UNIVERSITAS INDONESIA
PENERAPAN TEORI PARENT CHILD INTERACTION BARNARD DALAM ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI DI BCH RSUPN dr. CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA
KARYA ILMIAH AKHIR
ZULHARMASWITA 1106123003
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI NERS SPESIALIS KEPERAWATAN ANAK DEPOK JUNI, 2014
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
PENERAPAN TEORI PARENT CHILD INTERACTION BARNARD DALAM ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI DI BCH RSUPN dr. CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA
KARYA ILMIAH AKHIR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners Spesialis Keperawatan Anak
ZULHARMASWITA 1106123003
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI NERS SPESIALIS KEPERAWATAN ANAK DEPOK JUNI, 2014
ii Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir yang berjudul “Penerapan Teori Parent Child Interaction Barnard dalam Asuhan Keperawatan Anak dengan Ketidakseimbangan Nutrisi di BCH RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta”. Karya Ilmiah Akhir ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Ners Spesialis Keperawatan Anak pada Program Studi Ners Spesialis Keperawatan Anak, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia. Penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermafaat bagi pelayanan, pendidikan dan penelitian keperawatan.
Penulis menyadari Karya Ilmiah Akhir ini dapat disusun atas bantuan berbagai pihak baik dari pelayanan dan pendidikan. Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih dan rasa hormat pada: 1.
Nani Nurhaeni, SKp., MN selaku supervisor utama yang dengan penuh kesabaran telah banyak memberikan bimbingan, masukan, dan motivasi selama proses penyusunan Karya Ilmiah Akhir;
2.
Siti Chodijah, Ns., MN selaku supervisor yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, masukan, semangat dan motivasi selama proses penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini;
3.
Ibu Tia Setiawati, M.Kep., Sp. Kep. An yang telah memberikan masukan yang bermanfaat;
4.
Ibu dr.Riana P. Tamba, Sp.B., Sp.BA (K) yang telah memberikan banyak tambahan dan masukan;
5.
Ibu Dra. Junaiti Sahar, PhD, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia;
6.
Ibu Henny Permatasari, M.Kep., Sp. Kep. Kom, selaku ketua Program Studi Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia;
7.
Direktur RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta yang telah memberikan izin dalam melakukan praktik residensi; v Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
8.
Kepala Diklat dan Keperawatan RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta yang telah memberikan izin dalam melakukan praktik residensi;
9.
Kepala SMF Bedah Anak (BCH) RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, Kepala ruangan beserta seluruh staf BCH RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta atas kerja sama dan bantuan sehingga praktik dan penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini dapat terlaksana;
10. Seluruh civitas akademik Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia yang telah memberikan dukungan dan fasilitas terlaksananya praktik dan penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini; 11. Suami dan anak-anakku tersayang, orangtua-ku terkasih yang telah memberikan dukungan dan pengorbanan yang luar biasa selama praktik dan penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini; 12. Teman-teman Angkatan 2011 dan berbagai pihak yang telah membantu sehingga Karya Ilmiah Akhir ini dapat diselesaikan dan tanpa mengurangi rasa hormat penulis tidak dapat menyebutkan satu per satu.
Akhir kata, semoga bantuan, dukungan dan kebaikan yang telah diberikan mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amin.
Depok, Juni 2014
Penulis
vi Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
ABSTRAK
Nama Program studi Judul
: Zulharmaswita : Ners Spesialis Keperawatan Anak : Penerapan Teori Parent Child Interaction Barnard dalam Asuhan Keperawatan Anak dengan Ketidakseimbangan Nutrisi di BCH RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta
Abstrak Nutrisi yang adekuat berperan penting dalam menjaga homeostasis tubuh dan pertumbuhan terutama pada anak. Gizi kurang sebelum operasi gastrointestinal salah satunya disebabkan oleh penurunan asupan makanan oral. Gizi kurang sebelum operasi merupakan faktor risiko utama untuk peningkatan morbiditas dan mortalitas pasca operasi. Penatalaksanaan operasi gastrointestinal antara lain puasa beberapa jam sebelum operasi sampai beberapa hari setelah operasi. Tujuan penyusunan karya ilmiah akhir ini bertujuan untuk mengaplikasikan teori Parent Child Interaction Barnard pada anak yang mengalami ketidakseimbangan nutrisi dengan masalah bedah gastrointestinal. Kondisi ini menyebabkan masalah ketidakseimbangan nutrisi pasca operasi menjadi lebih serius. Tiga (3) dari lima (5) kasus anak yang dirawat dengan menerapkan teori Parent Child Interaction Barnard, masalah ketidakseimbangan nutrisi teratasi dengan meningkatkan interaksi orang tua/pemberi asuhan selama memenuhi kebutuhan/masalah yang dialami anak dalam rangka mencapai respon/perilaku adaptif anak. Kata kunci: nutrisi; respon/perilaku anak; respon/perilaku orangtua/pemberi asuhan
viii Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
ABSTRACT Name Study Programe Title
: Zulharmaswita : Paediatric Nursing Specialist : Application of Parent Child Interaction Theory of Barnard in Nursing Care with Nutrition Imbalance of Children in BCH dr. Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta
Abstract Adequate nutrition plays an important role in maintaining body homeostasis and growth, especially in children. Malnutrition before surgery gastrointestinal one caused by a decrease in oral food intake. Malnutrition before surgery is a major risk factor for increased morbidity and mortality after surgery. Management of gastrointestinal surgery including preoperative fasting a few hours to a few days after surgery. The purpose of the preparation of the scientific work aims to apply the theory of Parent Child Interaction Barnard on children who have nutritional imbalance with gastrointestinal surgical problems. This condition causes postoperative nutritional imbalance problem becomes more serious. Three (3) of the five (5) cases of children treated by applying the theory of Parent Child Interaction Barnard, nutritional imbalance problem solved by improving the interaction of parents / caregivers for meeting the needs / problems experienced by children in order to achieve the response / adaptive behavior of children. Keyword: nutrition; child response/behavior; parent/caregiver response/behavior
ix Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL ……………………………………………………. i HALAMAN JUDUL ………………………………………………………. ii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS…………………………... iii HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv KATA PENGANTAR ……………………………………………………... v HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ………………. . vii ABSTRAK BAHASA INDONESIA ............................................................ . viii ABSTRAK BAHASA INGGRIS ................................................................. ix DAFTAR ISI ………………………………………………………………. . x DAFTAR TABEL …………………………………………………………. . xi DAFTAR GAMBAR ………....……………………………………………… xii DAFTAR SKEMA ....................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………. . xiv BAB 1 PENDAHULUAN .……………………………….......................... . 1 1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1 1.2 Tujuan ............................................................................................ 5 1.3 Sistematika Penulisan........................................................................ 5 BAB 2 APLIKASI TEORI KEPERAWATAN ........................................... 7 2.1 Gambaran Kasus ............................................................................ 7 2.2 Tinjauan Teoritis........... ................................................................. 13 2.3 Integrasi Model Keperawatan dalam Proses Keperawatan ............ 23 2.4 Aplikasi Teori Parent Child Interaction Barnard ........................... 29 BAB 3 PENCAPAIAN KOMPETENSI NERS SPESIALIS ................... 39 3.1 Pencapaian Kompetensi sesuai Area Peminatan ........................... 40 3.2 Peran Ners Keperawatan Anak ...................................................... 43 BAB 4 PEMBAHASAN ............................................................................... 46 4.1 Penerapan Teori Parent Child Interaction Barnard dalam Asuhan Keperawatan Anak dengan Masalah Bedah Intestinal yang Mengalami Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan ..................................................................................... 46 4.2 Praktik Ners Spesialis Keperawatan Anak dalam Pencapaian Kompetensi ................................................................ 53 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 57 3.1 Simpulan ................................................................ ...................... .. 57 3.2 Saran ............................................................................................. .. 58 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 59 LAMPIRAN
x Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Status Metabolik Bayi dengan Penyakit Kritis .....……………. Tabel 2.2 Kebutuhan Energi, Air, Asam Amino Bayi dan Anak ............... Tabel 2.3. Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak berdasarkan Indeks ...................................................................................... Tabel 2.4. Kebutuhan atau Masalah An. G ................................................ Tabel 2.5. Repon/Perilaku Pemberi Asuhan An. G .................................... Tabel 2.6. Implementasi Repon/Perilaku Pemberi Asuhan An. G ............... Tabel 2.7 Evaluasi Asuhan Keperawatan An. G ..........................................
xi Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
15 15 16 30 30 34 37
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Model Barnard ......................................................................... Gambar 2.2. Model interaksi pengkajian kesehatan anak menurut Barnad ..
xii Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
23 24
DAFTAR SKEMA
Skema 2.1. Integrasi Teori Parent Child Interaction Barnard dalam Asuhan Keperawatan Anak dengan Malah Bedah Intestinal ................
xiii Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
25
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kontrak Belajar Lampiran 2 : Kasus Kelolaan 1 Lampiran 3 : Kasus Kelolaan 2 Lampiran 4 : Kasus Kelolaan 3 Lampiran 5 : Kasus Kelolaan 4 Lampiran 6 : Kasus Kelolaan 5
xiv Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Nutrisi yang adekuat berperan penting dalam menjaga homeostasis tubuh dan pertumbuhan terutama pada anak. Kebutuhan nutrisi anak berbeda dengan dewasa (Falcao, 2002). Hockenberry dan Wilson (2009) menyatakan tujuan dukungan nutrisi adalah menyediakan zat gizi yang adekuat untuk mendukung pertumbuhan yang normal, menyediakan energi dan protein yang adekuat untuk penyembuhan, mengembalikan dan mengganti kekurangan zat gizi yang hilang.
Kekurangan zat gizi dapat disebabkan puasa yang lama, penyakit, stres, atau trauma yang menyebabkan penipisan cadangan tubuh terutama cadangan protein, dan dipercepat oleh proses hipermetabolik. Kondisi ini menurunkan kemampuan daya tahan tubuh dan meningkatkan morbiditas serta mortalitas (Falcao, 2002). Selain lebih tingginya morbiditas dan mortalitas pasien gizi kurang, kondisi tersebut juga meningkatkan lama rawat (Length Of Stay/LOS) dan meningkatkan biaya rumah sakit (Hiesmayr, Schindler, Pernicka, et al. 2009).
World Health Organization (WHO) menyebutkan masalah malnutrisi atau gizi kurang merupakan ancaman terbesar terhadap kesehatan masyarakat di dunia. Hal ini juga dibuktikan prevalensi pasien gizi kurang di rumah sakit berkisar hingga 50%. Selain itu juga terbukti berdasarkan skrining gizi dan terapi nutrisi pada pasien bedah, pasien risiko gangguan gizi sebelum operasi meningkat hingga 40% (Cerantola, Grass, Cristaudi, Demartines, Schafer, & Hubner, 2011). Gizi kurang sebelum operasi gastrointestinal disebabkan oleh penurunan asupan makanan oral, penyakit kronis, cachexia tumor, gangguan penyerapan karena obstruksi usus, dan reseksi usus sebelumnya (Schiesser, Muller, Kirchhoff, Breitenstein, Schafer, & Clavien, 2008).
1
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
2
Cerantola, Grass, Cristaudi, Demartines, Schafer, dan Hubner, (2011) dalam penelitiannya juga membuktikan bahwa gizi kurang sebelum operasi merupakan faktor risiko utama untuk peningkatan morbiditas dan mortalitas pasca operasi. Hal ini diperoleh melalui skrining gizi dan nutrisi perioperatif pada pasien yang menjalani operasi gastrointestinal. Sulistyaningrum dan Puruhita (2007) dalam studi observasionalnya juga menilai status gizi dan dampaknya pada pasien bedah, ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara status gizi dengan lama penyembuhan luka operasi khususnya di bagian abdomen. Semakin baik indeks massa tubuh (IMT) dan semakin tinggi albumin semakin cepat penyembuhan luka operasi. Penelitian lain yang dilakukan oleh Ija (2009) menunjukkan adanya pengaruh status gizi secara signifikan terhadap penyembuhan luka dan lama rawat inap.
Operasi gastrointestinal atau abdomen memiliki salah satu penatalaksanaan pasca operasi yaitu tidak boleh makan (NPO). Sholadoye, Suleiman, Mshelbwala, dan Ameh, (2012) menyatakan bahwa penatalaksanaan pasca operasi intestinal adalah: hidrasi melalui intravena, tidak boleh makan, pemasangan nasogastric tube (NGT), evaluasi klinikal dan radiologi abdomen untuk menegakkan kebocoran anastomosis. Berdasarkan pemahaman ini banyak dokter bedah mempertahankan pasien untuk puasa (not permit oral, NPO) selama 4-5 hari pasca operasi. Sementara puasa lebih dari 2-3 hari tidak dapat ditoleransi oleh anak. Jika dipuasakan lebih lama anak membutuhkan total parenteral nutrition (TPN). Dampak dari puasa lama ini adalah bertambahnya biaya dan risiko komplikasi (Amanollahi & Azizi, 2013).
Komplikasi pasca operasi intestinal yang dapat muncul antara lain: nyeri, asupan nutrisi yang sedikit, keterlambatan penyembuhan luka, komplikasi pulmonal, infeksi, perpanjangan lama rawat, dan peningkatan biaya pasien serta perawatan (Asgeirsson, El-Badawi, Mahmood, Barletta, Luchtefeld, & Senagore, 2010; Thompson & Magnuson, 2012). Kunci untuk meminimalkan semua komplikasi tersebut adalah perawatan harus berfokus pada pemenuhan nutrisi, cairan, menajemen nyeri, ambulasi, dan penatalaksanaan farmakologik Universitas Indonesia
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
3
atau pengobatan (Thompson & Magnuson, 2012). Pemenuhan nutrisi pasca operasi dan tidak menambah komplikasi pasca reseksi atau anastomosis usus dapat berupa pemberian makan lebih dini karena puasa lama tidak memberikan manfaat yang jelas dan meningkatkan kepuasan orang tua dan anak (Amanollahi & Azizi,2013) karena perawatan anak tidak bisa dilepaskan dari interaksi anak - orang tua terutama ibu.
Orangtua merupakan orang yang paling dekat dengan anak dan orang yang paling bertanggung jawab terhadap tumbuh dan kembang anak. Perawat harus memperhatikan dan memahami hubungan dan interaksi antara orangtua dan anak dalam memberikan asuhan keperawatan yang profesional kepada anak dan keluarga (Pridham, Lutz, Anderson, Riesch, & Becker, 2010). Pemberian asuhan keperawatan dengan memperhatikan prinsip interaksi orangtua/ pemberi asuhan-anak merupakan penerapan salah satu dari teori keperawatan. Teori keperawatan yang menerapkan interaksi orangtua/pemberi asuhan-anak dalam asuhan keperawatan yaitu model interaksi orangtua/ pemberi asuhananak (Parent-Child Interaction ) menurut Kathryn E. Barnard. Model interaksi Barnard ini dapat menjadi panduan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan masalah bedah gastrointestinal.
Fokus teori Barnard adalah perkembangan instrumen pengkajian untuk mengevaluasi kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan anak disamping memandang orangtua/pemberi asuhan dan anak sebagai sebuah sistem interaktif.
Sistem
orangtua/
pemberi
asuhan-anak
dipengaruhi
oleh
karakteristik individu setiap anggota dan karakteristik individu tersebut dimodifikasi untuk memenuhi kebutuhan sistem yang diharapkan dapat memunculkan perilaku adaptif. Karateristik orangtua/pemberi asuhan berupa sensitivity to cues, alleviation of distress, providing growth social, emotional, and cognitive fostering situation. Sementara karakteristik anak atau bayi berupa clarity to cues, dan responsiveness to caregiver (Tomey & Aligood, 2010).
Universitas Indonesia
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
4
Selanjutnya Barnard mengembangkan teorinya dengan menggunakan konsep Child Health Assessment Interaction Theory yang memiliki 3 konsep dasar yaitu: (1) lingkungan yang diwakili oleh lingkaran besar, (2) ibu diwakili oleh lingkaran terbesar kedua, dan (3) anak atau bayi diwakili oleh lingkaran terkecil.
Barnard
menggambarkan
seorang
anak
atau
bayi
dengan
menggunakan karakteristik perilaku baru lahir, pola makan dan tidur, tampilan fisik, temperamen dan kemampuan anak untuk beradaptasi terhadap petugas kesehatan dan lingkungan. Ketiga lingkaran berkumpul di titik yang dihasilkan dari lingkaran tumpang tindih. Daerah ini merupakan interaksi lingkungan, anak atau bayi dan ibu.
Ketiga komponen memiliki potensi untuk
mempengaruhi satu sama lain (Tomey & Aligood, 2010).
Model interaksi pemberi asuhan (orangtua)-anak Barnard dapat digunakan sebagai panduan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan anak atau bayi dengan masalah bedah gastrointestinal. Anak atau bayi dengan masalah
bedah
gastrointestinal
memiliki
risiko
untuk
mengalami
ketidakseimbangan nutrisi baik sebelum atau pasca bedah, sehingga perawat harus memperhatikan pemenuhan nutrisi atau makan anak atau bayi. Sinyal yang dimunculkan anak dapat berupa menangis atau rewel, pola makan tidak teratur, mual, muntah, nafsu makan berkurang yang ditandai dengan makan sedikit, berat badan yang turun atau tidak sesuai umur atau tinggi badan atau panjang badan. Respon pemberi asuhan setelah melihat sinyal atau respon anak dapat berupa memberikan makan, menimbang berat badan dan menciptakan
lingkunganyang
nyaman
saat
makan,
memantau
hasil
laboratorium. Respon anak yang diharapkan setelah dilakukan tindakan oleh pemberi asuhan atau orangtua adalah anak tenang, pola makan teratur,mual dan muntah tidak ada,berat badan naik atau sesuai umur atau tinggi badan atau panjang badan (Tomey & Aligood, 2010; Blake, 1954, 1965 dalam Pridham, Lutz, Anderson, Riesch, & Becker, 2010; Wilkinson & Ahern, 2012)
Berdasarkan penjelasan diatas, penulis tertarik untuk menerapkan pendekatan proses keperawatan model interaksi pemberi asuhan (orangtua)-anak Barnard Universitas Indonesia
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
5
yang dilakukan perawat pada anak atau bayi dengan masalah masalah bedah gastrointestinal yang mengalami ketidakseimbangan nutrisi baik sebelum atau pasca bedah, untuk membantu mencapai perilaku adaptif anak atau bayi dan meningkatkan proses penyembuhan.
