VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1
Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini terdiri dari empat kelompok yaitu
kelompok wisatawan, kelompok unit usaha, kelompok tenaga kerja serta kelompok masyarakat sekitar. Gambaran umum mengenai karakteristik masingmasing kelompok responden akan dijelaskan pada sub bab di bawah ini. 6.1.1 Karakteristik Responden Wisatawan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Wisatawan yang datang ke Taman Wisata Alam (TWA) Grojogan Sewu, berasal dari dalam dan luar Provinsi Jawa Tengah, dan terkadang terdapat wisatawan asing yang datang berkunjung ke lokasi wisata. Wisatawan yang datang berkunjung ke lokasi wisata cenderung ramai pada hari sabtu, minggu atau libur-libur nasional, sedangkan pada hari senin sampai jum’at (hari biasa) obyek wisata ini sepi wisatawan. Wisatawan hari kerja biasanya didominasi oleh remaja (anak SMA atau SMP). Berbeda pada saat hari sabtu, minggu, atau libur-libur nasional, pengunjung biasanya didominasi oleh rombongan keluarga (orang tua dan anak). Adapun karakteristik responden wisatawan yang datang ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu dapat dibagi menjadi dua, yakni karakteristik demografi (Tabel 9) dan karakteristik berwisata (Tabel 10). Jumlah responden yang dipilih untuk wisatawan TWA Grojogan Sewu sebanyak 100 orang, terdiri atas 55% responden laki-laki dan 45% responden perempuan. Karakteristik sosial ekonomi wisatawan dilihat dari umur, pendidikan terakhir, jenis pekerjaan, pendapatan per bulan dan jumlah tanggungan. Karakteristik lain misalnya asal daerah, cara kedatangan, jenis kendaraan yang
digunakan, jumlah rombongan, serta aktivitas utama yang dilakukan pada saat berwisata (Tabel 9). Tabel
9.
Karakteristik Responden Demografi
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah Usia 17-26 tahun 27-36 tahun >36 tahun Jumlah Pendidikan SD SMP SMA Perguruan Tinggi Jumlah Pekerjaan Pelajar/ Mahasiswa PNS BUMN Wiraswasta Ibu Rumah Tangga Karyawan Swasta Jumlah Penghasilan <500.000 500.000 – 1.000.000 >1.000.000 – 1.500.000 >1.500.000 – 2.000.000 >2.000.000 – 2.500.000 >2.500.000 – 3.000.000 >3.000.000 – 3.500.000 >3.500.000 – 4.000.000 >4.000.000 Jumlah Jumlah Tanggungan Keluarga Tidak ada 1 – 3 orang 4 – 6 orang Jumlah Asal Daerah Dalam Provinsi Jawa Tengah Luar Provinsi Jawa Tengah Jumlah Sumber: Data Primer Diolah, 2012
Wisatawan Frekuensi 55 45 100 Frekuensi 80 10 10 100 Frekuensi 1 2 63 34 100 Frekuensi 60 7 2 7 5 19 100 Frekuensi 15 43 11 5 8 3 4 3 8 100 Frekuensi 71 18 11 100 Frekuensi 72 28 100
Berdasarkan
Faktor
(%) 55 45 100 (%) 80 10 10 100 (%) 1 2 63 34 100 (%) 60 7 2 7 5 19 100 (%) 15 43 11 5 8 3 4 3 8 100 (%) 71 18 11 100 (%) 72 28 100
Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa responden wisatawan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu didominasi oleh wisatawan yang usianya berkisar
42
antara 17 – 26 tahun, hal ini dimungkinkan karena kondisi obyek wisata itu sendiri yang mengharuskan wisatawan untuk berjalan kaki menuju jalan setapak dengan total 1.113 trap anak tangga, yang mana untuk itu diperlukan tenaga yang ekstra dari wisatawan agar dapat menikmati obyek wisata ini dan menuju lokasi air terjun. Sehingga wisatawan dari kelompok umur tua akan enggan mengunjungi obyek wisata ini. Selain itu pada kelompok usia muda biasanya seseorang lebih memiliki jiwa petualang. Berdasarkan hasil survey, tingkat pendidikan terakhir wisatawan responden adalah lulusan SMA yaitu sebanyak 63% dari total responden. Hal ini dapat dilihat dari jumlah usia responden yang datang berkisar antara 17 hingga 26 tahun. Adapun jenis pekerjaan dikelompokan menjadi enam kelompok, yaitu pelajar/mahasiswa, PNS, BUMN, wiraswasta, ibu rumah tangga, dan karyawan swasta. Berdasarkan hasil di lapangan diperoleh bahwa rata-rata wisatawan di dominasi oleh kalangan pelajar/ mahasiswa yang memiliki persentase sebanyak 60%, maka dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar responden wisatawan Taman Wisata alam Grojogan Sewu belum bekerja. Pendapatan dalam hal ini adalah pendapatan per bulan keluarga yang diperoleh dari suami dan isteri ataupun salah satu dari mereka yang bekerja. Sedangkan responden ibu rumah tangga diukur dari besar pengeluaran mereka per bulannya, dan responden seperti pelajar dan mahasiswa diukur dari berapa uang saku yang diterima per bulannya. Tingkat pendapatan responden sebagian besar berada pada kisaran Rp 500.000,00 sampai dengan Rp 1.000.000,00 per bulannya yang memiliki besaran proporsi sebesar 43%. Hal ini didukung oleh mayoritas
43
wisatawan memiliki usia kurang dari 26 tahun dan kebanyakan responden belum memiliki pekerjaan karena masih berstatus pelajar atau mahasiswa. Sebanyak 71 responden (71% dari total responden) menyatakan tidak memiliki tanggungan keluarga, sedangkan sisanya sudah memiliki tanggungan keluarga. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga memiliki pengaruh terhadap kegiatan wisata karena semakin banyak jumlah tanggungan maka akan semakin besar jumlah biaya yang dikeluarkan untuk melakukan kegiatan wisata, maka secara tidak langsung akan mempengaruhi besarnya jumlah kunjungan yang akan dilakukan. Pada
penelitian
ini,
domisili
atau
tempat
tinggal
wisatawan
diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yaitu masih berada di dalam kawasan Provinsi Jawa Tengah dan di luar Provinsi Jawa Tengah. Sebanyak 72% responden berdomisili di dalam kawasan Jawa Tengah sedangkan sisanya sebanyak 28% responden berdomisili di luar Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan hasil di lapangan wisatawan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu masih didominasi oleh wisatawan yang menetap di sekitar Kabupaten Karanganyar dan masih dalam lingkup Jawa Tengah, maka dari itu promosi wisata Taman Wisata Alam Grojogan Sewu harus terus ditingkatkan agar dapat meningkatkan jumlah wisatawan yang berasal dari luar Provinsi Jawa Tengah. Selain karakteristik demografi, karakteristik lain yang dilihat dari responden wisatawan adalah karakteristik berwisata. Adapun karakteristik ini terdiri dari cara kedatangan responden wisatawan, jenis kendaraan, jumlah rombongan, dan aktivitas utama yang dilakukan di lokasi wisata (Tabel 10).
