TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER ETNOLINGUISTIK “PENAMAAN-PENAMAAN HUJAN DALAM MASYARAKAT DUSUN JERO TENGAH, KECAMATAN ALIAN, KABUPATEN KEBUMEN”
BIMA ARIA TEJA 09/283029/SA/14961
JURUSAN SASTRA NUSANTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2012
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kebumen merupakan Kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah, ibu kotanya adalah Kebumen. Dusun Jero Tengah, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen merupakan desa dengan geografis pegunungan. Kecamatan Alian merupakan pedesaan yang berpenduduk 60.449 jiwa pada tahun 1990 (Gayo : 1990). Masyarakat di Kecamatan Alian khususnya Dusun Jero Tengah mayoritas berpencaharian sebagai petani, untuk kalangan menengah ke bawah. Untuk golongan priyayi, mereka berprofesi sebagai guru maupun sebagai PNS. Di Dusun Jero Tengah ini ada sebutan-sebutan unik untuk menamakan “hujan”. Hujan di Dusun Jero Tengah merupakan hal yang langka karena geografis desa ini dikelilingi oleh bukitbukit kapur seperti yang ada di Wonosari Yogyakarta. Ada dua istilah untuk menamakan hujan yang disertai panas matahari yaitu, “Udan celeng angob dan udan kĕthek ngilo”. Masyarakat Yogyakarta menyebutnya “Udan tĕkek”. Kalau hujan deras, masyarakat Dusun Jero Tengah menamakannya “Udan Bandhang”, sedangkan kalau grimis dinamakan “Tlĕtik”. Untuk mengetahui hal ini, saya mencoba untuk meneliti menggunakan Teori yang ada pada kajian Etnolinguistik/ Antropologi Linguistik yang meneliti tentang bagaimana suatu masyarakat memandang atau memaknai apa yang ada di lingkungan sekitarnya dan tidak hanya menelaah dari strukturnya saja, tetapi lebih pada fungsi dan pemakaiannya dalam konteks situasi sosial budaya.
1.2 Rumusan Masalah Mengapa masyarakat setempat memberikan penamaan-penamaan dalam memandang “Hujan”seperti itu?, dan mengapa bisa disebut dengan istilah “Udan celeng angob dan udan kĕthek ngilo?”
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui istilah-istilah penamaan masyarakat Dusun Jero Tengah Kecamatan alian, Kabupaten Kebumen dalam memandang Hujan.
1.4 Manfaat Penelitian Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pengkajian linguistik. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan bagi penilaian yang lebih representatif dan mendalam untuk kajian Etnolinguistik. Secara praktis, penilaian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai pengetahuan bagi para pembaca.
BAB II LANDASAN TEORI DAN METODOLOGI
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi Antropologi Linguistik (Etnolinguistik) Antropologi linguistik (etnolinguistik) berasal dari kata antropologi yang berarti ilmu tentang manusia khususnyatentang asal-usul, anekawarna bentuk fisik, adat, dan kepercayaannya pada masa lampau (KBBI : 1988), dan linguistik yang berarti ilmu tentang bahasa (KBBI : 1988). Antropologi berasal dari bahasa Yunani yang berasal dari kata anthropos yang berarti manusia/orang dan logos yang berarti ilmu (Prawiro : 2012). Antropologi muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa melihat ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa (Prawiro : 2012). Antropologi menurut (Koentjaraningrat via Hartono : 2012) adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan, sedangkan menurut (Hunter via Hartono : 2012), Antropologi merupakan ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang manusia. Dari pendapat beberapa ahli tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa Antropologi adalah sebuah ilmu yang mempelajari manusia dari keanekaragaman fisik serta kebudayaan yang dihasilkan, sehingga setiap manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda, sedangkan linguistik berarti ilmu bahasa (Verhaar : 2008 : 3). Kata linguistik sendiri berasal dari bahasa latin yaitu lingua yang berarti “bahasa”. Objek kajian linguistik adalah bahasa. Perkembangan penelitian linguistik dari mikrolinguistik menjadi penelitian linguistik interdisipliner, yang terkait dengan ilmu-ilmu lain atau makrolinguistik. Salah satunya adalah cabang linguistik yang berhubungan dengan kebudayaan manusia, yang dikenal sebagai antropologi linguistik atau etnolinguistik. Orang Amerika yang mempelopori kajian Etnolinguistik adalah Franz Boas (Hartono : 2012). (Hymes :1964:4 via Hartono) mengemukakan bahwa melalui etnolinguistik, kita bisa menelusuri bagaimana bentuk-bentuk linguistik dipengaruhi oleh
kebudayaan, sosial, mental, dan psikologis, apa hakekat sebenarnya dari bentuk kata dan makna dari hubungan keduanya. Masyarakat Indonesia yang beraneka budaya merupakan lahan yang luas untuk didalami berbagai kajian penelitian dalam perspektif etnolinguistik, sehingga sebuah budaya bisa hidup di tengah kebudayaan lainnya.
