UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SOHO INDUSTRI FARMASI DAN PT. ETHICA INDUSTRI FARMASI PERIODE 1 FEBRUARI 2012 – 29 MARET 2012
LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER
IFTHAH NUR S., S. Farm. 1106046982
ANGKATAN LXXIV
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER – DEPARTEMEN FARMASI DEPOK JUNI 2012
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SOHO INDUSTRI FARMASI DAN PT. ETHICA INDUSTRI FARMASI PERIODE 1 FEBRUARI 2012 – 29 MARET 2012
LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
IFTHAH NUR S., S. Farm. 1106046982
ANGKATAN LXXIV
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER – DEPARTEMEN FARMASI DEPOK JUNI 2012 ii
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktik Kerja Profesi ini diajukan oleh : Nama : Ifthah Nur S., S. Farm. NPM : 1106046982 Program Studi : Apoteker – Departemen Farmasi FMIPA UI Judul Laporan : Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker di PT. SOHO Industri Farmasi dan PT. Ethica Industri Farmasi Periode 1 Februari – 29 Maret 2012 Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Apoteker pada Program Studi Apoteker, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Pembimbing I
: Dian Cahyaningtyas, S.Si., Apt.
( ....................................... )
Pembimbing II
: Dr. Herman Suryadi, M.S., Apt.
( ........................................ )
Penguji I
: Dr. Nelly D. Leswara, M.Sc, Apt.
( ........................................ )
Penguji II
: Dra. Maryati K., M.Si., Apt.
( ........................................ )
Penguji III
: Dra. Sabarijah WittoEng, SKM
( ........................................ )
Ditetapkan di Tanggal
: Depok : 25 Juni 2012
iii
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanyalah untuk Allah SWT, karena atas limpahan nikmat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktik Kerja Profesi Apoteker dan penyusunan laporan ini tepat waktu. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabatnya. Dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan rasa hormat kepada: 1.
Ibu Dian Cahyaningtyas, S.Si., Apt. selaku Manajer Quality Assurance dan sekaligus pembimbing dari PT. SOHO Industri Farmasi dan PT. Ethica Industri Farmasi yang telah memberikan ilmu, bimbingan dan nasihat yang sangat bermanfaat.
2.
Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S., Apt. selaku Ketua Departemen Farmasi, FMIPA UI.
3.
Bapak Dr. Harmita, Apt. selaku Ketua Program Profesi Apoteker, Departemen Farmasi, FMIPA UI.
4.
Bapak Dr. Herman Suryadi, M.S., Apt. selaku pembimbing dari Departemen Farmasi yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama penulisan laporan PKPA.
5.
Para supervisor departemen Quality Assurance dan Quality Control PT. SOHO Industri Farmasi dan PT. Ethica Industri Farmasi, yaitu Kak Maya, Kak Olivia, Kak Stella, Kak Hamzah, Kak Adit, Kak Dewi, Kak Ellist, dan supervisor lainnya yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama pelaksanaan PKPA.
6.
Seluruh karyawan PT. SOHO Industri Farmasi dan PT. Ethica Industri Farmasi atas keramahan, ilmu, arahan dan bantuan yang telah diberikan selama pelaksanaan PKPA.
7.
Seluruh staf pengajar dan tata usaha Program Pendidikan Profesi Apoteker Departemen Farmasi FMIPA UI yang telah memberikan ilmu dan membantu penulis selama menjalani pendidikan apoteker.
iv
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
8.
Keluarga tersayang yang telah memberikan do’a, dukungan moral dan materi, dan Harry Utomo atas kesetiaan, bantuan dan dukungannya sehingga pendidikan apoteker, program PKPA dan penyusunan laporan ini dapat dilaksanakan dengan lancar.
9.
Rekan-rekan PKPA di PT. SOHO Industri Farmasi dan PT. Ethica Industri Farmasi yang telah memberikan bantuan, berbagi ilmu dan pengalaman serta menghibur selama pelaksanaan PKPA.
10. Seluruh sahabat Program Profesi Apoteker, Departemen Farmasi, FMIPA UI, terutama Mega, Adel, Mutia A., Isna, Hardiani dan Purwinda, sebagai teman perjuangan yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari nilai kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati dan lapang dada menerima segala kritik dan saran, demi perbaikan di masa yang akan datang. Penulis berharap semoga laporan PKPA ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu kefarmasian pada khususnya.
Penulis 2012
v
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1 1.1 Latar belakang.................................................................................. 1 1.2 Tujuan .............................................................................................. 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 2.1 Industri Farmasi ............................................................................... 2.2 Regulasi Pemerintah Mengenai Usaha Industri Farmasi ................. 2.3 Cara Pembuatan Obat yang Baik .....................................................
3 3 3 6
BAB 3 TINJAUAN KHUSUS SOHO GROUP .............................................. 15 3.1 Sejarah SOHO Group ...................................................................... 15 3.2 Visi dan Misi SOHO Group............................................................. 20 3.3 Struktur Organisasi SOHO Group ................................................... 23 3.4 Manufacturing SOHO Group .......................................................... 44 3.5 Sarana Penunjang Bangunan SOHO Group .................................... 51 BAB 4 PEMBAHASAN .................................................................................... 57 4.1 Sistem Manajemen Mutu ................................................................. 57 4.2 Sumber Daya Manusia ..................................................................... 58 4.3 Bangunan dan Fasilitas .................................................................... 59 4.4 Peralatan........................................................................................... 61 4.5 Sanitasi dan Higiene ........................................................................ 62 4.6 Produksi ........................................................................................... 63 4.7 Pengawasan Mutu (Quality Control) ............................................... 65 4.8 Research and Development ............................................................. 66 4.9 Inspeksi Diri dan Audit Mutu .......................................................... 66 4.10 Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Kembali dan Produk Kembalian ................................................................. 67 4.11 Dokumentasi ................................................................................. 68 4.12 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak ............................ 69 4.13 Kualifikasi dan Validasi ............................................................... 69 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 71 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 72
vi
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6.
Struktur Organisasi SOHO Group ................................................. 74 Struktur Organisasi Manufacturing SOHO Group ........................ 74 Struktur Organisasi Research and Development Division ............ 75 Struktur Organisasi Quality Operation Division ........................... 76 Struktur Organisasi Quality Assurance Department ..................... 76 Struktur Organisasi Quality Control PT. SOHO (a) dan PT. Ethica (b)................................................................................. 77 Lampiran 7. Struktur Organisasi Divisi Produksi .............................................. 78 Lampiran 8. Struktur Organisasi Divisi Supply Chain Management................. 79 Lampiran 9. Struktur Organisasi Validation and Documentation Department . 79 Lampiran 10. Struktur Organisasi Divisi Teknik ................................................. 80 Lampiran 11. Struktur Organisasi Engineering Department ............................... 81 Lampiran 12. Struktur Organisasi General Affairs .............................................. 82
vii
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tercantum cita-cita bangsa
Indonesia, yang juga merupakan tujuan nasional bangsa Indonesia. Salah satu tujuan nasional tersebut adalah memajukan kesejahteraan umum. Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum dan hak asasi manusia yang harus diwujudkan pada bangsa Indonesia. Pencapaian aspek kesehatan ini memerlukan peran serta dari bangsa Indonesia, terutama industri farmasi. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/MENKES/PER/XII/2010, industri farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Obat merupakan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia. Dengan adanya peran penting obat yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan manusia, maka industri farmasi dituntut untuk menghasilkan produk obat yang memenuhi persyaratan mutu, khasiat dan keamanan. Dalam mendukung dihasilkannya suatu produk obat yang memenuhi persyaratan tersebut, dibuatlah pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan sistem perizinan industri farmasi serta pemberian izin edar oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Hal ini dilakukan untuk melindungi masyarakat Indonesia dari peredaran obat yang tidak memenuhi syarat mutu, khasiat dan keamanan. CPOB merupakan pedoman untuk menjamin obat dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang farmasi, pedoman CPOB telah direvisi secara berkesinambungan pada tahun 2001 dan 2006. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi era globalisasi dan harmonisasi dalam bidang farmasi terutama pemenuhan terhadap persyaratan dan standar 1
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
2
produk farmasi terkini. Penerapan CPOB ditujukan untuk meningkatkan mutu produk farmasi/obat secara terus-menerus, memberikan perlindungan terhadap kesehatan masyarakat, yang akhirnya menjadi langkah progresif terhadap perkembangan industri farmasi di Indonesia sehingga mutu obat mendapat pengakuan dan kepercayaan internasional (Badan POM RI, 2006). Dalam rangka pencapaian tujuan penerapan CPOB terkait penjaminan mutu, kesehatan masyarakat dan perkembangan industri farmasi, maka industri farmasi harus memiliki sumber daya manusia yang telah dibekali pendidikan dan mengerti tentang obat dan aspek kefarmasian, yaitu apoteker. Calon apoteker dituntut tidak hanya memiliki pengetahuan mengenai teori yang telah diberikan selama perkuliahan, tetapi juga memerlukan wawasan dan keterampilan yang dapat diaplikasikan secara nyata dalam bidang kefarmasian. Oleh sebab itu, diselenggarakan Praktik Kerja Profesi Apoteker di SOHO Group, khususnya PT. SOHO Industri Farmasi dan PT. Ethica Industri Farmasi, agar para calon apoteker memiliki pengetahuan, pemahaman dan keterampilan yang komprehensif dalam bidang farmasi.
1.2.
Tujuan Tujuan pelaksanaan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT. SOHO
Industri Farmasi dan PT. Ethica Industri Farmasi, SOHO Group adalah: 1.
Mengetahui dan memahami peran dan tanggung jawab apoteker dalam industri farmasi.
2.
Meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang segala aspek industri farmasi yang berhubungan dengan CPOB serta mengetahui penerapan CPOB di PT. SOHO Industri Pharmasi dan PT. Ethica Industri Farmasi.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Industri Farmasi
2.1.1. Pengertian Industri Farmasi Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1799/MEN KES/PER/XII/2010 tentang Industri Farmasi, industri farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Industri farmasi dapat melakukan kegiatan proses pembuatan obat dan/atau bahan obat untuk semua tahapan dan/atau sebagian tahapan. Pembuatan obat adalah seluruh tahapan kegiatan dalam menghasilkan obat, yang meliputi pengadaan bahan awal dan bahan pengemas, produksi, pengemasan, pengawasan mutu dan pemastian mutu sampai diperoleh obat untuk didistribusikan. Dalam proses pembuatan obat, setiap industri farmasi harus memenuhi persyaratan CPOB (Kementerian Kesehatan, 2010).
2.2.
Regulasi Pemerintah Mengenai Usaha Industri Farmasi
2.2.1. Persyaratan Usaha Industri Farmasi (Kementerian Kesehatan, 2010) Industri Farmasi merupakan badan usaha yang dipantau secara ketat oleh pemerintah, yaitu Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Setiap industri farmasi wajib memiliki izin usaha dari Menteri Kesehatan. Wewenang pemberian izin dilimpahkan kepada BPOM. Izin usaha industri farmasi diberikan kepada pemohon yang telah siap berproduksi sesuai persyaratan CPOB, berikut adalah persyaratan usaha industri farmasi yang tertuang dalam peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1799/MENKES/PER/XII/2010 tentang Industri Farmasi: a.
Setiap pendirian Industri Farmasi wajib memperoleh izin industri farmasi dari Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
b.
Industri Farmasi yang membuat obat dan/atau bahan obat yang termasuk dalam golongan narkotika wajib memperoleh izin khusus untuk memproduksi narkotika sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 3
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
4
Persyaratan untuk memperoleh izin industri farmasi terdiri atas : a.
Berbadan usaha berupa perseroan terbatas.
b.
Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat.
c.
Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.
d.
Memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker Warga Negara Indonesia masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu, produksi, dan pengawasan mutu.
e.
Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak langsung dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kefarmasian.
f.
Memenuhi persyaratan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) sesuai ketentuan Pedoman CPOB 2006 (current GMP). Untuk memperoleh izin industri farmasi diperlukan persetujuan prinsip
yang berlaku selama 3 (tiga) tahun. Permohonan persetujuan prinsip diajukan secara tertulis kepada Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Persetujuan prinsip diberikan oleh Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
setelah
pemohon
memperoleh
persetujuan
Rencana
Induk
Pembangunan (RIP) dari Kepala BPOM. Jika permohonan persetujuan prinsip telah diberikan, pemohon dapat langsung melakukan persiapan, pembangunan, pengadaan, pemasangan dan instalasi peralatan termasuk produksi percobaan dengan memperhatikan ketentuan perundang-undangan. Izin ini berlaku seterusnya selama perusahaan industri farmasi tersebut berproduksi dan memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan. Industri Farmasi yang akan melakukan perubahan bermakna terhadap pemenuhan persyaratan CPOB, baik untuk perubahan kapasitas dan/atau fasilitas produksi wajib melapor dan mendapat persetujuan sesuai ketentuan perundang-undangan.
2.2.2. Pengawasan Industri Farmasi Dalam melaksanakan pengawasan, tenaga pengawas dapat melakukan pemeriksaan dan memasuki setiap tempat yang digunakan dalam kegiatan pembuatan, penyimpanan, pengangkutan dan perdagangan obat dan bahan obat untuk memeriksa, meneliti dan mengambil contoh, membuka dan meneliti kemasan obat, serta memeriksa dokumen atau catatan lain yang diduga memuat Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
5
keterangan mengenai kegiatan pembuatan, penyimpanan, pengangkutan dan perdagangan obat dan bahan obat. Pelanggaran terhadap ketentuan yang tercantum dalam peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1799/MENKES/PER/XII/2010 tentang Industri Farmasi dapat dikenakan sanksi administratif berupa : a.
Peringatan secara tertulis (diberikan oleh Kepala BPOM);
b.
Larangan mengedarkan untuk sementara waktu dan/atau perintah untuk penarikan kembali obat atau bahan obat dari peredaran bagi obat atau bahan obat yang tidak memenuhi standar dan persyaratan keamanan, khasiat, atau mutu (diberikan oleh Kepala BPOM);
c.
Perintah pemusnahan obat atau bahan obat jika terbukti tidak memenuhi persyaratan keamanan, khasiat atau mutu (diberikan oleh Kepala BPOM);
d.
Penghentian sementara kegiatan (diberikan oleh Kepala BPOM);
e.
Pembekuan izin industri farmasi (diberikan oleh Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan atas rekomendasi Kepala BPOM);
f.
Pencabutan izin industri farmasi (diberikan oleh Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan atas rekomendasi Kepala BPOM).
Namun, pencabutan izin usaha industri farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi dapat langsung dilakukan, jika terdapat pelanggaranpelanggaran dalam hal berikut: 1.
melakukan pemindahtanganan hak milik Izin Usaha Industri Farmasi dan perluasan tanpa memiliki izin sesuai dengan ketentuan dalam Surat Keputusan ini;
2.
tidak menyampaikan informasi industri farmasi secara berturut-turut 3 (tiga) kali atau dengan sengaja menyampaikan informasi yang tidak benar;
3.
melakukan pemindahan lokasi usaha industri tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari menteri;
4.
dengan sengaja memproduksi Obat Jadi atau Bahan Baku Obat yang tidak memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku, obat palsu;
5.
Tidak dipenuhinya ketentuan dalam Izin Usaha Industri Farmasi yang ditetapkan dalam Surat Keputusan. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
6
2.3.
Cara Pembuatan Obat yang Baik (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2006) CPOB merupakan suatu pedoman untuk menjamin agar mutu obat yang
dihasilkan sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya, bila perlu dapat dilakukan penyesuaian pedoman dengan syarat bahwa standar mutu obat yang telah ditentukan tetap dicapai. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu. Ada 12 aspek yang dibahas dalam CPOB 2006, yaitu manajemen mutu, personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu, penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk dan produk kembalian, dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak, serta kualifikasi dan validasi.
2.3.1. Manajemen Mutu Manajemen mutu bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan penggunaan obat melalui suatu “Kebijakan Mutu”, yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari semua departemen di dalam perusahaan, para pemasok, dan para distributor. Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan manajemen mutu yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar. Manajemen mutu (pemastian mutu) merupakan suatu konsep luas yang mencakup semua hal, baik secara tersendiri maupun secara kolektif, yang akan mempengaruhi mutu dari obat yang dihasilkan. Pemastian mutu bertujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya.
2.3.2. Personalia Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh sebab itu, industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personel yang terkualifikasi
dan
berpengalaman
dalam
jumlah
yang
memadai
untuk
melaksanakan semua tugas. Seluruh personil terutama seluruh personil dalam area produksi, gudang penyimpanan atau laboratorium (termasuk personil teknik, Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
7
perawatan dan petugas kebersihan), dan bagi personil lain yang kegiatannya dapat berdampak pada mutu produk hendaknya memahami prinsip CPOB, memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan dengan pekerjaan serta memahami tanggung jawab masing-masing. Berdasarkan CPOB, Industri farmasi harus memiliki tiga personil kunci mencakup kepala bagian Produksi, kepala bagian Pengawasan Mutu dan kepala bagian Pemastian Mutu. Kepala bagian Produksi dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) atau kepala bagian Pengawasan Mutu harus independen satu terhadap yang lain. Selain itu, industri farmasi juga harus memiliki struktur organisasi yang jelas secara tertulis mengenai tugas dan kewenangan dari masingmasing personel pada posisi penanggung jawab sehingga seluruh aspek-aspek penerapan CPOB tidak ada yang terlewatkan ataupun tumpang tindih.
2.3.3. Bangunan dan Fasilitas Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat hendaknya memiliki desain, konstruksi, letak yang memadai dan disesuaikan kondisinya serta dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasional yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadinya kekeliruan, pencemaran silang, memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif, menghindari penumpukan debu atau kotoran dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat. Letak bangunan diatur sedemikian rupa untuk menghindari pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti bangunan tidak sesuai, hendaknya diambil tindakan pencegahan yang efektif terhadap pencemaran tersebut.pencemaran dari udara, tanah, air, serta dari kegiatan industri lain yang berdekatan. Bangunan dan fasilitas hendaknya dikontruksi, dilengkapi dan dirawat dengan tepat dan cermat, dibersihkan dan didesinfeksi sesuai prosedur tertulis secara rinci agar memperoleh perlindungan maksimal dari pengaruh cuaca, banjir, rembesan air tanah dan gangguan hewan. Kondisi bangunan hendaknya ditinjau secara teratur dan diperbaiki bila perlu. Tindakan perbaikan dan perawatan terhadap bangunan dan fasilitas dilakukan hati-hati agar kegiatan tersebut tidak mempengaruhi mutu obat.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
8
2.3.4. Peralatan Peralatan untuk pembuatan obat hendaknya memiliki desain dan konstruksi yang sesuai dengan tujuan, ukuran yang memadai, ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat agar mutu obat terjamin sesuai desain dan seragam. Peralatan hendaknya didesain sedemikian rupa agar mudah dibersihkan dan dirawat, baik bagian dalam maupun bagian luar, serta tidak boleh menimbulkan akibat yang merugikan terhadap produk. Peralatan yang digunakan untuk menimbang,
mengukur,
memeriksa
dan
mencatat
hendaknya
diperiksa
ketepatannya dan dikalibrasi sesuai program dan prosedur yang ditetapkan. Pemasangan dan penempatan peralatan diatur sedemikian rupa sehingga proses produksi dapat berjalan secara efektif dan efisien.
2.3.5. Sanitasi dan Higiene Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaknya diterapkan pada setiap aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil, bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi dan wadahnya, serta segala sesuatu yang dapat menjadi sumber pencemaran produk. Sumber pencemaran potensial harus dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu. Prosedur sanitasi dan higiene hendaknya divalidasi dan dievaluasi secara berkala untuk memastikan efektivitas peosedur dan selalu memenuhi persyaratan.
2.3.6. Produksi Produksi obat membutuhkan berbagai faktor pendukung, seperti sarana gedung
produksi-pengemasan-penyimpanan,
material
yang
memenuhi
persyaratan, peralatan yang terkualifikasi dan terkalibrasi, personalia yang terlatih dan berkualitas, proses produksi yang tervalidasi dan dokumen produksi yang sah yang dapat ditelusuri. Mutu suatu obat tidak hanya ditentukan oleh hasil analisis terhadap produk akhir, tetapi juga oleh mutu yang dibangun selama tahapan proses produksi (built in quality) sejak pemilihan bahan awal, penimbangan, proses produksi personalia, bangunan, peralatan kebersihan, dan higiene sampai dengan pengemasan. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
9
Prosedur produksi dibuat oleh penanggung jawab produksi bersama dengan penanggung jawab pengawasan mutu yang dapat menjamin obat yang dihasilkan memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan. Prosedur kerja standar hendaknya tertulis, mudah dipahami dan dipatuhi oleh karyawan produksi, serta didokumentasikan. Dokumentasi setiap langkah dilakukan dengan cermat, tepat dan ditangani oleh karyawan yang melaksanakan tugas.
2.3.7. Pengawasan Mutu Pengawasan mutu merupakan bagian yang penting dari Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Pengawasan mutu mencakup semua kegiatan analisis yang dilakukan di laboratorium, termasuk pengambilan sampel, pemeriksaan, dan pengujian bahan awal, produk antara, produk ruahan, dan produk jadi. Kegiatan ini mencakup juga uji stabilitas, program pemantauan lingkungan, pengujian yang dilakukan dalam rangka validasi, penanganan sampel pertinggal, menyusun dan memperbaharui spesifikasi bahan dan produk serta metode pengujiannya. Tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, pengawasan mutu juga berperan dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk. Dokumentasi dan prosedur pelulusan yang diterapkan bagian pengawasan mutu hendaknya menjamin bahwa pengujian yang diperlukan telah dilakukan sebelum bahan digunakan dalam produksi dan produk disetujui sebelum didistribusikan. Bagian
pengawasan
mutu
harus
independen
dari
bagian
lain.
Ketidaktergantungan pengawasan mutu dari produksi dianggap hal yang fundamental agar pengawasan mutu dapat melakukan kegiatan dengan memuaskan. Keterlibatan dan komitmen semua pihak yang berkepentingan pada semua tahap merupakan keharusan untuk mencapai sasaran mutu mulai dari awal pembuatan sampai kepada distribusi produk jadi.
