I
1.1.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Rata-rata laju pertumbuhan populasi ternak unggas selama enam tahun
dari tahun 2004 hingga 2010 menunjukkan peningkatan, diantaranya ternak ayam ras petelur dan pedaging serta itik (Tabel 1). Sementara, perkembangan ternak ayam buras mengalami penurunan dengan rata-rata laju penurunan 0,29 persen selama enam tahun di Indonesia. Namun demikian, rata-rata kontribusi populasi ternak ayam buras terhadap populasi ternak unggas di Indonesia selama tujuh tahun sebesar 20,60 persen menunjukkan bahwa budidaya ayam buras juga menyumbang pertumbuhan output nasional pada subsektor peternakan unggas sebagai salah satu sektor riil perekonomian di Indonesia, yaitu sektor pertanian. Selain itu, kontribusi populasi ayam buras terhadap pemenuhan konsumsi daging dan telur nasional potensial untuk dikembangkan. Tabel 1. Populasi Ternak Unggas di Indonesia Tahun 2004-2010 (dalam 000 Ekor) Ternak Unggas Ayam Buras Ayam Ras Petelur Ayam Ras Pedaging Itik
2004
2005
2006
2007
2008
2009
276.989 278.954 291.085 272.251 243.423 249.964 93.416
84.790 100.202 111.489 107.955
99.768
2010*) 268.957 103.841
778.970 811.189 797.527 891.659 902.052 991.281 1.249.952 32.573
32.405
32.481
35.867
38.840
42.318
45.292
Total Populasi Unggas 1.181.9481.207.3381.221.2951.311.2661.292.2701.383.331 1.668.042 Keterangan: *) Angka Sementara Sumber: Badan Pusat Statistik (2011) 1) (Diolah)
Jumlah produksi unggas nasional tersebut sebagian besar disumbang dari Pulau Jawa, antara lain Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur sebagaimana yang ditunjukkan dalam Tabel 2. Besar sumbangan populasi ternak ayam buras di Provinsi Jawa Barat terhadap populasi nasional 11,11 persen menunjukkan masih rendahnya pengusahaan ternak ayam buras dibandingkan dengan ayam ras pedaging dan petelur. Data populasi ternak ayam buras belum memilah antara usaha ternak ayam pedaging dan petelur, sehingga data populasi
1)
(http://www.bps.go.id). Populasi Ternak (000) Ekor 2000-2008. Diakses Tanggal 3 Oktober 2011.
yang ditunjukkan merupakan total keseluruhan populasi ayam buras pedaging dan petelur. Tabel 2. Perbandingan Populasi Ternak di Provinsi Jawa Barat dengan Provinsi Lain dan Kontribusinya terhadap Nasional Tahun 2010* No 1 2 3 4
Ternak Ayam Buras Ayam Ras Pedaging* Ayam Ras Petelur
Populasi (Ekor)
% Kontribusi
JawaTengah
JawaTimur
29,022,875
36,741,465
23,964,085
261,173,531
11.11
512,626,821
59,302,085
154,356,580
1,115,108,029
45.97
11,125,158
17,583,669
34,037,999
116,188,087
9.58
8,840,386
5,188,611
3,691,306
43,367,193
20.38
Itik
Nasional
Populasi**
Jawa Barat
Keterangan: *) Angka Sementara **) Persentase kontribusi populasi unggas Provinsi Jawa Barat terhadap populasi unggas Nasional Sumber: Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (2011) 2)
Populasi unggas ayam buras di Provinsi Jawa Barat yang masih rendah tersebut disebabkan pengusahaan oleh rumah tangga peternak yang organisasi produksinya masih bersifat subsisten atau hanya sebagai rumah tangga pemelihara (Tabel 3). Kedua jenis rumah tangga yang berbeda dalam Tabel tersebut menjelaskan corak usahatani yang terdapat dalam masyarakat pembudidaya ternak unggas di Jawa Barat. Tabel 3. Jumlah Rumah Tangga Peternakan Unggas di Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 Jenis Unggas Ayam Buras Itik Ayam Ras Petelur Ayam Ras Pedaging
Jumlah (orang)
Jumlah Rumah Tangga Pemelihara (orang) 1.277.792 94.075 5.425 10.894
Rumah Tangga Pemelihara Unit Usaha Komersial Peternakan Total
Jumlah Unit Usaha Komersial (orang) 20.258 34.657 1.328 9.738 1.388.186 65.981 1.454.167
Sumber: Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (2011) 3) 2)
(http://disnak.jabarprov.go.id). Perbandingan Populasi Ternak di Provinsi Jawa Barat dengan Provinsi Lain dan Kontribusinya terhadap Nasional Tahun 2010*. Diakses Tanggal 3 Oktober 2011. 3) (http://disnak.jabarprov.go.id). Rumah Tangga Peternakan di Jawa Barat (SPN 08). Diakses Tanggal 3 Oktober 2011.
