MASYARAKAT DAN KESENIAN INDONESIA SEJARAH WAYANG KULIT SEBAGI KESENIAN INDONESIA
Ditujukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Masyarakat dan Kesenian Indonesia
Disusun Oleh:
AHMAD ISLAHUDIN ALI 13030 1111 30037
JURUSAN ILMU SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO Jl. Jalan Prof. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang 50269 Telp./Faks. (024) 76480619 Website : http://www.fib.undip.ac.id 2011-2012
1|Masyarakat Kesenian Indonesia
Sejarah Wayang Kulit sebagai Kesenian Indonesia
KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb. Segala puji bagi Allah SWT, serta sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Kesenian wayang sangat populer dimasyarakat indonesia karena sangat menarik, menghibur. Wayang kulit juga kaya akan pesan-pesan baik pada kisah yang diceritakan. Umumnya menceritakan tentang kisah Mahabaratha & Ramayana yang merupakan kisah-kisah dari India. . Budaya wayang, yang terus berkembang dari zaman ke zaman, juga merupakan media penerangan, dakwah, pendidikan, hiburan, pemahaman filsafat, serta hiburan. Makalah ini tidak menjelaskan kesenian wayang secara keseluruhan tetapi semoga bisa menjadi bacaan yang mungkin menarik bagi para pembaca dan penulis juga menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna maka kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan untuk menyempurnakan makalah ini.
Semarang, 22 April 2012
Penulis
2|Masyarakat Kesenian Indonesia
Sejarah Wayang Kulit sebagai Kesenian Indonesia
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kesenian merupakan sebagian dari kebudayaan yang merupakan pengungkapan rasa keindahan seseorang. Seni dapat diungkapkan atau dapat ditampilkan dengan menggunakan perantara alat-alat komunikasi yang dapat ditangkap oleh Indra kita seperti, Indra Pendengaran, Indra penglihatan atau ditampilkan dalam gerak. Pesonanya hanya bisa dinikmati oleh pencipta seni, pengamat dan hasil seninya bersifat aktif dan kreatif. Seni juga bisa disebut sebagai proses, yaitu proses dalam membentuk ide dan proses dalam pengungkapannya. Seni adalah sesuatu yang tidak tampak (Nyata tetapi sesuatu yang tersirat dalam wujud yang nyata. Seni bukan sekedar refleksi hal-hal yang nampak, tetapi terpancar melalui batin/jiwa. Wayang sebagi seni sudah memenuhi semua kriteria dalam pengertian seni dimana dalam pertunjukan wayang ada yang namanya proses, dan kesenian wayang ini juga bisa ditangkap indra kita, pokok utama dalam cerita hanya bisa dinikmati oleh pencipta seni, pengamat dan hasil seninya bersifat aktif dan kreatif Semua itu sudah terdapat dalam kesenian wayang kulit
dan dalam
makalah ini akan dipaparkan tentang kesenian wayang kulit yang merupakan aikon Indonesia. Pada mulanya wayang kulit di tampilkan untuk hiburan, tetapi dalam perkembangannya dapat pula dijadikan sebagai wahana penyampaian pesan didalam agama (dakwah). Sejak dulu sampai sekarang wayang kulit sangat populer dalam masyarakat indonesia, biasanya ditampilkan jika ada upacaraupacara seperti sedekah bumi, sedekah laut bahkan Kesenian ini sangat digemari dari lapisan masyarakat bawah sampai atas.
Dalam pementasan wayag kulit
sering menceritakan tentang kisah-kisah seperti Mahabaratha&Ramayana. Ceritacerita itu berasal dari India mungkinkah keseniah wayang kulit berasal dari india atau dari indonesia yang merupakaan tempat berkembangnya. Ini menjadi sangat menarik untuk di buat makalah karena dapat menambah wawasan pembaca mengenai Kesenian wayang kulit yang sekarang sudah mulai jarang kita jumpai.
