PUBLIKASI ILMIAH PENELITIAN HIBAH DISERTASI PADA JURNAL CMES UNS EDISI JULI – DESEMBER 2010 Halaman 249 - 279 vol. 1 edisi 3/ Tahun 2010
PENGARUH PEMIKIRAN ULAMA TIMUR TENGAH TERHADAP GERAKAN ISLAM FUNDAMENTALISME DI YOGYAKARTA DAN SURAKARTA
Drs. Istadiyantha, M.S. DILAKSANAKAN ATAS BIAYA: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian Hibah Disertasi Doktor Nomor: 481/SP2H/PP/DP2M/VI/2010, tanggal 11 Juni 2010
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2010
JURNAL MASALAH AGAMA, BUDAYA, SOSIAL, EKONOMI DAN POLITIK TIMUR TENGAH
Diterbitkan Oleh :
PUSAT STUDI TIMUR TENGAH FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
JURNAL CMES BERISI MASALAH AGAMA, BUDAYA, SOSIAl, DAN POLITIK TIMUR TENGAH (TERBIT SETAHUN DUA KALI, SETIAP JUNI DAN DESEMBER)
Penanggungjawab: Drs. Sudarno, M.A. (Dekan) Penasihat: Prof. Dr. Bani Sudardi, M.Hum. (Pembantu Dekan I) Penyunting Ahli/ Mitra Bestari: 1. Prof. Dr. Syamsul Hadi, S.U, M.A. (FIB UGM) 2. Prof. Dr. Sangidu, M.Hum. (FIB UGM/ Atdikbud Mesir) 3. Dr. Siti Muti’ah Setiawati, M.A. (Fisip H.I. UGM) 4. Dr. Ibnu Burdah, M.A. (Fak.Adab UIN Suka Yogyakarta) Pemimpin Redaksi: Drs. Istadiyantha, M.S. Redaktur Pelaksana: M. Farhan M, S.Ag., M.Ag. Dewan Redaksi: 1. K.H.Sidqon Maesur, Lc., M.A. 2. Drs. Mugijatna, M.Si., Ph.D. 3. Eva Farhah, S.S., M.A. 4. Arifuddin Arifin, Lc., M.A. 5. Yoyo, S.S., M.A. 6. Mahmud Hamzawi Fahim Usman, Lc., M.A. Bagian Perusahaan: 1. Nur Siti Purwani 2. Joko Susilo 3. Rita Hindrawati, S.S. Design cover: Rida Nurafiati dan Riza Wikanigtyas Adi Layouter: Joko Susilo Sekretariat: Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret, Jalan Ir. Sutami 36A, Kentingan, Surakarta (57126) Jawa Tengah, telepon/ faksimile 0271634521 Email:
[email protected] Blog: http://cmesuns.wordpress.com
DAFTAR ISI
Editorial
225
Pembaruan Hukum Islam dalam Perspektif Pemikiran Al-Thûfî
231
(Hariyanto)
Pengaruh Pemikiran Ulama Timur Tengah Terhadap Gerakan
249
Islam Fundamentalisme di Yogyakarta dan Surakarta (Istadiyantha) 276
Madzhab Baru Pemikiran Islam Dan Penafsiran
(Zaini Dahlan, MA.)
Melacak Akar Historis Pemikiran Ideologi Fundamentalisme Islam 292 (Yoyo, S.S., M.A.)
Konsep Malaikat dalam Hārūt Wa Mārūt, Karya Ali Achmad
304
Bākatsīr : Analisis Semiotik
(Nur Hidayah)
Analisis Semantik Kata Kerja “Datang” Didalam Bahasa Arab.
315
(Muhammad Yunus Aris)
Kurikulum Jurusan Sastra Arab FSSR UNS 2010
328
Ketentuan Penulisan Artikel Jurnal CMES
332
Biodata Penulis
336
PENGARUH PEMIKIRAN ULAMA TIMUR TENGAH TERHADAP GERAKAN ISLAM FUNDAMENTALISME DI YOGYAKARTA DAN SURAKARTA
Drs. Istadiyantha, M.S.
[email protected]
INFLUENCE OF MIDDLE EAST MOSLEM SCHOLARS’ THOUGHT ON ISLAMIC FUNDAMENTALISM MOVEMENT OF YOGYAKARTA AND SURAKARTA
Islam came in Indonesia through several phases. In first phase, Islam religion entered Indonesia via trading and sufi pattern, and the second pattern, Islam entered Indonesia through political way, namely, radical-fundamentalism movements that had tendency to perform aggressive actions in center of power, and the Islamic values were embedded forcefully by ignoring cultural factors. The two patterns of movements become bases for next ones. Process of Islamic thought diffusion from Middle East was also conducted by organizing contacts with Afghanistan fighters that had come from various countries in order to participate in military training in Peshawar of Pakistan. Next phase is the spreading of Islam religion through education path. In this pattern, dissemination of Islam tenets is taking place through Moslem scholars to Indonesian students who are attending education in Middle East. Then, the alumni spread Islamic tenets in Indonesia. Another pattern is through transmission of Islamic books that translated from Arabic to Indonesian. It is also influencing process of Indonesian people thought about Islam tenets. Considering data that had been obtained so it can be concluded that Islamic fundamentalist thought is a tenet spreading from Middle East to various parts of the world including Indonesia. Thus, appropriate theory for the study is a diffusion theory with historical paradigm. Islamic fundamentalist movement has bases of thought ideology and movement strategy that differ from Islamic organizations that present in Indonesia previously. The fundamentalist movement is considered to have puritan mindset, and having more militant, radical, scriptural, conservative and exclusive characters. The new Islamic organizations have various platforms. However, generally they have common mission, namely, to apply Islamic rules in all aspects of life including in state affairs. Dekmejian made a typology about Islamic movement of the world in 4 categories. 1) GradualistPragmatic; 2) Revolutionary Shi’ite; 3) Revolutionary Sunni; and 4) Pure Islam religious proselytizing (Messianic-Puritanical). Author focuses on examination of Islamic fundamentalist movements in Yogyakarta and Surakarta because the two regions have
very important historical values for emergence Islam movements in Indonesia, so that the two regions are representation of existing movements in Indonesia.
Key words: Islamic fundamentalism, Islam Al-Ushuliyyah
ﻣﻠﺨﺺ
