DAFTAR PUSTAKA
Aizid, Rizem.2012. Atlas Tokoh-Tokoh Wayang. Yogyakarta : Penerbit DIVA Press Anomin. Wayang Golek. melalui
[20/07/13]
dari
:
Anonim. Melalui [06/02/13] Ardianto, Elvinaro dan Q-Anees, Bambang. 2009. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung : Penerbit Simbiosa Rekatama Media Badawi, Jamal A. 2008. Kedudukan Wanita dalam Islam. Maktabah Raudhah Al Muhibbin Basrowi dan Sukidin. 2002. Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro. Surabaya : Penerbit Insan Cendikia Brooks, Ann. 1997. Posfeminisme dan Cultural Studies. Yogyakarta : diterbitkan oleh Jalasutra Cronick, Karen. 2002. The Discourse of President George W. Bush and Osama Bin Laden : A Rhetorical Analisis and Hermeneutic Interpretation. Qualitative Sosial Research : Proquest Document Dubrin, Andrew J. 2006. The Complete Ideal's Guide Leadership : Edisi kedua. Jakarta : Penerbit Prenada Franklin, Leanne. 2012. Gender. Printed and Bound in China (UK. USA) : Penerbit Palgrave Macmillan. Gamble, Sarah. 2010. Pengantar Memahami Feminisme dan Postfeminisme. Yogyakarta : Penerbit Jalasutra Hadijah, Ijah. 2012. Studi Komparatif Wayang Golek Purwa Khas Kuningan Dan Sumedang Jawa Barat Dalam Analisis Semiotik Tahun 2007 Sampai 2010. Melalui < http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/catharsis/article/view/30> [29/09/13] Hollows, Joanne. 2010. Feminisme, Feminitas, dan Budaya Populer. Yogyakarta : Penerbit Jalasutra
105
Irfansyah, Yasraf A. 2006. Perubahan Kode Visual Raut Golek Asep Sunandar Sunarya dari Tahun 1970 – 2005. Dalam Rekap Jurnal Rekacipta Telaah Desain dan Budaya Visual Nusantara Volume II no. 2 Tahun 2006 Pierce, Jon L dan Newstrom, John W. 2008. On the Meaning of Leadership. Dalam Leaders & the Leadership Process. Mc-Graw Hill Interational Edition. Fifth Edition Khumaini, Anwar. 2008. Uji Publik RUU Pornografi Ditanggapi Beragam. Melalui [22/06/13] Lal, P. 2008. Ramayana. Jakarta : Penerbit Pustaka Jaya Littlejohn, Stephen W dan Foss, Karen A. 2009. Teori Komunikasi : Theories of Human Communication. Jakarta : Penerbit Salemba Humanika Murphy, David Cotter. 2003. Mediated Pedagogical Design : The Cycles of Interation Interface. Simon Fraser University. melalui [08/09/13] Mustapa, Hasan. 2010. Adat Istiadat Sunda. Bandung : Penerbit PT. Alumni Putra, R Masri Sareb. 2012. Tradisi Hermeneutika dan Penerapannya dalam Studi Komunikasi. UMN Volume IV. Nomer I Rachman, Ace Sriati. 2004. Konstruksi Realitas Perempuan di Surat Kabar Nasional : Suatu Analisis Framing Isu Kesetaraan Gender pada Rubrik Swara Harian Kompas dalam Perspektif Konstruktivisme. Perpustakaan UI. Diunduh dari [06/05/13] Rajagopalachari, C. 2011. Mahabarata. Jogjakarta : Penerbit IRCiSoD Rich, Stephanie. Dkk. 2011. ‘Unnatural’, ‘Unwomanly’, ‘Uncreditable’, and ‘Undervalue’ : The Significance of Being a Childless Woman in Australian Society. Springer Science+business Media, LLC : Proquest Document Rivai, Veithzal dan Mulyadi, Deddy. 2009. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi : Edisi ketiga. Jakarta : Penerbit Rajawali Pers Rumadi dan Fathurahman,Wiwit Rizka. 2010. Perempuan dalam Relasi Agama dan Negara. Dalam Rumadi dan Fathurahman. Perempuan dan Penegasan Identitas Negara Bangsa, Hlm 17-18 Jakarta : Penerbit Komnas Perempuan
106
Rumadi dan Fathurahman,Wiwit Rizka. 2010. Perempuan dalam Relasi Agama dan Negara. Dalam Venny, Andrian. Dkk. Menyulam Sejarah Gerakan Perempuan, Hlm 19-25 Jakarta : Penerbit Komnas Perempuan Salenda, Kasjim. 2012. Kepemimpinan Perempuan dalam Perspektif Islam. AlRisalah Volume 12 Safaria, Triantoro. 2004.Kepemimpinan. Yogyakarta : Penerbit Graha Ilmu Sharma, Kavita A. 2013. Perempuan-Perempuan Mahabarata. Jakarta Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia Siagian, Sondang P. 2010. Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta Soekarso, Dkk. 2010. Teori Kepemimpinan. Jakarta : Penerbit Mitra Wacana Media Suganda, Dadang. 2007. Pemanfaatan Konsep ”Muka” (Face) dalam Wacana Wwayang Golek: Analisis Pragmatik. Dalam Jurnal Humaniora Volume 19, no. 3 Oktober 2007 Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Penerbit Alfabeta Sulistiyani, Ambar Teguh. 2008. Kepemimpinan Profesional : Pendekatan Leadership Games. Yogyakarta : Penerbit Gava Media Suraji. 2011. Kesetaraan gender di Indonesia Ditinjau dari Teori-Konsep dan Pendekatan Sosiologi Hukum. Melalui <pawonogirikab.go.id/static/file/Makalah_Suraji.pdf > [06/05/13] Surwati, Chatarina Heni Dwi. Konstruksi Feminisme dalam Film Indonesia (Analisis Wacana Kritis Konstruksi Feminisme dalam Film Indonesia Karya Sutradara Nia Dinata). Jurnal Komunikasi Massa Volume V no 1 Januari 2012 Teks Lakon Wayang Golek Gatotkaca Krama Teks Lakon Wayang Golek Jaka Gintiri Tong, Rosemarie Putnam. 2010. Feminisme Thought : Pengantar Paling Komprehensif kepada Arus Utama Pemikiran Feminis. Jakarta : Penerbit Jalasurta
107
Wardhani, Sally Satuty. 2012. Parameter Kesetaraan Gender dan Rencana Tindak Lanjutnya. Disampaikan pada Konsultasi Nasional Meneguhkan Komitmen Pemenuhan Hak-Hak Konstitusional Bagi Perempuan. Jakarta 12 Maret 2012. Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Wirawan. 2002. Kapita Selekta Teori Kepemimpinan : Pengantar untuk Praktek dan Penelitian 1. Jakarta : Penerbit Yayasan Bangun Indonesia dan UHAMKA Press Wood, Julia T. 2009. Gender Lives : Communication, Gender, and Culture Edisi ke-8. Boston USA : Penerbit Wadsworth Wulan, Tyas Retno. 2008. Pemetaan Gerakan Perempuan di Indonesia dan Implikasinya Terhadap Penguatan Public Sphere di Pedesaan. Purwokerto : Jurnal Studi Gender dan Anak Yin Yang PSG STAIN Yukl, Gary. 2007. Kepemimpinan Dalam Organisasi Edisi kelima. Jakarta : Penerbit PT Indeks
108
CONTOH GAMBAR WAYANG GOLEK
Bima
Arjuna
Arimbi
Semar
Cepot
Dawala
109
Cover Kaset Arimbi Ngadeg Ratu
CONTOH PERGELARAN WAYANG
110
Transkrip Pembicaraan Dengan Mantan Dalang Nama
: Tarya
Aktif
: Tahun 70-80 an
Tempat
: Cibatu, Tasikmalaya
Peneliti
: Begini ki jika masih ada, saya datang ke sini mau meminjam buku pegangan cerita wayang yang biasa di pakai oleh para Dalang
Nara Sumber : Maaf buku tersebut sudah lama dipinjang sama saudara, jadi sekarang sudah tidak ada lagi di saya Peneliti
: Saya ingin tahu mengenai cerita asli Wayang Golek yang biasa di pentaskan oleh para Dalang
Nara Sumber : kalo Cerita asli, jaman sekarang ini sudah jarang sekali Dalang yang membawakan lakon Wayang Galur, Biasanya DalangDalang sekarang lebih suka membawakan lakon Wayang Carangan Peneliti
: Kalau Wayang Galur sumber ceritanya dari mana
Nara Sumber : Wayang Galur itu cerita asli, kalau lakon Mahabarata yang di pentaskan, maka yang diceritakan cerita Mahabarata Peneliti
: Untuk Wayang Carangan apakah ada buku pegangan yang menjadi panduan para Dalang
Nara Sumber : Lakon Wayang Carangan itu tidak ada buku panduannya. Wayang Carangan itu murni karangan dan kreativitas dari Dalang yang membawakan lakon tersebut. Bisanya dalang mengambil sempalan-sempalan
dari
Wayang
Galur
lalu
kemudian
dikembangkan sendiri oleh Dalang sehingga menjadi Cerita tersendiri
111
Peneliti
: Kalau begitu Dalang bisa menyisipkan pesan sesuai dengan keinginan Dalang
Nara Sumber : Betul, Wayang itu adalah Sindir jeung Siloka. Artinya Wayang itu merupakan perlambang dari keadaan sosial yang terjadi. Dengan Wayang Dalang menyampaikan sidiran-sindiran, namun tidak langsung karena itu digunakan siloka, perlambangperlambang Peneliti
: Begitu, saya mengira setiap lakon yang dipentaskan itu adal cerita aslinya yang memang harus diikuti
Nara Sumbar : tidak, itu adalah kreasi dari Dalang sendiri Peneliti
: Mengapa dulu berhenti menjadi Dalang
Nara Sumber : Dulu mendalang itu hobi. Dan pada akhirnya memang serius mendalami dunia Perdalangan, namun pada saat itu banyak orang tua yang melarang saya menjadi dalang. Ada orang tua yang bilang bahwa jika kamu tetap menjadi Dalang, kamu akan menjadi Dalang yang sukses, namun kamu tidak akan menemukan kebahagiaan. Saya disarankan untuk berhenti menjadi Dalang. Peneliti
: Baiklah, terimakasih waktunya
112
SINOPSIS LAKON WAYANG GOLEK JAKA GINTIRI Lakon Wayang Golek Jaka Gintiri merupakan salah satu lakon wayang Golek yang dipentaskan oleh Dalang Asep Sunandar Sunarya. Lakon ini menceritakan tentasng Semar yang akan menjemput istrinya dulu ketika masih menjadi Dewa dan tinggal di Kahyangan yaitu Dewi Kanastren. Dewi Kananstren kini telah menitis kepada salah seorang putri cantik dari kerajaan Sekar Mume.
Cerita dimuai dimulai dengan mengisahkan di kerajaan Sekar Mume yang sedang mengadalakan saemara untuk menentukan calon suami dari putri kerajaan tersebut yaitu Dewi Siti Ragen. Karena kecantikannya, banyak sekali raja yang hendak melamarnya, maka untuk menghindarkan perselisihan diantara para raja, maka diadakan sayembara. Sayembara tersebut adalah barang siapa yang mampu mengalahkan jago sayembara maka akan menjadi calon suami dari Siti Ragen. Yang menjadi jago sayembara adalah adik Siti Ragen yaitu Jaka Gintiri.
Diceritakan sayembara sudah memasuki hari ke-16, dan hanya tinggal dua orang raja yang tersisa. Diceritakan juga kebanggan Raja Sekar Mume kepada Jaka Gintiri karena kehebatannya sebagai jago Sayembara, sehingga ketika pernikahan Dewi Siti Ragen juga akan sekalian untuk menobatkan Jaka Gintiri sebagai Penglima Angkatan Perang kerajaan Sekar Mume.
Seteh persiapan selesai dan pembacaan aturan sayembara dibacakan, maka sayembara pun dimulai. Raja pertama yang melawan Jaka Gintiri dapat dikalahkan dengan cepat. Kemudian Raja kedua yang merupakan ahli sihir
113
mampu merepotkan Jaka Gintiri. Namun Raja tersebut juga dalat dikalahkan dengan Ilmu pamungkas Jaka Gintiri, sehingga Raja tersebut mati. Sesaat sebelum kematiannya raja tersebut mampu menyihir Jaka Gintiri sehingga dia menicintai kakaknya.
Akibat sihir tersebut Jaka Gintiri jatuh cinta dan memaksa Dewi Siti Ragen untuk menikahinya. Karena marah, Raja mengutuk Jaka Gintiri menjadi Dedemit dan pergi dari kerajaan.
Di tempat lain Semar bersama dengan Cepot dan Dawala sedang beristirahat dalam perjalanan mereka menuju Kerajaan Sekar Mume untuk mengikuti sayembara memperebutkan Dewi Siti Ragen. Namun mereka dikejutkan oleh suara meminta tolong. Setelah diselidiki permintaan tolong tersebut berasal dari seorang yang buruk rupa yang tersangkut di tanaman rambat.
Namun setelah diberi pertolongan, seorang buruk rupa tersebut malah marah karena mengetahui tujuan perjalan Semar dan anak-anaknya. Bahkan Cepot dan Dawala terbunuh. Semar yang aslinya merupakan seorang Dewa yang sedang menyamar menghidupkan kembali Cepot dan Dawala dan mengalahkan mahluk tersebut. Ternyata mahluk buruk rupa tersebut adalah Jaka Gintiri yang di kutuk oleh ayahnya lalu kemudian disembuhkan oleh Semar. Karena merasa kalah dari Semar dan pengaruh sihir telah hilang, maka Jaka Gintiri membawa Semar dan anak-anaknya untuk dinikahkan dengan Dewi Siti Ragen.
Pada awalnya Dewi Siti Ragen menolak untuk dinikahkan dengan Semar karena semar yang jelek dan sudah tua. Namun ketika semar kembali lagi dalam wujud aslinya sebagai Batara Ismaya, Dewi Siti Ragen sadar bahwa Semar adalah suaminya pada kehidupannya ketika di kahyangan sebagai Dewi Kanastren.
114
SINOPSIS LAKON WAYANG GOLEK GATOTKACA KRAMA Lakon Wayang Golek Gatotkaca Krama merupakan lakon yang dipentaskan dengan Dalang ki Asep Sunandar Sunarya. Lakon ini menceritakan mengenai kisah Gatotkaca yang akan menikah dengan putri dari pamannya Arjuna yaitu Pergiwa.
Lakon ini dimulai dengan dengan keadaan di Madukara tempat kediaman Arjuna yang sedang mengadakan persiapan pernikahan antara Gatotkaca dengan Pergiwa. Pada keadaan sibuk tesebut, Arjuna kedatangan guru yang sangat dihormatinya yaitu Dorna. Dorna datang mengaku mendapatkan pertanda bahwa Dewi Pergiwa tidak boleh diikahkan dengan Gatotkaca karena akan menimbulkan bencana. Namun sebenarnya, maksud kedatangan Dorna adalah ingin menikahkan Pergiwa dengan putranya Suyudana yaitu Mandrakomara. Mendengar gurunya, Arjuna kemudian membatalkan pernikahan Pergiwa dangan Gatotkaca dan kemudian berencana akan menikahkan Pergiwa dengan Mandrakomara.
Mendengar keputusan Arjuna, Bima marah lalu pergi mencari Gatotkaca. Bima merasa, bahwa tidak mungkin Arjuna membatalkan pernikahan jika Gatotkaca tidak
memiliki
kesalahan.
