UNIVERSITAS INDONESIA
DINAMIKA KELOMPOK-KEPEMILIKAN MEDIA SEBAGAI PROSES STRUKTURASI DALAM INDUSTRI MEDIA DI INDONESIA Studi Kasus Relasi Radio Induk dan Radio Jaringan Dalam Kelompok Kepemilikan Radio Siaran Masima Radionet dan Mahaka Media
DISERTASI
IRWA ROCHIMAH 0806402585
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI PROGRAM PASCASARJANA JAKARTA JUNI 2015
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
UNIVERSITAS INDONESIA
DINAMIKA KELOMPOK-KEPEMILIKAN MEDIA SEBAGAI PROSES STRUKTURASI DALAM INDUSTRI MEDIA DI INDONESIA Studi Kasus Relasi Radio Induk dan Radio Jaringan Dalam Kelompok Kepemilikan Radio Siaran Masima Radionet dan Mahaka Media
DISERTASI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor dalam bidang Ilmu Komunikasi
IRWA ROCHIMAH 0806402585
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI PROGRAM PASCASARJANA JAKARTA JUNI 2015 i
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
UCAPAN TERIMA KASIH
“Knowledge is the life of the mind” (Abu Bakr) Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena dengan berkah dan rahmat-Nya, saya diberikan kesempatan untuk melaksanakan ujian terbuka dan menyelesaikan studi program Doktoral Ilmu Komunikasi di Universitas Indonesia. Perjalanan panjang dalam studi yang saya jalani, tentu menyisakan kisah suka dan duka yang tak terlupakan. Melalui disertasi yang membahas tentang industri media radio siaran di Indonesia, saya berharap semoga pemikiran yang saya tuliskan dapat berguna bagi banyak pihak. Tentu masih terdapat kekurangan dalam penyusunan disertasi ini. Tetapi saya yakin, hal ini bukanlah sebuah akhir dari tuangan gagasan dan semangat saya untuk memberikan yang terbaik. Disertasi ini akan menjadi awal dari langkah baru yang akan saya jalani untuk menjadi seorang akademisi yang lebih baik dan dapat memberi manfaat bagi banyak pihak. Pendidikan studi Doktoral yang saya tempuh telah mempertemukan saya dengan banyak sekali guru yang hebat dan sahabat yang selalu ada dalam berbagai rasa suka dan duka. Untuk itulah perkenankan saya menghaturkan rasa terima kasih yang sangat mendalam dan mungkin tidak mampu diwakili hanya dengan deretan kata dalam lembaran ucapan terima kasih ini. Pertama-tama, ucapan terima kasih saya haturkan untuk Rektor Universitas Indonesia, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Ketua Departemen Ilmu Komunikasi dan Ketua Program Pascasarjana Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia. Terima kasih karena telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menjadi bagian dan merasakan pendidikan di universitas terbaik di Indonesia. Dalam menyelesaikan disertasi ini, saya mendapatkan kesempatan untuk dibimbing oleh guru-guru yang selalu saya kagumi, beliau adalah : - Promotor Prof.Dr. Ilya R Sunarwinadi, M.Si. Terima kasih tak terhingga Prof, untuk pengetahuan, luangan waktu dan perhatian pada saya selama menjadi mahasiswa dan selama proses penyusunan disertasi ini. Senang dan bangga dapat dibimbing oleh Prof. Ilya. Semoga Allah selalu melimpahkan berkah luar biasa untuk Prof dan keluarga. Sukses selalu, Prof. - Ko-Promotor Prof. Dr. Billy K Sarwono, MA yang juga sebagai Ketua Program Pascasarjana Departemen Ilmu Komunikasi UI. Pertama-tama saya ucapkan iv
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
-
-
-
-
selamat untuk gelar Profesornya, Bu Oni. Terima kasih sebesar-besarnya untuk bimbingan, perhatian dan kesabarannya selama ini, Prof. Semoga selalu diberikan kesehatan dan panjang umur sehingga selalu ada untuk saya dan teman-teman. Semoga banyak berkah yang selalu tercurah untuk Prof. Oni dan keluarga. Sukses selalu, Prof. Ko-Promotor Dr. Pinckey Triputra, M,Sc sekaligus Ketua Departemen Ilmu Komunikasi UI. Terima kasih saya haturkan kembali setelah beberapa tahun silam saya juga Bapak bimbing ketika menyelesaikan studi Magister saya. Banyak pengetahuan dan hal-hal baru yang saya dapatkan selama beberapa diskusi yang saya lakukan dengan Dr. Pinckey. Semoga Bapak dan keluarga selalu dalam lindungan-Nya. Sukses selalu, Pak Pinckey. Ketua Dewan Penguji Dr. Arie Setiabudi Soesilo, M.Sc sekaligus Dekan FISIP UI. Terima kasih, Dr. Arie. Sukses untuk Bapak dan semoga Fisip UI selalu menjadi yang terbaik. Anggota Dewan Penguji dan guru-guru hebat saya : Prof. S. Djuarsa Sendjaja, Ph.D, Prof. Zulhasril Nasir, Ph.D, Prof. Alois Agus Nugroho, Ph.D, Prof. Dr. Harsono Suwardi, Dr. Ade Armando, MS, Terima kasih untuk pengajaran dan ilmu yang diberikan selama menjadi mahasiswa dan masukan selama rangkaian ujian disertasi ini mulai ujian proposal, kollokium, pra-promosi hingga promosi. Semoga semua kebaikan yang telah diberikan mendatangkan banyak kebaikan lainnya untuk Bapak dan keluarga. Drs. Eduard Lukman, MA, dosen favorit banyak mahasiswa di Salemba. Terima kasih, Pak Edu untuk semua ilmu dan semangat yang diberikan. Semoga Allah selalu memberikan lindungan-Nya.
Seluruh dosen Program Pascasarjana Ilmu Komunikasi UI yang selalu memberikan pencerahan. Para staf dan karyawan, yang selalu bersemangat dan banyak membantu saya selama menjadi mahasiswa sampai saat ini, terima kasih. Temanteman seperjuangan di Program Doktoral, baik yang sudah lulus maupun yang masih terus berjuang, semoga kita semua tetap dapat menjalin tali silaturahmi sampai kapan pun. Sahabat senasib dengan suka dan duka yang tak terlupakan : Dr. Eriyanto, Dr. Eka Wenats, Dr. A.Jamil Nugraha, Dr. Nina Armando, Dr. Naniek Setijadi, Diajeng Murti Kusuma Wirasti dan Dimas Megandaru Kawuryan. Bahagia dan bangga pernah mengenal dan dekat dengan kalian semua. Terima kasih untuk berbagai diskusi dan v
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
dukungan selama ini, juga untuk doa yang saling dicurahkan. Semoga selalu mendapat yang terbaik dalam setiap langkah kedepan. Dr. Sunarto dan Dr. Turnomo di Semarang yang dengan sabar selalu mendengarkan berbagai cerita saya, matur nuwun. Dr. M. Iqbal, Dr. Idham Holik, Dr. Gun Gun Heryanto, terima kasih untuk dukungannya. Selanjutnya untuk segenap civitas akademika Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), tempat di mana saya mengabdi, terima kasih untuk berbagai dukungan dan bantuan yang telah diberikan. Sukses selalu untuk UAI. Ucapan terima kasih khususnya untuk : - Pimpinan dan Pengurus Yayasan Pesantren Islam (YPI) Al Azhar. - Rektor, Wakil Rektor, Ketua Lembaga, Dekan dan Kaprodi di lingkungan UAI. - Rekan-rekan dosen, staf dan karyawan. - Prof. Dr. Ir. Zuhal dan keluarga - Prof. Dr. Yahya A Muhaimin dan keluarga. - Dr. Dwi Purbaningrum dan keluarga. Ucapan terima kasih teramat sangat juga saya sampaikan kepada Keluarga Besar FISIP UAI, dari pimpinan fakultas, pimpinan program studi, para dosen tetap, dosen tidak tetap dan karyawan. Terima kasih untuk rasa kekeluargaan, persahabatan, dukungan dan doa yang ada. Semoga kita semua selalu dilimpahkan kekuatan, kesabaran, perlindungan dan barokah-Nya. Tim Program Studi Ilmu Komunikasi tercinta : Tante Maya, Mbak Tari, Jeng Aya, Jeng Monik, Mbak Atri dan Jeng Shinta. Mas Eri, Kang Nanang, Mas Ghozali, Mas Ibbor, Boss Edo, Mas Ucha dan Mas Zak. Juga tak lupa seluruh rekan dosen tetap Program Studi Hubungan Internasional. Tim terbaik Sekretariat Fisip : Mas Nova, Mas Muslim, Mas Lutfi, Mbak Indri dan Mbak Reny. Kalian semua selalu ada di hati dan semoga yang terbaik selalu menjadi bagian dari FISIP UAI. Demikian juga para mahasiswa khususnya mahasiswa Ilkom UAI yang selalu membuat saya belajar setiap hari, terima kasih. Rasa terima kasih juga untuk rekan-rekan dan guru saya dari berbagai lembaga yang selama ini saya kenal dan menjalin kerjasama dengan saya melalui banyak kegiatan. Rekan dosen Universitas Indonesia, Program Vokasi dan S1 Ilmu Komunikasi. Rekan dosen Universitas Paramadina Program Studi Ilmu Komunikasi. Rekan dosen dan karyawan Stikom Interstudi. Pimpinan dan pengurus Serikat Perusahaan Pers (SPS) Indonesia. Para senior dan suhu bidang periklanan di Dewan Perguruan Periklanan (DPP) Indonesia. Pimpinan dan pengurus ISKI Pusat. Pimpinan dan karyawan Radio Prambors dan Radio Gen di Jakarta dan Surabaya, serta rekanvi
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
rekan para praktisi radio siaran di mana saja berada. Rekan Esti Wahyuni yang banyak membantu saya selama penelitian ini. Terima kasih dan sukses untuk semua. Sahabat saya sepanjang masa, Binafita Merianti, Diana Rinawati dan Meity Piris. Terima kasih untuk pertemanan dan persahabatan yang telah kita jalani. Semoga Allah selalu mencurahkan berkah pada kita semua. Sahabat kecil saya Saptini Julianti, sukses selalu. Rekan-rekan sekolah saya di SDN Kaliasin I, SMPN 6, SMAN 6 Surabaya, yang selalu memberikan kebahagiaan jika bertemu mereka. Rekan kuliah di FE Trisakti dan Magister Komunikasi UI. Saudara seiman sesama orang tua di Azhari Islamic School yang selalu membawa banyak pelajaran kebaikan untuk saya, terima kasih. Akhirnya, perjalanan saya menempuh studi doktoral ini tentu tidak lepas dari dukungan dan limpahan kasih sayang serta doa yang tulus dari keluarga saya. Abah di surga yang selalu menjadi contoh terbaik bagi saya dan Mamak yang selalu melayangkan doanya setiap saat. Ucapan terima kasih dan apapun yang saya lakukan tidak akan cukup untuk menggantikan semua kebaikan yang ada. Kakak-kakak saya beserta suami dan istri, para ponakan dan keluarganya masing-masing. Saya bersyukur memiliki keluarga yang teramat besar ini. Saya merasa, memiliki berkah yang tak berkesudahan berada dalam keluarga besar H. Zarkasi. Terima kasih juga untuk keluarga besar di Medan. Semoga Allah SWT selalu melimpahan rahmat-Nya. Ucapan terima kasih dari lubuk hati terdalam untuk keluarga kecil tercinta. Suami saya Ir. Ahmad H. Lubis, M.Sc, Ph.D, yang selalu ada untuk saya dengan kasih sayang, dukungan dan doanya. Ananda Ibrahim Abdulghani dan Ilham Abdulhakim yang selalu mewarnai hari-hari saya dengan senyumnya dan semoga menjadi cahaya serta penyejuk hati bagi kedua orang tuanya. Semoga keluarga kecil saya selalu diberikan ketenangan, ketentraman, rasa cinta dan kasih sayang. Aamiin.
“Robbi zidni ‘ilma warzuqni fahma”
Jakarta, Juni 2015 Irwa Rochimah
vii
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
ABSTRAK Nama Program Departemen Fakultas Judul
: Irwa Rochimah : Pascasarjana : Ilmu Komunikasi : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik : DINAMIKA KELOMPOK-KEPEMILIKAN MEDIA SEBAGAI PROSES STRUKTURASI DALAM INDUSTRI MEDIA DI INDONESIA : Studi Kasus Relasi Radio Induk dan Radio Jaringan Dalam Kelompok Kepemilikan Radio Siaran Masima Radionet dan Mahaka Media
Disertasi ini membahas tentang industri media radio siaran yang keberadaannya tidak lepas dari pengaruh dinamika industri media secara keseluruhan. Perubahan yang terjadi pada industri media akan mempengaruhi para pelaku industri radio. Demikian pula sebaliknya, perkembangan bisnis radio akan mempengaruhi berbagai aspek dalam industri media. Selanjutnya, industri media yang berkembang saat ini semakin memperlihatkan bahwa media merupakan suatu entitas bisnis semata karena dijalankan dengan cara-cara tertentu untuk pencapaian keuntungan. Padahal media seharusnya tetap menjalankan fungsi utamanya sebagai sarana menyebar informasi, pendidikan, hiburan dan pengawasan. Di sisi lain, kondisi industri media yang memperlihatkan turunnya prosentase iklan dan jumlah pendengar radio di Indonesia menyebabkan industri media radio di Indonesia sampai pada tren pengelolaan radio secara berjaringan yang merupakan respon atas dinamika industri media tersebut. Pada prakteknya, tren berjaringan yang ada lebih mengarah kepada konsep spasialisasi yang dapat dipahami sebagai perluasan kekuasaan korporasi dalam industri komunikasi. Dalam pandangan ekonomi politik media, organisasi induk memiliki pengaruh dan kekuatan untuk menguasai organisasi jaringannya. Tetapi jika kita melihat praktek berjaringan pada media radio maka kita akan menemui kekuatan jaringan yang dapat mempengaruhi radio induknya. Karenanya, studi strukturasi ditawarkan untuk melihat relasi radio induk dan jaringan serta dinamika yang terjadi dalam industri radio sebagai respon atas perubahan yang terjadi pada industri media di Indonesia. Melalui teori strukturasi akan dilihat dualitas yang terjadi. Dua kelompok-kepemilikan yaitu Masima Radionet dan Mahaka Media dipilih sebagai obyek penelitian, melalui jaringan radio yang dimiliki yaitu jaringan radio Prambors FM dan Gen FM. Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif dengan paradigma kritis ini menemukan bahwa dinamika industri media radio saat ini tidaklah stagnan melainkan terus berubah dengan munculnya struktur baru yang merupakan hasil interaksi yang ada. Selain itu makna berjaringan yang diamanatkan dalan undang-undang tidak tercermin dalam praktek berjaringan yang dijalankan saat ix
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
ini. Karenanya perlu sinergi antara berbagai aturan yang berhubungan dengan industri media di Indonesia agar media tidak semata-mata digunakan untuk kepentingan individu atau kelompok tertentu. Perlu dilakukan penguatan terhadap agen dalam hal ini masyarakat agar keberadaan mereka dapat memberikan pengaruh terhadap struktur yang ada, sehingga masyarakat tidak hanya sebagai obyek tetapi dapat menjadi pihak yang mampu menyuarakan kepentingan dan kebutuhannya terhadap keberadaan media. Kata kunci : kelompok-kepemilikan, spasialisasi, strukturasi, pengelolaan berjaringan
x
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
ABSTRACT Name Program Department Faculty Title
: Irwa Rochimah : Post Graduate : Communication Science : Social and Political Science : DYNAMICS OF MEDIA GROUP-OWNERSHIP AS PROCESS OF STRUCTURATION WITHIN MEDIA INDUSTRY IN INDONESIA : A Case Study of Relation Between Main Radio and Its Radio Networks in Group-Ownership Broadcasting Radio Masima Radionet and Mahaka Media
This dissertation is focused on discussing about media industry of broadcasting radio of which its existence is affected by the dynamics of the entire media industries. Changes occuring in media industry will affect the actors of radio industry. On the contrary, development of radio business will also influences various aspects in media industy. Furthermore, recent development of media industry has shown that media is definitely a business entity, since it is conducted in such a way as profit-making enterprise. Actually, media should firmly stick with its main function as vehicle to disseminate information, education, entertainment and social control. Besides, recent media industry in Indonesia has shown decreasing percentage of advertisement and number of radio listeners. As respond to the recent dynamics of media industry, the trend of managing broadcasting radio tends to change towards networking-based radio management. In practice, the existing networking-trend is leading towards the concept of spatialization meaning which is understood as an expansion of corporation capability in communication industry. From the perspective of political economy media, main organization tends to have influence and power to cope its network organization. However, in fact, the practices of networking-radio media, it can be seen that the power of neworking can affect its main radio organization. Due to this phenomena, study of structuration is offered to see the relation between main radio organization and its networks including the dynamics happening in radio industry as a respond to the changes in media industry in Indonesia. Two group-ownership media enterprises, Masima Radionet and Mahaka Media were chosen as objects of research, through their own radio networks, the so called Prambors FM and Gen FM. The research, designed using qualitative approach with critical paradigm, has found that the dynamics of the recent radio media industry keeps changing, not in stagnant condition, due to the appearance of new structure as a result of the existing interactions among the radio networks. Besides, the essence of networking media, instructed by broadcasting law and regulation, is not well xi
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
implemented in recent networking radio media practices For this reason, it is essential to syncronize various regulations related to media industry in Indonesia in order to optimize the usage of media for public and social benefit not merely for the individual and certain-community interests. This is important to make societies be alert of their existence and hopefuly can give influence to the existing structure. Moreover, the essence of this study is to make societies not merely as an object but also as an agent capable to convey societal interests and needs through the existence of media. Key words : group-ownwership, spatialization, structuration, networking management
xii
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS HALAMAN PENGESAHAN UCAPAN TERIMA KASIH HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK DAFTAR GAMBAR
i ii iii iv viii ix xi xiii xv xvi xvii
1. PENDAHULUAN
1
1.1. Latar Belakang Penelitian 1 1.2. Studi Terdahulu dan Perdebatan tentang Keberagaman Isi dan Kepemilikan Media 10 1.3. Perumusan Masalah 18 1.4. Pertanyaan Penelitian 20 1.5. Tujuan Penelitian 20 1.6. Signifikansi Penelitian 20 2. KERANGKA PEMIKIRAN
23
2.1. Teori Strukturasi 23 2.2. Ekonomi Media : Sumber Daya yang Tak Terbatas 32 2.3. Ekonomi Politik Media : Spasialisasi Sebagai Langkah Perluasan Korporasi Media dan Munculnya Kelompok-Kepemilikan Media 34 3. METODOLOGI PENELITIAN
41
3.1. Paradigma Penelitian 3.2. Pendekatan dan Metode Penelitian 3.3. Desain Penelitian Studi Kasus 3.4. Obyek Penelitian 3.5. Teknik Pengumpulan Data 3.6. Teknik Analisis Data 3.7. Keabsahan Data 3.8. Keterbatasan Penelitian
41 42 43 44 46 49 50 51
xiii
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
4. INTERPRETASI DATA 4.1. Perkembangan Industri Media di Indonesia 4.2. Perkembangan Industri Radio di Indonesia 4.3. Tren Kelompok Kepemilikan Dalam Pengelolaan Radio Siaran 4.4. Relasi Radio Induk dan Radio Jaringan 4.4.1. Radio Prambors dan Jaringannya 4.4.2. Format dan Program Acara Radio Prambors FM 4.4.3. Strategi dan Kebijakan Radio Induk Terhadap Radio Jaringan Prambors FM 4.4.4. Radio Gen dan Jaringannya 4.4.5. Format dan Program Acara Radio Gen FM 4.4.6. Strategi dan Kebijakan Radio Induk Terhadap Radio Jaringan Gen FM
52 52 55 71 83 86 91 101 108 116 123
5. DISKUSI 147 5.1. Strukturasi dalam Relasi Industri Media dan Kelompok Kepemilikan Radio Siaran 151 5.2. Strukturasi dalam Relasi Radio Induk dan Radio Jaringan 164 6. PENUTUP 6.1. Kesimpulan 6.2. Signifikansi Penelitian
175 175 180
DAFTAR REFERENSI DAFTAR LAMPIRAN
182
xiv
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Contoh Daftar Stasiun Radio di Beberapa Kelompok Kepemilikan Radio Siaran di Indonesia
8
Tabel 2.2. Empat Pendekatan Dalam Pengendalian Korporasi
37
Tabel 3.1. Daftar Nara Sumber
48
Tabel 4.2. Advertising Expenditure Market Share by Type of Media (%)
54
Tabel 4.5. Jumlah Stasiun Radio di Indonesia (versi Asiawaves)
60
Tabel 4.6. Media Penetration Radio di Sembilan Kota Besar di Indonesia 2008 – 2012 (dalam ribuan orang)
62
Tabel 4.7. Contoh Perubahan Format Beberapa Radio di Jakarta
63
Tabel.4.8. Lima Radio Dengan Pendengar Terbanyak (all people 15+) di Jakarta
67
Tabel.4.9. Lima Radio Dengan Pendengar Terbanyak (all people 15+) di Surabaya
68
Tabel 4.10. Beberapa Kelompok Kepemilikan Radio di Indonesia
77
Tabel 4.11. Daftar Program Acara yang Disiarkan di Seluruh Jaringan Radio Prambors FM
94
Tabel. 5.1. Perbandingan Program Acara Radio Gen FM Jakarta dan Gen FM Surabaya
158
xv
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1. Media Penetration (all people 15+/in %)
52
Grafik 4.3. Media Penetration /Radio (all people 15+) 2008-2012
56
Grafik.4.4. Time Spend Listening (lama pendengar mendengar radio dalam jam/minggu). All people 10+, Mon-Sun, 05.00-24.00
57
xvi
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Dimensi Dualitas Struktur
25
Gambar 2.5. Kerangka Pemikiran
39
xvii
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian Kehadiran berbagai macam media massa yang tumbuh pesat di Indonesia saat ini, tentu tidak terlepas dari perjalanan panjang dinamika industri media di Indonesia. Kemajuan teknologi dan berbagai bidang yang terkait dengan indutri media saat ini, turut memicu perkembangan media. Kehadiran internet misalnya, memungkinkan munculnya berbagai jenis media. Dalam kegiatan sehari-hari, kita tidak lepas dari penggunaan media tersebut. Misalnya penggunaan telepon genggam yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti surat elektronik, media sosial, surat kabar versi online, radio, televisi dan lainnya. Meningkatnya penggunaan media pada akhinya memberikan perubahan pada industri media pada umumnya seperti bertambahnya jumlah pelaku dalam industri media. Lalu munculnya berbagai kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dan pihak terkait, meningkatnya peran masyarakat, perebutan kue iklan dan pada akhinya terjadi peningkatan persaingan dalam industri media. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yanuar Nugroho dan kawan-kawan menyebutkan industri media di Indonesia berkembang sejak akhir tahun 1980an, kemudian mencapai titik balik di tahun 1998, dimana era reformasi datang. Selama lima belas tahun terakhir, pertumbuhan industri media di Indonesia dikuasai oleh para pemegang modal yang pada akhirnya membentuk pemusatan kepemilikan atau munculnya kelompok-kepemilikan. Struktur pasar mengarah pada struktur oligopoli di mana terdapat hanya beberapa pemain utama dalam industri ini. Dalam struktur pasar ini jika produk yang ditawarkan sama, maka akan terjadi persaingan yang sangat kuat dan itulah yang biasanya terjadi pada industri media. Menurut John Dimmick dalam tulisannya mengatakan bahwa mengetahui struktur industri media adalah syarat penting untuk dapat memahami persaingan di antara pelaku pasar dalam hal ini adalah institusi media dan industri media itu sendiri. Hasil penelitian lainnya yang dilakukan oleh Merlyna Lim tahun 2012, mencatat dari tahun 1998 sampai 2002, penerbitan izin usaha diberikan kepada lebih dari 1200
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
2
media cetak, 900 media radio dan lima televisi swasta. Pada akhirnya, mediamedia yang ada berkonsentrasi pada sisi bisnis dan kepentingan perusahaan untuk mendominasi peta industri media di Indonesia. Hasil penelitian tersebut mencatat 13 pemain besar dalam industri media di Indonesia serta 1 kelompok milik pemerintah (TVRI dan jaringan RRI). Kelompok- kepemilikan besar tersebut ratarata memiliki berbagai ragam media seperti cetak, televisi, radio dan online. Ketigabelas kelompok tersebut adalah : Media Nusantara Citra (MNC) Group, Mahaka Media Group, Kompas Gramedia Group, Jawa Pos Group, Media Bali Post Group, Elang Mahkota Teknologi (Emtek) Group, Lippo Group (Berita Satu Media Holding), Bakrie & Brothers (Visi Media Asia), Femina Group, Media Group, Mugi Rekso Abadi Group, Trans Corpora (Para Group) dan Tempo Inti Media1 Tren konsentrasi kepemilikan media ini menjadi konsekuensi yang tidak dapat dihindari ketika kepentingan modal menjadi pendorong utama dalam tumbuhnya industri media di Indonesia (Nugroho dkk, 2012). Perusahaan media akhirnya dijadikan alat pencari keuntungan dan kepentingan, terutama oleh pemiliknya. Apalagi saat ini beberapa kelompok media besar dimiliki oleh orangorang yang terlibat dalam politik praktis. Selain itu, industri media di Indonesia juga tidak dapat dilepaskan dari kehadiran dan perkembangan teknologi. Kemajuan teknologi yang menghadirkan internet menyebabkan media seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan tabloid harus melakukan banyak perubahan untuk menghadapi persaingan. Perubahan tersebut terjadi di berbagai aspek seperti manajemen, cara produksi, isi, bentuk program, pemasaran, cara berkomunikasi dengan khalayak dan berbagai hal lainnya. Kehadiran media yang sifatnya yang konvergen, digital, jangkauan global dan memiliki tingkat interaksi tinggi, memungkinkan penggunanya sekaligus menjadi pembuat isi media. Bentuk media saat ini menyajikan banyak hal yang berbeda dengan media yang sebelumnya ada (Flew, 2005). Konsumsi terhadap media berteknologi tinggi pada akhirnya mempengaruhi tingkat konsumsi media 1
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Merlyna Lim (2012) tentang tigabelas besar kelompok-kepemilikan media di Indonesia, Lim tidak memasukkan grup ini (Tempo Inti Media) dalam tigabelas besar dengan menyebutnya sebagai non-media conglomerate.
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
3
yang ada sebelumnya. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya perubahan pola konsumsi media. Data hasil survei tentang penggunaan media memperlihatkan adanya kenaikan pada penggunaan media internet dalam lima tahun terakhir di Indonesia, sedangkan pada kelompok media seperti surat kabar, majalah, tabloid dan radio mengalami penurunan. Hanya televisi dan film yang mengalami kenaikan prosentase pada media penetration. Televisi konsisten dalam perolehan prosentase media penetration (prosentase jumlah penduduk yang menonton televisi) dan hal tersebut tentu diikuti dengan peningkatan perolehan market share dari dana iklan. Kondisi tersebut tentu berlawanan dengan keadaan yang dialami media radio yang mengalami penurunan baik untuk media penetration dan juga market share. Walaupun demikian, secara keseluruhan dana iklan untuk media di Indonesia secara kuantitas meningkat setiap tahunnya. Tetapi di sisi lain, industri media radio tetap berkembang. Seperti diketahui, media radio memiliki keunggulan dibanding televisi, yaitu proses produksi yang lebih mudah dan murah. Seperti yang diungkapkan oleh Vivian (2005), radio juga dapat menampilkan banyak variasi materi siaran dan banyak pilihan segmentasi pendengar. Selain itu radio dapat didengarkan di mana saja dan kapan saja, serta memiliki kekuatan memotivasi seseorang untuk melakukan suatu tindakan. Kekuatan media radio lainnya adalah sifatnya yang personal. Dalam bukunya, Sudibyo (2004, p.162) mengatakan bahwa radio biasa menyapa pendengarnya dengan idiom-idiom yang sangat personal dan akrab. Karakter lain dari media radio adalah bersifat lokal. Radio lazimnya melayani segmen pendengar yang terbatas dan dengan jangkauan siaran yang terbatas pula. Lokalitas memudahkannya untuk menjalin intensitas hubungan dengan pendengar, sehingga fanatisme pendengar mudah dibangkitkan. Lokalitas juga menjamin efektivitas pesan yang ditujukan, baik pesan komersial maupun nonkomersial untuk segmen tertentu. Gazali (2000) menuturkan bahwa definisi lokal yang paling tradisional adalah pemahaman berdasarkan geografis terhadap suatu komunitas. Dalam perkembangannya, konsep lokal dapat merujuk pada konsepsi sosial di mana komunitas didefinisikan sebagai minat, selera dan nilai-nilai yang dibagi bersama. Sifat kelokalan yang dimiliki oleh radio mendorong lahirnya radio-radio komunitas di Indonesia, di samping radio siaran komersial tentunya. Radio komunitas yang
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
4
biasanya dijalannya oleh komunitas tertentu (baik berdasarkan wilayah, profesi, minat dan lainnya) lebih mengusung materi siaran yang benar-benar berkaitan dengan kepentingan informasi bagi komunitasnya dan tidak bersifat komersial. Aturan tentang penyelenggaraan radio komunitas juga sudah diatur oleh pemerintah. Di beberapa daerah, radio komunitas sangat digemari. Tetapi dalam penelitian ini, pembahasan tentang radio siaran adalah radio siaran komersial. Dalam perkembangannya, radio siaran tumbuh seiring dengan kemajuan teknologi, sehingga bentuk media radio dan cara mengkonsumsinya mengalami perubahan. Saat ini siaran radio dapat dinikmati melalui internet yang diakses dengan menggunakan komputer, laptop, telepon genggam dan perangkat lainnya. Karenanya dari data yang dimiliki InterMedia (2010), kepemilikan perangkat radio di setiap rumah tangga mengalami penurunan pada awal tahun 2009 (58%) jika dibandingkan data akhir tahun 2007 (72%). Hal tersebut dapat disebabkan karena saat ini mendengarkan radio tidak harus dari perangkat radio biasa, tetapi dapat dilakukan melalui berbagai perangkat media lainnya seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Selain itu, bentuk program acara dan isi juga lebih bervariasi. Belum lagi berbagai hal lain yang dilakukan oleh masing-masing stasiun radio untuk berinteraksi dan mendekatkan diri dengan khalayaknya, dalam usaha menghadapi persaingan yang semakin tinggi. Jika kita lihat beberapa website radio siaran, maka kita akan temui cara-cara baru dalam menikmati berbagai program acara radio (streaming, podcast, tv radio) dan penggunaan media sosial (facebook, twitter, pinterest, instagram, youtube, google+) serta kemudahan akses untuk mobile application untuk menunjang berbagai program acara yang ada. Perkembangan industri radio di Indonesia dapat dilihat dari tumbuhnya station radio hingga saat ini. Dari data lapangan di tahun 2008, tercatat lebih dari 2000 radio baik pemerintah, swasta dan komunitas yang mengudara (Silalahi, 2008). Selanjutnya. dalam laporan penelitiannya Lim (2011) menyebut angka 2800 radio di Indonesia dan 700 diantaranya adalah radio komunitas. Data terbaru yang dilansir oleh organisasi radio siaran swasta yaitu Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) Pusat, terdapat 1986 radio jika merujuk pada data Ditjen Postel pada semester II, 2013. Pertumbuhan rata-rata yang dicatat oleh
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
5
PRSSNI adalah 10% setiap tahunnya. Hal ini tidak diiringi oleh pertumbuhan iklan yang hanya sebesar 7%. Dari jumlah tersebut, sebagian dari radio swasta yang ada, tergabung dalam PRSSNI yaitu sebanyak 672 stasiun radio (update data PRSSNI Pusat Maret 2015). Itu berarti masih banyak radio siaran swasta yang tidak terdaftar menjadi anggota PRSSNI. Dalam laporan penelitian yang disusun oleh Nugroho dkk (2012) juga disebutkan masih adanya sejumlah radio yang beroperasi secara ilegal. Pemerintah terus mengupayakan untuk mendata hal ini. Beberapa hal yang menjadi kendala adalah wilayah Indonesia yang sangat luas, lokasi yang sulit dijangkau dan persyaratan tertentu yang masih sulit dipenuhi oleh pengelola untuk mendapatkan izin siaran. Data lain yang dimiliki oleh PRSSNI dalam paparan Program Umum PRSSNI Periode 2012-2015, di akhir 2010 ada sekitar 2590 lembaga penyiaran radio yang berproses di Kemenkominfo (meningkat 159% jika dihitung mulai tahun 1998 yang berjumlah sekitar 1000 lembaga). Angka tersebut akan melonjak lagi seiring adanya penambahan kanal FM, yang semula 3297 kanal menjadi 8210, berdasarkan Permen Kemenkominfo No 13 Tahun 2010 tentang revisi KM No 15 Tahun 2003. Ini baru dari penyiaran analog, belum termasuk penyiaran digital. Sayangnya, seperti data yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa lonjakan jumlah lembaga penyiaran tidak berbanding lurus dengan peningkatan jumlah pendengar dan pendapatan iklan radio secara nasional. Dari besaran jumlah tersebut maka dapat dipahami jika persaingan yang terjadi dalam industri ini khusunya untuk radio siaran swasta, tergolong tinggi. Di samping persaingan perebutan iklan dengan televisi, surat kabar, majalah, media online dan berbagai bentuk media lainnya. Persaingan yang terjadi dalam industri radio semakin terlihat dengan semakin menurunnya prosentase jatah iklan untuk radio yang diperebutkan oleh ratusan radio (yang tercatat di PRSSNI) atau bahkan ribuan radio yang terdapat di lapangan. Dari sisi jumlah pendengar berdasarkan hasil riset di beberapa kota menunjukkan, bahwa kebiasaan mendengar radio secara rata-rata juga mengalami penurunan. Tetapi hal tersebut tidak menyurutkan daya tarik bisnis radio siaran, bahkan banyak muncul radio-radio siaran baru.
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
6
Khusus untuk daerah Jakarta, penuhnya pemakaian frekuensi untuk radio siaran swasta memang tidak memungkinkan adanya ijin frekuensi baru. Tetapi pada kenyataannya tetap saja muncul stasiun radio baru dengan cara “membeli” ijin siaran radio-radio yang terancam bangkrut atau adanya radio-radio yang tertarik bergabung dalam kelompok tertentu dengan nama yang lama ataupun dengan nama baru. Fenomena “jual beli” stasiun radio dan perubahan kepemilikan serta format stasiun radio yang berlangsung sedemikian mudahnya, menjadi catatan penting bagi perkembangan industri media di Indonesia. Seperti kita ketahui bahwa radio menggunakan frekuensi milik publik yang seharusnya memiliki aturan dan tata cara yang ketat dalam hal kepemilikan dan pemindahan kepemilikan. Tetapi yang kita jumpai adalah terus munculnya radio-radio baru dan semakin bertambahnya jumlah stasiun radio yang dimiliki oleh sebuah kelompok-kepemilikan media. Kemunculan stasiun radio baru misalnya dapat kita lihat dari beberapa contoh berikut ini, misalnya di era tahun 80an, sebuah radio berbasis komedi yang sangat dikenal oleh warga Jakarta saat itu (Radio SK) yang dalam perjalanannya mengalami masalah manajemen dan keuangan. Radio tersebut kemudian dibeli oleh MRA Grup dan sekarang kita kenal dengan Trax FM. Begitu juga dengan Indika FM yang berasal dari penjualan radio TMI FM milik Humpuss Grup yang mengalami krisis di era reformasi 1998. Hal lainnya adalah perubahan nama atau format radio yang dilakukan oleh pemiliknya. seperti Trijaya FM yang sekarang menjadi Sindo Radio atau Ramako FM yang menjadi Lite FM. Fenomena tersebut juga terjadi di daerah lainnya, terutama untuk radio yang berasal dari suatu kelompok-kepemilikan, baik kelompok-kepemilikan yang bersifat lokal ataupun nasional. Di Surabaya, beberapa radio baru yang ada, juga merupakan perubahan n dari radio lama yang pernah mengudara. Radio Camar misalnya, berubah menjadi Gen FM Surabaya (milik kelompok Mahaka Media). Dari sisi jumlah kepemilikan stasiun radio, pertambahan yang cukup mencolok dalam beberapa tahun terakhir adalah kepemilikan radio di kelompok MNC Networks. Misalnya, delapan radio Trijaya FM (berubah menjadi Sindo Radio) yang tersebar di seluruh Indonesia, saat ini terdapat 18 radio berlabel Sindo Radio dan tersebar tidak hanya di kota-kota besar seperti Surabaya atau Medan
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
7
tetapi juga berada di Prabumulih, Lubuklinggau, Lahat dan kota lainnya. Pertambahan kepemilikan stasiun radio tersebut juga terjadi pada kelompok radio lainnya di Indonesia. Dari penjelasan di atas menunjukkan bahwa industri radio siaran di Indonesia terus berkembang dan cenderung mengarah pada peningkatan kepemilikan stasiun radio pada kelompok-kepemilikan berskala lokal dan nasional. Tren adanya kelompok-kepemilikan muncul di awal tahun 1990an. Dari sisi bisnis, memiliki beberapa radio dalam satu kelompok sangat berhubungan dengan masalah efisiensi operasional. Hampir semua kelompok, memiliki divisi sendiri untuk mengelola pemasaran dan kegiatan yang berkaitan dengan penerimaan iklan radio-radio dalam naungan kelompoknya. Bahkan, mereka juga memiliki divisi khusus untuk produksi program yang akan memasok materi siaran untuk radioradio jaringannya. Hal tersebut tentu sangat menguntungkan karena mereka dapat menyiarkan satu iklan di banyak radio, begitu pula untuk program acara yang dihasilkan. Dari data terbaru yang dimiliki oleh PRSSNI Pusat (Mei 2015), tercatat 35 kelompok-kepemilikan. Data lain menyebutkan terdapat 21 kelompok, baik yang tersebar secara lokal ( di daerah tertentu) atau pun nasional, serta satu jaringan kantor berita (Zarkasi & Mansur, 2012). Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Merlyna Lim (2012) tentang kelompok-kepemilikan media yang ada di Indonesia, dituliskan terdapat delapan kelompok-kepemilikan besar yang menguasai radio siaran swasta yang tersebar di seluruh Indonesia. Ada juga satu jaringan radio pemerintah (RRI) dan satu jaringan swasta yaitu CPP yang tidak tergabung dalam kelompok besar. Perbedaan jumlah tersebut karena adanya pertumbuhan kelompok-kepemilikan, beragamnya jenis dan besaran kelompokkepemilikan serta kurang tersedianya data akurat tentang jumlah radio siaran di Indonesia. Data ini cenderung terus bertambah setiap saat, karena kebutuhan akan perluasan jangkauan siaran (karena radio berangkat dari siaran lokal) ataupun alasan ekonomi yang menjadi daya tarik bergabungnya suatu lembaga radio ke dalam suatu jaringan. Terlebih kondisi persaingan radio yang demikian ketat.
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
8
Dimmick (2006) mengatakan bahwa perluasan besaran bisnis dan perluasan khalayak adalah alasan utama munculnya pengelolaan radio berjaringan. Dalam bukunya Agus Sudibyo (2004, p.163) menuliskan bahwa dari sejarah radio di Amerika Serikat, jejaring radio adalah strategi yang sangat ekonomis dan efisien untuk menjaring iklan. Dengan membentuk jejaring, radio dapat menaikkan daya kompetitifnya terhadap media televisi. Dalam tulisannya Albarran (2004), sebelum munculnya tren konsolidasi media di Amerika, industri radio berada dalam struktur pasar persaingan sempurna. Tetapi, adanya aturan yang memperbolehkan kepemilikan beberapa media dalam satu kelompok menjadikan struktur pasar oligopoli karena akhirnya, industri radio dipegang oleh hanya beberapa pemain besar.Kehadiran internet juga memberikan banyak perubahan dalam industri radio di Amerika. Saat ini di Indonesia, praktek radio berjaringan dijalankan dengan berbagai pengertian dan cara yaitu : (1) radio yang berjaringan dalam sistem telekomunikasi dan berafiliasi kepemilikan kepada pusatnya seperti RRI, (2) radio berbentuk “rap network” hanya berjaringan dalam pemasaran program, (3) radio yang berjaringan dalam sindikasi program yang dibuat bersama atau salah satu pihak dan (4) radio yang berjaringan dalam semua aspek diatas (Masduki, 2007, p.9). Fenomena lain yang muncul sebagai bentuk “derivasi” dari konsep jaringan radio adalah munculnya kantor berita radio. Kantor berita hanya memproduksi berita, sedangkan penyebarluasannya dilakukan dengan konsep yang mirip dengan sindikasi program (Sudibyo, 2004, p.171). Dari sisi wilayah, pelaksanaan radio berjaringan juga bermacam-macam, misalnya berjaringan dengan radio lain yang satu kota dan berjaringan dengan radio lain yang satu provinsi (lokal) atau berjaringan secara lebih luas (nasional). Dari empat praktek berjaringan tersebut maka yang banyak ditemui di Indonesia adalah berjaringan dalam pengertian keempat yaitu sebuah kelompok-kepemilikan yang memiliki beberapa radio dan kepemilikan sepenuhnya dipegang oleh induk jaringan. Pengelolaan radio-radio tersebut juga cenderung dilakukan terpusat atau adanya penempatan orang-orang tertentu dari induk jaringan pada radio-radio jaringannya. Misalnya dalam kelompok MRA Broadcast Media, terdapat seorang Group Station Manager yang bertugas untuk melakukan koordinasi dan pengawasan terhadap seluruh stasiun
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
9
radio yang dimiliki kelompok tersebut. Berikut adalah contoh beberapa jaringan radio di Indonesia. Tabel. 1.1. Contoh Daftar Stasiun Radio di Beberapa Kelompok-Kepemilikan Radio Siaran di Indonesia MASIMA Radionet Jaringan Prambors Radio Jaringan Delta Radio Female Radio MNC Network Jaringan Sindo Trijaya Radio Jaringan Radio Dangdut Indonesia Jaringan Global Radio V Radio
8 stasiun radio 8 stasiun radio 1 stasiun radio
16 stasiun radio 11 stasiun radio 2 stasiun radio 1 stasiun radio
MRA Broadcast Media Jaringan Hard Rock Radio Cosmopolitan Radio Jaringan Trax Radio Jaringan I Radio Brava Radio
4 stasiun radio 1 stasiun radio 2 stasiun radio 5 stasiun radio 1 stasiun radio
SMART FM Network Jaringan Smart Radio
8 stasiun radio
ETNIKOM Network Jaringan radio
12 stasiun radio
SONORA Network Jaringan Sonora Radio 9 stasiun radio Radio lainnya 13 stasiun radio Sumber : Diolah dari data website resmi masing-masing jaringan Hadirnya
banyak
kelompok-kepemilikan
media,
memunculkan
kekhawatiran adanya kesamaan isi atau program. Seperti diketahui bahwa hadirnya kelompok tersebut lebih mengarah pada efisiensi produksi dan upaya peningkatan keuntungan. Satu program yang dibuat oleh induk jaringan, dapat disiarkan di berbagai radio jaringannya. Selain itu, kepemilikan stasiun radio akhirnya juga terpusat pada kelompok tertentu saja. Hal ini tentu bertentangan dengan amanat UU RI Nomor 32 Tahun 2022 tentang Penyiaran yang mengusung adanya keberagaram isi dan kepemilikan. Selain itu, dalam PP RI Nomor 50 Tahun 2005
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
10
tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta juga sudah ditegaskan tentang aturan kepemilikan media oleh suatu lembaga penyiaran, hanya saja dalam prakteknya hal tersebut belum sepenuhnya dijalankan.
1.2 Studi Terdahulu dan Perdebatan Tentang Keberagaman Isi dan Kepemilikan Media Banyak studi memperlihatkan bahwa adanya konsolidasi kepemilikan media yang melahirkan kelompok-kelompok media dibawah satu kepemilikan menyebabkan munculnya lembaga atau perseorangan yang menjadi “raja media”. Kurang beragamnya isi dan adanya pengaruh atau campur tangan yang besar dari pemilik terhadap isi media seringkali hanya menghasilkan produk yang mewakili kepentingan pemilik. Huntemann (1999) dalam tulisannya di Jurnal of Communication Inquiry, memperlihatkan tren yang terjadi di Amerika sejak 1996 yaitu adanya kegiatan merger dalam industri radio yang menyebabkan sekitar 20 persen perubahan kepemilikan, sehingga 821 stasiun radio dikuasai oleh sepuluh grup besar, di mana terdapat satu grup yang menguasai hingga 320 stasiun radio. Huntemann meneliti tentang dampak adanya konsolidasi kepemilikan terhadap keberagaman program serta keberadaan radio komunitas. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan terhadap musik dan berita lokal serta penurunan keberagaman program. Perputaran iklan hanya terjadi pada kelompok-kelompok besar tersebut dan program yang dominan adalah program-program dengan format “high consumption” dan menggeser program yang menarik bagi kaum pekerja dan non-white audiences. Tergantungnya sebuah program acara pada pemasukan iklan menyebabkan tuntutan peroleh rating yang tinggi pada acara-acara yang diproduksi, sehingga seringkali para pekerja media cenderung untuk membuat program-program sejenis (me too product) dengan program yang memiliki rating tinggi hingga keberagaman isi dan kreatifitas pekerja semakin berkurang. Hal tersebut diungkapkan oleh Osinski (2006) yang mengkaji tentang perubahan dinamika kepemilikan radio di Amerika setelah dikeluarkannya kebijakan tentang penambahan banyaknya radio yang boleh dimiliki oleh satu perusahaan media dalam satu kota sehingga terjadi
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
11
konsolidasi kepemilikan. Peneliti Osinski tersebut melihat serangkaian data dari seluruh radio di Amerika dengan melihat tiga aspek utama yaitu pendengar, program
dan
pendapatan.
Hasilnya
memperlihatkan
bahwa
konsolidasi
memberikan keuntungan dari sisi penambahan jumlah pendengar dan pendapatan. Dari sisi program, adanya kecenderungan untuk mengikuti program-program yang populer sehingga muncul program-program yang serupa dalam suatu jaringan. Di sisi lain seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, tren adanya kelompok-kepemilikan bisa saja menguntungkan dari sisi pengelolaan manajemen, pemasaran, keuangan dan lainnya. Hal tersebut dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Jung (2003) yang mengamati aktivitas diversifikasi dari perusahaan media serta dampaknya pada kondisi keuangan. Jika selama ini konsolidasi yang dilakukan perusahaan media dikhawatirkan akan merusak keberagaman isi media maka penelitian disertasi yang dilakukan oleh Jung ini memilih perspektif yang lain. Hasilnya memperlihatkan bahwa kondisi keuangan menjadi semakin baik dari sisi total pendapatan. Tetapi terlalu banyak diversifikasi ternyata ditanggapi negatif oleh pasar walaupun terjadi pertumbuhan dari sisi industri. Pada akhirnya, kondisi perkembangan kelompok-kepemilikan media tetap menuntut adanya aturan yang tepat dan pasti, mengingat media khususnya media penyiaran seperti radio dan televisi menggunakan frekuensi milik bersama yang tidak dapat mereka gunakan sewenang-wenang. Selain itu, jika tidak diawasi maka kepentingan masyarakat akan semakin jauh tertinggal dan terlupakan karena lebih dominannya kepentingan kelompok atau perseorangan saja. Beberapa penelitian yang menyebutkan pentingnya aturan atau regulasi tentang hal tersebut adalah dari Papandrea (2006) yang memaparkan tentang usulan perubahan regulasi pada kepemilikan silang media yang dapat mengurangi keberagaman opini. Penelitian lainnya dari Shelanski (2006) yang membahas tentang adanya dua pandangan tentang perlindungan terhadap kepentingan publik dalam rangka perubahan regulasi kepemilikan media di Amerika. Pandangan pertama menyebutkan bahwa kebijakan harus mengarah pada adanya kompetisi antar media agar mereka bersaing untuk memberikan yang terbaik pada khalayaknya. Sedangkan pandangan kedua adalah model demokrasi di mana kebijakan seharusnya mengatur
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
12
kesempatan akses media untuk tercapainya keberagaman suara dan adanya isu-isu penting dalam diskusi publik. Untuk kondisi di Indonesia, maka kerjasama yang baik antara pemerintah, lembaga yang terkait dengan masalah penyiaran, para pemilik dan pengelola media serta masyarakat sangat penting. Dalam tulisannya Sari (2010) menyebutkan bahwa fungsi UU Penyiaran dapat ditingkatkan lagi dengan memberi gambaran yang jelas dari pasal-pasal yang sudah ada, ketentuannya, cara pelaksanaannya serta sanksi yang berlaku. Dari hasil beberapa penelitian di atas, kita melihat bahwa tujuan efisiensi dan motif keuntungan menjadi lebih utama dalam pembentukan suatu kelompok-kepemilikan. Para pengelola kemudian cenderung memproduksi program-program yang disukai masyarakat untuk meraih pendapatan dan laba yang lebih besar. Di sisi lain, aturan dan sanksi yang jelas untuk para pengelola di industri media sangat diperlukan agar keberadaan media benar-benar dapat dirasakan manfaatnya bagi masyarakat. Tetapi ada penelitian lain yang menampilkan hasil berbeda dari sisi diversifikasi program, yaitu dalam suatu kelompok-kepemilikan tetap memiliki bermacam-macam program acara karena pihak manajemen selalu berusaha memenuhi berbagai kebutuhan khalayak yang bermacam-macam. Dalam makalah yang ditulis oleh Weinstein (2004), kesimpulan yang disampaikan adalah pihak manajemen berupaya untuk terus memperluas jangkauan khalayaknya sehingga mereka menampilkan berbagai ragam program untuk menarik perhatian khalayak. Bahkan format radio semakin meningkat keberagamannya seiring dengan tidak diperketatnya pembatasan kepemilikan dalam satu kelompok-kepemilikan. Hal penting yang dianjurkan untuk diteliti lebih lanjut adalah seberapa besar peran pasar (dalam hal ini khalayak) ikut menentukan
program-program yang
ditayangkan. Kesimpulan pada makalah tersebut memperlihatkan bahwa media, khususnya radio memiliki kesempatan yang luas untuk menampilkan ragam format program yang berbeda-beda. Seperti yang sudah dituliskan sebelumnya bahwa radio memiliki beberapa keunikan dibanding media lainnya, seperti misalnya : radio memiliki banyak variasi materi siaran, banyak pilihan segmentasi, dapat didengarkan di mana saja, memiliki kekuatan personal, dapat menyapa pendengar
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
13
dengan idiom yang sangat personal, bersifat lokal, dapat membangkitkan fanatisme dan proses produksi yang lebih mudah dan murah dibanding televisi (McQuail, 2005; Vivian, 2005; Sudibyo, 2004). Berbagai keunikan tersebut menjadikan kondisi industri radio berbeda dengan televisi. Paparan berikut ini adalah hasil penelitian tentang usaha-usaha sebuah stasiun radio di Indonesia untuk terus menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Hasil penelitian berikut memperlihatkan bahwa radio melalui program yang disiarkan tetap hadir dengan hal-hal khusus yang sifatnya lokal walaupun radio tersebut berada dalam suatu kelompok-kepemilikan yang berpusat di kota Jakarta atau kota besar lainnya. Di kota Padang misalnya, beberapa iklan radio yang menggunakan bahasa daerah lebih menarik minat pendengarnya terutama untuk produk lokal (Afifah & Suryani, 2007). Masih tentang program yang bermuatan lokal, penelitian yang dilakukan oleh Fanti (2010) menyebutkan bahwa pada program daily report “Semangat Pagi” di Gen FM Surabaya, tema yang paling sering muncul adalah human interest. Informasi ini dianggap menjadi penting karena menarik dan benar-benar bermuatan lokal di mana sudah sesuai dengan keadaan kota Surabaya, serta mengandung sub tema kategori yang meliputi kepentingan pendengarnya. Demikian pula dengan penelitian tentang bagaimana khalayak menentukan pilihannya terhadap radio (khususnya radio keluarga) yang ingin didengar. Penelitian di kota Malang ini menyebutkan beberapa hal yang menjadi alasan khalayak untuk memilih radio dan salah satu diantaranya adalah muatan lokal yang tinggi, sehingga tetap bisa membantu menginformasikan budaya sendiri kepada generasi penerus. Radio juga dipilih karena dapat memfasilitasi keseluruhan kebutuhan pendengar, baik kebutuhan informasi serta kebutuhan hiburan, disesuaikan dengan waktu serta target sasaran. Informasi yang dihadirkan selain memiliki unsur lokal juga aktual dan humanis. Program yang dihadirkan merupakan program yang kompleks, menyeluruh dan mewadahi kebutuhan semua anggota keluarga, mulai dari anak – anak sampai dewasa. Pembawa acara atau penyiarnya merupakan penyiar yang berkarakter, memiliki wawasan luas, konsistensi tinggi sehingga mampu membawakan program apapun, mampu
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
14
memberikan motivasi ke pendengar, bisa membawa diri serta mampu memberikan timbal balik kepada pendengarnya (Dewi, 2011). Penelitian lain menyebutkan bahwa radio dapat menjadi media penghubung antara masyarakat dan organisasi tertentu secara efektif. Hal tersebut dapat dilihat melalui acara “Arema Corner” di Radio Citra Protiga Malang 87,9 FM Malang News Channel, yang menjadi sarana kontrol sosial oleh Aremania (klub penggemar Arema) terhadap klub sepak bola Arema (Ramadhan, 2008). Masih dari kota Malang, penelitian selanjutnya tentang salah satu program di Radio Chakra Bhuwana (RCB) FM yang memiliki visi misi sebagai media yang menjaga budaya Indonesia, khususnya budaya lokal Malang. Salah satu program unggulannya yaitu “Edan Bola”, merupakan program berita olahraga seputar tim sepak bola Arema Indonesia yang pendengarnya didominasi Aremania. Program ini memiliki kekuatan dalam menarik perhatian pendengar, sehingga “Edan Bola” secara tidak langsung menjadi acuan Aremania untuk mendapatkan informasi seputar Arema Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang faktor-faktor yang memengaruhi isi media. Hasil penelitian menunjukkan bahwa level individu dan level rutinitas media memiliki pengaruh paling besar terhadap proses pemberitaan Arema Indonesia dalam program “Edan Bola” RCB FM, karena individu pelaku media dan rutinitas media (pendengar, organisasi media, sumber informasi) bersentuhan langsung dalam proses pemberitaan (Amalia, 2010). Hasil penelitian yang menarik lainnya adalah bagaimana sebuah radio di Yogyakarta yang mengusung nama dan format baru serta berada dalam suatu kelompok-kepemilikan besar, berusaha bertahan dalam situasi persaingan dengan radio-radio lokal yang sudah lama dikenal masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Ijtihadi (2012) mengungkapkan bahwa I Radio Yogyakarta merupakan contoh di mana radio tersebut cukup bisa mempertahankan diri di tengah gempuran radio lokal yang memiliki penggemar setia yang cukup banyak. Salah satu cara yang digunakan mereka untuk bisa menarik hati masyarakat Yogya yakni dengan menyelipkan kata-kata berbahasa Jawa dalam siaran mereka. Ditambah lagi dengan memutar seratus persen lagu Indonesia, I Radio Yogyakarta memiliki keunggulan dalam memikat hati masyarakat Yogya yang kritis, atraktif namun
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
15
tetap menjunjung tinggi nilai lokal. Dipaparkan juga bahwa keberadaan radio jaringan yang mencoba meraih pangsa pasar pendengar radio di Yogya tentu tidak bisa serta merta didapat dengan mudah. Mereka tentu harus menyesuaikan diri dengan selera pendengar di Yogya. Nama besar radio jaringan yang didukung modal besar tidak selalu menjamin keberhasilan mereka di kota-kota di mana mereka membuka cabang. Salah satu acara andalan I Radio Yogyakarta dibuat dengan format yang lebih banyak mengedepankan konten berdasarkan lokalitas dan tidak mengekor gaya I Radio Jakarta. Selain itu, mereka juga sering mengusung isu-isu lokal sebagai bahan perbincangan di pagi hari selain isu-isu nasional. Penelitian di atas diperkuat dengan hasil penelitian lainnya oleh Haryati (2010), bahwa radio-radio yang memperoleh pendengar terbanyak di Solo adalah radio-radio yang tidak berada dalam kelompok-kepemilikan besar. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa stasiun radio yang mendapat pilihan terbanyak dari pendengar yaitu radio RRI FM (Pro II), radio Suara Slank, Solo Radio, radio JPI dan radio PTPN. Acara-acara yang paling diminati adalah acara hiburan, selain informasi dan pendidikan. Untuk acara hiburan maka hiburan dengan unsur tradisional masih diminati oleh warga Solo. Dari beberapa penelitian di atas menunjukkan bahwa untuk industri radio di Indonesia, adanya kelompok-kepemilikan dengan banyak radio yang dimiliki dan tersebar di seluruh wilayah di Indonesia, unsur keberagaman tetap ada karena sifatnya yang dekat dengan pendengar dan lokalitas yang tinggi. Unsur lokalitas tidak hanya dimaknai sebagai penyesuaian dengan budaya setempat tetapi juga informasi mengenai berbagai peristiwa di daerah itu. Pendengar radio cenderung ingin mengetahui apa yang terjadi di sekitarnya dan program-program tersebut dibawakan dengan gaya bicara yang biasa mereka dengar sehari-hari. Hasil wawancara awal peneliti dengan salah seorang penyiar radio senior di Surabaya, didapatkan informasi bahwa acara-acara yang ada di radionya (yang tergabung dalam salah satu kelompok-kepemilikan radio dengan pusat di Jakarta) sejak awal sudah dirancang untuk menyesuaikan diri dengan keadaan pendengar di Surabaya. Penyiar di radionya justru tidak boleh bergaya bicara seperti penyiar Jakarta misalnya dengan sapaan “gue-elu” dan diperbolehkan menggunakan idiom-
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
16
idiom tertentu yang khas dari Surabaya. Contoh lain adalah hadirnya radio Gen FM di Surabaya. Salah satu program acara andalannya adalah “Salah Sambung” di mana penyiar akan menghubungi seseorang dengan skenario tertentu. Program “Salah Sambung” di Gen FM Surabaya seringkali dibawakan dengan logat “Suroboyoan” atau dengan celetukan-celetukan khas Surabaya. Hal serupa juga bisa kita temui berdasarkan penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa kehadiran I Radio di Yogjakarta tidak serta merta dapat menguasai pangsa pasar Yogya, walaupun I Radio tergabung dalam kelompok-kepemilikan besar. Mereka harus mampu menyesuaikan diri dengan kondisi dan keinginan masyarakat khususnya kelompok pendengar yang dituju, karena persaingan dengan radio lokal yang juga menawarkan berbagai program menarik. Artinya, masyarakat tidak menerima begitu saja sesuatu yang datang dari luar dalam hal ini kehadiran radio yang berpusat di Jakarta. Jika kita melihat keadaan beberapa tahun yang lalu khususnya pada era reformasi maka proses adaptasi semangat perubahan yang dilakukan oleh individuindividu dalam sebuah stasiun radio sangat terlihat. Gazali (2000) menyebutnya sebagai kesadaran akan basic audience, di mana khalayak dapat menentukan isi-isi rapat internal media di daerah. Beberapa contoh misalnya Radio Unisi Yogyakarta yang memiliki basis pendengar mahasiswa, pada saat ini secara aktif mengikuti perkembangan gerakan mahasiswa di Indonesia. Sedangkan radio CDBS di Bali yang menyasar segmen remaja, tetap mengudarakan acara-acara yang sesuai dengan selera remaja dan kalaupun mereka menyiarkan perkembangan politik yang terjadi maka acara tersebut tidak menjadi acara utama seperti yang dilakukan oleh Radio Unisi. Dalam paparan penelitiannya, Gazali juga menuliskan bahwa selera masyarakat daerah belum tentu sama dengan Jakarta. Dari beberapa contoh yang telah dipaparkan terlihat bahwa radio dalam hal ini stasiun radio memiliki karakteristik yang berbeda dengan media massa lainnya seperti yang sudah dijabarkan sebelumnya. Radio yang berada dalam suatu kelompok-kepemilikan besar sekali tidak otomatis diterima oleh pendengarnya. Program yang ditawarkan tidak dapat sepenuhnya mengikuti program yang dimiliki radio induk. Hal tersebut tentu menuntut adanya kemampuan sebuah stasiun radio dalam hal ini seluruh bagian dari organisasinya untuk menyesuaikan
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
17
diri dengan lingkungan di mana stasiun radio tersebut berada. Artinya sebagai sebuah organisasi, harus disadari bahwa radio atau organisasi tersebut adalah sesuatu yang dinamis. Organisasi berkembang seiring dengan perkembangan anggota di dalamnya dan pihak luar. Dalam tulisannya Triputra (2000) menyebutkan bahwa melalui produk yang dihasilkan, media tetaplah sebuah organisasi yang berorientasi pada keuntungan dan menghadapi persaingan dengan media lainnya. Karenanya media akan berusaha untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan selera masyarakat. Kemampuan media untuk menghasilkan produk yang disukai dapat dihasilkan oleh adanya editor dan reporter yang handal. Dalam konteks radio, hal tersebut banyak kita jumpai di mana seorang penyiar radio dapat menjadi ujung tombak kesuksesan sebuah acara radio. Misalnya, acara “Good Morning Hard Rockers” di Hard Rock FM Surabaya (yang dibawakan oleh duet Meity Piris dan Ivan Arbani) sampai 2010, pernah menjadi acara unggulan yang mampu bersaing dengan acara sejenis di Jakarta. Mereka menyapa pendengar dengan sebutan “koncoplek” sehingga kata itu sangat dikenal di Surabaya. Gaya siaran yang khas, materi siaran yang tepat dan kedekatan mereka dengan pendengar menjadi kunci kesuksesan acara tersebut. Bahkan sampai Juni 2012, dari pantauan penulis pada website Hard Rock FM, artikel yang paling banyak dibaca adalah tentang profil penyiar Meity Piris, walaupun yang bersangkutan telah berpindah ke program acara lainnya. Dari gambaran di atas, maka perlu kiranya kita melihat dengan pendekatan yang berbeda dalam memahami fenomena radio siaran khususnya yang beroperasi di bawah suatu kelompok-kepemilikan tertentu. Dalam kajian ekonomi politik komunikasi, munculnya kelompokkepemilikan adalah bentuk dari spasialisasi, yaitu langkah sebuah organisasi media untuk mengembangkan usahanya. Sebagai organisasi yang berorientasi pada keuntungan, maka organisasi media cenderung untuk memperluas kegiatannya. Dalam bukunya Mosco (2009) menuliskan bahwa pengembangan usaha tersebut meliputi pertumbuhan besaran organisasi, jumlah aset, jumlah penerimaan, jumlah keuntungan, jumlah karyawan dan nilai saham. Untuk menjalankan kegiatannya, masing-masing kelompok memiliki aturan yang berbeda-beda terutama dalam hal pengambilan kebijakan dan hal-hal penting lainnya. Murdock (1982) menjelaskan
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
18
ada empat pendekatan dalam melihat kendali korporasi media. Pendekatan ini dibagi atas dua konsep umum yaitu capitalism dan industrial society dengan fokus utama pada sisi action/power dan structure/determination untuk kedua konsep tersebut. Pendekatan
action/power
(yang
mempertanyakan
“siapa”
yang
mengendalikan korporasi) fokus pada cara orang bertindak baik secara individual maupun kolektif dalam membujuk atau memaksa pihak lain untuk memenuhi tuntutan dan keinginan mereka. Mereka berkonsentrasi pada identifikasi alokasi pengendalian dan meneliti bagaimana mereka mempromosikan kepentingan mereka sendiri, ide-ide dan kebijakan yang ada. Sedangkan pendekatan structure/determination (yang mempertanyakan tentang “faktor-faktor apa” yang membatasi pengendalian korporasi) berkaitan dengan pilihan cara untuk mengalokasikan pengendalian yang dibatasi oleh lingkungan ekonomi dan politik secara umum di tempat perusahaan berada (Murdock, 1982:124). Jika melihat fenomena radio siaran yang berada dalam suatu kelompok kepemilikan, maka pendekatan di atas sepertinya tidak bisa saling dipisahkan antara action/power dan structure/determination, keduanya saling berhubungan. Artinya di satu sisi ada pihak-pihak (agent) yang memiliki kekuatan untuk mengendalikan korporasi tetapi mereka juga dibatasi oleh hal-hal lain yang melingkupi jalannya korporasi (structure) atau sebaliknya bahwa struktur yang ada dilengkapi dengan kekuatan individu yang dimiliki oleh korporasi dalam menjalannya kegiatannya. Murdock (1982) menyebutkan bahwa perlu analisis yang memadai untuk menggabungkan keduanya, karena dikotomi antara action/power dan structure/determination adalah tidak tepat. Perlu diperhatikan adanya interplay antara setiap tindakan yang dilakukan oleh individu dan struktur yang melingkupinya pada setiap tahapan proses produksi.