2.2 Metodologi Berikut ini adalah uraian populasi dan sampel data, instrumen penelitian, dan teknik penelitian.
2.2.1 Populasi dan sampel Populasi dalam penelitian ini adalah semua tuturan berian bahasa yang digunakan di Dusun Jero Tengah, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen, Propinsi Jawa Tengah. populasi melibatkan informan yang dipilih berdasarkan kriteria pembahan. Pengambilan tuturan bahasa dilakukan oleh 1 mahasiswa peserta mata kuliah Linguistik Interdisipliner (Etnolinguistik). Sampel data disini menggunakan penelitian dialektologi yang sudah dilakukan peneliti.
2.2.2 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa pertanyaan dari peneliti tentang penamaan hujan di Dusun Jero Tengah.
2.2.3 Teknik penelitian Teknik penelitian yang digunakan dibagi dalam tiga tahap, yaitu penyediaan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis data.
Tahap pertama adalah tahap penyediaan data. Teknik yang digunakan dalam tahap ini adalah teknik pancing semuka, yaitu peneliti melakukan percakapan tatap muka dengan pembahan secara langsung di wilayah titik pengamatan. Dalam percakapan tersebut, peneliti menanyakan data kebahasaan sesuai dengan daftar tanya. Peneliti juga melakukan teknik rekam, kemudian dilanjutkan lagi dengan teknik catat yang merupakan tahap pencatatan data yang diperoleh ke dalam kartu data. Kemudian dilanjutkan dengan tahap mengklasifikasikan kartu data. Tahap kedua adalah tahap analisis data. Peneliti menganalisis data kebahasaan yang diperoleh dengan kajian etnolinguistik. Tahap ketiga adalah tahap penyajian hasil analisis data. Pada tahap ini hasil analisis data disajikan dalam bentuk formal, yaitu dalam bentuk perumusan tanda atau lambang. Dalam hubungannya dengan bentuk formal, pelaksanaan penyajian hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel.
BAB III PEMBAHASAN
Penelitian yang sudah dilakukan ini mendapatkan hasil bahwa masyarakat Dusun Jero Tengah ini memiliki penamaan-penamaan yang unik untuk menyebut tentang hujan. Hujan di daerah ini tergolong langka karena letak geografisnya yang pegunungan kapur. Masyarakat disini masih sangat tradisional. Penduduknya ratarata sebagai petani dan mengelola sumber mata air panas yang ada di tengah dusun tersebut. Transportasi disini masih menggunakan dokar (delman) dan sepeda jengki, walaupun pegunungan kapur, tetapi dibawah pegunungan tersebut terdapat hutan lebat yang dialiri sungai. Hutan tersebut masih dihuni oleh binatang-binatang liar seperti celeng, monyet, tapir, dan lain-lain. Ternyata dengan latar belakang geografis yang seperti itu sangat mempengaruhi bahasanya. Masyarakat disini menyebut hujan itu bermacam-macam, seperti yang ada pada tabel berikut :
Nama Hujan Udan celeng angob.