2.3.8. Inspeksi Diri dan Audit Mutu Inspeksi diri bertujuan untuk mengevaluasi semua aspek produksi dan pengawasan mutu industri farmasi dalam pemenuhan ketentuan CPOB. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
10
Program inspeksi diri hendaknya dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan. Inspeksi diri hendaknya dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang kompeten dari perusahaan atau auditor dari luar yang independen. Inspeksi diri hendaknya dilakukan secara rutin dan pada situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali obat jadi atau terjadi penolakan yang berulang. Semua saran untuk tindakan perbaikan supaya dilaksanakan. Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaknya didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut yang efektif. Inspeksi diri dapat dilakukan per bagian sesuai dengan kebutuhan perusahaan, namun inspeksi diri yang menyeluruh hendaknya dilakukan minimal satu kali dalam setahun dan tertulis dalam prosedur tetap inspeksi. Inspeksi diri hendaknya mencakup seluruh aspek dalam CPOB, yaitu personalia, bangunan termasuk fasilitas untuk personil, perawatan bangunan dan peralatan, penyimpanan bahan awal,bahan pengemas dan obat jadi, peralatan, pengolahan dan pengawasan selama proses, pengawasan mutu, dokumentasi, sanitasi dan higienis, program validasi dan revalidasi, kalibrasi alat atau sistem pengukuran, prosedur penarikan kembali obat jadi, penanganan keluhan, pengawasan label, hasil inspeksi diri sebelumnya dan tindakan perbaikan. Inspeksi diri juga hendaknya dilakukan oleh tim yang terdiri dari paling sedikit 3 anggota yang berpengalaman dalam bidangnya masing-masing dan memahami CPOB yang dapat berasal dari dalam atau luar perusahaan. Setelah inspeksi diri selesai dilaksanakan, dibuat laporan inspeksi diri yang mencakup hasil inspeksi diri, evaluasi, kesimpulan inspeksi dan saran tindakan perbaikan. Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri, yang meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem manajemen dengan tujuan spesifik untuk meningkatkan mutu. Audit mutu umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau tim yang dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
11
2.3.9. Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk dan Produk Kembalian Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan terjadi kerusakan obat hendaknya dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis. Keluhan terhadap obat dan laporan keluhan dapat menyangkut mutu yang berupa kerusakan fisik, kimiawi atau biologis, efek samping yang merugikan, dan masalah efek terapetik seperti obat tidak berkhasiat atau respon klinis yang rendah. Semua keluhan dan laporan keluhan hendaknya diteliti dan dievaluasi dengan cermat, kemudian diambil tindak lanjut yang sesuai dan dibuatkan laporan. Selain itu, perlu ditunjuk personil yang bertanggung jawab untuk menangani keluhan. Personil tersebut harus memahami cara penanganan seluruh keluhan, penyelidikan atau penarikan kembali. Penarikan kembali produk merupakan proses penarikan kembali satu atau beberapa bets atau seluruh bets tertentu dari semua mata rantai distribusi. Penarikan kembali dilakukan apabila ditemukan adanya produk yang tidak memenuhi persyaratan mutu atau atas dasar pertimbangan adanya reaksi yang tidak diperhitungkan yang merugikan dan beresiko serius terhadap kesehatan. Dalam penanganan penarikan kembali produk hendaknya tersedia prosedur tertulis, yang diperiksa secara berkala dan dimutakhirkan untuk mengatur segala tindakan penarikan kembali. Keputusan penarikan kembali dapat diprakarsai atas perintah otoritas Badan Pengawasan Obat dan Makanan atau oleh pihak internal yaitu industri farmasi itu sendiri. Perkembangan dari proses penarikan kembali harus dicatat dan dibuat laporan akhir, termasuk rekonsiliasi antara jumlah produk yang dikirim dan yang ditemukan kembali. Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian dikembalikan ke pabrik karena adanya keluhan, kerusakan, daluwarsa, masalah keabsahan atau sebab lain mengenai kondisi obat, wadah atau kemasan sehingga menimbulkan keraguan akan keamanan, identitas, mutu dan jumlah obat yang bersangkutan. Industri farmasi hendaknya memiliki prosedur untuk penanganan, penyelidikan dan pengujian produk kembalian serta pengambilan keputusan tentang produk kembalian tersebut dapat diproses ulang atau harus dimusnahkan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
12
setelah dilakukan evaluasi secara kritis. Berdasarkan hasil evaluasi, produk kembalian dapat dikategorikan sebagai berikut: a. Produk kembalian yang masih memenuhi spesifikasi dan karena itu dapat dikembalikan ke dalam persediaan; b. Produk kembalian yang dapat diproses ulang; c. Produk kembalian yang tidak memenuhi spesifikasi dan tidak dapat diproses ulang. Produk kembalian yang tidak dapat diolah ulang hendaknya dimusnahkan. Pemusnahan produk harus didokumentasikan, mencakup berita acara pemusnahan yang diberi tanggal dan ditandatangani oleh personil yang melaksanakan dan personil yang menyaksikan pemusnahan.
2.3.10. Dokumentasi Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan dokumentasi yang baik, termasuk bagian yang esensial dari pemastian mutu. Dokumentasi yang jelas merupakan hal fundamental untuk memastikan bahwa tiap personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga memperkecil resiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, Dokumen Produksi Induk/Formula Pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan dan catatan harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Berdasarkan CPOB, dokumen yang dibutuhkan oleh industri farmasi antara lain; 1. Spesifikasi mencakup bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan serta produk obat jadi. Spesifikasi menguraikan secara rinci persyaratan yang harus dipenuhi produk atau bahan yang dapat digunakan atau diperoleh selama proses produksi. Spesifikasi ini merupakan dokumen dasar untuk menentukan dan mengevaluasi mutu produk. 2. Dokumen Produksi Induk yang berisi formula induk dan mencantumkan informasi nama, bentuk sediaan, kekuatan, deskripsi produk, spesifikasi bahan pengemas primer yang harus digunakan, stabilitas produk, tindakan pengamanan selama penyimpanan, komposisi tiap satuan dosis, daftar lengkap
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
13
bahan awal, spesifikasi bahan awal, daftar lengkap bahan pengemas, prosedur pengolahan dan pengemasan, pengawasan selama proses pengolahan dan pengemasan serta masa edar atau masa simpan produk. 3. Prosedur Produksi Induk, terdiri dari dua dokumen, yaitu Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan Induk. Masing-masing prosedur tersebut berisi prosedur pengolahan dan prosedur pengemasan yang rinci untuk suatu produk dengan bentuk sediaan, kekuatan dan ukuran bets spesifik. 4. Catatan Produksi Bets, terdiri dari dua dokumen, yaitu Catatan Pengolahan Bets dan Catatan Pengemasan Bets, yang
merupakan reproduksi dari
masing masing Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan Induk dan berisi semua data dan informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan produksi dari suatu bets produk. 5. Prosedur dan Catatan, Industri farmasi membutuhkan prosedur tertulis dan catatan untuk tiap kegiatan seperti penerimaan, pengambilan sampel, pengujian bahan dan produk yang menguraikan metode dan alat yang harus digunakan, dan kegiatan lainnya seperti proses validasi, perakitan peralatan, kualifikasi, kalibrasi, perawatan, pembersihan, sanitasi dan personil hygiene, pemantauan lingkungan, pengendalian hama, keluhan, penarikan obat jadi dan produk kembalian.
2.3.11. Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak dilakukan jika suatu perusahan membuat produk ataupun hendak melakukan analisis di perusahaan lain atau sebaliknya. Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar, disetujui dan dikendalikan untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis antara pemberi kontrak dengan penerima kontrak harus dibuat secara jelas dalam hal tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh Kepala Bagian Manajemen Mutu (Pengawasan Mutu).
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
14
2.3.12. Kualifikasi dan Validasi CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang diperlukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang dapat mempengaruhi mutu produk hendaknya divalidasi. Pendekatan dengan kajian risiko hendaknya digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan cakupan validasi. Kualifikasi kualifikasi
mencakup
kualifikasi
desain,
kualifikasi
instalasi,
operasional dan kualifikasi kinerja, sedangkan validasi proses
mencakup validasi prospektif, validasi konkuren, validasi retrospektif, validasi pembersihan, validasi ulang, dan validasi metode analisis.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
BAB 3 TINJAUAN KHUSUS SOHO GROUP
3.1.
Sejarah SOHO Group Berdasarkan keputusan pemilik perusahaan tanggal 26 Januari 2000, PT.
Ethica Industri Farmasi, PT. Soho Industri Farmasi dan PT. Parit Padang Global digabung secara resmi menjadi SOHO Group. Seiring dengan perkembangan zaman, telah terjadi perubahan struktur organisasi di dalam perusahaan SOHO Group. Sebelum restrukturisasi SOHO Group memiliki lima perusahaan, yaitu PT. Ethica Industri Farmasi, PT. Soho Industri Farmasi, PT. Parit Padang Global, PT. Global Harmony Retailindo dan PT. Universal Health Network. Sejak tahun 2011, kelima perusahaan tersebut diintegrasikan menjadi tiga divisi utama, yaitu SOHO Group Pharma, SOHO Group Consumer Health, dan SOHO Group Distribution. SOHO Group Pharma terdiri dari PT. Ethica Industri Farmasi dan PT. Soho Industri Farmasi, SOHO Group Consumer Health terdiri dari PT. Universal Health Network dan Hezzel Farm, sedangkan SOHO Group Distribution terdiri dari PT. Parit Padang Global dan PT. Global Harmony Retailindo. Perubahan struktur organisasi tersebut menjadi salah satu langkah yang dilakukan untuk menyelaraskan strategi SOHO Group dalam mencapai Visi 2015. Perubahan struktur ini dilandasi dengan semangat baru SOHO Group yaitu “One Vision One Team”. Hal yang melatarbelakangi penggabungan antara lain: Fungsi penyelarasaan Sendiri-sendiri tidak efektif dan tidak kuat Menghadapi kompetisi global dan regional Go public dan go international
Gambar 3.1. Logo SOHO Group 15
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
16
SOHO Group memiliki logo yang terdiri dari: Segitiga sama sisi dan dua bentuk setengah lingkaran yang simetris mencerminkan kesamaan kedudukan dan adil untuk semua pihak. Bentuk segitiga mencerminkan tiga perusahaan inti yang mengawali pergerakan usaha, membentuk satu kesatuan yang kokoh, saling menjaga kerja sama dan bersinergi. Warna hijau berarti alamiah, segar, harmonis, serasi, sehat, sejuk dan damai, sedangkan warna biru bermakna selalu berkembang dan sejahtera. Slogan “value for health” berarti bukan hanya jiwa dan raga yang sehat, tetapi juga kebutuhan yang sehat, perencanaan yang sehat, strategi yang sehat dan cara kerja yang sehat. Logo SOHO Group merupakan pemersatu dari semua perusahaan yang berada di dalamnya, menjadi intisari dari semua kegiatam/usaha dan cita-cita pendirinya. Hal ini pada akhirnya diharapkan bisa menjadi pendorong bagi seluruh anggota Keluarga Besar SOHO Group untuk saling bahu-membahu, bersemangat tinggi, dan bertanggung jawantinggi menyongsong masa depan yang lebih baik.
3.1.1. PT. Ethica Industri Farmasi PT. Ethica Industri Farmasi, yang awalnya bernama N.V. Ethica Handel MY, didirikan oleh Meneer Tan Tjhoen Lim pada tanggal 30 November 1946. Perusahaan ini merupakan perusahaan pertama di Indonesia yang memproduksi sediaan steril untuk pasar resep (ethical). Dalam pelaksanaan proses produksi, PT. Ethica telah menerapkan sistem manajemen mutu CPOB dan ISO 9001:2008 guna menjamin kualitas produk yang dihasilkannya. Saat ini, PT. Ethica telah memiliki lebih dari 150 produk.
Gambar 3.2. Logo PT. Ethica Industri Farmasi PT. Ethica Industri Farmasi memiliki logo yang terdiri dari: Inisial huruf E yang berada di dalam dua buah lingkaran Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
17 Lingkaran berarti kesempurnaan, fleksibilitas dan tekad yang bulat demi meraih cita-cita Dua buah lingkaran berarti suatu kerja sama yang saling mendukung untuk mencapai tujuan Warna merah tua (maroon) berarti semangat perjuangan dan dedikasi yang tinggi Ethica berarti budi pekerti yang baik, mencerminkan etos kerja dan usaha yang bermartabat
3.1.2. PT. Soho Industri Farmasi Pada 18 Juli 1951 didirikan perusahaan kedua, sebagai “sister company” PT. Ethica, yaitu PT. SOHO Industri Farmasi. Tujuan didirikannya perusahaan itu adalah untuk memasuki pasar dengan produk-produk oral terutama di pasar resep. Seiring dengan berjalannya waktu, tahun 1996 PT. SOHO mulai memasuki pasar obat bebas (OTC). Perusahaan ini mendapat predikat “The Fastest Growing Company among Top Twenty Pharmaceutical Companies” dan dikenal sebagai “Pioneer dan Trendsetter Natural Medicine”. Selain itu, PT. SOHO juga telah menerapkan sistem manajemen mutu CPOB dan ISO 9001:2008 dalam seluruh proses produksi produk-produknya guna menjamin kualitas produk yang dihasilkannya. Saat ini, PT. SOHO telah memiliki lebih dari 180 produk. Kata SOHO merupakan kependekan dari bahasa Latin “Societas Honorabilis”, yang memiliki arti masyarakat/perkumpulan/paguyuban orangorang yang terhormat karena perilaku hidupnya yang terpuji. Hal ini berarti para pendiri, jajaran manajemen dan seluruh karyawan dari perusahaan merupakan orang-orang terhormat dan terpandang yang selalu menjaga integritas yang tinggi dalam menjalankan usaha.
Gambar 3.3. Logo PT. SOHO Industri Farmasi PT. SOHO Industri Farmasi memiliki logo yang terdiri dari: Bentuk dasar batu permata (diamond) bersudut empat dengan warna merah
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
18 Warna merah berarti cerminan etos kerja dan falsafah yang secara adil menjaga selalu keseimbangan komunikasi dan pelakuan ke semua arah, demi kemajuan dan keberhasilan bersama Berlian (diamond) merupakan lambang keabadian, bernilai tinggi dan sangat berharga, yang merupakan wujud usaha perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan
3.1.3. PT. Parit Padang Global Pada tanggal 27 Agustus 1956 didirikan PT. Parit Padang. Kata “Parit Padang” diambil dari nama tempat kelahiran pendiri. Perusahaan ini didirikan untuk dapat mengambil alih pendistribusian produk PT. Ethica dan PT. SOHO Industri Farmasi. Perusahaan ini juga bekerja sama dengan principal besar lain, seperti AstraZeneca Indonesia, Pfizer, Nestle, Sosro, dan La Tulipe. Perusahaan ini merupakan pelopor Distribusi Farmasi Indonesia pertama dengan sistem online. Saat ini, PT. Parit Padang telah memiliki 25 cabang yang tersebar di Indonesia.
(a)
(b)
Gambar 3.4. Logo (a) PT. Parit Padang, (b) PT. Parit Padang Global
PT. Parit Padang memiliki logo yang terdiri dari: Berupa inisial dua buah huruf P yang saling tersambung dan berwarna hitam Parit Padang berarti saluran air yang mengalir di tanah yang luas dan memberi kehidupan, yang sesuai dengan usaha distribusi produk dan jasa kesehatan yang berkualitas tinggi secara luas Huruf P bersambung merupakan gambaran dari usaha yang berkesinambungan, saling mendukung dan bersinergi
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
19 Warna hitam berarti keteguhan hati, tegar tak mudah terpengaruh dan upaya yang tinggi dalam mencapai tujuan Pada tanggal 3 Agustus 2009, secara akta perubahan PT. Parit Padang menjadi PT. Parit Padang Global (PPG). Akibat perubahan tersebut, PPG memiliki logo baru, hasil modifikasi logo PT.
3.1.4. PT. Global Harmony Retailindo Pada 11 November 2008 didirikan PT. Global Harmony Retailindo (PT. GHR), yang merupakan unit bisnis baru dari SOHO Group dan saak ini berada dibawah manajemen PT. Parit Padang Global. Salah satu bisnis utama perusahaan ini adalah Apotek Harmony, yang menyediakan produk dan pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi, yang memperhatikan keseimbangan dan keharmonisan di berbagai aspek kehidupan dan memposisikan perusahaan sebagai perusahaan yang fokus dan ramah kepada pelanggan. Tim manajemen Apotek Harmony diperkuat oleh tenaga-tenaga kerja yang sangat berpengalaman dalam dunia farmasi. Apotek Harmony memiliki moto kerja yaitu “Melayani dengan Segenap Hati”. Adapun pelayanan yang disediakan oleh Apotek Harmony adalah: a. Apotek b. Praktik dokter umum c. Praktik dokter spesialis d. Praktik dokter gigi e. Laboratorium klinik
3.1.5. PT. Universal Health Network Pada 6 April 2009 didirikan PT. Universal Health Network (Unihealth), yang merupakan perusahaan multilevel marketing. Unihealth merupakan anak perusahaan SOHO Group yang sepenuhnya dimiliki oleh putra Indonesia. Unihealth terbukti memiliki reputasi yang baik, secara kualitas maupun manajemen mutu dalam skala nasional maupun internasional. Unihealth
menyediakan
produk-produk
kesehatan
terbaik,
seperti
suplemen kesehatan, vitamin, perawatan kulit dan perlengkapan kecantikan, baik
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
20
produksi lokal (SOHO) maupun mancanegara. Unihealth menganut sistem MLM murni, yang tidak merugikan anggotanya. Sistem MLM tersebut mengedapankan prinsip meguntungkan semua pihak, baik perusahaan, pemimpin jaringan maupun seluruh anggotanya, berdasarkan prestasi terbaik dari anggotanya. Sampai bulan Juni 2010 anggota Unihealth sudah mencapai + 2500 orang yang tersebar di seluruh Indonesia.
Gambar 3.7. Logo PT. Universal Health Network
3.1.6. Hezzel Farm Awalnya, Hezzel Farm didirikan pada tahun 2001 dengan holding company PT. Global Fortuna. Selanjutnya, pada 8 April 2010 Hezzel Farm diakuisisi oleh SOHO Group dibawah manajemen PT. Parit Padang Global. Bisnis Hezzel Farm terbagi menjadi tiga, yaitu Modern Retail, Commercial Massage, dan Direct Selling. Kategori/merk produk Hezzel Farm terdiri dari food suplement yang diproduksi oleh Celex Laboratory (Canada) dan Eckhart Corporation (Amerika Serikat), sedangkan untuk produk personal care dan health devices diproduksi di Taiwan dengan standar GMP/CPOB. Ketiga merk tersebut terdaftar dalam Hak Atas Kekayaan Intelaktual (HAKI) dari Kementrian Hukum dan HAM RO. Untuk jaringan distribusi dan penjualan, Hezzel Farm menggunakan jaringan distribusi modern market, seperti Century, Guardian, Watson, Shop-In, Boston, Kimia Farma, Carrefour, dan lainnya.
3.2.
Visi dan Misi SOHO Group
3.2.1. Visi SOHO Group Adapun rumusan visi 2015 SOHO Group adalah “Menjadi salah satu kelompok perusahaan global terkemuka dalam bidang manufaktur, distribusi dan menyediakan produk da jasa kesehatan berkualitas tinggi”. Visi tersebut memiliki tujuan yang harus dicapai di tahun 2015, yaitu:
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
21
a. Perspektif keuangan Untuk pencapaian pertumbuhan penghasilan SOHO Group b. Perspektif pelanggan Untuk didedikasikan pada kepuasan pelanggan dengan level yang tertinggi dan memperoleh kepercayaan dari dokter, pasien dan pelanggan lain yang dilayani c. Perspektif proses internal Untuk mencapai best in class di seluruh aktivitas operasional d. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan Untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan yang best in class
Untuk pencapaian visi tersebut, SOHO Group memfokuskan area bisnis yang terbagi menjadi 4 area, antara lain (Permatasari, Sutanto, dan Djibin, 2010): a. Bisnis manufaktur, dengan cara: Mempertahankan pangsa pasar yang telah diraih dan melakukan ekspansi ke pangsa pasar baru dan internasional Melakukan diversifikasi ke arah manifacturing health related products b. Bisnis distribusi, dengan cara: Memperkuat bisnis inti dan menjadi pemain niche logistic (farmasi) Melakukan diversifikasi dengan ekspansi ke pasar retail farmasi c. Bisnis healthcare, dengan cara: Mendirikan laboratorium Mendirikan klinik (Traditional Chinesse Medicine (TCM)/herbal) yang nantinya akan dikembangkan menjadi rumah sakit d. Diversifikasi bisnis, dengan cara: Berdagang bahan baku Membangun perkebunan bahan baku dan ekstrak curcuma Memproduksi bahan pengemas Mendirikan pusat/universitas pendidikan herbal
Semua area bisnis tersebut didukung oleh tiga penggerak utama, yaitu (Permatasari, Sutanto, dan Djibin, 2010): a. Inovasi produk dan pelayanan
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
22
b. Bisnis internasional yang menjadi Leading Home dan Regional player c. Mengembangkan keterampilan karyawan yang best in class, teknologi dan informasi capital yang unggul
3.2.2. Misi SOHO Group Visi 2015 SOHO Group didukung oleh misi SOHO Group, yaitu merupakan kebanggaan melayani pelanggan kami dengan menyediakan secara terus-menerus produk dan jasa kesehatan yang berkualitas tinggi untuk meningkatkan mutu kehidupan dan usia panjang. Maksud dari misi tersebut adalah (Permatasari, Sutanto, dan Djibin, 2010): 1. Terus-menerus (Continually) Terus-menrus mengadakan perubahan/pembaharuan dalam hal produk dan jasa kesehatan Mempunyai keunggulan bersaing (competitive advantage) Terus-menerus memperbaharui 2. Mutu kehidupan (Quality of life) Mengembalikan sebagian atau seluruh aktivitas yang terganggu/terbatasi karena suatu penyakit ke arah/mendekati kondisi aktivitas normal Mempertahankan atau meningkatkan kondisi kesehatan sehingga dapat beraktivitas secara terus-menerus seperti yang diinginkan Mencegah kemungkinan adanya gangguan kesehatan
Dalam pencapaian visi dan misi 2015 SOHO Group, pelaksanaan tugas dan tanggung jawab disesuaikan dengan nilai-nilai budaya SOHO Group. Ada tujuh nilai budaya yang diterapkan dalam SOHO Group, yaitu kerjasam yang memiliki
komitmen
tinggi,
pelayanan
yang
prima
kepada
pelanggan,
pemrakarsaan cara baru dalam melakukan usaha, dedikasi dan produktivitas, perjuangan demi hasil yang optimal, perlakuan yang adil dan penghargaan atas prestasi, dan integritas, kejujuran dan disiplin (Permatasari, Sutanto, dan Djibin, 2010).
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
23
3.3.
Struktur Organisasi SOHO Group SOHO Group dipimpin oleh seorang President Director yang membawahi
sembilan bagian yakni Finance and Information Technology, Human Capital Development & Public Affair, Strategy & Business Management, Manufacturing, Management Compliance Division, Consumer Health, Pharma, Distribution, dan Commercial Division. Masing-masing bagian dikepalai oleh Vice President atau disebut juga SOHO Group Executive Leadership Team.Struktur organisasi SOHO Group dapat dilihat pada Lampiran 1. Manufacturing yang dilakukan oleh SOHO Group dipimpin oleh seorang Manufacturing Head yang langsung membawahi delapan divisi dan bertanggung jawab kepada Executive Vice President Manufacturing SOHO Group. Masingmasing divisi dipimpin oleh seorang Division Head, yaitu Research and Development Division, Quality Operation Division, Production Division, Supply Chain Division, Technical Division, Validation and Documentation Departement, Human Resources, dan Finance Account. Struktur organisasi Manufacturing SOHO Group dapat dilihat pada Lampiran 2.
3.3.1. Research and Development (R&D) Division Divisi R&D dipimpin oleh seorang apoteker dengan jabatan R&D Division Head. Divisi R&D FormulationDevelopment
dibagi menjadi empat departemen yaitu Group Department,
Analytical
Method
Development
Department, Packaging Development Department, dan R&D Compliance & Support Department. Struktur organisasi Research and Development (R&D) Division dapat dilihat pada Lampiran 3. 3.3.1.1.Group Formulation Development Department Departemen Group Formulation Development bertanggung jawab dalam studi dan pengembangan formula produk, meliputi produk herbal, food supplement, dan produk bioekuivalensi.Penyusunan formula merupakan hal yang sangat penting dalam pembuatan obat. Formula yang disusun oleh departemen ini disebut formula induk, yang berisi identitas obat (no. batch, expired date), formula obat (bahan aktif, bahan tambahan), dan langkah-langkah proses produksi obat.
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
24
3.3.1.2.Analytical Method Development Department Departemen ini bertanggung jawab dalam pengembangan metode analisis, meliputi metode mikrobiologi, metode stabilitas dan metode fisika kimia. Departemen ini terbagi menjadi tiga sub departemen yaitu Microbiology Method Sub Department, Stability Method Sub Department dan Physical Chemical Method Sub Department. Microbiology Method Sub Department memiliki tanggung jawab dalam mengembangkan metode analisis mikrobiologi, sub departemen ini juga bekerja sama dengan quality control dalam analisis mikrobiologi. Stability method sub department memiliki tanggung jawab dalam uji stabilitas produk baru dimaksudkan untuk menjamin kualitas produk yang telah diluluskan dan akan beredar di pasaran. Dengan uji stabilitas dapat diketahui pengaruh faktor lingkungan seperti suhu dan kelembaban terhadap parameter– parameter stabilitas produk seperti kadar zat aktif, pH, berat jenis dan net volume sehingga dapat ditetapkan tanggal kadaluwarsa yang sebenarnya.
3.3.1.3.Packaging Development Department Packaging Development merupakan departemen yang bertanggung jawab dalam mendesain kemasan produk baru, produk lama yang direvisi, maupun produk yang dikemas ulang. Packaging composition berisi daftar nama dan jumlah bahan pengemas beserta dengan kelengkapannya antara lain berisi jumlah leaflet, sendok takar, karton, master box, dan label.
