UNIVERSITAS INDONESIA
EDUKASI TRIGUNA MAKANAN DAN JADWAL MAKAN BERSAMA KELUARGA DENGAN MASALAH KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI: KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH PADA ANAK USIA SEKOLAH DI RW 03 KELURAHAN SUKATANI, KOTA DEPOK
KARYA ILMIAH AKHIR-NERS
AGNES FEBRIYANTI 0906629220
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI NERS DEPOK JULI 2014
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
EDUKASI TRIGUNA MAKANAN DAN JADWAL MAKAN BERSAMA KELUARGA DENGAN MASALAH KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI: KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH PADA ANAK USIA SEKOLAH DI RW 03 KELURAHAN SUKATANI, KOTA DEPOK
KARYA ILMIAH AKHIR-NERS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners
AGNES FEBRIYANTI 0906629220
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI NERS DEPOK JULI 2014 ii
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya I1miah Akhir Ners ini adalah hasil saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun di rujuk telah saya nyatakan benar
Nama NPM Tanda Tangan
: Agnes Febriyanti : 0906629220
Tanggal
: 07 Juli 2014
111
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Ilmiah Akhir Ners ini diajukan oleh: . : Agnes Febriyanti Nama NPM : 0906629220 Program Studi : Ners J udul Karya Ilmiah : Edukasi Triguna Makanan dan J adwal Makan Bersama Ke1uarga dengan Masalah Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang Dari Kebutuhan Tubuh pada Anak Usia Sekolah Di RW 03 Kelurahan Sukatani, Kota Depok
Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners pada Program Studi Ners, Fakultas IImu Keperawatan, Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI Pembimbing: Agus Setiawan, S.Kp., M.N., DN
(
Penguji
(
: Ns. Aisyiah, S.Kep., M.Kep
Ditetapkan di Tanggal
: Depok : 07 Juli 2014
lV
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah mencurahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ners yang berjudul “Edukasi Triguna Makanan dan Jadwal Makan bersama Keluarga dengan Masalah Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh pada Anak Usia Sekolah Di RW 03 Kelurahan Sukatani, Kota Depok”. Penulisan karya ilmiah akhir ners ini dilakukan dalam rangka memenuhi mata ajar Karya Ilmiah Akhir Ners pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan karya ilmiah akhir ners ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan tulisan ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih pada: 1. Ibu Dra. Juniati Sahar, S.Kp., M.App., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. 2. Bapak Agus Setiawan,S.Kep., M.N., D.N selaku pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penulisan karya ilmiah akhir ners ini. 3. Ibu Dwi Nurviyandari S.Kp, M.N selaku pembimbing akademik penulis. 4. Segenap tim dosen FIK UI, khususnya keilmuan Keperawatan Komunitas yang telah membimbing dalam pelaksanaan praktik profesi ini. 5. dr. Septanti selaku kepala Puskesmas Sukatani yang telah bekerja sama dengan kami selama praktik Praktik Klinik Keperawatan Masyarakat Perkotaan. 6. Bapak Jhon Amiruddin Ritonga dan Ibu Farida Nurhayati Napitupulu selaku orang tua, Kakak saya Anita Florentina Pintauli dan Amru Fernando Janfried Ritonga yang penulis sayangi dan selalu mendoakan dengan segenap cinta, mendukung keberhasilan laporan penulisan baik secara moril maupun materil. v
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
7. Keluarga PSKJ, teman-teman yang spesial dan selalu mendukung, serta membantu penulis dalam menghadapi setiap masalah. 8. Teman-teman FIK 48 yang terdiri dari Hesi Oktamiati, Okti Sirait, Helena Winata, Puspa Astriana, Christafenny, Tika Widowati, dan Ningsih Tresia R sebagai teman dalam suka maupun duka dan juga David serta Epafras sebagai teman pendukung di dalam doa hingga penyelesaian KIA-N. 9. Teman-teman angkatan 2009, terutama PKKMP peminatan Komunitas dengan agregat anak usia sekolah di RW 03, Rizky, Shinta, Rio, Dewi Retno, Debby Christy, terima kasih untuk suka dan duka dalam stase terakhir di profesi 10. Keluarga Bapak S, khususnya Ibu E dan An S yang telah menerima mahasiswa dengan baik selama melakukan asuhan keperawatan keluarga dalam Praktik Klinik Keperawatan Masyarakat Perkotaan. 11. Masyarakat di RW 03 dan segenap kader yang telah membantu kami dalam pelaksanaan kegiatan asuhan keperawatan komunitas, serta bersedia menyediakan waktu dan tempat untuk kami. 12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan kalian semua selama penulisan KIA-N ini. semoga segala kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan karya ilmiah akhir ners ini. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan penyusunan penulisan di masa yang akan datang.
Depok, Juli 2014
Agnes Febriyanti
vi
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLlKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademika Universitas Indonesia, saya yang bertandatangan dibawah ini: Nama NPM
: Agnes Febriyanti : 0906629220
Program Studi
: Ners
Fakultas
: Ilmu Keperawatan
Jenis Karya
: Karya Ilmiah Akhir Ners
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusive RoyaltyFree Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
Edukasi Triguna Makanan dan Jadwal Makan bersama Keluarga dengan
Masalah Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh pada
Anak Usia Sekolah di RW 03 Kelurahan Sukatani, Kota Depok
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak bebas royalti nonekslusif ini Universitas Indonesia bebas menyimpan, mengalihmedial formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap dicantumkan nama saya sebagai penulisJpencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di
: Depok
Pada tanggal
: 07 Juli 2014
Yang Menyatakan
(Agnes Febriyanti)
Vll
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
ABSTRAK Nama Program Studi Judul
: Agnes Febriyanti : Ners : Edukasi Triguna Makanan dan Jadwal Makan bersama Keluarga dengan Masalah Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh pada Anak Usia Sekolah di RW 03 Kelurahan Sukatani, Kota Depok
Kemiskinan merupakan akar masalah dari munculnya masalah gizi kurang pada masyarakat perkotaan. Karya Ilmiah Akhir ini memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan keluarga yang dilaksanakan pada keluarga Bapak S dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi pada anak usia sekolah. Implementasi yang telah dilakukan terdiri dari implementasi yang bersifat kognitif, afektif, dan psikomotor dengan pendekatan lima tugas kesehatan keluarga. Intervensi yang menjadi unggulan ialah penyusunan menu makanan dengan gizi seimbang pada anak usia sekolah berdasarkan triguna makanan dan jadwal makan bersama keluarga. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa terjadi peningkatan berat badan pada anak usia sekolah kelolaan. Ibu E melaporkan bahwa telah menyediakan makanan sesuai dengan triguna makanan. Keluarga Bapak S melaporkan bahwa telah melakukan upaya pemenuhan makanan dengan gizi seimbang dan jadwal makan bersama dengan anak. Kata kunci: Anak usia sekolah, Gizi kurang, Jadwal makan bersama, Triguna makanan
viii
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
ABSTRACT Name Study Program Title
: Agnes Febriyanti : Ners : Triguna Makanan Education and Eat Together with Family’s Schedule with Health Problem Nutrition Imbalance: Less than Body Requirment on School Aged Children at RW 03 Kelurahan Sukatani, Kota Depok
Poverty is the underlying cause of the emergence of nutritional problems, especially malnutrition in urban communities. This final assignment describes the nursing care process of Mr. S’s family with nutrition imbalance problem among school aged children. The implementation to the family consisted of the cognitive, affective, and psychomotor aspect that used the five family health tasks. Nursing interventions that become the main intervention was scheduling of nutritional balance menus based on “triguna makanan” and eat together with family for school aged children. The evaluation showed that the0 nursing care was effective to make school aged children to gain weight. Mrs. E, client S’s mother, reported that she had provided food according to “triguna makanan”. Mr. S’s family reported that the family has made efforts to provide the food with balanced nutrition and scheduled eating together with their children. Keywords: Eat together, Malnutrition, Nutritional balance (Triguna makanan), School aged children
ix
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... HALAMAN SAMPUL ................................................................................... HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................ HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... KATA PENGANTAR …………………………………………………… ... ABSTRAK ...................................................................................................... ABSTRACT ..................................................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................... DAFTAR TABEL .......................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
i ii iii iv v viii ix x xii xiii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1.2 Perumusan Masalah ................................................................. 1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................... 1.4 Manfaat Penulisan .................................................................... 1.5 Sistematika Penulisan..............................................................
1 9 10 12 12
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perkotaan /Urban Nursing.............................................. 13 2.1.1 Teori dan Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan ......................................................................... 13 2.1.2 Masalah Kemiskinan dan Gizi Kurang yang Terjadi di Perkotaan…………………………………… ................. 14 2.2 Keluarga dengan Anak Usia Sekolah ...................................... 15 2.2.1 Keluarga dengan Anak Usia Sekolah .............................. 15 2.2.2 Anak Usia Sekolah sebagai Agregat at Risk................... 17 2.2.3 Gizi Anak Usia Sekolah .................................................. 19 2.2.4 Peran Perawat Keluarga.................................................. 24 2.3 Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Usia Sekolah Gizi Kurang....................................................................................... 26 2.3.1 Pengkajian Keluarga ........................................................ 26 2.3.2 Diagnosis Keperawatan ................................................... 27 2.3.3 Intervensi Keperawatan ................................................... 29 2.3.4 Implementasi Keperawatan ............................................. 29 2.3.5 Evaluasi Keperawatan ..................................................... 32 BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 3.1 Pengkajian Keperawatan Keluarga......................................... 3.2 Diagnosis Keperawatan Keluarga........................................... 3.3 Perencanaan Intervensi Keperawatan..................................... 3.4 Implementasi Keperawatan................................................... x
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
35 39 40 41
3.5
Evaluasi Keperawatan...........................................................
43
BAB 4 ANALISIS SITUASI DAN INOVASI UNGGULAN 4.1 Profil Lahan Praktik.................................................................... 48 4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep KKMP dan Konsep Kasus Terkait.............................................................................. 51 4.3 Analisis Intervensi Penyusunan Menu Makanan Gizi Seimbang berdasarkan Triguna Makanan dan Jadwal Makan bersama Keluarga sebagai Intervensi Unggulan dengan Konsep dan Penelitian Terkait....................................................................... 53 4.4 Alternatif Pemecahan Masalah yang dapat Dilakukan.............. 58 BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan.................................................................................. 5.2 Saran........................................................................................ DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xi
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
61 62
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel Standar Antopometri (Kemenkes, 2010)................................... 28
xii
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Pengkajian Keluarga Lampiran 2 Skoring Masalah Lampiran 3 Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga Lampiran 4 Catatan Perkembangan Lampiran 5 Evaluasi Sumatif Lampiran 6 Evaluasi Tingkat Kemandirian Keluarga Lampiran 7 Leaflet Intervensi Unggulan Lampiran 8 Daftar Riwayat Hidup
xiii
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
ABSTRAK
Nama Program Studi Judul
: Agnes Febriyanti : Ners : Edukasi Triguna Makanan dan Jadwal Makan bersama Keluarga dengan Masalah Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh pada Anak Usia Sekolah di RW 03 Kelurahan Sukatani, Kota Depok
Kemiskinan merupakan akar masalah dari munculnya masalah gizi kurang pada masyarakat perkotaan. Karya Ilmiah Akhir ini memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan keluarga yang dilaksanakan pada keluarga Bapak S dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi pada anak usia sekolah. Implementasi yang telah dilakukan terdiri dari implementasi yang bersifat kognitif, afektif, dan psikomotor dengan pendekatan lima tugas kesehatan keluarga. Intervensi yang menjadi unggulan ialah penyusunan menu makanan dengan gizi seimbang pada anak usia sekolah berdasarkan triguna makanan dan jadwal makan bersama keluarga. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa terjadi peningkatan berat badan pada anak usia sekolah kelolaan. Ibu E melaporkan bahwa telah menyediakan makanan sesuai dengan triguna makanan. Keluarga Bapak S melaporkan bahwa telah melakukan upaya pemenuhan makanan dengan gizi seimbang dan jadwal makan bersama dengan anak. Kata kunci: Anak usia sekolah, Gizi kurang, Jadwal makan bersama, Triguna makanan
viii Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
ABSTRACT
Name Study Program Title
: Agnes Febriyanti : Ners : Triguna Makanan Education and Eat Together with Family’s Schedule with Health Problem Nutrition Imbalance: Less than Body Requirment on School Aged Children at RW 03 Kelurahan Sukatani, Kota Depok
Poverty is the underlying cause of the emergence of nutritional problems, especially malnutrition in urban communities. This final assignment describes the nursing care process of Mr. S’s family with nutrition imbalance problem among school aged children. The implementation to the family consisted of the cognitive, affective, and psychomotor aspect that used the five family health tasks. Nursing interventions that become the main intervention was scheduling of nutritional balance menus based on “triguna makanan” and eat together with family for school aged children. The evaluation showed that the0 nursing care was effective to make school aged children to gain weight. Mrs. E, client S’s mother, reported that she had provided food according to “triguna makanan”. Mr. S’s family reported that the family has made efforts to provide the food with balanced nutrition and scheduled eating together with their children. Keywords: Eat together, Malnutrition, Nutritional balance (Triguna makanan), School aged children
ix Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
BAB 1 PENDAHULUAN Bab 1 menguraikan latar belakang yang menjadi latar belakang penulisan karya ilmiah ini, rumusan masalah, tujuan umum dan tujuan khusus, manfaat penulisan dan sistematika penulisan.
1.1 Latar Belakang Kesehatan perkotaan merupakan masalah yang sangat penting karena tingkat perkembangan penduduk kota di Indonesia sangat pesat. Munculnya masalah kesehatan di perkotaan merupakan akumulasi dari berbagai faktor, antara lain tingginya jumlah penduduk yang kurang memiliki akses kesehatan karena kemisikinan, pengangguran yang dapat menimbulkan masalah ekonomi dan sosial, serta perubahan lingkungan akibat dari adanya arus urbanisasi (Allender & Spradley, 2010).
Salah satu dampak dari arus urbanisasi adalah pada faktor ekonomi, yaitu kemiskinan. Konferensi Dunia Untuk Pembangunan Sosial di Kopenhagen 1995 (Kementerian Koordinator Bidang Kesra, 2002) menyatakan kemiskinan dalam arti luas di negara-negara berkembang memiliki wujud yang multidimensi yang meliputi sangat rendahnya tingkat pendapatan dan sumber daya produktif yang menjamin kehidupan berkesinambungan sehingga menyebabkan kelaparan dan kekurangan gizi, keterbatasan dan kurangnya akses kepada pendidikan dan layanan-layanan pokok lainnya kondisi tak wajar dan kematian akibat penyakit yang terus meningkat, kehidupan tinggal di jalan dan tempat tinggal yang jauh dari memadai, lingkungan yang tidak aman, serta diskriminasi dan keterasingan sosial.
Peningkatan kemiskinan dilihat dari sudut pandang geografis dan dari sisi ekonomi, terjadi secara drastis di wilayah perkotaan. Data dan hasil penelitian 1
Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
2
membuktikan bahwa kemiskinan sangat berhubungan dengan tingginya angka kesakitan dan kematian (United Nations Declaration, 2000). Tingkat pendapatan di bawah garis kemiskinan dan rendahnya kesempatan memperoleh berbagai fasilitas kesejahteraan sosial akan mempersulit terpenuhinya berbagai keperluan pangan bergizi atau kemampuan untuk menangkis penyakit (United Nations Declaration, 2000; Stanhope & Lancaster, 2000).
Kemiskinan merupakan masalah yang muncul dan sering terjadi di masyarakat perkotaan. Kemiskinan menjadi salah satu penyebab pokok atau akar masalah gizi buruk. Peningkatan ekonomi masyarakat dapat menurunkan masalah gizi dapat dilihat dari dua sisi. Pertama, mengurangi biaya kematian dan kesakitan, kedua melalui peningkatan produktifitas. Pernyataan tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh Soekirman (2006) yaitu kemiskinan memiliki hubungan timbal balik dengan permasalahan gizi. Kurang gizi berpotensi sebagai penyebab kemiskinan melalui rendahnya pendidikan dan produktivitas. Sebaliknya, kemiskinan menyebabkan anak tidak mendapat makanan bergizi yang cukup sehingga kurang gizi.
Masalah gizi tidak hanya terdapat di daerah terpencil, tetapi juga menjadi salah satu masalah di masyarakat perkotaan. Masalah gizi semakin lama semakin disadari sebagai salah satu faktor penghambat proses pembangunan nasional (Neldawati, 2006). Masalah gizi yang timbul dapat memberikan berbagai dampak antara lain meningkatnya angka kematian bayi dan anak. Tingginya angka kematian anak merupakan ciri yang umum dijumpai di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
Data dunia menunjukkan sebanyak setengah dari seluruh anak di India mengalami malnutrisi (Isbach, et al, 2012). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) nasional tahun 2007 menyatakan prevalensi anak usia sekolah kurus (laki-laki) adalah 13,3%, sedangkan untuk perempuan sebesar 10,9% di Indonesia. Sebanyak 16 Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
3
provinsi mempunyai prevalensi anak usia sekolah kurus (laki-laki) di atas prevalensi nasional dan sebanyak 19 provinsi mempunyai prevalensi anak usia sekolah kurus (perempuan) di atas prevalensi nasional. Depkes (2008) dalam Profil Kesehatan Indonesia 2008, secara nasional prevalensi kurus pada usia sekolah adalah 13,6%. Angka ini masih tergolong tinggi sehingga masalah kurus di Indonesia masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius.
Hasil analisis data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas, 2005) menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan gizi kurang pada anak usia sekolah, yaitu pada tahun 2004 dan 2005. Pada tahun 2004, dari 17.835 anak usia sekolah ditemukan 435 anak usia sekolah berstatus gizi buruk dan 7.400 anak usia sekolah lainnya gizi kurang, dan yang status gizi baik hanya sekitar 10.000 anak. Sedangkan tahun 2005, dari 16.076 anak usia sekolah yang mempunyai status gizi buruk sejumlah 476 anak, 7600 lainnya mengalami gizi kurang, dan status gizi baik sekitar 8000 anak (Arisman, 2006). Masalah gizi anak usia sekolah di Kota Depok khususnya Puskesmas Sukatani belum ditetapkan bagi seluruh anak usia sekolah (hanyak anak kelas 1). Hal ini disebabkan program gizi lebih difokuskan pada balita (Profil Depok, 2009).
Kecamatan Tapos memiliki jumlah anak usia sekolah yang cukup tinggi. Sukatani merupakan salah satu wilayah dari Kecamatan Tapos dengan jumlah anak usia sekolah yang banyak. Wilayah Kelurahan Sukatani memiliki jumlah anak usia sekolah yang cukup banyak, jumlah yang ada di RW 03 adalah sebanyak 193 orang. Anak usia sekolah yang memiliki masalah gizi termasuk gizi kurang di wilayah ini, khususnya untuk RW 03 adalah sebanyak 22 %.
Masalah gizi pada hakekatnya merupakan masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja (Indriyani, 2007). Masalah gizi timbul akibat berbagai faktor yang saling berkaitan. Masalah gizi buruk dan gizi kurang dipengaruhi Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
4
langsung oleh faktor konsumsi pangan dan penyakit infeksi dan secara tidak langsung dipengaruhi oleh pola asuh, ketersediaan pangan, faktor sosial ekonomi, budaya, dan politik (Indriyani, 2007).
Akibat gizi kurang pada anak usia sekolah antara lain anak menjadi lemah, cepat lelah, dan sakit-sakitan, sehingga anak menjadi sering absen serta mengalami kesulitan untuk mengikuti dan memahami pelajaran dengan baik. (Sinaga, et al, 2012). Banyak siswa yang terpaksa mengulang di kelas yang sama atau bahkan meninggalkan sekolah (drop-out) sebagai dampak kurang gizi. Hal ini merupakan hambatan yang serius untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan (Sinaga, et al, 2012; Allender & Spradley, 2010).
Pelaksanaan pelayanan keperawatan komunitas di Indonesia selama ini menjadi tanggung jawab Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), sedangkan fokus pengembangan keperawatan masih berpusat pada rumah sakit sehingga sumber perawat di Puskesmas masih sangat minim (Huriah, 2006). Penanggulangan masalah gizi kurang pada anak usia sekolah memerlukan adanya program peningkatan kesehatan masyarakat, pendidikan (penyuluhan) kesehatan, dan perbaikan pada konsumsi. Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan melakukan praktik keperawatan komunitas yang ditujukan kepada individu, keluarga, juga kelompok berisiko tinggi dengan cara melakukan pendekatan terhadap keluarga sebagai entry point kegiatan keperawatan komunitas.
Keluarga merupakan salah satu faktor penentu status gizi anak usia sekolah. Keluarga memiliki peranan yang penting bagi peningkatan dan pengawasan status gizi anak usia sekolah. Kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga sangat diperlukan agar keluarga dapat menungkatkan status gizi anak usia sekolah di rumah. Kontribusi asuhan keperawatan keluarga akan
Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
5
mendukung terciptanya kemandirian keluarga dalam meningkatkan status gizi anak usia sekolah (Hidayati, 2011).
Keluarga cenderung terlibat dalam pembuatan keputusan dan proses terapeutik pada setiap tahap sehat dan sakit pada setiap anggota keluarganya, sepeti mulai dari keadaan sehat hingga diagnosis, tindakan hingga penyembuhan. Keluarga mempunyai peranan dalam memenuhi nutrisi pada usia sekolah karena keluarga yang melakukan pemulihan sampai konsumsi pada anak (Widyatuti, 2001). Pemahaman keluarga tentang tugas kesehatan keluarga sangat diperlukan agar keluarga bisa memenuhi kebutuhan usia sekolah secara tepat.
Berdasarkan hal tersebut, penulis melakukan asuhan keperawatan keluarga pada masyarakat perkotaan dalam mengelola keluarga dengan masalah gizi pada anak usia sekolah. Praktik penulis diawali dengan melakukan screening saat praktik peminatan komunitas yang dilakukan di RW 03 Kelurahan Sukatani. Penulis mulai menilai status gizi dari setiap usia sekolah dan menentukan keluarga yang akan menjadi kelolaan yaitu keluarga dengan anak usia sekolah yang memiliki masalah gizi kurang. Terdapat 18 keluarga yang menjadi keluarga binaan di RW 03 oleh mahasiswi profesi Ners yang melakukan praktik peminatan komunitas. Hasil screening didapatkan data bahwa 22 % anak tergolong gizi kurang, 50% gizi normal, gemuk 11%, dan obesitas 17%. Penulis memutuskan untuk menjadikan salah satu keluarga binaan yang memiliki anak dengan gizi kurang (keluarga Bapak S) menjadi fokus bahasan dalam karya ilmiah akhir ners ini.
Asuhan keperawatan keluarga dilakukan pada keluarga Bapak S selama tujuh minggu bertempat di RT 1 RW 03 Kelurahan Sukatani Kecamatan Tapos Kota Depok. Keluarga Bapak S (63 tahun) dan Ibu E (44 tahun) memilki lima orang anak yaitu An. T (23 tahun), An. L (18 tahun), An. A (16 tahun), An. Z (9 tahun), dan An.S (8 tahun). Keluarga Bapak S merupakan keluarga nuclear family dan memiliki masalah kesehatan gizi kurang pada anak usia sekolah. Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
6
An. S merupakan entry point dalam asuhan keperawatan memiliki berat badan 15 kg, dan tinggi badan 110 cm. Status gizi An S berdasarkan tabel WHO-NCHS termasuk dalam kategori gizi kurang. An S memiliki ciri-ciri fisik berbadan kurus, rambut tipis, jarang dan agak kemerahan. An S memiliki kesulitan untuk makan (hanya senang makan mie) dan sejak kecil berat badannya susah untuk naik.
Ibu E mengatakan makanan yang dimakan An. S sama dengan menu makanan yang disajikan untuk keluarga lain. An. S memiliki porsi makan yang tidak menentu, terkadang banyak namun lebih sering sedikit dan sulit untuk makan. Ibu E biasanya memasak nasi, sayur sop atau bayam, tempe, tahu atau ikan. An. S dapat menghabiskan makan nasi dan lauk pauk 2 kali sehari, dengan porsi sekitar 10 sendok makan dan memakan makanan selingan seperti kerupuk yang biasa dibeli dari warung sebelah rumah. An. S mengaku tidak menyukai buah-buahan dan tidak senang makan sayur.
An.S mengaku sehari-hari jarang sarapan karena tidak biasa dan Ibu E juga tidak membuatkan sarapan atau menyiapkan bekal untuk dibawa ke sekolah. Menurut Ibu E, waktu sekolah An.S yang hanya dua jam menyebabkan Ibu E merasa tidak perlu menyiapkan sarapan/bekal karena An.S pulang cepat sehingga bisa makan di rumah saja. An.S diberi uang jajan setiap harinya sebesar Rp 1.000,00. Biasanya An.S akan jajan chiki/es di sekolah. Bila tidak jajan di sekolah, uang tersebut digunakan untuk membeli kerupuk di rumah.
Keluarga tidak membiasakan praktik higiene dirumah, khususnya kebiasaan mencuci tangan sebelum makan. Keluarga jarang melakukan cuci tangan sesuai langkah-langkah cuci tangan yang benar dan makan buah dan sayur setiap hari (khususnya An.S). Saat dilakukan food recall selama 3 hari berturut-turut, An.S diketahui hanya makan 2 kali setiap harinya, dengan makan nasi 10 sendok makan dan mie instant di siang hari serta makan nasi 10 sendok makan dan telur dadar di Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
7
sore hari. Selanjutnya hari kedua An.S makan nasi 12 sendok dan kentang sambal serta kerupuk di siang hari dan sore hari. Hari ketiga An.S makan 10 sendok nasi goreng dengan telur ceplok di siang hari dan 1 mangkuk mie instant di sore hari.
Berdasarkan hasil observasi didapatkan data bahwa keluarga selalu memasak untuk makanan setiap harinya. Hal ini diketahui saat melihat tersedianya makanan di siang hari. Namun, setiap harinya keluarga tidak menyiapkan variasi makanan. Hal ini terlihat dari food recall yang didapat 3 hari sebelumnya. Keluarga juga belum mampu melakukan pengolahan makanan yang benar, pengaturan jadwal makan yang teratur dan tersedianya cemilan/makanan sehat untuk anak. Masalah gizi pada keluarga Bapak S dilakukan melalui tahap asuhan keperawatan dalam pendekatan keluarga menurut Friedman, Bowden, dan Jones (2003) yang berfokus pada pengkajian, penetapan diagnosis, perencanaan intervensi, implementasi, dan evaluasi. Konsep pengkajian yang diimplementasikan dilakukan melalui proses wawancara dan observasi perilaku orang tua untuk mendapatkan data yang berfokus pada masalah keluarga.
Perencanaan intervensi dan implementasi dilakukan untuk melakukan strategi dalam mengatasi masalah gizi kurang yang terjadi pada keluarga. Evaluasi dilakukan setelah semua tindakan asuhan keperawatan telah terlaksana. Penulis memberikan asuhan keperawatan berpusat kepada lima fungsi tugas keluarga menurut Maglaya (2009). Kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga sangat diperlukan agar dapat meningkatkan status gizi anak usia sekolah di rumah.
Implementasi yang telah dilakukan pada keluarga Bapak S melalui pendidikan kesehatan dan pemberian informasi berpedoman pada tugas kesehatan keluarga terkait masalah kurang gizi pada anak usia sekolah dengan menjelaskan kepada keluarga tentang pengertian gizi seimbang, triguna makanan dan manfaatnya, penyebab, tanda-tanda masalah gizi, serta akibat gizi kurang. Selanjutnya penulis Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
8
juga mendiskusikan dengan keluarga mengenai perawatan anggota keluarga yang mempunyai masalah gizi, upaya yang dilakukan untuk mencegah masalah gizi, informasi mengenai triguna makanan dan demonstrasi pengelompokkan makanan sesuai triguna makanan, cara memilih dan mengolah makanan, berapa porsi makanan yang dibutuhkan, cara penyusunan menu dengan gizi seimbang berdasarkan triguna makanan, penyusunan jadwal makan bersama keluarga, serta cemilan sehat untuk anak usia sekolah.
Penulis memiliki intervensi unggulan dalam pemberian asuhan keperawatan keluarga dari beberapa implementasi yang telah dilakukan. Intervensi unggulan yang dipilih adalah penyusunan menu gizi seimbang pada usia sekolah berdasarkan triguna makanan dan jadwal harian makan anak bersama keluarga. Implementasi mengenai penyusunan makanan berdasarkan triguna makanan dipilih karena setelah dilakukan evaluasi terjadi peningkatan pengetahuan dan berat badan anak. Selain itu, setelah keluarga Bapak S mulai menjadwalkan makan harian bersama keluarga dan melakukannya bersama anggota keluarga di rumah, terjadi peningkatan selera makan dan porsi makan anak sehingga An.S mau makan secara teratur dan cukup sesuai kebutuhannya.
Menurut Basuki (2008) penyebab gizi kurang salah satunya adalah rendahnya pengetahuan ibu tentang gizi sehingga anak usia sekolah menjadi kurang diperhatikan dan akhirnya berat badannya pun di bawah standar. Asupan makanan yang tidak seimbang dapat mempengaruhi status gizi anak usia sekolah. Hasil penelitian Plan International Indonesia dan Departemen gizi Masyarakat IPB (2008) di Kabupaten Timor Tengah Selatan menunjukkan prevalensi gizi kurang 30% dan penyebabnya karena kurangnya kualitas dan kuantitas makanan. Menurut Satoto (2009, dalam Harsiki, 2003) dikemukakan bahwa faktor yang cukup dominan dalam menyebabkan meluasnya keadaan gizi kurang ialah faktor perilaku yang kurang benar di kalangan masyarakat dalam memilih dan memberikan makanan kepada anggota keluarga, terutama anak-anak. Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
9
1.2 Perumusan Masalah Anak usia sekolah berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan asupan nutrisi yang cukup. Makanan yang bergizi kurang dikonsumsi anak karena pada usia 7-12 tahun sering timbul masalah terutama dalam pemilihan makan pada anak. Gizi buruk pada anak usia sekolah tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi diawali dengan kenaikan berat badan anak usia sekolah yang tidak cukup. Perubahan berat badan usia sekolah dari waktu ke waktu merupakan petunjuk awal perubahan status gizi anak usia sekolah. Keadaan ini dapat berakibat pada terganggunya atau pun terjadinya keterlambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak, bahkan dapat mempengaruhi tingkat kecerdasan anak.
