Kode/Rumpun Ilmu: 351/Kesehatan Masyarakat
USULAN PENELITIAN PEMBINA
MODEL HUBUNGAN DETERMINAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KELURAHAN KARSAMENAK KECAMATAN KAWALU
Oleh :
Dian Saraswati, S.Pd, M.Kes (NIP. 19690529 199403 2 002) Dr. Asep Suryana Abdurrahmat, S.Pd, M.Kes (NIP. 19690423 199403 1 003)
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS SILIWANGI 2017
1
2
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL LEMBAR PENGESAHAN DAFTAR ISI ......................................................................................................
i
RINGKASAN.....................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................
3
1.1 Latar Belakang ....................................................................................
3
1.2 Permasalahan ........................................................................................
6
1.3 Tujuan Khusus.......................................................................................
6
1.4 Urgensi Penelitian.................................................................................
6
1.5 Target Luaran........................................................................................
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................... ...................................................
8
2.1 Perngertian Status Gizi......................................................................................................
8
2.2 Klasifikasi Status Gizi Balita...............................................................
8
2.3 Penyebab Gizi Kurang.........................................................................
9
2.4 Metode Penilaian Status Gizi Balita....................................................
10
2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Faktor Gizi............................................
11
2.6 Indentifikasi Status Gizi......................................................................
14
2.7 Cara Pengolahan Gizi Seimbang untuk Baliata..................................
15
BAB III METODE PELAKSANAAN .............................................................
17
3.1 Tahap-tahap Peneiltian ........................................................................
17
3.2 Lokasi dan Waktu........................... .....................................................
17
3.3 Metode Penelitian................................................................................
17
3.4 Jenis Data............................................................................................
17
3.5 Populasi dan Sampel............................................................................
17
3.6 Teknik Pengumpulan Data.................................................................
19
3.7 Analisis Data......................................................................................
19
BAB IV BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN ............................................ .
23
4.1 Anggaran Biaya.................................................................................
23
4.2 Kepakaran Tim Pengusul......................................................................
23
3
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................
24
LAMPIRAN.....................................................................................................
25
Lampiran 1. Justifikasi Anggaran Lampiran 2. Biodata Ketua Penelitian Lampiran 3. Biodata Anggota Penelitian Lampiran 4. Kuesioner
4
RINGKASAN Status Gizi adalah keadaan tubuh
sebagai
akibat konsumsi makanan
dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi di bedakan menjadi gizi buruk, kurang dan lebih, dapat diukur dengan mengunakan salah satu indeks antopometri yaitu indeks berat badan menurut umur (BB/U). Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui determinan yang menyebabkan status gizi kurang pada anak balita di kelurahan Karsamenak kecamatan Kawalu kota Tasikmalaya. Metode penelitian di gunakan adalah penelitian deskritif dengan mengadakan survey. Sampel penelitian adalah balita 0-59 dengan sampel sebanyak 268 anak balita, responden dalam penelitian ini adalah ibu dari anak balita yang menjadi sampel peneliti.
Kata kunci: balita, status, gizi, determinan
5
BAB I PENDAHULUAN
1. 1. Latar belakang Visi Indonesia Sehat 2015 bertujuan untuk mensejahterakan rakyat dalam peningkatan kesehatan termasuk gizi. Undang-undang no 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 141 ayat 1 menyatakan bahwa upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk peningkatan mutu gizi perseorangan dan masyarakat. “Upaya peningkatan status gizi untuk pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas pada hakekatnya harus dimulai sedini mungkin yaitu pada anak balita. Pada tujuan kedua SDGs 2015-2030 salah satunya adalah pada tahun 2030, mengakhiri segala bentuk malnutrisi, termasuk mencapai target internasional 2025 untuk penurunan stunting dan wasting pada balita dan mengatasi kebutuhan gizi remaja perempuan, wanita hamil dan menyusui, serta lansia. Balita termasuk kelompok yang rentan gizi di suatu kelompok masyarakat dimana masa itu merupakan masa peralihan antara saat disapih dan mulai mengikuti pola makan orang dewasa (Natalia, 2013). Pemantauan tumbuh kembang balita sangat penting dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan pertumbuhan balita sejak dini, dengan cara melakukan pengukuran berat badan sebagai cara terbaik untuk menilai status gizi balita tiap bulannya sehingga tumbuh kembang anak akan terpantau (Rahmadiliyani, 2012). Status gizi buruk pada balita dapat menimbulkan