44
Tabel 10. Karakteristik Berwisata Responden Wisatawan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Cara Kedatangan Sendiri Kelompok Keluarga Jumlah Jenis Kendaraan Motor Pribadi Mobil Pribadi Kendaraan Umum (Bus) Jumlah Jumlah Rombongan < 5 orang 5 – 10 orang >10 orang Jumlah Aktivitas Utama di Lokasi Wisata Arena anak dan bersantai Berenang Melihat Air Terjun Melihat kera ekor panjang Jumlah Sumber: Data Primer Diolah, 2012
Frekuensi 1 65 34 100 Frekuensi 48 48 4 100 Frekuensi 30 57 13 100 Frekuensi 20 1 74 5 100
(%)
1 65 34 100 (%) 48 48 4 100 (%) 30 57 13 100 (%) 20 1 74 5 100
Berdasarkan cara kedatangan, responden yang berkunjung ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu didominasi oleh responden pengunjung yang datang secara berkelompok, dengan proporsi sebesar 65%. Berdasarkan hal tersebut, menandakan bahwa tempat wisata ini cocok untuk dijadikan sebagai tempat berkumpul dan berwisata dengan kelompok seperti dengan teman-teman, rekan kerja, pasangan, maupun bersama dengan keluarga. Sebagian besar responden yang datang berwisata membawa rombongannya sebanyak 5 -10 orang, dengan proporsi sebesar 57%. Hal ini dikarenakan wisatawan yang datang ke lokasi wisata umumnya didominasi oleh para pelajar yang datang bersama temantemannya dan keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anaknya. Adapun jenis kendaraan yang digunakan oleh sebagian besar responden yaitu kendaraan pribadi, baik itu mobil atau motor pribadi dengan proporsi sebesar 96%. Hal ini dikarenakan sebagian besar responden datang secara berkelompok, sehingga mereka lebih nyaman jika menggunakan kendaraan pribadi. Berdasarkan data 45
hasil survey, aktivitas utama yang dilakukan oleh responden wisatawan bermacam-macam. Sebagian besar responden yaitu sebesar 74% yang datang ke lokasi wisata memiliki tujuan utama untuk melihat air terjun yang tingginya kurang lebih 81 meter, dimana air terjun ini merupakan daya tarik utama yang dimiliki oleh tempat wisata ini. Sebanyak 20% responden melakukan aktivitas bersantai dengan keluarga atau berkumpul dengan teman-teman sambil menikmati keindahan alam di sekitar air terjun. 6.1.2 Karakteristik Responden Tenaga Kerja Sekitar Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Pengembangan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu menjadi tempat wisata ikut berperan dalam menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat sehingga mampu mengurangi tingkat pengangguran di sekitar lokasi wisata. Hal ini dapat terlihat dari sebagian besar tenaga kerja di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu merupakan masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar lokasi wisata. Hal ini menunjukan bahwa adanya pengembangan obyek wisata memberikan manfaat tersendiri bagi masyarakat sekitar. Responden tenaga kerja pada penelitian kali ini terdiri dari 40 orang dengan proporsi 72% responden laki-laki dan sisanya 28% adalah responden perempuan. Rata-rata usia responden berkisar antara 36 hingga 45 tahun yaitu sebanyak 38% dari total keseluruhan responden. Mayoritas responden merupakan lulusan Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Atas dengan masing-masing memiliki proporsi sebesar 38%. Rata-rata pekerjaan responden merupakan pengelola wisata yang memiliki proporsi sebesar 63%, sisanya merupakan tenaga kerja diluar pengelola wisata. Adapun tenaga kerja yang berasal dari pengelola
46
wisata yaitu tenaga kerja dibagian pelayanan pengunjung, kebersihan, dan tiket. Karakteristik responden tenaga kerja dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 11. Tabel 11. Karakteristik Responden Tenaga Kerja Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah Usia 26-35 tahun 36-45 tahun >45 tahun Jumlah Pendidikan SD SMP SMA Perguruan Tinggi Jumlah Pekerjaan P. kios makanan dan minuman P. Sewa (Kuda & Foto) P. Souvenir P. Asongan P. Sewa payung & tikar P. Toilet umum P. Parkir P. Tiket P. Kebersihan Pelayanan pengunjung Jumlah Pendapatan < 500.000 500.000 – 1.000.000 > 1.000.000 – 1.500.000 > 1.500.000 – 2.000.000 > 2.000.000 Jumlah Lama bekerja 1 – 5 tahun >5 – 10 tahun >10 tahun Jumlah Jam kerja per hari 5 – 7 jam 8 – 10 jam Jumlah
Sumber: Data Primer Diolah, 2012
Frekuensi 29 11 40 Frekuensi 11 15 14 40 Frekuensi 15 6 15 4 40 Frekuensi 3 2 2 2 2 2 2 4 2 19 40 Frekuensi 9 16 11 2 1 40 Frekuensi 7 4 9 40 Frekuensi 12 28 40
(%) 72 28 100 (%) 27 38 35 100 (%) 38 15 38 11 100 (%) 7 5 5 5 5 5 5 10 5 48 100 (%) 23 41 28 5 3 100 (%) 17 10 73 100 (%) 27 73 100
Rata-rata pendapatan tenaga kerja berkisar antara Rp 500.000,00 – Rp 1.000.000,00 yaitu sebanyak 41%. Berdasarkan rata-rata pendapatan per bulan dapat dikatakan kondisi ekonomi mereka sudah cukup baik. Menurut informasi 47
yang diperoleh dari beberapa tenaga kerja terutama tenaga kerja yang berasal dari PT Duta Indonesia Djaya, mereka menyatakan pendapatan yang diperoleh sudah lebih dari Upah Minimum Rata-rata (UMR) Kabupaten Karanganyar yaitu sebesar Rp 846.000,00. Berdasarkan hasil wawancara sebagian besar responden telah bekerja disekitar lokasi wisata lebih dari 10 tahun yaitu sebesar 73% responden. Hal ini dikerenakan tenaga kerja tersebut merupakan penduduk asli yang sudah berdomisili lebih dari puluhan tahun yang lalu, dengan mayoritas responden yaitu sebesar 70% responden bekerja delapan hingga sepuluh jam sehari. Sebagian besar para tenaga kerja mulai bekerja dari pukul delapan atau sembilan pagi ketika unit usaha tempat mereka bekerja mulai beroperasi. Berdasarkan hasil wawancara sekitar 70% responden bekerja delapan hingga sepuluh jam dalam sehari, sisanya sebesar 30% responden bekerja lima hingga tujuh jam dalam sehari. Sebagian besar para tenaga kerja mulai bekarja dari pukul delapan atau sembilan pagi ketika unit usaha tempat mereka bekerja mulai beroperasi. Tenaga kerja di sekitar Taman Wisata Alam Grojogan Sewu ini juga memiliki dua golongan pekerja. Golongan pekerja yang dimaksud adalah pekerja yang bekerja full day dan bekerja yang bekerja hanya pada hari sabtu dan minggu atau libur saja. 6.1.3 Karakteristik Responden Unit Usaha Berdasarkan sebaran daerah asal, dapat dilihat bahwa seluruh pemilik unit usaha yang ada di sekitar Taman Wisata Alam Grojogan Sewu ini merupakan penduduk asli Tawangmangu yang sudah lebih dari 10 tahun menetap di sekitar lokasi wisata. Karakteristik ini menunjukan bahwa obyek wisata ini mempunyai
48
peranan penting
bagi perekonomian masyarakat
sekitar
obyek wisata.
Karakteristik responden unit usaha dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Karakteristik Responden Unit Usaha Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah Usia 20-40 tahun >40-60 tahun >60 tahun Jumlah Pendidikan Tidak sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi Jumlah Jenis Unit Usaha Kios makanan Sewa (kuda, foto) Sewa (payung, tikar) Souvenir Toilet umum Asongan Parkir Jumlah Pendapatan <500.000 500.000 – 1.500.000 >1.500.000 – 2.500.000 >2.500.000 Jumlah Lama Bekerja < 5 tahun >5 – 10 tahun >10 tahun Jumlah
Sumber: Data Primer Diolah, 2012
Frekuensi 10 20 30 Frekuensi 13 14 3 30 Frekuensi 3 15 4 6 2 30 Frekuensi 11 4 2 7 2 2 2 30 Frekuensi 2 12 7 9 30 Frekuensi 4 11 15 30
(%)
67 33 100 (%) 43 47 10 100 (%) 10 50 13 20 7 100 (%) 36 13 7 23 7 7 7 100 (%) 7 40 23 30 100 (%) 13 37 50 100
Responden unit usaha yang ada di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu didominasi oleh pemilik unit usaha yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 67%. Mereka membuka usaha di obyek wisata ini karena mereka ingin membantu para suami mereka yang pendapatannya belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Rata-rata responden didominasi oleh usia
49
berkisar antara empat puluh hingga enam puluh tahun yaitu sebesar 47% dengan pendidikan terakhir responden mayoritas lulusan Sekolah Dasar. Sebanyak 36% jenis usaha yang dimiliki responden yaitu kios makanan dan minuman, sebanyak 23% responden memiliki unit usaha menjual souvenir, sebanyak 13% responden mempunyai usaha jasa penyewaan foto dan kuda, dan sisanya responden yang mempunyai jenis usaha penyewaan payung/ tikar, toilet umum, asongan, dan jasa parkir yaitu masing-masing memiliki proporsi sebesar 7%. Sebagian besar pendapatan rata-rata perbulan yang diperoleh unit usaha yaitu berkisar antara Rp 500.000,00 – Rp 1.500.000,00. Pada penelitian ini, sebanyak 80% unit usaha yang ada di sekitar Taman Wisata Alam Grojogan Sewu merupakan penduduk asli yang sudah bermukim lebih dari 10 tahun. Mereka membuka usaha di sekitar lokasi obyek wisata ini karena ingin memperoleh pendapatan tambahan terutama para responden perempuan, yang ingin membantu para suami mereka yang pendapatannya masih belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Mereka bahkan telah membuka usahanya ini sejak Taman Wisata Alam Grojogan Sewu belum dikelola oleh PT. Duta Indonesia Djaya. Lama menjalankan unit usaha tiap responden berbeda-beda. Berdasarkan wawancara diketahui bahwa sebagian besar responden telah menjalani usaha lebih dari sepuluh tahun yaitu memiliki proporsi sebesar 50% dari keseluruhan responden. 6.1.4 Karakteristik Responden Masyarakat Masyarakat sekitar kawasan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu memiliki kontribusi dalam kegiatan wisata di kawasan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu dan pada umumnya menerima dampak langsung dari adanya
50
