MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KONSEP PEMBAGIAN DAN PERKALIAN MELALUI PENGGUNAAN METODE PROBLEM POSING PADA SISWA KELAS II SDN CAKUNG BARAT 03 PAGI JAKARTA TIMUR TAHUN PELAJARAN 2009 / 2010
Drs. H. Nawawi, M. Si Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika dalam aritmatika dengan menggunakan metode pengajuan soal (problem posing) di kelas II SDN Cakung Barat 03 Pagi Jakarta Timur. Dengan kata lain manfaat hasil penelitian ini dapat juga dipandang dari dua sisi, yaitu secara teoritis maupun praktis. Tempat penelitian ini dilaksanakan di Kelas II SDN Cakung Barat 03 Pagi yang beralamat di Jalan Raya Bekasi Km. 23 Kelurahan Cakung Barat Kecamatan Cakung Jakarta Timur. Desain penelitian tindakan kelas ini mengikuti prosedur yang ada yaitu sebanyak tiga siklus. Kesimpulan dalam penelitian bahwa bahwa hasil belajar matematika siswa khususnya perkalian, pembagian dan operasi hitung campuran dapat ditingkatkan dengan metode pembelajaran problem posing. Berdasarkan intervensi tindakan yang diharapkan terhadap hasil belajar matematika sebesar 70% dari 10 soal, ternyata siswa mampu menguasai materi perkalian, pembagian dan operasi hitung campuran dengan baik. Implikasi dari hasil penelitian ini yang dapat diterapkan untuk kegiatan pembelajaran matematika dengan menggunakan metode problem posing adalah menetapkan garis besar langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan. Langkah-langkah tersebut adalah persiapan, pelaksanaan pembelajaran, dan pelaksanaan evaluasi pembelajaran. Pada penelitian ini juga didapat data yang menunujukkan bahwa penerapan metode problem posing berpengaruh pada peningkatan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika. Terlihat pada siklus pertama didapatkan nilai tertinggi 7 hanya di dapat oleh 14 orang siswa. Sedamgkan pada siklus II sudah terlihat peniingkatan dimana nilai tertinggi 7 dicapai oleh 16 orang siswa. Sementara pada siklus III semakin terlihat pengkatan hasil belajar siswa yang signifikan dimana nilai tertinggi yaitu 9 dan dicapai oleh 9 siswa.
Keywords : Pendahuluan Pembelajaran matematika siswa kelas II di SDN Cakung Barat selama ini mengalami kemunduran. Hal ini disebabkan siswa kurang membaca dan memahami kalimat-kalimat yang bersifat penalaran. SIswa baru mampu memahami hal-hal yang bersifat pengetahuan. Oleh sebab itu, sudah selayaknya penulis sebagai guru sekaligus sebagai peneliti di kelas dua akan mengubah kebiasaan tersebut menjadi lebih termotivasi. Motivasi pembelajaran yang akan diberikan adalah siswa harus mempunyai pengalaman
mengenal dan memformulasikan masalah-masalah dalam menyelesaikan soal-soal matematika. Lebih jauh The Professional Standards for Teaching Mathematics menyarankan hal yang penting bagi guru-guru untuk menyusun soal-soal mereka sendiri. Setiap siswa membutuhkan pembelajaran yang sesuai dan dapat membantu meningkatkan kemampuan yang dimiliki. Oleh karena itu, berbagai metode, media dan cara mengajar dibutuhkan untuk memelihara perhatian siswa serta membangkitkan minatnya untuk belajar lebih lanjut. Efektivitas suatu metode mengajar dipengaruhi oleh beberapa variabel seperti bakat dan kecerdasan siswa, materi pelajaran, serta sistem pengajaran pelajaran itu. Siswa dalam mengikuti pembelajaran memerlukan beraneka pengalaman yang tepat untuk mengembangkan kesadaran dan pengertian mengenai rumitnya lingkungan hidup, dengan kesadaran seperit ini diharapkan siswa dapat megnembangkan sikap dan rasa tanggung jawab untuk melakukan sesuatu. Apabila ada kesenjangan antara keterampilan siswa serta kemampuan belajarnya dengan kemampuan yang diharapkan untuk penyelesaian tugas baru dengan baik maka siswa akan gagal mencapai tujuan yang dikehendaki. Hasil belajar matematika menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan siswa mampu memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. Siswa juga diharapkan mampu memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Di SDN Cakung Barat 03 Pagi, dalam pembelajaran matematika, banyak guru yang kurang memperhatikan atau tidak mempedulikan bakat dan kecerdasan yang dimiliki siswa. Guru beranggapan bahwa semua siswa mempunyai bakat dan kecerdasan yang sama. Kegiatan belajar yang dilakukan seringkali tidak menyenangkan. Siswa dituntut untuk dapat melakukan pembelajaran secara maksimal. Sementara kemampuan atau kecerdasan untuk mendukung hal itu tidak dimiliki. Walaupun ada penanam konsep kepada anak, namun itu hanya sebuah ceramah di kelas, sehingga pembelajaran yang dilaksanakan sangat menjemukan siswa. Hal ini terbukti dengan data yang menunjukkan bahwa berdasarkan hasil ulangan harian matematika di kelas 2 pada semester kedua tahun 2010, tentang perkalian dan pembagian dengan menggunakan soal cerita menunjukkan hasil yang tidak memuaskan. Hanya 3 orang siswa yang mampu mencapai 70% dalam menguasai materi pelajaran. Mata pelajaran matematika perlu diberikan pada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analisis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan berkoordinasi. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah-ubah, tidak pasti, dan kompetitif.
