UPAYA ANGGOTA MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI KOTA SALATIGA TAHUN 2013
SKRIPSI Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam
Oleh : IKHSAN FAHMI NIM: 11108025
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2013 i
ii
iii
iv
v
MOTTO
ÇÑÈ = xî ö‘$sù y7 În/u‘ 4’n<Î)ur ÇÐÈ ó= |Á R$$sù |M øî tsù #sŒÎ*sù ÇÏÈ #ZŽô£ ç„ÎŽô£ ãèø9$# yì tB ¨b Î)
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Maka apabila kamu Telah selesai dari sesuatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain, Dan Hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada: Ø Kedua orang tuaku Bapak Tohirun dan Ibu Masturoh trimakasih atas doa-doanya meskipun kita jarang sekali bertemu tetapi ku rasakan akan kehadiranmu dihari-hariku dan berharap suatu saat nanti aku bisa berada di atas pangkuanmu “I LOVE YOU” Ø Bapak Dul Ikhsan dan Ibu Sartinem tersayang yang telah membesarkanku dengan penuh kasih sayang dan kesabaran Ø Kakakku Fardaniatus Solihah yang selalu memberiku motivasi untuk maju Ø Awalina Maulida yang selalu memberiku motivasi dan dorongan dan menjadikanku lebih berani menatap masa depan Ø Sahabat-sahabat yang senantiasa memberi bantuan dan dorongan selama penyusunan skripsi Ø Seluruh keluarga besarku, terimakasih atas doa dan motivasi yang telah diberikan vi
KATA PENGANTAR
ÉO ŠÏm §9$# Ç` »uH÷q §9$#«! $# ÉO ó¡ Î0 Puji syukur Alhamdulillah, penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa halangan suatu apapun. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang selalu kita nanti-nantikan syafaatnya besok di yaumul qiyamah. Amin Allahumma Amin. Sekripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi sebagian syarat-syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam dalam ilmu tarbiyah STAIN Salatiga. Dalam penyelesaian skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan hal tersebut penulis hanya bisa mengucapkan banyak trima kasih, dengan teriring doa semoga amal baik yang telah diberikan, mendapat pahala disisi Allah SWT. Untuk itu penulis ucapkan banyak trima kasih kepada Yth: 1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku ketua STAIN Salatiga. 2. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku ketua program studi Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga. 3. Bapak Fatchurrohman, M.Pd selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya, dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaannya dalam memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 4. Bapak/Ibu dosen yang dengan tulus mendidik dan memberikan jasanya dalam menuntut ilmu di STAIN Salatiga. vii
5. Karyawan-karyawati STAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta bantuannya. 6. Bapak/Ibu guru anggota MGMP PAI SMP Kota Salatiga yang telah memberikan ijin dan bersedia meluangkan waktu kepada penulis, untuk mengumpulkan data guna menyelesaikan skripsi ini. 7. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik semoga amal kebaikannya diterima disisi Allah SWT. Skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengaharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi penulis khususnya serta para pembaca pada umumnya.
Salatiga, 13 Maret 2013
Ikhsan Fahmi 11108025
viii
ABSTRAK Fahmi. Ikhsan. 2013. Upaya Anggota Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah Menengah Pertama (SMP) Dalam Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan Agama Islam Di Kota Salatiga Tahun 2013. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Fatchurrohman, M.Pd Kata kunci: Kompetensi pedagogik, Guru Pendidikan Agama Islam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui realitas upaya anggota MGMP PAI SMP Kota Salatiga, meliputi: (1) kompetensi pedagogik anggota MGMP PAI SMP Kota Salatiga tahun 2013, (2) upaya anggota MGMP PAI SMP Kota Salatiga dalam meningkatkan kompetensi pedagogik di tahun 2013. Pengkajian penelitian ini dilakukan secara kualitatif terhadap informan yaitu anggota MGMP PAI SMP Kota Salatiga. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis,atau orang-orang dari pelaku yang dapat diamati dengan tujuan untuk menggambarkan keadaan dari onjek penelitian, yang kemudian dilakukan analisis dengan cara: (1)mendeskripsikan data dari informan, (2) memilah-milah sesuai dengan analisis penelitian kemudian dianalisis oleh penulis, (3) disimpulkan untuk menjawab tujuan penelitian. Kesimpulan yang diperoleh deri penelitian ini adalah (1) kompetensi pedagogik anggota MGMP PAI SMP Kota Salatiga tahun 2013 sudah baik, hal ini dibuktikan dari keenam informan selaku guru Pendidikan Agama Islam tersebut sudah linier dengan bidang keahliannya. Selain itu dalam proses pembelajaran dan yang mendukungnya seperti yang sudah tertera dalam PERMENDIKNAS No.16 Tahun 2007 yang mengatur didalamnya tentang kompetensi pedagogik ada 37 kompetensi yang dirangkum dalam 10 kompetensi inti, dari hasil wawancara dan observasi serta dokumentasi yang ada terhadap informan di dalam pembelajaran, dapat dikatakan kompetensi pedagogik yang dimiliki informan sudah sesuai dengan aturan. (2) berbagai upaya dalam meningkatkan kompetensi pedagogik dengan cara membaca berbagai referensi buku yang berkenaan dengan kompetensi pedagogik guru pendidikan agama Islam, mengikuti berbagai seminar dan mengikuti workshop, Mengikuti pelatihan-pelatihan, dan aktif mengikuti kegiatan MGMP PAI SMP Kota Salatiga.
ix
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................................................i HALAMAN LOGO STAIN .....................................................................................................ii NOTA PEMBIMBING ............................................................................................................iii PENGESAHAN KELULUSAN ..............................................................................................iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................................................v MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...........................................................................................vi KATA PENGANTAR ............................................................................................................vii ABSTRAK ...............................................................................................................................ix DAFTAR ISI ............................................................................................................................x DAFTAR TABEL .....................................................................................................................x DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................xi BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .............................................................................1 B. Fokus Penelitian .........................................................................................4 C. Tujuan Penelitian ........................................................................................4 D. Kegunaan Penelitian ...................................................................................4 E. Penegasan Istilah ........................................................................................5 F. Metode Penelitian .......................................................................................6 1. Jenis Penelitian ......................................................................................6 2. Kehadiran Penelitian...............................................................................7 3. Lokasi Penelitian ....................................................................................8 4. Sumber Data...........................................................................................8 5. Subyek Penelitian ................................................................................10 6. Objek Penelitian ...................................................................................10 7. Metode Pengumpulan Data ..................................................................10 8. Metode Analisis Data ...........................................................................11 x
G. Sistematika Penulisan ...............................................................................15 BAB II
KAJIAN PESTAKA A. Guru ..........................................................................................................17 1. Pengertian Guru ...................................................................................17 2. Tugas Guru PAI ...................................................................................19 3. Syarat Guru Pendidikan Agama Islam .................................................22 4. Pengertian Standar Kompetensi Guru ..................................................25 B. Kompetensi pedagogik .............................................................................27 1. Indikator Kompetensi Pedagogik .................................................29 2. Komponen Kompetensi Pedagogik ..............................................30 3. Manfaat Implementasi Kompetensi Pedagogik di Sekolah ..........32 C. Upaya Meningkatkan Kopetensi Guru .....................................................33 D. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) ...........................................34
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum MGMP PAI SMP Kota Salatiga .................................36 1. Visi dan Misi ........................................................................................38 2. Keadaan Anggota .................................................................................38 3. Gambaran Informan .............................................................................41 B. Temuan Di Lapangan ...............................................................................42 1. Kompetensi Pedagogik Anggota MGMP PAI SMP Kota Salatiga tahun 2013......................................................................................................42 2. Upaya Anggota MGMP PAI SMP Kota Salatiga Dalam Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Tahun 2013.....................................................58
xi
BAB IV
PEMBAHASAN A. Analisa Kompetensi Pedagogik Anggota MGMP PAI SMP Kota Salatiga tahun 2013..................................................................................................63 B. Analisis Upaya Aggota MGMP PAI SMP Kota Salatiga Dalam Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan Agama Islam Tahun 2013.................................................................................................68
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan.................................................................................................69 B. Saran ..........................................................................................................70 C. Penutup ......................................................................................................70
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Guru juga merupakan salah satu bagian pemimpin pendidikan yang sangat penting terutama di dalam kelas. Dikatakan sangat penting karena lebih dekat dan langsung berhubungan dengan pelaksanaan program pendidikan (M. Ngalim Purwanto, 2003 : 101). Guru dalam tugasnya sehari-hari adalah mengajar, juga berkordinasi dengan semua guru yang tergabung dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) untuk bermusyawarah bertukar pikiran membuat pembelajaran atau pendidikan yang lebih baik berdasarkan inisiatif, kreatif baru bagi perkembangan dan kemajuan pendidikan di sekolahsekolah yang tergabung didalamnya. Betapa tidak! semua Kelangsungan Belajar Mengajar (KBM) itu adalah tanggungjawab seorang guru, akan dibawa kemana pembelajaran itu? Akan dibuat seperti apa pembelajaran itu? Sehingga pembelajaran itu membuahkan hasil yang maksimal dan membuahkan hasil yang baik seperti yang diinginkan guru sebagai pengajar dan siswa sebagai yang diajar. MGMP adalah wadah tempat kegiatan para anggota MGMP untuk melaksanakan
musyawarah
dalam
upaya
peningkatan
kemampuan
dan
keterampilan mengajar. Pada MGMP ini guru dapat berdiskusi untuk mencari solusi dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar. (http//:mgmpkediri.wordpress.com download tanggal
1
14
22 Januari 2013). Dari pengertian di atas menunjukkan bahwa sekolah-sekolah yang berhasil dalam meningkatkan prestasinya dikarenakan oleh adanya kordinasi atau hubungan antara guru-guru mata pelajaran yang sama seperti di MGMP ini yang didalamnya membahas masalah-masalah atau kesulitankesulitan yang dihadapi guru didalam kelas yang lebih mengarah kepada kompetensi pedagogik guru. Setiap guru mempunya cara yang berbeda-beda dalam menyampaikan materi, dan diperbedaan inilah guru-guru saling bertukar pikiran untuk memberi masukan tentunya untuk kebaikan pembelajaran kedepannya, ini dilakukan didalam suatu forum atau wadah yang dinamakan MGMP. Sebagai langkah awal anggota MGMP dalam meningkatkan kompetensi pedagogik, terutama Pendidikan Agama Islam (PAI). MGMP harus menjalin koordinasi dengan guru-guru antar sekolah tentunya yang satuan kerja yang ada dan serumpun. Hendaknya semua hubungan itu merupakan hubungan kerja sama yang bersifat pedagogis, sosiologis, dan produktif, yang dapat mendatangkan keuntungan dan perbaikan serta kemajuan bagi kedua belah pihak, antara guru dan siswa. Untuk itu MGMP
memegang peranan yang sangat dalam proses
pembentukan generasi penerus bangsa dalam aspek pendidikan terutama dalam dunia pendidikan islam, seorang anak harus dibekali dengan religiusitas yang baik. Islam sebagai petunjuk Allah mengandung implikasi kependidikan (pedagogis) yang mampu membimbing dan mengarahkan manusia menjadi seorang mukmin, muslim, muhsin dan muttaqin melalui proses tahap demi tahap. Sebagai ajaran, Islam mengandung sistem nilai di atas dimana proses pendidikan
15
Islam berlangsung dan dikembangkan secara konsisten menuju tujuannya. Maka sistem nilai-nilai itu kemudian dijadikan dasar bangunan (struktur) pendidikan Islam yang memiliki daya lentur normatif menurut kebutuhan dan kemajuan masyarakat dari waktu ke waktu. Sebagai pusat pendidikan agama Islam di sekolah, bahwa peserta didik juga
harus
mendapat
posisi
yang
dominan
dalam
memperhatikannya.
Perbandingannya dengan peserta didik yang ada di sekolah-sekolah yang notabenenya berbasis agama mereka tidak tertinggal jauh dengan mereka yang lebih banyak mendapatkan pendidikan agama di sekolah. Selain itu juga untuk mensukseskan pendidikan agama Islam perlu adanya perhatian guru pendidikan agama islam terhadap lingkungan sekitarnya, karena lingkungan sekolah mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan jiwa. Sekolah selain mengemban fungsi pengajaran juga fungsi pendidikan (transformasi norma). Dalam kaitannya dengan pendidikan ini, peranan sekolah pada hakikatnya tidak jauh dari peranan keluarga, yaitu sebagai rujukan dan tempat perlindungan jika anak didik mengalami masalah (Sunarto dan Agung Hartono, 2006 : 239).