pengaruh yang sangat menghambat pertumbuhan fisik, mental maupun kemampuan berpikir yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja (Samsul, 2011). Prevalensi balita gizi buruk merupakan indikator Millenium Development Goals (MDGs) yang harus dicapai disuatu daerah (kabupaten/kota) pada tahun 2015, yaitu terjadinya penurunan prevalensibalita gizi buruk menjadi 3,6 persen atau kekurangan gizi pada anak balita menjadi 15,5 persen (Bapenas, 2010) Berdasarkan data riset kesehatan dasar (Riskesdas, 2013), secara nasional prevalensi balita gizi buruk sebesar 4,9 persen dan kekurangan gizi 17,9 persen. Rentang prevalensi BBLR (per 100) di Indonesia adalah 1,4 sampai 11,2. Walaupun pada tingkat nasional prevalensi balita kurang gizi telah hampir mencapai target MDGs, namun masih terjadi disparitas antar provinsi, antara perdesaan dan perkotaan dan antar kelompok sosialekonomi (Riskesdas, 2013). 6
Berbagai upaya dalam meningkatkan status gizi anak balita telah dilakukan oleh pemerintah, khususnya Dinas Kesehatan. Namun yang paling berperan dalam meningkatkan status gizi anak balita adalah lingkungan keluarga. Faktor faktor yang mempengaruhi status gizi anak balita adalah kurangnya pendidikan dan pengetahuan pengasuh anak, penggunaan air yang tidak bersih, lingkungan yang tidak sehat, keterbatasan akses ke pangan dan pendapatan yang rendah (UNICEF, 2012). Kurang gizi pada balita merupakan suatu keadaan yang sangat penting dan serius bagi kelangsungan hidup anak karena selain dapat menggangu tumbuh kembang anak juga dapat menyebabkan kematian. Perawat sebagai salah satu pemberi layanan kesehatan mempunyai peran penting dalam meningkatkan derajat kesehatan anak, salah satunya dengan memantau status gizi anak balita. Status gizi anak balita di Indonesia hingga saat ini masih memprihatinkan. Keadaan ini merupakan ancaman bagi upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia, karena kurang energi protein (KEP) erat kaitannya dengan gagal tumbuh kembang anak balita termasuk rendahnya tingkat kecerdasan (Mursalim, 2011) Secara teoritis bahwa status gizi adalah keadaan kesehatan individu individu atau kelompok kelompok yang telah ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi dan zat zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara antropometri (Suharjo, 1996). Pada umumnya masalah gizi yang sering terjadi di Indonesia adalah balita hal ini dibuktikan oleh data Profil Kesehatan 2015 adalah 72,8 % dengan rincian 55,7% gizi kurang, dan 17,1% gizi lebih. Dari data tersebut bahwa gizi buruk memiliki nilai yang lebih tinggi dari nilai gizi lebih. Faktor penyebab masalah gizi balita pada umumnya adalah umur ibu, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, pengetahuan, sikap dan motivasi ibu. Sesuai dengan penelitian Husnul Fatah (2016), terdapat hubungan antara pendidikan orang tua dengan status gizi balita dan penelitian Abd. Farid Lewa (2016) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan Ibu tentang Makanan Pendamping ASI dengan Status Gizi. Di perkuat dengan hasil penelitian dari Zebua Yupiter, 2014, menyatakan bahwa faktor-faktor determinan masalah gizi adalah adalah 81,2% ibu berpendidikan rendah, 75% orangtua berpendapatan dibawah UMR, 64,6% balita memiliki riwayat penyakit infeksi, 51% balita memiliki konsumsi makanan kurang, 53,1% balita memiliki higienitas makanan kurang, 63,5% ibu memiliki jumlah anak >2 orang, 59,4 ibu memiliki pengetahuan rendah tentang keadaan gizi.
7
Namun demikian penelitian secara komprehensif yang melibatkan seluruh dterminan status gizi balita belum pernah dilakukan sehingga sulit menentukan skala prioritas penanganannya yang didasarkan atas besarnya hubungan yang dimiliki oleh setiap determinan terhadap status gizi balita. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian yang komprehensif dengan melibatkan seluruh determina n yang diketahui sebagai variabel penyebab dari status gizi balita di Kelurahan Karsamenak Kecamatan Kawalu Kota Tasikmlaya dengan judul Model Hubungan Determinan Status Gizi Balita di Kelurahan Karsamenak Kecamatan kawalu Kota Tasikmalaya
1. 2. Permasalahan Permasalahan pada penelitian ini adalah: Bagaimanakah model hubungan determinan status gizi anak balita di kelurahan Karsamenak kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya
1. 3. Tujuan Khusus 1.
Mengidentifikasi berbagai determinan status gizi balita di kelurahan Karsamenak kecamatan Kawalu.
2.
Melihat hubungan berbagai determinan status gizi balita di kelurahan Karsamenak kecamatan Kawalu.
3.
Mengukur kekuatan hubungan berbagai determinan tindakan pada status gizi balita di kelurahan Karsamenak kecamatan Kawalu.
4.
Membuat model hubungan determinan pada status gizi balita di kelurahan Karsamenak kecamatan Kawalu.
1. 4. Urgensi penelitian Penelitian ini sangat penting dilakukan sebagai bentuk relisasi peran serta dosen (peneliti) universitas Siliwangi dalam meningkatkan keilmuan yang dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat melalui penerapan teknologi dan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kesehatan. Seiring dengan kegiatan penelitian ini ada beberapa faktor urgensi penelitian ini harus dilakukan, diantaranya : 1.
Terdapat gizi buruk dan gizi kurang di kelurahan Karsamenak kecamatan Kawalu.
2.
Banyaknya determinan status gizi balita di kelurahan Karsamenak kecamatan Kawalu.
8
3. Belum adanya skala prioritas determinan status gizi balita di kelurahan Karsamenak kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya. 4. Belum adanya modl hubungan determinan status gizi balita di kelurahan Karsamenak kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya.