kegiatan wisata ini terutama masyarakat lokasi wisata. Masyarakat sekitar yang menjadi responden sebanyak tiga puluh orang terdiri dari 57% responden laki-laki dan 43% responden perempuan (Tabel 13). Tabel 13. Karakteristik Responden Masyarakat Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah Usia 20-30 tahun >30-40 tahun >40 tahun Jumlah Pendidikan Tidak sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi Jumlah Pendapatan <500.000 500.000 – 1.500.000 >1.500.000 – 2.500.000 >2.500.000 – 5.000.000 >5.000.000 Jumlah
Frekuensi 17 13 30 Frekuensi 4 9 17 30 Frekuensi 2 10 4 8 3 30 Frekuensi 1 18 4 5 2 30
(%) 57 43 100 (%) 13 30 57 100 (%) 7 37 15 30 11 100 (%) 3 60 13 17 7 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2012
Karakteristik responden masyarakat sekitar kawasan wisata masih sederhana. Hal ini terlihat dari tingkat pendidikan dan pendapatan masyarakat sekitar. Tingkat pendidikan masyarakat sebagian besar hanya lulusan Sekolah Dasar memiliki proporsi sebesar 37% dari keseluruhan responden. Hal ini menunjukan bahwa kondisi kualitas sumberdaya manusia masih kurang memadai. Pendapatan masyarakat mayoritas berkisar antara Rp 500.000,00 – Rp 1.500.000,00 dengan memiliki proporsi sebesar 60% dari total keseluruhan responden. Usia responden masyarakat sekitar lokasi wisata ini umumnya berusia diatas 40 tahun dan berstatus menikah serta memiliki tanggungan. Masyarakat 51
sekitar kawasan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu sebagian besar merupakan penduduk asli yang ikut berkontribusi pada kegiatan wisata. 6.2
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Frekuensi kunjungan dalam satu tahun terakhir merupakan dependent
variable, sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan untuk berwisata merupakan independent variable. Jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tujuh variabel yang diduga mempengaruhi permintaan berwisata ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Variabel bebas tersebut adalah umur responden (X1), pendapatan (X2), jarak ke lokasi wisata (X3), biaya perjalanan (X4), jumlah tanggungan (X5), aksesibilitas menuju lokasi wisata (X6), dan panorama alam di lokasi wisata (X7). Berdasarkan hasil analisis regresi berganda dengan bantuan Minitab 14 diperoleh fungsi permintaan ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Adapun bentuk dari model persamaan fungsi permintaan tersebut adalah: Y = 0,95 - 0,00856 X1 + 0,0000003 X2 – 0,006515 X3 – 0,00000188 X4 – 0,18428 X5 + 0,0587 X6 + 0,3083 X7 Keterangan: Y = Jumlah kunjungan setahun terakhir ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu X1 = Umur (Tahun) X2 = Pendapatan (Rupiah) X3 = Jarak (Km) X4 = Biaya perjalanan (Rupiah) X5 = Jumlah tanggungan (orang) X6 = Dummy Aksesibilitas menuju lokasi ( 1=sangat sulit, 2=sulit, 3=mudah, 4=sangat mudah) X7 = Dummy daya tarik alam di lokasi wisata ( 1=sangat tidak menarik, 2=tidak menarik, 3=menarik, 4=sangat menarik)
52
Dalam penelitian ini digunakan taraf uji 10%, karena analisis dilakukan pada bidang sosial ekonomi dengan responden manusia yang memiliki keberagaman karakteristik yang tinggi. Selain itu, penelitian ini terkait dengan wisata yang tentunya tidak dapat dilepaskan dari berbagai persepsi wisatawan. Hasil regresi fungsi permintaan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu dapat dilihat pada tabel berikut atau pada Lampiran 1. Tabel 14. Fungsi Permintaan ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Variabel Koefisien Constant 0,9479 X1 -0,00856 X2 0,00000030 X3 -0,006515 X4 -0,00000188 X5 -0,18428 X6 0,0587 X7 0,3083 R-Sq = 46, 9%
SE Koefisien T 0,8184 1,16 0,01815 -0,47 0,00000004 7,63 0,001734 -3,67 0,00000066 -2,82 0,07981 -2,31 0,1809 0,32 0,1629 1,89 R-Sq (adj) = 42,9 %
P 0,250 0,638 0,000* 0,000* 0,006** 0,023** 0,746 0,062*** DW = 1,89
VIF 2,6 1,5 1,2 1,5 2,5 1,1 1,1
Keterangan: Tanda * = menunjukan taraf nyata pada α = 1% Tanda * = menunjukan taraf nyata pada α = 5% Tanda * = menunjukan taraf nyata pada α = 10% Sumber: Data Primer Diolah, 2012
Dari hasil regresi diperoleh R-sq sebesar 46,9%. Hal ini menunjukan sekitar 46,9% keragaman permintaan wisata Taman Wisata Alam Grojogan Sewu dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas yang terdapat dalam model, sedangkan sisanya yaitu sebesar 53,1% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukan ke dalam model. 6.2.1 Pemenuhan Asumsi Regresi Linear Berganda Model regresi yang diperoleh dengan metode OLS (Ordinary Least Square) diharapkan menjadi model regresi yang menghasilkan pendugaan linear yang tidak bias terbaik (Best Linear Unbiased Estimator/BLUE). Suatu model dikatakan BLUE apabila memenuhi persyaratan normalitas, non multikoleniaritas, homoskedastisitas, dan non autokorelasi (Juanda, 2009). Untuk mengetahui 53
kebaikan suatu model yang telah dibuat, perlu dilakukan pengujian secara statistik. Berikut adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui kebaikan dari suatu model: 1.
Uji Normalitas Uji normalitas data bertujuan untuk mendeteksi distribusi data residual
dalam suatu variabel yang akan digunakan dalam penelitian, untuk menguji apakah sisaan menyebar normal dapat dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov (Lampiran 2). Berdasarkan hasil uji Kolmogrov-Smirnov diperoleh bahwa nilai Kolmogrov-Smirnov sebesar 0,077 dan P-value uji normal residual sebesar yaitu 0,144. Nilai statistik Kolmogrov-Smirnov yang diperoleh dari pengamatan lebih kecil dari nilai statistik Kolmogrov-Smirnov pada tabel yaitu 0,134. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa distribusi data residual dalam variabel yang digunakan dalam penelitian ini telah menyebar normal. 2.
Uji Multikolinearitas Pengujian masalah multikolinearitas didasarkan pada nilai VIF. Pada
Lampiran 1 menunjukan nilai VIF masing-masing variabel bebas memiliki nilai kurang dari sepuluh (VIF < 10). Hal ini mengindikasikan bahwa tidak terjadi masalah multikolinearitas. 3.
Uji Autokorelasi Salah satu asumsi tentang regresi linear berganda yang perlu dipenuhi
adalah tidak terjadinya masalah autokorelasi. Untuk memastikan tidak adanya autokorelasi dapat dilakukan melalui uji Durbin Watson (DW) dengan hipotesis bahwa jika nilai DW cukup dekat dengan dua, maka terima H0, dan bila mendekati nol atau empat maka tolak H0 (Gunawan, 1994). Berdasarkan hasil
54
analisis regresi diperoleh nilai uji Durbin Watson yaitu sebesar 1,88609, nilai ini mendekati angka dua, sehingga dapat disimpulkan bahwa terima H0. 4.
Uji Heteroskedastisitas Untuk mengetahui ada atau tidak masalah heteroskedastisitas dapat
diketahui dengan menggunakan Uji Glejser, yaitu dengan melakukan regresi linear nilai absolut residual dengan variabel prediktor. Kriteria pengujian nilai Pvalue yaitu sebesar 0,108 lebih besar dari nilai signifikansi 0,05. Hal ini menunjukkan sisaannya homogen yang berarti asumsi homoskedastisitas terpenuhi. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada Lampiran 3. 5.
Uji Statistik t Berdasarkan Tabel 26, dengan melakukan uji t diketahui terdapat lima
variabel bebas yang berpengaruh secara signifikan dengan taraf nyata kurang dari 10%. Kelima variabel tersebut adalah variabel pendapatan, jarak, biaya perjalanan, jumlah tanggungan, dan panorama alam di lokasi wisata. Berdasarkan hasil analisis uji t, terdapat dua variabel bebas yang ternyata tidak signifikan atau tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat, variabel tersebut adalah variabel usia dan aksesibilitas. Hal ini dikarenakan nilai P dari variabel tersebut lebih dari taraf nyata 10%, sehingga tidak memenuhi syarat signifikan. 6.
Uji Statistik F Uji keseluruhan pada model regresi dapat diketahui berdasarkan hasil
perhitungan dan ditunjukan pada analisis varians (Lampiran 1). Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai P yang lebih kecil dari α. Nilai P dalam uji statistik F menunjukan angka 0,000 yang berarti bahwa semua variabel bebas
55
dalam model regresi ini secara bersama-sama memiliki pengaruh yang nyata terhadap variabel terikatnya. 6.2.2 Variabel yang Berpengaruh Secara Signifikan terhadap Permintaan Wisata ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Berdasarkan hasil uji t diketahui terdapat lima variabel yang berpengaruh nyata terhadap permintaan wisata ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Adapun kelima variabel tersebut adalah: 1.
Pendapatan Variabel pendapatan signifikan pada taraf nyata 1% dengan tanda
koefisien positif. Hal ini menunjukan setiap kenaikan pendapatan wisatawan Rp 1.000.000,00 per tahun maka akan meningkatkan peluang rata-rata frekuensi kunjungan individu tersebut sebesar tiga kali per tahun, cateris paribus. Hal ini dikarenakan pendapatan merupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan terhadap kegiatan rekreasi, semakin tinggi pendapatan seseorang maka akan meningkatkan peluang seseorang terhadap frekuensi kunjungannya. Seseorang dengan pendapatan yang lebih tinggi akan lebih sering melakukan kegiatan wisata dibandingkan dengan individu yang berpenghasilan rendah. 2.
Jarak ke lokasi wisata Variabel jarak berpengaruh secara signifikan pada taraf nyata 1% dengan
tanda koefisien negatif. Hal ini berarti setiap pertambahan 166 km jarak maka akan menurunkan peluang rata-rata kunjungan wisata ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu sebesar satu kali per tahun, cateris paribus. Jarak tempuh merupakan seberapa jauh jarak yang dibutuhkan wisatawan untuk mencapai lokasi wisata. Jarak tempuh dipengaruhi oleh bagus tidaknya kondisi jalan, kendaraan yang mereka pakai, situasi jalan yang dilalui, apakah sering terkena
56
macet atau tidak. Lokasi Taman Wisata Alam Grojogan Sewu terletak di daerah pegunungan dengan kondisi jalan yang berliku-liku dan menanjak sehingga jarak tempuh akan menjadi pertimbangan dalam menentukan lokasi wisata. 3.
