UJI AKTIVITAS HEPATOPROTEKTOR EKSTRAK AIR AKAR KUNING (Fibraurea tinctoria Lour ) PADA TIKUS PUTIH BETINA GALUR WISTAR Sri Wahyuningsih, Afifah B., Sutjiatmo
ABSTRAK Telah dilakukan penelitian uji aktivitas hepatoprotektor ekstrak air akar kuning ( Fibrraurea tinctoria Lour ) dengan dosis 150 mg/kg BB, 300 mg/Kg BB dan 600 mg /Kg BB pada tikus putih betina galur wistar yang diinduksi dengan karbon tetraklorida . Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari ketiga dodsis yang diuji hanya ekstrak air dosis 150 mg/kg BB yang mempunyai aktivitas hepatoprotektor dibandingkan dengan control , yang ditunjukkan dengan penurunan kadar SGOT dan SGPT dalam serum Kata Kunci : PENDAHULUAN (Hati Liver) merupakan organ terbesar di dalam tubuh. Fungsi hati sangat penting untuk menjaga keseimbangan dalam tubuh ( Homeostasis ) . hati merupakan tempat menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen , tempat pembentukan protein protein tertentu maupun perobakannya yang mengatur pembentukan sel darah merah dan memproduksi garam/ cairan empedu , yang digunakan untuk mengemulsikan lemak dan vitamin yang larut lemak , menetralisir racun racun yang ada dan ikut dalam pembentukan maupun perombakan sel darah merah . Begitu pentingnya hati sehingga kita tak dapat hidup tanpa hati. Kerusakan hati dapat mempengaruhi fungsi fisiologi hati , sehingga proses metabolisme tubuh juga akan terganggu . Kerusakan hati dapat disebabkan oleh : obat, alcohol autoimun hepatitis, toksin atau infeksi. Kerusakan hati dapat menyebabkan hepatitis. Hepatitis merupakan suatu penyakit kronis yang sukar disembuhkan, terutama hepatitis B
(hepatitis yang disebabkan oleh virus hepatitis B). Hepatitis kronis merupakan suatu reaksi inflamasi jaringan hepar yang berlangsung kronis, paling tidak selama 6 bulan yang dapat dibuktikan dengan adanya gangguan faal hati yang menetap ( persisten ) . Penyakit ini bila tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan sirosis hati, jika terjadi sisrosis aliran darah ke hati akan terhalang karena terjadi pengerasan jaringan hati, sehingga hati tidak berfungsi lagi sebagaimana mestinya dan akhirnya dapat menimbulkan kematian. Sampai sekarang pengobatan yang spesifik untuk bentuk bentuk hepatitis kronis belum dapat dipastikan , tapi pada kenyataannya sering dijumpai obat obatan yang dikenal secara awam sebagai “ hepatoprotektor “ yang dianjurkan untuk pasien hepatitis kronis , diantaranya adalah obat obatan yang berasal dari bahan alam. Bahan alam yang telah banyak digunakan untuk hepatitis , diantaranya adalah :
ARISTOTELES VOL. 4 NO. 1, OKTOBER 2006 : 32 – 42
32
temulawak, daun sendok, sambiloto, brotowali, bangle, kunyit, daun pare, buah mengkudu, meniran , jali., kayu kuning dan akar kuning. Pengujian aktivitas hepatoprotektor dari ekstrak air akar kuning untuk menganalisis kemampuan akar kuning sebagai hepatoprotektor secara farmakologi kepada tikus betina yang telah diinduksi dengan CCl4 ( Karbon tetra klorida ) , sehingga dapat digunakan sebagai obat alternative untuk pengobatan hepatitis. Metode Penelitian yang digunakan adalah metode proteksi , menggunakan tikus putih betina galur wistar yang diberi ekstrak air akar kuning yang bersifat sebagai hepatoprotektor dengan diinduksi menggunakan CCl 4. Metode pemeriksaan yaitu pemeriksaan secara visual terhadap kondisi hati dan bobot hati yang telah diinduksi dengan CCl4 serta pengukuran aktivitas SGOT ( serum glutamic oxaloasetic transaminase ) dan SGPT (Serum glutamic piruvic transaminase) dari serum darah secara enzimatik, diukur dengan menggunakan alat Clinicon Adanya aktivitas hepatoprotektor dapat ditunjukkan dengan adanya penurunan kadar SGPT dan SGOT dalam serum pada hewan percobaan yang telah diberikan ekstrak tanaman yang kita uji dibandingkan dengan kelompok kontrol TINJAUAN PUSTAKA Akar kuning dapat digunakan untuk mengobati sakit kuning (jaundice). Dekoknya mempunyai aktivitas sebagai tonikum (penambah nafsu makan) sehingga dapat diberikan kepada ibu sesudah melahirkan. Selain itu, akar kuning dapat pula digunakan untuk mengobati sakit mata, disentri dan diabetes. Asap dari batangnya dapat digunakan untuk terapi gangguan pernafasan dan tanaman ini juga
dilaporkan dapat mengobati sakit punggung dan demam. Akarnya juga mempunyai aktivitas diuretik. 2.1. Kandungan kimia Alkaloid, Berberin (berberin klorida, berberrubin klorida dan thalifendin klorida), Fibleucin, Delta(8,9)decarboxyfibleucin, 6-hydroxyfibraurin, Fibraurin, tannin 2.2. Fisiologi Hati. Hati merupakan pusat metabolisme tubuh yang mempunyai banyak fungsi dan penting untuk mempertahankan hidup. Kapasitas cadangannya sangat besar, hanya dengan 10-20 % jaringan hati yang masih berfungsi ternyata sudah cukup untuk mempertahankan hidup pemiliknya.. kermapauan mengganti jaringan mati dengan yang baru ( regenerasi ) pada hati pun cukup besar . Itulah sebabnya pengangkatan jaringan hati yang rusak akibat penyakit akan cepat digantikan dengan jaringan yang baru. Ada 4 macam fungsi hati yaitu : untuk pembentukan dan ekskresi garam empedu, metabolisme zat zat penting bagi tubuh , pertahanan tubuh serta fungsi vascular. 2.2.1. Fungsi Pembentukan dan Ekskresi Garam Empedu Garam empedu dibentuk oleh hati . garam empedu yang dihasilkan dialirkan ke kantung empedu untuk disimpan. Dalam sehari , sekitar 1 L empedu di ekskresikan oleh hati. Pigmen empedu ( bilirubin ) dapat menyebabkan warna kuning pada jaringan dan sangat pentinmg sebagai indicator penyakit hati dan saluran empedu. 2.2.2. Fungsi Metabolik. Di dalam hati , sebagian glukosa dimetabolisme sehinmgga terbentuk energi yang berfungsi menjaga
Uji Aktivitas Hepaprotektor Ekstrak Air… (Sri Wahyuningsih, Afifah B., Sujiatmo)
33
temperature tubuh dan tenaga untuk gerak. Glukosa yang tersisa dirubah menjadi glikogen untuk disimpan di dalam hati dan otot atau dirubah menjadi lemak yang disimpan dalam jaringan di bawah kulit ( subkutan ). Metabolisme protein oleh hati juga penting untuk mempertahankan hidup. Hati membuat albumin dan factor pembekuan darah seperti protombin dan fibrinogen. Hati juga mengubah ammonia menjadi urea , untuk dikeluarkan dalam bentuk urin dan feses Metabolisme lemak yang dilakukan hati berupa pembentukan lipoprotein, kolesterol, dan fosfolipid, juga mengubah karbohidrat dan protein menjadi lemak. 2.2.3. Fungsi Pertahanan tubuh. Hati berperan dalam pertahanan tubuh berupa detoksifikasi dan perlindungan Detoksifikasi dilakukan oleh enzim enzim hati terhadap zat zat beracun. Fungsi perlindungan dari luar maupun yang dihasilkan oleh tubuh sendiri. Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel Kupffer yang berada pada dinding sinusoid hati. Sel Kupffer membersihkan kuman yang masuk ke dalam hati dengan cara fagositosis, sehingga tidak menyebar ke seluruh tubuh. Sel Kupffer juga menghasilkan immunoglobulin yang merupakan kekebalan humoral. 2.2.4. Fungsi Vaskuler Bila terjadi kelemahan fungsi jantung kanan dalam memmompa darah, maka darah dari hati yang dialirkan ke jantung melalui vena hepatica dan selanjutnya masuk ke dalam vena cava inferior akan terhambat, akibatnya terjadi pembesaran hati karena bendungan pasif oleh darah yang jumlahnya sangat besar. 2.3. Kelainan Hati 2.3.1. Macam Macam Kelainan Pada Hati