3|Masyarakat Kesenian Indonesia
Sejarah Wayang Kulit sebagai Kesenian Indonesia
Adapun rumusan masalah dari makalah ini antara lain: 1. Sejarah asal-usul kesenian wayang kulit, 2. Unsur-unsur seni dalam kesenian wayang kulit,
4|Masyarakat Kesenian Indonesia
Sejarah Wayang Kulit sebagai Kesenian Indonesia
BAB II PEMBAHASAN A. Sejarah dan Asal-usul kesenian wayang Kesenian wayang diperkirakan sudah ada di Indonesia (Nusantara) pada jaman pemerintahan Prabu Airlangga, Raja Kahuripan (979-1012), yaitu ketika kerajaan di Jawa Timur ini mencapai puncak kejayaan (Kenakmuran). Dalam karya sastra yang menjadi bahan cerita wayang sudah ditulis oleh pujangga Indonesia (Nusantara) sejak Abad ke-X, antara lain naskah kitab Ramayana Kakawin berbahasa jawa kuna yang ditulis pada masa pemerintahan Raja Dyah Balitung (910-989) yang merupakan gubahan dari kitab Ramayana karya pujangga India, Walmiki. Selanjutnya para pujangga Jawa tidak hanya menterjemahkan kitab Mahabarata dan Ramayana kedalam bahasa jawa kuna, tetapi juga mengubah dan menceritakan kembali dengan falsafah jawa didalamnya (Asimilasi Kebudayaan dan Kesenian). Asimilasi atau perpaduan kesenian Indonesia, yaitu wayang dengan cerita-cerita dari India, yaitu Mahabarata dan Ramayana menghasilkan cerita-cerita baru, seperti karya Empu Kanwa Arjunawiwaha kakawin, yang merupakan cerita yang berinduk pada kitab Mahabarata. Gubahan lain yang lebih nyata bedanya dengan cerita asli versi India adalah Baratayuda Kakawin karya Empu Sedah dan Empu Panuluh. Karya Agung ini kemudian diterjemahkan pada masa pemerintahan Prabu Jayabaya, Raja Kediri (1130-1160) Wayang sebagai pagelaran dan tontonan pun sudah mulai ada sejak jaman pemerintahan Airlangga. Adapun beberapa prasasti yang dimuat pada masa itu sudah menyebutkan kata-kata “Mawaying” dan “Aringgit”yang maksutnya dalah pertunjukan /pagelaran wayang.mengenai kelahiran wayang, Ir. Sri Mulyono dalam bukunya yang berjudul Simbiosisme dan Mistikisme dalam wayang (1979), memperkirakan bahwa wayang sudah ada sejak jaman neolithikum, yaitu kira-kira tahun 1500 sebelum masehi. Pendapatnya ini didasarkan atas tulisan Robert van Heine-Geldern Ph.D, Prehistoric Research in The Nederland Indie (1945) dan tulisan Prof. K.A.H. Hiddingdi Ensiklopedia Indonesia halaman 982. 5|Masyarakat Kesenian Indonesia
Sejarah Wayang Kulit sebagai Kesenian Indonesia
Kata “Wayang” diduga berasal dari kata “Wewayangan” yang berati bayangan. Dugaan ini sesuai dengan kenyataan dalam pagelaran wayang yang menggunakan kelir, secarik kain, sebagi pembatas antara dalang yang memainkan wayang, dan para penonton dibalik kelir. Penonton hanya menyaksikan gerakangerakan wayang melalui bayangan yang jatuh pada kelir. Pada masa itu pagelaran wayang hanya diiringi oleh seperangkat gamelan sederhana yang terdiri atas saron, todung (sejenis seruling), dan keranak. Jenis gamelan lain dan pesinden pada masa itu diduga belum ada. Untuk menjawakan kesenian wayang, awal jaman kerajaan Majapahit diperkenalkan cerita wayang yang tidak berinduk pada kitab Ramayana dan Mahabarata. Sejak itulah muncul cerita-cerita panji, yaitu cerita tentang leluhur Raja-raja Majapahit, mulai diperkenalkan sebagai salah satu bentuk wayang yang lain. Cerita panji ini kemudian lebih banyak digunakan untuk pertunjukan wayang beber. Tradisi menjawakan cerita wayang juga dilakukan oleh beberapa ulama’ islam, diantaranya adalah Wali Songo. Mereka mulai mewayangkan kisah para Raja Majapahit, diantaranya cerita Drmawulan. Masuknya agama islam pada abad ke-XV juga memberi banyak pengaruh pada budaya wayang, terutama pada konsep Religi dan Filsafat wayang itu. Pada awal abad XV yakni pada jaman Kerajaan Demak, mulai digunakan lampu minyak berbentuk khusus yang disebut Blencong pada pagelaran wayang kulit. Sejak jaman Kartasura, pengubahan cerita wayang yang berinduk pada Ramayana dan Mahabarata makin jauh dari aslinya. Sejak jaman itulah masyarakat penggemar wayang mengenal silsilah tokoh wayang, termasuk tokoh-tokoh Dewanya,yang berasal dari Nabi Adam. Silsilah itu terus berlanjut sampai pada raja-raja di Pulau Jawa. Selanjutnya mulain dikenal pula cerita wayang pakem (Sesuai dengan Standar cerita) dan wayang carangan (diluar garis standar). Ada pula tokoh sempalan yang sudah terlalu jauh dan keluar dari cerita pakem. Mengenai asal-usul wayang ada dua (2) pendapat darp para ahli budaya, yaitu antara lain:
6|Masyarakat Kesenian Indonesia
Sejarah Wayang Kulit sebagai Kesenian Indonesia
1. Wayang berasal dan lahir di Pulau Jawa, tepatnya di Jawa Timur. Pendapat ini selain di anut dan dikemukakan oleh oleh para peneliti dan ahli-ahli bangsa Indonesia, juga merupakan hasil-hasil penelitian sarjana Barat. Diantaranya adalah Hazeau, Brandes, Kats, Rentse, dan Kruyt. Alasan mereka juga sangat kuat. Diantaranya, bahwa seni wayang masih sangat erat kaitannya dengan keadaan sosial kultural dan religi bangsa Indonesia, khususnya orang Jawa. Punokawan merupakan tokoh terpenting dalam pewayangan, yakni Semar, Gareng, Petruk,dan Bagong hanya terdapat pada pewayangan Indonesia dan tidak ada dinegara lain. Selain itu, nama dan istilah teknis pewayangan semua berasal dari bahasa jawa (kuna), dan bukan bahasa lain. 2. Wayang berasal dari India, yang dibawa bersama dengan agama hindu ke Indonesia. Mereka antara lain adalah Rischel, Hidding, Krom, Poensen, Gosligt, dan Rassers. Sebagian besar kelompok ke dua ini adalah sarjana Inggris Bangsa Eropa yang pernah menjajah India.
