V. MEMBANGUN DATA DASAR MODEL KESEIMBANGAN UMUM
Pada bab metode penelitian dikemukakan bahwa sumber utama data yang digunakan dalam penyusunan data dasar model CGE adalah Tabel Input-Output (IO) tingkat nasional tahun 2008. Kemudian untuk melengkapi kebutuhan data pada model, digunakan juga data Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) atau Social Accounting Matrix (SAM) tahun 2005, serta nilai-nilai koefisien elastisitas dan beberapa parameter lainnya. Keseluruhan data tersebut diolah lebih lanjut untuk menyediakan data dasar yang dibutuhkan dalam membangun model CGE. Pada bab ini dipaparkan proses dan langkah-langkah konstruksi atau membangun data dasar secara mendetail untuk model Computabel General Equilibrium (CGE). Proses pengolahan data diawali dari penentuan dan klasifikasi komoditi dan industri. Klasifikasi keduanya menggunakan data dasar Tabel InputOutput 66 sektor yang selanjutnya diagregasi menjadi 27 sektor. Selanjutnya, pengklasifikasian juga dilakukan untuk penggolongan rumah tangga, sumber komoditi (domestik atau impor), jenis tenaga kerja dan input-input lainnya. Untuk memadukan agregasi sektor yang terdapat pada Tabel Input-Output klasifikasi 66 sektor dan Tabel SNSE klasifikasi 24 sektor dilakukan mapping (pemetaan) diantara kedua sumber data utama tersebut. Pada tahap akhir, data dasar yang telah dibangun harus dipastikan berada dalam kondisi keseimbangan (balance) sesuai dengan yang dipersyaratkan oleh setiap model CGE dengan melakukan cek keseimbangan.
218 5.1. Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2008 Tabel I-O nasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tabel I-O tahun 2008 yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Tabel I-O 2008 yang dipublikasikan oleh BPS terdiri dari 2 sub grup tabel, yaitu tabel dasar dan tabel analisis.
Tabel dasar terdiri dari tabel transaksi total atas dasar harga
konsumen, tabel transaksi total atas dasar produsen, tabel transaksi domestik atas dasar harga produsen, dan tabel transaksi impor atas dasar produen. Tabel analisis diperoleh dari tabel-tabel dasar setelah dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Tabel ini meliputi tabel koefisien input, matriks kebalikan total atas dasar harga harga produsen dan matriks kebalikan domestik atas dasar harga produsen.
5.1.1. Struktur Input-Output Matriks yang terdapat pada Tabel I-O terdiri dari matriks penyerapan input di tiap industri, matriks produk bersama dan matriks pajak bersama. Kolom dari matriks penyerapan menunjukkan enam pelaku ekonomi yaitu produsen domestik, investor, rumah tangga, ekspor, pemerintah dan inventori.
Sumber data yang
tertera pada Tabel I-O dihitung dalam nilai rupiah. Baris menunjukkan asal dari pembelian komoditas yang dilakukan oleh pelaku ekonomi pada setiap kolom yang meliputi aliran bahan baku, margin, pajak, tenaga kerja, modal, tanah dan biaya lainnya. Aliran bahan baku dasar pada kolom pertama dan kedua menunjukkan aliran komoditas impor dan domestik yang digunakan oleh industri sebagai input atau pembentukan modal. Sebagai contoh, VIBAS (kolom pertama dan baris pertama) adalah nilai bahan baku (input antara) dari komoditas c, sumber s yang digunakan oleh setiap industri i pada produksinya. Sedangkan aliran komoditas ke kolom ketiga menunjukkan komoditas yang
219 dikonsumsi oleh rumah tangga (V3BAS). Aliran komoditas ke kolom keempat, lima dan enam menunjukan nilai komoditas yang diekspor (V4BAS), dikonsumsi pemerintah (V5BAS) dan menambah atau mengurangi inventaris (V6BAS). Di sini dapat dilihat bahwa hubungan antar komoditas pada Tabel I-O menunjukkan hubungan sektoral antar industri dan hubungan agregat dari pelaku-pelaku ekonomi dalam ekonomi makro. Aliran margin dari baris kedua adalah biaya margin komoditas yang digunakan oleh produsen, investor, rumah tangga, pemerintah dan biaya margin komoditas ekspor. Pajak dimatrikskan pada baris ketiga menunjukkan pajak-pajak komoditas seperti yang dikonsumsi oleh produsen, investor, rumah tangga, dan pemerintah, dan pada akhirnya pajak ekspor. Baris-baris tenaga kerja, modal, lahan dan biaya-biaya lainnya mencatat penggunaan faktor primer untuk masingmasing industri pada kolom pertama, mengindikasikan pengembalian pada faktorfaktor input ini seperti yang digunakan pada tiap sektor. Dua matriks akhir adalah gabungan dari matriks produksi dan matriks pajak impor. Gabungan matriks produksi menunjukkan komposisi komoditas dari output tiap-tiap industri. Studi ini mengasumsikan bahwa sebuah industri dapat memproduksi sebuah komoditas. Matriks bea impor mencatat pembayaran bea impor atas tiap komoditas yang diimpor oleh setiap industri. 5.1.2. Agregasi Sektor Ekonomi Sesuai dengan tujuan penelitian, maka sektor ekonomi yang tercakup dalam penelitian ini terdiri dari 27 sektor. Sektor-sektor tersebut dapat dikategorikan ke dalam empat kelompok besar yaitu sektor pertanian, pertambangan, industri, dan jasa-jasa. Sektor pertanian dalam penelitian ini dikelompokkan ke dalam 1 sektor yang merupakan hasil agregasi dari 23 sektor yang terdapat dalam Tabel I-O 2008
220 klasifikasi 66 sektor.
Sektor-sektor yang termasuk ke dalam sektor pertanian
meliputi aktivitas pertanian tanaman bahan makanan (padi, kacang-kacangan, jagung, umbi-umbian, sayur-sayuran dan buah-buahan, serta tanaman bahan makanan lainnya), perkebunan (karet, tebu, kelapa, kelapa sawit, tembakau, kopi, teh, cengkeh, tanaman serta dan tanaman perkebunan lainnya), peternakan (peternakan, pemotongan hewan dan unggas dan hasil-hasilnya), kehutanan (kayu dan hasil hutan lainnya) dan perikanan. Sementara itu, sektor pertambangan dikelompokkan ke dalam 1 sektor yang terdiri dari subsektor pertambangan tanpa moigas, pertambangan minyak dan gas bumi, serta penggalian. Sektor industri yang merupakan fokus perhatian dalam penelitian ini dikategorikan ke dalam 24 sektor, yaitu : industri
makanan, minuman dan
tembakau, industri tekstil, kulit dan alas kaki, industri barang kayu dan hasil hutan, industri kertas dan barang cetakan, industri pupuk, kimia dan barang dari karet, industri minyak dan gas bumi, industri semen dan bahan galian bukan logam, industri logam dasar, besi dan baja, industri alat angkutan, mesin dan peralatannya, serta industri barang lainnya. Kelompok keempat adalah sektor jasa-jasa yang diagregasi menjadi sektor Jasajasa dan terdiri subsektor yaitu : sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, sektor hotel dan restoran, sektor pengangkutan (angkutan kereta api, angkutan darat, angkutan air, angkutan udara dan jasa penunjang angkutan), sektor komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, sektor jasa pemerintahan umum dan sektor jasa sosial kemasyarakat, jasa lainnya, jasa yang tak jelas batasannya. Agregasi sektor ekonomi yang diteliti dapat dilihat pada Tabel 46.
221 Tabel 46. Agregasi Sektor Ekonomi yang Diteliti (27 Sektor) Berdasarkan Tabel IO Tahun 2008 Klasifikasi 66 Sektor No.
Klasifikasi 66 Sektor
No.
1 2 3 4 5
Padi Tanaman Kacang-kacangan Jagung Tanaman Umbi-umbian Sayur-sayuran dan buahbuahan Tanaman makanan lainnya Karet Tebu Kelapa Kelapa Sawit Tembakau Kopi Teh Cengkeh Hasil tanaman serat Tanaman perkebunan lainnya Tanaman lainnya Peternakan Pemotongan hewan Unggas dan hasil-hasilnya Kayu Hasil hutan lainnya Perikanan Penambangan batu bara dan bijih logam Penambangan minyak, gas dan panas bumi Penambangan dan penggalian lainnya Industri pengolahan dan pengawetan makanan Industri minyak dan lemak Industri penggilingan padi Industri tepung, segala jenisnya Industri gula Industri makanan lainnya
1 1 1 1 1
Pertanian Pertanian Pertanian Pertanian Pertanian
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
Pertanian Pertanian Pertanian Pertanian Pertanian Pertanian Pertanian Pertanian Pertanian Pertanian Pertanian Pertanian Pertanian Pertanian Pertanian Pertanian Pertanian Pertanian Pertambangan
2
Pertambangan
2
Pertambangan
3 4 5 6
Industri pengolahan dan pengawetan makanan Industri minyak dan lemak Industri penggilingan padi Industri tepung, segala jenisnya
7 8
Industri gula Industri makanan lainnya
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Agregasi 27 Sektor Ekonomi yang Diteliti
222 Tabel 46.Lanjutan No.
Klasifikasi 66 Sektor
No.