1.3. Perumusan Masalah Dari paparan di atas terlihat bahwa untuk memahami dinamika kelompokkepemilikan khususnya untuk media radio tidak dapat dilihat dengan cara memisahkan antara peran individu di dalam korporasi tersebut dengan struktur yang ada. Radio yang bentuk organisasinya lebih sederhana dibanding televisi,
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
19
lebih personal dan dekat dengan khalayaknya, harus dilihat lebih jauh melalui interaksi antara individu dan strukturnya. Hal tersebut dapat diteliti dengan dasar pemikiran teori strukturasi. Strukturasi menurut Giddens adalah dualitas hubungan antara agen (aktor) dan struktur. Dualitas struktur adalah praktek sosial yang terjadi secara berulang melintasi ruang dan waktu (Giddens, 1984). Karenanya, studi tersebut akan digunakan untuk melihat relasi antara radio induk dan radio jaringan dalam satu kelompok-kepemilikan. Dalam level organisasi jika dikaitkan dengan komunikasi organisasi maka studi strukturasi dapat digunakan dengan melihat beberapa aspek dalam komunikasi organisasi seperti membership negotiation, institutional positioning, activity coordination dan reflexive self-structuring. Selain itu, juga dapat digunakan untuk melihat iklim organisasi, jaringan dan identitas dalam organisasi (Poole, 2009). Dalam pengamatannya, Poole melihat adanya pengaruh terhadap anggota kelompok yaitu pengaruh dari struktur sosial seperti komposisi kelompok, jaringan komunikasi, hirarki status, persyaratan suatu tugas, norma kelompok dan tekanan kelompok. Tetapi Poole tidak melihat pengaruh itu lebih lanjut melainkan melihat bahwa individu dalam kelompok tersebut juga memiliki kemampuan untuk mempengaruhi bahkan melakukan perubahan. Karenanya, bersama dua peneliti lainnya Robert McPhee dan David Seibold, akhirnya mereka tertarik pada pemikiran Anthony Giddens, yang mengatakan bahwa orang yang menjadi bagian dari masyarakat adalah active agents, mereka dapat bertindak dan melakukan perubahan. Berdasarkan paparan di atas, maka studi strukturasi akan digunakan untuk melihat bagaimana dinamika hubungan antara radio induk dan jaringannya yang berada dalam suatu kelompok-kepemilikan. Fenomena hubungan induk dan jaringan tidak dilihat dari satu sisi saja yaitu adanya kontrol induk terhadap jaringannya tetapi sebagai suatu hubungan timbal balik dan dinamis. Selain itu, secara makro juga akan dilihat bagaimana dinamika industri media di Indonesia dalam perkembangan tren kelompok-kepemilikan ini. Hidayat (2000) memaparkan bahwa dalam memahami kajian media secara utuh maka kita diharuskan untuk melihat struktur sebagai multi-layered structure. Artinya kita bisa melihat struktur sebagai struktur organisasi, struktur industri media, struktur ekonomi politik dan
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
20
struktur kapitalisme global. Penelitian ini akan melihat struktur dalam level organisasi dan industri media. Sedangka agen, merujuk pada Giddens yang dikutip oleh Triputra (2000) dapat berarti individu, kelompok dan organisasi itu sendiri. Karenanya rumusan penelitian ini adalah untuk menjelaskan bagaimana dinamika organisasi radio siaran dalam konteks strukturasi sebagai respon atas perubahan industri media di Indonesia.
1.4. Pertanyaan Penelitian “Bagaimana pola interaksi antara radio induk dan radio jaringan dalam suatu kelompok-kepemilikan dalam konteks strukturasi sebagai respon atas struktur industri media di Indonesia ?”
1.5. Tujuan Penelitian 1. Menggambarkan proses interaksi radio induk dan radio jaringan dalam suatu kelompok-kepemilikan sebagai respon terhadap struktur industri media khususnya media radio di Indonesia. 2. Menjelaskan proses interaksi antara radio induk dan radio jaringan sebagai proses strukturasi yang meliputi skema interpretif, fasilitas dan norma serta bagaimana proses tersebut terjadi. 3. Menawarkan model strukturasi dalam memahami interaksi antara radio induk dan radio jaringan dalam suatu kelompok-kepemilikan
1.6. Signifikansi Penelitian 1. Signifikansi Teoritis a. Studi yang ada selama ini hanya menempatkan induk sebagai pihak yang berkuasa, padahal jaringan juga bisa memberikan pengaruh dan melakukan perubahan. b. Selama ini studi mengenai induk jaringan tidak menempatkan kekuasaan sebagai aspek yang penting dalam proses strukturasi. Padahal dalam pola hubungan struktur dan agen, terdapat aspek kekuasaan yang mendominasi.
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
21
c. Banyak penelitian tentang studi strukturasi dalam organisasi selama ini hanya digunakan untuk melihat proses adaptasi organisasi terhadap perubahan teknologi dalam satu organisasi. Tetapi sebenarnya juga dapat digunakan untuk menjelaskan proses strukturasi antara induk organisasi dan jaringannya. Penelitian juga mengembangkankan penerapan studi strukturasi itu untuk tingkatan yang lebih luas yaitu melihat proses adaptasi yang dilakukan oleh organisasi tersebut sebagai respon atas perubahan lingkungan yaitu industri media. d. Kemudian, penelitian ini juga memasukkan unsur ekonomi politik yaitu konsep spasialisasi yang selama ini tidak melihat pentingnya keberadaan agen. Baran & Davis (2003) menyebutkan bahwa kekuatan teori ekonomi politik adalah adalah kontrol yang besar dari pihak yang berkuasa serta pengaruhnya terhadap produksi isi media dan keuangan. Disebutkan juga bahwa pada tingkat yang lebih rendah kekuasaan berkurang. Penelitian ini akan memperlihatkan bahwa dalam pengaruh induk organisasi terhadap jaringannya, peran jaringan dan unsur individu dalam jaringan juga perlu dilihat sebagai proses adaptasi yang pada akhirnya dapat memunculkan struktur baru.
2. Signifikansi Metodologi Selama ini studi induk jaringan banyak pada teks, banyak asumsi mengatakan bahwa ketika teks sama maka ada intervensi, padahal harus juga dilihat sebagai relasi atau adanya upaya perlawanan dalam produksi teks tersebut. Artinya penelitian sebelumnya tidak menggambarkan proses atau dinamika yang terjadi, selain itu juga tidak menggambarkan proses adaptifnya. Karenanya penelitian ini akan menggunakan pendekatan kualitatif sehingga akan terlihat bagaimana dinamika dan proses yang ada dalam adaptasi tersebut.
3. Signifikansi Praktis Penelitian ini akan memberikan sumbangan pemikiran dan masukan untuk para pelaku dan pengelola industri media khususnya radio siaran tentang
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
22
hubungan induk organisasi dan lingkungannya serta jaringannya. Keberadaan jaringan dan individu-individu yang ada di dalamnya harus dilihat sebagai suatu hubungan yang dinamis dan dapat saling mempengaruhi.
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
23
BAB 2 KERANGKA PEMIKIRAN
Dalam penelitian ini digunakan teori Strukturasi dan melalui teori tersebut maka relasi antara radio induk dan radio jaringan dilihat dari sisi struktur dan juga dari sisi agen dalam tingkatan organisasi dan industri media yang melingkupinya. Teori ini digunakan untuk melihat secara lebih luas karena studi terdahulu tentang kelompok-kepemilikan media banyak dilihat dari sisi ekonomi politik saja, sedangkan penelitian ini ingin melihat lebih jauh bagaimana relasi sosial yang melingkupi hubungan antara induk dan jaringan dala, suatu kelompokkepemilikan.
2.1. Teori Strukturasi Teori ini dicetuskan oleh Anthony Giddens, seorang intelektual berlatar sosiologi asal Inggris, yang mengkritisi beberapa pendekatan dalam ilmu sosial sebelumnya yang melihat adanya perbedaan atau dualisme antara struktur dan agen. Giddens (1984) menuturkan bahwa teori strukturasi didasarkan pada premis bahwa dualisme harus dikonseptualisasikan ulang sebagai dualitas. Dualitas struktur merupakan landasan utama bagi keterulangan reproduksi sosial di sepanjang ruang dan waktu. Keberadaan agen dan struktur bukanlah dua perangkat fenomena yang saling terpisah. Dalam konsep dualitas keduanya saling terkait dan mempengaruhi sehingga kelengkapan struktural dari sistem sosial adalah sarana sekaligus hasil dari praktek yang terorganisasi secara rutin. Teori strukturasi menyatakan tindakan manusia sebagai proses produksi dan reproduksi berbagai sistem sosial. Dalam strukturasi ditekankan adanya dualitas hubungan antara agen (aktor) dan struktur. Dualitas struktur adalah praktek sosial yang terjadi secara berulang melintasi ruang dan waktu (Giddens, 1984). Struktur dipahami sebagai aturan (rules) dan sumber daya (resources) yang terbentuk dan membentuk perulangan praktek sosial tersebut. Praktek sosial dapat berupa kebiasaan-kebiasaan yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian kapan terjadi dualitas, penjelasannya adalah bahwa dualitas antara agen dan struktur terjadi pada proses di
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
24
mana struktur sosial digunakan sebagai sarana dan juga sebagai hasil dari praktek sosial. Dalam dualitas yang dicetuskan oleh Giddens, struktur menjadi pedoman bagi praktek di berbagai tempat dan waktu, di mana struktur tersebut adalah hasil dari perulangan berbagai tindakan kita. Giddens menempatkan struktur sebagai sarana yang memberdayakan dan memungkinkan terjadinya praktek sosial (Priyono, 2002). Dengan demikian menurut Bersntein dalam Ritzer & Goodman (2007), tujuan mendasar dari teori strukturasi adalah untuk menjelaskan hubungan dialektika dan saling mempengaruhi antara agen dan struktur. Kedua hal tersebut tidak dapat dipahami dalam keadaan saling terpisah satu sama lain. Seluruh tindakan sosial memerlukan struktur dan seluruh struktur memerlukan tindakan sosial. Agen dan struktur saling mempengaruhi tanpa terpisahkan dalam aktivitas manusia. Dengan kata lain, jika kita berkomunikasi dengan orang lain maka kita membuat struktur yang memiliki besaran dari level institusi sosial kultural sampai ke level yang lebih rendah yaitu hubungan antar individu. Struktur dapat berupa aturan, norma, jaringan komunikasi dan institusi yang dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh tindakan sosial. Struktur memberikan aturan dan arahan terhadap individu akan tindakan mereka. Tetapi tindakan tersebut pada akhirnya juga dapat membentuk aturan baru dan mereproduksi struktur yang sudah ada (Littlejohn & Foss, 2008). Hidayat (2000) menuliskan bahwa banyak kepustakaan yang cenderung mensejajarkan dikotomi mikro dan makro sebagai agen dan struktur, khususnya bila merujuk agen sebagai individual human agent (mikro) dan struktur sosial (makro). Pada prakteknya, agency bisa merujuk pada tindakan sosial human agents dalam pengertian yang lebih luas, yaitu tidak hanya dalam level individu tetapi juga kelompok, organisasi bahkan negara. Sedangkan struktur yang biasanya merujuk pada struktur sosial makro, bisa juga merujuk pada struktur hubungan sosial pada kelompok kecil. Hal tersebut juga dijelaskan oleh George Ritzer bahwa konsep agen selain merujuk pada tingkatan mikro atau aktor manusia tetapi juga dapat merujuk kepada kolektivitas makro. Sebaliknya, konsep struktur yang biasanya mengacu pada struktur sosial berskala besar, dapat juga mengacu pada struktur mikro seperti orang yang terlibat dalam interaksi individu. Jadi, baik agen
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
25
maupun struktur dapat mengacu kepada fenomena tingkat mikro atau makro (Ritzer & Goodman, 2007). Tiga
gugus
besar
struktur
terdiri
atas
struktur
signifikansi
(penandaan/pemaknaan), struktur dominasi (penguasaan) dan struktur legitimasi (aturan). Struktur signifikansi merujuk pada skemata simbolik, pemaknaan, penyebutan dan wacana. Struktur dominasi atau penguasaan, merujuk pada skemata penguasaan atas orang, barang atau hal lainnya. Struktur legitimasi atau aturan merujuk pada skemata peraturan normatif dan aturan lainnya (Priyono, 2002). Gambaran hubungan antara struktur dan tindakan sosial tersebut dapat dilihat dari gambar dimensi dualitas struktur berikut ini. Gambar 2.1. Dimensi Dualitas Struktur struktur
signifikansi
dominasi
legitimasi
(modalitas)
Skema interpretatif
fasilitas
norma
komunikasi
kekuasaan
sanksi
interaksi
Sumber : Giddens (1984) Gambar dualitas struktur di atas dapat dipahami sebagai berikut yaitu, dalam masyarakat terdapat tiga bentuk interaksi sosial yaitu komunikasi, kekuasaan dan sanksi. Modalitas digunakan oleh masing-masing struktur yang ada dalam interaksi. Struktur signifikansi/pemaknaan menggunakan kerangka penafsiran dalam interaksi komunikasi. Hal ini dapat terjadi dalam hubungan antar individu, kelompok atau organisasi. Interaksi yang terjadi melalui komunikasi dapat merubah pemaknaan. Sedangkan struktur dominasi, menggunakan modalitas berupa fasilitas dalam interaksi kekuasaan. Fasilitas di sini dapat berupa fasilitas fisik, ekonomi, budaya dan sebagainya. Untuk struktur legitimasi, modalitas yang digunakan dalam interaksi adalah norma-norma seperti hukum, adat dan agama sehingga dalam interaksinya muncul sanksi yang berkenaan dengan norma-norma tersebut. Secara alur horisontal, dalam interaksi yang berupa komunikasi, kekuasaan dan sanksi saling berhubungan dan memiliki kedudukan yang sama. Tetapi dalam kenyataannya, bisa saja kekuasaan menentukan komunikasi dan
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
26
sanksi. Demikian pula dalam struktur, maka signifikasi, dominasi dan legitimasi memiliki hubungan timbal balik. Tetapi dapat terjadi bahwa dominasi akan menentukan pemaknaan dan legitimasi. Dari uraian singkat tentang dualitas struktur, terlihat bahwa ada hubungan timbal balik antara struktur, modalitas dan interaksi. Dalam uraiannya Giddens (1984) menuturkan bahwa aturan dan sumber daya yang digunakan dalam produksi dan reproduksi tindakan sekaligus merupakan alat reproduksi sistem (dualitas). Dalam dualitas tersebut pembentukan agen dan struktur bukanlah dua fenomena yang terpisah melainkan saling mempengaruhi. Giddens menempatkan struktur bukan sebagai sesuatu yang bersifat eksternal bagi individu, tetapi lebih bersifat internal sehingga struktur bukan suatu kekangan walaupun sifatnya mengekang (constraining) dan juga memberdayakan (enabling). Hal ini tidak berarti hal-hal yang terstruktur dari sistem sosial tidak bisa bergerak. Struktur bersifat dinamis dan dihasilkan oleh individu dan kelompok melalui tindakan sosialnya. Hidayat (2000) menuturkan bahwa dengan konsepsi mengenai struktur sebagai entitas yang dinamis maka hal tersebut bisa menghindari tendensi analisis ekonomi politik media bahwa ada dominasi struktur terhadap agen ataupun sebaliknya yaitu tendensi untuk mengunggulkan tindakan agen dengan mengabaikan eksistensi struktur. Dalam bukunya yang menjelaskan tentang pemikiran Giddens secara ringkas, Priyono (2002) menjelaskan bahwa dalam dualitas yang diusung oleh Giddens, struktur mirip pedoman yang menjadi prinsip bagi praktek-praktek di berbagai tempat dan waktu dan merupakan hasil dari perulangan berbagai tindakan kita. Dalam melakukan tindakan tersebut, Giddens membedakan tiga dimensi internal pelaku yaitu motivasi tak sadar, kesadaran praktis dan kesadaran diskursif. Motivasi tak sadar menyangkut keinginan atau kebutuhan yang berpotensi mengarahkan tindakan. Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita melakukan tindakan tanpa adanya kesadaran akan motif tertentu yang mendasari tindakan tersebut. Hal ini berbeda dengan kesadaran diskursif, di mana kita dapat memberikan penjelasan tertentu akan tindakan kita. Kesadaran ketiga adalah kesadaran praktis yang merujuk pada pengetahuan praktis yang tidak selalu dapat
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
27
dijelaskan tetapi kita tetap melakukan tindakan tertentu dalam kehidupan seharihari. Berbagai alasan yang mendasari berbagai tindakan kita tidak harus selalu dipertanyakan mengapa terjadi atau bagaimana harus dilakukannya. Kesadaran ini dimiliki pelaku dan kesadaran ini bisa membentuk rutinitas hidup personal dan sosial. Kesadaran praktis tersebut merupakan dasar untuk memahami bagaimana berbagai tindakan dan praktek sosial kemudian dapat menjadi struktur, sedangkan kesadaran diskursif merujuk pada kapasitas kita merefleksikan dan memberikan penjelasan rinci tentang tindakan kita. Dalam penjelasan lainnya, Triputra (2000) menuturkan bahwa Giddens membedakan antara discursive consciousness (yang mengacu pada kemampuan agen
untuk
menggambarkan
tindakan
melalui
kata-kata)
dan
practical
consciousness (keterlibatan dan tindakan agen tanpa perlu diekspresikan melalui kata-kata, karena semua tindakannya mempunyai makna tertentu yang dipahami bersama oleh agen-agen dalam tindakan sosial). Jadi agen melalui kesadarannya, mencermati pemikiran serta aktivitasnya sendiri dan berbagai keadaan sosial di luar dirinya. Kedasaran praktis dapat digunakan untuk memahami bagaimana struktur itu mengekang atau memperdayakan praktek sosial, walaupun pada akhirnya reproduksi sosial berlangsung melalui keterulangan praktek sosial yang jarang dipertanyakan lagi (Priyono, 2002). Giddens sangat menekankan pentingnya kesadaran praktis yaitu lebih memusatkan pada apa yang dilakukan oleh agen. Lebih lanjut Ritzer & Goodman (2007) menjelaskan bahwa Giddens berpendapat jika struktur itu ada melalui aktivitas agen. Giddens berupaya untuk menghindarkan kesan bahwa struktur berada di luar dari tindakan agen. Dalam hal ini Giddens memang tidak sependapat dengan para ahli sebelumnya yang sangat melebihkan peran struktur. Berulangnya praktek sosial tidak berlangsung tanpa adanya perubahan. Priyono (2002) menjelaskan bahwa Giddens melihat adanya perubahan yang terjadi walaupun dalam hanya terlihat sebagai perubahan kecil. Pelaku tindakan menurut Giddens memiliki kemampuan untuk melakukan introspeksi sehingga perubahan akan terjadi. Akhirnya rutinitas yang biasa dijalankan mengalami perubahan karena aturan dan sumber daya tindakan serta praktek sosial tidak lagi memadai untuk digunakan, yang kemudian menciptakan praktek sosial yang baru.
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
28
Tetapi beberapa kritik terhadap pemikiran Giddens juga perlu dicermati lebih lanjut, seperti yang yang disampaikan oleh Priyono (2002) antara lain bahwa berlangsungnya hubungan antara struktur dan agen yang sudah menjadi dualitas bagi suatu kelompok, bisa jadi merupakan dualisme bagi kelompok lain. Kritik tersebut dilanjutkan dengan pertanyaan apakah dalam hubungan yang saling mempengaruhi tersebut, dualisme benar-benar hilang. Dalam beberapa peristiwa, struktur masih memiliki kuasa atas agen sehingga dualitas tidak bisa dirasakan. Pendapat senada juga diungkapkan oleh Layder, Ashton & Sung (1991) yang dirujuk oleh Ritzer & Goodman (2007) bahwa struktur dan agen secara empiris saling tergantung, tetapi sebagian dapat berjalan otonom dan merupakan bidang wewenang yang dapat dipisahkan. Beberapa ahli lainnya juga melayangkan kritik terhadap pemikiran Giddens yang dianggap tidak dapat dipahami secara utuh. Selain itu, kritik yang sering disampaikan untuk teori strukturasi adalah bahwa teori ini tidak memiliki hasil akhir. Teori ini seakan bicara tentang suatu lingkaran tanpa ujung dan arah. Walaupun demikian, teori tetap relevan untuk digunakan untuk menganalisis berbagai permasalahan sosial yang ada. Lebih lanjut teori strukturasi yang dikembangkan oleh Anthony Giddens tersebut telah diaplikasikan lebih luas dalam studi tentang komunikasi kelompok dan organisasi. Teori ini banyak memberikan dasar dalam proses pengambilan keputusan dan adaptasi organisasi dalam penggunaan teknologi informasi yang bertujuan untuk penyelesaian tugas, yang kemudian mendasari Marshall Scoot Poole dan kawan-kawan dalam menyusunan teori adaptif strukturasi yang dikenal dengan AST (Adaptive Structuration Theory). Sedangkan dalam tataran organisasi, teori strukturasi telah diaplikasikan dalam pembahasan mengenai pembentukan organisasi, iklim dan budaya organisasi, jaringan komunikasi organisasi dan identitas organisasi. Pemikiran tentang dualitas strukturasi oleh Giddens itulah yang kemudian dikembangkan oleh pencetus AST dalam konteks kelompok dalam organisasi. Marshall Scoot Poole beserta dua rekannya Robert Mc Phee dan David Seibold percaya bahwa orang-orang yang berada dalam suatu kelompok dapat menjadi agen yang aktif dan memiliki kapasitas untuk bertindak dan membuat suatu
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
29
perubahan. Paparan Poole yang dikutip Griffin (2009) tentang ide dasar teorinya adalah : “Members in groups are creating the group as the act within it. A lot of times people in groups build up structure or arrangements that are very uncomfortable for them, but they don’t realize that they’re doing it. The point of structuration theory is to make them aware of the rules and resources that they’re using so that they can have more control over what they do in groups” Poole memulai pemikiran tentang AST dari disertasi yang dilakukan pada tahun 1980. Dalam akhir penelitiannya tentang kelompok-kelompok dalam organisasi, Poole menekankan bahwa dinamika kelompok tidaklah sesederhana yang digambarkan sebelumnya. Anggota kelompok dipengaruhi oleh struktur sosial tetapi struktur tersebut tidak menjadi penentu dalam pengambilan keputusan melainkan keberadaan anggota dalam kelompok dapat membuat perubahanperubahan (Griffin, 2009). Sejalan dengan penjelasan di atas, West & Turner (2007) menyebutkan bahwa AST adalah teori yang mengkaji tentang kelompok dan organisasi, dimana dalam kelompok dan organisasi tersebut menciptakan struktur yang dapat diartikan sebagai aturan-aturan (rules) dan sumber daya (resources). Struktur tersebut kemudian menciptakan sistem sosial dalam organisasi. Kelompok dan organisasi tersebut melangsungkan berbagai aktivitasnya melalui penggunaan struktur yang ada oleh para anggotanya. Struktur kekuasaan mengarahkan pengambilan keputusan dalam kelompok dan organisasi. Dalam Griffin (2009) disebutkan bahwa struktur meliputi komposisi kelompok, jaringan komunikasi, hirarki, hal-hal yang berhubungan dengan tugas, norma dan tekanan kelompok. Poole meyebut teori ini sebagai strukturasi adaptif karena dalam pengamatannya, anggota kelompok secara sengaja beradaptasi dengan aturan dan sumber daya yang ada untuk penyelesaian pengambilan keputusan. Beberapa asumsi dasar dari teori ini adalah bahwa (West & Turner,2007): 1. Kelompok dan organisasi melakukan produksi dan mereproduksi melalui aturan dan sumber daya. Giddens mengatakan bahwa setiap tindakan atau
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
30
perilaku akan menghasilkan sesuatu yang baru (fresh act). Tindakan atau perilaku tersebut dapat dipengaruhi oleh keadaan masa lalu. 2. Aturan dalam komunikasi berfungsi sebagai medium dan sebagai hasil akhir dari interaksi. Aturan memberikan arahan dan batasan atas perilaku kelompok dan organisasi. 3. Struktur kekuasaan ada dalam organisasi dan mengarahkan pengambilan keputusan melalui penyediaan informasi tentang cara terbaik meraih tujuan. Semua anggota memiliki kekuasaan tetapi sebagian memiliki lebih dari yang lain. Dalam perkembangannya, AST kemudian digunakan untuk mengkaji penggunaan teknologi informasi dalam kelompok berdasarkan tugasnya. Poole & McPhee (2005) menuliskan bahwa aplikasi teori ini lebih kepada bagaimana kelompok dan organisasi tersebut menggunakan teknologi informasi untuk mendukung sistem pengambilan keputusan. Pemikiran AST dimulai dengan memposisikan teori ini di antara teori-teori dengan perspektif teknologi dan perubahan. Kekuatan utama teori ini adalah menjelaskan secara terperinci dasar dari struktur sosial dalam perkembangan teknologi informasi dan proses interaksi. Melalui AST diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana implementasi teknologi, proses adaptasi dan meningkatkan desain atau program untuk mencapai produktivitas yang lebih baik (DeSanctis & Poole, 1994). Littlejohn & Foss (2008) menuturkan bahwa kontribusi penting dari adaptasi strukturasi teori adalah bahasan tentang proses yang dijalankan oleh kelompok ketika mereka menentukan suatu keputusan. Poole dan rekan-rekannya menyebutkan bahwa kelompok dapat mengikuti berbagai alur dalam tahapan penentuan keputusan tergantung dari keadaan yang mereka hadapi. Kadang mereka mengikuti aturan standar yang telah ditentukan tetapi di sisi lain terkadang mereka dapat membuat aturan sendiri jika diperlukan. Dinamika kelompok tersebut tergantung dari tiga hal yaitu karakteristik tujuan yang hendak dicapai, karakteristik kelompok dan karakteristik struktur yang ada.
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
31
Berkaitan dengan karakteristik organisasi pada umumnya, maka organisasi media juga memiliki tujuan yaitu untuk mendapatkan keuntungan selain menghasilkan produk yang berkualitas dan melayani publik. Dalam berbagai proses produksi yang ada, maka pengaruh dari dalam dan luar organisasi turut mewarnai produk yang dihasilkan dari sebuah organisasi media (Triputra, 2000). Karena adanya tujuan ekonomi tersebut yang pada kenyataannya menjadi tujuan utama, maka sebuah organisasi media berusaha menyesuaikan diri dengan berbagai pengaruh yang ada untuk mendapatkan tujuan tersebut. Selain pengaruh dari dalam, yaitu dari pemilik dan pekerja media maka pengaruh dari luar seperti iklim persaingan, selera pasar, kebijakan dan lainnya adalah beberapa contoh dari banyak aspek yang biasanya turut mempengaruhi hasil atau keluaran dari organisasi media. Tetapi, lebih lanjut Triputra (2000) menyebutkan bahwa seharusnya dalam keadaan dan pengaruh oleh eksternal media yang begitu besar seharusnya pihak internal media tetap mempertimbangkan kepentingan khalayak dan tidak mengejar keuntungan semata, karenanya keberadaan pihak-pihak di sisi internal media menjadi penting. Karena berbagai pengaruh itulah teori strukturasi dianggap tepat untuk melihat bagaimana relasi yang terjadi antara keadaan indutsri media dan organisasi media yang ada khususnya media radio yang menjadi obyek penelitian dalam disertasi ini. Selain itu juga dilihat bagaimana relasi di dalam suatu kelompokkepemilikan media itu sendiri. Selama ini banyak sekali penelitian tentang organisasi media menggunakan sudut pandang ekonomi politik dan meletakkan kekuatan modal serta relasi kuasa sebagai hal yang sangat berpengaruh pada kegiatan produksi, konsumsi dan distribusi yang dilakukan oleh lembaga media. Tetapi penelitian ini hendak melihat lebih jauh bagaimana relasi sosial yang ada melalui strukturasi, selain relasi kuasa yang berlaku. Sebelum membahas lebih jauh bagaimana relasi sosial membingkai relasi kuasa maka akan dijabarkan terlebih dahulu tentang ekonomi media yang melatari bahasan tentang organisasi media dan industri media.
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
32
2.2. Ekonomi Media : Sumber Daya yang Tak Terbatas Dalam buku Media Economics (Albarran, 1996) pemahaman terhadap ekonomi media pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan pemahaman tentang bahasan ekonomi pada umumnya hanya saja ekonomi media menyangkut proses produksi dan konsumsi yang berhubungan dengan industri media. Sumber daya yang dimiliki merujuk pada berbagai sumber daya yang ada dalam industri media seperti personil yang terlibat, peralatan produksi dan berbagai hal yang dibutuhkan pada proses produksi. Secara sederhana ekonomi media dapat didefinisikan sebagai studi yang mempelajari bagaimana industri media menggunakan sumber daya yang ada untuk memproduksi dan mendistribusikannya pada masyarakat. Dalam hal ini ada berbagai keinginan dan kebutuhan masyarakat terhadap media yang dikonsumsinya. Jadi melalui kajian ekonomi media, kita berusaha untuk memahami relasi yang terjadi antara produsen, pengiklan dan masyarakat. Media sebagai suatu lembaga. tidak dapat hanya dilihat sebagai entitas bisnis atau entitas ekonomi semata. Lembaga media seharusnya tetap mendasari dirinya dengan fungsi-fungsi yang ada seperti fungsi informasi, pendidikan, pengawasan, hiburan dan lainnya. Fungsi-fungsi tersebut terkadang dilupakan jika membicarakan industri media saat ini. Jadi lembaga media jelas berbeda dengan lembaga bisnis pada umumnya, walaupun harus diakui lembaga media juga mengejar keuntungan dalam prakteknya. Beberapa hal lain yang unik dari sebuah lembaga media adalah (Noor, 2010) : 1. Lembaga
media
menghasilkan
informasi
yang
dikonsumsi
oleh
khalayaknya. Tetapi pendapatan media tidak secara langsung berasal dari khalayaknya melainkan melalui pihak pengiklan. Karenanya, hubungan antara biaya produksi dan pendapatan adalah tidak langsung. Hal tersebut karena media pendapatan utamanya adalah dari iklan dan bukan dari penjualan langsung produk yang dihasilkan. Iklan yang masuk dipengaruhi oleh bagaimana tanggapan khalayak terhadap produk yang dihasilkan, misalnya dengan melihat jumlah pemirsa atau pendengar. Maka dari itu, bisnis media mengahadapi dua kelompok pasar dalam waktu yang bersamaan yaitu kelompok khalayak dan kelompok pengiklan. Hal ini juga
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
33
diungkapkan oleh Albarran (2004) bahwa lembaga media beroperasi dalam dual product market. Mereka menawarkan produk, dalam hal ini isi media kepada khalayaknya sehaligus juga menawarkan ruang iklan kepada pengiklan untuk meraih target market yang dituju. Pasar yang mereka hadapi dapat bersifat lokal dan nasional. 2. Lembaga media dapat menciptakan permintaan melalui produk yang dihasilkan dan menimbulkan permintaan iklan. Produk yang dihasilkan selain isi dari produk itu sendiri, juga menghasilkan konsumen-konsumen baru. 3. Sumber daya yang ada pada industri ini tidak terbatas. Hal ini sangat berbeda dengan pemahaman ekonomi pada umumnya yang menyebutkan bahwa sumber daya adalah terbatas. Setiap saat, informasi dapat dihadirkan dan diproduksi. Karenanya, bisnis ini merupakan bisnis yang potensial untuk terus berkembang. Produk atau keluaran dalam bisnis media adalah produk yang dapat terus menerus disiarkan dan diulang. Daur hidup produk pada bisnis ini relatif lebih panjang. Dengan kata lain, produk yang dihasilkan tidak habis bila sudah dikonsumsi oleh seseorang karena dapat diteruskan atau dikonsumsi oleh pihak lainnya. 4. Produk yang dihasilkan tidak semata-mata sebagai komersial produk tetapi juga sebagai produk budaya. Diperlukan kreatifitas, inovasi dan berbagai hal lainnya dalam menghadirkan produk tersebut. Isi dari informasi yang disajikan dapat dilihat dengan berbagai makna dan memiliki pengaruh terhadap khalayaknya. Keunikan di atas memperlihatkan bahwa bisnis media adalah salah satu sektor penting dalam perekonomian secara keseluruhan. Terutama jika melihat kekuatan media yang dapat memberikan pengaruh terhadap masyarakat melalui produk yang dihasilkan. Albarran (1996) menyebutkan bahwa studi ekonomi media menyangkut bahasan secara makro dan mikro. Keduanya tidak dapat dipisahkan karena apa yang terjadi pada level mikro seperti perilaku konsumen akan mempengaruhi
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
34
berbagai kebijakan pada tingkat makro. Dalam penelitian ini, bahasan akan dimulai dengan pembahasan pada level makro ekonomi karena menyangkut adanya konsolidasi ekonomi yang dilakukan oleh para pemain di industri media. Untuk memahami lebih jauh tentang hal tersebut maka penting kiranya untuk menjabarkan terlebih dahulu tentang struktur pasar yang ada khususnya struktur pasar industri media di Indonesia. Struktur pasar yang dimaksud tergantung dari beberapa faktor seperti konsentrasi konsumen dan produsen, diferensiasi diantara produk yang ada, halangan untuk masuk pasar bagi pendatang baru, biaya produksi dan integrasi vertikal. Dalam industri media, konsentrasi produsen merujuk kepada konsentrasi kepemilikan
melalui
kelompok-kepemilikan
media,
yang
pada
akhirnya
memunculkan hanya beberapa kelompok atau nama tertentu yang menguasai industri media. Konsentrasi kepemilikan juga mempengaruhi kemampuan meraih pendapatan atau iklan oleh beberapa kelompok besar. Selain itu, jika pasar media sudah dikuasai oleh beberapa kelompok besar, maka pihak lain yang ingin memasuki industri ini harus berhadapan dengan kekuatan besar tersebut. Tentu hal itu tidak mudah bagi pemain baru yang tidak memiliki modal besar. Dari sisi biaya produksi, maka kelompok-kepemilikan juga memiliki kelebihan dengan efisiensi yang mereka jalankan. Mereka dengan fasilitas dan sumber daya yang dimiliki lebih mudah untuk menjalankan bisnisnya. Terlebih jika kelompok tersebut membuat integrasi secara vertikal yang berarti mereka memiliki beberapa perusahaan yang saling terkait dari mulai proses produksi sampai distribusi. Bahasa tentang konsentrasi kepemilikan media merujuk pada aplikasi konsep spasialisasi yang merupakan salah satu dari tiga konsep utama dalam ekonomi politik media.
2.3. Ekonomi Politik Media : Spasialisasi Sebagai Langkah Perluasan Korporasi Media dan Munculnya Kelompok-Kepemilikan Media Ekonomi politik media termasuk bahasan secara makro dalam ekonomi media yang biasanya membahas secara menyeluruh tentang sistem ekonomi termasuk tentang pertumbuhan ekonomi, kebijakan yang berhubungan dengan hal tersebut serta produksi, konsumsi dan distribusi yang terjadi. Dalam ekonomi
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
35
politik media, kajiannya menitikberatkan pada bagaimana proses produksi konten dan distribusi dikendalikan. Ekonomi politik adalah studi tentang relasi kekuasaan yang menggabungkan unsur produksi, distribusi dan konsumsi sumber daya (Mosco, 1996). Ekonomi politik cenderung berkonsentrasi pada seperangkat hal yang spesifik tentang relasi sosial organisasi yaitu tentang kekuasaan atau kemampuan untuk mengontrol orang lain, mengontrol proses dan segala sesuatunya. Dalam kajian komunikasi, akan dilihat perubahan bentuk kontrol terhadap jalur produksi, distribusi dan konsumsi, misalnya yang dilakukan oleh perusahaan media. Kajian mengenai ekonomi politik media dapat dilihat melalui tiga konsep, yaitu : komodifikasi, spasialisasi dan strukturasi. Komodifikasi yang merupakan langkah awal memasuki kajian ekonomi politik media dapat digambarkan sebagai cara kapitalis untuk meraih tujuan akumulasi capital melalui proses merubah nilai guna suatu produk menjadi produk yang dapat dipasarkan dan sehingga nilainya dapat dipertukarkan. Spasialisasi adalah proses dimana media massa dan teknologi komunikasi mengatasi kendala jarak geografi. Perkembangan media massa saat ini membuat kita mengetahui keadaan di tempat lain, ditambah dukungan media baru yang memperluas jangkauan khalayak dan lainnya. (Mosco, 1996). Konsep spasialisasi dapat dipahami sebagai perluasan dari kekuasaan korporasi dalam industri komunikasi. Lebih lanjut Mosco (2009) menjelaskan bahwa bentuk nyata dari hal tersebut adalah penambahan besaran perusahaan media, yang dilihat asset, pendapatan, keuntungan, karyawan dan perolehannya pada pasar. Kajian ini melihat cara-cara konsentrasi media untuk melakukan dominasi pada pasar. Adanya konsentrasi korporasi juga memberikan kesempatan pada perusahaan untuk mengontrol produksi, distribusi dan pertukaran yang ada. Hal lain yang juga terjadi seperti yang telah dipaparkan sebelumnya adalah adanya kompetisi yang hanya terjadi antar kelompok tertentu serta berkurangnya keberagaman informasi. Konsentrasi korporasi tersebut sudah dijalankan sejak pertengahan tahun 1950an di Inggris (Murdock, 1982). Dalam bukunya, Mosco menjelaskan bahwa konsentrasi media dapat terjadi secara vertikal dan horizontal. Konsentrasi vertikal biasanya dilakukan agar dapat
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
36
menguasai proses produksi sampai distribusi, artinya perluasan yang dilakukan masih berhubungan dengan bisnis yang dimiliki, misalnya ketika sebuah kelompok kepemilikan media memiliki bisnis media dari mulai hulu sampai hilir. Sedangkan perluasan secara horizontal adalah penambahan bisnis yang bisa saja tidak berhubungan langsung dengan bisnis awalnya, misalnya dalam suatu kelompok kepemilikan media terdapat bermacam-macam bentuk media dan bisnis lainnya. Dalam industri penyiaran radio, konsep perluasan media atau spasialisasi tersebut memunculkan adanya penggabungan beberapa stasiun radio dalam satu kelompok usaha. Penggabungan kepemilikan ini dilakukan oleh para konglomerat media dengan dalih penghematan yaitu melalui cara penggabungan staf administrasi, pemasaran, penjualan, pembelian dan distribusi. Cara tersebut bersadarkan teori bahwa perusahaan yang terintegrasi secara vertikal akan mengeluarkan sedikit pengeluaran dan sebaliknya memperoleh banyak keuntungan. Sejumlah ahli telah menyebutkan bahwa kepemilikan media menentukan kontrol media, yang pada gilirannya menentukan isi media dan mungkin menjadi penyebab utama pengaruh media (Severin, 2001). Kembali pada bahasan dalam penelitian ini, maka konsep spasialisasi dapat kita temukan dalam kelompok-kepemilikan radio yang telah diuraikan sebelumnya. Jika kita melihat paparan tentang spasialisasi, maka kontrol organisasi induk akan menentukan berbagai aktifitas di organisasi jaringannya. Tetapi dalam bab pendahuluan kita menemukan berbagai contoh yang memperlihatkan bahwa dalam industri radio, kontrol organisasi induk tidak sepenuhnya dapat dijalankan. Untuk menjalankan kegiatannya, masing-masing kelompok memiliki aturan yang berbeda-beda terutama dalam hal pengambilan kebijakan dan hal-hal penting lainnya. Murdock (1982) menjelaskan ada empat pendekatan dalam melihat kendali korporasi media. Pendekatan ini dibagi atas dua konsep umum yaitu capitalism dan industrial society dengan fokus utama pada sisi action/power dan structure/determination untuk kedua konsep tersebut.
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
37
Tabel.2.2. Empat Pendekatan Dalam Pengendalian Korporasi Focus of analysis
Conception of the socio-economic order Capitalism
ACTION/POWER
Industrial society
Instrumental Approaches Pemilik sebagai sumber kendali utama atas seluruh kebijakan dan aktivitas korporasi.Kepentingan atas nama pemilik modal. (dalam konteks radio siaran memperlihatkan bahwa pemilik/pemegang modal dapat menjadi pengendali utama atas seluruh aktivitas radio tersebut. Disini terlihat power (kekuasaan) yang dimiliki oleh pemilik menjadi kunci utama)
STRUCTURE/ DETERMINATION
Neo-Marxist Political Economy Fokus pada cara di mana kebijakan dan jalannya korporasi adalah terbatas dan dibatasi oleh dinamika umum dari industri media dan ekonomi pemilik. (fenomena radio siaran memperlihatkan adanya struktur industri media khususnya radio yang melingkupi jalannya organisasi radio, termasuk di dalamnya adalah aturan-aturan dan sumber daya yang dimiliki oleh radio itu sendiri)
Pluralist Approaches Posisi pemilik relatif tidak terlalu penting, ada pengurangan kendali oleh pemilik. Menggunakan dan memberdayakan tingkatan managerial dan adanya otonomi anggota melalui komunikasi korporasi. (dalam konteks radio siaran, terdapat peran-peran penting selain pemilik yaitu di tingkatan managerial seperti manager program, produser dan lainnya. Komunikasi dalam organisasi menjadi jalur utama dalam perberdayaan level managerial tersebut) Commercial Laissez-faire models Menekankan pada kedaulatan konsumen dan fokus pada cara di mana persediaan produk ditentukan oleh permintaan konsumen yang disampaikan melalui pilihan produk dalam pasar bebas. (dalam konteks radio siaran, pendengar dan keadaan lingkungan sekitar menjadi faktor penentu )
Sumber : Murdock (1982)
Pendekatan
action/power
(yang
mempertanyakan
“siapa”
yang
mengendalikan korporasi) fokus pada cara orang bertindak baik secara individual maupun kolektif dalam membujuk atau memaksa pihak lain untuk memenuhi tuntutan dan keinginan mereka. Mereka berkonsentrasi pada identifikasi alokasi pengendalian dan meneliti bagaimana mereka mempromosikan kepentingan mereka sendiri, ide-ide dan kebijakan yang ada. Sedangkan pendekatan structure/determination (yang mempertanyakan tentang “faktor-faktor apa” yang
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
38
membatasi pengendalian korporasi) berkaitan dengan pilihan cara untuk mengalokasikan pengendalian yang dibatasi oleh lingkungan ekonomi dan politik secara umum di tempat perusahaan berada (Murdock, 1982:124). Jika melihat fenomena radio siaran yang berada dalam suatu kelompok kepemilikan, maka pendekatan di atas sepertinya tidak bisa saling dipisahkan antara action/power dan structure/determination, keduanya saling berhubungan. Artinya di satu sisi ada pihak-pihak (agent) yang memiliki kekuatan untuk mengendalikan korporasi tetapi mereka juga dibatasi oleh hal-hal lain yang melingkupi jalannya korporasi (structure) atau sebaliknya bahwa struktur yang ada dilengkapi dengan kekuatan individu yang dimiliki oleh korporasi dalam menjalannya kegiatannya. Murdock (1982) menyebutkan bahwa perlu analisis yang memadai untuk menggabungkan keduanya, karena dikotomi antara action/power dan structure/determination adalah tidak tepat. Perlu diperhatikan adanya interplay antara setiap tindakan yang dilakukan oleh individu dan struktur yang melingkupinya pada setiap tahapan proses produksi. Karenanya kemudian, dinamika interaksi antara induk dan jaringan akan dilihat dengan menggunakan aplikasi teori strukturasi pada level organisasi dan industri yang melingkupnya. Poole dalam Griffin (2009) mengatakan bahwa organisasi cenderung untuk melakukan penyesuaian terhadap organisasi lain atau lingkungannya. Langkah perluasan usaha yang dilakukan oleh pemilik media ini juga dipengaruhi dan mempengaruhi perubahan yang terjadi pada industri media pada umumnya. Perubahan tersebut melingkupi berbagai hal diantaranya kondisi persaingan usaha, jumlah pelaku usaha, kebijakan, regulasi, teknologi dan lainnya. Organisasi media yang berada dalam suatu industri media berusaha melakukan penyesuaian atas perubahan yang terjadi pada industri media yang melingkupinya begitu juga sebaliknya. Aturan dan sumber daya organisasi seringkali meminjam dari aturan dan sumber daya dari organisasi induk atau lingkungan yang lebih luas. Hal itulah yang dimaksud dengan proses penyesuaian karenanya penelitian ini akan menggunakan teori strukturasi dalam menggambarkan dinamika tersebut. Selain itu, penggunaan teori strukturasi juga akan melihat hal-hal lain yang selama ini belum dilihat dalam hubungan yang terjadi dalam industri media, organisasi induk dan jaringannya. Karenanya, kita dapat melihat bahwa terjadi proses
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
39
interaksi antara struktur dan agen. Struktur mempengaruhi interaksi yang terjadi tetapi interaksi sosial itu juga dapat mempengaruhi struktur dan pada akhirnya akan memunculkan struktur baru dan peristiwa tersebut terjadi secara berulang. Dari paparan di atas, maka kerangka pemikiran yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran
Dari paparan yang telah disampaikan sebelumnya, maka beberapa asumsi yang dapat disusun dalam penelitian ini adalah : 1. Perkembangan industri media di Indonesia saat ini mengarah kepada pemusatan
kepemilikan
dengan
munculnya
beberapa
kelompok
kepemilikan media. Dalam kelompok-kepemilikan tersebut, ada yang memiliki khusus satu jenis media saja tetapi ada juga yang mengelola beragam jenis media. Di samping itu ada juga kelompok-kepemilikan yang memiliki banyak unit usaha tetapi saling terkait satu dengan lainnya.
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
40
Langkah perluasan korporasi yang dilakukan oleh suatu kelompokkepemilikan menuntut kemampuan korporasi dan pihak pengelola untuk dapat menjalankan kegiatan mereka dalam rangka meraih tujuan yang diinginkan. Dinamika yang terjadi pada industri media di Indonesia, khususnya media radio menuntut penyesuaian yang harus dilakukan oleh pelaku industri media radio agar mereka dapat bertahan dalam persaingan yang kian sengit. 2. Media radio sebagai media yang memiliki keunikan karena sifatnya yang personal dan lokal harus bersaing dengan media lainnya dalam perolehan “kue iklan”. Belum lagi kehadiran media baru yang turut meramaikan persaingan tersebut. Saat ini, industri radio tetap berkembang terutama radio-radio yang berada dalam suatu kelompok-kepemilikan, sedangkan banyak radio yang dikelola dan dimiliki oleh perorangan atau keluarga menghadapi masa-masa sulit. Untuk kelompok-kepemilikan media radio, interaksi dalam relasi antara radio induk dan radio jaringan adalah proses adaptasi pelaku industri radio terhadap struktur industri media, khususnya media radio di Indonesia. Adaptasi strukturasi yang dilakukan oleh pelaku industri radio berkaitan dengan kepentingan ekonomi politik media. 3. Jika banyak studi yang mengatakan bahwa induk jaringan memiliki kuasa atas jaringannya, maka untuk kasus radio hubungan antara induk dan jaringan dapat dilihat sebagai proses strukturasi. Interaksi antara radio induk dan radio jaringan adalah proses strukturasi yang meliputi skema interpretif, fasilitas dan norma. Skema interpretif, fasilitas dan norma adalah modal yang digunakan dalam proses interaksi yang dilakukan oleh radio induk dan radio jaringan. Setiap kelompok memiliki modalitas yang berbeda-beda.