Analisis Data Manusia pada umumnya jika sedang menguap pasti meneteskan air mata, akan tetapi disini tidak hanya manusia, celeng juga menguap meneteskan sedikit air mata. Hawa panas juga dirasakan ketika sedang menguap. Maksud dari “Udan celeng angob” adalah hujan tetapi langit cerah atau panas.
Udan kĕthek ngilo.
Di Dusun Jero Tengah banyak sekali terdapat monyet liar. Monyet kalau dikasih cermin akan menangis, sebutan hujan ini juga sama
seperti “Udan celeng angob”, karena yang dimaksudkan adalah hujan disertai panas matahari. Udan bandhang.
“Udan bandhang”, adalah hujan besar atau deras, karena kata bandhang berarti besar.
Udan tlĕtik.
“Udan tlĕtik”, adalah hujan grimis (rintikrintik).
BAB IV KESIMPULAN
Masyarakat Dusun Jero Tengah merupakan Dusun yang terletak di Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen yang memiliki ragam bahasa yang unik. Terlihat pada dialek-dialek setempat yang berbeda dengan masyarakat di Kota Kebumen. Penamaan hujan di Dusun Jero Tengah salah satu dari ragam dialek di Kota Kebumen. Penamaan-penamaan itu muncul dari lingkungan geografisnya juga yang masih berupa hutan dan daerah pegunungan. Masyarakat setempat memberikan penamaan seperti itu karena mereka melihat gejala-gejala alam disekitarnya, dan memadukan dengan bahasa yang berkembang di Dusun itu. Entolinguistik disini bisa diungkap dengan menangkap istilah-istilah penamaan hujan tersebut. Dengan penelitian ini, bisa dijadikan acuan kepada peniliti yang lain untuk mengkaji etnolinguistik di Indonesia yang sangat banyak budayanya dengan kondisi geografis yang berbeda-beda. Objek kajian etnolinguistik di Indonesia tidak akan ada habisnya. Penelitian ini tidak hanya dilakukan langsung pada kajian etnolinguistik, namun penelitian dialektologi pada daerah Dusun Jero Tengah ini sudah dilakukan penulis. Dari data dialektologi tersebut dapat diambil kosakata yang bisa dianalisis menggunakan kajian etnolinguistik.
BAB V DAFTAR PUSTAKA
Gayo, I. 1990. Buku Pintar Nusantara. Jakarta: Upaya Warga Negara. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Verhaar, J.W.M. 2008. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
DAFTAR LAMAN
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=contoh%20antropologi%20linguistik&source=w eb&cd=10&sqi=2&ved=0CFwQFjAJ&url=http%3A%2F%2Fwww.e‐ (Diakses pada 12 Januari 2012 pukul 21.17). http://www.google.co.id/#q=contoh+antropologi+linguistik&hl=id&prmd=imvns&ei=XZgNT 5GkJcrsrAfDpNTIBA&start=30&sa=N&bav=on.2,or.r_gc.r_pw.,cf.osb&fp=5b658e83a675f21 &biw=989&bih=434 (Diakses pada 12 Januari 2012 pukul 21.20). http://pdfsearchpro.com/pdf/antropologi‐linguistik.html (Diakses pada 11januari 2012 pukul 21.26). http://siapapunbolehbaca.multiply.com/journal/item/45/Etnolinguistik_Sebuah_Kajian_An tropologi_yang_Terasing?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem (Diakses pada 11januari 2012 pukul 21.08).
BAB VI LAMPIRAN
PEMBAHAN
1. Nama
: Kartini
Usia
: 40 tahun
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: Pedagang
2. Nama Usia Pendidikan Pekerjaan
: Niyem : 70 tahun : : -