a. Hepatitis Istilah Hepatitis dipakai untuk semua jenis peradangan pada hati ( Liver) Penyebabnya dapat berbagai macam, mulai dari virus sampai dengan obat obatan , termasuk obat tradisional..Penyebab utama hepatitis adalah virus seperti virus hhepatitis A, B dan virus non-A dan no-B ( virus hepatitis C dan D ). Penyebab lainnya adalah alcohol, obat obatan ( parasetamol ) dan CCl4. Hepatitis kronis didefinisikan sebagai reaksi inflamasi pada jaringan hati tanpa adanya perbaikan selkama 6 bulan. Penyebabnya termasuk kerusakan autoimun hati, infeksi kronis virus hepatitis B atau C, alcohol dan obat obatan. Hepatitis kronis ada 2 macam yaitu hepatitis kronis aktif dan hepatitis kronis persisten . Perbedaan diantara keduanya adalah pada hepatitis persisten prognisisnya baik ( dapat disembuhkan ) , pada hepatitis kronis aktif prognosisnya buruk, penyembuhannya digunakan imunosupressan atau anti virus , tetapi tergantung dari etiologinya dan dapat berlanjut menjadi sirosis. b. Sirosis. Sirosis adalah suatu proses difus, ditandai dengan fibrosis dan perubahan bentuk normal menjadi nodul nodul yang berstruktur tidak normal, yang menyebabkan penghambatan aliran darah ke organ sehingga hati tidak bisa bekerja sebagaimana mestinya. Penyebab sirosis diantaranya adalah kontaminasi alcohol ( alkoholik ), penyakit autoimun, hepatitis kronik persisten oleh virus hepatitis B dan virus hepatitis C. c. Karsinoma Hati Karsinoma hepatoselular (KHS) atau disebut juga hepatoma adalah penyakit kanker primer. Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada laki laki dibandingkan
ARISTOTELES VOL. 4 NO. 1, OKTOBER 2006 : 32 – 42
34
pada wanita. Beberapa factor yang diduga sebagai penyebab penyakit ini adalah virus hreepatitis B dan C, sirosis hati, aflatoksin, infeksi beberapa macam parasit, keturunan maupun ras. 2.3.2. Patofisiologi Kelainan Hati a. Jundice ( Ikterus ) Jundice atau ikterus adalah warna kuning pada kulit dan sclera yang disebabkan oleh akumulasi bilirubin pada jartingan dan cairan intestinal. Di bawah kondisi optimal, biasanya warna kuning ini dapat dilihat bila kadar bilirubin lebih dari 2-3 mg/dl. Intensitas ikterus tergantung pada beberapa factor, termasuk tingkat hiperbilirubinemia, kecepatan difusi bilirubin dari plasma ke cairan intesrtinal dan ikatan pigmen dalam jaringan. b. Ascites (Asites) Asites merupakan akumulasi cairan yang terjadi pada abdomen. Asites terjadi pada apenyakit hati, dimana terjadi kerusakan pada aliran darah ke vena porta. Kerusakan ini menyebabkan tekanan darah naik sehingga cairan berkumpul pada abdomen. Hipoalbuminemia yang biasanya menyertai penyakit hati memperparah keadaan ini karena albumin menahan cairan untuk masuk ke dalam pembuluh darah. Asites didiagnosa dengan abdominal palpasi dan radiografi 2.4. Diagnosa Kelainan hati 2.4.1. Pemeriksaan biokimia Dengan pemeriksaan biokimia hati diharapkan dapat dideteksi adanya kelainan hati, menentukan perkiraan penhyyebab, menentukan tingkat keparahan, mengikuti perjalanan penyakit, serta menilai hasil pengobatan yang telah diberikan. Beberapa uji biokimia yang sering dilakukan meliputi serum transaminase, bilirubin serum,asam empedu, albumin,