Setelah
bertemu
dengan
Gatotkaca,
Bima
melampiaskan kemarahannya dengan menghajar Gatotkaca habis-habisan. Melihat kamarahan ayahnya, Gatotkaca yang pergi kabur dengan perasaan kecewa karena pernikahannya dibatalkan. Gatokaca merasa berdosa karena telah mengecewakan ayah dan ibunya.
115
Pada keadaan kecewa, Gatotkaca yang sedang sedang dalam keadaan depresi ditolong oleh Sri Kresna. Bersama Sri Kresna Gatotkaca pergi ke Madukara untuk menyaksikan arak-arakan seserahan Mandrakomara yang akan menikahi Pergiwa.
Pada saat mau mengadakan permikahan, Pergiwa dilaporkan hilang diculik oleh seorang yang tidak dikenal. Dorna yang mendengar kejadian tersebut langsung menuduh Gatotkaca yang memang sedang ada di sana. Namun Gatotkaca dibela oleh Sri Kresna yang memberi kesaksian bahwa Gatotkaca selama beberapa hari bersamanya dan tidak pergi kemana-mana. Untuk menengahi kejadian tersebut, akhirnya disepakati untuk membuat sayembara, bahwa siapapun yang mampu menemukan Pergiwa dalan dua hari dan membawa orang yang menculiknya hidup atau mati maka akan dinikahkan dengan Pergiwa.
Pemenang dari sayembara tersebut adalah Gatotkaca. Bersama dengan Cepot dan Dawala, Gatotkaca mampu menyelamatkan Pergiwa. Namun perdebatan masih terjadi karena Dorna masih menuduh Gatotkaca sebagai penculiknya. Walaupun Gatotkaca membawa saksi dan bukti, Dorna tetap tidak percaya. Akhirnya Sri Krisna mengusulkan, untuk sayembara ulang dengan pertarungan. Gatotkaca menyanggupinya, namun tidak seorangpun dari pihak Kurawa berani melawan Gatotkaca. Akhirnya Gatotkaca dan Pergiwa dinikahkan.
116
SINOPSIS LAKON WAYANG GOLEK ASTRAJINGGA TIWIKRAMA Lakon ini menceritakan mengenai keadaan dunia yang akan dilanda bencana karena Kawah Candradimuka secang bergejolak. Diceritakan Sang Hyang Otipati Jagatnata memanggil semua dewa untuk membahas mengenai masalah ini. Menutut Sang Hyang Otipati Jagatnata, bahwa untuk menghentikan bencana yang akan terjadi, adalah dengan mengorbankan Astrajingga (Cepot) putranya Semar. Maka diutus para Dewa untuk menyampaikan berita tersebut kepada raja-raja supaya menagkap Asrtajingga dan membawanya ke Surga untuk dikorbankan ke Kawah Candradimuka.
Diceritakan Semar dan putra-putranya yang sedang membahas kegiatan-kegiatan dan langkah-langkah apa saja untuk menganitsipasi bencana di wilayahnya kedatangan para kurawa untuk menagkap Astrajingga. Namun karena Astrajingga tidak mau karena para Kurawa bukan merupakan pemerintahan yang sah di wilayannya, maka terjadilah pertarungan. Para kurawa dapat diusir dengan bantuan warga.
Setelah kejadian itu, muncul Arjuna yang sama-sama hendak membawa Astrajingga ke Surga untuk dikorbankan ke Kawah Candradimuka. Berhubunga Arjuna merupakan representasi pemerintahan yang sah di wilayahnya, Astrajingga pada akhirnya mau untuk dibawa oleh Arjuna.
117
Semar yang sedih akan kehilangan anaknya, memberikan sehelai rambut dari kuncungnya. Beliau berpesan untuk memakannya. Di tengah perjalanan, Asrtajingga melaksanakan amanat dari Semar, yang mengakibatkan badannya membesar sebesar gunung. Astrajingga pergi ke Surga untuk mengobrak-abrik surga. Sang Hyang Otipati yang merasa takut akhirnya lari kepada Semar untuk meminta tolong.
TEKS LAKON WAYANG ARIMBI NGADEG RATU Suara salendro... Sinden : ... Dalang : anjrah ingkang puspita arum kaselir ing samira nami... kangselir ing samira nami.. samira nami... anjrah ingkang puspita arum kaselir ing samira nami... kangselir ing samira nami... sekar gadung kongas gandane... ya kongas gandane... maweh lasras tresna ning dria... dria... Dalang : kacarios di pertapan alas sapta rengga.. begawan Abiyasa eyangna pandawa kurawa.. kasumpingan putuna ku anjeun.. raden Bima kalih raden Arjuna teu kantun kasepuhan.. Semar lurah kudrapawana sami sadayana tungkul hamari kelu dat nyembah narima sabda.. ajrih ningali pamor sang begawan.. watek wantes begawan Abiyasa duduwong samanea.. manusa tru simadu tarhing kusumah titising andana wirih trahing dewa kamanusan... Dalang : kunira kangandika.. kawedaling lisan mekaten pengandikane pun.. Abiyasa : ieuh kasep.. bagja nu taya papadana.. dina dangeut ieu lamun seg dibandingkeun kabungah kula jeung gunung anu cing jalegir di ieu dunya masih keneh gede kabungah kaula kanca.. ku kadatangannana incu kadieu anu ka bejakeun maot ka duruk di bale sigala gala.. ayeuna ting parucenghis.. ari di sangka mah ririwana ku kaula.. eh..eh..eh.. yap kahareup incu kaula Bima.. Bima : ieuh.. pembage si eyang aku terima eyang.. lan aku jaloh ma’lum oro bisa tata peryoga kayah nu lian.. Abiyasa : heug teu nanaon ari soal teu bisa lemes mah ngomong.. dihampura ari geus jadi adat mah.. heueuh keun bae.. saperti bubuahan didunya teh aya buah mangu aya buah kadongdong.. ari buah manggu dimana geus asak teh hideung nyah.. tapi dijerona bodas.. jeung ari manggu tara bohong lamun tiluarna cupatna genep dijerona ge genep.. tuh.. heueuh jalema ge teu beda ti kitu sanajan ayeuna urang bahasa nano.. basa kasar.. garihal, ari geus jadi adatmah.. tapi anu penting mah hate sing beresih.. sabab ari meunteunna pangeran ka manusa teh dumasar kana rupa jeung pangkat tapi gumantung kana kabersihan hatena.. nya kancara hahahaha.. Panayagan : haha.. eta sepuh .... sae... Abiyasa : aya deui buah kadongdong.. Panayagan : kumaha ari buah kadongdong.. Abiyasa : tiluarnamah lemes tapi dijeronamah remet..
118
Panayagan : tiluarnamah jiga anu di sugu.. Abiyasa : tuh sakurang-kurang namah kapan.. lamun didahar teamah urang matak ngelad jeung nyarelap dina huntu.. nya.. tah manusa ge teu beda ti kitu.. aya nu lemes ngomongna teh.. kawas nu heuheuh tapi hatena kotor.. sirik pidik teh dina hate bet ngancik.. eheheheheh.. Panayagan : jail kaniyaya teh teu weleh.. Bima : inggih.. lan baktos ti si ibu oge si kakang Kontea.. Abiyasa : euhh.. Calalaguer sararea.. Bima : ieah.. Abiyasa : heuh sukur.. dimana ayeuna inung hedep, adi hidep, jeung lanceuk hidep.. Bima : si nakula, si sadewa, si kakang Kontea Wijakangka oge si ibu aya di negara cempala reja.. nyaeta sikakang Kontea keur bulan madu.. Abiyasa : ohh.. Wijakangka geus kawin karah teh.. Bima : ingih.. Abiyasa : ka.. Bima : ka putri raja negara cempala reja nyaeta kaputrina prabu drupada anu kakasih Dewi Drupadi eyang.. Abiyasa : ehh.. sukur.. jadi didinya kararumpulna.. Bima : inggih.. Abiyasa : emh.. heuh.. sukur ditarima kituh.. salamna ti sararea.. Bima : ieuh.. Arjuna : teu pino damel kaulanun eyang.. wayah dalem Arjuna ngahaturkeun sembah sungkem ka hunyuk pangjenengan pangersa eyang.. Abiyasa : heug ditarima kasep margana.. Arjuna : kalihna ti eta nyanggakeun pang layad.. Abiyasa : heueuh sukur.. Arjuna : oge baktos ti sadayana we anu sami aya di Cempalareja.. Abiyasa : ehh sukur-sukur.. ke..ke..ke.. ari itu saha nyangkewok dijuru.. Panayagan : itu saha kulan.. Abiyasa : hahahahaha.. si olot geuning eta teh.. kadieu Semar.. Bima : mar ka hareup mar.. Arjuna : kahareup kang.. Semar : (suara salendro) aduh aya anak... amuing... teu pino damel ngahaturkeun nampi kana pembage kalayan unjuk sumanga ngahaturkeun sembah sungkem ka hunjuk panjenengan juragan sepuh nun... Abiyasa : ditarima Semar.. Semar : kalihna ti eta.. nguningakeun ieu tuang putu teh geuning masi keneh jarumeneng nun.. anu kawartoskeun kaduruk di bale sigala-gala.. Abiyasa : heueuh.. Semar : kalayan nyanggakeun pang layad.. oge jisim abdi salamet hindar tina durukan di bale sigala-gala.. Abiyasa : heueuh syukur.. emhh.. masih keneh bisa leumpang jauh eta si olot.. Panayagan : eta ku jagjag wae nya.. Abiyasa : heueuh.. amuing-amuing sukur-sukur-sukur.. tah ku halna sakitu atuh.. heula anan hayang nyaho eyang.. bisana salamet hidep nyaeta tina durukan di bale sigala-gala.. sabab ieu teh geus geunjleung ka mana-mana.. Panayagan : ear sun.. Abiyasa : kaceluk ka kangang ngewo ka loka ka jana pria kajamparing angin-angin beja teh.. yen pandawa teh maot kaduruk jeung inung na.. tuh.. ka budak-budak anu keur ngurek apaleun.. yen pandawa teh ka duruk di bale sigala-gala.. nya..
119
Bima Abiyasa
: inggih.. : malahan ieu beja teh dikuatan ku bukti sabab aya bangke jalema.. genepan.. cenahmah etateh bangke pandawa jeung inungna.. tapi ayeuna pandawa jeung inungna harirup keneh naha saha etateh anu kaduruk teh cu.. Panayagan : asa kaget.. Semar : emh.. aya anak.. panyang riwayatna teh sun.. Bima : panyang riwayatna eyang.. Arjuna : panyang lalakona eyang.. Bima : ari anu kadrukteh sabenerna harita di bale sigala-gala teh aya anu ngadon ngarerep.. ngadon reureuh genep urang.. ngadon istirahat.. nya anu kaduruk teh eta anu milu istirahat.. anu milu reus.. Abiyasa : eleuh..elueh..eleuh..eleuh.. bisa jadi mereunan eta teh anu milu sare teh panayagan balik nabeuh.. maklum da jaman baheula teh panayagan mah lempang.. mana sina cara jaman ayeuna mah kana mobil.. bari ngajingjing idangan geuning.. gongsang geuning nya.. heueuh.. amuing-amuing.. jadi eta anu kaduruk teh.. Bima : inggih.. Abiyasa : emh.. Semar : eta anu kaduruk teh nun.. Abiyasa : emh.. heheuh syukur atuh ari salametmah.. ngan hayu urang ngado’a eta anu kaduruk teh muga-muga we sing ditempatkeun dina tempat anu nikmat mungguh pangeran urang..emh.. Bima : ieuh.. Semar : amin.. nun.. amin.. Abiyasa : heueuh syukur.. jadi pandawa bisa salamet.. Bima : dikersakeun kaula teh nuturkeun lanak bodas.. nyaeta.. ngadak-ngadak dina keur nguntab-nguntab seuneu kenca katuhu tukang hareup.. aya lanak anu kaluar kajero.. tina jero taneuh di tengah-tengah bale.. dikersakeun nyieun liang anu gede.. nya inung oge adi oge lanceuk dirawu dibawa kana jero liang.. liang lanak tea.. jeung aneh na barang abus kana jero eta liang ngadakngadak teneuh linta deui.. Abiyasa : uluh itu pitulung pangeran.. emh.. pitulung pangeran gusti nu kagungan abdiabdi sadaya.. emh geuning teu heseun pangeran nyalametkeun manusa nya kanca.. jeung ari pangeran mah moal arek dolim ka mahlukna kanca.. Bima : nya kaluar-kaluar di leuweng Pringgandani.. didinya nepi ka kaula meunang jodo.. nyaeta ka Arimbi.. sanajan lanceuk si Arimbi.. nya dahuan kaula.. teu doaeun.. Abiyasa : saha.. nu teu doaeun teh.. Bima : dahuan.. Abiyasa : emh.. Bima : ari dahuan teh raja Pringgandani anu ngaran raja Arimba.. Abiyasa : euleuh.. Bima : manehna nafsu ngagudug-gudug amarah teu kawadahan.. nya ger patelak.. kaula teh da puguh nyaho yen eta dahuan dibejaan ku si Arimbi.. ngan ukur nyingkahan paneungul nyingkahan panarajang.. nyalametkeun diri.. manehna ngagabrung kaula nyingcet.. atuh puguh we si Arimba ngagebros.. sedengkeun dihareupeunna teh gawir anu sakitu lungkawingna.. si Arimba ngagebrus kana gawir bari dihanapna teh embal.. gebrus kana embal.. ngalelep teu kaluar deui ngemasaning pati tumakaning perlaya.. malahan kaluar cai anu ngabulak ti hanap.. malahan beuki ngagedean eta cai ngalir..
120
nepika di sebut kali ramut.. jadi sumber cai.. nya si Semar anu ngaranan eta kali teh.. walungan.. anu kasebut kali ramut.. Semar : kitu nun.. ari tadinamah bade dingaranan kali genep.. mung da puguh katingal ti hanap jiga rambutna Arimba anu kacanak ku cai tihanap.. nya disebatna teh kali ramut we ku jisim abdi teh.. Arjuna : kakang Semar.. Semar : ieu nun.. Arjuna : ari disebut kali genep mah teu nyamung.. Semar : tah.. sumuhun kitu manawi oge.. Cepot : hi..hi..hi.. jang..hi..hi.. Panayagan : akang.. Cepot : marukanan dewek teu ngadengekeun diluar merureun nya euy.. Panayagan : padahal nyengo tina janela.. Cepot : heu..heu.. da kadenge ku dewek oge.. padahal anu nukitumah tong dihakan teuing lain bagean manehna nya euy.. bagean aing ari ngabodor mah.. heueuh.. Panayagan : nukitumah bagean akang atuh.. Cepot : paingan ku batur dipikageuleuh wae.. da sok kaluar tina tetekon hirupna teh.. Panayagan : nya kitu meureun hirupnateh sakacumplang sakacampleng.. Dawala : tong pipilueun nyamperkeun kadinya didieu we urang mah urang.. damdaman didieu yeuh.. Panayagan : nya.. itumah urusan pangagung atuh.. Cepot : emung ari damdaman jeung sia teh sok licik ah.. Panayagan : ha..ha..ha.. paingan tara meunang.. ha..ha.. damdaman kantun tara meunang heueuh.. Bima : tah kitu eyang.. nya kaula teh dirapalan we.. dibanyu muda.. di mitoha.. Abiyasa : saha mitoha teh.. Bima : nyaeta begawan kesarpa.. Abiyasa : euleuh-elueh..heueuh.. Bima : tidinya kaula teh da.. emung cicing di tempat awewe.. bari jeung diparaban ku awewe.. bari aing teu usaha.. bisi disebut nyalindung ka gelung.. nya kapaksa we init nyangsara apruk-aprukan.. sabab lamun cicing wae di nagara Pringgandani bari jeung eweuh gawe bari jeung barang hakan ladang hasil kesang awewe.. hukumna nu kitu dayus.. Abiyasa : naon cu ari dayus teh.. Bima : dayus.. ari hukumna dayusteh tong boro make jeung nincak sawarga.. ngambeu ge moal.. cenah nu kitu teh.. Abiyasa : heueuh.. Bima : tah kitu eyang.. Abiyasa : heueuh.. Bima : tah tidinya kaula teh langsung apruk-aprukan.. papangih jeung hiji kampung.. eta kampung teh keur dirajah buta.. ari pamingpinna buta teh ngarana kalabaka.. nyaera kanibal.. beuki jalema.. beuki daging jalema.. nya ku kaula disalametkeun masyarakat dieta kampung.. kampung kalicaka..ari sesepuh eta kampung panita ijraba.. eta buta dibasmi ku kaula pararaeh.. si kalabaka jeung batur-baturna.. tidinya.. kaula meunang beja yen di negara Cempalareja aya sayembara.. nyaeta prabu drupada nyaembarakeun Dewi Drupadi.. nya tidinya langsung milu sayembara.. nya hasil nateh putri dikawinkeun ka sikakang Kontea.. tah kitu eyang riwayatna..
