DR. ANDI AHMAD GUNADI, M.PD DR. BUDIHARJO, M.SI
MODEL PEMBELAJARAN
UMJ PRESS
Dr. Andi Ahmad Gunadi, M.Pd Dr. Budiharjo, M.Si MODEL PEMBELAJARAN @2015 Dr. Andi Ahmad Gunadi, M.Pd; Dr. Budiharjo, M.Si Edisi Kedua, Cetakan ke-2, x, 213hlm
Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) Press , 2015 Hak Penerbitan pada Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) Press Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara apa pun, termasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin dari penerbit.
HKI. 2-01-000003403
Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) Press (Anggota IKAPI) Jalan KH Ahmad Dahlan, Cireundeu, Ciputat, 15419 Telp. 021.7492862, 021.7401894 Faks. 021.7442330
ii
DAFTAR ISI HALAMAN MUKA DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR KATA PENGANTAR BAB 1
STANDAR PROSES PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH….. 1 A. Pendahuluan B. Karakteristik Pembelajaran C. Perencanaan Pembelajaran D. Pelaksanaan Pembelajaran E. Penilaian Hasil dan Proses Pembelajaran F. Pengawasan Proses Pembelajaran
BAB 2
BELAJAR DAN PROSES PEMBELAJARAN….. 15 A. Pengertian Belajar B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar C. Tipe Belajar D. Gaya Belajar E. Proses dan Fase Belajar F. Silabus sebagai Acuan Pengembangan RPP G. Pelaksanaan Proses Pembelajaran H. Hasil Belajar
BAB 3
MODEL, STRATEGI, METODE DAN KETERAMPILAN MENGAJAR….. 53 A. Pengertian Proses Pembelajaran B. Model Pembelajaran C. Strategi Pembelajaran D. Metode Pembelajaran E. Keterampilan Mengajar
iii
BAB 4
MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL….. 78 A. Pengertian Pembelajaran Kontekstual B. Konsep Dasar Pembelajaran Kontekstual C. Strategi Pembelajaran Kontekstual D. Penyusunan Rencana Pembelajaran Kontekstual E. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kontekstual F. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional G. Skenario Pembelajaran Kontekstual
BAB 5
MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI….. 91 A. Konsep Dasar Model Pembelajaran Inkuiri B. Prinsip Pembelajaran Inkuiri C. Langkah Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri D. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Inkuiri E. Sintaks Pembelajaran Inkuiri
BAB 6
MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN….. 101 A. Pengertian Model Pembelajaran Penemuan B. Pelaksanaan Model Pembelajaran Penemuan C. Keunggulan, dan Kelemahan Model Pembelajaran Penemuan
BAB 7
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK….. 110 A. Pengertian dan Konsep Model Pembelajaran Berbasis Proyek B. Langkah-Langkah Operasional Model Pembelajaran Berbasis Proyek C. Keuntungan dan Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Proyek
BAB 8
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH….. 118 A. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah B. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Berbasis Masalah
iv
C. Kelebihan Model Pembelajaran Berbasis Masalah D. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah E. Sistem Penilaian Model Pembelajaran Berbasis Masalah F. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah BAB 9
MODEL PEMBELAJARAN AKTIF KREATIF EFEKTIF DAN MENYENANGKAN….. 125 A. Pengertian Model PAKEM B. Landasan Hukum Model PAKEM C. Peran Guru dan Siswa dalam Model PAKEM D. Pelaksanaan Model PAKEM E. Aspek yang Mempengaruhi Model PAKEM F. Perubahan dalam Model PAKEM G. Penilaian dalam Model PAKEM H. Indikator Monitoring dan Evaluasi Model PAKEM I. Lembar Observasi PAKEM
BAB 10 MODEL PEMBELAJARAN KOPERATIF….. 142 A. Pengertian Model Pembelajaran Koperatif B. Teknik Belajar Mengajar Model Pembelajaran Koperatif C. Skenario Model Pembelajaran Koperatif D. Keunggulan Model Pembicaraan Koperatif BAB 11 MODEL PEMBELAJARAN EKSPOSITORI….. 168 A. Pengertian Model Pembelajaran Ekspositori B. Langkah Model Pembelajaran Ekspositori C. Perbandingan Model Pembelajaran Ekspositori dan Koperatif BAB 12 MODEL PEMBELAJARAN SENTRA…..ώ 178 A. Prinsip Dasar Model Pembelajaran Sentra B. Jenis Model Pembelajaran Sentra C. Langkah Pelaksanaan Model Pembelajaran Sentra
v
D. E. F. G. H. I.
Proses Pembelajaran Model Pembelajaran Sentra Evaluasi Model Pembelajaran Sentra Karakteristik Model Pembelajaran Sentra Aplikasi Main dalam Model Pembelajaran Sentra Penerapan Model Pembelajaran Sentra Contoh Model Pembelajaran Sentra
DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP
vi
DAFTAR TABEL Tabel 1 Tabel 2 Tabel 3 Tabel 4 Tabel 5 Tabel 6 Tabel 7 Tabel 8 Tabel 9 Tabel 10 Tabel 11 Tabel 12 Tabel 13 Tabel 14
Gradasi Sikap, Pengetahuan dan Keterampilan….. 4 Distribusi Kecerdasan IQ….. 19 Perbandingan Pendekatan Belajar Ballard dan Clanchy….. 23 Perbandingan Pendekatan Belajar Biggs….. 25 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar….. 26 Taksonomi Bloom….. 29 Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional….. 89 Tahap Pembelajaran Inkuiri….. 99 Model Pembelajaran Berbasis Masalah….. 120 Peran Guru dan Siswa dalam PAKEM….. 129 Perubahan dalam PAKEM….. 132 Pelaksanaan PAKEM….. 137 Lembar Observasi PAKEM….. 140 Perbandingan Model Pembelajaran Koperatif dan Ekspositori….. 159
vii
DAFTAR GAMBAR *DPEDU 1 *DPEDU 2
Klasifikasi Jenis Strategi Pembelajaran….. 64 Model Pembelajaran….. 77
viii
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rakhmat dan karuniaNya penulisan buku “Model Pembelajaran” dapat diselesaikan. Materi buku ini adalah rangkuman dari berbagai materi mata kuliah, kutipan dari berbagai sumber belajar dan dari berbagai bahasan hasil penelitian yang telah dilakukan. Latar belakang penulisan buku ini adalah sebagai upaya membantu mahasiswa untuk dapat lebih memahami arti dari: Model Pembelajaran, Strategi Pembelajaran, Metode Pembelajaran, dan Keterampilan Pembelajaran yang pada akhirnya dapat membantu mahasiswa saat melakukan bimbingan dan sidang skripsi dengan mengambil obyek penelitian masalah pembelajaran dengan metode penelitian kuantitatif jenis eksperimen. Istilah model pembelajaran amat dekat dengan pengertian strategi pembelajaran dan dibedakan dari istilah strategi, metode dan keterampilan pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode, dan keterampilan pembelajaran. Model pembelajaran adalah sebagai suatu desain yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri siswa. Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model pembelajran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajarannya. Model pembelajaran yang baik memiliki karakteristik yaitu memiliki prosedur ilmiah, hasil belajar spesifik, kejelasan lingkungan belajar, kriteria hasil belajar, dan proses pembelajaran yang jelas. Suatu model pembelajaran dapat memberikan beberapa manfaat, yaitu:
ix
a. Memberikan pedoman bagi guru dan mahasiswa bagaimana proses pencapaian tujuan pembelajaran; b. Membantu dalam mengembangkan kurikulum di sekolah; c. Membantu dalam memilih media dan sumber belajar; d. Menentukan prosedur evaluasi. Dasar penggunaan dan pertimbangan model pembelajaran biasanya tergantung pada tujuan pembelajaran, karakteristik mata pelajaran, dan media yang relevan dengan tujuan pembelajaran. Pertimbangan ini terletak pada kemampuan dan pengalaman guru. Selanjutnya sesuai Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, menjelaskan model pembelajaran yang diutamakan dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah model pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM), model pembelajaran Inkuiri (Inquiry Based Learning), model pembelajaran Penemuan/Discovery (Discovery Learning), model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning), dan model pembelajaran berbasis permasalahan (Problem Based Learning). Selain model pembelajaran seperti tersebut di atas, berdasarkan hasil penelitian di lapangan, materi lainnya yang dibahas dalam buku ini adalah: Hakikat Belajar; Standar Pendidikan Dasar dan Menengah; Model Pembelajaran Kontekstual; Model Pembelajaran Koperatif; Model Pembelajaran Ekspositori; dan Model Pembelajaran Sentra. Demikian harapan penulis. Semoga buku ini dapat memberi sumbangsih pada perkembangan dunia pendidikan di Indonesia. Amin amin yarobal alamin. Jakarta, Desember 2015 Andi Ahmad Gunadi Budiharjo
x
BAB I STANDAR PROSES PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Tujuan: a. b. c. d. e. f.
Menjelaskan Pendahuluan Menjelaskan Karakteristik Pembelajaran Menjelaskan Perencanaan Pembelajaran Menjelaskan Pelaksanaan Pembelajaran Menjelaskan Penilaian Hasil dan Proses Pembelajaran Menjelaskan Pengawasan Proses Pembelajaran
Materi Bahasan: Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, menjelaskan: A. Pendahuluan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya masyarakat, bangsa dan negara. Standar proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Standar proses dikembangkan mengacu pada standar kompetensi Model Pembelajaran
1
lulusan dan standarisasi yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipai aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatakan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan. Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi maka prinsip pembelajaran yang digunakan: 1. Dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu; 2. Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar; 3. Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah; 4. Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi; 5. Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu; 6. Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi; 7. Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif; 8. Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan mental atau (softskill); 9. Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat; Model Pembelajaran
2
10. Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing karso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani); 11. Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat; 12. Pembelajaran yang menerapkan pinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan dimana saja adalah kelas; 13. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan 14. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik; Terkait dengan prinsip di atas, dikembangkan standar proses yang mencangkup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, peniliaan hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran. B. Karakteristik Pembelajaran Karakteristik pembelajaran pada setiap satuan pendidikan terkait erat pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Standar Kompetensi Lulusan memberikan kerangka konseptual tentang sasaran pembelajaran yang harus dicapai. Standar Isi memberikan kerangka konseptual tentang kegiatan belajar dan pembelajaran yang diturunkan dari tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi. Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencangkup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh melaui aktifitas “menerima, menjalankan, menghargai, menghayati dan mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas “mengingat, memahami, Model Pembelajaran
3
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta”. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas “mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”. Karakteristik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar proses. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antar mata pelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis penemuan/penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk menghasilkan karya konseptual, baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning). Rincian gradasi sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai berikut: Tabel 1 Gradasi Sikap, Pengetahuan dan Keterampilan Sikap Menerima Menjalankan Menghargai Menghayati Mengamalkan -
Pengetahuan Mengingat Memahami Menerapkan Menganalisis Mengevaluasi -
Keterampilan Mengamati Menanya Mencoba Menalar Menyaji Mencipta
Karakteristik proses pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik kompetensi. Pembelajaran tematik terpadu di SD/MI/SDLB/Paket A disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik. Karakteristik proses pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik kompetensi. Pembelajaran tematik terpadu di SMP/MTS/SMPLB/Paket B disesuaikan dengan karakteristik kompetensi yang mulai Model Pembelajaran
4
memperkenalkan mata pelajaran dengan mempertahankan tematik terpadu pada IPA dan IPS Karakteristik proses pembelajaran di SMA/MA/SMALB/MAK/PAKET C/PAKET C kejuruan secara keseluruhan berbasis mata pelajaran, meskipun pendektan tematik masih dipertahankan. Standar Proses pada SDLB, SMPLB, dan SMALB diperuntukkan bagi tunanetra, tunarungu, tunadaksa, dan tunalaras yang intelegensinya normal. Secara umum pendekatan belajar dipilih berbasis pada teori tentang taksonomi tujuan pendidikan yang dalam lima dasawarsa terakhir yang secara umum sudah dikenal luas. Berdasarkan teori taksonomi tersebut pencapaian pembelajaran dapat dikelompokkan dalam tiga ranah yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Penerapan teori taksonomi dalam tujuan pendidikan di berbagai negara dilakukan secara adaptif sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. UndangUndang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah mengadopsi dalam bentuk rumusan sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Proses pembelajaran sepenuhnya diarahkan pada pengembangan ketiga ranah tersebut secara utuh/holistik, artinya pengembangan ranah yang satu tidak bisa dipisahkan dengan ranah lainnya. Dengan demikian proses pembelajaran secara utuh melahirkan kualitas pribadi yang mencerminkan keutuhan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan . C. Perencanaan Pembelajaran Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi. Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan pembelajaran meliputi penyususnan rencana pelaksanaan
Model Pembelajaran
5
pembelajaran. Penyusunan Silabus RPP disesuaikan pendekatan pembelajaran yang digunakan 1. Silabus Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran. Silabus paling sedikit memuat: a. Identitas mata pelajaran (khusus SMP/MTS/SMPLB/Paket B dan SMA/SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C/Paket C (kejuruan). b. Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas. c. Kompetensi inti merupakan gambaran secara katagorial mengenai kompetensi dalam apek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari peserta pendidik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. d. Kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik yang mencangkup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari peserta didk untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. e. Tema (khusus SD/MI/SDLB/Paket A). f. Materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi. g. Pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. h. Penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. i. Alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur kurikulum untuk satu semester atau satu tahun, dan j. Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar atau sumber belajar lain yang relevan.
Model Pembelajaran
6
Silabus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusuan dan Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan pola pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu. Silabus digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran. 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kometensi Dasar (KD). Setiap pendidikan pada satuan pendidikan pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interkatif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kretivitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun berdasarkan KD atau sub tema yang dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Komponen RPP terdiri atas: a. Identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan. b. Identitas mata pelajaran atau tema/subtema. c. Kelas/semester. d. Materi pokok. e. Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai. f. Tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencangkup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Model Pembelajaran
7
g. Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi. h. Materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi. i. Metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai. j. Media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan materi pelajaran. k. Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan. l. Langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan, inti, dan penutup, dan m. Penilaian hasil pembelajaran. 3. Prinsip Penyusunan RPP Dalam Penyusunan RPP hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip: a. Perbedaan individual peserta didik antara lain kemampuan awal, tingkat intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik. b. Partisipasi aktif peserta didik. c. Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian. d. Pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan. e. Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedial. Model Pembelajaran
8
f. Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. g. Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya. h. Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi sistematis, dan efektif sesuai situasi dan kondisi. D. Pelaksanaan Pembelajaran 1. Persyaratan Pelaksanaan Proses Pembelajaran a. Alokasi waktu jam tatap muka pembelajaran 1) SD/MI : 35 Menit 2) SMP/MTs : 40 Menit 3) SMA/MA : 45 Menit 4) SMK/MAK : 45 Menit b. Buku Teks Pelajaran Buku teks pelajaran digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. c. Pengelolaan Kelas 1) Guru menyesuaikan pengaturan tempat duduk peserta didik sesuai dengan tujuan dan karakteristik proses pembelajaran. 2) Volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran harus dapat didengar dengan baik oleh peserta didik. 3) Guru wajib menggunakan kata-kata santun, lugas dan mudah dimengerti oleh peserta didik. 4) Guru menyesuaikan meteri pembelajaran dengan kecepatan dan kemampuan belajar peserta didik. 5) Guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, dan keselamatan dalam menyelenggarakan proses pembelajaran. Model Pembelajaran
9
6) Guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respons dan hasil belajar peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. 7) Guru mendorong dan menghargai peserta didik untuk bertanya dan mengemukakan pendapat. 8) Guru berpakaian sopan, bersih dan rapi. 9) Pada tiap awal semester, guru menjelaskan kepada peserta didik silabus mata pelajaran, dan 10) Guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan waktu yang dijadwalkan. 2. Pelaksanaan Pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP, meliputi kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup a. Kegiatan Pendahuluan Dalam kegiatan pendahuluan, guru: 1) Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran. 2) Memberi motivasi belajar peserta didik secara kontekstual sesuai manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari, dengan memberikan contoh dan perbandingan lokal, nasional dan internasional. 3) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari. 4) Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai, dan 5) Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus. b. Kegiatan Inti Kegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Pemilihan pendekatan tematik dan atau tematik Model Pembelajaran
10
terpadu dan atau saintifik dan atau inkuiri dan penyingkapan (discovery) dan atau pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning) disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dan jenjang pendidikan. 1) Sikap Sesuai dengan karakteristik sikap, maka salah satu alternatif yang dipilih adalah proses afeksi mulai dari menerima, menjalankan, menghargai, menghayati hingga mengamalkan. Seluruh aktivitas pembelajaran berorientasi pada tahapan kompetensi yang mendorong siswa untuk melakukan aktivitas tersebut. 2) Pengetahuan Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta. Karakteristik aktivitas belajar dalam domain pengetahuan ini memiliki perbedaan dan kesamaan dengan aktivitas belajar dalam domain keterampilan. Untuk memperkuat pendektaan saintifik, tematik terpadu, dan tematik sangat disarankan untuk menerapkan belajar berbasis penyingkapan atau penelitian (discovery learning /inquiry learning). Untuk mendorong peserta didik menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning) 3) Keterampilan Keterampilan di peroleh melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji dan mencipta. Seluruh isi materi (topik dan subtipik) mata pelajaran yang diturunkan dari keterampilan harus mendorong siswa untuk melakukan proses pengamatan hingga penciptaan. Untuk mewujudkan keterampilan tersebut perlu melakukan pembelajaran yang menerapkan modus belajar berbasis pemecahan masalah (project based learning)
Model Pembelajaran
11
c. Kegiatan Penutup Dalam kegiatan penutup, guru bersama peserta didik baik secara individual maupun kelompok melakukan refleksi untuk mengevaluasi: 1) Seluruh rangkaian aktivitas pembelajaarn dan hasil-hasil yang diperoleh untuk selanjutnya secara bersama menemukan manfaat langsung maupun tidak langsung dari hasil pembelajaran yang telah berlangsung. 2) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. 3) Melakukan kegaiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas, baik tugas individual mauoun kelompok, dan 4) Menginformasikan rencana kegaiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya. E. Penilaian Hasil dan Proses Pembelajaran Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik (authentic assessment) yang menilai kesiapan peserta didik, proses dan hasil belajar secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan perolehan belajar peserta ddik atau bahkan mampu mengaplikasikan dampak instruksional (instructional effect) dan dampak pengiring (nurturant effect) dari pembelajaran. Hasil penilaian otentik dapat digunakan oleh guru untuk merencanakan program perbaikan (remedial), pengayaan (enrichment), atau pelayanan konseling. Selain itu, hasil penilian otentik dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran sesuai dengan Standar Penilaian Pendidkan. Evaluasi proses pembelajaran dilakukan saat proses pembelajaran dengan menggunakan alat seperti angket, observasi, catatan anekdot, dan refleksi.
Model Pembelajaran
12
F. Pengawasan Proses Pembelajaran Pengawasan proses pembelajaran dilakukan melalui kegiatan pemantauan supervisi, evaluasi, pelaporan, serta tidak lanjut secara berkala dan berkelanjutan. Pengawasan proses pembelajaran dilakukan oleh kepala satuan pendidikan dan pengawas. 1 Prinsip Pengawasan Pengawasan dilakukan dengan prinsip objektif dan teransparan guna untuk peningkatan mutu secara berkelanjutan dan menetapkan peringkat akreditasi 2 Sistem dan Entitas Pengawasan Sistem pengawasan internal dilakukan oleh kepala sekolah, pengawas dinas pendidikan dan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan. a. Kepala sekolah, pengawasan dan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan melakukan pengawasan dalam rangka meningkatkan mutu. b. Kepala sekolah dan pengawas melakukan pengawasan dalam bentuk supervisi akademik dan supervisi manajerial. Pengawasan yang dilakukan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan diwujudkan dalam bentuk Evaluasi Diri Sekolah. 3 Proses Pengawasan a. Pemantauan Pemantauan proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran. Pemantauan dilakukan melalui antara lain, diskusi kelompok terfokus, pengamatan pencatatan, perekaman, wawancara, dan dokumentasi b. Supervisi Supervisi proses pembelajaran dilakukan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran yang dilakukan melalui antara lain, pemberian contoh, diskusi, konsultasi, atau pelatihan.
Model Pembelajaran
13
c. Pelaporan Hasil kegiatan pemantauan laporan, supervisi, dan evaluasi proses pembelajaran disusun dalam bentuk pelaporan untuk kepentingan tindak lanjut pengembangan keprofesionalan pendidik secara berkelanjutan d. Tindak Lanjut Tindak lanjut hasil pengawasan dilakukan dalam bentuk: 1) penguatan dan penghargaan kepada guru yang menunjukkan kinerja yang memenuhi atau melampaui standar; dan 2) Pemberian kesempatan kepada guru untuk mengikuti program pengembangan keprofesionalan berkelanjutan
Model Pembelajaran
14
BAB 2 BELAJAR DAN PROSES PEMBELAJARAN Tujuan: a. b. c. d. e. f. g. h.
Menjelaskan Pengertian Belajar Menjelaskan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar Menjelaskan Tipe-Tipe Belajar Menjelaskan Gaya Belajar Menjelaskan Proses dan Fase Belajar Menjelaskan Silabus Sebagai Acuan Pengembangan RPP Menjelaskan Pelaksanaan Proses Pembelajaran Menjelaskan Hasil Belajar
Materi Bahasan: A. Pengertian Belajar Umumnya belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang berakibat adanya perubahan perilaku yang bersifat permanen. Misalnya orang yang tidak dapat mengenal huruf menjadi mampu mengenal huruf, orang yang tidak terampil menulis menjadi terampil menulis, orang yang tidak mampu membuat radio jadi mampu membuat radio, dan berbagai perubahan perilaku lainnya. Pengertian belajar dapat diketahui dari berbagai pendapat. Bell (1991:1) berpendapat. “Belajar sebagai proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap.” Pidarta (2007:206) menjelaskan, “Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat atau kecelakaan)”. Sedangkan Remiswal dan Amelia (2013:15) berpendapat, “Belajar adalah sebagai upaya mendapatkan pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan sikap yang dilakukan dengan mendayakan seluruh potensi fisiologis dan psikologis, jasmani dan rohani manusia yang bersumber kepada Model Pembelajaran
15
bahan informasi baik dari manusia, bahan bacaan, bahan informasi, alam, dan sebagainya.” Syah (2002:92) menjelaskan bahwa “Belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.” Pendapat yang hampir sama dikemukakan Seels dan Richey (1994;12), “Belajar adalah perubahan yang relatif permanen pada pengetahuan seseorang atau sifat tingkah lakunya berdasarkan pengalaman.” Berbagai pendapat di atas menjelaskan bahwa belajar adalah suatu kegiatan dimana seseorang membuat atau menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam hal pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Perubahan yang dimaksud dalam pengertian tersebut adalah perubahan yang permanen, relatif menetap. Artinya belajar terjadi jika perubahan itu tetap dalam masa yang relatif lama dalam masa kehidupan seorang manusia. Sehubungan dengan pengertian tersebut, perlu dipahami bahwa perubahan tingkah laku yang timbul akibat proses kematangan, keadaan gila, mabuk, lelah dan jenuh, tidak dapat dipandang sebagai hasil dari proses belajar. Pendapat di atas diperjelas dengan pendapat Hergenhahn dan Olson (1993:2), yang berpendapat ada lima hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan belajar, yaitu: 1. Belajar menunjuk kepada perubahan tingkah laku 2. Perubahan tingkah laku tersebut relatif permanen 3. Perubahan tingkah laku tidak terjadi segera mengikuti pengalaman belajar 4. Perubahan dalam tingkah laku merupakan hasil dari pengalaman dan latihan 5. Pengalaman dan latihan harus diberi penguatan Menyimak pendapat-pendapat di atas, secara umum belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang berakibat adanya perubahan Model Pembelajaran
16
perilaku. Perilaku itu mengandung pengertian yang luas. Hal ini mencakup pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan sebagainya. Setiap perilaku ada yang nampak, bisa diamati, dan ada yang tidak nampak. Pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan sikap yang dimiliki seseorang dapat diidentifikasi karena ini merupakan kecenderungan perilaku. Pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan sikap ini dapat berupa kemampuan menjelaskan, menyebutkan sesuatu atau melakukan suatu perbuatan. Jadi kita dapat mengidentifikasi hasil belajar dari penampilan seorang individu, maka dapat dikatakan bahwa individu tersebut telah menjalani proses belajar meskipun pada dirinya hanya ada perubahan dalam kecenderungan berperilaku. B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar Secara umum menurut Syah (2002,132-139), Baharuddin dan Wahyuni (2008:19-28) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dibedakan atas tiga faktor, yaitu faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar. Ketiga faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses belajar sehingga menentukan kualitas hasil belajar. 1. Faktor Internal Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor-faktor internal ini meliputi: a. Faktor Fisiologis Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1) Keadan jasmani. Pada umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Model Pembelajaran
17
Sebaliknya kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. 2) Keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama pancaindera. Pancaindera yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. Dalam proses belajar, pancaindera merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia, sehingga manusia dapat mengenal dunia lain. b. Faktor Psikologis Faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar, yaitu: 1) Kecerdasan/intelegensi Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting karena menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat intelegensi seorang individu, semakin besar peluang individu meraih sukses dalam belajar. Sebagai faktor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap pendidik sehingga mereka dapat memahami tingkat kecerdasan siswanya.
Model Pembelajaran
18
Tabel 2 Distribusi Kecerdasan IQ Tingkat Kecerdasan 140 – 169 120 – 139 110 – 119 90 – 109 80 – 89 70 – 79 20 – 69
Klasifikasi Amat Superior Superior Rata-rata Tinggi Rata-rata Rata-rata Rendah Batas Lemah Mental Lemah Mental
2) Motivasi Motivasi didefinisikan sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat. Motivasi juga dapat diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang. Motivasi dibagi menjadi: (a) motivasi intrinsik, adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu; (b) motivasi ekstrinsik, adalah faktor yang yang datang dari luar diri individu tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti: pujian, peraturan, tata tertib, teladan pendidik, orangtua dan lainnya. 3) Minat Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Banyak cara yang bisa digunakan untuk membangkitkan minat belajar siswa, antara lain: (a) dengan membuat materi yang akan dipelajari semenarik mungkin dan tidak membosankan maupun tampilan guru saat mengajar; (b) pemilihan jurusan Model Pembelajaran
19
atau bidang studi, yang dilakukan sendiri oleh siswanya. 4) Sikap Sikap individu dapat mempengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya baik secara positif maupun negatif. Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang ataupun tidak senang pada pendidik, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya 5) Bakat Faktor psikologis lain yang mempengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum, bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Berkaitan dengan belajar, bakat adalah kemampuan umum yang dimiliki seorang siswa untuk belajar. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil. Bakat dapat juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah memiliki bakat tertentu akan lebih mudah menyerap segala informasi yang berhubungan dengan bakat yang dimilikinya. Misalnya siswa yang berbakat di bidang bahasa akan lebih mudah mempelajari bahasa-bahasa lain selain bahasanya sendiri.