2
Rumah tangga pemelihara dimaksudkan dengan corak usaha ternak yang subsisten dan rumah tangga usaha merupakan corak usaha ternak yang komersial. Umumnya, budidaya ternak ayam buras diusahakan secara terpencar-pencar oleh individu peternak di wilayah pedesaan dengan skala yang sangat kecil dan corak subsisten. Jumlah rumah tangga peternak, baik rumah tangga pemelihara maupun rumah tangga usaha dalam membudidayakan ternak ayam buras sangat besar jumlahnya, tetapi populasi ayam buras masih rendah. Berbeda halnya dengan populasi ayam ras pedaging dan petelur yang pengusahaannya oleh rumah tangga peternak lebih sedikit dibandingkan dengan rumah tangga peternak ayam buras. Persentase jumlah rumah tangga pemelihara ternak ayam buras terhadap jumlah rumah tangga pemelihara unggas di Provinsi Jawa Barat mencapai 92,05 persen adalah lebih besar daripada jumlah rumah tangga pemelihara ayam ras pedaging dan petelur yang masing-masing hanya 0,78 persen dan 0,39 persen terhadap jumlah rumah tangga pemelihara unggas di Jawa Barat pada tahun 2008. Sementara, rumah tangga peternak usaha (komersial) untuk ternak ayam buras baru diusahakan sekitar 1,39 persen terhadap seluruh rumah tangga peternakan unggas di Jawa Barat. Namun demikian, pengusahaan ayam ras pedaging dan petelur secara komersial pun tidak lebih besar dari rumah tangga peternak ayam buras komersial masing-masing hanya 0,64 persen dan 0,09 persen dari rumah tangga peternakan unggas di Jawa Barat. Hal ini disebabkan pengusahaan ayam ras pedaging dan petelur saat ini banyak dikembangkan dengan berkelompok melalui kelembagaankelembagaan sosial dan ekonomi yang terdapat dalam lingkungan masyarakat, seperti kelompok ternak, Kelompok Wanita Tani (KWT) dan diarahkan dengan bentuk kemitraan PIR (Perusahaan Inti Rakyat). Dengan prinsip kolektivitas tersebut, baik melalui kelembagaan maupun kemitraan, ternyata mampu meningkatkan produksi ayam ras pedaging dan petelur. Bentuk kolektivitas ini masih jarang ditemukan dalam perkembangan budidaya ayam buras hampir di sebagian besar wilayah pedesaan Indonesia. Produksi ternak unggas ayam buras yang masih kecil itu membuat harga jual hasil ternak, baik daging maupun telur ayam buras lebih mahal daripada hasil ternak ayam ras, selain karena produk ayam buras memiliki diferensiasi dan 3
karakteristik yang lebih diminati masyarakat tertentu. Beberapa karakteristik daging dan telur ayam buras tersebut, diantaranya seperti tekstur yang liat pada daging dan kandungan lemak yang lebih tinggi sehingga rasanya lebih gurih daripada daging dan telur ayam ras. Pemeliharaannya yang tradisional dengan membebaskan ayam secara liar untuk mencari pakan sendiri, membuat tingkat keaktifan ayam buras lebih tinggi dan secara biologis membentuk rasa dan tekstur spesifik. Hasil ternak telur ayam buras lebih banyak diminati karena manfaat fungsionalnya untuk menjaga stamina dan kesehatan tubuh daripada telur ayam ras yang manfaatnya untuk makanan konsumsi sehari-hari. Implikasinya adalah bahwa permintaan hasil ternak ayam buras masih lebih besar daripada produksinya, seperti yang dapat dijelaskan dalam Tabel 4. Tabel 4. No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Pemasukan dan Pengeluaran Unggas Antar Kabupaten di Wilayah Provinsi Jawa Barat Angka Tetap Tahun 2010
