Lampiran IB Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 12/SE/M/2011 Tanggal : 31 Oktober 2011
KATA PENGANTAR Perilaku sanitasi yang buruk merupakan salah satu hal yang masih menjadi isu di Indonesia saat ini. Pembangunan infrastruktur sanitasi tidak akan berhasil jika tidak diimbangi dengan perubahan perilaku sanitasi yang baik oleh masyarakat. Membiasakan diri untuk tidak buang air besar sembarangan (BABS) serta menjaga kebersihan lingkungan merupakan salah satu perilaku yang harus ditanamkan dan dibiasakan sejak dini. Dalam upaya mewujudkan hal tersebut, diperlukan suatu gerakan bersama yang bertujuan untuk mengurangi angka BABS yang pada akhirnya akan meningkatkan kesehatan masyarakat dan kesejahteraan sosial berupa Gerakan Indonesia Bersih. Untuk mengawali Gerakan Indonesia Bersih diperlukan percontohan yang dimulai dari komplek perkantoran, balai, perumahan dan aset lainnya di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum. Tentunya hal ini tak bisa lepas dari peran para pegawai dan penghuni di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum. Infrastuktur sanitasi yang terbangun harus dikelola dengan baik dan dirawat sesuai dengan pedoman operasional dan perawatan. Dengan demikian diharapkan kegiatan ini nantinya dapat diterapkan oleh seluruh masyarakat untuk menjaga kesehatan dan kelestarian lingkungan. Semoga usaha yang dimulai dari diri kita sendiri ini kemudian dapat menyebar luas dan diterapkan di masyarakat dalam upaya turut menjaga kesehatan dan kelestarian lingkungan.
Jakarta, 31 Oktober 2011
1
PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH PERKANTORAN DAN PERUMAHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
DAFTAR ISI BAB I
GAMBARAN UMUM .......................................................................................................................... 4
1.1.
Latar Belakang .................................................................................................................................. 4
1.2.
Konsep Pengelolaan Air Limbah ........................................................................................................ 6
1.3.
Definisi Istilah Terkait Pengolahan Air Limbah.................................................................................. 7
BAB II
FASILITAS PENGOLAHAN AIR LIMBAH ............................................................................................... 9
2.1.
Fasilitas Pengolahan Air Limbah di Perkantoran ............................................................................... 9
2.2.
Fasilitas Pengolahan Air Limbah Perumahan .................................................................................. 14
BAB III
OPERASIONAL FASILITAS PENGELOLAAN AIR LIMBAH.................................................................... 18
3.1.
Petunjuk Operasional Bangunan Atas ............................................................................................. 18
BAB IV PEMELIHARAAN FASILITAS PENGELOLAAN AIR LIMBAH................................................................. 19 4.1 .
Petunjuk Pemeliharaan Bangunan Atas .......................................................................................... 19
4.2 .
Petunjuk Pemeliharaan Perpipaan .................................................................................................. 22
4.3 .
Petunjuk Pemeliharaan Bangunan Bawah ...................................................................................... 23
2
PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH PERKANTORAN DAN PERUMAHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jumlah WC berdasarkan jumlah pegawai ....................................................................................... 10 Tabel 2 Fasilitas Pelengkap Toilet ................................................................................................................ 10 Tabel 3 Bahan / material toilet .................................................................................................................... 11 Tabel 4 Ukuran toilet dan fasilitas pelengkapnya ........................................................................................ 12 Tabel 5 Bahan / material toilet .................................................................................................................... 16 Tabel 6 Perlengkapan pemeliharaan bangunan atas ................................................................................... 19 Tabel 7 Petunjuk pemeriksaan ruang kompartemen biofilter ..................................................................... 24
3
PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH PERKANTORAN DAN PERUMAHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
BAB I GAMBARAN UMUM
1.1.
