UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PARENTING KAUM IBU DENGAN METODE BIMBINGAN KELOMPOK (Penelitian Pengembangan terhadap Kegiatan Bimbingan di Bina Keluarga Balita Kota Bandung) Lilis Satriah Dosen UIN Sunan Gunung Djati Bandung Abstract : Parenting plays a very important role in building children’s character and personality, thus it requires the provision of good education and care (nurture) from parents in order to generate children with good character or moral.Parents, especially mothers, therefore, are demanded to possess good parenting skills. But the reality shows that most mothers in Bandung have poor parentingskillsa. It is shown by the large number of parents who still hold the authoritarian type of parenting, which amounts to 86.7%. This phenomenon ofpood parenting skills of mothers in the city of Bandung underlies the need for the arrangement of effective guidance model to improve the parenting skills of parents, especially mothers as the holder of an important role in the education of children in family. For if these parents are allowed to adopt the authoritarian type of parenting, then the character and personality of the children they bring up will be unfavorable, whereas moral or noble character is an important foundation in the establishment of a secure, serene, and peaceful society. Based on such phenomenon, the researcher tried to design a program of guidance supported with a group approach as an effort to enhance the parenting skills of mothers. The program is tested on mothers participating BKB (Bina Keluarga Balita) in Bandung. After going through a series of trials, the result obtained shows that a group guidance held in eight sessions, with the subject of: (1) Monitoring children's behavior, (2) Having effective communication with children, (3) Setting rules and limits, (4) Enforcing rules without collisions, (5) Stimulating the task of childen development, (6) Being a good listener, (7) Applying Love Languages, and (8) Complimenting children, proved to effectively improve the parenting skills of mothers. It is characterized by theshift of parenting type, from authoritarian to authoritative. In conclusion the counseling program with the group approach can be an alternative model of guidance that can be used to enhance the parenting skills of mothers in a variety of settings in the community; in Majlis taklim, it is one of the alternative methods of da’wa, in BKB (Bina Keluarga Balita) it is a model of community counseling, in early childhood education concerning the co-parenting program, it is an education model for parents. Keyword: parenting skills, group counseling Abstrak: Parenting memegang peranan yang sangat penting dalam membentuk karakter dan kepribadian anak, maka untuk dapat menghasilkan anak-anak yang memiliki karakter yang baik atau berakhlak mulia anak-anak harus mendapat pendidikan dan pengasuhan yang baik dari orang tua. Oleh karena itu diperlukan para orang tua terutama kaum ibu yang memiliki kemampuan parenting yang baik.Akan tetapi realitas menunjukkan bahwa kaum ibudi Kota Bandung sebagian besar memiliki kemampuan parenting yang kurang baik. Hal tersebut ditandai dengan banyaknya orang tua yang masih menggunakan pola asuh atau tipe parenting otoriter yaitu sebanyak 86,7%. Fenomena rendahnya kemampuan parenting kaum ibu di Kota Bandung tersebut, mendasari perlu disusunnya sebuah model bimbingan yang efektif dalam meningkatkan kemampuan parenting orang tua terutama kaum ibu sebagai pemegang peranan penting dalam pendidikan anak dalam keluarga. Sebab jika para orang tua dibiarkan melakukan pengasuhan dengan tipe otoriter, maka akan terbentuk anak-anak yang memiliki karakakter dan kepribadiaan yang kurang baik., padahal karakter atau akhlak mulia merupakan fondasi penting terbentuknya tatanan masyarakat yang aman damai dan tentram. Berlatar belakang fenomena tersebut peneliti mencoba menyusun program bimbingan dengan pendekatan kelompok sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan parenting kaum ibu.Program tersebut diujicobakan terhadap ibu-ibu peserta BKB (BINA keluarga balita) di Kota Bandung.Setelah melalui serangkaian uji coba, diperoleh hasil bahwa bimbingan kelompok yang terdiri dari delapan sesi, dengan pokok bahasan tentang: (1) Memantau perilaku anak, (2) Berkomunikasi efektif dengan anak, (3) Menetapkan aturan dan batasan, (4) Menegakkan aturan tanpa benturan, (5) Menstimulasi tugas perkembangan anak, 145
marwah, Vol. XIV No. 2 Desember Th. 2015
(6) Menjadi pendengar yang baik, (7) Bahasa Kasih, dan (8) Memberikan pujian pada anak, terbukti efektif meningkatkan kemampuan parenting para ibu. Hal tersebut ditandai dengan terjadinya perubahan pola asuh dari otoriter menjadi autoritatif. Maka program bimbingan dengan pendekatan kelompok tersebut dapat menjadi salah satu alternatif model bimbingan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan parenting kaum ibu dalam berbagai seting di masyarakat.Di majlis taklim merupakan salah satu alternatif metode dakwah, di BKB (Bina Keluarga Balita) sebagai model community counseling, di PAUD dalam program co parenting sebagai model pendidikan kepada orang tua. Kata Kunci: kemampuan parenting, bimbingan kelompok PENDAHULUAN Karakter
menjadi ketua Bina Keluarga Balita Edelweis atau
akhlak
mulia
merupakan fondasi penting terbentuknya sebuah tatanan masyarakat yang beradab dan sejahtera. Sebagaimana Lord Channing (Megawangi, 2007) mengatakan, ”harapan terbesar masyarakat adalah kualitas akhlak setiap individu. Masyarakat yang aman, tentram dan damai hanya akan terbentuk jika individu-individunya memiliki karakter atau
Kota Bandung (2009-2010), menunjukkan rendahnya pemahaman orang tua tentang cara pengasuhan anak yang baik. Temuan tersebut diperkuat oleh hasil penelitian Tim Monitoring
IGTKA
Jabar
(2009-2010)
terhadap 115 Lembaga PAUD (TK Alquran Karakter dan SBB) di Jawa Barat (termasuk di dalamnya 55 lembaga di Kota Bandung) yang menunjukkan, bahwa ketidaktahuan orang tua tentang cara pengasuhan yang baik,
akhlak yang mulia1. Karakter individu terbentuk sejak anak usia dini, melalui proses pengasuhan oleh orang tua atau parenting. Beberapa teori dan hasil penelitian menyebutkan bahwa parenting memegang peranan penting dalam pembentukan akhlak atau karakter individu. Oleh karena itu diperlukan orang tua yang memiliki kemampuan parenting yang baik, agar bisa membangun karakter anak dengan
merupakan faktor utama yang menjadi penghambat
dan
penyebab
kurang
optimalnya penerapan pendidikan karakter di TK Alquran Karakter atau SBB (Semai Benih Bangsa). Hasil penelitian penulis terhadap 120 orang tua peserta BKB di Kota Bandung (2012) juga menunjukkan, 85% responden berada pada kategori parenting otoriter, 10% berada pada kategori autoritatif, 1,7% berada
baik. Kurangnya keterampilan
orang
pengetahuan tua
tentang
dan cara
pengasuhan atau teknik parenting yang baik, merupakan fenomena yang terjadi saat ini. Beberapa kasus temuan penulis selama menjadi praktisi PAUD (2001-2013) dan
pada kategori O/A (otoriter autoritatif), 1,7% berada pada kategori A/I (otoriter indulgen), dan 1,7% berada pada kategori indulgen. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa orang tua yang berada pada kategori sangat baik pengasuhannya adalah 10% dengan 146
Lilis Satriah, Meningkatkan Kemampuan Parenting...
