UNIVERSITAS INDONESIA
IMPLEMENTASI MANAGEMENT LETTER TERKAIT PENERAPAN PSAK 50/55 (REVISI 2006) ATAS KREDIT YANG DIBERIKAN DAN PERHITUNGAN CADANGAN KERUGIAN PENURUNAN NILAI (CKPN) KREDIT PADA PT BANK XYZ
LAPORAN MAGANG Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
AYU FARADHISA 1006810946
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM STUDI (S1) EKSTENSI KEKHUSUSAN AKUNTANSI DEPOK JANUARI 2013
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
iii
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan magang ini tepat pada waktunya. Penyusunan laporan magang ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik dari masa perkuliahan sampai pada akhir penyusunan laporan magang ini sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan laporan magang ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Orang tua dan adik-adik penulis, terima kasih yang tak terhingga atas kasih sayang, segala doa dan dukungan yang telah kalian berikan. 2. Ibu Sri Nurhayati S.E., M.M., S.A.S selaku Ketua Program Ekstensi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 3. Ibu Vita Silvira S.E., MBA. selaku dosen pembimbing. Terima kasih atas bimbingan, kritik, masukan dan waktu yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan magang ini. 4. Dosen dan staf pengajar PEFEUI yang telah memberikan pengetahuan berharga kepada penulis. 5. Mas Dudi, Mba Galuh, dan Mba Ana atas bantuan dan bimbingannya dalam pembuatan laporan magang ini. Serta tak lupa senior dan junior lainnya di KAP RSM AAJ Associates, terima kasih atas bantuan dan bimbingannya selama penulis melaksanakan magang. 6. Aisa, Anita, Mayang, Marlene, Tidot, dan Wila teman berbagi suka, duka, kebersamaan dan keceriaan selama dua setengah tahun ini. 7. Ilham Fauzi atas segala doa, dukungan, dan kebersamaan selama ini. 8. Teman-teman angkatan 2010 PEFEUI baik Depok maupun Salemba untuk semangat dan kebersamaannya. Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak tersebut di atas. Penulis menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangan di dalam laporan magang ini, karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar dapat menjadi contoh yang iv
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
baik untuk kemudian hari. Semoga laporan magang ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang.
Jakarta, Januari 2013
Ayu Faradhisa
v
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
ABSTRAK
Nama : Ayu Faradhisa Program Studi : Akuntansi Judul : Implementasi Management Letter terkait Penerapan PSAK 50/55 (Revisi 2006) atas Kredit yang Diberikan dan Perhitungan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) Kredit pada PT Bank XYZ Laporan magang ini membahas mengenai implementasi Management Letter tahun 2011 terhadap laporan keuangan tahun 2012 terkait penerapan PSAK 50/55 (Revisi 2006) atas Kredit yang Diberikan dan perhitungan CKPN Kredit pada PT Bank XYZ. Dibutuhkan waktu yang cukup lama dalam penerapan PSAK 50/55 (Revisi 2006). Hal ini disebabkan oleh banyaknya kendala yang dihadapi oleh industri perbankan. Akan tetapi, per 1 Januari 2012, Bank harus sudah menerapkannya. Berdasarkan PSAK 50/55 (Revisi 2006), CKPN Kredit dievaluasi menggunakan dua penilaian, yaitu penilaian individu dan penilaian kolektif. Dari hasil, dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2012 PT Bank XYZ baru menerapkan evaluasi terhadap perhitungan CKPN menggunakan penilaian kolektif. Kata Kunci: Management Letter, PSAK 50/55 (Revisi 2006), Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) Kredit.
vii
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
ABSTRACT
Name : Ayu Faradhisa Study Program: Accounting Title : The Implementation of Management Letter Related to PSAK 50/55 (Revised 2006) for Loans and The Calculation of Allowance for Impairment Losses Credit in PT Bank XYZ This internship report discusses about the implementation of Management Letter in 2011 to the financial statements in 2012 related to PSAK 50/55 (Revised 2006) for loans and the calculation of allowance for impairment losses credit in PT Bank XYZ. It takes quite a long time in the implementation of PSAK 50/55 (Revised 2006). This is due to the many constraints faced by the banking industry. However, as of January 1, 2012, all of banking industry had to have them. Based on PSAK 50/55 (Revised 2006), the allowance for impairment losses credit evaluated using two assessment, that is individual assessment and collective assessment. From the results, it can be concluded that in 2012 PT Bank XYZ recently implemented evaluation of the calculations allowance for impairment losses credit using collective assessment. Key words: Management Letter, PSAK 50/55 (Revised 2006), Allowance for Impairment Losses Credit.
viii
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .......................... vi ABSTRAK ........................................................................................................ vii DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix DAFTAR TABEL .............................................................................................. xi DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii DAFTAR RUMUS ........................................................................................... xiii BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan Program Magang.......................................... 1 1.2 Tujuan Pelaksanaan Program Magang ...................................................... 1 1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Program Magang .................................... 2 1.4 Penulisan Laporan Magang....................................................................... 2 1.4.1 Latar Belakang Penulisan Laporan Magang ..................................... 2 1.4.2 Tujuan Penulisan Laporan Magang .................................................. 3 1.4.3 Ruang Lingkup Penulisan Laporan Magang .................................... 3 1.4.4 Sistematika Penulisan Laporan Magang........................................... 4 BAB 2. LANDASAN TEORI ............................................................................. 6 2.1 Pengertian Management Letter ................................................................. 6 2.2 Pengertian Bank ....................................................................................... 6 2.3 Kredit berdasarkan PSAK 50/55 (Revisi 2006) dan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) (Revisi 2008) ............................................... 6 2.3.1 Pengertian Kredit............................................................................. 6 2.3.2 Penerusan Kredit ............................................................................. 7 2.3.3 Jenis-Jenis Kredit ............................................................................ 8 2.3.3.1 Kredit Modal Kerja .............................................................. 8 2.3.3.2 Kredit Investasi .................................................................... 9 2.3.3.3 Kredit Konsumsi .................................................................. 9 2.3.4 Kebijakan Kredit sesuai dengan PSAK 50/55 (Revisi 2006) dan PAPI (Revisi 2008) ....................................................................... 10 2.3.4.1 Kebijakan Umum Kredit .................................................... 10 2.3.4.2 Pengakuan, Pengukuran, dan Penyajian Kredit ................... 12 2.4 Penurunan Nilai dan CKPN Kredit berdasarkan PSAK 50/55 (Revisi 2006) dan PAPI (Revisi 2008) ................................................................ 17 2.4.1 Pengertian Penurunan Nilai ........................................................... 17 2.4.2 Pengertian CKPN Kredit ............................................................... 17 2.4.3 Kebijakan Penurunan Nilai dan CKPN Kredit sesuai dengan PSAK 50/55 (Revisi 2006) dan PAPI (Revisi 2008) ................................. 18 2.4.3.1 Identifikasi Bukti Objektif.................................................. 20 2.4.3.2 Kriteria Evaluasi Penurunan Nilai ...................................... 20 2.4.3.3 Teknik Evaluasi Penurunan Nilai ....................................... 23 ix
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
2.4.3.4 Pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai ............ 29 BAB 3. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ............................................. 30 3.1 Gambaran Umum KAP Aryanto Amir Jusuf Mawar dan Saptoto ............ 30 3.1.1 Profil Kantor Akuntan Publik ........................................................ 30 3.1.2 Visi dan Misi Kantor Akuntan Publik ............................................ 30 3.1.3 Produk dan Jasa Kantor Akuntan Publik ........................................ 31 3.2 Gambaran Umum PT Bank XYZ ............................................................ 32 3.2.1 Sejarah Singkat PT Bank XYZ ...................................................... 32 3.2.2 Visi dan Misi PT Bank XYZ ......................................................... 33 3.2.3 Produk-produk yang Ditawarkan PT Bank XYZ ............................ 33 3.2.4 Kredit (Pinjaman) pada PT Bank XYZ .......................................... 33 BAB 4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...................................................... 35 4.1 Management Letter PT Bank XYZ Periode Tahun 2011 ........................ 35 4.2 Penerapan PSAK 50/55 (Revisi 2006) oleh PT Bank XYZ .................... 36 4.2.1 Kategori Aset Keuangan.. .............................................................. 37 4.2.2 Pengukuran ................................................................................... 38 4.2.3 Penurunan Nilai Kredit .................................................................. 40 4.2.3.1 Perhitungan Penurunan Nilai Kredit pada PT Bank XYZ ... 41 4.3 Analisis Permasalahan terkait dengan Penerapan PSAK 50/55 (Revisi 2006) pada PT Bank XYZ ...................................................................... 46 BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 54 5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 54 5.2 Saran ...................................................................................................... 55 DAFTAR REFERENSI ................................................................................... 57
x
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Persentase Minimum Penyisihan ........................................................ 36 Tabel 4.2 Suku Bunga Dasar Kredit PT Bank XYZ ............................................ 38 Tabel 4.3 Tingkat Materialitas untuk Pendapatan ............................................... 39 Tabel 4.4 Tingkat Materialitas untuk Biaya ........................................................ 40 Tabel 4.5 Rating Delinquency Past Due ............................................................. 41 Tabel 4.6 Evaluasi Penurunan Nilai Secara Kolektif berdasarkan Segmen dan Produk ............................................................................................... 46 Tabel 4.7 Penetapan Probability Default ............................................................ 49 Tabel 4.8 Perhitungan CKPN Kredit per September 2012 .................................. 50 Tabel 4.9 Perhitungan CKPN Kredit per Desember 2011 ................................... 51
xi
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1. Skema Pengambilan Keputusan Perhitungan Penurunan Nilai Kredit.. .......................................................................................... 42 Gambar 4.2. Decision Tree Proses Penilaian Individu......................................... 43
xii
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
DAFTAR RUMUS
Rumus 3.1 Perhitungan Suku Bunga Efektif....................................................... 19 Rumus 4.1 Perhitungan CKPN Kredit secara Kolektif ........................................ 45 Rumus 4.2 Perhitungan LGD dengan Metode Collateral Shortfall ..................... 45
xiii
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pelaksanaan Program Magang Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) merupakan Fakultas
Ekonomi tertua yang ada di Indonesia. Berdiri sejak tahun 1950, menjadikan FEUI unggul dan terdepan dalam hal pengalaman dan perkembangan ilmu ekonomi dan bisnis. FEUI memiliki tiga Departemen pendukung di bawahnya, yaitu Departemen Akuntansi, Departemen Manajemen, dan Departemen Ilmu Ekonomi. Selain itu, FEUI juga memiliki program-program pendidikan terbaik yang terakreditasi yang berada di bawah tiap Departemen tersebut, seperti Program S1 Reguler, Program Ekstensi, Program Vokasi, Program Pascasarjana, dan Program Magister. Program Ekstensi Akuntansi merupakan program pendidikan yang berada di bawah Departemen Akuntansi FEUI. Sebagai salah satu fakultas ternama di Indonesia, FEUI dituntut untuk mencetak lulusan yang dapat mengikuti perkembangan akuntansi yang semakin berkembang dalam praktik lapangan yang sesungguhnya. Oleh sebab itu, Program Ekstensi Akuntansi FEUI memberikan pilihan kepada para mahasiswanya untuk menjadikan magang sebagai salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi selain skripsi.
1.2
Tujuan Pelaksanaan Program Magang Program magang yang diadakan oleh Program Ekstensi Akuntansi FEUI ini
dimaksudkan sebagai salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi sebagai pengganti pelaksanaan skripsi. Bagi para mahasiswa yang tidak mengambil skripsi atau mata kuliah pengganti skripsi/magang, maka wajib melaksanakan program magang. Program magang ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas diri bagi para mahasiswa, baik secara mental maupun teknikal. Dengan melaksanakan program magang, secara teknikal mahasiswa diharapkan dapat menyalurkan kemampuan yang dimilikinya selama duduk di bangku perkuliahan ke dalam dunia kerja yang sebenarnya. Program magang juga diharapkan dapat 1
Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
2
dimanfaatkan oleh para mahasiswa untuk mulai melakukan persiapan dan beradaptasi dengan dunia kerja nyata, sehingga pada saat bekerja di masa mendatang para mahasiswa tidak mengalami kesulitan untuk beradaptasi. Selain itu, dengan pelaksanaan program magang penulis juga memperoleh pengalaman kerja sekaligus memperoleh ilmu yang sangat bermanfaat guna meningkatkan kualitas hidup di masa yang akan datang.
1.3
Tempat dan Waktu Pelaksanaan Program Magang Penulis memiliki kesempatan untuk melaksanakan program magang di salah
satu Kantor Akuntan Publik (KAP), yaitu KAP Aryanto Amir Jusuf Mawar dan Saptoto yang merupakan member firm dari RSM International yang beralamat di Plaza ABDA Lt. 10 & 11 Jl. Jend. Sudirman Kav. 59 Jakarta Pusat, selama 4 (empat) bulan, terhitung 6 Agustus 2012 hingga 30 November 2012. Selama melaksanakan magang, penulis berkesempatan untuk ditempatkan sebagai junior auditor. Tugas penulis selama pelaksanaan magang adalah membantu senior melakukan prosedur audit dalam melaksanakan kerja lapangan (fieldwork), seperti mempersiapkan Kertas Kerja (Working Paper), mempersiapkan Blank Report untuk pelaksanaan audit interim dan general audit akhir tahun 2012 dan melakukan pendokumentasian terhadap data-data yang terkait dengan pelaksanaan audit fieldwork.
1.4
Penulisan Laporan Magang
1.4.1 Latar Belakang Penulisan Laporan Magang Banyak sekali hal yang penulis peroleh selama melaksanakan program magang. Hal yang paling menarik perhatian penulis adalah berbagai bentuk kegiatan yang dilakukan selama proses pelaksanaan audit. Salah satunya adalah surat rekomendasi yang auditor berikan kepada manajemen perusahaan (klien) mengenai segala temuan yang diperoleh selama pelaksanaan pekerjaan lapangan (fieldwork) atau dikenal sebagai Management Letter. Dengan surat rekomendasi tersebut, manajemen perusahaan diharapkan dapat mengetahui secara rinci apa saja permasalahan dalam laporan keuangan perusahaan yang sebaiknya perlu Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
3
dibenahi, sehingga ke depannya laporan keuangan perusahaan menjadi lebih baik lagi. Menurut penulis, Management Letter merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam proses pelaksanaan audit. Menarik untuk dibahas mengenai bagaimana implementasi dari surat rekomendasi tersebut terhadap laporan keuangan perusahaan pada periode audit selanjutnya. Apakah perusahaan telah melaksanakan segala rekomendasi yang diberikan oleh auditor, terutama mengenai kebijakan akuntansi, pengendalian internal, dan ketersediaan data dengan prioritas pelaksanaan yang perlu segera diterapkan. Dan, bagaimana proses pelaksanaan yang dilakukan oleh perusahaan klien dalam menjalankan apa yang tertulis di dalam surat rekomendasi tersebut.
1.4.2 Tujuan Penulisan Laporan Magang Laporan magang merupakan tugas akhir yang harus dibuat dan dimiliki oleh peserta magang sebagai syarat wajib untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi yang kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan sidang laporan magang pada bagian akhir pelaksanaan magang dan penyusunan laporan magang. Para peserta magang diwajibkan menyusun laporan magang yang berisi mengenai kegiatan apa saja yang dilakukan oleh penulis selama melaksanakan magang. Penulisan laporan magang bertujuan untuk mengolah kemampuan para peserta magang untuk dapat menganalisis aktivitas yang terjadi di lingkungan pekerjaan selama pelaksanaan magang dan kemudian dibandingkan dengan teori yang sudah terlebih dahulu dipelajari oleh mahasiswa pada waktu kuliah.