Latar Belakang
Pencapaian target MDGs sampai dengan tahun 2010 menunjukkan bahwa proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sanitasi yang layak (improved sanitation) baru mencapai 51,19% dari target yang harus dicapai sebesar 62,41% pada tahun 2015, sedangkan pelayanan sampai baru mencapai 54,42% dari target RPJMN 2010 – 2014 sebesar 75%. Masalah sanitasi masih perlu mendapat perhatian serius, tidak hanya dari pemerintah pusat saja melainkan juga oleh pemerintah daerah dan peran serta masyarakat. Untuk itu perlu dicnangkan suatu gerakan masyarakat yang bersifat nasional terkait dengan pembangunan sanitasi permukiman berupa Gerakan Indonesia Bersih meliputi: 1. Peningkatan akses terhadap prasarana air limbah melalui kegiatan Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS). 2. Pengurangan sampah di sumbernya melalui kegiatan penanganan sampah berbasis masyarakat pola 3R (Reduce, Reuse dan Recycle). Beberapa peraturan perundangan telah mengamanatkan perlunya penanganan masalah sanitasi atau penyehatan lingkungan permukiman yaitu sebagai berikut: 1. UU Nomor 7 Tahun 2004, tentang Sumber Daya Air, mengamanatkan perlindungan air baku melalui penyediaan prasarana dan sarana sanitasi (air limbah dan persampahan). 2. UU Nomor 18 Tahun 2008, tentang Pengelolaan Sampah, mengamanatkan kegiatan pengurangan sampah dan penanganan sampah yang lebih memadai. Penanganan sampah harus dimulai dengan pemilahan sampah sejak dari sumbernya (3R) dan berakhir di TPA/TPST (tempat pemrosesan akhir sampah atau tempat pengoilahan sampah terpadu).
4
PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH PERKANTORAN DAN PERUMAHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
Target penutupan TPA open dumping paling lama tahun 2013 serta dilakukan pemantauan terhadap kualitas pengolahan leachete selama 20 tahun setelah TPA ditutup. PP Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, mengamanatkan perlindungan air baku melalui penyediaan prasarana dan sarana sanitasi, baik berupa air limbah maupun persampahan. Prasarana dan sarana air limbah berupa pengembangan sistem air limbah terpusat dan sistem setempat. Pengembangan prasarana dan sarana persampahan berupa penyediaan TPA minimal dengan controlled landfill (kota sedang dan kecil) dan sanitary landfill (kota besar dan metropolitan) serta melaksanakan pengumpulan/pengangkutan 2 kali seminggu.
3.
Kebijakan dan Strategi Untuk melaksanakan pembangunan bidang sanitasi sesuai amanat peraturan perundangan tersebut telah disusun Kebijakan dan Strategi Nasional serta RENSTRA PU 20102014 untuk sub bidang sanitasi/penyehatan lingkungan permukiman yaitu sebagai berikut: 1. Peningktana akses prasarana dan sarana air limbah (sistem setempat dan terpusat) dan persampahan. 2. Peningkatan peran masyarakat untuk pengurangan sampah sejak dari sumbernya (3RReduce, Reuse, Recycle) dan perubahan perilaku dan partisipasi swasta dalam pengelolaan air limbah dan sampah. 3. Pengembangan Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria (NSPK) air limbah dan sampah termasuk penerapan peraturan (law enforcement). 4. Penguatan kelembagaan yang lebih profesional termasuk pemisahan peran operator dan regulator serta peningkatan kapasitas SDM. 5. Peningkatan kualitas manajemen persampahan dan air limbah termasuk pengelolaan TPA regional dan rehabilitasi TPA/IPLT. 6. Pengembangan drainase berwawasan lingkungan (ecodrain), sebagai upaya pengamanan kualitas air baku.
5
PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH PERKANTORAN DAN PERUMAHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
Upaya percepatan pembangunan sanitasi permukiman di Indonesia diluncurkan dalam Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) yang bertujuan untuk mengarusutamakan pembangunan sanitasi sehingga diharapkan pembangunan sanitasi menjadi prioritas pembangunan di setiap daerah di Indonesia.
1.2.
Konsep Pengelolaan Air Limbah