Dalam proses belajar mengajarpun guru tidak selalu
sukses membawa semua anak didikya menjadi seperti yang guru inginkan, karena sifat setiap anak berbeda-beda dan itu yang mereka bawa dalam kelas maupun dalam lingkungan pendidikan. Penting sekali memperbaiki
dan
membangun kerjasama dengan pihak lain,
meningkatkan
mutu
pendidikan
agama
Islam
guna yang
dilaksanakan, usaha yang dilakukan oleh sekolah untuk ikut andil dalam kegiatan
16
yang menunjang pendidikan di sekolah, sehingga tujuan yang diinginkan bersama bisa tercapai. Sehingga penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul Upaya Anggota Musyawarah Guru Mata Pelajaran(MGMP) Pendidikan Agama Islam(PAI) Sekolah Menengah Pertama(SMP) Dalam Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan Agama Islam di Kota Salatiga Tahun 2013. B. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana kompetensi pedagogik guru PAI SMP di kota Salatiga? 2. Apa Upaya yang dilakukan oleh anggota MGMP PAI SMP dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru PAI di kota Salatiga tahun 2013?” C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui kompetensi pedagogik guru MGMP PAI SMP kota Salatiga tahun 2013 2. untuk mengetahui bagaimana upaya anggota MGMP PAI SMP dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru PAI di kota Salatiga tahun 2013 D. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah a.
Sebagai bahan evaluasi bagi anggota MGMP PAI SMP kota Salatiga dalam meningkatkan kompetensi pedagogik Salatiga tahun 2013.
guru PAI SMP di kota
17
b.
Sebagai bahan pustaka bagi pihak STAIN Salatiga.
c.
Menambah wawasan keilmuan bagi penulis tentang upaya guru PAI dalam meningkatkan kompetensi pedagogik. guru PAI di kota Salatiga.
E. Penegasan Istilah Guna menghindari dan mencegah timbulnya kesalahpahaman mengenai judul skripsi ini, maka terlebih dahulu penulis mendefinisikan beberapa istilah dalam judul skripsi penulis. 1. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) adalah sebuah lembaga pendidikan formal yang bernaung di bawah Dinas Pendidikan Nasional yang terletak di kecamatan Tegalrejo kota Salatiga tepatnya di MTS Negeri Salatiga, jl.Tegalrejo no 1 Salatiga. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) merupakan suatu wadah asosiasi atau perkumpulan bagi guru mata pelajaran yang berada di suatu sanggar, kabupaten/kota yang berfungsi sebagai sarana untuk saling berkomunikasi, belajar, dan bertukar pikiran dan pengalaman dalam rangka meningkatkan kinerja guru sebagai praktisi/pelaku perubahan reorientasi pembelajaran di kelas. Organisasi ini bersifat mandiri dan terbuka bagi semua guru mata pelajaran baik yang berstatus pegawai negeri sipil, guru tidak tetap, dan guru pada sekolah swasta yang berada di lingkungan sanggar atau wilayah kabupaten/kota.
18
2. kompetensi pedagogik Kompetensi Pedagogik dalam Undang-undang No. 04 Tahun 2005 tentang guru dan dosen dikemukakan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Untuk mendapatkan pemahaman substantif terhadap upaya anggota MGMP PAI SMP Kota Salatiga maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, pendekatan kualitatif cenderung menggunakan analisa induktif, dimana proses penelitian dan pemberian makna terhadap data dan informasi lebih ditonjolkan, dengan ciri utama pendekatan ini adalah bentuk narasi yang bersifat kreatif dan mendalam serta naturalistik. Menurut jenisnya penelitian ini adalah kualitatif deskriptif yakni bertujuan untuk mengangkat fakta, keadaan, fariabel, dan fenomena-fenomena yang terjadi ketika penelitian berlangsung dan menyajikannya apa adanya, penelitian lapangan, (field reseach) yakni suatu penelitian yang bertujuan untuk melakukan studi yang mendalam mengenai suatu unit sosial sedemikian rupa sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisir dengan baik dan lengkap mengenai unit sosial tersebut (Saifuddin Anwar, 1999 : 8). Adapun yang penulis maksud disini adalah mempelajari dan menganalisa tentang keadaan yang ada, yaitu tentang bagaimana upaya anggota Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Pendidikan Agama Islam (PAI) sekolah Menengah Pertama (SMP) kota Salatiga dalam
19
meningkatkan kompetensi pedagogik guru pendidikan agama Islam di kota Salatiga. 2.
Kehadiran penelitian Untuk mendapatkan data-data yang valid dan obyektif dengan apa yang akan diteliti maka, kehadiran peneliti dilapangan dalam penelitian kualitatif mutlak diperlukan. Kehadiran peneliti sebagai pengamat langsung terhadap kegiatan-kegiatan yang akan diteliti sangat menentukan hasil penelitian, maka dengan cara riset lapangan sebagai pengamat penuh secara langsung
pada
lokasi
penelitian
peneliti
dapat
menemukan
dan
mengumpulkan data secara langsung. Jadi, dalam penelitian ini, instrumen penelitian adalah peneliti sendiri yang sekaligus sebagai pengumpul data. Sedangkan instrumen-instrumen yang lain merupakan instrumen pendukung atau instrumen pelengkap oleh karena itu kehadiran peneliti di lapangan sangatlah diperlukan. Adapun tujuan kehadiran peneliti dilapangan adalah untuk mengamati secara langsung keadaan/kegiatan yang berlangsung, fenomena-fenomena yang berkaitan dengan kompetensi pedagogik. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengamati langsung apakah keadaan/kegiatan tersebut akan berbeda jauh atau relevan dengan hasil-hasil penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara. Menurut Emzir, (2011:15) peneliti harus menetapkan tingkat keterlibatannya dengan partisipan. Secara umum, karena hakikat penelitian kualitatif, peneliti memiliki hubungan yang akrab dengan partisipan. Unuk
20
memperoleh suatu pengertian yang benar tentang realita, sebagaimana diterima oleh partisipan, peneliti harus menjadi bagian dari budaya yang akan diteliti.
Untuk
memotret
pandangan
partisipan,
peneliti
perlu
mengembangkan suatu titik pandang orang dalam yang diteliti. 3. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP N 3 Salatiga, SMP N 4 Salatiga, SMP N 5 Salatiga dan SMP N 7 Salatiga. Penelitian dilakukan selama 2 bulan mulai tanggal 14 Januari s.d pertengahan Februari tahun ajaran 20013 Tabel 1 waktu penelitian No
Waktu
Krgiatan
1
Awal Januari
Penyusunan Proposal
2
Pertengahan Januari
Permohonan ijin lokasi penelitian
3
Awal Februari
Pengumpulan Data
4
Pertengahan Februari
Analisis Data
5
Akhir Februari
Penyusunan Laporan
Adapun alasan penulis melakukan penelitian di sekolah tersebut karena di sekolah ini terdapat guru senior/lama mengajar dan guru-guru yang belum lama mengajar jadi akan lebih mudah dalam mendapatkan data awal dan perkembangannya 4. Sumber Data Menurut Lofland dalam Moleong (2008:157),
sumber data utama
dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah
21
data tambahan seperti dokumentasi dan lain-lain, maka sumber data pada penelitian ini adalah : a. Kata-kata dan tindakan Kata-kata
dan
tindakan
orang-orang
yang
diamati
atau
diwawancari merupakan sumber data utama. Informan maupun partisipan dalam metode penelitian kualitatif adalah orang yang berikhtiar mengumpulkan data. Teknik pemilihan informan atau partisipan, peneliti menggunakan teknik purposeful sampling, yaitu sampel
yang
dipilih
bergantung
pada
tujuan
penelitian
tanpa
memperhatikan kemampuan generalisasinya. Sumber data berasal dari wawancara dengan guru-guru anggota MGMP PAI SMP Kota Salatiga. b. Sumber tertulis atau dokumentasi Walaupun dikatakan bahwa sumber di luar kata dan tindakan adalah merupakan sumber kedua, jelas hal itu tidak bisa diabaikan. Bahan tambahan dari sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku, sumber dari arsip-arsip
sekolah,
dokumen
pribadi,
dan
dokumen
resmi
sekolah(Moleong,2008:159). Data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh pihak lembaga pendidikan yang meliputi : kondisi umum MGMP PAI SMP Kota Salatiga. c. Foto Foto menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering digunakan untuk menelaah segi-segi subjektif dsn hasilnya sering dianalisis secara induktif(Moleong, 2008:160). Ada dua kategori foto
22
yang dapat dimanfaatkan dalam penelitian kualitatif, yaitu foto yang dihasilkan orang, dan foto yang dihasilkan oleh peneliti sendiri (Bogdan dan Biklen dalam Moleong, 2008:160) Foto yang dimaksud dalam penelitian ini adalah album foto sekolah serta foto yang dihasilkan peneliti pada saat penelitian berlangsung di tempat dimana guru-guru anggota MGMP PAI SMP Kota Salatiga mengajar. 5. Subyek Penelitian Dalam hal ini yang penulis jadikan subyek penelitian adalah 6 anggota MGMP PAI SMP kota Salatiga tahun 2013. 6. Objek Penelitian Sebagai objek penelitian ini adalah upaya anggota MGMP PAI SMP dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru PAI di kota Salatiga Tahun 2013. 7. Metode Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan beberapa cara atau tehnik dalam penyampaian data, sehingga dari tehnik ini diharapkan nantinya dapat membantu penulis mempermudah penelitian. Tehnik pengumpulan data tersebut antara lain : a. Metode Observasi Metode Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki (Sutrisno Hadi, 1990 : 135). Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang upaya
23
anggota MGMP PAI SMP dalam meingkatkan kompetensi pedagogik guru pendidikan agama Islam di kota Salatiga. b. Metode Wawancara Metode wawancara adalah metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan berdasarkan kepada tujuan penyelidikan (Sutrisno Hadi, 1990 : 193). Metode ini digunakan untuk mendapatkan data dari anggota MGMP PAI SMP dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru pendidikan agama Islam di kota Salatiga. c. Metode Dokumentasi Dokumentasi adalah metode penelitian ditujukan pada penguraian dan penjelasan apa yang telah lalu melalui sumber-sumber dokumen (Surakhmad, 1985:132) Metode ini dimaksudkan untuk mencari data berupa dokumentasi perencanaan
pembelajaran
yang
meliputu
silabus
dan
rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP), foto-foto, gambar, dokumen, notulen rapat, catatan harian, agenda dan sebagainya yang dapat dijadiakan reverensi dalam penelitian. 8. Analisis Data Menurut Emzir, (2011:85) yang dimaksud dengan analisis data adalah proses sistematis pencarian dan pengaturan transkripsi wawancara, catatan lapangan,
dan
materi-materi
lain
yang
telah
dikumpulkan
untuk
meningkatkan pemahaman mengenai materi-materi tersebut dan untuk
24
menyajikan apa yang sudah ditemukan kepada orang lain. Analisis melibatkan pekerjaan dengan data, penyusunan, dan pemecahannya ke dalam unit-unit yang dapat ditangani, perangkumannya, pencarian pola-pola, dan penemuan apa yang penting dan apa yang perlu dipelajari dan pembuatan keputusan. untuk mengetahui upaya anggota MGMP PAI SMP dalam meningkatkan kompetensi pedagogik gurur Pendidikan Agama Islam di kota Salatiga. Data yang muncul berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angkaangka. Data ini dikumpulkan dalam berbagai cara diantaranya wawancara, observasi, dan intisari dokumen. Untuk itu, analisa kualitatif menggunakan kata-kata yang biasanya disusun dalam teks yang diperluas (Miles dalam Tjetjep Rohendi Rohidi, 1992:16). Secara rinci dalam proses analisa data digambarkan sebagai berikut : Periode pengumpulan REDUKSI Antisipa
Selam
Pasc
PENYAJIAN DATA Selam
Pasc
PENARIKAN Selam
Pasc
Gambar 1.1 Komponen analisis data : Model Alir (Miles dalam Tjetjep Rohendi Rohidi, 1992:18)
Analisis
25
Berdasarkan bagan di atas tentang analisis data, menurut Miles dalam Tjetjep Rohendi Rohidi, (1992:16-19) : a.
Reduksi Data Reduksi data merupakan pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Dalam penelitian ini reduksi data dapat dilakukan dengan cara menyususn ringkasan, membuang yang tidak perlu, memberi kode bagian yang penting dan sebagainya hingga laporan penelitian ini selesai. Ada beberapa hal yang menjadi kaitan dengan reduksi data yaitu klasifikasi data yang telah dikumpulkan, dipisah-pisahkan kemudian dikelompokkan
menurut
permasalahannya.