1.4.3 Ruang Lingkup Penulisan Laporan Magang Dalam laporan magang ini, penulis akan membatasi ruang lingkup penulisan hanya pada poin-poin mengenai kebijakan akuntansi dan ketersediaan data dengan prioritas pelaksanaan yang perlu segera diterapkan yang terkait dengan penerapan PSAK 50/55 (Revisi 2006) atas Kredit yang Diberikan oleh PT Bank XYZ dan perhitungan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) atas Kredit yang Diberikan, sebagaimana tercantum di dalam Management Letter tahun 2011 untuk
Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
4
PT Bank XYZ dan bagaimana implementasinya terhadap laporan keuangan PT Bank XYZ pada tahun 2012. Selama melaksanakan program magang, penulis berperan sebagai Junior Auditor. Setiap aktivitas audit yang dilakukan penulis sangat terbatas pada tugas dari Senior Auditor dan kemudian diperiksa oleh Senior Auditor. Data yang penulis peroleh hanya terbatas pada tugas-tugas yang dilaksanakan selama magang. Khususnya akun Kredit yang Diberikan, penulis hanya melakukan loan review dan recalculation atas bunga yang harus dibayarkan oleh debitur, sedangkan yang bertanggung jawab terhadap recalculation atas CKPN dan Working Paper (WP) atas Kredit yang Diberikan adalah Senior Auditor. Selama melaksanakan magang, penulis banyak berkonsultasi dengan Senior Auditor sebagai referensi untuk penulisan laporan magang ini.
1.4.4 Sistematika Penulisan Laporan Magang Dalam penyusunannya, penulis membuat laporan magang ini menjadi lima Bab dan ditambah dengan lampiran-lampiran yang ada untuk melengkapi laporan. Adapun rincian masing-masing Bab dalam laporan magang penulis adalah sebagai berikut: BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini membahas tentang latar belakang pelaksanaan program magang yang menekankan pada alasan dilaksanakannya program magang dan tujuan pelaksanaan program magang, tempat serta waktu pelaksanaan magang, latar belakang penulisan laporan magang dan tujuan penulisan laporan magang, ruang lingkup penulisan laporan magang, dan sistematika penulisan laporan magang.
BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini membahas secara singkat teori-teori yang mendukung dan menjadi landasan dari aktivitas dan analisis pelaksanaan magang yang akan dibahas di bab selanjutnya. Teori ini terdiri dari teori mengenai akuntansi dan auditing secara umum, seperti Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang sesuai dengan topik yang penulis ambil yaitu PSAK 50/55 (Revisi 2006) terkait dengan Kredit, Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (Revisi 2008), serta pedoman Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
5
lainnya yang terkait dengan poin-poin yang dibahas di dalam Management Letter PT Bank XYZ.
BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Pada bab ini, penulis membahas tentang gambaran umum perusahaan tempat penulis melaksanakan program magang yang menjadi sumber data dalam penulisan laporan magang (karya akhir) ini. Bab ini memaparkan mengenai gambaran umum KAP tempat program magang dilaksanakan dan PT Bank XYZ sebagai tempat pelaksanaan audit. Lebih rincinya lagi akan dijelaskan sejarah KAP dan perusahaan klien yang penulis tangani, seperti riwayat KAP dan perusahaan klien mulai dari didirikan hingga sekarang masih tetap berdiri. Di bab ini juga membahas layanan jasa dimana penulis melaksanakan magang.
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, penulis melaporkan kegiatan yang dilakukan selama magang dan membahas mengenai Implementasi Management Letter terkait dengan Penerapan PSAK 50/55 (Revisi 2006) atas Kredit yang Diberikan dan Perhitungan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) Kredit pada PT Bank XYZ.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan kesimpulan dari keseluruhan bab yang ada di dalam laporan magang ini dan saran yang penulis berikan berdasarkan pada pengetahuan penulis dan pengalaman yang didapat selama melaksanakan program magang yang mungkin berguna bagi semua pihak bersangkutan dengan program magang ini.
Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Management Letter Management Letter (Surat Manajemen) merupakan surat yang dibuat
Kantor Akuntan Publik (KAP) ditujukan untuk menginformasikan pihak klien mengenai rekomendasi KAP guna meningkatkan bisnis klien (Arens et al.,2010). Management Letter sering dikenal sebagai surat rekomendasi yang isinya memberitahukan kelemahan dari pengendalian internal perusahaan (baik yang material maupun tidak material) yang ditemukan selama pelaksanaan pekerjaan lapangan, disertai dengan saran-saran perbaikan dari KAP. Management Letter merupakan suatu opsi dan ditujukan untuk membantu klien dalam mengoperasikan bisnisnya lebih efektif.
2.2
Pengertian Bank Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1992
tentang Perbankan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998, “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”
2.3
Kredit berdasarkan PSAK 50/55 (Revisi 2006) dan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) (Revisi 2008)
2.3.1 Pengertian Kredit Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan Pasal 1 angka 11, “Kredit merupakan penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.” 6
Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
7
Kredit berdasarkan pengertiannya antara lain memiliki unsur-unsur sebagai berikut : a) Persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam; b) Aktivitas peminjaman uang atau tagihan sebesar plafon yang disepakati; c) Jangka waktu tertentu; d) Pendapatan berupa bunga atau imbalan atau pembagian keuntungan; e) Risiko; dan f) Jaminan dan atau agunan (jika ada) Sementara itu, di dalam PAPI (Revisi 2008) dijelaskan juga mengenai kredit sindikasi, yaitu kredit secara bersama-sama oleh dua bank atau lebih atau perusahaan pembiayaan lainnya dengan pembagian dana, risiko, dan pendapatan (bunga dan provisi/komisi) sesuai porsi kepesertaan masing-masing anggota sindikasi. Kredit sindikasi disebut juga kredit dalam rangka pembiayaan bersama.
2.3.2 Penerusan Kredit Berdasarkan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) (Revisi 2008), penerusan kredit adalah kredit yang seluruh atau sebagian dananya berasal dari pihak lain, dan bank dapat menanggung atau tidak menanggung risiko atas kredit yang disalurkan. Penerusan kredit dibedakan menjadi : 1.
Kredit Channeling adalah kredit yang seluruh dananya berasal dari pemerintah atau pihak penyedia dana lainnya dan diberikan untuk sektor usaha/debitur tertentu yang ditetapkan oleh pihak penyedia dana. Bank hanya bertindak sebagai pengelola administrasi kredit (channeling agent), serta tidak menanggung risiko atas kredit yang disalurkan tersebut, dan untuk tugas tersebut, bank menerima imbalan jasa berupa fee atau bagian dari bunga. Dalam kredit chanelling, bank dapat: a) Hanya bertindak sebagai administrator terhadap kredit yang diberikan oleh pihak ketiga, tidak terdapat aliran dana masuk atau keluar melalui bank, sehingga bank tidak mencatat aset maupun kewajiban keuangan. b) Bertindak sebagai administrator dan menerima aliran dana masuk (mencatat
kewajiban keuangan)
dan
saat
menyalurkan kredit Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
8
mengurangi kewajiban keuangannya (risiko kredit ditanggung oleh pihak ketiga). 2.
Kredit Executing adalah kredit yang seluruh atau sebagian dananya berasal dari pemerintah atau pihak penyedia dana lainnya dan sebagian lagi berasal dari bank. Dalam hal ini bank bertindak sebagai pengelola atas seluruh kredit tersebut. Sumber dana dan risiko kredit yang ditanggung bank, ditetapkan berdasarkan perjanjian. Dalam kredit executing, selain bertindak sebagai administrator, bank menerima aliran dana masuk (mencatat kewajiban keuangan) dan saat menyalurkan kredit bank menanggung sebagian atau seluruh risiko kredit, untuk itu bank mencatat sebagai aset keuangan (executing) sebesar risiko kredit yang ditanggung.
3.
Kredit Two Step Loans (TSL) adalah kredit oleh bank yang seluruh dananya berasal dari pinjaman luar negeri yang diterima pemerintah untuk membiayai pengembangan sektor usaha tertentu sesuai perjanjian kredit antara pemerintah dan pemberi dana (lender). Bank tetap menanggung risiko atas kegagalan pemberian kredit tersebut atau sesuai perjanjian.
2.3.3 Jenis-jenis Kredit Menurut PAPI (Revisi 2008), kredit menurut penggunaannya terbagi atas : 2.3.3.1 Kredit Modal Kerja Kredit Modal Kerja adalah fasilitas kredit modal kerja yang diberikan kepada (calon) debitur baik dalam untuk memenuhi kebutuhan modal kerja jangka pendek dengan jangka waktu maksimal 1 tahun dan dapat diperpanjang. Jenisjenis produk untuk kredit modal kerja adalah : 1.
Fasilitas Pinjaman Rekening Koran (PRK) Fasilitas kredit dengan memberikan sejumlah plafon tertentu pada rekening debitur, dimana debitur setiap saat dapat melakukan penarikan sampai dengan batas maksimum sebesar plafond pinjaman.
2.
Fasilitas Pinjaman Tetap (PT) Fasilitas kredit yang dapat ditarik (dicairkan) sekaligus.
Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
9
3.
Fasilitas Pinjaman Tetap on Demand – Revolving (PT-OD) Fasilitas kredit yang dapat ditarik (dicairkan) sekaligus atau bertahap sesuai kebutuhan dan permintaan debitur. Fasilitas kredit bersifat revolving.
4.
Fasilitas Pinjaman Tetap on Demand – Non Revolving (PTX-OD) Fasilitas kredit yang dapat ditarik (dicairkan) sekaligus atau bertahap sesuai kebutuhan dan permintaan debitur. Fasilitas kredit bersifat non revolving.
2.3.3.2 Kredit Investasi Kredit Investasi adalah kredit jangka menengah/panjang yang diberikan kepada (calon) debitur untuk membiayai barang-barang modal dalam rangka rehabilitasi, modernisasi, perluasan (ekspansi) ataupun pendirian proyek baru, misalnya untuk pembelian tanah dan bangunan untuk pabrik, pembelian mesinmesin, dan lain-lain. Jenis-jenis produk untuk kredit investasi adalah : 1.
Fasilitas Pinjaman Tetap Angsuran (PTA) Fasilitas kredit yang dapat ditarik (dicairkan) sekaligus. Pembayaran atau pelunasan kredit dengan cara angsuran pokok dan angsuran bunga yang jumlah dan masa angsuran (tenor) sesuai dengan jadwal angsuran.
2.
Fasilitas Pinjaman Tetap Angsuran on Demand (PTA-OD) Fasilitas kredit yang dapat ditarik (dicairkan) bertahap sesuai kebutuhan dan permintaan debitur. Pembayaran atau pelunasan kredit dengan cara angsuran pokok dan angsuran bunga yang jumlah dan masa angsuran (tenor) sesuai dengan jadwal angsuran, setelah masa grace period berakhir.
2.3.3.3 Kredit Konsumsi Kredit Konsumsi adalah kredit dengan tujuan penggunaan membiayai kebutuhan yang bersifat konsumtif seperti untuk membiayai pembelian rumah tinggal atau ruko/rukan atau apartemen, renovasi rumah tinggal, membiayai pembelian kendaraan, dan lain-lain. Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
10
Jenis-jenis produk untuk kredit konsumsi adalah : 1.
Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Fasilitas kredit untuk pembiayaan pembelian rumah atau ruko/rukan atau apartment yang pencairannya (penarikan) dilakukan secara sekaligus. Pembayaran atau pelunasan kredit ini dengan cara angsuran pokok dan bunga yang jumlah dan masa angsurannya sesuai dengan jadwal angsuran.
2.
Kredit Kepemilikan Mobil (KPM) Fasilitas kredit untuk pembiayaan pembelian mobil yang pencairannya (penarikan) dilakukan secara sekaligus. Pembayaran atau pelunasan kredit ini dengan cara angsuran pokok dan bunga yang jumlah dan masa angsurannya sesuai dengan jadwal angsuran. Jenis kredit juga dibagi berdasarkan evaluasi mengenai terdapat atau
tidaknya bukti objektif bahwa kredit mengalami penurunan nilai terdiri dari : 1.
Kredit yang mengalami penurunan nilai, yaitu jika terdapat bukti objektif mengenai penurunan nilai tersebut sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa yang terjadi setelah pengakuan awal kredit tersebut (peristiwa yang merugikan); dan
2.
Kredit yang tidak mengalami penurunan nilai. Selain jenis kredit menurut penggunaannya dan menurut evaluasi, di
dalam PAPI (Revisi 2008) juga dijelaskan mengenai penggolongan kredit menurut kualitas, yaitu terdiri dari kredit dengan kualitas lancar (L), dalam perhatian khusus (DPK), kurang lancar (KL), diragukan (D), dan macet (M). Prinsip ini dilakukan untuk kepentingan penerapan prinsip kehati-hatian bank (prudential regulation).
2.3.4 Kebijakan Kredit sesuai dengan PSAK 50/55 (Revisi 2006) dan PAPI (Revisi 2008) 2.3.4.1 Kebijakan Umum Kredit Berdasarkan PSAK 50/55 (Revisi 2006) paragraf 45, untuk tujuan pengukuran nilai, aset keuangan setelah pengakuan awal dapat dibukukan dalam 4 kategori aset keuangan, yaitu: Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
11
A. Diukur pada Nilai Wajar melalui Laporan Laba Rugi a) Aset Keuangan yang dimiliki untuk tujuan dijual atau dibeli kembali dalam waktu dekat (diperdagangkan). b) Bagian dari portofolio yang dimiliki untuk tujuan ambil untung dalam jangka pendek (diperdagangkan). c) Derivatif, kecuali yang merupakan kontrak jaminan keuangan yang merupakan kontrak jaminan keuangan atau instrumen lindung nilai yang ditetapkan dan efektif (diperdagangkan). d) Aset keuangan yang pada saat pengukuran awal telah ditetapkan oleh entitas untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi. B. Dimiliki Hingga Jatuh Tempo a) Aset Keuangan non-derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan jatuh temponya telah ditetapkan. b) Entitas mempunyai instensi positif. c) Kemampuan untuk memiliki aset keuangan tersebut hingga jatuh tempo C. Tersedia untuk Dijual a) Seluruh aset keuangan non derivatif yang ditetapkan sebagai tersedia dijual atau yang tidak diklasifikasikan dalam kategori lain. b) Aset keuangan yang pada saat pengukuran awal ditetapkan sebagai tersedia untuk dijual. D. Pinjaman yang Diberikan dan Piutang Kredit yang diberikan yang tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif.