serum globulin, alkaline phospatase, dll. Sekelompok enzim transaminase yang sering digunakan untuk menilai penyakit hati adalah SGOT dan SGPT karena merupakan indicator yang peka terhadap kerusakan sel- sel hati. a. SGOT ( Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) Enzim ini terdapat dalam sel sel organ tubuh , terutama pada otot jantung baru kemudian pada sel sel hati, otot tubuh, ginjal dan pancreas. SGOT sebagian besar terikat pada organel dan sisanya yang hanya sebagin kecil dalam sitoplasma. Pada hepatoma terdapat peningkatan SGOT yang mencolok. Angka normal tertinggi SGOT adalah 17mU/mL b. SGPT ( Serum Glutamic Pyruvic Transaminase ) Enzim ini terdapat dalam sel sel jaringan tubuh tetapi yang terbanyak dan sumber utamanya adalah sel sel hati. Kebalikan dari SGOT, enzim SGPT ini sebagian besar terikat dalam sitoplasma sehingga pada kerusakan membrane sel hati kenaikannya lebih menonjol. Angka normal pengukuran SGPT adalah 13 mU/mL. Adapun rasio normal SGOT : SGPT adalah 1 : 15. 2.4.2. Pemeriksaan Perubahan Struktur hati Pemeriksaan meliputi pemeriksaan morfologi dan pemeriksaan histologi. Pemeriksaan histologi biasanya dilakukan setelah pemeriksaa n morfologi. 2.5. Mekanisme CCL4 Merusak Hati CCl4 adalah suatu cairan tidak berwarna , mudah menguap dengan bau eter cukup kuat. CCl4 merupakan zat kimia yang bersifat hepatotoksik. Paparan CCl4 menyebabkan perubahan pada populasi sel Kupffer, berupa aktivasi dan
Uji Aktivitas Hepaprotektor Ekstrak Air… (Sri Wahyuningsih, Afifah B., Sujiatmo)
35
peningkatan jumlah sel Kupffer di jaringan hati. Konversi CCl4 menjadi CCl3 oleh sitokrom P-450 menyebabkan nekrosis hepatosit. Sitokrom P-450 adalah system enzim oksidase yang berperan dalam metabolisme obat obatan yang terdapat dalam reticulum endoplasma halus sel hati (hepatosit ). CCl3 menyebabkan kerusakan membrane sel membrane sel mempunyai struktur dasar berupa lipid dan protein , Komponen terbesar lipid membrane adalah molekul fosfolipid. Molekul fosfolipid terdiri atas asam lemak tak jenuh yang mempunyai ikatan rangkap dan bersifat tidak stabil dan mudah diserang oleh radikal bebas. CCl3 merupakan ikatan rangkap asam lemak tak jenuh pada molekul fosfolipid yang menyebabkan dekomposisi oksidatif lemak, kemudian bereaksi dengan oksigen menghasilkan radikal peroksil. Radikal peroksil ini kemudian bereaksi dengan rantai samping asam lemak tak jenuh lainnya dan membentuk radikal bebas baru serta lipid peroksid lainnya, reaksi ini terjadi secara berantai. Peroksida lipid mempunyai sifat merusak membrane sel yang disebut dengan efek detergen. Selain itu peroksidas lipid juga dapat merusak membran retikulum endoplasma. Rusaknya membran retikulum endoplasma menyebabkan terlepasnya ribosom dari membran retikulum endoplasma, sehingga terjadi gangguan sintesis protein dengan demikian lipid yang dihasilkan oleh sel tidak dapat diangkut keluar sel dan mengakibatkan timbunan lemak di dalam hepatosit. Hepatotoksisitas CCL3 CCL3 disebabkan karena biotransformasinya di hati oleh sitokrom P-450 reduktase dengan kofaktor NADPH menjadi radikal CCL3 yang berikatan secara kovalen pada membrane hepatosit dan merubah permeabilitas sel.Pada tahap lanjut terjadi
