UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA PASIEN KANKER KOLOREKTAL DI RUANG RAWAT BEDAH IRNA TERATAI RSUP FATMAWATI JAKARTA
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
TITA DEWI MAHARANI 1106130223
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI NERS DEPOK JULI 2014
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA PASIEN KANKER KOLOREKTAL DI RUANG RAWAT BEDAH IRNA TERATAI RSUP FATMAWATI JAKARTA
KARYA ILMIAH AKHIR NERS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar ners
TITA DEWI MAHARANI 1106130223
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI NERS DEPOK JULI 2014
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum.Wr.Wb. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan karuniaNya maka penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners ini. Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Ners pada program Profesi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, dengan judul “Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan pada Pasien Kanker kolorektal di ruang rawat bedah IRNA Teratai RSUP Fatmawati Jakarta.” Selama dalam menyelesaikan KIAN ini, penulis menyadari banyak mengalami kesulitan, namun dengan bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak, akhirnya KIAN ini dapat diselesaikan, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Allah SWT berserta Rosul kita Nabi Muhammad SAW 2. Ibu Dra. Junaiti Sahar, SKp., M. App.Sc, PhD, selaku Dekan FIK UI 3. Ibu Dr. Rr. Tutik Sri Hariyati, SKp., MARS, selaku pembimbing dan penguji KIAN KKMP Bedah RSUP Fatmawati. 4. Ibu Ns. Maryanih S.Kep, Selaku Pembimbing klinik, penguji dan kepala ruangan lantai 4 Selatan IRNA Teratai RSUP Fatmawati 5. Ibu Riri Maria, S.Kp, MANP, selaku pembimbing, KKMP KMB, Manajemen, dan KIAN di lantai 4 selatan RSUP Fatmawati yang telah memberi arahan dan masukan kepada penulis,. 6. Ibu Fajar Tri Waluyanti, S.Kp., M.Kep.,Sp.Kep.An, selaku ketua koordinator KIAN KKMP 7. Ibu Ns. Arcelia Farosya Putri, S.Kep., M.Sc, selaku koordinator KKMP peminatan KMB. 8. Seluruh staf pendidikan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
v
9. Bapak Ns. Sariaman S.Kep selaku Kepala Ruangan lantai 4 utara yang telah mengizinkan tempat mengambil kasus kelolaan bedah. 10. Seluruh staf perawat lantai 4 selatan dan utara yang banyak membantu penulis selama praktek 7 minggu KKMP KMB dan Manajemen. 11. Ibu Ns. Sri Sasongkowati S.Kep Kepala Ruangan lantai 1 Gedung Soelarto RSUP Fatmawati dan Wakilnya Ibu Mursanih Amk, yang telah banyak mengizinkan dan mengatur jadwal saya yang sering bentrok dengan jadwal saya selama profesi ini. 12. Papa July Riyadhi M, Mama Sunarti M, dan bude Sudarmi yang telah memberi bantuan materi, dorongan semangat dan doa yang tulus sehingga terwujudnya KIAN ini. 13. Anakku M. Ersyad Almuta’ali, yang telah memberikan semangat bunda untuk menyelesaikan KIAN ini. 14. Sahabat – sahabat terbaikku di FIK UI mba Yuyum, Widya, Fera, pak nano dan mba Erna yang telah banyak membantuku dan mengingatkanku selama profesi terutama pada saat-saat terakhir profesi dan sahabat-sahabat Profesi Ners 2013 baik ekstensi maupun regular terutama yang pernah sekelompok dengan penulis dan lebih khusus Genk sawo lovers yang banyak menginspirasiku diakhir profesi dan luar biasa yang telah memberikan semangat, kenangan suka dan duka yang telah kita lewati selama 1 tahun kita profesi. Tidak pernah saya menyesal bertemu dengan kalian, karena dari kalian saya banyak belajar banyak tentang arti hidup. Kenangan yang tidak pernah akan saya lupakan seumur hidup saya. Semoga bantuan dan jasa baik kalian yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dari Allah SWT. Semoga setelah ini hubungan silahturami kita tidak putus begitu saja tapi tetap berlanjut. 15. Sahabat – sahabat terbaikku di RSUP Fatmawati; Diah, Putri, Lexy, Yahya dan Genk Warjoke (Sari, Aini, Rani, Dede, Erni, Elis, dan Hendra) dan kakakkakak di lantai 1 Gedung Soelarto yang telah memberikan semangat, membantu dan mengerti penulis bila sedang lelah, banyak menolong saat
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
vi
penulis sedang sakit dan butuh bantuan saat penulis sedang butuh tukeran jadwal. Semoga bantuan dan jasa baik kalian yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dari Allah SWT 16. Teman-teman di satu kelompok peminatan KMB bedah lantai 4 selatan (Fera, Erna, Rona, Naila, Desty, Desy) yang telah berjuang bersama selama 7 minggu di klinik dan 3 minggu di kampus bersama-sama. 17. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan KIAN yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Dengan segala keterbatasan dalam penyusunan KIAN ini, penulis mengharapkan masukan yang bersifat membangun guna perbaikan. Semoga KIAN ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Walaikum salam Wr.Wb.
Depok, Juli 2014
Penulis Tita Dewi Maharani,S.Kep
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
vii
ABSTRAK vi
Nama
: Tita Dewi Maharani
Program studi
: Profesi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Judul
: “Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan pada Pasien Kanker Kolorektal di Ruang Rawat Bedah IRNA Teratai RSUP Fatmawati Jakarta”.
Kanker kolorektal merupakan salah satu masalah kesehatan yang terjadi di daerah perkotaan. Salah satu bagian dari kanker kolorektal adalah kanker rekti. Pasien paska pembedahan kolostomi biasanya mengalami ketakutan menangani perawatan kolostomi. Edukasi perawatan kolostomi yang tidak optimal dapat menyebabkan obstruksi, infeksi, retraksi stoma, perdarahan stoma. Tujuan penulisan ini adalah menunjukkan pentingnya melakukan discharge planning edukasi perawatan kolostomi setiap kasus klien baru operasi kolostomi. Rekomendasi penulisan ini agar klien kanker kolorektal paska kolostomi terhindar dari resiko komplikasi dan klien menjadi lebih mandiri. Kata kunci : kanker kolorektal, keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan, discharge planning kolostomi.
ABSTRACT vii
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
viii
ABSTRACT Name
: Tita Dewi Maharani
Study
: Ners Faculty Of Nursing University of Indonesia
Title
: “Analysis clinical practice of urban health nursing cancer colorectal at surgical room IRNA Teratai RSUP Fatmawati”
Colorectal cancer is one of the health problems that occur in urban areas. One part of colorectal cancer is rectal cancer. Post-surgical patients usually experience fear to handle colostomy care. Lack of colostomy care education can causes obstruction, infection, retracted stoma, stoma bleeding. The purpose of this paper is to show the importance of discharge planning education of colostomy care every new client post colostomy surgery. Recommendations of this paper is help the colorectal cance rpost colostomy avoids the risk of complications and become more independent. Keywords: cancer colorectal, Analysis clinical practice of urban health nursing, discharge planning colostomy.
viii
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS……………………………………...ii LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................iii HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK ..................................................................iv KATA PENGANTAR………………………………………………….……........ ..v ABSTRAK .…………………………………………………………………….......vii DAFTAR ISI …………………………………………………………………….…ix DAFTAR SINGKATAN ……………………………………………………… …..xi DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………... xii DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................xiv DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………….xv DAFTAR RIWAYAT HIDUP …………………………………………………….xvi BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………….…..1 1.1.Latar belakang masalah …………………………………………………………1 1.2.Tujuan penulisan ………………………………………………………………...5 1.3. Manfaat penulisan ……………………………………..……………………….5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………………..7 2.1. Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan………………………………….7 2.2. Konsep Kanker kolorektal..……………………………………………………..11 2.3. Konsep kolostomi ……………………………………………………………....20 2.4 Peran perawat pre dan paska operasi kolostomi……………………………........25 BAB 3 TINJAUAN KASUS…………………….……………………………….....30 3.1. Pengkajian…………… ………………………………………………………..30 3.2. Analisa data dan diagnosa keperawatan………………………………………...31 3.3.Rencana keperawatan …………………………………………………………...34 3.4. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan……………………………………...36 BAB 4 PEMBAHASAN……………….. ……………………………………….......50
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
x
4.1. Analisa Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan (KKMP) Dengan Kasus Kelolaan ……………………………………………………………….....................50 4.2.Analisa kasus keloaan …………………………………………………………55 4.3. Intervensi discharge planning edukasi perawatan kolostomi…………………...60
BAB 5 PENUTUP…………….……………………………………………………..64 5.1. Kesimpulan…………....………………………………………………………...64 5.2. Saran.....................................................................................................................65
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
xi
DAFTAR SINGKATAN
ADL
: Activity Daily Living
APR
: Abdomino Perineal Resection
BAB
: Buang Air Besar
BAK
: Buang Air Kecil
CEA
: Carcino Embryonic Antigen
CM
: Compos Mentis
DC
: Dower Cateter
DM
: Diabetes Mellitus
GCS
: Glascow Coma Scale
KGB
: Kelenjar Getah Bening
KKMP
: Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan
KMB
: Kelompok Medikal bedah
KUB
: Kanker Usus Besar
LAR
: Low Anterior Resection
NCD
: Non-communicable diseases
NGT
: Naso Gastric Tube
MRI
: Magnetic Resonan Imaging
RSUP
: Rumah Sakit Umum Pusat
SMA
: Sekolah Menengah Atas
TD
: Tekanan Darah
TNM
: Tumor Nodus Metastase
TTV
: Tanda-tanda Vital
USG
: Ultrasonografi
WHO
: World Health Organisation
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pengkajian Lampiran 2 Analisa Data, Rencana dan Evaluasi Keperawatan Lampiran 3 SAP perawatan kolostomi
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Hartmarn’s procedure ………………………………………………20 Gambar 2.2. Kolostomi loop……………………………………………………….20 Gambar.2.3. Kolostomi double barrel……………………………………………………21 Gambar 2.4. Kolostomi terminal ………………………………………………….21 Gambar 2.5. Drainable Pounches / Open-ended pouch……………………………22 Gambar 2.6. Close Pounches/ Close-ended pouch…………………………………22 Gambar 2.7. stoma One-piece………………………………………………………………23 Gambar 2.8.stoma Two-piece………………………………………………………23
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
xvi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Tita Dewi Maharani , S.Kep
Tempat/Tanggal Lahir: Tangerang, 9 Maret 1982 Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Cisadane 2 Blok 36/160 Nusajaya Karawaci Tangerang
No Telp
: 081315035582
Riwayat Pendidikan : SD Islamic Village Tangerang SMP Negeri 9 Tangerang SMA Negeri 5 Tangerang Poltekkes Jakarta I Jurusan Keperawatan Universitas Indonesia Fakultas Ilmu Keperawatan : Sarjana Keperawatan Riwayat Pekerjaan
: Perawat Pelaksana di RSUP Fatmawati dari tahun 2004 hingga sekarang
Motto
: Hidup untuk mencari kehidupan di akhirat dan Ridho Allah
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab satu pendahuluan berisi latar belakang, tujuan penulisan yang berisi tujuan umum dan tujuan khusus, serta yang terakhir yaitu manfaat penulisan yang terdiri dari manfaat keilmuan, manfaat aplikatif dan manfaat metodologis. 1.1. Latar Belakang masalah Proses globalisasi dilahirkan dari adanya perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, transportasi, dan komunikasi. Teknologi satelit, telepon, dan internet membuat semakin dekat, waktu tempuh hampir tidak ada, dan dunia seolah tanpa batas penghalang. Kemajuan dalam bidang transportasi, membuat orang dengan mudah bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain. Pergerakkan ini tidak hanya membawa pengalaman dan wawasan tentang suatu daerah, tetapi budaya pun dengan cepat menyebar. Televisi dengan berbagai saluran, film layar lebar, radio, CD, koran, majalah, dan sebagainya menjadi alat yang sangat efektif untuk menyebarkan berbagai budaya di dunia. Dengan pesatnya perkembangan, aspek positif paling diharapkan manusia. Berikut ini beberapa aspek positif dari perkembangan teknologi dan arus globalisasi. Pola hidup sehat yang serba cepat, pesatnya perkembangan informasi dan transportasi, pemanfaatan sumber daya alam yang melimpah. Sedangkan perkembangan teknologi juga memberikan dampak negatif bagi kebudayaan masyarakat. Berikut ini dampak negatif tersebut. beralihnya masyarakat agraris menjadi masyarakat modern, perubahan dari kehidupan berasaskan kebersamaan menjadi kehidupan individualis, masuknya pola hidup budaya barat.
Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia merupakan kota megapolitan yang sibuk dan berkembang cepat. Dengan jumlah penduduk yang beraktifitas di Jakarta terus bertambah dan banyak penduduk yang dengan alasan sibuk atau 1
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
2
malas disertai dengan perubahan pola konsumsi masyarakat mengakibatkan konsekuensi makanan banyak dibuat dengan makanan cepat saji. Makanan jenis ini umumnya dikonsumsi oleh masyarakat perkotaan yang memiliki waktu terbatas sehingga memilih untuk mengkonsumsi makanan instant yang tidak perlu menunggu waktu lama untuk memakannya. Junk food merupakan jenis makanan yang tidak disarankan untuk dikonsumsi terlalu sering karena makanan jenis ini memiliki kandungan nilai gizi yang minim namun mengandung kalori, lemak, serta gula yang cukup tinggi. Junk food sendiri seperti telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat perkotaan yang sangat sibuk dengan aktivitas pekerjaan. Makanan yang termasuk junk food antara lain hamburger, hot dog, French fries, mie instant, fried chicken, minuman bersoda, permen serta berbagai jenis kue yang menggunakan pemanis buatan. Terlalu sering mengkonsumi junk food bisa berakibat kurang baik bagi kesehatan Anda. Rendahnya kandungan gizi serta tingginya kalori yang dikandung oleh junk food bisa memicu berbagai macam jenis penyakit. Ancaman paling nyata dari terlalu seringnya makan junk food adalah obesitas. Selain itu, junk food juga turut berperan untuk meningkatkan resiko terkena diabetes, serangan jantung, hipertensi serta kanker khususnya bila mengenai pola makan biasanya mengenai kanker kolorektal.
Kanker merupakan salah satu penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit tidak menular (Non-communicable diseases atau NCD). NCD merupakan penyebab kematian terbesar di dunia. Dari 57 juta kematian pada tahun 2008, 63% (36 juta kematian) disebabkan oleh NCD, terutama oleh karena penyakit kardiovaskuler (17 juta kematian), kanker (7,6 juta kematian), penyakit paru kronis (4,2 juta kematian) dan diabetes (1,3 juta kematian). (WHO, 2010). Khusus penyakit kanker, the World Cancer Report mengestimasi bahwa terdapat 12,4 juta kasus baru dan 7,6 juta kematian pada tahun 2008 (IARC, 2008). Angka estimasi jumlah kasus baru ini sedikit lebih rendah daripada estimasi WHO (2010). Kejadian kanker yang terbanyak adalah kanker paru (1,52 juta kasus), kanker payudara (1,29 kasus) dan kanker kolorektal (1,15 juta kasus). Menurut data
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
3
WHO (2012) kanker usus besar merupakan salah satu dari lima kanker lainnya yang mematikan dan merupakan tiga besar kasus kanker yang tersering terdiagnosa di dunia. Di seluruh dunia 9,5 persen pria penderita kanker terkena kanker kolorektal, sedangkan pada wanita angkanya mencapai 9,3 persen dari total jumlah penderita kanker. Sehingga penyakit kanker kolorektal merupakan salah satu penyakit perkotaan yang perlu diwaspadai.
KUB (Kanker Usus Besar) merupakan jenis kanker ketiga terbanyak di Indonesia, dengan jumlah kasus 1,8 / 100.000 penduduk (Kementerian Kesehatan, 2006) dan jumlah ini diperkirakan akan semakin meningkat seiring dengan perubahan pola hidup penduduk. Di Indonesia, hasil survei Riset Kesehatan Dasar menunjukkan angka prevalensi penyakit tumor/kanker sebesar 4,3 per 1000 penduduk (Kementerian Kesehatan, 2007). Kanker sebagai penyebab kematian menempati urutan ke tujuh (5,7% dari seluruh penyebab kematian) setelah kematian akibat stroke, tuberkulosis, hipertensi, cedera, perinatal, dan diabetes melitus.
Menurut data dari rekam medis Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta dari Januari – Desember 2013, pasien rawat inap bedah dengan jumlah kanker rekti sebanyak 56 orang (100%) dengan jumlah total rawat semuanya 1024 hari atau rerata hari rawat 18 hari. Berdasarkan jenis kelamin pada wanita lebih banyak 29 orang (51 %) dan pada pria 27 orang (49 %). Dan berdasarkan umur 15 - 24 tahun 5 orang (9 %), umur 25 - 44 tahun 17 orang (30%), umur 45 - 64 tahun 30 orang (53%) dan diatas 65 tahun 4 orang (8 %). Dari data tersebut pasien dengan kanker rekti banyak terjadi pada usia produktif yaitu 45 – 64 tahun.
Dengan banyaknya insiden terjadinya kanker kolorektal ini merupakan masalah yang khas pada kesehatan perkotaan. Kesembuhan kanker kolorektal tergantung dari terdeteksinya secara dini kanker. Rata – rata pasien kanker datang ke RS sudah dalam kondisi terlambat sehingga untuk penanganannya tidak maksimal. Padahal bila deteksi kanker bisa dari dini penanganan bisa secara akurat. Ada
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
4
beberapa deteksi dini pada kanker dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu pemeriksaan tes darah samar pada feses, sigmoidoskopi fleksibel, kolonoskopi, pemeriksaan melalui rektum (colok dubur), double contrast barium enema, ultrasonografi (USG), dan kolonoskopi virtual.
Cara-cara deteksi dini tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masingmasing. Misalnya pada pemeriksaan tes darah samar pada feses. Nilai lebih cara ini antara lain pemeriksaannya sederhana, tidak perlu pembersihan usus, sampel bisa dilakukan di rumah, tidak memerlukan biaya besar, dan tidak menyebabkan pendarahan atau luka pada lapisan usus. Sementara itu, kekurangan dari pemeriksaan tersebut yaitu tidak dapat mendeteksi kebanyakan polip dan beberapa jenis kanker, ada potensi "false positive", ada ketentuan mengenai makanan dan minuman yang perlu dikonsumsi sebelum menjalani pemeriksaan. Kanker usus besar (kolon) dan daerah antara usus besar dan anus (rektum) memiliki banyak persamaan. Karena itu, keduanya disebut dengan kanker kolorektal. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, kanker kolorektal berada pada urutan ketiga jenis kanker yang paling umum Indonesia.
Ada beberapa faktor risiko yang disebabkan oleh karena pola hidup yang tidak sehat khususnya masyarakat perkotaan antara lain konsumsi berlebih daging merah dan daging olahan,
kurang aktivitas fisik, senang makanan instant
(termasuk mie instant), obesitas, merokok, konsumsi alkohol yang tinggi, Diabetes Mellitus tipe II. Penyebab kanker kolon dan rectal tidak diketahui secara pasti, tetapi faktor resiko tinggi telah teridentifikasi, termasuk usia lebih dari 40 tahun, sering ditemukan darah dalam feses, riwayat polip rektal atau polip kolon, adanya polip adematosa atau adenoma villus, riwayat kanker kolon atau polip dalam keluarga (100%), riwayat penyakit usus inflamasi kronis/colitis ulceratif selama 20 th (50%), diet tinggi lemak, protein, daging dan rendah serat. (Smeltzer & Bare, 2002) Dan kanker rekti lebih sering dialami oleh wanita, dan berada pada
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
5
urutan kedua jenis kanker yang paling umum dialami wanita. (Health kompas.com).