1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan umum Memberikan gambaran tentang pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan masalah bedah gastrointestinal menggunakan pendekatan teori keperawatan model Kathryn E. Barnard di Ruang BCH RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. 1.2.2 Tujuan khusus a.
Teridentifikasinya gambaran penerapan teori keperawatan model Kathryn E. Barnard pada asuhan keperawatan anak dengan masalah bedah gastrointestinal.
b.
Teridentifikasinya gambaran pencapaian kompetensi dan peran perawat dalam asuhan keperawatan anak dengan masalah bedah gastrointestinal.
c.
Teridentifikasinya analisis penerapan teori keperawatan model Kathryn E. Barnard pada asuhan keperawatan anak dengan masalah bedah gastrointestinal.
d.
Teridentifikasinya analisis pencapaian kompetensi praktik ners spesialis keperawatan anak.
1.3 Sistematika penulisan Karya ilmiah akhir ini terdiri dari lima bab, dengan masing-masing bab berisi pokok bahasan tertentu. Bab 1 pendahuluan, mencakup latar belakang, tujuan, dan sistematika penulisan. Bab 2 merupakan penerapan teori keperawatan dalam praktik residensi meliputi gambaran kasus, tinjauan teoritis, integrasi model
Kathryn E. Barnard dalam proses keperawatan. Bab 3 membahas
tentang pencapaian kompetensi ners spesialis keperawatan anak selama praktik residensi. Bab 4 pembahasan, mencakup penerapan teori Kathryn E. Universitas Indonesia
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
6
Barnard
dalam
asuhan
keperawatan
anak
dengan
masalah
bedah
gastrointestinal dan pembahasan praktik ners spesialis keperawatan anak dalam pencapaian kompetensi. Bab 5 mencakup simpulan dan saran. Selain itu dilengkapi dengan daftar kepustakaan dan lampiran terkait dokumen selama praktik residensi.
Universitas Indonesia
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
BAB 2 APLIKASI TEORI KEPERAWATAN
2.1 Gambaran Kasus 2.1.1 Kasus 1 An. Dj, laki-laki, usia 1 bulan 2 minggu, anak ke-4, lahir spontan, cukup bulan, berat badan lahir 3850 gram, dan riwayat buang air besar usia 1 minggu sedikit-sedikit, tidak menyemprot, warna hijau. Bayi dirawat di ruang bedah anak (BCH) dengan diagnosa medis obstruksi usus fungsional ec. susp. Morbus Hirschsprung.
Hasil pengkajian yang diperoleh berupa respon atau perilaku bayi antara lain: berat badan 3300 gram, bayi terpasang nasogastric tube (NGT) dalam kondisi diklem, perut kembung, lingkar perut 39 cm, buang air besar dengan spooling 2 kali sehari, balance cairan negatif 56,2 cc (tanpa IWL), minum ASI mau, sering muntah dengan jumlah sedikit-sedikit. Tanda-Tanda Vital (TTV) yaitu denyut jantung 115 kali/menit, frekuensi pernafasan 30 kali/menit, dan suhu 36,8ºC. Temperamen dan daya adaptasi anak; anak termasuk easy child. Karakteristik ibu; psikolologis, kepedulian, harapan, pengalaman dan kemampuan adaptasi ibu baik. Hasil laboratorium; pemeriksaan hematologi: dalam batas normal, albumin agak rendah 3.03 g/dl (normal: 3.8 – 5.4), gula darah dan elektrolit dalam batas normal. Masalah/kebutuhan yang teridentifikasi yaitu konstipasi dan risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Respon/perilaku pemberi asuhan atau intervensi dan implemetasi yaitu melaksanakan manajemen konstipasi: mengkaji abdomen; massa, distensi, lingkar perut dan bising usus, mengkaji: frekuensi buang air besar, warna feses, dan konsistensi feses, menjelaskan pada orangtua/ibu tentang tindakan spooling, melanjutkan program spooling, melibatkan dan mengajarkan Universitas Indonesia
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
8
orangtua dalam bantuan eliminasi/spooling. Memotivasi ibu untuk terus memberikan air susu ibu (ASI) sesuai keinginan anak dan lebih sering, memonitor pemberian cairan intravena, dan menimbang berat badan pada interval yang tepat.
Evaluasi setelah dilakukan implementasi yaitu masalah yang teratasi atau kebutuhan yang terpenuhi: konstipasi dan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi. Anak dizinkan pulang dengan kriteria: orang tua sudah bisa melakukan spooling, anak mau minum ASI dan tidak ada muntah dan kembung.
2.1.2 Kasus 2 An. Z, laki-laki, usia 4 tahun 1 bulan, anak ke-1, lahir spontan, cukup bulan, berat badan lahir 2600 gram, dan riwayat sulit buang air besar dan buat stoma/kolostomi 10 bulan yang lalu. Anak dirawat di ruang bedah anak (BCH) dengan diagnosa medis Morbus Hirschsprung on kolostomi pro operasi definitif tutup stoma.
Hasil pengkajian yang diperoleh berupa respon atau perilaku anak sebelum operasi antara lain: berat badan 11,6 kg, status gizi berdasarkan BB/TB: gizi kurang, gigi ada caries, abdomen kuadran kiri bawah terdapat stoma, produksi ada, tidak ada iritasi, buang air besar ditampung kantong kolostomi. Makan sedikit: setengah porsi + lauk + sayur, jarang makan buah. Tanda-tanda vital (TTV) yaitu denyut jantung 90 kali/menit, frekuensi pernafasan 24 kali/menit, dan suhu 36,4ºC. Respon anak setelah operasi: anak sadar, terlihat lemas, berkeringat, meringis, sambil memegang telinga ibu, ibu mengatakan kalau anak nyeri anak akan menarik atau memegang telinga ibu. Luka operasi tertutup kassa, tidak ada rembesan. Anak puasa, nasogastric tube (NGT) terpasang, produksi minimal, dan warna bening. Terapi injeksi dan cairan diberikan IVFD N5 + KCL (10 mEq): 43,3 ml/jam. Temperamen dan daya adaptasi anak; anak termasuk easy child.
Universitas Indonesia
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
9
Karakteristik ibu; psikolologis, kepedulian, harapan, pengalaman dan kemampuan adaptasi ibu baik. Hasil laboratorium; pemeriksaan hematologi: dalam batas normal, albumin dalam batas nomal 3.9g/dl (normal: 3.8 – 5.4), dan elektrolit dalam batas normal. Masalah/kebutuhan yang teridentifikasi sebelum opeasi yaitu ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, risiko kerusakan integritas kulit. Setelah opeasi: nyeri akut, risiko ketidakseimbangan volume cairan, dan risiko infeksi.
Respon/perilaku pemberi asuhan/ intervensi dan implemetasi yaitu melaksanakan manajemen nutrisi, melakukan surveilan kulit, melakukan manajemen nyeri dan kolaborasi pemberian analgesik, manajemen cairan, perawatan luka dan pengendalian infeksi.
Evaluasi setelah dilakukan implementasi yaitu masalah yang teratasi atau kebutuhan yang terpenuhi: kerusakan integritas kulit dengan kriteria integritas kulit dan mukosa utuh; nyeri akut dengan kriteria anak tidak gelisah/rewel, Flacc Scale 0 dan ekspresi rileks; ketidakseimbangan volume cairan dengan kriteria hidrasi baik, keseimbangan asupan dan haluaran seimbang, dan nilai Hb dan Ht normal; dan infeksi dengan kriteria penyembuhan luka baik (luka kering, bersih), terbebas dari tanda dan gejala infeksi, nilai laboratorium normal. Masalah yang belum teratasi atau kebutuhan yang belum terpenuhi: ketidakseimbangan nutrisi.
.2.1.3 Kasus 3 An. N, perempuan, usia 2 tahun, anak ke-2, lahir spontan, cukup bulan, berat badan lahir 2700 gram, dan riwayat sering batuk pilek dan telinga berair. Anak dirawat di ruang bedah anak (BCH) dengan diagnosa hernia umbilikalis.
Hasil pengkajian yang diperoleh berupa respon atau perilaku anak sebelum operasi antara lain: anak tampak kurang bertenaga/lemas, berat badan 9 kg,
Universitas Indonesia
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
10
TB 80 cm, makan bubur tim porsi sedikit, status gizi berdasarkan BB/TB: gizi kurang, abdomen terdapat benjolan sebesar baso di daerah pusar dan membesar kalau menangis dan mengecil kalau anak tenang, makan sedikit, jalan belum kuat, massa otot ekstremitas kurang, tanda-tanda vital yaitu denyut jantung 100 kali/menit, frekuensi pernafasan 26 kali/menit, dan suhu 36ºC, ibu terlihat cemas. Respon anak setelah operasi hernia: anak sadar, mual muntah tidak ada, luka operasi tertutup pasta transparan, tanda-tanda vital: denyut jantung 98 kali/menit, frekuensi napas 24 kali/menit, suhu 36,6ºC, anak sudah boleh minum. Terapi injeksi dan cairan diberikan IVFD KaEn 1B: 900 ml/24 jam (38 ml/jam). Temperamen dan daya adaptasi anak; anak termasuk easy child. Karakteristik ibu; psikolologis, kepedulian, harapan, pengalaman dan kemampuan adaptasi ibu baik. Hasil laboratorium; pemeriksaan hematologi: dalam batas normal, albumin dalam batas nomal 4.32 g/dl (normal: 3.8 – 5.4), gula darah (89 mg/dl) dan elektrolit dalam batas normal. Masalah/kebutuhan yang teridentifikasi sebelum operasi yaitu ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, ansietas orangtua. Setelah operasi: nyeri akut, dan risiko infeksi.
Respon/perilaku pemberi asuhan/ intervensi dan implemetasi yaitu melaksanakan manajemen nutrisi, melakukan manajemen nyeri dan kolaborasi pemberian analgesik, perawatan luka dan pengendalian infeksi. Tindakan lainnya yaitu memberikan rasa tenang dan nyaman saat bicara dengan ibu, memberikan dorongan kepada ibu untuk mengungkapan rasa cemas, memberikan informasi tentang perawatan anak.
Evaluasi setelah dilakukan implementasi yaitu masalah yang teratasi atau kebutuhan yang terpenuhi: ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh dengan kriteria berat badan anak naik (9 kg menjadi 9.5 kg), anak tampak lebih berseri; ansietas orangtua dengan kriteria orangtua tampak lebih rileks dan fokus pada pengetahuan dan keterampilan merawat anak; nyeri akut dengan kriteria anak tidak gelisah/rewel, Flacc Scale 0 dan
Universitas Indonesia
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
11
ekspresi rileks; dan risiko infeksi dengan kriteria penyembuhan luka baik (luka kering, bersih), terbebas dari tanda dan gejala infeksi, nilai laboratorium normal.
2.1.4 Kasus 4 An. S, perempuan, usia 14 tahun 5 bulan, anak ke-1, dan riwayat nyeri perut bagian atas dan bertambah sehabis makan dan ada benjolan sebesar telur ayam. Anak dirawat di ruang bedah anak (BCH) dengan diagnosa medis kista duktus koledokus.
Hasil pengkajian yang diperoleh berupa respon atau perilaku anak sebelum operasi antara lain: berat badan 50,5 kg, TB 161 cm, status gizi berdasarkan BB/TB: gizi baik, abdomen bagian atas terdapat benjolan, kulit ikterik, buang air besar biasa warna seperti air teh, buang air besar seperti dempul, nafsu makan menurun sejak 3 bulan sebelum masuk rumah sakit, tapi masih bisa dipaksa makan kalau tidak nyeri, mual kadang-kadang, tanda-tanda vital yaitu denyut jantung 82 kali/menit, frekuensi pernafasan 20 kali/menit, dan suhu 36,7ºC, tekanan darah 93/60 mmHg. Temperamen dan daya adaptasi anak; anak termasuk easy child. Karakteristik ibu; psikolologis, kepedulian, harapan, pengalaman dan kemampuan adaptasi ibu baik. Hasil laboratorium; pemeriksaan hematologi: dalam batas, albumin dalam batas nomal 3.36 g/dl (normal: 3.2 – 4.5), gula darah (82 mg/dl, normal < 140 mg/dl) dan elektrolit dalam batas normal. Respon anak setelah operasi (eksisi kista dan anastomosis Roux-en-Y: anak pindah dari PICU, anak sadar, terlihat lemas, meringis, luka operasi tertutup kassa, tidak ada rembesan, anak puasa, nasogastric tube (NGT) terpasang, produksi minimal, dan warna keruh. Terapi injeksi dan cairan diberikan IVFD N5 + KCL (10 mEq): 62,3 ml/jam, Aminofusin 6%: 61,5 cc/jam. Masalah/kebutuhan yang teridentifikasi sebelum operasi yaitu nyeri akut, ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, dan ansietas orang tua. Setelah operasi nyeri akut, risiko ketidakseimbangan volume cairan, dan risiko infeksi.
Universitas Indonesia
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
12
Respon/perilaku pemberi asuhan/ intervensi dan implemetasi yaitu melaksanakan melakukan manajemen nyeri dan kolaborasi pemberian analgesik, manajemen nutrisi, pengendalian ansietas orang tua, manajemen cairan, perawatan luka dan pengendalian infeksi.
Evaluasi setelah dilakukan implementasi yaitu masalah yang teratasi atau kebutuhan yang terpenuhi: ketidakseimbangan nutrisi dengan kriteria berat badan dapat dipertahankan; nyeri akut dengan kriteria anak tidak gelisah, Flacc Scale 0 dan ekspresi rileks; infeksi dengan kriteria penyembuhan luka baik (luka kering, bersih), terbebas dari tanda dan gejala infeksi, nilai laboratorium normal; dan ketidakseimbangan volume cairan dengan kriteria hidrasi baik, keseimbangan asupan dan haluaran, dan nilai Hb dan Ht normal.
2.1.5 Kasus 5 An. G, laki-laki, usia 1 tahun 6 bulan, anak ke-1, lahir spontan, cukup bulan, berat badan lahir 2800 gram, PB 47 cm, dan riwayat atresia ani dan buat stoma/kolostomi usia 2 hari, PSARP (Juni 2013) businasi ukuran 9-15. Anak dirawat di ruang bedah anak (BCH) dengan diagnosa medis Atresia ani on kolostomi post PSARP pro tutup stoma.
Hasil pengkajian yang diperoleh berupa respon atau perilaku anak sebelum operasi antara lain: anak tampakkurus, berat badan 8,5 kg, TB 78 cm, status gizi berdasarkan BB/TB: gizi kurang, abdomen terdapat stoma, produksi ada, tidak ada iritasi, buang air besar ditampung kantong kolostomi, makan sedikit, tanda-tanda vital yaitu denyut jantung 90 kali/menit, frekuensi pernafasan 24 kali/menit, dan suhu 36,4ºC. Temperamen dan daya adaptasi anak; anak termasuk easy child. Karakteristik ibu; psikolologis, kepedulian, harapan, pengalaman dan kemampuan adaptasi ibu baik. Hasil laboratorium; pemeriksaan hematologi: dalam batas, albumin dalam batas nomal (normal:
Universitas Indonesia
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
13
3.8 – 5.4), gula darah dan elektrolit dalam batas normal. Respon anak setelah operasi: anak sadar, kadang rewel/menangis, Flace Scale 3, masih banyak tidur, luka operasi tertutup kassa dengan plester transparan, tidak ada rembesan. Anak puasa, nasogastric tube (NGT) terpasang, produksi minimal, dan keruh, kateter terpasang. Terapi injeksi dan cairan diberikan IVFD N5 + KCL (10 mEq): 35 ml/jam. Masalah/kebutuhan yang teridentifikasi sebelum operasi yaitu ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh dan risiko kerusakan integritas kulit.. Setelah operasi: nyeri akut, risiko ketidakseimbangan volume cairan, dan risiko infeksi.
Respon/perilaku
pemberi
asuhan/intervensi
dan
implemetasi
yaitu
melaksanakan manajemen nutrisi, melakukan surveilan kulit, melakukan manajemen nyeri dan kolaborasi pemberian analgesik, manajemen cairan, perawatan luka dan pengendalian infeksi.
Evaluasi setelah dilakukan implementasi yaitu masalah yang teratasi atau kebutuhan yang terpenuhi: kerusakan integritas kulit dengan kriteria integritas kulit dan mukosa utuh; nyeri akut dengan kriteria anak tidak gelisah/rewel, Flacc Scale 0 dan ekspresi rileks; ketidakseimbangan volume cairan dengan kriteria hidrasi baik, keseimbangan asupan dan haluaran, dan nilai Hb dan Ht normal; dan infeksi dengan kriteria penyembuhan luka baik (luka kering, bersih), terbebas dari tanda dan gejala infeksi, nilai laboratorium normal. Masalah yang belum teratasi atau kebutuhan yang belum terpenuhi: ketidakseimbangan nutrisi.
2.2 Tinjauan Teoritis 2.2.1 Kebutuhan Nutrisi pada Anak Kebutuhan nutrisi pada anak berbeda dengan orang dewasa. Perbedaan ini disebabkan karena kebutuhan anak untuk pertumbuhan dan perkembangan. Akibatnya bayi dan anak-anak sangat rentan terhadap masalah gizi. Dibandingkan dengan orang dewasa, anak memiliki persentase massa otot
Universitas Indonesia
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
14
dan lemak lebih rendah, karena itu anak memiliki cadangan yang lebih sedikit dan resting energy expenditure lebih tinggi. Anak-anak menjadi memiliki toleransi yang lebih buruk terhadap puasa daripada orang dewasa, mereka sangat rentan terhadap penurunan protein dan memiliki peningkatan risiko terjadinya kurang gizi ketika mereka menderita penyakit serius (Skillman & Wischmeyer, 2008).