121
Abiyasa Bima Abiyasa Bima Abiyasa Bima Abiyasa Semar Abiyasa Bima Abiyasa Bima
Dalang
Abiyasa
Bima Abiyasa
Bima Abiyasa Bima Abiyasa Bima Abiyasa
Bima Abiyasa
: emh.. kitu.. paingan..paingan.. heueuh da nepi ka ayeuna oge masih keukeuh panawa teh geus paeh.. : tapi kurawa geus arapaleun sabab pangih di negara cempala reja waktu sayembara.. : emh.. geus kanyahoan deui.. : inggih.. anumawi dongkap kadieu kaula rek menta ijin ti si eyang.. : naon.. : kurawa incu si eyang keneh ku kaula rek dipaehan kabeh.. : ke..ke..ke.. : emh.. aya anak mani ngagebeg aing.. : ke naon maksudna dipaehan.. : sabab yakin eyang.. kaula dibale sigala-gala teh lain ka duruk tapi diduruk.. : diduruk.. : enya.. anu aya patula patalina jeung politik si sangkuni yeuh.. pamana kurawa ti inungna.. yen meurueun siuen negara astina dicokot kukaula ku pandawa.. nepi ka nyieun rupa-rupa cara.. pikeun maehan pandawa.. biktina kaula teh lain kaduruk teh sabab seneu datangna ti luar lain tijero.. kukituna yakin nu ngaduruk kaula teh kurawa.. ayeuna rek balas dendam kaula.. : tijar meneng.. meneng gusti peteng atinera..(suara salendro) atinera munstina.. antinera.. tijar meneng meneng gusti peteng antinera.. antinera.. lir kalimpudan mega bodara awur lan mega putih.. walas salin sumamba..lawas.. (salendro berhenti) Abiyasa sakedap pen botena wangsul marganepun peteng penggalih.. dangu-dangu ngandika kawedaling lisan mekaten pengandikane pun.. : eleuh..eleuh..eleuh.. ke kasep.. ari urang mah ngabogaan adat istiadat.. jeung ngabogaan budaya.. ari budaya diurang teh adat diurang teh nyaeta.. mipit anit ngala menta nete taraje nincak hamalan nuntik ngari nyucruk walungan mapay wahangan ipis lapis kanel tapel.. hartina malapah gedang.. heu.. : geus sidik salah eyang.. : heuhh kelanan.. ulah getas harupateun.. ari pang initan tina durukan kadituna teh kadang-kadang jadi ruhak jadi lebu.. geus pasti lain kadang-kadang.. pang initan tina durukan hartina kaditu jadi ruhak jadi lebu.. : tuman eyang.. : heueh kelanan.. anu pentingmah urang we geus salamet.. : tapi lamun di antep ieu bakal dedeuieun.. bakal tuman.. : kasep.. : iah.. : sing inget yen cilaka jeng salametna jalma teh gumantung kana amal perbuatannana.. sabab ratu tara ngahukum pamarentah tara nyiksa anging laku lampah anu bakal jadi hakimna diri melak hade buah hade melak goreng buah goreng.. keune da engke ge bakal karasa ku dirina.. ulah ku urang.. sabab ari manusa beda jeung sato.. ceuk rarasaan mah ungal kaset geus diomongkeun.. unggal lalakon oge.. beda jeung satoteh jalema saperti anying budug dijarian paehnateh ngan ukur samet bilatungan.. tapi ari jalemanah sajabana tibilatungan teh bakal pangih jeung balitungan nya kanca.. tuh.. urang mah ngeureuyeuh nikreuh we sanajan bari pateuh gunung oge bakal aya disahanepeun mumuncangan.. asal urang ulah ngewaan kabatur ulah geureuhan kabatur kadar batur rek ngewa ka urang sabodo.. : tuman eyang.. : iyeuh..
122
Bima Abiyasa
: kahiji kitu.. kaduana kapan sidik nagara astina teh yaeta hak pandawa.. : ke lamun rek nyokot hak sabenerna kurawa oge aya hakna keneh.. aya hak na keneh.. geura sok ari anak eyang teh aya sabaraha hiji.. Bima : tilu.. Abiyasa : hiji.. Bima : si ua Dastarata.. Abiyasa : dua.. Bima : sibapa Pandu Dewanata.. Abiyasa : tilu.. Bima : si paman Widura.. Abiyasa : ari hidep anak saha.. Bima : anak si bapa pandu.. Abiyasa : ari kurawa.. Bima : anak si ua dastarata.. Abiyasa : tu geuning ari eta aya hakna keneh.. sarua.. sarua.. tah kitu kanca numatak tea oge sanajan bari saturunan tapi ngaran beda nyaeta nuhiji disebut kurawa nuhiji disebut pandawa sedengkeun satiap beda ngaran pasti bakal dualisme.. satiap dualisme bakal beda faham.. satiap beda faham bakal pasea.. ari pasea eweh nu bener dua nana ge.. tuh nya.. ulah kasep.. Bima : eta kapan aya hak kaula pikeun nyokot karajaan.. Abiyasa : oh sihoreng.. sihoreng.. maneh kituteh dek ngudag-ngudag kakawasaan dek ngudag-ngudag kapangkatan nya.. nepi ka tega dek neungeulan kurawa dek ngabasmi kurawa teh dek nyokot kadudukan dek nyokot kakawasaan.. Panayagan : kasawaan.. Abiyasa : tah geuning saha tateh catrik teh cu.. emh alus pisan tateh biwir teh jang.. geuning maneh ayeuna pang initan teh tetep be tina durukan sabab anu diudag-udag teh kakawasaan.. aya udang dibalik batu geuning maneh kitu teh.. tuh.. aya udang dibalik batu.. sihoreng anu diudag-udang ku maneh teh kakawasaan.. sing inget Bima.. sing inget sakali deui.. sing inget saha-saha jalema anu ngudag-ngudag dunya.. atawa beh dituna kapangkatan kadudukan tanpa mikiran aherat maka pengeran eta jelema teh lain Allah tapi dunya, pangkat, jeung kadudukan.. sakali deui.. saha-saha jalema anu ngudagngudag wae dunya tanpa mikiran aherat.. maka pengeran eta jelema teh lain Allah tapi dunya.. sedengkeun ceuk pangeran lamun mangeran salian ti ka Allah musrik ngarana.. ari musrik, timana datangna.. Bima : timana.. Abiyasa : ti iblis.. tuh.. jadi sing inget lamun jalema anu ngudag-ngudag wae kadudukan tanpa mikiran nagara jeung bangsa.. jalema anu ngudag-ngudag kakawasaan tanpa mikiran nagara jeung bangsa.. bari jeung hirupna keur kapentingan pribadina, keur kapentingan golongannana, jeung keur kapentingan partaina.. maka pengeran eta jelema teh lain Allah.. musrik tah nu kitu.. ari musrik datangna ti i.. Bima : ti iblis.. Abiyasa : tah kari mikir tah maneh naha daek dipimpin ku iblis atawa emung.. Bima : iyahh.. Abiyasa : ayeuna maneh dek hayang jadi iblis.. apan maneh teh manusa.. tah didieu mana anu atuh disebut mulya teh manusa teh nukumaha.. ulah waka genah hate dumeh manusa disebut mulya.. ulah waka beukah liang irung dumeh manusa disebut mulya.. mun ceuk basa ayeuna mah nepi kapalebah mana konsekwensi maneh salaku manusa teh.. mana manusa teh.. anu disebut
123
mulya teh.. konsekwensina manusa anu disebut mulya teh numana jeung kumaha.. sedengkeun ari nu disebut mulya teh manusa anu geus bisa ngagunakeun akal pikiran budi pamilih rasa jeung perasaannana dina jalan Allah.. Bima : ihhh.. enya nya yang.. Abiyasa : ee.. pikir ku maneh.. ayeuna kurawa kitu.. ayeuna dek diturutan ku maneh.. atuh saruana paingan geuning tadi ceuk eyang tadi.. nu paseamah eweuh nu bener duanana oge.. ayeuna maneh dek nyokot kakawasaan.. Bima : nyaah ka rakyat.. Abiyasa : heueuh saolah-olah maneh teh jadi wakil rakyat.. Bima : enya.. Abiyasa : ayeuna dek parasea.. Bima : enya.. Abiyasa : nu diluhur parasea.. hah.. kasebut wakil rakyat.. maneh teh ke teh dikaraton teh geur we parasea.. parea-rea omong paadu peureup.. naha nu kitu teh wakil rakyat kitu.. nu gelo nukitu mah.. nu gelo nukitumah.. naha nyieun wakil rakyat jalema nugarelo cenah meurun ceuk nu ngarti teh.. Panayagan : nukitumah wakil tinju meureun atuh.. Abiyasa : wakil si muhammad ali nukitumah.. tuh.. nugarelo kasep nugarelo.. mana profesionalna da euweuh anjeun lamun ayeuna rek ngadu peuruep nya.. Bima : iahhh.. Abiyasa : ngerakeun-ngerakeun.. cenah ayeuna keur kurawa dek nyokot kakawasaan pek bikeun heula.. Bima : naha eyang.. Abiyasa : bikeun heula.. keun bae Bima sing inget da moal lila.. jalema jadi raja.. jelema jadi pejabat.. jalema jadi itu teh moal lila.. sing ngari pangarti anu jadi ciri kagagah anu rongkah kapangkatan anu dipikawegah kabeh helas eweuh paedahna tanpa hirup dibarengan ku kaimanan jeung kataqwaan kanu kawasa.. Cepot : (Batuk-batuk) lain sepuh dewek anu batukmah.. Panayagan : akang batuk wae.. Cepot : ampun teuing euy.. kadung dibuka baju dewekmah euy.. jang.. Panayagan : akang.. Cepot : heueuh da juragan Abiyasamah tilas raja kapungkunna numatak bebeledugan.. lamun dewek ngomong kitu ditewak jigana.. tah numatak dewek emung pipilueun kana urusan politik teh kitu.. politik tea sakurang-kurangna mah bisa ngahalalkeun kana sagala rupa cara.. heueuh.. sakumaha anu paratos disaurkeun ku kasepuhan juragan Abiyasa bieu.. da jiga anu heueuh tuda jelama teh.. pajarkeun nateh cenah keur rakyat, untuk rakyat.. heueuh.. keur nagara, keur bangsa.. sangup ngemban amanat penderitaan rakyat.. kaitunamah ujung-ujungnamah ahh.. mentingkeun pribadinawe golongannana jeung partaina.. hehe nu kadenge kua aingmah.. nu kadeuleu nukasaksi.. numatak tong dipercaya teung kemah lah.. heueuh.. Dawala : naon a.. Cepot : sia mah da hees wae.. kadieu atuh ngobrol didieu yeuh.. jeung aing.. Semar : emhh.. leres nun.. Abiyasa : tuh.. dengekeun.. Bima :iah.. Abiyasa : bikeun heula we.. mun bisa kumaneh bantuan kumaha cara jeung katangtuannana pikeun ngurus nagara jeung bangsa.. bere kasempetan..
124
lamun manehna engke teu kapake moal kumaneh kurakyat.. sabab naon.. sabenerna ieumah sabenerna.. upama ditinggal kuhakekatna anu lembaga pengluhurna sabenernamah rakyat.. manehmah ukur wakil-wakilna.. rakyat.. sabab naon aya hak rakyatmah pikeun ngadaulat.. Cepot : (tertawa) heueuh yang sangat paling tertinggi jeung luhur.. heueuh.. yang paling tinggi, terluhur, teratas.. emh.. bener pisan euy.. emh kasauran sepuh.. Abiyasa : ulah kasep.. bere kasempetan ke dimana maneh geus.. eu.. kurawa geus teu kapake ku rakyat tah kakara maneh nararaek.. bari jeung diseredna manehteh kurakyat deuih.. sabab naon.. tiayeuna maneh diajar pangalaman.. pek geura pek jadi rakyat heula kumaha carana.. Bima : iahhh.. Abiyasa : kaharti.. Bima : iahhh.. Abiyasa : teangan elmuna heula.. elmu lahirna.. elmu batinna.. Dalang : lir pendra.. barang saweg nuju aya dina imbal wacana sapratanepun ieu dedayo saking negara Pringgandani nyaeta arya Purbakesa sampun dumugi dateng arca.. Purbakesa : sapurasun.. Abiyasa : saha.. Cepot : euleuh jang.. Panayagan : kang.. jiga aya tamu tuh.. Cepot : kawas.. kawasnamah enya aya tamu.. lain jiga euy.. Panayagan : enya katinggalna aya tamu.. Cepot : wah juragan Purbakesa deuleu ituh.. Panayagan : song enggal geura laporan kaituh.. kalebet.. Cepot : laporan.. akh naa bakal kajero.. keune antep akh.. hehe.. haroream dewekteh hoream init-initan ayeunateh euy.. Panayagan : ehh.. heuras-heuras teuing beheung teh pira oge kajero.. Cepot : teuing-teing kumaha waktu ieu aing jadi kedul.. hehe.. Panayagan : paingan atuh ari kedul mah teu boga baju-baju acan.. Cepot : heueuh alah.. ampun teuing aing.. Purbakesa : sampurasun.. Bima : ihh.. saha.. Abiyasa : saha kasep.. Bima : iehhh.. si Purbakesa eyang.. Abiyasa : saha Purbakesa teh cu.. Bima : adi beuteung.. Abiyasa : emmhhh.. adi beuteung.. Bima : adi beuteung eta teh adina si Arimbi ti Pringgandani.. Abiyasa : euleuh-euleuh-euleuh.. rampes.. rampes.. rampes.. Suara salendro... Purbakesa : nyanggakeun sembah baktos kahunyuk pangjenengan pangersa eyang.. Abiyasa : emh.. deudeuh teuing mas putu.. Purbakesa : ngahaturkeun sembah pangabaktos.. Abiyasa : nuhun kasep.. Purbakesa : kahunyuk kakang Bima.. Bima : aku terima Purbakesa.. Arjuna : wilujeng sumping.. Purbakesa : walah.. kang rayi Arjuna.. nuhun-nuhun.. Arjuna : sareng saha..