Biaya Perjalanan Biaya perjalanan merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan wisatawan
dalam satu kali perjalanan wisata. Biaya perjalanan terdiri dari biaya konsumsi luar maupun di lokasi wisata, biaya parkir, biaya transportasi, dan biaya lainnya. Variabel biaya perjalanan berpengaruh secara signifikan pada taraf nyata 5% dan memiliki koefisien negatif dimana setiap kenaikan biaya perjalanan sebesar Rp 1.000.000,00 akan menurunkan peluang rata-rata kunjungan individu ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu sebanyak dua kali kunjungan, cateris paribus. Hal ini sesuai teori ekonomi yang menyatakan bahwa apabila harga semakin meningkat maka konsumen akan mengurangi jumlah barang yang dikonsumsinya. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa besarnya biaya perjalanan merupakan salah satu faktor utama yang menjadi pertimbangan seseorang untuk melakukan rekreasi atau kunjungan wisata. 4.
Jumlah Tanggungan Jumlah tanggungan keluarga berpengaruh secara signifikan pada taraf
nyata 5% dan memiliki tanda koefisien negatif terhadap jumlah kunjungan ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu dengan nilai koefisien regresi -0,18428. Artinya, setiap peningkatan jumlah tanggungan keluarga yang dimiliki oleh responden akan menurunkan peluang rata-rata jumlah kunjungan ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu, cateris paribus.
57
Apabila wisatawan memiliki jumlah tanggungan keluarga yang banyak, maka wisatawan tersebut akan cenderung menurunkan frekuensi kunjungannya mengingat biaya yang harus disisihkannya untuk memenuhi kebutuhan pokok terlebih dahulu. 5.
Daya Tarik Variabel daya tarik berpengaruh signifikan pada taraf nyata 10% dengan
tanda koefisien negatif. Variabel daya tarik merupakan variabel dummy dengan angka 1 = merupakan persepsi wisatawan yang negatif yaitu sangat tidak menarik, 2 = tidak menarik, 3 = menarik, 4 = sangat menarik. Tanda koefisien positif berarti persepsi yang diberikan wisatawan akan semakin positif, hal ini di duga akan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Hal ini sesuai dengan data yang diperoleh bahwa wisatawan yang datang ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu memberikan nilai positf terhadap panorama alamnya. Selain itu, pengaruh positif lain juga ditunjukan oleh sebagian besar jumlah wisatawan yang menjadi responden merencanakan untuk datang kembali ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu karena daya tarik yang ditawarkan obyek wisata ini sangat menarik salah satunya yaitu terdapat air terjun dengan ketinggian 81 meter dengan titik puncak yang bercabang. 6.2.3 Variabel yang Berpengaruh Secara Tidak Signifikan terhadap Permintaan Wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Variabel yang tidak berpengaruh secara signifikan atau pengaruhnya kecil terhadap permintaan wisata ada dua variabel. Adapun variabel tersebut yaitu usia, aksesibilitas jalan menuju lokasi.
58
1. Usia Usia tidak berpengaruh nyata atau pengaruhnya kecil terhadap permintaan wisata karena memiliki taraf nyata lebih dari 10%, variabel ini memiliki koefisien negatif. Hal ini menunjukan bahwa semakin bertambah usia seseorang maka peluang rata-rata kunjungannya akan semakin menurun. Kegiatan wisata merupakan kebutuhan bagi setiap orang baik tua maupun muda, dengan melakukan kegiatan wisata dapat menghilangkan kejenuhan akibat aktivitas sehari-hari yang dilakukan dan menjadi hak bagi setiap orang untuk dapat berwisata. Oleh karena itu, variabel usia tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah kunjungan wisata ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan lapangan dimana wisatawan didominasi oleh kisaran usia 17 – 26 tahun. 2.
Aksesibilitas Aksesibilitas memiliki koefisien positif yang dibuat dalam bentuk dummy
dimana semakin besar angka maka nilai yang diberikan akan semakin baik. Ini menunjukan bahwa dengan semakin mudah kondisi dan akses menuju ke lokasi wisata maka akan semakin besar peluang rata-rata kunjungan wisatawan. Berdasarkan pengamatan dilapangan, sebagian besar responden wisatawan akan datang kembali ke lokasi wisata, oleh karena itu variabel aksesibilitas tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah kunjungan wisatwan. 6.2.4 Persepsi Wisatawan terhadap Wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Persepsi merupakan proses penilaian seseorang terhadap obyek tertentu. Dimana setiap individu memiliki penilaian sendiri terhadap keberadaan suatu obyek tertentu. Persepsi dari wisatawan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu
59
dapat dilihat dari berbagai aspek antara lain mengenai lokasi dan fasilitas, serta kondisi lingkungan yang ada di sekitar lokasi wisata. 1.
Persepsi Responden Wisatawan terhadap Lokasi dan Fasilitas di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Taman Wisata Alam (TWA) Grojogan Sewu memiliki potensi wisata
untuk dapat dikembangkan lebih lanjut dikemudian harinya, karena memiliki panorama alam yang indah dan menarik serta udara yang masih sejuk yang merupakan salah satu daya tarik wisata dari obyek wisata. Selain itu, TWA Grojogan Sewu memiliki berbagai fasilitas yang mendukung sebagai tempat wisata. Berdasarkan pengamatan di lapangan melalui wawancara langsung dengan responden wisatawan, fasilitas yang ada di TWA Grojogan Sewu sudah memadai dan cukup baik kondisinya (Tabel 15). Akan tetapi, dalam pelaksanaannya fasilitas–fasilitas yang ada harus tetap dijaga dan diperbaiki apabila ada yang mengalami kerusakan karena umur teknisnya sudah tidak layak lagi atau perlu pembaharuan, guna meningkatkan kepuasan para wisatawan yang datang berwisata. Tabel 15. Persepsi Responden Wisatawan Mengenai Lokasi dan Fasilitas di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Keterangan Toilet Tempat Sampah Mushola Gazebo Warung Makan Kios Cederamata Panorama Alam Keamanan Aksesibilitas Pengelola wisata
Sangat Baik (%) 2 1 5 4 5 6 55 4 12 8
Proporsi (%) Baik Buruk (%) (%) 27 68 38 60 14 81 27 69 17 78 7 77 45 0 42 54 7 80 5 87
Sangat Buruk (%) 3 1 0 0 0 0 0 0 1 0
Total (%) 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2012
60
Responden yang berkunjung sebagian besar memberikan penilaian baik terhadap sarana dan prasarana yang terdapat di TWA Grojogan Sewu seperti toilet, tempat sampah, mushola, gazebo, warung makan, dan kios cenderamata. Mereka memberikan kesan yang positif karena sarana dan prasarana yang ada sudah cukup memadai dan baik namun harus terus ditingkatkan kebersihannya. Panorama alam yang ditawarkan tempat wisata ini berupa pemandangan air terjun dengan ketinggian 81 m, keindahan alam, hutan pinus, suara kicauan burung, udara yang masih sangat sejuk karena letaknya di daerah pegunungan sehingga para wisatawan sangat menikmati suasana alam di obyek wisata ini. Hal ini terlihat dari seluruh responden memberikan penilaian positif yaitu sangat baik dan baik terhadap panorama alam yang ada di lokasi wisata. Aspek keamanan di lokasi wisata harus lebih diperhatikan, mengingat Taman Wisata Alam Grojogan Sewu merupakan obyek wisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan. Sebagian besar responden wisatawan yaitu sebesar 54%, menyatakan bahwa keamanan di lokasi wisata masih buruk. Sebagian besar responden merasa terganggu saat berwisata dengan ulah para kera ekor panjang yang berkeliaran secara bebas dan terkadang berperilaku agresif dengan menyerang mereka, terutama ketika mereka sedang membawa makanan atau minuman. Hal inilah yang membuat responden wisatawan terkadang merasa kurang aman karena mengganggap masih kurangnya perhatian dan penjagaan dari jasa keamanan seperti pengelola yang sering patroli di sekitar lokasi untuk memastikan kegiatan wisata. Salah satu faktor yang penting dalam kegiatan wisata adalah aksesibilitas atau kondisi jalan menuju lokasi wisata, dimana aksesibilitas dapat mempengaruhi seseorang untuk datang berkunjung. Sebagian besar responden atau sebesar 80%