3.3.1.4.R&D Compliance & Support Department Departemen ini bertanggungjawab dalam dokumentasi dan registrasi obat baru. Dokumentasi yang dilakukan mencakup dokumentasi pengembangan formulasi, analisis, dan pengemasan dari produk ethical, herbal & produk suplemen, serta riset baru.
3.3.2. Quality Operation Division Sistem manajemen mutu PT. SOHO Industri Pharmasi dilaksanakan oleh Quality Operation (QO) Division. QO Division terdiri atas empat departemen, yaitu Quality Control (QC) Department (SOHO), Quality Control (QC)
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
25
Department (Ethica), Quality Assurance (QA) Department dan Quality Operation Administrator. Struktur organisasi QO Division dapat dilihat pada Lampiran 4. 3.3.2.1.Quality Assurance (QA) Department Quality Assurance Department dipimpin seorang apoteker dengan jabatan Quality Assurance Department Head (QADH) yang memiliki tanggung jawab ikut serta dalam atau memprakarsai pembentukan acuan mutu perusahaan dan memastikan penerapan sistem mutu, memprakarsai dan mengawasi audit internal atau inspeksi diri berkala, melakukan pengawasan terhadap fungsi bagian pengawasan mutu, mengevaluasi catatan batch dan meluluskan/menolak produk jadi untuk penjualan dengan mempertimbangkan semua faktor terkait, serta memprakarsai dan berperan aktif dalam audit eksternal dan program validasi. Departemen QA memiliki tiga bagian yaitu Quality Compliance Section, Quality Monitoring System Sub Department dan Quality Support Section. Struktur organisasi QA Department dapat dilihat pada Lampiran 5. a. Quality Compliance Section Quality Compliance SectionHead memiliki duaQuality Compliance Executive. Untuk Quality Compliance Executive 1 bertugas dalam penanganan Follow Up Stability (FUS) yaitu uji stabilitas untuk produk–produk yang sudah beredar di pasaran. Bila dalam pengujian ditemukan data yang tidak memenuhi persyaratan, maka data tersebut dikategorikan sebagai Out of Spesification (OOS), selanjutnya akan dilakukan penyelidikan OOS setelah itu baru diputuskan tindak lanjut yang paling tepat terhadap produk tersebut. Uji stabilitas sampai ED + 1 tahun, artinya uji stabilitas dilakukan sampai waktu kadaluwarsa ditambah satu tahun. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui adanya kemungkinan dilakukan perpanjangan masa daluwarsasuatu produk. Perpanjangan masa daluwarsa dilakukan untuk produk yang masih memenuhi syarat sampai ED + 1 tahun. Namun bila ditemukan produk yang sudah tidak memenuhi syarat saat ED atau sebelum ED, maka bisa dilakukan pemendekan waktu kadaluarsa dalam pembuatan produk selanjutnya. Quality Compliance Executive 2 bertugas dalam penanganan registrasi produk-produk yang hampir habis masa berlakunya. Penyiapan data dan
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
26
pelengkapan data untuk registrasi dimulai enam bulan sebelum masa berlakunya habis. Di samping itu, tanggung jawab dari Quality Compliance Executivejuga menangani Product Quality Review (PQR). PQR dilaksanakan secara periodik untuk memverifikasi konsistensi suatu produk yang berhubungan dengan Good Manufacturing Practice (GMP) dan kesesuaian dengan spesifikasi terkini menggunakan analisis kecenderungan (trend analysis). PQR dilakukan dan didokumentasikan setiap tahun untuk setiap produk (minimal 3 batch) sesuai jadwal yang telah disetujui, termasuk di dalamnya review dari PQR sebelumnya dan setidaknya meliputi data laboratorium QC, data dari divisi produksi yang termasuk data mesin, pemeriksaan IPC dan yields, dan data quality (pengenalan produk, pemeriksaan analisis IPC, pemeriksaan bahan awal, pemeriksaan seluruh OOS dan investigasinya, pemeriksaan dari seluruh penyimpangan dan kejadian, pemeriksaan Non Conformance Product (NCP), pemeriksaan dari seluruh pengendalian perubahan yang dilakukan, pemeriksaan hasil program pemantauan stabilitas pada tahun tersebut dan setiap kecenderungan yang merugikan, pemeriksaan seluruh obat kembalian yang terkait keluhan dan penarikan kembali obat jadi dan investigasi yang dilakukan terkait dengan kualitas produk, pemeriksaan data validasi proses dan metode analisis, pemeriksaan data kalibrasi dan kualifikasi dari mesin dan peralatan, pemeriksaan efektifitas dari tindakan koreksi dan pencegahan yang diambil. Trend Analysis diperiksa dan dievaluasi oleh QO Division Head dan Production Division Head agar dapat mengambil tindakan yang sesuai bila diperlukan. b. Quality Monitoring System Sub Department Quality Monitoring System Sub Department Head membawahi Quality Monitoring Section Head, Quality System Executive, dan Quality Release Section Head.QualityMonitoring SectionHead membawahi Quality Monitoring Inspector (QMI) dan Product Sorter. Secara umum, Quality Monitoring Section menangani audit, inspeksi diri, rancang bangun dan penanganan keluhan. Quality Monitoring Inspector (QMI)bertugas dalam menganalisis sampel pertinggal jika terdapat keluhan dari konsumen. Product Sorter bekerjasama dengan bagian warehouse
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
27
untuk memeriksa jumlah dan fisik produk, membuat laporan disposisi ke marketing untuk menentukan tindakan selanjutnya terhadap produk. Quality System Executive bertanggungjawab dalam penanganan CAPA, deviasi, Lembar Usulan Perubahan (LUP), dan Non Conformance Product (NCP). CAPA muncul ketika terjadi permasalahan yang sama berulang-ulang dan permasalahan berakibat pada bagian lain di luar masalah tersebut. Deviasi atau penyimpangan dibagi menjadi tiga yaitu planned deviation seperti pergantian mesin produksi, unplanned deviation seperti terjadi capping pada tablet, dan incident/accident seperti listrik mati. LUP merupakan change control atau pengendalian perubahan untuk perubahan dokumen, alat, mesin, dan lain-lain. NCP merupakan penyimpangan yang terjadi sebelum proses produksi seperti saat mengecek bahan pengemas sebelum produksi ternyata bahan pengemas mengalami kerusakan. CAPA berasal dari laporan OOS, keluhan, NCP, audit, inspeksi diri, PQR, dan deviasi. Hal-hal di atas bisa ditindaklanjuti dengan CAPA apabila setelah diinvestigasi diketahui bersifat sistemik, kemungkinan berulang sering dan membutuhkan penyelesaian jangka panjang. Quality Release Section Head menangani kelengkapan dokumen produkproduk yang akan dirilis ke pasaran.Quality Release Section Head membawahi QA Administrator. c. Quality Support SectionHead Quality Support Section Head bertanggung jawab dalam kualifikasi alatalat produksi dan laboratorium bekerjasama dengan Engineering Department, validasi metode analisis, dan penanganan dokumen-dokumen kalibrasi. Quality Support Section juga bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kalibrasi alat-alat yang terdapat di laboratorium QC. Kalibrasi alat dilakukan secara berkala yaitu kalibrasi satu tahunan, kalibrasi enam bulanan, kalibrasi tiga bulanan, kalibrasi bulanan, dan verifikasi harian. Untuk kalibrasi satu tahunan dapat dilakukan oleh pihak eksternal (supplier) atau pihak internal. Sedangkan untuk kalibrasi enam bulanan, tiga bulanan, bulanan, dan verifikasi harian dilakukan oleh pihak internal yang biasanya dilakukan oleh para analis yang sudah mengikuti pelatihan kalibrasi sebelumnya.Selain itu Quality Support Section Head juga bertanggung jawab untuk membuat dan merevisi Standard Operating Procedure (SOP)
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
28
kalibrasi alat-alat yang terdapat di laboratorium QC serta membuat protokol validasi metode analisis, melakukan pengawasaan saat pelaksanaan validasi metode analisis, menyusun laporan dan memeriksa laporan validasi tersebut.
3.3.2.2.Quality Control (QC) Department Pada industri farmasi, bagian Quality Control (QC) merupakan bagian yang penting. QC memberikan kepastian tentang mutu produk agar tetap konsisten memiliki spesifikasi yang telah ditetapkan, sehingga produk memberikan manfaat kepada konsumen. Kegiatan pengawasan mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tetapi juga terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk. QCDepartment di PT. SOHO Industri Pharmasi secara struktural berada di bawah Quality Operational Division yang dikepalai oleh QO Division Head. Departemen QC bersifat independen, sejajar dengan Departemen QA, serta tidak tergantung dengan produksi sehingga QC dapat melakukan kegiatan dengan memuaskan tanpa terpengaruh oleh bagian lain. SOHO Group memiliki dua Departemen QCkarena SOHO Group memiliki dua industri farmasi yaitu PT. SOHO Industri Pharmasi dan PT Ethica Industri Farmasi, tetapi untuk Departemen QA, kedua industri ini berada dalam satu departemen. Departemen QCdikepalai oleh seorang apoteker yang disebut QC Department Head. QC Department Head membawahi lima section yang menangani Bahan Baku (Raw Material Section Head), Bahan Kemas (Packaging Material Section Head), Produk Setengah Jadi (Half Finished Goods Section Head), Mikrobiology Section Head dan IPC (In Process Control). Struktur organisasi QC SOHO dan Ethica dapat dilihat pada Lampiran 6. Departemen QC dipimpin oleh seorang apoteker dengan jabatan QC Department Head. Apoteker yang menjadi penanggungjawab Departemen QC memiliki beberapa tanggung jawab sebagai berikut : a.
Menyetujui atau menolak bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi.
b.
Memastikan seluruh pengujian yang diperlukan dan validasinya telah dilaksanakan.
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
29
c.
Memberi persetujuan terhadap spesifikasi, instruksi kerja pengambilan sampel, metode pengujian, kontrak analisis dan prosedur pengawasan mutu yang lain.
d.
Memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di bagian pengawasan mutu.
e.
Menetapkan, memvalidasi, dan menerapkan semua prosedur pengawasan mutu. Setiap bagian QC menyimpan sampel pertinggal. Sampel pertinggal
dengan identitas yang lengkap mewakili tiap batch bahan awal untuk tiap penerimaan (produk jadi dalam bentuk kemasan lengkap) disimpan untuk jangka waktu tertentu. Sampel produk jadi disimpan dalam kondisi yang sama dengan kondisi pemasaran sesuai label kemasan. Jumlah sampel pertinggal sekurangkurangnya dua kali dari jumlah sampel yang dibutuhkan untuk pengujian lengkap. Sampel pertinggal mewakili tiap batch bahan atau produk yang diambil sampelnya. Sampel lain juga dapat diambil untuk memantau bagian proses yang kritis (awal dan akhir proses). Sampel pertinggal dari tiap batch produk jadi disimpan hingga satu tahun setelah tanggal daluwarsa. Produk jadi disimpan dalam kemasan akhirnya dan dalam kondisi yang ditetapkan. Sampel bahan awal (selain pelarut, gas dan air) disimpan selama minimal dua tahun setelah tanggal pelulusan produk jadi terkait, bila stabilitasnya memungkinkan. Jangka waktu penyimpanan dapat dikurangi bila stabilitasnya lebih singkat dari pada yang tercantum dalam spesifikasi. a. Microbiology Section Quality Control bagian ini menangani pengujian mikrobiologi baik pada bahan baku, bahan pengemas, produk setengah jadi maupun produk jadi. Tidak semua bahan baku maupun produk jadi dilakukan pengujian mikrobiologi, hanya yang memiliki probabilitas terkontaminasi yang besar seperti bahan baku yang berupa ekstrak serta produk dalam bentuk sediaan sirup dan cream. Pengujian mikrobiologi dimulai dengan diterimanya Permintaan Analisis (PA) dari produksi dan QC Raw Material (RM)/Packaging Material (PM). Kemudian dilakukan sampling dengan perlakuan yang lebih khusus yaitu menggunakan wadah sampling yang steril. Hasil pengujian dilaporkan analis
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
30
dalam Lembar Mikrobiologi yang berisi nama dan nomor batch dan bentuk sediaan, media yang dipergunakan, pernyataan nilai yang diharapkan, pernyataan tidak atau memenuhi syarat, tanggal pemeriksaan dan tanda tangan analis yang melakukan pengujian, tanggal dan tanda tangan QC Microbiology Section Head. Hasil pemeriksaan mikrobiologi ini kemudian diserahkan kepada analis bahan baku atau analis produk setengah jadi sesuai dengan bahan yang diuji. Analis bahan baku atau produk setengah jadi akan membuat Certificate of Analysis (CoA) untuk bahan yang memiliki spesifikasi mikrobiologi sehingga dapat dinyatakan diluluskan (released).
b. Raw Material Section Quality Control bagian ini menangani bahan baku, baik pengambilan sampel, pengujian sampel dan pembuatan laporan hasil pengujian. Dalam pelaksanaannya, section ini dibantu oleh beberapa analis dan helper. Proses pemeriksaan bahan baku dimulai dari barang datang dari vendor ke gudang. Warehouse Department akan membuat Lembar Penerimaan Barang (LPB). LPB ini dikirimkan ke QC Raw Material beserta CoA dari vendor agar bahan baku ini diambil sampelnya untuk dilakukan sampling pada bahan baku. Sampling menjadi kegiatan yang penting dalam pengawasan mutu yaitu mengambil sebagian kecil dari satu batch. Pengambilan sampel dilakukan sedemikian rupa untuk mencegah kontaminasi atau efek lain yang berpengaruh tidak baik terhadap mutu. Pengambilan sampel dilakukan di ruang sampling. Wadah yang diambil sampelnya diberi label yang mencantumkan isi wadah, nomor batch, tanggal pengambilan sampel dan diberi label “contoh sudah diambil” dengan warna jingga pada wadah bahan baku tersebut. Wadah ditutup rapat kembali setelah pengambilan sampel. Semua alat pengambilan sampel dan wadah sampel terbuat dari bahan yang inert dan dijaga kebersihannya. Mutu suatu batch bahan baku dapat dinilai dengan mengambil dan menguji sampel yang representative. Jumlah yang diambil untuk menyiapkan sampel representative ditentukan secara statistik dan dicantumkan dalam pola pengambilan sampel. Penentuan status bahan baku diluluskan maupun ditolak berdasarkan hasil analisis yang dibandingkan dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Spesifikasi
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
31
ditetapkan berdasarkan literatur yang ada (USP, EP, BP, FI serta CoA dari vendor) dan beberapa modifikasi yang disesuaikan. Apabila hasil analisis dinyatakan bahwa bahan baku diluluskan maka analis akan membuat CoA dan label hijau. Sedangkan bahan baku yang ditolak dibuatkan label merah. Dalam proses produksi, bahan baku yang belum habis dapat dilakukan analisis ulang (reanalisis) untuk mengetahui kondisi bahan baku yang akan digunakan. Frekuensi analisis ulang bahan baku berbeda-beda tergantung dari sifat bahan baku sendiri. Bahan baku yang berupa zat aktif waktu analisis ulang adalah setiap satu tahun. Sedangkan bahan baku sebagai bahan tambahan waktu analisis ulang adalah setiap dua tahun, kecuali flavour setiap enam bulan. Bahan baku tambahan yang memerlukan pemeriksaan mikrobiologi frekuensi analisis ulang adalah setiap satu tahun, kecuali untuk kapsul kosong setiap dua tahun. Hasil reanalisis yang masih memenuhi syarat spesifikasi diberi label hijau (diluluskan) sehingga dapat dipergunakan untuk produksi, sedangkan hasil reanalisis yang tidak memenuhi syarat spesifikasi diberi label merah (ditolak). Perlakuan terhadap bahan baku yang ditolak ini disesuaikan dengan perjanjian yang telah dibuat dengan vendor apakah barang dikembalikan dan diganti, atau langsung dimusnahkan.
c. Packaging Material Section QC bagian ini menangani tentang pengawasan kualitas bahan kemas. Proses pengawasan dimulai dari penerimaan LPB dari Warehouse Department agar dilakukan sampling terhadap bahan kemas. Spesifikasi dari bahan kemas ditetapkan dengan penekanan pada kompatibilitas bahan terhadap produk yang diisikan ke dalamnya. Pengujian terhadap bahan kemas difokuskan pada pemeriksaan fisik dan kualitas cetak pada bahan kemas karena cacat fisik yang kritis dan kebenaran penandaan dapat berdampak besar yaitu dapat memberikan kesan meragukan terhadap kualitas produk. Pemeriksaan mikrobiologi diperlukan untuk bahan kemas produk sirup dan cream. Bahan kemas juga dilakukan reanalisis. Frekuensi reanalisis untuk bahan kemas primer adalah setiap satu tahun, sedangkan untuk bahan kemas sekunder
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
32
dilakukan setiap dua tahun. Parameter yang diperiksa ulang adalah pemerian dan mikrobiologi sesuai dengan spesifikasi masing-masing bahan.
d. Finished Goods/Half Finished Goods Section Quality Control bagian ini mengawasi mutu dari produk setengah jadi dan produk jadi. Dalam pelaksanaannya QC Finished Goods dibantu oleh beberapa analis, helper dan dibantu petugas IPC. Pengawasan mutu dari produk setengah jadi dimulai dari pengambilan sampel di bagian produksi. Pelaksana pengambilan sampel dilakukan oleh petugas IPC. Sampling dilakukan setelah proses produksi selesai disertai lembar PA (Permintaan Analisis) dari produksi. Waktu sampling tergantung dari jenis produk dan sifat fisika kimianya. Sampling untuk produk steril dilakukan setelah proses sterilisasi. Produk aseptis sampling dilakukan setelah proses filling selesai. Sampling produk setengah jadi nonsteril dalam bentuk granul dilakukan pada saat proses mixing berlangsung dengan alat thief sampler. Pengambilan sampel dilakukan pada bagian atas, tengah dan bawah dari drum mixer. Sampel untuk granul dilakukan untuk produk yang mengalami perubahan atau validasi proses, seperti perubahan batch size, bahan baku, mesin, dan proses produksi. Pengambilan sampel untuk tablet, kaplet dan kapsul diambil di bagian awal, tengah dan akhir proses produksi, sedangkan untuk untuk tablet salut dan dragee dilakukan di akhir proses produksi. Sampel obat jadi diambil setelah pengemasan primer selesai. Sampel dimasukkan ke dalam wadah yang sesuai lengkap dengan label dan ditutup rapat. Label berisi nama produk, nomor batch, tanggal pembuatan, tanggal sampling dan paraf petugas IPC yang melakukan sampling. Sampel yang diperoleh diletakkan di tempat penyimpanan QC. Sampel yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan prosedur pengujian untuk masing-masing produk dengan metode yang telah disetujui. Spesifikasi dan prosedur pengujian untuk tiap produk setengah jadi dan produk jadi mencakup spesifikasi dan prosedur pengujian mengenai identitas, kemurnian, mutu dan kadar/potensi. Prosedur pengujian mencakup hal yang seperti telah disebutkan dalam Raw material. Hasil pengujian dilaporkan analis dalam Lembar Data Awal (LDA). LDA berisi nama dan nomor batch dan bentuk sediaan,
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
33
metode analisis yang digunakan, pernyataan mengenai nilai yang diharapkan, pernyataan apakah memenuhi atau tidak memenuhi syarat, tanggal dan tanda tangan analis yang melakukan pengujian dan yang memeriksa perhitungan. Hasil pengujian (terutama perhitungan) diperiksa oleh supervisor (Half Finished Goods Section Head) sebelum bahan atau produk tersebut diluluskan atau ditolak.
e. In Process Control (IPC) Quality Control bagian ini berperan dalam pengendalian proses selama produksi (in process control). IPC QC bekerjasama dengan bagian IPC di Divisi Produksi untuk melakukan pengendalian proses selama produksi. In process control dilakukan terhadap semua tahap produksi, mulai dari mixing, tableting, coating, pengemasan primer dan pengemasan sekunder. Tujuan IPC adalah supaya proses produksi dapat menghasilkan produk sesuai spesifikasi dan mengurangi jumlah produk yang ditolak karena tidak masuk spesifikasi. IPC Inspector merupakan personil QC yang memiliki akses ke area produksi untuk pengambilan sampel dan penyelidikan yang dilakukan oleh IPC produksi. IPC itu sendiri merupakan kegiatan pemeriksaan dan pengujian yang ditetapkan serta dilaksanakan selama proses pembuatan produk, termasuk pemeriksaan dan pengujian terhadap lingkungan dan peralatan.
3.3.3. Production Division Production Division dipimpin oleh seorang apoteker dengan jabatan Production Division Head. Tanggung jawab Production Division Head adalah sebagai berikut: a. Merencanakan, mengatur, dan memimpin seluruh kegiatan produksi yang diperlukan oleh pabrik. b. Menjamin pelaksanaan produksi yang tepat waktu serta pengiriman semua produk dengan biaya yang rasional sesuai dengan kebijakan mutu SOHO Group, dan CPOB. c. Memastikan semua tahap produksi sesuai prosedur agar memenuhi syarat mutu yang ditetapkan.
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
34
Production Division terdiri dari empat departemen yaitu Non Steril Production Department (NSP), Steril, Cephalosporine, and Extract Production Department
(SCP), Production Process Excellent Department (PPE) dan
Production Quality Compliance Department (PQC). SCP Department melakukan produksi sediaan steril dan cephalosporin di PT. Ethica, sedangkan NSP Department melakukan produksi di PT. SOHO. PPE dan PQC Department merupakan departemen yang baru dibentuk pada September 2011. Departemen ini melakukan tugas yang berhubungan dengan segala upaya peningkatan kualitas produksi di SOHO Group. Struktur organisasi Divisi Produksi dapat dilihat pada Lampiran 7.
3.3.4. Supply Chain Management(SCM) Division SCM terbagi menjadi empat departemen yaitu Production Planning Department,Warehouse Department,Material Procurement Department, Custom Clearance Department dan Supply Chain Administrator. Struktur organisasi SCM dapat dilihat pada Lampiran 8.
3.3.4.1.Production Planning Department Production Planning Department bertanggungjawab dalam perencanaan produksi. Departemen ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu bagian Production Planning, Product Supply Management dan Production Planning Administrator. Bagian Production Planning terbagi menjadi dua sub bagian yaitu Contract Management yang bertanggungjawab dalam perencanaan toll manufacturing, dan Production Planning yang bertanggung jawab tentang perencanaan dana produksi dan pemasok. Bagian Production Planning Department ini bertanggungjawab dalam pengaturan jadwal produksi. Perencanaan produksi sangat berpengaruh terhadap jumlah produksi. Perencanaan produksi dibuat berdasarkan order plan dari distributor. Order plan dibuat berdasarkan forecasting/peramalan dari MarketingDepartment. Peramalan sangat penting dalam perencanaan produksi karena mempertimbangkan kebutuhan marketing yaitu situasi penjualan masa lalu dan kebutuhan pasar masa depan dengan melihat pertumbuhan pasar. Production Planning Department bertugas
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
35
untuk menganalisis setiap forecast/peramalan yang berasal dari bagian marketing, kemudian melakukan perencanaan Master Production Scheduling (MPS) dan Master Requirements Planning (MRP). Master Production Scheduling (MPS) berisi jenis, jumlah produk yang akan diproduksi, serta jadwal kapan dilakukannya proses produksi. Setelah MPS dibuat, selanjutnya dibuat MRP untuk menunjang MPS. Master Requirements Planning (MRP) berisi nama dan jumlah material yang dibutuhkan dalam proses produksi. Dokumen Master Requirements Planning (MRP) di-follow up ke bagian warehouse, QA, produksi, dan marketing.
