Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/24/DPM tanggal 30 Agustus 2010
Lampiran-3
CONTOH PERHITUNGAN REPO SBSN
CONTOH-1 Pada tanggal 19 Agustus 2010, Bank Umum Syariah “A” mengajukan Repo SBSN seri IFR-0001 sebesar Rp1 miliar. Data dan informasi mengenai Repo SBSN tersebut adalah sebagai berikut : Tanggal Penerbitan SBSN
:
26 Agustus 2008
Jangka Waktu SBSN
:
7 (tujuh) tahun
Tanggal Jatuh tempo SBSN
:
15 Agustus 2015
Tanggal Pembayaran Imbalan
:
15 Februari dan 15 Agustus
Repo rate
:
BI rate + marjin 100 bps = 6,5% + 1,0% = 7,5%
Harga SBSN pada tanggal Repo
:
95%
Haircut atas SBSN IFR-0001
:
5%
Tingkat imbalan IFR-0001
:
11,80%
Tanggal Pengajuan Repo SBSN
:
19 Agusutus 2010
Tanggal Setelmen Repo SBSN (1st Leg)
:
19Agustus 2010
Jangka waktu (tenor) Repo SBSN
:
1 hari
Tanggal Repo SBSN Jatuh tempo (2nd Leg)
:
20 Agusutus 2010
Nilai Nominal SBSN yang direpokan
:
Rp.1.000.000.000,00
Pada saat 1st Leg Bank Umum Syariah “A” yang mengajukan Repo SBSN ke Bank Indonesia akan menerima dana sebesar nilai setelmen 1st leg yaitu Rp901.289.617,49 dengan rincian perhitungan sebagai berikut :
Jumlah...
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/24/DPM tanggal 30 Agustus 2010
Jumlah hari accrued imbalan dihitung dari tanggal pembayaran imbalan sebelumnya (tanggal 15 Agustus 2010) s/d tanggal Pengajuan Repo SBSN diajukan (tanggal 19 Agustus 2010) = 4 hari Nilai setelmen 1st leg = [Rp1.000.000.000,00 x (95%-5%)] + [(4/183) x (½ x 11,80%) x Rp1.000.000.000,00] = Rp900.000.000,00 + Rp1.289.617,49 = Rp901.289.617,49 Pada saat 2nd Leg Pada tanggal 20 Agusutus 2010, Bank Umum Syariah “A” melakukan pelunasan Repo SBSN yang diterimanya dengan rincian perhitungan sebagai berikut :
Nominal SBSN IFR-0001 yang
Rp1.000.000.000,00
direpokan oleh Bank Umum Syariah “A” Repo rate Biaya Repo SBSN yang harus dibayar Bank Umum Syariah “A” Jumlah yang dibayar Bank Umum Syariah “A” melalui
7,5% [Rp1.000.000.000,00 x (1/360) x 7,5%] = Rp208.333,33 Rp901.289.617,49+ Rp208.333,33 = Rp901.497.950,82
pendebetan rekening gironya di BI adalah sebesar nilai setelmen 1st leg + Biaya Repo SBSN
Pembatalan...
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/24/DPM tanggal 30 Agustus 2010
Pembatalan setelmen pada 2nd Leg Dalam hal BUS “A” batal melakukan pelunasan Repo SBSN pada tanggal 20 Agustus 2010 maka dilakukan hal-hal sebagai berikut :
Nilai setelmen first leg
Rp901.289.617,49
Biaya Repo SBSN yang harus
Rp208.333,33
dibayar BUS “A” Perhitungan denda karena
0,010/0 x Rp1.000.000.000,00 =
pembatalan setelmen second leg
Rp100.000,00 Sesuai SE, sanksi kewajiban membayar sebesar 0,01% (satu per sepuluh ribu) dari nilai nominal transaksi SBIS yang dibatalkan; paling sedikit sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) untuk setiap pembatalan; maka BUS “A” dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp 10.000.000,00
Total kewajiban BUS “A” apabila
Rp901.289.617,49 +Rp 208.333,33 +
terjadi pembatalan setelmen second leg
Rp 10.000.000,00 = Rp911.497.950,82
Nilai transaksi outright surat berharga pada saat setelmen 2nd leg (harga tetap) = (Rp1.000.000.000,00 x (95%) = Rp950.000.000,00 Bank Indonesia mengkredit Rekening Giro BUS “A” sebesar selisih nilai kewajiban setelmen second leg dengan nilai transaksi outright dengan perhitungan sebagai berikut: = Rp911.497.950,82 - Rp 950.000.000,00 = - Rp 38.502.049,18
CONTOH-2...