125
Purbakesa : kaula wae kang rayi.. Semar : ngahaturkeun wilujeng sumping nun.. Purbakesa : nuhun olot.. wahh sono kaula.. hahahhahha.. Abiyasa : mangga lingih.. linggih.. linggih.. Purbakesa : mangga.. mangga.. mangga.. Suara salendro.. Sinden : ... Dalang : bingah.. bingah amarwata suta.. bingah amarwatasuta bingah ka giri-giri.. bingahna ka giri-giri.. bingah amarwarasuta bingah kagiri-giri.. ningal ingkang sampun prata.. ningali ingkang sampun prata.. yaaa ieuu.. sadayana sami bingah ku kasumpingannana ieu arya Purbakesa saking nagara Pringgandani.. puniraha ngandika.. Abiyasa : emh.. wilujeng sumping mas putu.. Bima : bagea satekal amu Purbakesa.. Abiyasa : wilujeng sumping.. Purbakesa : walah.. nampi rebu nuhun laksaketi kabingahan kalayan unjuk sumangga ngahturkeun sembah baktos kahunjuk pang jenengan.. Abiyasa : nuhun kasep nuhun.. Purbakesa : kahunjuk kakang Bima.. Bima : aku terima.. Purbakesa : kalayan kalihna ti eta hapunten tina naon rupi hal kalepatan.. Abiyasa : saling ma’lum cu..aya naon ieu teh.. Bima : aya naon Purbakesa.. Purbakesa : anumawi.. Semar : aya naon ieu teh nun.. kumaha di Pringgandani parantos panen kaitu nun.. hahaha.. Purbakesa : kakang Semar.. ku beurit pare didituteh ayeuna teh.. Semar : eleuh-eleuh.. Purbakesa : marukana teh kitu.. anu mawi purwa dongkap kadieu teh teu aya sanes nyangakeun pang layad we nun.. Abiyasa : nuhun kasep.. Purbakesa : oge sajabina ti kitu kaula teh kapan dina waktos ayeuna teh tepang munggaran paripaosna.. Abiyasa : leres.. nampi wartos tipun incu Bima cenah hidep teh raina Arimbi.. Purbakesa : leres.. leres pisan.. Abiyasa : aya naon cu.. Purbakesa : ari saperkawismah kaula dongkap kadieu teh bade nguningakeun wireh aceuk Arimbi teh ayeuna nuju kakandungan tujuh sasih.. Bima : iehh... Abiyasa : ahh.. tah geuning.. Arjuna : kakang Semar.. Semar : ieu nun.. Arjuna : aceuk Arimbi kakandungan.. Semar : ememem.. ujang.. Panayagan : naon.. Semar : gusti Arimbi kakatua.. eh kakatua.. kakandungan ucu.. emh bagja teuing deuleu ujang.. tereh kagungan putra juragan Bima nya cu.. Panayagan : sumuhun.. Semar : hahahaha.. Purbakesa : anu mawi dongka kadie teh teu aya sanes.. kakang..
126
Bima : ieh.. Purbakesa : maklum ciri sa bumi cara sa desa jawadah tutung biritna sacarana-sacarana.. ari diPringgandani mah parantos jadi adat.. Bima : kumaha.. Purbakesa : nyaeta dimana parantos kakandungan tujuh sasih teh sok diayakeun upacara ngadat tujuh sasihan.. Bima : upacara adat meuruen.. Purbakesa : sumuhun tah eta.. nyaeta ngarujak.. dipeser ku kenteng meunang ngabuleudbuleud.. kitu.. dimanian ku cai belut.. kalayan meulah kalapa ading.. oge meupueskeun jajamaran di hotel.. aeh di hotel dijalan golecer.. tah kitu.. tah dimana-mana upacara adat tujuh sasihan teh hoyong ka.. palay kasakseni ku salira.. kakang mas Bima.. Bima : ieh.. Abiyasa : amuing-amuing.. heuu wayahna Bima kaituh.. Bima : ia.. aku sing bakal lumampah.. Abiyasa : emhh sukur.. Prubakesa : tah kitu.. nanging sajabina ti kitu.. ayeuna teh nyaeta bade sakantenan we kakasepuhan muga tiasa sumping we dina waktosna.. Abiyasa : mudah-mudahan aya waktos ucu.. Cepot : jang.. heueuh geuning sok meulah kalapa gading tuluy kalapanateh digamaran ku gamar Arjuna.. ameh kasep meuruen budaknateh mun lalaki.. tuluy digamaran dewi ratih jeung kamajaya ameh kasep.. hehe.. akhh.. sagala rupa oge kumaha tutunan jalemamah.. ari bapa jeung inungna pararegekmah piraku anakna make jeung mancung.. lamun anak mancung etateh meunang batur.. hhehhe heueuh.. haduh ampun.. hehehe.. tah anak si ewon.. anak si ewon.. ning panonnamah da lempeng.. menggeus siah akh ganeng.. Purbakesa : tah kitu pangersa.. Abiyasa : emh deudeuh teuing.. Bima : iah.. Purbakesa : sajabina tikitu nyaeta ngeunaan negara Pringgandani sakantenan kaulateh kakasepuhan margi saliramah kapan begawan nyaeta tilas raja nagara astina anu parantos legok tapak genteng kadek.. ngeunaan kumaha cara sareng katangtosannana ngurus nagara sareng bangsa.. tah kaayaan dinaga Pringgandani teh dina waktos ayeuna nuju kaayaan harengheng.. (batuk) punten yeu batuk heula.. Abiyasa : heueuh.. ke ke ke harengheng naon cu.. Purbakesa : harengheng.. kuayana dikantunkeun maot ku kakang Arimba teh kapan teu acan aya raja dinagara Pringgandani ayeuna.. tah kukituna lajeng we dinagara Pringgandani teh pesta demokrasi Pringgandani.. nyaeta pikeun nangtoskeun saha anu kedah jadi ais pangampih dinagara.. lajeng we para saderek sadayana diantawisna kaula, kakang kalabendana, aceuk Arimbi, atuh cenah kakang Brajamusti, kakang Brajawikalpa, Lamatan, Denta, Wisesa.. salapan jalmi teh lajeng ngadegkeun partai sewang-sewangan.. anu kaetang pang seuerna suara teh nyaeta aceuk Arimbi.. Bima : ieh.. Semar : emh.. teu sangka jang.. jempe-jempe ge geuningan eta gusti Arimbi teh geuningan seueur masanamah.. Purbakesa : tah salajengna anu kaetang pang seeurna suara dinagara Pringgandani teh nyaeta aceuk Arimbi.. Bima : atu meureun jadi ratu si Arimbi..
127
Purbakesa : anu mawi henteu.. Bima : naon sabab.. Purbakesa : margi dina waktosna gempungan dina waktosna sawala teh kakang Brajamusti, Brajawikalpa, Lamatan, Denta, sareng Wisesa teh oge kakang kalabendana teh ngayakeun kualisi.. Semar : euleuh.. ngayakeun kuala lumpur ucu.. Purbakesa : kualisi lain kuala lumpur.. Semar : dupi kualisi teh kumaha sun.. Purbakesa : heuh gawe babarengan.. nyaeta hasil sawala.. hasil kualisi nya anu jadi raja dinagara Pringgandani teh ayeuna teh kakang Brajamusti.. Bima : eihh.. si Brajamusti.. Purbakesa : sumuhun.. Bima : kumaha kaayaan rakyat.. Purbakesa : anumawi kalah beuki harengheng.. kalah beuki kacau balau kaayaan nagara.. aluh propokator mah propokatror.. marukanateh diditu didieu masyarakat teh diararadu.. antara suku jeung suku, antara desa ka desa, tikacamatan ka kacamatan, geus wani saling serang geus wani saling paehan dina waktos ayeuna.. Cepot : emh.. jang.. lain nyata eta ayat-ayat pangeran friman Allah dina waktos kapungkur dina waktos nabi Adam bade ka bumi jadi khalifah.. para malaikat naroskeun nganahakeun kapangeran.. heuh mun ayeunamah meureunan nya unyuk rasa meuruen heueuh.. protes.. nganahakeun kapangeran naha ya Allah make bade nurunkeun nabi Adam jadi khalifah kaluhur bumi sabab turunanturunan nabi Adam teh bakal saling ngocorkeun getih bakal saling serang jeung saling paehan.. kumaha dawuhan Allah.. kami nuleuwih nyaho tibatan mararaneh.. nyata nya euy.. numatak ulah dimang-mangkeun deui oge ayatayat pengeran teh kitu nya.. heueuh.. geus we sakitu dewekmah rek ngalelep deui we akh.. Purbakesa : tah kitu manawi.. Abiyasa : emhh.. jadi.. beuki riweh.. Purbakesa : timalan.. katurub-turub nyaeta putrana kakang Arimba suargi anu kakasih raden Rimbana ayeunateh jadi buronan nagara.. Bima : ieuhh.. naha.. Purbakesa : margi kakang Brajamusti teh mangaruhan nu teu puguh.. dina waktosna kampanye ge kitu we ngagogoreng aceuk Arimbi pajarkeun teh cenah kakang Arimba maot teh cenah dipaehan ku Arimbi nitah salakina.. atuh rakyat teh seueur anu kapangaruhan.. Cepot : jang.. Panayagan : naon.. Cepot : mun ayeunamah meureun masyarakat teh loba anu terkontaminasi ku intimidasi meurunnya.. heueuh.. duh.. ampun aingmah batuk aing mah duh.. ari disebut panyakit batuk da kudu Bima ge kudu batuk da henteu.. haduh alah.. meureunan juragan Bima mah maksakeun maneh we.. Purbakesa : tah kitu pangersa.. Bima : si Rimbana.. Purbakesa : si Rimbana jadi propokator dina waktos ayeuna.. make jeung ngabeletukbeletukkeun bom.. euhh loba anu mati kuayana eta Rimbana.. seeur korban.. waragadna seeur.. mereunan etateh sesa korupsi bapana bareto.. uhh da kakang Arimba teh kapenak soteh ayeuna geuning kakayaannateh diditu didieu dimana-mana.. luyuh layah diditu didieu..
128
Bima : ieuh.. Purbakesa : malahan ayeuna teh raden Rimbana teh palay misahkeun diri ti nagara Pringgandani.. ayeuna teh dihiji daerah anu kasebat panglebur gangsa anu parantos dikawasai.. parantos ampir pro ka raden Rimbana seeur pemberontakan anu palay misahkeun diri ti nagara Pringgandani.. hiji daerah parantos kacepeng ku raden Rimbana mepeg balad piken ngayakeun balasan ka aceuk Arimbi oge kasadayana sakur anu ngewa ka kakang Arimba kapungkur.. Bima : iehh.. jadi tetep aing difitnah pajar maehan si Arimba.. Purbakesa : leres.. leres.. Bima : difitnah ku si Brajamusti.. Purbakesa : sumuhun.. Bima : edan.. Purbakesa : sadaya-daya.. Abiyasa : kitu kasep.. Purbakesa : leres pengersa.. Bima : emmmmhhh.. ora nyana si Rimbana mitnah ka aing.. majar aing maehan si Arimba.. saksi loba.. yen aing teu rumasa maehan.. yen etamah cilaka kupamolah sorangan.. Cepot : emh.. kitu nya euy ari kajalema soleh.. nu ngahina, numitnah, nu nyaci, nu maki, da ka jalema kitu teh pimajueun jalema anu dikitu-kitu teh.. heueuh asal kuat we mentalna kawas si jebrag.. hehee.. aduh ampun.. Dawala : enggeus lah didieu cicing ulah pipilueun kana urusan politik.. didieuhh.. Cepot : cicing siah onyong.. sanajan aing teu sakola ari ngadengekeun mah jeung nyaho perlu..sabab engkena bakal nyaho kana kayaan nagara seluk belukna.. heueueh.. Abiyasa : jadi maksad salira kumaha ayeuna.. Purbakesa : tah kukituna.. sajabina tiraden Rimbana anu dina waktos ayeuna.. jadi pemberontak dinagara teh aya nu nguntunan pakakas perangna.. Abiyasa : saha.. Bima : saha nu ngiriman senjata.. Arjuna : saha.. Semar : saha nun.. Cepot : boa kadewek nya euy mitnahna tah nungiriman senjata.. kungsi eta ge ngan ngriman katepel hahaha.. harita teh.. harita teh peuyeum we.. da peuyeum mah lain senjata nya euy.. bejakeun we kanu nyaho.. hehe.. Abiyasa : saha kasep.. anu ngriman pakakas perangna ka raden Rimbana.. Purbakesa : ari anu ngintunan pakakas perangna teh teu aya sanes tuang putu ti nagara astina nyaeta para kurawa.. Bima : emmhhhh.. eyang dangukeun eyang.. eta tuang putu beuki dieu beuki pikageuleuheun.. Arjuna : heeh.. kakang Semar.. Semar : ieu nun.. Arjuna : beuki dieu teh beuki nyeuceuheu eta urang-urang kurawa.. ngalunturkeun wibawa komara para pini sepuh nagara oge ngalunturkeun harkat darajat nagara astina.. sedengkeun para pini sepuh teh diantawisna eyang bisma, kanjeng rama guru resi dorna, paman widura.. sadayana para ratu mikayungyun para menak mikaserab kolot ngeso budak era dengeun-dengeun mikadeudeuh.. kari-kari ayeuna dilunturkeun wibawa komarana ku urangurang kurawa.. eyang tuang putu teh geuning sanes antepeun..
129
Abiyasa : kekeke kasep.. kumaha salajengna kasep.. Purbaksa : tah.. jelaran saliramah sasat parantos legok tapak genteng kadek jadi raja kapungkur dinagara astina dina gelar kresna dipayana.. kedah kumaha jalan kaluarna pikeun ngarengsekeun pasualan dinagara Pringgandani dina waktos ayeuna.. Dalang : wijar meneng meneng gusti petenge atinera.. petenge atinera salendra salin pawarna salin pawarna kaget kuniraha midanget amidanget ...... begawan Abiyasa sakedapan botena wangsul dipunut pandangan ku ieu Purbakesa.. gunirahangandika.. Abiyasa : emhh.. kitu cu.. nya mudah-mudahan we atuh aya tiasa katampi ieu kamandang tikula.. Purbakesa : ihh.. diajeung ajeung pisan.. Bima : kumaha eyang.. Abiyasa : upami nguping kana samatawis dongeng anu nembe.. eces jentre pertela ngemang boled supados nagara ulah harengheng masyarakat teu parasea wae kumaha ayeunamah langsung we dewa ti sawarga nyaeta kedah lungsur ngistrenan Arimbi jadi ratu Pringgandani.. Purbakesa : waduh.. Bima : emmmhhhh.. pan sidik siBraja musti jadi raja.. Abiyasa : pokona kitu carana teu aya deui cara.. Purbakesa : anumawi eta rencana teh kitu tapi kakang Brajamusti kekeuh nyaeta saurat batu cenah sok saha anu rek bisa nurunkeun aing.. malahan disingsieunan dewa anu bade lungsur ngistrenan aceuk Arimbi teh kakang Brajamusti nantang sok cenah urang adu kakuatan jeung aing.. kitu pokna teh.. Abiyasa : eleuh-eleuh-eleuh.. Purbakesa : pajarkeunna teh cenah aing moal nyingkah tikaraton.. kitu we lajag-lejeg dikaratonateh kadang-kadang mamake calana kolor.. Abiyasa : eleueh-eleuh.. Purbakesa : numawi matak tea oge.. sok cenah pasukan aing bakal diturunkeun pasukan barani mati.. kituh.. Abiyasa : na.. ari kukituteamah heueuh da Brajamustimah sakti mandraguna punjulingan papa.. luarbiasa atamah nulimaan nyaeta Brajamusti, Brajawikalpa, Lamatan, Denta, jeung Wisesa.. Purbakesa : kumaha ieu upami kakang Brajamusti nyaeta ngayakeun tindakan upami ngange kitu carana nyaeta aceuk Arimbi diistrenan langsung.. Abiyasa : jigana.. asal bisa ngolona engkege bakal eraeun sorangan bakal nyingkah tikaraton.. sabab ieumah sorana sora rakyat.. Purbakesa : saurnateh moal nyingkah tikaraton.. Abiyasa : emmhh.. engkege bakal eraeun sorangan.. Purbakesa : pikeun ngarengsekeun kakang Brajamusti sareng sadulur-dulur kedah kumaha.. Abiyasa : tah.. moal bisa kaungkulan kusaha bae oge.. Purbakesa : tah geuning eta uninga.. Abiyasa : tapi ke dimana-mana eta budak anu keur dikandung ku Arimbi medal ka alam dunya.. tah eta budak eta anu bakal bisa ngarengsekeun Brajamusti, Brajawikalpa, Lamatan, Denta, jeung Wisesa.. Purbakesa : tobat.. naaaaaa.. Bima : ieuuu.. jadi anak aing ke nya.. Cepot : jang... Panayagan : kulan...
