Zombie Dan Krisis Eksistensial : Analisa Novel Warm Bodies Melalui Eksistensialisme Gabriel Marcel Kazhman Anhari Program Studi Ilmu Filsafat, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia
[email protected]
ABSTRAK Dalam kebudayaan manusia kontemporer, seringkali kita melihat seorang individu memilih untuk berada pada zona yang membuat dirinya merasa aman meski hal tersebut membuat dirinya berada dalam status kesadaran manusia malafide. Memilih untuk berada pada zona aman merupakan bentuk ketidakmampuan seorang individu dalam menghadapi pilihan-pilihan hidup yang membuat dirinya lari dan membuang kebebasannya. Menjalani sebuah kehidupan dengan status kesadaran manusia malafide, membuat seorang individu berperan pasif dalam kehidupan, dan melihat segala sesuatu sebagai obyek yang ada tanpa memiliki makna. Eksistensialisme hadir sebagai bentuk reaksi yang memberikan pemahaman berpikir seorang individu didalam menjalani dan memaknai kehidupannya. Gabriel Marcel sebagai salah satu tokoh eksistensialis religius melihat bahwa status kesadaran manusia malafide ini merupakan bentuk dimana seorang individu tidak benarbenar menjalani sebuah kehidupan, karena ia menutup diri dari pengalaman-pengalaman maupun pilihan-pilihan hidup yang akan ia jumpai melalui relasi dengan dunia dan the other diluar dirinya. Kebebasan seorang individu untuk menentukan pilihan-pilihan hidup yang ia jumpai merupakan suatu bentuk eksistensi dari seorang individu, melalui perenungan dan penghayatan didalam menentukan sebuah pilihan, seorang individu memperlihatkan bagaimana dirinya mampu bereksistensi. Kata Kunci : Broken World, Love, Hope, Mystery, Malafide
Zombie And Existential Crisis : Analysis of Novel Warm Bodies Through Existentialism Gabriel Marcel ABSTRACT In contemporary human culture, we often see an individual chooses to be in a zone that makes her feel safe even though it makes itself in a malafide human status of consciousness. Choose to be in a safe zone is the form of an individual's inability to face life choices that make him run away and throw away his freedom. Living a life with a malafide human status of human consciousness, making an individual play a passive role in life, and see everything as an object that is without meaning. Existentialism be present as a form of reaction that provides an understanding of individual thinking in live and interpret their lives. Gabriel Marcel as one of the religious existentialists see that the malafide status of human consciousness is a form in which an individual does not really live a life, because he shut himself from the experiences and life choices that will he met through a relationship with the world and the other outside himself. Freedom of an individual to determine the life choices is a form of existence of an individual, through the contemplation and appreciation in deciding on an option, an individual demonstrates how he is able to exist. Key Words : Broken World, Love, Hope, Mystery, Malafide
Pendahuluan Dunia mengenal zombie sebagai monster fiksi yang muncul dalam cerita-cerita horror. Sebut juga karya seineas horror terkemuka seperti George A. Romero pada tahun 1968 yang
Zombie dan..., Kazhman Anhari, FIB UI, 2014
menampilkan film “Night of The Living Dead”.1 Zombie diilustrasikan sebagai mayat yang bangkit hidup kembali dan berburu manusia untuk disantap. Fakta sosiologisnya, kata Zombie sendiri bukan sebatas rekayasa sutradara novel horror. Pengertian Zombie memiliki sejarahnya sendiri. Kemunculan zombie dapat ditelusuri hingga mitologi bangsa Haiti yang meyakini adanya kekuatan sihir hitam atau black magic untuk membangkitkan orang yang sudah mati. Tentunya hal ini adalah mitos bangsa Haiti. Berawal dari fantasi orang-orang Haiti, gagasan tentang mayat yang hidup melanda kebudayaan popular kita. Salah satunya adalah novel yang diangkat dari novel Isaac Marion berjudul “Warm Bodies”. Berbeda dengan kisah-kisah Zombie yang menyeramkan, novel “Warm Bodies” menampilkan sisi unik dari sosok zombie. Di dalam novel “Warm Bodies”, Isaac Marion menceritakan sosok zombie yang ingin kembali menjadi manusia (dapat merasakan sesuatu, mempunyai emosi, dapat bermimpi, dll.). Sosok zombie ini ditampilkan melalui salah satu tokoh zombie bernama “R”, yang kemudian menggerakkan dan membangkitkan hasrat yang terpendam didalam diri zombie-zombie lain. Pada awal cerita, sebagaimana zombie pada umumnya, Isaac Marion menampilkan zombie sebagai ancaman bagi manusia. Ia membangun suasana ancaman tersebut melalui situasi dimana zombie hadir untuk menyantap manusia, sehingga manusia berusaha untuk berlindung dari zombie didalam tempat yang aman dan membunuh zombie. Kemudian muncullah sebuah tim yang ingin melakukan riset atau penelitian terhadap zombie, yang kemudian mengharuskan tim ini masuk kedalam wilayah zombie untuk melakukan riset secara langsung. Setiba tim ini didalam wilayah zombie, mereka mencari persediaan didalam sebuah lab yang kemudian lab tersebut diserang oleh sekelompok zombie yang berada disekitarnya. Pada kejadian itu, Isaac Marion mempertemukan seorang perempuan yang bernama Julie Grigio dengan zombie yang bernama “R”. Pertemuan “R” dengan perempuan ini seakan menggerakan hasrat atau membangkitkan suatu rasa didalam diri “R”. Kemudian pertemuan ini menjadi kebersamaan selama beberapa waktu antara “R” dengan Julie. Selama kebersamaannya ini, Isaac Marion mulai memunculkan keunikan zombie yang bernama “R”, dimana zombie ini kembali berpikir, belajar untuk memahami keinginan Julie, dan mulai berusaha untuk menarik perhatiannya. Relasi yang dibangun didalam cerita Isaac Marion antara zombie yang bernama “R” dengan Julie yang merupakan manusia, membentuk sebuah relasi dan cinta didalamnya. Relasi dan cinta ini membuat sosok zombie “R” kembali mendetakkan jantungnya sehingga 1
