1
keseluruhan yang terpadu dari semua
PENDAHULUAN
satuan dan kegiatan pendidikan yang Pendidikan
adalah
proses
memanusiakan
manusia,
dengan
saling berkaitan untuk mengusahaan tercapainya
mengaktualisasikan seluruh potensi
tujuan
pendidikan
nasional (Tirtarahardja, 2005).
manusia menjadi kemampuan yang
Dalam
dunia
pendidikan,
dapat digunakan dalam kehidupan
evaluasi memegang peranan yang
bermasyarakat.
amat penting. Dari evaluasi itu para
merupakan siswa
Pendidikan
proses
pemberdayaan
(student
sehingga
pengambil
empowerment),
mereka
keputusan
pendidikan
mendasari diri dalam memutuskan
memiliki
apakah
seseorang
siswa
dapat
kemampuan fisik manual, intelektual
dinyatakan lulus atau tidak serta
dan emosional (Suderadjat, 2005).
layak diberikan sertifikasi atau tidak.
Undang-Undang Indonesia
No.
20
menjelaskan
Republik tahun
Tanpa evaluasi tidak dapat diketahui
2003,
sejauh mana keluaran pendidikan
tujuan
pendidikan
adalah
untuk
menyimpang dari tujuan awal yang
peserta
telah dicanangkan. Evaluasi yang
didik agar menjadi manusia yang
dilakukan secara benar akan banyak
beriman dan bertakwa kepada Tuhan
manfaatnya karena dari hasil evaluasi
Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
itu akan diperoleh umpan balik yang
sehat,
kreatif,
berharga bagi masukkan maupun
mandiri, dan menjadi warga negara
proses pendidikan (Hisyam, 2000).
yang demokratis serta bertanggung
Terkait dengan persoalan diatas,
jawab (Depdiknas, 2003).
belum lama ini banyak terdapat
nasional
mengembangkan
berilmu,
Sistem
potensi
cakap,
pendidikan
telah
sesuai
atau
bahkan
nasional
perubahan-perubahan yang terjadi
Indonesia adalah pendidikan yang
dalam sistem evaluasi belajar di
berdasarkan pada pencapaian tujuan
Indonesia.
pembangunan nasional Sistem (sisdiknas)
Indonesia.
Pendidikan merupakan
Tahun
Nasional
Ujian
satu
berganti
1
pelajaran
Akhir istilah
2005/2006,
Nasional menjadi
(UAN) Ujian
2
Nasional
(UN).
Kebijakan
yang
siswa tidak bisa asal-asalan dalam
berlaku juga berbeda dari tahun-
mengerjakan ujian nasional karena
tahun sebelumnya. Nilai minimal
hasilnya
standard kelulusan yang semula 4.25
pertimbangan
dinaikan menjadi 4,26 untuk nilai
pendidikan yang lebih tinggi.
setiap mata pelajaran dan rata-rata
tetap
Tahun
akan
masuk
dijadikan ke
ajaran
jenjang
2010/2011
nilai ujian nasional harus lebih dari
persentase nilai kelulusan 99,02 %
4,5. Ini berarti nilai ketiga mata
dengan standar nilai lulus 5,50. Pada
pelajaran jumlahnya minimal harus
2011/2012 persentase nilai kelulusan
13,5. Kebijakan ini sesuai dengan PP
99,5
No.19/2005 tentang Standar Nasional
kelulusan
Pendidikan. Apabila tidak lulus pada
2012/2013 persentase nilai kelulusan
ujian tersebut, siswa peserta harus
99,48%
mengulang
kelulusan 99,48 % dengan standar
ujian
pada
Ujian
%
dengan 5,50,
dengan
standar
nilai
kemudian
pada
standar
Nasional tahun berikutnya (Pikiran
nilai
Rakyat, 19 Oktober 2005).
menimbulkan kecemasan psikologis
Ujian
Nasional
(UN)
kelulusan
nilai
5,50.