frekuensi 12 orang peserta. Sebanyak 3,4% berada
pada
autoritatifnya
kategori
yaitu
mengemukakan
bahwa,
“Setiap
bayi
dilahirkan dalam keadaan fitrah, ayah dan
dengan tipe parenting indulgen dan otoriter
ibunya kelak yang menjadikannya Yahudi,
dengan frekuensi 4 orang peserta. Adapun
Nasrani atau Majusi.” 3 Dalam hadits yang
kategori terbanyak adalah kurang baik, yaitu
lain diriwayatkan, seseorang datang kepada
86,7% dengan frekuensi 104 orang peserta.
Nabi Muhamad Saw. dan bertanya, “Ya
Data tersebut menjadi dasar pentingnya
Rasulullah, apa hak anakku ini? “Beliau
upaya meningkatkan kemampuan parenting
menjawab, “memberinya nama yang baik,
orang tua, agar mereka dapat melakukan
mendidik adab yang baik, dan memberinya
pengasuhan dengan baik.
kedudukan yang baik (dalam hatimu)”
satu
skor
tipe
seimbang
Salah
memiliki
baik,
Beberapa Hadits Rasulullah Saw. juga
upaya
dapat
Cintailah anak-anak dan sayangilah mereka,
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
jika menjanjikan sesuatu kepada mereka,
parenting orang tua adalah dengan pemberian
tepatilah.
layanan
ketahui hanya kamu yang memberi rezeki”5
bimbingan,
sebab
yang
4
sebagaimana
pendapat Yusuf dan Nurihsan, “bimbingan merupakan
upaya
membantu
Sesungguhnya
yang
mereka
Berdasarkan ayat Alquran dan hadits
individu
di atas, jelaslah bahwa dalam ajaran Islam
dalam meningkatkan kemampuannya, yang
anak adalah amanah dari Allah SWT.kepada
dapat diberikan kepada setiap orang tanpa
para orang tua yang harus dijaga agar
mengenal batas usia, dan dalam seting
mereka tetap dalam keadaan fitrah, sehingga
apapun”2.
terhindar dari api neraka, dengan cara mengasuh dan mendidiknya dengan tutur
PEMBAHASAN
kata yang benar dan penuh kasih sayang, sesuai dengan yang diperintahkan oleh
Dalam
ajaran
Islam
parenting
pemberi amanah tersebut yaitu Allah SWT.
merupakan wujud dari tugas dan tanggung
Upaya untuk membantu seseorang
jawab orang tua terhadap anak-anaknya.
agar dapat melakukan kewajiban beragama
Beberapa ayat dalam Alquran (Q.S. Al Anfal :
merupakan salah satu tujuan dari Bimbingan
27), (Q.S. Ath Tahrim, 66 : 6 dan Q.S.An
Konseling Islam yang merupakan sub Ilmu
Nisa:, 4: 9) menyebutkan anak adalah
Dakwah. Sebagaimana pendapat Sambas,
amanah. orang tua mempunyai tugas dan
“Dakwah yang diartikan sebagai proses
kewajiban
mengajak dan membimbing umat manusia
mendidiknya.
untuk
mengasuh
dan
ke jalan Tuhan, dalam prosesnya meliputi aktivitas difusi, transformasi, transmisi, dan 147
marwah, Vol. XIV No. 2 Desember Th. 2015
internalisasi ajaran Islam, dengan bentuk
kemampuan parenting orang tua merupakan
kegiatannya berupa Irsyad wa Taujih al-Islam
sebuah alternatif model dakwah Islam.
‘Bimbingan Konseling Islam‟, Tabligh al-Islam ‘Komunikasi Penyiaran Islam‟, Tadbir al-Islam ‘
Manajemen
Dakwah
Tamkin/Tathwir
Islam,
al-Islam
Makna Parenting
dan Istilah
„Pengembangan
Indonesia
Masyarakat Islam‟”.6
parenting
dikenal
dalam
dengan
bahasa
pengasuhan.
Irsyad wa Taujih al-Islam merupakan
Pengasuhan kata dasarnya adalah “asuh“
kegiatan dakwah dalam bentuk bimbingan
yang artinya menjaga (merawat, mendidik)
konseling
individu
anak, membimbing (membantu, melatih)
kecil
supaya dapat berdiri sendiri, memimpin
dalam
(mengepalai, menyelenggarakan suatu badan
Islam,
(fardiyah)
baik
maupun
masyarakat
(fiah
untuk kelompok qolilah)
kelembagaan). Pengasuhan sendiri berarti
menginternalisasiajaran Islam.7 Upaya untuk membantu individu melalui
dikenal
adalah orang yang mengasuh, wali atau
bimbingan kelompok. Menurut
orang tua. Arti kata parent dalam parenting
pendekatan
dengan
proses, cara mengasuh, sedangkan pengasuh
Natawidjaja,
kelompok
“Bimbingan
kelompok
adalah
ayah,
ibu,
seseorang
yang
dimaksudkan untuk efektivitas waktu dan
mendampingi semua tahapan pertumbuhan
tenaga pembimbing”.8 “Bimbingan kelompok
anak, merawat, melindungi, mengarahkan
juga dimaksudkan, agar kegiatan bimbingan
kehidupan baru anak dalam setiap tahapan
lebih
karena
perkembangan anak..Maka parenting yang
kelompok memiliki beberapa
dimaksud di sini adalah pengasuhan anak
dinamis
bimbingan metode
dan
seperti:
bervariasi,
permainan,
latihan,
oleh orang tua. Baumrind
simulasi,home room, dan sosiodrama” 9 Melalui
layanan
bimbingan
(Maccoby
dan
Martin,
2005) mengelompokkan parenting menjadi
kelompok, peserta juga bisa mendapatkan
tiga
informasi sesuai tujuan yang dicanangkan,
parentingstyle),autoritatif
termasuk mengenai pentingnya parenting
parenting
yang
melakukan
parenting style). Maccoby dan Martin (2005)
parenting yang benar. Peserta juga dapat
membagi permisif menjadi permisif yang
sharing
pemurah (permisive-indulgent parenting), dan
benar,
serta
dalam
cara-cara
menghadapi
berbagai
macam
yaitu,otoriter
style),
dan
(authoritarian (autoritative
permisif
(permisive
di
permisif yang penuh kelalaian (permisive
rumah.Berdasarkan uraian di atas maka
neglectful parenting), sehingga terdapat empat
bimbingan kelompok untuk meningkatkan
macam parenting yaitu sebagai berikut.