Berdasarkan penjelasan diatas penulis yang sedang profesi KKMP peminatan KMB bedah di RSUP Fatmawati berminat mengambil kasus kanker kolorektal. Karena RSUP Fatmawati sebagai RS pendidikan tipe A banyak menerima kasus kanker kolorektal sehingga banyak sekali manfaatnya buat perkembangan ilmu keperawatan selanjutmya.
1.2. Tujuan Penulisan 1.2.1. Tujuan Umum Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan
pada klien yang
mengalami kanker kolorektal. 1.2.2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penulisan karya ilmiah akhir ini adalah mahasiswa: Mampu menganalisis masalah KKMP berdasarkan agregat kasus kelolaan. Mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan kanker kolorektal post operasi pemasangan kolostomi; Mampu menerapkan discharge planning pada klien dengan kanker kolorektal post operasi pemasangan kolostomi.
1.3. Manfaat Penulisan 1.3.1. Manfaat Keilmuan Karya akhur ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan medikal bedah khususnya dalam memberikan gambaran tentang pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan kanker kolorektal dengan post operasi kolostomi.
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
6
1.3.2. Manfaat Aplikatif Karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai gambaran pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan kanker kolorektal pada pihak rumah sakit dan ruang bedah lantai IV utara. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang diwujudkan dengan meningkatnya kepuasaan klien terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan. 1.3.3. Manfaat Metodologis Karya ilmiah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai penemuan baru terkait penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan kanker kolorektal sehingga kemudian hari dapat dijadikan sebagai sumber rujukan ilmiah bagi penulisan karya ilmiah berikutnya.
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Bab dua tinjauan pustaka terdiri dari Keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan yang terdiri dari pengertian, dan agregat. Lalu kanker kolorektal yang terdiri pengertian, etiologi dan faktor resiko, manifestasi klinis, jenis kanker kolorektal, klasifikasi kanker kolorektal, komplikasi, pemeriksaan diagnostik dan pemeriksaan medis. Lalu selanjutnya tentang kolostomi yang terdiri dari pengertian, tipe kolostomi, komplikasi kolostomi, perawatan kolostomi, edukasi kolostomi. Peran perawat pre operasi dan pasca operasi kolostomi.
2.1.Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan 2.1.1. Pengertian Masyarakat perkotaan tentunya memiliki perbedaan dengan masyarakat yang lain. Mereka memiliki ciri dan karakter tersendiri yang membuat mereka memerlukan ruang lingkup area tersendiri dalam bidang keperawatan. Masyarakat kota adalah masyarakat yang anggota-anggotanya terdiri dari manusia yang bermacam-macam lapisan/tingkatan hidup, pendidikan, kebudayaan dan lain-lain. Mayoritas penduduknya hidup berjenis-jenis usaha yang bersifat non agraris biasanya mereka tinggal di kota bertujuan untuk memperbaiki hidup mereka. (Mansyur, 2005) Masyarakat perkotaan sering disebut urban community Dalam masyarakat modern, sering dibedakan antara masyarakat pedesaan (rural community) dan masyarakat perkotaan (urban community).
Dampak dari urbanisasi adalah meningkatnya proses urbanisasi menimbulkan dampak-dampak terhadap kesehatan, lingkungan kota, baik dari segi tata kota, masyarakat, maupun keadaan sekitarnya. (Herlianto, 2005). Sedangkan dampak urbanisasi terhadap kesehatan dan lingkungan kota. Masih tingginya penyakit menular seperti Malaria, Diare, Demam Berdarah diiringi 7
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
8
meningkatnya penyakit tidak menular seperti jantung, kanker, hipertensi, stroke dan diabetes, dan diikuti munculnya New Emerging Infectious Diseases, seperti Flu Burung dan juga pada masalah air bersih dan sanitasi lingkungan. Juga dengan makin maraknya orang di kota menyebabkan makin malesnya orang memasak sehingga banyaknya bermunculan makanan – makanan cepat saji (junk food), banyaknya orang yang meniru kebiasaan yang tidak baik seperti merokok, minuman alkohol dan pemakaian narkotika.
Keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan ini termasuk dalam lingkup keperawatan di rumah sakit. Karena lingkup keperawatan di rumah sakit merupakan yang masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan dengan semua keadaan dan kondisi yang ada di lingkungan kota. Keperawatan masyarakat perkotaan memiliki 8 karakteristik dan merupakan hal yang penting dalam melakukan praktik (Allender, 2001) yaitu merupakan lahan keperawatan, merupakan kombinasi antara keperawatan publik dan keperawatan klinik, berfokus pada populasi, menekankan terhadap pencegahan akan penyakit serta adanya promosi kesehatan dan kesejahteraan diri, mempromosikan tanggung jawab klien dan self care, menggunakan pengesahan/pengukuran dan analisa, menggunakan prinsip teori organisasi, melibatkan kolaborasi interprofesional Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan (KKMP). Proses keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan bertujuan untuk mencegah masalah keperawatan masyarakat di daerah perkotaan.
Gambaran masyarakat di Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan Negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat,memiliki kemampuan untuk mengjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat yang setinggi-tingginya di seluruh Indonesia. Gambaran masyarakat di Indonesia di masa depan atau visi yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan tersebut dirumuskan
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
9
sebagai: Indonesia Sehat 2015. Untuk dapat mewujudkan visi Indonesia Sehat 2015, ditetapkan empat misi pembangunan kesehatan sebagai berikut; Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan, mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata,dan terjangkau, Memelihara dan meningkatkan
kesehatan
individu,
keluarga
dan
masyarakat
beserta
lingkungannya. Agar dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat diperlukan pula terciptanya lingkungan yang sehat, dan oleh karena itu tugas-tugas penyehatan lingkungan harus pula lebih diprioritaskan. (Syafrudin, 2009).
2.1.2. Dimensi KKMP Lingkungan Kesehatan Masyarakat perkotaan adalah komponen Kesehatan Masyarakat perkotaan yang terdiri dari aspek-aspek kesehatan manusia, termasuk kualitas hidup, yang ditentukan oleh fisik, kimia, faktor biologis, sosial, dan psikososial dalam lingkungan. Hal ini juga mengacu pada teori dan praktek menilai, mengoreksi, mengontrol, dan mencegah faktor-faktor dalam lingkungan yang dapat mempengaruhi berpotensi buruk terhadap kesehatan generasi sekarang dan mendatang. (www.bachelorstudies.co.id) Hal ini juga telah didefinisikan sebagai terdiri dari aspek-aspek kesehatan manusia, penyakit, dan cedera yang ditentukan atau dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Hal ini tidak hanya mencakup studi tentang efek patologis langsung bahan kimia, fisik, dan biologis, tetapi juga efek pada kesehatan lingkungan fisik dan sosial yang luas, yang meliputi perumahan, pembangunan perkotaan, penggunaan lahan dan transportasi, industri, dan pertanian. Ada dua dimensi utama untuk kesehatan masyarakat lingkungan perkotaan. Yang pertama adalah kesehatan masyarakat perkotaan, yang berkaitan dengan
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
10
faktor lingkungan yang menjadi perhatian di mana kita hidup dan di mana kami bermain, dan kedua, kesehatan dan keselamatan kerja, yang membahas lingkungan tempat kerja kita. (www.bachelorstudies.co.id)
2.1.3. Agregat Agregat yang ingin penulis sampaikan adalah agregat masyarakat pekerja perkotaan. Upaya kesehatan kerja perkotaan adalah upaya penyelerasian antara kapasitas, beban, dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal. (UndangUndang kesehatan Tahun 1992). Konsep dasar dari upaya kesehatan kerja perkotaan
adalah
mengidentifikasi
permasalahan,
mengevaluasi
dan
dilanjutkan dengan tindakan pengendalian. Sasaran kesehatan kerja perkotaan adalah manusia dan meliputi aspek kesehatan dari pekerja itu sendiri. (Efendi, 2009).
Kapasitas, beban dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen utama dalam keselamatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga komponen tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang baik dan optimal. (Efendi, 2009). Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta kemampuan fisik yang prima diperlukan agar seorang pekerja dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. Kondisi atau tingkat pekerja sebagai (modal) awal seseorang untuk melakukan pekerjaan harus mendapat perhatian. Kondisi awal seseorang untuk bekerja dapat dipengaruhi oleh kondisi tempat kerja, gizi kerja dan lain-lain.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
11
2.2.Kanker Kolorektal 2.2.1. Pengertian Kanker kolorektal adalah kanker yang menyerang kolon sampai dubur. Sebagian
besar
Adenokarsinoma
kanker adalah
kolorektal neoplasma
berasal ganas
dari
epithelial
adenokarsinoma. dengan
sel-sel
penyusunnya identik struktual bahkan kadang-kadang fungsional, dengan selsel epitel kelenjar normal pasangannya apokrin, ekrin, endokrin dan kelenjar parenkim. (Otto, 2005)
Tempat presentasi kanker sering terjadi pada area sigmodorektal. Mayoritas (40% sampai 50%) lesi terjadi dalam rektum dan (20 % sampai 35 %) terjadi di kolon desenden dan sigmoid. Hanya 8 % terjadi di kolon transversum dan 16 % pada rectum dan kolon asenden. Presentasi kecil (4% sampai 8 %) dapat terjadi sebagai tempat primer kedua. (Otto, 2005)
2.2.2. Etiologi dan faktor resiko Penyebab kanker kolon dan rektal tidak diketahui secara pasti, tetapi faktor resiko tinggi telah teridentifikasi a. Usia lebih dari 40 tahun. Pada usia ini rawan jika mempunyai riwayat dengan diet tinggi lemak, sering makan daging dan mempunyai keturunan yang dengan riwayat kanker terutama kanker kolorektal. b. Adanya darah dalam feses ketika buang air besar. Disebabkan oleh adanya proses iritasi dalam kolon. c. Adanya riwayat polip rektal atau polip kolon, adanya polip adematosa atau adenoma villus, adanya riwayat kanker kolon atau polip dalam keluarga (100%), ini merupakan tanda awal munculnya kanker kolorektal. d. Riwayat penyakit usus inflamasi kronis/colitis ulceratif selama 20 tahun (50%), Diet tinggi lemak, protein, daging dan rendah serat. (Smeltzer & Bare, 2002).
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
12
2.2.3. Manifestasi Klinis Gejala klinis yang terlihat pada kanker kolorektal tergantung dari letak anatomis kanker kolon tersebut. a. Bila di kolon sekum: menyerupai gejala colitis. biasanya tanpa keluhan untuk waktu yang lama, biasanya tiba-tiba klien jatuh dalam keadaan anemia, keadaan umum buruk, terdapat massa di perut kanan bawah, berat badan menurun, nyeri diatas umbilikus, sampai ulu hati karena infiltrasi tumor, rasa tidak enak di perut kanan bawah. b. Bila di Kolon asenden (dyspepsia); nyeri kanan obstruksi (hilang timbul), anoreksia, nausea dan lemas, perubahan warna feses coklat, darah biasanya bercampur dengan isi kolon, berat badan menurun. c. Bila di kolon transversum, jarang ada keluhan, fungsi kolon tak terlalu menganggu, kadang ada melena yang periodik, bila ada keluhan biasanya telah mengalami metastase, misalnya metastase ke paru-paru dan hepar. d. Bila di kolon sigmoid; konstipasi atau diare atau keduanya, feses berlendir dan berdarah, rasa nyeri timbul, sering kolik (mulas mendadak), sering terjadi obstruksi (penyumbatan). e. Bila di rectum; tenesmus (nyeri yang berdenyut-denyut) terutama saat defekasi, perdarahan di rektum, darah di feses. Feses seperti kotoran kambing atau seperti pita, kembung, mules. Tidak nafsu makan, penurunan berat badan. Rasa tidak puas setelah BAB, keluhan pegalpegal/rasa penuh, konstipasi atau diare atau keduanya. Feses berlendir dan berdarah.
2.2.4. Jenis Sel pada Karsinoma Kolorectal Mayoritas kanker usus adalah adenoma karsinoma dan merupakan kanker bertahap sedang sampai berdiferensiasi dengan baik. Secara histologi : a. Adenokarsinoma berdiferensiasi baik, sedang dan buruk. b. Adenokarsinoma musinosum (berlendir)
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
13
c. Karsinoma signet ring cell. d. Karsinoma sel skuamosa. Secara patologi : a.
Tipe polipoid (vegetasi) tumbuh menonjol kedalam lumen usus dan berbentuk bunga kol ditemukan terutama di sekum dan kolon asenden.
b. Tipe skirus (keras) mengakibatkan penyempitan sehingga terjadi stenosis dan gejala obstrukai terutama di temukan di kolon desenden, sigmoid dan rectum c.
Bentuk ulseratif terjadi karena nekrosis di bagian sentral, terdapat di retum. Pada tahap lanjut sebagian besar karsinoma kolon mengalami ulserasi menjadi tukak maligna. (Otto, 2005)
2.2.5. Klasifikasi kanker kolorektal menurut sistem TNM T (Tumor Primer): Tx : Tumor primer tidak dapat dinilai. To : Tidak ada tumor primer. Tis : Tumor in situ. T1 : Invasi tumor di lapisan sub mukosa. T2 : Invasi tumor di lapisan otot propia. T3 : Invasi tumor melewati otot propia ke sub serosa atau non peritoneal perikolik atau ke jaringan perirektal. T4 : Invasi tumor ke organ/struktur sekitarnya dan atau peritoneum viseral. N (Nodus Limfe Regional): Nx : Kelenjar limfe regional tidak dapat dinilai. No : Tidak didapatkan kelenjar limfe regional. N1 : Metastasis di 1-3 kelenjar limfe perikolik atau kelenjar limfe perirektal. N2 : Metastasis di 4 atau lebih ke kelenjar limfe pericolik atau perirectal. N3 : Metastasis pada kelenjar limfe sesuai nama pembuluh darah dan atau pada kelenjar apikal.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
14
M (Metastasis jauh): Mx : Metastase jauh tidak dapat dinilai. Mo : Tidak ada metastase jauh. M1 : Terdapat metastase jauh (Otto,2005)
Stadium kanker kolorektal menurut Duke Tabel 2.2. Klasifikasi Duke (Otto, 2005) Stadium Stadium A Stadium B1 Stadium B2
Deskripsi Karsinoma sebatas di lapisan mukosa Karsinoma menyerang otot tetapi tidak melewati dinding bowel Karsinoma menembus melewati muskularis propria sampai lapisan serosa dan jaringan penyambung Sama dengan stadium B2 dan sudah mengenai organ-organ sekitar tetapi tidak ditemukan nodus (kelenjar limfe) Ditemukan kelenjar limfe tetapi tumor primer masih sebatas dinding bowel Ditemukan kelenjar limfe dan tumor menembus melewati dinding bowel Sama dengan B3 dengan kelenjar limfe positif Metastase jauh
Stadium B3 Stadium C1 Stadium C2 Stadium C3 Stadium D
Tabel 2.2. Klasifikasi Duke dan deskripsi (Medscape.com, 2005) Stadium Klasifikasi Duke TNM A T1N0M0 B1 T2N0M0
B2
T3-4N0M0
C1
T2N1Mo
C2
T3-4N1M0
D
TxNxM1
Deskripsi Infiltrasi sebatas submukosa Menembus lapisan muskularis, tidak melewati dinding kolon, tidak didapatkan kelenjar limfe regional Meluas melewati dinding kolon, tidak didapatkan kelenjar limfe regional Menembus lapisan muskularis, tidak melewati dinding kolon, metastase di 1-3 kelenjar limfe pericolic atau perirectal Meluas melewati dinding kolon, metastase di 1-3 kelenjar limfe pericolic atau perirectal Tumor primer tidak dapat dinilai, kelenjar limfe regional tidak dapat dinilai, Metastase jauh
2.2.6. Komplikasi a. Obstruksi. Bila terjadi obstruksi total merupakan suatu keadaan yang serius karena dapat menyebabkan pasien muntah sehingga terjadi
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
15
gangguan keseimbanagan cairan dan elektrolit serta dapat menimbulkan kematian. b. Fistel. Pada fistel terbentuk hubungan yang abnormal antar dua saluran atau antara saluran dengan dunia luar. Fistel yang letak tinggi banyak mengeluarkan
cairan
dan
elektrolit
sehingga
terjadi
gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit. Fistel yang terhubung dengan kulit menyebabkan iritasi kulit oleh enzim pencernaan dari usus, serta dapat terjadi kekurangan nutrisi. c. Perforasi. Perforasi terjadi karena tumornya mengalami nekrosis atau obstruksi oleh tumor menyebabkan tekanan dalam lumen kolon meningkat. Bila perforasi ke rongga peritoneum menyebabkan peritonitis dan sepsis. Perforasi kejaringan sekitar bisa membentuk abses. Perforasi bisa ke lambung atau kandung kemih. (Harahap, 2012)
2.2.7. Pemeriksaan diagnostik Individu dengan resiko tinggi terhadap penyakit atau yang mempunyai gejala dan adanya darah samar fekal positif memerlukan pengujian diagnostik tambahan: -
Enema barium adalah dengan memakai double kontras barium enema, yang sensitifitasnya mencapai 90% dalam mendeteksi polip yang berukuran >1 cm. Tehnik ini jika digunakan bersama-sama fleksibel sigmoidoskopi merupakan cara yang hemat biaya sebagai alternatif pengganti kolonoskopi untuk pasien yang tidak dapat mentoleransi kolonoskopi, atau digunakan sebagai pemantauan jangka panjang pada pasien yang mempunyai riwayat polip atau kanker yang telah di eksisi. Risiko perforasi dengan menggunakan barium enema sangat rendah, yaitu sebesar 0,02 %.
-
Kolonoskopi. Kolonoskopi adalah prosedur endoskopi dengan alat kolonoskop fleksibel (fiberoskop / videoskop) yang di masukkan dari anus
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
16
sampai sekum. Pemeriksaan ini untuk mengetahui adanya massa tumor, letak tumor, sumber perdarahan, biopsi tumor, dan terapi polipektomi. -
Rontgen Thoraks, untuk melihat adanya apakah adanya metastase ke paruparu.
-
Darah lengkap untuk melihat Haemoglobin, Leukosit. SGOT/SGPT apakah ada sudah ada gangguan di fungsi hepar. CEA adalah sebuah glikoprotein yang terdapat pada permukaan sel yang masuk ke dalam peredaran darah, dan digunakan sebagai marker serologi untuk memonitor status kanker kolorektal dan untuk mendeteksi rekurensi dini dan metastase ke hepar. CEA terlalu insensitif dan nonspesifik untuk bisa digunakan sebagai screening kanker kolorektal. Meningkatnya nilai CEA serum,
bagaimanapun
berhubungan
dengan
beberapa
parameter.
Tingginya nilai CEA berhubungan dengan tumor grade 1 dan 2, stadium lanjut dari penyakit dan kehadiran metastase ke organ dalam. Nilai CEA serum baru dapat dikatakan bermakna pada monitoring berkelanjutan setelah pembedahan. -
CT Scan Abdomen dan pelvis. CT Scan dapat mengevaluasi abdominal cavity dari pasien kanker kolon pre operatif. CT Scan bisa mendeteksi metastase ke hepar, kelenjar adrenal, ovarium, kelenjar limfa dan organ lainnya di pelvis. CT Scan sangat berguna untuk mendeteksi rekurensi pada pasien dengan nilai CEA yang meningkat setelah pembedahan kanker kolon. Sensitifitas CT Scan mencapai 55%. CT Scan memegang peranan penting pada pasien dengan kanker kolon karena sulitnya dalam menentukan stage dari lesi sebelum tindakan operasi. CT Scan pelvis dapat mengidentifikasi invasi tumor ke dinding usus dengan akurasi mencapai 90 %, dan mendeteksi pembesaran kelanjar getah bening >1 cm pada 75% pasien. Penggunaan CT dengan kontras dari abdomen dan pelvis dapat mengidentifikasi metastase pada hepar dan daerah intraperitoneal.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
17
-
MRI lebih spesifik untuk tumor pada hepar daripada CT Scan dan sering digunakan pada klarifikasi lesi yang tidak teridentifikasi dengan menggunakan CT Scan. Karena sensifitasnya yang lebih tinggi daripada CT Scan, MRI dipergunakan untuk mengidentifikasikan metastasis ke hepar.