B. Unsur-unsur seni dalam kesenian wayang kulit Dalam pementasan kesenian wayang terdapat banyak sekali unsur-unsur seni yang saling berkaitan dan berhubungan membentuk sebuah pagelaran seni yang menarik. Setidaknya ada enam (6) unsur seni pewayangan, yaitu: 1. Seni Drama Melalui seni drama ini kita dapat menghayati dan mengetahui makna kefalsafahan setiap cerita atau lakon dalam pewayangan klasik. Seperti cerita Dewa Ruci
dari kitab Mahabarata yang mengisahkan ketika
Werkudoro berguru kepada Dewa Ruci mengenai Ilmu Kesempurnaan dan kemudian werkudoro diperintahkan untuk masuk kebadannya. Kisah tersebut memberi gambaran bahwa kejiwaan manusia lebih luas dari pada dunia dengan segala isinya. 7|Masyarakat Kesenian Indonesia
Sejarah Wayang Kulit sebagai Kesenian Indonesia
2. Seni Lukis dan Seni Rupa Seni lukis atau seni rupa ini dapat dilihat dari bentuk wayang, sunggingan, dan tatawarna yang masing-masing warna mewakili simbol kejiwaan. Yang antara lain: bentuk wayang yang menunjukkan karakter atau watak tokoh dari wayang tersebut. Sunggihan yang serasi, komposisi warna yang sempurna, tidak mengacaukan pandangan dan menyelaraskan jiwa bagi mereka yang melihatnya. Contohnya adalah untuk busana (kain) tokoh wayang Arjuna dan Kresna tidak aakan disungging dengan corak Kawung ataupun Parang Rusak, karena kedua tokoh tersebut merupakan adhiluhung bagi seniman-seniman pencipta wayang. 3. Seni Tatah (Pahat) Seni tatah (Pahat) dapat dilihat dari wujud wayang yang dibuat dari kulit (Sapi/Kerbau) dan kayu. Melalui proses yang lama dan memerlukan ketekunan, rumit dan rapi.
Dalam pembuatan wayang biasanya
menggunakan beberapa jenis pahatan, antara lain : pahatan untuk pedalangan (wayang pedalangan) agar dalam pementasan dengan sinar lampu dapat nampak lebih jelas ukirannya, dan ada pula pahatan kasar yang ditunjukan untik komersil. 4. Seni Sastra Seni sastra dalam pewayangan dapat didengar dari bahasa pedalang yang begitu indah dan menawan. Bahasa dalam pementasan wayang sangat banyak dan beraneka ragam, yaitu bahasa pedalangan untuk daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur biasanya menggunakan tata bahasa Jawa dengan menggunakan idiom kawi yang menciptakan rasa luhur dan angker. Unggah-ungguh dalam penggunaan bahasa seperti ngoko, ngoko alus, tengahan, krama inggil, kedatonan, kadewan, dan bahasa bagongan.
