TINJAUAN PUSTAKA
Tanah Sawah Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk bertanam padi sawah, baik terus menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan tanaman palawija. Istilah tanah sawah bukan merupakan istilah taksonomi, tetapi merupakan istilah umum seperti halnnya tanah hutan, tanah perkebunan, tanah pertanian dan sebagainya. Sawah yang airnya berasal dari irigasi disebut sawah irigasi sedang yang menerima langsung dari air hujan disebut sawah tadah hujan. Di daerah pasang surut ditemukan sawah pasang surut sedangkan yang dikembangkan daerah rawa-rawa lebak disebut sawah lebak (Hardjowigeno dan Rayes, 2005). Tanah sawah (paddy soil) merupakan tanah yang dikelola sedemikian rupa untuk budidaya tanaman padi sawah, dimana pada umumnya dilakukan penggenangan selama atau sebahagian dari masa pertumbuhan padi. Tergolong sebagai tanah tergenang (wetland soil), namun agak berbeda dari tanah rawa (marsh soils) atau tanah terendam (waterlogged soils) ataupun tanah subaquatik (subaquatic soils) dalam hal pengelolaannya karena tidak terus menerus digenangi, disebut juga sebagai wetland rice soils (Musa dan Mukhlis, 2006). Sifat fisik tanah merupakan faktor yang bertanggung jawab terhadap pengangkutan udara,panas, air dan bahan terlarut dalam tanah. Sifat fisik tanah sangat bervariasi pada tanah tropis. Beberapa sifat fisik tanah dapat
Universitas Sumatera Utara
berubah dengan pengolahan seperti temperatur tanah,permeabilitas,kepekaan terhadap aliran permukaan (run-off), dan erosi, kemampuan mengikat air dan menyuplai air untuk tanaman (Damanik et al.,2010).
Sistem usaha tani
monokultur pangan pada lahan kering secara terus- menerus akan mengakibatkan
terganggunya
keseimbangan
biologi
dan
kimianya.
Pergantian aerobik dan anaerobik pada lahan sawah merupakan satu kontrol alami yang efektif mengendalikan keseimbangan biologi dan nonbiologi (Agus et al. , 2004). Sifat fisik tanah sangat menentukan kesesuaian suatu lahan dijadikan lahan sawah. Identifikasi dan karakterisasi sifat fisik tanah mineral memberikan informasi untuk penilaian kesesuaian lahan terutama dalam hubungannya dengan efisiensi penggunaan air. Jika lahan akan disawahkan sifat tanah yang penting untuk diperhatikan adalah tekstur, struktur, permiabilitas, drainase dan tinggimuka air tanah. Sifat-sifat tersebut sangat berhubungan erat dengan pelumpuran dan efisiensi penggunaan air (Prasetyo dkk., 2004). Tanah sawah dapat berasal dari tanah kering yang dialiri kemudian disawahkan atau dari tanah rawa-rawa yang “dikeringkan” dengan membuat saluran drainase. Tanah sawah yang berasal dari tanah kering yang dialiri umumnya berupa sawah irigasi, baik berupa irigasi teknis (dengan bangunan irigasi permanen), setengah teknis (dengan bangunan irigasi semipermanen), maupun irigasi sederhana (tanpa bangunan irigasi) (Hardjowigeno,2005).
Universitas Sumatera Utara
Selama proses pembentukan sawah, sifat fisik tanah mengalami banyak perubahan. Proses reduksi dan oksidasi merupakan proses-proses utama yang dapat mengakibatkan perubahan baik sifat mineral, kimia, fisika, dan biologi tanah (Prasetyo et al. , 2004). Perubahan sifat fisik tanah juga banyak dipengaruhi oleh terjadinya iluviasi dan atau eluviasi bahan kimia atau
partikel
tanah
akibat
proses
pelumpuran
dan
perubahan
drainase(Hardjowigeno et al., 2004). Penyiapan tanah sawah menyebabkan sifat-sifat fisik, kimia, biologi dan morfologi tanah berupa nyata. Keadaan tanah alami berubah menjadi keadaan tanah buatan dan menyimpang dari keadaan yang dikehendaki oleh pertanaman lain, biasanya palawija, maka sehabis pertanaman padi keadaan tanah harus diubah kembali sehingga sesuai dengan yang diperlukan pertanaman palawija. Pengubahan keadaan tanah secara bolak-balik berarti memanipulasi sumberdaya tanah secara mendalam. Karakteristik tanah sawah dapat diamati seperti tebal horizon, tekstur, kadar bahan organik, reaksi tanah, kandungan hara tanaman dan kemampuan mengikat air.