1. 5. Target Luaran Target luaran pada penelitian ini diantarannya adalah : 1. Diperoleh model hubungan determinan status gizi balita di kelurahan Karsamenak kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya 2. Diperoeh angka prioritas untuk setiap determinan status gizi balita di kelurahan Karsamenak kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya
9
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1
Pengertian Status Gizi Balita Menurut Almatsier (2011:3) status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat
konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi buruk, kurang dan lebih. Status gizi merupakan tanda-tanda penampilan seseorang akibat keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang berasal dari pangan yang dikonsumsi pada suatu saat berdasarkan pada kategori dan indikator yang digunakan (DepKes 2002 dalam Ramadani 2011). Gizi kurang merupakan keadaan tidak sehat yang timbul karena konsumsi energi dan protein kurang selama jangka waktu tertentu menurut Budiyanto, 2002:13 dalam Zainul Arifin 2015.
Menurut Almatsier (2006:11-12) dalam Zainul Arifin 2015
dampak dari gizi kurang adalah berpengaruh terhadap pertumbuhan, anak-anak yang tidak tumbuh menurut potensinya.
2.2
Klasifikasi Status Gizi Balita Dalam menentukan status gizi balita harus ada ukuran baku yang sering disebut
reference. Pengukuran baku antropomentri yang sekarang digunakan di Indonesia adalah WHO-NCHS. Menurut Harvard dalam Ramadani (2011) Klasifikasi status gizi dapat dibedakan menjadi empat yaitu: 1. Gizi lebih (Over weight) Gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan sehingga menimbulkan efek toksis atau membahayakan (Almatsier 2005 dalam Ramadani 2012). Kelebihan berat badan pada balita terjadi karena ketidakmampuan antara energi yang masuk dengan keluar, terlalu banyak makan, terlalu sedikit olahraga atau keduanya. Kelebihan berat badan anak tidak boleh diturunkan, karena penyusutan berat akan sekaligus menghilangkan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan (Arisman 2007 dalam Ramadani 2011). 2. Gizi baik (well nourished) Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien sehingga memungkinkan pertumbuhan
10
fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin (Almatsier 2005 dalam Ramadani 2011). 3. Gizi kurang (under weight) Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat esensial (Almatsier 2005 dalam Ramadani 2011). 4. Gizi buruk (severe PCM) Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada di bawah standar ratarata. Nutrisi yang dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori. Di Indonesia, kasus KEP (Kurang Energi Protein) adalah salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada balita (Lusa 2009 dalam Ramadani 2011). Menurut Depkes RI (2005) dalam Ramadani (2011) Parameter BB/TB berdasarkan Z-Score diklasifikasikan menjadi : a. Gizi Buruk (Sangat Kurus) : <-3 SD b. Gizi Kurang (Kurus) : -3SD sampai <-2SD c. Gizi Baik (Normal) : -2 SD sampai +2SD d. Gizi Lebih (Gemuk) : > +2 SD
2.3 Penyebab Gizi Kurang Menurut Waryono (2010) dalam Zainul Arifin 2015 penyebab gizi kurang dibedakan menjadi 2 yaitu: 1. Penyebab langsung Penyebab langsung gizi kurang menurut yaitu makanan anak, pola makan yang tidak seimbang kandungan nutrisinya, dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak. 2. Penyebab tidak langsung Penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Menurut Tirtawinata (2006:84) dalam Zainul Arifin 2015 menambahkan penyebab gizi kurang yaitu kemiskinan dan ketidaktahuan.
11
2.4. Metode Penilaian Status Gizi Balita Menurut Supariasa (2002) dalam Ramadani (2011) beberapa metoda yang biasa digunakan untuk mengukur status gizi seseorang adalah dengan memperhatikan beberapa indikator berikut. 1. Antropometri Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain: umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar panggul dan tebal lemak dibawah kulit. Ukuran tubuh manusia yang berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Penggunaan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Dari beberapa pengukuran tersebut, berat badan, tinggi badan dan lingkar lengan sesuai dengan usia adalah yang paling sering dilakukan dalam survei gizi. Untuk keperluan perorangan di keluarga, berat badan (BB), tinggi badan (TB) atau panjang badan (PB) adalah yang paling dikenal (Soekirman 2000 dalam Ramadani 2011). 2. Klinis Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Penggunaan untuk survei klinis secara cepat. 3. Biokimia Pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh yang digunakan anatara lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Penggunaan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. 4. Biofisik Penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi dan melihat perubahan struktur jaringan. Penggunaan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemic (epidemic of night blindness). Survei konsumsi makanan Metode penentuan gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang 12
dikonsumsi. Penggunaan dengan pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi barbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu Statistic vital Dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainya yang berhubungan dengan gizi. Penggunaan sebagai bahan indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.
2.5. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Status Gizi Menurut Santoso (2004) dalam Dewi Khofiy (2012), faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita terbagi menjadi dua yaitu meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang ada dalam diri anak itu sendiri, yang meliputi status gizi kesehatan, umur, jenis kelamin, dan ukuran tubuh. Status kesehatan, dikaitan dengan adanya hambatan reaksi imunologis dan berhubugan dengan terjadinya prevalensi dan beratnya penyakit infeksi, seperti kwashiokor atau marasmus sering didpatkan pada tarap yang sangat berat. Infeksi sendiri mengakibatkan penderita kehilangan bahan makanan melalui muntah-muntah dan diare. Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi status gizi yaitu faktor yang datang atau ada dari luar anak itu sendiri, yang meliputi pengetahuan ibu dan faktor ekonomi. Fenomena kurang gizi sendiri disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor,mulai dari kemiskinan, kondisi lingkungan, buruk nya layanan kesehatan, dan kurangnya pemahaman mengenai gizi. Diusia sekolah,anak-anak bergizi buruk dan bergizi kurang tidak akan dapat berfikir cedras karena sel-sel otaknya tidak tumbuh maksimal. Menurut Supariasa (2002) dalam Dewi Khofiy (2012), permasalahan gizi menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi permasalahan gizi yaitu: 1. Faktor Penyebab Langsung Dari Masalah Gizi a.