3.3.4.2.Warehouse Department Warehouse Department memiliki tiga sub departemen yaitu sub departemen Finished Goods, sub departemen Material Procurement dan Warehouse Management Administrator. Sub departemen Finished Goods bertanggung jawab dalam penanganan penyimpanan obat jadi. Sub departemen Material Procurement bertanggung jawab dalam penanganan penyimpanan bahan baku dan bahan pengemas. PT. SOHO memiliki beberapa gudang, yaitu PG5 dan PG6 untuk menyimpan bahan baku, Rawaudang untuk menyimpan bahan pengemas, serta Pulokambing untuk menyimpan bahan baku, bahan pengemas, dan barang jadi. Simplisia herbal dan senyawa mudah terbakar seperti alkohol disimpan dalam gudang Rawakepiting. PT. Parit Padang sebagai distributor tunggal PT. SOHO menyimpan barang jadi. Dalam gudang terdapat staging area sebagai tempat transit barang jadi yang akan dikirim keluar gudang. Adanya staging area akan mempermudah proses pengeluaran barang dari ruang penyimpanan utama menuju keluar gudang. Obat jadi berada dalam staging area tidak lebih hari dua hari.Material disimpan berdasarkan proses selanjutnya (produksi solid atau liquid), setelah itu baru dipisah berdasarkan suhu dan urutan abjad. Bahan pengemas disimpan berdasarkan abjad. Penyimpanan bahan baku dan obat jadi dalam gudang terbagi menjadi tiga ruang, yaitu ruang penyimpanan suhu 2°-8°C, 15°-25°C dan >25°C. Untuk bahan baku dan produk psikotropik (OKT) disimpan dalam gudangyang berlokasi di Jalan Pulo Kambing. Produk tersebut disimpan dalam ruangan yang
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
36
terkunci dalam ruangan yang melatarbelakanginya yang terkunci juga. Kedua kunci tersebut dipegang oleh Dept. Head. Aktivitas utama gudang bahan baku dan pengemas adalah terima, simpan, dan kirim. Penerimaan barang oleh gudang disertai dengan formulir LPB (Lembar Penerimaan Barang). LPB tersebut akan diperiksa oleh QC Department. Setelah LPB diterima oleh QC, QC kemudian akan melakukan sampling barang. Apabila barang yang datang diluar spesifikasi yang telah ditentukan, barang tersebut akan direject. Barang yang memenuhi spesifikasi akan diluluskanoleh QC untuk selanjutnya dimasukkan ke dalam stok gudang, kemudian pengeluaran barang dilakukan berdasarkan picklist, suatu dokumen untuk menyiapkan barang yang dibuat oleh Production Planning yang akan dicetak oleh bagian produksi. PT. SOHO bekerja sama dengan Geocycle (Holcim Group) untuk melakukan pemusnahan obat kembalian yang dimana menjelang kadaluarsa diterima dari distributor untuk dimusnahkan. Selain itu, pemusnahan juga dilakukan terhadap setiap barang yang direject. Geocycle melakukan pemusnahan terhadap barang jadi, packaging material, dan raw material yang diserahkan bersama dengan master box.
3.3.4.3.Material Procurement Department Departemen ini terbagi menjadi yaitu Material Planning Section, Raw Material Procurement Section, Packaging Material Procurement Section dan Material Procurement Administrator. Departemen ini bertugas dalam pembelian bahan baku (Raw Material Procurement Section) dan bahan pengemas (Packaging Material Procurement Section) dari supplier. Departemen ini menindaklanjuti Purchase Requisition yang berisi permintaan bahan baku dan bahan pengemas dari Production Planning. Pembelian bahan baku dan bahan pengemas dilakukan dengan mengirimkan Purchase Order ke supplier yang disetujui oleh QA. Approved Vendor List merupakan daftar yang berisi supplier-supplier bahan baku dan bahan pengemas yang disetujui oleh QA. Setiap bahan baku dan bahan pengemas minimal memiliki dua supplier. Material Planning Section bertugas dalam perencanaan pemesanan material dalam bentuk shop order yang dibuat berdasarkan Bill of
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
37
Material (BOM) yang telah dibuat PQI Department (Production Division). Shop order inilah yang menjadi dasar pembuatan picklist yang digunakan oleh produksi untuk memesan bahan baku dari warehouse. 3.3.4.4.Custom Clearance Department Custom ClearanceDepartment bertanggung jawab dalam eksport dan import. Aktivitas Departemen ini masih didominasi oleh import, karena bahan baku mayoritas import dari luar negeri.
3.3.5. Validation and Documentation Department (VDD) Departemen ini berada di bawah struktur Manufacturing. VDD membawahi dua bagian yakni Validation Section dan Dokumentasi. Tugas dari VDD adalah mengelola aktivitas validasi dan mengelola dokumen terkendali dalam lingkup manufacturing untuk memenuhi ketentuan CPOB lokal maupun internasional. Departemen ini memiliki 12 orang karyawan yang terdiri dari satu orangValidation and Documentation Head (VDD Head), satu orang Validation Section Head (VSH), satu orang Manufacturing Documentation Executive (MDE), tujuh orang Validation Engineer (VE), serta dua orang Validation and Documentation Administrator. VDD Head, VSH, dan MDE adalah apoteker. Beberapa VE juga merupakan apoteker, dan beberapa lainnya berlatar belakang pendidikan Teknik (S-1). Struktur organisasi Validation and Documentation Department (VDD)dapat dilihat pada Lampiran 9. Aktivitas validasi bertujuan untuk memastikan bahwa equipment, facility, utility, dan proses yang digunakan untuk memproduksi obat memenuhi syarat yang telah ditentukan dan akan menghasilkan produk yang sesuai dengan tujuan penggunaanya. Kebijakan validasi yang berlaku pada lingkungan SOHO Group tertuang dalam Validation Master Plan (VMP) masing-masing fasilitas. Secara garis besar aktivitas-aktivitas yang dilakukan antara lain analisis resiko, kualifikasi, validasi proses, validasi pembersihan dan validasi sistem komputer.
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
38
3.3.5.1.Analisis Resiko Risk Analysis (RA) atau Analisis Resiko menganalisis kemungkinan resiko yang berasal dari desain/fungsi maupun penggunaan equipment. Tahap Ini dilakukan sebelum proses kualifikasi dimulai.
3.3.5.2.Kualifikasi Kualifikasi merupakan upaya pembuktian bahwa equipment, utility, dan facility, yang digunakan bekerja dengan benar. Kualifikasi terdiri dari: a. Design Qualification (DQ) Dilakukan untuk memastikan apakah desain peralatan yang digunakan telah sesuai dengan kriteria cGMP yang difenisikan dalam User Requirement Specification dan Analisis Resiko. b. Installation Qualification (IQ) of equipment/utility system Dilakukan untuk memastikan apakah peralatan telah terpasang sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan oleh pembuat equipment/utility. c. Operational Qualification (OQ) of equipment/utility system Dilakukan untuk memastikan apakah peralatan beroperasi sesuai dengan spesifikasinya. d. Performance Qualification (PQ) of equipment/utility system Dilakukan untuk memastikan apakah peralatan memiliki performa yang diinginkan atausesuai spesifikasi secara konsistendan terpercaya.
3.3.5.3.Validasi Proses Merupakan pembuktian terdokumentasi bahwa proses yang dioperasikan menunjukkan performa yang efektif dan reprodusibel untuk menghasilkan produk yang sesuai spesifikasi dan ketetapan GMP.
3.3.5.4.Validasi Pembersihan Merupakan pembuktian bahwa cara pembersihan yang diterapkan pada equipment yang kontak dengan produk terbukti secara efektif mengurangi tingkat kontaminasi pada batas yang dapat diterima.
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
39
3.3.5.5.Validasi Sistem Komputer Bertujuan untuk membuktikan bahwa sistem komputerisasi yang digunakan (hardware dan software) dalam proses pembuatan produk obat sesuai dengan persyaratan CPOB yang berlaku. 3.3.6. Technical Division Technical
divisionmembawahi
tujuh
bagian
yaitu
Engineering
Department, Health and Safety Environment Department, General Affairs Department, Continuous Improvement Department, Civil Engineering & Project Control Department, Fixed Asset & Sparepart Procurement Department dan Technical Administrator. Struktur Divisi Teknik dapat dilihat pada Lampiran 10.
3.3.6.1.Engineering Department Struktur organisasi Engineering Department dapat dilihat di Lampiran 11. Departemen ini memiliki tiga sub departemen, yaitu: a. Mechanical dan Equipment Sub Department Departemen
ini
terbagi
menjadi
tiga
section
yaitu,
bagian
mechanical,utility, dan clean media. Mechanical Section bertanggungjawab dalam preventive dan maintenance alat-alat produksi. Pengecekan untuk pemeliharaan mesin dilakukan setiap dua bulan sekali sering disebut sebagai periodic maintenance. Hasil pengecekan didata dalam form pengecekan. Kerusakan pada mesin produksi harus segera dilaporkan kepada Engineering, dan akan ditindaklanjuti segera oleh Engineering bersamaan dengan itu dilakukan dokumentasi berupa form serah terima. Strategi untuk mengatasi kerusakan mesin salah satunya dengan menyediakan sparepart untuk mengganti bagian yang rusak. Strategi untuk mencegah kerusakan adalah dengan perawatan berkala oleh bagian produksi, Engineering melakukan pelatihan kepada bagian produksi tentang merawat mesin sehingga maintenance bisa dilakukan oleh produksi. Utility section bertanggungjawab dalam pengoperasian dan perawatan alatalat penunjang produksi seperti boiler, chiller, genset, kompresor, fire hydrant, pompa air dan limbah. Boiler berfungsi menghasilkan uap air panas dengan suhu tinggi yang sering digunakan untuk produksi. Kompresor digunakan untuk menghasilkan udara bertekanan, kompresor untuk industri farmasi adalah jenis
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
40
kompresor oil free. Genset berfungsi untuk menghasilkan arus listrik saat listrik mati, genset yang digunakan adalah dua genset masing-masing dengan kekuatan 2000 kVA. Alat-alat analisis pada laboratorium R&D, QA dan QC menggunakan penyimpan daya dan stabilizer untuk menjaga kemungkinan listrik PLN padam. Fire hydrant terdapat dalam setiap ruangan, posisinya di atap berbentuk karet bundar putih. Fire hydrant ini akan pecah dan menyala otomatis saat ada api. Pengaturan pompa air dan limbah, utility bekerjasama dengan General Affairs untuk mengatur dan mengoperasikannya. Selain perawatan peralatan penunjang, utility section juga bertugas dalam memantau dan merawat ruang mezzanine. Ruang mezzanine adalah ruang yang terdapat di atas ruang yang terlibat dalam pembuatan produksi, ruang mezzanine berisi AHU, pipa hydrant, pipa steam, pipa listrik, pipa air PAM, pipa purified water, dan ducting.Clean Media Section bertugas untuk memantau Heating Ventilating Air Conditioning (HVAC) dan pengolahan Purified Water (PW). b. Electrical Sub Department Terbagi atasElectronic and Automation Sectiondan Electric Section. Electronic and Automation Section berperan dalam pemantauan dan perawatan barang-barang elektronik (CCTV, telepon) serta BAS (Building Automation System). BAS merupakan sistem pengaturan otomatis kondisi ruangan mencakup tekanan, suhu dan kelembaban. Setiap perubahan yang terjadi pada kondisi ruangan akan terpantau di BAS, jika perubahan yang terjadi di luar persyaratan terjadi maka akan dilakukan peninjauan lapangan baik ke ruangan langsung atau ke mezzanine. Electric Sectionberperan dalam pemantauan dan perawatan perangkat kelistrikan dan berhubungan langsung dengan PLN sebagai penyedia tenaga listrik. Rangkaian listrik untuk pabrik dimulai dari gardu PLN kemudian menuju gardu listrik kecil kemudian menuju ke panel besar yang berada di setiap gedung dan terakhir menuju setiap panel kecil yang berada di ruangan. Tenaga listrik merupakan faktor yang sangat penting untuk produksi, untuk mengatasi keadaan tidak ada tenaga listrik saat mati lampu disediakan dua genset kapasitas 2000 KVA yang dalam waktu lima detik akan segera memenuhi seluruh kebutuhan
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
41
listrik pabrik. Genset akan mati secara otomatis ketika listrik dari PLN menyala kembali. c. Calibrationand Qualification Sub Department Subdepartemen
ini
membawahi
tiga
section,
yaitu
Calibration
Section,Qualification Section, dan Warehouse Section.Kalibrasi merupakan suatu proses penetapan hubungan secara berkala antara perangkat pengukuran dan satuan pengukuran untuk memastikan kebenaran pengukuran dan analisis, sedangkan verifikasi adalah suatu tindakan pembuktian yang dilakukan terhadap alat ukur untuk mengetahui bahwa alat ukur tersebut secara konsisten manpu memberikan hasil yang dapat dipercaya. Kalibrasi dilakukan secara berkala terhadap setiap alat pengukuran, sedangkan verifikasi dilakukan setiap hari dan hanya dilakukan pada timbangan saja. Proses kalibrasi dilakukan dengan cara membandingkan hasil dari alat dengan alat lain yang sudah terkalibrasi. Suatu kalibrator memiliki akurasi dan resolusi yang tinggi. Setiap peralatan yang digunakan untuk pengukuran hasrus dikalibrasi dan dikalibrasi ulang secara berkala. PT. SOHO memiliki kalibrator untuk setiap peralatan kecuali timbangan. Timbangan akan dikalibrasi ke pihak ketiga. Kalibrator disimpan dalam kondisi sedemikian rupa dengan syarat penyimpanan dengan suhu sebesar 25±3° C, dan RH sebesar 60±10 %. Standar tersebut sesuai dengan standar ISO 17025 dan Komite Akreditasi Nasional (KAN). Metode kalibrasi masing-masing alat berbeda-beda, oleh karena itu dibuat prosedur tetap kalibrasi alat. Qualification Section bekerja sama dengan Validation and Documentation Department melaksanakan kegiatan yang perlu dilakukan yang berkaitan dengan kualifikasi atau validasi. Qualification Section bertindak sebagai pelaksana sementara VDD lebih sebagai koordinator. Warehouse Section bertugas untuk menyimpan setiap peralatan yang digunakan untuk maintenance setiap mesin yang ada. Selain itu, bagian warehouse juga melakukan penyetokan sparepart mesin yang cukup vital dengan tujuan apabila terjadi kerusakan pada mesin, bagian engineering dapat melakukan perbaikan atau penggantian sparepart tanpa harus menunggu sparepart dari supplier.
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
42
3.3.6.2.Healthy, Safety, and Environmental (HSE) Department SOHO Group berkeinginan untuk meningkatkan dan menjaga standar yang paling tinggi dalam hal keselamatan kerja dari setiap aktivitas perusahaan. Dimanapun kita bekerja dalam kegiatan yang beragam, lingkungan kerja yang aman adalah yang pertama dan utama. HSE adalah suatu departemen yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan keselamatan, kesehatan kerja, dan lingkungan hidup. Setiap karyawan baru akan mendapatkan pengarahan dari departemen ini. Tujuan dilakukannya pengarahan adalah agar setiap karyawan memahami persyaratan yang berlaku di Soho Group sehingga kecelakaan kerja dapat dihindari. Peraturan tersebut dituangkan dalam Petunjuk Umum Keselamatan Kerja Soho Group. Petunjuk-petunjuk yang tertera dalam buku tersebut
bersifat
tambahan dari Peraturan
Perundang-Undangan
tentang
Keselamatan Kerja yang ada di Republik Indonesia yang berhubungan dengan jenis perkerjaan yang dilakukan. Kesehatan (health) meliputi pelaksanaan medical checkup pada saat bergabung dengan perusahaan dan pemeriksaan kesehatan karyawan secara berkala. Kesehatan sangat penting untuk diperhatikan agar tidak mengganggu kinerja karyawan dalam bekerja yang berakibat pada mutu produk yang dihasilkan. Aspek safety (keselamatan kerja) dilakukan dengan pelatihan yang terkait keselamatan kerja ketika berada di area perusahaan baik visitor maupun karyawan.
Karyawan
wajib
mengikuti
pedoman
keselamatan
pekerja.
Environment (lingkungan) berhubungan dengan dampak yang ditimbulkan proses produksi terhadap kelestarian lingkungan. Salah satunya dengan pengolahan limbah yang bertujuan untuk mengurangi cemaran ke lingkungan sekitar. Prinsip dari keselamatan kerja adalah kenali lingkungan kerja, pelajari bahaya dan resiko yang mungkin Timbul, kemudian cari cara pencegahannya. HSE menerapkan lima hirarki control secara bertahap, yaitu eliminasi, substitusi, pendekatan teknis, administration control, dan APD (Alat Pelindung Diri). Eliminasi yaitu menghilangkan setiap bahaya dan resiko. Substitusi adalah mengganti aktivitas pekerjaan dengan metode yang lain untuk mengurangi resiko yang ada. Pendekatan teknis yaitu penggunaan alat-alat yang mempermudah pekerjaan dan mengurangi resiko terjadinya kecelakaan kerja. Administration
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
43
control adalah melakukan pengawasan, pendampingan, serta pembuatan prosedur tetap. APD yaitu memperlengkapi diri dengan pelindung seperti jas lab, goggle, sarung tangan, masker ketika diperlukan.
3.3.6.3.General Affair Department Departemen ini bertujuan untuk memfasilitasi dan memastikan kelancaran berbagai kegiatan core bussiness dan menjadi support systemsecara umum di PT. SOHO Industri Pharmasi.Struktur organisasi General Affair Department dapat dilihat pada Lampiran 12. Untuk sistem pengolahan dan limbah dan pemusnahan obat kembalian berada di bawahWaste and Pest Management Section. Limbah yang dihasilkan setiap hari kurang lebih 85 m3, dengan rincian 75 m3 berasal dari PT. SOHO Industri Pharmasi dan 7-10 m3 berasal dari PT. Ethica. Setiap macam limbah yang dihasilkan akan melalui berbagai macam proses perlakuan hingga akhirnya olahan limbah tersebut menjadi ramah lingkungan. Limbah sendiri terbagi menjadi tiga macam, yaitu limbah domestik, limbah B3 (Berbau, Beracun, Berbahaya), dan limbah cair. Limbah domestik adalah limbah yang tidak berbahaya yang berasal dari kegiatan sehari-hari industri. Limbah domestik sendiri dibagi menjadi dua, yaitu domestik produksi seperti bahan pengemas dan domestik kegiatan non produksi seperti, limbah kantin, sampah daun, dan kertas bekas. Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia. Untuk pemusnahan limbah B3, SOHO Group bekerjasama dengan PT. Geocycle dan PT. Wastec. Limbah B3 ditampung di tempat penyimpanan sementara (TPS) limbah B3. Secara periodik, limbah tersebut akan dikirim untuk dimusnahkan. Beberapa contoh limbah B3 adalah produk-produk yang telah kadaluarsa, bahan baku atau produk reject dari produksi, sisa cangkang kapsul, solven, reagen, limbah infeksius dari poliklinik, dan lain-lain. Sumber limbah cair yang diolah dibagi menjadi tiga, yaitu limbah domestik (limbah toilet, washtafel), limbah herbal (ekstraksi OT), dan limbah
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
44
produksi seperti limbah yang dihasilkan dari kegiatan produksi seperti air cucian alat, reagen, dan solven.
3.4.
ManufacturingSOHO Group
3.4.1. PT. SOHO Industri Farmasi 3.4.1.1.Lokasi dan Sarana PT. SOHO Industri Farmasi terletak di Jalan Pulo Gadung No. 6, Kawasan Industri Pulo Gadung, Jakarta. PT. SOHO Industri Pharmasi memiliki tiga gedung produksi, yaitu gedung 2, gedung 3, dan gedung obat tradisional. Ruang produksi dalam gedung tersebut dibagi menjadi kelas, yaitu kelas E dan F. Ruang kelas E digunakan unuk produksi sediaan non steril untuk penggunaan oral dan pengemasan primer, sedangkan kelas F digunakan untuk ruang pengemasan sekunder. Ruang produksi di gedung 2 terdiri dari ruang timbang (weighing room) dan ruang produksi sediaan liquid. Ruang timbang terdiri dari ruang timbang solid, ruang timbang liquid, buffer room, staging before weighing room, staging after weighing room, ruang penyimpanan peralatan timbang. Ruang produksi sediaan liquid terdiri dari ruang blowing botol, ruang mixing, ruang fillingpackaging primer, ruang packaging sekunder, ruang In Process Control (IPC) liquid, ruang penyimpanan peralatan liquid, ruang penyimpanan pengemas primer, ruang penyimpanan pengemas sekunder, ruang Work In Process (WIP), ruang cuci alat, ruang supervisor dan administrasi. Ruang produksi yang terletak di gedung 3 terdiri dari ruang ganti sepatu dan pakaian karyawan, ruang produksi sediaan solid dan ruang supervisor dan administrasi. Ruang produksi sediaan solid terdiri dari ruang mixing, ruang tabletting, ruang coating, ruang filling kapsul, ruang packaging primer, ruang printing, ruang packaging sekunder, ruang penyimpanan cangkang kapsul, ruang penyimpanan peralatan solid, ruang penyimpanan pengemas primer, ruang penyimpanan pengemas sekunder, ruang IPC tablet, ruang IPC mixing, ruang WIP, dan ruang cuci alat. Ruang produksi yang terletak di gedung OT terdiri dari ruang ganti sepatu dan pakaian karyawan, ruang produksi sediaan likuid dan ruang supervisor dan
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
45
administrasi. Untuk ruang produksi sediaan likuid terdiri dari ruang penghalusan bahan, ruang pengeringan, ruang ekstraksi, ruang granulasi, ruang pengemasan primer, ruang IPC , WIP room, dan ruang cuci alat.
3.4.1.2.Kegiatan Produksi Proses produksi adalah pengolahan bahan baku sampai dikemas menjadi barang jadi/finished good. Sediaan yang diproduksi oleh Departemen NSP adalah sediaan solid (tablet, kaplet, kapsul, dry sirup), sediaan liquid (larutan, suspensi dan emulsi), sediaan semisolid (krim dan gel), dan sediaan herbal/obat tradisional. Bagian ini bertanggung jawab untuk memproduksi produk-produk solid dan non solid mulai dari mixing, tabletting, coating sampai pengemasan primer dan sekunder. Alur proses produksi diawali dengan Pengambilan bahan baku atau bahan pengemas dari gudang menggunakan picklist. Picklist merupakan daftar material yang dibutuhkan saat produksi dibuat oleh Material Planning di Supply Chain Management Division berdasarkan daftar material dalam rencana produksi dan didistribusikan ke Warehouse Department. Penjadwalan dan rencana produksi menggunakan sistem Monthly Planning Packaging, yaitu penentuan jadwal pengemasan terlebih dahulu baru diikuti mixing, tableting dan coating. Setiap bahan baku dan bahan pengemas yang datang dari pemasok disimpan di gudang dengan status karantina. Tanda bahwa bahan baku dan bahan pengemas berstatus karantina adalah terdapat label karantina warna putih dan kuning di wadah bahan. Bahan baku dan bahan pengemas tersebut baru bisa digunakan untuk produksi setelah diperiksa kemudian dinyatakan lulus oleh QC. Saat dinyatakan lulus, label lulus warna hijau ditempel menutupi label karantina di wadah bahan baku dan bahan pengemas. Bahan baku dan bahan pengemas yang tidak memenuhi syarat dikeluhkan dan dikembalikan ke pemasok. a. Penimbangan bahan baku Ruang timbang terbagi menjadi dua jenis yaitu ruang timbang low RH dan ruang timbang biasa. Pemisahan ini berdasarkan perbedaan sifat produk yang akan ditimbang, bahan baku yang higroskopis dan mudah rusak karena kelembaban di
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
46
atas 30% ditimbang di ruang timbang low RH sedangkan bahan baku yang tidak rusak karena kelembaban di atas 30% ditimbang di ruang timbang biasa. Proses penimbangan merupakan tahap yang kritis dalam proses produksi karena merupakan proses awal dalam produksi dan jika terjadi kesalahan dalam penimbangan maka proses selanjutnya akan bermasalah. Bahan baku dipesan dari gudang
berdasarkan
picklist
bahan
baku.
