perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
TUGAS AKHIR
PENGARUH FAKTOR-FAKTOR KEBERDAYAAN PRODUSEN TAHU TERHADAP KEBERLANJUTAN USAHA TERKAIT DENGAN FAKTOR LOKASI DI KOTA KEDIRI
Diajukan Sebagai Syarat untuk Mencapai Jenjang Strata-1 Perencanaan Wilayah dan Kota
Disusun Oleh:
KURNIASARI I 0607050
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2011 i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
PENGARUH FAKTOR-FAKTOR KEBERDAYAAN PRODUSEN TAHU TERHADAP KEBERLANJUTAN USAHA TERKAIT DENGAN FAKTOR LOKASI DI KOTA KEDIRI KURNIASARI I0607050
Menyetujui, Surakarta, Agustus 2011 Pembimbing I
Pembimbing II
Ir. Ana Hardiana, MT NIP. 19690919 199412 2 001
Ir. Widi Suroto, MT NIP . 19560905 198601 1 001
Mengesahkan, Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik
Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota
Dr. Ir. Mohamad Muqoffa, MT NIP. 19620610 199103 1 001
Ir. Galing Yudana, MT NIP. 19620129 198703 1 002
Pembantu Dekan I Fakultas Teknik
Kusno Adi Sambowo, ST, MT, Ph.D NIP. 19691026 199503 1 002 PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK commit toMARET user UNIVERSITAS SEBELAS SURAKARTA
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Industri kecil rumah tangga (IKRT) memiliki kontribusi yang besar dalam pembangunan karena menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar, menjadi penyumbang pendapatan asli daerah yang signifikan, prospektif untuk ekspor, dan mampu bertahan dalam kondisi krisis. IKRT jelas perlu mendapat perhatian karena tidak hanya memberikan penghasilan bagi sebagian besar angkatan kerja Indonesia, namun juga merupakan ujung tombak dalam upaya pengentasan kemiskinan. Di perdesaan, peran penting IKRT memberikan tambahan pendapatan, merupakan seedbed bagi pengembangan industri dan sebagai pelengkap produksi pertanian bagi penduduk miskin. Dengan kata lain, IKRT juga berfungsi sebagai strategi mempertahankan hidup (survival strategy) di tengah krisis moneter. Salah satu aspek yang dapat mengangkat perekonomian rakyat adalah pemberdayaan. Keberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu yang bersenyawa dalam masyarakat dan membangun keberdayaan masyarakat yang bersangkutan. Di Kota Kediri terdapat industri rumah tangga makanan olahan yang mampu menjadikan Kediri dikenal sebagai Kota Tahu. Salah satu wilayah yang sebagian besar penduduknya bekerja di sektor industri rumah tangga tahu adalah Kelurahan Tinalan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor keberdayaan produsen tahu terhadap keberlanjutan usahanya, dengan sasaran utama menganalisis variabel-variabel yang mempengaruhi maupun variabel yang dipengaruhinya. Kemudian dilihat pengaruhnya antara faktor-faktor keberdayaan produsen tahu terhadap keberlanjutan usahanya. Analisis dilakukan secara deskriptif kuantitatif dengan mengkorelasikan antara faktorfaktor keberdayaan produsen tahu, yang meliputi: faktor bantuan modal, faktor pemasaran, faktor teknologi dan faktor tantangan terhadap faktor keberlanjutan usaha yaitu kontinuitas produksi. setelah mengetahui pengaruhnya dilakukan uji keeratan hubungan antara masing-masing faktor keberdayaan produsen tahu terhadap keberlanjutan usaha. Dari analisis korelasi dan keeratan hubungan, dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang cukup kuat mempengaruhi kontinuitas produksi adalah faktor bantuan modal, faktor pemasaran dan faktor tantangan. Faktor teknologi tidak begitu kuat mempengaruhi karena ketersediaan tenaga kerja masih dibutuhkan di industri tersebut. Direkomendasikan perlu adanya kerjasama dengan pemerintah untuk meningkatkan sektor ini baik dalam bidang permodalan, pemasaran, peralatan bahkan dalam menghadapi tantangan yang sering menerpa sektor ini agar produsen tahu lebih berdayaguna dan dapat bersaing di pasar yang lebih luas. Kata kunci: industri rumah tangga, bantuan modal, pemasaran, teknologi, tantangan, kontinuitas produksi commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Household industries (IKRT) has greatly contributed in the construction workforce as it absorbs large quantities, a contributor to revenue is significant, for exports prospective, and can survive in conditions of crisis. IKRT obvious need of attention because it not only provides income for most of the Indonesian workforce, but also is spearheading efforts to alleviate poverty. In rural areas, an important role IKRT provide additional income, is a seedbed for the development of industrial and agricultural production as a complement to the poor. In other words, IKRT also serves as a strategy of survival (survival strategy) in the middle of the monetary crisis. One aspect that can lift people's economy is empowerment. In the context of community empowerment is the ability of individuals bersenyawa in society and build community empowerment is concerned. In Kediri households are food processing industry capable of making known Kediri as the city of ‘tahu’. One area that most residents work in the household industrial sector of ‘tahu’ is Tinalan Village. This study aimed to determine the influence of factors of empowerment of the producers out of business sustainability, with the main objective to analyze the variables that affect or variables that influence. Then seen the effect of these factors on the empowerment of the ‘tahu’ producer its business sustainability. Quantitative descriptive analysis carried out by correlating between the factors of empowerment of the ‘tahu’ producers, including: factors of capital assistance, marketing factors, technological factors and factors of business challenges to the sustainability factor is continuity of production. after knowing the impact test conducted between the closeness of the relationship of each factor of empowerment of the producers about their sustainability efforts. From the correlation analysis and the closeness of the relationship, it is known that factors affecting the continuity that is strong enough capital is a factor of production, marketing factors and the challenge factor. Factors affecting technology is not so strong because of the availability of manpower is still needed in the industry. Recommended the need for cooperation with the government to boost this sector both in the field of capital, marketing, equipment and even in the face of challenges that frequently hit this sector so that ‘tahu’ manufacturers more efficient and can compete in the broader market. Key words: household industries, capital, marketing, technology, challenge, continuity of production.
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahuwata’ala serta rahmat dan pertolonganNya sehingga penulis dapat mengikuti pendidikan dan perkuliahan pada Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Sebelas Maret Surakarta, sampai dengan penyusunan Tugas Akhir ini dengan judul : “Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri”. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak tidak mungkin Tugas Akhir ini dapat terselesaikan, untuk itu perkenankan penulis memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan mengucapkan terima kasih yang tulus kepada : 1. Allah swt. yang telah memberikan kesempatan hidup serta rahmat dan
hidayahNya hingga penulis mendapat kesempatan belajar di PWK UNS. 2. Bapak Dr. Ir. Mohamad Muqoffa, MT selaku Ketua Jurusan Arsitektur
Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret. 3. Bapak Ir. Galing Yudana, MT selaku Ketua Program Studi Perencanaan
Wilayah dan Kota Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret. 4. Ibu Ir. Ana Hardiana, MT yang telah memberikan tuntunan dan pengarahan
dengan sabar dalam penyelesaian Tugas Akhir ini. 5. Bapak Ir. Widi Suroto, MT yang juga telah memberikan tuntunan dan
pengarahan dengan sangat sabar dalam penyelesaian Tugas Akhir ini. 6. Segenap instansi pemerintahan Kota Kediri yang telah mempermudah
pencarian data untuk Tugas Akhir ini. 7. Produsen Tahu Kelurahan Tinalan Kota Kediri yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk penulis. 8. Ninik Hani’ah dan Muhammad Hanik yang telah memberikan segenap kasih
sayang, dukungan, do’a dan mengajarkan banyak hal dalam hidup. 9. Andira Fajryah dan Muhammad Ardian yang telah memberikan segala commit to user dukungan moral dan material serta doa dalam setiap langkah.
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10. Keluarga Besar PWK UNS 2007 yang telah banyak berbagi canda tawa,
keluh kesah, pelajaran hidup dan arti kebersamaan selama 4 tahun kebelakang. 11. Penghuni Kost Aura yang telah menemani penulis dalam suka maupun duka. 12. Semua pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung
dalam penyelesaian pembuatan laporan ini. Sebagai manusia biasa yang tidak terlepas dari kekurangan, keterbatasan dan kekhilafan penulis menyadari sepenuhnya bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan. Dalam rangka penyempurnaan Tugas Akhir ini penulis sangat mengharapkan masukan dan kritik yang sifatnya membangun dan dapat dikembangkan dalam penelitian lebih lanjut. Akhirnya penulis
berharap
kiranya
Allah
Subhanahuwata’ala
selalu
memberikan
anugerahNya kepada penulis, semua pihak dan selalu dalam lindunganNya. Amin.
Surakarta,
Juli 2011
Penulis
Kurniasari
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO : There are many people who have big plans but their big plans never come true. The reason is, too many people have big plans but fail to keep their small agreements. [Robert Kiyosaki]
Disaat semuanya tidak memperdulikan kesedihanmu, cintanya Ibu paling setia menuntaskan kegelisahan dan kegundahan. [@TerimaKasihIBU]
Jangan berkata menyerah jika kamu masih bisa mencoba, karena sahabat baikmu tidak akan membiarkanmu sendiri dalam kesulitan. [@pepatah]
Rencana yang paling luar biasapun akan sia-sia, jika hanya terhenti pada wacana. Berani bergerak! Sukses pasti akan tercapai. [Andri Wongso]
Karya ini dipersembahkan untuk: Ibu dan Bapak tercinta Kakak dan adik ku tersayang Saudara seperjuanganku di PWK 2007 UNS commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ ii ABSTRAK ............................................................................................................. iii ABSTRACT ............................................................................................................iv KATA PENGANTAR ............................................................................................. v MOTTO ................................................................................................................ vii DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii DAFTAR TABEL ..................................................................................................xi DAFTAR PETA.................................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 3 C. Tujuan dan Sasaran .......................................................................................... 3 1 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3 2 Sasaran Penelitian ........................................................................................ 3 D. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 4 E. Batasan Penelitian ............................................................................................. 4 1. Ruang Lingkup Spasial ............................................................................... 4 2. Ruang Lingkup Substansial ........................................................................ 6 F. Sistematika Pembahasan ................................................................................... 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tentang Industri ................................................................................................ 9 1. Pengertian Industri Kecil ............................................................................ 9 2. Klasifikasi Skala Industri .......................................................................... 11 3. Teori Lokasi ............................................................................................. 11 4. Industri Kecil Dengan Konsep Rumah ..................................................... 14 5. Industri Kecil Sebagai Upaya Pengembangan Lokal Di Indonesia .......... 14 6. Industri Kecil Rumah Tangga Berkelanjutan ........................................... 15 7. Potensi Dan Kendala Industri Kecil .......................................................... 16 8. Arti Penting Koperasi dalam Industri Kecil dan Rumah Tangga ............. 19 9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2008 Tentang Kebijakan Industri Nasional ....................................................... 21 B. Tentang Pemberdayaan ................................................................................... 23 1. Definisi pemberdayaan dan keberdayaan ................................................. 23 2. Keberdayaan Masyarakat .......................................................................... 24 C. Indikator yang Digunakan .............................................................................. 25 1. Indikator Faktor Bantuan Modal............................................................... 25 2. Indikator Faktor Pemasaran ...................................................................... 25 3. Indikator Faktor Teknologi ....................................................................... 26 4. Indikator faktor Tantangan ....................................................................... 27 commit to user 5. Indikator Kontinuitas Produksi ................................................................. 27
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Metode Analisa ............................................................................................... 28 1. Uji Validitas dan Realibitas ...................................................................... 28 2. Analisa Chi Kuadrat .................................................................................. 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel ....................................................................................... 29 1. Populasi ..................................................................................................... 29 2. Sampel ...................................................................................................... 29 B. Jenis dan Metode Pengumpulan Data ............................................................. 31 1. Jenis Data .................................................................................................. 31 2. Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 31 C. Definisi Operasional Variabel......................................................................... 33 1. Keberdayaan produsen tahu ...................................................................... 33 2. Keberlanjutan Usaha ................................................................................. 34 D. Validitas Data ................................................................................................. 35 1. Trianggulasi .............................................................................................. 35 2. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner .................................................. 35 E. Teknik Analisis Data ...................................................................................... 35 BAB IV GAMBARAN UMUM INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU KELURAHAN TINALAN A. Kondisi Wilayah Penelitian ............................................................................. 40 1. Kondisi Geografis Kota Kediri ................................................................. 40 2. Kondisi Geografis Kelurahan Tinalan ...................................................... 45 3. Kondisi Fisik Wilayah Penelitian ............................................................. 48 4. Penduduk Dan Ketenagakerjaan ............................................................... 53 5. Prasarana Wilayah Penelitian ................................................................... 54 6. Kondisi Perekonomian Kota Kediri .......................................................... 60 B. Proses pembuatan makanan olahan tahu .......................................................... 60 1. Perendaman dan pencucian ....................................................................... 60 2. Penggilingan ............................................................................................ 61 3. Perebusan .................................................................................................. 61 4. Penyaringan dan penggumpalan ............................................................... 61 5. Pencetakan dan Pemotongan..................................................................... 62 C. Perkembangan Industri Kecil Rumah Tangga Tahu Kelurahan Tinalan ......... 65 1. Sejarah ........................................................................................................ 66 2. Bahan Baku ................................................................................................ 66 3. Teknologi ................................................................................................... 69 4. Perkembangan Produksi Tahu ................................................................... 70 5. Pesaing ....................................................................................................... 71 6. Kelembagaan .............................................................................................. 71 7. Tenaga Kerja .............................................................................................. 72 D. Karakteristik Sosial Ekonomi Produsen Tahu ................................................. 73 1. Pendapatan ................................................................................................. 73 2. Tingkat Pendidikan .................................................................................... 74 commit to user 3. Lama Berusaha ........................................................................................... 74
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
E. Peran Pemerintah Dalam Perkembangan Industri Tahu Di Kota Kediri ......... 75 1. Dinas Perindustrian dan Perdagangan........................................................ 75 2. Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah................................. 75 BAB V ANALISIS A. Validitas dan Realibilitas Kuesioner ................................................................ 78 1. Uji Validitas ............................................................................................... 78 2. Uji Reabilitas ............................................................................................. 78 B. Keberdayaan Produsen Tahu di Kelurahan Tinalan ........................................ 79 1. Bantuan Modal ........................................................................................... 79 2. Pemasaran .................................................................................................. 82 3. Teknologi ................................................................................................... 87 4. Tantangan ................................................................................................... 89 C. Keberlanjutan Usaha Tahu di Kelurahan Tinalan ............................................ 91 1. Kontinuitas Produksi .................................................................................. 91 D. Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu terhadap Keberlanjutan Usaha Tahu di Kelurahan Tinalan ............................................ 93 1. Pengaruh Bantuan Modal terhadap Kontinuitas Produksi ......................... 93 2. Pengaruh Pemasaran terhadap Kontinuitas Produksi................................. 98 3. Pengaruh Teknologi terhadap Kontinuitas Produksi ............................... 102 4. Pengaruh Tantangan terhadap Kontinuitas Produksi ............................... 105 BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ................................................................................................... 110 B. Rekomendasi ................................................................................................. 112 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ Lampiran 1 Kuesioner ................................................................................................ Lampiran 2 Hasil Kuesioner ...................................................................................... Lampiran 3 Rangkuman Hasil Wawancara ............................................................... Lampiran 4 Hasil Perhitungan Uji Validitas dan Realibilitas Kuesioner menggunakan SPSS ................................................................................ Lampiran 5 Hasil Perhitungan Uji Chi Kuadrat dan Uji Keeratan Hubungan menggunakan SPSS ................................................................................ DAFTAR RIWAYAT HIDUP...................................................................................
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Kekuatan dan Kelemahan Industri Kecil ...................................... 18 Tabel 3.1 Definisi Variabel Operasional....................................................... 34 Tabel 3.2 Kriteria Guilford Keeratan Hubungan .......................................... 36 Tabel 3.3 Metodologi Penelitian ................................................................... 37 Tabel 4.1 Sebaran Industri Tahu di Kota Kediri ........................................... 43 Tabel 4.2 Tata Guna Lahan Kota Kediri ....................................................... 48 Tabel 4.3 Tata Guna Lahan Kelurahan Tinalan ............................................ 52 Tabel 4.4 Pembuangan Air Limbah Industri Tahu Kelurahan Tinalan......... 56 Tabel 4.5 Perkembangan Produksi Kedelai Kabupaten Kediri Tahun 2000 – 2008 ....................................................................... 67 Tabel 4.6 Tabel Penggunaan Kedelai Industri Tahu Kelurahan Tinalan ...... 68 Tabel 4.7 Perbedaan Peralatan Konvensional dan Modern dalam Industri Tahu Kelurahan Tinalan ....................................... 69 Tabel 4.8 Pendapatan Bersih Per Hari Produsen Tahu Kelurahan Tinalan ........................................................................ 73 Tabel 4.9 Tingkat Pendidikan Produsen Tahu Kelurahan Tinalan ............... 74 Tabel 4.10 Lama Berusaha Produsen Tahu Kelurahan Tinalan.................... 75 Tabel 4.11 Syarat-syarat Pengajuan Modal Bergulir Dinas Koperasi dan UMKM ......................................................... 76 Tabel 5.1 Hasil Uji Validitas Kuesioner ....................................................... 78 Tabel 5.2 Hasil Uji Realibilitas Kuesioner ................................................... 79 Tabel 5.3 Jaringan Pemasaran Tahu Luar Kota ............................................ 81 Tabel 5.4 Perkembangan Ragam Produk Tahu di Kelurahan Tinalan Tahun 2006 – 2010 ................................... 81 Tabel 5.5 Pendapatan Bersih Per Bulan Produsen Tahu Kelurahan Tinalan ........................................................................ 87 Tabel 5.6 Uji Chi Kuadrat dan Uji Signifikansi Bantuan Modal terhadap Kontinuitas Produksi .................................................................... 94 Tabel 5.7 Perkembangan Produksi Kedelai Kabupaten Kediri Tahun 2000 – 2008 ....................................................................... 96 Tabel 5.8 Uji Chi Kuadrat dan Uji Signifikansi Pemasaran terhadap Kontinuitas Produksi .................................................................... 98 Tabel 5.9 Uji Chi Kuadrat dan Uji Signifikansi Teknologi terhadap Kontinuitas Produksi .................................................................... 102 Tabel 5.10 Uji Chi Kuadrat dan Uji Signifikansi Tantangan terhadap Kontinuitas Produksi ................................................................... 106
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PETA Peta 1.1 Peta Lokasi Penelitian Kelurahan Tinalan .............................................. 5 Peta 3.1 Peta Administrasi Sampel Penelitian ...................................................... 30 Peta 4.1 Peta Batas Administrasi Kota Kediri ...................................................... 41 Peta 4.2 Peta Persebaran Industri Tahu di Kota Kediri......................................... 44 Peta 4.3 Peta Batas Administrasi Kelurahan Tinalan ........................................... 46 Peta 4.4 Peta Sebaran Industri Tahu di Kelurahan Tinalan .................................. 47 Peta 4.5 Peta Tata Guna Lahan Kota Kediri ......................................................... 49 Peta 4.6 Peta Jenis Tanah Kota Kediri .................................................................. 51 Peta 4.7 Peta Jaringan Jalan Kelurahan Tinalan ................................................... 57 Peta 5.1 Peta Jaringan Pemasaran Dalam Kota Industri Rumah Tangga Tahu Kelurahan Tinalan ................................... 84 Peta 5.2 Peta Jaringan Pemasaran Luar Kota Industri Rumah Tangga Tahu Kelurahan Tinalan ................................... 86
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Kerangka Latar Belakang ................................................................ 8 Gambar 2.1 Hipotesis Christaller ........................................................................ 13 Gambar 3.1 Bagan Proses Pengambilan Sampel ................................................ 29 Gambar 3.2 Kerangka Pikir Penelitian ............................................................... 39 Gambar 4.1 Diagram Penggunaan Lahan Kelurahan Tinalan ............................ 52 Gambar 4.2 Citra Satelit Kelurahan Tinalan ....................................................... 53 Gambar 4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Kelurahan Tinalan Tahun 2010 ....................................................... 54 Gambar 4.4 Jalan Kota dan Jalan Nasional di Sekitar Kelurahan Tinalan ........................................................................... 55 Gambar 4.5 Gambaran Lokasi Industri Tahu Kelurahan Tinalan ....................... 59 Gambar 4.6 Bagan Proses Pembuatan Tahu ....................................................... 62 Gambar 4.7 Proses Pembuatan Tahu Kelurahan Tinalan ................................... 63 Gambar 4.8 Proses Pembuatan Tahu Takwa Kelurahan Tinalan........................ 64 Gambar 4.9 Proses Pembuatan Stik Tahu Kelurahan Tinalan ............................ 65 Gambar 4.10 Perkembangan Produksi Kedelai Kabupaten Kediri Tahun 2000 – 2008 ....................................................................... 67 Gambar 4.11 Grafik Perkembangan Produksi Tahu Kelurahan Tinalan .......................................................................... 70 Gambar 5.1 Diagram Bantuan Modal Industri Rumah Tangga Tahu dalam kurun waktu 5 tahun ............................................................. 79 Gambar 5.2 Grafik Perkembangan Jenis Produksi Tahu di Kelurahan Tinalan Tahun 2006 – 2010 ........................................... 82 Gambar 5.3 Diagram Jaringan Pemasaran Industri Rumah Tangga Tahu Tahun 2006 – 2010 .......................................................................... 82 Gambar 5.4 Titik-titik pemasaran menurut Central Place Theory ..................... 85 commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 5.5 Diagram Peralatan Produksi Industri Kecil Rumah Tangga Tahu di Kelurahan Tinalan .............................................................. 88 Gambar 5.6 Diagram Tingkat Pendidikan Produsen Tahu di Kelurahan Tinalan ....................................................................... 89 Gambar 5.7 Diagram Tantangan yang Dihadapi oleh Industri Rumah Tangga Tahu Kelurahan Tinalan ........................................ 90 Gambar 5.8 Diagram Lama Berusaha Industri Rumah Tangga Tahu Kelurahan Tinalan ........................................................................... 91 Gambar 5.9 Diagram Kontinuitas Produksi Tahu di Kelurahan Tinalan ....................................................................... 92 Gambar 5.10 Grafik Perkembangan Penggunaan Kedelai Industri Tahu Kelurahan Tinalan ................................................... 93 Gambar 5.11 Diagram Pengaruh Bantuan Modal Terhadap Kontinuitas Produksi Tahu Kelurahan Tinalan .............................. 94 Gambar 5.12 Sumber Bantuan Modal yang Diperoleh Produsen Tahu Kelurahan Tinalan................................................................. 95 Gambar 5.13 Grafik Perkembangan Produksi Kedelai Kabupaten Kediri Tahun 2000 – 2008 ........................................... 96 Gambar 5.14 Pola Panen Kedelai Bulanan di Jawa Timur ................................. 97 Gambar 5.15 Diagram Pengaruh Pemasaran Terhadap Kontinuitas Produksi Tahu Kelurahan Tinalan.............................. 99 Gambar 5.16 Jaringan Pemasaran Produk Tahu Kelurahan Tinalan .................. 100 Gambar 5.17 Diagram Pengaruh Teknologi Terhadap Kontinuitas Produksi Tahu Kelurahan Tinalan .............................. 102 Gambar 5.18 Grafik Perbandingan Jumlah Tenaga Kerja dengan Produksi Tahu Kelurahan Tinalan ................................................. 104 Gambar 5.19 Diagram Pengaruh Tantangan Terhadap Kontinuitas Produksi Tahu Kelurahan Tinalan .............................. 106 Gambar 5.20 Diagram Tantangan yang Dihadapi dalam Industri Rumah Tangga Tahu Kelurahan Tinalan ....................................... 107
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Industri kecil dan rumah tangga (IKRT) memiliki kontribusi yang besar dalam pembangunan karena menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar, menjadi penyumbang pendapatan asli daerah yang signifikan, prospektif untuk ekspor, dan mampu bertahan dalam kondisi krisis. Perhatian untuk menumbuhkembangkan industri kecil dan rumah tangga (IKRT) setidaknya dilandasi oleh tiga alasan. Pertama, IKRT menyerap banyak tenaga kerja. Kecenderungan menyerap banyak tenaga kerja umumnya membuat banyak IKRT juga intensif dalam menggunakan sumberdaya alam lokal. Apalagi karena lokasinya banyak di pedesaan, pertumbuhan IKRT akan menimbulkan dampak positif terhadap peningkatan jumlah tenaga kerja, pengurangan jumlah kemiskinan, pemerataan dalam distribusi pendapatan, dan pembangunan ekonomi di pedesaan (Simatupang, et al., 1994; Kuncoro, 1996). Dari sisi kebijakan, IKRT jelas perlu mendapat perhatian karena tidak hanya memberikan penghasilan bagi sebagian besar angkatan kerja Indonesia, namun juga merupakan ujung tombak dalam upaya pengentasan kemiskinan. Di perdesaan, peran penting IKRT memberikan tambahan pendapatan (Sandee et al., 1994), merupakan seedbed bagi pengembangan industri dan sebagai pelengkap produksi pertanian bagi penduduk miskin (Weijland, 1999). Dengan kata lain, IKRT juga berfungsi sebagai strategi mempertahankan hidup (survival strategy) di tengah krisis moneter. Di Kota Kediri juga terdapat industri rumah tangga seperti yang disebut diatas, yaitu industri rumah tangga tahu. Industri rumah tangga tahu adalah suatu industri yang melakukan usaha pembuatan tahu melalui proses produksi dengan bahan baku kedelai, serta menggunakan modal, peralatan, keterampilan dan tenaga kerja sebagai faktor-faktor produksi (Sutomo 2001:21). Kota Kediri sangat terkenal dengan makanan khasnya yang berupa tahu, commit to user sejak lama Kediri dikenal sebagai Kota Tahu. Tahu Kediri berbeda dengan
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
produk-produk tahu terkenal lainnya. Berbagai macam produk olahan tahu digunakan sebagai oleh-oleh bagi para wisatawan yang berkunjung maupun wisatawan yang hanya melewati Kota Kediri. Sebagian besar industri makanan tahu di Kota Kediri merupakan industri kecil dan rumah tangga (home based enterprises). Salah satu wilayah yang sebagian besar penduduknya bekerja di sektor industri rumah tangga tahu adalah Kelurahan Tinalan. Karakteristik atau ciriciri usaha tersebut adalah masih menggunakan teknologi tradisional, sangat sederhana, dan banyak menggunakan keahlian tangan. Untuk memperoleh bahan dasar umumnya diperoleh dengan cara mudah, yaitu didapat dari daerah pedesaan atau daerah sekitarnya. Pemasaran hasil produksi tidak didasarkan atas promosi atau iklan melainkan melalui perantara (Mubiarto dalam Sutomo 2001 : 3). Industri rumah tangga tahu di Kelurahan Tinalan ini dikerjakan oleh tenaga keluarga, dengan bekal ketrampilan dan pengetahuan tentang pembuatan tahu yang para produsen miliki secara turun temurun, mereka juga berusaha untuk mengembangkan usahanya dengan cara meningkatkan kualitas tahu sesuai permintaan konsumen. Dengan target pemasaran umumnya menjangkau pasar yang lebih luas dari industri lokal maka dapat mempertahankan tahu sebagai ciri khas/ branded Kota Kediri. Selain itu dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja, sehingga proses produksinya tidak terbatas hanya satu produk saja dan dapat mengembangkan pangsa pasarnya ke wilayah yang lebih luas sehingga dapat memperkenalkan ciri khas tahu Kediri ke luar wilayah Kota Kediri. Salah satu aspek yang dapat mengangkat perekonomian rakyat adalah pemberdayaan.