Dilanjutkan
dengan
interpretasi data yang berfungsi untuk menganalisis data lebih lanjut, data dikelompokkan kemudian diasumsikan oleh peneliti dengan landasan tujuan penelitian. Contoh reduksi data pada lampiran b. Penyajian Data Sekumpulan
informasi
yang
tersusun
sehingga
memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data yang baik merupakan suatu cara utama bagi penyajian data yang shahih. c. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari satu kegiatan konfigurasi yang utuh. Simpulan-simpulan juga diverifikasikan selama
26
penelitian berlangsung. Verifikasi itu kemungkinan setingkat pemikiran kembali yang melintas dalam penganalisis selama menulis, suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan di lapangan serta tukar pikiran dan akhirnya berusaha menarik kesimpulan. Dengan demikian, ferifikas kesimpulan yang pada mulanya mengambang atau kabur menjadi lebih relevan. Penulis menggunakan tabel triangulasi yang terdapat pada lampiran 9. Pengecekan Keabsahan Data Menurut
Moleong
(2008:326-332)
agar
hasil
penelitian
dapat
dipertanggungjawabkan maka diperlukan pengecekan data, apakah data yang disajikan valid atau tidak, maka diperlukan teknik keabsahan/kevalidan data. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik ketekunan pengamatan peneliti dan triangulasi. a. Ketekunan Pengamatan Peneliti Ketekunan pengamatan bertujuan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal tersebut secara rinci. b. Menurut Emzir, (2011:82) triangulation adalah proses penguatan bukti dari individu-individu yang berbeda (misal seorang kepala sekolah dan seorang siswa), jenis data (misalnya, catatan lapangan observasi dan wawancara) dalam deskriptif dan tema-tema dalam penelitian kualitatif, peneliti menguji setiap sumber informasi dan bukti-bukti temuan untuk mendukung sebuah tema. Hal ini menjamin bahwa studi akan menjadi
27
akurat karena informasi berasal dari berbagai sumber informasi, individu atau proses. Jadi, peneliti terdorong untuk mengembangkan suatu laporan yang akurat. G. Sistematika Penulisan Skripsi ini disusun dengan sistematika yang terdiri dari bagian awal, bagian tengah atau isi, dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari halaman judul, halaman nota pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar daftar isi, dan daftar tabel. Bagian tengah atau isi terdiri dari beberapa bab, yaitu bab pertama terdiri dari latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, telaah pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi. Bab kedua terdiri dari sub bab tentang kompetensi pedagogik guru pendidikan agama Islam. Sub bab tentang anggota MGMP PAI SMP di Kota Salatiga tahun 2013 beserta kedudukan dan tugasnya, Kemudian sub bab cara meningkatkan kompetensi pedagogik guru pendidikan agama Islam terdiri dari pengertian kompetensi pedagogik guru pendidikan agama Islam, kompetensi menyusun rencana pembelajaran, kompetensi melaksanakan proses belajar mengajar, dan kompetensi melaksanakan penilaian proses belajar mengajar. Bab ketiga merupakan gambaran umum MGMP PAI SMP kota salatiga tahun 2013 yang meliputi letak geografis, sejarah berdirinya, visi dan misi,
28
struktur organisasi, kurikulum dan keadaan anggota MGMP PAI SMP Kota Salatiga serta sarana dan prasarana pada tahun 2013. Bab keempat berisi tentang upaya anggota MGMP PAI SMP Kota Salatiga tahun 2013 dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru pendidikan agama Islam di Kota Salatiga tahun 2013 yang meliputi, perhatian sesama anggota MGMP PAI SMP Kota Salatiga, usaha-usaha yang dilakukan anggota MGMP PAI SMP Kota Salatiga untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru PAI di Kota Salatiga, serta kendala-kendala yang menghambat dan solusinya pada tahun 2013. Bab kelima berisi tentang penutup, yang terdiri dari kesimpulan, saransaran dan kata penutup. Bagian akhir terdiri dari daftar pustaka, lampiran-lampiran dan daftar riwayat hidup.
29
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Guru 1.
Pengertian Guru Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1995: 330), guru adalah orang yang mempunyai pekerjaan mengajar. Menurut Zakiah Daradjat, 2008: 39) menuliskan bahwa guru adalah pendidik profesional. Oleh karena itu secara implisit menurut Zakiah Daradjat, guru telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul. Mereka (orang tua) tatkala menyerahkan anaknya ke sekolah berarti pelimpahan tanggung jawab pendidikan anaknya kepada guru. Hal itu pun menunjukkan bahwa orang tua tidak mungkin menyerahkan anaknya kepada sembarang guru atau sekolah karena tidak sembarangan orang dapat menjadi guru (Zakiah Daradjat, dkk, 1992 : 39). Beberapa ahli mencoba membuat batasan tentang pengertian guru yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya. Hal tersebut dipengaruhi oleh masing-masing latar belakang pendidikan ahli tersebut. Menurut Abdul Wahid (1996 : 85) guru adalah “manusia utama” yang menjadi penyangga kehidupan bangsa. Apa yang baik dan membangun serta berguna bagi masyarakat dapat diharapkan dari peran dan ketertiban positif guru. Sedangkan Dalam UU No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pengertian guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
30
Dalam konteks pendidikan Islam, pendidik (guru) sering disebut dengan Murobbi, Mua’llim, Muadib yang ketiganya mempunyai penggunaan tersendiri menurut peristilahan yang dipakai dalam pendidikan dalam konteks Islam, disamping itu istilah pendidik kadangkala disebut melalui gelarnya seperti istilah Al-Ustadz. Sebagaimana teori Barat dalam Islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi kognitif, maupun potensi psikomotorik (Muhaimin dan Abdul Mujib, 1993 : 167). Sebenarnya, agama Islam mengajarkan bahwa setiap umat islam wajib mendakwahkan dan mendidikan pengajaran agama islam kepada yang lain. Sebagai firman Allah dalam dalam AlQura’an surat Ali Imron/3 ayat 110
x Ì 6 Zß Jø 9$ #Ç `t ã š c
qy ö g÷ Ys ?u rÅ $ rã ÷ èy Jø 9$Î /t b râ ß Dù 's ?Ä ¨ $¨ Y=Ï 9ô M y _Ì ÷ zé &> p¨ Bé &u Žö y z ö Nç GZä .
Nß ã g÷ ZÏ B 4 Nß i g© 9 #Z Žö y z t b %s 3s 9É = »t GÅ 6 ø 9$ #ã @÷ dr &š Æ
B#u t ä ö qs 9u r 3« ! $Î / t b qã ZÏ B÷ sè ?u r
ÇÊÊÉÈ t b qà )Å ¡ »x ÿø 9$ #ã Nè dç Žs Yò 2 r &u rš c
qã YÏ B÷ sß Jø 9$ #
Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Q.S. Ali Imron :110) Dari uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa, guru Pendidikan Agama Islam dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan yang menuntut seseorang mempunyai keahlian khusus dalam mengajarkan mata pelajaran Pendidikan Agama
31
Islam, di sekolah umum dan atau mata pelajaran atau rumpun mata pelajaran agama Islam, untuk mengupayakan perkembangan seluruh potensi-potensi peserta didik yang di miliki sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. 2.
Tugas guru PAI Tugas guru dalam Islam adalah mendidik anak muridnya dengan cara mengajar dan dengan cara-cara yang lainnya menuju tercapainya perkembangan maksimal sesuai dengan nilai-nilai Islam (Ahmad Tafsir, 2004 : 80). Tugas dan peran guru merupakan salah satu dari kewajiban sebagai guru dalam melaksanakan tugasnya dalam rangka ikut mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara. Hal ini penting karena guru merupakan orang tua kedua setelah keluarga yang memiliki beberapa peranan dalam menuju anak didik yang memiliki kepribadian yang baik bisa meneruskan perjuangan suatu bangsa yang berkepribadian berkeadaban yang tinggi dan bisa bersaing di dunia pendidikan baik lokal, nasional maupun internasional. Guru dalam hal ini sangat berkompeten untuk mewujudkan semua itu melalui dunia pendidikan yang memiliki tugas dan peranannya (Moh Roqib, Nurfuadi, 2009 : 99-100). Tugas pendidik (guru) dalam pandangan Islam secara umum adalah mendidik yaitu mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik baik potensi psikomotor, kognitif maupun afektif. Potensi-potensi itu harus dikembangkan secara seimbang sampai tingkat setinggi mungkin menurut ajaran Islam (Ahmad Tafsir, 2004 : 74). Adapun tugas guru menurut Sardiman A.M dan Moh. Uzer Usman adalah sebagai berikut : a.
Guru sebagai pendidik
32
Tugas mendidik lebih berat dibandingkan dengan mengajar. Dalam mengajar guru hanya memberikan ilmu pengetahuan kepada anak, sedangkan mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup dan nilai-nilai tersebut diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Dan dalam hal ini pribadi guru itu sendiri merupakan perwujudan nilainilai yang akan ditransfer. Sehingga guru tidak hanya berperan sebagai pengajar tetapi juga pendidik. Ia bukan saja pembawa ilmu pengetahuan akan tetapi juga menjadi contoh bagi peserta didiknya (Sardiman, 2001 : 136).
b.
Guru sebagai pengajar Guru
sebagai
pengajar
berarti
mentransfer,
meneruskan
dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi kepada anak didik, sehingga sebagai pengajar hendaknya senantiasa menguasai metode, bahan,
materi
pelajaran
yang
akan
diajarkan
serta
senantiasa
mengembangkan dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimiliki karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa (Moh. Uzer Usman, 1995 : 7). Guru agama harus memilih bahan yang ada pada kurikulum, artinya ia harus dapat mengorganisir bahan yang ada dl kurikulum menjadi unit-unit atau satuan-satuan bahan yang merupakan satuan bahasan. c.
Guru sebagai pembimbing Membimbing
adalah
kegiatan
menuntun
anak
didik
dalam
perkembangannya dengan jalan memberikan lingkungan dan arah yang
33
sesuai dengan tujuan pendidikan. Karena itu guru berlaku membimbing yaitu dengan menuntun dan menggerakkan anak ke arah perkembangan yang baik sesuai dengan yang di cita-citakan sehingga akan tercapai tingkat kemandirian dalam diri anak didik (Sardiman A.M, 2001 : 135-138).
d.
Guru sebagai pelatih Dalam proses pendidikan seorang guru selain menanamkan aspek kognitif, aspek afektif, dalam diri anak maka guru juga dituntut untuk mengembangkan ketrampilan para siswa, karena itu guru dalam tugasnya sebagai pelatih bertujuan untuk mencapai tingkat trampil diri pada anak didik (Moh. Uzer Usman, 1995 : 7). Dari uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa tugas dan peran guru itu sangat penting, dan merupakan suatu kewajiban bagi seorang guru untuk melaksanakan tugasnya yaitu, ikut mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara, karena guru harus menjadi orang tua kedua bagi peserta didik. Tugas guru atau yang biasa disebut dengan tugas dan tanggung jawab guru adalah mengajar. Tugas guru agama adalah mengajar agama.
3.
Syarat Guru Pendidikan Agama Islam Guru agama perlu memenuhi syarat-syarat sebagai guru agama. Guru agama yang tidak memenuhi syarat, tidak akan menjadi guru agama yang baik, karena tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu setiap guru agama perlu memenuhi syarat-syarat sebagai guru agama. Agar dapat menunaikan tugasnya dengan baik dan dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
34
Syarat untuk menjadi seorang guru baik menjadi guru umum ataupun menjadi guru agama islam, pada intinya sama di dalam hal persyaratan, namun syarat menjadi guru PAI adalah harus berdasarkan tuntutan hati nurani tidaklah semua orang dapat melakukannya, karena orang harus merelakan sebagian besar dari seluruh hidup dan kehidupannya, mengabdi kepada negara dan bangsa guna mendidik anak didik menjadi manusia susila yang cakap,demokratis, dan bertanggung jawab atas pembangunan dirinya dan pembangunan bangsa dan negara. Menurut (Zakiya Darajat dkk, 1984:32-34), menjadi guru PAI harus memenuhi persyaratan dibawah ini: a.
Taqwa kepada Allah SWT guru sesuai tujuan ilmu pendidikan islam, tidak mungkin mendidik anak didi agar bertaqwa kepada Allah, jika ia sendiri tidak bertaqwa kepada Allah. Sebab ia adalah teladan bagi anak didiknya sebagai mana Rosulullah SAW. Menjadi teladan bagi umatnya, sejauh mana guru mampu memberi teladan yang baik kepada semua anak didiknya, sejauh itu pulalah ia diperkirakan akan brhasil mendidik mereka agar menjadi generasi penerus bangsa yang baik dan mulia.
b.
