FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL
Disusun Oleh : FAHRUL MALIK 201033100766
JURUSAN AQIDAH FILSAFAT FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1427 H/ 2006 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul “FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL” telah di ujikan dalam sidang Munaqasah Fakultas Ushuluddin Dan Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 21 November 2006. Skripsi ini telah di terima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana program Strata-1 pada Jurusan Aqidah Filsafat
Jakarta, 21 November 2006
SIDANG MUNAQASAH Ketua Merangkap Anggota
Sekretaris Merangkap Anggota
Drs. Harun Rasyid, MA NIP : 150. 232. 921
Drs. M. Suryadinata, MA NIP : 150. 239. 145
ANGGOTA Penguji I
Drs.Agus Darmaji, M.Fils NIP : 150. 033. 254
Penguji II
Drs. Syamsuri, MA NIP : 150. 240. 089
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul “FILSAFAT EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL” telah di ujikan dalam sidang Munaqasah Fakultas Ushuluddin Dan Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 21 November 2006. Skripsi ini telah di terima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana program Strata-1 pada Jurusan Aqidah Filsafat. Jakarta, 21 November 2006
SIDANG MUNAQASAH Ketua Merangkap Anggota
Sekretaris Merangkap Anggota
Drs. Harun Rasyid, MA NIP : 150. 232. 921
Drs. M. Suryadinata, MA NIP : 150. 239. 145 ANGGOTA
Penguji I
Drs.Agus Darmaji, M.Fils NIP : 150. 033. 254
Penguji II
Drs. Syamsuri, MA NIP : 150. 240. 089
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Faris Pari, M.Fils NIP: 150. 254. 627
Drs. Fakhruddin, MA NIP : 150. 231. 347
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim, segala puja, puji, serta syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT “ For the great inspiration of love “, karena-Nya lah setiap manusia mempunyai rasa cinta di dalam hatinya, dan atas cinta itulah eksistensi manusia akan sangat jelas terlihat karena cinta adalah sebuah rasa kemanusiaan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW, manusia utama yang telah memberikan jalan kepada umat manusia bagaimana cara untuk bereksistensi, yaitu dengan jalan menunjukan bagaimana cara manusia agar bisa menuju kepada Tuhannya. Terima kasih yang tulus dari lubuk hati, penulis haturkan kepada : 1. Bapak Dr. Amsal Bakhtiar, MA selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Dan Filsafat 2. Bapak Dr. Faris Pari, M.Fils dan Bapak Drs. Fakhruddin, MA selaku pembimbing yang memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis. 3. Bapak Drs. Harun Rasyid, MA selaku Direktur Program Ekstensi Fakultas Ushuluddin Dan Filsafat, beserta stafnya 4. Bapak, Ibu, dan staf dosen Fakultas Ushuluddin Dan Filsafat yang telah mengajarkan ilmunya kepada penulis sampai dapat menyelesaikan studi. 5. Penyebab “ Peristiwa tukar guling “, Bapak Harun Rasyid, Bapak Suryadinata, Ibu Susie, yang dengan peristiwa ini sehingga saya bisa maju sidang skripsi. 6. Kedua orang tua, Papih dan Mamih yang mulia dan sangat saya hormati yang telah menyokong doa dan segalanya yang tak terhingga nilainya, sehingga tercapai cita- cita buah hatinya. Beserta kakak- kakak dan adik- adik tercinta,
khusus untuk Bang Taufik dan Po Iin terima kasih atas semua transferan uang dan doanya. 7. Teman- teman di jurusan Aqidah Filsafat, Abdul Halim dan Sayid Nur Salim, yang dengan semboyan “Filsafat adalah ilmu untuk ilmu dan bukan ilmu untuk uang”, kita berhasil mempertahankan jurusan ini yang hampir di hapuskan pada angkatan kita. Secara khusus saya sampaikan terima kasih kepada sahabat saya Abdul Halim atas segala bantuan yang tak terkira baik moril maupun materil semenjak masa kuliah hingga selesai penulisan skripsi. 8. Teman- teman di Fakultas Ushuluddin Dan Filsafat program Ekstensi 2001, khususnya “Team Hojel” (Agus, Iunk, Daman, dan adik kelas Rukhiat). 9. Manager saya Sulaeman yang telah membangkitkan semangatku untuk belajar dan berkuliah lagi, “My big bos”, Bapak Bambang Soetisno yang selalu mempercayakan saya untuk memegang usaha- usahanya hingga saya bisa membiayai kuliah saya, sahabat rumah saya Gunawan yang bersusah payah mencari dan membelikan buku primer skripsi ini buku karya Gabriel Marcel. 10. And the last but not the list untuk “Seseorang”, yang menyebabkan penulis ingin cepat marampungkan skripsinya, saya bukanlah seorang pecinta pada saat pra nikah, namun insya Allah menjadi pecinta yang baik pada saat pasca nikah. Penulis tidak bisa membalas jasa kalian semua, namun hanya Allah lah yang akan membalasnya. Amin.
Jakarta, 27 Syawal 1427 H/ 19 November 2006 M Penulis
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR.................................................................................i DAFTAR ISI ............................................................................................iii BAB I. PENDAHULUAN .........................................................................1 A. Latar Belakang Masalah ...................................................................1 B. Batasan dan Rumusan Masalah ........................................................7 C. Tujuan dan Signifikansi Penelitian ...................................................8 D .Metode Penelitian ………………………………………………….9 E. Sistematika Penulisan …………………………………………….10
BAB II. FILSAFAT EKSISTENSIALISME …………………………12 A. Sejarah Filsafat Eksistensialisme …………………………….…..12 B. Prinsip- prinsip Filsafat Eksistensialisme …………………….…..13 C. Beberapa Tokoh Filsafat Eksistensialisme ……………………….14
BAB III. BIOGRAFI DAN PERJALANAN PEMIKIRAN GABRIEL MARCEL ……………………………………………………………….19 A. Riwayat Hidup ……………………………………………….…..19 B. Pengaruh Beberapa Filsuf Terhadap Pemikiran Gabriel Marcel.....26 C. Gabriel Marcel dan Eksistensialisme .............................................30
BAB IV. POKOK- POKOK PEMIKIRAN GABRIEL MARCEL ....34 A. Ada Dan Mempunyai …………………………………………….34 B. Problem Dan Misteri ………………………………………….….38 C. Tubuh Sebagai Tubuhku ………………………………………….40 D. Kehadiran ………………………………………………………...42
BAB V. TINJAUAN KRITIS ………………………………………….48 A. Kritik Terhadap Eksistensialisme Gabriel Marcel ……………….48 B. Pandangan Islam Tentang Eksistensialisme ………………….…..50
BAB VI. PENUTUP ……………………………………………………53 Daftar Pustaka …………………………………………………………55
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Sebagian kajian filosofis, teori filsafat belumlah mendapatkan tempat yang memadai dalam ranah kajian pemikiran di Negeri ini. Sebuah karya Jujun S. Suryasumantri berjudul “Filsafat Ilmu” merupakan satu - satunya karya yang telah dicetak berulang kali. Hal ini menunjukan betapa langkanya kajian filsafat, dan pada akhirnya menuntut suatu kajian lebih lanjut.1 Dalam masyarakat kita, tak terkecuali remaja, kajian filsafat dianggap sebagai ilmu yang kurang menarik. Filsafat mendapat tempat yang kurang baik di mata para remaja. Filsafat dianggap sebagai “biang keladi” bagi timbulnya pemberontakan atas dogma-dogma keagamaan. Saat mendengar kata “filsafat”, imaginasi masyarakat langsung mengarah pada sosok yang menakutkan. Bersentuhan dengan filsafat merupakan hal yang dihindari karena dapat merusak keimanannya selama ini. Secara membabi buta, stigma negatif terhadap filsafat, terus digulirkan di kalangan masyarakat kita. Hal inilah yang pada akhirnya menarik penulis untuk melakukan penelitian lebih jauh seputar stigma negatif terhadap filsafat. Sejauh manakah pemahaman kaum remaja terhadap ilmu Filsafat? dan mengapa paradigma negatif terhadap filsafat yang dianggap sebagai kajian yang tidak terlalu penting muncul di kalangan umat Islam, khususnya remaja?.
1
Mulyadi Kartanegara, Menyibak Tirai kejahilan : Pengantar epistemologi Islam ( Bandung: Mizan, 2003),h.14.
Sebagai hipotesis awal, gejala ini muncul sebagai akibat dari adanya dikotomi antara ilmu syariat dan ilmu non-syariat di tempat-tempat pendidikan yang formal maupun informal. Ilmu syariat mendapat tempat terhormat dalam dunia pendidikan kita. Lihat saja misalnya referensi - referensi yang dikaji di pesantren-pesantren, sebuah lembaga pendidikan Islam, banyak memberikan ruang bagi kajian seperti fiqih, ushul fiqih, ilmu - ilmu alat seperti nahwu, shorof, balaghoh, dan lain-lain. Sementara karya-karya para ulama seperti Ibnu Sina, al-Farabi, Ibnu Bajah, Ibnu Tufail, Ibnu Taimiyah, yang notabenenya adalah berkutat seputar kajian filsafat, tidak
mendapatkan
tempat.
Bahkan
karya-karya
mereka
dianggap“membahayakan” bagi eksistensi Ideologi masyarakat. Para tokoh pendidikan kita memberikan andil yang cukup besar terhadap berkembangnya stigma negatif terhadap filsafat. Ketidak seimbangan informasi yang diterima masyarakat menimbulkan kesalah pahaman terhadap filsafat. Filsafat tidak mendapat perhatian dari para tokoh kita, bahkan mengkajinya pun tidak. Tapi filsafat senantiasa digambarkan sebagai hal yang negatif. Yang terjadi selanjutnya adalah tidak adanya obyektifitas dalam memandang filsafat. Tanpa melakukan penelaahan terhadap karya - karya mereka, filsafat diberikan lebel sesat. Biasanya stigma negatif ini senantiasa disandarkan pada kritik al-Ghazali terhadap para filosof muslim. Di sini pula terjadi salah pemahaman terhadap kritik al-Ghazali kepada filsafat Islam. Benarkah al-Ghazali menolak filsafat?