Menurut
Kartasasmita
(1996),
menyatakan
bahwa
pemberdayaan masyarakat secara praktis merupakan upaya pengerahan sumber daya untuk mengembangkan potensi ekonomi rakyat akan berakibat meningkatkan produktivitas rakyat. Sehingga baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam di sekitar keberadaan rakyat dapat pula ditingkatkan produktivitasnya. Dengan demikian, rakyat dan lingkungannya mampu secara commit to usernilai tambah ekonomis. partisipatif menghasilkan dan menumbuhkan
2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
Diakui bahwa pemberdayaan usaha kecil menghadapi beberapa kendala antara lain kemampuan dan keterampilan, keahlian, manajemen sumber daya manusia, permodalan dan pemasaran. Kendala-kendala yang dihadapi mengakibatkan sektor ini kalah bersaing. Pelham (1999) menemukan bahwasanya industri kecil masih lemah dalam hal perencanaan, pemikiran strategis dan orientrasi jangka panjang. Kecenderungan memenuhi kebutuhan jangka pendek mengakibatkan mereka tidak melakukan perencanaan ke depan tentang pasar, pengelolaan keuangan, atau persediaan sumber daya yang dibutuhkan. Keberdayaan pelaku usaha dapat dilihat dari seberapa besar pelaku usaha mendapat bantuan modal, seberapa jauh pemasaran yang dapat dijangkau, teknologi yang digunakan dalam industri tahunya, dan besar kecilnya tantangan yang dihadapi oleh industri tahu akan menentukan keberlanjutan usaha masingmasing pelaku usaha. Kendala yang dihadapi sangat beragam, antara lain keterbatasan modal, banyaknya pesaing/kompetitor yang bekerja di sektor yang sama, terbatasnya sarana prasarana yang memadai, sampai pada faktor cuaca yang tidak menentu (Susilowati et al., 2004; 2005). Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui bagaimana faktor-faktor pengaruh keberdayaan produsen tahu terhadap keberlanjutan usahanya.
B. Rumusan Masalah Bagaimana pengaruh faktor-faktor keberdayaan produsen tahu terhadap keberlanjutan usahanya?
C. Tujuan dan Sasaran 1. Tujuan Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor keberdayaan produsen tahu terhadap keberlanjutan usahanya. 2. Sasaran a. Perkembangan industri rumah tangga tahu di Kelurahan Tinalan commitprodusen to user tahu b. Karakteristik sosial ekonomi
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
c. Peran pemerintah dalam perkembangan industri tahu di Kota Kediri d. Identifikasi faktor-faktor keberdayaan produsen tahu e. Identifikasi faktor keberlanjutan usaha f. Pengaruh
faktor-faktor
keberdayaan
produsen
tahu
terhadap
keberlanjutan usaha di Kelurahan Tinalan
D. Manfaat Penelitian Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan secara ilmiah dan secara praktis. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan beberapa manfaat sebagai berikut: 1. Bagi pembangunan industri kecil, diharapkan penelitian ini dapat dimanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan dan program pemberdayaan pengrajin. 2. Dapat menjadi masukan untuk kemajuan industri rumah tangga tahu di Kota Kediri 3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi
referensi bagi penelitian
selanjutnya yang sejenis.
E. Batasan Penelitian 1. Ruang Lingkup Spasial Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Tinalan, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri. Penulis memilih lokasi tersebut karena di Kelurahan Tinalan merupakan lokasi industri rumah tangga tahu di Kota Kediri yang mempunyai potensi untuk dikembangkan. Kelurahan Tinalan mempunyai luas wilayah 92,60 Ha dengan batasan wilayah sebagai berikut: Sebelah utara
: Kelurahan Burengan
Sebelah selatan
: Kelurahan Tosaren
Sebelah timur
: Kelurahan Banaran
Sebelah barat
: Kelurahan Setonogedong commit to user
4
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
Peta 1.1 Peta Lokasi Penelitian Kelurahan Tinalan Sumber: Dinas Tata Ruang Kota Kediri, 2011
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
2. Ruang Lingkup Substansial Dalam penelitian ini akan lebih banyak membahas tentang aspek sosial dan ekonomi dari faktor-faktor keberdayaan produsen tahu dan keberlanjutan usahanya, yang meliputi: a. Kondisi fisik wilayah penelitian, meliputi lokasi penelitian, prasarana wilayah, tata guna lahan, jaringan distribusi tahu dan sebaran industri tahu di Kota Kediri dan Kelurahan Tinalan. b. Kondisi sosial ekonomi produsen tahu, meliput jenjang pendidikan, pendapatan dan lama usaha yang digeluti produsen tahu. c. Pengaruh faktor-faktor keberdayaan produsen tahu meliputi faktor bantuan modal, pemasaran, teknologi dan
tantangan terhadap
keberlanjutan usaha yaitu kontinuitas produksi.
F. Sistematika Pembahasan Tahap pendahuluan berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan sasaran penelitian, kerangka pemikiran, batasan penelitian, dan sistematika pembahasan. Tahap kajian teori berisi teori-teori yang terkait dengan judul penelitian, yaitu “Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi Di Kota Kediri”. Seperti teori
tentang
industri
rumah
tangga,
pemberdayaan
masyarakat,
keberlanjutan usaha dan teori lokasi pemasarannya. Tahap metode penelitian berisi tentang kebutuhan data, subyek penelitian, teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, kerangka analisis, teknik analisis dan sintesis data. Tahap gambaran umum industri rumah tangga tahu Kelurahan Tinalan berisi tentang gambaran kondisi geografis Kelurahan Tinalan, jangkauan pendistribusian tahu di Kelurahan Tinalan, kondisi sosial ekonomi dan sosial kependudukan terkait produsen tahu di Kelurahan Tinalan, mekanisme proses produksi tahu, dan peran pemerintah dalam perkembangan industri rumah tangga Kelurahan Tinalan. commit to user
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
Tahap analisis berisi tentang analisis faktor-faktor keberdayaan produsen tahu dan keberlanjutan usaha. Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor tersebut dilakukan uji independensi Chi Kuadrat dan uji keeratan hubungan. Tahap kesimpulan dan rekomendasi berisi kesimpulan dari penelitian ini dan rekomendasi bagi pemerintah kota Kediri dan produsen tahu di Kelurahan Tinalan.
commit to user
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
Kota Kediri sangat khas dengan oleh-oleh berupa tahu
Menjamurnya industri rumah tangga tahu di Kota Kediri
Jaringan pemasaran hingga menjangkau luar kota
Namun sistem produksinya masih menggunakan peralatan konvensional
Mengalami berbagai tantangan dalam perjalanan industri tahu
Namun hingga sekarang produksi tahunya tetap berlanjut
Bagaimana pengaruh faktor-faktor keberdayaan produsen tahu terhadap keberlanjutan usahanya?
Gambar 1.1 Kerangka Latar Belakang Sumber: Analisis Penulis, 2011
commit to user
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Tentang Industri 1. Pengertian Industri Kecil Ada beberapa pengertian berbeda tentang apa itu industri. Menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1984 tentang perindustrian, yang dimaksud industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, bahan setengah jadi dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi penggunaannya. Menurut Nurimansjah Hasibuan (1994), industri adalah kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang-barang yang mempunyai sifat saling mengganti yang sangat erat. Namun dari segi pembentukan pendapatan industri adalah kegiatan ekonomi yang menciptakan nilai tambah. Menurut Winardi (1983), industri sebagai usaha yang bersifat produktif terutama
dalam
bidang
produksi
atau
perusahaan
tertentu
yang
menyelenggarakan jasa-jasa. Misalnya transportasi dan perhubungan yang menggunakan modal dan tenaga kerja dalam jumlah yang relatif besar. Istilah tersebut dapat dipandang dari arti kolektif, misalnya perhubungan dengan aktifitas suatu negara secara keseluruhan dan juga sering istilah tersebut digunakan untuk mengidentifikasi segmen khususnya dari usahausaha produksi yang produktif seperti industri mobil, kapal, dan industri berat lainnya. Badan Pusat Statistik mengartikan industri sebagai suatu unit kesatuan yang terletak pada suatu tempat yang tertentu untuk melakukan suatu kegiatan untuk mengubah barang atau jasa sehingga menjadi bernilai. Barang atau jasa tersebut diolah menjadi produk-produk tertentu yang nilainya lebih tinggi. Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah: “Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang commit to user
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.” Ciri-ciri usaha kecil yaitu: Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak gampang berubah; Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah; Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, sudah membuat neraca usaha; Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP; Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam berwirausaha; Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal; Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik seperti business planning. Contoh usaha kecil yaitu: Usaha tani sebagai pemilik tanah perorangan yang memiliki tenaga kerja; Pedagang dipasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul lainnya; Pengrajin industri makanan dan minuman, industri meubelair, kayu dan rotan, industri alat-alat rumah tangga, industri pakaian jadi dan industri kerajinan tangan; Peternakan ayam, itik dan perikanan; Koperasi berskala kecil. Terkait dengan tempat sebagai lokasi industri, industri kecil berbasis rumah menjadi salah satu pilihan untuk melakukan suatu kegiatan/ usaha dengan memanfaatkan tempat tinggal sebagai lokasi industri. Dari segi tenaga kerja, industri rumah tangga sangat efektif dalam memberikan kesempatan/ peluang kerja terutama bagi masyarakat yang tinggal disekitar lokasi industri kecil tersebut.commit to user
10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
2. Klasifikasi Skala Industri Badan Pusat Statistik mengklasifikasikan usaha industri pengolahan di Indonesia ke dalam 4 skala usaha berdasarkan jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh suatu usaha tanpa memperhatikan besarnya modal yang ditanam ataupun kekuatan mesin yang digunakan. Keempat skala tersebut adalah sebagai berikut: a. Industri besar, memiliki jumlah tenaga kerja 100 orang atau lebih, b. Industri sedang, memiliki jumlah tenaga kerja antara 20–99 orang, c. Industri kecil, memiliki jumlah tenaga kerja antara 5–19 orang, d. Industri rumah tangga, memiliki jumlah tenaga kerja antara 1–4 orang.
3. Teori lokasi Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber
yang
potensial,
serta
hubungannya
dengan
atau
pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha/ kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial (Tarigan, 2006:77). Salah satu hal banyak dibahas dalam teori lokasi adalah pengaruh jarak terhadap intensitas orang bepergian dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Analisis ini dapat dikembangkan untuk melihat suatu lokasi yang memiliki daya tarik terhadap batas wilayah pengaruhnya, dimana orang masih ingin mendatangi pusat yang memiliki daya tarik tersebut. Hal ini terkait dengan besarnya daya tarik pada pusat tersebut dan jarak antara lokasi dengan pusat tersebut. Terkait dengan lokasi maka salah satu faktor yang menentukan apakah suatu lokasi menarik untuk dikunjungi atau tidak adalah tingkat aksesibilitas. Tingkat aksesibilitas adalah tingkat kemudahan untuk mencapai suatu lokasi ditinjau dari lokasi lain di sekitarnya (Tarigan, 2006:78). Menurut Tarigan, tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak, kondisi prasarana perhubungan, ketersediaan berbagai sarana penghubung commit to user
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
termasuk frekuensinya dan tingkat keamanan serta kenyamanan untuk melalui jalur tersebut. a. Teori Tempat Pemusatan Suatu tempat merupakan pusat pelayanan. Menurut Christaller, pusat-pusat pelayanan cenderung tersebar di dalam wilayah menurut pola berbentuk heksagon (segi enam). Keadaan seperti itu akan terlihat dengan jelas di wilayah yang mempunyai dua syarat: (1) topografi yang seragam sehingga tidak ada bagian wilayah yang mendapat pengaruh dari lereng dan pengaruh alam lain dalam hubungan dengan jalur pengangkutan, (2) kehidupan ekonomi yang homogen dan tidak memungkinkan adanya produksi primer, yang menghasilkan padipadian, kayu atau batu bara. Dalam keadaan yang mempunyai kedua syarat seperti di atas itu akan berkembang tiga hal (Jayadinata, 1999:180) seperti diterangkan di bawah ini. 1) Ajang jasa (ajang niaga) akan berkembang secara wajar di seluruh wilayah dengan jarak dua jam berjalan kaki atau 2 x 3,5 = 7 km. Secara teori tiap pusat pelayanan melayani kawasan yang berbentuk lingkaran dengan radius 3,5 km (satu jam berjalan kaki), jadi pusat wilayah layanan akan terletak di pusat kawasan tersebut. Teori ini disebut teori tempat pemusatan (central place theory). 2) Kawasan-kawasan berbentuk lingkaran yang saling berbatasan, walaupun bentuk lingkaran adalah paling efisien, akan mempunyai bagian-bagian yang bertumpang tindih atau bagian-bagian yang senjang (kosong), sehingga bentuk lingkaran itu tidak biasa digunakan untuk kawasan atau wilayahnya. Berhubung dengan itu Christaller mengemukakan bahwa pusat pelayanan akan berlokasi menurut pola heksagon, sehingga wilayah akan saling berbatasan tanpa bertumpang tindih. 3) Dalam wilayah akan berkembang ajang niaga dalam pola heksagon. Yang palng banyak adalah dusun-dusun sebagai pusat commit to user
12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
perdagangan yang melayani penduduk wilayah pedesaan. Satu dusun dengan dusun lainnya akan menempuh jarak 7 km.
Gambar 2.1 Hipotesis Christaller Sumber: Tarigan, 2010 b. Teori Lokasi Biaya Minimum Alfred Weber adalah orang yang mempelopori pembentukan teori lokasi pada kegiatan industri pengolahan (manufacturing). Teori ini muncul pada masa revolusi industri di Jerman tahun 1929. Dengan pernyataannya bahwa penentuan lokasi industri ditempatkan di tempattempat yang resiko biaya atau ongkosnya paling murah atau minimal (least cost location). Weber berpendapat ada tiga faktor yang mempengaruhi lokasi industri, yaitu biaya transportasi, biaya tenaga kerja dan kekuatan aglomerasi. Dipandang dari segi tata guna lahan model Weber berguna untuk merencankan lokasi industri dalam rangka mensupli pasar wilayah, pasar nasional dan pasar dunia. Dalam model ini, fungsi tujuan biasanya meminimumkan ongkos transportasi sebagai fungsi dari jarak dan berat barang yang harus diangkut oleh perusahaan. Karena terdapat perbedaan upah buruh anter tempat dan tidak ada keuntungan aglomerasi bila lokasi berdekatan. Weber menyusun model yang dikenal dengan sebutan segitiga lokasional (locational triangle). Menurut Weber, untuk menentukan lokasi industri ada tiga faktor penentu yaitu : Material,commit konsumsi, dan tenaga Kerja. to user
13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
4. Industri Kecil Dengan Konsep Rumah Home industry juga dapat berarti industri rumah tangga, karena termasuk dalam kategori usaha kecil yang dikelola keluarga. Pada umumnya, pelaku kegiatan ekonomi berbasis rumah adalah keluarga itu sendiri yang berdomisili di tempat tinggalnya. Meskipun dalam skala yang tidak terlalu besar, kegiatan ekonomi ini secara tidak langsung membuka lapangan pekerjaan bagi warga disekitar kegiatan usaha tersebut. Sehingga kegiatan industri kecil ini dapat membantu pemerintah dalam upaya mengurangi angka pengangguran. Selain itu usaha mikro juga sering diidentikkan dengan industri rumah tangga karena sebagian besar kegiatan dilakukan di rumah, menggunakan teknologi sederhana atau tradisional dengan mempekerjakan warga sekitar yang berorientasi pada pasar lokal. Kegiatan usaha seperti ini banyak ditemukan di negara-negara berkembang dan berperan cukup besar dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan pengentasan kemiskinan. Bertambahnya jumlah keluarga tentu saja akan menambah jumlah kebutuhan anggota keluarga itu sendiri semakin meningkat. Kebutuhan keluarga ini akan terasa ringan terpenuhi apabila terdapat usaha yang bisa mendatangkan income atau penghasilan keluarga untuk menutupi kebutuhan tersebut. Home industry yang pada umumnya berawal dari usaha keluarga yang turun temurun dan pada akhirnya mulai meluas ini secara otomatis dapat
bermanfaat
menjadi
mata
pencaharian
penduduk
kampung
disekitarnya. Biasanya home industry dijadikan sebagai tumpuan mata pencaharian
oleh
masyarakat
kampung,
karena
memiliki
peluang
penyerapan tenaga kerja yang cukup banyak dan peluang untuk mencapai pekerjaan tersebut sangatlah mudah (Selawati, 2007).