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
41
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Paradigma Penelitian Paradigma penelitian memberikan arah bagi peneliti serta memberikan penjelasan tentang apa yang hendak dilakukan. Paradigma juga memberikan penjelasan tentang hal-hal apa saja yang termasuk dan tidak termasuk dalam penelitian. Lebih jauh Guba & Lincoln (2000) menuturkan bahwa dasar yang menentukan berbagai paradigma penelitian dapat diringkas berdasarkan jawaban atas tiga pertanyaan fundamental yang saling berkaitan yaitu pertanyaan ontologis (ontology), epistemologis (epistemology) dan aksiologi (axiology). Penelitian ini menggunakan paradigma penelitian kritis. Secara ontologis, dipertanyakan bagaimana bentuk dan sifat realitas. Dalam paradigma ini realitas tersebut bersifat lokal dan dikonstruksikan secara spesifik. Realitas dibentuk secara sosial, politik, budaya, dan ekonomi. Pertanyaan epistemologis adalah bagaimana hubungan antara peneliti dengan yang diteliti. Dalam paradigma ini peneliti bersifat subyektif dan temuannya dilatari oleh nilai-nilai yang dipahami. Ada keberpihakan pada kepentingan publik. Sedangkan secara aksiologi yang berhubungan dengan tujuan dan kegunaan dari sebuah ilmu maka paradigma ini akan memberikan pemikiran baru atau perubahan terhadap keadaan sosial yang ada (Lincoln, Lynham & Guba, 2011) Dari paparan di atas, paradigma penelitian kritis dinilai tepat untuk menjadi dasar melakukan penelitian tentang bagaimana interaksi antara radio induk dan radio jaringannya. Selain itu juga melihat bagaimana interaksi pelaku industri radio terhadap dinamika industri yang ada, dengan menggunakan cara pandang hubungan struktur dan agen dalam strukturasi. Relasi sosial yang ada tersebut tentu juga melihat relasi kuasa sehingga bahasan ekonomi politik media juga menjadi bagian dalam penelitian ini. Hal ini juga karena tren kelompok-kepemilikan yang terjadi pada dasarnya adalah praktek dari konsep spasialisasi dalam ekonomi politik media.
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
42
3.2. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian studi kasus. Beberapa hal yang menjadi ciri penelitian kualitatif adalah : (1) data yang digunakan adalah soft data (kata-kata, kalimat, foto, simbol); (2) lebih mengarah kepada pendekatan interpretif atau kritis; (3) menggambarkan dengan rinci tentang mekanisme sebab akibat dan proses suatu kasus; (4) logika penelitian muncul selama rentang waktu penelitian berlangsung dengan alur penelitian yang tidak linear (Neuman, 2011). Sedangkan metode penelitian studi kasus (case study) sebagaimana yang dituliskan oleh Robert K. Yin (1994) adalah digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian dengan bentuk “bagaimana” dan “mengapa”. Identifikasi awal dari tipe pernyataan tersebut adalah hal penting yang dapat dilakukan untuk menentukan strategi penelitian yang digunakan. Intinya adalah ingin mengetahui lebih dalam apa yang terjadi pada obyek penelitian yang dituju. Melalui metode studi kasus, kita mendapatkan berbagai data-data yang berhubungan dengan aspek-aspek yang melingkupi suatu keadaan atau kasus yang diteliti. Creswell (2010) menyebutkan bahwa studi kasus merupakan strategi penelitian yang menyelidiki dengan cermat suatu peristiwa, proses atau sekelompok individu. Peneliti mengumpulkan berbagai informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai teknik pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan. Studi kasus sebagai strategi yang digunakan untuk melihat suatu peristiwa dengan lebih terperinci, lengkap, mendalam juga diungkapkan oleh Bent Flyvbjerg (2011). Selain itu, studi kasus juga fokus pada hubungan yang terjadi dengan lingkungan yang dapat diartikan sebagai konteks yang melatari suatu peristiwa yang sedang diteliti. Dalam penelitian ini, proses adaptasi strukturasi yang terjadi dalam kelompok dan organisasi akan dilihat dengan menyeluruh. Proses tersebut juga dilihat dalam konteks hubungan antara organisasi induk dan jaringannya. Metode studi kasus memiliki tiga jenis kajian yaitu (1) studi kasus intrinsik (intrinsic case study), (2) studi kasus instrumental (instrumental case study) dan (3) studi kasus kolektif (collective case study). Stake (2000) menjelaskan bahwa
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
43
studi kasus intrinsik adalah studi yang dilakukan untuk meneliti kasus tertentu secara mendalam tanpa melihat fenomena yang ada. Studi ini fokus pada satu kasus dan ingin menggali keunikan kasus tersebut. Sedangkan studi kasus instrumental, menggunakan kasus sebagai pendukung yang akan memudahkan pemahaman peneliti tentang suatu fenomena. Dalam studi ini, suatu kasus dianggap sebagai gambaran bagi kasus lainnya. Studi ini juga dapat digunakan untuk perbaikan suatu teori. Jenis ketiga adalah studi kasus kolektif, di mana peneliti menggunakan sejumlah kasus untuk meneliti suatu fenomena atau kondisi umum tertentu. Jadi studi kasus kolektif adalah pengembangan dari studi kasus instrumental ke dalam beberapa kasus. Studi kasus dapat menggunakan single case atau multi cases. Untuk level analisanya juga dapat dilihat dengan single level analysis atau multi level analysis. Penelitian ini masuk dalam kategori kasus kolektif di mana peneliti akan menggunakan dua kasus untuk melihat fenomena interaksi antara organisasi induk dan jaringannya dalam sudut pandang strukturasi. Analisanya menggunakan multi level karena ada tahapan analisa yang dilakukan yaitu level industri dan organisasi.
3.3. Desain Penelitian Studi Kasus Tahapan menyusun desain penelitian menjadi tahapan yang penting untuk melaksanakan penelitian studi kasus. Melalui desain yang dibuat, akan terlihat arah penelitian yang dikehendaki. Dalam uraiannya, Yin (1994) menjelaskan bahwa desain ini akan mengubungkan rangkaian pertanyaan awal yang harus dijawab dengan rangkaian kesimpulan atau jawaban tentang pertanyaan tersebut. Seperti pendapat Nachmias & Nachmias (1992) yang dikutip oleh Yin (1994), bahwa desain penelitian adalah : “as a plan that guides the investigator in the process of collecting, analyzing and interpreting observations. It is a logical model of proof that allows the researcher to draw inferences concerning causal relations among the variables under investigation. The research design also defines the domain of generalizability, that is, whether the obtained intrepretations can be generalized to a large population or to different situations” Desain penelitian ini akan dimulai dengan pemilihan kasus, kemudian penentuan obyek penelitian dan unit analisis. Penentuan kasus yang akan diteliti menjadi
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
44
tahapan yang penting dalam penelitian ini. Penelitian ini berawal dari fenomena berkembangnya kelompok kepemilikan dalam pengelolaan radio
siaran.
Perkembangan ini memunculkan kekhawatiran akan adanya keseragaman isi siaran. Pada kenyataannya, karena radio memiliki keunikan dibanding jenis media massa lainnya terutama dalam hal kedekatan dengan khalayak. Karenanya, beberapa contoh yang telah dipaparkan dalam bab-bab sebelumnya menunjukkan bahwa keberadaan radio jaringan atau radio yang non induk yang berada dalam satu kelompok kepemilikan, tidak selalu muncul dengan isi siaran yang sama. Bahkan, radio-radio yang berada di suatu daerah tertentu muncul dengan semangat kelokalnya. Di samping itu, keberadaan pendengar, penyiar dan orang-orang yang ada dalam stasiun radio dapat memberikan warna tersendiri bagi program-program yang dihadirkan. Oleh sebab itu, radio yang berada dalam suatu kelompok kepemilikan besar sekali pun tidak otomatis diterima oleh pendengarnya. Program yang ditawarkan tidak dapat sepenuhnya mengikuti program yang dimiliki radio induk. Hal tersebut tentu menuntut adanya kemampuan sebuah stasiun radio dalam hal ini seluruh bagian dari organisasinya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan di mana stasiun radio tersebut berada. Artinya sebagai sebuah organisasi, harus disadari bahwa radio atau organisasi tersebut adalah sesuatu yang dinamis. Organisasi berkembang seiring dengan perkembangan anggota di dalamnya dan pihak luar. Dari gambaran di atas, maka perlu kiranya kita melihat dengan pendekatan yang berbeda dalam memahami fenomena radio siaran yang beroperasi di bawah suatu kelompok kepemilikan tertentu. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa penelitian ini akan melihat bagaimana dinamika interaksi antara radio induk dan jaringannya dalam konteks strukturasi.
3.4. Obyek Penelitian Selanjutnya, sebelum ditentukan obyek penelitian yang akan dipilih maka akan dilihat terlebih dahulu peta kepemilikan radio siaran di Indonesia terutama kelompok-kelompok kepemilikan radio siaran. Dari data yang ada maka penulis akan memilih dua kelompok kepemilikan media dan kemudian dari dua kelompok kepemilikan tersebut akan dipilih lagi dua stasiun radio dari masing-masing
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
45
kelompok. Dua stasiun tersebut terdiri dari satu radio induk dan satu radio jaringannya. Dalam paparan sebelumnya, analisis pada satu kelompok/organisasi adalah analisis diakronik kemudian jika dilanjutkan pada kelompok/organisasi lainnya yang masih memiliki keterkaitan, yang dinamakan analisis paralel. Kedua analisis itulah yang akan dilakukan pada stasiun induk dan stasiun jaringannya. Analisis selanjutnya adalah analisis sinkronik, dimana penelitian dilakukan pada organisasi yang berbeda atau tidak memiliki keterkaitan. Karenanya penulis akan memilih dua kelompok kepemilikan. Dua kelompok kepemilikan yang dipilih adalah kelompok yang memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. Memiliki radio yang menyasar segmen usia muda karena berdasarkan data Indonesia Media Guide 2010, rata-rata pendengar radio di sembilan kota besar di Indonesia adalah usia muda. 2. Memiliki jaringan radio di kota yang dipilih dalam penelitian ini. 3. Radio yang dipilih dalam setiap kelompok kepemilikan adalah dua stasiun radio yang masing-masing mewakili radio induk dan jaringannya. Radio induk berada di Jakarta dan radio jaringannya dipilih kota Surabaya. Dipilihnya kota Surabaya, karena Surabaya sebagai pusat perekonomian, perdagangan dan pendidikan di wilayah Indonesia Timur sekaligus sebagai kota terbesar kedua setelah Jakarta. Memiliki masyarakat yang sangat bangga dengan daerahnya, bangga dengan bahasa dan dialek khasnya, Surabaya sering menjadi tujuan pelebaran bisnis para pelaku usaha di Jakarta. Berdasarkan kriteria di atas maka yang dipilih sebagai obyek penelitian dalam penelitian ini adalah : 1. Masima Radionet, dipilih karena memiliki 17 stasiun radio dan memiliki radio yang telah mengudara lebih dari 40 tahun, masih bertahan dan terus setia melayani pangsa pendengar anak muda, yaitu radio Prambors. Saat ini Radio Prambors tersebar di delapan kota besar di Indonesia. Radio Prambors menarik untuk diteliti karena sebagai radio yang bertahan puluhan tahun, Prambors memiliki positioning yang kuat di benak pendengar khususnya untuk Prambors Jakarta. Dengan modal tersebut
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
46
apakah keberadaannya juga dapat diterima di kota lain dan bagaimana bentuk interaksi yang terjadi antara radio induk dan jaringannya ? Untuk penelitian ini, dipilih Radio Prambors Jakarta dan Radio Prambors Surabaya sebagai kasus pertama. 2. Mahaka Media, sebagai sebuah kelompok kepemilikan media yang relatif baru tetapi berkembang pesat terutama dengan diudarakannya radio Gen FM dan jaringannya. Di Jakarta, kehadiran Gen FM langsung meraih benyak perhatian karena radio tersebut didominasi oleh lagu dan minim kata-kata dari penyiar. Radio tersebut juga hadir dengan segmentasi yang cukup lebar dan dan disukai oleh berbagai kalangan. Puncaknya adalah ketika dalam survei jumlah pendengar, Gen FM berhasil melampaui jumlah pendengar radio yang memutar jenis musik dangdut yang biasanya selalu berada pada posisi teratas untuk jumlah pendengar. Kehadiran Gen FM juga membuat banyak radio terutama radio yang segmennya hampir sama melakukan banyak perubahan strategi, format dan lainnya.
3.5. Teknik Pengumpulan Data Dalam Yin (1994) disebutkan ada beberapa sumber dan cara yang dapat dilakukan untuk pengumpulan data dalam metode studi kasus. Keenam sumber dan cara tersebut adalah : dokumen (documentations), rekaman arsip (archival records), wawancara (interviews), observasi langsung (direct observations), observasi partisipatif (participant observation) dan peralatan fisik (physical artifacts). Cara-cara pengumpulan data tersebut harus dipahami dan dikuasai oleh peneliti dan yang penting peneliti mampu memilih cara yang sesuai dengan kebutuhan penelitian yang sedang dijalankannya. Salah satu keunggulan metode studi kasus adalah memberikan kesempatan bagi peneliti untuk mendapatkan data melalui berbagai cara (triangulasi data). Penelitian ini akan melakukan pengumpulan data melalui : 1. Dokumen. Biasanya data dokumen meliputi surat, memorandum, agenda, pengumuman, notulensi rapat, proposal, laporan, klipping dan lain-lain. Dalam penelitian ini beberapa dokumen diperlukan untuk menunjang
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
47
informasi yang diperlukan dalam penelitian dan memperkuat analisa data. Dokumen yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi Undang-Undang terkait, aturan tentang media radio, data terkait tentang industri radio, profil obyek penelitian, struktur organisasi, hasil riset khalayak, notulensi rapat dan laporan-laporan
dari pihak manajemen stasiun
yang sangat
berhubungan dengan penelitian ini. 2. Rekaman arsip. Dalam penelitian ini diperlukan beberapa rekaman arsip terutama yang berhubungan dengan program acara untuk membandingkan program acara pada radio induk dan radio jaringan. Rekaman arsip dapat dipahami sebagai rekaman program, data pada website, data bukti siar, naskah siar dan data lainnya. Melalui metode ini akan didapatkan gambaran dari isi siaran masing-masing radio dan untuk membandingkan isi siaran radio yang berada dalam satu kelompok kepemilikan. Seperti yang dituliskan oleh Riffe et al (2005) bahwa pengumpulan data tersebut dapat menggambarkan pola atau karakteristik tertentu. 3. Wawancara. Teknik ini merupakan teknik pengumpulan data yang sangat penting dalam penelitian studi kasus. Wawancara dilakukan pada beberapa pihak. Sesuai dengan kerangka pemikiran yang telah dibuat maka wawancara dilakukan pada tiga tingkatan yaitu kelompok manajemen induk – manajemen jaringan – individu pada jaringan. Karena pada satu organisasi stasiun radio biasanya terdiri atas beberapa divisi atau bagian, maka wawancara akan lebih difokuskan pada bagian dan individu yang terkait dengan kebijakan pembuatan program acara. Dalam Fontana & Frey (2000) dijelaskan berbagai bentuk wawancara, yaitu wawancara perorangan dan wawancara dengan kelompok. Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan tatap muka atau menggunakan perantara media (surat elektronik, telepon). Nara sumber yang dipilih dalam penelitian ini adalah orang-orang tertentu berdasarkan jabatan yang dimiliki sesuai dengan kebutuhan penelitian dan untuk menjawab tujuan penelitian.
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
48
Tabel 3.1. Daftar Nara Sumber MASIMA Radionet (Radio Prambors)
MAHAKA Media (Radio Gen)
AF Penyiar Radio Prambors Surabaya
VC Penyiar Radio Gen Surabaya
RF Penyiar Radio Prambors Jakarta JN Senior Marketing Radio Prambors Jakarta EP Program Director & Promo Radio Prambors Jakarta
RA Penyiar & Digital Online Marketing Adm Radio Gen Jakarta IT Senior Business Manager Radio Gen Jakarta PG Program Director Radio Gen Surabaya
AP Station Manager/Program Director Radio Prambors Surabaya
CA Program Director Radio Gen Jakarta HS Stasion Manager Radio Gen Surabaya
Selanjutnya, beberapa data yang akan dikumpulkan melalui berbagai teknik pengumpulan data meliputi (diolah dari berbagai sumber DeSanctis & Poole, 1994; Maznevski & Chudoba, 2000; Orlikowski, 2000; Harris & Nelson, 2008; dan beberapa hal baru yang dilakukan dalam penelitian ini): 1. Struktur industri dan organisasi media yang meliputi : a. Struktur industri media khususnya radio b. Struktur organisasi dan lingkungannya 2. Interaksi, meliputi : a. Pilihan media interaksi yang digunakan b. Penyesuaian terhadap perubahan : penyesuaian terhadap struktur, hubungan antara satu struktur dengan struktur lainnya, hambatan dalam penyesuaian c. Perilaku d. Norma e. Proses dalam pengambilan keputusan 3. Hasil interaksi, meliputi :
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
49
a. Kualitas : menurut anggota, menurut kelompok, menurut evaluasi pimpinan, menurut pihak lain sebagai penerima hasil b. Komitmen : kesetujuan individu terhadap pihak pengambil keputusan, kesetujuan
organisasi
terhadap
pihak
pengambil
kebijakan/aturan/undang-undang, rasa memiliki dan menjadi bagian dari keputusan c. Tingkat penyatuan : kekuatan hubungan antar individu dalam kelompok, kekuatan hubungan antar individu dalam organisasi 4. Struktur baru yang terbentuk dalam level industri atas interaksi antara struktur dan organisasi serta pengaruhnya terhadap organisasi. 5. Struktur baru yang terbentuk dalam level organisasi atas interaksi antara struktur dan individu serta pengaruhnya terhadap organisasi dan individu.
3.6. Teknik Analisis Data Dalam penelitian kualitatif, tahapan analisis data adalah kegiatan yang berlanjut, berulang dan terus-menerus. Kegiatan analisis data dilakukan dengan cara reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan (Miles & Huberman, 2007) dengan penjelasan sebagai berikut : 1. Reduksi data adalah proses pemilihan, penyederhanaan atau pengabstrakan data yang diperoleh selama proses pengumpulan data di lapangan. Proses ini dapat berlangsung selama pengumpulan data sampai sesudah penelitian lapangan dan pada saat penyusunan laporan. Cara melakukan kegiatan ini tergantung pada pilihan peneliti, seperti bagaimana cara pengkodean data, data mana yang dibuang, bagaimana cara meringkas data dan lainnya. Reduksi data adalah bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan dan mengarahkan data serta membuang yang tidak perlu. 2. Penyajian data. Tahap ini adalah menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun
dan
memungkinkan
adanya
penarikan
kesimpulan
serta
pengambilan tindakan. Dari data-data yang disajikan akan terlihat apa yang terjadi dan dilanjutkan dengan analisa data untuk mendapatkan kesimpulan dalam penelitian. Lebih jauh dijelaskan bahwa penyajian data yang sering dilakukan pada penelitian kualitatif adalah dalam bentuk teks, tetapi juga
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
50
dapat digunakan bentuk lainnya seperti matriks, grafik dan bagan. Hasil penelitian lapangan yang sangat banyak harus disederhanakan dengan seleksi tertentu dan muncul dalam bentuk-bentuk yang mudah dipahami. Miles dan Huberman (2007) menyebutkan bahwa penyajian data yang baik merupakan hal penting untuk mendapatkan analisis yang valid. 3. Tahap pengambilan kesimpulan menjadi tahap yang penting dalam proses analisa data. Tahapan ini sesungguhnya dilakukan selama penelitian berlangsung, sampai pada akhirnya setelah melalui berbagai tahapan yang ada akan didapatkan kesimpulan yang tepat. Merujuk pada tujuan pertanyaan dan tujuan penelitian yang ditetapkan, maka kesimpulan yang didapatkan harus dapat menjawab tujuan penelitian yang ada. Lebih lanjut Miles & Huberman (2007) menjelaskan bahwa tahapan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan adalah sesuatu yang saling berhubungan dan dapat dilaksanakan pada saat sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data. Ketiga kegiatan tersebut adalah proses yang interaktif, dapat dilaksanakan tidak berurutan atau setelah pelaksanaan tahapan berikutnya, tahapan tersebut dapat kembali lagi ke tahapan sebelumnya. Gambaran dari penjelasan tersebut adalah sebagai berikut :
3.7. Keabsahan Data Dalam Yin (1994) disebutkan beberapa kriteria untuk menguji kualitas penelitian adalah : 1. Dengan menggunakan beberapa sumber dalam pengumpulan data. Sebagaimana
telah
diuraikan
sebelumnya,
maka
penelitian
ini
menggunakan beberapa sumber yaitu melalui dokumen (hasil survei khalayak, berbagai hasil penelitian media, laporan keuangan PT, laporan rencana kerja PRSSNI) rekaman arsip (bukti siar, streaming radio, podcast radio), wawancara (dengan berbagai nara sumber) dan observasi langsung. 2. Dari berbagai sumber data tersebut dibangun rangkaian bukti dan data yang diperoleh. Dalam penelitian ini, dinamika industri media dipaparkan berdasarkan konteks historisnya. Keadaan saat ini tentu melalui perjalanan
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
51
panjang dan berbagai situasi yang melingkupinya baik dari sisi sosial, ekonomi dan politik. 3. Memberikan kesempatan kepada para informan untuk meninjau draft laporan penelitian.
3.8. Keterbatasan Penelitian 1. Belum ada penelitian awal tentang pola interaksi antara radio induk dan jaringannya. Penelitian tentang jaringan radio yang banyak dilakukan adalah tentang pemetaan jaringan radio di Indonesia. Penelitian lain yang berhubungan dengan radio jaringan masih seputar dinamika dalam organisasi radio jaringan itu sendiri dan belum mengkaitkan dengan organisasi induk. 2. Penelitian ini juga tidak membahas lebih lanjut tentang lembaga radio komunitas. 3. Tidak melihat secara detail isi siaran melalui analisis teks yang dapat menunjang analisa dan hasil penelitian menjadi lebih baik.
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
52
BAB 4 INTERPRETASI DATA
4.1. Perkembangan Industri Media di Indonesia Industri media di Indonesia berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dan berbagai perubahan yang terjadi pada organisasi media. Data awal yang akan dipaparkan dalam menggambarkan keadaan industri media di Indonesia antara lain adalah data tentang penetrasi khalayak dan perolehan iklan dalam industri tersebut. Dari penetrasi khalayak, terlihat beberapa jenis media mengalami penurunan prosentase dari tahun ke tahun (surat kabar, majalah, tabloid dan radio), dan kenaikan terjadi pada media berbasis internet (lihat grafik 4.1). Dari beberapa media yang ada selain media berbasis internet, maka hanya media televisi yang prosentase penetrasi khalayaknya cenderung stabil. Grafik 4.1. Media Penetration (all people 15+/in %) (Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Makassar, Yogyakarta, Denpasar, Palembang)
Sumber : Diolah dari data Media Scene Volume 24:2012/2013 merujuk pada survei Nielsen Media Research dan Media Scene
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
53
Data terbaru menyebutkan sampai kuartal pertama tahun 2014, media penetration di Indonesia masih dikuasai oleh televisi dan internet seperti tahun-tahun sebelumnya (http://www.statista.com/statistics/301683/media-penetration-indonesia/). Keadaan tersebut memperlihatkan bahwa dalam industri media, perkembangan teknologi menjadi salah satu unsur yang sangat berpengaruh. Kehadiran internet membuat banyak hal baru, seperti hadirnya berbagai bentuk media, perubahan cara mengkonsumsi media, beragam produk yang dihasilkan, dampak yang dirasakan serta lainnya. Di sisi lain, kenaikan dan penurunan penetrasi khalayak terhadap media, tentu mempengaruhi bisnis media itu sendiri. Untuk media-media yang mengalami penurunan, tentu para pengelolanya berusaha keras agar medianya tetap dapat bertahan di tengah persaingan yang kian bertambah. Persaingan ini juga dirasakan semakin meningkat terutama sejak 1998, di saat reformasi yang membuka peluang dan berbagai kemudahan untuk mendirikan lembaga media. Para pelaku di industri media akhirnya banyak melakukan adaptasi terhadap perubahan yang terjadi. Media cetak misalnya, yang diperkirakan tidak dapat bertahan karena adanya media online, melakukan inovasi untuk tetap bertahan. Hal yang banyak dilakukan adalah membuat versi online dari media cetak yang sudah ada, sehingga saat ini kita dapat menemukan berbagai surat kabar dan majalah yang terbit dalam versi online. Dari banyak pemain di media ini, nama-nama kelompokkepemilikan besar seperti Kompas Gramedia Group dan Jawa Pos Group misalnya, tetap mendominasi persaingan yang ada. Mereka melakukan berbagai inovasi dan pengembangan terhadap berbagai media yang mereka miliki. Untuk media televisi yang cenderung stabil dalam hal penetrasi khalayak, penambahan jumlah pemain dalam industri ini memperlihatkan bahwa sekalipun media ini padat modal tetapi masih banyak pihak yang tertarik untuk memilikinya. Walaupun pada kenyatannya, pemain di media televisi tetap saja dipegang oleh kelompok-kelompok besar. Artinya penambahan lembaga baru yang ada tetap saja berasal dari pemain lama. Di sisi lain, geliat televisi lokal dan komunitas juga meningkat.
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
54
Kondisi yang sama juga terjadi pada media radio siaran khususnya radio siaran swasta (komersial), sekalipun dari sisi pendengar mengalami penurunan tetapi tetap saja bermunculan stasiun radio baru (terutama yang berasal dari kelompok kepemilikan
besar).
Hal
ini
menambah
tinggi
tingkat
persaingan
untuk
memperebutkan pendengar. Kehadiran internet yang memunculkan berbagai varian media juga turut mempengaruhi bisnis radio siaran sehingga banyak perubahan yang terjadi dalam industri radio siaran. Hal ini mengakibatkan banyak radio siaran melengkapi fasilitasnya dengan radio streaming dan produk lainnya yang berbasis internet. Walaupun menurut laporan penelitian yang dilansir oleh BBG Gallup (2012) tentang penggunaan media di Indonesia, akses radio berbasis internet hanya sekitar 1 % saja. Perubahan
prosentase
penetrasi
khalayak
pada
akhirnya
juga
turut
mempengaruhi naik turunnya perolehan iklan masing-masing media. Pada media cetak dan radio prosentase belanja iklan menunjukkan penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Berikut data belanja iklan untuk enam jenis media yang ada di Indonesia, tahun 2008-2013. Tabel 4.2. Advertising Expenditure Market Share by Type of Media (%)
Sumber : Media Scene Volume 24:2012/2013 merujuk pada survei Nielsen Media Research dan Media Scene
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
55
Data terbaru dari Media Scene 2013-2014 (yang dirujuk dalam Program Umum PRSSNI 2015-2019) proyeksi belanja iklan 2014 juga masih menunjukkan dominasi televisi dalam belanja iklan di Indonesia. Jumlah yang diraih radio walalupun meningkat secara kuantitas tetapi masih dibawah media lain seperti media surat kabar dan majalah. Secara keseluruhan perolehan iklan oleh berbagai media di Indonesia mengalami peningkatan dalam jumlah, hal tersebut dapat dipahami karena adanya kenaikan harga iklan dan hal pendukung lainnya. Selain itu, semakin eksisnya keberadaan para pelaku industri media bermodal besar melalui beberapa kelompokkepemilikan media, mengakibatkan persaingan yang terjadi pada industri ini masuk kedalam bentuk pasar oligopoli. Dalam pasar tersebut, hanya dikuasai oleh beberapa pelaku saja yang pada akhirnya dapat mempengaruhi pasar melalui produk yang mereka tawarkan, penentuan harga (iklan), pengaruh industri kepada para pengambil kebijakan, dampak tertentu yang diinginkan oleh pelaku (politik) dan lainnya. Karenanya, kondisi yang ada saat ini menuntut para pengelola media khususnya radio siaran, terus melakukan inovasi dan pengembangkan berbagai cara kreatif agar mampu bertahan dalam industri ini. Unsur teknologi sangat besar pengaruhnya dalam industri ini, maka syarat pertama untuk mampu bertahan adalah dengan mengikuti perkembangan yang ada dan memanfaatkan sebaik mungkin kemajuan teknologi untuk peningkatan kinerja dan produktivitas lembaga media yang bersangkutan.
4.2. Perkembangan Industri Radio di Indonesia Selanjutnya pemaparan data dalam penelitian ini akan berfokus pada data yang berhubungan dengan industri radio siaran. Kembali pada data tentang penurunan penetrasi khalayak (dalam hal ini pendengar), jika dilihat per kota, maka penurunan pendengar radio terjadi pada lima kota dari sembilan kota besar yang sering menjadi lokasi survei media di Indonesia. Kota-kota yang mengalami penurunan adalah Jakarta, Semarang, Surabaya, Yogyakarta dan Palembang. Sedangkan Bandung, Medan, Makassar dan Denpasar mengalami peningkatan, walaupun secara prosentase
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
56
peningkatan di empat kota tersebut jauh lebih kecil daripada prosentase penurunan yang terjadi (lihat grafik 4.3). Grafik 4.3. Media Penetration /Radio (all people 15+) 2008-2012 (dalam ribuan)
Sumber : Diolah dari data Media Scene Volume 24:2012/2013 merujuk pada survei Nielsen Media Research dan Media Scene Data terbaru dari Nielsen Media Research untuk tahun 2014, semua kota mengalami penurunan pendengar kecuali Bandung dan Palembang. Kota Surakarta menjadi kota pendatang baru dalam riset Nielsen sehingga saat ini ada 10 kota yang menjadi acuan riset Nielsen. Di mulai kuartal terakhir tahun 2013, raihan pendengar radio di kota tersebut juga mengalami penurunan sepanjang 2014. Selain mengalami penurunan jumlah pendengar, maka jumlah waktu yang digunakan oleh pendengar dalam seminggu untuk mendengarkan radio juga cenderung mengalami penurunan. Dari tujuh kota yang disurvei maka empat diantaranya mengalami penurunan jumlah waktu (dihitung dalam jam per minggu) mendengarkan radio. Sehingga secara keseluruhan waktu yang digunakan untuk mendengarkan radio secara total menurun dari tahun ke tahun (lihat grafik 4.4).
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
57
Grafik.4.4. Time Spend Listening (lama pendengar mendengar radio dalam jam/minggu). All people 10+, Mon-Sun, 05.00-24.00.
Sumber : Diolah dari data Masima Corporation 2010 dalam paparan Program Utama PRSSNI Periode 2012-2015 Untuk tahun 2014, data terbaru dari Nielsen Media Research menunjukkan masih terjadi penurunan di beberapa kota. Dari sembilan kota ditambah satu kota baru, kenaikan time spend listening di kuartal ketiga hanya terjadi di Semarang dan Denpasar. Di sisi lain, walaupun data menunjukkan adanya penurunan perolehan iklan, jumlah pendengar dan jumlah waktu yang digunakan untuk mendengarkan radio, industri radio di Indonesia masih terus berkembang dan dinamis. Bahkan masih saja bermunculan radio-radio baru. Walaupun beberapa pihak menyangsikan kelangsungan hidup industri radio karena kehadiran berbagai bentuk media berbasis internet. Kenyataannya, hingga saat ini industri radio masih diramaikan dengan maraknya stasiun radio baru. Selain itu, inovasi dari para pengelola industri radio yang menghadirkan berbagai bentuk siaran berbasis internet membuat keberadaan media radio tetap berlangsung hingga saat ini.
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
58
Media radio adalah media yang unik dan berbeda dengan media lainnya. Karakter personal melalui program-program yang dihasilkan, hubungan yang dekat antara penyiar dan pendengarnya, membuat media radio tidak mudah digantikan dengan media lainnya. Selain itu, isi program yang berangkat dari isu-isu lokal dan kejadian-kejadian di sekitar pendengar membuat keberadaan radio tetap dinantikan. Dari sisi lainnya, media radio jelas memiliki struktur organisasi yang lebih sederhana dari televisi. Dengan demikian mendirikan sebuah stasiun radio tentu tidak memerlukan biaya sebesar mendirikan stasiun televisi. Dari sisi produk yang dihasilkan, radio tidak menampilkan bentuk visual seperti televisi sehingga proses kreatif yang dijalankan cenderung lebih sederhana. Beberapa alasan tersebut bisa menjadi jawaban mengapa industri radio saat ini masih tetap ada di tengah-tengah persaingan industri media yang sangat ketat. Walaupun demikian, para praktisi mengatakan bahwa tantangan pengelolaan media radio tetaplah besar karena persaingan yang tidak dapat dihindari. Tidak mudah bagi sebuah stasiun radio saat ini untuk bisa bertahan, mengingat media radio tetap berhadapan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan berbagai jenis media lainnya. Tetapi jika dicermati lebih jauh, penurunan prosentase perolehan iklan radio untuk beberapa pelaku industri radio tidak dilihat sebagai suatu halangan. Karena jika dilihat dari total besaran iklan dalam rupiah, maka jumlah yang dikeluarkan oleh para pengiklan meningkat setiap tahunnya. Hal ini dapat dipahami karena tarif iklan yang cenderung naik setiap tahun. Walaupun pada kenyataannya kenaikan dari sisi total besaran iklan tersebut tetap tidak seimbang dengan semakin banyaknya pemain di industri radio. Sehingga hanya stasiun tertentu yang merasa aman dengan kondisi ini, sedang lainnya masih harus berjuang untuk mempertahankan operasional sehari-hari. Menurunnya besaran prosentase iklan untuk radio membuat para praktisi dalam industri ini berusaha untuk menciptakan peluang baru untuk dapat bertahan. Meskipun dari sisi organisasi dan operasional stasiun radio lebih sederhana dibanding stasiun televisi, tetapi kreativitas dan inovasi tetap harus dijalankan oleh para pengelola stasiun radio. Karenanya para pelaku di industri ini harus terus menciptakan
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
59
produk-produk baru, baik melalui program yang dihasilkan, melalui iklan yang ditayangkan atau pun perbaikan dari sisi manajemen. Para pengelola menyadari bahwa industri radio sangat dinamis tetapi justru itulah daya tarik industri ini. Jika dibandingkan dengan era keemasan industri ini di tahun ’80-90an, terjadi banyak perubahan baik secara makro maupun dilihat dari para pelakunya. Keadaan ekonomi di Indonesia serta perubahan kebijakan yang ada turut mewarnai berbagai perubahan yang terjadi dalam perjalanan industri radio hingga saat ini. Pemasukan
media
dari
sisi
iklan
masih
menjadi
tumpuan
untuk
keberlangsungan hidup organisasi media. Tetapi dengan menggunakan berbagai kreativitas dan inovasi, saat ini iklan bukan hanya berupa iklan yang ditayangkan langsung, melainkan dalam berbagai bentuk dan kerjasama stasiun dengan pihak lain. Di industri radio sendiri, iklan dapat berupa iklan spot (sudah direkam) yang sering kita dengar di sela-sela musik atau program, iklan baca (adlips) iklan yang dibacakan langsung oleh penyiar atau seringkali menjadi bagian dari materi kata yang dibawakan penyiar, iklan yang dikemas dalam program tertentu, iklan berupa kuis atau berbagai bentuk lainnya. Jam tayang iklan juga mempengaruhi besaran harga iklan sehingga terdapat jam tertentu (prime time) yang memiliki harga lebih mahal daripada jam lainnya. Intinya, dalam kondisi perolehan iklan yang terbatas namun data beberapa sumber menunjukkan bahwa industri radio di Indonesia masih diminati oleh pelaku industri media. Seperti telah disebutkan jika melihat data dari PRSSNI sebagai lembaga yang menaungi radio siaran swasta di Indonesia, maka tercatat sebanyak 672 stasiun radio (update data Maret 2015). Data tersebut adalah yang tercatat dan menjadi anggota PRSSNI, di luar jumlah tersebut tentu masih banyak lagi stasiun radio siaran yang mengudara dan tidak tergabung dalam PRSSNI. Setiap tahun terjadi perubahan pada total keanggotaan PRSSNI. Hal tersebut dikarenakan adanya keanggotaan yang tidak diperpanjang atau adanya penambahan anggota baru. Banyaknya jumlah radio dan luasnya wilayah di Indonesia serta begitu cepatnya perubahan yang terjadi pada industri radio siaran (seperti praktek “jual beli” stasiun radio yang disertai dengan
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
60
perpindahan kepemilikan, perubahan nama stasiun dan lainnya) menyebabkan data yang ada pada PRSSNI dirasa kurang update. Selain di PRSSNI Pusat hal ini juga terjadi di beberapa PRSSNI Daerah. Di samping itu, kehadiran radio komunitas yang begitu semarak, juga menjadi dasar bahwa industri radio masih menarik untuk digeluti walaupun
radio
komunitas
tidak
dijalankan
secara
komersial
dan
tidak
memperebutkan “kue” iklan yang ada. Tetapi dari sisi program kehadiran radio komunitas mampu menarik pendengar hingga memiliki pendengar yang loyal. Data yang pasti mengenai jumlah radio siaran di Indonesia juga bermacammacam. Ditjen Postel mencatat sampai akhir tahun 2013, tercatat 1986 radio siaran. Jumlah tersebut meliputi 265 AM dan 1721 FM. Jika melihat data dari Asiawaves, sebuah lembaga yang memiliki berbagai data tentang industri penyiaran di Indonesia, tercatat sebanyak 2411 radio siaran. Artinya, dalam kenyataannya Indonesia diramaikan oleh dua ribuan lebih stasiun radio baik yang berada di modulasi AM dan FM dengan berbagai jenis seperti radio pemerintah, radio swasta dan radio komunitas (http://www.asiawaves.net/indonesia). Dalam catatan Asiawaves, data yang tercantum meliputi data untuk radio yang aktif dan sudah tidak aktif. Hal tersebut dikarenakan berbagai hal misalnya bangkrut, tidak mengurus perpanjangan izin, berpindah kepemilikan dan berubah nama stasiun atau alasan lainnya. Tabel 4.5. Jumlah Stasiun Radio di Indonesia (versi Asiawaves) Radio Swasta (AM) Radio Swasta (FM) Radio Komunitas TOTAL Sumber : Asiawaves
216 2019 176 2411
Data lain yang memperlihatkan tentang jumlah stasiun radio di Indonesia adalah data dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Fordfoundation yaitu sekitar 2000 lebih stasiun radio di Indonesia dan di antaranya terdapat ratusan radio komunitas. Untuk data radio komunitas yang terdaftar pada JRKI (Jaringan Radio
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
61
Komunitas Indonesia) sebanyak 372 stasiun. Data yang dimiliki JRKI tersebut dari tahun ke tahun juga mengalami perubahan dan sulit memastikan bahwa semua radio komunitas telah tercatat dalam data tersebut (Nugroho et al, 2012). Khusus untuk radio komunitas, data dari penelitian atau lembaga lain menyebutkan jumlah yang jauh lebih besar. Radio komunitas lebih sulit lagi dilacak karena banyak yang belum memiliki izin dan jangkauan siar yang terbatas. Seperti halnya data-data sebelumnya, pada kenyataannya jumlah radio komunitas melebihi jumlah yang tercatat tersebut. Beberapa laporan mengatakan angka jumlah radio komunitas di Indonesia sudah mencapai ribuan. Semangat radio komunitas adalah untuk memberikan berbagai informasi, hiburan dan lain sebagainya untuk komunitasnya. Selain itu, memberikan alternatif program acara untuk masyarakat di tengah gempuran berbagai radio swasta komersial yang ada. Untuk masyarakat tertentu, keberadaan radio komunitas sangatlah penting terutama untuk bertukar informasi dan memperluas wawasan. Salah satu wilayah yang aktif dalam pembinaan radio komunitas adalah Yogyakarta, baik di lingkup pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum. Dalam perkembangannya, radio tumbuh merata di berbagai wilayah di Indonesia dari kota besar sampai daerah terpencil. Radio menjadi salah satu jenis media yang memiliki kedekatan dengan khalayaknya, dalam hal ini pendengarnya karena sifat media ini yang khas. Di beberapa wilayah, data hasil survei media yang ada memperlihatkan, adanya dominasi radio-radio berformat etnis lokal, dengan pilihan lagu dominan lagu Indonesia, lagu daerah dan lagu dangdut. Radio tersebut memiliki jangkauan segmentasi pendengar cukup lebar. Hal ini bisa dipahami karena radio dengan segmen yang lebih luas memang memiliki jumlah pendengar yang lebih banyak dibanding radio dengan format tertentu. Selain itu, radio-radio dengan format tersebut berhasil menduduki peringkat teratas untuk perolehan jumlah pendengar. Hal ini terjadi karena banyak survei tidak melihat latar belakang responden secara khusus sehingga data yang dihasilkan lebih mewakili khalayak secara umum. Lebih jauh, jika kita melihat data pendengar radio berdasarkan besaran pengeluaran (dalam survei sering dikategorikan dengan kelas ABCDE), maka data memperlihatkan bahwa
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
62
kelompok pendengar yang dikategorikan CDE lebih banyak daripada kelompok dengan kategori AB (untuk pendengar radio). Hal tersebut membuat radio dengan segmen CDE relatif lebih mudah memperoleh pendengar dan menduduki peringkat teratas untuk survei jumlah pendengar. Tabel 4.6. Media Penetration Radio di Sembilan Kota Besar di Indonesia 2008 – 2012 (dalam ribuan orang) 2008 2009 2010 2011 2012 Kelompok AB 5.280 5.526 4.495 5.233 4.824 Kelompok CDE 10.378 8.005 8.800 7.359 5.783 Sumber : Diolah dari data Media Scene Volume 24:2012/2013 merujuk pada survei Nielsen Media Index Wave IV 2008-2012 Untuk data jumlah pendengar per radio di Jakarta dan Surabaya maka terlihat dominasi radio dengan format etnis lokal atau radio dengan pilihan musik dangdut selama bertahun-tahun. Tetapi suatu fenomena menarik terjadi pada industri radio di Indonesia ketika sejak 2008 ketika radio Gen FM Jakarta masuk dalam lima besar radio dengan pendengar terbanyak di Jakarta (Gen FM diperkenalkan tahun 2007). Hal tersebut terus berlangsung sampai saat ini, bahkan beberapa tahun terakhir Gen FM berada pada peringkat teratas. Radio ini hadir dengan format baru yaitu lebih banyak menyajikan lagu daripada siaran kata. Gen FM juga membidik segmen yang lebar sehingga pendengarnya tidak hanya dari kalangan tertentu saja. Hadirnya radio ini membuat persaingan radio di Jakarta semakin sengit. Sebelum radio Gen FM, sebenarnya I-Radio milik kelompok MRA juga pernah masuk dalam lima besar untuk pendengar terbanyak di Jakarta, hanya saja I-Radio tidak secara konsisten berada dalam lima besar di tahun-tahun berikutnya. Keberhasilan Gen FM dan semakin meningkatnya persaingan membuat beberapa radio
yang tadinya
memiliki
format tertentu
merubah
formatnya
dengan
mengedepankan pemutaran lagu. Selain itu, perubahan segmen dengan memperluas jangkauan usia pendengar juga banyak dilakukan oleh radio lainnya. Contoh perubahan tersebut misalnya, Radio Delta FM. Awalnya radio tersebut banyak mengusung program talkshow. Saat ini, merubah format dan tagline menjadi “100%
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
63
Lagu Enak” serta merubah jangkauan pendengar dari 35-45 tahun (SES AB) menjadi segmen pendengar yang lebih muda dengan SES ABC+. Pilihan lagu juga berubah dari format golden memories, sweet song, jazz dan classic menjadi adult contemporary hits dan easy listening. Radio Female dan Radio Bahana yang pada awalnya mengusung format untuk perempuan dan keluarga, saat ini juga memiliki tagline baru seperti “Lagunya Makin Asik” (Radio Female) dan “Musik Terbaik Kamu” (Radio Bahana). Perubahan format ini termasuk langkah yang berani karena radio-radio tersebut sudah sangat identik dengan format awal. Radio Delta FM yang sejak awal membidik kalangan usia diatas 35 tahun dengan sajian talkshow dan musik-musik kenangan pada akhirnya harus berubah. Dinamika industri media, khususnya radio di Indonesia menuntut semua pemainnya untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang ada. Tabel 4.7. Contoh Perubahan Format Beberapa Radio di Jakarta RADIO Delta FM
FORMAT AWAL 35-45 tahun SES : AB Golden memories, sweet song, jazz, klasik Banyak talkshow
Female FM Radio perempuan muda 25-39 tahun Bahana FM Radio keluarga Banyak talkshow
Indika FM Radio lifestyle, clubbing SES : AB
FORMAT SEKARANG 30-39 tahun Lagu 24 jam Adult contemporary hits, easy listening Tagline : "100% Lagu Enak" Sejak Desember 2011 Konsentrasi pada berbagai komunitas perempuan Tagline : "Lagunya Makin Asik" Sejak 6 Februari 2012 17-40 tahun ABC Tagline : "Musik Terbaik Kamu" Sejak 1 Maret 2013 Segmen diperluas menjadi 25-32 tahun SES : ABC+ Tagline : "Sounds of Jakarta - Memutarkan Lagu-Lagu Hits Terbaik Tahun 2000 Hingga Kini" Sejak 18 Maret 2013
Sumber : Website masing-masing radio Beberapa radio lainnya juga melakukan hal yang sama yaitu menjadikan siaran musik menjadi andalan dan mengurangi siaran kata seperti narasi dari penyiar, mengurangi program talkshow dan lainnya. Hal ini terutama terjadi pada radio dengan
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
64
format hiburan bukan berita. Perubahan yang dilakukan oleh beberapa radio besar tentu sangat mempengaruhi peta persaingan yang ada. Terlebih jika format baru tersebut berhasil meningkatkan perolehan iklan dan jumlah pendengar. Penyesuaian yang dilakukan menggambarkan bahwa persaingan bisnis dalam industri radio sangat ketat sehingga strategi yang dilakukan oleh sebuah stasiun radio bisa langsung diikuti oleh radio lainnya. Perubahan format oleh beberapa radio dapat berpengaruh pada industri media radio pada umumnya terlebih jika perubahan itu dilakukan oleh pemain besar, dalam hal ini radio-radio yang berasal dari kelompok-kepemilikan besar. Jadi ketika suatu radio (terutama radio yang termasuk kategori “big player”) melakukan perubahan dan hal tersebut mempengaruhi persaingan yang ada, maka dengan cepat radio lain mengikuti cara-cara perubahan tersebut. Ketika beberapa pemain melakukan hal yang sama maka kembali terjadi persaingan dalam industri ini dan kemudian akan muncul kembali kreasi-kreasi baru lainnya. Kondisi tersebut akan terus terjadi sehingga industri ini sangat dinamis dan terus berubah. Radio-radio yang secara aktif melakukan terobosan baru tentu telah melakukan riset atau pantauan terhadap perkembangan industri media saat ini. Seperti strategi yang dihadirkan oleh Radio Gen FM adalah hasil riset yang mereka lakukan sejak awal sebelum mereka hadir di tengah masyarakat. Sampai saat ini kegiatan riset secara berkala mereka lakukan untuk menjadi dasar berbagai kebijakan yang ada. Jika sebelumnya riset khalayak hanya untuk kepentingan data yang akan digunakan sebagai bahan untuk meyakinkan para pengiklan. Tetapi saat ini hasil riset khalayak digunakan sebagai dasar berbagai kebijakan yang disusun oleh manajemen. Riset saat ini dilakukan secara berkala bahkan beberapa radio menggunakan jasa pihak lain untuk melakukan riset secara serius. Untuk kasus radio Gen FM, maka kehadiran pihak eksternal dalam penyusunan rencana awal berdirinya Gen FM sangat dirasakan manfaatnya, terutama memberikan informasi terkini tentang perkembangan industri media khususnya radio. Selain itu juga memberikan arahan dalam penetapan strategi yang tepat untuk dilaksanakan. Pihak manajemen Gen FM mengatakan, dalam kelompok mereka (Gen FM dan Jak FM) riset memang menjadi dasar yang penting
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
65
bagi perencanaan berbagai program yang akan mereka jalankan. Dari kerjasama yang mereka lalukan dengan pihak eksternal, mereka belajar tentang sistem radio modern, metode training terbaru dan lainnya yang sebelumnya tidak pernah dilakukan oleh stasiun radio lainnya di Indonesia. Seorang praktisi radio dari Bandung, Ricky Satwika (dalam wawancara dengan majalah Broadcastmagz) mengatakan, bahwa riset menjadi suatu yang harus dilakukan saat ini oleh para pengelola radio untuk mengetahui keadaan khalayak yang sebenarnya. Menurutnya, sebelum hadirnya Gen FM banyak pengelola industri radio tidak terlalu percaya pada riset dan tidak mau mengeluarkan energi yang banyak untuk melakukan riset. Selama ini penyiar, Music Director (MD) dan Program Director (PD) melakukan tugasnya berdasarkan pengalaman dan idealisme masing-masing tanpa melihat bagaimana yang dibutuhkan dan disenangi oleh pendegar sebenarnya. Satu-satunya acuan riset yang ada hanyalah hasil riset Nielsen yang bisa jadi tidak sesuai dengan kondisi pendengar radio yang bersangkutan. Karenanya, ketika Gen FM hadir dengan didahului riset yang kuat maka berbagai inovasi yang dilakukan Gen FM dapat diterima oleh pendengar yang dituju. Hal tersebut seiring dengan penjelasan dari pengelola Gen FM, bahwa radio mereka fokus menyuguhkan lagi yang benar-benar sesuai dengan keinginan pendengar. Pemilihan terhadap lagu yang diputar bukan atas idealisme dari pemilik, MD atau PD melainkan dari hasil riset. Kekuatan riset yang mereka miliki juga dirasakan membantu dalam hal bernegosiasi dengan pihak pengiklan, sehingga hasil riset tidak semata-mata untuk perencanaan program saja tetapi juga kebutuhan bagian pemasaran dan pihak lain yang terkait. Hasil riset merupakan patokan penting bagi perbaikan pengelolaan radio dan dapat memberikan gambaran tentang pendengar serta industri radio secara keseluruhan. Pada kenyataannya belum semua radio melakukan riset sebelum mereka menentukan kebijakan baru. Salah satu alasannya karena radio tersebut masih berjalan dengan baik tanpa harus melakukan riset. Alasan lain yang sering disebutkan adalah biaya riset yang tidak murah.Tetapi saat ini, untuk radio-radio besar biasanya sudah membiasakan diri dengan kegiatan riset karena perubahan yang terus-menerus terjadi
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
66
pada lingkungan sekitar organisasi radio itu sendiri.
Keberhasilan untuk
menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan adalah kunci utama untuk dapat bertahan dalam persaingan industri media saat ini. Menurut salah satu nara sumber dari radio Gen FM, selama ini sudah banyak para pengelola yang sangat memahami akan dinamika industri radio di Indonesia, hanya saja mereka tidak melakukan riset dan lebih menjalankan tugasnya berdasarkan pengalaman saja. Salah satu yang menjadi kendala adalah masalah biaya yang cukup besar untuk melakukan riset. Apalagi jika yang dimaksud adalah radio-radio kecil dan menengah yang bukan berasal dari kelompok kepemilikan tertentu, mereka memiliki sumber dana yang terbatas. Tetapi sebenarnya, ada cara-cara riset sederhana yang dapat dilakukan oleh para pengelola radio misalnya bekerjasama dengan lembaga pendidikan seperti universitas. Keprihatinan yang disampaikan oleh nara sumber misalnya ketika para pemilik radio itu adalah salah seorang pengurus organisasi persatuan radio, seharusnya mereka memiliki kesadaran untuk melakukan perbaikan-perbaikan di stasiun radionya tetapi hal tersebut belum tentu dapat dilaksanakan. Agus Setiadi dalam editorial Majalah Broadcastmagz edisi Oktober 2014 mengatakan bahwa selama ini para pengelola radio banyak yang berasumsi bahwa riset cenderung menghamburkan biaya dan kurang berdampak langsung pada perolehan iklan. Hal ini terutama muncul dari pengelola radio yang radionya kurang disentuh oleh para peneliti atau lembaga riset seperti Nielsen. Padahal menurut Agus, hasil riset dapat menunculkan potensi yang sebelumnya tidak terduga. Bagian program juga akan memiliki gambaran segmentasi yang lebih terarah dan dapat mengemas dengan baik suatu program yang sesuai dengan segmen tersebut. Sementara dari sisi pemasaran, hasil riset dapat digunakan untuk menjelaskan kepada klien dan calon klien tentang pangsa pasar milik radio tersebut, yang diharapkan menjadi target pengiklan atau calon pengiklan. Riset pendengar atau riset khalayak radio bukan hanya sekedar untuk mengetahui mereka mendengarkan apa saja tetapi tentu untuk mengetahui informasi yang lebih luas. Hasil riset juga dapat digunakan untuk mengatur penjadwalan berbagai program yang ada di radio tersebut. Melihat
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
67
kenyataan ini, riset menjadi syarat awal yang harus dilakukan oleh sebuh stasiun radio agar dapat menghadirkan program siaran yang disesuai dengan pendengarnya. Hasil riset yang juga yang pada akhirnya mengantarkan radio Gen FM menetapkan format baru untuk program siarannya, yaitu dengan menghadirkan siaran yang didominasi musik atau lagu. Format tersebut terbukti lebih disukai pendengar daripada siaran kata. Dengan format tersebut Gen FM Jakarta dalam lima tahun terakhir berhasil masuk dalam peringkat lima besar radio dengan pendengar terbanyak. Lagu-lagi yang dihadirkan adalah lagu-lagu yang sedang hits. Di bawah ini tabel peringkat radio dengan pendengar terbanyak di kota Jakarta. Tabel.4.8. Lima Radio Dengan Pendengar Terbanyak (all people 15+) di Jakarta 2003 2004 2005 2006 2007 1 Bens Bens Bens Bens Bens 2 Elgangga Ria Elgangga Pop RDI 3 I-Radio Elgangga I-Radio Megaswara Megaswara 4 Sonora Megaswara RKM RKM Pop 5 Elshinta Elshinta Elshinta I-Radio Elshinta
2008 2009 2010 2011 2012 1 RDI Gen RDI Gen Gen 2 Bens Bens Bens Bens Bens 3 Gen RDI Gen Elgangga RDI 4 RKM Megaswara Elgangga Elshinta Megaswara 5 Megaswara Elshinta Pop RKM Elshinta Sumber : Diolah dari data Media Scene Vol.16, 2004/2005; Vol.20, 2008/2009; Vol.24, 2012/2013 Dari tabel di atas terlihat selama beberapa tahun, peringkat radio untuk jumlah pendengar di Jakarta, banyak diraih oleh radio berformat etnis lokal (lagu dan bahasa daerah), radio dengan pilihan lagu Indonesia, serta lagu dangdut. Dua radio berformat berita seperti Sonora dan Elshinta dalam tahun tertentu masuk dalam lima besar, bisa jadi karena adanya informasi andalan mereka yaitu info lalu lintas. Masyarakat Jakarta cenderung merujuk kedua radio tersebut ketika ingin memperoleh informasi kondisi
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
68
lalu lintas di Jakarta. Tetapi sejak 2008, Radio Gen FM sebagai pemain baru langsung menduduki peringkat ketiga bahkan dalam dua tahun terakhir memimpin peringkat tersebut. “Salah satu unit usaha Mahaka Media dalam divisi Broadcasting (Media Penyiaran) yang menunjukan pertumbuhan sangat pesat adalah radio 98.7 Gen Fm. Radio no. 1 di Jakarta dengan pendengar terbanyak ini, telah mencapai 4.148.000 pendengar berdasarkan hasil riset AC Nielsen bulan Juni 2011. Hal ini merupakan prestasi yang istimewa, karena baru kali ini sebuah radio non-dangdut menembus angka diatas 4 juta pendengar. Jumlah pendengar yang meningkat dengan pesat juga disertai dengan peningkatan revenue yang cukup tinggi di semester pertama 2011, yaitu sebesar 27% dibandingkan dengan revenue pada semester pertama 2010. Berdiri sejak Agustus 2007, 98.7 Gen FM hanya membutuhkan waktu beberapa bulan untuk menciptakan awareness yang kuat sebagai radio yang fun, local, and young dengan target pendengar berusia 18-24 tahun” (http://www.mahakamedia.com/newsroom/) Tidak jauh berbeda dari data radio di Jakarta, maka peringkat radio dengan pendengar terbanyak di Surabaya juga didominasi oleh radio yang memiliki segmen cenderung luas. Bahkan salah satu diantaranya seperti radio Wijaya menyebut dirinya sebagai radio dengan multi segmen. Tabel.4.9. Lima Radio Dengan Pendengar Terbanyak (all people 15+) di Surabaya
1 2 3 4 5
2003 Suara Giri Wijaya MTB Merdeka Suzana
2004 Suara Giri Wijaya Suzana Merdeka Panorama
2005 Suara Giri Wijaya Suzana Merdeka Suara Sby
2006 Suara Giri Wijaya Merdeka Suzana MTB
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
2007 Suara Giri Wijaya Merdeka EBS Suzana
Universitas Indonesia
69
2008 2009 2010 2011 2012 1 Wijaya Suara Giri Suara Giri Suara Giri Suara Giri 2 Suara Giri Wijaya M Radio Wijaya Wijaya 3 Merdeka Elvictor Wijaya M Radio M Radio 4 Media EBS EBS Suara Sby Suara Sby 5 EBS Suzana Suzana Elvictor Cakrawala Sumber : Diolah dari data Media Scene Vol.16, 2004/2005; Vol.20, 2008/2009; Vol.24, 2012/2013
Radio berformat berita dan informasi seperti Suara Surabaya juga masuk dalam peringkat lima besar di tahun 2005, 2011 dan 2012. Sedangkan radio M Radio yang sejak 2010 masuk dalam lima besar adalah radio yang memiliki format tidak jauh berbeda dari Gen FM yaitu dominan menyajikan lagu dibanding siaran kata. Gen FM sendiri untuk Surabaya baru hadir di tahun 2010 dan di tahun 2011 sudah menduduki peringkat 14 serta naik ke peringkat 11 ditahun 2012. Untuk sebuah radio baru di Surabaya, capaian ini sudah menunjukkan prestasi tersediri mengingat banyak pemain lokal dan radio jaringan lainnya yang juga sudah lebih dulu mengudara di Surabaya. Strategi yang tepat dengan menghadirkan sesuatu yang baru dan berbeda perlu dilakukan oleh para pengelola radio di wilayah-wilayah yang persaingannya cukup ketat. Untuk memenangkan persaingan di Surabaya, manajemen Gen FM mengatakan bahwa mereka harus menghadirkan sesuatu yang berbeda dari yang pernah ada selama ini. Mereka mengakui, pasar pendengar di Surabaya bukanlah pasar yang mudah diraih begitu saja dan harus menggunanakan strategi yang tepat. Seperti juga radio Gen FM Jakarta, maka di Surabaya radio Gen FM juga melakukan kegaitan riset untuk memulai semua rancangan program yang ada. Mereka sadar sepenuhnya bahwa pendengar di Surabaya memiliki perbedaan dengan pendengar di Jakarta. Selain itu mereka mereka menganggap bahwa stasiun radio yang mereka jalankan adalah sepenuhnya entitas bisnis yang tujuannya adalah keuntungan, sehingga memahami selera pasar adalah hal mutlak yang harus mereka lakukan. Pada akhirnya berbagai strategi yang dijalankan oleh para pengelola radio siaran akan berujung pada
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
70
kemampuan memenangkan persaingan dan diraihnya keuntungan bagi radio tersebut. Riset yang dilakukan tidak berbeda dengan riset pemasaran di mana produsen ingin mengetahui bagaimana keadaan, keinginan, kebutuhan dan perilaku konsumen yang dituju agar dapat menghadirkan produk yang sesuai dengan konsumennya. Satu hal penting yang membuat radio berbeda dengan media lainnya adalah unsur lokalitas yang sangat dominan. Data yang disajikan di atas dapat mewakili gambaran bahwa radio yang berasal dari jaringan besar dan beroperasi dengan format yang sama seperti radio induk tidak serta merta dapat menguasai pendengar di suatu wilayah tertentu. Kemampuan suatu radio untuk menguasai pasar di kota A belum menjamin bahwa radio itu jika hadir di kota lain juga mengalami kesuksesan yang sama. Karena hal tersebut, manajemen Gen FM sadar bahwa hasil riset pendengar yang mereka lakukan di Jakarta tidak dapat digunakan di Surabaya. Itulah sebabnya mereka juga melakukan riset yang serius di wilayah radio jaringan. TEMUAN : Penetrasi khalayak (pendengar radio) Perolehan Iklan (prosentase perolehan diantara media lainnya) Perolehan iklan (jumlah dana iklan) Lama mendengar radio Jumlah pelaku/stasiun radio Kelompok pendengar terbesar Perubahan yang terjadi dalam pengelolaan radio siaran
Menurun secara nasional Menurun di lima kota besar Menurun
Naik Menurun Meningkat (baik radio siaran komersial maupun komunitas) SES CD Munculnya radio baru sebagai radio dengan pendengar terbanyak mengalahkan radio-radio yang selama bertahun-tahun mempimpin perolehan jumlah pendengar terbanyak. Perubahan format dengan penambahan materi lagu. Pelebaran segmentasi pendengar. Menguatnya unsur lokal pada radio jaringan.