Ini
2015
bagi peserta didik dan orang tua
cenderung berbeda dibanding tahun
siswa. Siswa dipaksa menghafalkan
sebelumnya. Sebab hasil UN tidak
pelajaran-pelajaran
akan digunakan sebagai penentu
diujikan di sekolah ataupun di rumah
kelulusan siswa, tetapi digunakan
(Koran Tempo, 4 Februari 2005).
sebagai
pertimbangan
jenjang
pendidikan
masuk ke
lebih
tinggi.
yang
akan
Ujian Nasional (UN) merupakan salah
satu
sumber
penyebab
Selain itu, Kepala Dinas Pendidikan
kecemasan pada siswa. Kegagalan
(Disdik)
Edy Heri
menghadapi ujian nasional ternyata
Suasana, hasil UN akan digunakan
tidak hanya disebabkan oleh ketidak
sebagai
siapan
Kota
Jogja,
dasar
pengukuran
siswa
dalam
penguasaan
pencapaian proses pembelajaran di
materi pembelajaran yang diujikan,
suatu
serta
melainkan lebih disebabkan oleh
digunakan untuk pemetaan kualitas
adanya stress dan takut menghadapi
sekolah, guru dan murid, sehingga
ujian, takut gagal, dan tidak lulus.
jenjang
pendidikan
3
Marantika (2003) menyatakan bahwa
dalam diri seseorang. Kecemasan
Ujian Nasional merupakan alat untuk
menurut Greist dan Jeverson (dalam
mengukur seberapa jauh penguasaan
Maisaroh, 2011) adalah pengalaman
siswa atas materi pelajaran yang
manusiawi yang universal, suatu
telah dipelajari selama kurun waktu
respon
tertentu.
menyenangkan
Namun
pelaksanaannya,
dalam
Ujian
emosional
yang
tidak
dan
penuh
Nasional
kekhawatiran, suatu reaksi antisipatif
dirasa sangat memberatkan siswa
serta rasa takut yang tidak terarah
karena beberapa hal antara lain
karena sumber ancaman atau pikiran
standar yang tinggi dan materi yang
tentang sesuatu yang akan datang
bertambah.
tidak jelas dan tidak terdefinisikan.
Kondisi ini memicu kecemasan
Wiramihardja
(2005)
pada siswa yang akan menghadapi
menjelasakan
Ujian Nasional. Kecemasan muncul
(anxiety)
karena siswa dibebani oleh pikiran
sifatnya umum, dimana seseorang
dan
kemungkinan-
merasa ketakutan atau kehilangan
kemungkinan yang terjadi bila gagal
kepercayaan diri yang tidak jelas asal
dalam Ujian Nasional. Sejumlah
maupun
resiko yang harus ditanggung siswa
kecemasan
bila gagal dalam Ujian Nasional
menghadapi ujian nasional adalah
antara lain rasa malu, kerugian
ketakutan atau kekhawatiran mereka
waktu,
harus
akan nasib kelulusan yang diukur
mengikuti ujian ulangan dan tidak
dengan nilai standart kelulusan. Oleh
dapat
sebab
bayangan
kerugian
biaya,
melanjutkan
pendidikan
yang
ke lebih
jenjang tinggi
(Maisaroh 2011). Rahe
dan
Holmes
(dalam
Maisaroh, 2011) mengatakan bahwa masa awal dan akhir sekolah dapat
bahwa
yaitu
kecemasan
perasaan
wujudnya.
itu,
pada
yang
Sumber
siswa
kepercayaan
keyakinan
akan
menghadapi
ujian
yang
atau
kemampuan nasional
juga
menjadi salah satu faktor selain kesiapan intelegensi. Covey
(2005)
menyatakan
menjadi suatu peristiwa kehidupan
bahwa kemampuan intlektual atau IQ
yang dapat mengaktifkan kecemasan
adalah kemampuan manusia untuk
4
menganalisis,
berpikir,
dan
menentukan hubungan sebab akibat, berfikir secara abstrak, menggunakan
kualitas emosional yang penting bagi keberhasilan seseorang. Secara
sederhana
kecerdasan
bahasa, memvisualisasikan sesuatu
emosi diartikan sebagai penggunaan
dan memahami sesuatu. Kecerdasan
emosi secara cerdas. Kecerdasan
intelektual (IQ) menentukan sukses
emosi
seseorang sebesar 20%, sedangkan
instrumen
kecerdasan
masalah
emosional
memberikan
(EQ)
kontribusi
80
%
diartikan
sebagai
untuk
menyelesaikan
dengan
membuat
suatu
rekan
kesepakatan
kerja, dengan
(Nggermanto,2002). Goleman (2005)
pelanggan yang rewel, mengkritik
menyimpulkan,
atasan, menyelesaikan tugas sampai
kecerdasan
intelektual bukan faktor dominan
selesai,
dalam
tantangan lain yang dapat merusak
keberhasilan
seseorang,
terutama dalam dunia bisnis maupun sosial.
dan
dalam
kesuksesan (Weisinger, 2006). Salovey
Berdasarkan pemaparan dari
berbagai
Goleman,
dan
Mayer
2007)
(dalam
mengungkapkan
pembahasan di atas, maka penulis
lima aspek dalam kecerdasan emosi,
tertarik untuk menelitinya. Apakah
yaitu:
benar
a. Mengenali emosi diri
ada
hubungan
antara
kecerdasan emosi dengan kecemasan
Mengenali
emosi
dalam menghadapi UN pada siswa
kemampuan
kelas IX SMP N 7 WONOGIRI?
perasaan dari waktu ke waktu dan
untuk
adalah memantau
kemampuan mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi.