Debiasse & Wilmore, (1994 dalam Falcao, 2002) dan Briassoulis, Venkataraman, dan Thompson, (2010) juga menyatakan kekurangan nutrisi dapat disebabkan puasa yang lama, kondisi sakit kritis, stres, atau trauma yang menyebabkan penipisan cadangan tubuh terutama cadangan protein, dan
dipercepat
oleh
proses
metabolisme
yang
berlebihan
atau
hipermetabolik. Respon metabolik akut yang terjadi berupa metabolisme katabolik yang mengakibatkan simpanan cadangan protein seperti protein C-reaktif (CRP) dan fibrinogen meningkat setelah cedera serius atau sepsis dengan penurunan albumin serum, transthyretin, dan transferin, serta karbohidrat, dan lemak selama periode ini dan dapat mengakibatkan kegagalan perkembangan (Wojnar, Hawkins, & Lang, (1995) dalam Falcao, 2002; Briassoulis, Venkataraman,
& Thompson, 2010). Status
metabolik anak yang sedang sakit dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
15
Tabel 2.1. Status Metabolik pada Bayi dengan Penyakit Kritis Energi
Hipermetabolik ↑ kebutuhan O2 Maldistribusi aliran darah ↑ glukoneogenesis
Karbohidrat
Hiperglikemia ↑ respiratory quotient (initially) ↑ piruvat and laktat Resistensi insulin
Protein
↑ protein catabolism ↑ gluconeogenic amino acids (via Cori cycle) ↑ glutamine production (gut mucosal fuel) ↓ hemoglobin synthesis ↑ inflammatory mediators ↓ albumin synthesis
Lemak
↑ lipolysis ↓ lipogenesis ↑ triglyceride oxidation ↓ ketone bodies
Sumber: Wojnar, Hawkins, & Lang, (1995) dalam Falcao, 2002
Sementara itu kebutuhan energi, air, asam amino, kebutuhan bayi dan anak dapat dilihat pada tabel 2.2 sebagai berikut:
Tabel 2.2. Kebutuhan Energi, Air, Asam Amino Bayi dan Anak < 10 kg
11 to 20 kg
>21 kg
Air
130 mL
90-100 mL
70-90 mL
Kalori
100 kal
90 kal
80 kal
Asam amino*
2.5 g
2.0 g
1.5 g
*gagal ginjal – 0.5 g; liver failure – 0.5 g; luka bakar – 3.5 g; prematuritas – 3.5 to 4.0 g tergantung usia gestasi Sumber: Wojnar, Hawkins, & Lang, (1995) dalam Falcao, 2002
Untuk dapat menentukan kebutuhan nutrisi anak terlebih dahulu dilakukannya skrining atau pengkajian nutrisi. Pengkajian nutrisi yang
Universitas Indonesia
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
16
digunakan
dapat
dilakukan
dengan
banyak
parameter.
Indonesia
menggunakan standar antropometri WHO 2005 dalam penilaian status gizi anak yaitu dengan memperhatikan berat badan, panjang badan atau tinggi badan, umur, dan indeks massa tubuh (IMT) (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Penilaian antropometri ini merupakan metode paling sederhana untuk mengevaluasi status gizi anak dan memiliki keuntungan dapat dilakukan untuk semua pasien, non-invasif, dan tidak mahal (Sanchez, Lopez-Herce, García, Ruperez, & García, 2005). Penilaian tersebut dapat dilihat pada tabel 2.3 sebagai berikut: Tabel 2.3. Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak berdasarkan Indeks
Sumber: Kementerian Kesehatan RI, 2011
Selain penegakkan diagnosis kurang gizi pada anak sakit berdasarkan evaluasi obyektif dengan pengukuran antropometri, dapat juga dilakuan penilaian riwayat asupan makanan yang cukup dan penurunan berat badan, analisis parameter biokimia dan imunitas seluler, perhitungan komposisi
Universitas Indonesia
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
17
tubuh, proses penyakit dan efek kataboliknya, serta status fungsional sistem saraf pusat (Falcao, 2002; Prieto & Cid, 2011). Sementara itu Wilkinson dan Ahern (2009) untuk menegakkan diagnosis keperawatan anak dengan ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh jika terdapat satu diantara tanda NANDA berikut: (1) berat badan kurang dari 20% atau lebih dibawah berat badan ideal untuk tinggi badan dan rangka tubuh. (2) Asupan makanan kurang dari kebutuhan metabolik, baik kalori total maupun zat gizi tertentu (non–NANDA International). (3) Kehilangan berat badan dengan asupan makanan yang adekuat. (4) Melaporkan asupan makanan yang tidakadekuat kurang dari recommended dairy allowance (RDA).
Prinsip utama setelah ditentukannya status gizi anak adalah untuk mencapai terpenuhinya berat badan ideal. Pemenuhan nutrisi pada anak yang sakit ditujukan untuk memenuhi tiga jenis kebutuhan, yaitu: (1) kebutuhan untuk mengganti zat gizi yang kurang atau hilang, (2) sebagai kebutuhan rumatan untuk mendukung pertumbuhan yang normal, dan (3) kebutuhan energi dan protein tambahan akibat kehilangan dan tambahan untuk pemulihan saat sakit (Hockenberry & Wilson; 2009; Sjarif, 2011).
Pemenuhan kebutuhan nutrisi ini dapat dilakukan dengan dua alternatif pemberian yaitu secara enteral (nutrisi melalui oral dan enteral tube feeding) dan parenteral. Pemilihan cara pemberian nutrisi ini tergantung pada kondisi saluran pencernaan dan kemampuan menyerap zat gizi (Stratton & Smith, 2006; Sjarif, 2011). Pemberian nutrisi secara enteral merupakan cara pemberian makan yang ideal, terbaik dan ekonomis walaupun dalam jumlah kecil. Hal ini disebabkan struktur dari mikrovili usus dapat dipertahankan dan perpindahan bakteri dari usus ke darah dapat dicegah. Kekurangan nutrisi enteral menyebabkan perubahan mikrobiota usus yang didominasi proteobacteri Gram-negatif. Dengan demikian dampak komplikasi septik yang dapat muncul melalui nutrisi enteral jauh
Universitas Indonesia
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
18
lebih kecil dengan pemberian nutrisi secara parenteral (Falcao, 2002; Demehri, Barrett, Ralls, Miyasaka, Feng, & Teitelbaum, 2013).
2.2.2 Kebutuhan Nutrisi pada Pembedahan Gastrointestinal Skrining kebutuhan nutrisi merupakan hal yang harus dilakukan dalam rangka mengoptimalkan keadaan metabolik sebelum operasi besar sehingga diperoleh hasil operasi lebih baik. Penurunan kebutuhan nutrisi merupakan faktor utama dari komplikasi pasca operasi. Pasien bedah gastrointestinal berisiko penurunan nutrisi yang disebabkan asupan gizi yang tidak memadai, stres bedah dan peningkatan tingkat metabolisme (Ward, 2003; Evans, Martindale, Kiraly, & Jones, 2013).
Tujuan pemenuhan nutrisi pada dasarnya adalah untuk memberikan dukungan kalori dan nitrogen untuk penyembuhan luka dan untuk menghindari kehilangan massa tubuh secara berlebihan. Secara luas tujuan nutrisi adalah untuk menghadapi proses peradangan dan respon imun, mengoptimalkan kontrol glukosa, dan mengurangi respon hipermetabolik operasi, dan menyediakan mikro dan makronutrien untuk mengoptimalkan penyembuhan dan pemulihan. Hipermetabolisme dapat berlangsung selama beberapa minggu atau bulan setelah operasi besar atau trauma, yang melibatkan kehilangan protein yang signifikan dari massa tubuh terutama otot (Evans, Martindale, Kiraly, & Jones, 2013).
2.2.3 Perubahan Metabolik pada Pasien Bedah Stres fisik akibat pembedahan dan injury merupakan respon yang kompleks yang dimediasi oleh perubahan hormonal dan sistem saraf simpatis, salah satunya adalah hipermetabolisme dan katabolisme. Stres fisiologis trauma bedah menyebabkan lonjakan aktivitas simpatik dan kenaikan sekresi catecholamine. Perubahan ini bersifat sementara, namun jika tingkat hipermetabolik berlangsung lebih lama maka berikutnya keseimbangan nitrogen akan negatif. Tingkat metabolik biasanya meningkat sekitar 10%
Universitas Indonesia
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
19
pasca operasi (Kinney, Duke, Long, & Gump, 1970 dalam Ward, 2003; McWhirter & Pennington, 2004 dalam Said, Taslim, & Bahar, 2013).
Jika dukungan nutrisi yang diberikan tidak memadai pada tahap ini maka proteolisis otot rangka yang berlebihan dapat terjadi dengan depresi lebih lanjut dari metabolisme. Respon terhadap stres tersebut meningkatkan interleukin dan mediator stres. Sementara marker nutrisi menurun sebanding dengan tingkat keparahan penyakit dan berkembangnya systemic inflammatory response syndrome (SIRS), sepsis, atau multiple organ system failure (MOSF). Peningkatan ekspresi sitokin proinflamasi dengan mukosa, termasuk interferon- γ dan tumor necrosis factor -α (TNF) dan interleukin (IL-1 dan IL-6) memiliki peran penting dalam menentukan perubahan metabolik jangka panjang dengan penurunan proliferasi sel epitel dan meningkatkan apoptosis (Douglas, & Shaw, 1989 dalam Ward, 2003; Briassoulis, Venkataraman, & Thompson, 2010; Demehri, Barrett, Ralls, Miyasaka, Feng, & Teitelbaum, 2013).
Penelitian yang lain menyatakan bahwa respon katabolik terhadap pembedahan dapat dicegah dengan asupan yang adekuat. Asupan energi dan protein yang adekuat berperan penting dalam membatasi kehilangan protein dan lemak akibat pembedahan. Namun, kebanyakan pasien tidak dapat makan dengan cukup untuk memenuhi peningkatan dan/atau mencegah penurunan BB post-operasi (Souba & Wilmore, 2004; Green, 2003 dalam Said, Taslim, & Bahar, 2013).
2.2.4 Perubahan Fisiologis pada Pasien Bedah Hal ini telah dibuktikan bahwa permeabilitas usus meningkat dua sampai empat kali lipat segera pada periode pasca operasi dan akan kembali normal dalam waktu lima hari. Respon fisilogis pasca operasi ileus juga bersifat sementara dan respon klinis menjadi tidak terlalu penting karena gerakan usus halus kembali 4-8 jam setelah operasi sehingga tidak dibutuhkan
Universitas Indonesia
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
20
puasa terlalu lama (van der Hulst, et al., 1998; Beattie, Prach, Baxter, & Pennington, 2000 dalam Ward, 2003; Amanollahi & Azizi, 2013),
Tujuan perawatan adalah untuk mempertahankan barrier function mukosa usus agar tetap utuh. Kekurangan nutrisi enteral menyebabkan perubahan dalam mikrobiota usus yang didominasi probacteria Gram-negatif. Hal ini terkait dengan peningkatan ekspresi sitokin proinflamasi dengan mukosa, termasuk interferon- γ dan tumor necrosis factor -α (TNF) yang menyebabkan penurunan proliferasi sel epitel dan meningkatkan apoptosis dan memberikan kontribusi untuk disfungsi epithelial barrier function
(EBF). Kegagalan barrier function usus yang berfungsi untuk menghambat masuknya bakteri dan racun yang merupakan agen penyebab respon inflamasi, sepsis dan gangguan multiorgan ditunjukkan dengan peningkatan permeabilitas usus (Ward, 2003; Demehri, Barrett, Ralls, Miyasaka, Feng, & Teitelbaum, 2013).
2.2.5 Manfaat Klinis untuk Pasien Bedah Dukungan nutrisi menyebabkan meningkatnya status gizi dan hasil klinis akibat nutrisi yang hilang, morbiditas pasca operasi dan mengurangi lama raat di rumah sakit dan meningkatkan kualitas hidup (Robinson, Goldstein, & Levine, 1987; Beier-Holgersen & Boesby, 1996 dalam Ward, 2003; Ija, 2009; Amanollahi & Azizi, 2013). Selain itu skrining atau pengkajian nutrisi yang tepat sebelum operasi merupakan strategi untuk meminimalkan hiperglikemia dan resistensi insulin dan beban karbohidrat yang dapat meningkatkan pemeliharaan keadaan anabolik perioperatif, meningkatkan penyembuhan, mengurangi komplikasi, dan memperpendek waktu untuk pemulihan fungsi usus dan dipulangkan dari rumah sakit (Evans, Martindale, Kiraly, & Jones, 2013).
Komplikasi pasca operasi intestinal yang dapat muncul antara lain: nyeri, asupan nutrisi yang sedikit, keterlambatan penyembuhan luka, komplikasi
Universitas Indonesia
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
21
pulmonal, infeksi, perpanjangan lama rawat, dan peningkatan biaya pasien serta perawatan (Asgeirsson, El-Badawi, Mahmood, Barletta, Luchtefeld, & Senagore, 2010; Thompson & Magnuson, 2012). Fokus perawatan untuk meminimalkan komplikasi tersebut adalah pemenuhan nutrisi, cairan, menajemen nyeri, ambulasi, dan penatalaksanaan farmakologik atau pengobatan (Thompson & Magnuson, 2012).
2.2.6 Pemberian Nutrisi Enteral dan Parenteral Penatalaksanaan pemberian makan pasca operasi secara tradisional setelah reseksi usus biasanya mensyaratkan puasa sampai lima hari yang disertai dengan dekompresi abdomen dengan nasogastric tube, pemberian cairan intravena dan penundaan makan oral sampai motilitas usus kembali. Namun lebih dari tiga dekade banyak penelitian yang dilakukan terkait penatalaksanaan tersebut. Saat ini prinsip pemberian makan pasca operasi adalah pemberian makan enteral lebih awal yaitu 24-48 jam pertama termasuk pasca anastomosis proksimal. Selain itu masalah monitoring residual lambung dan kemampuan untuk menerima makan lebih awal, juga tidak menunjukkan diperolehnya manfaat pada sebagian besar pasien yang sudah mendapatkan makanan enteral lebih awal (Sholadoye, Suleiman, Mshelbwala, & Ameh, 2012; Amanollahi & Azizi, 2013; Evans, Martindale, Kiraly, & Jones, 2013; Reignier, et al. 2013).
Berdasarkan pemahaman tradisional tersebut saat ini masih banyak dokter bedah mempertahankan pasien untuk puasa (NPO) selama 4-5 hari pasca operasi. Namun, anak tidak dapat mentoleransi puasa lebih dari 2-3 hari, jika dipuasakan lebih lama anak membutuhkan total parenteral nutrition (TPN) dan dampaknya adalah bertambahnya biaya dan risiko komplikasi (Sholadoye, Suleiman, Mshelbwala, & Ameh, 2012; Amanollahi & Azizi, 2013; Demehri, Barrett, Ralls, Miyasaka, Feng, & Teitelbaum, 2013).
Universitas Indonesia
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
22
Martindale, McClave, Taylor, dan Lawson (2013) menyatakan beberapa hal mengapa pemberian makan lebih awal pada pasein bedah ini menjadi masalah saat mau memulai pemberian makan enteral: (1) kurangnya pemahaman tim terhadap potensi manfaat pemberian makan lebih awal, (2) pemahaman yang buruk tentang pasca operasi ileus, (3) menunggu flatus atau tanda-tanda aktivitas usus, (4) peduli terhadap komplikasi: aspirasi, iskemik usus, pemberian makanan akan menyebabkan "kebocoran" dari anastomosis usus, (5) kurangnya keterampilan untuk penempatan selang nasogastic, (6) persepsi ketidakmampuan untuk makan sementara yang di "dipaksakan", dan (7) kurangnya komunikasi antara anggota tim.
Sudah banyak penelitian yang telah membuktikan pemberian makanan enteral pada pasien pasca operasi reseksi gastrointestinal aman dan ditoleransi dengan baik (Braga, Gianotti, Gentilini, Liotta, & Di-Carlo, 2002; Fanaie & Ziaee, 2005; Lewis, & Thomas, 2006; Andersen, Asgeirsson, El-Badawi, Mahmood, Barletta, Luchtefeld, & Senagore, 2010; Amanollahi & Azizi, 2013; Davila-Perez, et al., 2013). Sementara pemberian total parenteral nutrition (TPN) juga memiliki tujuan mempertahankan hidup pada pasien yang harus mengurangi nutrisi enteral dalam waktu lama, namun bukan tanpa risiko. Komplikasi terkait dengan nutrisi parenteral lebih besar daripada dengan nutrisi enteral. Nutrisi enteral lebih baik dimanfaatkan oleh usus daripada yang diberikan secara parenteral karena dapat
mencegah gastrointestinal atrofi mukosa,
meringankan respon stres trauma operasi, menjaga dan melestarikan imunokompetensi flora usus yang normal. Kekurangan nutrisi enteral menyebabkan berubahnya lingkungan luminal usus secara drastis, yang memungkinkan untuk dominasi mikrobiota agresif seperti Gram-negatif Proteobacteria (Demehri, Barrett, Ralls, Miyasaka, Feng, & Teitelbaum, 2013; Ward, 2003).
Universitas Indonesia
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
23
2.3. Integrasi Model Keperawatan dalam Proses Keperawatan 2.3.1 Model Parent Child Interaction Barnard Berbagai teori keperawatan diperkenalkan oleh para ahli keperawatan. Salah satunya adalah teori Kathryn E. Barnard. Fokus teori Barnard adalah perkembangan alat pengkajian untuk mengevaluasi kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan anak disamping memandang orangtua dan anak sebagai sebuah
sistem
interaktif.
Sistem
orangtua-anak
dipengaruhi
oleh
karakteristik individu setiap anggota dan karakteristik individu tersebut yang dimodifikasi
untuk
memenuhi
kebutuhan
sistem
dan
Barnard
mendefinisikan modifikasi sebagai perilaku adaptif yang terlihat pada gambar 2.1 berikut:
Care giver-parent Characteristics: Sensitivity to cues Alleviation of distress, Providing growth- fostering situation
Infant Characteristics: Clarity to cues Responsiveness to caregiver
Gambar 2.1. Model Barnard ( Diadopsi dari Barnard, 1994 dalam Chesnay & Anderson, 2012)
Barnard kemudian mengembangkan teorinya dengan menggunakan konsep Child Health Assessment Interaction Theory yang memiliki 3 konsep dasar yaitu model The Child Health Assessment Interaction Model diperlihatkan dalam gambar 2.2 di bawah ini:
Universitas Indonesia
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
24
Gambar 2.2. Model interaksi pengkajian kesehatan anak menurut Barnad (Diadopsi dari Barnard, 1994 dalam Tomey & Aligood 2010)
Interaksi antara orangtua dan anak Barnard (1994 dalam Chesnay
&
Anderson, 2012) menguraikan perilaku orang tua atau pemberi asuhan dan bayi atau anak sebagai berikut: a. Perilaku Bayi atau Anak Anak atau bayi diwakili oleh lingkaran terkecil dengan karakteristik perilaku: 1) Infant’s Clarity of cues Seorang anak/bayi akan memberikan suatu sinyal (cues) kepada orang tua dan petugas kesehatan. Pertanda yang dikirimkan dapat mempermudah atau mempersulit orangtua untuk membaca tanda tersebut dan membuat modifikasi yang sesuai dengan tanda tersebut. Pertanda yang diberikan oleh seorang anak/bayi dapat berupa tidur, bangun, lapar, dan lain-lain. Apabila
pertanda
yang
diberikan
membingungkan
maka
dapat
mengganggu kemampuan adaptasi petugas kesehatan. 2) Infant’s responsiveness to the caregiver Seorang anak/bayi juga dapat membaca pertanda (cues) yang ditunjukkan petugas kesehatan dan orang tua, sehingga anak/bayi dapat memodifikasi kembali perilakunya. Jika seorang anak/bayi tidak berespon terhadap perilaku dari petugas kesehatan maka adaptasi tidak mungkin terjadi.