Bahan
baku
dari
gudang
diserahterimakan ke bagian produksi di ruang penyangga (buffer room) dan dilakukan pengecekan identitas bahan baku satu–persatu sesuai picklist meliputi nomor part, nama dan nomor bahan baku, expired date, analisis ulang serta label hijau (released). Bahan baku yang sudah lolos pengecekan diletakkan di ruang staging before weighing, masing-masing diletakkan perbatch (satu palet hanya untuk satu batch). Proses yang perlu dilakukan sebelum penimbangan adalah penyiapan ruang timbang. Penyiapan ruang timbang meliputi pengaktifan sistem down flow booth, pengecekan suhu dan RH, dan pengecekan waterpass. Setelah proses penimbangan, bahan yang sudah ditimbang dimasukkan ke dalam wadah kemudian dilabel dengan label timbang, kemudian diletakkan di dalam ruangan staging after weighing. b. Mixing Section Mixing section memiliki tugas utama yaitu melakukan mixing/ pencampuran bahan baku hingga bahan baku homogen dan memenuhi persyaratan untuk proses selanjutnya. Proses utama dalam mixing section adalah pencampuran bahan untuk kempa langsung, granulasi basah, dan granulasi kering. c. Tabletting Section Bagian tableting memiliki tugas untuk mencetak hasil mixing menjadi tablet atau kaplet. Hasil mixing yang telah diizinkan untuk proses dilanjutkan dibawa ke ruang tabletting untuk dicetak. In process control tablet berlangsung saat pencetakan tablet dilakukan setiap 30 menit sekali. In process control yang dilakukan adalah ketebalan tablet, keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, dan waktu hancur.
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
47
d. CoatingSection Proses coating/penyalutan bertujuan untuk menutupi rasa, bau, atau warna obat, memberi perlindungan fisik dan kimia pada obat, mengendalikan pelepasan obat dan meningkatkan penampilan tablet. Proses penyalutan dilakukan setelah tablet hasil cetak sudah memenuhi persyaratan dan dilabel untuk proses selanjutnya. Tahapan proses penyalutan adalah penyiapan larutan salut, proses sealing, proses subcoating, proses smoothing-coloring, dan proses polishing. Semua tahapan tersebut tidak selalu berlaku untuk setiap tablet tergantung dari jenis tablet yang diproduksi. Jenis tablet salut yang diproduksi adalah tablet salut film/salut selaput, salut gula, dan salut enterik. e. Proses produksi kapsul Selain melakukan produksi kapsul, dilakukan juga pengisian kapsul cangkang gelatin keras. Prinsip kerja mesin filling kapsul ini adalah cangkang kapsul yang telah dimasukkan ke dalam hopper akan masuk ke dalam jalur kapsul. Dengan menggunakan vacuum, cap dan body kapsul dipisahkan. Bagian body pada shaft siap diisi granul atau serbuk. Kapsul yang rusak di-reject secara otomatis. Cap dan body yang sudah terisi ditempatkan pada shaft dan siap untuk ditutup. Kemudian cap dan body ditutup lalu dikunci. Kapsul yang telah terkunci dikeluarkan dari mesin yang kemudian masuk ke mesin polishing. Polishing bertujuan untuk membersihkan debu partikel yang menempel pada permukaan cangkang kapsul. f. Primary Packaging Section Pengemasan primer untuk tablet dan salut dibuat dalam dua bentuk yaitu strip dan blister. Bahan kemasan strip adalah alufoil, sedangkan bahan kemasan blister adalah plastik dan alufoil. IPC yang dilakukan adalah tes kebocoran dengan larutan metilen blue dalam mesin sedot vakum, dilakukan setiap 15 menit sekali. IPC dilakukan setiap 15 menit supaya saat ditemukan kemasan yang rusak atau bocor dapat segera diambil tindakan perbaikan dan pencegahan sehingga jumlah kemasan yang reject tidak terlalu banyak. Cara menguji kebocoran adalah dengan memasukkan strip ke dalam larutan metilen blue (dalam mesin sedot vakum) dan ditutup pintu mesin, vakum dinyalakan dan jika terjadi kebocoran maka strip atau blister akan terisi larutan metilen blue.
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
48
Pengemasan tablet juga dapat dilakukan dengan botol, bahan-bahan yang rusak karena panas tidak boleh dikemas dengan strip atau blister, karena mesin strip dan blister menggunakan panas tinggi. Proses pengemasan dengan botol adalah dimulai dengan blowing botol, filling tablet atau kaplet, dan capping (tutup botol). Proses blowing botol berfungsi untuk menghilangkan partikel/debu yang terdapat di botol. g. Secondary Packaging Section Proses kritis dari pengemasan sekunder adalah proses printing. Proses printing dilakukan dengan printer inkjet dengan warna tinta hitam yang tidak mudah terhapus oleh udara atau gesekan, yang dicetak adalah nomor batch, expired date, dan tanggal produksi pada permukaan kemasan primer atau label pada pengemas primer. Dus kemasan juga diprint no batch, expired date dan tanggal produksinya. Dus kemasan dimasukkan ke dalam master box dan ditutup dengan plakband. Master box dilabel dan selanjutnya diserahterimakan dengan bagian gudang.
3.4.2. PT. Ethica Industri Farmasi 3.4.2.1.Lokasi dan Sarana PT. Ethica Industri Farmasi terletak di Jalan Pulo Gadung No. 6, Kawasan Industri Pulo Gadung, Jakarta. Manufacturing PT. Ethica memiliki dua buah gedung produksi, satu buah gedung untuk produksi sediaan steril injeksi dan satu buah gedung produksi cephalosporin non steril. Sediaan steril yang diproduksi langsung di PT Ethica dikemas dalam wadah ampul 1, 2, 3, 5, 10 dan 15 mL. Untuk sediaan steril yang dikemas dalam wadah vial diproduksi melalui kontrak kerjasama (Toll) dengan industri lain. Gedung produksi sediaan steril terpisah dengan gedung produksi sediaan sefalosporin. Ruang-ruang dalam gedung produksi steril terdiri dari ruang kelas A, B, C dan D. Kelas A merupakan ruangan filling ampul yang dilatar belakangi oleh ruang kelas B (ruang mixing), ruang kelas C terdiri dari ruang cuci ampul, ruang sterilisasi ampul, sedangkan ruang kelas D terdiri dari ruang cuci alat produksi. Gedung produksi sediaan steril terdiri dari dua lantai, yaitu lantai kesatu terdiri dari toilet dan ruang ganti pakaian, ruang produksi (ruang cuci ampul (washing
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
49
ampoule), ruang sterilisasi ampul, ruang pengisian, ruang pencampuran, ruang timbang, ruang sterilisasi sediaan), ruang cuci peralatan, ruang WIP, gudang, ruang uji kebocoran ampul dan filter, sedangkan lantai kedua terdiri dari ruang visual control, labelling, printing dan folding leaflet, laboratorium mikrobiologi dan ruang WIP obat jadi. Alur masuknya barang/bahan dan orang/pegawai melalui jalur yang berbeda. Pegawai yang ingin masuk ke ruang produksi masuk melalui toilet terlebih dahulu, lalu ke ruang ganti pakaian (pakaian Black area), lalu masuk ke ruang ganti pakaian (pakaian ruang produksi), melalui air shower masuk ke ruang produksi. Sebelum proses produksi berlangsung, dilakukan sanitasi, desinfeksi dan fumigasi terhadap ruang produksi. Selain itu, dilakukan juga pengecekan dan pemantauan udara, yaitu jumlah partikel dan mikroba dalam ruangan. Jika jumlah partikel dan mikroba dalam ruangan telah memenuhi syarat kelas ruangan prosukdi sediaan steril, dapat dilakukan proses produksi. Untuk peralatan yang akan digunakan sebelumnya dilakukan pencucian terlebih dahulu. Alat yang dapat dilepas dari mesin dicuci dalam ruang pencucian alat terlebih dahulu, kemudian
dilakukan sterilisasi dalam autoclaf. Alat yang tidak bisa
dilepas dari mesin dilakukan sanitasi, desinfeksi dan fumigasi.
3.4.2.2.Kegiatan Produksi a. Penimbangan bahan baku dan pencucian ampul Secara umum, proses penimbangan bahan baku untuk proses produksi sediaan steril sama dengan produksi sediaan non steril. Bahan baku dipesan dari gudang
berdasarkan
picklist
bahan
baku.
Bahan
baku
dari
gudang
diserahterimakan ke bagian produksi di ruang penyangga (buffer room) dan dilakukan pengecekan identitas bahan baku satu–persatu sesuai picklist meliputi nomor part, nama dan nomor bahan baku, expired date, analisis ulang dan label hijau (released). Sebelum penimbangan, dilakukan penyiapan ruang timbang, yang meliputi pengaktifan sistem down flow booth, pengecekan suhu dan RH, dan pengecekan waterpass. Setelah proses penimbangan, bahan yang sudah ditimbang dimasukkan ke dalam wadah kemudian dilabel dengan label timbang, kemudian bahan baku tersebut dibawa ke ruang mixing melalui sistem air lock.
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
50
Di samping itu, wadah primer berupa ampul, dari gudang dibawa ke ruang pencucian ampul melalui pass box. Ampul dicuci terlebih dahulu dalam ruang washing ampoule. Ampul dicuci dengan menggunakan alat. Alat tersebut bekerja dengan menyemprotkan udara, Water For Injection (WFI), dan uap air secara bergantian. Setelah dicuci, ampul tersebut disterilisasi dalam oven pada suhu 170°C selama 2 jam. Oven yang digunakan memiliki pintu pada dua sisi bagian oven. Pintu pada satu sisi pertama berada di ruang sterilisasi ampul, pintu pada sisi lainnya berada pada ruang mixing sehingga ampul yang telah disterilisasi dapat langsung digunakan pada proses produksi yang sedang berlangsung. b. Mixing Section Pada ruang mixing sediaan steril dilakukan mixing/pencampuran bahan baku hingga bahan baku homogen dan memenuhi persyaratan untuk proses selanjutnya. Ruang mixing terhubung dengan tank penampung WFI dari ruang penyiapan WFI. WFI yang akan digunakan disaring dengan filter 0.2 μm dan suhunya disesuaikan dengan karakteristik fisikokimia zat aktif sebelum dilakukan pencampuran. c. Filling Section dan Primary Packaging Section Produk setengah jadi dari ruang mixing dibawa ke ruang filling, lalu dihubungkan dengan selang ke mesin filling. Ampul yang telah steril dimasukkan ke dalam mesin filling. Saat mesin difungsikan/dinyalakan, ampul bergerak berurutan melewati nozzle pengisi. Pada nozzle pertama, ampul diisikan gas N2, lalu produk setengah jadi melalui nozzle kedua, kemudian gas N2 kembali melalui nozzle ketiga. Setelah itu, ampul ditutup secara otomatis dalam mesin filling. Selama proses produksi, dilakukan pemantauan (IPC), yaitu pengecekan pH, keseragaman volume sediaan, kekuatan tutup ampul, kerapihan tutup ampul dan tinggi ampul. Pengambilan sampel dilakukan di awal, tengah dan akhir proses produksi satu batch. Selain itu, ada juga beberapa pengujian lain yang dilakukan, antara lain pengujian kebocoran filter, media fill untuk proses produksi aseptis dan uji kebocoran ampul. Proses produksi sediaan steril PT. Ethica dilakukan dengan dua metode, yaitu aseptis dan sterilisasi akhir. Hal ini dipilih berdasarkan sifat fisikokimia dari zat aktif yang digunakan. Untuk proses aseptis dilakukan tiga kali filtrasi setelah
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
51
proses mixing. Proses filtrasi dilakukan dalam tiga tahap. Tahap pertama menggunakan filter berukuran 0.65 μm, selanjutnya tahap kedua dengan filter berukuran 0.2 μm, dan filtrasi tahap ketiga menggunakan filter berukuran 0.2 μm. Untuk proses sterilisasi akhir tetap dilakukan filtrasi yang terdiri dari 2 tahap, yaitu tahap pertama dengan filter berukuran 0.65 μm, selanjutnya tahap kedua dengan filter berukuran 0.2 μm. d. Secondary Packaging Section Ampul yang telah berisi produk dibawa ke ruang pengemasan. Sebelum dikemas, ampul diuji secara visual yang dilakukan dalam ruang visual control. Hal yang diperhatikan adalah adanya partikel, pecahan kaca dan serat dalam ampul. Jika salah satu dari ketiga bahan tersebut ada dalam ampul produk, maka ampul tersebut akan ditolak. Ampul sediaan yang telah lulus uji visual dibawa ke ruang pelabelan untuk penempelan label. Selain itu, juga dilakukan pencetakan dan pembentukan leaflet. Setelah itu, ampul yang telah berlabel dikemas dalam rondo, dimasukkan ke dalam box dan dilengkapi dengan leaflet, kemudian disegel dan digabungkan dalam master box. Master box tersebut kemudian ditimbang dan dimasukkan ke dalam ruang Work In Process (WIP).
3.5.
Sarana Penunjang Bangunan SOHO Group
a. Sistem pengolahan air Air yang digunakan untuk kegiatan produksi ada dua macam, yaitu potable water, purified water dan water for injection (WFI).Potable water diperoleh dari air PAM ditampung di tangki penampungan dan telah mengalami proses filtrasi menggunakan pasir dan karbon filter. Potable water digunakan untuk keperluan pembersihan, aktivitas kantin, dan juga sebagai raw water untuk diolah menjadi purified water. Proses pengolahan purified water (PW) terdiri dari tahap pretreatment, reverse osmosis (RO), dandistribusi. Pretreatment merupakan proses awal untuk mengolah potable water sehingga dapat memenuhi persyaratan untuk proses pengolahan selanjutnya. WFI hanya digunakan untuk produksi sediaan steril. WFI diperoleh dengan cara destilasi purified water. Tahapan tahapan dalam memproduksi purified water yang pertama adalah Pre-treatment yang bertujuan untuk memenuhi persyaratan air yang masuk ke
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
52
dalam sistem Reverse Osmosis (RO). Penggunaan RO atau Electrodeionization (EDI) bertujuan untuk menurunkan konduktivitas dan total kandungan karbon (TOC). Penurunan kesadahan dilakukan dengan agen silika atau kalsium bikarbonat. Feed water merupakan air sumur atau air dari PAM, sedangkan air yang dihasilkan disebut sebagai potable water yang selanjutnya diolah menjadi purified water. Tahapannya adalah klorinasi, Water softening yang bertujuan untuk mengurangi tingkat kesadahan dengan mengikat ion-ion logam yang terdapat dalam air menggunakan resin penukar ion kation dan negatif, pH treatment yaitu pengecekan sekaligus pengaturan pH yang diinginkan yaitu antara 5-7, anti scaling untuk mencegah pengendapan CaCO3 dan silika dengan cara memutus ikatan kristal pada senyawa tersebut sehingga tidak membentuk agregat/kristal, deklorinasi untuk menghilangkan kandungan klorin dalam air dengan
penambahan
sodium
metabisulfit
atau
sinar
UV,
penyaringan
microfiltration dan ultrafiltration, reverse osmosis (RO) yaitu penyaringan cairan dari yang bertekanan rendah ke yang lebih tinggi melewati membran semipermeabel seperti cellulose acetate atau thin film composite (polyamide) sehingga partikel serta kontaminan akan tertahan pada filter, dan terakhir Continous Electrodeionization (CEDI). Pada tahap ini terjadi pertukaran ion kation dan anion secara bersamaan dan terus menerus. Setelah melewati tahap ini konduktivitas air turun dari 12-30 μS menjadi di bawah 1.3 μS. Purified
water
disimpan
dalam
tangki
penyimpanan
kemudian
didistribusikan ke semua ruangan dengan cara dipompa. Purified water yang berada di dalam tangki masih mengandung ozon. Ozon merupakan oksidator kuat yang berguna untuk mencegah perkembangan mikroorganisme selama dalam tangki penyimpanan. Oleh karena itu, sebelum air didistribusikan ke seluruh ruangan, ozon harus dirusak terlebih dahulu dengan bantuan sinar UV. Air yang sudah bebas ozon selanjutnya didistribusikan ke seluruh ruangan dan sebagian lagi diresirkulasi kembali ke tangki penyimpanan. Sebelum air kembali masuk ketangki, air kembali diberi ozon untuk menjaga air bebas dari mikroorganisme. Untuk keperluan produksi sediaan steril, purified water diolah lebih lanjut. Purified water didestilasi pada suhu 140°C kemudian disaring dengan filter berukuran 0.2 μm, didapatkan water for injection (WFI).
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
53
b. Heating, Ventilating, and Air Conditioning (HVAC) Sistem pengaturan tata udara (Air Handling Unit) dalam ruang produksi menggunakan sistem Heating, Ventillating, and
Air Conditioning (HVAC).
Sistem HVAC berada di bawah tanggung jawab bagian Engineering Department. Parameter kritis yang diatur dari sistem tata udara adalah kelembaban relatif (RH), temperatur, partikel, dan tekanan udara. Setiap parameter tersebut diatur dan dikendalikan sesuai dengan kebutuhan setiap ruangan. Heating Ventilating Air Conditioning (HVAC)merupakan sistem sirkulasi udara yang mengatur temperatur, kelembaban relatif (RH), dan jumlah partikel. Air Handling Unit (AHU) merupakan suatu perangkat pengolahan udara yang menggunakan prinsip HVAC. Tiga fungsi Utama HVAC yaitu heating, ventilating, dan air conditioning saling berhubungan untuk menghasilkan udara yang berkualitas dalam gedung, mengurangi infiltrasi udara, ventilasi, dan menjaga hubungan tekanan antar ruangan. Prinsip kerja HVAC adalah sebagai berikut, udara luar (fresh air) dan udara hasil resirkulasi di dalam ruangan masuk ke dalam mixing chamber yang kemudian disaring menggunaan pre filter G4 (efisiensi 80%) dan medium filter F7 (efisiensi 95%) untuk mengurangi jumlah partikel. Udara kemudian didinginkan dan diturunkan kelembabannya dengan pendinginan oleh cooling coil sebagai hasil pendinginan oleh chiller atau freon. Udara hasil pendinginan melewati heater/steam coil untuk dipanaskan sesuai dengan suhu udara yang dibutuhkan ruangan kemudian didorong oleh motor menuju filter F9 (98%). Udara hasil penyaringan filter F9 akan mengalami penyaringan akhir oleh HEPA filter H13 (99,95%) dan keluar melalui outlet untuk selanjutnya didistribusikan melalui pipapipa. Udara hasil penyaringan HEPA filter selanjutnya dijadikan udara pasokan untuk ruangan produksi yang dikenal dengan nama supply air. Supply air dari AHU disalurkan melalui ducting menuju ke ruangan dengan melalui lubang supply air yang terdapat di atap ruangan. Udara yang telah dikondisikan dan disaring kemudian masuk ke ruang-ruang produksi melalui supply diffuser baik dengan tipe swirl ataupun grill. Pada ruangan produksi menggunakan aliran udara swirl agar aliran udara langsung menuju low return perforated. Sebelum masuk ke mixing chamber, udara akan melewati temperature dan humidity sensoryang
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
54
secara otomatis mengirimkan sinyal kepada cooling coil untuk mengatur temperatur dan kelembabannya. HEPA merupakan singkatan dari High-Efficiency ParticulateAir. Efisiensi HEPA tergantung dari jenisnya. HEPA H13 sanggup menyaring 99,95% dari semua partikel yang lebih besar dari 0,3 mikron. Hal ini berarti untuk setiap 10.000 partikel yang berukuran lebih besar dari 3 mikron, hanya ada peluang 5 partikel yang lolos dari HEPA. Ada empat parameter yang perlu diperhatikan dan dikendalikan dalam sistem AHU yaitu, yang pertama temperatur ruangan yang harus diatur sedemikian rupa agar persyaratan suhu ruangan untuk kegiatan produksi dapat terpenuhi. Temperatur udara dikondisikan dengan bantuan chiller dan boiler. Chiller berfungsi sebagai pensuplai air dingin pada coil, sedangkan boiler berfungsi sebagai pensuplai air panas pada heater. Kedua adalah Kelembaban relatif ruangan, kelembaban udara adalah parameter kritis bagi produk-produk yang bersifat higroskopis, seperti sediaan effervescent yang membutuhkan RH di bawah 30%. Tingkat kelembaban udara diatur dengan menggunakan dehumidifier. Ketiga yaitu jumlah partikel. Jumlah partikel dalam setiap ruangan berbeda-beda tergantung klasifikasi ruangan. Jumlah partikel dikendalikan oleh beberapa filter yang terdapat pada AHU. Kemudian yang keempat adalah jumlah sirkulasi udara dan perbedaan tekanan. Jumlah sirkulasi udara dan perbedaan tekanan akan menentukan tingkat kebersihan ruangan. Hal ini bertujuan untuk meminimalisasi terjadinya kontaminasi silang. c. Pengolahan air limbah Merupakan suatu sistem pengolahan limbah cair yang tidak berbahaya dari kegiatan produksi dan kegiatan sehari-hari di industri. Untuk limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), PT. SOHO Group bekerjasama dengan PT. Geocycle dan PT. Wastech dalam melakukan pemusnahan limbah B3. Di samping itu, SOHO Group telah dilengkapi dengan fasilitas pengolahan limbah cair domestik. Limbahcair domestik akan menuju STP (Sewage Treatment Plant). PT. SOHO memiliki delapan STP tetapi hanya enam yang memenuhi syarat. Dua STP yang lainnya selalu menghasilkan profil limbah yang tidak memenuhi syarat. STP merupakan suatu sistem perlakuan limbah berupa kolam yang tertutup dengan tiga
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
55
pipa di dalamnya. Aktivitas pengolahan limbah di STP adalah pengadukan, oksigenasi bakteri, dan pembuangan lumpur aktif (bakteri). Tujuan pengolahan limbah di STP ini adalah untuk mengurangi kadar BOD, COD, dan pH air limbah tersebut. Di setiap STP terdapat pump pit untuk mengambil sampel air limbah untuk ditentukan kadar BOD, COD, dan pH. Limbah yang telah memenuhi syarat kemudian akan melalui proses selanjutnya, yaitu proses anaerob. Limbah produksi dan herbal tidak melalui sistem STP, melainkan ditampung dalam suatu bak penampung untuk kemudian diproses secara anaerob. Hal tersebut dilakukan karena bakteri aerob dalam STP tidak mampu menguraikan limbah produksi dan herbal. Limbah produksi dan herbal banyak mengandung senyawa yang dapat membunuh bakteri, oleh karena itu limbah tersebut harus diproses secara anaerob terlebih dahulu. Limbah yang telah dialirkan ke bak ekualisasi anaerob kemudian akan dialirkan ke bak anaerob. Bak anaerob berisi bakteri anaerob yang membantu dalam proses pemecahan molekul-molekul yang terkandung dalam limbah menjadi bentuk yang lebih sederhana. Setelah melalui proses anaerob, limbah akan menuju reactor tank, yaitu bak penampungan sebelum limbah masuk ke equalisasi aerob. Dari reactor tank, limbah akan dialirkan ke bak ekualisasi aerob untuk selanjutnya dialirkan ke bak aerob. Keberadaan dua bak aerob dengan tujuan mengantisipasi meluapnya limbah. Dalam bak aerob terdapat aerator untuk mensuplai oksigen bagi bakteri. Dari bak aerob, limbah akan dialirkan menuju bak sedimentasi untuk proses pengendapan lumpur aktif. Proses ini tidak menggunakan koagulan, melainkan limbah murni didiamkan selama beberapa waktu. Limbah tersebut kemudian dialirkan ke bak klorinasi. Dari bak klorinasi, limbah akan dialirkan menuju filter feed sebagai bak penampungan sebelum masuk ke filter tank. Filter tank terdiri dari dua tangki yang terpisah. Satu tangki berisi pasir dan satu tangki lagi berisi karbon aktif. Filter tank bertujuan untuk menyaring air limbah dan mengurangi bau. Setelah melalui filter tank, limbah akan dialirkan menuju bak outlet. Dari bak outlet limbah dibagi menjadi dua aliran, satu aliran menuju ke reservoir tank dan aliran satunya menuju fish pond. Air limbah olahan yang disimpan dalam reservoir tank digunakan untuk keperluan menyiram tanaman
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
56
disekitar area industri, sedangkan limbah yang dialirkan ke fish pond bertujuan sebagai indikator limbah yang ramah lingkungan sehingga ikan bisa hidup di air limbah olahan tersebut. Fish pond dihubungkan dengan outlet drain berupa bak kecil untuk tempat pengambilan sampel analisis kualitas air limbah oleh QC. d. Pengelolaan dan pengendalian pest Upaya pengendalian dan pembasmian hama (tikus/pengerat, lalat, nyamuk, semut, dan kecoa) harus dilakukan oleh industri farmasi. Tujuannya adalah untuk meminimalisasi terjadinya kontaminasi atau kerusakan produk akibat aktivitas hama-hama tersebut. Alat pest control dibersihkan tiap satu minggu sekali oleh PT. ISS (kontraktor). Kontraktor tidak diperkenankan menggunakan segala jenis bahan kimia di dalam area produksi dan gudang. Seluruh bahan kimia yang digunakan untuk pest control harus mendapat persetujuan dari Quality Control (QC) Department SOHO Group. Seluruh temuan di area produksi harus segera dilaporkan ke pihak terkait.