http://www.filmsite.org/series-dead.html
Zombie dan..., Kazhman Anhari, FIB UI, 2014
berproses kembali untuk menjadi seorang manusia. Tidak hanya “R”, ada pada dua adegan didalam novel ini, Isaac Marion menunjukkan zombie-zombie lain dan zombie yang merupakan sahabat “R” kembali mengingat suatu perasaan yang dulu pernah dirasakan oleh mereka ketika masih menjadi manusia pada saat melihat “R” berpegangan tangan dengan perempuan yang merupakan manusia tersebut dan melihat sebuah poster yang terpasang di stasiun kereta api yang bergambar sebuah tangan yang sedang saling bergandengan sama seperti “R” dan perempuan itu lakukan. Kejadian ini membuat sahabat “R” dan zombiezombie lain kembali mulai mendetakkan jantungnya seakan kembali mengingat dan merasakan sebuah emosi relasi dan cinta didalamnya. Adapula Gambaran ingatan sahabat “R” yang ditunjukkan oleh Isaac Marion, mengilustrasikan sahabat “R” dengan istrinya dahulu sebelum ia menjadi zombie, mereka sedang bermesraan sebagai sepasang kekasih yang hidup dalam kebahagiaan. Tentu saja ilustrasi ini mendukung sekaligus menampilkan sisi relasi dan cinta yang terdapat di dalam Novel “Warm Bodies”. Pada akhir cerita, Isaac Marion memperlihatkan zombie dan manusia yang kembali hidup didalam satu lingkungan, dimana manusia membantu zombie untuk kembali menjadi seorang manusia. Dari cerita singkat diatas, Zombie menjadi metafora yang mewakili status kesadaran manusia sebagai problem kebudayaan manusia kontemporer yang membuang otensitas dirinya dan menutup diri menjadi manusia malafide. Problem yang dimunculkan ini sejalan dengan teori eksistensialisme yang pembahasannya berpusat pada manusia. Berangkat dari dalam diri satu individu sampai pada relasi dengan dunia diluarnya. Dalam hal inilah manusia terlahir untuk menjalani hidup secara bebas untuk membentuk dan menentukan jati dirinya, walaupun pada akhirnya ada batasan-batasan untuk kebebasan tersebut, namun proses ini memang sudah menjadi kodrat manusia didalam kehidupan maupun realitas di dunia. Bahan dan Metode Jurnal ini mengkaji bagaimana symbol zombie yang ditampilkan dalam novel “Warm Bodies” berhubungan dengan pengertian manusia tentang relasi dan cinta. Didalam sebuah relasi ada koneksi yang dibangun melalui emosi dan perasaan, salah satu emosi dan perasaan ini adalah cinta. Didalam jurnal ini Zombie merupakan metafora yang mewakili status kesadaran manusia. Mereka yang diklasifikasikan sebagai Zombie adalah orang-orang yang hidup tanpa mengerti tujuan maupun maksud dari kehidupannya. Mereka tidak merasakan pilihan-pilihan hidupnya karena mereka tidak sungguh-sungguh memiliki kesadaran akan kebebasan hidupnya. Cinta yang merubah “R” agar menjadi manusia lagi, yang merasakan
Zombie dan..., Kazhman Anhari, FIB UI, 2014
segala emosi dan kecemasan merupakan konsep yang lekat dengan eksistensialisme, khususnya dengan teori-teori eksistensialis milik Gabriel Marcel. Adapula pemikiran Marcel yang sejalan dengan substansi dari novel “Warm Bodies” adalah idenya tentang fidelity, love, hope, problem, and mystery. Pada ide Marcel tentang fidelity, menurutnya orang yang benar-benar hidup bukan hanya sekadar orang yang merasakan hidup, akan tetapi seseorang yang menyebarkan rasa itu disekitarnya, dan seseorang yang benar-benar hidup pada jalan ini, tidak hanya melihat prestasi sebagai ukuran kesuksesan atas dirinya, namun juga sesuatu yang pada dasarnya kreatif dalam dirinya. Maksudnya bukan secara langsung mengatakan bahwa dorongan kreatif diukur dengan apa yang kita hasilkan. Justru sebaliknya, karya seni yang paling eksplisit mengekspresikan energi kreatif, karena kita menyerahkan diri satu sama lain, tindakan cinta, kekaguman, dan persahabatan juga menggambarkan tindakan kreatif. Faktanya, partisipasi dengan orang lain dimulai melalui tindakan emosional yang tidak hanya memungkinkan subjek untuk mengalami tubuh sebagai miliknya, namun yang memungkinkan dirinya untuk merespon orang lain sebagaimana embodied, penginderaan, kreatif, serta partisipatif. Untuk merasakan yang diluar diriny asebagaimana bentuk partisipasi, tindakan kreatif yang menarik subjek lebih dekat dengan pengalaman diri sebagai „beings-among-beings‟. Dalam memperkuat gagasan Marcel mengenai partisipasi dan intersbujektivitas sebagai bentuk proses menjadi Being. Bagi Marcel, perjumpaan seorang individu dengan The Other, tidak hanya sekadar berjumpa dengan The Other diluar diri individu tanpa ada relasi yang terjadi. Perjumpaan dengan The Other adalah perjumpaan eksistensial yang membuat diri seorang individu mengalami pengalaman dan sensasi dalam kehidupan, karena dirinya berjumpa dengan The Other yang bermakna. Melalui perjumpaan ini, seorang individu berelasi penuh terhadap The Other. Pengalaman dan sensasi yang ia rasakan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari dirinya sebagai pemenuhan eksistensi diri (pengalaman dan sensasi ini hidup dalam memori seorang individu). Pada novel “Warm bodies” diperlihatkan ada dorongan kreatif didalam diri zombie yang bernama “R”, begitu juga dengan perempuan yang merupakan seorang manusia. Relasi yang mereka bangun mempengaruhi zombie-zombie lain untuk dapat kembali merasakan emosi seperti halnya manusia. Creative fidelity merupakan fidelity untuk menjadi bebas, dan kebebasan itu melibatkan pembuatan keputusan tentang apa yang penting, dibandingkan hidup dalam keadaan statis. Kehidupan yang dijalani para zombie sebelumnya merupakan contoh kehidupan dalam keadaan statis, dimana mereka tidak memahami maksud dari