Berilmu Ijazah bukan semata-mata selembar kertas, tetapi suatu bukti bahwa pemiliknya
telah mempunyai ilmu pengetahuan dan kesanggupan tertentu
yang diperlukan untuk suatu jabatan. Guru pun harus mempunyaoi ijazah agar ia diperbolehkan mengajar. Seorang guru harus memiliki pengetahuan dan pengetahuann itulah nantinya yang yakan diajarkankan kepada muridnya. Makin tinggi pendidikan atau ilmu yang guru punya, maka makin baik dan tinggi pula tingkat keberhasilan dalam memberi pelajaran.
35
c.
Sehat jasmani Kesehatan jasmani kerap kali dijadikan salah satu syarat bagi mereka yang melamar untuk menjadi guru. Guru yang mengidap penyakit menular, umpamanya, sangat membahayakan kesehatan anak didiknya. Disamping itu guru yang berpenyakit tidak akan bergairah mengajar. Kita kenal ucapan “men sana in corpore sano” yang artinya dalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat. Guru yang sakit-sakitan sering sekali terpaksa absen dan tentunya merugikan anak didik.
d.
Berkelakuan baik Guru harus menjadi teladan, karena anak bersifat suka meniru. Diantara tujuan pendidikan yaitu membentuk akhlak yang mulia pada diri pribadi anak didik dan ini hanya mungkin bisa dilakukan jika pribadi guru berakhlak mulia pula. Guru yang tidak berakhlak mulia tidak mungkin dipercaya untuk mendidik. Diantara akhlak mulia guru tersebut adalah mencintai jabatannya sebagai guru, bersikap adil terhadap semua anak didiknya, berlaku tenang, berwibawa, gembira, bersifat manusiawi, bekerja sama dengan guru-guru yang lain, bekerja sama dengan masyarakat. di indonesia untuk menjadi guru diatur dengan beberapa persyaratan yakni berijazah, profesional, sehat jasmani dan rohani, taqwa kepada Tuhan YME dan berkepribadian yang luhur, bertanggung jawab, dan berjiwa nasional.
4.
Pengertian Standar Kompetensi Guru Standar
kompetensi guru
adalah suatu hukum yang ditetapkan atau
dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan perilaku bagi seorang guru agar berkelayakan untuk menduduki jabatan fungsional sesuai dengan bidang tugas, kualifikasi, dan jenjang pendidikan (Suparlan, 2005:203).
36
Standar kompetensi guru bertujuan untuk memperoleh acuan baku dalam pengukuran kinerja guru untuk mendapatkan jaminan kualitas guru dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran (Abdul Majid, 2008:6) Dengan demikian,
kompetensi
yang
dimiliki
oleh setiap
guru
akan
menunjukkan kualitas guru dalam proses mengajar. Baik dalam penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, keprofesionalan dam sosok guru yang menjadi panutan bagi peserta didik. Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar memegang peranan penting dan menempati kedudukan sentral. Oleh sebab itu guru diharuskan memiliki dan menguasai berbagai kompetensi keguruan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai tenaga pendidik. Menurut UU No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 10 ayat (1) kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. a.
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman peserta didik, perencanaan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
b.
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan begi peserta didik, dan berakhlak mulia.
c.
Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.
37
d.
Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Pada umumnya keempat kompetensi di atas tidak bisa berdiri sendiri, tetapi
saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lainnya. Namun dalam proses pembelajaran, kompetensi pedagogik mempunyai peranan yang sangat penting karena berhubungan langsung dengan tugas pokok seorang guru, yakni sebagai pengelola proses pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa kualitas seorang guru menjadi perioritas yang tidak bisa ditawar lagi dalam upaya mengembangkan sebuah pola pendidikan yang efektif. Kualitas seorang guru ditandai dengan penguasaan kompetensi guru secara menyeluruh dan dapat menerapkannya dalam melaksanakan tugas maupun dalam kehidupannya. B. Kompetensi Pedagogik Sebagai wujud profesionalisme guru, kompetensi pedagogik adalah suatu kompetensi yang wajib dimiliki oleh seorang guru dan sejalan dengan tujuan dan fungsi pendidikan yang tertuang dalam UU No.20 tahun 2003 (sisdiknas, pasal 3), guru dituntut memiliki kompetensi dalam mengajarnya, yang mana kompetensi pedagogik merupakan bagian dari kompetensi guru yang terdiri dari 4 kompetensi, yaitu : kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi pedagogik. Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial,
dan spiritual, yang secara kaffah membentuk kompetensi standar
konmpetensi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta
38
didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan kepribadian dan profesionalisme (Mulyasa, 2008:26 Dalam ruang lingkup kompetensi, kompetensi mempunyai banyak makna yang seiring berkembangnya ilmu tentang pendidikan. Menurut Mc Ahsan dalam kutipan Mulyana (2003 : 28) mengemukakan kompetensi : ....is a knowldge, skills and abiities or capabilities that a person archieves, ehich pert of his or her being to the extent he or she can satisfactory perform particular cognitive, affactive and phisicomotory behaviors... kompetensi guru merupakan pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga ai dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan pesikomotor yang sebaik-baiknya. Spencer dan spenser (Yulaelawati, 2004 :45) mengatakan bahwa kompetensi merupakan mendasar seseorang yang berhubungan timbal balik dengan suatu kriteria efektif dan atau kecakapan terbaik seseorang dalam pekerjaan atau keadaan (Masnur Muslich, 2008 : 15). Dalam standar nasional pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir a dikemukakan
bahwa
pembelajaran
kompetensi
pedagogik
adalah
kemampuan
mengelola
peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya (Mulyasa, 2008 : 75). Dalam kompetensi
RPP tentang guru (Mulyasa, 2008 : 75)
pedagogik
guru
merupakan
kemampuan
dikemukakan bahwa
guru
pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi :
dalam
mengolah
39
a.
Pemahaman wawasan atau landasan pendidikan. Guru memiliki latar belakang pendidikan keilmuan sehingga memiliki keahlian secara akademik dan intelektual.
b. Pemahaman terhadap peserta didik. Guru memiliki pemahaman dan pesikologi perkembanmgan anak, sehingga mengetahui dengan benar pendekatan yang tepat yang dilakukan pada anak didiknya. c.
Pengembangan kurikulum/silabus. Guru memiliki kemampuan mengembangkan kurikulum pendidikan nasional yang disesuaikan dengan kondisi spesifik lingkungan sekolah.
d. Perencanaan pembelajaran. Guru memilki perencanaan sistem pembelajaran yang memanfaatkan sumberdaya yang ada. e. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Guru menciptakan situasi belajar bagi anak yang kreatif, aktif dan menyenangkan sehingga anak akan tidak mengalami kebosanan dalam belajar. 1.
Indikator Kompetensi Pedagogik Indikator kompetensi pedagogik, terdiri dari 5 indikator, yaitu : a.
Memahami peserta didik 1.
Memahami peserta didik dengan melihat perkembangan kognitif dan kecerdasa siswa.
2.
Memahami peserta didik dengan melihat tingkat kepribadian siswa.
3.
Mengidentifiakasi bekal awal peserta didik.
b. Merancang pembelajaran dan memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pendidikan : 1.
Memahami landasan pendidikan.
2.
Menerapkan teori belajar dan pembelajaran dalam proses belajar mengajar.
40
3.
Menentukan strategi pembelajaran berdasarkan tingkat karakteristik dan keberagaman peserta didik, kompetensi yang akan dicapai dan pokok materi ajar yang akan disampaikan.
4.
Menyusun dan menyiapkan rancangan pembelajaran berdasarkan strategi dan metode yang akan dipilih dalam proses belajar mengajar.
c.
Pelaksanaan pembelajaran 1.
Menata setting pembelajaran yang sudah dirancang dari rumah.
2.
Melaksanakan pembelajaran yang kondusif dan aktif.
d. Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran 1.
Merancang dan melaksanakan evaluasi proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode.
2.
Menganalisis hasil evaluasi proses
dan hasil belajar untuk menentuksn
ketuntasan belajar siswa. 3.
Menentukan hasil penilaian pembelajaran siswa untuk perbaikan kualitas dalam program pembelajaran.
e.
Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi dan bakat non akademik
2.
Komponen Kompetensi Pedagogik Dalam lokakarya kurikulum pendidi guru yang diselenggarakan oleh P3G, telah dirumuskan tentang unsur-unsur kompetensi pedagogik (Oemar Hamalik, 2002 : 44-45) diantaranya: a.
Menguasai bahan ajar yakni menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah, menguasai bahan pengayaan/penunjang studi.
41
b. Mengelola program belajar mengajar yakni merumuskan tujuan intruksional, mengenal dan bisa memakai metode mengajar dan lain-lain yang dapat mununjang proses belajar mengajar. c.
Mengelola kelas yakni mengatur tataruang kelas dalam rangka CBSA dan menciptakan iklim belajar yang efektif.
d. Menggunakan media yakni memilih dan menggunakan media dengan membuat alatalat bantu pelajaran sederhana. e.
Menguasai landasan pendidikan.
f.
Merencanakan program pengajaran.
g. Mengelola interaksi nelajar mengajar. h. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasi berbagai potensi yang dimiliki. i.
Menilai kemampuan prestasi siswa untuk kepentingan pembelajaran.
j.
Mengenal fungsi program bimbingan dan penyuluhan disekolah.
k. Mengenal penyelenggaraan administrasi sekolah. l.
Mampu memahami dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan yang sederhana guna pengajuan pengajaran. Komponen kompetensi pedagogik Menurut Permendiknas No.16 tahun 2007,
kompetensi pedagogik guru terdiri atas 37 buah kompetensi, yang dirangkum dalam 10 kompetensi inti, yaitu: a.
Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual
b.
Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik
c.
Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu
d.
Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik
42
e.
Memanfaatkan
teknologi
informasi
dan
komunikasi
untuk
kepentingan
pembelajaran f.
Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki
3.
g.
Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik
h.
Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses hasil belajar
i.
Memanfaatkan hasil penilain dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran
j.