permasalahan
perilaku
anak
148
Lilis Satriah, Meningkatkan Kemampuan Parenting...
a.
Authoritarian
Parenting
Style
’Pola
Asuh Otoriter’
Menurut Baumrind (Boyd & Bee 2006) anak-anak yang diasuh dengan pola ini
Pola asuh otoriter adalah pola asuh
sering
sekali
merasa
tidak
bahagia,
yang menuntut anak, agar tunduk dan patuh
ketakutan, dan cemas dibandingkan dengan
pada semua perintah dan aturan yang dibuat
anak lain, gagal memulai suatu kegiatan,
orang tua, tanpa ada kebebasan untuk
menarik diri karena tidak puas diri, dan
bertanya atau mengemukakan pendapatnya
memiliki keterampilan komunikasi yang
sendiri. Orang tua yang atoriter adalah orang
lemah.
tua yang memberikanbatasan-batasan dan aturan yang tegas terhadap anak, tetapi memiliki komunikasi verbal yang rendah.
b. Autoritative Parenting Style ’Pola Asuh Autoritatif’
Pola asuh otoriter ditandai dengan adanya
Pola asuh autoritatif adalah tipe
sedikit
komunikasi,
parentingyang
gerak
anak,
dan
mandiri, tetapi orang tua tetap memberikan
berorientasi pada hukuman fisik maupun
batasan serta mengontrol perilaku anak.
verbal agar anak patuh dan taat.
Orang
kontrol
yang
membatasi
kuat,
ruang
Ibrahim
tua
mendorong
bersikap
anak
hangat,
untuk
mengasuh
(Pangestu 2010) mengemukakan indikator
dengan penuh kasih sayang dan penuh
pola asuh
perhatian. Orang tua juga memberikan ruang
membentuk,
otoriter sebagai berikut: (1) mengontrol,
mengevaluasi
kepada anak untuk membicarakan apa yang
tingkah laku dan kebiasaan anak sesuai
mereka
dengan standar perilaku yang ditetapkan
tuanya.
orang
tua
yang
secara
mutlak
harus
Pola
inginkan/harapkan
asuh
autoritatif
dari
orang
memandang,
dilakukan oleh anak.; (2) membatasi tindakan
bahwa kebebasan pribadi untuk memenuhi
anak dan orang tua memutuskan apa yang
keinginan dan kebutuhannya baru bisa
akan dilakukan oleh anak; (3) sangat sedikit
tercapai dengan sempurna, apabila anak
menerima
tidak
mampu mengontrol dan mengendalikan diri
memberi kesempatan kepada anak untuk
serta menyesuaikan diri dengan lingkungan
mandiri;
keluarga
pendapat
(4)
anak,
orang
dan
tua
tidak
dan
masyarakat.
Anak
diberi
mengkomunikasikan aturan-aturan kepada
kebebasan, namun dituntut untuk mampu
anak dan bersikap keras serta memaksa
mengatur
dalam
menyesuaikan
bertindak
melaksanakan emosional
aturan, dan
bahkan
melakukan
dan
mengendalikan keinginan
diri
diri, dengan
tuntutan lingkungannya. Oleh karena itu,
kekerasan/hukuman fisik, (5) rendah dalam
sebelum
anak
mampu
mengatur
dan
kehangatan dan pemberian pujian
mengendalikan dirinya sendiri, maka dalam 149
marwah, Vol. XIV No. 2 Desember Th. 2015
dirinya perlu ditumbuhkan perangkat aturan
teman dan
sebagai alat kontrol yang dapat mengatur
menyesuaikan
dan mengendalikan dirinya sesuai dengan
Mereka memiliki nilai yang bagus, serta
aturan yang berlaku di lingkungannya.
motivasi
Kontrol yang ketat diimbangi dengan dorongan
kuat
yang
positif,
orang dewasa, serta dapat
yang
tinggi,
membuat
merasa dihargai sebagai pribadi yang bebas.
Permisif’
Komunikasi antara orang tua dengan anak,
Pola
merasa
lingkungan.
dibandingkan anak dari pola asuh lainnya. c. Permisive
tidak
dengan
berprestasi
karena
individu
diri
tertekan,
ParentingStyle asuh
’Pola
permisif
Asuh
menekankan
dan aturan intern keluarga merupakan hasil
ekspresi diri, dan self regulation anak. Orang
dari kesepakatan yang telah disetujui dan
tua yang permisif membuat beberapa aturan
dimengerti
(Pangestu,
dan mengijinkan anaknya untuk memonitor
2010) mengemukakan indikator pola asuh
kegiatan mereka sebanyak mungkin. Orang
autoritatif sebagai berikut: (1) hangat dan
tua
tanggap dalam berinteraksi dengan anak; (2)
keputusan
mempunyai
standar
perilaku
menghukum. Pola asuh permisif terbagi dua
diperlukan
untuk
mengembangkan
bersama.
Ibrahim
yang
kemampuan dan memenuhi kebutuhan anak;
berkonsultasi
yaitu
yang
dengan
anak
tentang
diambil
dan
jarang
permisive-indulgent
parenting
dan
permisiveneglectfulparenting.