Model Pembelajaran
20
2. Faktor Eksternal Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial. a. Lingkungan Sosial Faktor lingkungan sosial terdiri dari: 1) Lingkungan sosial sekolah, seperti pendidik, tenaga administrasi dan teman-teman sekelas. Hubungan yang harmonis diantara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. 2) Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan mempengaruhi belajar siswa. Lingkungan yang kumuh, banyak pengangguran, dan anak terlantar, juga dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa akan kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya. 3) Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat mempengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan lingkungan, sifat-sifat orangtua, demografi rumah (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orangtua, kakak, adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik. b. Lingkungan Nonsosial. Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial meliputi: 1) Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar matahari yang tidak terlalu kuat/silau atau terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang. 2) Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dalam dua macam, yaitu: (a) Model Pembelajaran
21
hardwere, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olah raga dan sebagainya; (b) softwere, seperti kurikulum sekolah, peraturanperaturan sekolah, buku panduan, silabus dan lain sebagainya. 3) Faktor materi pelajaran. Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu juga dengan metode belajar pendidik, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. 3. Faktor Pendekatan Belajar Banyak pendekatan belajar yang dapat guru ajarkan kepada siswa untuk mempelajari bidang studi atau materi pelajaran yang sedang mereka pelajari, dari yang paling klasik hingga yang paling modern. Di antara pendekatan-pendekatan belajar yang dipandang representatif yang klasik dan modern itu adalah: a) Pendekatan Hukum Jost Salah satu asumsi penting yang melandasi hukum jost (Jost’s Law) adalah siswa yang lebih sering mempraktikkan materi pelajaran akan lebih mudah memanggil kembali memori lama yang berhubungan dengan materi yang sedang ia pelajari. Selanjutnya berdasarkan asumsi hukum jost itu maka belajar dengan kiat 5 x 3 adalah lebih baik daripada 3 x 5 walaupun hasil perkalian kedua kiat tersebut sama. Maksudnya, mempelajari sebuah materi dengan alokasi waktu 3 jam per hari selama 5 hari akan lebih efektif daripada mempelajari materi tersebut dengan alokasi waktu 5 jam per hari selama 3 hari. Perumpamaan pendekatan belajar dengan cara mencicil seperti contoh di atas hingga kini masih dipandang cukup berhasil guna terutama untuk materi-materi yang bersifat hafalan. Model Pembelajaran
22
b) Pendekatan Ballard & Clanchy Pendekatan belajar siswa umumnya dipengaruhi sikap terhadap ilmu pengetahuan (attitude to knowledge), yaitu: 1) Sikap melestarikan apa yang sudah ada (conserving). Siswa yang bersikap conserving pada umumnya menggunakan pendekatan belajar ‘reproduktif’ (bersifat menghasilkan kembali fakta dan informasi). 2) Sikap memperluas (extending). Siswa yang bersikap extending, biasanya menggunakan pendekatan belajar ‘analitis’ (berdasarkan pemilahan dan interpretasi fakta dan informasi). Bahkan di antara mereka yang bersikap extending cukup banyak yang menggunakan pendekatan belajar yang lebih ideal, yaitu pendekatan spekulatif (berdasarkan pemikiran mendalam), yang bukan saja bertujuan menyerap pengetahuan melainkan juga mengembangkannya. Mengenai bagaimana tipe, strategi, dan tujuan masingmasing pendekatan belajar tersebut, dapat diketahui pada tabel berikut Tabel 3 Perbandingan Pendekatan Belajar Ballard dan Clanchy Pendekatan Belajar dan Ciri Khasnya Reproduktif Analitis Spekulatif Strateginya: Strateginya: Strateginya: sengaja menghafal berpikir kritis mencari meniru mempertanyakan kemungkinan dan menjelaskan menimbang penjelasan baru meringkas beragumen berspekulasi dan membuat hipotesis Pertanyaannya:: Pertanyaannya: Pertanyaannya: apa? mengapa? bagaimana? bagaimana kalau…? apa betul? apa penting? Model Pembelajaran
23
Tujuannya: pembenaran atau penyebutan kembali
Tujuannya: pembentukan kembali muatan ke dalam pola baru atau berbeda
Tujuannya: menciptakan pengetahuan baru
Sumber: Muhibbin Syah, (2002), Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hal. 128
c) Pendekatan Biggs Menurut hasil penelitian Biggs, pendekatan belajar siswa dapat dikelompokkan ke dalam tiga prototipe (bentuk dasar), yaitu: 1) Pendekatan surface (permukaan/bersifat lahiriah) 2) Pendekatan deep (mendalam) 3) Pendekatan achieving (pencapaian prestasi tinggi) Biggs menyimpulkan bahwa prototipe-prototipe pendekatan belajar tersebut pada umumnya digunakan siswa berdasarkan motifnya, bukan karena sikapnya terhadap pengetahuan. Namun agaknya patut diduga bahwa antara motif dengan sikapnya terhadap pengetahuan ada keterkaitan. Siswa yang menggunakan pendekatan surface misalnya, mau belajar karena dorongan dari luar (ekstrinsik) antara lain takut tidak lulus yang mengakibatkan dia malu. Oleh karena itu gaya belajarnya santai, asal hafal dan tidak mementingkan pemahaman yang mendalam. Sebaliknya siswa yang menggunakan pendekatan deep, biasanya mempelajari materi karena memang dia tertarik dan merasa membutuhkannya (intrinsik). Oleh karena itu gaya belajarnya serius dan selalu berusaha memahami materi secara mendalam serta memikirkan cara mengaplikasikannya. Bagi siswa ini, lulus dengan nilai baik adalah penting, tetapi yang lebih penting adalah memiliki Model Pembelajaran
24
pengatahuan yang cukup banyak dan bermanfaat bagi kehidupannya. Sementara itu siswa yang menggunakan pendekatan achieving pada umumnya dilandasi oleh motif ekstrinsik yang berciri khusus yang disebut ‘ego-enhancement’, yaitu ambisi pribadi yang besar dalam meningkatkan prestasi keakuan dirinya dengan cara meraih indeks prestasi setinggi-tingginya. Gaya belajar siswa ini lebih serius daripada siswa yang memakai pendekatan–pendekatan lainnya. Dia memiliki keterampilan belajar dalam arti sangat cerdik dan efisien dalam mengatur waktu, ruang kerja, dan penelaahan isi silabus. Baginya berkompetisi dengan teman-teman dalam meraih nilai tertinggi adalah penting sehingga ia sangat disiplin, rapi dan sistematis serta berencana maju ke depan. Tabel 4 Perbandingan Pendekatan Belajar Biggs Pendekatan Belajar surface approach (pendekatan permulaan)
deep approach (pendekatan mendalam) achieving approach (pendekatan mencapai prestasi tinggi)
Motif dan Ciri ekstrinsik, dengan ciri menghindari kegagalan tetapi tidak belajar sungguh-sungguh intrinsik, dengan ciri berusaha memuaskan keingintahuan terhadap isi materi ego-enchancement dengan ciri bersaing untuk meraih nilai prestasi tertinggi
Strategi memusatkan pada macam-macam materi dan mereproduksi secara persis memaksimalkan pemahaman dengan berpikir, banyak membaca dan diskusi Mengoptimalkan pengaturan waktu dan usaha (study skills)
Sumber: Muhibbin Syah, (2002), Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hal. 130
Model Pembelajaran
25
Di samping faktor-faktor internal dan eksternal siswa sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses pembelajaran siswa tersebut. Seorang siswa yang terbiasa mengaplikasikan pendekatan belajar deep misalnya, mungkin sekali berpeluang untuk meraih prestasi belajar yang bermutu daripada siswa yang menggunakan pendekatan belajar surface atau reproductive. Untuk memperjelas uraian mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi belajar tersebut, ada pada tabel beribut: Tabel 5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar Internal Siswa aspek fisiologis: tonus jasmani mata dan telinga
aspek psikologis: intelegensi, sikap, minat, bakat, motivasi
Eksternal Siswa lingkungan sosial: keluarga guru dan staf masyarakat teman lingkungan nonsosial: rumah, sekolah, peralatan alam
Pendekatan Belajar Siswa pendekatan tinggi: speculative achieving
pendekatan sedang: analytical deep pendekatan rendah: reproductive surface
Sumber: Muhibbin Syah, (2002), Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hal. 139
C. Tipe-Tipe Belajar Dalam praktek pengajaran, penggunaan suatu dasar teori untuk segala situasi merupakan tindakan kurang bijaksana. Tidak ada suatu teori belajar pun cocok untuk segala situasi. Karena masing-masing mempunyai landasan yang berbeda dan cocok untuk situasi tertentu. Model Pembelajaran
26
Robert M. Gagne seperti dikutip Ali (1993:25-28) mencoba melihat berbagai macam teori belajar dalam satu kebutuhan yang saling melengkapi dan tidak bertentangan. Menurut Gagne, belajar mempunyai 8 (delapan) tipe. Kedelapan tipe itu bertingkat dan setiap tipe belajar merupakan prasyarat bagi tipe belajar di atasnya. Kedelapan tipe itu adalah: 1. Belajar Isyarat Belajar isyarat mirip dengan conditioned respons atau respons bersyarat. Seperti menutup mulut dengan jari telunjuk, adalah isyarat mengambil sikap tidak bicara. Lambaian tangan, adalah isyarat untuk dapat datang mendekat. Menutup mulut dengan jari telunjuk dan lambaian tangan adalah isyarat, sedangkan diam dan datang adalah respons. Tipe belajar semacam ini dilakukan dengan merespons suatu isyarat. Jadi respons yang dilakukan itu bersifat umum, kabur, dan emosional. Bentuk belajar semacam ini biasanya bersifat tidak disadari, dalam arti respons diberikan secara tidak sadar. 2. Belajar Stimulus – Respons (S-R) Berbeda dengan belajar isyarat, respons bersifat umum, kabur dan emosional, tipe belajar S-R, respons bersifat spesifik, 2 x 3 = 6 adalah bentuk suatu hubungan S-R. Mencium bau masakan sedap, keluar air liut, itu pun ikatan S-R. Jadi belajar stimulus respons sama dengan teori asosiasi (S-R bond). Setiap respons dapat diperkuat dengan reinforcement. Hal ini berlaku pula pada tipe belajar S-R. 3. Belajar Rangkaian (Chaining) Rangkaian atau rantai adalah semacam rangkaian antara berbagai S-R yang bersifat segera. Hal ini terjadi dalam rangkaian motorik, seperti gerakan dalam mengikat tali sepatu,
Model Pembelajaran
27
makan minum merokok, atau gerakan verbal seperti selamat tinggal bapak ibu. 4. Asosiasi Verbal Suatu kalimat ‘piramid itu berbangun limas’ adalah contoh asosiasi verbal. Seseorang dapat menyatakan bahwa piramid berberntuk limas, kalau ia mengetahui berbagai bangun seperti balok, kubus, atau kerucut. Hubungan atau asosiasi verbal terbentuk bila unsur-unsurnya terdapat dalam urutan tertentu, yang satu mengikuti yang lain. 5. Belajar Diskriminasi Tipe belajar ini adalah perbedaan terhadap berbagai rangkaian. Seperti membedakan berbagai bentuk wajah, binatang atau tumbuh-tumbuhan. 6. Belajar Konsep Konsep merupakan simbol berpikir. Hal ini diperoleh dari hasil membuat tafsiran terhadap fakta atau realita, dan hubungan antara berbagai fakta. Dengan konsep dapat digolongkan binatang bertulang belakang, menurut ciri-ciri khusus (kelas), seperti kelas mamalia, reptilia, amphibia, burung, dan ikan. Dapat pula digolongkan manusia berdasarkan ras (warna kulit) atau kebangsaan, suku bangsa atau hubungan keluarga. Kemampuan membentuk konsep ini terjadi bila orang dapat melakukan diskriminasi. 7. Belajar Aturan Hukum, dalil atau rumus, adalah aturan. Tipe belajar ini banyak terdapat pada semua pelajaran di sekolah, seperti benda memuai bila dipanaskan, besar sudut dalam sebuah segi tiga sama dengan 1800. Belajar aturan ternyata mirip dengan rangkaian verbal, terutama bila autan itu tidak diketahui artinya,
Model Pembelajaran
28
Oleh karena itu setiap dalil atau rumus yang dipelajari harus dipahami artinya. 8. Belajar Pemecahan Masalah Memecahkan masalah adalah biasa dalam kehidupan. Ini memerlukan pemikiran. Upaya memecahkan masalah dilakukan dengan menghubungkan berbagai aturan yang relevan dengan masalah itu. Dalam memecahkan masalah diperlukan waktu, adakalanya singkat, adakalanya lama. Juga seringkali harus dilalui dengan berbagai langkah, seperti mengenal setiap unsur yang ada dalam masalah itu, mencari hubungannya dengan aturan tertentu. Dalam setiap langkah diperlukan pemikiran. Dampaknya pemecahan masalah terjadi dengan tiba-tiba (insight). Dengan ulangan-ulangan masalah tidak terpecahkan dan apa yang dipecahkan sendiri yang penyelesaiannya ditemukan sendiri, lebih mantap dan dapat ditransfer kepada situasi atau masalah lain. Kesanggupan memecahkan masalah memperbesar kemampuan untuk memecahkan masalahmasalah lainnya. Kedelapan tipe sebagaimana diuraikan di atas, ada hirarkinya. Setiap tipe belajar merupakan prasyarat bagi tipe belajar diatasnya. Sebaliknya tiap tipe belajar memerlukan penguasaan pada tipe belajar pada tingkat dibawahnya. Untuk belajar memecahkan masalah misalnya, perlu dikuasai sejumlah aturan yang relevan dan untuk menguasai aturan perlu dipakai semua konsep dalam aturan itu. Agar menguasai konsep, perlu kemampuan membuat pembedaan, dan agar dapat membuat pembedaan perlu dikuasai aturan verbal dan seterusnya. Biasanya pada pelajaran di sekolah hanya sampai pada tingkat konsep. Namun adakalanya kita harus menggunakan taraf belajar yang lebih rendah lagi. Agar belajar dapat mencapai taraf lebih tinggi
Model Pembelajaran
29
diperlukan kemampuan guru dalam menerapkan prinsip-prinsip sebagaimana diuraikan di atas. D. Gaya Belajar Pada dasarnya kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap materi pelajaran sudah pasti berbeda tingkatannya. Ada yang cepat, sedang, dan ada pula yang sangat lambat. Oleh karena itu, siswa seringkali harus menempuh cara berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi atau isi materi pelajaran yang sama. Apa pun cara yang dipilih, perbedaan gaya belajar itu menunjukkan cara tercepat dan terbaik bagi setiap individu untuk bisa menyerap sebuah informasi dari luar dirinya. Gaya belajar merupakan cara belajar yang khas bagi siswa. Gaya belajar atau “learning style” siswa yaitu cara siswa bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang yang diterima dalam proses belajar. Gaya belajar adalah cara siswa untuk membuat suatu strategi dalam belajar dan dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa tersebut. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan: 1. Setiap siswa belajar menurut cara sendiri yang disebut gaya belajar. Guru juga mempunyai gaya mengajar masing–masing 2. Siswa dapat menemukan gaya belajar itu dengan instrumen tertentu 3. Kesesuaian gaya mengajar dengan gaya belajar mempertinggi efektivitas belajar. Gaya belajar dibedakan menjadi: 1. Gaya belajar visual (belajar dengan cara melihat) Gaya belajar visual menitikberatkan ketajaman mata atau penglihatan. Artinya, bukti-bukti konkret harus diperlihatkan Model Pembelajaran
30
terlebih dahulu agar siswa paham. Ciri-ciri siswa yang memiliki gaya belajar visual adalah kebutuhan yang tinggi untuk melihat dan juga menangkap informasi secara visual sebelum mereka memahaminya. Siswa dengan gaya belajar visual lebih mudah mengingat apa yang mereka lihat, seperti bahasa tubuh/ekspresi muka gurunya, diagram, buku pelajaran bergambar dan video, sehingga mereka bisa mengerti dengan baik mengenai posisi/lokasi, bentuk, angka, dan warna. Siswa visual cenderung rapi dan teratur dan tidak terganggu dengan keributan yang ada, tetapi mereka sulit menerima instruksi verbal. Siswa yang memiliki gaya belajar visual menangkap pelajaran lewat materi bergambar. Selain itu, ia memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna, disamping mempunyai pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik. Hanya saja biasanya ia memiliki kendala untuk berdialog secara langsung karena terlalu reaktif terhadap suara, sehingga sulit mengikuti anjuran secara lisan dan sering salah menginterpretasikan kata atau ucapan. Ketajaman visual, lebih menonjol pada sebagian orang, sangat kuat dalam diri seseorang. Alasannya adalah bahwa “di dalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indera lain”. Menurut objeknya “masalah penglihatan” digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu melihat bentuk, melihat dalam dan melihat warna”. Ciri-ciri gaya belajar visual adalah: a. Bicara agak cepat b. Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi c. Tidak mudah terganggu oleh keributan Model Pembelajaran
31
d. e. f. g.
Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar Lebih suka membaca dari pada dibacakan Pembaca cepat dan tekun Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata h. Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato i. Lebih suka musik dari pada seni j. Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya Strategi untuk mempermudah proses belajar anak visual, adalah: a. Gunakan materi visual seperti, gambar, diagram dan peta b. Gunakan warna untuk menandai hal-hal penting c. Ajak siswa untuk membaca buku-buku berilustrasi d. Gunakan multi-media (contohnya: komputer dan video) e. Ajak siswa untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar 2. Gaya belajar Auditori (belajar dengan cara mendengar) Gaya belajar auditori mempunyai kemampuan dalam hal menyerap informasi dari telinga/pendengaran. Siswa yang mempunyai gaya belajar auditorial dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Siswa auditorial memiliki kepekaan terhadap musik dan baik dalam aktivitas lisan, mereka berbicara dengan irama yang terpola, biasanya pembicara yang fasih, suka berdiskusi dan menjelaskan segala sesuatu panjang lebar. Siswa dengan tipe gaya belajar ini mudah terganggu dengan keributan dan lemah dalam aktivitas visual. Metode pembelajaran yang tepat untuk pembelajar model seperti ini harus memperhatikan kondisi fisik dari pembelajar. Anak Model Pembelajaran
32
yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Pikiran auditori kita lebih kuat daripada yang kita sadari. Telinga kita terus menerus menangkap dan menyimpan informasi auditori, bahkan tanpa kita sadari. Dan ketika kita membuat suara sendiri dengan berbicara, beberapa area penting di otak kita menjadi aktif. Ciri-ciri gaya belajar auditori : a. Saat bekerja suka bicara kepada diri sendiri b. Penampilan rapi c. Mudah terganggu oleh keributan d. Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat e. Senang membaca dengan keras dan mendengarkan f. Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca g. Biasanya ia pembicara yang fasih h. Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya i. Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik j. Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan visual k. Berbicara dalam irama yang terpola l. Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara Strategi untuk mempermudah proses belajar anak auditori adalah: a. Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di dalam keluarga b. Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras. c. Gunakan musik untuk mengajarkan anak d. Diskusikan ide dengan anak secara verbal e. Biarkan anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan dorong dia untuk mendengarkannya sebelum tidur. Model Pembelajaran
33
3. Gaya belajar Kinestetik atau belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh Gaya belajar kinestetik merupakan aktivitas belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh. Pembelajar tipe ini mempunyai keunikan dalam belajar yaitu selalu bergerak, aktivitas panca indera, dan menyentuh. Pembelajar ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Mereka merasa bisa belajar lebih baik jika prosesnya disertai kegiatan fisik. Siswa dengan tipe ini suka coba-coba dan umumnya kurang rapi serta lemah dalam aktivitas verbal. Ciri-ciri gaya belajar kinestetik: a. Berbicara perlahan b. Penampilan rapi c. Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan d. Belajar melalui memanipulasi dan praktek e. Menghafal dengan cara berjalan dan melihat f. Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca g. Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita h. Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca i. Menyukai permainan yang menyibukkan j. Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu k. Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka l. Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik: a. Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam
Model Pembelajaran
34
b. Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (contohnya: ajak dia baca sambil bersepeda, gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru) c. Izinkan anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar d. Gunakan warna terang untuk menandai hal-hal penting dalam bacaan e. Izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik 4. Gaya belajar Read-Write Selain gaya belajar yang menekankan pada aspek mendengar, terdapat juga gaya belajar yang lebih banyak aspek membaca dan menulis. Pada sesorang yang memiliki gaya belajar seperti ini ia akan lebih mudah memahami materi pembelajaran dengan cara membaca atau menulis. Adapun sarana atau media yang cocok untuk gaya belajar Read – Write, antara lain kamus, handout, buku teks, catatan, daftar, essay, serta membaca buku manual dan berbagai jenis kegiatan lain yang berhubungan dengan membaca dan menulis. Adapun strategi belajar untuk gaya belajar Read-Write, antara lain: a. Tuliskan kata-kata secara berulang-ulang b. Baca catatan Anda (dengan sunyi) secara berkali-kali c. Tulis kembali ide atau informasi dengan kalimat yang berbeda d. Terjemahkan semua diagram, gambar, dan sebagainya ke dalam kata-kata E. Proses dan Fase Belajar 1. Definisi proses belajar Menurut Syah (2002:113), proses adalah kata yang berasal dari bahasa Latin, ‘processus’ yang berarti ‘berjalan ke depan’. Kata ini mempunyai konotasi urutan langkah atau kemajuan yang mengarah Model Pembelajaran
35
pada suatu sasaran atau tujuan. Proses adalah suatu perubahan yang menyangkut tingkah laku atau kejiwaan. Dalam psikologi belajar, proses berarti cara-cara atau langkahlangkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu. Jika kita perhatikan istilah ‘langkah-langkah atau tahapan perubahan’ dapat kita pakai sebagai padanan kata proses. Jadi, proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju daripada keadaan sebelumnya. 2. Fase-fase dalam proses belajar Karena belajar itu merupakan aktivitas yang berproses, sudah tentu di dalamnya terjadi perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahan-perubahan tersebut timbul melalui fase-fase yang antara satu dengan lainnya bertalian secara berurutan dan fungsional. Dalam proses pembelajaran, siswa menempuh tiga fase atau tahap, yaitu: a. Fase informasi atau tahap penerimaan materi. Pada fase informasi, siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. Di antara informasi yang diperoleh itu ada yang sama sekali baru dan berdiri sendiri, ada pula yang berfungsi menambah, memperhalus, dan memperdalam pengetahuan yang sebelumnya telah dimiliki. b. Fase transformasi atau tahap pengubahan materi. Pada fase ini, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah, atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual Model Pembelajaran
36
supaya kelak pada gilirannya dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas. Bagi siswa pemula, fase ini akan berlangsung lebih mudah apabila disertai dengan bimbingan pendidik yang diharapkan kompeten dalam mentransfer strategi kognitif yang tepat untuk melakukan pembelajaran materi pelajaran tertentu. c. Fase evaluasi atau tahap penilaian materi. Dalam fase evaluasi, seorang siswa akan menilai sendiri sampai sejauh manakah pengetahuan (informasi) yang telah ditransformasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain atau memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Proses belajar selalu berlangsung dalam tiga tahapan, yaitu: a. Acquisition atau tahap perolehan/penerimaan informasi. Pada tahap ini seorang siswa mulai menerima informasi sebagai stimulus dan melakukan respon terhadapnya sehingga menimbulkan pemahaman dan perilaku baru. Pada tahap ini terjadi pula asimilasi antara pemahaman dengan perilaku baru dalam keseluruhan perilakunya. Tahap acquisition dalam belajar merupakan proses tahapan yang paling mendasar. Kegagalan dalam tahap ini akan mengakibatkan kegagalan pada tahaptahap berikutnya. b. Storage, tahap penyimpanan informasi. Pada tahap ini seorang siswa secara otomatis akan mengalami proses penyimpanan pemahaman dan perilaku baru yang ia peroleh ketika menjalani tahap acquisition. Peristiwa ini sudah tentu melibatkan fungsi short term dan long term memori. c. Retrieval, tahap mendapatkan kembali informasi. Pada tahap ini seorang siswa akan mengaktifkan kembali fungsi-fungsi sistem memorinya, misalnya ketika ia menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah. Proses pada tahap ini pada dasarnya adalah upaya atau peristiwa mental dalam mengungkapkan dan memproduksi kembali apa-apa yang tersimpan dalam memori berupa informasi, simbol, pemahaman, dan perilaku tertentu sebagai respon atau stimulus yang sedang dihadapi. Model Pembelajaran
37
F. Hasil Belajar Sebelum membahas lebih jauh tentang hasil belajar, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan proses, prinsip, dan faktor-faktor yang mempengeruhi proses belajar. Baharuddin dan Wahyuni (2008:16) menjelaskan proses belajar adalah serangkaian aktivitas yang terjadi pada pusat saraf individu yang belajar. Proses belajar terjadi secara abstrak, karena terjadi secara mental dan tidak dapat diamati. Oleh karena itu proses belajar hanya dapat diamati jika ada perubahan perilaku dari seseorang yang berbeda dengan sebelumnya. Gagne seperti dikutip Pidarta (2007:207) berpendapat ada sejumlah prinsip dalam kegiatan belajar, yaitu: 1. Kontiguitas, memberikan situasi atau materi yang mirip dengan harapan pendidik tentang respons anak yang diharapkan, beberapa kali secara berturut-turut 2. Pengulangan, situasi dan respons anak diulang-ulang atau dipraktikkan agar belajar lebih sempurna dan lebih lama diingat 3. Penguatan, respons yang benar misalnya diberi hadiah untuk mempertahankan dan menguatkan respons itu 4. Tersedia materi pelajaran yang lengkap untuk memancing aktivitas anak-anak 5. Ada upaya membangkitkan keterampilan intelektual untuk belajar, seperti apersepsi dalam mengajar 6. Ada strategi yang tepat untuk mengaktifkan anak-anak dalam belajar 7. Aspek-aspek jiwa anak harus dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam pengajaran. Berdasarkan berbagai uraian seperti yang telah dijelaskan di atas dapat diketahui bahwa hasil belajar dapat diidentifikasi dari adanya kemampuan melakukan sesuatu secara permanen dapat diulang-ulang Model Pembelajaran
38
dengan hasil yang sama. Kita membedakan antara perubahan perilaku hasil belajar dengan yang terjadi secara kebetulan. Orang yang secara kebetulan dapat melakukan sesuatu, tentu tidak dapat mengulangi perbuatan itu dengan hasil yang sama. Sedangkan orang dapat melakukan sesuatu karena hasil belajar, dapat melakukan hal yang sama secara berulang-ulang dengan hasil sama. Perubahanperubahan yang terjadi sebagai hasil belajar dapat dinyatakan dalam berbagai jenis. Gagne dan Briggs (1979:49-51) berpendapat ada lima katagori pokok dari kapabilitas hasil belajar, yaitu keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, keterampilan gerak atau motorik dan sikap. Sedangkan Bloom (1977:7) menjelaskan untuk melihat sejauh mana taraf keberhasilan belajar secara tepat (efektif) dan terpercaya (reliabel), diperlukan informasi yang didukung oleh data hasil belajar yang obyektif dan memadai serta indikator-indikator perubahan perilaku dan pribadi siswa. Untuk memudahkan dalam pengamatan tentang hasil belajar, dapat digunakan penggolongan perilaku menurut Bloom. Bloom menamakan hal ini dengan “The Taxonomy of Educational Objectives”, bahwa tujuan belajar dapat diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) domein, yaitu “domein kognitif, domein afektif, dan domein psikomotor.” Domain kognitif terdiri dari: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisa, sintesa, evaluasi. Domain afektif terdiri dari: menerima, merespon, menilai, mengorganisasi, karakteristik. Domain psikomotor, merefleksi kepada tindakan-tindakan untuk gerakan-gerakan kreatif yang terampil. (Woolfolk, 2004:435-437). Tujuan belajar yang dikemukakan Bloom, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 6 Taksonomi Bloom Katagori Pengetahuan Mengingat potongan informasi. Anak menyebutkan, mendefinisikan, menggambarkan, mencocokkan, dan memilih. Model Pembelajaran
Contoh Pertanyaan Apa nama ..........? Dimana ..........? Ada jenis ..... apa saja di sana? Apa yang terjadi terlebih dulu? Kemudian? 39
Terakhir? Pemahaman Memahami makna pengalaman Anak menjelaskan, mengelompokkan, meringkas, memperkirakan hasil, dan mengurutkan benda. Penerapan / aplikasi Menggunakan hal yang sudah dipelajari pada situasi baru Anak memecahkan masalah, memperlihatkan penemuan, serta mengubah dan mengatur material kembali Analisis Membagi pemikiran atau aktivitas menjadi komponen terpisah Anak memisahkan, mengurutkan, membagi, menghitung, dan menyimpulkan. Sintesis Menggabungkan bagian menjadi utuh Anak menggabungkan, menciptakan, merancang, mengarang, membangun, dan mengatur kembali. Evaluasi Membuat penilaian Anak mengkritik, membandingkan, memberi alasan, menyimpulkan, membedakan, dan mendukung.
Seperti apa .......... dan ..........? Apa yang membuat mereka berbeda? Menurutmu kenapa ........terjadi? Apa yang menyebabkan .........? Ceritakan padaku tentang ........? Bagaimana cara lain menggunakan ..........? Apa yang terjadi jika ..........? Apa yang akan kamu gunakan untuk .........? Bagaimana cara membuat ........? Apa yang kamu butuhkan untuk ........? Bagaimana kamu bisa tahu bahwa ini adalah ........? Termasuk dalam kelompok apakah ini? Kenapa? Apakah ini ....... atau ......? Kenapa? Dapatkah kamu memikirkan cara baru untuk ........? Gambarlah .......... Ceritakan padaku tentang ........? Bagaimana cara membuat .......? Berpura-puralah sebagai .......... Mana yang paling kamu suka? Kenapa? Apa yang kamu sukai dari .......? Apa yang tidak kamu sukai dari ..... ? Apa bagian terbaik dari ........? Apa bagian terburuk dari ........?
Sumber: Dianne Miller Nielsen, 2008, Mengelola Kelas Untuk Guru Taman Kanak-Kanak, Jakarta, PT Indeks, h. 22
Model Pembelajaran
40
Berdasarkan pendapat Bloom, Sucihati (2001:6-7) membagi tujuan pendidikan dan instruksional ke dalam tiga kelompok, yaitu tujuan yang bersifat: 1. Kognitif, tujuan kognitif berorientasi kepada kemampuan berpikir, mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu ‘mengingat’ sampai dengan kemampuan untuk memecahkan suatu masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan gagasan, metode, atau prosedur yang sebelumnya dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. 2. Afektif, tujuan efektif berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai dan sikap hati yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. 3. Psikomotor, berorientasi kepada keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot. Biasanya dihubungkan dengan ‘latihan menulis’, berbicara, olahraga serta matakuliah yang berhubungan dengan keterampilan teknis. Anderson dan Krathwohl (2001:67-68) merefisi pendapat Bloom menjadi dua bidang dimensi kognitif dan dimensi pengetahuan. Dimensi kognitif terdiri dari enam tingkatan, yaitu: 1. Mengingat, menarik atau mengambil pengetahuan yang berhubungan dari memori atau pikiran jangka panjang kita 2. Mengerti, membangun pengertian dari berbagai petunjuk atau pesan termasuk dalam bentuk tulisan, ucapan dan komunikasi secara graphis 3. Mengaplikasi, menjalankan atau menggunakan sebuah prosedur pada situasi yang ditunjuk 4. Menganalisa, memecahkan materi dalam potongan-potongan bagian dan mampu menentukan dan menyambung bagian-bagian tersebut menjadi sebuah tujuan
Model Pembelajaran
41
5. Mengevaluasi, membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standarisasi 6. Membuat dan membentuk elemen-elemen dalam satu kesatuan, mengorganisasi elemen-elemen tersebut dalam bentuk dan struktur yang baru. Sedangkan dimensi pengetahuan terdiri dari empat tingkatan, yaitu: (1) pengetahuan faktual; (2) pengetahuan konseptual; (3) pengetahuan prosedural; dan (4) pengetahuan metakognitif. Dari revisi ini terlihat bahwa Anderson dan Krathwohl menyusun taksonominya dalam dua dimensi, yaitu proses kognitif dan pengetahuan. Selain itu, pada dimensi proses kognitif ada perbedaannya dengan Bloom, yaitu dimensi pertama (ingatan, sebelumnya pengetahuan), dimensi kelima (evaluasi, sebelumnya sintesis), dan dimensi keenam (menciptakan, sebelumnya evaluasi). Sedangkan pada dimensi pengetahuan, sebelumnya ada pada tingkat pertama kawasan kognitif, Anderson dan Krathwohl membedakan menjadi empat jenis pengetahuan, yaitu pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif. Romiszowski (1990:241) menekankan hasil belajar pada dua aspek, yaitu pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan adalah berkenaan dengan informasi yang tersimpan dalam otak manusia setelah ia mengalami proses belajar. Sedangkan keterampilan adalah yang berkenaan dengan tindakan seseorang, baik tindakan intelektual maupun fisik dalam mencapai suatu tujuan sebagai akibat proses belajar. Secara lebih rinci pengetahuan dibedakan menjadi empat jenis, yaitu: fakta, prosedur, konsep, dan prinsip. Sedangkan keterampilan dibagi menjadi empat jenis, yaitu: kognitif, motorik, reaktif, dan interaktif. Untuk mengetahui apakah seseorang telah belajar atau belum tidaklah mudah, sebab proses belajar merupakan masalah yang kompleks Model Pembelajaran
42
sifatnya. Bahkan hasil belajar seseorang tidak langsung kelihatan tanpa orang itu melakukan sesuatu untuk memperlihatkan kemampuan yang telah diperolehnya melalui belajar. Oleh karena itu dalam kegiatan pembelajaran perlu adanya perencanaan dan penetapan tujuan-tujuan belajar yang baik, yang umum maupun yang khusus agar siswa dapat menguasai berbagai kemampuan seperti pengetahuan, keterampilan, dan sikap sebagai hasil dari proses belajar yang telah dijalaninya dan biasanya lebih dikenal dengan sebutan hasil belajar. Lebih jelasnya menurut Soedijarto (1993:49) hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan. Dengan demikian hasil belajar merupakan penguasaan siswa dalam dimensi proses kognitif, afektif dan kemampuan atau kecepatan belajar seorang siswa dalam menerima materi pelajaran selama kurun waktu tertentu berdasarkan tujuan pembelajaran. G. Silabus Sebagai Acuan Pengembangan RPP Amri (2013;50-57) menjelaskan silabus sebagai acuan pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) memuat identitas mata pelajaran atau tema pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD) materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), serta panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dalam pelaksanaannya, pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah/madrasah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendidikan. Pengembangan silabus disusun di bawah supervisi dinas kebupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD dan SMP, dinas provinsi yang bertanggung jawab di bidang Model Pembelajaran
43
pendidikan untuk SMA dan SMK serta departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK. 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik dan psikologis siswa. RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan. Komponen RPP adalah: a. Identitas mata pelajaran yang meliputi: satuan pendidikan, kelas, semester, program/program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan. b. Standar kompetensi yang merupakan kualifikasi kemampuan minimal siswa yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan atau semester pada suatu mata pelajaran. c. Kompetensi dasar, yaitu sejumlah kemampuan yang harus dikuasai siswa dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu mata pelajaran d. Indikator pencapaian kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Model Pembelajaran
44
e. Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan bisa dicapai oleh siswa sesuai dengan kompetensi dasar. f. Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi. g. Alokasi waktu yang ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian kompetensi dasar dan beban belajar. h. Metode pembelajaran ini digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. Pendekatan pembelajaran tematik digunakan untuk siswa kelas 1 sampai dengan kelas 3 SD/MI. i. Kegiatan pembelajaran: 1) Pendahuluan, merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. 2) Kegiatan inti, merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. 3) Penutup, merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut.
Model Pembelajaran
45
j. Penilaian hasil belajar. Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu pada Standar Penilaian. k. Sumber belajar yang ditentukan berdasarkan pada standar kompetensi dasar serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi. 2. Prinsip-Prinsip Penyusunan RPP a. Memperhatikan perbedaan individu siswa. Dalam penyusunan RPP kita perlu memperhatikan hal-hal seperti jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan siswa. b. Mendorong partisipasi aktif siswa. Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada siswa untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar. c. Mengembangkan budaya membaca dan menulis. Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca pemahaman beragam bacaan dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan. d. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut. RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan dan remedial. e. Keterkaitan dan keterpaduan. RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya. f. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi. RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan Model Pembelajaran
46
komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi. H. Pelaksanaan Proses Pembelajaran 1. Persyaratan Pelaksanaan Proses Pembelajaran a. Rombongan belajar Jumlah maksimal siswa setiap rombongan belajar adalah: 1) SD/MI: 28 siswa 2) SMP/MTs: 32 siswa 3) SMA/MA: 32 siswa 4) SMK/MAK: 32 siswa b. Alokasi waktu jam tatap muka pembelajaran 1) SD/MI: 35 Menit 2) SMP/MTs: 40 Menit 3) SMA/MA: 45 Menit 4) SMK/MAK : 45 Menit c. Beban kerja minimal guru 1) Beban kerja guru mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih siswa, serta melaksanakan tugas tambahan 2) Beban kerja guru sebagaimana dimaksud pada angka 1 di atas adalah sekurang-kurangnya 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu d. Buku teks pelajaran 1) Buku teks pelajaran yang akan digunakan oleh sekolah/madrasah dipilih melalui rapat guru dengan pertimbangan komite sekolah/madrasah dari buku-buku teks pelajaran yang ditetapkan oleh Menteri 2) Rasio buku teks pelajaran untuk siswa adalah 1 : 1 per mata pelajaran
Model Pembelajaran
47
3) Selain buku teks pelajaran, guru menggunakan buku panduan guru, buku pengayaan, buku referensi, dan sumber belajar lainnya 4) Guru membiasakan siswa menggunakan buku-buku dan sumber belajar lain yang ada di perpustakaan sekolah/madrasah e. Pengelolaan kelas 1) Guru menyesuaikan pengaturan tempat duduk siswa sesuai dengan tujuan dan karakteristik proses pembelajaran 2) Volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran harus dapat didengar dengan baik oleh siswa 3) Guru wajib menggunakan kata-kata santun, lugas dan mudah dimengerti oleh siswa 4) Guru menyesuaikan meteri pembelajaran dengan kecepatan dan kemampuan belajar siswa 5) Guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, dan keselamatan dalam menyelenggarakan proses pembelajaran 6) Guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respons dan hasil belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung 7) Guru mendorong dan menghargai siswa untuk bertanya dan mengemukakan pendapat 8) Guru berpakaian sopan, bersih dan rapi 9) Pada tiap awal semester, guru menjelaskan kepada siswa silabus mata pelajaran, dan 10) Guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan waktu yang dijadwalkan 2. Pelaksanaan Pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP, meliputi kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup
Model Pembelajaran
48
a. Kegiatan Pendahuluan Dalam kegiatan pendahuluan, guru: 1) Menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran 2) Memberi motivasi belajar siswa secara kontekstual sesuai manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan seharihari, dengan memberikan contoh dan perbandingan lokal, nasional dan internasional 3) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari 4) Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai, dan 5) Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus b) Kegiatan Inti Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik siswa dan mata pelajaran yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Penjelasannya adalah: 1) Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru: a) Melibatkan siswa mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip belajar dari aneka sumber
Model Pembelajaran
49
b) Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain c) Memfasilitasi terjadinya interaksi antar siswa serta antara siswa dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya d) Melibatkan siswa secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran e) Memfasilitasi siswa melakukan percobaan di laboratorium, studio atau lapangan 2) Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru: a) Membiasakan siswa untuk membaca dan menulis secara beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna b) Memfasilitasi siswa melalui pemberian tugas, diskusi dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis c) Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut d) Memfasilitasi siswa dalam pembelajaran koperatif dan kolaboratif e) Memfasilitasi siswa untuk berkompetisi secara sehat guna meningkatkan prestasi belajar f) Memfasilitasi siswa untuk membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok g) Memfasilitasi siswa untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok h) Memfasilitasi siswa untuk melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan i) Memfasilitasi siswa untuk melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri
Model Pembelajaran
50
3) Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, guru: a) Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan siswa b) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi siswa melalui berbagai sumber c) Memfasilitasi siswa melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan d) Memfasilitasi siswa untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar yang: i. Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan siswa yang menghadapi kesulitan dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar ii. Membantu menyelesaikan masalah iii. Memberi acuan agar siswa dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi iv. Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh v. Memberi motivasi kepada siswa yang kurang atau belum berpartisipasi aktif c) Kegiatan Penutup Dalam kegiatan penutup, guru: 1) Bersama-sama dengan siswa dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran 2) Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram 3) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran 4) Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas, baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar siswa Model Pembelajaran
51
5) Menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya 3. Penilaian Hasil Pembelajaran Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat kompetensi siswa serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar dan memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis atau lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, portofolio dan penilaian diri.
Model Pembelajaran
52
BAB 3 MODEL, STRATEGI, METODE, DAN KETERAMPILAN MENGAJAR Tujuan: a. b. c. d. e.