دﺧﻞ اﻹﺳﻼم إﻧﺪوﻧﯿﺴﯿﺎ ﻋﻦ ﻃﺮﯾﻘﯿﻦ ،اﻷول ﻃﺮﯾﻖ اﻟﺘﺠﺎرة اﻟﺘﻰ ﯾﻤﺎرﺳﮭﺎ اﻟﺼﻮﻓﯿﻮن ،واﻟﺜﺎﻧﻰ ﻃﺮﯾﻖ اﻟﻌﻼﻗﺎت اﻟﺴﯿﺎﺳﯿﺔ اﻟﺘﻰ ﯾﺴﻠﻜﮭﺎ ﺟﻤﺎﻋﺔ اﻷﺻﻮﻟﯿﯿﻦ اﻟﻤﺘﻄﺮﻓﺔ اﻟﺬﯾﻦ ﯾﻌﺘﻤﺪون داﺋﻤﺎ ﻋﻠﻰ اﻟﻌﻨﻒ واﻹﻛﺮاه ﻓﻰ ﺟﻤﯿﻊ ﻣﻤﺎرﺳﺎﺗﮭﻢ اﻟﺪﯾﻨﯿﺔ واﻟﺴﯿﺎﺳﯿﺔ، ﺑﺼﺮف اﻟﻨﻈﺮ ﻋﻦ اﻟﻌﺎدات واﻟﺘﻘﺎﻟﯿﺪ اﻟﺴﺎﺋﺪة ﻓﻰ اﻟﻤﺠﺘﻤﻊ. ﺑﺎﻹﺿﺎﻓﺔ إﻟﻰ ﻣﻨﮭﺠﮭﻢ ﻓﻰ ﻧﺸﺮ اﻟﺪﯾﻦ اﻹﺳﻼﻣﻲ ،ﻓﺈﻧﮭﻢ ﯾﻘﻮﻣﻮن ﺑﺎﻻﺗﺼﺎل ﺑﺎﻟﻌﻨﺎﺻﺮ ﻣﻦ اﻟﺪول اﻟﻤﺨﺘﻠﻔﺔ اﻟﺘﻰ ﺗﻤﺎرس اﻷﻋﻤﺎل اﻟﺠﮭﺎدﯾﺔ ﻓﻰ أﻓﻐﺎﻧﺴﺘﺎن واﻟﺘﺪرﯾﺒﺎت اﻟﻌﺴﻜﺮﯾﺔ ﻓﻰ ﺑﺸﺎور ﺑﺎﻛﺴﺘﺎن. وﯾﻘﻮم اﻟﻌﻠﻤﺎء اﻟﻌﺮب ﺑﺪور ﻓﻌﺎل ﻓﻰ ﻧﺸﺮ اﻹﺳﻼم ﻓﻰ إﻧﺪوﻧﯿﺴﯿﺎ ﻣﻦ ﺧﻼل ﺗﻌﻠﯿﻢ اﻷﺑﻨﺎء اﻹﻧﺪوﻧﯿﺴﯿﯿﻦ اﻟﺬﯾﻦ ﯾﺪرﺳﻮن ﻓﻰ دول اﻟﺸﺮق اﻷوﺳﻂ ﻟﻨﺸﺮ اﻹﺳﻼم ﻓﻰ ﺑﻠﺪھﻢ ﺑﻌﺞ رﺟﻮﻋﮭﻢ. أﻣﺎ اﻟﻜﺘﺐ اﻟﺪﯾﻨﯿﺔ اﻟﻤﺘﺮﺣﻤﺔ ﻣﻦ اﻟﻌﺮﺑﯿﺔ إﻟﻰ اﻹﻧﺪوﻧﯿﺴﯿﺔ ﺑﻮﺻﻔﮭﺎ وﺳﯿﻠﺔ ﻟﻨﻘﻞ اﻟﻤﻌﺎرف ﻓﻠﮭﺎ أﺛﺮ ﻛﺒﯿﺮ ﻓﻰ ﻓﻜﺮ اﻟﻤﺠﺘﻤﻊ اﻹﻧﺪوﻧﯿﺴﻲ ﺗﺠﺎه اﻹﺳﻼم. وﻗﺪ أﻛﺪت اﻟﺒﯿﺎﻧﺎت أن ا ﻟﻔﻜﺮ اﻷﺻﻮﻟﻰ اﻹﺳﻼﻣﻲ ﻗﺎدم ﻣﻦ ﻣﻨﻄﻘﺔ اﻟﺸﺮق اﻷوﺳﻂ ،وﯾﻨﺘﺸﺮ ﻓﻰ أﻧﺤﺎء اﻟﻌﺎﻟﻢ ﺑﻤﺎ ﻓﯿﮫ إﻧﺪوﻧﯿﺴﯿﺎ. وﺑﻨﺎء ﻋﻠﻰ ذﻟﻚ ﻓﺈن اﻟﻤﻨﮭﺞ اﻷﻧﺴﺐ ﻟﮭﺬا اﻟﺒﺤﺚ ھﻮ ﻣﻨﮭﺞ اﻻﻧﺘﺸﺎر ﻋﻠﻰ اﻟﻨﻤﻮذج اﻟﺘﺎرﯾﺨﻲ. ﺗﻌﺘﻤﺪ اﻟﺤﺮﻛﺔ اﻹﺳﻼﻣﯿﺔ ﻋﻠﻰ اﻹﯾﺪوﻟﻮﺟﯿﺔ واﻻﺳﺘﯿﺮاﺗﯿﺠﯿﺔ اﻟﺘﻰ ﺗﻌﺎرض ﻣﻨﮭﺞ اﻟﺠﻤﻌﯿﺎت اﻹﺳﻼﻣﯿﺔ ﻓﻰ إﻧﺪوﻧﯿﺴﯿﺎ .وﯾﺘﻤﯿﺰ رﺟﺎل ھﺬه اﻟﺤﺮﻛﺔ ﺑﺎﻟﺘﺸﺪد واﻟﺘﻄﺮف واﻟﺤﻤﺎﺳﺔ واﻟﺘﻤﺴﻚ ﺑﺎﻟﻨﺺ واﻟﺘﺤﻔﻆ واﻟﺘﺤﺠﺐ .إن ﺗﺠﻤﻌﺎ ﻣﻦ ﺗﺠﻤﻌﺎت ھﺬه اﻟﺤﺮﻛﺔ ﻟﮭﺎ ﺧﻄﻄﺎ ﺳﯿﺎﺳﯿﺔ ﻣﺨﺘﻠﻔﺔ ،وﻟﻜﻨﮭﺎ ﻣﺸﺘﺮﻛﺔ ﻓﻰ رؤﯾﺔ ﻣﺴﺘﻘﺒﯿﻠﺔ واﺣﺪة ،وھﻲ ﺗﻄﺒﯿﻖ اﻟﺸﺮﯾﻌﺔ اﻹﺳﻼﻣﯿﺔ ﻓﻰ ﺟﻤﯿﻊ ﻣﺠﺎﻻت اﻟﺤﯿﺎة، ﺑﻤﺎ ﻓﯿﮭﺎ ﺷﺆون اﻟﺪوﻟﺔ. واﻟﺤﺮﻛﺔ اﻹﺳﻼﻣﯿﺔ -ﻋﻨﺪ ﯾﻜﻤﯿﺠﯿﺎن -ﻣﻨﻘﺴﻤﺔ إﻟﻰ أرﺑﻌﺔ أﻗﺴﺎم: .1اﻹﺳﻼم اﻟﻮاﻗﻌﻰ اﻟﺘﺪرﺟﻲ .2اﻟﺸﯿﻌﺔ اﻟﺜﻮرﯾﺔ .3اﻟﺴﻨﻰ اﻟﺜﻮري .4دﻋﻮة اﻹﺳﻼم اﻟﻤﺨﻠﺼﺔ. ﯾﺮﻛﺰ اﻟﺒﺎﺣﺚ دراﺳﺘﮫ ﻋﻠﻰ اﻟﺤﺮﻛﺔ اﻹﺳﻼﻣﯿﺔ اﻷﺻﻮﻟﯿﺔ ﻓﻰ ﺟﻮﻏﯿﺎﻛﺮﺗﺎ وﺳﻮراﻛﺮﺗﺎ ﺣﯿﺚ اﻟﺨﻠﻔﯿﺎت اﻟﺘﺎرﯾﺨﯿﺔ اﻟﻤﮭﻤﺔ ﻟﺘﻄﻮر اﻟﺤﺮﻛﺎت اﻹﺳﻼﻣﯿﺔ ﻓﻰ إﻧﺪوﻧﯿﺴﯿﺎ ،وﻛﻮﻧﮭﻤﺎ ﻣﺘﻤﺜﻠﺘﯿﻦ ﻟﻠﺤﺮﻛﺎت اﻹﺳﻼﻣﯿﺔ ﻓﻰ إﻧﺪوﻧﯿﺴﯿﺎ.
Pendahuluan
1.
Ada dua pola masuknya Islam ke Indonesia. Pertama, pola dagang
dan sufi. Dalam pola ini Islam masuk
xiii). Para mahasiswa Indonesia juga
melalui interaksi sosial dengan media
menjalin hubungan intensif pada 1980-
perdagangan
an
dan
keagamaan tasawuf.
pengajaran
melalui
ritus
Keduanya
menggunakan maksudnya
dengan
para
aktivis
Ikhwanul
mistis
Muslimin di Mesir dan Arab Saudi
sama-sama
(Idem: 88-95). Bahkan, waktu jauh
kultural,
sebelum ini, ada hubungan antara
elemen-
Muhammad
tipe menjadikan
Rasyidi
dan
Kahar
elemen budaya dan tradisi sebagai
Muzakkir (salah satu penandatangan
media penyebaran (Denys Lombard,
Piagam Jakarta) juga pernah menjalin
1996; Ngatawi, 2002: 50). Pola kedua,
hubungan
adalah gerakan politik yang radikal-
Mesir, tokoh Ikhwanul Muslimin (Idem:
fundamentalis, gerakan ini cenderung
90). Muhammad Natsir secara lebih
melakukan tindak kekerasan dalam
luas juga menjalin hubungan dengan
pusat kekuasaan, penanaman nilai-
berbagai Negara Islam (Idem: 86). Di
nilai Islam dilakukan secara paksa
bawah
dengan mengabaikan faktor kultural
mengelola
(lihat: Ngatawi, 2002: 50). Dua pola
Indonesia ke Mesir pada tahun 1957
gerakan ini yang menjadi dasar bagi
sejumlah
gerakan selanjutnya.
Sekarang
dengan
Natsir,
Sayyid
Partai
pengiriman
90
orang
Quthub
Masyumi mahasiswa
(Idem:
89).
mahasiswa dan pelajar
Indonesia yang studi di Mesir ada 4044 Dalam selanjutnya, jumlah Indonesia
perkembangan dengan
pelajar
dan
yang
orang (Sangidu, dkk., 2009: 100).
meningkatnya mahasiswa Timur
Orde Baru, yaitu pada 1980 dibuka
semakin
LPBA (Lembaga Pengajaran Bahasa
antara
Arab) dan kemudian berganti nama
Tengah
LIPIA (Lembaga Ilmu Islam dan Sastra
semakin dekat dalam banyak hal. Pada
Arab) di Jakarta, lembaga ini cabang
periode 1980-an mahasiswa Indonesia
dari Universitas Ibnu Saud Riyadh.
di
menyerap
Momentum ini merupakan kelanjutan
gagasan Islam fundamentalisme seperti
dari program pemerintah Saudi ketika
Ikhwanul Muslimin, dan juga pemikir
mengalami
Iran seperti Imam Khomeini dan Ali
minyak mereka yang “booming” di
Syari’ati. Padahal periode sebelumnya,
tahun 1970-an, sehingga Indonesia
mereka banyak menyerap pengetahuan
juga mendapatkan bantuan keuangan,
dari Barat (M. Imdadun Rahmat, 2002:
yang kegiatan ini tidak terlepas dari
Tengah,
menjadikan
mendekatkan Indonesia
Mesir
belajar
hubungan
dengan
banyak
Timur
yang
di
Perkembangan Islam semasa
masa
kejayaan
harga
program
pemerintah
Saudi
untuk
kembar World Trade Center (WTC)
yang
Amerika pada 11 September 2001
berwajah Salafy ke seluruh dunia Islam
hancur berkeping-keping, dan menelan
(Idem: 99; Abdul Munip, 2007: 153).
korban manusia yang jumlahnya amat
Para alumnus inilah yang kemudian
besar, yaitu lebih dari 3000 orang
menjadi
di
meninggal dunia. Dugaan Osama bin
menjadi
Laden sebagai dalang aksi terorisme
Islam
mengakibatkan stigma fundamentalis-
adalah pertemuan para aktivis Muslim
me Islam (Islam Al-Ushūliyyah) sebagai
di Afganistan pada pendidikan Harbiy
“sesuatu yang mengerikan” dan “penuh
Pohantum
tanda tanya”, dalam hal ini keterlibatan
menyebarkan paham Wahabi
tokoh
Indonesia. medium
Wahabi-Salafy
Hal
lain
transmisi
yang
pemikiran
Mujahidin-e-Afghanistan
Ittihad-e-Islamiy
(Akademi
Militer
Al-Qaeda sebagai gerakan “Islam Al-
Mujahidin Afganistan), di sini berkumpul
Ushūliyyah”
puluhan aktivis berbagai negara dari
dipertanyakan orang (Eramuslim, 2007:
gerakan Islam seluruh
44-97).
dunia,
dan
masih
sering
delegasi dari Indonesia menamakan diri sebagai delegasi NII (Negara Islam Indonesia)
(Nasir
Nursalim:
2001:
Abas, Robert
2005; Dreyfuss.
2007).
Gerakan
Islam
Al-Ushūliyyah
sebagai paham yang dapat terjadi di mana, kapan, dan oleh siapa pun akan menyudutkan aktivitas agama tertentu. Bernard Lewis menulis buku yang
2.