(3) memberi kesempatan kepada anak untuk mandiri dan mengambil keputusan; (4)
1)
Pola Asuh Permisif yang Pemurah
mengarahkan anak untuk berpikir rasional
(Permisive-Indulgent Parenting)
dalam
Pada pola ini orang tua sangat terlibat
bersikap
dan
bertindak;
(5)
mengkomunikasikan segala sesuatu yang
dengan
diperlukan
menuntut
dalam
penerapan
disiplin
anaknya, atau
tetapi
sedikit
mengendalikan
sekali mereka.
menggunakan
Biasanya orangtua yang demikian akan
wewenang dengan membimbing anak ke
memanjakan, dan mengizinkan anak untuk
arah kesadaran hak dan tanggung jawab diri.
melakukan apa saja yang mereka inginkan,
terhadap
anak,
dan
(6)
pola
orang tuajuga bersikap terlalu lunak, tidak
autoritatif, menurut Baumrind (Maccoby dan
berdaya, dan memberi kebebasan terhadap
Martin, 2005) menunjukkan sikap merasa
anak, tanpa adanya norma-norma yang harus
bahagia, mempunyai kontrol diri dan rasa
diikuti oleh mereka. Macoby dan Martin
percaya diri yang terpupuk, bisa mengatasi
(2005)
stres, punya keinginan untuk berprestasi dan
permisif
bisa berkomunikasi baik dengan teman-
nurturance yang tinggi, namun rendah dalam
Anak
yang
diasuh
dengan
menjelaskan indulgent
ciri-ciri sebagai
pola berikut:
asuh (1)
150
Lilis Satriah, Meningkatkan Kemampuan Parenting...
tuntutan
kedewasaan,
kontrol
dan
Anak
yang
diasuh
dengan
komunikasi, (2) cenderung membebaskan
permisive
indulgent
anak tanpa batas, (3) tidak mengendalikan
mandiri,
tidak
anak, (4) lemah dalam keteraturan hidup, (5)
cenderung mendominasi orang lain sehingga
1Dtidak memberikan hukuman apabila anak
punya kesulitan dalam berteman. Anak
melakukan kesalahan, (6) tidak memiliki
selalu menuntut orang lain untuk mengikuti
standar bagi perilaku anak, dan (7) hanya
keinginannya tapi tidak belajar menghormati
memberikan
dalam
orang lain. “Mereka juga cenderung impulsif
membina kemandirian dan kepercayaan diri
dan agresif, serta kurang dapat bertanggung
anak.10
jawab”.11
sedikit
perhatian
menunjukkan
pola
dapat
tidak
mengontrol
diri,
Pola asuh permisiveindulgent yang mengutamakan dilandasi
kebebasan
oleh
kerangka
pada
anak,
pemikiran
psikoanalisis yang memandang bahwa setiap
2)
Pola
Asuh
Kelalaian
Permisif
yang
(Permisive
Penuh
Neglectful
Parenting)
manusia yang dilahirkan, sudah memiliki
Orang tua yang menerapkan pola
kebutuhan dasar pribadi yang menuntut
asuh ini, tidak melakukan kontrol sama
untuk dipenuhi. Oleh karena itu, apabila
sekali kepada anaknya. Mereka menolak
tuntutan ini tidak dipenuhi, maka akan
anaknya, ataupun sudah tidak memiliki
terjadi halangan perkembangan, dan timbul
waktu dan tenaga untuk anaknya, karena
penyimpangan dalam pertumbuhan dan
permasalahan hidup mereka. Orang tua
perkembangan anak. Oleh karena itu, anak
mengirim pesan, bahwa mereka seakan-akan
harus diberikan kebebasan penuh, serta
tidak
dihindari penekanan terhadap keinginan dan
mereka. Pada pola ini, orang tua sangat tidak
kemauan anak, dan dibiarkan berkembang
ikut campur dalam kehidupan anaknya.
dengan apa adanya. Jika anak berbuat
Orang tua yang seperti ini tidak akan pernah
kesalahan, orang tua tidak perlu ikut serta
tahu keberadaan anak mereka, dan tidak
untuk memperbaikinya, tetapi cukup hanya
cakap
membiarkan
itu
membutuhkan perhatian orang tua, ketika
memperbaiki dirinya sendiri. Faham ini
mereka melakukan sesuatu. Orang tua tidak
memandang bahwa seorang anak secara
memonitor
alamiah telah memiliki suatu kemampuan
mendukungnya. Orang tua sibuk dengan
untuk dapat mengurus dan mengatur dirinya
masalahnya
sendiri, sehingga orang lain tidak perlu ikut
meninggalkan
campur tangan.
sebagai orang tua.
saja
supaya
anak
peduli,
dan
secara
menelantarkan
sosial,
perilaku
padahal
anaknya,
sendiri, tanggung
dan
anak
anak
ataupun
cenderung
jawab
mereka
151
marwah, Vol. XIV No. 2 Desember Th. 2015
Indikator pola asuh neglectful menurut Ibrahim
(Pangestu
2010)
yaitu
mempunyai
kesempatan
memperhatikan
anak,
dan
tidak
individu,
dan
dapat
diberikan
dalam
berbagai seting.
untuk
“Tipe otoriter menghasilkan anak-
cenderung
anak yang memiliki tingkat kecemasan dan
bahkan
ketakutan yang tinggi dibandingkan dengan
menolak atau menyia-nyiakan, mengabaikan anak.
anak lain; gagal memulai suatu kegiatan;
Anak yang diasuh dengan pola ini,
menarik diri karena tidak puas diri, dan
cenderung tidak memiliki kompetensi yang
memiliki keterampilan komunikasi yang
baik secara sosial maupun akademik, Mereka
lemah”13
biasanya memiliki self esteem yang rendah,
Hasil penelitian Boyd dan Bee (2006)
tidak dewasa dan merasa diasingkan dalam
juga menyebutkan, bahwa remaja yang
keluarga.
mereka
berasal dari keluarga dengan pola parenting
penyimpangan-penyimpangan
yang otoriter, memiliki nilai raport yang
perilaku. Misalnya: suka membolos/tidak
rendah, dan memilki konsep diri yang
masuk sekolah; terlibat kenakalan remaja;
negatif dibanding anak-anak yang diasuh
kurang dapat mengendalikan diri, dan tidak
dengan pola autoritatif, sedangkan dampak
bisa menangani kebebasan dengan baik12.