Zombie dan..., Kazhman Anhari, FIB UI, 2014
kehidupannya sendiri. Ide Marcel tentang mystery tidak terlepas dari pemahaman tentang problem. Didalam novel “Warm Bodies” penggambaran mystery dapat kita lihat dengan adanya harapan zombie yang ingin menjadi manusia melalui cinta, emosi, segala rasa, dan kecemasan didalam dirinya. “ A problem is something which I meet, which I find completely before me, but which I can therefore lay siege to and reduce. But a mystery is something in which I am myself involved, and it can therefore only be thought of as a sphere where the distinction between what is in me and what is before me loses its meaning and initial validity.”2 Mystery bagi Marcel adalah sesuatu yang dialami didalam diri-sendiri ataupun terlibat didalamnya, dan karena itu hanya dapat dianggap sebagai suatu kondisi di mana perbedaan antara apa yang ada pada dirinya dan apa yang adadihadapannya kehilangan makna dan validitas awal. Berbeda dengan Problem, bagi Marcel problem adalah sesuatu yang bertemu dengan manusia, dimana dapat dihindari dan dapat mempersiapkan diri untuk direduksi. Ide Marcel yang juga sejalan dengan substansi dari novel “Warm Bodies” adalah idenya tentang Hope. Hal ini terlihat bagaimana zombie yang bernama “R” mempunyai harapan untuk mengatasi kondisinya agar dapat bersama dengan perempuan yang merupakan seorang manusia. Bagaimana zombie yang tidak dapat berbicara sama sekali kemudian belajar untuk dapat berbicara. Keunikan yang ditemukan oleh Julie Grigio menjadikan manusia mempunyai harapan untuk membebaskan para zombie dari penderitaannya. Akan tetapi apa yang terjadi jika tidak adanya harapan ? Ide Marcel yang juga berhubungan dengan novel ini adalah gagasan tentang Broken world, kondisi ini ditujukkan ketika dunia rusak dan hanya ada despair atau keputusasaan didalamnya. Metode penulisan yang digunakan didalam jurnal ini adalah metode analisa filosofis.Dengan menggunakan metode filosofis, saya melihat karya novel Warm Bodies melalui sudut pandang eksistensialis, dan mengkaitkannya dengan pemikiran-pemikiran Gabriel Marcel.Metode analisa filosofis ini digunakan untuk menganalisa karakter “R” beserta pilihan-pilihannya.Lalu melalui metode ini pula dikaitkan bagaimana tokoh “R” sebagai metafora sosok manusia kontemporer yang mencari otensitas. Cara kerja dari metode ini adalah menganalisis asumsi-asumsi yang mendasari keunikan tokoh karakter “R”, sampai pada pemahaman kompleksitas tokoh zombie “R” yang mampu bertransformasi menjadi seperti manusia. Proses transformasi dari sekadar makhluk 2
Marcel, Gabriel “Being and Having”, 1949, p.117
Zombie dan..., Kazhman Anhari, FIB UI, 2014
biologis atau fisik hingga menjadi makhluk yang unik dan mempunyai kesadaran seperti halnya manusia. Kemudian menjelaskan problem manusia kontemporer yang mencari otensitas. Konsep manusia malafide (manusia yang menghilangkan rasa cemas dengan menghilangkan kebebasannya) merupakan metafor dari zombie apokaliptik yang menuntun pada pemahaman Gabriel Marcel mengenai “Broken World”. Kemudian untuk mendukung analisa terhadap karya novel Warm Bodies, saya menggunakan metode pendukung yaitu telusur kepustakaan. Hal ini digunakan untuk mengumpulkan data dengan membaca buku-buku yang relevan untuk membantu didalam menyelesaikan maupun untuk melengkapi data yang berhubungan dengan masalah yang dibahas. Pembahasan dan Hasil Eksistensialisme merupakan salah satu aliran filsafat yang pemahamannya mengatakan bahwa manusia merupakan pusat dari dunianya. Manusia terlahir di dunia dengan kebebasan yang ia miliki, namun kebebasan yang dimaksud ialah kebebasan yang bertanggung jawab terhadap dunianya dan manusia lainnya, seperti tidak merugikan maupun mengganggu kepentingan manusia lain. Pemahaman eksistensialisme tentang seorang individu memang merupakan problem menarik yang sulit untuk dijelaskan, problem ini tidak dapat diberikan sebuah validasi ataupun mengetahui nilai kebenaran secara absolut. Seorang individu berkembang dan selalu berusaha mengembangkan dirinya, untuk menjelaskan maupun memahami seorang individu kita hanya bisa melihat dari sudut pandang diri sendiri, namun pandangan langsung akan seorang individu tersebut merupakan sebuah karakter yang membuat adanya perbedaan pandangan antara satu individu dan yang lainnya. Hal ini merupakan satu keunikan yang dimiliki oleh seorang individu, hanya dirinya yang dapat merasakan
dan
mengetahui
pandangannya,
lalu
kemudian
orang
lain
mencoba
mempersepsikan melalui pandangannnya yang mungkin mempunyai kemiripan atau berbeda satu sama lain. Gabriel Marcel merupakan salah satu tokoh eksistensialisme yang pemikirannya dipengaruhi oleh kepercayaan agama yang dianut olehnya. Marcel percaya bahwa pada setiap pilihan yang dipertanggungjawabkan secara eksistensial dan penuh dengan makna. Ketika seorang individu mampu bertindak atas kehendak bebas dirinya sendiri, maka ada harapan yang muncul dan lahir didalam dirinya
sebagai proses
eksistensi. Pemahaman
eksistensialisme Marcel memperlihatkan hubungan seorang individu dengan dunianya dan The Other merupakan sebuah perjumpaan eksistensial yang dialami oleh seorang individu.