33 34 35 36
Industri minuman Industri rokok Industri pemintalan Industri tekstil, pakaian dan kulit Industri bambu, kayu dan rotan Industri kertas, barang dari kertas dan karton Industri pupuk dan pestisida Industri kimia Pengilangan minyak bumi Industri barang karet dan plastik Industri barang-barang dari mineral bukan logam Industri semen Industri dasar besi dan baja Industri logam dasar bukan besi Industri barang dari logam Industri mesin, alat-alat dan perlengkapan listrik Industri alat pengangkutan dan perbaikannya Industri barang lain yang belum digolongkan dimanapun Listrik, gas dan air bersih Bangunan Perdagangan Restoran dan hotel Angkutan kereta api Angkutan darat Angkutan air Angkutan udara Jasa penunjang angkutan Komunikasi Lembaga keuangan
9 10 11 12
27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27
Industri barang dari logam Industri mesin, alat-alat dan perlengkapan listrik Industri alat pengangkutan dan perbaikannya Industri barang lain yang belum digolongkan dimanapun Jasa-Jasa Jasa-Jasa Jasa-Jasa Jasa-Jasa Jasa-Jasa Jasa-Jasa Jasa-Jasa Jasa-Jasa Jasa-Jasa Jasa-Jasa Jasa-Jasa
Usaha bangunan dan jasa perusahaan
27
Jasa-Jasa
37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Agregasi 27 Sektor Ekonomi yang Diteliti Industri minuman Industri rokok Industri pemintalan Industri tekstil, pakaian dan kulit Industri bambu, kayu dan rotan Industri kertas, barang dari kertas dan karton Industri pupuk dan pestisida Industri kimia Pengilangan minyak bumi Industri barang karet dan plastik Industri barang-barang dari mineral bukan logam Industri semen Industri dasar besi dan baja Industri logam dasar bukan besi
223 Tabel 46.Lanjutan No.
Klasifikasi 66 Sektor
No.
63
Pemerintahan umum dan pertahanan Jasa sosial kemasyarakatan Jasa lainnya Kegiatan yang tak jelas batasannya
27
Agregasi 27 Sektor Ekonomi yang Diteliti Jasa-Jasa
27 27 27
Jasa-Jasa Jasa-Jasa Jasa-Jasa
64 65 66
5.2. Sistem Neraca Sosial Ekonomi Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) menyediakan informasi mengenai keadaan sosial-ekonomi makro, yang tidak hanya meliputi informasi Tabel I-O tetapi juga informasi mengenai distribusi pendapatan untuk semua faktor produksi, pendapatan rumahtangga, dan pola pengeluaran rumahtangga.
Dibandingkan
dengan Tabel I-O standar, sebuah Tabel SNSE tidak hanya mengidentifikasi struktur produksi tetapi juga bermanfaat dalam menjelaskan distribusi pendapatan, tenaga kerja dan akumulasi modal. Struktur umum SNSE ditampilkan pada Tabel 47. SNSE merupakan matriks bujursangkar dimana masing-masing traksaktor atau akun yang mempunyai baris dan kolom sendiri. Pembayaran (pengeluaran) ditampilkan dalam kolom dan penerimaan pada baris. Masing-masing akun harus seimbang, baris dan kolom yang berhubungan juga harus sama. Terdapat enam jenis akun dalam SNSE : (1) Aktivitas, (2) komoditas, (3) Faktor (tenaga kerja dan kapital), (4) institusi domestik (rumah tangga, perusahaan dan pemerintah), (5) kapital, (6) sisa. Akun aktivitas atau produksi digunakan untuk membeli bahan baku dan barang antara dan menyewa jasa-jasa faktor untuk memproduksi komoditi. Pengeluaran-pengeluarannya (kolom 1) termasuk dalamnya pembelian komoditas-
224 komoditas antara, Sisanya, secara definisi adalah nilai tambah, yang digunakan untuk membayar pada pemerintah sebagai pajak aktivitas (atau pajak nilai tambah). Nilai tambah selanjutnya didistribusikan pada faktor-faktor produksi dalam bentuk pembayaran upah dan sewa faktor-faktor tetap. Penerimaan (baris 1) dari aktivitas berasal dari penjualan pada pasar domestik, ekspor dan subsidi ekspor yang berasal dari pemerintah.
Pajak ekspor pada pemerintah dicatat sebagai suatu subsidi
ekspor negatif. Akun komoditas dapat dilihat sebagai suatu representasi pasar produk domestik.
Sebagai catatan, karena akun komoditas didefinisikan terpisah dari
aktivitas, maka tidak harus sama dengan definisi sektor. Akun komoditas (kolom 2) pembelian komoditas impor dan yang diproduksi secara domestik, termasuk di dalamnya jasa dari sektor perdagangan, pembayaran pajak tidak langsung, termasuk tarif yang dibebankan pada subsidi impor dan pada komoditas. Penerimaan akun ini (baris 2) diproses dari penjualan pada pasar domestik produkproduk antara pada aktivitas-aktivitas, produk akhir untuk konsumsi rumah tangga dan pemerintah dan barang-barang investasi pada akun kapital. Akun faktor termasuk akun tenaga kerja dan kapital. Mereka menerima pembayaran (baris 3) dari penjulan jasa mereka pada aktivitas daslam bentuk upah dan sewa serta pendapatan dari luar negeri seperti remitan dan pendapatan kapital. Pendapatan-pendapatan ini didistribusikan (kolom 3) pada rumah tangga sebagai pendapatan tenaga kerja dan keuntungan korporat dan nonkorporat, dan pada perusahaan sebagai keuntungan yang tidak didistribusikan setelah pajak-pajak dibayarkan pada pemerintah.
225
Tabel 47. Struktur Umum Sistem Neraca Sosial Ekonomi Pendapatan 1 Aktivitas
3-Faktor Tenaga Kerja
Permintaan antara
Pemerintah
Konsumsi pemerintah
5-Capital Account Impor Produksi
6 Sisa Dunia Ekspor
Investasi
7 Total
Produksi Permintaan Domestik
Pendapatan GNP pada faktor faktor dari biaya LN
Nilai tambah Tarif, pajak pajak
6-Sisa Dunia
5 Capital Account
Subsidi ekspor
Upah
Perusahaan
7-Total
Pengeluaran 4 Insitusi Rumah Perusahaan Tangga
Konsumsi rumah tangga
Sewa Kapital 4-Institusi Rumah Tangga
Pemerintah
3 Faktor Tenaga Kapital Kerja
Penjualan domestik
1-Aktivitas 2-Komoditas
2 Komoditas
Suplai domestik
Pendapatan Keuntungan Transfer antar tenaga kerja yang rumah tangga dibagikan Keuntungan Transfer yang tidak dibagikan Pajak,jamin Pajak an sosial keuntungan Tabungan rumah tangga Pembayara n faktor Factor Outlay Pengeluaran rumah tangga
Transfer
Transfer
Transfer dari Pendapatan RT LN
Transfer
Tabungan perusahaan Transfer ke luar negeri Pengeluaran perusahaan
Tabungan pemerintah
Pendapatan Perusahaan
Transfer kapital
Pendapatan pemerintah Total tabungan Impor
Pengeluaran pemerintah
Total Pendapatan Investasi nilai tukar
226 Institusi termasuk rumah tangga, perusahaan dan pemerintah, dengan rumah tangga biasanya dipecah dalam kelompok-kelompok sosial ekonomi yang berbeda. Pembedaan dibuat antara current account dan capital account. Pendapatan rumah tangga termasuk di dalamnya pendapatan faktor seperti telah dijelaskan sebelumnya dan berbagai transfer yang berasal dari rumah tangga lain, dari pemerintah, dari perusahaan (umumnya dari perusahaan asuransi) atau dari luar negeri. Remitan biasanya diperkenalkan di sini daripada akun tenaga kerja jika informasi tersedia dalam tingkat ini. Pengeluaran rumah tangga terdiri konsumsi dan pajak pendapatan, dengan sisa ditransfer sebagai tabungan pada akun kapital mereka. Perusahaan menerima keuntungan dan transfer serta dikeluarkan dalam bentuk pajak dan transfer. Sisanya ditabung dan masuk dalam akun kapital mereka. Akun pemerintah berbeda dari aktivitas administratif yang termasuk dalam akun aktivitas dimana membeli barang antara, membayar upah dan mengirim jasa administratif. Akun pemerintah ini membayar pengeluarkannya pada pembelian langsung jasa yang diberikan akun aktivitas. Akun lainnya adalah anggaran yang ditransfer ke rumah tangga dan perusahaan, dan tabungan sisa ditransfer pada akun kapital. Pada sisi pendapatan, pemerintah menerima pajak dan transfer dari luar negeri. Transaksi antara ekonomi domestik dengan sisa dunia dicatat dalam akun yang terakhir. Ekonomi menerima pendapatan dari sisa dunia sebagai pembayaran untuk ekspor dasn membayar untuk impor pada sisa dunia. Hal yang hampir sama, beberapa pembayaran faktor diterima dari luar negeri, memberikan pembayaran faktor pada sisa dunia, dan transfer pada dan dari luar negeri dibuat pada akun institusi. Defisit akun ini ditutup dari transfer bersih kapital luar negeri, yang tampak sebagai tabungan luar negeri. SNSE biasanya tidak mengandung akun aset.