Maka ketika beberapa remaja ditanyakan apa itu Filsafat mereka pada umumnya berpendapat bahwa kajian ilmu filsafat adalah kajian yang kurang menarik, paling sulit, dan melelahkan. Hal ini disebabkan selama ini dalam masyarakat tidak adanya ruang bagi kajian filsafat. Dalam penulisan ini, penulis menggunakan tehnik penelitian wawancara langsung guna diperoleh data yang seakurat dan sebaik mungkin. Karena di kalangan siswa sendiri terdapat beragam pandangan terhadap filsafat, sesuai dengan latar belakang pendidikan mereka. Pada siswa di tingkat pelajar, paradigma yang berkembang adalah menolak filsafat. Selain tidak mendapat pelajaran tentang filsafat, mereka pun tidak mendapat gambaran yang seimbang dari para pendidiknya. Di sekolah tidak mendapat pelajaran, di luar pun mereka tidak bisa menemukan wajah filsafat yang sesungguhnya. Kembali pada kritik al-Ghazali. Al-Ghazali di kalangan umat Islam dikenal sebagai ulama yang kritis terhadap filsafat. Bahkan al-Ghazali menjadi ikon bagi mereka yang menolak filsafat Islam. Dalam berbagai kesempatan, al-Ghazali ibarat dewa penyelamat yang menyelamatkan umat dari bahaya filsafat Islam yang dikembangkan oleh al-Kindi dan kawan-kawan. Di
sinilah terjadi
kekeliruan
terhadap
pemikiran
al-Ghazali
dalam
hubungannya dalam kritiknya terhadap Ibnu Sina dan al-Farabi. Kritik al-Ghazali dipahami secara parsial. Apa yang dipahami dari kritik al-Ghazali hanyalah obyek kritiknya tanpa menelaah lebih dalam latar belakang sosial politik yang menyebabkan munculnya kritik ini.
Pada dasarnya, al-Ghazali tidak menolak filsafat secara mutlak. Al-Ghazali sendiri adalah orang yang memiliki naluri pemikiran yang kritis. Ia banyak bersentuhan dengan teori-teori filsafat. Salah satu yang menjadi kritiknya adalah munculnya budaya taqlid dalam masyarakat. Al-Ghazali berpandangan bahwa dalam masalah taqlid, masyarakat harus mampu mengembangkan daya kritisnya terhadap segala hal yang ditemuinya. Sesuatu itu dipahami bukan atas dasar asumsi, melainkan berdasar pada hasil pemikiran yang ketat. Begitu pula kritiknya terhadap filsafat Islam. Al-Ghazali tidak menolak filsafat Islam secara mutlak. Hal ini bisa dilihat dari pandangannya bahwa filsafat yang dikembangkan oleh al-Farabi dan kawan-kawan tidak menghasilkan Ilmu yang tetap, melainkan mengandaikan suatu Relativisme. Yang ingin dicapai melalui filsafat, menurut al-Ghazali, adalah ilmu yaqini, ilmu yang menghadirkan ketetapan dalam jiwa, bukan Relativisme. Al-Ghazali berfilsafat dalam rangka mendapatkan kepastian terhadap beberapa obyek kajian, baik itu tentang Ketuhanan, Eskatologi maupun Etika. Al Ghazali sendiri memiliki nama lengkap Abu Hamid ibn Muhammad ibn Ahmad al – Ghazali. Ia lahir di Thus Kota Khurasan Iran Pada 450 H ( 1056 M. ). Ia wafat di tanah kelahirannya pada tahun 505 H, ( 111 M ).2 Dari sumber utama pertentangan pemikiran adalah penafsiran yang berlainan. Hal ini terjadi pada jawaban Ibnu Rusyd terhadap kitab karangan al Ghazali yakni Kerancuan Filsafat ( Tahafut Al falasifah ) didalam tulisan tersebut al
2
Abdul Mustofa, Filsafat Islam ( Jakarta : Pustaka Setia, Bandung, 1997 ), h.215.
Ghazali menyalahkan kaum filosof dengan dibagi menjadi tiga golongan : Materialis, Naturalis, Theis.3 Pertama golongan Materialis mereka merupakan golongan terdahulu yang pada Zamannya mereka beranggapan tidak adanya pencipta yang mengatur alam, alam bisa dikatakan diatur oleh kekuatan kekuatan yang mereka anggap memiliki kekutan yang lebih dari mereka, dan alam ada secara azali dengan sendirinya. Kedua Golongan Naturalis mereka menganggap sifat – sifat alam dan keajaiban ciptaan Allah SWT
mereka dapat mengakuinya namun mereka
mempelajari penemuan tersebut dan memaksakan pengaturan tuhan diatur kembali dengan pemikiran kaum Naturalis, dalam pandangan mereka tidak ada hari kebangkitan dan Hisab. Mereka ini disebut oleh al - Ghazali dengan golongan kaum Zindiq. Golongan Ketiga, golongan Theis ( bertuhan ), mereka orang orang yang berfikir dengan menggunakan Logika, dengan menggunakan argumen mereka menghsilkan ilmu kesesatan golongan ini sama dengan pemikiran Plato dan Kawan – kawannya. Dari sinilah kemudian pemikiran al - Ghazali mendapat bantahan dari seorang yang bernama Ibnu Rusyd yang lebih dikenal denga nama ( Averreos ). Ia merupakan tokoh yang sangat berjasa dalam kajian filsafat islam, namun hanya dikenal di kalangan orang orang tertentu saja. Ibnu Rusyd juga dikenal sebagai ahli Fiqih. Dia pula yang menyatukan Filsafat dengan Syariat. Baginya syariat telah mendorong untuk menalar semua wujud yang tampak melalui penalaran rasio dan mengambil pengetahuan secara 3
h.135.
Al Ghazali, Setitik Cahaya dalam Kegelapan ( Bandung : Pustaka Progresif, 2001 ),
rasional. Dengan memberi kesimpulan bahwa disamping ilmu qiyas ( analogi syariat ) wajib juga yang dinamakan qiyas Aqli ( dalil rasio ). Maka, wajiblah kiranya filsafat Islam tersebut dalam pemikiran dan khazanah perkembangan pemikiran Islam, wajib pula kiranya mempelajari karya karya filsuf – filsuf terdahulu dengan tujuan dan maksud yang termaktub dalam sebuah hukum syariat. Ibnu Rusyd yang memiliki nama lengkap Abu Al-Walid Muhammad ibn Muhammad Ibn Rusyd, dilahirkan di Cordova pada 520 H ( 1126 M ). Ia wafat pada 9 safar 595 H ( 10 desember 1198 M ).4 Dapat disimpulkan bahwa syariat dan filsafat dapat dipertemukan tanpa adanya konflik. Keduanya bahkan dapat saling mendukung satu sama lainnya. Yang menjadi persoalan mendasar adalah kurangnya kajian yang mendalam dan seimbang terhadap filsafat dibanding dengan kajian tentang syariat. Dia juga sebagai Intelektual dalam dunia islam dengan memiliki tugas sebagai Hakim Agung di Cordova dan sebagai pengarang kitab paling Pluralis ( Bidayatul Mujtahid. ) Dia juga merupakan ulama yang menafsir secara Tekstual.5 Filsafat mengajarkan manusia untuk menjalankan hidup ini dengan penuh pertimbangan secara Rasional. Dengan berpijak pada Rasionalitas, filsafat mencoba membawa manusia pada suatu tatanan sosial kemasyarakatan yang berkeadilan dan sejahtera. Secara bahasa, kata Filsafat berarti sebagai pemikir bebas, radikal. Bebas disini berarti tidak ada yang menghalangi pikiran untuk bekerja. Tidak ada satu
4
Hasyimsyah Nasution, filsafat Islam ( Jakarta : Gaya Media Pratama (GMP ), 2002 ), h.
5
Ekky Al Maliki, Why Not ( Remaja Doyan Filsafat ) ( Bandung : Darr Mizan, 2003), h.
113. 114.
kekuatan pun, yang menghalangi seseorang untuk berfikir, apalagi untuk menyeragamkannya. Selama seseorang masih sanggup berpikir walaupun ia berada dalam penjara, tetap saja pikiran dapat bekerja.6 Radix, artinya akar. Berfikir secara radikal berarti berpikir sampai ke akar suatu masalah. Selanjutnya filsafat dapat diartikan sebagai ilmu Rasional. Artinya, adanya penggunaan akal pikiran dan hukum hukum logika yang bisa diterima oleh akal. Filsafat merupakan asal kata dari bahasa Yunani, yaitu Philosophia, terangkai dari kata Philein yang berarti mencintai dan Sophia berarti kebijaksanaan. Jadi Filsafat adalah seseorang yang mencintai sebuah kebijaksanaan. Dalam penelitian ini, peneliti hendak melihat sejauh mana tanggapan dan cara pandang siswa pada tingkat kelas 3 Madrasah Aliyah terhadap kajian ilmu filsafat. Hal ini dimaksudkan guna memperoleh gambaran yang komperehensif seputar pandangan siswa yang duduk dibangku sekolah kelas 3 Madrasah Aliyah.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Dalam skripsi ini penulis perlu untuk memberikan suatu pembatasan masalah. Penulisan ini dibatasi pada : Pandangan Siswa Madrasah Aliyah Kelas 3 terhadap Filsafat ( Studi kasus terhadap MAN 4 Pondok Pinang & MAN 1 Serpong )
Berdasarkan pembatasan tersebut, kami berusaha menghasilkan
pembahasan yang sistematis, terarah dan jelas maka penulis membuat suatu rumusan masalah, yaitu : 1.
Sejauh mana pandangan Siswa Kelas 3 MAN 4 Pondok Pinang & MAN 1 Serpong terhadap kajian ilmu Filsafat.?
6
Musa, Asy’arie, filsafat Islam, sunnah Nabi dalam berfikir ( Yogyakarta : Lesfi, 2002), h.1.
2.
Adakah nilai manfaat dari ilmu filsafat bagi Siswa
Madrasah
Aliyah ? Tujuan dan kegunaan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap ilmu filsafat. Selain itu sebagai tugas akhir Akademik Strata 1 ( S1 ) Universitas Islam Negeri ( UIN ) Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun kegunaan penelitian ini antara lain : 1.
Sebagai bahan informasi bagi peneliti lainnya yang akan meneliti masalah yang berkaitan dengan penelitian ini.
2.
Sebagai laporan ilmiah kepada Universitas Islam Negeri ( UIN ) Jakarta.
3.
Sebagai pengembangan Ilmu Filsafat. D. Metodologi Penelitian.
