Tinjauan Visual Tokoh Wayang Tengul…….. TINJAUAN VISUAL TOKOH WAYANG TENGUL DI BOJONEGORO Yogi Widya Pradhiska Jurusan S1 Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya
[email protected] Dra.Tjintariani, M.Pd Dosen Jurusan S1 Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya Abstrak Latar belakang penelitian yaitu karena peneliti ingin mengembangkan kesenian Wayang Tengul di Bojonegoro dan berkaitan langsung dengan bidang seni rupa yang meneliti dan lebih tertuju pada penelitian visualnya. Saat ini generasi muda kurang memahami seni, terutama budaya nenek moyang sendiri. Untuk mengatasi masalah itu diperlukan penelitian proses pembuatan Wayang Tengul di Bojonegoro dan visualisasi Wayang Tengul di Bojonegoro. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, wawancara, dokumentasi dan sumber data. Teknik analisis data yang digunakan yaitu display data, reduksi data, penarikan kesimpulan. analisis proses pembuatan Wayang Tengul yaitu mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan. Prosesnya adalah pemahatan, tahap penghalusan dan pemolesan dan proses finising. Analisis visual Wayang Tengul meliputi mahkota, wajah, pakaian (busana) aksesoris, jarik. Hasil visualisai, Bentuk mahkota mengunakan Jamang,warna wajah putih. Kata Kunci: Wayang, tengul, visual, tokoh
Abstract Background of this research is the researchers wanted to develop Tengul Puppet arts in Bojonegoro and directly related to the field of art that examines and more focused on visual research. To solve the problem of making the necessary research in Bojonegoro Tengul Puppet and Puppet visualization Tengul in Bojonegoro. The method used in this study is the method of observation, interviews, documentation and data sources. Data analy sis technique used is the data display, data reduction, conclusion, analysis is the process of making puppet Tengul prepare tools and material needed. The process is sculpting, smoothing and polishing stages and finishing processes. Puppet Tengul visual analysis covering the crown, face, clothes (fashion) accessories, jarik. Results visualization, using jamang crown shape, color white face. Keywords: Puppet,tengul, visual, figure
mengenai keindahan, tentang apresiasi keindahan,
PENDAHULUAN
mempunyai nilai terhadap keindahan (indah), hal Wayang merupakan kesenian yang tradisional yang
memiliki
etika
di
dalam
yang terkait dengan keindahan dan rasa. (Susanto
kehidupan
2012 : 45)
bermasyarakat dan nilai estetik dalam tradisi masyarakat. Pengertian estetik atau estetika adalah
87
Jurnal Pendidikan Seni Rupa, Volume 2 Nomor 3 Tahun 2014, 87-95 Wayang bukan hanya pergelaran yang bersifat
pada suatu unsur bentuk yang dapat dilihat
menghibur tapi juga sarat akan nilai falsafah hidup.
dan nyata secara visual. Hal tersebut meliputi
Dalam
ukuran, warna, garis atau tekstur.
cerita
wayang,
tiap-tiap
tokohnya
merupakan refleksi atau representasi dari sikap,
Maka simiotika visual tidak lagi terbatas pada
watak, dan karakter manusia secara umum. Ada
pengkajian
baiknya dan jahat, ada kebatilan dan keburukan ada
seterusnya) dan arsitektur semata-mata, melainkan
belahkasihan, kasih sayang, cinta, benci, hasut,
juga segala macam tanda visual yang kerap kali
serakah dan lain-lain.(Aizid, 2012 : 15)
atau
Sangat dimungkinkan generasi muda kurang
seni rupa (seni lukis, patung dan
biasanya
diangkap
bukan
karya
seni.
(Budiman, 2010 : 9) Unsur-unsur visual di
memahami seni, terutama budaya nenek moyang
antaranya adalah :
sendiri. Hal ini sangat dimugkinkan karena
a. Garis dapat bermakna sebagai jejak dari suatu
kebanyakan hanya mengetahui setengah-setengah
benda. Ketika anda menggoreskan alat tulis atau
dari keanekaragaman seni kebudayaan yang ada.
menggerakan mouse computer, dan gerakan itu
Akan
meninggalkan jejak, maka jejak tersebut bias
tetapi
generasi
muda
saat
ini
akan
ketinggalan jejak generasi tua (nenek moyang),
disebut garis.