227 Tabel 48. Pengelompokkan Sektor Ekonomi yang Diteliti dan Tabel Input-Output dan Sistem Neraca Sosial Ekonomi, Tahun 2005 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Sektor Ekonomi yang Diteliti Pertanian Pertambangan Industri pengolahan dan pengawetan makanan Industri minyak dan lemak Industri penggilingan padi Industri tepung, segala jenisnya Industri gula Industri makanan lainnya Industri minuman Industri rokok Industri pemintalan Industri tekstil, pakaian dan kulit Industri bambu, kayu dan rotan Industri kertas, barang dari kertas dan karton Industri pupuk dan pestisida Industri kimia Pengilangan minyak bumi Industri barang karet dan plastik Industri barang-barang dari mineral bukan logam Industri semen Industri dasar besi dan baja Industri logam dasar bukan besi Industri barang dari logam Industri mesin, alat-alat dan perlengkapan listrik Industri alat pengangkutan dan perbaikannya Industri barang lain yang belum digolongkan dimanapun Jasa-Jasa
I-O 2008 (66 Sektor)
SNSE 2005 (105 Sektor)
1-23 24-26 27
27-32 33-34 35
28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
38
38
39 40 41 42 43
39 39 33
44 45 46 47 48
39 38 38 38 38
49
38
50
38
51-66
40-51
39
Jika nilai tukar digunakan oleh ekonomi menghasilkan penurunan dalam cadangan, berikutnya harus diagregasi pada transfer bersih kapital luar negeri. Fakta bahwa defisit akun luar negeri tepat sama dengan defisit akun tabunganinvestasi merupakan suatu hasil standar penghitungan nasional. Dalam kerangka
228 kerja SNSE, secara matematika semua akun harus seimbang, kemudian juga harus seimbang. SNSE Indonesia tahun 2005 dikeluarkan dalam dua kelompok sektoral, yaitu versi 23 x 23 dan 102 x 102. Pengelompokkan sektor produksi pada SNSE berbeda dengan pengelompokkan pada Tabel I-O. Untuk menggabungkan data dari SNSE dan
Tabel
I-O
diperlukan
pengelompokkan
sektor
antara
keduanya.
Pengelompokkan sektor dalam penelitian, Tabel I-O 2008 dan SNSE 2005 disajikan pada Tabel 48.
5.3. Klasifikasi Rumah Tangga Pengelompokkan rumah tangga disesuaikan dengan kategori yang terdapat pada Tabel SNSE tahun 2005 yaitu sebanyak sepuluh kelompok rumah tangga. Pengelompokkan ini
dilakukan berdasarkan lokasi dan jenis pekerjaan.
Keseluruhan kelompok rumah tangga tersebut adalah tujuh kelompok rumah tangga di daerah perdesaan (rural) dan tiga kelompok rumah tangga di daerah perkotaan (urban) mengikuti pengelompokan pada model WAYANG (Wittwer, 1999). Adapun pembagian kelompok rumah tangga perdesaan berdasarkan klasifikasi tabel SNSE adalah: 1. Perdesaan 1 adalah buruh di sektor pertanian 2. Perdesaan 2 adalah petani pemilik lahan < 0.5 hektar 3. Perdesaan 3 adalah petani pemilik lahan antara 0.5 – 1.0 hektar 4. Perdesaan 4 adalah petani pemilik lahan > 1.0 hektar 5. Perdesaan 5 adalah rumah tangga yang berpendapatan rendah di sektor nonpertanian, yaitu rumah tangga di perdesaan non pertanian, pengusaha rendah,
229 tenaga kerja administrasi, pedagang, buruh di sektor transportasi, jasa dan lainnya 6. Perdesaan 6 adalah rumah tangga yang berpendapatan menengah di sektor nonpertanian di perdesaan 7. Perdesaan 7 adalah rumah tangga yang berpendapatan tinggi di sektor nonpertanian, meliputi pengusaha golongan kaya, manajer, tentara, profesional, teknisi, guru dan sebagainya. Sedangkan untuk 3 golongan
rumah tangga yang berada di perkotaan
berdasarkan klasifikasi tabel SNSE meliputi: 1. Perkotaan 1 adalah rumah tangga yang berpendapatan rendah yang meliputi pengusaha kelas rendah,
tenaga kerja administrasi, pedagang, pekerja
angkutan, jasa dan lain sebagainya 2. Perkotaan 2 adalah rumah tangga yang berpendapatan menengah di perkotaan 3. Perkotaan 3 adalah rumah tangga berpendapatan tinggi seperti pengusaha kelas tinggi, menajer, tentara, profesional, teknisi, guru dan lainnya.
5.4. Klasifikasi Tenaga Kerja Untuk sebuah model keseimbangan umum yang lebih lengkap, membutuhkan informasi mengenai pengeluaran tenaga kerja pada setiap sektor berdasarkan jenis pekerjaan. Klasifikasi tenaga kerja yang digunakan dalam membangun model CGE ini dibagi menjadi dua jenis pekerjaan, yaitu tenaga kerja terdidik (skill) dan tenaga kerja tidak terdidik (unskill). Data yang digunakan untuk mengetahui upah berdasarkan jenis pekerjaannya berasal dari data SNSE tahun 2005. Pengeluaran upah tenaga kerja berdasarkan jenis pekerjaan yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 49.
230
Tabel 49. Pembayaran Upah Tiap Sektor Berdasarkan Jenis Pekerjaan, Tahun 2008 (Milyar Rupiah) No
Sektor
1 Pertanian 2 Pertambangan Industri pengolahan dan 3 pengawetan makanan 4 Industri minyak dan lemak 5 Industri penggilingan padi 6 Industri tepung, segala jenisnya 7 Industri gula 8 Industri makanan lainnya 9 Industri minuman 10 Industri rokok 11 Industri pemintalan 12 Industri tekstil, pakaian dan kulit 13 Industri bambu, kayu dan rotan Industri kertas, barang dari kertas 14 dan karton 15 Industri pupuk dan pestisida 16 Industri kimia 17 Pengilangan minyak bumi 18 Industri barang karet dan plastik Industri barang-barang dari 19 mineral bukan logam 20 Industri semen 21 Industri dasar besi dan baja 22 Industri logam dasar bukan besi 23 Industri barang dari logam Industri mesin, alat-alat dan 24 perlengkapan listrik Industri alat pengangkutan dan 25 perbaikannya Industri barang lain yang belum 26 digolongkan dimanapun 27 Jasa-Jasa Total
Tenaga Kerja Tidak Terdidik 179 016.8 43 933.7
Tenaga Kerja Terdidik 5 706.4 39 565.4
Total
184 723.2 83 499.1
9 139.0 18 370.8 8 244.9 7 349.8 1 527.5 13 377.7 1 579.8 6 835.2 2 143.1 28 331.9 18 843.4
1 402.1 5 168.0 2 319.4 2 067.6 429.7 3 763.3 444.4 1 922.8 383.7 5 072.0 1 512.0
10 541.1 23 538.7 10 564.3 9 417.5 1 957.2 17 141.0 2 024.2 8 758.1 2 526.8 33 403.9 20 355.4
11 743.1 8 730.5 19 279.8 44 589.1 15 573.2
4 009.2 3 263.7 7 207.3 16 668.5 5 821.7
15 752.3 11 994.2 26 487.0 61 257.6 21 394.9
6 327.2 3 004.2 1 620.1 3 704.5 28 838.0
2 365.3 1 123.0 605.6 1 384.8 10 780.4
8 692.5 4 127.2 2 225.7 5 089.3 39 618.4
28 023.5
10 475.9
38 499.4
24 745.3
9 250.4
33 995.7
2 727.2 253 779.2 791 378.6
1 019.5 671 139.6 814 871.6
3 746.7 924 918.8 1 606 250.3
Sumber : Badan Pusat Statistik, (Diolah dari Tabel I-O, 2008 dan SAM, 2005)
231 5.5. Pendapatan atas Lahan dan Modal Data lain yang diperlukan di dalam membangun model CGE adalah pendapatan atas lahan dan modal per sektor. Data ini tidak tersedia pada Tabel I-O, melainkan terdapat pada matriks di dalam Tabel SNSE. Pada tabel tersebut, faktor produksi dibagi secara lebih terperinci, diantaranya adalah tenaga kerja, lahan, perumahan, dan modal lainnya di daerah pedesaaan dan modal-modal lainnya di perkotaan, modal swasta, modal pemerintah dan modal asing. Untuk memperoleh data pendapatan lahan dan modal ini diperlukan pemetaan pengelompokan sektor yang terdapat pada Tabel SNSE dengan sektor yang ada di dalam Tabel I-O. Setelah proporsi pendapatan lahan dan kapital diperoleh, nilainya dikalikan dengan nilai total surplus usaha (sektor 202 pada Tabel I-O) dan depresiasi (sektor 203 pada Tabel I-O). Nilai pembayaran faktor produksi lahan dan kapital pada tahun 2008 disajikan pada Tabel 50.
5.6. Elastisitas dan Parameter Lain Selain data-data dasar yang telah dikemukakan sebelumnya, model keseimbangan umum juga membutuhkan informasi elastisitas dan beberapa parameter behavioural lainnya. Parameter elastisitas yang digunakan dalam model ini terdiri dari elastisitas Armington, elastisitas permintaan ekspor, elastisitas substitusi input primer, elastisitas substitusi tenaga kerja, elastisitas pengeluaran, dan elastisitas upah. 5.6.1. Elastisitas Armington Armington mengembangkan teori mengenai permintaan barang dalam aktivitas perdagangan internasional. Dalam teorinya, Armington memperkenalkan asumsi bahwa produk yang diperdagangkan secara internasional dibedakan
232 berdasarkan lokasi produksinya (differentiation of product). Artinya, dalam suatu negara setiap industri hanya menghasilkan satu produk dan produk ini berbeda dari produk industri yang sama dari negara lain.