Zombie dan..., Kazhman Anhari, FIB UI, 2014
Perjumpaan ini memberikan pengalaman dan sensasi bagi individu sebagai proses eksistensi dirinya. Untuk dapat memaknai kehidupan diluar dirinya, seorang individu harus dapat memahami dan memaknai pengalaman yang ia jumpai untuk dijadikan pengalaman hidup didalam dirinya. Konsep eksistensialisme Marcel memberikan perhatian besar terhadap pengalaman seorang individu, pengalaman merupakan kunci seorang individu mampu memahami dan memaknai seluruh kehidupannya. Melalui pengalaman seorang individu mampu berproses menjadi seorang subjek berkesadaran. Proses seorang individu menjadi subjek berkesadaran bukan hanya untuk pemenuhan atas dirinya sendiri, akan tetapi juga bagaiman dirinya mampu berkontribusi terhadap dunianya dan The Other. Menurut Marcel, seorang individu tidak dapat menjadi subjek berkesadaran jika dirinya tidak berkontribusi dan berbagi dengan dunia dan The Other. Jika seorang individu saling memberikan ataupun berbagi dengan The Other, keharmonisan dalam kehidupan akan tercipta. Didalam kehidupan seorang individu pasti akan berjumpa dengan apa yang disebut problem. Hal ini merupakan situasi yang dijumpai oleh seorang individu diluar dirinya, sebuah problem dapat direduksi maupun dihindari dalam kehidupan. Namun Marcel juga menyebutkan didalam kehidupan ada sesuatu hal yang disebutnya sebagai mystery, hal ini berada didalam diri seorang individu dan mendorong dirinya untuk merenungkan suatu pengalaman yang dialaminya sebagai suatu hal yang memperkaya eksistensi dirinya. Setelah Marcel menjelaskan bagaimana seorang individu berproses menjadi subjek berkesadaran, lalu kontribusinya dengan dunia dan The Other. Broken World, dihadirkan oleh Marcel sebagai pemahaman akan dunia yang rusak. Kondisi ini merupakan situasi yang terjadi ketika didalam kehidupan seorang individu menutup dirinya dan tidak adanya kontribusi dengan dunia maupun The Other, yang mengakibatkan kehidupan dipenuhi dengan keputusasaan. Kondisi seperti ini yang dialami oleh setiap individu sehingga tidak ada harapan didalam memaknai dan memahami kehidupannya untuk berproses menjadi lebih baik, membawa dunia kepada situasi maupun kondisi yang rusak. Gagasan-gagasan Marcel yang memperlihatkan bagaimana individu memiliki otentisitas didalam dirinya, sebagai bentuk karakteristik yang membedakan dirinya dengan orang lain. Melalui perjumpaan dengan orang lain dan dunia, individu berelasi penuh terhadapnya dengan mendapat pengalaman dan sensasi yang dirasakan sebagai bagian dari
Zombie dan..., Kazhman Anhari, FIB UI, 2014
dalam dirinya yang membentuk jati dirinya dan bertindak dalam menjalani kehidupannya, hal ini memperlihatkan bagaimana individu mengalami perkembangan dalam menjadi individu yang lebih baik. Seorang individu tidak dapat berproses membentuk jati dirinya tanpa adanya perjumpaan dan relasi dengan orang lain di dunia. Karena pemahaman dan pemaknaan yang dirasakan dalam diri seorang individu, akan selalu terkait dengan bagaimana ia berada dalam suatu kondisi ataupun situasi yang menghadapkannya dengan pilihan-pilihan hidup sebagai bentuk dirinya mampu bereksistensi. Perjumpaan dan relasi individu dengan orang lain, merupakan suatu perjumpaan yang eksistensial, karena melalui hal ini individu berada dalam kondisi ataupun situasi dimana ia tidak hanya memahami dan memaknai orang lain yang berada diluar dirinya, namun juga memahami dan memaknai dirinya sendiri dengan perenungan bagaimana ia menempatkan dirinya dan bertindak dalam kehidupan. Manusia sebagai seorang individu memiliki jiwa yang membuat dirinya menerima pemaknaan dan pemahaman hidup sebagai bentuk bagian dari dirinya. Kesadaran manusia akan kebebasannya dan menentukan pilihan-pilihan yang ia jumpai didalam kehidupan, memberikan pengalaman dan sensasi sabagai pengetahuan bagi dirinya. Mampu menerima segala bentuk pengalaman yang kemudian ia refleksikan dalam bentuk cinta kasih, harapan dan kesetiaan, membuat dirinya terikat dengan sesuatu yang spiritual. Refleksi kehidupan yang ia jalani merupakan bentuk pemenuhan dirinya menjadi Being. Hubungan seorang manusia dengan suatu hal yang spiritual, memberikan optimisme diri seorang individu untuk menjalani kehidupan sebagai sebuah karunia atupun anugrah kepada dirinya. Merasakan berebagai emosi yang membuat kegelisahan didalam diri seorang individu merupakan bentuk dimana dirinya melatih kehidupannya untuk menghadapi sebuah penderitaan sebagai cobaan yang akan memberikan dirinya pemaknaan yang lebih tinggi. “I claim to be a person in so far as I assume responsibility for what I do and what I say.”3 Berada pada suatu situasi ataupun kondisi merupakan hakikat dari seorang manusia untuk bereksistensi. Karena ketika manusia berada pada situasi ataupun kondisi, dirinya akan bertemu dengan pilihan-pilihan hidup yang menentukan eksistensi dirinya. Manusia sebagai makhluk yang memiliki otensitas, mampu menentukan pilihan-pilihannya tanpa terpengaruh oleh kondisi sosial disekitarnya. Ia tidak bergantung kepada orang lain didalam menentukan
3
Marcel, Gabriel “Homo Viator”, 1951, p.21
Zombie dan..., Kazhman Anhari, FIB UI, 2014