8|Masyarakat Kesenian Indonesia
Sejarah Wayang Kulit sebagai Kesenian Indonesia
5. Seni Suara Seni suara yang kita tangkap dalam pagelaran wayang dikumandangkan secara ngerangi oleh para wiraswara ( penyanyi) dan swarawati (pesinden) serta kidalang yang diiringi dengan perpaduan musik gamelan dengan alunan dan irama lagu yang begitu indah. Bagi seorang pedalang seni suara dengan vokal yang mantap merupakan syarat utama dalam mempertahankan mutu pagelarannya. Selaras dengan nada dan irama gamelan karena suara tokoh wayang berpedoman pada seni karawitan. Contoh voleme suara Prabu Duryudhana lain dengan volume suara Arjuna, berbeda pula dengan nada (laras) untuk tokoh yudistira atau tokoh-tokoh wayang lain. 6. Seni Karawitan Seni karawitan yang dapat dinikmati dari lagu-lagunya yang etis dan estetis. Seni karawitan merupakan pengiring lagu harmonis, laras, dan anggun untuk lakon yang dipergelarkan ki dalang. Peranan gamelan sangat penting dalam parkeliran atau pagelaran wayang, terlebih dengan tuntutan yang khidmat, nges, harmonis, dan luhur merupakan perpaduan dari gamelan, kandha (dialog) serta tuluk (pengucapan kidalang tentang situasi cerita) menjadi sangat penting. Penggambaran suasana dari tiap adegan dibagi dalam tiga (3) bagian, yaitu : pathet enem (6) dengan iringan gamelan antara pukul 21.00-24.00. pathet songo (9) dengan iringan gamelan antara pukul 00.00-03.00, dan pathet manyura antara pukul 03.00-06.00. bagian pertama menggambarkan suasana netral, bagian kedua menunjukkan suasana yang agak tenang, dan bagian ketiga menunjukkan suasana yang telah berubah menjadi dinamik yang menentukan penyelesaian.
9|Masyarakat Kesenian Indonesia
Sejarah Wayang Kulit sebagai Kesenian Indonesia
BAB III KESIMPULAN Jadi, kesenian wayang merupakan kesenian asli Indonesia dan bukan kesenian india. Memang dalam pementasan pewayangan sering menceritakan cerita Mahabarata dan Ramayana, tetapi itu merupakan Asimilasi ( perpaduan dua kesenian) antara Indonesia dan India. Kesenian wayng sebagai kesenian asli Indonesia juga didukung oleh tokoh-tokoh,
seperti Hazeau, Brandes, Kats,
Rentse, dan Kruyt. Alasannya adalah bahwa seni wayang sangat erat kaitannya dengan keadaan sosial kultural dan religi di Indonesia khususnya Pulau Jawa. Ir. Sri Mulyono dalam bukunya yang berjudul Simbiosisme dan Mistikisme dalam wayang (1979), memperkirakan bahwa wayang sudah ada sejak jaman neolithikum, yaitu kira-kira tahun 1500 sebelum masehi. Dalam sejarah wayang sudah ada pama masa pemerintahan Airlangga, raja Kahuripan (9791012), dan terus berkembang pada masa pemerintahan Dyah Balitung, dan Prabu Jayabaya. Pada masa Airlangga ini juga sudah ditemukan prasasti yang sudah menyebutkan kata-kata “Mawaying” dan “Aringgit”yang maksutnya dalah pertunjukan /pagelaran wayang. Pada masa itu juga sudah menjawakan cerita pewayangan sesuai cerita jawa. Tradisi menjawakan cerita wayang juga dilakukan oleh beberapa ulama’ islam, diantaranya adalah Wali Songo. Mereka mulai mewayangkan kisah para Raja Majapahit, diantaranya cerita Drmawulan.
Masuknya agama islam pada abad ke-XV juga memberi banyak pengaruh pada budaya wayang, terutama pada konsep Religi dan Filsafat wayang itu. Pada awal abad XV yakni pada jaman Kerajaan Demak, mulai digunakan lampu minyak berbentuk khusus yang disebut Blencong pada pagelaran wayang kulit. Sejak jaman Kartsura, pengubahan cerita wayang yang berinduk pada Ramayana dan Mahabarata makin jauh dari aslinya 10 | M a s y a r a k a t K e s e n i a n I n d o n e s i a
Sejarah Wayang Kulit sebagai Kesenian Indonesia
DAFTAR PUSTAKA Supriyono. 2008. Pedalangan Jilid II untuk SMK. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Tirtohamidjojo, S. 1987. Wayang: ilmu pengetahuan hidup. Universitas Michigan: Wiratama Prasetya Sakti. Yudoseputro, Wiyoso, dkk. 1993. Wayang Dalam Seni Indonesia. Jakarta: Senawangi.
Sumber Internet http://www.scribd.com/doc/55460688/makalah-wayang http://topiknugroho.wordpress.com/2011/12/15/kesenian-wayang-kulit http://www.Wikipedia.com
11 | M a s y a r a k a t K e s e n i a n I n d o n e s i a
Sejarah Wayang Kulit sebagai Kesenian Indonesia