Gerakan
Fundamentalisme
tergolong best seller dengan judul The
Islam atau Islam Al-Ushūliyyah
Crisis of Islam: Holy War and Unholy
2.1 Gerakan
Terror, yang menyebutkan bahwa Islam
Radikal
dan
Terorisme
merupakan
Abad XXI oleh banyak kalangan
agama
yang
dihinggapi krisis doktrinal.
sedang Di pihak
diberi julukan pula sebagai Milenium
lain, Thariq Ali menulis The Clash of
Fundamentalisme. Tuduhan ini bukan
Fundamentalism:
mengada-ada, melainkan fakta yang
and Modernity bertujuan mengcover
tidak dapat dielakkan dari sejarah
adanya dialektika yang hidup dan
kemanusiaan
perlunya
Misrawi,
terakhir
2003:
dikatakan
65).
ini
(Zuhairi
Selanjutnya
bahwa
gerakan
Islam
memuncak
fundamentalis aktivitasnya
dan
menjadi
sorotan
masyarakat
dunia
tatkala
menara
Crusades,
mencari
mengenai
Islam
makna
Jihads,
sejati
Al-Ushūliyyah,
demikian Zuhairi Misrawi (2003: 65). Samuel
P.
Huntington
mengatakan bahwa, gerakan Islam
yang terjadi di Timur Tengah amat
sering
berpengaruh bagi perkembangan ke
yang “suka mengobarkan kekerasan”,
berbagai Negara Islam di dunia Islam
atau adanya pendapat ekstrim yang
(2000). Banyak pemikiran ulama Timur
mengatakan
Tengah
gerakan
fundamentalis Islam identik dengan
penjuru
teroris, perlu dikaji dengan seksama.
dunia. Gerakan ini di berbagai belahan
Padahal sebagian dari pola pemikiran
dunia
gerakan Islam Al-Ushūliyyah secara
yang
fundamentalis
mewarnai di
makin
berbagai
hari
makin
pesat
dipandang
sebagai
bahwa
gerakan
perkembangannya. Sehingga gerakan
ideologis
Islam Al-Ushūliyyah dipandang sebagai
“pengamalan
syariat
suatu ancaman besar bagi banyak
menyeluruh/
kāffah“
negara,
terdapat pada firman Allah di dalam
bahkan
sering
dianggap
sebagai ancaman besar bagi negaranegara
Barat
termasuk
Serikat.
Banyak
hal
adalah
gerakan
mencita-citakan Islam
secara
sebagaimana
Alquran (Q.S. Al- Baqarah 208).
Amerika
yang
harus
dipahami terhadap munculnya gerakan Islam Al-Ushūliyyah, dan
masyarakat
ini harus diberi informasi yang benar dan
dapat
karena
diberikan
satu
sisi
pencerahan,
agama
“Hai
lain
Islam dipandang
yang
beriman,
masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan.”
Islam Berbagai
dipandang sebagai pelaku teror, dan di sisi
orang-orang
sebagai
gerakan
Islam
Al-
Ushūliyyah yang bermunculan pada
yang
akhir-akhir ini memiliki berbagai tipikal,
membawa rahmat/ kesejahteraan bagi
di satu sisi ada gerakan Islam yang
alam semesta’.
akomodatif, dan di sisi lain ada gerakan
rahmatan
lil’ālamīn,
‘agama
radikal yang tercermin dalam berbagai
pemberontakan dengan menggunakan simbol-simbol Islam.
Pada era ini
Wa mā arsalnāka illā rachmatan lil
gerakan radikal Islam bukan sebagai
‘ālamīn, artinya ‘Dan Tiadalah Kami
suatu gerakan tunggal, karena kalau
mengutus
(Muhammad),
diteliti secara seksama ada beberapa
melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
varian dalam gerakan Islam radikal.
semesta alam’ (Q.S. Al-Anbiyā’: 1). Dan
Sehubungan dengan kajian terhadap
mengenai anggapan bahwa dari sisi
Islam
lain gerakan Islam Al-Ushūliyyah yang
Imdadun Rahmat, karya tulis yang
kamu
Al-Ushūliyyah,
menurut
M.
menjadikan transmisi pemikiran dan
fundamental;
gerakan Islam di Timur Tengah ke
fundamental
Indonesia sebagai tema utama, masih
opinions and politics; (maths) relating to
terbilang
the root of a member or quantity’
langka.
Pada
umumnya,
(politics) reforms;
advanced
(Hornby,
Timur Tengah terhadap perkembangan
Sedangkan millitant artinya ‘ready for
Islam di
fighting;
bagian
dari pembahasan tema-tema
et.al.
actively
1987:
in
pengaruh pemikiran dan gerakan Islam
Indonesia hanya menjadi
AS
favouring
engaged
350).
in
or
supporting the use of force or strong
yang lain. Sehingga tema ini masih
pressure’.31
menyediakan
radikal Islam, atau fundamentalis Islam
“lahan
kosong”
bagi
peneliti-peneliti selanjutnya (2002: xix).
Pada
era
ini
gerakan
bukan sebagai suatu gerakan tunggal, karena kalau diteliti secara seksama
Sejauh ini, tidak ada kajian yang komprehensif tentang jaringan ulama Timur Tengah dan Nusantara (Azra, 1994: 18). Selanjutnya dikatakan oleh Azra bahwa, meski terdapat kajian-
ada beberapa varian dalam gerakan Islam radikal. Ada dua tipe gerakan Islam radikal saat itu, pertama gerakan Islam radikal kritis; kedua gerakan Islam radikal fundamentalis.32
kajian penting tentang beberapa tokoh ulama Melayu-Indonesia pada abad ke-
1)
Gerakan
Radikal
Islam Kritis:
17 dan ke-8, tetapi tak banyak upaya
gerakan ini terjadi karena ada
dilakukan untuk mengkaji secara kritis
tekanan
tentang
sumber-sumber
wenangan,
mereka;
dan
pemikiran
khususnya
tentang
sosial,
kesewenang-
dan
ketidak-adilan
yang dilakukan oleh pemerintah
bagaimana gagasan dan pemikiran
colonial/
ditransmisikan dari jaringan ulama yang
radikal jenis ini terjadi bukan
ada; dan tentang bagaimana gagasan
karena dorongan ideologi Islam,
yang
gerakan
mereka
mempengaruhi Islam
di
transmisikan perjalanan
Nusantara
itu
historis
ini
bukan
Gerakan
karena
didorong suatu cita-cita untuk
18).
menegakkan nilai-nilai Islam, atau
Gerakan Islam meliputi gerakan yang
bukan sebagai suatu perjuangan
disebabkan oleh Islam dalam bidang
untuk penyebaran ajaran Islam,
ideologi,
Mu’tazilah,
tetapi karena adanya perlawanan
Wahabi,
terhadap tatanan yang tidak adil,
misalnya
Asy’ariyah, Akhbari,
(Idem:
penjajah.
tradisionalis,
gerakan-puritanisme,
fundamentalis Islam.
28
‘of
root
or
from
the
dan
Radical adalah or
base29;
yang secara langsung tekanan penguasa
ini
langsung
bersinggungan
dengan
kepentingan masyarakat. 2)
menerapkan syariat dan mendirikan negara Islam. Namun, ia prototipe dari
Islam
gerakan Salafiyah yang dikomandoi
Fundamentalis: proses terjadinya
pertama kali oleh Ahmad bin Hanbal
gerakan ini sama seperti gerakan
kemudian
yang pertama tadi, hanya saja
Taimiyah, Ibnu Qayim, dan Jamaluddin
orientasi,
dan
Al-Afghani yang lebih pada pembaruan
pendekatannya berbeda dengan
keagamaan.34 Terlepas dari semua itu,
gerakan
istilah
Gerakan
Radikal
misi, Islam
radikal
kritis.
diteruskan
oleh
Ibnu
fundamentalisme
yang
Gerakan ini lebih bersifat sebagai
dipersepsikan masyarakat dunia saat
suatu gerakan ideologis daripada
ini
gerakan social, gerakan ini lebih
diproduksi
mementingkan
Fundamentalisme
tertanamnya
merupakan
pemaknaan
yang
bangsa
Barat.
menunjuk
pada
ideologi keislaman dalam struktur
sikap-sikap yang ekstrem, hitam putih,
sosial
tidak toleran, tidak kompromi, dan
daripada
terjadinya
mewujudkan
perubahan
sosial.
segalanya
yang
asosiatif.
Agama
Karena karakter dari gerakan ini
dijadikan alat untuk mengintimidasi dan
sedemikian rupa, maka gerakan
menindas
ini tidak saja hanya ditujukan
bertentangan
kepada kelompok di luar Islam,
Padahal,
tetapi juga kepada sesama umat
mengajarkan
demikian.
Islam
kemanusiaan
agama
yang
berbeda
sekelompok
orang
dengan
agama
yang
pahamnya.
mana
pun
tidak
Nilai-nilai ditinggalkan.
pemahamannya terhadap Islam,
Agama yang dibangun dari integrasi
sehingga gerakan ini tidak segan-
akal
segan untuk melawan sesama
nonrasional,
pemeluk Islam yang dianggap
pikiran yang masuk akal (rasional),
sesat dan menyimpang.33
telah beralih peran yang mengarah
Menurut Hassan Hanafi, dalam tulisannya “Al-Ushūliyah Al-Islāmiyah”
sehingga
pada penciptaan bertindak
menciptakan
rasionalitas
anarkis.
dengan
untuk Istilah
fundamentalisme kali pertama muncul
bukan
di dunia Barat oleh gerakan Kristen
gerakan pemikiran atau Islam politik,
Protestan Amerika. Mereka memerangi
pun juga bukan Islam literal yang
masyarakat sekuler yang baik maupun
ditengarai
yang buruk, mengisolasi dari kehidupan
Mishr,
jenggot,
Islam
Ats-Tsawrah
rasional
Fī
dalam Ad-Dīn
wa
pikiran
fundamentalis
dengan pakai
memanjangkan cadar,
ajakan
bermasyarakat, dan memusuhi akal
also been called “restitutionist” and
pikiran hasil penemuan ilmiah.