Secara umum infrastruktur pengolahan air limbah terdiri dari bangunan atas, sistem perpipaan, dan bangunan bawah. Bangunan atas adalah bangunan pokok dari toilet yang berfungsi untuk melindungi pemakai dari gangguan cuaca dan pandangan orang lain. Di dalam bangunan atas terdapat Water Closet (WC) yang merupakan salah satu komponen utama dalam pengaliran air limbah. Air limbah kemudian dialirkan melalui sistem perpipaan menuju ke bangunan bawah. Di bangunan bawah inilah air limbah akan diolah untuk mengurangi bahan organik serta bahan lainnya yang bisa membahayakan kesehatan manusia dan lingkungannya. Pengelolaan air limbah di bangunan bawah dapat dilakukan melalui sistem setempat (onsite system) maupun sistem terpusat (off-site system). Pada sistem setempat, pengolahan air limbah yang dihasilkan dari suatu bangunan/rumah dilakukan di sekitar bangunan/rumah yang bersangkutan, sedangkan pada sistem terpusat air limbah dari berbagai tempat/bangunan/rumah dialirkan melalui sistem perpipaan dan dikumpulkan untuk kemudian diolah di bangunan bawah yang sama. Sistem setempat yang diterapkan di perkantoran pada umumnya berupa tangki septik komunal atau biofilter. Sedangkan untuk kawasan perumahan, sistem setempat yang banyak digunakan adalah tangki septik individual. Pengolahan air limbah melalui tangki septik baik komunal maupun individual serta biofilter ini masih menghasilkan buangan berupa lumpur yang harus diolah lebih lanjut di Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungannya. 6
PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH PERKANTORAN DAN PERUMAHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
Kawasan perkantoran dan perumahan yang memiliki sambungan langsung dari bangunan atas di bangunan/rumah ke jaringan perpipaan untuk kemudian dialirkan ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) tergolong ke dalam kawasan yang menerapkan sistem terpusat. Unit-unit pengolahan di dalam IPAL terbagi menjadi beberapa jenis; pre-treatment, pengolahan primer, pengolahan sekunder, dan pengolahan tersier. Pada umumnya, sebelum air limbah diolah di unit pengolahan, berbagai bahan yang dapat menyebabkan penyumbatan seperti pasir, lemak, dan minyak disisihkan melalui pre-treatment. Air limbah kemudian diolah pada pengolahan primer untuk mengurangi padatan dan bahan organik melalui proses fisik. Pada pengolahan sekunder, air limbah diolah melalui proses biologis untuk menyisihkan bahan organik yang terkandung didalamnya. Sedangkan pengolahan tersier dapat diterapkan untuk meningkatkan kualitas air hasil pengolahan yang dihasilkan berupa penyisihan nitrogen, fosfor, serta penyisihan mikroorganisme berbahaya melalui proses desinfeksi.
1.3.
Definisi Istilah Terkait Pengolahan Air Limbah
1.
Bangunan atas adalah bangunan pokok dari toilet yang berfungsi untuk melindungi pemakai dari gangguan cuaca dan pandangan orang lain. Pipa penyalur adalah saluran yang berupa pipa untuk menyalurkan air limbah dari bangunan atas ke bangunan bawah. Bangunan bawah adalah bangunan pokok dari toilet yang berfungsi untuk menampung dan atau mengolah tinja dan urine. Atap adalah sarana atau perlengkapan bangunan atas untuk melindungi pemakai dari cuaca panas dan hujan. Dinding adalah sarana atau perlengkapan bangunan atas untuk melindungi pemakai dari pandangan orang lain.
2. 3. 4. 5.
7
PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH PERKANTORAN DAN PERUMAHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
6.
Lantai adalah sarana untuk kenyamanan pemakai dan memudahkan pengaliran air basuhan ke saluran pembuang. Water Closet (WC) adalah sarana lubang masuk tinja dan dan air kotor untuk kemudian dialirkan ke bangunan bawah. Leher angsa adalah komponen WC yang berisi air perapat untuk menahan bau dan serangga agar tidak keluar/masuk di ruangan toilet. Air perapat (water seal) adalah air yang ditahan di dalam pipa yang dibengkokkan menyerupai leher angsa.
7. 8. 9.
8
PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH PERKANTORAN DAN PERUMAHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
BAB II FASILITAS PENGOLAHAN AIR LIMBAH 2.1.
Fasilitas Toilet Perkantoran
2.1.1 Teknis Pada prinsipnya air limbah di perkantoran dihasilkan dari toilet dan dapur. Air limbah kemudian dari bangunan atas melalui sistem perpipaan menuju ke bangunan bawah. Sistem plambing perkantoran hendaknya disesuaikan dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29 tahun 2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung.
