejarah umat manusia." Karena apa yang terjadi pada si Sulung, suatu hari kelak juga akan terjadi dalam kehidupan anak-anak yang lain. Bukan saja akan, melainkan sudah; melalui persekutuan dengan Dia dalam kita, melalui "kelahiran baru," kita menikmati cahaya pertama dari pagi yang mulia itu. Terang dunia yang akan datang telah merayapi cakrawala kehidupan kita dan menyinari hari-hari gelap yang menakutkan di dunia ini (Rm. 13:1112). Lahirnya persaudaraan baru ini menjelaskan ucapan Yesus yang penuh teka-teki kepada Maria Magdalena pada pagi kebangkitan-Nya. Ketika Maria memegang-Nya, Yesus berkata, "Janganlah engkau [terusmenerus] memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu (Yoh. 20:17). Kata-kata ini biasanya dipakai untuk menjelaskan perbedaan antara relasi Yesus dan Bapa, dengan relasi yang akan dinikmati para murid-Nya. Padahal, tujuannya justru sebaliknya! Yesus berkata: "Sebagaimana Allah telah melahirbarukan Aku dalam kebangkitan, demikian juga melalui kebangkitan rohanimu, engkau dan Aku akan sama-sama bersekutu
Page 5
Anak-anak Allah Yang Hidup – Sinclair B. Ferguson
dengan Bapa. Ia adalah Bapa-Ku, dan karena engkau adalah saudara-Ku maka Ia juga adalah Bapamu, dalam keluarga Allah." Paulus menyatakan hal yang sama ketika ia menggambarkan karya anugerah Allah dalam Kristus sebagai "ciptaan baru" (2Kor. 5:17). Allah menjadikan dunia ciptaan-Nya untuk kemuliaan-Nya, dan untuk menjadi tempat kehidupan manusia yang adalah anak-anak-Nya. Ia menciptakan manusia (pria dan wanita) sesuai dengan citra-Nya (Kej. 1:26-27). Dalam dunia Perjanjian Lama, menyandang "gambar" seseorang merujuk pada kemiripan antar-anggota keluarga (bdk. Kej. 5:3). Pada saat penciptaan, manusia diciptakan sesuai dengan gambar Allah atau sebagai anak Allah. Tetapi status itu telah hilang. Kemuliaannya telah tercemar dan terselewengkan. Secara tragis seluruh ciptaan pun terkena dampaknya, sampai-sampai Paulus berkata "segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin" (Rm. 8:22). Tetapi, kelahiran apakah yang sedang dinantikan oleh segala makhluk itu? Paulus menjelaskan: "Karena seluruh makhluk telah ditaklukkan kepada kesia-siaan, bukan oleh kehendaknya sendiri, tetapi oleh kehendak Dia, yang telah menaklukkannya, tetapi dalam pengharapan, karena makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah" (Rm. 8:20-21). Alkitab menantikan suatu hari dimana segala sesuatu dipulihkan seturut rencana penciptaannya semula. Kejatuhan manusia serta frustasi dan kerusakan dalam tatanan alam yang menyertainya, akan dipulihkan. Akan ada ciptaan baru yang di dalamnya seluruh alam semesta mengambil bagian. Inilah yang Paulus maksudkan ketika ia berbicara tentang ciptaan yang baru. Maka, semua maksud Allah bagi manusia sebagai gambar-Nya, yaitu sebagai anak-anak-Nya, akan digenapi. Inilah yang Yesus gambarkan sebagai "penciptaan kembali" (Mat. 19:28). Itulah ciptaan baru. Tetapi regenerasi bukan sekedar "peristiwa ilahi yang masih jauh, yang sedang dituju oleh segenap ciptaan" (Tennyson). Menurut Perjanjian Baru, ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa itu sudah dimulai. Kebangkitan Yesus merupakan permulaan dari ciptaan yang bari ini. Ia adalah tanda pertama dari musim semi Allah dan jaminan bagi masa Page 6
Anak-anak Allah Yang Hidup – Sinclair B. Ferguson
penuaian terakhir. "Regenerasi" telah dimulai oleh-Nya, dan terus berlanjut di dalam diri setiap kita, saat kita dipersatukan dengan Dia oleh anugerah Allah, serta mengambil bagian dalam keluarga baru dimana Kristus menjadi yang "Sulung" (Kol. 1:18, Ibr. 12:23). Karena itu, menjadi anak Allah, "dilahirbarukan," berarti mengambil bagian dalam kebangkitan dan persaudaraan Kristus! Pengutipan dari artikel ini harus mencantumkan: Dikutip dari http://www.geocities.com/thisisreformed/artikel/children_of_living_god.html
Page 7