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
71
Munculnya kesadaran akan arti penting riset khalayak. Riset menjadi suatu hal yang harus dilakukan oleh pengelola radio siaran sebelum mereka menyusun strategi yang hendak dijalankan. Para pengelola tidak dapat lagi hanya mengandalkan intuisi, pengalaman dan idealisme semata dalam menetapkan kebijakan, karena industri radio sangatlah dinamis. Pengelola dituntut dapat memahami dengan baik khalayak dan berbagai hal lain yang berhubungan dengan industri radio. Karena sifat radio yang sangat kuat unsur kelokalannya, sehingga masing-masing daerah memiliki keunikan masing-masing. Pelaksanaan riset harusnya juga mempertimbangkan kelokalan sehingga hasil riset di suatu daerah tidak dapat dipakai begitu saja di daerah lainnya. 4.3. Tren Kelompok Kepemilikan Dalam Pengelolaan Radio Siaran Seperti telah diutarakan dalam latar belakang, keadaan industri media yang penuh persaingan membawa industri radio siaran di Indonesia saat ini mengarah pada pengelolaan berjaringan atau pengelolaan yang dinaungi oleh suatu kelompokkepemilikan tertentu. Artinya bahwa pemilik radio cenderung untuk memiliki beberapa radio. Di sisi lain untuk radio yang mulai kesulitan secara operasional pilihan bergabung dengan suatu kelompok-kepemilikan tertentu menjadi jalan keluar yang banyak diambil. Hal tersebut dipicu dengan semakin dominannya para pemain besar, dengan modal besar dan semakin terpuruknya pemain kecil bermodal seadanya. Belum lagi kemampuan untuk mengikuti perkembangan teknologi yang menjadi hal wajib dalam industri penyiaran dan tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Akhirnya banyak radio-radio kecil bangkrut, tidak mengudara lagi dan ujungujungnya mereka “menjual” radionya kepada pemodal besar. Hal tersebut juga terjadi pada industri media lainnya di Indonesia yang mengakibatkan satu kelompokkepemilikan cenderung untuk memiliki berbagai jenis media di kelompoknya.
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
72
Kemudahan dalam praktek “jual-beli” lembaga penyiaran menjadikan tren kelompok-kepemilikan media menjadi semakin meluas. Jual beli lembaga penyiaran dilakukan selayaknya jual beli perusahaan biasa. Padahal lembaga penyiaran adalah lembaga yang harusnya memiliki aturan tertentu dalam hal perpindahan kepemilikan, mengingat media penyiaran menggunakan modal frekuensi dalam siarannya dan merupakan entitas yang seharusnya tidak hanya mengejar keuntungan semata. Untuk media radio, praktek jual beli tersebut cenderung lebih mudah dan sering dilakukan. Para pekerja media radio pun menganggap hal tersebut sebagai hal biasa seperti dalam kegiatan bisnis pada umumnya. Salah seorang nara sumber mengatakan bahwa mereka mengelola radio sebagai sebuah industri, sehingga untuk bertahan dan memenangkan persaingan banyak cara yang ditempuh. Salah satu cara yang saat ini banyak dilakukan adalah memperluas jangkauan siaran melalui penambahan jaringan. Langkah tersebut dapat dilakukan melalui kerjasama dengan radio lain atau pembelian radio yang sudah tidak aktif. Pembelian radio adalah cara yang sering dilakukan oleh beberapa radio, terutama radio bermodal besar. Radio Prambors FM dan Gen FM juga melakukan hal yang sama dalam memperbesar jaringan radionya. Pengelola media radio yang saat ini selalu membaca peluang yang memungkinkan untuk memperbesar bisnis yang ada. Untuk wilayah Surabaya dan Jakarta, sebenarnya tidak tersedia lagi frekuensi untuk radio baru. Karenanya, jika sampai saat ini masih banyak radio baru bermunculan maka biasanya radio tersebut memakai frekuensi radio lama tetapi dengan pemilik dan format yang baru. Karena stasiun radio dijalankan dengan motif bisnis maka kebijakan penambahan stasiun baru benar-benar dilakukan dengan perhitungan bisnis yaitu jika dinilai menguntungkan dari sisi pemilik. Demikian juga dengan pertimbangan pemilihan wilayah, maka alasan yang dipakai adalah bahwa daerah tersebut potensial untuk mendirikan stasiun radio baru. Potensial di sini tentu berhubungan dengan keadaan masyarakat, target yang dituju, kemampuan atau daya beli terhadap produk yang diiklankan dan faktor komersial lainnya.
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
73
Pendirian radio baru yang berasal dari radio yang sudah ada (hanya berganti kepemilikan dan nama) dianggap lebih mudah dilakukan daripada harus mendirikan radio dari awal, karena adanya faktor perijinan yang tentu saja tidak dapat dilakukan dengan mudah. Dalam Permen Kominfo No. 38 Tahun 2012 terdapat aturan mengenai tata cara pelaporan perubahan data perizinan penyiaran. Pihak memohon wajib memberikan data-data mengenai perubahan yang meliputi berbagai hal seperti nama pemilik, pemegang saham, besaran modal, nama perusahaan, nama sebutan stasiun di udara, lokasi stasiun penyelenggara siaran, lokasi pemancar, frekuensi, format dan lainnya. Hal ini tampak perubahan data kepemilikan sebuah stasiun atau lembaga penyiaran mudah dilakukan. Padahal seharusnya perlu aturan khusus tentang perubahan kepemilikan serta hal lainnya untuk sebuah lembaga penyiaran. Praktek pembelian radio itu banyak terjadi terutama pada kota-kota yang sudah tidak tersedia lagi jatah frekuensi untuk radio dengan izin baru, misalnya kota Jakarta dan Surabaya. Padahal dari sisi potensi, kedua kota tersebut adalah kota-kota yang potensial untuk pengembangan radio. Karena hal itulah, langkah merger atau akuisisi suatu stasiun radio menjadi pilihan para pelaku di industri ini. Fenomena seperti ini terus berkembang sehingga kelompok-kepemilikan besar dengan modal yang kuat semakin aktif menambah deretan stasiun radio untuk dimiliki. Terlebih banyak dijumpai radio-radio di daerah yang memang mengalami kendala untuk berkembang baik, karena masalah modal ataupun kemampuan manajerial dari pemiliknya. Akhirnya muncullah istilah radio berjaringan yang sering digunakan oleh para pengelola radio siaran ketika mereka memiliki banyak radio di daerah lain. Makna berjaringan di sini menurut mereka murni merujuk pada pemahaman perluasan usaha. Hal ini sesuai dengan penjelasan konsep spasialisasi dalam ekonomi politik media bahwa ada upaya dari korporasi media untuk melakukan pengembangan usaha serta melakukan kontrol terhadap proses produksi, konsumsi dan distibusi yang ada. Sesungguhnya, jaringan media dalam hal ini jaringan radio siaran memiliki beberapa bentuk dan tujuan. Jaringan didirikan bukan hanya semata-mata untuk tujuan perluasan usaha. Dalam tulisannya Rahayu (2006) menegaskan bahwa makna jaringan dalam pemahaman radio network adalah bukan sekedar melakukan kerjasama biasa
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
74
tetapi adanya sharing sumber daya dengan sistem operasi terpusat pada induk jaringan. Definisi lainnya (merujuk pada Vivian, 2002), radio network dibagi menjadi dua pola yaitu afiliate-network dan network owned and operated. Pola jaringan afiliasi adalah sistem kontrak programming dan iklan antara radio induk dan jaringannya. Dalam pola ini, induk jaringan tidak memiliki kaitan dengan saham dan kepemilikan pada radio jaringan. Sedangkan pola kedua yaitu network owned and operated, hubungan induk dan jaringannya didasarkan atas saham dan kepemilikan sehingga radio induk tidak hanya menjalankan programnya tetapi keseluruhan aspek mulai dari penentuan format, manajemen, program dan lainnya. Dalam hal ini pemahaman radio jaringan adalah adanya prinsip kesamaan dan serempak sehingga berbeda dengan makna radio yang melakukan kerjasama model sindikasi, di mana radio jaringan bebas menentukan waktu siaran. Gambaran tentang radio jaringan di atas membedakan antara pola radio jaringan dengan pola kerjasama radio sindikasi. Sedangkan pendapat lain menyebutkan bahwa radio jaringan terdiri dari empat pola pelaksanaan yaitu : (1) radio yang berjaringan dalam sistem telekomunikasi dan berafiliasi kepemilikan kepada pusatnya (2) radio berbentuk “rap network” hanya berjaringan dalam pemasaran program, (3) radio yang berjaringan dalam sindikasi program yang dibuat bersama atau salah satu pihak dan (4) radio yang berjaringan dalam semua aspek diatas (Masduki, 2007, p.9). Di Indonesia, dapat kita jumpai keempat pola tersebut. Dalam penelitian ini, maka obyek penelitian masuk pada kategori pola berjaringan yang keempat atau network owned and operated. Radio induk menjadi obyek dalam penelitian ini adalah radio induk yang menjalankan secara penuh operasional radio jaringan melalui orang-orang yang ditempatkan di radio jaringan. Bentuk ini adalah yang paling banyak dijumpai di Indonesia, yaitu pelaksanaan berjaringan yang merujuk pada pelebaran usaha atau bisnis semata. Jaringan radio saat ini banyak dilakukan melalui merger (penyatuan dua perusahaan) atau akuisisi (pengambil alihan saham dan aset suatu perusahaan). . Bentuk ini berbeda dengan bentuk jaringan yang diatur dalam undang-undang.
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
75
Dalam UU Penyiaran No.32 Tahun 2002 pasal 6 dijelaskan bahwa penyiaran diselenggarakan dalam satu sistem penyiaran nasional dan negara menguasai spektrum frekuensi radio yang digunakan untuk penyelenggaraan penyiaran guna sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Dalam sistem penyiaran nasional terdapat lembaga penyiaran dan pola jaringan yang adil dan terpadu yang dikembangkan dengan membentuk stasiun jaringan dan stasiun lokal. Jelas bahwa sistem penyiaran berjaringan seharusnya dilakukan secara adil dan terpadu melalui kerjasama dengan stasiun jaringan. Pola berjaringan ini secara lebih rinci diatur dalam PP No. 50 Tahun 2005 tentang Penyelenggraan Lembaga Penyiaran Swasta, dan untuk media televisi penjabarannya ditetapkan dalam Permen Komunikasi dan Informatika No. 43/PER/M.KOMINFO/10/2009. Tetapi pada kenyatannya (khususnya dalam industri radio yang menjadi obyek penelitian dalam disertasi ini), praktek jaringan yang dibentuk adalah untuk penguasaan atas industri radio yang ada di Indonesia. Hal tersebut disampaikan oleh salah seorang nara sumber dalam penelitian ini bahwa penguasaan yang semakin banyak merupakan cara untuk menguasai industri radio itu sendiri. Keadaan ini pada akhirnya menyebabkan tidak berkembangnya potensi daerah yang seutuhnya dari sebuah stasiun radio di wilayah itu tetapi hanya berupa stasiun yang melakukan duplikasi siaran dari stasiun radio yang ada di Jakarta (stasiun radio induk). Padahal semangat berjaringan dalam undang-undang adalah untuk memberdayakan potensi yang ada di daerah tersebut dan bergulirnya informasi yang dibutuhkan masyarakat setempat. Untuk radio siaran yang relatif biaya operasionalnya tidak sebesar televisi, maka produksi siaran yang dikelola oleh radio daerah seharusnya bisa dimaksimalkan dan meminimalkan siaran relay dari radio induk. Menilik pada sejarah radio berjaringan, maka RRI dapat dikatakan sebagai pelopor radio berjaringan di Indonesia. Pada awalnya, radio jaringan yang ada sepenuhnya menerima program yang disiarkan dari induk jaringan sehingga tidak ada isu-isu lokal yang disajikan oleh radio jaringan. Tentu keadaan tersebut berbeda dengan program-program RRI yang ada saat ini. Lebih lanjut Rahayu (2006) mengatakan bahwa perkembangan radio yang awalnya didominasi oleh RRI, sejak
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
76
munculnya PP Nomor 50 Tahun 1970, maka mulai bermunculan radio-radio swasta mewarnai bisnis radio di Indonesia. Pola berjaringan untuk radio swasta dimulai dengan kerjasama program di tahun 1985, yang dilakukan oleh Radio Prambors yaitu dengan menyiarkan program sandiwara radio ”Catatan Si Boy” dan beberapa program musik populer ke berbagai radio di Indonesia. Era di akhir tahun 80an sampai awal 90 adalah masa kejayaan sandiwara radio di Indonesia, mengingat saat itu belum banyak pilihan saluran hiburan dan televisi hanya ada TVRI. Selanjutnya, bisnis radio terus berkembang dan pola sistem berjaringan semakin banyak dipilih oleh para pelaku bisnis radio dan akhirnya muncul beberapa jaringan atau kelompok kepemilikan yang berskala lokal ataupun nasional dengan besaran jaringan dibawah 10 stasiun sampai lebih dari 50 stasiun radio. Dalam industri radio terdapat beberapa kelompok-kepemilikan, baik yang berkonsentrasi pada bisnis radio saja maupun kelompok yang memiliki beberapa stasiun radio dan media lainnya. Tidak ada data yang pasti tentang berapa jumlah kelompok-kepemilikan radio yang ada saat ini. Dalam latar belakang sudah dipaparkan beberapa data yang ada tentang jumlah jaringan radio walaupun ada perbedaan dalam jumlah jaringan. Data tersebut diperoleh dari beberapa sumber seperti lembaga resmi terkait ataupun data hasil penelitian yang telah dipublikasikan. Dalam temuan ini akan terlihat bahwa ribuan radio yang ada di Indonesia, sebagian di antaranya hanya dimiliki oleh beberapa kelompok kepemilikan baik yang berskala lokal ataupun nasional. Tidak adanya data yang pasti akan jumlah radio dan jaringan yang ada bisa muncul karena berbagai alasan. Sebab yang terlihat adalah luasnya wilayah Indonesia dan cepatnya perubahan yang terjadi dalam radio jaringan. Berikut adalah daftar beberapa jaringan yang berhasil dikumpulkan dari berbagai sumber serta update data dari website atau informasi langsung yang diterima dari pengelola jaringan. Daftar berikut belum meliputi jaringan yang berskala regional ataupun jaringan yang jumlah medianya dibawah lima stasiun radio.
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
77
Tabel 4.10. Beberapa Kelompok Kepemilikan Radio di Indonesia
MASIMA Corporation (MASIMA Radionet) Jaringan Prambors Radio 7 stasiun radio (Bandung, Jakarta, Yogyakarta, Makassar, Medan, Semarang, Solo, Surabaya) Ket : Prambors Makassar tidak dikelola penuh oleh 1 stasiun radio Masima (kerjasama/sindikasi) Jaringan Delta Radio 7 stasiun radio (Jakarta, Bandung, Makassar, Manado, Medan, Surabaya, Semarang, Yogyakarta) Ket : Delta Manado tidak dikelola penuh oleh 1 stasiun radio Masima (kerjasama/sindikasi) Female Radio 1 stasiun radio (Jakarta) Ket : tidak memiliki jaringan Catatan : Masima Radionet melakukan merger dengan Mahaka Media (pemilik radio Jak FM dan Gen FM) sejak 2005 Secara umum holding company kelompok ini disebut dengan Masima Corp. yang membawahi Masima Radio Network (jaringan radio Prambors dan jaringan radio Delta). Untuk radio Female langsung di bawah pengelolaan Masima Corp. MNC Network Jaringan Sindo Trijaya Radio (Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Medan, Palembang, Pekanbaru, Kendari, Pontianak, Banjarmasin, Banda Aceh, Jambi, Samarinda, Bontang, Manado, Kendari, Jambi) Kerjasama/sindikasi Jaringan Radio Dangdut Indonesia (RDI) (Jakarta, Bandung, Semarang, Banjarbaru, Medan, Palembang Banyuasin, Lahat, Sekayu, Lubuk Linggau, Prabumulih, Baturaja) Jaringan Global Radio (Jakarta, Bandung) V Radio (Jakarta) MRA Broadcast Media Jaringan Hard Rock Radio
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
16 stasiun radio
46 stasiun radio 11 stasiun radio
2 stasiun radio 1 stasiun radio
4 stasiun radio
Universitas Indonesia
78
(Jakarta, Bandung, Surabaya, Bali) Cosmopolitan Radio (Jakarta) Jaringan Trax Radio (Jakarta, Semarang) Jaringan I Radio (Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Medan, Makassar) Brava Radio (Jakarta) SMART FM Network Jaringan Smart Radio (Jakarta, Manado, Banjarmasin, Palembang, Balikpapan, Makassar, Medan, Surabaya) Kerjasama/sindikasi ETNIKOM Network Jaringan radio format daerah (Jakarta, Cilegon, Cikampek, Pandeglang, Serang, Subang, Palembang, Ogan Komering Ilir, Batam, Baturaja, Indralaya, Kayu Agung) SONORA Network Jaringan Sonora Radio (Jakarta, Surabaya, Bangka, Bandung, Medan, Semarang, Yogyakarta, Palembang, Lampung) Motion Radio (Jakarta) Kerjasama/sindikasi RAMAKO Grup (Jakarta, Batam) ELSHINTA Radio Network Jaringan Elshinta Radio (Jakarta, Bandung, Tegal, Semarang, Surabaya, Medan, Lampung, Palembang) Kerjasama/sindikasi RCM Radionet (Purworejo, Yogyakarta, Kebumen, Cilacap, Salatiga, Kutoarjo, Magelang, Banjarnegara, Purwokerto,
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
1 stasiun radio 2 stasiun radio 5 stasiun radio 1 stasiun radio
8 stasiun radio
5 stasiun radio
12 stasiun radio
9 stasiun radio
1 stasiun radio 12 stasiun radio
5 stasiun radio
8 stasiun radio
31 stasiun radio
11 stasiun radio
Universitas Indonesia
79
SUZANA Radio Network Jaringan radio di Surabaya dan Jawa Timur CPP Radionet Jaringan yang tersebar di beberapa daerah di Jawa Tengah dan sekitarnya
14 stasiun radio
46 stasiun radio
KBRN LPP RRI Jaringan di seluruh wilayah Indonesia (masing205 stasiun masing melalui Programa 1,2,3,4) dan 11 jaringan di radio luar negeri Sumber : Diolah dari data Lim (2012), Zarkasi & Juned (2012), PRSSNI dan website resmi masing-masing jaringan Data yang tertera di atas tentu saja dari waktu ke waktu mengalami perubahan karena sering terjadi praktik “jual beli” radio di antara pelaku bisnis radio di Indonesia. Selain itu, program sindikasi baik dalam materi siaran dan pemasaran juga cenderung meningkat seiring dengan sengitnya persaingan di industri ini. Alasan penambahan modal, efisiensi dalam pemasaran, peningkatan iklan, perluasan jangkauan siar dan penambahan fasilitas produksi serta pengembangan radio ke depan adalah alasan yang sering mendasari bergabungnya sebuah stasiun radio dalam suatu kelompok. Mereka menganggap ketika sebuah radio yang sudah memiliki nama yang dikenal di Jakarta maka radio jaringannya akan lebih mudah memperoleh iklan. Pengiklan pun akan lebih diuntungkan karena iklannya akan disiarkan dengan jangkauan yang lebih luas. Demikian juga dengan konten program yang tidak hanya disiarkan di area tertentu saja. Para pelaku di industri ini menganggap bahwa sisi positif dari sebuh jaringan lebih dapat dirasakan daripada kekurangannya. Radio di daerah juga merasa lebih terbantu dengan adanya akses ke induk jaringan. Di sisi lain, langkah pelebaran usaha tentu menuntut pengelolaan yang baik agar semua dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tidak selalu strategi pelebaran usaha melalui jaringan menghasilkan tujuan seperti yang diinginkan. Perbedaan potensi dan karakter masing-masing wilayah dan cara pengelolaan yang tidak bisa diseragamkan dengan pusat juga harus menjadi perhatian
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
80
bagi pemilik jaringan. Hal ini terutama untuk media radio di daerah yang sangat kental dengan aspek kelokalan. Di radio Gen FM misalnya, sejak awal manajemen telah memiliki grand design untuk pengembangan radio ini ke depannya. Mereka menyadari bahwa pelebaran bisnis ke wilayah lain memerlukan penanganan yang berbeda dengan induk jaringan. Bagi mereka memiliki banyak radio di daerah belum tentu menjamin kesuksesan sebuah bisnis jaringan karena masing-masing daerah memiliki karaktek dan potensi yang berbeda. Beberapa kelompok-kepemilikan memperlakukan radio di daerah sama dengan radio di Jakarta tetapi ada juga kelompok yang sangat memperhatikan perbedaan antar daerah. Hal ini tentu kembali kepada strategi dan kebijakan yang diambil oleh para pengelola itu sendiri. Saat ini banyak lembaga penyiaran melalui perusahaan induk yang berbadan hukum memiliki beberapa media di berbagai daerah. Cara lainnya adalah lembaga A memiliki saham di lembaga lainnya seiring dengan pertumbuhan bisnis media yang marak di Indonesia. Padahal jika kita melihat kembali ke aturan yang ditetapkan, baik UU RI Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (saat ini sedang dalam proses revisi) maupun PP RI Nomor 50 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta (LPS), jelas tertera aturan tentang cakupan kepemilikan serta besaran saham yang diperbolehkan. Tetapi pada kenyataannya, sampai saat ini para pemilik media dengan mudahnya menambah daftar panjang media dalam kelompoknya, tanpa adanya teguran dan tindakan tertentu dari pemerintah. Hal ini dapat terjadi karena para pelaku industri ini melakukan praktek pembelian stasiun baru melalui holding company (perusahaan induk) sehingga aturan yang digunakan adalah aturan jual beli PT (Perseroan Terbatas). Mereka secara legal melakukan pembelian atas nama PT yang menaungi suatu stasiun radio dengan kepemilikan saham sesuai aturan yang berlaku. Sehingga jika kita melihat sebuah kelompok-kepemilikan memiliki puluhan bahkan ratusan stasiun radio dengan nama yang sama (nama sebutan radio di udara) tetapi dalam laporan resmi ratusan stasiun tersebut muncul dengan nama PT asal (berbeda-beda) sehingga kelompok-kepemilikan yang menaungi tidak terkena aturan tentang pembatasan kepemilikan.
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
81
Selain itu, pelaksanaan jual beli sebuah lembaga penyiaran yang seringkali dipahami sebagai jual beli perusahaan biasa dan diikuti dengan kepemilikan frekuensi. Padahal sekali lagi harus ditegaskan bahwa frekuensi adalah milik publik dan para pemilik lembaga media berbasis frekuensi hanya memiliki ijin penggunaan frekuensi sehingga mereka harus bertanggungjawab atas penggunaan tersebut. Seharusnya ada tahapan lanjutan berkenaan dengan perubahan kepemilikan PT dan tidak serta merta pemilik PT baru dapat menggunakan frekuensi yang ada. Pada akhirnya kalimat “beli frekuensi” digunakan oleh sebagian besar praktisi media radio untuk menggambarkan pembelian stasiun radio dalam kelompoknya. Dalam penelitian ini, dua radio yang menjadi obyek penelitian yaitu radio Prambors FM dan Gen FM, sama-sama melakukan pembelian terhadap radio di daerah. Mereka kemudian melakukan perubahan kepemilikan, perubahan manajemen, nama sebutan stasiun radio di udara, format dan lainnya. Tidak ada pembagian saham dengan pemilik lama dan dikuasai sepenuhnya oleh induk jaringan. Tetapi tidak tertutup kemungkinan mereka melakukan pelebaran bisnis dengan cara lainnya seperti kerjasama di bidang tertentu atau pembagian saham. Mereka menyadari bahwa pembelian penuh suatu stasiun radio memang memerlukan dana yang besar selain itu untuk menjalankan operasionalnya juga memerlukan sumber daya manusia yang sesuai dengan tujuan yang ditetapkan dan tentu hal tersebut tidak mudah. Selain itu dari sisi program, stasiun radio yang tergabung dalam suatu kelompok-kepemilikan dikhawatirkan memiliki program dan isi siaran yang sama, bahkan ada beberapa program dari radio induk di Jakarta yang kemudian di relay oleh radio jaringan, padahal isi dari siaran itu belum tentu penting dan diminati oleh pendengar radio jaringan. Keberagaman isi dan kepemilikan yang diamanatkan oleh UU Penyiaran pada akhirnya hanya menjadi slogan belaka tanpa realisasi sepenuhnya. Padahal radio adalah media yang sifatnya personal dan lokal sehingga seharusnya program-progran
yang
ditampilkan
dapat
benar-benar
mewakili
kebutuhan
pendengarnya.
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
82
Hal lain yang juga sudah diatur dalam PP No.50 Tahun 2005 tentang LPS pasal 35 adalah tentang pengembangan jaringan radio yang seharusnya juga memperhatikan sebaran lokasi secara merata sehingga tidak hanya membuka jaringan di kota-kota besar.
Pada kenyataannya, radio-radio induk di Jakarta kebanyakan fokus pengembangannya masih di kota-kota besar lainnya seperti Surabaya, Bandung, Semarang dan lainnya. Belum lagi masalah pembagian saham pada radio jaringan yang harusnya mengikuti aturan tetapi yang terjadi adalah banyak radio induk memiliki sepenuhnya saham radio-radio di daerah. Seperti telah dijelaskan sebelumnya masalah kepemilikan media berdasarkan aturan PT, maka dalam laporan keuangan mereka mencantumkan kepemilikan saham yang sudah sesuai dengan aturan yang ada sehingga tidak ada alasan untuk mempersoalkan hal ini. Tetapi pada kenyataanya, sisa saham yang ada dimiliki secara perseorangan yang biasanya masih berhubungan dengan pemilik kelompok media yang bersangkutan, sehingga dalam prakteknya radio induk memiliki sepenuhnya saham radio jaringan. Keadaan ini memperlihatkan adanya inkonsistensi di antara aturan yang ada dan yang berhubungan dengan keberadaan media penyiaran
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
83
baik sebagai suatu entitas bisnis (PT) dan sebagai lembaga media yang seharusnya memiliki fungsi sosial lainnya. TEMUAN : industri Masih didominasi oleh kelompok kepemilikan besar yang rata-rata memiliki sebaran jaringan keseluruh Indonesia Munculnya banyak Karena adanya kemudahan dalam praktek jual-beli stasiun radio yang dilakukan oleh perusahaan induk kelompok kepemilikan dengan aturan jual-beli PT Pelaku dalam media radio
Pola berjaringan
Adanya inkonsistensi antara aturan-aturan yang berhubungan dengan keberadaan media penyiaran Terdapat berbagai pemahaman tentang pola pengelolaan berjaringan Pada kenyataannya lebih cederung pada praktek merger dan akuisisi serta tujuan keuntungan bisnis
Produk
Tidak sepenuhnya berjalan seperti yang diamanatkan oleh UU Penyiaran Memunculkan adanya keseragaman produk
4.4. Relasi Radio Induk dan Radio Jaringan Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa penelitian ini akan melihat relasi radio induk dan radio jaringan. Jaringan radio yang akan menjadi obyek penelitian adalah jaringan Radio Prambors (Masima Corporation) dan jaringan Radio Gen (Mahaka Media). Pada sekitar September 2005, Masima Corporation (PT. Radionet Cipta Karya) dan Mahaka Media (PT. Abdi Bangsa Tbk yang kemudian menjadi PT. Mahaka Media, Tbk) melakukan menandatanganan MoU untuk melakukan merger. Dalam Laporan Keuangan PT. Mahaka Media Tbk, periode Desember 2013-Maret 2014 disebutkan penyertaan saham PT. Mahaka Media pada PT. Radionet Cipta Karya sebesar 20,80%. Tetapi dalam penelitian ini, jaringan Prambors dan Gen akan dilihat secara mandiri, karena pengelolaan di lapangan masing-masing jaringan masih dikelola secara terpisah.
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
84
Penelitian ini memilih jaringan yang membidik segmen anak muda karena anak muda adalah kelompok terbesar pendengar radio di Indonesia, sebesar 46% dari total pendengar radio (Nielsen Newsletter, Edisi 15 tanggal 31 Maret 2011). Kemudian, kedua radio tersebut memiliki jaringan di kota Surabaya sebagai kota kedua terbesar setelah Jakarta. Di Surabaya, beberapa radio lokal untuk anak muda dan radio jaringan selain Prambors dan Gen sudah lebih dulu eksis, sehingga menarik kiranya untuk melihat lebih jauh bagaimana kehadiran kedua radio tersebut di Surabaya. Persaingan radio untuk usia muda di Surabaya cukup tinggi dengan adanya beberapa radio lokal dan radio jaringan dari Jakarta yang berada pada segmen anak muda. Dari data survei pendengar, maka radio jaringan yang berasal dari Jakarta masih belum mampu menembus ranking 15 besar untuk jumlah pendengar sampai tahun 2010. Radio di Surabaya rata-rata telah memiliki pendengar setia dan sudah hadir menemani pendengarnya selama bertahun-tahun. Surabaya sebagai kota kedua terbesar dilihat sebagai kota yang memiliki pasar sangat luas. Radio-radio yang sudah ada memiliki format yang beragam seperti radio khusus lagu-lagu hits, dangdut, nostalgia, rohani dan lainnya. Keragaman juga terlihat dari pilihan segmentasi pendengar dari sisi usia. Dalam kurun waktu empat tahun terkahir, hadir beberapa radio baru yang kebanyakan berasal dari kelompok-kepemilikan tertentu, salah satunya adalah Gen FM. Manajemen radio Gen FM mengatakan menyadari bahwa permasalahan yang ada di setiap kota berbeda, begitu pula tentunya selera, budaya dan lainnya. Keadaan di atas memperlihatkan bahwa untuk media radio yang bersifat personal dan lokal, memang diperlukan pendekatan khusus untuk memenangkan persaingan yang ada. Materi yang dibawa dari stasiun induk yang kebanyakan bergaya “Jakarta” belum tentu disenangi oleh pendengar di Surabaya. Beberapa radio baru di Surabaya yang memiliki stasiun pusat di Jakarta pada akhirnya harus menyesuaikan diri dengan keadaan dan keinginan pendengarnya. Di sisi lain, potensi Surabaya masih menarik perhatian para pelaku industri media khususnya radio. Beberapa kelompok
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
85
radio besar hadir di Surabaya seperti Masima, Mahaka, MNC dan lainnya. Walaupun jika dibandingkan dengan Jakarta, perolehan iklan di Surabaya masih jauh berbeda. Saat ini terdapat kurang lebih 45 stasiun radio yang tercatat mengudara di Surabaya (belum termasuk stasiun radio tanpa izin) yang harus harus bersaing memperebutkan porsi “kue iklan” yang semakin menurun. Karenanya dapat dipahami jika radio-radio dalam jaringanlah (baik jaringan lokal maupun nasional) yang memiliki kesempatan meraih iklan lebih banyak, karena adanya daya tarik bagi pengiklan yaitu dapat memasang di banyak stasiun sekaligus. Di sisi lain, untuk radio jaringan dengan induk di Jakarta, tentu memiliki kelebihan lagi dalam pengelolaan iklan, karena sebagian besar iklan masih bermuara dari Jakarta. Pengiklan akan lebih tertarik untuk memasang iklan pada suatu radio yang memiliki banyak jaringan terutama untuk produk-produk yang dipasarkan secara nasional. Dari sisi pengelola, memiliki banyak radio berjaringan memberikan kemudahan dalam pengelolaan iklan yang disiarkan secara nasional dibanding mereka harus bekerjasama dengan radio lain di daerah. Tetapi bukan berarti iklan di radio daerah hanya berasal dari Jakarta, karena berbagai pihak di daerah itu juga memiliki kepentingan untuk memasang iklan di radio setempat walaupun dalam jumlah yang relatif lebih kecil dibanding iklan nasional. Secara keseluruhan, iklan yang ditayangkan oleh radio yang berasal dari kelompok-kepemilikan nasional juga masih didominasi oleh iklan yang datang dari Jakarta. Tetapi iklan produk lokal juga memperlihatkan peningkatan. Untuk kota besar seperti Surabaya, hal ini merupakan lahan yang patut diperhatikan dengan baik mengingat dari sisi ekonomi Surabaya memiliki potensi yang menjanjikan. Dalam perkembangan selanjutnya, kegiatan sebuah jaringan untuk menambah deretan radio yang dimiliki nampaknya akan terus berlangsung dengan alasan yang sangat berorientasi pada keuntungan. Keadaan ini bisa juga dipicu dengan adanya radio-radio lokal yang dimiliki oleh perorangan dan sedang dalam kesulitan biaya dan sumber daya lain untuk operasional. Jika sang pemilik tidak mampu lagi melanjutkan kegiatan radionya maka jalan yang banyak dipilih adalah “menjual” radio tersebut kepada pihak lain. Dari beberapa contoh yang ada, biasanya radio yang dikelola oleh
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
86
keluarga dan hanya mengandalkan modal dari pemilik saja sulit berkembang seiring dengan tingginya persaingan saat ini. Walaupun ada beberapa yang masih bertahan tetapi mereka menghadapi kondisi yang tidak mudah demi mempertahankan kelangsungan hidup radionya.
4.4.1. Radio Prambors FM dan Jaringannya Dalam keterangan pada website radio Prambors disebutkan, bahwa radio ini awalnya merupakan radio buatan sekelompok anak muda yang cuma bisa didengarkan di sebuah daerah di Jakarta, yaitu jalan Prambanan, Mendut, Borobudur, dan sekitarnya (disingkat Prambors). Beberapa anggota pendirinya Prambors, Imran Amir, Mursid Rustam, Malik Sjafei dan Bambang Wahyudi, serta Tri Tunggal, merasa perlu memiliki sebuah pemancar radio. Karena dulu belum ada kaset ataupun tape player portable, maka dipakailah turn table untuk memutar lagu dari piringan hitam. Pada tahun 1970, pemerintah mengeluarkan aturan baru, bahwa setiap radio harus berbadan dan berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau Perkumpulan. Prambors pun mematuhi aturan tersebut, sehingga namanya menjadi PT Radio Prambors Broadcasting Service. Akte tersebut kemudian diubah menjadi PT Radio Prambors pada era 80-an (http://pramborsfm.com/about-us-2/). “Ya, awalnya dari hobby, ownernya masih ada sampai sekarang Malik Sjafei sama Imran Amir. Ya hobby aja, anak muda ngelakuin sesuatu, mereka bikin yang beda, mereka bikin radio. Orang-orangnya suka musik, jadi mereka suka dengerin musik, kemudian jadilah itu radio komunitas, namanya Prambors yang dari singkatan Prambanan, Borobudur dan sekitarnya. Jadi coverage hanya sekitar situ aja. Kemudian tahun 71, harus dilegalkan kemudian sudah berpikir bisnis juga, ada potensi bisnisnya. Jadi secara akte Prambors berdiri tahun 71 tepatnya 18 Maret 1971, kemudian berkembang dan berkembang sampai sekarang” (JN) Radio Prambors merupakan salah satu radio yang didirikan dengan semangat kecintaan pada dunia radio dan masih mengudara sampai saat ini. Tidak banyak radio yang didirikan atas dasar hobby seperti ini mampu bertahan sampai saat ini. Radio Prambors walaupun berangkat dari hobby tetapi sejak awal sudah dikelola secara
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
87
professional, terlebih ketika menjadi perseroan terbatas. Radio yang sejak berdirinya membidik segmen anak muda ini, dalam pengelolaannya juga banyak melibatkan anak-anak muda yang memiliki semangat untuk maju. Dalam perkembangannya, media radio saat ini banyak yang dimiliki oleh kelompok media yang berlatar bisnis murni sehingga kepentingan untuk meraih keuntungan sangat dominan. Sejak berdirinya radio Prambors sudah merada di pasar anak muda, hal ini memang sudah ditetapkan oleh para pendiri radio Prambors. Di era 80-an, Prambors mulai berbenah karena saat itu mulai terasa adanya persaingan dengan stasiun radio lain. Salah satu usaha keras mereka untuk tetap menjaga komunitas pendengarnya adalah melalui games yang dikembangkan dan bervariasi, dengan hadiah yang kala itu cukup sensasional, misalnya mobil. Selain itu, di era 90-an mulai muncul pula acara-acara baru, seperti Catatan si Boy, Diary, juga acara off air seperti Tenda Mangkal dan Prambors Nite. Di tahun 2004, karena adanya penataan ulang seluruh frekuensi yang dikeluarkan oleh Departemen Perhubungan, per 1 Agustus 2004, Prambors berubah frekuensi yang tadinya FM 102,3 menjadi FM 102,2. Sampai sekarang, Prambors sudah hadir di 8 kota di Indonesia, yaitu di Prambors Jakarta 102.2 FM, Prambors Bandung 98.4 FM, Prambors Semarang 102 FM, Prambors Solo 99.2 FM, Prambors Yogyakarta 95.8 FM, Prambors Surabaya 89.3 FM, Prambors Medan 97.5 FM, dan Prambors Makassar 105.1 FM (http://pramborsfm.com/about-us2/). Khusus untuk radio Prambors Makassar, pola berjaringannya tidak penuh seperti radio Prambors di kota lain. Radio Prambors Makassar dijalankan dengan sistem franchise dan tidak dikelola langsung di bawah kelompok Masima. Unit pertama dalam langkah ekspansi radio Prambors keluar Jakarta adalah radio Prambors Semarang dan yang terbaru adalah radio Prambors Bandung. Selain mengelola jaringan radio Prambors, Masima Corporation (PT. Radionet Cipta Karya) yang juga menangani jaringan Radio Delta, jaringan Radio Female dan perusahaan lainnya yang masih berhubungan dengan industri media yaitu media buying, rumah produksi dan bidang pemasaran.
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
88
Tahun 80-90an adalah masa kejayaan radio di Jakarta termasuk radio Prambors yang sangat dikenal di kalangan anak muda. Berbagai acara yang disuguhkan menjadi tren pada saat itu. Dalam perkembangannya, para pengelola radio siaran saat ini menyadari bahwa persaingan yang mereka hadapi bukan hanya kompetisi dengan media sesama radio tetapi juga dengan media lainnya terutama media berbasis internet. Karenanya sangat diperlukan kemampuan sebuah stasiun radio untuk beradaptasi dengan berbagai bentuk kemajuan teknologi agar dapat terus bertahan dan berkembang. Saat ini banyak ditemukan radio online yang juga mendapat perhatian dari khalayak terutama radio yang menggarap pasar komunitas. Oleh karena itu, bagi manajemen radio Prambors, inovasi dan kreatifitas menjadi penting dalam menjawab tantangan yang ada. Saat ini mereka memiliki berbagai fasilitas yang ditawarkan oleh pengelola untuk memudahkan pendengarnya untuk terus mengakses siaran mereka. Misalnya melalui siaran online (streaming) dan pemanfaatan media sosial (facebook, twitter, youtube dan lainnya) untuk menjalin hubungan yang lebih baik dengan para pendengar. Dari sisi bisnis, sinergi dengan kelompok Mahaka Media adalah salah satu langkah pengembangan usaha yang dilakukan Prambors Grup selain membuka jaringan di berbagai kota lain di Indonesia. Radio Prambors Surabaya adalah pelebaran bisnis yang dilakukan oleh Prambors Jakarta di tahun 2006 dengan mengambil alih kepemilikan salah satu radio yang ada di Surabaya. Sama hal nya dengan Jakarta, frekuensi untuk radio di Surabaya sudah penuh sehingga radio baru yang muncul kebanyakan adalah radio lama yang berpindah kepemilikan. Saat pertama mereka memasuki pasar Surabaya, mereka sudah berhadapan dengan pesaing yang kuat di Surabaya seperti radio Istara, radio EBS, radio Hardrock dan beberapa radio anak muda lainnya yang sudah memiliki banyak pendengar di Surabaya. Saat ini persaingan bertambah ramai dengan hadirnya radio Gen FM yang juga menyasar segmen anak muda.
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
89
Radio Prambors Jakarta langsung dipimpin oleh Program Director (PD) yang sebelumnya dipegang oleh seorang Station Manager. Jabatan Station Manager dihilangkan karena di Jakarta, fungsi pemasaran, sales dan lainnya sudah ditangani langsung oleh induk jaringan sehingga tidak memerlukan Station Manager khusus. Program Director (PD) berkonsentrasi untuk urusan program, siaran, penyiar dan hal terkait lainnya. PD akan mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada terutama yang berhubungan dengan program siaran dan secara rutin melakukan pertemuan dengan berbagai pihak terkait terutama dengan produser dan penyiar. “….dulu kita punya Station Manager, sekarang sudah gak ada, dirangkap oleh Program Director, kan marketingnya sudah ada di sini, salesnya sudah ada di sini. Mereka hanya ngurus program aja, peraturan sudah ada di sini, jadi mereka tinggal siarannya….banyak juga kerjaan Program Directornya….dia ngurus penyair, ngurus program, dia ngurusin musik” (JN) Secara rutin, setiap minggu diadakan rapat mingguan yang mempertemukan PD, produser dan penyiar. Mereka membicarkan apa saja materi siaran yang akan dihadirkan selama seminggu. Materi tersebut juga dapat dihubungkan dengan acaraacara atau peringatan tertentu. Dalam hal ini seluruh program yang disiarkan sudah dibicarakan terlebih dahulu sehingga tidak ada program yang berjalan begitu saja tanpa didahului dengan pertemuan antar bagian yang terlibat dalam produksi siaran. Untuk Prambors Surabaya, pada awal berdirinya ada beberapa jabatan yang dipegang oleh orang-orang yang ditempatkan dari induk jaringan, tetapi sudah beberapa tahun terakhir rekrutmen karyawan semuanya berasal dari Surabaya dan sekitarnya. Karyawan radio Prambors di berbagai kota didominasi oleh anak muda, bahkan untuk bagian produksi siaran banyak diisi oleh mahasiswa. Fungsi pemasaran dan sales untuk radio Prambors Surabaya ditangani oleh induk jaringan, tetapi jika ada pengiklan yang ingin beriklan secara lokal maka langsung berhubungan dengan radio setempat, tetapi sampai saat ini iklan lokal hanya sekitar 20% sehingga konsentrasi pengelolaan masih oleh induk jaringan. Jika pengiklan lokal ingin beriklan di seluruh jaringan maka akan ditangani langsung oleh induk jaringan. Terlihat adanya perampingan organisasi pada manajemen radio Prambors khususnya
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
90
untuk radio jaringan seperti misalnya beberapa divisi seperti pemasaran langsung ditangani oleh induk jaringan. Jika hal ini dapat dikategorikan sebagai efisiensi dalam pengelolaan media radio, maka benar adanya bahwa sistem berjaringan itu mengakibatkan efisiensi berbagai sumber daya organisasi. Dengan adanya efisiensi tersebut tentu dana operasional yang dikeluarkan oleh pihak manajemen radio menjadi berkurang tetapi pemasukan iklan lebih besar sehingga keuntungan semakin meningkat. TEMUAN : Sejarah berdirinya radio Berangkat dari hobby para pemiliknya dan akhirnya dikelola secara profesional sejak 1971. Prambors 1 Agustus 2004 berubah dari 102.3 FM ke 102.2 FM Memiliki 8 jaringan radio Prambors. Khusus untuk Jaringan Prambors Makassar tidak berjaringan penuh. Masima Corporation (PT. Radionet Cipta Karya) yang Perusahaan juga menaungi radio Delta – Female dan jaringannya serta bisnis lainnya yaitu rumah produksi, media buying dan jasa pemasaran. Perjalanan radio Prambors Tahun 1980-1990an adalah masa kejayaan radio Prambors. Banyak program on air dan off air yang sangat disukai dan dikenal masyarakat. Radio Prambors saat ini dipimpin oleh seorang Program Director (sebelumnya Station Manager) dan beberapa fungsi seperti pemasaran, sales dan lainnya langsung ditangani oleh perusahaan induk. Tahun 2006 membuka jaringan radio Prambors Surabaya. Beberapa orang dari induk jaringan pada awalnya ditempatnya di Surabaya tetapi saat ini seluruh karyawan sudah berasal dari masyarakat setempat. Pemusatan bagian pemasaran dan lainnya di Jakarta memperlihatkan adanya langkah efisiensi yang ditempuh oleh manajemen jaringan Prambors.
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
91
4.4.2. Format dan Program Acara Radio Prambors FM Radio Prambors adalah radio yang konsisten menyasar segmen anak muda dan selalu mengikuti perkembangan terkini di berbagai bidang, khususnya yang menyangkut anak muda. Format yang ditetapkan oleh radio Prambors Jakarta merupakan format baku yang harus diikuti oleh seluruh radio-radio dalam jaringannya yaitu sebagai radio anak muda usia 15-29 tahun, SES ABC+, yang selalu menyajikan musik hits (contemporary hits), info terkini dan program terbaik serta kreatif. Lagu menjadi sajian utama sekitar 70%, sisanya untuk hiburan berupa informasi dan iklan. Pilihan lagu yang ditayangkan adalah hasil dari riset pendengar yang secara rutin mereka lakukan. Mereka memiliki riset rutin yang dilakukan dalam kurun waktu mingguan, bulanan dan per semester. Saat ini mereka memang mendasari semua programnya dengan sudut pandang marketing thinking, artinya bahwa mereka akan selalu berusaha memberikan apa yang disukai oleh pendengarnya. Berdasarkan pengamatan, memang terjadi perubahan dalam pilihan lagu di radio Prambors saat ini. Lagu-lagu yang dihadirkan nampak lebih mengikuti selera pendengar, karenanya gaya trend setter berubah menjadi trend player. Dahulu, radio Prambors sering menjadi pihak pertama yang memberikan pilihan lagu-lagu terbaik versi mereka sampai akhirnya menjadi hits (trend setter) atau pencipta tren. Tetapi saat ini, radio Prambors lebih pada memutarkan lagu-lagu yang sudah menjadi hits dan mengikuti tren atau selera pasar yang ada. Perubahan yang ditetapkan oleh radio Prambors tentu tidak begitu saja dapat diterima terutama bagi pendengar lama yang sangat loyal. Tetapi perubahan lingkungan dan tuntutan dari sisi bisnis menuntut radio Prambors untuk berubah dan lebih berorientasi pada pasar. Segmen yang dibidik Radio Prambors dan jaringannya saat ini (usia 15-29 tahun dengan SES ABC+) tampak lebih lebar dibanding segmen awal yaitu usia 14-25 tahun dengan SES AB. Sebelumnya banyak yang tidak menyangka langkah berani dari manajemen radio Prambors untuk melebarkan segmennya pada kelas C+ karena radio Prambors selama ini dikenal sebagai simbol anak muda kelas atas. Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa pelebaran segmen dan perluasan jangkauan
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
92
dengan siaran berjaringan merupakan cara yang ditempuh beberapa radio dalam menghadapi persaingan yang semakin tajam. Perubahan target usia dan sosial ekonomi pendengar ini juga turut mempengaruhi pilihan lagu dan hal-hal lainnya. Untuk pendengar baru perubahan ini tidak terlalu dirasakan, tetapi beberapa pendengar lama tidak sepenuhnya setuju dengan perubahan ini terlebih untuk pilihan-pilihan lagu dan jenis musik yang diudarakan. Prambors saat ini dirasakan terlalu mengikuti selera pasar, padahal selama ini Prambors dikenal sebagai pelopor atau hits maker. Tetapi dari pihak manajemen, perubahan ini dirasakan memberikan perbaikan pada kenaikan jumlah pendengar.
Salah seorang pimpinan radio Prambors mengatakan bahwa
revitalisasi yang dilakukan memberikan dampak yang positif dalam arti bahwa dengan keputusan untuk mengikuti pasar dan memperluas segmentasi maka mereka bisa menggarap pasar yang lebih lebar dan meraih pendengar lebih banyak tanpa menghilangkan ciri yang dimiliki selama ini. Format yang diusung oleh Prambors Jakarta juga diterapkan pada seluruh jaringan radio Prambors. Manajemen jaringan radio Prambors nampaknya memberlakukan sama dalam penentuan format siaran dan progam, termasuk dalam hal ini radio Prambors Surabaya. Induk jaringan menetapkan standar tertentu dalam pengelolaan radio Prambors di semua kota. Manajemen menetapkan bahwa semua radio dalam jaringan Prambors harus memiliki taste yang sama. Semua memakai format yang sama dan beberapa acara pada radio jaringan adalah acara relay dari radio Prambors Jakarta. Di luar acara relay, walaupun hadir dengan penyiar yang berbeda tetapi pilihan lagu yang disajikan tetap sama. Gaya siaran juga dijaga untuk tetap mengacu pada ketentuan yang sudah ada walaupun beberapa materi siaran kata (informasi)
untuk radio jaringan adalah konten lokal. Proses kreatif diserahkan
kepada manajemen masing-masing jaringan tetapi mereka telah memiliki panduan yang harus diikuti sehingga radio Prambors di manapun tetap mengusung gaya yang sama. Pengelolaan dan operasional radio juga distandarisasi oleh induk jaringan dengan memakai sistem operasi yang sama.