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
BAB 4 PEMBAHASAN
SOHO Group merupakan perusahaan farmasi yang terdiri dari beberapa perusahaan, yaitu PT. SOHO Industri Pharmasi, PT. Ethica Industri Farmasi, PT. Parit Padang Global, PT. Global Harmony Retailindo, PT. Universal Health Network dan Hezzel Farm. Dalam perkembangannya, PT. SOHO Group telah melaksanakan penerapan seluruh aspek CPOB dalam proses produksi sehingga dihasilkan obat yang bermutu. PT. SOHO Group juga membangun mutu sejalan dengan CPOB di setiap departemen yang terlibat dalam hal penanganan bahan baku dan produk. Dalam proses pembuatan produk, semua aspek yang tercantum dalam CPOB sangat diperhatikan mulai dari personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri, penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk yang beredar dan produk kembalian serta dokumentasi.
4.1.
Sistem Manajemen Mutu Sistem manajemen mutu PT. SOHO dan PT. Ethica dilaksanakan oleh
Quality Operation (QO) Division. Divisi ini dikepalai oleh seorang apoteker dan terdiri dari dua departemen yaitu Quality Assurance Department (Departemen QA) dan Quality Control Department (Departemen QC). Divisi ini bertanggung jawab bahwa sistem kebijakan mutu produk PT. SOHO dan PT.Ethica sudah berjalan sesuai dengan CPOB pada seluruh aspek yang mempengaruhi kualitas produk, serta menjamin bahwa obat yang didistribusikan ke konsumen sudah berkualitas baik sesuai dengan spesifikasi dan regulasi yang berlaku. Sistem manajemen mutu yang dilakukan oleh divisi QO melalui dokumentasi yang berupa pembuatan standar prosedur dan pelaporan tentang kegiatan yang dilakukan. Hal tersebut dilakukan untuk menjamin proses yang dilaksanakan selalu menghasilkan obat dengan kualitas yang konsisten, maka QO bertanggungjawab dalam pembuatan Standar Operating Procedure (SOP). SOP juga dapat digunakan untuk pelacakan bila terjadi penyimpangan. SOP dibuat oleh 57
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
58
masing-masing divisi yang akan disetujui oleh Quality Operation Division Head. Apabila terdapat perubahan SOP, maka harus dibuat Lembar Usulan Perubahan (LUP). LUP diperlukan agar isi dokumen tersebut tidak ada perbedaan antara dokumen yang terdapat pada masing-masing departemen dengan dokumen yang terdapat pada departemen QA, karena dokumen tersebut saling terkait antar departemen. Dokumentasi berbagai kegiatan dalam SOHO Group tertuang dalam Industrial File System (IFS). Semua personil dalam divisi maupun departemen dibawah manajemen SOHO Group dapat mengakses sistem tersebut.
4.2. Sumber Daya Manusia (Human Resources) PT. SOHO Group melakukan perencanaan personil sehingga SDM yang tersedia sesuai dengan kebutuhan operasional perusahaan. Personalia PT. SOHO Industri Pharmasi sudah memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh CPOB, dimana untuk Kepala Bagian Produksi, Kepala Bagian Pengawasan Mutu dan Kepala Bagian Manajemen Mutu dipimpin oleh seorang Apoteker. PT. SOHO Group menerapkan sistem BSC (Balance Score Card) untuk menunjang pelaksanaan CPOB danmeningkatkan kinerja perusahaan. Dalam BSC terdapat tahap learning to growth yang berarti bahwa PT. SOHO Industri Pharmasi berusaha untuk mengembangkan dan meningkatkan potensi personil. Untuk mencapai tujuan tersebut, PT. SOHO Group mengembangkan sistem PSC (Personal Score Card). PSC merupakan suatu dokumen penilaian kinerja, baik karyawan maupun atasan. Parameter evaluasi antaralain finansial, customer, internal process, dan learning and growth.Dengan adanya sistem penilaian tersebut, diharapkan pada kedepannya PT. SOHO Group mampu mendorong setiap SDM untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuanbekerja sehingga tujuan yang tertuang dalam PSC terwujud dan dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan perusahaan. PT. SOHO Group juga memiliki program training yang disesuaikan dengan tingkat kebutuhan SDM. Terdapat dua jenis pelatihan (training) yaitu pelatihan terencana, yaitu pelatihan terjadwal yang diselenggarakan tiap tahun berdasarkan Annual Training Calendar dan pelatihan tidak terencana, yaitu pelatihan yang diselenggarakan karena adanya kebutuhan yang mendesak dari Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
59
karyawan untuk pekerjaan tertentu yang tidak tercantum dalam Annual Training Calendar. Dalam Annual Training Calendar, terdapat dua jenis pelatihan, pelatihan standard dan pelatihan spesifik. Pelatihan standar merupakan pelatihan yang diselenggarkan berdasarkan AKP (Analisis Kebutuhan Traning/ Training Need Analysis) bersifat umum, seperti pelatihan communication skill, dan HSE (Health Safety and Environment) induction. Pelatihan spesifik merupakan pelatihan yang diselenggarakan berdasarkan AKP yang sifatnya spesifik untuk tiap departemen, seperti pelatihan HPLC analis-analis kimia, dan pelatihan CPOB spesifik untuk karyawan manufacturing.
4.3.
Bangunan dan Fasilitas Ruangan produksi didesain secara khusus untuk menghindari kontaminasi
silang. Ruangan produksi di PT. SOHO Group telah memenuhi kriteria CPOB. Untuk memudahkan pembersihan dan mencegah perembesan air maka dinding lantai dan atap ruangan produksi dilapisi epoxy, lapisan epoxy bersifat kedap air, licin dan tahan goresan logam atau roda sehingga mudah dibersihkan. Tiap sudut ruangan produksi dibuat melengkung sehingga mudah dibersihkan. Selain itu ruangan produksi dilengkapi dengan sistem AHU (Air Handling Unit) untuk mengatur kondisi udara, suhu, tekanan, kelembaban dan sirkulasi udara agar sesuai untuk proses produksi. Ruangan produksi di PT. SOHO Industri Pharmasi dikelompokan menjadi beberapa ruangan seperti ruang penimbangan, ruang pengolahan, ruang pencetakan, ruang penyalutan, ruang IPC, dan ruang pengemasan. Selain ruangruang tersebut PT. SOHO Industri Pharmasi memiliki ruangan produksi untuk sediaan liquid dan semi liquid. Ruangan produksi tersebut berada in-line tujuannya untuk mempermudah proses produksi, biasanya ruangan-ruangan tersebut berisi alat yang in-line misalnya ada satu ruangan yang berisikan super mixer, FBD, dan granulator mesin-mesin ini dibuat in-line untuk mempercepat proses produksi sehingga memperlancar proses produksi Ruangan produksi juga langsung berhubungan dengan pengemas black sehingga proses pengemasan sekunder dapat langsung dilaksanakan.
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
60
Ruangan produksi di PT. Ethica Industri Pharmasi dikelompokan menjadi beberapa ruangan antara lain ruang cuci ampul (washing ampoule), ruang sterilisasi ampul, ruang pengisian, ruang pencampuran, ruang timbang, ruang sterilisasi sediaan, ruang cuci peralatan, ruang WIP, gudang, ruang uji kebocoran ampul dan filter, ruang visual controldan ruang pengemasan. Berbeda dengan ruang produksi sediaan non steril, ruang produksi sediaan steril belum memungkinkan dilakukannya proses produksi in-line. Hal ini dikarenakan desain gedung yang terbatas dan belum dilakukannya renovasi, namun hal tersebut tidak menghambat kegiatan proses produksi sediaan steril sehingga proses produksi berjalan lancar dan sesuai jadwal. Proses produksi satu produk tidak di dalam ruangan yang sama dengan produksi produk lain. Setiap produk diproses dengan mesin dan ruangan yang berbeda-beda antara produk satu dengan produk yang lain. Produk yang berbeda namun menggunakan mesin yang sama maka dilakukan produksi secara bergantian yaitu setelah satu produk selesai, mesin dan ruangan harus dibersihkan lalu setelah itu dilanjutkan dengan produk lain. Selain itu, ruangan produksi memiliki air lock sebagai ruang antara, yang membatasi ruang produksi dan lingkungan luar. Air lock membuat udara luar tidak masuk ke dalam ruang produksi dan sebaliknya serta untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang. Setiap hari semua ruangan di area produksi dilakukan pemantauan suhu dan kelembaban oleh petugas yang berkepentingan. Selain itu, tiap ruangan telah dilengkapi oleh data logger, yaitu alat untuk mengukur kelembaban udara dan suhu. Dalam data logger ini dapat menyimpan keadaan kondisi ruangan, tiap satu minggu bagian pengendalian mutu akan membuat laporan dan memasukkan hasil data logger dari tiap ruangan. Selain data logger, tiap ruangan juga dilengkapi dengan alat pemantau tekanan udara yang disebut Magnehelic, untuk mengetahui batasan untuk tekanan udara di area produksi.Selain itu, ruang produksi steril dilengkapi dengan alat pemantau jumlah partikel untuk mengetahui dan mengontrol jumlah partikel dalam ruangan produksi sehingga dapat mencegah kontaminasi terhadap produk jadi. Dalam area produksi, juga terdapat ruangan IPC untuk melakukan pengujian sampel dari tahapan produksi. IPC untuk sediaan tablet meliputi: bobot
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
61
tablet, kekerasan, diameter, ketebalan, keregasan, dan waktu hancur, untuk kapsul, IPC yang dilakukan meliputi: kadar air, bobot kapsul terisi, bobot granul per kapsul, panjang kapsul, dan waktu hancur, sedangkan untuk sediaan injeksi IPC dilakukan langsung di ruangan kelas B (backgroung ruang filling) yang meliputi pengecekan pH, keseragaman volume sediaan, kekuatan tutup ampul, kerapihan tutup ampul dan tinggi ampul. Bangunan SOHO Group juga dilengkapi dengan sistem pengolahan air untuk keperluan domestik, yaitu potable water, dan untuk kegiatan produksi yaitu purified water dan water for injection. Selain itu, SOHO Group memiliki fasilitas pengolahan limbah cair domestik yang hasil pengolahannya dapat digunakan untuk penyiraman tanaman-tanaman yang ada di sekitar lingkungan SOHO Group. Alat pest control juga telah terpasang di bangunan dan lingkungan sekitar SOHO Group untuk meminimalisasi kontaminasi atau kerusakan produk akibat aktivitas hama. Di samping itu, SOHO Group mulai menerapkan Building Automation System (BAS) untuk pengaturan tekanan, suhu dan kelembaban ruangan. Akan tetapi, sistem tersebut belum dijalankan secara menyeluruh, baru diterapkan pada Gedung 3. Gudang penyimpanan bahan baku dan obat jadi terpisah dengan ruang produksi. Dalam gudang terdapat beberapa ruangan, yaitu ruang penyimpanan, ruang sampel dan ruang karantina. Untuk gudang bahan baku dilengkapi dengan ruang khusus kapsul dan ruangan untuk bahan mudah terbakar. Ruang penyimpanan dalam gudang terbagi menjadi tiga berdasarkan kondisi ruangan, yaitu ruang penyimpanan suhu 2°-8°C, 15°-25°C dan >25°C. SOHO Group juga memiliki gudang khusus untuk penyimpanan bahan baku dan produk psikotropik (OKT), yaitu terdapat pada gudang di Pulo Kambing. Tiap ruangan dalam gudang telah dipasang data logger untuk memantau suhu ruangan agar kondisi penyimpanan sesuai dengan karakteristik bahan yang disimpan.
4.4.
Peralatan Peralatan yang digunakan oleh PT. SOHO dan PT. Ethica untuk
pembuatan obat telah memiliki desain dan konstruksi yang tepat, ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat terjamin sesuai dengan desain serta Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
62
seragam dari bets ke bets dan memudahkan pembersihan serta perawatan. Bagian peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara dan produk jadi terbuat dari stainless steel 316 yang merupakan bahan tahan karat dan tidak menimbulkan kontaminasi jika bersentuhan dengan bahan dalam proses produksi sehingga tidak mempengaruhi identitas, mutu, atau kemurnian produk. Jika peralatan terbuat dari stainless steel 304 maka bagian dari alat yang bersentuhan langsung dengan produk/bahan dilapisi lagi dengan stainless steel 316. Semua peralatan produksi dan peralatan lainnya memiliki dokumen kualifikasi dan SOP mulai dari proses pembersihan, pengoperasian, sampai perawatan. SOP pengoperasian dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam menjalankannya dan menjamin proses yang dilaksanakan di mesin tersebut selalu konsisten. Peralatan dirawat secara teratur sesuai dengan SOP masing-masing alat untuk mencegah cacat fungsi atau kontaminasi yang dapat mengubah identitas, kualitas atau kemurnian suatu produk. Untuk menjamin kebersihan dan keamanan peralatan yang digunakan dilakukan pembersihan peralatan tiap kali selesai digunakan. Setiap alat yang telah dibersihkan diberi label telah dibersihkan. Semua peralatan, fasilitas dan utility harus dilakukan kualifikasi, pembersihan dan pemeliharaan secara rutin, sedangkan untuk semua alat ukur harus dikalibrasi secara rutin sesuai dengan jadwal kalibrasi yang telah ditetapkan.
4.5.
Sanitasi dan Higiene Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi desain bangunan, peralatan
yang kontak langsung dengan produk dan manusia/karyawan. Bangunan SOHO Group telah memiliki ruang janitor khusus. Lantai, langit-langit dan dinding ruangan bersih dan terpelihara. Dalam ruang produksi terdapat ruangan untuk pembersihan alat yang dapat dilepas dari mesin, sedangkan untuk alat-alat yang ditak dapat dilepas dari mesin dilakukan sanitasi. Untuk peralatan yang tidak dapat dilepaskan dari mesin pada ruang produksi sediaan steril, dilakukan sanitasi, desinfeksi dan fumigasi. Pada setiap alat dan ruangan terdapat SOP pembersihannya dan setelah penggunaan alat langsung disanitasi dan disimpan dalam keadaan bersih dan berlabel.
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
63
Setiap memasuki area produksi dan laboratorium, terdapat SOP tata cara berpakaian yang harus dilakukan oleh karyawan dan tamu termasuk cara memakai APD (alat pelindung diri) atau SPD (Self Protecting Device). Saat memasuki ruang ganti, pertama diharuskan mengganti sepatu dengan sepatu area hitamatau menggunakan penutup sepatu (shoes cover). Selanjutnya, mengganti baju dengan menggunakan baju area hitamdan bila ingin memasuki ruangan produksi grey area personil diwajibkan untuk mengenakan pakaian khusus (coverall), penutup kepala, sepatu khusus atau
menggunakan penutup sepatu, dan masker.
Selanjutnya, personil diwajibkan untuk mencuci tangan dan menggunakan desinfektan. Prosedur ini dilakukan untuk mencegah adanya kontaminasi dari luar terhadap ruang produksi dan produk yang dihasilkan. Di samping itu, SOHO Group juga memperhatikan kesehatan karyawan. Pada saat bergabung dengan SOHO Group, dilaksanakan medical checkup dan pemeriksaan kesehatan secara berkala.
4.6.
Produksi Proses produksi PT. SOHO dan PT. Ethica berada dibawah tanggung
jawab Production Division yang dikepalai oleh seorang apoteker. Proses produksi dilakukan berdasarkan prinsip keseragaman mutu dari bets kebets. Mutu obat yang dihasilkan tidak hanya ditentukan pada hasil akhir analisis obat tetapi mulai dibangun sejak kedatangan material bahan baku serta proses awal produksi dimulai, sehingga ada prosedur baku untuk tiap langkah proses beserta persyaratan yang harus diikuti dengan konsisten seperti tercantum dalam prosedur pengolahan induk dan prosedur pengemasan induk sehingga menjaminobat yang diproduksi sesuai spesifikasi yang telah ditentukan. Dalam tiap tahap produksi, operator selalu melakukan optimasi terlebih dahulu untuk mencapai spesifikasi yang dipersyaratkan dalam SOP. Produk hasil optimasi ini dikategorikan sebagai produk reject. Setelah diperoleh spesifikasi yang diinginkan, proses produksi dapat berjalan dan selanjutnya dilakukan IPC (in process control) pada tahap awal, tengah, dan akhir proses produksi sebagai suatu bentuk pengawasan mutu produk. IPCdilaksanakan melalui kerjasama antara Departemen Produksi dengan QC.Selama proses IPC, dilakukan evaluasi
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
64
parameter-parameter kritis, diantaranya adalah kadar air, ukuran partikel, keseragaman kadar granul, keseragaman bobot, kekerasan, keregasan, waktu hancur, disolusi, dan keseragaman kadar zat aktif tablet. Sampling dilakukan oleh Production Department, sedangkan pemeriksaannya dilakukan bersama-sama oleh Production dan QC. Production Department hanya melakukan pemeriksaan bobot tablet, waktu hancur, kekerasan, diameter, ketebalan, dan keregasan tablet. Untuk kapsul, IPC yang dilakukan meliputi: kadar air, bobot kapsul terisi, bobot granul per kapsul, panjang kapsul, dan waktu hancur Operator produksi selanjutnya mengirimkan sampel untuk diuji oleh Chemical Laboratory dan Microbiology Laboratory untuk
pemeriksaan
yang lebih rumit seperti
pemeriksaan kadar zat aktif tablet, uji disolusi dan mikrobiologi. Apabila pada suatu proses ditemukan adanya penyimpangan (deviasi) atau kegagalan maka harus diinvestigasi, diatasi dan didokumentasikan. Prosedur pengolahan dan pengemasan yang digunakan harus sudah tervalidasi. Validasi proses dilakukan jika ada proses baru, perubahan bahan atau alat yang digunakan, perubahan besar bets, produk yang telah lama diproduksi tetapi belum pernah divalidasi, dan program revalidasi. Setiap validasi proses harus dilengkapi dengan protokol validasi dan catatan hasil validasi. Untuk menjamin kualitas obat yang dihasilkan dilakukan pengawasan baik terhadap bahan awal, bahan pengemas, produk ruahan maupun produk jadi. Semua bahan awal yang digunakan dalam kegiatan produksi, telah dinyatakan lulus oleh bagian QC. Selain persyaratan terhadap bahan dan produk obat juga ada persyaratan yang diperuntukkan bagi karyawan yang bertugas di area produksi, seperti menggunakan pakaian khusus yang meminimalkan terjadinya kontaminasi dari tubuh karyawan ke dalam area produksi. Proses pengemasan dilakukan di dua tempat, yaitu pengemasan primer dilakukan di grey area, sedangkan pengemasan sekunder dilakukan di blackarea . Bentuk pengawasan mutu dalam pengemasan ini adalah pemeriksaan kebocoran blister. Proses pengemasan dilaksanakan dengan pengawasan yang ketat agar terjamin identitas, keutuhan, kelengkapan dan kulitas produk yang telah dikemas. Kegiatan pengemasan sesuai dengan prosedur tertulis. Sebelum pengemasan dimulai dipastikan bahwa peralatan dan ruangan atau jalur pengemasan dalam
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
65
keadaan bersih dan bebas dari produk dan dokumen lain yang tidak diperlukan dalam pengemasan. Penandaan pada label, dus ataupun komponen lain dengan nomor batch, tanggal kadaluarsa dan informasi lain diawasi secara ketat pada setiap tahap pengemasan. Sisa produk atau produk yang rusak selama pengemasan, dihitung, dicatat kemudian dihancurkan. Selanjutnya, produk jadi dikirim ke warehouse untuk dikarantina dan menunggu diperiksa oleh QC. Keputusan apakah produk bersangkutan dapat dipasarkan atau tidak (released atau rejected) tergantung hasil pemeriksaan dari QC. Semua proses produksi didokumentasikan dalam Batch Record (BR) yang meliputi sertifikat analisis, label-label, prosedur produksi, dan lain-lain. Dokumen ini digunakan jika terjadi masalah terhadap lot yang bersangkutan, misalnya produk ditolak, adanya keluhan konsumen maupun produk kembalian.
4.7.
Pengawasan Mutu (Quality Control) Pengendalian mutu produk PT. SOHO dan PT Ethica secara menyeluruh
dilakukan oleh departemen Quality Control (QC). Pengawasan mutu ini dilakukan terhadap bahan awal, produk setengah jadi (termasuk In Process Control/IPC) sampai dengan produk jadi yang siap dipasarkan. Departemen QC bertanggung jawab penuh pada pemeriksaan spesifikasi bahan awal, produk antara dan produk jadi. Departemen QC berfungsi untuk memastikan bahwa setiap bahan baku yang akan dipergunakan dan produk jadi yang akan dipasarkan memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan. Departemen QC terbagi memiliki tiga laboratorium yaitu physic & chemical laboratory dan microbiology laboratory. Physic & chemical laboratory digunakan untuk pemeriksaan bahan baku yang baru datang dari vendor atau reanalisis bahan baku untuk memeriksa kelayakan bahan baku untuk dapat digunakan. Pemeriksaan bahan baku yang baru datang yang akan diperiksa oleh QC Raw Material harus disertai Lembar Penerimaan Barang (LPB) dan Certificate of Analysis (CoA) dari vendor, sedangkan QC Half Finish Good melakukan pemeriksaan produk setengah jadi dan produk jadi. Selain itu, lab ini juga melakukan pemeriksaan kualitas purified water dan air limbah. Microbiology laboratory menangani pengujian mikrobiologi pada sampel bahan baku, bahan
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
66
pengemas, produk setengah jadi dan produk jadi. Hasil analisis dari laboratorium QC dilaporkan dalam Lembar Data Awal fisika kimia maupun mikrobiologi, selanjutnya akan dibuat sertifikat analisis sehingga bahan dari sampel yang diambil dapat dinyatakan diluluskan atau ditolak.
4.8.
Research and Development Pengembangan formulasi produk, pengembangan analisis metode dan
pengembangan kemasan produk di SOHO Group dilakukan oleh Divisi Research and Development (R&D). Selain itu, dalam divisi R&D ada bagian yang bertanggung jawab terhadap pendokumentasian dan registrasi obat baru. Proses pengembangan produk diawali dengan adanya permintaan dari divisi Bussiness Development berdasarkan pengamatan permintaan pasar. Data pengamatan selanjutnya diberikan ke divisi R&D untuk ditindaklanjuti, yaitu dengan melakukan pengembangan dan pembuatan produk jadi. Kemudian, produk tersebut diberikan kepada ke bagian analisis untuk pengujian kadar, profil disolusi dan stabilitas produk. Setelah parameter pengujian telah sesuai spesifikasi, selanjutnya dilakukan registrasi produk tersebut.
4.9.
Inspeksi Diri dan Audit Mutu Pelaksanaan inspeksi diri Soho Group berada di bawah tanggung jawab
Quality Monitoring System. Inspeksi diri dilakukan terhadap semua divisi yang berkaitan dengan CPOB. Inspeksi diri dilakukan secara berkala dan disusun jadwal pada awal tahun. Inspeksi diri mencakup semua bagian di manufacturing dan dilakukan oleh divisi lain sebagai inspektor. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa sistem yang telah dibuat benar-benar diaplikasikan di lapangan. Hal-hal yang diperiksa dalam inspeksi diri yaitu report analysis, batch record, dan laporan validasi untuk setiap batch validasi. Jika terdapat temuan yang tidak sesuai dengan CPOB maka dilakukan tindakan perbaikan dan pencegahan. Selain itu, departemen QA juga melaksanakan vendor audit,toll out manufacturing audit dan distributor audit. Hal ini bertujuan untuk bahwa pemasok (vendor) maupun jasa servis yang digunakan oleh PT. SOHO Industri Pharmasi mempunyai kualitas sesuai dengan standar
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
67
perusahaan. Audit vendor dilakukan ke pabrik/pemasok (manufacturer) bahan baku dan bahan kemas yang digunakan. Toll out manufacturing auditmerupakan audit yang dilakukan terhadap pabrik yang membuat produk untuk PT. SOHO Industri Pharmasi. Disamping itu, audit juga dapat dilakukan oleh pihak luar yang membuat produknya di PT. SOHO Industri Pharmasi (Toll In Manufacturing) seperti Janssen Silag dan audit reguler dari otoritas BPOM.