kehidupnnya, karena jika dirinya bergantung kepada orang lain ia sama saja seperti burung kakak tua yang bisa berbicara, namun tidak mengerti apa-apa. Melalui perjumpaan dengan orang lain, manusia mendapatkan pengalaman ataupun sensasi yang menjadi bagian dari dirinya. Perjumpaan menghadirkan pemahaman The Other sebagai sesuatu yang memiliki makna. Ketika seorang manusia menerima bahwa The Other memiliki makna yang menghasilkan penglaman ataupun sensasi untuk dirinya, ia merasakan adanya keterikatan dan tanggung jawab kepada The Other. Keterikatan dan tanggung jawab ini merupakan bentuk seorang individu menerima kehadiran orang lain dan bertanggung jawab kepadanya sebagai bentuk tindakan yang dilakukan atas dasar cinta kasih. Menerima The Other sebagai Having yang mendukung diri kita memperkaya diri untuk bereksistensi dan menjadi Being. Membangun relasi dengan orang lain memberikan penglaman bagi diri yang memunculkan kesetiaan dalam diri seorang individu. Relasi yang dibangun melalui cinta kasih, membuat kesadaran seseorang untuk dapat merawat hal tersebut melalui komitmen. Ketika dirinya mampu membuat janji untuk saling ada satu sama lain hal tersebut akan aktif didalam kesetiaan seseorang. Janji ini merupakan suatu hal yang mengikat dirinya dengan adanya karunia Tuhan yang menjadi saksi dari bagaimana dirinya mampu berkomitmen terhadap janji yang dibuatnya. Walaupun pada akhirnya dirinya gagal memenuhi janji tersebut, namun usaha yang dilakukannya merupakan bentuk tanggung jawab yang ia jalankan sebagai pemenuhan terhadapnya. Keberadaan Having sebagai pendukung yang berada diluar diri seorang individu, tidak menjadi penentu dirinya dapat bereksistensi. Karena pengalaman dan sensasi yang dihasilkan oleh Having bertransformasi menjadi bagian didalam diri Being. Melalui memori, seorang individu mampu menghadirkan kembali pengalaman ataupun sensasi yang pernah dialaminya dalam suatu situasi dengan durasi tertentu. Momen ini membawa seorang individu terlibat dalam gambaran virtualnya dalam merasakan pengalaman dan sensasi yang pernah ia rasakan melalui tubuhnya. Kesadaran individu akan tubuhnya yang mengalami perpanjangan dalam ruang tersebut, hal ini menunjukkan bagaimana keberadaannya sekarang merupakan bentuk perkembangan dari masa lalunya. Kesadaran individu dalam memaknai setiap pengalaman dan sensasi yang ia rasakan sebagai bagian dari dalam dirinya, direfleksikan dalam bentuk tindakan aktual pada kehidupannya. Hal ini menunjukkan bagaimana seorang individu dapat menjadi individu yang lebih baik dan berproses semakin menjadi melalui kemampuan memori yang dimilikinya.
Zombie dan..., Kazhman Anhari, FIB UI, 2014
Novel Warm Bodies, memperlihatkan transformasi “R” sebagai metafor dimana seorang manusia yang kembali menemukan eksistensi dirinya melalui perjumpaan dengan orang lain yang memberikan makna kepada dirinya. Perjumpaan eksistensial ini menghadirkan gagasan Marcel tentang hope, love, dan mystery. “R” yang berjumpa dengan Julie merasakan suatu perasaan yang membuat dirinya merasakan kegelisahan dalam dirinya dan mendorong kesadaran dalam dirinya untuk memaknai pengalaman tersebut sebagai bagian dari dirinya. Pengalaman ini membuat diri “R” merasakan keterikatan dan bertanggungjawab kepada Julie. Kegelisahan dalam diri “R” merupakan bentuk perdebatan menerima mystery sebagai sesuatu yang hanya dirasakan dan diterima sebagai bagian dari diri seorang individu.Ia tidak dapat menjelaskan hal tersebut dan mereduksinya untuk menjadi detail melalui pikirannya, hal ini sesuatu yang melampaui hal tersebut dan hanya bisa dirasakan dalam diri seorang individu. “R” yang memaknai mystery tersebut sebagai bagian dari dirinya, memperlihatkan bagaimana The Other yang bermakna memberikan suatu pengalaman yang membuat diri seorang individu kembali bereksistensi melalui kegelisahan yang terjadi didalam dirinya. Setelah perjumpaanya dengan Julie, kesadaran “R” semakin berkembang melalui kebersamaannya dengan Julie. Dalam kebersamaannya ini, “R” mempelajari perasaan yang ia rasakan tersebut melalui ingatannya. Ia menghadirkan kembali penglaman dan sensasi tersebut dalam upaya memperbaiki dirinya menjadi lebih baik. Relasi yang terjalin antara “R” dan Julie menekankan bagaimana seorang individu tidak dapat terlepas dengan The Other diluar dirinya, dalam memaknai dirinya sendiri dan juga kehidupannya. Julie hadir sebagai Having yang mendukung “R” berproses menjadi Being. Ketika “R” dan Julie harus berpisah, “R” menerima perpisahan tersebut sebagai bentuk cobaan dalam kehidupan yang harus ia lalui sebagai latihan dalam menghadapi penderitaan didalam kehidupan. Perpisahan ini semakin membuat “R” berkesadaran dan memaknai kehidupannya, segala bentuk pengalaman yang dihasilkan dan membuat dirinya merasakan suatu emosi, merupakan bagian dari kehidupan yang tidak terpisahkan dan merupakan anugrah yang dberikan kepadanya dalam pemenuhan dirinya untuk memaknai kehidupan menuju tahap yang lebih tinggi. Ingatan “R” yang menghadirkan kembali pengalaman dan sensasi ketika dirinya bersama Julie, dijadikan sebagai pembelajaran diri untuk menghadapi masa depannya dan menjadi individu yang lebih baik. Cinta kasih antara “R” dan Julie memperlihatkan bagaimana manusia memiliki jiwa yang saling berkoneksi dalam bentuk ikatan kesetiaan dalam dirinya masing-masing. Cinta
Zombie dan..., Kazhman Anhari, FIB UI, 2014
kasih dan kesetiaan seorang individu memunculkan harapan-harapan yang membuat dirinya dapat berkembang menjadi lebih baik. Harapan didalam diri seorang individu membuat dirinya optimis dalam menghadapi kehidupannya, kesedihan dan keputusasaan dalam kehidupan merupakan fase yang dapat dilewati dengan berkeyakinan dan percaya bahwa adanya suatu keajaiban didunia ini. Merefleksikan tindakan dengan cinta kasih, harapan, dan kesetiaan membawa seorang individu menerima kehidupan sebagai suatu anugrah yang diberikan kepadanya, sehingga ketika ia mengalami sebuah cobaan, maka hal tersebut dihadapi sebagai tahap untuk mencapai makna kehidupan yang lebih baik. Tidak berhenti pada kondisi dunia yang harmonis, novel Warm Bodies juga memperlihatkan gagasan Marcel mengenai Broken World. Keadaan dan situasi kehidupan ini mengilustrasikan kehidupan manusia masyarakat postmodern yang seringkali memandang cinta kasih, harapan, dan kesetiaan sebagai suatu hal yang absurd. Kompleksitas emosi yang tidak dapat dijelaskan melalui pikiran seorang individu, membuat dirinya menyangkal hal tersebut sebagai