Tanah mempunyai karakteristik yang berbeda-beda pada
masing-masing horizon dalam profil tanah. Kualitas tanah merupakan hasil interaksi antara karakteristik tanah, penggunaan tanah dan keadaan lingkungan. Petani tidak dapat mengubah karakteristik tanah akan tetapi menyesuaikan prakteknya dengan kemampuan tanah (Darmawijaya, 1997). Bahan Organik
Universitas Sumatera Utara
Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan binatang yang terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika dan kimia (Kononova, 1961). Bahan organik merupakan pembentuk granulasi dalam tanah dan sangat penting dalam pembentukan agregat tanah yang stabil. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada taranya. Melalui penambahan bahan organik, tanah yang tadinya berat menjadi berstruktur remah yang relatif lebih ringan. Pergerakan air secara vertikal atau infiltrasi dapat diperbaiki dan tanah dapat menyerap air lebih cepat sehingga aliran permukaan dan erosi diperkecil. Demikian pula dengan aerasi tanah yang menjadi lebih baik karena ruang pori tanah (porositas) bertambah akibat terbentuknya agregat (Agrica, 2008). Beberapa cara untuk mendapatkan bahan organik adalah : (1) Pengembalian sisa panenan tanaman pangan. Jumlah sisa panenan tanaman pangan yang dapat dikembalikan ke dalam tanah berkisar 2-5 ton per hektar, sehingga tidak dapat memenuhi jumlah kebutuhan bahan organik minimum. Oleh karena itu, masukan bahan organik dari sumber lain tetap diperlukan. (2) Pemberian pupuk kandang. Pupuk kandang yang berasal dari kotoran hewan peliharaan seperti sapi, kambing, kerbau dan ayam, atau bisa juga dari hewan liar seperti kelelawar atau burung dapat dipergunakan untuk menambah kandungan bahan organik tanah.
Pengadaan atau penyediaan
kotoran hewan seringkali sulit dilakukan karena memerlukan biaya transportasi yang besar.
(3) Pemberian pupuk hijau.
Pupuk hijau bisa
Universitas Sumatera Utara
diperoleh dari serasah dan dari pangkasan tanaman penutup yang ditanam selama masa bera atau pepohonan dalam larikan sebagai tanaman pagar. Pangkasan tajuk tanaman penutup tanah dari famili leguminosae dapat memberikan masukan bahan organik sebanyak 1,8-2,9 ton per hektar (umur 3 bulan) dan 2,7-5,9 ton per hektar untuk yang berumur 6 bulan (Hairah dkk, 2000). Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah baik secara fisika, kimia maupun dari segi biologis tanah. Bahan organik adalah bahan pemantap
agregat tanah
yang tiada
taranya.Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation (KTK) berasal dari bahan organik.Ia merupakan sumber hara tanaman.Disamping itu bahan organik adalah sumber energi dari sebagian besar organisme tanah. Dalam memainkan peranan tersebut bahan organik sangat ditentukan oleh sumber dan susunannya, oleh karena kelancaran dekomposisinya serta hasil dari dokomposisi itu sendiri (Hakim, dkk., 1986). Mengingat
begitu
penting
peranan
bahan
organik,
maka
penggunaannya pada lahan-lahan yang kesuburannya mulai menurun menjadi amat penting untuk menjaga kelestarian sumberdaya lahan tersebut. Berikut ini beberapa manfaat dari pupuk organik : Mampu menyediakan unsur hara makro dan mikro yang relatif kecil jika dibandingkan dengan pupuk kimia, Mampu memperbaiki struktur tanah, menyebabkan tanah menjadi ringan untuk diolah, dan mudah ditembus akar, dapat meningkatkan daya menahan air (water holding capacity), sehingga kemampuan tanah untuk menyediakan air menjadi lebih banyak.