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
93
Semua produksi yang dilakukan oleh radio induk dan radio jaringan dalam kelompok Prambors adalah hasil dari penyatuan berbagai ide yang datang dari banyak pihak yang terlibat. Semua bagian yang ada dapat memberikan usulan yang kemudian akan dibicarakan lebih lanjut. Artinya proses kerja yang ada merupakan proses kerja dari sebuah tim dan bukan berdasarkan keinginan salah satu pihak saja. Walaupun demikian, mereka tetap merujuk pada format dan aturan yang ada. Dari hasil diskusi awal sampai pada tahap eksekusi, banyak pihak yang terlibat dan nantinya program tersebut akan diukur keberhasilannya. Menurut manajemen radio Prambors, setelah suatu program disiarkan maka dalam jangka waktu tertentu program tersebut akan dievaluasi. Jika ditemukan kekurangan maka akan dilakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan. Di Surabaya, radio Prambors sejak awal sudah menggunakan penyiar lokal untuk program yang diproduksi oleh radio Prambors Surabaya. Tetapi penyiar yang ada juga dituntut untuk mematuhi aturan yang sudah ditetapkan sehingga mereka muncul dengan gaya seragam. Pilihan lagu melalui playlist yang diterima oleh radio jaringan juga mengikuti jadwal yang ada di radio induk. Siaran yang diproduksi oleh jaringan adalah siaran di luar waktu prime time (waktu untuk program unggulan yang banyak pendengarnya) karena pada waktu prime time semua program di relay langsung dari Jakarta. Program prime time meliputi program pagi pukul 06.00-10.00 (Desta & Gina in the Morning) dan sore pukul 16.00-20.00 (The Dandees) serta beberapa program lain baik siaran langsung (relay) ataupun siaran rekaman. Kewajiban relay ini berlaku untuk seluruh jaringan radio Prambors di Indonesia. Jaringan radio Prambors nampaknya memang ingin menampilkan program dengan gaya yang seragam. Acara yang murni dihadirkan oleh Prambors Surabaya adalah acara berupa pemutaran musik hits dan info-info ringan dengan format single DJ (pukul 10.00-14.00) sehingga penyiar di radio jaringan tidak banyak jumlahnya Dari sisi manajemen operasional, tentu hal ini bisa dapat dikategorikan sebagai langkah efisiensi organisasi. Acara lain yang juga disiarkan ke seluruh jaringan selain acara prime time adalah “Asia Pop 40”, “Jeli”, “Late Night Hot 20”, “Top 40 Show”
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
94
dan “TW!XM!X”, bahkan tampilan dalam website yang tadinya mewakili setiap kota, saat ini hanya satu tampilan saja. Jika kita klik stasiun di beberapa kota selain Jakarta maka website yang kita temui adalah website yang sama. Dalam website tersebut acara yang ditampilkan adalah acara-acara yang disiarkan ke seluruh jaringan Prambors sehingga jika mendengarkan radio Prambors secara streaming dari berbagai kota maka kita akan mendengarkan acara yang sama. Jadi ketika seseorang memindahkan channel dari radio Prambors Jakarta ke radio Prambors Surabaya maka dia akan mendengarkan program yang sama, terutama pada waktu prime time dan pada waktu program relay lainnya disiarkan. Di luar waktu tersebut, maka lagu yang didengarkan juga lagu yang sama hanya saja dengan penyiar dan informasi yang berbeda. Berikut adalah acara relay yang disiarkan di seluruh jaringan radio Prambors di berbagai kota di Indonesia :
Tabel 4.11. Daftar Program Acara yang Disiarkan di Seluruh Jaringan Radio Prambors FM Desta & Gina in the Morning Penyiar : Desta dan Gina The Dandees Penyiar : Danang dan Darto Jeli Penyiar : Jeje dan Julio Late Night Hot 20 Penyiar : Jeje dan Julio Asia Pop 40 Penyiar : Dom Lau (Channel V’s VJ) Top 40 Show Penyiar : Okki TW!XM!X Penyiar : Justin Case
Senin – Jumat
06.00 – 10.00
Senin - Jumat
16.00 – 20.00
Senin - Jumat
20.00 – 24.00
Senin - Jumat
20.00 – 22.00
Sabtu Minggu Sabtu Minggu Jumat Sabtu
06.00 – 09.00 17.00 – 20.00 16.00 – 20.00 16.00 – 20.00 20.00 – 22.00 20.00 – 22.00
Sumber : Website dan Siaran Streaming Radio Prambors Dari daftar program siaran yang wajib relay di jaringan Prambors, beberapa nama pemyiar adalah nama-nama yang sudah dikenal oleh masyarakat luas. Hal ini memang
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
95
dibenarkan oleh manajemen dan alasan pemilihan beberapa penyiar dari kalangan selebriti adalah bahwa mereka dianggap mampu meraih perhatian pendengar. Selain itu, jika acara tersebut disiarkan ke beberapa daerah lainnya maka pendengar di daerah tersebut pun sudah mengenal penyiarnya. Beberapa hal tentang radio Prambors dan jaringannya yang sudah dipaparkan di atas menunjukkan bahwa radio Prambors saat ini mengarah pada sentralisasi format dan program. Hal ini tersebut pasti memiliki tujuan tertentu yang sudah ditetapkan. Jika melihat perjalanan radio ini yang sudah mencapai usia lebih dari 40 tahun, maka keputusan penyeragaman program tentu sudah melalui berbagai pertimbangan dan dianggap lebih baik daripada radio jaringan harus menetapkan format dan menyusun programnya masing-masing. Pihak manajemen radio Prambors mengatakan bahwa alasan utama perubahan format tentu untuk kepentingan perolehan keuntungan yang lebih baik, mengingat kondisi industri dan pasar yang berubah sehingga pihak pengelola radio juga harus mengikui perubahan tersebut. Walaupun radio Prambors pernah mengalami masa jaya beberapa tahun yang lalu tetapi mereka menyadari bahwa saat ini ada tuntutan lain yang harus dipenuhi seiring dengan selera pasar yang berubah, salah satunya adalah bahwa pengdengar saat ini lebih menyukai siaran musik daripada siaran kata. Selain itu kehadiran radio Gen FM Jakarta juga dirasakan sebagai salah satu faktor yang menambah ramainya persaingan yang terjadi antar radio khususnya radio yang membidik segmen anak muda. Walaupun radio Gen FM adalah pemain yang relatif baru, tetapi format yang diusung oleh radio Gen memang terbukti mampu menarik banyak perhatian. Alasan untuk memenangkan persaingan di industri radio akhirnya membuat perubahan kebijakan pada jaringan radio Prambors menjadi hal yang wajar dilakukan sekalipun mereka harus meninggalkan keunikan yang dimiliki selama ini. Hal ini juga terjadi pada radio lainnya milik kelompok Masima yaitu radio Delta FM dan radio Female FM. Perubahan pada radio Prambors Jakarta tentu berdampak pada radio Prambors Surabaya yang sejak tahun 2011 mereka harus mengikuti aturan yang lebih tersentralisasi, padahal sebelumnya setiap radio jaringan memiliki kebebasan untuk membuat program sendiri. Hal ini tentu menarik untuk dikaji lebih lanjut mengingat
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
96
keadaan dan masyarakat lokal yang berbeda dengan Jakarta. Dengan adanya perubahan yang digariskan oleh radio induk, maka radio jaringan hanya melaksanakan saja berbagai kebijakan yang telah ditetapkan oleh radio induk. Tidak ada lagi radio Prambors yang berbeda-beda di berbagai kota, tetapi yang ada hanya satu radio Prambors dengan format, segmen, program dan gaya yang sama. Seluruh jaringan radio Prambors memiliki sasaran pendengar yang sama, karena pihak manajemen beranggapan bahwa tidak mungkin dengan brand yang sama mereka memiliki sasaran yang berbeda. Selain itu para pemasang iklan tentu juga menginginkan sasaran yang sama untuk suatu produk yang dimilikinya. Jadi radio Prambors di manapun berada dapat dilihat sebagai satu radio dengan nuansa yang sama. Keseragaman yang dilakukan oleh radio Prambors sejak 2011 dirasakan memberikan dampak yang signifikan dari sisi perolehan keuntungan yang diraih oleh radio Prambors. Selain itu dari jumlah pendengar mereka juga merasakan adanya peningkatan setelah berjalan dengan format yang baru. Selain format radio mereka juga melakukan pembenahan dari sisi manajemen dan lain-lain. Banyak pendengar baru yang mampu mereka raih walaupun di sisi lain mereka harus merelakan pendengar lama yang kurang menyukai format yang diusung radio Prambors saat ini. Dari hasil penelitian lain tentang jaringan radio Prambors oleh Bharata & Listiorini (2012), dikatakan bahwa keseragaman yang ditetapkan adalah untuk menjaga identitas lembaga. Melalui kesamaan gaya bahasa siaran misalnya, identitas lembaga yang hendak dipertahankan dapat dicapai. Penelitian tersebut memaparkan bagaimana penyiar radio Prambors di Yogyakarta dan Solo harus mengikuti aturan tertentu sehingga gaya bahasa siaran seperti radio lokal tidak menjadi dominan dan yang muncul adalah gaya siaran Prambors. Walaupun mereka tidak sepenuhnya melarang pemakaian kata-kata tertentu yang bernuansa lokal, tetapi penyiar tetap diupayakan untuk tampil seperti ketentuan yang ada. Bahkan pada awalnya, pihak manajemen merekrut penyiar dari Jakarta atau pun remaja setempat yang berasal dari Jakarta. Tetapi justru banyak penolakan dari pendengar karena nuansa Jakarta sangat terasa. Akhirnya manajemen memutuskan untuk merekrut penyiar asli setempat,
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
97
tetapi tetap menjaga gaya bahasa dan siarannya. Pihak manajemen dengan jelas mengatakan bahwa memang mereka mengutamakan keseragaman walaupun dihadirkan dengan latar belakang budaya yang berbeda oleh masing-masing jaringan. Beberapa istilah daerah masih bisa mereka gunakan asalkan tepat penggunaannya. Ketentuan tersebut juga diberlakukan oleh puhak manajemen radio Prambors Surabaya. Aturan terhadap gaya dan bahasa siaran adalah penyiar secara umum tetap menggunakan bahasa Indonesia. Bahasa lokal boleh dipergunakan hanya untuk “celetukan” atau hal-hal tertentu, artinya bahasa lokal tidak mendominasi siaran. Menurut mereka para pendengar yang mereka tuju dalam kesehariannya juga belum tentu menggunakan bahasa daerah sepenuhnya. Selanjutnya tentang pelatihan untuk penyiar, jika sebelumnya penyiar baru Prambors Surabaya dilatih terlebih dahulu di Jakarta, saat ini tidak lagi. Manajemen radio jaringan dalam hal ini Program Director yang harus membentuk penyiar tersebut agar sesuai dengan kriteria yang sudah ditetapkan. Pelatihan yang langsung dilakukan di Jakarta adalah untuk Program Director. Pelatihan yang dilakukan saat ini bukanlah berupa pelatihan di kelas khusus melainkan pelatihan dengan sistem learning by doing, di mana penyiar langsung dilibatkan dalam siaran yang sesungguhnya dengan disertai pengawasan dari produser dan PD. Hal ini dimungkinkan karena biasanya penyiar yang baru bergabung adalah penyiar yang memang sudah memiliki pengalaman siaran ataupun pernah melakukan kegiatan yang berhubungan dengan siaran. Bagi radio Prambors, pelatihan terhadap penyiar baru merupakan hal yang wajib dilakukan, agar penyiar tersebut dapat membawakan acara dengan cara dan gaya bahasa yang tepat, sesuai dengan aturan yang ada. Terlebih jika penyiar baru tersebut sebelumnya pernah menjadi penyiar di radio lain, maka gaya dan kebiasaan dari radio lama harus dihilangkan dan yang muncul pada akhirnya adalah gaya siaran radio Prambors. Selain menetapkan gaya dan bahasa siar, pihak manajemen juga melakukan pantauan terhadap isi siaran. Pada radio jaringan. pantuan terhadap isi siaran tidak hanya dilakukan oleh pimpinan radio jaringan tetapi juga dilakukan oleh induk jaringan, sehingga jika ada hal-hal yang tidak sesuai dengan aturan yang telah
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
98
ditetapkan, maka induk jaringan akan melakukan teguran dan memberikan pengarahan. Isi siaran tidak boleh menyalahi koridor yang telah ditentukan, misalnya ketika melakukan humor atau obrolan tertentu maka kata-kata yang digunakan tidak boleh menyinggung masalah-masalah yang sensitif. Pantauan terhadap isi siaran juga dilakukan oleh KPID setempat. Terlebih untuk acara prime time yang disiarkan ke seluruh jaringan, maka penyiar dituntut untuk memahami situasi berbagai daerah yang ada sehingga jangan sampai ada kata-kata yang menyinggung perasaan masyarakat tertentu. Selain pantauan terhadap isi siaran yang dilakukan setiap hari, maka radio Prambors juga mengadakan evaluasi secara rutin setiap bulannya untuk memberi masukan dan saran atas kinerja penyiar. Penyiar radio Prambors, baik yang berada di induk dan jaringan dituntut untuk dapat menyiapkan materi siaran masing-masing. Untuk penyiar baru mereka wajib memiliki naskah siaran yang akan dibacakan dan tidak boleh lepas dari panduan materi siaran yang telah disusun. Untuk siaran dalam waktu 3 jam misalnya, maka setiap jam mereka harus memiliki topik yang berbeda. Topik-topik tersebut dapat diambil dari hal-hal yang sedang terjadi atau hal-hal yang ramai dibicarakan oleh anak muda. Para penyiar mengatakan bahwa dengan memiliki panduan materi yang akan mereka bicarakan, siaran menjadi lebih terarah dan mereka menjadi lebih mudah mengembangkan materi yang ada. Hal penting yang harus diingat oleh para penyiar adalah menghindari topik-topik yang dapat menyinggung pihak lain seperti topik yang berkaitan dengan suku, agama, ras atau pembicaraan kearah pornografi. Menurut salah seorang penyiar di radio Prambors, siaran yang mereka lakukan bukan sekedar bicara saja tetapi melakukan komunikasi dengan pendengarnya. Untuk keberhasilan komunikasi tersebut maka mereka harus menaati aturan yang ada, memiliki panduan siaran dan tidak menyinggung hal-hal yang sensitif. Mereka berusaha menjadi teman bagi
pendengarnya
dan
menyampaikan
informasi
yang
dibutuhkan
oleh
pendengarnya. Selain itu mereka juga berusaha untuk menghadirkan obrolan-obrolan yang positif tetapi tetap tidak berkesan menggurui.
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
99
Berbagai informasi yang disampaikan untuk pendengar dapat bersumber dari lingkungan mereka sendiri atau berasal dari berita yang ada di berbagai media dan sumber lainnya. Mereka harus tanggap terhadap perkembangan berita dan berbagai hal yang terjadi, serta mampu mengemas berita tersebut untuk disampaikan kepada para pendengarnya. Seorang penyiar juga harus memiliki kreativitas dan berpikir “out of the box” agar dapat menghadirkan siaran yang menarik. Selain itu, hal penting yang harus dimiliki seorang penyiar adalah wawasan yang luas serta kemampuan untuk memahami dengan baik materi yang akan disampaikan. Di radio Prambors, para penyiar juga sudah disediakan panduan untuk melakukan siaran berupa format clock2 serta diberikan wawasan tentang siapa pendengarnya, segmen yang dituju dan hal-hal lain yang berhubungan dengan siaran. Penyiar selalu berkonsultasi dengan PD dan selalu diadakan rapat persiapan sebelum suatu program dijalankan. Dalam rapat tersebut dibahas dengan detail mengenai tujuan dan sasaran program. Selain itu juga dibahas mengenai pilihan lagu yang akan diputar pada program tersebut, jenis-jenis iklan serta penjelasan tentang tipe pendengarnya. Setelah program dijalankan, para penyiar juga akan dievaluasi hasil kerjanya secara berkala. Dari hasil dari evaluasi tersebut jika dilihat perlu perbaikan terhadap kinerja penyiar maka pimpinan akan memberikan arahan dan saran untuk perbaikan ke depan. Selain evaluasi terhadap penyiar maka evaluasi juga dilakukan terhadap program secara keseluruhan untuk melihat hal-hal apa saja yang harus diperbaiki serta untuk melihat besaran minat pendengar terhadap program tersebut. Saat ini melakukan evaluasi terhadap program juga dapat dilakukan melalui media sosial yang dimiliki oleh radio Prambors. Dari hasil respon pendengar melalui media sosial banyak 2
Format clock yang biasa digambarkan dengan pola melingkar seperti jam penunjuk waktu, adalah sebuah gambaran dari berbagai elemen yang ada dalam sebuah program acara atau gambaran berbagai program dalam suatu stasiun radio, dengan memperlihatkan urutan dan waktunya. Biasanya format ini digunakan untuk membuat alur dari sebuah program acara atau alur acara dari jam ke jam dari sebuh stasiun radio. Menyusun program atau menyusun format siaran dengan cara ini akan terlihat jelas dan mudah dibaca, baik dari segi durasi, part, squence maupun perbandingan prosentase siaran kata dengan siaran musik + iklan (commercial break) secara utuh. Setiap lingkaran bisa kita buat untuk durasi 30 menit atau satu sampai dengan dua jam siaran (Zarkasi et al, 2011)
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
100
informasi yang didapatkan oleh pihak radio dan dapat digunakan sebagai bahan perbaikan. Hal lain yang juga penting bagi suatu jaringan radio adalah masalah koordinasi terutama koordinasi antara radio induk dan radio jaringan. Koordinasi tersebut dilakukan secara rutin dan menggunakan berbagai cara seperti melalui rapat, kunjungan, forum by e-mail dan lainnya. Mekanisme tersebut juga dilakukan untuk laporan kegiatan yang disampaikan secara rutin dari radio jaringan kepada radio induk. Isi laporan selain mengenai program siaran juga meliputi hal lain yang dijalankan oleh radio jaringan. Untuk kunjungan, pihak manajemen dari Jakarta melakukan kunjungan rutin ke Surabaya dan bisa saja pihak manajemen Surabaya yang diundang ke Jakarta. Karena adanya aturan yang harus ditaati oleh semua radio jaringan Prambors, maka jika ada hal-hal yang terjadi diluar aturan tersebut maka pihak induk jaringan akan memberikan teguran kepada radio jaringan serta terus melakukan pengawasan terhadap radio jaringan. PD akan selalu melakukan pengawasan pada jaringannya masing-masing dan PD pada radio jaringan akan diawasi oleh PD dari induk jaringan. TEMUAN : Format
Segmen
Program
Radio hiburan (contemporary hits station). 70% siaran musik Format baku untuk pilihan musik dan program bagi seluruh jaringan Dari trend setter menjadi tren player atau dari hits maker menjadi hits player Fokus menyasar anak muda. Awalnya 14-25 tahun saat ini menjadi 15-29 tahun. Awalnya SES AB, saat ini menjadi ABC+ Menyiarkan musik hits yang disukai pendengarnya. Seluruh jaringan mengikuti aturan dan standar dari induk jaringan. Jaringan hanya diberikan sebagian program saja untuk diproduksi sendiri sehingga banyak program yang merupakan relay dari induk jaringan.
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
101
Materi lagu mengikuti playlist induk jaringan. Penyiar wajib mengikuti pelatihan tetapi pelaksanaannya langsung di lapangan (learning by doing). Awalnya penyiar harus mengikuti pelatihan di Jakarta tetapi saat ini sudah dilakukan oleh pimpinan radio jaringan dan dilakukan di tempat masingmasing.
Penyiar
Evaluasi Pengawasan Koordinasi dan Pelaporan
Penyiar radio jaringan adalah penyiar lokal tetapi tidak boleh menggunakan terlalu banyak bahasa lokal. Gaya dan bahasa siaran disamakan. Rutin dilakukan terhadap program dan penyiar Dilakukan oleh manajemen radio jaringan, induk jaringan dan KPID Dilakukan secara berkala melalui berbagai cara misalnya rapat, forum by e-mail, kunjungan dan lainnya.
4.4.3. Strategi dan Kebijakan Radio Induk Terhadap Radio Jaringan Prambors FM Pengelolaan sistem radio berjaringan oleh suatu kelompok kepemilikan pada akhirnya mengarah pada akumulasi keuntungan yang ingin diraih oleh pelaku bisnis radio. Di tengah persaingan yang tinggi, maka masing-masing kelompok melakukan berbagai strategi dan menjalankan kebijakan tertentu dalam pelaksanaannya. Pola jaringan yang dijalankan radio Prambors kebanyakan adalah melalui pembelian radio atau pun penguasaan saham mayoritas. Tetapi dalam penentuan wilayah atau radio mana saja yang akan dibeli maka perhitungan dari sisi bisnis tetap menjadi acuan. Kalimat “beli frekuensi” menjadi kalimat yang sering diucapkan oleh para pengelola dan menjadi kegiatan yang biasa terjadi dalam industri radio di Indonesia, terutama ketika ada pihak yang ingin mendirikan radio baru di suatu daerah tetapi tidak ada lagi frekuensi yang dapat dipergunakan di daerah tersebut. Dari penjelasan di atas, kalimat “beli frekuensi” menjadi hal yang perlu dicermati. Di kalangan pelaku bisnis radio, kalimat merujuk pada pembelian radio yang dijual oleh pemiliknya. Jual beli tersebut diiringi dengan “penjualan” izin dan frekuensi yang dipakai oleh radio lama. Padahal
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
102
kita tahu bahwa frekuensi adalah milik bersama. Pemakaian frekuensi harusnya benar-benar diawasi sehingga penggantian kepemilikan tidak serta merta begitu saja dapat diikuti dengan pemakaian frekuensi dan perubahan format radio. Harusnya ada mekanisme yang harus dilalui oleh pihak pembeli berkenaan dengan izin dan frekuensi siar. Dalam paparannya M. Alwi Dahlan (2012) menyebutkan bahwa spektrum frekuensi adalah sumber alam milik bersama. Di negara demokratis termasuk Amerika Serikat yang sangat kapitalis pun, frekuensi hanya dipinjamkan kepada pemakainya dengan aturan yang ketat oleh negara. Selain pembelian stasiun radio, maka cara lain untuk mengembangkan bisnis radio adalah dengan melakukan kerjasama antar radio. Di samping bentuk kerjasama yang beragam, pilihan ini menarik karena memerlukan biaya yang lebih sedikit daripada melakukan pembelian sebuah stasiun radio. Dalam jaringan radio Prambors maka radio Prambors Makassar adalah contoh dari kerjasama antar radio yang dilakukan oleh manajemen induk radio Prambors. Tidak seperti jaringan di kota lain yang dimiliki sepenuhnya oleh induk jaringan, maka radio Prambors Makassar hanya berkerjasama dalam beberapa bidang saja. Dalam pengelolaan jaringan, berbagai strategi dijalankan oleh induk jaringan untuk pengembangan jaringannya. Kreativitas menjadi hal yang sangat penting untuk menghadirkan berbagai program menarik, karena persaingan di industri radio sesungguhnya tidak hanya bersaing antar stasiun radio yang ada tetapi juga dengan jenis media lainnya. Manajemen radio Prambors menyadari bahwa pendengar radio dengan mudah dapat berganti-ganti saluran, selain itu biasanya ketika mendengarkan radio biasanya pendengar juga melakukan hal lainnya sehingga radio lebih sebagai media secondary. Karena hal tersebut maka pendengar harus selalu mendapat suguhan konten-konten menarik dan kreatif. Program siaran unggulan radio Prambors yang disiarkan ke seluruh jaringan menjadi semacam lokomotif untuk programprogram lainnya. Strategi kreatif dan sistem berjaringan menjadi andalan kelompok ini untuk memenangkan persaingan. Program unggulan di radio Prambors seringkali menggunakan penyiar yang sudah dikenal oleh khalayak. Strategi ini nampaknya
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
103
sudah lama digunakan oleh radio Prambors, misalnya kalau saat ini program unggulan pagi memasang penyiar Desta dan Nycta Gina, sebelumnya beberapa nama seperti Indra Bekti, Cici Panda dan lainnya menemani pendengar setia Prambors setiap pagi. Di luar program unggulan, beberapa program lain juga disiarkan ke seluruh jaringan radio Prambors. Radio jaringan dalam hal ini Prambors Surabaya mengisi atau memproduksi sendiri sekitar 60% program dari total waktu siaran selama 24 jam. Program yang diproduksi oleh radio jaringan tetap mendapatkan arahan dari Jakarta tetapi pelaksanaannya diserahkan sepenuhnya pada penanggungjawab siaran di jaringan. Program yang ditayangkan tetap mengacu pada format yang telah ditetapkan. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa induk jaringan telah membuat aturan, segmentasi, format, penentuan target dan lainnya untuk diikuti oleh radio jaringan. Setiap radio jaringan wajib mengikuti ketentuan tersebut tetapi mereka diharapkan dapat berkreasi untuk menghasilkan program-program yang menarik sesuai dengan keinginan pendengarnya. Berbagai aturan yang ditetapkan oleh induk jaringan memiliki kelebihan dan kekurangannya. Dari sisi pemasaran khususnya pengelolaan iklan, jelas radio jaringan mendapat keuntungan. Radio jaringan juga dapat berkonsentrasi untuk menangani program dan pelaksanaan siaran sehari-hari karena bidang lainnya telah ditangani langsung oleh induk jaringan. Efisiensi organisasi sangat dirasakan oleh manajemen radio Prambors saat ini karena pengelolaan yang terpusat beberapa bagian seperti pemasaran, penjualan, kepegawaian dan lainnya. Jadi keseragaman yang diberlakukan oleh induk jaringan diyakini memiliki kelebihan dan membawa dampak yang baik terutama dari sisi operasional dan keuntungan yang didapatkan oleh jaringan ini. Tetapi, mengingat radio adalah media yang unik karena sifatnya yang personal, maka penyeragaman siaran dirasakan kurang memberikan peluang untuk mengangkat aspek lokal dalam siaran. Mereka mengakui bahwa siaran yang mereka hadirkan di radio jaringan pada akhirnya tidak terlalu dalam untuk menggali unsur lokal. Selain itu ketentuan baku mengenai pilihan lagu juga tidak memberikan kesempatan mereka untuk menghadirkan lagu-lagu di luar playlist yang telah ditentukan oleh induk
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
104
jaringan. Pihak radio jaringan tinggal melaksanakan saja semua ketentuan yang telah ditetapkan. Bahkan untuk acara-acara yang bersifat lokal semua harus dilakukan seijin radio induk. Format clock yang ada harus ditaati oleh radio jaringan dan tidak boleh diubah. “….kita gak bisa bebas, ya itu tadi, kita gak bisa bikin program sendiri …tapi kalo semisalnya kita blocking ya, blocking itu ibaratnya gini, saya kerja sama dengan Nescafe…ada kuis misalnya…tapi gak bisa ngacauin format clock yang sudah dibikin dari Jakarta….tapi kalo untuk bikin show sendiri, misalnya talkshow film gitu kan, film ke Surabaya, langsung promo ke media-media, dulu sih sering banget….tanya-tanya, filmnya tentang apa, sekarang udah gak bisa….kecuali dia sudah janjian sama Jakarta, dia ke Surabaya” (AF) Untuk program yang diproduksi sendiri oleh radio jaringan, didominasi dengan program pemutaran lagu dan minim siaran kata, jadi penyiar tugasnya hanya mengantarkan lagu disertai dengan informasi terkini. Untuk informasi tersebut maka penyiar dituntut untuk memberikan informasi yang sesuai dengan target dan kondisi pendengarnya di Surabaya. Materinya dapat berupa hal-hal terkini yang terjadi si Surabaya, informasi lalu lintas, informasi berbagai kegiatan anak muda di Surabaya dan sebagainya. Intinya apapun yang disampaikan oleh penyiar harus memiliki nilai bagi pendengarnya, karenanya penyiar juga harus mampu melihat situasi dan kondisi saat menjalani tugas siaran. Selain itu, Radio Prambors juga mengadakan riset secara berkala untuk mengetahui bagaimana keadaan dan selera pendengarnya. Riset berkala tersebut dilakukan setiap minggu, setiap bulan dan setiap enam bulan. Dari hasi riset tersebut mereka saat ini merubah strategi dari hits maker menjadi hits player, artinya jika dulu mereka selalu lebih dulu menyajikan musik-musik yang akan menjadi hits maka saat ini mereka lebih cenderung untuk menyajikan musik yang telah menjadi hits. Dalam riset diketahui bahwa rata-rata orang mendengarkan radio karena ingin mendengarkan lagu-lagu yang sudah mereka kenal dan mereka sukai. Jadi pemilihan atas lagu yang diputarkan saat ini benar-benar harus mengikuti selera pendengar dan bukan lagi pilihan atau berdasarkan idealisme pihak radio, walaupun ciri khas mereka selama ini
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
105
sebagai hits maker harus ditinggalkan. Strategi lainnya adalah menjaga kualitas dari sisi teknis dan melakukan berbagai kegiatan off air. Untuk radio Prambors Surabaya, sejak 2006 radio tersebut juga mengalami perubahan strategi karena mengikuti kebijakan induk jaringan serta untuk menghadapi persaingan lokal. Sebelum tahun 2011, radio Prambors Surabaya diberikan kesempatan untuk porsi yang lebih besar bagi konten lokal, tetapi hasil yang didapatkan kurang memuaskan. Kemudian berdasarkan hasil riset yang mereka lakukan,
tahun 2011 dilaksanakan strategi baru yaitu dengan konten yang lebih
tersentralisasi dan dirasakan lebih berhasil daripada strategi sebelumnya. Jadi menurut pengelola radio Prambors Surabaya, apa yang dilakukan oleh Gen FM saat ini sudah pernah mereka lalukan beberapa tahun yang lalu. Tetapi dari sisi keuntungan dan keberhasilan meraih pendengar maka format saat ini dirasakan lebih baik. Revitalisasi tahun 2011 banyak menghasilkan pendengar baru dan lebih loyal. Mereka merasa lebih fokus untuk melayani segmen yang sudah ditetapkan oleh induk jaringan. Dari sisi konten radio Prambors memang dirancang untuk hiburan dan menghadirkan sesuatu yang disukai pendengarnya, dari pilihan musik, pilihan lagu, materi kata dan informasi yang disajikan. Pengelola harus mengetahui apa yang disukai pendengar sehingga bisa memenuhi keinginan pendengar. Radio dipahami hanya sebagai media pelengkap sehingga program dan informasi yang ringan akan lebih disukai khususnya bagi anak muda. Pendengar lebih mencari hiburan dan tidak ingin disuguhi topik-topik berat serta tidak terlalu ingin mendengarkan komentar panjang dari seorang penyiar. Untuk keseragaman identitas maka radio induk juga menetapkan bahwa radio Prambors di mana pun adalah radio Prambors yang sama dari tanggal berdirinya, formatnya, musik, gaya siaran dan lainnya. Misalnya walaupun radio Prambors Surabaya yang hadir sejak 2006, tetapi perayaan ulang tahun radio Prambors tetap mengikuti induk jaringan yaitu radio Prambors yang sudah hadir sejak 1971. Radio jaringan juga tidak boleh melakukan kegiatan promosi sendiri karena sudah dipusatkan dan jika ada kegiatan atau hal-hal yang ingin dilakukan oleh radio jaringan maka kegiatan tersebut harus seijin induk jaringan. Dari sisi program, walaupun radio
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
106
induk masih memberikan porsi untuk menggali konten lokal pada program-program yang diproduksi sendiri oleh radio jaringan, tetapi radio jaringan tetap mengedepankan identitas radio Prambors yang dikenal di berbagai kota sebagai radio Prambors yang bercita rasa nasional. Alasan lainnya adalah karena Prambors merupakan radio yang dijalankan di beberapa kota dengan pola berjaringan penuh maka mereka memang tidak bisa terlalu dalam menghadirkan konten lokal. Hal ini menarik jika dikaitkan dengan pemahaman berjaringan yang diamatkan oleh undangundang karena justru berjaringan itu diadakan untuk mengangkat warna lokal dari masing-masing daerah di Indonesia. Jadi jaringan yang dijalankan oleh radio Prambors murni merujuk pada pemahaman berjaringan sebagai bagian dari perluasan bisnis semata atau sebagai langkah spasialisasi. Secara umum, pengelolaan secara berjaringan jelas memberikan banyak keuntungan pagi pemilik, khususnya dengan semakin luasnya jangkauan siar dan pemasaran. Dari sisi pengiklan mereka juga lebih mudah karena melalui kerjasama dengan satu pihak saja mereka akan mendapatkan kesempatan untuk menayangkan iklan di berbagai radio dan di berbagai kota. Hal tersebut juga menjadi daya tarik bagi radio lokal untuk bergabung dengan suatu kelompok kepemilikan karena biasanya radio lokal kurang memiliki kemampuan untuk mendapatkan iklan secara luas. Dari sisi nama atau brand yang diusung, radio lokal juga hanya memiliki kekuatan di tingkat regional. Tetapi di sisi lain, radio berjaringan juga menghadapi beberapa kendala misalnya masalah koordinasi dan konsolidasi yang harus dilakukan secara terus-menerus dan menjadi tantangan tersendiri dalam pengelolaan radio berjaringan. Terkadang mereka juga mengalami kendala teknis karena adanya koordinasi yang harus dilakukan antar kota. Di sisi lain, untuk sebuah radio jaringan, kebebasan untuk menyusun program dan hal lainnya dibatasi oleh aturan yang telah ditentukan oleh induk jaringan. Tetapi masing-masing jaringan memiliki toleransi yang berbeda akan hal tersebut dan belum tentu hal tersebut menjadi kelemahan atau kekurangan bagi radio jaringan. Kreatifitas justru bisa dimunculkan dalam kondisi tertentu. Pembatasan yang diberlakukan bisa
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
107
jadi menjadi sarana untuk memunculkan kreasi-kreasi yang lebih unik dan menarik. Jadi bagi manajemen radio Prambors Surabaya, kebebasan terbatas yang mereka miliki justru dirasakan sebagai keadaan yang memang sesuai dengan kebutuhan saat ini. Di sini terlihat bahwa strategi yang dilakukan oleh radio Prambors adalah strategi yang sangat berorientasi pada pasar, dalam hal ini adalah keinginan konsumen. Dengan strategi itu diharapkan mereka mampu meraih perhatian pendengarnya. Strategi lainnya untuk memenangkan persaingan yang ada adalah keunggulan di bidang peralatan teknis yang dimiliki seperti pemancar dan peralatan siaran terkini serta keikursertaan dalam banyak kegiatan melalui penyelenggaraan acara-acara off air. Selain itu, dari sisi teknologi, kelompok Prambors juga selalu berusaha untuk mengikuti dan menggunakan aplikasi-aplikasi terkini yang ada sehingga mereka dapat dekat dengan para pendengarnya. Dari tampilan website dan instagram, saat ini radio Prambors menampilkan satu laman saja yang mewakili seluruh radio Prambors. Tetapi untuk akun facebook dan twitter masing-masing jaringan memiliki akun sendiri yang digunakan untuk berkomunikasi dengan para pendengarnya. Radio Prambors dan jaringannya merupakan salah satu jaringan radio yang aktif menggunakan berbagai fasilitas komunikasi yang tersedia melalui media sosial saat ini. Informasi dari media sosial juga digunakan untuk masukan dan evaluasi program sehingga media sosial dapat menjadi sumber lain selain riset.
TEMUAN : Strategi
Perubahan konsep “hits maker” menjadi “hits player”. Strategi berorientasi pada pasar. Satu identitas untuk seluruh jaringan Prambors. Website yang dimiliki mewakili seluruh jaringan (mengacu pada konsep satu identitas). Menambah jaringan merupakan strategi yang dipilih untuk pengembangan (membeli sepenuhnya atau memiliki saham mayoritas). Menambah siaran musik dan mengurangi siaran kata. Menggunakan penyiar yang sudah dikenal namanya. Menggunakan peralatan yang secara teknis memiliki keunggulan
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
108
Riset Media sosial Jaringan
Sering melakukan kegiatan off air. Dilakukan secara berkala sebagai dasar untuk menyusunan kebijakan. Digunakan sebagai sumber informasi tentang pendengar. Pola pengembangan radio dengan berjaringan merupakan pola yang dipilih oleh kelompok Prambors dalam mengembangkan usahanya. Keuntungan dari berjaringan adalah sudah memiliki nama yang dikenal, pemasaran dan jangkauan siar yang lebih luas serta adanya efisiensi. Hanya memberikan sebagian waktu siar kepada jaringan untuk membuat program sendiri dan kebanyakan hanya program pemutaran lagu. Untuk waktu prime time harus melakukan siaran relay dari induk jaringan. Siaran lokal tidak terlalu terlihat kelokalannya.
4.4.4. Radio Gen FM dan Jaringannya Radio Gen adalah radio yang berada dalam unit bisnis bidang broadcasting dalam kelompok usaha Mahaka Media, yang merupakan brand dari PT. Mahaka Media Tbk., yang semula bernama PT. Abdi Bangsa Tbk. Dalam laporan keuangan PT. Mahaka Media tahun 2010, selain radio Gen FM (akuisisi PT. Radio Attahiriyah sebesar Rp.19.000.000.000), Mahaka Media unit broadcasting juga memiliki radio Jak FM (dulu Radio One) yang berasal dari akuisisi PT. Suara Irama Indah sebesar Rp.11.278.125.000, Jak TV (akuisisi PT. Danapati Abinaya Investama) serta Alif TV. Selain itu Mahaka Media juga melakukan merger dengan Masima Radionet yang menaungi Radio Prambors, Delta dan Female (penyertaan saham sebesar 20,80 %). Selain jaringan radio yang sudah ada, kelompok ini juga melakukan kerjasama dengan Radio JIZ FM Yogyakarta dan SS FM Semarang. Unit bisnis lain pada kelompok Mahaka Media seperti yang tercatat pada website Mahaka Media adalah publishing (Harian Republika, Harian Indonesia, Golf Digest Indonesia, Parents
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
109
Indonesia dan Republika Penerbit), out of home media (Mahaka Advertising), serta new media and business development (Mahaka Digital, Radio Consulting Service dan Strategi Inisiatif Media). Dari keseluruhan unit bisnis yang ada, radio Gen FM merupakan unit bisnis yang sampai saat ini memberikan kontribusi besar pada kelompok Mahaka Media. Laporan dari IDX Stock yang dilansir oleh Vibiznews menyebutkan bahwa sepanjang periode Januari-Juni 2014 (semester pertama 2014), Gen
FM
berhasil
membukukan
laba
bersih
sebesar
20%
yaitu
sekitar
Rp.13.131.000.000 dan melebihi target yang ditetapkan. Pendapatan ini masih didominasi oleh iklan konvensional yaitu iklan spot, adlips dan insert. Selanjutnya Gen FM akan memperkuat kanal digital yang akan diluncurkan akhir 2014. Kehadiran radio Gen FM memang fenomenal karena beberapa radio besar yang sudah eksis bertahun-tahun dan sangat nyaman dengan posisinya serta memimpin perolehan iklan serta pendengar harus mengalah dengan kehadiran radio baru ini. Nama Gen sendiri berarti “Generasi” yang dipilih dari beberapa usulan nama seperti “Era” dan lainnya. Untuk pemilihan nama tersebut, pihak manajemen melakukan riset sampai akhirnya dipilih nama Gen FM. Hasil riset juga digunakan untuk penentuan format, pemilihan lagu dan lainnya. Sejak awal berdirinya, radio Gen merupakan radio yang sangat memperhitungkan hasil riset untuk berbagai kebijakan yang diambil. Beberapa tulisan di media mengatakan bahwa kehadiran radio Gen FM yang sukses meraih jumlah pendengar tertinggi di Jakarta menyadarkan para pengelola radio bahwa riset menjadi sesuatu yang harus dilakukan sebelum menentukan berbagai kebijakan di radio. Kegiatan riset selama ini hanya dipandang sebagai kegiatan yang menghabiskan biaya dan tidak penting karena pengelola memiliki pengalaman bertahun-tahun menangani radio siaran. “…Gen ini format driven gitu loh, formatnya ada musik, ada funnya juga, kemudian ada nilai entertainnya…dan semuanya itu by survei…lagunya pun di survei, musiknya pun di survei. Jadi kadang kita masih berpikir lagu itu berdasarkan maunya si Music Director, kalau enggak maunya Program Manager, pokoknya kayak gini harus diputer…saya selama di radio hampir dua belas tahun, baru pertama kali ini ada radio pakai survei dan punya data…jadi kita survei internal dulu, mbak…udah dapat nama segala macem
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
110
baru kita on air, sebelumnya hanya promo....baru kita masuk ID Gen FM. Nah di situlah ternyata Gen FM pertama belum ada macem-macem udah jadi omongan orang” (IT) Radio Gen FM Jakarta (89,7 FM) yang hadir sejak 9 Agustus 2007, saat ini telah memiliki jaringan di Surabaya yaitu radio Gen 103,1 FM Surabaya. Seperti diketahui bahwa untuk beberapa kota besar, ketersediaan frekuensi yang dapat digunakan untuk siaran radio sangat terbatas. Untuk kota Jakarta dan Surabaya sudah penuh, sehingga lahirnya Gen FM di Jakarta dan Surabaya adalah melalui pembelian radio. Untuk radio Gen FM Jakarta adalah hasil pembelian radio yang telah ada sebelumnya yaitu radio Attahiriyah (PT. Radio Attahiriyah). Proses jual-beli yang terjadi juga tidak berbeda dengan proses jual-beli yang dilakukan oleh radio Prambors. Seperti pembahasan jaringan sebelumnya bahwa jual beli perusahaan yang menaungi sebuah lembaga siaran radio tidak hanya terbatas pada terjadinya perubahan kepemilikan perusahaan tetapi juga diikuti dengan pemakaian frekuensi radio sebelumnya. Pemakaian kata “beli frekuensi” juga terjadi di kalangan pengelola jaringan Gen FM. Sadar akan sengitnya persaingan yang ada di Jakarta, pihak manajemen Gen FM melakukan berbagai upaya untuk menarik perhatian pendengar karena format baru yang diusung oleh Gen FM berbeda dengan radio kebanyakan saat itu. Kebanyakan radio saat itu masih dengan format yang dominan siaran kata, sekalipun radio anak muda. Kemudian Gen FM hadir dengan format yang berbeda dan tidak mengikuti format radio-radio yang sudah eksis, tetapi justru karena konsep yang berbeda itulah Gen FM berhasil dengan cepat menarik perhatian pendengar radio. Mereka mengusung format musik yang lebih dominan daripada siaran kata. Bahkan di awal berdirinya, radio ini hanya memutarkan lagu saja sepanjang hari. Lagu yang dipilih memang lagu-lagu yang sedang hits sehingga cara promosi awal tersebut sudah berhasil menarik perhatian pendengar. Semua informasi yang harus disampaikan melalui siaran kata dibuat singkat dan padat sehingga seorang penyiar tidak harus berlarut-larut menjelaskan informasi tersebut.
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
111
Konsep yang diambil dari hasil riset tersebut berhasil menjadikan Gen FM Jakarta sebagai radio dengan pendengar terbanyak mulai tahun 2011 (lihat tabel 4.8), satu prestasi yang sebelumnya tidak pernah diraih oleh radio berformat non dangdut/etnis di Jakarta. Keunggulan program melalui format yang tepat merupakan hal utama yang sejak awal sudah menjadi tujuan dari radio ini, karena mereka melihat bahwa pola konsumsi khalayak pada radio masih berdasarkan pemilihan atas program dan bukan pilihan berdasarkan stasiunnya. Jadi pendengar radio memiliki kebiasaan untuk beralih-alih saluran mencari program sesuai (tidak melihat stasiun radionya) dengan keinginan mereka. Karena itulah radio Gen FM berusaha untuk menghadirkan program-program yang menarik. Sejak awal sudah jelas radio Gen FM ingin menjadi radio yang menyasar golongan muda tetapi dengan menghadirkan musik yang dominan musik Indonesia. Program yang dihadirkan juga harus memiliki nilai tersendiri untuk pendengarnya. Program unggulan di radio Gen adalah program unggulan “Semangat Pagi” sebagai program unggulan pagi yang dalam program tersebut terdapat segmen “Salah Sambung”. Walaupun hanya ditayangkan beberapa menit saja, program ini menjadi salah satu segmen yang ditunggu-tunggu oleh pendengar setia radio Gen FM. Program “Salah Sambung” menjadi segmen unggulan sampai akhirnya menjadi inspirasi sebuah program televisi. Bahkan salah seorang menteri di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika pertama kali dihubungi dan diminta kesediannya menjadi manteri mengira telepon tersebut adalah program “Salah Sambung” Gen FM. Program tersebut sampai saat ini memang menjadi ciri khas dan identik dengan nama Gen FM. Selain itu, program lainnya yang juga mendapat banyak perhatian adalah “Ganas”, “Gen 48” dan “Tulalit”. Dalam perkembangan selanjutnya, pihak manajemen induk melakukan perluasan usaha dengan membuka radio jaringan melalui pembelian salah satu radio yang ada di Surabaya yaitu radio Camar, yang saat itu tidak aktif lagi dan menguasai penuh kepemilikannya. Jadi mereka melakukan akuisisi terhadap radio Camar dan menggunakan izin serta frekuensi yang sudah ada untuk mendirikan radio Gen FM
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
112
Surabaya. Radio Gen FM Surabaya yang mulai mengudara di tahun 2010 juga mendapat perhatian yang baik dari para pendengarnya, terbukti pada survei di tahun 2011 radio ini sudah menduduki peringkat 14 dari sekitar 48 radio swasta yang ada di Surabaya. Di tahun 2012 naik ke peringkat 11 dan akhirnya masuk dalam jajaran 10 besar di tahun ketiga. Capaian tersebut merupakan prestasi tersendiri untuk sebuah radio baru yang harus bersaing dengan puluhan radio lainnya yang sudah lama eksis di Surabaya. Persaingan antar radio di Surabaya tidak hanya terjadi antar radio swasta yang resmi terdaftar tetapi juga dengan radio yang tidak terdaftar dan radio komunitas yang makin berkembang. Menurut manajemen radio Gen FM Surabaya, persaingan antar radio di kota tersebut sangat dinamis. Mereka menghadapi radio-radio yang sudah memiliki penggemar loyal selama puluhan tahun. Mereka juga menghadapi satu karakter pendengar yang berbeda dengan radio Gen FM Jakarta. Radio Gen FM Surabaya memiliki acara serupa dengan Gen Jakarta tetapi dengan materi lokal (Salah Sambung) dan memiliki acara yang khas, tidak ada di Jakarta seperti “Karjo” (Karaoke Jowo). Program tersebut murni berasal dari ide salah seorang pimpinan radio Gen FM Surabaya dan akhinya menjadi program yang banyak disukai oleh pendengar di Surabaya. Dalam hal ini pihak manajemen radio Gen FM sangat memperhatikan warna lokal dalam setiap program yang dibuat oleh jaringan dan memang induk jaringan memberikan kebebasan untuk melakukan hal tersebut. Beberapa program yang memiliki judul program yang sama bisa saja tampil dengan materi dan bahasa yang berbeda dengan radio induk, tetapi tetap merujuk pada format yang telah ditentukan. Untuk radio jaringan, iklan biasanya didominasi oleh iklan yang datang dari radio induk, tetapi tidak semua iklan yang ada di Jakarta disiarkan juga di Surabaya karena bisa jadi sasaran yang dituju hanya di Jakarta. Di samping itu, tidak tertutup kemungkinan adanya iklan dari radio jaringan yang juga disiarkan oleh radio induk dan radio jaringan lainnya. Artinya, jaringan juga diberikan kesempatan untuk mencari dan menayangkan iklan sendiri terutama untuk iklan yang memang memiliki pangsa pasar lokal.
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
113
Intervensi yang dilakukan oleh pimpinan perusahaan pemilik radio Gen, dalam hal ini Mahaka Media, lebih berupa penetapan format radio dan arahan kerja seperti penjelasan tentang visi, misi, tujuan organisasi, masukan dan saran untuk perbaikan ke depan. Pelaksanaan dari arahan tersebut diserahkan sepenuhnya kepada pengelola radio. Dalam hal ini pemilik perusahaan memberikan kepercayaan kepada pengelola stasiun radio dalam kelompoknya untuk menjalankan visi dan misi yang telah ditetapkan melalui berbagai produk yang dihasilkan. Menurut salah seorang pimpinan radio Gen FM, di perusahaan induk yang menjadi terdapat pimpinan yang merupakan praktisi media yang sudah lama berkecimpung dalam industri radio. Jadi pimpinan tersebut sangat menguasai bisnis radio, memahami proses kreatif, dapat memberikan ide, saran dan memiliki andil dalam menentukan dan menjaga format radio Gen FM. Pimpinan di perusahaan induk yang menaungi Gen FM sangat terbuka untuk menerima masukan dan berkoordinasi dengan para pengelola radio. Sebagai bagian dari sebuah kelompok usaha, maka radio Gen FM terkadang juga melakukan kegiatan yang berhubungan dengan kepentingan unit bisnis lainnya dalam kelompok tersebut misalnya melakukan promosi untuk suatu kegiatan dari sebuah unit di kelompok Mahaka. Hal tersebut tidak saja menguntungkan dari sisi Mahaka sebagai perusahaan induk, tetapi juga menguntungkan bagi radio Gen FM sendiri. Misalnya ketika mereka harus melakukan promosi dan siaran tentang ajang Britama dari unit Mahaka Sport, maka bisa jadi acara tersebut menarik perhatian para pendengar baru yaitu yaitu anak muda penggemar olahraga basket. Jadi bagi radio yang berada dalam sebuah kelompok-kepemilikan besar akan banyak peluang yang dapat diraih yang akhirnya menjadi keuntungan bagi radio itu sendiri. Untuk pelaporan kerja pihak pengelola juga secara rutin melaporkan perkembangan radio dan rencana yang akan dilaksanakan kepada pimpinan perusahaan. Dari laporan tersebut maka pimpinan akan memberikan masukan serta arahannya. Jika pimpinan Gen FM Surabaya melapor kepada pimpinan Gen FM Jakarta maka selanjutnya pimpinan Gen FM Jakarta melapor kepada pimpinan perusahaan yang menaungi Gen FM. Laporan oleh jaringan kepada induk jaringan bersifat laporan mingguan dan laporan bulanan. Biasanya pihak yang menerima
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
114
laporan akan mendengarkan bagaimana perkembangan yang terjadi dan berbagai hal yang sudah dijalankan atau yang akan dijalankan, setelah itu mereka akan memberikan arahan dan saran terkait dengan laporan yang masuk. Semua yang disampaikan oleh pimpinan perusahaan akan disampaikan oleh pimpinan radio induk kepada pihak lainnya seperti kepada semua bagian di radio induk dan kepada pimpinan radio jaringan. Jadi berbagai kebijakan yang ditetapkan oleh perusahaan induk dapat diketahui oleh seluruh bagian di unit radio Jakarta dan Surabaya. Hal ini dilakukan agar semua unsur yang ada dapat saling bersinergi untuk mencapai tujuan yang sama. Dari sisi penyusunan program, semua divisi yang ada di radio Gen memiliki kesempatan untuk menyampaikan ide-ide mereka terutama yang berhubungan dengan program acara. Jika ide sebuah program biasanya digagas oleh bagian program, maka tidak tertutup kemungkinan ide itu juga datang dari penyiar atau bahkan dari bagian lainnya. Misalnya salah satu program yang diberi nama “Ngamen” adalah contoh program yang idenya berasal dari bagian penjualan. Mereka mengajukan ide tersebut kepada tim off air kemudian tim off air melaporkan kepada tim program dan akhirnya program tersebut dapat dilaksanakan. Program Director sekalipun jika memiliki ide juga akan dibicarakan terlebih dahulu dengan tim program. Setelah itu akan disampaikan kepada divisi lainnya dan jika disetujui akhirnya ide tersebut dapat dijalankan. Untuk memberikan wadah bagi pengembangan ide-ide, radio Gen FM memiliki rapat khusus yang disebut dengan rapat kreatif. Semua data dan informasi yang sedang menjadi tren di masyarakat dikumpulkan. Sebagai bisnis yang dinamis maka pihak pengelola dituntut untuk selalu berkreasi dan menampilkan sesuatu yang baru dan menarik. Perkembangan teknologi dan media baru juga digunakan oleh manajemen Gen FM untuk menunjang berbagai kegiatan dan produksi program yang ada. Penggunaan website, streaming, podcast, aplikasi pada smart phone, media sosial dan lain-lain selain digunakan untuk lebih mendekatkan diri dengan pendengar, juga digunakan sebagai sumber informasi tentang apa yang diinginkan pendengar dan untuk mengetahui berbagai peristiwa terkini. Untuk rencana program baru dan evaluasi
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
115
program juga dapat menggunakan sumber data dari media sosial. Tentu saja data yang didapat diolah kembali sebelum menjadi dasar kebijakan. Misalnya untuk program baru, pimpinan radio dapat mengawali dengan pengumpulan data dari pembicaraan di media sosial dan riset yang biasa dilakukan. Biasanya data yang diperlukan adalah apa yang disukai pendengar, apa keinginannya ketika mendengarkan radio, pada pukul berapa dia mendengarkan dan lainnya. Kemudian data itu digabungkan dengan data mengenai siapa target sasaran dari program itu, bagaimana latar belakang SESnya, bagaimana kebutuhannya dan lain-lain. Semua data akhirnya disusun kembali untuk dasar riset kedua dan akhirnya didapatkan hasil apakah program tersebut layak untuk diproduksi atau tidak. Dari paparan tersebut terlihat bahwa manajemen radio Gen FM menyusun semua programnya berdasarkan persiapan yang matang. Keputusan tidak diambil berdasarkan intuisi semata atau dari pengalaman yang dimiliki oleh pengelola tetapi berdasarkan perkembangan terkini dari lingkungannya. Selain itu, database yang dimiliki oleh radio Gen tidak hanya sebagai bahan penyusunan program baru atau evaluasi program saja tetapi dapat digunakan sekaligus sebagai bahan rujukan ketika pihak radio melakukan kerjasama dengan berbagai pihak terutama dengan pengiklan. Data tersebut dapat memberikan gambaran tentang program-program yang ada di radio Gen.
TEMUAN : Sejarah berdirinya radio Merupakan perluasan usaha dari kelompok Mahaka Media. Gen Radio Gen FM Jakarta (89,7 FM) hadir sejak 9 Agustus 2007. Radio Gen 103,1 FM Surabaya. Jaringan PT. Mahaka Media Tbk. Perusahaan Akuisisi PT. Radio Attahiriyah. Mahaka Media unit broadcasting juga memiliki radio Jak FM (dulu Radio One) yang berasal dari akuisisi PT. Suara Irama Indah dan Jak TV (akuisisi PT. Danapati Abinaya Investama) serta Alif TV. Mahaka Media juga melakukan merger dengan Masima Radionet yang menaungi Radio Prambors, Delta dan Female.
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
116
Perjalanan radio Gen
Gen FM hadir dengan format yang berbeda dan tidak mengikuti format radio-radio yang sudah eksis, tetapi justru karena konsep yang berbeda itulah Gen FM berhasil dengan cepat menarik perhatian pendengar radio. Mereka mengusung format musik yang lebih dominan daripada siaran kata. Sangat memperhatikan potensi lokal dan membebaskan radio jaringan untuk memproduksi siaran sendiri. Tidak ada program relay. Gen FM berhasil menjadi radio dengan jumlah pendengar terbanyak di Jakarta mengalahkan dominasi radio dangdut yang selama bertahun-tahun menguasai peringkat atas dalam survei jumlah pendengar.
Teknologi Pelaporan
Memiliki riset dan database yang kuat untuk landasan berbagai kebijakan yang diambil Memanfaatkan media berbasis internet untuk siaran dan hubungan dengan pendengar. Dilakukan rutin dari pihak pengelola radio jaringan kepada radio induk dan kemudian dilanjutkan ke induk perusahaan
4.4.5. Format Acara Radio Gen FM Seperti telah dipaparkan sebelumnya bahwa kehadiran Gen FM membuat persaingan bisnis radio di Jakarta semakin sengit. Beberapa radio melakukan perubahan terutama pada format dan memperlebar segmen, baik dari rentang usia ataupun sosial ekonomi. Radio Gen memang hadir dengan menyasar segmentasi yang cukup lebar yaitu dari 18-25 tahun (dari sisi program bisa dinikmati dan disukai oleh pendengar usia 30 tahun lebih/expand 18-34 tahun) dengan SES ABC (dominan BC). Pada kenyataannya memang radio ini diminati oleh berbagai kalangan sehingga penetrasi pendengar menjadi lebih besar. Kemunculan radio Gen FM memang menjadi fenomena tersendiri dalam industri radio di Indonesia, karena radio ini berhasil menarik perhatian banyak pendengar dan meraih keuntungan besar. Radio ini merupakan salah satu penyumbang terbesar laba
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
117
perusahaan pada PT. Mahaka Media. Seperti yang telah dituliskan bahwa kekuatan radio Gen FM adalah program yang dihasilkan merupakan hasil riset dan mereka memiliki data yang kuat untuk mendukung penyusunan program, sehingga program dengan format 60% pemutaran lagu dan 40 % untuk informasi/iklan (based on music and less talk) sangat sesuai dengan keinginan pendengarnya. Pihak radio Gen FM memang menghadirkan program-program yang simpel dan menghibur. Penyiar ditempatkan sebagai teman bagi pendengarnya. Karena radio ini siarannya didominasi oleh lagu maka peranan Music Director (MD) sangat penting, tetapi MD tetap merujuk pada hasil riset dan masukan yang ada sehingga lagu-lagu yang diputar adalah yang sesuai dan disukai oleh pendengarnya. Riset lagi-lagi menjadi bahan kebijakan bagi MD untuk menentukan lagu-lagu yang akan ditayangkan. Di sini terjadi perbedaan antara playlist3 Gen FM Jakarta dan Surabaya. Hal ini bisa dimengerti karena jenis musik dan pilihan lagu yang disukai di Jakara belum tentu disukai di Surabaya. Jika dibandingkan dengan radio Prambors maka terjadi perbedaan di mana radio Prambors memberlakukan playlist yang sama antara Jakarta dan seluruh radio jaringannya. Hal lain yang menarik adalah segmen-segmen dalam program dibawakan dengan gaya santai, penuh humor dan dengan bahasa sehari-hari yang cocok bagi pendengarnya. Pihak Gen FM terlihat ingin menjangkau banyak kalangan dengan jangkauan yang luas. Terlebih acara yang disajikan dengan gaya santai dan penuh humor tersebut diyakini dapat diterima oleh siapa saja. Pimpinan radio Gen FM mengatakan bahwa siapapun bisa mendengarkan Gen FM mulai dari murid SMA, mahasiswa, pekerja muda, eksekutif muda bahkan pimpinan perusahaan sekalipun. Rentang yang cukup lebar ini memang membuat radio Gen FM dapat meraih pendengar yang lebih banyak dan hal inilah yang kemudian banyak diikuti oleh radio lainnya.