pegrajin Wayang Tengul saat ini mulai berkurang
b. Bidang Segala bentuk apa pun yang memiliki
karena terpengaruh oleh perkembangan zaman, hal
dimensi tinggi dan lebar disebut bidang. Bidang
ini merupakan langkah awal untuk melestarikan
berupa bentuk-bentuk geometris (lingkaran,
kebudayaan daerah yang mempunyai ciri khas
segitiga, segi empat, elips, setengah lingkaran
karya seni rupa, seperti Wayang Tengul.
dan sebagainya)
Berdasarkan
uraian
di
atas,
peneliti
berkeinginan untuk membantu dinas pariwisata Bojonegoro dalam mengembangkan budaya milik daerah dengan harapan agar meningkatkan minat generasi muda. Maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah proses pembuatan Wayang Tengul di Bojonegoro dan visualisasi Wayang Tengul di Bojonegoro
ini yang dapat dilihat dan diraba pasti mempunyai bentuk. yang
Pada penelitian ini segala jenis makna di
sampaikan
melalui
sarana
indra
penglihatan. Dalam penelitian ini visual digunakan untuk mengkaji semua bentuk nyata dari Wayang Tengul, mulai dari sisi warna, corak, motif, bentuk dan lain sebagainya
yang
beraturan. c. Warna dalam seni rupa, warna dapat dilihat dari tiga dimensi, yaitu : 1. Warna primer
terdiri dari merah, kuning
dan biru. 2. Warna sekunder, merupakan percampuran dua 3. warna
Visual adalah segala sesuatu yang ada didunia
dan bentuk-bentuk
primer
dengan
perbandingan
seimbang (1 : 1), menghasilkan warna oranye
(merah
(kuning+biru),
+
dan
kuning), ungu
hijau
(biru+merah).
(Supriyono, 2010 : 72) d. Gelap-terang adalah komposisi warna-warna kontras
memberikan kesan dinamis, enerjik,
riang, dinamis, dan bergairah. Kontras value dapat dibuat dengan
dengan memadukan
Dasar-dasar seni dan desain, bahwa
warna-warna terang (putih, kuning, hijau muda,
bentuk apa saja yang ada dialam dapat
dan lain-lain) dengan warna gelap (hitam, ungu,
disederhanakan menjadi titik, garis, bidang,
dan lain-lain)
gempal. Menurut (Kartika 2007 : 100) lebih
dengan
warna-warna
gelap
Tinjauan Visual Tokoh Wayang Tengul…….. (hitam,
ungu,
biru
tua,
dan
lain-lain).
Budaya wayang diperkirakan sudah lahir di
(Supriyono, 2010 : 79)
Indonesia setidaknya pada zaman pemerintahan
e. Tekstur adalah nilai raba atau halus-kasarnya
Prabu Erlangga, Raja Kahuripan , yakni ketika
suatu permukaan benda. Tekstur bersifat nyata
kerajaan di Jawa Timur sedang makmur-makmur-
dan dapat pula tidak nyata (tekstur semu).
nya. (Aizid, 2012 : 23)
f. Format adalah Besar kecilnya elemen visual
Wayang ialah bentuk tiruan manusia atau
perlu diperhitungkan secara cermat sehingga
hewan yang memanfaatkan untuk memerankan
desain komunikasi visual memiliki kemudahan
tokoh dalam sebuah pertunjukan drama tradisional
baca yang tinggi.
dan biasanya dimainkan oleh orang yang disebut
g. Keseimbangan atau balance adalah pembagian
dalang. (Susanto, 2012 : 436) Di Indonesia, ada
sama berat, baik secara visual maupun optik.
banyak sekali wayang yang terbuat dari berbagai
Komposisi desain dapat dikatakan seimbang
macam bahan dan sampai saat ini masih berjalan
apabila obyek dibandingkan kiri dan kanan
dan berkembang di tengah-tengah masyarakat
terkesan sama berat.