5. Industri Kecil Sebagai Upaya Pengembangan Lokal Di Indonesia Menurut Tambunan (1997), dalam konteksnya sebagai usaha kecil commit to user dalam perekonomian nasional memiliki kedudukan yang strategis,
14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
mengingat jumlah penduduk Indonesia yang relatif besar dengan tingkat pendidikan rata-rata yang masih rendah dan sebagian hidup dalam kegiatan usaha kecil baik di sektor tradisional maupun modern. Kedudukan strategis usaha kecil yang demikian, menempatkan usaha kecil selalu menjadi perhatian dalam setiap tahap pembangunan. Namun demikian, usaha pengembangan yang telah dilakukan masih belum memuaskan karena dirasakan keberadaan industri kecil selalu tertinggal jika dibandingkan dengan kemajuan yang dicapai usaha besar. Terkait hal tersebut, dalam mengahadapi persaingan yang semakin ketat karena semakin terbukanya pasar di dalam negeri, dikhawatirkan keberadaan industri kecil akan tergusur oleh arus derasnya barang dan jasa yang masuk dari luar. Oleh karena itu pemberdayaan industri kecil pada saat ini dirasakan semakin mendesak dan sangat strategis untuk mengangkat perekonomian rakyat. Perekonomian rakyat yang selama ini identik dengan industri kecil yang perkembangannya sangat diharapkan untuk dapat melahirkan kelas menengah yang dapat menjadi motor bagi perekonomian nasional yang lebih handal. Menurut Tambunan (1998), berbagai pengamatan mengenai masalah industri kecil dengan modal dibawah 50 juta yang tersebar di pedesaan dan perkotaan menunjukkan berbagai permasalahan serius yang dihadapi oleh usaha kecil pada skala ini, antara lain: produktivitas usaha dan tenaga kerja (umumnya anggota keluarga) sangat rendah, orientasi pasar terbatas, pendidikan rata-rata masih rendah dan usaha dibuat sebagai usaha sampingan. Industri kecil dalam perkembangannya memiliki beberapa kelemahan dan kekurangan. Akan tetapi di sisi lain, industri kecil juga memiliki potensi dan kekuatan yang dapat dijadikan dasar upaya perkembangan industri kecil.
6. Industri Rumah Tangga Berkelanjutan Menurut Hamidah Nayati Utami, dalam tesisnya yang berjudul commit to user Keberdayaan, Kemajuan, dan Keberlanjutan Usaha Pengrajin menuliskan
15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
bahwa, usaha yang berkelanjutan memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) mampu menghasilkan produksi barang secara terus menerus, (2) melakukan perencanaan produksi dengan didasarkan prediksi jumlah kebutuhan konsumen, (3) selalu mengupayakan dihasilkannya produk bermutu sesuai kebutuhan konsumen, (4) senantiasa mengupayakan terpenuhinya target penjualan trend penjualan meningkat, (5) selalu melakukan tindakan proaktif untuk melayani konsumen, (6) secara sadar mengalokasikan dana untuk promosi, (7) melakukan perencanaan kebutuhan bahan baku yang tepat dan secara periodik, dan (8) selalu mengupayakan pengendalian bahan baku secara cermat selalu mengupayakan terpenuhinya kebutuhan bahan baku yang bermutu. Kriteria keberlanjutan usaha dapat dinilai dari kemampuan pengrajin dalam mempertahankan industrinya yang dapat dilihat dari kontinuitas produksi, kontinuitas pemasaran, dan kontinuitas bahan baku setiap individu. Keberlanjutan usaha sebagai terjemahan dari “sustainable livelihood” dapat didefinisikan sebagai upaya seseorang atau sekelompok orang untuk memenuhi
kebutuhan
hidup
dan
keberlanjutan
hidupnya
dengan
memanfaatkan segala kemampuan, pengetahuan, akses, dan tuntutan serta kekayaan yang dimiliki secara lokal maupun global dan terus meningkatkan kemampuan dirinya dengan bekerja sama dengan orang lain, berinovasi, berkompetisi, agar dapat bertahan dalam kondisi berbagai perubahan dan tercapai suatu pemerataan (Chambers dan Conway, 1992).
7. Potensi Dan Kendala Industri Kecil Karakteristik yang melekat pada industri kecil bisa merupakan kelebihan atau kekuatannya yang potensial. Di sisi lain, pada kekuatan tersebut implisit terkandung kekurangan atau kelemahan yang justru menjadi penghambat perkembangannya. Kombinasi dari kekuatan dan kelemahan serta interaksi keduanya dengan situasi eksternal akan menetukan seberapa besar kemungkinan industri kecil bisa berkembang. commit to user
16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
Beberapa kekuatan atau potensi industri kecil menurut Sjaifudian (1995:79) adalah: a. Memiliki kemampuan bertahan hidup yang tinggi b. Motivasi pengusaha sangat kuat untuk mempertahankan kelangsungan usahanya
karena
merupakan
satu-satunya
sumber
penghasilan
keluarganya. Sekalipun nilai tambah yang diperolehnya sangat rendah permintaan pangsa pasar menengah ke bawah yang dimasukinya cukup tinggi. Dengan karakteristiknya yang lentur usaha kecil sangat adaptif dalam menghadapi perubahan situasi dalam lingkungan usahanya. c. Kemampuan menggunakan pasokan (input produksi) secara efisien d. Pengusaha kecil sangat pandai memanfaatkan pasokan produksi yang murah secara efisien untuk menghasilkan produk dan jasa yang murah bagi konsumennya khususnya yang berpenghasilan rendah. Efisiensi usaha dapat dicapai karena memanfaatkan sumberdaya lokal yang mudah didapat. Kendala yang dihadapi industri kecil menurut Kuncoro (1997: 316317) adalah sebagai berikut: a. Kelemahan dalam memperoleh peluang pasar dan memperbesar pangsa pasar b. Kelemahan dalam struktur permodalan dan keterbatasan untuk memperoleh jalur terhadap sumber-sumber permodalan c. Kelemahan di bidang organisasi dan manajemen sumber daya manusia d. Keterbatasan jaringan usaha kerjasama antar pengusaha kecil (sistem informasi pemasaran) e. Iklim usaha yang kurang kondusif, karena persaingan yang saling mematikan f. Pembinaan yang telah dilakukan masih kurang terpadu dan kurangnya kepercayaan kepedulian masyarakat terhadap industri kecil. Secara ringkas, potensi dan kendala industri kecil digambarkan dalam Tabel 2.1. commit to user
17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
Tabel 2.1. Kekuatan dan Kelemahan Industri Kecil No. 1.
Faktor-Faktor Sumber daya a. Manusia
b. Ekonomi
c. Informasi
Kekuatan
Kelemahan
Motivasi yang kuat paling tidak untuk mempertahankan usahanya Suplai tenaga kerja berlimpah Mengandalkan sumbersumber keuangan informal yang mudah diperoleh Mengisi segmen pasar bawah yang tinggi permintaannya Interaksi yang terjadi antar dan inter kelompok-kelompok usaha merupakan ajang pertukaran informasi efektif
Kemampuan melihat peluang pengembangan usaha terbatas
d. Lembaga pendukung
2.
Budaya atau kekerabatan dapat menggalang solidaritas untuk memberdayakan pengusaha kecil Lembaga kekerabatan bisa pula berfungsi sebagai sarana konsultasi sekaligus kontrol terhadap implementasi program dan intervensi Program dan intervensi a. Permodalan Membantu kelancaran pengembangan usaha
b. Pelatihan
c. Pemasaran
Bermanfaat „sesaat‟ meningkatkan produktivitas
commit to user Pola keterkaitan
Nilai tambah yang diperoleh relatif rendah Pengelolaan uang untuk konsumsi dan produksi belum terpisah Tergantung kepada modal kerja Proses belajar dari pengalaman (keberhasilan/kegagalan) orang lain sangat minim terjadi Distribusi informasi kepada industri kecil sangat terbatas (kuantitatif) Budaya membaca masih minim Kemampuan koordinasi berdasarkan pembagian kerja masih terbatas
Kebutuhan modal berbedabeda pada usaha yang tingkat perkembangannya juga berbeda Industri kecil menghadapi kendala administratif Ketidakberlanjutan program Lamanya pelatihan perlu pula memperhatikan faktor kesiapan kelompok binaan untuk dilepas secara mandiri Posisi tawar yang rendah
18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
membuka peluang pasar Pengelompokan (aglomerasi) dalam batas-batas tertentu memberikan keuntungan melalui penekanan ongkos produksi, meningkatkan akses ke sumber daya Budaya kekerabatan bisa menjadi institusi yang merepresentatif bagi pengusaha kecil Meningkatkan (terbatas) akses kepada sumberdaya
d. Fungsi kelembagaan
3.
Kinerja a. Padat karya
Jaring pengaman masalah kelangkaan kesempatan kerja
b. Nilai tambah Efisien menggunakan rendah bahan baku c. Lentur dan luwes Daya tahan hidupnya tinggi terutama dalam situasi ekonomi yangkurang menguntungkan d. Strategi usaha Proses pengembalian modal jangka pendek dapat cepat tercapai
cenderung menyudutkan pengusaha kecil Meningkatkan persaingan melalui proses tiru meniru, akumulasi menjadi terbatas
Pelayanan sangat terfragmentasi dan belum memberikan peluang untuk memilih sesuai kebutuhan masing-masing jenis usaha Pemasaran masih tetap menjadi kendala besar Kurang memperhatikan kualitas kesempatan kerja Sering mengandalkan tenaga kerja tak dibayar Cenderung eksploitatif terhadap tenaga kerja untuk mengejar tingkat penghasilan Proses akumulasi sulit terjadi Spesialisasi dan akumulasi terbatas
Usaha bersifat sementara (ad hoc) Kurang antisipatif terhadap dinamika ekonomi makro
Sumber: Sjaifudian, 1995: 80-81
8. Arti Penting Koperasi dalam Industri Kecil dan Rumah Tangga Industri
kecil
dan
rumah
tangga
erat
kaitannya
dengan
kelembagaan, salah satu lembaga yang mewadahi industri kecil dan rumah tangga adalah koperasi. Menurut Peraturan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha
Kecil
Dan
Menengah
03/PER/M.KUKM/VI/2010
tentang
Republik
Indonesia
Pedoman
Program
Nomor
:
Bantuan
Pengembangan Koperasi Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan commit to user Menengah. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang
19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
seorang atau Badan Hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas azas kekeluargaan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Adapun tujuannya adalah mendorong pemberdayaan Masyarakat, khususnya. Usaha Mikro dan Kecil melalui
koperasi; memberikan perlindungan
usaha kepada Koperasi; melakukan penyelamatan usaha Koperasi dan Usaha Mikro kecil anggota Koperasi; dan memacu penumbuhan usaha Koperasi serta usaha mikro kecil anggota koperasi dalam mendukung upaya penciptaan kesempatan kerja dan penanggulangan kemiskinan. Fasilitas dan/atau buntuan dana yang diberikan kepada koperasi digunakan permodalan.
untuk
pengembangan
Pemberian
fasilitas
usaha; dan/atau
dan/atau bantuan
pengembangan dana
untuk
pengembangan usaha meliputi: a. Pengembangan usaha bidang produksi dan pengolahan yang terdiri dari Pertanian, Tanaman pangan
dan Holtikultura, Perkebunan,
Kehutanan, peternakan dan Perikanan, Industri,
Kerajinan dan
Pertambangan, Energi dan Ketenagalistrikan serta Aneka Jasa; b. Pengembangan usaha di bidang pemasaran yang terdiri dari pengembangan pasar tradisional, pedagang kaki lima, warung masyarakat dan retail; c. Pengembangan sumber daya manusia yang terdiri dari : Penumbuhan wirausaha baru melalui dukungan pengembangan Tempat Praktek Keterampilan Usaha (TPKU); Penumbuhan wirausaha baru melalui magang; Penumbuhan wirausaha baru melalui penyediaan voucher; Penumbuhan wirausaha usaha baru melalui kemitraan peningkatan kualitas SDM
commit to user
20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
d. Pengembangan usaha dalam bidang inovas dan teknologi yang terdiri dari: Peningkatan Kemampuan di bidang desain dan teknologi serta pengendalian mutu; Peningkatan Kerjasama dan alih teknologi; e. Pengembangan lembaga pendukung yang terdiri dari : Peningkatan fungsi inkubator; Peningkatan fungsi layanan pengemhangan usaha dan konsultan keuangan mitra bank; Pengembangan lembaga-lembaga profesi lainnya sebagai lembaga pendukung pengembangan Koperasi. Sedangkan Pemberian program untuk pengembangan permodalan meliputi: a. Pengembangan sirnpan pinjam dan jasa Keuangan koperasi; b. Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro; c. Pengembangan jaringan keuangan Koperasi; dan/atau d. Pengembangan instrumen keuangan Koperasi.
9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
28
Tahun 2008
Tentang Kebijakan Industri Nasional a. Strategi Operasional Pembangunan Industri Nasional Pengembangan Lingkungan Bisnis yang Kondusif meliputi: Mengembangkan lingkungan usaha yang mampu menciptakan: keuntungan berusaha para wirausaha, tersedianya lapangan kerja yang layak, hak-hak pekerja, dan terpeliharanya lingkungan hidup; Menyediakan persyaratan dasar bagi tumbuhnya lingkungan usaha yang nyaman, yaitu: stabilitas politik, tata kelola dan dialog sosial yang baik, rasa menghormati hak asasi manusia (HAM) dan standar ketenagakerjaan internasional, budaya kewirausahaan, stabilitas makroekonomi dan pengelolaan perekonomian yang baik, commit to user kebijakan perdagangan yang berkeadilan, dukungan kelembagaan
21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
dan perundangan yang menunjang, jaminan hukum terhadap kepemilikan kekayaan intelektual, kemudahan untuk mendapat pelayanan dari perbankan dan lembaga keuangan, serta tanggung jawab terhadap tata kelola usaha yang baik; Mengembangkan prasarana dan sarana fisik di daerah-daerah yang prospek industrinya potensial ditumbuhkan, antara lain: jalan, jembatan, pelabuhan, jaringan tenaga listrik, bahan bakar, jasa angkutan, pergudangan, telekomunikasi, telematika dan air bersih; Mendorong ketersediaan sarana
pendidikan dan pelatihan bagi
pengembangan SDM Industri, khususnya di bidang teknik produksi dan manajemen serta bisnis; Mendorong pengembangan usaha jasa prasarana dan sarana bisnis penunjang industri, antara lain kawasan industri, jasa R & D (Research
and
Development),
jasa
pengujian
mutu,
jasa
rekayasa/rancang bangun dan konstruksi, jasa inspeksi teknis, jasa layanan teknologi informasi dan komunikasi, jasa audit, jasa konsultansi industri, jasa pemeliharaan dan perbaikan, jasa pengamanan, jasa pengolahan/pembuangan limbah, jasa kalibrasi, dan sebagainya; Mengembangkan kebijakan sistem insentif yang efektif, edukatif, selektif, dan menarik; Menyempurnakan instrumen hukum untuk pengaturan kehidupan industri yang kondusif, yang memenuhi kriteria: i. lebih menjamin kepastian usaha/kepastian hukum, termasuk penegakan hukum yang konsisten; ii. aturan main berusaha yang jelas dan tidak menyulitkan; iii. mengurangi sekecil mungkin intervensi pemerintah terhadap pasar; iv. menghormati kebebasan usaha pelaku industri; v. kejelasan hak dan kewajiban pelaku industri; commit to user
22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
vi. terjaminnya dan tidak terganggunya kepentingan publik, termasuk gangguan keselamatan, kesehatan, nilai budaya dan kelestarianlingkungan hidup; vii. terjaminnya kepentingan konsumen secara seimbang. Mensinkronisasi kebijakan sektor terkait, seperti kebijakan bidang investasi dan sektor perdagangan, kebijakan di bidang
energi,
kebijakan di bidang pertanian, dan lain-lain; Membina Aparat Pembina agar bersih, profesional, dan pro-bisnis dalam membina dan memberikan pelayanan fasilitatif kepada dunia
usaha,
melalui
ketentuan
administratif
yang
sederhana/mudah, dapat mencegah kecurangan dan manipulasi yang merugikan negara dan masyarakat, dengan dampak beban yang tidak memberatkan pelaku industri.
B. Tentang Pemberdayaan 1. Definisi pemberdayaan dan keberdayaan Pertama-tama perlu terlebih dahulu dipahami arti dan makna keberdayaan dan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan merupakan suatu upaya yang diarahkan pada proses memampukan/ pengembangan kemampuan, penggalian sumberdaya lokal, serta pemberian peran yang lebih luas kepada masyarakat untuk berperan sebagai pelaku utama. Keberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu yang bersenyawa dalam masyarakat dan membangun keberdayaan masyarakat yang bersangkutan. Keberdayaan masyarakat adalah unsurunsur yang memungkinkan suatu masyarakat bertahan (survive), dan dalam pengertian yang dinamis mengembangkan diri dan mencapai kemajuan. Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat kita yang dalam kondisi sekarang tidak mampu
untuk
melepaskan
diri
dari
perangkap
kemiskinan
dan
keterbelakangan. Dengan kata lain memberdayakan adalah memampukan commit to user dan memandirikan masyarakat. Konsep ini menyangkut masalah
23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
penguasaan teknologi, pemilikan modal, akses ke pasar dan ke dalam sumber-sumber informasi, serta keterampilan manajemen.
2. Keberdayaan Masyarakat Keberdayaan pelaku usaha merupakan suatu usaha yang membuat produsen berdaya. Tingkat keberdayaan masyarakat dilihat dari dua akses, yaitu: a. Akses terhadap kekuatan ekonomi dilihat dari: 1) Akses usaha diukur dari kemampuan responden dalam mengakses bantuan kredit. Tingkat keberdayaan tinggi, bila responden memiliki kemampuan mengakses bantuan kredit ≥ 50% untuk kegiatan usahanya, dan sebaliknya (Susilowati et al., 2004; 2005). 2) Akses informasi pasar diukur dari kemampuan responden dalam mengakses informasi pasar, meliputi informasi tentang penawaran dan permintaan pasar. Tingkat keberdayaan tinggi, bila responden memiliki kemampuan ≥ 50% dalam mengakses informasi pasar untuk kegiatan usahanya, dan sebaliknya (Susilowati et al., 2004; 2005; Bartle, 2003). 3) Akses teknologi diukur dari kemampuan responden dalam mengakses teknologi dengan melakukan perubahan perbaikan teknologi perbatikan. Tingkat keberdayaan tinggi, bila responden memiliki kemampuan ≥ 50% dalam mengakses teknologi dengan mekakukan perubahan perbaikan teknologi
(Susilowati et al.,
2004; 2005). b. Akses terhadap kekuatan non-ekonomi dilihat dari : 1) Politik, diukur dari kemampuan responden melakukan lobi dan mempresentasikan diri atau kelompoknya. Tingkat keberdayaan tinggi, bila responden memiliki kemampuan
≥
50% dalam
melakukan lobi dan mempresentasilan diri, yaitu responden pernah meminta tolong pada stakeholders dan berhasil dan sebaliknya commitettoal., user (Bartle, 2003; Susilowati 2004; 2005; Moser, 2005).
24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
2) Sosial
Budaya
diukur
dari
kemampuan
responden
dalam
menembus atau mengikuti dinamika tatanan sosial budaya yang ada (apakah keputusan dalam berusaha, berorganisasi, berdasarkan pertimbangan
keluarga).
Tingkat
keberdayaan
tinggi,
bila
responden memiliki kemampuan ≥ 50% dalam menenbus atau mengikuti dinamika tatanan sosial budaya yang ada, yaitu apabila keputusan berusaha responden atau berorganisasi berdasarkan pertimbangan
keluarga
dan
sebaliknya
(Spreitzer,
1995;
McMillan,1995; Susilowati et al., 2004; 2005). 3) Peranan stakeholders diukur dengan melihat peran stakeholders dalam membantu pengembangan usaha. Penilaian evaluasi menggunakan
skala
konvensional
(1-10)
terhadap
peran
stakeholders dalam membantu pengembangan usaha (Grootaert, 2003; Susilowati et al., 2004; 2005).
C. Indikator yang Digunakan 1. Indikator Faktor Bantuan Modal a. Jangkauan pasar Menurut Christaller dalam teori Central Place Theory disebutkan bahwa jangkauan pasar merupakan jarak dimana seseorang bersedia untuk menempuhnya untuk mendapatkan jasa tersebut. Lebih jauh dari jarak ini orang akan mencari tempat lain yang lebih dekat untuk memenuhi kebutuhannya akan jasa yang sama. Jangkauan pasar ini tidak hanya ditentukan oleh jarak tapi juga oleh faktor waktu dan biaya untuk mencapai pusat pelayanan. Jangkauan pasar ini juga tidak konstan untuk aktivitas jasa tertentu melainkan dipengaruhi oleh arti atau pentingnya pusat pelayanan.
commit to user
25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
2. Indikator Faktor Pemasaran a. Aksesibilitas Terkait dengan lokasi maka salah satu faktor yang menentukan apakah suatu lokasi menarik untuk dikunjungi atau tidak adalah tingkat aksesibilitas. Tingkat aksesibilitas adalah tingkat kemudahan untuk mencapai suatu lokasi ditinjau dari lokasi lain di sekitarnya (Tarigan, 2006:78). Menurut Tarigan, tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak, kondisi
prasarana
perhubungan,
ketersediaan
berbagai
sarana
penghubung termasuk frekuensinya dan tingkat keamanan serta kenyamanan untuk melalui jalur tersebut. b. Pendapatan Pendapatan merupakan uang yang diterima seseorang dan perusahaan dalam bentuk gaji (wages), upah (salaries), bunga (interest), laba (profit), tunjangan pengangguran, uang pension dan lain sebagainya (Collin, 1994:287). Dari segi ekonomi mikro istilah pendapatan dipakai berkenaan dengan aliran penghasilan dalam suatu periode waktu yang berasal dari penyediaan faktor-faktor produksi: sumber daya alam (sewa), tenaga kerja (upah/gaji) dan modal (bunga/laba).
3. Indikator Faktor Teknologi a. Pendidikan Pendidikan menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 Bab VI pasal 13, menyatakan: “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. commit to user
26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
1) Pendidikan formal Pendidikan formal adalah pendidikan yang diselenggarakan disekolah secara teratur, bertingkat dan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat (Vebrianto, St, 1978:20). Sekolah merupakan lembaga utama yang bertugas untuk mengembangkan dan membentuk pribadi siswa, mentransmisikan kulturil, interaksi social, inovasi serta pra seleksi dan pra alokasi tenaga kerja (Vebrianto, St, 1978:53). 2) Pendidikan informal Pendidikan informal adalah pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah oleh badan-badan pemerintah ataupun swasta secara teratur dalam waktu yang relative singkat yang lebih menekankan kepada kecakapan dan keterampilan tertentu, tetapi tidak mengikuti peraturan yang ketat dan tetap seperti pendidikan formal. Dengan kata lain pendidikan informal itu merupakan pendidikan di luar sekolah yang bersifat kursus-kursus yang lebih menekankan kepada pengetahuan keterampilan.
4. Indikator faktor tantangan a. Lama berusaha Adalah satuan waktu dimana produsen tahu mulai mendirikan usaha pembuatan tahu, dimana satuan hitungnya dalam tahun (Astarina, Elsa. 2008).