Permasalahan gizi anak usia sekolah merupakan permasalahan yang menjadi prioritas karena hasil penelitian Riskesdas (2007) menyatakan prevalensi anak usia sekolah kurus (laki-laki) adalah 13,3%, sedangkan untuk perempuan sebesar 10,9%. Hasil Riskesdas (2010) mendeskripsikan peta masalah kesehatan di Jawa Barat pada anak usia 6-12 tahun menunjukkan prevalensi gizi kurang sebesar 10,2%.
RW 03 merupakan salah satu wilayah dari Kelurahan Sukatani yang menjadi salah satu kantung masalah gizi dan memiliki jumlah usia sekolah dengan masalah gizi yang cukup banyak. Hasil screening yang dilakukan dalam kegiatan profesi komunitas, ditemukan kasus masalah gizi kurang pada 18 anak usia sekolah. Isu pelayanan kesehatan yang perlu diperhatikan oleh perawat komunitas adalah terkait angka gizi kurang yang masih cukup tinggi dan pola asuh pemenuhan nutrisi pada anak usia sekolah dalam keluarga yang kurang baik.
Berdasarkan hal tersebut, mahasiswa melakukan asuhan keperawatan keluarga untuk meningkatkan pengetahuan ibu terkait penyusunan menu makanan dengan gizi seimbang berdasarkan triguna makanan sebagai upaya meningkatkan status Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
10
kesehatan keluarga, terutama status gizi pada usia sekolah. Intervensi mengenai triguna makanan merupakan salah satu upaya dalam asuhan keperawatan keluarga yang bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada keluarga tentang pentingnya asupan nutrisi yang adekuat pada anak usia sekolah. Penyusunan makanan dengan gizi seimbang bertujuan agar keluarga bisa memenuhi asupan nutrisi dan kebutuhan gizi anak usia sekolah secara tepat.
1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Tujuan Umum Memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan keluarga pada keluarga Bapak S di RW 03 Kelurahan Sukatani, Kota Depok dengan masalah gizi kurang pada anak usia sekolah.
1.3.2 Tujuan Khusus Memberikan gambaran mengenai: - Masalah gizi kurang yang terdapat pada usia sekolah di RW 03 - Hasil pengkajian keperawatan pada keluarga Bapak S - Diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga Bapak S - Perencanaan intervensi keperawatan berupa inovasi unggulan terkait penyusunan menu makanan dengan gizi seimbang berdasarkan triguna makanan dan jadwal makan harian bersama keluarga pada keluarga Bapak S - Implementasi keperawatan pada keluarga Bapak S - Evaluasi keperawatan pada keluarga Bapak S - Analisis atas pemberian asuhan keperawatan pada keluarga Bapak S
1.4 Manfaat Penulisan 1.4.1
Pendidikan Keperawatan
Menambah informasi dan pengembangan keperawatan di bidang pendidikan kesehatan, khususnya kesehatan masyarakat perkotaan dalam lingkup keluarga Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
11
mengenai pentingnya pemenuhan asupan nutrisi dengan gizi yang seimbang pada anak usia sekolah melalui penyusunan menu makanan dengan gizi yang seimbang berdasarkan triguna makanan dan penyusunan jadwal makan bersama keluarga.
1.4.2. Pelayanan Keperawatan Mengembangankan pelayanan keperawatan melalui pendidikan dan promosi kesehatan mengenai triguna makanan dan jadwal makan bersama keluarga dalam upaya meningkatkan motivasi untuk memenuhi asupan nutrisi yang cukup pada anak usia sekolah sebagai upaya untuk memperbaiki status gizi usia anak sekolah. Penulisan ini dapat memberikan informasi dan sumbangan pemikiran bagi program perawat kesehatan masyarakat, khususnya pada program gizi anak usia sekolah di Puskesmas Sukatani dalam mengembangkan media promosi kesehatan tentang gizi pada anak usia sekolah dan penyuluhan pada keluarga dengan masalah gizi.
1.4.3. Praktik Selanjutnya Menjadikan hasil penulisan ini sebagai data dasar dalam mengembangkan praktik keperawatan selanjutnya dalam meningkatkan kesadaran akan pentingnya asupan nutrisi yang adekuat melalui pengetahuan tentang triguna makanan sebagai dasar dalam penyusunan menu gizi seimbang dan pengaturan jadwal harian makanan anak bersama keluarga dengan masalah gizi kurang pada anak usia sekolah.
1.5
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dibagi menjadi 5 bab yang terdiri dari berbagai sub bab. Pada bab 1 menjabarkan secara detail latar belakang penulisan, perumusan masalah penulisan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, serta sistematika penulisan. Bab 2 menguraikan konsep keperawatan perkotaan, keluarga dengan anak usia sekolah, dan asuhan keperawatan keluarga dengan anak usia sekolah gizi kurang. Bab 3 mendeskripsikan laporan kasus keloaan yang terdiri dari pengkajian keperawatan keluarga, diagnosis keperawatan, intervensi keperawatan, Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
12
implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan. Sedangkan bab 4 membahas analisis situasi dan analisis inovasi unggulan terkait masalah gizi kurang. Selanjutnya, penulisan karya ilmiah akhir ners ditutup di bab 5 dengan simpulan dan saran.
Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menjabarkan mengenai teori dan konsep yang berhubungan dengan masalah kesehatan sebagai rujukan yang akan dibahas dalam karya ilmiah akhir ners ini. Penjabaran tinjauan pustaka meliputi konsep keperawatan perkotaan, keluarga dengan anak usia sekolah, dan asuhan keperawatan keluarga dengan anak usia sekolah gizi kurang.
2.1 Konsep Keperawatan Perkotaan/Urban Nursing 2.1.1 Teori dan Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan Menurut Paul B. Horton dan C. Hunt (1999), masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut (dalam Murdiyatmoko, 2000). Masyarakat urban merupakan kumpulan manusia yang mendiami daerah perkotaan didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya untuk menjadi lebih baik.
Daerah perkotaan adalah suatu wilayah administratif setingkat desa/kelurahan yang memenuhi persyaratan tertentu dalam hal kepadatan penduduk, persentase rumah tangga pertanian, dan sejumlah fasilitas perkotaan, seperti jalan raya, sarana pendidikan formal, sarana kesehatan umum, dan sebagainya (BPS, 2010). Perkotaan merupakan wilayah dengan susunan fungsi sebagai permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintah, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
Perkotaan merupakan wilayah yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi dan masyarakat yang beragam (heterogen). Kawasan perkotaan (urban) adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi 13
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
14
pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Perkotaan memiliki karakteristik yaitu besarnya peranan kelompok sekunder, anonimitas merupakan ciri kehidupan masyarakatnya, heterogen, mobilitas sosial tinggi, tergantung pada spesialisasi, hubungan antara orang satu dengan yang lain lebih didasarkan atas kepentingan daripada kedaerahan, lebih banyak tersedia lembaga atau fasilitas untuk mendapatkan barang dan pelayanan, serta lebih banyak mengubah lingkungan (Indrizal, 2006).
2.1.2 Masalah Kemiskinan dan Gizi Kurang yang Terjadi di Perkotaan Peningkatan kemiskinan dilihat dari sudut pandang keberadaan wilayah dan dari sisi pendapatan suatu keluarga, terjadi secara drastis di wilayah perkotaan. Data dan hasil penelitian membuktikan bahwa kemiskinan sangat berhubungan dengan tingginya angka kesakitan dan kematian. Tingkat pendapatan di bawah garis kemiskinan
dan
rendahnya
kesempatan
memperoleh
berbagai
fasilitas
kesejahteraan sosial akan mempersulit terpenuhinya berbagai keperluan pangan bergizi atau kemampuan untuk menangkis penyakit (United Nations Declaration, 2000).
Kemiskinan adalah suatu keadaan di mana seseorang atau sekelompok tidak dapat memenuhi
kebutuhannya
secara
maksimal
disebabkan
tidak
produktif
dan penghasilan yang tak mencukupi (Anonim, 2009). Data kemiskinan berasal dari pendataan yang dilakukan oleh BKKBN, keluarga miskin adalah suatu keluarga yang tidak dapat memenuhi salah satu indikator atau lebih dari enam indicator penentu kemiskinan alasan ekonomi yaitu pangan, sandang, papan, penghasilan, status
gizi dan penanggulangan kesehatan, dan pendidikan
(www.bappenas.go.id).
Kemiskinan merupakan salah satu dampak dari arus urbanisasi adalah pada faktor ekonomi. Kemiskinan merupakan salah satu akar timbulnya masalah kesehatan perkotaan yang sering terjadi. Kemiskinan menjadi salah satu penyebab pokok Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
15
atau akar masalah gizi buruk. Permasalahan gizi sangat berkaitan erat dengan masalah kemiskinan. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Soekirman (2006) yaitu kemiskinan memiliki hubungan timbal balik dengan permasalahan gizi. Kurang gizi berpotensi sebagai penyebab kemiskinan melalui rendahnya pendidikan dan produktivitas. Sebaliknya, kemiskinan menyebabkan anak tidak mendapat makanan bergizi yang cukup sehingga kurang gizi.
Risiko tinggi kurangnya nutrisi dalam Stanhope dan Lancaster (2000) dihubungkan dengan risiko ekonomi yaitu faktor kemiskinan. Hughes dan Simpson (1995, dalam Hitchcock, Schubert & Thomas, 1999) melaporkan bahwa status sosial ekonomi sebagai salah satu faktor yang terbesar yang mempengaruhi kesehatan nutrisi. Penduduk miskin memiliki risiko lebih besar untuk timbul permasalahan kesehatan. Ketidakmampuan keluarga terhadap sumber daya finansial akan berdampak tidak terpenuhinya kebutuhan pokok kehidupan harian keluarga, dengan demikian permasalahan kesehatan, termasuk didalamnya gizi kurang akan mudah timbul pada anak usia sekolah (Hidayati, 2011).
Risiko tinggi kurangnya nutrisi pada anak usia sekolah disebabkan karena faktor risiko sosial ekonomi khususnya kemiskinan. Anak yang miskin dihubungkan dengan faktor ketersediaan makanan, keterbatasan akses makanan, faktor orang tua karena pendidikan yang kurang, pilihan gaya hidup yang tidak sehat, kurangnya informasi dan akses (Hidayati, 2011). Prevalensi gizi kurang mayoritas pada kelompok sosial ekonomi yang kurang disebabkan kurangnya variasi makanan (Hitchcock, Schubert & Thomas, 1999).
2.2 Keluarga dengan Anak Usia Sekolah 2.2.1 Keluarga dengan Anak Usia Sekolah Anak usia sekolah adalah anak yang telah menginjak usia 6-12 tahun, yang artinya sekolah merupakan pengalaman inti anak (Wong, 2009). Periode ini merupakan masaa anak dianggap mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
16
hubungannya dengan oranngtua, teman sebaya, dan orang lainnya. Usia sekolah merupakan masa anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan tertentu.
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional, serta yang mengidentifikasi diri sebagai bagian dari keluarga (Whall, 1986 dalam Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Keluarga adalah kumpulan orang-orang yang bergabung bersama diikat oleh perkawinan, darah, atau adopsi, dan lainnya yang berada dalam satu rumah (Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Family Service America (2000 dalam Friedman, Bowden, & Jones, 2003) mendefinisikan keluarga dalam suatu cara yang komprehensif yaitu sebagai dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatanikatan kebersamaan dan keintiman.
Status sehat/sakit para anggota keluarga saling mempengaruhi satu sama lain. Keluarga cenderung menjadi seorang reaktor terhadap masalah-masalah kesehatan dan menjadi aktor dalam menentukan masalah-masalah anggota keluarga. Keluarga cenderung terlibat dalam pembuatan keputusan dan proses terapeutik pada setiap tahap sehat sakit setiap anggota keluarga, seperti mulai dari keadaan sehat hingga diagnosa, tindakan penyembuhan (Hidayati, 2011).
Tahapan perkembangan keluarga merupakan panduan perawat dalam intervensi dengan keluarga agar dapat mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan setiap anggota keluarga. Berdasarkan teori Duvall (1985 dalam Firedman et all, 2003) keluarga dengan anak usia sekolah memiliki beberapa tugas perkembangan. Tugas perkembangan keluarga tahapan keluarga dengan anak usia sekolah antara lain memenuhi kebutuhan anak (alat sekolah dan biaya sekolah), membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas sekolah, memberikan pengertian anak bahwa pendidikan sangat penting untuk masa depan
Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
17
anak, serta membantu anak dalam bersosialisasi lebih luas dengan lingkungan sekitar.
Keluarga dengan anak usia sekolah merupakan kelompok yang kompleks yang terdiri dari orang tua dan anak-anak. Tahapan perkembangan keluarga berhubungan dengan pertumbuhan individu anggota keluarga dan memenuhi kebutuhan sesuai dengan perkembangannya (Fitriyani, 2009). Keluarga harus menciptakan pola pemeliharaan kesehatan untuk mencapai kesehatan fisik, mental, dan sosial yang optimal. Anak usia sekolah merupakan masa dimana gizi yang adekuat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi secara pesat dan tidak dapat terulang (Potter & Perry, 2005).
2.2.2 Anak usia sekolah sebagai Agregat At Risk Hichcock, Scubert, dan Thomas (1999) mengemukakan adanya faktor risiko yang akan meningkatkan kemungkinan perkembangan penyakit atau masalah kesehatan. UNICEF (2008) mengemukakan anak usia sekolah rentan terhadap penyakit. Sebanyak lebih dari sepertiga anak-anak yang meninggal akibat pneumonia, diare, dan penyakit lainnya. WHO (2008) melaporkan penyebab utama angka kematian anak usia sekolah di dunia adalah masalah neonatal (37%), ISPA (17%), dan diare (16%). Di Indonesia, penyebab utama angka kematian pada anak usia sekolah adalah masalah neonatal (41%), injury (17%), dan diare (13%). Kurang gizi memberi kontribusi terbesar dari tiga penyebab kematian tersebut.
Anak anak usia sekolah dengan gizi kurang adalah kelompok umur yang rentan gizi dan rawan penyakit. Kelompok umur ini merupakan kelompok umur yang paling banyak menderita KEP (Kurang Energi Protein). Populasi yang rentan mengalami masalah adalah populasi anak usia sekolah gizi kurang. Prevalensi jenis penyakit yang dialami oleh anak usia sekolah dan kondisi tubuh anak usia
Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
18
sekolah yang memiliki keterbatasan dalam sistem imun menyebabkan anak usia sekolah berada pada label populasi rentan (Fitriyani, 2009).
UNICEF (2008) mengungkapkan masalah gizi pada anak usia sekolah disebabkan oleh pola makan dan perawatan yang buruk serta diperburuk oleh penyakit. Anakanak yang bertahan hidup mungkin menjadi terkunci dalam siklus penyakit yang berulang dan goyah pertumbuhannya. Gizi kurang juga bisa terjadi pada anak usia sekolah karena masa peralihan antara saat disapih dan mulai mengikuti pola makan orang dewasa atau karena keluarga mengikuti kebiasaan makan keliru dalam memberikan asupan makanan pada anak usia sekolah (Arisman, 2003).
Pemenuhan gizi erat kaitannya dengan pemasukan makanan. Anak anak usia sekolah perlu didorong untuk makan, tetapi tidak memaksa mereka untuk makan. Anak usia sekolah perlu dibantu ketika mereka sedang belajar untuk makan sendiri. Jika anak usia sekolah menolak untuk memakan berbagai makanan, pengasuh dapat melakukan percobaan dengan kombinasi makanan, rasa, dan tekstur yang berbeda, serta metode dororngan (Hidayati, 2011). Makanan kecil boleh diberikan antara dua waktu makan, sepanjang tidak mengurangi selera makan. Keluarga harus bisa meminimalkan masalah pada saat anak usia sekolah makan (UNICEF, 2010).
Keluarga harus bisa meminimalkan gangguan pada saat anak usia sekolah makan. Keluarga seharusnya menghindari hukuman tetapi banyak memberikan pujian ketika makanan diberikan, memperkenalkan makanan baru, membangun teratur pola makan dan waktu makan, serta membuat waktu makan menjadi menyenangkan, membiarkan anak membantu untuk menyiapkan makanan atau peletakan meja (Hidayati, 2011; Pedomam Umum Gizi Seimbang, 2011). Keluarga juga harus memperhatikan kesesuaian kemauan anak.
Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
19
Gizi anak usia sekolah tidak hanya ditentukan oleh ketahanan pangan keluarga tetapi juga oleh kualitas perawatan anggota keluarga dan kuantitas lingkungan kesehatan rumah tangga (Smith & Haddad, 2000). Keluarga mempunyai peranan penting dalam memenuhi nutrisi pada anak usia sekolah karena keluarga melakukan pemilihan sampai dikonsumsi pada anak (Widyatuti, 2001). Pemahaman keluarga tentang tugas kesehatan keluarga sangat diperlukan agar keluarga bisa memenuhi kebutuhan gizi anak usia sekolah dan mendukung optimalnya gizi anak usia sekolah (Hidayati, 2011).
2.2.3 Gizi Anak Usia Sekolah Gizi (nutrient) adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan dan hubungannya dengan kesehatan optimal. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2004). Hitchcock, Schubert dan Thomas (1999) mendefinisikan gizi adalah semua proses dimana makanan dicerna, diasimilasi, dan digunakan untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit.
Status gizi merupakan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi. Asupan gizi yang seimbang atau sesuai dengan kebutuhan tubuh akan meningkatkan status gizi, atau sebaliknya asupan yang tidak sesuai akan menyebabkan malnutrisi, atau kurang gizi (Jumadil, 2010). Makanan dan gizi sangat penting dan mempengaruhi status gizi serta kesehatan anak usia sekolah.
Faktor biologis yang mempengaruhi anak usia sekolah gizi kurang sebagai populasi rentan adalah faktor usia dan ketergantungan pada orang lain (orang tua) dalam penyediaan makanan anak usia sekolah. Usia anak usia sekolah yang masih muda membuat ketergantungan pada orang lain dalam ketersediaan makanan sehingga mempunyai peluang besar terhadap risiko penyakit dan masalah gizi. Pada masa anak usia sekolah, anak membutuhkan nutrisi dari berbagai sumber dan makanan untuk pertumbuhan dan perkembangannya.asupan makanan dapat Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
20
mempengaruhi pola makan serta nafsu makan anak. Secara langsung asupan makanan yang dikonsumsi dapat mempengaruhi status gizi anak. Hal ini berarti zat-zat gizi yang terkandung di dalam makanan mempunyai kandungan gizi yang berbeda, oleh karena itu khususnya ibu harus pandai memilih makanan yang akan dikonsumsi oleh anak (Smith & Maurer, 2009).
Menurut Stanhope dan Lancaster (2000) faktor predisposisi yang menempatkan anak usia sekolah gizi kurang sebagai kelompok populasi rentan adalah karena anak usia sekolah yang mengalami kurang nutrisi disebabkan oleh faktor risiko sosial ekonomi, khususnya kemiskinan. Ketidakmampuan keluarga terhadap sumber daya finansial akan berdampak tdak terpenuhinya kebutuhan pokok kehidupan harian keluarga, dengan demikian permasalahan kesehatan akan mudah timbul pada anak usia sekolah, salah satunya masalah gizi.
Gizi kurang merupakan salah satu masalah gizi yang terjadi di Indonesia. Keadaan gizi kurang dapat terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa jenis zat gizi yang dibutuhkan. Trend gizi buruk dan gizi kurang di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun (Fitriyani, 2009). UNICEF (2006) menjelaskan bahwa jumlah anak anak usia sekolah penderita gizi buruk mengalami lonjakan dari 1,8 juta pada tahun 2005 menjadi 2,3 juta pada tahun 2006, dan masih ada 5 juta lebih yang mengalami gizi kurang. Jumlah gizi kurang ini sekitar 28% dari total anak usia sekolah di seluruh Indonesia.
Beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi pada anak usia sekolah, yaitu penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung yang mempengaruhi status gizi anak usia sekolah adalah faktor asupan makanan dan penyakit infeksi. Faktor tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. Faktor asupan makanan, anak usia sekolah yang tidak cukup mendapatkan makanan yang bergizi seimbang memiliki daya tahan tubuh yang lemah sehingga rentan terkena penyakit sehingga mudah terinfeksi. Penyakit infeksi menyebabkan asupan zat Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
21
gizi tidak terserap dengan baik sehingga berakibat gizi kurang dan gizi buruk (Indriyani, 2007).
Gizi kurang dan infeksi merupakan masalah kesehatan yang penting pada masa anak-anak. Gangguan gizi dan infeksi sering bekerja sinergis. Infeksi memperburuk taraf gizi dan gizi kurang menghambat reaksi imunologis yang menyebabkan kemampuan anak melawan kuman infeksi menurun. Penyakit infeksi yang terdapat di dalam tubuh anak mengakibatkan anak kehilangan nafsu makan sehingga anak sering menolak untuk makan, yang berarti pemasukan zat gizi juga tidak ada. Infeksi juga dapat menyebabkan penghancuran jaringan tubuh, baik oleh bibit penyakit maupun oleh tubuh sendiri untuk memperoleh protein sebagai daya tahan tubuh. Keadaan gizi buruk melemahkan kemampuan anak untuk melawan infeksi yang dapat menimbulkan penyakit bahkan kematian pada anak dengan gizi buruk (Neldawati, 2006).
Faktor infeksi ini dapat disebabkan oleh kurangnya kesadaran akan kebersihan diri di dalam keluarga. Kurangnya air bersih dan sanitasi lingkungan yang tidak memadai serta praktek-praktek kebersihan yang buruk adalah beberapa penyebab malnutrisi, penyakit dan kematian pada anak-anak (Hidayati, 2011). Jika anak mengalami diare yang disebabkan kuarena kurangnya air bersih atau karena praktek kebersihan yang buruk, makan akan menguras nutrisi dalam tubuhnya. Begitu seterusnya dari buruk menjadi lebih buruk (UNICEF, 2008).
Penyebab tidak langsung terdiri dari ketersediaan pangan keluarga, pola asuh serta pelayanan kesehatan. Hal ini didukung oleh pernyataan Soekirman (2006) bahwa ada tiga penyebab masalah gizi yang dialami oleh anak. Pertama, anak usia sekolah tidak mendapat makanan yang bergizi seimbang yang berhubungan dengan ketahanan pangan. Status ekonomi berkaitan dengan ketersediaan pangan dalam keluarga. Status ekonomi keluarga menurut Friedman, Bowden dan Jones (2003) adalah pendapatan keluarga dari beberapa sumber pendapatan. Pendapatan Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
22
dalam keluarga dapat mempengaruhi daya beli dan konsumsi pangan sehingga mempengaruhi status gizi anak usia sekolah (Hidayati, 2011). Kurangnya ekonomi dalam keluarga berdampak pada kesehatan kurangnya perawatan diri, peningkatan ketidakmampuan menyediakan makanan, keterbatasan aktivitas, dan peningkatan
terjadinya
penyakit
kronis.
Potts
dan
Mandleco
(2007)
mengemukakan pendapatan keluarga mempunyai efek yang signifikan terhadap kesejahteraan pada masa anak usia sekolah. Status gizi kurang pada anak dihubungkan dengan kemiskinan.
Faktor yang kedua adalah pola pengasuhan anak. Sebuah studi positive deviance tahun 1990 diketahui bahwa pola pengasuhan anak berpengaruh terhadap timbulnya gizi buruk. Pola pengasuhan ini berupa sikap dan perilaku ibu atau pengasuh lain dalam hal kedekatannya dengan anak, terkait hal memberikan makan pada anak, merawat anak, kebersihan, memberi kasih sayang, dan sebagainya. Pola asuh ini juga berkaitan dengan kualitas dan kuantitas SDM dimana berkaitan dengan pengetahuan tentang gizi dan kesehatan. Kurangnya informasi keluarga tentang nutrisi dan bagaimana mengatur nutrisi dengan gizi seimbang dapat menyebabkan kebiasaan makan anak menjadi tidak sehat.
Ketiga, pelayanan kesehatan terkait kunjungan keluarga ke pelayanan kesehatan. Hal ini erat kaitannya dengan pelaksanaan tugas kesehatan keluarga kemandirian keluarga dari Depkes (2006) yang meliputi menerima petugas, menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana keperawatan, tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar, memanfaatkan fasilitas kesehatan sesuai anjuran, melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai anjuran, melakukan tindakan pencegahan aktif, dan melakukan tindakan pencegahan aktif, serta melakukan tindakan peningkatan (promotif) secara aktif.
Kunjungan ke pelayanan kesehatan memiliki peranan penting terhadap status kesehatan anak usia sekolah. Kunjungan ke pelayanan kesehatan ini, terutama Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
23
untuk melakukan penimbangan berat badan secara teratur, penanganan diare, tindakan cepat pada anak yang tidak naik berat badan, pendidikan, dan penyuluhan kesehatan serta kebersihan lingkungan tempat tinggal. Semakin dekat jangkauan keluarga terhadap pelayanan dan sarana kesehatan, ditambah dengan pemahaman ibu tentang kesehatan, semakin kecil risiko anak terkena penyakit dan kekurangan gizi (Hidayati, 2011).
Hal penting yang juga tidak boleh luput dari pemenuhan asupan nutrisi anggota lainnya adalah melalui jadwal makan anak bersama keluarga. Pengaturan jadwal makan harian anak bersama keluarga merupakan kegiatan makan bersama yang dilakukan oleh suatu keluarga untuk meningkatkan suasana yang menimbulkan nafsu makan meningkat. Kegiatan ini dilakukan dalam waktu yang telah disepakati anggota keluarga secara terjadwal setiap harinya. Keteraturan jadwal akan meningkatkan asupan nutrisi yang cukup bagi anak usia sekolah.
Menurut Sulistyoningsih (2011) melalui makan bersama keluarga, orangtua tidak hanya mendorong anak untuk makan gizi seimbang, melainkan turut terlibat dan memberi contoh untuk anak dalam mengkonsumsi makanan gizi seimbang. Kegiatan makan bersama orang tua menjadikan orangtua sebagai model perilaku makan yang anak tiru (Birch, 2002; Grodner, Long., dan Walkingshaw, 2007), mengarahkan anak untuk mengonsumsi makanan sehat (Neumark-Sztainer et al., 2000; Videon & Manning, 2003) dan meningkatkan asupan gizi anak usia 9-14 tahun melalui makanan sehat (Gilman et al., 2000 dalam Waysima, et al, 2010). Kegiatan makan bersama juga bermanfaat untuk memantau jumlah jenis makanan yang dimakan oleh anak (Moore, 2009).
Maulana (2012) menyatakan pemenuhan nutrisi pada anak usia sekolah dipengaruhi oleh kebudayaan, kebiasaan makan di rumah, dan lembaga pendidikan tempat anak bersekolah. Suatu kebiasaan makan yang teratur bersama keluarga akan membentuk kebiasaan yang baik untuk pemenuhan nutrisi bagi Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
24
anak. Selanjutnya keluarga juga harus memperhatikan frekuensi makan bersama dalam keluarga dan pembiasaan makan yang seimbang gizinya agar anak tidak mengalami masalah nutrisi kurang (Rosa, 2011). Marut (2007) menyatakan kebiasaan makan bersama keluarga dapat meningkatkan konsumsi energi dan protein pada anggota keluarga.
Menurut Neumark-Sztainer, et al (2000), kegiatan makan bersama keluarga secara positif berhubungan dengan konsumsi sayur, buah-buahan yang mengandung bijibijian dan makanan kaya kalsium pada anak. Hannon, et al (2003) juga menyatakan bahwa orang yang sering melayani anak atau makan bersama anak dengan kebiasaan mengkonsumsi buah dan sayuran berkorelasi positif dengan perilaku anak dalam mengkonsumsi buah dan sayuran. Hal serupa pada penelitian Cullen et al. tahun 2000 (dalam Waysima, et al, 2010) terhadap anak anak di usia sekolah yang menyatakan bahwa kehadiran orang lain pada situasi makan mempengaruhi sikap dan konsumsi anak terhadap buah sayur. Akhmadi (2009) juga menyatakan bahwa kegiatan makan bersama dan jadwal penyusunan makan dapat mendukung anak dalam pemenuhan nutrisi.
2.2.4 Ruang
Peran Perawat Keluarga lingkup
peningkatan
praktik
kesehatan
keperawatan (promotif),
masyarakat
pencegahan
meliputi
upaya-upaya
(preventif),
pemeliharaan
kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya (resosialisasi). Tujuan dari praktik keperawatan masyarakan adalah untuk mempertahankan dan meningkatkan status kesehatan masyarakat (Effendi, 2009).
Kegiatan praktik keperawatan komunitas yang dilakukan perawat mempunyai lahan yang luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat pelayanan kesehatan wilayah kerja perawat, tetapi secara umum kegiatan praktik keperawatan Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
25
komunitas adalah sebagai berikut: pertama yaitu memberikan asuhan keperawatan langsung kepada individu, keluarga, kelompok khusus baik di rumah (home nursing), di sekolah (school health nursing), di perusahaan, di Posyandu, di Polindes dan di daerah binaan kesehatan masyarakat (BPKM Komunitas, 2013). Kegiatan kedua memberikan penyuluhan/pendidikan kesehatan masyarakat dalam rangka merubah perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Kegiatan ketiga melakukan konsultasi dan pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi. Kegiatan keempat melalui bimbingan dan pembinaan sesuai dengan masalah yang mereka hadapi. Kegiatan kelima dengan melaksanakan rujukan terhadap kasuskasus yang memerlukan penanganan lebih lanjut. (Stanhope & Lancaster, 2000).