Kelengasan air tanah lebih terjaga, dapat
Universitas Sumatera Utara
memperbaiki kehidupan biologi tanah, mengandung mikrobia dalam jumlah cukup yang berperan dalam proses dekomposisi bahan organik, aman bagi lingkungan, dan dapat membantu peningkatan pH tanah (Pramono, 2004). Jerami padi adalah batang padi yang ditinggalkan termasuk daun sesudah diambil buahnya yang masak.
Lebih kurang 30% jerami padi
digunakan untuk beberapa kepentingan manusia berupa atap rumah, kandang, penutup tanah (mulsa), bahkan bahan bakar industri dan untuk pakan ternak (bila terpaksa) selebihnya dibuang atau dibakar yang tidak jarang akibatnya mengganggu keseimbangan lingkungan (Munif, 2000). Pada lahan
sawah dengan pola tanam padi dan palawija,
pengembalian jerami penting untuk memperbaiki sifat fisik tanah, antara lain meningkatkan stabilitas agregat tanah dan memperbaiki struktur tanah sawah yang memadat akibat penggenangan dan pelumpuran secara terus-menerus. Tanah menjadi lebih mudah diolah dan cukup baik untuk pertumbuhan akar tanaman palawija yang ditanam setelah padi (Balittan, 2009). Jerami merupakan sumber bahan organik utama di lahan sawah yang kaya unsur kalium (K). Sumber bahan organik lain adalah pupuk hijau yang ditanam di pematang/galengan seperti orok-orok, turi, sesbania yang merupakan tanaman legum, sisa tanaman serta pupuk kandang (ayam, kambing, sapi). Penggunaan pupuk organik di lahan sawah harus digalakkan, karena di areal lahan sawah intensifikasi telah dibuktikan mengandung kadar karbon organik (C-organik) rendah (<2%) yang berimplikasi pada menurunnya kesuburan tanah. Aplikasi penggunaan bahan organik dari
Universitas Sumatera Utara
jerami, pupuk hijau, dan sisa tanaman ada dua cara: (1) bahan dipotongpotong terlebih dahulu lalu dibenamkan dan diaduk bersamaan dengan pengolahan tanah pertama, (2) mengomposkan bahan organik segar di pematang/ galengan atau disebar merata di permukaan lahan sawah pada waktu bera. Untuk mempercepat proses pengomposan dapat ditambahkan dekomposer yang berisi bakteri selulolitik dengan dosis sesuai anjuran (Adiningsih danAgus, 2005). Aplikasi jerami 5 ton/ha/musim selama 4 musim menunjukkan bahwa jerami dapat meningkatkan kadar C-organik 1,50%, K-dapat ditukar 0,22 me/100 g, Mg-dapat ditukar 0,25 me/100g, kapasitas tukar kation tanah 2 me/100 g, Si tersedia dan stabilitas agregat tanah. Apabila dihitung dalam hektar, sumbangan hara dari jerami tersebut adalah 170 kg K, 160 kg Mg, 200 kg Si dan 1,70 ton C-organik yang sangat diperlukan bagi kegiatan jasad renik tanah atau setara dengan 340 Kg KCl dan 361 Kg Kieserit (Adiningsih, 2005). Sehingga aplikasi bahan organik dapat memperkaya hara tanah termasuk unsur hara makro. Jerami padi dapat dimanfaatkan sebagai mulsa, yang berfungsi menekan pertumbuhan gulma dan merubah iklim mikro tanah. Hasil penelitian Suhartina dan Adisarwanto (1996) melaporkan bahwa penggunaan jerami padi sebagai mulsa yang dihamparkan merata di atas permukaan tanah sebanyak 5 ton/ha dapat menekan pertumbuhan gulma 37-61% dibandingkan dengan tanpa mulsa, sedangkan apabila jerami padi dibakar maka pertumbuhan gulma hanya akan menurun 27-31%. Besar kecilnya pengaruh yang ditimbulkan akibat pemulsaan tersebut akan bergantung pada dosis