5. Indikator kontinuitas produksi Kontinuitas produksi dapat terlihat ketika terdapat peningkatan penggunaan bahan baku a. Peningkatan penggunaan bahan baku Peningkatan adalah upaya untuk menambah tingkat, derajat, kualitas ataupun kuantitas (Ristek, 2007). commit to user
27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
Bahan baku langsung adalah semua bahan baku yang merupakan bagian daripada barang jadi yang dihasilkan. Biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan mentah langsung ini mempunyai hubungan yang erat dan sebanding dengan jumlah barang jadi yang dihasilkan (Gunawan Adisaputro dan Marwan Asri, 1982 : 185)
D. Metode Analisa 1. Uji Validitas dan Realibilitas a. Uji Validitas Validitas menunjukkan sejauh mana skor/ nilai/ ukuran yang diperoleh
benar-benar menyatakan hasil pengukuran/ pengamatan
yang ingin diukur (Agung, 1990). b. Uji Realibilitas Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Singarimbun, 1989).
2. Analisa Chi Kuadrat Uji Chi Kuadrat digunakan untuk menguji hubungan atau pengaruh dua buah variabel nominal dan mengukur kuatnya hubungan antara variabel yang satu dengan variabel nominal lainnya (C = Coefisien of Contingency).(Pengantar Statistika, 2000)
commit to user
28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan analisis data primer. Dalam penelitian ini lebih menekankan pada analisis kuantitatif, karena menguji pengaruh dengan uji independensi Chi-Kuadrat antar variabel keberdayaan dan keberlanjutan usaha menggunakan software SPSS dengan memperhatikan kondisi di lapangan sehingga mendapatkan hasil yang akurat. A. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi berarti keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang ingin diteliti. Populasi penelitian ini adalah produsen tahu skala rumah tangga di Kota Kediri. Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan, jumlah produsen tahu skala rumah tangga di Kota Kediri adalah 177 produsen. Lokasi penelitian adalah di Kelurahan Tinalan, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri Jawa Timur. Pemilihan lokasi tersebut didasari karena penduduk Kelurahan Tinalan sebagian besar bekerja sebagai produsen tahu skala kecil rumah tangga dan jaringan pemasarannya berada pada lingkup dalam dan luar kota. 2. Sampel Sampel adalah bagian dari anggota populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasinya. Sampel produsen tahu diambil dengan metode Multi Stage Sampling (sampel bertingkat) yang terkuota (Waridin, 1999; Susilowati et al., 2005). Seluruh produsen tahu yang terdapat di Kelurahan Tinalan adalah sebesar 27 produsen tahu. Kota Kediri
Kecamatan Pesantren
Kelurahan Tinalan ( ±27 produsen)
Gambar 3.1 Bagan proses pengambilan sampel commitAnalisis to userPenulis, 2011 Sumber:
29
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
Peta 3.1 Peta Administrasi Sampel Penelitian Sumber: Analisis Penulis, 2011
30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
B. Jenis dan Metode Pengumpulan Data 1. Jenis Data Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan sekunder. Data Primer dalam penelitian ini adalah data responden dari kuesioner untuk mengetahui keberdayaan produsen tahu di Kelurahan Tinalan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap keberlanjutan usahanya. Data Primer yang terkait dengan analisis keberdayaan, meliputi data yang terkait dengan bantuan modal, pemasaran, teknologi dan pengendalian masalah. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Badan Pusat Statistik, Kantor Kelurahan Tinalan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi dan UMKM, dan Koperasi Mekar Mulya. Data ini meliputi: Data perkembangan produksi tahu di Kota Kediri Data perkembangan produksi tahu di Kelurahan Tinalan Data perkembangan penjualan tahu di Kelurahan Tinalan pada khususnya Peta sebaran industri tahu di Kota Kediri Peta sebaran industri tahu di Kelurahan Tinalan Peta administrasi Kelurahan Tinalan Monografi Kelurahan Tinalan Data Perekonomian (PDRB, PAD)
2. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi keberhasilan penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara mengumpulkan data, siapa sumbernya, dan alat apa yang digunakan. a. Wawancara Wawancara merupakan suatu teknik mendekati sumber informasi dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis dan berdasarkan tujuan penelitian. Wawancara merupakan percakapan commit to user dengan tujuan tertentu dan dilakukan oleh pewawancara dan informan
31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
(Moleong.Metode Penelitian Kualitatif.2001:135). Wawancara Semi Terstruktur (Semi-Structured Interwiewing). Teknik ini adalah wawancara yang mempergunakan panduan pertanyaan sistematis yang hanya merupakan panduan terbuka dan masih mungkin untuk berkembang selama interview dilaksanakan. b. Dokumentasi Teknik
dokumentasi
bertujuan
untuk
memperoleh
data
berdasarkan sumber-sumber yang berasal dari buku-buku, literature, laporan, serta dokumen-dokumen lain yang berkaitan dengan penulisan. Dokumen ini dapat diperoleh dari lembaga pemerintah dan arsip serta dokumen pribadi. Seperti yang dikatakan H.B. Sutopo dalam Metode Penelitian Kualitatif (2002:54) bahwa dokumen dan arsip adalah sumber informasi tertulis yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau kegiatan. Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa arsip yang berkaitan dengan jurnal pemberdayaan komunitas,
data
kependudukan,
monografi
kecamatan,
data
ketenagakerjaan, dll. Selain itu digunakan juga foto untuk memperkuat hasil penelitian. Dokumen berupa foto diambil pada saat peneliti melakukan penelitian di lapangan, serta pada saat peneliti melakukan wawancara dengan informan. c. Kuesioner Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden). Instrumen atau alat pengumpulan datanya juga disebut angket berisi sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau direspon oleh responden. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner terbuka, yaitu kuesioner yang memberi kesempatan penuh member jawaban menurut apa yang dirasa perlu oleh responden. Responden mempunyai kebebasan untuk memberikan jawaban atau respon sesuai dengan persepsinya. commit to user
32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
C. Definisi Operasional Variabel Masing-masing variabel dan pengukurannya perlu dijelaskan agar diperoleh kesamaan pemahaman terhadap konsep-konsep dalam penelitian ini, yaitu: 1. Keberdayaan produsen tahu Unsur-unsur yang memungkinkan produsen tahu bertahan (survive), dan dalam pengertian yang dinamis mengembangkan diri dan mencapai kemajuan. Faktor-faktor keberdayaan antara lain: a. Bantuan Modal Dilihat dari seberapa besar kemampuan responden dalam mengakses bantuan seperti subsidi kedelai, pinjaman, dan sebagainya. b. Pemasaran Dilihat dari seberapa besar responden dalam memasarkan produknya. Ketika responden memiliki kemampuan dalam menembus pasar interlokal/ internasional maka dikatakan berdaya. c. Teknologi Dilihat dari seberapa besar responden menggunakan alat-alat produksi tahu. Ketika responden memiliki kemampuan dalam mengakses teknologi modern yang mampu memproduksi tahu menjadi lebih cepat maka dikatakan berdaya. d. Tantangan Yang dimaksud disini adalah besar kecilnya tantangan yang dihadapi oleh produsen tahu akan menentukan keberlanjutan usaha masingmasing responden. Tantangan yang dihadapi sangat beragam, antara lain modal, pesaing, ketidakpastian harga, dll.
commit to user
33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
2. Keberlanjutan usaha Kriteria keberlanjutan usaha dapat dinilai dari kemampuan pengrajin dalam mempertahankan industrinya yang dapat dilihat dari: a. Kontinuitas Produksi Dilihat dari seberapa besar responden dapat memproduksi tahu secara berkelanjutan meskipun ada beberapa kendala dalam proses produksi tahu tersebut. Tabel 3.1 Definisi Variabel Operasional No. 1.
Variabel Keberdayaan produsen
Sub Variabel Bantuan modal
Pemasaran
Teknologi
Tantangan
2.
Keberlanjutan usaha
Kontinuitas produksi
Definisi operasional Kemampuan produsen tahu dalam memperoleh bantuan modal Kemampuan produsen tahu dalam menjangkau pemasaran produk tahunya Kemampuan produsen tahu dalam menggunakan peralatan produksi Kemampuan produsen tahu dalam mengantisipasi kendala-kendala yang dihadapi dalam usaha tahunya
Kemampuan produsen tahu dalam mempertahankan produksi tahunya
Hasil ukur/ kategori 1 : pernah 2 : tidak pernah
Skala Nominal
1 : dalam kota 2 : luar kota
Nominal
1 : konvensional 2 : modern
Nominal
1 : kurang mampu mengantisipasi tantangan dalam industri tahunya 2 : cukup mampu mengatasi tantangan dalam indutri tahunya 3: mampu mengatasi tantangan dalam indutri tahunya 1 : pernah berhenti 2 : tidak pernah berhenti
Ordinal
Nominal
Sumber: Analisis Penulis, 2011commit to user
34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
D. Validitas Data 1. Trianggulasi Trianggulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data dengan menggunakan sesuatu yang lain selain data tersebut untuk memeriksa atau untuk membandingkan data yang telah ada tersebut. (Metodologi Penelitian Kualitatif, 1995).Untuk menjamin keakuratan data yang diperoleh dalam penelitian ini maka dilakukan dengan trianggulasi data. Trianggulasi data dalam penelitian ini diperoleh dengan mengumpulkan beberapa data dari sumber yang berbeda, kemudian data-data tersebut dibandingkan dengan data yang diperoleh dari sumber yang lain sehingga data yang satu akan dikontorl dengan data yang lain. b. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Tujuan dilakukannya uji validitas dan reliabilitas adalah untuk mengukur sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukuran dalam melakukan fungsi ukurnya dan untuk mengukur sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya.
E. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisis data deskriptif kualitatif
yang
dilengkapi
data
kuantitatif.
Faktor-faktor
pengaruh
keberdayaan produsen tahu terhadap keberlanjutan usahanya dapat diketahui dengan
cara
menganalisis
faktor-faktor
keberdayaan
produsen
dan
keberlanjutan usahanya. Faktor-faktor keberdayaan produsen tahu tersebut di uji independensi dengan
keberlanjutan
usaha
menggunakan
uji
Chi-Kuadrat
dengan
menggunakan program SPSS. Uji independensi Chi-Kuadrat melihat hubungan antara faktor-faktor keberdayaan produsen tahu dan keberlanjutan usahanya. Uji korelasi Chi-Kuadrat dipilih dalam penelitian dengan pertimbangan bahwa kedua variabel penelitan tingkat pengukurannya adalah nominal. Langkah analisis Chi-Kuadrat adalah sebagai berikut: commit to user
35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
1. Pengumpulan data 2. Uji independensi Chi-Kuadrat Uji independensi dipakai untuk menguji ada tidaknya hubungan antara dua kategori (klasifikasi) suatu hasil observasi dari suatu sampel dengan kategori (klasifikasi) sampel lain dengan menggunakan hipotesis, hipotesis yang diajukan: Ho : Tidak ada hubungan (korelasi) antara faktor-faktor keberdayaan produsen tahu terhadap keberlanjutan usaha H1 : Ada hubungan (korelasi) antara faktor-faktor keberdayaan produsen tahu terhadap keberlanjutan usaha Jika signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak yang berarti terdapat hubungan antara faktor-faktor keberdayaan produsen tahu terhadap keberlanjutan usaha 3. Uji keeratan hubungan Setelah mengetahui terdapat hubungan atau tidaknya, maka langkah selanjutnya membandingkan nilai koefisien kontingensi terhadap nilai koefisien korelasi table untuk mengetahui keeratan hubungan. Dalam hal ini, menggunakan Kriteria Guilford (Aplikasi Statistik dalam Pendidikan, 212), yaitu: Tabel 3.2 Kriteria Guilford Keeratan Hubungan Besar r Interpretasi 0,00 – < 0,20 Hubungan sangat lemah (diabaikan) ≥ 0,20 – < 0,40 Hubungan rendah ≥ 0,40 – < 0,70 Hubungan sedang/cukup ≥ 0,70 – < 0,90 Hubungan kuat/tinggi ≥ 0,90 – ≤ 1,00 Hubungan sangat kuat/tinggi Sumber: JP. Guilford, Fundamental Statistic in Psychology and Education
Untuk mengetahui tahap metode penelitian, data yang dibutuhkan, jenis data serta sumber data dapat dilihat pada tabel berikut:
commit to user
36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
Tabel 3.3 Metodologi Penelitian Tahap Penelitian Identifikasi Data
Data Data fisik wilayah Kondisi administrasi dan geografis Kota Kediri Kondisi administrasi dan geografis Kelurahan Tinalan Tata Guna Lahan Kota Kediri Tata Guna Lahan Kelurahan Tinalan Prasarana wilayah Persebaran industri tahu di Kota Kediri Persebaran industri tahu di Kelurahan Tinalan Distribusi bahan baku dan distribusi pemasaran tahu di Kelurahan Tinalan. Proses pembuatan makanan olahan tahu
Metode Wawancara, dokumentasi
Jenis Data Primer dan sekunder
Sumber Data Monografi Kelurahan Tinalan, produsen tahu Kelurahan Tinalan, Bappeda, Dinas Tata Ruang
Wawancara
Primer
Perkembangan industri rumah tangga tahu di Kelurahan Tinalan Data social ekonomi dan kependudukan Penduduk dan ketenagakerjaan Pendapatan Tingkat pendidikan Lama berusaha Peran pemerintah dalam perkembangan industri tahu di Kota Kediri
Wawancara, kuesioner
Primer
Wawancara, kuesioner
Primer
produsen tahu Kelurahan Tinalan produsen tahu Kelurahan Tinalan produsen tahu Kelurahan Tinalan
Wawancara
Primer
Faktor-faktor Wawancara, keberdayaan produsen kuesioner tahu Bantuan modal Pemasaran commit to user
Primer
Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi dan UMKM produsen tahu Kelurahan Tinalan
37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
Analisis Data
Sintesis Data
Teknologi Tantangan Faktor keberlanjutan usaha industri tahu Kontinuitas produksi Uji Validitas dan Realibilitas Kuesioner Uji independensi ChiKuadrat dan uji keeratan hubungan tentang pengaruh faktor-faktor keberdayaan produsen tahu terhadap keberlanjutan usaha Kesimpulan dan rekomendasi mengenai pengaruh faktor-faktor keberdayaan produsen tahu terhadap keberlanjutan usahanya.
Wawancara, kuesioner
Primer
Analisis kuantitatif (SPSS) Analisis kuantitatif (SPSS) dan deskriptif
Primer
Deskriptif kualitatif
Primer dan sekunder
Primer
produsen tahu Kelurahan Tinalan produsen tahu Kelurahan Tinalan produsen tahu Kelurahan Tinalan
Monografi Kelurahan Tinalan, produsen tahu Kelurahan Tinalan, Bappeda, Dinas Tata Ruang
Sumber:Analisis Penulis, 2011
commit to user
38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
Industri kecil dan rumah tangga (IKRT) memiliki kontribusi yang besar dalam pembangunan Berkembangnya industri makanan tahu di Kota Kediri Tahu sebagai produk andalan di Kota Kediri
Latar Belakang
Industri kecil masih lemah dalam hal perencanaan, pemikiran strategis dan orientrasi jangka panjang. Keberdayaan pelaku usaha akan menentukan keberlanjutan usahanya Bagaimana pengaruh faktor-faktor keberdayaan produsen tahu terhadap keberlanjutan usahanya?
Research Question
Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor keberdayaan produsen tahu terhadap keberlanjutan usahanya
Tujuan
Pengertian industri kecil Klasifikasi skala industri Faktor yang mempengaruhi penentuan lokasi industri Industri kecil dengan konsep rumah Industri rumah tangga yang berkelanjutan Potensi dan kendala industri kecil Definisi pemberdayaan dan keberdayaan Keberdayaan masyarakat Perkembangan industri rumah tangga tahu di Kelurahan Tinalan Karakteristik sosial ekonomi produsen tahu Peran pemerintah dalam perkembangan industri tahu di Kota Kediri
Analisis Keberdayaan Produsen Tahu:
Kajian Teori
Temuan Lapangan
Analisis Keberlanjutan Usaha:
Bantuan modal: - Jangkauan pasar Pemasaran : - Aksesibilitas - Pendapatan
Analisis Kontinuitas produksi : - Penggunaan bahan baku kedelai
Teknologi : - Tingkat pendidikan Tantangan : - Lama berusaha
Pengaruh faktor-faktor keberdayaan produsen tahu terhadap keberlanjutan usahanya
Hasil
Gambar 3.2 Kerangka Pikir Penelitian commit to user Sumber: Analisis Penulis, 2011
39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
BAB IV
GAMBARAN UMUM INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU KELURAHAN TINALAN A. Kondisi Wilayah Penelitian 1. Kondisi Geografis Kota Kediri Secara geografis Kota Kediri terletak pada koordinat 509‟30‟ – 509‟37‟ Bujur Timur dan 7045‟50” – 7051‟30” Lintang Selatan. Struktur wilayah Kota Kediri terbelah menjadi 2 bagian oleh sungai Brantas, yaitu sebelah timur dan barat sungai. Wilayah dataran rendah terletak dibagian timur sungai, meliputi Kec. Kota dan kec. Pesantren, sedangkan dataran tinggi terletak pada bagian barat sungai yaitu Kec. Mojoroto. Secara administratif, Kota Kediri mempunyai luas wilayah 6340 Ha, terdiri dari 3 kecamatan yaitu Kecamatan Mojoroto, Kota, dan Pesantren dengan 46 kelurahan. Seluruh wilayah Kota Kediri dibatasi oleh wilayah Kabupaten Kediri, yaitu : Sebelah utara
: Kecamatan Gampengrejo
Sebelah timur
: Kecamatan Wates dan Kecamatan Gurah
Sebelah selatan
: Kecamatan Kandat dan Kecamatan Ngadiluwih
Sebelah barat
: Kecamatan Grogol dan Kecamatan Semen
Berikut adalah peta administrasi Kota Kediri yang berbatasan dengan Kabupaten Kediri:
commit to user
40
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
Peta 4.1 Peta Batas Administrasi Kota Kediri Sumber: Analisis Penulis, 2011
41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
Faktor-faktor penentuan pemilihan lokasi industri tahu ini tidak lepas dari karakteristik air dalam yang terdapat di Kota Kediri. Kualitas air di Kota Kediri memiliki kesamaan dengan negara asal pencetus tahu yaitu Cina. Jenis air yang digunakan sangat berpengaruh terhadap hasil akhir tahu tersebut. Karakter air tanah yang pada umumnya jernih dengan kedalaman air tanah 3 – 12 meter dapat dimanfaatkan untuk air minum (sumur gali, sumur pompa) terutama penduduk yang tidak mendapat fasilitas
air
minum.
Hal
tersebut
merupakan
salah
satu
yang
mempengaruhi keunikan tahu Kediri, selain Kota Kediri merupakan daerah penghasil kedelai. Selain itu, Kota Kediri merupakan daerah penghasil kedelai sehingga memiliki banyak industri berbahan baku kedelai seperti industri tahu. Produsen tahu di Kota Kediri menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan terdapat 177 produsen tahu yang tersebar di 3 kecamatan yaitu Kecamatan Mojoroto, Kecamatan Kota dan Kecamatan Pesantren. Namun pengrajin di Kota Kediri bagian barat banyak yang tidak dapat bertahan sehingga produsen tahu lebih banyak tersebar di Kota Kediri bagian timur yaitu di Kecamatan Pesantren. Berawal dari sini maka sample yang digunakan untuk penelitian ini berada di Kelurahan Tinalan yang sebagian besar produsen tahunya dapat mempertahankan usahanya. Menurut data yang terdapat di Dinas Perindustrian dan Perdagangan, terdapat 177 industri tahu yang tersebar di Kota Kediri. Berikut tabel sebaran industri tahu di Kota Kediri.
commit to user
42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
Tabel 4.1 Sebaran Industri Tahu di Kota Kediri No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Kelurahan Jumlah Industri Bawang 56 Banjarmlati 7 Banaran 8 Tamanan 5 Lirboyo 1 Campurejo 6 Mrican 15 Pakunden 7 Blabak 1 Tinalan 27 Tempurejo 2 Ketami 4 Pojok 2 Gayam 2 Ngletih 8 Ngronggo 1 Singonegaran 1 Bandar Kidul 1 Kaliombo 1 Bangsal 2 Jagalan 20 Jumlah 177 Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan, 2010
Sebagian besar industri rumah tangga tahu berpusat di Kelurahan Bawang, namun ketika mereka kekurangan modal untuk membeli bahan baku karena melonjaknya harga kedelai mereka pun memutuskan untuk beralih profesi. Menurut hasil wawancara dengan Ketua Koperasi Tahu Tempe Kota Kediri, industri rumah tangga tahu yang tetap berlanjut sebagian besar terdapat di Kelurahan Tinalan, selain itu distribusinya sudah mencapai ke luar daerah sekitar Kota Kediri. Berikut ini merupakan peta persebaran produsen tahu di Kota Kediri:
commit to user
43
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
Peta 4.2 Peta Persebaran Industri Tahu di Kota Kediri Sumber: Analisis Penulis, 2011
44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
2. Kondisi Geografis Kelurahan Tinalan Kelurahan Tinalan yang merupakan lokus penelitian ini berada di Kecamatan Pesantren dengan luas wilayah 92,60 Ha. Secara administratif, Kelurahan Tinalan berada di sebelah timur sungai Brantas dengan batas wilayah sebagai berikut: Sebelah utara
: Kelurahan Burengan
Sebelah selatan
: Kelurahan Tosaren
Sebelah timur
: Kelurahan Banaran
Sebelah barat
: Kelurahan Setonogedong
Produsen tahu yang tersebar di Kelurahan Tinalan menurut data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan sebesar 27 produsen yang tersebar di sepanjang tepian aliran sungai kecil yang berada di gang 4. Berikut ini adalah peta batas administrasi Kelurahan Tinalan dan peta persebaran produsen tahu di Kelurahan Tinalan:
commit to user
45
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
Peta 4.3 Peta Batas Administrasi Kelurahan Tinalan Sumber: Analisis Penulis, 2011
46
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
Peta 4.4 Peta Sebaran Industri Tahu di Kelurahan Tinalan Sumber: Analisis Penulis, 2011
47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
3. Kondisi Fisik Wilayah Penelitian Sebagian besar lahan peruntukan lahannya digunakan sebagai lahan terbangun yang meliputi permukiman, perdagangan, jasa dan industri. Berikut adalah tabel penggunaan lahan di Kota Kediri: Tabel 4.2 Tata Guna Lahan Kota Kediri No. 1 2 3 4 5
Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Hutan 346,58 Kebun 1524,53 Sawah 2431,90 Lahan Terbangun 1925,74 Sungai 111,25 Jumlah 6340 Sumber: Dinas Tata Ruang Kota Kediri, 2010
Persentase 5,47% 24,05% 38,36% 30,37% 1,75% 100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa persentase luas lahan terbangun hampir sama dengan persentase luas sawah di Kota Kediri. Sehingga para produsen tahu menggunakan bahan baku kedelai yang dipasok dari Kabupaten di sekitar Kota Kediri. Berikut adalah peta tata guna lahan Kota Kediri Tahun 2010.
commit to user
48
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
Peta 4.5 Peta Tata Guna Lahan Kota Kediri Sumber: Analisis Penulis, 2011
49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
Jenis tanah di Kota Kediri terdiri dari 4 (empat) jenis yaitu alluvial, asosiasi alluvial kelabu dan alluvial coklat kekelabuan, mediteran coklat kemerahan dan litosol, dan regosol coklat kekelabuan. Dari keempat jenis tanah diatas semuanya berpotensi sebagai pertanian lahan basah. Kaitannya dengan tahu adalah, bahan baku utama pembuat tahu adalah kedelai. Meskipun jenis tanah di Kota Kediri mempunyai potensi di bidang pertanian namun ketika peruntukan lahan untuk pertanian semakin berkurang, sehingga tidak ada pilihan lain selain mengimpor kedelai dari luar wilayah Kota Kediri. Sebelum Kota Kediri penuh dengan lahan terbangun, Kota Kediri merupakan daerah penghasil kedelai yang memiliki potensi dan peluang yang besar dalam peningkatan produksi kedelai. Sehingga Kota Kediri selain penghasil kedelai juga merupakan daerah yang memiliki banyak industri berbahan baku kedelai, misalnya industri kecap dan industri tahu. Berikut ini adalah peta sebaran jenis tanah di Kota Kediri:
commit to user
50
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
Peta 4.6 Peta Jenis Tanah Kota Kediri Sumber: Dinas Tata Ruang Kota Kediri, 2011
51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
Begitu pula dengan Kelurahan Tinalan yang memiliki luas wilayah 92,60 Ha dan areal yang digunakan untuk permukiman seluas 46,385 Ha dan lahan pertanian seluas 44,975 Ha. Tidak mampu menghasilkan kedelai secara optimal karena lebih dari 50% lahan dipenuhi oleh blok bangunan. Berikut ini tabel tata guna lahan di Kelurahan Tinalan Tahun 2010. Tabel 4.3 Tata Guna Lahan Kelurahan Tinalan No. 1. 2. 3. 4.