Menjelaskan Pengertian Proses Pembelajaran Menjelaskan Model Pembelajaran Menjelaskan Strategi Pembelajaran Menjelaskan Metode Pembelajaran Menjelaskan Keterampilan Mengajar
Materi Bahasan: A. Pengertian Proses Pembelajaran Sebelum kita membahas lebih jauh tentang model pembelajaran, sebaiknya kita dapat memahami arti belajar. Bagaimana kita belajar dapat ditelaah secara mikro dan makro. Semiawan (2002:7) menjelaskan: (1) secara mikro terkait dengan proses pembelajaran itu sendiri. Proses belajar diupayakan agar siswa mampu menggunakan peralatan mentalnya (otaknya) secara efektif dan efisien sehingga tidak ditandai oleh segi kognitif belaka, melainkan terutama juga oleh keterlibatan emosional yang kreatif. Dengan demikian proses belajar ini perlu disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan siswa; (2) secara makro pembelajaran ditinjau dari adanya analisis dua jalur, dalam pendekatan sistemnya mencakup analisis konten yang dikaitkan dengan kepada siapa konten tersebut serta dalam konteks apa pembelajaran dilakukan. Pembelajaran menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Miarso (2004:49) berpendapat bahwa pembelajaran adalah Model Pembelajaran
53
usaha mengelola lingkungan dengan sengaja agar seseorang membentuk diri secara positif tertentu dalam kondisi tertentu. Selanjutnya Soedijarto (1993:49) menjelaskan strategi belajar mengajar adalah pengertian yang menunjukkan adanya interaksi belajar mengajar yang direncanakan secara strategis untuk mencapai tujuan pendidikan khusus secara tepat guna. Sedangkan strategi pembelajaran menurut Seels dan Rickey (1994:31) adalah perincian untuk memilih dan mengurutkan kejadian dan kegiatan dalam pembelajaran. Menurut Suparman (1994:157) strategi pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan instruksional, cara pengorganisasian materi pelajaran dan siswa, peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di bidang pendidikan selanjutnya dapat diketahui bahwa upaya mengimplementasikan rencana pembelajaran yang telah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun dapat dicapai secara optimal, maka diperlukan suatu metode yang digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Rusman (2013:132) berpendapat bahwa bisa saja terjadi satu strategi pembelajaran menggunakan beberapa metode. Misalnya, untuk melaksanakan strategi eksplorasi bisa digunakan metode ceramah sekaligus metode tanya jawab, atau bahkan diskusi dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia termasuk menggunakan media pembelajaran. Oleh sebab itu, strategi berbeda dengan metode. Strategi menunjukkan pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Dengan kata lain, strategi adalah a plan of operation achieving something, sedangkan metode adalah a way in achieving something.
Model Pembelajaran
54
Setelah kita memahami arti belajar, pembelajaran, strategi pembelajaran dan metode pembelajaran, maka selanjutnya kita pun harus mengerti istilah pendekatan belajar. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Terdapat dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher centered approach) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student centered approach). Pendekatan yang berpusat pada guru menggunakan strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif, atau pembelajraan ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menggunakan strategi pembelajaran inkuiri dan discovery serta pembelajaran induktif. B. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Model adalah sesuatu yang menggambarkan adanya pola berpikir. Sebuah model biasanya menggambarkan keseluruhan konsep yang saling berkaitan. Model juga dipandang sebagai upaya untuk mengkonkritkan sebuah teori sekaligus juga merupakan sebuah analogi dan representasi dari variabel-variabel yang terdapat dalam teori tersebut. Model-model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan prinsip atau teori pengetahuan. Joyce dan Weil (1980) seperti dikutip Rusman (2013:132-133) menjelaskan bahwa para ahli di bidang pendidikan menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsipprinsip pembelajaran, teori-teori psikologis, sosiologis, analisis sistem, atau teori-teori lain yang mendukung. Joyce dan Weil mempelajari model-model pembelajaran berdasarkan teori belajar yang dikelompokkan menjadi empat model pembelajaran. Model
Model Pembelajaran
55
tersebut merupakan pola umum perilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Joyce dan Weil selanjutnya menjelaskan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajarannya. Ibnufajar (2014) menjelaskan bahwa model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Aunurrahman (2010:146) mengemukakan, bahwa model pembelajaran dapat diartikan sebagai blueprint yang dapat dipergunakan untuk membimbing guru di dalam mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran. Kasmad dan Pratomo (2012:7) mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah suatu desain yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri siswa. Sementara itu Khoiru dkk (2011:7) mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah suatu obyek atau konsep yang digunakan untuk mempresentasikan sesuatu hal. Sesuatu yang nyata dan dikonversi untuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif. Selanjutnya Khoiru mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan Model Pembelajaran
56
aktivitas belajar mengajar. Sementara Indriana (2011:16) berpendapat model pembelajaran adalah bantuan atau gambaran visual yang menyoroti berbagai gagasan dan variabel utama dalam sebuah proses atau sebuah sistem. Selanjutnya Kasmad dan Pratomo (2012:7) menjelaskan bahwa model pembelajaran yang baik memiliki karakteristik yaitu memiliki prosedur ilmiah, hasil belajar spesifik, kriteria hasil belajar dan proses pembelajaran yang jelas. Suatu model pembelajaran dapat memberikan beberapa manfaat: pertama, memberikan pedoman bagi guru dan siswa bagaimana proses pencapaian tujuan pembelajaran; kedua, membantu dalam mengembangkan kurikulum di sekolah; ketiga, membantu dalam memilih media dan sumber belajar; dan keempat, menentukan prosedur evaluasi. Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat diketahui bahwa model pembelajaran adalah suatu bentuk obyek atau konsep yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran dapat diartikan sebagai cara, contoh maupun pola, yang mempunyai tujuan menyajikan materi pelajaran kepada siswa yang harus diketahui, dimengerti, dan dipahami yaitu dengan cara membuat suatu pola atau contoh dengan bahan-bahan yang dipilih guru sesuai dengan materi yang akan diberikan dan kondisi di dalam kelas. Suatu model akan mempunyai ciri-ciri tertentu dilihat dari faktor-faktor yang melengkapinya. Model pembelajaran menggambarkan tingkat terluas dari proses pembelajaran dan berisikan orientasi filosofi pembelajaran, yang digunakan untuk menyeleksi dan menyusun strategi pembelajaran, metode pembelajaran, keterampilan dan aktivitas guru untuk memberikan tekanan pada salah satu bagian pembelajaran.
Model Pembelajaran
57
Supriyadi dkk (2011:56) menjelaskan bahwa ada empat kategori yang penting diperhatikan dalam model mengajar yaitu Model Pemrosesan Informasi, Model Personal, Model Interaksi Sosial, dan Model Sistem Perilaku. b. Model Pemrosesan Informasi. Model ini menjelaskan bagaimana cara individu memberi respon yang datang dari lingkungannya dengan cara mengorganisasikan data, memformulasikan masalah, membangun konsep dan rencana pemecahan masalah serta penggunaan simbol-simbol verbal dan nonverbal. Model ini memberikan kepada siswa sejumlah konsep, pengetesan hipotesis, dan memusatkan perhatian pada pengembangan kemampuan kreatif. Model ini secara umum dapat diterapkan pada sasaran belajar dari berbagai usia dalam mempelajari individu dan masyarakat. Karena itu model ini potensial untuk digunakan dalam mencapai tujuan-tujuan yang berdimensi personal dan sosial disamping yang berdimensi intelektual. Yang masuk dalam model pemrosesan informasi ini adalah model pembentukan konsep, model mengajar induktif, model latihan inkuiri, model inkuiri dalam biologi, model ceramah berkadar tinggi, dan model developmental. c. Model Personal. Model ini merupakan rumpun model pembelajaran yang menekankan pada proses mengembangkan kepribadian individu siswa dengan memperhatikan kehidupan emosional. Proses pendidikan sengaja diusahakan untuk memungkinkan seseorang dapat memahami dirinya sendiri dengan baik, memikul tanggung jawab dan lebih kreatif untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Model ini memusatkan perhatian dan pandangan perseorangan dan berusaha mengalahkan kemandirian yang produktif sehingga manusia menjadi semakin sadar diri dan bertanggung jawab atas tujuannya.
Model Pembelajaran
58
Yang masuk dalam model personal ini adalah model pembelajaran non-direktif, model pertemuan kelas, model sinektik, model sistem konseptual, dan model latihan kesadaran. d. Model Sosial. Model ini menekankan pada usaha mengembangkan kemampuan siswa agar memiliki kecakapan untuk berhubungan dengan orang lain sebagai usaha membangun sikap siswa yang demokratis dengan menghargai setiap perbedaan dalam realitas sosial. Inti dari model sosial ini adalah konsep “sinergi” yaitu energi atau tenaga (kekuatan) yang terhimpun melalui kerjasama sebagai salah satu fenomena kehidupan masyarakat. Dengan menerapkan model sosial pembelajaran diarahkan kepada upaya melibatkan siswa dalam menghayati, mengkaji, menerapkan, dan menerima fungsi dan peran sosial. Model sosial ini dirancang untuk memanfaatkan fenomena kerjasama, membimbing para siswa mendefinisikan masalah, mengeksplorasi berbagai cakrawala mengenai masalah, mengumpulkan data yang relevan, dan mengembangkan serta mengetes hipotesis. Karena itu guru seyogyanya mengorganisasikan belajar melalui kerja kelompok dan mengarahkannya, kemudian pendidikan dalam masyarakat yang demokratis seyogyanya mengajarkan proses demokratis secara langsung, jadi pendidikan harus diorganisasikan dengan cara melakukan penelitian bersama terhadap masalah-masalah sosial dan akademis. Yang masuk dalam rumpun model sosial ini adalah jurisprudent model, model kerja kelompok (group investigation), model inkuiri sosial, dan model metode laboratorium. e. Model Sistem Perilaku. Dalam model ini pembelajaran dibangun atas dasar kerangka teori perubahan perilaku, melalui teori ini siswa dibimbing untuk dapat memecahkan masalah belajar melalui penguraian perilaku ke dalam jumlah yang kecil dan berurutan. Yang masuk dalam rumpun model sistem perilaku ini adalah model operant conditioning. Model Pembelajaran
59
2. Pertimbangan Pemilihan Model Pembelajaran Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan kemampuan baru. Ketika kita berpikir informasi dan kemampuan apa dimiliki oleh siswa, maka pada saat itu juga kita seharusnya berpikir model apa yang harus dilakukan agar semua itu dapat tercapai secara efektif dan efisien. Ini sangat penting untuk dipahami, sebab apa yang harus dicapai akan menentukan bagaimana cara mencapainya. Oleh karena itu sebelum menentukan model pembelajaran yang dapat digunakan, ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan. Supriyadi dkk (2011:57) menjelaskan sebagai berikut: a. Pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang hendak dicapai. 1) Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan aspek kognitif, afektif, atau psikomotor? 2) Bagaimana komplesitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, apakah tingkat tinggi atau tingkat rendah? 3) Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan akademis? b. Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pelajaran: 1) Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum atau teori tertentu? 2) Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat tertentu atau tidak? 3) Apakah tersedia buku-buku sumber untuk mempelajari materi itu? c. Pertimbangan dari sudut siswa 1) Apakah model pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan siswa?
Model Pembelajaran
60
2) Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi siswa? 3) Apakah model pembelajaran sesuai dengan gaya belajar siswa? d. Pertimbangan-pertimbangan lainnya. 1) Apakah untuk mencapai tujuan hanya cukup dengan satu model saja? 2) Apakah model pembelajaran yang kita tetapkan dianggap satu-satunya model yang dapat digunakan? 3) Apakah model pembelajaran itu memiliki nilai efektivitas dan efisiensi? Pertanyaan-pertanyaan di atas merupakan bahan pertimbangan dalam menerapkan strategi yang ingin ditetapkan. Misalnya untuk mencapai tujuan yang berhubungan dengan aspek kognitif, atau memiliki model yang berbeda dengan upaya untuk mencapai afektif atau psikomotor. Demikian juga halnya untuk mempelajari bahan pelajaran yang bersifat fakta akan berbeda dengan mempelajari bahan pembuktian suatu teori dan lain sebagainya. C. Strategi Pembelajaran Tim Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makassar (FIP-UNM) (2012:150-158) menjelaskan dalam setiap model pembelajaran dapat digunakan beberapa strategi. Menurut arti secara leksikal, strategi adalah rencana atau kebijakan yang dirancang untuk mencapai suatu tujuan. Dengan demikian strategi mengacu kepada pendekatan yang dapat dipakai oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Adapun jenis strategi pembelajaran dikelompokkan menjadi strategi pembelajaran langsung (direct), strategi pembelajaran tidak langsung (indirect), strategi pembelajaran interaktif (interactive), strategi pembelajaran melalui pengalaman (experiential), dan strategi pembelajaran mandiri (independent). Berikut uraiannya: Model Pembelajaran
61
1. Strategi Pembelajaran Langsung Strategi pembelajaran langsung merupakan strategi yang memiliki kadar keberpusatan pada guru paling tinggi, dan paling sering digunakan. Pada strategi ini metode-metode yang bisa digunakan adalah ceramah, pertanyaan didaktik, pengajaran eksplisit, praktek dan latihan, serta demonstrasi. Strategi pembelajaran langsung efektif digunakan untuk memperluas informasi atau mengembangkan keterampilan langkah demi langkah 2. Strategi Pembelajaran Tidak Langsung Pembelajaran tidak langsung memperhatikan bentuk keterlibatan tinggi siswa dalam melakukan observasi, penyelidikan, penggambaran inferensi berdasarkan data, atau pembentukan hipotesis. Dalam pembelajaran tidak langsung, peran guru beralih dari penceramah menjadi fasilitator, pendukung, dan sumber personal (resourceperson). Guru merancang lingkungan belajar, memberikan kesempatan siswa untuk terlibat, dan jika memungkinkan memberikan umpan balik kepada siswa ketika melakukan inkuiri. Strategi pembelajaran tidak langsung mensyaratkan digunakannya bahan-bahan cetak, non-cetak, dan sumber-sumber manusia. 3. Strategi Pembelajaran Interaktif Strategi pembelajaran interaktif merujuk kepada bentuk diskusi dan saling berbagi di antara siswa. Diskusi dan saling berbagi akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan reaksi terhadap gagasan, pengalaman, pandangan, dan pengetahuan guru atau kelompok, serta mencoba mencari alternatif dalam berpikir. Strategi pembelajaran interaktif dikembangkan dalam rentang pengelompokkan dan metode-metode interaktif. Di dalamnya terdapat bentuk-bentuk diskusi kelas, diskusi kelompok kecil atau Model Pembelajaran
62
pengerjaan tugas kelompok, dan kerjasama siswa secara berpasangan. 4. Strategi Belajar Melalui Pengalaman Strategi belajaran melalui pengalaman menggunakan bentuk sekuens induktif, berpusat pada siswa, dan berorientasi pada aktivitas. Penekanan dalam strategi belajar melalui pengalaman adalah pada proses belajar dan bukan hasil belajar. Guru dapat menggunakan strategi ini baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Sebagai contoh, di dalam kelas dapat digunakan metode simulasi, sedangkan di luar kelas dapat dikembangkan metode observasi untuk memperoleh gambaran pendapat umum. 5. Strategi Belajar Mandiri Strategi belajar mandiri merujuk kepada penggunaan metodemetode pembelajaran yang tujuannya adalah mempercepat pengembangan inisiatif individu siswa, percaya diri, dan perbaikan diri. Fokus dari belajar mandiri ini adalah merencanakan belajar mandiri siswa di bawah bimbingan atau supervisi guru. Belajar mandiri menuntut siswa untuk bertanggung jawab dalam merencanakan dan menentukan kecepatan belajarnya. Setiap jenis strategi pembelajaran tidak bersifat prosedural atau hirarki sebab memiliki sifat dan kapasitas yang sama, seperti gambar Klasifikasi Jenis Strategi Pembelajaran di bawah ini:
Model Pembelajaran
63
Pembelajaran interaktif
Belajar mandiri
Pembelajaran langsung
Pembelajaran tidak langsung Belajar melalui pengalaman
Gambar 1 Klasifikasi Jenis Strategi Pembelajaran Sumber: Tim Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makassar (FIP-UNM) (2012:151)
D. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mengkreasi lingkungan belajar melalui kegiatan yang mengkhususkan aktivitas selama proses pembelajaran berlangsung. Biasanya metode digunakan melalui salah satu strategi, tetapi juga tidak tertutup kemungkinan beberapa metode berada dalam strategi yang bervariasi, artinya penetapan metode dapat divariasikan melalui strategi yang berbeda tergantung pada tujuan yang akan dicapai dan konten proses yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Model Pembelajaran
64
Metode adalah perancangan lingkungan belajar yang mengkhususkan aktivitas dimana siswa dan guru terlibat selama proses pembelajaran berlangsung. Biasanya metode digunakan melalui salah satu strategi, tetapi tidak juga tertutup kemungkinan beberapa metode berada dalam strategi yang bervariasi, artinya penetapan metode dapat divariasikan melalui strategi yang berbeda tergantung pada tujuan yang akan dicapai dan konten proses yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Beberapa metode pembelajaran yaitu: 1. Metode Ceramah Ceramah merupakan metode ynag paling umum digunakan dalam proses pembelajaran berupa interaksi melalui penuturan lisan dari guru kepada siswa. Guur menyajikan materi melalui penuturan atau penyajian lisan secara langsung pada siswa mengenai suatu topik. Persiapan pada penerapan metode ceramah: a) Rumuskan tujuan instruksional (TIU dan TIK) dari materi. b) Buat garis besar bahan yang akan diceramahkan, minimal berupa catatan kecil yang dijadikan pegangan guru sewaktu berceramah. c) Kuasai dengan baik materi yang tercakup dalam TIU dan TIK tersebut, plus segenap variasinya. d) Jika ada variasi dengan metode lain, perlu dipikirkan apa yang akan disampaikan melalui ceramah dan apa yang akan disampaikan dengan metode lainnya. e) Siapkan media pembelajaran dengan baik yang dipandang sangat tepat untuk menunjang percepatan pemahaman siswa terhadap materi. Hal yang perlu diperhatikan: a) Guru menjadi satu-satunya pusat perhatian karena itu sebelum berceramah perlu kondisi diri yang harus diperhatikan, seperti
Model Pembelajaran
65
b)
c) d) e) f) g) h)
pakaian, gerak-gerik, gaya, dan sebagainya. Jangan melakukan gerakan-gerakan yang aneh dan mengundang keributan. Tunjukkan apa yang ingin dicapai dari ceramah ini, mulai dari yang umum menuju ke yang khusus, dari yang sederhana ke yang rumit. Sampaikan garis besar bahan ajar, secara lisan ataupun tertulis. Hubungkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa. Berikan contoh-contoh ataupun ilustrasi yang mudah dipahami siswa mengenai hal yang sulit. Sesekali perlu humor. Arahkan perhatian pada seluruh siswa. Suara bervariasi dengan penekanan-penekanan pada tempatnya dan hindari monotonus.
2. Metode Tanya Jawab Tanya jawab dapat bersifat timbal-balik (dari guru ataupun siswa) demi pencapaian tujuan pembelajaran. Pertanyaan dari guru disesuaikan dengan kemampuan siswa demi pencapaian tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran ini tujuan utamanya melatih siswa untuk mendengarkan dengan baik, menangkap dan merespon persoalan dengan tepat (belajar berpikir). Jenis pertanyaan: a) Tingkat sederhana dan kompleks (higher order questioning) b) Ringkas dan jelas sesuai dengan kemampuan berpikir siswa c) Memberi acuan, yaitu uraian singkat tentang apa yang dinyatakan disusul dengan pertanyaanya. d) Menggiring dan merumuskan jawaban pada jawaban yang benar (metode Socratis). 3. Metode Demonstrasi Metode ini termasuk metode yang paling sederhana dibanding dengan metode lainnya. Guru mendemonstrasikan dan Model Pembelajaran
66
memperlihatkan suatu proses, peristiwa, cara kerja suatu alat dan lain-lain kepada siswa. Agar efektif perlu diperhatikan langkahlangkah sebagai berikut: a) Buat perencanaan yang matang sebelum pembelajaran dimulai, utamanya persiapan fasilitas yang akan digunakan. b) Rumuskan tujuan pembelajaran dan pilihlah materi yang tepat untuk didemonstrasikan. c) Tetapkanlah apakah demonstrasi yang dimaksud akan diperlukan oleh guru ataukah oleh siswa, ataukah oleh guru kemudian diikuti siswa, d) Buat garis besar langkah-langkah demonstrasi. e) Ciptakan susasana yang tenang dan menarik. f) Upayakan partisipasi aktif dari seluruh siswa. g) Lakukan evaluasi tentang efektifitas proses dan hasilnya h) Untuk mengetahui hasilnya berikan tugas pada siswa. 4. Metode Penemuan (discovery/inquiry) Discovery: menemukan jawaban berdasar acuan yang telah ada. Inquiry: penemuan sesuatu secara orisinil dan mandiri (tanpa mengikuti acuan yang ada). Dalam metode ini dikenal dengan apa yang disebut five steps of thinking (John Dewey). Metode ini juga sering disebut metode pemecahan masalah, intinya: a) Merumuskan masalah b) Menemuan beberapa alternatif pemecahan c) Memilih alternatif yang terbaik d) Mencoba memecahkan masalah dengan alternatif pilihan e) Mengevaluasi hasilnya dan melakukan balikan 5. Metode Karya Wisata Metode ini juga biasa disebut metode proyek. Intinya: a) Membuat dan merancang sebuah perjalanan wisata b) Mengidentifikasi dan menetapkan objek observasi c) Menetapkan rancangan observasi d) Mencatat/membuat rekaman proses dan hasil observasi Model Pembelajaran
67
e) Melaporkan dan mendiskusikan hasil observasi (di kelas), f) Membuat kesimpulan 6. Metode Pemberian Tugas Resitasi Metode ini merupakan cara penyajian materi pelajaran dengan jalan guru memberikan tugas kepada siswa secara individual ataupun kelompok untuk dikerjakan di kelas ataupun di rumah. Hasilnya dikorelasi oleh guru ataupun oleh siswa bersama-sama di kelas. Yang diperhatikan: a) Tugas direncanakan secara jelas dan sistematis terutama tujuannya dan cara mengerjakannya. b) Hal tersebut perlu dikomunikasikan kepada siswa sehingga mereka menerima dengan baik. c) Untuk jenis tugas kelompok diupayakan agar anggota kelompok terlibat secara aktif dalam penyelesaian tugas terutama jika tugas harus dikerjakan di luar kelas, d) Guru perlu mengontrol proses penyelesaian tugas, utamanya jika di dalam kelas guru berkeliling memberi bimbingan dan motivasi, e) Hasil belajar di evaluasi dengan mempertimbangkan bukan saja hasilnya melainkan juga prosesnya. 7. Metode Diskusi Diskusi diartikan sebagai percakapan resiprokal (pertanyaan dan jawaban timbal balik) seputar permasalahan yang ingin dipecahkan. Hal yang perlu diperhatikan: a) Rumuskan tujuan dan masalah yang dijadikan topik diskusi (sesuai dengan materi kurikulum) b) Siapkan prasarana dan sarana yang diperlukan untuk diskusi c) Tetapkanlah peran siswa dalam diskusi sesuai dengan jenis diskusi yang akan dilakukan d) Berikan pengarahan kepada siswa secukupnya agar mereka melibatkan diri secara akrif dalam kegiatan diskusi Model Pembelajaran
68
e) Ciptakan suasana yang kondusif sehingga siswa terdorong mengemukakan pendapat secara bebas terarah pada pemecahan masalah f) Berikan kesempatan secara merata kepada siswa untuk mengemukkan pendapat secara merata agar diskusi tidak didominasi oleh beberapa orang saja g) Penyelenggaraan diskusi disesuaikan dengan waktu yang disediakan h) Guru seyogyanya berperan sebagai pembimbing, fasilitator, motivator, dan evaluator terhadap jalannya diskusi i) Diskusi diakhiri dengan penarikan kesimpulan dari apa yang dibicarakan, sesuai dengan topik. Seyogyanya oleh siswa dibawah bimbingan guru 8. Metode Sosio Drama Inti sosio drama atau role playing adalah mempertunjukkan atau mempertontonkan peristiwa sosial. Dalam konteks ini diartikan cara menyajikan bahan pelajaran dengan cara mempertontonkan atau mendramatisikan tingkah laku seseorang atau kelompok dalam hubungan sosial. Siswa mendapat tugas dari guru untuk mendramatisikan suatu situasi sosial yang mengandung masalah dan cara pemecahannya a) Siswa belajar mengingat, memahami dan menghayati bahan yang akan didramatisasikan dalam konteks keseluruhan cerita sebagai kebulatan b) Siswa terlatih berinisiatif dan bereaksi serta mendramatisasikan dalam pentas sesuai dengan waktu yang tersedia c) Terbina bahasa yang baik, spontan dan komunikatif d) Bakat yang terpendam dapat dipupuk dan diaktualisasikan serta terbuka kemungkinan bagi pengembangannya dikemudian hari melalui kegiatan ekstrakulikuler yang kemungkinan besar bisa menjadi bekal kerja
Model Pembelajaran
69
Kelemahan metode sosio drama: a) Tidak semua siswa memperoleh kesempatan b) Banyak memakan waktu c) Tidak semua guru sanggup melaksanakan 9. Metode Kerja Kelompok Konsep dasar: manusia adalah makhluk sosial disamping sebagai individu. Kemampuan hidup berkelompok dengan modal sosialitas perlu dikembangkan. Metode ini merupakan salah satu model pembelajaran untuk memupuk kembangkan hasrat sosial/kamampuan hidup bermasyarakat. Belajar dengan model ini dapat mengembangkan kebutuhan tersebut. Wujudnya bisa kelas sebagai kelompok ataupun kelas dibagi atas beberapa kelompok. Manfaat metode kerja kelompok: a) Membiasakan siswa bekerjasama mengembangkan sikap musyawarah dan tanggung jawab bersama secara kolektif b) Menanamkan kesadaran tanggung jawab diri sesuai dengan status c) Mengembangkan jiwa kompetitif yang sehat dan semangat belajar d) Mengembangkan jiwa kepemimpinan Kelemahan metode kerja kelompok: a) Membentuk kelompok yang baik tidak mudah, baik kelompok homogen maupun yang heterogen. Guru harus memiliki data yang cukup tentang sifat siswa b) Pemimpin kelompok terkadang sulit mengendalikan kemauan anggota. 10. Metode Latihan Pendekatan ini intinya adalah drill atau training sangat cocok untuk menanamkan kebiasan-kebiasan tertentu (habit training) seperti Model Pembelajaran
70
ketangkasan, ketetapan, keterampilan dan lain-lain dari apa yang telah dipelajari. Manfaat metode latihan: Kebiasaan yang dilatih dalam metode ini akan meningkatkan ketetapan dan kecepatan pelaksanaan sesuatu (otomatisme), dan hal ini sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Kelemahan metode latihan: a) Kebiasaan yang olomatis dapat menghambat perkembangan inisiatif karena siswa banyak dibiasakan kepada konformitas dan uniformitas. b) Menimbulkan kebosanaan karena sifatnya yang monoton. c) Membentuk kebiasaan yang kaku karena mereka terbiasa memberikan respon secara otomatis tanpa berpikir. Cara mengatasi: a) Obyek latihan dibatasi pada hal-hal yang bersifat otomatis b) Latihan harus didudukkan dalam konteks dan makna yang luas c) Obyek latihan dipilih yang menarik d) Jenis latihan disesuaikan dengan minat individual E. Keterampilan Mengajar Setiap keterampilan mengajar memiliki komponen dan prinsip-prinsip dasar tersendiri. 1. Keterampilan bertanya Keterampilan bertanya yang perlu dikuasai oleh guru meliputi keterampilan bertanya dasar dan keterampilan bertanya lanjutan. a. Keterampilan bertanya dasar mencakup: 1) pertanyaan harus jelas dan singkat 2) pemberian acuan, yaitu sebelum mengajukan pertanyaan guru perlu memberikan acuan berupa penjelasan singkat Model Pembelajaran
71
yang berisi informasi yang sesuai dengan jawaban yang diharapkan 3) memusatkan perhatian, pertanyaan juga dapat digunakan untuk memusatkan perhatian siswa 4) memberi giliran dan menyebarkan pertanyaan, guru hendaknya berusaha agar semua siswa mendapat giliran dalam menjawab pertanyaan, dan yang lebih penting adalah memberikan kesempatan berpikir kepada siswa sebelum menjawab pertanyaan yang diajukan b. Keterampilan bertanya lanjutan mencakup: 1) pengubahan tuntunan tingkat kognitif yaitu guru hendaknya mampu mengubah pertanyaan dari hanya sekedar mengingat fakta menuju pertanyaan aspek kognitif lain seperti penerapan, analisis, dan evaluasi 2) pengaturan urutan pertanyaan yaitu pertanyaan yang diajukan hendaknya mulai dari yang sederhana menuju yang paling kompleks secara berurutan 3) peningkatan terjadinya interaksi yaitu guru hendaknya menjadi dinding pemantul. Jika ada siswa yang bertanya, guru tidak menjawab secara langsung, tetapi melontarkan kembali ke seluruh siswa untuk didiskusikan 2. Memberi Penguatan Penguatan merupakan respons terhadap suatu perilaku yang dapat menimbulkan kemungkinan terulangnya kembali perilaku tersebut. Penguatan dapat dilakukan secara verbal berupa kata-kata dan kalimat pujian dan secara non verbal yang dilakukan dengan gerakan mendekati siswa dan kegiatan yang menyenangkan. Penguatan bertujuan untuk meningkatkan perhatian siswa terhadap pembelajaran, merangsang dan meningkatkan motivasi belajar dan membina perilaku yang produktif.
Model Pembelajaran
72
3. Mengadakan variasi Mengadakan variasi merupakan keterampilan yang harus dikuasi guru dalam pembelajaran untuk mengatasi kebosanan siswa, agar selalu antusias, tekun, dan penuh partisipasi. Variasi dalam kegiatan pembelajaran meliputi: a. Variasi dalam gaya mengajar misalnya variasi suara, gerakan badan dan mimik, mengubah posisi, dan mengadakan kontak pandang dengan siswa b. Variasi dalam penggunaan media dan sumber belajar misalnya variasi alat dan bahan yang dapat dilihat, penggunaan sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar c. Variasi dalam pola interaksi misalnya dalam mengelompokkan siswa, tempat kegiatan pembelajaran, dan dalam pengorganisasian pesan (deduktif dan induktif) 4. Menjelaskan Penggunaan penjelasan dalam pembelajaran memiliki beberapa komponen yang harus diperhatikan, yaitu: a. Perencanaan meliputi isi pesan yang akan disampaikan harus sistematis dan mudah dipahami oleh siswa dan dalam memberikan penjelasan harus mempertimbangkan kemampuan dan pengetahuan dasar yang dimiliki oleh siswa b. Penyajian dapat menggunakan pola induktif yaitu memberikan contoh terlebih dahulu kemudian menarik kesimpulan umum, dan pola deduktif yaitu hukum atau rumus dikemukakan lebih dahulu lalu diberi contoh untuk memperjelas rumus dan hukum yang telah dikemukakan 5. Membuka dan menutup pelajaran Membuka dan menutup pelajaran yang dilakukan secara professional akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan pembelajaran. Membuka pelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan kesiapan mental dan menarik Model Pembelajaran
73
perhatian siswa secara optimal agar mereka memusatkan diri sepenuhnya pada materi pelajaran yang akan disajikan. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai hal tersebut adalah: a. Menghubungkan materi yang telah dipelajari dengan materi yang akan disajikan b. Menyampaikan tujuan (kompetensi dasar) yang akan dicapai c. Menyampaikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dan tugas-tugas yang harus diselesaikan untuk mencapai tujuan pembelajaran d. Mendayagunakan media dan sumber belajar yang sesuai dengan materi yang akan disajikan e. Mengajukan pertanyaan, baik untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap pelajaran yang telah lalu maupun untuk menjajaki kemampuan awal berkaitan dengan bahan yang akan dipelajari Menutup pelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui pencapaian tujuan dan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari serta mengakhiri kegiatan pembelajaran. Untuk menutup pelajaran, kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan adalah: a. Menarik kesimpukan mengenai materi yang telah dipelajari (kesimpulan bisa dilakukan oleh siswa atau bersama-sama) b. Mengajukan beberapa pertanyaan untuk mengukur tingkat pencapaian tujuan dan keefektifan pembelajaran yang telah dilaksanakan c. Menyampaikan bahan-bahan pendalaman yang harus dipelajari dan tugas-tugas yang harus dikerjakan (baik tugas individu maupun tugas kelompok) sesuai dengan materi yang telah dipelajari d. Memberikan post test baik secara lisan, tulisan, maupun perbuatan
Model Pembelajaran
74
6. Membimbing diskusi kelompok kecil Hal-hal yang perlu dipersiapkan siswa agar diskusi kelompok kecil dapat digunakan secara efektif dalam pembelajaran, adalah: a. Pembentukan kelompok secara tepat b. Memberikan topik yang sesuai c. Pengaturan tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat berpartisipasi secara aktif 7. Mengelola kelas Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran. Keterampilan mengelola kelas memiliki komponen sebagai berikut: a. Penciptaan dan pemeliharaan iklim pembelajaran yang optimal 1) Menunjukkan sikap tanggap dengan cara: memandang secara seksama, mendekati, memberikan pernyataan dan memberi reaksi terhadap gangguan di kelas 2) Memberi petunjuk yang jelas 3) Memberi teguran secara bijaksana 4) Memberi penguatan ketika diperlukan b. Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal 1) Modifikasi perilaku, yaitu mengajarkan perilaku yang baru dengan contoh dan pembiasaan, meningkatkan perilaku yang baik dengan penguatan, dan mengurangi perilaku buruk dengan hukuman 2) Pengelolaan kelompok dengan cara peningkatan kerjasama dan keterlibatan, menangani konflik dan memperkecil masalah yang timbul 3) Menemukan dan mengatasi perilaku yang menimbulkan masalah, misalnya mengawasi secara ketat, mendorong siswa untuk mengungkapkan perasaannya, menjauhkan benda-benda yang dapat mengganggu konsentrasi, dan menghilangkan ketegangan dengan humor Model Pembelajaran
75
8. Mengajar kelompok kecil dan perorangan Pengajaran kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa dan menjalin hubungan yang lebih akrab antara guru dengan siswa maupun antara siswa sendiri. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan dapat dilakukan dengan: a. Mengembangkan keterampilan dalam pengorganisasian dengan memberikan motivasi dan membuat variasi dalam pemberian tugas b. Membimbing dan memudahkan belajar yang mencakup penguatan, proses awal, supervisi, dan interaksi pembelajaran c. Pemberian tugas yang jelas, menantang, dan menarik Untuk melakukan pembelajaran perorangan perlu diperhatikan kemampuan dan kematangan berpikir siswa agar apa yang disampaikan bisa diserap dan diterima dengan efektif. Dari semua uraian diatas, dapat disimpulkan perbedaan area antara model pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, dan keterampilan mengajar seperti gambar Model Pembelajaran di bawah ini:
Model Pembelajaran
76
Interaksi Sosial
Personal
Behavior
Belajar Melalui Pengalaman
Interaktif
Mandiri
mengajar kelompok
membimbing Diskusi
mengadakan variasi
Gambar 2 Model Pembelajaran
Latihan
Kerja Kelompok
keterampilan bertanya
membuka/menutup pelajaran
Penemuan
Demonstrasi
Tanya Jawab
Ceramah
Sosio Drama
mengelola kelas
memberi penguatan
KETERAMPILAN MENGAJAR
Diskusi
menjelaskan
Karya Wisata
METODE PEMBELAJARAN
STRATEGI PEMBELAJARAN
Tugas Resitasi
Langsung
Tidak Langsung
Proses Informasi
MODEL PEMBELAJARAN
BAB 4 MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) Tujuan: a. b. c. d. e.
