Neraca Jurnal Pendidikan Ekonomi, November 2015, Volume 1 Nomor 1, (42-46) ISSN : 2477-605X
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN METODE KARYA WISATA Oleh : Bambang Irawan, M.Si* dan Piawati**
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) peningkatan aktivitas pembelajaran peserta didik dengan menggunakan metode karya wisata sebagai metode pembelajaran IPS. (2) untuk mengetahui peningkatan minat dan hasil belajar IPS setelah menggunakan metode karya wisata. Metode yang digunakan peneliti adalah menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Hidayatul Insan Palangka Raya tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 33 orang Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa: (1) aktivitas belajar peserta didik kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Hidayatul Insan Palangka Raya pada saat pembelajaran IPS dengan menggunakan metode karyawisata lebih aktif. (2) ada peningkatan hasil belajar IPS peserta didik setelah menggunakan metode karyawisata.
Kata Kunci : Hasil Belajar IPS, Metode Karya Wisata PENDAHULUAN Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta dan generalisasi yang berkaitan dengan fenomena alam serta kehidupan makhluk. Sedangkan menurut Susanto Ahmad (2013:139), mengungkapkan bahwa pembelajaran IPS merupakan penyederhanaan adaptasi, seleksi, dan modifikasi dari disiplin akademik ilmuilmu sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk menghujudkan tujuan guruan berdasarkan pancasila. Pada Jenjang Madrasah Tsanawiyah mata pelajaran IPS memuat materi ekonomi, geografi, sejarah, antropologi, sosiologi dan tata negara dalam bentuk sederhana dan menjadi
satu kesatuan serta disusun secara sistematis kompetensi dan terpadu. Walaupun pada umumnya dianggap demikian, namun untuk memperoleh keberhasilan dalam belajar IPS sebenarnya tidak sekedar nilai yang dicapai. Melainkan, selain aspek nilai, ada pula aspek-aspek lain yang perlu dicapai peserta didik dari belajar IPS yaitu keterampilan psikomotorik dalam kehidupan. Menurut Muhibbin Syah (2010:87), “Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan”. Ada tiga hal prinsip keberhasilan sejalan dengan “Taksonomi Bloom” yang harus dicapai peserta didik seusai belajar, yaitu: kemampuan kognitif
Bambang Irawan, M.Si* Dosen FKIP UM Palangkaraya Piawati** Mahasiswa Prodi Pendidikan Ekonomi UM Palangkaraya
42
Neraca Jurnal Pendidikan Ekonomi, November 2015, Volume 1 Nomor 1, (42-46) ISSN : 2477-605X
(pengetahuan), kemampuan afektif (penghayatan), dan kemampuan psikomotorik (perilaku). Dengan demikian yang dimaksud dengan keberhasilan dalam belajar IPS bukanlah semata-mata hanya diukur dengan perolehan nilai yang memuaskan baik dalam ulangan maupun ujian akhir, melainkan diukur pula dari materi IPS yang dipelajari dapat dihayati dan diterapkan dalam perilaku sehari-hari. Menurut Kunandar (2009:241) mengemukakan bahwa “Hasil belajar adalah kemampuan peserta didik dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam suatu kompetensi dasar”. Sedangkan menurut Ruseffendi (dalam Susanto Ahmat, 2013:14) mengemukan faktorfaktor yang mempengaruhi hasil belajar kedalam sepuluh macam, yaitu: 1) kecerdasan peserta didik, 2) kesiapan peserta didik, 3) bakat belajar, 4) kemauan balajar peserta didik, 5) minat peserta didik, 6) metode atau model penyajian materi, 7) pribadi dan sikap guru, 8) suasana belajar, 9) kopetensi guru, 10) kondisi masyrakat. Pengalaman menunjukkan bahwa, keberhasilan seseorang peserta didik dalam belajar IPS ternyata ditentukan oleh berbagai faktor yang saling mendukung secara serempak atau terpadu. Dengan hanya mengandalkan faktor kecerdasan saja belum tentu menjamin keberhasilan peserta didik, jika tidak didukung faktor lain. Sering terjadi salah tafsir manakala IPS dipahami sebagai hafalan. Dengan serentetan kata tanya apa, kenapa, dimana, kapan, bagaimana dan mengapa terjawab dengan jalan
menghafal untuk itu tidak dipungkiri lagi bahwa anak dituntut untuk terus belajar menghafal, bahkan kadang kala mengesampingkan aspek pemahaman. Para guru IPS pada umumnya menginginkan agar peserta didiknya berhasil dalam belajar IPS. Keberhasilan ini merupakan modal bagi peserta didik untuk memperoleh tes hasil belajar yang lebih baik. Faktor pendukung keberhasilan belajar peserta didik dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu: faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar. Faktor internal meliputi intelegensi (kecerdasan, kesehatan, kemampuan, adaptasi dan minat belajar). Faktor eksternal meliputi keadaan lingkungan, keadaan sarana prasarana maupun cara belajar. Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar peserta didik yang meliputi strategi dan metode yang digunakan peserta didik untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran. Apabila ketiga faktor tersebut tersedia secara memadai, maka diharapkan akan dicapai hasil belajar. Peserta didik akan memperoleh hasil belajar IPS secara maksimal jika mempunyai minat belajar yang kuat kemudian didukung oleh lingkungan alam dan sosial, teman keluarga secara penuh, tersedia guru profesional, bukubuku pelajaran dan alat tulis yang memadai, serta menggunakan metode pengajaran yang tepat. Salah satu metode pengajaran yang dirasa tepat untuk meningkatkan hasil belajar IPS peserta didik bisa menggunakan metode karyawisata.