Penggunaan Luas (Ha) Permukiman 46,38 Pertanian 44,98 Bangunan 0,24 Rekreasi dan olahraga 1 Jumlah 92,60 Sumber: Monografi Kelurahan Tinalan, 2010
Persentase 50,09% 48.57% 0,26% 1,08% 100%
Grafik Penggunaan Lahan Kelurahan Tinalan 0% 1%
Permukiman Pertanian
49%
50%
Bangunan Rekreasi dan olahraga
Gambar 4.1 Diagram Penggunaan Lahan Kelurahan Tinalan Sumber: Analisis Penulis, 2011
Berdasarkan grafik diatas, terlihat bahwa 50% penggunaan lahan terdiri atas permukiman.
commit to user
52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
Gambar 4.2 Citra Satelit Kelurahan Tinalan Sumber: Dinas Tata Ruang Kota Kediri, 2011
4. Penduduk Dan Ketenagakerjaan Jumlah penduduk di Kelurahan Tinalan sebanyak 5655 jiwa yang terdiri dari 2690 laki-laki dan 2965 perempuan, serta 1529 KK. Mata pencaharian masyarakat di Kelurahan Tinalan sebagian besar bekerja di sektor jasa/perdagangan (46%) dan yang lainnya bekerja di sektor industri (33%) dan petani (21%). Penduduk yang bekerja disektor industri meliputi penduduk yang bekerja di industri rokok Gudang Garam dan juga industri pengolahan makanan tahu. Berikut adalah grafik komposisi penduduk menurut mata pencahariannya.
commit to user
53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Petani 21%
Sektor Industri 33%
Sektor Perdagangan 46%
Gambar 4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Kelurahan Tinalan Tahun 2010 Sumber: Analisis Penulis, 2011
Karakteristik mata pencaharian di Kelurahan Tinalan 79% penduduk bekerja di sektor perdagangan dan industri dan penduduk yang bekerja di sektor pertanian hanya 21%. Hal ini karena sebagian besar areal di Kelurahan Tinalan sudah dipenuhi oleh lahan terbangun selain itu letak Kelurahan Tinalan yang berada di tengah kota yang mempunyai ciri nonagraris.
5. Prasarana Wilayah Penelitian Sarana transportasi umum yang melewati Kelurahan Tinalan meliputi bus dan angkutan umum. Hal ini merupakan lokasi yang sangat strategis dalam industri tahu karena ketika aksesibiltas dalam suatu daerah bernilai tinggi maka akan berpotensi dalam proses distribusi tahu itu. Seperti yang tertera dalam UU no. 38 tahun 2004 tentang jaringan transportasi bahwa Jalan sebagai prasarana distribusi barang dan jasa merupakan urat nadi kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara. Status jalan yang terdapat di Kelurahan Tinalan terdiri dari jalan Nasional dan jalan Kota. Sebagimana yang disebutkan dalam UU no. 38 tahun 2004 pasal 9 bahwa Jalan Nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan antaribukota provinsi, dan jalan strategis nasional, commit to user serta jalan tol. Dan Jalan Kota
54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
merupakan sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan antarpusat permukiman yang berada di dalam kota. Dari penjelasan diatas, Kelurahan Tinalan memiliki aksesibilitas yang mendukung baik bagi distribusi bahan baku maupun distribusi hasil produknya.
Contoh status jalan kota di Kelurahan Tinalan
Contoh status jalan Nasional di Kelurahan Tinalan
Gambar 4.4 Jalan Kota dan Jalan Nasional di Sekitar Kelurahan Tinalan Sumber: Dokumentasi Penulis, 2011
Jika dilihat dari gambar diatas, kondisi jaringan jalan di Kelurahan Tinalan sudah relatif baik, sebagian besar jaringan jalan sudah diaspal, dan memliki sistem drainase tertutup. Pengelolaan air limbah industri rumah tangga tahu dilakukan dengan sistem pengelolaan air limbah setempat (onsite
system).
Menurut
Buku
Panduan
Penyehatan
Lingkungan
Permukiman, sistem pengelolaan air limbah setempat (on-site system) adalah sistem penanganan air limbah domestik yang dilakukan secara individual dan/atau komunal dengan fasilitas dan pelayanan dari satu atau beberapa bangunan, yang pengolahannya diselesaikan secara setempat atau di lokasi sumber. Begitu juga sistem pengelolaan air limbah industri rumah tangga tahu di Kelurahan Tinalan, produsen tahu di Kelurahan Tinalan membuat semacam saluran untuk mengalirkan limbah cairnya ke sungai yang terletak di bagian belakang rumah mereka. Sungai tersebut commit to user
55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
alirannya lancar sehingga tidak menimbulkan bau yang mengganggu warga sekitar. Tabel 4.4 Pembuangan Air Limbah Industri Tahu Kelurahan Tinalan No. 1.
Gambar
Keterangan Limbah cair yang dihasilkan dari penggumpalan bubur kedelai.
2.
Produsen membuat semacam aliran yang menyalurkan ke sungai
3.
Pipa yang menyalurkan limbah cair tahu ke sungai
4.
Sungai kecil di bagian belakang rumah yang digunakan untuk membuang limbah cair hasil produksi tahu
Sumber: Dokumentasi Penulis, 2011
commit to user Berikut ini adalah peta jaringan jalan di Kelurahan Tinalan:
56
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha Terkait Dengan Faktor Lokasi di Kota Kediri
Peta 4.7 Peta Jaringan Jalan Kelurahan Tinalan Sumber: Analisis Penulis, 2011
57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
Jalan S. Parman merupakan ruas jalan Nasional yang berada di selatan Kelurahan Tinalan, jalan tersebut merupakan jalan dua arah dari arah timur ke barat dan barat ke timur. Bis antar kota banyak yang melewati jalan S. Parman, mulai dari bis jurusan Surabaya, Nganjuk, Trenggalek, dan Tulungagung. Ditepian jalan S. Parman digunakan sebagai agen penjualan tiket baik antar kota maupun antar provinsi. Jika dilihat dari sisi aksesibilitas, Jalan S. Parman sangat potensial sebagai areal pemasaran tahu Kediri. Produsen tahu di Kelurahan Tinalan menggunakan air sumur baik untuk kebutuhan sehari-hari maupun memenuhi kebutuhan produksi tahunya. Air merupakan kebutuhan primer setelah kedelai dalam membuat tahu, dalam memproduksi tahu dibutuhkan banyak air disamping itu air yang digunakan juga harus bersih, kebersihan airnya akan terlihat pada tahu yang dihasilkannya. Produsen tahu cenderung memilih air sumur karena disamping air yang dibutuhkan jumlahnya cukup banyak disamping itu juga kualitas airnya jernih.
commit to user
58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
Kondisi jalan lingkungan di Kelurahan Tinalan
Sungai tempat pembuangan limbah cair sisa pembuatan tahu
Lokasi produksi tahu yang masih menyatu dengan tempat tinggal, karena merupakan industri rumah tangga
Gambar 4.5 Gambaran Lokasi Industri Tahu Kelurahan Tinalan Sumber: Analisis Penulis, 2011
commit to user
59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
6. Kondisi Perekonomian Kota Kediri Penyumbang PDRB Kota Kediri terbesar menurut Kota Kediri dalam angka tahun 2010 adalah dari sektor industri, yaitu industri makanan, minuman dan tekstil. Perusahaan Rokok Gudang Garam yang terletak di Kota Kediri, sangat mempengaruhi mata pencaharian penduduk, Gudang Garam banyak menyerap tenaga kerja di Kota Kediri. Selain itu industri yang tidak kalah menariknya adalah industri makanan olahan tahu dan getuk pisang yang sering dijadikan oleh-oleh bagi para wisatawan. Di posisi kedua sebagai penyumbang PDRB terbesar di Kota Kediri adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Jumlah pasar yang dikelola oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Kediri pada tahun 2009 sebanyak 9 pasar, salah satu diantaranya yaitu Pasar Gudang Garam yang terletak di kawasan Industri Rokok Gudang Garam. Besarnya pemasukan dari retribusi pasar yang berupa parker, retribusi pedagang, persewaan kios, reklame dan sebagainya merupakan penyumbang PDRB terbesar kedua di Kota Kediri.
B. Proses Pembuatan Makanan Olahan Tahu Proses pembuatan tahu ini meliputi beberapa tahap, mulai dari perendaman kedelai sampai pemotongan dan pengemasan dilakukan dengan cara yang sederhana. Jenis tahu yang diproduksi oleh produsen tahu di Tinalan terdiri dari 3 macam yaitu tahu pong, tahu takwa, dan stik tahu. Untuk memahami proses pembuatan tahu secara lebih detail maka disajikan dalam Gambar 4.13 urutan proses pembuatan tahu pada semua industri rumah tangga tahu pada umumnya sama, mengenai urutan dalam proses pembuatan tahu dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Perendaman Dan Pencucian Pada tahap pertama dalam pembuatan tahu, kedelai harus direndam dahulu selama ±3 jam untuk memudahkan kulit lepas dari kedelainya. Setelah itu, kedelai dicuci dengan air mengalir hingga bersih dan tidak ada kotoran yang menempel. Dalam proses pembuatan tahu, hal yang harus commit to user
60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
diperhatikan adalah kebersihan. Ketika ada kotoran sedikit saja yang menempel, tahu tidak dapat jadi dengan sempurna. 2. Penggilingan Setelah proses perendaman dan pencucian, kedelai lalu digiling dengan menggunakan mesin. Ada dua macam mesin yang dapat digunakan untuk menggiling kedelai, mesin diesel dan dynamo. Bahan bakar yang digunakan untuk mesin diesel adalah solar, sedangkan dynamo menggunakan tenaga listrik. Beberapa produsen ada yang masih menggunakan mesin diesel untuk menggiling kedelai, namun sebagian besar produsen tahu menggiling kedelai dengan mesin diesel dan dibantu dengan mesin dynamo. Pada proses penggilingan juga membutuhkan air mengalir agar bubur kedelai terdorong keluar, hasil dari proses penggilingan berupa bubur kedelai. Bubur kedelai yang sudah terdorong keluar kemudian ditampung dalam ember. 3. Perebusan Selanjutnya adalah proses perebusan, bubur kedelai direbus hingga dua kali proses pendidihan. Bahan bakar yang digunakan untuk merebus bubur kedelai adalah kayu bakar, seluruh produsen tahu di Kelurahan Tinalan masih menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakarnya. 4. Penyaringan Dan Penggumpalan Dalam keadaan panas cairan bahan baku tahu disaring dengan kain blaco sambil dibilas dengan air, penyaringan dilakukan 5-7 kali sehingga susu kedelai dapat terekstrak semua. Dari penyaringan tersebut akan menghasilkan ampas padat yang dapat dijual lagi untuk makanan olahan lain berupa tempe gembus. Setelah itu, susu kedelai dalam keadaan hangat yang dihasilkan dari proses penyaringan diaduk sambil diberi asam cuka hingga mengental dan mengendap. Dari proses penggumpalan akan menghasilkan limbah cair yang menimbulkan bau tak sedap. Para produsen menampung limbah cair ke dalam septic tank sebelum akhirnya disalurkan ke sungai. commit to user
61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
5. Pencetakan Dan Pemotongan Gumpalan tahu kemudian diambil dan dituangkan ke dalam cetakan kayu yang sudah tersedia dan dialasi dengan kain dan diisi penuh. Selanjutnya kain ditutupkan ke seluruh gumpalan tahu dan dipres. Semakin berat benda yang dipergunakan untuk mengepres semakin keras tahu yang dihasilkan, sebagian besar produsen tahu menggunakan batu sebagai alat pemberat dalam mengpres tahu. Ketika tahu sudah dingin, kemudian dipotong-potong sesuai dengan permintaan konsumen di pasar. Berikut adalah bagan proses pembuatan tahu: Kedelai Pencucian dan Perendaman (3 jam)
Air
Air
Air & Panas
Penggilingan
Perebusan (hingga matang)
Penyaringan
Ampas Tahu
Filtrat Asam cuka
Penggumpalan
Limbah Cair
Pencetakan/ Pengepresan Pemotongan Tahu
Gambar 4.6 Bagan Proses Pembuatan Tahu Sumber: Analisis Penulis, 2011
commit to user
62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
1. Perendaman dan Pencucian
3. Perebusan
5. Pencetakan
2. Penggilingan
4. Penyaringan dan Penggumpalan
6. Pemotongan
Gambar 4.7 Proses Pembuatan Tahu Kelurahan Tinalan Sumber: Dokumentasi Penulis, 2011
commit to user
63
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
Gambar diatas merupakan cara pembuatan tahu pong (tahu putih), untuk membuat tahu takwa, prosesnya sama namun setelah tahu dipotong kemudian direbus dan diberi pewarna menggunakan kunyit minimal satu jam. Berikut adalah gambar perebusan tahu untuk pembuatan tahu takwa.
Gambar 4.8 Proses Pembuatan Tahu Takwa Kelurahan Tinalan Sumber: Dokumentasi Penulis, 2011
Namun tidak semua produsen tahu menggunakan kunyit sebagai pewarna tahu takwa, di Kota Kediri sempat muncul isu formalin dan pewarna makanan kimia. Perbedaannya dapat dilihat ketika tahu dipotong, tahu takwa yang menggunakan kunyit warna kuningnya merasuk hingga ke dalam. Namun tahu takwa yang menggunakan pewarna kimia warna kuningnya hanya diluar tahunya saja. Isu ini juga pernah mengurangi produksi tahu di Kelurahan Tinalan. Selain tahu pong dan tahu takwa terdapat produk makanan olahan dari tahu yaitu stik tahu. Pembuatan awalnya seperti tahu pong, setelah dipotong menyerupai stik kemudian tahu-tahu direndam dalam air berbumbu. Lalu dijemur selama ± 3 hari, jika sedang musim hujan biasanya produsen tahu menggunakan oven untuk mengeringkan stik tahu. Untuk produsen yang tidak memiliki oven biasanya produsen mengurangi produksi stik tahunya. Setelah dikeringkan, stik tahu kemudian digoreng dan dikemas dalam plastik.
commit to user
64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
1. Perendaman stik tahu
3. Penggorengan
2. Penjemuran
4. Pengemasan
Gambar 4.9 Proses Pembuatan Stik Tahu Kelurahan Tinalan Sumber: Dokumentasi Penulis, 2011
Dari proses pembuatan tahu diatas, dapat diketahui sebagian besar masih menggunakan tenaga manusia dalam proses pengerjaan. Namun peran peralatan produksi disini juga tidak dapat dipungkiri dapat membantu proses pengerjaan.
C. Perkembangan Industri Rumah Tangga Tahu Kelurahan Tinalan Sebutan kota tahu untuk Kota Kediri tak lepas dari sejarah masuknya warga Cina ke Indonesia pada tahun 1900. Saat itu belum terjadi pemisahan kota dan kabupaten. keputusan warga Cina membuat tahu di Kediri tak lepas dari penilaian air di lokasi rantau memiliki kesamaan dengan di Cina. Dalam proses pembuatannya, tahu yang diklaim sebagai makanan khas bangsa Cina dan bernama tofu itu diyakini tidak segampang membalikkan telapak tangan. Jenis air dianggap sangat berpengaruh terhadap hasil akhir. Kualitas yang commit to user
65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
terjaga menjadikan tahu semakin dikenal, begitu Kondisi ini mengangkat nama Kota Kediri hingga berujung pada disematkannya sebutan Kota Tahu. 1. Sejarah Usaha membuat tahu dimulai sejak tahun 1983 oleh produsen tahu di Kelurahan Tinalan, Usaha ini merupakan usaha turun temurun dari keluarga, para produsen tahu sebagian besar mengawali karirnya di Tulungagung, para produsen pada awalnya menjadi tenaga kerja di industri tahu milik kakak, orangtua bahkan pamannya. Setelah ilmu yang didapat dirasa cukup, lalu para produsen tahu hijrah dari Tulungagung ke Kota Kediri. Selama kurun waktu 27 tahun terjadi perkembangan industri tahu. Industri tahu yang merupakan usaha keluarga ini memperkerjakan saudara sendiri dalam proses produksi sampai distribusinya, lamakelamaan setelah usaha tahunya berkembang dan mendapat permintaan tahu dari berbagai konsumen, produsen tahu mengajak tetangganya untuk ikut membantu dalam proses produksinya. Industri rumah tangga tahu yang dirintis oleh para produsen dapat mengurangi pengangguran dan menyerap lapangan kerja bagi masyarakat yang tinggal disekitarnya. Dari informasi-informasi diatas dapat diketahui bahwa lambat laun industri tahu di Kelurahan Tinalan telah mampu memberikan lapangan pekerjaan yang cukup bagi masyarakat sekitar.
2. Bahan baku Jika dilihat dari faktor lokasinya, industri tahu ini merupakan industri yang berorientasi pada bahan baku (Raw material oriented industri) karena industri tahu ini didirikan dekat dengan ketersediaan bahan baku sebagai roda penggerak utama industri. Hal ini dipikirkan karena bahan baku yang digunakan oleh industri tahu mudah rusak. Hal ini sejalan dengan teori lokasi yang dikemukakan oleh Greenhut bahwa biaya angkutan dapat merupakan faktor yang penting dalam produksi. Bila berat bahan baku lebih berat dari hasil akhir atau bahan baku bersifat cepat to userke bahan baku. Sebelum adanya rusak maka lokasi akan commit berorientasi
66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
kabupaten dan kota Kediri, bahan baku diambil dari wilayah Kediri, yaitu yang sekarang menjadi Kabupaten Kediri. Produktivitas kedelai di Kabupaten Kediri tiap tahunnya mengalami penurunan, berikut adalah tabel perkembangan produksi kedelai Kabupaten Kediri tahun 2000 – 2008. Tabel 4.5 Perkembangan Produksi Kedelai Kabupaten Kediri Tahun 2000 – 2008 No. Tahun Produksi (ton) 1 2000 2243 2 2001 1837 3 2002 732 4 2003 521 5 2004 647 6 2005 774 7 2006 956 8 2007 703 9 2008 770 Sumber: BPS Provinsi Jatim, berbagai tahun
Grafik Perkembangan Produksi Kedelai Kabupaten Kediri Tahun 2000-2008 2243 1837 732
2000
2001
2002
521
647
774
2003
2004
2005
956 703
2006
2007
770
2008
Gambar 4.10 Grafik Perkembangan Produksi Kedelai Kabupaten Kediri Tahun 2000 – 2008 Sumber: BPS Provinsi Jatim, berbagai tahun
Dapat dilihat dari gambar diatas bahwa produksi kedelai setiap tahunnya mengalami penurunan, untuk memenuhi kebutuhan kedelai lokal (dalam negeri) produsen tahu mengambil kedelai dari Kabupaten Nganjuk. Namun ketika pasokan kedelai lokal telah habis dipasaran, produsen menggunakan kedelai impor sebagai commit to usergantinya. Jika dilihat dari mutu,
67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
kedelai lokal jauh lebih baik dibanding kedelai impor. Kedelai lokal diambil dari wilayah sekitar Kota Kediri, terutama Kabupaten Nganjuk. Kedelai yang diimpor dari Amerika rasanya masam, kedelainya besar dan kaku sehingga mempengaruhi saat tahu digoreng. Harga kedelai lokal cenderung lebih mahal dan kualitasnya tidak sebagus kedelai impor. Sedapat mungkin, produsen tahu mempertahankan penggunaan kedelai lokal namun ketika kedelai lokal sudah habis dipasaran, produsen menggunakan kedelai impor. Kedelai dipasok setiap hari oleh agen kedelai, sistem pembayarannya pun dilakukan keesokan harinya setelah kedelai tersebut diproses menjadi tahu. Dalam sehari produsen tahu menghabiskan kedelai antara 50 kg – 100 kg. berikut adalah tabel penggunaan kedelai untuk pembuatan tahu di Kelurahan Tinalan: Tabel 4.6 Tabel Penggunaan Kedelai Industri Tahu Kelurahan Tinalan No.