jejas mitokondria dan diikuti pembengkakan progesif sel karena peningkatan permeabilitas membrane sel terhadap Na +, H2O dan Ca 2+ . Influks massif Ca 2+ menyebabkan inaktivasi mitokondria dan enzim seluler, serta denaturasi pfrotein, yang pada akhirnya menyebabkan kematian sel. Perbaikan kerusakan jaringan hati oleh paparan CCl4 terjadi dalam waktu 710 hari , hal ini disebabkan oleh adanya respon mitosis yang cepat dari sel sel parenkim hati yang masih utuh METODE PENELITIAN Pembuatan ekstrak air akar kuning dimulai dengan pegeringan batang akar kuning . Setelah kering kemudian diserbuk . Serbuk kemudian dimasukkan dalam kain belacu dan direbus dalam panci email secara berulang hingga didapatkan cairan yang jernih. Selanjutnya dipekatkan hingga didapatkan ekstrak kental dan kemudian dikeringkan dioven hingga didapatkan ekstrak kering. Pengujian hepatoroteksi menggunakan tikus putih betina galur wistar , berumur 2 bulan dengan bobot 130-170 gram sebanyak 25 ekor. Tikus diadaptasikan dulu selama 7 hari, hanya tikus yang sehat yang dapat digunakan dalam percobaan ini . Tikus dikelompokkan menjadi 5 kelompok yaitu 3 kelompok dosis uji, satu kelompok kontrol negatip dan satu kelompok normal. Setelah dilakukan uji pendahuluan , dosis ekstrak air yang digunakan adalah dosis 150mg/kg BB, 300mg/Kg BB dan 600 mg/kgBB . Dengan menggunakan gom arab !%, ekstrak tersebut disuspensikan dan diberikan secara peroral kepad tikus selama 7 hari berturut turut. Pada hari ke 8 , tikus dipuasakan selam a16-18 jam , kemudian diambil darahnya
ARISTOTELES VOL. 4 NO. 1, OKTOBER 2006 : 32 – 42
36
ditentukan kadar SGOT dan SGPT awal kemudian semua tikus diinduksi dengan CCL4 20% dalam paraffin cair dengan dosis 2 mL /kg BB. Pada hari ke 11 semua tikus diambil darhnya, setelah sebelumnya dipuasakan selama 16-18 jam. Darah diambil dari vena ekor tikus dan dimasukkan ke dalam tabung ependorf, kemudian disentrifugasi serlama
15 menit dengan kecepatan 3000 rpm untuk mendapatkan serum. Serum kenudian dicampur dengan pereaksi penentu SGPT- SGOT , diinkubasikan selama 1 menit kemudian dibaca serapannya pada panjang gelombang 365nm Prinsip reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
1. Reaksi GOT
GOT
Asam α – ketoglutarat + L- aspartat Oksaloasetat + NADH + H +
L-glutamat + oksaloasetat
MDH
L- malat + NAD +
2. Reaksi GPT Asam α – Ketoglutarat + L- alanin Piruvat + NADH + H + Pada hari ke 11 hewan percobaan dikorbankan dengan menggunakan eter. , setelah tikus mati kemudian dilakukan isolasi hati, untuk menilai proteksi terhadap hati dengan adanya perbedaan warna dan bobot ( berat ) hati , yang dibandingkan dengan kelompok control normal Aktivitas SGOT dan SGPT dihitung dalam unit per liter untuk setiap tikus dan dihitung pula untuk masing masing kelompok harga aktivitas kedua enzim ini. ALAT DAN BAHAN
GPT
L-glutamat + piruvat L- laktat + NAD + 4.2. Bahan Percobaan Akar kuning ( Fibrourea tinctoria Lour ), Karbon tetraklorida, paraffin cair, gom arab, NaCl fisiologis, eter, Pereaksi penentu SGPT dan SGOT ( RANDOX), air suling, Pereaksi Meyer Dragendorf, Lieberman Burchardat, kapas, FeCl3 4.3. Hewan Percobaan Tikus putih betina galur wistar umur 2 bulan ( 8-10 minggu ) bobot sekitar 130-170 gram yang diperoleh dari KPP Ilmu Hayati Institut Teknologi Bandung
4.1. Alat Percobaan Gelas, piala timbangan tikus ( Tanita KD 160 d-2g) timbangan analitik ( Sartorius BL 210 S d=0,1 mg: Sartorius CP 323 S d=0,001 g) tabung sentrifuge,mikropipet ependorf, sonde oral , 1 set alat bedah, kaca arloji, Clinicon, cawan Petri, cawan penguap, krus porselen, tanur, panic email, oven, kandang tikus, botol minum tikus, mortar dan stamper, Bunsen, kaki tiga, kasa.