Asupan Makan Apabila tidak kecukupan zat besi terlalu lama maka persediaan atau jaringan akan digunakan untuk memenuhi ketidak cukupan itu. Apabila jika ini berlangsung lama maka terjadi penurunan berat badan. Terjadinya 13
perubahan yang dapat di deteksi dengan pemeriksaan labolatorium. Terjadinya perubahan fungsi yang di tandai dengan tanda yang khas, terjadi perubahan anatomi yang bisa dilihat dari munculnyatanda yang klasik. b. Penyakit Infeksi / status kesehatan Proses riwayat alamiah oleh karena penyakit yang di tetapkan pada masalah gizi melalui berbagai tahap yaitu diawali dengan terjadinya interaksi antara penjamu, sumber penyakit dan lingkungan. Ketidak seimbangan faltor ini,misalnya letidak cukupan zat gizi maka, simpanan zat gizi akan berkjurang dan lama kelamaan simpanan akan terjadi habis. Apabila keadaan ini dibiarkan maka akan terjadi perubahan faali dan metabolis dan akhirnya akan memasuki ambang klinis. Proses itu menyebabkan terjadinya penyakit. Tingkat kesakitannya dimulai dari sakit ringan sampai dengan akit tingkat berat. Dari kondisi ini akhirnya ada empat kemungkinan yaitu, mati , sakit kronis, cacat,dan sembuh apabila di tangulangi intensif. 2. Faktor Tidak langsung penyebab masalah gizi a. Pengetahuan Gizi Pengetahuan gizi memegang peranan penting dalam pemyedian pangan yang baik untuk mencapai keadaan gizi yang baik pula. Pengetahuan gizi didukung oleh pendidikan gizi yang cukup. Pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada keyataan yaitu : 1)
Tingkat Pengetahuan Gizi sangat penting peranannya dalam usaha peningkatan status gizi.
2)
Setiap orang akan cukup gizi jika makanan yang dimakan cukup untuk pertumbuhan pemeliharaan dan energi tubuh.
3)
Ilmu gizi yang dipelajari dapat meningkatkan pengetahuan gizi seseorang dimana ilmu gizi tersebut dapat memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga dapat menggunakan pangan dengan baik bagi perbaikan gizi. Kurang pengetahuan dan cara konsepsi tentang kebutuhan pangan dan
nilai pangan adalah umum dijumpai disetiap negara didunia. Penyebab penting dari gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan tentang gizi dan kemampuan
untuk
menerapkan
informasi-informasi
tersebut
dalam
kehidupan sehari-hari (Depkes:2004 dalam Dewi Khofiy 2012). Pengetahuan 14
serta kesukaan ibu terhadap jenis makanan tertentu sangat terpengaruh terhadap hidangan yang di sajikan, pada kenyataan sehari-hari sering di jumpai anak yang kurang mempunyai selera makan (Suharjo 1989 dalam Dewi Khofiy 2012). b.
Pendidikan Gizi Pendididkan adalah suatu alat yang dapat dipakai untuk memperbaiki dirinya dalam melangsugkan kehidupan masyarakat semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin tinggi pula tingkat pengetahuan akan kesehatan dan gizi keluarga sehingga mempengaruhi kualitas dan kualitas zat gizi yang dikonsumsi oleh anggota keluarganya.
c. Pekerjaan Status pekerjaan ibu digunakan untuk mengetahui penguunaan waktu sehari-hari ibu balita, karena mengetahui status pekerjaan ( ibu bekerja atau tidak ) akan dapat di jadiakan sebagai latar belakang penelitian perilaku dan sikap ibu tersebut (Suharjo 1989 dalam Dewi Khofiy 2012). c. Ketersediaan Pangan Menurut Suharjo (1999) dalam Dewi Khofiy (2012) Kemiskinan dan kekurangan persediaan pang yang bergizi merupakan faktor penting dalam masalah kurang gizi. Keterbatasan apapun yang diakibatkan kemiskinan dan kekurangan pangan kecuali dalam keadaan tertentu, penggunaan yang lebih baik dari pangan yang tersedia dapat dilakukan penduduk yang memahami penggunaannya untuk membantu peningkatan status gizi, sehingga membantu penduduk untuk belajar cara menanam, menyimpan dan menggunakan pangan untuk memperbaiki kosumsi makan. d. Pelayanan Kesehatan Menurut Depes RI (2000) dalam Dewi Khofiy (2012) Pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan adalah tersedianya air bersi dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan pelayanan kesehatan adalah akses atau keterjangkauan anak dan keluarga tahap upaya pencegahan penyakit dan pemeliharaan kesehatan
seperti
:
pemeriksaan
kehamilan,
pertolongan
persalinan,
penimbangan anak, imunisasi, penyuluhan kesehatan serta sarana kesehatan yang baik seperti posyandu, puskesmas, bidan dan dokter rumah sakit serta air bersih. 15