-
Biopsi dan histopatologi. Biopsi adalah tindakan pengambilan sebagian kecil jaringan tumor atau jarinagn sekitar tumor untuk menganalisa adanya tumor, jenis tumor, tipe sel kanker serta diferensiasinya. Selain itu juga untuk mengetahui luas penyebaran, diagnostik, jenis terapi serta prognosisnya.
Tabel 2.1. Ringkasan American cancer society Recommendations untuk deteksi dini terhadap kanker pada individu tanpa gejala Uji atau prosedur Sigmodoskopi
Jenis kelamin Pria & Wanita
Populasi Usia 50 dan lebih
Frekuensi Setiap 3-5 tahun atau anjuran dokter Setiap tahun Setiap tahun Setiap 5 tahun
Uji darah samar fekal Pria & Wanita Lebih dari 50 Pemeriksaan rectal digital Pria & Wanita Lebih dari 40 Pria & wanita 35-40 Kolonoskopi/kontras ganda enema bariun & pemeriksaan rontgen Saudara kandung atau orang tua dengan kanker kolorektal meninggal pada usia diatas 55 tahun.
2.2.8. Penatalaksanaan Medis Penatalaksaannya sesuai dengan letak, jumlah, stadium dan besarnya tumor. Terapi dapat berupa : 2.2.8.1.Pembedahan Pembedahan merupakan terapi pilihan utama. Pembedahan bisa berupa kuratif maupun paliatif. Pembedahan pada tumor untuk mencegah penyebaran tumor, obstruksi, perdarahan, anemia, inkontinensia, fistel dan nyeri.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
18
Pembedahan merupakan terapi pilihan utama. Pembedahan bisa berupa kuratif maupun paliatif. Pembedahan pada tumor untuk mencegah penyebaran tumor, obstruksi, perdarahan, anemia, inkontinensia, fistel dan nyeri. Jenis dan besarnya operasi sesuai dengan letak, dan stadium tumor: a. Kanker kolon kanan dan kiri atas tindakan hemicolectomy (pemotongan sebagian kolon) b. Kanker kolon kiri bawah tindakan Low Anterior Resection (LAR) adalah suatu tindakan menyiapkan
pembedahan dengan mengangkat kolon
sigmoid dan sebagian dari rectum beserta pembuluh darah dan kelenjar limfe. c. Kanker Recti kurang dari 5 cm di atas garis cutan (anno cutan line) dimana anus tidak dapat dipertahankan maka tindakannya Abdomino Perineal Resection (APR) atau pengangkatan seluruh perineal sehingga pasien menggunakan kolostomi permanen. d. Miles prosedure adalah suatu tindakan pembedahan yang dilakukan dengan melakukan abdominal reseksi pada rektum dilanjutkan dengan reseksi perineal karena suatu proses keganasan pada rektum 1/3 distal. Prosedur ini dilakukan melalui pendekatan abdominal dan perineal dan dibuat proksimal end kolostomi permanen untuk diversi (anus preternaturalis) dan perineum ditutup. e. Hartmann prosedure adalah prosedur standar yang di lakukan jika kita harus melakukan kolostomi yang emergensi seperti ileus obstructif , trauma kolon yang belum dilakukan persiapan sehingga dilakukan satu kolostomi dari bagian proksimal sedang bagian distal di tutup dan di jahit lalu di tinggalkan di dalam cavum abdomen. Ini hanya bersifat sementara sebab tidak boleh lebih dari 1 minggu reseksi ususnya harus di sambung kembali. Jenis dan besarnya operasi sesuai dengan letak, dan stadium kanker.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
19
2.2.8.2.Radioterapi Terapi radiasi menggunakan sinar radioaktif. Bekerja dengan cara merusak sel/DNA sehingga proses mitosis sel-sel ganas terhambat atau terhenti. Radioterapi dilakukan pada periode preoperatif dan pasca operatif untuk memperkecil tumor, mencapai hasil yang lebih baik dari pembedahan, dan untuk mengurangi risiko pembedahan. Efek samping radiasi adalah meyebabkan peradangan jaringan sekitar sehingga dapat menyebabkan diare, sistitis, iritasi kulit perianal. 2.2.8.3.Kemoterapi Kemoterapi merupakan tindakan terapi sistemik dengan menggunakan obat/ agen anti tumor. Agen anti tumor bekerja dengan menghambat mitosis atau menghancurkan sel tumor sehingga menghambat pertumbuhan
serta
menghilangkan sel tumor sistemik. Kemoterapi dapat di kombinasikan dengan operasi atau radioterapi. 2.2.8.4.Kombinasi Kombinasi beberapa modalitas terapi pada kanker kolorektal untuk memperoleh efek terapi yang lebih baik.
2.3. Kolostomi 2.3.1. Pengertian Kolostomi adalah Pembuatan lubang (stoma) pada kolon secara bedah. Stoma ini dapat berfungsi sebagai diversi sementara atau permanen. Ini untuk memungkinkan drainage atau evakuasi isi kolon keluar tubuh. Konsistensi drainase dihubungkan dengan penempatan kolostomi, yang ditentukan oleh lokasi tumor dan luasnya invasi pada jaringan sekitar. (Smeltzer & Bare, 2002).
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
20
2.3.1.1.Indikasi operasi kolostomi a. Inflamasi : Diverticulitis, Crohn’s Disease b. Trauma : Luka tembak, luka tusuk. c. Kongenital : Hischprung d. Neoplastik : Kanker kolorektal 2.3.2. Tipe Kolostomi 2.3.2.1.Tipe Kolostomi berdasarkan letaknya Kolostomi dilakukan pada kurang dari sepertiga pasien dengan kanker kolorektal untuk teknik perbaikan melalui pembedahan. Kolostomi dan macam-macam bentuknya. a. Hartmarn’s procedure, eksisi dari sigmoid atau atas rektum kolostomi dibuat dan ujung rektum ditutup dan dibiarkan di dalam pelvis.
Gambar 2.1. Hartmarn’s procedure (Martinson, 2010) b. Kolostomi loop. Jenis kolostomi ini didesain sehingga baik segmen distal maupun proksimal usus terdapat pada permukaan kulit.
Gambar 2.2. Kolostomi loop (Martinson, 2010) c. Kolostomi double barrel. Pada kolostomi double barrel, dibuat dua stoma yang terpisah pada dinding abdomen. Stoma bagian proksimal berhubungan dengan traktus gastrointestinal yang lebih atas dan akan menjadi saluran pengeluaran feses. Stoma bagian distal berhubungan dengan rektum. Kolostomi double barrel termasuk jenis kolostomi
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
21
sementara. Kolostomi double barrel mudah dan aman digunakan pada neonatus dan bayi.
Gambar.2.3. Kolostomi double barrel (Martinson, 2010) d. Kolostomi devided. Kolostomi ini sering dibuat pada sigmoid pada karsinoma rektum yang tak dapat diangkat, sehingga karsinoma tersebut tidak teriritasi oleh tinja. e. Kolostomi terminal. Tipe ini dilakukan bila diperlukan untuk membuang kolon karena terlalu membahayakan bila dilakukan anastomosis yang memudahkan timbulnya sepsis. Kontinuitas dapat diperbaiki kemudian hari bila sepsis telah dapat diatasi dan kondisi penderita lebih baik. Biasanya dilakukan miles prosedur.
Gambar 2.4. Kolostomi terminal (Martinson, 2010) f. Sekostomi dengan pipa (tube). Sekostomi merupakan kolostomi sementara. Berguna untuk dekompresi gas dalam usus. Sekostomi tidak cocok untuk diversi aliran feses. Saat ini sekostomi jarang digunakan karena stoma sering tersumbat oleh feses dan seringkali diperlukan irigasi untuk kembali melancarkan kembali aliran feses. 2.3.2.2.Tipe kantong kolostomi Jenis kantong kolostomi bervariasi sesuai dengan ukuran dan bentuk. Kantong kolostomi harus ringan dan kedap bau. Beberapa kantong juga mempunyai filter arang yang dapat melepaskan gas secara perlahan dan membantu mengurangi bau.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
22
Jenis kantong ostomi berdasarkan bentuk kantong : a. Drainable Pounches / Open-ended pouch. Jenis ini memungkinkan anda untuk membuka bagian bawah dari kantong untuk mengalirkan output. Kantong ini biasanya di tutup dengan menggunakan klem. Kantong ini biasanya di gunakan untuk pasien dengan kolostomi ascenden dan kolostomi transversum.
Gambar 2.5. Drainable Pounches / Open-ended pouch (Martinson, 2010) b. Close Pounches/ Close-ended pouch. Jenis kantong ini, ketika kantong telah terisi kemudian diambil dan dibuang, kemudian di pasang lagi dengan yang baru. Kantong ini biasanya digunakan oleh pasien dengan kolostomi desenden dan sigmoid. Output dari jenis kantong kolostomi ini tidak perlu untuk dialirkan .
Gambar 2.6. Close Pounches/ Close-ended pouch. (Martinson, 2010) c. Valve/tap closure Pounches. Digunakan untuk menampung urin output dari stoma urinary. Dapat digunakan sampai beberapa hari Jenis Kantong berdasarkan Jumlah Bagian Kantong : a. One-piece. Kantong ini terdiri dari kantong kecil dan penghalang kulit. Penghalang kulit mudah lengket (adesif) yang ditempatkan disekitar stoma dan ditempelkan ke kulit sekitar stoma. Ketika kantong kecil akan diganti dengan baru, kantong kecil baru harus di rekatkan kembali ke kulit.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
23
Gambar 2.7. stoma One-piece (Martinson, 2010) b. Two-piece. Kantong ini terdiri dari dua bagian: Face plate yang bersifat adesif dan kantong penampung faeces. Face plate tetap berada dalam tempatnya saat kantong yang telah terisi faeces di ambil dan diganti dengan kantong baru kemudian kantong baru dihubungkan ke face plate. Kantong baru tidak perlu dilengketkan kembali ke kulit setiap kali pergantian kantong, cukup di hubungkan kembali dengan face plate, sehingga sistem ini sangat menolong untuk pasien dengan kulit sensitive
Gambar 2.8.stoma Two-piece (Martinson, 2010) Jenis kantong berdasarkan warna kantong : a. Clear Pounch/transparent pounch : kantong kolostomi transparan/ bening, cocok di gunakan untuk post operasi karena dapat mengobservasi kondisi stoma. b. Opaque Pounch /white pounch : kantong berwarna coklat/putih
2.3.3. Komplikasi kolostomi Suatu pembedahan kolostomi mempunyai beberapa resiko antara lain: a. Obstruksi/ penyumbatan. Penyumbatan dapat disebabkan oleh adanya perlengketan usus atau adanya pengerasan feses yang sulit dikeluarkan. Untuk menghindari terjadinya sumbatan, pasien perlu dilakukan irigasi kolostomi secara teratur. Pada pasien dengan kolostomi permanen tindakan irigasi ini perlu diajarkan agar pasien dapat melakukannya sendiri di kamar mandi.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
24
b. Infeksi. Kontaminasi feses merupakan factor yang paling sering menjadi penyebab terjadinya infeksi pada luka sekitar stoma. Oleh karena itu pemantauan yang terus menerus sangat diperlukan dan tindakan segera mengganti balutan luka dan mengganti kantong kolstomi sangat bermakna untuk mencegah infeksi. c. Retraksi stoma/ mengkerut. Stoma mengalami pengikatan karena kantong kolostomi yang terlalu sempit dan juga karena adanya jaringan scar yang terbentuk disekitar stoma yang mengalami pengkerutan. d. Prolaps pada stoma. Terjadi karena kelemahan otot abdomen atau karena fiksasi struktur penyokong stoma yang kurang adekuat pada saat pembedahan. e. Stenosis. Penyempitan dari lumen stoma f. Perdarahan stoma. Terjadi biasanya karena teriritasi ketika melakukan irigasi atau dari proses penyakitnya.
2.3.4. Edukasi Kolostomi Pasien dengan pemasangan kolostomi perlu berbagai penjelasan baik sebelum maupun setelah operasi, terutama tentang perawatan kolostomi bagi pasien yang harus menggunakan kolostomi sementara atau permanen. Berbagai hal yang harus diajarkan pada pasien adalah: a. Teknik penggantian/ pemasangan kantong kolostomi yang baik dan benar b. Teknik perawatan stoma dan kulit sekitar stoma c. Waktu penggantian kantong kolostomi d. Teknik irigasi kolostomi dan manfaatnya bagi pasien e. Jadwal makan atau pola makan yang harus dilakukan untuk menyesuaikan f. Pengeluaran feses agar tidak mengganggu aktifitas pasien g. Berbagai jenis makanan bergizi yang harus dikonsumsi h. Berbagai aktifitas yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh pasien i. Berbagi hal/ keluhan yang harus dilaporkan segera pada dokter (jika pasien sudah dirawat dirumah) j. Berobat/ kontrol ke dokter secara teratur
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
25
k. Makanan yang tinggi serat. 2.3.5. Perawatan Kolostomi 2.3.5.1.Pengertian Membersihkan stoma kolostomi, kulit sekitar stoma , dan mengganti kantong kolostomi secara berkala sesuai kebutuhan. (Potter & Perry, 2006). 2.3.5.2.Tujuan a. Menjaga kebersihan pasien b. Mencegah terjadinya infeksi c. Mencegah iritasi kulit sekitar stoma d. Mempertahankan kenyamanan pasien dan lingkungannya 2.3.5.3.Persiapan pasien a. Memberi penjelasan pada pasien tentang tujuan tindakan. b. Mengatur posisi tidur pasien (supinasi) c. Mengatur tempat tidur pasien dan lingkungan pasien (menutup gorden jendela, pintu, memasang penyekat tempat tidur, mempersilahkan keluarga untuk menunggu di luar kecuali jika diperlukan untuk belajar merawat kolostomi pasien. 2.3.5.4.Persiapan alat a. Stoma bag. b. Kapas sublimate/kapas basah yang di rendam air dalam kom c. Kapas kering atau tissue d. 1 pasang sarung tangan bersih e. Kantong plastik untuk balutan kotor f. Spidol untuk mengambar ukuran stoma g. Perlak dan alasnya h. Gunting dan plester 2.3.5.5.Persiapan klien a. Memberitahu klien b. Menyiapkan lingkungan klien
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
26
c. Mengatur posisi tidur klien, motivasi klien agar bisa melakukan ini di kamar mandi secara mandiri. 2.3.5.6.Prosedur kerja a. Cuci tangan b. Gunakan sarung tangan c. Letakkan perlak dan alasnya di bagian kanan atau kiri pasien sesuai letak stoma d. Meletakkan bengkok di atas perlak dan didekatkan ke tubuh pasien e. Mengobservasi produk stoma (warna, konsistensi) f. Membuka kantong kolostomi secara hati-hati dengan menggunakan tangan kanan dan tangan kiri menekan kulit pasien g. Meletakan kolostomi bag kotor dalam kantong plastic h. Melakukan observasi terhadap kulit dan stoma i. Membersihkan kolostomi dan kulit di sekitar kolostom dengan kapas sublimat / kapas hangat (air hangat) j. Mengeringkan kulit sekitar kolostomi dengan sangat hati – hati menggunakan tissue k. Memberikan zink salep (tipis-tipis) jika terdapat iritasi pada kulit sekitar stoma l. Menyesuaikan
lubang
kolostomi
dengan
stoma
bag
dengan
menggambarkan kolostomi pada pengukur stoma. m. Menempelkan kantong kolostomi dengan posisi vertical/horizontal/miring sesuai kebutuhan pasien n. Memasukkan stoma melalui lubang kantong kolostomi o. Merekatkan/memasang stoma bag dengan tepat tanpa udara didalamnya p. Merapikan klien dan lingkungannya q. Membereskan alat-alat dan membuang kotoran r. Melepas sarung tangan s. Mencuci tangan (Potter & Perry, 2006).
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
27
2.4. Peran perawat pre dan paska operasi kolostomi Peran perawat dalam pre dan paska operasi kolostomi sangatlah penting karena perawat yang paling dekat dengan pasien. Dan disini peran perawat sangatlah penting memberi support dan memotivasi semangat pasien dan keluarga. 2.4.1. Peran perawat pre operasi kolostomi Perawat preoperatif adalah Perawatan pre operatif merupakan tahap pertama dari perawatan perioperatif yang dimulai sejak pasien diterima masuk di ruang terima pasien dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi untuk dilakukan tindakan pembedahanPersiapan pembedahan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yang meliputi persiapan psikologi baik pasien maupun keluarga dan persiapan fisiologi (khusus pasien). a. Pengkajian kondisi klien. Pasien kita kaji terlebih dahulu riwayat penyakit, penyakit sekunder, penyakit terdahulu serta pemeriksaan fisik. b. Mempersiapkan klien/keluarga klien untuk penandatangan inform cosent operasi, pembiusan dan transfusi darah. c. Merencanakan perawatan yang spesifik berdasarkan kebutuhan individu. Karena klien mau direncanakan kolostomi. Maka kita perlu perhatikan pola nutrisi klien 2 hari sebelumnya, yaitu klien diet cair 6 x 100 cc. Dan dilakukan klisma pagi dan sore. Mempersiapkan persediaan darah PRC (Packet Red Cell) paska operasi
sesuai order. Menyiapkan hasil
pemeriksaan penunjang dan hasil laboraturium. Mengevaluasi hasil konsul-konsul (paru, jantung, penyakit dalam dan anastesi). Daerah yang akan dioperasi harus bebas dari rambut, lemak dan kotoran harus terbebas dari daerah kulit yang akan dioperasi. Klien mandi besar sejak sore hari. Klien puasa 6 jam sebelum operasi. Mempersiapkan ruang high care bedah paska operasi. d. Memberikan pendidikan kesehatan perawatan perioperatif manajemen nyeri, mobilisasi dini paska operasi.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
28
e. Identifikasi masalah yang potensial. Dengan memberikan dukungan psikososial. Pasien yang di diagnosis kanker kolon / rektum memerlukan kolostomi permanen akan merasa sedih, putus asa, menjadi menyendiri, tidak terima dengan kondisinya akibat di diagnosa penyakit kanker dan rencana pembedahan menjalani kolostomi sementara. Peran perawat disini dapat membantu mengurangi ketakutan dengan memberikan informasi aktual tentang prosedur pembedahan, memberikan penjelasan bahwa ini tindakan yang terbaik, yang bila tidak dilakukan kolostomi maka penyakit dan pembentukan serta penatalaksanaan ostomi. f. Mengantar pasien sampai ke kamar operasi. 2.4.2. Peran perawat paska operasi Perawat paska operasi adalah tahap lanjutan dari perawatan pre operatif dan intra
operatif yang dimulai ketika klien diterima di ruang pemulihan
(recovery room)/ pasca anaestesi dan berakhir sampai evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau di rumah. a. Pengkajian respon klien terhadap pembedahan b. Melaksanakan asuhan keperawatan memberikan terapi medis dan keperawatan sampai kondisi pemulihan klien. c. Membantu mengingatkan klien manajemen nyeri dan mobilisasi dini. d. Membantu penyembuhan luka operasi e. Mencegah komplikasi luka operasi dan kolostomi. f. Melakukan
edukasi
discharge
planning
perawatan
kolostomi
(Baradero,2005). Discharge
planning
adalah
proses
mempersiapkan
pasien
untuk
meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang lain di dalam atau di luar suatu agen pelayanan kesehatan umum. Kozier (2004). Discharge planning sebaiknya dilakukan sejak pasien diterima di suatu pelayanan kesehatan, terkhusus di rumah sakit dimana rentang waktu pasien untuk menginap semakin diperpendek. Discharge planning yang efektif seharusnya mencakup pengkajian berkelanjutan untuk mendapatkan
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
29
informasi yang komprehensif tentang kebutuhan pasien yang berubahubah, pernyataan diagnosa keperawatan, perencanaan untuk memastikan kebutuhan pasien sesuai dengan apayang dilakukan oleh pemberi layanan kesehatan (Kozier, 2004).
Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hampir bagi semua klien yang mengalami pembedahan berbagai kemungkinan buruk yang akan membahayakan bagi pasien bisa saja terjadi sehingga diperlukan peran penting perawat dalam setiap tindakan keperawatan dengan melakukan intervensi keperawatan yang tepat untuk mempersiapkan klien baik secara fisik maupun psikis, termasuk tindakan perawatan perawatan paska operasi kolostomi. Karena itu perlu diberikan informasi kepada pasien agar mampu mengenali tanda bahaya untuk dilaporkan kepada tenaga medis. Sebelum pemulangan pasien dan keluarganya harus mengetahui bagaimana cara manajemen perawatan kolostomi di rumah dan apa yang diharapkan di dalam memperhatikan masalah fisik yang berkelanjutan karena kegagalan untuk mengerti pembatasan atau implikasi masalah kesehatan (tidak siap menghadapi pemulangan) dapat menyebabkan pasien meningkatkan komplikasi (Perry & Potter, 2006).
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
BAB 3 TINJAUAN KASUS
Bab tiga tinjauan kasus keloaan berisi pengkajian, analisa data dan diagnosa keperawatan,
rencana keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi
keperawatan klien kelolaan. 3.1. Pengkajian 3.1.1. Identitas klien Klien dengan nama Tn.N (60 tahun) masuk lantai IV utara RSUP Fatmawati tanggal 18 Mei 2014. Mulai dilakukan pengkajian tanggal 26 Mei 2014 (dua hari pre operasi). Agama Islam, Pendidikan SMA, Pekerjaan pensiunan buruh pabrik dan sekarang sebagai kontraktor di lapangan. Alamat Ciganjur Jagakarsa. Klien masuk melalui poli bedah digestif diantar petugas dan keluarga rencana operasi reseksi anterior. 3.1.2. Anamnesis 3.1.2.1.Keluhan utama pada saat dirawat Diare sejak 3 bulan yang lalu, Buang Air Besar (BAB) sering 3 sampai 8 kali/hari dan sedikit – sedikit, lendir tidak ada, darah ada, feses berwarna merah kehitaman, saat BAB disertai nyeri, Buang Air Kecil (BAK) normal. Sakit perut tidak ada, mual ada, muntah tidak ada, penurunan nafsu makan tidak ada, penurunan berat badan dalam 3 bulan terakhir, kaki terasa lemas. BAK lancar. 3.1.2.2.Riwayat kesehatan masa lalu Klien mengatakan 10 tahun yang lalu pernah dirawat dengan stroke ringan dan hipertensi, klien dirawat 7 hari dan sembuh. Klien tidak ada riwayat DM, 30
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
31
asma, asam urat atau polip. Namun hipertensi kadang muncul klien tidak rutin berobat. 3.1.2.3.Riwayat kesehatan keluarga Tidak ada keluarga klien yang menderita kanker, DM, dan hipertensi. 3.1.3. Pengkajian pre operasi tanggal 26 Mei 2014 a. Kesadaran Compos Mentis, Glascow Coma Scale (GCS) 15, Tekanan darah 140/90 mmHg, Nadi 82 x/menit. Suhu 36˚C, pernapasan 24 x/menit, tinggi badan 169 cm, berat badan 58 kg. b. Pernapasan vaskuler, sirkulasi cairan akral hangat, capilla refill kurang dari 3 detik, penglihatan baik, pendengaran baik, penciuman baik, kondisi kulit bersih. c. Abdomen, asites tidak ada, nyeri tekan di perut kiri bawah, tanda bekas operasi tidak ada. Bising usus 18 sampai 20 kali/menit. d. Eliminasi. Pola BAB diare sering tiga sampai delapan kali/hari dan sedikit – sedikit, lendir tidak ada, darah ada, saat BAB disertai nyeri, konsistensi cair ada sedikit ampas berwarna merah kehitaman. Pola BAK normal lima sampai delapan kali/hari. e. Psikososial. Klien menerima dengan kondisinya saat ini. Sosial support istri klien. Klien cemas dengan tindakan operasi karena baru pertama kali operasi dan klien mengatakan dijelaskan kata dokter ini operasi besar dan resiko operasinya besar. f. Kebutuhan edukasi. Hambatan untuk menerima edukasi tidak ada. Pemahaman tentang penyakit, rencana operasi kolostomi dan diet sudah. Pemahaman tentang paska operasi, manajemen nyeri, mobilisasi dini belum. g. Skrining nutrisi. BB 58 kg, TB 169 cm, IMT 58/(1,69)² hasil 20,35 kg/m². Berat badan 3 bulan yang lalu 78 kg dan sekarang 58 kg. Berat badan ideal klien 77 kg sampai 63 kg. LILA 26,1 cm. Interpretasi persen LILA
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
32
89 % (underweight). Nafsu makan normal, mual ada. Klien diet cair 6 x 250 cc. h. Hasil CT scan abdomen tanggal 10 maret 2014. Tumor rectum yang mengenai lapisan mukosa, sub mukosa, muskularis dan serosa, serta kemungkinan infiltrasi pada sebagian fat peri-rektal dan KGB kecil di rongga pelvis sisi kanan, disertai metastasis ke hepar sesuai T3N1M1 (stage IV). i. Hasil kolonoskopi tanggal 9 Januari 2014. Hemorroid interna grade 1, tumor rekti yang besar bentuk bentuk polipoid pada kedalaman 15 cm dengan permukaan yang sebagian ulcerative dan mudah berdarah. Suspek malignancy. j. Hasil laboratorium tanggal 12 Mei 2014 Darah lengkap terdiri dari Haemoglobin; 12,9 g/dl, Hematokrit; 39 %, Leukosit; 9,4 ribu/ul, trombosit; 372 ribu/ul, eritosit; 4,48 juta/ul. Hemostasis terdiri dari APTT; 28,6 detik, PT; 13,5 detik Fungsi hati terdiri dari SGOT; 39 u/L, SGPT; 27 u/L Fungsi ginjal terdiri dari Ureum; 21 mg/dl, kreatinin; 0,9 mg/dl. Diabetes terdiri dari GDN; 95 mg/dl, GDPP; 130 mgdl. Elektrolit terdiri Na; 141 mmol/L, K: 4 mmol/L, Cl; 105 mmol/L. CEA ; 55,5 3.1.4. Pengkajian paska operasi tanggal 28 Mei 2014 Klien operasi di jam 12.00, klien berangkat dari ruangan jam 11.30. Klien dijemput jam 15.00 dengan spinal anestesi. Lalu klien dipindah masuk ruang high care bedah. ADL total care, Klien terpasang infus Aminofluid : Asering (2:2)/ 24 jam di vena brachialis dextra, terpasang DC produksi urine warna kuning kecoklatan, terpasang NGT dialirkan produksi cairan warna hijau kekuningan, terpasang drain produksi darah kotor di area abdomen bagian kanan bawah, terpasang kolostomi di area abdomen bagian kiri bawah, terpasang oksigen nasal canule 3 liter/menit. Klien di monitor TTV.
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
33
Kesadaran CM, klien mengatakan nyeri daerah luka operasi skala nyeri 3, mual, kembung. TD: 140/85 mmHg, N: 88 x/menit, RR: 18 x/menit, S: 36,5˚C Klien post operasi Hartmann Procedure. Hasil Laboratorium tanggal 28 Mei 2014: darah lengkap Haemoglobin; 10,7 g/dl, Hematokrit; 31 % Leukosit; 11,1 ribu/ul, Trombosit; 314 ribu/ul.
3.2. Analisa data dan diagnosa keperawatan 3.2.1. Preoperasi a. Diare berhubungan dengan proses inflamasi kanker rekti Subjektif; klien mengatakan BAB diare 3 sampai 8 kali perhari, BAB ada ampas dan kadang ada darahnya, kadang nyeri daerah abdomen kiri kanan bawah. Objektif; bising usus 20 x/menit, TD; 140/80 mmHg, Nadi; 80 x/menit, RR; 20 x/menit, nyeri tekan perut kanan bawah mukosa mulut kering, capilla refill kurang dari 3 detik, intake minum; 2000 cc (termasuk diet cair 6 x 250 cc) output; 1200cc, IWL; 500, balance + 300 cc. b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan proses penyakit Subjektif; klien mengatakan berat badan menurun 20 kg sejak 3 bulan yang lalu. Objektif; BB sebelum sakit 78 kg, sekarang 58 kg, IMT; 20,35 kg/m², Berat badan ideal klien 77 kg sampai 63 kg. LILA 26,1 cm. Interpretasi persen LILA 89 % (underweight). Klien diet cair 6 x 250 cc. c. Cemas berhubungan proses tindakan operasi Subjektif; Klien mengatakan cemas dengan tindakan operasi karena baru pertama kali operasi dan klien mengatakan dijelaskan kata dokter ini operasi besar dan resikonya sangat besar. Objektif; Klien sering menanyakan jadwal operasi dan tentang prosedur operasi. 3.2.2. Paska operasi a. Nyeri akut berhubungan dengan luka operasi laparatomi dan kolostomi Subjektif; Klien mengatakan nyeri daerah luka operasi, Skala nyeri 3. Objektif; klien terlihat merintih kesakitan ketika bergerak dan batuk.
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
34
b. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi Subjektif; tidak ada. Objektif; terpasang drain produksi darah kotor di area abdomen bagian kanan bawah, terpasang kolostomi di area abdomen bagian kiri bawah. c. Kesiapan untuk meningkatkan pengetahuan berhubungan dengan kurang pegetahuan tentang perawatan kolostomi Subjektif; Klien dan keluarga masih takut melakukan perawatan dan mengganti kolostomi. Objektif; Klien terlihat masih sering bertanya-tanya tentang perawatan kolostomi.
3.3. Rencana keperawatan a. Diagnosa 1 Diare Tujuan; Diare dapat berkurang atau berhenti dalam 3 x 24 jam Kriteria Evaluasi; Klien menunjukkan eliminasi fekal yang efektif. Terhidrasi baik (membrane mukosa lembab, afebris, haluaran urine normal. Melakukan praktek hygiene yang adekuat untuk mencegah kerusakan kulit. Intervensi; -
Kaji dan dokumentasikan frekuensi BAB klien.
-
Anjurkan klien untuk banyak minum air putih.
-
Kolaborasi dokter manajemen diare pada pasien dengan pemberian diet cair.
-
Anjurkan klien untuk membersihkan dan mengeringkannya di daerah perineal hygiene.
-
Hitung intake output klien.
b. Diagnosa 2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Tujuan; Asupan nutrisi klien adekuat. Kriteria Evaluasi; Berat badan klien bertambah, nafsu makan klien bertambah. Intervensi: -
Kaji status nutrisi klien
-
Auskutasi bising usus
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
35
-
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk perencanaan diet yang sesuai.
-
Timbang berat badan klien setiap minggu.
-
Anjurkan klien untuk menghabiskan porsi diet cair yang disediakan.
c. Diagnosa 3 cemas Tujuan: rasa cemas klien berkurang atau hilang dalam setiap 1x24 jam Kriteria evaluasi; klien tidak menunjukkan rasa cemas Intervensi : -
Bina hubungan saling percaya
-
Ciptakan suasana tenang saat klien istirahat
-
Ajarkan klien teknik relaksasi napas dalam
-
Ajarkan klien tentang manajemen nyeri dan mobilisasi
-
Beri support dan libatkan keluarga tentang pentingnya operasi
-
Beri gambaran tentang kolostomi kepada klien.
Post Operasi d. Diagnosa 1 Nyeri akut Tujuan: Nyeri berkurang atau hilang dalam 3 x 24 jam Kriteria evaluasi: Skala nyeri 1 - 2, klien terlihat terbebas dari rasa nyeri. Intervensi; -
Kaji skala nyeri pasien
-
Anjurkan klien untuk teknik relaksasi napas dalam
-
Kolaborasi pemberian analgetik tramadol 3 x 1 ampul
-
Anjurkan klien untuk mengurangi aktivitas.
e. Diagnosa 2 Resiko infeksi Tujuan : Resiko infeksi tidak terjadi terhadap klien Kriteria evaluasi: leukosit dalam batas normal (5000 sampai 10.000 mg/dl), tanda – tanda infeksi tidak ada, suhu 36,5˚ sampai 37,5˚C. Intervensi: -
Observai dan ukur TTV
-
Berikan antibiotik Cefriaxon 2x 1 gr.
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
36
-
Ambil sampel darah untuk pemeriksaan leukosit
-
Observasi tanda – tanda infeksi
-
Lakukan perawatan luka laparatomi
-
Lakukan irigasi produksi kolostomi bila 1/3 penuh.
f. Diagnosa 3 Kesiapan untuk meningkatkan pengetahuan perawatan kolostomi Tujuan: Pengetahuan tentang perawatan kolostomi bertambah dalam waktu 1x24 jam Kriteria Evaluasi: Keluarga dan klien mengerti tentang perawatan kolostomi, keluarga dan klien dapat mempraktekan tentang perawatan kolostomi. Intervensi; -
Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang perawatan kolostomi.
-
Lakukan discharge planning dengan klien dan keluarga tentang perawatan kolostomi.
3.4. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan Pre operasi tanggal 26 sampai 27 Mei 2014 Senin, tanggal 26 Mei 2014 3.4.1. Diagnosa 1 Diare a. Mengkaji BAB b. Menganjurkan untuk banyak minum air putih c. Mengukur TTV d. Menghitung bising usus. e. Anjurkan klien untuk membersihkan dan mengeringkannya di daerah perineal hygiene. f. Hitung intake output klien Evaluasi
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
37
Subjektif; klien mengatakan BAB diare 3 sampai 8 kali perhari, BAB ada ampas dan kadang ada darahnya, kadang nyeri daerah abdomen kiri kanan bawah. Objektif; klien terlihat sering bolak balik ke kamar mandi, Bising usus 20 x/menit, nyeri tekan perut kanan bawah. capilla refill kurang dari 3 detik, intake minum; 2000 cc (termasuk diet cair 6 x 250 cc) output; 1200cc, IWL; 500, balance + 300 cc. Analisa: Masalah diare belum teratasi Planning; Lanjutkan intervensi menganjurkan klien banyak minum air putih 3.4.2. Diagnosa Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh a. Mengkaji status nutrisi klien/hari b. Mengukur Berar badan klien setiap minggu c. Auskutasi bising usus d. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk perencanaan diet yang sesuai. e. Menganjurkan klien untuk menghabiskan porsi diet cair Evaluasi Subjektif; Klien mengatakan mual Objektif; BB 58 kg, Klien diet cair 6 x 250 cc porsi habis setiap klien minum susu, mukosa mulut kering, klien sementara puasa makan dulu karena mau operasi. Analisa : Masalah penurunan berat badan belum teratasi Planning: Lanjutkan intervensi habiskan diet cair klien. 3.4.3. Diagnosa 3 Cemas berhubungan proses tindakan operasi a. Membina hubungan saling percaya b. Menciptakan suasana tenang saat klien istirahat c. Mengajarkan klien teknik relaksasi napas dalam d. Memberi support dan libatkan keluarga tentang pentingnya operasi e. Memberi gambaran tentang kolostomi kepada klien.