Penggunaan Kedelai (kg) 1 < 50 kg 2 50 – 75 kg 3 >75 kg Jumlah Sumber: Quisioner, 2011
Jumlah produsen tahu 9 11 7 27
Persentase 33% 41% 26% 100%
Tabel diatas menunjukkan rata-rata penggunaan kedelai yang dihabiskan oleh produsen tahu dalam sehari. Terlihat bahwa 41% produsen tahu menghabiskan kedelai dalam sehari antar 50 – 75 kg. Kedelai tersebut dipasok setiap tiga atau lima hari sekali oleh agen kedelai. Tidak semua produsen memiliki persediaan bahan baku kedelai, hanya 14 produsen atau sekitar 52% yang memiliki persediaan bahan baku untuk mengantisipasi naiknya harga kedelai sehingga produksi dapat berjalan setiap harinya. Persediaan kedelai setiap produsen berbeda-beda.
commit to user
68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
3. Teknologi Peralatan yang digunakan dalam proses produksi tahu sifatnya masih konvensional. Berikut adalah perbedaan peralatan konvensional dan modern: Tabel 4.7 Perbedaan Peralatan Konvensional dan Modern dalam Industri Tahu Kelurahan Tinalan No. Proses 1. Produksi
Konvensional
Modern
Sumber: bahkacung’s blogspot
Penggilingan kedelai masih menggunakan tenaga manusia
Penggilingan kedelai menggunakan tenaga mesin
Pengawetan
Pengeringan tahu yang akan diolah menjadi stik tahu dengan menjemur dibawah sinar matahari
Pengeringan tahu yang akan diolah menjadi stik tahu dengan menggunakan oven
Sumber: Dokumentasi Penulis, 2011
Penggilingan kedelai dengan proses tradisional sudah lama ditinggalkan oleh produsen tahu di Tinalan, seluruh produsen tahu telah memiliki mesin penggilingan kedelai sendiri. Namun alat produksi lainnya seperti tungku yang digunakan untuk memasak bubur tahu masih menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakarnya. Selain itu untuk mengepres tahu pun masih menggunakan alat sederhana yang terbuat dari mur dan baut yang dirangkai sehingga berfungsi sebagai alat pengepres. Dalam pembuatan stik tahu diperlukan commit to user oven untuk mengeringkan tahu
69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
agar dihasilkan stik tahu yang renyah dan tahan lama. Produsen tahu biasanya menjemur stik tahunya di bawah matahari selama ± 3 hari, namun
ketika
cuaca
tidak
mendukung
dibutuhkan
oven
untuk
mengeringkan stik tahu tersebut. Namun pengeringan antara menggunakan oven dengan menjemurnya langsung dibawah matahari hasilnya berbeda. Kualitas stik tahunya lebih bagus dijemur dibawah sinar matahari.
4. Perkembangan Produksi tahu Produksi tahu di Kelurahan Tinalan telah mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Berikut grafik perkembangan produksi tahu di Kelurahan Tinalan:
Kedelai (kg)
Perkembangan Produksi Tahu di Kelurahan Tinalan 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0
Gambar 4.11 Grafik Perkembangan Produksi Tahu Kelurahan Tinalan Sumber: Analisis Penulis, 2011
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa terjadi dua kali penurunan yaitu tahun 2000 dan tahun 2007, penurunan produksi pada tahun 2000 dikarenakan dampak krisis ekonomi global membuat subsidi kedelai dihentikan oleh pemerintah dan seketika itu pula harga kedelai melonjak. Efek yang ditimbulkan dari naiknya harga kedelai adalah banyak industri commit to memiliki user tahu yang gulung tikar karena tidak modal untuk menutup harga
70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
kedelai yang melonjak drastis. Kemudian penurunan produksi pada tahun 2007 dikarenakan munculnya issu penggunaan formalin pada tahu takwa (tahu kuning). Produsen tahu mengawetkan tahu takwa dengan cara mengukus bukan dengan menggunakan formalin. Karena ada issu formalin tersebut, permintaan tahu jadi menurun dan kios-kios menghentikan pengiriman tahu untuk sementara waktu hingga issu ini berlalu. Akibat issu ini 48% produsen tahu di Tinalan sempat berhenti berproduksi selama beberapa hari.
5. Pesaing Walaupun industri tahu di Kota Kediri sangat berprospek lantas tidak sepi akan competitor/pesaing sesama produsen tahu. Competitor yang paling besar berasal dari industri tahu milik etnis Cina, karena pelopor tahu Kediri adalah dari etnis Cina yaitu Bah Kacung. Di salah satu ruas jalan di Kota Kediri, yaitu di Jalan Pattimura terdapat kios-kios tahu milik etnis Cina yang sering dijadikan oleh-oleh bagi para wisatawan. Produsen tahu cina menembak pasaran para wisatawan yang datang ke Kota Kediri, karena ketika wisatawan dating ke Kota Kediri, pusat oleh-olehnya berada di sepanjang Jalan Pattimura. Berbeda dengan produsen tahu pribumi yang menembak pasaran para wisatawan yang melewati Kota Kediri. Karena kios-kios tempat penitipan produk tahu berada di daerah perbatasan Kota Kediri sehingga mudah dijangkau oleh para wisatawan.
6. Kelembagaan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (KOPTI) Kediri didirikan tahun 1994 di Kota Kediri. KOPTI di Kota Kediri terbagi menjadi 3 bagian, yaitu KOPTI Kota Timur, KOPTI Kota Tengah dan KOPTI Kota Barat. Hanya KOPTI Kota Tengah yang masih aktif, KOPTI Kota Timur dan Kota Barat sudah tidak aktif lagi. Karena industri tahu di Kota Timur commit user meningkatnya harga kedelai dan dan Kota Barat banyak yang jatuhtokarena
71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
sudah tidak mendapatkan subsidi kedelai lagi. Kelurahan Tinalan termasuk dalam bagian KOPTI Kota Tengah. Fungsi utama KOPTI adalah memperoleh dan menyalurkan kedelai bagi para anggotanya. Namun setelah masa krisis moneter tahun 1997, subsidi kedelai dihentikan oleh pemerintah. Hal ini yang membuat banyak industri tahu gulung tikar. Meskipun fungsi KOPTI tidak lagi menyalurkan kedelai bagi anggotanya namun kegiatan simpan pinjam masih dilakukan setiap bulannya. Pinjaman berkisar antara Rp 3.000.000,00 hingga Rp 5.000.000,00 menyesuaikan dengan kebutuhan masing-masing produsen tahu. Menurut wawancara dengan Ketua Koperasi Tahu Tempe Kota Kediri, karena pengurusnya adalah produsen tahu makanya koperasinya tidak dapat berkembang karena untuk membuat tahu saja sudah menyita banyak waktu sehingga tidak ada waktu untuk mengurus koperasi tersebut.
7. Tenaga Kerja Tenaga kerja yang digunakan dalam industri rumah tangga tahu di Kelurahan Tinalan rata-rata tidak lebih dari 5 orang, karena industri tahu ini termasuk industri rumahan yang proses produksinya juga menyatu dengan rumah jadi usahanya masih tergolong kecil sehingga tidak membutuhkan banyak tenaga untuk membuat tahu. Begitu juga dengan sistem
penerimaan
pendidikan
atau
tenaga
kerjanya
tidak
syarat
tertentu
karena
membutuhkan tidak
standar
memerlukan
skill/keterampilan khusus dalam membuat tahu. Sistem pembagian kerjanya pun juga serabutan, tidak ada job desk sendiri dalam melakukan pekerjaan. Sebagian besar industri rumah tangga tahu menggunakan sistem borongan dalam membayar upah pekerjanya. Jadi dihitung berapa kali pekerja memasak tahu dalam sehari, biasanya permasakan dihargai antara Rp 7.000,00 hingga Rp 8.500,00. Dalam sehari industri tahu memasak antara 5-7 kali dan kedelai yang dihabiskan setiap masakan berkisar antara 6-8 kg kedelai. commit to user
72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
D. Karakteristik sosial ekonomi produsen tahu 1. Pendapatan Besaran Upah Minimum Kota (UMK) Kota Kediri terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring dengan besarnya inflasi, yaitu sebesar Rp 906.000,00 pada tahun 2009. Hampir 100% produsen tahu di Kelurahan Tinalan memiliki penghasilan diatas UMK Kota Kediri, pendapatan produsen tahu di Kelurahan Tinalan berkisar antara Rp 1.000.000,00 – Rp 3.000.000,00. Berikut adalah pendapatan bersih yang diperoleh oleh produsen tahu setiap harinya. Tabel 4.8 Pendapatan Bersih Per Hari Produsen Tahu Kelurahan Tinalan No.
Pendapatan per hari
1. 2. 3.
Kurang dari Rp 50.000,00 Rp 50.000,00 – Rp 75.000,00 Lebih dari Rp 75.000,00 Jumlah Sumber: Kuesioner, 2011
Jumlah produsen tahu 9 8 10 27
Persentase 33% 30% 37% 100%
UMK merupakan ukuran minimal penghasilan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya setiap bulannya, hal ini berarti UMK merupakan garis batas minimal penghasilan seseorang. UMK ditiap kota berbeda besarannya, semakin tinggi UMK di suatu kota maka semakin tinggi tingkat kesejahteraan hidup seseorang. Besarnya tanggungan keluarga juga mempengaruhi tingkat pendapatan seseorang, ketika semakin besar tanggungan keluarga biasanya semakin besar pula pendapatan seseorang karena semakin besar kebutuhan hidup yang harus dipenuhinya. Pendapatan bersih produsen tahu di Kelurahan Tinalan berkisar antara Rp 1.000.000,00 hingga Rp 3.000.000,00 per bulan. Pengeluaran rutin yang dikeluarkan untuk kebutuhan industri tahu setiap bulannya antara lain upah pekerja, bahan baku kedelai, bahan bakar kayu, dan bahan bakar solar.
commit to user
73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
2. Tingkat Pendidikan Para produsen tahu di Kelurahan Tinalan menempuh pendidikan formal, sebagian besar adalah lulusan sekolah dasar. Namun demikian rendahnya tingkat pendidikan tidak mempengaruhi kesuksesan para produsen tahu karena usaha tahu yang dikelola mampu menghidupi kebutuhan sehari-harinya, mulai dari belanja sehari-hari, membayar upah pekerja, bahkan membiayai pendidikan anak-anak mereka. Jika dilihat dengan kasat mata, pekerjaan sebagai seorang produsen tahu tidak mungkin dapat menyekolahkan anak-anaknya hingga jenjang S1, namun para produsen tahu di Kelurahan Tinalan mampu membiayai kebutuhan pendidikan anak-anaknya hingga selesai.
Tabel 4.9 Tingkat Pendidikan Produsen Tahu Kelurahan Tinalan No.
Tingkat Jumlah pendidikan produsen tahu 1. SD 12 2. SMP 9 3. SMA 6 Jumlah 27 Sumber: Kuesioner, 2011
Persentase 45% 33% 22% 100%
Jika dilihat dari pendidikan yang ditempuh oleh produsen tahu, pendidikan bukan hal utama dalam usaha tahu karena strategi dalam berbisnis tidak selamanya ditemukan dalam bangku sekolah.
3. Lama berusaha Pengalaman usaha yang dimiliki juga bervariasi, sebaran produsen tahu menurut lama berusaha dapat dilihat pada Tabel xxx. Rata-rata lama berusaha produsen tahu diatas 10 tahun, suatu masa yang cukup penting untuk mengembangkan usahanya menjadi lebih baik. Berikut adalah tabel sebaran produsen tahu menurut lama berusaha:
commit to user
74
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
Tabel 4.10 Lama Berusaha Produsen Tahu Kelurahan Tinalan No. 1. 2.
Lama berusaha
Diatas 10 tahun Dibawah 10 tahun Jumlah Sumber: Kuesioner, 2011
Jumlah produsen tahu 20 7 27
Persentase 74% 26% 100%
Jam terbang dalam bidang industri tahu juga menentukan keberhasilan/ kelangsungan industri tahu tersebut karena ketika seorang produsen tahu telah lama menggeluti usaha tahu, mereka mengerti seluk beluk, strategi dalam berbisnis, mengerti kelemahan dalam usaha tahu dan mengatasi permasalahan-permasalahan seperti naiknya harga kedelai, semakin banyaknya pesaing dalam bidang industri tahu, dan lain-lain.
E. Peran Pemerintah Dalam Perkembangan Industri Tahu Di Kota Kediri 1. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Peran dinas perindustrian dalam mengembangkan industri tahu di Kota Kediri yaitu dengan membantu menjaga kualitas hidup dan kelangsungan hidup dengan fokus pembinaan industri kecil dan menengah. Bentuk nyata dari menjaga kelangsungan hidup adalah mengikutsertakan para pelaku usaha dalam pameran-pameran produk unggulan. Melalui pameran-pameran tersebut diharapkan dapat membawa produk unggulan Kota Kediri dapat dipasarkan hingga ke luar Kota Kediri. “Dalam setahun biasanya terdapat dua kali pameran, pameran terakhir yang menyelenggarakan dari Departemen Industri dengan tingkat nasional.” Bantuan yang diberikan Dinas Perindustrian berupa subsidi kedelai pada tahun 2008 dengan persyaratan skala produksi dibawah 100 kg/hari.
2. Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Peran Dinas Koperasi dalam memajukan industri rumah tangga tahu di Kota Kediri yaitu menjembatani Usaha Mikro Kecil Menengah commit to user (UMKM) sebelum akhirnya UMKM tersebut mempunyai label/branded
75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
sendiri. Dinas koperasi mempunyai program pemberdayaan UMKM dengan tiga kategori, yaitu untuk perorangan, kelompok dan koperasi. Berikut ini adalah syarat-syarat pengajuan modal bergulir adalah: Tabel 4.11 Syarat-syarat Pengajuan Modal Bergulir Dinas Koperasi dan UMKM No. 1.
Syarat-syarat Proposal permohonan pinjaman 2. Fotocopy SIUP, TDP, NPWP, HO 3. Fotocopy susunan pengurus dan pengawas dilegalisir Kepala Dinas KUMKM 4. Fotocopy akta pendirian koperasi (minimal 2 tahun) 5. Pas foto suami istri dan atau pengurus berwarna 4 x 6 @2 lembar 6. Fotocopy surat nikah, KK, KTP pengurus 7. Sertifikat kelompok UMKM dilampiri susunan pengurus dan keanggotaan kelompok 8. Buku Laporan RAT 2 tahun terakhir 9. Surat pernyataan sanggup menyerahkan jaminan bermaterai dilampiri foto copy jaminan (untuk jaminan sertifikat disertai PBB) 10. Sertifikat penilaian kesehatan koperasi 11. Berita Acara Rapat Anggota tentang pengajuan dana dan kuasa kepada pengurus 12. Surat keterangan taksiran harga tanah dari kelurahan apabila menggunakan jaminan sertifikat tanah Sumber: Dinas Koperasi dan UMKM
Perorangan
Kelompok
Koperasi
Bantuan yang diberikan kepada para pelaku usaha yaitu berupa bantuan modal dengan angsuran selama dua tahun dengan bunga sebesar 6% per tahun dan besaran pinjaman yang ditentukan oleh Dinas Koperasi. “Sosialisasi program pemberdayaan telah dilakukan melalui media massa. commit to user Untuk para pelaku usaha yang berminat harus memenuhi persyaratan
76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
setelah itu mengajukan proposal kemudian ada tim survey yang akan menyurvei
langsung
industri
tahunya,
besaran
bantuannya
akan
disesuaikan dengan skala industri tahunya.”
commit to user
77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
BAB V ANALISIS
A. Validitas dan Realibilitas Kuesioner Data yang dikumpulkan dari penelitian ini berasal dari jawaban responden sebelum penelitian berlangsung kepada 14 responden produsen tahu di Kelurahan Tinalan. 1. Uji Validitas Cara mengetahui validitas alat ukur dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson. Item pertanyaan dinyatakan valid jika mempunyai nilai r hitung yang lebih besar dari r standar yaitu 0,3. Untuk menguji validitas alat ukur ini dapat menggunakan program SPSS. Hasil pengujian validitas dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5.1 Hasil Uji Validitas Kuesioner Variabel Keberdayaan produsen tahu
Faktor Bantuan modal Pemasaran Teknologi Tantangan
Keberlanjutan Kontinuitas produksi usaha Sumber: Analisis penulis, 2011
r hitung 0,704 0,636 0,636 0,751
Keterangan Valid Valid Valid Valid
0,782
Valid
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari pengujian validitas seluruh item mempunyai nilai r hitung lebih dari 0,3. Sehingga kuesioner valid dan dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya. Hasil selengkapnya pengujian dapat dilihat pada lampiran.
2. Uji Reliabilitas Uji realibilitas dari masing-masing faktor dengan menggunakan Uji Alpha – Cronbach. Kuesioner dinyatakan reliable jika mempunyai nilai koefisien alpha yang lebih besar dari 0,7. Untuk menguji realibilitas alat commit to user
78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
ukur ini dapat menggunakan program SPSS. Hasil pengujian realibilitas dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5.2 Hasil Uji Realibilitas Kuesioner Variabel Keberdayaan produsen tahu
Faktor Bantuan modal Pemasaran Teknologi Tantangan
Koef. Alpha 0,901 0,908 0,908 0,896
Keterangan Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
0,893
Reliabel
Keberlanjutan Kontinuitas produksi usaha Sumber: Analisis penulis, 2011
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kuesioner penelitian untuk masing-masing faktor reliable.
B. Keberdayaan Produsen Tahu di Kelurahan Tinalan Keberdayaan produsen tahu terdiri dari
bantuan modal, pemasaran,
teknologi, serta tantangan dan masing-masing faktor tersebut memiliki tolak ukur yang berbeda. 1. Bantuan modal Salah satu Indikator untuk mengetahui keberdayaan produsen tahu terhadap bantuan modal, dalam hal ini adalah kemampuan untuk memperoleh bantuan modal. Keberdayaan produsen tahu dari faktor bantuan modal di daerah penelitian seperti pada Gambar 5.1 dibawah ini. Bantuan modal pernah mendapat 56%
tidak pernah mendapat 44%
Gambar 5.1 Diagram Bantuan Modal Industri Rumah Tangga Tahu dalam kurun waktu 5 tahun Sumber: Analisis Penulis, 2011
commit to user
79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
Dalam kurun waktu 5 tahun, terhitung dari tahun 2006-2010 dari 27 responden produsen tahu, yang menyatakan pernah memperoleh bantuan modal sebesar 15 responden (56%) dari instansi pemerintah, lembaga bank maupun koperasi. Dari Gambar 5.1 terlihat bahwa responden yang menyatakan pernah mendapatkan bantuan modal lebih besar dibanding responden yang menyatakan tidak pernah mendapatkan bantuan modal. Jenis bantuan yang diperoleh produsen tahu adalah bantuan modal berupa uang. Bantuan modal digunakan untuk membeli bahan baku kedelai, kedelai tersebut digunakan untuk menambah ragam jenis produk tahu yang dihasilkan sehingga dapat memperluas jaringan pemasaran. Karena semakin banyak ragam produk tahu yang ditawarkan, konsumen pun akan tertarik untuk mencobanya. Jika awalnya produsen tahu hanya memproduksi tahu pong dan tahu takwa, produsen mengembangkan produk tahunya dengan memproduksi stik tahu. Dalam proses pembuatan stik tahu dibutuhkan panas yang besar untuk mengeringkan stik tahu tersebut. Para produsen biasanya memanfaatkan panas matahari untuk menjemur stik tahu selama 3 hari, namun ketika musim hujan produsen tahu tidak dapat menjemur stik tahu dibawah sinar matahari. Untuk itu dibutuhkan oven sebagai alat pengeringan stik tahu. Tidak semua produsen tahu memiliki oven, sehingga pada musim hujan biasanya produsen tahu mengurangi pembuatan stik tahu. Kemudian untuk mengemas stik tahu tersebut dibutuhkan plastik dan label untuk lebih dikenal oleh para konsumen. Bantuan modal sangat berguna untuk membeli peralatan yang menunjang kebutuhan produksi tahu selain itu untuk mengembangkan industri tahunya dibutuhkan ijin usaha yang dikeluarkan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Tidak semua industri tahu di Kelurahan Tinalan memiliki ijin usaha, rata-rata industri tahu hanya memiliki merk dagang karena untuk mengurus merk dagang tidak dikenai pajak setiap bulannya. Dalam mendaftarkan produk tahunya dibutuhkan biaya yang commit to user
80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
tidak sedikit, maka salah satu kegunaan bantuan modal ini juga digunakan sebagai memperlebar jaringan pemasaran. Indikator yang dapat menjadi tolok ukur bahwa bantuan modal telah sukses mengembangkan industri tahu diantaranya adalah semakin meluasnya jangkauan pasar produksi tahu di Kelurahan Tinalan. Jangkauan pasar produksi tahu dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 5.3 Jaringan Pemasaran Tahu Luar Kota No.
Jaringan Jumlah pemasaran produsen tahu 1 Kabupaten Kediri 3 2 Kabupaten Nganjuk 4 3 Kabupaten Jombang 6 Jumlah 13 Sumber: Data primer olahan, 2011
Persentase 23% 31% 46% 100%
Meluasnya jangkauan pasar hingga ke luar kota juga dikarenakan bertambahnya ragam produk yang dihasilkan oleh industri tahu. Dapat dilihat tabel perkembangan ragam produk tahu di Kelurahan Tinalan dalam kurun waktu 5 tahun ke belakang. Tabel 5.4 Perkembangan Ragam Produk Tahu di Kelurahan Tinalan tahun 2006 – 2010 Jenis Ragam Produksi Tahu Pong dan 1 2006 Tahu Takwa 2 2007 Tahu Pong Tahu Pong dan 3 2008 Tahu Takwa Tahu Pong, 4 2009 Tahu Takwa dan Stik Tahu Tahu Pong, 5 2010 Tahu Takwa dan Stik Tahu Sumber: Data Primer Olahan, 2011 No.
Tahun
Jumlah 2 1 2 3
3
commit to user
81
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
Jenis produksi
Perkembangan Ragam Produksi Tahu di Kelurahan Tinalan 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 2006
2007
2008
2009
2010
Tahun
Gambar 5.2 Grafik Perkembangan Ragam Produksi Tahu di Kelurahan Tinalan Tahun 2006 – 2010 Sumber: Analisis Penulis, 2011
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa jenis produksi setiap tahunnya mengalami peningkatan, hal ini menunjukkan bahwa bantuan modal telah dapat meningkatkan keberdayaan produsen tahu.
2. Pemasaran Target pemasaran industri tahu di Kelurahan Tinalan yaitu dalam kota dan luar kota. Keberdayaan produsen tahu dari faktor pemasaran di daerah penelitian seperti pada Gambar 5.3 dibawah ini. Pemasaran
luar kota 48%
dalam kota 52%
Gambar 5.3 Diagram Jaringan Pemasaran Industri Rumah Tangga Tahu Tahun 2006 – 2010 Sumber: Analisis Penulis, 2011
commit to user
82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa produsen tahu yang pemasarannya di luar kota sebanyak 13 responden produsen tahu (48%). Produk tahunya setiap hari diambil oleh kios-kios yang berada di dalam kota. Kios-kios tersebut tersebar di pasar-pasar, stasiun, terminal, dan alun-alun. Jaringan pemasaran di dalam kota lebih dominan dibanding jaringan pemasaran luar kota. Sebaran jaringan pemasaran dalam kota dapat dilihat pada peta dibawah ini:
commit to user
83
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
Peta 5.1 Peta Jaringan Pemasaran Dalam Kota Industri Rumah Tangga Tahu Kelurahan Tinalan Sumber: Analisis Penulis, 2011
84
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
Lokasi penyebaran kios-kios penjualan tahu sejalan dengan Central Place Theory milik Christaller bahwa suatu tempat merupakan pusat pelayanan.