Kegiatan keenam yaitu penemuan kasus pada tingakat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Kegiatan ketujuh sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan kesehatan. Kegiatan kedelapan melaksanakan asuhan
keperawatan
komunitas,
melalui
pengenalan
masalah
kesehatan
masyarakat, perencanaan kesehatan, pelaksanaan dan penilaian kegiatan dengan menggunakan proses keperawatan sebagai suatu usaha pendekatan ilmiah keperawatan. Kegiatan kesembilan mengadakan koordinasi di berbagai kegiatan asuhan keperawatan komunitas. Kegiatan kesepuluh yaitu mengadakan kerja sama lintas program dan lintas sektoral dengan instansi terkait dan terakhir memberikan ketauladanan yang dapat dijadikan panutan oleh individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang berkaitan dengan keperawatan dan kesehatan (Stanhope & Lancaster, 2000).
Perawat keluarga memiliki beberapa peran dalam membantu mengatasi masalah kesehatan yang ada di dalam keluarga. Asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan bertujuan untuk memberdayakan keluarga dalam pengambilan keputusan dan menangani persoalan yang penting untuk kesehatan atau kesejahteraan di dalam keluarga. Perawat keluarga perlu melakukan tahapan-
Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
26
tahapan mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi tindakan dalam proses penyelesaian masalah (Anderson & McFarlane, 2007).
Asuhan keperawatan keluarga yang diberikan dapat berupa upaya-upaya preventif dan promotif yang berupa pendidikan kesehatan mengenai masalah kesehatan yang ada dalam keluarga, dalam hal ini terkait masalah gizi kurang pada anak usia sekolah. Perawat keluarga berperan sebagai edukator dalam memberikan pendidikan dan promosi kesehatan pada keluarga sebagai upaya menyelesaikan masalah gizi kurang pada anak usia sekolah. Perawat keluarga dapat memberikan informasi kesehatan yang berkelanjutan dan memberikan saran kepada keluarga mencakup komunikasi terkait temuan masalah kesehatan dna cara mengatasinya. Tujuan pendidikan adalah mendukung dan mengubah perilaku tidak sehat, meskipun perubahan perilaku tidak secara langsung terlihat (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
Perawat keluarga dapat memberikan bimbingan antisipatif pada keluarga mengenai masalah kesehatan yang bersifat potensial atau fase pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya. Perawat keluarga dapat berperan sebagai konsultan. Konseling adalah suatu proses untuk membantu keluarga dan anggota keluarganya dalam memperhatikan, menyelesaikan, dan mengatasi masalah dalam keluarga secara benar. Peran perawat sebagai konsultan sering kali memberikan bantuan untuk menyelesaikan masalah kesehatan dalam keluarga. Perawat keluarga juga dapat berperan sebagai koordinator, perawat memastikan bahwa keluarga dapat melakukan duplikasi dari asuhan keperawatan yang telah diberikan (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
2.3 Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Usia Sekolah Gizi Kurang Perawat perlu melibatkan keluarga dalam pelaksanaan intervensi keperawatan keluarga pada anak usia sekolah dengan gizi kurang. Asuhan keperawatan komunitas dengan pendekatan keluarga dapat menurunkan risiko kesehatan dan Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
27
meningkatkan kesehatan anak usia sekolah dengan gizi kurang. Menurut Hitchcock, Schubert dan Thomas (1999), intervensi keperawatan dapat dilakukan untuk mencegah masalah gizi kurang anak usia sekolah pada level pencegahan primer, dengan cara memberikan edukasi pada orang tua tentang nutrisi anak, melakukan kunjungan rumah, dan membantu keluarga dalam penyediaan makanan.
2.3.1 Pengkajian Keluarga Asuhan keperawatan keluarga dimulai dengan tahap pengkajian. Pengkajian bertujuan untuk mengumpulkan data-data yang ada pada keluarga. Pengumpulan data dalam pengkajian dilakukan melalui metode wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik. Menurut teori/model Family Centre Nursing Friedman (Friedman, Bowden, & Jones, 2003), pengkajian asuhan keperawatan keluarga meliputi 8 komponen pengkajian yaitu (1) data umum : identitas kepala keluarga, komposisi anggota keluarga, genogram, tipe keluarga, suku bangsa, agama, status sosial ekonomi keluarga, (2) aktifitas rekreasi keluarga: riwayat dan tahap perkembangan keluarga, tahap perkembangan keluarga saat
ini, tahap
perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, riwayat keluarga inti, riwayat keluarga sebelumnya, (3) lingkungan: karakteristik rumah, karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal, mobilitas geografis keluarga, perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat, sistem pendukung keluarga, (4) struktur keluarga: pola komunikasi keluarga, struktur kekuatan keluarga, struktur peran (formal dan informal), nilai dan norma keluarga, (5) fungsi keluarga: fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi perawatan kesehatan, (6) stres dan koping keluarga: stresor jangka panjang dan stresor jangka pendek serta kekuatan keluarga, respon keluarga terhadap stres, strategi koping yang digunakan, strategi adaptasi yang disfungsional, (7) pemeriksaan fisik: tanggal pemeriksaan fisik dilakukan,
pemeriksaan
kesehatan
dilakukan
pada
seluruh
anggota
keluarga, aspek pemeriksaan fisik mulai dari vital sign, rambut, kepala, mata, mulut, THT, leher, thoraks, abdomen, ekstremitas atas dan bawah, sistem Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
28
genetalia, kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik, (8) harapan keluarga: terhadap masalah kesehatan keluarga, terhadap petugas kesehatan yang ada.
Pemeriksaan yang dilakukan berfokus pada pemeriksaan tanda dan gejala yang ditemukan pada anak usia sekolah dengan masalah gizi kurang. Menurut Arisman (2003), penilaian status gizi merupakan proses pemeriksaan keadaan gizi seseorang yang diperoleh dari pemeriksaan klinis, penilaian antropometri, uji biokimiawi, dan pengkajian makanan. Penilaian klinis didasarkan atas perubahanperubahan yang terjadi dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi yang dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
Pengukuran status gizi dengan antropometri merupakan penilaian untuk mengidentifikasi status gizi yang paling sering digunakan. Pengukuran antropometri yang sering digunakan antara lain umur, berat badan, tinggi badan, massa tubuh, lingkar/sirkumferensi (lingkar lengan atas, kepala, pinggang/perut, panggul, dan dada) dan tebal lipatan kulit. Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter yaitu indeks massa tubuh dibanding usia (IMT/U) menurut tabel standar antopometri penilaian status gizi anak (Kemenkes, 2010). Tabel 2.1 Tabel Standar Antopometri Penilaian Status Gizi Anak (Kemenkes, 2010) Indeks Indeks
Kategori Status Gizi Massa
Tubuh Gizi Buruk
menurut Umur (BB/U)
Gizi Kurang
Anak Umur 5-18 tahun
Ambang Batas (z-score) <-3SD -3SD sampai dengan <2SD
Gizi Baik
-2SD sampai dengan 2 SD
Gizi Lebih
>2SD
Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
29
2.3.2 Diagnosis Keperawatan Diagnosis keperawatan dapat diangkat melalui perolehan data-data hasil pengkajian, dirumuskan melalui analisa data. Diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang menggunakan dan menggambarkan respon manusia (Potter & Perry, 2005). Diagnosis keperawatan keluarga adalah diagnosis yang mencakup sistem keluarga dan subsistem dari setiap sistem yang ada, serta hasil dari pengkajian keluarga yang dilakukan (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
2.3.3 Perencanaan Intervensi Keperawatan Perencanaan dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan yang muncul melalui intervensi keperawatan pada keluarga. Perencanaan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk dilaporkan dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
Penyusunan perencanaan diawali dengan melakukan pembuatan tujuan dari asuhan keperawatan, tujuan yang dibuat terdiri tujuan umum dan tujuan khusus. Perencanaan juga memuat kriteria hasil. Pembuatan kriteria hasil harus didasari dengan prinsip SMART (Spesific, Measurable, Achievable, Realistic,dan Timeoriented) (Carpenito, 2000). Perencanaan asuhan keperawatan juga memuat tindakan yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat.
Perencanaan intervensi keperawatan komunitas pada populasi anak usia sekolah gizi kurang dapat dilakukan dengan tiga tingkat pencegahan masalah yaitu pencegahan primer, sekunder, dan tersier (Fitriyani, 2009). Menurut Stanhope dan Lancaster (2004), pencegahan primer adalah suatu upaya untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah munculnya penyakit. Pencegahan sekunder dapat berupa deteksi dini keadaan kesehatan masyarakat dan penatalaksanaan yang tepat untuk mengatasi masalah. Pencegahan tersier adalah upaya untuk mengembalikan kemampuan individu agar dapat berfungsi secara optimal. Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
30
2.3.4 Implementasi Keperawatan Implementasi dilakukan berdasarkan perencanaan intervensi yang telah dibuat. Implementasi yang dilakukan perawat generalis untuk mengatasi masalah gizi kurang pada anak usia sekolah menggunakan pendekatan lima tugas kesehatan keluarga menurut Maglaya (2009) yaitu menyebutkan bahwa lima tugas kesehatan keluarga terdiri dari mengenal masalah, memutuskan mengatasi masalah, merawat keluarga dengan masalah, memodifikasi lingkungan, dan memanfaatkan pelayanan kesehatan.
Implementasi yang dilakukan dalam asuhan keperawatan keluarga dilakukan dengan memberikan edukasi pada orang tua tentang nutrisi pada anak, melakukan kunjungan rumah, dan membantu keluarga dalam penyediaan makanan. Pemberian edukasi pada keluarga terkait nutrisi meliputi gizi seimbang, gizi kurang, triguna makanan, serta penyusunan jadwal makan harian anak bersama keluarga.
Pemberian edukasi kepada orang tua merupakan hal yang penting yang dapat dilakukan perawat pada keluarga guna meningkatkan pengetahuan orangtua khususnya ibu mengenai gizi anak usia sekolah. Pengetahuan orang tua khususnya ibu merupakan satu hal yang penting guna memperbaiki gizi anak usia sekolah. Peningkatkan pengetahuan ibu mengenai triguna makanan merupakan salah satu cara edukasi yang dapat dilakukan.
Triguna makanan terdiri dari tiga zat gizi yang masing-masing memiliki fungsi yang berbeda-beda. Makanan dengan gizi seimbang ini berpedoman pada triguna makanan, yaitu makanan yang mengandung karbohidrat dan lemak sebagai zat tenaga, protein sebagai zat pembangun, dan vitamin serta mineral sebagai zat pengatur.
Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
31
Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat dan lemak. Zat tenaga ini dibutuhkan anak usia sekolah untuk melakukan aktivitas serta pertumbuhan dan perkembangannya. Jumlah sebagian karbohidrat di dalam tubuh berada dalam sirkulasi darah sebagai glukosa untuk kebutuhan energi segera, sebagian disimpan sebagai glikogen hati dan jaringan otot, dan sebagian lagi diubah menjadi lemak kemudian disimpan sebagai cadangan energi.
Protein sebagai zat pembangun diperlukan tubuh tidak hanya untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan organ-organ tubuh anak usia sekolah, tetapi juga untuk menggantikan dan memeperbaiki jaringan tubuh yang rusak. Anak usia sekolah secara fisiologis berada dalam masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan zat pembangun dalam jumlah yang besar. Kekurangan protein dapat menghambat pertumbuhan dan meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Asupan protein dapat berpengaruh terhadap status gizi anak usia sekolah.
Zat pengatur yang terdapat dalam sayur-sayuran dan buah-buahan mengandung berbagai vitamin dan mineral memiliki manfaat agar organ-organ dan jaringan tubuh termasuk otak dapat berjalan sesuai dengan fungsinya. Zat-zat yang berperan sebagai pengatur adalah vitamin, baik yang larut dalam ari (vitamin B kompleks dan vitamin C) maupun vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E, dan K), berbagai mineral seperti kalsium, zat besi, iodium, dan flour, serta air sebagai alat pengatur vital kehidupan sel-sel tubuh (Fitriyani, 2009).
Pemberian makanan pada anak usia sekolah harus memperhatikan keseimbangan gizi. Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh. Variasi makanan merupakan prinsip pertama gizi seimbang yang universal. Pola makan seimbang bukan hanya memperhatikan sumber-sumber zat gizi makro dan air, melainkan juga sumber-sumber zat gizi mikro meliputi vitamin dan mineral (Depkes RI, 2010). Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
32
Depkes RI (2005) mengemukakan bahwa konsumsi hidangan sehari-hari dengan susunan zat gizi seimbang perlu dibiasakan sebagai upaya menanggulangi masalah gizi ganda, yakni gizi kurang dan gizi lebih. Kebutuhan makan anak usia sekolah perlu diatur agar anak mendapat gizi seimbang yang diperlukan dalam satu hari. Keseimbangan gizi diperoleh apabila hidangan sehari-hari terdiri dari tiga kelompok bahan makanan yang disebut triguna makanan. Dari setiap kelompok dipilih satu atau beberapa jenis makanan (Depkes RI, 2004).
2.3.5 Evaluasi Keperawatan Evaluasi dilakukan dengan membandingkan antara hasil implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat tercapainya keberhasilan. Evaluasi dalam keluarga menggunakan evaluasi subjektif, objektif, analisis dan perencanaan (SOAP), evaluasi sumatif, dan tingkat kemandirian keluarga.
Kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga sangat diperlukan agar keluarga dapat meningkatkan status gizi anak anak usia sekolah di rumah. Depkes RI (2006) mengemukakan kemandirian keluarga yang beorientasi pada lima tugas kesehatan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya. Keluarga yang mandiri dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya dinilai dengan tingkat
kemandirian
keluarga. Tingkat
kemandirian keluarga dievaluasi
menggunakan 7 kriteria evaluasi yakni (a) keluarga menerima petugas kesehatan, (b) keluarga menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana, (c) keluarga menyatakan masalah kesehatan secara benar, (d) keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan sesuai dengan anjuran, (e) keluarga melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran, (f) keluarga melakukan tindakan pencegahan secara aktif, (g) keluarga melaksanakan tindakan promotif secara aktif. Keluarga berada di tingkat kemandirian I apabila memenuhi kriteria 1 dan 2; tingkat kemandirian II apabila memenuhi kriteria 1 sampai dengan 5; tingkat kemandirian III apabila memenuhi kriteria 1 sampai dengan 6; dan tingkat kemandirian IV apabila keluarga memenuhi kriteria 1 sampai dengan 7. Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
33
Keluarga cenderung terlibat dalam pembuatan keputusan dan proses terapeutik pada setiap tahap sehat dan sakit pada setiap anggota keluarganya, sepeti mulai dari keadaan sehat hingga diagnosa, tindakan hingga penyembuhan. Keluarga mempunyai peranan dalam memenuhi nutrisi pada anak usia sekolah karena keluarga yang melakukan pemulihan sampai konsumsi pada anak (Widyatuti, 2001). Pemahaman keluarga tentang tugas kesehatan keluarga sangat diperlukan agar keluarga bisa memenuhi kebutuhan anak usia sekolah secara tepat.
Tugas kesehatan keluarga menurut Maglaya (2009) adalah 1)kemampuan mengenal masalah : definisi, penyebab, dan tanda-tanda masalah, 2)kemampuan mengambil keputusan : menurut keluarga apa akibat masalah, dan apakah menurut keluarga sangat penting melakukan penanggulangan masalah, 3)kemampuan memberikan perawatan anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan : apa yang dapat dilakukan untuk mencegah masalah, apakah keluarga mengetahui alternatif perawatan, hambatan apa dalam penanggulangan masalah di rumah, 4)kemampuan memodifikasi lingkungan : bagaimana keluarga mengatur lingkungan (fisik, psikologis, sosial) yang dapat menunjang keberhasilan penanggulangan masalah apa yang keluarga ketahui alasan pentingnya menjaga kesehatan lingkungan, 5)kemampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan : apa saja yang diperoleh di Polindes/Pustu/Puskesmas/Rumah Sakit, adakah hambatan yang dihadapi untuk memanfaatkan sarana/fasilitas kesehatan.
Tugas kesehatan keluarga terkait masalah kurang gizi pada anak usia sekolah meliputi, 1)mengenal masalah : apa yang keluarga ketahui tentang gizi, triguna makanan, dan manfaatnya, penyebab, dan tanda-tanda masalah gizi, 2)mengambil keputusan : menurut keluarga apa akibat masalah gizi bila tidak diatasi, apakah menurut keluarga sangat penting penanggulangannya, 3)kemampuan memberikan perawatan anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan, apa yang dapat dilakukan untuk mencegah masalah gizi, bagaimana cara memilih dan mengolah makanan, berapa banyak porsi makanan yang dibutuhkan, cara penyusunan menu Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
34
dengan gizi seimbang berdasarkan triguna makanan, cemilan sehat untuk anak usia sekolah serta penyusunan jadwal makan, apakah keluarga mengetahui alternatif perawatan anggota keluarga dengan maslaah gizi, hambatan apa dalam penanggulangan masalah gizi di rumah, 4)kemampuan memodifikasi lingkungan : bagaimana keluarga mengatur lingkungan yang dapat menunjang keberhasilan penanggulangan gizi, apa yang keluarga ketahui tentang alasan pentingnya menjaga kesehatan lingkungan, 5)kemampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan, apa saja yang diperoleh dari Posyandu/Puskesmas/Rumah Sakit, adakah hambatan yang dihadapi untuk memanfaatkan sarana/fasilitas kesehatan.
Asuhan keperawatan keluarga berfokus pada tugas kesehatan keluarga tersebut yang dimasukkan sebagai rencana asuhan keperawatan keluarga. Perawat komunitas berperan dalam meningkatkan status kesehatan melalui asuhan keperawatan keluarga, khususnya masalah gizi pada anak usia sekolah. Kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga sangat diperlukan agar dapat meningkatkan status gizi anak anak usia sekolah di rumah.
Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
Bab ini menguraikan tentang laporan kasus keloaan utama pada keluarga yang dikelola oleh penulis selama 7 minggu masa praktik di komunitas. Laporan kasus terdiri dari pengkajian keperawatan keluarga, diagnosa keperawatan keluarga, intervensi keperawatan keluarga, implementasi keperawatan keluarga dan evaluasi keperawatan keluarga.
3.1 Pengkajian Keperawatan Keluarga Keluarga kelolaan utama mahasiswa adalah keluarga dari Bapak S (63 tahun) dan Ibu E (44 tahun) dengan tahap perkembangan keluarga dengan anak usia dewasa awal. Keluarga Bapak S memiliki lima orang anak yaitu An. T (23 tahun), An. L (18 tahun), An.A (16 tahun), An.Z (9 tahun), dan An.S (8 tahun). Keluarga Bapak S merupakan tipe keluarga nuclear family dimana di dalam satu rumah hanya terdapat satu keluarga inti, yaitu Bapak S, Ibu E, An. T, An.L, An.A, An.Z, dan An.S. Keluarga Bapak S merupakan penduduk lama di RT 01 RW Sukatani, sebelumnya keluarga tinggal di daerah Sukabumi di tempat keluarga Ibu E. Keluarga Bapak S memutuskan untuk pindah rumah karena sudah selesai kontrak pekerjaan di tempat sebelumnya dan mendapat pekerjaan di daerah Depok.
Keluarga Bapak S menganut agama Islam. Bapak S berasal dari suku Betawi, sedangkan Ibu E berasal dari suku Sunda. Bapak S berasal dari Cililitan, Jakarta Timur sedangkan Ibu E berasal dari Sukabumi. Bapak S segera bekerja sebagai buruh lepas sejak lulus SMP, berbeda dengan Ibu E yang sudah tinggal dan menetap di Sukabumi sejak kecil dengan status pendidikan tamat SD. Hasil pengkajian didapatkan bahwa pertemuan pertama antara Bapak S dan Ibu E adalah di Sukabumi. Keduanya kemudian berpacaran lalu memutuskan untuk menikah pada tahun 1990.
35
Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
36
Bapak S bekerja sebagai buruh lepas dengan menerima proyek di daerah Depok maupun luar Depok. Sedangkan Ibu E tidak bekerja, sehari-harinya bekraktivitas sebagai ibu rumah tangga. Penghasilan keluarga Bapak S tidak menentu, namun kurang lebih Rp. 1.000.000,- per bulan. Ibu E mengatakan An.L membantu keuangan keluarga dengan bekerja sebagai buruh pabrik di Depok.
Pada hari Jumat, tanggal 8 Mei 2014, diadakan pengkajian pertama dengan keluarga Bapak S. Hasil pengukuran BB An. S adalah 17,5 kg dan TB 115 cm (IMT: 13,23). Menurut tabel antropometri kesehatan, An S berada di persentil -3 SD sd -2 SD dan termasuk dalam kategori kurang. An.S tampak kurus, rambut tipis, jarang, dan berwarna hitam kemerahan, serta kulit berwarna kusam. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik didapatkan data mata tidak cekung, conjuntiva non anemis, dan sklera non ikterik. An.S memiliki riwayat gastritis satu minggu terakhir.
Saat ini, BB An. S susah untuk naik, bahkan dari bulan sebelumnya BB tidak naik. Ibu mengatakan An. S memiliki kesulitan untuk makan dan lebih sering jajan sembarangan. An. S memiliki nafsu makan yang kurang apabila makan nasi, namun bila makan mie instant cepat dan bahkan setiap hari meminta untuk membeli mie instant di warung sebelah rumah. Keluarga Bapak S tidak membiasakan adanya jadwal makan secara teratur. Selain itu, keluarga Bapak S tidak ada jadwal makan bersama karena sibuk dengan kegiatannya masingmasing.
Ibu E mengatakan makanan yang dimakan An. S sama dengan menu makanan yang disajikan untuk keluarga lain. An. S memiliki porsi makan yang tidak menentu, terkadang banyak namun lebih sering sedikit dan sulit untuk makan. Ibu E biasanya memasak nasi, sayur sop atau bayam, tempe, tahu atau ikan. An. S dapat menghabiskan makan nasi dan lauk pauk 2 kali sehari, dengan porsi sekitar 10 sendok makan dan memakan makanan selingan seperti kerupuk yang biasa Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
37
dibeli dari warung sebelah rumah. An. S mengaku tidak menyukai buah-buahan dan tidak senang makan sayur.
An.S mengaku sehari-hari jarang sarapan karena tidak biasa dan Ibu E juga tidak membuatkan sarapan atau menyiapkan bekal untuk dibawa ke sekolah. Menurut Ibu E, waktu sekolah An.S yang hanya dua jam menyebabkan Ibu E merasa tidak perlu menyiapkan sarapan/bekal karena An.S pulang cepat sehingga bisa makan di rumah saja. An.S diberi uang jajan setiap harinya sebesar Rp 1.000,00. Biasanya An.S akan jajan chiki/es di sekolah. Bila tidak jajan di sekolah, uang tersebut digunakan untuk membeli kerupuk di rumah.
Keluarga tidak membiasakan praktik higiene dirumah, khususnya kebiasaan mencuci tangan sebelum makan. Hal ini diketahui saat mewawancarai Ibu terkait pola hidup bersih dan sehat yang sehari-hari diterapkan dirumah. Keluarga mengatakan tidak mengetahui hal pola hidup bersih dan sehat dalam tatanan rumah tangga. Keluarga jarang melakukan cuci tangan sesuai langkah-langkah cuci tangan yang benar dan makan buah dan sayur setiap hari (khususnya An.S).
Saat pertemuan pertama dan kedua, Ibu E mengatakan sudah menyadari akan kondisi An. S yang kurus. Ibu E akan membawa An. S berobat ke Puskesmas bila anak sakit. Menurut Ibu E, An. S memiliki lambung yang kecil sehingga apabila makan hanya sedikit. Informasi ini didapat dari keyakinan keluarga Ibu E yang mewarisi genetik kurus.
Saat dilakukan food recall selama 3 hari berturut-turut, An.S diketahui hanya makan 2 kali setiap harinya, dengan makan nasi 10 sendok makan dan mie instant di siang hari serta makan nasi 10 sendok makan dan telur dadar di sore hari. Selanjutnya hari kedua An.S makan nasi 12 sendok dan kentang sambal serta kerupuk di siang hari dan sore hari. Hari ketiga An.S makan 10 sendok nasi goreng dengan telur ceplok di siang hari dan 1 mangkuk mie instant di sore hari. Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
38
Berdasarkan hasil observasi didapatkan data bahwa keluarga selalu memasak untuk makanan setiap harinya. Hal ini diketahui saat melihat tersedianya makanan di siang hari. Namun, setiap harinya keluarga tidak menyiapkan variasi makanan. Hal ini terlihat dari food recall yang didapat 3 hari sebelumnya. Keluarga juga belum mampu melakukan pengolahan makanan yang benar, pengaturan jadwal makan yang teratur dan tersedianya cemilan/makanan sehat untuk anak.
Saat ditanya mengenai gizi kurang, keluarga Bapak S belum dapat menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, akibat, serta perawatan anak dengan gizi kurang. Keluarga Bapak S juga belum menyadari keadaan An. S sebagai suatu masalah pada awalnya sehingga belum melakukan apa-apa. Ibu E telah mendapatkan penjelasan terkait gizi kurang dan mengikuti kegiatan implementasi yaitu penyuluhan terkait gizi seimbang, Keluarga Bapak S memutuskan untuk mengatasi masalah gizi kurang yang ada pada An. S.
Saat pertemuan ketiga Ibu, E dapat menerima informasi terkait kesehatan An. S dengan mudah. Ibu E juga sudah membawa An. S ke puskesmas sebelumnya bila sedang sakit. Pada saat mahasiswa melakukan implementasi terkait menu gizi seimbang di posko RW 03 untuk seluruh Ibu di RW 03, Ibu E datang sendiri. Ibu E mengatakan akan mengurus anak-anaknya dan memutuskan untuk mengatasi masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang ada pada An. S.
Pada setiap kunjungan yang dilakukan mahasiswa ke rumah keluarga Bapak S, terlihat tidak rapi, banyak debu dan sampah di dekat pojokan pintu rumah. Hal ini mungkin disebabkan oleh Ibu E yang mengalami kewalahan mengurus rumah tangga dengan jumlah anaknya yang dirasa banyak. Rumah keluarga Bapak S luasnya 12 x 5 meter, dengan ventilasi yang dirasa kurang karena hanya terdapat satu jendela di depan rumah sehingga sirkulasi udara dan ventilasi kurang. Bila
Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
39
hal ini terus dibiarkan tentu saja akan memudahkan terjadinya penyakit infeksi di rumah, seperti tuberkolosis, chikungunya, dan lain-lain.
Pada saat kunjungan selanjutnya, mahasiswa menjelaskan terkait gizi seimbang dan triguna makanan kepada Bapak S. Selain itu, mahasiswa juga menjelaskan pentingnya pengaturan jadwal makan dan jadwal makan bersama keluarga. Saat evaluasi Bapak S dapat menyebutkan kembali penjelasan yang telah diberikan. Bapak S mengatakan yang memberikan makan kepada anak-anak adalah Ibu E. Menurut Bapak S, Ibu E kurang telaten dalam memberikan makanan kepada anak. Bapak S dan Ibu E menyepakati untuk pengaturan jadwal makan dan makan bersama anggota keluarga di pagi dan malam hari.
Bapak S mengatakan sedang menunggu proyek baru dari pekerjaan sebagai buruh. Keluarga Bapak S selalu mendiskusikan setiap masalah yang ada si dalam keluarga secara bersama-sama. Komunikasi antara Bapak S dan Ibu E terlihat berjalan dengan baik ketika mahasiswa berkunjung. Stresor jangka pendek di dalam keluarga adalah masalah gizi kurang yang terjadi pasa An. S. Stresor jangka panjang adalah masalah finansial.
3.2 Diagnosis Keperawatan Hasil pengkajian keluarga yang dilakukan melalui metode wawancara, observasi, dan
pemeriksaan
fisik
dapat
ditegakkan
diagnosis
keperawatan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An. S, ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada An S, dan kerusakan gigi pada An. S. Hasil skoring terhadap diagnosis tersebut, didapatkan bahwa diagnosis utama pada keluarga Bapak S ialah diagnosis ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An. S.
Definisi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubu adalah asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik (NANDA, 2012). Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
40
Batasan karakteristik dalam penggunaan diagnosis ini diantara terdapat satu diantara tanda NANDA berikut, yaitu (a) berat badan kurang dari 20% atau lebih dibawah berat badan ideal untuk tinggi badan dan rangka tubuh, (b) asupan makanan kurang dari kebutuhan metabolik, baik kalori total maupun zat gizi tertentu, (c) kehilangan berat badan dengan asupan makanan yang adekuat, dan (d) melaporkan asupan makanan yang tidak adekuat kurang dari recommended daily allowed (RDA).
3.3 Perencanaan Intervensi Keperawatan Rencana keperawatan yang akan dilakukan mahasiswa berpedoman pada lima tugas keluarga. Tujuan umum dari rencana keperawatan adalah setelah dilakukan pertemuan sebanyak 6 kali kunjungan, keluarga mampu memenuhi kebutuhan nutrisi An S ditandai dengan peningkatan BB. (1) Tujuan khusus 1 setelah dilakukan kunjungan selama 1x45 menit keluarga mampu mengenal masalah gizi kurang dengan mampu menyebutkan definisi gizi seimbang, menyebutkan definisi gizi kurang, menyebutkan 4 dari 5 tanda gejala kurang gizi, menyebutkan 3 dari 4 penyebab kurang gizi, dan mengidentifikasi anggota keluarga dengan masalah kurang gizi. (2) Tujuan khusus 2 keluarga mampu memutuskan untuk merawat anggota keluarga dengan masalah kurang gizi; keluarga mampu menyebutkan 2 dari 3 akibat kurang gizi, memutuskan untuk merawat anggota keluarga dengan masalah gizi dengan mengatakan mau merawat anggota keluarga dengan masalah gizi kurang. (3) Tujuan khusus 3 setelah dilakukan kunjungan selama 4x45 menit keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan masalah gizi kurang dengan mampu menyebutkan 3 dari 4 cara mengatasi masalah gizi kurang, menyebutkan kembali definisi triguna makanan dan memberikan 2 contoh dari tiap komponen triguna makanan, menyusun jadwal menu seimbang dan mau menyediakan menu seimbang yang telah dijadwalkan, menyebutkan 3 dari 4 cara memilih bahan makanan, menyebutkan 3 dari 4 cara mengolah bahan makanan dengan baik, meredemonstrasikan cara memilih dan mengolah bahan makanan, mengatur jadwal makan harian dan jadwal makan bersama keluarga, menyebutkan definisi cemilan Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
41
sehat, tujuan cemilan sehat, 2 dari 3 manfaat cemilan sehat, 4 dari 7 contoh cemilan sehat dan 3 dari 4 contoh cemilan tidak sehat (4) Tujuan khusus 4 setelah dilakukan kunjungan selama 1x45 menit keluarga mampu memodifikasi dan memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mengatasi gizi kurang dengan mampu menyebutkan 3 dari 4 cara menyajikan makanan, menyebutkan 4 dari 5 prinsip cara mengatasi anak yang tidak bersedia makan, menyebutkan 3 dari 4 lingkungan yang mendukung untuk meningkatkan status gizi anak usia sekolah. (5) Tujuan khusus 5 keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada untuk meningkatkan gizi anak usia sekolah dengan mampu menyebutkan 3 dari 4 fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal, menyebutkan 1 dari 2 manfaat mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan, dan mengunjungi fasilitas kesehatan secara rutin.