Tabel 50. Pendapatan Lahan dan Modal Tahun 2008 (Milyar Rupiah) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Sektor Pertanian Pertambangan Industri pengolahan dan pengawetan makanan Industri minyak dan lemak Industri penggilingan padi Industri tepung, segala jenisnya Industri gula Industri makanan lainnya Industri minuman Industri rokok Industri pemintalan Industri tekstil, pakaian dan kulit Industri bambu, kayu dan rotan Industri kertas, barang dari kertas dan karton Industri pupuk dan pestisida Industri kimia Pengilangan minyak bumi Industri barang karet dan plastik Industri barang-barang dari mineral bukan logam Industri semen Industri dasar besi dan baja Industri logam dasar bukan besi Industri barang dari logam Industri mesin, alat-alat dan perlengkapan listrik Industri alat pengangkutan dan perbaikannya Industri barang lain yang belum digolongkan dimanapun Jasa-Jasa Total
Lahan
Modal Tetap
Modal Variabel
315 079 0
0 367 052
0 100 189
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 346 38 510 24 034 10 602 1 770 31 607 1 384 9 662 4 319 27 819 42 868
16 249 5 434 18 000 9 390 1 941 5 590 1 459 10 569 4 673 36 578 8 342
0 0 0 0 0
31 107 10 873 20 762 134 501 17 630
5 216 8 399 30 016 137 666 20 169
0 0 0 0 0
6 842 4 686 5 555 4 686 31 876
8 359 5 034 5 231 5 776 36 198
0
42 341
50 071
0
34 587
31 768
0 0 315 079
2 689 1 187 451 2 107 557
2 639 291 242 856 197
Sumber : Badan Pusat Statistik, (diolah dari Tabel I-O, 2008 dan SAM, 2005)
233 Dari sisi konsumen, produk suatu industri yang berasal dari berbagai negara merupakan sekelompok barang yang dapat saling bersubstitusi (Lloyd dan Zhang, 2005). Tingkat substitusi diantara barang yang dihasilkan oleh industri domestik dan industri di negara lain bersifat tidak sempurna (imperfect of substitution) (Kapuscinski dan Warr, 1999). Derajat substitusi diantara kedua barang tersebut selanjutnya dikenal secara luas sebagai elastisitas substitusi Armington atau disingkat elastisitas Armington. Elastisitas Armington pada model CGE mendefinisikan data permintaan barang-barang domestik dan barang-barang impor. Untuk keperluan membangun model CGE ini, elastisitas Armington seluruhnya mengadaptasi data pada model GTAP (Global Trade Analysis Project) dengan melakukan penyesuaian klasifikasi sektor dan industri 27 sektor. Seluruh data elastisitas Armington yang digunakan pada pembangunan model CGE ditunjukkan pada Tabel 51. 5.6.2. Elastisitas Permintaan Ekspor Elastisitas permintaan ekspor menunjukkan respon permintaan komoditas ekspor terhadap perubahan harganya di pasar dunia. Berdasarkan konsep ini, permintaan ekspor (yang dinyatakan dalam ton) pada studi ini dianggap sebagai fungsi dari harga ekspor (dalam US$ per ton) tanpa memperhatikan variabelvariabel lainnya yang kemungkinan juga berpengaruh terhadap permintaan ekspor berbagai produk seperti tingkat pendapatan masyarakat di negara partner dagang utama Indonesia. Pada model CGE ini, nilai-nilai elastisitas permintaan ekspor untuk 27 sektor mengadaptasi data pada database pada GTAP (Global Trade Analysis Project). Karena adanya perbedaan klasifikasi sektor, maka dilakukan penyesuaian klasifikasi sektor dan industri menjadi 27 sektor.
234 Tabel 51. Nilai Elastisitas Armington, Permintaan Ekspor, Substitusi Input Primer, dan Substitusi Tenaga Kerja pada Masing-Masing Komoditi No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
27
Sektor
Pertanian Pertambangan Industri pengolahan dan pengawetan makanan Industri minyak dan lemak Industri penggilingan padi Industri tepung, segala jenisnya Industri gula Industri makanan lainnya Industri minuman Industri rokok Industri pemintalan Industri tekstil, pakaian dan kulit Industri bambu, kayu dan rotan Industri kertas, barang dari kertas dan karton Industri pupuk dan pestisida Industri kimia Pengilangan minyak bumi Industri barang karet dan plastik Industri barang-barang dari mineral bukan logam Industri semen Industri dasar besi dan baja Industri logam dasar bukan besi Industri barang dari logam Industri mesin, alat-alat dan perlengkapan listrik Industri alat pengangkutan dan perbaikannya Industri barang lain yang belum digolongkan dimanapun Jasa-Jasa
Sumber: GTAP Database
Elastisitas Armington
Elastisitas Ekspor
2.61 7.30
-4.56 -3.88
3.96 3.30 3.96
-8.89 -5.76 -5.76
3.96 3.96 3.96
-7.7 -8.89 -8.89
3.96 2.00 3.80
-8.89 -3.86 -7.26
3.80
-7.26
3.40
-6.01
3.00 3.30 2.00 11.20
-5.5 -6.49 -7.42 -2.57
3.30
-7.42
2.00 3.80 3.80
-7.42 -7.42 -7.42
3.80 3.80
-7.42 -7.42
4.10
-8.53
4.30
-8.53
3.80 3.25
-7.42 -2.77
Elastisitas Substitusi Input Primer 0.5 0.5 0.5
Elasitisitas Substitusi Tenaga Kerja 0.50 0.44 0.44
0.5 0.5 0.5
0.44 0.44 0.44
0.5 0.5 0.5
0.44 0.44 0.44
0.5 0.5 0.5
0.44 0.44 0.44
0.5
0.44
0.5
0.44
0.5 0.5 0.5 0.5
0.44 0.44 0.44 0.44
0.5
0.44
0.5 0.5 0.5
0.44 0.44 0.44
0.5 0.5
0.44 0.44
0.5
0.44
0.5
0.44
0.5
0.39
235 5.6.3. Elastisitas Substitusi Faktor Primer Faktor primer pada model CGE ini terdiri atas tanah, tenaga kerja dan modal. Penggunaan ketiga faktor ini dalam proses produksi diasumsikan mengikuti fungsi produksi CES. Dengan fungsi produksi ini, antara satu faktor dan faktor lainnya saling bersubstitusi dengan koefisien elastisitas substitusi yang konstan dan nilainya sama untuk seluruh pasangan faktor. Besarnya nilai elastisitas ini akan menentukan responsivitas penggunaan input pada setiap sektor apabila terjadi perubahan biaya relatif suatu faktor terhadap faktor lainnya. Pada sebagian besar studi, koefisien elastisitas faktor primer difokuskan pada dua input yaitu tenaga kerja dan stok modal. Hal ini disebabkan oleh dominannya kedua input tersebut dalam proses produksi pada hampir seluruh aktivitas ekonomi. Penggunaan faktor produksi lahan hanya dominan pada aktivitas produksi pertanian. Pada studi ini, elastisitas input primer juga difokuskan pada input tenaga kerja dan stok modal. Untuk mengestimasi koefisien elastisitas kedua input ini diperlukan data tenaga kerja beserta tingkat upah dan data stok modal beserta sewa modal yang terperinci per komoditas. Keterbatasan ketersediaan data seperti ini menjadi kendala dalam melakukan estimasi elastisitas substitusi input primer di Indonesia. Dengan pola pertanian yang tidak terspesialisasi, sangat sulit memisahkan tenaga kerja per komoditi atau kelompok komoditi. Pada satu tahun tertentu seorang petani dapat bekerja dalam menghasilkan lebih dari satu jenis komoditi pertanian. Kesulitan yang sama juga ditemukan untuk data stok kapital tetap beserta nilai sewanya. Hal ini mengingat aktivitas pertanian umumnya dilakukan dalam skala kecil. Selanjutnya pada CGE ini, nilai-nilai elastisitas substitusi faktor primer menggunakan data pada model GTAP. Penyesuaian klasifikasi komoditi dan
236 industri menjadi 27 sektor dilakukan untuk menyesuaikan dengan data dasar Tabel Input Output 2008 dan SNSE tahun 2005. Seluruh informasi elastisitas substitusi faktor primer yang digunakan pada model CGE ditunjukkan pada Tabel 51. 5.6.4. Elastisitas Tenaga Kerja Tenaga kerja dalam penelitian ini, seperti telah dikemukakan sebelumnya, diklasifikasikan atas tenaga kerja skill dan unskill. Kedua jenis tenaga kerja ini diasumsikan dapat saling bersubstitusi dalam proses produksi mengikuti fungsi CES. Derajat substitusi diantara kedua jenis tenaga kerja ini disebut sebagai elatisitas substitusi tenaga kerja. Hasil estimasi koefisien elastisitas ini untuk perekonomian Indonesia cukup sulit untuk ditemukan. Sebagian besar studi yang membangun atau menerapkan model CGE di Indonesia mengadopsinya dari studistudi sebelumnya untuk negara lain. Pada konstruksi data dasar model INDOF misalnya, Oktaviani (2001) menggunakan angka 0.5 untuk seluruh sektor penelitiaannya yang juga dipakai pada penelitian ini. Angka ini diperoleh dari studi Horridge et al. (1993) untuk model CGE perekonomian Australia. Angka yang sama juga telah digunakan oleh Buetre (1996) untuk model perekonomian Filipina.