Christaller
berpendapat
bahwa
pusat-pusat
pelayanan
cenderung tersebar di dalam wilayah menurut pola berbentuk heksagon (segi enam). Keadaan seperti itu akan terlihat dengan jelas di wilayah yang mempunyai dua syarat: a. Topografi yang seragam sehingga tidak ada bagian wilayah yang mendapat pengaruh dari lereng dan pengaruh alam lain dalam hubungan dengan jalur pengangkutan b. Kehidupan ekonomi yang homogen dan tidak memungkinkan adanya produksi primer, yang menghasilkan padi-padian, kayu atau batu bara. Keterangan: Kecamatan Kota Titik-titik pemasaran
Gambar 5.4 Titik-titik pemasaran menurut Central Place Theory Sumber: Analisis Penulis, 2011
Gambar diatas merupakan ilustrasi dari titik-titik pemasaran produk tahu Kelurahan Tinalan, para produsen memilih pusat-pusat pelayanan/ kegiatan untuk menjaring banyak konsumen. Contohnya seperti pasar, terminal, stasiun bahkan alun-alun. Sedangkan jaringan pemasaran luar kota pun juga dikirim ke kioskios di luar kota seperti Jombang dan Nganjuk. Sebaran jaringan pemasaran
luar
kota
dapat
dilihat
pada
peta
dibawah
ini:
commit to user
85
Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
Peta 5.2 Peta Jaringan Pemasaran Luar Kota Industri Rumah Tangga Tahu Kelurahan Tinalan Sumber: Analisis Penulis, 2011
86
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
Jaringan distribusi luar kota hanya mencakup kabupaten-kabupaten di sekitar Kota Kediri, produsen tahu pribumi belum mampu menembus pangsa pasar yang lebih luas lagi. Indikator yang dapat menjadi tolok ukur luasnya tingkat pemasaran adalah omzet/ pendapatan yang diperoleh setiap bulannya. Seluruh produsen tahu pendapatan perbulannya telah melebihi Upah Minimum Kota (UMK) Kota Kediri, yaitu diatas Rp 906.000,00. UMK merupakan batas ambang pendapatan seseorang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya selama satu bulan. Dari pengolahan kuesioner yang diperoleh, dapat diketahui pendapatan perbulan industri tahu di Kelurahan Tinalan. Tabel 5.5 Tabel Pendapatan Bersih Per Bulan Produsen Tahu Kelurahan Tinalan No. 1 2 3.
Pendapatan per bulan Kurang dari Rp 1.500.000,00 Rp 1.500.000,00 – Rp 2.250.000,00 Lebih dari Rp 2.250.000,00 Jumlah Sumber: Analisis Penulis, 2011
Jumlah produsen tahu 9 8 10 27
Persentase 33% 30% 37% 100%
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 37% produsen tahu mempunyai pendapatan lebih dari Rp 2.250.000.00 dan 30% produsen tahu mempunyai pendapatan antara Rp 1.500.000,00 – Rp 2.250.000,00. Dapat diketahui bahwa semakin luas jangkauan pemasaran, pendapatan yang diperoleh setiap bulannya pun juga akan meningkat.
3. Teknologi Teknologi yang dimaksud dalam penelitian ini berkaitan dengan peralatan yang digunakan dalam proses produksi. Penggolongan peralatan produksi industri tahu dapat dilihat pada Gambar 5.7 dibawah ini:
commit to user
87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
Teknologi
modern 52%
konvensional 48%
Gambar 5.5 Diagram Peralatan Produksi Industri Rumah Tangga Tahu di Kelurahan Tinalan Sumber: Analisis Penulis, 2011
Dari gambar 5.7 diatas dapat diketahui bahwa produsen yang masih menggunakan peralatan produksi secara konvensional sebesar 13 produsen tahu (48%). Peralatan produksi konvensional yang dimaksud disini adalah peralatan yang digunakan untuk mengeringkan stik tahu, 48% produsen masih memanfaatkan panas matahari untuk menjemur stik tahu. Peralatan modern yang digunakan dalam produksi tahu adalah oven yang berfungsi untuk mengeringkan tahu untuk digunakan sebagai makanan olahan tahu yaitu stik tahu. Seperti yang tertera dalam Strategi Operasional Pembangunan Industri Nasional dalam Peraturan Presdien nomor 28 tahun 2008 disebutkan bahwa pengembangan lingkungan bisnis yang kondusif dapat tercipta melalui mendorong ketersediaan sarana pendidikan dan pelatihan bagi pengembangan sumber daya manusia industri, khususnya di bidang teknik produksi dan manajemen serta bisnis. Dalam proses produksi tahu tidak hanya mengandalkan teknologi namun juga tenaga kerja yang mengoperasionalkan peralatan tersebut. Dalam mengoperasikan peralatan tersebut dibutuhkan skill/keterampilan tersendiri. Indikator telah masuknya peralatan modern ke dalam proses produksi tahu di Kelurahan Tinalan dapat dilihat dari tingkat pendidikan para produsen tahu. Seluruh produsen tahu mengenyam bangku pendidikan formal, namun tingkat pendidikannya berbeda-beda. Berikut adalah gambaran tingkat pendidikan produsen tahu di Kelurahan Tinalan: commit to user
88
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
Tingkat Pendidikan SMA 22%
SD 45%
SMP 33%
Gambar 5.6 Diagram Tingkat Pendidikan Produsen Tahu di Kelurahan Tinalan Sumber: Analisis Penulis, 2011
Dari grafik diatas terlihat bahwa produsen tahu yang mengenyam pendidikan sampai bangku SD jumlahnya 45% dan produsen tahu yang mengenyam pendidikan sampai bangku SMP dan SMA jumlahnya 55%. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari 50% produsen tahu pendidikannya tergolong tinggi yang dibarengi dengan tingginya penggunaan peralatan modern dalam proses produksi yaitu diatas 50% juga.
4. Tantangan Kendala yang dihadapi industri kecil sangat beragam, antara lain modal usaha terbatas, cuaca, pesaing, ketidakpastian harga dan isu formalin. Produsen yang kurang mampu mengatasi tantangan yang dihadapi mengakibatkan mereka kalah bersaing. Produsen yang dapat mengantisipasi tantangan dalam industri tahu dapat dilihat pada Gambar 5.7 dibawah ini:
commit to user
89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
Tantangan kurang mampu 30%
mampu 44% cukup mampu 26%
Gambar 5.7 Diagram Tantangan yang Dihadapi oleh Industri Rumah Tangga Tahu Kelurahan Tinalan Sumber: Analisis Penulis, 2011
Dari diagram diatas dapat diketahui bahwa produsen tahu yang mampu mengantisipasi tantangannya sebesar 12 produsen atau sebesar 14%. Mampu mengantisipasi tantangan yang dimaksud disini adalah seperti apapun tantangannya tidak menjadi hambatan dalam industri tahunya. Ia telah terbiasa dengan tantangan yang dihadapinya sehingga ketika tantangan tersebut muncul lagi, produsen tahu telah mengambil ancang-ancang dalam mengantisipasinya. Sedangkan produsen yang cukup mampu mengantisipasi tantangannya sebesar 7 produsen atau sebesar 26%. Sebagian besar produsen sudah mampu dan cukup mampu mengantisipasi tantangan yang malang melintang di industri tahunya. Tantangan yang sering dihadapi produsen tahu adalah ketersediaan modal dan ketidakpastian harga kedelai. Produsen yang mampu mengantisipasi tantangannya cenderung memiliki persediaan bahan baku, sehingga ketika harga kedelai naik, mereka masih memiliki persediaan kedelai.
Sedangkan
produsen
yang
membutuhkan
modal
untuk
mengembangkan industri tahunya biasanya menggunakan fasilitas simpan pinjam dari KOPTI atau produsen tahu biasanya meminjam uang dari bank dengan jaminan sertifikat rumahnya. commit to user
90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
Indikator yang dapat melihat seberapa besar produsen mampu mengantisipasi tantangan yang ada yaitu jam terbang/ lama berusaha produsen bergelut dalam industri tahu. Berikut adalah gambaran lama berusaha produsen tahu di Kelurahan Tinalan: Lama Berusaha dibawah 10 tahun 26% diatas 10 tahun 74%
Gambar 5.8 Diagram Lama Berusaha Industri Rumah Tangga Tahu Kelurahan Tinalan Sumber: Analisis Penulis, 2011
Grafik diatas menunjukkan bahwa industri tahu yang digeluti 74% produsen tahu sudah diatas 10 tahun. Hal ini cukup signifikan dengan gambar 5.9. Bahwa produsen yang mampu dan cukup mampu mengantisipasi tantangan berjumlah lebih dari 50%.
C. Keberlanjutan Usaha Tahu di Kelurahan Tinalan Keberlanjutan usaha industri tahu di Kelurahan Tinalan diukur berdasarkan
kontinuitas
produksi.
Kontinuitas
produksi
dilihat
dari
kemampuan produsen tahu dalam mempertahankan produksinya. 1. Kontinuitas Produksi Kontinuitas produksi dilihat dari segi kemampuan produsen dalam mempertahankan produksinya, kontinuitas produksi dinilai tinggi ketika produsen tidak pernah berhenti dalam proses produksinya dalam kurun waktu 2006 – 2010. Kontinuitas produksi di daerah penelitian seperti pada Gambar 5.10 dibawah ini. commit to user
91
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
Kontinuitas Produksi
tidak pernah berhenti 52%
pernah berhenti 48%
Gambar 5.9 Diagram Kontinuitas Produksi Tahu di Kelurahan Tinalan Sumber: Analisis Penulis, 2011
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa 13 produsen tahu atau sebesar 48% pernah berhenti produksi dan produsen yang tidak pernah berhenti sebesar 14 produsen atau sebesar 52%. Berhentinya produksi tahu dikarenakan munculnya isu penggunaan formalin dalam produksi tahu. Hal ini menunjukkan bahwa produsen tahu yang mampu bertahan dalam isu formalin lebih besar dibandingkan produsen yang pernah berhenti karena isu formalin. Produsen yang tidak pernah berhenti dalam memproduksi tahu hanya mengalami penurunan produksi tahu karena beberapa agen menghetikan pemesanan tahu dan hanya memesan produk tertentu. Sedangkan produsen yang berhenti akibat isu tersebut rata-rata hanya berhenti berproduksi selama beberapa hari kemudian dapat melanjutkan produksi lagi namun jangkauan pemasarannya hanya sebatas lokal saja. Indikator telah berlanjutnya produksi tahu dapat dilihat dari penggunaan kedelai yang dihabiskan setiap tahunnya. Berikut adalah grafik perkembangan penggunaan kedelai industri tahu Kelurahan Tinalan.
commit to user
92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
Perkembangan Penggunaan Kedelai Sebagai Bahan Baku Tahu 250 200 150 100 50 0 kedelai (kg)
2006
2007
2008
2009
2010
200
100
125
150
125
Gambar 5.10 Grafik Perkembangan Penggunaan Kedelai Industri Tahu Kelurahan Tinalan Sumber: Analisis Penulis, 2011
Dari grafik diatas terlihat bahwa meskipun 48% produsen tahu pernah berhenti berproduksi namun produksi tahu setelah ada isu tersebut lambat laun mulai mengalami peningkatan.
D. Pengaruh
Faktor-faktor
Keberdayaan
Produsen
Tahu
terhadap
Keberlanjutan Usaha Tahu di Kelurahan Tinalan Untuk mengetahui faktor-faktor keberdayaan produsen tahu dan tingkat keeratannya terhadap keberlanjutan usaha, tahap pertama yang perlu dilakukan adalah dengan mengukur keberdayaan produsen tahu yang meliputi bantuan modal, pemasaran, teknologi, dan tantangan. Setelah itu dikorelasikan dengan keberlanjutan usaha yaitu faktor kontinuitas produksi. 1. Pengaruh Bantuan Modal terhadap Kontinuitas Produksi Untuk mengetahui pengaruh bantuan modal terhadap kontinuitas produksi maka dilakukan uji independensi. Hasil uji independensi yang dilakukan dengan menggunakan SPSS adalah sebagai berikut: Uji independensi Chi-Kuadrat dan uji signifikansi commit to user
93
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
Ho : tidak ada hubungan antara bantuan modal dengan kontinuitas produksi tahu H1 : ada hubungan antara bantuan modal dengan kontinuitas produksi tahu Tabel 5.6 Uji Chi-Kuadrat dan Uji Signifikansi Bantuan Modal terhadap Kontinuitas Produksi Symmetric Measures Value Nominal by Nominal N of Valid Cases
Contingency Coefficient
.433 27
Approx. Sig. .013
Sumber: Analisis Penulis, 2011
Berdasarkan uji independensi diatas dapat diketahui bahwa besarnya nilai koefisien kontingensi adalah 0,433 dan nilai signifikansi 0,013 kurang dari taraf nyata (α = 0,05) yang berarti terdapat pengaruh antara faktor bantuan modal terhadap kontinuitas produksi yang cukup kuat dan searah.
Pernah berhenti
Pernah mendapat bantuan 31%
Tidak pernah berhenti Tidak pernah mendapat bantuan 21% Tidak pernah mendapat bantuan 69%
Pernah mendapat bantuan 79%
Gambar 5.11 Diagram Pengaruh Bantuan Modal Terhadap Kontinuitas Produksi Tahu Kelurahan Tinalan Sumber: Analisis Penulis, 2011
Persentase pengaruh bantuan modal terhadap kontinuitas produksi dapat dilihat pada grafik diatas. Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa banyaknya produsen tahu yang pernah berhenti berproduksi adalah 69% produsen tahu tidak pernah mendapat bantuan modal dan banyaknya produsen tahu yang tidak pernah berhenti berproduksi adalah 79% produsen tahu pernah mendapat commitbantuan to user modal. Sehingga dapat diketahui
94
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
bahwa bantuan modal cukup kuat pengaruhnya terhadap kontinuitas produksi. Bantuan modal yang diperoleh produsen tahu didapat dari berbagai sumber, antara lain Dinas Koperasi UMKM, lembaga bank dan koperasi tahu tempe. Berikut adalah gambaran bantuan modal yang diperoleh produsen tahu di Kelurahan Tinalan:
Sumber Bantuan Modal Koperasi Lembaga Bank Dinas Koperasi
0
2
4
6
8
10
12
Gambar 5.12 Sumber Bantuan Modal yang Diperoleh Produsen Tahu Kelurahan Tinalan Sumber: Analisis Penulis, 2011
Bantuan modal digunakan untuk pembelian bahan baku utama pembuatan tahu yaitu kedelai, selain untuk pembelian bahan baku bantuan modal digunakan untuk kebutuhan penunjang kegiatan produksi tahu misalnya untuk pembelian alat produksi, membayar upah pekerja dan untuk kegiatan pemasaran. Kedelai yang digunakan sebagai bahan baku utama tahu ini diperoleh dari pemasok kedelai. Namun saat ini, pemasok kedelai kesulitan mendapatkan kedelai lokal, Hal ini disebabkan karena terbatasnya lahan yang digunakan untuk menanam kedelai. Berikut ini adalah tabel perkembangan produksi kedelai di Kabupaten Kediri:
commit to user
95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
Tabel 5.7 Perkembangan Produksi Kedelai Kabupaten Kediri Tahun 2000 – 2008 Produksi (ton) 1 2000 2243 2 2001 1837 3 2002 732 4 2003 521 5 2004 647 6 2005 774 7 2006 956 8 2007 703 9 2008 770 Sumber: BPS Provinsi Jatim, berbagai tahun No.
Tahun
Perkembangan Produksi per Tahun 18% 60% 29% -24% -20% -24% 26% -10% 10%
Grafik Perkembangan Produksi Kedelai Kabupaten Kediri Tahun 2000-2008 2243 1837 732
2000
2001
2002
521
2003
647
774
2004
2005
956 703
2006
2007
770
2008
Gambar 5.13 Grafik Perkembangan Produksi Kedelai Kabupaten Kediri Tahun 2000 – 2008 Sumber: BPS Provinsi Jatim, berbagai tahun
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa produktivitas kedelai semakin tahun semakin mengalami penurunan, selain karena adanya konversi lahan disamping itu juga menurunnya minat petani dalam menanam kedelai karena harga kedelai di pasaran tidak seimbang dengan biaya produksi, hal ini menyebabkan meningkatnya harga kedelai lokal. Dalam kurun waktu 8 tahun terhitung dari tahun 2000 hingga tahun 2008 terdapat kecenderungan penurunan produksi kedelai di Kabupaten Kediri. Terlihat pada tahun 2001 terdapat penurunan produktivitas kedelai di Kabupaten Kediri yang cukup signifikan yaitu sebesar 60%. Kedelai setiap bulannya memiliki masa panen, namun hanya 1 kali musim panen yang commit to user
96
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
dapat produksi kedelainya paling tinggi. Jika dilihat masa panen kedelai pada tahun 2010, bulan Juni merupakan waktu paling tinggi masa panennya. Dapat dilihat pada grafik dibawah ini. Pola Panen Kedelai Bulanan di Jawa Timur
(Ribu Ha)
45000 40000 35000 30000 25000 20000 15000 10000 5000 0
Jan
Feb Mar Apr Mei
Jun
Jul
Agu Sep
Okt Nov Des
2010 (Ha) 3060 2223 1631 7079 2427 4251 1771 7034 1168 1529 3556 1784
Gambar 5.14 Pola Panen Kedelai Bulanan di Jawa Timur Sumber: BPS Provinsi Jatim, berbagai tahun
Sehingga produsen tahu mengalami kesulitan dalam mendapatkan kedelai dan harus memasok kedelai dari wilayah kabupaten sekitar Kediri. Mahalnya
harga
kedelai
merupakan
dampak
dari
menurunnya
produktivitas kedelai, maka dibutuhkan modal yang tidak sedikit untuk mempertahankan usaha produksi tahu ini. Tidak hanya digunakan untuk membeli kebutuhan baku, namun juga untuk keperluan produksi lainnya yang nantinya akan mempengaruhi pada produktivitas tahu. Seperti penggunaan bantuan modal yang digunakan untuk memperluas jangkauan pasar produksi tahu, Christaller dalam Central Place Theory berpendapat bahwa jangkauan pasar tidak hanya ditentukan oleh jarak tapi juga oleh faktor waktu dan biaya untuk mencapai pusat pelayanan. Para produsen tidak hanya menjangkau pasar kecamatan namun juga menjangkau pusat-pusat kegiatan seperti alun-alun. melihat pelanggannya tidak hanya dari penduduk lokal namun juga menembak pasar wisatawan maka produsen menjangkau pasar di pusatpusat kegiatan bahkan sampai jangkauan luar kota. commit to user
97
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
Meskipun alasan berhentinya produksi karena tersandung isu penggunaan formalin, namun ketika produsen memiliki modal yang cukup bahkan lebih dapat mengembangkan inovasi ragam produk tahunya sehingga konsumen tidak terpaku dengan isu tersebut.