sesuatu yang tidak mempunyai makna bagi diri seorang individu. Cara berpikir yang melihat semua yang terjadi didunia ini memiliki sebab dan akibat yang dapat dijelaskan, membuat kehidupan seorang individu terpaku kepada objek realitas semata. Zombie apokaliptik menjadi metafora status kesadaran manusia malafide yang membawa kehidupan pada kehampaan dan keputusasaan. Gambaran zombie-zombie yang tidak memiliki kesadaran, tidak bertemu dengan pilihan-pilihan hidup yang menjadi bagian dari eksistensi dirinya, memperlihatkan bagaimana seorang individu memaknai dirinya sebagai objek begitu juga dengan orang lain yang ada didunia ini. Tidak ada keterlibatan aktif antar individu yang menghasilkan pengalaman dan sensasi bagi diri seorang individu. Keadaan ini seringkali dialami oleh seorang individu yang mengalami pengalaman yang membuat dirinya trauma. Kesedihan dan keputusasaan yang berada dalam dirinya membuat ia menutup dan lari dari kenyataan hidup yang ia hadapi. Contoh nyata yang sering terjadi ketika seorang individu berada dalam kondisi ini, ialah ia memikirkan bagaimana dirinya dapat bertahan dari rasa sakit dan kesedihan ini dengan membuang kesadarannya akan orang lain, karena takut akan merasakan kembali penglaman yang membuatnya trauma. Dan yang lebih ekstrim ialah dengan memilih untuk membunuh dirinya sendiri. Ketidakmampuan seorang individu bangkit dan keluar dari pengalaman yang membuatnya trauma, juga dipengaruhi oleh dirinya yang merasakan ada tekanan dari lingkungan sosial sekitarnya yang membuat dirinya semakin putus asa dan tidak mampu menjalani kehidupannya karena dipenuhi rasa ketakutan.
Zombie dan..., Kazhman Anhari, FIB UI, 2014
Gagasan Gabriel Marcel mengenai cinta, harapan, dan misteri merupakan hal yang mendasari seorang individu dapat bangkit dari keadaan keputusasaan. Novel Warm Bodies sebagai karya fiksi, mampu memperlihatkan pandangan eksistensialisme Gabriel Marcel dan memberikan sebuah jalan keluar problem manusia yang mencari otensitas dirinya melalui perjumpaan dengan orang lain yang bermakna. Zombie sebagai metafor status kesadaran manusia yang relevan dengan kehidupan manusia postmodern merupakan bentuk bahwa eksistensialisme selalu relevan dengan situasi dan keadaan hidup manusia, karena yang menjadi pusat dari kehidupan adalah manusia. Gagasan pemikiran Love, Hope, dan Mystery yang diperlihatkan oleh Gabriel Marcel, merupakan dasar yang membentuk manusia mampu memahami dunia dan orang lain memiliki relasi satu sama lain yang menjadikan seseorang mempunyai otentisitas diri. Namun dalam realitas kehidupan, hal tersebut salah dimaknai yang kemudian membuat manusia merefleksikan kedalam bentuk tindakan yang salah pula. Jika kita melihat masyarakat Indonesia pada masa sekarang ini, kita banyak melihat bagaimana banyak kelompokkelompok ataupun individu yang dengan kejinya melakukan pembunuhan, penganiayaan, pemerkosaan, pelecehan, dan segala bentuk tindakan kekerasan yang dilakukan kepada orang lain dalam bentuk verbal ataupun non-verbal. Tidak hanya itu, seringkali masyarakat yang adapun ketika melihat ataupun mengetahui kejadian itu, mereka malah mengacuhkannya. Kesadaran masyarakat yang lebih mementingkan kepentingan diri dan keuntungan untuk dirinya sendiri, menghilangkan relasinya dengan orang lain atas dasar cinta dan kemanusian, sehingga ketika kejadian tersebut menimpa seseorang, mereka tidak peduli karena hal tersebut bukan urusan mereka ataupun berpengaruh bagi mereka. Pada kondisi ataupun situasi kehidupan ini, kemanusiaan tidak lagi menjadi hal yang penting dalam menjalani suatu kehidupan. Kehidupan ini bagi saya merupakan bentuk “Broken World” yang tidak hanya sekadar gagasan, namun kita dapat saksikan pada kenyataan dan kesehariaan kita. Bagaimana mungkin kita dapat menyaksikan bentuk ketidak manusiaan yang terjadi merupakan hal yang wajar didalam kehidupan ? Hal ini memperlihatkan bagaimana mental seorang individu yang sakit karena pengaruh lingkungan dan kebudayaan yang ada. Masyarakat yang cenderung hanya menerima warisan kebudayaan tanpa mengkritisi dan tidak mau merubah kesalahan pada hal itu, menunjukkan bagaimana mental masyarakat kita yang tidak ingin keluar dari batas-batas untuk melakukan perubahan dan menjadi lebih baik. Masyarakat kita yang tidak ingin repot karena melakukan perubahan membuat dirinya berada pada zona yang tidak aman, menerima kesalahan dengan memanipulasi dirinya. Keadaan dan situasi ini menjadikan masyarakat kita hidup dalam kepalsuan dalam memaknai
Zombie dan..., Kazhman Anhari, FIB UI, 2014
kehidupannya, sehingga ia tidak dapat memaknai dirinya sendiri, orang lain, dan dunia. Keputusasaan membuat masyarakat kita lemah dan membuat dirinya dapat dikuasai ataupun dimanipulasi dengan memanfaatkan kerapuhan yang terjadi dalam dirinya. Pada keadaan ini relasi yang terjadi didalam kehidupan hanya merupakan „object-to-object‟ yang tidak memiliki makna dan keterikatan satu sama lain. Keputusaan membuat masyarakat berada dalam situasi ataupun kondisi mental yang rusak, sehingga individu dan kelompok yang ingin mendominasi, memanfaatkan kelemahan tersebut dengan memanipulasi kesadaran mereka, menghilangkan kebebasan individu sebagai subjek, dan membuat masyarakat ataupun individu barada dalam kesadaran palsu untuk memaknai kehidupan. Lalu bagaimana kita keluar dari kondisi ataupun kehidupan yang seperti ini ? Individu membutuhkan keyakinan dalam dirinya untuk dapat berkesadaran atas dirinya sendiri, barulah kemudian ia dapat memaknai orang lain dan dunia untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang baik. Berangkat dari kesadaran diri, individu mampu memaknai dan memahami seluruh rehidupan. Tentu saja kesadaran ini harus didasari oleh keyakinan dalam diri seseorang dalam menjalani kehidupan. Dengan berkomunikasi dengan diri