Dengan menggunakan populasi penelitian, menurut Arkinto dalam bukunya populasi didefinisikan sbagai seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan.7 Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh Siswa Kelas 3 MAN I Serpong dan MAN 4 Pondok Pinang Namun dalam penelitian ini penulis tidak mengambil seluruh siswa kelas 3 tersebut sebagai Subyek penelitian, akan tetapi sebagian saja yang dalam penelitian tersebut disebut sampel sebagai bagian yang dianggap mewakili dari populasi yang ada. Sampel adalah “sebagian dari populasi Yang memiliki Sifat dan karakteristik yang sama sehingga dapat mewakili populasi yang ada. Sampel
7
Suharsimi Arikunto, prosedur penelitian ( Jakarta : Rienika Cipta, 1996 ).h, 115.
dalam penelitian ini adalah siswa dari masing - masing Siswa kelas 3 pada MAN 1 Serpong & MAN 4 Pondok Pinang. Pengambilan dengan teknik random sampling, yaitu pengambilan secara acak dengan cara mengundi kelas 3 yang berjumlah Beberapa kelas dari kelas 3 yang ada di MAN I Serpong dan MAN 4 Pondok Pinang”. Dalam penelitian ini tidak adanya manipulasi terhadap variabel – variabel penelitian, tapi nantinya yang diungkap fakta yang berdasarkan pengukuran gejala yang ada pada diri responden maka penelitian ini termasuk penelitian survei. Dengan ide pokok dari tehnik pengambilan sampel melalui informasi mengenai keseluruhan informasi dan populasi dengan jalan mencari informasi pada sebagian saja dari populasai tersebut, dan informasi yang ditemukan diberlakukan pada seluruh populasi. Penilitian yang dilakukan peneliti bersifat deskriftif. Penelitian deskriftif adalah suatu methode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu obyek, dan suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa yang terjadi pada masa sekarang. Penelitian deskriftif mempelajari masalah masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi situasi tertentu, termasuk tentang hubungan kegiatan kegiatan, sikap sikap, serta proses yang sedang berlangsung serta pengaruh dari suatu fenomena. Dalam penelitian ini akan membuat Deskriftif, gambaran secara sistematis faktual dan akurat mengenai fakta – fakta sejauh mana pemahaman dan pandangan siswa Madrasah Aliyah dalam kajian ilmu Filsafat.
Dalam rangka memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan, sebagai bahan dalam rangka penelitian skripsi ini, maka tehnik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah sebagai berikut : 2.
Wawancara
Wawancara dalam suatu penelitian diartikan sebagai metode pengumpulan data dengan melalui wawancara, dimana dua orang atau lebih secara fisik langsung berhadap hadapan yang satu dengan yang lain dan masing - masing dapat menggunakan saluran komunikasi secara lancar.
8
wawancara juga dapat
diartikan percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua belah pihak yaitu pewawancara (interviewer ) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee ) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.9 3.
Angket ( kuesioner )
Angket yaitu sebuah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden tentang hal – hal yang ia ketahui.10 Peneliti menyebarkan kuesioner, dengan tehnik tujuan agar dapat diambil kesimpulan sejauh mana pandangan dan respon siswa terhadap kajian ilmu Filsafat. Dengan tehnik menyebarkan kesiswa kelas 3 Madrasah Aliyah Negeri 1 Serpong dan Madrasah Aliyah Negeri 4 pondok pinang. 4.
Observasi
Observasi dalam suatu penelitian berarti pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap gejala yang diteliti.11 Tehnik ini memungkinkan peneliti menarik kesimpulan ihwal dan makna sudut pandang responden, terhadap penelitian tersebut. Lewat penelitian ini pula peneliti akan melihat sendiri pemahaman yang tidak terucapkan, bagaimana teori tersebut digunakan langsung dan sudut pandang nara sumber yang mungkin didapati dari wawancara. Dalam 8
Badan Penelitian dan Pengembangan depdagri dan Otda, mettode penelitian Sosial ( Jakarta : 2000), h. 39. 9 Lexy J. Maleong, Methode penelitian kwalitatif ( Bandung : PT Rosda Karya, 2000 ), h.135. 10 Koentjaraningrat, Metodologi Penelitian Masyarakat ( Jakarta, Gramedia, 1985 ), h. 125. 11 Badan Penelitian dan Pengembangan depdagri dan Otda, mettode penelitian Sosial ( Jakarta, 2000 ), h. 54.
observasi ini peneliti akan mengambil data seakurat - akuratnya agar didapatkan data yang benar benar valid.
5.
Analisis data Setelah data yang penulis perlukan telah terkumpul langkah selanjutnya
adalah menganalisa data dengan Methode Kuantitatif dengan pendekatan ini penulis menggunakan tehnik analisis data cara prosentase setelah ditabulasi dengan jumlah, Frekuensi jawaban responden untuk setiap jawaban. pedoman penulis untuk mencari setiap jawaban adalah :
Ρ= keterangan
F Χ100% Ν
. P : Angka prosentase yang dicari F : Frekuensi jawaban responden N : Jumlah Frekuensi / Banyaknya Individu
3.
Telaah Pustaka
Dengan membaca, memahami dan menginterpretasikan buku - buku serta dokumen-dokumen yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. D. Sistematika Penulisan.
Skripsi ini terdiri dari lima ( 5 ) bab masing masing bab membahas permasalahan yang berkaitan dengan tema kajian. Kelima bab tersebut antara lain. Bab I
:
Pendahuluan, Latar Belakang Masalah, Pembatasan Dan
Perumusan
Masalah, Tujuan Dan Kegunaan Penelitian,
Metodologi Penelitian, Sistematika Penelitian. Bab II
:
Landasan teori, kerangka berfikir dan hipotesis penelitian.
Landasan teori, Pengertian Filsafat, Tema – Tema kajian Filsafat, Pengertian remaja. Bab III
:
Gambaran Umum sekolah MAN 4 Pondok Pinang & MAN
1 Serpong, sejarah berdirinya MAN 4 Pondok Pinang, Misi dan Visi
MAN 4 Pondok Pinang, Sejarah Berdirinya MAN 1
Serpong, Misi dan Visi MAN 1Serpong. Bab IV
:
Hasil Penelitian. Latar belakang siswa mengetahui Filsafat,
Pandangan Siswa terhadap Filsafat. Bab V
:
Penutup, Kesimpulan , Saran & kritik
BAB II FILSAFAT DAN REMAJA PENGERTIAN FILSAFAT
Secara bahasa kata Filsafat merupakan asal kata dari bahasa Yunani yaitu Philosophia, dengan memiliki dua arti kata Philos dengan arti mencintai, dan sophia dengan arti kebijaksanaan. Berarti Philosophia berarti : cinta akan
kebijaksanaan ( Inggris : love of Wisdom ). Orang yang berfilsafat atau orang yang melakukan filsafat
disebut “Filsuf” atau “Filosof” artinya pecinta
kebijaksanaan.12 Secara arti filsafat diartikan cara berpikir bebas yang masih dalam dataran makna. Seseorang dapat berpikir dengan bebas selagi pemikiran tersebut bisa dipertanggung jawabkan dengan argumennya sendiri, berfilsafat adalah cara kerja untuk berfikir bebas dengan menggunakan akal semampunya hal ini sering disebut sebagai pemikiran yang radikal dengan sampai pada keakar - akarnya dalam suatu masalah, hal ini pun sampai pada melewati batas batas fisik dengan memasuki area diluar fisikal ini sering disebut sebagai metafisis. Filsafat merupakan usaha manusia untuk mencari dan mencari hal – hal yang baru secara Rasional, Kritis, Sistematis dan radikal. A.
Rasional manusia menggunakan pemikiran dengan hukum hukum
logika yang masuk akal, hal ini merupakan hasil sebuah kegiatan pemikiran dengan mengandalkan otak dan akal secara bersama sama. Dan ini tidak bisa disebut sebagai Wahyu atau pun apa yang datang dari tuhan. Jika seorang filsuf
12
Hasyim Syah, Filsafat Islam ( Jakarta : GMP, 2003 ), h. 24.
menyampaikan hasil pemikirannya tersebut dan setiap orang mampu untuk memahaminya maka berhasillah apa yang dicita - citakan seorang Filsuf. B.
Kritis artinnya ia tidak akan menerima begitu saja hal - hal yang
didapat ia akan berupaya mengklarifikasi dengan pemikirannya secara hati hati, dengan mengevaluasi segala pemikiran yang ada. C.
Sistematis adanya suatu aturan tertentu yang memiliki alur yang
D.
Radikal arti kata Radix yang berarti Akar, dalam pengertian bahwa
jelas.
dalam berfilsafat hendaknya pemahaman digali sampai pada akar - akarnya, sehingga pemahamam menjadi menyeluruh dan mendalam.13 Mohammad Hatta dalam pendahuluannya Alam Pikiran Yunani menulis “apa sebenarnya yang disebut filosof, lebih baik jangan dipersoalkan pada permulaan menempuhnya. Akan hilang jalan nanti karna banyak ragam dan paham. Tiap – tiap ahli berlainan pendapatnya tentang apa yang dikatakan filosofi. Tiap – tiap filosof pun lain – lain tujuannya, buat sementara sebagai tempat berpegang kita sebutkan saja sifatnya yang umum, seperti yang dilukiskan oleh Windelband. Filosofi sifatnya merentang pikiran sampai sejauh – jauhnya tentang suatu keadaan atau hal yang nyata. Sebab itu filosofi orang sebut juga berpikir merdeka dengan tiada dibatasi kelanjutannya.”14 Menurut Cicero, penulis Romawi ( 106 – 43 SM ), orang yang pertama tama memakai kata filsafat ialah Pythagoras ( 497 – SM ), sebagai reaksi terhadap orang orang cendikiawan pada masanya yang menamakan dirinya “ahli pengetahuan”. Pythagoras mengatakan bahwa pengetahuan dalam artinya lengkap 13
Bagus Takwin. Dasar - dasar Filsafat. 2004 dari : http : //Psikologi,webhostme.Com /filsafat/filsafat.htm. 14 Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani ( Jakarta : UI Press, 1986. ), h.1.