4.10. Penanganan keluhan terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk dan Produk Kembalian Penanganan keluhan, penarikan kembali dan produk kembalian Soho group dilakukan oleh Quality Operation Division khususnya pada bagian Quality Monitoring System. Pada penanganan keluhan, keluhan yang diterima harus segera diteruskan ke QA, terutama keluhan yang terkait dengan keamanan produk. Pertama-tama Quality Monitoring Inspector
harus memasukkan data keluhan
yang masuk ke dalam log book keluhan. Untuk mengambil tindakan atas keluhan tersebut harus dilakukan investigasi untuk memastikan apakah kesalahan terdapat pada konsumen atau produsen. Kemudian dilakukan penilaian resiko awal yang mencakup pemeriksaan keluhan dan penarikan kembali obat jadi dari produk yang sama untuk menentukan prioritas melakukan investigasi. Setelah itu dilakukan pemeriksaan mencakup keluhan sebelumnya pada produk yang sama, Corrective Action and Preventice Action (CAPA) yang telah diimplementasikan, dan pemeriksaan batch lain yang berpotensi. Quality Monitoring Section Head akan melakukan investigasi terhadap sampel keluhan dengan mengevaluasi batch record dan bila perlu mengirimkan sampel ke QC untuk diuji. Pengujian dilakukan terhadap sampel keluhan dan sampel pertinggal. Apabila sampel keluhan dan contoh pertinggal memenuhi syarat, atau sampel keluhan tidak memenuhi syarat tetapi sampel tertinggal memenuhi syarat, maka keluhan dapat dinyatakan not justified (tidak dapat diterima). Bila sampel keluhan dan sampel pertinggal tidak memenuhi syarat maka keluhan dapat dinyatakan justified (diterima).Bila keluhan diterima, maka Quality Monitoring System sub Departement Head (QMSH) harus melakukan investigasi terhadap produk yang sama dengan batch yang berbeda. Bila ternyata ditemukan penyimpangan yang
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
68
sama pada batch lain maka keluhan dapat dilanjutkan dengan membuat CAPA atau bila perlu recall produk jika kasus dianggap sangat berbahaya. Sesuai dengan yang tercantum dalam CPOB, dalam proses Penarikan Kembali Obat Jadi, PT.Soho Group memiliki prosedur tertulis yang mengatur proses recall. Secara garis besaralur penarikan obat kembalian yaitu departemen QA melaporkan kepada atasan kemudian Divisi Quality Operation berkoordinasi dengan komite untuk mengambil keputusan apakah penarikan perlu dilakukan atau tidak. Jika keputusan recall telah ditetapkan, QA akan membuat memo penarikan kepada Divisi Marketing dan selanjutnya berkoordinasi mengirimkan informasi kepada distributor dan pihak terkait untuk menjamin kelancaran penarikan kembali obat jadi. Distributor akan mengisolasi produk recall di gudang, melaporkan sisa produk yang masih ada di gudang distributor baik pusat maupun cabang dan jumlah produk yang sudah sampai di masyarakat. Jumlah produk yang berhasil ditarik harus direkonsiliasi dengan jumlah obat yang diproduksi dalam satu atau beberapa batch. Obat yang berhasil ditarik oleh distributor dikirim kembali ke gudang PT. SOHO Industri Pharmasi kemudian setelah itu QA akan membuat recall report (laporan obat kembalian).
4.11. Dokumentasi PT. SOHO dan PT. Ethica telah menerapkan sistem dokumentasi yang menggambarkan riwayat lengkap dari setiap batch atau lot suatu produk sehingga memungkinkan penyelidikan serta penelusuran terhadap batch atau lot produk yang bersangkutan. Sistem dokumentasi yang diterapkan mengikuti prinsipprinsip Good Recording Practices (GRP) dan digunakan untuk menentukan, memantau dan mencatat mutu dari seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu. Sistem dokumentasi digunakan pula dalam pemantauan dan pengendalian, misal kondisi lingkungan, perlengkapan dan personalia. Semua kegiatan di setiap departemen PT. SOHO dan PT.Ethica sudah memiliki dokumentasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan fungsi dan tugasnya masing-masing. Semua dokumen mempunyai sistem penomoran yang memudahkan penelusuran apabila diperlukan.
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
69
4.12.
Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak Masing-masing industri farmasi memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing, untuk mengatasi
keterbatasan
kapasitas
produksi
dan
keterbatasan sumber daya atau keterbatasan fasilitas atau peralatan untuk proses analisis terbentuklah kerjasama antar industri farmasi. Bentuk kerjasama yang terjalin antar industri ini sebagian besar dalam bentuk kerjasama dalam menghasilkan suatu produk (toll in dan toll out). Toll out adalah kerjasama antara PT. SOHO Group dengan industri farmasi lain, dimana proses manufaktur dilakukan di industri farmasi lain. Sebaliknya, toll in adalah proses manufaktur produk industri farmasi lain yang dilakukan di PT. SOHO dan PT Ethica. Beberapa produk PT. SOHO Industri Pharmasi di produksi oleh perusahaan lain berdasarkan kontrak (toll out), seperti Bellacid®,Cedantron® dan Caprol® injeksi. PT.SOHO Industri Pharmasi juga memproduksi produk perusahaan lain berdasarkan kontrak (toll in). Beberapa produk Toll in antara lain Tantum Verde®. Berdasarkan CPOB, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat
secara
benar,
disetujui
dan
dikendalikan
untuk
menghindari
kesalahpahaman yang dapat menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis sudah dibuat secara jelas menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak. Di PT. SOHO dan PT. Ethica, kerja sama toll in dan toll out ditangani oleh Divisi Supply Chain Management (SCM) khususnya sub departemen Contract Manufacturing.
4.13. Kualifikasi dan Validasi CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan. Kualifikasi dan Validasi di PT. SOHO dan PT. Ethica berada di bawah tanggung jawab Divisi Validation and Documentation Division (VDD). Kebijakan validasi yang berlaku pada lingkungan SOHO Group tertuang dalam Validation Master Plan (VMP) masing-masing fasilitas. Validasi yang dilakukan di PT SOHO dan PT Ethica meliputi validasi proses pembersihan (Cleaning Validation), validasi system komputer, validasi
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
70
proses (Process validation), terdiri dari validasi proses aseptik (media fill), validasi proses produksi, validasi proses pengemasan, validasi proses sterilisasi. Untuk validasi metode analisis dan kalibrasi alat analisis di laboratorium milik QC ditangani oleh Quality Support Sub Department. Pelaksanaan validasi dilakukan secara berkala untuk menjamin bahwa fasilitas, peralatan, dan proses dapat memberikan hasil yang tepat dan sesuai dengan standar yang ditetapkan. Revalidasi atau validasi ulang terhadap peralatan dilakukan jika terjadi pemindahan alat, alat mengalami perbaikan atau terjadi Kualifikasi dilakukan terhadap alat maupun ruangan yang digunakan meliputi
kualifikasi
desain
(Design
Qualification),
kualifikasi
instalasi
(Installation Qualification), kualifikasi operasional (Operational Qualification), dan kualifikasi kinerja (Performance Qualification). Kualifikasi dilakukan terhadap alat baru dan selanjutnya dilakukan rekualifikasi secara rutin yang dilakukan setiap satu tahun sekali. Kualifikasi dilakukan untuk memastikan alat maupun ruangan yang digunakan memenuhi standar atau tidak.
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 a.
Kesimpulan PT SOHO Group telah menerapkan pedoman CPOB pada setiap aspek yang berpengaruh pada mutu produk antara lain manajemen mutu, personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri, penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk yang beredar dan produk kembalian serta dokumentasi.
b.
Apoteker memiliki peran yang sangat penting di bagian produksi (Production Department) dan pengawasan mutu (Quality Operations Department) termasuk didalamnya Pemastian Mutu (Quality Assurance) dan Pengawasan Mutu (Quality Control).
5.2
Saran
a. Lebih meningkatkan komunikasi dan kerjasama yang baik antar divisi PT. SOHO Industri Farmasi dan PT. Ethica Industri Farmasi sehingga dihasilkan kinerja yang lebih baik yang mendukung pencapaian visi dan misi 2015 PT. SOHO Group. b. Penerapan aspek-aspek CPOB di PT. SOHO Industri Farmasi dan PT. Ethica Industri Farmasi harus dipertahankan
dan
ditingkatkan
untuk
menjamin konsistensi mutu produk yang dihasilkan. c. Meningkatkan penerapan sistem komputerisasi dan otomatisasi pemantauan ruangan yang menyeluruh sehingga memudahkan proses pencarian data, penelusuran informasi dan pemantauan ruangan-ruangan yang terdapat dalam PT. SOHO Industri Farmasi dan PT. Ethica Industri Farmasi. d. Perlunya dilakukan penambahan jumlah personil agar tercapai kualitas kerja yang optimal.
71
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
72
DAFTAR REFERENSI
Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2006). Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1799/MENKES/PER/XII/2010. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Permatasari, H., Sutanto, B., dan Johny Djibin. (2010). The SOHO Group Way Fieldbook. Jakarta: PT. Buana Printing. PT. SOHO Group. Orientasi Program SOHO Group Value For Health. Jakarta: PT. SOHO Group. PT. SOHO Group. (2011). SOHO Group Training Catalogue 2011/2012: Learning To Grow. Jakarta: PT. SOHO Group.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
LAMPIRAN
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
74
Lampiran 1. Struktur organisasi SOHO Group
President Director
Secretary to President Director
Finance and Information Technology
Human Capital Development & Public Affair
Strategy & Business Management
Manufacturing
Management Compliance Division
Consumer Health
Pharma
Distribution
Commercial Division
Lampiran 2. Struktur organisasi Manufacturing SOHO Group
Executive Vice President Manufacturing secretary to EVP Manufacturing
R&D Div
Quality Operation Div
Production Div
Supply Chain Div
Technical Div
Validation&Doc Dept
Human Resources Dept
Finance Account
73
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
0
Lampiran 3. Struktur organisasi Research & Development Division R&D Division Head
Secretary R&D Division Head
Group Formulation Development Dept. Head
Formulation Development Sub Dept. Head
Formulation Development Sec. Head
Trial Machine Operator
Packaging Development Dept. Head
Analytical Method Development Dept. Head
Stability Method Dev Sec. Head
Stability Method Developer
Physical Chemical Method Dev Sec. Head
AMD Administrator
Drafter
PC Analys Method Developer
Packaging Dev Sec for CH
Pack. Dev. Executive for CH
R&D Compliance & Support Sub Dept. Head
Packaging Dev Sec. for Pharma
R&D Compliance and Support Executive
Compliance Support Administrator
Pack. Dev Executive for Pharma
Formulation Development Executive
74
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
75
Lampiran 4. Struktur organisasi Quality Operation Division Quality Operation Division Head
Quality Administrator
SOHO Quality Control Dept. Head
Ethica Quality Control Dept. Head
Quality Assurance Dept. Head
Lampiran 5. Struktur organisasi Quality Assurance Department Quality Assurance Dept. Head
Quality Compliance Sec. Head
Quality Compliance Executive Quality Compliance Analyst
Quality Monitoring System Sub Dept. Head Quality Monitoring Sec. Head
Quality System Executive
Quality Monitoring Inspector
Quality Support Sec. Head
Quality Release Sec. Head Quality Assurance Administrator
Quality Assurance Product Sorter
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
Quality Support Analyst
76
Lampiran 6.
Struktur organisasi Quality Control PT. SOHO (a) dan PT. Ethica (b)
QC (SOHO) Dept Head
QC Raw Mat. Sec
QC Packaging Mat Sec
QC Finish Good Sec
QC Microbiology Sec
(a)
QC (Ethica) Dept Head
QC Microbiology Sec Head
QC Raw Mat & Packaging Mat Sec Head
QC Half Finish Good Sec Head
(b)
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
QC IPC Inspector
0
Lampiran 7. Struktur organisasi Divisi Produksi Production Division Head
Secretary to Produstion Div. Head Sterile, Cephalosporin, Extract Production Dept. Head
Non Sterile Prod. Adm.
Sterile, Cepha & Extract Production Adm.
Sterile Prod. Sub. Dept. Head
Sterile Prod. Sect. Head
Cepha & Extract Prod. Sub. Dept. Head Cepha & Extract Prod. Sec. Head
Production Process Excellence Dept. Head
Non Sterile Production Dept. Head
Sterile, Cepha & Extract Systm & Doc. Specialist
Non Sterile Dispensing Sec. Head
Solid Processing Sub. Dept. Head Solid Processing Sec. Head
Non Sterile Prod. Adm.
Non Solid Processing & Packaging Sub Dept. Head
Non Sterile Prod. Systm & Doc. Specialist
Production Quality Compliance Dept. Head
Non Sterile Prod. Adm. Production Process Excellence Specialist
Production Quality Compliance Specialist
Non Solid Processing & Packaging Sec. Head
77
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
78
Lampiran 8. Struktur organisasi Divisi Supply Chain Management Supply Chain Div Head Supply Chain Admin
Production Planning Dept
Warehouse Management Dept
Production Planning
Contract Manufacture
Product Supply Management
Material Procurement Dept
Material Procurement Sub Dept
Finished good Sub Dept
Warehouse Management Administrator
Customs Clearence
Material Planning Section Raw Material Procurement Section Packaging Material Procurement Section Material Procurement Administrator
Lampiran 9. Struktur organisasi Validation and Documentation Department Validation and Documentation Department (VDD)
Validation Sec Head
Manufacturing Documentation Executive
Validation and Documentation Administrator
Validation Engineer
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
79
Lampiran 10. Struktur organisasi Divisi Teknik Technical Div Head
Engineeri HSE General ng Departm Affairs Departme ent Department nt
Continuous Improvement Department
Civil Engineering & Project Control Department
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
Fixed Asset & Technical Sparepart Administra Procurement tor Department
79
Lampiran 11. Struktur organisasi Engineering Department Engineering Dept. Head Engineering Admin
Operational Maintenance Sub Dept. Head
Utility Sec.Head
HVAC & Clean Media Coord
Engineering Planning & Reliability Sub Dept Head
Maintenance Sec. Head
Maintenance Area 1 Coord
Workshop Coord Utility operator
Electrical Technician
Maintenance Area 2 Coord
Warehouse Spare Part Sect. Head
Engineering Planner Sec. Head
Mechanical Equipment Project Sec. Head
Automation & Calibration Sec.Head
Engineering Document Control Executive
Calibration technician
Maintenance Planner Executive
Mechatronic Technician
Mechanical Design Engineer
80
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
81
Lampiran 12. Struktur Organisasi Departemen General Affairs
General Affair Dept. Head
General Affair Administration
General Affair Internal Sub Dept. Head
General Affair External Sub Dept. Head
General Affair Branch Service Sub Dept. Head
House Keeping Area I Sec. Head
Waste & Pest Management Sec. Head
General Affair Branch Regional I Sec. Head
House Keeping Area II Sec. Head
Transportation Management Sec. Head
General Affair Branch Regional. II Sec. Head
Office Supplies Sec. Head
Permit Management Executive
Administration
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
TRANSFER METODE ANALISIS ONDANSETRON HCL
TUGAS KHUSUS PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER
IFTHAH NUR S., S. Farm. 1106046982
ANGKATAN LXXIV
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER – DEPARTEMEN FARMASI DEPOK JUNI 2012
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... iii BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1 1.1 Latar belakang.................................................................................. 1 1.2 Tujuan .............................................................................................. 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 3 2.1 Analisis Berdasarkan Kontrak ......................................................... 3 2.2 Ondansetron HCl ............................................................................. 4 BAB 3 PEDOMAN KERJA TRANSFER METODE ANALISIS SOHO GROUP...................................................................................... 7 3.1 Pedoman Kerja ................................................................................. 7 BAB 4 PEMBAHASAN .................................................................................... 9 4.1 Transfer Metode Analisis................................................................. 9 4.2 Dokumentasi .................................................................................... 11 4.3 Transfer Metode Analisis Ondansetron HCl ................................... 13 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 16 DAFTAR REFERENSI ...................................................................................... 17
ii
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lampiran 2.
Protokol Transfer Metode Analisis Ondansetron HCl .................. 18 Laporan Transfer Metode Analisis Ondansetron HCl ................... 21
iii
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia yang tertera dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan umum. Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum dan hak asasi manusia yang harus diwujudkan pada bangsa Indonesia. Pencapaian aspek kesehatan ini memerlukan peran serta dari bangsa Indonesia, terutama industri farmasi. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/MENKES/PER/XII/ 2010, industri farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Obat merupakan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia. Dengan adanya peran penting obat yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan manusia, maka industri farmasi dituntut untuk menghasilkan produk obat yang memenuhi persyaratan mutu, khasiat, keamanan dan manfaat. Agar dapat dihasilkan suatu produk obat yang memenuhi persyaratan tersebut, dibuatlah pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan sistem perizinan industri farmasi serta pemberian izin edar oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Hal ini dilakukan untuk melindungi masyarakat Indonesia dari peredaran obat yang tidak memenuhi syarat mutu, keamanan dan manfaat. CPOB merupakan pedoman untuk menjamin obat dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Penerapan CPOB ditujukan untuk meningkatkan mutu produk farmasi/obat secara terus-menerus, memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap kesehatan masyarakat, yang akhirnya menjadi langkah progresif terhadap perkembangan industri farmasi di Indonesia sehingga mutu obat mendapat pengakuan dan
1
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
2
kepercayaan internasional. Di dalam CPOB dibahas mengenai bagian pengawasan mutu yang merupakan bagian esensial dari CPOB. Bagian pengawasan mutu berperan memberikan kepastian bahwa bahan yang digunakan dan produk yang dihasilkan secara konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaannya (Badan POM RI, 2006). Bahan yang digunakan untuk produksi dan produk yang dihasilkan diuji kesesuaian mutu dengan spesifikasi yang telah ditentukan oleh laboratorium bagian pengawasan mutu. Kegiatan pengawasan mutu mencakup semua analisis yang dilakukan di laboratorium, termasuk pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengujian bahan awal, produk ruahan dan produk jadi. Kegiatan ini mencakup juga uji stabilitas, program pemantauan lingkungan, pengujian yang dilakukan dalam
rangka
validasi,
penanganan
sampel
pertinggal,
menyusun
dan
memperbaharui spesifikasi bahan dan produk, seperti penetapan kadar, serta metode pengujiannya. Terlebih dahulu telah dilakukan pengujian terlebih dahulu oleh bagian Research and Development dalam skala kecil. Sebelum dilakukan analisis di laboratorium pengawasan mutu, perlu dilakukan transfer metode analisis dari laboratorium bagian Research and Development (R&D) ke laboratorium bagian pengawasan mutu. Hal ini dilakukan untuk penjaminan mutu bahan yang akan digunakan dan produk yang dihasilkan sesuai spesifikasi dan melindungi masyarakat dari penggunaan obat yang tidak memenuhi syarat mutu,
manfaat dan keamanan. Pada laporan Praktik Kerja
Profesi Apoteker kali ini akan dibahas mengenai transfer metode analisis penetapan kadar Ondansetron HCl yang dilakukan oleh laboratorium Research and Development (R&D) ke laboratorium bagian pengawasan mutu.
1.2.
Tujuan Tujuan dari penyusunan tulisan ini adalah untuk mengetahui dan
memahami prosedur serta pendokumentasian yang dilakukan selama proses transfer metode analisis penetapan kadar Ondansetron HCl yang dilakukan oleh laboratorium Research and Development (R&D) ke laboratorium Quality Control (QC).
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Transfer Metode Analisis Transfer metode analisis merupakan suatu proses transfer atau serah terima
suatu metode tervalidasi dari satu laboratorium ke laboratorium lain. Proses transfer metode analisis dapat dilakukan secara internal dalam suatu industri farmasi, yaitu dari laboratorium bagian Research and Development (R&D) ke laboratorium Quality Control (QC), maupun secara eksternal, yaitu dari laboratorium suatu industri farmasi ke laboratorium perusahaan lain. Secara umum, kegiatan dalam transfer metode analisis terdiri dari perencanaan, pelaksanaan dan pendokumentasian. Ada beberapa langkah penting yang dilakukan dalam transfer metode analisis, yaitu (The USP Convention, 2009): a.
Perencanaan transfer metode Aktifitas yang terdiri dari pembuatan jadwal proses transfer metode.
b.
Pembuatan protokol transfer metode Protokol menjelaskan tentang tujuan transfer metode, ruang lingkup, tanggung jawab dari masing-masing laboratorium, bahan dan alat yang digunakan, serta parameter metode. Selain itu, protokol transfer metode analisis juga berisi rincian cara analisis, kriteria penerimaan, justifikasi analisis, dokumen yang dibutuhkan dan data pendukung seperti kromatogram dan spektrum serapan. Jumlah bets, rangkaian pengulangan injeksi sampel dan penanganan jika terjadi hasil uji di luar spesifikasi.
c.
Pembuatan standar prosedur operasional saat analisis, termasuk preparasi sampel, referensi bahan, dan pendokumentasian hasil analisis.
d.
Pelatihan analis Transfer metode analisis melibatkan analis dari laboratorium pemberi dan penerima kontrak. Pelatihan terhadap analis laboratorium penerima kontrak dilakukan oleh analis dari laboratorium pemberi kontrak. Pelatihan yang
3
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
4
dimaksud adalah penjelasan terinci tentang protokol transfer metode, metode analisis dan masalah yang mungkin dihadapi selama analisis. e.
Pelaksanaan analisis di kedua laboratorium Hasil analisis dibandingkan dengan hasil yang diharapkan dan kriteria penerimaan.
f.
Identifikasi penyebab permasalahan, jika hasil analisis di luar spesifikasi (kriteria penerimaan)
2.2.
Ondansetron HCl (The USP Convention, 2009)
BM
: 365.86
Pemerian
: serbuk putih atau hampir putih
Kelarutan
: agak sukar larut dalam air dan alkohol; sangat sukar larut dalam aseton, kloroform, etil asetat; larut dalam metanol
Penyimpanan
: wadah tertutup rapat pada suhu 15° - 30°C; lindungi dari cahaya
Khasiat
: antiemetik; untuk penanganan mual dan muntah karena kemoterapi dan radioterapi;
Farmakokinetik
: puncak kadar tercapai 1.5 jam setelah pemberian oral, 7075% terikat potein plasma, waktu paruh 3 jam
ES
: sakit kepala, pusing, kulit memerah, cegukan dan konstipasi
Dosis
: Dewasa 0.15-0.45 mg/kg IV; 8 mg PO Anak 0.013 mg/kg IV infus; 0.16 mg/kg PO
Kadar air
: 9.0-10.5%
Sisa pijar
: < 0.1%
Identifikasi
: 1. Spektrum IR 2. Klorida
Penetapan kadar
: 98.0-102.0%
Metode HPLC Kondisi kromatografi Kolom
: C18, 250 x 4.6 mm, 5μm
Laju alir
: 1.0 mL/menit Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
5
Detektor
: UV 216 nm
Volime injeksi
: 20 μL
Fase gerak KH2PO4 0.02 MpH 5.4 : asetonitril (50:50) Larutan baku a. Timbang secara seksama 30.0 mg standar Ondansetron HCl dihidrat, masukkan ke dalam labu ukur 50 mL. b. Larutkan dalam 30 mL metanol, ultrasonik selama 5 menit. c. Encerkan dengan metanol hingga tanda batas, kocok hingga homogen. d. Pipet 1.0 mL larutan, masukkan ke labu ukur 25.0 mL, encerkan dengan fase gerak hingga tanda batas, kocok homogen. e. Saring dengan filter 0.45 μm. f. Injeksikan larutan standar sebanyak 6 kali, perhatikan uji kesesuaian sistem. g. Syarat uji kesesuaian sistem : % RSD < 2.0
Larutan uji a. Timbang secara seksama 30.0 mg sampel Ondansetron HCl dihidrat, masukkan ke dalam labu ukur 50 mL. b. Larutkan dalam 30 mL metanol, ultrasonik selama 5 menit. c. Encerkan dengan metanol hingga tanda batas, kocok hingga homogen. d. Pipet 1.0 mL larutan, masukkan ke labu ukur 25.0 mL, encerkan dengan fase gerak hingga tanda batas, kocok homogen. e. Saring dengan filter 0.45 μm. f. Injeksikan larutan uji. g. Rekam kromatogram yang dihasilkan dan hitung kadar Ondansetron HCl dalam larutan uji.