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
38
Subjektif; Klien mengatakan sekarang cemas berkurang dan semangat untuk operasi demi anak-anak. Objektif; klien terlihat dapat mempraktek teknik relaksasi napas dalam, dan terlihat cemas sudah mulai berkurang Analisa: Masalah tentang manajemen nyeri dan mobilisasi dan kolostomi belum terjadi Planning : berikan gambaran tentang kolostomi dan evaluasi teknik relaksasi napas dalam. Selasa, tanggal 27 Mei 2014 3.4.4. Diagnosa 1 Diare a. Mengkaji BAB klien hari ini b. Menganjurkan tetap untuk banyak minum air putih dan air teh. c. Mengukur TTV d. Mengukur intake output pasien. Evaluasi Subjektif; klien mengatakan diare hari ini 3 sampai 6 kali, BAB ada ampas dan kadang ada darahnya, kadang nyeri daerah abdomen kiri kanan bawah. capilla refill kurang dari 3 detik, intake minum; 2000 cc (termasuk diet cair 6 x 250 cc) output; 1400cc, IWL; 500, balance + 100 cc. Objektif; klien terlihat sering bolak balik ke kamar mandi, Bising usus 22 x/menit, nyeri tekan perut kanan bawah. Analisa: Masalah diare belum teratasi Planning; Lanjutkan intervensi menganjurkan klien banyak minum air putih dan teh manis. 3.4.5. Diagnosa 2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan proses penyakit
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
39
a. Mengkaji status nutrisi klien/hari b. Mengukur Berar badan klien setiap minggu c. Auskutasi bising usus d. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk perencanaan diet yang sesuai. e. Menganjurkan klien untuk menghabiskan porsi diet cair Evaluasi Subjektif; Klien mengatakan mual berkurang Objektif; BB 58 kg, Klien diet cair 6 x 250 cc, mukosa mulut kering, klien sementara puasa makan dulu karena mau operasi. Bising usus 22 x/menit. Berat badan klien masih 58 kg, IMT; 20,35 kg/m², Berat badan ideal klien 77 kg sampai 63 kg. LILA 26,1 cm. Interpretasi persen LILA 89 % (underweight) Analisa : Masalah penurunan berat badan belum teratasi Planning: Lanjutkan intervensi habiskan diet cair klien. 3.4.6. Diagnosa 3 Cemas berhubungan proses tindakan operasi a. Menciptakan suasana tenang saat klien istirahat b. Mengajarkan klien tentang manajemen nyeri dan mobilisasi c. Memberi support dan libatkan keluarga tentang pentingnya operasi d. Memberi gambaran tentang kolostomi kepada klien. Evaluasi Subjektif; Klien mengatakan akan berusaha mempraktekkan teknik relaksasi napas dalam dalam mengurangi nyeri dan latihan mobilisasi setelah operasi dan berusaha semangat dengan melakukan mobilisasi Objektif; klien terlihat dapat mempraktek kembali teknik relaksasi napas dalam untuk mengurangi nyeri, dan sudah menerima bila akan dipasang kolostomi, terlihat cemas sudah mulai berkurang Analisa: Masalah cemas teratasi Planning: Stop intervensi
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
40
Rabu, 28 Mei 2014 3.4.7. Nyeri akut a. Menganjurkan klien untuk teknik relaksasi napas dalam b. Memberikan analgetik tramadol 3 x 1 ampul c. Menganjurkan klien untuk mengurangi aktivitas Evaluasi Subjektif : Klien mengatakan nyeri daerah luka operasi, Skala nyeri 3. Objektif; klien terlihat merintih kesakitan ketika bergerak dan batuk, klien terlihat sudah melakukan relaksasi napas dalam tapi hanya sedikit berkurang. Analisa: Masalah nyeri belum teratasi Planning: Lanjutkan intervensi relaksasi napas dalam dan berikan tramadol 1 ampul. 3.4.8. Diare a. Mengobservasi diare b. Mengobservasi pengeluaran BAB lewat kolostomi c. Mengobservasi bising usus Evaluasi Subjektif; klien mengatakan BAB diare sudah tidak ada sejak dioperasi Objektif; Bising usus 5x/menit. Analisa: Masalah diare teratasi Planning; Stop intervensi 3.4.9. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan proses penyakit a. Mengkaji status nutrisi klien/hari b. Mengukur Berar badan klien setiap minggu c. Mengauskutasi bising usus d. Mengukur produksi NGT
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
41
Evaluasi Subjektif; Klien mengatakan mual dan perut terasa kembung. Objektif; Klien terpasang NGT dialirkan produksi cairan warna hijau kekuningan. Klien sementara puasa dulu. Bising usus 5 x/menit. Terpasang infus Aminofluid : Asering (2:2)/ 24 jam Analisa : Masalah penurunan berat badan belum teratasi Planning: Lanjutkan intervensi klien puasa dulu. 3.4.10. Resiko infeksi a. Mengobservasi dan ukur TTV b. Memberikan antibiotik Cefriaxon 2x 1 gr. c. d. Mengambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap e. Mengobservasi tanda – tanda infeksi f. Melakukan irigasi produksi kolostomi bila 1/3 penuh. Evaluasi Subjektif; tidak ada. Objektif; Klien terpasang drain produksi darah kotor di area abdomen bagian kanan bawah, terpasang kolostomi di area abdomen bagian kiri bawah. Suhu: 36,5˚C, Leukosit; 11,1 ribu/ul, luka operasi tidak rembes. Analisa: Masalah infeksi luka operasi dan prosedur invasive tidak terjadi Planning: Lanjutkan intervensi pencegahan tanda-tanda infeksi luka operasi dan prosedur invasive. Kamis 29 Mei 2014 3.4.11. Nyeri akut
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
42
a. Memberikan analgetik tramadol 3 x 1 ampul b. Motivasi klien untuk melakukan teknik relaksasi napas dalam. c. Menganjurkan klien untuk mengurangi aktivitas Evaluasi Subjektif : Klien mengatakan nyeri daerah luka operasi, Skala nyeri 2 Objektif; klien terlihat merintih kesakitan ketika bergerak dan batuk, klien terlihat sudah melakukan relaksasi napas dalam. Analisa: Masalah nyeri belum teratasi Planning: Lanjutkan intervensi pemberian analgetik. 3.4.12. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan proses penyakit a. Mengkaji status nutrisi klien/hari b. Mengukur Berar badan klien setiap minggu c. Mengauskutasi bising usus d. Mengukur produksi NGT Evaluasi Subjektif; Klien mengatakan masih mual. Objektif; Klien terpasang NGT, bila kembung NGT dialirkan, klien boleh minum air putih, es krim dan permen. Bising usus 8x/menit. Terpasang infus Aminofluid : Asering (2:2)/ 24 jam. Analisa : Masalah penurunan berat badan belum teratasi Planning: Lanjutkan intervensi habiskan diet cair klien. 3.4.13. Resiko infeksi a. Mengobservasi dan ukur TTV b. Memberikan antibiotik Cefriaxon 2x 1 gr. c. Mengobservasi tanda – tanda infeksi d. Melakukan perawatan luka operasi laparatomi
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
43
e. Melakukan irigasi produksi kolostomi bila 1/3 penuh. Evaluasi Subjektif; tidak ada. Objektif; Klien terpasang drain produksi darah kotor di area abdomen bagian kanan bawah, terpasang kolostomi di area abdomen bagian kiri bawah. Suhu: 36,5˚C, Leukosit; 11,1 ribu/ul. Analisa: Masalah infeksi tidak terjadi Planning: Lanjutkan intervensi 3.4.14. Kesiapan untuk meningkatkan pengetahuan tentang perawatan kolostomi a. Mengkaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang perawatan kolostomi. b. Melakukan discharge planning dengan klien dan keluarga tentang perawatan kolostomi. Evaluasi Subjektif; Klien dan keluarga masih takut melakukan perawatan dan mengganti kolostomi. Objektif; Klien terlihat masih sering bertanya-tanya tentang perawatan kolostomi. Analisis Masalah pengetahuan belum teratasi Planning : Lakukan edukasi discharge planning perawatan kolostomi Jumat 30 Mei 2014 3.4.15. Nyeri akut a. Memberikan analgetik tramadol 3 x 1 ampul b. Menganjurkan klien untuk mengurangi aktivitas
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
44
Evaluasi Subjektif : Klien mengatakan sudah tidak nyeri lagi daerah post operasi dan tidak mau diberi obat analgetik karena bikin mual. Objektif; klien terlihat sudah tenang dan rileks, melakukan mobilisasi tanpa nyeri. Analisa: Masalah nyeri teratasi Planning: Stop intervensi 3.4.16. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan proses penyakit a. Mengkaji status nutrisi klien/hari b. Mengukur Berat badan klien setiap minggu c. Mengauskultasi bising usus Evaluasi Subjektif; Klien mengatakan senang sudah boleh makan bubur. Objektif; Klien makan bubur saring. Porsi makan habis. Mual dan muntah tidak ada. Bising usus 10 x/menit. Terpasang infus Aminofluid : Asering (2:2)/ 24 jam. Mukosa mulut lembab. Analisa : Masalah penurunan berat badan belum teratasi Planning: Lanjutkan intervensi habiskan diet bubur klien. 3.4.17. Resiko infeksi a. Mengobservasi dan ukur TTV b. Memberikan antibiotik Cefriaxon 2x 1 gr. c. Mengobservasi tanda – tanda infeksi d. Melakukan perawatan luka laparatomi dan lepas drain. e. Melakukan irigasi produksi kolostomi bila 1/3 penuh. Evaluasi
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
45
Subjektif; tidak ada. Objektif; Klien, terpasang kolostomi di area abdomen bagian kiri bawah. Suhu: 37,2˚C. Luka post operasi kering, drain dilepas, tidak ada rembesan, tanda infeksi tidak ada. Analisa: Masalah infeksi tidak terjadi Planning: Lanjutkan intervensi 3.4.18. Kesiapan untuk meningkatkan pengetahuan perawatan kolostomi a. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang perawatan kolostomi. b. Lakukan discharge planning dengan klien dan keluarga tentang perawatan kolostomi. Evaluasi Subjektif; Klien dan keluarga akan berusaha melakukan perawatan dan mengganti kolostomi, supaya klien bisa mandiri nanti setelah di rumah. Objektif; Klien terlihat sudah memahami dan dapat menjawab pertanyaan yang perawat ajukan tentang perawatan kolostomi. Analisis: Masalah teratasi Planning: Stop intervensi Sabtu, 31 Mei 2014 3.4.19. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan proses penyakit a. Mengkaji status nutrisi klien/hari b. Mengukur Beratbadan klien setiap minggu c. Mengauskultasi bising usus Evaluasi Subjektif; Klien mengatakan senang sudah boleh makan bubur.
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
46
Objektif; BB 57 kg, TB 169 cm, IMT 57/(1,69)² hasil 20 kg/m². Berat badan 3 bulan yang lalu 78 kg dan sekarang 57 kg. Berat badan ideal klien 77 kg sampai 63 kg. LILA 26,1 cm. Interpretasi persen LILA 89 % (underweight). Nafsu makan normal, mual tidak ada. Klien Diet bubur, porsi makan habis 1 porsi Analisa : Masalah penurunan berat badan belum teratasi Planning: Lanjutkan intervensi habiskan diet bubur klien. 3.4.20. Resiko infeksi a. Mengobservasi dan ukur TTV b. Memberikan antibiotik Cefriaxon 2x 1 gr. c. Mengobservasi tanda – tanda infeksi d. Melakukan perawatan luka laparatomi 3 x 24 jam e. Melakukan irigasi produksi kolostomi bila 1/3 penuh. Evaluasi Subjektif; tidak ada. Objektif;, luka operasi tidak rembes, terpasang kolostomi di area abdomen bagian kiri bawah. Suhu: 37,2˚C. Analisa: Masalah infeksi tidak terjadi Planning: Lanjutkan intervensi sampai dengan senin Penulis melakukan implementasi sampai dengan hari sabtu tanggal 31 Mei 2014 di lantai 4 Utara, hari senin klien tanggal 2 Mei 2014, klien diizinkan pulang. Karena penulis hari senin sudah praktek di lantai 4 Selatan, maka penulis sudah sudah terminasi pada pasien hari sabtu.
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
BAB 4 PEMBAHASAN
Bab empat berisi pembahasan yang terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama, yaitu analisa keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan (KKMP) dengan kasus kelolaan. Bagian kedua analisa kasus kelolaan. Sedangkan bagian ketiga, yaitu analisa salah satu intervensi yang diberikan pada kasus kelolaan yaitu discharge planning edukasi perawatan kolostomi. 4.1. Analisa Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan (KKMP) Dengan Kasus Kelolaan Masyarakat perkotaan merupakan komunitas yang tinggal di perkotaan. KKMP yang merupakan suatu metode yang digunakan oleh perawat untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan dan pelayanan pada pasien komunitas. Namun konsep keperawatan komunitas ini bisa diterapkan di lahan klinik dengan memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan prosedur yang ada dan penyakit yang ada di masyarakat. Proses keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan bertujuan untuk mencegah masalah keperawatan masyarakat di daerah perkotaan.
Di masa sekarang ini telah terjadi pergeseran atau perubahan pola penyakit penyebab mortalitas dan morbiditas di kalangan masyarakat; ditandai dengan perubahan pola penyakit infeksi menjadi penyakit degeneratif dan metabolik. Apalagi di masyarakat perkotaan sering banget terpengaruh oleh kemajuan teknologi baik dari iklan di media-media dan maupun kemajuan internet sehingga masyarakat lebih senang mencoba hal-hal baru terutama makanan – makanan junk food. Kecenderungan ini tidak hanya semata-mata akibat usia lanjut, tetapi juga menyerang orang-orang yang usianya lebih muda. Salah satu faktor yang mungkin menjadi penyebabnya adalah gaya hidup (life style); mulai dari pola makan yang tidak sehat sampai kurangnya aktivitas olah raga. Pola 47
[Type text]
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
48
makan tidak sehat meliputi antara lain diet tinggi lemak dan karbohidrat, makanan dengan kandungan garam sodium yang tinggi, rendahnya konsumsi makanan mengandung serat serta kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol. Pola hidup di perkotaan yang sebagian masyarakatnya begitu aktif dan sibuk, cenderung mengkonsumsi makanan cepat saji padahal diketahui makanan tersebut adalah makanan rendah serat dan mengandung banyak garam. Makin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang biasanya berkorelasi dengan makin tingginya konsumsi makanan tinggi lemak, protein dan gula.
Di masyarakat perkotaan terjadi pergeseran pola makan dari tinggi karbohidrat, tinggi serat dan rendah lemak ke konsumsi rendah karbohidrat, tinggi lemak dan protein serta miskin serat (Sujono, 1993). Hal inilah yang menyebabkan pergeseran pola penyakit dari pola penyakit infeksi ke penyakit degeneratif. Perhatian terhadap peranan serat makanan (dietary fiber) terhadap kesehatan mulai muncul setelah para ahli membandingkan tingginya kejadian kanker kolon di negara industri maju yang konsumsi seratnya rendah dibandingkan dengan negara-negara berkembang terutama di pedalaman Afrika yang konsumsi seratnya tinggi Penelitian epidemiologis membuktikan bahwa orang-orang Afrika berkulit hitam yang mengkonsumsi makanan tinggi serat dan rendah lemak mempunyai angka kematian akibat kanker usus kolon yang rendah dibandingkan orang Afrika berkulit putih dengan diet rendah serat, tinggi lemak.
Masyarakat yang tinggal di kota besar rentan mengidap penyakit kanker usus besar (kanker kolorektal). Hal ini disebabkan oleh tekanan hidup di perkotaan yang semakin tinggi. Stress bisa berdampak pada masalah masalah susah buang air besar (konstipasi). pikiran yang terjadi di otak manusia berdampak juga pada kondisi usus. Ditambahkan karena stres, kendati perut telah penuh, perih dan sakit, proses buang air besar (BAB) tidak terjadi. Kondisi ini dinamakan dengan konstipasi. Bila dibiarkan risiko terjadinya kanker kolorektal bakal semakin tinggi. (Monastyrsky, 2013).
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
49
Ada empat mitos kanker yang menjadi yang berkembang di masyarakat Indonesia. Satu; tidak perlu membicarakan kanker, sebagian masyarakat masih menganggap kanker adalah hal yang tabu. Anggapan tersebut menyebabkan penderita kanker masih mengalami diskriminasi dan stigma yang merugikan. Mitos ini jelas menghambat berbagai upaya pencegahan kanker, karena tak pernah dibicarakan dengan tuntas. Dua; kanker tak memiliki tanda dan gejala, meski kanker tidak timbul dengan cepat namun penyakit ini jelas memiliki gejala. Gejala ini bisa sangat awal diketahui penderitanya bila rutin melakukan pemeriksaan. Pemeriksaan ini sekaligus tindak awal mencegah dan mengelola kanker. Tiga; Tak ada yang bisa dilakukan, anggapan kanker adalah penyakit yang menakutkan menimbulkan rasa menyerah dan pasrah. Akibatnya, tidak timbul upaya maksimal untuk mencegah dan mengelola kanker. Empat; tidak punya hak dalam pengobatan kanker. Mitos ini timbul karena rasa menyerah menghadapi kanker, akibatnya, timbul rasa pasrah dan tidak memaksimalkan upaya pengobatan. Padahal, upaya pengobatan harus dilakukan semaksimal mungkin untuk kesehatan pasien. Tentunya pengobatan yang tepat dan dilakukan ahlinya. Tiap orang berhak dan sejajar dalam upaya pengobatanan kanker. Upaya maksimal tentu berdampak positif bagi penderita. Penderita tidak boleh jatuh pada janji-janji sembarang pengobatan yang belum terbukti kualitas dan efek sampingnya (evidence base). (Widyani, 2014)
Menurut L. Bloom (1974) dalam Notoatmodjo (2007) penyebab kanker kolorektal pada masyarakat perkotaan adalah satu; faktor lingkungan, lingkungan berpengaruh besar terhadap terjadinya kanker kolon, misalnya polusi di perkotaan yang mengandung banyak zat karsinogenik atau radiasi berbahaya seperti radiasi nuklir, radiasi elektromagnetik tinggi atau sering terpapar radiasi X-ray bagian abdomen dapat menyebabkan mutasi sel kolon yang menimbulkan keganasan atau kanker pada kolon. Lingkungan yang serba modern, seperti berdirinya tempat tempat makan cepat saji yang tidak sehat atau terciptanya jajanan dengan pengawet, dengan pewarna buatan dan pemanis buatan juga dapat
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
50
menyebabkan
kanker kolon, karena zat-zat kimia tersebut merupakan zat
karsinogenik. Dua; faktor perilaku. Perilaku kesehatan juga berpengaruh terhadap terjadinya kanker kolon, perilaku yang buruk seperti suka mengkonsumsi makanan yang mengandung zat-zat karsinogenik seperti makanan cepat saji atau yang dengan pengawet, pewarna, dan pemanis buatan. Mengkonsumsi alkohol berlebihan, suka mengkonsumsi daging merah berlebihan, sering makan makanan dengan kolesterol dapat menyebabkan terjadinya kanker kolon. Perilaku tidak sehat seperti merokok dan jarang olah raga juga berpotensi terhadap terjadinya kanker kolon. Tiga; faktor Pelayanan Kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai dapat mengurangi angka kejadian kanker kolon. Pusat Pelayanan kesehatan (Puskesmas) yang di sediakan pemerintah
membantu memberikan pelayanan kesehatan seperti promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Memberi penyuluhan terhadap kanker kolon dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang memadai dan jarak pelayanan kesehatan yang dekat juga dapat membantu mengurangi kejadian kanker kolon yang berkelanjutan. Empat; faktor herediter orang tua atau keluarga dekat adalah faktor yang sangat penting dalam mewariskan status kesehatan. Orang tua yang mempunyai riwayat kanker dapat menurunkan kepada generasi berikutnya, karena kanker merupakan penyakit genetik dengan susunan DNA dan RNA yan telah bermutasi dan sel menjadi ganas dapat diwariskan pada keturunan selanjutnya. Sehingga herediter merupakan faktor resiko terjadinya kanker.
Pada pasien Tn. N hobi makanan fast food dan instant karena pada dasarnya, fast food adalah makanan siap saji yang dikonsumsi secara instan. Biasanya, fast food memiliki ciri kandungan kalori yang tidak seimbang, bahkan sering disebut kalori kosong (tidak bergizi). Selain seratnya rendah (padahal serat sangat baik untuk pencernaan dan rasa kenyang), fast food umumnya juga tinggi kandungan lemak, garam, dan gulanya. Hampir semua makanan cepat saji adalah selalu dimasak dan mengalami proses yang sangat lama sehingga mereka kehilangan
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
51
enzim kehidupan yang diperlukan oleh tubuh untuk merasakan kepuasan yang sebenarnnya. Dengan kata lain, makin banyak makanan cepat saji yang dikonsumsi maka makin sedikit makanan mentahnya. Padahal makanan segar dan mentah memberikan tubuh bahan-bahan yang tidak terdapat pada makanan yang dimasak dan diproses (semua produk hewani merupakan produk makanan yang dibuat dengan proses yang sangat sangat panjang dan tidak efisien serta mencemari lingkungan). Fast food serta makanan beku merupakan produk yang didalamnya mengandung zat adiktif. Setidaknya ada pengawet, pewarna, hingga pemberi rasa. Untuk menghindari penumpukan zat tersebut dalam tubuh sebaiknya menghindari konsumsi makanan ini dalam jumlah yang banyak . Atau jika memungkinkan lebih baik mengkonsumsi makanan dari bahan alami.
Klien juga waktu masih masa muda hobi merokok dua bungkus rokok perhari dan klien senang minuman alkohol terutama minum bir bareng rekan – rekan kerja klien dulu sewaktu klien sewaktu kerja menjadi kontraktor di lapangan. Meminum alkohol dan kebiasaan merokok
merupakan faktor risiko yang
menyebabkan seseorang mengalami kanker usus besar. Memang tidak bisa bisa dirasakan langsung, tetapi saat masuk ke dalam usia lanjut pengaruh dari kedua kebiasaan itu akan terasa, Orang yang merokok dalam jangka panjang bisa menyebabkan kanker usus besar karena dua alasan. Pertama ketika asap rokok terhirup dan masuk pada usus besar. Rokok mengandung benzopyrene, polycyclic aromatic hydrocarbon dan zat-zat karsinogen lainnya yang dapat menyebabkan kanker kolorektal. Sementara kedua adalah jika tembakau bisa memicu polip pada usus. Sering mengkonsumsi minuman beralkohol, terutama bir juga akan menyebabkan usus mengubah alkohol menjadi asetilal hida yang meningkatkan resiko menderita kanker kolon. Alkohol sendiri bukan karsinogen, tetapi spirits yang dapat merangsang cedera pada jaringan mukosa usus besar. Jika seseorang merokok dan sering mengkonsumsi alkohol, ini sangat berbahaya. Karena
rokok
mengandung
banyak
karsinogenik
dan
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
alkohol
dapat
Universitas Indonesia
52
meningkatkan permeabilitas sel membran, sehingga meningkatkan penyerapan karsinogen ke dalam sistem tubuh. (www.asiancancer.com)
4.2. Analisa kasus keloaan Pada Tn. N, 60 tahun masuk dengan diagnosa medis Adeno carcinoma rekto sigmoid T3N1M1. Adenocarcinoma adalah kanker epithelium yang berasal dari jaringan berbentuk kelenjar, dalam hal ini berasal dari area rektosigmoid. (www.cancer.org). Dari hasil CT Scan abdomen tanggal 10 maret 2014 didapatkan kesan tumor rectum yang telah mengenai lapisan mukosa, submukosa, muskularis dan serosa serta kemungkinan infiltrasi pada sebagian fat perirektal dan kelenjar getah bening di rongga pelvis sebelah kanan, disertai metastasis ke hepar (stadium 4). Berdasarkan Klasifikasi kanker kolorektal menurut sistem TNM, maka T3 artinya Invasi tumor melewati otot propia ke sub serosa atau non peritoneal perikolik atau ke jaringan periretal, N1 artinya Metastasis di 1-3 kelenjar limfe perikolik atau kelenjar limfe perirektal dan M1 artinya terdapat metastase jauh, dalam hal ini metastase ke hepar dan stadium dilihat dari M, karena sudah metastase ke hepar maka sudah stadium 4. (Otto,2005)
Dari riwayat masa lalu pasien, pasien adalah seorang pekerja kontraktor di daerah Jakarta Utara, karena kesibukannya klien sering tidak memperhatikan makanannya. Klien mengaku memang tidak menyukai sayur dan buah, klien hanya suka makan dengan lauk saja dan kuah sayur saja. Klien juga mengakui senang makan mie instant dan mie ayam, dalam seminggu bisa empat kali makan mie.