Universitas Indonesia
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
25
b. Perilaku Orangtua atau Pemberi asuhan Ibu diwakili oleh lingkaran terbesar kedua dengan karakteristik perilaku: 1) Parent’s sensitivity to the child’s cues Orangtua/pemberi asuhan harus dapat membaca pertanda yang diberikan anak/bayi, sehingga mereka dapat memodifikasi perilakunya dengan tepat. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi kesensitifan orangtua/pemberi asuhan yaitu: keuangan, emosi, dan stress perkawinan. 2) Parent’s ability to alleviate the infant’s distress Kemampuan orangtua/pemberi asuhan untuk mengurangi distres pada anaknya tergantung pada pemahaman orangtua/pemberi asuhan tentang saat terjadinya stres dan pengetahuan orangtua/pemberi asuhan tentang tindakan yang tepat dilakukan saat stres terjadi. 3) Parent’s social and emotional growth fostering activities Kemampuan orangtua/pemberi asuhan dalam menstimulasi pertumbuhan sosial
dan
emosional
anak
memerlukan
proses
adaptasi.
Orangtua/pemberi asuhan berperan mengasuh anak, menjalin interaksi sosial dengan anak, seperti pada saat makan bersama anak dan memberikan
reinforcement
positif
terhadap
perilaku
anak.
Orangtua/pemberi asuhan harus memahami tingkat perkembangan anak dan dapat menyesuaikan perilakunya terhadap kebutuhan perkembangan anak. 4) Parent’s cognitive growth fostering activities Kemampuan
orangtua/pemberi
asuhan
dalam
menstimulasi
perkembangan kognitif anak harus ditingkatkan. Sejumlah penelitian telah mengungkapkan bahwa pertumbuhan kognitif difasilitasi dengan pemberian rangsangan yang dapat membantu meningkatkan tingkat pengertian anak.
c. Lingkungan Lingkungan diwakili oleh lingkaran besar. Lingkungan di sini merujuk pada lingkungan ibu dan anak animate dan inanimate. Lingkungan
Universitas Indonesia
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
26
animate mencakup aktivitas-aktivitas yang dilakukan pengasuh untuk mengenalkan dan mengarahkan anak kepada dunia luar dan lingkungan inanimate berupa objek-objek yang tersedia yang memungkinkan anak untuk melakukan eksplorasi dan manipulasi. Lingkungan sangat dipengaruhi oleh sekitarnya fisik, pengaruh budaya, dan aspek ekstrinsik lain yang mempengaruhi seperti pada saat menyusui. Selain itu karekteristik lingkungan meliput aspek lingkungan fisik dan keluarga, keterlibatan ayah, dan tingkat hubungan orangtua yang saling menguntungkan dengan anaknya.
Ketiga lingkaran berkumpul di titik yang dihasilkan dari lingkaran tumpang tindih. Daerah ini merupakan interaksi lingkungan, anak/bayi dan ibu. Masing-masing dari tiga memiliki potensi untuk mempengaruhi satu sama lain. Menurut Barnard karakteristik individu dari tiap anggota mempengaruhi sistem orangtua/pemberi asuhan-anak/bayi sehingga terjadi modifikasi perilaku adaptasi untuk memenuhi kebutuhan sistem. Teori Barnard berfokus pada interaksi ibu-anak/bayi dengan lingkungan.
Basavanthappa (2007) menyebutkan fokus teori yang dikemukakan Barnard dalam Barnard’s Child Health Assessment Interaction Theory , adalah : 1) Pengkajian anak bertujuan mengidentifikasi masalah sebelum mereka berkembang dan menjadikan intervensi lebih efektif. 2) Faktor lingkungan di pahami sebagai proses interaksi antara orang tua dan anak yang merupakan hal penting untuk menentukan tercapainya kesehatan anak. 3) Interaksi
pengasuh
dan
anak
memberikan
informasi
yang
mencerminkan lingkungan alamiah anak yang diterima secara terus menerus. 4) Kapasitas adaptasi dari pemberi asuhan dipengaruhi oleh respon anak dan lingkungannya.
Universitas Indonesia
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
27
5) Interaksi adaptasi orangtua dan anak merupakan suatu proses yang saling
menguntungkan,
dimana
perilaku
orangtua
akan
mempengaruhi anak dan sebaliknya anak akan mempengaruhi orangtua sehingga keduanya mengalami perubahan. 6) Proses adaptasi lebih mudah dimodifikasi dari karakteristik dasar ibu dan anak, sehingga interaksi keperawatan seharusnya menekankan sensitifitas dan respon ibu dalam mengartikan isyarat anak daripada mencoba merubah karakteristik dasarnya. 7) Aspek penting yang perlu ditingkatkan berkaitan dengan proses belajar anak adalah memberikan kesempatan anak untuk mengenali perilakunya
dan
memperkuat
kemampuan
anak
di
dalam
melaksanakan tugasnya. 8) Isu utama bagi profesi keperawatan adalah memberi dukungan selama tahun pertama kehidupan anak. 9) Pengkajian terhadap proses interaksi adalah suatu proses yang komprehensif dalam model perawatan kesehatan anak. 10) Pengkajian terhadap lingkungan anak adalah sangat penting dalam pengkajian kesehatan anak.
2.3.2 Asuhan Keperawatan berdasarkan Teori Parent Child Interaction Barnard Teori keperawatan digunakan sebagai arah dalam melakukan penelitian, praktik, pendidikan dan asuhan keperawatan (Alligood & Tomey, 2010). Proses keperawatan terdiri dari lima langkah yaitu pengkajian, diagnosis, intervensi, implementasi dan evaluasi. Penerapan teori Barnard
dalam
proses keperawatan meliputi pengkajian, respon atau perilaku bayi/anak, masalah/kebutuhan bayi/anak, dan perilaku orangtua/pemberi asuhan.
Pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan. Perawat melakukan pemeriksaan fisik, mengobservasi respon bayi/anak, melihat dari catatan medis, melihat hasil pemeriksan penunjang/diagnostik, dan mendiskusikan
Universitas Indonesia
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
28
kebutuhan klien. Data yang diperoleh merupakan respon atau perilaku yang ditunjukkan bayi/anak.
Tahap kedua yaitu menentukan kebutuhan atau masalah yang dialami anak. Kebutuhan atau masalah yang dialami anak. merupakan hasil dari respon atau perilaku orangtua atau pemberi asuhan dalam membaca respon atau perilaku anak. Tahap ketiga yaitu respon atau perilaku orangtua atau pemberi asuhan dengan melakukan intervensi berdasarkan kebutuhan atau masalah yang dialami anak yang bertujuan membantu anak berperilaku adaptif.
Evaluasi merupakan tahapan dimana perawat mengobservasi kembali respon atau perilaku anak setelah orangtua atau pemberi asuhan merespon terhadap kebutuhan atau masalah yang dialami anak. Pemberi asuhan dalam hal ini perawat mengevaluasi hasil intervensi yang telah diberikan dan menilai apakah kebutuhan atau masalah anak memberikan respon adaptif. Skema 2.1. Integrasi Teori Parent Child Interaction Barnard dalam Asuhan Keperawatan Anak dengan Masalah Bedah Intestinal Anak dengan masalah bedah intestinal, persiapan sebelum operasi, dan pasca operasi
Memungkin mengalami: ketidakseimbanagn nutrisi, nyeri akut, risiko ketidakseimbangan cairan, risiko kerusakanintegritas kulit dan risiko infeksi
Pengkajian lingkungan animate dan inanimate: respon/perilaku
Masalah/ kebutuhan bayi/anak
Respon/perilaku orangtua atau pemberi asuhan
Evaluasi: Respon/perilaku adaptif
Intervensi keperawatan
Universitas Indonesia
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
29
2.4 Aplikasi Teori Parent Child Interaction Barnard 2.4.1 Assessment (pengkajian) An. G, laki-laki, usia 1 tahun 6 bulan, anak ke-1, lahir spontan, cukup bulan, berat badan lahir 2800 gram, PB 47 cm, dan riwayat atresia ani dan buat stoma/kolostomi usia 2 hari, PSARP (Juni 2013) businasi ukuran 9-15. Anak dirawat di ruang bedah anak (BCH) dengan diagnosa medis Atresia ani on kolostomi post PSARP pro tutup stoma.
Hasil pengkajian yang diperoleh berupa respon atau perilaku anak sebelum operasi antara lain: anak tampak kurus, berat badan 8,5 kg, TB 78 cm, status gizi berdasarkan BB/TB: gizi kurang, abdomen terdapat stoma, produksi ada, tidak ada iritasi, buang air besar ditampung kantong kolostomi, makan sedikit, tanda-tanda vital yaitu denyut jantung 90 kali/menit, frekuensi pernafasan 24 kali/menit, dan suhu 36,4ºC. Temperamen dan daya adaptasi anak; anak termasuk easy child. Karakteristik ibu; psikolologis, kepedulian, harapan, pengalaman dan kemampuan adaptasi ibu baik. Hasil laboratorium; pemeriksaan hematologi: dalam batas, albumin dan elektrolit dalam batas normal. Respon anak setelah operasi: anak sadar, rewel/menangis, Flace Scale 3, masih banyak tidur, luka operasi tertutup kassa dengan plester transparan, tidak ada rembesan. Anak puasa, nasogastric tube (NGT) terpasang, produksi minimal, dan keruh, kateter terpasang. Terapi injeksi dan cairan diberikan IVFD N5 + KCL (10 mEq): 35 ml/jam.
2.4.2 Kebutuhan atau Masalah (Diagnosis Keperawatan) Kebutuhan atau masalah yang dialami anak merupakan hasil dari respon atau perilaku orangtua atau pemberi asuhan dalam membaca respon atau perilaku anak. Berdasarkan data yang diperoleh, kebutuhan atau masalah (diagnosis keperawatan) yang teridentifikasi pada An. G dapat dilihat pada tabel 2.4. berikut:
Universitas Indonesia
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
30
Tabel 2.4. Kebutuhan atau Masalah An. G Respon/perilaku anak
Masalah/kebutuhan
Sebelum operasi Anak tampak kurus, berat badan 8,5 kg, TB 78 cm, status gizi: gizi kurang, abdomen terdapat stoma, produksi ada, tidak ada iritasi, buang air besar ditampung kantong kolostomi, makan sedikit, tanda-tanda vital yaitu denyut jantung 90 kali/menit, frekuensi pernafasan 24 kali/menit, dan suhu 36,4ºC. Setelah operasi: Anak sadar, rewel/menangis, Flace Scale 3, masih banyak tidur, luka operasi tertutup kassa dengan plester transparan, tidak ada rembesan. Anak puasa, nasogastric tube (NGT) terpasang, produksi minimal, dan keruh, kateter terpasang. Terapi injeksi dan cairan diberikan IVFD N5 + KCL (10 mEq): 35 ml/jam.
1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, 2. Risiko kerusakan integritas kulit,
3. Nyeri akut, 4. Risiko ketidakseimbangan volume cairan, 5. Risiko infeksi.
2.4.3 Respon atau Perilaku Orangtua atau Pemberi Asuhan (Intervensi) Respon atau perilaku orangtua atau pemberi asuhan selanjutnya adalah melakukan intervensi berdasarkan kebutuhan atau masalah yang dialami anak yang bertujuan membantu anak berperilaku adaptif. Respon atau perilaku orangtua atau pemberi asuhan (intervensi) An. G dapat dilihat pada tabel 2.5. berikut: Tabel 2.5. Repon/Perilaku Pemberi Asuhan An. G No
Masalah/kebutuhan
Respon/perilaku pemberi asuhan
1.
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan tidak adekuat
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan anak mendapatkan nutrisi yang adekuat dengan indikator: a. Anak menunjukan mempertahankan berat badan 8,5 Kg b. Orang tua mengungkapkan tekad untuk memberikan diet anak c. Anak memiliki nilai laboratorium dalam batas normal (albumin (3.8 –
Universitas Indonesia
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
31
No
2.
Masalah/kebutuhan
Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya lembab
Respon/perilaku pemberi asuhan 5.4 g/dl) d. Anak dapat mentoleransi program diet yang diberikan: tidak muntah, tidak kembung Intervensi: 1. Manajemen nutrisi: bantu atau sediakan asupan makanan dan cairan diet seimbang 2. Berikan informasi pada keluarga tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya 3. Pantau nilai laboratorium terutama albumin dan elektrolit 4. Libatkan orangtua dalam menciptakan lingkungan nyaman/ menyenangkan untuk makan 5. Libatkan orangtua dalam memberikan makanan dalam porsi sedikit tapi sering 6. Berikan anak minuman dan kudapan bergizi 7. Kolaborasi bersama ahli gizi jumlah kalori dan jenis zat gizi yang dibutuhkan untuk memenuhi nutrisi anak Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan anak menunjukkan integritas jaringan: kulit dan membran mukosa yang dibuktikan oleh indikator: a. Sensasi, elastisitas, dan hidrasi tidak ada gangguan b. Kulit utuh c. Warna kulit normal (tidak pucat, tidak sianosis) Intervensi: 1. Libatkan orangtua dalam surveilans kulit: pantau kulit terhadap: a. Ruam dan lecet b. Warna dan suhu c. Kelembaban dan kekeringan yang berlebihan d. Area kemerahan dan rusak
Universitas Indonesia
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
32
No
3.
Masalah/kebutuhan
Respon/perilaku pemberi asuhan orangtua dalam 2. Libatkan membersihkan kulit saat terkena kotoran (ganti kantong stoma jika bocor) minimalkan pajanan kulit terhadap kelembaban (gunakan ukuran lubang kantong stoma dengan ukuran stoma yang tepat)
Nyeri akut Tujuan: berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan anak menunjukkan tingkat nyeri ringan insisi pasca bedah yang dibuktikan dengan indikator: a. Anak tidak gelisah b. Anak tidak menangis c. Ekspresi rileks d. Istirahat/tidur baik (tidur nyenyak, >8 jam/hari) Intervensi: 1. Manajemen nyeri: a. Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif b. Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan c. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama akan berlangsung dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur kepada orang tua d. Ajarkan orang tua teknik nonfarmakologis seperti: masase, kompres hangat dan dingin, hipnosis e. Dampingi anak saat memenuhi kebutuhan rasa nyaman 2. Pemberian analgesik a. Kolaborasi dan pastikan pemberian analgesia terapi b. Laporkan kepada dokter jika terapi tidak berhasil
Universitas Indonesia
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
33
No Masalah/kebutuhan 4. Risiko ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang tidak adekuat sekunder
5.
Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat, prosedur invasif, gizi kurang
Respon/perilaku pemberi asuhan Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan anak menunjukkan keseimbangan cairan/volume cairan dengan indikator: a. Menampilkan hidrasi yang baik (membran mukosa lembab, mampu berkeringat) b. Asupan cairan intravena dan oral yang adekuat c. Memiliki keseimbangan asupan dan haluaran yang seimbang d. Memiliki nilai labor dalam batas normal (Hb: 10.5 – 14 g/dl & Ht: 32 – 42 %) Intervensi: 1. Libatkan orangtua dalam manajemen cairan: a. Pantau warna, jumlah, dan frekuensi kehilangan cairan b. Identifikasi faktor pengaruh terhadap bertambah buruknya dehidrasi: misal demam, stres, dan program pengobatan c. Pantau status hidrasi: kelembaban membran mukosa, keadekuatan nadi dan tekanan darah d. Pertahankan keakuratan catatan asupan dan haluaran e. Pantau hasil laboratorium f. Kolaborasi terapi intravena sesuai program Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan faktor risiko infeksi akan hilang dibuktikan oleh: a. Penyembuhan luka primer dan sekunder; tidak ada tanda peradangan luka operasi kering, tidak kemerahan, tidak panas, tidak bengkak b. Anak terbebas dari tanda dan gejala infeksi: anak tidak demam Intervensi: 1. Perawatan luka insisi: bersihkan, pantau, dan fasilitasi penyembuhan Universitas Indonesia
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
34
No
Masalah/kebutuhan 2. a. b.
c. d. e. 3.
Respon/perilaku pemberi asuhan luka jahitan Pengendalian infeksi Pantau tanda dan gejala infeksi: suhu, nadi, drainase, penampilan luka Pantau hasil laboratorium: darah lengkap, hitung jenis, protein serum, albumin Ajarkan orang tua teknik cuci tangan yang benar Terapkan kewaspadaan universal Batasi jumlah pengunjung Kolaborasi pemberian antibiotik
Sumber: Modifikasi Alligood & Tomey, 2010; Wilkinson & Ahern, 2009.
2.4.4 Implementasi (Pelaksanaan) Implementasi merupakan pelaksanaan respon atau perilaku orangtua/ pemberi asuhan secara nyata dari yang telah dibuat sebelumnya. Implementasi yang dilakukan pada An. G yang telah dibuat dengan menerapkan konsep Barnard dapat dilihat pada tabel 2.6. berikut: Tabel 2.6. Implementasi Repon/Perilaku Pemberi Asuhan An. G No
Kebutuhan/Masalah
Implementasi
1.
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan tidak adekuat
a. Memotivasi orang tua/ibu untuk memberikan diit bubur sumsum dan air gula kepada anak untuk persiapan operasi besok b. Melibatkan orangtua mennciptakan lingkungan yang menyenangkan saat makan c. Memonitor hasil laboratorium; Hb dibawah normal (8.7 g/dl); albumin sedikit dibawah normal (3.7 g/dl)
2.
Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya lembab
a. Melibatkan orangtua dalam memantau kulit sekitar stoma terhadap: ruam dan lecet, warna dan suhu, kelembaban dan kekeringan yang berlebihan
Universitas Indonesia
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
35
No
Kebutuhan/Masalah
Implementasi
3.