5.6.5. Elastisitas Pengeluaran Elastisitas pengeluaran menunjukkan respon pengeluaran rumah tangga terhadap konsumsi berbagai jenis komoditi atas perubahan tingkat pendapatannya. Secara teoritis pola hubungan antara tingkat pendapatan dan pengeluaran konsumsi rumah tangga dipresentasikan oleh Hukum Engel yang menyatakan bahwa peningkatan pendapatan rumah tangga akan diikuti oleh peningkatan pengeluaran konsumsi. Namun proporsi pengeluaran konsumsi untuk produk pangan cenderung menurun, sementara proporsi pengeluaran untuk konsumsi produk non-pangan
237 cenderung
meningkat
seiring
dengan
meningkatnya
pendapatan
rumah
tangga.Berdasarkan konsep ini, rumah tangga yang tingkat penghasilannya relatif rendah pola konsumsinya akan dicirikan oleh proporsi pengeluaran untuk produk pangan yang lebih besar sehingga permintaan pangan pada kelompok rumah tangga ini akan bersifat relatif elastis. Sebaliknya, pada kelompok rumah tangga yang berpenghasilan lebih tinggi, justru permintaan produk non pangan yang akan bersifat relatif lebih elastis. Estimasi koefisien elastisitas pengeluaran rumah tangga secara terperinci untuk keseluruhan kelompok rumah tangga terhadap berbagai jenis komoditas yang dikonsumsi, membutuhkan data dan informasi yang sangat banyak dan waktu yang cukup lama. Atas dasar pertimbangan tersebut, maka pada penelitian ini tidak dilakukan pengestimasian koefisien elastisitas pengeluaran rumah tangga. Untuk memenuhi keperluan penyusunan data dasar model CGE, koefisien elastisitas pengeluaran diambil dari data Susenas. Besarnya koefisien elastisitas pengeluaran menurut kelompok rumah tangga untuk keseluruhan komoditas yang diteliti, ditunjukkan pada Tabel 52. 5.6.6. Parameter Lainnya Selain data untuk mengestimasi koefisien elastisitas, juga diperlukan data untuk mengukur beberapa parameter lainnya. Parameter-parameter tersebut terdiri parameter investasi, rasio antara kapital dan investasi, tingkat depresiasi faktor, tingkat pengembalian modal bersih, dan trend tenaga kerja. Seluruh parameter mengikuti besaran nilai yang digunakan di dalam model INDOF (Oktaviani, 2001). 1. Parameter Investasi Parameter investasi (BETA_Ri) menunjukkan hubungan antara tingkat pengembalian modal dan modal di tiap industri. Dalam penelitian ini, parameter
238 investasi yang digunakan adalah 5, mengikuti parameter investasi yang terdapat pada model ORANI-F (Horridge et al., 1993).
Tabel 52. Elastisitas Pengeluaran Berdasarkan Kelompok Rumah Tangga N o
Sektor
Rur 1
Rur 2
Rur 3
Rur 4
Rur 5
Rur 6
Rur 7
Urb 1
Urb 2
Urb 3
1
Pertanian
1.57
1.68
1.71
1.69
1.60
1.62
1.70
1.51
1.49
1.48
2
Pertambangan
0.81
0.89
0.90
0.89
0.83
0.84
0.90
1.41
1.38
1.37
3
IndOlahMkn
4.83
5.25
5.46
5.32
4.97
5.04
5.39
8.68
8.47
8.40
4
IndMinyLemak
0.69
0.75
0.78
0.76
0.71
0.72
0.77
1.24
1.21
1.20
5
IndGilPadi
0.86
0.86
0.86
0.86
0.86
0.86
0.86
0.86
0.86
0.86
6
IndTepung
0.86
0.86
0.86
0.86
0.86
0.86
0.86
0.86
0.86
0.86
7
IndGula
0.86
0.94
0.96
0.95
0.88
0.90
0.96
0.69
0.68
0.67
8
IndMknLain
0.69
0.75
0.78
0.76
0.71
0.72
0.77
1.24
1.21
1.20
9
IndMinuman
0.86
0.94
0.96
0.95
0.88
0.90
0.96
0.69
0.68
0.67
10
IndRokok
0.86
0.94
0.96
0.95
0.88
0.90
0.96
0.69
0.68
0.67
11
IndPintal
2.22
2.42
2.50
2.46
2.28
2.32
2.48
1.66
1.62
1.60
12
IndTekstil
2.22
2.42
2.50
2.46
2.28
2.32
2.48
1.66
1.62
1.60
13
IndKayuRotan
0.66
0.73
0.75
0.74
0.69
0.69
0.74
0.66
0.64
0.63
14
IndKertas
0.66
0.73
0.75
0.74
0.69
0.69
0.74
0.66
0.64
0.63
15
IndPupPest
0.66
0.73
0.75
0.74
0.69
0.69
0.74
0.66
0.64
0.63
16
IndKimia
0.66
0.73
0.75
0.74
0.69
0.69
0.74
0.66
0.64
0.63
17
KilangMinyak
0.54
0.59
0.60
0.59
0.55
0.56
0.60
0.94
0.92
0.91
18
IndKrtPlstk
0.66
0.73
0.75
0.74
0.69
0.69
0.74
0.66
0.64
0.63
19
IndMinNonLgm
0.66
0.73
0.75
0.74
0.69
0.69
0.74
0.66
0.64
0.63
20
IndSemen
0.66
0.73
0.75
0.74
0.69
0.69
0.74
0.66
0.64
0.63
21
IndBesiBaja
0.66
0.73
0.75
0.74
0.69
0.69
0.74
0.66
0.64
0.63
22
IndLgmNBesi
0.66
0.73
0.75
0.74
0.69
0.69
0.74
0.66
0.64
0.63
23
IndBrngLogam
1.32
1.46
1.50
1.48
1.38
1.38
1.48
1.32
1.28
1.26
24
IndMesinAlat
0.66
0.73
0.75
0.74
0.69
0.69
0.74
0.66
0.64
0.63
25
IndAltAngkut
0.66
0.73
0.75
0.74
0.69
0.69
0.74
0.66
0.64
0.63
26
IndLain
1.98
2.19
2.25
2.22
2.07
2.07
2.22
1.98
1.92
1.89
27
JasaJasa
1.28
1.40
1.44
1.42
1.32
1.34
1.43
1.50
1.47
1.46
Keterangan : Rur = Rural Urb = Urban Sumber: Susenas, 2005 2. Tingkat Depresiasi Faktor dan Nilai Depresiasi Tingkat depresiasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 persen. Nilai tesebut mengikuti nilai yang terdapat pada model ORANI-F (Horridge et
239 al., 1993). Besaran nilai untuk depresiasi faktor sebesar 0.9 (diperoleh dari 1 dikurangi tingkat depresiasi). Nilai yang sama juga digunakan oleh Buetre (1996) pada model Philipina. 3. Rasio Investasi Modal Rasio investasi modal yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 0.1375. Nilai ini diperoleh dari beberapa alternatif nilai rasio investasi modal yang digunakan dalam memperbaharui data dasar tahun 1995-2000 (Susanti, 2002). Dengan menggunakan angka 0.1375, persentase GDP riil dan investasi hampir sama dengan perubahan aktualnya. 4. Stok Kapital pada Setiap Industri Stok kapital awal pada setiap industri dibutuhkan untuk menggambarkan keseimbangan awal perekonomian. Dalam model keseimbangan umum data stok kapital awal digunakan untuk menentukan nilai tingkat pertumbuhan (growth rate), tingkat pengembalian kotor (gross rate of return) dan stok kapital pada periode yang akan datang di setiap industri. Namun demikian, data stok kapital awal di setiap industri tidak tersedia pada Tabel I-O sehingga nilai tersebut diperoleh dengan cara mengikuti perhitungan yang digunakan dalam penelitian terdahulu. Secara umum terdapat tiga alternatif yang dapat digunakan untuk menghitung nilai stok kapital awal (Oktaviani, 2000). Ketiga cara perhitungan tersebut disajikan pada Gambar 30. Baris pertama pada Gambar 30 menunjukkan bahwa nilai stok kapital dapat dihitung berdasarkan nilai tingkat depresiasi dan nilai depresiasi pada setiap industri. Rumus untuk menghitung stok kapital awal adalah :
240
Nilai Depresiasi
Rasio InvestasiKapital
Tingkat Depresiasi
&
&
Investasi
Nilai Stok Kapital
Tingkat Depresiasi, Investasi
Tingkat Pertumbuhan
Nilai Stok Kapital Periode yang Akan Datang
Tingkat Pengembalian Kotor (Gross Rate of Return)
&
Nilai Kapital Tingkat Depresiasi Investasi
Keterangan : Data is Prespecified
Data tersedia, kecuali yang berhuruf tebal
Data dihitung
Sumber : Oktaviani (2000) Gambar 30. Perhitungan Nilai Stok Kapital
V0CAPi = VDEPi/(1-DEPi) ......................................................................(5.1) dimana V0CAPi = Nilai stok kapital awal VDEPi = Nilai depresiasi 1-DEPi = Tingkat depresiasi Baris kedua pada Gambar 30 menunjukkan cara perhitungan stok kapital awal berdasarkan nilai rasio investasi kapital dan data investasi. Melalui cara ini nilai kapital stok awal dapat diperoleh dengan mengikuti rumus : V0CAPi = V2TOTi/R_Ti ..........................................................................(5.2) dimana
241 V0CAPi = Nilai stok kapital awal V2TOTi = Nilai investasi pada setiap industri R_Ti = Rasio investasi kapital pada setiap industri Dari persamaan 5.1 dan 5.2, persamaan yang paling mungkin untuk diterapkan pada kasus Indonesia adalah persamaan 5.2 dimana persamaan ini diasumsikan bahwa nilai rasio investasi kapital pada setiap industri sama (Oktaviani, 2000).