Sementara itu, definisi dari pinjaman yang diberikan dan piutang dijelaskan dalam PSAK 50/55 (Revisi 2006) paragraf 8 yang berbunyi: “Pinjaman yang diberikan dan piutang adalah aset keuangan nonderivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif, kecuali: (a) pinjaman yang diberikan dan piutang yang dimaksudkan oleh entitas untuk dijual dalam waktu dekat,
yang diklasifikasikan dalam kelompok
diperdagangkan, dan pinjaman yang diberikan dan piutang yang pada saat Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
12
pengakuan awal oleh entitas ditetapkan sebagai aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi; (b) pinjaman yang diberikan dan piutang yang pada saat pengakuan awal ditetapkan dalam kelompok tersedia untuk dijual; atau (c) pinjaman yang diberikan dan piutang dalam hal pemilik mungkin tidak akan memperoleh kembali investasi awal secara substansial kecuali yang disebabkan oleh penurunan kualitas pinjaman yang diberikan dan piutang, dan diklasifikasikan dalam kelompok tersedia untuk dijual. Kepemilikan atas kelompok aset yang bukan merupakan pinjaman yang diberikan atau piutang (seperti kepemilikan atas reksadana atau yang serupa) tidak dapat diklasifikasikan sebagai pinjaman yang diberikan atau piutang.” Dengan demikian, akun Kredit pada bank dapat dikategorikan sebagai Pinjaman yang diberikan dan/atau akun Piutang yang biasa disebut sebagai Kredit yang Diberikan (KYD).
2.3.4.2 Pengakuan, Pengukuran dan Penyajian Kredit a. Pengakuan Kredit Menurut PSAK 55 (Revisi 2006) paragraf 14, dijelaskan bahwa: “Entitas mengakui aset keuangan atau liabilitas keuangan pada laporan posisi keuangan, jika dan hanya jika, entitas tersebut menjadi salah satu pihak dalam ketentuan pada kontrak instrumen tersebut.” b. Pengukuran Kredit Pada PSAK 55 (Revisi 2006) paragraf 43, dijelaskan bahwa: “Pada saat pengakuan awal aset keuangan atau liabilitas keuangan, entitas mengukur pada nilai wajarnya. Dalam hal aset keuangan atau liabilitas keuangan tidak diukur pada nilai wajar melalui laba rugi, nilai wajar tersebut ditambah biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan atau penerbitan aset keuangan atau liabilitas keuangan tersebut.” Selanjutnya dijelaskan pula di dalam PSAK 55 (Revisi 2006) bahwa nilai wajar yang dimaksud dapat diperoleh melalui harga kuotasi di pasar aktif. Pernyataan yang mendukung hal ini adalah pada PSAK 55 (Revisi 2006) paragraf 49 yang berbunyi: Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
13
“Bukti terbaik dari nilai wajar adalah harga kuotasi di pasar yang aktif. Apabila pasar untuk suatu instrumen keuangan tidak aktif, entitas menetapkan nilai wajar dengan menggunakan teknik penilaian. Tujuan penggunaan teknik penilaian adalah untuk menetapkan berapa sesungguhnya harga transaksi pada tanggal pengukuran dalam suatu pertukaran yang wajar yang dimotivasi oleh pertimbangan-pertimbangan bisnis yang normal.....” Dari pernyataan tersebut, dijelaskan pada PAPI (Revisi 2008) bahwa penentuan nilai wajar menggunakan hirarki berikut: a. Kuotasi dipasar aktif; b. Teknik penilaian yang meliputi: 1) Harga dari transaksi pasar terkini yang dilakukan secara wajar; 2) Harga dari transaksi pasar terkini dari aset lain yang sejenis; atau 3) Analisa arus kas masa datang yang didiskonto menggunakan suku bunga pasar (dapat menggunakan suku bunga yang ditawarkan bank) yang berlaku untuk kredit sejenis. Untuk Kredit yang Diberikan, pengukurannya berdasarkan biaya perolehan diamortisasi dengan metode suku bunga. Berikut ini merupakan bunyi pernyataan tersebut yang tertuang di dalam PSAK 55 (Revisi 2006) paragraf 46: “Setelah pengakuan awal, entitas mengukur aset keuangan, termasuk derivatif yang diakui sebagai aset, pada nilai wajarnya, tanpa harus dikurangi biaya transaksi yang mungkin timbul pada penjualan atau pelepasan lainnya, kecuali untuk aset keuangan berikut ini: (a) pinjaman yang diberikan dan piutang sesuai definisi paragraf 07, yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif;...” Selisih antara nilai tercatat kredit (yang merupakan biaya perolehan diamortisasi) dengan nilai kredit yang akan diterima pada saat jatuh tempo kredit diamortisasi selama periode berjalan menggunakan metode suku bunga efektif. Berdasarkan PSAK 55 (Revisi 2006) paragraf 8, biaya perolehan diamortisasi dari aset keuangan atau kewajiban keuangan adalah jumlah aset keuangan atau kewajiban keuangan yang diukur pada saat pengakuan awal dikurangi pembayaran pokok, ditambah atau dikurangi dengan amortisasi Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
14
kumulatif menggunakan metode suku bunga efektif yang dihitung dari selisih antara nilai awal dan nilai jatuh temponya, dan dikurangi penurunan (baik secara langsung maupun menggunakan perkiraan cadangan) untuk penurunan nilai atau nilai yang tidak dapat ditagih. Masih berdasarkan PSAK 55 (Revisi 2006) paragraf 8, metode suku bunga efektif adalah metode yang digunakan untuk menghitung biaya perolehan diamortisasi dari aset keuangan atau kewajiban keuangan (atau kelompok aset keuangan atau kewajiban keuangan) dan metode untuk mengalokasikan pendapatan bunga atau beban bunga selama periode yang relevan. Berdasarkan PAPI (Revisi 2008), nilai wajar kredit pada saat pengakuan awal adalah sebesar pokok kredit yang dicairkan oleh debitur. Berdasarkan nilai wajar tersebut, dapat dihitung suku bunga efektif. Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi pembayaran atau penerimaan kas di masa datang selama perkiraan umur dari instrumen keuangan, atau jika lebih tepat, digunakan periode yang lebih singkat untuk memperoleh nilai tercatat bersih dari aset keuangan atau kewajiban keuangan. Selanjutnya, suku bunga efektif dapat dihitung dengan formula sebagai berikut:
PV =
CF (1+r)1
+
CF CF 2 + ...... + (1+r) (1+r)t
(3.1)
dimana : PV = nilai wajar yang merupakan present value dari kredit yang diberikan, yaitu sebesar arus kas keluar (pokok ditambah/dikurangi biaya transaksi berupa pendapatan dan/atau beban yang dapat diatribusikan secara langsung dan/atau premium atau diskonto) CF = arus kas bersih berdasarkan persyaratan kontraktual (seperti penerimaan pokok, bunga, denda, pelunasan dipercepat, call option, dan lainnya) r = suku bunga efektif (effective interest rate) t = jangka waktu Sementara itu, suku bunga efektif yang dihitung berdasarkan arus kas kontraktual pada dasarnya tidak dapat diubah sampai dengan seluruh kewajiban debitur dibayar lunas, termasuk ketika bank memberikan keringanan suku bunga melalui restrukturisasi kredit atau melakukan revisi estimasi pembayaran atau Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
15
penerimaan bunga dan pokok. Ketentuan penetapan suku bunga efektif adalah sebagai berikut: a.
Kredit dengan suku bunga tetap memiliki satu suku bunga efektif yang dihitung pada awal pemberian kredit.
b.
Kredit dengan suku bunga tetap dengan penyaluran secara bertahap atas jumlah plafon kredit memiliki suku bunga efektif tersendiri untuk setiap tahapan penarikan kredit kecuali pada awal pemberian kredit, waktu penarikan dan jumlah pada setiap penarikan telah diketahui.
c.
Apabila bank memberikan kredit dengan skema bunga meningkat atau menurun (step up/down) yang sudah diketahui sejak awal (sudah diperjanjikan), maka hal tersebut sudah harus diperhitungkan pada saat perhitungan awal arus kas untuk menentukan suku bunga efektif.
d.
Kredit dengan suku bunga mengambang, perhitungan suku bunga efektif didasarkan pada arus kas dengan menggunakan suku bunga yang diestimasi pada awal pemberian kredit. Selanjutnya suku bunga efektif akan disesuaikan pada saat penyesuaian suku bunga berikutnya. Suku bunga efektif akan berubah setiap kali dilakukan perubahan estimasi arus kas masa datang yang dihasilkan dari perubahan tingkat suku bunga. Amortisasi pendapatan dan/atau beban yang dapat diatribusikan secara langsung dilanjutkan dengan menggunakan suku bunga efektif yang baru. Dalam menghitung suku bunga efektif, bank harus memperhatikan secara
cermat biaya transaksi yang meliputi pendapatan dan beban selain bunga (yang dapat diatribusikan secara langsung dengan pemberian/pembelian kredit) yang harus diperhitungkan dalam estimasi arus kas masa datang. Jenis-jenis pendapatan dan beban tersebut antara lain: a.
Fee yang terkait dengan jangka waktu kredit, antara lain fee (seperti origination fee dan commitment fee) dan provisi kredit yang tertuang dalam perjanjian kredit, sepanjang fee/provisi tersebut secara langsung timbul pada saat pemberian/pembelian kredit (akuisisi aset). Jika fee/provisi kredit diterima sekaligus untuk kredit dengan penarikan secara bertahap maka fee/provisi tersebut dialokasikan secara proporsional sesuai jumlah penarikan kredit dalam setiap tahap; Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
16
b.
Denda (penalty) yang dikenakan kepada debitur atas opsi pelunasan sebelum jatuh tempo yang tertuang dalam perjanjian kredit, karena opsi tersebut menyebabkan bank tidak dapat menerima bunga secara penuh hingga jatuh tempo. Denda/penalty yang dikenakan terkait dengan biaya administrasi tidak diperhitungkan dalam estimasi arus kas masa datang. Opsi pelunasan sebelum jatuh tempo harus dievaluasi lebih lanjut apakah merupakan derivatif
melekat
yang
memenuhi persyaratan untuk
dipisahkan dari Kredit sebagai kontrak utamanya (host contract); c.
Biaya yang dikeluarkan bank dalam rangka pemberian/pembelian kredit seperti: 1.
Fee atau imbalan yang dibayarkan kepada developer, karyawan atau pihak lain untuk setiap aplikasi kredit yang disetujui; dan
2.
Biaya konsultan untuk notaris dan hukum, tinjauan lokasi debitur (onthespot), biaya appraisal, dan lain-lain.
Jenis-jenis pendapatan dan beban yang tidak dapat diperhitungkan dalam estimasi arus kas masa datang antara lain: a.
Seluruh pendapatan dan beban yang dapat diakui sekaligus, dan/atau;
b.
Pendapatan dan beban lainnya yang tidak dapat diatribusikan secara langsung dengan pemberian/pembelian kredit. Berdasarkan PAPI (Revisi 2008), dijelaskan bahwa Bank dapat tidak
melakukan amortisasi atas pendapatan dan biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung pada pemberian/pembelian kredit dan mengakui sekaligus sebagai pendapatan atau beban pada periode berjalan jika besarnya pendapatan dan biaya transaksi tersebut tidak material. Bank harus menetapkan tingkat materialitas dan mendokumentasikan dalam kebijakan akuntansi. Tingkat materialitas ditetapkan secara agregat dengan membandingkan total biaya transaksi dengan laba sebelum pajak. Total biaya transaksi sebesar 5% atau kurang dari rata-rata laba sebelum pajak selama 3 tahun terakhir dianggap tidak material. Tingkat materialitas secara individu ditetapkan oleh manajemen dengan berdasarkan pada estimasi angka agregat. Dalam hal bank mengalami kerugian, laba sebelum pajak menggunakan rata-rata 3 tahun Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
17
terakhir sebelum bank mengalami kerugian untuk menentukan tingkat materialitas secara agregat.
c. Penyajian Kredit Berdasarkan PAPI (Revisi 2008), kredit disajikan di neraca sesuai dengan kategori, yaitu: 1.
Kredit dengan kategori Diukur pada Nilai Wajar melalui Laporan Laba Rugi dan Tersedia untuk Dijual, penyajiannya di neraca sebesar nilai wajar.
2.
Kredit dengan kategori Dimiliki Hingga Jatuh Tempo dan Pinjaman yang Diberikan dan Piutang, disajikan di neraca sebesar biaya perolehan diamortisasi (amortised cost), yaitu nilai wajar kredit yang diukur pada saat pengakuan awal dikurangi pembayaran pokok, ditambah atau dikurangi dengan amortisasi kumulatif menggunakan metode suku bunga efektif. Sementara itu, Cadangan Kerugian Penurunan Nilai, selanjutnya disebut CKPN, (jika ada) disajikan sebagai offsetting account atas Kredit yang Diberikan.
2.4
Penurunan Nilai dan CKPN Kredit berdasarkan PSAK 50/55 (Revisi 2006) dan PAPI (Revisi 2008)
2.4.1 Pengertian Penurunan Nilai Penurunan nilai adalah suatu kondisi dimana terdapat bukti objektif terjadinya peristiwa yang merugikan sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa yang terjadi setelah pengakuan awal kredit tersebut, dan peristiwa yang merugikan tersebut berdampak pada estimasi arus kas masa datang atas aset keuangan atau kelompok aset keuangan yang dapat diestimasi secara handal.
2.4.2 Pengertian CKPN Kredit Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) Kredit adalah penyisihan yang dibentuk apabila nilai tercatat kredit setelah penurunan nilai kurang dari nilai tercatat awal. Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
18
2.4.3 Kebijakan Penurunan Nilai dan CKPN Kredit sesuai dengan PSAK 50/55 (Revisi 2006) dan PAPI (Revisi 2008) Sesuai dengan PSAK 55 (Revisi 2006) paragraf 59 yang berbunyi: “Pada setiap tanggal neraca entitas mengevaluasi apakah terdapat bukti yang obyektif bahwa aset keuangan atau kelompok aset keuangan mengalami penurunan nilai. Jika terdapat bukti tersebut, maka entitas harus menerapkan paragraf 64 (untuk aset keuangan yang dicatat pada biaya perolehan yang diamortisasi), paragraf 67 (untuk aset keuangan yang dicatat pada biaya perolehan), atau paragraf 68 (untuk aset keuangan yang diklasifikasikan dalam kelompok Tersedia untuk Dijual) untuk menentukan jumlah kerugian dari penurunan nilai tersebut.” Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa penurunan nilai kredit dapat terjadi jika terdapat bukti objektif yang mendukung penurunan nilai kredit itu sendiri. Kredit yang diturunkan nilainya dan kerugian penurunan nilai telah terjadi, jika dan hanya jika, terdapat bukti yang obyektif mengenai penurunan nilai tersebut sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa, yang terjadi setelah pengakuan awal kredit tersebut, dan peristiwa yang merugikan tersebut berdampak pada estimasi arus kas masa datang atas kredit sebagaimana dijelaskan pada PSAK 55 (Revisi 2006) paragraf 60. Pada PSAK 55 (Revisi 2006) paragraf 60 juga dijelaskan mengenai bukti objektif yang merupakan peristiwa-peristiwa yang merugikan adalah sebagai berikut: a.
Kesulitan keuangan signifikan yang dialami pihak peminjam;
b.
Pelanggaran kontrak, seperti terjadinya wanprestasi atau tunggakan pembayaran pokok atau bunga lebih dari 90 hari.
c.
Pihak pemberi pinjaman, dengan alasan ekonomi atau hukum sehubungan dengan kesulitan keuangan yang dialami pihak peminjam, memberikan keringanan (konsesi) pada pihak peminjam yang tidak mungkin diberikan jika pihak peminjam tidak mengalami kesulitan tersebut;
d.
Terdapat kemungkinan bahwa peminjam akan dinyatakan pailit atau melakukan reorganisasi keuangan lainnya; Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
19
e.