”restorationist” because they constantly
Menurut radikalisme
Sartono
Kartodirdjo,
keagamaan
adalah
gerakan keagamaan yang berusaha merombak secara total tatanan politis atau tatanan sosial yang ada dengan menggunakan dalam
The
kekerasan.35 American
Dan
di
strive to recreat an Islamic state founded on the same principles
fundamental
as the first Islamic state
which was established in 622 AD by Prophet Muhammad in Medina (and then
continued
Rashidin.
by
the
Khulafah-i
38
Heritage
Dictionary of English Language disusun
Komunitas Islam radikal (Islam
oleh William Morris bahwa gerakan
fundamentalis;
Islam
militan;
Islam
keagamaan yang berciri militan atau
politik;
garis
keras;
Islam
radikal,
aktivitasnya
bersifat
revivalisme; dan Gerakan Islam Al-
agresif,
siap
berjuang,
bertempur,
Ushūliyyah atau dalam istilah bahasa
berkelai
atau
berperang,
terutama
Arab Al-ushūliyyah al-Islāmiyyah atau
untuk
selalu
memperlihatkan
pengabdian
mereka secara total terhadap suatu cita-cita.
36
yang
Islam
setipe
‘komunitas
dengan
Islam
ini::
yang
adalah
berideologi
Sebagai contoh dari salah
untuk memperjuangkan syariat Islam
satu karakteristik perjuangan yang total
dapat diberlakukan dalam berbagai
itu sering muncul semboyan yang tegas
segi
seakan tidak dapat ditawar lagi, seperti
pemberlakuan syariat termasuk dalam
semboyan gerakan Ikhwanul Muslimin
kehidupan bernegara.
(berdiri di Mesir, 1928); ‘Isy karīman au mut syahīdan, artinya ‘Hiduplah mulia, atau matilah syahid!’, dan ada pula semboyan dari gerakan revolusi Iran (1979): Nab syarq, nab gharb, faqat jumhūri-I Islāmi, artinya ‘Bukan Timur dan bukan Barat, hanyalah Republik Islam’.37 beberapa
Kecuali
itu
penyebutan
masih bagi
ada Islam
fundamentalis, kadang disebut dengan “restitutionist”
dan
kadang
juga
”restorationist”, sesuai dengan alasan berikut: Muslim fundamentalist have
2.2
kehidupan,
dan
atau
Ideologi Gerakan Al-Ushūliyyah
tentang Agama dan Negara 1) Politik Islam Politik pernah didefinisikan secara sederhana tapi cukup mengena oleh Harold Laswell sebagai Who gets what, when, how? (Siapa mendapat apa, kapan, dan
bagaimana?
(Lasswell,
[1935] 1965: 3; Miriam Budiardjo, 1998: 11-12). Politik dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah siyāsah ()ﺴﯾﺎﺴﺔ, kata siyāsah diserap ke dalam bahasa
Indonesia menjadi siasat, jadi kalau kita
Islamic reassertion, Islamic resurgence,
kombinasikan
political Islam, Islamic fundamentalism,
antara
kata
dalam
bahasa Indonesia dan bahasa Arab, politik dapat dimaknai sebagai ‘siasat’ atau ‘strategi’ untuk memperoleh suatu kekuasaan.
Banyak
kalangan
yang
mengatakan bahwa politik itu identik dengan
kekuasaan.
Sedangkan
“kekuasaan”, menurut Budiardjo adalah kemampuan
seseorang
atau
suatu
kelompok untuk mempengaruhi orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku (idem, Budiardjo: 10). Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih
kekuasaan
konstitusional
secara
maupun
non-
konstitusional. Perjuangan politik Islam sering didasarkan oleh ideologi Islam.
Islamism, and in a myriad other ways. Sebuah
ideologi
yang
belum
diimplementasikan barulah merupakan sebuah gagasan. Ahmad Syafii Maarif mengatakan
bahwa
Alquran
mengarahkan manusia kepada hal-hal yang praktis, pada amal perbuatan, bukan hanya sekedar pada gagasan. Bertolak dari pandangan ini maka iman barulah punya arti bila diikuti secara terpadu oleh
amal yang baik dan
konstruktif (1996: 10). Telah diketahui bahwa kecuali manusia itu sebagai makhluk sosial, juga sebagai makhluk politik, sebagaimana juga dikatakan oleh Aristoteles (Idem: 13), sehingga
Ideologi
Islam
menurut
Mir
Zuhair Husain, 1997: 91):
kalau
kehidupan
manusia
sebagai
makhluk sosial dan makhluk politik itu dihadapkan dengan kenyataan sejarah
The “ideologization of Islam” is the reaffirmation of Islam as a political idiom in which Islamic symbols, ideas, and
ideals
are
cultivated
by
practicioners – Islamic revivalist or Islamist
–
misguided,
both
enlightened
reactionary
and and
revolutionary, pacifist and violent, rulers and
opposition
groups.
The
ideologization of Islam, whereby Islam becomes a comprehensive political ideology, has been referred to in the scholarly literature and in the popular mass media as Islamic revivalism,
dipraktekkannya
Alquran,
akan
didapatkan data historis sebagaimana Nabi
Muhammad
Saw.
menyikapi
kehidupan sosial dan politik (Idem: 13). Berdasarkan kenyataan pengamalan Alquran, dapat diketahui bahwa periode akhir merupakan pengembangan dari periode sebelumnya, jelasnya ketika Nabi Muhammad Saw. berada dalam perode Mekah, Nabi tidak memiliki kekuasaan, sedangkan pada periode Madinah, Nabi adalah sebagai kepala politik-agamanya
(Fazlur
Rahman,
1982a: 2). Sekalipun ia tidak pernah
menyatakan
diri
sebagai
seorang
Khalifah yang terakhir, yaitu Ali Ibnu Abi
“penguasa” (Ibid: 14). Di dalam Alquran
Thalib (656 – 661 M.) menantu Nabi,
pun
Nabi
terbunuh dalam perjalanannya menuju
sebagai
masjid pada saat masyarakat Islam
ditegaskan
Muhammad
Saw.
bahwa adalah
seorang Rasul (Q.S. Ali Imran: 164).
terpecah
Posisi Nabi Muhammad sejak awal
(Eickelman dan Piscatori, 1998: 46).
kenabian sampai wafatnya (632 M) tidak berubah , “Ia hanyalah seorang Rasul”
(Q.S.Ali
Imran:
144).
Ibnu
Taimiyah berpendapat bahwa agama harus memiliki “Buku Petunjuk” dan “Pedang Penolong” (Fazlur Rahman 1982b: 261 – 262). Makna “Pedang Penolong” tersebut adalah “sebuah
kekuasaan”,
sebagai
kekuasaan
sebagai sesuatu yang esensial dan mutlak bagi agama, tetapi kekuasaan itu bukan agama, jadi politik atau Negara hanyalah sebagai alat bagi agama, ia bukan suatu eksistensi dari agama (Idem, 1982b:2). Sepeninggal Nabi Muhammad Saw., kepemimpinan diteruskan oleh “Khulafa’ur Raasyidin”, yaitu
empat
sahabat
Rasul
yang
pilihan. Pada kehidupan kenegaraan di masa empat sahabat, hanya ada satu kepala Negara yaitu Abubakar AshShiddiq (632-634 M.) yang meninggal dunia dengan wajar, selain itu, Umar Ibnul-Khattab (memerintah 634 - 644 M.) dibunuh oleh budak Kristen milik gubernur Basrah. Yang ketiga, Utsman Ibnu ‘Affan (644- 656 M.) terbunuh dan rumahnya dijarah oleh orang yang menganggap pemerintahannya tirani.
belah
Kepahitan politik
oleh
perselisihan
dalam
implementasi
Islam ini terus
berlangsung
sampai runtuhnya kekhalifahan Islam di Turki, yaitu Khilafah Utsmaniyyah, yang dulunya
merupakan
pemerintahan
Islam dirubah menjadi Republik Turki yang nasionalis dan sekuler (1924) oleh Musthafa Kemal Ataturk (Eickelman dan Piscatori, 1998: 43; Dekmejian, 1995: 26). Perjuangan politik Islam lainnya pada akhir abad 19, ditandai dengan munculnya suatu mazhab pada akhir abad 19 dan dikenal dengan sebutan Salafiyah banyak mengambil inisiatif
untuk
mengatur
komunitas
muslim. Sebagai contoh, Muhammad Abduh
(1849
pendapatnya kaum
– bahwa:
muslimin
dari
1905)
dengan
“mengabaikan kaidah-kaidah
umum dalam masalah hukum dan tekanan
penguasa,
kebingungan hukum,
menyebabkan
intelektual,
kerusakan
stagnasi
politik,
dan
kemunduran Islam” (Eickelman dan Piscatori: 47). Dalam perjuangan Islam untuk
kembali
kepada
apa
yang
dilakukan oleh Nabi dan 4 sahabat ini, peran Ahmad Ibnu Hanbal (855M.) dari kalangan sunni amat penting, kemudian
ideologi
ini
diusung
oleh
Ibnu
Pembicaraan tentang
persoalan
Taymiyyah, Ibnul Qayyim Al-Jauziah,
Agama dan Negara dalam Islam tidak
dan Muhammad Ibnu Abul Wahhab
dapat
(Dekmejian, 1995: 37-41). Di pihak lain,
ditunjukkan oleh Nabi Muhammad Saw.
dari kelompok Syiah, ada gerakan
dalam
untuk
memperjuangkan
Piagam Madinah merupakan aturan
negara
Islam
juga
berdirinya
menjadi
terlepas
dari
Piagam
acuan
Madinah,
yang
saat
itu
suatu
yang dipakai untuk menyatukan umat
kenyataan dengan berdirinya Republik
(Sukardja, 1995: 44). Piagam Madinah
Islam Iran (1979).
lahir pada tahun pertama Hijriah (622
Adanya dialektika antara pemikiran bahwa “Agama dan Negara sebagai suatu kesatuan” dengan “Agama dan Negara
sebagai
terpisahkan”,
sesuatu
merupakan
yang sebuah
perbincangan yang sampai saat ini masih
selalu
aktual.
mengungkapkan kenyataan
ini
Untuk
permasalahan penulis
M), ketika itu belum ada aturan tentang hubungan antar negara, belum ada hukum internasional, yang ada adalah besarnya konflik yang terjadi antar suku,
dan
merajalelanya
berbagai
kemusyrikan. Saat itu Nabi Muhammad tampil sebagai pemersatu umat yang pluralis (Idem: 41-44).
dan
memandang
dengan paradigma historis.