Persamaan 5.1 tidak digunakan dalam penelitian ini,
walaupun data depresiasi pada setiap industri tersedia pada Tabel IO karena hasil yang diperoleh dari persamaan 5.1 terutama pada nilai pertumbuhan kapital tidak realistis. 5. Tingkat Pengembalian Kotor Perhitungan tingkat pengembalian kotor , termasuk risiko, pada setiap industri dalam penelitian ini mengikuti cara perhitungan yang telah dilakukan oleh Oktaviani (2000) dalam model INDOF. Rumus yang digunakan adalah : GROSSRRi = V1CAPi/V2TOTi*(X1GROWIi-DEPi) ............................(5.3) dimana GROSSRRi = Tingkat pengembalian kotor, termasuk risiko pada industri i V1CAPi = Sewa kapital pada industri i V2TOTi = Total kapital yang dihasilkan setiap industri i X1GROWIi = Pertumbuhan kapital pada setiap industri i DEPi = Depresiasi faktor pada industri i Nilai X1GROWIi dan V0CAPFi dihitung berdasarkan rumus : X1GROWIi = V0CAPFi/VOCAPi ...........................................................(5.4) V0CAPFi = DEPi*V0CAPi+V2TOTi .....................................................(5.5) 6. Trend Investment/Kapital dan Maximum/Trend/Investment/Kapital Ratio Mengingat data investment/kapital tidak tersedia di Indonesia, maka dalam penelitian ini nilai yang digunakan untuk kedua parameter tersebut mengikuti nilai yang terdapat dalam model ORANIGRD pada perekonomian Australia.
242 Nilai trend investment yang digunakan dalam model ORANIGRD adalah 0.08 dan nilai maximum/trend investment capital ratio adalah 4.00. 7. Elastisitas Investasi Secara teoritis suatu fungsi investasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah suku bunga, risiko usaha, infrastruktur, kebijakan pemerintah, kepastian hukum dan faktor-faktor non ekonomi lainnya. Akan tetapi di Indonesia belum ada penelitian mengenai seberapa besar pengaruh dari ketiga faktor tersebut terhadap investasi, sekaligus besaran elastisitasnya. Nilai elastisitas investasi dalam penelitian ini mengikuti penghitungan nilai elastisitas investasi yang dilakukan oleh Ratnawati et al. (2004) dengan membangun model investasi sebagai fungsi dari suku bunga dalam bentuk model double-log. Nilai elastisitas investasi terhadap suku bunga yang dihasilkan dari perhitungan tersebut adalah –8.63. Dari model tersebut terlihat bahwa suku bunga berpengaruh pada taraf nyata 7 persen, meskipun nilai R kuadrat yang dihasilkan hanya sebesar 9.4 persen. Kecilnya nilai R kuadrat tersebut disebabkan oleh fluktuasi nilai investasi yang besar sementara fluktuasi suku bunga kecil bahkan cenderung konstan. Di samping itu, variasi investasi tidak hanya ditentukan oleh suku bunga tetapi juga dipengaruhi oleh variasi faktor-faktor lainnya.
5.7. Prosedur Membangun Database CGE Pada penelitian ini, prosedur yang digunakan untuk membangun data dasar pada model keseimbangan umum CGE INDUSTRINDO sebagian besar mengikuti prosedur yang telah dilakukan oleh Oktaviani (2000). Langkah-langkah dalam memperbaharui data dasar model keseimbangan umum (CGE) terbagi menjadi lima
243 tahapan, yaitu membangun raw data, membuat file har, membuat file tablo, agregasi data dan membangun command file. 5.7.1. Membangun Data Dasar Pada tahap ini dibuat terlebih dahulu file .xls file yang kemudian dikonversi menjadi file .csv sebagai raw data model keseimbangan umum. Dalam file .csv, ukuran matrik, jenis matriks, file header dan nama lengkap dari masing-masing file tersebut harus dibuat secara lengkap dan jelas. Langkah-langkah untuk membuat file .csv adalah sebagai berikut: 1.
Tabel IO Indonesia versi terbaru (tahun 2008), yaitu tabel transaksi total dan domestik. Untuk memperoleh tabel transaksi impor dilakukan dengan cara mengurangkan tabel transaksi total dengan tabel transaksi domestik. Selanjutnya ketiga tabel yang dihitung berdasarkan harga di tingkat produsen dan disimpan pada file excel (xls).
2.
Menghapus baris jumlah input antara dan nilai tambah kotor yang terdapat pada ketiga tabel di atas. Dihapuskannya baris ini adalah untuk menghilangkan masalah perhitungan ganda pada nilai input.
3.
Menghapus nilai total permintaan antara, total permintaan akhir, total permintaan, total impor, margin perdagangan besar, margin perdagangan kecil, biaya transportasi dan margin perdagangan total dan biaya trasportasi total pada kolom yang terdapat pada Tabel I-O (tabel total, domestik dan impor). Dihapuskannya nilai yang terdapat pada matrik permintaan adalah untuk menghilangkan masalah perhitungan ganda. Sedangkan dihapuskannya nilai matrik margin dikarenakan nilai-nilai yang terdapat pada matrik tersebut bernilai nol.
244 4.
Mengkonversi semua matrik tersebut (total, domestik dan impor) ke dalam file .csv agar bias dibaca oleh program MODHAR. File-file tersebut kemudian diberi nama: a. 08t.csv untuk matrik total b. 08d.csv untuk matrik domestik c. 08m.csv untuk matrik impor
5.
Membuat mapping antara sektor yang terdapat pada Tabel I-O dengan Sistem Neraca Sosial Ekonomi Indonesia (SNSE) versi terbaru.
File tersebut
kemudian disimpan dalam txt file dan diberi nama iosmmap.txt 6.
Dengan menggunakan data yang terdapat pada SNSE, tenaga kerja diagregasi tenaga kerja ke dalam 4 jenis pekerjaaan, yaitu tenaga kerja tidak terdidik yang meliputi petani dan operator serta tenaga kerja terdidik yang meliputi administrator dan professional.
7.
Mendisagregasi rumah tangga berdasarkan kelompok pendapatan yang terdapat pada matrik SNSE.
8.
Menghitung pangsa konsumsi rumah tangga berdasarkan data SNSE. File tersebut diberi nama hhsh.csv.
9.
Menghitung pangsa kapital industri pertanian berdasarkan data SNSE. File ini diberi nama cash.csv.
10. Menghitung pangsa lahan pada industri pertanian berdasarkan data SNSE. File ini kemudian diberi nama lnsh.csv. 11. Menghitung pangsa kapital variabel pada industri non pertanian. File ini kemudian diberi nama vcsh.scv. Pangsa kapital variabel dan kapital tetap diperoleh dari data dasar WAYANG terdahulu yang kemudian disesuaikan dengan agregasi industri yang terdapat pada penelitian ini.
245 12. Berdasarkan langkah 11, dihitung pangsa kapital tetap. Kemudian file tersebut diberi nama fcsh.scv. 13. Menghitung pangsa tenaga kerja terdidik (skilled labour) berdasarkan industri yang terdapat dalam penelitian. Pangsa ini dihitung berdasarkan data yang terdapat pada SNSE yang kemudian dipetakan dengan sektor yang terdapat dalam Tabel I-O. File ini diberi nama slsh.scv. 14. Menghitung pangsa tenaga kerja tidak terdidik. File ini disimpan dengan nama ulsh.scv. Proses perhitungkan langkah ke-14 ini sama dengan proses perhitungan pada langkah ke-13. 15. Dengan menggunakan data yang terdapat pada SNSE dilakukan perhitungan pangsa kapital berdasarkan kelompok rumah tangga. File ini disimpan dengan nama hcsh.csv. 16. Menghitung pangsa lahan berdasarkan kelompok rumah tangga. Pangsa ini dihitung berdasarkan data SNSE. File ini disimpan dengan nama hlns.csv. 17. Menghitung transaksi antara pemerintah dengan rumah tangga berdasarkan data SNSE, yang kemudian disimpan dengan nama hhgo.csv. 18. Menghitung pangsa tenaga kerja berdasarkan kelompok rumah tangga berdasarkan data SNSE. File ini disimpan dengan nama hlbs.csv. 19. Menghitung nilai elastisitas pengeluaran pada setiap komoditi berdasarkan kelompok rumah tangga. Nilai-nilai tersebut diperoleh dari data dasar WAYANG sebelumnya yang kemudian disesuaikan dengan sektor yang terdapat dalam penelitian ini. File ini kemudian disimpan dengan nama expn.scv.