Hilangnya pasar atas usaha pihak peminjam, antara lain: sudah tidak ada demand atas produknya di pasar, produknya dilarang beredar atau kejadian yang mengakibatkan pihak peminjam tidak mampu bertahan di pasar atau tutup usahanya.
f.
Data yang dapat diobservasi mengindikasikan adanya penurunan yang dapat diukur atas estimasi arus kas masa datang dari kelompok aset keuangan sejak pengakuan awal aset dimaksud, meskipun penurunannya belum dapat diidentifikasi terhadap aset keuangan secara individual dalam kelompok aset tersebut, termasuk: 1. Memburuknya status pembayaran pihak peminjam dalam kelompok tersebut
(misalnya
meningkatnya
tunggakan
pembayaran
atau
meningkatnya jumlah pihak peminjam kartu kredit yang mencapai batas kreditnya dan hanya mampu membayar cicilan bulanan minimal); atau 2. Kondisi ekonomi nasional atau lokal yang berkorelasi dengan wanprestasi atas aset dalam kelompok tersebut (misalnya bertambahnya tingkat pengangguran di area geografis pihak peminjam, turunnya harga properti untuk kredit properti di wilayah yang relevan, turunnya harga minyak untuk pinjaman yang di berikan kepada produsen minyak, atau memburuknya kondisi industri yang mempengaruhi pihak peminjam dalam kelompok tersebut). Bank pertama kali menentukan bahwa terdapat bukti objektif mengenai penurunan nilai secara individual atas kredit yang signifikan secara individual, dan untuk kredit yang tidak signifikan secara individual terdapat bukti penurunan nilai secara individual atau kolektif. Jika Bank menentukan tidak terdapat bukti objektif mengenai penurunan nilai atas kredit yang dinilai secara individual, terlepas kredit tersebut signifikan atau tidak, maka Bank memasukkan kredit tersebut ke dalam kelompok yang memiliki karakteristik risiko kredit yang serupa dan menilai penurunan nilai kelompok tersebut secara kolektif. Aset yang penurunan nilainya dinilai secara individual, dan untuk itu kerugian penurunan nilai diakui atau tetap diakui, tidak termasuk dalam penilaian penurunan nilai secara kolektif. Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
20
2.4.3.1 Identifikasi Bukti Objektif Berdasarkan PAPI (Revisi 2008), harus dilakukan identifikasi terhadap bukti objektif yang mempengaruhi penurunan nilai kredit, yaitu: a. Bank harus menetapkan peristiwa-peristiwa yang memenuhi kriteria sebagai bukti objektif terjadinya penurunan nilai kredit berdasarkan pengalaman dan tren historis (experience credit judgement), informasi yang
tersedia,
disertai
dengan
analisis
dasar
perhitungan
dan
mendokumentasikan dalam kebijakan bank. b. Penurunan nilai pada dasarnya disebabkan oleh dampak kombinasi dari beberapa peristiwa, kecuali peristiwa di masa datang yang diperkirakan dapat menimbulkan kerugian, terlepas hal tersebut sangat mungkin terjadi. c. Faktor-faktor lain yang harus dipertimbangkan entitas dalam menentukan apakah terdapat bukti objektif bahwa kerugian akibat penurunan nilai telah terjadi meliputi informasi mengenai likuiditas, solvabilitas, dan eksposur risiko usaha dan risiko keuangan pihak debitur atau pihak penerbit, tingkat atau tren terjadinya tunggakan (delinquencies) untuk aset keuangan serupa, tren dan kondisi ekonomi nasional dan lokal, dan nilai wajar agunan dan jaminan. Faktor-faktor ini dan faktor-faktor lainnya, baik secara individual maupun secara bersama, dapat menjadi bukti objektif yang cukup bahwa kerugian akibat penurunan nilai telah terjadi dalam kredit atau kelompok kredit.
2.4.3.2Kriteria Evaluasi Penurunan Nilai Sesuai dengan PSAK 55 (Revisi 2006), bank menentukan penurunan nilai secara individual atas kredit yang signifikan dan terdapat bukti objektif adanya penurunan nilai, sedangkan untuk kredit yang signifikan namun tidak terdapat bukti objektif adanya penurunan nilai dan kredit yang tidak signifikan dinilai secara kolektif berdasarkan segmen kredit. a.
Secara Individual 1) Bank wajib menentukan tingkat signifikansi kredit yang akan dievaluasi secara individual yang disertai dengan dokumentasi yang memadai yang harus dikaji ulang secara periodik; Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
21
2) Dalam hal tidak terdapat bukti objektif penurunan nilai dari kredit yang dievaluasi secara individual, maka kredit tersebut harus dimasukkan ke dalam kategori kredit yang akan dievaluasi penurunan nilainya secara kolektif. 3) Dalam hal terdapat bukti objektif penurunan nilai dari kredit yang dievaluasi secara individual namun tidak terdapat kerugian penurunan nilai, maka kredit tersebut tidak dimasukkan ke dalam kategori kredit yang akan dievaluasi penurunan nilainya secara kolektif. 4) Evaluasi secara individual didasarkan pada 2 konsep, yaitu: a. Estimasi jumlah kerugian kredit, didasarkan pada seluruh informasi yang tersedia dan experienced credit judgement, serta memperhatikan berbagai faktor seperti:
kekuatan finansial dan kemampuan debitur untuk membayar kembali kewajiban (repayment capacity);
jenis dan jumlah agunan;
ketersediaan garansi; dan
prospek usaha debitur di masa datang
b. Estimasi jumlah yang dapat diperoleh kembali (recoverable amount), didasarkan pada identifikasi arus kas masa datang dan estimasi nilai kini dari arus kas tersebut.
b. Secara Kolektif 1) Evaluasi penurunan nilai secara kolektif mencakup seluruh kredit yang: a. Tidak dievaluasi secara individual; dan b. Dievaluasi secara individual, namun tidak terdapat bukti objektif terjadinya penurunan nilai. 2) Bank wajib mengelompokkan kredit yang akan dinilai secara kolektif berdasarkan kesamaan karakteristik risiko kredit yang mengindikasikan kemampuan debitur untuk membayar seluruh kewajiban yang jatuh tempo sesuai persyaratan kontrak. Sebagai contoh, kredit dapat dikelompokkan berdasarkan satu atau lebih karakteristik berikut ini: Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
22
a. Estimasi probabilitas terjadinya gagal bayar atau peringkat risiko kredit; b. tipe (contohnya, pinjaman beragun aset atau pinjaman kartu kredit); c. lokasi geografis; d. tipe jaminan; e. tipe pihak kedua (contoh, konsumen, bisnis, atau pemerintah); f. status tunggakan; dan g. jatuh tempo. Model risiko kredit atau metode untuk mengestimasi arus kas masa datang yang
diperkirakan
yang
lebih
kompleks
(canggih)
dapat
mengkombinasikan beberapa faktor, seperti evaluasi risiko kredit atau proses pemeringkatan yang memperhitungkan tipe aset, industri, lokasi geografis, tipe jaminan, status tunggakan, dan karakteristik yang relevan lainnya dari aset yang sedang dievaluasi dan data kerugian yang terkait. 3) Pengelompokkan kredit berdasarkan kesamaan karakteristik tersebut harus disertai dengan dokumentasi yang memadai yang dikaji ulang secara periodik. 4) Terhadap kredit yang dikelompokkan tersebut, bank harus melakukan evaluasi apakah terdapat bukti objektif terjadinya penurunan nilai. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain: a. Terdapat data yang dapat diobservasi yang mengindikasikan terjadinya penurunan dalam estimasi arus kas masa datang yang dapat diukur dari kelompok kredit; b. Penurunan yang dapat diukur tersebut telah terjadi sejak pengakuan awal kredit; dan c. Penurunan tersebut belum dapat diidentifikasi terkait dengan kredit tertentu dalam kelompok kredit. 5) Evaluasi penurunan nilai secara kolektif merupakan langkah antara sampai penurunan nilai kredit secara individual dapat diidentifikasi. Segera setelah penurunan nilai suatu kredit secara individual dalam kelompok kredit tersebut diidentifikasi, maka kredit tersebut harus dikeluarkan dari kelompok kredit dan selanjutnya dinilai secara individual. Namun bank Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
23
dapat mempertimbangkan analisa biaya dan manfaat yang dituangkan dalam kebijakan internal bank untuk menentukan apakah analisa individual perlu dilakukan.
2.4.3.3Teknik Evaluasi Penurunan Nilai Bank dapat menggunakan berbagai teknik untuk mengevaluasi penurunan nilai, baik secara individual maupun kolektif. Dalam memilih dan menggunakan teknik evaluasi penurunan nilai, bank perlu mempertimbangkan analisa biaya dan manfaat serta ketersediaan informasi dan data historis. Evaluasi terhadap penurunan nilai tidak hanya didasarkan pada suatu pendekatan atau metode yang bersifat standar (prescriptive rules/formulae) tetapi juga didasarkan pada experienced credit judgement oleh pihak yang memiliki kompetensi dan kewenangan mengingat pengalaman kerugian historis maupun data yang dapat diobservasi bersifat terbatas atau mungkin tidak sepenuhnya relevan dengan kondisi saat ini. a.
Secara Individual Bank dapat menggunakan beberapa teknik untuk mengevaluasi penurunan
nilai dan mengukur kerugian penurunan nilai, yaitu: 1) Discounted Cash Flow a. Kredit yang telah mengalami penurunan nilai dicatat berdasarkan jumlah yang didiskonto (discounted value) dan bukan berdasarkan nilai buku, karena bank tidak akan dapat memperoleh kembali seluruh jumlah kredit yang telah diberikan kepada debitur. b. Jumlah
yang
didiskonto
(discounted
value)
diperoleh
dengan
mengestimasi arus kas masa datang (mencakup pembayaran pokok dan bunga) yang didiskonto menggunakan suku bunga efektif awal dari kredit. c. Untuk kredit bersuku bunga tetap, suku bunga kontraktual tidak berubah selama jangka waktu kredit. Oleh karena itu, suku bunga efektif dapat diidentifikasi setelah memperhitungkan seluruh biaya (termasuk perolehan fee) yang dapat diatribusikan secara langsung pada kredit. Suku bunga efektif tersebut tidak berubah dan digunakan untuk mengevaluasi kerugian penurunan nilai kredit. Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
24
d. Untuk kredit bersuku bunga mengambang (variable interest rate), dimana suku bunga kontraktual berubah dari waktu ke waktu bergantung pada suku bunga referensi, maka suku bunga efektif juga dapat berubah.
2) Fair Value Collateral a. Kredit yang telah mengalami penurunan nilai juga dapat dicatat berdasarkan jumlah yang dapat diperoleh kembali (recoverable value). b. Dalam menentukan jumlah kredit yang dapat diperoleh kembali, bank dapat memperhitungkan arus kas masa datang dari pengambilalihan agunan, yaitu jika memenuhi salah satu kondisi berikut:
Kredit bersifat collateral dependent, yaitu jika pelunasan kredit hanya bersumber dari agunan;
Sulit untuk menentukan jumlah dan saat penerimaan arus kas masa datang yang berasal dari pokok kredit dan/atau bunga dengan andal; dan/atau
Pengambilalihan agunan kemungkinan besar terjadi dan didukung dengan aspek legal pengikatan agunan.
c. Bukti terbaik dari nilai wajar agunan adalah berdasarkan kuotasi harga di pasar aktif.
Jika tidak tersedia kuotasi harga agunan di pasar aktif, maka bank dapat menggunakan harga dari transaksi terkini atas agunan serupa; dan
Jika tidak tersedia harga dari agunan yang serupa, maka bank dapat menggunakan teknik penilaian yang andal.
d. Bank harus menggunakan informasi yang tersedia untuk mengestimasi nilai wajar agunan seakurat mungkin, termasuk perkiraan waktu realisasi atau penjualan agunan tersebut. e. Nilai agunan yang dapat diperhitungkan adalah nilai yang terendah antara nilai wajar dan nilai pengikatan agunan.
Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
25
3) Observable Market Price a. Dalam kondisi dimana jumlah dan periode arus kas masa datang tidak dapat dipastikan dan kuotasi harga kredit di pasar aktif dapat diobservasi melalui informasi dan data pasar, maka harga pasar tersebut dapat digunakan sebagai nilai wajar kredit dengan memperhitungkan perkiraan waktu realisasi atau penjualan kredit tersebut. b. Pendekatan ini dapat digunakan untuk mengukur kerugian penurunan nilai, misalnya untuk kredit commercial real estate, dimana informasi dan data mengenai harga pasar properti tersebut tersedia setiap saat. c. Jika pendekatan ini digunakan, bank harus memiliki informasi yang lengkap mengenai jumlah, sumber informasi dan tanggal atas harga pasar tersebut.
b. Secara Kolektif Evaluasi penurunan nilai terhadap kelompok kredit dilakukan berdasarkan estimasi arus kas kontraktual masa datang dan tingkat kerugian historis (historical loss rate atau historical net charge-off rate) dari kelompok kredit. Data mengenai kerugian historis merupakan titik awal dalam melakukan evaluasi penurunan nilai terhadap kelompok kredit. Berdasarkan data kerugian historis
dari
suatu
kelompok
kredit
setelah
memperhitungkan
tingkat
pengembalian (recovery rate), bank dapat mengestimasi arus kas masa datang dan tingkat kerugian kelompok kredit pada saat ini. Bank dapat menentukan sendiri periode observasi data kerugian historis. Namun, dalam menetapkan periode tersebut, perlu diperhatikan bahwa dalam kondisi ekonomi yang stabil, disarankan menggunakan periode observasi yang lebih panjang, sementara dalam kondisi ekonomi yang berfluktuasi, disarankan menggunakan periode observasi yang lebih pendek. Periode observasi apapun yang digunakan, bank harus memiliki data kerugian historis selama minimal 3 tahun sehingga dapat menghasilkan estimasi kerugian yang lebih andal dan berarti.
Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
26
Dalam menetapkan tingkat kerugian untuk kelompok kredit, bank perlu memperhatikan hal-hal berikut: a. analisa penurunan nilai kelompok kredit; b. umur kredit dalam kelompok kredit (aging of balances); c. arus kas dari seluruh sisa umur kredit (tidak hanya tahun berikutnya); d. kondisi terkini, baik internal maupun eksternal; e. pengaruh nilai waktu dari uang (time value of money); dan f. tidak menghasilkan suatu tingkat kerugian historis yang mengharuskan pengakuan kerugian pada saat pengakuan awal kredit. Evaluasi penurunan nilai terhadap kelompok kredit secara kolektif juga mencakup kerugian yang telah terjadi namun belum dapat diidentifikasi secara tersendiri pada tanggal laporan (incurred but not yet identified). Untuk itu, bank juga perlu mempertimbangkan faktor emergence period, yaitu periode waktu antara terjadinya peristiwa yang merugikan dalam kelompok kredit sampai bukti objektif dapat diidentifikasi atas kredit secara individual. Emergence period tersebut harus ditetapkan berdasarkan data empiris. Umumnya emergence period tidak melampaui 12 bulan kecuali dalam kondisi tertentu di luar perkiraan. Bank dapat menggunakan beberapa pendekatan dalam menetapkan tingkat kerugian kelompok kredit, yaitu: a. Pendekatan Berbasis Formula (Formula Based) 1. Pendekatan ini menggunakan formula tertentu yang relatif sederhana untuk menghitung tingkat kerugian historis, misalnya tingkat kematian (death rate) debitur. 2. Bank tidak dapat mengakui adanya kerugian akibat penurunan nilai untuk kejadian yang diperkirakan akan terjadi di masa datang karena peristiwa kerugian (misalnya meninggalnya debitur) belum terjadi. b. Metode Statistik (Statistical Model Analysis) 1. Penetapan
tingkat
kerugian
historis
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan metode statistik berdasarkan internal loan grades masing-masing bank. 2. Perhitungan tingkat kerugian historis secara statistik menggunakan parameter berikut: Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
27
Probability of Default, yaitu tingkat kemungkinan kegagalan debitur memenuhi kewajiban, yang dapat diukur berdasarkan beberapa pendekatan, antara lain Migration Analysis, Roll Rates, Vintage Analysis, dan Default Rate. a.