Menjelaskan Pengertian Pembelajaran Kontekstual Menjelaskan Konsep Dasar Pembelajaran Kontekstual Menjelaskan Strategi Pembelajaran Kontekstual Menjelaskan Penyusunan Rencana Pembelajaran Kontekstual Menjelaskan Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kontekstual f. Menjelaskan Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional g. Skenario Pembelajaran Kontekstual Materi Bahasan: A. Pengertian Pembelajaran Kontekstual 1. Latar belakang Salah satu kecenderungan pemikiran yang berkembang dewasa ini berkaitan dengan proses belajar anak adalah bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Menurut kecenderungan pemikiran ini, belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami sendiri apa yang dipelajarinya bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam katagori ‘mengingat’ jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat Model Pembelajaran
78
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Proses pembelajaran akan berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru. Dengan konsep ini hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa untuk memecahkan persoalan, berpikir kritis, dan melaksanakan observasi serta menarik kesimpulan dalam kehidupan jangka panjangnya. Dalam konteks ini, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. 2. Kecenderungan pemikiran tentang belajar Menurut tim Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makassar (FIP-UNM) (2012:116117), beberapa kecenderungan pemikiran dalam teori belajar yang mendasari filosofi pembelajaran kontekstual adalah: a. Pemikiran tentang belajar 1) Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri 2) Anak belajar dari mengalami, anak mencatat sendiri polapola bermakna dari pengetahuan baru 3) Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan 4) Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi faktafakta atau proposisi yang terpisah tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan 5) Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru 6) Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ideide
Model Pembelajaran
79
7) Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan seseorang b. Transfer belajar 1) Pembelajaran kontekstual bertujuan membekali siswa dengan pengetahuan yang dapat diterapkan/ditransfer dari satu permasalahan ke permasalahan lain dan dari satu konteks ke konteks lainnya 2) Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain 3) Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas sedikit demi sedikit 4) Penting bagi siswa untuk tahu mengapa ia belajar dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan dan keterampilannya itu c. Siswa sebagai pembelajar 1) Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu dan seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal baru 2) Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru. Akan tetapi untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting 3) Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah diketahui 4) Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru dapat bermakna, memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sendiri d. Pentingnya lingkungan belajar 1) Belajar efektif dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa, dari guru ‘akting di depan kelas, siswa
Model Pembelajaran
80
menonton’, ke ‘siswa akting bekerja dan berkarya, guru mengarahkan’ 2) Pengajaran harus berpusat pada ‘bagaimana cara’ siswa menggunakan pengetahuan baru mereka. Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya 3) Umpan balik amat penting bagi siswa yang berasal dari proses penilaian yang benar 4) Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting 3. Pengertian dan karakteristik pembelajaran kontekstual Pembelajaran kontekstual adalah suatu konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari dengan melibatkan komponen utama pembelajaran efektif, yaitu konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, dan penilaian sebenarnya. Karakteristik pembelajaran kontekstual, berbeda dengan pembelajaran lainnya. Pembelajaran kontekstual membantu siswa menemukan makna dalam pembelajaran mereka dengan cara menghubungkan materi akademik dengan konteks kehidupan mereka. Mereka membuat hubungan-hubungan penting yang menghasilkan makna dengan melaksanakan pembelajaran yang teratur, kerja sama, berpikir kritis dan kreatif, menghargai orang lain mencapai standar tinggi dan berperan serta dalam tugas-tugas dengan penilaian otentik. Menurut Sanjaya (2006:256) karakteristik pembelajaran kontekstual terdiri dari:
Model Pembelajaran
81
1. Activiting Knowledge, artinya pembelajaran kontekstual merupakan proses pengaktifkan pengetahuan yang sudah ada. Apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain. 2. Acquiring knowledge artinya menambah pengetahuan baru, pengetahuan baru diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya. 3. Understanding knowledge, artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihapal tetapi untuk dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara meminta anggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan. 4. Applying knowledge, artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa. 5. Reflecting knowledge terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan baik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi. B. Konsep Dasar Pembelajaran Kontekstual Menurut Rusman (2013:190) pembelajaran kontekstual sebagai suatu model pembelajaran yang memberikan fasilitas kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat konkret (terkait dengan kehidupan nyata) melalui keterlibatan aktivitas siswa dalam mencoba, melakukan, dan mengalami sendiri. Dengan demikian pembelajaran tidak sekedar dilihat dari sisi produk, akan tetapi yang terpenting adalah proses. Lebih lanjut Rusman mengutip pendapat Nurhadi (2002) yang menjelaskan bahwa pembelajaran kontekstual merupakan konsep Model Pembelajaran
82
belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Oleh sebab itu melalui model pembelajaran kontekstual mengajar bukan transformasi pengetahuan dari guru kepada siswa dengan menghapal sejumlah konsep-konsep yang sepertinya terlepas dari kehidupan nyata, akan tetapi lebih ditekankan pada upaya memfasilitasi siswa untuk mencari kemampuan bisa hidup (life skill) dari apa yang dipelajarinya. Dengan demikian pembelajaran akan lebih bermakna, sekolah lebih dekat dengan lingkungan masyarakat, bukan dekat dari segi fisik, akan tetapi secara fungsional apa yang dipelajari di sekolah senantiasa bersentuhan dengan situasi dan permasalahan kehidupan yang terjadi di lingkungan siswa (keluarga dan masyarakat). Menurut Sanjaya (2008:255) ada tiga hal yang harus dipahami dalam pembelajaran kontekstual, yaitu: 1. Pembelajaran kontekstual menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks pembelajaran kontekstual tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran. 2. Pembelajaran kontekstual mendorong agar siswa dapat al situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dalam kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa sehingga tidak akan mudah dilupakan. Model Pembelajaran
83
Misalnya pada pembelajaran menggambar, siswa mencoba mengadukan cat warna hitam dengan warna putih dan merah, maka akan menghasilkan warna coklat muda, padahal siswa tersebut belum tahu warna sebelumnya. 3. Pembelajaran kontekstual mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya pembelajaran kontekstual bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks pembelajaran kontekstual bukan hanya ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan, akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata. Misalnya siswa memahami fungsi air, lalu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, menyiram bunga, memelihara ikan hias, memelihara kelestarian air, selain untuk minum dan mandi. Selanjutnya Rusman (2013:191-192) menjelaskan sebelum melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kontekstual, tentu saja terlebih dahulu guru harus membuat desain/skenario pembelajarannya sebagai pedoman umum dan sekaligus sebagai alat kontrol dalam pelaksanaannya. Pada intinya pengembangan setiap komponen pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1. Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna, apakah dengan bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang akan dimilikinya. 2. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik yang diajarkan. 3. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaan-pertanyaan.
Model Pembelajaran
84
4. Menciptakan masyarakat belajar seperti melalui kegiatan kelompok berdiskusi, tanya jawab dan sebagainya. 5. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, model, bahkan media yang sebenarnya. 6. Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap pembelajaran yang telah dilakukan. 2. Melakukan penilaian secara obyektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap siswa. C. Strategi Pembelajaran Kontekstual Strategi pembelajaran kontekstual yang harus ditempuh menurut Elaine seperti dikutip Kasmad dan Pratomo (2012:26-27) adalah: 1. Pengajaran berbasis masalah, artinya materi yang disajikan mengandung banyak permasalahan yang menarik, menantang penasaran untuk diselidiki penyebab permasalahan itu terjadi. Tetapi banyak solusi untuk memecahkannya, dampak permasalahan di atas mendorong siswa untuk berpikir secara sistematis dan logis. 2. Menggunakan konteks yang beragam, artinya siswa mencari dan menggali informasi sebanyak-banyaknya, baik dari sumbersumber lain seperti dari media cetak maupun elektronik untuk memecahkan permasalahan atau problem yang diberikan guru. 3. Mempertimbangkan kebhinekaan siswa, maksudnya kemampuan, karakter, bakat dan minat setiap siswa berbeda. Tugas guru mengayomi perbedaan individu dan meyakini bahwa perbedaan itu terjadi menjadi bumbu penggerak untuk belajar saling menghormati dan membangun toleransi dalam mewujudkan pembelajaran yang optimal. 4. Membelajarkan siswa untuk belajar sendiri. Kemandirian merupakan modal utama, karena akan menumbuhkan rasa kesadaran jiwa untuk disiplin, rajin dan tekun dalam menghadapi berbagai permasalahan dalam pembelajaran. Model Pembelajaran
85
5. Belajar melalui kolaborasi. Siswa seyogyanya dibiasakan saling belajar dari dalam untuk berbagi pengetahuan dan menentukan fokus belajar. Dalam satu kelompok ada yang menonjol, baik dalam pengetahuan, keterampilan dan wawasan dibandingkan dengan siswa lainnya untuk dijadikan fasilitator. 6. Menggunakan penilaian otentik, menunjukan bahwa belajar telah berlangsung secara terpadu dan kontekstual, dan guru memberi kesempatan kepada siswa untuk maju terus mengembangkan kemampuan sesuai dengan potensi yang dimilikinya. 7. Mengajar standar tinggi. Standar unggul sering dipersepsi sebagai jaminan untuk mendapat pelajaran atau minimal siswa merasa percaya diri untuk menentukan masa depan. D. Penyusunan Rencana Pembelajaran Kontekstual Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan penilaian otentik. Dalam kaitan ini, program yang dirancang guru benarbenar merupakan rencana pembelajaran yang bersifat kondisional tentang apa yang akan dikerjakan bersama siswanya. Secara umum tidak ada perbedaan yang mendasar antara format program pembelajaran kontekstual dengan program pembelajaran konvensional. Yang membedakannya hanya pada penekanannya. Program pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan operasional). Sedangkan program pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajarannya. Atas dasar itu, rambu utama yang perlu diperhatikan dalam penyusunan rencana pembelajaran kontekstual adalah: Model Pembelajaran
86
1. Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, dan pencapaian hasil belajar. 2. Nyatakan tujuan umum pembelajarannya. 3. Rincian media untuk mendukung kegiatan itu 4. Buatlah skenario kegiatan siswa tahap demi tahap 5. Nyatakan penilaian otentiknya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati partisipasinya dalam pembelajaran. E. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kontekstual 1. Keunggulan pembelajaran kontekstual a. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting bagi siswa, sebab dengan dapat mengkorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan hanya berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan. b. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep siswa karena pembelajaran kontekstual menganut aliran konstruktivisme, dimana siswa dituntun untuk menemukan pengetahuan sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui “mengalami” bukan “menghafal”. c. Kontekstual adalah pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental. d. Kelas dalam pembelajaran kontekstual bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan siswa dilapangan.
Model Pembelajaran
87
e. Materi pembelajaran dapat ditemukan sendiri oleh siswa, bukan hasil pemberian guru. f. Penerapan pembelajaran kontekstual dapat menciptakan suasana pembelajaran yang bermakna. 2. Kelemahan pembelajaran kontekstual a. Diperlukan waktu yang cukup lama saat proses pembelajaran kontekstual berlangsung. b. Jika guru tidak dapat mengendalikan kelas maka situasi kelas dapat menjadi kurang kondusif. c. Guru lebih intensif dalam membimbing karena dalam pembelajaran kontekstual guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang dapat bekerjasama untuk menemukan pengetahuan dan keterampilan yang baru bagi siswa. d. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siswa agar menyadari dan sadar dapat menggunakan strategi-startegi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru harus dapat memberikan perhatian dan bimbingan yang ekstra kepada siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diharapkan. F. Perbedaan pendekatan kontekstual dengan pendekatan tradisional Perbedaan pendekatan kontekstual dengan pendekatan tradisional dijelaskan pada tabel di bawah ini.
Model Pembelajaran
88
Tabel 7 Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional No. Pembelajaran Kontekstual 1 2 3
4 5 6
7 8 9 10
11 12 13
Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata/masalah yang disimulasikan Selalu mengaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir kritis atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah melalui kerja kelompok Perilaku dibangun atas kesadaran sendiri
Pembelajaran Tradisonal Pemilihan informasi ditentukan oleh guru Siswa secara pasif menerima informasi Pembelajaran teoritis
sangat
abstrak
dan
Memberikan tambahan informasi sampai saatnya diperlukan Cenderung berfokus pada satu bidang
Waktu belajar siswa sebagian besar dipergunakan untuk mengerjakan buku tugas, mendengarkan ceramah dan mengisi latihan yang membosankan melalui kerja individual Perilaku dibangun berdasarkan kebiasaan Keterampilan dikembangkan atas dasar Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman latihan Hadiah dari perilaku baik adalah Hadiah dari perilaku baik adalah pujian kepuasan atau nilai/angka rapot Siswa tidak melakukan hal yang buruk Siswa tidak melakukan sesuatu yang karena sadar hal tersebut keliru dan buruk karena takut akan hukuman merugikan Perilakku baik berdasarkan motivasi Perilaku baik berdasarkan motivasi intrinsik ekstrinsik Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, Pembelajaran hanya terjadi dalam konteks dan setting kelas Hasil belajar diukur melalui penerapan Hasil belajar diukur melalui kegiatan akademik dalam bentuk tes, ujian atau penilaian otentik ulangan
Sumber: Tim Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makassar (FIP-UNM) (2012:117)
Model Pembelajaran
89
G. Skenario Pembelajaran Kontekstual Contoh skenario pembelajaran kontekstual dalam mata pelajaran sains adalah sebagai berikut: 1. Kelas dibagi dalam kelompok-kelompok kecil @ 4-5 orang. 2. Masing-masing kelompok menghadap meja yang diatasnya telah tersedia 1 toples yang berisi air dan ikan, penggaris, termometer dan kertas manila masing-masing 1 buah, dan kertas quarto sesuai yang dibutuhkan. 3. Selama 40 menit, setiap kelompok mengamati ikan yang ada dalam toples. Siswa diminta mengamati ikan tersebut, mencatat semua aspek yang mereka amati: ukuran, warna, perkiraan beratnya, perilaku ikan dan sebagainya. 4. Siswa menyajikan hasil pengamatan di kertas quarto. Kreativitas dalam menyajikan hasil pengamatan sangat dihargai: boleh dengan gambar, bagan, atau verbal. Juga siswa diharapkan mampu membedakan antara data kuantitatif dengan data kualitatif yang mereka temukan. 5. Setiap kelompok mempresentasikan atau menyajikan hasil pengamatan kelompok mereka. 6. Bertukar pendapat dapat dilakukan berkenaan dengan temuan hasil pengamatan kelompok. 7. Sebaiknya diberikan penghargaan bagi kelompok yang memperoleh hasil terbaik (baik dari segi kelengkapan temuan maupun dari segi kualitas laporan dan presentasi).
Model Pembelajaran
90
BAB 5 MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI (INQUIRY BASED LEARNING) Tujuan: a. b. c. d. e.
Menjelaskan Konsep Dasar Pembelajaran Inkuiri Menjelaskan Prinsip Pembelajaran Inkuiri Menjelaskan Langkah Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri Menjelaskan Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Inkuiri Menjelaskan Sintaks Pembelajaran Inkuiri
Materi Bahasan: A. Konsep Dasar Al-Tabany (2014:78) menjelaskan discovery merupakan bagian dari inquiry atau inquiry merupakan perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistimatis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Selanjutnya Supriyadi dkk (2011:61-64) menjelaskan, model pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dengan siswa. Model pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan.
Model Pembelajaran
91
Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri yaitu: 1. Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar 2. Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran 3. Mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses pembelajaran Kondisi umum yang merupakan syarat timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa yaitu: 1. Aspek sosial di kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa untuk berdiskusi 2. Inkuiri berfokus pada hipotesis 3. Penggunaan fakta sebagai evidensi (informasi, fakta) Untuk menciptakan kondisi seperti itu peranan guru yaitu sebagai berikut: 1. Motivator, memberi rangsangan agar siswa aktif dan bergairah berpikir 2. Fasilitator, menunjukkan jalan keluar jika siswa mengalami kesulitan 3. Penanya, menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat 4. Administrator, bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan kelas 5. Pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan 6. Manajer, mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas 7. Rewarder, memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama pembelajaran inkuiri, yaitu: 1 Model inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya model inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. Model Pembelajaran
92
2 Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri. Dengan demikian, strategi pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. 3 Tujuan dari penggunaan model pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian dalam model pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. Seperti yang dapat disimak dari proses pembelajaran, tujuan utama pembelajaran melalui model inkuiri adalah menolong siswa untuk dapat mengembangkan disiplin intlektual dan keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka. Model pembelajaran inkuiri merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa. Dikatakan demikian sebab dalam model ini siswa memegang peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran inkuiri akan efektif apabila: 1. Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang ingin dipecahkan. Dengan demikian dalam model inkuiri penguasaan materi pelajaran bukan sebagai tujuan utama pembelajaran, akan tetapi yang lebih dipentingkan adalah proses belajar.
Model Pembelajaran
93
2. Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep yang sudah jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian. 3. Jika proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu. 4. Jika guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemauan dan kemampuan berpikir, model inkuiri akan kurang berhasil diterapkan kepada siswa yang kurang memiliki kemampuan untuk berpikir. 5. Jika jumlah siswa yang belajar tidak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh guru. 6. Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa. B. Prinsip Pembelajaran Inkuiri Pembelajaran inkuiri merupakan model yang menekankan kepada pengembangan intelektual anak. Perkembangan mental (intelektual) itu menurut Piaget dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu maturation, physical experience, social experience, dan equilibrium. Atas dasar tersebut, maka dalam penggunaan model pembelajaran inkuiri terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru, yaitu: 1. Berorientasi pada pengembangan intelektual Tujuan utama dari model inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian model pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi kepada proses belajar. Karena itu kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri bukan ditentukan oleh sejauhmana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauhmana siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu. Makna dari ‘sesuatu’ yang harus ditemukan oleh siswa melalui proses berpikir adalah sesuatu yang dapat ditemukan,
Model Pembelajaran
94
2.
3.
4.
5.
bukan sesuatu yang tidak pasti, oleh sebab itu setiap gagasan yang harus dikembangkan adalah gagasan yang dapat ditemukan. Prinsip interaksi Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan (directing) agar siswa bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka. Kemampuan guru untuk mengatur interaksi memang bukan pekerjaan yang mudah. Sering guru terjebak oleh kondisi yang tidak tepat mengenai proses interaksi itu sendiri. Misalnya, interaksi hanya berlangsung antar siswa yang mempunyai kemampuan berbicara saja walaupun pada kenyataannya pemahaman siswa tentang subtansi permasalahan yang dibicarakan sangat kurang, agar guru justru menanggalkan peran sebagai pengatur interaksi itu sendiri. Prinsip bertanya Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan model pembelajaran inkuiri adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir. Oleh sebab itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan. Berbagai jenis dan teknik bertanya perlu dikuasai oleh setiap guru, apakah itu bertanya untuk melacak, bertanya untuk mengembangkan kemampuan, atau bertanya untuk menguji. Prinsip belajar untuk berpikir Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak. Prinsip keterbukaan
Model Pembelajaran
95
Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Segala sesuatu mungkin saja terjadi. Oleh sebab itu anak perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan. C. Langkah Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: 1. Orientasi Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan model pembelajaran inkuiri sangat tergantung pada kemampuan siswa untuk beraktivitas menggundakan kemampuannya dalam memecahkan masalah. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi ini adalah: a. Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa. b. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. c. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa. 7. Merumuskan masalah Merumuskan masalah adalah merupakan langkah membawa siswa kepada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk Model Pembelajaran
96
berpikir memecahkan teka-teki itu. Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir. 8. Mengajukan hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merusmuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis. 9. Mengumpulkan data Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk mengkaji hipotesis yang diajukan. Dalam model pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. 10. Menguji hipotesis Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Disamping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan. Model Pembelajaran
97
11. Merumuskan kesimpulan Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengajuan hipotesis. D. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Inkuiri Al-Tabany (2014:82-87) menjelaskan pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang banyak dianjurkan karena memiliki beberapa keunggulan, yaitu: 1. Pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang sehingga proses pembelajaran dianggap jauh lebih bermakna 2. Pembelajaran ini dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai gaya belajar mereka 3. Pembelajaran ini merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman 4. Keuntungan lain yaitu dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar. Di samping memiliki keunggulan, pembelajaran ini juga memiliki kelemahan, diantaranya: 1. Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa 2. Sulit dalam merencanakan pembelajaran karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar 3. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya memerlukan waktu yang panjang sehingga guru sering sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan 4. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka model pembelajaran ini nampaknya sulit untuk diimplementasikan Model Pembelajaran
98
E. Sintaks Pembelajaran Inkuiri Dalam upaya menanamkan konsep, misalnya konsep IPA-Biologi pokok bahasan Saling Ketergantungan pada siswa tidak cukup hanya sekedar ceramah. Pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa diberi kesempatan untuk tahu dan terlibat secara aktif dalam menemunkan konsep dari fakta-fakta yang dilihat dari lingkungan dengan bimbingan guru. Eggen dan Kauchak menjelaskan tahapan pembelajaran inkuiri sebagai berikut: Tabel 8 Tahap Pembelajaran Inkuiri Menyajikan masalah
Fase pertanyaan
Membuat hipotesis
Merancang percobaan
Melakukan percobaan memperoleh informasi Mengumpulkan menganalisis data Membuat kesimpulan
Perilaku Guru atau Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan menuliskan masalah di papan tulis Guru membagi siswa dalam kelompok Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk curah pendapat dalam membentuk hipotesis Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan Guru membimbing siswa mengurutkan langkahlangkah percobaan untuk Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan dan Guru memberikan kesempatan pada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan
Sumber: Trianto Ibnu Badar Al-Tabany, 2014, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual, Jakarta: Kencana, hal.87
Model Pembelajaran
99
Sudjana (1989) menjalaskan tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan pembelajaran inkuiri, yaitu: 1. Merumuskan masalah untuk dipecahkan oleh siswa 2. Menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah hipotesis 3. Mencari informasi, data dan fakta yang diperlukan untuk menjawab hipotesis atau permasalahan 4. Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi 5. Mengaplikasikan kesimpulan
Model Pembelajaran
100
BAB 6 MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING) Tujuan: a. Menjelaskan Pengertian Model Pembelajaran Penemuan b. Menjelaskan Pelaksanaan Model Pembelajaran Penemuan c. Menjelaskan Keuntungan dan Kelemahan Model Pembelajaran Penemuan Materi Bahasan: A. Pengertian Model Pembelajaran Penemuan Herdian (2010) menjelaskan, model pembelajaran discovery (penemuan) adalah model pembelajaran yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga siswa memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Dalam pembelajaran penemuan kegiatan atau pembelajaran dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Dalam menemukan konsep, siswa melakukan pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, menarik kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip. Penemuan ialah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental yang dimaksud antara lain: mengamati, mencerna, mengerti, menggolonggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Dengan teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental sendiri, guru hanya Model Pembelajaran
101
membimbing dan memberikan intruksi. Dengan demikian pembelajaran penemuan ialah suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar siswa dapat belajar sendiri. Model pembelajaran penemuan merupakan suatu model pembelajaran yang menitikberatkan pada aktifitas siswa dalam belajar. Dalam proses pembelajaran dengan model ini, guru hanya bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator yang mengarahkan siswa untuk menemukan konsep, dalil, prosedur, algoritma dan sebagainya. Tiga ciri utama model pembelajaran penemuan yaitu: (1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan; (2) berpusat pada siswa; (3) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada. Sebagai model pembelajaran, pembelajaran penemuan mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil dari ketiga istilah ini. Pada pembelajaran penemuan lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaan inkuiri dan problem solving dengan model pembelajaran penemuan ialah bahwa pada model pembelajaran penemuan masalah yang diberikan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru. Dalam mengaplikasikan model pembelajaran penemuan, guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented.
Model Pembelajaran
102
Dalam model pembelajaran penemuan, hendaknya guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientis, histories, atau ahli matematika. Bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan. Model pembelajaran penemuan dapat: 1. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini. 2. Menambah pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer. 3. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil. 4. Model pembelajaran ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri. 5. Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri. 6. Model pembelajaran penemuan ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya. 7. Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan guru pun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi. 8. Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti. 9. Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
Model Pembelajaran
103
10. Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru. 11. Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri. 12. Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri. 13. Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik; situasi proses belajar menjadi lebih terangsang. 14. Proses belajar menuju pada pembentukan manusia seutuhnya. 15. Meningkatkan penghargaan pada siswa. 16. Kemungkinan siswa dapat belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar. 17. Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan siswa. Model pembelajaran penemuan menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berpikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi. Model pembelajaran penemuan tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya. Harapan-harapan yang terkandung dalam model pembelajaran ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama. Model pembelajaran penemuan lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.
Model Pembelajaran
104
B. Pelaksanaan Model Pembelajaran Penemuan 1. Langkah Persiapan Langkah persiapan model pembelajaran penemuan adalah sebagai berikut: a. Menentukan tujuan pembelajaran b. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya) c. Memilih materi pelajaran d. Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan generalisasi pengetahuan e. Seleksi bahan, permasalahan/tugas-tugas f. Membantu dan memperjelas tugas/permasalahan yang dihadapi siswa serta peranan masing-masing siswa g. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi) h. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contohcontoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa i. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik j. Mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan k. Mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan l. Memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan m. Membantu siswa dengan informasi/data jika diperlukan n. Memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi masalah o. Merangsang terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa p. Membantu siswa merumuskan prinsip dan generalisasi hasil penemuannya. q. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa Model Pembelajaran
105
2. Pelaksanaan a. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan) Pertama-tama pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungan, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan. b. Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah) Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah) c. Data collection (Pengumpulan Data) Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. d. Data processing (Pengolahan Data) Model Pembelajaran
106
Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu. e. Verification (Pembuktian) Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing. Verification bertujuan agar proses belajar dapat berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam pembelajarannya. f. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi) Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. 3. Penilaian Dalam model pembelajaran penemuan, penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan tes maupun non tes. Penilaian yang digunakan dapat berupa penilaian kognitif, proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa. Jika bentuk penilaiannya berupa penilaian kognitif, maka dalam model pembelajaran penemuan ini dapat menggunakan tes tertulis. Jika bentuk penilaiannya menggunakan penilaian proses, sikap, Model Pembelajaran
107
atau penilaian hasil kerja siswa maka pelaksanaan penilaian dapat dilakukan dengan pengamatan. C. Keuntungan dan Kelemahan 1. Keuntungan a. Pengetahuan bertahan lama dan mudah diingat b. Hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik dari pada hasil lainnya c. Secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir bebas d. Secara khusus belajar penemuan melatih keterampilanketerampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain 2. Keunggulan a. Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir b. Siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab siswa mengalami sendiri proses menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama diingat c. Menemukan sendiri permasalahan akan menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini mendorong siswa ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat d. Siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks e. Model pembelajaran ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri. 3. Kelemahan Selain memiliki beberapa keuntungan, model pembelajaran penemuan juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya membutuhkan waktu belajar yang lebih lama dibandingkan Model Pembelajaran
108
dengan model pembelajaran lainnya. Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka diperlukan bantuan guru. Bantuan guru dapat dimulai dengan mengajukan beberapa pertanyaan dan dengan memberikan informasi secara singkat. Pertanyaan dan informasi tersebut dapat dimuat dalam lembar kerja siswa (LKS) yang telah dipersiapkan oleh guru sebelum pembelajaran dimulai.
Model Pembelajaran
109
BAB 7 MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT BASED LEARNING) Tujuan: a. Menjelaskan Pengertian dan Konsep Model Pembelajaran Berbasis Proyek b. Menjelaskan Langkah-langkah Operasional Pembelajaran Berbasis Proyek c. Menjelaskan Penilaian Pembelajaran Berbasis Proyek d. Menjelaskan Keuntungan dan Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Materi Bahasan: A. Pengertian dan Konsep Model Pembelajaran Berbasis Proyek 1. Menurut Buck Institute for Education seperti dikutip Al-Tabany (2014:41) project based learning atau pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah dan memberi peluang siswa bekerja secara otonom mengkonstruksi belajar mereka sendiri dan puncaknya menghasilkan produk karya yang bernilai dan realistik. 2. Pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Siswa melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. 3. Majid dan Rochman (2014:162) menjelaskan pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam
Model Pembelajaran
110
mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalaman siswa dalam beraktifitas secara nyata. 4. Pembelajaran berbasis proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan siswa dalam melakukan investigasi dan memahaminya. Melalui pembelajaran ini, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing siswa dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. 5. Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung siswa dapat melihat berbagai elemen utama sekaligus berbagai prinsip dalam sebuah disiplin yang sedang dikajinya. Pembelajaran berbasis proyek merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi perhatian dan usaha siswa. 6. Pembelajaran berbasis proyek juga menuntut siswa mengembangkan keterampilan seperti kolaboratif dan refleksi. Pembelajaran berbasis proyek membantu siswa untuk meningkatkan keterampilan sosial mereka, sering menyebabkan absensi berkurang dan lebih sedikit masalah disiplin di kelas. Siswa juga lebih percaya diri berbicara dengan kelompok orang, termasuk orang dewasa. Pembelajaran berbasis proyek juga meningkatkan antusiasme untuk belajar. Ketika mereka bersemangat dan antusias tentang apa yang mereka pelajari, mereka lebih sering banyak terlibat dalam subyek dan kemudian memperluas minat mereka untuk mata pelajaran lainnya. B. Langkah-langkah Operasional Wena seperti dikutip Majid dan Rochman (2014:165-170) menjelaskan strategi dalam mendesain suatu proyek adalah sebagai berikut:
Model Pembelajaran
111
1. Keautentikan Adapun pertanyaan penuntun yang dapat digunakan dalam langkah ini adalah: a. Apakah proyek-proyek tersebut mengacu pada permasalahan yang bermakna bagi siswa? b. Apakah masalah tersebut mungkin secara nyata dapat dikerjakan oleh siswa? c. Apakah siswa dapat menciptakan atau menghasilkan sesuatu, baik secara pribadi maupun kelompok di luar lingkungan sekolah? 2. Ketaatan terhadap nilai akademik Pertanyaan penuntun yang dapat digunakan, misalnya: a. Apakah proyek tersebut dapat membantu atau mengarahkan siswa untuk memperoleh dan menerapkan pokok pengetahuan dalam satu atau lebih disiplin ilmu? b. Apakah proyek tersebut dapat/mampu member tantangan pada siswa untuk menggunakan strategi-strategi penemuan ilmiah dalam satu atau lebih disiplin ilmu? Contoh: berpikir dan bekerja seperti ilmuwan c. Apakah siswa dapat mengembangkan keterampilan dan kebiasaan berpikir tingkat tinggi? Contoh: pencarian fakta, memandang sesuatu masalah dari berbagai sudut 3. Belajar pada dunia nyata Pertanyaan penuntun yang dapat digunakan, misalnya: a. Apakah kegiatan belajar yang dilakukan siswa berada dalam konteks permasalahan semi terstruktur, mengacu pada kehidupan nyata, dan bekerja/berada pada dunia lingkungan luar sekolah? b. Apakah proyek dapat mengarahkan untuk menguasai dan menggunakan unjuk kerja yang dipersyaratkan dalam organisasi kerja yang menuntut persyaratan tinggi? Contoh: kerja tim, menggunakan teknologi yang tepat, pemecahan masalah dan komunikasi
Model Pembelajaran
112
c. Apakah pekerjaan tersebut mensyaratkan siswa untuk mampu melakukan pengembangan organisasi dan mengelola keterampilan pribadi? 4. Aktif meneliti Pertanyaan penuntun yang dapat digunakan, misalnya: a. Apakah siswa menggunakan sejumlah waktu secara signifikan untuk mengerjakan bidang utama pekerjaannya? b. Apakah proyek tersebut mensyaratkan siswa untuk mampu untuk melakukan penelitian nyata dan menggunakan berbagai macam strategi, media, dan berbagai sumber lainnya? c. Apakah siswa diharapkan dapat/mampu berkomunikasi tentang apa yang dipelajari, baik melalui presentasi maupun unjuk kerja? 5. Hubungan dengan ahli Pertanyaan penuntun yang dapat digunakan, misalnya: a. Apakah siswa menemui dan mengamati (belajar dari) teman atau orang sebaya yang memiliki pengalaman dan kecakapan yang relevan? b. Apakah siswa berkesempatan bekerja/berdiskusi secara teliti dengan orang lain, paling tidak dengan seorang teman? c. Apakah orang dewasa (di luar siswa) dapat bekerja sama dalam merancang dan menilai hasil kerja siswa? 6. Penilaian Pertanyaan penuntun yang dapat digunakan, misalnya: a. Apakah siswa dapat merefleksi secara berkala proses belajar yang dilakukannya dengan menggunakan kriteria proyek yang jelas, yang kiranya dapat membantu dalam menentukan kinerjanya? b. Apakah orang luar dapat membantu siswa mengembangkan pengertian tentang standar kerja dunia nyata dalam suatu jenis pekerjaan?
Model Pembelajaran
113
c. Apakah ada kesempatan secara regular untuk menilai kerja siswa terkait dengan strategi yang digunakan, termasuk melalui pameran dan portofolio? Tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek adalah: 1. Tahap persiapan Ini adalah tahapan standar pengantar pembelajaran di mana informasi dan jadwal dibuat. Siswa berusaha memahami satu sama lain dengan memperkenalkan diri dan mengumpulkan harapannya di dalam keseluruhan aktivitas proyek 2. Tahap pembelajaran Ini adalah tahapan utama pembelajaran dan terdiri dari seluruh aktivitas berkenaan dengan persiapan dan langkah penting pengerjaan suatu proyek. Tahap ini meliputi: a. Pembentukan kelompok dan pemilihan proyek b. Pengumpulan informasi c. Langkah kerja proyek 3. Tahap evaluasi Ini menunjukkan bentuk aktivitas di dalam melakukan penilaian terhadap siswa Langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek adalah sebagai berikut: 1. Penentuan pertanyaan mendasar. Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan mendasar, yaitu pertanyaan yang dapat member penugasan pada siswa dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam. Guru berusaha agar topik yang dibahas relevan untuk para siswa. 2. Mendesain perencanaan proyek. Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dengan siswa. Dengan demikian siswa diharapkan akan merasa memiliki atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, Model Pembelajaran
114
3.
4.
5.