Kabupaten/Kota Kab. Bogor Kab. Sukabumi Kab. Cianjur Kab. Bandung Kab. Garut Kab. Tasikmalaya Kab. Ciamis Kab. Kuningan Kab. Cirebon Kab. Majalengka Kab. Sumedang Kab. Indramayu Kab. Subang Kab. Purwakarta Kab. Karawang Kab. Bekasi Kab. Bandung Barat Kota Bogor Kota Sukabumi Kota Bandung Kota Cirebon Kota Bekasi Kota Depok Kota Cimahi Kota Tasikmalaya Kota Banjar Jawa Barat
Pemasukan Unggas (Ekor) Ayam Ayam Ras Ayam Ras Buras Petelur Pedaging 492.882 1.046.000 5.533.439 88.721 1.420.000 409.134 63.223 1.200.000 972.800 2.362.970 11.892 800.900 1.266.060
Pengeluaran Unggas (Ekor) Ayam Ayam Ras Ayam Ras Buras Petelur Pedaging 157.130 5.078.704 14.518.050 41.700 69.160 8.795.862 1.186.480 870.700 412.101 1.795.200 151.600 295.226 20.257 365.310 7.608.900
217.333 49.582 1.011.045 123.502 402.200 666.452 781.133 46.090 658.950 213.600 225.975
124.900 14.819 61.090 85.900 16.963 4.144 7.240
17.882 5.289.998 546.861 133.500 29.551.723 837.847 7.805.640 5.855.500 970.277
466.814 13.716 461.978 694.465 51.115 116.477 208.800 147.651 5.891
69.400 60.095 30.190 134.700 52.012 319.352
15.209.816 24.226.571 4.923.712 4.378.611 7.218.235 4.518.150 4.596.000 2.806.800
104.701 48.000 114.375 14.510 9.401 305.041
500 116.744 52.323
1.850.300 7.971.058 8.610.000 52.332 1.432.265
35 7.000 25.077 343.092 70.800 13.051
5.897 25.500 47.962 1.200 12.636
6.602 583.283 1.887.952 1.100.499 141.540 1.724.371
72.862 8.460.181
18.000 2.412.746
18.709.500 99.997.152
8.470 3.417.148
9.253.798
17.561.000 122.971.880
Keterangan : Tanda (-) menunjukkan bahwa tidak ada pemasukan dan pengeluaran unggas Sumber : Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (2011) 4)
4
(http://disnak.jabarprov.go.id). Pemasukan Unggas (Ekor) dan Telur (Butir) Antar Kabupaten di Wilayah Provinsi Jawa Barat Angka Tetap Tahun 2010. Diakses Tanggal 3 Oktober 2011.
4
Istilah pemasukan menjelaskan tentang kebutuhan suatu daerah akan ternak tertentu yang dikirimkan berasal dari daerah di luar Provinsi Jawa Barat. Sementara, istilah pengeluaran menjelaskan jumlah unggas yang dapat diproduksi oleh peternak daerah tersebut yang dapat dikonsumsi dan atau dikirimkan ke luar daerah tersebut. Jumlah pemasukan ayam buras untuk Kabupaten dan Kota Bogor yang lebih besar dibandingkan jumlah pengeluaran pada tahun 2010 menunjukkan bahwa permintaan ayam buras di daerah Bogor masih lebih besar daripada produksinya. Hal ini pun terjadi juga di beberapa kabupaten dan kota lainnya di Provinsi Jawa Barat. Dengan demikian, pengembangan ternak ayam buras ini menjadi penting untuk meningkatkan produksi dalam memenuhi peluang permintaan yang masih besar. 1.2.