Salah satu metode yang sedang marak dilakukan oleh guru adalah metode problem posing (pengajuan soal). Problem posing adalah kegiatan perumusan soal atau masalah oleh peserta didik. Peserta didik hanya diberikan situasi tertentu sebagai stimulus dalam merumuskan soal/masalah.
Berkaitan
dengan situasi yang dipergunakan dalam kegiatan perumusan masalah/soal dalam pembelajaran matematika, soal dapat dibangun melalui beberapa bentuk, antara lain gambar, benda manipulatif, permainan, teorema/konsep, alat peraga, soal, dan solusi dari soal. Problem posing dapat juga dibedakan menjadi dua macam situasi atau konteks, yaitu konteks formal bisa dalam bentuk simbol (kalimat matematika) atau dalam kalimat verbal, dan kontek informal berupa permainan dalam gambar atau kalimat tanpa tujuan khusus. Mengingat pentingnya kemampuan siswa dalam penguasaan matematika, maka peneliti tertarik untuk meningkatkan hasil belajar matematika melalui metode pengajuan soal (problem posing) melalui penelitian tindakan kelas, khususnya proses pembelajaran aritmatika khususnya perkalian dan pembagian di kelas II Sekolah Dasar.
Metode Penelitian Tempat penelitian ini dilaksanakan di Kelas II SDN Cakung Barat 03 Pagi yang beralamat di Jalan Raya Bekasi Km. 23 Kelurahan Cakung Barat Kecamatan Cakung Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan metode action research classroom atau penelitian tindakan kelas, yaitu penelitian dengan menempuh langkah-langkah yang dilakukan secara siklus. Penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas II SDN Cakung Barat 03 Pagi sebanyak 38 orang. Jumlah siswa laki-laki sebanyak 23 orang dan jumlah siswa perempuan 25 sebanyak orang. Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah dua orang sebagai kolaborator, antara lain guru kelas III dan Kepala Sekolah SDN Cakung Barat 03 Pagi.
Hasil dan Pembahasan a. Siklus I 1. Perencanaan Diperoleh data responden setelah evaluasi awal sebanyak 35 responden. Pada siklus I peneliti akan memberikan tindakan berupa: 1. Peneliti menentukan 3 kali pertemuan dalam siklus I. 2. Sebelum pelaksanaan pembelajaran, peneliti bersama kolaborator membuat rencana pembelajaran matematika sebagai berikut: a. Materi perkalian pada pertemuan I b. Materi pembagian pada pertemuan II c. Materi operasi hitung campuran pada pertemuan III
3. Selama pelaksanaan pembelajaran, peneliti akan diamati oleh 2 orang kolaborator. 4. Waktu pembelajaran selama 2 x 35 menit.