Universitas Sumatera Utara
mulsa yang digunakan, sehingga diperlukannya dosis mulsa yang tepat. Mulsa adalah bahan yang dipakai pada permukaan tanah dan berfungsi untuk menghindari kehilangan air melalui penguapan dan menekan pertumbuhan gulma. Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai mulsa adalah jerami (Adisarwanto dan Wudianto, 1999 dalam Mariano., 2003). Manfaat jerami padi tidak hanya dilihat dari sisi kandungan hara saja. Kompos juga memiliki kandungan C-organik yang tinggi. Penambahan kompos jerami akan menambah kandungan bahan organik tanah. Bahan organik tanah menjadi salah satu indikator kesehatan tanah dan dapat mengikat partikel tanah menjadi lebih remah, meningkatkan stabilitas struktur tanah, meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air perubahahan moderate terhadap suhu tanah. Fungsi mulsa jerami adalah untuk menekan pertumbuhan gulma, mempertahankan agregat tanah dari hantaman air hujan, memperkecil erosi permukaan tanah, mencegah penguapan air, dan melindungi tanah dari terpaan sinar matahari. Juga dapat membantu memperbaiki sifat fisik tanah terutama struktur tanah sehingga memperbaiki stabilitas agregat tanah (Thomas et al., 1993). Pupuk Petroganikadalah pupuk organik denganspesifikasi kandungan C-organik minimal 15 %, C/N ratio sebesar 15-25, kadar air maksimal 2%, pH 4-9, warna coklat kehitaman, bentuk granular. Manfaat pupuk petroganik diantaranya adalah dapat memperbaiki struktur dan tata udara tanah sehingga penyerapan unsur hara oleh akar tanaman menjadi lebih baik,meningkatkan
Universitas Sumatera Utara
daya sangga air tanah sehingga ketersediaan air dalam tanah menjadi lebih baik,menjadi penyangga unsur hara dalam tanah sehingga pemupukan menjadi lebih efisien,dan dapat diaplikasikan pada semua jenis tanah dan jenis tanaman.Keunggulan pupuk petroganik yaitu memiliki kadar C-organik tinggi,berbentuk granul sehingga mudah dalam aplikasi, aman dan ramah lingkungan (bebas mikroba patogen), bebas dari biji-bijian gulma, kadar air rendah sehingga lebih efisien dalam pengangkutan dan penyimpanan,dan dikemas dalam kantong kedap air.Dosis dan penggunaan pupuk petroganik pada tanaman padi dan palawija yaitu sebesar 500 – 1.000 kg /ha.Penggunaan pupuk petroganik pada tanaman pangan dan hortikultura diberikan seluruhnya pada pemupukan dasar,sehingga pada tanaman keras diberikan pada awal dan akhir musim hujan (Anonimus, 2014). Pupuk kandang merupakan pupuk yang berasal dari campuran kotoran ternak dan urine serta sisa-sisa makanan yang tidak dihabiskan dan umumnya berasal dari ternak sapi, ayam, kerbau, kuda, babi dan kambing (Sarief, 1985). Pupuk kandang selain mengandung hara makro seperti N, P dan K, pupuk kandang juga mengandung unsur hara mikro seperti Zn, Bo, Mn, Cu,dan Mo (Soepardi, 1983).
Penanaman tanaman pertanian dapat menyebabkan
hilangnya unsur-unsur hara esensial melalui panen, apalagi bila diusahakan secara terus menerus. Dengan demikian kesuburan suatu tanah akan menurun secara terus-menerus, sehingga mencapai suatu keadaan dimana penambahan unsur hara melalui pemupukan mutlak diperlukan untuk memperoleh hasil pertanian yang menguntungkan (Nyakpa, dkk, 1988).