LANTAI 1
LANTAI 2
LANTAI 3 dst
Toilet Toilet
Dapur
Toilet Toilet
Keterangan: Sistem perpipaan
Toilet Toilet BANGUNAN BAWAH
GEDUNG KANTOR
9
PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH PERKANTORAN DAN PERUMAHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
a. Jumlah WC Berdasarkan SNI 03 – 2399 – 2002 mengenai Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum, maka WC di suatu gedung perkantoran hendaknya didasarkan pada aturan sebagai berikut: Tabel 1 Jumlah WC berdasarkan jumlah pegawai
No. 1 2 3 4 5 6 7
Jumlah Pemakai (orang) 10 – 20 21 – 40 41 – 80 81 – 100 101 – 120 121 – 160 161 – 200
Banyaknya bilik/ruangan 2 2 4 4 4 6 6
b. Standar Minimal Fasilitas Toilet Fasilitas toilet di perkantoran harus terpisah antara toilet perempuan dan laki-laki. Fasilitas pelengkap bangunan atas yang selayaknya terdapat di toilet di suatu gedung perkantoran adalah sebagai berikut: Tabel 2 Fasilitas Pelengkap Toilet
No. 1 2 3 4 5 10
Fasilitas Kloset (WC) Urinoir Wastafel Toilet penyandang cacat / handicap toilet Jetspray / Washer
Keterangan Leher angsa
Satu untuk pria dan wanita
PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH PERKANTORAN DAN PERUMAHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
6 7 8 9 10
Alat pengering tangan / tissue Cermin Sabun / sabun cair Pengharum ruangan Gayung dan tempat air
11
Tempat / Gantungan untuk menempatkan tas/barang
12
Tempat sampah
13 14
Drain / saluran pembuangan Penerangan
15 16 17
Tempat wudhu Ventilasi yang baik secara keseluruhan Air
18
Petugas pembersih
Tersedia baik di dalam maupun di luar bilik Diposisikan dekat cermin sehingga tidak menyilaukan
Air bersih tersedia dalam jumlah yang cukup
c. Standar Bahan / Material Toilet Bahan / material toilet hendaknya sesuai dengan ketentuan sebagai berikut: Tabel 3 Bahan / material toilet
No. 1
2 11
Fasilitas Lantai
Dinding pembatas
Keterangan - Tidak licin dan mudah dibersihkan - Kemiringan lantai + 1/100 ke arah lubang pembuangan (drain) Tahan air
PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH PERKANTORAN DAN PERUMAHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
3
Pintu
- Tahan air - Membuka keluar - Dapat dikunci dari dalam
d. Standar Minimal Ukuran Toilet Ukuran toilet berikut fasilitas pelengkapnya hendaknya sesuai dengan ketentuan sebagai berikut: Tabel 4 Ukuran toilet dan fasilitas pelengkapnya
Fasilitas
No. 1
Lebar pintu masuk utama
90 cm
2
Luas bilik
90 cm x 150 cm, minimal 2 orang bisa masuk secara bersamaan
3
80 cm
4
Jarak antara pintu dan tempat duduk toilet Lebar pintu toilet penyandang cacat
5
Ketinggian dudukan WC
35,6 – 38 cm
6
Ruang gerak untuk penyandang cacat
180 cm (lebar ruangan)
7
60 – 80 cm
9
Ketinggian pegangan di dinding untuk penyandang cacat Ketinggian dudukan WC untuk penyandang cacat Lebar pintu toilet penyandang cacat
10
Jarak antara bilik dan dinding
70 cm
11
Jarak antara bilik dan wastafel
120 cm
8
12
Keterangan
100 – 120 cm untuk memudahkan keluar masuknya kursi roda
45 cm 100 – 120 cm
PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH PERKANTORAN DAN PERUMAHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
12
Jarak antar urinoir
80 cm
13
Tinggi urinoir dari lantai
43,80 cm
14
Lebar dinding pemisah untuk urinoir
45 cm
15
Ketinggian dinding pemisah untuk urinoir Daun pintu kompartemen WC membuka keluar
105 cm
16
Persyaratan teknis bangunan atas harus sesuai dengan SNI 03-6481-2000 Sistem Plambing 2000. e. Fasilitas Pelengkap Bangunan Bawah Bangunan bawah hendaknya terdiri dari fasilitas sebagai berikut: 1. Tersambung ke unit pengolahan berupa tangki septik, biofilter atau ke jaringan perpipaan air limbah terdekat. 2. Memilik bak perangkap lemak, sebelum air limbah memasuki unit pengolahan 3. Khusus untuk unit pengolahan berupa tangki septik, beberapa hal sebagai berikut perlu diperhatikan: - Bidang resapan - Penyedotan lumpur tinja secara rutin - Perencanaan tangki septik sesuai dengan SNI 03-2398-2002 Tata cara perencanaan tangki septik dengan sistem resapan 2.1.2 Peran Pengguna Peran pengguna dalam hal ini pegawai kantor yang bersangkutan sangat erat kaitannya dalam menjaga dan memelihara fasilitas pengolahan air limbah. Pengoperasian bangunan 13
PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH PERKANTORAN DAN PERUMAHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
atas selayaknya dipahami tidak hanya oleh pihak pengelola fasilitas tetapi juga oleh para penggunanya.Diperlukan adanya upaya pengoperasian dan pemeliharaan yang tepat agar fasilitas yang telah terbangun dapat berfungsi dan berkelanjutan. 2.1.3 Peran Pengelola Pada umumnya pengelolaan air limbah perkantoran dikelola oleh pihak pengelola gedung yang terdiri atas beberapa tenaga yang bertanggung jawab terhadap kebersihan dan keberfungsian sarana dan prasarana pengolahan air limbah. Adapun tenaga yang dibutuhkan antara lain: a. Petugas Kebersihan/Cleaning Services untuk mengelola bangunan atas Kebersihan bangunan atas secara tidak langsung memiliki dampak terhadap perilaku pengguna bangunan atas. WC yang bersih dan terpelihara akan membuat pengguna merasa nyaman dan timbul rasa ingin menjaga kebersihan. b. Operator pengelola bangunan bawah/unit pengolahan Operator bertugas untuk memeriksa dan melakukan pembersihan terhadap bangunan bawah/unit pengolahan, mengangkat sampah yang terbawa dan memastikan penyedotan lumpur secara berkala.