246 5.7.2. Membuat File Har Data yang telah disiapkan pada langkah pertama di atas selanjutnya dikonversi ke dalam bentuk HAR. Proses ini dilakukan dengan menggunakan program MODHAR. File .har tersebut merupakan matrik-matrik dasar pada model kesimbangan umum Indonesia. Selain data di atas, file lain yang dibutuhkan untuk membuat file .har adalah : 1. File Modraw.inp sebagai input statement ketika me-run program MODHAR. File ini terdiri dari file header array yang dibuat dari semua file .csv di atas. 2. File Dgscale.inp sebagai input statement untuk membagi nilai-nilai yang terdapat pada data input statement dengan angka 1000. File ini digunakan sebagai input statement pada program DAGG. 3. Rawdata .bat sebagai file bat untuk me-run program MODHAR dan program DAGG dalam “batch” mode. File ini merupakan statement untuk me-run program MODHAR dan DAGG. Semua proses di atas akan menghasilkan use08.har dan use08s.har (use 08.har dibagi 1000). File 08.har dan 08s.har terdiri dari semua file header array yang dibutuhkan untuk membangun matrik
header array pada model
keseimbangan umum Indonesia. File tersebut mengandung matrik total, domestik, impor, matrik tenaga kerja, rumah tangga dan matrik yang memetakan sektor yang terdapat pada Tabel I-O dengan SNSE. Adapun langkah-langkah untuk membangun data dasar pada tahap I model keseimbangan umum CGE secara ringkas disajikan pada Gambar 31.
247
08m.csv
08t.csv
08d.csv
Rawlab.csv
Other csv files
Rawhh.csv
MODHAR EXE
MODRAW.INP
Iosmmap.txt
MODRAW. LOG
USE08.HAR
DGSCALE.INP
DAGG.EXE
DGSCALE. LOG
USE08S.HAR
Keterangan: Header Array File
Gambar 31.
Program
Text File
Tahap I dalam Membangun Data Dasar Model Keseimbangan Umum Indonesia
248 5.7.3. Membuat File Tablo Tahap berikutnya (tahap III) adalah membuat file Tablo agar data yang telah dihasilkan pada tahap I dan II di atas dapat digunakan dalam model. File Tablo tersebut diberi nama INDUSTRINDO.tab. Dengan menggunakan file batch: doconv.bat, file Tablo tersebut dikonversi ke dalam file .axs dan .axt. Tahap III ini akan menghasilkan file way08.har, supp05.har dan sum08.har. Adapun diagram alur untuk membangun data dasar pada tahap II kemudian III ini disajikan pada Gambar 32. 5.7.4. Agregasi Data Dasar Langkah selanjutnya adalah mengagregasi data dasar sesuai dengan keperluan penelitian. Aggregasi dimulai dari file way 08.har dan supp08.har, yang selanjutnya bersama-sama dengan file dagmap.txt dan modsup.inp diolah dengan menggunakan program MODHAR. Langkah ini akan menghasilkan file daggsupp.har. Selanjutnya dibuat file dgcom08.inp, dgind08.inp dan dgmar08.inp, kemudian semua file tersebut (termasuk file daggsupp.har) di-run dengan menggunakan program DAGG. Pada Tahap IV ini dihasilkan file wayf08.har yang merupakan file yang digunakan pada analisis selanjutnya. Diagram alur tahap IV ini disajikan pada Gambar 33. 5.7.5. Pengujian Keseimbangan Data Dasar Sampai pada tahap kedua konstruksi data dasar model CGE (lihat bab Metodologi), telah dihasilkan tiga file har yaitu way27.har, supp27.har dan sum27.har. Pada file way27.har telah menggunakan 27 sektor sesuai dengan kebutuhan penelitian. Namun sebelum proses selanjutnya, dilakukan terlebih dahulu pengecekan database yang dihasilkan dari tahap kedua tersebut apakah telah memenuhi persyaratan keseimbangan umum.
249
INDUSTRINDO. TAB
INDUSTRINDO .STI
TABLO. EXE
INDUSTRINDO.FOR
USE08S.HAR
INDUSTRINDO. LOG
INDUSTRINDO.AXS INDUSTRINDO.AXT
INDUSTRINDO .INP INDUSTRINDO .DIS
\GP51\LTG. BAT
INDUSTRI NDO.EXE
WAY27. HAR
SUPP27. HAR
SUM27. HAR
Keterangan: Header Array File
Program
Text File
Gambar 32. Tahap II dan III dalam Membangun Data Dasar Model Keseimbangan Umum (CGE)
250
WAY05.HAR
SUPP05.HAR
DAGMAP.TX T
MODSU PP. INP
MODHAR.EXE
DGCOM05.INP
DAGG. EXE
TEM1.HAR
DGIND05.INP
DAGSUPP.HAR
DAGG. EXE TEM2.HAR
DGMAR05.INP
DAGG. EXE
WAY05.HAR
Keterangan: Header Array File
Gambar 33.
Program
Text File
Tahap IV dalam Membangun Data Dasar Model Keseimbangan Umum (CGE)
Keseimbangan pada tingkat sektor ditunjukkan oleh kesamaan total nilai input dan total penjualan pada masing-masing industri (Dixon et.al., 1991), sementara pada tingkat agregat keseimbangan ditunjukkan oleh kesamaan nilai PDB dari sisi pengeluaran dan sisi pendapatan. Mengacu pada konsep keseimbangan, suatu database disebut seimbang jika: (1) PDB agregat sisi
251 pengeluaran sama dengan PDB sisi pendapatan, dan (2) total biaya sama dengan total nilai penjualan sehingga keuntungan setiap sektor atau industri menjadi nol (Warr, 1998). Tabel 53. Nilai PDB Indonesia dari Sisi Pengeluaran dan Sisi Pendapatan, Tahun 2008 (Milyar Rupiah) No 1 2 3 4 5 6
Pengeluaran Konsumsi Investasi Pengeluaran Pemerintah Perubahan Stok Ekspor Impor Total
Nilai 3 195 804.50 1 405 455.25 416 866.66 103 375.17 1 487 237.88 -1 306 566.38 5 302 173.08
No 1 2 3 4 5
Pendapatan Lahan Tenaga Kerja Modal Subsidi Pajak Tidak Langsung
Nilai 315 079.38 1 606 250.25 3 273 059.50 -199 701.98 307 485.94
Total
5 302 173.08
Sumber: Tabel I-O, 2008 (Diolah) Nilai PDB sisi pengeluaran dan sisi pendapatan serta nilai total penjualan dan biaya pada setiap industri yang dihasilkan dari proses pengolahan pada tahap kedua dapat dilihat pada file supp27.har. Pada file tersebut nilai PDB sisi pengeluaran yang merupakan penjumlahan dari komponen pengeluaran setiap pelaku ekonomi yaitu konsumsi rumah tangga, investasi swasta, pengeluaran pemerintah, dan ekspor bersih adalah sebesar Rp 5.302.173,08 milyar (Tabel 51). Nilai tersebut sama besarnya dengan nilai PDB dari sisi pendapatan yang merupakan penjumlahan dari pendapatan yang diperoleh pemilik faktor produksi dalam hal ini adalah tanah, tenaga kerja, kapital, subsidi dan pembayaran pajak tidak langsung. Dengan demikian database yang telah dihasilkan untuk 27 sektor atau industri telah memenuhi persyaratan keseimbangan pada tingkat agregat. Disamping nilai PDB tersebut, di dalam database supp27.har juga dapat diperoleh nilai penjualan untuk masing-masing sektor. Nilai penjualan tersebut merupakan penjumlahan dari komponen penjualan masing-masing sektor sebagai barang antara dan investasi, penjualan ke rumah tangga, luar negeri (ekspor), dan
252 pemerintah, dan penjualan sebagai margin perdagangan dan transportasi. Nilai penjualan masing-masing sektor tersebut disajikan pada Tabel 54.
Tabel 54. Nilai Penjualan Setiap Sektor Diirinci Menurut Jenisnya, Tahun 2008 (Triliun Rupiah) No
Sektor
Produk Antara Domestik
Investasi
1 2
Pertanian
752.17
2.21
Pertambangan
541.75
3
IndOlahMkn
38.05
4
IndMinyLemak
5 6
Net Ekspor
Pengeluaran Pemrth
Perubahan Stok
481.38
-37.92
0.00
-16.16
1 181.68
1.00
1.07
102.35
0.00
71.31
717.48
0.00
99.00
1.02
0.00
-3.15
134.92
57.92
0.00
30.68
118.09
0.00
-10.07
196.63
IndGilPadi
55.00
0.00
198.99
-1.33
0.00
-14.54
238.11
IndTepung
41.20
0.00
66.18
-4.09
0.00
0.40
103.69
7
IndGula
14.19
0.00
15.96
-7.36
0.00
0.25
23.04
8
82.91 4.31
0.00 0.00
93.08 15.19
-5.62 -0.94
0.00 0.00
2.20 -0.69
172.57 17.88
10
IndMknLain IndMinuman IndRokok
14.54
0.00
103.26
-0.39
0.00
0.43
117.84
11
IndPintal
28.31
0.00
0.44
10.28
0.00
0.19
39.22
12
IndTekstil
74.92
0.17
99.06
70.20
0.00
12.53
256.87
13
IndKayuRotan
99.72
0.14
33.69
33.79
0.00
7.44
174.78
14
110.05 65.98
0.00 0.00
21.09 6.46
15.43 -27.29
0.00 0.00
0.22 4.08
146.79 49.23
17 18
IndKertas IndPupPest IndKimia KilangMinyak IndKrtPlstk
323.99 334.71
0.00 0.00
82.72 97.02
-99.26 12.49
0.00 0.00
-22.47 -36.11
284.99 408.10
107.60
0.00
66.78
55.74
0.00
0.40
230.52
19
IndMinNonLgm
43.05
0.08
6.97
-1.98
0.00
3.97
52.09
20
IndSemen
36.00
0.00
0.00
-0.22
0.00
0.65
36.43
21
IndBesiBaja
123.90
0.00
0.00
-73.66
0.00
2.90
53.13
22
IndLgmNBesi
28.31
0.00
0.00
33.57
0.00
4.98
66.86
23
IndBrngLogam
198.72
7.69
22.41
-20.77
0.00
24.03
232.08
24
IndMesinAlat
301.59
126.69
140.27
-148.38
0.00
57.71
477.89
25
IndAltAngkut
158.93
51.39
116.97
-83.13
0.00
11.08
255.23
26
IndLain
14.62
3.41
15.44
-0.48
0.00
-2.73
30.26
27
JasaJasa
1 683.25
1 212.68
1 381.67
132.69
416.87
4.56
4 831.72
Total
5 335.71
1 405.46
3 195.80
72.83
416.87
103.38
10 530
9
15 16
Kons. RT
Total
Sumber: Data IO, 2008 (Diolah)
Nilai total penjualan setiap sektor yang disajikan pada tabel di atas sama besarnya dengan biaya yang dikeluarkan setiap sektor. Total biaya pada setiap sektor merupakan penjumlahan dari komponen-komponennya yang meliputi
253 pembelian barang antara domestik, barang antara impor, pengeluaran untuk marjin, pembayaran pajak tidak langsung, biaya tenaga kerja (upah), biaya kapital (bunga), sewa tanah, dan pembayaran pajak kegiatan produksi (pajak pertambahan nilai). Jumlah biaya pada masing-masing sektor disajikan pada Tabel 55.