Menurut keluarga, sebelum klien menikah, klien di saat kerja sering
merokok yang menghabiskan dua bungkus rokok perhari dan klien saat bersama rekan-rekan kerja sering minum-minuman alkohol terutama bir setiap minggu bisa tiga kali selama lima tahun sebelum menikah. Dari riwayat penyebab penyakit masa muda klien dan klien yang sekarang sudah lansia sesuai dengan
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
53
teori faktor resiko terjadi kanker kolorektal Usia lebih dari 40 tahun. Pada usia ini rawan jika mempunyai riwayat dengan diet tinggi lemak, sering makan daging. Adanya darah dalam feses ketika buang air besar, diet tinggi lemak, protein, daging dan rendah serat. (Smeltzer & Bare, 2002).
Manifestasi klinis sebenarnya sudah terlihat tiga bulan yang lalu, Berat badan adalah umum di antara orang-orang dengan kanker dan sering menjadi tanda pertama yang mencolok dari penyakit ini. Sebanyak 40% orang dengan laporan kanker penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan pada saat diagnosis, dan sampai 80% dari orang dengan kanker stadium lanjut (kanker yang tidak bisa disembuhkan) kehilangan berat badan, merupakan kombinasi penurunan berat badan dan otot kehilangan massa. Kondisi ini terkait dengan mual, kelelahan, kelemahan, kehilangan energi, dan ketidakmampuan tubuh untuk melakukan tugas sehari-hari. (www.cancer.net). Pada Tn. N sakit sekitar bulan Januari klien mulai diare dan kadang – kadang konstipasi, bila keluar BAB pasti diawali dengan rasa nyeri di perut kiri bawah, dan bila BAB kadang berwarna hitam atau ada darah, selama periode itu pasien mengalami penurunan berat badan yang signifikan sekitar 20 kg, klien sempet berobat ke RS di daerah fluit, dan sempat dilakukan kolonoskopi. Dan hasilnya tumor rekti yang besar bentuk polipoid pada kedalaman 15 cm dengan permukaan yang sebagian ulcerative, mudah berdarah dan suspek malignancy.
Klien dapat mengalami komplikasi akibat kanker kolorektal apabila tidak ditangani yang pertama klien dapat mengalami obstruksi. Bila terjadi obstruksi total merupakan suatu keadaan yang serius karena dapat menyebabkan pasien muntah sehingga terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit serta dapat menimbulkan kematian. Yang kedua pada fistel terbentuk hubungan yang abnormal antar dua saluran atau antara saluran dengan dunia luar. Fistel yang letak tinggi banyak mengeluarkan cairan dan elektrolit sehingga terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Fistel yang terhubung dengan kulit
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
54
menyebabkan iritasi kulit oleh enzim pencernaan dari usus, serta dapat terjadi kekurangan nutrisi. Yang ketiga perforasi terjadi karena tumornya mengalami nekrosis atau obstruksi oleh tumor menyebabkan tekanan dalam lumen kolon meningkat.Bila perforasi ke rongga peritoneum menyebabkan peritonitis dan sepsis. Perforasi kejaringan sekitar bisa membentuk abses. Perforasi bisa ke lambung atau kandung kemih. Sehingga resiko kematian sangat tinggi bila tidak ditangani. (Harahap, 2012)
Pasien dan keluarga sempat tidak menerima kondisi ini, lalu berupaya untuk mencari pengobatan yang terbaik, lalu klien ke masuk RSUP Fatmawati dan klien masuk ruangan lantai 4 utara tanggal 26 Mei 2014 direncanakan klien operasi Reseksi Anterior. Selesai operasi, klien dilakukan Reseksi Anterior and Hartmann Prosedure. Hartmann prosedure adalah prosedur standar yang di lakukan jika kita harus melakukan kolostomi yang emergensi seperti ileus obstructif , trauma colon yang belum dilakukan persiapan.sehingga dilakukan satu kolostomy dari bagian proksimal sedang bagian distal di tutup dan di jahit lalu di tinggalkan di dalam cavum abdomen. Ini hanya bersifat sementara sebab tidak boleh lebih dari satu minggu.reseksi ususnya harus di sambung kembali (Smelzer C.S, Bare G.B, 2002). Jenis dan besarnya operasi sesuai dengan letak, dan stadium kanker. dan dipasang kolostomi di area sigmoid, Setelah post operasi Reseksi Anterior and Hartmann Prosedure, klien dieksisi dari sigmoid kolostomi dibuat dan ujung rektum ditutup dan dibiarkan didalam pelvis.
Waktu kondisi datang pasien sedang mengalami diare dan kurang nutrisi kurang kebutuhan tubuh karena pasien mengalami penurunan berat badan sebanyak 20 kg. Diare adalah pengeluaran feses lunak dan tidak bermassa (Wilkinson, 2012). Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik. (Wilkinson, 2012). Tumor yang memproduksi mukus dapat menyebabkan diare. Untuk intervensinya karena diare adalah proses penyakitnya maka diare tidak mendapat obat medis. Klien hanya
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
55
banyak dianjurkan untuk minum teh manis dan banyak minum air putih. Sedangkan untuk intervensi nutrisi karena klien mau operasi usus besar maka sistem pencernaan klien tidak boleh bekerja terlalu berat mencerna makanan dan untuk mencegah sisa hasil makanan yang menumpuk di kolon, maka klien diet cair 6 x 250 cc.
Pre operasi tindakan Reseksi Anterior and Hartmann Prosedure, dan dipasang kolostomi, klien mengalami ansietas. Ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon autonum; perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya(Wilkinson, 2012). Klien berharap tumornya berhasil diangkat dan tidak komplikasi. Berdasarkan Wilkinson (2012) untuk mengatasi ansietas, klien diajarkan teknik relaksasi napas dalam, ciptakan suasana tenang. Selain itu penulis melakukan edukasi persiapan kepada klien. Dengan dilakukan edukasi tentang pentingnya operasi, persiapan kolostomi, pentingnya manajemen nyeri dan mobilisasi paska operasi. Klien terlihat tenang pada saat dan masuk ke ruang kamar operasi.
Paska operasi klien merasakan nyeri operasi laparatomi, pasien merasa nyeri karena adanya proses pembedahan di mana tubuh sengaja dilukai untu mencapai kolorektal. Trauma yang terjadi pada kulit menyebabkan terjadinya respon inflamasi
(Smelzer
C.S,
Bare
G.B,
2002).
Inflamasi
menyebabkan
pembengkakan pada daerah kolostomi dan luka operasi. Ujung pada saraf nyeri tertekan karena adanya pembengkakan tersebut sehingga klien merasakan nyeri. Penulis mengambil diagnosa nyeri akut pada klien karena nyeri yang dirasakan adalah nyeri post operasi. Nyeri akut adalah pengalaman adalah sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang actual atau potensial, terjadi secara tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung kurang dari enam bulan. (Wilkinson,2012). Penulis menganjurkan
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
56
klien teknik relaksasi napas dalam sesuai yang penulis ajarkan pre operasi. Selain itu klien, diberikan kolaborasi pemberian analgetik tramadol 3 x1 ampul.
Masalah keperawatan yang lain yang muncul adalah terkait infeksi akibat pembedahan. Resiko infeksi didefinisikan sebagai meningkatnya resiko klien mengalami peningkatan terserang mikroorganisme patogeik (Wilkinson, 2012). Penulis mengangkat resiko infeksi post operasi laparatomi, kolostomi dan prosedur invasive. Penulis melakukan pemberian antibiotic Cefriaxone dua kali perhari. Dan juga melakukan perawatan luka, melakukan irigasi kolostomi.
Masalah keperawatan selanjutnya adalah kesiapan untuk meningkatkan pengetahuan tentang perawatan kolostomi. Kesiapan untuk meningkatkan pengetahuan adalah penyerapan informasi kognitif yang berhubungan dengan dengan topik tertentu yang mencukupi untuk memenuhi tujuan kesehatan dan dapat ditingkatkan. (Wilkinson,2012). Intervensi yang dilakukan adalah melakukan discharge planning edukasi perawatan kolostomi setelah hari keempat klien operasi.
Pada pasien yang baru dipasang kolostomi biasanya timbul masalah harga diri rendah. Tapi pada pengkajian Tn.N tidak ditemukan dalam adanya masalah harga diri rendah paska operasi, ini dikarenakan klien mempunyai koping individu yang kuat, klien sudah menerima kondisinya sejak awal sebelum operasi didukung dengan penulis sering melihat klien sholat dan membaca Alquran, demikian dengan dukungan motivasi keluarga yang sangat menyayangi klien, sehingga masalah harga diri rendah tidak ditemukan.
Pada saat paska operasi pasien pernah bertanya bila saat ibadah keluar kotoron dari kantong stomanya. Dan karena pasien seorang beragama islam yang taat beribadah, maka penulis menyampaikan bila klien mau sholat atau mengaji klien bisa melakukan dibersihkan dulu stomanya, bila saat sholat atau mengaji keluar
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
57
kotorannya maka itu bukan hal yang tidak disengaja, lanjukan saja sholatnya karena itu bukan kehendak kita. Penulis juga agar banyak berdoa, supaya tidak ada masalah di kolostominya, sehingga bisa saat nanti dilakukan penyambungan kembali kolon tidak ada masalah
4.3. Intervensi discharge planning edukasi perawatan kolostomi Discharge Planning adalah suatu proses dimana mulainya pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawatan baik dalam proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk kembali ke lingkungannya. (New Brunswick Department of Health and Wellness, 2002). Edukasi perawatan kolostomi adalah membersihkan stoma kolostomi, kulit sekitar stoma, dan mengganti kantong kolostomi secara berkala sesuai kebutuhan. (Potter & Perry, 2006).
Pada proses penatalaksanaan medis kanker kolorektal biasanya pasien akan dibuat stoma sementara atau permanen pada daerah kolon untuk proses penyembuhan proses inflamasi atau sebagai tempat akhir pembuangan feses setelah rektal dan anus diangkat. Pada pasien kanker kolorektal biasanya pasien belum siap menerima keadaan ini. Beberapa pasien akan terganggu baik fisiologis dan psikologis saat mereka divonis untuk membutuhkan tindakan stoma. Hal ini dikarenakan pasien akan berduka karena kehilangan fungsi eliminasi normal dan kehilangan citra tubuh untuk beberapa waktu. Hal ini sangat penting bagi professional kesehatan khususnya perawat sebagai pemberi edukasi dan pemberi dukungan untuk bekerja sama dengan pasien dan keluarga dalam manajemen perawatan stoma sehingga memberikan efek yang baik untuk perubahan citra tubuh. Pasien dengan stoma akan mengalami perubahan hidup dan harus menghadapi stigma kurang baik dari keluarga, masyarakat, atau teman kerja untuk mengatasi pembuangan fekal yang tidak terkontrol, aktivitas yang dibatasi, tidak dapat mengontrol flatus, malu, takut bau, gangguan citra tubuh,
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
58
dan keterbatasan dalam melakukan aktivitas seksual. Hal tersebut dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien dengan stoma.
Dibutuhkan peran perawat dalam memberikan pendidikan kesehatan mengenai perawatan stoma yang baik. Perawat sebelum memberikan pendidikan kesehatan pada pasien mengenai perawatan stoma harus menguasai mengenai cara menggunakan produk tersebut sehingga pasien dapat merasakan manfaatnya. Pasien yang terdiagnosis dengan kanker kolorektal dan dilakukan tindakan operatif kolostomi harus menerima kondisi tubuhnya dengan penyesuaian dan rehabilitasi setelah dilakukan tindakan operatif. Sehingga, perawat sebagai pemberi edukasi dan dukungan konseling memerlukan keterampilan yang professional dan pengetahuan yang komprehensif dalam perawatan stoma. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Gemmill (2011) menunjukkan 30% perawat sangat setuju dengan pernyataan bahwa perawat peduli pada pasien dengan stoma yang ditunjukkan dengan menjaga keterampilan perawatan stoma dengan cukup baik. Perawat menjaga kemampuan dengan cara mengajarkan dan mendemonstrasikan perawatan stoma yang komplek yang bergantung pada kemampuan yang didapat dari pendidikan dan keterampilan klinik.
Pada tahap awal paska operasi masih banyak produksi darah sisa operasi, pada hari kedua dan ketiga sudah mulai ada produksi feses kuning dan cair. Dari sisi psikologis klien sudah terlihat baik, klien mau melihat kolostomi dan berusaha memperhatikan perawat melakukan irigasi kolostomi. Sewaktu klien di rawat di high care dua hari semua kebutuhan klien termasuk irigasi kolostomi dilakukan oleh perawat. Setelah pindah ke ruang biasa pada hari ketiga, keluarga sudah mulai dilibatkan perawatan kolostomi dan terlihat keluarga tidak segan dan terlihat antusias. Selama di rumah sakit keluarga di ajarkan irigasi kolostomi dengan prosedur sesuai dengan di rumah sakit. Pada hari keempat kolostomi sudah ada produksi feses berbentuk padat.
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
59
Pada hari keempat post operasi klien dan keluarga dilakukan discharge planning edukasi perawatan kolostomi mulai dari cara irigasi, melepas dan memasang kembali kantong stoma. Dengan media leafleat dan lembar balik. Dalam edukasi perawatan kolostomi ini lebih menggunakan perawatan yang bisa gunakan klien selama klien nanti di luar rumah sakit.
Dalam melakukan perawatan kolostomi prinsipnya adalah bersih, bila klien hendak dan setelah membersihkan stoma hendaknya mencuci tangan, dalam melakukan irigasi klien bisa menggunakan air mengalir dan tidak perlu menggunakan Nacl yang biasa dilakukan di rumah sakit dan klien bisa melakukan ini di kamar mandi dan kotorannya bisa langsung dibuang ke toilet. Selain lebih simpel dan tidak merepotkan alat dan biaya. Dan dari arah pengeluaran feses kolostomi klien lebih mengarah kearah bawah, agar klien lebih bisa melakukan secara mandiri di kamar mandi ketika klien pulang ke rumah atau ditempat umum.
Untuk penggantian kantong stoma bisa menggunakan banyak pilihan, yang sekali buang atau sekali seminggu diganti. Dan pilihan bentuk pilihannya beragam, pilihan pertama ada yang One-piece. Kantong ini terdiri dari kantong kecil dan penghalang kulit. Penghalang kulit mudah lengket (adesif) yang ditempatkan disekitar stoma dan ditempelkan ke kulit sekitar stoma. Ketika kantong kecil akan diganti dengan baru, kantong kecil baru harus di rekatkan kembali ke kulit. Dan pilihan kedua yang Two-piece. Kantong ini terdiri dari dua bagian: Face plate yang bersifat adesif dan kantong penampung faeces. Karena biayanya lebih murah dan lebih tahan lama, pasien lebih memilih yang kantong type one piece dengan kantong yang isinya bisa dibuka dan ada tutup klemnya sehingga klien bisa melakukan sendiri. Dan secara lisan penulis mengajarkan agar tidak perlu malu terhadap kondisinya saat ini, karena apabila kita rajin menjaga dan merawat kolostomi dengan baik dan benar maka bau dan rembesan tidak ada.
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
60
Setelah dilakukan edukasi perawatan kolostomi klien dan keluarga dapat menyebutkan kembali pengertian, waktu, tujuan dan tahap perawatan kolostomi. Klien dan keluarga terlihat puas dan mengatakan akan berusaha mempraktekkan pengetahuan yang didapat demi kemandirian klien. Klien dan keluarga terlihat senang dan merasa senang mendapatkan ilmu yang berguna dan bisa dipakai ketika pulang dari rumah sakit.
Selain penulis melakukan edukasi perawatan kolostomi pada pasien Tn.N. penulis juga melakukan edukasi discharga planning pada pasien resume dengan kasus kanker anurektum T4N1M1 (stage 4) pada Tn. H (20 tahun) yang dilakukan operasi Miles Procedure, klien dilakukan end colostomy, pada kasus ini penulis juga harus lebih ekstra memberikan edukasi secara fisiologis juga psikologis, karena klien masih muda tetapi sudah harus seumur hidup terpasang kolostomi. Pada kasus ini klien lebih banyak di motivasi oleh orangtuanya. Pada kasus ini juga penulis tidak banyak menemukan hambatan. Klien dan keluarga lebih terlihat antusias mendengarkan dan mencoba perawatan kolostomi. Dan terlihat keluarga dan klien lebih banyak bertanya.
Dari kedua kasus ini discharge planning edukasi perawatan kolostomi sangat penting dilakukan secara individu bersama keluarganya, karena bila kita lakukan edukasi secara baik dan menyeluruh resiko terjadinya komplikasi pada kolostomi bisa diminimalkan, penyerapan materinya lebih masuk dan klien keluarga tidak merasa malu bertanya bila tidak mengerti.
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
BAB 5 PENUTUP
Bab lima penutup berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan berisi rangkuman hasil analisa kelolaan dengan keperawatan kesehatan KKMP dan Saran yang ditujukan untuk pemerintah, rumah sakit dan institusi pendidikan. 5.1. Kesimpulan Dalam penulisan karya ilmiah akhir mengenai analisis praktik klinik keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan pada klien dengan kanker kolorektal di RSUP Fatmawati, dapat disimpulkan bahwa: a. Masalah yang ditemukan pada kasus kelolaan sejalan dengan masalah yang terjadi diperkotaan, yaitu kanker kolorektal sebagai dampak dari gaya hidup masyarakat perkotaan yang super sibuk dan berkembangnya perkembangan teknologi sehingga berpengaruh aspek negatif, maraknya makanan fast food, makanan instant, banyaknya faktor lingkungan yang terpengaruh negatif seperti merokok dan minuman alkohol. Tn. N (60 tahun) termasuk kelompok usia dewasa tua dimana usia dewasa tua termasuk agregat yang faktor resiko kanker. b. Tn. N mengalami kanker kolorektal yang disebabkan faktor resiko yang timbul sejak usia muda. pada usia mudanya klien riwayat makan makanan fast food, mie instant, diet tinggi daging tanpa sayur merokok dan minuman alkohol yang merupakan faktor resiko dari timbulnya kanker kolorektal. Manifestasi klinis yang terlihat adalah diare atau konstipasi secara terus menerus, adanya darah pada feses, nyeri saat BAB dan ada penurunan berat badan 20 kg selama dalam waktu 3 bulan. Asuhan keperawatan yang diberikan adalah pada klien sebelum operasi adalah ansietas, diare dan kurang nutrisi dari kebutuhan tubuh. Dan setelah paska operasi adalah nyeri, 61
[Type text]
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
62
kurang nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, resiko infeksi dan Kesiapan untuk meningkatkan pengetahuan perawatan kolostomi. c. Setelah post operasi Reseksi Anterior and Hartmann Prosedure, klien dieksisi dari sigmoid kolostomi dibuat dan ujung rektum ditutup dan dibiarkan didalam pelvis. Pada hari keempat post operasi klien dan keluarga dilakukan discharge planning edukasi perawatan kolostomi mulai dari cara irigasi, melepas dan memasang kembali kantong stoma. Dengan media leafleat dan lembar balik. Perawatan kolostomi ini lebih menggunakan perawatan yang bisa gunakan klien selama klien nanti di luar rumah sakit. Diharapkan dengan edukasi perawatan kolostomi klien dan keluarga dapat mandiri dan tidak tergantung dengan petugas kesehatan. d. Pada pasien Tn.N tidak ditemukan dalam adanya masalah harga diri rendah paska operasi kolostomi, ini dikarenakan klien mempunyai koping individu yang kuat, klien sudah menerima kondisinya sejak awal sebelum operasi didukung dan motivasi keluarga yang sangat menyayangi klien, sehingga masalah harga diri rendah tidak ditemukan. Dan karena pasien seorang beragama islam yang taat beribadah, maka penulis menyampaikan bila klien ingin beribadah klien bisa melakukan dibersihkan dulu stomanya, bila saat sholat atau mengaji keluar kotorannya maka itu bukan hal yang tidak disengaja, lanjukan saja sholatnya karena itu bukan kehendak kita. Penulis juga agar banyak berdoa, supaya tidak ada masalah di kolostominya, sehingga bisa saat nanti dilakukan penyambungan kembali kolon tidak ada masalah.