3.4 Implementasi Keperawatan Asuhan keperawatan keluarga dapat dikembangkan untuk mengatasi masalah kurang gizi pada anak usia sekolah. Keluarga memiliki peran penting dalam mengatasi masalah gizi kurang pada anak usia sekolah. Keluarga seharusnya dapat menyadari pentingnya pengetahuan tentang gizi, bagaimana mengelola makanan dengan baik, mengatur keuangan, menyediakan menu dengan gizi seimbang, menyediakan lingkungan yang mendukung, dan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat (Widyatuti, 2011).
Intervensi yang berpedoman pada tugas kesehatan keluarga meliputi lima tugas keluarga, dimana dalam kemampuan memberikan perawatan anggota keluarga yang mempunyai masalah kurang gizi pada anak usia sekolah, keluarga diberikan informasi mengenai cara merawat anak usia sekolah dengan memberikan pendidikan kesehatan terkait triguna makanan, cara memilih dan mengolah makanan, berapa banyak porsi makanan yang dibutuhkan, cara penyusunan menu dengan gizi seimbang, penyusunan jadwal makan harian anak dan jadwal makan bersama keluarga serta cemilan sehat untuk anak usia sekolah. Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
42
Implementasi keperawatan terdiri dari menjelaskan kepada keluarga mengenai pengertian gizi seimbang, pengertian gizi kurang, penyebab gizi kurang, tanda dan gejala gizi kurang, serta akibat dari gizi kurang. Selain itu, mahasiswa membantu keluarga untuk mengidentifikasi anggota keluarga dengan gizi kurang. Mahasiswa juga memotivasi keluarga untuk memutuskan merawat anggota keluarga yang mengalami gizi kurang. Kemudian mahasiswa mendiskusikan bersama keluarga cara mengatasi masalah gizi kurang, yaitu dengan memberikan informasi terkait triguna makanan, dan cara pemilihan bahan makanan berdasarkan triguna makanan, cara mengolah makanan yang benar, jumlah porsi makan sesuai dengan kebutuhan anak, penyusunan menu dengan gizi seimbang berdasarkan triguna makanan, penyusunan jadwal makan harian anak dan jadwal makan bersama keluarga, serta cemilan sehat untuk anak. Implementasi juga dilanjutkan dengan memotivasi keluarga untuk menyediakan makanan dengan gizi seimbang dengan melakukan pengolahan makanan secara benar. Mahasiswa juga mendiskusikan bersama keluarga mengenai modifikasi lingkungan yang dapat dilakukan keluarga, yaitu dengan memberikan tips mengatasi anak yang susah makan dan cara penyajian makanan untuk anak yang susah makan. Implementasi diakhiri dengan mendiskusikan bersama keluarga mengenai manfaat fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di sekitar tempat tinggal, serta memotivasi keluarga untuk mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan secara rutin setiap bulan.
Implementasi yang merupakan intervensi unggulan adalah penjelasan tentang triguna penyusunan menu gizi seimbang dan jadwal makan harian bersama keluarga jadwal makan harian bersama keluarga. Implementasi yang merupakan intervensi unggulan adalah penjelasan tentang penyusunan menu dengan gizi seimbang berdasarkan triguna makanan. Makanan yang bergizi adalah makanan yang mengandung semua zat gizi yang diperlukan dalam tubuh. Makanan yang terdiri dari gizi yang seimbang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang balita. Makanan dengan gizi seimbang ini berpedoman pada triguna makanan, yaitu Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
43
makanan yang mengandung karbohidrat dan lemak sebagai zat tenaga, protein sebagai zat pembangun, dan vitamin serta mineral sebagai zat pengatur.
Sedangkan pengaturan jadwal makan harian anak bersama keluarga merupakan kegiatan makan bersama yang dilakukan oleh suatu keluarga untuk meningkatkan suasana yang menimbulkan nafsu makan meningkat. Kegiatan ini dilakukan dalam waktu yang telah disepakati anggota keluarga secara terjadwal setiap harinya. Keteraturan jadwal akan meningkatkan asupan nutrisi yang cukup bagi anak usia sekolah.
3.5 Evaluasi Keperawatan Intervensi keperawatan terkait intervensi unggulan yang telah dilakukan, kemudian dievaluasi untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dari intervensi dapat tercapai. Evaluasi dilakukan melalui beberapa cara, yaitu dengan melakukan evaluasi SOAP, evaluasi sumatif, dan menilai tingkat kemandirian keluarga.
Evaluasi SOAP didapatkan data Ibu E mengatakan gizi ialah zat makanan yang dibutuhkan tubuh. Ibu E mengatakan triguna makanan terdiri dari zat tenaga, pembangun dan pengatur. Ibu E mengatakan definisi gizi kurang ialah zat gizi yang masuk ke dalam tubuh kurang dari kebutuhan. Ibu E mengatakan penyebab gizi kurang ialah susah makan, makan tidak teratur, dan penyakit. Ibu E mengatakan tanda gejala gizi kurang ialah kurus, rambut tipis kemerahan, anak tidak ceria, dan lemas. Ibu E mengatakan An. S terlihat kurus, berambut tipis dan kemerahan, dan terlihat seperti anak dengan gizi kurang. Ibu E mengatakan akibat dari gizi kurang ialah mudah sakit, gangguan pertumbuhan, dan perkembangan.
Ibu E mengatakan ingin merawat An. S dengan masalah gizi kurang dengan mau mendengarkan informasi dari mahasiswa. Ibu E mengatakan cara mengatasi kurang gizi yaitu dengan makan makanan seimbang, makan teratur, dan sesuai porsi. Ibu E mengatakan triguna makanan terdiri dari zat tenaga yang Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
44
mengandung karbohidrat dan lemak dengan contoh nasi dan jagung, zat pembangun yang terdiri dari protein dengan contoh telur dan tempe, serta zat pengatur yang mengandung vitamin dan mineral dengan contoh buah-buahan dan sayuran. Ibu E mengatakan mau menyediakan menu seimbang untuk An. S sesuai kebutuhan. Ibu E mengatakan cara mengolah bahan makanan yang baik ialah cuci tangan sebelum masak, alat masak harus bersih, sayur dicuci dahulu baru dipotong, sayur jangan dimasak terlalu lama, dan beras dicuci hanya dua kali saja. Ibu E mengatakan cara memilih makanan yang baik ialah yang harganya terjangkau, bergizi, masih segar, tidak layu dan berbau busuk. Ibu E mengatakan manfaat cemilan sehat yakni aman bagi anak usia sekolah, bergizi, memenuhi kebutuhan nutrisi anak, dan bahan mudah diperoleh. Ibu E mengatakan cemilan sehat adalah makanan selingan yang mengandung nilai gizi. Ibu E menyebutkan tujuan cemilan sehat yakni untuk membantu memenuhi kebutuhan nutrisi anak terutama bagi anak yang sulit makan. Ibu E menyebutkan contoh cemilan sehat ialah bubur kacang hijau, susu kemasan, roti selai buah dan selai kacang, buah dan sayur potong serta, puding. Ibu E menyebutkan contoh makanan tidak sehat yaitu chiki, minuman bersoda, makanan berpengawet dan makanan ber-MSG.
Ibu E mengatakan tips menyajikan makanan untuk anak yaitu jumlah makan sesuai dengan porsi, sesuai jadwal, makanan disajikan bervariasi, harus ada lauk hewani dan nabati. Ibu E mengatakan prinsip mengatasi anak yang tidak mau makan ialah jangan dipaksa, beri makan sesuai selera anak dan tampilan yang menarik, makan dalam porsi kecil tapi sering, serta mengatur jadwal makan bersama keluarga. Ibu E mengatakan fasilitas terdekat ialah puskesmas, klinik, praktik bidan. Ibu E mengatakan manfaat ke pelayanan kesehatan ialah mendapat pemeriksaan kesehatan anak, mendapat penyuluhan dan informasi kesehatan. Ibu E mengatakan ingin mengetahui lebih lanjut penyebab masalah gizi kurang yang ada pada An. S.
Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
45
Pemberian setiap implementasi yang dilakukan oleh perawat dapat diterima keluarga secara kooperatif dan antusias, baik dalam penyampaian informasi maupun melakukan demostrasi. Keluarga terlibat aktif dalam diskusi. Keluarga Bapak S, terutama Ibu E dapat menyebutkan kembali pengertian, penyebab tanda gejala, dan akibat gizi kurang. Keluarga Bapak S dapat menyebutkan kembali komponen triguna makanan beserta contohnya. Keluarga dapat memilih bahan makanan sesuai triguna makanan yang tepat. Pada kunjungan mendadak yang dilakukan, Ibu E sedang menyiapkan makanan untuk An. S dan An.Z dengan makanan yang terdiri dari nasi 1 centong, 1 buah telur dadar dan sayur sop yang mencakup kentang dan wortel sebanyak 1 mangkuk serta dilakukan makan bersama di siang hari. Ibu E melaporkan nafsu makan An. S semakin membaik dan beberapa kali menghabiskan makanan yang diberikan. Ibu E mengatakan saat ini sudah sering berusaha menyediakan sayur dan lauk dalam setiap kali makan. Pada pemeriksaan tanggal 15 Juni berat badan An. S naik menjadi 18,5 kg (sebelumnya 17,5 kg), dimana menurut IMT/U An. S masuk ke dalam kategori gizi normal yakni diantara -1SD dan -2SD. Hal ini menunjukkan perbaikan pada status gizi An. S.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan atau yang dilaporkan oleh keluarga maka perawat menganalisa tujuan yang telah ditetapkan perawat baik TUK 1 hingga TUK 5 telah tercapai. Masalah gizi kurang pada An. S telah teratasi ditunjukkan dengan peningkatan berat badan, dan An. S telah berubah statusnya dari gizi kurang menjadi gizi normal.
Perawat memotivasi Ibu E untuk terus menyediakan makanan dengan gizi seimbang dan melakukan penyusunan menu makan anak sesuai dengan triguna makanan serta penjadwalan makan bersama dengan keluarga sebagai upaya tindak lanjut. Perawat juga memberikan penghargaan positif atas usaha dan hasil yang telah diperoleh keluarga. Selain itu, perawat juga meminta kader untuk terus memantau perkembangan status gizi An. S. Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
46
Evaluasi sumatif dilakukan dengan memberikan pertanyaan terkait lima tugas kesehatan keluarga pada masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Keluarga Bapak S dapat menyebutkan kembali definisi dari gizi seimbang dan gizi kurang. Keluarga dapat menyebutkan 4 dari 6 faktor yang memicu gizi kurang. Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 6 tanda dan gejala dari gizi kurang. Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 6 akibat gizi kurang bila tidak diatasi. Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 5 cara perawatan masalah gizi kurang. Keluarga mampu mendemonstrasikan kembali mengenai triguna makanan dan contoh makanan melalui food model. Keluarga dapat melakukan cara pengolahan makanan yang benar. Keluarga dapat menyebutkan porsi makan yang sesuai untuk anak. Keluarga mampu mendemonstrasikan pengaturan jadwal makan pada anak. Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 5 cara memodifikasi lingkungan yang sesuai untuk anak gizi kurang. Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 4 fasilitas kesehatan yang dapat digunakan untuk penanganan gizi kurang. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk penanganan gizi kurang.
Sebelum dilakukan intervensi, keluarga Bapak S belum menerapkan gizi seimbang terkait triguna makanan, Ibu E hanya menyediakan satu jenis lauk ketika makan. Mahasiswa melakukan intervensi terkait triguna makanan dan menu gizi seimbang, dan pada saat kunjungan terlihat Ibu E telah menyediakan makanan yang terdiri dari nasi dan lauk pauk berupa telur dadar, serta sayur sop.
Kunjungan berikutnya Ibu E mengatakan melakukan modifikasi dalam makanan yaitu mencampurkan sayuran ke dalam telur yang akan dimasak. Ibu E menerapkan pemenuhan asupan makanan yang mengandung triguna makanan. Saat dilakukan evaluasi, Ibu E dapat menjelaskan kembali mengenai triguna makanan dan contoh makanannya. Keluarga Bapak S terlihat melakukan penyajian menu makan dengan gizi seimbang. Secara kognitif Ibu E dapat
Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
47
memahami setiap penjelasan dengan mudah dan memiliki kemampuan untuk menyebutkan kembali penjelasan tersebut dengan cukup baik.
Selanjutnya kunjungan terhadap keluarga Ibu E dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan tips mengatasi anak yang sulit makan, yakni dengan menjadwalkan makan anak bersama keluarga. Saat dilakukan evaluasi, Ibu E dapat menjelaskan kembali manfaat pelaksanaan makan bersama keluarga. Keluarga Bapak S terlihat melakukan penjadwalan makan bersama anggota keluarga dengan waktu yang disepakati, yakni pukul 06.00 dan pukul 18.30.
Evaluasi tingkat kemandirian keluarga ditentukan oleh kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga. Menurut Maglaya (2009) 5 tugas kesehatan keluarga meliputi mengenal masalah gizi, mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan gizi kurang, merawat anggota keluarga yang mengalami gizi kurang, melakukan modifikasi lingkungan, dan menggunakan fasilitas pelayanan untuk perawatan gizi kurang.
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 6x45 menit, tingkat kemandirian keluarga Bapak S berada pada tingkat kemandirian III. Hal ini ditunjukkan oleh data bahwa keluarga menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat, keluarga menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan, keluarga tahu dan mengungkapkan masalah kesehatan secara benar, keluarga melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan, keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif, dan keluarga melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif.
Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
BAB 4 ANALISIS SITUASI DAN INOVASI UNGGULAN
Bab 4 menguraikan analisis situasi dan inovasi unggulan yang akan dideksripsikan pada karya ilmiah ners ini. Analisis situasi dan inovasi unggulan digambarkan dengan profil lahan praktek, analisis masalah keperawatan dengan konsep dan penelitian terkait KKMP, analisis intervensi penyusunan triguna makanan dan jadwal makan harian anak bersama keluarga sebagai intervensi unggulan dengan konsep dan penelitian terkait, serta alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan.
4.1 Profil Lahan Praktek Kecamatan Tapos memiliki enam kelurahan. Kelurahan tersebut antara lain Kelurahan Tapos, Kelurahan Leuwinanggung, Kelurahan Cimpaeun, Kelurahan Cilangkap, Kelurahan Sukatani, Kelurahan Sukamaju Baru, dan Kelurahan Jatijajar (tapos.depok.go.id). Puskesmas Sukatani digunakan sebagai lahan praktek mahasiswa, dengan wilayah kelolaan berada pada Kelurahan Sukatani. Luas wilayah Kelurahan Sukatani kurang lebih 509,6 km2 dengan jumlah total penduduk adalah 57.941 jiwa. Komposisi penduduk laki-laki terdiri atas 28.789 jiwa,
sedangkan
jumlah
perempuan
29.152
jiwa
di
tahun
2013
(bappeda.depok.go.id).
Kelurahan Sukatani memiliki 26 rukun warga (BPS Kota Depok, 2013). RW 03 merupakan salah bagian wilayah dari Kelurahan Sukatani. Wilayah RW 03 termasuk salah satu RW teluas yang terbagi menjadi tujuh rukun tetangga (RT), yaitu RT 01, 02, 03, 04, 05, 06, dan 07. Jumlah anak usia sekolah yang ada di RW 03 adalah sebanyak 193 orang. Jumlah kader yang aktif sebanyak 12 orang. Mayoritas penduduk di RW 03 beragama Islam dan berasal dari suku Jawa. 48
Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
49
Keadaan masyarakat di wilayah RW 03 sangat bervariasi, mulai dari kategori menengah ke bawah sampai menengah ke atas. Ditandai dari rata-rata mata pencaharian warga seperti wiraswasta, karyawan swasta, pedagang, PNS, tukang ojek, sopir, dan ada juga yang tidak bekerja. Namun, berdasarkan pengkajian winshield survey ditemukan bahwa sebagian besar penduduk RW 03 bekerja sebagai buruh pabrik, karena di sekitar lingkungan RW 03 banyak ditemukan pabrik.
Rumah warga hampir semuanya sudah permanen dengan konstruksi bangunan terbuat dari tembok, atap menggunakan genteng, dan sebagian memiliki jendela yang sedikit terutama kontrakan, sehingga kurangnya cahaya matahari yang masuk ke rumah. Ada juga sebagian rumah yang hanya memiliki ventilasi di bagian depan saja dan ukurannya kecil, sehingga pertukaran udara dari dan ke rumah sedikit. Jarak antara rumah yang satu dengan yang lain sangat rapat, sehingga hanya sebagian kecil warga yang memiliki halaman rumah dan ukurannya pun tidak luas. Jarak rumah sangat rapat dan penataan antar rumah yang tidak rapi.
Terdapat beberapa tempat pembuangan sampah yang berserakan dan menumpuk di sekitar rumah warga, sehingga menjadi tempat bersarangnya nyamuk dan tikus. Selokan yang ada sebagian tertutup dan sebagian lagi terbuka. Di sekitar lingkungan RW 03 tidak terdapat Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sehingga sebagian besar warga memiliki kebiasaan membakar sampah rumah tangga di sekitar rumah mereka. Para warga juga mengaku, hanya beberapa warga yang berlangganan jasa pengangkutan sampah karena beberapa warga lebih memilih membakar sampah dibandingkan membayar sejumlah uang untuk pengangkutan sampah. Kebiasaan membakar sampah ini menjadikan udara di lingkungan RW 03 sering diliputi asap.
Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
50
Di setiap jalan terdapat got atau parit-parit, sebagian berukuran kecil dan sebagian lagi besar, dengan kondisi cukup bersih meskipun terkadang ditemukan parit yang terdapat sampah di dalamnya. Air yang digunakan berasal dari air tanah (sumur) dan PAM dengan kondisi air yang bersih. Limbah rumah tangga dibuang di selokan dan di halaman sekitar rumah. Setiap rumah sudah memiliki WC sendiri dan ditampung di septic tank. Warga biasa berkumpul di mushola, majlis ta’lim, posyandu, dan salah satu rumah warga untuk melakukan kegiatan seperti pengajian, arisan, dan pertemuan warga. Perkumpulan ibu-ibu biasanya dilakukan pada pagi hari dan bapak-bapak dilakukan pada malam hari. Terdapat beberapa tempat sebagai sarana olahraga, misalnya lapangan di RT 03 yang biasa digunakan untuk senam mingguan dan pertandingan bola voli antar warga dan terdapat Gedung Olahraga di RT 04 yang biasa digunakan untuk pertandingan futsal.
Fasilitas kesehatan yang terdapat di wilayah RW 03 adalah Posyandu. Jangkauan pelayanan dapat ditempuh dengan berjalan kaki ataupun dengan menggunakan kendaraan karena perbedaan jarak dari rumah warga ke pelayanan kesehatan. RW 03 memiliki 1 posyandu yaitu posyandu Mawar yang melayani masyarakat RT 17. Selain itu, ada kader yang merupakan tenaga sukarelawan dari warga RW 03. Kader yang aktif berjumlah kurang lebih 14 orang. Kegiatan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) rutin dilakukan setiap 1 bulan sekali dengan target sasaran 50 anak usia sekolah dari 113 anak usia sekolah yang ada di RW 03. Warga sekitar cukup aktif membawa anak usia sekolahnya ke posyandu.
Fasilitas kesehatan di luar RW 03 terdapat juga 1 rumah sakit, 1 Puskesmas, 1 bidan, dan 1 balai pengobatan. Pelayanan dibuka setiap hari Senin – Sabtu pukul 08.00-14.00 untuk Puskesmas dan setiap hari selama 24 jam untuk Rumah Sakit. Biaya pengobatan cenderung terjangkau bila berobat ke Puskesmas, sedangkan di Rumah Sakit biayanya cukup tinggi. Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
51
4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep dan Penelitian terkait KKMP Kemiskinan merupakan salah satu dampak dari arus urbanisasi adalah pada faktor ekonomi. Kemiskinan merupakan salah satu akar timbulnya masalah kesehatan perkotaan yang sering terjadi. Kemiskinan menjadi salah satu penyebab pokok atau akar masalah gizi buruk. Permasalahan gizi sangat berkaitan erat dengan masalah kemiskinan. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Soekirman (2006) yaitu kemiskinan memiliki hubungan timbal balik dengan permasalahan gizi.
Status ekonomi berkaitan dengan ketersediaan pangan dalam keluarga. Status ekonomi keluarga menurut Friedman, Bowden & Jones (2003) adalah pendapatan keluarga dari beberapa sumber pendapatan. Pendapatan dalam keluarga dapat mempengaruhi daya beli dan konsumsi pangan sehingga mempengaruhi status gizi anak (Hidayati, 2011). Kurangnya ekonomi dalam keluarga berdampak pada kesehatan kurangnya perawatan diri, peningkatan ketidakmampuan menyediakan makanan, keterbatasan aktivitas, dan peningkatan terjadinya penyakit kronis. Potts & Mandleco (2007) mengemukakan pendapatan keluarga mempunyai efek yang signifikan terhadap kesejahteraan pada masa anak usia sekolah. Status gizi kurang pada anak dihubungkan dengan kemiskinan.
Masalah gizi kurang pada anak usia sekolah terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa jenis zat gizi yang dibutuhkan. Kekurangan gizi pada umumnya terjadi karena pada umur tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Kekurangan gizi berakibat pada peningkatan angka kesakitan, menurunnya tingkat kecerdasan sehingga menurunkan prestasi dan diperparah dengan ancaman kematian.
Masalah gizi kurang di kota Depok memiliki prevalensi yang cukup tinggi. Apabila tidak ditangani dapat mejadi permasalahan kesehatan yang sangat Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
52
komplek. Masalah gizi akan menimbulkan masalah pembangunan di masa yang akan datang. Keterlambatan dalam pemberian pelayanan gizi yang tepat terhadapa anak-anak akan menurunkan potensi mereka sebagai sumber daya pembangunan masyarakat ekonomi nasional. Hal ini menegaskan bahwa masalah gizi tidak hanya menjadi masalah bagi wilayah di pelosok-pelosok Indonesia, namun dapat juga menjadi ancaman masalah kesehatan masyarakat perkotaan.
Terdapat 22% anak usia sekolah yang mengalami masalah gizi kurang di RW 03 Kelurahan Sukatani. Wilayah RW 03 termasuk dalam wilayah perkotaan ditandai dengan adanya pasar dan pemukiman padat penduduk. Masalah gizi menjadi salah satu masalah di masyarakat yang berkaitan dengan kemiskinan yang terjadi di RW 03. Tingkat pendapatan di bawah garis kemiskinan dan rendahnya kesempatan memperoleh
berbagai
fasilitas
kesejahteraan
sosial
akan
mempersulit
terpenuhinya berbagai keperluan pangan bergizi atau kemampuan untuk menangkis penyakit.
Perawat komunitas memiliki peranan penting dalam mengatasi masalah gizi pada populasi anak usia sekolah di masyarakat perkotaan. Asuhan keperawatan komunitas dengan pendekatan keluarga dilakukan pada keluarga yang memiliki masalah gizi pada anak usia sekolah sebagai entry point bertujuan untuk menurunkan risiko kesehatan dan meningkatkan kesehatan anak usia sekolah. Keluarga memiliki peranan yang sangat besar terhadap status gizi anak usia sekolah. Keluarga mempunyai peranan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi pada anak usia sekolah karena keluarga yang melakukan pemulihan sampai konsumsi pada anak.
Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
53
4.3 Analisis Intervensi Penyusunan Menu Makanan Seimbang berdasarkan Triguna Makanan dan Jadwal Makan Anak bersama Keluarga sebagai Intervensi Unggulan dengan Konsep dan Penelitian Terkait Anak usia sekolah memerlukan asupan makanan yang memenuhi gizi seimbang. Penjelasan terkait gizi seimbang di dalam keluarga dilakukan melaui peningkatan pengetahuan terkait triguna makanan. Variasi makanan merupakan prinsip pertama gizi seimbang. Pola makan seimbang bukan hanya memperhatikan sumber-sumber zat gizi makro (karbohidrat, lemak, protein) dan air, tetapi juga sumber-sumber zat gizi mikro meliputi vitamin dan mineral. Kebutuhan makan anak dalam sehari harus diperhatikan keluarga karena pola makan bisa mempengaruhi status gizi anak usia sekolah (Depkes RI, 2010).
Mahasiswa melakukan intervensi keperawatan selama 7 minggu dan beradasarkan penimbangan berat badan, Anak S mengalami peningkatan berat badan sebanyak 1 kilogram. Alat ukur penimbangan setelah intervensi berbeda dengan alat ukur yang digunakan saat penimbangan awal. Hal ini dapat menjadi suatu kerancuan hasil evaluasi status nutrisi anak berdasarkan pengukuran berat badan.
Saat ini Anak S berada pada status nutrisi gizi normal. Selama proses melakukan pembinaan keluarga, perubahan sikap terhadap pemenuhan nutrisi tidak langsung terjadi setelah kunjungan sesuai rancangan pertemuan, melainkan setelah 5 kali kunjungan baru terjadi perubahan pada keluarga dalam upaya variasi makanan di rumah dan penetapan jadwal makan harian anak bersama keluarga. Hal ini dipengaruhi oleh pendidikan formal keluarga yang turut menjadi tantangan dalam pelaksanaan intervensi unggulan.
Hasil penelitian dari Hidayati (2011) mengatakan bahwa pendidikan keluarga merupakan salah satu penyebab terjadinya masalah gizi pada anak karena pendidikan formal mempengaruhi pengetahuan keluarga dalam memberikan asupan makanan dengan gizi seimbang pada anak. Depkes RI (2005) Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
54
mengemukakan bahwa unsur pendidikan berpengaruh pada kualitas pengasuhan anak. Pendapat hampir sama dinyatakan oleh Soekirman (2006) yang mengemukakan unsur pendidikan erat hubungannnya dengan pengetahuan kesehatan dan praktik gizi.
Triguna makanan merupakan intervensi unggulan yang dipilih oleh mahasiswa terkait peningkatan pengetahuan keluarga, terutama ibu terkait gizi seimbang dan cara penyusunan menu makanan yang sesuai. Triguna makanan dimaksudkan agar keluarga Bapak S dapat memberikan variasi makanan dengan menu gizi seimbang. Hal ini merupakan salah satu cara perawatan anak yang mengalami gizi kurang. Pemilihan intevensi ini dikarenakan pada saat pengkajian, dan pada saat kunjungan, keluarga Bapak S nampak hanya memakan makanan nasi dan satu jenis lauk, yaitu telur dadar. Kebiasaan makan anak yang tidak sehat dapat terjadi karena kurangnya variasi dalam makanan.
Intervensi terkait triguna makanan bertujuan agar asupan nutrisi yang mengandung gizi seimbang pada anak usia sekolah dapat terpenuhi. Penelitian yang dilakukan oleh Scudder (2005) mengenai evaluasi nutrisi dan pertumbuhan anak mengidentifikasikan bahwa faktor nutrisi pada anak dipengaruhi oleh asupan makanan yang bergizi. Penelititan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ammaniti (2004) mengenai interaksi antara malnutrisi pada anak dengan gangguan perilaku disfungsional ibu dalam memenuhi kebutuhan gizi.
Intervensi terkait triguna makanan juga dapat menjadi faktor pendukung keluarga dalam melakukan penyusunan menu makan anak usia sekolah dengan gizi seimbang yang terdiri dari zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur. Menurut Kishore (2008), menu ideal untuk anak anak usia sekolah adalah yang seimbang mengandung karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral yang sesuai dengan kebutuhan anak. Wong (2002) menyebutkan bahwa makanan untuk anak anak
Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
55
usia sekolah lebih mementingkan kualitas daripada kuantitas, atau dapat dikatakan apa yang dimakan jauh lebih penting dari banyaknya makanan yang dikonsumsi.
Makanan yang bergizi adalah makanan yang mengandung semua zat gizi yang diperlukan dalam tubuh. Makanan yang terdiri dari gizi yang seimbang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang anak usia sekolah. Makanan dengan gizi seimbang ini berpedoman pada triguna makanan, yaitu makanan yang mengandung karbohidrat dan lemak sebagai zat tenaga, protein sebagai zat pembangun, dan vitamin serta mineral sebagai zat pengatur.
Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat dan lemak. Zat tenaga ini dibutuhkan anak usia sekolah untuk melakukan aktivitas serta pertumbuhan dan perkembangannya. Jumlah sebagian karbohidrat di dalam tubuh berada dalam sirkulasi darah sebagai glukosa untuk kebutuhan energi segera, sebagian disimpan sebagai glikogen hati dan jaringan otot, dan sebagian lagi diubah menjadi lemak kemudian disimpan sebagai cadangan energi.