130
Cepot
: bisa jadi satria piningit teh masih dikandung euy.. masih keneh aya dina wewetengan deuleu yeuh.. emh.. heueuh gamaran jalema suci meureunnya euy.. lain aya tibaheulana nya.. dina jaman dasamuka keur meujeuhna maceuh edan.. uhh tungul diparud catang dirumpak.. tunggul dikulub catang disate.. ceuk perbasana heueuh cek perbasana.. dasamuka nepika dewi sinta dipaling.. kurunyung gening anu bakal ngarengsekeun lahir ti ayodya nyaeta batara rama.. mimitinamah Arjuna sastrabahu.. enya.. ngan jadi pinah kasasar sunda ayeunateh.. heueuhh.. Panayagan : apalan kana caritateh.. Cepot : ehhh marukanateh.. dina jaman raja namrud keur meujeuhna nyemah patung nyemah arca kurunyung nabi Ibrahim as.. nya.. Panayagan : ngalaman siakangmah jaman nabi Ibrohim.. Cepot : ceuk beja aing oge.. matak kudu daek bucu-baca oge.. heueuh.. dina waktu firaun keur maceuh-maceuhna kurunyung nabi Musa.. tuluy kurunyung kagjeng nabi Muhammad SAW.. bisa ngarengsekeun pacogregan-pacogregan teh nya euy.. heueuh.. ayeuna geuningan anukeur dikanung keneh ku gusti Arimbi.. enya.. model dewek kurunyung bisul datang geuning panitih.. heueuh.. eh teu salah da dewekmah sok.. bener teu.. sok.. ayeuna dewekmah kitu we ngomongmah.. nya hehehe kitu ceuk aing oge.. ulah lalawora deuleu.. hehe alah.. Abiyasa : tah kitu kasep.. Purbakesa : jadi atuh kumaha piekeun nepangan para juata mara sanga juata para lomanten baya robaya kasawarga maniloka.. Abiyasa : Bima.. Bima : anda apa.. Abiyasa : wayahna hidep kaituh init kasawarga.. heu.. hidep init kasawarga tepangan hyang otipati jagatnata menta supaya lungsur jeung para dewa pikeun langsung ngistrenan Arimbi jadi ratu Pringgandani.. Bima : ieh... Purbakesa : atuh upami kitumah pangiten nepotisme.. Abiyasa : ke ari nepotisme teh sababaraha alternatif cu.. anu teu dipikahayang kurakyat teh neputisme teh jaba dulur jaba lain ahlina jaba ngaruksak kanagara jeng bangsa eta anu teu dipikahayang teh.. dicicingkeun dina hiji widang tapi lain ahlina dina eta widang bari jeung ngaruksak kanagara jeung ka bangsa.. tah eta anu teu dipikahayang teh.. ari kitumah sanajan baraya, sanajan anak, sanajan dulur ari geus jadi ahlinamah dina eta widangna bari jeung nguntungkeun kanagara jeung kabangsa teu aya halangan.. teu aya halangan.. Panayagan : dina jalan positif.. Abiyasa : heuueh kitu.. tapi Bima init kadituteh mawa sora rakyat lain dumeh kapamajikan.. Bima : ieh.. kula init kasawarga mawa sora rakyat Pringgandani.. Abiyasa : tah kitu.. Bima : net.. Arjuna : kaulanun.. Bima : wayahna net.. para kurawa nu rek ngirim alat-alat perang ngirim ka si Rimbana wayahna ditengah jalan pegat, batalkeun.. Arjuna : teu pinodamel nyangakeun tanaga sareng emutan.. kakang Semar.. Semar : ieu nun.. Arjuna : wayahna we milu kakaula.. Semar : oohh manga-manga..
131
Arjuna
: si astrajingga sareng si Dawala bade dicanak ku kakang Bima atanapi bade sina ngiring kakaula.. Bima : bawa we kaituh.. najis aing kapiluan si eta.. Cepot : hehh.. dewek mah teu dipikabutuh kujuragan Bima mah heueuh.. Dawala : heueuh da piomongeun si eta mah dibawa kamana-mana teh ngan pipaseaeun we.. Cepot : tapi dewekmah teu sulit ati.. henteu belang bayah aing mah.. Abiyasa : tah kitu kasep.. Bima : iahh.. aku sibakal lumampah maring sawarga maniloka.. amit eyang.. Abiyasa : bral kasep.. Cepot : jang.. Panayagan : kulan.. Cepot : ari pok ari dirigdig we tara ujuk ajak manehnamah.. heueuh noyod we deuleu ituh.. hehehe aduh ampun.. pok torolong.. itu kuku pancanakana tinggaleun.. Dawala : akh naa tateh ari geus ngabohong teh.. Cepot : hehe da eweh piomongeun deu atuda euy.. Dawala : puguh da etateh cabe beureum.. Arjuna : eyang.. Abiyasa : ieu kasep.. Arjuna : restu para kurawa bade digagalkeun maksadna nyaeta ngintun senjata ngintun panah sareng sajabina.. ngarojong kana ngaberontakna Rimbana putrana raden Arimba.. Abiyasa : pek kasep.. ngan kade ulah kaleuleuwihi sagala rupa oge.. sabab pangeran teu resepeun kajalema anu sok kaleuleuwihi.. Arjuna : timalan.. kakang Semar.. Semar : ieu nun.. Arjuna : hayu kang.. Semar : manga-manga.. Purbakesa : atuh teu pino damel kaula oge rupina dina waktos ayeuna seja permios we kasepuhan sanes waktos seja deudeuheus deui atanapi bade langsung ngiring ayeuna ka Pringgandani.. Abiyasa : ke sanes waktos kasep sanes waktos we.. Purbakesa : amit kaulanun.. Arjuna : eyang.. Abiyasa : bral kasep.. Semar : emh.. dikantun linggih wae atuh nun.. Abiyasa : pek Semar.. sing salamet we dijalan.. Semar : sumuhun.. permios-permios.. Suara salendro... Purbakesa : bade permios we kaulanun.. Abiyasa : wilujeng.. salam baktos we ka begawan kesarpa.. Purbakesa : manga.. didugikeun-didugikeun.. Sinden : ... Semar : permios nun.. Sinden : ... Abiyasa : dedeuh kasep.. bral.. sing bisa rengse kujalan kitu.. pangeran moal rek siloeun mana nu bener mana nu salah.. Sinden : ... Dalang : kayu agung yababar wite..ya wite.. samia .. samia rempel dodonge.. sekar mekar inggalihe.. inggalihe.. kayu agung babarwite samia rempel dodonge..
132
rempel dodonge.. yasamia pangpang mekar ya inggalihe.. yainggalihe.. pandele.. dipandan arum.. banglus lampahepun raden Bima ngajugjug ka sawarga maniloka mawa sora rakyat pringgaldani.. anu dijugjug nyaeta kampung medang kamuwung desa medang kamulya.. tidinya mancat nyaeta ngajugjug waringin pitu.. tiwaringin pitu mapay-mapay.. tegal siawat-awat tegal ramat kapanasan langsung nanyak deui nyaeta mapay-mapay tamakan situ madira.. tidinya nongoh deui jog ancog sareng lawang seLamatangkep.. didinya aya dua denawa dewa anu nuju ngajaga lawang seLamatangkep nyaeta balaipata upatabalai.. sateuacana Bima lumebet kasawarga nyaeta ditaros rupi-rupi pertarosan ngeunaan kumaha hubungan manusa jeung pangeran, kumaha hubungan manusa jeung manusa.. jeung kumaha carana hubungan manusa jeung alam.. maklum Bima parantos pinuh kudidikan rohani sareng jasmani sadayana patarosan tiasa kawaler teu aya anu teu kawaler.. atuh ngadak-ngadak ieu lawang seLamatangkep muka kusorangan.. Bima langsung lebet ka sawarga nepangan kapara dewa.. atuh para dewa sadayana pada nyaluyuan kuayana Arimbi kedah diistrenan jadi ratu Pringgandani.. nyaeta lumungsur tisawarga maniloka nyaeta anu jadi duta sawarga kakasih pun resi narada kaiiring kupara dewa.. tuna lampah eta kacarios ieu para kurawa anu bade ngintun pakakas perang kapanglebur gangsa nyaeta hiji wewengkon anu kareh kabanacapon kunagara Pringgandani.. nyaeta ngintunkeun pakakas ka raden Rimbana anu ngahaja palay misahkeun diri tinagara Pringgandani.. lumampah.. patepang sareng raden Rimbana disatengaheun marga maksad bade mapagkeun urang-urang kurawa anu ngintun pakakas perang.. nyaeta diantawisna para kurawa citraksa, citraksi, dumareksa, partumarmo, wirupaksa, darucitra, citragaluh, citrasoma, citrayuda, bomawikata, wikatajaya, jayawikata tepang sareng ieu raden Rimbana.. sapemedalipun ieu raden Rimbana tindaken demanepun bendrong waladia.. Suara salendro... Sinden : ... Rimbana : he.. sajumlah waladia balad.. Pasukan : inggih.. inggih.. inggih.. Pasukan 1 : abi gusti ngahaturkeun sembah baktos kulan.. Rimbana : sukur-sukur.. Pasukan 2 : tiabige teu kantun ngahaturkeun sembah baktos.. Rimbana : iahh.. nuhun-nuhun.. Pasukan 3 : tiabige teu kantun kulan gusti.. Rimbana : ia... Pasukan 3 : he batur-batur.. Pasukan : inggih.... Pasukan 3 : bejakeun kituh teu tulus.. Pasukan 1 : naon siateh jol teu tulus we.. Pasukan 3 : heueuh uing gajihan.. Pasukan 1 : heu leuheung.. heheh heu leuheung.. Rimbana : aaaeee tingali itu para kurawa.. Pasukan : inggih.... Kurawa : pangapunten...... Pasukan : mangga wakilan tidinya saha.. Jayawikata: kaula jayawikata.. Salensro...
133
Sinden Citrayuda Rimbana Sinden Dalang
:... : wilujeng tepang yeuh kaula citrayuda yeuh.. : ait.. lingginh-linggih.. : ... : datang nera pangademan ewuh pagulingan rana ewuh pagulingan rana.. kurawa-kurawa sami prata.. ya sami prata.. ingkang sami prata ya lawa.. ieu raden Rimbana dina cadas anu ngampar nyaeta mapag para kurawa anu nyanak pakakas perang tinagara astina.. sikep pedang tamsir gada wiri pan cenh rasa panah limpur.. anu pinuh dina kareta oge pakakas perang pikeun dihaturkeun ka ieu raden Rimbana.. punira ha ngandika.. Rimbana : ait... hahaaha.. wilujeng sumping.. Kurawa : nuhun-nuhun... Rimbana : cik cobi ngenalkeun saha hiji-hijina eta.. Jayawikata: ngenalkeun kaula jayawikata.. Citrayuda : kaula citrayuda.. Citraksi : eu..eu.. kaula euy.. ngaran kaula citraksi.. ari tadinamah ngaran urang mah tong dibejakeun lah.. Panayagan : akh.. naha.. Citraksi : bisi dipuasaan gobljog.. hadeuh.. urang lah citraksi sok.. Citrasoma : kaula citrasoma.. Rimbana : iah.. nuhun.. Pasukan 2 : wilujeng sumping para jalema.. enya.. Kurawa : nuhun-nuhun.. Pasukan 2 : aduh mani sararumping nya urang.. bejakeun kitu teu tulus kituh jauh mapagkuen teh ayeuna didieu geus papangih.. Pasukan 1 : heueuh leuheung teu cape teuing.. haduh nuhun wilujeng tepang kasadayananya.. Citrasoma : kalayan sakumaha.. hapunten wae yeuh.. dibujeng enggalna ieu sajumlah pakakas perang dilaneuh anu parantos pinuh dina kareta kaya-kayaning pedang tamsir gada wirih cakra sa panah limpur.. Rimbana : haahhaahhaa. Sukur bagja kumbayangan geuningan parantos sumping kalayan teu jalir jangji.. para kurawa payus lamun ku kaula diaku lanceuk.. ngarojong kana pamaksudan kaula nyaeta pikeun misahkeun diri kaula ti nagara Pringgandani.. ieu wewengkon panglebur gangsa geus kapibanda ku kaula.. kaula hayang males pati ka bibi kau anu ngaran Arimbi.. ari sabab kanjeng rama suargi kanjeng rama Arimba prabu Arimba timasaning pati tumakaning perlaya dipaehan ku si Arimbi nitah salakina nyaeta si Bima.. sukur bagja kumbayangan ayeuna parantos sararumping.. bagja-bagja keur kaula bakal ka hontal cita-cita nyaeta males pati ka si Arimbi.. kaula bakal jadi raja di ieu panglebur gangsa.. ieuh beurat nyuhun beurat nagung beurat narimakeunnana ka saderek-saderek sadayana tinagara astina.. wilujeng sumping sadayana ieuhhhh.. hahaha.. aiii dulur-dulur.. Pasukan : inggih-inggih.. sumuhun.. Rimbana : tingali ieu dulur urang nambahan ti nagara astina.. Citrasoma : kekeke.. aya taroskeuneun yeuh.. Rimbana : kumaha.. Citrasoma : ari kukupingan tadi cenah bibi salira teh kakasih saha.. Rimbana : Arimbi.. Citrasoma : cenah jadi pamajikanna si Bima.. Rimbana : iah..