Jawa. Berikut akan dijelaskan ragam macam atau
h. Tekanan atau penonjolan dengan cara warna
jenis wayang yang dilestarikan dari berbagai
yang mencolok, ukuran foto atau ilustrasi dibuat
sumber.(Aizid, 2012 : 36) Berikut ini adalah
paling besar, menggunakan huruf sans serif
macam-macam wayang yang ada di Indonesia :
ukuran besar, arah diagonal, dan dibuat berbeda
a. Wayang Purwa
k. Wayang Krucil
dengan elemen-elemen.
b. Wayang Kaper
l. Wayang Gedog
c. Wayang Kidang
m. Wayang Golek
i. Irama adalah pola layout yang dibuat dengan
Kencanan
cara menyusun elemen-elemen visual secara
n. Wayang Wuluh
d. Wayang Pendalangan
o. Wayang Titi
Sifat – sifat tokoh pribadi seorang pelaku,
e. Wayang Ageng
p. Wayang Wahyu
sedangkan istilah actor atau pelaku bila membahas
f. Wayang Madya
q. Wayang Orang
intansi atau peran yang bertindak atau berbicara
g. Wayang Kulit Purwa
r. Wayang Suket
dalam hubungannya dengan alur peristiwa. Dalam
h. Wayang Klitik
s. Wayang Pancasila
bidang penokohan pun sebuah pentas dibatasi
i. Wayang Beber
t. Wayang Potehi
karena tiadanya seorang komentator yang bercerita.
j. Wayang Suluh
u. Wayang Kadek
berulang-ulang.
(Luxemburg, 1984 : 171) Wayang berasal dari India, yang dibawa
Bagian Kepala berbagai bentuk posisi dan tipe
bersama dengan agama Hindu ke Indonesia.
raut muka, bentuk mata, bentuk hidung, bentuk
Penganut keyakinan ini antara lain Pischel,
mulut, warna muka/wajah, gambar raut muka
Hidding, Krom, Poensen, Goslings, dan Rassers.
wayang, jenis sumping, jenis tutup kepala, jenis
Sebagian besar kelompok kedua ini adalah sarjana
sanggul.
Inggris, negeri Eropa yang pernah menjajah India. Namun,
sejak
tahun
1950-an,
Bagian Tengah (Badan)Badan bagi wayang
buku-buku
golongan badan kecil yang mempunyai tipe raut
pewayangan seolah sudah sepakat bahwa, wayang
muka hidung runcing, mata liyepan, badan terbuka
memang berasal dari Pulau Jawa dan sama sekali
tanpa hiasan, memakai kalung tanggalan, memakai
tidak diimpor dari negara lain.
kalung ulur-ulur, memakai kalung tanggalan dan tali praba. (Soekatno, 2009 : 65)
89
Jurnal Pendidikan Seni Rupa, Volume 2 Nomor 3 Tahun 2014, 87-95 Bagaian
Bawah
darin
adalah metode penelitian yang digunakan untuk
kedudukan, misal sebagai raja, satria, pendeta dan
meneliti pada kondisi obyek yang alamiah di mana
pungawa. Selain kedudukan atau jabatan masing-
peneliti
masing wayang dibedakan gari golongan wayang,
pengumpulan
misalnya Wayang Bokongan (bokong - pantat),
wawancara,observasi,
Wayang
2012 : 1)
Jangkahan
dapat
dan
dibedakan
Wayang
Raksasa.
(Widodo, 1984 : 59)
sebagai
intrumen data
kunci,
dilakukan dokumentasi.
teknik secara
(Sugiyono,
Data adalah unit tertentu yang diperoleh
Pakaian dan Perlengkapan yang tidak sama,
melalui suatu hasil pengamatan,
wawancara,
ada pula pakaian yang menunjukan ciri khas dari
dokumen, sumber data yang baik adalah data yang
sesuatu golongan. Di antaranya adalahperhiasan
diambil dari sumber yang tepat dan aktual. Begitu
tangan, perhiasan lengan, perhiasan kalung.
pula menurut (Moleong, 2009 : 157) Sumber data
Pertama
kali
muncul
Tengul
utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata,
dibojonegoro itu sekitar tahun 1930, penciptanya
dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan
adalah
seperti dokumen dan lain – lainya.