tidak sesuai dengan manusia. Tiap - tiap orang mengalami kesukaran - kesukaran dalam memperolehnya dan meskipun menghabiskan seluruh hidupnya, namun ia tidak akan mencapai tepinya. Jadi pengetahuan adalah perkara yang kita cari dan kita ambil sebagian darinya tanpa mencangkup keseluruhannya. Oleh karna itu, maka kita ini bukan ahli pengetahuan, melainkan pencari dan pecinta pengetahuan, yaitu filosof.15 Namun pengertian bijak seseorang berbeda dengan apa yang diterangkan diwilayah Timur sejak zaman kuno ditimur telah banyak orang – orang yang melakukan pencarian kebijaksanaan dan kebenaran. Di India umpamanya, orang bijak adalah orang yang telah mendapatkan kebijaksanaan yang terdiri dari“atman” adalah “Brahman”, bahwa jiwa manusia adalah tuhan sendiri. Barang siapa yang mengetahui ini semua ialah orang bijak.16 Dalam masyarakat modern, filosof adalah ahli pikir yang mengajarkan aliran paham, yang membentuk pandangan dunia dan sikap hidup. Pandangan dunia dan sikap hidup itu mengendalikan tingkah laku perbuatan kita. Dengan demikian jelaslah bahwa filosof itu tidak harus menurut tanggapan umum itu dan filsafat itu sesungguhnya berada ditengah – tengah kita, dalam tingkah laku perbuatan dan tindakan sehari – hari. Kehidupan kita dikendalikan dan diarahkan oleh filsafat.17 Kata filsuf memiliki arti orang yang berpikir dengan memikirkan hakekat segala sesuatu dengan melakukan secara mendalam dengan segala kemampuan
15
Ahmad Hanapi, Pengantar Filsafat Islam ( Jakarta : Bulan Bintang , 1990), h, 3. Harun Hadiwijiono, Sari Filsafat Barat 1 ( Jakarta : Kanisius, 1980), h. 7. 17 Gazalba. Sistematika filsafat. H. 12. Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat. ( Jakarta : Bulan Bintang, 1992), h. 12 16
yang ada. Dengan demikian seorang filsuf harus dapat mencari kebenaran dengan melakukan pencarian yang sungguh - sungguh. Dikatakan pula filsuf adalah ahli pikir yang radikal, bukan dalam arti, bahwa ia hendak membuang atau mengubah seluruhnya, tetapi dalam arti yang sebenarnya, yakni ia berusaha mencapai radix, akarnya. Akar apa? Akar kenyataan, dunia, ujud, akar pengetahuan tentang diri sendiri. Kalau ditemukan akar itu, maka semua yang berakar padanya akan dapat dipahami. Berpikir radikal itu ditujukan pada “kedalaman” (diepte). Sekiranya kedalaman ini tercapai maka dapatlah dipastikan apa yang berasal dari “kedalaman” itu. Berpikir radikal juga melingkupi yang universal.18 Filsafat, sebagai proses berfikir sistematis dan radikal juga memiliki objek material dan objek formal. Objek material filsafat adalah segala yang ada. Segala yang ada mencangkup”ada yang tampak” dan ”ada yang tidak tampak”. Ada yang tampak adalah dunia empiris, sedangkan ada yang tidak tampak adalah alam metafisika. Sebagian filosof membagi objek material filsafat atas tiga bagian, yaitu : yang ada dalam kenyataan, yang ada dalam pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan. Adapun objek formal filsafat adalah sudut pandang yang menyeluruh, radikal, dan
obyektif tentang yang ada, agar dapat mencapai
hakikatnya.19 Mustofa Abdurraziq, setelah meneliti pemakaian kata kata Filsafat dikalangan Muslim, maka ia berkesimpulan bahwa kata kata “hikmah dan hakim“ dalam bahasa Arab dipakai dalam arti “filsafat dan filosof” dan sebaliknya,
18 19
R.F. Beerling, Filsafat Dewasa ini ( Jakarta : Balai Pustaka, 1994 ), h. 12. Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama ( Pamulang : Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 1.
hikmah adalah perkara tertinggi yang bisa dicapai oleh manusia dengan melalui alat - alatnya yang tertentu, yaitu akal dan methode – methode berpikirnya.20 Al – Kindi sebagai ahli pikir pertama dalam filsafat Islam yang memberikan pengertian filsafat dikalangan umat Islam, membagi filsafat pada tiga bagian : 1.
Imu fisika ( ilm – ut thibiyyat ), merupakan tingkat terendah.
2.
Ilmu matematika ( al – ilm – ur – riyadhi ), tingkatan tengah.
3.
Ilmu ketuhanan (ilm – ur – rububiyah ), tingkatan tertinggi.
Yang pertama adalah tingkatan alam nyata, terdiri dari benda – benda kongkrit yang ditangkap panca indra. Yang kedua, berhubungan dengan benda juga, tapi mempunyai wujud tersendiri, yang dapat dipastikan dengan angka – angka ( Misalnya ilmu hitung, teknologi, astronomi, musik ). Dan yang ketiga yang tidak berhubungan dengan benda sama sekali yaitu soal ketuhanan.21 Seperti halnya tokoh filsuf Muslim yang bernama Ibnu Sina memberikan definisi Filsafat adalah: Ilmu pengetahuan tentang Maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya. Plato dalam pandangannya terhadap filsafat adalah pengetahuan segala yang ada. Begitu juga dengan, N. Drikarya berpandangan bahw filsafat adalah perenungan yang sedalam – dalamnya tentang sebab – sebab “ada” dan “berbuat” perenungan tentang kenyataan yang sedalam – dalamnya, sampai “mengapa” yang penghabisan.22 Menurut Harold H. Titus, filsafat adalah suatu usaha untuk memahami alam semesta, maknanya dan nilainya. Apabila tujuan ilmu adalah kontrol, dan 20
Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, h.3. Gazalba. Sistematika filsafat. h. 19. 22 Bakhtiar, Filsafat Agama, h. 9. 21
tujuan seni adalah kreativitas, kesempurnaan, bentuk keindahan komunikasi dan ekspresi,
maka
tujuan
filsafat
aadalah
pengertian
dan
kebijaksanaan.(
Understanding and wisdom ).23 Dari uraian diatas filsafat memiliki kajian yang sangat beragam hal ini disebabkan karna banyaknya pandangan dan penafsiran yang dilakukan oleh para tokoh filsafat dengan memegang teguh argumennya tersebut. Disamping itu, filsafat juga menunjukan bagaimana para filsuf menyelesaikan dan memberikan jalan keluar dari satu persoalan kepersoalan lain, mengapa persoalan yang sama dapat muncul dalam variasi bahasa, dari satu filsuf ke filsuf yang lain, dari satu generasi kegenerasi yang lain pula, dan bagaimana keterkaitan pola pikir antara satu filsuf ke filsuf yang lain dan seterusnya.24 Dalam buku Why not Remaja Doyan Filsafat. Didefinisikan filsafat adalah sesuatu yang sangat dekat dengan keseharian kita. Setiap orang pasti bertanya dan mempertanyakan tentang segala sesuatu. Setiap manusia pasti menanyakan berbagai fenomena yang ia hadapi. Pertanyaan seperti : Mengapa aku hidup ? mengapa manusia mati ? Apa tujuan hidup ? dan sebagainya terkadang muncul begitu saja tanpa di undang dan kita menjadi gelisah dan berusaha mencari jawabannya.25 Dalam pengertiannya filsafat itu sendiri secara umum para ahli filsafat memiliki argumen yang berbeda namun memiliki tujuan yang sama terhadap ilmu filsafat.
23
A. Mustofa, Filsafat Islam ( Jakarta : CV Pustaka Setia, 1997 ), h. 11. Mohammad Muslih, Filsafat umum ( Dalam Pemahaman Praktis ) (Bogor : Belukar, 2005 ), h.15. 25 Ekky Al Malaky, Why Not ( Remaja Doyan Filsafat ) ( Bandung : Darr Mizan, 2003 ), h.114. 24
Bagi Kant, filsafat adalah pokok dan pangkal segala pengetahuan dan pekerjaan. Diajukannya empat pertanyaaan yang menggariskan lapangan filsafat : 1.
Apa yang bisa kita ketahui? dijawab dengan filsafat Metafisika.
2.
Apa yang boleh kita kerjakan? dijawab dengan Filsafat Etika
3.
Sampai dimana pengharapan kita? dijawab dengan Filsafat Agama
4.
Apakah yang dinamakan manusia? dijawab dengan Filsafat Antropologi.26
TEMA - TEMA KAJIAN FILSAFAT
Dalam tulisan ini akan diringkas tentang kajian dan tema – tema dalam Filsafat. Dalam banyak literatur disebutkan bahwa filsafat terdiri dari tiga cabang yaitu : Metafisika, Aksiologi, dan Epistemilogi dari ketiga cabang besar ini masih dibagi lagi cabang yang bisa digambarkan. Metafisika (Teologi, Kosmologi, antropologi) Aksiologi ( Etika, Estetika ) Epistemologi (Logika, filsafat Ilmu ).27 Dalam tulisan ini akan dibahas secara berurutan tema kajian filsafat mulai dari Metafisika, Epistemologi dan Aksiologi dengan membahas dari ketiga cabang – cabang tersebut. Memang masih banyak cabang – cabang kajian yang lain, tapi yang jelas beberapa cabang ini paling menonjol dan cukup menarik minat para pengkaji filsafat.28
26
Gazalba, Sistematika Filsafat. h.18. Muslih, Filsafat Umum ( Dalam Pemahaman Praktis), h. 56. 28 Muslih, filsafat umum ( dalam pemahaman Praktis ), h, 56. 27
A. Metafisika
Metafisika jika diambil dari kata latin metaphysica dan Yunani Meta ta physica ( sesudah Fisika ),dan Meta ( Setelah, melebihi ) dan Phisicos (
menyangkut Alam atau Physis ( alam ).29 Metafiska merupakan cabang mata rantai tertua dari filsafat. Kelahirannya diawali dengan ketertarikan untuk mengungkap “misteri” dibalik realitas. Sama dengan maksud istilahnya, yaitu Meta yang berarti dibalik, dan fisika yang berarti alam fisik ( Dzahir ). Metafisika dalam bahasa Arab dimengerti sebagai ma wara‘ a al thabi’ah. Maka metafisika adalah pengetahuan spekulatif – filosofis tentang realitas, dimana pengetahuan spekulatif – filosofis itu dimaksudkan sebagai menjangkau sesuatu yang fisik.30 1. Teologi
Secara harfiah kata teologi ( Theologie atau theology ) terdiri dari Teo atau Teos yang berarti tuhan dan Logi atau Logos yang berarti pengetahuan ( Science,Studi, Discourse), paham, atau pembicaraan : jadi teologi mengandung arti pengetahuan, paham atau pembicaraan tentang tuhan, teologi bisa di artikan juga dengan ilmu yang membicarakan tentang hal - hal yang berkaitan dengan ketuhanan atau ilmu ketuhanan.31 2. kosmologi
dari bahasa Yunani Kosmos ( Dunia, Alam semesta ) dan Logos ( ilmu tentang alasan, Pokok bagi). Kosmologi dapat diartikan, ilmu tentang alam
29
Lorens Bagus, Kamus Filsafat ( Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2002 ), h. 623. Muslih, filsafat umum ( Dalam Pemahaman Praktis ), h. 57. 31 Achmad Gholib, teologi dalam perspektif Islam, ( Jakarta : UIN jakarta Press, 2005),h. 30
5.