TINJAUAN PUSTAKA
b. Mengelola emosi
Kecerdasan Emosi Kecerdasan emosi pertama kali
Mengelola
emosi
dilontarkan pada tahun 1990 oleh
kemampuan
psikolog Peter Salovey dari Harvard
perasaannya sendiri agar perasaan
University dan John Mayer dari
tersebut
University
dengan tepat.
Mereka
of
New
menerangkan
Hampshire. kualitas-
untuk
adalah
dapat
menguasai
diungkapkan
c. Memotivasi diri sendiri
5
Memotivasi diri sendiri adalah
tegang,
kemampuan untuk menggerakkan
berkonsentrasi, dan sebagainya).
dan menuntun menuju tujuan.
bingung,
Menurut
d. Mengenali emosi orang lain (empati)
tak
dapat
Alloy
(2005)
kecemasan adalah perasaan takut dan ketakutan yang sangat mengenai
Empati
bukan
untuk
sesuatu yang akan terjadi tentang
saja
ancaman-ancaman ataupun kesulitan-
melainkan juga perasaan orang
kesulitan yang sebenarnya samar-
lain.
samar dan tidak realistis yang akan
mengetahui
hanya
pikirannya
e. Membina hubungan Membina
muncul di masa depan tetapi tidak
hubungan
kemampuan
adalah
seseorang
untuk
jelas. Atkinson (2001) menambahkan bahwa
kecemasan
merupakan
membentuk hubungan, membina
perasaan tidak menyenangkan yang
kedekatan
sebagian
ditandai dengan istilah-istilah seperti
besar merupakan keterampilam
kekhawatiran, keprihatinan, dan rasa
mengelola emosi orang lain.
takut yang kadang-kadang dialami
hubungan,
dalam tingkat yang berbeda-beda. Menurut
Kecemasan Menurut
Taylor
kecemasan
merupakan
pengalaman
subjektif
ketegangan
(2006), suatu mengenai
mental
yang
Kartono
(2002),
aspek
kecemasan meliputi : a. Psikologis Kecemasan sebagai
yang
gejala-gejala
berwujud kejiwaan
menggelisahkan
sebagai
reaksi
seperti tegang, bingung, khawatir,
umum
ketidakmampuan
sukar konsentrasi, perasaan tidak
dan
menghadapi masalah atau adanya rasa tidak aman. Perasaan yang tidak menyenangkan
umumnya
menentu, dan sebagainya. b. Fisiologis Kecemasan
yang
sudah
menimbulkan gejala-gejala fisiologis
mempengaruhi atau terwujud pada
(seperti gemetar, berkeringat, detak
gejala-gejala fisik terutama pada
jantung meningkat, dan lain-lain) dan
sistem syaraf, seperti tidak dapar
gejala
tidur,
psikologis
(seperti
panik,
jantung
berdebar-debar,
6
gemetar,
perut
mual,
dan
sebagainya.
yaitu teknik pengambilan sampel dengan menentukan ciri-ciri atau karakteristik terlebih dahulu yang dipandang mempunyai sangkut paut
Ujian Nasional Berdasarkan Kepmendiknas UU Nomor
20
Nasional
tahun
2003,
merupakan
Ujian
kegiatan
yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Alasan
menggunakan
purpossive
sampling
karena
penilaian hasil belajar siswa yang
random
telah menyelesaikan suatu jenjang
pengambilan sampelnya setiap kelas
pendidikan pada jalur sekolah atau
dengan cara di random dengan
madrasah
undian. Ciri-cirinya sebagai berikut:
secara
yang
diselenggarakan
nasional.
termasuk
Ujian
dalam
Nasional
ujian
yang
terstandardisasi (Standardized Tests), yaitu ujian yang menurut Santrock (2009),
mempunyai
seragam
pada
prosedur
2. Siswa kelas IX di SMP N 7 WONOGIRI 3. Siswa yang akan melaksanakan Ujian Nasional
dan
Penelitian ini menggunakan dua
kali
skala, yaitu Skala Kecerdasan Emosi
memungkinkan prestasi siswa untuk
dan Skala Kecemasan. Aitem-aitem
dibandingkan dengan prestasi siswa
dari kedua skala tersebut mempunyai
yang lain pada tingkat umur atau
alternatif
kelas yang sama pada basis nasional.