3
Daftar lagu yang akan disiarkan
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
118
Radio Gen FM memang memilih gaya santai, penuh humor dengan bahasa sehari-hari yang mudah dipahami dan sesuai untuk pendengarnya. Untuk Gen FM Surabaya maka penyiar dituntut untuk menghadirkan siaran yang sesuai dengan karakter anak muda di Surabaya, tidak bergaya Jakarta tetapi tetap menarik dan informatif. Pilihan gaya santai dan penuh humor tersebut adalah hasil dari riset yang mereka lakukan bahwa pendengar radio menginginkan hiburan ditengah-tengah situasi kota besar yang melelahkan. Tren pendengar radio saat ini adalah banyaknya pendengar pasif yaitu pendengar radio yang ketika mendengarkan radio sedang mengerjakan pekerjaan lain, sehingga tidak membutuhkan siaran dengan informasi dan diskusi yang berat tetapi justru mencari hiburan ringan. Mengusung tagline “Suara Musik Terkini” radio Gen menjadi pilihan di antara radio lainnya yang dianggap terlalu banyak diisi oleh informasi dan diskusi yang serius. Bahkan untuk program talk show, radio ini hanya menyediakan slot 1 kali dalam seminggu selama 30 menit saja. Keputusan ini ternyata pada awalnya tidak mudah diterima terutama oleh pihak pengiklan. Mereka terbiasa dengan durasi program talk show yang lebih lama. Tetapi lama kelamaan hal ini dapat diterima karena menurut hasil riset diketahui bahwa pendengar hanya berkonsentrasi mendengarkan talk show di radio rata-rata selama 15 menit pertama, setelah itu jika merasa bosan maka pendengar akan mengganti saluran radio tersebut dengan program lainnya. Format yang sama juga diberlakukan di radio Gen FM Surabaya, hanya saja dalam jaringan radio Gen, penayangan program acara tidak dilakukan dengan sistem relay. Radio jaringan diberikan kebebasan untuk memproduksi seluruh acaranya sendiri. Pada awalnya, radio jaringan sudah menerima ketentuan tentang segmentasi dan format yang ditetapkan oleh induk jaringan. Kemudian pihak manajemen di Surabaya melakukan riset untuk pendengar di Surabaya dan merumuskan bersama program-program yang hendak dijalankan. Tahapan yang dilakukan kurang lebih sama dengan tahapan yang dilakukan oleh manajemen Gen FM Jakarta hanya saja data dan informasi yang dikumpulkan oleh manajemen Gen FM Surabaya tentunya yang berhubungan dengan kepentingan radio Gen FM Surabaya. Jadi hasil riset yang dimiliki oleh manajemen induk harus dilengkapi dengan hasil riset terhadap pendengar
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
119
di Surabaya. Jadi format siarannya tetap sama yaitu 60% lagu dan 40% informasi tetapi warna lokal diutamakan. Radio jaringan juga tidak melakukan siaran relay dari Jakarta karena hal tersebut dianggap tidak sesuai dengan pendengar di Surabaya. Program-program yang dibuat oleh Gen Surabaya juga tidak harus mengikuti program-program yang disiarkan di Jakarta, artinya mereka boleh merancang program baru yang tidak ada di Jakarta selama program tersebut mengikuti aturan yang telah ditetapkan dan disetujui bersama. Jika ada program yang sukses di Jakarta, maka program tersebut akan ditawarkan ke Gen Surabaya untuk dibuat versi yang sesuai dengan pendengar Surabaya, tetapi jika program tersebut dirasakan kurang pas untuk disiarkan di Surabaya maka pihak induk jaringan tidak memaksakan harus adanya program tersebut di Surabaya. Jadi pihak manajemen Jakarta hanya mereferensikan saja tetapi keputusan tetap berada di pihak manajemen Surabaya. Radio Gen menyadari adanya perbedaan karakter pendengar Jakarta dengan pendengar radio di Surabaya, karenanya induk jaringan tidak mengharuskan pihak jaringan untuk membuat acara yang sama persis dengan Jakarta, tetapi lebih pada memberikan arahan dan pedomannya saja, selanjutnya manajemen jaringan akan mengolah dan memperoduksi sendiri sesuai dengan kebutuhan dan hasil riset pendengar radio jaringan. “Seperti mungkin ada beberapa temen radio lain yang di mana program yang ada di Jakarta serta merta plek plek ditaruh di Surabaya, ya otomatis belum tentu sesuai dengan karakter orang Surabaya. Jadi untuk Gen FM sendiri sih lebih pada kami menggunakan template dan formula yang sama tapi kami punya rasa yang berbeda katakanlah kalo di Jakarta burgernya rasa kerak telor gitu ya, kalo di Surabaya burgernya rasa tempe penyet katakanlah. Jadi lebih pada taste nya yang beda tapi formulanya tetep sama” (PG) Berbagai program diproduksi sendiri oleh Gen Surabaya, walau pun pada awal berdirinya dahulu, Gen Surabaya sempat melakukan relay dan re-run program dari Jakarta. Tetapi saat ini, semua program dibawakan oleh penyiar radio jaringan, bahkan untuk program unggulan pagi sekali pun. Beberapa program dihadirkan tanpa penyiar,
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
120
jadi jika ada informasi maka dihadirkan melalui insert4 yaitu sisipan informasi pada suatu program. Seluruh program yang disusun oleh Gen Surabaya diarahkan untuk melayani segmen pendengar yang telah ditetapkan. Pihak manajemen memiliki kebebasan penuh dalam merancang program dengan mengikuti SOP yang telah ditetapkan. Aturan tersebut dirasakan bukan sebagai kekangan tetapi justru sebagai panduan agar program yang dibuat tidak melenceng dan tepat sasaran. Aturan juga tidak menyebabkan berhentinya kreatifitas tetapi justru membuat menjadi tantangan tersendiri untuk tetap berkreasi tanpa melanggar aturan yang ada. Selain itu aturan yang ditetapkan juga sudah berdasarkan hasil riset yang mendalam sehingga pihak manajemen di radio jaringan yakin bahwa aturan tersebut akan menjadi panduan yang tepat. Seperti juga yang dilakukan di Jakarta maka data tentang pendengar, kesehariannya, kesukaaannya dan lain-lain menjadi dasar untuk menyusun program. Informasi yang ditayangkan juga disesuai dengan keadaan di Surabaya seperti berbagai acara anak muda yang ada di Surabaya, informasi lalu lintas Surabaya dan berbagai info menarik lainnya. Informasi ini benar-benar harus memiliki manfaat bagi pendengar di Surabaya, karena jika banyak informasi yang tidak sesuai untuk mereka bisa jadi mereka akan meninggalkan radio tersebut. Pada awalnya, ada beberapa elemen dari radio Gen FM Jakarta yang diputar juga di Surabaya. Tetapi setelah mengamati dan melihat hasil riset yang ada maka manajemen memutuskan untuk memproduksi sendiri seluruh acara yang ada karena dinilai tidak sesuai dengan keinginan pendengar di Surabaya. Tetapi manajemen radio Gen FM Surabaya masih melihat ada beberapa radio di Surabaya yang merupakan radio jaringan dari Jakarta masih menyiarkan secara relay acara dari Jakarta. Mereka yakin bahwa radio adalah media yang bersifat lokal dan harus hadir dengan keunikannya sendiri. Karena dengan keunikan tersebut mereka dapat menjawab tantangan yang ada dan juga dapat membedakan sebuah radio dengan radio lainnya. Radio jaringan juga berusaha untuk tampil dengan cara sendiri tetapi tetap mewakili ciri khas Gen FM sehingga ketika 4 Sisipan informasi yang diletakkan di sela-sela suatu program acara di radio. Biasanya informasi tersebut telah direkam sebelumnya.
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
121
pendengar mendengarkan radio Gen FM Surabaya kemudian mendengarkan radio Gen FM Jakarta, pendengar tersebut tetap mendapat sajian yang menyenangkan, banyak humor, santai, ringan tetapi dengan “rasa” yang berbeda. Manajemen radio jaringan juga diperbolehkan untuk membuat tambahan dan kejutan-kejutan tertentu dalam setiap program asalnya semua itu sudah dibicarakan dan sudah berdasarkan proses perencanaan yang matang. Penyiar yang direkrut oleh radio Gen Surabaya rata-rata adalah penyiar baru dan asli warga Surabaya, bahkan berdasarkan pengamatan peneliti beberapa masih terdengar berbicara dengan nuansa logat lokal yang kental. Mereka dianjurkan untuk mempertahankan nuansa lokal dan tidak mengarah ke barat-baratan. Ciri khas kelokalan dipertahankan sekalipun radio ini menyasar kepada anak muda. Jadi yang yang ingin ditampilkan melalui sosok penyiarnya adalah anak muda yang selalu mengikuti tren, gaul tetapi tetap dengan warna lokalnya, menyenangkan dan menghibur. Menurut salah satu penyiarnya, sekali pun anak muda yang gaul tetapi tetap mempertahankan warna lokal dan mengedepankan unsur hiburan. Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian pendengar di Surabaya. Walaupun demikian, para penyiar di radio Gen FM tetap harus memperhatikan durasi bicara karena format radio ini yang lebih dominan pada pemutaran lagu. Penyiar yang dipilih adalah penyiar yang dapat mewakili segmen pendengar yang dituju sehingga dalam menyampaikan siaran, mereka dianggap mampu menghadirkan siaran seperti yang diinginkan oleh pendengar. Jadi rekrutmen terhadap penyiar adalah mereka yang berada pada batasan usia seperti segmentasi radio Gen FM. Penyiar yang usianya sama dengan segmentasi pendengarnya dapat lebih mudah masuk dan menyesuaikan diri dengan siarannya serta dapat menjadi diri sendiri ketika melakukan siaran. Penyiar di radio Gen FM sudah diberikan panduan bagaimana membuat naskah siaran dengan materi yang bisa didapatkan dari berbagai kejadian di sekeliling. Tentu saja dalam menyusun naskah tersebut, penyiar harus melihat kembali siapa pendengarnya, bagaimana mereka dan informasi apa saja yang mereka perlukan.
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
122
Pelatihan terhadap penyiar baru, juga dilakukan oleh manajemen secara berkala. Sedangkan pelatihan untuk divisi lainnya dilakukan sesuai kebutuhan, baik yang langsung dilakukan di Jakarta atau di Surabaya. Radio Gen juga memiliki konsultan yang sejak awal ikut membidani kelahiran Gen FM di Jakarta dan disamping pelatihan mereka juga melakukan studi banding ke luar negeri. Jadi pelatihan tidak melulu diberikan hanya kepada penyiar tetapi juga bagian lainnya yang terkait dengan produksi program seperti pelatihan untuk produser dan PD misalnya, Selain penyiar, karyawan yang ada di radio ini rata-rata adalah anak muda yang diharapkan lebih mudah memahami selera para pendengarnya. Untuk materi lagu dan informasi, radio induk memberikan kebebasan kepada radio jaringan untuk menyesuaikannya dengan kondisi setempat. Radio induk hanya memberikan template atau pola acara suatu program, di mana dalam pola tersebut tergambar jelas tentang format acara, durasi, segmen, waktu pemutaran iklan, waktu siaran kata dan sebagainya. Pengembangan dari program tersebut diserahkan sepenuhnya kepada pihak manajemen jaringan.
TEMUAN : Format
Segmen
Program
Penyiar
Radio hiburan dengan tagline ‘Suara Musik Terkini”. 60% siaran musik (format baru yang akhirnya banyak diikuti oleh radio lainnya) Talk show hanya seminngu sekali dalam durasi 30 menit. SES ABC tetapi fokus pada BC. Menyasar semua kalangan dari siswa sma, mahasiswa, pekerja dan lainnya. Radio jaringan memproduksi sendiri seluruh program. Menyadari adanya perbedaan kondisi pendengar antara induk dan jaringan sehingga warna lokal tetap dipertahankan. Materi lagu dan materi kata berbeda antara radio induk dan jaringan, disesuaikan dengan keadaan pendengar. Membawakan program dengan gaya santai dan penuh
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
123
humor. Penyiar yang direkrut adalah penyiar yang mewakili segmentasi pendengarnya dan untuk radio jaringan, penyiar berasal dari daerah yang bersangkutan. Logat daerah dipertahankan.
dari
penyiar
radio
jaringan
Pelatihan penyiar dilakukan oleh pihak manajemen setempat. Tetapi untuk pimpinan radio jaringan, mendapat pelatihan di Jakarta. 4.4.6. Strategi dan Kebijakan Radio Induk Terhadap Radio Jaringan Gen FM Hasil riset merupakan dasar utama radio Gen dalam melakukan berbagai kebijakan terutama yang menyangkut penyusunan format dan program acara. Pada intinya, radio Gen ingin memberikan apa yang diinginkan oleh pendengarnya. Radio Gen selain menggunakan hasil riset dari lembaga riset, mereka juga memiliki divisi riset yang secara rutin memantau berbagai perkembangan yang ada. Hasil riset yang digunakan dengan baik dirasakan sebagai keunggulan yang dapat menarik perhatian para pendengarnya. Format siaran gaya baru dengan menambah porsi pemutaran lagulagu hits yang dipelopori oleh Gen FM memang terbukti berhasil dan diikui oleh banyak radio lainnya. Pemilihan terhadap lagu-lagu hits yang diputar juga berdasarkan pilihan dari pendengar, artinya tidak setiap lagu hits selalu diputar oleh radio Gen FM, tetapi lagu-lagu hits yang memang mendapat penilaian bagus dari pendengarnya. Hal inilah yang menjadi pembeda antara radio Gen FM dengan radio lainnya. Selain dirasakan bermanfaat bagi penyusuna program sesungguhnya data tersebut juga digunakan untuk meyakinkan para pengiklan. Data yang kuat membuat pengiklan semakin percaya dan akhirnya memutuskan untuk memasang iklannya di Gen FM. Riset di radio Gen menggunakan jasa lembaga riset eksternal dan internal Untuk internal, mereka memiliki divisi sendiri untuk melakukan riset secara berkala dan mendetail. Dalam setahun mereka melakukan riset dua kali untuk mengetahui apakah ada hal-hal baru yang disukai oleh pendengar, kebiasaan pendengar atau ada
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
124
pergeseran minat pendengar. Selain itu juga dilakukan riset tentang program dan riset tentang musik secara lebih mendalam. Riset yang selama ini banyak dirujuk oleh berbagai radio hanya menggambarkan jumlah dan latar belakang pendengar, karenanya ketika radio Gen FM melakukan terobosan dengan riset yang lebih lengkap maka hasil yang didapat juga berdampak sangat signifikan dengan suksesnya radio Gen FM Jakarta menggeser dominasi beberapa radio yang sudah bertahun-tahun menguasai pangsa pasar pendengar radio di Jakarta. Riset yang dilakukan bukan hanya mengenai pilihan acara dan lagu yang disukai tetapi juga riset terhadap penyiar dan berbagai hal lain yang berhubungan dengan berbagai informasi yang diperlukan oleh manajemen. Mereka juga memiliki tim riset pada radio induk dan jaringan yang selalu melakukan tugas riset secara berkala. Radio Gen FM dengan format seperti saat ini hanya memutar lagu-lagu yang sedang hits saat ini atau pernah hits di masanya. Mereka sadar bahwa kesukaan pendengar terhadap lagu berbeda-beda, tetapi radio Gen FM tidak fokus kepada perbedaan tersebut mereka hanya berusaha untuk memutar lagu yang sedang banyak disukai. Dalam hal ini pihak manajemen radio Gen FM sangat menyadari perbedaan kondisi pendengar di Jakarta dan Surabaya sehingga riset lokal digunakan untuk mendukung program-program yang akan diproduksi oleh jaringan. Berdasarkan riset yang ada, bisa saja terjadi perbedaan hasil antara pendengar Jakarta dan Surabaya, sehingga masing-masing radio kemudian membuat materi siaran berdasarkan hasil riset tersebut tetapi tetap dengan pola yang sudah ditetapkan oleh induk jaringan. Perbedaan yang muncul karena melihat keadaan pendengar masing-masing misalnya terwujud dalam materi lagu, materi kata, informasi dan jadwal penayangan program. Misalnya program acara “Ganas” yang merupakan salah satu acara unggulan Gen FM berisi tangga lagu, jika di Jakarta acara tersebut adalah untuk 40 lagu terpanas (hits), tetapi untuk Gen Surabaya acara tersebut menayangkan deretan 30 judul lagu. Jadwal penayangannya pun berbeda yaitu Senin-Jumat, pukul 20.00-24.00 (Jakarta) dan Senin-Jumat, 19.00-21.00 (Surabaya). Manajemen Gen FM sangat menyadari bahwa radio adalah media yang sangat personal, sehingga cara untuk menarik perhatian pendengar adalah dengan berusaha memahami keinginan pendengar. Radio, terlebih
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
125
radio dengan format hiburan harus tampil dengan gaya tertentu yang mencerminkan pendengarnya. Pendengar akan merasa lebih dekat, terwakili dan akhirnya menjadi pendengar loyal pada radio tersebut. Keunikan media radio disadari penuh oleh manajemen radio Gen FM. Menurut mereka radio harus hadir tetap dengan cara personal dan nilai-nilai lokal. Jadi apa yang ada dan dihadirkan oleh sebuah media radio siaran melalui program-programnya harus mencerminkan kepribadian pendengarnya dengan karakteristik demografi tertentu. Selain dari hasil riset, maka informasi yang didapatkan dari media sosial yang mereka miliki juga merupakan informasi yang sangat berguna bagi manajemen untuk menyusun berbagai program yang sesuai dengan karaktek para pendengarnya. Perkembangan teknologi yang ada, memang menuntut adaptasi dari para pengelola radio siaran untuk dapat memanfaatkan fasilitas-fasilitas komunikasi baru melalui media berbasis internet, walaupun dari pantauan yang ada, perkembangan teknologi dengan berbagai kemudahan yang disajikan belum sepenuhnya dimanfaatkan oleh para pengelola radio siaran. Tetapi untuk radio yang berasal dari kelompokkepemilikan besar, maka keberadaan teknologi sudah terlihat dimanfaatkan dengan baik. Khusus untuk penggunaan media sosial, maka komunikasi antara pihak radio siaran dan pendengarnya dapat terjalin lebih mudah. Dari kegiatan itulah di dapat banyak informasi yang dapat diolah menjadi data untuk melengkapi tentang bagaimana kondisi pendengar serta apa saja yang mereka sukai dan tidak sukai. Radio Gen FM menggunakan media sosial seperti Facebook, Twitter, Instragram dan Line. Selain itu mereka juga memiliki siaran melalui jalur streaming, artinya akses siaran dapat dilakukan dari wilayah mana pun melalui perangkat berbasis internet. Dalam produksi program, kebijakan untuk membebaskan jaringan mengatur dan memproduksi sendiri programnya merupakan hasil diskusi dan masukan yang dilakukan oleh pihak radio jaringan. Pada awalnya, Gen Surabaya diarahkan untuk mengikuti gaya siaran Jakarta, tetapi berdasarkan masukan dari pihak manajemen Gen Surabaya akhirnya pihak induk jaringan membebaskan Gen Surabaya untuk membawakan siarannya sesuai dengan apa yang disukai oleh pendengarnya. Dalam hal ini telah terjadi hubungan yang saling mempengaruhi antara induk dan jaringan.
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
126
Dalam perkembangannya, masukan dari induk kepada jaringan maupun dari jaringan kepada induk akan menciptakan kebijakan-kebijakan baru yang mengarah kepada tujuan yang sudah ditetapkan oleh pihak manajemen. Tetapi kebebasan untuk memproduksi sendiri program di Gen FM Surabaya, bukan berarti dibebaskan juga merubah aturan dasar seperti perubahan format, segmen dan lainnya. Ada hal-hal pokok yang harus ditaati oleh manajemen jaringan. Untuk penetapan segmentasi misalnya pihak radio jaringan memang harus mengikuti apa yang telah ditetapkan oleh induk jaringan. Tidak mungkin mereka dapat menggeser begitu saja segmen yang ada karena akan menggeser semua aspek yang terkait dalam sebuah radio siaran. Seperti diketahui bahwa penetapan segmentasi menjadi syarat penting sebuah radio siaran agar semua yang dilakukan mulai dari perencanaan program, promosi, penjualan dan lainnya tertuju pada sasaran yang sama. Untuk program yang baru ditayangkan biasanya dinilai melalui penilaian yang diberikan oleh pendengar setiap tiga bulan sekali. Jika program tersebut mengalami penurunan nilai maka akan diadakan evaluasi dan mungkin saja dihentikan untuk digantikan dengan program lainnya. Jadi pihak manajemen memiliki sejumlah database pendengar yang dapat dipergunakan sewaktu-waktu untuk melakukan evaluasi program atau untuk mendapatkan informasi lainnya. Para pendengar itu biasanya dihubungi ketika akan ada program baru untuk dimintai pendapatnya atau ketika suatu program telah berjalan untuk mengetahui penerimaan pemdengar terhadap program tersebut. Untuk program baru mereka biasanya melakukan tes percobaan selama tiga bulan. Setelah tiga bulan berjalan, program tersebut akan dievaluasi, jika hasil evaluasi menunjukkan angka diatas 70 maka program tersebut masih layak untuk diteruskan tetapi jika di bawah 70 maka tim program dan produksi harus segera mencari program pengganti lainnya. Angka tersebut didapat dari hasil riset terhadap pendengarnya. Jadi keberhasilan sebuah program dilihat benar-benar bersadarkan sudut pandang pendengarnya, Sedangkan untuk program yang sudah berjalan, monitoring tetap dilakukan setiap hari untuk bahan evaluasi dan perbaikan program. Evaluasi program yang
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
127
dilakukan oleh manajemen radio Gen FM memiliki variabel yang banyak. Artinya penilaian terhadap program itu meliputi banyak hal. PD melakukan diskusi dengan beberapa pihak terkait secara rutin, misalnya dengan MD dilakukan diskusi tentang lagu-lagu apa saja yang akan mengisi program tersebut selama seminggu ke depan. Kepada produser dan penyiar diskusi yang dilakukan lebih kepada diskusi mengenai siaran-siaran yang telah dilakukan dan mendengar kembali siaran tersebut sehingga jika ada hal-hal yang perlu diperbaiki dapat segera dilakukan perbaikan. Evaluasi lainnya bisa juga dilakukan misalnya dengan melihat tanggapan pendengar melalui sms yang masuk, komentar di media sosial dan lainnya. Rekaman dan bukti siar juga dapat menjadi bahan evaluasi lainnya karena biasanya tim program dan produksi memiliki jadwal rutin untuk bertemu dan membicarakan program yang sedang berjalan. Dalam menjalankan operasional sehari-hari, pemberian usulan, masukan dan saran bukan hanya searah yaitu dari radio induk kepada radio jaringan. Tetapi radio jaringan jugan dapat memberikan usulan, masukan dan saran kepada radio induk. Hal tersebut dapat dilakukan karena usulan, masukan dan saran itu merupakan hasil riset yang mereka lakukan pada pendengar mereka, artinya bahwa mereka selalu berupaya untuk memahami dan memberikan apa yang diinginkan oleh pendengar. Dalam hal ini terjadi hubungan yang saling mempengaruhi antara radio induk dan radio jaringan. Ketika hal-hal yang disampaikan tersebut dilihat sebagai hal yang sesuai dengan kebutuhan maka seringkali pihak radio induk dapat menerima dengan baik dan menyetujui usulan, masukan dan saran tersebut. Radio Gen Surabaya memiliki keleluasaan untuk mengatur program siarannya walaupun dengan pola yang sudah ditetapkan oleh induk jaringan. Radio induk yang pada awalnya berperan sebagai pengarah, perlahan memberikan kepercayaan lebih banyak kepada radio jaringan untuk menjalankan program-programnya. Evaluasi tetap dilakukan secara berkala oleh radio jaringan dan dilaporkan kepada radio induk. Dalam implementasinya, radio Gen FM Surabaya harus melakukan kegiatannya sesuai dengan warna lokal yang ada. Misalnya program “Salah Sambung” yang ada di
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
128
Surabaya tidak dapat dibawakan dengan gaya Jakarta walaupun program tersebut sangat sukses di Jakarta. Jadi hal-hal yang diterapkan di Jakarta tidak dapat begitu saja diterapkan di Surabaya. Seperti institusi media pada umumnya, maka iklan menjadi sumber pendapatan utama. Tetapi di sisi lain, pengelola radio Gen harus konsisten menjalankan format program yang didominasi oleh pemutaran musik dengan meminimalkan iklan dan siaran kata. Di sinilah tantangan manajemen untuk mengatur slot iklan dengan baik. Di sinilah tantangan bagi tim penjualan untuk melakukan edukasi kepada pengiklan karena jika tidak dijelaskan dengan benar tentang format yang ada bisa jadi pengiklam merasa kecewa. Pihak manajemen radio Gen FM menerapkan aturan siapa yang lebih dahulu datang adalah yang memperoleh kesempatan untuk memasang iklan di radio Gen FM. Jadi jika terjadi tumpukan permintaan iklan maka mereka akan diurutkan sesuai dengan aturan yang ada. Di sisi lain dengan meningginya minat pengiklan, manajemen radio Gen FM tetap menjalankan format yang ada dan tidak akan menambah slot iklan walaupun dari sisi pendapatan tentu sangat menjanjikan. Manajemen radio Gen FM tetap konsisten dengan format 60% siaran musik karena itulah yang disukai oleh pendengarnya, maka jika porsi tersebut dikurangi dan diisi dengan iklan bisa jadi mereka akan ditinggalnya pendengar. Hal tersebut juga akhirnya membuat para pengiklan untuk merencanakan pemasangan iklan jauh sebelumnya. Selama ini para pengiklan terbiasa dengan pemasangan iklan yang mendadak atau saat itu juga. Hal tersebut tidak berlaku untuk radio Gen FM. Di sini terlihat bahwa tidak selamanya pihak media tunduk begitu saja kepada pengiklan tetapi keduanya dapat saling bekerjasama untuk mendapatkan keuntungan yang diinginkan. Untuk penyiar, radio Gen juga melakukan monitoring secara berkala melalui produser dan PD yang telah membuat daftar semua hal yang harus diikuti dan hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh penyiar. Setiap hari penyiar dimonitoring dan dicatat kinerjanya. Dari daftar tersebut secara rutin setiap enam bulan sekali penyiar akan menerima hasil penilaian yang biasa disebut sebagai raport. Di buku penilaian itu
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
129
terdapat nilai-nilai yang bisa menjadi acuan apakah penyiar tersebut telah bekerja dengan baik atau tidak. Beberapa hal yang menjadi penilaian misalnya cara siaran, bahasa yang digunakan, kejelasan kata, cara berbicara, cara menggunakan peralatan dan lain-lain. Para penyiar wajib mengikuti aturan yang ada terutama tentang batasan lama bicara dan hal-hal tertentu yang tidak boleh dibicarakan. Norma dasar yang harus dipegang adalah tidak boleh melakukan pembicaraan yang menyinggung masalah sensitif seperi suku, ras dan agama. Tidak boleh ada kata-kata kasar, porno, dan lainnya. Dalam program “Salah Sambung” misalnya, karena kebanyakan sasaran yang ditelepon menjadi marah karena telepon yang salah tersebut maka penyiar yang menjadi penelepon harus dapat menahan diri untuk tidak terpancing emosi dan mengucapkan kata-kata yang tidak tepat. Daftar yang disusun oleh PD dapat menjadi panduan untuk melakukan siaran dengan baik. Kebebasan mengolah kata yang dimiliki oleh penyiar diharapkan dapat dimanfaatkan sebaik mungkin agar tidak mengakibatkan ketersinggungan dan kerugian pihak-pihak tertentu. Radio adalah media audio sehingga pendengar akan sangat peka dengan bahasa verbal yang digunakan oleh penyiar. Penyiar juga dihargai atas prestasi yang telah dicapai dan mereka berhak untuk mengajukan peningkatan honor atas prestasi tersebut. “….karena Gen itu manajemennya juga jelas, terus manajemennya Gen ini sangat menghargai sumber daya manusia yang dipunya, jadi kita sangat dihargai, kita bergain, kalo kita ngerasa aku udah oke nih, untuk hasil survei juga aku udah penyiar yang oke nih, atau jam ku juga mahal nih, dilirik dari klien dan sebagainya, berarti aku kan sip nih, aku berhak dong minta naik gaji, itu bisa. kita bargain, bahkan sebelum kita minta pun atasan udah liat kalo kamu oke, jadinya bakal dinaikin, gituu….tadi diliat dari raport semuanya karena kita punya kan, diliat dari situ semuanya akan berkelanjutan…” (VC) Pihak manajemen menghargai setiap kinerja penyiar sehingga ketika dinilai kinerjanya bagus, program yang dibawakan meraih pendengar yang banyak maka manajemen juga akan memberikan penghargaan kepada penyiar tersebut. Semua kinerja ada catatannya dan berdasarkan catatan itulah pihak manajemen memberikan ganjaran yang semestinya.
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
130
Strategi yang diterapkan oleh radio Gen Surabaya perlahan mulai memperlihatkan hasil nyata dengan masuknya radio ini dalam jajaran 10 besar peringkat radio di Surabaya dalam tiga tahun perjalannya. Hasil tersebut adalah suatu prestasi yang jarang diraih oleh radio yang selama ini ada di Surabaya. Kebebasan lainnya yang diberikan oleh induk jaringan adalah melipui pengelolaan promosi dan pemasaran walaupun induk jaringan tetap memiliki aturan tertentu dalam hal promosi dan pemasaran yang harus diikuti oleh radio jaringan. Berbeda dengan bidang SDM, keuangan dan teknik yang masih dijalankan dengan aturan penuh dari Jakarta. Para pekerja di radio Gen Surabaya juga diisi oleh pekerja asal Surabaya sendiri, artinya tidak ada wakil dari radio induk yang ditempatkan di Surabaya. Laporan pekerjaan disampaikan kepada induk jaringan secara rutin, yang meliputi laporan harian, mingguan dan bulanan. Keuntungan yang dirasakan oleh pengelola atau pun penyiar di radio yang tergabung dalam sebuah jaringan adalah adanya nama yang sudah dikenal. Selain itu, sudah adanya sistem dan aturan yang jelas bagi mereka untuk menjalankan kegiatan serta melakukan produksi program. Untuk sebuah kelompok kepemilikan besar maka kemampuan dalam hal pengadaan sumber daya baik keuangan dan lainnya, juga menjadi keuntungan bagi radio di daerah. Dari sisi marketing dan sales, pola berjaringan dirasakan sangat menguntungkan. Pihak radio bisa menawarkan sekaligus pemasangan iklan untuk banyak radio di jaringannya. Pihak pengiklan pun mendapatkan kemudahan untuk menempatkan iklannya di berbagai wilayah. Terlebih jika berhubungan dengan pengiklan dari korporasi besar tentu dana iklan yang diperoleh lebih banyak dan biasanya mereka memilih radio-radio yang memang sudah dikenal di Jakarta. Suatu brand tertentu akan dengan cepat dikenal oleh masyarakat terlebih dengan kemajuan teknologi saat ini, maka siaran radio dapat dinikmati pendengarnya melalui berbagai perangkat online. Menurut salah seorang pimpinan di radio Gen FM, radio mereka dibanding dengan radio independen (yang tidak tergabung dalam suatu kelompok-kepemilikan) diuntungkan karena popularitasnya. Masyarakat sudah mengenal terlebih dahulu
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
131
nama radio ini sebelum masuk ke daerah. Selain itu kesiapan manajemen untuk menyediakan berbagai fasilitas dianggap juga keuntungan bagi radio jaringan. Kemampuan pengadaan sumber daya terutama dari sisi dana juga dirasakan oleh pengelola dan penyiar radio jaringan. Acara-acara off air yang dilakukan oleh radio jaringan pasti didukung oleh radio induk sehingga mereka dengan mudah membuat acara berskala besar dan berhasil menarik perhatian khalayak di daerah tersebut. Hal ini tentu berbeda dengan radio lokal yang berdiri sendiri dan memiliki keterbatasan terutama dalam jangkauan siar, pendengar dan kemampuan penyediaan sumber daya. Selain itu, radio tersebut hanya ada di satu tempat sehingga ekspansinya terbatas. Tetapi tentu saja tidak dapat dibandingkan secara langsung antara radio yang berasal dari suatu kelompok-kepemilikan besar dengan radio yang berdiri sendiri. Di sisi lain, tantangan sebagai radio jaringan juga tidak mudah. Mereka sudah identik dengan nama besar radio induk dan harus bersaing dengan radio lokal serta radio jaringan lainnya yang ada di daerah tersebut. Nama besar tersebut mengharuskan mereka untuk memenangkan persaingan, tetapi kenyatannya berdasarkan data riset yang ada, beberapa daerah masih dikuasai oleh radio lokal yang tidak tergabung dalam jaringan besar bahkan radio lokal yang berdiri sendiri. Karenanya, nama besar yang disandang bisa memberikan keuntungan karena sudah dikenal tetapi juga memiliki kelemahan. Radio jaringan biasanya tidak bisa lepas dari baying-bayang radio induknya. Inilah yang dirasakan sebagai tantangan yang terus harus dijawab oleh manajemen radio jaringan di Surabaya, agar Gen FM Surabaya dapat menjadi besar dan dikenal sebagai radio Gen FM Surabaya tanpa harus dibayang-bayangi dengan kesuksesan radio Gen FM Jakarta. Peranan induk jaringan sangat menentukan bagi radio jaringan. Dalam kasus Gen FM, maka induk jaringan memberikan keleluasaan bagi radio jaringannya untuk berkreasi dan berkembang sesuai dengan koridor yang telah disepakati. Radio induk banyak memberikan arahan dan masukan pada radio jaringan. Hal ini tidak berlaku sama pada setiap radio jaringan karena setiap jaringan memiliki kebijakan yang berbeda. Menurut pengelola Gen FM setiap radio jaringan memiliki masalah dan strategi sendiri-sendiri sehingga apa yang dilakukan oleh Gen FM belum tentu seiring
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
132
dengan apa yang dilakukan oleh radio jaringan lainnya. Misalnya radio Prambors, terlihat bahwa jaringan radio Prambors sangat menomorsatukan radio induknya sehingga program dalam radio jaringan sebagian besar adalah program relay dari radio induk di Jakarta. Jaringan radio Gen memang memberikan keleluasaan pada jaringannya untuk berkembang secara mandiri dan berbeda dengan kebijakan yang ditetapkan oleh jaringan Prambors. Tetapi radio Gen juga memiliki kerjasama dengan dua radio lainnya di Jogjakarta (JIZ FM) dan di Semarang (SS FM) di mana kedua radio tersebut masih memproduksi program-program yang sama dengan Jakarta. Kerjasama yang dilakukan oleh radio Gen FM Jakarta dengan kedua radio tersebut memang sebatas kerjasama program dan bukan kepemilikan penuh seperti radio Gen FM Surabaya. Dari sisi pemilik perusahaan yang menaungi jaringan radio Gen FM, dukungan yang diberikan salah satunya berupa penyediaan fasilitas yang diperlukan oleh jaringan Gen FM untuk dapat menjalankan operasional sehari-hari dengan baik. Mereka mempercayakan jalannya unit bisnis radio ini pada tim yang telah dibentuk. Selain menyediakan fasilitas yang ada, pihak induk perusahaan memberikan supervisi dan pengarahan kepada tim yang dipercaya untuk menjalankan operasional radio. Demikian juga hubungan antara radio induk dan radio jaringan. Radio jaringan dalam hal ini memproduksi secara penuh semua program acara yang ada dan pihak induk jaringan memberikan supervisi dan arahannya. Selain itu, dalam kurun waktu tiga bulan sekali secara rutin diadakan pertemuan menyeluruh antara manajemen radio induk dan radio jaringan serta pimpinan induk perusahaan. Pemimpin perusahaan dalam hal ini banyak mengarahkan dalam sisi bisnis seperti bagaimana mempertahankan dan mengembangkan radio yang ada. Dukungan yang diberikan oleh pemilik semata-mata untuk pengembangan radio sebagai sebuah sebuah entitas bisnis, sehingga kebebasan bagi radio induk dan radio jaringan merupakan strategi kelompok ini untuk meraih tujuan ekonomis. Monitoring yang dilakukan oleh induk jaringan selain melalui laporan juga dengan melakukan kunjungan ke radio jaringan. Biasanya kunjungan ke radio jaringan dilakukan dua kali dalam setahun. Enam bulan sekali diadakan riset secara
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
133
menyeluruh dan ketika ditemukan hal-hal yang melenceng dari aturan akan segera dilakukan pembenahan. Tetapi monitoring tidak harus dilakukan dengan kunjungan, banyak mekanisme lainnya yang dapat dilakukan untuk melakukan monitoring. Demikian juga dengan koordinasi kerja yang dilakukan oleh radio induk dan radio jaringan. Teknologi yang berkembang saat ini juga memungkinkan diadakannya koordinasi tanpa harus melakukan pertemuan tatap muka. Hal ini memang menjadi catatan tersendiri untuk radio yang dikelola secara berjaringan, karena mereka harus mengawasi dan saling berkoordinasi dengan beberapa pihak yang berada di lain daerah. Selain itu, seperti organisasi pada umumnya maka pihak manajemen juga menerapkan adanya pemberian penghargaan atas prestasi yang diraih dan adanya hukuman atas pelanggaran yang terjadi. Biasanya dalam pengelolaan radio, parameter utama untuk melihat suatu keberhasilan adalah banyaknya jumlah pendengar. Pihak induk perusahaan akan mengadakan pemantauan dan mencatat perkembangan selama satu tahun. Ketika hasilnya menunjukkan angka yang konsisten dan berhadil menduduki peringat teratas maka akan ada bonus tahunan untuk pengelola atau akan ada kenaikan pendapatan bagi para karyawan. Sama seperti organisasi lainnya maka mereka memiliki kebijakan reward untuk pencapaian target dan begitu sebaliknya ada semacam sanksi jika terjadi hal-hal yang merugikan atau tidak tercapainya tujuan yang ditetapkan.
TEMUAN : Strategi
Riset
Membuat gebrakan baru dengan menyajikan programprogram yang didominasi oleh siaran musik dan minim siaran kata (salah satu hasil kebijakan yang berdasarkan riset) Banyak diikuti oleh berbagai radio lainnya Sebagai dasar untuk penyusunan strategi dan berbagai kebijakan terutama dalam penyusunan program Memiliki divisi riset dan pengembangan Memiliki konsultan dari luar negeri Dilakukan secara berkala baik di radio induk maupun radio jaringan
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
134
Media sosial
Monitoring dan evaluasi
Sebagai media untuk melakukan komunikasi dengan berbagai pihak terutama pendengar Sebagai sumber informasi berbagai hal yang diperlukan selain sumber informasi dari data riset Monitoring dilakukan setiap hari Penyiar masing-masing memiliki catatan atas aturan dan kinerja Evaluasi terhadap program dilakukan tiga bulan sekali, jika hasilnya tidak baik maka program tidak dilanjutkan
Jaringan
Jika terjadi pelanggaran dikenakan sanksi dan sebaliknya jika berhasil meraih prestasi maka akan diberikan reward Laporan rutin radio jaringan kepada radio induk dilakukan secara berkala meliputi laporan harian, mingguan dan bulanan Keuntungan bergabung dengan sebuah jaringan adalah sudah memiliki nama yang dikenal, kemampuan pengadaan SDM dan fasilitas, jangkauan siar yang luas Tantangan adalah untuk memenangkan persaingan dengan radio lokal yang lebih dulu eksis di daerah
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
135
RINGKASAN TEMUAN Penetrasi khalayak (pendengar radio)
Menurun secara nasional Menurun di lima kota besar
→ kehadiran internet yang memunculkan berbagai bentuk media baru membuat beberapa media lama mengalami penurunan penetrasi khalayak. Hal ini kemudian menuntut kreativitas dan inovasi dari pengelola media untuk siap menghadapi persaingan seperti menambah fasilitas akses bagi khalayak media lama dengan berbagai sarana online. Perolehan iklan radio (prosentase Menurun perolehan diantara media lainnya) → penurunan khalayak juga mempengaruhi perolehan iklan. Para pengelola media melakukan beberapa terobosan untuk menambah pemasukan selain iklan atau merancang bentuk-bentuk kerjasama lainnya dengan para pemasang iklan. Perolehan iklan radio (jumlah dana iklan) Naik
Lama mendengar radio
→ kenaikan ini merujuk pada jumlah nominal yang diperoleh walaupun secara prosentase, dibanding media lainnya radio tetap mengalami penurunan. Menurun
Jumlah pelaku/stasiun radio
→ terkait dengan data sebelumnya bahwa hadirnya berbagai bentuk media baru saat ini membuat para pendengar radio memiliki pilihan lain selain mendengar radio. Tetapi jika diteliti lebih lanjut, kegiatan mendengar radio saat ini dilakukan juga bersama-sama dengan kegiatan mengakses media lainnya seperti mengakses internet. Meningkat (baik radio siaran komersial maupun komunitas) → sisi menarik dari industri radio adalah tetap tumbuhnya radio-radio baru disaat data mengenai bisnis radio menurun dari sisi penetrasi pendengar dan perolehan iklan. Tetapi kehadiran radio baru tidak serta merta menambah
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
136
jumlah stasiun radio siaran, karena beberapa radio baru adalah perubahan nama atau kepemilikan dari radio lama yang sudah ada. SES CD
Kelompok pendengar terbesar
→ dari data yang ada, pendengar radio masih didominari pendengar dengan SES CD. Radio-radio bersegmen menengah sudah lama menguasai perolehan jumlah pendengar terbanyak ditambah lagi saat ini, beberapa radio yang tadinya menyasar segmen AB, memperluas segmennya menjadi ABC. Munculnya kelompok kepemilikan (radio jaringan), perubahan format dengan penambahan sajian lagu, pelebaran segmentasi pendengar, menguatnya unsur lokal pada radio jaringan
Tren
→ sisi bisnis dalam pengelolaan radio di Indonesia saat ini sangat terlihat berbeda dari beberapa tahun yang lalu di mana beberapa pemilik radio membangun sebuah stasiun radio karena hal-hal diluar bisnis semata. Karenanya fenomena berjaringan dan perluasan usaha terjadi dengan cepat dan banyak pemilik modal yang tidak memiliki latar belakang sebagai pengelola media kemudian terjun untuk berbisnis radio. Pelaku dalam industri media radio
Munculnya kepemilikan
banyak
Masih didominasi oleh kelompok kepemilikan besar yang rata-rata memiliki sebaran jaringan keseluruh Indonesia
→ karena tren berjaringan dan perkembangannya sangat cepat maka pelaku industri radio siaran didominasi oleh pemilik kelompok media dengan modal besar. Mereka dengan cepat melakukan perluasan usaha di berbagai daerah melalui cara siaran berjaringan yang mereka pahami. kelompok Karena adanya kemudahan dalam praktek jual-beli stasiun radio yang dilakukan oleh perusahaan induk dengan aturan jual-beli PT
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
137
Adanya inkonsistensi antara aturan-aturan keberadaan media penyiaran
Pola berjaringan
yang berhubungan dengan
→ kemunculan banyaknya radio baru didukung oleh kemudahan dalam peralihan kepemilikan dan format radio saat ini. Praktek perubahan kepemilikan dan nama masih mengacu pada aturan PT karena biasanya dilakukan oleh induk perusahaan, padahal seharusnya untuk lembaga media ada aturan-aturan lainnya yang harus menyertai. Akibatnya penggunaan frekuensi pun kemudian seakan mengikuti kepada perubahan kepemilikan sehingga istilah yang muncul d kalangan praktisi radio adalah jual-beli frekuensi. Hal inilah yang harusnya mendapat perhatian karena frekuensi bukan milik para pelaku bisnis radio dan penggunaannya seharusnya juga tidak untuk kepentingan mereka. Terdapat berbagai pemahaman tentang pola pengelolaan berjaringan Pada kenyataannya lebih cederung pada praktek merger dan akuisisi serta tujuan keuntungan bisnis Tidak sepenuhnya berjalan seperti yang diamanatkan oleh UU Penyiaran
Produk
→ makna berjaringan yang pada intinya untuk keragaman informasi, kepmilikan dan memberdayakan kekuatan lokal, demokratisasi penyiaran serta tujuan ideal lainnya menjadi tidak terlihat dalam “berjaringan” yang diusung oleh para pelaku di industri penyiaran radio. Berjaringan yang mereka lakukan saat ini lebih kepada pelebaran usaha untuk melebarkan jangkauan siar, jangkauan pendengar dan efisiensi operasional sehingga secara bisnis keuntungan yang akan mereka peroleh pun bakal bertambah. Memunculkan adanya keseragaman produk → dari hasil penelitian maka terlihat produk yang dihasilkan masih terlihat seragam walaupun kelompok radio yang sudah berusaha untuk mengangkat unsur-unsur lokal tetapi kelompok lainnya masih hadir dengan satu identitas
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
138
yang sama di seluruh jaringannya. Hal ini tentu bertentangan dengan semangat keberagaman yang diusung selama ini. Radio Sejarah berdirinya
Prambors Berangkat dari hobby para pemiliknya dan akhirnya dikelola secara profesional sejak 1971. 1 Agustus 2004 berubah dari 102.3 FM ke 102.2 FM. Radio Prambors dikenal dengan identitas yang sangat kuat. Sejak awal radio ini lebih menyasar kalangan remaja dan anak muda menengah keatas dan hadir dengan gaya yang berbeda dibanding radio anak muda lainnya. Para penyiar atau mantan penyiar lulusan Prambors banyak yang kemudian menjadi orang terkenal. Tahun 1980-1990an adalah masa kejayaan radio Prambors. Banyak program on air dan off air yang sangat disukai dan dikenal masyarakat. Radio Prambors saat ini dipimpin oleh seorang Program Director (sebelumnya Station Manager) dan beberapa fungsi seperti pemasaran, sales dan lainnya langsung ditangani oleh induk jaringan. Tahun 2006 membuka jaringan radio Prambors Surabaya. Beberapa orang dari induk jaringan pada awalnya ditempatnya di Surabaya tetapi saat ini seluruh karyawan sudah berasal dari masyarakat setempat.
Gen Merupakan perluasan usaha dari kelompok Mahaka Media. Radio Gen FM Jakarta (89,7 FM) hadir sejak 9 Agustus 2007. Gen FM hadir dengan format yang berbeda dan tidak mengikuti format radio-radio yang sudah eksis, tetapi justru karena konsep yang berbeda itulah Gen FM berhasil dengan cepat menarik perhatian pendengar radio. Mereka mengusung format musik yang lebih dominan daripada siaran kata. Gen FM berhasil menjadi radio dengan jumlah pendengar terbanyak di Jakarta mengalahkan dominasi radio dangdut yang selama bertahun-tahun menguasai peringkat atas dalam survei jumlah pendengar.
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
139
Nama Kepemilikan
Kelompok
Masima Corporation (PT. Radionet Cipta Karya) yang juga menaungi jaringan radio Delta – Female serta bisnis lainnya yaitu rumah produksi, media buying dan jasa pemasaran.
Mahaka Media (PT. Mahaka Media Tbk) Radio Gen Jakarta adalah hasil akuisisi PT. Radio Attahiriyah. Mahaka Media unit broadcasting juga memiliki radio Jak FM (dulu Radio One) yang berasal dari akuisisi PT. Suara Irama Indah dan Jak TV (akuisisi PT. Danapati Abinaya Investama) serta Alif TV.
Resmi berdiri jaringan) Jumlah jaringan
(induk
18 Maret 1971 (Jakarta) 7 radio berjaringan penuh + 1 radio tidak berjaringan penuh (khusus jaringan Prambors) Dalam kelompok Masima terdapat radio lain yaitu jaringan Delta dan Female.
Radio lain di Surabaya yang satu kelompok
Sejak 2005 merger dengan kelompok Mahaka Media Delta FM
Selain unit broadcasting Mahaka Media memiliki unit publishing (Republika Harian, Harian Indonesia, Golf Digest, Parents Indonesia, Republika Penerbit), unit out of home media (Alive Indonesia) dan unit new media and business development (konsultan bisnis radio, pengembangan website, mobile and custom applications; serta jasa hosting) 9 Agustus 2007 (Jakarta) 2 radio (khusus jaringan Gen) Dalam kelompok Mahaka terdapat radio lain yaitu Jak FM Sejak 2005 merger dengan kelompok Masima dengan penyertaan modal sebesar 20.80% -
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
140
Pola jaringan
Berjaringan penuh (kecuali radio Prambors Makassar yang hanya berjaringan dalam beberapa bidang) Prambors Surabaya mulai mengudara 2006 (sebelumnya Radio Pesona Surabaya)
Kepemilikan jaringan Segmentasi
Format radio
Kepemilikan penuh (kecuali radio Prambors Makassar) 15-29 tahun / SES ABC+ (dari sisi program cenderung pada anak muda dari SES AB).
Berjaringan penuh Radio Gen Jakarta Atthahiriyah)
(sebelumnya
Radio
Radio Gen Surabaya (sebelumnya radio Camar mulai mengudara 2010) Kepemilikan penuh
Tertulis 18-24 expand 18-34 tahun / SES ABC (dari sisi program cenderung menyasar pada Sejak awal berdiri fokus menyasar anak muda. rentang yang lebih lebar sampai 30 tahun Awalnya 14-25 tahun saat ini menjadi 15-29 lebih dan fokus pada SES BC). Menyasar tahun dengan SES yang melebar dari AB semua kalangan dari siswa sma, mahasiswa, menjadi ABC+ pekerja dan lainnya. Contemporary hits radio Contemporary hits radio 70% siaran musik. Format baku untuk pilihan musik dan program bagi seluruh jaringan. Dari Radio hiburan dengan tagline “Suara Musik trend setter menjadi tren player atau dari hits Terkini”. 60% siaran musik (format baru yang maker menjadi hits player. akhirnya banyak diikuti oleh radio lainnya). Talk show hanya seminggu sekali dalam 30 Semua pilihan lagu sama untuk semua jaringan menit. dan ditentukan oleh induk jaringan. Radio Prambors sejak 2011 melakukan revitalisasi Format ini sama untuk semua jaringan tetapi dengan memunculkan Prambors sebagai satu isi siaran seperti pilihan lagu, informasi dan identitas. Perubahan ini dirasakan oleh lainnya diserahkan sepenuhnya kepada radio Prambors Surabaya di mana beberapa acara jaringan sesuai dengan kebutuhan yang ada. harus mereka relay dan acara lainnya yang harus dibuat dengan gaya yang sama dengan induk. Sejak pertama muncul hadir dengan format
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
141
Program
Produksi program oleh jaringan
Mereka seakan melepas pendengar loyal yang sudah ada untuk meraih pendengar baru yang sesuai dengan target mereka saat ini. Sajian musik diperbanyak dan mengurangi siaran kata Menerapkan sistem relay untuk program unggulan ke seluruh jaringan. Penyiar lokal hanya untuk program non unggulan. Ada strandarisasi seperti format, judul program dan musik. Seluruh jaringan harus mengikuti aturan dan standar dari induk jaringan. Jaringan hanya diberikan sebagian program saja untuk diproduksi sendiri sehingga banyak program yang merupakan relay dari induk jaringan. Materi lagu mengikuti playlist induk jaringan. Beberapa program menggunakan penyiar asing (kerjasama dengan lembaga lain) Hanya untuk jadwal tertentu diluar program relay.
yang berbeda dibanding radio lainnya yang lebih dulu ada. Simple dan fun adalah gaya yang ditawarkan oleh Gen FM.
Tidak menggunakan sistem relay pada jaringan untuk semua program. Penyiar untuk program unggulan menggunakan penyiar lokal. Warna lokal (dialek dan info lokal) mewarnai seluruh program.
Semua program diproduksi oleh radio jaringan. Menyadari adanya perbedaan kondisi pendengar antara induk dan jaringan sehingga warna lokal tetap dipertahankan. Materi lagu dan materi kata berbeda antara radio induk dan jaringan, disesuaikan dengan keadaan pendengar. Di radio Gen, terlihat ada kebebasan pelaksanaan operasional dalam hal ini bagian siaran untuk melakukan kegiatan dan produksinya
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
142
Musik Kendali induk jaringan pada bidang lain diluar divisi siar
Penyiar
Rekrutmen dan pelatihan penyiar pada radio jaringan
Playlist sama Dikendalikan penuh oleh induk jaringan tetapi induk jaringan tidak lagi menempatkan karyawan dari pusat (hanya pada awal berdirinya radio jaringan) Mereka harus hadir dengan identitas yang sama misalnya perayaan hari jadi adalah tanggal di mana Prambors induk hadir, dan diperingati oleh seluruh jaringan Prambors Penyiar wajib mengikuti pelatihan tetapi pelaksanaannya langsung di lapangan (learning by doing). Awalnya penyiar harus mengikuti pelatihan di Jakarta tetapi saat ini sudah dilakukan oleh pimpinan radio jaringan dan dilakukan di tempat masing-masing. Penyiar radio jaringan adalah penyiar lokal tetapi tidak boleh menggunakan terlalu banyak bahasa lokal. Gaya dan bahasa siaran disamakan. Dilakukan oleh radio jaringan. Pada awal berdirinya radio jaringan, pelatihan dilakukan di Jakarta. Pelatihan oleh induk dilakukan terhadap PD radio jaringan dan PD kemudian yang bertanggungjawab melatih penyiar di jaringan Penyiar rata-rata adalah orang yang sudah memiliki pengalaman siaran sebelumnya. Pelatihan untuk jaringan dilakukan oleh penanggung jawab radio jaringan. Penyiar di
Playlist berbeda Beberapa divisi masih dikendalikan oleh induk jaringan tetapi pengelolaannya diserahkan sepenuhnya kepada jaringan. Tidak ada karyawan induk yang ditempatkan di radio jaringan.
Membawakan program dengan gaya santai dan penuh humor. Penyiar yang direkrut adalah penyiar yang mewakili segmentasi pendengarnya dan untuk radio jaringan, penyiar berasal dari daerah yang bersangkutan. Logat daerah dari penyiar radio jaringan dipertahankan.
Dilakukan oleh radio jaringan. Pelatihan penyiar dilakukan oleh pihak manajemen setempat. Tetapi untuk pimpinan radio jaringan, mendapat pelatihan di Jakarta. Penyiar di radio Gen memiliki buku nilai semacam raport atas kinerja mereka. Untuk penyiar di Surabaya mereka diperbolehkan menggunakan bahasa daerah tetapi tetap memperhitungkan kepatutan serta bahasa dan
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
143
jaringan walaupun baru di Prambors tetapi sudah gurauan seperti apa yang tepat untuk diberikan kepercayaan untuk bersiaran pada pendengarnya. Penyiar dilarang untuk program yang memiliki durasi lebih dari dua menyinggung masalah SARA. jam. Siaran yang dilakukan di radio Gen Surabaya Penyiar di radio Prambors harus mampu harus sesuai dengan kondisi pendengar di membuat naskah siar yang didapatkan dari Surabaya yang berbeda dengan Jakarta. berbagai sumber/media lain. Untuk penyiar baru Penyiar harus kreatif tetapi tetap mengikuti mereka tidak boleh lepas dari naskah yang harus aturan yang ditetapkan. Back to local menjadi disiapkan sebelumnya. Mereka juga harus penting dalam penyajian program di radio update berbagai berita terkini yang ingin jaringan. diketahui oleh pendengarnya. Arahan dan evaluasi secara rutin dilakukan oleh PD kepada penyiar terutama penyiar baru. Penyiar dilarang membahas masalah yang berhubungan dengan SARA dan aturan siaran dari menit ke menit telah diatur.
Pengawasan terhadap isi siaran dan program pada radio jaringan
Penyiar harus mampu berpikir out of the box. Berpikir kreatif. Penyiar harus tahu apa yang disampaikan dan bagaimana keadaan pendengarnya. Pihak pimpinan radio selalu mengadakan pertemuan sebelumnya dengan tim terkait sehubungan dengan suatu program yang akan ditayangkan Dilakukan oleh radio induk dan jaringan itu Dilakukan oleh radio induk dan jaringan itu sendiri selain oleh KPID sendiri selain oleh KPID Bahasa yang digunakan tetap bahasa Indonesia Monitoring dilakukan setiap hari. Penyiar tanpa harus dengan sapaan gaya Jakarta. Penyiar masing-masing memiliki catatan atas aturan
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
144
harus mampu berpikir out of the box. Berpikir dan kinerja kreatif. Evaluasi terhadap program dilakukan tiga bulan sekali, jika hasilnya tidak baik maka program tidak dilanjutkan
Kebebasan dalam menyusun isi siaran radio jaringan Penggunaan daerah
bahasa
Pengelolaan iklan
Laporan kegiatan radio jaringan kepada radio induk
Jika terjadi pelanggaran dikenakan sanksi dan sebaliknya jika berhasil meraih prestasi maka akan diberikan reward Ditentukan oleh induk jaringan. Perbedaannya Induk jaringan hanya menentukan template hanya pada sisi materi informasi yang siaran. Isi siaran, termasuk susunan lagu dan disesuaikan dengan keadaan setempat. Pilihan informasi diserahkan sepenuhnya kepada dan susunan lagu mengikuti induk jaringan. radio jaringan Tidak diperbolehkan terlalu banyak, hanya Diperbolehkan sesuai kebutuhan program. sebagai selingan/celetukan biasa Bahkan terdapat program yang menggunakan bahasa daerah Iklan yang dikelola oleh Prambors Surabaya Pengelolaan iklan dilakukan secara lokal dan adalah iklan lokal jika ada pengiklan yang ingin nasional beriklan secara nasional maka pengiklan berhubungan dengan induk jaringan. Untuk pemasaran dipegang langsung oleh induk jadi tidak ada fungsi pemasaran di radio lokal Rutin Rutin Seringkali menggunakan e-mail Laporan rutin radio jaringan kepada radio induk dilakukan secara berkala meliputi laporan harian, mingguan dan bulanan. Koordinasi juga dilakukan secara rutin.