PENELITIAN DAN HASIL PENELITIAN 5.2. Pengumpulan Tumbuhan
dan
Determinasi
Tanaman akar kuning diperoleh dari daerah Pangalengan . Determinasi dilakukan di Herbarium Biosistematik Jurusan Biologi Fakultas MIPA Institut Teknologi Bandung.. Hasil determinasi
Uji Aktivitas Hepaprotektor Ekstrak Air… (Sri Wahyuningsih, Afifah B., Sujiatmo)
37
menyatakan bahwa tanaman yang digunakan adalah tanaman akar kuning,( Fibrourea tinctoria Lour ) . Surat determinasi dapat dilihat pada Lampiran 1. 5.2. Pemeriksaan Karakteristik Bahan Penetapan karakteristik simplisia meliputi makroskopik, penetapan kadar air, penetapan kadar abu dan pemeriksaan fitokimia. Pemeriksaan makroskopik meliputi sifat morfologi dari simplisia , yaitu bentuk , warna bau dan ciri ciri lainnya. Hasil penetapan kadar air didapat kadar 2,418 % sedangkan kadar abu total 9,0,75 %. Pemeriksaan fitokimia meliputi pemeriksaan uji flavonoid, saponin, tannin, steroid dan kuinon. Hasil pemeriksaan dapat dilihat pada lampiran 2 5.3. Penyiapan Ekstrak Akar kuning yang telah diserbukkan sebanyak 344,40 gram direbus dalam air secara berulang hingga didapatkan filtrate yang jernih, Filtrat kemudian dipekatkan diatas penangas air hingga didapatkan ekstrak kental . Ekstrak kental yang diperoleh kemudian dipekatkan dan dikeringkan didalan oven hingga didapatkan ekstrak kering.. Ekstrak kering yang didapat 36, 86 gram., sehingga randemen yang didapat adalah : 10,70 % .
darhnya setelah sebelumnya dipuasakan selama 16-18 jam, hal itu dilakukan untuk melihat kadar SGOT dan SGPT awal., Kemudian kecuali kelompok normal semua kelompok diinduksi dengan CCl4 dalam paraffin cair dengan dosis 2mL/ Kg BB. Gejala yang timbul 5 dan 8 jam setelah pemberian CCl4 diamati . Pada hari ke 3 setelah pemberian CCl4 darah diambil kembali untuk melihat efek hepatoproteksi. Cara penyiapan serum tidak boleh mengganggu koponen darah. Sebelum pengambilan darah , hewan percobaan dipuasakan selama 16-18 jam . Darah diambil secara perlahan dari vena ekor tikus. Dimasukkan ke dalam ependorf kemudian disentrifuga selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm . masing masing serum dipisahkan dari sel sel darah dan ditentukan kadar SGOT dan SGPT nya. 5.5. Penetapan Kadar SGOT dan SGPT Penetapan aktivitas enzim dilakukan setelah pengambilan darah, serum yang diperoleh dipipet dan ditambahkan reagen penentu SGOT dan SGPT. Perhatikan Tabel 5.1. pada halaman berikut ini.