Melakukan tindakan reflektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
Manfaat implementasi kompetensi pedagogik di sekolah Dalam interaksi proses belajar mengajar antara guru dan siswa adalah satu kesatu yang mana dalam hal ini guru mengajar dan siswa yang belajar, dalam menunjang kelangsungan belajar yang efektif da efisien antara guru dan siswa. Guru mempunyai tugas dan peranan yang penting dalam menghantarkan peserta didik mencapai tujuan yang diharapkan yang tercantum dalam UU SISDIKNAS No.20 Pasal 3 tahun 2003. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencetak kehidupan bangsa yang bertujuan berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Agar tujuan pendidikan tercapai guru selayaknya mempunyai berbagai. Kompetensi yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya. Manfaat dari implementasi pedagogik guru di sekolah, selain yang telah disebutkan di atas, juga mempunyai manfaat sebaiagi berikut:
43
a. Terwujudnya guru yang cerdas, berbudaya, bermartabat, unggul, dan profesional dalam mengajar. b. Meningkatkan kualitas pendidikan yang dimana mampu mendukung terwujudnya lulusan yang berkompeten. c. Merubah pandangan masyarakat tentang fenomena guru selama ini dimana guru bukan hanya sebagai pengajar melainkan juga sebagai pelatih, pembimbing, dan manager belajar. d. Mengaplikasikan
nilai-nilai
keprofesionalan
guru,
yaitu
memiliki
kualitas
pendidikan yang memadai serta kompetensi ke ilmuan yang sesuai dengan bidang yang ditekuninya. Dari pendapat diatas jelas bahwa kompetensi pedagogik mempunyai peran penting dalam peningkatan kualitas pembelajaran. Oleh karena itu, hendaknya setiap guru termasuk guru PAI mutlak menguasai kompetensi pedagogik. C. Upaya Meningkatkan Kompetensi Guru Untuk meningkatkan kompetensi guru bisa dengan berbagai cara, diantaranya: 1)
Bedah buku sampe melihat film pendidikan bersama-sama lalu dibahas sebagai diskusi antar profesional
2)
Studi banding, atau yang ikut bisa mempersentasikan kepada yang tidak ikut studi banding
3)
Penataran, seminar, ataupun workshop pendidikan
4)
Menggunakan social media, seperti bergabung dalam Facebook Organisasi Guru yaitu ada Gurarutalk dan Twitedu dalam twitter
5)
Pembinaan di sekolah oleh Kepala Sekolah
6)
Pelatihan agar menjadi guru yang aplikatif
44
(beberapa
prisip
cara
guru
meningkatkan
kompetensinya
sendiri:
http://www.akramberbagi.com/ download tanggal 15 Februari 2013) D. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) MGMP adalah “wadah kegiatan professional untuk membina hubungan kerjasama secara koordinatif dan fungsional antara sesama guru yang bertugas di SMP, SMA, MTs maupun MA” sesuai dengan instansi pendidikan masing-masing. Pengertian yang lain MGMP adalah wadah tempat kegiatan para anggota MGMP untuk melaksanakan musyawarah dalam upaya peningkatan kemampuan dan keterampilan mengajar. Pada MGMP ini guru dapat berdiskusi untuk mencari solusi dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar. (MGMP PAI KOTA KEDIRI, http//:mgmpkediri.wordpress.com download tanggal 22 Januari 2013). MGMP intinya adalah musyawarah sebagai proses interaksi edukatif. Prinsip musyawarah ini sangat ditekankan dalam islam sehingga harus senantiasa di tegakkan, karena dengan musyawarah itulah, manusia saling memberi kesempatan dan saling menerima pendapat, sekaligus sebagai pemenuhan hak-hak sesama manusia. Untuk itu, Allah berfirman dalam QS : 3 (Ali imran) ; 159 :
َ ر ْ ھ ُﻢ ْ ﻓ ِﻲ ا ْﻷ َﻣ ْﺮ ِ ﻓ َﺈ ِذ َا ﻋ َﺰ َ ﻣ ْﺖ َ ﻓ َﺘ َﻮ َ ﻛ ﱠﻞ ْ ﻋ َﻠ َﻰ ﷲ ﱠ ِ إ ِن ﱠ ﷲ ﱠ َ ﯾُﺤ ِﺐ ﱡ اﻟ ْﻤ ُ ﺘ َﻮ َ ﻛ ﱢ ﻠ ِﯿﻦ Artinya:…, “dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. (Q.S. Ali Imran :159)
45
Ayat tersebut menekankan pentingnya musyawarah dalam segala urusan, termasuk MGMP sebagai suatu wadah bagi para guru untuk saling tukar pikiran, tukar pengalaman dan untuk memecahkan berbagai persoalan yang berkaitan dengan tugas guru khususnya permasalahan didalam kelas, dan disinilah guru bisa dengan mudah dapat menemukan pengetahuan yang dapat membantu dalam pelaksanaan tugas secara lebih efektif. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa MGMP adalah suatu wadah dimana anggotanya adalah semua guru mata pelajaran di suatu daerah berdasarkan instansi pendidikan yang diampunya, juga sebagai wadah untuk bersaling tukar pikiran dan memecahan masalah yang ada sehingga lebih mudah dapat menemukan solusinya yang dapat membantu dalam pelaksanaan tugas secara lebih efektif.
46
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum MGMP PAI SMP Kota Salatiga Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) adalah sebuah lembaga pendidikan formal yang bernaung di bawah Dinas Pendidikan Nasional yang terletak di kecamatan Tegalrejo Kota Salatiga tepatnya di MTS Negeri Salatiga, Jl.Tegalrejo no 1 Salatiga, MGMP
merupakan suatu wadah asosiasi atau
perkumpulan bagi guru mata pelajaran yang berada di suatu sanggar, kabupaten/kota yang berfungsi sebagai sarana untuk saling berkomunikasi, belajar, dan bertukar pikiran dan pengalaman dalam rangka meningkatkan kinerja guru sebagai praktisi/pelaku perubahan reorientasi pembelajaran di kelas. Organisasi ini bersifat mandiri dan terbuka bagi semua guru mata pelajaran baik yang berstatus pegawai negeri sipil, guru tidak tetap, dan guru pada sekolah swasta yang berada dilingkungan sanggar atau wilayah kabupaten/kota.
MTS N Salatiga ini sangat strategis untuk dijadikan sanggar MGMP PAI SMP kota Salatiga, dikarena lingkungan sekolah ini sangat mendukung akan kegiatan seperti ini, perlu diketahui bahwa MGMP PAI SMP dan MGMP PAI MTS digabung menjadi satu. Berdasarkan dokumen MGMP yang diambil pada tanggal 11 Februari tahun 2013, tercatat bahwa sanggar MGMP beralamat di kecamatan Tegalrejo kota Salatiga tepatnya di MTS Negeri Salatiga, jl.Tegalrejo no 1 Salatiga.
47
Daftar pengurus MGMP PAI SMP Kota Salatiga Periode 2010-2013 penanggung jwab
: Kepala Kantor Kementrian Agama Kota Salatiga
Penasehat
: 1. Kasi Mapenda Kementrian Agama Kota Salatiga 2. Pengawas PAI SMP Kota Salatiga 3. Kepala MTS N Salatiga
Ketua
: Drs. SB Haryanto
Wakil
: H. Daroji, S.Ag.
Sekretaris
: Mustaqimah, S.Ag.
Wakil Sekretaris
: Dra. Dihlis Zuna’im
Bendahara
: Nurul Hidayati, S.Ag.
Kordinator Kelas
:
Kelas 7
: Drs. Taqwin
Kelas 8
: Muniroh, S.Ag.
Kelas 9
: Siti Rochmatin, S.Ag.
Seksi Sosial
: 1. Dra. Anah Musyarofah 2. H. Dimyati, S.Pd.I 3. Umar Faruk, S.Pd.I
Seksi Humas
: 1. Dra. Ernawati Susanti 2. Hj. Masfa’ah, S.Pd.I 3. Inayatul Wakidah, S.Ag.
Seksi PHBI
: 1. Siti Zuraida, S.Ag.
48
2. Sugino, BA 3. Imam Sujarwo, S.Pd.I
1. Visi dan Misi a. VISI “terciptanya guru yang amanah, profesional dan tanggung jawab dengan dilandasi iman dan taqwa” b. MISI 1) Melaksanakan kegiatan yang dapat meningkatkan keilmuan munuju profesionalisme guru 2) Mewujudkan guru yang amanah 3) Mencuptakan kreatifitas gur yang dapat mendukung keberhasilan tugas sebagai guru 4) Menyelenggarakan kegiatan sebagai bentuk pengembangan bakat dan minat siswa 5) Ikut mensukseskan Salatiga Kota Hati Beriman
2. Keadaan Anggota Tabel 2: Daftar Anggota MGMP PAI SMP Kota Salatiga NO
NAMA
UNIT
Tingkat pendidikan
KERJA 1
Nur Nidayati, S.Ag
SMP
N
SALATIGA
1 PAI, STAIN Salatiga 2003
49
2
Slamet, S.Ag
SMP
N
SALATIGA 3
Drs. M Taqwin
SMP
N
SALATIGA
1 PAI, STAIN Salatiga 2008 2 PAI,
IAIN
WALISONGO Semarang 1991
4
5
Dra. Endang Rahmah H, SMP
N
M.Ag
SALATIGA
Dra. Sumidah
SMP
N
SALATIGA 6
H. Daroji, S.Ag
SMP
N
SALATIGA 7
Sri Haryanto, S.Ag
SMP
N
SALATIGA 8
Drs. SB Haryanto
SMP
N
SALATIGA
2 PAI, UNU Surakarta 2006 2 PAI
IAIN
SUKA
Yogyakarta 1990 3 PAI, STAIN Salatiga 1999 3 PAI, STAIN Salatiga 1998 4 PAI,
FT
IAIN
WALISONGO Semarang 1988
9
M Wildan Mustof, S.Ag
SMP
N
SALATIGA 10
M Kholid, S.Pd.I
SMP
N
SALATIGA 11
Mustaqimah, S.Ag
SMP
N
SALATIGA
4 PAI, STAIN Salatiga 2001 5 PAI, STAIN Salatiga 20010 5 PAI,
FT
WALISONGO Semarang 2004
IAIN
50
12
Siti Rochmatin, S.Ag
SMP
N
SALATIGA 13
Umi Hanik, S.Ag
SMP
N
SALATIGA 14
H. Dimyathi, S.Ag
SMP
N
SALATIGA 15
Layly Atiqoh
SMP
N
SALATIGA 16
Sugino, BA
SMP
N
SALATIGA
6 PAI, STAIN Salatiga 1999 6 PAI,
IAIN
Salatiga
1992 7 PAI, STAIN Salatiga 2009 7 PAI, STAIN Salatiga 2003 8 PAI,
FT
IAIN
WALISONGO Semarang 1983
17
18
Tri
Hariyastuti
DHR, SMP
N
S.Ag
SALATIGA
Dra. Muniroh
SMP
N
SALATIGA
8 PAI, STAIN Salatiga 2000 9 PAI,
STAIN
WALISONGO Semarang 1987
19
Hj. Musyfa’ah, S.Ag
SMP
N
SALATIGA 20
Dra. Anah Musyarofah
SMP
9 PAI, STAIN Salatiga 2007
N 10 PAI,
SALATIGA
FT
IAIN
WALISONGO Semarang 1989
21
M Mufid, S.Ag
SMP
N 10 PAI, STAIN Salatiga
SALATIGA
2007
51
22
23
Inayatul
Wakhidah, SMP
Islam PAI, STAIN Salatiga
S.Ag
Al Asyhar
Bambang S, S.Ag
SMP
Muh. PAI, STAIN Salatiga
Salatiga 24
Drs. Mulyono
2003
SMP
1993 Muh. PAI,
Salatiga
FT
IAIN
WALISONGO Semarang 1989
25
26
Mursyidatun
Nikmah, SMP
Muh. PAI, STAIN Salatiga
S.Pd.I
Salatiga
Drs. Noor Rofiq, S.Ag
SMP
2006 Islam PAI,
Sultan Fattah
FT
IAIN
WALISONGO Semarang 1989
27
28
Durrotun
Rosyidah, SMP Darmo PAI, STAIN Salatiga
S.Ag
Lestari
Romzatun, S.Ag
SMP
1991 Islam PAI,
Sudirmah 29
Sugeng Riyanto, S.Ag
SMP Paku
FT
IAIN
WALISONGO 1994
Raden PAI, UNU Surakarta 2011
3. Gambaran Informan Untuk mengetahui upaya pengembangan kompetensi pedagogik anggota MGMP PAI SMP Kota Salatiga pada penelitian ini jumlah anggota MGMP PAI SMP Kota Salatiga berjumlah 29 guru, dan untuk
52
memudahkan dalam penelitian, peneliti mengambil 6 guru sebagai informan dengan alasan 2 guru senior (sangat berpengalaman) yaitu SBH dan M, 2 guru junior (baru) yaitu MK dan LA, dan 2 guru menengah (berpengalaman) yaitu WMS dan TH, dengan begitu penulis menjadi lebih mudah dalam mendapatkan data awal dan perkembangannya
B. Temuan Di Lapangan 1. Kompetensi Pedagogik Anggota MGMP PAI SMP Kota Salatiga tahun 2013 Dalam standar nasional pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya (Mulyasa, 2008 : 75). Adapun komponen kompetensi pedagogik Menurut
Permendiknas
No.16 tahun 2007, kompetensi pedagogik guru terdiri atas 37 buah kompetensi, yang dirangkum dalam 10 kompetensi inti, yaitu: a. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik
53
c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu d. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik e. Memanfaatkan
teknologi
informasi
dan
komunikasi
untuk
kepentingan pembelajaran f. Memfasilitasi
pengembangan
potensi
peserta
didik
untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik h. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses hasil belajar i.
Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran
j.