Nyeri akut berhubungan dengan insisi pasca bedah
a. Melakukan pengkajian nyeri. Anak menangis kemungkinan karena nyeri luka pembedahan, tidak nyaman karena kedua kaki diikat, lapar karena kemarin puasa, analgesik tidak diberikan takut over dosis b. Memberikan informasi kepada orangtua tentang kemungkinan nyeri pada anak sehingga anak menangis terus c. Menganjurkan orangtua/ibu untuk mengusap-usap anak dan menggendong anak supaya lebih tenang dan nyaman d. Mendampingi keluarga saat memberikan rasa nyaman kepada anak e. Mengukur tanda vital: nadi dalam batas normal (98 kali/menit) f. Meminimalkan manipulasi terhadap anak untuk dapat istirahat/tidur g. Mendukung orang tua untuk memberikan kenyamanan pada anak dengan mengusap dan memeluk/menggendong h. Memberikan terapi analgesia; farmadol 250 mg intravena dengan infus pump i. Memberikan umpan balik positif kepada anak dan orang tua atas keberhasilan memberikan kenyamanan kepada anak
4.
Risiko ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang tidak adekuat sekunder
a. Menganjurkan ibu untuk menampung urine dengan diaper untuk menentukan balance cairan b. Melibatkan orangtua dalam mengukur balance cairan; intake dan output (tanpa IWL) c. Melibatkan orangtua dalam memantau
Universitas Indonesia
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
36
No
Kebutuhan/Masalah
Implementasi warna urine (warna kuning jernih), frekuensi kehilangan cairan muntah tidak ada cairan NGT hijau (tidak terukur) d. Melibatkan orangtua dalam mempertahankan keakuratan catatan asupan dan haluaran e. Melanjutkan terapi intravena sesuai program
5.
Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat, prosedur invasif, gizi kurang
a. b. c. d.
Memonitor tanda dan gejala infeksi Menerapkan kewaspadaan universal Menerapkan cara mencuci dengan benar Mengukur tanda-tanda vital dalam batas normal e. Memberikan terapi antibiotik; cefotaxime 250 mg, intravena f. Memantau hasil laboratorium Hb dan Ht: dibawah normal; Hb 8.7 g/dl dan Ht 28%. Anak dapat transfusi PRC 100 cc/12 jam. HT jenis : menunjukan adanya proses peradangan ringan. g. Memberikan injeksi metronidazol 300 mg, intravena melalui infus pump
2.4.5 Evaluasi Evaluasi merupakan tahapan mengobservasi kembali respon atau perilaku anak setelah orangtua atau pemberi asuhan melaksanakan intervensi yang telah dibuat. Pemberi asuhan dalam hal ini perawat mengevaluasi hasil intervensi yang telah diberikan dan menilai apakah kebutuhan atau masalah anak telah terpenuhi atau teratasi. Evaluasi keperawatan setelah perawatan 7 hari yaitu masalah ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh dan nyeri akut teratasi. Kebutuhan atau masalah risiko kerusakan integritas kulit, risiko ketidakseimbangan volume cairan, dan risiko infeksi tidak terjadi. Untuk lebih jelasnya, evaluasi keperawatan dapat dilihat pada tabel 2.7 berikut:
Universitas Indonesia
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
37
Tabel 2.7 Evaluasi Asuhan Keperawatan An. G Respon/perilaku anak 15-04-2014: Anak aktif, tanda vital dalam batas normal: suhu 36,7ºC, 98 kali/menit, frekuensi pernafasan 28 kali/menit. rencana operasi besok, hari ini mulai makan bubur sumsum dan minum air gula. Stoma vital, produksi (+) ditampung kantong stoma, tidak terlihat iritasi. 18-04-2014: Anak aktif, menangis karena minta “nenen”, hasil laboratorium Hb dan Ht dalam batas normal: Hb 11,1 g/dl, Ht 34,6%; hitung jenis dalam batas normal: basofil 0.1%, eosinofil 0.4%, neutrofil 73.8%, limfosit 17.3%, monosit 8.4%; albumin sedikit dibawah normal (3.7 g/dl); tanda vital dalam batas normal: suhu 36,2ºC, 120 kali/menit, frekuensi pernafasan 30 kali/menit; mukosa bibir lembab, sudah minum/ membasahi mulut dengan air putih & ASI. intake (IVFD + Obat) 599 cc, output (urine + nasogastric) 153 cc. Ibu mengatakan anak masih rewel, ibu juga sudah memerah asi tapi anak masih minta “nenen”
Kebutuhan/Masalah
Respon/perilaku pemberi asuhan
1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan tidak adekuat belum teratasi Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya lembab tidak terjadi
Mempertahankan intervensi sampai pasca operasi
Menghentikan intervensi
2. Nyeri akut Melanjutkan berhubungan dengan intervensi 2x24 insisi pasca bedah jam teratasi sebagian. 3. Risiko Melanjutkan ketidakseimbangan intervensi 2x24 volume cairan jam berhubungan dengan asupan cairan yang tidak adekuat sekunder teratasi sebagian 4. Risiko infeksi Menghentikan berhubungan dengan intervensi pertahanan sekunder tidak terjadi.
Universitas Indonesia
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
38
Respon/perilaku anak 22-04-2014: Anak aktif, tidak rewel, minum ASI + SF, tidak muntah, tidak kembung, terapi obat diberikan, balance cairan (intake – output) sampai siang ini: positif 15 cc, ibu mengatakan tidak ada keluhan
Kebutuhan/Masalah
Respon/perilaku pemberi asuhan 3. Nyeri akut Menghentikan berhubungan dengan intervensi insisi pasca bedah teratasi Menghentikan 4. Risiko intervensi ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang tidak adekuat sekunder tidak terjadi
Menghentikan Follow up setelah 1 1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari intervensi minggu via telepon: kebutuhan tubuh ibu mengatakan anak berhubungan dengan sudah makin sehat, asupan tidak adekuat masih kontrol, berat belum teratasi badan dan tinggi badan sudah mulai bertambah
Universitas Indonesia
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
BAB 3 PENCAPAIAN KOMPETENSI
Standar kompetensi perawat merupakan gambaran kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang perawat profesional yaitu perawat yang mandiri, bekerja secara otonom dan berkolaborasi dengan yang lain dan telah menyelesaikan program pendidikan profesi keperawatan, terdiri dari ners generalis, ners spesialis dan ners konsultan. Jika telah lulus uji kompetensi yang dilakukan oleh badan regulatori yang bersifat otonom, selanjutnya disebut Registered Nurse (RN) Kompetensi ini akan menjamin pelayanan dan asuhan keperawatan yang kompeten dan aman bagi klien, keluarga dan masyarakat (PPNI, 2005).
Seorang Ners Spesialis adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan pasca sarjana (S2) dan atau ditambah pendidikan spesialis keperawatan1 (PPNI, 2005). Menurut Australian Confederation of Paediatric and Child Health Nurses (ACPCHN, 2006) ners spesialis anak atau perawat spesialis anak adalah seorang perawat yang mampu memberikan asuhan keperawatan pada anak dan bekerjasama dengan keluarga untuk mencapai derajat kesehatan anak yang optimal, memberikan dukungan dan pendidikan pada keluarga tentang perawatan anak untuk mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan anak semaksimal mungkin pada lingkup pelayanan keperawatan di rumah sakit, masyarakat dan fasilitas kesehatan lainnya termasuk fasilitas perawatan jangka panjang.
Kompetensi perawat dikelompokkan dalam 3 ranah yaitu ranah pertama: praktik profesional, etis, legal dan peka budaya meliputi bertanggung gugat terhadap praktik profesional, dan melaksanakan praktik keperawatan secara etis dan peka budaya legal dan secara legal. Ranah kedua, pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan meliputi:
menerapkan prinsip-prinsip
pokok dalam
pemberian dan manajemen asuhan keperawatan, melaksanakan upaya promosi kesehatan dalam pelayanan keperawatan, pemberian asuhan keperawatan (pengkajian, diagnosis, menyusun rencana, melaksanakan tindakan dan evaluasi),
39 Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
40
menggunakan komunikasi terapeutik dan hubungan interpersonal dalam pemberian pelayanan, menciptakan dan mempertahankan lingkungan yang aman, membina hubungan interprofesional, dan menjalankan fungsi delegasi dan supervisi dalam pemberian asuhan keperawatan. Ranah ketiga, pengembangan profesional meliputi melaksanakan peningkatan profesional dalam praktik keperawatan, melaksanakan peningkatan mutu pelayanan dan asuhan keperawatan dan mengikuti pendidikan berkelanjutan sebagai wujud tanggung jawab profesi (PPNI, 2005)
3.1 Pencapaian Kompetensi sesuai Area Peminatan Dalam rangka pencapaian kompetensi ners spesialis keperawatan anak, salah satu caranya adalah melalui praktik residensi keperawatan anak. Praktik residensi yang dilakukan oleh residen dilaksanakan dalam dua tahap yaitu residensi I dan residensi II. Praktik residensi dilaksanakan di ruangan sesuai area peminatan residen. Pada residensi 1, area peminatan yang dipilih residen adalah perinatologi, puskesmas dan bedah anak. Perinatologi merupakan peminatan wajib bagi setiap residen anak. Pada residensi 2 area peminatan residen adalah bedah anak yang merupakan peminatan utama.
Tahapan yang dilalui oleh setiap residen sebelum melaksanakan residensi adalah membuat kontrak belajar sesuai kompetensi yang akan dicapai. Residensi I (11 SKS) dilaksanakan selama 16 minggu yang dimulai tanggal 16 September 2013 – 17 Januari 2014 di RSUPN DR. Cipto Mangunkusumo Jakarta pada ruangan perinatologi selama 4 minggu, puskesmas Beji selama 6 minggu, ruang BCH (Bedah Anak) selama 6 minggu. Selama 6 minggu. Di Puskesmas Beji, residen membuat proyek inovasi kelompok dengan tema “Mengaplikasikan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) sesuai dengan standar pelaksaanaan” mulai pada tanggal 28 Oktober – 6 Desember 2013.
Residensi II (6 SKS) dilaksanakan selama 12 minggu, mulai tanggal 17 Februari – 09 Mei 2014 di ruang BCH (Bedah Anak) RSUPN DR. Cipto Mangunkusumo Jakarta dan membuat proyek inovasi “Penerapan pemberian
Universitas Indonesia Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
41
makan lebih awal pada anak pasca operasi intestinal”. Pencapaian kompetensi tiap area peminatan dijelaskan sebagai berikut:
3.1.1 Ruang Perawatan Perinatologi Praktik residensi I dilaksanakan tanggal 16 September 2013 -11 Oktober 2013. Selama praktik di ruang perinatologi, residen mengambil kasus kelolaan pada neonatus dengan: hiperbilirubinemia, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Respiratory Distress (RD), dan Sepsis Neonatal Awitan Dini (SNAD). Kasus lain yang dirawat diantaranya neonatus dengan anencephali, neonatus kurang bulan (prematur), Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT), tersangka Sepsis Neonatal Awitan Lambat (SNAL), dan Apnoe Of prematurity (AOP).
Kompetensi yang dicapai selama praktik di ruang perinatologi meliputi menilai masa gestasi dengan ballard score, penggunaan alat bantu nafas seperi High Flow Nasal (HFN) dan Continuous Positive Airway Pressure (CPAP), penggunaan monitor untuk memantau saturasi oksigen dan denyut jantung bayi, penggunaan syringe dan infuse pump, memasang infus, memasang fototerapi, memasang orogastric tube (OGT), manajemen laktasi dan Perawatan Metode Kanguru (PMK). Kompetensi lain yang dicapai antara lain memandikan/ melap bayi, melakukan perawatan mulut, pemberian obat-obatan, positioning bayi, menerapkan developmental care (meminimalkan suara, mengurangi pencahayaan, touching time), sosialisasi evidence based practice tentang intervensi keperawatan pada neonatus untuk mengurangi nyeri saat pemasangan infus dan pengambilan darah berupa memberikan waktu kepada neonatus untuk istirahat jika pemasangan berlangsung lama untuk konservasi energi, memberikan ASI dan sentuhan saat pemasangan infus.
Kompetensi khusus yang diperoleh residen selam di ruang periantologi adalah: menilai masa gestasi dengan ballard score, penggunaan alat bantu nafas seperi High Flow Nasal (HFN) dan Continuous Positive Airway
Universitas Indonesia Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
42
Pressure (CPAP), memasang fototerapi, memasang orogastric tube (OGT), manajemen laktasi dan Perawatan Metode Kanguru (PMK), positioning bayi,
dan
menerapkan
developmental
care
(meminimalkan
suara,
mengurangi pencahayaan, touching time)
3.1.2 Puskesmas Beji, Depok Praktik dilaksanakan dari tanggal 28 Oktober–6 Desember 2013. Melakukan asuhan menggunakan pendekatan manajemen terpadu balita sakit (MTBS) setiap harinya, melakukan imunisasi bayi dan anak sekolah, melakukan kunjungan rumah pada kasus balita dengan gizi kurang dan anak sehat, serta mensosialisasikan buku KIA. Kompetensi yang dicapai diantaranya melakukan imunisasi, melakukan penilaian status gizi anak, menilai pertumbuhan dan perkembangan anak, serta melakukan pendidikan kesehatan kepada anak dan orang tua. Kompetensi khusus yang diperoleh residen selama di puskesmas adalah menggunakan pendekatan manajemen terpadu balita sakit (MTBS) dan melakukan penilaian status gizi anak.
3.1.3 Ruang Bedah Anak (BCH) Praktik dilaksanakan tanggal 09 Desember 2013 – 17 Januari 2014. Kasus yang dikelola yaitu merawat anak dengan atresia ani on kolostomi post PSARP pro tutup stoma, anak dengan hipospadia, dan anak dengan kelainan tulang Blount’s disease infantil. Kasus lain yang dirawat yaitu anak dengan tumor intra abdomen, tumor buli, osteosarcoma, labiopalatoschizis, dan hirschsprung.
Kompetensi yang dicapai selama praktik di ruang BCH yaitu menggunakan syringe dan infuse pump, memasang infus, mengambil darah, memberikan transfusi darah, mempersiapkan anak untuk operasi, melakukan perawatan kolostomi, melakukan perawatan luka, pemberian obat-obatan, mobilisasi anak, mengoperasikan alat memantau kardio-respirasi (saturasi), pemberian obat inhalasi
Universitas Indonesia Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
43
Praktik residensi II dilaksanakan tanggal 17 Februari – 09 Mei 2014. Kasus yang dikelola pada residensi II meliputi anak dengan hirschsprung, hernia, kista duktus koledokus, dan atresia ani. Kompetensi yang dicapai selama praktik di ruang BCH pada residensi II ini antara lain menggunakan syringe dan infuse pump, memasang infus, mengambil darah, memberikan transfusi darah, mempersiapkan anak untuk operasi, melakukan perawatan kolostomi, melakukan perawatan luka, pemberian obat-obatan, mobilisasi anak, mengoperasikan alat memantau kardio-respirasi (saturasi), memasang fototerapi, manajemen laktasi, pemberian nutrisi enteral/susu, sosialisasi evidence based practice intervensi keperawatan pada anak pasca operasi intestinal untuk dapat makan lebih awal.
Kompetensi khusus yang diperoleh residen selamdi BCH antara lain mempersiapkan anak untuk operasi, melakukan perawatan kolostomi, melakukan perawatan luka, dan penatalksanaan pasca operasi.
3.2 Peran Ners Spesialis Keperawatan Anak Peran ners spesialis keperawatan anak yang telah dilaksanakan residen selama praktik residensi yaitu:
3.2.1 Praktisi Asuhan Keperawatan Peran perawat sebagai praktisi atau pemberi asuhan keperawatan yaitu melalui pemberian asuhan keperawatan untuk klien, individu, keluarga, masyarakat dalam menyelesaikan masalah kesehatan sederhana dan kompleks yang dapat dilakukan secara mandiri dan atau kolaborasi dengan tim kesehatan dan atau dengan sektor terkait lain. Untuk mampu melaksanakan peran ini, perawat harus memiliki kompetensi dalam pemberian asuhan keperawatan meliputi pengkajian secara komprehensif, mengenal masalah keperawatan dengantepat, perencanaan berdasarkan kebutuhan pasien, pelaksanaan, dan evaluasi sesuai dengan tingkat kewenangan serta harus berpedoman pada standar profesi yang meliputi; standar kompetensi, praktik, pendidikan dan etik (PPNI, 2005).
Universitas Indonesia Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
44
Peran sebagai praktisi asuhan keperawatan dilaksanakan residen dengan memberikan asuhan keperawatan langsung pada klien kelolaan di ruangan perinatologi, puskesmas dan bedah anak (BCH) dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang didasarkan pada model interaksi orangtua-anak Barnard. Pemberian asuhan keperawatan kepada anak dimulai dengan melakukan pengkajian pada klien dan orangtua untuk mengidentifikasi respon atau perilaku yang ditunjukkan anak. Data pengkajian atau respon yang ditemukan digunakan untuk menentukan masalah atau kebutuhan anak yang tertuang dalam bentuk diagnosis keperawatan. Selanjutnya, residen merespon dengan melakukan intervensi atau rencana dalam bentuk intervensi keperawatan yang kemudian diimplementasikan pada anak dan mengevaluasi pelaksanaannya. Selama memberikan asuhan keperawatan secara tidak langsung, residen juga menerapkan konsep familiy centered care dengan memberikan kesempatan pada keluarga ikut serta dalam perawatan anak yang sudah tercakup dalam penerapan teori keperawatan interaksi orangtua-anak Barnard.
3.2.2 Pendidik dan Konsultan Peran sebagai pendidik dan kosultan dilaksanakan dalam dalam rangka penyelesaian masalah kesehatan melalui penddikan kesehatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia dalam upaya memandirikan klien serta mengatasi masalah kesehatan sesuai dengan panduan yang tepat (PPNI, 2005; Hockenberry & Wilson, 2009). Peran sebagai pendidik dilakukan dengan memberikan informasi terkait perkembangan anak, tentang pelaksanaan fototerapi, tentang cara menyusui, memerah, menyimpan dan transportasi ASI ke rumah sakit, dan mengajarkan tentang PMK, perawatan luka di rumah, dan menstimulasi pertumbvuhan dan perkembangan anak.
3.2.3 Advokat bagi Klien dan Keluarga Perawat berperan membantu anak dan keluarga untuk memutuskan pilihan dan tindakan yang terbaik untuk anak (Hockenberry & Wilson, 2009). Peran
Universitas Indonesia Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
45
advokat dilakukan oleh residen adalah mendampingi dan memfasilitasi orangtua untuk memperoleh informasi tentang perkembangan kondisi anak dan memutuskan tindakan yang akan dilakukan pada anak. Pada saat tersebut, direncanakan pemasangan infus sentral (longline) karena sudah sulit memasang infus di vena perifer dan sering tidak lancar.