5.4. Pengujian Aktivitas Hepatoprotektor Ekstrak Air Akar Kuning Tikus dikelompokkan secara acak dalam beberapa kelompok. Satu kelompok control normal, satu kelompok control negative , tiga kelompok uji. Tiap kelompok terdiri dari 3 ekor tikus. Selama 7 hari berturut turut kelompok control negative diberi larutan gom arab, sedangkan kelompok uji diberi ekstrak air akar kuning dengan dosis 150 mg /Kg BB, 300 mg /Kg BB dan 600 mg/ Kg BB. Pada hari ke 8 semua kelompok diambil ARISTOTELES VOL. 4 NO. 1, OKTOBER 2006 : 32 – 42
38
Tabel V.1. Kadar SGOT dan SGPT BB
SGOT
SGPT
Kelp Dosis I 150 mg/kg BB Rata-rata
Dosis II 300 mg/kg BB Rata-rata
Dosis III 600 mg/kg BB Rata-rata
PGA + Paraffin Rata-rata
PGA + CCl4 Rata-rata
(g)
Awal
Akhir
Awal
Akhir
163 122 147 144,00 ± 20,66
125 131 134 130,00 ± 4,58
117 117 207 147,00 ± 51,96
46 38 42 42,00 ± 4,00
98 72 80 83,33 ± 13,32
166 148 150 154,67 ± 9,87
91 91 111 97,67 ± 11,55
405 135 468 336,00 ± 176,90
43 46 46 45,00 ± 1,73
600 249 228 359,00 ± 208,98
146 136 156 146,00 ± 10,00
100 100 97 99,00 ± 1,73
354 363 121 279,33 ± 137,19
39 43 34 38,67 ± 4,51
285 393 258 312,00 ± 71,44
170 160 152 160,67 ± 9,02
120 125 122 122,33 ± 2,52
228 225 258 237,00 ± 18,25
42 44 39 41,67 ± 2,52
45 42 42 43,00 ± 1,73
163 152 142 152,33 ± 10,50
135 120 146 133,67 ± 13,05
540 321 309 390,00 ± 130,04
51 54 52 52,33 ± 1,53
158 157 145 153,33 ± 7,23
Uji Aktivitas Hepaprotektor Ekstrak Air… (Sri Wahyuningsih, Afifah B., Sujiatmo)
39
5.6.
Pemeriksaan Makrropatologi Hati
Hewan percobaan dikorbankan pada hari ke 11 setelah pemberian CCl4 dengan menggunakan senyawa eter , bila
sudah mati hewan dibedah . Pembedahan dilakukan untuk mengamati organ hati, Organ hati diangkat kemudian diamati warna, dan ditimbang.
Tabel V.2. Pemeriksaan Makrropatologi Hati Kelp Dosis I 150 mg/kg BB Rata-rata Dosis II 300 mg/kg BB Rata-rata Dosis III 600 mg/kg BB Rata-rata
PGA + Paraffin Rata-rata
PGA + CCl4 Rata-rata
BB
Bobot hati
Ratio hati
(g)
(gram)
(%)
163
7,242
4,443
122 147 144,00 ± 20,66
4,925 6,496 6,22 ± 1,18
4,037 4,419 4,30 ± 0,23
166
7,517
4,528
148 150 154,67 ± 9,87
6,817 6,710 7,01 ± 0,44
4,606 4,473 4,54 ± 0,07
146
7,420
5,082
136 156 146,00 ± 10,00
6,842 7,571 7,28 ± 0,38
5,031 4,853 4,99 ± 0,12
170 160 152 160,67 ± 9,02
7,147 6,927 6,847 6,97 ± 0,16
4,204 4,330 4,504 4,35 ± 0,15
163 152 142 152,33 ± 10,50
8,519 7,792 7,259 7,86 ± 0,63
5,226 5,126 5,112 5,15 ± 0,06
ARISTOTELES VOL. 4 NO. 1, OKTOBER 2006 : 32 – 42
40
Pada penelitian ini digunakan induksi karbon tetraklorida , karena mekanisme kerja senyawa ini dapat menyebabkan kerusakan hati , melalui pembentukan radikal bebas CCl3 yang akan merusak lipid membran sel. Prinsip pengujian aktivitas hepatoprotektif adalah terlebih dahulu melakukan perlindungan kerusakan pada organ hati , sehingga pada waktu dirusak ( induksi ) dengan menggunakan karbon tetraklorida kerusakan yang ditimbulkan tidak terlalu parah.. Penelitian ini dilakukan terhadap tikus yang diberi ekstrak air akar kuning dengan dosis 150mg/Kg bb, 300mg/kg bb dan 600 mg/kg bb. Pemilihan dosis tersebut berdasarkan pemakaian empiris dimasyarakat yaitu 30 – 60 g serbuk kering yang telah dikonversikan ke tikus. Uji aktivitas hepatoprotektor yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan parameter aktivitas enzim dalam darah yaitu serumGPT dan GOT. Untuk menilai kerusakan hati , parameter ini merupakan parameter standar untuk mengetahui disfungsi hati , karena selain murah dibandingkan dengan parameter lain juga lebih cepat dapat diamati secara nyata dan penurunan menjadi normalnya lebih lambat jika dibandingkan dengan para meter lain. Enzim SGOT dan SGPT ermasuk dalam enzim transaminase . Pada keadaan normal kadar kedua enzim ini dalam darah rendah karena terdapat dalam sel atau lobule , tetapi jika terjadi kerusakan jaringan , maka sel akan pecah dan enzim enzim akan terurai keluar dari hepatosit masuk ke dalam system peredaran darah, sehingga kadarnya dalam darah akan meningkat dibandingkan dengan normal. Penginduksi yang digunakan karbon tertaklorida, karena senyawa ini dapat menyebabkan kerusakan hati melalui pembentukan radikal bebas CCl3 yang