6.
pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek. Menyusun jadwal. Guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: a. Membuat timeline untuk menyelesaikan proyek b. Membuat deadline penyelesaian proyek c. Membawa siswa agar merencanakan cara yang baru d. Membimbing siswa ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek e. Meminta siswa untuk membuat penjelasan/alasan tentang pemilihan suatu cara Memonitor siswa dan kemajuan proyek. Guru bertanggung jawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas siswa selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi siswa pada setiap proses. Dengan kata lain, guru berperan menjadi mentor bagi aktivitas siswa. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting. Menguji hasil. Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing siswa, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai siswa, membantu guru dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya. Mengevaluasi pengalaman. Pada akhir proses pembelajaran guru dan siswa melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu atau kelompok. Pada tahap ini siswa diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek. Guru dan siswa mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama
Model Pembelajaran
115
proses pembelajaran sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran. C. Penilaian Pembelajaran Berbasis Proyek 1. Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. 2. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan siswa pada mata pelajaran tertentu secara jelas. Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan yaitu: 1. Kemampuan pengelolaan. Kemampuan siswa dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan. 2. Relevansi. Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran. 3. Keaslian. Proyek yang dilakukan siswa harus merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek siswa. D. Keuntungan dan Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek 1. Keuntungan a. Meningkatkan motivasi belajar untuk mendorong kemampuan siswa melakukan pekerjaan penting dan hal ini perlu untuk dihargai. Model Pembelajaran
116
b. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. c. Membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan masalah-masalah yang kompleks. d. Meningkatkan kolaborasi. e. Mendorong siswa untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi. f. Meningkatkan keterampilan siswa dalam mengelola sumber belajar. g. Memberikan pengalaman kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas. h. Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan siswa secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata. i. Melibatkan siswa untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata. j. Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga siswa maupun guru menikmati proses pembelajaran. 2. Kelemahan a. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah. b. Membutuhkan biaya yang cukup banyak c. Banyak guru yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana guru memegang peran utama di kelas. d. Banyaknya peralatan yang harus disediakan. e. Siswa yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan. f. Ada kemungkinan ada siswa yang kurang aktif dalam kerja kelompok. g. Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan siswa tidak bisa memahami topik secara keseluruhan Model Pembelajaran
117
BAB 8 MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) Tujuan: a. b. c. d.
Menjelaskan Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah Menjelaskan Ciri-Ciri Model Pembelajaran Berbasis Masalah Menjelaskan Kelebihan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Menjelaskan Langkah-Langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah e. Menjelaskan Sistem Penilaian Model Pembelajaran Berbasis Masalah Materi Bahasan: A. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dadang (2014) menjelaskan bahwa model pembelajaran berbasis masalah adalah pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal untuk mendapatkan pengetahuan baru. Suyatno (2009:58) menjelaskan, ”Model pembelajaran berdasarkan masalah adalah proses pembelajaran yang titik awal pembelajarannya dimulai berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata, siswa dirangsang untuk mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka miliki sebelumnya (prior knowledge) untuk membentuk pengetahuan dan pengalaman baru”. Sedangkan menurut Arends seperti dikutip Trianto (2007:68), ”Model pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri,
Model Pembelajaran
118
mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri”. Model pembelajaran berbasis masalah juga mengacu pada model pembelajaran lain seperti diungkapkan oleh Trianto (2007:68), ”Model pembelajaran berbasis masalah mengacu pada Pembelajaran Proyek (Project Based Learning), Pendidikan Berdasarkan Pengalaman (Experience Based Education), Belajar Otentik (Autentic Learning), dan Pembelajaran Bermakna (Anchored Instruction)”. Model pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah model pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang siswa untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, siswa bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world). B. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Berbasis Masalah 1. Pengajuan pertanyaan atau masalah Guru memunculkan pertanyaan yang nyata di lingkungan siswa agar dapat diselidiki siswa. Masalah ini dapat berupa cerita, penyajian fenomena tertentu, atau mendemontrasikan suatu kejadian yang mengundang munculnya permasalahan atau pertanyaan. 2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin Meskipun pembelajaran berbasis masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, matematika, ilmu-ilmu sosial) masalah yang dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa dapat meninjau dari berbagai mata pelajaran yang lain. 3. Penyelidikan Otentik Pembelajaran berbasis masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan otentik untuk mencari penyelesaian
Model Pembelajaran
119
nyata terhadap masalah yang disajikan. Metode penyelidikan ini bergantung pada masalah yang sedang dipelajari. 4. Menghasilkan produk atau karya Pembelajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Produk itu dapat juga berupa laporan, model fisik, video maupun program computer 5. Kolaborasi Pembelajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerjasama untuk terlibat dan saling bertukar pendapat dalam melakukan penyelidikan sehingga dapat menyelesaikan permasalahan yang disajikan. Pada model pembelajaran berbasis masalah terdapat lima tahap utama yang dimulai dengan memperkenalkan siswa tehadap masalah yang diakhiri dengan tahap penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Kelima tahapan menurut Nurhadi (2004:111) disajikan dalam bentuk tabel seperti berikut” Tabel 9 Model Pembelajaran Berbasis Masalah Fase 1
Indikator Orientasi siswa kepada masalah
2
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
3
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Model Pembelajaran
Aktifitas / Kegiatan Guru Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistic yang diperlukan, pengajuan masalah, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya. Guru membantu siswa mendefenisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk 120
mendapat penjelasan pemecahan masalah. 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
5
Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, model dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan kelompoknya. Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dalam proses-proses yang mereka gunakan.
C. Kelebihan Model Pembelajaran Berbasis Masalah 1. Dengan pembelajaran berbasis masalah akan terjadi pembelajaran bermakna. Siswa yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika siswa berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan. 2. Dalam situasi pembelajaran berbasis masalah, siswa mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan. 3. Pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok. D. Langkah-langkah Operasional Dalam pembelajaran berbasis masalah guru atau fasilitator memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill yang Model Pembelajaran
121
diperlukan dalam pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih cepat dapat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapatkan ‘peta’ yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran. Langkah-langkah operasional dalam proses pembelajaran: 1. Pendefinisian Masalah (Defining the Problem). Dalam langkah ini guru menyampaikan skenario atau permasalahan dan siswa melakukan berbagai kegiatan brainstorming dan semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat. 2. Pembelajaran Mandiri (Self Learning). Siswa mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang relevan. 3. Tahap investigasi (investigation). Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu: (a) agar siswa mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah didiskusikan di kelas, dan (b) informasi dikumpulkan dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami. 4. Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge). Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya siswa berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara siswa berkumpul sesuai kelompok dan gurunya.
Model Pembelajaran
122
E. Sistem Penilaian Penilaian mengandung aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, pekerjaan rumah, dokumen, dan laporan. Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran. Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan. F. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Sebelum memulai proses belajar mengajar di dalam kelas, siswa terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena. Kemudian siswa diminta mencatat masalah-masalah yang muncul. Setelah itu tugas guru adalah merangsang siswa untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru adalah mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan pendapat yang berbeda dari mereka. Contoh: Memanfaatkan lingkungan. Guru memberikan penugasan yang dapat dilakukan di berbagai konteks lingkungan siswa, antara lain di sekolah, keluarga dan masyarakat. Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar diluar kelas. Siswa diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang sedang dipelajari. Pengalaman belajar merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa dalam rangka mencapai Model Pembelajaran
123
penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar dan materi pembelajaran.
Model Pembelajaran
124
BAB 9 MODEL PEMBELAJARAN AKTIF KREATIF EFEKTIF DAN MENYENANGKAN Tujuan: a. b. c. d. e. f. g. h. i.
Menjelaskan Pengertian Model PAKEM Menjelaskan Landasan Hukum PAKEM Menjelaskan Peran Guru dan Siswa dalam PAKEM Menjelaskan Aspek yang Mempengaruhi Model PAKEM Menjelaskan Perubahan dalam PAKEM Menjelaskan Pelaksanaan PAKEM Menjelaskan Penilaian dalam PAKEM Menjelaskan Indikator Monitoring dan Evaluasi PAKEM Menjelaskan Lembar Observasi PAKEM
Materi Bahasan: A. Pengertian Model Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan. Supriyadi (2011:83) menjelaskan PAKEM merupakan model pembelajaran dan menjadi pedoman dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan pelaksanaan PAKEM diharapkan berkembangnya berbagai inovasi kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang aktif kreatif efektif dan menyenangkan. 1. Pembelajaran Aktif. Pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas, Model Pembelajaran
125
sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman dan kompetensinya. Lebih dari itu, pembelajaran aktif lebih memungkinkan siswa mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, seperti menganalisis dan mensintesis, serta melakukan penilaian terhadap berbagai peristiwa belajar dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran aktif menurut Rusman (2013:324-325) memiliki persamaan dengan model pembelajaran self discovery learning, yaitu pembelajaran yang dilakukan oleh siswa untuk menemukan kesimpulan sendiri sehingga dapat dijadikan sebagai nilai baru yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran aktif, guru lebih banyak memposisikan dirinya sebagai fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar kepada siswa. Siswa terlibat secara aktif dan berperan dalam proses pembelajaran, sedangkan guru lebih banyak memberikan arahan dan bimbingan, serta mengatur sirkulasi dan jalannya proses pembelajaran. 2. Pembelajaran Kreatif. Pembelajaran kreatif merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan guru untuk dapat memotivasi dan memunculkan kreativitas siswa selama pembelajaran berlangsung dengan menggunakan beberapa metode dan strategi yang bervariasi. Misalnya kerja kelompok, bermain peran, dan pemecahan masalah. Pembelajaran kreatif menuntut guru untuk merangsang kreativitas siswa, baik dalam mengembangkan kecakapan berpikir maupun dalam melakukan suatu tindakan. Berpikir kreatif selalu dimulai dengan berpikir kritis, yakni menemukan dan melahirkan sesuatu yang sebelumnya tidak ada atau memperbaiki sesuatu. Berpikir kritis harus dikembangkan dalam proses pembelajaran agar siswa terbiasa mengembangkan Model Pembelajaran
126
kreativitasnya. Selanjutnya Rusman (2013:325-326) menjelaskan bahwa pada umumnya berpikir kreatif memiliki empat tahapan sebagai berikut: a. Tahap persiapan, yaitu proses pengumpulan informasi untuk diuji b. Tahap inkubasi, yaitu suatu rentang waktu untuk merenungkan hipotesis informasi tersebut sampai diperoleh keyakinan bahwa hipotesis tersebut rasional c. Tahap iluminasi, yaitu suatu kondisi untuk menemukan keyakinan bahwa hipotesis tersebut benar, tepat, dan rasional d. Tahap verifikasi, yaitu pengujian kembali hipotesis untuk dijadikan sebuah rekomendasi, konsep, atau teori Siswa dikatakan kreatif apabila mampu melakukan sesuatu yang menghasilkan sebuah kegiatan baru yang diperoleh dari hasil berpikir kreatif dengan mewujudkannya dalam bentuk sebuah hasil karya baru. 3. Pembelajaran Efektif. Pembelajaran dikatakan efektif jika mampu memberikan pengalaman baru kepada siswa membentuk kompetensi siswa, serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal. Hal ini dapat dicapai dengan melibatkan serta mendidik mereka dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran. Seluruh siswa harus dilibatkan secara penuh agar bergairah dalam pembelajaran, sehingga suasana pembelajaran betul-betul kondusif dan terarah pada tujuan dan pembentukan kompetensi siswa. Pembelajaran efektif menuntut keterlibatan siswa secara aktif karena mereka merupakan pusat kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi. Siswa harus didukung untuk menafsirkan Informasi yang disajikan oleh guru sampai informasi tersebut dapat diterima oleh akal sehat. Dalam Model Pembelajaran
127
pelaksanaannya, hal ini memerlukan proses pertukaran pikiran, diskusi, dan perdebatan dalam rangka pencapaian pemahaman yang sama terhadap materi standar yang harus dikuasai siswa. Pembelajaran efektif perlu didukung oleh suasana dan lingkungan belajar yang memadai/kondusif. Oleh karena itu guru harus mampu mengelola siswa, mengelola kegiatan pembelajaran, mengelola isi/materi pembelajaran dan mengelola sumber-sumber belajar. Menciptakan kelas yang efektif dengan peningkatan efektivitas proses pembelajaran tidak bisa dilakukan secara parsial, melainkan harus menyeluruh mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. 4. Pembelajaran Menyenangkan. Pembelajaran menyenangkan merupakan suatu proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat suatu kohesi yang kuat antara guru dan siswa, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan. Dengan kata lain pembelajaran menyenangkan adalah adanya pola hubungan yang baik antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Guru memposisikan diri sebagai mitra belajar siswa, bahkan dalam hal tertentu tidak menutup kemungkinan guru belajar dari siswanya. Dalam hal ini perlu diciptakan suasana yang demokratis dan tidak ada beban, baik guru maupun siswa dalam melakukan proses pembelajaran. Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan, guru harus mampu merancang pembelajaran dengan baik, memilih materi yang tepat, serta memilih dan mengembangkan strategi yang dapat melibatkan siswa secara optimal. B. Landasan Hukum PAKEM 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 4 ayat 4 menjelaskan bahwa, “Pendidikan diselenggarakan dengan Model Pembelajaran
128
memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran”. Pasal 40 ayat 2 menjelaskan bahwa, “Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis”. 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Pendidikan Nasional pasal 19 ayat 1 menjelaskan bahwa, “Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”. C. Peran Guru dan Siswa dalam PAKEM Peran guru dan siswa dalam kegiatan PAKEM dijelaskan pada tabel berikut: Tabel 10 Peran Guru dan Siswa dalam PAKEM No 1
Nama Kegiatan Pembelajaran Aktif
1. 2. 3.
4. 2
Pembelajaran Kreatif
Model Pembelajaran
1.
Peran Guru Memantau kegiatan belajar siswa Memberi umpan balik Mengajukan pertanyaan yang menantang Mempertanyakan gagasan siswa Mengembangkan kegiatan yang menarik dan
Peran Siswa 1. Membangun konsep bertanya 2. Bertanya 3. Bekerja, terlibat dan berpartisipasi 4. Menemukan dan memecahkan masalah 5. Mengemukakan gagasan 6. Mempertanyakan gagasan 1. Membuat atau merancang sesuatu 2. Menulis dan atau 129
3 4
Pembelajaran Efektif Pembelajaran Menyenangkan
beragam mengarang 2. Membuat alat bantu belajar 3. Memanfaatkan lingkungan 4. Mengelola kelas dan sumber belajar 5. Merencanakan proses dan hasil belajar 1. Mencapai tujuan 1. Mencapai kompetensi pembelajaran yang diharapkan 1. Guru senang 1. Siswa senang karena: karena mampu kegiatannya menarik, menantang, dan mengkondisikan siswa agar meningkatkan motivasi; mendapat pengalaman mampu: berani secara langsung; mencoba/berbuat; kemampuan berpikir kritis berani bertanya; berani memberidalam memecahkan masalah semakin meningkan gagasan atau pendapat; dan kat dan tidak membuat berani mempertasiswa takut nyakan gagasan orang lain
Sumber: Jamal Ma’mur Asmani, 2013, 7 Tips Aplikasi PAKEM, Menciptakan Metode Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, Jogjakarta, DIVA Press, h. 92-94
D. Aspek yang Mempengaruhi Model PAKEM Rusman (2013:327) menjelaskan terdapat empat aspek yang mempengaruhi model PAKEM, yaitu: 1. Pengalaman. Di aspek pengalaman ini, siswa diajarkan untuk dapat belajar mandiri. Di dalamnya terdapat banyak cara untuk penerapannya antara lain seperti eksperimen, pengamatan, percobaan, penyelidikan, dan wawancara. Karena di aspek Model Pembelajaran
130
pengalaman, anak belajar banyak melalui pengalaman langsung, dapat mengaktifkan banyak indera yang dimiliki anak tersebut, dengan pengalaman langsung sekitar 90% materi yang didapatkan anak akan cepat terserap dan bertahan lebih lama. 2. Komunikasi. Aspek komunikasi ini dapat dilakukan dengan beberapa bentuk, antara lain mengemukakan pendapat, presentasi laporan, dan memajangkan hasil kerja. DI aspek ini banyak hal-hal yang bisa didapatkan misalnya anak dapat mengungkapkan gagasan, dapat mengkonsolidasi pikirannya, mengeluarkan gagasannya, memancing gagasan orang lain dan membuat bangunan makna mereka agar dapat diketahui oleh gurunya. 3. Interaksi. Aspek interaksi ini dapat dilakukan dengan cara tanya jawab dan saling melempar pertanyaan. Dengan hal-hal seperti itulah kesalahan makna yang dibuat oleh anak-anak berpeluang untuk terkoreksi dan makna yang terbangun semakin mantap sehingga dapat menyebabkan hasil belajar meningkat. 4. Refleksi. Dalam aspek ini yang dilakukan adalah memikirkan kembali apa yang telah diperbuat/dipikirkan oleh anak selama meraka belajar, hal ini dilakukan supaya terdapatnya perbaikan gagasan/makna yang telah dikeluarkan oleh anak dan agar mereka tidak mengulangi kesalahan. Di sini anak diharapkan juga dapat menciptakan gagasan-gagasan baru. E. Perubahan dalam PAKEM Model PAKEM diharapkan dapat menghasilkan pembelajaran yang berkualitas/bermutu dan menghasilkan perubahan yang signifikan, seperti peran guru di kelas, perlakuan terhadap siswa, pertanyaan, latihan, interaksi, dan pengelolaan kelas. Perubahan yang diharapkan dari pembelajaran model PAKEM Rusman (2013:328329) ada pada penjelasan tabel di bawah ini:
Model Pembelajaran
131
Tabel 11 Perubahan Dalam PAKEM Aspek Peran guru
Perlakuan terhadap siswa
Pertanyaan
Latihan
Dari Guru mendominasi kelas. Semua dari guru: 1. Informasi 2. Pertanyaan 3. Inisiatif 4. Penugasan 5. Umpan balik 6. Penilaian
Ke Menjadi fasilitator pembelajaran 1. Inisiatif berasal dari siswa atau guru 2. Sumber informasi beragam 3. Siswa banyak bertanya 4. Siswa kadang memilih tugas sendiriUmpan balik dari teman 5. Siswa menilai diri sendiri Semua siswa diperlakuMelayani adanya perbedaan kan sama, seperti: individual, seperti: 1. Melakukan kegiatan 1. Maju sesuai dengan yang sama kecepatan masing-masing 2. Maju bersama 2. Bisa melakukan kegiatan 3. Tingkat kesukaran yang berbeda sama untuk semua 3. Tingkat kesukaran sesuai siswa kemampuan dan minat masing-masing siswa 4. Pekerjaan rumah yang 4. Pekerjaan rumah tidak harus sama 5. Penilaian yang sama sama 5. Macam-macam penilaian 99% dari guru: Pertanyaan dari siswa/guru, 1. Pertanyaan tertutup jenis pertanyaan bervariasi 2. Fakta, hafalan, ingatan 1. Siswa berpikir 3. Satu jawaban yang 2. Pertanyaan terbuka benar 3. Pertanyaan produktif 4. Jawaban 1 kata atau 4. Pertanyaan penelitian ringkas 5. Problem solving 5. Yang tersurat saja 6. Jawaban terurai, bisa berbeda 1. Latihan terbatas/kurang 1. Latihan lebih intensif 2. Jumlah latihan sedikit 2. Jumlah soal memadai 3. Pelaksanaan tugas 3. Selesai tugas, review, revisi ’sekali jadi’ 4. Setiap anak mendapat 4. Anak menunggu giliran kesempatan yang sama 5. Kurang menantang 5. Lebih menantang tuntutan
Model Pembelajaran
132
Interaksi
1. Satu arah 2. Guru ke siswa 3. Intensitas interaksi 4. Mutu interaksi
Pengelolaan kelas
1. Klasikal 2. Individual 3. Di dalam kelas
Variasi penilaian
Tes formal
tinggi dan anak lebih produktif 6. Hasil kerja anak dipajangkan 1. Banyak arah 2. Guru ke siswa 3. Siswa ke guru 4. Siswa ke siswa 5. Siswa ke sumber belajar 6. Siswa ke orang dewasa 1. Variasi 2. Individual 3. Berpasangan 4. Kelompok kecil 5. Kelompok besar 6. Klasikal 7. Di luar kelas 1. Tes formal 2. Pembelajaran dan perbaikan berkelanjutan 3. Portofolio 4. Umpan balik 5. Penilaian diri/sesama siswa
Sumber: Rusman, 2013, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, h. 328-329
F. Pelaksanaan Gambaran pelaksanaan PAKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan kemampuan yang harus dimiliki guru dalam melaksanakan PAKEM yang telah diuraikan di atas, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam kegiatan PAKEM, yaitu: 1. Memahami sifat yang dimiliki anak Anak memiliki berbagai potensi dalam dirinya. Diantaranya rasa ingin tahu dan imajinasi. Dua hal ini adalah potensi yang harus dikembangkan atau distimuli melalui kegiatan belajar Model Pembelajaran
133
mengajar, karena kedua hal tersebut adalah modal dasar bagi berkembangnya sikap berpikir kritis dan kreatif. Sikap berpikir kritis dan kreatif adalah kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa. Salah satu komponen dalam pembelajaran yang ideal adalah berpikir kritis dan kreatif, artinya siswa dapat menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi secara kritis dan kreatif. Agar mampu berpikir kritis dan kreatif sifat rasa ingin tahu dan berimajinasi yang sudah dimiliki anak perlu dikembangkan. Untuk mengembangkan kedua sifat yang dimiliki anak tersebut secara optimal perlu diciptakan suasana pembelajaran yang bermakna. Suasana pembelajaran bermakna ditunjukkan di antaranya dengan kebiasaan guru untuk memuji anak karena hasil karyanya atau prestasinya. Kemajuan seperti apapun yang ditunjukkan oleh siswa perlu dihargai oleh guru. Kemudian kebiasaan guru mengajukan pertanyaan yang menantang atau yang bersifat terbuka juga langkah tepat untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Tidak kalah pentingnya adalah guru yang mendorong anak untuk melakukan percobaan juga merupakan hal yang baik untuk mengembangkan kemampuan yang dimaksud. 2. Mengenal anak secara perorangan Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAKEM perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua anak dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya bila mendapat kesulitan sehingga anak tersebut belajar secara optimal. 3. Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar
Model Pembelajaran
134
Sebagai mahluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu anak dapat bekerja berpasangan atau berkelompok. Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti itu memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang. 4. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif dan kemampuan memecahkan masalah Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal tersebut memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu tugas guru adalah mengembangkannya antara lain dengan seringnya memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan dengan katakata, ”Apa yang terjadi jika ..., lebih baik dari pada yang dimulai dengan kata-kata, ”Apa, Berapa, Kapan”, yang umumnya tertutup hanya ada satu jawaban yang benar. 5. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas seperti itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lainnya.Yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan Model Pembelajaran
135
pajangan hasil pekerjaan siswa dan ditata dengan baik dapat membantu guru karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah. 6. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar Lingkungan fisik, sosial, budaya merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar siswa. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak harus selalu keluar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat mengembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasikan, membuat tulisan dan membuat gambar atau diagram. 7. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan dari pada kelemahan siswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus dilakukan secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dari pada diam menghadapi tugastugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa, akan lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa dari hanya sekedar angka. 8. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok serta siswa duduk saling Model Pembelajaran
136
berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya dari PAKEM. Akif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut, baik takut ditertawakan, takut disepelekan atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun yang datang dari temannya. Berkembangnya rasa takut bertentangan dengan PAKEM. Gambaran penerapan pelaksanaan PAKEM dapat ditinjau berdasarkan beberapa komponen pembelajaran seperti tabel di bawah ini. Tabel 12 Pelaksanaan PAKEM Komponen Pembelajaran
Hal Baru yang Berbeda dengan Kebiasaan Pembelajaran Selama ini Guru merancang dan Guru melaksanakan kegiatan belajar mengelola kegiatan belajar mengajar dalam kegiatan yang beragam, misalnya: mengajar yang mendorong 1. Percobaan siswa untuk berperan aktif falam pembelajaran 2. Diskusi kelompok 3. Memecahkan masalah 4. Mencari informasi 5. Menulis laporan/cerita/puisi 6. Berkunjung keluar kelas Guru menggunakan alat bantu Sesuai pembelajaran, guru menggunakan dan sumber belajar yang alat bantu dan sumber belajar, misal: beragam 1. Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri 2. Gambar 3. Studi kasus 4. Nara sumber 5. Lingkungan Guru memberi kesempatan Siswa: kepada siswa untuk 1. Melakukan percobaan, pengamatan, Model Pembelajaran
137
mengembangkan keterampilan
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa
Guru mengaitkan pembelajaran dengan pengalaman siswa sehari-hari Menilai pembelajaran dan kemajuan belajar siswa secara terus menerus
atau wawancara 2. Mengumpulkan data atau jawaban dan mengolahnya sendiri 3. Menarik kesimpulan 4. Memecahkan masalah, mencari rumusan sendiri 5. Menulis laporan/hasil karya lain dengan kata-kata sendiri Melalui: 1. Diskusi 2. Lebih banyak pertanyaan terbuka 3. Hasil karya yang merupakan pemikiran anak sendiri 1. Siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu) 2. Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut 3. Diberikan tugas perbaikan atau pengayaan 1. Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri 2. Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari 1. Guru memantau kerja siswa 2. Guru memberikan umpan balik
Sumber: Supriyadi at all, 2011, Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Sekolah Dasar, Jakarta: Universitas Negeri Jakarta, h. 99-100
G. Penilaian dalam PAKEM Menurut Asmani (2013:105-106) pembelajaran model PAKEM adalah:
kriteria
penilaian
dalam
1. Penilaian yang sesuai dengan pembelajaran model PAKEM adalah penilaian otentik yang merupakan proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian Model Pembelajaran
138
pembelajaran peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai. 2. Tujuan penilaian otentik itu sendiri adalah untuk: (a) menilai kemampuan individual melalui tugas tertentu; (b) menentukan tujuan pembelajaran; (c) membantu dan mendorong siswa; (d) membantu dan mendorong guru untuk mengajar lebih baik lagi; (e) menentukan strategi pembelajaran; (f) akuntabilitas lembaga; (g) meningkatkan kualitas pendidikan. 3. Bentuk penilaian tes dapat dilakukan secara lisan, tertulis dan perbuatan. Sementara itu bentuk penilaian non-tes dilakukan dengan menggunakan skala, sikap, ceklis, kuesioner, studi kasus, dan portofolio. 4. Dalam pembelajaran, rangkaian penilaian ini seyogianya dilakukan oleh seorang guru. Hal ini disebabkan setiap jenis atau bentuk penilaian memiliki beberapa kelemahan dan keunggulan H. Indikator Monitoring dan Evaluasi PAKEM 1. Guru a. Lebih banyak memberi kesempatan siswa untuk bekerja (menemukan sendiri, mengungkapkan pendapat, dan sebagainya) b. Menciptakan pembelajaran yang menantang c. Menggunakan berbagai media, metode, dan sumber belajar termasuk sumber belajar dan bahan dari lingkungan d. Memberikan tugas dan bantuan yang berbeda sesuai kemampuan siswa e. Mengelola kelas secara fleksibel (individu, kelompok, pasangan) sesuai tugas yang diberikan untuk melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran 2. Siswa Model Pembelajaran
139
a. Tidak takut bertanya b. Ada interaksi antara siswa untuk membahas dan memecahkan masalah c. Aktif bekerja d. Dapat mengungkapkan dengan kata-kata sendiri e. Melakukan kegiatan baca mandiri f. Melakukan kegiatan proyek (teknologi sederhana, menulis biografi tokoh dan lainnya) 3. Kelas a. Ada pajangan yang merupakan hasil karya siswa b. Pajangan dimanfaatkan sebagai sumber belajar c. Penataan tempat duduk memudahkan interaksi guru dengan siswa, siswa dengan siswa d. Ada penataan sumber belajar (alat bantu belajar, poster, buku) yang dimanfaatkan siswa I. Lembar Observasi PAKEM Tabel 13 Lembar Observasi PAKEM No. Aspek 1 Bagaimana bentuk tugas yang diberikan? 2 Apa yang dikerjakan siswa untuk melakukan tugas? 3 Kemampuan apa yang dikembangkan melalui tugas? 4 Bagaimana bentuk pertanyaan yang diberikan dalam tugas? 5 Jenis pertanyaan apa yang diajukan guru kepada siswa dalam pembelajaran? 6 Sejauh mana guru memperha-tikan perbedaan siswa? 7 Apa yang dilakukan siswa selama mengerjakan tugas? Model Pembelajaran
Uraian / Temuan
140
8
9
10 11 12
Sejauh mana siswa diberi kesempatan untuk menanggapi kegiatan belajar yang telah dilakukan? Apa yang dilakukan siswa pada saat belajar kelompok, individu, berpasangan, atau klasikal? Pada saat ada kerja kelompok, berapa jumlah anggota kelompok? Apakah semua siswa terlibat dalam kegiatan kelompok? Apa yang dilakukan guru selama anak mengerjakan tugas?
Sumber: Supriyadi dkk, 2011, Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Sekolah Dasar, Jakarta, Universitas Negeri Jakarta, h. 102
Model Pembelajaran
141
BAB 10 MODEL PEMBELAJARAN KOPERATIF Tujuan: a. Menjelaskan Pengertian Model Pembelajaran Koperatif b. Menjelaskan Teknik Belajar Mengajar Model Pembelajaran Koperatif c. Menjelaskan Skenario Model Pembelajaran Koperatif Materi Bahasan: A. Pengertian Model Pembelajaran Koperatif Menurut Arends (1998:223) model pembelajaran koperatif merupakan model mengajar yang berdasarkan prinsip pembelajaran yang terpusat pada siswa (learner-centered principles of learning). Abdurrahman, (1999:122-123) mengatakan pembelajaran koperatif menampakkan wujudnya dalam bentuk belajar kelompok yang anggotanya terdiri dari siswa yang memiliki karakteristik heterogen. Pendapat lain menjelaskan bahwa pembelajaran koperatif adalah pembelajaran yang melibatkan beberapa siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk mencapai tujuan khusus. Pada pembelajaran koperatif, kerja team dan gotong royong (kolaborasi) dianggap lebih penting dari prestasi individu. Pendapat lain yang dikemukakan Crowl, Kaminsk, dan Podell, (1997:514) menjelaskan bahwa sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai sistem ‘pembelajaran gotong royong’ atau cooperative learning. Lie (2002:12) mempertegas pengertian model pembelajaran ini dengan menyatakan bahwa dalam model ini, guru bertindak sebagai fasilitator. Intinya menurut Sprinthall, dan Sprinthall (1990:323) proses pembelajaran dalam model pembelajaran ini adalah kepentingan di ruang kelas dalam Model Pembelajaran
142
menggunakan teknik-teknik kelompok kecil dengan tujuan-tujuan koperatif. Borich, dan Tombari (1995:309) mempertegas bahwa belajar koperatif sebagai suatu cara untuk membuat ruang kelas menjadi tempat yang diinginkan oleh siswa. Ruang kelas ini dapat memotivasi semua anak-anak yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan belajar. Keuntungan dari pembelajaran koperatif siswa bekerja dan saling memperoleh pengetahuan di antara mereka. Hal tersebut memberi kesempatan kepada siswa untuk memberi dan memperoleh informasi ketika mereka belajar bersama-sama. Keuntungan lainnya yaitu terdapat sumber informasi lebih banyak daripada yang didapatkan dari penerapan pembelajaran konvensional. Selanjutnya dikatakan bahwa pembelajaran koperatif mengajarkan bagaimana bekerja dalam kelompok kecil. Hampir seluruh pekerjaan pada pembelajaran koperatif melibatkan beberapa keterampilan. Dari berbagai pendapat di atas berarti tujuan pembelajaran koperatif adalah untuk membangkitkan interaksi yang efektif di antara anggota kelompok melalui diskusi. Aktivitas pembelajaran berpusat pada siswa. Dengan interaksi yang efektif dimungkinkan semua anggota kelompok dapat menguasai materi pada tingkat yang relatif sejajar. Secara umum utc.edu menjelaskan pembelajaran koperatif mempunyai lima karakteristik, yaitu: 1. Siswa bekerja bersama-sama dalam tugas-tugas umum atau aktivitas-aktivitas belajar dalam bentuk kerja kelompok 1. Beberapa siswa bekerja dalam kelompok kecil yang terdiri dari 2-5 orang 2. Siswa bekerja sama dan berperilaku sosial dalam menyelesaikan tugas-tugas dan aktivitas belajar mereka 3. Adanya saling ketergantungan positif antara siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas atau aktivitas belajar mereka Model Pembelajaran
143
4. Siswa bertanggung jawab pada kerja dan hasil belajar mereka. Sedangkan elemen dasarnya Abdurrahman, (1994:8) menjelaskan terdiri dari: 1. 2. 3. 4.
Saling ketergantungan secara positif Interaksi tatap muka Akuntabilitas individu Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi.
Selanjutnya menurut Arends (1998:317-321) tugas perencanaan dan keputusan-keputusan yang diperlukan guru untuk memberikan pelajaran dengan sistem koperatif adalah memilih suatu pendekatan yang prinsip-prinsip dasarnya terdiri dari: 1. Student Teams Achievement Divisions (STAD). Divisi Pencapaian Tim Siswa (STAD), dikembangkan oleh Robert Slavin dan koleganya. Setiap minggu diadakan praktek dalam bentuk tim yang terdiri 4-5 orang siswa yang berasal dari berbagai latar belakang, kemampuan, jenis kelamin atau ras. Fungsi utama tim adalah siswa dapat belajar secara maksimal. Seringkali siswa terlibat dalam diskusi, membandingkan jawaban soal dan mengoreksi kekeliruan jawaban soal yang salah yang dibuat anggota kelompok. 2. Jigsaw atau Teka-teki untuk menyusun gambar. Dikembangkan oleh Eliot Aroson. Materi pelajaran diberikan dalam bentuk teks, dan masing-masing siswa bertanggung jawab mempelajari bagian materi. Misalnya jika materi teks adalah mengenai belajar koperatif, maka satu siswa bertanggung jawab pada STAD, satu siswa pada Jigsaw, satu orang pada investigasi group dan mungkin dua lainnya akan menjadi pakar dalam basis penelitian dan sejarah belajar kooperatif. 3. Group Investigation atau GI. Didesain oleh Herbert Thelen dan dikembangkan oleh Sharan. Membagi satu kelas menjadi Model Pembelajaran
144
beberapa kelompok yang heterogen dan satu kelompok terdiri dari sekitar 6 orang. Siswa menyeleksi topik untuk dikaji, mengejar investigasi yang lebih mendalam dan kemudian memaparkan laporan tersebut ke seluruh kelas. Enam langkah yang harus diperhatikan sebelum melakukan kegiatan GI yaitu, (a) seleksi topik, (b) perencanaan koperatif, (c) implementasi, (d) analisa dan sintesa, (e) presentasi akhir, dan (f) evaluasi. 4. The Structural Approach atau Pendekatan Struktural. Menekankan penggunaan struktur yang didisain untuk mempengaruhi pola interaksi siswa, misalnya penghapalan atau recitation, dimana guru mengajukan pertanyaan dan siswa memberikan jawaban setelah mengangkat tangannya dan dipanggil ke dapan kelas. Dengan demikian ciri-ciri pembelajaran koperatif adalah: 1. 2. 3. 4.