Roll Rates Analysis Roll Rates Analysis menggunakan internal loan grading system. Pendekatan ini dapat dilakukan dengan menganalisis tingkat kerugian kredit pada setiap periode tunggakan (deliquency stage). Selanjutnya, tingkat Probability of Default (PD) dan Loss Given Default (LGD) dihitung berdasarkan asumsi bahwa pada kondisi hapus buku, PD dan LGD adalah sebesar 100% atau tidak akan tertagih (default). Namun, apabila berdasarkan data historis dapat diestimasi secara andal, bahwa bank dapat menagih sebagian porsi kredit yang sudah dihapusbuku (write-off) dimaksud, maka persentase PD dan LGD untuk kredit tersebut harus dikurangi dengan persentase tingkat pengembalian (recovery rate). Selanjutnya, tingkat PD dan LGD pada kondisi hapus buku tersebut digunakan untuk menghitung tingkat kerugian pada setiap periode tunggakan.
b.
Migration Analysis Migration Analysis menggunakan internal loan grading system (rating system) dan bukan berdasarkan pengalaman kerugian sebagaimana
halnya
pendekatan
Historical
Loss Rate.
Pendekatan ini dilakukan dengan menganalisa tingkat migrasi outstanding kredit dari grade tertinggi ke grade terendah. Dalam kasus portofolio kartu kredit, umumnya loan grading ditentukan berdasarkan periode tunggakan (delinquency stage). Selanjutnya, tingkat migrasi dihitung berdasarkan persentase nilai kredit atau jumlah rekening yang berpindah dari satu periode tunggakan terendah ke periode tunggakan dimana kartu kredit dinilai tidak akan tertagih (default). Selanjutnya, tingkat migrasi Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
28
tersebut digunakan untuk menentukan tingkat kerugian kelompok kartu kredit berdasarkan setiap periode tunggakan. c. Vintage Analysis Vintage Analysis biasanya digunakan pinjaman konsumen dan sering digunakan untuk mortgage-backed securities (MBS), metode ini dilakukan dengan melakukan inspeksi visual tanpa mengidentifikasi sebab dan akibat. Perhitungan diukur dengan menggunakan metode Dual-Tme Dynamic. d. Default Rate Default Rate biasanya digunakan untuk mengukur tingkat peminjam gagal bayar dan tingkat bunga yang akan diberikan pada saat peminjam gagal bayar. Perhitungan dilakukan dengan menentukan eksposur risiko dan resiko ekonomi untuk mengevaluasi kemampuan pembayaran peminjam secara keseluruhan dan tingkat yang lebih tinggi diterapkan untuk saldo tunggakan di samping beban bunga regular untuk utang
Loss Given Default, yaitu besarnya tingkat kerugian yang diakibatkan kegagalan debitur memenuhi kewajiban, yang dapat diukur berdasarkan beberapa pendekatan, antara lain Expected Recoveries, Collateral Shortfall, dan Loss on Disposal. a. Expected Recoveries, metode ini mengukur dampak risiko volatilitas aset perusahaan melalui recovery rate, rasio ini diukur menggunakan formula Black-Scholes Model. b. Collateral Shortfall, metode ini mengukur batas maksimum pemberian kredit, kepatuhan pembayaran, dan mengukur shortfall yang terjadi tergolong ke dalam extraordinary circumstances. c. Loss and Disposal, metode ini mengukur batas loss dan disposal bank, loss diukur menggunakan expected loss dan disposal menggunakan net realizable value.
Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
29
3. Metode ini dapat menggunakan data tingkat kerugian bank (bankspecific data) seperti data mengenai internal loan grades, maupun data kerugian yang dialami industri perbankan. Estimasi terhadap perubahan arus kas masa datang harus mencerminkan dan memiliki arah yang konsisten dengan perubahan data dan informasi terkait yang dapat diobservasi dari satu periode ke periode berikutnya, misalnya perubahan tingkat pengangguran, harga properti, harga komoditas, status pembayaran, atau faktor-faktor lainnya yang merupakan indikasi timbulnya kerugian dalam kelompok kredit serta besarannya.
2.4.3.4Pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) Kredit Berdasarkan PAPI (Revisi 2008), dijelaskan bahwa dalam mengukur dan membentuk CKPN, bank harus memperhatikan hal-hal berikut : 1) CKPN dibentuk berdasarkan selisih antara nilai tercatat kredit dan nilai kini dari estimasi arus kas masa datang yang didiskonto menggunakan suku bunga efektif; 2) Bank tidak diperbolehkan membentuk CKPN melebihi jumlah yang dapat dikaitkan pada kredit individual atau kelompok kredit kolektif dan didukung dengan bukti objektif penurunan nilai; 3) CKPN dibentuk sesuai dengan mata uang denominasi kredit yang diberikan. Dalam kasus tertentu, bank mungkin tidak perlu membentuk CKPN, khususnya jika nilai wajar agunan yang diperhitungkan dalam estimasi arus kas jauh melebihi baki debit dari kredit.
Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
3.1
Gambaran Umum KAP Aryanto Amir Jusuf Mawar dan Saptoto
3.1.1 Profil Kantor Akuntan Publik Kantor Akuntan Publik Aryanto Amir Jusuf Mawar dan Saptoto, selanjutnya disebut KAP AAJ, merupakan kantor akuntan publik yang didirikan di Jakarta pada tahun 1985 oleh Amir Abadi Jusuf. Pada awal pendiriannya KAP AAJ merupakan KAP Amir Abadi Jusuf yang kemudian berganti nama menjadi KAP Aryanto Amir Jusuf, dipertengahan perjalanan karirnya KAP Aryanto Amir Jusuf kembali mengganti namanya menjadi KAP Aryanto Amir Jusuf dan Mawar hingga Oktober 2009. Terhitung Oktober 2009 itulah KAP Aryanto Amir Jusuf dan Mawar berganti nama menjadi KAP Aryanto Amir Jusuf Mawar dan Saptoto. KAP AAJ berpusat di Plaza Abda lt. 10 dan 11 Jl. Jend. Sudirman Kav. 59 Jakarta Pusat. KAP AAJ juga memiliki sebuah kantor cabang yang berada di Surabaya. KAP AAJ memperoleh izin usaha sebagai kantor akuntan publik oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia dengan Nomor : Kep.302/KM.17/1999. Sejak tahun 1992, KAP AAJ merupakan member firm dari RSM International yang merupakan kantor akuntan publik terbesar ke-6 yang memiliki reputasi baik di dunia. Oleh karena itu, KAP AAJ kemudian dikenal dengan nama RSM AAJ Associates juga merupakan salah satu kantor akuntan publik lokal terdepan di Indonesia. Dengan kurang lebih 500 sumber daya manusia yang profesional, RSM AAJ Associates telah banyak membantu berbagai perusahaan dan organisasi dengan memberikan jasa profesional berstandar internasional.
3.1.2 Visi dan Misi Kantor Akuntan Publik RSM AAJ Associates memiliki visi dan misi terdepan guna mengedepankan profesionalitas mereka. Adapun visi KAP AAJ adalah untuk menjadi mitra yang tepat bagi para stakeholder. Sedangkan misi dari KAP AAJ, yaitu : 1.
Mendukung pencapaian klien guna meningkatkan keunggulan jasa profesional kelas dunia. 30
Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
31
2.
Memberikan kontribusi kepada profesi dan pada perekonomian Indonesia.
3.
Menyediakan manfaat untuk belajar dan menjunjung tinggi profesionalitas dalam bekerja. RSM AAJ Associates berkomitmen untuk menyediakan layanan yang akan
menambah nilai bagi para klien dan akan membantu KAP AAJ dan klien mereka pun untuk mencapai sebuah keunggulan. Nilai yang disampaikan kepada klien akan membawa pertumbuhan yang berkelanjutan bagi RSM AAJ Associates dan klien berharga mereka. Untuk alasan itu, RSM AAJ Associates percaya dalam mengimplementasikan "STAR" nilai dalam setiap aspek kegiatan sehari-hari. “STAR” merupakan kepanjangan dari Smart yang berarti bekerja dengan cermat, Trust yang berarti membangun kepercayaan serta mengaturnya agar kepercayaan tersebut berkesinambungan, Actions yang berarti berkomitmen untuk menyelesaikan semua tugas yang ada, serta Respect yang berarti dengan menghormati diri kita sendiri maka kita menghormati orang lain. Sebagai organisasi praktik profesional, kesempurnaan memiliki peranan penting dalam kesinambungan perusahaan. Oleh karena itu, KAP AAJ berkomitmen untuk tampil pada kemampuan terbaik mereka. Di sini, mereka melihat bahwa semua sumber daya manusianya adalah “STAR” dan telah digunakan sebagai dasar dari kinerja di tempat kerja dan dalam berinteraksi dengan klien.
3.1.3 Produk Jasa Kantor Akuntan Publik KAP AAJ memiliki komitmen untuk menerapkan solusi praktis dalam memberikan berbagai jasa profesional kepada klien sesuai dengan visi dan misinya. Jasa profesional yang diberikan antara lain : 1.
Jasa Auditing dan Assurance
2.
Jasa Akuntansi dan Administrasi
3.
Jasa Pendirian Bisnis dan Corporate Secretarial
4.
Jasa Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS)
5.
Transaction Support and Capital Market Advisory
6.
Risk & Internal Audit Advisory
7.
Jasa Perpajakan Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
32
3.2
Gambaran Umum PT Bank XYZ
3.2.1 Sejarah Singkat PT Bank XYZ PT Bank XYZ merupakan bank yang telah berdiri lebih dari 20 tahun di industri perbankan Indonesia yang kini hadir dengan konsep dan tampilan yang baru sebagai wujud dari diperbaruinya visi, misi dan strategi perusahaan. PT Bank XYZ merupakan tampilan bank baru yang dahulu dikenal sebagai PT Bank ABC yang didirikan di Jakarta pada tahun 1990 dan berubah nama menjadi PT Bank XYZ pada tahun 2010. Dahulu, PT Bank XYZ dikenal sebagai PT Bank ABC, namun semenjak tahun 2008 PT DEF selaku pemegang saham mengajukan permohonan akuisisi PT Bank ABC kepada Bank Indonesia (BI) dan permohonan tersebut dikabulkan BI per Oktober 2010, sehingga secara resmi PT Bank ABC berganti nama menjadi PT Bank XYZ. Untuk lebih mampu memberikan kontribusi riil pada perekonomian di tanah air, PT Bank XYZ berusaha menciptakan nilai tambah bagi masyarakat luas melalui jasa intermediasi perbankan yang menjadi kompetensi inti yang dimiliki perusahaan. Melalui langkah-langkah strategis yang dilakukan, PT Bank XYZ ingin mempertajam kompetensi tersebut khususnya dalam bidang commercial dan consumer banking dengan memilih segmentasi pasar pada usaha kecil dan menengah yang terbukti telah menjadi fondasi yang kuat dalam perekonomian Indonesia. PT Bank XYZ masuk dalam jenis bank umum swasta nasional non devisa, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional, dimana akta pendirian dan sebagian sahamnya dimiliki oleh swasta nasional yang dalam kegiatannya hanya dapat melayani transaksi dalam negeri. PT Bank XYZ masuk dalam rating 50 besar kelompok bank dengan modal Rp 100 Milyar s/d 1 Triliun. KAP Aryanto, Amir Jusuf, Mawar dan Saptoto melaksanakan audit terhadap PT Bank XYZ untuk tahun ketiga pada tahun 2012 ini. Pada tahun 2012 ini pula, perusahaan
berencana
melakukan
Initial
Public
Offering
(IPO)
untuk
mengembangkan usahanya.
Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
33
3.2.2 Visi dan Misi PT Bank XYZ PT Bank XYZ mempunyai visi menjadi bank dengan standar global yang dapat memberikan kontribusi positif pada perekonomian dan perbankan Indonesia serta menjunjung tinggi kepercayaan dan kepuasan nasabah. Sedangkan misi PT Bank XYZ, yaitu : 1.
Menjalankan fungsinya sebagai Bank dalam menghimpun dan menyalurkan dana dengan memprioritaskan pelayanan kepada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dalam menunjang pembangunan ekonomi nasional dan membantu meningkatkan daya saing dan kompetensi dunia UKM dalam era globalisasi.
2.
Memberikan pelayanan prima kepada nasabah yang didukung tenaga kerja profesional dengan melakukan praktek tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance).
3.2.3 Produk-produk yang Ditawarkan PT Bank XYZ Seperti halnya bank-bank pada umumnya, PT Bank XYZ menawarkan berbagai produk jasa untuk melayani para nasabahnya. Produk-produk yang ditawarkan PT Bank XYZ kepada nasabah adalah Tabungan, Giro, Deposito, dan Kredit (Pinjaman). PT Bank XYZ melayani para nasabah melalui Kantor Pusat dan beberapa Kantor Cabang diberbagai wilayah di Indonesia. Kantor Pusat Bank berlokasi di daerah Jakarta Selatan. Bank mempunyai 1 kantor pusat non operasional, 7 kantor cabang, 6 kantor kas dan beberapa Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di seluruh Indonesia.
3.2.4 Kredit (Pinjaman) pada PT Bank XYZ PT Bank XYZ membagi jenis kredit yang ditawarkan pada nasabah menjadi: 1.
Kredit Modal Kerja yang terdiri atas : - Pinjaman Rekening Koran (PRK) - Pinjaman Tetap untuk kebutuhan modal kerja permanen - Pinjaman Tetap yang penarikannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
34
2.
Kredit Investasi yang terdiri atas Pinjaman Tetap Angsuran (PTA) untuk tujuan investasi.
3.
Kredit Konsumsi yang terdiri atas : - Kredit Pemilikan Rumah (KPR), untuk pembelian rumah, ruko/rukan, apartemen (PRK). - Kredit Pemilikan Mobil (KPM). Pada Desember 2011, total nilai kredit yang diberikan PT Bank XYZ adalah
sebesar Rp. 162.768.998.301 setelah dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai sebesar Rp. 1.627.689.983. Sementara itu, pada September 2012, total nilai kredit yang diberikan PT Bank XYZ adalah sebesar Rp. 244.913.450.785 setelah dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai sebesar Rp 1.202.426.032. Pada September 2012, total aset yang berhasil diperoleh PT Bank XYZ adalah sebesar Rp. 803.550.311.432 atau meningkat jika dibandingkan dengan total aset per Desember 2011 yaitu sebesar Rp. 333.831.571.891. Seiring dengan hal tersebut, saldo total liabilitas PT Bank XYZ per September 2012 juga meningkat yaitu sebesar Rp 550.939.556.810 jika dibandingkan dengan Desember 2011 yaitu sebesar Rp. 203.876.772.398. Sementara itu, total ekuitas yang dibukukan PT
Bank XYZ per
September
2012 adalah sebesar
Rp.