semesta sebagai suatu sistem yang rasional dan teratur, atau juga ilmu yang memandang alam semesta sebagai kesatuan yang integral.32 3. Antropologi
disebut dengan philosophical Antropology, istilah ini secara harfiyah berarti pengetahuan filosofis mengenai manusia. Antropologi filsafat berusaha menjawab pertanyaan apa itu manusia.33 B. Axsiologi
Axsiologi dari kata Yunani Oxios ( layak, Pantas ) dan Logos ( ilmu, Study mengenai ). Ilmu ini merupakan analisis nilai – nilai dengan cara membatasi arti, ciri – ciri, asal. Aksiologi diartikan sebagai studi filosofis tentang hakikat nilai – nilai. Pertanyaan hakikat nilai dapat dijawab dengan tiga macam cara. 1. nilai bersifat subyaktif. 2. Nilai merupakan kenyataan. 3. Nilai merupakan unsur – unsur obyektif yang menyusun kenyataan.34 Axsiologi dapat diartikan sebagai bidang filsafat yang mencoba menjawab pertanyaan “apa yang dilakukan manusia dan apa yang harus dilakukan manusia?” di sini kita membicarakan tentang nilai – nilai. Axsiologi yang mengkaji pengalaman dan penghayatan dari pengalaman pengalaman manusia, didalammya dibahas tentang nilai apa yang berkaitan dengan kebaikan dan apakah itu prilaku baik, selain itu membicarakan tentang nilai rasa manusia yang dikaitkan dengan keindahan.35 1. Etika
32
Bagus, Kamus Filsafat, h. 499. Bagus, Kamus Filsafat, h. 58. 34 Bagus, Kamus Filsafat, h. 33. 35 Takwin, http//psikologi.webhostme.com/filsafat/filsafat.htm, 33
Seperti halnya dengan banyak istilah yang menyangkut konteks ilmiyah, istilah “etika” pun berasal dari bahasa Yunani kuno. Kata Yunani Ethos dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti : Tempat Tinggal yang biasa; akhlak; watak; perasaan. Dalam bentuk jamak ( ta etha ) artinya adalah adat kebiasaan. Dan inilah arti terakhir yang menjadi latar belakang terbentuknya istilah Etika yang oleh Filsuf Yunani besar Aristoteles (384 – 322 s. M.) sudah dipakai untuk menunjukan filsafat moral jadi, jika kita membatasi diri pada asal usul kata ini, maka Etika berarti, ilmu tentang apa yang bisa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.36 C. Epistemologi
Epistemologi dari kata yunani episteme ( pengetahuan, ilmu pengetahuan ) dan Logos ( pengetahuan ). Dapat dikatakan pengetahuan tentang pengetahuan ada kalanya disebut “teori pengetahuan”. Perbedaan pokok antara teori – teori pengetahuan dalam perbedaan antara metode Rasional dan metode Empiris penekanannya pada pemikir – pemikir terdahulu seperti. Plato, Descartes, Spinoza, yang kedua dijelaskan oleh. Francis Bacon, Locke, Hume dan lainnya. Contohnya seperti pengetahuan yang ilmiyah.37Epistemologi masalah yang bersangkutan dengan pertanyaan – pertanyaan tentang pengetahuan.38 Epistemologi dapat juga dikatakan, pada hakikatnya membahas tentang pengetahuan, yang berkaitan dengan apa itu pengetahuan dan bagaimana memperoleh pengetahuan tersebut. Pengetahuan pada dasarnya adalah keadaan mental ( mental State ).39
36
K. Bertens, Etika ( Jakarta : Gramedia,cet.ke 7. 2002 ), h. 3. Bagus, Kamus Filsafat, h. 212. 38 Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat (Yogyakarta : Tiara Wacana, 1996 ), h.135. 39 Bakhtiar, Filsafat Agama, h 37. 37
1. Logika
Berasal dari Bahasa Latin dari kata “Logos” yang berarti perkataan atau sabda. Istilah lain yang digunakan sebagai gantinya adalah Mantik. Logika adalah ilmu yang mempelajari methode dan hukum - hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul betul penalaran yang salah.40 Kata logika dipergunakan pertama kali oleh Zeno dari Citium. Kaum sofis, Socrates dan plato harus dicatat sebagai perintis lahirnya logika. Logika lahir sebagai ilmu atas jasa Aristoteles, Theoprostus, dan kaum Stoa.41 2. Filsafat Ilmu
Bisa disebut juga pembahasan tentang Epistemilogi ( teori pengetahuan ), dengan dimulai dengan pendefinisian tentang “sains” yang biasanya dibedakan dengan pengetahuan ( Knowledge ).istilah ilmu pengetahuan juga terkadang dipakai untuk merujuk sains yang dibedakan dengan pengetahuan.42
PENGERTIAN REMAJA A. Pengertian umum Tentang Remaja
Sampai saat ini pengertian tentang remaja memiliki berbagai pemahaman dan pengertian berbeda, sehingga belum ada kata sepakat untuk pengertian dari kata remaja, hal ini disebabkan adanya kultur dan budaya dalam masyarakat dimana remaja itu hidup. Remaja adalah anak pada usia 13 tahun sampai 21 tahun bila ditinjau dari segi usia, namun remaja merupakan pribadi yang sedang tumbuh dan berkembang menuju kedewasaaan. Dengan memiliki perubahan perubahan yang tidak sedikit 40
Mundiri, Logika, ( Jakarta : Rajagrafindo persada, 2003),h 1-2. Mundari, Logika, h. 2. 42 Mulyadhi Kartanegara, Pengantar Epistemologi Islam ( Bandung : Mizan, 2003),h.1. 41
dengan perubahan fisik yang diikuti dengan perubahan Emosional pada akhirnya menjadi remaja yang sensitif.43 Namun menurut Sarlito Waraman remaja adalah masa transisi antara masa anak dan masa dewasa, atau masa usia belasan tahun atau yang menunjukan sebuah tingkah laku susah diatur, mudah marah, dan sebagainya.44 Pada dasarnya remaja adalah masa dimana usia manusia yang paling banyak perubahan dan memiliki permasalahan yang menimbulkan persoalan dan permasalahan bagi semua pihak hal ini membawa pada perubahan dari anak anak pada masa remaja. Pada pendefinisian yang lain remaja bisa dikatakan manusia yang sedang mengalami proses perubahan secara jasmani dan rohani yang dapat dibina dan dikembangkan kepada hal yang positif. Dengan karakter ini pada usia remaja seseorang bisa memiliki sifat - sifat membantah, selalu berbeda pandangan dan bersikap radikal dan selalu bercita cita tinggi. Namun menurut Dr. Zakiyah Darajat merumuskan remaja pada tahap ini memiliki paling banyak perubahan, sehingga membawa pada perpindahan dari masa kanak - kanak kemasa remaja.45 Pada tahap ini remaja cendrung pada sesuatu yang negatif apabila tidak diarahkan pada sesuatu yang positif seperti halnya bisa terjadi pada yang negatif seperti timbulnya Sex bebas, jatuhnya remaja pada Narkoba. Namun dari hal yang negatif tersebut remaja memiliki tingkat nilai yang positif seperti diarahkan pada motifasinya untuk ingin menjadi apa yang ia inginkan.
43
Mahdiyah Kahruddin, Remaja dan Dakwah Islam dan Perjuangan ( Jakarta : Kalam Mulia, 1993), h,5-6. 44 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja ( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2003), Revisi, Cet. Ke-7.h.2. 45 Zakiyah Darajat, Problema remaja di Indonesia ( Jakarta : Bulan Bintang, 1975 ), h. 35.
Remaja pada tingkat ini bisa disebut sebagai masa peralihan yang ditempuh untuk mencapai tingkat dewasa atau bisa dikatakan bahwa tingkat remaja adalah masa perpanjangan masa kanak – kanak sebelum masa dewasa.46 Dari pendefinisian diatas maka dapat diterangkan bahwa remaja adalah manusia yang sedang mengalami perubahan jasmani maupun rohani yang dapat dibina dan dikembabngkan sesuai dengan bakat dan kemampuan yang dimiliki sampai pada masa dewasa. Pada masa remaja inilah seseorang remaja mulai mempunyai sifat – sifat membantah, selalu berbeda pendapat dengan orang tuanya maupun pada orang lain, dengan memiliki sifat yang radikal, merasa gelisah, bercita – cita tinggi dan lain sebagainya. Masa remaja merupakan masa pembentukan pribadi dan pola yang dapat menentukan manusia dihari depannya, apa ia akan bahagia atau pun sebaliknya. Masa ini penuh dengan persoalan yang harus dipecahkan secara dewasa. Kalau masalah tidak cepat ditangani atau ditanggulangi berupa pembinaan dilingkungan keluarga maupun dilingkungan masyarakat maka akan mengakibatkan gangguan terhadap masyarakat . Dalam masa transisi perkemnbangan
dan
dari masa Kanak - Kanak ke remaja banyak
perubahan
yang
dialami
remaja,
perubahan
dan
perkembangan yang sering terjadi pada remaja adanya goncangan dalam perubahan dirinya, seperti halnya pada pergaulan sehari hari seperti adanya jarak pergaulan dengan anak anak, namun dalam pihak dewasa belum adanya pengakuaan sebagai komunitas dalam pergaulan diremaja tersebut.
46
Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Agama ( Jakarta : Bulan Bintang, 1970 ), h. 69.
Sejalan dengan pertumbuhan jasmani, maka rohani pun mengalami perubahan akibat pertumbuhan pola pikir pada diri remaja tersebut, perubahan ini bisa rterlihat pada cara berfikir dan bertindak dan cara melakukan setiap kegiatan keagamaan. Dengan berfikirnya secara rasional, meskipun nasehat dari orang tua mereka kritik dan mereka tolak jika tidak sejalan dengan cara berfikirnya. Mereka hanya menerima hal - hal yang bersifat rasional. Berfikir rasional adalah sejalan dengan perkembangan remaja bahwa intelegensi seseorang atau kecerdasan seseorang akan tumbuh dan berkembang sesudah umur 14 tahun. Seperti dikemukakan oleh Alfred Binet bahwa “kemampuan pengambilan kesimpulan yang abstrak dari fakta – fakta yang ada baru tampak pada umur 14 tahun.”47 Dari pendapat tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa pada masa remaja, mulai dapat mengambul kesimpulan yang abstrak dan siap memahami penjelasan penjelasan yang bersifat ilmiyah dan rasional. Dengan perubahan cara berfikir ini akan mempengaruhi cara melakukan tindakan. Pada masa remaja tersebut mereka bertindak tanpa berfikir secara matang dengan resiko apa yang didepannya nanti. Kekurang pahaman orang tua kadang mereka menjauhkan diri dan mencari orang lain untuk memahami dirinya.
47
Moh Surya, Psikologi Perkembangan publikasi Jurusan bimbingan dan Penyuluhan ( Bandung : Fak. Pendidikan IKIP, 1978), h.71.