Dekmejian
dalam
Islam
in
Revolution: Fundamentalism in Arab World (1995) secara rinci membahas
Ideologi Agama dan Negara
tentang
pemerintahan
Islam
sejak
sampai
masa Nabi Muhammad Saw., Dinasti
suatu
Abbasiyah, Dinasti Umayyah, Khilafah
konsep tentang Negara Islam, yang
Utsman, dan sampai masa Revolusi
dapat dipedomani sebagai acuan bagi
Islam Iran (1979). Pada buku ini juga
semua golongan yang ada.
Ulama
dijelaskan tentang dialektika perspektif
besar
pernah
dari masyarakat Islam yang meliputi: 1)
membuat konsep tentang pemerintahan
Pertentangan antara sekuler dengan
Islam dalam bukunya Kitābu’l-Ahkām
Islam; 2) Islam moderat dengan Islam
Sejak sekarang
zaman belum
Arab,
Nabi ditemukan
Al-Mawardi
As-Sulthāniyyah, tentang
Pemerintahan
‘Prinsip-prinsip Islam’,
yang
konservatif; dengan
3) Islam yang mapan
Islam
mengemukakan bahwa “khlaifah harus
Pemerintahan
menjunjung tinggi dan menerapkan
militan;
yariat” (Al-Mawardi: 1960).
Islamisme;
fundamentalis; Islam
dengan
Nasionalisme 5)
Sufisme
4) Islam
dengan dengan
Islamisme; 6) Islam tradisional dengan
Islam fundamentalisme; 7) Revivalis
diberlakukan pada kekhilafahan Turki,
agama
amat
dengan
politik
Islam;
8)
besar
dampaknya
bagi
Kelompok mapan dengan kelompok
pertumbuhan gerakan Islam militan,
revolusioner; dan 9) Dāru ‘l-harbi dan
Azra
Dāru ‘l-Islām.
Nasution
Secara keseluruhan Dekmejian membuat
tipologi
tentang
gerakan
Islam di dunia ini menjadi 4 kategori: 1) Islam Pragmatik bertahap (GradualistPragmatic);
2)
Islam
Syi’ah
Revolusioner (Revolutionary Shi’ite); 3) Islam
Sunni
Revolusioner
(Revolutionary Sunni); dan 4) Dakwah Islam
Murni
(Messianic-Puritanical)
(1995: 57-60).
Politik
Islam:
dari
Fundamentalisme, Modernisme Hingga Post-Modernisme (1996) mengatakan bahwa, pembaruan yang dilancarkan oleh elit politik, militer, dan intelektual, walau semula terbatas bidang militer dan birokrasi, memunculkan ideologi pembaruan yang modernis tapi dari lapisan sosial baru yang sering disebut Westernis. Komitmen dan orientasi dari kelompok
Westernis
ini
adalah
menawarkan gagasan pembaruan ala Barat
pada
segala
sistem
dan
kelembagaan
masyarakat
muslim.
Gagasan
pembaruan
tsb.
ditransmisikan melalui kalangan ulama,
pendapat
bahwa
ditawarkan
Harun
pembaruan
oleh
Barat
yang adalah
bernuansa sekuler, dan pembaruan yang
ditawarkan
oleh
revivalisme
muslim berupa pemurnian ajaran yang sesuai dengan yang dipraktekkan Nabi Muhammad Saw. Pemikiran ulama itu amat kompleks, sehingga tidak mudah untuk
dikelompokkan
dalam
satu
tipologi tertentu, misal Abduh, pada level pemikiran adalah pembaru, tetapi pada
Azyumardi Azra dalam bukunya Pergolakan
mengutip
tingkat
keagamaan
adalah
revivalis. Pada buku Joel Beinin dan Joe Stork, Political Islam: Essays From Middle East Report (1997) disebutkan tentang
teori
gerakan
penyebab
fundamentalis
terjadinya Islam:
1)
Pemimpin negara cenderung sekuler; 2) Pemimpin yang menjadikan Islam bukan
sebagai ideologi negara dan
legitimasi
politik;
3)
Deskriminasi
pemimpin terhadap kelompok Islam; 4) Kristenisasi juga menjadi penyebab tumbuhnya gerakan Islam radikal; 5) konsep politik Barat yang bertentangan dengan politik Islam. Ahmad Studi
Syafii
Maarif
tentang
dalam
dan mendapat dukungan dari kalangan
bukunya
Percaturan
militer dan birokrasi. Pembaruan yang
dalam Konstituante: Islam dan Masalah
Kenegaraan (1996) dikatakan bahwa,
secara konstitusional suatu perjuangan
sampai saat ini masih cukup langka
membentuk negara berdasarkan Islam
tentang kajian ilmiah dan sistematis
menjadi tidak mungkin. Pada mulanya,
yang mampu mengartikulasikan hakikat
Majelis
dan corak negara Islam yang oleh
rancangan dasar negara atas dasar
sebagian kelompok untuk diterapkan di
usulan 3 fraksi
Indonesia, bahkan di negara-negara
rancangan itu ialah: Pancasila, Islam,
Islam sendiri sulit sekali ditemukan
dan
kajian yang secara teoretis membahas
tentang
hakikat, watak, dan sifat negara yang
akhirnya
berdasarkan
dibubarkan oleh Presiden Soekarno
Islam
(Idem:
125).
Secara umum dapat dikatakan
Konstituante
memiliki
yang
ada,
Sosial-ekonomi.
pada
dasar
ketiga
Perdebatan
negara,
Majelis
Juli
draft
sehingga
Konstituante
1959,
dalam
usaha
bahwa sejak awal kelompok modernis
menciptakan suatu tatanan politik baru
(yaitu
membela
dengan sebutan Demokrasi Terpimpin
demokrasi menentang gerakan politik
(1059-1965) (Idem: 124). Pada 9 April
otoriter Sukarno tahun 50-an) dan
1945 Jepang membentuk BPUPKI yang
pesantren
sistem
anggotanya 68 orang, lembaga ini
demokrasi (Idem. 125-126). Menurut
membahas bentuk, batas, dan dasar
data yang diperoleh oleh Syafii Maarif,
filsafat negara. Konsep tentang dasar
pemimpin-pemimpin Syarikat Islam (SI)
negara Islam sudah dibahas dalam
seperti Surjopranoto dan Dr. Soekiman
lembaga ini, tetapi dari 68 anggota
Wirjosandjojo telah berbicara tentang
BPUPKI, hanya ada 15 orang yang
kekuasaan dan pemerintahan Islam di
membawakan aspirasi kelompok Islam,
akhir
mereka
selebihnya adalah kelompok nasionalis
mengemukakan pendapatnya bahwa
sekuler (hal. 102-103). Perubahan anak
tujuan
kalimat
kelompok
telah
tahun
yang
memilih
1920-an,
kemerdekaan
adalah
untuk
pada
sila
pertama
menciptakan suatu pemerintahan Islam
Pancasila
(Idem: 126). Selanjutnya dalam Pemilu
kewajiban menjalankan syariat Islam
1955 partai Islam hanya memperoleh
bagi
45% suara, menurut UUDS 1950 yang
“Ketuhanan Yang Maha Esa”, pada 18
juga mengatur Pemilu itu, suatu UUD-
Agustus 1945 merupakan saat penting
baru baru sah jika rancangannya telah
bahwa wakil-wakil umat Islam saat itu
disetujui oleh paling kurang 2/3 anggota
menyetujui penghapusan anak kalimat
parlemen yang hadir dalam rapat.
“…dengan
Sehingga
syariat
dapat
diketahui
bahwa
“Ketuhanan
dalam
pemeluknya”
diubah
kewajiban
Islam
dengan
bagi
menjadi
menjalankan pemeluknya”,
menjadi ”…Yang Maha Esa” (hal. 109-
tengah arus teror dan kekerasan yang
110),
membangkitkan kepanikan di kalangan
yang
berarti
mendirikan
upaya
negara
berdasarkan
syariat
untuk
Indonesia Islam
warga Negara.
telah
Persoalan sistem pemerintahan,
berakhir secara konstitusional. pada Dikatakan oleh Syarifuddin Jurdi bahwa,
umat
Sunni
menganggap siapa saja dapat menjadi khalifah sepanjang memenuhi syarat
pemimpinnya tidak dapat melepaskan
secara syariat, namun pada kalangan
diri
apalagi
Syi’ah pemimpin tertinggi atas negara
Islam
dan agama ada di tangan imam, yang
masih tergantung pada ”belas-kasih”
harus keturunan Husein putera Ali bin
Barat dalam menata perekonomian,
Abi Thalib dengan Fathimah cucu Nabi
militer, dan sebagainya. Umat Islam
Munammad
tidak boleh mengabaikan persoalan
kepemimpinan Islam ini diharapkan
kontemporer tentang sistem politik yang
dapat menjamin terlaksananya ajaran
tepat untuk digunakan dalam mengatur
Islam, sehingga pemerintahan Islam
mekanisme
terlindungi
sebagian
Islam
politik dari
global
–
negara-negara
sosial
sebagai
dan
Islam
para
dari
Islam
penganut
masyarakatnya.
suatu
doktrin
saw.
dari
Konsep
hegemoni
tentang
Barat.
nilai
Kenyataan yang ada sekarang ini,
sejatinya menyediakan ruang untuk
kondisi umat Islam rapuh, tidak solid,
bekerjasama dengan pihak mana pun
sulit bersatu, dan terjadinya banyak
juga, termasuk dengan Barat sekalipun
egoisme yang tinggi dari kelompok dan
(2008: 7-8). Dikatakan pula, kerjasama
aliran-aliran yang ada (Jurdi, 2008: 89-
tidak harus dimaknai sebagai suatu
93).
yang negatif, karena orientasi umum dari negara-negara dewasa ini adalah perlu
mengembangkan
kerjasama
dengan negara lain untuk menciptakan semacam
peradaban
dunia
yang
damai, aman, dan mencerminkan nilainilai religiositas. Kerjasama diperlukan untuk
mengurangi
ketegangan,
kecurigaan,
dan
sentimen
antarkelompok
atau
antarnegara,
dengan tujuan umum agar tercipta tatanan sosial baru yang lebih baik, di
Oliver
Roy
dalam
bukunya
Gagalnya Politik Islam mengatakan bahwa langkah politik Islam kaum Islamis kenyataannya bukan menuntun ke arah pembentukan negara atau masyarakat
Islam,
tapi
malah
terjerembab
dalam
logika
negara
(seperti kasus Iran), atau pengotakan tradisional, walaupun sudah disusun ulang (seperti Afganistan) (1996: 2830). Pemikiran gerakan-gerakan ini
terdiri
dari
dua
revolusioner
dan
kutub, kutub
kutub reformis.
kaburnya
batasan
fundamentalis
antara
dengan
Islamis
juga
Menurut kutub revolusioner, Islamisasi
membantu
masyarakat terjadi lewat kekuasaan
Neofundamentalis, yaitu kaum yang
negara.
kutub
menggalang propaganda kembali Islam
reformis, tindakan sosial dan politis
murni versi Hanbali, bersih dari segala
terutama
bentuk
Sedangkan
menurut
bertujuan
reislamisasi
tumbuhnya
sinkretisme,
nilai-nilai
dan
masyarakat dari bawah ke-atas, yang
pengaruh luar, baik bersifat mistis
dengan
maupun pengaruh materialisme Barat
sendirinya
mewujudkan
juga
akan
negara
Islam.