3.2.4 Pengelola Asuhan Keperawatan Peran sebagai pengelola asuhan keperawatan dilaksanakan dengan menerapkan konsep kepemimpinan dan manajemen dalam pelayanan keperawatan (PPNI, 2005). Peran pengelola asuhan keperawatan yang dilaksanakan residen adalah dengan mengikuti operan perawat ruangan yang bertujuan untuk mengetahui perkembangan anak dan rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan selanjutnya. Residen juga berkoordinasi dengan perawat ruangan dan tim kesehatan lainnya.
3.2.5 Peneliti Peran perawat anak sebagai peneliti bertujuan untuk memberikan kontribusi dalam perkembangan asuhan keperawatan anak di lahan praktik dan institusi dimana hasilnya merupakan Evidence Based Practice (EBP) dalam pelaksanaan asuhan keperawatan sehari-hari (Hockenberry & Wilson, 2009). Selama pelaksanaan praktik residensi, peran sebagai peneliti dilaksanakan melalui penerapan evidence based practice (EBP) dan menggunakan hasilhasil penelitian terkait pelayanan keperawatan anak dalam menganalisis masalah klien, membuat proyek inovasi pada residensi I dan residensi II.
Universitas Indonesia Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Penerapan Teori Parent Child Interaction Barnard dalam Asuhan Keperawatan Anak dengan Masalah Bedah Intestinal yang Mengalami Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan
4.1.1 Karakteristik Klien Kelolaan Karakteristik bayi/anak kelolaan meliputi kasus dengan masalah bedah intestinal dengan status gizi 3 anak (balita) dengan status gizi kurang dua anak (satu orang bayi dan satu orang remaja). Prieto dan Cid (2011) menyatakan anak dibawah lima tahun di negara berkembang memiliki risiko mengalami gizi kurang. Kurang gizi ini disebabkan sumber daya keluarga yang sedikit, karena gangguan perilaku makan atau penyakit yang mempengaruhi makan atau penyerapan nutrisi. Empat dari kasus kelolan menjalani operasi intestinal, 3 anak dengan operasi reseksi anatomosis, 1 anak dengan operasi hernia, 1 orang bayi masih dalam pemeriksaan lanjutan.
Ward
(2003)
menyatakan
bahwa
pasien dengan
bedah
gastrointestinal berisiko mengalami penurunan nutrisi akibat dari asupan nutrisi yang tidak memadai, trauma pembedahan, meningkatnya tingakat metabolik.
4.1.2 Pengkajian Pengkajian dilaksanakan dengan memperhatikan modifikasi prinsip teori Barnard.
Basavanthappa
dikemukakan
Barnard
Interaction Theory
(2007)
menyebutkan
dalam Barnard’s
adalah pengkajian.
fokus
Child
teori
yang
Health Assessment
Pengkajian
anak
bertujuan
mengidentifikasi masalah sebelum mereka berkembang dan menjadikan intervensi lebih efektif dengan melihat respon/perilaku yang ditampilkan anak (infant’s clarity of cues dan infant’s responsiveness to the caregiver). Namun dalam menilai respon/perilaku yang ditunjukkan bayi/anak Barnard tidak menguraikan dengan jelas bentuk respon anak tersebut terutama dalam
46
Universitas Indonesia
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
47
pemenuhan nutrisi atau makan. Hodges, Houck dan Kindermann (2009) menyatakan respon anak terkait dengan pemberian makan seperti anak menampilkan ketegangan di awal makan atau anak menghindarkan pandangan seperti melihat ke bawah atau berpaling selama makan.
Pada kasus kelolan bayi/anak dengan bedah intestinal yang residen rawat didapati 3 orang dari 5 anak mengalami gizi kurang sebelum operasi gastrointestinal dan orangtua mengatakan anak makan dalam porsi sedikit. Ketiga anak tersebut yaitu An. G berusia 1 tahun 6 bulan dan memiliki riwayat
atresia
dengan
operasi
intestinal
sebelumnya
pembuatan
stoma/kolostomi pada usia 2 hari, dan dilanjutkan dengan Posterior Sagital Anorektal Plasty (PSARP) pada Juni 2013 dan businasi ukuran 9-15. Anak Z, berusia 4 tahun 1 bulan dan memiliki riwayat sulit buang air besar dan telah dilakukan pembuatan stoma/kolostomi 10 bulan yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Anak N berusia 2 tahun dan memiliki riwayat sering batuk pilek dan telinga berair dengan diagnosa medis hernia. Sementara By. Dj berusia 1 bulan 2 minggu dengan masalah intestinal Hirschsprung masih dalam pemeriksaan lanjutan dan An. S berusia 14 tahun 5 bulan dengan kista duktus koledokus, masuk dengan keluhan mual muntah dan nyeri perut dan menjalani operasi anastomosis Roux-en-Y.
Melihat dari masalah kesehatan pada 3 kasus kelolaan terlihat munculnya gizi kurang pada bayi/anak adalah akibat asupan yang kurang sebelum menjalani bedah intestinal, anak berumur dibawah lima tahun, gangguan penyerapan karena obstruksi usus, dan reseksi usus sebelumnya (Prieto & Cid, 2011; Schiesser, Muller, Kirchhoff, Breitenstein, Schafer, & Clavien, 2008). Liu (2013) menyatakan pemberian makan merupakan kegiatan utama bayi/anak kecil yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan, sumber interaksi sosial melalui komunikasi verbal dan non-verbal. serta kesempatan untuk belajar. Pemberian makan ini menjadi fokus orangtua dan pemberi asuhan karena anak rentan terhadap masalah makan antara lain makan berlebihan, makan yang sedikit, masalah perilaku makan dan pilihan
Universitas Indonesia Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
48
makan yang tidak biasa atau tidak sehat. Cerantola, Grass, Cristaudi, Demartines, Schafer, dan Hubner (2011) juga menegaskan gizi kurang sebelum operasi merupakan faktor risiko utama untuk peningkatan morbiditas dan mortalitas pasca operasi.
4.1.3 Masalah/Kebutuhan Bayi/Anak Masalah/kebutuhan bayi/anak merupakan hasil dari respon/perilaku yang dimunculkan bayi/anak. Masalah/kebutuhan bayi/anak yang muncul meliputi ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan, risiko kerusakan integritas kulit, nyeri akut, risiko ketidakseimbangan volume cairan, dan risiko infeksi. Masalah ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan ditegakkan dalam asuhan keperawatan, bila bayi/anak tidak dalam kondisi puasa atau benar-benar tidak mampu untuk memasukkan makanan seperti pasien tidak sadar (Wilkinson & Ahern, 2009). Asgeirsson, El-Badawi, Mahmood, Barletta, Luchtefeld, dan Senagore (2010) dan Thompson dan
Magnuson (2012) menyatakan komplikasi pasca operasi
intestinal yang dapat salah satunya adalah asupan nutrisi yang sedikit. Empat anak dari kasus kelolaan menjalani puasa sebagai salah satu penatalaksanaan operasi, anak puasa beberapa jam sebelum operasi sampai beberapa hari (rata-rata 5-7 hari) pasca operasi. Kondisi ini dapat menjadi komplikasi pasca bedah karena penatalaksanaan pasca operasi yang dilakukan masih bersifat tradisional.
Penatalaksanaan pemberian makan pasca operasi secara tradisional mensyaratkan puasa sampai lima hari yang disertai dengan dekompresi abdomen dengan nasogastric tube, pemberian cairan intravena dan penundaan makan oral sampai motilitas usus kembali. Namun saat ini prinsip pemberian makan pasca operasi adalah pemberian makan enteral lebih awal yaitu 24-48 jam pertama termasuk pasca anastomosis proksimal, monitoring residual lambung dan kemampuan untuk menerima makan lebih awal menunjukkan manfaat pada sebagian besar pasien (Sholadoye,
Universitas Indonesia Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
49
Suleiman, Mshelbwala, & Ameh, 2012; Amanollahi & Azizi, 2013; Evans, Martindale, Kiraly, & Jones, 2013; Reignier, et al. 2013).
Risiko kerusakan integritas kulit ditegakkan pada pasien yang tidak menunjukkan tanda gangguan pada kulit tapi berisiko mengalami gangguan pada permukaan kulit atau kerusakan (Wilkinson & Ahern, 2009). Pada kasus kelolaan masalah ini ditegakkan pada dua kasus anak yang terpasang stoma yaitu An. Z dan An. G. Kedua anak tidak memperlihatkan adanya tanda-tanda
kerusakan
kulit.
Kulit
sekitar
stoma
tidak
terlihat
ruam/kemerahan, stoma vital, produksi ditampung kantong kolostomi.
Masalah nyeri akut dapat ditegakkan berdasarkan laporan pasien saja karena merupakan pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial yang berlangsung kurang dari enam bulan (Wilkinson & Ahern, 2009). Empat anak dari kasus kelolaan mengalami nyeri akut pasca operasi. Salah satu komplikasi pasca operasi intestinal yang dapat muncul adalah nyeri sehingga dibutuhkan manajemen nyeri (Asgeirsson, El-Badawi, Mahmood, Barletta, Luchtefeld, & Senagore, 2010; Thompson & Magnuson, 2012).
Masalah risiko terjadinya kerusakan integritas kulit pada anak kasus kelolaan berupa faktor ekternal adanya kelembaban akibat terpasang stoma. Masalah risiko infeksi ditegakkan pada bayi kelolaan dimana ditemukan data bayi dengan adanya pemasangan kateter intravena dan prosedur invasif lainnya yang berisiko merusak integritas kulit serta tidak adekuatnya pertahanan sekunder (Wilkinson & Ahen, 2009). Sementara masalah risiko ketidakseimbangan volume cairan ditegakkan pada tiga kasus anak yang menjalani operasi anatomosis yaitu An. Z, An. S, dan An. G. Masalah/kebutuhan lain yang diangkat pada kasus kelolaan yaitu konstipasi dan ansietas orangtua.
Universitas Indonesia Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
50
Semua masalah/kebutuhan ini akan berdampak lanjut jika pemberi asuhan tidak bisa membaca respon yang dimunculkan anak dan berdampak pada penatalaksanaan pasca operasi menjadi kurang tepat. Evans, Martindale, Kiraly dan Jones (2013) menyatakan kondisi gizi kurang pada masa sebelum operasi menentukan tercapainya hasil akhir dari pembedahan yaitu untuk meningkatkan penyembuhan, mengurangi komplikasi pasca operasi, mempersingkat masa perawatan dan dipulangkan. Thompson dan Magnuson (2012) menyatakan untuk mencegah terjadinya komplikasi pasca operasi fokus perawatan antara lain pemenuhan nutrisi dan cairan, menajemen nyeri,
ambulasi, dan penatalaksanaan farmakologik atau pengobatan.
4.1.4 Respon/Perilaku Orangtua/Pemberi Asuhan Respon/perilaku
orangtua/pemberi
asuhan
merupakan
intervensi
berdasarkan respon/perilaku bayi/anak dengan menerapkan prinsip Barnard. Hodges, Houck dan Kindermann (2009) juga menguraikan 4 karakteristik perilaku orangtua/pemberi asuhan saat pemenuhan nutrisi: (1) kepekaan membaca respon anak (caregiver sensitivity to cues). Sejauh mana pemberi asuhuan membaca isyarat anak secara akurat yang terlihat dalam jenis stimulasi yang diberikan dan waktu stimulasi seperti komentar pengasuh secara lisan pada respon kelaparan pada anak sebelum anak makan. (2) Menanggapi kesulitan anak (response to the child’s distress). Efektivitas pengakuan pemberi asuhan terhadap kesulitan anak dan respon yang tepat dapat meringankan penderitaan seperti berhenti atau mulai makan. (3) Aktifitas yang medorong pertumbuhan sosial-emosional (social–emotional growth fostering) dengan memvariasikan tekanan dan nada suaranya, ekspresi wajah, sentuhan, dan interaksi sosial, misalnya pengasuh terlibat dalam bentuk-bentuk sosial interaksi seperti bermain dengan anak setidaknya sekali selama makan. (4) Mendorong pertumbuhan kognitif (cognitive–growth
fostering)
dengan
memperkenalkan
anak
pada
pemandangan, suara, dan pengalaman, seperti ungkapan verbal pemberi asuhan yang menggambarkan situasi makanan atau makan bersama.
Universitas Indonesia Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
51
Pada kasus kelolaan ini intervensi yang merupakan aktivitas asuhan keperawatan yang meliputi tindakan-tindakan manajemen konstipasi, manajemen nutrisi, melakukan surveilan kulit, melakukan manajemen nyeri dan kolaborasi pemberian analgesik, manajemen cairan, perawatan luka dan pengendalian infeksi. Intervensi yang tercakup dalam manajemen nutrisi antara lain; kepekaan membaca respon anak (caregiver sensitivity to cues) dan menanggapi kesulitan anak (response to the child’s distress) dapat dilihat dari intervensi berupa; bantu atau sediakan asupan makanan dan cairan diet seimbang untuk anak, berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi anak dan bagaimana memenuhinya, pantau nilai laboratorium terutama albumin dan elektrolit, berikan makanan dalam porsi sedikit tapi sering, dan beri anak minuman dan kudapan bergizi. Bentuk intervensi yang menerapkan prinsip aktifitas yang medorong pertumbuhan sosial-emosional (social–emotional growth fostering) dan kognitif anak (cognitive–growth fostering) antara lain dengan libatkan orangtua dalam menciptakan lingkungan menyenangkan untuk makan,
Seluruh respon/perilaku orangtua/pemberi asuhan tersebut membutuhkan kepekaan
dan
keyakinan
dari
orangtua/pemberi
asuhan
sehingga
kebutuhan/masalah anak segera terpenuhi/teratasi. Sullivan dan McGrath (1999) serta LeCuyer-Mauss (2000) dalam Pridham, et al (2010) menyatakan bahwa gaya kontrol orang tua/pemberi asuhan dapat dilihat dari daya tanggap atau respon dan keterlibatan orangtua/pemberi asuhan tersebut dengan anak dan rasa percaya diri dibandingkan dengan atribut pribadi seperti usia, pendidikan, dan jabatan.
Pernyataan Sullivan dan McGrath (1999) serta LeCuyer-Mauss (2000) dalam Pridham, et al (2010) terlihat pada pemberian asuhan atau intervensi terhadap anak dalam memenuhi kebutuhan atau mengatasi masalah nutrisi dan cairan pada kasus terpilih ini. Gaya kontrol dan kesensitifan dari pemberi asuhan terlihat masih terbatas, terutama untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi sehingga muncul masalah dalam pemberian makan lebih
Universitas Indonesia Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
52
awal pada anak-anak pasca bedah intestinal. Sementara itu dalam memenuhi kebutuhan cairan terutama dalam monitor dan pencatatan keakuratan masukan dan haluaran juga terlihat kontrol dari pemberi asuhan juga belum optimal (Martindale, McClave, Taylor, & Lawson, 2013). Setelah keterlibatan orangtua/pemberi asuhan dioptimalkan masalah atau kebutuhan cairan dapat diatasi atau dipenuhi.
4.1.5 Evaluasi Evaluasi dilakukan untuk menilai perkembangan respon/perilaku bayi/anak terhadap respon/perilakukan yang diberikan orangtua/pemberi asuhan. Evaluasi
keperawatan pada
kasus
kelolaan
setelah
impelementasi
keperawatan selama 3–7 hari yaitu: masalah ketidakseimbangan nutrisi teratasi pada 3 kasus kelolaan, 2 kasus belum teratasi. Manajemen nutrisi dilaksanakan
dalam
rentang
3-7
hari,
sedangkan
masalah
ketidakseimbangan nutrisi pada An. Z dan An. S belum teratasi. Anak puasa lebih 3 hari dan hari ke-7 anak sudah diizinkan pulang. An. Z baru mendapatkan nutrisi parenteral pada hari ke-3 pasca operasi, boleh makan pada hari ke-5 dan hari ke-7 pulang sehingga belum terfollow up. Sementara pada An. S terdapat perbedaan manajemen nutrisi antara tim medis yang bertanggungjawab terhadap anak. Pada hari ke-3 anak sudah diperbolehkan minum air teh bertahap sampai makan. Pada hari ke-4 anak dipuasakan lagi respon orangtua mengikuti anjuran dokter untuk kembali puasa dengan alasan yang diberikan kepada ibu karena buang air kecil anak pekat jadi dipantau dengan cairan infus saja. Pada hari ke-7 anak baru minum susu dan hari ke-8 anak diizinkan pulang, namun baru pulang pada hari ke-9 pasca operasi.
Masalah risiko kerusakan integritas kulit dan risiko ketidakseimbangan volume cairan tidak terjadi. An Z dan An. G tidak memperlihatkan respon atau tanda-tanda kerusakan kulit,. Masalah nyeri akut teratasi pada semua kasus kelolaan
Universitas Indonesia Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
53
Selama menerapkan prinsip yang terdapat dalam teori Barnard pada semua kasus terpilih, residen merasa prinsip tersebut dapat dijadikan panduan bagi pemberi asuhan/perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Terutama terkait dengan pemberian makan karena sebagian besar penelitian yang dilakukan terkait dengan teori Barnard ini adalah tentang interaksi orangtua/pemberi asuhan dalam pemberian makan dan pendidikan. Dengan menerapkan prinsip teori Barnard ini yaitu berfokus pada respon/perilaku anak dan respon/perilaku orangtua/pemberi asuhan terhadap respon yang diperlihatkan anak, dapat memudahkan orangtua/pemberi asuhan yang dalam memberikan asuhan keperawatan terutama untuk keseimbangan nutrisi dan cairan dengan menerapkan interaksi atau keterlibatan orangtua dalam merawat anak di rumah sakit.
Beberapa kendala ditemukan dalam penerapan teori ini adalah (1) teori ini masih bersifat umum sehingga agak sulit diterapkan dalam kasus nyata. (2) Penelitian-penelitian yang dilakukan banyak melihat tentang interaksi orangtua (ibu dan ayah) dalam pemberian makan dan pendidikan pada bayi. Residen belum menemukan penelitian yang dilakukan tentang interaksi pemberi asuhan selain orangtua khususnya perawat dalam memberikan asuhan kepada anak yang menerapkan konsep Barnard ini. Penelitian yang dilakukan Holditch-Davis, Miles, dan Belyea (2000) dalam penelitian deskriptifnya hanya melihat perbedaan dan persamaan interaksi antara ibu dan nenek pada saat pemberian makan dan diluar pemberian makan. (3) Tidak ada uraian yang jelas tentang respon baik anak maupun orangtua/pemberi asuhan yang spesifik dalam rangka memenuhi kebutuhan anak dalam mencapai perilaku adaptif yang diharapkan terutama dalam pemberian makan.