61
responden menyatakan bahwa aksesibilitas menuju lokasi wisata sudah baik, hal ini dikarenakan keadaan jalannya sudah cukup baik dan bebas dari kemacetan, walaupun medannya cukup berat dengan kondisi fisik yang menanjak dan berlikaliku karena letaknya yang di daerah pegunungan. Namun, sebesar 7% responden menyatakan kondisi aksesibilitas buruk, hal ini dikarenakan responden tersebut merasa kurang nyaman karena medannya yang menanjak dan berlika-liku, terutama ketika kendaraan mereka berhadapan dengan kendaraan besar seperti bus-bus besar yang selalu melewati jalan utama ke lokasi wisata. Adapun pelayanan yang diberikan pengelola kepada wisatawan, sebagian besar wisatawan memberikan penilaian baik yaitu sebesar 87%. Namun, sebesar 5% responden menyatakan bahwa pelayanan yang diberikan masih kurang baik (buruk). Oleh karena itu, diperlukan perhatian dari pihak pengelola tempat wisata untuk tetap membangun dan mempertahankan citra yang baik, sehingga wisatawan merasa nyaman dan tertarik untuk melakukan kunjungan kembali ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. 2. Persepsi Responden Wisatawan terhadap Tiket Masuk Tiket masuk yang layak diberlakukan di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu dinilai para wisatawan berbeda-beda sesuai dengan tingkat pendidikan dan pendapatan mereka. Adapun tiket masuk yang diberlakukan oleh pengelola wisata sebesar Rp 6.000,00 per orang pada setiap harinya. Namun, baik dari pihak pengelola maupun wisatawan menyatakan bahwa tiket yang diberlakukan masih rendah. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu responden pengelola wisata, tiket tersebut tidak sepenuhnya masuk ke kantong perusahaan, karena Rp 2.000,00 diberikan untuk Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) ke
62
pemerintah, sisanya digunakan untuk biaya asuransi pengunjung, retribusi ke Kabupaten Karanganyar, dan biaya operasional perusahaan. Harga tiket masuk Taman Wisata Alam Grojogan Sewu saat ini dinilai tidak relevan dengan biaya pengelolaannya yang sangat besar. Sehingga dari pihak pengelola pun merasa masih membutuhkan dana tambahan untuk biaya pemeliharaan dan operasional di lokasi wisata. Begitupun dari pihak pengunjung, sebesar 31% responden tidak setuju dengan harga tiket yang telah ditetapkan, mereka mengganggap tarif tiket tersebut masih rendah dan tiket yang pantas diberlakukan dilokasi wisata ini adalah sebesar Rp 7.000,00 (Tabel 16). Tabel 16. Sebaran Persepsi Responden Wisatawan terhadap Harga Tiket Masuk di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Harga Tiket Maksimal (Rp) < 6000 6.000 7.000 8.000 9.000 10.000 >10.000 Jumlah
Sumber: Data Primer Diolah, 2012
Frekuensi 15 19 31 12 4 13 6 100
Proporsi (%) 15 19 31 12 4 13 6 100
Responden yang menilai besar tiket masuk yang harus diberlakukan diatas Rp 6.000,00 memiliki alasan bahwa tiket masuk yang mereka bayarkan tersebut akan digunakan untuk perbaikan dan penambahan fasilitas agar terlihat lebih baik lagi guna untuk meningkatkan daya tarik wisata untuk keberlanjutan pengembangan obyek wisata dikemudian harinya. Berdasarkan wawancara dengan para responden wisatawan, mereka merasa bahwa pelayanan dan fasilitas yang ada di dalam lokasi wisata sudah memadai dan dalam kondisi baik, begitu pun dengan panorama keindahan alam yang ada di lokasi wisata, mereka sudah cukup puas dan sangat menikmati serta nyaman berada di sekitar lokasi wisata. Oleh karena itu, penting bagi pihak pengelola untuk memberikan pelayanan dan 63
memelihara serta menambah fasilitas yang dirasa masih kurang dari wisatawan, guna untuk meningkatkan kepuasan dan menambah daya tarik wisata agar kedepannya dapat meningkatkan jumlah wisatawan yang datang ke lokasi wisata. Dimana, jika jumlah kunjungan meningkat akan berimplikasi terhadap dampak perekonomian masyarakat sekitar lokasi wisata. 6.3
Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Adanya aktivitas wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu akan
menimbulkan dampak tersendiri bagi masyarakat sekitar obyek wisata. Dampak yang muncul dari suatu kegiatan wisata, yaitu munculnya dampak ekonomi. Dampak ekonomi tersebut dapat bersifat positif dan negatif. Dampak negatif yang ditimbulkan dari suatu kegiatan wisata antara lain masalah kebersihan atau pencemaran sedangkan dampak positif yang ditimbulkan dapat dilihat dari aspek ekonomi. Dampak positif yang muncul dari adanya aspek ekonomi dapat bersifat langsung (direct), dampak tidak langsung (indirect impact), dan dampak lanjutan (induced impact). Dampak ekonomi langsung merupakan manfaat yang langsung dirasakan oleh masyarakat berupa pendapatan yang diterima oleh penerima awal pengeluaran wisatawan. Munculnya lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat adalah salah satu contoh dampak positif langsung (direct impact) yang muncul dengan adanya kegitan wisata. Misalnya seperti adanya pedagang-pedagang yang berjualan makanan khas daerah setempat, minuman, souvenir, dan sebagainya di sekitar kawasan wisata. Hal ini dapat meningkatkan pendapatan masyarakat serta meningkatkan taraf hidupnya. Selanjutnya, dampak tidak langsung (indirect impact). Dampak tidak langsung berupa kegiatan ekonomi lokal dari suatu pembelanjaan unit usaha
64
penerima dampak langsung dan dampak lanjutan (induced impact). Dampak lanjutan ini dapat diartikan sebagai aktivitas ekonomi lokal lanjutan dari tambahan pendapatan masyarakat lokal. Dampak ekonomi yang ditimbulkan dari kegitan wisata pada dasarnya dilihat dari keseluruhan pengeluaran wisatawan untuk akomodasi, konsumsi (baik konsumsi dari rumah maupun konsumsi di lokasi wisata), biaya perjalanan ke lokasi wisata, pembelian souvenir, serta pengeluaran lainnya. Keseluruhan dari biaya pengeluaran wisatawan akan diestimasi dari jumlah keseluruhan kunjungan wisatawan dan rata-rata pengeluaran dalam satu kali kunjungan wisata. Berdasarkan sebaran wisatawan yang menjadi responden di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu menurut struktur pengeluaran wisatawan selama berwisata antara lain digunakan untuk biaya transportasi, konsumsi, akomodasi, parkir, dan kebutuhan lainnya. Proporsi terbesar yang dikeluarkan wisatawan adalah biaya transportasi. Hal ini dikarenakan sebagian besar wisatawan yang datang menggunakan kendaraan pribadi seperti mobil dan motor atau kendaraan umum. Oleh karena itu mempengaruhi besaran proporsi biaya yang akan mereka keluarkan untuk melakukan kegiatan wisata. Bagi wisatawan yang menggunakan mobil atau motor pribadi, biaya transportasi yang mereka keluarkan berasal dari biaya bahan bakar kendaraan, sedangkan biaya transportasi bagi wisatawan yang menggunakan kendaraan umum yaitu berupa ongkos pulang-pergi atau biaya sewa kendaraan umum yang mereka gunakan. Hasil analisis secara rinci dijelaskan pada Tabel 17 dan Lampiran 4.