2. Pelaksanaan/Tindakan Pada siklus I, pembelajaran dilaksanakan pada tanggal 10, 14, dan 17 Maret 2010. pembelajaran ini dimulai pada pukul 08.00 s/d 09.00. Siswa diberitahu tujuan pembelajaran pada hari itu. Pada pertemuan pertama, peneliti memberikan pembelajaran dengan materi perkalian. Pada pertemuan ini peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat. Selama pembelajaran, peneliti diamati oleh dua orang kolaborator. Kegiatan yang dilakukan siswa dan peneliti ditulis dalam bentuk terstruktur yang telah dibuat bersama-sama. Pada pertemuan kedua, peneliti memberikan pembelajaran dengan materi pembagian. Siswa membuat soal dengan media dan alat pembelajaran yang telah disediakan. Apabila siswa merasa kesulitan, peneliti selaku pemberi materi langsung, memberikan bimbingan secara individual. Pada pertemuan ketiga, pembelajaran yang dilaksanakan dengan materi operasi hitung campuran. Pada pertemuan ketiga ini, peneliti memberikan evaluasi siklus kepada masing-masing siswa. Pengamatan dan observasi yang dilakukan kolaborator dilakukan tidak hanya pada pertemuan I saja, namun pada pertemuan II dan ketiga pun tetap dilaksanakan. Hasil pengamatan dan evaluasi siklus I ini akan dijadikan bahan refleksi peneliti untuk menentukan langkah selanjutnya.
3. Pengamatan Pengamatan dilaksanakan selama pembelajaran dan evaluasi siklus berlangsung. Pengamatan ini dilakukan oleh 2 orang kolaborator, yaitu guru kelas dan teman sejawat. Pengamatan dilakukan terhadap siswa dan peneliti. Selama pembelajaran, kolaborator mengamati kegiatan siswa berdasarkan panduan observasi yang terstruktur dan telah dibuat bersama-sama dengan peneliti. Selain mencatat kegiatan siswa, kolaborator juga mengamati tindakan yang dilakukan oleh peneliti. Pengamatan ini akan dijadikan refleksi untuk pembelajaran siklus II.
4. Refleksi Berdasarkan hasil evaluasi dan pengamatan pada siklus I, maka peneliti menyimpulkan siswa belum dapat memahami materi perkalian, pembagian dan operasi hitung campuran pada mata pelajaran matematika dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan kemampuan siswa yang belum mampu menjawab lebih 75% dari intervensi tindakan yang diharapkan. Pada siklus I ini sebanyak
14 orang siswa mendapat nilai 7, 9 siswa mendapat nilai 6, 10 orang siswa mendapat nilai 5, dan 2 orang siswa mendapat nilai 4. Hasil analisis data menunjukkan bahwa pemberian tindakan pembelajaran matematika khususnya materi perkalian, pembagian, dan operasi hitung campuran dengan menggunakan metode problem posing belum dapat meningkatkan secara signifikan. Oleh karena itu, peneliti akan melaksanakan pembelajaran matematika dengan menggunakan metode problem posing pada siklus II.
b. Siklus II 1. Perencanaan Berdasarkan refleksi pada siklus I, pada siklus II peneliti akan memberikan tindakan berupa: 1. Siswa dibagi menjadi 6 kelompok untuk mempermudah pembelajaran, dengan rincian sebagai berikut a. Siswa yang mampu berbahasa tulis dan lisan. b. Siswa yang mampu berbahasa tulis, tetapi tidak mampu berbahasa lisan c. Siswa yang mampu berbahasa lisan, tetapi tidak mampu berbahasa tulis d. Siswa yang tidak mampu berbahasa tulis dan lisan 2. Sebelum pelaksanaan pembelajaran, peneliti bersama kolaborator membuat rencana pembelajaran matematika dengan materi perkalian, pembagian dan operasi hitung campuran air dengan menggunakan metode problem posing. 3. Membuat rencana pembelajaran yang memberikan kondisi yang berbeda pada tiap-tiap kelompok sesuai dengan kemampuan siswa. 4. Selama pelaksanaan pembelajaran, peneliti akan diamati oleh 2 orang kolaborator. 5. Waktu pembelajaran selama 2 x 35 menit.