Belajar bersama teman Terjadi tatap muka dengan teman Saling mendengar pendapat teman Produktif berbicara, keputusan tergantung pada siswa sendiri, dan 5. Siswa dapat aktif dalam belajar.
Menurut Davies (1986:35) untuk dapat menerapkan model pembelajaran koperatif, guru dituntut untuk menjadi pengelola dalam proses pembelajarannya. Sebagai pengelola, maka guru memiliki empat fungsi umum, yaitu: 1. Merencanakan, ini adalah pekerjaan seorang guru untuk menyusun tujuan belajar 2. Mengorganisasikan, yaitu pekerjaan seorang guru untuk mengatur dan menghubungkan sumber-sumber belajar, sehingga dapat mewujudkan tujuan belajar dengan cara yang paling efektif, efisien, dan ekonomis Model Pembelajaran
145
3. Memimpin, yaitu pekerjaan seorang guru untuk memberikan motivasi, mendorong, dan menstimulasikan murid-muridnya sehingga mereka akan siap untuk mewujudkan tujuan belajar 4. Mengawasi, yaitu pekerjaan seorang guru untuk menentukan apakah fungsinya dalam mengorganisasikan dan memimpin di atas telah berhasil dalam mewujudkan tujuan yang telah dirumuskan. Jika tujuan belum dapat diwujudkan, maka guru harus menilai dan mengatur kembali situasinya, bukannya mengubah tujuannya. Berdasarkan berbagai pendapat di atas, yang dimaksud model pembelajaran koperatif dalam penulisan ini adalah model pembelajaran yang menekankan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan guru. Dalam model pembelajaran koperatif siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil mempelajari materi yang sama dan mempunyai kesempatan untuk sukses dan berhasil secara bersama-sama pula. Untuk kepentingan ini, kedudukan guru dan siswa dalam model pembelajaran ini adalah: 1. Guru memberikan penjelasan tentang materi dan tujuan pembelajaran 2. Guru memberikan penjelasan tugas yang harus dikerjakan siswa 3. Siswa bekerja secara perorangan sesuai tugas masing-masing dalam kelompoknya yang terdiri 2-5 orang dan guru membantu selama kegiatan mereka berlangsung 4. Dilakukan tes kemampuan penguasaan materi pelajaran atau presentasi hasil kerja siswa; dan 5. Pemberian penghargaan terhadap hasil belajar berdasarkan kemampuan perorangan maupun kelompok
Model Pembelajaran
146
Contoh bentuk belajar koperatif yang akan dijadikan rujukan untuk dilakukan dalam penulisan ini adalah STAD yang terdiri dari beberapa komponen, yaitu: 1. Presentasi kelas, dilakukan oleh guru seperti pada pembelajaran pada umumnya, yaitu ceramah dan diskusi. Perbedaannya, penjelasan guru cenderung memfokuskan materi yang sedang dipelajari pada bentuk kegiatan STAD. Kesungguhan siswa dalam mengikuti presentasi ikut menentukan keberhasilannya dalam mengikuti kuis dan skor kuis setiap siswa menentukan skor kuis setiap kelompok 2. Praktek dalam kelompok yang berjumlah 2-5 orang dengan beragam latar belakang kemampuan, jenis kelamin, atau ras. Fungsi utama kelompok adalah agar siswa dapat belajar secara maksimal untuk menguasai materi dan menghadapi kuis. Setelah mendengarkan guru menerangkan, siswa bekerja pada kelompok untuk mengerjakan lembar kerja atau materi lain. Seringkali siswa terlibat dalam diskusi, membandingkan jawaban soal dan mengoreksi kekeliruan dalam menjawab atau mengerjakan soal diantara anggota kelompok. Setiap anggota berbuat sebaik mungkin untuk kelompoknya. Kelompok harus mendukung penampilan akademik yang merupakan hal penting dalam kegiatan belajar. Anggota kelompok harus saling menghormati dan mempunyai pendirian yang tetap agar terjadi saling interaksi, saling menghormati, dan saling menerima setiap anggota kelompok 3. Kuis. Setelah satu atau dua kali presentasi dan praktek dalam kelompok dilakukan, kemudian diadakan kuis individual. Siswa dilarang saling membantu siswa lainnya, sehingga setiap siswa merasa lebih bertanggung jawab untuk dapat lebih menguasai materi pelajaran 4. Perbaikan skor individual. Siswa harus dapat menampilkan tujuan belajar. Ia harus tampil dan memperoleh hasil lebih baik daripada hasil belajar sebelumnya. Tiap siswa ikut Model Pembelajaran
147
menyumbang skor dalam kelompok, dan sumbangan skor ini harus merupakan skor peningkatan hasil belajarnya 5. Penghargaan. Kelompok akan mendapat sertifikat atau penghargaan bila skor rata-rata peningkatannya memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Penghargaan yang diberikan dapat berupa pencantuman prestasi dalam majalah dinding, buletin sekolah, atau pemberian hak istimewa menjadi anggota perpustakaan, serta hadiah kecil atau penghargaan dalam bentuk lain yang dapat mendorong motivasi kerja dan kekompakkan anggota kelompok. B. Teknik Belajar Mengajar Model Pembelajaran Koperatif Menurut Lie (2002:54-72) teknik belajar mengajar koperatif adalah: 1. Mencari Pasangan a. Apa itu mencari pasangan? Teknik belajar mengajar Mencari Pasangan (Make a Match) dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan,. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan semua tingkatan usia siswa. b. Bagaimana caranya? 1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang mungkin cocok untuk sesi review (persiapan menjelang tes atau ujian) 2) Setiap siswa mendapatkan satu buah kartu 3) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya, pemegang kartu yang bertuliskan DENPASAR akan berpasangan dengan pemegang kartu BALI. Atau pemegang kartu yang berisi nama SOEHARTO akan berpasangan dengan pemegang kartu PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Model Pembelajaran
148
4) Siswa bisa juga bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang memegang kartu yang cocok. Misalnya, pemegang kartu 3 + 9 akan membentuk kelompok dengan pemegang kartu 3 x 4 dan 6 x 2. 2. Bertukar Pasangan a. Apa itu bertukar pasangan? Teknik belajar-mengajar Bertukar Pasangan memberi siswa kesempatan untuk bekerja sama dengan orang lain. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua lingkatan usia siswa. b. Bagaimana caranya? 1) Setiap siswa mendapatkan satu pasangan (guru bisa menunjuk pasangannya atau siswa melakukan prosedur teknik Mencari Pasangan seperti yang dijelaskan di depan). 2) Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya. 3) Setelah selesai, setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain. 4) Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan. Masingmasing pasangan yang baru ini kemudian saling menayakan dan menggunakan jawaban mereka. 5) Temuan baru yang didapatkan dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan mereka. 3. Berpikir-Berpasangan-Berempat a. Apa itu Berpikir-Berpasangan-Berempat? Teknik belajar-mengajar Berpikir-Berpasangan-Berempat dikembangkan oleh Frank Lyman (Think-Pair-Share) dan Spencer Kagan (Think-Pair-Square) sebagai stuktur kegiatan pembelajaran gotong royong. Teknik ini memberikan siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan Model Pembelajaran
149
lain dari teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, teknik Berpikir-Berpasangan-Berempat ini memberi kesempatan sedikitinya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia siswa. b. Bagaimana caranya? 1) Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan tugas kepada semua kelompok. 2) Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri. 3) Siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya. 4) Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya kepada kelompok berempat. 4. Berkirim Salam dan Soal a. Apa itu Berkirim Salam dan Soal? Teknik belajar-mengajar Berkirim Salam dan Soal memberi siswa kesempatan untuk melatih pengetahuan dan keterampilan mereka. Siswa membuat pertanyaan sendiri, sehingga akan merasa lebih terdorong untuk belajar dan menjawab pertanyaan yang dibuat oleh teman-temab sekelasnya. Kegiatan Berkirim Salam dan Soal cocok untuk persiapan menjelang tes dan ujian. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia siswa. b. Bagaimana caranya?
Model Pembelajaran
150
1) Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan setiap kelompok ditugaskan untuk menuliskan beberapa pertanyaan yang akan dikirim ke kelompok yang lain. Guru bisa mengawasi dan membantu memilih soal-soal yang cocok. 2) Kemudian, masing-masing kelompok mengirimkan satu orang utusan yang akan menyampaikan salam dan soal dari kelompoknya. (Salam kelompok bisa berupa sorak kelompok. 3) Setiap kelompok mengerjakan soal kiriman dari kelompok lain. 4) Setelah selesai, jawaban masing-masing kelompok dicocokan dengan jawaban kelompok yang membuat soal. Catatan: Kegiatan Berkirim Salam dan Soal bisa digabungkan dengan beberapa teknik yang lain. Pada tahap pembuatan soal, siswa bisa memakai Teknik Berpikir-Berpasangan-Berempat. Pada saat mencocokkan jawaban, siswa bisa mengirim utusan seperti pada Teknik Dua Tinggal Dua Tamu (Teknik No.7) 5. Kepala Bernomor a. Apa itu Kepala Bernomor? Teknik belajar-mengajar Kepala Bernomor (Numbered Heads) dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, Teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia siswa. b. Bagaimana caranya? Model Pembelajaran
151
1) Siswa dibagi dalam kelompok. Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor. 2) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya. 3) Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini. 4) Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka. 6. Kepala Bernomor Terstruktur a. Apa itu Kepala Bernomor Terstruktur? Penulis mengembangkan teknik belajar-mengajar Kepala Bernomor Terstuktur sebagai modifikasi Kepala Bernomor yang dipakai oleh Spencer Kagan. Teknik Bernomor Tersetuktur ini memudahkan pembagian tugas. Dengan teknik ini, siswa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya dalam saling keterkaitan dengan rekan-rekan kelompoknya. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia siswa. b. Bagaimana caranya? 1) Siswa dibagi dalam kelompok. Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor. 2) Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomornya. Misalnya, siswa nomor 1 bertugas membaca soal dengan benar dan mengumpulkan data yang mungkin berhubungan dengan penyelesaian soal. Siswa nomor 2 bertugas mencari penyelesaian soal. Siswa nomor 3 mencatat dan melaporkan hasil kerja kelompok. 3) Jika perlu (untuk tugas-tugas yang lebih sulit), guru juga bisa mengadakan kerja sama antar kelompok. Siswa bisa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa yang bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini, siswaModel Pembelajaran
152
siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja mereka. Catatan: Untuk efesien pembentukan kelompok dan penstrukturan tugas, Teknik Kepala Bernomor ini bisa dipakai dalam kelompok yang dibentuk permanen. Dengan kata lain, siswa disuruh mengingat kelompok dan nomornya sepanjang caturwulan atau semester. Supaya ada pemerataan tanggung jawab, penugasan berdasarkan nomor bisa diubah-ubah. Misalnya, siswa nomor 1 bertugas mengumpulkan data kali ini, tapi akan disuruh melaporkan pada kesempatan yang lain. Variasi: Stuktur Kepala Bernomor ini juga bisa dilanjutkan untuk mengubah komposisi kelompok dengan catatan yang efisien. Pada saat-saat tertentu, siswa bisa keluar dari kelompok yang biasanya dan bergabung dengan siswa-siswa lain yang bernomor sama dari kelompok lain. Cara ini bisa digunakan untuk mengurangi kebosanan/kejenuhan jika guru mengelompokkan siswa secara permanen. 7. DuaTinggal Dua Tamu a. Apa itu Dua Tinggal Dua Tamu? Teknik belajar-mengajar Dua Tinggal Dua Tamu dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992) dan bisa digunakan bersama dengan Teknik Bernomor. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia siswa. Stuktur Dua Tinggal Dua Tamu memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan Model Pembelajaran
153
siswa yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu dengan yang lainnya. Christophorus Columbus tidak akan menemukan benua Amerika jika tidak bergarak oleh penemuan Galileo-Galileo yang menyatakan bahwa bumi itu bulat. Enstein pun mendasarkan teori-teorinya pada teori Newton. b. Bagaimana caranya? 1) Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa. 2) Setelah selesai, biasa dua orang dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masingmasing bertamu ke dua kelompok yang lain. 3) Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil belajar dan informasi mereka ke tamu mereka. 4) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain. 5) Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka. 8. Keliling Kelompok a. Apa itu Keliling Kelompok? Teknik belajar-mengajar Keliling Kelompok bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia siswa. Dalam kegiatan Keliling Kelompok, masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain. b. Bagaimana caranya? 1) Salah satu siswa dalam masing-masing kelompok memulai dengan memberikan pandangan dan Model Pembelajaran
154
pemikirannya mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan. 2) Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya. 3) Demikian seterusnya,. Giliran bicara bisa dilaksanakan menurut arah perputaran jarum jam atau dari kiri ke kanan. 9. Kancing Gemerincing a. Apa itu Kancing Gemerincing? Teknik belajar-mengajar Kancing Gemerincing dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia siswa. Dalam kegiatan Kancing Gemerincing, masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain. Keunggulan lain dari teknik ini adalah untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok. Dalam banyak kelompok, sering ada anak yang terlalu dominan dan banyak bicara. Sebaliknya, juga ada anak yang pasif dan pasrah saja pada rekannya yang lebih dominan. Dalam situasi seperti ini, pemerataan tanggung jawab dalam kelompok bisa tidak tercapai karena anak yang pasif akan terlalu menggantungkan diri pada rekannya yang dominan,. Teknik belajar mengajar Kancing Gemerincing memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan kesempatan untuk berperan serta. b. Bagaimana caranya? 1) Guru menyiapkan satu kotak kecil yang berisi kancingkancing (bisa juga benda-benda kecil lainnya, seperti kacang merah, biji kenari, potongan sedotan, batangbatang lidi, sendok es krim, dan sebagainya).
Model Pembelajaran
155
2) Sebelum kelompok memulai tugasnya, setiap siswa dalam masing-masing kelompok mendapatkan dua atau tiga buah kancing. (jumlah kancing tergantung pada sukar tidaknya tugas yang diberikan). 3) Setiap kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat, dia harus menyerahkan salah satu kancingnya dan meletakkannya di tengah-tengah. 4) Jika kancing yang dimiliki seorang siswa habis, dia tidak boleh berbicara lagi sampai semua rekannya juga menghabiskan kancing mereka. 5) Jika semua kancing sudah habis, sedangakan tugas belum selesai, kelompok boleh kembali. 10. Keliling Kelas a. Apa itu Keliling Kelas? Teknik belajar-mengajar Keliling Kelas bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia siswa. Namun jika digunakan untuk anak-anak tingkat besar, teknik ini perlu disertai dengan manajemen kelas yang baik supaya tidak terjadi kegaduhan. Dalam kegiatan Keliling Kelas, masing-masing kelompok mendapatkan kesempatan untuk memamerkan hasil kerja mereka dan melihat hasil kerja kelompok lain. b. Bagaimana caranya? 1) Siswa bekerja sama dengan kelompok seperti biasa. 2) Setelah selesai, masing-masing kelompok memamerkan hasil kerja mereka. Hasil-hasil ini bisa dipanjang di beberapa bagian kelas jika berupa poster atau gambargambar. 3) Masing-masing kelompok berjalan keliling kelas dan mengamati hasil karya kelompok-kelompok lain. 11. Lingkaran Kecil Lingkaran Besar a. Apa itu Lingkaran Kecil Lingakaran Besar? Model Pembelajaran
156
Teknik mengajar Lingkaran Kecil Lingkaran Besar (InsideOutside Circle) dikembangkan oleh Spencer Kagan untuk memberikan kesempatan pada siswa agar saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan. Pendekatan ini bisa digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti ilmu pengetahuan sosial, agama, matematika, dan bahasa. Bahan pelajaran yang membutuhkan pertukaran pikiran dan informasi antar siswa. Salah satu keunggulan teknik ini adalah adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk berbagi dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. Selain itu, siswa bekerja dengan suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Lingkaran Kecil Lingkaran Besar bisa digunakan untuk semua tingkatan usia siswa dan sangat disukai, terutama oleh anak-anak. b. Bagaimana caranya? Lingkaran Individu 1) Separuh kelas (atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak) berdiri membentuk lingkaran kecil. Mereka berdiri melingkar dan menghadap keluar. 2) Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran yang pertama. Dengan kata lain, mereka berdiri menghadap ke dalam dan berpasangan dengan siswa yang berada di lingkaran dalam. 3) Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan lingkaran besar berbagi informasi. Siswa yang berada di lingkaran kecil yang memulai. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan. 4) Kemudian, siswa yang berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah perputaran jarum
Model Pembelajaran
157
jam. Dengan cara ini, masing-masing siswa mendapatkan pasangan yang baru untuk membagi. 5) Sekarang giliran siswa yang berada di lingkaran besar yang membagikan informasi. Demikian seterusnya. Lingkaran Kelompok 1) Satu kelompok berdiri di lingkaran kecil menghadap ke luar. Kelompok yang lain berdiri di lingkaran besar. 2) Kelompok berputar seperti prosedur lingkaran individu yang dijelaskan di atas dan saling berbagi. Variasi Untuk kelas taman kanak-kanak atau sekolah dasar, perputaran lingkaran bisa disertai dengan nyanyian. Lingkaran besar berputar, sementara semua siswa menyanyi. Di tengah-tengah lagu, guru mengatakan “stop” nyanyian dan perputaran lingkaran dihentikan. Siswa saling berbagi. 12. Tari Bambu a. Apa itu Tari Bambu? Penulis mengembangkan teknik belajar-mengajar Tari Bambu sebagai modifikasi Lingkaran Kecil Lingkaran Besa. Dari banyak kelas, keinginan penulis untuk memakai Lingkaran Kecil Lingkaran Besar sering tidak bisa dipenuhi karena kondisi penataan ruang kelas yang tidak menunjang. Tidak ada cukup ruang di dalam kelas untuk membentuk lingkaran-lingkaran dan tidak selalu memungkinkan untuk membawa siswa keluar dari ruang kelas dan belajar di luar empat dinding ruang kelas. Kebanyakan ruang kelas di Indonesia memang ditata dengan model klasikal/tradisional. Bahkan banyak penataan tradisonal ini bersifat permanen, yaitu kursi dan meja sulit dipindahkan.
Model Pembelajaran
158
Teknik ini diberi nama Tari Bambu, karena siswa berjajar dan saling berhadapan dengan model yang mirip seperti dua potong bambu yang digunakan dalam Tari Bambu Filipina yang juga populer di beberapa daerah di Indonesia. Dalam kegiatan belajar mengajar dengan teknik ini, siswa saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan. Pendekatan ini bisa digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti ilmu pengetahuan sosial, agama, matematika, dan bahasa. Bahan pelajaran yang paling cocok pertukaran dengan teknik ini adalah bahan yang membutuhkan pertukaran pengalaman, pikiran, dan informasi siswa. Salah satu keunggulan teknik ini adalah adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk berbagi dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatan keterampilan berkomunikasi. Tari Bambu bisa digunakan untuk semua tingkatan usia siswa. b. Bagaimana caranya? Tari bambu individu 1) Separuh kelas (atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak) berdiri berjajar. Jika ada cukup ruang, mereka bisa berjajar di depan kelas. Kemungiknan lain adalah siswa berjajar di sela-sela deretan bangku. Cara yang kedua ini akan mengubah pembentukan kelompok diperlukan waktu yang relatif singkat. 2) Separuh kelas lainnya berjajar dengan menghadap jajaran yang pertama. 3) Dua siswa yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi informasi. 4) Kemudian, satu atau dua siswa yang berdiri di ujung salah satu jajaran pindah ke ujung lainnya di jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser. Dengan cara ini, masingModel Pembelajaran
159
masing siswa mendapatkan pasangan yang baru untuk berbagi. Pergeseran bisa dilakukan terus sesuai dengan kebutuhan. Tari Bambu Kelompok 1) Satu kelompok berdiri di satu jajaran berhadapan dengan kelompok lain. 2) Kelompok bergeser seperti prosedur Tari Bambu Individu yang dijelaskan di atas dan saling berbagi. 13. Jigsaw a. Apa itu Jigsaw? Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et al. Sebagai metode Cooperative Learning. Teknik ini bisa digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Pendekatan ini bisa pula digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, matematika, agama, dan bahasa. Teknik ini cocok untuk semua kelas/tingkatan. Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. b. Bagaimana caranya? 1) Guru membagi bahan pelajaran yang akan diberikan menjadi empat bagian. 2) Sebelum bahan pelajaran diberikan, guru memberikan pengenalan mengenai topik yang akan dibahas dalam bahan pelajaran untuk hari itu. Guru bisa menuliskan topik dipapan tulis dan menayakan apa yang siswa Model Pembelajaran
160
3) 4)
5) 6)
7)
8)
ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan brainstorming ini dimaksudkan untuk mengaktifkan skemata siswa agar lebih siap menghadapi bahan pelajaran yang baru. Siswa dibagi dalam kelompok berempat. Bagian pertama bahan diberikan kepada siswa yang pertama. Sedangkan siswa yang kedua menerima bagian yang kedua. Demikian seterusnya. Kemudian, siswa disuruh membaca/mengerjakan bagian mereka masing-masing. Setelah selesai, siswa saling berbagi mengenai bagian yang dibaca/dikerjkaan masing-masing. Dalam kegiatan ini, siswa bisa saling melengkapi dan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Khusus untuk kegiatan membaca, kemudian mengajar membagikan bagian cerita yang belum terbaca kepada masing-masing siswa. Siswa membaca bagian tersebut. Kegiatan ini bisa diakhiri dengan diskusi mengenai topik dalam bahan pelajaran hari itu. Diskusi bisa dilakukan antara pasangan atau dengan seluruh kelas.
Variasi: Jika tugas yang dikerjakan cukup sulit, siswa bisa membentuk Kelompok Para Ahli. Siswa berkumpul dengan siswa lain yang mendapatkan bagian yang sama dari kelompok lain,. Mereka bekerja sama mempelajari/mengerjakan bagian tersebut. Kemudian, masing-masing siswa kembali ke kelompoknya sendiri dan membagikan apa yang telah dipelajarinya kepada rekanrekan dalam kelompoknya. 14. Bercerita Berpasangan a. Apa itu Bercerita Berpasangan? Teknik mengajar Bercerita Berpasangan (Paired Stroytelling) dikembangkan sebagai pendekatan interaktif antara siswa, Model Pembelajaran
161
pengajar, dan bahan pelajaran (Lie, 1994). Teknik ini bisa digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara. Pendekatan ini bisa pula digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti ilmu pengetahuan sosial, agama, dan bahasa. Bahan pelajaran yang paling cocok digunakan dengan teknik ini adalah bahan yang bersifat naratif dan deskriptif. Namun, hal ini tidak menutup kemungkinan dipakainya bahan-bahan yang lain. Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Dalam kegiatan ini, siswa dirangsang untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan berimajinasi. Buah-bauh pemikiran mereka akan dihargai, sehingga siswa semakin terdorong untuk belajar. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi, Berbicara Berpasangan bisa digunakan untuk semua tingkatan usia siswa. b. Bagaimana caranya? 1) Guru membagi bahan pelajaran yang akan diberikan menjadi dua bagian. 2) Sebelum bahan pelajaran diberikan, guru memberikan pengenalan mengenai topik yang akan dibahas dalam bahan pelajaran untuk hari itu. Guru bisa menuliskan topik dipapan tulis dan menayakan apa yang harus diketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan brainstorming ini dimaksudkan untuk mengaktifkan skemata siswa agar lebih siap menghadapi pelajaran yang baru. Dalam kegiatan ini, guru perlu menekankan bahwa memberikan tebakan yang benar bukanlah Model Pembelajaran
162
3) 4)
5)
6)
7) 8)
9)
tujuannya. Yang lebih penting adalah kesiapan mereka dalam mengantisipasi bahan pelajaran yang akan diberikan hari itu. Siswa dipasangkan. Bagian pertama bahan diberikan kepada siswa yang pertama. Sedangkan siswa yang kedua menerima bagian yang kedua. Kemudian siswa disuruh membaca atau mendengarkan (dalam pelajaran di laboratorium biasa) bagian mereka masing-masing. Sambil membaca/mendengarkan, siswa disuruh mencatat dan mendaftarkan beberapa kata/frase kunci yang ada dalam bagian masing-masing. Jumlah kata/frase bisa disesuaikan dengan panjangnya teks bacaan. Setelah selesai membaca, siswa saling menukar daftar kata/frasa kunci dengan pasangan masing-masing. Sambil mengingat-ingat/memperhatikan bagian yang telah dbaca/didengarkan sendiri, masing-masing berusaha untuk mengarang bagian lain yang belum dibaca/didengarkan (atau yang sudah dibaca/didengarkan pasangannya) berdasarkan katakata/frasa kunci dari pasangannya. Siswa yang telah membaca/mendegarkan bagian yang pertama berusaha untuk menuliskan apa yang terjadi selanjutnya. Sedangkan siswa yang membaca/mendengarkan bagian yang kedua menuliskan apa yang terjadi sebelumnya. Tentu saja, versi karangan sendiri ini tidak harus sama dengan bahan yang sebenarnya. Tujuan kegiatan ini bukan untuk mendapatkan jawaban yang benar, melainkan untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar dan mengajar. Setelah selesai menulis, beberapa siswa dapat di beri kesempatan untuk membacakan hasil kerangkan mereka.