dari
Pada
mengalami
masa
remaja
tipe
parenting
yang
permisif
dapat
menghasilkan anak yang memiliki self esteem
diketahui, bahwa tipe parenting autoritatif
yang rendah, tidak dewasa dan merasa
merupakan pola yang menghasilkan karakter
diasingkan
paling
asuh
diasuh dengan pola permisif cenderung
lainnya, maka agar menghasilkan anak-anak
impulsif, agresif, kurang dapat bertanggung
yang
positif
jawab, dan kurang mandiri.Adapun tipe
yang
memiliki
parenting yang menghasilkan karakter dan
melakukan
parenting
kepribadian
Berdasarkan
positif
kemampuan
di
atas
dibandingkan
memiliki
diperlukan
uraian
karakter
orang untuk
tua
pola
yang
dengan pola autoritatif.
dalam
anak
keluarga.Anak
yang
paling
yang
positif
menurut Baumrind (Boyd & Bee, 2006)
Upaya untuk membantu para orang
adalah pola autoritatif. Anak yang diasuh
tua agar memiliki kemampuan parenting
dengan pola autoritatif menunjukkan sikap
yang
merasa bahagia, mempunyai kontrol diri dan
baik
memberikan
dapat
dilakukan
layanan
dengan
bimbingan
dan
rasa percaya diri yang
terpupuk,
bisa
konseling. Hal tersebut sesuai dengan salah
mengatasi stres, punya keinginan untuk
satu prinsip bimbingan, yaitu diberikan
berprestasi, dan bisa berkomunikasi baik
kepada
dengan teman-teman dan orang dewasa,
individu
dari
berbagai
usia,
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
serta
dapat
menyesuaikan
diri
dengan 152
Lilis Satriah, Meningkatkan Kemampuan Parenting...
lingkungan. Mereka juga memiliki nilai yang
menyampaikan perasaan dan keinginannya,
bagus serta motivasi berprestasi yang tinggi,
(b)
dibandingkan
harapan serta batasan dan aturan yang
anak
dari
pola
parenting
lainnya. Menrut
Hetherington
dan
Parke
sejauhmana
orang
tua
menjelaskan
ditetapkan,
(c) sejauhmana orang tua
memberikan
penghargaan
dan
pujian
(Conrad, 2010) parenting merefleksikan dua
terhadap prestasi anak, dan (d) sejauhmana
dimensi tingkah laku yaitu dimensi emosi
orang tua menunjukkan kehangatan, cinta,
dan dimensi kontrol. Cerry (Listiana, 2011)
perawatan
menafsirkan dimensi perlakuan orang tua
kepada anak.
menjadi empat, yaitu parental control, maturity demans,
patent
child
dan
perasaan
kasih
sayang
Berdasarkan dimensi dan sub dimensi
communication,dan
parenting yang telah dikemukakan di atas,
nurturance. Maccoby dan Martin (Boyd &
kemampuan parenting orang tua yang perlu
Bee, 2006) mentransformasi empat kategori
ditingkatkan adalah kecakapan melakukan
perlakuan orang tua yang dikemukakan
pengasuhan
Cerry di atas ke dalam dua dimensi, yaitu
parenting
“parental
perilaku
demandingness”
dan
“parental
responsiveness”.
dengan
menggunakan
autoritatif anak,
dalam
menetapkan
tipe
memantau aturan
dan
batasan, menegakkan aturan, menstimulasi
Merujuk kepada pendapat-pendapat
perkembangan anak, berkomunikasi efektif
di atas, penulis mengidentifikasi dimensi
dengan anak, menjadi pendengar bagi anak,
parenting menjadi dua yaitu dimensi kontrol
memberikan penghargaan dan pujian kepada
(demandingness)
anak, dan menunjukkan kehangatan dan
dan
dimensi
(responsiveness).Dimensi
emosi kontrol
kasih sayang kepada anak.
(demandingness)meliputi: (a) sejauh mana orang tua memantau perilaku anak, (b)
Konsep Dasar Bimbingan Kelompok Bimbingan
sejauhmana orang tua menetapkan batasan
kelompok
atau aturan tentang perbuatan yang boleh
bantuan
dan yang tidak boleh dilakukan oleh anak, (c)
dilaksanakan
sejauhmana orang tua menegakkan aturan
Bimbingan
yang telah disepakati, dan (d) sejauhmana
penyampaian informasi ataupun aktivitas
orang tua mendorong anak untuk mencapai
kelompok
kedewasaan
pendidikan, pekerjaan, pribadi dan sosial.
intelektual,
sosial
dan
terhadap
merupakan
individu
dalam
situasi
kelompok
membahas
dapat
yang
kelompok. berupa
masalah-masalah
Bimbingan kelompok dilaksanakan
emosional. Dimensi emosi (responsiveness) meliputi: (a) sejauhmana orang tua memberi
dalam
kesempatan
kelompok besar, ataupun kelas. Pemberian
kepada
anak
untuk
kelompok
kecil,
sedang,
dan
153
marwah, Vol. XIV No. 2 Desember Th. 2015
informasi
dalam
bimbingan
kelompok
Menurut
Corey
(1990),
proses
terutama dimaksudkan untuk meningkatkan
bimbingan kelompok merujuk kepada studi
pemahaman
aturan-
tentang tahapan kegiatan yang terjadi dalam
aturan dalam kehidupan, dan cara-cara yang
kelompok. Secara umum aktivitas kelompok
dapat dilakukan untuk menyelesaikan tugas
dapat diklasifikasikan dalam tiga tahap,
serta meraih masa depan dalam studi, karir,
yakni:
maupun kehidupan.
a. Tahap permulaan, adalah periode waktu
tentang
kenyataan,
Menurut Anas (2010) pelaksanaan
yang digunakan untuk memperkenalkan
program satuan kegiatan, yaitu kegiatan
dan mendiskusikan hal-hal yang berkaitan
layanan dan kegiatan pendukung yang
dengan tujuan kelompok, apa yang boleh
merupakan
ujung
kegiatan
dan diharapkan terjadi, rasa khawatir atau
bimbingan
dan
secara
kesenangan yang mungkin dialami, dan
keseluruhan.