2. Pelaksanaan/Tindakan Peneliti memberi penjelasan materi kepada siswa mengenai “perkalian, pembagian, dan operasi hitung campuran” diakhir pembelajaran dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. dengan membagi kelas menjadi empat kelompok dengan nama kelompok yang telah dipilih siswa berdasarkan kelompok yang sudah dibentuk. Kemudian peneliti mengadakan evaluasi dengan evaluasi siklus. Kepada setiap kelompok, sudah tentu tidak bisa diperlakukan sama, melainkan harus diperlakukan sesuai dengan kemampuan yang ada oleh karena itu diperlukan sarana untuk memfasilitasi keragaman yang didapati di dalam kelas tersebut. Untuk kelompok siswa dengan kemampuan yang pertama, sudah barang tentu semua sarana yang disediakan pasti dapat direspons oleh mereka. Sedangkan untuk kelompok siswa
dengan kemampuan kedua, Tanya - jawab di kelas, diskusi di kelas dan di luar kelas, merupakan sarana yang tepat untuk membantu siswa meningkatkan prestasinya, adapun untuk kelompok siswa dengan kemampuan yang keempat, maka sarana pilihan tugas seperti : Menjawab soal kasus yang berhubungan dengan perkalian, perkalian dan operasi hitung campuran merupakan pilihan -pilihan yang dapat mereka gunakan untuk memacu peningkatan prestasinya.
3. Pengamatan Pengamatan dilaksanakan selama pembelajaran dan evaluasi siklus berlangsung. Pengamatan ini dilakukan oleh 2 orang kolaborator, yaitu guru kelas dan teman sejawat. Pengamatan dilakukan terhadap siswa dan peneliti. Selama pembelajaran, kolaborator mengamati kegiatan siswa berdasarkan panduan observasi yang terstruktur dan telah dibuat bersama-sama dengan peneliti. Selain mencatat kegiatan siswa, kolaborator juga mengamati tindakan yang dilakukan oleh peneliti. Pengamatan ini akan dijadikan refleksi untuk menentukan langkah selanjutnya.
4. Refleksi Berdasarkan hasil evaluasi dan pengamatan pada siklus I, maka peneliti menyimpulkan siswa sudah dapat memahami materi perkalian, pembagian dan operasi hitung campuran pada mata pelajaran matematika dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan kemampuan siswa yang belum mampu menjawab lebih 75% dari intervensi tindakan yang diharapkan. Pada siklus I ini sebanyak 14 orang siswa mendapat nilai 7, 9 siswa mendapat nilai 6, 10 orang siswa mendapat nilai 5, dan 2 orang siswa mendapat nilai 4. Hasil analisis data menunjukkan bahwa pemberian tindakan pembelajaran matematika khususnya materi perkalian, pembagian dan operasi hitung campuran dengan menggunakan metode problem posing dapat meningkatkan secara signifikan. Hal ini dibuktikan perbandingan skor yang diperoleh siswa antara sebelum diberikan tindakan dengan setelah diberikan tindakan.
c. Siklus III 1. Perencanaan Berdasarkan refleksi pada siklus I, pada siklus II peneliti akan memberikan tindakan berupa: 1. Siswa dibagi menjadi 6 kelompok untuk mempermudah pembelajaran, dengan rincian sebagai berikut a. Siswa yang mampu berbahasa tulis dan lisan. b. Siswa yang mampu berbahasa tulis, tetapi tidak mampu berbahasa lisan c. Siswa yang mampu berbahasa lisan, tetapi tidak mampu berbahasa tulis
d. Siswa yang tidak mampu berbahasa tulis dan lisan 2. Sebelum pelaksanaan pembelajaran, peneliti bersama kolaborator membuat rencana pembelajaran matematika dengan materi perkalian, pembagian dan operasi hitung campuran air dengan menggunakan metode problem posing. 3. Membuat rencana pembelajaran yang memberikan kondisi yang berbeda pada tiap-tiap kelompok sesuai dengan kemampuan siswa. 4. Selama pelaksanaan pembelajaran, peneliti akan diamati oleh 2 orang kolaborator. 5. Waktu pembelajaran selama 2 x 35 menit.
2. Tindakan Peneliti memberiksn penjelasan materi lepada siswa mengenai perkalia, pembagian, dan operasi hitung campuran dan diakhir pembelajaran dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Dimana dibagi empat kelompok dan kemudian peneliti mengadakan evaluasi dengan evaluasi siklus. Setiap kelompok haru diperlakukan sesuai dengan kemampuas yang ada oleh karena itu diperlukan sarana untuk memfasilitasi keragaman tersebut. Untuk kelompok siswa dengan kemampuan yang pertama sudah tentu semua sarana yang disediakan pasti dapat di respons. Untuk kelompok siswa dengan kemampuan kedua, sarana yang tepat untuk membantu meningkatkan prestasinya adalah tanya jawab, diskusi di dalam maupun di luar kelas. Sedangkan untuk siswa dengan kemampuan keempat maka sarana yang dipilih adalah sarana tugas seperti menjawab soal yang berhubungan dengan perkalian, pembagian, dan operasi hitung campuran yang dapat diplih mereka sebagai pemacu peningkatan prestasi belajar.