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/24/DPM tanggal 30 Agustus 2010
CONTOH-2
Pada tanggal 20 Agustus 2010, BUS “A” mengajukan Repo SBSN seri IFR-0001 sebesar Rp1 miliar. Data dan informasi mengenai Repo SBSN tersebut adalah sebagai berikut : Tanggal Penerbitan SBSN
:
26 Agustus 2008
Jangka Waktu SBSN
:
7 (tujuh) tahun
Tanggal Jatuh waktu SBSN
:
15 Agustus 2015
Tanggal Pembayaran Imbalan
:
15 Februari dan 15 Agustus
Repo rate
:
BI rate + marjin 100 bps = 6,5% + 1,0% = 7,5%
Harga SBSN pada tanggal Repo
:
95%
Haircut atas SBSN IFR-0001
:
5%
Tingkat Imbalan IFR-0001
:
11,80%
Tanggal Pengajuan Repo SBSN
:
20 Agusutus 2010
Tanggal Setelmen Repo SBSN (1st Leg)
:
20 Agusutus 2010
Jangka waktu Repo SBSN
:
3 hari
Tanggal Repo SBSN Jatuh Waktu (2nd Leg)
:
23 Agusutus 2010
Nilai Nominal SBSN yang direpokan
:
Rp.1.000.000.000,00
Pada saat 1st Leg BUS “A” yang mengajukan Repo SBSN ke Bank Indonesia akan menerima dana sebesar nilai setelmen 1st leg yaitu Rp901.612.021,86 dengan rincian perhitungan sebagai berikut :
Jumlah...
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/24/DPM tanggal 30 Agustus 2010
Jumlah hari accrued imbalan dihitung dari tanggal pembayaran imbalan sebelumnya (tanggal 15 Agustus 2010) s/d tanggal Pengajuan Repo SBSN diajukan (tanggal 20 Agustus 2010) = 5 hari Nilai setelmen 1st leg = [Rp1.000.000.000,00 x (95%-5%)] + [(5/183) x (½ x 11,80%) x Rp1.000.000.000,00] = Rp900.000.000,00 + Rp1.612.021,86 = Rp901.612.021,86 Pada saat 2nd Leg Pada tanggal 23 Agustus 2010, BUS “A” melakukan pelunasan Repo SBSN yang diterimanya dengan rincian perhitungan sebagai berikut :
Nominal SBSN IFR-0001 yang
Rp1.000.000.000,00
direpokan oleh BUS “A” Repo rate Biaya Repo SBSN yang harus dibayar BUS “A” Jumlah yang dibayar BUS “A” melalui pendebetan rekening
7,5% [Rp1.000.000.000,00 x (3/360) x 7,5%] = Rp625.000,00 Rp901.612.021,86+ Rp625.000,00= Rp902.237.021,86
gironya di BI adalah sebesar nilai setelmen 1st leg + Biaya Repo SBSN
Pembatalan...