65
Tabel 17. Proporsi Pengeluaran Responden Wisatawan dan Tingkat Kebocoran di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Biaya (1) A. Pengeluaran di luar kawasan wisata 1. Biaya Transportasi 2. Konsumsi dari rumah 3. Tiket masuk kawasan wisata (PNBP) TOTAL A ( Kebocoran) B. Pengeluaran di dalam lokasi wisata 1. Konsumsi di lokasi 2. Akomodasi (penginapan) 3. Pembelian Souvenir 4. Penyewaan alat 5. Parkir 6. Biaya fasilitas di kawasan wisata 7. Tiket masuk kawasan wisata (Pengelola) TOTAL B (Penerimaan di lokasi wisata) Total Pengeluaran Wisatawan (C= Total A + Total B) ∑ Kunjungan Wisatawan per bulan (D) orang Total Pengeluaran Wisatawan per bulan di lokasi wisata (proporsi B*C*D) Rp Total Kebocoran per bulan (proporsi A*C*D) Rp Sumber: Data Primer Diolah, 2012
Nilai (Rp.) (2) 64.070 27.870 2.000 93.940 29.820 10.750 11.970 2.820 3.340 2.710 4.000 65.410 159.350
Proporsi (%) (3=2/C*100) 40,2 17,5 1,2 58,9 18,7 6,8 7,5 1,8 2,1 1,7 2,5 41,1 100,0 26.743 orang 1.752.242.431,24 2.509.254.618,76
Pada Tabel 17, dapat dilihat bahwa tiket masuk ke kawasan wisata yang dikeluarkan wisatawan keuntungannya dapat menjadi manfaat di dalam lokasi wisata namun ada bagian yang menjadi kebocoran. Adapun tiket masuk yang dikeluarkan oleh wisatawan sebenarnya hanya satu kali yaitu sebesar Rp 6.000,00, diamana Rp 4.000,00 untuk pihak pengelola, sedangkan sisanya yaitu sebesar Rp 2.000,00 untuk biaya Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Biaya transportasi merupakan biaya terbesar yang dikeluarkan oleh responden wisatawan dan memiliki proporsi sebesar 40,2% atau dengan nilai sebesar Rp 64.070,00 dari ratarata total pengeluaran responden wisatawan. Hal ini menunjukan bahwa biaya transportasi memiliki pengaruh yang besar terhadap pengeluaran wisatawan saat mereka melakukan kegiatan wisata karena sebagian besar dari mereka menggunakan mobil dan motor pribadi, atau kendaraan umum seperti bus dan
66
angkot. Besarnya biaya yang dikeluarkan wisatawan akan berbeda-beda sesuai dengan lokasi jarak dari rumah ke kawasan wisata yang akan mereka kunjungi. Proporsi pengeluaran yang dilakukan oleh wisatawan terkait dengan keragaman unit usaha dan fasilitas rekreasi yang tersedia. Rata-rata total pengeluaran wisatawan untuk satu kali kunjungan berkisar Rp 159.350,00. Hal ini dipengaruhi oleh daerah asal wisatawan, jumlah tanggungan, jenis kendaraan yang digunakan, dan lain-lain. Tabel 17 menunjukan jumlah pengeluaran wisatawan per bulan di lokasi wisata sebesar Rp 1.752.242.431,24. Jumlah ini disesuaikan dengan rata-rata jumlah wisatawan per bulan yaitu 26.743 orang. Besarnya arus uang akan menunjukan besarnya dampak ekonomi yang berasal dari pengeluaran wisatawan. Kebocoran merupakan bagian uang yang dibelanjakan wisatawan yang tidak dibelanjakan kembali dan tidak memberi pengaruh pada kegiatan ekonomi setempat (Yoeti, 2008). Secara umum, dilihat dari proporsi biaya rekreasinya, pengeluaran wisatawan yang berekreasi ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu mengalami kebocoran (leakage) sebesar 58,9% atau sebesar Rp 93.940,00 untuk satu kali kunjungan, yang berupa biaya perjalanan dan konsumsi dari rumah. Proporsi kebocoran ini cukup tinggi, oleh sebab itu perlu diminimalisasi dengan cara peningkatan fasilitas di sekitar lokasi wisata misalnya dengan meningkatkan keragaman jenis kios makanan sehingga proporsi pengeluaran di luar lokasi wisata dapat semakin kecil. 6.3.1 Dampak Ekonomi Langsung (Direct Impact) Keberadaan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu membuka peluang bagi masyarakat sekitar untuk membuka usaha terkait dengan pemenuhan kebutuhan wisatawan selama berada di lokasi. Walaupun unit usaha di kawasan wisata ini
67
merupakan unit usaha kecil dan hanya akan ramai dikunjungi pada akhir pekan dan hari libur nasional, namun unit usaha yang ada cukup banyak. Hal ini menimbulkan perputaran uang yang terjadi antara wisatawan dan masyarakat sekitar yang mempunyai usaha di lokasi. Unit usaha yang ada adalah kios makanan dan minuman, souvenir, sewa payung dan tikar, penyewaan jasa kuda dan foto, toilet umum, parkir, dan penjual asongan. Penerimaan yang diterima oleh pemilik unit usaha adalah suatu pengeluaran wisatawan yang kemudian digunakan kembali oleh mereka untuk menjalani kegiatan unit usaha. Pemilik usaha membutuhkan bahan baku untuk menjalankan usaha mereka, baik yang berasal dari lokasi wisata ataupun luar lokasi wisata. Komponen biaya yang utama dari unit usaha ini adalah biaya pembelian input, upah karyawan, pemeliharaan alat, biaya operasi unit usaha, transportasi lokal dan retribusi atau pajak pada pemerintah setempat. Tabel 18.
Proporsi Pendapatan dan Biaya Produksi terhadap Penerimaan Total Responden Unit Usaha di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu
Komponen (1) A. Biaya di luar kawasan wisata 1. Biaya operasional unit usaha (listrik, PAM) 2. Pengembalian kredit ke bank 3. Retribusi dan pajak 4. Biaya sewa Total A (Kebocoran) B. Biaya di dalam kawasan wisata 1. Pendapatan pemilik 2. Upah karyawan 3. Pembelian input/bahan baku 4. Biaya pemeliharaan alat 5. Transportasi lokal Total B (Penerimaan di lokasi wisata) Total (4= Total A+Total B)
Nilai (Rp) (2)
Proporsi (%) (3= 2/4*100)
2.800 0 0 10.123 12.923
0,15 0 0 0,5 0,65
1.154.155 52.000 668.782 0 21.233 1.896.153 1.909.078
60,5 2,72 35,0 0 1,1 99,3 100,0
Sumber: Data Primer Diolah, 2012
68
Keuntungan yang diterima oleh pemilik (pendapatan pemilik) adalah penerimaan total dikurangi dengan total biaya. Hasil penelitian menunjukkan, proporsi terbesar terhadap penerimaan unit usaha adalah pendapatan pemilik yaitu sebesar Rp 1.154.155,00 dari total penerimaan. Dapat dilihat pada Tabel 18, proporsi untuk upah tenaga kerja pada obyek wisata ini masih rendah sebesar 2,72% atau sebesar Rp 52.000,00 dari rata-rata total penerimaan unit usaha. Hal ini dikarenakan mayoritas unit usaha yang berada di sekitar lokasi wisata, mengelola
unit
usahanya
sendiri.
Hanya
beberapa
unit
usaha
yang
memperkerjakan orang lain untuk membantu mengelola unit usaha tersebut. Dampak ekonomi langsung dari pengeluaran wisatawan dirasakan langsung oleh pemilik unit usaha. Dampak ekonomi ini berupa pendapatan pemilik dari unit usaha. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata pendapatan pemilik unit usaha berbeda-beda tergantung dari jenis usahanya (Tabel 19). Tabel 19. Sebaran Pendapatan Pemilik Responden Unit Usaha dan Dampak Langsung yang dirasakan di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Jumlah Rata-rata Sampel Pendapatan (Rp) (1) (2) Kios makanan dan minuman 11 1.189.535,00 Sewa (Kuda, foto) 4 746.042,00 Sewa Payung/ Tikar 2 557.917,00 Souvenir 7 1.410.159,00 Toilet Umum 2 1.586.667,00 Asongan 2 429.167,00 Parkir 2 1.363.250,00 Total 30 Total Penerimaan (Dampak Langsung) Rp Jenis Unit Usaha
Jumlah (unit) (3) 62 54 48 32 8 31 3 238
Total Pendapatan(Rp) (4= 2*3) 73.751.170,00 40.286.268,00 26.780.016,00 45.125.088,00 12.693.336,00 13.304.177,00 4.089.750,00 216.029.805,00
Sumber: Data Primer Diolah, 2012
Dapat dilihat pada Tabel 19, bahwa unit usaha toilet umum memiliki pendapatan paling besar diantara jenis unit usaha lainnya yang berada di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu yaitu rata-rata sebesar Rp 1.586.667,00 per bulannya, sedangkan pendapatan terkecil yaitu pada pedagang asongan yang 69
hanya memiliki rata-rata pendapatan sebesar Rp 429.167,00 per bualannya. Dapat dilihat pada Tabel 18, total penerimaan rata-rata dari keseluruhan responden unit usaha yaitu sebesar Rp 1.909.078,00 per bulan, dari total penerimaan tersebut terdapat pendapatan pemilik unit usaha (dampak ekonomi langsung) yang dirasakan oleh pemilik unit usaha yaitu sebesar Rp 1.154.155,00 per bulan. Adapun total penerimaan dampak langsung dari keseluruhan unit usaha yang terdapat di sekitar lokasi wisata yaitu sebesar Rp 216.029.805,00 per bulan (Tabel 19). 6.3.2 Dampak Ekonomi Tidak langsung (Indirect Impact) Dampak ekonomi tidak langsung (indirect impact) dapat dilihat dari pembelian bahan baku untuk keperluan unit usaha, transportasi lokal, dan upah tenaga kerja yang bekerja pada unit usaha yang berada di sekitar Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Sebagian besar unit usaha yang berada di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu dikelola langsung oleh pemilik unit usaha dan unit usaha yang dikelola oleh PT. Duta Indonesia Djaya (Taman Wisata Alam Grojogan Sewu) yang cukup banyak menyerap tenaga kerja sekitar lokasi wisata, namun terdapat beberapa pula unit usaha yang menggunakan tenaga kerja sekitar (bukan dari keluarga), terutama pada saat akhir pekan atau hari libur ketika lokasi wisata dipadati oleh wisatawan. Pihak pengelola tidak akan mempersulit warga yang ingin membuka usaha di lokasi ini. Hal ini disebabkan oleh salah satu tujuan dibukanya obyek wisata ini dalam rangka usaha pemberdayaan masyarakat sekitar. Adapun biaya-biaya yang dikeluarkan oleh unit usaha di dalam kawasan wisata dan dampak tidak langsung
70
yang dirasakan dari keberadaan TWA Grojogan Sewu dapat dilihat pada Tabel 20 dan Lampiran 5. Tabel 20. Sebaran Total Biaya Unit Usaha di Dalam Lokasi Wisata dan Dampak Ekonomi Tidak Langsung yang dirasakan Akibat Keberadaan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Jumlah Upah BahanTransp Unit TK baku ortasi Jenis Unit Usaha Usaha (Rp) (Rp) (Rp) (1) (2) (3) (4) Kios makanan & minuman 62 50.909 943.901 32.909 Sewa (Kuda, foto) 54 0 89.375 0 Sewa Payung/ Tikar 48 0 0 40.000 Souvenir 32 0 1.299.008 16.429 Toilet Umum 8 0 52.500 0 Asongan 31 0 62.500 40.000 Parkir 3 500.000 0 0 Tiket 1 947.625 0 0 Kebersihan 2 735.000 0 0 Pelayanan pengunjung 1 1.417.104 0 0 Total Dampak Tidak Langsung (Rp) Sumber: Data Primer Diolah, 2012
Total Biaya (Rp)
Total (Rp)
(5=2+3+4) 1.027.719 89.375 40.000 1.315.417 52.500 102.500 500.000 947.625 735.000 1.417.104
(6= 1*5) 63.718.578 4.826.250 1.920.000 42.093.984 420.000 3.177.500 6.000.000 5.685.750 2.940.000 26.924.976 157.707.038