2.2.
Fasilitas Pengolahan Air Limbah Perumahan
2.2.1 Teknis
14
PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH PERKANTORAN DAN PERUMAHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
Air limbah yang dihasilkan dari kawasan perumahan dapat diolah melalui sistem setempat maupun sistem terpusat. Rumah yang memiliki tangki septik individual/sendiri digolongkan ke dalam rumah yang mengolah air limbahnya secara setempat. Sedangkan, jika rumah tersebut memiliki sambungan rumah langsung ke jaringan perpipaan menuju ke IPAL maka digolongkan ke dalam rumah yang mengolah air limbahnya secara terpusat.
Rumah 1
Rumah 3
Rumah 1
Bangunan Bawah
Rumah 2
Bangunan Bawah
Rumah 3
Bangunan Bawah
Rumah 4
Rumah 2
IPLT
IPAL
Rumah 5
Rumah 7
Rumah 6
Rumah 8 dst
Keterangan: Aliran air limbah
SISTEM TERPUSAT
SISTEM SETEMPAT
Pengangkutan lumpur
a. Standar Bahan / Material Toilet
15
PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH PERKANTORAN DAN PERUMAHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
Bahan / material toilet hendaknya sesuai dengan ketentuan sebagai berikut: Tabel 5 Bahan / material toilet
Fasilitas
No.
Keterangan
1
Lantai
- Tidak licin dan mudah dibersihkan - Kemiringan lantai + 5 derajat ke arah lubang pembuangan (drain)
2
Dinding pembatas
Tahan air
3
Pintu
- Tahan air - Membuka keluar - Dapat dikunci dari dalam
b. Fasilitas Pelengkap Bangunan Bawah Bangunan bawah hendaknya terdiri dari fasilitas sebagai berikut: 1. Tersambung ke unit pengolahan berupa tangki septik, biofilter atau ke jaringan perpipaan air limbah terdekat. 2. Memilik bak perangkap lemak, sebelum air limbah memasuki unit pengolahan 3. Khusus untuk unit pengolahan berupa tangki septik, dilengkapi dengan: - Bidang resapan - Penyedotan lumpur tinja secara rutin - Perencanaan tangki septik sesuai dengan SNI 03-2398-2002 Tata cara perencanaan tangki septik dengan sistem resapan 2.2.2 Peran Pengguna
16
PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH PERKANTORAN DAN PERUMAHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
Bagi perumahan yang memiliki sistem setempat, peran pengguna merupakan salah satu faktor penentu keberfungsian fasilitas pengolahan air limbah. Pengguna diharapkan dapat mengoperasikan dan memelihara bangunan atas dengan baik, serta memelihara sistem perpipaan dan bangunan bawah secara berkala. Sedangkan untuk perumahan yang memiliki akses ke sistem terpusat, peran pengguna dalam mengoperasikan dan memelihara bangunan atas juga didukung oleh peranan pengelola bangunan bawah dalam memelihara fasilitas tersebut. 2.2.3 Peran Pengelola a. Sistem setempat Perumahan yang memiliki sistem setempat, pengelolanya adalah penghuni rumah tersebut dan instansi penyedot lumpur tinja dan IPLT. Penghuni diharapkan dapat bekerjasama dengan instansi penyedot lumpur tinja agar dapat dilakukan penyedotan secara berkala, dan lumpur tinja tersebut diolah di IPLT. b. Sistem terpusat Perumahan yang memiliki sistem terpusat, pengelolanya adalah instansi pengelola IPAL. 2.2.4 Tarif Pengelolaan Air Limbah Khusus bagi perumahan dengan sistem pengolahan air limbah secara setempat, maka tarif pengelolaan air limbah bergantung pada pihak yang berperan dalam pengurasan lumpur tinja dari tangki septik. Sedangkan perumahan yang telah tersambung dengan sistem terpusat, harus membayar tarif pengelolaan air limbah yang telah diterapkan operator pengelola sistem air limbah terpusat tersebut.
17
PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH PERKANTORAN DAN PERUMAHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
BAB III OPERASIONAL FASILITAS PENGELOLAAN AIR LIMBAH 3.1. 1.