karakteristik
penilaian
administrasi
1. Siswa berusia + 15 tahun
serta
sering
jawaban
unfavorable
favorable yang
di
Penelitian ini dilakukan di SMP
telah
7
menghilangkan alternatif
Wonogiri,
Kecamatan
desa
Wonogiri,
Manjung, Kabupaten
Wonogiri, 57615. Teknik digunakan
ukur
dimodifikasi
dengan pilihan
jawaban netral atau ragu-ragu, agar subyek memiliki kepastian dalam
sampling dalam
dan
menggunakan Skala Likert yang
METODE PENELITIAN
N
dengan
penelitian
yang
memberikan jawaban.
ini
adalah purpossive random sampling,
PEMBAHASAN
7
Berdasarkan hasil perhitungan
dimana
orang
yang
mengalami
teknik analisis product moment dari
kecemasan ini biasanya mempunyai
Pearson diperoleh nilai korelasi (rxy)
penilaian yang kurang baik terhadap
sebesar = 0,688, p = 0,000 (p<0,01).
dirinya
Berarti
antara
emosi yang rendah dan kurang
kecerdasan emosi dengan kecemasan
percaya diri namun kecemasan dapat
menghadapi Ujian Nasional, dengan
diatasi bila seseorang mempunyai
demikian dapat diartikan kecerdasan
kecerdasan emosi yang baik dengan
emosi
ada
hubungan
merupakan
mempunyai
kecerdasan
salah
satu
cara berfikir realistis dan bersikap
variabel
yang
secara tepat, ini juga sejalan dengan
berperan terhadap kecemasan siswa
yang di ungkapkan Coopersmith
dalam menghadapi ujian nasional.
(dalam
determinan
atau
Hal ini didukung oleh penelitian
2007)
Syahrini yang
yang dilakukan oleh Gohm (2013) di
individu
University
kecerdasan
of
memaparkan emosi
Mississippi bahwa
diperlukan
yang
kecerdasan oleh
setiap
individu untuk memahami diri kita sendiri
maupun
Rohmatun,
menyatakan yang
menunjukkan
bahwa
mempunyai
emosi
rendah
tingkat
kecemasan
tinggi. Hasil perhitungan analisis regresi
lain,
linier ganda antara kecerdasan emosi
mengontrol emosi, menyelesaikan
dengan kecemasan terlihat bahwa
masalah dengan baik, dan membantu
nilai Adjusted R Square (R2) atau
kita
koefisien determinasi adalah 0,473
membuat
mengenai
orang
dan
penilaian
orang
lain.
objektif Tanpa
atau
sebesar
47,3%.
Hasil
kecerdasan emosi seseorang tidak
memperlihatkan
akan
penduga dari variabel kecemasan
bisa
menggunakan
kemampuan-kemampuan
kognitif
dapat
dijelaskan
bahwa
ini
pada
model
variabel
mereka sesuai dengan potensi yang
kecerdasan emosi sebesar 47,3%
maksimal.
senada
sedangkan sisanya sebesar 52,7%
diungkapkan
dijelaskan variabel lain diluar model
dengan Davidoff Syahrini
Hal
apa dan dan
tersebut
yang
Collings
(dalam
Rohmatun,
2007)
penelitian. Adapun variabel lain yang dapat
menyebabkan
siswa
8
mengalami
kecemasan
yaitu
signifikan
antara
kecerdasan
keyakinan diri, dukungan sosial, dan
emosi dengan kecemasan dalam
modelling (Djiwandono, 2002).
menghadapi Ujian Nasional.
Hasil tersebut menunjukkan ada hubungan
2.
Hasil
kategorisasi
skala
yang signfikan antara
kecemasan menunjukkan bahwa
kecerdasan emosi dengan kecemasan
tingkat kecemasan siswa pada
dalam menghadapi UN pada siswa
kelas IX dalam menghadapi
kelas IX di SMP N 7 Wonogiri. Hal
Ujian Nasional rendah, ini dapat
ini menunjukkan kecerdasan emosi
dilihat dari nilai rerata empirik
dapat digunakan sebagai prediktor
66,9 dengan prosentase 20% dan
(variabel
( N) = 12.
bebas)
untuk
atau
mengukur
memprediksikan
3.