134
Citrasoma : Bima mana ieu teh.. Rimbana : kapan si Bima cenahmah etateh anak Pandu Dewanata suargi.. yen cenahmah etateh teureuh raja nagara astina.. kitu saleresna dulur-dulur.. Citrasoma : waduh geus lega eta hubungannana si jahat.. Citraksi : lain disangkamah geus modar eta sikunyuk.. basa kaduruk dibale sigala-gala tea basa diduruk.. pangih-pangih dina keur sayembara drupadi.. disangka geus bangkenateh ting parucenghis suganteh ririwana.. sangkilang aya bangkena bisa kitu tah dih bangsat.. sing horeng ni kaduruk teh meurunan etamah meureunan etamah ucing-ucingan si purocana sigana.. Panayagan : purocanateh saha.. Citraksi : na teu apal maneh sipurocana.. Panayagan : saha.. Citraksi : na teu apal maneh purocana.. euhh atuh tingaleun pangalaman teh.. ceuk aing oge nya ngajedog di tanjung sari teh kitu.. Panayagan : rek iraha lalajo wayang.. Citraksi : heueuh.. Panayagan : purocana teh saha.. Citraksi : purocana teh anu dititah ku sangkuni ngaduruk bale pandawa.. tapi naha pandawa hirup keneh.. bisa jadi meureunan etateh sipurocana ular berkepala dua.. Panayagan : bisa jadi tateh.. Citraksi : meurunan ti urang meunang duit ti pandawa meunang duit da sikasebelan.. da buktina we ayeuna geuningan euh mobilna ganti-ganti.. kanaraan mewah, imah real estate dimana-mana nu si purocana.. ngeunah we miril-muril kumis tah si goblog.. teu nyaho tah ku aing di kek engkemah.. tingalikeun digeresel beuheungna tingalikeun we kuaingmah tingalikeun we aingmah nginum heula lah memeh kitu tingalikeun.. kamari ge aing basa maehan bangkong teh pan aingteh nginum heula ci kopi enyaan sungguh aingmah sok.. Panayagan : tong loba teuing ari kitu teh.. Citraksi : kitu aingmah waniteh.. lamun teu nginum ci kopi aingmah tara wani maehan.. bener aingmah.. Panayagan : da tara minuman keras.. ci kopi tamah Citraksi : da can usum baheulamah euy.. Panayagan : nagrah kuat.. Citraksi : enya.. sipurocana ta mah nu kurang ajarmah.. sungguh aingmah.. Panayagan : komisi tiditu tidieu meureunnya.. Citraksi : heueuh.. ular berkepala dua tah sigoblog.. sungguh aingmah sok.. Citrasoma : nyanggakeun atuh ieu.. kaula pakakas perang nyaeta kaya-kayaning pedang tamsir gada wirih canrasa panah limpung anu aya dina kareta.. kasanggakeun kasadayana para wadia balad ti lemur panglebur gangsa ieu.. Arimba : iahh.. ditampi nuhun-ditampi nuhun.. nanging rupina anu satengahna deui ieu waragadna.. Citrasoma : ieah mangga etamah teu langkung.. Citraksi : beulikeun kana ganja lah.. heueuh.. sabab didaerah ieumah loba ganja bejana.. ai agama-agamanamah pang lekohna.. tapi melak ganja panglobana.. Arimba : taaah.. dina waktos ayeuna kaula nampi kalayan ieu anu satengahna waragad kange ieu sajumlah pakakas perang.. Citrasoma : nampi rebu nuhun laksaketi kabingahan.. Dalang : lir pendra.. barang nuju aya dina raos gempungan di ieu cadas anu ngampar satengahing marga.. aya anu laproran yen dilaneuh kareta anu ngajaga
135
diawut-awut ku Arjuna.. sedengkeun Purbakesa oge nyakseni.. oge ieu raden Rimbana teh jadi buronan nagara.. putrana raja Arimba suargi anu sok karalas kereles dimana bade dicangkalak.. Partumarmo: pangapunten-pangapunten.. Arimba : eittt.. saha ieu.. Citrayuda : aeh geuning anjeun.. partumarmo aya naon.. Arimba : aya naon ieu.. Partumarmo: nguningakeun kapara saderek sadayana.. wireh aya si Arjuna ngamuk nguwak ngawik.. Citrayuda : ngamuk.. dimana si Arjuna.. Partumarmo: dilaneuh.. sajumlah pakakas perang dibahe-bahekeun tina kareta.. Arimaba : eit.. si Arjuna adina si Bima.. Partumarmo: ora kapino gawe.. Arimba : eahh.. eweuh lancekna aya adina.. ayo kepung makul buaya mangap.. Pasukan : ayo... mudall... eih... Dalang : mangwas pada nira katon.. mangwas pada nira kato pada tumarangan nampu pada tumarangan nampu.. mangwas pada nira katon pada tumarangan nampu.. wis kenadihin pinasti kersa hyang widi.. wis kenadihin pinasti kersa hyang widi.. Arjuna panengah pandawa astrajingga sareng Dawala.. Arjuna : astrajingga.. Cepot : abdi kulan.. Arjuna : Dawala.. Dawala : abdi.. Arjuna : kamana bapa maneh.. Cepot : diditu nyumput.. Arjuna : kade bisi ku cocodot.. Cepot : hihihi.. aduh ampun.. Purbakesa : haaaaa.. Cepot.. Cepot : juragan Purbakesa.. Purbakesa : ieuh.. nyumput bapa maneh.. Cepot : muhun kulan.. Purbakesa : kade ku lanas.. Cepot : hehehe.. puguh da boled tateh.. hui cilembu.. Purbakesa : maneh geuning jag-jag ayeuna.. Cepot : parantos neda heula kulan.. diwinu haji di pa haji didin.. dipang meuleumkeun lauk.. dipangmayarkeunnamah ku ku pa haji maman di winu haji.. Dawala : pa haji maman mana.. Cepot : pa haji maman.. ti PU geuningan bisi aya proyek nyieun sasak geuning ka dewekkeun.. heueuh.. jalan aralus meunang pa haji maman tateh.. enya.. daerah kuningan.. Dawala : aduh.. kade sing ati-ati a.. Dalang : sapratenepun para kurawa parantos ngalingkung ieu tempat.. Kurawa : Arjuna.. Arjuna : heeh.. Kurawa : nyieun pucuk tigirang bangsat.. nuntun raja wisuna.. Arjuna : sabenerna anjeun anu nuntun raja wisuna.. nyieun pucuk tigirang.. Cepot : puguh manehannana nya euy anu nyieun pucuk waduk.. Panayagan : ey ah.. pucuk tigirang.. Cepot : hehe..
136
Arjuna
: dina lebah ieu kaula ngarti yen ieu pakakas perang teh bakal dihaturkeun ka raden Rimbana.. anu ngahaja hayang misahkeun diri ti nagara Pringgandani.. kalayan eta Rimbana teh jadi buronan nagara dina waktu ayeuna keur susulumputan.. Kurawa : aja kaget bacot ku ayeuna.. hutang pati bayar pati hutang wirang bayar wirang.. ayo kepung wakul buaya mangap.. Arjuna : kaula anu bakal males pati.. yen kaula waktu dibale sigala-gala teh lain kaduruk tapi diduruk ku araranjeun.. kaula apal yen anjeun teh sieuh karebut nagara astina.. Kurawa : wah.. montong loba omong.. Citraksi : ari maneh rek pipilueun Cepot.. Cepot : hhehe.. wala.. Dawala : naon.. Cepot : lawan we ku aing kitu.. Dawala : lawan we kainya lah.. Cepot : lain.. anak raja euy.. Dawala : ha.. Cepot : anak raja.. anak dastarata tateh ti astina.. Dawala : ah naha nya mamang hak asasi urang salaku manusa teh rek diukur ku tungtung sapatu anak raja.. teu bisa-teu bisa.. ari salah bari jeung ngacaukeun mah sok we hayang nyaho kedewek kainya tuman.. Cepot : ehhh.. ayenamah adilna da acan beber atuh.. hukum adil teh can rata.. heueuh.. masih keneh gegeblokkan.. hhehhe.. leuheun da ngegeblokanmah da beurat sabeulah.. ai nu salahmah nu leutik digunyang ganying we geuning.. ari anak raja salahmah ehh pada ngantep.. jeung saha nu wani newak deuih.. aya wani newak geuning di pecat.. jalemana pada ngalindungan.. Citraksi : montong loba omong siah jeung aing jogol goblog.. hayang nyaho jeung aing sok siah.. Cepot : lah sok we hanyang nyaho serang.. Perkelahian... Citraksi : aduh.. goblog tarang aing ditakol euy.. mani ngabeletak ku cau.. Panayagan : piraku.. ditakol ku cau.. Cepot : asa teu mungkin nya euy ditingang ku cau ngabeletak.. Citraksi : goblog siah kurang ajar.. Perkelahian .. Citrakasi : aduh-aduh.. Cepot goblog.. Panayagan : dikumaha ta teh.. dikumaha.. Citrakasi : aduh.. Cepot : didinya mamatihna teh deuleu.. Panayagan : dina naona kang.. Cepot : hehe.. dina hanapeun bujal.. na da teu digebug ku aing teh disintreuk.. merureun lempeng pisan didinya dina kepala dingin.. alah ampun teuing.. Citraksi : ampun gobog siah alah.. mangkaning deuleu ieuteh rek dipake peuting engke goblog.. kurang ajar.. aduh.. Kurawa : saha ieuh Purbakesa : ah.. siah.. Kurawa : aya buta.. Purbakesa : sok jeung aing.. aing Purbakesa ieuh.. a menta supaya dituduhkeun dimana raden Rimbana.. Kurawa : montong loba omong siah buta.. ayo kepung wakul buaya mangap..
137
Dalang
: arya Purbakesa dikepung wakul buaya mangap dugi ka racleng para kurawa ka kenca ka katuhu anu tigebrus kana gawir.. Semar : emhh aya anak.. amuing-amuing deuleu ujang.. heueuh wae deuleu anak adam.. seuweu siwi Nabi Adam anak putu Nabi Adam heueuh we deuleu ngocorkeun getih saling ngocorkeun getih di dunya aya anak.. eleuh.. jarum sapotong dipake ngajarumat jagat teu sangka kieu jadina deuleu jang.. Dawala : naon ari bapa.. Cepot : lain bapa dewekmah lamun ngomong sok dina simbol wae padahal jorang lalatakud tateh.. Panayagan : jorang naon.. Cepot : jarum sapotong dipake ngajarumat jagat teu sangka kieu jadina.. Panayagan : lebah mana jorangna.. da teu jorang ta mah.. Cepot : ieh.. jarum sapotong belegug.. Panayagan : heueuh naon.. Cepot : heueuh jarum sapotong.. Panayagan : jarum pentul.. Cepot : heueuh dipake ngajarumat jagat.. pan ieu anu parentul teh jalema hasil tina jarum sapotong dipake ngajarumat jagat.. ceuk bapa teu sangka keu jadina.. nu matak teu dibismilahan heula meureun ta teh tadina nyeuna.. nya.. paingan eta ceuk kolot ujang ulah dahar eker lapar ulah sare eker tunuh.. Dawala : naon tateh hartina.. Cepot : heueh ulah dahar ekeur lapar teh minangka kieu euy.. ngaran-ngaran anu lapar jangji kedewek teu subanyo-subanyo acan.. matak pantes nyeri beuteung kaditunateh da dina kokodna kuman wungkul.. Dawala : oh.. kitu tateh nyah ulah dahar keur lapar.. Cepot : ihh.. ceuk aing oge nu laparmah jangji kedewek teu dibismilahan heula.. tah kitu numatak kudu tertib oge mipit amit ngala menta da bangsa urang mah aya ieu geu jadi budaya mipit amit ngala menta teh ulah jangji am.. jadi memeh didahar teh pikir heula naha etateh hasil usaha ladang tina jahat tina judi ulah diparabkeun ka anak pamajikan saua jeung ngaracun teteh deuleu.. atuh cenah didahar kuurang ladang judi ladang basilat jadi kulit jadi daging jadi sumsum jadi balung jadi bagal pangawasa sipake we digawe jeung pamajikan pletuk we jadi anak da moal baleg anaknateh kaitunateh.. sabab kageutihan ku ladang haram.. kitu ulah dahar keur laparteh.. ulah sare keur tunuh.. ngaran-ngaran anu tunuh jangji dug dimana we dina galeng oge jol dug hees tara bebeja-bebeja acan kanu bogana.. numatak memeh sare teh heug bebeja heula sanajan keur tunuh.. bakti heula kanu maha agung amitan heula gusti bisi dicanak abi maot keur sare mangga teh teuing da sanes nu abdi hirupna maotna solatna itu ieuna da sanes nu abdi anging gusti nu kagungan.. tuh nya.. ari geus amitan heula mah kakara dug nya.. kolot baheulamah sok ngabejaan sanajan ku jangjawokan.. dog turu gulingan jati badan turu ati tanghi rohmadep maring Allah lailahaillalah.. tuh ceuk aing oge nya.. sanajan jangjawokan tateh katerangan.. heueuh dug turu dug sare gulingan jati cing anu aslina ari sare teh.. ulah jangji dug.. rohmadep maring Allah tetep we urangmah panteng kanu maha kawasa sing madep ka ajeuna.. rohmatna kumaring Allah Lailahaillalah Muhammaddarosululah.. tuh kitu ceuk aing oge.. pikeun mageuhan urang islam ulah diharamkeun jangjawokan teh.. nu pentingnamah tujuannana we sarua nya.. hehe.. aya deui ngeningan tina agamana anu wa ahya wa amut cenah geuning kaitunateh hhehhe.. ceuk
138
aing oge kudu bebeja heula sagala rupa oge.. aeh naon ieuteh karah ngadalil kapan keur gelut.. hayu atuh bade giring gelut.. Jayawikata: Arjuna.. Arjuna : kaula.. Jayawikata: kaula jayawikata hutang pati bayar pati hutang wirang bayar wirang maju jahat.. Perkelahian... Dalang : Arjuna dikepung wakul buaya mangap.. watek wantos siswana resi dorna sakti mandra guna.. sadayana para kurawa sing alacir lalumpatan citraksa citraksi dumareksa partumarmo wirupaksa darucitra citralemu citrasoma citrayuda bomawikata wikataboma wikatajaya jayawikata kitu kaayaannana para kurawa sami mulang ka nagara astima bari cing aringkleu.. kitu kaayannana.. anu bareuh pipina anu tijalikeuh jeung sajabana.. Arjunamah ngan ukur melong tikatebihan.. kitu kaayaan pangperangan di alas pingganingacala.. Dalang : Arjuna sakti mandraguna sadayana para kurawa budal katawuran.. Kurawa : munur.. munur.. Pasukan 1 : errrrrr.. ari maneh ningali heuteu tingali urang-urang kurawa pada budal katawuran.. Pasukan 2 : heuheuh da kadeuleu ku uing oge.. Pasukan 1 : heu leuheung ari kadeuleu mah.. Pasukan 2 : urang kurawa teh atuh baralik.. Pasukan 1 : heueuh.. Pasukan 2 : atu teu tulus.. Pasukan 1 : hayu siah deuleu itu.. saha maneh.. Arjuan : denawa.. Pasukan 1 : ieh.. Arjuna : kaula Arjuna.. Pasukan 1 : ai Arjuna teh saha.. Arjuna : bisi maneh teu apal kaula teh adina Bima.. ari Bima teh carogena aceuk Arimbi.. Pasukan 1 : wah.. musuh satru kabuyutan.. batur.. Pasukan : inggih.. inggih.. inggih.. Sinden : ... Pasukan : ari maneh saha ngaran teh.. Cepot : hehee.. kuring senn.. Pasukan : kuring saha siah.. Cepot : Cepot.. Pasukan : euh.. Cepot ngaranteh nyah.. Cepot : heueuh.. Pasukan : na mani saeutik teuing ngaran teh.. aya papanyangna ngaranteh.. Cepot : aya.. Pasukan : saha.. Cepot : Cepot hartono.. Pasukan : ari suganteh Cepot saepudin.. heueuh.. ari itu anu panyang cucungikna.. Dawala : kuring.. Pasukan : saha.. Dawala : piraku teu apal.. Pasukan : heueuh saha.. Dawala : jeremy tomas..