Protein sebagai zat pembangun diperlukan tubuh tidak hanya untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan organ-organ tubuh anak usia sekolah, tetapi juga untuk menggantikan dan memeperbaiki jaringan tubuh yang rusak. Anak usia sekolah secara fisiologis berada dalam masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan zat pembangun dalam jumlah yang besar. Kekurangan protein dapat menghambat pertumbuhan dan meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Asupan protein dapat berpengaruh terhadap status gizi anak usia sekolah.
Zat pengatur yang terdapat dalam sayur-sayuran dan buah-buahan mengandung berbagai vitamin dan mineral memiliki manfaat agar organ-organ dan jaringan tubuh termasuk otak dapat berjalan sesuai dengan fungsinya. Zat-zat yang berperan sebagai pengatur adalah vitamin, baik yang larut dalam ari (vitamin B kompleks dan vitamin C) maupun vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
56
E, dan K), berbagai mineral seperti kalsium, zat besi, iodium, dan flour, serta air sebagai alat pengatur vital kehidupan sel-sel tubuh (Fitriyani, 2011).
Makanan untuk anak usia sekolah harus memenuhi gizi yang seimbang dan mengandung triguna makanan. Variasi makanan merupakan prinsip pertama gizi seimbang. Pola makan seimbang bukan hanya memperhatikan sumber-sumber zat gizi makro (karbohidrat, lemak, protein) dan air, tetapi juga sumber-sumber zat gizi mikro meliputi vitamin dan mineral. Kebutuhan makan anak dalam sehari harus diperhatikan keluarga karena pola makan bisa mempengaruhi status gizi anak usia sekolah (Depkes RI, 2010).
Pemberian makanan yang terbaik adalah dengan memperhatikan kandungan zat gizi makanan dan terdiri dari menu gizi yang seimbang. Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan Pedoman Gizi Seimbang (PGS). Orang tua harus membiasakan dan mengajari anak usia sekolah mengkonsumsi makanan sesuai prinsip PGS. PGS adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi dengan memperhatikan empat prinsip, yaitu variasi makanan, pola hidup bersih, pentingnya pola hidup aktif dan olahraga, serta pemantauan berat badan ideal (Depkes RI, 2010).
Asupan makanan anak usia sekolah yang kurang dan kebiasaan keluarga yang kurang sehat dalam memberi asupan makanan pada anak usia sekolah dapat mempengaruhi pemenuhan gizi anak (Hidayati, 2011). Pengetahuan gizi orang tua mengenai bahan makanan akan berpengaruh terhadap hidangan yang disajikan oleh keluarga, dengan pengetahuan yang memadai seorang ibu akan menyediakan makanan yang baik untuk keluarganya terutama anak anak usia sekolah.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Huriah (2006) bahwa ibu yang memiliki pengetahuan baik berpeluang 3.08 kali mempunyai anak dengan status gizi normal Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
57
dibandingkan dengan ibu yang pengetahuannya kurang baik. Menurut Satoto (1990, dalam Harsiki, 2003) dikemukakan bahwa faktor yang paling dominan dalam menyebabkan meluasnya keadaan gizi kurang adalah faktor perilaku yang kurang benar di kalangan masyarakat dalam memilih dan memberikan makanan kepada anggota keluarganya, terutama anak-anak. Hal ini didukung oleh Basuki (2008) yang mengatakan bahwa penyebab gizi kurang salah satunya adalah rendahnya pengetahuan ibu tentang gizi sehingga anak usia sekolah menjadi kurang diperhatikan akhirnya berat badan pun di bawah standar. Peran keluarga dalam memenuhi gizi seimbang pada anak usia sekolah sangat diperlukan melalui upaya pendidikan kesehatan mengenai triguna makanan.
Setelah keluarga melakukan penjadwalan makan bersama dengan anggota keluarga di rumah terjadi peningkatan asupan nutrisi oleh anak S. Hal ini sangat baik karena anak S melihat teladan dari orangtua secara langsung dibandingkan dengan sebelumnya bila makan sendiri. Kegiatan ini didukung oleh penelitian Sulistyoningsih (2011) yang mengemukakan bahwa orangtua tidak hanya mendorong anak untuk makan gizi seimbang, melainkan turut terlibat dan memberi contoh untuk anak dalam mengkonsumsi makanan gizi seimbang. Kegiatan makan bersama orang tua menjadikan orangtua sebagai model perilaku makan yang anak tiru (Birch, 2002; Grodner, Long., dan Walkingshaw, 2007), mengarahkan anak untuk mengonsumsi makanan sehat (Neumark-Sztainer et al., 2000; Videon & Manning, 2003) dan meningkatkan asupan gizi anak usia 9-14 tahun melalui makanan sehat (Gilman et al., 2000 dalam Waysima, et al, 2010). Kegiatan makan bersama juga bermanfaat untuk memantau jumlah jenis makanan yang dimakan oleh anak (Moore, 2009).
Maulana (2012) menyatakan pemenuhan nutrisi pada anak usia sekolah dipengaruhi oleh kebudayaan, kebiasaan makan di rumah, dan lembaga pendidikan tempat anak bersekolah. Suatu kebiasaan makan yang teratur bersama keluarga akan membentuk kebiasaan yang baik untuk pemenuhan nutrisi bagi Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
58
anak. Selanjutnya keluarga juga harus memperhatikan frekeuensi makan bersama dalam keluarga dan pembiasaan makan yang seimbang gizinya agar anak tidak mengalami masalah nutrisi kurang (Rosa, 2011). Hal ini juga didukung oleh Marut (2007) yang menyatakan kebiasaan makan bersama keluarga dapat meningkatkan konsumsi energi dan protein pada anggota keluarga.
Semenjak makan bersama, An S mau memakan sayur yang dimasak oleh Ibu E dan makan buah yang disediakan di rumah. Neumark-Sztainer, et al (2000) menyatakan bahwa kegiatan makan bersama keluarga secara positif berhubungan dengan konsumsi sayur, buah-buahan yang mengandung biji-bijian dan makanan kaya kalsium pada anak. Hal ini didukung oleh Hannon, et al (2003) yang menyatakan bahwa orang yang sering melayani anak atau makan bersama anak dengan kebiasaan mengkonsumsi buah dan sayuran berkorelasi positif dengan perilaku anak dalam mengkonsumsi buah dan sayuran.
Pola makan bersama juga merupakan salah satu bentuk hadirnya orang-orang lain pada waktu kegiatan makan. Hal serupa pada penelitian Cullen et al. tahun 2000 (dalam Waysima, et al, 2010) terhadap anak anak di usia sekolah yang menyatakan bahwa kehadiran orang lain pada situasi makan mempengaruhi sikap dan konsumsi anak terhadap buah sayur. Pada dasarnya kehadiran orang-orang lain pada situasi makan akan membuat sikap dan perilaku makan semakin positif. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Akhmadi (2009) yang menyatakan bahwa kegiatan makan bersama dan jadwal penyusunan makan dapat mendukung anak dalam pemenuhan nutrisi.
4.4 Alternatif Pemecahan Masalah yang dapat Dilakukan Upaya mengatasi permasalahan gizi kurang pada anak usia sekolah secara multidisiplin dan komprehensif dimana dibutuhkan kerja sama yang baik antar setiap komponen dalam masyarakat. UNICEF (2009) mengungkapkan penyebab masalah gizi kurang atau gizi lebih adalah multisektor. Masalah gizi pada anak Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
59
usia sekolah terjadi disebabkan banyak faktor yang saling berkaitan dan tidak berdiri sendiri meliputi makanan, kesehatan, dan praktik perawatan.
Intervensi dalam pembinaan keluarga yang seharusnya dilakukan secara berkelanjutan oleh petugas kesehatan dari puskesmas untuk mengatasi masalah gizi kurang yang terdapat di masyarakat. Intervensi dapat diberikan melalui pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan terkait gizi seimbang pada anak usia sekolah. Peran perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan setiap program terutama terkait masalah gizi pada anak usia sekolah diperlukan agar hasilnya dapat dilihat secara nyata.
Pemberian pendidikan kesehatan kepada keluarga dalam pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dibutuhkan pengawasan dan bimbingan yang berkelanjutan dari petugas kesehatan, maupun kader RT dan RW setempat agar pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dapat berjalan dengan baik. Perlu adanya pemberdayaan masyarakat dengan melatih kader setempat terkait gizi seimbang dan pengaktifan kegiatan posyandu lima langkah. Kader dapat memberikan penyuluhan terkait gizi dalam fungsi posyandu di langkah kelima.
Asuhan keperawatan komunitas yang telah dilakukan dalam membina keluarga, mahasiswa harus membuat rencana tindak lanjut yang akan dilakukan kepada keluarga. Rencana ini dibuat agar tindakan yang telah dilakukan sebelumnya bersama mahasiswa dapat terus dilakukan dan berkesinambungan. Mahasiswa melaporkan kepada kader tentang evaluasi kemandirian keluarga, dan meminta kader untuk melanjutkan pemantauan terkait masalah gizi yang dapat dilakukan dalam kegiatan posyandu setiap bulan.
Keluarga perlu dimotivasi secara berkelanjutan agar dapat mempertahankan dan meningkatkan status kesehatan yang telah tercapai. Mahasiswa perlu melakukan advokasi dan menekankan pentingnya mengunjungi fasilitas kesehatan secara Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
60
rutin dan berkala, terutama posyandu untuk memantau berat badan anak setiap bulannya.
Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
BAB 5 PENUTUP Pada pembahasan bab ini, diuraikan tentang simpulan penulisan dan saran yang diajukan bagi Puskesmas/perawat komunitas, keluarga, dan masyarakat/kader.
5.1 Simpulan Kesehatan perkotaan merupakan masalah yang sangat penting karena tingkat perkembangan penduduk kota di Indonesia sangat pesat. Munculnya masalah kesehatan di perkotaan merupakan resultante dari berbagai faktor, salah satu diantaranya adanya arus urbanisasi. Salah satu dampak dari arus urbanisasi adalah pada faktor ekonomi, yaitu kemiskinan. Kemiskinan menjadi salah satu penyebab pokok atau akar masalah gizi buruk. Kemiskinan di perkotaan dikaitkan dengan faktor ekonomi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, termasuk diantaranya kebutuhan akan makanan.
Praktik keperawatan mahasiswa di Kelurahan Sukatani, khususnya di RW 03 bertujuan untuk melakukan asuhan keperawatan keluarga terutama pada keluarga yang memiliki anak usia sekolah dengan masalah gizi kurang. Pada awal praktik dilakukan upaya screening pada keluarga yang dibina di RW 03 untuk menemukan anak usia sekolah dengan masalah gizi kurang dan dapat dilakukan upaya tindak lanjut. Terdapat 22% anak usia sekolah di RW 03 yang mengalami gizi kurang berdasarkan upaya screening.
Asuhan keperawatan keluarga dengan melakukan pembinaan pada keluarga bertujuan untuk melakukan intervensi yang dapat dipraktikkan keluarga dengan masalah gizi pada anak usia sekolah sebagai upaya untuk dapat meningkatkan status gizi anak usia sekolah. Asuhan keperawatan keluarga yang dilaksanakan oleh mahasiswa pada keluarga Bapak S, khususnya An S. Tanda-tanda kurang gizi yang terdapat pada An S seperti tampak kurus, rambut kemerahan dan tipis, serta IMT berada di antara persentil -3 SD s.d -2 SD dimana termasuk dalam kategori gizi kurang (Kemenkes, 2010). Berdasarkan hasil pengkajian tersebut ditegakkan diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh. 61
Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
62
Intervensi utama yang dilakukan terkait gizi kurang pada anak usia sekolah adalah dengan penyusunan menu makanan dengan gizi seimbang berdasarkan triguna makanan serta jadwal makan harian anak bersama keluarga pada anak anak usia sekolah. Pemilihan intervensi tersebut dilakukan agar keluarga dapat memahami akan pentingnya pemenuhan zat gizi yang seimbang pada anak usia sekolah. Keluarga diharapkan dapat menyadari akan manfaat dari asupan makanan dengan gizi yang seimbang dan makan bersama keluarga secara terjadwal sebagai salah satu upaya untuk memperbaiki status gizi anak usia sekolah.
Asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan kepada Bapak S dilakukan selama 7 minggu. Evaluasi dilakukan melalui penimbangan berat badan An S, dan didapatkan hasil penimbangan berat badan An S meningkat 1 kilogram, yaitu dari 17,5 kg menjadi 18,5 kg. Tingkat kemandirian keluarga Bapak S saat ini berada pada tingkat kemandirian III. Keluarga Bapak S melaporkan bahwa telah melakukan upaya pemenuhan makanan dengan gizi seimbang kepada anak.
Edukasi penyusunan menu makanan dengan gizi seimbang berdasarkan triguna makanan serta jadwal makan harian anak bersama keluarga pada anak anak usia sekolah dapat digunakan untuk mengatasi masalah ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh dengan kondisi perekonomian keluarga yang kurang di masyarakat perkotaan. Edukasi penyusunan makanan dengan gizi seimbang berdasarkan triguna makanan membantu keluarga dalam pemilihan variasi makanan harian dirumah sehingga tidak perlu mengeluarkan banyak biaya untuk penyediaan makanan sehari-hari di rumah. Jadwal makan harian anak bersama keluarga menolong peningkatan asupan nutrisi anak setiap harinya dengan melihat langsung teladan orangtua yang makan bersama dengan porsi yang tepat.
5.2 Saran 5.2.1 Puskesmas/Perawat Komunitas Puskesmas perlu melakukan pelatihan kader terkait pedoman umum gizi seimbang pada kader di Kelurahan Sukatani. Perawat perlu mengembangkan promosi kesehatan terkait pedoman umum gizi seimbang anak usia sekolah dan jadwal Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
63
makan harian anak bersama keluarga pada keluarga dengan masalah gizi kurang pada anak usia sekolah. Perawat kesehatan masyarakat dari puskesmas perlu mengoptimalkan pembinaan keluarga dengan anak usia sekolah yang berisiko tinggi memiliki masalah gizi melalui asuhan keperawatan keluarga secara rutin dan berkelanjutan, serta melibatkan institusi pendidikan keperawatan dalam penemuan kasus masalah gizi kurang pada anak usia sekolah.
5.2.2 Keluarga Keluarga bertanggungjawab dalam mengaplikasikan variasi pemberian makanan dengan memperhatikan kandungan zat gizi makanan dan terdiri dari menu gizi yang seimbang. Orang tua harus membiasakan dan mengajari anak usia sekolah mengkonsumsi makanan sesuai prinsip PGS serta menjadi teladan yang baik dalam memenuhi asupan nutrisi setiap harinya. Keluarga juga perlu meningkatkan pengetahuan tentang upaya meningkatkan status gizi anak usia sekolah melalui aktif bertanya atau berkonsultasi pada petugas kesehatan, memanfaatkan sarana media cetak dan elektronik sebagai media informasi. Keluarga sebaiknya mengontrol penimbangan berat badan anak usia sekolah dan menanyakan kepada petugas kesehatan mengenai hal-hal yang belum diketahui terkait tumbuh kembang dan pemenuhan gizi anak usia sekolah.
5.2.3 Masyarakat/Kader Peran masyarakat, terutama kader harus ditingkatkan dalam pemberian penyuluhan kesehatan, khususnya terkait gizi pada anak usia sekolah dalam kegiatan posyandu. Kader harus menerapkan posyandu dengan lima langkah yang sesuai sehingga dapat memberikan informasi kesehatan, terutama mengenai pedoman umum gizi seimbang kepada ibu-ibu dengan anak anak usia sekolah. Kader diharapkan dapat melaporkan penemuan terkait masalah gizi yang ada di masyarakat, baik kepada bidan desa maupun tenaga kesehatan yang bertanggung jawab dari Puskesmas Sukatani. Adanya pencatatan tentang masalah anak usia sekolah dengan gizi kurang tersebut dapat dijadikan acuan untuk melakukan tindak lanjut agar masalah gizi dapat segera diatasi.
Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
DAFTAR PUSTAKA Akhmadi. (2009). Pengalaman keluarga merawat anak usia sekolah dengan obesitas yang bersekolah di sekolah dasar kota yogyakarta: Studi fenomenologi. Thesis. Diunduh dari lib.ui.ac.id tanggal 30 Juni 2014 pukul 08.30 wib Allender & Spradley. (2005). Community health nursing: concept and practice. (5th ed). Philadelphia : Lippincott. Allender, J. A., Rector, C., Warner, K. D. (2010). Community health nursing: promoting & protecting the public’s health. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins. Almatsier, S. (2009). Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Anderson, E.T., dan McFarlane, J. (2006). Buku Ajar Keperawatan Komunitas: Teori dan Praktik. Edisi ke 3. Alih bahasa: Agus Sutarna, dkk. EGC: Jakarta Anonim. (2009). Masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan. 1 Juli 2013. Universitas Diponegoro. http://elearning.undip.ac.id Arisman. (2004). Gizi dalam daur kehidupan : Buku ajar ilmu gizi. Jakarta: EGC. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2007). Riset kesehatan dasar 2007. Balitbangkes. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2010). Riset kesehatan dasar 2010. Balitbangkes. Brown, Judith. (2005). Nutrition through the life cycle. USA: Wadsworth. BAPPEDA. (2013). Kelurahan Sukatani. Diakses dari www.bappeda.depok.go.id tanggal 30 Juni 2014 Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (2007). Rencana aksi nasional pangan dan gizi 2006-2010. Bappenas. Badan Pusat Statistik (BPS). (2008). Analisis dan perhitungan tingkat kemiskinan 2008. Jakarta. 1 Juli 2013. http://daps.bps.go.id. Basuki, U. (2003). Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi baduta (623 bulan) pada keluarga miskin dan keluarga tidak miskin di Kota Bandar Lampung Tahun 2003. Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok. Birch, L. L. (2002). Acquisition of food preferences and eating patterns in children. Dalam Anderson H, Bundell J, Chiva M (Eds.), Food Selection:
Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
From genes to culture. Danone Institute. http://publications.danoneinstitute.org/boutique/images_produits/fFOODSEL EC1.pdf . Diakses 1 Juli 2014 Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. (2011). Laporan nasional riset kesehatan dasar tahun 2010. Badan Perencanaan dan Penelitian Kesehatan. http://www.litbang.depkes.go.id. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. (2010). Keputusan menteri kesehatan nomor 908/Menkes/SK VIII/2010 tentang pedoman penyelenggaraan pelayanan keluarga. Jakarta. http://www.yanmedik.depkes.go.id. Departemen Kesehatan RI & Pakar Institut Danone (2011). Sehat dan bugar berkat gizi seimbang. Jakarta: PT Gramedia. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. (2008). Pedoman perawat kesehatan masyarakat di puskesmas. Jakarta: Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan Departemen Kesehatan. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. (2008). Profil kesehatan Indonesia 2008. Jakarta. http://www.depkes.go.id. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. (2004). Angka kecukupan gizi yang dianjurkan bangsa Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. (2003), Panduan umum gizi seimbang (panduan untuk petugas). Jakarta: Departemen Kesehatan. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. (2000). Situasi pangan dan gizi Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan. Dinkes Kota Depok. (2010). Profil kesehatan kota Depok 2010. Depok: Tidak dipublikasikan. Effendi, F., dkk. (2009). Keperawatan kesehatan komunitas teori dan praktik dalam keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika Fitriyani, Poppy. (2009). Studi fenomenologi pengalaman keluarga memenuhi kebutuhan nutrisi balita gizi kurang di Kelurahan Pancoran Mas Depok,. Tesis. Program Studi Pasca Sarjana. Kekhususan Keperawatan Komunitas, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok. Friedman, MM., Bowden, V.R. & Jones, E.G. (2003). Family nursing : research, theory and practice. (4th ed). California: Appleton and Lange.
Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
Grodner, M., Long, S., Walkingshaw, B. C. (2007). Foundations and clinical applications of nutrition: A nursing approach. 4th Ed. St.Louis: Mosby Elsevier Hannon, P. A., Bowen, D. J., Moinpour, C. M., Mclerran, D. F. (2003). Correlation ini perceived food use between the family food prepare and their spouses and their children. Appetite, 40, 77-83 Hidayati, Nur. (2011). Hubungan tugas kesehatan keluarga, karakteristik keluarga dan anak dengan status gizi balita di wilayah Puskesmas Kelurahan Pancoran Mas, kota Depok. Tesis. Program Studi Pasca Sarjana. Kekhususan Keperawatan Komunitas, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok. Hitchock, J., Schubert, P., & Thomas, S. (1999). Community health nursing: caring in action. Delmar Publishers. International Thomson Publishing Company. Huriah, T. (2006). Hubungan perilaku ibu dalam memenuhi kebutuhan gizi dengan status gizi balita di Puskesmas Beji, Kota Depok. Tesis. Program Studi Pasca Sarjana. Kekhususan Keperawatan Komunitas, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok. Indriyani. (2011). Hubungan antara pola asuh gizi dan faktor lain dengan status gizi balita (12-59) di Kelurahan Sindangrasa Bogor. Skripsi. Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok. Indrizal, E. et.al. 2006. Penyusunan rekomendasi teknis pembangunan sosial ekonomi masyarakat desa sekitar hutan tesso nilo. Pekanbaru: WWF AREAS Riau Conservation Program. Isbach, I. D. D., Amiruddin, R., dan Ansar, J. (2012). Gambaran status gizi anak jalanan di kota makasar. Diunduh dari gogglescholar.com pada tanggal 30 Juni 2014 pukul 09.15 wib Jumadil. (2010). Beberapa faktor yang berhubungan dengan status gizi balita (BB/U) pada balita di wilayah kerja Puskesmas Bogor Selatan tahun 2010. Skripsi. Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok. Kementrian Kesehatan RI. (2011). Panduan penyelenggaraan pemberian makanan tambahan pemulihan bagi balita gizi kurang. Jakarta. Kementrian Kesehatan RI. (2011). Standar antopometri penilaian status gizi anak. Direktorat Jendral Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. Khomsan, Ali dkk. (2000). Manajemen penelitian bidang pangan dan gizi masyarakat. Jakarta: Project CHN III Direktorat Pendidikan dan Gizi IPB.
Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
Kozier, Erb et al. (2004). Fundamental of nursing: concepts, process and practice. (7th ed). New Jersey: Pearson. Maulana, L. O. A. M. (2012). Gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan terhadap status gizi siswa sd inpres 2 pananmpu. Makasar: Universitas Hasanudin. Diunduh dari googlescholar.com tanggal 30 Juni 2014 Maglaya, Araceli S., et al. (2009). Nursing practice in the community. (5th ed). Philippine : Argonauta Corporation. Marut, U. D. (2007). Aspek sosial ekonomi dan kaitannya dengan masalah gizi kurang di kabupaten manggarai, nusa tenggara timur. Diunduh dari googglescholar.com tanggal 30 Juni 2014 McEwen, Melanie. (1998). Community based nursing an introduction. Philadelphia: W. B. Saunders Company Moore, M. C. (2009). Nutritional assesment and care. 6th Ed. St.Louis: Mosby Mulyaningsih, Endah Sriyani. (2007). Hubungan antara asupan energi, protein, dan faktor lain dengan status gizi balita (12-59) bulan di Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung tahun 2007. Tesis. Program Studi Pasca Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok. Murdiyatmoko, J. (2000) Sosiologi: Memahami dan mengkaji masyarakat. Jilid ke-6. Bandung: Bina Cipta NANDA. (2012). Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC Neldawati. (2006). Hubungan pola pemberian makan pada anak dan karakteristik lain dengan status gizi balita 60-59 bulan di laboratorium gizi masyarakat puslitbang gizi dan makanan (P3GM). Skripsi. Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok. Neumark-Sztainer, D., Hannan, P. J., Story, M., Croll, J., & Perry, C. (2000). Family meal patterns: Associations with sociodemographic characteristics and improved dietary intake among adolescents. J Am Diet Assoc 103, 317322. Pedoman Teknis Penulisan Tugas Akhir Mahasiswa Universitas Indonesia (2008). Tidak dipublikasikan. Potts, N., & Mandleco, B. (2007). Pediatric nursing: caring for children and their families. 2th edition. Canada: Thomson Delmar Learning. Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan praktik volume 1. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan praktik volume 2. Edisi 4. Jakarta: EGC. Rosa, R. (2011). Pengetahuan gizi dan keamanan pangan jajanan serta kebiasaan jajan siswa sekolah dasar di depok dan sukabumi (Skripsi). Bogor: Institut Pertanian Bogor Sinaga, T., Koesharto, C. M., Sulaeman, A., Setiawan, B. (2012). Kualitas sarapan menu sepinggan, daya terima, tingkat kesukaan, dan status gizi siswa sekolah dasar. Diunduh dari googlescholar.com pada tanggal 30 Juni 2014 pukul 09.05 wib Smith, C. & Maurer, F. (2009). Community health nursing: theory and practice. Philadelphia: WB. Saunders. Stanhope & Lancaster. (2000). Community health nursing. (5th ed). St Louis United States: Mosby Inc. Soekirman, et al. (2006). Hidup sehat gizi seimbang dalam siklus kehidupan manusia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka. Sulistyoningsih, H. (2011). Gizi untuk kesehatan ibu dan anak. Ed.ke.1. Yogyakarta: Graha Ilmu Susenas. (2004). Status kesehatan, pelayanan kesehatan, perilaku hidup sehat, dan kesehatan lingkungan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Supartini, Y. (2004). Buku ajar konsep dasar keperwatan anak. Jakarta : EGC. UNICEF. (1990). The state the world children 1990. Oxford University Press. United Nations Declaration (UND). 2000. Millenium Development Goals: a Compact among Nations to End Human Poverty in 2015. 1 Juli 2013. http://mdgs.un.org. Waysima, Sumarwan, U., Khomsan, A., dan Zakaria, F. R. (2010). Sikap afektif ibu terhadap ikan laut nyata meningkatkan apresiasi anak mengonsumsi ikan laut. Diunduh dari googlescholar.com pada tanggal 30 Juni 2014 pukul 08.22 wib Widyatuti. (2001). Meningkatkan status gizi balita melalui asuhan keperawayan keluarga di wilayah Kelurahan Rawa Bunga Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Laporan penelitian. Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok.
Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
Wong, D.L, et al. (2002). Buku ajar keperawatan pedriatik, Vol.2 Edisi 6. Jakarta: EGC. www.tapos.depok.go.id. (2013). Profil kelurahan sukatani. Diakses tanggal 30 Juni 2014 pukul 13.04 Videon, T. M., & Manning, C. K. (2003). Influences on adolescent eating patterns: The importance of family meals. J Adolesc Health, 32, 365 –373. Zeitlin, Marian. (1990). Peran pola asuh anak, pemanfaatan hasil studi penyimpangan positif untuk program gizi. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. Jakrta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Universitas Indonesia.
Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 1 PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
PENGKAJIAN KELUARGA A. Data Umum 1. Nama Kepala Keluarga
: Bapak S
2. Pekerjaan
: Buruh
3. Alamat
: Jalan Kemang RT 01 RW 03 Kelurahan Sukatani Kecamatan Tapos Depok
4. Komposisi keluarga: No
Nama
JK
Hub.dgan KK
Umur
Pendidikan
1.
Bapak S
L
Kepala keluarga
63 tahun
SMP
2.
Ibu E
P
Istri
44 tahun
SD
3.
An. T
L
Anak kandung
23 tahun
SMK
4.
An. L
P
Anak kandung
18 tahun
SMK
5.
An. A
P
Anak kandung
16 tahun
SMP
6.
An.Z
L
Anak kandung
9 tahun
TK
7.
An.S
L
Anak kandung
8 tahun
TK
Genogram:
2
1
3
Keterangan genogram :
4
5
6
7
Keterangan :
1 Bapak S (63 tahun)
laki-laki
2 Ibu E (44 tahun)
perempuan
3 An. T (23 tahun) 4 An. L (18 tahun)
entry point
5. An.A (16 tahun) 6. An.Z (9 tahun)
--------
tinggal satu rumah
7. An.S (7 tahun)
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 1 PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
Keterangan : Bapak S merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Bapak S memiliki riwayat asam urat. Ibu e merupakan anak kelima dari lima bersaudara. Ibu E memiliki riwayat hipertensi dan gastritis. An T merupakan anak pertama dari keluarga Bapak S. An. T sudah tidak tinggal lagi dengan keluarga Bapak S karena sudah menikah 7 bulan yang lalu. An. L memiliki riwayat sakit thypoid. An.A memiliki riwayat benjolan di tubuh. An. Z tidak memiliki riwayat sakit tertentu. An S merupakan anak terakhir dari keluarga Bapak S, dan menjadi entry point dalam asuhan keperawatan keluarga. An S memiliki riwayat gastritis. Sejak bayi BB An. S susah untuk naik. Saat ini An S mengalami masalah gizi kurang.
5. Tipe keluarga Keluarga Bapak S merupakan tipe keluarga nuclear family dimana di dalam satu rumah hanya terdapat satu keluarga inti, yaitu Bapak S, Ibu E, An L, An A, An.Z, dan An.S
6. Latar belakang budaya Keluarga Bapak S mempunyai latar belakang budaya Betawi-Sunda, Bapak S berasal dari Cililitan sedangkan Ibu S berasal dari Sukabumi. Bapak S sejak kecil tinggal di Jakarta dan mendapat pekerjaan sebagai buruh di Jakarta. Berbeda dengan Ibu E yang sejak kecil telah lahir dan menetap di daerah Sukabumi. Ibu E mengatakan tidak ada mitos atau pantangan tertentu yang harus dipegang dan dapat mempengaruhi pemeliharaan kesehatan dalam keluarga.
7. Agama Keluarga Bapak S menganut agama Islam, dan mengatakan selama ini menjalankan sholat, puasa, dan ibadah lainnya. Baik Bapak S maupun Ibu E tidak aktif mengikuti kegiatan pengajian di RT dikarenakan pekerjaan Bapak S yang tidak tetap jadwalnya dan Ibu E yang harus menjaga serta mengurus rumah dan anak-anaknya.