2. Pengaruh Pemasaran terhadap Kontinuitas Produksi Disini akan dibahas bagaimana pengaruh antara faktor pemasaran dengan kontinuitas produksi tahu. Pemasaran merupakan kegiatan bagaimana agar hasil produksi dapat terjual dan dapat memuaskan keinginan pembeli sehingga pembeli akan membeli lagi setelah merasa cocok dan puas akan produk yang bersangkutan. Uji independensi Chi-Kuadrat dan uji signifikansi Ho : tidak ada hubungan antara pemasaran dengan kontinuitas produksi H1 : ada hubungan antara pemasaran masalah dengan kontinuitas produksi Tabel 5.8 Uji Chi-Kuadrat dan Uji Signifikansi Pemasaran terhadap Kontinuitas Produksi Symmetric Measures Value Nominal by Nominal N of Valid Cases
Contingency Coefficient
.435 27
Approx. Sig. .012
Sumber: Analisis Penulis, 2011
Berdasarkan uji independensi diatas dapat diketahui bahwa besarnya nilai koefisien kontingensi adalah 0,435 dan nilai signifikansi 0,012 kurang dari taraf nyata (α = 0,05) yang berarti terdapat pengaruh antara faktor pemasaran terhadap kontinuitas produksi yang cukup kuat dan searah.
commit to user
98
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
Pernah berhenti
Tidak pernah berhenti
Luar kota 23%
Dalam kota 29% Dalam kota 77%
Luar kota 71%
Gambar 5.15 Diagram Pengaruh Pemasaran Terhadap Kontinuitas Produksi Tahu Kelurahan Tinalan Sumber: Analisis Penulis, 2011
Persentase pengaruh pemasaran terhadap kontinuitas produksi dapat dilihat pada grafik diatas. Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa banyaknya produsen tahu yang pernah berhenti berproduksi adalah 77% produsen tahu memasarkan produk tahunya di lingkup dalam kota dan banyaknya produsen tahu yang tidak pernah berhenti produksi adalah 71% produsen tahu memasarkan produk tahunya di lingkup luar kota. Sehingga dapat diketahui bahwa pemasaran cukup kuat pengaruhnya terhadap kontinuitas produksi. Lokasi industri tahu di Kelurahan Tinalan sejalan dengan teori lokasi biaya minimum milik Weber. Weber berpendapat bahwa karena banyak juga yang memilih berdekatan dengan industri yang sudah maka terjadilah aglomerasi. Manfaat aglomerasi yang diperoleh antara lain adalah pada lokasi tersebut biasanya sudah terdapat tenaga kerja terampil dan murah serta fasilitas pendukung yang lebih baik dan lebih murah seperti perbengkelan, fasilitas penyediaan air bersih, perumahan, pasar dan lainnya (Tarigan, 2010:100). Sedangkan untuk lokasi pemasaran produk tahunya sejalan dengan teori tempat pusat milik Christaller karena titik-titik pemasaran produk tahu Kelurahan Tinalan, para produsen memilih pusat-pusat pelayanan/ kegiatan untuk menjaring banyak konsumen. commit to user
99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
Pusat kegiatan 2
Pusat kegiatan 3
Industri tahu Industri tahu
Industri tahu
Pasar kecamatan
Pusat kegiatan 1
Gambar 5.16 Jaringan Pemasaran Produk Tahu Kelurahan Tinalan Sumber: Analisis Penulis, 2011
Gambar diatas menjelaskan bahwa pemasaran produk tahu dilakukan setiap hari dengan cara menyalurkan makanan olahan tahu maupun tahu itu sendiri ke pasar, stasiun, terminal maupun alun-alun. Terkait dengan lokasi maka salah satu faktor yang menentukan apakah suatu lokasi menarik untuk dikunjungi atau tidak adalah tingkat aksesibilitas. Tingkat aksesibilitas adalah tingkat kemudahan untuk mencapai suatu lokasi ditinjau dari lokasi lain di sekitarnya (Tarigan, 2006:78). Menurut Tarigan, tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak, kondisi prasarana perhubungan, ketersediaan berbagai sarana penghubung termasuk frekuensinya dan tingkat keamanan serta kenyamanan untuk melalui jalur tersebut. Karena letak Kelurahan Tinalan yang cukup strategis sehingga ada beberapa konsumen yang dating langsung ke lokasi produksi untuk membeli makanan olahan tahu. Seperti yang tertera dalam Strategi Operasional Pembangunan Industri Nasional dalam Peraturan Presdien nomor 28 tahun 2008 disebutkan bahwa pengembangan lingkungan bisnis yang kondusif dapat tercipta melalui pengembangan prasarana dan sarana fisik di daerahdaerah yang prospek industrinya potensial ditumbuhkan, antara lain: jalan, commit to user
100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
jembatan, pelabuhan, jaringan tenaga listrik, bahan bakar, jasa angkutan, pergudangan, telekomunikasi, telematika dan air bersih. Jika dilihat dari kondisi administrasinya, Kelurahan Tinalan memiliki potensi aksesibilitas yang sangat kuat yaitu wilayah Kelurahan Tinalan dilewati oleh Jalan Nasional dan Jalan Kota, sehingga dapat dimanfaatkan untuk membangun kios oleh-oleh di sepanjang jalan tersebut. Namun potensi tersebut tidak dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Produsen berorientasi pada produksi dengan memusatkan perhatian pada upaya mencapai tingkat efisiensi produksi yang tinggi dan perluasan distribusi. Karena pentingnya uang hasil penjualan tahu tersebut untuk membayar upah pekerja, pembayaran kedelai dan kebutuhan sehari-hari keluarga produsen. Hal ini berarti, pemasaran sangat berpengaruh pada keberlanjutan usaha tahu tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan para produsen berproduksi seolah-olah dimodali oleh pedagang kedelai karena bahan baku dan upah pekerja baru dibayar setelah tahu terjual. Akibatnya ketergantungan produsen terhadap pedagang kedelai tersebut sangat besar. Jika penjualan tahu setiap harinya lancar maka upah pekerja lancar dan pembayaran kedelai kepada pedagang juga lancar. Sehingga dapat dikatakan pemasaran tahu setiap hari berkaitan dengan keberlanjutan produksi antara produsen dengan pekerja dan antara produsen dengan pedagang kedelai. Selama permintaan tahu berkurang, produsen tahu menghentikan pengiriman bahan baku dan pekerja untuk beberapa hari. Keadaan tersebut tidak berlangsung lama dan produsen dapat berproduksi kembali dengan jangkauan pemasaran yang hanya berada dalam lingkup lokal. Namun tidak semua produsen tahu yang pernah berhenti produksinya memasarkan tahu di lingkup lokal, 23% produsen yang pernah tersandung isu formalin ternyata mampu mengembangkan pemasarannya sampai lingkup luar kota. Hal ini dikarenakan memang produsen tahu tersebut mempunyai kemampuan sendiri dalam mengembangkan industri tahunya. commit to user
101
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
3. Pengaruh Teknologi terhadap Kontinuitas Produksi Teknologi yang dimaksud disini adalah peralatan yang digunakan untuk mempermudah proses produksi tahu. Untuk mengetahui pengaruh teknologi terhadap kontinuitas produksi maka dilakukan uji independensi. Hasil uji independensi yang dilakukan dengan menggunakan SPSS adalah sebagai berikut: Uji independensi Chi-Kuadrat dan uji signifikansi Ho : tidak ada hubungan antara teknologi dengan kontinuitas produksi H1 : ada hubungan antara teknologi dengan kontinuitas produksi Tabel 5.9 Uji Chi-Kuadrat dan Uji Signifikansi Teknologi terhadap Kontinuitas Produksi Symmetric Measures Value Nominal by Nominal N of Valid Cases
Contingency Coefficient
Approx. Sig.
.377 27
.035
Sumber: Analisis Penulis, 2011
Berdasarkan uji independensi diatas dapat diketahui bahwa besarnya nilai koefisien kontingensi adalah 0,377 dan nilai signifikansi 0,035 kurang dari taraf nyata (α = 0,05) yang berarti terdapat pengaruh antara faktor teknologi terhadap kontinuitas produksi, namun pengaruhnya tidak cukup kuat atau lemah. Pernah berhenti
Tidak pernah berhenti
Konvensi onal 29%
Modern 31% Konvensi onal 69%
Modern 71%
Gambar 5.17 Diagram Pengaruh Teknologi Terhadap Kontinuitas Produksi Tahu Kelurahan Tinalan Sumber: Analisis Penulis, 2011
commit to user
102
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
Persentase pengaruh teknologi terhadap kontinuitas produksi dapat dilihat pada grafik diatas. Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa banyaknya produsen tahu yang pernah berhenti produksi tahunya adalah 69% produsen tahu menggunakan peralatan konvensional dalam proses produksi tahu dan banyaknya produsen tahu yang tidak pernah berhenti berproduksi adalah 71% produsen tahu menggunakan peralatan modern dalam proses produksi tahu. Sehingga dapat diketahui bahwa teknologi tidak cukup kuat pengaruhnya terhadap kontinuitas produksi. Rata-rata produsen tahu hanya memiliki sebuah mesin penggiling, jumlah mesin penggiling yang hanya satu-satunya inilah yang menjaga kontinuitas dari proses produksi tahu. Selain mesin penggiling tersebut, peralatan lainnya lebih bersifat konvensional. Seperti kayu bakar yang digunakan sebagai merebus bubur tahu, alat pengepresan tahu yang bertumpu pada batu, semakin berat beban batu semakin padat tahu yang dihasilkan. Industri rumah tangga tahu di Kelurahan Tinalan termasuk dalam usaha padat karya, yaitu kegiatan produksi yang melibatkan banyak tenaga kerja sebagai konsekuensi dari aktivitas yang menghasilkan produk yang berciri hand made. Kontinuitas produksinya lebih banyak ditunjang oleh ketersediaan tenaga kerjanya daripada ketersediaan teknologi yang digunakan untuk proses produksinya. Dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
commit to user
103
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
Kedelai (kg)
Perbandingan Jumlah Tenaga Kerja dengan Produksi Tahu 150 100 50 0 1
2
3
4
Jumlah tenaga kerja
Gambar 5.18 Grafik Perbandingan Jumlah Tenaga Kerja dengan Produksi Tahu Kelurahan Tinalan Sumber: Analisis Penulis, 2011
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa semakin banyak produksi tahu semakin banyak pula tenaga kerja yang dipekerjakan dalam suatu industri tahu. Untuk memproduksi 30 kg kedelai dibutuhkan 1 tenaga kerja, produsen tahu yang memproduksi rata-rata 50 kg kedelai mempekerjakan 2 orang tenaga kerja dalam industri tahunya. Sedangkan produsen tahu yang memproduksi rata-rata 90 kg mempekerjakan 3 orang tenaga kerja dan produsen tahu yang memproduksi rata-rata 125 kg kedelai mempekerjakan 4 orang tenaga kerja. Dapat disimpulkan bahwa kontinuitas produksi lebih berpengaruh terhadap ketersediaan tenaga kerjanya meskipun tidak dapat dipungkiri juga bahwa produsen tahu menggunakan mesin penggiling kedelai dalam proses produksinya namun keberadaan mesin penggiling tersebut sifatnya lebih pada kebutuhan penunjang. Munculnya isu formalin yang menjadi penyebab berhentinya proses produksi tahu lebih berpengaruh kepada tenaga kerja yang bekerja di industri tahu. Dengan berhentinya proses produksi maka berhenti pula pekerja yang bekerja di industri tersebut. Karena sebagian besar pekerjaan dilakukan oleh tenaga kerja. commit to user
104
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
Selain itu karena industri rumah tangga lebih mementingkan penyerapan tenaga kerja, ketika industri tahu banyak menggunakan peralatan modern maka segala prosesnya akan dijalankan mesin dan semakin berkurang kebutuhan tenaga kerja manusianya sehingga industri rumah tangga sebagai landasan ekonomi kerakyatan tidak berguna lagi. Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pengaruh teknologi terhadap keberlanjutan industri rumah tangga sifatnya lemah, karena teknik produksinya masih dengan cara konvensional sehingga peran individu atau dalam hal ini para pekerja sangatlah besar didalam proses pembuatannya. Menurut Peraturan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor: 03/PER/M.KUKM/VI/2010 Tentang Pedoman Program Bantuan Pengembangan Koperasi Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia, disebutkan bahwa Pengembangan usaha dalam bidang inovas dan teknologi terdiri dari:
peningkatan kemampuan di bidang desain dan
teknologi serta pengendalian mutu; dan peningkatan Kerjasama dan alih teknologi. Dari peraturan diatas dapat diketahui meskipun peran teknologi tidak cukup erat pengaruhnya terhadap kontinuitas produksi namun tetap perlu ditingkatkan karena dapat meringankan beban tenaga kerja manusia. Selain itu, jika dirunut lagi ke belakang, yang lebih membutuhkan sentuhan teknologi adalah produksi kedelainya. Teknologi pertanian seperti intensifikasi lahan dapat membantu peningkatan produktivitas kedelai dengan mengoptimalkan lahan pertanian yang sudah ada, sehingga para produsen kedelai tidak perlu lagi mengimpor kedelai dari luar negeri.
4. Pengaruh Tantangan terhadap Kontinuitas Produksi Jika dilihat dari kontinuitas produksi, produsen yang pernah berhenti memproduksi tahu adalah produsen yang tidak memahami bagaimana cara mengantisipasi tantangan yang dihadapi. Sedangkan produsen yang commit to user
105
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
tidak pernah berhenti memproduksi tahu adalah produsen yang mampu menagatasi masalah yang sedang dihadapi. Uji independensi Chi-Kuadrat dan uji signifikansi Ho : tidak ada hubungan antara tantangan dengan kontinuitas produksi H1 : ada hubungan antara tantangan dengan kontinuitas produksi Tabel 5.10 Uji Chi-Kuadrat dan Uji Signifikansi Tantangan terhadap Kontinuitas Produksi Symmetric Measures Value Nominal by Nominal N of Valid Cases
Contingency Coefficient
.485 27
Approx. Sig. .004
Sumber: Analisis Penulis, 2011
Berdasarkan uji independensi diatas dapat diketahui bahwa besarnya nilai koefisien kontingensi adalah 0,485 dan nilai signifikansi 0,004 kurang dari taraf nyata (α = 0,05) yang berarti terdapat pengaruh antara faktor tantangan terhadap kontinuitas produksi yang cukup kuat dan searah.
Pernah berhenti produksi
Tidak pernah berhenti produksi kurang mampu 7%
mampu 23%
cukup mampu 23%
cukup mampu 29%
kurang mampu 54% mampu 64%
Gambar 5.19 Diagram Pengaruh Tantangan Terhadap Kontinuitas Produksi Tahu Kelurahan Tinalan Sumber: Analisis Penulis, 2011
Persentase pengaruh faktor tantangan terhadap kontinuitas produksi dapat dilihat pada grafik diatas. Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa banyaknya produsen tahu pernah berhenti produksi adalah 46% commit to user
106
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
produsen tahu kurang bisa mengantisipasi tantangan yang dihadapi dalam industri tahu miliknya dan banyaknya produsen tahu yang tidak pernah berhenti produksi adalah 50% produsen tahu bisa mengantisipasi tantangan yang dihadapi dalam industri tahu miliknya. Sehingga dapat diketahui bahwa faktor tantangan cukup kuat pengaruhnya terhadap kontinuitas produksi. Tantangan yang sering ditemui dalam industri tahu antara lain adalah ketersediaan modal, pesaing, ketidakpastian harga, cuaca dan isu formalin yang menerpa selama 5 tahun belakangan ini. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik dibawah ini. Tantangan dalam Industri Tahu
ketersediaan modal 22%
cuaca 17%
issue formalin 21%
pesaing 18% ketidakpastian harga 22%
Gambar 5.20 Diagram Tantangan yang Dihadapi dalam Industri Rumah Tangga Tahu Kelurahan Tinalan Sumber: Analisis Penulis, 2011
Grafik diatas menunjukkan bahwa, tantangan terbesar dalam perjalanan industri tahu adalah ketersediaan modal dan ketidakpastian harga yaitu sebesar 44% produsen tahu yang menyatakan tersebut. Sedangkan produsen yang menyatakan cuaca sebagai salah tantangan dalam perjalanan industri tahu di Kelurahan Tinalan hanya 17% dari keseluruhan produsen tahu. Produsen yang dapat mampu mengatasi tantangan yang sedang dihadapi dalam dunia industri maka berakibat commit to user
107
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
positif terhadap kontinuitas produksinya. Semakin lama ia bergelut dibidang industri ini maka semakin banyak pula ia mendapat pengalaman dan keterampilan di bidang ini. Golongan pengrajin kecil yang mempunyai motivasi untuk maju ini sekarang menghadapi berbagai kendala, karena dalam eksistensinya industri kecil mempunyai kelemahan-kelemahan antara lain: a. Tingkat produksi rendah b. Industri kecil memiliki kelemahan dalam menjangkau pasaran yang lebih luas c. Kurang mampu menyerap teknologi yang lebih modern dan efisien d. Mengalami kesulitan dalam memperoleh kredit/ modal. Sementara itu menurut Shaleh (1991:5) permasalahan pokok yang sering dihadapi industri kecil adalah iklim diskriminatif yang bersumber dari sikap dan tindakan pemerintahan, serta relative terbatasnya akses untuk memperoleh kredit dari bank komersial. Begitu pula kendala yang dihadapi oleh produsen tahu sebagian besar sama dengan penjelasan diatas. Ketika produsen tahu memiliki kelemahan dalam menjangkau pasaran yang lebih luas, mereka memiliki cara tersendiri agar produk tahunya laku dipasaran sehingga produksinya dapat terus berjalan. Contohnya pada saat produksi tahunya ada yang tidak laku dijual, produsen biasanya menggoreng tahu tersebut kemudian dititipkan ke warung-warung makan di sekitar rumahnya. Selain itu beberapa produsen ada yang menggunakan merk dagang agar produk tahunya lebih dikenal oleh konsumen. Dengan melihat merk, seseorang yang sudah menggemari mutunya tidak akan memilih lagi dalam membeli suatu barang. Ketika menghadapi keadaan kurang mampunya menyerap teknologi yang lebih modern dan efisien, produsen tahu lebih memilih menggantungkan proses produksinya kepada tenaga kerja manusia. Disamping karena dapat menyerap tenaga kerja, peralatan modern di bidang produksi tahu belum begitu dibutuhkan karena tenaga kerja manusia dapat mengcover proses commit to user
108
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
produksi tahu. Kemudian untuk mengatasi permasalahan meningkatnya harga kedelai yang dibarengi dengan ketersediaan modal yang pas-pasan, biasanya produsen untuk sementara memperkecil ukuran tahunya. Produsen tahu juga harus mempertimbangkan daya beli konsumennya. Karena
jika
produsen
asal
menaikkan
harga
tahu
tanpa
mempertimbangkan kemampuan membeli masyarakat, dapat dipastikan produknya tidak akan laku dipasaran dan mengakibatkan produktivitas tahunya menurun. Kemudian sikap diskriminatif yang bersumber dari tindakan pemerintahan, terlihat jelas dari pengikutsertaan pameran-pameran yang diselenggarakan pemerintah lebih banyak menggandeng produsen tahu Cina. Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa pemerintah cenderung melihat sisi praktisnya saja, dengan menggunakan produk tahu milik Cina tidak perlu memesan sebelum mengadakan pameran karena produsen tahu milik Cina cenderung memiliki stok/ persediaan makanan olahan tahu, dalam hal ini stick tahu. Seharusnya dari pameran produk unggulan ini dapat mendatangkan banyak permintaan dan penawaran sehingga dapat meningkatkan produktivitas tahu bagi produsen pribumi. Beberapa produsen pribumi yang pernah mengikuti pameran produk unggulan mengatakan bahwa setelah mengikuti acara tersebut, tidak ada kelanjutannya dan tidak ada pengaruhnya terhadap produktivitas usahanya. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa pemerintah masih setengah hati dalam mengadakan acara tersebut. Padahal jika produsen dan pemerintah mau bekerja sama, produktivitas tahu dapat meningkat drastis. Dari uraian diatas, dapat diketahui bahwa tantangan yang tepat dapat meningkatkan produktivitas tahu atau setidaknya produksi tahu dapat berjalan secara kontinu.
commit to user
109
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan dibawah ini didapat berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan. Setelah itu akan diberikan rekomendasi untuk pemerintah dan pelaku usaha. A. KESIMPULAN 1. Pengaruh bantuan modal terhadap kontinuitas produksi cukup kuat dan searah. Banyaknya produsen tahu yang pernah berhenti berproduksi adalah 69% produsen tahu tidak pernah mendapat bantuan modal dan banyaknya produsen tahu yang tidak pernah berhenti berproduksi adalah 79% produsen tahu pernah mendapat bantuan modal. Bantuan modal yang didapatkan biasanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku, selain itu namun juga untuk keperluan produksi lainnya yang nantinya akan mempengaruhi pada produktivitas tahu. Meskipun alasan berhentinya produksi karena tersandung isu penggunaan formalin, namun ketika produsen memiliki modal yang cukup bahkan lebih dapat mengembangkan inovasi ragam produk tahunya sehingga konsumen tidak terpaku dengan isu tersebut. 2. Pengaruh pemasaran terhadap kontinuitas produksi cukup kuat dan searah. Banyaknya produsen tahu yang pernah berhenti berproduksi adalah 77% produsen tahu memasarkan produk tahunya di lingkup dalam kota dan banyaknya produsen tahu yang tidak pernah berhenti produksi adalah 71% produsen tahu memasarkan produk tahunya di lingkup luar kota. Pentingnya uang hasil penjualan tahu tersebut untuk membayar upah pekerja, pembayaran kedelai dan kebutuhan sehari-hari keluarga produsen. Hal ini berarti, pemasaran sangat berpengaruh pada keberlanjutan usaha tahu tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan para produsen berproduksi seolah-olah dimodali oleh pedagang kedelai karena bahan commit to user
110
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
baku dan upah pekerja baru dibayar setelah tahu terjual. Akibatnya ketergantungan produsen terhadap pedagang kedelai tersebut sangat besar. 3. Pengaruh teknologi terhadap kontinuitas produksi tidak cukup erat karena banyaknya produsen tahu yang pernah berhenti produksi tahunya adalah 69% produsen tahu menggunakan peralatan konvensional dalam proses produksi tahu dan banyaknya produsen tahu yang tidak pernah berhenti berproduksi adalah 71% produsen tahu menggunakan peralatan modern dalam proses produksi tahu. Munculnya isu formalin yang menjadi penyebab berhentinya proses produksi tahu lebih berpengaruh kepada tenaga kerja yang bekerja di industri tahu. Dengan berhentinya proses produksi maka berhenti pula pekerja yang bekerja di industri tersebut. Karena sebagian besar pekerjaan dilakukan oleh tenaga kerja. 4. Pengaruh faktor tantangan terhadap kontinuitas produksi cukup kuat dan searah. Banyaknya produsen tahu pernah berhenti produksi adalah 46% produsen tahu kurang bisa mengantisipasi tantangan yang dihadapi dalam industri tahu miliknya dan banyaknya produsen tahu yang tidak pernah berhenti produksi adalah 50% produsen tahu bisa mengantisipasi tantangan yang dihadapi dalam industri tahu miliknya. Sehingga dapat diketahui bahwa faktor pengendalian masalah cukup kuat pengaruhnya terhadap kontinuitas produksi. Tantangan yang sering ditemui dalam industri
tahu
antara
lain
adalah
ketersediaan
modal,
pesaing,
ketidakpastian harga, cuaca dan isu formalin yang menerpa selama 5 tahun belakangan ini. Produsen yang dapat mampu mengatasi tantangan yang sedang dihadapi dalam dunia industri maka berakibat positif terhadap kontinuitas produksinya. Semakin lama ia bergelut dibidang industri ini maka semakin banyak pula ia mendapat pengalaman dan keterampilan di bidang ini.
commit to user
111
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
B. REKOMENDASI 1. Untuk pemerintah a. Dalam memberikan bantuan modal kepada industri rumah tangga tahu hendaknya pemerintah mensosialisasikannya langsung ke kelurahankelurahan yang mengundang para produsen tahu. b. Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (KOPTI) sebagai pemberi bantuan modal hendaknya tetap perlu dikembangkan c. Peran koperasi juga dapat sebagai penyalur informasi dari pemerintah atau pihak swasta ke produsen tahu, hendaknya pemerintah juga turut memperhatikan tumbuh kembangnya koperasi tahu tempe ini. d. Penyuluhan tentang teknologi perlu diperhatikan, meskipun industri rumah tangga merupakan landasan ekonomi kerakyatan namun peran teknologi dapat meringankan proses produksi sehingga tidak semua dikerjakan dengan tenaga manusia.
2. Untuk produsen tahu a. Limbah cair yang dihasilkan oleh industri tahu sedikit banyak dapat mencemari lingkungan, hendaknya para produsen memiliki IPAL dalam industri tahunya b. Berkaitan dengan bantuan modal, hendaknya produsen tahu yang mengalami kesulitan modal, aktif dalam mencari informasi tentang bantuan yang diadakan oleh pihak swasta ataupun pemerintah. c. Berkaitan dengan kedelai sebagai bahan baku utama yang produksinya mulai menurun, hendaknya petani dan pemerintah melakukan kerjasama dalam meningkatkan produktivitas kedelai agar tidak sering mengimpor kedelai dari luar. d. Dalam menyelenggarakan pameran-pameran ke luar daerah hendaknya pemerintah mengikutsertakan industri rumah tangga tahu yang sifatnya lemah dalam permodalan namun mempunyai potensi sehingga para produsen tersebut dapat mengembangkan industri tahunya. commit to user
112
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengaruh Faktor-faktor Keberdayaan Produsen Tahu Terhadap Keberlanjutan Usaha di Kota Kediri
e. Dalam
memasarkan
produk
tahunya,
para
produsen
dapat
memanfaatkan jalan arteri yang terdapat di selatan kelurahan Tinalan untuk dibangun kios-kios sebagai etalase penjualan produk tahunya.
commit to user
113