Samijan,pemuda
Wayang
desa
yang
semula
membuatnya untuk mengamen dari satu desa
Teknik pengumpulan data untuk memperoleh
kedesa lainnya dengan tujuan mencari nafkah hidup
data –data tentang kerajinan Wayang Tengul
yang pada periode 1930-an penghidupan rakyat
seperti proses pembutan, bentuk,warna, cirri khas,
sangat sulit.
dan
Wayang Tengul sendiri berasal dari kata
lain-lain
di
Desa
Padangan
Kabupaten
Bojonegoro, penelitian ini mengunakan metode
Tengul dalam penuturan masyarakat berasal dari
sebagai berikut :
kata Teng adalah anggan-anggan atau cita-cita dan
a. Metode observasi adalah metode dengan cara
Ngul yang berarti ngulandoro atau orang yang suka
pengambilan data secara langsung di tempat
berpindah-
penelitian.Menurut (Moleong, 2009 : 175)
pindah
untuk
mengembangkan
kesenian.
pengamatan
mengoptimalkan
kemampuan
peneliti dari segi motif, perhatian, tingkah laku, kebiasaan,dan sebagainya. Teknik observasi ini
METODE Lokasi penelitian tentang visualisai Wayang
diambil bertujuan untuk memperoleh data yang
Tengul ini terletak di Bojonegoro Barat, tepatnya di
melakukan pengamatan langsung dari tempat
Kecamatan Padangan Desa Padangan Jl.Bengawan
yang diteliti.
Solo yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah.
b. Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan
Jenis penelitian di fokus utama penelitian
secara lisan, biasanya dilakukan jika ingin
sudah ditentuka sebelum peneliti terjun kelapangan,
diketahui hal-hal yang lebih mendalam dari
yaitu proses pembuatan Wayang Tengul dan bentuk
responden.
visual dari Wayang Tengul. Penelitian Tinjauan
teknik
Visual
ini
pendahuluan untuk menemukan masalah yang
kualitatif
harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin
deskriftif ini dipilih oleh penulis supaya dapat di
mengetahui dari hal-hal dari respondenya
pertanggung jawabkan di masyarakat khususnya
sedikit atau kecil. Teknik pengumpulan data ini
warga Bojonegoro. Metode penelitian kualitaif
mendasarkan diri pada laporan tentang diri
Wayang
mengunakan
Tengul
pendekatan
di
Bojonegoro
metode
Wawancara
peneliti
ingin
digunakan melakukan
sebagai study
Tinjauan Visual Tokoh Wayang Tengul…….. sendiri atau self – report, atau setidak-tidaknya
Wayang Tengul dan perkembangan Wayang
pada pengetahuan dan keyakinan pribadi.
Tengul di Bojonegoro.
(Sugiyono, 2012 :194)
f. Display data maka akan memudahkan untuk
c. Dokumentasi ini sudah lama digunakan dalam
memahami apa yang terjadi, merencanakan
penelitan sebagai sumber data karena banyak
kerja selanjutnya. Data hasil reduksi dipaparkan
dalam hal dokumen sebagai sumber data
kemudian peneliti membuat uraian atas hasil
dimanfaatkan untuk
penelitiannya
menguji, menafsirkan
sehingga
dapat
dibaca
dan
bahkan untuk meramalkan. (Moleong, 2009 :
dipahami. (Sugiyono, 2012 : 341) Tujuan dalam
217) Dokumentasi
yang digunakan adalah
display data ini untuk mempermudah dalam
berupa gambar seperti foto dan berupa karya
menguraikan data yang di peroleh dari sumber-
seperti karya seni yang dapat berupa gambar
sumber, dengan demikian dalam menentukan
atau filem.
kesimpulan yang vailid.
d. Teknis analis data kualitatif umumnya tidak digunakan
sebagai
alat atau data
g. Penariakan kesimpulan merupakan langkah
dalam
terakhir yang dilakukan oleh peneliti setelah
memperoleh dan mencari data secara sistematis
seluruh proses analisa data telah selesai
data yang diperoleh dari wawancara dan
dilakukan, sehingga dapat diperoleh suatu
dokumentasi dengan cara mengorganisasikan
kesimpulan yang tepat dari hasil penelitian yang
data berbagai kategori, menjabarkan ke dalam
telah dilakukan terhadap visualisasi Wayang
unit-unit,
Tengul di Bojonegoro.
