– THE TWO SONS – THE HOUSE ON THE ROCK Nick Butterworth dan Mick Inkpen Text and illustrations copyright © 1994 by Nick Butterworth and Mick Inkpen. First published by Marshall, Morgan & Scott in 8 separate volumes under the titles: The House on the Rock; The Lost Sheep; The Precious Pearl; The Two Sons; The Ten Silver Coins; The Rich Farmer; The Little Gate and The Good Stranger by Nick Butterworth and Mick Inkpen. Worldwide co-edition produce by Lion Hudson plc, Wilkinson House, Jordan Hill Road, Oxford OX2 8DR, England. Hak cipta terjemahan Indonesia: Yayasan Komunikasi Bina Kasih Penerjemah : Yasinta Desrilina dan Yanitawati Paulina Edisi : 1.-2010 (No. D. 867/9, cerita anak)
Judul asli : Penulis : Copyright :
Ayat-ayat Alkitab dikutip dari Alkitab Perjanjian Baru (TB) edisi kedua, cetakan ke-2, 2003, terbitan Lembaga Alkitab (LAI) Katalog Dalam Terbitan (KDT): Dua Anak Laki-laki dan Rumah di Atas Batu/Nick Butterworth dan Mick Inkpen 56 hlm; 15 x 17 cm ISBN: 978-602-8009-19-5 I. Judul II. Ikpen, Mick III. Yasinta Desrilina IV. Yanitawati Paulina V. Seri 813K
YAYASAN KOMUNIKASI BINA KASIH Jl. Letjen. Suprapto 28, Cempaka Putih, Jakarta 10510 E-mail:
[email protected] (Anggota IKAPI DKI Jakarta)
Dua Anak Laki-laki Rumah di Atas Batu
Yesus berkata, ”Apakah pendapatmu tentang ini: Seorang mempunyai dua anak laki-laki. Ia pergi kepada anak yang sulung dan berkata: Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun anggur. Jawab anak itu: Aku tidak mau. Tetapi kemudian ia menyesal dan pergi. Lalu orang itu pergi kepada anak yang kedua dan berkata demikian juga. Anak itu menjawab: Baik, Bapa, tetapi ia tidak pergi. Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya?” Matius 21:28-31
Dua Anak Laki-laki
Ada seorang bapak. Ia bertanam apel di kebun.
6
7
Apel-apel itu berwarna merah dan ranum. Sudah waktunya apel-apel itu dipetik.
8
9
Di rumah, bapak itu mempunyai dua anak laki-laki.
10
11
”Saya ingin kamu membantu saya memetik apel,” kata bapak itu kepada anaknya yang sulung. ”Tidak sempat,” jawab anak sulung itu. ”Saya sibuk.”
12
13
Tapi beberapa waktu kemudian, ia menyesal dengan apa yang sudah ia katakan. Ia mengambil keranjang dan pergi ke kebun.
14
15
Bapak itu menemui anaknya yang kedua. ”Saya ingin kamu juga membantu saya memetik apel,” katanya.
16
17
”Ya,” jawab anak kedua itu. ”Saya akan segera datang setelah memakai sepatu bot.”
18
19
Di kebun, si anak sulung sibuk memetik apel. Lihat, ia sudah mengisi penuh satu keranjang apel.
20
21
”Kerja yang bagus, Nak,” kata bapak itu. ”Ini keranjang lagi. Kita harus menyelesaikannya sekarang juga.”
22
23
Mereka bekerja bersama sampai semua apel dipetik. Tapi si anak kedua tidak kunjung datang ke sana. Ia telah melupakan janjinya.
24
25
Menurutmu, siapa yang membuat hati bapak itu senang? Anak sulung atau anak yang kedua?
26
27
Pesan Yesus: Apa yang kita lakukan lebih penting dari apa yang kita ucapkan.
28
29
Yesus berkata, ”Jadi, setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu bertiuplah angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu tertiuplah angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.” Matius 7:24-27 dan Lukas 6:47-49
Rumah di Atas Batu
Ada seorang laki-laki. Ia sedang mencari tempat untuk mendirikan rumah.
32
33
Ia mendaki ke atas sebuah batu besar berwarna abu-abu. Nah! Ini tempat yang bagus.
34
35
Laki-laki ini mulai mendirikan rumahnya. Ini pekerjaan yang berat. Ia terengah-engah dan napasnya kembang-kempis.
36
37
Sepanjang hari ia bekerja keras. Napasnya kembang-kempis, terkadang ia menggerutu dan mengeluh, sampai pekerjaan itu selesai. ”Tepat waktunya,” katanya. ”Kelihatannya akan hujan.”
38
39
Hujan turun deras sekali. Kilat menyambar. Guntur bergemuruh. Air menggenangi sekeliling rumah dan menghantam batu itu. 40
41
Batu itu tetap berdiri tegak. Laki-laki itu bijaksana karena memilih batu untuk alas mendirikan rumah.
42
43
Ada laki-laki yang lain. Ia menginginkan sebuah rumah. ”Saya mau sekarang. Saya ingin segera mendirikannya. Di tempat ini boleh juga,” katanya.
44
45
Ia mendirikan rumahnya di atas pasir. ”Ini tidak akan lama,” katanya
sambil bersiul ia bekerja.
46
47
Rumahnya sudah selesai. Ia masuk ke dalam dan menutup pintu. Setetes air hujan jatuh di atas hidungnya. Astaga!
48
49
Hujan turun deras sekali. Kilat menyambar. Guntur bergemuruh. Air mengalir dengan cepat
menerobos rumah dan mengempas lututnya!
50
51
Pasir terbawa hanyut. Rumahnya rubuh berantakan. Laki-laki bodoh itu salah karena mendirikan rumah di atas pasir.
52
53
Pesan Yesus: Tuhan seperti batu tempat orang bijaksana tadi. Jika kamu percaya kepada-Nya, Dia tidak akan mengecewakanmu.
54
55
56