Petunjuk Operasional Bangunan Atas Menggunakan toilet sesuai peruntukannya; tidak jongkok di toilet duduk.
2.
Menyiram toilet setelah penggunaan; flushing toilet (toilet duduk ) atau menyiram dengan air (toilet jongkok).
3.
Membuang tissue / pembalut ke tempat yang telah disediakan; tidak membuang benda padat seperti tissue / pembalut ke dalam WC karena akan mengakibatkan sumbat.
4.
Hindari masuknya air sabun yang berasal dari air mandi maupun cuci ke dalam kloset.
5.
Hindari masuknya bahan-bahan kimia ke dalam kloset karena dapat mematikan bakteri pengurai.
6.
Menggunakan wastafel hanya untuk mencuci tangan; tidak digunakan untuk kegiatan lainnya (mencuci, wudhu, dan lain-lain).
7.
Menggunakan pengering tangan / tissue setelah mencuci tangan sehingga tidak ada ceceran air di lantai.
8.
Tidak merokok di dalam toilet.
18
PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH PERKANTORAN DAN PERUMAHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
BAB IV PEMELIHARAAN FASILITAS PENGELOLAAN AIR LIMBAH 4.1 .
Petunjuk Pemeliharaan Bangunan Atas
1.
Pemeliharaan toilet dilakukan minimal 3 kali sehari pada hari kerja.
2.
Perlengkapan pemeliharaan bangunan atas adalah sebagai berikut:
Tabel 6 Perlengkapan pemeliharaan bangunan atas
Fasilitas
No.
Keterangan
1
Ember
2
Selang
3
Kain pel
4
Sikat lantai
Minimal 2 jenis sikat: sikat lembut untuk membersihkan noda-noda ringan dan sikat kasar untuk membersihkan noda berat
5
Spons
Digunakan untuk membersihkan permukaan dudukan toilet, porselen, wastafel
6
Sabun/cairan pembersih lantai
7
Sabun/cairan pembersih WC/desinfektan untuk tempat sampah dan bagian luar WC Tissue
8 19
Minimal 2 buah: untuk mengepel dan membersihkan dinding toilet
PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH PERKANTORAN DAN PERUMAHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
9
Lap
Minimal 2 lap: lap untuk membersihkan toilet dan lap untuk membersihkan tangan (bisa memakai handuk)
10
Air bersih
Air untuk pemeliharaan tersedia dalam jumlah yang cukup
11
Botol penyemprot
Digunakan untuk menjamin cairan pembersih tersebar secara merata
12
Sweeper pembersih
Digunakan untuk membersihkan kaca dan lantai
13
Sarung tangan
Untuk dipergunakan oleh Petugas Pembersih
3.
Cara Membersihkan Toilet a. Menyiapkan semua peralatan b. Memindahkan semua sampah ke kantong plastic atau tempat pengumpul sampah c. Mencuci tempat sampah dengan bahan desinfektan atau sabun yang mengandung desinfektan d. Mengisi tempat tissue dengan paper towel atau ganti dengan handuk kering yang bersih e. Membersihkan kloset/WC duduk atau jongkok: i. Menuangkan cairan pembersih WC ke bagian luar kloset/WC ii. Mendiamkan cairan pembersih WC di bagian luar kloset/WC agar terjadi reaksi antara cairan pembersih dengan kotoran iii. Menggunakan busa/sikat kloset untuk menyikat bagian dalam, bagian luar, dan sekitar mangkok kloset sampai bersih iv. Menyiram dengan air agar kotoran dan sisa cairan pembersih tidak tertinggal di dalam kloset v. Membersihkan bagian lain dari kloset seperti tempat duduk, penutup, dan lainlain
20
PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH PERKANTORAN DAN PERUMAHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
vi.
Membersihkan bagian yang terbuat dari stainless steel dengan cairan pembersih khusus serta mengeringkan dengan lap pembersih f. Membersihkan urinoir i. Menyemprotkan cairan pembersih ke dalam urinoir ii. Mendiamkan selama beberapa menit iii. Menggosok urinoir dengan busa pembersih secara menyeluruh sampai kotoran hilang iv. Menggosok mulai dari permukaan bagian dalam sampai bawah termasuk lubang-lubang kecil tempat air keluar dan tempatpembuangan air seni v. Menyiram seluruh urinoir dengan air bersih vi. Membersihkan bagian yang terbuat dari stainless steel vii. Membersihkan bagian bawah dari leher bawah urinoir untuk jenis urinoir gantung g. Membersihkan wastafel, lantai marmer, kaca, dan kaca cermin i. Menyemprotkan cairan pembersih ke dalam mangkok wastafel secara merata ii. Menggosok mangkok wastafel dengan busa pembersih secara menyeluruh sampai kotoran hilang iii. Menyiram mangkok wastafel dengan air bersih iv. Mengelap permukaan marmer dengan air hangat dan mencegah agar bahan pembersih tidak mengenai permukaan marmer v. Mengelap bagian bingkai cermin yang terbuat dari kayu dengan bahan pembersih pendukung. Untuk bingkai yang diplitur, menggunakan teak oil. Untuk jenis bingkai yang mengalami proses finishing dengan cat, gunakan air dengan sedikit zat pembersih yang tidak merusak cat. Untuk bingkai dengan finishing bahan metal, gunakan sejenis bahan braso, atau dengan lap yang tidak terlalu basah
21
PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH PERKANTORAN DAN PERUMAHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
vi.