(Roy, 1996: 150-151).
Perbedaannya terletak bukan pada masalah
perlunya
negara
melainkan pada cara pencapaiannya, ada yang dengan cara revolusioner dan ada yang dengan cara konstitusional lewat perjuangan dalam parlemen. Dua kutub ideologi ini tidak selalu konsisten berdiri sendiri, tetapi sering berbaur. Misal, suatu saat Ikhwanul Muslimin menganjurkan adanya penolakan untuk kompromi,
tetapi
menganjurkan
di
kali
untuk
lain
dilakukan
kolaborasi. Di pihak lain, ada pula yang disebut
oleh
Oliver
Neofundamentalis,
Roy
yaitu
sebagai kelompok
yang mempunyai karakter berdakwah, populis, tempat
konservatif, pada
dan
pemaknaan
memberi kembali
tentang revolusi dan perempuan (Idem: 28-30).
Roy
menyebut
gerakan
Ikhwanul Muslimin dalam penegakan syariat
Islam
ini
disebut
sebagai
Kelompok Islamis, sedangkan gerakan Wahabi
ini
fundamentalis
sebagai konservatif.
Abdullah
Islam,
kelompok Namun
Sungkar
meyakini
logika yang tersebut di dalam Alquran surah
Al-Baqarah
ayat
255
yang
menyatakan bahwa “…lahu mā fī ssamāwāti wa mā fī l-ardh…”, artinya: ‘Semua yang ada di langit dan bumi adalah milik Allah’. Berdasarkan ayat ini perlu disadari bahwa bumi dan langit ini milik
Allah,
berarti
pula
negara
Indonesia dan bangsa Indonesia milik Allah juga, dengan begitu maka sudah sepantasnya bila semua yang milik Allah itu diatur dengan hukum Allah. Sehingga tidaklah benar adanya suatu pernyataan bahwa negara dan bangsa Indonesia
adalah
milik
bangsa
Indonesia, maka harus diatur dengan hukum
yang
dibuat
oleh
bangsa
Indonesia, paham ini biasa dikenal dengan nasionalisme, paham ini tidak cocok dengan syariat Islam (lihat: Nursalim,
2001:
penegakan konstitusional
29-30).
syariat di
negara
Upaya secara
RI
selalu
mengalami kegagalan (Idem: 41), di
pihak lain Abdullah Sungkar aktif dalam
kafir, dalam hal
penegakan syariat Islam di negara RI
menuduh semua warga negaranya juga
melalui berbagai jalur, di antaranya
kafir, mengingat daulah yang berlaku
melalui
bukan Negara Islam, dan penguasanya
gerakan
Usrah,
Komando
mereka tidak
Jihad, dan Majelis Mujahidin Indonesia
mayoritas
(Idem: 41-75).
(Idem: 126). Menurut mereka darah,
Abu Mariyah Al-Qurasy dalam buku Aqidah Islam Al-Qaida: Faktor Idiologis di Balik Gerakan Jihad Global Kaum Salafi
Jihadi,
menyatakan
bahwa
adalah
ini
orang
non-Islam
kehormatan, dan harta kaum muslimin adalah haram. Dan apabila ada orang kafir yang menyerang kusucian kaum muslimin, maka ketika itu hukum jihad adalah fardhu ‘ain (Idem: 142).
organisasi Al-Qaeda dirintis oleh sang penyulut
perang,
yaitu
Syeh
Abu
Nasirwan dan Purwo Santosa
Abdillah
Usamah
bin
Lain
dari
(2002) menyatakan bahwa hubungan
pengakuan
antara Islam dan negara di Indonesia
Afganistan,
menurut
mereka, anggota dari organisasi ini
bersifat
telah tersebar ke berbagai penjuru
hubungan antara agama dan negara
dunia, terutama di Jazirah Arab, Irak,
bersifat
dan Aljazair (2009: 22-23). Gerakannya
hubungan itu bersifat antagonis bahkan
‘sh-
terjadi konflik (Idem: 94). Berikut ini
Shahīhah (akidah yang benar), amal
sebuah skema (2) yang menunjukkan
mereka didasarkan pada Alquran, Al-
adanya gambaran tentang bila sebuah
Hadis. Ijmak, dan Kias, mereka sering
negara
merujuk
baik, dan kapan pula terjadi konflik.
didasarkan
pada
kepada
Al-‘Aqīdatu
beberapa
ulama
seperti Ibnu Taimiyyah, Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah, Syeh Muhammad bin Abdul Wahhab, Ulama Salaf, Imam Syafi’i, dan sebagainya. Di pihak lain mereka mengingkari apa yang diyakini oleh kelompok Syi’ah, Khawarij, dan Murji’ah
(Idem:
106-125).
mereka
tentang
kekuasaan
Ideologi adalah
bahwa, apabila sebuah negara undangundangnya berdasar aturan kafir, dan hukum kafir lebih mendominasi hukum Islam, maka negara itu adalah negara
dinamis.
harmonis,
mengalami
Ada
dan
saatnya
adakalanya
hubungan
yang
Berdasarkan konsep pemikiran dan rujukan-rujukan kepada ulamaulama tertentu dalam gerakan Alqaeda (tersebut di atas) bahwa gerakannya didasarkan
pada
Al-‘Aqīdatu
‘sh-
Shahīhah (akidah yang benar), amal mereka didasarkan pada Alquran, AlHadis. Ijmak, dan Kias, mereka sering merujuk
kepada
beberapa
ulama
seperti Ibnu Taimiyyah, Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah, Syeh Muhammad bin
Abdul Wahhab, Ulama Salaf, Imam Syafi’i,
maka
keterkaitan
Dekmejian
(1995:
58-60)
mereka
mengatakan bahwa Gerakan Islam
dengan para ulama tertentu merupakan
dapat dikelompokkan menjadi 4 yaitu:
hal
(1) Pragmatik bertahap (Gradualist-
penting untuk
kajian
terhadap
gerakan Al-Ushūliyyah selanjutnya.
Pragmatic), misal: Ikhwanul Muslimin
2) Cara Mencapai Tujuan Gerakan AlUshūliyyah Pembicaraan penerapan
tentang
syariat
Islam
dalam
mengatur pemerintahan dan negara dalam Islam, tidak dapat terlepas dari acuan yang ditunjukkan oleh Nabi Muhammad
Saw.
dalam
Piagam
Madinah, saat itu Piagam Madinah merupakan aturan yang dipakai untuk menyatukan umat (Ahmad Sukardja, 1995: 44). Piagam Madinah lahir pada tahun pertama Hijriah (622-623 M), ketika itu belum ada aturan tentang hubungan antar negara, belum ada hukum internasional, yang ada adalah besarnya
konflik
yang
terjadi
antarsuku, dan merajalelanya berbagai kemusyrikan. Muhammad
Saat Saw.
itu
tampil
Nabi sebagai
pemersatu umat yang pluralis (Idem: 41-44). Kelemahan tulisan Sukardja tidak
menyinggung
Piagam
Madinah
tentang dengan
kaitan ideologi
gerakan Al-Ushūliyyah yang sering mengaitkan negara,
tentang
karena
hanya
dengan UUD 1945.
agama
dan
mengaitkan
Mesir, Lebanon, Irak, dan negara kawasan teluk, Harakat al-Ittijah alIslami di Tunisia, Salafy di Saudi Arabia;
(2)
Syiah
revolusioner
(revolutionary Shi’ite), misal: Hizbullah Lebanon, Hizbud-Da’wah al-Islamiyyah Irak dan Negara kawasan Teluk, AlIslamiyyah fi Shubuh al—Jazirah al‘Arabiyyah di Arab Saudi; (3) Sunni revolusioner
(revolutionary
sunni),
misal: Hizbut Tahrir Al-Islami Mesir, Ikhwanul Muslimun Suriah; (4) Dakwah pemurnian
Islam
(Messianic-
Puritannical), Jama’at al-Muslimun litTakfir Mesir, Al-Ikhwan Saudi Arabia. Di pihak lain Oliver Roy mengatakan bahwa
pemikiran
gerakan
Islam
terombang-ambing dalam dua kutub, kutub revolusioner, yaitu Islamisasi masyarakat lewat kekuasaan negara, dan kutub reformis, tindakan sosial dan politis terutama bertujuan reIslamisasi masyarakat dari bawah ke atas, yang dengan sendirinya akan mewujudkan Negara Islam (1996: 29). Berdasarkan pendapat Dekmejian dan Roy tadi
dapat dipadukan bahwa
dalam rangka umat Islam menegakkan syariat Islam ditempuh jalan:
a.
Reformasi:
(a) Dakwah bertahap
syariat Islam di bawah organisasi
(b) Dakwah Islam
KPPSI. KPPSI ini gerakan lokal yang berorientasi global (Idem: 137-138),
Mu ni b.
dipimpin
oleh
putera
Qahhar
Muzakkar, yaitu Abdul Azis Qahhar
Revolusi Gerakan reformis dan Islam
Muzakkar, lahir 15 Desember 1964, di
banyak
Palopo Sulawesi Selatan (Idem: 20).