Universitas Sumatera Utara
Secara umum, pupuk kandang digunakan untuk meningkatkan kesuburan tanah baik fisik, kimia, maupun biologi tanah. Dari segi kimia, pupuk kandang adalah sumber beberapa hara seperti nitrogen, fosfor, kalium dan lainnya.
Manfaat Pupuk kandang bagi sifat fisik tanah adalah
memperbaiki sifat fisik tanah seperti struktur, kemampuan menahan air dan porositas tanah.
Pemberian pupuk kandang secara terus menerus dapat
menyebabkan tanah menjadi gembur, mudah diolah, dan menyimpan air lebih lama. Sedangkan dari sisi biologi tanah, pemberian pupuk kandang dapat meningkatkan aktivitas organisme tanah seperti cacing, semut dan lain-lain karena merupakan sumber makanan bagi hewan di dalam tanah, meningkatkan pertumbuhan mikroba dan perputaran hara dalam tanah (Kurniawan, 2010). Keistimewaan penggunaan pupuk kandang antara lain: Merupakan pupuk lengkap, karena mengandung semua hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman, juga mengandung hara mikro, mempunyai pengaruh susulan, karena pupuk kandang mempunyai pengaruh untuk jangka waktu yang lama dan merupakan gudang makanan bagi tanaman yang berangsur-angsur menjadi tersedia, memperbaiki struktur tanah sehingga aerasi di dalam tanah semakin baik, meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air, meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga hara yang terdapat di dalam tanah mudah tersedia bagi tanaman, mencegah hilangnya hara (pupuk) dari dalam tanah akibat proses pencucian oleh air hujan atau air irigasi, mengandung hormon pertumbuhan yang dapat memacu pertumbuhan tanaman (Souri, 2001). C-Organik
Universitas Sumatera Utara
Karbon merupakan bahan organik yang utama yang diserap tanaman dan berasal dari CO2 udara, kemudian bahan organik didekomposisikan kembali dan membebaskan sejumlah karbon. Sejumlah CO2 bereaksi dalam bentuk asam Carbonat Ca, Mg, K atau Bikarbonat. Pengaruh pemberian bahan organik terhadap sifat biologi tanah adalah meningkatkan aktivitas mikroorganisme, sehingga kegiatan mikroorganisme dalam menguraikan bahan organik juga meningkat, dengan demikian unsur hara yang terdapat di dalam tanah menjadi tersedia bagi tanaman.
Tersedianya bahan organik
dalam tanah mempengaruhi populasi dan jenis mikroflora (bakteri, jamur dan aktinomycetes) di dalam tanah (Hakim dkk, 1986). Penambahan bahan organik dalam tanah dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah meningkatkan total ruang pori tanah, menurunkan kepadatan tanah yang dapat menyebabkan kemampuan mengikat air dalam tanah tinggi. Bahan organik juga dapat menyumbangkan unsur hara N, P, K, Ca, Mg serta mengurangi fiksasi fosfat oleh Al dan Fe dalam tanah (Sutanto, 2005). Bulk Density Bulk density merupakan rasio bobot kering mutlak (suhu 105oC) suatu unit tanah terhadap volume total, yang sering dinyatakan dalam gr/cm3 (Hillel, 1980). Menurut Hardjowigeno (2007), kerapatan limbak atau Bulk Density (BD) adalah berat tanah kering per satuan volume tanah (termasuk pori-pori tanah). Bulk density dapat digunakan untuk menghitung ruang pori
Universitas Sumatera Utara
total (total porosity) tanah dengan dasar bahwa kerapatan tanah (particle density) adalah 2,65 g/cc. Kepadatan tanah erat hubungannya dengan penetrasi akar dan produksi tanaman. Jika terjadi pemadatan tanah maka air dan udara akan sulit disimpan dan ketersediaanya akan terbatas dalam tanah dan menyebabkan terhambatnya pernafasan akar dan penyerapan air rendah, selain itu memiliki unsur hara yang rendah dan aktivitas mikroorganisme nya juga rendah (Hakim, dkk, 1986). Partikel Density Partikel density adalah perbandingan antara massa total fase padat tanah dan volume fase padat. Massa bahan organik dan anorganik diperhitungkan sebagai massa padatan tanah dalam penentuan partikel density.Partikel density mempunyai satuan mg m-3 atau g cm-3 Pada kebanyakan tanah-tanah mineral, kerapatan jenis partikel ratarata sebesar 2,6-2,7 gr/cm3, yang mirip dengan kerapatan kuarsa, pada tanahtanah pasir.