139
Cepot : heheeh si belegug.. jeremy nagka goblog kituh siah.. heueuh.. Pasukan : saha tateh.. Dawala : anu mana.. Pasukan : anu tukangeun maneh.. Dawala : bapa kuring.. Semar : jang.. tong dibejakeun atuh dewekmah cu.. Pasukan : heueuh saha ngarana.. Cepot : itu Semar jatmika.. hehehe aduh ampun.. Semar : emhh na sikasebelan.. pajarkeun teh cenah aing teh Semar jatmika ucu.. Cepot : na saha atu bapa teh.. Semar : aing teh Semar saepoloh.. na sia teh.. Cepot : hehehe.. Semar : sok ditamahan wae ngaran teh.. eh.. Pasukan : hayu siah kurang ajar gelut jeung aing.. bangsat.. Perkelahian.. Pasukan : ah.. tobat.. ampun mang.. Cepot : modar siah kurang ajar.. Perkelahian.. Cepot : sok siah.. Pasukan : aduh.. boga sorban timana maneh.. Cepot : ti pa haji sidik.. Pasukan : ari eta kopeah.. kopeah haji.. Cepot : sarua ti pa haji sidik.. ngan etamah siDawalamah ti kang taufik faturohman ti geger sunten.. heheu aduh ampun.. Pasukan : mawa naon maneh di gemol.. Cepot : ieu beuleum lauk.. Pasukan : ti saha.. Cepot : ti pa haji didin.. enya.. rumah makan rizki.. kuningan mino haji.. Pasukan : euuu anu caket pa haji maman.. Cepot : heueuh.. Pasukan : heueuh.. menta euy.. Cepot : hehee menta we siah.. lalawora teuing.. Pasukan : euu da manehge pamere.. Salendro... Perkelahian.. Arjuna : eeh kurang ajar denawa.. Dalang : Arjuna dipun balang ku ieu denawa.. Perkelahian.. Dalang : Arjuna dipun balang kumelayang.. ragrag nyaeta kana bumi.. watek wantos satria pinilih tanding jangira tenge.. lan pigang pan wijenang.. Sinden : ... Arjuna : kurang ajar denawa.. moal saha nu bisa mutuskeun awak maneh lintang ti panah kaula.. Cepot : eleuh gan bade dikumaha gan.. Arjuna : dek dipanah ku kaula.. Cepot : oh manawiteh bade di bacok.. Dawala : bade dikumaha agan.. Arjuna : rek dipanah.. ari madeh kawas nu teu nyaho wae.. ari rek mawa nu kieu teh rek dipanah.. Dawala : oh manawiteh bade di sumpit..
140
Cepot : heu leuheung Dawala.. Arjuna : naon Cepot.. Cepot : seun.. eta siDawala seun.. Arjuna : haling.. maneh ulah cicing hareupuen kaula bisi ka sabet ieu pusaka.. Cepot : sae kulan.. Dalang : lajeng Arjuna ngabar pusaka.. Arjuna : awas siah kurang ajar.. Salendro... Cepot : aduh la.. Dawala : heueuh.. luar biasa eta dunungan.. gonewa dicepeng ku panangan anu palih kiri.. panah buntutna dikaitkeun kana tali busur.. dibedol nai tao tao reketek enya.. barang rek mentangkeun musuh ngelok.. sajaba ti ngelok teh manehna kahalangan ku kai.. atuh ngecengna raden Arjuna bangang rek dileupaskeun teh teu tulus.. Cepot : heueuh bejakeun kituh teu tulus.. heueuh leuheung Dawala silaing bisa ngomong kitu.. Dawala : etamah barang nolol deui buta tina haur.. panah rek dileupaskeun pisan sihoreng nu nolol teh lonok.. atuh teu tulus.. Cepot : hehee..bejakeun kituh teu tulus.. Dawala : ari geus sidik mah buta nu nololna.. belewer panah nepi ka ngejatna tina gondewa teh luar biasa.. mani seng.. keuna ditengah jalan kana papatong.. pret.. papatongna teu beunang.. Cepot : maenya siah pret kana naon.. Dawala : ai pret disada teh calana kolor pegat.. Cepot : ohh.. panginten pami kitu mah.. kahartos.. Dalang : pinasti kersa hyang dumampara.. ieu denawa ka tiir tikorona ku panah Arjuna.. Pasukan : wah siah kamana lumpatna.. Dalang : kerrrr.. Pasukan : wahh..tobaaat.. aduh... Cepot : eleuh.. Arjuna : Cepot.. Cepot : kulan... Arjuna : naonana.. Cepot : pisan kulan.. Arjuna : naon.. Cepot : kana ponok laki.. katiir tikorona.. celeungeu we tuh gan.. Arjuna : emhh.. teu salah tapi bieu teh Cepot.. Cepot : gan.. Arjuna : anu diincernah hulu angen.. naha bet keuna kana tikorona.. Cepot : akh nu pentingmah keuna we gan.. hehe enya.. leuheung aganmah nemak kana hulu angen keuna kana tikoro da abdimah harita nemak musuh ai keuna ka mitoha.. hehhe adeh cek abdi oge.. hehe hihihi aduh amupn aing.. Pasukan : aduh.. alah.. Cepot : aduh hirup keneh.. Pasukan : walah.. Cepot : kunaon siateh.. Pasukan : wah ajig kunaon puguh rek modar.. Cepot : emh.. nyeri henteu..
141
Pasukan
: adeuh eta sigoblog ngomong.. make jeung nyebut nyeri sagal.. piraku make teu nyeri moal nyebut aduh aduhan ari teu nyeri mah goblog.. Cepot : heu leuheung.. hehe aduh.. sok kainya atuh jajampean.. Pasukan : ari aing balik teh kudu kamana.. ari maneh geus paeh.. Cepot : naon.. Pasukan : maneh.. Cepot : encan.. lamun kuring papaehan kungsi basa diteangan ku hansip.. hehe.. sok Lailahaillalah sok.. Pasukan : hah.. lalalalalalala.. aduh.. Cepot : ah sigoblog.. cilaka euy.. paling nyangsangna teh dina rungkun nukitumah ngajedogna teh.. heueuh.. aya nu ngaliwat dieuneuk-euneuk rungkun na teh heuheuh.. alah ampun nyaah teuing.. Pasukan : aduh.. alah.. Cepot : sok teu aya deui sok.. Pasukan : teu aya deui nu dipikacinta iwal anjeun.. Cepot : hehee.. jauh pisah euy teu nyaho pisan agama bagbagan paeh.. ari maneh agama nao euy.. Pasukan : agama hakok.. Cepot : heuheuheu.. paingan.. sarua jeung si ewok agamanateh euy.. heueuh.. ari agama hakok kana kaon nyembahna.. Pasukan : hah.. Cepot : agama hakok kana naon nyembahna.. Pasukan : lamun aya batu nu herang disisi laut buleud sagede peurep tah eta disembah ku aing.. Cepot : hehehe.. karunya euy.. paingan atuh heuheu.. nya ngajedog dina batu kaitulah.. Pasukan : aduh ahp.. Cepot : tah geus paeh jigana.. aluh mani bolotot deuleu.. kana mata bijilna merureun.. loba teuing neuyo dunya tateh teu bisa nenyo aherat.. iarahaeun atuh katingali puasa.. batur puasa manehnamah kedewek-kedewek we.. mun dewek pang kuatna dewekmah.. heuueh.. enyaan aingmah ngan teu kuat soteh ku roko aingmah puasateh euy.. ai hayangna ngaroko teh jeung nginum tengah poe.. da ari daharmah geus seubeuh jam sapuluh ge.. hehhehe aduh ampun aing.. alah.. anu pentingmah urangmah heureuy we nya.. ngadongeng akh.. Panayagan : ai boga dongeng akang kitu.. Cepot : boga.. nyaho silaing anu cacaraman.. Panayagan : cacaraman anu sok punte-penta.. Cepot : cacaramanteh.. dimana batur cupak-capek geuning jol menta euy cenah.. ai cupak-capek teu kaur aya batur nu cupak-capek menta euy kitu we.. tah dilemur dewekmah disebutnateh cacaraman kitu teh.. Panayagan : euh sarua cacaraman.. Cepot : heueuh.. nucacaraman jeung nu pohoan hehe.. heueuh.. nu cacaraman jeung nu pohoan arulin duaan.. tah anu pohoan teh euy jol beureukeutuk we seuri nempo kokotor anying.. kokotor anying geuning dina sadangan.. ai jagongnateh di eta dikoer-koer kana koran urut aya jagong nateh genep guruntulmah dicokot.. tuluy nu pohoan teh api-api cupak capek we da anu cacaraman datang.. Panayagan : api-api barang dahar nya kang.. Cepot : api-api barang dahar.. anu cacaraman teh jol menta euy.. ak maneh mah pira rejeki sakieu.. atuh buru menta euy eh buru menta euy saeutik.. ehh atuh
142
cenah yeuh anying cenah akh.. dibikeun we kabeh.. dek teh cenah ngeunah euy.. cek anu pohoan teh.. cikan dewek ngasaan.. hahaha.. heueuh da poho meureun nya marukan lain timanehna.. Panayagan : hahaha ongkoh timanehna.. abong ajelema pohoan.. Cepot : ai anu pohoan teh.. eukeurnah pohoan tamah beuki banyol.. keur cicing we dina kuta.. barudak sakola ngararabring we barudak sakola hareureuy.. jang montong hareureuy wae cenah siah.. naha naon cenah kang.. tuh tingali tuh cenah disaung.. naon.. aya duit cenah geura jig sajuta mah.. geura jig cokot cenah.. breng we barudak lalupatan ka saung.. ari manehna mikir boa heueuh cenah nya duit.. ari berengbeng we manehna lumpat milu..hahaha.. manehna rek nyokot duit padahalmah euweuh Panayagan : heheeha.. ongkoh manehna rek ngabobodo teh.. Cepot : rame heu euy.. heuheuheu.. heuheuh bisi teu rame ku aing rek di cut.. haaha.. aduh amupun.. aya euy ieu mah bulan puasa.. ieu mah kaum sufi.. kaum sufi puasana teh leket emung kaganggu sanajan teu buka ge teu saur kituh sanajan teu saur oge manehnateh tara bocor puasa teh teus we.. ari diimahna teh sorangan we ari tempo rek buka dahareun geus nyampak heu meunang manehna nyangu ngadagoan adan pilima meniteun deui.. ngalamun we kieu nempo dahareun.. heuheu.. teu nyaho tunuh jol reuketeup we sare euy.. ari cengkat-cengkat ngadenge adan geus tungtungna adan teh.. lailahaillallah.. cenah cek adan teh.. tah cenah akh rek buka tea.. ari pek teh cenah aya berita heu dina tipi da adanna teh dina tipi.. selamat menunaikan ibadah solat subuh jadi sarenateh nepika subuh.. nyaringna teh subuh.. jadi teu saur kaditunateh euy.. jadi puasanateh dua poe.. hahaha.. buka teu saur teu.. hahaha.. ngarti teu euy.. bisi teu ngarti rek dibalikan deui.. aduh ampun.. hahaha.. Arjuna : Cepot.. Cepot : lan.. Arjuna : ari panah kaula geus keuna tadi teh.. Cepot : sing horeng dunungan aing teh anu pohoan.. hehehe.. pa nembe seun.. Arjuna : aeh heueuh.. Cepot : hihihi.. aduh ampun.. Dalang : salah sawios denawa bade nguningakeun kajadian nyaeta ka raden Rimbana.. Rimbana : eit.. kumaha bejana.. Pasukan 1 : aduh.. pangapunten gusti.. Sinden : ... Pasukan 1 : ngahaturkeun sembah baktos gusti.. Rimbana : ieh.. ditarima.. Pasukan 2 : pangapunten gusti.. Sinden : ... Pasukan 2 : ngahaturkeun sembah baktos gusti.. Rimbana : ieh.. Sinden : ... Dalang : data nera pangademan ewuh pagulingan rana.. data nera pangademan ewuh pagulingan rana.. raden Rimbana kasumpingan dua denawa anu bade nguningakeun kajadian dilaneuh.. puniraha ngandika.. Rimbana : eit.. cona maneh laporan eing.. Pasukan 2 : sadaya-daya kulan gusti.. waladia balad tamtama pabalatak lir pinang wurang malulu.. para kurawa pada budal katawuran pada marulih kanagara singapur.. aih singapur kanagara astina pura.. Pasukan 1 : kitu kulan gusti..
143
Pasukan 2 : kitu tah kulan gusti nyangakeun sadaya-daya.. aduh gusti.. Pasukan 1 : aih mani pikageuleuheun siah.. Pasukan 2 : heuheuh da kumaha geus kieu jadina ari nasib aing.. enya nanasiban teh akh kaduhung milu jadi pemberontak.. Rimbana : aya saha.. Pasukan 1 : nguningakeun kulan gusti aya anu ngaran Arjuna.. ari eta Arjuna teh adina Bima.. Rimbana : dimana.. Pasukan 1 : diditu di laneuh kaulanun ngamuk nguwak-ngawuik.. para kurawa budal katawuran atuh balad-balad abdi oge atuh seueur anu ngajarongkeng kulan gusti.. Rimbana : eut.. Dalang : heup sigrap purna dewa.. heup sigrap purna dewa.. nafsu kagila-gila ya nafsu kagila-gila ya eaehhh.. Rimbana : arh.. teu sangka geuning teu sangka ta si kurang ajar.. eweuh si Bima aya adina ayeuna ku aing dipaehan.. Arjuna.. sugan saeutik demi saeuting hate aing teu tagiwur teuing geus maehan si Arjuna.. ari sabab si Arjuna teh adina si Bima.. eweuh lanceukna aya adina.. sanajan sakumaha gagah sakti mandraguna kaula moal rek munur sasiku nyingkah satunjang beas.. kanjeng rama suargi anu teu weleh kaimpikeun ku kaula kanjeng rama Arimba suargi.. ehh.. bagja nu taya papadana mun kaula bisa maehan si Bima si Arimbi komo ayeuna si Arjuna.. hutang pati bayar pati hutang wirang bayar wirang ayeuna mangsana kitu Arjuna.. haling haling ku aing.. Pasukan 2 : wilujeng gusti.. Dalang : datanira pangademan.. datadera pangademan ewuh pagulingan rana ingkang sami prata.. Arjuna : astrajingga.. Cepot : abdi kulan.. Arjuna : kamana kang raka Purbakesa.. Cepot : palih ditu kulan sareng pun bapa.. melangeun ka pun bapa nyaaheun pisan duh.. Arjuna : saha.. Cepot : gusti purbaksa.. nyaaheun pisan.. marukanan pun bapa hoyong kahampangan di pangku.. kitu kulan.. pun bapa palay miceun.. juragan Purbakesa nyingkah da bau hehe.. aya wae daekmah nya euy.. upami pun bapa palay mani alungkeun gejebur atuh.. pami pun bapa bade titeuleum di lelepkeun.. hehe.. aduh ampun.. upami pun bapa celemut kana hanca pun bapa teh kulan.. enya atuh pun bapa teh teu tulus.. alah kitu kulan.. Rimbana : eit.. eit.. Cepot : uluh gan.. saha itu.. Arjuna : heeh.. boa eta anu disebut rimabana teh Cepot.. Cepot : lan.. Arjuna : Rimbana.. Cepot : Rimbana kulan.. Arjuna : enya.. Cepot : ari Rimbana teh putra saha.. Arjuna : piraku teu ngadenge dongengna.. kapan sidik eta Rimbana teh putrana kakang Arimba.. Cepot : sumuhun.. Sumuhun.. aduh alah arimanawi putrana nyi ecin.. hehehe.. mani tebih nya gan nya..