Islam At-
Berdasarkan uraian di atas dapat
Takwir wal Hijrah di Mesir dan Al-
diketahui bahwa ulama Arab amat
Ikhwan di Saudi Arabia (Dekmejian,
berpengaruh
1995: 58-59) dan juga ada gerakan-
gerakan
gerakan Islam yang berlangsung di
Indonesia. Cornelis van Dijk juga
Indonesia, Mulkan meneliti tentang
pernah menuls secara lengkap tentang
dakwah
kawasan
perjuangan DI/TII dengan judul buku
dalam
Rebellion Under the Banner of Islam
murni secara internasional dilakukan oleh gerakan
Islam
pedesaan,
murni
di
ini
ditulis
hal
terhadap
Islam
Darul
timbulnya
Al-Ushūliyyah
Islam
disertasinya yang diterbitkan sebagai
(The
buku dengan judul Islam Murni: dalam
diterjemahkan
Masyarakat Petani (Mulkan, 2000: 87-
dengan judul Darul Islam: Sebuah
98). Tulisan Mulkan khusus menyoroti
Pemberontakan (Dijk: 1983).
oleh
in
di
Indonesia),
Grafiti
Press
tentang dakwah yang dilakukan oleh Muhammadiyah.
Sehingga
Al-
Ushǖliyyah hanya disinggung sekilas.
2.3 Gerakan Indonesia,
Perjuangan revolusioner
di
yang
bersifat
Indonesia,
pernah
diperjuangkan oleh gerakan DI/ TII di Sulawesi Selatan, di bawah pimpinan Abdul
Qahhar
Muzakkar,
tetapi
gerakan ini berhasil ditumpas (1965) oleh Pemerintah RI di bawah pimpinan A.M. Yusuf (Ramly dkk., 2006: 131136). Tetapi tampaknya ruh gerakan Qahhar
Muzakkar
padam,
di
ini
Sulawesi
tak
pernah
Selatan
ada
komunitas lain yang berjuang untuk tujuan yang sama yaitu penegakan
Al-Ushūliyyah
di
khususnya
di
Yogyakarta dan Surakarta Gerakan Al-Ushūliyyah
ini
memiliki basis ideologi pemikiran dan strategi gerakan yang berbeda dengan ormas-ormas Islam yang ada
sebelumnya.
ditengarai
Mereka
berhaluan
memiliki
karakter
militan,
radikal,
puritan,
yang
lebih
skripturalis,
konservatif, dan ekslusif. Berbagai ormas baru ini memiliki platform yang
beragam,
tetapi
pada
umumnya memiliki kesamaan visi
moderat
yaitu penerapan syariat Islam bagi
berhasil
memetakan
seluruh
kelompok
radikal
aspek
termasuk
kehidupan,
dalam
bernegara
(Rahmat: 2002).
luas dan kompleks, tetapi secara ideologis,
kelompok
ini
pada
umumnya
menganut
“salafisme
radikal”, yakni berorientasi pada “penciptaan kembali generasi salaf
Muhammad
zaman Saw.
Nabi
dan
para
sahabatnya.
toleran.
di
Penulis empat
Indonesia,
yaitu Front Pembela Islam, Majelis Mujahidin
Spektrum gerakan ini amat
sebagaimana
dan
Indonesia,
Lasykar
Jihad, dan Hizbut Tahrir. Dan dalam hal konsolidasi demokrasi, buku
ini
menemukan
indikasi
bahwa
walaupun negara kita
banyak
bermunculan
radikal,
tetapi
gerakan masyarakat
Indonesia secara mayoritas masih setia dengan sikap moderat dan tolerannya.
Buku
mengungkapkan
ini
belum
secara
rinci
dapat
tentang pengaruh pemikiran ulama
menyajikan semua gerakan radikal
Timur Tengah terhadap gerakan
yang ada di Indonesia. Ada dua
radikal Islam yang berkembang di
gerakan Islam Jama’ah Ansharut
Indonesia.
Buku
ini
belum
Tauhid (JAT) di Yogyakarta dan Majelis Tafsir Alquran (MTA) di Surakarta
yang
belum
masuk
dalam pembahasan ini. JAT baru berdiri pada akhir tahun 2008.
Pada disertasi Haidar Nashir dengan
judul
Syariat
Reproduksi
Ideologis
di
Gerakan
Islam
Salafiyah
Indonesia
(2006)
dikatakan bahwa: Pada hakikatnya
Buku Jamhari Jajang Jahroni
agama Islam adalah satu
Al-
(2002) Gerakan Salafy Radikal di
Islamu kullu laa yatajaza’ artinya,
Indonesia
tentang
‘Islam adalah tunggal dan tidak
sosio-historis
dapat dipecah-pecah’. Tetapi pada
gerakan militan Islam di Indonesia,
kenyataannya, di antara pemeluk-
dan prediksi tentang corak Islam
nya menunjukkan adanya ekspresi
Indonesia
mendatang.
dan aktualisasi
dijelaskan
fenomena
membahas
profil,
akar
Islam dalam bingkai sosial politik
Di
sini
gerakan kehidupan
masyarakat muslim
Indonesia yang selama ini dikenal
yang
beragam.
Dalam perkembangan Islam yang mutakhir, ditunjukkan
keragaman oleh
Islam
dinamika
itu dan
ekspresi Islam kontemporer adalah
kebangkitan Islam. Di pihak lain,
Islam
ada
dari
penerapan syariat Islam secara
keragaman Islam yang kini muncul
gigih dan radikal adalah Majelis
secara meluas di Indonesia, ialah
Mujahidin Indonesia (MMI), Hizbut
penerapan syariat Islam secara
Tahrir
formal dalam kehidupan negara.
Persiapan Penerapan Syariat Islam
pula
fenomena
baru
Perjuangan kembali
mengusung
Piagam
Jakarta
untuk
masuk dalam Amandemen UUD 1945 pada Sidang Tahunan MPR tahun 2000, yang berakhir dengan kegagalan (lagi). Kegagalan itu disebabkan
oleh
dukungan
mayoritas
parlemen.
tidak
Gerakan
adanya anggota
sekelompok
umat Islam di sejumlah daerah seperti di Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Nangroe Aceh Darussalam (NAD), serta daerah-daerah lain yang
telah
memperoleh
status
Otonomi Khusus untuk menerapkan syariat Islam dalam segala aspek
kehidupan.
Gerakan
yang
memperjuangkan
Indonesia
(HTI),
Indonesia (KPPSI).
Komite
Adapun dari
kelompok partai politik Islam ialah Partai
Bulan
Bintang
(PBB).
Tulisan Haidar Nashir menyoroti berbagai gerakan Fundamentalis yang berasal dari reproduksi salafy ideologis, sehingga belum dapat merepresentasikan
gerakan
Al-
Ushūliyyah yang ada di Indonesia, karena gerakan ini tidak khusus dari reproduksi salafy. Dan perlu ditambahkan bahwa masih ada gerakan Al-Ushūliyyah yang lain yaitu Majelis Tafsir Alquran, Hizbut Tahrir,
dan Jamaah Ansharut
Tauhid, yang belum dibahas di situ.
ini
Pada Mahmud,
hal telah menghasilkan Perda dan
Pergerakan Islam: Studi Tentang
Surat
untuk
Alumni Ngruki dan Fundamentalis
menerapkan syariat Islam, seperti
Pondok Pesantren Islam dikatakan
di
bahwa:
Bupati
Bulukumba,
Tasikmalaya,
Cianjur,
dan
“Pesantren Al-Mukmin
dan
Ngruki tumbuh dan ikut andil dalam
di
mengajarkan nilai-nilai kesalihan
Sulawesi Selatan hingga saat ini
dengan pemahaman Assalafu’sh-
terus meluas ke daerah-daerah
shalih,
lain,
tradisi Islam dan penghasil ulama
sebagainya.
status
(Gresik),
Pesantren
Amir
cukup meluas dan dalam beberapa Keputusan
2007
disertasi
Gerakan
termasuk
ini
memperjuangkan
Otonomi
sebagai
pemeliharaan
Khusus
dalam transmisi dan trasfer ilmu-
sebagaimana di NAD. Kelompok
ilmu Islam. Di zaman Orde Baru
(Orba),
pesantren
ini
pernah
menegakkan
Islam
di
segala
mendapat predikat dari pemerintah
bidang tanpa mengenal batasan
sebagai pesantren ekstrim karena
kultur (Mahmud, 2007).
ketegasannya dalam mengamalkan
prinsip
Islamiyah. tuduhan
ajaran
Di
era
yang
aqidah reformasi,
hampir
sama
muncul dengan predikat “Islam Radikal”, dan “Sarang Teroris”. Hal ini
disebabkan
karena
beberapa
alumni
peledakan
bom
adanya
terkait di
aksi
sejumlah
wilayah Indonesia maupun luar negeri, serta terkait jaringan teroris internasional”.
Hasil penelitian ini adalah: (1) paham
keagamaan
pesantren Al-Mukmin didasarkan pada ajaran As-salāfu ‘sh-shālih yaitu mengikuti ajaran generasi terdahulu dengan baik; (2) Alumni Al-Mukmin yang tergabung dalam IKAPPIM
selalu
kerja
dalam rangka mencetak
membentuk
dan
kader
dai
dan
fī
sabīlillāh;
(3)
Al-
keterlibatan alumni pesantren Al-
Mukmin Ngruki memiliki organisasi
Mukmin dalam tindak kekerasan di
IKAPPIM (Ikatan Alumni Pondok
sejumlah tempat lebih disebabkan
Pesantren
karena
Ngruki.
Pesantren
menjalin
sama yang bersifat antar lembaga
ulama/’āmilīn
Pondok
alumni
Islam Secara
Al-Mukmin) organisatoris,
rasa
pembelaan
solidaritas terhadap
dalam sesama
lembaga ini berada di luar struktur
muslim yang mendapat perlakuan
pesantren dan bersifat independen.
tidak adil dan di zalimi oleh pihak
Kiprah
lain.
dan
perjuangan
alumni
didasarkan pada manhaj atau cara perjuangan ke arah penegakan aqidah dan syariat Islam. Mereka berpendapat bahwa Islam adalah risalah bagi seluruh umat di dunia, yang tidak dibatasi oleh ruang gerak dan geografis suatu wilayah. Prinsip ini pula yang mewarnai IKAPPIM menjadi wadah untuk menjalin ikatan sillaturrahim antar alumni yang senantiasa memiliki komitmen
yang
sama
dalam
M. Syafi’i Anwar (2007) mengkatakan
bahwa
pemerintahan
Presiden
di
era
Habibie
(1998 dst.) banyak gerakan Islam yang ingin mengambil momentum untuk
memperjuangkan
politik
Islam, di bawah pemerintahan ini, gerakan
politik
mendapatkan
Islam
seperti
kesempatan,
dan
tidak mungkin hal ini terjadi di zaman Presiden Soeharto (xii-xiii).