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
145
Strategi dan kebijakan
Penghargaan dan sanksi diberikan oleh induk sesuai dengan kinerja radio jaringan. Strategi berorientasi pada pasar dan kebijakan Membuat gebrakan baru dengan menyajikan diambil berdasarkan survei. Radio Prambors program-program yang didominasi oleh siaran masih dengan konsep keseragaman. Perubahan musik dan minim siaran kata (salah satu hasil konsep “hits maker” menjadi “hits player”. kebijakan yang berdasarkan riset). Format baru ini kemudian banyak diikuti oleh Menerapkan satu identitas untuk seluruh berbagai radio lainnya. jaringan Prambors. Selain tercermin dari programnya maka identitas yang sama juga Berdasarkan survei yang dilakukan di terlihat dari website yang dimiliki karena seluruh masing-masing kota sehingga bisa terjadi jaringan diwakili oleh satu website. hasil yang berbeda antara Jakarta dan Surabaya. Karenanya, radio Gen lebih Menambah jaringan merupakan strategi yang memberikan kebebasan pada radio jaringan. dipilih untuk pengembangan (membeli Tetapi tujuan utama tetap pada tujuan untuk sepenuhnya atau memiliki saham mayoritas). meraih pendengar dan keuntungan. Strategi lain adalah menambah siaran musik dan mengurangi siaran kata, menggunakan penyiar yang sudah dikenal namanya dan menggunakan peralatan yang secara teknis memiliki keunggulan, serta sering melakukan kegiatan off air.
Riset
Radio Gen memiliki konsultan khusus sejak berdirinya Gen FM. Warna lokal harus tetap dipertahankan dalam jaringan karena itulah kekuatan yang dimiliki oleh radio lokal.
Siaran pada radio jaringan tidak terlalu terlihat kelokalannya. Dilakukan secara berkala sebagai dasar untuk Sebagai dasar untuk penyusunan strategi dan menyusunan kebijakan. berbagai kebijakan terutama dalam penyusunan program
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
146
Memiliki divisi riset dan pengembangan Memiliki konsultan dari luar negeri
Media sosial
Dilakukan secara berkala baik di radio induk maupun radio jaringan Digunakan sebagai sumber informasi tentang Sebagai media untuk melakukan komunikasi pendengar. dengan berbagai pihak terutama pendengar Twitter/Facebook/Instagram/Youtube
Sebagai sumber informasi berbagai hal yang diperlukan selain sumber informasi dari data riset. Twitter/Facebook/Instagram/Line
Jaringan
Pola pengembangan radio dengan berjaringan Keuntungan bergabung dengan sebuah merupakan pola yang dipilih oleh kelompok jaringan adalah sudah memiliki nama yang Prambors dalam mengembangkan usahanya. dikenal, kemampuan pengadaan SDM, dana dan fasilitas, jangkauan siar yang luas Keuntungan dari berjaringan adalah sudah memiliki nama yang dikenal, pemasaran dan Tantangan adalah untuk memenangkan jangkauan siar yang lebih luas serta adanya persaingan dengan radio lokal yang lebih dulu efisiensi. eksis di daerah
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
147
BAB 5 DISKUSI
Tumbuhnya banyak organisasi media dan semakin menariknya bisnis industri media dapat menjadi acuan bahwa industri media di Indonesia saat ini berkembang pesat. Kemajuan teknologi turut mewarnai hadirnya beragam media. Dalam kehidupan sehari-hari pun, kita tidak lepas dari penggunaan berbagai media. Karenanya, para banyak pelaku bisnis yang pada akhirnya berkonsentrasi pada penambahan kepemilikan organisasi media. Seperti kita tahu bahwa media memiliki peran dan pengaruh besar dalam masyarakat. Organisasi media bukanlah suatu entitas bisnis semata tetapi melalui produk yang dihasilkan, memiliki fungsi sosial lainnya seperti memberikan informasi, pendidikan, hiburan dan pengawasan. Melalui
sajian
informasi
dan
berbagai
program
lainnya,
media
dapat
mempengaruhi opini masyarakat. Melalui media juga banyak hal dapat disebarkan, karena itulah keberadaan media sudah selayaknya diatur dengan ketat agar kepentingan masyarakat tetap menjadi hal yang diutamakan. Terlebih untuk media penyiaran yang menggunakan sumber daya milik publik yaitu frekuensi, maka penggunaannya harus kembali pada kepentingan pemilik frekuensi yaitu publik itu sendiri. Dalam perkembangannya, industri ini sampai pada tingkat persaingan yang sengit karena banyaknya organisasi media yang ada. Persaingan saat ini tidak hanya terjadi antar media yang sejenis tetapi juga antar media lainnya. Misalnya media televisi tidak bisa hanya melihat sesama stasiun televisi, tetapi juga harus memperhitungkan kehadiran media lainnya. Belum lagi kehadiran media berbasis internet dengan berbagai ragam bentuknya dan sangat dekat dengan kehidupan masyarakat. Internet yang memunculkan berbagai bentuk media, membuat beberapa media sebelumnya mengalami penurunan penetrasi khalayak. Hal ini kemudian menuntut kreativitas dan inovasi dari pengelola media untuk siap menghadapi persaingan. Salah satu yang dilakukan adalah menambah fasilitas akses bagi khalayaknya dengan berbagai sarana online.
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
148
Akhirnya, seluruh lembaga media saling bersaing untuk mendapatkan perhatian dari masyarakat sebagai konsumen dan di sisi lain berebut jatah iklan sebagai sumber pendapatan utama media sampai saat ini. Hal ini sesuai dengan bahasan dalam ekonomi media bahwa lembaga media dalam prakteknya menghadapi dua pasar sekaligus. Pertama adalah khalayak dan kedua adalah para pengiklan. Tetapi, seperti telah diungkapkan dalam analisis data bahwa terjadi perubahan dalam beberapa tahun terakhir untuk jumlah penetrasi khalayak dan perolehan iklan di antara media yang ada. Dari penetrasi khalayak, terlihat beberapa media mengalami penurunan prosentase dari tahun ke tahun, dan kenaikan terjadi pada media berbasis internet. Di sisi lain, kenaikan dan penurunan penetrasi khalayak terhadap media tentu mempengaruhi bisnis media itu sendiri. Untuk media-media yang mengalami penurunan, tentu para pengelolanya berusaha keras agar medianya tetap dapat bertahan di tengah persaingan yang kian bertambah. Persaingan ini juga dirasakan semakin meningkat terutama sejak 1998 di saat reformasi yang membuka peluang dan berbagai kemudahan untuk mendirikan lembaga media. Perubahan prosentase penetrasi khalayak pada akhirnya juga turut mempengaruhi naik turunnya perolehan iklan masing-masing media. Pada media cetak dan radio prosentase perolehan iklan menunjukkan penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Walaupun secara prosentase menurun tetapi dari sisi jumlah, secara keseluruhan perolehan iklan oleh berbagai media di Indonesia mengalami peningkatan dalam jumlah, hal tersebut dapat dipahami karena adanya kenaikan harga iklan dan hal pendukung lainnya. Tetapi yang menarik adalah, kondisi di atas tidak menyurutkan beberapa orang ataupun lembaga tertentu untuk menekuni bisnis media dan bahkan memperluas bisnis yang sudah berjalan. Tentu saja hal ini tidak terjadi merata, artinya perkembangan bisnis kebanyakan terjadi pada kelompok-kelompok usaha bermodal besar. Kondisi ini mengakibatkan persaingan yang terjadi pada industri ini masuk ke dalam bentuk pasar oligopoli, di mana pasar hanya dikuasai oleh beberapa pelaku saja yang pada akhirnya dapat mempengaruhi pasar melalui produk yang mereka tawarkan (dalam hal ini berbagai produk media), penentuan
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
149
harga (iklan), pengaruh industri kepada para pengambil kebijakan, dampak tertentu yang diinginkan oleh pelaku (politik) dan lainnya. Hal ini terjadi di semua jenis media termasuk media radio yang menjadi obyek penelitian dalam disertasi ini. Industri radio yang sudah berjalan puluhan tahun di Indonesia saat ini juga terkonsentrasi pada beberapa kelompok besar yang menguasai belasan sampai ratusan radio dalam kelompoknya. Dinamika yang terjadi pada industri radio siaran di Indonesia saat ini, tentu tidak terlepas dari pengaruh perkembangan industri media secara keseluruhan. Keberadaan radio siaran memiliki nilai penting karena media radio merupakan salah satu media yang sejak lama ada di Indonesia serta bisa dinikmati sampai ke pelosok daerah. Menurut paparan PRRSNI Pusat tentang sejarah radio siaran disebutkan bahwa keberadaan radio siaran di Indonesia mempunyai hubungan erat dengan sejarah perjuangan bangsa, baik semasa penjajahan, masa perjuangan proklamasi
kemerdekaan,
memperjuangkan
maupun
kehidupan
didalam
masyarakat
dinamika yang
perjalanan
demokratis,
adil
bangsa dan
berkemakmuran.5 Industri radio siaran mencapai kejayaannya pada sekitar tahun 19801990an, di mana radio masih menjadi pilihan di antara media yang ada. Saat itu banyak program radio yang menjadi favorit pendengar, tidak hanya di kota-kota besar tetapi di seluruh pelosok Indonesia. Sandiwara radio merupakan salah satu program unggulan yang sangat dinanti. Bahkan sejak pelarangan iklan di televisi tahun 1985, lonjakan iklan di radio tidak dapat dihindari. Agus Sudibyo (2004) 5
Di zaman Penjajahan Belanda, radio siaran swasta yang dikelola warga asing menyiarkan program untuk kepentingan dagang, sedangkan radio siaran swasta yang dikelola pribumi menyiarkan program untuk memajukan kesenian, kebudayaan, di samping kepentingan pergerakan semangat kebangsaan. Ketika pendudukan Jepang tahun 1942, semua stasiun radio siaran dikuasai oleh pemerintah, programnya diarahkan pada propaganda perang Asia Timur Raya. Tapi setelah Jepang menyerah kepada Sekutu 14 Agustus 1945 para angkasawan pejuang menguasai Radio Siaran sehingga dapat mengumandangkan Teks Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 ke seluruh dunia. Selanjutnya sejak proklamasi kemerdekaan RI sampai akhir masa pemerintahan Orde Lama tahun 1965, Radio Siaran hanya diselenggarakan oleh Pemerintah, dalam hal ini Radio Republik Indonesia atau RRI. Secara defacto radio siaran swasta nasional Indonesia tumbuh sebagai perkembangan profesionalisme “radio amatir” yang dimotori kaum muda diawal orde baru tahun 1966, secara yuridis keberadaan radio siaran swasta diakui, dengan prasyarat, penyelenggaranya ber-Badan Hukum dan dapat menyesuaikan dengan ketentuan Peraturan Pemerintah RI nomor 55 tahun 1970 tentang Radio Siaran Non Pemerintah, yang mengatur fungsi, hak, kewajiban dan tanggungjawab radio siaran, syarat-syarat penyelenggaraan, perizinan serta pengawasannya (http://www.radioprssni.com/prssninew/history.asp)
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
150
menuturkan tahun 1980an adalah masa keemasan bagi industri radio di Indonesia sampai akhirnya muncul televisi swasta sekitar awal 1990an yang membuat perolehan iklan radio langsung merosot dari tahun ke tahun. Menurunnya prosentase iklan bagi media radio sangat berpengaruh bagi pelaku industri radio karena diperebutkan oleh banyak stasiun radio. Namun sayangnya, dari seluruh total belanja iklan radio tersebut, sebagian besar diambil oleh radio-radio di Jakarta sehingga perputaran dana iklan radio dapat dikatakan tidak merata. Secara perlahan mulai banyak radio-radio yang tidak beroperasi lagi karena kekurangan pemasukan untuk menjalankan kegiatan sehari-hari. Belum lagi perkembangan teknologi yang memaksa para pemain di industri penyiarah harus selalu tanggap akan perubahan yang terjadi dan tentu saja hal ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Hadirnya jenis media baru terutama media berbasis internet turut memperparah keadaan, di mana industri radio dirasakan cukup berat dijalani oleh pelaku bermodal kecil. Hal ini yang kemudian memicu munculnya pengelolaan radio melalui kelompokkelompok kepemilikan atau sering disebut dengan radio berjaringan. Nampak dinamika industri media yang ada mempengaruhi perubahan pada industri media radio. Dalam tulisannya yang berjudul “Centang-Perenang Industri Radio”, Agus Sudibyo mencatat pertumbuhan radio siaran di Indonesia sejak tahun 1980an sebenarnya sudah mulai mengarah kepada pembentukan jaringan radio. Pemilik radio siaran tidak hanya mendirikan satu stasiun radio saja, tetapi secara bertahap menambah deretan kepemilikan. Kondisi dan aturan yang tidak terlalu mengikat saat itu, memudahkan para pemilik radio siaran terus memperbesar jaringannya. Kelompok radio Volare yang berada di daerah Kalimantan Barat menjadi contoh awal jaringan radio yang ada di Indonesia. Kelompok tersebut memang didorong kehadirannya oleh pemerintah untuk menyaingi kehadiran radio Malaysia yang saat itu lebih banyak didengar oleh masyarakat di wilayah Kalimantan Barat.6
6
RTM adalah radio resmi pemerintah Malaysia yang mempunyai jaringan di negara-negara bagian, termasuk Serawak. Pada awal tahun 1980-an, ada tiga RTM yang siarannya bisa dinikmati masyarakat Sambas, Singkawang dan sekitarnya. Apa boleh buat, ketergantungan pun tak terhindari karena siaran RRI dan radio-radio swasta Indonesia belum bisa menjangkau mereka. Akhirnya mulai dirintis pendirian radio-radio baru di wilayah pedalaman Kalimantan Barat. Muncul radio Volare di Pontianak tahun 1975 dan berbekal dukungan politik itu, Volare menjadi kelompok radio yang membangun jaringan radio di Kalimantan Barat. Tak ada kesulitan dalam mengurus izin frekuensi, tak ada prosedur rumit mendirikan radio. Dukungan politik sang penguasa militer memudahkan kelompok ini mengepakkan sayap bisnisnya.Tahun 1985, kelompok ini mendirikan radio Bomantara di Singkawang. Dua tahun kemudian, menyusul pendirian radio Mahkota Polareksa di Sintang.
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
151
5.1. Strukturasi dalam Relasi Industri Media dan Kelompok Kepemilikan Radio Siaran Dalam paparan di atas nampak bahwa kehadiran jaringan radio di Indonesia pada awalnya tidak mengacu pada aturan pembatasan kepemilikan media dan penggunaan frekuensi milik publik. Saat itu di tahun 1980an, kehadiran radio lebih dilihat sebagai kepentingan politik yaitu harus dimilikinya radio yang dapat menyaingi gempuran informasi dari radio Malaysia. Radio rintisan saat itu sudah mengarah pada pendirian beberapa radio dalam suatu kelompok kepemilikan. Perkembangan selanjutnya, industri radio di Indonesia hadir sebagai suatu bisnis yang menjanjikan sehingga kecenderungan untuk menambah deretan kepemilikan radio dalam satu kelompok terus meningkat. Apalagi dari sisi perijinan dan biaya yang dikeluarkan, pendirian media radio relatif lebih mudah dan lebih murah dibanding media televisi. Di sini terlihat adanya dimensi legitimasi yang memberikan kemudahan pada pendirian lembaga radio siaran radio. Akuisisi beberapa radio oleh PT. Mahaka Media yang bernilai belasan miliar rupiah tentu tidak sebanding dengan akuisisi media televisi yang bernilai triliunan rupiah (misalnya akuisisi PT. Indosiar Karya Media, Tbk oleh PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk sebesar empat triliun lebih menurut data pada website KPPU). Hal tersebut membuat perpindahan kepemilikan media radio sering terjadi bahkan sampai saat ini. Dari sisi perijinan karena proses perpindahan tersebut banyak menggunakan aturan jual-beli perseroan terbatas dan dilakukan oleh holding company (perusahaan induk) dari radio yang bersangkutan, sehingga perubahan kepemilikan menjadi legal. Walaupun seharusnya untuk entitas bisnis seperti lembaga penyiaran, perubahan kepemilikan harusnya diatur lebih cermat dan detail. Belum lagi jika perubahan kepemilikan itu diikuti dengan penggunaan frekuensi dan perubahan format lembaga penyiaran. Kenyataannya, pengurusan perubahan data perusahaan, kepemilikan dan izin penggunaan frekuensi dapat dilakukan dengan mudah. Sesuai dengan Permen Kominfo No. 38 Tahun 2012, pemohon hanya menyerahkan dokumen berisi keterangan tentang informasi Dengan slogan “mengimbangi pengaruh radio Malaysia dengan mendirikan sebanyak mungkin radio baru,” Volare Grup muncul sebagai kelompok radio yang menguasai wilayah Kalimantan Barat (Agus Sudibyo dalam tulisannya berjudul “Centang- Perenang Industri Radio)
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
152
terbaru yang meliputi nama pemilik, pembagian saham, alamat, lokasi stasiun dan pemancar, nama baru (sebutan stasiun radio di udara), format dan lainnya. Kondisi ini kembali memperlihatkan bahwa terjadi relasi antara struktur dan agen, di mana struktur melalui dimensi legitimasi memberikan celah kepada agen untuk melakukan pelebaran usaha dengan pembelian aset dan lainnya. Aturan dan kebijakan yang berlaku dimanfaatkan oleh para pelaku di industri media untuk terus menambah deretan panjang media yang dimilikinya. Tetapi kemudian, munculnya konsolidasi media pada akhirnya kembali memaksa struktur untuk menilik kembali apakah aturan yang ada sudah benar-benar sesuai, karena seharusnya aturan tersebut berpihak untuk kepentingan masyarakat. Kenyataan yang ada, aturan yang digunakan saat ini masih belum menempatkan lembaga media khususnya penyiaran sebagai lembaga khusus yang seharusnya memerlukan aturan ketat. Salah satu contoh misalnya, dalam berita yang diunggah pada website KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) tanggal 22 Desember 2011 tentang akuisisi PT. Indosiar Karya Media (Indosiar) oleh PT. Elang Mahkota Teknologi (SCTV) dinyatakan tidak ada praktek monopoli berkaitan dengan adanya akuisisi tersebut. Dalam kutipan dari surat yang dicantumkan, alasan-alasan untuk melihat ada tidaknya praktek monopoli semata-mata hanya alasan yang bersifat ekonomi (tentang hambatan masuk pasar bagi pesaing dan efisiensi perusahaan) tanpa melihat bahwa entitas yang bersangkutan adalah lembaga penyiaran yang menggunakan frekuensi milik publik dan tidak semata-mata mencari keuntungan. Hal tersebut dapat terjadi karena proses akuisisi dilakukan oleh perusahaan induk yang menaungi lembaga penyiaran yang bersangkutan, sehingga kasus yang ada murni dilihat sebagai kasus perpindahan kepemilihan perusahaan pada umumnya. Kembali kepada masalah perluasan bisnis maka, lagi-lagi kata efisiensi menjadi alasan utama untuk menambah deretan kepemilikan media. Dalam konteks media radio selain efisiensi maka alasan perluasan jangkauan siar dan perolehan iklan yang lebih besar juga menjadi dasar utama berkembangnya jaringan radio sampai saat ini, di saat industri radio siaran tidak secemerlang tahun 1980an sampai 1990. Karena itulah, jaringan radio yang terus berkembang merupakan respon terhadap dinamika industri media di Indonesia saat ini.
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
153
Persaingan yang tinggi tidak hanya di antara radio-radio yang ada, tetapi juga persaingan di antara berbagai jenis media lainnya. Kehadiran internet yang memunculkan berbagai varian media baru juga turut mempengaruhi bisnis radio siaran sehingga banyak perubahan yang terjadi dalam industri radio siaran. Selanjutnya, industri media radio berkembang dan semakin memperlihatkan bahwa media radio merupakan suatu entitas bisnis semata karena dijalankan dengan caracara tertentu untuk pencapaian keuntungan. Menurunnya prosentase perolehan iklan radio dalam beberapa tahun terakhir yang diikuti turunnya jumlah pendengar dan waktu yang digunakan untuk mendengar siaran radio, tidak mengurangi keinginan para pengelola radio siaran untuk terus mengembangkan usahanya. Karenanya mereka terus menghadirkan radio-radio baru, menciptakan peluang-peluang baru dan program-program baru serta
perbaikan dari sisi manajemen. Praktek pelebaran usaha dalam industri
media dengan membentuk suatu kelompok kepemilikan yang menguasai banyak media atau bisnis lain yang saling berhubungan, merupakan perwujudan dari pengelolaan bisnis media yang sangat mengutamakan kepentingan kelompok atau pemilik media. Dalam kajian ekonomi politik media, maka usaha-usaha tersebut dapat dilihat melalui konsep spasialisasi yang dapat dipahami sebagai perluasan dari kekuasaan korporasi dalam industri komunikasi. Lebih lanjut Mosco (2009) menjelaskan bahwa bentuk nyata dari hal tersebut adalah penambahan besaran perusahaan media, yang dilihat asset, pendapatan, keuntungan, karyawan dan perolehannya pada pasar. Adanya konsentrasi korporasi juga memberikan kesempatan pada perusahaan untuk mengontrol produksi, distribusi dan pertukaran yang ada. Dalam penelitian ini, bentuk spasialisasi dapat ditemui dalam praktek radio berjaringan yang dijalankan oleh beberapa kelompok kepemilikan media yang ada di Indonesia. Kelompok kepemilikan tersebut ada yang melakukan pelebaran usaha secara horisontal dengan memiliki berbagai jenis media, ada juga pelebaran usaha secara vertikal dengan penguasaan dari hulu (bahan baku) hingga hilir (sampai ke distribusi). Dalam penelitian ini kelompok kepemilikan yang menjadi obyek penelitian yaitu kelompok Masima dan Mahaka, juga memiliki bisnis lainnya yang
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
154
masih berhubungan dengan bisnis media. Kelompok Masima memiliki beberapa jaringan radio, rumah produksi, media buying dan jasa pemsaran. Kelompok Mahaka bahkan memiliki beberapa unit bisnis lain dalam naungan Mahaka media seperti penerbitan, media luar ruang, konsultan media dan media online. Untuk media radio, berbagai kelompok kepemilikan yang ada memiliki aturan atau pola hubungan (antara induk dan jaringan) masing-masing. Pola hubungan antara radio induk dan radio jaringan tidak selalu sama, artinya ada radio yang berjaringan hanya pada kerjasama program atau pemasaran, di mana pemilik radio induk dan jaringan adalah orang atau lembaga yang berbeda. Pola lainnya adalah radio yang berjaringan dalam semua aspek dan kepemilikan radio jaringan dikuasai sepenuhnya oleh induk jaringan. Dari sisi pemilik, perluasan jaringan akan menuju pada peroleh keuntungan yang semakin besar. Perluasan atas jangkauan siar dan pemasaran menjadi alasan bagi radio lokal untuk bergabung kepada suatu jaringan. Tetapi radio jaringan juga tidak begitu saja tertarik untuk membuka cabangnya di daerah, karena mereka tetap memperhitungkan biaya operasional yang harus dikeluarkan sehingga pembukaan radio baru, tetap didominasi oleh keinginan memperoleh keuntungan. Padahal jika kita lihat dalam UU Penyiaran atau PP yang mengatur lembaga penyiaran, seharusnya sebuah kelompok kepemilikan media memberikan prosentase tertentu untuk membuka jaringan selain di kota besar. Pola berjaringan sebenarnya dilaksanakan untuk memunculkan potensi daerah agar dapat berkembang. Selain itu keragaman isi dan kepemilikan juga menjadi agenda utama dilakukannya siaran berjaringan. Pada prakteknya, kepemilikan yang ada pada pola berjaringan (khususnya pada pola berjaringan penuh) dilakukan melalui penguasaan atas kepemilikan radio jaringan seutuhnya. Artinya radio induk membeli radio jaringan dan memiliki semua aset yang ada dan tidak ada pembagian saham dengan pemilik sebelumnya (lebih mengarah pada praktek akuisisi). Hal ini bisa terjadi karena aturan jual beli lembaga penyiaran khususnya radio dilakukan seperti jual beli perusahaan pada umumnya dan dilakukan oleh induk perusahaan sebagai sebuah lembaga bisnis dan dalam jual beli tersebut biasanya juga termasuk “jual-beli” atas frekuensi yang seharusnya tidak terjadi karena frekuensi tidak dapat diperjual-belikan dan mereka bukanlah pemilik frekuensi. Hal ini memperlihatkan bahwa terjadi inkonsistensi
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
155
antara aturan yang ada sehingga praktek berjaringan yang dilakukan oleh pengelola radio saat ini masih bertujuan pada kepentingan bisnis daripada tujuan yang diamanatkan oleh undang-undang. Dalam tulisannya, Amir Effendi Siregar (2014) menyebutkan bahwa keberadaan media yang menggunakan frekuensi milik publik seharusnya diatur dengan aturan yang sangat ketat. Para pemilik lembaga media yang ada hanyalah meminjam frekuensi dan seharusnya menggunakan frekuensi tersebut untuk kepentingan rakyat. Tetapi pada kenyataannya saat ini, justru terjadi tren pemusatan kepemilikan media di Indonesia, serta isi siaran yang hanya menguntungkan pemilik dan kelompok tertentu. Banyak terjadi pelanggaran dalam implementasi aturan yang telah ditetapkan dan kurang tegasnya penegakan hukum atas pelanggaran tersebut. Dalam website Kementrian Kominfo tentang “Perizinan Spektrum Frekuensi Radio” jelas dituliskan bahwa spektrum frekuensi radio merupakan sumber daya alam terbatas dan strategis serta mempunyai nilai ekonomis tinggi sehingga harus dikelola secara efektif dan efisien guna memperoleh manfaat yang optimal dengan memperhatikan kaidah hukum nasional maupun international. Penggunaan spektrum frekuensi radio harus sesuai dengan peruntukannya serta tidak saling menganggu mengingat sifat spektrum frekuensi radio dapat merambat ke segala arah tanpa mengenal batas wilayah negara. Di bagian E tentang perubahan data stasiun radio (perubahan data perusahan, alamat dan lainnya) dapat melalui dua cara yaitu pertama dengan analisa teknis dan proses permohonan izin baru, kedua tanpa analisa teknis sehingga perubahan data tidak mempengaruhi izin penggunaan frekuensi. Dari kedua cara tersebut dan melihat tata cara pembelian lembaga siaran radio yang masih terdaftar dengan menggunakan nama PT asal (lama) maka bisa dipahami jika perubahan kepemilikan, format dan lainnya menjadi lebih mudah. Tetapi hal ini memerlukan analisa dan penelitian lebih lanjut untuk melihat apakah aturan yang ada sudah mewakili kepentingan publik sebagai pemilik frekuensi dan tidak ada celah untuk digunakan bagi kepentingan pemilik stasiun radio semata.
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
156
Dalam bab sebelumnya telah dipaparkan berbagai model berjaringan yang ada, tetapi dalam penelitian ini obyek penelitian yang dipilih adalah radio dengan sistem berjaringan penuh yaitu kepemilikan dan operasional yang sama dengan radio induk. Data tentang kelompok kepemilikan radio tentu akan mengalami perubahan dari waktu ke waktu seiring terus terjadinya jual – beli radio di antara pelaku bisnis radio di Indonesia. Selain itu, kerjasama antar radio dalam program sindikasi, baik dalam materi siaran dan pemasaran juga cenderung meningkat seiring dengan sengitnya persaingan di industri ini. Alasan penambahan modal, efisiensi dalam pemasaran, peningkatan iklan, perluasan jangkauan siar dan penambahan fasilitas produksi serta pengembangan radio ke depan adalah alasan yang sering mendasari bergabungnya sebuah stasiun radio dalam suatu kelompok. Dari sisi program, stasiun radio yang tergabung dalam suatu kelompok kepemilikan dikhawatirkan mememiliki program dan isi siaran yang sama, bahkan ada beberapa program dari radio induk di Jakarta yang kemudian di relay oleh radio jaringan, padahal isi dari siaran itu belum tentu penting dan diminati oleh pendengar radio jaringan. Keberagaman isi dan kepemilikan yang diamanatkan oleh UU Penyiaran pada akhirnya hanya menjadi slogan belaka tanpa realisasi sepenuhnya. Padahal radio adalah media yang sifatnya personal dan lokal sehingga seharusnya program-progran yang ditampilkan dapat benar-benar mewakili kebutuhan pendengarnya. Kalau pun saat ini banyak radio yang memiliki siaran streaming sehingga jangkauan siarannya lebih luas tetapi siaran-siaran yang bersifat lokal masih tetap diminati. Lalu bagaimana sebenarnya potensi radio lokal ataupun radio-radio yang tidak berada dalam suatu kelompok kepemilikan. Di beberapa wilayah, data hasil survei media yang ada memperlihatkan masih adanya dominasi radio-radio lokal. Mereka kebanyakan hadir dengan segmentasi yang lebih lebar sehingga memiliki jumlah pendengar yang banyak. Format radio lokal juga kebanyakan bergaya kedaerahan sehingga mudah diterima oleh pendengarnya. Hal ini berbeda dengan radio-radio jaringan yang kebanyakan berpusat di Jakarta, radio tersebut hadir membidik segmen tertentu sehingga radio jaringan dengan nama besar sekali pun belum tentu dengan mudah dapat menguasai persaingan di suatu wilayah. Mereka harus bersaing dengan radio lokal yang sudah ada lebih dahulu dan memiliki
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
157
jumlah pendengar yang banyak. Jika kita melihat data pendengar radio berdasarkan besaran pengeluaran (dalam survei sering dikategorikan dengan kelas ABCDE) maka data memperlihatkan bahwa kelompok pendengar yang dikategorikan CDE memang lebih banyak daripada kelompok dengan kategori AB untuk jumlah jumlah pendengar radio. Hal tersebut membuat radio dengan segmen CDE relatif lebih mudah memperoleh pendengar dan menduduki peringkat teratas untuk survei jumlah pendengar. Fenomena inilah yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. Persaingan dengan dengan radio lokal dan perubahan selera masyarakat membuat beberapa radio, khususnya radio yang berformat hiburan saat ini merubah isi siaran dengan menambah prosentase pemutaran lagu yang lebih banyak. Hal ini berdasarkan hasil riset di beberapa wilayah terutama di kota-kota besar yang menunjukkan bahwa pendengar cenderung menyukai radio yang sedikit materi katanya dan lebih banyak memutarkan lagu, terutama lagu-lagu yang sedang digemari. Bahkan di Jakarta sekali pun, kehadiran Gen FM di tahun 2008 yang mengusung tagline “Suara Musik Terkini” langsung menarik banyak perhatian pendengar dan membuat beberapa radio besar yang sudah ada turu merubah format radionya. Pencapaian terbaik Gen FM di Jakarta adalah ketika radio ini meraih jumlah pendengar terbanyak mengalahkan beberapa radio yang sering berada di urutan pertama dalam perolehan pendengar seperti Bens Radio dan Radio Dangdut Indonesia. Di Surabaya, kehadiran Gen FM dengan lagu-lagu hits nya juga membuat beberapa pengelola radio lain berbenah diri. Pada akhirnya berbagai strategi yang dijalankan oleh para pengelola radio siaran akan berujung pada kemampuan memenangkan persaingan dan diraihnya keuntungan bagi radio tersebut. Riset yang dilakukan tidak berbeda dengan riset pemasaran di mana produsen ingin mengetahui bagaimana keadaan, keinginan, kebutuhan dan perilaku konsumen yang dituju agar dapat menghadirkan produk yang sesuai dengan konsumennya. Pola berjaringan sebenarnya dilaksanakan untuk memunculkan potensi daerah agar dapat berkembang. Selain itu keragaman isi dan kepemilikan juga menjadi agenda utama dilakukannya siaran berjaringan. Pada kenyataannya, dari sisi isi belum semua lembaga penyiaran berjaringan khususnya radio melakukan
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
158
keberagaman yang dimaksudkan. Di jaringan radio Prambors misalnya, masih ada beberapa acara yang wajib direlay oleh radio jaringan dan adanya aturan yang ketat terhadap acara yang diproduksi oleh radio jaringan. Mereka tetap ingin hadir dengan identitas yang sama di setiap daerah. Penguatan identitas yang sama tidak hanya dihadirkan melalui program yang diudarakan, tetapi juga melalui tampilan website yang diwakili satu website saja untuk semua jaringan, penetapan tanggal lahir radio Prambors yang mengikuti tanggal lahir radio Prambors Jakarta dan halhal lainnya. Dari hasil lapangan dan data sekunder yang diteliti, jaringan radio Gen, lebih memberikan kebebasan bagi radio jaringan untuk memproduksi acaranya sendiri serta menggunakan penyiar lokal pada tiap program, tetapi tetap dengan format yang sama dengan radio induk. Di jaringan ini tidak ada program relay dan penggunaan simbol-simbol daerah diperbolehkan. Mereka sangat menyadari sifat dasar radio sebagai media yang sangat personal sehingga mereka berupaya untuk memberikan sajian yang sesuai dengan keadaan pendengarnya. Jumlah penyiar secara keseluruhan juga lebih banyak dibanding radio Prambors dan ragam acara yang ada berbeda antara Jakarta dan Surabaya. Program yang ada di Jakarta dan Surabaya beberapa memiliki judul yang sama tetapi dengan isi yang berbeda. Berikut perbandingan program acara Gen FM Jakarta dan Gen FM Surabaya : Tabel. 5.1. Perbandingan Program Acara Radio Gen FM Jakarta dan Gen FM Surabaya
Gen FM Jakarta “Semangat Pagi” Senin – Jumat (06.00 – 10.00) Penyiar : Kemal dan TJ Insert : Program Salah Sambung
“Ganas” (Gen 40 Lagu Terpanas) Senin – Jumat (20.00 – 22.00 ) Penyiar : Joey dan Patra Lagu yang masuk dalam chart
Gen FM Surabaya “Semangat Pagi” Senin – Jumat (06.00 – 10.00) Penyiar : Rudi dan Risda Sarat info lokal Insert : Program Salah Sambung Insert : Karjo (Karaoke Jowo) “Ganas” (Gen 30 Lagu Terpanas) Senin – Jumat (19.00 – 21.00) Penyiar : Vee Lagu yang masuk dalam chart
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
159
berbeda antara Jakarta dan Surabaya “Gen 48” Senin – Jumat (16.00 – 20.00) Penyiar : Sammy dan Dita “Tulalit “ (Tujuh Lagu Paling Komplit” masuk dalam program acara di waktu : Minggu (16.00 – 21.00) Senin (10.00 – 16.00) Sabtu (07.00 – 13.00) Penyiar : Rozi, Risa, Veve, Leo “Masbuloh Show” Sabtu (16.00 – 21.00) Penyiar : Joey dan Patra
berbeda antara Jakarta dan Surabaya “Generator” Senin – Jumat (15.00 – 19.00) Penyiar : Bryan dan Danin “Tulalit “ (Tujuh Lagu Paling Komplit” masuk dalam program acara : Generator Gen Asoy Gen Z “Gen Z” Senin – Jumat (10.00 – 14.00) Penyiar : Nessa
“Gen Asoy” Senin – Jumat (21.00 – 23.00) Penyiar : Andre Sumber : Website Radio Gen FM Jakarta dan Surabaya Pengembangan jaringan radio seharusnya juga memperhatikan sebaran lokasi secara merata sehingga tidak hanya membuka jaringan di kota-kota besar. Pada
kenyataannya,
radio-radio
induk
di
Jakarta
kebanyakan
fokus
pengembangannya masih di kota-kota besar lainnya seperti Surabaya, Bandung, Semarang dan lainnya. Belum lagi masalah pembagian saham pada radio jaringan yang harusnya mengikuti aturan tetapi yang terjadi adalah banyak radio induk memiliki sepenuhnya saham radio-radio di daerah. Padahal semangat berjaringan adalah untuk memberdayakan potensi yang ada di daerah tersebut dan bergulirnya informasi yang dibutuhkan masyarakat setempat. Untuk radio siaran yang relatif biaya operasionalnya tidak sebesar televisi, maka produksi siaran yang dikelola oleh radio daerah seharusnya bisa dimaksimalkan dan meminimalkan siaran relay dari radio induk. Selain itu pelaksanaan jual beli sebuah lembaga penyiaran seringkali dipahami sebagai jual beli perusahaan biasa sehingga para pengelola merasa bahwa pembelian yang dilakukan juga diikuti dengan kepemilikan frekuensi. Padahal sekali lagi harus ditegaskan bahwa frekuensi adalah milik publik dan para pemilik lembaga media berbasis frekuensi hanya memiliki ijin
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
160
penggunaan frekuensi sehingga mereka harus bertanggungjawab atas penggunaan tersebut. Di sisi lain, langkah pelebaran usaha tentu menuntut pengelolaan yang baik agar semua dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, tetapi tidak selalu strategi pelebaran usaha melalui jaringan menghasilkan tujuan seperti yang diinginkan. Perbedaan potensi dan karakter masing-masing wilayah dan cara pengelolaan yang tidak bisa diseragamkan dengan pusat juga harus menjadi perhatian bagi pemilik jaringan, terutama untuk media radio yang sangat kental dengan aspek kelokalan. Karena hal itulah peneliti melihat bahwa relasi antara radio induk dan jaringan tidak hanya berjalan dengan dominasi radio induk saja, tetapi radio jaringan juga memiliki potensi untuk menyampaikan ide kreatifnya agar produk dihasilkan benar-benar dapat dinikmati oleh pendengarnya. Dalam relasi tersebut, ada hubungan yang saling mempengaruhi antara induk dan jaringan. Hal ini merujuk pada sifat kelokalan radio yang merupakan karakteristik dasar media radio. Karena hal tersebut, relasi antara induk dan jaringan dilihat dengan menggunakan teori strukturasi dan juga aplikasi teori strukturasi adaptif untuk melihat lebih rinci di tingkat organisasi sehubungan dengan pengelolaan radio berjaringan. Tetapi, sebelum membahas lebih lanjut tentang relasi radio induk dan radio jaringan maka terlebih dahulu akan dibahas tentang relasi antara industri media secara umum dan para pelaku industri radio siaran khususnya kelompok-kelompok kepemilikan yang ada. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa tren kelompok kepemilikan merupakan reaksi atas dinamika yang terjadi pada industri media pada umumnya di Indonesia Secara umum industri media dipahami sebagai lingkungan yang mempengaruhi perkembangan industri radio. Di dalamnya terdapat berbagai unsur mulai dari pemerintah melalui aturan-aturan yang diberlakukan, para pelaku dan pengelola, lembaga pengawas, pihak pengiklan dan publik. Posisi publik dalam hal ini bukan hanya sebagai konsumen penikmat berbagai sajian media tetapi sesungguhnya masyarakat adakah pemilik frekuensi sebagai modal dasar berlangsungnya berbagai siaran media. Hal tersebut pada kenyatannya kurang dipahami oleh masyarakat sendiri, bahkan juga kurang dipahami oleh para pelaku industri penyiaran. Bagi para pelaku, bisa saja mereka mengabaikan begitu saja
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
161
hak-hak masyarakat tetapi bisa juga benar-benar tidak memahami tentang adanya frekuensi milik publik. Dalam wawancara yang dilakukan terlihat penggunaan “jual beli” radio menjadi kalimat yang biasa saja dan seakan benar
kalimat adanya.
Dalam perkembangannya, industri media di Indonesia sampai pada tren pengelolaan radio secara berjaringan yang merupakan respon atas dinamika industri media yang ada saat ini. Persaingan yang sangat ketat terjadi dalam bisnis media khususnya radio siaran, ditambah lagi kehadiran berbagai bentuk media berbasis internet yang mengharuskan pengelolaan radio siaran untuk lebih aktif beradaptasi dengan perubahan lingkungannya. Tingginya persaingan, menurunnya prosentase perolehan iklan serta berkurangnya penetrasi pendengar membuat beberapa pengelola radio memberhentikan aktivitas radionya karena tidak menutup biaya operasional yang harus ditanggung. Tetapi di sisi lain, tetap saja bermunculan stasiun radio baru, dengan nama dan format baru pada frekuensi yang sudah ada. Hal tersebut terjadi karena radio yang sudah tidak aktif banyak “dibeli” oleh perusahaan media lainnya untuk dihadirkan kembali dalam wajah baru. Proses jual beli untuk media radio yang seharusnya melalui tahapan tertentu karena berkenaan dengan penggunaan frekuensi nampaknya berjalan dengan mudah, semudah perubahan yang dilakukan oleh pemilik untuk format radio. Pola tersebut akhirnya melahirkan kelompok-kelompok kepemilikan yang menguasai banyak media dalam perusahaan yang dikelolanya. Padahal di sisi lain, aturan tentang penambahan media oleh sebuah lembaga penyiaran telah diatur, baik dari sisi kuantitas maupun sebaran lokasi jaringan. Tetapi pada kenyataannya beberapa perusahaan media memiliki puluhan radio serta adanya kepemilikan silang yaitu dimiliki beberapa jenis media dalam satu perusahaan. Keberagaman kepemilikan media pada akhirnya belum dapat diraih dengan tidak adanya implementasi seutuhnya dari berbagai aturan yang ada tentang industri media di Indonesia. Keberagaman kepemilikan pada akhirnya juga sulit diraih jika bertambah banyak radio-radio lokal yang kemudian bergabung dalam suatu kelompok kepemilikan. Alasan utama untuk turut serta menjadi bagian dari sebuh jaringan
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
162
adalah kelangsungan dan perkembangan yang lebih baik bagi stasiun radio yang bersangkutan. Pengelola media pada akhirnya tidak lagi melihat fungsi media sebagai penyampai informasi, pendidikan dan hiburan tetapi lebih sebagai entitas bisnis sepenuhnya. Selain masalah kepemilikan yang pada akhirnya memusat hanya pada beberapa kelompok atau perorangan, maka masalah isi atau program yang sama di berbagai wilayah juga harus terus mendapat perhatian. Hak publik khususnya pendengar radio sebagai media lokal dan bersifat personal harusnya melayani pendengarnya sesuai dengan kondisi, keinginan dan kebutuhan pendengarnya. Tetapi pada kenyataannya, beberapa jaringan radio menyiarkan satu program dari radio induk ke seluruh radio jaringan. Dari sisi strukturasi maka praktek perulangan seperti pembelian stasiun radio dan penambahan terus menerus jumlah kepemilikan media dalam suatu kelompok-kepemilikan, menjadikan hal tersebut sebagai suatu yang biasa terjadi. Para pemilik radio yang tidak bergabung dalam suatu kelompok kepemilikan meyakini bahwa untuk menjadi besar harus bergabung dengan kelompok tertentu, sehingga lambat laun muncul struktur baru yang dapat mengekang atau pun memberdayakan. Struktur tersebut akan bersifat mengekang jika keadaan industri yang ada hanya dilihat dari sisi kepentingan pemilik modal besar saja. Tetapi sesungguhnya, merujuk pada pemikiran Giddens bahwa struktur bisa juga memiliki sifat pemberdayaan jika kita melihat bahwa keadaan industri radio saat ini juga memberikan kesempatan kepada radio-radio daerah atau radio dengan modal kecil untuk berkembang melalui bentuk kerjasama yang saling menguntungkan dengan radio lainnya. Jika kerjasama yang terjalin dapat memberdayakan maka tujuan berjaringan yang diusung oleh Undang-Undang dapat menjadi suatu keniscayaan, karena dalam kerjasama dalam jaringan tersebut radio jaringan akan diwarnai dengan berbagai potensi lokal yang dimiliki mulai dari sumber daya sampai pada produk yang dihasilkan. Konsekuensi dari adanya radio berjaringan adalah menuntut upaya para pemilik jaringan untuk menyesuaikan diri dengan berbagai karakter pendengar yang berbeda-beda dari satu wilayah dan wilayah lainnya di Indonesia. Hal ini terlihat dari berbagai riset yang dilakukan baik sejak awal sebelum berdirinya radio
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
163
jaringan, maupun riset rutin untuk mengetahui hal-hal baru yang disukai pendengar. Kelompok radio Gen hadir dengan kekuatan data riset pendengar yang selalu menjadi acuan dalam berbagai kebijakan yang mereka ambil. Jika selama ini para pemain lama dalam indutri radio merasa sudah sangat paham dengan industri yang mereka geluti, maka manajemen Gen FM langsung menggali informasi dari pendengarnya dan terbukti bahwa data yang mereka dapatkan sangat up to date. Mereka tidak menyamaratakan pendengar di berbagai kota, tetapi justru mereka sadar akan keinginan yang berbeda di berbagai wilayah. Manajemen Gen FM akhirnya mendapatkan gambaran tentang hal-hal apa yang disukai dan diinginkan oleh pendengar terhadap suatu program radio. Mereka menganggap bahwa, produk yang mereka buat harus sesuai dengan keadaan pendengar dan bukan semata-mata keinginan pihak manajemen. Strategi tersebut akhirnya dipenuhi dan Gen FM melejit menjadi radio nomor satu di Jakarta. Fenomena ini menggambarkan bahwa perubahan dalam masyarakat akhirnya mendorong juga perubahan pada strategi yang dijalankan oleh pengelola radio siaran. Tetapi hal tersebut dapat mewakili bagaimana perubahan yang terjadi pada industri media khususnya radio dipengaruhi oleh industri media pada umumnya dan kondisi masyarakat saat ini. Jika merujuk pada dimensi dualitas Giddens, kondisi tersebut dapat mewakili gambaran kekuatan agen untuk mempengaruhi struktur. Pendengar memiliki kekuatan untuk merubah kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen radio. Di sisi lain, para pengiklan yang biasanya ingin agar iklannya dapat disiarkan lebih luas membuat radio jaringan memiliki keunggulan. Tetapi dalam temuan di lapangan, terdapat kenyataan menarik bahwa pihak pengelola radio juga dapat melakukan negosiasi dengan pengiklan dan tidak selalu pengikuti begitu saja keinginan pengiklan. Di jaringan radio Gen misalnya, karena slot untuk iklan memang tidak banyak mereka seringkali menerima permintaan untuk menambah slot tersebut. Tetapi pihak pengelola tetap pada format yang ada yaitu dominan musik dan sedikit siaran kata serta iklan. Pihak pengelola tidak begitu saja memenuhi permintaan pengiklan. Pihak pengelola juga mampu melakukan edukasi kepada pengiklan untuk mengatur jadwal pemasangan iklan dan memberlalukan sistem pemesanan slot iklan bahkan sampai setahun kedepan. Hal ini memperlihatkan bahwa walaupun iklan merupakan sumber dana terbesar bagi
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
164
media, tidak sepenuhnya media dapat diatur oleh pengiklan. Hubungan antara pengiklan dan pengelola media merupakan hubungan yang saling mempengaruhi.
5.2. Strukturasi dalam Relasi Radio Induk dan Radio Jaringan Dalam aplikasi teori strukturasi dalam level organisasi atau yang dikenal sebagai teori strukturasi adaptif, maka tahapan yang selanjutnya akan dilihat adalah relasi pada dua jaringan radio yang berbeda yaitu jaringan radio Prambors FM (Jakarta-Surabaya) dan jaringan radio Gen FM (Jakarta- Surabaya). Relasi antara radio induk dan jaringan dilaksanakan dengan aturan tertentu dan masing-masing kelompok memiliki aturannya sendiri. Selama ini relasi radio induk dan jaringan dipahami sebagai relasi yang hanya menempatkan induk sebagai pihak yang berkuasa, padahal jaringan juga bisa memberikan pengaruh dan melakukan perubahan. Karena hal itulah, studi tentang strukturasi akan digunakan untuk melihat relasi induk dan jaringannya. Strukturasi menurut Giddens (1984) adalah dualitas hubungan antara agen (aktor) dan struktur. Struktur dipahami sebagai aturan (rules) dan sumber daya (resources)
yang terbentuk dan membentuk
perulangan praktek sosial. Dualitas antara agen dan struktur terjadi pada proses di mana struktur sosial digunakan sebagai sarana dan juga sebagai hasil dari praktek sosial (Priyono, 2002). Teori strukturasi menyatakan tindakan manusia sebagai proses produksi dan reproduksi berbagai sistem sosial. Dengan kata lain, jika kita berkomunikasi dengan orang lain maka kita membuat struktur yang memiliki besaran dari level institusi sosial kultural sampai ke level yang lebih rendah yaitu hubungan antar individu. Struktur dapat berupa aturan, norma, jaringan komunikasi dan institusi yang dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh tindakan sosial. Struktur memberikan aturan dan arahan terhadap individu akan tindakan mereka. Tetapi tindakan tersebut pada akhirnya juga dapat membentuk aturan baru dan mereproduksi struktur yang sudah ada (Littlejohn & Foss, 2008). Dalam tataran organisasi, teori strukturasi menurut Marshall Scott Poole et al (2009) telah diaplikasikan dalam empat hal pembahasan yaitu mengenai pembentukan organisasi, iklim dan budaya organisasi, jaringan komunikasi organisasi dan identitas organisasi :
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
165
a. Dalam pembentukan organisasi, dilihat berbagai hal seperti bagaimana anggota organisasi saling terhubung dan bernegosiasi dengan anggota lainnya, juga dengan pihak dari luar organisasi. Kemudian juga dibicarakan mengenai bagaimana anggota organisasi saling berkoordinasi satu sama lain serta bagaimana sebuah struktur organisasi disusun. b. Dari sisi iklim organisasi, dihubungkan dengan bagaimana suasana yang ada dalam organisasi dalam hal dukungan organisasi kepada anggotanya, komitmen, kepuasan dan kinerja anggota dalam organisasi. c. Sedangkan dalam jaringan komunikasi dilihat bagaimana aktivitas komunikasi dalam organisasi melalui interaksi dan perilaku anggota organisasi. d. Terakhir tentang identitas organisasi, dibedakan pemahaman tentang identitas dan identifikasi organisasi. Identitas merujuk pada struktur yaitu seperangkat aturan dan sumber daya, sedangkan identifikasi sebagai suatu sistem. Pembahasan tentang relasi antara radio induk dan radio jaringan selanjutnya akan melihat empat hal tersebut dengan menggunakan dimensi dualitas struktur yang telah digambarkan di atas. Dimensi dualitas struktur tersebut membentuk tiga interaksi yaitu komunikasi, kekuasaan dan sanksi. Masing-masing struktur menggunakan modalitasnya untuk melakukan interaksi tersebut. Struktur signifikansi/pemaknaan menggunakan kerangka penafsiran dalam interaksi komunikasi. Hal ini dapat terjadi dalam hubungan antar individu, kelompok atau organisasi. Interaksi yang terjadi dapat merubah pemaknaan. Dalam konteks relasi radio induk dan radio jaringan maka kita dapat melihat bahwa keberadaan struktur signifikansi melalui aturan dan sumber daya yang dimiliki dapat menentukan interaksi komunikasi yang berlangsung. Dalam relasi radio induk dan jaringan, posisi struktur berada pada radio induk dan posisi agen untuk pihak radio jaringan. Interaksi komunikasi yang terjadi menggunakan modalitas penafsiran yang akan mempengaruhi jalannya komunikasi yang terjadi.