Model Pembelajaran
163
10) Kemudian, guru membagikan bagian cerita yang belum terbaca kepada masing-masing siswa. Siswa membaca bagian tersebut. 11) Kegiatan ini bisa diakhiri dengan diskusi mengenai topik dalam bahan pelajaran hari itu. Diskusi bisa dilakukan antar pasangan atau dengan seluruh kelas. C. Skenario Model Pembelajaran Koperatif Skenario model pembelajaran koperatif yang harus dilakukan guru terdiri dari: Langkah Pertama 1. Sampaikan tujuan pembelajaran secara jelas sampai siswa mengerti dan memahami dengan baik. Berikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya sebelum melanjutkan ke langkah berikutnya 2. Berikan penekanan kepada beberapa hal atau aspek yang harus dipelajari siswa, baik mengenai materi pelajaran, sikap, maupun keterampilan sosial selama pembelajaran berlangsung 3. Jelaskan secara perlahan dan jelas tentang pentingnya materi, sikap maupun keterampilan yang akan dikembangkan maupun yang harus dipelajari dalam kehidupan bermasyarakat Langkah Kedua 1. Menjelaskan prosedur pembelajaran yang akan dilakukan secara jelas 2. Menjelaskan metode dan prosedur penilaian yang akan digunakan selama proses belajar berlangsung 3. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai metode maupun prosedur pembelajaran dan penilaian, sampai siswa mengerti dan memahaminya
Model Pembelajaran
164
Langkah Ketiga 1. Mengkondisikan siswa untuk mau dan mampu mengembangkan kerja sama selama pembelajaran berlangsung 2. Membentuk kelompok siswa berdasarkan rancangan yang telah disiapkan oleh guru 3. Menjelaskan cara kerja dan hal-hal yang harus dilakukan oleh siswa selama berlangsungnya proses belajar mengajar 4. Menjelaskan sikap dan keterampilan yang harus dikembangkan dan ditunjukkan oleh siswa maupun kelompok selama proses belajar mengajar 5. Menjelaskan hal atau aspek yang akan diamati dan dinilai selama kerja kelompok Langkah Keempat 1. Membagikan materi atau tugas yang harus dipelajari atau dikerjakan oleh setiap kelompok 2. Mengamati kegiatan kerja atau belajar siswa dalam masingmasing kelompok 3. Memberikan penjelasan dan membantu siswa atau kelompok yang mengalami kesulitan dalam mempelajari atau mengerjakan tugas kelompoknya 4. Memberikan pujian kepada siswa atau kelompok yang sudah bekerja dengan baik dan mengarahkan siswa atau kelompok yang mengganggu atau main-main selama kegiatan kerja kelompok 5. Mencatat hal-hal yang terjadi selama kegiatan belajar kelompok dalam lembar observasi yang telah disiapkan Langkah Kelima 1. Melakukan evaluasi terhadap hasil kerja atau belajar masingmasing kelompok 2. Melakukan evaluasi terhadap materi atau pokok bahasan yang telah dipelajari siswa atau kelompok secara individual
Model Pembelajaran
165
Langkah Keenam 1. Mengajak siswa untuk melakukan evaluasi terhadap kegiatan dan penampilannya selama kerja kelompok 2. Mengingatkan hal atau aspek yang belum dikembangkan oleh siswa selama kegiatan kelompok atau belajar kelompok 3. Memberikan pujian kepada siswa atau kelompok yang telah bekerja dengan baik 4. Mengingatkan siswa atau kelompok yang belum bisa bekerja dengan baik 5. Mengarahkan siswa untuk mempelajari dan mengembangkan hal atau aspek yang belum tampak dan dikembangkan siswa dalam kerja kelompok pada pertemuan selanjutnya D. Keunggulan Model Pembelajaran Koperatif Keunggulan model pembelajaran koperatif sebagai suatu model pembelajaran adalah: 1. Melalui model pembelajarn koperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain 2. Model pembelajaran koperatif mengembangkan kemampuan mengungkapakan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain 3. Model pembelajaran koperatif dapat membantu siswa untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaannya 4. Model pembelajaran koperatif dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam berpikir 5. Model pembelajaran koperatif merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial termasuk mengembangkan rasa harga diri, Model Pembelajaran
166
hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan mengatur waktu dan sikap positif terhadap sekolah 6. Model pembelajaran koperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik 7. Model pembelajaran koperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata 8. Interaksi selama kegiatan pembelajaran berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang
Model Pembelajaran
167
BAB 11 MODEL PEMBELAJARAN EKSPOSITORI Tujuan:
a. Menjelaskan Pengertian Model Pembelajaran Ekspositori b. Menjelaskan Langkah Model Pembelajaran Ekspositori c. Menjelaskan Perbandingan Model Pembelajaran Ekspositori dan Model Pembelajaran Koperatif Materi Bahasan: A. Pengertian Model Pembelajaran Ekspositori Menurut Jacobsen, Eggen, dan Kauchak (1989:166) model pembelajaran ekspositori merupakan proses pembelajaran yang lebih berpusat pada guru. Pembelajaran ekspositori tidak perlu mengartikan belajar pasif. Sedangkan menurut Ivie (1998:7) pembelajaran ekspositori adalah cara yang efisien dan efektif untuk mengorganisir belajar ruang kelas. Dikatakan demikian sebab dalam strategi ini guru memegang peran yang sangat dominan. Melalui strategi ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama strategi ini adalah kemampuan akademik siswa. Sanjaya (2002:179) ekspositori adalah:
menjelaskan karakteristik model pembelajaran
1. Model pembelajaran ekspositori dilakukan dengan cara materi pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan model ini 2. Biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah ada 3. Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri. Artinya setelah proses pembelajaran Model Pembelajaran
168
berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan Pendekatan ekspositori biasanya melibatkan tingkat keterarahan guru yang tinggi. Seluruh pelajaran mengikuti rangkaian langkah-langkah yang di struktur sebelumnya. Di setiap langkah ini, guru mulai dengan menyediakan informasi dan mengedepankan pertanyaan-pertanyaan. Siswa merespon dan guru akan menyediakan umpan balik evaluatif dan menindaklanjuti berdasarkan respon siswa. Model pembelajaran ekspositori sebenarnya tidak lebih dari metode ceramah yang dimodifikasi sedemikian rupa, sehingga siswa tidak hanya tinggal diam secara pasif seperti dalam pengajaran ceramah yang tradisional. Model pembelajaran ini pada prinsipnya adalah suatu strategi dengan karakteristik kegiatan belajar mengajar cenderung berlangsung pada pengajaran menyeluruh, metode mengajar yang digunakan lebih berorientasi ke guru daripada inisiatif siswa, interaksi berlangsung cenderung hanya antara guru-siswa bukan antara siswa-siswa, pencapaian hasil secara konstan dapat dievaluasi dengan peranan guru sebagai instruktur, dan hasil evaluasi ditentukan oleh guru. Model pembelajaran ekspositori menurut Miarso (2003:530) didasarkan pada teori pemrosesan informasi. Pada garis besarnya teori pemrosesan informasi menjelaskan proses belajar sebagai berikut: 1. Siswa menerima informasi mengenai prinsip atau dalil yang dijelaskan dengan memberikan contoh 2. Terjadi pemahaman pada diri siswa atas prinsip atau dalil yang diberikan 3. Siswa menarik kesimpulan berdasarkan kepentingannya yang khusus 4. Terbentuknya tindakan pada diri siswa, yang merupakan hasil pengolahan prinsip/dalil dalam situasi yang sebenarnya
Model Pembelajaran
169
B. Langkah Model Pembelajaran Ekspositori Romiszowski (1990:293) menjelaskan model pembelajaran ekspositori berakar dari pembelajaran proses informasi atau pembelajaran resepsi. Langkah-langkah utama dari proses pembelajaran informasi adalah: 1. Resepsi informasi, tentang prinsip atau aturan umum dengan contoh-contoh sebagai ilustrasi 2. Pemahaman prinsip umum, dapat diuji dengan meminta siswa memberikan contoh-contoh dari prinsip itu 3. Partikularisasi, yaitu dapat membuat inferensi suatu aplikasi khusus dalam prinsip yang umum 4. Bereaksi, dalam arti beralih dari suasana proses kognitif dan simbol ke suasana kegiatan, seperti waktu menerapkan atau mengaplikasikan ke dalam masalah-masalah yang sebenarnya. Romiszowski (1990:293) selanjutnya menjelaskan tahap-tahap utama dari model pembelajaran ekspositori adalah: 1. Pemaparan informasi, kegiatannya dapat berbentuk simbolik melalui penjelasan atau dalam praktek dengan demontrasi 2. Pemberian tes, untuk mengetahui sampai sejauhmana tingkat penerimaan/persepsi, pemanggilan kembali dan pemahaman, dan ulangi kembali jika diperlukan 3. Pemberian latihan, untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip umum dalam bentuk contoh-contoh, lalu diberikan tes untuk mengujinya 4. Pemberian kesempatan, untuk mengaplikasikan informasi yang telah dipelajari pada situasi dan problem yang nyata. Kegiatan pembelajaran ekspositori bukan sekedar memberi pelajaran dengan bermakna saja, tetapi juga dituntut hal-hal yang lebih mendalam, seperti mengaplikasikan informasi yang telah dipelajari Model Pembelajaran
170
dalam situasi nyata yang mungkin berlainan dengan yang dipelajari. Woolfolk (1998:344) berpendapat pendekatan ini sangat sesuai jika guru ingin mengajar mengenai hubungan-hubungan diantara beberapa konsep. Siswa harus mempunyai pengetahuan mengenai konsepkonsep. Apa yang terjadi jika siswa di kelas sejarah tidak pernah mendengar kata Revolusi Perancis atau Revolusi Industri? Bagaimana mereka bisa membandingkan peristiwa-peristiwa spesifik untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai elemenelemen yang mengkarakterisasikan jenis-jenis revolusi yang berbeda? Berdasarkan berbagai penjelasan di atas dapat disimpukan bahwa model pembelajaran ekspositori merupakan proses pembelajaran yang lebih berpusat pada guru. Guru menjadi sumber dan pemberi informasi utama. Guru menyampaikan materi yang sumbernya dari teks atau sumber lain yang dominan dari pengalaman guru itu sendiri. Metode penyampaian yang terbanyak dengan ceramah, kadang-kadang diskusi. Tes atau evaluasi dilakukan tapi hanya untuk mengidentifikasi siswa, bukan untuk feedback. Biasanya guru menggunakan teknik ceramah bila memiliki tujuan agar siswa mendapatkan informasi tentang suatu pokok masalah atau persoalan tertentu. Selanjutnya Syah (2007:245) menjelaskan metode yang digunakan model ekspositori selain ceramah juga dilengkapi atau didukung dengan penggunaan media, penekanannya tetap pada proses penerimaan pengetahuan (materi pelajaran), bukan pada proses pencarian dan konstruksi pengetahuan, yang perlu diperhatikan guru adalah strategi mengajarnya. Pendekatan pembelajaran siswa terhadap materi verbal ini tidak akan menimbulkan penyakit verbalisme, juga tidak akan mendorong siswa belajar dengan cara rote learning yakni belajar dengan mengulang-ngulang hafalan secara rutin, asal beberapa syarat dipenuhi. Selain itu, untuk menjadi bermakna, maka materi yang baru harus dihubungkan pada pengetahuan yang ada. Guru harus menemukan cara menghubungkan materi baru dengan gagasan dan obyek-obyek yang dikenal siswa. Hal ini sangat Model Pembelajaran
171
efisien dikerjakan dengan penjelasan langsung dan eksposisi daripada dengan metode discovery pengembangan siswa yang menghabiskan waktu. Untuk membantu proses ini, Aussubel seperti dikutip Syah, (2007:245) merekomendasikan tahapan yang harus diperhatikan guru, yaitu: 1. Advance organizer. Pada tahap ini guru dianjurkan untuk menyajikan materi pengantar atau materi pendahuluan. Materi ini seyogianya lebih abstrak, lebih umum dan tersembunyi, tetapi harus berfungsi sebagai ‘benang merah’ antara materi yang akan diajarkan dengan pengetahuan yang sudah diberikan 2. Progressive differential. Guru melaksanakan penyajian materi baru dengan cara menjelaskan terlebih dahulu hal-hal yang umum terus sampai kepada hal-hal yang khusus dan rinci, lengkap dengan penjelasan yang terdapat antara hal-hal khusus tersebut 3. Integrative reconsiliation. Guru menjelaskan dan menunjukkan secara hati-hati dan cermat persamaan dan perbedaan antara materi baru dengan materi yang telah dikuasai siswa, lengkap dengan alasannya 4. Consolidation. Guru melakukan peneguhan penguasaan siswa atas materi pelajaran yang baru diajarkan untuk mempermudah pelajaran mereka atas materi selanjutnya. Pada model pembelajaran ekspositori, siswa diharapkan telah siap secara mental untuk menerima apa yang diberikan guru atau mengikuti apa yang akan dilaksanakan guru. Guru biasanya melaksanakan eksperimen dengan mendemontrasikan sesuatu untuk menjelaskan konsep, prinsip, hukum dan atau teori-teori tertentu. Guru juga memegang kendali seluruh proses pembelajaran dan siswa mengikuti apa yang telah dirancang guru. Syah, (2007:246) selanjutnya menjelaskan prosedur penyajiannya adalah sebagai berikut: Model Pembelajaran
172
1. Preparation, persiapan. Guru mempersiapkan bahan pelajaran yang lengkap dan sistematis 2. Apperception, apersepsi. Guru bertanya atau menguraikan materi untuk mengarahkan perhatian siswa terhadap materi yang hendak disajikan 3. Presentation, penyajian. Guru menyajikan bahan pelajaran secara lisan atau dengan cara menyuruh siswa membaca bahan yang berkenaan dari buku teks, diktat, atau tulisan di papan tulis 4. Recitation, penyebutan kembali. Guru menyuruh siswa menyatakan kembali pokok kandungan materi pelajaran yang telah disajikan dengan menggunakan kata-kata sendiri. Beberapa hal yang harus dipahami setiap guru yang akan menggunakan model ini menurut Sanjaya (2002:183-184) adalah: 1. Rumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai 2. Kuasai materi pembelajaran dengan baik 3. Kenali medan dan berbagai hal yang dapat mempengaruhi proses penyampaian materi pembelajaran. Berdasarkan berbagai penjabaran diatas, dapat diketahui bahwa model pembelajaran ekspositori memberikan keuntungan pada guru atau program pembelajaran yang lebih menekankan pada pencapaian target materi, artinya dengan pendekatan ekspositori materi pembelajaran dapat cepat disampaikan dan diterima siswa. Lebih dari itu model ini relatif diperlukan dalam pembelajaran yang diikuti oleh sejumlah siswa yang jumlahnya besar. Kelebihan lain dari pendekatan ini adalah mudah dilaksanakan karena tanpa memerlukan petunjuk pelaksanaan yang harus dipersiapkan secara khusus, di samping dapat diterapkan pada materi yang tidak mudah diakses oleh siswa dan lebih bersifat fakta-fakta untuk dihafal. Model pembelajaran ekspositori dalam kajian ini adalah model pembelajaran yang menekankan pada proses deduksi, menunjuk pada Model Pembelajaran
173
pendekatan yang biasa digunakan guru dalam praktek pembelajaran secara tradisional dan aktual di lapangan. Subyek atau materi yang dipilih difokuskan pada keterampilan dasar mengajar, dan kegiatan belajar lebih beroritentasi pada guru. Prosedur penyajian materinya terdiri dari: 1. Persiapan. Guru mempersiapkan bahan pelajaran yang lengkap dan sistematis 2. Apresiasi. Guru bertanya atau menguraikan materi untuk mengarahkan perhatian siswa terhadap materi yang hendak disajikan 3. Penyajian. Guru menyajikan bahan pelajaran secara lisan atau dengan cara menyuruh siswa membaca bahan yang berkenaan dari buku teks, diktat, atau tulisan di papan tulis 4. Penyebutan kembali. Guru menyuruh siswa menyatakan kembali pokok kandungan materi pelajaran yang telah disajikan dengan menggunakan kata-kata sendiri C. Perbandingan Model Pembelajaran Koperatif dan Ekspositori Berdasarkan keterangan di atas dapat diketahui bahwa pada model pembelajaran koperatif, aktivitas pembelajaran cenderung terfokus pada siswa. Siswa dituntut untuk aktif dan berpartisipasi dalam keseluruhan proses pembelajaran. Sedangkan guru diharapkan lebih berfungsi sebagai pembimbing dan fasilitator kegiatan pembelajaran. Sebaliknya dalam model pembelajaran ekspositori, aktivitas pembelajaran cenderung terfokus kepada guru. Guru merupakan inisiator dan pemegang kendali dalam seluruh aktivitas pembelajaran, siswa mengikuti apa yang telah dirancang dan diprogramkan guru. Walau ada unsur atau komponen yang digunakan dalam kedua pendekatan tersebut tidak berbeda, tetapi masing-masing mempunyai peran dan kedudukan yang berbeda. Misalnya dalam hal metode. Model Pembelajaran
174
Untuk model pembelajaran koperatif, lebih banyak menggunakan metode yang memungkinkan siswa aktif dalam proses pembelajaran, seperti metode pemberian tugas, diskusi, kerja kelompok dan latihan. Sementara pada model pembelajaran eskpositori lebih banyak digunakan metode yang memungkinkan guru untuk dapat menyampaikan sejumlah materi pelajaran secara cepat dan mudah, seperti ceramah, tanya jawab, demonstrasi, serta sedikit penugasan dan latihan. Demikian juga halnya dalam penggunaan media pembelajaran, pada model pembelajaran koperatif, media merupakan sumber belajar yang kehadirannya diperlukan untuk mempercepat pencapaian tujuan pembelajaran dan sangat dibutuhkan demi berlangsungnya proses pembelajaran. Sementara pada model pembelajaran ekspositori, media pembelajaran lebih merupakan alat bantu pembelajaran bagi guru yang kehadirannya tidak terlalu mutlak, artinya dalam hal tertentu fungsi dan peran media dapat diambil alih sekaligus oleh guru. Media pembelajaran yang dapat digunakan pada penulisan ini menurut Solihatin (2008:27-28) terdiri dari: 1. Media Realita, adalah benda nyata yang digunakan sebagai bahan atau sumber belajar. Pemanfaatan media realita tidak harus dihadirkan secara nyata dalam ruang kelas, melainkan dapat juga dengan cara mengajak siswa melihat langsung (observasi) benda nyata tersebut ke lokasinya 2. Model, diartikan sebagai benda tiruan dalam wujud 3 (tiga) dimensi yang merupakan representasi atau pengganti dari benda yang sesungguhnya 3. Gambar atau foto, adalah media yang paling umum dipakai dalam pembelajaran. Gambar dan foto sifatnya universal, mudah dimengerti dan tidak terikat oleh keterbatasan bahasa 4. Grafik, merupakan gambar sederhana yang menggunakan garis, titik, simbol verbal atau bentuk tertentu yang menggambarkan data kuantitatif. Model Pembelajaran
175
Tabel 14 Perbandingan Model Pembelajaran Koperatif dan Ekspositori Model Pembelajaran Koperatif
Model Pembelajaran Ekspositori
A. Urutan Kegiatan Pembelajaran 1. Tahap pendahulan: Tujuan dan 1. materi diinformasikan melalui lembar kegiatan siswa 2. Tahap penyajian: 2. Dilaksanakan dalam bentuk kegiatan kelompok 3. Tahap penutupan: Guru 3. mengadakan kuis dan tes evaluasi hasil belajar berdasarkan lembar kerja siswa dan diakhiri dengan pemberian pengahargaan kepada kelompok B. Metode yang Digunakan 1. Presentasi kelas 1. 2. Praktek dalam kelompok 2. 3. Kuis 3. 4. Perbaikan skor 4. 5. Penghargaan C. Penggunaan Media dalam Pembelajaran 1. Alat dan bahan sebagai sumber 1. belajar 2. Media diperlukan untuk 2. mempercepat pencapaian tujuan D. Pendefinisian Peran Guru dan Siswa 1. 1. Prakarsa proses pembelajaran dapat berasal dari siswa 2. Siswa lebih banyak menggunakan 2. ide kelompok 3. Guru berperan sebagai fasilitator 3. dan koordinator kegiatan belajar siswa Model Pembelajaran
Tahap pendahuluan: Tujuan dan materi diinformasikan melalui ceramah Tahap penyajian: Dilaksanakan melalui ceramah dan tanya jawab Tahap penutup: Guru melakukan evaluasi kelas dan memberikan tugas untuk perbaikan dan pengayaan
Persiapan Apresiasi Penyajian Penyebutan kembali
Alat dan bahan sebagai alat bantu mengajar guru Media diperlukan untuk mempermudah guru dalam mengajar Prakarsa proses pembelajaran berasal dari guru Siswa banyak menggunakan ide dan balikan dari guru Guru berperan sebagai pengajar dan pemegang kendali proses pembelajaran 176
Dari penjelasan perbandingan model pembelajaran ini berarti dapat diketahui bahwa penggunaan model pembelajaran yang berbeda akan memberikan dampak yang berbeda pula terhadap pencapaian hasil belajar siswa.
Model Pembelajaran
177
BAB 12 MODEL PEMBELAJARAN SENTRA Tujuan: a. b. c. d. e. f. g. h. i.
Menjelaskan Pendahuluan Menjelaskan Prinsip Dasar Model Pembelajaran Sentra Menjelaskan Karakteristik Model Pembelajaran Sentra Menjelaskan Langkah Pelaksanaan Model Pembelajaran Sentra Menjelaskan Proses Pembelajaran Sentra Menjelaskan Evaluasi Pembelajaran Sentra Menjelaskan Aplikasi Main dalam Model Pembelajaran Sentra Menjelaskan Penerapan Model Pembelajaran Sentra Menjelaskan Contoh Model Pembelajaran Sentra
Materi Bahasan: A. Pendahuluan Departemen Pendidikan Nasional (2006:1-18) menjelasan model pembelajaran Sentra sebagai berikut: 1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 butir 1 menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Selanjutnya pasal 1 butir 14 menyebutkan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan Model Pembelajaran
178
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. PAUD sebagai pendidikan yang diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar memiliki kelompok sasaran anak usia 0-6 tahun yang sering disebut sebagai masa emas perkembangan. Disamping itu pada usia ini anak-anak masih sangat rentan yang apabila penanganannya tidak tepat justru dapat merugikan anak itu sendiri. Oleh karena itu penyelenggaraan PAUD harus memperhatikan dan sesuai dengan tahap-tahap perkembangan anak. Program PAUD tidak dimaksudkan untuk mencuri start aba-aba yang seharusnya diperoleh pada jenjang pendidikan dasar, melainkan untuk memberikan fasilitas pendidikan yang sesuai bagi anak agar anak pada saatnya memiliki kesiapan baik secara fisik, mental, maupun sosial/emosionalnya dalam rangka memasuki pendidikan lebih lanjut. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa penyelenggaraan PAUD masih belum mengacu betul dengan tahap-tahap perkembangan anak. Pada umumnya penyelenggaraannya difokuskan kepada peningkatan kemampuan akademik, baik dalam hal hapalan-hapalan maupun kemampuan baca tulis hitung, yang prosesnya sering kali mengabaikan tahapan perkembangan anak. Penggunaan pendekatan BCCT (Beyond Center and Circle Time) atau pendekatan Sentra dan Lingkaran dimaksudkan untuk memperbaiki praktek penyelenggaraan PAUD yang masih banyak terjadi salah kaprah tersebut. 2. Dasar Hukum a. Undang-Undang Dasar 1945 b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1974 tentang Kesejahteraan Anak
Model Pembelajaran
179
c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional e. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional f. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009 g. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Departemen Pendidikan Nasional h. Rencana Strategi Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009 3. Pengertian a. Pendekatan Sentra dan Lingkaran adalah pendekatan penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang berfokus pada anak yang dalam proses pembelajarannya berpusat di sentra main dan saat anak dalam lingkaran dengan menggunakan 4 jenis pijakan (scaffolding) untuk mendukung perkembangan anak, yaitu: (a) pijakan lingkungan main; (b) pijakan sebelum main; (c) pijakan selama main; dan (d) pijakan setelah main. b. Pijakan adalah dukungan yang berubah-ubah yang disesuaikan dengan perkembangan yang dicapai anak yang diberikan sebagai pijakan untuk mencapai perkembangan yang lebih tinggi. c. Sentra main adalah zona atau area main anak yang dilengkapi dengan seperangkat alat main yang berfungsi sebagai pijakan lingkungan yang diperlukan untuk mendukung perkembangan anak dalam 3 jenis main, yaitu: 1. Main sensorimotor atau fungsional. Sensorimotor bisa dilihat saat anak menangkap rangsangan melalui penginderaan Model Pembelajaran
180
dan menghasilkan gerakan sebagai reaksinya. Anak bermain dengan benda untuk membangun persepsi. Anak sangat perlu memiliki pengalaman sensorimotor sebab anak usia dini belajar melalui panca inderanya dan melalui hubungan fisik dengan lingkungan mereka. Main sensorimotor merupakan respon paling sederhana. Gerakan lebih diarahkan pada makna, misalnya: bayi menggeliat karena terkena dingin, anak memegang, mencium, dan menendang. Main sensorimotor menjadi penting karena diyakini mempertebal sambungan antara neuron. Main sensorimotor juga dianggap memenuhi kebutuhan anak untuk selalu aktif bereksplorasi dan bereksperimen. 2. Main peran. Main peran atau disebut main simbolik, role play, pura-pura, make believe, fantasi, imajinasi atau main drama. Anak bermain dengan benda untuk membantu menghadirkan konsep yang mereka miliki. Fungsi main peran menunjukkan kemampuan berpikir anak yang lebih tinggi. Sebab anak mampu menahan pengalaman yang didapatnya melalui panca indera dan menampilkannya kembali dalam bentuk perilaku pura-pura. Main peran membolehkan anak memproyeksi diri ke masa depan, menciptakan kembali masa lalu dan mengembangkan keterampilan khayalan. 3. Main pembangunan. Ketika anak main pembangunan, anak terbantu mengembangkan keterampilan koordinasi motorik halus. Juga berkembangnya kognisi ke arah pikir operasional, dan membangun keberhasilan sekolah di kemudian hari. Contoh bahan main berupa bahan pengembangan yang terstruktur seperti balok unit, balok berongga, balok berwarna, logo, puzzle, cat, pulpen hingga pensil. d. Saat lingkaran adalah saat dimana pendidik (guru/kader/pamong) duduk bersama anak dengan posisi melingkar untuk memberikan pijakan kepada anak yang Model Pembelajaran
181
dilakukan sebelum dan sesudah main. Dalam pendekatan ini anak dirangsang untuk secara aktif melakukan kegiatan bermain sambil belajar di sentra-sentra pembelajaran. Seluruh kegiatan pembelajaran berfokus kepada anak sebagai subyek “pembelajaran” sedangkan pendidik lebih banyak berperan sebagai motivator dan fasilitator dengan memberikan pijakanpijakan. B. Prinsip Dasar Model Sentra 1. Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) didasarkan atas prinsip-prinsip sebagai berikut: a. Berorientasi pada kebutuhan anak. Kegiatan pembelajaran harus selalu ditujukan kepada pemenuhan kebutuhan perkembangan anak secara individu. b. Kegiatan belajar dilakukan melalui bermain. Dengan bermain yang menyenangkan dapat merangsang anak untuk melakukan eksplorasi dengan menggunakan benda-benda yang ada disekitarnya, sehingga anak menemukan pengetahuan dari benda-benda yang dimainkannya. c. Merangsang munculnya kreativitas dan inovasi. Kreativitas dan inovasi tercermin melalui kegiatan yang membuat anak tertarik, fokus, serius dan konsentrasi. d. Menyediakan lingkungan yang mendukung proses belajar. Lingkungan harus diciptakan menjadi lingkungan yang menarik dan menyenangkan bagi anak selama mereka bermain. e. Mengembangkan kecakapan hidup anak. Kecakapan hidup diarahkan untuk membantu anak menjadi mandiri, disiplin, mampu bersosialisasi, dan memiliki keterampilan dasar yang berguna bagi kehidupannya kelak. f. Menggunakan berbagai sumber dan media belajar yang ada di lingkungan sekitar.
Model Pembelajaran
182
g. Dilaksanakan secara bertahap dan berulang-ulang dengan mengacu pada prinsip-prinsip perkembangan anak. h. Rangsangan pendidikan bersifat menyeluruh yang mencakup semua aspek perkembangan. Setiap kegiatan anak sesungguhnya dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan/kecerdasannya. Tugas pendidik (guru/kader/pamong) adalah memfasilitasi agar semua aspek perkembangan anak dapat berkembang secara optimal. 2. Prinsip Perkembangan Anak a. Anak akan belajar dengan baik apabila kebutuhan fisiknya terpenuhi serta merasa aman dan nyaman dalam lingkungannya. b. Anak belajar terus menerus, dimulai dari membangun pemahaman tentang sesuatu, mengeksplorasi lingkungan, menemukan kembali sesuatu konsep, hingga mampu membuat sesuatu yang berharga. c. Anak belajar melalui interaksi sosial, baik dengan orang dewasa maupun dengan teman sebaya. d. Minat dan ketekunan anak akan memotivasi belajar anak. e. Perkembangan dan gaya belajar anak harus dipertimbangkan sebagai perbedaan individu. f. Anak belajar dari hal-hal yang sederhana sampai yang kompleks, dari yang kongkrit ke abstrak, dari yang berupa gerakan ke bahasa verbal, dan dari diri sendiri ke interaksi dengan orang lain. 3. Prinsip Pendekatan Model Sentra a. Keseluruhan proses pembelajarannya berdasarkan pada teori dan pegalaman empirik. b. Setiap proses pembelajaran harus ditujukan untuk merangsang seluruh aspek kecerdasan anak (kecerdasan jamak) melalui bermain yang terencana dan terarah serta
Model Pembelajaran
183
dukungan pendidik (guru/kader/pamong) dalam bentuk 4 jenis pijakan. c. Menempatkan penataan lingkungan main sebagai pijakan awal yang merangsang anak untuk aktif, kreatif dan terus berpikir dengan menggali pengalamannya sendiri. d. Menggunakan standar operasional yang baku dalam proses pembelajaran, yaitu: (1) pendidik (guru/kader/pamong) menata lingkungan main sebagai pijakan lingkungan yang mendukung perkembangan anak; (2) ada pendidik (guru/kader/pamong) yang bertugas menyambut kedatangan anak dan mempersilahkan untuk bermain bebas dulu (waktu untuk penyesuaian); (3) semua anak mengikuti main pembukaan dengan bimbingan pendidik (guru/kader/pamong); (4) pendidik (guru/kader/pamong) memberi waktu kepada anak untuk ke kamar kecil dan minum secara bergiliran/pembiasaan antri; (5) anak-anak masuk ke kelompok masing-masing dengan dibimbing oleh pendidik (guru/kader/pamong) ybs; (6) pendidik (guru/kader/pamong) duduk bersama anak didik dengan membentuk lingkaran untuk memberikan pijakan pengalaman sebelum main; (7) pendidik (guru/kader/pamong) memberi waktu yang cukup kepada anak untuk melakukan kegiatan di sentra main yang disiapkan sesuai jadwal hari itu; (8) selama anak berada di sentra, secara bergilir pendidik (guru/kader/pamong) memberi pijakan kepada setiap anak; (9) pendidik (guru/kader/pamong) bersama anak-anak membereskan peralatan dan tempat main; (10) pendidik (guru/kader/pamong) memberi waktu kepada anak untuk ke kamar kecil dan minum secara bergiliran; (11) pendidik (guru/kader/pamong) duduk bersama anak didik dengan membentuk lingkaran untuk memberikan pijakan pengalaman sebelum main; (12) pendidik (guru/kader/pamong) bersama anak-anak makan bekal yang Model Pembelajaran
184
dibawanya (tidak dalam posisi istirahat); (13) kegiatan penutup; (14) anak-anak pulang secara bergilir; (15) pendidik (guru/kader/pamong) membereskan tempat dan marapikan/mencek catatan-catatan dan kelengkapan administrasi; (16) pendidik (guru/kader/pamong) melakukan diskusi evaluasi hari ini dan rencana esok hari; (17) pendidik (guru/kader/pamong) pulang. e. Mempersyaratkan pendidik (guru/kader/pamong) dan pengelola program untuk mengikuti pelatihan sebelum menerapkan model pembelajaran ini. f. Melibatkan orangtua dan keluarga sebagai satu kesatuan proses pembelajaran untuk mendukung kegiatan anak di rumah. C. Jenis-Jenis Model Pembelajaran Sentra Ada beberapa macam sentra. Massofa (2013) menjelaskan pemilihan sentra yang akan dikembangkan sangat disesuaikan dengan berbagai multi kecerdasan yang akan dikembangkan yaitu: 1. Sentra Imtaq (Keimanan dan Ketaqwaan). Pada sentra ini berisi berbagai kegiatan untuk menanamkan nilai-nilai agama, keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sentra ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan beragama pada anak sejak dini dan membentuk pribadi yang cerdas berperilaku sesuai dengan norma-norma agama. Kegiatan yang dilakukan merupakan kegiatan yang sederhana dan menyenangkan bagi anak mengingat bahwa pengenalan dan pemahaman terhadap agama merupakan suatu konsep yang abstrak, perlu diterjemahkan menjadi aktivitas yang konkret bagi anak. Bahan-bahan yang disiapkan adalah berbagai bangunan ibadah berbentuk mini, alat-alat beribadah dan kitab berbagai agama, buku-buku cerita, gambar-gambar dan alat permainan lain yang bernuansa agama.Dalam sentra ini anak melakukan kegiatan bermain untuk mengenal agama Model Pembelajaran
185
2.
3.
4.
5.
6.
Islam seperti; rukun Islam (syahadat, shalat, puasa, zakat, haji), rukun iman/akidah (iman kepada Allah, malaikat, nabi dan rasul, kitab Allah, hari akhir), al-Qur’an (mengaji) dan akhlak (mengucapkan kalimat thayyibah, akhlakul karimah, salam, dan lain-lain) Sentra Bahan Alam. Sentra bahan alam memiliki tujuan untuk memberikan pengalaman pada anak untuk bereksplorasi dengan berbagai materi. Di sentra ini, anak bermain sambil belajar untuk dapat menunjukkan kemampuan menunjukkan, mengenali, membandingkan, menghubungkan dan membedakan. Dengan bereksplorasi dan bereksperimen anak akan memiliki ide dan kepekaan terhadap pengetahuan dan alam sekitar sehingga tumbuh motivasi dan kepercayaan diri dalam belajar. Sentra Seni. Sentra seni memiliki fokus memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan berbagai keterampilannya, terutama keterampilan tangan dengan menggunakan berbagai bahan dan alat, seperti: melipat, menggunting, mewarnai, membuat prakarya, melukis dan membuat prakarya dengan menggunakan adonan. Di sentra ini, anak bermain sambil belajar mengasah rasa keindahan, membangun kemandirian, kerja sama, tanggung jawab, bersosialisasi, melatih koordinasi mata, tangan, kaki dan pikiran. Sentra Bermain Peran Sesungguhnya (Macro Play). Sentra bermain peran makro mendukung sepenuhnya pada perkembangan bahasa dan interaksi sosial. Bermain peran makro adalah bermain peran yang seakan-akan anak bermain sesuai dengan yang sesungguhnya. Sentra Bermain Peran (micro play). Sentra bermain peran mikro (micro play) sama dengan bermain peran makro, tetapi pada mikro anak menggunakan miniatur dari kehidupan sosial manusia, misalnya anak menggunakan rumah Barbie dan boneka untuk bermain. Sentra Balok. Sentra balok membantu perkembangan anak
Model Pembelajaran
186
dalam keterampilan berkonstruksi. Sentra ini terutama untuk mengembangkan kemampuan visual spasial dan matematika anak usia dini. 7. Sentra Persiapan. Sentra persiapan berfokus untuk memberikan kesempatan pada anak mengembangkan kemampuan matematika, pra menulis dan pra membaca, dengan kegiatan antara lain: mengurutkan, mengklasifikasikan, dan mengelompokkan berbagai aktivitas lainnya yang mendukung perkembangan kognitif anak. D. Langkah Pelaksanaan Model Pembelajaran Sentra 1. Persiapan a. Penyiapan pendidik (guru.kader/pamong) dan pengelola melalui pelatihan dan pemagangan. Pelatihan dapat memberikan pembekalan konsep sedangkan magang memberikan pengalaman praktek. b. Penyaiapan tempat dan alat permainan edukatif (APE) sesuai dengan jenis Sentra yang akan dibuka dan tingkatkan usia anak. c. Penyiapan administrasi kelompok dan pencatatan perkembangan anak. d. Pengenalan model pembelajaran kepada para orangtua. Kegiatan ini penting agar orangtua mengenal metode ini sehingga tidak protes ketika kegiatan anaknya hanya bermain. Mintalah orangtua untuk mencoba bermain di setiap Sentra main yang disiapkan untuk anak agar merasakan sendiri nuansanya. Kegiatan ini hendaknya dilakukan setiap awal tahun ajaran baru sebelum anak mulai belajar. 2. Pelaksanaan a. Bukalah Sentra secara bertahap, sesuai dengan kesiapan pendidik (guru/kader/pamong) dan sarana pendukung lainnya.
Model Pembelajaran
187
b. Gilirlah setiap kelompok anak untuk bermain di Sentra sesuai dengan jadwal. Setiap kelompok dalam satu hari hanya bermain di satu Sentra saja. c. Berikan variasi dan kesempatan main yang cukup kepada setiap anak agar tidak bosan dan tidak berebut. d. Seiring dengan kesiapan pendidik (guru/kader/pamong) dan sarana pendukung, tambahlah Sentra baru apabila belum lengkap. e. Lengkapilah setiap Sentra dengan berbagai jenis APE baik yang buatan pabrik maupun yang dikembangkan sendiri dengan memanfaatkan bahan limbah dan lingkungan alam sekitar. E. Proses Pembelajaran Sentra 1. Penataan Lingkungan Main a. Sebelum anak datang, pendidik (guru/kader/pamong) menyiapkan bahan dan alat main yang akan digunakan sesuai rencana dan jadwal kegiatan yang telah disusun untuk kelompok anak yang dibinanya. b. Pendidik (guru/kader/pamong) menata alat dan bahan main yang akan digunakan sesuai dengan kelompok usia yang dibimbingnya. c. Penataan alat main harus mencerminkan rencana pembelajaran yang sudah dibuat. Artinya tujuan yang ingin dicapai anak selama bermain dengan alat main tersebut. 2. Penyambutan Anak Sambil menyiapkan tempat dan alat main, agar ada seorang pendidik (guru/kader/pamong) yang bertugas menyambut kedatangan anak. Anak-anak langsung diarahkan untuk bermain bebas dulu dengan teman-teman lainnya sambil menunggu kegiatan dimulai. Sebaiknya para orangtua/pengasuh sudah tidak bergabung dengan anak. 3. Main Pembukaan (Pengalaman Gerakan Kasar)
Model Pembelajaran
188
Pendidik (guru/kader/pamong) menyiapkan seluruh anak dalam Lingkaran, lalu menyebutkan kegiatan pembuka yang akan dilakukan. Kegiatan pembuka bisa berupa permainan tradisional, gerak dan musik, atau sebagainya. Satu kader yang memimpin, kader lainnya jadi peserta bersama anak (mencontohkan). Kegiatan main pembukaan berlangsung sekitar 15 menit. 4. Transisi 10 menit a. Setelah selesai main pembukaan, anak-anak diberi waktu untuk pendinginan dengan cara bernyanyi dalam Lingkaran, atau membuat permainan tebak-tebakan tujuannya agar anak kembali tenang. Setelah anak tenang, anak secara bergiliran dipersilahkan untuk minum atau ke kamar kecil. Gunakan kesempatan ini untuk mendidik (pembiasaan) kebersihan diri anak. Kegiatannya bisa berupa cuci tangan, cuci muka, cuci kaki maupun pipis di kamar kecil. b. Sambil menunggu anak minum atau ke kamar kecil, masingmasing pendidik (guru/kader/pamong) siap di tempat bermain yang sudah disiapkan untuk kelompoknya masingmasing. 5. Kegiatan Inti di Masing-Masing Kelompok a. Pijakan pengalaman sebelum main (15 menit) 1) Pendidik (guru/kader/pamong) dan anak duduk melingkar. Pendidik (guru/kader/pamong) memberi salam kepada anak-anak, menanyakan kabar anakanak. 2) Pendidik (guru/kader/pamong) meminta anak-anak untuk memperhatikan siapa saja yang tidak hadir hari ini (mengabsen). 3) Berdoa bersama, mintalah anak secara bergilir siapa yang akan memimpin doa hari ini. 4) Pendidik (guru/kader/pamong) menyampaikan tema hari ini dan dikaitkan dengan kehidupan anak.
Model Pembelajaran
189
5)
Pedidik (guru/kader/pamong) membacakan buku yang terkait dengan tema. Setelah membaca selesai, kader menanyakan kembali isi cerita. 6) Pendidik (guru/kader/pamong) mengaitkan isi cerita dengan kegiatan main yang akan dilakukan anak. 7) Pendidik (guru/kader/pamong) mengenalkan semua tempat dan alat main yang sudah disiapkan. 8) Dalam memberi pijakan, pendidik (guru/kader/pamong) harus mengaitkan kemampuan apa yang diharapkan muncul pada anak, sesuai dengan rencana belajar yang sudah disusun. 9) Pendidik (guru/kader/pamong), menyampaikan bagaimana aturan main (digali dari anak), memilih teman main, memilih mainan, cara menggunakan alatalat, kapan memulai dan mengakhiri main, serta merapihkan kembali alat yang sudah dimainkan. 10) Pendidik (guru/kader/pamong) mengatur teman main dengan memberi kesempatan kepada anak untuk memilih teman mainnya. Apabila ada anak yang hanya memilih anak tertentu sebagai temannya, maka guru/kader/pamong agar menawarkan untuk menukar teman mainnya. 11) Setelah anak siap untuk main, pendidik (guru/kader/pamong) mempersilahkan anak untuk mulai bermain agar tidak berebut serta lebih tertib pendidik (guru/kader/pamong) dapat menggilir kesempatan setiap anak untuk mulai bermain, misalnya berdasarkan warna baju, usia anak, huruf depan nama anak, atau cara lainnya agar lebih teratur. b. Pijakan pengalaman selama anak main (60 menit) 1) Pendidik (guru/kader/pamong) berkeliling diantara anak-anak yang sedang bermain. 2) Memberi contoh cara main pada anak yang belum bisa menggunakan bahan/alat. Model Pembelajaran
190
3)
Memberi dukungan berupa pernyataan positif tentang pekerjaan yang dilakukan anak. 4) Memancing dengan pertanyaan terbuka untuk memperluas cara main anak. Pertanyaan terbuka artinya pertanyaan yang tidak cukup dengan dijawab ya atau tidak saja, tetapi banyak kemungkinan jawaban yang dapat diberikan anak. 5) Memberikan bantuan pada anak yang membutuhkan. 6) Mendorong anak untuk mencoba dengan cara lain, sehingga anak memiliki pengalaman main yang kaya. 7) Mencatat yang dilakukan anak (jenis main, tahap perkembangan, tahap sosial). 8) Mengumpulkan hasil kerja anak. Jangan lupa mencatat nama dan tanggal di lembar kerja anak. 9) Bila waktu tinggal 5 menit, kader memberitahukan pada anak-anak untuk bersiap-siap menyelesaikan kegiatan. c. Pijakan pengalaman setelah main (30 menit) 1) Bila waktu main habis, pendidik (guru/kader/pamong) memberitahukan saatnya membereskan alat dan bahan yang sudah digunakan dengan melibatkan anak-anak. 2) Bila anak belum terbiasa untuk membereskan, pendidik (guru/kader/pamong) bisa membuat permainan yang menarik agar anak ikut membereskan. 3) Saat membereskan, pendidik (guru/kader/pamong) menyiapkan tempat yang berbeda untuk setiap jenis alat, sehingga anak dapat mengelompokan alat main sesuai dengan tempatnya. 4) Bila bahan main sudah dirapihkan kembali, satu orang pendidik (guru/kader/pamong) membantu anak membereskan baju anak (menggantinya bila basah), sedangkan kader lainnya dibantu orangtua membereskan semua mainan hingga semuanya rapih ditempatnya.