2.6 Indikator Status Gizi Balita Menurut Erlan (2001) dalam Dewi Khofiy (2012). Salah satu indikator kesehatan pada anak usia dibawah lima tahun (balita) bisa dilihat dari status gizinya, dan untuk mengetahui bagaimana status gizi balita diperlukan sensus pengukuran gizi dalam bentuk penimbangan balita, dengan penimbangan balita dapat diintervensi secara dini apabila ada balita gizi kurang, gizi buruk atau gizi lebih sehingga dapat ditanggulangi dengan cepat. Bulan penimbangan balita adalah bagian dari sensus pengukuran gizi balita, sehingga akan diketahui prevalensi balita gizi buruk, masalah gizi akut atau kronis. Semua kejadian yang berhubungan dengan kesehatan anak sejak lahir sampai berumur lima tahun, perlu dicatat dalam KMS. KMS (Kartu menuju sehat) untuk balita adalah alat yang sederhana dan murah, yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak. Oleh karenanya KMS harus disimpan oleh ibu balita di rumah, dan harus selalu dibawa setiap kali mengunjungi Posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan termasuk bidan dan dokter. Selain itu KMS-balita menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi ibu dan keluarga untuk memantau tumbuh kembang anak, agar tidak terjadi kesalahan atau ketidakseimbangan pemberian makan pada anak. KMS juga dapat dipakai sebagai bahan penunjang bagi petugas kesehatan untuk menentukan jenis tindakan yang tepat sesuai dengan kondisi kesehatan dan gizi anak untuk mempertahankan, meningkatkan atau memulihkan kesehatannya. Menurut Soekirman (2000) dalam Zebua (2014) Untuk mengetahui apakah berat badan dan tinggi badan normal, lebih rendah atau lebih tinggi dari yang seharusnya, dilakukan perbandingan dengan suatu standard internasional yang ditetapkan oleh WHO. Di dalam ilmu gizi status gizi tidak hanya diketahui dengan mengukur BB atau TB sesuai dengan umur (U) secara sendiri-sendiri, tetapi juga dalam bentuk indikator yang dapat merupakan kombinasi antara ketiganya, sebagai berikut : 1. Indikator BB/U Indikator BB/U menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini (saat diukur) karena mudah berubah. Kelebihan indikator BB/U adalah Dapat dengan mudah dan cepat dimengerti oleh masyarakat umum; Sensitif untuk melihat perubahan status gizi dalam jangka waktu pendek; dan Dapat mendeteksi kegemukan. Sedangkan kelemahan indikator BB/U adalah interpretasi status gizi dapat keliru apabila 16
terdapat pembengkakan atau oedem; data umur yang akurat sering sulit diperoleh terutama di Negara-negara yang sedang berkembang; kesalahan pada saat pengukuran karena pakaian anak yang tidak dilepas/ dikoreksi dan anak bergerak terus; masalah social budaya setempat yang mempengaruhi orangtua untuk tidak mau menimbang anaknya karena dianggap seperti barang dagangan. 2. Indikator TB/U Indikator TB/U menggambarkan status gizi masa lalu. Adapun kelebihan indikator TB/U adalah dapat memberikan gambaran riwayat keadaan gizi masa lampau: dapat dijadikan indikator keadaan social ekonomi penduduk. Sedangkan kekurangannya adalah kesulitan dalam melakukan pengukuran panjang badan pada kelompok usia balita; tidak dapat menggambarkan keadaan gizi saat kini; memerlukan data umur yang akurat yang sering sulit diperoleh di negara-negara berkembang; kesalahan sering dijumpai pada pembacaan skala ukur, terutama bila dilakukan oleh petugas non-profesional. 3. Indikator BB/TB Indikator BB/TB menggambarkan secara sensitif dan spesifik status gizi saat ini. Berat badan berkorelasi linier dengan tinggi badan, artinya dalam keadaan normal perkembangan berat badan akan mengikuti pertambahan tinggi badan pada percepatan tertentu.Adapu kelebihan indikator BB/TB adalah independen terhadap umur dan ras; dapat menilai status “kurus” dan “gemuk”; dan keadaan marasmus atau KEP berat lain. Sedangkan kelemahannya adalah kesalahan pada saat pengukuran karena pakaian anak yang tidak dilepas /dikoreksi dan anak bergerak terus; masalah social budaya setempat yang mempengaruhi orangtua untuk tidak mau menimbang anaknya karena dianggap seperti barang dagangan; kesulitan dalam melakukan pengukuran panjang atau tinggi badan pada kelompok usia balita; kesalahan sering dijumpai pada pembacaan skala ukur, terutama bila dilakukan oleh petugas non-profesional; tidak dapat memberikan gambaran apakah anak tersebut pendek, normal dan jangkung.
2.7 Cara Pengolahan Gizi Seimbang untuk balita Menurut Almatsier, Sunita (2001) dalam Dewi Khofiy (2012), pemberian makanan pada balita harus dapat memenuhi kebutuhan balita yang meliputi kebutuhan kalori serta kebutuhan zat gizi utama. Cara-cara menyiapkan harus memperhatikan kebersihan memakai bahan baku yang segar dan dengan metode memasak yang baik antara lain 17
pengukusan lebih baik dari pada perebusan dan penyaringan lebih baik dari penggorengan (Krisnatuti, 2003). Ibu juga dapat memberikan Pola menu 4 sehat 5 sempurna untuk keseimbangan gizi balita.