Tenaga kerja sekitar merupakan pihak yang secara tidak langsung mendapatkan dampak ekonomi dari keberadaan obyek wisata yaitu melalui pendapatan mereka yang mereka dapat dari pemilik unit usaha sekitar lokasi wisata. Begitupun dengan kebutuhan untuk pembelian bahan baku bagi unit usaha seperti kios makanan dan minuman, serta unit usaha souvenir mereka dapat memenuhi kebutuhan bahan baku tersebut di dalam kawasan wisata. Dapat dilihat pada Tabel 20, untuk upah tenaga kerja yang diperoleh berbeda-beda tergantung dengan jenis unit usaha tempat mereka bekerja. Dampak tidak langsung yang berupa upah (pendapatan) tenaga kerja dirasakan paling besar yaitu dari tenaga kerja pelayanan pengunjung yang berasal dari PT. Duta Indonesia Djaya (pengelola TWA Grojogan Sewu) yaitu rata-rata sebesar Rp 1.417.104,00 per bulan. Kemudian untuk pembelian bahan baku (input) guna memenuhi kebutuhan unit usaha, biaya pembelian input terbesar dikeluarkan oleh jenis unit usaha 71
souvenir yaitu sebesar Rp 1.299.088,00, sedangkan untuk jenis unit usaha sewa payung dan tikar serta parkir tidak mengeluarkan biaya untuk pembelian bahan baku. Adapun biaya transportasi merupakan biaya transportasi yang dikeluarkan di dalam kawasan wisata untuk memenuhi kebutuhan unit usahanya, biaya tersebut digunakan untuk ongkos menuju lokasi unit usaha atau untuk pembelian bahan baku. Besarnya pengeluaran unit usaha di dalam lokasi wisata akan berimplikasi pada besarnya dampak ekonomi tidak langsung yang akan diterima oleh masyarakat sekitar lokasi wisata Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Berdasarkan Tabel 20, dapat dilihat bahwa besarnya dampak ekonomi tidak langsung yang dapat dirasakan dari keberadaan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu berbeda-beda tergantung dari jenis unit usahanya. Dampak ekonomi tidak langsung yang dirasakan paling besar yaitu dari jenis unit usaha kios makanan dan minuman, hal ini dikarenakan sebagian besar unit usaha yang berada di sekitar kawasan wisata didominasi oleh kios makanan dan minuman yaitu sebesar Rp 63.718.578,00. Adapun besarnya dampak ekonomi tidak langsung yang dapat dirasakan dari keberadaan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu dapat dilihat dari jumlah total keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh seluruh unit usaha yaitu sebesar Rp 157.707.038,00 per bulan. 6.3.3 Dampak Ikutan (Induced Impact) Kegiatan wisata tidak hanya menghasilkan dampak langsung dan tidak langsung, tetapi juga menghasilkan dampak induced. Dampak ini merupakan dampak lanjutan dari pengeluaran yang dilakukan oleh tenaga kerja sekitar obyek wisata. Dampak ini berasal dari pengeluaran sehari-hari tenaga kerja sekitar.
72
Adapun proporsi pengeluaran responden tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 21 dan Lampiran 6. Tabel 21.
Proporsi Pengeluaran Responden Tenaga Kerja dan Tingkat Kebocoran di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu
Biaya (1) A. Pengeluaran di luar kawasan wisata 1. Biaya Listrik TOTAL A ( Kebocoran) B. Pengeluaran di dalam lokasi wisata 2. Kebutuhan pangan 3. Biaya transportasi 4. Biaya sekolah anak 5. Biaya lainnya TOTAL B (Penerimaan di lokasi wisata) Total Pengeluaran Tenaga Kerja (C= Total A + Total B)
Nilai (Rp.) (2)
Proporsi (%) (3=2/C*100)
43.700 43.700
0,06 0,06
406.625 30.000 145.100 74.098 655.823 699.523
58,1 4,2 20,7 10,5 93,5 100,0
Sumber: Data Primer Diolah, 2012
Secara umum, rata-rata total pengeluaran responden tenaga kerja yaitu sebesar Rp 699.523,00. Namun, dari rata-rata pengeluaran tenaga kerja tersebut terdapat kebocoran (leakages) yaitu biaya yang tidak dikeluarkan di sekitar lokasi wisata sebesar Rp 43.000,00 dengan proporsi 0,06% dari rata-rata total pengeluaran tenaga kerja. Adapun biaya yang dikeluarkan di luar kawasan wisata yaitu biaya listrik. Sisanya yaitu sebesar 93,5% atau dengan nilai Rp 655.823,00 dari rata-rata total pengeluaran tenaga kerja dikeluarkan di dalam kawasan wisata. Adapun biaya tersebut yaitu biaya untuk kebutuhan pangan, biaya transportasi, biaya sekolah anak, dan biaya kebutuhan lainnya. Hal ini dikarenakan seluruh tenaga kerja merupakan penduduk asli sekitar kawasan wisata sehingga biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan sehari-hari masih di dalam kawasan wisata. Dampak lanjutan dari keberadaan Taman Wisata Alam Grojogan dapat dilihat dari besarnya pengeluaran tenaga kerja di dalam kawasan wisata. Adapun sebaran pengeluaran tenaga kerja menurut jenis pekerjaannya secara rinci dapat dilihat pada Tabel 22. 73
Tabel 22. Sebaran Pengeluaran Responden Tenaga Kerja (TK) dan Dampak Lanjutan yang dirasakan di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu TK Total Pengeluaran per (orang) bulan (Rp) Jenis Pekerjaan (1) (2) P. Kios makanan dan minuman 62 510.333,00 P. Sewa (Kuda, foto) 54 580.000,00 P. Sewa Payung/ Tikar 48 529.000,00 P. Souvenir 32 550.000,00 P. Toilet Umum 8 408.500,00 P. Asongan 31 538.450,00 P. Parkir 12 568.000,00 P. Tiket 6 718.750,00 P. Kebersihan 4 580.000,00 Pelayanan pengunjung 19 874.579,00 276 Total Proporsi penerimaan di lokasi wisata (Tabel 30) (4) Dampak Lanjutan (Total 3*4)
Total Pengeluaran (Rp) (3= 1*2) 31.640.646,00 31.320.000,00 25.392.000,00 17.600.000,00 3.268.000,00 16.691.950,00 6.816.000,00 4.312.500,00 2.320.000,00 16.617.001,00 155.978.097,00 93,5 145.839.520,00
Sumber: Data Primer Diolah, 2012
Total pengeluaran tenaga kerja sekitar kawasan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu yaitu sebesar Rp 155.978.097,00. Namun, dari total pengeluaran tersebut terdapat biaya yang tidak dilakukan di dalam kawasan wisata dengan proporsi 0,06% (Tabel 21) atau sebesar Rp 9.358.686,00 dari total pengeluran keseluruhan tenaga kerja. Sisanya yaitu sebesar 93,5% pengeluaran dilakukan di dalam kawasan wisata, sehingga dampak ekonomi lanjutan yang dirasakan dari adanya keberadaan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu yaitu sebesar Rp 145.839.520,00. Perhitungan pengeluran tenaga kerja
berdasarkan jenis
pekerjaannya dapat dilihat pada Lampiran 6. 6.3.4 Nilai Multiplier Effect dari Pengeluaran Responden Wisatawan Nilai efek pengganda (Multiplier Effect) dapat digunakan untuk mengukur dampak ekonomi terhadap masyarakat kawasan wisata. Efek penggganda dapat dilihat dari jumlah pengeluaran wisatawan selama melakukan wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Terdapat tiga ukuran nilai pengganda yang dapat di estimasi, yaitu: (1) Keynesian Income Multiplier merupakan nilai yang diperoleh
74
dari dampak langsung atas pengeluaran wisatawan, (2) Ratio Income Multiplier Tipe 1, merupakan nilai yang diperoleh dari dampak tidak langsung atas pengeluaran wisatawan, dan (3) Ratio Income Multiplier Tipe 2 merupakan nilai yang diperoleh dari dampak lanjutan, (META, 2001). Nilai pengganda ketiga tipe tersebut dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Nilai Pengganda (Multiplier Effect) dari Arus Uang yang Terjadi di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Multiplier Keynesian Income Multiplier Ratio Income Multiplier Tipe 1 Ratio Income Multiplier Tipe 1
Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2012)
Nilai 0,3 1,7 2,5
Berdasarkan data yang diperoleh untuk menentukan besarnya dampak ekonomi di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu, diperoleh nilai Keynesian Multiplier Effect yaitu sebesar 0,3 yang artinya setiap terjadi peningkatan pengeluaran wisatawan sebesar satu rupiah, maka akan berdampak langsung sebesar 0,3 rupiah terhadap perekonomian masyarakat sekitar. Nilai Ratio Income Multiplier Tipe 1 adalah sebesar 1,7 yang artinya setiap peningkatan satu rupiah pada penerimaan unit usaha akan mengakibatkan peningkatan sebesar 1,7 rupiah terhadap pendapatan tenaga kerja sekitar (berupa pendapatan pemilik usaha dan upah tenaga kerja). Selanjutnya nilai yang diperoleh dari Ratio Income Multiplier Tipe 2 sebesar 2,5 yang artinya apabila terjadi peningkatan sebesar satu rupiah pada penerimaan unit usaha diduga akan mengakibatkan peningkatan sebesar 2,5 rupiah pada pendapatan pemilik unit usaha, pendapatan tenaga kerja, dan pengeluaran konsumsi tenaga kerja ditingkat lokal. Berdasarkan hasil dari penjelasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa keberadaan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu secara nyata telah memberikan dampak ekonomi terhadap perekonomian masyarakat sekitar, 75
terutama bagi masyarakat yang membuka usahanya di lingkungan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Dampak ekonomi yang terjadi pada penelitian ini dikatakan rendah, dapat dilihat dari nilai Keynesian Income Multiplier yang diperoleh yaitu sebesar 0,3. Menurut META (2001) apabila nilai tersebut terletak diantara nol sampai dengan satu (0 < x < 1), maka lokasi wisata tersebut memiliki nilai dampak ekonomi yang rendah. Hal ini dikarenakan wisatawan yang datang ke lokasi ini lebih cenderung mengeluarkan pengeluarannya di luar obyek wisata. Dengan kata lain, proporsi leakagesnya (kebocoran/pengeluaran di luar lokasi wisata) lebih besar daripada proporsi pengeluarannya di lokasi wisata. Sedangkan Ratio Income Multiplier Tipe 1 dan Ratio Income Multiplier Tipe 2 dapat dikatakan telah memberikan dampak ekonomi terhadap kegiatan wisata karena nilai Ratio Income MultiplierTipe 1 dan Tipe 2 sudah lebih besar atau sama dengan satu (≥ 1). Nilai Keynesian Income Multiplier ini masih terus dapat ditingkatkan sejalan dengan usaha peningkatan pengembangan sektor pariwisata alam dengan cara terus
meningkatkan
jumlah wisatawan
yang datang,
peningkatan
pemberdayaan masyarakat lokal dan penyediaan barang yang diperlukan wisatawan oleh unit usaha yang ada agar dapat menarik minat wisatawan untuk membeli konsumsi pada unit usaha di sekitar lokasi wisata. Hal ini diduga akan meningkatkan proporsi pengeluaran wisatawan di obyek wisata (tourist expenditure), yang secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak terhadap kondisi perekonomian masyarakat sekitar.