5.2. Saran Berdasarkan kesimpulan yang didapat, maka saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah sebagai berikut: a. Bagi pemerintah : Pemerintah dapat menekan maraknya banyak restaurant cepat saji atau makanan instant karena terbukti banyak tidak
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
universitas Indonesi
63
sehatnya. Menekan banyaknya produksi pabrik rokok dan pabrik pembuat alkohol demi generasi yang akan datang. b. Bagi rumah sakit : pemberian asuhan keperawatan perlu banyak dilakukan pelatihan bagi perawat tentang perawatan pada klien dengan kanker kolorektal dan perawatan kolostomi supaya perawat dapat mempraktekkan ilmunya untuk klien – klien kanker kolorektal dan klien yang terpasang kolostomi. c. Bagi institusi pendidikan : perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai manfaat edukasi perawatan kolostomi supaya berguna bagi ilmu mahasiswa – mahasiswa keperawatan.
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
universitas Indonesi
xii
DAFTAR PUSTAKA American Cancer Society. (2006). Colon and http://www.cancer.org/docroot/CRI/content/CRI
Rectum
Cancer
dari
Andriyani, Y. 2011. Kanker. Available online at http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21588/4/Chapter%20II.pdf] Anonim. Stadium Kanker Kolon. Tersedia di http://kankerkolon.com/stadium-dalam-kanker-kolon/ Brudvik, Kristoffer Watten. 2012. Baradero, Mary., Dayrit, Mary W & Siswadi, Yakobus (2005). Keperawatan perioperatif: Prinsip dan praktik. Jakarta: EGC. Brunner & Suddarth, (1996), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 vol 2. Diterjemahkan oleh Kuncara.H.Y dkk (2002), Jakarta : EGC Efendi, Ferry dan Makhfudli (2009). Keperawatan kesehatan komunitas teori dan praktik dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Harahap, Iksanuddin Ahmad (2012). Perawatan pasien dengan kolostomi pada penderita cancer colorectal. PSIK FK USU. http://www.bachelorstudies.co.id/Sarjana-Ilmu-Kesehatan-kesehatanMasyarakat%/Kanada/CBU/ http://www.medscape.com. Colorectal Cancer.\ http://organisasi.org/pengertian-masyarakat-unsur-dan-kriteria-masyarakat-dalamkehidupan-sosial-antar-manusia http://health.kompas.com/read/2014/03/27/1631214/Deteksi.Dini.Tekan.Ke matian.akibat.Kanker.Kolorektal http://www.dharmais.co.id/index.php/kanker-kolon.html http://ininyata.com/healthlife/bahaya-junk-food/#sthash.npcCDeIV.dpuf http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2012/12/21/kolostomi-manajemen-dankualitas-hidup-untuk-pasien-512846.htm http://www.asiancancer.com/indonesian/cancer-healthcare/cancerprevention/1000.html http://www.cancer.net/navigating-cancer-care/side-effects/weight-lossMansyur, M. Cholil.(2005) Sosiologi masyakat kota & desa Surabaya : Usaha Nasional Long, B. C. (1996). Perawatan medikal bedah: Suatu pendekatan proses keperawatan. Bandung: Yayasan IAPK Pajajaran.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
xiii
Martinson, Josephine doyle, Patient education and instructional booklet For The patient with colostomy enterostomal therapy Outpatient consultation. Service nursing research and development Cedars-sinai medical center Monastyrsky, Konstantin (2013) www.gutsense.org/constipation/stress.html New Brunswick Department of Health and Wellness (2002). Job definition of a discharge planning coordinator. Author: Fredericton, NB. Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:. Rineka. Cipta Otto, Shirley E (2005). Buku Saku Keperawatan Onkologi. (Alih Bahasa : Jane Freyana B). Jakarta: EGC Susanto,
Cornelius Eko (2013) http://showbiz.metrotvnews.com/read/2013/06/06/159420/Warga-KotaBesar-Rentan-Idap-Kanker-Usus
Smeltzer, S. C., Bare, B.G. (2002). Keperawatan medikal bedah. Jakarta: EGC. Syafrudin. (2009). Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta : EGC Widiyani Rosmha (2014) KOMPAS.com http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/02/singkirkan-4-mitos-kanker-ini
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 1. Pengkajian a. Identitas klien Klien dengan nama Tn.N (60 tahun) masuk lantai IV utara RSUP Fatmawati tanggal 18 Mei 2014. Mulai dilakukan pengkajian tanggal 26 Mei 2014 (dua hari pre operasi). Agama Islam, Pendidikan SMA, Pekerjaan pensiunan buruh pabrik dan sekarang sebagai kontraktor di lapangan. Alamat Ciganjur Jagakarsa. Klien masuk melalui poli bedah digestif diantar petugas dan keluarga rencana operasi reseksi anterior. b. Keluhan utama pada saat dirawat Diare sejak tiga bulan yang lalu, Buang Air Besar (BAB) sering tiga sampai delapan kali/hari dan sedikit – sedikit, lendir tidak ada, darah ada, feses berwarna merah kehitaman, saat BAB disertai nyeri, Buang Air Kecil (BAK) normal. Sakit perut tidak ada, mual ada, muntah tidak ada, penurunan nafsu makan tidak ada, penurunan berat badan dalam tiga bulan terakhir, kaki terasa lemas. BAK lancar. c. Riwayat kesehatan masa lalu Klien mengatakan 10 tahun yang lalu pernah dirawat dengan stroke ringan dan hipertensi, klien dirawat 7 hari dan sembuh. Klien tidak ada riwayat DM, asma, asam urat atau polip. Namun hipertensi kadang muncul klien tidak rutin berobat. d. Riwayat kesehatan keluarga Tidak ada keluarga klien yang menderita kanker, DM, dan hipertensi e. Aktivitas / istirahat Pasien merupakan mandor kontraktor klien sudah melakukan aktivitas ini sejak klien umur 20 tahun. Aktivitas sehari-hari sekarang pasien hanya di
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
rumah saja karena gampang capek dan sering diare. Klien biasa melakukan aktivitas sendiri. Pasien juga sering tidur ataupun istirahat yang cukup. Tidur sekitar 8 jam sehari baik siang maupun malam.. f. Sirkulasi Pasien mengatakan tidak ada tanda-tanda dada berdebar, atau pusing. Pasien juga mengatakan ada riwayat hipertensi, masalah jantung, edema kaki. TTV Tekanan darah 140/90 mmHg, Nadi 82 x/menit teraba kuat. Pada ekstremitas suhu 36˚ C, capilary refill time (CRT) ≤ 2 detik. Tidak ada varises, persebaran rambut merata. Mukosa lembab, bibir kering, konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterik, tidak ada diaforesis. g. Integritas Ego Klien menerima dengan kondisinya saat ini. Sosial support istri klien. Klien cemas dengan tindakan operasi karena baru pertama kali operasi dan klien mengatakan dijelaskan kata dokter ini operasi besar dan resiko operasinya. Selama perawatan pasien di dukung oleh semua keluarga besar dan anaknya. Sehari – hari pasien ditunggu oleh istrinya, meskipun anak-anaknya tidak menunggu full time tapi selalu menjenguk setiap hari. Hal ini yang membuat pasien senang dan merasa kuat. Pasien juga selalu sholat, mengaji dan berdzikir meminta kesembuhan. Saat dilakukan pengkajian wajahnya tampak cemas menjalani operasi. h. Eliminasi Pola BAB diare sering tiga sampai delapan kali/hari dan sedikit – sedikit, lendir tidak ada, darah ada, saat BAB disertai nyeri, konsistensi cair ada sedikit ampas berwarna merah kehitaman. Ada riwayat konstipasi dan hemoroid. Pola BAK normal lima sampai delapan kali/hari. i. Makanan dan cairan j. BB 58 kg, TB 169 cm, IMT 58/(1,69)² hasil 20,35 kg/m². Berat badan 3 bulan yang lalu 78 kg dan sekarang 58 kg. Berat badan ideal klien 77 kg sampai 63 kg. LILA 26,1 cm. Interpretasi persen LILA 89 % (underweight). Nafsu makan normal, mual ada. Klien diet cair 6 x 250 cc karena hari rabu klien mau
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
direncanakan operasi Turgor kulit kurang elastis, kelembaban kering. Tidak ada edema dan distensi vena jugularis. Kondisi gigi ada yang berlubang, penampilan lidah lembab dan membran mukosa lembab. k. Kebersihan / hygiene Makan, mandi, berpakaian sendiri. Penampilan umum pasien, pasien menjaga kebersihan kerapian. Cara berpakaian rapi dengan jenis baju yang sesuai dengan usianya. Saat awal dikaji tidak ada bau badan. l. Neurosensori Pusing dan nyeri kepala tidak ada. Tidak ada kesemutan pada ekstremitas. Ada riwayat stroke dan kejang. Penglihatan dan pendengaran normal. Status mental terorientasi, kesadaran compos mentis, kooperatif. Memori saat ini baik masih ingat juga memori masa lalu. Tidak ada tanda facial drop. Refleks menelan baik. m. Nyeri/ketidaknyamanan Tidak ada keluhan nyeri n. Pernapasan Pasien mengatakan tidak mengeluh batuk atau sesak. Tidak ada riwayat bronchitis, TB, asma, empisema, pneumonia. Pasien saat ini tidak merokok. Tidak menggunakan oksigen. Frekuensi pernapasan 24 x/menit, simetris, tidak menggunakan otot bantu napas. Bunyi napas vesikuler. Tidak ada sianosis, tidak ada sputum. o. Keamanan Pasien tidak ada riwayat alergi, tidak ada riwayat kecelakaan. p. Interaksi sosial Pasien merupakan seorang kepala rumah tangga. Sekarang hidup bersama istrinya. Interaksi dengan keluarga baik dan lingkungan juga baik.
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
q. Hasil Laboratorium Tanggal
Jenis pemeriksaan
Nilai
Satuan
Nilai normal
12 Mei Haemoglobin
12,9
g/dl
12,0-15,0
2014
Hematokrit
39
%
36,0-46,0
Leukosit
9,4
ribu/ul
5-10 ribu
Trombosit
372
ribu/ul
150-400 ribu
APTT
28,6
detik
27-35
PT
13,5
detik
11,5-15,5
SGOT
39
u/L
<27
SGPT
27
u/L
<34
Ureum
21
mg/dl
<80
Kreatinin
0,9
mg/dl
0,60-1,20
GDN
95
mg/dl
70 – 110
GDPP
130
mg/dl
100 – 140
Na
141
mmol/L
132-147
K
4
mmol/L
3,30-5,40
Cl.
105
mmol/L
94,0-111,0
CEA
55,5
ng/mL
> 20
28 Mei Haemoglobin
10,7
g/dl
12,0-15,0
2014
Hematokrit
31
%
36,0-46,0
Leukosit
11,1
ribu/ul
5-10 ribu
Trombosis
314
ribu/ul
150-400 ribu
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
p. Hasil pemeriksaan penunjang
Hasil kolonoskopi tanggal 9 Januari 2014. Hemorroid interna grade 1, tumor rekti yang besar bentuk bentuk polipoid pada kedalaman 15 cm dengan permukaan yang sebagian ulcerative dan mudah berdarah. Suspek malignancy. Karena hasil CT scan klien dibawa dokter mulai dari hari pertama sampai hari terakhir penulis dinas, maka foto CT Scan penulis tidak dapatkan, yang ada hanya hasil ekspertisinya Hasil CT scan abdomen tanggal 10 maret 2014. Tumor rectum yang mengenai lapisan mukosa, sub mukosa, muskularis dan serosa, serta kemungkinan infiltrasi pada sebagian fat peri-rektal dan KGB kecil di rongga pelvis sisi kanan, disertai metastasis ke hepar sesuai T3N1M1 (stage IV). Hasil Rongen Thoraks tanggal 10 Maret 2014. Jantung ukuran dalam batas normal, aortae elongasi. Paru tak tampak nodul metastasis di kedua paru.
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 2 ANALISA DATA NAMA : TN. N UMUR : 60 TAHUN Tanggal
No
Data
Masalah keperawatan
26/05/14 1.
Subjektif; klien mengatakan BAB diare 3 sampai 8 kali
Diare berhubungan dengan proses
Pre OP
perhari, BAB ada ampas dan kadang ada darahnya, kadang
inflamasi kanker rekti
nyeri daerah abdomen kiri kanan bawah. Objektif; bising usus 20 x/menit, TD; 140/80 mmHg, Nadi; 80 x/menit, RR; 20 x/menit, nyeri tekan perut kanan bawah mukosa mulut kering, capilla refill kurang dari 3 detik, intake minum; 2000 cc (termasuk diet cair 6 x 250 cc) output; 1200cc, IWL; 500, balance + 300 cc.
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
2.
Subjektif; klien mengatakan berat badan menurun 20 kg sejak Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari 3 bulan yang lalu.
kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Objektif; BB sebelum sakit 78 kg, sekarang 58 kg, IMT;
proses penyakit
20,35 kg/m², Berat badan ideal klien 77 kg sampai 63 kg. LILA 26,1 cm. Interpretasi persen LILA 89 % (underweight). Klien diet cair 6 x 250 cc. 3.
Subjektif; Klien mengatakan cemas dengan tindakan operasi
Cemas berhubungan proses tindakan
karena baru pertama kali operasi dan klien mengatakan
operasi
dijelaskan kata dokter ini operasi besar dan resikonya sangat besar. Objektif; Klien sering menanyakan jadwal operasi dan tentang prosedur operasi 28/06/14 1.
Subjektif; Klien mengatakan nyeri daerah luka operasi, Skala
Nyeri akut berhubungan dengan luka
Pasca op
nyeri 3.
operasi laparatomi dan kolostomi
Objektif; klien terlihat merintih kesakitan ketika bergerak dan batuk. 2.
Subjektif; tidak ada.
Intoleransi aktifitas berhubungan
Objektif; klien terlihat lebih banyak dibantu perawat,
kelemahan fisik
kebutuhan ADL total care.
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
3.
Subjektif; tidak ada.
Resiko infeksi berhubungan dengan luka
Objektif; Klien terpasang drain produksi darah kotor di area
operasi
abdomen bagian kanan bawah, terpasang kolostomi di area abdomen bagian kiri bawah. 4.
Subjektif; Klien dan keluarga masih takut melakukan
Kesiapan untuk meningkatkan
perawatan dan mengganti kolostomi. Objektif; Klien terlihat
pengetahuan berhubungan dengan kurang
masih sering bertanya-tanya tentang perawatan kolostomi.
pegetahuan tentang perawatan kolostomi
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
RENCANA KEPERAWATAN
TGL
NO
26/05/14 1.
RENCANA TINDAKAN Tujuan; Diare dapat berkurang atau berhenti dalam 3 x 24 jam Kriteria Evaluasi; Klien menunjukkan eliminasi fekal yang efektif. Terhidrasi baik (membrane mukosa lembab, afebris, haluaran urine normal. Melakukan praktek hygiene yang adekuat untuk mencegah kerusakan kulit. Intervensi;
2.
-
Kaji dan dokumentasikan frekuensi BAB klien.
-
Anjurkan klien untuk banyak minum air putih.
-
Kolaborasi dokter manajemen diare pada pasien dengan pemberian diet cair.
-
Anjurkan klien untuk membersihkan dan mengeringkannya di daerah perineal hygiene.
-
Menghitung intake output klien.
Tujuan; Asupan nutrisi klien adekuat. Kriteria Evaluasi; Berat badan klien bertambah, nafsu makan klien bertambah. Intervensi: -
Kaji status nutrisi klien
-
Auskutasi bising usus
-
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk perencanaan diet yang sesuai.
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
-
Timbang berat badan klien setiap minggu.
-
Anjurkan klien untuk menghabiskan porsi diet cair yang disediakan
3.
Tujuan: rasa cemas klien berkurang atau hilang dalam setiap 1x24 jam Kriteria evaluasi; klien tidak menunjukkan rasa cemas Intervensi :
28/05/14 1
-
Bina hubungan saling percaya
-
Ciptakan suasana tenang saat klien istirahat
-
Ajarkan klien teknik relaksasi napas dalam
-
Ajarkan klien tentang manajemen nyeri dan mobilisasi
-
Beri support dan libatkan keluarga tentang pentingnya operasi
-
Beri gambaran tentang kolostomi kepada klien.
Tujuan: Nyeri berkurang atau hilang dalam 3 x 24 jam Kriteria evaluasi: Skala nyeri 1 sampai 2,klien terlihat terbebas dari rasa nyeri. Intervensi; -
Anjurkan klien untuk teknik relaksasi napas dalam
-
Kolaborasi pemberian analgetik tramadol 3 x 1 ampul
-
Anjurkan klien untuk mengurangi aktivitas
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
2.
Tujuan : Resiko infeksi tidak terjadi terhadap klien Kriteria evaluasi: leukosit dalam batas normal (5000 sampai 10.000 mg/dl), tanda – tanda infeksi tidak ada, suhu 36,5˚ sampai 37,5˚C. Intervensi:
3.
-
Observai dan ukur TTV
-
Berikan antibiotik Cefriaxon 2x 1 gr.
-
Ambil sampel darah untuk pemeriksaan leukosit
-
Observasi tanda – tanda infeksi
-
Lakukan perawatan luka laparatomi
-
Lakukan irigasi produksi kolostomi bila 1/3 penuh.
-
Ganti IV line 3 x 24 jam dan DC dilepas sesuai program dokter.
Tujuan: Pengetahuan tentang perawatan kolostomi bertambah dalam waktu 1x24 jam Kriteria Evaluasi: Keluarga dan klien mengerti tentang perawatan kolostomi, keluarga dan klien dapat mempraktekan tentang perawatan kolostomi. Intervensi; -
Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang perawatan kolostomi.
-
Lakukan discharge planning dengan klien dan keluarga tentang perawatan kolostomi.
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN Nama : Tn. N
Pre Operasi
Umur : 60 tahun Tgl 26/5
Diagnosa
Implementasi
Evaluasi
a.
Mengkaji BAB klien hari ini
Subjektif; klien mengatakan diare hari ini 3 sampai
b.
Menganjurkan tetap untuk banyak
6 kali, BAB ada ampas dan kadang ada darahnya,
minum air putih dan air teh.
kadang nyeri daerah abdomen kiri kanan bawah.
c.
Mengukur TTV
capilla refill kurang dari 3 detik, intake minum;
d.
Mengukur intake output pasien
2000 cc (termasuk diet cair 6 x 250 cc) output; 1400cc, IWL; 500, balance + 100 cc. Objektif; klien terlihat sering bolak balik ke kamar mandi, Bising usus 22 x/menit, nyeri tekan perut kanan bawah. Analisa: Masalah diare belum teratasi Planning; Lanjutkan intervensi menganjurkan klien banyak minum air putih dan teh manis.
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
Ketidakseimbangan a.
Mengkaji status nutrisi klien/hari
nutrisi kurang dari
b.
Mengukur Berar badan klien setiap Objektif; BB 58 kg, Klien diet cair 6 x 250 cc porsi
kebutuhan tubuh
minggu
habis setiap klien minum susu, mukosa mulut kering,
c.
Auskutasi bising usus
klien sementara puasa makan dulu karena mau
d.
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
operasi.
Subjektif; Klien mengatakan mual
perencanaan diet yang sesuai.