4.2
Praktik
Ners Spesialis Keperawatan
Anak dalam
Pencapaian
Kompetensi Praktik ners spesialis keperawatananak dalam hal pencapaian kompetensi ners spesialis dilaksanakan dalam dua semester dengan mata ajar residensi I dan
Universitas Indonesia Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
54
residensi II. Residensi 1 dilaksanakan pada semester 1 selama 16 minggu di tiga area peminatan yaitu perinatologi, puskesmas, dan ruang bedah anak (BCH). Residensi II dilaksanakan pada semester 2 selama 12 minggu di ruang bedah anak (BCH). Praktik residensi ini telah memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi residen dalam rangka mencapai target kometensi yang ditetapkan. Target yang dicapai berupa penerapan model parent child interaction Barnard pada kasus kelolaan, pencapaian keterampilan klinik dan program inovasi.
Kompetensi perawat dikelompokkan dalam 3 ranah yaitu ranah pertama: praktik profesional, etis, legal dan peka budaya meliputi bertanggung gugat terhadap praktik profesional, dan melaksanakan praktik keperawatan secara etis dan peka budaya legal dan secara legal. Ranah kedua, pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan meliputi: menerapkan prinsip-prinsip pokok dalam pemberian dan manajemen asuhan keperawatan, melaksanakan upaya promosi kesehatan dalam pelayanan keperawatan, pemberian asuhan keperawatan (pengkajian, diagnosis, menyusun rencana, melaksanakan tindakan dan evaluasi), menggunakan komunikasi terapeutik dan hubungan interpersonal dalam pemberian pelayanan, menciptakan dan mempertahankan lingkungan yang aman, membina hubungan interprofesional, dan menjalankan fungsi delegasi dan supervisi dalam pemberian asuhan keperawatan. Ranah ketiga, pengembangan profesional meliputi melaksanakan peningkatan professional dalam praktik keperawatan, melaksanakan peningkatan mutu pelayanan dan asuhan keperawatan dan mengikuti pendidikan berkelanjutan sebagai wujud tanggung jawab profesi (PPNI, 2005)
Pencapaian kompetensi ini meliputi memberikan asuhan keperawatan berdasarkan analisis hasil penelitian terkait, dan melakukan program inovasi. Peran ners spesialis keperawatan anak secara mandiri dicapai pada praktik residensi sebagai pemberi asuhan keperawatan yang dilaksanakan melalui pemberian asuhan keperawatan secara langsung pada kasus kelolaan. Peran pendidik dilaksanakan melalui pendidikan kesehatan pada keluarga tentang
Universitas Indonesia Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
55
cara perawatan luka dan perawatan kolostomi. Peran advokat terlaksana melalui pemberian informasi pada untuk membantu keluarga memutuskan tindakan yang akan dilakukan pada anak dan mendampingi orangtua selama mendapatkan informasi dari tim kesehatan lainnya.
Peran pengelola
terlaksana melalui keikutsertaan residen dalam kegiatan operan dengan perawat ruangan dan diskusi dengan penanggung jawab ruangan serta tim kesehatan lain terkait kondisi anak di ruangan secara keseluruhan dan kasus kelolaan khususnya. Peran peneliti dicapai pada residensi ini melalui penerapan hasil penelitian pada kasus kelolaandan mencoba melakukan proyek inovasi dalam pemberian asuhan nutrisi melalui pemberian makan lebih dini berdasarkan evidence based practice (EBP) pada kasus bedah intestinal pada perawat di ruangan.
Residen telah menerapkan salah satu teori keperawatan pada kasus kelolaan. Residen telah menggunakan prinsip utama dari teori Barnard dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan ketidakseimbangan nutrisi
kurang
dari
kebutuhan.
Dalam
pelaksanaannya
residen
mengidentifikasi masalah/kebutuhan anak melalui respon/perilaku yang dimunculkan anak. Selanjutnya merespon perilaku anak tersebut dengan memberi respon untuk memenuhi kebutuhan anak tersebut dalam rangka mencapai respon/perilaku adaptif.
Selama residen melaksanakan praktik residensi, residen mendapat kemudahan dalam pencapaian target kompetensi. Kemudahan tersebut tidak terlepas dari kebijakan rumah sakit dan puskesmas yang memberikan izin untuk praktik, proses bimbingan dari institusi pendidikan, puskesmas, dan rumah sakit. Selain itu, tersedianya media informasi terkait tentang perawatan anak khususnya bedah dan penerimaan yang baik dari pihak manajemen dan perawat ruangan. Residen mendapat kesempatan dan dukungann
untuk
mengetahui dan mempelajari aspek-aspek klinis dan menerapkan langsung, dan keterampilan asuhan keperawatan anak selama pendidikan dan dari pengalan perawat di ruangan.
Pelaksanaan praktik residensi ini juga
Universitas Indonesia Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
56
mendapat dukungan insitusi pendidikan khususnya supervisor dan supervisor utama yang terus menerus memberikan arahan dan dukungan dalam pelaksanaan praktik. Seiring berkembangnya asuhan keperawatan anak maka seorang ners spesialis harus selalu meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan keahlian dalam memberikan asuhan keperawatan dengan salah satu cara yang residen perioleh adalah melalui pelaksanaan praktik residensi ini.
Universitas Indonesia Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Asuhan keperawatan pada anak dengan masalah bedah intestinal yang mengalami ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan yaitu sebagian besar terjadi sebelum anak menjalani operasi. Anak-anak tersebut memiliki risiko gizi kurang akibat asupan yang tidak memadai dan riwayat operasi intestinal sebelumnya yaitu pembuatan stoma/kolostomi. Selama pemberian asuhan keperawatan dengan prinsip teori Barnard terlihat gaya kontrol dan kesensitifan dari pemberi asuhan masih terbatas. ‘ b. Ners spesialis keperawatan anak memiliki 3 ranah kompetensi yaitu praktik profesional etis, legal dan peka budaya; pemberian asuhan keperawatan dan manajemen asuhan keperawatan dan pengembangan profesional. Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan, pendidik, advokat, pengelola asuhan keperawatan dan sebagai peneliti. Kompetensi dan peran ini telah dicapai melalui praktik di ruang perinatologi, puskesmas dan bedah anak (BCH). c. Penerapan teori Parent Child Interaction Barnar memfasilitasi pelaksanaan asuhan keperawatan pada anak dengan masalah bedah intestinal yang mengalami ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan melalui identifikasi respon/perilaku bayi/anak dan membalas respon anak tersebut dengan respon/perilaku orangtua/pemberi asuhan untuk mencapai respon adaptif anak dan orangtua/pemberi asuhan. Hambatan dalam penerapan teori ini karena masih bersifat umum, banyak melihat tentang interaksi orangtua (ibu dan ayah) dalam pemberian makan dan pendidikan pada bayi, tidak ada uraian yang jelas tentang respon baik anak maupun orangtua/pemberi asuhan yang spesifik dalam rangka memenuhi kebutuhan anak dalam mencapai perilaku adaptif yang diharapkan terutama dalam pemberian makan.
57
Universitas Indonesia
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
58
d. Ners spesialis keperawatan anak dengan 3 ranah kompetensi yang dimiliki, dalam asuhan keperawatan anak yang terus berkembang, maka seorang ners spesialis dituntut untuk selalu meningkatkan keahliannya dalam memberikan asuhan keperawatan,
pengetahuan,
keterampilan dan
kemampuan untuk memberikan asuhan keperawatan dan menjadi role model dalam pelaksanaan pelaksanaan praktik residensi ini.
5.2 Saran a. Teori Parent Child Interaction Barnard merupakan teori yang bersifat umum dan dapat dikembangkan lebih lanjut dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak. b. Pengkajian respon/perilaku anak terkait ketidakseimbangan nutrisi pada anak dengan masalah bedah khususnya bedah intestinal harus lebih diperhatikan oleh pemberi asuhan dalam rangka meminimalakan komplikasi perioperatif khususnya pasca operasi. c. Pemberi asuhan khususnya perawat dapat memberi respon juga terhadap respon yang ditunjukkan oleh orangtua dengan melaksanakan peran perawat khususnya sebagai advokat dan pendidik disamping sebagai pemberi asuhan. d. Pemberi asuhan khususnya perawat diharapkan dapat melakukan pengkajian sesuai dengan prinsip teori yang digunakan, membuat inovasi dan menggunakan evidence based practice terkait perawatan anak dan menerapkannya dalam praktik keperawatan anak secara langsung. e. Ners spesialis keperawatan anak diharapkan dapat menjadi sebagai role model bagi perawat di lahan praktik sehingga diharapkan terus menambah pengetahuan dan keterampilannya dalam asuhan keperawatan anak melalui kegiatan pelatihan-pelatihan, penelitian dan praktik keperawatan langsung pada anak.
Universitas Indonesia
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
DAFTAR PUSTAKA
Amanollahi, O. & Azizi, B. (2013). The comparative study of the outcomes of early and late oral feeding in intestinal anastomosis surgeries in children. African Journal of Paediatric Surgery, 10(2), 74-7. doi: 10.4103/01896725.115025. Andersen, H. K., Lewis, S. J., & Thomas, S. (2006). Early enteral nutrition within 24h of colorectal surgery versus later commencement of feeding for postoperative complications. Cochrane Database of Systematic Reviews, 4, 131. DOI: 10.1002/14651858.CD004080.pub2. Asgeirsson, T., El-Badawi, K. I., Mahmood, A., Barletta, J., Luchtefeld, M., & Senagore, A. J. (2010). Postoperative ileus: it costs more than you expect. J Am Coll Surg. 210(2), 228-31. doi: 10.1016/j.jamcollsurg.2009.09.028. Australian Confederation of Paediatric and Child Health Nurses (ACPCHN). (2006). Competencies for the Specialist Paediatric and Child Health Nurse. Ed. 2. www.acpchn.org.au. Basavanthappa, B.T. (2007). Nursing Theories. Balangore: Jaypee Brothers Medical Publishers Ltd., diakses melalui http://jaypeedigital.com/ChapterSpecific.aspx?id=9788180619632&sno=L7K AIhbmSK4=&sr=1 Briassoulis, G., Venkataraman, S., & Thompson, A. (2010). Cytokines and Metabolic Patterns in Pediatric Patients with Critical Illness. Clinical and Developmental Immunology, 2010, 1- 11 . doi:10.1155/2010/354047 Cerantola, Y., Grass, F., Cristaudi, A., Demartines, N., Schafer, M., & Hubner, M. (2011). Perioperative nutrition in abdominal surgery: Recommendations and reality.Gastroenterology Research and Practice, 2011, 18.doi:10.1155/2011/739347. Chesnay, M. & Anderson, B.A. (2012). Caring for the vulnerable: Perspectives in nursing theory, practice, and research, ed. 3. India: Jones Bartlett Learning. Davila-Perez, R., Bracho-Blanchet, E., Galindo-Rocha, F., Tovilla-Mercado, J., Varela-Fascinetto, G., Fernandez-Portilla, E., ..., Nieto-Zermeño, J. (2013). Early feeding vs 5-day Fasting after distal elective bowel anastomoses in children. A randomized controlled trial. Surgical Science, 4, 45-48. ttp://dx.doi.org/10.4236/ss.2013.41008. Demehri, F. R., Barrett, M., Ralls, M.W., Miyasaka, E. A., Feng, Y., & Teitelbaum, D. H. (2013). Intestinal epithelial cell apoptosis and loss of barrier function in the setting of altered microbiota with enteral nutrient deprivation.
59
Universitas Indonesia
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
60
Frontiers in Cellular and Infection Microbiology. 3 (105), 1-7. doi: 10.3389/fcimb.2013.00105. Evans, D. C., Martindale, R. G., Kiraly, L. N., & Jones, C.M. (2013). Nutrition Optimization Prior to Surgery. Nutrition in Clinical Practice, 20 (10), 1-12. DOI: 10.1177/0884533613517006. Falcao, M. C. (2002). Nutrition for the pediatric surgical patient: approach in the peri-operative period. Rev. Hosp. Clín.Fac. Med. S. Paulo, 57(6), 299-308. Fanaie, S. A. & Ziaee, S. A. (2005). Safety of early oral feeding after gastrointestinal anastomosis: A randomized clinical trial. Indian Journal Surg, 67 (4), 185-8. http://www.indianjsurg.com Hiesmayr, M., Schindler, K., Pernicka, E., Schuh, C. Schoeniger-Hekele, A., Bauer, P., ..., Ljungqvist, O. (2009). Decreased food intake is a risk factor for mortality in hospitalised patients: The nutrition day survey 2006. Clinical Nutrition, 28 (5), 484–491. doi: 10.1016/j.clnu.2009.05.013. Hockenbbery, M. and Wilson, D. (2009) Wongs essentials of pediatric nursing. 8th edition. St. Louis : Mosby Inc Hodges, E. A., Houck, G. M., & Kindermann, T. (2009). Validity of the nursing child assessment feeding scale during toddlerhood. Western Journal of Nursing Research, 31 (5), 662-678. Doi: 10.1177/0193945909332265 Ija, M. (2009). Pengaruh status gizi pasien bedah mayor pre operasi terhadap penyembuhan Luka dan Lama Rawat Inap Pasca Operasi di RSUP. Dr. Sarjito Yogyakarta. Tesis S2. Yogyakarta. Pascasarjana UGM. Kementerian Kesehatan RI. (2011). Standar antropometri penilaian satatus gizi anak. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak: Direktorat Bina Gizi. Liu, Y. H. & Stein, M. T. (2013). Feeding behaviour of infants and young children and its impact on child psychosocial and emotional development. Encyclopedia on Early Childhood Development, 2, 1-7. Diperoleh dari http://www.child-encyclopedia.com/documents/Liu-SteinANGxp.pdf. Martindale, R. G., McClave, S. A., Taylor, B., & Lawson,C. M. (2013). Perioperative nutrition: What is the current landscape? J Parenter Enteral Nutr. 2013;37(5):5S-20S. McWhirter, J. P. & Pennington, C. R. (2004). Incidence and recognition of malnutrition in Hospital. Br Med J 2004;308:945-8. Dalam Said, S., Taslim, N. A., & Bahar, B. (2013). Gizi dan penyembuhan luka. Makasar: Indonesia Academic Publishing.
Universitas Indonesia Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
61
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). (2005). Standar kompetensi perawat Indonesia. http://www.inna-ppni.or.id Pridham, K. A., Lutz, K. F., Anderson, L. S., Riesch, S. K., & Becker, P.T. (2010). Furthering the understanding of parent–child relationships: A nursing scholarship review series. part 3: Interaction and the parent–child relationship-assessment and intervention studies. J Spec Pediatr Nurs. 2010 January ; 15(1): 33–61. doi:10.1111/j.1744-6155.2009.00216.x Prieto, M. B. & Cid, J. L. (2011). Malnutrition in the Critically Ill Child: The Importance of Enteral Nutrition International Journal of Environmental Research and Public Health, 8, 4353-4366. doi:10.3390/ijerph8114353 Reignier, J., Mercier, E., Le-Gouge, A., Boulain, T., Desachy, A., Bellec, F., ..., Lascarrou, J. (2013). Effect of not monitoring residual gastric volume on risk of ventilator-associated pneumonia in adults receiving mechanical ventilation and early enteral feeding: A randomized controlled trial. JAMA, 309 (3), 249-256. www.jama.com Sanchez, C., Lopez-Herce, J., García, C., Ruperez, M., & García, E. (2005). The effect of enteral nutrition on nutritional status in the critically ill child. Clinical Intensive Care, 16 (2),71-78.doi: 10.3109/09563070500061414 Schiesser, M., Muller, S., Kirchhoff, P., Breitenstein, S., Schafer, M., & Clavien, P. A. (2008). Assessment of a novel screening score for nutritional risk in predicting complications in gastrointestinal surgery. Clinical Nutrition, 27 (4), 565–570. Doi: 10.1016/j.clnu.2008.01.010. Sholadoye, T. T., Suleiman, A. F., Mshelbwala, P. M., & Ameh, E. A. (2012). Early oral feeding following intestinal anastomoses in children is safe. African Journal of Paediatric Surgery,9(2):113-6. doi: 10.4103/0189-6725.99395. Sjarif, D. R. (2011). Buku ajar nutrisi pediatric dan penyakit metabolic: Prinsip asuhan nutrisi pada anak. Jakarta: IDAI Skillman, H.E., & Wischmeyer, P.E. Nutrition therapy in critically ill infants and children. JPEN J. Parenter. Enteral. Nutr., 32, 520-534. doi: 10.1177/0148607108322398. Souba, W. W. & Wilmore, D. (2004). Dalam Said, S., Taslim, N. A., & Bahar, B. (2013). Gizi dan penyembuhan luka. Makasar: Indonesia Academic Publishing. Stratton, R.J. & Smith, T. R. (2006). Role of enteral and parenteral nutrition in the patient with gastrointestinal and liver disease. Best Practice & Research Clinical Gastroenterology, 20 (30, 441–466. doi:10.1016/j.bpg.2005.11.004
Universitas Indonesia Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
62
Sulistyanigrum, H. & Puruhita, N. (2007). Hubungan antara status Gizi Preoperatif dengan Lama Penyembuhan Luka Operasi Pasien bedah di RSUP. Dr. Kariadi Semarang. Thompson, M., & Magnuson, B. (2012). Management of Postoperative Ileus. Pharmacology update: Orthopedics, 35 (3), 213-217. doi: 10.3928/01477447-20120222-08 Tommey,A. M. and Alligood, M. R. (2010). Nursing theorist and their work. . St.Louis: Mosby Ward, N. (2003). Nutrition support to patients undergoing gastrointestinal surgery. Nutrition Journal, 2 (18), 1-5. http://www.nutritionj.com/content/2/1/18 Wilkinson, J. M. & Ahern, N. N. (2012). Buku saku diagnose keperawatan: diagnose NANDA, intervensi NIC, criteria hasil NOC. Ed.9. Jakarta: EGC
Universitas Indonesia Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
KONTRAK BELAJAR RESIDENSI PERAWAT SPESIALIS ANAK SEMESTER I TAHUN AKADEMIK 2013/2014
Oleh Zulharmaswita 1106123003
PROGRAM MAGISTER KEKHUSUSAN KEPERAWATAN ANAK FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA 2013
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
KONTRAK BELAJAR RESIDENSI KEPERAWATAN ANAK I Nama Mahasiswa NPM Tempat Praktik Mata Ajar No 1.
: Zulharmaswita : 1106123003 : 1) Perinatologi RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta 2) Puskesmas Beji : Praktik Klinik Keperawatan Anak Lanjut I
Tujuan Praktik Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif pada neonatus yang mengalami hiperbilirubinemia.