144
Arjuna Cepot
: lain jauh deui siamah kamana karep ngomongteh.. : heheh alah.. gara-gara abdi wawuh jeung nyi ecin aya nu bendu.. aduh ampun alah.. padahal teu naon-naon nya euy hirupmah da ngaran-ngaran jeung senimah kitu we da akrab jeung sararea ge.. heueuh kudu wawuh jeung sasaha ge na nepika kudu ngewa ka dewek.. teuing mun aya udangan.. teuing lamun cemburu.. heuheuh adauh ampun aing.. Dawala : a.. Cepot : euy.. Dawala : diteteangan titatadi didieu geningan.. Cepot : eh na teuh silaing jempe wae.. batur milu ngecebrek didieu gajih teh gede aing jigana.. Rimbana : ari ieuteh saha.. Arjuna : kaula Arjuna.. Rimbana : Arjuna ngaran dika.. Arjuna : ora kapino gawe.. Rimbana : eit.. Dalang : hap sigrap purna dewa.. hap sigrap purna dewa denera ingkang nafsu nafsuna kagila-gila ya nafsu kagila-gila.. Rimbana : hahhaaa.. Arjuna cunuk kana waktu anu rahayu datang mangsa anu direncana nitih wanci anu pandang mustari kanyeri reujeung ka peurih ka lara jeung ka tunggara kaula bakal ka ubaran sabab nempo getih ngabayabah getih maneh Arjuna.. bakal disasaak awak maneh eweuh lanceukna aya adina maneh ayeuna.. ieee sok hayang nyaho urang perang giri gamana perang toya gamana.. giri gamana perang sabdana saring gunung toya gamana perang sabda saring sagara nempada nempada jiwa loka permana.. anak menak tunggal anak menak urang pada nyekel sabuwilang tatu.. yeeehhh maju kurang ajar.. sok geura pilih danging anu ipis teangan tulang anu rengat.. Cepot : hehe la.. Dawala : naon.. Cepot : dunungan dengen ku sia.. sok urang neangan pilih daging sapi urang teangan tulang doma.. urang beuleum.. hehehe aduh ampun.. Arjuna : kabina-bina teuing siah.. Cepot : tah kitu ari deukeut teuing jeung dunungan teh euy.. ari dipikanyaah teuing teu kurang dicarekan oge.. Dawala : da eta cerekeun wae atuh.. Cepot : heheehe.. tapi da ari dunungan dewekmah nyarekan ayeuna nyaah.. dicarekan ayeuna isukan dibere duit.. ngan dicarekan isuk pageto dipikageuleuh.. Rimbana : hayo maju.. Arjuna : coba-coba.. Dalang : lajeng Arjuna perang tanding sered sumeredan banting pinantingan.. Perkelahian.. Sinden : ... Dalang : Arjuna dipun balang deui wae ku ieu denawa nyaeta raden Rimbana.. Rimbana : aot.. yah.. hahaha.. Dalang : nanging barang bade dugi kana taneuh rikat ieu arya Purbakesa nyangap Arjuna.. Purbakesa : eapp aduh.. Arjuna : aduh ngahaturkeun nuhun laksaketi kabingahan nuhun kang.. Purbakesa : sawangsulna saha eta.. Arjuna : nguningakeun geuning etateh tuang putra..
145
Purbakesa : saha.. Arjuna : nyaeta raden Rimbana.. Purbakesa : eueueu.. waduh kade eta jelema teh sakti mandra guna.. Arjuna : kumaha atuh.. Purbakesa : nyangakeun.. Cepot : kumaha atuh pa.. Semar : hmeu.. kumaha bejana jang.. Cepot : yehh teu ningali bieu.. Semar : ihh dewekmah nempo nugelut teh amuing sok soak jang.. Purbakesa : cing kakang Semar.. tulungan kaula kedah kumaha carana.. Semar : ih tiwu ka congo-congona ku amis puhuna parantos gamos nun.. Cepot : ari bapa nanaonan kawas nu lieur.. Semar : naon sia teh.. Cepot : dipenta tulung kumaha cara nalukeun dijawab ku tiwu.. da teu nyambung tateh.. Semar : eh.. sibelegug.. cing atuh numatak deuleu etateh bahasa suna deuleu.. lamun sia rumasa jadi urang suna kudu apal kana basana.. ari basa bangsana teh deuleu anu ngaraketkeun kana rasana manusa.. moal aya deui anu bakal ngaraketkeun kana rasana manusa iwalti basana manusa.. na sia teh.. lamun jadi urang suna kudu apal kana sulak seluk basana.. unak usuk basa jeung sajabana geura diajar jang.. Dawala : da si ieumah enya ge cicing dikomplek mani gengsi ngorol basa sunda teh.. enya.. Cepot : da dikomplekmah pergaulanana kitu.. Dawala : leuheung lamun dikomplek mah salilana eiumah ngan ukur ngaliwat hungkul dagang.. Cepot : hehehe.. heueuh na teu payu-payu aing ka kompleks euy.. Dawala : na naon anu didagangkeun nana.. Cepot : roti bakar.. Dawala : na teu payu.. Cepot : da rotina kabakar.. beak we deuleu.. Dawala : paingan atuh.. Cepot : hehhehe.. dagang teh botol we aing teh.. Dawala : payu.. Cepot : henteu.. Dawala : aya caian dina jero botolna.. Cepot : eweuh daun enteh diterapkeun dina botol didagangkeun kua aing.. pan teh botol tateh.. Dawala : heueuh sarua jeung nu gelo tateh.. Cepot : hehehe.. dumeh kabejakeun pedah teh botol teh payu cenah.. nya kapaksa ngala daun enteh aingteh ditapel-tapelkeun we dina botol.. Dawala : dijual.. Cepot : henteu dituna we da keur naon anu kitu.. Dawala montong ditanya wae aing mah akh.. sok kamana karep aing mah ngomongna.. Panayagan : da sietamah ditanya mah ngacapruk atuh.. Semar : sae atuh nun.. mangga we agan.. Arjuna : naon.. Semar : punten pang nyabutkeun buuk sim abdi salamarmah sun.. Cepot : akh moah heureuy didieunah akh.. enya teu katingali.. Arjuna : teu wani kaula nyabak sirah kakang Semar..
146
Semar Cepot
: ih naha da dipiwarang sun.. : entong agan entong.. miwarang we ka juragan Purbakesa ameh didudut kabeh.. heehhe Purbakesa : cikan atuh ku aing.. kadieu.. salamar.. Semar : sumuhun nun.. Cepot : kade akh bilih kadudut jeung kulitna.. leuheung jeung kulitnamah eta nun jeung sirahna.. ngadudut buuk jeung sirahna coplok we nya.. moal teu rame.. Purbakesa : salamar.. Semar : mangga salamar nun.. Purbakesa : hiji.. dua.. tilu.. ai geus kieu.. Cepot : tah gerekeun kana ceuli.. Purbakesa : cicing siah.. Dawala : cing atuh ngajedog ngilu ngomong we ngecebrek.. ehh.. Cepot : ehh kapan aing nu ngalalakon aeyunamah.. silaingmah Dawala baheula jaman abah.. hehehe ampun aing.. ampun aing ayeunamah dewek anu ngecebrek teh.. ayeuna ge aya keneh si Dawala anu ngecebrek.. Dawala : saha.. Cepot : pa ade kosasih.. hehehe.. Dawala : ari sigareng iraha.. Cepot : eh etamah kudu ku mama elan.. heheh aduh ampun aing.. Purbakesa : terus dikumahakeun ieu kakang Semar.. Semar : sumuhun mangga geyem.. Purbakesa : sok atuh kainya gayem saderek Arjuna.. Arjuna : unjuk sumangga digayem kang.. Semar : sumuhun.. mangga-mangga.. geyem we wungkul sun.. Cepot : emh baturmah ka dunungan teh mere rejeki mere nangka mere kadu ieu mah der buuk.. heueuh masih mun sok diangirmah da tara jeung baturmah mengkilap buuk teh ieumah mengkilup heueuh.. buuk lagedu tital digayem.. Arjuna : kakang Semar.. Semar : ieu nun.. Arjuna : ning haseum.. Cepot : moal henteu kulan da tara diangir.. Semar : tah upami aya haseum kitu bakal matih geura sok mangga.. Arjuna : teu pino damel kaulanun.. Sinden : ... Rimbana : haa datang deui kurang ajar.. Arjuna : coba.. Rimbana : modar siah akh.. Perkelahian... Arjuna : rasakeun kurang ajar.. Dalang : pinasti kersa hyang domamara.. ieu raden Rimbana dijamak ku Arjuna ngalumuruk lir kapuk ka ibunan lir kapas kahujanan.. Arjuna : iat.. Rimbana : tobat.. ampun Arjuna.. ampun kula tong dikukumaha Arjuna leupaskeun kula.. ye Arjuna leupaskeun kula hayang bebas hirup dina waktu ayeuna Arjuna.. kula leupaskeun Arjuna.. Arjuna : kaula teu bisa naon-naon iwalti kakang Purbakesa.. kang.. Purbakesa : kulan.. Arjuna : mangga ieu tuang putra parantos kacangkalak.. Purbakesa : uluh.. waduh anak emang raden.. tobat..
147
Cepot Dawala Cepot
: ehh.. : naon a.. : nya ceuk aing oge.. pantes nagara rek awut-awutan oge da hukum adil teh kitu geuning pilih kasih.. da lamun aing mah jadi buronan moal teu dipodaranmah.. ieu mah beunang ngadon digabrug.. boa boa garelo nya euy.. da itu geura aneh geura diusapan.. sidik geus sidik kasalahanna teh kari didagor.. heueuh gede pisan kasalahanna teh loba da nu jadi korban kumanehna teh.. ieumah beunang ngadon diusapan deuleu ituh.. pasti euy pasti engke daharna teh uhh mawa doktor sagala.. ahli kasehatan bisi aya racun.. heueuh lamun aing kitu blus we meureun paling oge dibere kolek waduk.. heueuh.. diduruk aingmah kadang-kadang.. emh karunya.. lemah geuning hukum dinagara teh euy paingan dek awut-awutan wae geuning euy da adilna can walatra.. heueuh can walatra euy.. can walatra euy.. bejakeun kituh teu tulus.. Purbakesa : emang moal bisa naon-naok kasep.. ayeunamah kumaha ceuk ratu nagara we da pasti ayeuna parntos diistrenan aceuk Arimbi.. Arjuna rayi.. Arjuna : kaula nun.. Purbakesa : mangga tengtosnage para dewa parantos kempel di Pringgandani.. nyaeta pikeun ngistrenan aceuk Arimbi.. manga sami lumampah.. Sinden : ... Dalang : kacarios nyaeta di Pringgandani Brajamusti, Brajawikalpa, Lamatan, Denta, Wisesa parantos uningaeun para dewa lumungsur tisawarga nyaeta dibale irung diayakeun gempungan pikeun ngistrenan ratu Arimbi.. atuh Brajamusti, Brajawikalpa, Lamatan, Denta, Wisesa pada budal katawuran nyararumput.. ajrih ku euyah-euyahannana masyarakat.. mangke sing bakal nuntut dimana parantos medal jabang bayi anu nuju dikandung ku ratu Arimbi.. yaeta raden gatotkaca bakal tiasa nyampurnakeun ieu pancaBraja.. Arimbi : mangga lingih-lingih.. Bima : emhh.. Arjuna : pangapunten aceuk.. Arimbi : mangga lingih.. Narada : yap-yap-yap-yap Arjuna geuning ituh.. Arjuna : eyang geuning ti sawarga.. Narada : leres.. yap-yap-yap bayu, samu, indra.. Dewa : kaulanun kula.. ingih..inggih.. Sinden : ... Narada : tah kitu geuning Arimbi.. anjeun ayeuna kasakseni ku para juata marasanga juata paralumanten bararubaya.. sasat geus diistrenan sah jadi ratu Pringgandani.. sok sanajan ayeuna Brajamusti aya keneh dikaraton nagara.. keun da engke oge bakal munur kusorangan eraeun heu.. Arimbi : teu pino damel kaulanun.. Narada : Bima.. Bima : anda apa.. Narada : rojong ku anjeun.. nyaeta eweuh deu cara jeung katangtuan lintang ti kudu nyumponan kana naon rupa hal kahayang rayat.. nyaeta tangtukeun hukum nu sabebnerna nu saadil-adilna.. nu kadua nyaeta ekonomi pang heulana anu kudu dipulihkeun teh.. sabab naon.. ieu nagara Pringgandani teh heueuh nagara anu subur anu makmur anu gemah ripah loh jinawi.. sagala rupa tatangkalan jararadi bubuahan jararadi da moal nganyuk ngahutang kaluar
148
nagara lamun seug bisa ngelolana sararea.. timimiti pupucuk pamimpin hanapna rayat.. Cepot : ohh.. didieu meureun nya euy nagara ngabutuhkeun sumber daya manusia anu berkualitas teh.. heueuh da ari nagara namah geus kumplit.. nagara namah geus subur.. tanah geus nyampak da teu kudu gugulawat unyak anyuk kaluar nagara unyam inyeum lamunmah bener-bener mah bisa ngelolana.. da ieumah bangsat hungkul meureun jalemana.. aing apruk-aprukan kaluar nagara memang dilaur nagara ge bangsat hungkul ngan ngabangsatna kaluar nagara ngajajah tea keur kasejahteraan rakyatna.. tapi dinagara Pringgandani mah ngabangsatna teh ka rayat sorangan nepika rayat teh dianggap jajahan.. tah ieu ruksaknateh euy.. kalah nateh kutu tah matak kade sing ati-ati euy akh.. urangmah kudu beber-bener we pulihkeun dina sagala widang anu aya patula patalina keur kapentingan nagara jeung bangsa sakitu.. da kahayang lintang ti kudu dicumponan sararea kahayangna.. jalan-jalan buru-buru omean kamana-mana nya.. ulah nepi ka awut-awutan.. temongkeun kituh kagusti Arimbi akh.. temongkeun gawe nu hade dina waktu ayeuna sok.. dihanapna omat ulah jadi bararagsat kitulah heueuh.. boh nu dinap boh nudilaluhur ulah jadi bararangsat ulah jadi bararangsat kituh ulah jadi bagsat heueuh.. anguran ayeuna sok buktikeun kumaha carana supaya anak incu urang ulah boge hutang engke.. ayeunamah kakara lahir orok oge geus di bebanan hutang ayeunamah ulah lalawora geus dibeungbeuratan.. kukituna jang.. Panayagan : kulan.. Cepot : kuayana gusti ratu Arimbi diistrenan hayu urang rojong dina sagala rupa widang.. urang paheuyeuk-heuyeuk leungeun pa antay-antay tangan gotong royong babarengan gawe anu rancage ngaheyeuk dayeuh ngolah nagara ayeuna aya otonomi daerah lin.. hayu urang mangpaatkeun daerahna sewangsewangan pikeun nyingkahan atawa naon ulah nepika nimbulekun lobana jalema ngaleut tikampung ka kota urbanisasi naon tateh.. heueuh.. heuueh tah ayeunamah lintang ti urangteh kudu dibere lahan anu sabenerna dikampung urang kudu bisa ngolahna nya.. otonomi daerah teh kitu nya euy.. Panayagan : pemerataan.. Cepot : heueuh pemerataan ngan kade ulah dimangfaatkeun kana jalan anu teu hade nya kitu tah lah da ngaran jalema.. aingmah teu percaya kanu ngaran jelama teh.. heueuh.. ari jalema teh tungkul tempat kaluluputan tangah tempat kalelepatan samenit ganti sajam robah jangji sore rajeun tara kapake isuk jalema.. jang.. Panayagan : kulan.. Cepot : hapunten we tina pihal kelepatan ageung sumanten alit nya.. ieu lalampahan Arimbi diistrenan jadi ratu Pringgandani urang cekapkeun wae dugi kadieu.. kemang tineutik sinebanan sari tutup lawang sigotaka..
149
DATA ALUMNI PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KOMUNIKASI
NIM Nama Tempat/Tgl Lahir Alamat Surat
: : : :
No. Tlp/HP Email
: :
Bidang Pekerjaan Lama Bekerja Instansi Jabatan Telp Kantor/Fax Asal Universitas (S1) Program Studi (S1) IPK (S1) Konsentrasi (S2) Tanggal Lulus IPK/Masa Studi (smster) Dosen Pembimbing
: : : : : : : : : : : :
55211110003 Taufik Aziz Tasikmalaya 12 November 2014 Kp. Cilangkap RT. 023/006 Ds. Cibatu Kec. Karangnunggal Tasikmalaya 085223317577 [email protected] / [email protected] Marketing 5 Tahun PT. Pharos Indonesia Sr. Product Executive 021-7200981 / 021-7260788 STIKes BTH Tasikmalaya Farmasi 3,01 Corporate and Marketing Communication ....... / Dr. Tuti Widiastuti, M.Si Jakarta, 25 September 2014
Taufik Aziz
150