252.610.754.622 atau meningkat jika dibandingkan dengan Desember 2011 yaitu sebesar Rp. 129.954.799.493.
Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1
Management Letter PT Bank XYZ Periode Tahun 2011 Seperti yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, dalam laporan
magang ini penulis akan membahas mengenai temuan, komentar, dan saran yang diberikan oleh Auditor kepada Manajemen terkait dengan akun Kredit pada PT Bank XYZ (selanjutnya disebut Bank). Penulis membatasi ruang lingkup pembahasan hanya pada poin mengenai penerapan PSAK 50/55 (Revisi 2006) terkait dengan perhitungan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) atas Kredit yang Diberikan yang terdapat pada Bank. Di dalam Management Letter Bank periode tahun 2011, dijelaskan bahwa Management Letter merupakan surat komentar dan saran yang diberikan oleh Auditor kepada Manajemen yang dibuat berdasarkan penelaahan dan pengujian terhadap pengendalian internal perusahaan. Isi dari surat komentar ini merupakan rekomendasi auditor agar perusahaan perlu untuk segera melakukan pertimbangan dalam upaya perbaikan terhadap pengendalian internal perusahaan maupun hal lainnya. Berikut ini adalah isi dalam Management Letter Bank periode tahun 2011 mengenai penerapan PSAK 50/55 (Revisi 2006) yang terkait dengan CKPN atas Kredit yang Diberikan. Berdasarkan pelaksanaan audit yang dilakukan Auditor pada tahun 2011, temuan audit yang didapatkan oleh auditor adalah auditor telah melakukan perhitungan ulang atas kecukupan pembentukan CKPN atas kredit yang diberikan untuk kredit secara kolektif atas 97 fasilitas kredit untuk tujuan investasi, modal kerja dan konsumsi dengan menggunakan perhitungan sesuai dengan ketentuan PBI No. 7/2/PBI/2005 tanggal 20 Januari 2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum yang diubah dengan PBI No. 8/2/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 dan PBI No.9/6/PBI/2007 tanggal 30 Maret 2007 serta PBI No. 11/2/PBI/2009 tanggal 29 Januari 2009 yaitu sebesar 1% (Kolektibiltas 1 – Lancar).
35
Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
36
Pada tanggal 31 Desember 2011, tidak ada fasilitas kredit yang diklasifikasikan sebagai individual loan. Atas dasar pemeriksaan tersebut, Bank telah cukup membentuk CKPN Kredit yang Diberikan. Akan tetapi, dari hasil pemeriksaan atas pola perhitungan pembentukan CKPN Kredit yang Diberikan yang dibuat oleh Bank berdasarkan Kebijakan Penerapan PSAK 50/55 (Revisi 2006) atas Kredit yang Diberikan, Auditor menemukan halhal yang perlu diperbaiki di masa yang akan datang, yaitu pada tanggal 31 Desember 2011, Bank masih menggunakan perhitungan sesuai dengan ketentuan PBI No. 7/2/PBI/2005 tanggal 20 Januari 2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum yang diubah dengan PBI No. 8/2/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 dan PBI No.9/6/PBI/2007 tanggal 30 Maret 2007 serta PBI No. 11/2/PBI/2009 tanggal 29 Januari 2009, sebagai berikut: Tabel 4.1 Persentase Mininum Penyisihan Klasifikasi
Persentase Minimum Penyisihan
Dasar Perhitungan
Lancar 1% Tanpa Faktor Pengurang Dalam Perhatian Khusus 5% Setelah dikurangi Nilai Agunan Kurang Lancar 15% Setelah dikurangi Nilai Agunan Diragukan 50% Setelah dikurangi Nilai Agunan Macet 100% Setelah dikurangi Nilai Agunan Sumber : Management Letter PT Bank XYZ Periode Tahun 2011
Atas temuan tersebut, auditor memberikan rekomendasi kepada Manajemen Bank untuk segera melakukan simulasi perhitungan CKPN atas Kredit yang Diberikan baik secara kolektif maupun individual cash flow, sehingga pada saat mulai wajib menerapkan ketentuan PSAK 50/55 (Revisi 2006) per 1 Januari 2012, perhitungan CKPN atas Kredit yang Diberikan tersebut dihitung sesuai dengan Standar Operasional Perusahaan (SOP) yang telah disusun.
4.2
Penerapan PSAK 50/55 (Revisi 2006) oleh PT Bank XYZ Penerapan PSAK 50/55 (Revisi 2006) merupakan hal yang belakangan ini
menjadi perbincangan hangat, khususnya dalam industri perbankan. Penerapan PSAK 50/55 (Revisi 2006) diharapkan dapat mendorong proses harmonisasi dari penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan standar internasional yang Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
37
berlaku saat ini, yaitu IFRS. Penerapan PSAK 50/55 (Revisi 2006) secara tepat dan konsisten juga dapat mendorong Bank untuk menghasilkan laporan keuangan secara wajar dan informatif sehingga dapat berguna untuk kegiatan operasional dan kelangsungan hidup Bank kedepannya. Sebelum berlakunya PSAK 50/55 (Revisi 2006), penentuan besarnya cadangan penurunan nilai atau dikenal dengan Penyisihan Penghapusan Aset Produktif (PPAP) menggunakan konsep ekspektasi kerugian kredit (expected loss) yang diatur dalam PBI No. 7/2/PBI/2005 tanggal 20 Januari 2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum, sedangkan berdasarkan PSAK 50/55 (Revisi 2006) penentuan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) atas Kredit yang Diberikan didasarkan pada data kerugian kredit yang telah terjadi (incured loss) yang diambil dari data kerugian historis. Pada sub-bab ini penulis menjabarkan bagaimana penerapan PSAK 50/55 (Revisi 2006) yang telah dilakukan oleh Bank terkait dengan Kredit yang Diberikan. Bank telah menyusun SOP yang terkait dengan akun Kredit yang Diberikan. Sebagaimana telah diketahui, kredit merupakan salah satu bagian terpenting dalam kegiatan operasional bank, sehingga perlu untuk menyusun SOP tersendiri yang berfungsi untuk mempermudah dan menyelaraskan pelaksanakan kredit. SOP disusun berdasarkan PSAK, sebagaimana telah tercantum di dalam PBI/PAPI.
4.2.1 Kategori Aset Keuangan Dalam kebijakan akuntansi yang dimiliki Bank yang tertuang dalam SOP kredit, Bank membagi kategori aset keuangannya sebagai berikut : a) Diukur pada Nilai Wajar melalui Laporan Laba Rugi b) Dimiliki Hingga Jatuh Tempo c) Tersedia untuk Dijual d) Pinjaman yang Diberikan dan Piutang Seperti yang telah dijabarkan pada Bab 3, keempat aset keuangan ini yang dikategorikan oleh Bank telah mengikuti kategori instrumen keuangan yang dijelaskan dalam PSAK 55 (Revisi 2006). Kredit bank yang dijelaskan dalam Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
38
laporan magang ini termasuk ke dalam kategori d), yaitu Pinjaman yang Diberikan dan Piutang.
4.2.2 Pengukuran Pada saat pengakuan awal, kredit pada Bank diukur pada nilai wajar ditambah dengan biaya transaksi. Penentuan nilai wajar menggunakan teknik penilaian analisa arus kas masa datang yang didiskonto menggunakan suku bunga pasar (dapat menggunakan suku bunga yang ditawarkan bank) yang berlaku untuk kredit sejenis. Nilai wajar kredit pada saat pengakuan awal adalah sebesar pokok kredit yang dicairkan oleh debitur. Selanjutnya, berdasarkan nilai wajar tersebut, dapat dihitung suku bunga efektif (effective interest rate) dengan formula sebagai berikut: PV =
CF CF CF + 1 2 + ...... + t (1+r) (1+r) (1+r) Sumber : SOP Kredit PT Bank XYZ
Formula di atas merupakan formula yang sama seperti dijelaskan dalam PAPI (Revisi 2008). Suku bunga efektif yang dihitung berdasarkan arus kas kontraktual, pada dasarnya tidak dapat diubah sampai dengan seluruh kewajiban debitur dibayar lunas, termasuk ketika bank memberikan keringanan suku bunga melalui restrukturisasi kredit atau melakukan revisi estimasi pembayaran atau penerimaan bunga dan pokok. Suku bunga dasar kredit Bank pada 30 September 2012 adalah sebagai berikut : Tabel 4.2 Suku Bunga Dasar Kredit PT Bank XYZ (Efektif % per Tahun)
Suku Bunga Dasar Kredit (Prime Lending Rate ) Berdasarkan Segmen Bisnis Kredit Kredit Kredit Konsumsi Korporasi Ritel KPR Non KPR Suku Bunga Dasar Kredit (Prime Lending Rate )
0.00
11.50
11.50
0.00
Sumber : Website Resmi PT Bank XYZ
Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
39
Bank melakukan rapat dalam penentuan besarnya suku bunga dasar kredit pada Tabel 4.2. Pada Bank, rapat tersebut dikenal dengan nama meeting assets and liabilities commitee (meeting alco). Dalam rapat tersebut, Bank menentukan besarnya suku bunga dasar kredit dengan melihat bagaimana tingkat bunga pasar, kemudian dibandingkan dengan tingkat suku bunga untuk dana pihak ketiga, seperti: tabungan, giro, dan deposito, kemudian baru ditentukan Bank ingin memperoleh margin berapa, sehingga diperoleh suku bunga dasar kredit seperti dijelaskan dalam Tabel 4.2. Untuk biaya transaksi yang digunakan adalah biaya yang dapat diatribusikan secara langsung dengan pemberian kredit seperti, fee yang terkait dengan jangka waktu kredit, antara lain fee (seperti origination fee dan commitment fee) dan provisi kredit yang tertuang dalam perjanjian kredit. Jika fee/provisi kredit diterima sekaligus untuk kredit dengan penarikan secara bertahap, maka fee/provisi tersebut dialokasikan secara proporsional sesuai jumlah penarikan kredit dalam setiap tahap. Dalam menentukan berapa biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung,
Bank
perhitungannya.
menggunakan Tingkat
tingkat
materialitas
materialitas
ditetapkan
sebagai
secara
dasar
agregat
dari
dengan
membandingkan total biaya transaksi dengan laba sebelum pajak. Total biaya transaksi sebesar 5% atau kurang dari rata-rata 3 (tiga) tahun terakhir laba sebelum pajak dianggap tidak material. Tingkat materialitas secara individu ditetapkan oleh Bank dengan berdasarkan pada estimasi angka agregat. Tingkat materialitas untuk pendapatan yang dapat diatribusikan secara langsung dengan pemberian kredit adalah sebagai berikut : Tabel 4.3 Tingkat Materialitas untuk Pendapatan
No Keterangan Jumlah 1 Provisi Kredit ≥ Rp. 50.000.000,- / debitur 2 Rebate dari Perusahaan Asuransi ≥ Rp. 10.000.000,- / debitur Sumber : SOP Kredit PT Bank XYZ
Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
40
Sedangkan, tingkat materialitas untuk biaya yang dapat diatribusikan secara langsung dengan pemberian kredit yang menjadi beban Bank adalah sebagai berikut : Tabel 4.4 Tingkat Materialitas untuk Biaya No Keterangan Jumlah 1 Fee atau Imbalan Jasa ≥ Rp. 10.000.000,- / debitur 2 Biaya Notaris yang Ditanggung Bank ≥ Rp. 10.000.000,- / debitur 3 Biaya Tinjauan Lokasi/Biaya Appraisal ≥ Rp. 5.000.000,- / debitur Sumber : SOP Kredit PT Bank XYZ
4.2.3 Penurunan Nilai Kredit Di dalam SOP kredit Bank dijelaskan bahwa, dalam membentuk pola perhitungan CKPN atas Kredit yang Diberikan, Bank harus terlebih dahulu melakukan estimasi terhadap penurunan nilai dari Kredit yang Diberikan. Kredit yang diturunkan nilainya dan kerugian penurunan nilai telah terjadi, jika dan hanya jika, terdapat bukti yang obyektif mengenai penurunan nilai tersebut sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa, yang terjadi setelah pengakuan awal kredit tersebut, dan peristiwa yang merugikan tersebut berdampak pada estimasi arus kas masa datang atas kredit. Di dalam SOP kredit Bank, Bank mendeskripsikan bukti objektif sebagai peristiwa-peristiwa yang merugikan yang dapat dikategorikan sebagai berikut : a) Kesulitan keuangan signifikan yang dialami pihak peminjam. b) Pelanggaran
kontrak,
seperti
terjadinya
wanprestasi
atau
tunggakan
pembayaran pokok atau bunga lebih dari 90 hari. c) Pihak pemberi pinjaman, dengan alasan ekonomi atau hukum sehubungan dengan kesulitan keuangan yang dialami pihak peminjam, memberikan keringanan (konsesi) pada pihak peminjam yang tidak mungkin diberikan jika pihak peminjam tidak mengalami kesulitan tersebut. d) Terdapat kemungkinan bahwa peminjam akan dinyatakan pailit atau melakukan reorganisasi keuangan lainnya. e) Hilangnya pasar atas usaha pihak peminjam, antara lain: sudah tidak ada demand atas produknya di pasar, produknya dilarang beredar atau kejadian Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
41
yang mengakibatkan pihak peminjam tidak mampu bertahan di pasar atau tutup usahanya.
4.2.3.1 Perhitungan Penurunan Nilai Kredit pada Bank Bank mendiferensiasikan perhitungan penurunan nilai kreditnya ke dalam dua kategori, yaitu : 1. Individual Assessment Bank menentukan kredit yang akan dievaluasi secara individual mencakup seluruh kredit yang signifikan dan terdapat bukti objektif. Pada Bank, kredit yang dinilai signifikan adalah kredit dengan jumlah plafon di atas Rp 10 Milyar, sehingga dapat dikatakan plafon di bawah Rp 10 Milyar merupakan kredit yang tidak signifikan. 2. Collective Assessment Bank menentukan kredit yang akan dievaluasi secara kolektif mencakup seluruh kredit yang tidak signifikan dan kredit yang signifikan namun tidak terdapat bukti objektif. Kriteria penentuan penurunan nilai kredit pada Bank yang juga tertera di dalam SOP kredit, telah dilakukan sesuai dengan PSAK 55 (Revisi 2006). Berikut ini adalah rating berdasarkan Delinquency Past Due (DPD) yang ditetapkan oleh Bank : Tabel 4.5 Rating Delinquency Past Due
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Delinquency Past Due (DPD) Rating 1 Tidak Ada Tunggakan Rating 2 1-30 Rating 3 31-60 Rating 4 61-90 Rating 5 91-120 Rating 6 121-180 Rating 7 181-240 Rating 8 240-300 Rating 9 301-360 Rating 10 > 360 Sumber : SOP Kredit PT Bank XYZ Rating
Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
42
Bank juga telah menetapkan batasan jumlah kredit yang dianggap signifikan untuk dievaluasi secara individual adalah semua account Corporate Banking dan Commercial/Small Medium Enterprises (SME) dengan jumlah plafon di atas Rp 10 Milyar. Hal ini akan dievaluasi secara berkala selambatlambatnya 6 (enam) bulan sekali. Berikut ini merupakan skema pengambilan keputusan untuk penilaian perhitungan penurunan nilai kredit Bank : Gambar 4.1 Non Significant Loan ≤ Rp. 10 M
Corporate Banking & Commercial/SME > Rp. 10 M
Apakah terdapat Bukti Objektif?