dalam perenungan, menyaksikan sebuah momen yang menyentuh dirinya, dan menjadikan hal tersebut sebagai bagian dari dirinya. Keterbukaan dan menerima segala pengalaman sebagai bagian dari dirinya, membuat seorang manusia memiliki harapan dan semangat kebenaran didalam menjalani kehidupan. Harapan yang muncul dari keterbukaan diri ini membangkitkan kembali jiwanya untuk hidup. “…., The soul exists only by hope, it breathes hope.”4 Bagi Marcel, jiwa seseorang dapat hidup hanya oleh harapan, karena jiwa bernafas dengan menggunakan harapan. Semua pengalaman atau sensasi yang baik ataupun buruk merupakan bentuk pengalaman atau sensasi yang menjadi bagian dari dirinya, hal ini merupakan bagian dari proses dirinya menjadi seorang Being. Namun ketika ia menutup diri dan lari dari kenyataan, proses ini berhenti dan membawa kepada konsep Marcel mengenai “Broken World”. Keyakinan dan kepercayaan seorang manusia menentukan berapa lama ia dapat melalui fase ini. Harapan atau despair yang mendominasi merupakan bentuk perselisihan batin didalam diri seorang manusia.
4
Blackham, H. J. “six existentialist thinkers”, 1965 , p.81
Zombie dan..., Kazhman Anhari, FIB UI, 2014
“Hope is only possible in a world in which there is a place for miracles”5 Namun bagi Marcel, hal tersebut hanya dimungkinkan jika manusia menerima suatu keajaiban sebagai bentuk karunia ataupun anugrah didalam kehidupan. Ketika seorang manusia percaya akan adanya sebuah keajaiban di dunia, harapan muncul sebagai pendorong untuk mengubah dan menuju pada kehidupan yang lebih baik. Apa yang membuat masyarakat Indonesia pada masa ini terjebak dalam status kesadaran palsu dalam memaknai kehidupannya ? kurangnya rasa kepedulian diantara manusia, membuat individu memisahkan dirinya dengan orang lain dan tidak melihat adanya keterikatan terhadapnya. Sehingga ego didalam diri seseorang mendominasi untuk menguasai orang lain dan memanipulasinya demi kepentingannya sendiri maupun keuntungan untuknya. Pengaruh lingkungan yang juga mendominasi dan menguasai kesadaran masyarakat, memperlihatkan bagaimana harapan mampu dimanipulasi untuk kepentingan-kepentingan yang mempunyai kekuasaan. Harapan dimaknai sebagai suatu hal yang mampu diperjualbelikan. Masyarakat melupakan apa yang menjadi bagian dari dalam dirinya sebagai bentuk otentisitas diri, karena tidak dapat berkesadaran akan dirinya sendiri. Hal ini membuat masyarakat terjebak pada kesadaran palsu yang menghilangkan otentisitas dirinya. Penutup Solusi yang ditawarkan untuk merubah keadaan dunia yang rusak yaitu dengan cinta. Rasa cinta satu sama lain, tidak hanya sebagai bentuk bahwa kita memiliki keterikatan terhadap orang lain dan dunia untuk menciptakan kehidupan yang harmonis, namun juga melalui rasa cinta, seorang individu mampu memaknai seluruh kehidupannya sebagai suatu kesatuan menjadi, yang membawa dirinya kepada pemenuhan diri akan hal yang spiritual. Melakukan suatu tindakan atas dasar cinta, membuat individu berkesadaran akan adanya berbagi kepentingan dan peduli satu sama lain untuk tidak saling menyakiti, karena perjumpaan dan relasi yang terjadi antara dirinya dengan orang lain merupakan anugrah yang diberikan oleh Tuhan sebagai gambaran bahwa perjumpaan tersebut mewakili seorang individu dapat berjumpa dengannya. Bagaimana ia kemudian merespon dan bertindak mencerminkan bagaimana dirinya dapat bereksistensi dan berelasi dengan orang lain, dunia, dan Tuhan. Cinta merupakan sebuah perasaan yang dimiliki oleh setiap manusia didalam dirinya. Manusia seringkali salah memaknai cinta sebagai bagian dari problem, bagi Marcel cinta 5
Blackham, H. J. “six existentialist thinkers”, 1965 , p.82
Zombie dan..., Kazhman Anhari, FIB UI, 2014
merupakan mystery bagi manusia. Menurutnya cinta tidak dapat kita reduksi untuk menuju ke tahap yang lebih tinggi, karena tindakan yang didasari oleh cinta memunculkan harapanharapan yang berkembang ke arah yang lebih baik. “… we exist in Being intimately present to each other in the fidelity of love and friendship”6 Cinta merupakan perasaan yang tercipta melalui perjumpaan dan hubungan yang kemudian dijalin antara seorang individu dengan individu lain. Melalui hubungan yang dijalin antar individu ini, proses individu menjadi seorang Being dilengkapi oleh apa yang sudah dijelaskan sebelumnya sebagai Having. Melalui kesetiaan cinta kasih dan persahabatan, eksistensi seorang individu hadir dengan individu lain didalam sebuah ikatan yang disebut komitmen. Toleransi yang hadir didalam kehidupan menjadi bentuk relasi yang membawa kehidupan pada keharmonisan. Melalui cinta, individu menerima harapan sebagai bentuk tujuan yang menjadi milik dirinya dalam memaknai kehidupan. Cinta membawa masyarakat menerima mystery sebagai bentuk pengalaman dan sensasi yang menjadi karakteristik dan bukti otentisitas dirinya (hanya dialami oleh dirinya sendiri dan menjadi bagian dalam dirinya). “The more I am present to another the more I am present to myself, the greater my density, my realization, my plenitude of being; and in the mutuality of love, belonging one to another, is an exchange of being…..”7 Semakin diri ini hadir untuk orang lain, semakin diri ini juga hadir untuk dirinya sendiri, densitas diri yang semakin besar, semakin berkesadaran dalam pemenuhan diri menjadi Being. Rasa saling mencintai dan rasa saling memiliki, merupakan proses pertukaran yang kemudian membuat seorang individu menjadi Being. Seorang individu lain yang saya cintai bukan merupakan sebuah objek, akan tetapi sebagai engkau yang berarti. Hubungan saling mencintai yang terjalin merupakan karunia Tuhan yang terbentuk menjadi suatu kesatuan yang kekal. Pandangan Marcel, memperlihatkan kecintaan seseorang merupakan suatu perasaan yang terarah bukan hanya sekadar kepada objek, akan tetapi sebagai sesuatu yang berarti.