3. Pengamatan Pengamatan dilakukan selama pembelajaran dan evaluasi siklus berlangsung. Pengamatan ini dilakukan oleh 2 orang kolaborator yang terdiri dari guru kelas dan teman sejawat. Pengamatan ini dilakukan terhadap peneliti dan siswa. Selama pembelajaran, kolaborator mengamati kegiatan siswa berdasarkan panduan obseravasi yang terstuktur dan telah dibuat bersama – sama dengan peneliti. Selain mecatat kegiatan siswa, kolaborator juga mengamati tindakan yang dilakukan oleh peneliti. Pengamatan ini dijadikana refleksi untuk memntukan langkah selanjutnya.
4. Refleksi
Berdasarkan hasil evaluasi dan pengamatan pada siklus III, maka peneliti menyimpulkan siswa sudah dapat memahami materi perkalian, pembagian, dan operasi hitung campuran pada mata pelajaran matematika dengan baik. Hal didukung dengan kemampuan siswa yang belum mampu menjawab lebih dari 75% dari intervensi tindakan yang diharapkan. Pada siklus III ini sebanyak 9 siswa mampu mendapat nilai 9, 21 siswa mendapat nilai 8, 3 osiswa mendapat nilai 7, dan 2 siswa yang mendapat nilai 6. Hasil analisa data ini menunjukkan bahwa pemberian tindakan pembelajaran matematika khususnya materi perkalian, pembagian, dan operasi hitung campuran dengan menggunakan metode problem posing dapat meningkat secara signifikan. Hal ini juga dapat dibuktikan dengan perbandingan skor yang diperoleh siswa antara sebelum diberi tindakan dengan setelah diberi tindakan.
Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan Berdasarkan teori dan hasil penelitian yang telah dipaparkan, maka penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa khususnya perkalian, pembagian dan operasi hitung campuran dapat ditingkatkan dengan metode pembelajaran problem posing. Berdasarkan intervensi tindakan yang diharapkan terhadap hasil belajar matematika sebesar 70% dari 10 soal, ternyata siswa mampu menguasai materi perkalian, pembagian dan operasi hitung campuran dengan baik. Implikasi dari hasil penelitian ini yang dapat diterapkan untuk kegiatan pembelajaran matematika dengan menggunakan metode problem posing adalah menetapkan garis besar langkahlangkah pembelajaran yang akan dilaksanakan. Langkah-langkah tersebut adalah persiapan, pelaksanaan pembelajaran, dan pelaksanaan evaluasi pembelajaran. Pada persiapan pembelajaran, alat peraga yang digunakan disesuaikan dengan kondisi lingkungan, ekonomi dan kognitif siswa. Hal ini berfungsi agar alat peraga yang digunakan mudah dikenali dan dipahami cara kerjanya, serta mudah mencari atau membelinya. Pertemuan dilaksanakan selama 3 kali. Untuk pelaksanaan evaluasi pembelajaran, peneliti seringkali membuat tes lisan di tengah dan di akhir pembelajaran.
2. Saran 1. Bagi guru matematika atau guru SD kelas II, hendaknya melaksanakan pembelajaran matematika secara optimal dengan membuat perencanaan yang lebih efektif serta memperhitungkan faktor intern yang dimiliki siswa dan faktor ekstern yang diterima siswa selama pembelajaran. Alat peraga sebagai media mempermudah siswa dalam memahami
materi dalam pelajaran matematika haruslah selalu dipikirkan, dibuat, dan dimodif agar siswa lebih mudah memahami proses penggunaannya. 2. Bagi peneliti selanjutnya, agar mengembangkan kembali pembelajaran matematika khususnya perkalian, pembagian dan operasi hitung campuran dengan menggunakan metode, media dan alat evaluasi yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA Ngalim, M., Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung, Remadja Karya, 1995. Ngalim, M., Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi, Bandung, Remadja Karya, 1997. Rochiati Wiriatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2005. Sutiarso, Pembelajaran Problem Posing, Jakarta, ....., 2000. Tombokan Runtukahu, Pengajaran Matematika Bagi Anak-Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta, Depdikbud, 1995 Winkel, W., S., Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta, PT Gramedia, 1986