Analisa : Masalah penurunan berat badan belum
e.
teratasi
Menganjurkan klien untuk
menghabiskan porsi diet cair
Planning: Lanjutkan intervensi habiskan diet cair klien.
27/5
Cemas
a.
Menciptakan suasana tenang saat
Subjektif; Klien mengatakan akan berusaha
klien istirahat
mempraktekkan teknik relaksasi napas dalam dalam
b.
mengurangi nyeri dan berusaha semangat dengan
Mengajarkan klien tentang
manajemen nyeri dan mobilisasi
melakukan mobilisasi
c.
Objektif; klien terlihat dapat mempraktek kembali
Memberi support dan libatkan
keluarga tentang pentingnya operasi
teknik relaksasi napas dalam untuk mengurangi nyeri,
d.
dan sudah menerima bila akan dipasang kolostomi,
Memberi gambaran tentang
kolostomi kepada klien\
terlihat cemas sudah mulai berkurang Analisa: Masalah cemas teratasi Planning: Stop intervensi
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
Diare
a.
Mengkaji BAB klien hari ini
Subjektif; klien mengatakan diare hari ini 3 sampai 6
b.
Menganjurkan tetap untuk banyak
kali, BAB ada ampas dan kadang ada darahnya,
minum air putih dan air teh.
kadang nyeri daerah abdomen kiri kanan bawah.
c.
Mengukur TTV
capilla refill kurang dari 3 detik, intake minum; 2000
d.
Mengukur intake output pasien
cc (termasuk diet cair 6 x 250 cc) output; 1400cc, IWL; 500, balance + 100 cc. Objektif; klien terlihat sering bolak balik ke kamar mandi, Bising usus 22 x/menit, nyeri tekan perut kanan bawah. Analisa: Masalah diare belum teratasi Planning; Lanjutkan intervensi menganjurkan klien banyak minum air putih dan teh manis
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
Ketidakseimbangan a.
Mengkaji status nutrisi klien/hari
nutrisi kurang dari
b.
Mengukur Berar badan klien setiap Objektif; BB 58 kg, Klien diet cair 6 x 250 cc,
kebutuhan tubuh
minggu
mukosa mulut kering, klien sementara puasa makan
c.
Auskutasi bising usus
dulu karena mau operasi. Bising usus 22 x/menit
d.
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Analisa : Masalah penurunan berat badan belum
Cemas
Subjektif; Klien mengatakan mual berkurang
perencanaan diet yang sesuai.
teratasi
e.
Planning: Lanjutkan intervensi habiskan diet cair
Menganjurkan klien untuk
menghabiskan porsi diet cair
klien.
a.
Subjektif; Klien mengatakan akan berusaha
Menciptakan suasana tenang saat
klien istirahat
mempraktekkan teknik relaksasi napas dalam dalam
b.
mengurangi nyeri dan berusaha semangat dengan
Mengajarkan klien tentang
manajemen nyeri dan mobilisasi
melakukan mobilisasi
c.
Objektif; klien terlihat dapat mempraktek kembali
Memberi support dan libatkan
keluarga tentang pentingnya operasi
teknik relaksasi napas dalam untuk mengurangi nyeri,
d.
dan sudah menerima bila akan dipasang kolostomi,
Memberi gambaran tentang
kolostomi kepada klien
terlihat cemas sudah mulai berkurang Analisa: Masalah cemas teratasi Planning: Stop interve
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN Nama : Tn. N
Paska operasi
Umur : 60 tahun Tgl 28/5
Diagnosa Nyeri akut
Implementasi
Evaluasi
a.Menganjurkan klien untuk teknik
Subjektif : Klien mengatakan nyeri daerah luka operasi,
relaksasi napas dalam
Skala nyeri 3. Nyeri seperti ditusuk-tusuk
b.Memberikan analgetik tramadol 3 x 1
Objektif; klien terlihat merintih kesakitan ketika bergerak
ampul
dan batuk, klien terlihat sudah melakukan relaksasi napas
c.Menganjurkan klien untuk
dalam tapi hanya sedikit berkurang.
mengurangi aktivitas
Analisa: Masalah nyeri belum teratasi Planning: Lanjutkan intervensi relaksasi napas dalam dan berikan tramadol 1 ampul.
28/5
Diare
a.
Mengobservasi diare
Subjektif; klien mengatakan BAB diare sudah tidak ada
b.
Mengobservasi pengeluaran
sejak dioperasi
BAB lewat kolostomi
Objektif; Bising usus 5x/menit.
c.
Analisa: Masalah diare teratasi
Mengobservasi bising usus
Planning; Stop intervensi
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
28/5
Ketidakseimbangan a.
Mengkaji status nutrisi
Subjektif; Klien mengatakan mual dan perut terasa
nutrisi kurang dari
klien/hari
kembung.
kebutuhan tubuh
b.
Objektif; Klien terpasang NGT dialirkan produksi cairan
Mengukur Berar badan klien
setiap minggu
warna hijau kekuningan. Klien sementara puasa dulu.
c.
Mengauskutasi bising usus
Bising usus 5 x/menit Terpasang infus Aminofluid :
d.
Mengukur produksi NGT
Asering (2:2)/ 24 jam Analisa : Masalah penurunan berat badan belum teratasi Planning: Lanjutkan intervensi klien puasa dulu.
28/5
Resiko infeksi
a.Mengobservasi dan ukur TTV
Subjektif; tidak ada.
b.Memberikan antibiotik Cefriaxon 2x
Objektif; Klien terpasang drain produksi darah kotor di
1 gr.
area abdomen bagian kanan bawah, terpasang kolostomi
c.Mengambil sampel darah untuk
di area abdomen bagian kiri bawah. Suhu: 36,5˚C,
pemeriksaan darah lengkap
Leukosit; 11,1 ribu/ul.
d.Mengobservasi tanda – tanda infeksi
Analisa: Masalah infeksi luka operasi dan prosedur
e.Melakukan irigasi produksi kolostomi invasive tidak terjadi bila 1/3 penuh.
Planning: Lanjutkan intervensi pencegahan tanda-tanda infeksi luka operasi dan prosedur invasive
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
29/5
29/5
Nyeri akut
a.Memberikan analgetik tramadol 3 x 1
Subjektif : Klien mengatakan nyeri daerah luka operasi,
ampul
Skala nyeri 2 Objektif; klien terlihat merintih kesakitan
b.Motivasi klien untuk melakukan
ketika bergerak dan batuk, klien terlihat sudah melakukan
teknik relaksasi napas dalam.
relaksasi napas dalam.
c.Menganjurkan klien untuk
Analisa: Masalah nyeri belum teratasi
mengurangi aktivitas
Planning: Lanjutkan intervensi pemberian analgetik
Ketidakseimbangan a.Mengkaji status nutrisi klien/hari
Subjektif; Klien mengatakan mual.
nutrisi kurang dari
b.Mengukur Berar badan klien setiap
Objektif; Klien terpasang NGT, bila kembung NGT
kebutuhan tubuh
minggu
dialirkan, klien boleh minum air putih, es krim dan
c.Mengauskutasi bising usus
permen. Bising usus 8x/menit. Terpasang infus
d.Mengukur produksi NGT
Aminofluid : Asering (2:2)/ 24 jam Analisa : Masalah penurunan berat badan belum teratasi Planning: Lanjutkan intervensi habiskan diet cair klien.
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
29/5
Resiko infeksi
a.Mengobservasi dan ukur TTV
Subjektif; tidak ada.
b.Memberikan antibiotik Cefriaxon 2x
Objektif; Klien terpasang drain produksi darah kotor di
1 gr.
area abdomen bagian kanan bawah, terpasang kolostomi
c.Mengobservasi tanda – tanda infeksi
di area abdomen bagian kiri bawah. Suhu: 36,5˚C,
d.Melakukan perawatan luka operasi
Leukosit; 11,1 ribu/ul.
laparatomi
Analisa: Masalah infeksi tidak terjadi
e.Melakukan irigasi produksi kolostomi Planning: Lanjutkan intervensi bila 1/3 penuh.
29/5
Kesiapan untuk
a.Mengkaji tingkat pengetahuan klien
Subjektif; Klien dan keluarga masih takut melakukan
meningkatkan
dan keluarga tentang perawatan
perawatan dan mengganti kolostomi.
pengetahuan
kolostomi.
Objektif; Klien terlihat masih sering bertanya-tanya
tentang perawatan
b.Melakukan discharge planning
tentang perawatan kolostomi.
kolostomi
dengan klien dan keluarga tentang
Analisis Masalah pengetahuan belum teratasi
perawatan kolostomi.
Planning : Lakukan edukasi discharge planning perawatan kolostomi
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
30/5
Nyeri akut
a.Memberikan analgetik tramadol 3 x 1
Subjektif : Klien mengatakan sudah tidak nyeri lagi
ampul
daerah post operasi dan tidak mau diberi obat analgetik
b.Menganjurkan klien untuk
karena bikin mual.
mengurangi aktivitas
Objektif; klien terlihat sudah tenang dan rileks, melakukan mobilisasi tanpa nyeri. Analisa: Masalah nyeri teratasi Planning: Stop intervensi
30/5
Ketidakseimbangan a.Mengkaji status nutrisi klien/hari
Subjektif; Klien mengatakan senang sudah boleh makan
nutrisi kurang dari
b.Mengukur Berat badan klien setiap
bubur.
kebutuhan tubuh
minggu
Objektif; Klien makan bubur saring. Porsi makan habis.
c.Mengauskultasi bising usus
Mual dan muntah tidak ada. Bising usus 10 x/menit. Terpasang infus Aminofluid : Asering (2:2)/ 24 jam. Mukosa mulut lembab. Analisa : Masalah penurunan berat badan belum teratasi Planning: Lanjutkan intervensi habiskan diet bubur klien.
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
30/5
Resiko infeksi
a.Mengobservasi dan ukur TTV
Subjektif; tidak ada.
b.Memberikan antibiotik Cefriaxon 2x
Objektif; Klien drain dilepas, terpasang kolostomi di area
1 gr.
abdomen bagian kiri bawah. Suhu: 37,2˚C. Luka post
c.Mengobservasi tanda – tanda infeksi
operasi kering, tidak ada rembesan, tanda infeksi tidak
d.Melakukan perawatan luka
ada.
laparatomi dan lepas drain.
Analisa: Masalah infeksi tidak terjadi
e.Melakukan irigasi produksi kolostomi Planning: Lanjutkan intervensi bila 1/3 penuh.
30/5
Kesiapan untuk
a.Kaji tingkat pengetahuan klien dan
Subjektif; Klien dan keluarga akan berusaha melakukan
meningkatkan
keluarga tentang perawatan kolostomi.
perawatan dan mengganti kolostomi, supaya klien bisa
pengetahuan
b.Lakukan discharge planning dengan
mandiri nanti setelah di rumah. Objektif; Klien terlihat
perawatan
klien dan keluarga tentang perawatan
sudah memahami dan dapat menjawab pertanyaan yang
kolostomi
kolostomi
perawat ajukan tentang perawatan kolostomi. Analisis: Masalah teratasi Planning: Stop intervensi
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
31/5
Ketidakseimbangan a.Mengkaji status nutrisi klien/hari
Subjektif; Klien mengatakan senang sudah boleh makan
nutrisi kurang dari
b.Mengukur Beratbadan klien setiap
bubur.
kebutuhan tubuh
minggu
Objektif; BB 57 kg, TB 169 cm, IMT 57/(1,69)² hasil 20
c.Mengauskultasi bising usus
kg/m². Berat badan 3 bulan yang lalu 78 kg dan sekarang 57 kg. Berat badan ideal klien 77 kg sampai 63 kg. LILA 26,1 cm. Interpretasi persen LILA 89 % (underweight). Nafsu makan normal, mual tidak ada. Klien Diet bubur, porsi makan habis 1 porsi Analisa : Masalah penurunan berat badan belum teratasi Planning: Lanjutkan intervensi habiskan diet bubur klien
Resiko infeksi
a.Mengobservasi dan ukur TTV
Subjektif; tidak ada.
b.Memberikan antibiotik Cefriaxon 2x
Objektif; Klien luka operasi tidak rembes, terpasang
1 gr.
kolostomi di area abdomen bagian kiri bawah. Suhu:
c.Mengobservasi tanda – tanda infeksi
37,2˚C.
d.Melakukan perawatan luka
Analisa: Masalah infeksi tidak terjadi
laparatomi 3 x 24 jam
Planning: Lanjutkan intervensi sampai dengan senin
e.Melakukan irigasi produksi kolostomi bila 1/3 penuh
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
Lampiran 3 DISCHARGE PLANNING
Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Perawatan Kolostomi
Disusun oleh Tita Dewi Maharani NPM : 1106130223
FORMAT SATUAN ACARA PENYULUHAN Masalah
: Kesiapan untuk meningkatkan pengetahuan
Pokok Bahasan
: perawatan kolostomi
Sub Pokok Bahasan
: Perawatan Kolostomi
Sasaran
: Keluarga dan klien Tn. N
Waktu
: 20 menit
Pertemuan Ke
: 2 (kedua)
Tanggal
: 30 Mei 2014
Tempat
: Ruang lantai 4 utara teratai, RSUP Fatmawati
I . Tujuan Intruksional Umum Setelah diberi penyuluhan, diharapkan sasaran mampu memahami tentang cara perawatan kolostomi.
II . Tujuan Intruksional Khusus Setelah diberi penyuluhan selama 20 menit, sasaran dapat : a. Menjelaskan pengertian kolostomi b. Menyebutkan tujuan perawatan kolostomi c. Menyebutkan waktu penggantian kantong kolostomi d. Menyebutkan alat – alat untuk perawatan kolostomi
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
e. Menyebutkan langkah – langkah perawatan kolostomi
III . Materi Penyuluhan 1. Pengertian kolostomi 2. Tujuan perawatan kolostomi 3. Waktu penggantian kantong kolostomi 4. Alat – alat untuk perawatan kolostomi 5. Langkah – langkah perawatan kolostomi IV . Kegiatan Belajar Mengajar a. Metode : Ceramah, tanya jawab, dan demonstrasi b.
Langkah-langkah Kegiatan
c. Proses Belajar Mengajar No
Komunikator
Komunikan
Pre Interaksi 1.
waktu 5 menit
Memberi
salam
dan Menjawab salam
memperkenalkan diri 2.
Menjelaskan tujuan penyuluhan Mendengarkan dan tema penyuluhan Isi
3.
10 menit
Menjelaskan materi penyuluhan Mendengarkan mengenai
pengertian,
tujuan,
waktu, alat-alat, langkah-langkah perawata kolostomi 4.
Memberikan kesempatan kepada Mengajukan pertanyaan komunikan
untuk
bertanya
tentang materi yang disampaikan Penutup 5.
Memberikan
5 menit pertanyaan
akhir Menjawab
sebagai evaluasi
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
6.
Menyimpulkan
bersama
hasil Mendengarkan
kegiatan pendidikan kesehatan 7.
Menutup pendidikan kesehatan Menjawab salam dan mengucapkan salam
V . Media dan Sumber * Media
: Leaflet, lembar balik dan peralatan perawatan kolostomi
* Sumber
:
Smith (1991). Comprehensive Child and Family Nursing Skills. Mosby Year Book : St. Louis Smeltzer, Suzanne C.(2001).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth Edisi 8. Jakarta;EGC
VI . Evaluasi Mengevaluasi pengertian,tujuan, alat, waktu dan langkah perawatan kolostomi
VII . Lampiran Materi * Soal Lampiran
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
Materi
PERAWATAN KOLOSTOMI 1. Pengertian kolostomi Kolostomi adalah lubang yang dibuat dengan pembedahan diantara kolon dan permukaan abdomen untuk membuang kotoran (BAB)/ saluran buatan untuk membuang kotoran (BAB).
2. Tujuan perawatan kolostomi -
Menjaga kulit sekitar lubang buatan agar tidak lecet
-
Agar klien terhindar dari infeksi
-
Mencegah timbulnya bau yang tidak sedap
-
Mencegah penyakit agar tidak bertambah parah
3. Waktu penggantian kantong kolostomi Waktu untuk mengganti kantong kolostomi yaitu jika kantong sudah terlihat penuh, bocor dan kotor segera diganti.
4. Alat – alat untuk perawatan kolostomi -
Kantong stoma 1 buah
-
Air hangat
-
Baskom kecil (berisi air hangat)
-
Kapas secukupnya
-
Gelang Karet atau penutup stoma
-
Tissu
-
Kantong keresek 2 buah
-
Kasa pelindung yang diolesi vaselin 1buah
-
Plester
-
Gunting
5. Langkah – langkah perawatan kolostomi
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
a. Atur posisi pasien terlentang / berdiri b. Buka pakaian bagian atas sebagian. c. Pasang perlak dan pengalasnya di bagian bawah anus buatan. d. Dekatkan bengkok dan kantong plastik e. Cuci tangan dan pakai sarung tangan bersih f. Buang feses ke plastik g. Buka plester pada kolostomi bag h. Masukkan kolostomi bag yang bekas ke dalam kantong plastik. i. Bersihkan daerah kolostomi dengan menggunakan kapas yang direndam air hangat j. Setelah bersih sekitar kolostomi dikeringkan k. Sesuaikan lubang kolostomi dengan stoma kolostomi l. Rekatkan kolostomi bag bila perlu dapat diperkuat dengan plester m. Lepaskan perlak dan pengalas n. Kenakan pakaian, rapikan tempat tidur o. Lepaskan sarung tangan, mencuci tangan
6. Evaluasi lisan a. Jelaskan Pengertian kolostomi ? b. Sebutkan tujuan perawatan kolostomi ? c. Sebutkan kapan waktu penggantian kantong kolostomi ? d. Sebutkan alat – alat untuk perawatan kolostomi ? e. Sebutkan langkah – langkah perawatan kolostomi ?
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
APAKAH RELAKSASI ITU ??
Relaksasi merupakan suatu metode untuk membantu seseorang mengurangi rasa sakit, cemas, atau stress untuk menjauhkan dari sensasi yang tidak diinginkan.
TITA DEWI M PROGRAM PROFESI KEPERAWATAN
KAPAN RELAKSASI DAPAT
TEHNIK RELAKSASI Relaksasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu : 1. Relaksasi otot progresif 2. Relaksasi dengan imajinasi 3. Relaksasi dengan distraksi (pengalihan)
RELAKSASI OTOT PROGRESIF
Ambil posisi berbaring pada bantalan yang lunak di ruang yang tenang dan nyaman
DILAKUKAN ? Relaksasi dapat dilakukan pada saat seseorang merasakan sakit kepala, nyeri, stress, atau cemas.
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
Pejamkan mata Tarik nafas dalam merasa lega
sampai
Rasakan nafas anda
RELAKSASI DENGAN IMAJINASI
Tegangkan otot seluruh tubuh, kemudian tahan dan rasakan ketegangan tersebut Lemaskan otot-otot dan rasakan perbedaan dari tegang relaks Tegangkan salah satu otot anggota tubuh misalnya lengan dan otot yang lain relaks, kemudian bergantian pada otot bagian tubuh lainnya (tegangkan otot salah satu anggota tubuh dan anggota tubuh lainnya relakskan) Rasakan setiap kali merasakan ketegangan dan setiap kali merasakan relaks Relakskan seluruh tubuh anda
Duduklah dengan tenang dan nyaman Tarik nafas dalam sampai merasa lega
Ulangi bayangan tadi Coba rasakan dan hayati imajinasi anda tersebut dengan semua indera anda
RELAKSASI DENGAN DISTRAKSI (TEHNIK PENGALIHAN)
Pilih gambaran atau pengalaman yang nyaman dan menyenangkan dari masa lalu anda, seperti
memandang laut, mencelupkan kaki ke air yang sejuk, atau berada di pegunungan yang sejuk, dan lain sebagainya
Analisis praktik ..., Tita Dewi Maharani, FIK UI, 2014
Mendengarkan musik
Membaca
Berdoa