18
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tahap-Tahap Penelitian Penelitian ini secara umum terdiri dari 2 tahap yaitu eksplorasi berbagai faktor determinan status gizi balita dan pembuatan model hubungan determinan statuz gizi balita di kelurahan Karsamenak kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya.
3.2 Lokasi dan Waktu Lokasi penelitian di kelurahan Karsamenak Kecamatan Kawalu kota Tasikmalaya. Waktu penelitian bulan April-Juli 2016.
3.3 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasional analitik yang berusaha mengeksplorasi berbagai fenomena di masyarakat dan mengubahnya dalam bentuk kuantitatif untuk dianalisis dengan model statistika.
3.4 Jenis Data 1. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung melalui wawancara dengan responden menggunakan kuesioner yang mengadopsi teori H. L. Blum yang melingkupi dinamika masyarakat (sosial, pendidikan, ekonomi), masalah kesehatan tentang gizi (gizi buruk), variabel lingkungan (fisik, biologi dan kimia), perilaku (pengetahuan, sikap dan praktek) serta pelayanan kesehatan. 2. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari dokumen yang ada di Kelurahan Kawalu berupa profil dmografi dan profil kesehatan di Kelurahan Karsamenak Tahun 2015 sebagai bahan acuan dalam mengidentifikasi masalah gizi yang terdapat di Kelurahan Karsamenak.
3.5 Populasi dan Sampel Populasi adalah seluruh subyek atau obyek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti (Alimul, 2003). Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 889 orang. 19
Sampel adalah bagian dari populasi yang dianggap mewakili populasi besar, dalam penelitian ini jumlah sampel 268 responden. Hal ini diperoleh dari nperhitungan angka minimal sampel dengan menggunakan rumus Lemeshow sebagai berikut: Diketahui: Z1-a/2 = 1,96 P = 0,5 Q = 0,5 Ditanyakan : n = ?
N d2
= 889 = 0,05
Jawab : n = (Z1-a/2)2P.q.N d2(N-1) +(Z1-α/2)2.P.q n = (1.96)2 x 0,5 . 0,5 . 889 (0,05)2 x (889 - 1) + ( 1,96 )2 x 0,5x0,5 n = 3,8416 . 0,25 . 889 0,0025 . 888 + 3,8416 . 0,25 n =0.9604 . 889 2,22 + 0,9604 n=853 . 7956 3 . 1804 n= 268 Keterangan : Z1-a/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu P = besar populasi Q = 1-p (proporsi balita yang status gizi baik) N = besar populasi 2 = d kesalahan absolut yang dapat ditolerin n = sampel Teknik sampling yang digunakan dilakukan melalui 2 tahapan yaitu 1. Sampling Quota Dilakukan untuk menentukan proporsi besar sampel untuk setiap wilayah yang ada di kelurahan Karsamenak kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya 2. Random sampling Dilakukan untuk mengacak sampel yang akan diambil di setiap wilayah sesuai dengan proporsi yang telah ditentukan
20
Teknik Pengumpulan Data 1. Survei Awal Survei awal dilakukan untuk mengetahui bagaimana kondisi lingkungan sekitar sebagai bahan dalam penyusunan kuesioner. Data yang didapat baik melalui survei langsung maupun permintaan data ke kelurahan, puskesmas dan kader posyandu. 2. Penyusunan kuesioner Penyusunan kuesioner berdasarkan hasil prioritas masalah yakni mengenai status gizi balita yang selanjutnya ditelusuri berbagai faktor determinannya.
3. Metode dan Tahap Pengumpulan Data Metode yang digunakan yaitu meminta data ke instansi terkait, survei lokasi, dan wawancara tatap muka dengan tujuan untuk memperoleh data yang objektif. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara dari rumah ke rumah dengan menggunakan instrumen penelitian yaitu kuesioner dan pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari dokumen atau arsip Kelurahan dan Puskesmas.
4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: a. Pemeriksaan data (Editing) Editing merupakan proses penyuntingan pemeriksaan kembali data-data yang terkumpul untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam pengumpulan data, proses ini juga bertujuan untuk mengetahui adanya kesesuaian pertanyaan dengan jawaban. b. Memberi Kode (Coding) Codinga dalah proses pemberian kode dari data yang telah dikumpulkan agar tidak terjadi kekeliruan, setiap elemen dalam instrumen yang digunakan akan diberi kode untuk kepentingan analisis statistika. c. Menyusun Data (Tabulating) Melakukan pengolahan data dengan menggunakan tabel berdasarkan hasil wawancara terhadap responden.
21
2. Penyajian Data Penyajian data merupakan salah satu kegiatan dalam pembuatan laporan hasil penelitian yang telah dilakukan agar dapat dipahami dan dianalisis sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Data akan disajikan dalam 2 kategori yaitu bersifat naratif dan grafis baik tabel maupun gambar. 3. Analisis Data Data yang terkumpul selanjutnya akan dianalisis secara statistika dengan menggunakan analisis multivariat untuk melihat berbagai korelasi dan besar regresi setiap determinan terhadap status gizi balita dan pembentukan model hubungan determinan dengan status gizi balita. Untuk kepentingan analisis tersebut digunakan perhitungan model komprehensif dengan pendekatan Structural Equational Modelling (SEM) dan dibantu dengan perangkat analisis Lisrel.
22
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN 4.1 Anggaran Biaya No.