Perumusan Masalah Rekapitulasi data kelompok peternakan ayam buras dalam Tabel 5
menunjukkan potensi ternak ayam buras yang dikembangkan di Kabupaten Bogor. Menurut data dari Badan Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Peternakan dan Kehutanan (BP4K), terdapat lima kecamatan di Kabupaten Bogor yang membudidayakan ayam buras dengan berkelompok, salah satunya adalah di Kecamatan Klapa Nunggal. Tabel 5. Rekapitulasi Data Kelompok Peternakan Ayam Buras Tahun Anggaran 2009 di Kabupaten Bogor Kecamatan
Tamansari
Cigombong Rumpin Klapa Nunggal Sukamakmur
Desa Sukajadi Sukajadi Tamansari Tamansari Tamansari Ciburuy Luwibatu Rabak Gobang Rabak Nambo Sukamulya Wargajaya Antajaya
Nama Kelompok Ternak Harapan Maju 2 Harapan Maju 1 Tanjung 3 Tanjung 2 Tanjung 1 Motekar/KWT Rahayu Mekar Giri Mulya Karya Mandiri Tunas Harapan Hidayah Alam Herang Mulya Mekar sari Harapan Jaya TOTAL
Jumlah Anggota (orang) 14 22 14 20 20 15 15 15 20 16 6 22 20 10
Kelas Kelompok
Tahun Pendirian
Pemula Pemula Pemula Lanjut Pemula Pemula Lanjut Lanjut Lanjut Lanjut Pemula Pemula Pemula Pemula
1998 2005 2005 1998 1998 2005 2000 2000 2000 2000 2000
2006
Luas Kandang (m2) 58 116 63 145 116 81,75 112 132 151 132 1048 94 46 790 3.048,75
Jumlah Populasi (ekor) 97 215 128 154 162 155 303 381 454 413 6250 289 252 323 9.576
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2011) 5) (Diolah).
5)
(http://bp4k.bogorkab.go.id). Rekapitulasi Data Kelompok Peternakan Tahun Anggaran 2009. Diakses Tanggal 10 Oktober 2011.
5
Kelompok ternak yang mengusahakan ternak ayam buras di Kecamatan Klapa Nunggal Desa Nambo merupakan kelompok ternak ayam buras yang mempunyai jumlah populasi ternak ayam buras terbanyak dibandingkan dengan kelompokkelompok ternak ayam buras lainnya di Kabupaten Bogor, yaitu Kelompok Ternak Hidayah Alam. Pada tahun 2009, Kelompok Ternak Hidayah Alam Desa Nambo memiliki kandang terluas yaitu 1.048 m2 dengan jumlah populasi ternak ayam burasnya sebesar 6.250 ekor. Dengan jumlah anggota peternak yang tergabung didalamnya sebanyak enam orang, Kelompok Ternak Hidayah Alam yang berdiri pada tahun 2000 telah berkembang menjadi peternakan unggas yang bercorak komersial dengan skala kecil, karena jumlah kepemilikan ayam yang lebih dari 1.000 ekor (Bamualim, Inounu dan Talib 2007). Namun dalam perkembangannya hingga tahun 2011, populasi ternak ayam buras tersebut semakin berkurang. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Ketua Kelompok Ternak Hidayah Alam, bahwa sebelumnya terdapat beberapa peternak ayam buras yang pernah menjadi anggota kelompok tersebut, tetapi kemudian meninggalkan usaha ternak ayam burasnya. Hal ini disebabkan jumlah ayam buras yang dipelihara cukup besar dan akan membutuhkan tenaga kerja tambahan. Tetapi, sebagian besar peternak yang mengusahakan ayam buras dalam kelompok ini menjadikan usaha ternak ayam buras sebagai pekerjaan sampingan, sehingga peternak mencurahkan jam kerja sebagian besar kepada pekerjaan utamanya di luar usaha ternak, diantaranya sebagai pegawai pemerintahan dan karyawan perusahaan. Keterbatasan tenaga kerja keluarga untuk mengelola usaha ternak ayam buras ini menyebabkan manajemen pemeliharaan, terutama untuk seleksi bibit ayam untuk memperoleh produksi telur yang diharapkan, semakin menurun sehingga mengurangi pertumbuhan produktivitas telur ayam. Peternak tidak menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga, karena selain pertimbangan munculnya biaya produksi tambahan, tetapi juga beralihnya peternak dalam penggunaan jenis pakan. Sejak 1,5 tahun sebelumnya, peternak meramu pakan manual meliputi dedak padi, bungkil kedelai, tepung ikan dan jagung giling, tetapi kini peternak lebih memilih menggunakan jenis pakan jadi ayam petelur yang dapat dibeli dengan mudah dan dapat diberikan secara praktis. Akibatnya, 6