Tahap-tahap
harus
mungkin juga berkaitan dengan materi
tombak konseling yang
ditempuh sebagai berikut: a) Tahap
perencanaan,
layanan
dan
kelompok. Pada tahap ini para anggota program
kegiatan
satuan
pendukung
kelompok
saling
mencek
level
konformitas mereka satu sama lain.
dengan
b. Tahap pertengahan, adalah fase pemusatan
memuat sasaran, tujuan, materi, metode,
perhatian para anggota terhadap tujuan
waktu, tempat, dan rencana penilaian.
yang ingin dicapai. Pada tahap ini anggota
direncanakan
b) Tahap
secara
tertulis
pelaksanaan,
program
tertulis
kegiatan
(layanan
atau
mendiskusikan
berbagai
pendukung) dilaksanakan sesuai dengan
menyelesaikan
tugas
perencanaannya.
mengikutsertakan anggota dalam kegiatan
satuan
c) Tahap penilaian, hasil kegiatan diukur dengan nilai. d) Tahap
hasil,
hasil
penilaian
dianalisis untuk mengetahui aspek-aspek mendapat perhatian lebih
lanjut. e) Tahap
materi-materi
baru, topik, atau
terapeutik. Pada tahap ini pula akan terjadi macam-macam dinamika karena
analisis
yang perlu
mempelajari
para
anggota
kelompok
berinteraksi
dengan beraneka ragam cara. c. Tahap akhir atau penutup,
para anggota
saling berbagi tentang apa yang telah tindak
lanjut,
hasil
kegiatan
mereka pelajari, cara mereka berubah, dan
ditindaklanjuti berdasarkan hasil analisis
tentang
yang
melalui
memanfaatkan apa yang telah mereka
layanan dan atau kegiatan pendukung
pelajari. Bagi kelompok tertentu tahap ini
yang relevan
bisa melibatkan pengalaman emosional
dilakukan
sebelumnya,
perencanaan
mereka
untuk
154
Lilis Satriah, Meningkatkan Kemampuan Parenting...
yang cukup intens karena pada saat
c. Sosiodrama Sosiodrama merupakan suatu teknik
tersebut mereka harus saling berpisah setelah sekian lama mereka berinteraksi. Dalam
praktiknya
bimbingn
dalam
konseling
menggunakan
kelompok
latihan
dengan
yang berbagai
kelompok dapat dilakukan melalui berbagai
bentuk sentuhan dimana beberapa orang
teknik yaitu latihan, permainan, diskusi,
mengisi peran tertentu dan memainkan suatu
homeroome dan sosiodrama14.
adegan yang mengandung persoalan yang harus diselesaikan. Para pembawa peran
a. Latihan
membawakan
Latihan
dalam
merupakan
bimbingan
metode
teknik
mengungkapkan
dan
sesuai
perannya,
memproyeksikan
yang
pandangan, perasaan dan prilaku yang
yang
diperankannya dan mendiskusikan dengan
terstruktur terencana dan terukur,
baik
sejumlah penonton dan anggota yang terlibat
dalam
dan
setelah sandiwaranya selesai. Adapun
melibatkan
atau
kelompok
adegan
aktivitas-aktivitas
hal
durasi,
materi
resikonya.Teknik latihan dapat digunakan
menurut
Djamarah
saat memulai kelompok di awal sesi, pada
sosiodrama
akhir sesi atau selama pertengahan sesi.
mendramatisasikan
dan
Zain
merupakan tingkah
(2006), proses
laku
dalam
hubungannya dengan masalah sosial b. Permainan/ Games Games
pada
awalnya
merupakan
Model
Bimbingan
Kelompokuntuk
instrumental dalam memberikan kesempatan
Meningkatkan Kemampuan Parenting Orang
kepada
Tuadalam Membangun Karakter Anak
anggota
mempraktikan
masyarakat
menguasai
untuk
kepedulian Rumusan
kultural dan kebutuhan psikologis yang
model
bimbingan
bahwa,”
kelompok untuk meningkatkan kemampuan
permainan/games diciptakan oleh manusia
parenting orang tua terdiri dari delapan
untuk
keluaran-keluaran
komponen yaitu: (1) rasional, (2) tujuan dan
(outlets) kemarahan dan permusuhan yang
manfaat, (3) ruang lingkup kegiatan, (4)
dapat diterima yang merupakan jiplakan dari
proses dan tahapan, (5) metode dan teknik,
respon bertempur atau berkelahi.,”15. Games
(6) fungsi, tanggung jawab dan kompetensi
memberi
pembimbing, (7) evaluasi dan indikator
umum.
Belakangan
diketahui
memberikan
kesempatan-kesempatan
mengekspresikan
agresi
dalam
yang dapat diterima secara sosial.
untuk
cara-cara
keberhasilan. 1)
Rasional, berisi latar belakang, landasan beserta konsep kunci untuk menegaskan 155
marwah, Vol. XIV No. 2 Desember Th. 2015
2)
mengapa dan atas dasar apa model ini
akademik, profesi, moral, sosial, bahkan
dirumuskan, dibuat dan dicari.
teologis dalam melaksanakan tugasnya.
Tujuan
dan
manfaat,
menegaskan
7)
Evaluasi dan indikator keberhasilan,
bentuk kerja nyata dari apa yang
berisi penilaian-penilaian dalam proses
dirumuskan dengan jelas dalam bentuk
pelaksaanaan dan hasil yang dicapai dari
operasionalisasi kerja yang sistematis
proses
dan terukur dari model ini. Setelah
pencapaian hasil berdasarkan tujuan.
pelaksanaan,
serta
standar
tujuan dirumuskan dengan jelas dan
3)
terukur lalu apa manfaat yang akan
Tahapdan
diperoleh dari model ini untuk semua
Untuk Meningkatkan Kemampuan Parenting
pihak.
Orang Tua
Ruang
lingkup
kegiatan,
4)
5)
6)
dan
konseling
Bimbingan
Kelompok
adalah Kegiatan bimbingan kelompok disajikan
menemukan seperti apa layanan dalam bimbingan
Teknik
sehingga
dalam 11 sesi yaitu 8 sesi materi, ditambah
terlihat dengan jelas dalam ranah mana
sesi
ta‟aruf
dan
muhasabah.Setiap
model ini bergerak dan diterapkan,
berlangsung
hingga batas-batas capaian layanan yang
pembukaan (10 menit), tahap peralihan (10
diberikan, sehingga ruang lingkupnya
menit), kegiatan inti (60 menit), dan penutup
jelas dan terukur.
(10 Menit).
dalam
empat
tahap,
sesi yaitu
Proses dan tahapan, berisi deskripsi
Setiap sesi menggunakan metode dan
pelaksanaan layanan bimbingan, dan
teknik yang berbeda-beda, sesuai dengan
langkah langkah yang dilalui dalam
materi dan tujuan yang hendak dicapai, yaitu
proses tersebut sehingga terlihat dengan
sebagai berikut.
jelas segmentasi dan tata urutnya.