No
Yes Individual Loan Assessment Melakukan : Present Value of Future Cashflows Menghitung Unwiding untuk Setiap Single Loan Menghentikan Akrual Bunga yang “Regular”
Collective Loan Assessment Melakukan : EAD x PD x LGD Menghitung Unwiding untuk Setiap Portofolio Menghentikan Akrual Bunga yang “Regular” untuk Days Past Due lebih dari 90 hari
Skema Pengambilan Keputusan Perhitungan Penurunan Nilai Kredit Sumber: SOP PT Bank XYZ
Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
43
Dalam melakukan evaluasi terhadap perhitungan penurunan nilai kredit, Bank melakukan dua metode penilaian, yaitu : 1. Individual Assessment Untuk evaluasi perhitungan penurunan nilai secara individual, Bank menggunakan salah satu dari dua metode, yaitu Discounted Cash Flow (Present Value of Future Cash Flow) atau Fair Value of Collateral (Present Value of Collateral). Evaluasi penilaian individual, normal dilakukan setiap 6 (enam) bulan sekali, kecuali terdapat bukti objektif yang wajib dievaluasi setiap saat jika diperlukan. Berikut ini merupakan decision tree dari proses individual assessment pada PT Bank XYZ : Gambar 4.2 PV of Expected Future Cash Flows
Bukti objektif dari Penurunan Nilai (Impairment)
YYes
No
Yes
Apakah ada kemungkinan Bank tidak akan menerima seluruh outstanding kredit yang tertunggak sesuai dengan kontrak?
No
No tidak ada Direcord Impairment dan dinilai secara kolektif
No tidak ada Direcord penurunan nilai (Impairment)
PV of Collateral
Estimasi Recovarable Amount
Yes
Jumlah recoverable mengurangi carrying value kredit dan dicatat impairment di laporan laba rugi
Decision Tree Proses Penilaian Individu Sumber: SOP PT Bank XYZ
Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
44
Dalam hal terdapat bukti objektif penurunan nilai dari kredit yang dievaluasi secara individual namun tidak terdapat kerugian penurunan nilai, perlakuannya adalah sebagai berikut: a) Jika estimasi penilaian individual didasarkan dari estimasi arus kas masa datang, maka penurunan nilainya akan dievaluasi secara kolektif menggunakan tabel yang terpisah secara manual. b) Jika estimasi penilaian individual sepenuhnya hanya didasarkan pada fair value dari collateral maka tidak dimasukkan ke dalam kategori kredit yang akan dievaluasi penurunan nilainya secara kolektif. Untuk pinjaman yang telah dievaluasi secara individual namun tidak terdapat kerugian penurunan nilai (recoverable amount) sama dengan atau lebih besar dari carrying value tetapi masih terdapat bukti objektif, maka pinjaman tersebut untuk periode berikutnya tetap dievaluasi secara individual terlebih dahulu sampai dengan tidak ada tunggakan pembayaran dan tidak termasuk dalam Early Warning List (merupakan daftar dari nasabah-nasabah yang belum Non Perfoming Loan, tetapi terdapat tunggakan bunga dan pokok kurang dari 90 hari). Pada praktek di lapangan, Business Unit tidak mendapatkan adanya indikasi yang menyebabkan nasabah yang masuk dalam kategori earling warning list tersebut harus diperhatikan. Hal lain yang dapat dipertimbangkan sebagai earling warning list adalah pengaruh dari kondisi ekonomi nasional atau lokal yang berkorelasi dengan wanprestasi atas kredit dalam kelompok tersebut. Perlakuan untuk metode penilaian individual dalam melakukan evaluasi terhadap penurunan nilai kredit, Bank telah menjelaskannya di dalam SOP. Akan tetapi, dalam prakteknya di lapangan, selama tahun 2012 tidak ada evaluasi terhadap penurunan nilai kredit pada Bank yang dikategorikan sebagai individual assessment. Bank belum melakukan individual assessment ini dikarenakan kreditkredit yang diberikan oleh Bank memiliki jumlah plafon di bawah 10 Milyar sehingga dikategorikan sebagai kredit yang tidak signifikan yang tidak masuk ke dalam kategori individual assessment.
Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
45
2. Collective Assessment Sementara itu, untuk evaluasi perhitungan penurunan nilai secara kolektif pada Bank dilakukan berdasarkan arus kas kontraktual masa datang, tingkat kerugian historis dari kelompok kredit, dan periode waktu antara terjadinya peristiwa yang merugikan kelompok kredit sampai bukti objektif dapat diidentifikasi. Berikut adalah formula perhitungan penurunan nilai secara kolektif terhadap kelompok kredit : CKPN Kredit = EAD x PD x LGD
(4.1)
Sumber : SOP Kredit PT Bank XYZ
dimana : EAD = Exposure at Default (carrying value) – Biaya Perolehan Diamortisasi dari Aset Keuangan PD = Profitability Default LGD = Loss Given Default Sedangkan metodologi yang digunakan untuk penurunan nilai secara kolektif oleh Bank adalah sebagai berikut : Profitability Default (PD) dihitung dengan menggunakan metode Net Roll Rates. Net Roll Rates di Bank menggunakan mutasi Delinquency Past Due (DPD) setiap bulan. Data yang digunakan dalam menghitung PD berdasarkan observasi data selama 3 tahun dan dievaluasi setiap bulan. Loss Given Default (LGD), dihitung dengan menggunakan metode Collateral Shortfall, Bank menggunakan data agunan pada periode laporan sebelumnya. Dimana data agunan tersebut menggunakan diskonto arus kas masa datang dari market value penilai eksternal independen atau penilai internal. Discount factor yang digunakan untuk metode fair value of collateral adalah suku bunga efektif terakhir pada saat status Non Performing Loan (NPL) yang akan diwrite off.
Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
46
Formula perhitungan LGD dengan menggunakan metode Collateral Shortfall adalah sebagai berikut : LGD = 1 - ((Outstanding Loan - NPV FV Collateral)/Outstanding Loan)
(4.2)
Sumber : SOP Kredit PT Bank XYZ
Dalam mengevaluasi penurunan nilai secara kolektif, Bank mengelompokkan kredit berdasarkan segmen dan produk. Berikut adalah pembagian kelompok dan segmen beserta dengan metode yang digunakan: Tabel 4.6 Evaluasi Penurunan Nilai secara Kolektif berdasarkan Segmen dan Produk Kelompok Consumer
Consumer
Commercial (SME)
Corporate
4.3
Segmen Pinjaman Mortgage
Metode Perhitungan PD Metode Perhitungan LGD ● Collective Assessment ● LGD menggunakan metode Collateral Shortfall yaitu dengan cash recovery experience , termasuk penerimaan kas dari jaminan yang dijual. ● Metode Roll Rate ● Evaluasi bulanan Automotive ● Collective Assessment ● LGD menggunakan metode Collateral Shortfall yaitu dengan cash recovery experience , termasuk penerimaan kas dari jaminan yang dijual. ● Metode Roll Rate ● Evaluasi bulanan SME s/d Rp. 10 Milyar ● DPD < 90 days using ● LGD menggunakan metode collective assessment Collateral Shortfall yaitu dengan cash recovery experience , termasuk penerimaan kas dari jaminan yang dijual. ● Evaluasi bulanan Corporate ● DPD < 90 days using ● LGD menggunakan metode collective assessment Collateral Shortfall yaitu dengan cash recovery experience , termasuk penerimaan kas dari jaminan yang dijual. ● Evaluasi bulanan Sumber : SOP Kredit PT Bank XYZ
Analisis Permasalahan terkait dengan Penerapan PSAK 50/55 (Revisi 2006) pada PT Bank XYZ Penerapan PSAK 50/55 (Revisi 2006) cukup sulit dilakukan dalam industri
perbankan. Pada umumnya, perbankan mengalami banyak kendala dalam proses penerapan PSAK 50/55 (Revisi 2006). Hal ini dapat dilihat dari proses panjang yang dilalui industri perbankan dalam melaksanakan satu per satu poin-poin yang tertera dalam PSAK 50/55 (Revisi 2006). Berikut ini beberapa permasalahan yang Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
47
timbul di Bank dalam pengimplementasian PSAK 50/55 (Revisi 2006) menurut analisis penulis : 1. Tanggal Efektif dan Masa Transisi Penerapan PSAK 50/55 (Revisi 2006) Berdasarkan hasil temuan auditor selama melaksanakan proses audit fieldwork pada periode tahun 2011 yang dituangkan dalam Management Letter, dijelaskan bahwa Bank belum secara keseluruhan menerapkan PSAK 50/55 (Revisi 2006). Bank belum memiliki SOP yang mengatur secara keseluruhan penerapan PSAK 50/55 (Revisi 2006). Bank hanya memiliki SOP yang terkait dengan kredit pada perusahaan mereka. Selain itu, dijelaskan juga di dalam Management Letter bahwa dari hasil pemeriksaan atas pola perhitungan pembentukan CKPN Kredit yang dibuat oleh Bank berdasarkan Kebijakan Penerapan PSAK 50/55 (Revisi 2006) atas Kredit yang Diberikan, Auditor menemukan bahwa per tanggal 31 Desember 2011, dalam perhitungan pembentukan CKPN atas Kredit yang Diberikan, Bank masih menggunakan perhitungan sesuai dengan ketentuan PBI No. 7/2/PBI/2005 tanggal 20 Januari 2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum yang diubah dengan PBI No. 8/2/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 dan PBI No.9/6/PBI/2007 tanggal 30 Maret 2007 serta PBI No. 11/2/PBI/2009 tanggal 29 Januari 2009, sedangkan seharusnya Bank telah membentuk pola perhitungan CKPN atas Kredit yang Diberikan tersebut sesuai dengan SOP yang telah disahkan Bank per 28 Desember 2011. Hal ini menjadi perhatian penulis, seharusnya Bank telah membentuk pola perhitungan CKPN atas Kredit yang Diberikan sesuai dengan SOP yang telah disahkan oleh Dewan Direktur Bank. Namun, di dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 11/33/DPNP tanggal 8 Desember 2009, yang merupakan perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia No. 11/4/DPNP tanggal 27 Januari 2009 tentang pelaksanaan PAPI, dijelaskan bahwa Surat Edaran ini dikeluarkan sehubungan dengan adanya kendala teknis yang dihadapi oleh perbankan dalam penerapan PSAK 50/55 (Revisi 2006) terhadap aset keuangan atau dalam Bank disebut sebagai kredit, terutama terkait dengan keterbatasan dalam memperoleh data kerugian historis. Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
48
Untuk mengatasi kendala teknis tersebut telah dilakukan pembahasan antara Bank Indonesia bersama dengan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), Bank, dan Kantor Akuntan Publik menghasilkan kesepakatan untuk melakukan penyesuaian terhadap PAPI (Revisi 2008) sehingga perlu dilakukan perubahan terhadap Surat Edaran yang memberlakukan PAPI (Revisi 2008) beserta penyesuaiannya. Substansi pengaturan di dalam Surat Edaran ini sudah dapat memberikan jawaban untuk Bank dalam menyelesaikan kendala teknis yang mereka hadapi. Sebagaimana dijelaskan pula dalam Surat Edaran ini, tanggal efektif dalam penerapan PSAK 50/55 (Revisi 2006) adalah 1 Januari 2012. Masa transisi untuk estimasi penurunan nilai kredit secara kolektif sebagaimana diatur oleh PAPI (Revisi 2008) diterapkan paling lambat sampai dengan 31 Desember 2011. Selanjutnya, terhitung 1 Januari 2012 Bank harus mengukur penurunan nilai dan membentuk CKPN atas Kredit secara kolektif dengan menggunakan data pengalaman kerugian spesifik atau kerugian historis dari peer group atas Kredit secara kolektif. Oleh sebab itu, Bank pada periode tahun 2011 masih dapat menggunakan pola perhitungan pembentukan CKPN atas Kredit yang Diberikan sesuai dengan ketentuan PBI No. 7/2/PBI/2005 tanggal 20 Januari 2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum tersebut, karena Bank masih berada pada masa transisi dimana dalam Surat Edaran ini pula dijelaskan bahwa tanggal efektif penerapan PSAK 50/55 (Revisi 2006) secara keseluruhan adalah per tanggal 1 Januari 2012.