Tabel 55. Biaya Produksi Setiap Sektor Dirinci Menurut Jenisnya, Tahun 2008 (Triliun Rupiah) No
Sektor
Input Antara 360.10
Upah / Gaji 184.72
605.93
Penyusutan 18.46
Pajak Produksi 12.48
Kapital
Total
1
Pertanian
2
Pertambangan
143.03
83.50
435.50
31.74
23.71
717.48
3
IndOlahMkn
92.56
10.54
27.07
1.53
3.22
134.92
4
IndMinyLemak
127.24
23.54
40.56
3.39
1.90
196.63
5
IndGilPadi
184.53
10.56
34.17
7.87
0.99
238.11
6
IndTepung
72.97
9.42
18.59
1.40
1.31
103.69
7
IndGula
16.87
1.96
3.05
0.66
0.51
23.04
8
IndMknLain
115.88
17.14
30.49
6.71
2.35
172.57
9
IndMinuman
11.12
2.02
2.38
0.46
1.88
17.88
10
IndRokok
44.63
8.76
16.86
3.37
44.22
117.84
11
IndPintal
27.17
2.53
7.42
1.57
0.54
39.22
12
IndTekstil
156.49
33.40
53.41
10.98
2.58
256.87
13
IndKayuRotan
101.04
20.36
43.40
7.81
2.17
174.78
14
IndKertas
93.29
15.75
30.97
5.35
1.42
146.79
15
IndPupPest
32.88
11.99
17.51
1.77
-14.91
49.23
16
IndKimia
202.12
26.49
37.50
13.27
5.60
284.99
17
KilangMinyak
170.42
61.26
241.71
30.46
-95.74
408.10
18
IndKrtPlstk
167.80
21.39
32.42
5.38
3.52
230.52
19
IndMinNonLgm
26.60
8.69
10.25
4.95
1.60
52.09
20
IndSemen
21.50
4.13
7.79
1.93
1.08
36.43
21
IndBesiBaja
39.35
2.23
8.77
2.02
0.78
53.13
22
IndLgmNBesi
50.40
5.09
7.21
3.25
0.91
66.86
23
IndBrngLogam
120.30
39.62
54.59
13.49
4.09
232.08
24
IndMesinAlat
340.45
38.50
69.03
23.38
6.52
477.89
25
IndAltAngkut
151.76
34.00
54.11
12.25
3.12
255.23
26
IndLain
20.45
3.75
4.70
0.62
0.73
30.26
27
JasaJasa
2 444.75
924.92
1 154.22
324.47
-16.64
Total
5 335.71
1 606.25
3 049.60
538.54
-0.06
4 831.72 10 530.04
Sumber: Data IO 2008 dan SAM, 2005 (Diolah)
1 181.68
254 Kesamaan nilai penjualan dan biaya produksi pada setiap sektor berimplikasi pada tingkat keuntungan nol sesuai dengan properties pasar persaingan sempurna. Asumsi ini digunakan dalam model CGE yang diterapkan pada penelitian ini. Setelah database 27 sektor diyakini seimbang baik pada tingkat agregat maupun sektoral, maka proses pengolahan data dapat dilanjutkan pada tahap akhir yaitu proses simulasi kebijakan. Database way27.har merupakan database terakhir yang digunakan dalam melakukan simulasi kebijakan. HAR data untuk 27 sektor tersebut (tersimpan dalam file way27.har) ditunjukkan pada Tabel 56.
Tabel 56. Komponen Database 27 Sektor No
Header
Dimension
Coeff
Total
Name
1
0TAR
COM
V0TAR
22 766
2
1ARM
COM
SIGMA1
103
3
1CAG
1
V1CAPA
309 306
4
1CAP
KAP*NAGR
V1CAPN
2 963 754
5
1LND
Ind
V1LND
315 079
6
1OCT
Ind
V1OCT
-199 702
7
CAPA
HH
MMAN
309 306
8
CAPN
HH
MMNN
856 197
9
CAPS
HH*NAGR
FIXEDK
10
SLAB
Ind
SIGMA1LAB
12
SIGMA1LAB (IND)
11
P028
Ind
SIGMA1PRIM
14
12
2ARM
COM
SIGMA2
27
13
3ARM
COM
SIGMA3
54
SIGMA1PRIM (IND) Armington elasticities: investment Armington elasticities: households
14
SCET
Ind
SIGMA1OUT
15
P021
HH
FRISCH
16
TRAN
TYPE
TRANSFER_F
27 446
17
GOHH
HH*TYPE
TRANSFER_H
207 590
Gov Trans household
18
HINC
HH*OCC
HINC
8 015 170
19
LAND
AGRIC*HH
LANDS
20
P018
COM
EXP_ELAST
-156
21
1SCL
Ind*SCL
SCLSHARE1
27
HINC(HH:OCC) Household land rental by industry Export demand elasticity Business scale output share
2 107 557
0 -29
315 079
Va0TAR(Com) Armington elasticities: intermediate Capital Rentals VICAPN(RNAL : NAI) Land rentals Other cost tickets MMAN(HH) mobile cap owned by hh non agr Fixed capital owned by HH Non Agric.
SIGMA1OUT Frisch LES parameter Gov Trans foreign
255 Tabel 56. Lanjutan No
Header
Dimension
Coeff
Total
22
2SCL
Ind*SCL
SCLSHARE2
27
23
3SCL
COM*SCL
SCLSHARE3
27
24
4SCL
COM*SCL
SCLSHARE4
27
25
5SCL
COM*SCL
SCLSHARE5
27
26
1BAS
COM*SRC*Ind
V1BAS
5 200 711
Intermediate Basic
27
2BAS
COM*SRC*Ind
V2BAS
1 378 152
Investment Basic
28
2BS_
COM*SRC
V2BASOLD
1 378 153
Investment Basic
29
2TOT
Ind
V2TOT
1 405 455
Investment (by Ind)
30
3BAS
COM*SRC*HH
V3BAS
3 100 906
Households Basic
31
4BAS
COM
V4BAS
1 460 607
Exports Basic
32
5BAS
COM*SRC
V5BAS
415 978
Government Basic
33
6BAS
COM*SRC
V6BAS
103 375
Inventory Changes
34
1 MAR
COM*SRC*Ind*MAR
V1MAR
0
Producer Margin
35
2 MAR
COM*SRC*Ind*MAR
V2MAR
0
Investment Margins
36
3 MAR
COM*SRC*MAR*HH
V3MAR
0
Household Margins
37
4 MAR
COM*MAR
V4MAR
0
Export Margins
38
5 MAR
COM*SRC*MAR
V5MAR
0
Government Margins
39
1TAX
COM*SRC*Ind
V1TAX
134 998
40
2TAX
COM*SRC*Ind
V2TAX
27 301
Investment Tax
41
2TX_
COM*SRC
V2TAXOLD
27 303
Investment Tax
42
3TAX
COM*SRC*HH
V3TAX
94 898
Households Tax
43
4TAX
COM
V4TAX
26 631
Exports Tax
44
5TAX
COM*SRC
V5TAX
889
45
1LAB
Ind*OCC
V1LAB
1 606 250
46
MAKE
COM*Ind
MAKE
10 330 396
47
XPEL
EPS
48
ALPH
49
ALP2
COM*HH AGRIFAC*AGRIFAC *AGRIC N_AGRIFAC* N_AGRIFAC*NAGR
50
TRNL
Ind
51
EXNT
1
52
P027
Ind
QCOEF
55
53
BETR
Ind
BETA_R
135
54
PINC
HH
V0HHTAX
55
YBYK
Ind
R_W
3
56
DPRC
Ind
DEP
24
57
EMPR
1
536
Name Business scale investment share Business scale consumption share Business scale export share Business scale other share
Intermediate Tax
Government Tax Labour Multiproduct Matrix Expenditure Elasticities
Beta_A
0
BETA_A
Beta_N
0
BETA_N
TRNL
0
TRNL Non Traditional Export Demand Elasticity Gross/Net Rate of Return
-4
11 363
1
Investment Parameter Personal income tax Investment Capital Ratio Depreciation Factors Actual/Trend Employment