6
Blackham, H. J. “six existentialist thinkers”, 1965 , p.77
7
Blackham, H. J. “six existentialist thinkers”, 1965 , p.77
Zombie dan..., Kazhman Anhari, FIB UI, 2014
Pengalaman dan sensasi yang pernah dialami dimunculkan kembali melalui memori sebagai suatu pengalaman hidup yang berharga dan pembelajaran untuk menjalani hidup kedepannya. Komitmen yang dibangun melalui hubungan intersubjekivitas dengan individu lain, merupakan suatu bentuk kekekalan karena adanya karunia Tuhan. Hal ini memunculkan harapan-harapan bagi seorang individu untuk bereksistensi, kesetiaan terhadap komitmen yang dibuat, membuat janji dan berusaha untuk menepatinya, merupakan suatu wujud eksistensi seorang individu. Cinta menjadi hal yang sangat penting untuk dimiliki seorang individu, karena seperti yang dijelaskan sebelumnya rasa kecintaan yang dimiliki oleh manusia membawa diri mereka kepada pemakanaan hidup yang lebih dalam. Cinta menunjukkan hakikat keberadaan manusia didunia, bagaimana manusia dengan kecintaan terhadap dirinya, dunia, dan orang lain terhubung sebagai bentuk tatanan yang menciptakan keteraturan dan keharmonisan didalam kehidupan. Cinta memberikan semangat dan harapan seorang individu untuk mencapai keharmonisan. Mengapa Cinta merupakan suatu hal yang penting untuk dimiliki seseorang ? Manusia memperoleh pengalaman dan sensasi melalui relasinya dengan dunia dan orang lain didunia. Ketika manusia melakukan tindakan yang didasari oleh cinta, akan muncul harapan-harapan yang kemudian membuat dirinya berkembang ke arah yang lebih baik. Tindakan yang didasari oleh cinta adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan sepenuh hati dan menerima apapun pengalaman yang dihasilkan sebagai bagian dari dirinya tanpa penyesalan. Cinta mengiringi proses manusia menjadi Being dan mampu bereksistensi. Berusaha untuk menepati sebuah janji dan berani untuk berkomitmen, bukan sekadar tindakan yang tidak mempunyai makna.Usaha dan keberanian seorang individu untuk dapat melakukan hal tersebut merupakan bentuk bahwa cinta mendorong manusia untuk bereksistensi. Otentisitas diri seorang individu dimiliki ketika ia berkesadaran dan berelasi penuh dengan orang lain dan dunia sebagai suatu kesatuan menjadi yang didasari oleh perasaan cinta satu sama lain dan kemanusiaan. Relasi ini merupakan bentuk relasi yang merupakan anugrah Tuhan, berbagi satu sama lain dan saling merasakan untuk kesetaraan tanpa ada keinginan untuk memanipulasi ataupun mendominasi didalam relasi tersebut. Hal ini dijelaskan sebagai relasi Intersubjektivitas yang mampu menjadikan manusia memiliki otentisitas diri. Ketika kesadaran ini menjadi dasar masyarakat dalam menjalani dan melakukan tindakan dalam kehidupan maka kondisi ataupun situasi kehidupan yang disebut dengan “Broken World”
Zombie dan..., Kazhman Anhari, FIB UI, 2014
dapat dipulihkan dengan melakukan perubahan melalui kesadaran dan pemaknaan hidup dengan didasari oleh cinta.
Zombie dan..., Kazhman Anhari, FIB UI, 2014
Daftar Pustaka Anderson, T. C. 2006. “A Commentary on Gabriel Marcel‟s The Mystery of Being”. Milwaukee: Marquette University Press Blackham, H. J. 1965. “Six Existentialist Thinkers”. London: Routledge & Kegan Paul De Lacoste, Guillemine. 1995. “Gabriel Marcel‟s Body-as-a-Subject : A Preeminently Postmodern Notion”. Cambridge Joseph, Anton Dominic. 1988. “Self Realization and Intersubjectivity in Gabriel Marcel”. Rome: Pontifical Urban University McNamara, Patrick. 1996 “Berson‟s Matter and Memory and Modern Selectionist Theories of Memory”. Brain and Cognition 30, 215-231, Article No. 0014. Vision House, Tewskburry, Massachussets Manimala, V.J. 1991. “Being, Person, and Community”. New Delhi: Intercultural Publication Marcel, Gabriel. 1949. “Being and Having”. Translated by Katharine Farrer. Westminster, UK: Dacre Press _____________. 1951. “The Mystery of Being, vol.1, Reflection and Mystery”. Translated by G. S. Fraser. London: The Harvill Press. _____________. 1951. “Homo Viator : Introduction to the Metaphysic of Hope”. Translated by Emma Craufurd. Chicago: HENRY REGNERY COMPANY Marion, Isaac. 2010. “Warm Bodies”. London : Vintage
Zombie dan..., Kazhman Anhari, FIB UI, 2014