Model Pembelajaran
191
5)
Bila anak sudah rapih, mereka diminta duduk melingkar bersama pendidik (guru/kader/pamong). 6) Setelah semua anak duduk dalam Lingkaran, pendidik (guru/kader/pamong) menanyakan kepada setiap anak kegiatan main yang tadi dilakukannya. Kegiatan menanyakan kembali melatih daya ingat anak dan melatih anak mengemukakan gagasan dan pengalaman mainnya (memperluas perbendaharaan kata anak). 6. Makan bekal bersama (15 menit) a. Usahakan setiap pertemuan ada kegiatan makan bersama. Jenis makanan berupa kue atau makanan lainnya yang dibawa masing-masing anak. Sekali dalam satu bulan diupayakan ada makanan yang disediakan untuk perbaikan gizi. b. Sebelum makan bersama, pendidik (guru/kader/pamong) mengecek apakah ada anak yang tidak membawa makanan. Jika ada tanyakan siapa yang mau memberi makan pada temannya (konsep membagi). c. Pendidik (guru/kader/pamong) memberitahukan jenis makanan yang baik dan kurang baik. d. Jadikan waktu makan bekal bersama sebagai pembiasaan tata cara makan yang baik (adat makan). e. Libatkan anak untuk membereskan bekas makanan dan membuang bungkus makanan ke tempat sampah. 7. Kegiatan penutup (15 menit) a. Setelah semua anak berkumpul membentuk lingkaran, pendidik (guru/kader/pamong) dapat mengajar anak menyanyi atau membaca puisi. Pendidik (guru/kader/pamong) menyampaikan rencana kegiatan minggu depan, dan menganjurkan anak untuk bermain yang sama di rumah masing-masing. b. Pendidik (guru/kader/pamong) meminta anak yang sudah besar secara bergiliran untuk memimpin doa penutup. Model Pembelajaran
192
c. Untuk menghindari berebut saat pulang, digunakan urutan berdasarkan warna baju, usia, atau cara lain untuk keluar dan bersalaman lebih dulu. F. Evaluasi Model Pembelajaran Sentra 1. Evaluasi Program Evaluasi program bertujuan untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan program PAUD. Evaluasi program mengukur sejauh mana indikator keberhasilan penyelenggaraan PAUD yang bersangkutan. Evaluasi program mencakup penilaian terhadap: a. Kinerja pendidik (guru/kader/pamong) dan pengelola. b. Program pembelajaran. c. Administrasi kelompok. Evaluasi program dilakukan oleh petugas dinas pendidikan kecamatan bersama unsur terkait. Evaluasi program dapat dilakukan setidaknya setiap akhir tahun kegiatan belajar anak. 2. Evaluasi Kemajuan Perkembangan Anak Pencatatan kegiatan belajar anak dilakukan setiap pertemuan dengan cara mencatat perkembangan anak dalam hal motorik kasar, motorik halus, berbahasa, sosial dan aspek-aspek lainnya. Pencatatan kegiatan main anak dilakukan oleh pendidik (guru/kader/pamong). Selain mencatat kemajuan belajar anak, pendidik (guru/kader/pamong) juga dapat menggunakan lembaran check-list perkembangan anak. Dilihat dari perkembangan hasil karya anak, karena itu semua hasil karya anak dijadikan sebagai bahan evaluasi dan laporan perkembangan belajar kepada orangtua masing-masing. G. Karakteristik Model Pembelajaran Sentra
Model Pembelajaran
193
Massofa (2013) menerangkan bahwa model pembelajaran sentra merupakan model pembelajaran yang mempunyai karakteristik yang tidak dimiliki oleh model pembelajaran lainnya. Adapun karakteristiknya dapat dilihat dari beberapa aspek, sebagai berikut: 1. Ruangan Kelas. Ruangan kelas dapat dimodifikasi menjadi kelas-kelas kecil, yang disebut ruangan vak atau sentra-sentra. Setiap ruangan vak atau sentra terdiri atas satu bidang pengembangan. Ada sentra bahasa, sentra daya pikir, sentra daya cipta, sentra agama (imtaq), sentra seni, sentra kemampuan motorik. Dengan menggunakan kegiatan main yang mencakup tiga jenis main (sensorimotor, peran dan pembangunan). Rasio cukup, ukuran kelompok ideal (maksimal 10 anak), ruang cukup luas (5-7 meter persegi per anak). 2. Guru. Setiap guru harus mencintai dan menguasai bidang pengembangan masing-masing. Guru harus memberi penjelasan secara umum kepada anak-anak yang mengunjungi sentranya sesuai dengan tema yang dipelajari, memberi pengarahan, mengawasi dan memperhatikan anak-anak ketika menggunakan alat-alat sesuai dengan materi yang dipelajarinya, selanjutnya menanyakan kesulitan yang dialami oleh anak-anak dalam mengerjakan materi tersebut. Selain itu, guru sentra harus menguasai perkembangan setiap anak dalam mengerjakan berbagai tugas sehingga dapat mengikuti tempo dan irama perkembangan setiap anak dalam menguasai bahanbahan pengajaran atau tugas perkembangannya. Dalam pembelajaran sentra ini, satu guru sentra hanya bertanggung jawab pada 7 sampai 12 anak saja dengan moving class setiap hari dari satu sentra ke sentra lain. 3. Bermain. Menjadikan kegiatan “bermain” sebagai kegiatan inti, anak belajar melalui permainan mereka. 4. Pijakan. Ada pijakan-pijakan yang mengantarkan anak maju atau naik sendiri ke tahap perkembangan berikutnya. Ada ”circle times” (saat lingkaran).
Model Pembelajaran
194
5. Intensitas dan densitas. Intensitas adalah sejumlah waktu yang dibutuhkan anak untuk pengalaman tiga jenis main sepanjang hari dan sepanjang tahun. Sedangkan densitas adalah berbagai macam cara setiap jenis main yang disediakan untuk mendukung pengalaman anak. 6. Bahan dan Tugas. Bahan pengajaran setiap sentra terdiri dari bahan minimal dan bahan tambahan. Bahan minimal yaitu bahan pengajaran yang berisi uraian perkembangan kemampuan minimal yang harus dikuasai setiap anak sesuai tingkat usianya. Bahan ini harus dikuasai anak dan merupakan target kemampuan minimal dalam mempelajari setiap sentra tertentu. 7. Anak dan Tugasnya. Setiap anak akan mendapat tugas dan penjelasan secara klasikal. Masing-masing anak dapat memilih sentra yang akan diikutinya. Ia bebas menentukan waktu dan alat-alat untuk menyelesaikan tugasnya. Setiap anak tidak boleh mengerjakan tugas lain sebelum tugas yang dikerjakannya selesai. Untuk mengembangkan sosiobilitas, anak boleh mengerjakan tugas tertentu bersama-sama. Dengan cara ini, anak akan mempunyai kesempatan bersosialisasi, bekerja sama, tolong menolong satu dengan lainnya. 8. Evaluasi Kemajuan Perkembangan Anak. Pencatatan kegiatan belajar anak dilakukan setiap pertemuan dengan cara mencatat perkembangan kemampuan anak dalam hal motorik kasar, halus, berbahasa, sosial dan aspek-aspek lainnya. Pencatatan kegiatan main anak dilakukan oleh guru (pendidik). Selain mencatat kemajuan belajar anak, guru juga dapat menggunakan lembaran check list perkembangan anak, dilihat dari hasil kerja anak-anak, karena itu, semua hasil karya anak dijadikan sebagai bahan evaluasi dan laporan perkembangan belajar anak kepada orang tua masing-masing.
Model Pembelajaran
195
H. Aplikasi Main dalam Model Pembelajaran Sentra Yudistira dan Masardi (2012:220) menjelaskan bahwa setiap jenis main adalah kesempatan bagi anak untuk belajar. Belajar berarti membangun kecerdasan jamak mereka secara terpadu. Peran guru (dan tentu saja orang tua di rumah) sangat vital dalam memastikan apakah aktivitas main anak memenuhi unsur-unsur yang dibutuhkan untuk membangun kecerdasan mereka. Karena itu aktivitas main bagi anak memerlukan perencanaan yang cermat, arahan yang benar, dan keterlibatan yang tepat dari guru atau orang tua yang mendampinginya agar aktivitas mereka menjadi produktif. Sentra adalah wahana yang diikhtiarkan untuk memastikan tersedianya unsur-unsur yang dibutuhkan tersebut dalam aktivitas main anak. Perlu diingat kembali seluruh bagian aktivitas setiap Sentra setiap hari, yakni: 1. Guru menyediakan pijakan lingkungan main di dalamnya, guru mengelola awal lingkungan main dengan menyediakan serta menyiapkan tempat dan bahan-bahan yang cukup (tiga tempat main untuk setiap anak). Intensitas dan dentitas pengalaman setelah direncanakan. Ada berbagai bahan main yang mendukung tiga jenis main, yaitu sensorimotor, pembangunan, dan main peran. Tersedia berbagai bahan yang mendukung pengalaman keaksaraan. Guru menata kesempatan main untuk mendukung hubungan sosial yang positif. 2. Pijakan awal main. Pada bagian ini, guru membacakan buku yang berkaitan dengan pengalaman (bisa berupa ensiklopedi) atau mendatangkan nara sumber. Guru menggabungkan kosa kata baru dan menunjukkan konsep yang mendukung perolehan keterampilan kerja. Guru juga memberikan gagasan bagaimana menggunakan bahan-bahan. Selanjutnya guru mendiskusikan aturan dan pengalaman yang diharapkan dari aktirivitas main. Model Pembelajaran
196
Dijelaskan pula rangkaian waktu main kepada anak-anak. Lalu guru mengelola anak untuk mencapai keberhasilan hubungan sosial. Tidak boleh dilupakan guru merancang dan menerapkan urutan transisi main. 3. Pijakan individu. Dalam pijakan yang bersifat individual ini, guru memberikan waktu kepada anak untuk mengelola dan memperluas pengalaman main mereka: mencontohkan komunikasi yang tepat, memperkuat dan memperluas bahasa anak, meningkatkan kesempatan sosialisasi melalui dukungan pada hubungan teman sebaya, dan mengamati serta mendokumentasikan perkembangan dan kemajuan main anak. 4. Pijakan setelah main. Dalam hal ini, guru mendukung anak untuk mengingat kembali pengalaman mainnya dan saling menceritakan pengalaman mainnya. Waktu pijakan ini juga digunakan untuk membereskan bahan-bahan main sebagai pengalaman belajar positif melalui pengelompokkan, urutan, dan penataan lingkungan main secara tepat. I. Penerapan Model Pembelajaran Sentra Yudistira dan Masardi (2012:126-128) selanjutnya menjelaskan bahwa sebagian praktisi pendidikan anak usia dini baik pada Taman Kanak-kanak (TK), Raudhatul Athfal (RA) maupun PAUD memandang pembelajaran Sentra sebagai cara ajar yang berat untuk diajarkan. Beragam alasan dikemukakan namun umumnya pandangan itu muncul karena persepsi yang kurang pas tentang Sentra. Bagi banyak guru yang telah menekuni pendekatan Sentra, sesuatu yang terkesan ‘rumit’ dan ‘berat’ itu pada akhirnya justru menjadi sumber energi istimewa yang membuat tugas mengajar menjadi aktivitas yang membahagiakan. Salah satu faktor yang memungkinkan hal itu, adalah karena dalam pendekatan Sentra, terbina hubungan personal-individual guru dengan setiap anak selama proses pembelajaran. Guru mengikuti dengan begitu dekat tahap-tahap perkembangan kemampuan fisik, Model Pembelajaran
197
emosional, dan kognisi setiap anak. Rasa bahagia itu seperti menghapus semua kepenatan dan tekanan manakala para guru menyaksikan anak-anak belia itu memperlihatkan sikap hidup yang tak terbayangkan sebelumnya. Tidak mudah memang beralih dari pendekatan konvensional ke pendekatan Sentra. Tapi dengan kesabaran, manfaat Sentra tidak hanya membahagiakan anak dan orang tua, tapi juga para guru. 1. Problem Anak Baru Sebagaimana lazimnya di semua TK, RA atau PAUD, yang khas pada tahun ajaran baru adalah kehadiran anak-anak yang untuk pertama kalinya memasuki lingkungan baru bernama sekolah. Mereka sedang menempuh proses adaptasi dari lingkungan keluarga dan tetangga ke lingkungan baru dengan teman-teman baru yang tidak mereka kenal sebelumnya. Salah satu kondisi psikologis yang umum terjadi pada anak baru, adalah kecenderungan untuk tidak mempercayai lingkungan baru. Kondisi itu sedikit banyak bisa berpengaruh negatif pada proses pembelajaran anak. Normalnya kondisi transisi itu bisa berlangsung sampai dua minggu. Bahkan untuk anak-anak dengan masalah khusus, bisa mencapai satu bulan. Dalam mengatasi persoalan itu, dibutuhkan kerjasama yang erat antara guru dengan orang tua. Pertama-tama yang perlu dilakukan adalah pada saat pendaftaran murid baru, guru menggali informasi sedalam mungkin tentang riwayat perkembangan anak, baik fisik, emosi maupun kognisinya. Bahkan perlu juga digali riwayat ketika anak tersebut dalam kandungan sampai ke proses kelahirannya. Informasi itu akan sangat berguna sebagai pijakan, tidak hanya dalam membangun rasa percaya anak tersebut, tetapi juga untuk proses pembelajaran seterusnya.
Model Pembelajaran
198
Selain itu, guru juga perlu meyakinkan orang tua bahwa dengan kerjasama yang baik antara guru, orang tua dan anak, kemandirian anak bisa dibangun dan anak juga perlu mendapatkan kepecayaan bahwa ia bisa mandiri dan mampu melakukan sendiri berbagai hal sesuai dengan kebutuhannya. Kekhawatiran orang tua bisa berpengaruh negatif terhadap proses pembangunan rasa percaya anak pada lingkungan barunya. 2. Tema “Aku” Pada setiap awal tahun ajaran baru, hampir semua sekolah TK, selalu mengutamakan tema ‘Aku’. Tama ini membahas kebutuhan diri pada setiap anak. Ini sangat penting karena anak harus mengerti kebutuhannya sejak dini. Semakin dini anak dapat menolong dirinya sendiri, akan semakin baik. Tema ‘Aku’ bertujuan untuk mengajak anak lebih dalam mengenali dirinya sendiri, mengerti tentang kebutuhannya, serta merawat dirinya. Di dalam tema ‘Aku’ para guru juga mengajak anak untuk dapat mengetahui identitas diri, anggota tubuh, dan juga fungsinya. Termask ciri-ciri fisik yang dimiliki oleh masingmasing anak, dan juga perbedaan bentuk atau warna fisik yang ada pada manusia. Anak perlu memahami bahwa setiap manusia diciptakan dalam bentuk yang berbeda-beda, buatlah agar anak mengerti tentang semua kelebihan dan kekurangan dirinya sejak dini. Setiap perbedaan adalah anugerah dari Allah yang harus disyukuri. Pada tema ‘Aku’ anak diharapkan mengenal setiap anggota tubuhnya. Dengan mengenali secara rinci bagian tubuhnya, anak akan mencari tahu tentang semua fungsi dan manfaatnya. Guru memberikan dorongan dan arahan agar setiap pertanyaan menjadi pengetahuan bagi anak, sehingga anak dapat senantiasa menjaga tubuhnya. Model Pembelajaran
199
Jika pada tema ‘Aku’ anak mulai dapat memahami tentang dirinya, maka pada materi berikutnya guru terus membangun kemampuan anak dengan materi yang lebih jauh, agar anak dapat terus mengembangkan pengetahuannya tentang kebutuhan diri. Ini sangat penting sebagai landasan dasar untuk membangun karakter anak. Kenapa tema ‘Aku’ selalu dijadikan tema awal pada setiap tahun ajaran baru, adalah karena anak dikondisikan agar dapat menjalankan proses belajar dengan penuh kemandirian, dan siap mengetahui serta menjalani proses sebab dan akibat melalui rangakaian pemahaman diri sejak dini. Perlu disadari oleh semua guru, pada saat pemberian tema, bahan ajar harus diklasifikasi sesuai dengan urutan pokok materi. Itu bertujuan agar tidak terjadi penumpukan materi sehingga anak akan mengalami kejenuhan, kebingungan, dan bisa membuat anak merasa lelah atau bosan. Contoh, jika guru mau menjelaskan tentang jenis kulit, jelaskan tentang warna kulit, tekstur kulit yang halus dan kasar, bagian-bagian kulit pada manusia sampai fungsi dan cara merawatnya. Fokus disitu. Berikan materi secara perlahan dan sesuai dengan urutan sampai anak sungguh-sungguh paham. Dalam hal ini guru tidak perlu memasang target. Karena metode Sentra memakai kurikulum individual, maka biarkan anak berkembang sesuai dengan kemampuan masing-masing. J. Contoh Penerapan Model Pembelajaran Sentra Contoh Kalender Tema, Rencana Kegiatan Mingguan dan Rencana Kegiatan Harian dan Kegiatan Inti dengan model pembelajaran Sentra Ibadah ada pada halaman berikut ini.
Model Pembelajaran
200
Senin
Selasa Pengertian bulan satelit bumi. Bulan merupakan benda langit yang terdekat dengan bumi dan beredar mengelilingi bumi dari arah barat timur atau arah negatif.
Macam-macam planet. Planet kedua dari matahari adalah planet venus. Venus adalah yang terpanas dalam tata surya.
Model Pembelajaran
Macam-macam planet.Merkurius adalah planet yang paling dekat ke matahari. Dari planet ini, matahari terlihat dua kali lebih besar daripada yang terlihat di bumi.
Rabu Pengertian bulan. Bulan tidak memiliki atmosfir (udara), sehingga tidak ada kehidupan di bulan; suhu di bulan dapat berubah-ubah; suhu bagian permukaan bulan yang terkena matahari dapat mencapai 110C. Pengertian planet. Planet adalah bintang berpindah atau pengembara yang letaknya berubah-ubah, karena planet bergerak mengedari matahari. Macam-macam planet. Planet Mars adalah planet keempat dari matahari. Besar planet ini setengah dari ukuran bumi. Satu hari di Mars hampir sama lamanya dengan satu hari
Jumat Pengertian matahari. Suatu bola gas yang pijar dan ternyata tidak berbentuk bulat betul. Matahari mempunyai khatulistiwa dan kutub karena gerak rotasinya. Garis tengah ekuatorialnya 864.000. Susunan planet. Susunan 9 buah planet dalam tata surya mulai dari yang jaraknya paling dekat dengan bumi.
201
Macam-macam planet. Wafatnya Isa Almasih. Jupiter: Planet kelima dari matahari adalah Jupiter, yang merupakan planet paling besar dalam tata surya. Ukuran planet Jupiter 2 kali dari
Planet tidak dapat memancarkan cahaya seperti matahari dan bintang.
Kamis Pengertian matahari. Matahari adalah bintang terdekat dengan bumi dengan jarak rata-rata 149.680.000 km (93.026.724 mil)
: April 2014 : Allah Al-Khaliq Maha Pencipta bulan dan matahari sebagai planet yang mengelilingi bumiku : II (dua)
Manfaat matahari sebagai Manfaat matahari penawar infeksi dan sinarnya meningkatkan pembunuh bakteri. kebugaran pernapasan. Matahari sanggup membunuh bakteri penyakit, virus dan jamur.
Bulan Tema Semester
KALENDER TEMA MATERI PAGI Taman Kanak-Kanak “X” TAHUN PELAJARAN 2013-2014
Model Pembelajaran
Jarak antara bumi dan matahari adalah 149.6 juta km atau 1 AU (ing.astronomika unit).
Renang.
gabungan semua planet lain dalam tata surya. Macam-macam planet. Macam-macam planet. Macam-macam planet. Uranus: Planet uranus Neptunus: planet terjauh Atmosfirnya yang terdiri adalah urutan ketujuh dari dari matahari adalah dari helium dan hidrogen. matahari. Neptunus. Keadaan planet Seperti pada uranus, Neptunus hampir sama sedikit gas metana dengan planet Uranus. memberikan warna hijau kebiru-biruan pada planet. Lapisan bumi. Bumi Fildtrip. mempunyai lapisan udara Planetarium. (atmosfir) dan medan magnet yang disebut (magnetosfer) yang melindungi permukaan.
di bumi.
202
Pengertian bumi. Bumi adalah planet ketiga dari 8 planet dalam tata surya.
Model Pembelajaran
Lagu: Urutan planet
Warna: Putih, biru, merah jambu, coklat
Bentuk: Persegi empat Macam-macam planet
Sub tema:
4. 5. 6. 7.
2. 3.
1.
203
Menulis bahasa arabnya planet Merkurius Menempel gamar sesuai dengan kata Memasangkan angka sesuai dengan waktu sholat Mengkolase kata Al-Khaliq Membuat shaun the ship Bermain puzzle Membaca buku
Senin, 14 April 2014
: “Allah Al-Khaliq Maha Pencipta bulan dan matahari sebagai planet yang mengelilingi bumiku” : II / III : B2 ( An-Nur)
Merkurius, matahari, kawah, meteor, komet, gravitasi
Kosa Kata
Tema Sem/Minggu Ke Kelompok
Rencana Kegiatan Mingguan Sentra IBADAH Taman Kanak-Kanak “X” Tahun Pelajaran 2013-2014
: TK B2 (An Nur) : II / III : Senin, 14 April 2014 : “Allah Al-Khaliq Maha Pencipta Bulan dan Matahari Sebagai Planet yang Mengelilingi Bumiku” : 07.00 –10.30 : Macam-Macam Planet: ”Panet Merkurius”
Model Pembelajaran
204
1. Terbiasa berdoa sebelum memulai kegiatan 2. Senang berdoa sesudah melakukan kegiatan 3. Membiasakan diri membalas salam 4. Mau bermain dengan teman 5. Tahapan perkembangan menulis 6. Menghubungkan tulisan sederhana dengan simbol yang melambangkannya 7. Mengenal sholat 5 waktu 8. Menyusun puzzle 9. Berkreasi membuat karya metode proyek dengan menggunakan beragai bahan 10. Membaca buku cerita bergambar yang memiliki kalimat sederhana dengan menunjuk beberapa kata yang dikenalinya 11. Senang terbiasa berdoa sesudah melakukan kegiatan
Kelompok Sem/Minggu Ke Hari/Tanggal Tema Waktu Sub Tema Indikator:
Rencana Kegiatan Harian Sentra IBADAH Taman Kanak-Kanak ”X” Tahun Pelajaran 2013-2014
2.
3.
4.
5.
6.
Religius
Kerja sama
Kreatif
Mandiri
Mandiri
KEGIATAN
ALAT/SUMBER BELAJAR ALAT/TEHNIK
205
HASIL
EVALUASI
Kegiatan sebelum masuk kelas (penyambutan anak) (30 menit) Ikrar, asmaul husna dan hafalan surat (15 Menit) Transisi sentra / toilet training (15 menit) Terbiasa berdoa Ikrar Observasi sebelum memulai Salam berbaris dan kegiatan berdo’a sebelum kegiatan bermain (15 Menit) Membiasakan diri Materi pagi (45 menit) Buku cerita Observasi mengucapkan salam Evaluasi dan pembahasan dan unjuk tema performance Dapat bekerjasama Kosa kata Juz Amma dengan teman Asmaul Husna buku Iqra Hafalan surat dan Iqro Story reading/Telling praktek shalat Makan dan gosok gigi (15 menit) Kegiatan Inti/Sentra (60 Menit) Tahapan Menulis bahasa arabnya Lk Portofolio perkembangan planet Merkurius Pensil menulis Menghubungkan Bermain menghubungkan APE Observasi tulisan sederhana gambar sesuai dengan kata dan dengan simbol yang performance melambangkannya Mengenal sholat 5 Memasangkan angka APE Observasi waktu sesuai dengan jumlah dan
INDIKATOR
Model Pembelajaran
1.
Religius
Nilai-nilai karakter
Religius
Model Pembelajaran
Buku cerita
Anak
10.00-10.30 Berdoa pulang Evaluasi kegiatan (review)
Puzzle
Kotak susu Kapas Stik es krim Lem
Gambar Kacang
Membaca buku cerita
10. Membaca buku cerita bergambar yang memiliki kalimat sederhana dengan menunjuk dengan beberapa kata yang dikenalinya 11. Senang terbiasa berdoa sesudah melakukan kegiatan
Gemar membaca
Kreatif
Kreatif
7. Mengenal Allah Mengkolase melalui nama dan sifatnya 8. Berkreasi membuat Membuat shaun the ship karya metode proyek dengan menggunakan berbagai bahan 9. Menyusun puzzle Bermain puzzle
Kreatif
rokaat sholat
Observasi dan unjuk performance
Observasi dan performance Observasi
Observasi dan performance Observasi dan performance
performance
206
Model Pembelajaran
3 Mengkolase
3 Menulis bahasa arabnya planet Merkurius
Denah setting lingkungan (21 kesempatan) 1. 3 Menulis bahasa arabnya planet Merkurius 2. 3 Menghubungkan gambar sesuai dengan kata 3. 3 Memasangkan angka sesuai jumlah rakaat sholat 4. 3 Mengkolase 5. 3 Membuat Shaun the ship 6. 3 Bermain puzzle 7. 3 Membaca buku
Jumlah peserta didik 7 anak Densitas 7 ragam kegiatan, 3 × 7 = 21 kesempatan
Kegiatan Inti (Sentra): Sentra Ibadah Pijakan lingkungan bermain
3 Bermain puzzle
3 Membuat Shaun the ship
3 Membaca buku
3 Memasangkan angka sesuai jumlah rakaat sholat
3 Menghubungkan gambar sesuai dengan kata
207
DAFTAR PUSTAKA Abdul Majid dan Chaerul Rochman, 2014, Pendekatan Ilmiah dalam Implementasi Kurikulum 2013, Bandung: PT Remaja Rosdakarya A.J. Romiszowski, 1990, Designing Instructional System: Decision Making in Course Planning and Curriculum Design, London: Kogan Page Anderson, Rin W., and Krathwohl, David R. 2001, A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing, New York: Longman Anita E. Woolfolk, 1998, Educational Psychology, Boston: Allyn and Bacon Anita Lie, 2002, Cooperative Learning, Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas, Jakarta: Grasindo Available (on line): http://www..utc.edu/Teaching-ResourceCenter/Cooplear.html Barbara C. Seels, dan Rita C. Rickey, 1994, Instructional Technology: The Definition and Domain of the Field, Washington D.C.: AECT Conny R. Semiawan, 2002, Belajar dan Pembelajaran Dalam Taraf Usia Dini, Jakarta, Prenhallindo Cucu Suhana, 2014, Konsep Strategi Pembelajaran, Bandung: PT Refika Aditama David Jacobsen, Paul Eggen, Donald Kauchak, 1989, Methods for Teaching, Columbus: A Bell and Howell Information Company Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2013, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Departemen Pendidikan Nasional, 2003, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta, Departemen Pendidikan Nasional Model Pembelajaran
208
____________________, 2005, Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, Jakarta, Departemen Pendidikan Nasional ____________________, 2005, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional, Jakarta, Departemen Pendidikan Nasional ____________________, 2006, Pedoman Penerapan Pendekatan “Beyond Centers and Circle Time (BCCT)”, dalam Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta, Departemen Pendidikan Nasional Etin Solihatin, 2008, Cooperative Learning, Jakarta: Buki Aksara Gary D. Borich, Martin L. Tombari, 1995, Educational Psychology A Contemporary Approach, New York: Harper Collins College Publishers Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad, 2011, Belajar dengan Pendekatan PAILKEM, Jakarta, Bumi Aksara Hergenhahn, B.R., and Olson, Mattew H, 1993, An Introduction to Theories of Learning, Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall, Inc. http://massofa.wordpress.com/2013/05/22/penerapan-modelpembelajaran-sentra-untuk-anak-usia-dini/ diunggah 17 Februari 2015 http://www.e-jurnal.com/2013/09/pengertian-gaya-belajar.html Diunggah, Minggu, 22 nov 2015 http://ainamulyana.blogspot.co.id/2015/04/gaya-belajar-siswa.html Diunggah, Minggu, 22 nov 2015 Jamal Ma’mur Asmani, 2013, 7 Tips Aplikasi PAKEM, Jogjakarta, DIVA Press Made Pidarta, 1997, Landasan Kependidikan, Jakarta, Rineka Cipta Mamad Kosmad dan Suko Pratomo, 2012, Model-Model Pembelajaran Berbasis PAIKEM, Tangerang, Pustaka Mandiri Margaret E. Bell Gredler, 1991, Belajar dan Membelajarkan, Penerjemah Munandir, Jakarta: Rajawali Model Pembelajaran
209
Muhibbin Syah, 2002, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya Mulyono Abdurrahman, 1999, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: Rineka Cipta Norman A. Sprinthall, Richard C. Sprinthall, 1990, Educational Psychology A Developmental Approach, New York: McGrawHill Publishing Company Oemar Hamalik, 2008, Proses Belajar Mengajar, Jakarta, Bumi Aksara Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009 Remiswal dan Rezki Amelia, 2013, Format Pengembangan Strategi PAIKEM dalam Pembelajaran Islam, Yogyakarta, Graha Ilmu Ricard I. Arends, 1998, Learning to Teach, Boston: McGraw-Hill Romiszowski, A.J. 1990, Designing Instructional System, Decision Making in Course Planning and Curriculum Design, London: Kagan Page Rusman, 2013, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Edisi Kedua, Jakarta, Rajawali Pers Soedijarto, 1993, Memantapkan Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia Sofan Amri, 2013, Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013, Jakarta: Prestasi Pustaka Supriyadi dkk, 2011, Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Sekolah Dasar, Jakarta: Universitas Negeri Jakarta Stanley D. Ivie, 1998, Ausubel’s Learning Theory: An Approach To Teaching Higher Order Thinking Skills, Stanley D. Ivie, High School Journal 82.1 North Carolina: University of North Carolina Press Thomas K. Crowl, Sally Kaminsk, dan David M. Podell, 1997, Educational Psychology, USA: Brown & Benchmark Publishers
Model Pembelajaran
210
Trianto Ibnu Badar al-Tabany, 2014, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual, Jakarta: Prenadamedia Group Undang-Undang Dasar 1945 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1974 tentang Kesejahteraan Anak Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Universitas Negeri Makassar, 2012, Tim Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makassar, Makassar: FIP-UNM Using ICT in Expository Teaching, http://sites.cite.hku.hk/06Ch_04E.PDF Wina Sanjaya, 2008, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta, Prenada Media Grup Yudhistira dan Siska Y. Massardi, 2012, Pendidikan Karakter dengan Metode Sentra, Bekasi, Media Pustaka Sentra Yusufhadi Miarso, 2003, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Jakarta: Departemen Penddikan Nasional, Pusat Teknologi Komunikasi
Model Pembelajaran
211
RIWAYAT HIDUP PENULIS Andi Ahmad Gunadi, NIDN 0324026604, lahir di Cirebon, 24 Februari 1966. Pendidikan: Doktor (S-3) Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta, lulus 20 Mei 2009, Magister (S-2) Manajemen Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta, lulus 16 Oktober 1999, dan Sarjana (S-1), Ilmu Hubungan Masyarakat, Fakultas Ilmu Komunikasi, Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta, lulus 30 Januari 1992. Bekerja sebagai tenaga pengajar di Universitas Muhammadiyah Jakarta sejak tahun 1998 di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP-UMJ), Jurusan Ilmu Komunikasi Program Studi Ilmu Periklanan, dengan konsentrasi matakuliah Periklanan. Tanggal 01 Juni 2010, pindah home base dari FISIP-UMJ ke Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP-UMJ) program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, mengampu matakuliah Media dan Teknologi Pembelajaran, Manajemen Pendidikan, Supervisi Pendidikan, dan Ilmu Pendidikan. Selain mengajar di FIP-UMJ, pengalaman mengajar dan bekerja lainnya adalah: a. Dosen tidak tetap membantu mengajar matakuliah Periklanan di: 1. Program studi Diploma 3 Teknik Grafika dan Pers Politeknik Negeri Jakarta, tahun 2009-2013 2. Program studi S1 Periklanan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Jakarta, tahun 1998-2014; 3. Program studi S1 Periklanan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Kristen Indonesia, tahun 2007-2014 4. Program studi S1 Periklanan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta, tahun 2007 sampai dengan saat ini. b. Membantu pembuatan iklan komersial dan iklan layanan masyarakat di ID-Box Production House c. Membantu kegiatan monitoring dan evaluasi di Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Menengah, Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tahun 2008-2014 d. Membantu menulis bidang pendidikan di Majalah “BIDAN, Media Komunikasi Bidan dan Keluarga Indonesia”, ISSN 1979-2565 e. Membantu kegiatan keluarga di Raudhatul Athfal (R.A) Habibillah, Mampang, Pancoran Mas, Depok. Model Pembelajaran
212
RIWAYAT HIDUP PENULIS Dr.Budiharjo,M.Si, NIDN : 0329055403, lahir di Blitar, 29 Mei 1954, Agama Islam. Pendidikan Formal: 1973 – 1977 : Kuliah D III (Akub) Yogyakarta 1986 – 1990 : Kuliah S1 Universitas Tujuh Belas Agustus 45 Jakarta 2000 – 2002 : Kuliah S2 UNKRIS Jakarta 2007 – 2010 : Kuliah S3 UNJ Jakarta Pekerjaan: PNS DPK Kopertis Wilayah III Pengalaman bekerja: Kepala Biro Adkesmas DKI Jakarta (2004-2006) Kepala BKKBN DKI Jakarta (2006-2007) Kepala BPM DKI Jakarta (2007-2008) Kepala Dinas Sosial DKI Jakarta (2008-2010) Wakil Ketua KPAI (2012-2015) Kaprodi ANE Fisip UPDM (B) (2013-2014) Wakil Dekan II Fisip UPDM (B) (2014-saat ini) Ketua BKKKS Provinsi DKI Jakarta (2011-2016) Saat ini mengajar di beberapa perguruan tinggi dengan mengampu matakuliah: a. Pengantar Sosiologi b. Pendidikan Kewirausahaan c. Manajemen Krisis d. Antropologi Budaya e. Kepemimpinan f. Manajemen Resiko g. Manajemen Pelayanan Publik h. Isu-isu Otonomi Daerah i. Manajemen Transportasi j. Pelayanan Prima
Model Pembelajaran
213