BAB III GAMBARAN UMUM MAN 4 PONDOK PINANG & MAN 1 SERPONG A. GAMBARAN UMUM MADRASAH ALIYAH NEGERI 4 PONDOK PINANG
A.
SEJARAH BERDIRINYA MAN 4 PONDOK PINANG
Madrasah Aliyah Negeri 4 Pondok Pinang Jakarta Selatan adalah lembaga pendidikan Agama yang merupakan alih fungsi dari PGAN 28 Jakarta yang berlokasi di jalan. Ciputat Raya Pondok Pinang Jakarta Selatan Dengan Surat keputusan Menteri Agama RI nomor 42 tahun 1992 tanggal 27 Januari 1992 dengan status milik Departemen Agama RI. Dengan luas tanah 21, 980 m2 luas bangunan 7, 317 m2 . Sesuai dengan perubahan zaman dalam sejarah bangsa ini. Pada akhirnya pendidikan mengalami penyesuaian – penyesuaian seiring dengan perubahan dan perkembangan dalam agama Islam diseluruh Indonesia dengan didukungnya pada keputusan TAP MPRS Nomor II/ 1960 dengan lampiran B ( 3 ) dengan di sebutkan bahwa : Hendaknya Madrasah didirikan sebagai badan Otonom dibawah Departemen Agama bukan dibawah Departemen PP & k. Sedangkan Undang – Undang pendidikan Nomor
dalam
: 4 / 50 Jo 12/54 pasal 10 ( 2 )
Dicantumkan : “belajar disekolah Agama telah Mendapat pengakuan dari Menteri Agama Di anggap telah memenuhi syarat kewajiban belajar.” Dalam aturan tersebut diatas tidak hanya belajar di Madrasah hanya pendidikan Formal dan sekedar memenuhi kebutuhan pendidikan dalam bidang agama. Namun lebih dari itu pengembangan pendidikan akan lebih penting jika ditunjang dengan adanya aturan dan pengaturan dari Pemerintah atau dari
Deparrtemen Agama terhadap Madrasah Aliyah ini. Dengan adanya pengakuan tersebut dari Menteri Agama maka lembaga - lembaga yang memiliki pendidikan berbasis Agama Islam hendaknya memiliki dan meningkatkan kwalitas dalam Hal pengembangan pendidikan agar para lulusan dapat berperan dan memiliki nilai kwalitas yang baik tidak hanya etika dalam berbangsa saja, namun memiliki nilai - nilai Keagamaan yang matang. Dengan berkembangnya lembaga – lembaga pendidikan, dinyatakan dalam SKB 3 menteri ( Menteri Agama, Menteri P & K dan Menteri Dalam Negeri ) pada 24 Maret 1975 Menyatakan : Madrasah adalah lembaga pendidikan yang menjadi mata pelajaran agama Islam sebagai mata pelajaran dasar yang diberikan sekurang - kurangnya 30 % disamping mata pelajaran umum yang diberikan meliputi tiga tingkatan 1. Madrasah Ibtidaiyah setingkat dengan Sekolah Dasar ( SD ) 2. Madrasah Tsanawiyah setingkat Sekolah Menengah Pertama ( SMP ) 3. Madrasah Aliyah Setingkat dengan Sekolah Tingkat Atas ( SMA ) Sejalan dengan pelaksanaan Undang – Undang pendidikan dan pembaharuan Madrasah yang pada saat itu banyak ragam seperti PHIN, MAAIN dan lain lain. Maka
tujuan
Madrasah
harus
memiliki
mutu
dalam
rangka
menyamaratakan mata pelajaran umum yang setingkat sehingga mencapai hasil yang diharapkan. Seperti halnya : 1. Nilai Ijazah memiliki nilai yang sama dengan Sekolah umum 2. Lulusan Madrasah dapat melanjutkan kesekolah umum ataupun Perguruan Tinggi umum yang setingkat lebih tinggi
3. Siswa Madrasah dapat pindah kesekolah umum tanpa harus tertinggal mata pelajaran yang umum. Usaha dalam melakukan penyamaan dengan pelajaran umum dengan melakukan perbaikan perbaikan yang meliputi : 1. Kurikulum 2. Buku pelajaran, alat pendidikan dan sarana belajar. 3. Tenaga pendidikan. Dengan adanya perbaikan - perbaikan seperti yang tertulis diatas maka adanya perubah - perubahan yang sangat signifikan seperti : 1. Eksistensi Madrsah sebagai lembaga pendidikan Islam menjadi lebih mantap dan kuat. 2. Memiliki pengetahuan umum yang lebih baik dengan disanding dengan pengetahuan agama yang lebih baik lagi. 3. Adanya fasilitas fisik yang lebih menunjang didalam Madrasah dan belajar mengajar akan lebih sempurna. 4. Adanya Civil Effect terhadap Ijazah Madrasah. Dengan adanya SKB 3 Menteri tersebut maka harapan terhadap Madrsah dapat terwujud dengan memiliki mutu pendidikan terhadap yang disempurnakan meliputi penyempurnaan kurikulum dan susunan Organisasi dan tata kerja Madrasah yang lebih baik lagi. Dengan penyempurnaan seperti ini setiap sepuluh tahun adanya penyempurnaan kurikulum sebagaimana keputusan Menteri Agama Nomor 10 tahun 1984 dimana dalam kurikulum tahun 1984 merupakan kurikulum yang memberikan pengalaman belajar siswa dalam bidang pengetahuan dan
keterampilan sebagai bakal untuk mencapai tujuan pendidikan Nasional yang meningkatkan kwalitas manusia Indonesia seutuhnya.
B.
VISI DAN MISI MAN 4 PONDOK PINANG
Visi
:
Pengembangan pendidikan Islam unggul dan berprestasi.
Misi
:
Menjadikan
agama
Islam
sebagai
sumber
nilai
pengembangan Madrasah. Mengembangkan pembelajaran yang bernuansa Islami. Menempatkan tugas guru mengajar sesuai dengan disiplin ilmu dan latar belakangnya serta profesionalisme melalui pembinaan dan pelatihan.
FASILITAS BELAJAR MAN 4 PONDOK PINANG NO
JENIS FASILITAS
JUMLAH
KET
1
RUANG BELAJAR
30
BAIK
2
RUANG LAB. FISIKA
1
BAIK
3
RUANG LAB. KIMIA
1
BAIK
4
RUANG LAB. BIOLOGI
1
BAIK
5
RUANG LAB KOMPUTER
2
BAIK
6
RUANG LAB. BAHASA
1
BAIK
7
RUANG PERPUSTAKAAN
1
BAIK
8
MASJID
1
BAIK
9
LAP. SEPAK BOLA
1
BAIK
10
LAP. BASKET
1
BAIK
11
LAP. BOLA VOLLY
1
BAIK
12
LAP. BULU TANGKIS
1
BAIK
13
LAP. TENIS MEJA
1
BAIK
RUANG KESENIAN
1
BAIK
14
FASILITAS KEGIATAN EKSTRAKURIKULER NO
JENIS EKSKUL
KET
1
PRAMUKA
AKTIF
2
PMR
AKTIF
3
KIR
AKTIF
4
ECC
AKTIF
5
SEPAK BOLA
AKTIF
6
BOLA BASKET
AKTIF
7
PRIMA
AKTIF
8
KALIGRAFI
AKTIF
9
JURNALISTIK
AKTIF
10
MARAWIS
AKTIF
11
FMIK
AKTIF
12
PENCAK SILAT
AKTIF
KEADAAN SISWA MAN 4 PONDOK PINANG NO
KELAS
LAKI LAKI
PEREMPUAN
JUMLAH
LOKAL
1
1 (x)
148
213
361
10
2
2 ( XI ) IPA
50
94
144
4
3
2 ( XI ) IPS
55
53
108
3
4
2 ( X I ) B. ARAB.
19
29
48
2
5
2 ( X I ) B. JEPANG
12
21
33
1
6
3(XII ) IPA
52
76
128
4
7
3(XII ) IPS
52
65
117
3
8
3 ( X I I ) B. ARAB
25
35
60
2
9
3 ( X I I ) B. JEPANG
4
25
29
1
417
611
1028
30
JUMLAH
Untuk struktur oganissi ekolah man 4
B. GAMBARAN UMUM MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 SERPONG Madrasah Aliyah Negeri 1 Serpong yang berada diwilayah Tanggerang Banten adalah lembaga pendidikan Agama Islam yang berlokasi di jalan. Raya Serpong kelurahan Kademangan Cisauk Tanggerang. Dengan Surat keputusan Menteri Agama RI nomor 107 tahun 1997 tanggal 17 Maret 1997 dengan status milik Departemen Agama RI. Dengan luas tanah 3000 m2 .
Lembaga yang tidak diragukan lagi eksistensinya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa memiliki peran dalam masyarakat sekitar melalui pendidikan agama yang relatif terjangkau dengan menjunjung tinggi nilai – nilai keberagamaan. Dalam menghadapi perkembangan dalam hal pembangunan secara fisik Madrasah ini sedang dalam tahap pembangunan yang dimulai sejak tahun 2005. pembangunan fisik ini diharapkan adanya peningkatan kwalitas pendidikan dan pengajaran walau
hampir sebagian para pengajar tidak diragukan lagi
kemampuan dalam mengajar. Pembangunan gedung baru ini diharapkan dapat memberikan belajar yang lebih nyaman. Dengan diberlakukannya Undang – Undang Pendidikan Nasional No. 2 Tahun. 1989 tentang Sekolah Menengah Umum yang berciri khas Islam dengan penyelenggara Pihak Departemen Agama maka tujuan dan keberadaan harus adanya peningkatan dalam hal pengetahuan siswa yang lebih baik lagi dengan melalui pengembangan diri siswa yang sejalan dengan ilmu pengetahuan, Teknologi dan kesenian dengan penjiwaan Agama Islam. Berdasarkan tujuan diatas maka tujuan utama dari Madrasah Aliyah adalah mewujudkan
tujuan
pendidikan
Nasional
yang
bermuara
pada
tujuan
pembangunan Nasional dengan memerlukan usaha – usaha yang sistematis secara maksimal sehingga menjadi bangsa yang maju.
B. MISI DAN VISI MISI
a. Meningkatkan sikap dan tanggung jawab
atas dasar keikhlasan
seorang guru kepada Allah SWT. b. Sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan agama c. Mengembangkan profesionalisme guru dan peningkatan pelayanan pendidikan demi terciptanya lulusan yang baik
VISI “Sebagai Madrasah Aliyah yang berkwalitas dan berkarya dipercaya dan dibanggakan serta menghasilkan lulusan yang berkwalitas.”