Melakukan
tindakan
reflektif
untuk
meningkatkan
kualitas
pembelajaran Kompetensi pedagogik guru pendidikan agama Islam merupakan tutuntutan yang harus dimiliki oleh guru pendidikan agama islan agar dapat mengelola pembelajaran dengan baik sehingga proses pembelajaran akan berjalan optimal, guru juga harus menguasai 10 kompetensi inti yang tertuang dalam permendiknas no.16 tahun 2007 seperti yang tertera di atas. Untuk mengetahui kompetensi pedagogik anggota MGMP PAI SMP, peneliti memulai pertanyaan
kepada informan mengenai bagaimana cara
untuk menguasai karakteristik peserta didik.: WMS menjawab:
54
“Dengan mengenal nama anak, tahu nama-nama mereke setelah itu saya dekati mereka dan secara otomatis mereka respek dengan apa yang saya lakukan dan dengan itulah saya bisa melihat karakter anak, alhamdulillah hampir 80% saya tahu kebiasaan mereka. Dan lebih mudah juga dalam mengidentifikasi kekurangan dan kelemahan mereka dengan begitu saya pun lebih mudah dalam mempersiapkan materi pembelajaran pun ketika di luar pembelajaran diluar pembelajaran” Pernyataan M: “Kelas yang jumlah siswanya lebih kecil itu lebih mudah dalam mengidentifikasi karakteristik peserta didik, dengan mengajak mereka bicara. Dengan mengenal mereka sejak awal di sekolahan, misal dari mereka sejak kelas 7, karena yang saya alami memang saya lebih mudah memahami karakter mereka dengan saya harus mengenal mereka sejak kelas 7 dan selanjutnya ketemu mereka di kelas 8 dan 9, jadi kearah mana saya mau melangkah dengan membawa mereka lebih mudah, yang jelas mereka berbeda-beda jadi saya mau membawa mereka yang seperti ini dan mereka yang seperti itu saya lebih mudah dan bisa melihat kelebihan dan kekurangan mereka masing-masing.” Pernyataan MK: “Dengan mengajak mereka bicara, saya tanya yang sekiranya memang itu perlu ditanyakan yang berkaitan kepribadian anak, untuk tahu mereka lebih lanjut saya menggunakan media jejaring sosial, melalui fecebook walaupun tidak semuasiswa bisa saya temukan disitu, paling tidak saya bisa melihat sebagian mereka diluar, bagaimana cara mereka ngomong, di sekolah mereka berjilbab tetapi kebanyakan mereka kalau sudah keluar dari sekolah kebanyakan mereka melepas jilbabnya. Dalam pembelajaran pun saya pantau terus, mana yang memang membutuhkan perhatian supaya lebih baik, mana yang mempunyai potensi yang memang mereka membutuhkan pendamping untuk mengembangakan potensinya, dan dengan itu saya lebih mudah dalam mempersiapkan materi pembelajaran yang memang seharusnya merekan dapatkan.” Pernyataan LA:
55
“Dengan mengenal latar belakang anak, kemampuan anak, disitu secara otomatis kita akan tahu kelemahan/kekurangan mereka juga, dan selanjutnya untuk melangkah dalam menghadapi mereka kita lebih mudah, kita mau membawa mereka kearah mana kita menjadi mudah.”
SBH menjawab: “Tidak semua guru bisa memahami itu dalam waktu yang singkat dan guru butuh waktu untuk itu, biasanya mereka tahu itu dari kebiasaan siswa di sekolah atau fenomena yang sering mereka munculkan seperti siswa yang mereka mempunyai kelebihan dibidang akademik ataupun non akademik, trus dia yang mempunyai kelemahan dalam segala hal, kemudian siswa yang sangat rajin dan sangat kurang rajin, trus siswa yang anteng dan siswa yang suka membuat onar, mereka yang menonjol disitu itu yang biasa dihafalkan guru dan yang lainnya berarti rata-rata, dan yang rata-rata itu yang mungkin harus kita gali lagi agar kita tahu mereka secara lebih, terkadang kita kesusahan karena jumlah mereka cenderung lebih banyak, dan terkadang mereka cenderung diam, kemampuan akademik pun biasa, kemudian ketika memberikan soal pre test itu biasanya mempercepat pengenalan karakteristik siswa.”
Pertanyaan berikutnya ditujukan untuk mengetahui apakah guru menguasai teori belajar, WMS menjawab: “Tentang teori pembelajran memang ada banyak sekali ada quantum teaching, ada quantum learning, saya akui memang teori itu bagus sekali tetapi saya belum bisa secara maksimal menerapkan teori itu, mungkin baru beberapa yang saya terapkan, kalau secara teori saya tahu betul teori itu tetapi untuk menerapkan teori itu secara utuh saya belum bisa, paling baru teori yang saya terapkan seperti PAIKEM, selanjutnya mengambil sebagian dari contextual teaching, contextual learning. untuk belajar teori- teori pembelajaran seperti inkuiri dll saya belum pernah, yang penting saya mengadakan materi, anak minatnya
56
tinggi, senang menerima dan anak mendapat materi itu dengan enjoy dan anak itu saya pantau perkembangannya.” Pernyataan M: “Tentang teori belajar saya kurang paham, Cuma kalau dalam pembelajaran saya menggunakan beberapa metode pembelajaran yang menarik agar anak lebih aktif, karena pada dasarnya anak lebih suka dengan pembelajaran yang menarik, terkadang saya membuat pembelajaran itu dengan bermain, ada kartu, ada gambar-gambar yang memang itu pas dengan materi belajar, seperti fenomena-fenomena alam atau yang lainnya, kadang pun saya meyuruh mereka membuat drama, dan mereka pun sangat antusias, jadi disini tidak ada siswa yang katakan itu mengantuk, akan tetapi memeng terkadang mereka ada yang bermain sendiri tapi itupun masih dalam batas yang wajar dan masih bisa dikondisikan” Pernyataan MK: “Kalau tentang teori belajar saya kurang tahu, tapi saya lebih ke pengalaman mengajar dan belajar, saya lulusan STAIN jauga, disana banyak juga mendapat teori-teori belajar tetapi saya lupa, dan yang masih saya ingat ya sedikit tentang quantum teaching dan quantum learning, itupun saya sudah lupa. saya justru lebih berkaca ketika saya belajar di pondok pesantren, pada pembelajaran saya sama seperti pembelajaran guru-guru yang lain tetapi saya selingi dengan pembelajaran yang saya dapatkan di pondok pesantren, hasilnya lumayan, dan mereka justru lebih termotifasi untuk belajar bahkan tidak sedikit dari mereka mau bertanya.” Pernyataan TH: “Teori belajar saya kurang paham, tetapi kalau menyangkut pembelajaran saya lakukan berdasar pengalaman saja, karena sebelum mengajar di SMP saya sudah lama mengajar di SD jadi untuk pembawaannya terkadang masih terbawa suasana pembelajaran di SD, suasana yang menyenangkan dan tidak sepaneng.” Pernyataan SBH:
57
“Tentang teori belajar, saya berdasarkan pengalaman yang sudah lama dalam mengajar, setiap pembelajaran saya sesuaikan dengan mata pelajaran yang akan saya sampaikan, seperti saya kan sudah bertahuntahun mengajar jadi lebih mudah dalam memilih metode pembelajaran, pada dasarnya anak suka bermain, dan saya buat pembelajaran itu menarik dan menyenangkan yaitu dengan beberapa permainan seperti permainan kartu, gambar, terkadang pun saya ajak menonnton tayangan-tayangan yang itu relevan dengan materi yang saya sampaikan. Untuk memancing keberanian siswa saya kasih apresiasi misalkan dalam bentuk poit atau dalam bentuk yang lain misalkan hadian bagi mereka yang mungkin berani menjawab, berani tampil didepan kelas ataupun yang lain yang itu bisa memunculkan karakteristik siswa itu, Dan terkadang saya sedikit tegas kalau memang ada siswa bandel, kalau suasana pembelajaran sudah tidak kondusif yang mengganggu pembelajaran dengan mencoba menata ulang lagi suasana pembelajaran itu.” Pernyataan LA: “Kalau secara teori saya agak lupa, Cuma saya sering berfikir bagaimana nanti pembelajaran saya bawakan agar anak bisa dengan mudah menerima materi, jadi kalau saya itu dengan melihat materi dahulu trus memilih metode apa yang pas untuk membawakan materi itu, kalau masa-masa SMP itu kan masih terbawa dengan suasana SD apa lagi yang masih kelas 7 itu masih sangat terasa, jadi saya bawakan pembelajaran itu contohnya dengan gambar-gambar, kartu, dengan mengamati keadaan alam dll. karena inti dari pembelajaran itu guru menyampaikan materi dan anak menerimanya dan paham akan materi yang disampaikan, kalau PAI itu lebih bagaimana mereka menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.” Pertanyaan berikutnya ditujukan untuk mengetahui bagaimana cara mengembangkan kurikulum: M menjawab: “Kurikulum itu sudah dari atas, terkait dengan pengembangan kurikulum kita lebih berkaca pada keadaan di lapangan, jadi saya harus menyesuaikan dengan keadaan yang ada saat itu, dan materi kan harus sampai ke siswa, jadi bagaimana caranya agar siswa
58
mendapatkan materi, dan RPP yang saya buat terkadang saya rubah ketika di lapangan, karena RPP yang saya buat di awal tahun ajaran untuk satu tahun kedepan memang berbeda ketika berada di lapangan, kalau di MGMP penah membahas tentang kurikulum, kita sharing bagaimana baiknya dan gimana kekurangannya selanjutnya kita mencari solusi bersama-sama dan itu sangat membantu sekali, tapi lebih sering membahas tentang kejadian-kejadian di dalam kelas dan bagaimana solusi untuk masalah itu agar pembelajaran selanjutnya lebih baik.” MK menjawab: “Tentang kurikulum seperti yang sudah ditetapkan pemerintah, misalnya tentang SKL, saya mengacu pada SKL yang sudah ditetapkan selanjutnya misalnya ada yang tidak ada saya tambahi sendiri untuk pengetahuan anak-anak dan yang penting ridak menyimpang dari SKL dan yang pentingnya lagi siswa bisa mengerti.” TH menjawab: “Tentang pengembangan kurikulum saya belum begitu paham, saya Cuma menyesuaikan dengan kondisi yang ada saat ini, bagaimana pembelajaran ini saya bawa, bagimana materi yang saya sapaikan agar bisa smapai kepada siswa.” LA menjawab: “Sebenarnya kurikulum itu tidak muluk-muluk, karena setiap sekolah itu keadaannya berbeda-beda, dan itu kita sesuaikan saja dengan kondisi yang ada dengan tidak mengubah mungkin itu tujuan pembelajarannya atau yang lain yang sudah ditetapkan.” WMS menjawab: “Tentang pengembangan kurikulum saya belum begitu mengikuti dan saya belum bisa untuk mengembangakan, kalau sekiranya ada yang belum ada dan perlu disampaikan saya tambahi dan saya masih ikut MGMP jadi selama itu belum ganti saya memakai itu.” SBH Menjawab:
59
“Kurikulum tahun 2012 guru membuat silabus-silabus sendiri begitu juga RPP dan guru punya keleluasaan untuk membuat dengan mengacu pada pengalaman dari kota-kota lain, kalau membuat sendiri terkadang terbentur dengan masalah dalam pembuatannya, selanjutnya kita sesuaikan dengan kondisi sekolah kita masing-masing. Kalau di MGMP kita kasihkan masternya dan guru yang merubahnya karena karakteristik setiap sekolah berbeda-beda.” Untuk menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik oleh guruguru PAI SMP Kota Salatiga, peneliti melakukan observasi dalam proses pembelajaran pada setiap informan dan berdasar dokumentasi yang didapat, yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) seperti yang ada di dalam lampiran sesuai dengan tata cara penyusunan RPP mulai dari standar kompetensi, komponen dasar, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, sumber belajar, dan penilain/avaluasi pembelajaran. penggunaan media pembelajaran dan sumber belajar yang relevan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang diampu dalam mencapai tujuan secara utuh, pengambilan keputusan transaksional dalam pembelajaran yang diampu sesuai dengan situasi yang berkembang.
Pertanyaan berikutnya ditujukan untuk mengetahui penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran: M menjawab: “tentang pemakaian teknologi informasi dan komunikasi, dalam pembelajaran terkadang saya menggunakan LCD, dengan menggunakan power point, dengan menggunakan visualisasi menggunakan vidio atau film-film yang relefan dengan materi, selanjutnya di sini juga area hotspot jadi untuk mengakses pengetahuan yang tidak ada di sekolah dan di buku menjadi mudah, di
60
rumah pun ada internet, dalam pemakaiannya selain untuk browsing informasi juga browsing materi pelajaran, biasanya kita juga kalau mengumpulkan tugas pembuatan soal-soal ke MGMP kita juga mengirimkan lewat email.” MK menjawab: “Tentang pemakaian tekhnologi informasi dan komunikasi, dalam pembelajaran di kelas biasanya menggunakan LCD , saya sesuaikan dengan materi yang ada dan harus saya kemas seperti apa supaya menarik perhatian siswa. Fasilitas disini ada area hotspot jadi bisa browsing apa saja yang terkait pembelajaran yang memang disini belum ada dan herus menyesuaikan kebutuhan, misalkan kurangnya materi, itu bisa saya ambilkan dari internet. Di rumahpun saya biasa mengakses internet dengan menggunakan modem.” TH menjawab: “Kadang saya menggunakan LCD untuk pembelajaran, dengan menggunakan tayanga-tayangan/ vidio yang relevan dengan materi, memang itu cukup menarik perhatian anak akan tetapi tidak semua anak suka, ada sebaigian kecil dari mereka yang kurang tertarik dengan pembelajaran menggunakan media/teknologi terbaru seperti LCD ini, mereka lebih suka atau dalam menerima materi itu secara langsung dengan tanya jawab atau dengan diskusi. Di sekolah ada hotspot yang bisa saya gunakan untuk mencari informasi yang terkait dengan pembelajara, terkadang saya pun menugaskan anak untuk mencari materi lewat internet dan ternyata mereka sangat antusias, menjadi lebih semangat.” LA menjawab: “Disekolah sini kalau tentang penggunaan teknologi itu agak kurang, misalkan komputer itu kebanyakan rusak, LCD pun Cuma beberapa, itupun harus berebut dengan guru lain, jarang sekali saya memakai itu, kalau internet disini belum ada, tapi kalau saya pribadi stiap hari selalu pakai, itu sangat membantu saya ketika ada sedikit yang memang itu saya belum paham, sering sekalia saya browsing untuk pembelajaran, terkadang saya pun menugasi siswa untuk mencari di internet.”