beberapa peternak yang mempunyai mesin pemecah jagung saat ini jarang dimanfaatkan, terutama karena ketersediaan bahan-bahan untuk membuat pakan manual yang semakin langka. Harga pakan jadi ayam petelur ini relatif mahal bagi sebagian besar peternak, terlebih lagi konsumsi ayam buras petelur untuk memproduksi telur konsumsi membutuhkan jumlah pakan yang relatif besar, berkisar antara 80-100 gram per ekor per hari. Harga pakan jadi ayam petelur yang digunakan peternak Kelompok Hidayah Alam rata-rata sebesar Rp 200.000,00 setiap 50 kilogram yang diberikan untuk 400 ekor ayam dan habis dikonsumsi dalam satu hari. Kebutuhan dan harga pakan jadi yang tinggi ini ikut mendorong sebagian besar peternak untuk memutuskan menjual ayam-ayam yang dipeliharanya, di samping untuk mengurangi biaya tambahan tenaga kerja untuk mempertahankan manajemen pemeliharaan tanpa menurunkan produktivitas telur ayam, tetapi juga untuk membiayai penggunaan jenis pakan jadi yang lebih besar daripada biaya pakan manual untuk membudidayakan ternak ayam buras pada tahun berikutnya. Namun demikian, pembudidayaan ayam buras petelur di Desa Nambo ini terus dikembangkan dalam Kelompok Ternak Hidayah Alam dan dijalankan melalui kemitraan dengan perusahaan di sekitar desa tersebut dalam suatu program tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR). Tetapi, tidak semua peternak bermitra dan menerima bantuan modal tersebut, sehingga terdapat peternak yang bermitra dan tidak bermitra. Kemitraan yang dijalankan antara perusahaan dengan kelompok ternak berupa pemberian pinjaman modal dalam bentuk input bibit ayam betina umur lima bulan, yang sifatnya bergulir di antara peternak dengan jangka waktu pengembalian selama tiga tahun. Di samping itu, peternak yang menjalankan kemitraan juga memperoleh pelatihan budidaya ayam buras dari perusahaan swasta tersebut. Kemitraan ini dilaksanakan oleh dua perusahaan swasta, yaitu PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. dan PT. Holcim Indonesia, Tbk. Peran kemitraan ini sebagai sumber penyedia permodalan bagi peternak merupakan salah satu upaya pengembangan usaha ternak dalam kaitannya dengan penyediaan input usaha ternak. Oleh karena itu, penting sekali mengkaji perbedaan keputusan bermitra pada peternak terhadap tingkat keberhasilan usaha ternak. Selain itu, 7
usaha ternak yang dijalankan Kelompok Hidayah Alam ini memiliki variasi jumlah populasi ayam buras yang dipelihara, yaitu skala pengusahaan paling kecil sebanyak 150 ekor dan skala paling besar sebanyak 1.325 ekor. Perluasan skala pengusahaan ternak dapat menurunkan rata-rata komponen biaya input tetap per unit output sehingga keuntungan produsen meningkat (Teken dalam Fatma 2011). Perbedaan skala pengusahaan ternak ini membutuhkan kajian mengenai analisis usaha ternak antara peternak skala besar dan peternak skala kecil untuk melihat perbedaan tingkat keberhasilan usaha ternak. Hasil kajian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kondisi usaha ternak yang dijalankan Kelompok Ternak Hidayah Alam saat ini, sehingga dapat menjadi rekomendasi alternatif pengembangan usaha ternak ayam buras petelur. Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah: (1)
Bagaimana perbedaan kemitraan dan skala pengusahaan ternak terhadap tingkat keberhasilan usaha ternak ayam buras petelur Kelompok Hidayah Alam?
(2)
Bagaimana alternatif pengembangan usaha ternak ayam buras petelur dalam Kelompok Ternak Hidayah Alam?