FASILITAS BELAJAR MAN I SERPONG NO
JENIS FASILITAS
JUMLAH
KET 1
RUANG BELAJAR
8
BAIK
2
RUANG LAB. FISIKA
1
BAIK
3
RUANG U K S
1
BAIK
4
RUANG LAB. BIOLOGI
1
BAIK
5
RUANG LAB KOMPUTER
1
BAIK
6
RUANG LAB. BAHASA
1
BAIK
7
RUANG PERPUSTAKAAN
1
BAIK
8
MASJID
1
BAIK
9
LAP. SEPAK BOLA
1
BAIK
10
LAP. BASKET
1
BAIK
11
LAP. BOLA VOLLY
1
BAIK
12
LAP. BULU TANGKIS
1
BAIK
13
LAP. TENIS MEJA
1
BAIK
14
RUANG KESENIAN
1
BAIK
KEADAAN SISWA MAN 1 SERPONG NO
KELAS
JUMLAH SISWA
LOKAL
1
1(X)
115
3
2
2(XI)
59
2
3
3(XII)
61
3
JUMLAH
235
8
FASILITAS KEGIATAN EKSTRAKURIKULER MAN 1 SERPONG NO
JENIS EKSKUL
KET
1
PRAMUKA
AKTIF
2
PMR
AKTIF
3
KIR
AKTIF
4
ECC
AKTIF
5
SEPAK BOLA
AKTIF
6
BOLA BASKET
AKTIF
7
PRIMA
AKTIF
8
KALIGRAFI
AKTIF
9
JURNALISTIK
AKTIF
10
MARAWIS
AKTIF
11
FMIK
AKTIF
12
PENCAK SILAT
AKTIF
Strukr man 1
BAB IV HASIL PENELITIAN LATAR BELAKANG SISWA MENGETAHUI FILSAFAT Berdasarkan data yang diperoleh dari kedua Madrasah Aliyah Negeri yakni Madrsasah Aliyah Negeri 4 Pondok Pinang dan Madrasah Aliyah 1 Serpong. Pengertian dan pemahaman filsafat siswa kelas 3 diperoleh dari materi pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ( S K I ) buku tersebut ditulis oleh. Murodi, MA. Materi filsafat bagi siswa kelas 3 didapat pada BAB. Peradaban Islam di Andalusia dan imprialisme barat kedunia Islam, selain di lingkungan sekolah siswa juga mendapati materi filsafat diluar sekolah. Berbeda dengan materi yang didapat disekolah materi filsafat yang didapat diluar sekolah sebagian siswa menyatakan bingung dengan filsafat yang ada diluar sekolah atau dimasyarakat.
Penulis menyebarkan angket sebanyak 66
angket pertanyaan dengan
pembagian, 33 lembar pertanyaan disebar ke sekolah Madrasah Aliyah Negeri 4 Pondok Pinang dan 33 lembar pertanyaan untuk sekolah Madrasah Aliyah Negeri 1 Serpong. Dari ke dua sekolah tersebut penulis menggabungkan hasil dari jawaban tersebut, dengan menggabungkan jawaban sebanyak 66 jawaban dari 66 siswa dari kedua sekolah tersebut.
B. PANDANGAN SISWA TERHADAP FILSAFAT Untuk itulah penulis mencoba untuk mencari dan memberikan gambaran atau kenyataan yang ada dalam pemahaman siswa Madrasah Aliyah Negeri kelas 3 yakni siswa dari sekolah Madrasah Aliyah Negeri 4 Pondok Pinang dan Madrasah Aliyan Negeri 1 Serpong, dalam memahami filsafat. Seperti terlihat pada tabel berikut ini :
TABEL. 1 PENGERTIAN FILSAFAT JUMLAH NO
MATERI PERTANYAAN
PERSENTASE RESPONDEN
SEPERTI
APA
PENGERTIAN
1
66 FILSAFAT MENURUT MU
A
MEMAHAMI
28
4, 2 %
B
KURANG MEMAHAMI
20
3%
C
TIDAK MEMAHAMI
18
2, 7 %
Berdasarkan data tersebut di atas dapat dilihat bahwa dari 66 siswa / responden terbagi pada tiga poin jawaban yakni : yang memahami filsafat, yang kurang memahami dan yang tidak memahami filsafat. Dari kedua Madrasah yakni Madrasah Aliyah Negeri 4 Pondok Pinang dan Madrasah Aliyah Negeri 1 Serpong. Dari kedua sekolah tersebut dalam memberikan pandangan atau pengertian filsafat tidak berbeda.
Dari 66 responden siswa yang memahami filsafat sebanyak 28 siswa atau 4,2 % bagi yang kurang memahami 20 siswa atau 3 %, dan yang tidak memahami sebanyak 18 siswa atau 2,7 %. Bagi siswa yang memahami filsafat secara benar disebabkan siswa tersebut aktif dalam mengikuti kegiatan – kegiatan Organisasi dan Rohis disekolahnya masing – masing dan diluar sekolah. Hasil pantauan penulis keperpustakaan sekolah, ternyata ada buku – buku yang terkait dengan filsafat walaupun hanya beberapa saja koleksi buku – buku filsafat. Bagi siswa yang kurang memahami filsafat mereka hanya tahu filsafat adalah cara berpikir yang sistematis, tanpa tahu apa pengertian filsafat selanjutnya. Hal ini disebabkan siswa hanya dapat materi dari sekolah tanpa mengikuti kegiatan keorganisasian dan Rohis didalam dan diluar sekolah. Berbeda halnya bagi siswa yang tidak memahami filsafat mereka tidak menyimak materi tentang filsafat dan tidak mengikuti materi pelajaran dengan baik.
TABEL. 2 FILSAFAT PADA KESESATAN JUMLAH NO
MATERI PERTANYAAN
PERSENTASE RESPONDEN
APAKAH FILSAFAT MEMBAWA
66
2 PADA KESESATAN A
JAWABAN YA
8
1, 2 %
B
JAWABAN TIDAK
58
8, 7 %
Pada tabel diatas dapat dilihat siswa yang menyatakan filsafat dapat membawa pada kesesatan sebanyak 8 siswa atau 1,2 % siswa yang menyatakan tidak membawa pada kesesatan sebanyak 58 siswa atau 8,7 %. Bila dilihat dari angket yang tersebar dan penelusuran yang yang dilakukan penulis, siswa yang menyatakan setuju terhadap filsafat dapat membawa pada kesesatan dikarenakan adanya kebingungan dalam ilmu filsafat tersebut kebingungan tersebut dikarenakan kajian filsafat yang didapat disekolah dan dimasyarakat mengalami perubahan yang sangat jauh bila disekolah hanya diajarkan hanya pada pengenalan para tokoh dan sedikit tentang pemikirannya, namun berbeda dimasyarat pemahaman filsafat dianggap sebagai ilmu yang harusnya tidak perlu dipelajari. Berbeda dengan siswa yang menyatakan filsafat tidak membawa pada kesesatan sebanyak 58 siswa / responden atau 8,7 %. Siswa. Siswa yang menyatakan filsafat tidak membawa kesesatan dikarenakan adanya pemahaman atau cara berpikir siswa yang lebih baik, dikarnakan siswa melihat pemahaman filsafat dari segi ilmu, dimana setiap ilmu bagi sebagian siswa harus dipelajari tanpa membeda - bedakan ilmu apa dan nantinya pemikiranlah yang menyatakan ilmu itu baik atau buruk.
TABEL. 3 MELANJUTKAN KE PERGURUAN TINGGI ( FILSAFAT ) JUMLAH NO
MATERI PERTANYAAN
PERSENTASE RESPONDEN
APAKAH ANDA SETELAH 3
LULUS
INGIN
MEMILIH
66
JURUSAN FILSAFAT A
JAWABAN. YA
17
2, 5 %
B
JAWABAN. TIDAK
49
7, 4 %
Berdasarkan data diperoleh, siswa yang menyatakan kesiapan untuk memasuki filsafat hanya 17 siswa / responden atau 2, 5 %. Dan yang menyatakan tidak masuk dalam filsafat sebanyak 49 siswa / responden atau 7, 4 %. Dari kedua jawaban tersebut bagi siswa yang menyatakan ketidak inginan masuk dalam filsafat dikarenakan tidak ingin pusing dan tidak ingin terjebak dalam pemahaman yang sulit – sulit. Dalam pemahaman siswa tidak lepas dari pendapat - pendapat para pendidik diluar sekolah seperti guru – guru agama diluar sekolah yang menyatakan bahwa ilmu filsafat dapat membawa seseorang pada penyimpangan penyimpangan agama. Berbeda dengan siswa yang menyatakan kesetujuannya masuk dalam filsafat mereka dalam berpikir lebih pada kebebasan cara berpikir. Namun disayangkan dari hasil wawancara sebagian siswa ada yang menyatakan “kalau
saya lulus dari sekolah saya masuk dalam filsafat dikarnakan jika saya engga masuk dalam perguruan tinggi yang saya pilih”.48
TABEL. 4 FILSAFAT DIPELAJARI DISEKOLAH JUMLAH NO
MATERI PERTANYAAN
PERSENTASE RESPONDEN
APAKAH
ANDA
SETUJU
DENGAN MATERI FILSAFAT 4
DAPAT
DIPELAJARI
PADA
66
SEKOLAH TINGKAT ATAS ( MADRASAH ALIYAH ). A
SETUJU
56
8, 4 %
B
TIDAK SETUJU
10
1, 5 %
Dari data diatas terlihat jelas dari 66 siswa menyatakan setuju sebanyak 56 siswa
atau sebanyak 8,4 %, dan yang tidak setuju terhadap materi filsafat
sebanyak 10 siswa atau 1,5 %. Dari data tersebut diatas bagi siswa yang menyatakan setuju terhadap materi filsafast dapat dipelajari disekolah disebabkan, siswa berpandangan untuk menambah wawasan dan cara berpikir yang lebih baik dikalangan pelajar, dari hasil wawancara adanya pemahaman siswa bahwa setiap ilmu tidaklah
48
. Wawancara pribadi dengan, Arif Rahman siswa MAN 4 Pondok Pinang. Kelas IPS. Pamulang. Tanggal, 20 desember 2006.