Ideologi pasca Soeharto adalah
gerakan Islam yang akomodatif,
gerakan
dan di sisi lain ada gerakan radikal
Islam
dengan
bingkai
GSM (Gerakan Salafy Militan).
yang tercermin dalam berbagai
Karakteristik dari GSM (Lasykar Jihad, MMI, FPI, Ikhwanul Muslimin, HTI,
Hammas, dsb.
Jundullah,
adalah:
Mempromosikan tekstual Syariah
Islam;
a)
peradaban b)
Minded;
Setia c)
pada
Percaya
kepada teori konspirasi, bahwa umat Islam adalah korbannya; d) Mengembangkan
agenda
anti
pluralisme (Anwar, 2007: xvii-xx). Apabila pemerintah RI gagal
dalam
membangun
pemberontakan gunakan
meng-
simbol-simbol
Islam.
Pada era ini gerakan radikal Islam bukan
sebagai
suatu
gerakan
tunggal, karena kalau diteliti secara seksama dalam
ada
beberapa
varian
gerakan
Islam
radikal.
dengan
kajian
Sehubungan terhadap karya
Islam
tulis
Al-Ushūliyyah,
yang
menjadikan
transmisi pemikiran dan gerakan Islam
di
Timur
Tengah
ke
Indonesia sebagai tema utama, masih
terbilang
langka.
Pada
masyarakat yang adil, demikratis,
umumnya, pengaruh pemikiran dan
dan sejahtera, maka GSM dan
gerakan
gerakan-gerakan sejenis lainnya
terhadap perkembangan Islam di
lainnya akan hidup subur dengan
Indonesia hanya menjadi bagian
tuntutan
pada
pelaksanaan
dari pembahasan tema-tema yang
syariah.
Sejarah
menunjukkan
lain. Sehingga tema ini masih
bahwa
ketidakadilan
ketidakmenentuan
rentan
dan
saat
kemunculan
empuk
Tengah
politik,
peneliti-peneliti selanjutnya.
bagi
eksklusifisme,
(Idem: xxxvi).
Sejauh ini, tidak ada kajian yang
komprehensif
tentang
jaringan ulama Timur Tengah dan Nusantara. Selanjutnya dikatakan oleh Azra bahwa, meski terdapat kajian-kajian
Simpulan dan Penutup Berbagai gerakan Islam Al-
pada
Timur
menyediakan “lahan kosong” bagi
fanatisme, dan militansi agama
Ushūliyyah
Islam
sosial,
masyarakat tanpa hukum, adalah
3.
dengan
yang
akhir-akhir
penting
tentang
beberapa tokoh ulama Melayu-
bermunculan
Indonesia pada abad ke-17 dan ke-
ini
8,
memiliki
berbagai tipikal, di satu sisi ada
tetapi
tak
banyak
upaya
dilakukan untuk mengkaji secara
kritis
tentang
sumber-sumber
JAT diduga memiliki hubungan
pemikiran mereka; dan khususnya
dengan
Malaysia
tentang bagaimana gagasan dan
Tengah;
HTI memiliki hubungan
pemikiran
dengan Palestina dan Yordania;
ditransmisikan
dari
jaringan ulama yang ada; dan
dan
tentang bagaimana gagasan yang
dengan
mereka
transmisikan
itu
mempengaruhi perjalanan historis Islam di Nusantara. Penelitian
tentang
Pengaruh Pemikiran Ulama Timur tengah
terhadap
Ushǖliyyah
di
Gerakan
Yogyakarta
Aldan
Surakarta perlu dilakukan karena kajian
yang
berkaitan
dengan
pengaruh pemikiran gerakan Islam Timur Tengah terhadap gerakan yang muncul di Indonesia ini amat sedikit dilakukan. Kalaupun ada, kajian itu belum dapat memberikan pemetaan tentang gerakan Islam yang
ada.
Pemilihan
wilayah
Yogyakarta dan Surakarta pada objek kajian penelitian ini amat penting
karena
dengan
menampilkan sampel dua kota ini, diharapkan
dapat
merepre-
sentasikan terhadap gerakan Islam yang ada di Indonesia. disebabkan
karena
Hal itu gerakan-
gerakan yang ada seperti: MMI, JAT, HTI, dan GSM (Gerakan Salafy
Militan)
merupakan
organisasi yang bertaraf nasional dan internasional. Tokoh MMI dan
GSM
memiliki Saudi
dan
Timur
hubungan Arabi
DAFTAR PUSTAKA Abas, Nasir, 2005. Membongkar Jamaah Islamiyah: Pengakuan Mantan Anggota JI. Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu. Anwar M. Syafi’i, 2007. “Memetakan Teologi Politik dan Anatomi Gerakan Salafi Militan di Indonesia”, Kata Pengantar dalam buku M. Zaki Mubarak. 2007. Genealogi Islam Radikal di Indonesdia: Gerakan, Pemikiran, dan Prospek Demokrasi, Jakarta: LP3ES, Azra, Azyumardi, 1994, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII, Jakarta, Mizan Budiardjo, Miriam, 1998. Dasar-dasar Ilmu Politik. Gramedia Pustaka Utama Dekmejian, R. Hrair, 1997. “Mulrtiple Faces of Islam” dalam Anders Jerichow dan Jørgen Bæk Simonsen (ed.),Islam in a Changing World: Europe and The Middle East, Great Britain: Curzon Press. Dijk, Cornelis van. 1983. Darul Islam: Sebuah Pemberontakan. (Judul asli: Rebellion Under Tthe Banner of Islam: The Darul Islam in Indonesia). Jakarta: Grafiti Pers Dreyfuss, Robert. 2007. Devil’s Game Orchestra Iblis: 60 Tahun Perselingkuhan AmerikaReligious Extremist. Jakarta: SR-Ins Publishing. Eickelman, Dale F. and Piscatori, James. 1998. Ekspresi Politik Muslim. Jakarta: Mizan Eramuslim, 2007. The Dark Side 911.”Eramuslim Digest: Islamic Thematic Handbook”Jakarta: Eramuslim Global Media. Jahroni, Jamhari Jajang, 2004. Gerakan Salafi Radikal di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Jurdi, Syarifuddin, 2008. Pemikiran Politik Islam Indonesia: Pertautan Negara, Khilafah, Masyarakat Madani, dan Demokrasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hornby, AS et.al. 1987: 350 Oxford Advance Leanners Dictionary of Current English (revised and updated) Oxford University Press, New York Toronto) Huntington, Samuel P. 2000. Benturan Antarperadaban dan Masa Depan Politik Dunia, penerjemah M. Sadat Ismail. Yogyakarta: Qalam. Kartodirdjo, Sartono, 1984. “Pemberontakan Petani Banten 1988”. Pustaka Jaya. Jakartaز Lasswell, Harold D. 1965, World Politics and Personal Insecurity. New York: Free Press. Lombardو. Denys 1996. Nusa Jawa Silang Budaya. Jilid 1-3. Jakarta: Gramedia. Maarif, Ahmad Syafii 1996. Studi tentang Percaturan dalam Konstituante: Islam dan Masalah Kenegaraan. Jakarta: LP3ES.
Mahmud, Amir, 2007. Pesantren dan Pergerakan Islam: Studi Tentang Alumni Ngruki dan Fundamentalis Pondok Pesantren Islam, (Disertasi Islamic Study), Yogyakarta: Pasca Sarjana, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.. Mariyah, Abu Al-Qurasy, 2009. dalam buku Aqidah Islam Al-Qaida: Faktor Idiologis di Balik Gerakan Jihad Global Kaum Salafi Jihadi, TK: Kafayeh Cipta Media. (Al)-Mawardi, Abul-Hasan. 1960. Kitābul Ahkām As-Sulthāniyyah. Kairo, Mesir: t.p. Misrawi, Zuhairi, 2003, “Fundamentalisme: Memenjarakan Perempuan dalam Perempuan dan Fundamentalisme”, Jurnal Perempuan September 2003, Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan Munip, Abdu. 2007. Transisi Pengetahuan Timur Tengah ke Indonesia: Studi tentang Penerjemahan Buku Berbahasa Arab di Indonesia Periode 1950-2004. (Diseertasi). Yogyakarta: Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga. Nashir, Haidar, 2006, Gerakan Islam Syariat Reproduksi Islam Salafiyah Ideologis di Indonesia, (Review Disertasi), Sekolah Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta. Nasiwan dan Purwo Santosa, 2002. “Pola Perubahan Hubungan Islam dan Negara: Suatu Studi tentang ‘Islam Politik di Indonesia’ (1990-1999), dalam Sosiohumanika, Majalah Ilmiah Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta Ngatawi, 2002. Radikalisasi Gerakan Islam Simbolik FPI (Tesis Ilmu Sosial dan Politik). Jakarta: Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia. Nursalim, 2001. Faksi Abdullah Sungkar dalam Gerakan NII Era Orde Baru: Studi terhadap Pemikiran dan Harakah Politik Abdullah Sungkar. Tesis Program Magister Studi Islam Surakarta: Program Pascasarjana UMS. Osman, Fathi, 2005, Ikhwan Democracy: Ikhwanul Muslimin Membedah Demokrasi. (Terj. Nasmay L. Anas) . Yogyakarta: Titian Wacana. Rahman, Fazlur. 1982. “Islam and the State”. The Conference on Religious Conviction and Public Action: The Life of Faith in a Pluralistic World. April 2, 1982. USA: The University of Chicago. Rahmat, M. Imdadun, 2005, Arus Baru Islam Radikal: Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah ke Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.. Ramli, Andi Muawiyah, dkk. 2006. Demi Ayat Tuhan: Upaya KPPSI Menegakkan Syariat Islam. Jakarta: Opsi (Open Society Institute).
Sangidu. 2009. Informasi Pendidikan di Mesir. Kairo: Atdiknas Cairo, Mesirز