Keterangan: Au
: luas area sampel Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
6
Ab
: luas area standar
Wu
: bobol sampel (mg)
Wb
: bobot standar (mg)
%P
: Potensi standar
Fp
: faktor pengenceran (1)
K
: kadar air sampel (%)
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
BAB 3 PEDOMAN KERJA TRANSFER METODE ANALISIS SOHO GROUP
3.1.
Pedoman Kerja Ada beberapa langkah yang dilakukan selama transfer metode analisis di
SOHO Group, antara lain: a.
Perencanaan transfer metode analisis Aktifitas yang terdiri dari pembuatan jadwal proses transfer metode analisis setiap bulan oleh bagian Research and Development (R&D). Jadwal tersebut dikirimkan ke bagian Quality Control (QC), kemudian dilakukan penyesuaian dengan jadwal analisis di laboratorium QC. Selanjutnya QC memberikan konfirmasi jadwal pelaksanaan transfer metode analisis paling lambat 7 hari kerja setelah jadwal tersebut diterima oleh QC.
b.
Pengiriman protokol transfer metode analisis dan dokumen lain Protokol transfer metode analisis berisi tujuan transfer metode, ruang lingkup, prosedur, kriteria penerimaan, catatan dan justifikasi analisis, dokumen yang dibutuhkan dan lampiran data pendukung. Selain itu, dibuat juga dokumen prosedur pemeriksaan dan spesifikasi bahan baku/produk yang akan dianalisis. Kemudian, protokol, prosedur pemeriksaan dan spesifikasi dikirimkan ke bagian QC disertai dengan copy referensi metode dan sertifikat analisis baku pembanding yang digunakan, paling lambat 7 hari kerja setelah pemberian jadwal transfer metode analisis.
c.
Pelaksanaan transfer metode analisis Analisis dilakukan di laboratorium QC dengan didampingi oleh analis dari R&D. Selama analisis, dilakukan pencatatan dalam dokumen form konfirmasi.
d.
Dokumentasi hasil Hasil transfer metode analisis dicatat dalam Lembar Data Awal dan Laporan Pemeriksaan Transfer Metode.
7
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
8
e.
Evaluasi Bagian R&D mengevaluasi hasil transfer metode analisis, jika perlu dilakukan perbaikan pada prosedur pemeriksaan dan spesifikasi. Selain itu, dilakukan penyusunan laporan transfer metode analisis. Penyerahan perbaikan dokumen, form konfirmasi dan laporan transfer metode analisis dilakukan paling lambat 5 hari kerja setelah form konfirmasi diberikan oleh QC ke R&D.
f.
Reformat Dilakukan perubahan format dokumen prosedur pemeriksaan dan spesifikasi dari format R&D ke format QC.
Selain itu, ada beberapa ketentuan lain yang diatur dalam proses transfer metode analisis, yaitu: a.
Prosedur pemeriksaan dan spesifikasi bahan baku/produk dibuat oleh R&D berdasarkan metode dan alat yang telah dikembangkan oleh R&D.
b.
Jika hasil transfer metode analisis ada yang tidak memenuhi syarat, maka harus dicantumkan dalam dokumen Out Of Spesification (OOS) dan dilakukan penjadwalan ulang trasnfer metode analisis.
c.
Jika terjasi perubahan dalam hal spesifikasi atau metode analisis, maka harus dibuat Lembar Usulan Perubahan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1.
Transfer Metode Analisis Transfer metode analisis merupakan langkah penting dalam tahap
pengembangan produk farmasi. Kegiatan transfer metode analisis dapat dilakukan dari suatu laboratorium ke laboratorium lain, misalnya dari laboratorium Research and Development (R&D) ke laboratorium Quality Control (QC) dalam suatu industri farmasi. Transfer metode analisis dilakukan untuk menyatakan atau menilai bahwa laboratorium QC memenuhi syarat untuk menerapkan metode analisis tersebut secara rutin pada kegiatan analisis selanjutnya. Oleh karena itu, transfer metode analisis harus dapat memberi kepastian bahwa hasil yang dicapai oleh laboratorium QC dapat diandalkan dan sebanding dengan yang seharusnya dicapai oleh laboratorium R&D. Transfer metode analisis dilakukan dalam rangka pengambilan keputusan selanjutnya dari suatu produk, seperti pelulusan batch produk dan evaluasi profil farmakokinetika produk. Seperti validasi metode analisis, transfer metode analisis merupakan langkah akhir sebelum suatu metode digunakan secara rutin pada laboratorium QC. Laboratorium QC harus dapat memberikan jaminan bahwa laboratorium tersebut memiliki kemampuan untuk menerapkan metode dan yang terpenting adalah laboratorium tersebut dapat memberikan hasil yang dapat dipercaya. Dengan demikian, tujuan utama dari transfer metode analisis yaitu memberikan jaminan kepada badan pengawas bahwa hasil pada analisis selanjutnya akan mendekati hasil sebenarnya. Di samping itu, transfer metode analisis juga dapat memberikan pelatihan dan meningkatkan keahlian analis laboratorium QC. Pada kesempatan kali ini, dilakukan pengkajian prosedur dan dokumentasi yang dilakukan selama proses transfer metode analisis dengan model bahan baku Ondansetron HCl oleh laboratorium Research and Development ke laboratorium Quality Control (QC). Transfer metode analisis dalam SOHO Group dilakukan dalam beberapa tahap. Tahap pertama yaitu dilakukan perencanaan transfer metode analisis. Setiap bulan Physical Chemical Method Development Section 9
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
10
Head (PCMDSH) mengirimkan jadwal transfer metode analisis bulanan ke bagian QC bakan baku/ obat jadi untuk disesuaikan dengan jadwal analisis di laboratorium QC. Selanjutnya, kepala QC/supervisor QC bahan baku atau obat jadi/supervisor Physical Chemical and Inspection memberikan konfirmasi tentang jadwal pelaksanaan transfer metode analisis berdasarkan jadwal bulanan setelah jadwal tersebut diterima oleh kepala QC. PCMDSH membuat dan mengirimkan protokol, prosedur pemeriksaan dan spesifikasi bahan baku atau obat jadi, copy referensi metode (jika bukan dari farmakope) dan CoA baku pembanding setelah PCMDSH memberikan jadwal transfer metode analisis. Saat pelaksanaan transfer metode analisis, Physical Chemical Analysis Method Developer mendampingi Analis QC selama proses analisis sampel dan dengan mengisi form konfirmasi untuk setiap parameter yang diperiksa. Dalam form konfirmasi tersebut dicatat identitas partisipan yang terdiri dari nama, inisial, tanda tangan/ tanggal, dan status pelatihan alat beserta tanggal pelatihannya. Selain itu, dilengkapi juga data nomor protap dan nomor spesifikasi, data validasi, identitas baku pembanding (nama baku, nomor batch, tanggal daluarsa, pembuat dan kadar baku), identitas sampel (nama sampel, nomor batch, tanggal daluarsa dan pembuat), serta nama instrumen yang dipakai (merk, nomor ID, status kalibrasi, dan tanggal kalibrasi selanjutnya). Apabila selama proses transfer metode analisis berlangsung, jika ada saran atau komentar, dapat dituliskan pada form konfirmasi. Semua hasil transfer metode analisis dicatat dalam Laporan Pemeriksaan Transfer Metode yang meliputi pengisisan identitas bahan baku/ obat jadi dan baku pembanding, parameter pemeriksaan dan kesimpulan. Selanjutnya, supervisor QC menyerahkan form konfirmasi yang telah diisi, prosedur pemeriksaan bahan baku/ produk setengah jadi, spesifikasi bahan baku/ obat jadi dan hasil transfer metode R&D paling lambat 7 hari kerja setelah pelaksanaan transfer metode analisis. Data-data pendukung dicantumkan pada Lembaran Data Pendukung dan semua perhitungan dicatat pada Lembaran Data Awal. Setelah menerima form konfirmasi metode analisis dari QC, PCMDSH mengevaluasi hasil transfer metode analisis dan melakukan perbaikan prosedur pemeriksaan dan spesifikasi bahan baku/ obat jadi serta menyusun laporan transfer metode analisis. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
11
Jika ada perbaikan prosedur pemeriksaan dan spesifikasi bahan baku/produk setengah jadi, form konfirmasi metode analisis dan laporan transfer metode analisis yang telah ditandatangani kepala divisi R&D paling lambat diserahkan ke kepala QC dalam 5 hari kerja setelah form konfirmasi metode analisis diterima. Selanjutnya, prosedur pemeriksaan bahan baku/produk setengah jadi dan spesifikasi format R&D akan direformat oleh bagian QC menjadi format QC untuk keperluan pelulusan bahan baku/ obat jadi. Jika ada hasil transfer metode analisis yang tidak memenuhi persyaratan, maka dicantumkan dalam Out of Spesification (OOS) dan akan dilakukan penjadwalan ulang transfer metode analisis. Jika terjadi perubahan dalam spesifikasi atau metode analisis yang digunakan, maka harus ditindaklanjuti, yaitu dengan membuat Lembar Usulan Perubahan. Penyelesaian pembuatan laporan transfer metode analisis dinyatakan paling lambat 5 hari kerja setelah form konfirmasi diterima. Hal ini dirasakan terlalu lama. Idealnya, pelaporan suatu kegiatan dapat diselesaikan pada hari yang sama dilaksanakannya kegiatan tersebut. Akan tetapi, melihat banyaknya parameter pengujian yang mungkin dilakukan, maka pembuatan laporan dapat dilakukan paling lambat 3 hari kerja setelah form konfirmasi, Lembar Data Awal dan data pendukung diterima. Perubahan yang diusulkan tersebut dilakukan agar memudahkan proses analisis bahan baku di laboratorium QC. Hal ini dilakukan karena dapat memberikan kemudahan dalam pelulusan bahan baku oleh QC sebelum digunakan oleh bagian produksi sehingga memperlancar proses produksi. Selain itu, reformat dokumen R&D ke format QC perlu dilakukan karena telah dilakukan serah terima metode analisis dari laboratorium R&D ke laboratorium QC sehingga metode analisis tersebut telah menjadi tanggung jawab bagian QC untuk pelaksanaan analisis selanjutnya.
4.2.
Dokumentasi Kegiatan yang dilakukan dalam industri farmasi harus didokumentasikan
dengan baik, tidak terkecuali kegiatan transfer metode analisis. Sebelum dilaksanakan transfer metode analisis, dibuat suatu protokol. Protokol transfer metode analisis di SOHO Group berisi: Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
12
a. Lembar pengesahan Lembar pengesahan berisi tanda tangan dan tanggal penandatanganan oleh penyusun, pemeriksa dan penyetuju protokol b. Tujuan Tujuan berisi tujuan dilaksanakannya transfer metode analisis c. Ruang lingkup Ruang lingkup berisi hal yang diatur oleh protokol seperti dokumen yang akan diserahterimakan dan alat serta personil yang terkait proses transfer metode analisis d. Prosedur Prosedur berisi langkah-langkah yang terdapat dalam proses transfer metode analisis e. Kriteria penerimaan Kriteria penerimaan berisi syarat yang harus dipenuhi dari pengujian yang dilakukan saat transfer metode analisis f. Catatan dan justifikasi Catatan dan justifikasi berisi ketentuan jika ada penyimpangan atau komentar selama proses transfer metode analisis berlangsung g. Dokumentasi Dokumentasi berisi ketentuan pembuatan laporan transfer metode analisis h. Lampiran Lampiran berisi dokumen yang disertakan dalam protokol untuk memudahkan proses transfer metode analisis
Setelah dilaksanakan proses transfer metode analisis, dibuat laporannya, yang terdiri dari: a. Lembar pengesahan Lembar pengesahan berisi tanda tangan dan tanggal penandatanganan oleh penyusun, penyetuju, yang mengetahui dan penerima protokol b. Latar belakang Latar belakang berisi alasan dibuat laporan transfer metode analisis c. Identitas sampel Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
13
Identitas sampel berisi nama, pabrik pembuat, nomor batch dan tanggal daluarsa sampel d. Hasil analisis Hasil analisis berisi tanggal pelaksanaan, nama analis, nama dan tanggal kalibrasi alat yang digunakan, parameter pengujian, persyaratan dan hasil yang diperoleh oleh analis R&D dan analis QC e. Pembahasan Pembahasan berisi penyimpangan yang terjadi selama transfer metode analisis f. Saran Saran berisi solusi untuk penyimpangan yang terjadi selama transfer metode analisis g. Kesimpulan Kesimpulan berisi pernyataan keberhasilan proses transfer metode analisis h. Lampiran Lampiran berisi dokumen yang disertakan dalam laporan untuk membuktikan keberhasilan proses transfer metode analisis
4.3.
Transfer Metode Analisis Ondansetron HCl Ondansetron HCl merupakan bahan kimia yang digunakan oleh PT. Ethica
Industri Farmasi sebagai bahan baku obat jadi. Setiap bahan kimia baru yang akan digunakan sebagai bahan baku harus lulus pengujian spesifikasi. Analisis tersebut dilakukan pertama kali oleh bagian R&D. Setelah ditemukan metode analisis yang tepat, dilakukan transfer metode analisis ke bagian QC. Hal ini dilakukan untuk mendukung proses produksi obat jadi. Dari bahan baku tersebut ditentukan beberapa parameter pengujian yang akan dilakukan selama analisis, antara lain: a. Pemerian Syarat : serbuk berwarna putih hingga hampir putih b. Identifikasi Syarat : 1. Kesesuaian spekturm IR, 2. Klorida
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
14
c. Kelarutan Syarat : agak sukar larut dalam air, sangat sukar larut dalam kloroform, larut dalam metanol d. Penetapan Kadar (metode HPLC) Syarat : 98.0-102.0%
Setelah adanya konfirmasi dari bagian QC mengenai jadwal transfer metode analisis dan telah dikirimkannya protokol serta prosedur pemeriksaan bahan baku oleh R&D, maka dilakukan proses transfer metode analisis di laboratorium QC. Data hasil analisis dan perhitungan dicatat dalam Lembar Data Awal dan disertai data pendukung. Selain itu, data analis, alat dan bahan yang digunakan serta kesimpulan hasil analisis dicatat dalam form konfirmasi. Dari proses transfer metode analisis tersebut diperoleh data sebagai berikut: Tabel 4.1. Hasil transfer metode analisis Ondansetron HCl Parameter
serbuk berwarna putih hingga hampir putih
Pemerian
Kelarutan 1. Air 2. Kloroform 3. Metanol Identifikasi
Kadar
Syarat
agak sukar larut sangat sukar larut larut 1. Kesesuaian spekturm IR 2. Klorida
98.0-102.0% RSD < 2.0%
Hasil R&D
QC
Serbuk berwarna putih
Serbuk berwarna putih
Sesuai Sesuai Sesuai
Sesuai Sesuai Sesuai
Positif
Positif
Positif 98.0% 98.0% 98.1% ̅ = 98.0% RSD = 0.03%
Positif 98.1% 98.3% 98.7% ̅ = 98.4% RSD = 0.3%
Kesimpulan Memenuhi syarat
Memenuhi syarat
Memenuhi syarat
Memenuhi syarat
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
15
Dari hasil tersebut, dapat dilihat bahwa transfer merode analisis bahan baku Ondansetron HCl memenuhi syarat, maka dapat disimpulkan bahwa transfer metode analisis Ondansetron HCl dari R&D ke QC telah berhasil dilakukan. Dari sistem pendokumentasian yang telah dilakukan, terdapat kekurangan pada dokumen laporan transfer metode analisis Ondansetron HCl, yaitu belum adanya tidak lanjut dari komentar, saran atau penyimpangan yang terjadi selama proses transfer metode analisis, yang hanya tercatat dalam form konfirmasi. Oleh karena itu, dalam dokumen laporan tersebut perlu ditambahkan bagian pembahasan dan saran untuk membahas dan memberikan solusi mengenai komentar, saran atau penyimpangan yang terjadi selama proses transfer metode analisis demi pencegahan keterulangan dan perbaikan di masa depan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
a. Transfer metode analisis dapat dilakukan dari bagian R&D ke bagian QC suatu industri farmasi b. Tujuan utama transfer metode analisis dari bagian R&D ke bagian QC yaitu menilai bahwa laboratorium QC memenuhi syarat untuk menerapkan metode analisis dan memberikan jaminan kepada badan pengawas bahwa hasil analisis dapat dipercaya. c. Dalam pelaksanaan transfer metode analisis, diperlukan berbagai dokumentasi untuk mendukung dan memantau berlangsungnya kegiatan transfer metode analisis.
5.2.
Saran Pembuatan laporan diselesaikan paling lambat 3 hari kerja setelah dokumen form konfirmasi, Lembar Data Awal dan data pendukung diterima
Diperlukan ketentuan tambahan mengenai perubahan format prosedur pemeriksaan dan spesifikasi bahan baku R&D ke format QC, seperti batas berlaku/ penggunaan dokumen format R&D oleh bagian QC
Meningkatkan kerjasama dan komunikasi yang baik antara departemen atau bagian yang terkait dengan proses transfer metode analisis agar proses tersebut berjalan lancar hingga terselesaikannya pembuatan laporan transfer metode analisis
Diperlukan tambahan bagian pembahasan dan saran dalam laporan transfer metode analisis untuk mencegah keterulangan penyimpangan dan perbaikan di masa yang akan datang
16
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
17
DAFTAR REFERENSI
Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2006). Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan. Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2009). Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1979). Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1799/MENKES/PER/XII/2010. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. SOHO Group. (2012). Pedoman Kerja Transfer Metode Analisis R&D kepada QC. Jakarta: SOHO Group. The
United
States
Pharmacopeial
Convention.
(2009).
United
States
Pharmacopoeia 33th and National Formulary 28th. Rockville: The USP Convention, Inc. The
United
States
Pharmacopeial
Convention.
(2009).
United
States
Pharmacopoeial Forum Vol. 35: Transfer of Analitycal Procedures. Rockville: The USP Convention, Inc.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
LAMPIRAN
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
18
Lampiran 1. Protokol Transfer Metode Analisis Ondansetron HCl
1. Tujuan Protokol ini bertujuan agar pelaksanaan transfer metode analisis dari Research and Development (R&D) kepada QC dapat berjalan dengan lancar untuk mendukung proses produksi.
2. Ruang Lingkup 2.1. Protokol ini berisi prosedur, spesifikasi, dan dokumentasi dari transfer metode analisis bahan baku yang akan diserahterimakan. 2.2. Seluruh peralatan yang digunakan dalam transfer metode analisis ini harus terkalibrasi. 2.3. Analis yang melakukan transfer metode analisis sudah mendapatkan pelatihan tentang penggunaan peralatan yang akan dipakai.
3. Prosedur 3.1. Setiap bulan Physical Chemical Method Development Section Head (PCMDSH) mengirimkan jadwal transfer metode analisis bulanan ke bagian QC bakan baku untuk disesuaikan dengan jadwal analisis di laboratorium QC. 3.2. Kepala QC/ supervisor QC bahan baku/ supervisor Physical Chemical and Inspection memberikan konfirmasi tentang jadwal pelaksanaan transfer metode analisis berdasarkan jadwal bulanan setelah jadwal tersebut diterima oleh kepala QC. 3.3. PCMDSH membuat dan mengirimkan protokol, prosedur pemeriksaan dan spesifikasi bahan baku, copy referensi metode (jika bukan dari farmakope) dan CoA baku pembanding setelah PCMDSH memberikan jadwal transfer metode analisis. 3.4. Saat pelaksanaan,
Physical Chemical
Analysis Method
Developer
mendampingi Analis QC selama proses analisis sampel dan dengan mengisi form konfirmasi untuk setiap parameter yang diperiksa.
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
19
(lanjutan)
3.5. Cantumkan data-data pendukung pada Lembaran Data Pendukung dan catat semua perhitungan pada Lembaran Data Awal. 3.6. PCMDSH mengevaluasi hasil transfer metode analisis dan melakukan perbaikan prosedur pemeriksaan dan spesifikasi bahan baku serta menyusun laporan transfer metode analisis. 3.7. Prosedur pemeriksaan bahan baku dan spesifikasi format R&D akan direformat oleh bagian QC menjadi format QC untuk keperluan pelulusan bahan baku.
4. Kriteria Penerimaan Transfer metode analisis dinyatakan berhasil, apabila hasil dari analisis sampel memnuhi persyaratan atau sesuai spesifikasi yang telah ditetapkan, RSD < 2% (kadar zat aktif > 10.0%), RSD < 5% (kadar zat aktif 1.0-10.0%) atau RSD < 10% (kadar zat aktif < 1.0%).
5. Catatan dan Justifikasi 5.1. Selama proses transfer metode, jika ada komentar atau saran harus dicatat pada form konfirmasi. 5.2. Semua komentar atau saran dan penyimpangan yang terjadi harus dilaporkan kepada atasan yang bersangkutan sehingga dapat dilakukan penyelidikan lebih lanjut. 5.3. Berdasarkan penyelidikan, setiap penyimpangan akan dilakukan tindakan perbaikan jika diperlukan dan penyimpangan
yang terjadi harus
didokumentasikan. 5.4. Catat semua hasil transfer metode analisis di Laporan Pemeriksaan Transfer Metode meliputi pengisisan identitas bahan baku dan baku pembanding, parameter pemeriksaan dan kesimpulan.
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
20
6. Dokumentasi Semua hasil analisis akan dibuat dalam bentuk laporan paling lambat 7 hari kerja setelah seluruh prosedur selesai dilakukan. 7. Lampiran 7.1. Prosedur pemeriksaan 7.2. Spesifikasi bahan 7.3. Lembar data awal 7.4. Form konfirmasi
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
21
Lampiran 2. Laporan Transfer Metode Analisis Ondansetron HCl
1. Latar Belakang Laporan transfer metode analisis ini mencakup hasil transfer metode analisis bahan baku Ondansetron HCl. Laporan ini dibuat berdasarkan protokol transfer metode analisis.
2. Identitas Sampel Nama Sampel Ondansetron HCl
Pabrik Pembuat xxx
No. Batch xxx
Daluarsa Apr 14
3. Hasil Analisis Tanggal verifikasi
: 27 Jun 11
Analis
: QC dan R&D
Instrument
: 1. Timbangan analitik 2. HPLC 3. IR
Parameter
Pemerian
Kelarutan 1. Air 2. Kloroform 3. Metanol
Identifikasi
Hasil
Syarat
Kesimpulan
R&D
QC
serbuk berwarna putih hingga hampir putih
Serbuk berwarna putih
Serbuk berwarna putih
agak sukar larut sangat sukar larut larut
Sesuai Sesuai Sesuai
Sesuai Sesuai Sesuai
Positif
Positif
Positif
Positif
1. Kesesuaian spekturm IR 2. Klorida
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012
Memenuhi syarat
Memenuhi syarat
Memenuhi syarat
22
(lanjutan)
Parameter
Syarat
98.0-102.0% RSD < 2.0%
Kadar
Hasil R&D 98.0% 98.0% 98.1% ̅ = 98.0% RSD = 0.03%
QC 98.1% 98.3% 98.7% ̅ = 98.4% RSD = 0.3%
Kesimpulan
Memenuhi syarat
4. Pembahasan -
5. Saran -
6. Kesimpulan Dari hasil di atas. Dapat disimpulkan bahwa transfer metode analisis ini berhasil dan laboratorium QC dapat melakukan analisis Ondansetron HCl.
7. Lampiran a.
Lembar data awal
b.
Form konfirmasi
c.
Laporan pemeriksaan transfer metode analisis
d.
Serifikat analisis
Laporan praktek..., Ifthah Nur Sya'baniah, FMIPA UI, 2012