Rekapitulasi Biaya
Jumlah (Rp)
1
Honorarium
Rp 3.480.000,00
2 3 4
Biaya Habis Pakai Biaya Perjalanan Lain-lain
Rp 8.070.000,00 Rp 2.380.000,00 Rp 3.035.000,00 Jumlah
Rp. 16.965.000
4.2 Jadwal Kegiatan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Kegiatan
1
Bulan ke ..... 2 3 4
5
Penelusuran pustaka Studi pendahuluan Penyusunan proposal Pengambilan data Pengolahan dan analisis data Penyusunan laporan penelitian Pembuatan jurnal penelitian Pengiriman jurnal untuk dimuat di jurnal ber-ISSN Pengiriman laporan hasil penelitian
SUSUNAN ORGANISASI TIM PENELITI/PELAKSANA DAN PEMBAGIAN TUGAS No
Nama/NIDN
1. Dian Saraswati, S.Pd, M.Kes (0029056902)
2.
Dr.Asep Suryana Abdurrahmat, S.Pd, M.Kes (0023046905)
Instansi Asal FIK UNSIl
Bidang Ilmu Mikrobio logi
Alokasi Waktu 8jm/mg
FIK UNSIl
Faal dan Olah raga
6jm/mg
Urain Tugas -Menyusun konsep penelitian -Menyusun Proposal -Penentuan sampel -Pengumpulan Data -Menyiapkan lokasi penelitian -Koordinasi dan memberi penjelas pada Kelurahan -Analisis Data
23
DAFTAR PUSTAKA
Adriani Merryyana, Wirjatmadi Bambang, 2012. Pengantar gizi masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Almatsier S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Edisi kedua. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum. Arifin, Zainul. 2015. Gambaran Pola Makan Anak Usia 3-5 tahun dengan gizi kurang di pondok bersalin Trisakti Balong Tani Kecamatan Jabon-Sidoarjo. Jurnal : Skripsi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Depkes, RI. 2014. Laporan nasional http://www.litbang.depkes.go.id/
riset
kesehatan
dasar
tahun
2013.
Hadisaputra, S. 2009. Analisis determinan status gizi balita di RSUD Kota Bandung. Tesis. Fakultas Ilmu Keperawatan. Universitas Indonesia. Husnul Fatah Noor Shulhaeni. 2016. Hubungan antara pendidikan dan status gizi balita di desa Ngargosari kecamatan Samigalih kabupaten Kulon Progo Yogyakarta, Program Studi Kedokteran Umum Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Kementrian Kesehatan RI. (2016). Pusat Data Dan Informasi Situasi Gizi Di Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Kementerian Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Kementerian Kesehatan RI. (2015). Profil Kesehatan. 2015. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Khofiyah, Dewi. (2012). Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Status Gizi Anak Balita Di Posyandu. Jurnal : Skripsi Fakultas Ilmu Keperawatan dan Notoatmodjo Soekidjo, 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Supariasa, N. 2014. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Buku Kedokteran (EGC). Zebua, Yupiter. (2014). Gambaran Status Gizi Balita Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jurnal : Skripsi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
24
Lampiran 1. Justifikasi Anggaran 1. Honor (29,37%)5.27.500,Honor
Honor /Jam (Rp)
satuan
Waktu (Jam/Minggu)
Minggu
Total
Petugas enumerator (2)
Rp
10.000
OJ
14
7
Rp 980.000,00
Petugas pengukur antropometri (2)
Rp
10.000
OJ
14
7
Rp 980.000,00
Pengujian validasi kuisioner
Rp
10.000
OJ
10
4
Rp 400.000,00
Honor analisis data
Rp
10.000
OJ
14
8
Rp 1.120.000,00
2. Bahan habis pakai dan peralatan (42,62%)= 7.458.500,Material Kertas
Justifikasi Pemakaian peralatan tuliskantor
satuan
Kuantitas
Harga Satuan
harga bhp
rim
6
Rp
45.000,00
buah
1
Rp
350.000,00
Rp 350.000,00
Flashdisk
print dokumen menyimpan data
buah
2
Rp
100.000,00
Rp 200.000,00
Tinta printer
cetak print
buah
4
Rp
165.000,00
Rp 660.000,00
Pembelian Metline
pengukuran
buah
5
Rp. 100.000,00
Rp 500.000,00
Sewa Baby Skale
Timbangan bayi
paket
5
Rp. 200.000,00
Rp 1.000.000,00
paket
5
Rp.
50.000,00
paket
5
Rp.