Hasil
kategorisasi
skala
variabel kecemasan. Semakin tinggi
kecerdasan emosi menunjukkan
kecerdasan emosi maka semakin
tingkat kecerdasan emosi pada
rendah pula kecemasan, begitu pula
siswa
sebaliknya
menghadapi
semakin
rendah
kelas
IX Ujian
dalam Nasional
kecerdasan emosi maka semakin
tinggi, ini dapat dilihat dari nilai
tinggi pula kecemasan.
rerata empirik 132,4 dengan prosentase 40%, dan ( N) = 24.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan
pembahasan
maka
dapat
disimpulkan bahwa : 1.
teknik analisis product moment diperoleh nilai
koefisien korelasi (rxy) sebesar = 0,688, p = 0,000 (p < 0,01). Hasil
ini
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan
dari Pearson
SARAN
menunjukkan
ada
korelasi negatif yang sangat
di
atas,
penulis
mengajukan beberapa saran, sebagai berikut : 1.
Bagi Siswa Ujian akhir nasional memang tidak mudah, kecemasan akan menyelimuti diri setiap siswa tetapi sebaiknya siswa harus tetap memiliki perasaan yang
9
2.
optimis menjalankannya serta
pendampingan dan arahan yang
tidak berhenti berusaha untuk
positif dalam menyikapi Ujian
selalu mencoba dan berpikir
Nasional yang akan dihadapi
positif dalam setiap usaha demi
anak.
mencapai sebuah tujuan.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi Guru Diharapkan hasil penelitian ini dapat
memberikan
guru
sebagai
informasi
pihak
yang
memiliki peranan penting bagi kelancaran
siswa
dalam
menghadapi ujian, khususnya adalah
Ujian
Nasional
agar
mampu mengoptimalkan dalam hal pengajaran 3.
tua
diharapkan
memperhatikan
lebih
dalam
perkembangan
emosi
anak,
dengan
selalu
memberikan
kualitas
penelitian
lebih
lanjut
diharapkan
bagi
peneliti
selanjutnya melakukan
yang penelitian
ingin dengan
tema yang hampir sama, dapat menambahkan variabel lain dan dari penyebab lainnya
yang
dianggap mempunyai pengaruh terhadap kecemasan.
Bagi Orang Tua Orang
Untuk meningkatkan
10
DAFTAR USTAKA
Alloy,
dkk. 2005. Abnormal Psychology: Current Perspective Ninth Edition. New York: Mc. Graw Hill. Atkinson, RI, dkk. 2001. Pengantar Psikologi, Jilid 2. Alih bahasa: Wijaya Kusuma. Batam: Interaksara. Covey, Steven R. 2005. The 8 Habbit, alih bahasa Wandi S. Brata &Zein Isa. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama. Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Djiwandono, S. T. E. W. 2002. Psikologi
Pendidikan.
Jakarta: Gramedia. Goleman,
D. 2000. Kecerdasan Emosional untuk Mencapai Puncak Prestasi. (Terjemahan: Widodo). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Gohm, C.L. 2003. Mood Regulation and Emotional Intelligence: Individual Differences: Journal of Personality and Social Psychology. Vol 84. No
3. University of Mississippi. Kartono, Kartini. 2002. Patologi Sosial 3 “Gangguangangguan Kejiwaan”. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Maisaroh, E. N. dan Falah F. 2011. Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional ( UN ) Pada Siswa Madrasah Aliyah. Jurnal Proyeksi. Vol. 6 No. 2. Semarang. Universitas Islam Sultan Agung Semarang. Nggermanto, A. 2002. Quantum Quotien-Kecerdasan Kuantum. Bandung : Nuansa. Suderadjat, Hari. 2005. Manajemen peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS). Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Implementasi KBK. Bandung: Cipta Cekas Grafika. Syahrini, Karyono, dan Rohmatun. 2007. Kecerdasan Emosional dan Kecemasan Pramenopouse pada Wanita di RW IV dan XI Kelurahan Gebang Sari Semarang. Jurnal Psikologi Proyeksi, Volume 2. No.1. Februari 2007. Taylor, S.E. 2006. Health Psychology.
Singapore:
Mc. Graw Hill. Inc.
10
11
Tirtarahardja, Umar, dkk. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Wiramihardja, Sutardja A. 2005. Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung: PT. Refika Aditama. Weisinger, H. 2006. Emosional Intelligence at Work: Pemandu Pikiran dan Perilaku Anda Untuk Meraih Kesuksesan. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.