melakukan
sintesa,
kemudian
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan mana yang akan dipelajari, dan
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
membuat kesimpulan dan mudah dipahami oleh
Proses pembuatan wayang tengul karya
orang lain.Penelitian kualitatif ini mengunakan
(Santoso umur 59 tahun) adalah pegrajin Wayang
langkah-langkah
naturalistik
Tengul. Berikut ini adalah bahan dan peralatan dan
dikemukakan oleh Sparadley maka analisis data
proses pembuatan serta teknik pewarnaan yang
dilaksanakan langsung dilapangan bersama-
harus di ketahui dan dilalui sebagai berikut :
penelitian
sama dengan pengumpulan data. (Moleong,
Tahap pertama adalah menyiapkan alat dan
2009 : 149)
bahan. peralatan
yang disiapkan adalah kayu
e. Mereduksi data berarti merangkum, memilih
mentaon sebagai bahan utama, pahat ukir, tuding,
hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal
tata busana, pisau, golok, palu kayu, gergaji, cat,
yang penting, dicari tema dan polanya dan
amplas, pensil, dan kuas.
membuang yang tidak perlu. (Sugiyono, 2012 : 338) Tujuan dari mendapatkan
Tahap kedua adalah proses pengerjaan atau
reduksi ini adalah untuk
gambaran tentang
proses pemahatan. Meliputi proses pengolahan
visualisasi
kayu,pengukiran bagian kepala, badan, tahap
Wayang Tengul dengan vailid mengenai hasil pengamatan
dan
mempermudah
pembentukan dan proses ukir.
peneliti
Tahap
ketiga
tahap
penghalusan
dan
memperoleh data yang dibutuhkan. Dalam
pemolesan. Tahap penghalusan ini adalah proses
penelitian ini data yang dipilih oleh penulis
menghilangkan bekas-bekas pahatan yang kasar
meliputi visualisasi Wayang Tengul, sejarah
sehingga
menjadi
halus.
Penghaluasan
dilakukan Santoso secara manual.
91
ini
Jurnal Pendidikan Seni Rupa, Volume 2 Nomor 3 Tahun 2014, 87-95 Tahap
terakhir
adalah
proses
finising.
Meliputi pewarnaan, memberikan aksesoris pada Wayang Tengul dan tahap perakitan Wayang Tengul.
Menyatukan
semua
dari
bagian
kepala,badan, busana dihias dengan perhiasan dan manik-manik. Bentuk
4. 5.
mungkur wayang Jaman Bagian bawah mahkota yang menunjukan karakter wayang Sumping Aksesoris yang ketaknya di belakang telinga Ciri-ciri khas bentuk Wayang Tengul adalah :
Bentuk dekoratif dengan lekuk-lekukan yang tajam, sepintas tidak kelihatan tetapi kalau diamati lebih
Wayang
Tengul
mempunyai
perbedaan dari bentuk bagian seperti : alis, mata, hidung mulut kumis demikian pula dengan badan adapula yang gendut dan ada yang kurus.
detail kelihatan sekali magisnya. Visual dari Wayang Tengul ini tidaklah monoton karena memiliki tiga sisi yang berbeda.Ukuranya relative kecil dengan lebar 12-13 cm dan tinggi 35-40 cm. Pakaian (busana)
merupakan
kebutuhan
yang sangat esensial dalam sebuah pertunjukan Wayang Tengul, (busana)
fungsinya
yang paling
menggambarkan dan
memakai
utama
pakaian
adalah
dapat
menyempurnakan identitas
karakter Wayang Tengul. Berikut ini penjelasaan tentang asesoris dan busana yang dipakai oleh tokoh Wayang Tengul: Pakaian Agkling Darma Sebelum di Kerajaan Bagian kepala mahkota ini Keterangan 1. Mahkota Perhiasan penutup kepala atau irahirahan 2. Wimbo Alis bulu mata di atas mata 3. Netro seco Mata (indra penglihatan) 4. Lowoh Telinga (indra pendengaran) 5. Grono Hidung (indra penciuman) 6. Lati Bibir (mulut) 7. Regmo Rambut 8. Kerah Leher baju 9. Kalung Perhiasan yang berupa lingkaran terbuat dari emas 10. Simbar Aksesoris busana yang berbentuk rimpang 11. Klabau Aksesoris busana yang letaknya di lengan tangan 12. Tangan Anggota badan dari siku samapai ke ujung jari 13. Jarik Kain panjang dengan corak dan motif yang dipakai untuk menutupi sepanjang kaki 14. Tuding Berbentuk kayu panjang fungsinya untuk mengerakan tangan wayang Keterangan 1. Menur Bagian atas kepala yang berbentuk bulat memanjang keatas 2. Mahkota Mempunyai banyak lengkungan di satria mahkota 3. Gardo Bagian wajah belakang sebuah
mengunakan
blangkon
yang
berwarna merah dan sumping berwarna emas, itu mendandakan orang yang berani dan bisaksana. Bentuk mengunakan merah,
pakaian
sendiri
rompi
berwarna
dengan
manik-manik
perhiasan, seperti benik bros, serta ornamen di rompi.