50.000,00
Catride
Sewa Timbagan Pembelian pita LILA
Penggandaan Kuesioner paket data internet paket pulsa rapat persiapan Komsumsi Balita
Timbangan dewasa Pengukuran lingkar lengan atas kuesioner penelitian penelusuran jurnal komusnikasi dan koordinasi konsumsi rapat untuk persiapan komsusi pada saat penelitian
Rp 270.000,00
Rp 250.000,00
Rp 250.000,00 lembar
1500
Rp
200,00
Rp 300.000,00
paket
4
Rp
105.000,00
Rp 420.000,00
paket
4
Rp
105.000,00
Rp 420.000,00
paket
1
Rp
450.000,00
Rp 450.000,00
paket
300
Rp
10.000,00
Rp 3.000.000,00
3. Perjalanan (14,57%) 2.549.750,Material
transport perijinan
transport enumerator (2)
transport petugas antropometri (2)
Justifikasi Pemakaian perijinan ke kantor kecamatan kawalu transport pengumpulan kuesioner transport pengukuran antropometri
Kuantitas
Harga Satuan
Biaya Per 4 bulan
orang
2
Rp
170.000,00
Rp 340.000,00
Keg
6
Rp
170.000,00
Rp 1.020.000,00
Keg
6
Rp
170.000,00
Rp 1.020.000,00
4. Lain-Lain (13,43%) 2.350.000,Material Proposal Penggandaan laporan antara Penggandaan laporan Akhir seminar hasil
Justifikasi Pemakaian Pengandaan Proposal Penggandaan Laporan Antara Penggandaan Laporan Akhir diseminasi laporan
Kuantitas
Harga Satuan
Biaya Per Tahun
buah
3
Rp
130.000,00
Rp 390.000,00
buah
3
Rp
145.000,00
Rp 435.000,00
buah
3
Rp
170.000,00
Rp 510.000,00
Keg
1
Rp 1.700.000,00
Rp 1.700.000,00
Total
Rp. 16.965.000
25
Lampiran 2. Biodata Ketua dan Anggota Tim Penelitian A.
Identitas Diri (Ketua) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Nama Lengkap Jenis Kelamin Jabatan Fungsional NIP NIDN Tempat dan Tanggal Lahir E-mail Hp Alamat Kantor No Telepon/Faks Lulusan yang Telah Dihasilkan Mata Kuliah yang Diampu
Dian Saraswati, S.Pd, M.Kes Wanita Lektor Kepala 19692905691994032002 0029056902 Biak, 29 Mei 1969
[email protected] 081340193867 Jl. Siliwangi No 24 Tasikmalaya (0265)324445 S1 = 80 Biologi Parasitologi Mikrobiologi MPMM OMK Agent Penyakit
2. Riwayat Pendidikan Ketua Pengusul Nama Perguruan Tinggi Bidang Ilmu Tahun Masuk-Lulus Judul Skripsi/Tesis
Nama Pembimbing/Promotor
S1 Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (UPI) Bandung Pendidikan Biologi 1988-1992 Pengaruh Perendaman terhadap Perkecambahan Kacang Hijau Dra. Sri Rejeki, M.Pd
S2 PPs-UNPAD Bandung Kedokteran Dasar 2000-2004 Identifikasi Bakteri Ruang Anak Klas 1,2 dan 3 di RSHS Bandung dr. Dewi, M.Kes
3. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir No Tahun Judul 1. 2012 Uji Bakteri Salmonella sp pada Telur Bebek, Telur Puyuh dan Telur Ayam Kampung yang Diperdagangkan di Pasar Liluwo 2. 2013 Pengaruh Lama Penyimpanan Daging Sapi pada Refrigerator terhadap Angka Lempeng Total Bakteri (ALT) dan Keberadaan Bakteri Echerishia coli” 3. 2014 Pengaruh Konsentrasi Air Kelapa Muda Terhadap Pertumbuhan Saccharomyces cereviceae 4. 2016 Identifikasi Bakteri Pembusuk dan Kandungan Gizi Pada Iakan Pindang Tongkol yang Beredar di Pasar Tradisional Ciawi Kab Tasikmalaya 26
27
B. Identitas Diri (Anggota) 1. Identitas Diri Nama
:
NIP Tempat Tanggal Lahir Jenis Kelamin Status Perkawinan Agama Golongan/Pangkat Jabatan fungsional Akademik Perguruan Tinggi Alamat Kantor Telephon/Fax. Alamat Rumah
: : : : : : :
Telephon/Fax Alamat e-mail Tmt di UNSIL
: : :
: : : :
Dr. Asep Suryana Abdurrahmat, S.Pd., M.Kes 196904231994031003 Bandung, 04/23/1969 Pria Kawin Islam IV a/Pembina Lektor Kepala Universitas Siliwangi Jl Siliwangi no 24 Tasikmalaya 0265 324445 Perum Kirana Residen no 32 jl Babakan tengah . Kel. Karsamenak, Kec. Kawalu Tasikmalaya 081356363677
[email protected] 1 Januari 2016 No Sk: 6623/A2.3/KP/2015
2. Riwayat Pendidikan Tahun Lulus 1993 2004 2013
Jenjang S1 S2 S3
Perguruan Tinggi IKIP Bandung UNPAD Bandung UNAIR Surabaya
Jurusan/Bidang Studi Pendidikan Biologi Ilmu Faal & Kesehatan Olahraga Ilmu Kesehatan
3. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir Tahun Judul Penelitian Jabatan Model Matematis Hubungan 2016 Ketua peneliti Berbagai Faktor Terhadap Keluhan Otot Dan Sendi Pengrajin Bordir
2014
2014
2013
2012
Analisis Berbagai Faktor Kelelahan Otot Pada Berbagai Posisi Kerja Pengaruh model posisi kerja terhadap konsentrasi asam laktat pada operator komputer Model Hubungan Berbagai Faktor Risiko Keluhan Fisik Akibat Gangguan Otot dan Sendi Pada Operator Komputer Riset Fasilitas Kesehatan
Sumber Dana Dana internal Unsil
Ketua Peneliti
PNBP-UNG
Ketua peneliti
PNPB-UNG
Ketua Peneliti
Mandiri
Penanggung Jawab Teknis Kabupaten Pohuwato
Litbangkes
28
29