1.3.
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka
penelitian ini bertujuan dalam: (1)
Menganalisis perbedaan kemitraan dan skala pengusahaan ternak terhadap pendapatan dan efisiensi usaha ternak ayam buras petelur dalam Kelompok Hidayah Alam;
(2)
Menganalisis perbedaan kemitraan dan skala pengusahaan ternak terhadap tingkat keuntungan investasi usaha ternak ayam buras petelur dalam Kelompok Hidayah Alam; dan
(3)
Menganalisis alternatif pengembangan usaha ternak ayam buras petelur dalam Kelompok Hidayah Alam.
8
1.4.
Manfaat Penelitian Manfaat dari adanya penelitian ini diantaranya adalah:
(1)
Bagi Masyarakat Desa Nambo Masyarakat Desa Nambo, khususnya peternak ayam buras petelur yang
tergabung dalam Kelompok Ternak Hidayah Alam merupakan pihak yang sangat terkait dengan perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk membantu peternak dalam memberikan alternatif solusi permasalahan dalam pengembangan usaha ternak ayam buras petelur dan pada akhirnya untuk meningkatkan pendapatan dan keuntungan peternak. Sementara itu, manfaat penelitian bagi masyarakat secara umum adalah memberikan informasi mengenai potensi pengembangan usaha ternak telur ayam buras sebagai tambahan penerimaan dalam rumah tangga dan upaya peningkatan kemandirian pangan secara lokal; (2)
Bagi Mahasiswa Penelitian ini merupakan tugas akhir mahasiswa sebagai bentuk
pertanggungjawaban akademik dalam menyelesaikan permasalahan masyarakat yang terkait dengan bidang keahliannya. Perencanaan dan pelaksanaan penelitian yang dirancang ini melatih mahasiswa untuk tanggap melihat permasalahanpermasalahan yang ada dalam masyarakat dan kemudian menganalisis permasalahan-permasalahan tersebut serta memberikan rekomendasi solusi berbekal ilmu yang diperoleh selama bangku perkuliahan. Di samping menambah pengalaman selama di lapangan, penelitian ini juga dapat meningkatkan kemampuan akademik mahasiswa dalam tataran aplikasi; dan (3)
Bagi Institut Pertanian Bogor Institut Pertanian Bogor merupakan salah satu pihak akademis yang
mempunyai tanggung jawab untuk memajukan daerah-daerah pedesaan sekitar kampus maupun luar kampus dalam sektor pertanian secara luas. Oleh karena itu, pelaksanaan penelitian ini dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan mahasiswa sebagai perwakilan Institut Pertanian Bogor dalam membangun daerah-daerah pedesaan tersebut. Hasil dari kegiatan penelitian yang dilaksanakan dapat membantu menggambarkan kondisi daerah-daerah pedesaan yang perlu
9
mendapatkan perhatian dari pihak IPB, sehingga pembangunan desa-desa tersebut dapat terus dilakukan sebagai salah satu upaya meningkatkan pertanian Indonesia. 1.5.
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini dibatasi untuk mengidentifikasi dan
menganalisis pengembangan usaha ternak ayam buras petelur Kelompok Ternak Hidayah Alam, Desa Nambo, Kecamatan Klapa Nunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Objek penelitian ini adalah seluruh peternak yang tergabung ke dalam kelompok ternak Hidayah Alam yang berjumlah enam orang. Sedangkan, periode produksi dalam satu tahun yang menjadi patokan analisis usaha ternak ini yaitu produksi hasil ternak yang terjadi dalam Januari sampai dengan Desember pada tahun 2011. Unit analisis dalam penelitian ini adalah usaha ternak penetasan telur ayam buras yang dibudidayakan oleh peternakpeternak yang tergabung ke dalam Kelompok Ternak Hidayah Alam. Artinya, usaha lain yang terkait dengan usaha ternak ayam buras petelur, seperti misalnya usaha pembesaran telur ayam buras, usaha pembesaran daging ayam buras, usaha pembibitan ayam buras, perusahaan mitra penyedia permodalan dan saluransaluran pemasaran telur ayam buras menjadi faktor ekstern unit analisis tersebut.
10