Pakaian Batik Madrim sebelum di Kerajaan Bagian kepala mengunakan kuluk berwana hitam dengan menur emas yang terletak di atas kuluk. Bentuk
pakaian
pakaian
jangkangan
dengan
hiasan
mengunakan (kesatria) wangkingan
sebagai sabuk dan sebagai kancing baju.
Tinjauan Visual Tokoh Wayang Tengul…….. Pakaian Agkling Darma di Kerajaan
dan hiasan bros bunga yang dipakai didada serta
Prabu Angkling memakai
benik sebagai hiasan di lengan baju.
mahkota binokasih, dengan di atas
Semua Wayang Tengul membawa rompi,
mahkota terdapat menur yang
yang terdiri atas raja, ratu, prajurit, karakter
berwana kuning keemasan. Di
jahat.Rompi menunjukan status dan peranya,
dalam mahkota ada hiasan isen-
misalnya rompi topong untuk peran raja, rompi
isen
sebagai
jangkangan untuk peran kesatria, rompi jubah
pelengkan dan hiasan mahkota.
untuk pendeta, rompi untuk peran cantik, dan
Pakaian
rompi serban untuk peran adapati.
dan
jamang
yang
dipakai
adalah
pakaian kekerajaan dan aksesoris
Mahkota kepala dibagi menjadi dua bagian
setter dipundak. Aksesoris yang
pokok, yaitu bagian muka dan perhiasan penutup
digunakan adalah kalung, bros
kepala atau irah-irahan. Aksesoris yang dipakai
baju, angken, sabuk bros serta anting-anting.
di
kepala
di antaranya
adalah gelung
,topong,jamang, garuda mungkur. Pakaian Batik Madrim di Kerajaan
Bentuk Wajah Wayang Tengul bila di perinci
Mahkota yang dipakai Batik
bagian-bagian terdiri dari bentuk mata-bentuk
Madrim adalah mahkota tropong,
hidung, bentuk mulut, bentuk kumis, bentuk
yang
janggut.
lebih
bermartabat
dan
gagah.Pakaian yang digunakan oleh
Batik
Madrim
Aksesoris wayang adalah benda-benda yang
adalah
dikenakan oleh tokoh Wayang Tengul untuk
aksesoris yang dipakai di dada
mendukung atau mempercantik pakaian. Asesoris
adalah srempang sebagai hiasan
wayang terdiri dari pakaian (baju, ikat pinggang,
pakaian, rantai sebagai hiasan
kain/jarik dan sabuk), prabot (keris, pedang, serta
pelengkan
perhiasan)
dan
hiasan
kipas
sebagai aksesoris di dada.
Jarik yang bercorak batik mempunyai maksud bahwa jarik batik adalah kostum yang dipakai oleh
Pakaian Amborowati
kesatria dalam tradisi budaya jawa (pakaian Bagian
mengunakan manokono
kepala tropong kesatria
kejawen).
dan yang
berwana hijau dengan hiasan berwarna hitam, manokono ini adalah tropong gelung sebagai tempat
rambut.
Pakaian
Amborowati sama dengan Batik Madrim kekerajaan srempang
yang
sudah
di
karena
memiliki
sebagai
aksesoris,
dan bros sebagai kancing baju
93
Jurnal Pendidikan Seni Rupa, Volume 2 Nomor 3 Tahun 2014, 87-95 gelung dan atributnya disesuaikan dengan karakter
KESIMPULAN DAN SARAN
dan sifat tokoh wayang itu sendiri. Simpulan kesimpulan pembuatan
hasil
Wayang
penelitian, Tengul
yaituProses
karya
Santoso
Ciri-ciri khas bentuk Wayang Tengul adalah : 1.