Mineral liat aluminosilikat memiliki kerapatan yang sama.
Adanya oksida besi, dan berbagai mineral berat, akan meningkatkan nilai rata-rata kerapatan jenis partikel, sedangkan terdapatnya bahan organik akan memperkecil kerapatan jenis partikel. Kadang kerapatan dinyatakan dengan istilah gravitasi spesifik, yaitu perbandingan kerapatan bahan terhadap kerapatan air pada suhu 4oC dan tekanan 1 atmosfer. Dalam sistem metrik, karena densitas air pada suhu standar mempunyai nilai 1, maka gravitasi spesifik secara numerik sama dengan kerapatan (Hillel, 1980).
Universitas Sumatera Utara
Kadar Air Tanah Adapun kadar air tanah sering disebut sebagai kandungan air (moisture) yang terdapat dalam pori tanah. Satuan untuk menyatakan kadar air tanah dapat berupa persen berat atau persen volume. Berkaitan dengan istilah air dalam tanah, secara umum dikenal 3 jenis, yaitu (a) lengas tanah (soil moisture) adalah air dalam bentuk campuran gas (uap air) dan cairan; (b) air tanah (soil water) yaitu air dalam bentuk cair dalam tanah, sampai lapisan kedap air, (c) air tanah dalam (ground water) yaitu lapisan air tanah kontiniu yang berada ditanah bagian dalam (Sutanto, 1998). Beberapa faktor yang mempengaruhi kadar air dalam tanah antara lain anasir iklim, kandungan bahan organik, fraksi lempung tanah, topografi, dan adanya bahan penutup tanah baik organik maupun anorganik(Walker and Paul, 2002). Total Ruang Pori Pori-pori tanah adalah bagian tanah yang tidak terisi bahan padat tanah (terisi oleh udara dan air). Pori tanah dapat dibedakan menjadi pori kasar (macro pore) dan pori halus (micro pore). Pori kasar berisi udara atau air gravitasi (air yang mudah hilang karena gaya gravitasi), sedang pori halus berisi air kapiler dan udara (Hardjowigeno 2007). Ruang pori tanah yaitu bagian dari tanah yang ditempati oleh air dan udara, sedangkan ruang pori total terdiri atas ruangan diantara partikel pasir, debu, dan liat serta ruang diantara agregat-agregat tanah (Soepardi 1983).
Universitas Sumatera Utara
Total ruang pori dapat dihitung dengan menggunakan data bobot jenis partikel-partikel dan bobot isi tanah sebagai berikut: TRP = {1- (BD/PD)} x 100% dimana: TRP = Total Ruang Pori BD = Bulk Density (gr/cm3) PD = Partikel Density (Sutanto, 2005). Tanah-tanah pasir mempunyai pori-pori kasar lebih banyak daripada tanah liat. Tanah dengan banyak pori-pori kasar sulit menahan air sehingga tanaman mudah kekeringan. Tanah-tanah liat mempunyai pori total (jumlah pori-pori makro + mikro), lebih tinggi daripada tanah pasir. Tanah remah memberikan kapasitas infiltrasi akan lebih besar daripada tanah liat. Tanah dengan pori-pori jenuh air mempunyai kapasitas lebih kecil dibandingkan tanah dalam keadaan kering. Tanah pasir memiliki pori drainase yang baik sehingga infiltrasinya tinggi tetapi tidak dapat mengikat air tersebut (Hardjowigeno 2003). Tekstur tanah menunjukan perbandingan butir-butir pasir (2mm 50μ), debu (2μ-50 μ), dan liat (< 2μ) di dalam fraksi tanah halus (Hardjowigeno, 2007). Ukuran relatif partikel tanah dinyatakan dalam istilah tekstur yang mengacu pada kehalusan atau kekasaran tanah (Foth, 1994).