8. Status sosial ekonomi Bapak S memiliki pekerjaan yang tidak menetap sebagai buruh. Ibu E mengatakan Bapak S sebelumnya bekerja di proyek bersama temannya di daerah Sukabumi, namun telah selesai dan mendapat pekerjaan di Depok. Penghasilan Bapak S tidak terkaji dengan lengkap, namun Ibu E mengatakan penghasilan yang dimiliki cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari, yaitu sekitar kurang lebih Rp. 1.000.000,- per bulan. Ibu E mengaku, An.T terkadang membantu pendapatan keluarga, namun saat ini sudah menikah sehingga tidak bisa mengirim rutin.
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 1 PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
9. Aktivitas rekreasi keluarga Keluarga Bapak S jarang pergi berekreasi bersama karena pekerjaan Bapak S sebelumnya yang cukup menyita waktu. Aktivitas rekreasi keluarga yang biasa dilakukan adalah berkunjung ke rumah saudara yang ada di Jakarta atau hanya berjalan-jalan di sekitar rumah.
B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga 10. Tahap perkembangan keluarga saat ini Tahap perkembangan keluarga Bapak S saat ini adalah keluarga dengan anggota keluarga dewasa awal, dimana anak pertama Bapak yaitu An T saat ini berumur 23 tahun.
11. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Tugas perkembangan keluarga dengan anggota keluarga dewasa meliputi memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar, mempertahankan keintiman pasangan, membantu orangtua memasuki masa tua, membantu anak mandiri di masyarakat, dan penaatan kembali peran serta kegiatan di rumah tangga. Adapun tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi adalah membantu orangtua memasuki masa tua. Hal ini terlihat dari keluarga Bapak S yang masih mencari nafkah meski usianya menginjak 63 tahun. Meskipun sudah ada dua anggota keluarga yang bekerja, namun penghasilan yang didapat belum dapat menopang kebutuhan utama keluarga.
12. Riwayat kesehatan keluarga inti Bapak S merupakan warga lama di Jakarta dan merantau untuk mencari pekerjaan ke Sukabumi dan Depok. Ibu E telah lama tinggal dan menetap di Sukabumi bersama orang tuanya. Pertemuan pertama antara Bapak S dan Ibu E adalah di Sukabumi. Mereka kemudian berkenalan dan sering bertemu. Keduanya memutuskan untuk berpasaran dan kemudian menikah pada tahun 1990. Pada tahun 1991 lahir anak T, tahun 1996 lahir anak L, tahun 1998 lahir anak A, tahun 2005 lahir anak Z, dan tahun 2006 lahir anak S.
Bapak S mengatakan tidak memiliki keluhan masalah kesehatan saat ini. Bapak S mengaku merokok dan mengkonsumsi kopi. Bapak S menyadari pentingnya menjaga kesehatan karena dirinya sebagai kepala keluarga memiliki kewajiban untuk mencari nafkah. Ibu E mengaku tidak pernah menggunakan KB. Ibu E terkadang mengalami tekanan darah tinggi dan gastritis seperti saat ini apabila merasa letih saat mengurus kegiatan rumah tangga dan merawat keluarga. Melalui Ibu E, diketahui An. S diketahui memiliki BB yang susah naik. Ibu E mengatakan An S
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 1 PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
memiliki kesulitan makan nasi dan lauk pauk, lebih menyukai memakan mie dan cemilan. An S lebih sering tidak menghabiskan makanan pokok yang diberikan.
13. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya Baik orang tua dari Ibu E maupun Bapak S tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi, maupun diabetes mellitus. Ibu E mengatakan ayahnya memiliki riwayat stroke, sedangkan ibunya tidak memiliki keluhan kesehatan, dan masih sehat hingga saat ini. Bapak S dan Ibu E telah menikah selama 24 tahun. Bapak S mengatakan dirinya memiliki keluhan asam urat. Terkadang Bapak S merasa pegal di daerah sendi kakinya. Ibu E mengatakan dirinya mengalami tekanan darah tinggi dan gastritis. Ibu mengobatinya dengan beristirahat saja. Terkait An S, Ibu E mengatakan An S susah untuk naik dan bila naik hanya sedikit saja.
C. Lingkungan 14. Karakteristik rumah Tipe rumah Bapak S adalah bangunan permanen dengan status rumah tetap. Rumah Bapak S memiliki 3 bagian, yaitu bagian untuk kamar tidur, ruang tamu yang juga berfungsi sebagai ruang keluarga untuk menonton televisi, dan dapur serta kamar mandi. Kamar mandi keluarga menggunakan model toilet jongkok. Bapak S mengatakan jarak septic tank dengan sumber air sekitar 15 meter. Lantai rumah terbuat dari ubin. Ventilasi udara dan sinar matahari masuk melalui pintu depan, jendela depan, serta jendela belakang rumah. Sumber air yang digunakan sehari-hari adalah dari air tanah menggunakan sumur. Saluran pembuangan air adalah selokan yang mengalir di belakang rumah. Tempat pembuangan sampah adalah tong sampah yang sampahnya diambil oleh petugas kebersihan setiap dua hari sekali. Keadaann rumah cukup tertata tidak rapih, terlihat dengan sampah di tepi ruangan. Sirkulasi udara juga kurang baik karena jendela tidak dapat dibuka. Denah rumah:
Keterangan: : jendela
Dapur
Kamar mandi
Kamar tidur
Ruang tamu
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 1 PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
15. Karakteristik tetangga dan komunitas RW: Keluarga Bapak S merupakan warga lama di lingkungan tempat mereka tinggal sekarang. Sebagian besar tetangga merupakan perantau yang berasal dari suku Betawi sehingga keluarga Bapak S mudah untuk menyesuaikan diri dengan tetangga. Para ibu dari tetangga Ibu E tampak sering berkumpul saat waktu luang pagi maupun sore hari. Namun Ibu E mengaku jarang berkumpul karena mengurus An. S dan kurang suka bila saat berkumpul hanya membicarakan orang lain. Lingkungan tetangga sekitar keluarga Bapak S tampak harmonis. Lingkungan RT tempat tinggal keluarga Bapak S merupakan lingkungan yang cukup padat, sebagian kecil termasuk keluarga Bapak S memiliki tempat tinggal yang berada di pinggir jalan raya, dan memiliki kegiatan RW yang cukup banyak mulai dari kegiatan posyandu, posbindu, pengajian, arisan dan lain-lain.
16. Mobilitas geografis keluarga Keluarga Bapak S sebelumnya tinggal di Sukabumi dan pindah sekitar dua puluh tahun lamanya di Depok. Ibu E sejak kecil tinggal di rumah orang tua yang berada di Sukabumi. Sedangkan Bapak S sebelum menikah tinggal di rumah orang tua yang berada di Cililitan kemudian ketika lulus SMP merantau ke Sukabumi. Sejak menikah dengan Ibu E, Bapak S yang sebelumnya bekerja di Sukabumi tinggal di dekat tempat Bapak S bekerja. Namun setelah selesai kontrak dengan pekerjaannya, keluarga Bapak S selanjutnya memutuskan untuk pindah ke Depok sesuai dengan kerja buruh yang diterimanya di Depok. Bapak S beraktivitas di luar rumah dengan jadwal yang tidak tetap tetapi biasanya di sore hari. Ibu E saat ini tidak bekerja. Kegiatan seharihari Ibu E adalah mengurus anak-anak di rumah.
17. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Keluarga Bapak S tidak pernah merencanakan untuk berkumpul. Karena anak-anak yang usianya beragam sehingga mereka memiliki waktu yang tidak menentu untuk berkumpul di rumah. Menurut Ibu E saat berkumpul bersama keluarga biasanya dihabiskan sambil menonton televisi dan bermain bersama anak-anak di ruang tamu. Ibu E mengaku tidak mengikuti pengajian, namun mengikuti arisan di lingkungan RT maupun RW. Begitu pula dengan anak-anak Bapak S lebih banyak menghabiskan waktu di tempat kerja dan jarang bermain dengan tetangga sekitar rumah. Ibu E mengatakan tidak senang bila berkumpul dengan tetangga kemudian diajak membicarakan orang lain, dan lebih memilih untuk di rumah saja. Namun demikian, Ibu E tetap menjalin silaturahmi dan menjaga hubungan baik dengan tetangga di sekitar rumahnya dengan saling menyapa satu sama lain.
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 1 PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
18. Sistem pendukung sosial keluarga Bapak S yang bekerja sebagai buruh untuk membantu finansial keluarga. Selain itu, anak T terkadang mengirim bantuan finansial bila ada rezeki lebih.
D. Struktur Keluarga 19. Pola komunikasi keluarga Pola komunikasi yang dimiliki keluarga Bapak S adalah komunikasi terbuka. Bila ada masalah maka akan diselesaikan bersama. Ibu E mengatakan selalu mendiskusikan masalah yang ada, dan menanyakan pendapat Bapak S terkait keputusan yang akan diambil ketika menghadapi permasalahan. Baik Bapak S maupun Ibu E sama-sama dekat dengan anak-anaknya, dan sering berkomunikasi ketika waktu senggang.
20. Struktur kekuatan keluarga Pengambil keputusan dalam keluarga merupakan Bapak S selaku kepala keluarga. Namun terkadang bila ada hal yang kurang dapat diselesaikan oleh Bapak S maka Ibu E yang mengambil keputusan terutama bila terkait urusan anak. Hal tersebut terjadi bila Bapak S sedang tidak ada di rumah dan terkait keseharian anak-anak yang lebih banyak dengan Ibu E.
21. Struktur peran Bapak S adalah ayah, kepala keluarga dan pelindung keluarga. Peran ayah sebagai kepala keluarga dan pelindung keluarga telah dilakukan. Ibu E sebagai istri dan ibu telah seoptimal mungkin menjalankan perannya yaitu mengurus rumah tangga dan mengasuh anak-anaknya. An.L, An.A, An.Z, dan An.S sebagai anak mengerjakan tugasnya dengan baik terkait studi yang sedang diemban dan tugas rumah yang harus dikerjakan untuk membantu ibunya.
22. Nilai, norma dan budaya Keluarga Bapak S tidak menganut nilai dan budaya tertentu. Namun karena baik Bapak S dan Ibu E berasal dari suku Betawi-Sunda, secara tidak langsung budaya Betawi dan Sunda masih terlihat dari keseharian keluarga. Bapak S mengatakan dirinya mengajarkan pada istri dan anak bahwa dalam hidup harus saling melengkapi dan membantu terutama dalam keluarga. Keyakinan agama yang dianut keluarga Bapak S adalah Islam. Nilai keluarga terkait pola pengasuhan anak terutama oleh Bapak S mengaku mengikuti pola pengasuhan orang tuanya dahulu. Sementara Ibu E menganggap pola berkomunikasi dan pola asuh untuk anak zaman sekarang tidak bisa
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 1 PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
disamakan dengan zaman dulu, harus disesuaikan dengan perkembangannya. Tidak ada nilai dan norma keluarga yang bertentangan dengan kesehatan secara umum.
E. Fungsi Keluarga 23. Fungsi afektif Ibu E mengatakan bahwa keluarganya saling menyayangi satu sama lain. Bapak S dan Ibu E saling bahu membahu dalam mengerjakan pekerjaan rumah dan membagi tugas satu sama lain. Ibu E terlihat memberikan perhatian kepada Bapak S, dan begitu pula sebaliknya. Menurut Ibu E, yang paling dekat dengan anak-anak adalah dirinya, karena Ibu E lebih banyak menghabiskan waktu dengan anak-anak. Namun bila Ibu E sedang ada urusan dan pergi, Bapak S yang menjaga anak-anak dan Bapak S terlihat cukup sabar mengurus anak-anak. Bukti bahwa anggota keluarga saling menyayangi adalah saling memperhatikan dan kepedulian terhadap keadaan masingmasing.
24. Fungsi sosialisasi Keluarga berinteraksi dengan baik dengan anggota keluarga yang lain. Sosialisasi anggota keluarga dengan masyarakat juga cukup baik walaupun belum mengikuti kegiatan pengajian yang ada di RW tetapi Ibu E mengenal dan saling menyapa bila bertemu. An.L dan An.A jarang bersosialisasi dengan lingkungan sekitar karena sibuk dengan pekerjaan shift dan lokasi sekolah yang jauh sehingga sampai di rumah langsung ingin beristirahat. An Z dan An.S memiliki banyak teman sebaya di lingkungan tempat tinggalnya sehingga lebih banyak menghabiskan waktu bermain di luar rumah.
25. Fungsi perawatan kesehatan Terkait masalah kesehatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan pada An S, Ibu E mengatakan berat badan An S sangat susah untuk naik sejak dulu karena nafsu makan An S yang kurang. Ibu E menyebutkan bahwa penyebab An S kurus adalah kesulitan makan, An S lebih menyukai memakan makanan selingan dibandingkan dengan makanan pokok. Bapak S mengatakan sewaktu bayi An S pernah memiliki berat badan 3 kg namun semakin bertambah usia, berat badan semakin susah untuk naik. Bapak S mengatakan Ibu E kurang telaten dalam memberikan An S makan.
Terkait masalah kesehatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan pada An S, Ibu E mengatakan telah berusaha menyediakan makanan yang sesuai. Ibu E mengatakan selalu menyediakan makanan selingan seperti biskuit dan wafer untuk An S. Ibu E mengaku An S
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 1 PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
memang memiliki mood yang berubah-ubah pada waktu makan, terkadang habis namun lebih sering tidak habis saat memakan makanan pokok. Ibu E merasa bingung bagaimana agar berat badan An S bisa naik.
F. Stress dan Koping Keluarga 26. Stressor Jangka Panjang Ibu E mengatakan sejak Bapak S bekerja di Depok menjadi stresor jangka panjang bagi keluarga. Bapak S mengatakan penghasilannya tidak menentu dan pas-pasan bagi kebutuhan keluarga setiap harinya. Ibu E mengatakan mungkin kondisi pekerjaan yang pas-pasan memicu keadaan emosional Bapak S menjadi labil karena kondisi keuangan yang tidak menentu.
27. Stressor Jangka Pendek Ibu E mengatakan masalah yang sangat mengganggu pikirannya saat ini adalah kondisi kesehatan kedua anaknya. An S memiliki berat badan yang susah naik sehingga membuat Ibu E merasa bingung. Baik Bapak S maupun Ibu E ingin memeriksakan kesehatan An S namun masih terhambat oleh faktor biaya.
28. Koping yang Digunakan Untuk stresor jangka panjang, koping yang dilakukan keluarga adalah mencoba membicarakan masalah yang dihadapi dan saling mengerti. Ibu E mengatakan dirinya mencoba lebih bersabar dan mengerti keadaan suaminya yang mungkin juga tidak diinginkan oleh Bapak S. Ibu E mengatakan sesekali mencoba berbicara mendiskusikan masalah tersebut dengan Bapak S.
Untuk stresor jangka pendek, koping yang digunakan keluarga adalah mencoba mengumpulkan uang, dan berusaha untuk merawat An S dengan lebih baik lagi. Ibu E juga mau menerima masukan serta berbagi ilmu terkait masalah yang dihadapinya saat ini. Begitu juga dengan Bapak S yang mau membantu dan menasehati Ibu E agar lebih telaten lagi dalam memberikan makanan kepada anak-anak.
G. Harapan keluarga terhadap perawat Keluarga mengharapkan dengan adanya mahasiswa masalah kesehatan dalam keluarga dapat terbantu. Keluarga juga berharap dapat terus dipantau kondisi kesehatan keluarga sehingga keluarga dapat selalu dalam keadaan sehat.
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 1 PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
H. Pemeriksaan Fisik Jenis
Bapak S
Ibu E
An Z
An S
pemeriksaan Suhu
36,5 oC
36 oC
36,4 o C
36 o C
Nadi
76 x/menit
72 x/menit
80 x/menit
84 x/menit
RR
20 x/menit
20 x/menit
22 x/menit
24 x/menit
TD
120/80 mmHg
110/80 mmHg
100/70 mmHg
90/60 mmHg
BB
60 kg
50 kg
20 kg
17,5 kg
TB
168 cm
154 cm
120 cm
115 cm
Kepala
tidak ada lesi,
tidak ada lesi,
tidak ada lesi,
tidak ada lesi,
penyebaran rambut
penyebaran rambut
penyebaran rambut
rambut tipis agak
merata, rambut
merata, rambut lurus
merata, rambut
kemerahan
lurus hitam
hitam, agak rontok
lurus hitam
konjungtiva tidak
konjungtiva tidak
konjungtiva tidak
konjungtiva anemis,
anemis, pupil bulat
anemis, pupil bulat
anemis, pupil bulat
pupil bulat isokor
isokor
isokor
isokor
tidak ada keluhan,
tidak ada keluhan,
tidak ada keluhan,
tidak ada keluhan,
bersih
bersih
bersih
bersih
tidak ada keluhan,
tidak ada keluhan,
tidak ada keluhan,
tidak ada keluhan,
tidak ada sekret
tidak ada sekret
tidak ada sekret
ada sedikit sekret
gigi masih utuh dan
gigi masih utuh dan
gigi utuh, terdapat
gigi utuh terdapat 3
lengkap
lengkap
2 karies gigi
karies gigi, 1 gigi
Mata
Telinga
Hidung
Mulut dan gigi
otek Leher
Dada/thorax
Abdomen
Ekstremitas
tidak ada
tidak ada pembesaran tidak ada
tidak ada pembesaran
pembesaran
kelenjar getah bening
kelenjar getah bening
pembesaran
kelenjar getah
kelenjar getah
bening
bening
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
pembesaran, ronkhi
pembesaran, ronkhi
pembesaran, ronkhi
pembesaran, ronkhi
(-), wheezhing (-)
(-) dan wheezhing (-)
(-) dan wheezhing
(+) dan wheezhing (-
S1 & S2 normal
S1 & S2 normal
(-) S1 & S2 normal
) S1 & S2 normal
tidak ada keluhan
tidak ada keluhan
tidak ada keluhan,
tidak ada keluhan,
BU (+)
BU (+)
tidak ada keluhan,
tidak ada keluhan,
tidak ada keluhan,
tidak ada keluhan,
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 1 PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
Kulit
deformitas (-)
deformitas (-)
deformitas (-)
deformitas (-)
tidak ada keluhan,
tidak ada keluhan,
tidak ada keluhan,
kulit agak kering,
turgor kulit normal
turgor kulit normal
turgor kulit normal
terdapat benjolan kecil di paha kiri dekat dengan lipatan paha
ANALISA DATA No. 1.
2.
Data DS: Ibu E mengatakan BB An S sejak lahir susah untuk naik Ibu E mengatakan An S lebih menyukai memakan makanan mie dan cemilan dibandingkan dengan makan nasi Ibu E mengatakan belum melakukan apa-apa untuk mengatasi BB An S yang susah naik Ibu E mengatakan An S memiliki mood yang berubahubah saat makan, bila sedang mood akan menghabiskan nasi dan lauk pauk sebanyak 10 sendok makan, namun lebih sering hanya makan sebanyak 5-6 sendok makan Ibu E mengatakan An S rutin memakan cemilan dan selalu meminta cemilan setiap hari An.S mengatakan tidak menyukai buah-buahan dan sayur-sayuran Menurut Bapak S, Ibu E kurang telaten dalam memberikan makan pada anak Bapak S mengatakan An S pernah gemuk saat masih bayi, namun semakin bertambah usia berat badan susah naik DO: BB An S 17,5 kg Usia :8 tahun TB : 115 cm BB/TB -2 SD s.d -3 SD (kategori gizi kurang) An S nampak kurus, persebaran rambut merata, namun tipis dan kemerahan Konjungtiva anemis Kulit An S agak kusam dan kering DS: Ibu E mengatakan An S cukup sering mengalami batuk dan pilek Ibu E mengatakan An S pernah di uap ketika sedang pilek waktu dulu
Diagnosa Keperawatan Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An S
Risiko ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada An S
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 1 PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
3.
Ibu E mengaku belum memberikan apa-apa dan An S telah pilek selama 3 hari Ibu E mengaku malah tertular pilek dari An S Ibu E mengatakan karena tidak enak badan, An S menjadi susah makan DO: RR 30x/menit An S terlihat sesekali batuk dan pengeluaran cairan dari hidung (+) Terdapat ronkhi di kedua lapang paru Retraksi dinding dada (-) DS: Ibu E mengatakan An S jarang sikat gigi 2 kali sehari Ibu E mengatakan tidak pernah membawa anak S untuk memeriksakan gigi ke Puskesmas An S senang makan makanan manis, cokelat, dan makanan yang mengandung MSG An S tidak berkumur-kumur setelah makan
Kerusakan gigi pada An S
DO: Hasil pengkajian terdapat 3 gigi yang mengalami karies, gigi berwarna kuning, tercium nafas tidak sedap dari mulut klien dan kebersihan mulut dan gigi kurang Terdapat gigi yang berwarna kehitaman dan satu gigi sedang otek (goyang)
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 2 SKORING MASALAH KELUARGA BAPAK S PK KKMP KOMUNITAS
SKORING MASALAH 1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An S Kriteria Skor Angka Bobot Perhitungan Pembenaran tertinggi Sifat masalah: 3 3 1 3/3 x 1 = 1 Masalah sedang terjadi pada aktual An S ditandai dengan badan An S yang kurus, berat badan An S 17 kg umur 8 tahun, dan susah naik sejak dahulu. Kemungkinan 2 2 2 2/2 x 2 = 2 Ibu E mengatakan nafsu masalah untuk makan An S berubah-ubah diubah: mudah tergantung mood, terkadang makan banyak namun sering tidak habis. An S lebih menyukai makanan mie dan makanan selingan dibandingkan makanan pokok. Potensi 3 3 1 3/3 x 1 = 1 Masalah sedang terjadi dan masalah untuk telah berlangsung cukup lama dicegah: tinggi lebih dari 6 bulan. Namun usia An S yang masih usia sekolah, dapat diubah tergantung dari pola asuh orang tua, terutama Ibu E Menonjolnya 2 2 1 2/2 x 1 = 1 Keluarga mengatakan bahwa masalah : masalah pada An S harus segera segera ditangani. ditangani Total 5 2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada An S Kriteria Skor Angka Bobot Perhitungan tertinggi Sifat masalah: 3 3 1 3/3 x 1 = 1 Aktual
Kemungkinan masalah untuk diubah: sebagian
1
2
2
1/2 x 2 = 1
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
Pembenaran Ibu E mengatakan An S cukup sering mengalami batuk pilek, dan saat ini sedang mengalami batuk pilek, An S menjadi semakin resel dan susah makan Baik Bapak S dan Ibu E belum melakukan apa-apa untuk mengatasi masalah, hanya mengajak An S, Ibu mengaku malah ikut tertular
LAMPIRAN 2 SKORING MASALAH KELUARGA BAPAK S PK KKMP KOMUNITAS
Potensi masalah untuk dicegah: cukup Menonjolnya masalah : segera ditangani Total
3
3
1
3/3 x 1 = 1
2
2
1
2/2 x 1 = 1
Masalah sudah terjadi berulang dan telah terjadi selama 3 hari Keluarga mengatakan bahwa masalah pada An S harus segera ditangani.
4
3. Kerusakan gigi pada An S Kriteria Skor Angka tertinggi Sifat masalah: 3 3 aktual
Bobot
Perhitungan
1
3/3 x 1 = 1
Kemungkinan masalah untuk diubah: sebagian Potensi masalah untuk dicegah: cukup
1
2
2
1/2 x 2 = 1
1
3
1
1/3 x 1 = 1/3
Menonjolnya masalah : segera ditangani Total
2
2
1
2/2 x 1 = 1
Pembenaran Ibu E mengatakan An S jarang gosok gigi 2 kali sehari dan terdapat 3 gigi karies Baik Bapak S dan Ibu Ebelum melakukan apa-apa untuk mengatasi masalah. Masalah sudah terjadi cukup lama dan An S seharusnya sudah dilakukan perawatan gigi khusus Keluarga mengatakan bahwa masalah pada An S harus segera ditangani.
3 1/3
PRIORITAS MASALAH 1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An S 2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada An S 3. Kerusakan gigi pada An S
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
No 1.
Diagnosa Keperawatan Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada keluarga Bpk S, khusunya An S
Tujuan Umum Khusus Setelah dilakukan 1. Setelah 1 x 45 menit pertemuan pertemuan, keluarga sebanyak 6 kali mampu mengenal kunjungan, masalah gizi kurang, keluarga mampu dengan mampu: memenuhi 1.1 Menyebutkan kebutuhan nutrisi definisi gizi An S ditandai dengan peningkatan BB.
Kriteria Evaluasi Kriteria Standar
Respon verbal
Keluarga menyebutkan gizi yaitu zat-zat yang ada di dalam makanan yang diperlukan tubuh untuk kelangsungan kehidupan.
Intervensi
1.1.2 Diskusikan bersama keluarga apa 1.1.3 1.1.4
1.1.5 1.1.6 1.1.7 1.1.8
1.2 Menyebutkan definisi gizi
Respon verbal
Keluarga menyebutkan gizi kurang adalah suatu keadaan dimana tubuh
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
yang diketahui keluarga mengenai pengertian gizi Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga mengenai gizi Berikan informasi kepada keluarga mengenai pengertian gizi dengan menggunakan media leaflet dan lembar balik Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
1.2.1 Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai arti kurang gizi
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
kurang
tidak mendapatkan zatzat tubuh tertentu dari makanan.
1.2.2 Berikan pujian kepada keluarga
1.2.3
1.2.4 1.2.5 1.2.6 1.2.7
1.3 Menyebutkan tanda dan gejala masalah gizi kurang
Respon verbal
Anggota keluarga mampu menyebutkan 3 dari 6 tanda dan gejala gizi kurang, yaitu: 1. BB kurang dari 20% dari BB ideal 2. Badan kurus 3. Rambut merah (pirang), tipis dan mudah dicabut 4. Lemah dan pucat 5. Kulit kering dan
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
tentang pemahaman keluarga mengenai pengertian gizi kurang yang benar Berikan informasi pada keluarga mengenai pengertian gizi kurang dengan menggunakan media lembar balik Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
1.3.1 Diskusikan bersama keluarga apa 1.3.2 1.3.3
1.3.4 1.3.5
yang diketahui keluarga tentang tanda dan gejala gizi kurang Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga Berikan informasi kepada keluarga mengenai tanda dan gejala gizi kurang dengan menggunakan media lembar balik Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan Berikan penjelasan ulang terhadap
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
kusam 6. Kaki, tangan, dan sekitar mata bengkak
materi yang belum dimengerti 1.3.6 Motivasi keluarga untuk mengulang materi 1.3.7 Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
1.4.1 Diskusikan bersama keluarga apa
1.4 Menyebutkan penyebab timbulnya masalah gizi kurang.
Respon verbal
Anggota keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 penyebab gizi kurang, yaitu: 1. Makanan yang masuk ke dalam tubuh kurang dari kebutuhan tubuh 2. Makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak seimbang 3. Pola asuh orang tua 4. Makan tidak teratur 5. Adanya penyakit tertentu
1.4.2
1.4.3
1.4.4 1.4.5 1.4.6 1.4.7
yang diketahui keluarga tentang penyebab gizi kurang Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga mengenai penyebab gizi kurang yang benar Berikan informasi kepada keluarga mengenai penyebab timbulnya gizi kurang dengan menggunakan media lembar balik Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
1.5.1 Tanyakan kepada keluarga, adakah Keluarga mengatakan An S mengalami gizi
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
anggota keluarga yang mempunyai tanda dan gejala tubuh kekurangan gizi
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
kurang
1.5 Mengidentifiasi anggota keluarga yang mengalami gizi kurang.
1.5.2 Berikan reinforcement positif atas apa yang telah dikemukan keluarga yang tepat dan benar
Respon verbal
2. Setelah 1 x 40 menit pertemuan, keluarga mampu mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gizi kurang, dengan mampu: 2.1 Menyebutkan akibat gizi kurang
2.1.1 Diskusikan bersama keluarga apa
Respon verbal
Anggota keluarga mampu menyebutkan 2 dari 4 akibat gizi kurang, yaitu: 1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan 2. Mudah terserang penyakit 3. Menurunkan daya pikir/ kecerdasan 4. Tonus otot buruk
2.1.2 2.1.3
2.1.4 2.1.5 2.1.6 2.1.7
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
yang diketahui keluarga mengenai akibat gizi kurang Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga mengenai akibat gizi kurang Berikan informasi kepada keluarga mengenai gizi kurang dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan Berikan reinforcement positif atas
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
usaha keluarga
2.2.1 Bantu keluarga untuk mengenal dan Keluarga memutuskan untuk merawat An S yang mengalami gizi kurang.
2.2 Pengambilan keputusan untuk Respon mengatasi angg afektif ota keluarga yang mengalami gizi kurang
menyadari adanya masalah gizi kurang sesuai dengan materi yang telah diberikan 2.2.2 Bantu keluarga untuk memutuskan merawat anggota keluarga yang mengalami gizi kurang 2.2.3 Berikan reinforcement atas keputusan yang telah diambil keluarga
3. Setelah 1 x 40 menit pertemuan, keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami gizi kurang, dengan mampu: 3.1 Menyebutkan Triguna makanan
3.1.1 Diskusikan bersama keluarga apa
Respon verbal
Keluarga menyebutkan komponen Triguna makanan beserta 2 contohnya: 1. Zat tenaga, sebagai sumber tenaga untuk beraktivitas dan sumber makanan pokok (karbohidrat), seperti: nasi, roti, singkong, ubi, dll
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
yang diketahui keluarga mengenai Triguna makanan 3.1.2 Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga mengenai Triguna makanan yang benar 3.1.3 Berikan informasi kepada keluarga mengenai Triguna makanan dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet 3.1.4 Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
2. Zat pembangun, sebagai pupuk untuk proses berpikir, terdapat dalam lauk pauk (protein dan lemak), seperti: ikan, telur, tempe, daging, susu, dll 3. Zat pengatur, sebagai pengatur lalu lintas makanan terdapat dalam buah dan sayur (vitamin dan mineral), seperti: wortel, jeruk, nanas, bayam, dll
materi yang disampaikan 3.1.5 Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti 3.1.6 Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan 3.1.7 Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
3.2.1 Dorong keluarga untuk
3.2 Menyebutkan cara mengatasi masalah gizi kurang
Respon verbal dan psikomotor
Anggota keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 cara mengatasi gizi kurang, yaitu: 1. Makan makanan yang seimbang (Triguna makanan), menyusun menu makanan dengan gizi seimbang 2. Makanan sesuai dengan kebutuhan/ porsi makan anak 3. Cara mengolah
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
menceritakan apa yang dilakukan untuk meningkatkan berat badan An S 3.2.2 Diskusikan cara mengatasi gizi kurang atau cara untuk meningkatkan berat badan An S 3.2.3 Berikan informasi kepada keluarga mengenai cara mengatasi gizi kurang atau cara untuk meningkatkan berat badan An S dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet 3.2.4 Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali materi yang telah disampaikan
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
makanan yang benar 4. Pengaturan jadwal makan yang teratur 5. Cemilan/makanan selingan sehat untuk anak
3.2.5 Berikan reinforcement terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga
3.3.1 Dorong keluarga untuk
3.3 Menyebutkan cara memilih makanan
3.4 Menyebutkan cara mengolah
Respon psikomotor
Anggota keluarga mampu menyebutkan 3 dari 4 cara memilih makanan, yaitu: 1. Harganya terjangkau 2. Nilai gizinya baik atau seimbang 3. Masih segar, tidak layu, tidak berbau busuk 4. Memasak dengan tampilan yang menarik 5. Makan bersama anak Anggota keluarga mampu menyebutkan 3 dari 4 cara mengolah makanan, yaitu: 1. Sayuran dan buah dicuci di air yang mengalir terlebih dahulu baru dipotong-potong
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
menceritakan bagaimana memilih bahan makanan 3.3.2 Berikan informasi kepada keluarga mengenai cara memilih bahan makanan dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet 3.3.3 Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali materi yang telah disampaikan 3.3.4 Berikan reinforcement terhadap kemampuan yang dicapai keluarga
3.4.1 Dorong keluarga untuk menceritakan cara mengolah makanan 3.4.2 Berikan informasi kepada keluarga mengenai cara mengolah makanan dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet 3.4.3 Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali materi yang
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
makanan
Respon verbal dan psikomotor
3.5 Mendemonstras i- kan cara mengolah makanan
Respon psikomotor
2. Sayuran dimasak jangan terlalu lama
3. Alat-alat masak dan makan dicuci bersih 4. Cuci tangan sebelum masak dan makan Mahasiswa dan keluarga mengolah makanan yang sederhana, yaitu memasak sayur bayam. Caranya sebagai berikut: Sayuran dicuci di air mengalir kemudian dipotong-potong dan dimasukkan saat air mendidih. Sebelumnya masukkan terlebih dahulu bawang merah, bawang putih, cabai, garam secukupnya, dan diangkat saat sayuran tidak menjadi layu.