1)
Sesi 1, sesi kesatu diberi judul “Berburu
Metode dan teknik, berisi cara-cara yang
Kata Bijak“, tujuan sesi ini adalah agar
digunakan dalam implementasi layanan
orang tua terampil memilih kata dalam
bimbingan
memantau perilaku anak. Teknik yang
sebagai
strategi
untuk
mencapai tjuan yang dicanangkan.
digunakan
Fungsi, tanggung jawab dan kompetensi
simulasi mengatasi kasus perilaku anak,
pembimbing,
sedangkan
berupa
penegasan
adalah
sumber
dan
belajar:
materi
parenting
untuk
mengenai batasan dan peran seorang
tentang
pembimbing
memantau perilaku anak; media belajar:
yang
mengandung
konsekuensi berbagai tanggung jawab
teknik
permainan
papan kasus dan kartu kata.
156
Lilis Satriah, Meningkatkan Kemampuan Parenting...
2)
Sesi
2,
sesi
kedua
diberi
judul
kertas/pulpen,
“Membangun Disiplin” tujuan sesi ini adalah
agar
orang
mengkomunikasikan
tua
terampil
aturan
5)
atau
Pendengar yang Baik dan Empatik”,
teknik
menjadi
digunakan
big
project,
agar
orang
pendengar
tua
yang
terampil baik
dan
estapet bola dan penugasan membuat
empatik; teknik yang digunakan adalah
disiplinplanning; sumber belajar: materi
latihan mendengarkan; sumber belajar:
tentang strategi mendisiplinkan anak;
materi tentang pendengar yang baik dan
media belajar: foto-foto rumah dan
empatik; media belajar: benda-benda
bagian-bagian dari rumah yang kotor
yang dapat berbunyi.
Sesi
3,
pada
sesi
ketiga
6)
judulnya
Sesi 6, sesi
keenam berjudul “Pesan
Berantai” tujuannya agar orang tua
“Menegakkan Aturan Tanpa Benturan”
terampil
tujuan sesi ini adalah agar orang tua
harapan, batasan/aturan kepada anak;
terlatih
bertindak
dalam
mengungkapkan
bijak,
dalam
sumber belajar: materi tentang teknik
pelanggaran
yang
berkomunikasi efektif dalam mengasuh
dilakukan oleh anak; sumber belajar:
anak; teknik yang digunakan adalah
materi
menegakkan
games pesan berantai; media belajar:
aturan tanpa benturan; teknik yang
kertas berisi perintah, karton/HVS dan
digunakan bercerita dan latihan; media
alat tulis.
menghadapi
tentang
strategi
belajar: naskah cerita, lembar observasi
7)
dan alat tulis. 4)
Sesi 5, Sesi kelima berjudul “Menjadi
tujuannya
dan berantakan, bola, dan alat tulis. 3)
sedotan/air cup).
batasan yang harus dilakukan anak; yang
dompet/uang,
Sesi
4,
Sesi
Menstimulasi
Sesi 7, sesi ketujuh berjudul ”Ungkapan Kasih Ibu”, tujuannya adalah agar orang
keempat
berjudul
tua terampil mengekspresikan cinta dan
Tugas-tugas
kasih sayang kepada anak secara tepat;
Perkembangan Anak” tujuannya agar
sumber
orang tua terampil menciptakan kegiatan
mengenal bahasa kasih anak dan orang
yang dapat mendorong anak mencapai
tua; teknik yang digunakan simulas;
tugas perkembangannya. Teknik yang
media
digunakan
lembar observasi dan alat tulis.
belajar:
adalah materi
simulasi;
sumber
tentang
tugas
8)
belajar:
belajar:
materi
kertas
tentang
Koran/HVS,
Sesi 8 Sesi kedelapan berjudul “Memberi
perkembangan anak usia 4-5 tahun;
Pujian Efektif” tujuannya agar orang tua
media belajar: 5 pasang benda (mis:
terampil memberikan penghargaan dan
teko/gelas,
pujian yang efektif terhadap perilaku
sendok/garfu,
157
marwah, Vol. XIV No. 2 Desember Th. 2015
baik anak dan prestasi yang dicapai
keberhasilan. Kedua suplemen model yaitu
anak; sumber belajar: materi tentang
teknis
pujian
layanan bimbingan kelompok berupa satuan
yang
efektif;
teknik
yang
digunakan, permainan lempar kartu dan simulasi; media belajar:
operasional
yang
berisi
strategi
layanan kegiatan dan materi bimbingan.
kartu untuk
dilempar.
Endnotes:
KESIMPULAN DAN PENUTUP 1
Ratna Megawangi, Semua berakar pada karakter. Jakarta: FEUI Press. (2007:11)
2
Syamsu Yusup dan Juntika.Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Remaja Rosda Karya (2008)
atau
3
Shahih Muslim, (1994:378).
akhlak anak berawal dari pengasuhan atau
4
Shahih Muslim, op cit. hlm. 378
parenting. Fenomena rendahnya pengetahuan
5
H.R. At Thahawi dalam Abdurrahman: (2010).
6
Sambas, Syukriadi.Risalah Pohon Ilmu Dakwah Islam. Bandung: KP Hadid Fakultas Dakwah& MPN-Asosiasi Profesi Dakwah Islam Indonesia. (2004:3-7)
7
Ibid
8
Rohman Natawidjaja. Konseling Kelompok Konsep Dasar dan Pendekatan. Bandung: Rizki Pers. (2009),
9
Nandang Rusmana.Bimbingan dan Konseling Kelompok di Sekolah. Bandung: Rizqi. (2009).
10
Macoby dan Martin. Socialization in the context of the family, Parent- child interaction In PH Mussen (Ed) & E.M Hetherington (vole d), Dalam Handbook of Child Psychology : Vol.4. Socialization Personality and Social Development (4th ed.). pp 1-101) New York: Wiley. (2005
11
Boyd & Bee.Lifespan development. Boston: Pearson Education. Inc. (2006).