Universitas Sumatera Utara
Pengamatan tekstur tanah dapat dilakukan dengan cara merasa dengan tangan (texture by feel), analisis mekanis di laboratorium.Penetapan tekstur tanah dengan cara merasa dengan tangan (texture by feel) dilakukan dengan cara merasa dengan cara memijit tanah dengan jari dan kemudian dirasakan. Menurut Hanafiah (2007), berdasarkan kelas teksturnya maka tanah digolongkan menjadi: (1) Tanah bertekstur kasar atau tanah berpasir, berarti tanah yang mengandung minimal 70% pasir : bertekstur pasir atau pasir berlempung. (2) Tanah bertekstur halus atau kasar berliat, berarti tanah yang mengandung minimal37,5% liat atau bertekstur liat, liat berdebu atau liat berpasir. (3) Tanah bertekstur sedang atau tanah berlempung. Struktur tanah merupakan gumpalan-gumpalan kecil alami dari tanah, akibat melekatnya butir-butir primer tanah satu sama lain. Satu unit struktur disebut ped (terbentuk karena proses alami). Struktur tanah memiliki bentuk yang berbeda-beda yaitu Lempeng (platy), prismatik (prismatic), tiang (columnar),
gumpal
bersudut
(angular
blocky),
gumpal
membulat
(subangular blocky), granular (granular), remah (crumb) (Hardjowigeno, 2003). Arsyad (2005) mengemukakan, struktur adalah kumpulan butir-butir tanah disebabkan terikatnya butir-butir pasir, liat dan debu oleh bahan organik, oksida besi dan lain-lain. Struktur tanah yang penting dalam mempengaruhi infiltrasi adalah ukuran pori dan kemantapan pori. Pori-pori yang mempunyai diameter besar (0,06 mm atau lebih) memungkinkan air keluar dengan cepat sehingga tanah beraerasi baik, pori-pori tersebut juga memungkinkan udara keluar dari tanah sehingga air dapat masuk.
Universitas Sumatera Utara
Tanaman Semangka Semangka merupakan tanaman buah berupa herba yang tumbuh merambat. Tanaman ini berasal dari Afrika, kemudian berkembang dengan pesat ke berbagai negara baik di daerah tropis maupun subtropis, seperti: Afrika Selatan, Cina, Jepang, dan Indonesia. Tanaman semangka bersifat semusim, tergolong cepat berproduksi karena umurnya hanya sampai 6 bulan (Syukur, 2009). Semangka biasanya di tanam pada dataran rendah dan akan berhasil baik bila ditanam dengan keadaan daerah dengan ketinggian 100-300 m dpl. Topografi datar, tekstur tanah berpasir atau lempung berpasir, struktur remah dan gembur, banyak mengandung bahan organik, pH berkisar 5,9-7,2, tempat terbuka, penyinaran penuh dengan kisaran suhu 220C - 300C dan kelembaban kurang dari 80%. Rata-rata curah hujan 40-50 mm/bulan (Jaya,2000). Kondisi tanah yang cocok untuk tanaman semangka adalah tanah yangcukup gembur, sedikit berpasir, kaya bahan organik, bukan tanah asam. Keasaman tanah (pH) yang diperlukan antara 6,5-7,2. Jika pH < 5,5 (tanah asam) maka perlu pengapuran dengan dosis disesuaikan dengan tingkat keasaman tanah tersebut (Syukur, 2009).
Universitas Sumatera Utara