Bambang Irawan, M.Si* Dosen FKIP UM Palangkaraya Piawati** Mahasiswa Prodi Pendidikan Ekonomi UM Palangkaraya
43
Neraca Jurnal Pendidikan Ekonomi, November 2015, Volume 1 Nomor 1, (42-46) ISSN : 2477-605X
Menurut Mulyono (2012:112) menyatakan bahwa metode karya wisata merupakan implementasi dari salah satu dan satu gabungan dari beberapa strategi pembelajaran antara lain: pembelajaran konstekstual, bermain peran, pembelajaran partisipatif, belajar tuntas maupun strategi pembelajaran inkuiri. Metode karyawisata dipilih sebagai metode tepat guna dalam menarik minat belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS, dimana IPS itu sendiri sangat berhubungan erat dengan lingkungan. Karya wisata adalah metode mengajar dimana guru mengajak siswanya keluar kelas untuk menuju pada objek yang sesungguhnya sebagai sumber belajar yang disesuaikan dengan materi ajar. Dengan karya wisata diharapkan siswa dapat mengamati, merasakan, melakukan secara langsung obyek dan dengan karya wisata pula menambah pengalaman wawasan serta ingatan siswa, yang jika dikaitkan dengan suatu konsep. Karya wisata menempatkan guru sebagai fasilitator sehingga siswa dapat aktif dan melakukan kegiatan. Dengan demikian akan menumbuhkan perasaan santai, tapi tetap serius dalam membahas materi pelajaran. Karya wisata adalah metode alternatif yang edukatif dan menyenangkan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan antara peneliti terhadap peserta didik Kelas VIII MTs Hidayatul Insan Palangka Raya menunjukan bahwa pelaksanaan belum bervariasi dalam kegiatan pembelajaran IPS. Hal tersebut terbukti dari kurangnya motivasi belajar peserta
didik dan rendahnya hasil belajar peserta didik. Hal itu terlihat pada saat KBM berlangsung tidak sedikit peserta didik yang ribut dan mengganggu teman di dalam kelas, mereka kurang fokus dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru. Pada saat diberikan tugas tidak sedikit peserta didik yang mendapatkan nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), pada mata pelajaran IPS nilai KKM yang ditentukan oleh pihak sekolah adalah ≥65, sedangkan nilai yang diperoleh oleh peserta didik adalah 55-65, nilai ini di ambil dari tugas harian dan tugas rumah (PR), presentasi hasil belajar peserta didik menunjukan dari 33 orang peserta didik kelas VIII, 25 orang (80%) peserta didik mendapatkan nilai dibawah 65, dan hanya 8 orang (20%) yang mendapatkan nilai di atas 65. (Sumber data: Guru bidang studi IPS kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Hidayatul Insan Palangka Raya). Berdasarkan permasalahan yang terjadi peneliti tertarik untuk mengangkat judul penelitian “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Dengan Metode Karya Wisata”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aktivitas belajar IPS peserta didik dengan menggunakan metode karya wisata dan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar IPS dengan menggunakan metode karya wisata. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan kegiatan pengamatan,
Bambang Irawan, M.Si* Dosen FKIP UM Palangkaraya Piawati** Mahasiswa Prodi Pendidikan Ekonomi UM Palangkaraya
44
Neraca Jurnal Pendidikan Ekonomi, November 2015, Volume 1 Nomor 1, (42-46) ISSN : 2477-605X
aktivitas mencermati suatu objek tertentu melalui metodologi ilmiah dengan mengumpulkan data-data dan dianalisis untuk menyelesaikan suatu masalah yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang berbentuk siklus kegiatan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu dan kualitas proses belajar mengajar di dalam sebuah ruangan pada sekelompok peserta didik yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru. Penelitian Tindakan Kelas PTK model siklus terdapat empat tahap yang harus dilalui yaitu: 1) menyusun rancangan tindakan (planning), 2) pelaksanaan tindakan (Acting), 3) pengamatan (Observing), 4) refleksi (Reflecting). Peneliti adalah pihak yang merasakan adanya masalah yang perlu diselesaikan. Jika peneliti adalah pengampu kelas atau pelajaran, maka dialah orang pertama yang dapat merasakan adanya masalah dan paling berkepentingan dengan pemecahan atau diperolehnya jawaban atas masalah tersebut. Peneliti harus mengakrabkan, bahkan menyatukan dirinya dengan subjek penelitian. Kehadiran dan peran peneliti dalam penelitian ini adalah melakukan penelitian dengan berkaloborasi bersama dengan guru kelas guna memperbaiki proses belajar mengajar agar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Peneliti merupakan perencana, pengajar, pengamat, pelaksana pengumpulan data dilapangan. Melakukan observasi, tes dan dokumentasi serta melakukan analisis data dan pelapor hasil penelitian.