12
Colbert & Martin, Socialization in the context of the family, Parent- child interaction In PH Mussen (Ed) & E.M Hetherington (vole d), Dalam Handbook of Child Psychology : Vol.4. Socialization Personality and Social Development (4th ed.). pp 1-101) New York: Wiley. (1983)
Permasalahan
anak
yang
semakin
kompleks, serta fenomena krisis akhlak yang terjadi dewasa ini, menuntut para orang tua yang memiliki kemampuan parenting yang baik.Sebab
pembentukan
karakter
dan keterampilan orang tua tentang cara pengasuhan
yang
baik
menjadi
dasar
perlunya upaya meningkatkan kemampuan parenting orang tua, agar dapat melakukan pengasuhan dengan benar sehingga dapat menghasilkan
anak-anak
yang
memiliki
karakter atau akhlak yang baik. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan parenting orang tua adalah dengan pemberian layanan bimbingan kelompok yang merujuk kepada Bimbingan
Konseling
Islam
Model
bimbingan kelompok yang dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan parenting orang tua, terdiri dari dua bagian, yaitu pertama substansi model mencakup rasional, tujuan,
asumsi,
komponen,
kompetensi,
struktur intervensi, isi intervensi, fungsi, tanggung
jawab
dan
kompetensi
pembimbing/kader, evaluasi serta indikator
158
Lilis Satriah, Meningkatkan Kemampuan Parenting...
13
Boyd & Bee, op. cit.
14
Rusmana, loc. cit hlm. 25
15
Ibid .
DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, Jamal. (2005). Tahapan Mendidik Anak Teladan Rosulullah.Bandung: Irsyad Baitus Salam. Baihaqi, Ibnu Buchori Ihsan. (2010). Yuk, Jadi Orang tua Shalih, Sebelum Meminta Anak Shalih. Bandung: Mizania. Baumrind, D. (1966). Effects of Authoritative Parental Control on Child Behavior. Dalam Journal Child Development, 37, 887-907. Baumrind, D. (1991). Parenting Styles and Adolescent Development.In J. Brooks, R. Lerner, & A.C. Peterson (Eds.). The Encyclopedia of Adolescence (pp. 758772). New York: Garland. Baumrind, D. (1991). The Influence of Parenting Style on Adolescent Competence and Substance Use.Dalam Journal of Early Adolescence, 11, 56-95. Boyd. D. & Bee H. (2006). Lifespan development. Boston: Pearson Education. Inc. BKKBN.(2006). Bahan Penyuluhan Gerakan Bina Keluarga Balita Kelompok Umur 0-5 Tahun. Bandung: BKKBN. BKKBN. (1997). Pedoman Pelaksanaan Bina Keluarga Balita (BKMM, BKB,BKR,BKD.BKL) Bagi Petugas/Pengelola, Gerakan Pembangunan Keluarga Sejahtera. Bandung: BKKBN JABAR. BKKBN.(2007). Buku Pedoman Sistem Pemantauan dan Rujukan Bina Keluarga Balita, Jawa Barat.
BKKBN. (2007) Modul Bina Keluarga Balita, Jawa Barat Brooks, Jane B. (2003). The Process of Parenting, six edition, United States: McGraw Hill. Conrad, C.S dan Sarlito W.S. (2010).Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Prilaku Seksual Remaja dalam Berpacaran. Dalam Jurnal Mind Set, Vol 1 No 2, Juni 2010. Darling, N. & Steinberg L. (1993).Parenting Style as Context: An Integrative Model. Dalam Psychological Bulletin, 113, 487-496. Depdikbud.(2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Hartinah, Sitti. (2009). Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung: Refik Aditama. Hidayati, Zulaehah. (2009). Miracles At Home. Bandung: PT. Imaji Kreasi Sukses . Hyosecyamina, D.E. (2011). Peran Keluarga dalam Membangu Karakter Anak. Dalam Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro,Vol 10.No 2. Oktober 2011. Jacob, Edward E., Riley L. Harvill, Robert L Masson. (1988). Group Counseling Strategis and Skills. California. Kusumah, I., Vindy F. (2007). Excellent Parenting, Menjadi Orang Tua ala Rasulullah. Yogyakarta: Qudsi Media. Listiana, A. (2011). Layanan Bimbingan dengan Menggunakan Model Pembelajaran Piramid Untuk Meningkatkan Kompetensi Sosial Anak.Desertasi SPS UPI Bandung.Tidak dipublikasikan.
159
marwah, Vol. XIV No. 2 Desember Th. 2015
Lucy, B. (2009). Mendidik Sesuai Minat dan Bakat Anak (Painting Yoor Children’s Future). Jakarta: Tangga Pustaka.
Sambas, Syukriadi.(2004). Risalah Pohon Ilmu Dakwah Islam. Bandung: KP Hadid Fakultas Dakwah& MPN-Asosiasi Profesi Dakwah Islam Indonesia.
Maccoby, EE, & Martin, JA (1983).Socialization in the context of the family, Parent- child interaction In PH Mussen (Ed) & E.M Hetherington (vole d), Dalam Handbook of Child Psychology : Vol.4. Socialization Personality and Social Development (4th ed.). pp 1-101) New York: Wiley.
Steinberg, L., Lamborn D.S., Dornbusch S.M., & Darling N. (1992).Impact of Parenting Practices on Adolescent Achievement: Authoritative Parenting, School Involvement, and Encouragement to Succeed. Child Development, 63, 12661281.
Megawangi, Ratna. (2004). Pendidikan Karakter: Solusi yang Tepat untuk Membangun Bangsa. Cimanggis: Indonesia Heritage Foundation.
Supriatna, M. (2002) .Konseling Kelompok Wawasan Konsep, Teori dan Aplikasi dalam Rentang Sepanjang Hayat. Bandung: UPI.
Megawangi, Ratna. et.al. (2005).Pendidikan Holistik Berbasis Karakter. Cimanggis: Indonesia Heritage Foundation.
Tan, A.T. (2009). Smart Parenting. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Megawangi, Ratna, (2007). Semua Berakar pada Karakter. Jakarta: FEUI Press. Megawangi, Ratna.dkk. (2007). Pendidikan yang Patut dan Menyenangkan. Jakarta: Indonesia Heritage Fondation. Natawidjaja, Rochman. (2009). Konseling Kelompok Konsep Dasar dan Pendekatan. Bandung: Rizki Pers. Nur I, Widian. (2008). Panduan Praktis Mendidik Anak Cerdas. Yogyakarta: Logung Pustaka. Prayitno.(2004). Layanan Kelompok dan Kelompok.Padang: UNP.
Bimbingan Konseling
Rimm, Sylvia. (2000). Smart Parenting, Mendidik dengan Bijak. Jakarta: PT. Grasindo. Rusmana, Nandang. (2009). Bimbingan dan Konseling Kelompok di Sekolah. Bandung: Rizqi.
160