Bentuk dekoratif dengan lekuk-lekukan yang tajam, sepintas tidak kelihatan tetapi kalau
memiliki beberapa tahap yang harus dilakukan :
diamati lebih detail kelihatan sekali magisnya. a. Tahap pertama adalah menyiapkan alat dan bahan. peralatan
2.
Bentuk visual dari Wayang Tengul ini
yang disiapkan adalah
tidaklah monoton karena memiliki tiga sisi
mengunakan bahan utama dari kayu mentaon.
yang berbeda, yaitu sisi depan samping dan
Maka diperoleh kesimpulan bahwa konsep
belakang semua berbeda.
pembuatan
Wayang
Tengul
itu
sendiri
3.
Setiap elemen-elemen pendukung Wayang
mengunakan kayu mentaon sebagai bahan
Tengul memiliki karisma seni tersendiri yang
utama, pahat ukir, tuding, tata busana, pisau,
menjadi sebuah pertunjukan fenomenal dan
golok, palu kayu, gergaji, cat, amplas, pensil,
menyenagkan. 4.
dan kuas.
Ukuranya relative kecil dengan lebar 12-13
b. Tahap kedua adalah proses pengerjaan atau
cm dan tinggi 35-40 cm. Wayang Tengul
proses pemahatan. Meliputi proses pengolahan
Bojonegoro memiliki beberapa jenis ukuran
kayu,pengukiran bagian kepala, badan, tahap
wayang, setiap tokoh tidaklah sama.
pembentukan dan proses ukir. c. Tahap ketiga tahap penghalusan dan pemolesan. Tahap
penghalusan
ini
adalah
proses
menghilangkan bekas-bekas pahatan yang kasar sehingga menjadi halus. Penghaluasan ini
Saran Beberapa saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah: a.
d. Tahap terakhir adalah proses finising. Meliputi
mahasiswa
memberikan Tengul
dan
aksesoris tahap
pada
melestarikan kerajinan Wayang. b.
Agar Wayang Tengul lebih baik lagi, harap diperhatikan
perakitan.
kerajinan
Menyatukan semua dari bagian kepala,badan,
aturan Wayang
menentukan
busana dihias dengan perhiasan dan manik-
dalam
pembuatan
Tengul,
tinggi
misalnya
patung
yaitu
memperhatikan proporsi dan komposisi.
manik. Hasil visualisai yang diteliti menyimpulkan bahwa, bentuk Wayang Tengul dapat dibagi menjadi tiga bagian pokok,yaitu bagian kepala, bagian badan, aksesoris wayang serta busana
c.
Untuk
pemerintah
Departemen
daerah
Pariwisata
khususnya
dan
Budaya
diharapkan supaya memperhatikan potensi yang
sudah
dikembangkan
ini
dengan
membuat program pembinaan pada pegrajin
wayang. Bentuk
khususnya
daerah sekitar Bojonegoro, supaya turut
amplas.
Wayang
mahasiswa
pendidikan seni rupa dan kawula muda di
dilakukan secara manual, hanya mengunakan
pewarnaan,
Untuk
Wayang
Tengul
mempunyai
perbedaan dari bentuk bagian seperti : alis, mata, hidung mulut kumis, demikian dengan bentuk
Wayang Tengul, karena ditangan pegrajin kebudayaan kerajian Wayang Tengul ini masih ada atau masih dilestarikan.
Tinjauan Visual Tokoh Wayang Tengul…….. DAFTAR PUSTAKA Aizid, Rizem. 2012.
Atlas tokoh-tokoh wayang.
Jakarta : Diva press. Budiman,Kris.
2010.
Simiotika
Visual.
Jakarta:Jalasutra. Kartika, Dharsono sony. 2007. Estetika. Bandung: Rekayasa Sains. Luxemburg , Jan van. 1984. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta : Gramedia. Moleong. 2009.
Metode Penelitian. Bandung:
Remaja Rosdakarya. Soekatno, 2009. Wayang Kulit Purwa, Semarang: Aneka Ilmu. Sugiyono. 2012 Memahami Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Supriyono, Rahmat .2010. Desain Komunikasi Visual. Jakarta: Andi. Susanto, Mikke. 2012. Diksi Rupa. Yogyakarta: DictiArt Lab. Widodo,
Panenggak
Marto.
1984.
Tuntutan
Ketrampilan Tatah Sungging Wayang Kulit. Surabaya : Citra Jaya.
95