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
166
Dalam hal ini, komunikasi dan koordinasi yang terjadi antara radio induk dan radio jaringan pada tahap pembentukan organisasi banyak berhubungan dengan berbagai aturan dan arahan dari radio induk kepada radio jaringan. Anggota organisasi dari radio induk terhubung dengan anggota organisasi radio jaringan melalui tugas yang harus mereka bicarakan. Selanjutnya hubungan antara induk dan jaringan lebih banyak dilakukan untuk koordinasi jalannya program acara dan hal-hal yang berhubungan dengan operasional radio. Dalam koordinasi tersebut, relasi antara radio induk dan radio jaringan sangat dipengaruhi oleh aturan yang ditetapkan oleh radio induk. Artinya untuk jaringan radio yang menetapkan sepenuhnya aturan baku untuk radio jaringan maka koordinasi hanya untuk menyelaraskan pelaksanaan operasional di jaringan agar sesuai dengan aturan yang ada. Sesuai data yang didapatkan di lapangan, pada jaringan radio Prambors, pihak radio jaringan akan menjalankan sepenuhnya aturan yang sudah ditetapkan oleh induk jaringan. Untuk pembuatan program, radio jaringan tidak terlalu mendapat ruang yang lebih leluasa karena beberapa program unggulan merupakan program relai dari radio induk. Walaupun radio induk tetap menerima masukan dari jaringan, tetapi karena mereka cenderung untuk tampil dengan identitas yang sama secara penuh maka komunikasi yang berjalan lebih kepada cara-cara pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi dari operasional sehari-hari. Berbeda dengan jaringan radio Gen, walaupun radio induk memiliki aturan tertentu yang harus diikuti oleh radio jaringan, tetapi mereka lebih memberikan kebebasan kepada radio jaringan untuk berkreasi merancang acaranya sendiri. Komunikasi yang dilakukan selain untuk koordinasi juga untuk menyampaikan masukan dan saran khususnya tentang acara yang hendak diproduksi oleh radio jaringan. Radio Gen Surabaya juga sangat mendengarkan masukan dari pendengar melalui riset yang mereka lakukan sehingga hubungan yang terjadi antara radio jaringan kepada radio induk tidak hanya masalah koordinasi kerja tetapi untuk perencanaan program dan kegiatan lainnya yang ada pada radio jaringan. Radio jaringan bahkan dapat merubah pola tertentu yang sudah ditetapkan oleh radio induk. Dalam hal ini jika kita merujuk kembali pada gambar dimensi dualitas
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
167
strukturasi, maka relasi antara radio induk dan jaringan melalui interaksi komunikasi dapat merubah kekuasaan yang dimiliki oleh radio induk. Untuk program yang ditayangkan di radio jaringan, maka ide awal, rancangan dan pelaksanaan tidak sepenuhnya dikuasai oleh radio induk. Radio jaringan bahkan dapat memberikan masukan dan pikiran-pikirannya kepada radio induk. Dari gambaran tersebut dapat dilihat bahwa relasi antara induk dan jaringan dilakukan dengan cara yang berbeda antara jaringan yang satu dengan jaringan yang lainnya. Selama ini, radio induk dianggap selalu menguasai radio jaringan terutama tentang program acara yang ada, tetapi kenyatannya hubungan tersebut dapat berjalan secara timbal balik. Jika pembentukan organisasi dipahami juga sebagai langkah perencanaan program maka struktur dalam hal ini induk jaringan tidak sepenuhnya berkuasa. Banyak ide dan saran dalam perencanaan program datang dari radio jaringan. Dari dua jaringan yang diteliti nampaknya ide tersebut bisa datang siapa saja bahkan di jaringan radio Gen, karena merek sangat memperhitungkan unsur lokalitas maka acara-acara yang ada disesuaikan dengan keadaan lokal. Bahasa lokal menjadi unsur utama yang menjadi pembeda antara acara induk dan jaringan. Gaya bahasa juga turut disesuaikan dengan keadaan setempat, demikian juga dengan informasi yang disajikan. Mereka memahami sepenuhnya bahwa sifat media radio adalah personal sehingga apa yang ditayangkan di Jakarta belum tentu sesuai dengan pendengar Surabaya. Jaringan radio Gen menghapuskan sistem relay dan menyerahkan sepenuhnya produksi program pada pengelola di Surabaya. Strategi ini dilihat mampu untuk mendekatkan mereka dengan pendengarnya dan meraih atensi pendengar lebih baik. Dari sisi iklim dan budaya organisasi, stasiun radio pada umumnya memiliki suasana kerja yang tidak terlalu formal. Hal itu nampak dari suasana kantor, pakaian karyawan dan gaya komunikasi yang dilakukan antar anggota organisasi. Terlebih jika radio tersebut memiliki segmen anak muda. Keadaan tersebut membawa iklim organisasi yang tidak kaku. Demikian juga komunikasi yang dilakukan oleh radio induk kepada jaringannya. Tetapi radio induk tetap memberikan arahan terutama tentang bagaimana iklim organisasi harus diciptakan
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
168
agar tujuan organisasi dapat dicapai. Iklim organisasi yang akhirnya akan membentuk budaya organisasi dapat diciptakan melalui interaksi komunikasi antar anggota organisasi atau dengan pihak lain. Kebebasan untuk mengutarakan ide, pendapat serta saran dari bawahan kepada atasan atau dari pihak radio jaringan kepada radio induk mewujudkan komunikasi yang berjalan dua arah dan tidak terlihat adanya tekanan struktur kepada agen. Kebanyakan perusahaan media memang dijalankan dengan budaya organisasi yang tidak terlalu formal, apalagi besaran organisasi radio yang biasanya hanya berisi belasan atau puluhan anggota saja, memungkinkan iklim dan budaya organisasi yang lebih terbuka dan dekat satu sama lain. Begitu pula jika struktur signifikasi digunakan untuk melihat aspek ketiga dari dari aplikasi teori strukturasi pada tataran organisasi yaitu perihal jaringan komunikasi organisasi. Jika jaringan tersebut merujuk pada pola komunikasi dan bagaimana interaksi antar anggota dalam organisasi, maka paparan sebelumnya tentang iklim dan budaya organisasi maka pola komunikasi dan gaya interaksi yang terjadi juga terbuka dan tidak terlau formal. Mereka tetap menggunakan saluran komunikasi seperti organisasi pada umumnya yaitu rapat resmi, pembicaraan tidak resmi seputar pekerjaan, mekanisme pelaporan dan lainnya. Bahkan sampai pada tingkat pimpinan tertinggi pun, komunikasi yang dijalankan bisa berlangsung lebih rileks dibandingkan dengan organisasi lainnya. Dalam teori strukturasi adaptif, penggunaan teknologi terutama dalam komunikasi menjadi salah satu hal penting yang akan mempengaruhi interaksi antar anggota organisasi. Dalam teori itu disebutkan bahwa teknologi dapat memunculkan adanya kemungkinan dan batasan interaksi dalam organisasi. Karenanya, organisasi harus mampu beradaptasi dengan perubahan teknologi. Kemajuan teknologi saat ini tidak hanya membantu dalam penyelesaian pekerjaan dalam organisasi tetapi juga meningkatkan integrasi di antara anggota. Koordinasi dan komunikasi diantara anggota semakin meningkat dengan dukungan teknologi informasi. Struktur teknologi informasi bisa dipahami sebagai aturan, sumber daya dan berbagai potensi yang dihadirkan oleh teknologi tersebut (DeSanctis & Poole,
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
169
1994). Sumber daya teknologi tersebut harus digunakan dengan sebaik-baiknya oleh organisasi. Dari
hasil
penelitian
didapatkan
bahwa
kedua
kelompok
telah
memanfaatkan dengan sepenuhnya teknologi untuk menunjang komunikasi dan koordinasi. E-mail dan sarana komunikasi lainnya menjadi pilihan untuk melakukan komunikasi internal sedangkan media sosial merupakan sarana yang digunakan untuk melakukan komunikasi dengan pihak eksternal terutama dengan para pendengar. Dari komunikasi tersebut banyak informasi yang diperoleh dan akhirnya informasi ini dapat digunakan sebagai dasar penyusunan atau perbaikan program bahkan untuk menetapkan kebijakan baru. Artinya bisa saja masukan dari pendengar memmpengaruhi perubahan program atau kebijakan, sehingga interplay yang dimaksudkan dalam teori strukturasi dapat ditemukan. Untuk aspek keempat yaitu identitas organisasi, maka induk jaringan lebih memiliki kekuasaan untuk mengatur radio jaringan. Dalam jaringan radio Prambors misalnya, mereka memang ingin memunculkan identitas yang sama untuk seluruh jarinan yang ada, sehingga radio induk memiliki aturan baku yang harus diikuti oleh jaringan. Interaksi komunikasi yang terjadi untuk hal identitas organisasi tidak banyak memberikan kesempatan pada radio jaringan untuk bersuara karena mereka memang dibentuk untuk hadir dengan identitas yang sama. Jika dalam dimensi dualitas Giddens kita melihat adanya hubungan timbal balik antara interaksi komunikasi, kekuasaan dan sanksi maka hal itu bisa dijumpai dalam hal identitas organisasi. Induk jaringan memiliki kuasa dan kemampuan secara legal untuk memberikan sanksi jika radio jaringan tidak mengikuti aturan yang telah ditetapkan. Penetapan satu identitas ini telah dipilih oleh jaringan radio Prambors karena mereka memang ingin dikenal dengan satu identitas yang sama di mana pun jaringannya berada, sehingga komunikasi yang mereka lakukan adalah merujuk pada satu identitas yang telah ditetapkan. Hal-hal yang berhubungan dengan peneguhan identitas misalnya peringatan hari jadi, pilihan lagu, gaya siaran, penggunaan bahasa dan hal-hal lainnya. Hal tersebut tidak terjadi pada radio Gen, di mana identitas jaringan sangat terlihat melalui program-program yang diproduksi sendiri oleh jaringan. Radio Gen memberikan keleluasaan kepada
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
170
jaringan untuk memproduksi, menggunaakan bahasa daerah serta simbol-simbol daerah lainnya selama tidak keluar dari format yang telah ditetapkan. Struktur kedua adalah struktur dominasi yang mengarah kepada kekuasaan melalui kepemilikan fasilitas. Struktur ini dapat menggambarkan secara jelas mengapa relasi induk dan jaringan seringkali dilihat sebagai relasi yang dikuasai oleh induk. Kita tahu pada pola berjaringan secara penuh maka radio induklah yang membentuk radio jaringan. Jika radio induk memiliki sepenuhnya radio jaringan maka radio induk akan memberikan semua fasilitas yang diperlukan oleh jaringan. Jika fasilitas tersebut dimaknai sebagai kemampuan radio induk untuk menyediakan berbagai sumber daya yang ada, tentu kemudian ada aturan yang mengikuti pemberian tersebut dan radio jaringan harus menaatinya. Fasilitas yang dimiliki oleh induk jaringan memunculkan adanya kekuasaan di sisi induk jaringan untuk mengatur jaringannya. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa ketertarikan radio lokal untuk bergabung dengan suatu kelompok kepemilikan adalah adanya kesempatan untuk penambahan modal, efisiensi dalam pemasaran, peningkatan perolehan iklan dan fasilitas produksi serta pengembangan radio ke depan. Dari hal pembentukan organisasi, penguasaan radio induk kepada jaringannya sangat kuat. Terlebih untuk radio jaringan yang dimiliki sepenuhnya oleh induk jaringan. Struktur dominasi melalui kepemilikan fasilitas akan memunculkan kekuasaan pada radio induk. Tetapi hubungan yang saling mempengaruhi dalam pemahaman dualitas struktur dan jaringan dapat terjadi ketika radio jaringan juga dapat memunculkan modalitas seperti pengetahuan akan budaya setempat sehingga ada ide atau saran tentang suatu program yang mengangkat budaya lokal dan disetujui oleh radio induk. Hal tersebut terjadi di radio Gen Surabaya, ketika mereka akhirnya memiliki acara yang mendapatkan banyak perhatian dari pendengarnya yaitu “Karjo” (Karaoke Jowo). Ide program tersebut murni berasal dari radio jaringan dan diproduksi sendiri oleh mereka. Hal ini memperlihatkan bahwa keberhasilan yang diraih tidak sepenuhnya harus didominasi oleh modalitas yang diberikan radio induk. Jika dilihat dari iklim dan budaya organisasi, maka struktur dengan modalitas yang dimiliki dapat membentuk iklim dan budaya organisasi radio
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
171
jaringan. Melalui tahapan pembentukan organisasi, menyediakan berbagai sumber daya tentu radio induk sedikit banyak mewarnai terbentuknya iklim dan budaya organisasi. Dari hasil lapangan yang diperoleh peneliti, terlihat kebanggaan anggota organisasi sebagai bagian dari suatu jaringan dengan nama yang sudah dikenal dan masing-masing jaringan memiliki budaya sendiri yang dibentuk oleh induk jaringan. Tetapi sejalan dengan adanya interaksi yang terus menerus maka relasi radio induk dan jaringan memungkinkan untuk terciptanya suatu budaya baru di lingkungan radio jaringan sesuai dengan keadaan sekitarnya. Keadaan, kebiasaan dan kesukaan masyarakat sekitar dalam hal ini budaya pendengar turut mewarnai terjadinya budaya organisasi radio jaringan sehingga dominasi oleh induk jaringan bukan satu-satunya sumber yang mempengaruhi budaya organisasi radio jaringan. Terjadi proses saling mempengaruhi dari interaksi antara radio induk, radio jaringan dan pendengarnya yang pada akhirnya memunculkan budaya baru di organisasi radio jaringan. Intinya adalah budaya yang dimiliki oleh radio induk tidak selamanya dapat diterapkan sepenuhnya pada radio jaringan. Dari sisi identitas organisasi, struktur dominasi melalui kepemilikan fasilitas tentu memungkinkan radio induk untuk menentukan identitas apa yang ingin dituju dan hal itu harus diikuti oleh radio jaringan. Terlebih pada pola berjaringan penuh, pemilik radio induk dan jaringan adalah lembaga yang sama. Dari pembentukan awal, penyediaan berbagai sarana dan prasana serta penentuan format radio ditentukan oleh induk organisasi. Pada jaringan radio Prambors, di seluruh radio jaringannya mereka harus memunculkan identitas yang sama. Sistem relay untuk program unggulan pagi dan sore, penetapan lagu dari radio induk, aturan atas gaya siaran dan pilihan bahasa serta hal lainnya adalah bentuk dari dominasi radio induk untuk mempertahankan identitas yang sama di setiap jaringannya. Berbeda dengan jaringan radio Gen, walaupun format radio telah ditentukan oleh radio induk tetapi radio jaringan hadir dengan program yang diproduksi sendiri, gaya sendiri serta nuansa lokal yang turut mewarnai siaran radio jaringan. Tidak ada siaran relay dalam jaringan ini dan radio jaringan diberikan kebebasan dakam membuat program-program baru yang tidak dimiliki oleh radio induk. Identitas sebagai radio yang selalu memutar musik terkini, dan siaran yang menghibur, tidak selalu harus diwujudkan dengan keseragaman siaran.
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
172
Pengelola
radio
Gen
Surabaya
menyadari
sepenuhnya
bahwa
karakter
pendengarnya berbeda dengan pendengar kota lainnya sehingga harus diberikan program-program yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pendengarnya. Struktur legitimasi melalui modalitas berupa aturan-aturan yang ditetapkan oleh radio induk kepada radio jaringan, yang memungkinkan radio induk untuk memberikan penghargaan atau hukuman atas pelaksanaan aturan tersebut. Dalam pola berjaringan penuh yang dijalankan oleh radio Prambors dan radio Gen, radio induk secara rutin memantau perkembangan radio jaringan untuk bahan evaluasi dan perbaikan. Jika ada kesalahan yang dilakukan oleh radio jaringan maka sanksi dapat berikan sesuai dengan tingkat kesalahan yang dilakukan. Sebaliknya penghargaan atas prestasi yang diraih oleh radio jaringan juga diberikan terutama ketika tujuan yang diinginkan tercapai. Hal tersebut biasanya berhubungan dengan peningkatan penetrasi jumlah pendengar dan perolehan iklan. Jika dilihat dari empat hal yaitu mengenai pembentukan organisasi, iklim dan budaya organisasi, jaringan komunikasi organisasi dan identitas organisasi maka norma atau aturan yang ditetapkan sangat berhubungan dengan empat hal tersebut. Misalnya mulai dari pembentukan organisasi pada radio jaringan, tentu telah ditetapkan aturan-aturan yang harus ditaati oleh pengelola radio jaringan sehingga jika ada pelanggaran maka radio induk berhak memberikam teguran atau sanksi kepada radio jaringan. Pada suatu radio jaringan yang baru saja didirikan, maka acuan mereka dalam menjalankan operasional radio adalah berdasarkan aturan tersebut. Tetapi seiring dengan adanya proses interaksi yang terus menerus antara induk dan jaringan maka kekuasaaan untuk menentukan aturan tersebut tidak lagi terletak sepenuhnya pada radio induk. Ketika radio jaringan semakin berkembang dan dapat menjalankan tugasnya dengan baik, maka radio induk juga akan memberikan keleluasaan pada radio jaringan untuk menentukan sendiri beberapa aspek penting dalam organisasi radio jaringan untuk ditangani secara mandiri. Misalnya dalam hal rekruitmen karyawan khususnya penyiar, radio jaringan dapat memberikan kepercayaan kepada Stasion Manager atau Program Director pada radio jaringan untuk memilih dan menentukan penyiar. Aturan yang ditetapkan juga dapat disesuaikan dengan kondisi radio jaringan yang bisa saja berbeda dengan aturan bagi penyiar di radio induk.
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
173
Dari paparan di atas tentang relasi radio induk dan radio jaringan jika dilihat dengan menggunakan pemikiran studi strukturasi maka tidak selamanya struktur selalu berkuasa atas agen. Seperti yang digambarkan dalam dualitas strukturasi maka terjadi hubungan timbal balik di mana agen juga dapat mempengaruhi struktur dan interaksi yang berlangsung akan menghasilkan aturan baru dan mereproduksi struktur yang telah ada. Dalam kasus yang terjadi pada kelompok radio berjaringan maka dualitas antara struktur dan agen ditentukan oleh bagaimana pola dan cara berjaringan tersebut dijalankan. Jika hanya berjaringan dalam beberapa aspek saja seperti pada program dan pemasaran, maka radio induk tidak terlalu banyak terlibat untuk mengatur dan mempengaruhi radio jaringan. Berbeda dengan pola berjaringan penuh yang melibatkan semua aspek dalam operasional radio tersebut. Terlebih biasanya, radio jaringan dimiliki sepenuhnya radio induk atau holding company. Radio jaringan terkesan hanya menjalankan tugasnya saja tanpa dapat berbuat banyak dalam kegiatannya seharihari. Semua aturan sudah ditentukan oleh radio induk. Bahkan tentang penyiar pun, induk jaringan telah memiliki aturan yang harus diikuti oleh radio jaringan. Misalnya, penyiar radio Prambors, baik yang berada di induk dan jaringan memiliki koridor tertentu dalam melakukan siaran, terutama terkait dengan materi siaran yan dibawakan dan gaya siaran. Mereka dituntut untuk dapat menyiapkan materi siaran masing-masing dan untuk penyiar baru, mereka wajib memiliki naskah siaran yang akan dibacakan. Isi siaran juga dipantau dan tidak boleh melanggar ketentuan yang ada. Radio Prambors lebih detail sampai kepada penggunaan bahasa, berbeda dengan radio Gen, di mana pihak penyiar jaringan terlihat lebih leluasa untuk menggunakan bahasa daerah setempat. Radio Prambors memang menjalankan aturan berjaringan yang lebih ketat daripada radio Gen, karena mereka menetapkan bahwa di mana pun, Prambors harus dikenal dengan gaya yang sama. Banyaknya program relay yang harus disiarkan oleh radio jaringan juga mempertegas bahwa radio induk memegang kendali besar terhadap radio jaringan. Induk jaringan menetapkan standar tertentu dalam pengelolaan radio Prambors di semua kota, jadi radio Prambors saat ini mengarah pada sentralisasi format dan program. Untuk itu, struktur legitimasi
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
174
melalui aturan-aturan yang cukup ketat dalam jaringan ini membuat posisi induk jaringan berkuasa memberikan sanksi atas pelanggaran yang dilakukan radio karingan. Tetapi keputusan sentralisasi ini bukan dilaksanakan sejak awal adanya jaringan Prambors, karena sebelum tahun 2011 mereka memberikan kebebasan pada radio jaringannya untuk menentukan program sendiri. Jika akhirnya ada perubahan kebijakan terhadap radio jaringan, maka hal tersebut terjadi karena adanya proses interaksi yang terjadi antara radio induk dan radio jaringan sebelumnya. Itu berarti sesuai dengan teori strukturasi, bahwa proses interaksi antara induk dan jaringan dapat menghasilkan struktur baru. Hal ini jika merujuk pada pembahasan tentang iklim organisasi maka terlihat radio induk menginginkan adanya iklim organisasi yang sama di seluruh jaringan radionya serta tercapainya identitas organisasi yang sudah ditetapkan. Di sisi lain, dari hasil penelitian lapangan yang didapatkan ternyata dalam relasi radio induk dan radio jaringan dengan pola berjaringan penuh juga mengalami hubungan yang dinamis dan saling mempengaruhi. Hal ini dapat terjadi pada kelompok jaringan yang memberikan kebebasan pada radio jaringan untuk melakukan produksi program secara mandiri sepenuhnya, melakukan program pemasaran, rekruitmen karyawan dan lainnya. Mereka dapat memberikan ide dan saran kepada radio induk dan melakukan perubahan terhadap aturan sebelumnya untuk disesuaikan dengan kondiri radio jaringan. Kebebasan tersebut tidak membuat radio jaringan berjalan tanpa pengawasan dari radio induk. Pengawasan tetap dilakukan agar pelaksanaan kegiatan pada radio jaringan tetap mengarah kepada tercapainya tujuan yang telah disepakati. Pantuan terhadap isi juga dilakukan oleh induk jaringan sehingga jika ada hal-hal yang tidak sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan, maka induk jaringan akan melakukan teguran dan arahan. Pola ini bisa ditemui pada kelompok radio Gen yang terlihat lebih memberikan kebebasan pada jaringan untuk berkreasi sesuai dengan kondisi dan keinginan pendengar di wilayah tersebut. Tetapi hal ini bukan berarti tidak ada identitas yang dimiliki oleh radio Gen. Walaupun mereka memberikan kebebasan untuk memproduksi siaran sendiri, tetapi ada koridor tertentu yang harus tetap diikiti oleh radio jaringan sehingga pendengar akan tetap merasakan ciri khas radio Gen dengan lagu-lagu hits dan informasi ringannya.
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
175
BAB 6 KESIMPULAN
6.1. Kesimpulan Industri media di Indonesia, adalah lingkungan yang melingkupi industri media radio dan keberadaanya saling mempengaruhi. Perubahan yang terjadi pada industri media akan mempengaruhi para pelaku industri radio. Demikian pula sebaliknya, perkembangan bisnis radio akan mempengaruhi berbagai aspek dalam industri media. Di dalamnya terdapat berbagai unsur mulai dari pemerintah melalui aturan-aturan yang diberlakukan, para pelaku dan pengelola, lembaga pengawas, pihak pengiklan dan publik. Posisi publik dalam hal bukan hanya sebagai konsumen penikmat berbagai sajian media tetapi masyarakat adakah pemilik frekuensi sebagai modal dasar berlangsungnya berbagai siaran media. Hal tersebut tidak sepenuhnya disadari oleh masyarakat itu sendiri dan para pelaku di industri radio siaran. Berdasarkan catatan yang ada, industri radio pada awalnya tidak memiliki kejelasan aturan tentang pendirian dan kepemilikan sehingga di tahuntahun jayanya, banyak sekali muncul radio baik berdiri sendiri atau pun dalam kelompok-kepemilikan. Di sisi lain, kondisi industri media yang memperlihatkan turunnya prosentase iklan dan jumlah pendengar radio di Indonesia menyebabkan industri media radio di Indonesia sampai pada tren pengelolaan radio secara berjaringan yang merupakan respon atas dinamika industri media tersebut. Persaingan bertambah ketat dalam bisnis media khususnya radio siaran dengan adanya berbagai bentuk media berbasis internet yang mengharuskan pengelolaan radio siaran untuk lebih aktif beradaptasi dengan perubahan lingkungannya. Artinya, persaingan yang tinggi tidak hanya di antara radio-radio yang ada tetapi juga persaingan di antara berbagai jenis media lainnya. Selanjutnya, industri media yang berkembang saat ini semakin memperlihatkan bahwa media merupakan suatu entitas bisnis semata karena dijalankan dengan cara-cara tertentu untuk pencapaian keuntungan. Padahal media seharusnya tetap menjalankan fungsi utamanya sebagai sarana menyebar informasi, pendidikan, hiburan dan pengawasan.
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
176
Praktek pelebaran usaha dalam industri media dengan membentuk suatu kelompok-kepemilikan yang menguasai banyak media atau bisnis lain yang saling berhubungan, merupakan perwujudan dari pengelolaan bisnis media yang sangat mengutamakan kepentingan kelompok atau pemilik media. Dalam kajian ekonomi politik media, maka usaha-usaha tersebut dapat dilihat melalui konsep spasialisasi yang dapat dipahami sebagai perluasan dari kekuasaan korporasi dalam industri komunikasi. Dalam penelitian ini, bentuk spasialisasi dapat ditemui dalam praktek radio berjaringan yang dijalankan oleh beberapa kelompok kepemilikan media yang ada di Indonesia. Pola jaringan dan hubungan antara radio induk dan radio jaringan tidak selalu sama pada setiap kelompok, artinya ada radio yang berjaringan hanya pada kerjasama program atau pemasaran, di mana pemilik radio induk dan jaringan adalah orang atau lembaga yang berbeda. Pola lainnya adalah radio yang berjaringan dalam semua aspek dan kepemilikan radio jaringan dikuasai sepenuhnya oleh induk jaringan. 1. Analisa tahap pertama pada penelitian ini melihat industri media sebagai struktur dan para pelaku di industri media radio melalui berbagai kelompokkepemilikan sebagai agen. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya maka dinamika yang terjadi pada industri media (ketatnya persaingan, turunnya prosentase iklan dan jumlah pendengar, hadirnya media baru, aturan tentang lembaga penyiaran dan lain-lain) sebagai struktur mempengaruhi berbagai kebijakan yang diambil oleh pelaku industri penyiaran yang salah satunya adalah dengan maraknya tren pengelolaan radio berjaringan. Sebaliknya, kemunculan kelompok-kelompok media yang sangat agresif ternyata juga mempengaruhi struktur.
Salah satunya adalah dari sisi
pemerintah yang memegang beberapa aturan tentang lembaga penyiaran harus membuat atau merevisi undang-undang dan berbagai aturan lainnya untuk menjaga kepentingan publik. Selain pemerintah, bagian lain dari industri penyiaran seperti halnya para pengiklan juga ikut merubah strategi penempatan iklannya, mengingat saat ini dengan menghubungi satu divisi iklan dalam suatu kelompok saja mereka sudah bisa memperoleh slot iklan di berbagai radio dalam kelompok media tersebut. Dengan kondisi tersebut, pihak radio
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
177
khususnya radio yang berada pada posisi puncak untuk jumlah pendengar, bisa mengatur penempatan iklan dan memaksa pengiklan untuk mengikuti aturan radio tersebut. Padahal sebelumnya pihak radio cenderung untuk mengikuti begitu saja keinginan pengiklan mengingat iklan masih merupakan pemasukan utama bagi media radio. Pihak lainnya yaitu masyarakat sebagai bagian dari industri penyiaran juga turut mempengaruhi perubahan yang terjadi pada kebijakan program media radio saat ini. Selera masyarakat sekarang yang lebih senang mendengarkan radio yang didominasi materi lagu-lagu daripada siaran kata membuat banyak radio merubah format mereka. Selain itu hubungan dan komunikasi dengan pendengar radio yang saat ini relatif lebih mudah melalui berbagai bentuk media sosial membuat para pengelola harus terus mampu beradapatasi dengan perubahan yang terjadi di masyarakat. Kemajuan teknologi sebagai bagian penting dalam suatu industri penyiaran juga menuntut adaptasi yang baik dari pengelola media radio. Sebaliknya para pengelola yang dapat memanfaatkan dengan baik teknologi ini dapat memperoleh berbagai keuntungan dari perkembangan dan pemanfaatan teknologi penyiaran. Dari paparan tersebut terlihat bahwa terjadi interplay antara struktur dan agen, di mana masing-masing saling menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi. Tetapi tren pengelolaan berjaringan murni sebagai praktek spasialisasi (pelebaran usaha) dalam ekonomi politik media dan tidak mengarah kepada berjaringan seperti yang diamanatkan undang-undang di mana terjadi keragamaan isi dan kepemilikan. Semangat demokratisasi menjadi kapitalisasi dalam realitas yang terjadi di industri radio. 2. Selanjutnya pada tataran organisasi yaitu relasi antara radio induk dan radio jaringan juga terjadi interplay untuk saling menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi pada industri media. Dalam kasus ini, dualitas antara struktur dan agen ditentukan oleh bagaimana pola dan cara berjaringan tersebut dijalankan. Jika hanya berjaringan dalam beberapa aspek saja seperti pada
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
178
program dan pemasaran, maka radio induk tidak terlalu banyak terlibat untuk mengatur dan mempengaruhi radio jaringan. Berbeda dengan pola berjaringan penuh yang melibatkan semua aspek dalam operasional radio tersebut. Radio jaringan terkesan hanya menjalankan tugasnya saja tanpa dapat berbuat banyak dalam kegiatannya sehari-hari. Semua aturan sudah ditentukan oleh radio induk. Tetapi dari hasil penelitian lapangan yang didapatkan ternyata dalam relasi radio induk dan radio jaringan dengan pola berjaringan penuh, juga mengalami hubungan yang dinamis dan saling mempengaruhi. Hal ini dapat terjadi pada kelompok jaringan yang memberikan kebebasan pada radio jaringan untuk melakukan produksi program secara mandiri sepenuhnya, melakukan program pemasaran, rekruitmen karyawan dan lainnya. Mereka dapat memberikan ide dan saran kepada radio induk dan melakukan perubahan terhadap aturan sebelumnya untuk disesuaikan dengan kondiri radio jaringan. Kebebasan tersebut tidak membuat radio jaringan berjalan tanpa pengawasan dari radio induk. Pengawasan tetap dilakukan agar pelaksanaan kegiatan pada radio jaringan tetap mengarah kepada tercapainya tujuan yang telah disepakati. Hal tersebut terjadi pada jaringan radio Gen FM dibawah kelompok perusahaan Mahaka Media. Sedangkan jaringan lainnya yaitu jaringan radio Prambors FM dibawah kelompok perusahaan Masima Coorporation, hubungan antara radio induk dan radio jaringan tidak menggambarkan adanya hubungan interplay seperti dan digambarkan dalam strukturasi. Radio jaringan tidak memiliki kebebasan untuk mengembangkan dirinya karena semua telah diatur dan dibatasi oleh radio induk. Jaringan radio Prambors justru tidak ingin dilihat berbeda di setiap daerah dan ingin muncul dengan satu identitas yang sama yaitu radio Prambors yang selama ini dikenal. Semua diarahkan untuk mengikuti radio induk dan kebebasan untuk mengangkat warna lokal dibatasi. Pilihan ini dianggap oleh manajemen radio Prambors sebagai pilihan yang tepat untuk menghadapi persaingan saat ini. Tetapi pada akhirnya perbedaan dalam melakukan relasi antar induk dan jaringan baik dengan memberikan kebebasan ataupun tidak, pada akhirnya tetap untuk meriah tujuan utama yaitu meraih keuntungan. Kebebasan yang diberikan kepada radio jaringan bisa dimaknai sebagai pemahaman terhadap
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
179
selera pasar (dalam hal ini pendengar radio) dan usaha-usaha para pengelola radio untuk memenangkan persaingan yang ada. 3. Model dualitas strukturasi akhirnya dapat digunakan untuk memahami relasi radio induk dan radio jaringan, karena relasi yang terus berlangsung membuka kesempatan kepada agen untuk memberikan pengaruhnya kepada struktur bahkan membuat sebuah struktur baru berupa aturan-aturan yang disusun dan disepakati bersama. Hal tersebut memperlihatkan bahwa interplay yang terjadi tidak bersifat mengekang (constraining) tetapi juga memberikan pemberdayaan (enabling) karena adanya proses penyesuaian terhadap perubahan struktur dan agen. 4. Temuan lainnya dalam penelitian ini adalah pemahaman berjaringan di kalangan para pelaku di industri media radio siaran lebih mengarah kepada berjaringan untuk perluasan usaha. Melalui pengelolaan berjaringan mereka memiliki kesempatan untuk memperlebar jangkauan siar, meraih pendengar lebih banyak, efisiensi operasional dan kemudahan untuk mencari iklan. Praktek berjaringan pun banyak dilakukan dengan cara akuisisi dan kepemilikan sepenuhnya atas lembaga lain. Kenyataan ini berbeda dengan amanat berjaringan dalam undang-undang yang mengedepankan keberagaman kepemilikan dan isi. Selain ini, melalui berjaringan juga diharapkan tumbuhnya potensi daerah dan pemenuhan kebutuhan masyarakat di daerah itu melalui kehadiran media. Tetapi pola berjaringan dalam prakteknya lebih kepada konsolidasi ekonomi dibandingkan konsolidasi sosial. Padahal dalam penelitian ini terlihat bahwa konsolidasi ekonomi dapat disertai dengan adanya konsolidasi sosial. Tujuan yang diraih tidak semata-mata dilakukan dengan mengutamakan kepentingan pemilik media, tetapi juga memperhatikan kepentingan khalayak. 5. Pada akhirnya, proses penyesuaian yang dilakukan oleh organisasi media bertujuan semata-mata untuk kepentingan bisnis dan hal tersebut menuntut adanya keselarasan berbagai aturan yang berhubungan dengan keberadaan lembaga media. Inkonsistensi yang berlangsung antara satu aturan dan aturan lainnya, akan tetap memberikan peluang pada perkembangnya kelompok-
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
180
kelompok kepemilikan tertentu dan konglomerasi media tidak dapat dihindarkan. Hal penting yang nampaknya terus menjadi perdebatan adalah tidak adanya koordinasi antara pihak-pihak pengambil kebijakan dan tidak adanya kesadaran bahwa aturan untuk lembaga media perlu mendapat perhatian utama sehingga dapat disusun suatu aturan yang benar-benar melindungi kepentingan publik. Karenanya perlu sinergi antara berbagai aturan yang berhubungan dengan industri media di Indonesia agar media tidak semata-mata digunakan untuk kepentingan individu atau kelompok tertentu. Di samping itu, perlu dilakukan penguatan terhadap agen dalam hal ini masyarakat agar keberadaan mereka dapat memberikan pengaruh terhadap struktur yang ada, sehingga masyarakat tidak hanya sebagai obyek tetapi dapat menjadi pihak yang
mampu
menyuarakan
kepentingan
dan
kebutuhannya
terhadap
keberadaan media.
6.2. Signifikansi Penelitian 1. Signifikansi Teoritis Hasil dari penelitian ini memperlihatkan bahwa pihak radio jaringan juga bisa memberikan pengaruh dan melakukan perubahan. Hal tersebut memperlihatkan satu pandangan baru tentang relasi induk dan jaringan yang selama ini dipahami bahwa induk selalu melakukan dominasi atas jaringannya. Aspek kekuasaan tidak hanya dapat dimiliki oleh struktur tetapi agen juga dapat memunculkan kekuasaan dalam bentuk yang berbeda, dalam hal ini radio jaringan sebagai agen memiliki kekuasaan berupa pengetahuan dan pemahaman tentang kondisi lokal sehingga hal tersebut dapat menjadi modal untuk memberikan pengaruh kepada radio induk atas perubahan struktur. Berbagai langkah yang dilakukan oleh pengelola radio siaran adalah suatu proses adaptasi terhadap struktur yang melingkupinya dan terjadi hubungan timbal balik. Proses adaptasi tersebut tentunya memiliki tujuan agar lembaga penyiaran mampu bertahan dalam kondisi persaingan yang sangat tinggi. Karenanya proses adaptasi yang dilakukan dipahami sebagai proses pengembangan bisnis sebagaimana dimaksudkan dalam konsep spasialisasi. Selanjutnya, jika selama ini
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
181
adaptasi strukturasi hanya diimplementasikan dalam satu organisasi saja maka penelitian ini menerapkan teori adaptasi strukturasi pada dua organisasi yaitu radio induk dan radio jaringan.
2. Signifikansi Metodologi Selama ini studi induk jaringan banyak pada teks, banyak asumsi mengatakan bahwa ketika teks sama, maka ada intervensi padahal harus juga dilihat sebagai relasi atau adanya upaya perlawanan dalam produksi teks tersebut. Artinya penelitian sebelumnya tidak menggambarkan proses atau dinamika yang terjadi, selain itu juga tidak menggambarkan proses adaptifnya. Karenanya penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk menggambarkan bagaimana dinamika dan proses yang ada dalam adaptasi tersebut. Pada kenyataannya, pihak radio jaringan memang banyak memberikan ide, saran dan masukan ketika proses perencanaan program dilakukan.
3. Signifikansi Praktis Penelitian ini akan memberikan sumbangan pemikiran dan masukan untuk para pelaku dan pengelola industri media khususnya radio siaran tentang hubungan induk organisasi dan lingkungannya serta jaringannya. Keberadaan jaringan dan individu-individu yang ada di dalamnya harus dilihat sebagai suatu hubungan yang dinamis dan dapat saling mempengaruhi. Para pengelola dan penyiar dari radio jaringan merupakan pihak-pihak yang memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang keadaan di daerahnya masing-masing. Potensi mereka dapat dikembangkan untuk menghasilkan suatu program yang baik mengingat bahwa radio adalah media yang unik dan sangat personal, karenanya kekuatan lokal harus menjadi perhatian.
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI BUKU Albarran, Alan B. 1996. Media Economics : Understanding Markets, Industries and Concepts. Iowa : Iowa State University Press / Ames. ______________. 2004. The Economics of the Contemporary Radio Industry. In Alison Alexander, James Owers, Rod Carveth, C.Ann Hollifield & Albert N. Greco (Ed). Media Economics : Theory and Practice. Third Edition. Mahwah, New Jersey : Lawrence Erlbaum Associates, Inc. Creswell, John W. 2010. Research Design : Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed (terjemahan). Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Dimmick, John. 2006. Media Competition and Levels of Analysis. In Alan B. Albarran, Sylvia M. Chan-Olmsted & Michael O. Wirth (Ed). Handbook of Media Management and Economics. Mahwah, New Jersey : Lawrence Erlbaum Associates, Inc. Doyle, Gillian. 2002. Media Ownership : The Economics and Politics of Convergence and Concentration in the UK and European Media. London : Sage Publication, Ltd.2 Flew, Terry. 2005. New Media : An Introduction. 2nd Edition. Victoria : Oxford University Press. Flyvbjerg, Bent. 2011. Case Study. In Norman K. Denzin & Yvonna S. Lincoln (Ed). The Sage Handbook of Qualitative Research. 4th Edition. Thousand Oaks, California : Sage Publication, Inc. Fontana, Andrea & Frey, James H. 2000. The Interview : From Structured Question to Negotiated Text. In Norman K. Denzin & Yvonna S. Lincoln (Ed). Handbook of Qualitative Research. 2nd Edition. Thousand Oaks, California : Sage Publication, Inc. Gazali, Effendi. 2000. Antara Benci dan Banci Terhadap Rezim : Analisis Peran Koran dan Radio Lokal. In Dedy N. Hidayat, Effendi Gazali, Harsono Suwardi & Ishadi S.K (Ed). Pers dalam “Revolusi Mei” : Runtuhnya Sebuah Hegemoni. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Giddens, Anthony. 1984. The Constitution of Society : Outline of the Theory of Structuration. Cambridge, UK : Polity Press. Golding, Peter & Murdock, Graham. 1991. Culture, Communication and Political Economy. In James Curran & Michael Gurevitch (Ed). Mass Media and Society. New York, NY : Routledge, Chapman and Hall, Inc.
182
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Griffin, Em. 2009. A First Look at Communication Theory. 7th Edition. New York : McGraw-Hill Companies, Inc. Hancock, Dawson R & Algozzine, Bob. 2006. Doing Case Study Research : A Practical Guide for Beginning Researchers. New York, NY : Teachers College Press. Harris, Thomas E & Nelson, Mark D. 2008. Applied Organizational Communication: Theory and Practice in a Global Environment. 3rd Edition. New York, NY : Lawrence Erlbaum Associates, Taylor & Francis Group. Hidayat, Dedy N. 2000. Jurnalis, Kepentingan Modal dan Perubahan Sosial. In Dedy N. Hidayat, Effendi Gazali, Harsono Suwardi & Ishadi S.K (Ed). Pers dalam “Revolusi Mei” : Runtuhnya Sebuah Hegemoni. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. ______________. 2000. Pers Dalam Kontradiksi Kapitalisme Orde Baru. In Dedy N. Hidayat, Effendi Gazali, Harsono Suwardi & Ishadi S.K (Ed). Pers dalam “Revolusi Mei” : Runtuhnya Sebuah Hegemoni. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Loyal, Steven. 2003. The Sociology of Anthony Giddens. London : Pluto Press. Lincoln, Yvonna S & Guba, Egon G. 2000. Paradigmatic Controversies, Contradictions, and Emerging Confluences. In Norman K. Denzin & Yvonna S. Lincoln (Ed). Handbook of Qualitative Research. 2nd Edition. Thousand Oaks, California : Sage Publication, Inc. Lincoln, Yvonna S; Lynham, Susan A & Guba, Egon G. 2011. Paradigmatic Controversies, Contradictions, and Emerging Confluences, Revisited. In Norman K. Denzin & Yvonna S. Lincoln (Ed). Handbook of Qualitative Research. 4th Edition. Thousand Oaks, California : Sage Publication, Inc. Littlejohn, Stephen W & Foss, Karen A. 2008. Theories of Human Communication. 9th Edition. Belmont, CA : Thomson Higher Education. McQuail, Denis. 2005. Mass Communication Theory. 5th Edition. London : Sage Publications Ltd. Miles, Matthew B & Huberman, A. Michael. 2007. Analisis Data Kualitatif : Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru (terjemahan). Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Mosco, Vincent. 1996. The Political Economy of Communication : Rethingking and Renewal. London : Sage Publication Ltd. _____________. 2009. The Political Economy of Communication. 2nd Edition. London : Sage Publication Ltd.
183
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Murdock, Graham. 1982. Large Corporations and the Control of the Communications Industries. In Michael Gurevitch, Tony Bennett, James Curran & Janet Woollacott (Ed). Culture, Society and the Media. New York, NY : Methuen & Co. Neuman, W. Lawrence. 2011. Social Research Methods : Qualitative and Quantitative Approaches. 7th Edition. Boston, MA : Pearson Education, Inc. Noor, Henry Faizal. 2010. Ekonomi Media. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada. Poole, Marshall S & McPhee, Robert D. 2005. Structuration Theory. In Steve May & Dennis K. Mumby (Ed). In Engaging Organizational Communication Theory & Research : Multiple Perspectives. Thousand Oaks, California : Sage Publications, Inc. _________________________________. 2009. Group and Organizational Structuration Theory. In Stephen W. Littlejohn & Karen A. Foss (Ed). Encyclopedia of Communication Theory. Volume 1. Thousand Oaks, California : Sage Publications, Inc. Priyono, B. Herry. 2002. Anthony Giddens : Suatu Pengantar. Jakarta : KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) bekerjasama dengan Program Magister Ilmu Religi dan Budaya Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta. Riffe, Daniel; Lacy, Stephen & Fico, Frederick G. 2005.Analyzing Media Messages : Using Quantitative Content Analysis in Research. Mahwah, New Jersey : Lawrence Erlbaum Associates, Inc. Ritzer, George & Goodman, Douglas J. 2007. Teori Sosiologi Modern (terjemahan). Edisi Keenam. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Severin, Werner J, James W Tankard, Jr. 2001. Teori Komunikasi : Sejarah, Metode dan Terapan di Dalam Media Massa (terjemahan). Edisi Kelima. Jakarta : Kencana, Prenada Media Group. Siregar, Amir Effendi. 2014. Membatasi Kepemilikan Dan Intervensi Pemilik, Menjaga Kemerdekaan dan Keanekaragaman. In Puji Rianto, Rahayu et al (tim penulis). Kepemilikan dan Intervensi Siaran : Perampasan Hak Publik, Dominasi Dan Bahaya Media Di Tangan Segelintir Orang. Jakarta : Yayasan TIFA dan PR2Media. Stake, Robert E. 2000. Case Studies. In Norman K. Denzin & Yvonna S. Lincoln (Ed). Handbook of Qualitative Research. 2nd Edition. Thousand Oaks, California : Sage Publication, Inc. Sudibyo, Agus. 2004. Ekonomi Politik Media Penyiaran. Yogyakarta : LKiS.
184
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Triputra, Pinckey. 2000. Isi Media Sebagai Produk Interaksi Antaragensi : Kasus Media Cetak pada Mei 1998. In Dedy N. Hidayat, Effendi Gazali, Harsono Suwardi & Ishadi S.K (Ed). Pers dalam “Revolusi Mei” : Runtuhnya Sebuah Hegemoni. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Vivian, John. 2005. The Media of Mass Communication. 7th Edition. Boston : Allyn and Bacon, Pearson Education, Inc. West, Richard & Turner, Lynn H. 2007. Introducing Communication Theory : Analysis and Application. 3rd Edition. New York : McGraw-Hill Companies, Inc. _______________________________. 2010. Introducing Communication Theory : Analysis and Application. 4th Edition. New York : McGraw-Hill Companies, Inc. Yin, Robert K. 1994. Case Study Research : Design and Methods. 2nd Edition. Thousand Oaks, California : Sage Publication, Inc.
JURNAL Afifah & Suryani, Yosi. 2007. Analisis Sikap Konsumen Terhadap Iklan Radio Berbahasa Daerah di Kota Padang. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, April 2007, Vol. 2, No. 1, p.1-11. Padang : Politeknik Negeri Padang. http://journal.polinpdg.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&i d=9&Itemid=1&article_id=245. Diakses pada 12 Desember 2012, pukul 10.04 WIB. Bharata, Bonaventura Satya & Listiorini, Dina. 2012. Ekonomi Politik Bahasa Penyiaran di Jaringan Radio Prambors Rasisonia Indonesia. Jurnal Komunikasi. Vol. 1, No. 4, Januari 2012. Yogyakarta : ASPIKOM (Asosiasi Perguruan Tinggi Ilmu Komunikasi). DeSanctis, Gerardine & Poole, Marshall S. 1994. Capturing the Complexity in Advanced Technology Use : Adaptive Structuration Theory. The Institute of Management Sciences. Organizations Science. Vol. 5, No. 2. Mei 1994, p. 121-147. http://www.jstor.org.ezproxy.taylors.edu.my/stable/pdfplus/2635011.pdf?acc eptTC=true. Diakses pada 24 Januari 2013, pukul 22.34 WIB. Haryati, Sri Urip. 2010. Positioning Radio-Radio di Kota Solo dan Sekitarnya Sebuah Studi Deskriptif Kualitatif. Jurnal Komunikasi Massa. Vol. 3, No. 2, Juli 2010, p. 1-21. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.
185
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Hill, Brian C. 2006. Measuring Media Market Diversity : Concentration, Importance, and Pluralism. Federal Communications Law Journal, Januari 2006, Vol.58, No. 1, p. 169-194. http://search.proquest.com/docview/213216632/fulltextPDF/13C106772563 CB874AC/1?accountid=17242. Diakses 14 November 2012, pukul 13.30 WIB. Huntemann, Nina. 1999. Corporate Interference : The Commercialization and Concentration of Radio post the 1996 Telecommunication Act. Jurnal of Communication Inquiry 23:4. Oktober 1999, p. 390-407. Sage Publication, Inc. Orlikowski, Wanda J. 2000. Using Technology and Constituting Structures : A Practice Lens for Studying Technology in Organizations. The Institute of Management Sciences. Organizations Science. Vol. 11, No. 4. Juli-Agustus 2000, p. 404-428. Papandrea, Franco. 2006. Media Diversity and Cross-Media Regulation. Prometheus. Vol. 24, No. 3, September 2006. Routledge Taylor & Francis. Rahayu. 2006. Problem Lokalitas dalam Bisnis Radio Network di Indonesia. JSP : Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Volume 9, Nomor 3, Maret 2006, p. 355368. Yogyakarta : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada. Sari, Sapta. 2010. Media Siaran Televisi : Di Antara Masyarakat dan Kepemilikan Media. Jurnal Observasi. Vol. 8, No. 1, p. 53-65. Jakarta : ISJD, PDII, LIPI. http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/81106166_1412-5900.pdf. Diakses 12 November 2012, pukul 20.45 WIB. Shelanski, Howard A. 2006. Antitrust Law as Mass Media Regulation : Can Merger Standards Protect the Public Interest ? California Law Review, Vol. 94,p.371-421. http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=925710. Diakses 14 November 2012, pukul 14.55 WIB. Weinstein, Ryan H. 2004. The Diversity Paradox : Media Ownership Regulation and Program Variety. Stanford Journal of Law, Business & Finance. Autumn 2004, Vol.10, No.1, p.150-172. http://search.proquest.com/docview/207587490/fulltextPDF/13C1071BA765 DF65E 13/1?accountid=17242. Diakses 6 Februari 2013, pukul 11.35 WIB.
186
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
DISERTASI George, Lisa M. 2001. Three Essays on The Industrial Organization and Political Economy of Print Media. Managerial Science and Applied Economics of the University of Pennsylvania. MI : Bell & Howell Information and Learning Company. Jung, Jaemin. 2003. Dual Diversification of Transnational Media Corporations : Strategic Patterns and Their Impacs on Financial Performance. Department Journalism and Communications, The Graduate School of The University of Florida. MI : ProQuest Information and Learning Company. Osinski, Frank D. 2006. Three Essays on Competition in Broadcast Radio. The Columbian College of Arts and Sciences of the George Washington University. MI : ProQuest Information and Learning Company.
SKRIPSI Amalia, Rizki. 2010. Analisis Kritis tentang Faktor-faktor yang Memengaruhi Isi Media Massa (Studi Deskriptif Kualitatif tentang Faktor-faktor yang Memengaruhi Proses Pemberitaan Tim Sepak Bola Arema Indonesia dalam Program Acara “Edan Bola” di Radio Chakra Bhuwana FM). Malang : Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya. Dewi, Wahyu Kurnia. 2011. Persepsi Khalayak dalam Memilih Radio Keluarga (Studi pada Komunitas Pendengar Aktif Radio MAS FM Malang). Malang : Jurusan Ilmu Komunikasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Brawijaya. Fanti, Marsha. 2010. Analisis Isi Daily Report Informasi AADS Pada “Semangat Pagi” di Radio Gen FM Surabaya (Studi Analisis Isi Daily Report Informasi AADS Pada “Semangat Pagi” di Radio Gen FM Surabaya Periode 1 Juni 2010 Sampai 30 September 2010). Surabaya : Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Yayasan Kesejahteraan Pendidikan dan Perumahan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Ijtihadi, Permana. 2012. Strategi Kreatif Program “Pagi-Pagi” I Radio Yogya dalam Mempertahankan Pendengar. Yogyakarta : Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
187
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Ramadhan, Rendy Sebastian. 2008. Kontrol Sosial Aremania Terhadap Arema (Analisis Isi Program Arema Corner Bulan Juni di Radio Citra Protiga Malang 87,9 Malang News Channel). Malang : Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Malang.
LAPORAN PENELITIAN BBG Research Series. 2012. Media Use in Indonesia 2012. Broadcasting Board of Governors, Gallup. http://www.bbg.gov/wp-content/media/2012/10/gallupindonesia-brief.pdf. Diakses 22 Mei 2014, pukul 20.27 WIB. Lim, Merlyna. 2011. @Crossroads : Democratization & Corporatization of Media in Indonesia. Tempe, AZ : Participatory Media Lab at Arizona State University. Published jointly by Parcipatory Media Lab at Arizona State University and Fordfoundation. ____________. 2012. The League of Thirteen Media Concentration in Indonesia. Research report. Tempe, AZ : Participatory Media Lab at Arizona State University. Published jointly by Parcipatory Media Lab at Arizona State University and Fordfoundation. Nugroho, Yanuar; Putri, Dinita A & Laksmi, Shita. 2012. Mapping the Landscape of the Media Industry in Contemporary Indonesia. Report Series : Engaging Media, Empowering Society : Assessing Media Policy and Governance in Indonesia Through the Lens of Citizens’ Rights. A Joint research project of CIPG, Hivos, Manchester Business School and Fordfoundation. Zarkasi, Irwa R & Juned, Mansur. 2012. Peta Kepemilikan Radio Siaran Swasta Berjaringan di Indonesia : Tinjauan Konsep Spasialisasi Media dalam Ekonomi Politik Media). Laporan Hasil Penelitian Dana Hibah Dosen Pemula Dikti 2013. Jakarta : Universitas Al Azhar Indonesia.
LAIN-LAIN Dahlan, M. Alwi. 2012. Spektrum Frekuensi Milik Siapa ? Kamis, 10 Mei 2012. http://tekno.kompas.com/read/2012/05/10/02151314/spektrum.frekuensi.mili k.siapa. Diakses 31 Mei 2014, pukul 22.13 WIB. Indonesia Media Guide 2010 : Stand Up or Get Wasted. Jakarta : Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia.
188
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
InterMedia. 2010. Media Market. AudienceScapes. The InterMedia Knowledge Center. http://www.audiencescapes.org/country-profiles/indonesia/communication-habitsdemographic-groups/urban-rural/urban-rural-138. Diakses 18 April 2013, pukul 18.39 WIB. Laporan Keuangan PT. Mahaka Media, Tbk Peroide yang Berakhir Tanggal 30 September 2011 dan 31 Desember 2010. http://www.idx.co.id/Portals/0/StaticData/NewsAndAnnouncement/ANNOU NCEMENTSTOCK/From_EREP/201111/9513D27E-EABC-4201-87DB9E760E617D70.PDF. Diakses 16 November 2014, pukul 16.41 WIB. Laporan Keuangan PT. Mahaka Media, Tbk Periode yang Berakhir Tanggal 30 Juni 2013 dan 31 Desember 2012. http://www.idx.co.id/Portals/0/StaticData/ListedCompanies/Corporate_Actio ns/New_Info_JSX/Jenis_Informasi/01_Laporan_Keuangan/02_Soft_Copy_L aporan_Keuangan%5CLaporan%20Keuangan%20Tahun%202013%5CTW2 %5CABBA%5CABBA_LKTT_Juni_2013.pdf. Lini Bisnis Topang Pendapatan Usaha, Saham ABBA Dalam Tekanan. http://vibiznews.com/2014/09/12/lini-bisnis-radio-topang-pendapatan-usahasaham-abba-dalam-tekanan/. Diakses 16 November 2014, pukul 11.04 WIB. Masduki. 2007. Mewaspadai Resentralisasi Radio Siaran. Newsletter LP3Y/Ford Foundation. Edisi 005. September 2007. LP3Y, p.9. Media Planning Guide Indonesia 2009: An Essensial Tool for Everybody Working In, Or With, The Media In Indonesia . 2010. Jakarta : Perception Media Sdn Bhd and PT. Strategic Komunindo. Media Scene 2004/2005. The Official Guide To Advertising Media In Indonesia. Volume 16. Jakarta : Media Scene. Media Scene 2008/2009. The Official Guide To Advertising Media In Indonesia. Volume 20. Jakarta : Media Scene. Media Scene 2012/2013. The Official Guide To Advertising Media In Indonesia. Volume 24. Jakarta : Media Scene. Media penetration in Indonesia in 1st quarter 2014. http://www.statista.com/statistics/301683/media-penetration-indonesia/. Diakses 25 Mei 2015, pukul 24.12 WIB. Nielsen Newsletter. Edisi 15. 31 Maret 2011. Apa yang Dilakukan Kaum Muda. https://www.scribd.com/doc/83298558/Nielsen-Newsletter-Mar-2011Ind#download
189
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2005 Tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta. Perizinan Spektrum Frekuensi Radio. http://kominfo.go.id/index.php/content/detail/3345/Perizinan+Spektrum+Fre kuensi+Radio/0/layanan_kominfo#.VGk6JMlsNM-. Diakses 16 November 2014, pukul 20.22 WIB. Program Umum PRSSNI Periode 2012-2015. http://www.radioprssni.com/prssninew/internallink/Program%20Umum%20 PRSSNI%202011.pdf. Diakses 11 Maret 2013, pukul 20.26 WIB. Program Umum PRSSNI Periode 2015-2019. http://www.radioprssni.com/prssninew/eventdetail.asp?id=14. Mei 2015, pukul 14.57 WIB.
Diakses
24
Rubrik Fokus. Broadcastmagz : TV & Radio Magazine. No.34. Tahun III. Oktober 2014. Wawancara dengan Ricky Satwika. Director Urban Radio Bandung dan UrbanRKM. Sejarah Radio Siaran Swasta. http://www.radioprssni.com/prssninew/history.asp. 2014, pukul 12.47 WIB.
Diakses
26
Oktober
Setiadi, Agus. Editorial. Broadcastmagz : TV & Radio Magazine. No.34. Tahun III. Oktober 2014. Silalahi, Jimmy. 2008. Perspektif Asosiasi Media Terhadap Pendidikan Tinggi : Kompetensi dan Profesi. Makalah disampaikan pada Kongres Aspikom I di Bandung. Jakarta : ATVLI. Sudibyo, Agus. 2003. Centang-Perenang Industri Radio. http://www.pantau.or.id/?/=d/254. Diakses 26 Oktober 2014, pukul 14.15 WIB. UU Penyiaran No. 32 Tahun 2002 Zarkasi, Irwa R; Susilo, Eddy & Wahyuningsih, Mieke N. 2011. Perencanaan Program Radio. Laporan Lecture’s Note Grant LP2M UAI. Jakarta : Universitas Al Azhar Indonesia.
WEBSITE http://balikpapan.radiosmartfm.com/. Diakses 20 Mei 2012, pukul 18.40 WIB. http://banjarmasin.radiosmartfm.com/. Diakses 20 Mei 2012, pukul 18.31 WIB.
190
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
http://makassar.radiosmartfm.com/. Diakses 20 Mei 2012, pukul 18.36 WIB. http://manado.radiosmartfm.com/. Diakses 20 Mei 2012, pukul 18.28 WIB. http://medan.radiosmartfm.com/. Diakses 20 Mei 2012, pukul 19.25 WIB. http://palembang.radiosmartfm.com/. Diakses 20 Mei, pukul 19.21 WIB. http://pekanbaru.radiosmartfm.com/. Diakses 20 Mei 2012, pukul 19.26 WIB. http://radiodangdutindonesia.com/jaringan. Diakses 19 Mei 2012, pukul 09.55 WIB. http://radiosmartfm.com/. Diakses 20 Mei 2012, pukul 18.26 WIB. http://www.asiawaves.net/indonesia. Diakses 19 Mei 2012, pukul 10.01 WIB. http://www.jdfi.co.id/jdfi_content.html. Diakses 20 Mei 2012, pukul 15.20 WIB. http://www.etnikomnetwork.com/. Diakses 20 Mei 2012, pukul 19.32 WIB. http://www.kbr68h.com/jaringan. Diakses 20 Mei 2012, pukul 20.31 WIB. http://www.mahakamedia.com/structures/share_ownership_structure. Diakses 20 Mei 2012, pukul 15.00 WIB. http://www.mra.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=66&Itemi d=81. Diakses 19 Mei 2012, pukul 11.35 WIB. http://www.mra.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=67&Itemi d=84. Diakses 19 Mei 2012, pukul 11.50 WIB. http://www.mra.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=68&Itemi d=82. Diakses 19 Mei 2012, pukul 11.42 WIB. http://www.mra.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=69&Itemi d=83. Diakses 19 Mei 2012, pukul 11.58 WIB. http://www.pramborsfm.com/. Diakses 5 Mei 2015, pukul 09.10 WIB. http://www.radioprssni.com/prssninew/internallink/AboutRadioIndustryIndex.html . Diakses 27 April 2015, pukul 09.50 WIB. http://www.radioprssni.com/prssninew/mop3.asp. Diakses 27 April 2015, pukul 18.56 WIB. http://www.sindoradio.com/. Diakses 19 Mei 2012, pukul 09.50 WIB.
191
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.
http://www.theglobalradio.com/. Diakses 19 Mei 2012, pukul 10.15 WIB. http://www.vradiofm.com/. Diakses 19 Mei 2012, pukul 10.18 WIB. http://www.volarefm.com/2010/09/volare-network/. Diakses 20 Mei 2012, pukul 19.30 WIB.
192
Dinamika kelompok..., Irwa Rochimah, FISIP UI, 2015.