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
telah disampaikan 3.4.4 Berikan reinforcement terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga
3.5.1 Demonstrasikan cara mengolah 3.5.2 3.5.3 3.5.4 3.5.5
makanan kepada keluarga Anjurkan keluarga untuk mendemonstrasikan mengolah makanan bersama mahasiswa Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya mengenai materi yang diberikan Motivasi keluarga mendemonstrasikan secara mandiri Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
4. Setelah 1 x 40 menit pertemuan, keluarga mampu memodifikasi lingkungan untuk merawat anggota keluarga dengan gizi kurang, dengan mampu: 4.1 Menyebutkan cara penyajian makanan Respon verbal dan afektif
Anggota keluarga mampu menyebutkan 3 dari 4 cara menyajikan makanan, yaitu: 1. Jenis makanan bervariasi setiap harinya 2. Mengkombinasikan jenis makanan hewani dan nabati 3. Perhatikan jadwal menu makanan 4. Jumlah makanan sesuai dengan kebutuhan.
4.1.1 Diskusikan bersama keluarga 4.1.2 4.1.3
4.1.4 4.1.5 4.1.6 4.1.7
4.2 Menyebutkan
Anggota keluarga mampu menyebutkan 4 dari 5 prinsip cara mengatasi anak yang tidak bersedia makan, yaitu: 1. Jangan dipaksa, tapi ikuti keinginan anak misalnya, sambil bermain atau temani anak saat makan
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
bagaimana cara menyajikan makanan Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar Berikan informasi kepada keluarga mengenai cara menyajikan makanan dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
4.2.1 Diskusikan bersama keluarga bagaimana cara mengatasi anak yang tidak bersedia makan 4.2.2 Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar 4.2.3 Berikan informasi kepada keluarga mengenai cara mengatasi anak yang tidak bersedia makan dengan menggunakan media lembar balik
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
cara mengatasi anak yang tidak bersedia makan
Respon verbal dan afektif
4.3 Memodifikasi lingkungan yang mendukung untuk meningkatkan status gizi
Respon verbal dan
2. Beri makan sesuai
4.2.4 Berikan kesempatan kepada
selera anak dan menu berbeda-beda 3. Jangan memberi makanan yang manis sebelum makan 4. Sajikan makanan dalam bentuk menarik 5. Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan 4.2.5 Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti 4.2.6 Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan 4.2.7 Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.
Anggota keluarga mampu menyebutkan 3 dari 4 lingkungan yang mendukung untuk meningkatkan status gizi anak, yaitu: 1. Makan bersama anggota keluarga yang lain 2. Menggunakan alat makan yang menarik 3. Makan sambil bercerita 4. Jenis makanan bervariasi dan menarik.
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
4.3.1 Diskusikan bersama keluarga 4.3.2 4.3.3
4.3.4 4.3.5 4.3.6
tentang modifikasi lingkungan untuk meningkatkan status gizi anak Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga Berikan informasi kepada keluarga mengenai modifikasi lingkungan untuk meningkatkan status gizi anak dengan menggunakan media lembar balik Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya mengenai materi yang dibahas Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dibahas Berikan reinforcement positif atas
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
balita.
afektif.
Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 4 fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi: 1. Posyandu 2. Puskesmas 3. Rumah Sakit 4. Klinik Dokter
5. Setelah 1 x 40 menit pertemuan, keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada untuk meningkatkan gizi anak, dengan mampu: 5.1 Menyebutkan fasilitas pelayanan kesehatan yang terdapat disekitar lingkungan tempat tinggal terkait dengan peningkatan status gizi anak
usaha keluarga
Respon verbal
Keluarga dapat menyebutkan manfaat kunjungan, yaitu: 1. Mendapatkan pemeriksaan kesehatan anak 2. Mendapatkan penyuluhan atau pendidikan kesehatan
5.2 Menjelaskan manfaat mengunjungi
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
5.1.1 Diskusikan bersama keluarga mengenai fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal 5.1.2 Motivasi keluarga untuk mengulang fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi 5.1.3 Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
5.2.1 Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai manfaat mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan 5.2.2 Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga mengenai manfaat tersebut 5.2.3 Berikan informasi kepada keluarga mengenai manfaat mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan dengan menggunakan media lembar balik
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
fasilitas pelayanan kesehatan sesuai jadwal
Respon verbal
Keluarga rutin mengunjungi pelayanan kesehatan untuk pemeriksaan kesehatan anak
dan leaflet
5.3.1 Motivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan 5.3.2 Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga untuk menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
5.3 Mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan
Respon afektif
No.
2.
Diagnosa Keperawatan Risiko ketidakefektifan bersihan jalan napas pada keluarga Bpk S khususnya An S
Tujuan Jangka Panjang Setelah dilakukan pertemuan sebanyak 2 kali kunjungan, risiko bersihan jalan napas tidak efektif
Jangka Pendek
Kriteria Evaluasi Kriteria
Standar
1. Setelah dilakukan pertemuan I sebanyak 1x60 menit, keluarga mampu mengenal masalah ISPA, dengan:
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
Rencana Intervensi
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
pada keluarga Bpk S khususnya An S dapat dicegah
1.1 Menyebutkan arti pengertian ISPA
Respon verbal
1.2 Menyebutkan penyebab ISPA.
Respon verbal
1.3 Menyebutkan tandatanda ISPA.
Respon verbal
Pengertian ISPA (Infeksi Saluran Napas Akut) yaitu : infeksi atau peradangan pada saluran nafas bagian atas yang ditandai dengan batuk dan pilek kadangkadang disertai demam.
1.1.1. Dengan menggunakan lembar
Minimal 3 dari 4 penyebab ISPA : - Virus/bakteri. - Tertular ISPA dengen orang lain. - Lingkungan rumah yang kurang sehat. - Kurang gizi.
1.2.1. Jelaskan pada keluarga tentang
Minimal 3 dari 5 tandatanda ISPA : - Batuk. - Pilek. - Demam. - Nafas cepat. - Tarikan dinding
1.3.1. Diskusikan dengan keluarga
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
balik dan leaflet jelaskan pada keluarga tentang arti ISPA, yaitu : infeksi atau peradangan pada saluran nafas bagian atas ditandai dengan batuk dan pilek kadangkadang disertai demam. 1.1.2. Evaluasi penjelasan yang telah diberikan. 1.1.3. Beri reinforcement positif atas jawaban yang tepat.
penyebab ISPA dengan menggunakan lembar balik, yaitu virus/bakteri, tertular ISPA dengan orang lain, lingkungan rumah yang kurang sehat, kurang gizi, 1.2.2. Evaluasi penjelasan yang telah diberikan. 1.2.3. Beri reinforcement positif atas jawaban yang tepat.
1.3.2
tentang tanda-tanda ISPA, yaitu batuk, pilek, demam, nafas cepat, tarikan dinding dada. Beri reinforcement positif atas jawaban yang tepat.
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
dada. 1.4 Menyebutkan jenis dan tanda-tanda ISPA.
1.5 Mengidentifikasi adanya ISPA pada anggota keluarga.
2. Mampu mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan ISPA, dengan: 2.1 Menyebutkan dampak lanjut ISPA.
Respon verbal
Jenis ISPA dan tandatandanya : - Bukan pneumonia : (batuk, pilek, demam) - Pneumonia : (batuk, pilek., demam, nafas cepat) - Pneumonia berat : (batuk, pilek, demam, nafas cepat, tarikan dinding nafas)
Respon verbal
Mengenal adanya ISPA pada anggota keluarga berdasarkan tanda-tanda dan gejala yang ada.
Respon verbal
Minimal 2 dari 4 dampak lanjut ISPA : - Daya tahan tubuh
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
1.4.1. Jelaskan dengan menggunakan lembar balik dan leaflet jenis dan tanda-tanda ISPA, yaitu bukan pneumonia (batuk, pilek, demam); pneumonia (batuk, pilek, demam, nafas cepat); pneumonia berat (batuk, pilek, demam, nafas cepat, tarikan dinding nafas).
1.4.2. Evaluasi penjelasan yang telah diberikan 1.4.3. Beri reinforcement positf atas jawaban yang tepat. 1.5.1. Bantu keluarga mengenali adanya masalah resiko bersihan jalan napas tidak efektif karena ISPA dari tanda dan gejala. 1.5.2. Bantu keluarga jika kesulitan mengidentifikasi. 1.5.3. beri reinforcement positif atas usaha kelurga.
2.1.1. Jelaskan dengan lembar balik dan gambar tentang damapk lanjut ISPA. 2.1.2 Tanyakan pada keluarga hal yang belum di mengerti.
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
-
2.2 Memutuskan untuk merawat
3. Mampu merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan ISPA, dengan: 3.1 Menjelaskan dan mendemonstrasika n cara merawat anggota keluarga dengan ISPA.
menurun. Panas dapat menimbulkan kejang bila parah dapat berisiko meninggal. Biaya berobat tinggi. Menular ke orang lain.
2.1.3. Beri reinforcement positif atas jawaban yang tepat
Respon verbal.
Menyatakan perlu suatu perawatan dan pengobatan untuk mengatasi dan mencegah ISPA
2.2.1.Motivasi keluarga untuk memutuskan tentang tindakan apa yang dilakukan untuk mengatasi ISPA. 2.2.2. Berikan reinforcement positif bila keluarga sudah memutuskan untuk mengatasi masalah.
Respon verbal dan psiko motor.
Minimal 4 dari 6 cara merawat ISPA : - Istirahat minimal 8jam. - Tetap berikan makanan bergizi. - Kompres dingin jika demam dan beri
3.1.1. Jelaskan dan demonstrasikan cara merawat ISPA yaitu dengan istirahat minimal 8 jam, tetap berikan makanan bergizi, kompres dingin jika demam dan beri minum yang banyak, bersihkan lubang hidung dengan tissue atau kain yang lembut jika pilek, membuat larutan pelega tenggorakan dari kecap atau madu
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
minum yang banyak. Bersihkan lubang hidung dengan tissue atau kain yang lembut jika pilek. Membuat larutan pelega tenggorakan dari kecap atau madu dicampur dengan air jeruk nipis dengan kompisisi 1:1 diberikan 3-4x/hari setelah makan.
dicampur dengan air jeruk nipis dengan kompisisi 1:1 diberikan 34x/hari setelah makan, latihan nafas dalam dan batuk efektif dengan cara ambil nafas dalam melalui hidung, tahan 3-4 hitungan lalu kelaurkan leawat mulut sebanyak 3x, pada kali ketiga saat hembusan langsung dibatukkan. 3.1.2. Minta keluarga menjelaskan kembali. 3.1.3. Beri reinforcement positif atas jawaban yang tepat.
Menyebutkan 3 dari 5 cara memodifikasi lingkungan mengatasi masalah ISPA - Rumah dan lingkungan bersih. - Pencahayaan dalam rumah adekuat. - Hindari anak menghirup debu/asap
4.1.1. Motivasi keluarga untuk melakukan modifikasi lingkungan untuk mengatasi ISPA. 4.1.2. Lakukan kunjungan rumah tiba-tiba untuk mengevaluasi apakah keluarga memodifikasi lingkungan rumah. 4.1.3. Berikan reinforcement positif bila jawaban keluarga sesuai dengan standar.
-
-
4. Setelah dilakukan pertemuan ke 2 sebanyak 1x45 menit, keluarga mampu memodifikasi lingkungan untuk mengatasi masalah
Respon verbal
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
- Membuka jendela
5. Mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dimasyarakat, dengan: 5.1 Menyebutkan manfaat fasilitas kesehatan.
Menyebutkan fasilitas kesehatan terdekat.
setiap hari agar sirkualsi udara dalam rumah baik. - Rumah tidak lembab.
Respon verbal
Respon verbal
Manfaat fasilitas kesehatan bagi penderita ISPA: - Mendapatkan perawatan secara langsung. - Memperoleh informasi tentang cara perawatan dirumah. - Mendapatkan terapi pengobatan.
Fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi: - Puskesmas - Rumah sakit - Klinik dokter
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
5.1.1.Jelaskan manfaat fasilitas kesehatan terkait keluhan yang ada. 5.1.2.Evaluasi kembali hasil penjelasan yang diberikan. 5.1.3. Beri reinforcement positif bila jawaban sesuai dengan standar.
5.2.1 Diskusikan bersama keluarga mengenai fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal 5.2.2 Motivasi keluarga untuk mengulang fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi 5.2.3 Berikan reinforcement positif atas
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
usaha keluarga
Memanfaatkan fasilitas kesehatan.
Respon afektif
Keluarga mengunjungi pelayanan kesehatan untuk pemeriksaan dan pengobatan penyakit ISPA
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
5.3.1. Memotivasi keluarga untuk mengunjungi pelayanan kesehatan. 5.3.2. Beri reinforcement positif setelah keluarga pergi ke pelayanan kesehatan.
LAMPIRAN 4 CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
Nama KK Nama Klien DIAGNOSA Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An S
: Bapak S : An S WAKTU Senin , 11 Mei 2014 Pukul 10:00 – 10:30 WIB
IMPLEMENTASI Membina hubungan saling percaya Memvalidasi keadaan keluarga Melakukan kontrak Menjelaskan tujuan kunjungan dan tujuan praktik Melakukan pengkajian keluarga Mendiskusikan dengan keluarga tentang pertumbuhan dan perkembangan An S Membantu keluarga untuk mengidentifikasi masalah yang timbul pada An S Memberikan reinforcement positif atas usaha yang dilakukan keluarga
EVALUASI S: Bapak S dan Ibu E menyetujui kontrak kunjungan selama masa praktik mahasiswa di RW 03 Bapak S dan Ibu E menyetujui kunjungan saat ini selama 30 menit Bapak S dan Ibu E menyadari akan BB An S yang sulit naik, dan apabila naik hanya sedikit-sedikit Ibu E mengatakan An S susah makan, dan lebih menyukai mie dan makanan selingan dibandingkan dengan makan nasi O: Keluarga Bapak S terlihat menerima kedatangan mahasiswa dengan baik Bapak S dan Ibu E berespon baik terhadap tujuan dari kunjungan mahasiswa dengan mengajukan pertanyaan pada mahasiswa Keluarga Bapak S nampak antusias dalam membicarakan masalah yang ada pada An S A: Masalah Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An S teridentifikasi P: - Melanjutkan pengkajian
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 4 CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An S
Kamis, 14 Mei 2014 Pukul 10:1511:00 WIB
Membina hubungan saling percaya Memvalidasi keadaan keluarga Melakukan kontrak Menjelaskan tujuan kunjungan Melakukan pengkajian keluarga Melakukan pemeriksaan fisik pada setiap anggota keluarga, pengukuran TTV, menimbang BB, TB An S Melakukan pengkajian 24 hours food recall Mendiskusikan dengan keluarga tentang riwayat kesehatan keluarga Membantu keluarga untuk mengidentifikasi masalah yang timbul pada An S Bersama keluarga menyimpulkan masalah-masalah kesehatan yang dihadapi oleh keluarga Mengundang keluarga Bapak S untuk mengikuti acara penyuluhan gizi seimbang Memberikan reinforcement positif atas usaha yang dilakukan keluarga
- Melakukan TUK 1 sampai 3 S: Ibu E mengatakan An S memang memiliki BB yang susah naik sejak masih bayi Ibu E menyetujui kunjungan saat ini selama 30 menit Ibu E mengatakan nafsu makan An S berubah-ubah, namun lebih sering tidak menghabiskan makanan ketika makan nasi Ibu E mengatakan An S menyukai mie, telur, tahu, tempe namun tidak menyukai sayur dan buahbuahan Ibu E mengatakan bersedia untuk menuliskan makanan yang dimakan An S selama satu hari Ibu E mengatakan An S jarang sakit atau batuk, hanya saja BB tidak naik-naik, sering berkeringat dingin pada malam hari Ibu E mengatakan belum pernah memeriksakan An S ke pelayanan kesehatan O: Ibu E berespon baik terhadap tujuan dari kunjungan mahasiswa dengan menceritakan riwayat kesehatan keluarga TD Bapak S 120/80 mmHg Nadi 76x/menit RR 20x/menit
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 4 CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
Risiko ketidak
Senin,
Memvalidasi keadaan keluarga
Suhu 36,5 oC BB : 60 kg TB : 168 cm TD Ibu E 120/80 mmHg Nadi 72x/menit RR 21 x/menit Suhu 36 oC BB : 50 kg TB : 164 cm TD An Z 120/80 mmHg Nadi 80x/menit RR 18 x/menit Suhu 36 oC BB : 20 kg TB : 120 cm TD An S 120/80 mmHg Nadi 84x/menit RR 22 x/menit Suhu 36 oC BB : 17,5 kg TB : 115 cm -2 SD – (-3SD): gizi kurang An S tampak kurus, rambut tipis, conjuntiva anemi
A: Masalah Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teridentifikasi P: - Melanjutkan pengkajian - Melakukan TUK 1 sampai 3 S:
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 4 CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
efektifan bersihan jalan nafas pada An S
18Mei 2014 Pukul 10:3011:15 WIB
Melakukan kontrak Menjelaskan tujuan kunjungan Melakukan pengkajian keluarga Meminta hasil pencacatan pengkajian 24 hours food recall Melakukan pengukuran RR pada An S Menjelaskan tentang perawatan tradisional anak ISPA dengan inhalasi sederhana di rumah Menganjurkan keluarga untuk menciptakan lingkungan rumah yang sehat dengan membukan pintu/jendela di pagi hari TUK 5: Menjelaskan kepada keluarga tentang manfaat fasilitas kesehatan, yaitu mendapatkan pemeriksaan, perawatan, penyuluhan atau pendidikan kesehatan Memotivasi keluarga untuk mnyebutkan kembali manfaat fasilitas kesehatan Menjelaskan kepada keluarga tentang jenis-jenis fasilitas kesehatan yang dapat digunakan yaitu puskesmas, rumah sakit, dan klinik. Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali jenis-jenis fasilitas kesehatan yang dapat digunakan Memotivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan
Ibu E mengatakan An S sedang pilek sejak hari sabtu, tapi tidak demam Ibu E mengatakan belum memberikan obat apa-apa pada An S Ibu E mengatakan An S menjadi susah makan bila sedang tidak enak badan Ibu E berniat pergi ke puskesmas namun belum pernah jadi menunggu Bapak S bisa mengantar Ibu E mengatakan mau membawa An S ke puskesmas, namun lihat situasi dan kondisi besok, bila bisa pergi akan menghubungi mahasiswa Ibu E mengatakan lupa-lupa ingat terkait penyuluhan gizi seimbang yang dilakukan hari Sabtu kemarin O: An S nampak mengeluarkan cairan dan sputum dari hidungnya RR An S 30 kali/menit Ibu E memiliki pertimbangan untuk membawa An S ke puskesmas Ibu E mengerti akan penjelasan terkait penangan anak dengan inhalasi sederhana Ibu E dapat menyebutkan 3 dari 4 fasilitas kesehatan yang dapa dikunjungi Ibu E dapat menyebutkan manfaat dari pelayanan kesehatan
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 4 CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
Ibu E kooperatif dan aktif dalam kegiatan diskusi Ibu E aktif bertanya apabila belum paham dengan apa yang dijelaskan mahasiswa A: - Masalah risiko ketidakefektifan bersihan jalan nafas teridentifikasi - TUK 5 ISPA belum tercapai
Risiko ketidakefektifa n bersihan jalan nafas pada An S
Selasa, 19 Mei 2014 Pukul 09:0011:30 WIB
Memvalidasi keadaan keluarga Menjelaskan tujuan kunjungan Melakukan TUK 5, dalam mengatasi masalah ISPA dengan memfasilitasi keluarga Bapak S untuk mengunjungi Puskesmas Sukatani Mengarahkan Ibu E untuk melakukan pendaftaran dan mengantarkan An S ke poli anak Melakukan pengukuran BB dan TB pada An S Memfasilitasi Ibu E saat pemeriksaan fisik dan pemberian pendidikan kesehatan dengan dokter
P: - Memfasilitasi keluarga Bapak S untuk mengunjungi puskesmas - Melanjutkan pengkajian - Melakukan evaluasi TUK 1-3 Gizi kurang S: Ibu E mengatakan An S masih pilek dan saat ini juga batuk Ibu E mengatakan An S tidak mengalami demam Ibu E mengatakan sebelumnya An S pernah diuap ketika mengalami pilek dan batuk seperti ini dan membaik setelah diuap Ibu E mengatakan paling malas ke puskesmas bila dimarahi oleh dokter yang ada Ibu E mengatakan mengerti terkait pemberian obat pada An S dan akan memberikan obat sesuai dengan aturan pakai
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 4 CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An S
Kamis, 21 Mei 2014 jam 11:1512:00 WIB
Memvalidasi keadaan keluarga Menjelaskan tujuan kunjungan Membuat kontrak Menjelaskan TUK 1 sampai TUK 3 kepada Bapak S
TUK 1 Dengan menggunakan lembar balik dan leaflet: Mendiskusikan dengan keluarga tentang pengertian gizi seimbang pada anak usia sekolah dan triguna makanan
O: BB An S : 17,5 kg TB : 115 cm Status gizi An S menurut IMT/U: gizi kurang Ibu E terlihat bingung dengan prosedur pemeriksaan pada An S Ibu E nampak mengerti akan penjelasan dari dokter Ibu E kooperatif dan aktif dalam kegiatan yang dilakukan baik di poli umum Ibu E aktif bertanya apabila belum paham dengan apa yang dijelaskan A: TUK 5 ISPA tercapai P: - Melanjutkan pengkajian - Melakukan evaluasi TUK 5 ISPA - Melakukan evaluasi TUK 1-3 Gizi kurang - Melakukan TUK 3 Gizi kurang S: Bapak S mengatakan kondisi batuk dan pilek An S sudah semakin membaik Bapak S mengatakan sebelumnya An S pernah mencapai BB 3 kg dan cukup gemuk Bapak S mengatakan Ibu E kurang telaten dalam memberikan makan pada anak-anak Bapak S mengatakan memiliki banyak pertimbangan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan lebih lanjut pada anak-anaknya
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 4 CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
Mendiskusikan dengan keluarga tentang pengertian dari gizi kurang Memberi kesempatan keluarga untuk bertanya Mendiskusikan dengan keluarga tentang penyebab dari gizi kurang Mendiskusikan dengan keluarga tentang tanda dan gejala anak usia sekolah dengan gizi kurang Memotivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah disampaikan. Memotivasi keluarga untuk mengidentifikasi penyebab gizi kurang pada An S Memotivasi keluarga untuk mengidentifikasi tanda dan gejala gizi kurang pada An S Membantu keluarga membandingkan apa yang telah dijelaskan dengan kondisi yang ada pada An S Membantu keluarga untuk mengidentifikasi masalah yang timbul pada An S Bersama keluarga menyimpulkan masalah yang dihadapi oleh keluarga TUK 2: Menjelaskan kepada keluarga tentang akibat dari gizi kurang pada An S Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya mengenai materi yang disampaikan Memotivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah disampaikan
Bapak S menyadari pentingnya penanganan masalah kesehatan yang ada pada anak-anaknya O: Bapak S dapat menyebutkan definisi dari gizi seimbang pada anak usia sekolah Bapak S dapat menyebutkan definisi dari gizi kurang Bapak S dapat menyebutkan 4 dari 5 tanda dan gejala gizi kurang Bapak S dapat menyebutkan 3 dari 4 penyebab gizi kurang Bapak S menyadari An S mengalami gizi kurang dengan menyebutkan 3 dari 5 tanda dan gejala tubuh yang kekurangan zat gizi Bapak S dapat menyebutkan 2 dari 3 akibat gizi kurang Bapak S memutuskan untuk merawat An S yang mengalami gizi kurang. Bapak S dapat menyebutkan 3 dari 4 cara mengatasi gizi kurang Bapak S dapat menyebutkan komponen Triguna makanan beserta 3 contohnya dan mendemonstrasikan melalui food model A: - TUK 1, TUK 2 dan sebagian TUK 3 tercapai P:
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 4 CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
Risiko ketidak efektifan bersihan jalan nafas pada An S
Jumat, 23Mei 2014 Pukul 10:0010:45 WIB
Membantu keluarga untuk mengenal dan menyadari adanya masalah gizi kurang pada keluarganya Membantu keluarga untuk memutuskan merawat anggota keluarga yang mengalami gizi kurang TUK 3: Menjelaskan cara perawatan gizi kurang Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali cara perawatan gizi kurang Dengan menggunakan food model, melakukan demonstrasi terkait triguna makanan Meminta keluarga untuk meredemonstrasi pembagian triguna makanan Memberikan reinforcement positif atas keputusan yang telah diambil oleh keluarga Memvalidasi keadaan keluarga Menjelaskan tujuan kunjungan Membuat kontrak Melakukan TUK 1-3 ISPA TUK 1 Dengan menggunakan lembar balik dan leaflet: Mendiskusikan dengan keluarga tentang pengertian ISPA (Infeksi Saluran Napas Akut) Memberi kesempatan keluarga untuk bertanya Mendiskusikan dengan keluarga tentang penyebab dari ISPA Mendiskusikan dengan keluarga tentang tanda dan
- Melanjutkan pengkajian - Melakukan TUK 1-3 ISPA - Melakukan dan mengevaluasi TUK 3 gizi kurang
S: Ibu E mengatakan keadaan An S sudah membaik, tidak pilek lagi namun masih batuk Ibu E mengatakan dirinya menjadi ikut tertular batuk dari An S Ibu E mengatakan kemarin pergi ke tempat saudara sekaligus menanyakan dan mengurus KJS untuk pemeriksaan lebih lanjut pada An S Ibu E mengatakan belum sempat mencoba membuat nuget sayur O: Ibu E dapat menyebutkan kembali pengertian dari
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 4 CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
gejala anak usia sekolah dengan ISPA Memotivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah disampaikan. Memotivasi keluarga untuk mengidentifikasi penyebab ISPA pada An S Memotivasi keluarga untuk mengidentifikasi tanda dan gejala ISPA pada An S Membantu keluarga membandingkan apa yang telah dijelaskan dengan kondisi yang ada pada An S Membantu keluarga untuk mengidentifikasi masalah yang timbul pada An S Bersama keluarga menyimpulkan masalah yang dihadapi oleh keluarga TUK 2: Menjelaskan kepada keluarga tentang akibat dari ISPA pada An S Memotivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah disampaikan Membantu keluarga untuk mengenal dan menyadari adanya masalah ISPA pada keluarganya Membantu keluarga untuk memutuskan merawat anggota keluarga yang mengalami ISPA TUK 3: Menjelaskan cara perawatan ISPA Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali cara perawatan ISPA
ISPA Ibu E dapat menyebut kembali 3 dari 4 penyebab ISPA Ibu E dapat menyebut kembali 3 dari 5 tanda-tanda ISPA Ibu memtuskan untuk merawat anggota keluarga dengan ISPA Ibu E dapat menyebut kembali 2 dari 4 dampak ISPA Ibu E dapat menyebutkan kembali 4 dari 6 perawatan ISPA Ibu E dapat menyebutkan kembali cara perawatan ISPA dengan inhalasi sederhana Ibu E dapat menyebutkan cara pembuatan larutan pelega tenggorokan secara tradisional
A: - TUK 1 dan 2 tercapai - Sebagian TUK 3 tercapai P: - Melakukan pengkajian - Mengevaluasi dan melanjutkan TUK 3 - Melakukan TUK 4 ISPA
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 4 CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
Risiko ketidak efektifan bersihan jalan nafas pada An S
Selasa, 26 Mei 2014 Pukul 10:3011:15 WIB
Melakukan evaluasi tentang cara inhalasi sederhana Mengajarkan cara membuat larutan pelega tenggorakan dari kecap atau madu dicampur dengan air jeruk nipis dengan kompisisi 1:1 diberikan 34x/hari setelah makan. Memberikan reinforcement positif atas keputusan yang telah diambil oleh keluarga Memvalidasi keadaan keluarga Menjelaskan tujuan kunjungan Membuat kontrak Melakukan evaluasi dan melanjutkan TUK 3 dan 4 ISPA TUK 3: Menjelaskan cara perawatan ISPA Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali cara perawatan ISPA Mengevaluasi cara membuat larutan pelega tenggorakan Menjelaskan tentang pentingnya pemberian makanan bergizi dan istirahat yang cukup untuk perawatan ISPA Menganjurkan untuk membersihkan lubang hidung anak dengan sapu tangan yang lembut TUK 4: Mendiskusikan dengan keluarga tentang manfaat memodifikasi lingkungan untuk merawat anggota