Sesuai dengan karakteristik dan tujun penelitian tindakan kelas, kehadiran peneliti didalam penelitian secara terus menerus dalam waktu yang cukup panjang sangat penting artinya agar dapat menghayati apa yang sebenarnya terjadi dilapangan. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Hidayatul Insan Palangka Raya tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 33 orang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi dan tes hasil belajar. Observasi merupakan serentetan kegiatan melihat, mendengarkan, yang hasilnya dicatat sebagai hasil pengamatan dilapangan secara langsung berdasarkan hasil pengamatan peneliti, data yang diambil berupa beberapa data motivasi peserta didik kelas VIII pada Madrasah Tsanawiyah Hidayatul Insan Palangka Raya. Teknik tes dalam penelitian ini digunakan untuk menilai perubahan belajar peserta didik setelah mengikuti pelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran yaitu metode karya wisata. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. bahwa analisis data kualitatif dapat digunakan untuk menjelaskan perubahan perilaku (perhatian) belajar peserta didik dan guru dalam proses pembelajaran. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menjelaskan tingkat keberhasilan dari penggunaan metode pembelajaran karya wisata. Data yang dikumpulkan setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan siklus penelitian dianalisis secara
Bambang Irawan, M.Si* Dosen FKIP UM Palangkaraya Piawati** Mahasiswa Prodi Pendidikan Ekonomi UM Palangkaraya
45
Neraca Jurnal Pendidikan Ekonomi, November 2015, Volume 1 Nomor 1, (42-46) ISSN : 2477-605X
deskriptif agar hasilnya dapat memberikan manfaat dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat kecendrungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran. Untuk menganalisis hasil belajar pada peserta didik dengan menggunakan rumus NGain. Untuk melihat ada atau tidaknya peningkatatan hasil belajar dapat dianalisis dengan dengan menggunakan rumus presentase. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada tahap awal disaat observasi sebelum menerapkan siklus I dan siklus II dengan menggunakan metode karyawisata tingkat hasil belajar peserta didik masih rendah. Namun ketika diterapkannya pada siklus I aktivitas belajar peserta didik dari 33 peserta didik yang hadir rata-rata hasil pengamatan aktivitas yaitu 69,16% dan siklus II dari 33 peserta didik yang hadir rata-rata hasil pengamatan aktivitas meningkat menjadi 95,83% terdapat peningkatan 26,67% hasil belajar peserta didik yang menghitungnya di dapat dari penilaian hasil post-test peserta didik pada siklus I dengan hasil persentasenya 63,6% dan pada siklus II meningkat menjadi 97,0% yang terdapat peningkatan 33,4% dari kedua siklus tersebut. Sementara penghitungan hasil belajar dengan menggunakan rumus NGain pada siklus I adalah 0,40 (sedang) dan siklus II 0,74 (tinggi) dengan menggunakan metode karyawisata dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VIII MTs Hidayatul Insan Palangka Raya pada pembelajaran IPS.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Peserta didik menjadi lebih aktif pada saat proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode karyawisata, hal ini terlihat dari hasil pengamatan aktivitas peserta didik yang pada siklus I memperoleh skor 2,87 dengan kriteria cukup baik dan pada siklus II memperoleh skor 3,83 dengan kriteria baik. 2. Metode karyawisata dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada peserta didik Kelas VIII Pada Madrasah Tsanawiyah Hidayatul Insan Palangka Raya. DAFTAR PUSTAKA Kunandar. (2012). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengebangan Profesi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Mulyono. (2012). Strategi Pembelajaran Menuju Efektivitas Pembelajaran Di Abad Global. Malang: UIN-Maliki Press. Susanto,Ahmad. ( 2013). Teori Belajar Dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Jakarta: PT. Fajar Interpratama Mandiri. Syah Muhibbin. (2010). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Yang Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Bambang Irawan, M.Si* Dosen FKIP UM Palangkaraya Piawati** Mahasiswa Prodi Pendidikan Ekonomi UM Palangkaraya
46