merusak membrane lipid. CC3 merupakan ikatan rangkap asam lemak tak jenuh pada molekul fosfolipid yang emnyebabkan dekomposisi oksidatif lemak yang kemudia n bereaksi dengan oksigen menghasilkan radikal peroksil. Radikal peroksil ini kemudian beraksi dengan rantai samping asam lemak tak jenuh lain membentuk radikal bebas baru serta lipid peroksida lainnya , reaksi ini terjadi secara berantai. Peroksida lipid mempunyai sifat merusak membrane sel yang disebut dengan efek detergen, selain itu peroksida lipid juga merusak membrane reticulum endoplasma menyebabkan lepasnya ribososm dari reticulum endoplasma, Terlepasnya ribosom ini menyebabkan terjadinya gangguan sintesis protein, sehingga lipid yang dihasilkan tidak dapat diangkut keluar sel dan mengakibatkan timbunan lemak dihepatosit, diikuti dengan pembengkakkan progesif sel karena peningkatan pearmeabilitas membrane sel terhadap Na +, H2O dan Ca 2+ . Berdasarkan hal tersebut pada pengamatan makroskopik dan penimbangan bobot hati terlihat pada dosis 300 dan 600 mg terlihat adanya peningkatan bobot hati bila dibandingkan dengan control normal. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi kerusakan hati yang disebabkan oleh karbon tetraklorida. Hasil Penelitian juga menunjukkan bahwa hanya dosis 150 mg/kg bb yang menunjukkan aktivitas hepatoprotektor bila dibandingkan dengan kelompok control sedangkan pada dosis 300 dan 600 mg/kg jusru terjadi kenaikan kadar serum SGPT dan SGOT dan terjadi kenaikan bobot hati messkipun lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif. Hal ini berarti dosis pemakaian di masyarakat sebaiknya digunakan dosis yang lebih rendah dari dosis 30 gram .
Uji Aktivitas Hepaprotektor Ekstrak Air… (Sri Wahyuningsih, Afifah B., Sujiatmo)
41
KESIMPULAN Hasil penelitian uji aktivitas hepatoprotektor ekstrak air akar kuning pada tikus putih betina galur wistar menunjukkan bahwa dari ketiga dosis uji yaitu 150mg/kgbb, 300 mg kg/bb dan 600 mg/kg bb hanya dosis 150 mg/kg bb yang menunjukkan aktivitas hepatoprotektor dengan ditunjukkan penurunan kadar SGOT dan SGPT bila dibandingkan dengan kontrol negatif. DAFTAR PUSTAKA 1. Anderson, Shauna.C dan Susan Coykyne., Clinical Chemystry Consepts and Aplications, Phyladelphia : W.B. Saundersa Company Haccorty Brace, Javanic, Inc. 1993, hal. 281-286 2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman Pengujian dan pengembangan Fitofarmaka: Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitofarmaka dan Pengujian Klinik, Jakarta, 1991, hal : 69-71, 183
3. Fransworth N>R., Biochemical and Phytochemical Screening of Plant, J.P. Sci . Vol. 55 (3), 1996, 237-238., 249-260, 262-265. 4. Guyton, A.C., Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit, ed 3. Alih bahasa ; Adji Dharma dan P. Lukmanto: ECG, 1987, hal. 593-596 5. www.nhiondemand.com BIODATA PENULIS Sri Wahyuningsih. Dra. MSi DR. Afifah B. Sutjiatmo MS Adalah Dosen Biasa di Program Studi Farmasi Fakultas MIPA – Universitas Jenderal Achmad Yani (UNJANI) Bidang kajian Farmakologi
ARISTOTELES VOL. 4 NO. 1, OKTOBER 2006 : 32 – 42
--------- oo0oo ---------
42