Aktivitas Pembelajaran Melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif pada neonates yang mengalami hiperbilirubinemia, yang meliputi : a. Melakukan pengkajian : Komplikasi kehamilan
(ibu dg DM, Inkompatabilitas ABO dan Rh), jenis persalinan, ASI, trauma lahir, infeksi, prematur, obat-obatan, keadaan umum, tanda vital dan antropometri, riwayat penyakit (tampak ikterus: sclera, kuku, kulit dan membran mukosa, muntah, anoreksia, fatigue, warna urine gelap, warna tinja pucat, letargi, kejang, tak mau menghisap, tonus otot meninggi, leher kaku, akhirnya opistotonus)
Metode
Anamnesa, medical record,
Waktu
16 Sept - 20 Sept 2013 16 Sept 2013
Pemeriksaan fisik Praktek keperawatan Dokumentasi
pemeriksaan head to toe: dan pemeriksaan penunjang (laboratorium). b. Merumuskan diagnosa keperawatan: - Menganalisis dan menginterpretasi data hasil pengkajian - Menetapkan diagosa keperawatan
Dokumentasi
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
16 Sept 2013
Keterangan Perinatologi RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta
2.
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif pada
c. Menyusun rencana asuhan keperawatan, meliputi: - Menyusun prioritas masalah - Membuat tujuan dan kriteria hasil - Menyusun rencana tindakan keperawatan - Membuat rencana penkes pada ibu
Dokumentasi Studi literatur
16 Sept 2013
d. Implemetasi rencana keperawatan meliputi: - Melakukan tindakan keperawatan - Melakukan tindakan menjaga termoregulasi - Pendidikan kesehatan - Bimbingan pemberian ASI - Pelaksanaan fototherapi - Penerapan developmental care, atraumatic care dan family center care. - Pemantauan TTV, kadar bilirubin dll.
Praktek keperawatan Dokumentasi
16 - 20 Sept 2013
e. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan: - Mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan yang diberikan - Menentukan rencana tindak lanjut
Praktek keperawatan Dokumentasi
20 Sept 2013
f.
Dokumentasi
20 Sept 2013
g. Mengidentifikasi praktik keperawatan anak yang tidak etis dan illegal dalam pelayanan keperawatan
Dokumentasi Studi literature
18 - 20 Sept 2013
Melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif pada neonatus yang mengalami BBLR, yang meliputi : a. Melakukan pengkajian: faktor ibu (penyakit, usia ibu, keadaan sosial, sebab lain), faktor janin (hidramnion, kehamilan ganda, kelainan kromosom), faktor lingkungan (radiasi, zat racun,
Anamnesa, medical record Pemeriksaan fisik Praktek
Pendokumentasian asuhan keperawatan
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
23-13Nov 2012 23 Sept 2013
neonatus yang mengalami BBLR
dataran tinggi) keadaan umum, tanda vital dan antropometri, pemeriksaan head to toe dan pemeriksaan penunjang.
keperawatan Dokumentasi
b. Merumuskan diagnosa keperawatan: - Menganalisis dan menginterpretasi data hasil pengkajian - Menetapkan diagosa keperawatan
Dokumentasi
23 Sept 2013
c. Menyusun rencana asuhan keperawatan, meliputi: - Menyusun prioritas masalah - Membuat tujuan dan kriteria hasil - Menyusun rencana tindakan keperawatan - Membuat rencana penkes pada orang tua
Dokumentasi Studi literatur
23 Sept 2013
d. Implemetasi rencana keperawatan meliputi: - Melakukan tindakan keperawatan - Melakukan tindakan menjaga termoregulasi - Pendidikan kesehatan - Bimbingan pemberian ASI - Memonitor nutrisi - Memonitor pernapasan - Memonitor risiko infeksi - Memperhatikan teknik septic dan aseptik - Penerapan developmental care, atraumatic care dan family center care. - Pemantauan TTV
Praktek keperawatan Dokumentasi
23-27 Sept 2013
e. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan: - Mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan yang diberikan - Menentukan rencana tindak lanjut
Praktek keperawatan Dokumentasi
27 Sept 2013
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
f.
Pendokumentasian asuhan keperawatan
g. Mengidentifikasi praktik keperawatan anak yang tidak etis dan illegal dalam pelayanan keperawatan 3.
Mahasiswa Melaksanakan asuhan keperawatan secara mampu komprehensif pada anak yang mengalami gawat napas, memberikan yang meliputi : asuhan a. Melakukan pengkajian: keperawatan takhipneu (> 60 kali/menit), pernafasan secara mendengkur, retraksi subkostal/interkostal, komprehensif pada pernafasan cuping hidung, sianosis dan pucat, pada neonatus hipotonus, apneu, gerakan tubuh berirama, sulit dengan gawat bernafas dan sentakan dagu, keadaan umum, napas
(Respiratory Distress Syndrome (RDS)
Dokumentasi
27 Sept 2013
Dokumentasi Studi literature
23-27 Sept 2013
Anamnesa, medical record, Pemeriksaan fisik Praktek keperawatan Dokumentasi
30 Sept - 04 Nov 2013 30 Sept 2013
tanda vital dan antropometri, pemeriksaan head to toe dan pemeriksaan penunjang.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan: - Menganalisis dan menginterpretasi data hasil pengkajian - Menetapkan diagosa keperawatan
Dokumentasi
30 Sept 2013
c. Menyusun rencana asuhan keperawatan, meliputi: - Menyusun prioritas masalah - Membuat tujuan dan kriteria hasil - Menyusun rencana tindakan keperawatan - Membuat rencana penkes pada orang tua
Dokumentasi Studi literatur
30 Sept 2013
d. Implemetasi rencana keperawatan meliputi: - Melakukan tindakan keperawatan - Melakukan tindakan menjaga termoregulasi - Membuat rancangan pendidikan kesehatan
Praktek keperawatan Dokumentasi
30 Sept - 04 Nov 2013
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
- Memonitor pernapasan - Melakukan tindakan oksigenasi: terapi oksigen, pengaturan posisi, fisiotherapi dada - Observasi status kesadaran, TTV dan status cairan. - Memperhatikan teknik septic dan aseptik - Penerapan developmental care, atraumatic care dan family center care. - Pemantauan TTV
4.
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif pada neonatus dengan sepsis
e. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan: - Mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan yang diberikan - Menentukan rencana tindak lanjut
Praktek keperawatan Dokumentasi
04 Nov 2013
f.
Dokumentasi
04 Nov 2013
g. Mengidentifikasi praktik keperawatan anak yang tidak etis dan illegal dalam pelayanan keperawatan
Dokumentasi Studi literature
30 Sept - 04 Nov 2013
Melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif pada anak yang mengalami sepsis, meliputi: a. Melakukan pengkajian : riwayat penyakit (ikterik, letargi, kaku leher, kehilangan reflek rooting), riwayat keluarga (penyakit hepar dan darah), riwayat tumbuh kembang, keadaan umum, tanda vital dan antropometri, pemeriksaan head to toe dan pemeriksaan penunjang.
Anamnesa, medical record, Pemeriksaan fisik Praktek keperawatan Dokumentasi
Pendokumentasian asuhan keperawatan
b. Merumuskan diagnosa keperawatan: - Menganalisis dan menginterpretasi data hasil
07 - 11 Nov 2013
Dokumentasi
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
07 Nov 2013
-
pengkajian Menetapkan diagosa keperawatan
c. Menyusun rencana asuhan keperawatan, meliputi: - Menyusun prioritas masalah - Membuat tujuan dan kriteria hasil - Menyusun rencana tindakan keperawatan - Membuat rencana penkes pada orang tua
Dokumentasi Studi literatur
07 Nov 2013
d. Implemetasi rencana keperawatan meliputi: - Melakukan tindakan keperawatan - Melakukan tindakan menjaga termoregulasi - Membuat rancangan pendidikan kesehatan
Praktek keperawatan Dokumentasi
07 - 11 Nov 2013
Praktek keperawatan Dokumentasi
11 Nov 2013
Dokumentasi
11 Nov 2013
Dokumentasi Studi literature
07 - 11 Nov 2013
- Catat kondisi selama diberikan sinar setiap 6 jam dan laporkan bila perlu. - Monitor baik langsung atau tidak langsung tingkat bilirubin - Jaga kulit bayi agar tetap bersih dan kering e. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan: - Mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan yang diberikan
- Menentukan rencana tindak lanjut f.
Pendokumentasian asuhan keperawatan
g. Mengidentifikasi praktik keperawatan anak yang tidak etis dan illegal dalam pelayanan keperawatan
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
No 5.
6
7.
Tujuan Praktik Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada balita sakit dan bayi muda dengan pendekatan MTBS
Aktivitas Pembelajaran Melaksanakan asuhan keperawatan pada balita sakit dan bayi muda: 1. Melakukan pengkajian dengan menggunakan format MTBS 2. Menyusun perencanaan tindakan sesuai kondisi pasien 3. Melakukan tindakan sesuai dengan format MTBS 4. Melakukan evaluasi 5. Mendokumentasikan hasil dalam format MTBS secara lengkap.
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif dengan kunjungan rumah kepada pasien kelolaan
Melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif pada satu orang pasien . 1. Melakukan kunjungan rumah 2. Melakukan pengkajian tumbuh kembang dengan menggunakan format KPSP 3. Mendokumentasikan hasil dalam format secara lengkap.
Mahasiswa mampu memberikan pendidikan kesehatan pada pasien kelolaan
Melakukan pendidikan kesehatan 1. Melakukan kajian terhadap masalah kesehatan yang dapat diatasi dengan pendidikan kesehatan 2. Menyusun SAP dan materi penkes 3. Melakukan pendidikan kesehatan 4. Menyusun laporan pendidikan kesehatan
Metode
Waktu 28 Okt- 06 Des 2013
Keterangan Puskesmas Beji
Anamnesa Pemeriksaan fisik
Praktek keperawatan Dokumentasi
Puskesmas Beji Anamnesa Pemeriksaan fisik Dokumentasi
Puskesmas Beji Anamnesa
Ceramah & Tanya jawab Dokumentasi
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
KONTRAK BELAJAR RESIDENSI PERAWAT SPESIALIS ANAK SEMESTER II TAHUN AKADEMIK 2013/2014
Oleh Zulharmaswita 1106123003
PROGRAM MAGISTER KEKHUSUSAN KEPERAWATAN ANAK FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA 2014
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
KONTRAK BELAJAR PRAKTEK KLINIK KHUSUS DALAM KEPERAWATAN ANAK Nama Mahasiswa NPM Mata Ajaran Tempat Praktek Supervisor Utama Supervisor NO 1
: Zulharmaswita : 1106123003 : Praktek Klinik Khusus dalam Keperawatan Anak : Ruang Bedah Anak (BCH) RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta : Dr. Nani Nurhaeni, SKp., MN : Siti Chodijah, SKp., MN
TUJUAN PRAKTIK Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada bayi/anak dengan apendisitis akut
AKTIFITAS PEMBELAJARAN Melaksanakan asuhan keperawatan dengan mengaplikasikan Parent - Child Interaction Model (Model Barnard), pada anak dengan masalah apendisitis akut 1. Melakukan studi literatur tata laksana medis dan manajemen keperawatan serta WOC 2. Melakukan proses asuhan keperawatan dengan pendekatan teori Barnard meliputi: a. Respon/Perilaku Anak: 1) Nyeri perut kuadran kanan bawah, demam, perut tegang, penurunan/ tidak ada bising usus, muntah, konstipasi atau diare, tidak nafsu makan, takikardia, letargi, iritabilitas, posisi tubuh membungkuk 2) Riwayat anak sebelumnya 3) Pemeriksaan laboratorium dan penunjang: hitung jenis darah, urinalisis (kecuali ISK), leukositosis > 10.000/mm3, CT scan abdomen, USG
METODE
Studi literatur
Praktek klinik (Wawancara, pemeriksaan fisik, monitor hasil pemeriksaan laboratorium, partisipasi langsung, studi dokumentasi)
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
TEMPAT & PENCAPAIAN WAKTU / REALISASI Ruang Bedah Anak Log book (BCH) 17 Februari 2014 s/d 09 Mei 2014
b. Masalah/Kebutuhan 1) Nyeri akut 2) Hipertermia 3) Risiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh 4) Risiko kekurangan volume cairan 5) Ansietas anak dan keluarga 6) Hambatan mobilitas fisik 7) Risiko infeksi c. Respon/Perilaku Pemberi Asuhan 1) Manajemen nyeri 2) Regulasi suhu 3) Pemantauan tanda vital 4) Manajemen nutrisi 5) Pemantauan nutrisi 6) Manajemen cairan dan elektrolit 7) Penurunan ansietas 8) Dukungan emosi 9) Terapi latihan fisik: ambulasi 10) Perawatan luka insisi 11) Pengendalian infeksi 2
Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada bayi/anak dengan hernia abdominal
Melaksanakan asuhan keperawatan dengan mengaplikasikan Parent - Child Interaction Model (Model Barnard), pada anak dengan masalah hernia: 1. Melakukan studi literatur tata laksana medis dan manajemen keperawatan serta WOC 2. Melakukan proses asuhan keperawatan dengan pendekatan teori Barnard meliputi:
Studi literatur
Praktek klinik (Wawancara, pemeriksaan
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
a. Respon/Perilaku Anak: 1) Penonjolan pada area umbilical/lipatan paha, distensi abdomen, mual, muntah, penurunan nafsu makan, konstipasi, nyeri 2) Riwayat anak sebelumnya 3) Pemeriksaan laboratorium dan penunjang b. Masalah/Kebutuhan 1) Nyeri 2) Risiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh 3) Risiko kekurangan volume cairan 4) Ansietas anak dan keluarga 5) Risiko infeksi c. Respon/Perilaku Pemberi Asuhan 1) Manajemen nyeri 2) Manajemen nutrisi 3) Pemantauan nutrisi 4) Manajemen cairan dan elektrolit 5) Penurunan ansietas 6) Dukungan emosi 7) Perawatan luka insisi 8) Pengendalian infeksi 3
Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada bayi/anak dengan hirscprung
Melaksanakan asuhan keperawatan dengan mengaplikasikan Parent - Child Interaction Model (Model Barnard), pada anak dengan masalah hirscprung 1. Melakukan studi literatur tata laksana medis dan manajemen keperawatan serta WOC 2. Melakukan proses asuhan keperawatan dengan pendekatan teori Barnard meliputi:
fisik, monitor hasil pemeriksaan laboratorium, partisipasi langsung, studi dokumentasi)
Studi literatur
Praktek klinik (Wawancara,
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
a. Respon/Perilaku Anak: 1) Tidak ada pengeluaran meconium dalam 24-48 jam setelah lahir, menolak makan, distensi abdomen, muntah, konstipasi, diare, bab seperti pita, teraba masa fekal, anemia 2) Riwayat anak sebelumnya 3) Pemeriksaan laboratorium dan penunjang: darah, radiograf, anorectal manometric, rectal biopsy b. Masalah/Kebutuhan 1) Konstipasi 2) Nyeri akut 3) Risiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh 4) Risiko kekurangan volume cairan 5) Ansietas anak dan keluarga 6) Risiko infeksi c. Respon/Perilaku Pemberi Asuhan 1) Manajemen defekasi 2) Manajemen nyeri 3) Regulasi suhu 4) Pemantauan tanda vital 5) Manajemen nutrisi 6) Pemantauan nutrisi 7) Manajemen cairan dan elektrolit 8) Penurunan ansietas 9) Dukungan emosi 10) Perawatan luka insisi 11) Pengendalian infeksi
pemeriksaan fisik, monitor hasil pemeriksaan laboratorium, partisipasi langsung, studi dokumentasi)
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
4
Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada bayi/anak dengan intususepsi
Melaksanakan asuhan keperawatan dengan mengaplikasikan Parent - Child Interaction Model (Model Barnard), pada anak dengan masalah intususepsi: 1. Melakukan studi literatur tata laksana medis dan manajemen keperawatan serta WOC 2. Melakukan proses asuhan keperawatan dengan pendekatan teori Barnard meliputi: a. Respon/Perilaku Anak: 1) Nyeri perut, demam, kolik abdomen, distensi abdomen, muntah, feses bercampur darah (perdarahan) 2) Riwayat anak sebelumnya 3) Pemeriksaan laboratorium dan penunjang: foto polos abdomen, barium enema, enema udara, sonografi real time b. Masalah/Kebutuhan 1) Nyeri akut 2) Hipertermia 3) Risiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh 4) Risiko kekurangan volume cairan 5) Ansietas anak dan keluarga 6) Risiko ketidakefektifan perfusi 7) Risiko infeksi c. Respon/Perilaku Pemberi Asuhan 1) Manajemen nyeri 2) Regulasi suhu 3) Pemantauan tanda vital 4) Manajemen nutrisi 5) Pemantauan nutrisi
Studi literatur
Praktek klinik (Wawancara, pemeriksaan fisik, monitor hasil pemeriksaan laboratorium, partisipasi langsung, studi dokumentasi)
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
6) Manajemen cairan dan elektrolit 7) Penurunan ansietas 8) Dukungan emosi 9) Keseimbanagan cairan dan elektrolit 10) Status hidrasi 11) Perawatan luka insisi 12) Pengendalian infeksi 5
Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada bayi/anak dengan malformasi anorektal
Melaksanakan asuhan keperawatan dengan mengaplikasikan Parent - Child Interaction Model (Model Barnard), pada anak dengan masalah malformasi anorektal: 1. Melakukan studi literatur tata laksana medis dan manajemen keperawatan serta WOC 2. Melakukan proses asuhan keperawatan dengan pendekatan teori Barnard meliputi: a. Respon/Perilaku Anak: 1) Tidak ada anus, feses keluar melalui uretra/vagina, susah bab, distensi abdomen, bab seperti pita 2) Riwayat anak sebelumnya 3) Pemeriksaan laboratorium dan penunjang: USG abdomen b. Masalah/Kebutuhan 1) Nyeri akut 2) Risiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh 3) Risiko kekurangan volume cairan 4) Ansietas anak dan keluarga 5) Risiko gangguan integritas kulit
Studi literatur
Praktek klinik (Wawancara, pemeriksaan fisik, monitor hasil pemeriksaan laboratorium, partisipasi langsung, studi dokumentasi)
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014
8) Risiko infeksi c. Respon/Perilaku Pemberi Asuhan 1) Manajemen nyeri 2) Manajemen nutrisi 3) Pemantauan nutrisi 4) Manajemen cairan dan elektrolit 5) Penurunan ansietas 6) Dukungan emosi 7) Perawatan luka karena adanya lembab 8) Perawatan luka insisi 9) Pengendalian infeksi
Penerapan teori ..., Zulharmaswita, FIK UI, 2014