2. Perhitungan CKPN Kredit yang Dilakukan Bank per September 2012 (Audit Interim) Pada tahun 2012 ini, Bank kembali memberikan kepercayaan kepada KAP AAJ untuk melaksanakan audit untuk tahun 2012, sehingga penulis memperoleh kesempatan untuk memeriksa apakah pada tahun 2012 ini Bank telah melakukan perhitungan CKPN kredit sesuai dengan SOP yang telah disusun oleh Dewan Direksi pada tanggal 28 Desember 2011. Penulis melakukan pemeriksaan terkait dengan CKPN kredit untuk Bank dalam pelaksanaan audit interim yang dilakukan oleh KAP AAJ yang Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
49
dilaksanakan mulai bulan Oktober 2012, sehingga angka yang digunakan penulis adalah angka laporan keuangan per September 2012. Berdasarkan laporan keuangan per September 2012 diketahui bahwa total Kredit yang Diberikan Bank adalah sebesar Rp. 244.913.450.785 dengan total CKPN sebesar Rp. 1.202.426.032. Selama tahun 2012, Bank memiliki 102 debitur dengan berbagai jenis Kredit yang Diberikan. Keseluruhan debitur tersebut dikategorikan sebagai Non Significant Loan dimana besarnya kredit yang diberikan tidak lebih dari 10 milyar Rupiah, sehingga evaluasi terhadap perhitungan penurunan nilai kredit dinilai secara kolektif. Besarnya CKPN atas Kredit yang Diberikan Bank dihitung menggunakan formula yang telah penulis jelaskan sebelumnya, yaitu CKPN Kredit = EAD x PD x LGD. Besarnya Exposure at Default (EAD) menurut Bank adalah sebesar carrying amount dari Kredit itu sendiri. Sementara itu, Loss Given Default (LGD) ditetapkan Bank dengan menggunakan data agunan pada periode laporan sebelumnya, dan berdasarkan dari data yang penulis peroleh, Bank menetapkan LGD sebesar 100%. Hal ini dikarenakan pada tahun 2011 tidak terdapat Non Performing Loan (NPL) atau kredit yang mengalami tunggakan dan semua kredit dinyatakan dalam Kolektibilitas lancar (ranking 1). Tabel 4.7 Penetapan Probability Default Kelompok Consumer
Segmen Pinjaman Mortgage
Automotive
Commercial (SME)
Corporate
Probability Default (PD) Belum ada historical dan record NPL atas segmen pinjaman morgage di Bank Belum ada historical dan record NPL atas segmen pinjaman automotive di Bank
Belum ada historical dan record NPL atas segmen pinjaman SME di Bank Corporate Belum ada historical dan record NPL atas segmen pinjaman corporate di Bank Sumber : SOP Kredit PT Bank XYZ
Tarif 0,5%
0,5%
SME s/d Rp. 10 Milyar
0,5%
0,5%
Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
50
Sebagai permulaan dalam implementasi PSAK 50/55 (Revisi 2006), penetapan besarnya Probability Default (PD) ditetapkan atas rasio-rasio NPL dari total portofolio pinjaman seperti yang dijelaskan dalam Tabel 4.7. Hal ini dikarenakan, Bank selama 4 (empat) tahun terakhir mayoritas membukukan kredit komersial/SME di bawah Rp 10 milyar, dan data NPL selama 4 (empat) tahun terakhir untuk periode observasi dan akan dilanjutkan secara bertahap sampai dengan periode 5 (lima) tahun. Dari hasil tersebut, penulis melakukan perhitungan tersendiri untuk membuktikan apakah besarnya CKPN Kredit yang dicadangkan Bank telah sesuai dengan SOP yang disusun Dewan Direksi dan PSAK 50/55 (Revisi 2006). Berikut adalah perhitungan CKPN Kredit per September 2012 berdasarkan hasil olahan penulis : Tabel 4.8 Perhitungan CKPN Kredit per September 2012 Perhitungan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) Kredit PT Bank XYZ Per September 2012 Probability Default Loss Given Default Kredit yang Diberikan Baki Debet (EAD) (PD) (LGD) PRK 75.219.888.443 0.5% 100% PT 5.999.333.460 0.5% 100% PTA 101.514.179.919 0.5% 100% PTA-OD 11.268.737.149 0.5% 100% PT-OD 28.200.000.000 0.5% 100% KPR 17.727.192.697 0.5% 100% KPM 555.874.726 0.5% 100% PRK AGUNAN TUNAI 4.428.244.391 0.0% 0.0% TOTAL 244.913.450.785 Sumber : Data dari PT Bank XYZ (Hasil Olahan Penulis)
CKPN 376.099.442 29.996.667 507.570.900 56.343.686 141.000.000 88.635.963 2.779.374 1.202.426.032
Dari Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa besarnya CKPN Kredit yang dicadangkan perusahaan telah sesuai dengan SOP yang disusun oleh Dewan Direksi, meskipun penentuan PD masih sangat sederhana dan merupakan estimasi Bank karena Bank belum memiliki data historis selama 3 (tiga) tahun. Bank belum memiliki data historis selama 3 (tiga) tahun dikarenakan pada saat proses akuisisi pada tahun 2010 seluruh debitur Bank yang lama telah melunasi keseluruhan pinjamannya, sehingga pada tahun 2011 debitur Bank merupakan debitur-debitur baru. Oleh sebab itu, Bank belum memiliki data historis selama 3
Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
51
(tiga) tahun dan menentukan PD berdasarkan estimasi Bank yang sangat sederhana. Perhitungan ini jelas berbeda dengan perhitungan CKPN Kredit pada tahun 2011. Pada tahun 2011, Bank masih menggunakan PBI No. 11/2/PBI/2009, dimana besarnya CKPN Kredit ditentukan sebesar 1% untuk Kredit dengan Kolektibilitas 1 – Lancar. Tabel 4.9 adalah ilustrasi perhitungan CKPN Kredit per Desember 2011 berdasarkan hasil olahan penulis : Tabel 4.9 Perhitungan CKPN Kredit per Desember 2011 Perhitungan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) Kredit PT Bank XYZ Per Desember 2011 Persentase Minimum Kredit yang Diberikan Baki Debet CKPN Penyisihan PRK 42.507.085.553 1.0% 425.070.855,53 PT 11.500.000.000 1.0% 115.000.000,00 PTA 72.838.355.470 1.0% 728.383.554,70 PTA-OD 3.500.000.000 1.0% 35.000.000,00 PT-OD 16.700.000.000 1.0% 167.000.000,00 KPR 15.226.117.553 1.0% 152.261.175,53 KPM 497.439.725 1.0% 4.974.397,25 PRK AGUNAN TUNAI 0.0% TOTAL 162.768.998.301 1.627.689.983 Sumber : Data dari PT Bank XYZ (Hasil Olahan Penulis)
Tabel-tabel di atas dapat menjawab pertanyaan penulis pada Bab 1, bahwa pada tahun 2012 Bank telah melakukan perhitungan CKPN Kredit sesuai dengan SOP yang telah disusun oleh Dewan Direksi, dimana SOP tersebut telah mencakup seluruh peraturan yang didasarkan pada PBI, PAPI (Revisi 2008), dan PSAK 50/55 (Revisi 2006). Dengan demikian, Bank telah melaksanakan rekomendasi yang diberikan Auditor untuk segera melakukan simulasi untuk perhitungan CKPN Kredit secara kolektif dan individual cash flow berdasarkan ketentuan PSAK 50/55 (Revisi 2006) mulai per 1 Januari 2012, sesuai dengan SOP yang telah disusun.
Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
52
3. Kendala yang Dihadapi PT Bank XYZ dalam Penerapan PSAK 50/55 (Revisi 2006) Berdasarkan beberapa penelaahan dan tanya jawab yang dilakukan penulis terhadap pihak Bank dan Senior Auditor di KAP AAJ, penulis merangkum beberapa kendala yang dihadapi Bank dalam penerapan PSAK 50/55 (Revisi 2006) terkait dengan kredit, yaitu : a. Estimasi terhadap perhitungan CKPN Kredit pada Bank masih terlalu sederhana, karena Bank merupakan Bank baru dengan jumlah debitur yang masih sedikit, sehingga belum terdapat loan historis lebih dari 5 tahun. Selain itu, debiturnya pun dikategorikan Non Significant Loan sehingga Bank hanya dapat melakukan penilaian secara kolektif untuk evaluasi penurunan nilai kredit dikarenakan hal tersebut. Dengan demikian, Bank belum dapat sepenuhnya melakukan penerapan PSAK 50/55 (Revisi 2006) sesuai dengan ketentuan yang berlaku, meskipun SOP Bank sudah mencakup semua peraturan yang berlaku. Bank juga dapat meyakini bahwa besar CKPN yang dibentuk Bank telah memadai untuk menutup kemungkinan kerugian akibat dari tidak tertagihnya kredit yang diberikan. b. Waktu merupakan kendala besar bagi Bank, karena Bank sudah tidak memiliki kesempatan lagi untuk menunda penerapan PSAK 50/55 (Revisi 2006) ini sejak tanggal efektif berlakunya peraturan baru ini yaitu per 1 Januari 2012. Walaupun peraturan ini sudah dikeluarkan sejak tahun 2006, namun banyak dilakukan revisi terkait dengan peraturan tersebut seperti tercantum dalam Peraturan Bank Indonesia dan Surat Edaran Bank Indonesia yang telah penulis bahas sebelumnya, dimana pada peraturan terbaru kewajiban dalam penerapan PSAK 50/55 (Revisi 2006) mulai berlaku per tanggal 1 Januari 2012. Pihak Bank merasa kesulitan dalam menerapkan PSAK 50/55 (Revisi 2006) karena permasalahan yang timbul sangat kompleks dan membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga beban kerja mereka juga semakin banyak. c. Teknologi Informasi (IT) menjadi kendala yang juga dialami oleh Bank dalam penerapan PSAK 50/55 (Revisi 2006). Bank mempunyai keterbatasan dalam tenaga operasional IT dan biaya investasi yang dibutuhkan dalam proses penerapan PSAK 50/55 (Revisi 2006), sedangkan perubahan dalam sistem Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
53
internal Bank bukan merupakan hal yang mudah. Untuk melaksanakan penerapan PSAK 50/55 (Revisi 2006) Bank harus mengubah sistem yang sebelumnya digunakan menjadi sistem yang baru. Dahulu Bank hanya memiliki 1 modul yaitu core banking, akan tetapi dalam penerapan PSAK 50/55 (Revisi 2006) Bank memerlukan 1 modul lagi yaitu PSAK engine. Kedua modul tersebut harus terhubung satu sama lain di dalam sistem internal Bank. Dengan demikian, Bank memerlukan penyesuaian dan banyak modifikasi pada sistem tersebut, sedangkan biaya yang dikeluarkan untuk investasi pada sistem tersebut tidaklah murah. Selain itu, Bank juga memerlukan tenaga ahli yang dapat melakukan perubahan dalam sistem IT Bank, sedangkan untuk mencari tenaga ahli tersebut Bank harus melakukan recruitment yang tidak mudah didapat di pasar. d. Kualitas sumber daya manusia (SDM) juga menjadi kendala yang cukup besar dalam penerapan PSAK 50/55 (Revisi 2006). Penerapan PSAK 50/55 (Revisi 2006) baru efektif dilakukan per 1 Januari 2012, sehingga SDM yang kompeten dan profesional dalam penerapannya pun masih sangat langka. Seperti rekomendasi Auditor dalam Management Letter, dibutuhkan banyak pelatihan dan bimbingan dari para ahli untuk meningkatkan kemampuan dan kualitas SDM tersebut. Bank telah membuat peraturan yang mewajibkan seluruh karyawannya mengikuti pelatihan dalam penerapan PSAK 50/55 (Revisi 2006) ini. Hal tersebut diharapkan oleh Bank dapat meningkatkan kemampuan dan kualitas dari SDM mereka.
Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan Dibutuhkan waktu yang cukup lama dalam penerapan PSAK 50/55 (Revisi
2006) ini. Hal ini disebabkan banyaknya kendala teknis yang dihadapi perbankan dalam penerapan PSAK 50/55 (Revisi 2006) terhadap aset keuangan atau dalam Bank disebut sebagai Kredit yang Diberikan, terutama terkait dengan keterbatasan dalam memperoleh data kerugian historis. Selama melaksanakan program magang di KAP AAJ, penulis mendapatkan kesempatan untuk melaksanakan audit di PT Bank XYZ, sehingga penulis dapat mengetahui bagaimana proses pelaksanaan penerapan PSAK 50/55 (Revisi 2006) terkait Kredit yang Diberikan di PT Bank XYZ. Berdasarkan Management Letter PT Bank XYZ (selanjutnya Bank) pada periode tahun 2011, diketahui bahwa Bank belum melakukan perhitungan pembentukan CKPN atas Kredit yang Diberikan sesuai dengan Kebijakan Penerapan PSAK 50/55 (Revisi 2006) yang merupakan SOP Kredit yang disusun oleh Dewan Direksi. Bank masih melakukan perhitungan pembentukan CKPN atas Kredit yang Diberikan menggunakan perhitungan sesuai dengan ketentuan PBI No. 7/2/PBI/2005 tanggal 20 Januari 2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum. Dalam pelaksanaan audit pada tahun 2012, penulis melakukan pemeriksaan terhadap perhitungan pembentukan CKPN atas Kredit yang Diberikan Bank apakah sudah sesuai dengan SOP yang disusun oleh Dewan Direksi. Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa Bank pada tahun 2012 telah melakukan perhitungan pembentukan CKPN atas Kredit yang Diberikan sesuai dengan SOP yang disusun oleh Dewan Direksi, dimana SOP tersebut telah mencakup berbagai ketentuan yang terkait dengan penerapan PSAK 50/55 (Revisi 2006). Namun dalam pelaksanaannya, Bank tidak melaksanakan evaluasi perhitungan CKPN menggunakan individual assessment, Bank baru melaksanakan evaluasi terhadap perhitungan CKPN menggunakan collective 54
Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
55
assessment. Hal ini dikarenakan keseluruhan Kredit yang Diberikan Bank dikategorikan tidak signifikan dan dievaluasi menggunakan penilaian kolektif. Selain itu, dalam pelaksanaan penerapan PSAK 50/55 (Revisi 2006) masih terdapat banyak kendala yang dihadapi oleh Bank, seperti waktu pelaksanaan penerapan (tanggal efektif dan masa transisi), estimasi perhitungan CKPN Kredit itu sendiri, teknologi informasi, dan kualitas SDM yang kurang memadai.
5.2
Saran Selama melaksanakan program magang, penulis menemukan beberapa
kesulitan terkait dengan penerapan PSAK 50/55 (Revisi 2006), baik bagi KAP AAJ, maupun PT Bank XYZ. Oleh karena itu, penulis ingin memberikan beberapa saran bagi pihak KAP AAJ, PT Bank XYZ, dan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Program S1 Ekstensi Akuntansi.
5.2.1 Saran bagi PT Bank XYZ PT Bank XYZ sebaiknya memberikan pelatihan-pelatihan terkait penerapan PSAK 50/55 (Revisi 2006) kepada setiap anggota manajemennya yang diadakan oleh institusi seperti IAI atau institusi akuntansi lainnya. Dengan dilaksanakannya hal tersebut diharapkan manajemen Bank akan lebih siap untuk menghadapi berbagai proses dalam penerapan PSAK 50/55 (Revisi 2006) karena pelatihan diberikan oleh para ahli dibidangnya. Selain itu, sebaiknya manajemen perusahaan segera membuat SOP terkait dengan penerapan PSAK 50/55 (Revisi 2006) untuk kategori aset dan liabilitas keuangan selain Kredit yang Diberikan. Hal ini telah diungkapkan Auditor pada Management Letter Bank periode 2011, akan tetapi setelah dilakukan pemeriksaan pada tahun 2012 SOP tersebut belum disusun oleh manajemen Bank. Penyusunan SOP ini dimaksudkan agar Bank dapat segera menjalankan penerapan PSAK 50/55 (Revisi 2006) secara keseluruhan.
5.2.2 Saran bagi KAP AAJ Untuk KAP AAJ, penulis ingin memberikan saran untuk selalu memperbaharui pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam penerapan Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
56
PSAK 50/55 (Revisi 2006) dengan cara mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh institusi akuntansi seperti IAI dan IAPI. KAP AAJ juga dapat memberikan training secara internal kepada para auditornya, agar para auditor mendapatkan tambahan ilmu yang terkait dengan penerapan PSAK 50/55 (Revisi 2006).
5.2.3 Saran bagi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Untuk Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, penulis ingin memberikan saran sebaiknya fakultas melakukan koordinasi dengan berbagai pihak seperti institusi akuntansi IAI ataupun pengajar, untuk melakukan pelatihan ataupun seminar terkait dengan penerapan PSAK 50/55 (Revisi 2006), sehingga para mahasiswa sudah memiliki bekal/persiapan lebih dini sebelum beradaptasi dalam dunia kerja. Demikian kesimpulan dan saran yang dapat penulis berikan. Semoga laporan magang ini dapat berguna bagi semua pihak dan dapat memberikan manfaat di kemudian hari.
Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
57
DAFTAR REFERENSI
Elder, Randal J., Beasley, Mark S., Arens, Alvin A., & Jusuf, Amir Abadi. (2009). Auditing and Assurance Services – an Integrated Approach (Indonesian Adaptation ed.). Jakarta: Salemba Empat.
Bank Indonesia. (2008). Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia. Jakarta: Author.
Hamdi, Elmira. (2011). Penerapan Perhitungan Loan Impairment berdasarkan PSAK 50 dan 55 (Revisi 2006) di PT Bank ACDC Indonesia Tbk. Laporan Magang. Depok: Universitas Indonesia
Ikatan Akuntan Indonesia. (2006). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.50 (Revisi 2006). Jakarta: Author.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2006). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.55 (Revisi 2006). Jakarta: Author.
Peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia No. 11/2/PBI/2009.
PT Bank XYZ. (Desember 2011). Pedoman Penerapan PSAK 50/55 (Revisi 2006) Kredit. Jakarta: Author.
Surat Edaran Bank Indonesia No. 11/4/DPNP Tahun 2009 tentang Pelaksanaan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 11/33/DPNP Tahun 2009.
Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013
58
Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998.
Universitas Indonesia. (2008). Pedoman Penulisan Tugas Akhir. Depok: Author
Universitas Indonesia
Implementasi management ..., Ayu Faradhisa, FE UI, 2013