61
SBH menjawab: “Tentang pemakaian teknologi, kita memakainya dipembelajaran tertentu dan kita terkadang memakai bantuan LCD untuk menampilkan vidio pembelajaran, atau untuk menampilkan materi yang akan kita sampaikan dan terkadangpun langsung terhubung ke internet, dan sangat membantu sekali yang namanya internet itu, kita bisa mengakses banyak sekali informasi, bisa juga sebagai media komunikasi contohnya email itu. Terkadang kita pun langsung memberi tugas kepada siswa untuk mencari materi di internet, ada blog MGMP yang kita kasih ke siswa untuk melihat latihan soal-soal disana, kalau dari saya pribadi saya selalu pake internet itu, untuk kepentingan pembelajaran tentunya, karena saya rasa belum ada kepentingan yang lain selain itu, biasanya itu untuk melihat materi pembelajaran atau informasi yang lain sebagai tambahan wawasan, kadang kita dalam mengirimkan soal-soal, data-data jumlah peserta USBN misalnya pun lewat internet yaitu lewat email itu.” WMS mejawab: “Pemakaian teknologi dan informasi biasanya di pokok bahasan tertentu dengan menggunakan media internet juga, misalkan melihat masjidil haram dan masjidil aqsoh saya menggunakan LCD dan laptop yang langsung terhubung ke internet, saya memakai media googgle map, atau saya juga sering memutarkan vidio-vidio dan film-film yang menyangkut pembelajaran dan itu sangat menarik sekali bagi siswa mereka sangat antusias. Disini internet masih sendiri-sendiri masih menggunakan modem, saya di rumahpun sering mengakses internet. Memang sangat membantu sekali kadang saya pun mengambil materi dari internet kalau sekiranya materi itu kurang, saya downloadkan lalu saya kasihkan ke siswa, saya punya blog, kadang siswa saya tugasi langsung untuk membuka blog saya dengan mengambil materi dari situ, dan Yang masih saya kembangkan sekarang tentang website, nanti disitu saya sajikan materi-materi pembelajaran dan soal-soal untuk belajar siswa.”
62
Pertanyaan berikutnya ditujukan untuk mengetahui pemfasilitasan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan bebrapa potensi yang dimilikinya, berikut jawaban informan: M menjawab: “kalau memfasilitasi, saya Cuma sedikit dan saya lebih cenderung memotifasi mereka dan justru mereka sadar atau tidak sarar justru muncul dari mereka sendiri. Bagi mereka yang mempunyai bakat kami bisa membimbingnya, contohnya dalam ekstra kurikuler disitu ada tartil, qiro’, ceramah, ada seni kaligrafi juga.” MK menjawab: “Untuk mengembangkan potensi anak, kami ada kegiatan ekstra, kalau dari saya di bidang mapel PAI, misalkan membaca Al-Quran, saya coba terus setiap ada kesempatan juga dengan tidak mengesampingkan yang lainnya, karene disetiap anak itu berbedabeda pun untuk menanggapi mereka dengan cara yang berbeda pula. Yang kita harapkan anak bisa berkembang, ada yang memang anak itu bisa berkembang dengan sendirinya tetapi sedikit yang bisa seperti itu, kebanyakan dari mereka harus kita bantu untuk mengembangkannya.” WMS menjawab: “Untuk anak yang memiliki potensi, contohnya ada anak yang memang dia pandai berpidato, pinter membaca Al-Qur’an, itu kita fasilitasi dan kita bimbing, bahkan ada yang sudah tingkat kota dan dia pernah diundang oleh masyarakat sebagai dai kecil, ada lomba kaligrafi kita ikutkan. Tidak sedikit dari anak-anak yang sudah juara di tingkat kota akantetapi kalau di tingkat propinsi belum ada.” TH menjawab: “Untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki oleh anak, kita memberi kesempatan untuk mengikuti ekstra kurikuler diantaranya qiro’ah, tartil, pidato,dan kaligrafi, mereka yang ikut extra kurikuler kita bimbing dengan pembimbing yang memumpuni, jika ada dari bapak ibu guru disini yang mampu dan bersedia membantu kiberikan
63
kepada mereka. Kalau dalam pembelajaran kita berusaha untuk semaksimal mungkin agar materi bisa sampai kepada siswa dan siswa dapat mengaktualisasikan materi yang sudah didapat, bisa mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Tentu secara otomatis siswa secara akademik jika di ukur dengan evaluasi mereka bisa menjawabnya.” LA menjawab: “Fasilitas untuk mengenbangkan potensi anak disini ada ekstakurikuler Rebana, kaligrafi, qiro’, kalau dalam pembelajaran saya pernah menggunakan main maping yang ternyata diantara mereka ketika ulangan ada yang lebih mudah dalam mengingat materi. Dan baru itu yang saya lakukan.” SBH menjawab: “Untuk pengembangan IT, kita memberi kebebasan kepada siswa untuk mengakses internet, di sini(sekolah) ada area hotspot bagi siswa yang membawa laptop silahkan memakainya, dan yang berkaitan dengan keagamaan kita melakukan beberapa pembinaan diantaranya ada tilawah, tartil, ada jamaah sholat duhur dan duha, trus anak-anak yang menpunyai kemampuan khusus misalnya kaligrafi, pidato itu kita bina secara khusus, kita kerjasama dengan guru-guru lain, kita cek satu minggu sekali, bagaimana perkembangannya dan ada kekurang apa.” Untuk mengetahui kemampuan interaksi guru-guru PAI SMP Kota Salatiga dalam berinteraksi dengan peserta didik, peneliti observasi dalam proses pembelajaran pada setiap informan, interaksi informan mulai dari tata bahasa, santun dalam pengucapan, empati guru terhadap peserta didiknya dan begitu juga sebaliknya yang menjadikan empati peserta didik terhadap gurunya, begitupun penyiapan kondisi peserta didik untuk ambil bagian dalam proses pembelajaran, misalkan dalam permainan melalui bujukan
64
terhadap peserta didik untuk ambil bagian, respon peserta didik terhadap ajakan guru, dan reaksi guru terhadap respon peserta didik.
Untuk mengetahuai penyelenggaraan penilaian dan evaluasi hasil belajar guru-guru PAI SMP Kota Salatiga terhadap peserta didik, peneliti observasi dalam proses pembelajaran pada setiap informan dan mengambil dokumen yang berbentuk rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), diketahui bahwa penyelenggaraan penilaian dan evaluasi hasil belajar informan mulai dari memahami prinsip-prinsip penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu, Menentukan aspekaspek proses dan hasil belajar yang penting untuk dinilai dan dievaluasi sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu, Menentuka prosedur penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, Mengembangkan instrumen penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, Mengadministrasikan penilaian proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan menggunakan berbaga instrumen, Menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk berbagai tujuan. Pertanyaan berikutnya ditujukan untuk mengetahui pemanfaatan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran, berikut jawaban informan:
M menjawab: “Pemanfaatan evaluasi itu sebagai tolak ukur hasil pembelajaran bagi siswa pun bagi saya sendiri, bagi siswa saya jadikan nilai harian, kalau
65
bagi saya itu saya jadikan bahan evaluasi untuk pembelajaran selanjutnya. biasanya ada siswa yang mereka nilainya melebihi batas minimum/ tuntas dan ada yang kurang dari dari batas minimum/ tuntas dan itu saya lakukan pengayaan dan remidial. terkadang saya melakukan pengayaan itu dengan menugaskan siswa yang mereka sudah melebihi batas tuntas dengan mengkaryakan pada mereka, itu dengan mengajari siswa yang kurang, misalkan yang tuntas Cuma lima anak dan yang lima anak itu saya tugasi mengajari temantemannya misal satu anak saya tugasi untuk mengajari empat sampai lima anak, seperti itu dan saya Cuma memantau kalau ada yang kurang saya tambahi dan kalau ada yang melenceng saya luruskan ngaten.” MK menjawab: “Penilaian pembelajaran saya gunakan untuk pengisian rapor, sebagai tolak ukur keberhasilan pembelajaran, kepada anak yang tidak mencapai KKM saya beri remidial dengan mengikuti tes ulang atau saya beri tugas, dan pada anak yang memenuhi KKM bahkan lebih saya beri pengayaan, baik itu dalam bentuk tugas atau membaca ulang materi yang sudah di pelajara dan terkadang saya suruh melihat materi selanjutnya.” WMS menjawab: “Kalau kita emang dituntut untuk memberi penilaian secara kualitatif atau kuantitatif yang tertulis itu sudah jelas setiap satu SK saya lakukan ulangan, ada ulangan tengah semester, ulangan akhir semester untuk kenaikan kelas. Proses remidiasi itu tuntutan itu di ulangan harian disetiap selesai satu SK bagi siswa yang belum mencapai KKM itu dilakukan remidiasi sampai tuntas, sampai siswa mendapatkan nilai minimum KKM. Dan Pengayaan itu juga tuntutan, dan untuk pengayaan biasanya saya lakukan dengan memberikan tugas, karena yang belum memenuhi KKM itu menjadikan pekerjaan tambahan. jadi bagi mereka yang sudah memenuhi KKM Cuma saya kasih tugas, baik itu membaca materi selanjutnya atau mengerjakan soal-soal yang ada.” TH menjawab:
66
“Evaluasi dilakukan setiap selesai pokok bahasan, jika ada siswa yang belum memenuhi KKM kita lakukan remidial dan bagi mereka yang sudah memenuhi KKM kita lakukan pengayaan dan pengayaan itu sebagai tabungan nilai untuk mereka.” LA menjawab: “Evaluasi dilakukan setiap satu pokok bahasan selesai(ulangan harian), ketika evaluasi yang saya berikan hasilnya kurang baik saya mengganti cara evaluasinya dengan cara yang lain ada juga UAS (ujian akhir semester) dan itu semua untuk nilai di akhir semester ditambah nilai proses anak dalam belajar misalkan absensi. Hasil penilaian saya gunakan yang pertama ketika selesai ulangan biasanya ada yang mereka memenuhi KKM dan ada yang tidak, bagi yang tidak mereka mengikuti remidial, dan yang sudah memenuhi KKM mereka mengikuti pengayaan biasanya saya suruh mereka untuk belajar materi selanjutnya sambil menunggu mereka yang remidial.” SBH. Menjawab: “Setiap SK pasti ada evaluasi yang biasa kita sebut ulangan harian, bagi yang nilainya jelek atau dibawah KKM (75) kita beri remidiasi khusus, dalam pelaksanaannya kita melihat waktu, jika waktu itu cukup kita buat soal, jika remidial 2 kali belum tuntas kita akan memberikan tugas sebagai pengganti nilai. Denga adanya evaluasi/ ulangan kita bisa mengetahuai kemampuan anak, dan juga kita(pengajar) menjadi tahu gimana kita mengajar, gimana anak menyerap pelajaran, jadi ada timbal balik, “jika nilainya jelek, itu apakah guru yang mengajarnya salah ataukah memang anakanaknya”. Bagi yang anak yang tuntas atau ,memenuhu KKM kita berikan pengayaan materi yang setara dengan yang itu kita suruh membaca buku ini bab ini contohnya.”