76
6.4
Analisis Dampak Lingkungan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Dampak adanya Taman Wisata Alam Grojogan Sewu terhadap lingkungan
di sekitar kawasan wisata diidentifikasi dengan persepsi dari para pelaku wisata/ stakeholder terkait (responden wisatawan, unit usaha, pekerja, dan masyarakat sekitar). Dalam pelaksanaan penelitian, para responden diminta persepsinya mengenai dampak keberadaan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu terhadap lingkungan. Adapun terdapat empat indikator yang digunakan untuk melihat dampak lingkungan yaitu bagaimana tingkat kebersihan lingkugan, kualitas udara, kualitas air, dan tingkat kebisingan disekitar lokasi wisata (Tabel 24). Tabel 24. Persepsi Responden Stakeholder Terkait Terhadap Kebersihan, Kualitas Udara, dan Kualitas Air di Sekitar Lokasi Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Persepsi (%) Keterangan
Responden
Wisatawan Unit Usaha Tenaga Kerja Masyarakat Rata-rata Wisatawan Kualitas Unit Usaha Udara Tenaga Kerja Masyarakat Rata-rata Kualitas Air Wisatawan Unit Usaha Tenaga Kerja Masyarakat Rata-rata Kebersihan Lingkungan
Sumber: Data Primer Diolah (2012)
Sangat Baik 3,0 23,3 16,7 12,5 13,9 73,0 80,0 82,5 73,3 77,2 11,0 43,3 25,0 26,7 26,5
Baik
Buruk
77,0 70,0 80,0 85,0 78,0 27,0 20,0 17,5 26,7 22,8 82,0 56,7 75,5 73,3 71,7
19,0 6,7 3,3 2,5 7,9 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 1,0 0,0 0,0 0,0 0,25
Sangat Buruk 1,0 0,0 0,0 0,0 0,25 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 6,0 0,0 0,0 0,0 1,5
Total (%) 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
Faktor kebersihan lingkungan merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan dan pengembangan lebih lanjut dari suatu kawasan wisata. Dapat dilihat pada Tabel 24 berdasarkan persepsi dari para stakeholder terkait, rata-rata responden menyatakan bahwa tidak ada masalah dalam kebersihan, bahkan sebesar 13,9% responden menyatakan kondisinya semakin baik jika dibandingkan dengan beberapa tahun yang lalu. Rata-rata 77
responden yaitu sebesar 78% memberikan penilaian baik. Adanya Taman Wisata Alam Grojogan Sewu dirasakan telah memberikan dampak positif terhadap lingkungan, yaitu diantaranya menambah keindahan pemandangan dengan penataan yang lebih baik dan menjaga keasrian lingkungan. Menurut informasi ketika melakukan wawancara dengan responden terutama pemilik unit usaha, tenaga kerja, dan masyarakat sekitar, mereka menyatakan bahwa setiap seminggu sekali diadakan kerja bakti bersama. Hal ini bertujuan untuk menjaga keasrian lingkungan agar tetap bersih dan nyaman ketika para wisatawan datang untuk berwisata. Kerja bakti ini berlaku untuk semua unit usaha dan pengelola wisata yang berada di dalam kawasan wisata. Namun, disamping dampak positif terdapat dampak negatif yang mereka rasakan, yaitu menumpuknya sampah dengan proporsi sebesar 7,9%. Responden tersebut menyatakan bahwa masih adanya sampah yang berserakan di sekitar lokasi wisata, terutama pada saat Taman Wisata Alam Grojogan Sewu dipadati oleh wisatawan, dan biasanya terjadi pada akhir pekan atau hari libur. Selain itu juga sampah yang diakibatkan oleh para kera yang suka mencuri makanan yang dibawa oleh wisatawan. Mereka juga berharap agar pengelola wisata dapat menambah jumlah keberadaan tempat sampah yang dirasakan responden masih kurang banyak disediakan. Adapun dengan keadaan kualitas udara di sekitar lokasi wisata, seluruh responden memberikan penilaian positif terhadap kualitas udara. Bahkan sebesar 77,2% responden menyatakan bahwa kualitas udara masih sangat baik karena dirasakan belum mengalami perubahan. Responden yang datang berkunjung ke lokasi wisata atau yang bermukim di sekitar lokasi wisata menyatakan nyaman
78
ketika berada di lokasi wisata karena udaranya masih sangat segar dan sejuk. Namun, sebesar 22,8% responden menyatakan tingkat polusi udara sedang (baik) dengan alasan bahwa aktifitas rekreasi yang dilakukan akan mempengaruhi kualitas udara di kawasan tersebut, terlebih bagi mereka yang menggunakan kendaraan ke dalam kawasan wisata. Taman Wisata Alam Grojogan Sewu terletak di daerah pegunungan, sehingga air yang mengalir ke lokasi wisata langsung dari mata air pegunungan, sehingga kondisi airnya pun masih sangat jernih dan menyegarkan. Hal ini di dukung dengan data yang diperoleh, sebagian besar responden yaitu sebesar 71,7% memberikan penilaian baik terhadap kondisi air dilokasi wisata karena dirasakan masih jernih, dingin, dan menyegarkan. Namun, ada beberapa responden menyatakan bahwa kondisi air kurang jernih yaitu sebesar 1,5% yang berasal dari responden wisatawan, alasan mereka yaitu air menjadi kurang jernih dikarenakan bak tampung yang berada di toilet terkadang kotor. Faktor lingkungan yang juga dinilai oleh responden yaitu tingkat kebisingan. Berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner ke berbagai stakeholder terkait, sebagian besar responden yaitu sebesar 99,5% menyatakan tidak ada masalah dan merasa tidak terganggu dengan tingkat kebisingan di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Namun sisanya dari masing-masing responden menyatakan bising dengan adanya aktivitas wisata yang dilakukan. Alasan mereka yaitu adanya suara yang dihasilkan dari pelaku kegiatan wisata dan jumlah wisatawan yang terlalu padat berpotensi menciptakan kebisingan. Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 25.
79
Tabel 25. Persepsi Responden Stakeholder Terkait Terhadap Tingkat Kebisingan di Sekitar Lokasi Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Responden Wisatawan Unit Usaha Tenaga Kerja Masyarakat Rata-rata
Persepsi (%) Tidak Mengganggu Menganggu 98,0 2,0 100,0 0,0 100,0 0,0 100,0 0,0 99,5 0,5
Sumber: Data Primer Diolah (2012)
Total (%) 100,0 100,0 100,0 100,0 100,00
Berdasarkan hasil survey dari wawancara dengan para responden mengenai keadaan kualitas lingkungan di sekitar TWA Grojogan Sewu, terkait dengan tingkat kebersihan, keadaan kualitas udara, kualitas air, dan tingkat kebisingan, sebagian besar responden memberikan penilaian yang positif terhadap keadaan kualitas lingkungannya. Adapun proporsi yang diberikan oleh para stakeholder terhadap masing-masing indikator adalah sebesar 78,0% responden memberikan persepsi baik terhadap kebersihan lingkungan, 77,0% responden memberikan persepsi sangat baik terhadap kualitas udara, 71,7% responden memberikan penilaian baik terhadap kualitas air, dan sebesar 99,5% responden memberikan penilaian positif yaitu tidak merasa terganggu terhadap tingkat kebisingan.
80