S: Ibu E mengatakan keadaan An S sehat namun dirinya saat ini batuk Ibu E mengatakan kondisi badannya sedang tidak fit karena kecapean Ibu E mengatakan biasanya mengajak An S berjemur di depan rumah di pagi hari Ibu E mengatakan jarang membuka jendela karena susah dan hanya membuka pintu di pagi hari namun sebentar Ibu E mengatakan obat batu pilek untuk An S telah habis
O: Ibu E dapat menyebutkan kembali 4 dari 6 perawatan ISPA Ibu E dapat menyebutkan kembali pentingnya pemberian makanan bergizi dan istirahat yang
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 4 CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
keluarga dengan ISPA Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali lingkungan rumah yang baik untuk ISPA Menjelaskan dengan keluarga tentang lingkungan yang mendukung untuk mencegah ISPA Memberikan reinforcement positif atas usaha yang dilakukan oleh keluarga
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An S
Kamis, 29 Juni 2014 Pukul 10:3011:15 WIB
Memvalidasi keadaan keluarga Menjelaskan tujuan kunjungan Membuat kontrak Mengevaluasi TUK 3 gizi kurang TUK 3: Dengan menggunakan lembar balik : Menjelaskan cara perawatan gizi kurang Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali cara perawatan gizi kurang Mengevaluasi cara pembuatan cemilan sehat yang telah didapatkan Ibu E di penyuluhan gizi seimbang sebelumnya Menjelaskan tentang cara pengolahan makanan yang benar Mendemonstrasikan cara pengolahan sayur bayam yang benar Meminta keluarga untuk melakukan redemonstrasi
cukup untuk perawatan ISPA Ibu E dapat menyebutkan modifikasi lingkungan untuk anak ISPA Ibu E dapat menyebutkan kembali lingkungan rumah yang baik untuk mencegah ISPA A: TUK 3 dan 4 tercapai P: - Melakukan pengkajian - Mengevaluasi TUK 3 gizi kurang S: Ibu E mengatakan saat ini dirinya merasa lebih sehat Ibu E mengatakan An S sudah mau makan lebih banyak saat ini Ibu E mengatakan An sarapan bubur ayam tadi pagi Ibu E mengatakan belum sempat mencoba membuat puding TKTP Ibu E mengatakan biasanya mengolah makanan dengan cara dicuci terlebih dahulu kemudian dipotong-potong Ibu E mengatakan mencoba membuat makanan dengan mencampurkan sayuran di dalamnya, seperti telur ditambahkan dengan wortel O: Ibu E memutuskan untuk merawat An S yang mengalami gizi kurang Ibu E dapat menyebutkan 3 dari 4 cara mengatasi
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 4 CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
Membuat jadwal makan bersama keluarga Memberikan reinforcement positif atas keputusan yang telah diambil oleh keluarga
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An S
Senin, 1 Juni 2014 Pukul 10:0010:45 WIB
Memvalidasi keadaan keluarga Menjelaskan tujuan kunjungan Membuat kontrak Mengevaluasi dan melanjutkan TUK 3 TUK 3: Dengan menggunakan lembar balik : Menjelaskan cara perawatan gizi kurang Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali cara perawatan gizi kurang Mengevaluasi tentang cara pengolahan makanan yang benar Melakukan penjelasan ulang terkait definisi dan manfaat serta pemilihan cemilan sehat yang tepat untuk anak Mengajarkan penyususnan menu dengan gizi seimbang yang tepat untuk anak
gizi kurang Ibu E memiliki pengetahuan baik tentang cara yang benar dalam mengolah makanan Ibu E dapat mendemostrasikan cara pengolahan makanan (sayur bayam) yang benar Ibu E bersedia membuat jadwal makan bersama keluarga A: TUK 3 tercapai sebagian P: - Mengevaluasi dan melanjutkan TUK 3 S: Ibu E mengatakan keadaan dirinya dan An S sehat Ibu E mengatakan belum mencoba membuat cemilan sehat, puding TKTP Ibu E mengatakan An S biasanya suka puding, namun kemarin tidak menghabiskan, berbeda dengan An H yang sangat suka Ibu E mengatakan masih mengurus KJS dan belum sempat Ibu E mengatakan biasanya menyajikan makanan yang ada pada An S, hanya nasinya saja yang hangat Ibu E mengatakan An semenjak makan bersama keluarga, nafsu makannya semakin membaik Ibu E mengatakan ingin melakukan berbagai cara agar BB An S naik dan mau makan banyak O:
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 4 CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
Menjelaskan tentang porsi makan yang sesuai usia untuk An G Memberikan reinforcement positif atas keputusan yang telah diambil oleh keluarga
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An S
Kamis, 5 Juni 2014 Pukul 10:3011:15 WIB
Memvalidasi keadaan keluarga Menjelaskan tujuan kunjungan Membuat kontrak Melakukan TUK 4 dan 5 gizi kurang TUK 4: Dengan menggunakan lembar balik : Mendiskusikan dengan keluarga tentang manfaat memodifikasi lingkungan untuk merawat anggota keluarga dengan gizi kurang Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali cara menyajikan makanan untuk anak dengan gizi kurang Menjelaskan dengan keluarga tentang prinsip cara
Ibu E memutuskan untuk melakukan perawatan masalah gizi kurang pada An S Ibu E dapat menyebutkan menyebutkan kembali cara pengolahan makanan yang benar Ibu E dapat menyebutkan penyusunan menu dengan gizi yang seimbang berdasarkan triguna makanan dan manfaat jadwal makan bersama keluarga Ibu E dapat menyebutkan kembali porsi makan yang sesuai untuk An S A: - TUK 3 tercapai P: - Mengevaluasi TUK 4 dan 5 S: Ibu E mengatakan baik dirinya dan An S tidak memiliki keluhan Ibu E mengatakan obat An S sudah dihabiskan Ibu E mengatakan hari berencana akan Puskesmas lagi untuk memeriksakan An S Ibu E mengatakan sedang mengurus KJS Ibu E mengatakan akan menyediakan makanan yang hangat untuk An S Ibu E mengatakan An S sejak kemarin makannya selalu habis setiap makan sesuai jadwal O: Ibu E memutuskan untuk memodifikasi lingkungan
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 4 CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An S
Senin, 8 Juni 2014 Pukul 10:3011:15 WIB
mengatasi anak yang tidak bersedia makan Menjelaskan dengan keluarga tentang lingkungan yang mendukung untuk meningkatkan status gizi anak TUK 5: Menjelaskan kepada keluarga tentang manfaat fasilitas kesehatan, yaitu mendapatkan pemeriksaan, perawatan, penyuluhan atau pendidikan kesehatan Memotivasi keluarga untuk mnyebutkan kembali manfaat fasilitas kesehatan Menjelaskan kepada keluarga tentang jenis-jenis fasilitas kesehatan yang dapat digunakan yaitu puskesmas, rumah sakit, dan klinik. Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali jenis-jenis fasilitas kesehatan yang dapat digunakan Memotivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan Memvalidasi keadaan keluarga Menjelaskan tujuan kunjungan Membuat kontrak Mengevaluasi dan melanjutkan TUK 1 sampai TUK 5 Mengkaji tingkat kemandirian keluarga Bapak S Persiapan terminasi TUK 1 Dengan menggunakan lembar balik dan leaflet:
yang mendukung An S Ibu E dapat menyebutkan menyebutkan kembali 3 dari 4 cara menyajikan makanan untuk An S Ibu E dapat menyebutkan 4 dari 5 prinsip cara mengatasi anak yang tidak bersedia makan Ibu E dapat menyebutkan 3 dari 4 lingkungan yang mendukung untuk meningkatkan status gizi An S Ibu E dapat menyebutkan 3 dari 4 fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi Ibu E dapat menyebutkan manfaat dari pelayanan kesehatan
A: TUK 4 dan 5 tercapai P: - Mengevaluasi TUK 1 sampai TUK 5 - Menilai tingkat kemandirian keluarga
S: Ibu E mengatakan Ibu E mengatakan mulai mengajak An H makan bersama dengan An S Ibu E mengatakan An S menghabiskan semua makanan ketika makan kemarin Ibu E mengatakan mulai menyediakan makanan yang hangat dengan menu gizi seimbang Ibu E mengatakan berharap berat badan An S dapat naik
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 4 CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
Mendiskusikan dengan keluarga tentang pengertian gizi seimbang dan ISPA pada anak usia sekolah Mendiskusikan dengan keluarga tentang penyebab dari gizi kurang dan ISPA Mendiskusikan dengan keluarga tentang tanda dan gejala anak usia sekolah dengan gizi kurang dan ISPA TUK 2 Mendiskusikan dengan keluarga tentang akibat dari gizi kurang dan ISPA pada An S Membantu keluarga untuk memutuskan merawat anggota keluarga yang mengalami gizi kurang dan ISPA TUK 3: Mendiskusikan cara perawatan gizi kurang dan ISPA Meminta keluarga untuk menjelaskan pembagian triguna makanan beserta contohnya Meminta keluarga untuk menjelaskan tentang porsi makan yang sesuai dengan An G Meminta keluarga untuk menjelaskan tentang cara mengolah makanan yang benar Meminta keluarga untuk menjelaskan tentang cemilan sehat Meminta keluarga untuk menjelaskan perawatan anak dengan ISPA TUK 4: Mendiskusikan dengan keluarga tentang manfaat memodifikasi lingkungan untuk merawat anggota keluarga dengan gizi kurang dan ISPA Meminta keluarga untuk menyebutkan kembali cara
Ibu E mengatakan mulai memilih jajanan cemilan yang sehat sesuai dengan anjuran O: Ibu E dapat menyebutkan definisi dari gizi kurang dan ISPA Ibu E dapat menyebutkan 4 dari 5 tanda dan gejala gizi kurang dan ISPA Ibu E dapat menyebutkan 3 dari 4 penyebab gizi kurang dan ISPA Ibu E dapat menyebutkan 2 dari 3 akibat gizi kurang dan ISPA Ibu E memutuskan untuk merawat An S yang mengalami gizi kurang dan ISPA Ibu E dapat menyebutkan 3 dari 5 cara mengatasi gizi kurang dan ISPA Ibu E dapat menyebutkan komponen Triguna makanan beserta 3 contohnya Ibu E dapat menyebutkan 3 dari 4 cara mengatasi gizi kurang Ibu E belum dapat menyebutkan porsi makan yang sesuai untuk An S Ibu E dapat menyebutkan cara pengolahan makanan dengan benar Ibu E memutuskan untuk memodifikasi lingkungan yang mendukung An S dengan gizi kurang dan ISPA
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 4 CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An S
Senin, 15 Juni 2014 Pukul 15:3016:00 WIB
menyajikan makanan untuk anak dengan gizi kurang Meminta keluarga untuk menjelaskan dengan keluarga tentang prinsip cara mengatasi anak yang tidak bersedia makan Meminta keluarga untuk menjelaskan lingkungan rumah yang sesuai bagi anak ISPA Menjelaskan dengan keluarga tentang lingkungan mendukung untuk meningkatkan status gizi anak dan mencegah ISPA TUK 5: Meminta keluarga untuk menjelaskan kepada keluarga tentang manfaat fasilitas kesehatan Meminta keluarga untuk mnyebutkan kembali manfaat fasilitas kesehatan Meminta keluarga untuk menjelaskan jenis-jenis fasilitas kesehatan yang dapat digunakan yaitu puskesmas, rumah sakit, dan klinik. Memotivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan Memvalidasi keadaan keluarga Menjelaskan tujuan kunjungan Terminasi Memotivasi keluarga untuk mempertahankan dan meningkatkan usaha perawatan yang telah dilakukan Memotivasi keluarga untuk tetap memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan bila ada anggota keluarga yang sakit Memberikan reinforcement positif terhadap pencapaian yang telah diraih keluarga
Ibu E dapat menyebutkan menyebutkan kembali 3 dari 4 cara menyajikan makanan untuk An S Ibu E dapat menyebutkan 3 dari 5 prinsip cara mengatasi anak yang tidak bersedia makan Ibu E dapat menyebutkan 3 dari 4 lingkungan yang mendukung untuk meningkatkan status gizi An S Ibu E dapat menyebutkan 3 dari 4 fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi Ibu E dapat menyebutkan manfaat dari pelayanan kesehatan A: Tingkat kemandirian keluarga meningkat dari II menjadi III P: Melakukan terminasi
S: Ibu E mengatakan dirinya dan An S merasa sehat Ibu E mengatakan berterima kasih atas kunjungan dan ilmu yang diberikan mahasiswa Ibu E mengatakan akan tetap melakukan hal-hal yang telah diberitahukan Ibu E mengatakan berat badan An S naik 1 kg saat dilakukan penimbangan Ibu E mengatakan senang atas kenaikan BB An G berkat usaha bersama
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 4 CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
Ibu E berharap keluarganya dapat terus sehat O: Ibu E berespon baik terhadap masukan yang diberikan Terjadi peningkatan berat badan 1 kg pada An.S A: Masalah Gizi kurang teratasi Masalah ISPA teratasi P: - Melaporkan hasil kunjungan kepada kader - Meminta kader untuk tetap melakukan pengawasan terhadap status gizi An S
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 5 LAPORAN EVALUASI SUMATIF KELUARGA BAPAK S PK KKMP KOMUNITAS FORMAT EVALUASI SUMATIF Diagnosa 1: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An. S No
RESPON KELUARGA
1)
Keluarga menyebutkan definisi dari ketidakseimbangan nutrisi, yaitu asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 5 penyebab gizi kurang, yaitu: 1 Makanan yang kurang (Tidak tersedia makanan yang adekuat) 2 Jenis makanan tidak seimbang (tidak cukup mendapat makanan yang bergizi) 3 Pola asuh orang tua 4 Makan yang tidak teratur (Kebiasaan makan yang kurang tepat) 5 Adanya Penyakit Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 6 tanda dan gejala gizi kurang, yaitu: 1 BB kurang dari 20% dari BB ideal 2 IMT di bawah normal 3 Badan kurus 4 Lemah dan pucat 5 Rambut tipis, berwarna merah (pirang) dan mudah tercabut 6 Kaki dan tangan bengkak Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 4 akibat ketidakseimbangan nutrisi jika tidak diatasi, yaitu: 1 Pertumbuhan dan perkembangan anak terganggu 2 Anak mudah sakit 3 Menurunkan daya pikir/ kecerdasan 4 Tonus otot buruk Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 cara perawatan masalah gizi kurang, yaitu: 1 memberikan makanan sesuai dengan gizi seimbang (triguna makanan) 2 memberikan makanan sesuai dengan kebutuhan/porsi makan anak 3 cara mengolah makanan dengan benar 4 mengatur jadwal makan pada anak 5 tata makanan yang menarik sesuai dengan makanan kesukaan anak
2)
3)
4)
5)
HASIL Ya Tidak √
√
√
√
√
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
Modifikasi intervensi
LAMPIRAN 5 LAPORAN EVALUASI SUMATIF KELUARGA BAPAK S PK KKMP KOMUNITAS 6)
7)
8)
9)
10)
11)
12) 13)
14)
15)
Keluarga dapat menyebutkan manfaat dari triguna makanan serta memberikan contohnya melalui food model Keluarga mampu mendemontrasikan pemberian makan sesuai porsi dengan gizi yang seimbang, dan sesuai dengan kebutuhan anak Keluarga dapat mendemonstrasikan cara pengolahan makanan dengan benar Keluarga mampu mendemonstrasikan pengaturan jadwal makan pada anak
Keluarga mampu mendemonstrasikan makan bersama anak, dan memotivasi anak untuk menghabiskan porsi makan anak Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 cara memodifikasi lingkungan yang sesuai untuk gizi kurang, yaitu memodifikasi makanan dengan: 1 harga terjangkau 2 nilai gizinya baik 3 memilih makanan yang masih segar 4 memasak makanan dengan tampilan yang menarik 5 makan bersama anak Keluarga mampu melakukan modifikasi lingkungan untuk mengatasi gizi kurang Keluarga mampu menyebutkan manfaat fasilitas kesehatan yaitu sebagai sarana untuk pemeriksaan, perawatan gizi kurang, sebagai sarana untuk mendapatkan informasi yang akurat dan tepat untuk mengatasi masalah gizi kurang Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 fasilitas pelayanan kes. yang dapat digunakan dalam penanganan gizi kurang, yaitu: puskesmas, posyandu, RS, Praktek perawat, dan dokter praktek. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk penanganan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
√
√
√ √
√
√
√
√
√
√
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
Menjelaskan ulang terkait porsi makan yang sesuai untuk anak dengan leaflet
LAMPIRAN 5 LAPORAN EVALUASI SUMATIF KELUARGA BAPAK S PK KKMP KOMUNITAS Diagnosa 2: Ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada An. S No RESPON KELUARGA 1
2
3
4
5
6
Keluarga mampu menyebutkan pengertian ISPA yaitu penyakit infeksi saluran pernafasan akut yang ditandai dengan batuk pilek yang datangnya tibatiba Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 5 penyebab ISPA Penyebab utama: Virus Penyebab lain : 1. Tertular penderita lain 2. Kurang gizi 3. Tinggal dilingkungan yang kurang sehat 4. Imunisasi tidak lengkap Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 4 tanda/gejala ISPA: 1. Batuk pilek 2. Demam/panas 3. Nafas sesak/ada tarikan dinding dada saat bernapas 4. Nafas cepat: yaitu: anak usia 2 bulan: 60 x/menit Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 4 akibat ISPA bila tidak diatasi 1. Daya tahan tubuh menurun. 2. Tumbuh kembang terhambat 3. Biaya berobat mahal 4. Meninggal dunia Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 cara pencegahan ISPA: 1. Jauhkan dari penderita batuk 2. Berikan tetap ASI 3. Mintakan imunisasi lengkap 4. Berikan makanan bergizi setiap hari 5. Jaga kebersihan tubuh, makanan dan lingkungan Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 6 cara perawatan ISPA: 1. Istirahat yang cukup 2. Jika hidung tersumbat karena pilek, bersihkan dengan ujung sapu tangan. 3. Jika anak demam: - Berikan obat penurun panas. - Berikan minum banyak - Kompres dengan air biasa - Jangan gunakan selimut tebal - Sirkulasi udara adekuat.
HASIL Ya Tidak
Modifikasi intervensi
√
√
√
√
√
Menjelaskan ulang tentang cara-cara perawatan anak ISPA dengan menggunakan leaflet
√
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 5 LAPORAN EVALUASI SUMATIF KELUARGA BAPAK S PK KKMP KOMUNITAS
7 8 9
11
12
4. Berikan makanan bergizi. 5. Berikan inhalasi sederhana dengan menggunakan air panas dalam baskom dan minyak kayu putih. Cara tradisional merawat ISPA: Campuran setengah sendok perasan air jeruk nipis dengan setengah sendok makan madu atau kecap. Keluarga mampu mendemontrasikan kompres hangat Keluarga mampu mendemontrasikan inhalasi sederhana Keluarga mampu mendemonstrasikan cara membuat campuran kecap dan jeruk nipis Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 cara memodifikasi lingkungan mengatasi masalah ISPA 1. Rumah dan lingkungan bersih. 2. Pencahayaan dalam rumah adekuat. 3. Hindari anak menghirup debu 4. Membuka jendela setiap hari agar sirkualsi udara dalam rumah baik. 5. Rumah tidak lembab. Keluarga mampu melakukan modifikasi lingkungan untuk mengatasi ISPA
√ √ √
√
√
13
14
15
Keluarga mampu menyebutkan manfaat fasilitas kesehatan yaitu sebagai sarana untuk pemeriksaan, perawatan/pengobatan ISPA, sebagai sarana untuk mendapatkan informasi yang akurat dan tepat untuk mengatasi masalah ISPA Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 6 fasilitas pelayanan kes. yang dapat digunakan dalam penanganan ISPA, yaitu: puskesmas, posyandu, RS, Praktek perawat, dokter praktek dan praktek bidan. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk penanganan ISPA
√
√
√
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
Menjelaskan ulang tentang lingkungan yang sesuai untuk anak ISPA dan memotivasi keluarga untuk memodifikasi lingkungan dengan menjelaskan manfaat
Keluarga baru melakukan dua modifikasi lingkungan, memotivasi keluarga agar dapat melakukan modifikasi lain
LAMPIRAN 6 EVALUASI TINGKAT KEMANDIRIAN KELUARGA BAPAK S PK KKMP KOMUNITAS TINGKAT KEMANDIRIAN Nama keluarga
: Bapak S
Alamat
: RT 01 RW 03 Kelurahan Sukatani, Kecamatan Tapos
KESIMPULAN: Dari hasil pengkajian, intervensi, implementasi dan evaluasi yang dilakukan selama tujuh minggu, keluarga dapat bekerjasama dengan mahasiswa dalam mengatasi masalah kesehatan yang ditemukan. Selama melakukan pembinaan dan kunjungan rutin
di
keluarga, mahasiswa banyak memperoleh informasi dari keluarga mengenai masalah kesehatan yang dialami keluarga. Selama tujuh minggu mahasiswa melakukan pembinaan dan kunjungan rutin ke keluarga dan menemukan dua masalah kesehatan dan dapat disimpulkan bahwa keluarga termasuk ke dalam “Keluarga mandiri tingkat III” dengan alasan:
Kriteria Keluarga menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
Keluarga mengungkapk an masalah kesehatan yang dialami secara benar
Ya √
√
Tidak
Pembenaran Selama pelaksanaan 10 kali pertemuan keluarga, anggota keluarga selalu menerima kedatangan mahasiswa dengan ramah, terlibat dalam menentukan kontrak waktu dan tempat interaksi. Anggota keluarga Bapak S, terutama Ibu E selalu menghentikan sementara kegiatan rumah tangga saat mahasiswa datang, mengikuti proses interaksi hingga selesai. Ibu L juga memiliki rasa ingin tahu dan perhatian lebih terhadap masalah kesehatan yang ada dalam keluarga. Keluarga Bapak S juga terlihat antusias setiap kedatangan kunjungan mahasiswa, dan ikut mendengarkan proses interaksi. Bapak S turut ikut berpartisipasi juga apabila sedang tidak ada pekerjaan, namun biasanya hanya sebentar karena harus bekerja dan melakukan aktivitas lainnya. Keluarga juga menerima masukan dari mahasiswa dengan menerapkan cara perawatan keluarga dengan masalah kesehatan dan melaporkan hasilnya pada mahasiswa. Selama diwawancara oleh mahasiswa tentang riwayat kesehatan dan keluhan saat ini, anggota keluarga menjawab pertanyaan dengan jujur. Keluhan kesehatan yang diungkapkan keluarga telah diklarifikasi dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lainnya. Menurut keluarga, keberadaan mahasiswa bermanfaat untuk memperoleh informasi tentang manajemen kesehatan keluarga dan membantu keluarga mengatasi
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 6 EVALUASI TINGKAT KEMANDIRIAN KELUARGA BAPAK S PK KKMP KOMUNITAS
Keluarga menerima pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan
√
Keluarga melakukan tindakan pencegahan
√
Keluarga melakukan promosi kesehatan secara aktif
√
masalah kesehatan yang ada. Hasil pengkajian yang dilakukan mahasiswa kepada keluarga selama 10 kali kunjungan, terdapat 3 masalah keperawatan yang ada, yaitu nutrisi kurang pada An. S, ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada An. S, dan Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan pada An. S. Selama intervensi keluarga diberikan oleh mahasiswa terhadap 2 masalah utama, keluarga menerima setiap jenis intervensi yang dilakukan. Setiap diskusi, Ibu E tampak antusias untuk mendengarkan, bertanya, dan melaporkan hasil tindakan mandiri yang telah dilakukan oleh keluarga, misalnya saat Ibu E memasak makanan kesukaan anak, makan bersama anak, memodifikasi menu makan anak, melakukan inhalasi sederhana pada anak, dan memberikan makanan yang bergizi. Ibu E mendiskusikan tentang pemilihan menu makanan dan mulai melakukan upaya memasak sayuran untuk anak. Dari tiga diagnosa keperawatan yang ditemukan, dua diagnosa telah diselesaikan. Keluarga sudah mampu melakukan pencegahan terhadap masalah kesehatan yang dialami, diantaranya: Memasak dan menyediakan makanan kesukaan anak Makan bersama anak Menyediakan air minum sesuai kebutuhan anak Melakukan teknik nhalasi sederhana Keluarga belum mampu melakukan promosi kesehatan secara aktif, karena : Belum dapat menyediakan lingkungan yang sesuai untuk masalah ISPA Belum mengurangi jajan makanan yang kurang memiliki nilai gizi
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
CARA MEMILIH MAKANAN 1. 2. 3. 4.
Harganya terjangkau Nilai gizinya baik Masih segar/tidak busuk Mudah didapat
CARA MENGOLAH BAHAN MAKANAN: 1. Sayuran, buah-buahan dicuci dulu kemudian dipotong-potong 2. Sayuran dimasak jangan terlalu lama 3. Alat masak harus dicuci bersih 4. Cuci tangan sebelum memasak 5. Beras dicuci tidak sampai bening airnya 6. Lauk juga dicuci dan dibuang kotorannya sebelum dipotong
PRINSIP PENYAJIAN MAKANAN 1. Jenis makanan bervariasi 2. Kombinasi makanan hewani dan nabati jika keuangan memungkinkan 3. Disajikan dalam keadaan hangat 4. Perhatikan jadwal menu 5. Jumlah makanan sesuai kebutuhan
JUMLAH MAKANAN YANG DIBUTUHKAN ANAK UMUR 6-9 TAHUN DALAM SEHARI 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Nasi/pengganti 2-3 piring Lauk hewani 2-4 potong Lauk nabati 2-3 potong Sayur 1-1 1/2 mangkok kecil Buah-buahan 2-3 potong Susu 1-2 gelas
PRINSIP MENGATASI ANAK TIDAK MAU MAKAN 1. Jangan paksa anak jika tidak mau makan 2. Menggunakan alat makan yang menarik 3. Makan sambil cerita 4. Jenis makanan bervariasi dengan bentuk dan warna yang menarik
Agnes Febriyanti 0906629220 PROFESI 2013
SUASANA YANG DAPAT MENIMBULKAN NAFSU MAKAN ANAK 1. Makan bersama anggota keluarga 2. Makanan yang dihidangkan dalam keadaan hangat 3. Jenis makanan bervariasi 4. Alat makan menarik 5. Makan sambil bercerita Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA 2013
GIZI SEIMBANG
PENTINGNYA GIZI SEIMBANG
Suatu zat makanan yang diperlukan tubuh. Sesuai dengan usia anak
1. Untuk pertumbuhan dan perkembangan 2. Meningkatkan potensi kecerdasan 3. meningkatkan daya tahan tubuh
PENYEBAB KURANG GIZI 1. 2. 3. 4.
Jumlah makanan yang kurang Jenis makanan tidak seimbang Makan tidak teratur Penyakit
Badan kurus Rambut tipis dan mudah tercabut Lemah dan pucat Kulit kering dan kusam Pusing Kaki dan tangan bengkak
AKIBAT KURANG GIZI 1. Pertumbuhan dan perkembangan anak terganggu 2. Anak mudah sakit 3. Kecerdasan anak kurang/lambat
1. Sumber zat tenaga Misal: beras, mie, ubi, jagung, roti, terigu, kentang, singkong
2. Sumber zat pembangun Misal: tempe, tahu, telur, susu, ikan, ayam, dagi, kacang hijau, kedelai, kacang tanah
TANDA DAN GEJALA 1. 2. 3. 4. 5. 6.
SUMBER ZAT GIZI PADA MAKANAN
CARA MENGATASI KURANG GIZI 1. Memberi jenis makanan yang seimbang pada saat anak sehat dan sakit 2. Memberi makanan sesuai kebutuhan 3. Makan yang teratur 4. Jajanan jangan diberikan dekat waktu makan 5. Memberikan makanan dalam posi kecil tapi sering 6. Memberi makan ajak sambil bermain dan bercerita 7. Makan bersama 8. Tata makanan yang menarik misal warna piring yang menarik 9. Jangan memberikan makanan yang manis sebelum makan Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014
3. Sumber zat pengatur Misal: kangkung, bayam, wortel, daun singkong, pepaya, mangga, jeruk
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Agnes Febriyanti
Tempat, Tanggal Lahir
: Bekasi, 22 Juni 1991
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status
: Belum Menikah
Agama
: Kristen Protestan
Alamat Tinggal
: Bumi Nasio Indah Blok C6/11 RT 006/RW 015 Kel.Jati Mekar, Kec.Jati Asih Bekasi, Jawa Barat
Email
:
[email protected]/
[email protected]
Riwayat Pendidikan
:
Tahun 1997-2003
: SDN Jati Mekar IX, Bekasi
Tahun 2003-2006
: SMPN 128 Jakarta
Tahun 2006-2009
: SMAN 81 Jakarta
Tahun 2009-2013
: Sarjana Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia
Tahun 2013-2014
: Program Profesi Ners, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia
Edukasi triguna ..., Agnes Febriyanti, FIK UI, 2014