Pertanyaan berikutnya ditujukan untuk mengetahui tindakan reflektif yang dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, brikut jawaban dari informan:
67
M menjawab: “Tindakan reflektif, dengan pengalaman pembelajaran sebelumnya yang muncul berbagai kelebihan dan kelemahan, kelebihan yang ada saya ambil dan kelemahan yang ada saya coba untuk membenahi dengan menerapkan metode pembelajaran yang lain, tentunya yang lebih menarik.” MK menjawab: “Tindakan reflektif biasa saya lakukan, itu untuk meningkatkan pembelajaran selanjutnya, pembelajaran yang sudah lalu saya koreksi apa kekurangannya dan apa kelebihannya, setelah itu kelebihan itu saya terapkan lagi untuk pembelajaran selanjutnya dan kekurangan itu ditinggalkan dengan membenahinya lagi, yang jelas setiap guru menginginkan pembelajaran itu setiap hari semakin meningkat.” WMS menjawab: “Tindakan refleksi kalau secara eksen sudah saya lakukan dengan meneliti pembelajaran dan meneliti anak, contoh tindakan reflektif itu pembelajaran yang sekiranya membosankan, saya ganti dengan pembelajaran yang lain yang sekiranya itu lebih baik.” TH menjawab: “Tindakan reflektif itu sudah pasti kita lakukan, mungkin ada kekurangan atau kelebihan disitu itu kita gunakan sebagai pedoman untuk pembelajaran selanjutnya. Kelebihan itu kita pertahankan dan kekurangan itu kita ganti dengan metode yang lain. Karena setiap materi yang akan kita sampaikan tidak semua bisa kita bawakan dengan satu metode, tentu dengan metode yang berbeda-beda.” LA menjawab: “Melakukan tindakan refleksi itu biasanya di akhir pembelajaran, pada siswa biasanya saya motifasi untuk belajar lebih baik lagi, terkadang mereka punya potensi akan tetapi karena kurang adanya motifasi mereka menjadi malas dan itu beujung pada kemampuan anak menjadi menurun, bagi saya sendiri pembelajaran sebelumnya itu saya
68
jadikan cermin untuk pembelajaran selanjutnya, yang baik saya ambil dan yang kurang saya sambahi.” SBH menjawab: “Tindakan refleksi pasti kita lakukan dan itu untuk pembelajaran selanjutnya, karena disetiap pembelajaran yang kita lakukan secara tidak sengaja pasti ada yang keliru dan itu kita jadikan acuan untuk pembelajaran selanjutnya agar lebih baik lagi, begitupun dengan pemilihan metode pembelajaran apakah sudah pas ataukah belum. Di luar itu kita ada juga setiap sebelum khotbah jumat ada pembahasan materi pelajaran yang dimana dalam pembelajaran di dalam kelas belum sempat kita sampaikan dan memang itu perlu untuk disampaikan kepada anak.”
2. Upaya Anggota MGMP PAI SMP Kota Salatiga Dalam Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Tahun 2013 Untuk mengetahui berbagai upaya yang dilakukan oleh anggota MGMP peneliti bertanyaan kepada informan usaha apa yang dilakukan untuk meningkatkan kompetensi pedagogik, berikut jawaban informan: M menjawab: “Untuk meningkatkan kompetensi pedagogik saya mencoba membaca buku-buku tentang pendidikan seperti “Pesikologi pembelajaran dan pengajaran” dan “kompetensi guru dan strategi pengembangannya”, bertanya kepada teman-teman, kadang kita kalau di MGMP pernah juga meminta kepada pengawas untuk melakukan pembinaan, ikut workshop PKG ( Penilaian Kinerja Guru), workshop PKB(Penilaian kinerja Berkelanjutan ) dan workshop PTK (Penelitian Tindakan Kelas).” MK menjawab: “Dulu pernah mengikuti Worksop penggunaan media pembelajaran, KTSP (sewaktu saya masih mengajar di SMP 6 dan sekolah yang mengadakannya).”
69
WMS menjawab: “Untuk meningkatkan kompetensi pedagogik saya beberapa kali ikut seminar dan workshop, karena itu memang tuntutan untuk kenaikan pangkat, diantaranya seminar PTK di Semarang, seminar Zakat di Pemkot salatiga, workshop quantum teaching di tengaran selama 3 hari, workshop PKG (Penilaian Kinerja Guru) dan workshop PKB (Penilaian Kinerja Berkelanjutan) di MGMP.” TH menjawab: “Untuk meningkatkan pengetahuan khususnya tentang pedagogik saya ikut kegiatan di MGMP, disitu sering mengadakan workshop diantaranya PKB, PKG, dan yang terbaru ini workshop PTK. Tapi untuk seminar atau yang lain saya belum bisa mengikuti karena jadwal ngajar yang padat dan terkadang yang di untus untuk mengikuti kegiatan itu mereka guru-guru senior.” LA menjawab “Untuk mengembangkan kompetensi pedagogik saya tetep harus belajar, baik itu dari buku, internet, saya juga ngambil S2, disana ada kolokium dan disana ada banyak materi pengalaman-pengalaman belajar di beberapa daerah, di MGMP juga pernah mengadakan seminar perangkat pembelajaran.”
SBH menjawab:
“Setiap guru mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kompetensi pedagogik, kalau dari saya sendiri, saya sering mengikuti seminar, pelatiahan, workshop di MGMP, ada workshop PKB, PKG, PTK, KBK dll karen saya sebagai ketuanya, saya juga sering ikut seminar di luar, pernah saya ikut di semarang dan di STAIN juga pernah, di rumah banyak sekali piagam-piagam tentang itu, dan alhamdulillah juga saya sering diundang dalam acara-acara seperti itu, pernah saya mengisi pembekalan PPL di STAIN.”
70
Pertanyaan selanjutnya ditujukan untuk mengetahui apakah informan mendapat kesempatan untuk mengikuti seminar, pelatihan keguruan ataupun yang lain yang bisa meningkatkan kompetensi pedagogiknya, berikut jawaban dari informan: M menjawab: “Kesempatan untuk mengikuti seminar dan pelatiahan ataupun workshop ada, yang sering saya ikuti paling acara di MGMP, dan yang sedang saya ikuti saat ini workshop PTK di MGMP” MK menjawab: “Untuk sekarang saya belum bisa mengikuti yang sekiranya itu meningkatkan kompetensi pedagogik baik itu melalui workshop, seminar ataupun pelatihan karena jadwal yang begi padat. Saya baru bisa paling dengan membaca-membaca buku dan sering-sering dengan guru-guru lain di sekolah. untuk di MGMP pun saya belum bisa aktif.” WMS menjawab:
“Untuk saat ini yang sedang saya ikuti workshop PTK di MGMP itu setiap bulan sekali dalam 4 bulan.” TH menjawab: “Sekarang kesempatan untuk mengembangkan kompetensi pedagogik ada dan yang terbaru ini saya mengikuti workshop PTK di MGMP yang saat ini masih proses 1 kali pertemuan dalam 1 bulan yang rencananya akan dilaksanakan 4 kali.” LA menjawab: “Untuk saat ini saya belum bisa mengikuti seminar, pelatihan ataupun workshop, selain saya guru baru jadwal mengajar saya juga begitu
71
padat, jika ada undangan untuk sekolah biasanya yang di delegasikan mereka yang guru yang lebih tua.” SBH menjawab: “Saya sering mengikuti seminar dan workshop di dalam salatiga ataupun di luar salatiga, di salatiga sendiri saya diberi kepercayaan untuk menjadi ketua MGMP dari tahun 2010 sampai 2013, alhamdulillah kita berhasil mengadakan workshop atau pelatihan diantaranya: workshop PKB, PKG, PTK, KBK dll. Saya juga sering ikut seminar di luar, pernah saya ikut di semarang dan itu undangan untuk MGMP dan yang mewakili adalah saya sendiri. Di STAIN juga pernah ikut seminar dan alhamdulillah juga saya sering diundang dalam acara-acara seperti itu, pernah saya mengisi pembekalan PPL di STAIN. “
Untuk mengetahui usaha-usaha yang dilakukan oleh MGMP PAI SMP Kota Salatiga dalam meningkatkan kompetensi pedagogik anggotaanggotanya peneliti bertanya kepada SBH selaku ketua MGMP PAI SMP dan MTS Kota Salatiga, apa saja yang dilakukan oleh MGMP PAI SMP Kota Salatiga dalam meningkatkan kompetensi pedagogik anggota-anggotanya? SBH menjawab: Seperti yang tertera dalam MISI MGMP PAI SMP Kota Salatiga periode 2010-2013 salah satunya adalah “melaksanakan kegiatan yang dapat meningkatkan keilmuan menuju profesionalisme guru”, dalam bidang kompetensi pedagogik MGMP PAI SMP Kota Salatiga
mengadakan
beberapa kegiatan diantaranya workshop Penilaian Kinerja
Guru (PKD),
workshop Penilaian Kinerja Berkelanjutan (PKB), seminat Kurikulum Berbasis Kompetensi, seminar perangkat pembelajaran, dan yang baru-baru
72
ini workshop Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan 1 bulan sekali selama 4 bulan setiap tanggal 11 mulai bulan Februari 2013.
73
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasar laporan penelitian dan pembahasan dapat dirumuskan sesimpulan penelitian sebagai berikut: 1.
Kompetensi pedagogik anggota MGMP PAI SMP Kota Salatiga tahun 2013. Dari hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi pedagogik anggota MGMP PAI SMP Kota Salatiga sudah dianggap baik, dengan dibuktikan dari kepemilikan latar belakang kependidikan dan pengamalan PERMENDIKNAS No.16 Tahun 2007, mulai dari kualifikasi akademik, pelaksanaan pembelajaran, dan upaya dalam meningkatkan kompetensi pedagogiknya.
2.
Upaya anggota MGMP PAI SMP Kota Salatiga dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru pendidikan agama Islam Berdasarkan laporan penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa anggota MGMP PAI SMP Kota Salatiga melakukan pengelolaan pembelajaran dengan baik, melakukan berbagai upaya dalam meningkatkan kompetensi pedagogik dengan cara sebagai berikut: a. Membaca berbagai referensi buku yang berkenaan dengan kompetensi pedagogik guru pendidikan agama Islam Contohnya:
“Pesikologi
pembelajaran
dan
“kompetensi guru dan strategi pengembangannya”.
pengajaran”
dan
74
b. Mengikuti berbagai seminar c. Mengikuti workshop d. Mengikuti pelatihan-pelatihan, dan e. Aktif mengikuti kegiatan MGMP PAI SMP Kota Salatiga.
B. SARAN Berdasarkan kesimpulan yang penulis uraikan diatas, maka penulis mengajukan saran guna perkembangan selanjutnya kearah yang lebih baik kepada Anggota MGMP PAI SMP Kota Salatiga, Hendaknya guru pendidikan agama Islam lebih meningkatkan komnpetensi pedagogik yang telah dimiliki
guna
meningkatkan mutu dalam
pengajaran melalui
pengelolaan pembelajaran yang lebih baik.
C. PENUTUP Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah Swt, penulis dapat menyelesaikan sekripsi ini. Mudah-mudahan sekripsi ini dapat menjadi masukan dan pertimbangan dalam rangka peningkatan kompetensi guru pada umumnya serta kompetensi pedagogik guru pendidikan agama Islam pada khususnya. Selanjutnya dalam penyusunan sekripsi ini penulis tidak luput dari keterbatasan pengetahuan dan kekhilafan, oleh karena itu tidak menutup kemungkinan terdapat kekurangan dan kesalahan. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan.
75
Semoga Allah Swt senantiasa membalas kebaikan, atas bantuan dan dorongan semua pihak, sehingga sekripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
76
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Tafsir. 2004. Ilmi Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosda Karya A.M Sardiman. 2001. Interaksi dan Motovasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Anwar, Saefudin. 1999. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Daradjat, Zakiah, dkk. 1992. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara Darajat, Zakia. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara Darajat, Zakia. 1984. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara Emzir, 2011. Metodelogi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hadi, Sutrisno. 1990. Metode research Jilid II. Yogyakarta : Andi Offset. Hamalik, Oemar. 2002. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara Hartono, B. Agung dan Sunarto, 2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Rineka Cipta. http://mgmpkediri.wordpress.com/ download tanggal 22 Januari 2013
77
Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung : PT. Rosdakarya Offset. Moleong, Lexy. J. 2008. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung:Rosda Karya. Muhaimin dan Abdul Mujib.1993. Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung :Trigenda Karya Mulyasa. 2008. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosda karya Muslich, Masnur. 2008. Pembelajaran Implementasi KBK. Jakarta: Bumi Aksara Purwanto, M. Ngalim. 2003. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung : PT Remaj Rosdakarya. Roqib, Moh. & Nurfuadi. 2009. Kepribadian Guru. Purwokerto: STAIN Press Sunarto, H. dan Hartono. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta Suparlan. 2005. Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta: Hikayat Surakhmad, Winarno, 1986. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito Sutrisno, Hadi,1990. Metodologi Research 3. Yogyakarta: Andi Offset Suwarno, Wiji. 2006. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Undang-undang Guru dan Dosen ( UU RI No. 14 Tahun 2005). Jakarta: Sinar Grafika Usman, Moh. Uzer. 1995. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosda Karya