Membersihkan kaca cermin dan kaca biasa dengan cairan pembersih kaca, lalu mengelap dengan kain atau menggunakan sweeper kaca h. Membersihkan permukaan lantai i. Mengepel lantai porselen atau lantai yang dicat dengan menggunakan bahan pembersih ii. Membersihkan lantai marmer dengan menggunakan lap sampai lantai bersih dan mengkilap iii. Memeriksa kebersihan tempat sabun dan ketersediaan sabun di dalamnya
4.2 .
Petunjuk Pemeliharaan Perpipaan
1.
Pemeriksaan terhadap pipa air limbah a. Memeriksa kebocoran pada pipa secara berkala untuk dapat memberikan indikasi lebih dini. b. Mengidentifikasi penyebab terjadinya kebocoran serta titik kebocoran, misalnya: bagian-bagian sambungan pipa dan atau perlengkapannya, atau lubang kecil akibat cacat bahan atau kurang baiknya pemasangan pipa, terjadinya gempa atau turunnya tanah, pipa yang korosi, dan sebagainya.
2.
Pemeriksaan terhadap kelancaran aliran Setiap bagian dari sistem pembuangan harus diperiksa apakah dapat mengalirkan air buangan dengan lancar.
3.
Pembersihan pipa air limbah a. Memeriksa apakah ada benda-benda atau bahan-bahan yang menyumbat aliran atau mengganggu aliran air limbah
22
PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH PERKANTORAN DAN PERUMAHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
b. Memeriksa apakah air limbah dapat mengalir dengan lancar tanpa meninggalkan endapan c. Memeriksa apakah kemiringan pipa masih memadai atau cukup. d. Jika ditemukan ada benda-benda atau bahan-bahan yang menyumbat, masukkan sebatang kawat yang fleksibel dan putar putarkan. Jangan menggunakan bahan kimia dalam pembersihan sebab akan menimbulkan efek buruk pada pipa, perlengkapan maupun proses pengolahannya.
4.3 .
Petunjuk Pemeliharaan Bangunan Bawah
1.
Pemeliharaan Tangki Septik a. Memastikan bahwa tidak ada sampah / bahan-bahan anorganik dan non biodegradable misalnya: kain, puntung rokok, pembalut, tisu dan lain-lain masuk ke dalam tangki septik b. Mengetahui kondisi atau volume lumpur atau scum yang ada di dalam tangki septik. c. Menguras tangki septik apabila: • Ketinggian lumpur sudah mencapai ± 50 cm dari pipa outlet • Ketebalan scum sudah mencapai ± 10 cm dari bagian sekat d. Menguras tangki septik minimal sekali dalam 2 tahun
2.
Pemeliharaan Tangki Biofilter a. Memastikan bahwa tidak ada sampah / bahan-bahan anorganik dan non biodegradable misalnya: kain, puntung rokok, pembalut, tisu dan lain-lain masuk ke dalam tangki biofilter b. Memerika kompartemen biofilter
23
PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH PERKANTORAN DAN PERUMAHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
Tabel 7 Petunjuk pemeriksaan ruang kompartemen biofilter
Unit yang Diperiksa
Unit Kegiatan
Jangka Waktu Pemakai < 15 orang
Pemakai 1530 orang
Pemakai 3150 orang
Ruang anaerobik
Pembuangan buih pada permukaan air
Sekali dalam 3 bulan
Sekali dalam 2 bulan
Sekali dalam 1,5 bulan
Saringan antar kompartemen
Penyaringan
Sekali dalam 1 tahun
Sekali dalam 1 tahun
Sekali dalam 1 tahun
Ruang aerasi
Pembuangan kotoran pada media
Sekali dalam 3 bulan
Sekali dalam 2 bulan
Sekali dalam 1,5 bulan
Disesuaikan
Disesuaikan
Disesuaikan
Aliran udara dan air Pemeriksaan aliran Ruang pengendapan
Pemeriksaan lumpur
Sekali dalam 3 bulan
Sekali dalam 2 bulan
Sekali dalam 1,5 bulan
Ruang desinfektan
Pengisian ulang bahan kimia
Sekali dalam 3 bulan
Sekali dalam 2 bulan
Sekali dalam 1,5 bulan
Sumber: Petunjuk Teknis “Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Tangki Biofilter Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga dengan Tangki Biofilter”(Pd-T-04-2005-C)
3.