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/24/DPM tanggal 30 Agustus 2010
Pembatalan Setelmen pada 2nd Leg
Dalam hal BUS “A” gagal melakukan pelunasan Repo SBSN pada tanggal 23 Agustus 2010 maka dilakukan hal-hal sebagai berikut :
Nilai Setelmen first leg
Rp901.612.021,86
Biaya Repo SBSN yang harus
Rp625.000,00
dibayar BUS “A” Perhitungan denda karena
0,010/0 x Rp1.000.000.000,00 =
pembatalan stelmen second leg
Rp100.000,00 Sesuai SE, sanksi kewajiban membayar sebesar 0,01% (satu per sepuluh ribu) dari nilai nominal transaksi SBIS yang dibatalkan; paling sedikit sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) untuk setiap pembatalan; maka BUS “A” dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp 10.000.000,00
Total kewajiban BUS “A” apabila
Rp901.612.021,86+ Rp 625.000,00 + Rp
terjadi pembatalan setelmen second leg
10.000.000,00= Rp 912.237.021,86
Nilai transaksi outright surat berharga pada saat setelmen 2nd leg (harga tetap) = (Rp1.000.000.000,00 x (95%) = Rp950.000.000,00 Bank Indonesia mengkredit Rekening Giro BUS “A” sebesar selisih nilai kewajiban setelmen second leg dengan nilai transaksi outright dengan perhitungan sebagai berikut: = Rp912.237.021,86 - Rp 950.000.000,00 = - Rp 37.762.978,14 CONTOH-3...
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/24/DPM tanggal 30 Agustus 2010
CONTOH-3 (PERHITUNGAN NILAI TRANSAKSI APABILA TERJADI PEMBATALAN SETELMEN PADA 2nd
LEG & PERUBAHAN HARGA
SBSN) Nilai setelmen 1st leg = [Rp1.000.000.000,00 x (95%-5%)] + [(4/183) x (½ x 11,80%) x Rp1.000.000.000,00] = Rp900.000.000,00 + Rp1.289.617,49 = Rp901.289.617,49
Nominal SBSN IFR-0001 yang
Rp1.000.000.000,00
direpokan oleh Bank Umum Syariah “A” Repo rate Biaya Repo SBSN yang harus dibayar Bank Umum Syariah “A” Perhitungan denda karena pembatalan setelmen second leg
7,5% [Rp1.000.000.000,00 x (1/360) x 7,5%] = Rp208.333,33 0,010/0 x Rp1.000.000.000,00 = Rp100.000,00
Sesuai SE, sanksi kewajiban membayar sebesar 0,01% (satu per sepuluh ribu) dari nilai nominal transaksi SBIS yang dibatalkan; paling sedikit sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) untuk setiap pembatalan; maka BUS “A” dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp 10.000.000,00 Total kewajiban BUS “A” apabila Rp901.289.617.49+ Rp208.333,33+ terjadi pembatalan setelmen
Rp10.000.000,00 =
second leg
Rp911.497.950,82
A. Perhitungan...
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/24/DPM tanggal 30 Agustus 2010
A. Perhitungan setelmen pada 2nd Leg pada saat harga SBSN naik menjadi 98% Nilai transaksi outright surat berharga pada saat setelmen 2nd leg = (Rp1.000.000.000,00 x (98%) = Rp980.000.000,00 Atas kenaikan harga SBSN tersebut, Bank Indonesia mengkredit Rekening Giro BUS “A” sebesar selisih nilai kewajiban setelmen second leg dengan nilai transaksi outright dengan perhitungan sebagai berikut: = Rp911.497.950,82 - Rp 980.000.000,00 = - Rp 68.502.049,18 B. Perhitungan setelmen pada 2nd Leg pada saat harga SBSN turun menjadi 85% Nilai transaksi outright surat berharga pada saat setelmen 2nd leg = (Rp1.000.000.000,00 x (85%) = Rp850.000.000,00
Atas penurunan harga SBSN tersebut, Bank Indonesia mendebet Rekening Giro BUS “A” sebesar selisih nilai kewajiban setelmen second leg dengan nilai transaksi outright dengan perhitungan sebagai berikut: = Rp911.497.950,82 – Rp 850.000.000,00 = Rp 61.497.950,82