menyesatkan, namun bagaimana naantinya kita yang akan menilainnya sesat atau tidak ilmu tersebut.49 Bagi siswa yang menyatakan ketidak setujuannya terhadap ilmu filsafat dikarenakan mereka meyakini, filsafat merupakan ilmu yang tidak diperlukan dalam materi sekolah dan juga dikehidupan masyarakat. Ketidak setujuan mereka didasari juga dengan pemahaman filsafat diangggap menyimpang dari norma norma masyarakat dan pemahaman keagamaan. Hal ini didasari dengan beberapa tokoh penulis dinegeri ini dan para pendidik dimasyarakat yang memberikan pmahaman filsafat secara liar. Dari wawancara yang penulis laksanakan dengan seorang
guru / ustadz, menyatakan “masih labilnya cara berpikir siswa pada
akhirnya ditakutkan nantinya mereka menyimpang dari norma masyarakat dan syariat agama.”50 TABEL.5 FILSAFAT SANGAT SULIT DIPAHAMI JUMLAH NO
MATERI PERTANYAAN
PERSENTASE RESPONDEN
APAKAH
ANDA
MENGALAMI
KESULITAN
DALAM
MEMAHAMI
5
66
FILSAFAT A
JAWABAN. YA
57
B
JAWABAN. TIDAK
9
49
Wawancara pribadi dengan, M. Farizal fahriz, siswa MAN I Serpong, kelas IPA. Pamulang. Tanggal 22 Desember. 2006. 50 .wawancara pribadi dengan, Ust, Lukman Al Hakim, dan beberapa Guru Madrasah Aliyah. Pamulang. 17, Desember 2006
Berdasarkan data diatas terlihat pada tabel sebagian siswa menyatakan kesulitan dalam memahami kajian filsafat sebanyak 60 siswa atau 9 %. Dan yang merasa tidak mengalami kesulitan dalam memahami filsafat hanya 6 siswa atau 09 %, dari 66 siswa yang menjawab. Bagi siswa yang mengalami kesulitan dikarenakan adanya perbedaan pemahaman yang didapat disekolah dengan yang didapat di kehidupan sehari – hari atau masyarakat, jika disekolah siswa mendapat materi filsafat hanya sekedar tokoh dan sekilas tentang pemikiran tokoh tersebut. Namun di masyarakat atau di kegiatan ta’lim remaja, siswa dapat pemahaman filsafat secara liar dengan pemberian materi yang tidak mendasar dari para guru mengaji. Dengan peryataan dari beberapa siswa yang penulis wawancarai bahwa “filsafat ilmu yang hanya sekedar melelahkan dan tidak ada hikmah yang dapat diambil dari ilmu tersebut”. Berbeda dengan siswa yang tidak mengalami kesulitan terhadap ilmu filsafat walaupun secara persentase sangat sedikit. Disebabkan siswa tersebut menyatakan filsafat merupakan ilmu yang bisa dipelajari siapa saja.
TABEL. 6 SULIT MENDAPAT MATERI JUMLAH NO
MATERI PERTANYAAN
PERSENTASE RESPONDEN
APAKAH ANDA KESULITAN 6
DALAM
MENDAPATKAN
66
MATERI FILSAFAT A
JAWABAN YA
43
6, 5 %
B
JAWABAN TIDAK
23
3, 4 %
Berdasarkan data diatas yang menyatakan kesulitan mendapat materi filsafat sebanyak 43 vsiswa atau 6, 5 %
dan yang menyatakan tidak sulit
mendapat materi filsafat sebanyak 23 siswa atau 3, 4 %. Hal yang menyebabkan siswa kesulitan mendapat materi filsafat tidak semua toko buku dan perpustakaan memiliki buku kajian filsafat. Berbeda dengan siswa yang menyatakan tidak sulit mendapat materi filsafat
dikarnakan siswa memiliki teman – teman dari kalangan mahasiswa
terkadang siswa diajak untuk mengikuti kajian – kajian. Terkadang pula materi filsafat didapat dari hasil kajian tersebut.
TABEL.7 HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN AGAMA JUMLAH NO
MATERI PERTANYAAN
PERSENTASE RESPONDEN
APAKAH ADA KETERKAITAN 7
ANTARA
FILSAFAT
DAN
66
AGAMA A
JAWABAN YA
50
7, 5 %
B
JAWABAN TIDAK
16
2, 4 %
Berdasarkan data di atas siswa yang menyatakan filsafat memiliki hubungan dengan agama sebanyak 56 siswa atau 8, 48 % siswa dan siswa yang menyatakan filsafat tidak memiliki hubungan dengan agama sebanyak 10 siswa atau 1, 5 %. Dari 66 siswa yang diberikan angket. Berdasarkan jawaban di atas dapat disimpulkan bahwa siswa yang menyatakan filsafat memilki keterkaitan dengan agama dikarenakan
bahwa
agama juga mengajarkan manusia untuk berpikir dan menggunakan akal dalam bertindak dan berbuat begitu juga halnya dengan filsafat. Dari hasil wawancara dinyatakan bahwa keterkaitan antara filsafat dan agama bisa dilihat pada tokoh tokoh pemikir Islam yang membidangi masalah filsafat. Didalam ayat Al – Qur’an manusia diperintahkan untuk menggunakan akal untuk berpikir dan merenungkan alam. Bagi siswa yang menyatakan tidak adanya hubungan antara filsafat dengan agama dikarenakan sejarah awal filsafat dari Yunani bukan dari Islam jadi Islam
tidak mengenal filsafat dan ilmu filsafat juga bukan ilmu yang seharusnya dipelajari bagi umat Islam karena tidak ada ajaran atau perintah dari Al Qur’an maupun hadits.
TABEL. 8 TOKOH DALAM FILSAFAT JUMLAH NO
PERSENTASE
MATERI PERTANYAAN RESPONDEN APAKAH ANDA MENGENAL
8
66 TOKOH - TOKOH FILSAFAT
A
MENGENAL
63
B
TIDAK MENGENAL
3
Berdasarkan data yang diperoleh dari 66 siswa. Dengan materi pertanyaan apakah anda mengenal tokoh – tokoh filsafat hampir dari 66 siswa menyatakan mengenalnya, terlihat Pada table yang mengenal tokoh filsafat sebanyak 60 siswa atau 0,9 %. Bagi siswa yang mengenal tokoh fiilsafat siswa dapat mengenal tokoh dari materi pelajaran SKI dan bagi siswa yang mengenal tokoh hampir semua siswa menjawab pada tokoh Ibnu Rusyd dan M. Iqbal di karenakan itulah tokoh yang mereka pelajari di sekolah namun ada sebagian siswa menyatakan tokohtokoh filsafat di Negeri ini seperti tokoh seperti Ulil Abshar Abdala, Abdurahman Wahid/ Gusdur, Nurcholis Madjid. Bagi siswa yang tidak mengenal tokoh filsafat di karenakan tidak mengenal siapa tokoh filsafat.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan.
Dilihat dari cara pandang dan cara berpikir siswa dalam memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan. Terlihat semua siswa dapat memberikan pemahaman filsafat secara baik, namun disayangkan pemahaman yang telah tertanam dengan baik, mereka tidak dapat pemahaman yang baik pula diluar sekolah, siswa diluar sekolah dihadapkan pada pemahaman filsafat yang dapat membawa kepada hal yang positif seperti, pemahaman sebagian masyarakat : filsafat adalah sebuah penyelewengan agama bahkan akan membawa pada penyimpangan – penyimpangan norma – norma dimasyarakat. B. Saran.
Untuk menjadi pertimbangan dan penerapan dalam pembelajaran disekolah, beberapa poin catatan yang penulis sampaikan yakni : 1. Untuk memberikan pemahaman siswa terhadap kajian ilmu filsafat. 2. Adanya peningkatan kesadaran dalam hal pemikiran yang lebih sistematis, terarah dan jelas. 3. adanya penambahan buku - buku kajian filsafat diperpustakaan sekolah, tidak hanya buku yang mengenalkan tokoh tokoh dari Andalusia saja namun ada juga buku - buku yang mengenalkan tokoh – tokoh filsafat diluar anadalusia. 4. Adanya pendidikan dasar – dasar filsaat bagi siswa sejak dini. Diperlukannya mata plajaran khusus yang membidangi kajian filsafat di setiap sekolah tingkat atas
DAFTAR PUSTAKA
Al Maliki, Ekky. Why not (Remaja Doyan Filsafat ). Bandung : Darr Mizan, 2003. Arikunto, Suharsima. Prosedur penelitian. Jakarta : Reineka Cipta, 1996. Asyarie, Musa. Filsafat Islam, Sunah nabi dalam berpikir. Yogyakarta : Lesfi, 2002. Badan penelitian dan pengembangan Depdagri dan Otda, Metodde penelitian sosial. Jakarta : 2000. Bagus, Lorens. Kamus Filsafat. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2002. Bakhtiar, Amsal. Filsafat Agama. Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999. Bertens, K. Etika. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2002. Darajat, Zakiyah. Ilmu jiwa agama. Jakarta : Bulan Bintang, 1975. ------------------, Problema Remja di Indonesia. Jakarta : Bulan Bintang, 1970. Gazalba, Sidi. Sistematika filsafat. Jakarta : Bulan Bintang, 1992. Gholib, Ahmad. Teologi dalam perspektif Islam. Jakarta : UIN press, 2005. Hadiwijiono, Harun. Sari filsafat Barat 1. Jakarta : Kanisius, 1980. Hanafi. Ahmad. Pengantar Filsafat Islam. Jakarta : Bulan Bintang, 1996. Kahruddin, Mahdiyah. Remaja dan dakwah Islam dan Perjuangan. Jakarta : Kalam Mulia, 1993. Kartanegara, Mulyadi. Menyibak Tirai Kejahilan. Bandung : Mizan, 2003. Kattsoff, Louis.O. Pengantar Filsafat. Yogyakarta : Tiara Wacana, 1996.
Koentjaraningrat. Methodologi Penelitian Masyarakat. Jakart, 1985. Maleong, lexy J. Methode Penelitian Kwalitatif. Bandung : PT Rosda Karya, 2000. Mundari. Logika. Jakarta : Raja grafindo Persada. 2003. Muslih, M. Filsafat Umum ( dalam pemahaman Praktis ). Bogor : Belukar. 2005. Mustofa, Abdul. Filsafat Islam. Bandung : Pustaka Setia, 1997. Nasution, Hasimsyah. Filsafat Islam. Jakarta : Gaya Media Pratama (GMP), 2002. Sarwono, Sarlito Wirawan. Psikologi Remaja. Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2003. Surya, Mohammad. Psikologi Perkembangan Publikasi Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan. Bandung : Fak. Pendidikan IKIP, 1978. Takwin, Bagus. “Dasar dasar filsafat.”artikel diakses tanggal 2 Juli 2003 dari http ://psikologi, webhostme.com/filsafat/filsafat.htm. Wawancara pribadi dengan Arif Rahman siswa MAN 4 Pondok Pinang. Kelas IPS. Pamulang, 20 desember 2006. ----------------------. M. Farizal Fahriz siswa MAN 1 Serpong. Kelas IPA. Pamulang, 22 Desember. 2006. ----------------------. Ust. Lukman Al Hakim, dan beberapa guru Madrasah Aliyah. Pamulang. 17 Desember 2006.