Uji kualitas air limbah (uji influen dan efluen) a. Menetapkan titik pengambilan sampel air limbah (influen dan efluen) b. Mengambil sampel di masing-masing titik sesuai dengan metode pengambilan sampel air limbah (sesuai dengan SNI 6989.59:2008). Langkah-langkah pengambilan sampel, yakni: i. siapkan alat pengambil contoh sesuai dengan saluran pembuangan ii. bilas alat dengan contoh yang akan diambil, sebanyak 3 (tiga) kali
24
PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH PERKANTORAN DAN PERUMAHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
iii.
ambil contoh sesuai dengan peruntukan analisis dan campurkan dalam penampung sementara, kemudian homogenkan iv. masukkan ke dalam wadah yang sesuai peruntukan analisis v. lakukan segera pengujian untuk parameter suhu, kekeruhan dan daya hantar listrik, pH, dan oksigen terlarut yang dapat berubah dengan cepat dan tidak dapat diawetkan vi. hasil pengujian parameter lapangan dicatat dalam buku catatan khusus serta dilakukan perbandingan antara hasil dengan standar baku mutu yang telah ditetapkan vii. pengambilan contoh untuk parameter pengujian di laboratorium dilakukan pengawetan sesuai dengan Standard Method c. Uji kualitas air dilakukan minimal 1 kali dalam 6 bulan 4.
Penyedotan Lumpur Tinja a. Tidak dianjurkan masuk ke dalam tangki septik saat pemompaan sedang berlangsung sebab dapat membahayakan kesehatan b. Pengurasan dilakukan melalui manhole c. Pengurasan menggunakan pompa vakum atau pompa sentrifugal yang terhubung langsung dengan truk pengangkut lumpur tinja dan dalam kondisi yang terisolasi d. Melakukan pengadukan pada lumpur yang ada dalam tangki septik, tepatnya pada saat lumpur tinggal sedikit (level isi tangki septik ± 30 cm dari pipa outlet). Hal ini dilakukan untuk menghindari padatan yang tertinggal dalam tangki septik e. Melakukan inpeksi terhadap komponen tangki septik seperti baffle outlet atau sanitary tee ketika tangki septik sudah habis dikuras f. Mengisi tangki septik dengan air hingga batas pipa outlet. Air yang digunakan tidak boleh memiliki kandungan TSS>400 ppm
25
PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH PERKANTORAN DAN PERUMAHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
g. Melakukan start up terhadap tangki septik. Perlu diingat bahwa dalam melakukan start up dengan pemompaan, tidak perlu ada lumpur yang disisakan. Selain itu, tidak perlu menambahkan zat-zat yang bertujuan untuk mempercepat proses, misalnya: bahan kimia.
26
PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH PERKANTORAN DAN PERUMAHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
Contoh Kartu Pemeriksaan Toilet Bau
Waktu Pemeriksaan Tgl
Waktu
P
Kloset/ WC L
P
L
Urinal
Wastafel
P
L
Cermin
Sabun cair
Lantai
Tempat Sampah
Pintu
Nama Pemeriksa
P
P
P
P
P
P
L
L
L
L
L
Keterangan: √ Bersih X Kotor
27
PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH PERKANTORAN DAN PERUMAHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
L
REFERENSI • Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) T-15-2004 tentang Tata Cara Pemeliharaan Sistem Plambing • SNI 03 - 2399 – 2002 tentang Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum • Draft Petunjuk Teknis: Prosedur Standar Sistem Operasi dan Pemeliharaan Fasilitas MCK • Draft Petunjuk Teknis: Prosedur Standar Sistem Operasi dan Pemeliharaan Tangki Septik • Sumber: Petunjuk Teknis “Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Tangki Biofilter Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga dengan Tangki Biofilter”(Pd-T-04-2005-C) • Buku: Toilet Umum Indonesia • Buku: Membangun Toilet Umum dengan Mudah “Kering itu Sehat” • Buku: Membersihkan dan Memelihara Toilet Umum • Buku Pedoman Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS)
MENTERI PEKERJAAN UMUM
DJOKO KIRMANTO
28
PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH PERKANTORAN DAN PERUMAHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
29
PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH PERKANTORAN DAN PERUMAHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM