TINGKAT PEMANFAATAN DAN POLA MUSIM PENANGKAPAN BEBERAPA JENIS IKAN PELAGIS EKONOMIS PENTING DI PROVINSI MALUKU UTARA
IMRAN TAERAN
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASINYA Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Tingkat Pemanfaatan dan Pola Musim Penangkapan Beberapa Jenis Ikan Pelagis Ekonomis Penting di Provinsi Maluku Utara adalah karya saya sendiri dengan arahan komisis pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Juni 2007
Imran Taeran C551050091
ABSTRAK IMRAN TAERAN. Tingkat Pemanfaatan dan Pola Musim Penangkapan Beberapa Jenis Ikan Pelagis Ekonomis Penting di Provinsi Maluku Utara. Dibimbing oleh MULYONO S. BASKORO dan IIN SOLIHIN. Jenis ikan pelagis ekonomis penting di Provinsi Maluku Utara antara lain adalah cakalang (Katsuwonus pelamis), tuna (Thunnus spp.), tongkol (Euthynnus sp.), layang (Decapterus sp.), kembung (Rastrelliger sp.), dan julung-julung (Hemirhamphus sp.). Jenis-jenis ikan pelagis tersebut ditangkap secara intensif. Tujuan penelitian ini adalah : (1) mengukur tingkat pemanfaatan dan (2) menganalisis pola musim penangkapan. Metode survey dan observasi digunakan dalam pengumpulan data. Data dianalisis untuk tujuan pertama dengan mengunakan metode surplus produksi model Fox sedangkan tujuan kedua dianalisis dengan menggunakan metode rata-rata bergerak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; tingkat pemanfaatan (Tpi) ikan cakalang berkisar 53-82% dari nilai MSY 6.924.616 kg, dengan upaya optimum 5.000 trip. Ikan tuna (Tpi) berkisar 68-114% dari nilai MSY 8.480.194 kg, dengan upaya optimum 380 trip. Kisaran (Tpi) tongkol 39-100% dari nilai MSY 1.862.617 kg, dengan upaya optimum 5.000 trip. Tpi layang berkisar 14-75% dari nilai MSY 21.072.291 kg, dengan upaya optimum 1.290 trip. Tpi kembung berkisar 62-112% dari nilai MSY 3.179.139 kg, dengan upaya optimum 3.953 trip. Ikan julung-julung (Tpi) berkisar 68-99% dari nilai MSY 3.551.992 kg, dengan upaya optimum 5.848 trip. Sedangkan tingkat pengupayaan(Tpu) ikan cakalang pada tahun 2002-2005 melebihi fopt yaitu berkisar 103132%. (Tpu) tuna pada tahun 2002-2005 melebihi fopt yaitu berkisar 136-169%. (Tpu) tongkol pada tahun 2002-2005 melebihi fopt yaitu berkisar 136-169%. (Tpu) layang pada tahun 1997-2005 melebihi fopt yaitu berkisar 202-456%. (Tpu) kembung pada tahun 1997-2005 melebihi fopt yaitu berkisar 202-456%. (Tpu) julung-julung pada tahun 19972005 dibawah fopt yaitu berkisar 43-71%. Puncak musim penangkapan cakalang dan layang terjadi pada bulan Juli dengan nilai IMP sebesar 197% dan 188%. Puncak musim penangkapan tuna, tongkol dan kembung pada bulan Oktober dengan nilai IMP sebesar 308%; 170%; 140%. Sedangkan puncak musim penangkapan ikan julung-julung pada bulan Desember dengan nilai IMP sebesar 236%. Kata kunci : Ikan pelagis ekonomis penting, tingkat pemanfaatan, musim penangkapan.
ABSTRACT IMRAN TAERAN. Utilization Level and Fishing Season Pattern of Several Kinds of Major Economic Pelagic Fish in North Molucas Province. Member of advisor: MULYONO S. BASKORO and IIN SOLIHIN. Economic important fish in North Molucas Province are skipjack tuna (Katsuwonus pelamis), tuna (Thunnus spp.), little tuna (Euthynnus sp.), scad (Decapterus sp.), mackerel (Rastrelliger sp.), and garfish (Hemirhamphus sp.). Each species get pressure because they are catched intensively. The objectives of this research are to analyze level of exploiting and fishing season pattern. Survey method and observation was applied in data collecting. Data was analyzed by using Fox model and moving average. The result of the research indicates that; level of exploitation skipjack tuna 53-82% from MSY 6.924.616 kg, with optimum effort 5.000 trip. Level of exploitation tuna (l ex) 68-114% from MSY 8.480.194 kg, with optimum effort 380 trip. The range level of exploitation little tuna 39-100% from MSY 1.862.617 kg, with optimum effort 5.000 trip. Level of exploitation scad 14-75% from MSY 21.072.291 kg, with optimum effort 1.290 trip. Level of exploitation mackerel 62-112% from MSY 3.179.139 kg, with optimum effort 3.953 trip. Level of exploitation garfish 68-99% from MSY 3.551.992 kg kg, with optimum effort 5.848 trip. Level of exploitation for skipjack in 2002-2005 was greater than fopt in range 103132%, level of exploitation for tuna in 2002-2005 was greater than fopt in range 136169%, level of exploitation for little tuna in 2002-2005 was greater than fopt in range 136-169%, level of exploitation for scad in 1997-2005 was greater than fopt in range 202-456%, level of exploitation for mackerel in 1997-2005 was greater than fopt in range 202-456%, level of exploitation for garfish in 1997-2005 was greater than fopt in range 43-71%. Peak fishing season of skipjack tuna and scad is in July with index fishing season (ifs) value 197% dan 188%. Tuna, little tuna and mackerel peak fishing season is in October with index fishing season value 308%; 170%; 140%. Garfish peak fishing season is in December with index fishing season value 236%. Keywords: major economic pelagic fish, utilization level, fishing season.
@ Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, microfilm, dan sebagainya
TINGKAT PEMANFAATAN DAN POLA MUSIM PENANGKAPAN BEBERAPA JENIS IKAN PELAGIS EKONOMIS PENTING DI PROVINSI MALUKU UTARA
IMRAN TAERAN
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Dapartemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
Judul Tesis
: Tingkat Pemanfaatan dan Pola Musim Penangkapan Beberapa Jenis Ikan Pelagis Ekonomis Penting di Provinsi Maluku Utara
Nama Mahasiswa
: Imran Taeran
NRP
: C 551050091
Program Studi
: Teknologi Kelautan
Disetujui, Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc Ketua
Iin Solihin, S.Pi, M.Si Anggota
Diketahui,
Program Studi Teknologi Kelautan Ketua,
Dekan Sekolah Pascasarjana IPB
Prof. Dr. Ir. John Haluan, M.Sc
Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS
Tanggal Ujian : 27 Juni 2007
Tanggal Lulus :
PRAKATA Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan limpahan hidayah, ramhat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian sampai penyusunan tesis dengan judul “Tingkat Pemanfaatan dan Pola Musim Penangkapan Beberapa Jenis Ikan Pelagis Ekonomis Penting di Provinsi Maluku Utara”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Ir. Mulyono S.Baskoro, M.Sc dan Bapak Iin Solihin, S.Pi, M.Si, sebagai ketua dan anggota komisi pembimbing atas kesabaran, perhatian dan motivasinya dalam memberikan bimbingan kepada penulis. Kepada Bapak Prof. Dr. Ir. John Haluan, M.Sc sebagai Ketua Program Studi Teknologi Kelautan serta seluruh dosen dan staf Program Studi Teknologi Kelautan atas dorongan yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan. Penulis juga mengucapkan terimaksih yang sedalam-dalamnya kepada : 1. Rektor dan Dekan Sekolah Pascasarjana Institut Petanian Bogor beserta staf yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan program Magister Sains di Institut Pertanian Bogor. 2. Bapak Dr. Ir. Budhi H. Iskandar, M.Si sebagai dosen penguji luar komisi yang bersedia meluangkan waktu dan memberikan kritik dan saran untuk penyempurnaan penulisan tesis ini. 3. Bapak Rektor Universitas Khairun Ternate dan Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Khairun (Dr.Ir. H. Muhajir K. Marsaoli, M.Si) yang telah merekomendasikan tugas belajar kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan pada Program Studi Teknologi Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 4. Kepada Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara, Pelabuhan Perikanan Nusantara Ternate dan nelayan Ternate, Pelabuhan Perikanan Pantai Bacan dan nelayan Bacan, Pelabuhan Perikanan Pantai Tobelo dan nelayan Tobelo, yang telah memberikan bantuan dan kemudahan kepada penulis dalam melaksanakan penilitian. 5. Kepada Keluarga Hi. Saleh Hi. Muhammad dan keluarga yang selalu membantu penulis selama studi Pascasarjana di IPB Bogor 6. Kepada Istri (Yenni Dasinsingon) dan anak tersayang (Mustica Maharanni), yang selama ini setia dan sabar menanti suami dan ayahnya selama studi. Selain itu, juga
mendoakan, memotivasi, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi Magister Sains. 7. Kepada semua sahabatku mahasiswa Program Studi TKL; Syawal, Cecu, Iskandar, Dame, Ongge, Gandi, Devi, Siti, Silvia, Dian, Bahim, dan teman-teman di asrama Gugahsari. Terima kasih atas motovasinya kepada penulis. Dengan penuh kerendahan hati dan rasa cinta penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahanda Taeran S. Tawary (Almarhum) dan Ibunda Johra Hi Syarif atas do’a, keikhlasan, semangat dan kasih sayangnya turut memberikan kekuatan dan ketabahan kepada penulis. Kepada kakak dan adiku (Yasin, Din,Lia, Mala, Wasila dan Dewi) dan semua keluarga, terima kasih atas do’a, keikhlasan dan kesabarannya menjadi pengayomku. Kepada semua pihak yang telah memberikan batuan, hanya do’a yang dapat penulis panjadkan mengharap ridho dan karunia Allah SWT, semoga semua pengorbanan yang diberikan kepada penulis menjadi catatan ibadah di sisi-Nya. Amiin. Akhirnya penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan perikanan tangkap di Provinsi Maluku Utara. Penulis menyadari bahwa masih diperlukan banyak masukan guna menyempurnakan tesis ini. Oleh karena itu, saran dan masukan dari pembaca sangat dibutuhkan.
Bogor, Juni 2007
Imran Taeran
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kecamatan Kayoa, Kabupaten Maluku Utara pada tanggal 21 Pebruari 1968 sebagai anak ketiga dari lima bersaudara pasangan Bapak Taeran S. Tawary dan Ibu Johra H. Syarif. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Samo tahun 1982, pada tahun 1985 menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 3 Ternate. Pada tahun 1988 menyelesaikan pendidikan menengah atas pada SMU Negeri 2 Ternate. Pendidikan sarjana diselesaikan pada Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan, Universitas Sam Ratulagi Manado pada tahun 1994. Setelah menyelesaikan pendidikan S1 penulis sempat bekerja di beberapa perusahaan swasta nasional, kemudian pada tahun 2001 diangkat sebagai Dosen Yayasan Pendidikan Khairun Ternate dan pada tahun 2002 penulis diangkat sebagai Dosen Universitas Khairun Ternate. Pada tahun 2005 penulis mendapat tugas belajar dari Pempinan Universitas Khairun Ternate pada Program Studi Teknologi Kelautan, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor atas biaya pendidikan (Beasiswa Pendidikan Pascasarjana).
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL.... .............................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR. ............................................................................
iv
DAFTAR LAMPIRAN... ......................................................................
v
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. .......................................................................... 1.2 Perumusan Masalah.. ................................................................. 1.3 Tujuan Penelitian.. ..................................................................... 1.4 Manfaat Penelitian. .................................................................... 1.4 Kerangka Pemikiran. ..................................................................
1 3 4 5 5
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Ikan Pelagis....... .................................................... 2.2 Unit Penangkapan Ikan Pelagis.................................................. 2.3 Metode Surplus Produksi... ........................................................ 2.4 Standarisasi Upaya Tangkap.. .................................................... 2.5 Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan..................................... 2.6 Muism Penangkapan Ikan.. ........................................................
8 13 17 19 19 20
3
METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian.. .................................................. 3.2 Metode Pengumpulan Data. ....................................................... 3.3 Metode Analisis Data. ................................................................ 3.3.1 Analisis tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan. .............. 3.3.2 Analisis pola musim penangkapan ikan.... .......................
22 23 24 24 29
4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Wilayah....................... ................................. 4.1.1 Letak geografis................. ................................................ 4.1.2 Karakteristik iklim............................................................ 4.1.3 Krakteristik oseanografi.................................................... 4.2 Keadaan Umum PerikananTangkap........................................... 4.2.1 Potensi sumberdaya ikan................. ................................. 4.2.2 Prasarana dan sarana perikanan........................................ 4.2.3 Sumberdaya manusia dan kelembagaan........................... 4.2.4 Pengolahan........................................................................ 4.2.5 Pemasaran.........................................................................
32 32 32 33 35 35 36 38 39 39
Halaman 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 5.2 5.3 5.4
Produktivitas Alat Tangkap (CPUE) Per Jenis Ikan................... Standarisasi Upaya Tangkap Per Jenis Ikan .............................. Metode Surplus Produksi............................................................ Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan...................................... 5.4.1 Ikan cakalang................................................................... 5.4.2 Ikan tuna.................................................................. ....... 5.4.3 Ikan tongkol.................................................................. . 5.4.4 Ikan layang.................................................................. ... 5.4.5 Ikan kembung.................................................................. 5.4.6 Ikan julung-julung........................................................... 5.5 Tinjauan Perkembangan Data Produksi dan Upaya Tangkap..................................................................... 5.6 Pola Musim Penangkapan Ikan.................................................. 5.6.1 Indeks musim penangkapan (IMP)................................. 5.6.2 Pemetaan lokasi pemanfaatan dan musim penangkapan ikan............................................................
41 44 45 49 49 51 54 56 57 59 62 63 63 69
6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan. ................................................................................ 6.2 Saran............................................................................................
72 72
DAFTAR PUSTAKA. ...........................................................................
73
LAMPIRAN. ..........................................................................................
76
DAFTAR TABEL Halaman 1 Komposisi potensi sumberdaya ikan, produksi serta tingkat pemanfaatannya di WPP 7 Tahun 2003.................... ........................
36
2 Perkembangan prasarana perikanan miliki milik swasta di Provinsi Maluku Utara sampai tahun 2005 ..... ............................
36
3 Perkembangan prasarana perikanan tangkap miliki pemerintah Provinsi Maluku Utara sampai tahun 2005........................................
37
4 Perkembangan armada penangkapan ikan di Provinsi Maluku Utara 2005 ...........................................................................
37
5 Perkembangan alat penangkapan ikan di Provinsi Maluku Utara 2004-2005. .................................................................
38
6 Penentuan tingkat pemanfaatan dan tingkat upaya tangkap ikan cakalang periode 1997-2005 berdasarkan kurva surplus produksi model Fox ..........................................................................
51
7
Penentuan tingkat pemanfaatan dan tingkat upaya tangkap ikan tuna periode 1997-2005 berdasarkan kurva surplus produksi model Fox................. .........................................................
53
8 Penentuan tingkat pemanfaatan dan tingkat upaya tangkap ikan tongkol periode 1997-2005 berdasarkan kurva surplus produksi model Fox. .........................................................................
55
9 Penentuan tingkat pemanfaatan dan tingkat upaya tangkap ikan layang periode 1997-2005 berdasarkan kurva surplus produksi model Fox. .........................................................................
56
10 Penentuan tingkat pemanfaatan dan tingkat upaya tangkap ikan kembung periode 1997-2005 berdasarkan kurva surplus produksi model Fox. .........................................................................
58
11 Penentuan tingkat pemanfaatan dan tingkat upaya tangkap ikan julung-julung periode 1997-2005 berdasarkan kurva surplus produksi model Fox. .........................................................................
61
12 Indeks musim penangkapan ikan (IMP) beberapa jenis ikan pelagis ekonomis penting di Provinsi Maluku Utara . ......................
65
13 Musim penangkapan bebrapa jenis ikan pelagis ekonomis penting dihubungkan dengan pembagian musim angin. ...................
67
DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Kerangka pemikiran penelitian tentang tingkat pemanfaatan dan musim penangkapan beberapa jenis ikan pelagis ekonomis penting di Provinsi Maluku Utara ....................................
7
2 Peta lokasi penelitian........... .............................................................
22
3 Tahapan penentuan tingkat pemanfaatan beberapa jenis ikan pelagis ekonomis penting di Provinsi Maluku Utara. .......................
28
4 Tahapan analisis pola musim penangkapan ikan dan hubungannya dengan kondisi lingkungan dan daerah penangkapan ikan di Provinsi Maluku Utara.. .................................
31
5 Rata-rata CPUE per jenis alat tangkap ikan cakalang tahun 1997-2005 ...............................................................................
42
6 Rata-rata CPUE per jenis alat tangkap ikan tuna tahun 1997-2005 ...............................................................................
42
7 Rata-rata CPUE per jenis alat tangkap ikan tongkol tahun 1997-2005. ..............................................................................
42
8 Rata-rata CPUE per jenis alat tangkap ikan layang tahun 1997-2005. ..............................................................................
43
9 Rata-rata CPUE per jenis alat tangkap ikan kembung tahun 1997-2005.. .............................................................................
43
10 Rata-rata CPUE per jenis alat tangkap ikan julung-julung tahun 1997-2005. ..............................................................................
43
11 Rata-rata effort standar per jenis ikan. ..............................................
44
12 Hubungan effort standar dan ln CPUE ikan cakalang tahun 1997-2005. ..............................................................................
45
13 Hubungan effort standar dan ln CPUE ikan tuna tahun 1997-2005. ..............................................................................
46
14 Hubungan effort standar dan ln CPUE ikan tongkol tahun 1997-2005. ..............................................................................
47
15 Hubungan effort standar dan ln CPUE ikan layang tahun 1997-2005. ..............................................................................
47
16 Hubungan effort standar dan ln CPUE ikan kembung tahun 1997-2005. ..............................................................................
48
17 Hubungan effort standar dan ln CPUE ikan julung-julung tahun 1997-2005. ..............................................................................
49
18 Produksi cakalang di Provinsi Maluku Utara menurut model Fox..........................................................................................
51
Halaman 19 Produksi tuna di Provinsi Maluku Utara menurut model Fox . ........
54
20 Produksi tongkol di Provinsi Maluku Utara menurut model Fox. ....
55
21 Produksi layang di Provinsi Maluku Utara menurut model Fox.......
57
22 Produksi kembung di Provinsi Maluku Utara menurut model Fox. .
59
23 Produksi julung-julung di Provinsi Maluku Utara menurut model Fox..........................................................................................
61
24 Pola musim penangkapan beberapa jenis ikan pelagis ekonomis penting di Provinsi Maluku Utara ....................................
66
25 Pola arus musim timur ......................................................................
68
26 Peta sebaran dan pemanfaatan ikan pelagis di Provinsi Maluku Utara ..................................................................
71
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Perkembangan produksi dan upaya tangkap tahunan ikan cakalang tahun 1997-2005. .......................................................
77
2 Nilai CPUE, fishing power index dan effort standar ikan cakalang tahun 1997-2005. .......................................................
78
3 Nilai simulasi model pendugaan Fox ikan cakalang.. .......................
79
4 Perkembangan produksi dan upaya tangkap tahunan ikan tuna tahun 1997-2005. ...............................................................
80
5 Nilai CPUE, fishing power index dan effort standar ikan tuna tahun 1997-2005................................................................
81
6 Nilai simulasi model pendugaan Fox ikan tuna. ...............................
82
7 Perkembangan produksi dan upaya tangkap tahunan ikan tongkol tahun 1997-2005. .........................................................
83
8 Nilai CPUE, fishing power index dan effort standar ikan tongkol tahun 1997-2005. .........................................................
84
9 Nilai simulasi model pendugaan Fox ikan tongkol. ..........................
85
10 Perkembangan produksi dan upaya tangkap tahunan ikan layang tahun 1997-2005.... ........................................................
86
11 Nilai CPUE, fishing power index dan effort standar ikan layang tahun 1997-2005. ...........................................................
87
12 Nilai simulasi model pendugaan Fox ikan layang............. ...............
88
13 Perkembangan produksi dan upaya tangkap tahunan ikan kembung tahun 1997-2005. .......................................................
89
14 Nilai CPUE, fishing power index dan effort standar ikan kembung tahun 1997-2005. .......................................................
90
15 Nilai simulasi model pendugaan Fox ikan kembung. .......................
91
16 Perkembangan produksi dan upaya tangkap tahunan ikan julung-julung tahun 1997-2005. ................................................
92
17 Nilai CPUE, fishing power index dan effort standar ikan julung-julung tahun 1997-2005. ................................................
93
18 Nilai simulasi model pendugaan Fox ikan julug-julung. ..................
94
19 Perkembangan produksi bulanan ikan cakalang di PPN Ternate tahun 1998-2005. .........................................................
95
20 Perkembangan upaya tangkap bulanan ikan cakalang di PPN Ternate tahun 1998-2005. .........................................................
96
Halaman 21 Perhitungan indeks musim penangkapan ikan cakalang dengan metode rata-rata bergerak. ....................................................
97
22 Perkembangan produksi, upaya tangkap dan CPUE bulanan ikan tuna di PPN Ternate tahun 1998-2005. .....................................
100
23 Perhitungan ideks musim penangkapan ikan tuna dengan metode rata-rata bergerak .....................................................
101
24 Perkembangan produksi bulanan ikan tongkol di PPN Ternate tahun 1998-2005. .....................................................
104
25 Perkembangan upaya tangkap bulanan ikan tongkol di PPN Ternate tahun 1998-2005. .....................................................
105
26 Perhitungan ideks musim penangkapan ikan tongkol dengan metode rata-rata bergerak. ....................................................
106
27 Perkembangan produksi bulanan ikan layang di PPN Ternate tahun 1998-2005. ..................................................... 28 Perkembangan upaya tangkap bulanan ikan layang di PPN Ternate tahun 1998-2005. .....................................................
109 110
29 Perhitungan ideks musim penangkapan ikan layang dengan metode rata-rata bergerak. ....................................................
111
30 Perkembangan produksi bulanan ikan kembung di PPN Ternate tahun 1998-2005. .....................................................
114
31 Perkembangan upaya tangkap bulanan ikan kembung di PPN Ternate tahun 1998-2005. .....................................................
115
32 Perhitungan ideks musim penangkapan ikan kembung dengan metode rata-rata bergerak. ....................................................
116
33 Perkembangan produksi dan upaya tangkap bulanan ikan julung-julung di PPN Ternate tahun 1998-2005. ......................
119
34 Perhitungan ideks musim penangkapan ikan julung-julung dengan metode rata-rata bergerak. .............................
120
35 Lokasi perairan dan titik koordinat rumpon bantuan Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara.....................
123
36 Data posisi lokasi sebaran ikan pelagis di perairan Maluku Utara. ...................................................................................
124
1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kebutuhan akan bahan
pangan dan gizi yang lebih baik, permintaan ikan terus meningkat dari tahun ke tahun. Permintaan ikan yang meningkat tentunya memiliki makna positif bagi pengembangan perikanan, terlebih daerah kepulauan seperti Provinsi Maluku Utara yang memiliki potensi perairan yang cukup luas dan potensial untuk pengembangan perikanan baik penangkapan maupun akuakultur. Namun demikian, tuntutan pemenuhan kebutuhan akan sumberdaya tersebut akan diikuti oleh tekanan eksploitasi sumberdaya ikan yang juga semakin intensif. Jika tidak dikelola secara bijaksana, sangat dikhawatirkan pemanfaatan sumberdaya secara intensif akan mendorong usaha perikanan ke jurang kehancuran dan terjadi berbagai konflik terhadap sumberdaya ikan. Pengelolaan perikanan seperti diuraikan oleh FAO (1997) sebagai proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumberdaya dan implementasi dari aturan-aturan main dibidang perikanan dalam rangka menjamin kelangsungan produktivitas sumberdaya, dan pencapaian tujuan perikanan lainnya. Berdasarkan pengertian ini, pengelolaan perikanan membutuhkan bukti-buti ilmiah terbaik (best scientific evidence) untuk analisis dan perencanaan perikanan yang memadai, proses diskusi melalui konsultasi dengan berbagai pemangku kepentingan (stakeholders) dan penetapan berbagai tujuan dan strategi pengelolaan melalui pembuatan keputusan, alokasi sumberdaya dan implementasi aturan mainnya. Pentingnya pengelolaan perikanan secara empiris dapat ditunjukkan dengan tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan pada saat ini. Tingkat pemanfaatan adalah nisbi antara jumlah yang ditangkap dengan estimasi potensi sumberdaya. Sederhananya apabila tingkat pemanfaatan terlalu tinggi, lebih dari 50% dan mendekati 100%, maka sering dikatakan bahwa sumberdaya sudah tinggi tingkat pemanfaatannya. Tingkat pemanfaatan penuh atau sumberdaya telah jenuh pemanfaatannya bila prosentase pemanfaatan sudah mendekati atau pada tingkat 100%. Lebih dari 100% dinamakan dengan tingkat pemanfaatan lebih, sementara kurang dari 59% disebut dengan tingkat pemanfaatan rendah (Nikijuluw 2005).
2
Provinsi Maluku Utara merupakan kawasan baru hasil pemekaran wilayah yang memiliki keunggulan posisi strategis bagi bangsa Indonesia di tepian Pasifik, terutama dalam menyongsong era globalisasi dan perdagangan bebas. Kawasan ini sebagian besar dikelilingi oleh laut, yaitu sekitar 76,2%, sehingga potensi perikanan dan kelautan menjadi basis ekonomi bagi pembangunan daerah untuk kesejahteraan masyarakat, termasuk pemulihan ketahanan pangan pasca konflik horizontal. Perairan laut Maluku Utara tersebut memiliki potensi perikanan yang besar terkandung di dalamnya, merupakan aset yang penting bagi keberlanjutan pembangunan dalam konsep otonomi daerah. Sumberdaya perikanan tentunya dapat dimanfaatkan seutuhnya secara lestari sebagai sumber ekonomi yang diharapkan mampu mengangkat harkat masyarakat Maluku Utara ke jenjang yang lebih sejahtera. Perikanan tangkap merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang sangat penting di Provinsi Maluku Utara dan konstribusinya cukup besar bagi produksi perikanan dan kelautan secara umum. Kegiatan perikanan tangkap menghasilkan berbagai jenis hasil tangkapan berupa ikan konsumsi ekonomis penting baik jenis ikan pelagis maupun ikan demersal. Beberapa jenis ikan pelagis yang dominan dan memiliki nilai ekonomis penting antara lain; cakalang (Katsuwonus pelamis), tuna (Thunnus sp.), tongkol (Euthynnus sp.), kembung (Rastrelliger sp.), layang (Decapterus sp.), dan julung-julung (Hemirhamphus sp.) Jenis-jenis ikan pelagis ini memiliki distribusi yang luas hampir diseluruh perairan Maluku Utara. Dalam pemanfaatannya dilakukan oleh sebagian besar nelayan skala kecil dan menengah dengan menggunakan teknologi yang masih relatif tradisional dengan mengandalkan pengetahuan yang diperoleh secara turun temurun. Kondisi demikian mengakibatkan setiap operasi penangkapan yang dilakukan oleh nelayan selalu berhadapan dengan situasi ketidakpastian terhadap musim penangkapan dan fishing ground yang mengakibatkan biaya operasional yang dikeluarkan tidak berimbang dengan hasil yang diperoleh. Informasi mengenai musim penangkapan ikan akan memberikan gambaran saat keberadaan ikan tersebut di suatu perairan, sehingga operasi penangkapan dapat diarahkan
3
pada saat musim banyak ikan. Hal tersebut akan memberikan peluang memperoleh hasil tangkapan yang lebih besar. Pemanfaatan potensi sumberdaya harus dilaksanakan secara terkontrol, sehingga kelestarian sumberdaya ikan di setiap wilayah perairan senantiasa dapat dipertahankan agar produktivitas optimum dapat terjaga. Sebab sumberdaya yang cukup melimpah tidak mempunyai arti dari sisi ekonomi apabila tidak ada upaya yang sungguh-sungguh dan sistematis untuk mendayagunakannya sehingga memberikan manfaat secara berkelanjutan. Dengan pemekaran wilayah maka perlu ditentukan kebijakan pengelolaan perikanan tangkap. Untuk mencapai tujuan pengelolaan sumberdaya perikanan maka dalam perencanaan selalu berasaskan prinsip berkelanjutan. Salah satu upaya yang diperlukan adalah penyiapan basis data yang mencakup antara lain adalah alokasi sumberdaya ikan, unit penangkapan dan ketepatan waktu dalam penangkapan. Untuk itu perlu diketahui sejauh mana tingkat pemanfaatan dan pola musim penangkapan beberapa jenis ikan pelagis ekonomis penting di Provinsi Maluku Utara. Hal tersebut perlu dilakukan dalam suatu kajian ilmiah yang dalam hal ini merupakan inti penelitian ini. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan hasil penelitian Badan Riset Departemen Kelautan dan Perikanan dan Komisi Nasional Stock Assessment, wilayah perairan Maluku Utara berada dalam wilayah pengelolaan perikanan (WPP) laut Seram dan laut Maluku dengan jumlah potensi lestari (MSY) yang diperkirakan sebesar 828.180,00 ton/tahun, terdiri dari ikan pelagis 621.135,00 ton/tahun dan ikan demersal 207.045,00 ton/tahun. Sampai tahun 2003 tingkat pemanfaatan sebesar 83.536,65 ton atau 10,09% dari potensi lestari (Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara 2003). Dari data empiris tersebut pemerintah Provinsi Maluku Utara (Dinas Perikanan dan Kelautan) menjadikan acuan dalam membuat kebijakan yang berhubungan dengan pembangunan perikanan tangkap. Pemerintah mendorong sektor swasta untuk melakukan investasi dalam bidang perikanan tangkap dengan memberikan berbagai kemudahan. Selain itu nelayan lokal, diberikan bantuan
4
berupa kapal dan alat tangkap serta alat bantu rumpon. Kondisi ini menyebabkan eksploitasi terhadap sumberdaya ikan di perairan Maluku Utara semakin intensif. Walaupun berdasarkan data di atas, secara umum sumberdaya ikan di perairan Maluku Utara cukup melimpah dengan tingkat pemanfaatannya rendah, namum secara spesifik kondisi yang terjadi adalah setiap jenis ikan, mengalami tekanan penangkapan yang berbeda. Berberapa jenis ikan pelagis yang mengalami penangkapan yang sangat intensif antara lain adalah cakalang, tuna, tongkol, layang, kembung dan julung-julung. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: (1) jenis ikan tersebut mudah ditangkap oleh nelayan dengan menggunakan beragam jenis alat tangkap, (2) minat masyarakat untuk mengkonsumsi jenis ikan tersebut cukup tinggi, dan (3) beberapa jenis ikan tersebut memiliki permintaan pasar yang relatif tinggi, baik pasar interinsuler maupun pasar ekspor. Upaya pengelolaan sumberdaya ikan tersebut agar selalu berasaskan prinsip kehati-hatian demi berkelanjutannya, maka perlu adanya penyiapan data base berupa jumlah potensi maksimum lestari dari setiap jenis ikan ekonomis penting, upaya optimum yang ditetapkan dan tingkat pemanfaatannya. Selain itu perlu ditentukan pola musim penangkapan dari setiap jenis ikan sehingga kegiatan penangkapan dilakukan tepat waktu dan terkendali. Untuk menjawab permasalahan yaitu tekanan penangkapan terhadap beberapa jenis ikan pelagis ekonomis penting di Provinsi Maluku Utara lebih intensif maka penelitian tentang tingkat pemanfaatan dan pola musim penangkapan beberapa jenis ikan pelagis ekonomis penting di Provinsi Maluku Utara ini penting untuk dilakukan karena diharapkan dapat memberikan informasi awal dalam hal pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis yang bertanggung jawab. 1.3
Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengkaji beberapa jenis ikan
pelagis ekonomis penting dalam rangka penyiapan data base untuk pengelolaan sumberdaya ikan secara berkelanjutan di Provinsi Maluku Utara. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk:
5
(1) Mengukur tingkat pemanfaatan beberapa jenis ikan pelagis ekonomis penting di perairan Maluku Utara. (2) Menganalisis pola musim penangkapan beberapa jenis ikan pelagis ekonomis penting di perairan Maluku Utara. 1.4
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan pada pengembangan
ilmu pengetahuan dalam upaya pengelolaan sumberdaya ikan, sedangkan secara spesifik manfaat dari penelitian ini adalah : (1) Sebagai informasi bagi peneliti dan akademisi dalam mengembangkan penelitian lanjutan terutama yang berhubungan dengan pengkajian stok ikan sehingga mendapatkan rumusan yang tepat dalam pengelolaan sumberdaya ikan ekonomis penting di Provinsi Maluku Utara. (2) Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah Provinsi Maluku Utara dalam membuat perencanaan mengenai pengembangan perikanan tangkap agar selalu berdasarkan prinsip kehati-hatian. 1.5
Kerangka Pemikiran Salah satu isu pembangunan di Provinsi Maluku Utara, sejak ditetapkan
sektor perikanan dan kelautan sebagai leading sector adalah upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dapat memberikan konstribusi bagi sektor lain. Sebagai Provinsi kepulauan yang memiliki karakteristik spesifik dengan potensi sumberdaya perikanan dianggap cukup besar merupakan kekuatan dan peluang dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Minimnya data base pada sektor perikanan dan kelautan juga merupakan kendala dalam menentukan kebijakan dalam upaya pemanfaatan sumberdaya perikanan secara berkelanutan. Hal ini mendorong upaya untuk mengeksploitasi sumberdaya perikanan secara besar-besaran. Namun di sisi yang lain kondisi sumberdaya perikanan Maluku Utara khususnya di wilayah pantai cenderung mulai berkurang, sehingga hasil tangkapan terus mengalami penurunan. Banyak pihak yang sekedar meningkatkan produksi tanpa berpikir kelestarian sumberdaya ikan walaupun disadari hal ini akan berdampak pula pada keberlanjutannya.
6
Upaya untuk mempertahankan eksistensi perikanan tangkap saat sekarang dan masa yang akan datang maka perlu diterapkan konsep pengelolaan perikanan yang berkelanjutan. Untuk mewujudkan konsep tersebut maka langkah awal adalah dilakukannya kajian mendasar terhadap kondisi stok dari setiap jenis ikan pelagis ekonomis penting, sehingga diharapkan dapat menjadi informasi untuk pengelolaan sumberdaya ikan di Provinsi Maluku Utara. Terdapat beberapa parameter yang dikaji terhadap setiap jenis ikan dalam penelitian ini antara lain adalah potensi lestari (MSY), upaya optimum (fopt), tingkat pemanfaatan dan pola musim penangkapan ikan. Metode surplus produksi (model Fox) dipergunakan untuk menetukan nilai potensi lestari dan upaya optimum. Selanjutnya nilai MSY tersebut dibandingkan dengan total produksi ikan yang telah dicapai sehingga diperoleh tingkat pemanfaatan dari setiap jenis ikan pelagis di Provinsi Maluku Utara. Hasil analisis ini diharapkan memberikan informasi tentang berapa besar potensi sumberdaya ikan yang telah dimanfaatkan. Selain itu informasi tersebut digunakan untuk menentukan berapa banyak upaya tangkap yang telah dicapai. Sedangkan metode rata-rata bergerak dipergunakan untuk mentukan nilai indeks musim penangkapan (IMP). Selanjutnya nilai IMP dipergunakan untuk menganalisis pola musim penangkapan ikan. Hasil analisis tersebut diharapkan dapat memberikan informasi tentang waktu yang tepat untuk melakukan operasi penangkapan ikan, sehingga pemanfaatan sumberdaya ikan tetap terkendali. Kerangka pemikiran penelitian ini disajikan pada Gambar 1.
7
PERMASALAHAN ¾ Isu sumberdaya ikan melimpah ¾ Penangkapan intensif dan tidak terkendali ¾ Minimnya data base
Eksistensi perikanan tangkap di Maluku Utara
Informasi dan analisis data
MSY dan fopt
IMP
Tingkat pemanfaatan dan pola musim penangkapan
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian tentang tingkat pemanfaatan dan musim penangkapan beberapa jenis ikan pelagis ekonomis penting di Provinsi Maluku Utara
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Ikan Pelagis 1) Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) Deskripsi morfologi dan meristik cakalang dari berbagai samudera menunjukkan bahwa hanya ada satu spesies cakalang yang tersebar di seluruh dunia, yaitu Katsuwonus pelamis (Waldron & King 1963) diacu dalam (Simbolon 2003). Klasifikasi cakalang menurut FAO (1991) adalah sebagai berikut : Filum : Chordata Kelas : Pisces Ordo : Perciformes Subordo : Scombroidei Famili : Scombridae Genus : Katsuwonus Spesies : K. pelamis Badan memanjang, gelendong dengan penampang melintang bundar. Kepala bagisn atas sampai awal dasar sirip punggung agak cembung. Sirip dada pendek, badan kurang bersisik. Pangkal ekor ramping dengan plat tulang yang kuat. Kepala dan badan bagian atas biru kehitaman, bagian bawah abu-abu keperakan dan sirip-sirip kehitaman. Hidup diperairan pantai dan oseanis, ukurannya dapat mencapai 100 cm, tersebar luas di perairan tropis dan sub tropis (Paristiwady 2006). Khususnya di kawasan timur Indonesia, ikan cakalang tersebar di wilayah perairan terutama Laut Maluku, Laut Banda, Laut Seram dan Laut Sulawesi. Perairan tersebut termasuk daerah migrasi kelompok ikan di Samudera Pasifik bagian Selatan, khusus jenis ikan cakalang. Populasi cakalang yang dijumpai memasuki perairan Timur Indonesia terutama mengikuti arus. Fluktuasi keadaan lingkungan mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap periode migrasi musiman serta terdapatnya ikan di suatu perairan (Uktolseja et al. 1991). Selajutnya Nontji (2002), menyatakan bahwa faktor pembatas yang penting bagi keberadaan ikan cakalang di suatu perairan adalah suhu dan salinitas. Telah
9
diketahui bahwa cakalang hidup di perairan lapisan permukaan dengan suhu 16-32 °C dan salinitas 32-36‰ Penentuan lokasi penangkapan ikan cakalang (Kasuwonus pelamis) ditentukan oleh musim yang berbeda untuk setiap perairan. Penangkapan ikan cakalang (Kasuwonus pelamis) secara umum dapat dilakukan sepanjang tahun. Hasil yang diperoleh berbeda dari musim ke musim bervariasi pula menurut lokasi penangkapan. Saat dengan hasil lebih banyak dari biasanya disebut musim puncak dan bila hasil penangkapan lebih sedikit dari biasanya disebut musim paceklik (Nikijuluw 1986). 2) Ikan Tuna (Thunnus sp.) Uktolseja et al. (1997) menyatakan bahwa tuna besar terdiri atas 7 spesies, sedangkan yang tertangkap di perairan Indonesia ada 5 jenis yaitu: madidihang (Thunnus albacares), tuna mata besar (Thunnus obesus), tuna albakora (Thunnus alalunga), tuna abu-abu (Thunnus tongkol), dan tuna sirip biru selatan (Thunnus maccoyii). Penyebaran tuna terbanyak terdapat di Samudera Pasifik, dan terutama tertangkap di perairan dalam. Daerah penangkapan yang baik sering ditemukan di wilayah batas alih dua perairan yang berbeda, daerah pertemuan arus, daerah upwelling dan daerah penyebaran arus. Beberapa petunjuk untuk menentukan daerah penyebaran jenis tuna menurut Sumadhiharga (1971), antara lain : (1) Tempat-tempat pertemuan arus dari daerah perairan sempit (dangkal) dengan laut dalam atau daerah karang dan tebing yang merupakan fishing ground pada laut dalam. Berdasarkan keadaan hidrografi dapat diketahui, bahwa putaran arus pada dasar laut merupakan barier pada fishing ground laut dalam; (2) Tempat-tempat yang terdapat arus yang mengalir dengan cepat atau di tempat yang terdapat rintangan (karang, tebing, dan pulau); (3) Tempat terjadinya convergensi dan divergensi antara arus yang berdekatan; (4) Daerah arus eddy dari arus balik equator (equatorial counter current) Menurut Gunarso (1988) beberapa daerah penangkapan ikan tuna di Kawasan Timur Indonesi antara lain adalah: Laut Banda
dan Laut Maluku.
Daerah ini diduga relatif subur seperti dilaporkan oleh Arifin (2006) bahwa upwelling, front dan sebaran klorofil-a terjadi di perairan Maluku pada bulan Juli
10
dan Agustus. Tuna merupakan jenis ikan yang dalam kelompok ruaya akan muncul sedikit di atas lapisan termoklin pada siang hari dan akan beruaya ke lapisan permukaan pada sore hari. Sedangkan pada malam hari akan menyebar di antara lapisan permukaan dan termoklin. 3) Ikan tongkol (Euthynnus sp. ) Secara umum tongkol teridir dari 2 genus dan 5 spesies dan diklasifikasikan sebagai berikut (Collete & Nauen 1983). Filum : Chordata Kelas : Pisces Ordo : Percomorphi Subordo : Scombroidea Famili : Scombridae Genus : Eutynnus Auxis Spesies : E. Affinis; E. Alletteratus; E. lineatus A. thazard; A. rochei Ciri morofologi tongkol (Euthynnus affinis) adalah badan memanjang dan penampang melintang agak bundar. Bentuk kepala bagian atas sampai awal dasar sirip punggung agak cembung. Sirip dada pendek, ujung sirip tidak melewati bagian depan area yang kurang bersisik. Kepala dan badan atas biru tuakehitaman, bagian bawah abu-abu keperakan. Daerah yang kurang bersisik diatas garis rusuk dengan garis-garis bergelombang menyilang kehitaman. Sirip perut dan dubur keputihan. Sirip ekor, sirip dada dan sirip punggung kehitaman. Hidup di perairan pantai dan oseanis, dapat mencapai 100 cm, tersebar luas di bagian tengah IndoPasifik (Paristiwady 2006). Sedangkan ciri morofologi tongkol (Auxis thazard) adalah badan memanjang dengan penampang melintang bundar. Bentuk kepala bagian atas sampai setelah mata hampir lurus, sampai awal dasar sirip punggung agak cembung. Sirip dada pendek, ujung sirip melewati bagian depan area yang kurang bersisik. Kepala dan badan bagian atas biru tuakehitaman, bagian bawah abu-abu keperakan. Daerah yang kurang bersisik di atas garis rusuk dengan garis-garis menyilang kehitaman. Sirip punggung, dada, perut dan dubur keputihan. Sirip
11
ekor kehitaman. Hidup di perairan pantai dan oseanis, dapat mencapai 58 cm, tersebar luas di perairan tropis dan sub tropis (Paristiwady 2006). Daerah penyebaran tongkol terutama di perairan Indonesia Timur dan perairan yang berhadapan dengan Samudera Indonesia. Penangkapan dengan menggunakan pancing tonda, huhate, jaring insang dan pukat cincin. 4) Layang (Decapterus sp.) Lima jenis layang yang umum ditemukan di perairan Indonesia yakni Decapterus russelli, Decapterus kurroides, Decapterus lajang, Decapterus macrosoma, dan Decapterus maruadsi . Namun dari kelima species ikan layang hanya Decapterus russelli yang mempunyai daerah penyebaran yang luas di Indonesia mulai dari Kepulaan Seribu hingga Pulau Bawean dan Pulau Masalembo. Decapterus lajang hidup di perairan yang dangkal seperti di Laut Jawa (temasuk Selat Sunda. Selat Madura, dan Selat Bali) Selat Makassar, Ambon dan Ternate. Decapterus macrosoma banyak dijumpai di Selat Bali dan Pelabuhanratu. Decapterus maruadsi termasuk ikan yang berukuran besar, hidup di laut dalam dan tertangkap pada kedalaman 1000 meter atau lebih (Nontji 2002) Ikan layang tergolong ikan stenohaline (diatas 30‰) yang suka pada perairan dengan salinitas 32‰-34‰. Sebagai ikan pelagis yang suka berkumpul dan bergerombol, pemakan zooplanton serta senang pada perairan yang jernih, banyak tertangkap pada perairan sejauh 20-30 mil dari pantai (Hardenberg 1937) diacu dalam (Gunarso & Wiyono 1994). Ciri morofologi layang (Decapterus russelli) adalah badan memanjang, panjang kepala lebih besar daripada tinggi badan, panjang moncong lebih besar daripada garis tanda mata, maxilla bagian belakang tidak mencapai bagian depan mata, garis rusuk yang lurus dengan 30-31 sisik tebal. Kepala dan badan bagian atas biru tua, bagian bawah putih keperakan, sirip punggung dan sirip dubur sedikit kekuningan, sirip perut keputihan. Hidup di perairan pantai dengan ukuran dapat mencapai 27 cm (Paristiwady 2006). Ciri morofologi layang (Decapterus macrosoma) adalah badan memanjang seperti cerutu. Bagian atas berwarna biru kehijauan, bagian bawah berwarna putih perak, sirip-siripnya kuning pucat, satu totol hitam pada bagian atas penutup insang dan pangkal sirip dada. Ukurannya panjangnya dapat mencapai 40 cm
12
(Direktorat Jenderal Prikanan 1979). Klasifikasi ikan layang menurut Direktorat Jenderal Prikanan 1979) adalah sebagai berikut: Filum : Chordata Kelas : Pisces Ordo : Percomorphi Subordo : Percoidea Famili : Carangidae Genus : Decapterus Species : D.russelli;D.kurroides;D. lajang; D. macrosoma; D. maruadsi. 5) Kembung (Rastrelliger sp.) Ikan kembung dibagi atas dua jenis yakni kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) dan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma). Kembung lelaki mempunyai tubuh yang lebih langsing, dan biasanya terdapat diperairan yang agak jauh dari pantai. Kembung perempuan sebaliknya mempunyai tubuh yang lebih lebar dan lebih pendek, dijumpai di perairan dekat pantai. Secara umum ikan kembung (Rastrelliger spp) berbentuk cerutu, badan tinggi dan agak pipih, kepala bagian atas hingga mata hampir lurus sampai awal dasar sirip punggung agak cembung. Panjang kepala sama atau lebih kecil daripada tinggi badan. Sirip dada pendek, kepala dan badan bagian atas kehijauan, bagian bawah putih keperakan. Pada kembung perempuan terdapat bercak-bercak di badan yang membentuk garis kehitaman memanjang. Sedangkan kembung lelaki di badan bagian atas terdapat strip kehitaman memanjang (Paristiwady 2006). Klasifikasi ikan kembung menurut Direktorat Jenderal Prikanan (1979) adalah sebagai berikut: Filum : Chordata Kelas : Pisces Ordo : Percomorphi Subordo : Scombroideae Famili : Scombridae Genus : Rastrelliger Species : R. brachysoma; R. kanagurta
13
Ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) biasanya ditemukan di perairan yang jernih dan agak jauh dari pantai dengan kadar garam lebih dari 32 ‰, sedangkan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) dijumpai di perairan dekat pantai dengan kadar garam lebih rendah (Nontji 2002). Penyebaran utama ikan kembung (Rastrelliger spp) adalah Kalimantan di perairan barat, timur dan selatan serta Malaka, sedangkan daerah penyebarannya mulai dari Pulau Sumatra bagian barat dan timur, Pulau Jawa bagian utara dan selatan, Nusa Tenggara, Sulawesi bagian utara dan selatan, Maluku dan Irian Jaya (Direktorat Jenderal Perikanan 1979). Jenis ikan ini biasanya ditangkap menggunakan sero, jala lompa dan sejenisnya, kadang-kadang masuk trawl, jaring insang lingkar dan pukat cincin. 6) Ikan julung-julung (Hemirhamphus sp) Bentuk badan memanjang dengan rahang atas pendek membantuk paruh sedangkan rahang bawah panjang dan membentuk segitiga. Sirip-sirip tidak mempunyai jari-jari keras. Sirip punggung dan sirip dubur terletak jauh dibelakang, sirip dada pendek. Garis rusuk terletak di badan bagian bawah (Paristiwady 2006). Daerah penyebaran terdapat diperairan pantai, lepas pantai, terutama Indonesia Timur (Laut Flores, Selat Makassar, Laut Sulawesi, Laut Maluku, Laut Banda) dan perairan yang berbatasan dengan Samudera Indonesia. Tergolong ikan pelagis lapisan atas. Penangkapan dengan soma antoni, jala oras, jala buang, soma giob (Direktorat Jenderal Prikanan 1979). 2.2 Unit Penangkapan Ikan Pelagis 1) Huhate (Pole and line) Pole and line merupakan alat tangkap yang terdiri dari jaron, tali pancing dan mata pancing. Jaron terbuat dari bambu yang mempunyai kelenturan tinggi. Pada mata pancing diikatkan tali rapiah yang warna-warni sedemikian rupa sehingga menyerupai umpan. Umpan hidup merupakan salah satu faktor pembatas yang sangat penting dalam pengoperasian pole and line. Umpan hidup ini dimaksudkan untuk memikat dan menarik perhatian ikan agar muncul ke
14
permukaan laut serta untuk menahan schooling ikan agar tetap berada di dekat lambung kapal (Kaneda 1995). Ketika schooling ikan telah ditemukan, posisi kapal diusahakan berada di bagian depan schooling. Untuk mempertahankan posisi tersebut, kapal sebaiknya tetap bergerak sambil dilakukan penebaran umpan hidup ke perairan. Kapal baru dihentikan jika ikan mengejar dan memakan umpan yang ditebarkan dan ABK dapat memulai pemancingan. Pada saat pemancingan, umpan hidup tetap ditebar dan dilakukan penyemburan air melalui water sprayer.
Penyemburan air
dimaksudkan untuk menghalangi penglihatan ikan terhadap pemancing dan sekaligus mengaburkan pandangan ikan sehingga langsung menerkam mata pancing (Kaneda 1995). Ikan yang menjadi tujuan utama dalam perikanan pole and line adalah cakalang. Penyebaran cakalang ini lebih banyak terdapat di perairan kawasan timur Indonesia dibandingkan dengan kawasan barat Indonesia. Dengan demikian, pole and line banyak beroperasi di perairan kawasan timur Indonesia, seperti Sorong, Bacan, Gorontalo dan Sulawesi Selatan (Monintja et al. 2001). 2) Pukat cincin (Purse seine) Purse seine merupakan sejenis jaring lingkar yang aktif untuk menangkap ikan pelagis besar dan kecil, dengan cara melingkarkan pada suatu gerombolan ikan, kemudian bagian bawah jaring dikerucutkan sehingga ikan terkurung dan pada akhirnya terkumpul di bagian kantong. Dengan kata lain prinsip penangkapannya adalah melingkarkan untuk memperkecil ruang lingkup gerakan ikan sehingga ikan-ikan hasil tangkapan tidak dapat melarikan diri dan akhirnya tertangkap. Dengan demikian fungsi jaring tersebut adalah sebagai dinding penghalang dan bukan sebagai penjerat ikan. Secara umum, konstruksi pukat cincin adalah mirip dengan pukat pantai. Tetapi pada bagian bawah tali pemberat, pukat cincin dilengkapi dengan rangkaian cincin terbuat dari logam yang diatur dengan jarak tertentu. Pukat diangkat dengan cara menarik tali kerut (purse line) yang dipasang sepanjang rangkaian cincin yang dilalui. Pukat cincin dioperasikan oleh kapal dengan ukuran bervariasi mulai dari ukuran kecil untuk panjang 15 meter (di pantai) sampai ukuran besar mencapai
15
100 meter yang beroperasi di laut lepas. Setelah mendeteksi gerombolan ikan, operasi penangkapan dimulai dengan menjatuhkan pelampung tanda yang terpasang pada salah satu ujung tali pukat. Sambil kapal bergerak, pukat diturunkan hingga sempurna terpasang melingkari gerombolan ikan. Penarikan dimulai dengan diangkatnya pelampung tanda, lalu tali kerut mulai ditarik sehingga bagian bawah pukat menjadi tertutup. Kemudian pukat ditarik sampai ikan terkonsentrasi dibagian kantong pukat. Ayodhyoa (1981) mengemukakan bahwa tujuan penangkapan dengan menggunakan purse seine adalah jenis ikan pelagic shoaling species yang berarti ikan-ikan tersebut haruslah membentuk suatu gerombolan, berada dekat dengan permukaan air (sea surface) dan jarak antara ikan dengan ikan lainnya haruslah sedekat mungkin. Dengan kata lain per-satuan volume hendaklah jumlah individu ikan sebanyak mungkin. Hal ini dapat dipikirkan sehubungan dengan volume yang terbentuk oleh jaring akan dibatasi oleh ukuran dari jaring yang dipergunakan. 3) Rawai (Longline) Konstruksi pancing rawai (longline) terdiri dari tali utama (main line), tali cabang (branch line), pancing (hook), tali pelampung (floating line), pelampung (float), lampu-lampu pelampung (floating lights), bendera (flag) dan tiang bambo (pole). Alat tangkap longline tersusun dalam basket, satu basket terdiri atas 4-13 pancing. Setiap kali operasi menggunakan sekitas 200-400 basket, atau sekitar 1000-2000 pancing, dengan panjang longline dapat mencapai 100 km (Nurani & Wisudo 2007). Subani & Barus (1989) membagi rawai tuna menjadi rawai tuna mini, sedang dan besar. Rawai tuna mini (mini tuna long line) mempunyai ukuran: panjang tali utama 25-40 m, bahan kuralon dengan tali cabang 4 buah. Dioperasikan pada kedalaman 50-120 m. Dalam keadaan direntangkan panjang keseluruhan tali pancing dapat mencapai 21 km dengan catatan bila kerutan tali 0,65%. Rawai tuna sedang mempunyai ukuran panjang tali utama 40-50 m, bahan kuralon, memakai 6 buah tali cabang. Kapal yang digunakan berukuran 20-30 GT. Dioperasikan pada kedalaman 90-195 m. Dalam keadaan direntangkan panjang keseluruhan tali pancing dapat mencapai 57,5 km dengan catatan bila kerutan tali
16
0,60%. Rawai tuna besar mempunyai ukuran panjang tali utama 55-65 m, bahan kuralon, memakai 13 buah tali cabang. Kapal yang digunakan berukuran 100-200 GT. Dioperasikan pada kedalaman 100-350 m. Dalam keadaan direntangkan panjang keseluruhan tali pancing dapat mencapai 73,6 km dengan catatan bila kerutan tali 0,55%. 4) Jaring insang (Gillnet) Jaring insang termasuk alat tangkap yang selektif artinya besar mata jaring dapat disesuaikan dengan ukuran ikan yang akan ditangkap. Jaring insang dioperasikan dengan tujuan menghadang ruaya gerombolan ikan. Ikan-ikan yang tertangkan pada jaring insang umumnya terjerat pada mata jaring atau terbelit pada tubuh jaring. Baskoro (2006) menyatakan bahwa pada umumnya ikan-ikan yang menjadi tujuan penangkapan ialah jenis ikan yang horizontal migration-nya amupun vertical migration-nya tidak seberapa aktif, dengan perkataan lain migrasi ikan-ikan tersebut pada suatu large layer/depth tertentu. Operasi penangkapan dimulai dengan menjatuhkan pelampung tanda dan pemberat, kemudian dilakukan penurunan jaring. Waktu penangkapan dilakukan pada setiap waktu dengan catatan warna jaring tidak terlihat oleh ikan. Oleh karena itu warna jaring sering sama dengan warna perairan (Sudirman & Mallawa 2004). 5) Pukat pantai (Beach seine) Pengoperasian pukat pantai berdasarkan prinsip mengelilingi gerombolan ikan dengan jaring yang meggunakan ukuran mata tertentu sehingga ikan tidak tersangkut dan terperangkap oleh cakupan jaring. Pukat pantai merupakan suatu jaring dengan ketinggian umumnya 5 sampai dengan 10 meter. Pada bagian atas jaring dilengkapi dengan tali pelampung dan dibagian bawahnya dengan tali pemberat untuk mencapai kestabilan bukaan jaring di air. Pada bagian ujung pukat ini masing-masing dilengkapi dengan tali penarik yang panjang (Mangga Barani 2006). Pengoperasian dilakukan dengan bantuan perahu kecil, sedangkan penarikan pukat dilakukan oleh banyak orang (nelayan) karena memerlukan tenaga yang cukup. Ikan akan terkurung antara pukat dengan pantai dan akhirnya tertangkap. Pada beberapa kasus, pengoperasian pukat pantai menggunakan lampu sebagai
17
alat bantu untuk pengumpulan ikan. Ikan target penangkapan adalah ikan-ikan di habitat bagian dalam perairan pantai baik demersal maupun pelagis. 6) Bagan (Lifnet) Penangkapan ikan dengan menggunakan bagan adalah dengan cara menarik perhtian ikan ke dalam cakupan jaring yang sudah dipasang di bawah perairan. Untuk menarik perhatian ikan digunakan lampu sebagai alat bantu. Jaring yang sudah terpasang dengan cepat diangkat bersamaan pada setiap ujungnya sehingga melingkupi ikan-ikan yang telah terkumpul mendekati cahaya lampu. Jaring diturunkan pada kedalaman tertentu melalui tiang-tiang bagan yang menjulang. Setelah jaring terpasang maka lampu-lampu penerangan dinyalakan untuk menarik perhatian dan mengkonsentrasikan gerombolan ikan di sekitar perahu. Tahap selanjutnya adalah menunggu ikan masuk ke dalam cakupan jaring. Setelah ikan banyak berkumpul maka dilakukan penarikan pada setiap ujung jaring secara secara bersamaan. Sedangkan ikan target penangkapan dengan bagan adalah sebagian besar ikan pelagis kecil namun ada juga pelagis besar. 7) Pancing tonda (Trol line) Konstruksi pancing tonda terdiri dari tali pnjang, mata pancing, tanpa pemberat. Pada umumnya menggunakan umpan baik jenis ikan maupun tiruan. Penangkapan dengan pancing tonda dilakukan pada siang hari, dengan nenggunakan perahu maupun kapal motor secara horizontal menelusuri lapisan permukaan air. Biasanya tiap perahu membawa lebih dari dua buah pancing yang ditonda sekaligus. Ikan target tangkapan adalah cakalang, tongkol dan madidihang dan lain-lain sebagainya. 2.3 Model Surplus Produksi Pemanfaatan sumberdaya ikan umumnya didasarkan pada konsep hasil maksimum yang lestari (maximum sustainable yield), yaitu hasil tangkapan terbesar yang dapat dihasilkan dari tahun ke tahun oleh suatu perikanan. Konsep MSY didasarkan atas suatu model yang sangat sederhana dari suatu populasi ikan yang dianggap sebagai unit tunggal. Konsep ini dikembangkan dari kurva biologi yang menggambarkan yield sebagai fungsi dari effort dengan suatu nilai maksimum yang jelas, terutama bentuk parabola dari Schaefer yang paling
18
sederhana (Widodo & Suadi 2006). Inti dari konsep ini adalah menjaga keseimbangan biologi dari sumberdaya ikan, agar dapat dimanfaatkan secara maksimum dalam waktu yang panjang. Lebih lanjut Widodo & Suadi (2006) menyatakan bahwa MSY memiliki beberapa keuntungan antara lain bahwa konsep ini didasarkan pada gambaran yang sederhana dan mudah dimengerti atas reaksi suatu stok ikan terhadap penangkapan. Setiap nelayan akan memahami bahwa dari stok yang berukuran kecil hanya mampu menghasilkan hasil tangkapan yang kecil, dan demikian juga sebaliknya, atau sederhananya sejumlah hasil tangkapan yang tidak terlalu besar tidak akan mampu menurnkan stok tersebut. Selain itu MSY ditentukan dengan suatu ukuran fisik yang sederhana, yakni berat atau jumlah ikan yang ditangkap, sehingga menghindarkan perbedaan-perbedaan dalam wilayah suatu negara ataupun antar negara, dibandingkan dengan kriteri lainnya (misalnya harga hasil tangkapan atau penurunan biaya operasional). Pengelolaan sumberdaya ikan seperti ini berorientasi pada sumberdaya (resources oriented) yang lebih ditunjukkan untuk melestarikan sumberdaya dan memperoleh hasil tangkapan meksimum yang dapat dihasilkan dari sumberdaya tersebut. Namun menurut Fauzi (2004) pengelolaan sumberdaya ikan dengan menggunakan pendekatan MSY mempunyai kelemahan antara lain: (1) tidak bersifat stabil, karena perkiraan stok yang meleset sedikit saja bisa mengarah ke pengurasan stok, (2) tidak memperhitungkan nilai ekonomis apabila stok ikan tidak dipanen, dan (3) sulit diterapkan pada kondisi dimana perikanan memiliki ciri ragam jenis. Sedangkan menurut Suseno (2007), terlepas dari kelemahan yang dimiliki dari pendekatan MSY dalam pengelolaan perikanan, tetapi kita harus percaya pendekatan itu merupakan konsep yang bermanfaat. Setidaknya ada dua alasan yang menyertainya. Pertama, MSY merupakan landasan utama bagi beberapa negara dalam menetapkan tujuan pengelolaan perikanan. Kedua, MSY merupakan batas ukuran dari hasil tangkapan. Penentuan nilai MSY dan upaya pemanfaatan yang optimum diperlukan sebagai
informasi
dasar
untuk
menetapkan
tingkat
pemanfaatan
yang
diperbolehkan. Sebagai salah satu tolak ukur pengelolaan, telah ditetapkan bahwa jumlah tangkapan ikan yang diperbolehkan (JTB) atau dikenal di dunia perikanan
19
dengan istilah total allowable catch (TAC) untuk wilayah pengelolaan perikanan adalah sebesar 80% dari potensi lestarinya atau MSY. Selain menentukan nilai MSY, ditentukan pula nilai catch per unit effort (CPUE) dan upaya optimum yang dapat dilakukan di wilayah pengelolaan perikanan (Murdiyanto 2004). Dengan demikian maka dalam aspek pengelolaan sumber daya perikanan parameter MSY dan hubungan antara hasil tangkapan dan upaya penangkapan atau CPUE sering digunakan dalam perhitungan untuk mempertimbangkan tindakan pengelolaan atau peraturan yang akan diberlakukan. 2.4 Standarisasi Upaya Tangkap Setiap jenis alat tangkap mampu menangkap berbagai jenis ikan di suatu daerah penangkapan. Bila di suatu daerah terdapat berbagai alat tangkap maka salah satunya harus dipakai sebagai standar dan alat tangkap yang lain distandarisasikan terhadap alat tangkap tersebut. Hal ini disebabkan kemampuan tangkap dari masing-masing alat tangkap tersebut berbeda-beda dalam menangkap suatu jenis ikan (Gulland 1983). Standarisasi alat tangkap perlu dilakukan sebelum melakukan perhitungan catch per unit effort (CPUE), yaitu dengan cara membandingkan hasil tangkapan per unit upaya masing-masing alat tangkap (Gulland 1983). Standarisasi bertujuan untuk menyeragamkan satuan-satuan yang berbeda menjadi satuan upaya (jumlah satuan operasi) yang sama. Alat tangkap yang digunakan sebagai standar adalah jenis alat tangkap yang paling dominan menangkap jenis ikan tertentu di suatu daerah (mempunyai laju tangkapan rata-rata per CPUE terbesar pada periode waktu tertentu) dan memiliki nilai faktor daya tangkap (fishing power index, FPI) sama dengan satu. FPI dari masing-masing alat tangkap lainnya dapat diketahui dengan cara membagi laju tangkapan rata-rata masing-masing alat tangkap dengan laju tangkapan rata-rata alat tangkap yang dijadikan standar (Gulland 1983). 2.5 Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Untuk mengusahakan agar sumberdaya perikanan dapat dimanfaatkan terus menerus secara maksimal dalam waktu yang tidak terbatas maka laju kematian karena penangkapan perlu dibatasi sampai pada suatu titik tertentu. Murdiyanto (2004) menyatakan bahwa perhitungan tentang upaya penangkapan dan stok ikan memerlukan dukungan data riwayat pendaratan ikan yang dilakukan
20
dari tahun ke tahun di suatu lokasi pendaratan ikan. Jumlah tangkapan per tahun tidak akan menjadi informasi yang penting tanpa adanya informasi tentang kecenderungan fluktuasi pendaratan dari tahun ke tahun dalam kurun waktu yang cukup panjang. Pemantauan terhadap perubahan nilai hasil tangkapan per unit upaya secara terus menerus dan menjaganya tetap berada dalam keadaan yang aman masih merupakan cara yang biasa dipakai dalam pengelolaan sumberdaya ikan. Kebijakan untuk mengupayakan tercapainya tingkat pemanfaatan yang optimal antara kapasitas stok yang terkandung dalam sumberdaya ikan di setiap wilayah penangkapan ikan dan hasil tangkapannya adalah hal yang sangat penting dalam menuju tercapainya pelaksanaan usaha perikanan yang berkelanjutan. Apabila tingkat penangkapan ikan menjadi tinggi hingga melampaui kapasitas stok ikan yang tersedia di suatu wilayah penangkapan ikan maka akan terjadi penangkapan yang berlebihan (overfishing) yang ditandai dengan gejala pada suatu sumberdaya ikan antara lain adalah; 1) hasil tangkapan nelayan semakin menurun dari waktu-kewaktu 2) daerah penangkapan (fishing ground) semakin jauh dan 3) ukuran ikan yang tertangkap semakin kecil (Widodo 2003). Tingkat penangkapan yang melebihi nilai MSY dan menyebabkan peristiwa lebih tangkap dapat mengakibatkan menurunnya hasil tangkapan per satuan upaya atau catch per unit effort (CPUE) (Murdiyanto 2004). Sebaliknya apabila tingkat pemanfaatan di suatu wilayah penangkapan berada di bawah angka MSY maka akan terjadi apa yang disebut sebagai under utilization atau tingkat pemanfaatan yang belum optimal, artinya walaupun tidak membahayakan ketersediaan stok ikan akan tetapi sumberdaya ikan tersebut masih kurang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan makanan dari laut, banyak ikan yang mati secara alami tanpa dimanfaatkan (Murdiyanto 2004). 2.6 Musim Penangkapan Ikan Fluktuasi hasil tangkapan dipengaruhi oleh keberadaan ikan, jumlah upaya penangkapan dan tingkat keberhasilan operasi penangkapan. Respon ikan terhadap musim antara lain akan mendekati atau menjauhi suatu daerah, mudah atau sulit untuk ditangkap, menyebar atau bergerombol dan terjadinya perubahan stok perikanan karena kondisi oseanografi. Respon upaya penangkapan ikan
21
terhadap musim di antaranya adalah banyaknya ikan yang ditangkap, keadaan cuaca dan keuntungan yang diperoleh. Hasil tangkapan tidak hanya dipengaruhi oleh kelimpahan ikan pada suatu saat, tetapi bergantung juga pada jumlah unit dan efisiensi unit alat tangkap, lamanya operasi penangkapan dan ketersediaan ikan yang akan ditangkap (Laevastu & Favorite 1988). Untuk dapat melakukan operasi penangkapan dengan efisien diperlukan adanya informasi yang tepat seperti saat musim penangkapan yang baik. Informasi mengenai pola musim penangkapan digunakan untuk menentukan waktu yang tepat dalam pelaksanaan operasi penangkapan. Perhitungan pola musim penangkapan menggunakan data hasil tangkapan dan upaya penangkapan bulanan. Pola musim penangkapan seperti halnya data lainnya yang bersifat musiman dapat dianalisis dengan menggunakan pendekatan metode rata-rata bergerak (moving average) yang dikemukakan oleh Dajan (1986). Lebih lanjut Dajan (1986) menyatakan keuntungan menggunakan metode rata-rata bergerak yaitu dapat mengisolasi fluktuasi musiman sehingga dapat menentukan saat yang tepat untuk melakukan operasi penangkapan dan dapat menghilangkan trend atau kecenderungan yang bisa dijumpai pada metode deret waktu. Kerugian dari metode ini adalah tidak dapat menghitung pola musim penangkapan sampai tahun terakhir data.
3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Pelaksanaan penelitian dibagi dalam 2 tahapan berdasarkan waktu kegiatan, yaitu : (1) Pelaksanaan penelitian lapangan selama 2 bulan (September- Oktober 2006), yaitu pengambilan data primer dan sekunder secara langsung di lapangan. (2) Pelaksanaan analisis pengolahan data dan penyusunan tesis selama 6 bulan (November 2006-April 2007). Penelitian ini dilakukan di wilayah Provinsi Maluku Utara, yang meliputi Bacan Kabupaten Halmahera Selatan, Tobelo Kabupaten Halmahera Utara, dan Kota Ternate. Dipilihnya daerah-daerah tersebut menjadi lokasi penelitian karena pada ketiga daerah ini terdapat aktivitas nelayan yang sangat dominan dalam kegiatan penangkapan ikan pelagis dibandingkan dengan daerah-daerah lain dan wilayah tersebut merupakan pusat pendaratan ikan utama di Provinsi Maluku Utara. Peta wilayah Maluku Utara dan lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
PETA LOKASI PENELITIAN
Gambar 2 Peta lokasi penelitian
23
3.2 Metode Pengumpulan Data Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei dan observasi lapangan. Data yang dikumpulkan terdiri dari data produksi dan upaya tangkap tahunan ikan pelagis antara lain tuna, cakalang, tongkol, layang, kembung dan julung-julung di diperoleh dari laporan statistik perikanan tangkap Provinsi Maluku Utara. Dipilihnya jenis ikan tersebut, berdasarkan hasil observasi di lapangan bahwa jenis ikan ini mengalami tekanan penangkapan yang lebih intensif dibandingkan jenis ikan pelagis yang lain. Data produksi dan upaya penangkapan ikan bulanan (1998-2005) dikumpulkan dari Pelabuhan Perikanan Nusantara Ternate. Untuk pemutakhiran data produksi dan upaya penangkapan ikan maka dilakukan wawancara dan diskusi mendalam dengan Kasudin Produksi dan Kasubag Perencanaan dan Pelaporan Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara. Sedangkan data produksi dan upaya penangkapan bulanan diverivikasi dengan mengadakan diskusi mendalam dengan Kepala seksi pendaratan ikan dan petugas pencatatan hasil timbangan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Ternate. Data meteorologi berupa curah hujan dan kecepatan angin rata-rata periode 10 tahun di peroleh dari Stasiun Meteorologi Babullah Ternate. Data lainnya yang dikumpulkan untuk menggambarkan kondisi pemanfaatan setiap jenis ikan saat sekarang serta daerah dan musim penangkapan ikan adalah data primer dari hasil wawancara dengan nelayan. Nelayan diminta untuk menjelaskan di mana biasa melakukan penangkapan ikan berdasarkan bulan/musim ikan dengan menggunakan pendekatan wawancara langsung dengan alat bantu peta. Nelayan suatu jenis alat tangkap diminta untuk menunjukkan daerah operasi penangkapan pada setiap bulan dan menentukan hasil tangkapan utamanya. Selain itu data posisi pemasangan rumpon diperoleh dari Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara, dan data sebaran ikan diperoleh dari Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP).
24
3.3 Metode Analisis Data 3.3.1 Analisis tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan 1) Produktivitas alat tangkap Perhitungan CPUE bertujuan untuk mengetahui laju tangkapan upaya penangkapan ikan yang didasarkan pada pembagian total hasil tangkapan (catch) dengan upaya penangkapan (effort). Rumus yang digunakan untuk mengetahui nilai CPUE adalah sebagai berikut (Gulland 1983).
CPUE = Keterangan : ci fi CPUEi
ci ...............................................................................................(1) fi
: Hasil tangkapan ke-i (kg) : Upaya penangkapan-i (trip) : Hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan ke-i (kg/trip)
2) Standarisasi alat tangkap Standarisasi alat tangkap dalam rangka menghitung potensi sumberdaya ikan penting dilakukan mengingat setiap jenis ikan dapat ditangkap dengan menggunakan lebih dari satu jenis alat tangkap. Menurut Gulland (1983) bahwa jika di suatu perairan terdapat berbagai jenis alat tangkap maka salah satu alat tangkap dapat dipakai sebagai alat tangkap standar, sedangkan alat tangkap yang lainnya dapat distandarisasikan terhadap alat tangkap tersebut. Standarisasi terhadap alat tangkap yang lain bertujuan untuk menyeragamkan satuan-satuan upaya yang berbeda sehingga dapat dianggap upaya penangkapan yang sama dengan alat tangkap standar. Alat tangkap yang ditetapkan sebagai alat tangkap standar dipilih dari alat tangkap yang mempunyai nilai produktivitas yang paling tinggi dengan asumsi setiap jenis alat tangkap yang distandarisasi tidak mengalami perubahan baik dari segi ukuran maupun teknologinya selama periode pengamatan. Alat tersebut diberi nilai FPI (fishing power index) = 1. Perhitungan FPI (Spare & Venema 1999), yaitu: CPUEi =
Ci ; fi
CPUEs =
Cs ; fs
25
FPIi
=
CPUEi .................................................................................(2) CPUEs
FPIs
=
CPUEs ...................................................................................(3) CPUEs
Std Efforti = Fpii x fi.............................................................................(4) Std Efforts = FPis x fs.............................................................................(5) Std Effort total = ∑ (FPIi X fi) + (FPIs X fs)............................................(6) Keterangan : Cs fs Ci fi CPUEs
Hasil tangkapan (catch) per tahun alat tangkap standar (kg) Upaya penangkapan (effort) per tahun alat tangkap standar (trip) Hasil tangkapan (catch) per tahun jenis alat tangkap lain (kg) Upaya penangkapan (effort) per tahun alat tangkap lain (trip) Hasil tangkapan per upaya penangkapan tahunan alat tangkap standar (kg/trip) CPUEi : Hasil tangkapan per upaya penangkapan tahunan alat tangkap lain (kg/trip) FPIs : Faktor daya tangkap jenis alat tangkap standar FPIi : Faktor daya tangkapa jenis alat tangkap lain : : : : :
3) Metode surplus produksi Salah satu metode pendugaan stok ikan adalah metode surplus produksi (surplus production methods). Metode ini digunakan dalam perhitungan potensi lestari maksimum (MSY) dan upaya penangkapan optimum dengan cara menganalisis hubungan upaya penangkapan dengan hasil tangkapan per satuan upaya (CPUE). Metode ini dapat menggambarkan keadaan stok ikan sebelumnya dan dapat juga meramalkan yang akan datang berdasarkan data hasil tangkapan ikan dan upaya penangkapan. Suatu stok dianggap sebuah kumpulan besar biomassa dan sama sekali tidak berpedoman atas umur dan ukuran panjang ikan dengan pertimbangan bahwa jumlah biomassa stok tetap dan adanya aktivitas usaha perikanan, maka dapat diduga bahwa semakin banyak jumlah kapal (effort), akan semakin kecil bagian masing-masing kapal (Gulland 1983). Dalam penggunaan metode surplus produksi, maka beberapa asumsi dasar yang harus diperhatikan: (1) Stok ikan dianggap sebagai unit tunggal tanpa memperhatikan struktur populasinya (2) Penyebaran ikan pada setiap periode dalam wilayah perairan dianggap merata (3) Stok ikan dalam keadaan seimbang
26
(4) Masing-masing unit penangkapan ikan memiliki kemampuan yang sama Metode produksi surplus terdiri dari model Schaefer dan model Fox. Tidak dapat dibuktikan bahwa salah satu model tersebut lebih baik dari model yang lain. Pemilihan salah satu model didasarkan pada kepercayaan bahwa salah satu model tersebut paling rasional dan mendekati keadaan sebenarnya atau paling sesuai dengan data yang ada (Spare & Venema 1999). Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai R2 atau koefisien determinasi. Menurut Sokal dan Rohlf (1981) koefisien determinasi adalah nilai yang menyatakan besarnya perubahan variabel y karena peubah variabel x. Model yang memiliki nilai R2 terbesar adalah model yang sesuai untuk digunakan dalam menganalisis data tersebut karena menunjukkan bahwa peubah x berpengaruh besar terhadap peubah y. Langkah-langkah pengolahan data dalam metode produksi surplus model Fox adalah sebagai berikut: (1) Menjumlahkan hasil tangkapan dari tiap-tiap alat tangkap yang digunakan untuk menangkap setiap jenis ikan (2) Menjumlahkan effort standar dari setiap jenis ikan (3) Menghitung produktivitas (CPUE) standar dengan membandingkan jumlah hasil tangkapan dengan jumlah effort standar (4) Karena model Fox yang digunakan maka, nilai CPUE standar dilogaritmakan atau Ln CPUE (5) Memplotkan nilai effort standar (x) dan nilai Ln CPUE (y) untuk menduga nilai c dan d dengan regresi linier (6) Membuat simulasi agar dapat menentukan kurva pendugaan model Fox (7) Menghitung pendugaan potensi lestari (MSY) dan upaya optimum (effort optimum) Besarnya parameter c dan d secara matematik dapat dicari dengan menggunakan persamaan regresi sederhana dengan rumus y = c + bx. c=
(∑ yi − d ∑ xi) ; n
d=
n ∑ xiyi − (∑ xi)(∑ yi) ...................................(7) n ∑ xi2 − (∑ xi) 2
Keterangan: xi = Upaya penangkapan pada periode-i; dan yi = Hasil tangkapan per satuan upaya pada periode-i
27
Rumus-rumus untuk mencari potensi lestari (MSY) hanya berlaku bila parameter d bernilai negatif, artinya penambahan upaya penangkapan akan menyebabkan penurunan CPUE. Bila dalam perhitungan diperoleh nilai b positif, maka perhitungan potensi dan upaya penangkapan optimum tidak dilanjutkan, akan tetapi hanya dapat disimpulkan bahwa penambahan upaya penangkapan masih memungkinkan untuk meningkatkan hasil tangkapan. Perhitungan nilai potensi lestari (MSY) dan upaya optimum (fopt) dengan menggunakan rumus Fox adalah sebagai berikut:
Ln CPUE = c + d x fi Hubungan antara effort standar (fstd) terhadap Ln CPUEstd adalah: y = f x exp (c + d x f) Nilai upaya optimum: fopt = −
1 .....................................................................................................(8) d
Nilai potensi lestari: ⎛1⎞ MSY = − ⎜ ⎟ × exp(c − 1) ............................................................................(9) ⎝d ⎠ Keterangan : c d fi fopt MSY
: Intercept : Slope : Upaya penangkapan pada tahun ke-i (trip) : Upaya penangkapan optimum (trip/tahun) : Nilai potensi maksimum lestari (kg/tahun)
Untuk menentukan tingkat pemanfaatan setiap jenis ikan pelagis ekonomis penting dihitung dengan cara mempersentasekan jumlah hasil tangkapan pada tahun tertentu terhadap nilai MSY. Rumus dari tingkat pemanfaatan adalah : Tpi =
ci X 100% ..........................................................................................(10) MSY
Keterangan : : Tingkat pemanfaatan pada tahun ke-i Tpi ci : Hasil tangkapan pada tahun ke-i (kg) MSY : Nilai potensi maksimum lestari (kg/tahun) Tahapan penentuan
tingkat pemanfaatan beberapa jenis ikan pelagis
ekonomis penting di Provinsi Maluku Utara disajikan pada Gambar 3.
28
Data statistik perikanan
Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara (2000-2005)
¾ Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Halmahera Barat (1998-1999) ¾ Dinas Perikanan dan Kelautan Halmahera Tengah(1998-1999) ¾ Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Ternate(1998-1999)
Penggabungan data statistik perikanan tangkap (1998-1999)
Data produksi tahunan dan unit penangkapan Menghitung CPUE Standarisasi upaya tangkap Menghitung CPUE standar Metode surplus produksi (Model Fox)
Menentukan: MSY, fopt Menentukan: tingkat pemanfaatan
Gambar 3 Tahapan penentuan tingkat pemanfaatan beberapa jenis ikan pelagis ekonomispenting di Provinsi Maluku Utara
29
3.3.2 Analisis pola musim penangkapan ikan Data hasil tangkapan dari masing-masing ikan pelagis dominan dianggap merupakan indikator keberadaannya pada suatu daerah penangkapan. Data hasil tangkapan bulanan masing-masing ikan pada tempat pendaratan dianalisis berdasarkan perbandingan antara berat total ikan yang didaratkan dengan banyaknya upaya yang dilakukan pada bulan tersebut (CPUE). Banyaknya upaya penangkapan dihitung dari jumlah kapal yang melakukan pendaratan ikan pada bulan yang bersangkutan. Secara matematik CPUE tersebut dapat dituliskan sebagai berikut : CPUE =
ci ..................................................................................................(11) fi
Keterangan : CPUE : Jumlah total tangkapan per upaya penangkapan bulan ke-i (kg/trip) : Total hasil tangkapan bulan ke-i (kg) ci fi : Total upaya penangkapan bulanan ke-i (trip) Pola musim penangkapan dianalisis dengan menggunakan pendekatan metode rata-rata bergerak (moving average) seperti yang dikemukakan oleh Dajan (1986). Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut : (1) Menyusun deret CPUEi bulan Januari 1997 sampai Desember 2005 ni = CPUEi.................................................................................................(12) Keterangan : i : 1,2,3,......,108 ni : CPUE urutan ke-i (2) Menyusun rata-rata bergerak CPUE selama 12 bulan (RG) RGi =
1 ⎛ i +5 ⎞ ⎜ ∑ CPUE ⎟ ................................................................................(13) 12 ⎝ i =i −6 ⎠
Keterangan : Rgi : Rata-rata bergerak 12 bulan urutan ke-i CPUEi : CPUE urutan ke-i i : 6,7,...,...n-5 (3) Menyusun rata-rata bergerak CPUE terpusat (RGP)
RGPi =
1 ⎛ i =1 ⎞ ⎜ ∑ RGi ⎟ ...................................................................................(14) 2 ⎝ i =i ⎠
Kererangan : RGPi : Rata-rata bergerak CPU terpusat ke-i RGi : Rata-rata bergerak 12 bulan urutan ke-i
30
(4) Rasio rata-rata bulan (Rb)
Rbi =
CPUEi ............................................................................................(15) RGPi
Keterangan : Rbi : Rasio rata-rata bulan urutan ke-i CPUEi : CPUE urutan ke-i i : 6,7,...,...n-5 (5) Menyusun nilai rata-rata dalam suatu matrik berukuran i x j yang disusun untuk setiap bulan, yang dimulai dari bulan juni-juli. Selanjutnya menghitung nilai total rasio rata-rata tiap bulan, kemudian menghitung total rasio rata-rata secara keseluruhan dan pola musim penangkapan. 1) Rasio rata-rata untuk bulan ke-i (RBBi) RBBi =
⎞ 1⎛ n ⎜ ∑ RBij ⎟ ................................................................................(16) ⎟ ⎜ n ⎝ j =1 ⎠
Keterangan : RBBi : Rata-rata Rbij untuk bulan ke-i Rbij : Rasio rata-rata bulanan dalam matriks ukuran i x j i : 1,2...,...12 j : 1,2,3...,..., n 2) Jumlah rasio rata-rata bulanan (JRBB) 12
JRRB = ∑ RRBi i =i
Keterangan : JRRB : Jumlah rasio rata-rata bulan RBBi : Rata-rata Rbij untuk bulan ke-i i : 1,2...,...12 3) Menghitung faktor koreksi:
FK =
1200 ............................................................................................(17) JRBB
Keterangan : FK : Nilai faktor koreksi JRBB : Jumlah rasio rata-rata bulanan 4) Indeks musim penangkapan IMPi = RRBi x FK..................................................................................(18) Keterangan : IMPi : Indeks musim penangkapan bulan ke-i RBBi : Rasio rata-rata untuk bulanan ke-i i : 1,2,3,...,...12
31
Nelayan: Ternate, Bacan dan Tobelo
Pelabuhan Perikanan Nusantara Ternate
Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara
Data produksi dan unit penangkapan ikan
Balai Riset Kelautan dan Perikanan Data: Daerah dan musim penangkapan ikan Data: Posisi rumpon Data: Posisi sebaran ikan berdasarkan bulan
Arcview GIS 3.3
Pemetaan daerah pemanfaatan ikan pelagis
Menghitung CPUE
Studi Literatur
Data: Cuaca dan oseanografi
Standarisasi upaya tangkap Menghitung CPUE d Pendekatan metode rata-rata bergerak Menentukan indeks musim penangkapan Ikan
Hubungan IMP dengan cuaca dan oseanografi
Pola musim
Diskripsi daerah dan musim penangkapan penangkapan ikan
Gambar 4 Tahapan analisis pola musim penangkapan ikan dan hubungannya dengan kondisi lingkungan dan daerah penangkapan ikan di Provinsi Maluku Utara
4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Wilayah 4.1.1 Letak geografis Secara geografis kedudukan wilayah Provinsi Maluku Utara terletak antara o
3 LU-3 oLS dan antara 124 oBT-129 oBT, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : • Sebelah Utara dengan Samudera Pasifik • Sebelah Selatan dengan Laut Seram dan Laut Banda • Sebelah Timur dengan Selat Halmahera • Sebelah Barat dengan Laut Maluku Sedangkan secara administrasi Provinsi Maluku Utara terdiri dari 6 kabupaten dan 2 kota dengan luas keseluruhan + 145.819,1 km2. 4.1.2 Karakteristik iklim Iklim merupakan gabungan berbagai kondisi sehari-hari dimana unsur penyusun iklim utama adalah temperatur dan curah hujan, sehingga untuk mengetahui tipe iklim suatu wilayah perlu mengetahui karakteristik temperatur dan curah hujan. Provinsi Maluku Utara dipengaruhi oleh iklim tropis dengan suhu udara berkisar antara 27 oC-30 oC dengan curah hujan rata-rata antara 1000 2000 mm/tahun. Kelembaban nisbi rata-rata yang tercatat pada stasiun Metereologi Babullah Ternate (1997) adalah 71% (higher) pada bulan Agustus dan 87% (lower) pada bulan Februari. Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson wilayah ini beriklim tipe A dan B, sedangkan menurut klasifikasi Koppen bertipe A. Wilayah Provinsi Maluku Utara dipengaruhi oleh 4 musim, yaitu musim utara atau barat dan musim selatan atau timur dan 2 musim peralihan. Musim angin berlangsung setiap tahun dengan kecepatan rata-rata 12 km/jam yang dipengaruhi oleh keadaan angin musim utara dan musim selatan diselingi musim pancaroba yang merupakan transisi antara kedua musim tersebut. Musim utara terjadi pada bulan Oktober hingga Maret dan musim selatan terjadi pada bulan April hingga September. Data Stasiun Meteorologi Babullah Ternate pada tahun 1999 menunjukkan bahwa musim hujan jatuh pada bulan Desember-Mei dengan curah hujan tertinggi
33
pada bulan Mei (336 mm) dengan jumlah hari hujan 11-21 hari dan curah hujan terendah pada bulan Oktober (6 mm) dengan jumlah hari hujan 3-4 hari. Suhu udara maksimum berkisar 29,5-32,3 oC dan suhu minimum berkisar 22,1-24,1oC dengan suhu rata-rata 26,6 oC. Kelembaban nisbi berkisar 75-87% dengan ratarata 80,3%. Persentase penyinaran matahari rata-rata berkisar 37% (Pebruari)97% (Agustus). Kecepatan angin pada bulan Nopember-Mei bertiup dari arah barat daya dengan kecepatan maksimum 24 knot, bulan Juni-September bertiup dari arah selatan dengan kecepatan maksimum 21 knot. 4.1.3 Krakteristik oseanografi Informasi dasar tentang kondisi lingkungan perairan sangat diperlukan dalam kegiatan pemanfaatan kawasan perairan pantai berupa pengetahuan akan karakteristik fisik dan dinamika perairan sehingga diperlukan data dari parameter oseanografi yang diperoleh dari data sekunder. Perairan Maluku Utara secara langsung berbatasan dengan laut lepas, sehingga kondisi yang terjadi di perairan ini dipengaruhi oleh karakteristik perairan yang berbatasan dengan wilayah perairan. Beberapa laut yang mempengaruhi secara langsung wilayah Maluku Utara adalah laut Maluku, laut Seram dan samudera Pasifik. Selain memiliki topografi yang landai sampai terjal, di perairan Maluku Utara terdapat beberapa palung yang dalam. Kedalaman perairan Maluku Utara mulai dari daerah inshore sampai pada daerah ofshore adalah 200-700 meter. Sedangkan pada daerah atau perairan pantai yang terlindung dan memiliki topografi yang landai terutama pada kawasan pulau-pulau kecil kedalamannya tidak lebih dari 200 meter. Kondisi parameter oseanografi perairan Maluku Utara tidak jauh berbeda dengan perairan tropis lainnya, kondisi ini bisa terjadi secara harian, tahunan dan jangka panjang. Kondisi pasang surut bergantung pada tipe pasang surut yang terjadi di perairan tersebut, terutama di perairan yang kedalamannya dangkal (inshore), sedangkan untuk pergerakan arus dan gelombang bergantung pada topografi pulau. Perairan Maluku Utara yang berhadapan langsung dengan Samudera Pasifik kondisi oseanografi di perairan ini sangat dipengaruhi oleh kekuatan angin yang besar.
34
Pasang surut (pasut) adalah proses naik turunnya muka laut secara hampir periodik karena gaya tarik benda-benda angkasa, terutama bulan dan matahari. Naik turunnya muka laut dapat terjadi sekali sehari (pasut tunggal), atau dua kali sehari (pasut ganda). Sedangkan pasut yang berprilaku diantara keduanya disebut sebagai pasut campuran. Pasang surut yang terjadi di perairan Maluku Utara adalah tipe pasang diurnal, yaitu pergerakan naik turunnya permukaan air laut pada interval waktu yang sama antara siang dan malam. Selanjutnya pergerakan arus yang berlangsung menurut skala waktu dapat dibedakan menjadi arus musiman akibat perubahan musim, yaitu Barat dan Timur dan arus harian yang dipengaruhi oleh pergerakan pasang surut. Data Dishidros TNI-AL (1992) diacu dalam Dinas Perikanan dan Kelautan (2002) kecepatan arus tertinggi terjadi di selat Capalulu mencapai 90 mil/jam, sedangkan arus lokal bervariasi pada saat arah angin menuju timur laut sampai tenggara dan ke arah selatan sampai barat dengan variasi antara 1- 45 cm/detik. Parameter oseanografi penting lainnya adalah gelombang, informasi mengenai kondisi gelombang dapat memprediksikan perairan dan aktifitas di laut termasuk aktifitas perikanan tangkap. Variasi pergerakan gelombang berdasarkan data Dishidros TNI-AL (1992) dan LON-LIPI Ambon (1994) dalam Dinas Perikanan dan Kelautan (2002) gelombang besar terjadi pada bulan SeptemberDesember dengan ketinggian mencapai 1.50 - 2.00 meter. Pola pasut di beberapa tempat khususnya diperairan Maluku Utara diperkirakan memiliki ciri yang sama dengan pola pasut di perairan Indeonesi Timur secara keseluruhan. Pola pasut di daerah ini merupakan rambatan pasut dari perairan yang jauh lebih luas yaitu lautan Pasifik. Sifat pasang surut (pasut) di perairan Maluku Utara bersifat campuran, dominasi pasut ganda. Dikatakan pasut ganda (semidiurnal tide) apabila terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam satu hari.
35
4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap 4.2.1 Potensi sumberdaya ikan Sumberdaya ikan merupakan sumberdaya ikan yang dapat pulih (renewable resources) namun terbatas. Bila sumberdaya ikan tersebut dimanfaatkan melebihi daya dukungnya, kelestarian sumberdaya ikan akan terancam dan produksinya akan menurun. Kelestarian sumberdaya ikan di Indonesia pada dekade ini diperkirakan akan menghadapi ancaman semakin meningkat karena, pergeseran daerah penangkapan armada perikanan dunia ke perairan yang masih potensial, termasuk perairan di sekitar kepulauan Indonesia, baik secara legal maupun ilegal. Informasi mengenai potensi sumberdaya ikan sangat diperlukan bagi perencanaan, pengambilan keputusan, pengusahaan dan lain-lain dalam pembangunan perikanan yang berkelanjutan. Apabila sumberdaya ikan dan tingkat keanekaragaman hayati dapat dipertahankan kelestariannya maka kelangsungan usaha penangkapan ikan di pusat-pusat konsentrasi nelayan di pangkalan pendaratan ikan akan terjamin keberlanjutannya. Berdasarkan hasil penelitian Badan Riset Departemen Kelautan dan Perikanan dan Komisi Nasional Stock Assessment, wilayah perairan Maluku Utara berada dalam Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) Laut Seram dan Laut Maluku dengan jumlah potensi sumberdaya ikan (standing stock) yang diperkirakan mencapai 1.035.230 ton dengan jumlah potensi lestari (MSY) yang dapat dimanfaatkan sebesar 828.180,00 ton/tahun terdiri dari ikan pelagis 621.135,00 ton/tahun dan ikan demersal 207.045,00 ton/tahun. Komposisi potensi sumberdaya ikan di WPP 7 disajikan pada Tabel 1.
36
Tabel 1 Komposisi potensi sumberdaya ikan, produksi serta tingkat pemanfaatannya di WPP 7 Tahun 2003
No.
Kelompok Sumber Daya Ikan (SDI)
Potensi (Ton/Tahun)
1 2 3 4 5 6 7
Produksi Tahun 2003 (Ton)
Tingkat Pemanfaatan (%)
24.667,52 424.260,00 Pelagis Besar 20.003,09 169.834,33 Pelagis Kecil 12.727,23 101.872,08 Demersal 10.287,16 67.801,78 Ikan Karang 3.727,35 26.545,26 Udang Penaeid 3.013,16 14.992,37 Lobster 9.111,18 22.874,18 Cumi-cumi Total 828.180,00 83.536,65 Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara (2006)
5,81 11,77 12,41 15,12 14,03 20,10 39,82 -
Untuk perairan WPP Laut Maluku dan Laut Seram khususnya perairan Maluku Utara pada tahun 2003, semua kelompok sumberdaya ikan belum ada yang berada pada kondisi mendekati tangkap lebih (overfishing) terutama jenis ikan pelagis besar seperti cakalang dan tuna tingkat pemanfaatannya baru mencapai 5,81%. 4.2.2 Prasarana dan sarana perikanan Prasarana dan sarana perikanan adalah suatu kesatuan teknis dalam suatu usaha perikanan, baik tangkap maupun budidaya. Prasarana dan sarana perikanan tangkap biasanya terdiri dari Pelabuhan Perikanan (PP), Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI), Laboratorium Pengujian dan Pembinaan Mutu Hasil Perikanan, Armada Penangkapan, dan Alat Tangkap. Sampai dengan tahun 2005 jumlah prasarana perikanan tangkap di Provinsi Maluku Utara baik miliki swasta maupun pemerintah disajikan pada Tabel 2 dan 3. Tabel 2 Perkembangan prasarana perikanan miliki swasta di Provinsi Maluku Utara sampai tahun 2005 Jenis dan kapasitas Pabrik Es (ton/hr.) Cold Storage (ton) PT Usaha Mina 60 40 PT Bayatri 100 1200 PT Prima Reva 5000 400 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara (2006) Nama Perusahaan
37
Tabel 3 Perkembangan prasarana perikanan tangkap miliki pemerintah Provinsi Maluku Utara sampai tahun 2005 Jenis dan kapasitas Luas Dermaga Pabrik Es Cold Storage (m2) (ton/hr.) (ton) PPN Ternare Ternate 560 20 20 PPP bacan Bacan 102 10 PPP Tobelo Tobelo 240 10 10 TPI Weda Weda 100 5 TPI Jailolo Jailolo 10 TPI Ternate Dufa-dufa 30 10 10 TPI Tidore Tidore 5 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara (2006) Nama unit
Lokasi
Sarana perikanan yang dimaksudkan adalah unit armada dan alat penangkapan ikan yang digunakan oleh nelayan di Provinsi Maluku Utara. Jenis armada dikategorikan berdasarkan kapasitas muat dan ukuran antara lain perahu tanpa motor (PTM), perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM). Berdasarkan distribusi keberadaan armada penangkapan ikan di Provinsi Maluku Utara sampai tahun 2005 menunjukkan bahwa kegiatan penangkapan ikan masih terkonsentrasi pada wilayah perairan pesisir. Hal tersebut tercermin dari dominasi jumlah perahu tanpa motor (51,02%) dan kapal motor < 5 GT (27,48%). Perkembangan armada penangkapan ikan tahun 2004-2005 dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Perkembangan armada penangkapan ikan di Provinsi Maluku Utara tahun 2005 Perkembangan unit penangkapan Fluktuasi 2004 2005 Kenaikan (%) 1 PTM 1.286 1.713 427 51,02 2 PMT 893 976 83 9,92 3 Kapal Motor 889 1.216 327 39,07 < 5 GT 459 689 230 27,48 5 < 10 GT 344 421 77 9,20 10 < 20 GT 54 57 3 0,36 > 20 GT 32 49 17 2,03 Jumlah 3.957 5.121 1.164 139,08 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara (2006) No
Jenis alat tangkap
38
Perkembangan jumlah alat tangkap di Provinsi Maluku Utara periode 20042005 rata-rata bervariasi. Alat tangkap yang dipergunakan oleh nelayan masih didominasi oleh jaring insang, bagan, pancing lain dan jenis alat tangkap lain-lain. Berdasarkan distribusi penggunaan alat penangkapan ikan tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar nelayan di Provinsi Maluku Utara masih menggunakan alat tangkap sederhana. Perkembangan armada penangkapan ikan tahun 2004-2005 dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Perkembangan alat penangkapan ikan di Provinsi Maluku Utara periode 2004-2005 Tahun Kenaikan 2004 2005 Unit Fluktuasi (%) 1 Pukat cincin 212 239 27 13 2 Huhate 272 313 41 15 3 Jaring insang 505 609 104 21 4 Bagan 454 508 54 12 5 Pancing tonda 305 309 4 1,3 6 Pancing lain 392 507 115 29 7 Rawai 101 112 11 11 8 Lain-lain 452 502 50 11 9 Pukat pantai 312 351 39 13 Jumlah 3.005 3.450 445 15 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara (2006) No
Alat Tangkap
4.2.3 Sumberdaya manusia dan kelembagaan Kapasitas sumberdaya manusia (SDM) dan kelembagaan di bidang perikanan dan kelautan merupakan aset pembangunan, karena kesiapan sumberdaya
manusia
dan
kelembagaan
merupakan
stakeholders
yang
melaksanakan kegitan perikanan dan kelautan secara langsung di lapangan. Oleh karena itu perkembangan sumberdaya manusia dan kelembagaan tidak hanya terukur dari jumlah tetapi diukur pada kapasitas dan kemampuan dalam mengadopsi teknologi dan modal usaha. Jumlah masyarakat pesisir yang memanfaatkan dan berusaha dalam bidang perikanan di Provinsi Maluku Utara terdiri dari rumah tangga perikanan (RTP). RTP merupakan gambaran tentang seberapa banyak pelaku usaha perikanan di suatu daerah. Diantara RTP di Provinsi Maluku Utara adalah nelayan, buruh, juragan kapal, bakul ikan dan pengolah ikan. Nelayan terdiri dari juru mudi dan anak buah kapal (ABK).
39
Sampai dengan tahun 2004 jumlah nelayan sebanyak 36.984 orang atau 4,4% dari total jumlah penduduk Maluku Utara. Dari jumlah tersebut tergabung dalam 320 kelompok usaha bersama (KUB) dengan jumlah kelompok antara 5-7 orang, dengan demikian jumlah nelayan yang tergabung dalam kelompok usaha berjumlah 533 orang. Penguatan kelembagaan di bidang perikanan dan kelautan merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan produktivitas usaha dalam memanfaatkan sumberdaya perikanan di Propinsi Maluku Utara. Kelembagaan perikanan yang penting lainnya adalah koperasi perikanan, terdiri dari koperasi primer dan sekunder. Dari 30 koperasi nelayan yang ada memiliki jumlah anggota sebanyak 2.836 orang atau 7,7%, sedangkan koperasi sekunder berjumlah 2 koperasi, yaitu Pusat Koperasi Perikanan Kie raha di Kecamatan Bacan dan Pusat Koperasi Sonyinga Bahari di Kecamatan Tidore. 4.2.4 Pengolahan Produksi pengolahan hasil perikanan masih bergantung pada dukungan perikanan tangkap, karena bahan bakunya masih diperoleh dari hasil penangkapan di laut. Namun demikian produksi pengolahan memiliki distribusi pemasaran yang cukup luas dibandingkan dengan budidaya dan dan penangkapan ikan. Pengolahan hasil perikanan di Maluku Utara terbagi atas tiga skala usaha, yaitu skala kecil yang meliputi pengeringan, penggaraman, pengasapan, fermentasi dan pemindangan dan skala menengah meliputi filet, pengeringan dan penggaraman, sedangkan skala besar meliputi pembekuan (frozen), pengasapan (smoked), dan filet (fillet). Sampai tahun 2005 jumlah pengolahan hasil perikanan skala kecil yang tersebar di seluruh kabupaten/kota sebanyak 1.825 unit perorangan, skala menengah sebanyak 66 unit dan skala besar 8 unit. 4.2.5 Pemasaran Berdasarkan tujuan pemasarannya, komoditas perikanan dan kelautan di Propinsi Maluku Utara dapat dipasarkan baik lokal, interinsuler maupun eksport. Sampai tahun 2005 pemasaran produksi ikan sebagian besar masih berorientasi pasar lokal yakni mencapai 75.242,41 ton atau 60% dari total produksi. Pemasaran interinsuler terutama daerah tujuan, yaitu ke Jakarta, Surabaya,
40
Banyuwangi, Makassar, dan Manado. Hingga tahun 2005 pemasaran produksi perikanan sebesar 41.041,32 ton atau 25% dari total produksi. Sedangkan tujuan pasar ekspor sampai tahun 2005 sebanyak 20.520,66 ton atau 15% dari total produksi. Terdapat 7 jenis komoditas perikanan dengan tujuan eksport antara lain; kerapu hidup, napoleon hidup, lobster hidup, cakalang beku, tuna beku, ikan beku campuran dan ikan hidup campuran.
5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Produktivitas Alat Tangkap (CPUE) Per Jenis Ikan Dalam kurun waktu 1997-2005, enam jenis ikan pelagis ekonomis penting di Provinsi Maluku Utara diproduksi dengan menggunakan beragam jensi alat tangkap. Jenis alat tangkap tersebut adalah: huhate, pukat cincin, rawai, jaring insang, pancing tonda, pukat pantai, bagan, pancing lain (selain huhate, rawai, pancing tonda) dan lain-lain. Berdasarkan analisis produktivitas (CPUE) maka diperoleh 4 jenis alat tangkap yang memiliki nilai produksi tertinggi untuk setiap jenis ikan yakni huhate, rawai, pukat cincin dan jaring insang. Alat tangkap huhate memiliki produktivitas tertinggi terhadap jenis ikan cakalang dan tongkol dengan nilai CPUE masing-masing sebesar 1.946 kg/trip untuk ikan cakalang dan 525 kg/trip untuk ikan tongkol. Rawai merupakan alat tangkap ikan tuna dengan nilai CPUE sebesar 19.455 kg/trip. Pukat cincin memiliki produktivitas tertinggi terhadap ikan layang, dan julung-julung, dengan besarnya nilai CPUE berturut-turut 2.621 kg/trip; 564 kg/trip. Sedangkan jaring insang memiliki produktivitas tertinggi terhadap ikan kembung dengan nilai CPUE sebesar 1.019 kg. Produktivitas alat tangkap per jenis ikan lebih lengkapnya dapat disimak pada Gambar 5-10. Berdasarkan nilai CPUE tersebut dapat dipastikan bahwa setiap jenis ikan sebetulnya dapat ditangkap dengan menggunakan alat tangkap yang spesifik. Indonesi sebagai daerah tropis dengan ciri keberagaman sumberdaya ikan maka setiap jenis alat tangkap dapat dipergunakan untuk menangkap berbagai jenis ikan. Kondisi ini dapat mempengaruhi keberadaan sumberdaya ikan yang semakin mengalami tekanan oleh berbagai aktifitas nelayan yang menggunakan beragam alat tangkap. Dalam rangka optimalisasi pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis dan upaya menjaga keberlangsungannya maka perlu adanya penentuan terhadap jenis alat tangkap yang cocok untuk setiap jenis ikan. Keuntungan yang diharapkan adalah nelayan mendapatkan hasil tangkapan sesuai dengan yang diharapkan, dan sumberdaya ikan tidak mengalami tekanan dari berbagai alat tangkap yang tidak produktif.
42
Rata-rata CPUE (kg/trip)
2400
1.946
2000 1600 1200 800 285
247 400
30
43
Pancing lain
Pukat cincin
0 Huhate
Pancing tonda
Jaring insang
Jenis alat tangkap
Gambar 5 Rata-rata CPUE per jenis alat tangkap ikan cakalang tahun 1997-2005 19.455
Rata-rata CPUE (kg/trip)
20000 16000 12000 8000 4000
1.071
480
188
0 Raw ai
Pancing lain
Pancing tonda
Huhate
Jenis alat tangkap
Gambar 6 Rata-rata CPUE per jenis alat tangkap ikan tuna tahun 1997-2005 525
Rata-rata CPUE (kg/trip)
600 500 400 300 200
75 10
100
36
22
22
0 Huhate
Pukat cincin
Jaring insang
Pancing tonda
Pancing lain
Lain-lain
Jenis alat tangkap
Gambar 7 Rata-rata CPUE per jenis alat tangkap ikan tongkol tahun 1997-2005
43
Rata-rata CPUE (kg/trip)
3000
2.621
2500 2000 1500 1000
487
466 18
500 0 Pukat cincin
Jaring insang
Bagan
Lain-lain
Jenis alat tangkap
Gambar 8 Rata-rata CPUE per jenis alat tangkap ikan layang tahun 1997-2005
Rata-rata CPUE (kg/trip)
1200
1.019
1000 800 600 400
392 325
205
54
200 0 Pukat cincin
Pukat Pantai Jaring insang
Bagan
Lain-lain
Jenis alat tangkap
Gambar 9 Rata-rata CPUE per jenis alat tangkap ikan kembung tahun 1997-2005
Rata-rata CPUE (kg/trip)
1200
968
900
600
300
46 16
0 Pukat cincin
Pukat Pantai
Jaring insang
Jenis alat tangkap
Gambar 10 Rata-rata CPUE per jenis alat tangkap ikan julung-julung tahun 1997-2005
44
5.2 Standarisasi Upaya Tangkap Per Jenis Ikan Berdasarkan data dalam kurun waktu 9 tahun (time series) diperoleh, keenam jenis ikan ekonomis penting di Provinsi Maluku Utara masing-masing diproduksi dengan mempergunakan lebih dari satu jenis alat tangkap, maka perlu dilakukan standarisasi satuan upaya tangkap. Dari analisis tersebut diperoleh hasil bahwa rata-rata effort standar total untuk ikan cakalang sebesar 3.490 trip/tahun, ikan tuna sebesar 395 trip/tahun, tongkol sebesar 3.556 trip/tahun, layang 72.728 trip/tahun, kembung sebesar 3.136 trip/tahun dan julung-julung sebesar 3.157 trip/tahun (Gambar 11). Berdasarkan nilai effort standar pada setiap jenis ikan tersebut dapat dipastikan bahwa ikan layang dan cakalang mendapatkan tekanan penangkapan lebih intensif yang ditandai dengan besarnya nilai effort standar yang diperoleh. Hal tersebut disebabkan kedua jenis ikan tersebut memiliki permintaan pasar yang relatif tinggi. Ikan layang merupakan jenis ikan pelagis kecil dan penyebarannya hingga di perairan pesisir mempermudah nelayan untuk melakukan penangkapan dengan menggunakan beragam alat tangkap. Ikan cakalang memiliki permintaan pasar yang relatif tinggi baik ekspor, interinseluler maupun lokal menyebabkan intensitas penangkapannya relatif tinggi. Demikian juga tongkol, kembung dan julung-julung yang merupakan
jenis
ikan pelagis kecil,
maka dalam
penangkapannya dapat dilakukan dengan menggunakan beragam jenis alat tangkap dengan waktu trip harian. Sedangkan tuna sebagai ikan pelagis besar dan tersebar di perairan yang lebih dalam menyebabkan jumlah effort yang diperoleh relatif lebih rendah dari jenis yang lain. 72.728
Rata-rata effort standar
6000 5000 4000
3.556
3.490
3.136
3.157
3000 2000 395
1000 0 Cakalang
Tuna
Tongkol
lay ang
Kembung
Jenis ikan
Gambar 11 Rata-rata effort standar per jenis ikan
Julung-julung
45
5.3 Metode Surplus Produksi Sebelum dilakukan analisis pendugaan potensi lestari (MSY) dan upaya tangkap optimum (fopt) terlebih dahulu ditentukan model yang cocok untuk dipergunakan dalam analisis lanjutan. Penentuan model tersebut didasarkan pada hubungan antara jumlah produksi dan nilai CPUE (model Schaefer) atau Ln CPUE (model Fox). Berdasarkan uji regresi maka model Fox lebih cocok untuk dipergunakan pada analisis pendugaan potensi lestari (MSY) dan upaya optimum (fopt) karena nilai koefisien determinasi (R2) lebih besar jika dibandingan dengan model Schaefer. Melalui hasil perhitungan regresi antara effort standar dan Ln CPUE (model Fox) maka diperoleh nilai parameter pendugaan sebagai berikut: 1) ikan cakalang dengan nilai intercept (c) = 8,2334 dan slop (d) = -0,0002 sehingga membentuk persamaan linier Ln CPUE = 8,2334 - 0,0002f (Gambar 12). Hubungan persamaan ini dapat diinterpretasikan bahwa bila dilakukan upaya penangkapan sebesar f satuan per tahun maka akan mengurangi nilai produksivitas (CPUE) ikan cakalang sebesar 0,0002 kg/tahun. Dengan mengetahui nilai intercept (c) dan slop (d), diperoleh pendugaan nilai potensi lestari (MSY) ikan cakalang di Provinsi Maluku Utara adalah sebesar 6.924.616 kg/tahun, sedangkan pendugaan nilai upaya penangkapan optimum (fopt) adalah sebesar 5.000 trip/tahun.
9,0 8,0
Ln CPUE
7,0 6,0 5,0
y = -0,0002x + 8,2334 R2 = 0,9584
4,0 3,0 2,0 1,0 0,0 0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
Effort standar
Gambar 12 Hubungan effort standar dan ln CPUE ikan cakalang tahun 1997-2005
46
2) ikan tuna dengan nilai intercept (c) = 11,001 dan slop (d) = -0,0026 sehingga membentuk persamaan linier Ln CPUE = 11,001 - 0,0026f (Gambar 13). Hubungan persamaan ini dapat diinterpretasikan bahwa bila dilakukan upaya penangkapan sebesar f satuan per tahun maka akan mengurangi nilai produksivitas (CPUE) ikan tuna sebesar 0,0026 kg/tahun. Dengan mengetahui nilai intercept (c) dan slop (d), diperoleh pendugaan nilai potensi lestari (MSY) ikan tuna di Provinsi Maluku Utara adalah sebesar 8.480.194 kg/tahun, sedangkan pendugaan nilai upaya penangkapan optimum (fopt) adalah sebesar 380 trip/tahun. y = -0,0026x + 11,001 R2 = 0,9742
12,0
Ln CPUE
10,0 8,0 6,0 4,0 2,0 0,0 0
200
400
600
800
1000
Effort standar
Gambar 13 Hubungan effort standar dan ln CPUE ikan tuna tahun 1997-2005 3) ikan tongkol dengan nilai intercept (c) = 6,9203 dan slop (d) = -0,0002 sehingga membentuk persamaan linier Ln CPUE = 6,9203 - 0,0002f (Gambar 14). Hubungan persamaan ini dapat diinterpretasikan bahwa bila dilakukan upaya penangkapan sebesar f satuan per tahun maka akan mengurangi nilai produksivitas (CPUE) ikan tongkol sebesar 0,0002 kg/tahun. Dengan mengetahui nilai intercept (c) dan slop (d), diperoleh pendugaan nilai potensi lestari (MSY) ikan tongkol di Provinsi Maluku Utara adalah sebesar 1.862.617 kg/tahun, sedangkan pendugaan nilai upaya penangkapan optimum (fopt) adalah sebesar 5.000 trip/tahun.
47
8,0
y = -0,0002x + 6,9203 R2 = 0,7443
7,0
Ln CPUE
6,0 5,0 4,0 3,0 2,0 1,0 0,0 0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
Effort standar
Gambar 14 Hubungan effort standar dan ln CPUE ikan tongkol tahun 1997-2005 4) ikan layang dengan nilai intercept (c) = 10,700822 dan slop (d) = -0,00078 sehingga membentuk persamaan linier Ln CPUE = 10,700822 - 0,00078 (Gambar 15). Hubungan persamaan ini dapat diinterpretasikan bahwa bila dilakukan upaya penangkapan sebesar f satuan per tahun maka akan mengurangi nilai produksivitas (CPUE) ikan layang sebesar 0,00078 kg/tahun. Dengan mengetahui nilai intercept (c) dan slop (d), diperoleh pendugaan nilai potensi lestari (MSY) ikan layang di Provinsi Maluku Utara adalah sebesar 21.072.291 kg/tahun, sedangkan pendugaan nilai upaya penangkapan optimum (fopt) adalah sebesar 1.290 trip/tahun. 10,0
y = -0,000775x + 10,700822 R2 = 0,760087
9,0 8,0
Ln CPUE
7,0 6,0 5,0 4,0 3,0 2,0 1,0 0,0 0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
Effort standar
Gambar 15 Hubungan effort standar dan ln CPUE ikan layang tahun 1997-2005
48
5) ikan kembung dengan nilai intercept (c) = 7,690037 dan slop (d) = -0,000253 sehingga membentuk persamaan linier Ln CPUE = 7,690037 - 0,000253 (Gambar 16). Hubungan persamaan ini dapat diinterpretasikan bahwa bila dilakukan upaya penangkapan sebesar f satuan per tahun maka akan mengurangi nilai produksivitas (CPUE) ikan kembung sebesar 0,000253 kg/tahun. Dengan mengetahui nilai
intercept (c) dan slop (d), diperoleh
pendugaan nilai potensi lestari (MSY) ikan kembung di Provinsi Maluku Utara adalah sebesar 3.179.139 kg/tahun, sedangkan pendugaan nilai upaya penangkapan optimum (fopt) adalah sebesar 3.953 trip/tahun. 7,8 7,6
Ln CPUE
7,4
y = -0,000253x + 7,690037 R2 = 0,513998
7,2 7,0 6,8 6,6 6,4 0
1000
2000
3000
4000
5000
Effort standar
Gambar 16 Hubungan effort standar dan ln CPUE ikan kembung tahun 1997-2005 6) ikan julung-julung dengan nilai intercept (c) = 7,409172 dan slop (d) = -0,000171 sehingga membentuk persamaan linier Ln CPUE = 7,409172 0,000171 (Gambar 17). Hubungan persamaan ini dapat diinterpretasikan bahwa bila dilakukan upaya penangkapan sebesar f satuan per tahun maka akan mengurangi nilai produksivitas (CPUE) ikan julung-julung sebesar 0,000171 kg/tahun. Dengan mengetahui nilai
intercept (c) dan slop (d),
diperoleh pendugaan nilai potensi lestari (MSY) ikan julung-julung di Provinsi Maluku Utara adalah sebesar 3.551.992 kg/tahun, sedangkan pendugaan nilai upaya penangkapan optimum (fopt) adalah sebesar 5.848 trip/tahun.
49
y = -0,000171x + 7,409172 R2 = 0,578640
8,0 7,0
Ln CPUE
6,0 5,0 4,0 3,0 2,0 1,0 0,0 0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
Effort standar
Gambar 17 Hubungan effort standar dan ln CPUE ikan julung-julung tahun 1997-2005 5.4 Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan 5.4.1 Ikan cakalang Pemanfaatan sumberdaya ikan cakalang di Provinsi Maluku Utara mengalami peningkatan setiap tahun pada periode 1997-2005. Berdasarkan hasil analisis model Fox, potensi lestari (MSY) ikan cakalang sebesar 6.924.616 kg/tahun dengan upaya tangkap optimum (fopt) sebanyak 5.000 trip/tahun. Tingkat pemanfaatan rata-rata periode 1997-2005 sebesar 66% dan upaya tangkap sebesar 70%. Kondisi ini masih dapat dikatakan berimbang, artinya jika dilakukan penambahan tingkat pemanfaatan sebesar 34% maka perlu diusahakan upaya tangkap sebesar 30%. Perkembangan tingkat pemanfaatan periode 1997-2001 berkisar 50%-65% atau rata-rata 56,4% dan upaya tangkap berkisar 23%-35% atau rata-rata 29,8%. Perbedaan tingkat pemanfaatan dan upaya tangkap pada periode ini disebabkan kondisi Maluku Utara saat itu tidak kondusif, yaitu adanya konflik horizontal. Hal ini menyebabkan nelayan engan untuk melaut yang menyebabkan jumlah upaya tangkap menurun. Pada tahun 2002 tingkat pemanfaatan sebesar 78% dan upaya tangkap sebesar 103%. Banyaknya upaya tangkap disebabkan semakin kondusifnya daerah Maluku Utara pasca konflik. Bantuan yang diberikan oleh berbagai lembaga baik pemerintah maupun non pemerintah dalam bentuk unit penangkapan ikan (katinting) menyebabkan peningkatan upaya tangkap pada periode ini cukup tinggi. Pada tahun 2005,
50
tingkat pemanfaatan ikan cakalang mencapai 82% dengan upaya tangkap sebanyak 112% (Tabel 6 dan Gambar 18). Secara teoritis nilai tingkat pemanfaatan periode tersebut dapat diindikasikan bahwa sumberdaya ikan cakalang di Provinsi Maluku Utara berada pada tahap padat eksploitasi. Sedangkan nilai tingkat upaya tangkap berada pada tahap overfishing. Walaupun tingkat pemanfaatan belum mencapai titik MSY, namun jika tolak ukur yang digunakan adalah nilai Jumlah Tangkapan yang Diperbolehkan (JTB) yaitu 80% dari nilai MSY, maka pemanfaatan ikan cakalang periode tersebut perlu mendapat perhatian serius. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan huhate yang berpangkalan di Dufa-Dufa (Kota Ternate) dan Bacan (Kabupaten Halmahera Selatan) bahwa kendala mereka saat sekarang adalah ketidakpastian untuk menemukan gerombolan cakalang dan hasil tangkapan yang diperoleh semakin menurun. Kondisi ini diduga bahwa ikan cakalang mengalami gejala overfishing. Seperti dikemukakan oleh Widodo (2003) bahwa gejala overfishing pada suatu sumberdaya ikan antara lain adalah; 1) hasil tangkapan nelayan semakin menurun dari waktu-ke waktu, 2) daerah penangkapan (fishing ground) semakin jauh dan 3) ukuran ikan yang tertangkap semakin kecil. Analisis untuk pendugaan potensi dan tingkat pemanfaatan ini merupakan penjabaran dari hasil olahan data pendaratan ikan dan upaya tangkapan. Hal ini perlu didukung dengan analisis terhadap faktor-faktor lain seperti kondisi ekologi dan kondisi sosial ekonomi nelayan penangkap cakalang. Secara khusus penyebab tingginya tingkat pemanfaatan dan upaya tangkap antara lain adalah: 1) jumlah upaya tangkap yang dilakukan nelayan cakalang semakin bertambah setiap tahun, 2) selain huhate, alat tangkap yang dipergunakan oleh nelayan cakalang rata-rata tidak produktif, 3) Ukuran kapal panangkap relatif kecil, yang menyebabkan nelayan tidak dapat menjangkau fishing ground cakalang di laut di atas 12 mil, 4) waktu melaut (trip) harian yang sebetulnya tidak efektif pada perikanan cakalang. Gejala overfishing sumberdaya ikan cakalang di perairan Provinsi Maluku Utara diindikasikan hanya terjadi di wilayah perairan pantai (dibawah 12 mil). Untuk mengatasi kondisi ini, perlu adanya peningkatan ukuran kapal penangkapan sehingga nelayan dapat memanfaatkan sumberdaya ikan diatas 12 mil.
51
Tabel 6 Penentuan tingkat pemanfaatan dan tingkat upaya tangkap ikan cakalang periode 1997-2005 berdasarkan kurva surplus produksi model Fox
Tahun
Effort Std (trip)
1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Jumlah Ratarata
Produksi CPUE Tgkt. pfn. Tgkt. upaya tkp. Ln CPUE (kg) (kg/trip) (%) (%)
1.642 1.571 1.727 1.143 1.338 5.159 6.589 6.619 5.624 29.770
3.951.271 3.981.452 3.458.841 3.646.952 4.489.140 5.378.672 5.371.591 5.507.246 5.652.474 37.486.370
2.406 2.534 2.002 3.192 3.356 1.043 815 832 1.005 14.778
7,79 7,84 7,60 8,07 8,12 6,95 6,70 6,72 6,91 58,9
57 57 50 53 65 78 78 80 82 598
3.308
4.165.152
1.642
6,55
66
33 31 35 23 5027 103 132 132 112 628 70
8000000 MSY = 6.924.616 kg
P ro d u k s i (k g )
7000000
2005
6000000 2001
5000000 4000000
2000
3000000
2002
2003 2004
'97,'98 1999
2000000 1000000
fopt = 5.000 trip
0 0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
Upaya tangkap (trip) Gambar 18 Produksi cakalang di Provinsi Maluku Utara menurut model Fox 5.4.2 Ikan tuna Berdasarkan hasil analisis, potensi lestari ikan tuna (MSY) sebesar 8.480.194 kg/tahun, dengan upaya tangkap optimum (fopt) sebanyak 3.800 trip/tahun. Tingkat pemanfaatan selama periode 1997-2005 berkisar 57-114% atau rata-rata sebesar 79%. Pada tahun 1997 tingkat pemanfaatan sebesar 68% dengan upaya tangkap sebesar 39%. Tahun 1998 tingkat pemanfaatan sebesar 88% atau meningkat 20% dari tahun sebelumnya dengan upaya tangkap sebesar 44%.
52
Periode tiga tahun kemudian tingkat pemanfaatan cenderung menurun yakni 75% pada tahun 1999 menjadi 70% pada tahun 2001, sedangkan upaya tangkap berkisar 42-47%. Pada tahun 2002-2003 tingkat pemanfaatan mengalami peningkatan yang relatif besar yakni berturut-turut 97% dan 114%, dengan upaya tangkap meningkat hingga mencapai 158% pada tahun 2002 dan 138% pada tahun 2003. Tingkat pemanfaatan kembali menurun pada periode 2004-2005 yakni sebesar 57% dan 69%, dengan upaya tangkap tetap meningkat hingga mencapai 246% dan 169% (Tabel 7). Gambar 19 terlihat bahwa perkembangan tingkat pemanfaatan tuna setiap tahun dalam kurun waktu sembilan tahun relatif berfluktuasi. Pada periode 19972001 rata-rata tingkat 75% dengan upaya tangkapn 43%. Kondisi ini disebabkan karena pada periode tersebut sebagian besar usaha penangkapan tuna dilakukan dalam bentuk perikanan industri. Perusahan yang mengoperasikan armada tangkap rawai dalam jumlah yang relatif tidak banyak, dengan jumlah hari melaut yang lebih lama menyebabkan perhitungan jumlah trip rendah. Periode empat tahun terakhir upaya tangkap mengalami peningkatan yang relatif tinggi. Tingginya upaya tangkap diduga karena semakin banyaknya kegiatan penangkapan tuna dilakukan oleh nelayan tradisional. Beberapa perusahaan nasional (PT Usaha Mina, PT Ocena Mitra Mas, PT Bayatri, PT Prima Reva) beroperasi di perairan Provinsi Maluku Utara menerapkan sistem kemitraan dengan nelayan lokal. Perusahaan menyediakan BBM dan Es kepada nelayan dan nelayan kembali menjual hasil tangkapan kepada perusahaan tersebut. Perusahaan juga memberikan kemudahan dengan menyediakan kapal penampung di lokasi yang berdekatan dengan fishing ground, sehingga hasil tangkapan nelayan langsung dibeli dan ditimbang di atas kapal penampung. Sebagai realisasi dari kebijakan Pemerintah Daerah Provinsi Maluku Utara yang meletakkan perikanan dan kelautan sebagai leading sector maka dalam periode tersebut Dinas Perikanan dan Kelautan memberikan bantuan kepada nelayan berupa kapal dan alat tangkap tuna yang disertai dengan pemasangan alat bantu rumpon. Hal ini mendorong nelayan untuk melakukan penangkapan tuna secara intensif. Kebijakan ini dirasa sangat menggairahkan khususnya bagi nelayan tradisional. Pada sisi yang lain bantuan yang diberikan berupa kapal
53
penangkapan dengan ukuran yang reatif kecil tidak layak dalam usaha penangkapan tuna yang rata-rata berlokasi di perairan yang relatif dalam. Selain itu pemasangan alat bantu berupa rumpon yang letaknya berkisar wilayah laut 12 mil juga tidak efektif dalam pemanfaatan tuna laut dalam. Kondisi tersebut mendorong nelayan untuk tetap mengeksploitasi tuna di wilayah pesisir (±12 mil), yang berarti tekanan penangkapan tuna di wilayah pesisir semakin intensif. Berdasarkan hasil wawancara terhadap nelayan tuna yang berpangkalan di PPP Tobelo dan PPP Bacan, ternyata sebagian besar kegiatan penangkapan tuna di wilayah sekitar perairan antar pulau (selat). Untuk mengatasi kondisi ini maka perlu dilakukan perubahan teknologi penangkapan agar dapat memanfaatkan ikan tuna laut dalam secara optimal. Manfaat utama yang diharapkan dari perubahan teknologi tersebut agar dapat mencegah terjadinya tekanan eksploitasi terhadap ikan tuna yang berlebihan di wilayah perairan sekitar pesisir. Tabel 7 Penentuan tingkat pemanfaatan dan tingkat upaya tangkap ikan tuna periode 1997-2005 berdasarkan kurva surplus produksi model Fox
Tahun 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Jumlah Ratarata
Effort Std (trip)
Produksi CPUE Ln CPUE (kg) (kg/trip)
Tgkt. pfn. Tgkt. upaya tkp. (%) (%)
152 170 169 160 181 608 522 941 651 3.553
5.807.900 7.496.510 6.391.900 6.368.200 5.923.000 8.186.200 9.661.670 4.824.930 5.856.230 54.708.640
38.270 44.224 37.913 39.826 32.648 13.454 18.512 5.130 9.002 200.710
10,6 10,7 10,5 10,6 10,4 9,5 9,8 8,5 9,1 79,2
68 88 75 75 70 97 114 57 69 714
39 44 44 42 47 158 136 245 169 924
395
6.078.738
22.301
8,80
79
103
54
10000000
2003
MSY = 8.480.194 kg
9000000
2002
Produksi (kg)
8000000 1998
7000000
1999 2001
2000
6000000
2005
1997
5000000
2004
4000000 3000000 2000000 1000000
2001
fopt = 380 trip
0 0
200
400
600
800
1000
Upaya tangkap (trip)
Gambar 19 Produksi tuna di Provinsi Maluku Utara menurut model Fox 5.4.3 Ikan tongkol Potensi lestari ikan tongkol (MSY) sebesar 1.862.617 kg/tahun, dengan upaya tangkap optimum (fopt) sebanyak 5.000 trip/tahun. Periode 1997-2005 ratarata tingkat pemanfaatan tongkol sebesar 73% dan upaya tangkap sebesar 71%. Tingkat pemanfaatan periode 1997-1999 cenderung meningkat yakni berturutturut 72%, 89% dan 90%, dengan upaya berturut-turut 39%, 36%, dan 49%. Kemudian tingkat pemanfaatan menurun pada tahun 2000-2002, berturut-turut sebesar 56%, 39%, 43%, dengan upaya tangkap sebesar 32%, 23%, 85%. Pada tahun 2003 tingkat pemanfaatan meningkat sebesar 87% dan menurun pada tahun 2004 yakni sebesar 87%, namun upaya tangkap meningkat hingga melampaui upaya optimum (fopt) yakni sebesar 119% pada tahun 2003 dan 141% pada tahun 2004. Pada tahun 2005 tingkat pemanfaatan meningkat hingga mencapai titik MSY dengan upaya tangkap sebesar 125% (Tabel 8 dan Gambar 20). Besarnya upaya tangkap pada tahun 2003-2005 hingga melampaui upaya tangkap optimum merupakan dampak dari kebijakan pemerintah dalam membantu nelayan berupa kapal dan alat tangkap. Selain itu alat tangkap yang dipergunakan dalam pemanfaatan ikan tongkol memiliki waktu melaut (trip) harian. Kecuali huhate dan pukat cincin alat tangkap yang lain dapat dikatakan sangat sederhana. Alat tangkap tersebut rata-rata dimiliki oleh masyarakat pesisir. Dengan kesederhanaan
alat
tangkap
tersebut
maka
nelayan
dengan
mudah
55
mengoperasikannya. Kondisi ini menyebabkan jumlah upaya tangkap yang relatif tinggi yang tidak diimbangi dengan produksi yang diperoleh. Hal ini dapat dibuktikan dengan perolehan nilai CPUE setiap jenis alat tangkap relatif rendah. Selain itu berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan, ternyata tidak ada alat tangkap yang dikhususkan untuk penangkapan ikan tongkol, artinya ikan tongkol yang tertangkap dengan keenam alat tangkap tersebut karena sifat ikan yang sering bergerombol dengan jenis ikan yang lain terutama cakalang dan tuna. Tabel 8 Penentuan tingkat pemanfaatan dan tingkat upaya tangkap ikan tongkol periode 1997-2005 berdasarkan kurva surplus produksi model Fox
Tahun
Effort Std (trip)
1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Jumlah Ratarata
Produksi (kg)
1.948 1.342.414 1.788 1.651.283 1.986 1.681.165 1.620 1.045.423 1.139 735.437 4.234 799.610 5.965 1.627.279 7.063 1.543.530 6.259 1.866.803 30.053 10.950.529 3.339
1.216.725
Tgkt. pfn. Tgkt. upaya tkp. (%) (%)
689 924 847 645 646 189 273 219 298 4.039
6,5 6,8 6,7 6,5 6,5 5,2 5,6 5,4 5,7 48,4
72 89 90 56 39 43 87 83 100 660
39 44 44 42 47 158 136 245 169 924
449
5,4
73
103
MSY = 1.862.617 kg
2000000 1800000
2005 2004
1999
1600000
Produksi (kg)
CPUE Ln CPUE (kg/trip)
1998 2003
1400000
1997
1200000 1000000
2000
800000 2001
600000
2002
400000 200000 fopt = 5.000 trip 0 0
2000
4000
6000
8000 10000 12000 14000 16000 18000 20000
Upaya tangkap (trip)
Gambar 20 Produksi tongkol di Provinsi Maluku Utara menurut model Fox
56
5.4.4 Ikan layang Potensi lestari ikan layang (MSY) sebesar 21.074.291 kg/tahun, dengan upaya tangkap optimum (fopt) sebanyak 1.290 trip/tahun. Periode 1997-2005 ratarata tingkat pemanfaatan layang sebesar 43% dan upaya tangkap sebesar 324%. Pada tahun 1997-1998 tingkat pemanfaatan antara 60%-61% sedangkan upaya tangkap mencapai 202%-210%. Pada tahun 1999-2002 tingkat pemanfaatan menurun yaitu rata-rata sebesar 14%, dengan upaya tangkap mengalami peningkatan hingga berkisar 332%-456%. Pada tahun 2003-2005, tingkat pemanfaatan mengalami peningkatan masing-masing sebesar 65%; 71%; 75% dengan upaya tangkap 312%; 258%; 328% (Tabel 9). Gambar 21, memperlihatkan bahwa tingkat pemanfaatan layang dalam periode 9 tahun masih berkisar dibawah titik MSY, namun upaya tangkap jauh melampaui upaya optimum (fopt). Besarnya upaya tangkap pada pemanfaatan layang disebabkan karena jenis ikan tersebut ditangkap dengan menggunakan beragam alat tangkap. Ikan layang sebagai ikan pelagis kecil dan rata-rata tersebar di perairan dekat pantai mempermudah nelayan untuk mengoperasikan berbagai jenis alat tangkap. Armada tangkap berukuran relatif kecil dengan waktu melaut (trip) yang singkat menyebabkan perhitungan upaya tangkap yang tinggi. Tabel 9 Penentuan tingkat pemanfaatan dan tingkat upaya tangkap ikan layang periode 1997-2005 berdasarkan kurva surplus produksi model Fox
Tahun 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Jumlah Ratarata
Effort Std (trip)
Produksi (kg)
CPUE Tgkt. pfn. Tgkt. upaya tkp. Ln CPUE (kg/trip) (%) (%)
2.606 2.709 4.280 4.760 5.850 5.889 4.022 3.325 4.226 37.667
12.628.700 12.912.800 2.921.800 2.981.000 2.992.000 2.882.300 13.799.290 14.886.490 15.903.500 81.907.880
4.846 4.767 683 626 511 489 3.431 4.477 3.763 18.747
8,5 8,5 6,5 6,4 6,2 6,2 8,1 8,4 8,2 67,1
60 61 14 14 14 14 65 71 75 389
202 210 332 369 453 456 312 258 328 2919
4.185
9.100.876
2.083
7,5
43
324
57
25000000 MSY = 21.072.291 kg
P roduksi (kg)
20000000 2005
2004
15000000
2003
1998 1997
10000000 5000000
,01,'02 fopt = 1.290 trip
1999
0 0
1000
2000
3000
4000
2000 5000
6000
Upaya tangkap (trip)
Gambar 21 Produksi layang di Provinsi Maluku Utara menurut model Fox 5.4.5 Ikan kembung Potensi lestari ikan kembung (MSY) sebesar 3.179.139 kg/tahun, dengan upaya tangkap optimum (fopt) sebanyak 3.953 trip/tahun. Periode 1997-2005 ratarata tingkat pemanfaatan kembung rata-rata sebesar 95% dan upaya tangkap sebesar 79%. Tingkat pemanfaatan periode 1997-2001 berkisar 110-112%, kemudian tingkat pemanfaatan menurun pada tahun 2002-2003 yakni masingmasing sebesar 62% dan 72%. Tingkat pemanfaatan kembali meningkat pada tahun 2004 sebesar 101% dan mengalami penurunan pada tahun 2005 yakni sebesar 73% (Tabel 10). Gambar 22, memperlihatkan bahwa tingkat pemafaatan kembung pada tahun 1997-2001 dan tahun 2004 berada diatas titik MSY. Hal tersebut disebabkan karena banyaknya upaya tangkap pada tahun-tahun tersebut, kecuali pada tahun 2004 dengan upaya tangkap yang rendah. Tingginya tinggkat pemanfaatan sebagai akibat dari banyaknya upaya tangkap dapat diduga bahwa sumberdaya ikan kembung di Provinsi Maluku Utara pada tingkat padat eksploitasi. Kondisi ini dapat dilihat dengan rendahnya nilai produktivitas pada setiap jenis alat tangkap. Dari enam jenis lat tangkap yang dipergunakan untuk penangkapan kembung memiliki nilai rata-rata CPUE berkisar 54-977 kg/trip.
58
Ikan kembung merupakan jenis ikan pelagis kecil yang tersebar di wilayah pesisir menyebabkan intensitas penangkapan lebih besar dengan menggunakan beragam jenis alat tangkap. Selain itu berdasarkan informasi dari masyarakat pesisir di Halmahera Selatan dan Halmahera Utara, bahwa salah satu faktor penyebab terjadinya penipisan sumberdaya ikan kembung adalah sering ditangkap dengan menggunakan alat tangkap yang dapat membahayakan populasi dan habitat ikan tersebut terutama berupa bom. Walaupun membahayakan bom masih merupakan pilihan bagi oknom-oknom tertantu untuk mendapatkan hasil maksimal tanpa berpikir resiko yang dihadapi. Untuk mengatasi permasalahan ini ada tiga hal yang perlu dipertimbangan yaitu; (1) pengawasan terhadap wilayah pesisir diintesifkan dengan melibatkan peran masyarakat lokal yang memiliki hak penguasaan terhadap potensi wilayahnya, (2) perlu adanya penetapan jenis alat tangkap dan jumlah upaya tangkap (effort) dengan cara memprioritaskan alat tangkap yang memiliki produktivitas (CPUE) yang tinggi, dalam hal ini alat tangkap jaring insang, (3) pertimbangan biologi, maka perlu dilakukan pembatasan upaya penangkapan, yaitu mengadakan selekasi terhadap alat tangkap yang tidak ramah lingkungan agar tidak digunakan dalam penangkapan sehingga keberlangsungan sumberdaya ikan kembung tetap dipertahankan. Tabel 10 Penentuan tingkat pemanfaatan dan tingkat upaya tangkap ikan kembung periode 1997-2005 berdasarkan kurva surplus produksi model Fox Tahun 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Jumlah Ratarata
Effort Std (trip)
Produksi CPUE Ln CPUE (kg) (kg/trip)
Tgkt. pfn. Tgkt. upaya tkp. (%) (%)
3.941 3.666 2.181 4.288 4.438 2.229 3.040 1.545 2.899 28.227
3.243.300 3.497.300 3.506.400 3.560.139 3.571.277 1.960.600 2.278.299 3.198.700 2.306.763 23.879.478
823 954 1.608 830 805 880 750 2.070 796 8692
6,7 6,9 7,4 6,7 6,7 6,8 6,6 7,6 6,7 55,4
102 110 110 112 112 62 72 101 73 853
100 93 55 108 112 56 77 39 73 714
3.136
2.653.275
966
6,15
95
79
59
4000000 1999
3500000
'00,'01
1998
MSY = 3.179.139 kg
1997
Produksi (kg)
3000000
2004
2500000
2005 2003
2000000 2002 1500000 1000000 500000
fopt = 3.953 trip 0 0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
Upaya tangkap (trip)
Gambar 22 Produksi kembung di Provinsi Maluku Utara menurut model Fox 5.4.6 Ikan julung-julung Gambar 22, menjelaskan bahwa potensi lestari ikan julung-julung (MSY) sebesar 3.551.992 kg/tahun, dengan upaya tangkap optimum (fopt) sebanyak 5.848 trip/tahun. Periode 1997-2005, tingkat pemanfaatan ikan julung-julung rata-rata tinggi yaitu sebesar 85% dengan upaya tangkap sebesar 54%. Pada tahun 19972000, tingkat pemanfaatan berkisar 68%-82% atau rata-rata sebesar 76%, dengan upaya tangkap yang digunaka berkisar 43%-48% atau rata-rata sebesar 45%. Nilai tingkat pemanfaatan dan upaya tangkap peridoe ini dapat diinterpretasikan bahwa untuk mencapai pemanfaatan pada tingkat maksimum maka perlu penambahan produksi sebesar 24%. Sedangkan upaya tangkap yang diperlukan dalam pemanfaatan sebesar 55%. Pada tahun 2001 tingkat pemanfaatan ikan julungjulung mengalami peningkatan hingga mencapai nilai 99% dengan upaya tangkap sebesar 58%. Kondisi ini berarti tingkat pemanfaatan ikan julung-julung pada tahun 2001 telah melewati jumlah tangkapan yang diperbolehkan, dengan upaya tangkap yang diperlukan sebesar 42%. Walaupun penambahan upaya tangkap hingga mencapai 3.367 trip, tetapi diikuti dengan penambahan produksi hingga mencapai 3.560.279 kg sehingga nilai produktivitas (CPUE) sebesar 1.041 kg/trip. Pada tahun 2002-2003, nilai tingkat pemanfaatan berturut-turut adalah 82%, 93% dengan upaya tangkap berturut-turut 61%, 64%. Walaupun tingkat pemanfaatan
menurun
tetapi
uapaya
tangkap
mengalami
peningkatan
60
menyebabkan nilai produktivitas (CPUE) antara dua tahun ini ikut menurun yakni 813 kg/trip pada tahun 2002 dan 858 kg/trip pada tahun 2003. Pada tahun 2004, tingkat pemanfaatan sebesar 93% dengan upaya tangkap sebesar 54%. Tingginya tingkat pemanfaatan dan upaya tangkap yang menurun sehingga nilai CPUE sebesar 1.055 kg/trip. Pada tahun 2005 tingkat pemanfaatan meningkat sebesar 94% dengan upaya tangkap sebesar 71% dapat mengakibatkan nilai produktivitas (CPUE) menurun hingga 808 kg/trip. Data tingkat pemanfaatan selengkapnya dapat disimak pada Tabel 11. Tingginya tingkat pemanfaatan diduga stok ikan julung-julung mengalami penipisan. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan giob (pukat cincin mini), yang dihususkan dalam penangkapan ikan julung-julung bahwa beberapa tahun terakhir ini nelayan sudah mengeluhkan bahwa hasil tangkapan mereka terus menurun dari waktu ke waktu, tanpa mengetahui secara pasti apa penyebabnya. Penurunan hasil tangkapan total dari waktu ke waktu secara langsung berpengaruh pada jumlah pendapatan bagi hasil dari nelayan anak buah kapal. Tetapi karena tidak ada alternatif sumber pendapatan lain, maka kegiatan ini terus dilakukan walaupun hasil yang diperoleh tidak sebagaimana diharapkan. Informasi dari nelayan juga menyatakan bahwa ritual ikan julung-julung memasuki suatu kawasan perairan teluk dalam gerombolan yang relatif besar pada waktu sore hari, dengan tujuan untuk memijah. Waktu pemijahan terjadi pada waktu menjelang malam atau sekitar jam 07.00. Setelah memijah kawanan ikan ini membentuk formasi dan mengelilingi perairan yang telah berubaha warna menjadi keputih-putihan. Sekitar jam 08.00-09.00 kawanan ikan ini menghilang dan nelayan tidak mengetahui kemana arahnya. Kondisi ini dimanfaatkan oleh nelayan untuk melakukan penangkapan pada sore hari, dimana sebenarnya ikan belum sempat memijah. Hal ini menyebabkan populasi jenis ikan mengalami penurunan yang cukup darastis dari waktu ke waktu. Sehingga akhir-akhir ini stok ikan julung-julung diduga hanya dapat bertahan di beberapa kawasan perairan terutama pada kawasan perairan yang terdapat hamparan pulau-pulau kecil dan kondisi ekologi karang, padang lamun dan mangrove masih relatif baik. Untuk melangkah pada kebijakan operasional maka sangatlah perlu terlebih dahulu memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada nelayan tentang daur
61
hidup ikan julung-julung. Kemudian mengajak masyarakat nelayan secara bersama, baik dalam bentuk partisipatori atau ko-manajemen, menyusun program dan langkah-langkah nyata untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi. Sangat sulit untuk menerapkan kebijakan pelarangan alat tangkap atau penutupan daerah dan musim penangkapan ikan. Mungkin akan lebih mudah meminta kesediaan nelayan untuk menunjuk dan menetapkan sebagian kecil wilayah perairan sebagai daerah perlindungan laut bersama (sanctuary area), dengan penjelasan rasional dan diterima oleh semua kalangan. Dengan demikian, manusia secara sadar dan rela mengijinkan eksistensi ikan ikan julung-julung di alam. Tabel 11 Penentuan tingkat pemanfaatan dan tingkat upaya tangkap ikan julungjulung periode 1997-2005 berdasarkan kurva surplus produksi model Fox Tahun 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Jumlah Ratarata
Effort Std Produksi CPUE (trip) (kg) (kg/trip) 2.489 2.414.893 970 2.543 2.889.660 1.137 2.555 2.897.966 1.134 2.835 2.590.659 914 3.367 3.506.279 1.041 3.581 2.910.337 813 3.750 3.217.228 858 3.142 3.314.921 1.055 4.154 3.355.387 808 25.926 24.682.437 7.759 2.881
2.742.493
4000000
862
6,9 7,0 7,0 6,8 6,9 6,7 6,8 7,0 6,7 54,9 6,1
Tgkt. pfn. Tgkt. upaya tkp. (%) (%) 68 43 81 43 82 44 73 48 99 58 82 61 91 64 93 54 94 71 763 486 85
54
MSY = 3.551.992 kg 2001 2004
3500000 3000000
Produksi (kg)
Ln CPUE
'98,'99
2500000
2005 2003 2002 2000 1997
2000000 1500000 1000000 500000 fopt = 5.848 trip 0 0
5000
10000
15000
20000
Upaya tangkap (trip)
Gambar 23 Produksi julung-julung di Provinsi Maluku Utara menurut model Fox
62
5.5 Tinjauan Perkembangan Data Produksi dan Upaya Tangkap Data produksi dan upaya tangkap dari 6 jenis ikan pelagis ekonomis penting yaitu ikan cakalang, tuna, tongkol, layang, kembung dan julung-julung selama periode 1997-2005 mengalami perkembangan yang berbeda. Perbedaan yang sangat nampak adalah pengelompokan upaya tangkap pada jenis ikan pelagis besar yaitu cakalang, tuna dan tongkol. Dari Gambar 18 dan 19 terlihat seolah-olah plot data periode 1997-2005 mengelompok menjadi dua bagian yaitu kelompok pertama tahun 1997-2001 dan kelompok kedua tahun 2002-2005. Sedangkan Gambar 20 terlihat kelompok pertama tahun 1997-2002 dan kelompok kedua tahun 2003-2005. Pengelompok tersebut bukan disengaja tetapi dikarenakan pemekaran wilayah yang terjadi pada tahun 1999. Data tahun 1997-1998 di peroleh dari data 3 kabupaten yakni kabupaten Maluku Utara, Kabupaten Halmahera Tengah dan Kota Ternate. Sedangkan data tahun 1999-2005 diperoleh dari data Provinsi Maluku Utara. Kelompok pertama; ikan cakalang dengan tingkat upaya tangkap berkisar 23-35%, ikan tuna dengan tingkat upaya tangkap berkisar 39-47%, ikan tongkol dengan tingkat upaya tangkap berkisar 39-85%. Rendahnya upaya tangkap yang mengelompok pada periode tersebut merupakan dampak dari krisisi moneter yang terjadi pada tahun 1997 yang diikuti dengan konflik horizontal yang terjadi di Provinsi Maluku Utara. Hal ini menyebabkan nelayan engan untuk melaut yang menyebabkan jumlah upaya tangkap menurun. Kelompok kedua; ikan cakalang dengan tingkat upaya tangkap berkisar 103-132%; ikan tuna dengan tingkat upaya tangkap berkisar 136-169%, ikan tongkol dengan tingkat upaya tangkap berkisar 119-141%. Banyaknya upaya tangkap pada periode tersebut disebabkan karena semakin kondusifnya daerah Maluku Utara pasca konflik horizontal. Selain itu Provinsi Maluku Utara sebagai daerah baru pemekaran maka peluang untuk mengeksploitasi sumberdaya alam terutama bidang perikanan tangkap dianggap cukup menjanjikan, sehingga nelayan dari daerah lainpun berdatangan terutama nelayan asal Bitung, Buton dan Bugis-Makasar. Walaupun tidak diperoleh data resmi dari instansi terkait tentang berapa jumlah nelayan asal daerah lain yang beroperasi di perairan Maluku Utara, tetapi berdasarkan hasil survei, terdapat nelayan asal daerah lain yang beroperasi di perairan Maluku Utara.
63
Selain hal tersebut untuk beberapa kasus yang menyebabkan lonjakan upaya tangkap adalah bantuan pemerintah daerah (Dinas Perikanan dan Kelautan) berupa alat tangkap huhate dan katinting (pancing tonda) beserta alat bantu penangkapan (rumpon), sebetulnya dapat memacu perkembangan sektor perikanan dan kelautan terutama perikanan tangkap. Namun demikian bantuan berupa kapal penangkap yang berukuran relatif kecil menyebabkan nelayan sulit untuk menjangkau fishing ground di laut lepas. Demikin juga pemasangan rumpon rata-rata berada dibawah 12 mil mendorong pemanfaatan sumberdaya ikan cakalang masih berkisar wilayah perairan pantai. Untuk pengelolaah perikanan tangkap dimasa yang akan datang, hal-hal yang berkaitan dengan pendataan perlu mendapat perhatian yang cukup besar. Hal ini dimaksudkan agar tekanan terhadap sumberdaya ikan pelagis di daerah pantai perlu dibatasi dan lebih dioptimalkan pemanfaatan ikan di daerah lepas pantai. Selain itu dalam hal pemberian bantuan kepada nelayan seperti kapal, alat tangkap dan alat bantu rumpon diawali dengan survei dan kajian secara ilmuah sehingga bantuan yang diberikan tepat sasaran. 5.6 Pola Musim Penangkapan Ikan 5.6.1 Indeks musim penangkapan (IMP) Untuk menduga pola musin penangkapan, terlebih dahulu dilakukan perhitungan indeks musim penangkapan (IMP). Perhitungan ini berdasarkan pada data upaya (effort) dan hasil tangkapan (catch) yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Ternate. Adapun asumsi yang digunakan dalam analisis ini antara lain; (1) ikan menyebar merata di seluruh perairan Maluku Utara; (2) jumlah upaya (effort) dan hasil tangkapan (catch) yang didaratkan di PPN Terante berasal dari perairan Maluku Utara; (3) perairan Maluku Utara dianggap tertutup bagi masuknya individu dari perairan lain; (4) data hasil tangkapan per upaya penangkapan ikan yang diambil di PPN Ternate dari tahun 1998-2005 mencerminkan fluktuasi data hasil tangkapan di perairan Maluku Utara. Nilai indeks musim penangkapan (IMP) digunakan untuk menentukan waktu yang tepat dalam melakukan operasi penangkapan ikan. Kriteria untuk menentukan musim penangkapan ikan adalah jika nilai IMP sama dengan atau lebih dari 100% dikatakan sebagai musim penangkapan, sedangkan bukan musim
64
penangkapan apabila nilai IMP kurang dari 100%. Nilai IMP juga digunakan untuk menduga keberadaan ikan di suatu perairan. Jika nilai IMP lebih atau sama dengan 100% berarti ikan cukup melimpah, sedangkan nilai IMP dibawah 100% mengindikasikan jumlah ikan di perairan tersebut dibawah kondisi normal. Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa indeks musim penangkapan beberapa jenis ikan pelagis ekonomis penting di perairan Maluku Utara relatif bervariasi (Gambar 24). Cakalang dengan nilai IMP lebih atau sama dengan 100% dicapai pada bulan Juli (197%) kemudian berturut-turut Agustus (140%), April (123%), dan Maret (100%). Bulan-bulan tersebut diduga merupakan musim penangkapan cakalang dan nilai tertinggi yakni pada bulan Juli merupakan puncak musim penangkapan cakalang. Sedangkan nilai IMP dibawah 100% diperoleh pada bulan-bulan selain bulan tersebut merupakan bukan musim penangkapan, dan nilai IMP terendah terjadi pada bulan November (36%) diduga merupakan musim paceklik ikan cakalng. Tuna dengan nilai IMP lebih dari 100% dicapai pada bulan September (254%), kemudian berturut-turut adalah Oktober (170%), Maret (115%) dan Januari (110%) diduga sebagai musim penangkapan dan puncak musimnya terjadi pada bulan September yang ditandai dengan nilai IMP tertinggi. Selain bulanbulan tersebut diduga bukan merupakan musim penangkapan karena nilai IMP yang dicapai dibawah 100%, sedangkan nilai IMP terendah diperoleh pada bulan Mei (6%) diikuti bulan Desember (16%) dan bulan Agustus (27%). Rendahnya nilai IMP pada tiga bulan tersebut diduga merupakan musim paceklik tuna. Nilai IMP Tongkol diatas 100% dicapai pada bulan Oktober (170%), kemudian berturut-turut pada bulan Juni (164%), November (150%), Februari (105%) dan September (101%). Bulan-bulan tersebut diduga sebagai musim penangkapan sedangkan bulan Oktober dengan nilai IMP tertinggi merupakan puncak musim penangkapan tongkol. Selain bulan-bulan tersebut memiliki nilai IMP kurang dari 100% diduga bukan merupakan musim penangkapan. Nilai IMP tongkol terendah diperoleh pada bulan Juli (46%) dan April (48%) diduga merupakan musim paceklik. Layang dengan nilai IMP lebih dari 100% dicapai pada bulan Juli (188%), kemudian berturut-turut adalah Juni (117%), Mei (114%), Desember (111%) dan
65
November (104%) diduga sebagai musim penangkapan dan puncak musimnya terjadi pada bulan Juli yang ditandai dengan nilai IMP tertinggi. Selain bulanbulan tersebut diduga bukan merupakan musim penangkapan karena nilai IMP yang dicapai dibawah 100%. Nilai IMP layang setiap bulan kisarannya diatas 50%, dapat diinterpretasikan bahwa layang tidak mengalami musim paceklik. Kembung diduga memiliki musim penangkapan tersebar hampir pada setiap bulan. Hal ini dapat dilihat dengan nilai IMP diatas 100% dicapai pada tujuh bulan yaitu pada bulan September (207%) kemudian berturut-turut Agustus (141%), Oktober (140%), Januari (136%), Mei (125%), Maret (124%) dan Februari (117%) yang diduga merupakan musim penangkapan. Bulan September merupakan puncak musim penangkapan karena nilai IMP lebih tinggi. Musim paceklik terjadi pada bulan April (5%), Juni (20%) dan Desember (39%). Julung-julung dengan nilai IMP lebih dari 100% dicapai pada bulan Desember (236%), kemudian berturut-turut adalah Februari (232%), Mei (200%) dan Maret (150%), diduga sebagai musim penangkapan dan puncak musimnya terjadi pada bulan Desember yang ditandai dengan nilai IMP tertinggi. Selain bulan-bulan tersebut diduga bukan merupakan musim penangkapan karena nilai IMP yang dicapai dibawah 100%, sedangkan nilai IMP terendah diperoleh pada bulan Juni (14%) dan November (4%) diduga merupakan musim paceklik julungjulung. Data indeks Musim Penangkapan dapat disimak pada Tabel 12. Tabel 12 Indeks musim penangkapan ikan (IMP) beberapa jenis ikan pelagis ekonomis penting di Provinsi Maluku Utara Indeks Musim Penangkapan (IMP) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
Cakalang
Tuna
Tongkol
Layang
Kembung
77 90 100 123 77 82 197 140 134 80 36 64
110 64 115 90 6 87 72 27 254 308 53 16
85 105 81 48 76 164 46 97 101 170 150 77
71 69 87 78 114 117 188 92 83 87 104 111
136 117 124 5 125 50 20 141 207 140 95 39
Julungjulung 82 232 150 50 200 14 46 75 52 59 4 236
66
350 300
IMP (%)
250 200 150 100 50 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Bulan Cakalang Layang
Tuna Kembung
Tongkol Julung-julung
Gambar 24 Pola musim penangkapan beberapa jenis ikan pelagis ekonomis penting di Provinsi Maluku Utara Dari hasil analisis pola musim penangkapan, menunjukkan bahwa puncak musim penangkapan setiap jenis ikan ada yang bervariasi, namun ada yang memiliki kesamaan pada setiap bulan. Perbedaan maupun persamaan waktu puncak musim penangkapan dari setiap jenis ikan tersebut terutama dipengaruhi perubahan musim, dalam hal ini perubahan hembusan angin. Menurut Nontji (2002), angin yang berhembus di perairan Indonesia terutama adalah angin musim (munson) yang dalam setahun terjadi dua kali pembalikan arah yang mantap masing-masing disebut angin musim barat dan musim timur, sedangkan diantara dua kali perubahan musim tersebut terdapat juga dua kali musim peralihan yaitu musim peralihan Barat-Timur dan musim peralihan Timur-Barat. Perubahan musim tersebut jika dihubungkan dengan puncak musim penangkapan, maka terlihat bahwa puncak musim penangkapan keenam jenis ikan terjadi pada saat musim Timur dan musim peralihan, baik peralihan Batar-Timur maupun peralihan Timur-Barat, kecuali puncak musim julung-julung pada musim Barat (Tabel 13).
67
Tabel 13 Musim penangkapan bebrapa jenis ikan pelaagis ekonomis penting dihubungkan dengan pembagian musim angin Jenis ikan
Musim Barat Peralihan B-T Musim Timur Pralihan T-B Des Jan Peb Mar Apl Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nov
Cakalang
X
Tuna
X
Tongkol Layang
X*
X
X
X X
X*
X
X X
Kembung Julung-julung
X
X
X
X
X
X
X
X
X X
X*
X
X*
X*
X X
X
X*
X
Keterangan: X = musim penangkapan ikan X* = puncak musim penangkapan ikan
Puncak musim penangkapan ikan cakalang dan layang terjadi pada bulan Juli yang merupakan saat musim Timur. Kondisi perairan pada saat musim Timur realtif tenang memungkinkan nelayan lebih intensif untuk mengoperasikan alat tangkap. Selain itu pada saat musim Timur perairan Laut Banda dan Laut Maluku diduga lebih subur, seperti dikemukakan oleh Nontji (2002), bahwa gerakan arus yang cenderung berasal dari belahan bumi Selatan, namun setelah memasuki Laut Banda mengakibatkan terjadinya upwelling. Akibat dari upwelling ini ditemukannya suhu air yang rendah di permukaan yaitu rata-rata 3 0C lebih rendah daripada musim Barat, sedangkan salinitas 1‰ lebih tinggi. Demikian pula kandungan fosfat dan nitrat, masing-masing naik menjadi dua kali lipat, selanjutnya kandungan plankton pun menjadi meningkat pula. Selain itu pada musim Timur di perairan Laut Maluku terjadi arus kuat yang datang dari Utara Irian yang terlebih dulu melingkari ujung Selatan Halmahera untuk kemudian berbelok ke Utara dan kembali ke Samudera Pasifik. Pola arus musim Timur dapat dilihat pada Gambar 25.
68
Sumber. Akuisisi dari Nontji. Laut Nusantara 2002 Gambar 25 Pola arus musim timur Dengan adanya arus maka massa air di lapisan permukaan akan terbawa mengalir, sebagai akibatnya air dari lapisan bawah naik ke permukaan yang dikenal dengan upwelling yang kaya akan zat hara. Hasil penelitian Arifin (2006) menemukan bahwa upwelling, front dan sebaran klorofil-a terjadi di perairan Maluku pada bulan Juli dan Agustus. Kondisi lingkungan demikian sangat mendukung keberadaan ikan pelagis di perairan untuk memenuhi siklus hidupnya dalam mencari dan memangsa makanan. Puncak musim penangkapan ikan tuna dan tongkol terjadi pada bulan Oktober, dan puncak musim penangkapan kembung terjadi pada bulan September yang merupakan saat musim peralihan Timur-Barat. Hal ini terjadi karena pada musim tersebut, angin biasanya lemah dan laut sangat tenang. Kondisi tersebut memungkinkan nelayan untuk lebih intensif dalam melakukan operasi penangkapan. Kesamaan waktu puncak musim penangkapan tuna dan tongkol disebabkan karena kedua jenis ikan ini masih satu famili yang memiliki sifat untuk bergerombol. Selain itu kedua jenis ikan ini merupakan ikan pelagis dengan memiliki ruaya yang luas dan rata-rata tersebar di perairan lepas pantai, mengaharuskan nelayan melakukan penangkapan pada saat kondisi perairan relatif tenang. Pada saat musim peralihan maka pengaruh dari kedua musim masih sangat dominan terutama kondisi suhu, salinitas dan zat-zat hara.
Suhu dan
69
salinitas sebagai parameter yang dapat berpengaruh pada organisme laut masih stabil, dan zat-zat hara yang merupakan pangkal dari siklus makanan ikan masih berlimpah. Dengan demikian maka pada musim peralihan tersebut merupakan waktu yang terbaik untuk melakukan penangkapan ikan di perairan Maluku Utara. Puncak musim penangkapan ikan julung-julung terjadi pada bulan Desember yang merupakan saat musim barat. Pada musim Barat kondisi perairan sangat dipengaruhi oleh tingginya kecepatan angin yang menyebabkan tingginya gelombang di laut. Ikan julung-julung sebagai ikan pelagis kecil dan bukan merupakan ikan perenang yang baik tidak dapat mempertahankan keberadaannya di perairan-perairan terbuka ketika terjadi gelombang. Untuk menghindari kondisi perairan yang bergelombang tersebut maka julung-julung mencari tempat untuk berlindung. Julung-julung cenderung memilih daerah-daerah yang masih memiliki lingkungan pesisir yang baik secara ekologi seperti daerah karang, padang lamun dan mangrove. Selain itu berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan pukat cincin mini (giob) yang beroperasi di kepulauan Kayoa Halmahera Selatan dan Morotai Halmahera Utara, bahwa kehadiran julung-julung di suatu kawasan pesisir dengan tujuan untuk melakukan pemijahan. Kondisi ini dimanfaatkan oleh nelayan untuk melakukan penangkapan. Jika kehadiran julung-julung di perairan pesisir untuk tujuan memijah, maka aktivitas penangkapan akan memberikan dampak yang serius terhadap ketersediaan sumberdaya ikan tersebut di alam. 5.6.2
Pemetaan lokasi pemanfaatan dan musim penangkapan ikan Untuk memprediksi lokasi dan musim penangkapan ikan pelagis di perairan
Maluku Utara, maka dilakukan dengan menggunakan beberapa sumber data pendukung yaitu terdiri dari: (1) data primer hasil wawancara dengan nelayan yang berpangkalan di PPP Bacan, PPP tobelo, PPI Dufa-dufa dan PPN Ternate, yang digunakan dalam penentuan daerah penangkapan berdasarkan musim penngkapan ikan, (2) data posisi pemasangan rumpon yang diperoleh dari Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara, dan (3) data titik sebaran ikan pelagis yang diperoleh dari Balai Riset Kelautan dan Perikanan Departemen Perikanan dan Kelautan. Dari ketiga jenis data tersebut dioverlay dan membentuk suatu peta tematik yang merupakan peta sebaran ikan pelagis dan daerah penangkapan di Provinsi Maluku Utara. Pemetaan ini hanya berdasarkan
70
klasifikasi jenis ikan berdasarkan kelopok pelagis besar dan pelagis kecil, kecuali julung-julung karena daerah penangkapannya lebih spesifik sehingga dapat diprediksi. Berdasarkan hasil plot pada peta tematik menggunakan perangkat lunak ArcView GIS 3.3 dihasilkan Gambar 26. Pada Gambar tersebut memperlihatkan bahwa lokasi pemafaatan ikan pelagis diperairan Maluku Utara relatif berada di wilayah pantai atau kurang lebih berkisar 12 mil. Hal ini terjadi karena pemanfaatan sumberdaya ikan di Provinsi Maluku Utara sebagian besar dilakukan oleh nelayan tradisional. Ciri dari nelayan tradisional antara lain adalah memiliki unit penangkapan skala kecil, kadang menggunakan perahu bermesin atau tidak sama sekali, sedangkan perahu dan alat tangkap dibuat dan dioperasikan sendiri. Hal ini menyebabkan nelayan tidak memiliki keberanian untuk melakukan penangkapan ikan di laut lepas. Lokasi pemanfaatan ikan pelagi di Maluku Utara tersebar merata pada setiap perairan. Pemafaatan ikan pelagis besar di bagian selatan Maluku Utara yang dilakukan oleh nelayan yang berpangkapan di PPP Bacan, sebagian besar berada di perairan antara pulau Obi dan Bacan yaitu terbentang dari ujung selatan Halmahera hingga bagian barat pulau Bacan. Pemafaatan ikan pelagis kecil terutama layang dan kembung sebagian besar berada diantara pulau Halmahera dan Bacan yang tersebar dari ujung selatan Halmahera hingga pulau Kayoa. Sedangkan lokasi pemanfaatan julung-julung sangat terbatas yaitu hanya berada di gugusan kepauluan Gura Ici kecamatan Kayoa. Pemafaatan ikan pelagis besar di perairan bagian utara Maluku Utara yang dilakukan oleh nelayan yang berpangkapan di PPP Tobelo sebagian besar berada di perairan antara pulau Morotai dan semenanjung Halmahera Timur dan bagian utara Morotai. Pemanfaatan ikan pelagis kecil terutama layang dan kembung sebagian besar berada dibibir teluk Kao yang tersebar dari ujung utara Halmahera hingga Halmahera Timur. Sedangkan lokasi pemanfaatan julung-julung berada di gugusan kepauluan antara pulau Morotai dan Halmahera. Pemafaatan ikan pelagis besar di bagian tengah Maluku Utara yang berpangkapan di PPN dan PPI Dufa-dufa, sebagian besar berada di perairan barat Halmahera antara perairan Ternate hingga ujung utara Halmahera. Pemafaatan
71
ikan pelagis kecil terutama layang dan kembung sebagian besar berada di perairan Ternate, Tidore, Moti, Mare dan Hiri. Berdasarkan pemetaan sebaran ikan pelagis secara bulanan maka terlihat bahwa sebaran ikan pelagis di perairan Maluku Utara bervariasi sepanjang tahun. Sebaran jenis ikan pelagis bervariasi setiap saat, disebabkan karena ikan akan selalu mencari tempat yang sesuai dengan sifat hidupnya. Menurut Laevastu & Hayes (1981) bahwa faktor oseanografi yang berpengaruh terhadap sebaran ikan pelagis dari berbagai daerah penangkapan adalah suhu dan arus. PETA SEBARAN IKAN PELAGIS DAN DAERAH PENANGKAPAN DI PROVINSI MALUKU UTARA 124°00'
127°00'
128°00'
129°00'
130°00'
P.
HA LM AH ER A
SU L UT AW AR E A SI
1°00'
126°00'
F 30 0 30 KM F F FF F F F F FF F F F F F FF FF PASIFIK F F F F SAMUDERA F F F F F F F FF \ F F F F F F F F FF F F F \FF F F FF F P. MOROTAI F FF F LEGENDA F F FF F F F F FF F F F F F FF F F F Januari F FF FF F \ F F 2°00' F F F F F F F F Pebruari FF F F FFF F F F Î F F Maret F F F F F F \ F FF F F F F LAUT F F F F F F FF FF FHALMAHERA F F April F F F\ F F F F F Mei F F F F F F F FF F F1°00' FF FF F F F F F F F FF F FP. TERNA F Juni FTE Î F F F F F F F P.F TIDORE F F F FF F F Juli F F \ F F F F F FF F F F F F F F F F FF F F F F F F FF \ F Agustus FFFF \ F F FFF F F F \ F F F F September F F F \ 0°00' F F F F F Oktober F F F F F FF F F LAUT F F F F FF F F F November F \ MALUKU F P. BACAN F F F F F F F F F F Desember F Î FF F\ F F F F F F F F FF FF F \ F F F F F FF F F \ F F F F F F \ Rumpon F FF F F1°00' F F FF F \ F F F F F F Î PPN F F F F F F F FF F F FF F FF F F F FFF FF F F Î PPP F F F P. OBI F F F F F F F F F P. TALIABU Pelagis Besar P. MANGOLI F FF PAPUA F F F F F F F FF FF F F F BARAT 2°00' Pelagis Kecil F F F F FFLAUT FF F F F F F F F FF P. SANANA F F F F F F F F F F Julung-julung F F FSERAM FF F F F F F F F F F F F F F F F F FFF F F F F FFFF F F F F FF F F FF F F F F F F F F F F FF F F F FF
F
F F F F
2°00'
125°00'
U
0°00'
1°00'
2°00'
! ! !
124°00'
125°00'
126°00'
127°00'
128°00'
129°00'
130°00'
Sumber: Data diolah, 2007 Gambar 26 Peta sebaran dan pemanfaatan ikan pelagis di Provinsi Maluku Utara
6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat tarik kesimpulan sebagai berikut : 1) Tingkat pemanfaatan 6 jenis ikan ekonomis penting di Provinsi Maluku Utara periode 1997-2005 rata-rata bervariasi. Tingkat pemanfaatan masing-masing jenis ikan adalah sebagai berikut: cakalang rata-rata 66%, tuna 12%, tongkol 73%, layang 43%, kembung 57% dan julung-julung 85%. Upaya tangkap untuk
setiap jenis ikan berturut-turut adalah sebagai berikut: cakalang 70%, tuna 148%, tongkol 71%, layang 324%, kembung 255% dan julung-julung 54%.
2) Musim penangkapan 6 jenis ikan ekonomis penting di Provinsi Maluku Utara hampir tersebar di setiap bulan sepanjang tahun. Musim penangkapan ikan cakalang pada bulan Maret, April, Juli, Agustus, dan September. Musim penangkapan tuna pada bulan Januari, Maret, September dan Oktober. Musim penangkapan tongkol pada bulan Februari, Juni, September, Oktober dan November. Musim penangkapan layang pada bulan Mei, Juni, Juli, November dan Desember. Musim penangkapan kembung pada bulan Januari-Maret, Mei dan Agustus-Oktober. Musim penangkapan julung-julung pada bulan Februari, Maret, Mei dan Desember. 6.2 Saran 1) Pemanfaatan jenis ikan cakalang, tuna dan layang perlu ditingkatkan dengan nilai berturut-turut adalah sebagai beriku: cakalang 34%, tuna 88%, layang 57% dan kembung 43%. Sedangkan jenis ikan tongkol dan julung-julung perlu mendapat perhatian dalam pemanfaatannya disebabkan tingkat pemanfaatannya relatif tinggi 2)
Perlu adanya pembatasan upaya tangkap untuk setiap jenis ikan masingmasing sebagai berikut: tuna 48%, layang 224% dan kembung 155%. Sedangkan upaya tangkap cakalang, tongkol dan julung-julung perlu adanya pengaturan sehingga pemanfaatannya dapat dicapai secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA Arifin I. 2006. Penentuan Daerah Penangkapan Ikan Cakalang dengan Data Satelit Multi Sensor di Perairan Laut Maluku [tesis]. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 94 hlm. Ayodhyoa AU.1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 97 hlm. Baskoro MS. 2006. Alat Penangkap Ikan Berwawasan Lingkungan. Di dalam: Sondita FA, Solihin I. editor. Kumpulan Pemikiran Tentang Teknologi Perikanan yang Bertanggungjawab. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hlm 7-18. Collete BB, Nauen CE. 1983. Scombrids of the World. An Annotated and Illutrated Cataloque of Tuna, Mackerels, Bonitos and Related Species Known to Date. FAO Fisheries Synopsis, Vol. 2 No. 125. Rome. 137 p. Dajan A. 1986. Pengantar Metode Statistik Jilid l. LP3ES. Jakarta. 424 hlm. Dinas Perikanan dan Kelautan Maluku Utara, 2003. Profil Peluang Investasi dan Usaha Sektor Perikanan dan Kelautan Propinsi Maluku Utara. 53 hlm. Dinas Perikanan dan Kelautan. 2003. Statistik Perikanan Provinsi Maluku Utara 2002. Pemerintah Provinsi Maluku Utara. 44 hlm. Dinas Perikanan dan Kelautan. 2004. Laporan Tahunan Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara 2003. Ternate. 62 hlm. Dinas Perikanan dan Kelautan. 2004. Statistik Perikanan Provinsi Maluku Utara 2003. Pemerintah Provinsi Maluku Utara. 44 hlm. Dinas Perikanan dan Kelautan. 2005. Statistik Perikanan Provinsi Maluku Utara 2004. Pemerintah Provinsi Maluku Utara. 63 hlm. Dinas Perikanan dan Kelautan. 2006. Laporan Tahunan Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara 2005. Pemerintah Provinsi Maluku Utara. 45 hlm. Dinas Perikanan dan Kelautan. 2006. Statistik Perikanan Provinsi Maluku Utara 2005. Pemerintah Provinsi Maluku Utara. 66 hlm. Direktorat Jenderal Perikanan. 1979. Buku Pedoman Pengenalan Sumberdaya Perikanan Laut. Bagian I. Jenis-jenis Ikan Ekonomis Penting. Departemen Pertanian. Jakarta. 64 hlm. FAO. 1991. Interaction of Pacific Tuna Fisheries. Vol.2: Paper on Biology and Fisheries. FAO. Rome. 137 p. FAO. 1997. Fisheries Management. FAO Technical Guidelines for Responsible Fisheries, No. 4. FAO, Rome. 82 p. Fauzi A. 2004. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Teori dan Aplikasi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 256 hlm.
74
Gulland JA. 1983. Fish Stock Assesment. A Manual of Basic Methods. John Wiley and Sons, Chichester-New York-Brisbane-Toronto-Singapore. 223 p. Gunarso W, Wiyono ES. 1994. Studi Tentang Pengaruh Perubahan Pola Musim dan Teknologi Penangkapan Ikan Terhadap Hasil Tangkapan Ikan Layang (Decapterus sp.) di Perairan Laut Jawa. Maritek, Buletin ITK, Volume 4, Nomor 1. Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Hlm 45-92. Gunarso W. 1988. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Alat, Metode dan Taktik Penangkapan. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. 149 hlm. Hardenberg JDF. 1937. Preliminary Report on A Migration of Fish in The Java Sea. Treubia, 16: 295-300. Kaneda Y. 1995. Fisheries dan Fishing Methods of Japan. Sezando-Shoten Publishing Co. Ltd. Tokyo. 214 p. Laevastu T, Favorite F. 1988. Fishing and Stock Fluktuations. Fishing News (Books) Ltd, London. 240 p. Laevastu T, Hayes ML. 1981. Fisheries Oceanography and Ecology. England: Fishing News Books Ltd. 199 p. Mangga Barani H. 2006. Indeks Upaya Penangkapan dan Standar Upaya Penangkapan di Perairan Sulawesi Selatan. Buletin PSP, Volume XV. No 1. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hlm 45-69. Monintja DR, Simbolon D, Purwanto B. 2001. Industri Review Penangkapan Ikan Cakalang. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) dan Lembaga Manajemen Agribisnis Agroindustri IPB, Bogor. 225 hlm. Murdiyanto B. 2004. Pengelolaan Sumber Daya Perikanan Pantai. Proyek Pengembangan Masyarakat Pantai dan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan. Lon ADB 1570/1771 (SF)-INO. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Departemen Kelautan dan Perikanan. 200 hlm. Nikijuluw VPH. 1986. Status dan Potensi Perikanan Tuna dan Cakalang di Indonesia. BPPL. Jakarta. Hlm 20-23. Nikijuluw VPH. 2005. Politik Ekonomi Perikanan. Bagaimana dan Kemana Bisnis Perikanan. PT Fery Agung Corporation (Feraco). Jakarta. 314 hlm. Nontji A. 2002. Laut Nusantara. Jakarta. Djambatan. 130 hlm. Nurani TW, Wisudo SH. 2007. Bisnis Tuna Longline. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 58 hlm. Pelabuhan Perikanan Nusantara Ternate. 2006. Statistik Perikanan Pelabuhan Nusantara Ternate Tahun 2004. Ternate. 45 hlm. Paristiwady T. 2006. Ikan-ikan Ekonomis Penting di Indonesia. Petunjuk Identifikasi. LIPI. Jakarta. 270 hlm.
75
Simbolon D. 2003. Pengembangan Perikanan Pole and Line yang Berkelanjutan di Perairan Sorong: Suatu Pendekatan Sistem [disertasi]. Bogor. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 153 hlm. Sokal RR, Rohlf FJ. 1981. Biometry. The Principles and Practice of Statistics in Biological Research. Freeman and Company. New York. 859 p. Sparre P, Venema SC. 1999. Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis, Buku 1: Manual. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Jakarta. 438 hlm. Subani W, Barus HR. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang di Laut Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut Edisi Khusus No 50 tahun 1989. Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta. 248 hlm. Sudirman H, Mallawa A. 2004. Teknik Penangkapan Ikan. Rineke Cipta. Jakarta. 168 hlm. Sumadhiharga K. 1971. Studi Analisis tentang Kondisi Perairan Bagian Timur Indonesia Sebagai Fishing Ground bagi Jenis-Jenis Ikan Tuna. Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hlm 20:40. Suseno. 2007. Menuju Perikanan Berkelanjutan. Pustaka Cidesindo. Jakarta. 161 hlm. Uktolseja JCB, Gafa B, Bahar S, Mulyadi E. 1991. Potensi dan Penyebaran Sumberdaya Ikan Laut di Perairan Indonesia. Direktorat Jenderal Perikanan. Puslitbang Perikanan. Jakarta, (105): Hlm 29-34. Uktolseja JCB, Gafa B, Purwasasmita R, Iskandar B.1997. Sumberdaya Ikan Pelagis Besar. Di dalam: Priyono BE et al. editor. Potensi dan Penyebaran Sumberdaya Ikan Laut di Perairan Indonesia. Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian. Hlm 33-53. Waldron KD, King. 1963. Food of Skipjack in the Central Pasifik. FAO Fisheries Report. 1457 p. Widodo J, Suadi. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut.Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 252 hlm. Widodo. 2003. Pengantar Pengkajian Stok Ikan. Pusat Riset Perikanan Tangkap. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Jakarta. 49 hlm.
LAMPIRAN
77
Lampiran 1 Perkembangan produksi dan paya tangkap tahunan ikan cakalang tahun 1997-2005 Data produksi cakalang Produksi (kg) Pancing Pancing Pukat Huhate tonda lain cincin 1997 3.440.820 301.300 3.690 123.251 1998 3.464.440 306.240 3.910 123.305 1999 3.047.660 219.090 9.950 122.364 2000 3.194.860 249.870 11.350 122.696 2001 3.476.380 360.930 49.060 119.128 2002 4.212.200 221.300 61.500 129.815 2003 4.333.890 189.840 75.600 125.576 2004 4.986.240 352.140 61.340 138.331 2005 4.958.560 474.630 98.200 154.065 Jumlah 35.115.050 2.675.340 374.600 1.158.531 Rata-rata 3.901.672 297.260 41.622 128.726 Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara Tahun
Jaring insang 82.210 83.558 59.777 68.176 483.642 753.857 646.685 969.195 967.019 4.514.120 501.569
Jumlah 3.951.271 3.981.452 3.458.841 3.646.952 4.489.140 5.378.672 5.371.591 6.507.246 6.652.474 43.837.641 4.870.849
Data upaya tangkap cakalang Upaya tangkap (trip) Pancing Pancing Pukat Huhate tonda lain cincin 1997 1.430 1.150 225 2.400 1998 1.367 1.159 240 2.450 1999 1.522 1.161 549 2.462 2000 1.001 902 1.005 2.700 2001 1.036 1.038 1.076 3.310 2002 4.040 1.840 1.200 3.420 2003 5.316 1.260 1.040 3.674 2004 5.072 1.864 2.928 3.100 2005 4.192 1.128 5.016 4.000 Jumlah 24.976 11.502 13.279 27.516 Rata-rata 2.775 1.278 1.475 3.057 Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara Tahun
Jaring insang 1.830 1.704 1.013 1.993 2.063 1.036 1.550 1.099 8.347 20.636 2.293
Jumlah 7.035 6.920 6.707 7.601 8.523 11.536 12.840 14.063 22.683 97.909 10.879
78
Lampiran 2 Nilai CPUE, fishing power index dan effort standar ikan cakalang tahun 1997-2005 Nilai CPUE
Tahun
Huhate
1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Jumlah Rata-rata
2.406 2.534 2.002 3.192 3.356 1.043 815 983 1.183 17.514 1.946
CPUE (kg/trip) Pancing Pancing Pukat tonda lain cincin 262 16 51 264 16 50 189 18 50 277 11 45 348 46 36 120 51 38 151 73 34 189 21 45 421 20 39 2.220 272 388 247 30 43
Jaring insang 45 49 59 34 234 728 417 882 116 2.564 285
Jumlah
Ratarata
2.781 2.914 2.318 3.560 4.019 1.980 1.490 2.119 1.778 22.959 2.551
556 583 464 712 804 396 298 424 356 4.592 510
Nilai fishing power index Tahun 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Jumlah
Huhate 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 9,00
Pancing tonda 0,11 0,10 0,09 0,09 0,10 0,12 0,18 0,19 0,36 0,13
Fishing power index Pancing lain Pukat cincin 0,01 0,021 0,01 0,020 0,01 0,025 0,00 0,014 0,01 0,011 0,05 0,036 0,09 0,042 0,02 0,045 0,02 0,033 0,22 0,247
Jaring insang 0,02 0,02 0,03 0,01 0,07 0,70 0,51 0,90 0,10 2,35
Jumlah 1,16 1,15 1,16 1,12 1,20 1,90 1,83 2,16 1,50 11,94
Nilai effort standar
Tahun 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Jumlah Rata-rata
Huhate 1.430 1.367 1.522 1.001 1.036 4.040 5.316 5.072 4.192 24.976 2.775
Pancing tonda 125 121 109 78 108 212 233 358 401 1.746 194
Effort standar Pancing lain 2 2 5 4 15 59 93 62 83 323 36
Pukat cincin 51 49 61 38 36 125 154 141 130 784 87
Jaring insang 34 33 30 21 144 723 793 986 818 3.582 398
Jumlah 1.642 1.571 1.727 1.143 1.338 5.159 6.589 6.619 5.624 31.412 3.490
79
Lampiran 3 Nilai simulasi model pendugaan Fox ikan cakalang
f
y
f
y
f
y
f
y
0
0
4.500
6.887.596
8.700
5.748.666
12.900
3.679.850
500
1.703.181
4.700
6.911.642
8.900
5.650.229
13.100
3.590.376
700
2.290.957
4.900
6.923.213
9.100
5.550.673
13.300
3.502.261
900
2.830.021
5.100
6.923.250
9.300
5.450.237
13.500
3.415.536
1.100
3.323.289
5.300
6.912.639
9.500
5.349.144
13.700
3.330.227
1.300
3.773.523
5.500
6.892.217
9.700
5.247.599
13.900
3.246.357
1.500
4.183.339
5.700
6.862.768
9.900
5.145.793
14.100
3.163.945
1.700
4.555.216
5.900
6.825.032
10.100
5.043.903
14.300
3.083.003
1.900
4.891.498
6.100
6.779.704
10.300
4.942.091
14.500
3.003.545
2.100
5.194.405
6.300
6.727.438
10.500
4.840.509
14.700
2.925.578
2.300
5.466.037
6.500
6.668.846
10.700
4.739.295
14.900
2.849.108
2.500
5.708.381
6.700
6.604.507
10.900
4.638.576
15.100
2.774.136
2.700
5.923.316
6.900
6.534.959
11.100
4.538.469
15.300
2.700.664
2.900
6.112.620
7.100
6.460.712
11.300
4.439.081
15.500
2.628.688
3.100
6.277.971
7.300
6.382.240
11.500
4.340.510
15.700
2.558.204
3.300
6.420.957
7.500
6.299.988
11.700
4.242.843
15.900
2.489.206
3.500
6.543.078
7.700
6.214.374
11.900
4.146.162
16.100
2.421.686
3.700
6.645.750
7.900
6.125.788
12.100
4.050.540
16.300
2.355.634
3.900
6.730.310
8.100
6.034.595
12.300
3.956.042
16.500
2.291.038
4.100
6.798.022
8.300
5.941.135
12.500
3.862.727
4.300
6.850.076
8.500
5.845.727
12.700
3.770.647
80
Lampiran 4 Perkembangan produksi dan upaya tangkap tahunan ikan tuna tahun 1997-2005 Data produksi tuna Tahun Rawai
Produksi (kg) Pancing lain Pancing tonda
Huhate
Jumlah
1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
4.783.730 5.970.260 5.194.100 5.177.440 5.223.650 5.112.400 6.109.100 1.867.360 2.709.670
285.540 356.360 310.000 309.040 109.530 271.500 278.150 189.050 161.740
437.690 794.290 561.000 556.020 245.270 2.165.300 2.776.170 2.543.370 2.814.360
300.940 375.600 326.800 325.700 344.550 637.000 498.250 225.150 170.460
5.807.900 7.496.510 6.391.900 6.368.200 5.923.000 8.186.200 9.661.670 4.824.930 5.856.230
Jumlah
42.147.710
2.270.910
12.893.470
3.204.450
60.516.540
Rata-rata 4.683.079 252.323 1.432.608 Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara
356.050
6.724.060
Data upaya tangkap tuna Upaya tangkap (trip) Rawai Pancing lain Pancing tonda 1997 125 225 1.150 1998 135 240 1.159 1999 137 549 1.161 2000 130 1.005 902 2001 160 1.076 1.038 2002 380 1.200 1.840 2003 330 1.040 1.260 2004 364 2.928 1.864 2005 301 5.016 1.128 Jumlah 2.062 13.279 11.502 Rata-rata 229 1.475 1.278 Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara Tahun
Huhate 1.430 1.367 1.522 1.001 1.036 4.040 5.316 5.072 4.192 24.976 2.775
Jumlah 2.930 2.901 3.369 3.038 3.310 7.460 7.946 10.228 10.637 51.819 5.758
81
Lampiran 5 Nilai CPUE, fishing power index dan effort standar ikan tuna tahun 1997-2005 Nilai CPUE
Tahun
Rawai
1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Jumlah Rata-rata
38.270 44.224 37.913 39.826 32.648 13.454 18.512 5.130 9.002 238.980 26.553
CPUE (kg/trip) Pancing Pancing lain tonda 1.269 381 1.485 685 565 483 308 616 102 236 226 1.177 267 2.203 65 1.364 32 2.495 4.318 9.641 480 1.071
Pole and line 210 275 215 325 333 158 94 44 41 1.694 188
Jumlah
Rata-rata
40.130 46.669 39.176 41.076 33.318 15.014 21.077 6.604 11.570 254.634 28.293
10.032 11.667 9.794 10.269 8.330 3.754 5.269 1.651 2.893 63.658 7.073
Nilai fishing power index Tahun 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Jumlah
Rawai 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 9,00
Fishing power index Pancing lain Pancing tonda 0,03 0,01 0,03 0,02 0,01 0,01 0,01 0,02 0,00 0,01 0,02 0,09 0,01 0,12 0,01 0,27 0,00 0,28 0,14 0,81
Huhate 0,005 0,006 0,006 0,008 0,010 0,012 0,005 0,009 0,005 0,066
Jumlah 1,05 1,06 1,03 1,03 1,02 1,12 1,14 1,29 1,29 10,02
Nilai effort standar
Tahun 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Jumlah Rata-rata
Rawai 125 135 137 130 160 380 330 364 301 2.062 229
Effort standar Pancing Pancing lain tonda 7 11 8 18 8 15 8 14 3 8 20 161 15 150 37 496 18 313 125 1.185 14 132
Pole and line 8 8 9 8 11 47 27 44 19 181 20
Jumlah 152 170 169 160 181 608 522 941 651 3.553 395
82
Lampiran 6 Nilai simulasi model pendugaan Fox ikan tuna f
y
f
y
f
y
150
602025,0371
138050
53562248,53
275950
10350274,86
10000
33966019,77
147900
48563717,85
285800
9072042,435
19850
57059312,3
157750
43836360,03
295650
7942223,345
29700
72250995,48
167600
39414906,03
305500
6945392,456
39550
81424525,74
177450
35317003,53
315350
6067360,162
49400
86071042,4
187300
31547648
325200
5295156,999
59250
87365472,98
197150
28102655,17
335050
4616993,791
69100
86228511,46
207000
24971364,98
344900
4022205,232
78950
83377014,46
216850
22138731,21
354750
3501182,913
88800
79364911,33
226700
19586921,6
364600
3045302,398
98650
74616353,82
236550
17296529,87
374450
2646847,739
108500
69452524,39
246400
15247480,84
384300
2298935,954
118350
64113269,37
256250
13419694,55
394150
1995443,258
128200
58774514,52
266100
11793562,02
404000
1730934,288
83
Lampiran 7 Perkembangan produksi dan upaya tangkap tahunan ikan tongkol tahun 1997-2005 Data produksi tongkol Produksi (kg) Pukat Jaring Pancing Huhate cincin insang tonda 1997 1.262.600 259.400 25.500 67.935 1998 1.288.400 261.400 25.700 68.474 1999 646.000 266.000 26.000 69.667 2000 668.800 2001 763.010 2002 1.450.350 115.300 11.350 30.200 2003 1.108.400 315.060 17.030 31.340 2004 1.250.350 527.580 28.490 36.000 2005 9.423.210 1.982.040 157.470 365.778 Jumlah 1.047.023 220.227 17.497 40.642 Rata-rata 985.300 237.300 23.400 62.162 Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara Tahun
Pancing lain 5.300 6.400 6.429 66.637 36.600 6.499 71.700 24.383 230.248 25.583 6.300
Lainlain 30.548 30.791 31.327 13.580 134.198 14.911 27.952
Upaya tangkap (trip) Pukat Jaring Pancing Pancing Huhate cincin insang tonda lain 1997 1.430 2.400 1.830 1.150 225 1998 1.367 2.450 1.704 1.159 240 1999 1.522 2.462 1.013 1.161 549 2000 1.001 2.700 1.993 902 1.005 2001 1.036 1.076 2002 4.040 1.200 2003 5.316 3.674 1.550 1.260 1.040 2004 5.072 3.100 1.099 1.864 2.928 2005 4.192 4.000 8.347 1.128 5.016 Jumlah 24.976 20.786 17.537 8.624 13.279 Rata-rata 2.775 2.310 1.949 958 1.475 Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara
Lainlain 525 540 549 1.005 1.076 25.200 31.040 44.928 50.016 154.879 17.209
Jumlah 1.651.283 1.681.165 1.045.423 735.437 799.610 1.627.279 1.543.530 1.866.803 12.292.944 1.365.883 1.342.414
Data upaya tangkap tongkol Tahun
Jumlah 7.560 7.460 7.256 8.606 3.188 30.440 43.880 58.991 72.699 240.081 26.676
84
Lampiran 8 Nilai CPUE, fishing power index dan effort standar ikan tongkol tahun 1997-2005 Nilai CPUE Tahun 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Jumlah Ratarata
689 924 847 645 646 189 273 219 298 4.729
Pukat cincin 99 106 106 99 31 102 132 674
525
75
Huhate
CPUE (kg/trip) Jaring Pancing insang tonda 13 54 15 59 25 59 13 77 7 24 15 17 3 32 92 322
Pancing lain 28 22 12 6 62 31 6 24 5 196
Lainlain 53 57 56 31 0 198
Jumlah
Rata-rat
936 1.182 1.105 872 707 219 342 377 470 6.211
234 295 276 218 177 55 86 94 118 1.553
22
22
690
173
Fishing power index Jaring Pancing insang tonda 0,02 0,08 0,02 0,06 0,03 0,07 0,02 0,12 0,00 0,00 0,00 0,00 0,03 0,09 0,07 0,08 0,01 0,11 0,19 0,60
Pancing lain 0,04 0,02 0,01 0,01 0,10 0,16 0,02 0,11 0,02 0,50
10
36
Nilai fishing power index Tahun 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Jumlah
Huhate 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 9,00
Pukat cincin 0,14 0,11 0,13 0,15 0,00 0,00 0,12 0,47 0,44 1,56
Lainlain 0,08 0,06 0,07 0,05 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,25
Jumlah 1,36 1,28 1,31 1,35 1,10 1,16 1,25 1,72 1,58 12,11
Nilai effort standar Tahun 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Jumlah Rata-rata
Huhate 1.430 1.367 1.522 1.001 1.036 4.040 5.316 5.072 4.192 24.976 2.775
Pukat cincin 344 281 309 412 423 1.442 1.769 4.979 553
Effort standar Jaring Pancing insang tonda 34 90 28 74 30 81 40 108 42 111 78 143 96 121 347 727 39 81
Pancing lain 9 6 8 10 103 194 24 328 82 763 85
Lainlain 41 33 36 49 50 208 23
Jumlah 1.948 1.788 1.986 1.620 1.139 4.234 5.965 7.063 6.259 32.001 3.556
85
Lampiran 9 Nilai simulasi model pendugaan Fox ikan tongkol
f
y
f
y
f
y
f
y
0
0
10.500
1.302.024
21.000
318.882
31.500
58.574 53.841
500
458.130
11.000
1.234.221
21.500
295.407
32.000
1.000
829.066
11.500
1.167.532
22.000
273.511
32.500
49.479
1.500
1.125.255
12.000
1.102.358
22.500
253.108
33.000
45.459
2.000
1.357.564
12.500
1.039.015
23.000
234.111
33.500
41.756
2.500
1.535.468
13.000
977.745
23.500
216.437
34.000
38.346
3.000
1.667.219
13.500
918.728
24.000
200.007
34.500
35.208
3.500
1.759.989
14.000
862.088
24.500
184.744
35.000
32.319
4.000
1.820.005
14.500
807.908
25.000
170.575
35.500
29.661
4.500
1.852.659
15.000
756.234
25.500
157.430
36.000
27.216
5.000
1.862.617
15.500
707.077
26.000
145.241
36.500
24.968
5.500
1.853.902
16.000
660.428
26.500
133.947
37.000
22.902
6.000
1.829.978
16.500
616.255
27.000
123.487
37.500
21.002
6.500
1.793.819
17.000
574.508
27.500
113.805
38.000
19.257
7.000
1.747.970
17.500
535.125
28.000
104.847
38.500
17.654
7.500
1.694.602
18.000
498.036
28.500
96.564
39.000
16.181
8.000
1.635.562
18.500
463.159
29.000
88.907
39.500
14.829
8.500
1.572.412
19.000
430.410
29.500
81.834
40.000
13.588
9.000
1.506.470
19.500
399.700
30.000
75.301
40.500
12.449
9.500
1.438.839
20.000
370.937
30.500
69.271
41.000
11.403
10.000
1.370.437
20.500
344.029
31.000
63.707
86
Lampiran 10 Perkembangan produksi dan upaya tangkap tahunan ikan layang tahun 1997-2005 Data produksi layang Produksi (kg) Pukat cincin Jaring insang Bagan 1997 11.629.800 663.800 335.100 1998 11.679.100 872.400 361.300 1999 1.680.700 879.000 362.100 2000 1.691.000 922.000 368.000 2001 1.693.000 930.000 369.000 2002 1.673.800 850.000 358.500 2003 12.604.550 797.030 397.710 2004 13.878.350 373.400 634.740 2005 15.052.250 442.020 409.230 Jumlah 71.582.550 6.729.650 1.058.500 Rata-rata 7.953.617 747.739 117.611 Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara Tahun
Lain-lain 20.618 22.233 22.284 22.617 22.679 22.059 13.909 10.630 10.161 167.190 18.577
Jumlah 12.628.700 12.912.800 2.921.800 2.981.000 2.992.000 2.882.300 13.799.290 14.886.490 15.903.500 81.907.880 9.100.876
Data upaya tangkap layang Upaya tangkap (trip) Pukat cincin Jaring insang Bagan 1997 2.400 1.830 1.550 1998 2.450 1.704 1.570 1999 2.462 1.013 1.580 2000 2.700 1.993 140 2001 3.310 2.063 823 2002 3.420 1.036 1.000 2003 3.674 1.550 19.600 2004 3.100 1.099 17.033 2005 4.000 8.347 17.863 Jumlah 27.516 20.636 61.159 Rata-rata 3.057 2.293 6.795 Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara Tahun
Lain-lain 525 540 549 1.005 1.076 25.200 31.040 44.928 50.016 154.879 17.209
Jumlah 5.780 5.724 5.055 4.833 6.196 5.456 24.824 21.232 30.210 109.311 12.146
87
Lampiran 11 Nilai CPUE, fishing power index dan effort standar ikan layang tahun 1997-2005 Nilai CPUE Tahun 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Jumlah Rata-rata
Pukat cincin 4.846 4.767 683 626 511 489 3.431 4.477 3.763 23.593 2.621
CPUE Jaring insang 363 512 868 463 451 821 514 340 53 4.383 487
Bagan 216 230 229 2.629 448 359 20 37 23 4.191 466
Lain-lain 39 41 41 23 21 1 0 0 0 166 18
Jumlah 5.425 5.509 1.779 3.717 1.411 1.669 3.965 4.854 3.839 32.168 3.574
Ratarata 1.356 1.377 445 929 353 417 991 1.213 960 8.042 894
Nilai fishing power index Tahun 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Jumlah
Fishing power index Pukat cincin Jaring insang 1,00 0,07 1,00 0,11 1,00 1,27 1,00 0,74 1,00 0,88 1,00 1,68 1,00 0,15 1,00 0,08 1,00 0,01 9,00 4,99
Bagan 0,04 0,05 0,34 4,20 0,88 0,73 0,01 0,01 0,01 6,26
Lain-lain 0,008 0,009 0,059 0,036 0,041 0,002 0,000 0,000 0,000 0,16
Bagan 69 76 530 588 721 733 116 142 109 3.083 343
Lain-lain 4 5 33 36 44 45 4 2 3 176 20
Jumlah 1,12 1,16 2,61 5,94 2,76 3,41 1,16 1,08 1,02 20,24
Nilai effort standar Tahun 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Jumlah Rata-rata
Pukat cincin 2.400 2.450 2.462 2.700 3.310 3.420 3.674 3.100 4.000 27.516 3.057
Effort standar Jaring insang 137 183 1.288 1.472 1.818 1.737 232 83 117 7.068 785
Jumlah 2.606 2.709 4.280 4.760 5.850 5.889 4.022 3.325 4.226 37.667 4.185
88
Lampiran 12 Nilai simulasi model pendugaan Fox ikan layang Nilai simulasi model Fox f
y
f
y
f
y
f
y
0
0
2.100
18.311.038
3.900
8.427.863
5.700
3.052.720
500
15.065.683
2.300
17.175.361
4.100
7.587.891
5.900
2.706.129
700
18.063.472
2.500
15.988.304
4.300
6.815.379
6.100
2.396.131
900
19.889.783
2.700
14.788.036
4.500
6.108.273
6.300
2.119.365
1.100
20.819.226
2.900
13.602.825
4.700
5.463.716
6.500
1.872.677
1.300
21.071.702
3.100
12.453.091
4.900
4.878.325
6.700
1.653.136
1.500
20.822.452
3.300
11.353.081
5.100
4.348.397
6.900
1.458.033
1.700
20.210.352
3.500
10.312.221
5.300
3.870.074
7.100
1.284.875
1.900
19.344.741
3.700
9.336.202
5.500
3.439.461
5.900
2.706.129
89
Lampiran 13 Perkembangan produksi dan upaya tangkap tahunan ikan kembung tahun 1997-2005 Data produksi kembung Tahun
Pukat cincin 676.000 725.000 728.000 739.130 741.440 407.000 572.300 412.000 271.300 13.031.800
Produksi (kg) Jaring Pukat Pantai insang 755.000 1.506.000 815.000 1.626.000 817.000 1.629.000 829.440 1.654.690 832.040 1.659.860 457.000 911.000 381.150 1.161.890 240.000 2.276.000 304.450 607.360 5.431.080 12.031.800
Bagan
1997 246.000 1998 266.000 1999 267.000 2000 270.450 2001 271.300 2002 149.000 2003 126.460 2004 99.000 2005 99.270 Jumlah 1.794.480 Rata1.447.978 603.453 1.336.867 199.387 rata Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara
Jumlah
Lainlain 60.300 65.300 65.400 66.429 66.637 36.600 36.499 171.700 24.383 593.248
3.243.300 3.497.300 3.506.400 3.560.139 3.571.277 1.960.600 2.278.299 3.198.700 1.306.763 32.882.408
65.916
3.653.601
Data upaya tangkap kembung Upaya tangkap (trip)
Tahun
Pukat cincin
Pukat Pantai
Jaring insang
Bagan
Lainlain
Jumlah
1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Jumlah Ratarata
2.400 2.450 2.462 2.700 3.310 3.420 3.674 3.100 4.000
2.050 2.052 2.053 1.049 1.396 1.240 2.000 1.072 1.536
1.830 1.704 1.013 1.993 2.063 1.036 1.550 1.099 8.347
1.550 1.570 1.580 140 823 1.000 19.600 17.033 17.863
525 540 549 1.005 1.076 25.200 31.040 44.928 50.016
8.355 8.316 7.657 6.887 8.668 31.896 57.864 67.232 81.762
27.516
14.448
20.636
61.159
154.879
278.638
3.057
1.605
2.293
6.795
17.209
30.960
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara
90
Lampiran 14 Nilai CPUE, fishing power index dan effort standar ikan kembung tahun 1997-2005 Nilai CPUE Tahun 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Jumlah Ratarata
CPUE (kg/trip) Pukat Jaring Bagan Pantai insang 368 823 159 397 954 169 398 1.608 169 791 830 1.932 596 805 330 369 880 149 191 750 6 224 2.070 6 198 73 6 3.531,35 8.791,76 2.925,38
Pukat cincin 282 296 296 274 224 119 156 133 68 1.846,54 205
392
977
Lainlain 115 121 119 66 62 1 1 4 0 489,87
Jumlah
Rata-rata
1.747 1.937 2.590 3.892 2.016 1.518 1.103 2.437 345 17.584,90
349 387 518 778 403 304 221 487 69 3.517
54
1.954
391
325
Nilai fishing power index Tahun 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Jumlah Ratarata
Pukat cincin 0,34 0,31 0,18 0,33 0,28 0,14 0,21 0,06 0,93 2,78
Fishing power indekx Jaring Pukat Pantai Bagan insang 0,45 1,00 0,19 0,42 1,00 0,18 0,25 1,00 0,11 0,95 1,00 2,33 0,74 1,00 0,41 0,42 1,00 0,17 0,25 1,00 0,01 0,11 1,00 0,00 2,72 1,00 0,08 6,31 9,00 3,47
0,309
0,701
1,000
0,385
Lain-lain
Jumlah
0,14 0,13 0,07 0,08 0,08 0,00 0,00 0,00 0,01 0,51
2,12 2,03 1,61 4,69 2,51 1,73 1,47 1,18 4,74 22,07
0,057
2,452
Nilai effort standar Effort standar Tahun 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Jumlah Ratarata
Jumlah
299 279 166 326 337 169 169 48 1.364 3.157
Lainlain 73 68 41 80 83 42 49 83 335 854
351
95
4.810
Jaring insang
Pukat Pantai
Pukat cincin
Bagan
821 760 453 890 921 463 764 199 3.729 9.000
917 854 508 999 1.034 520 509 116 4.184 9.641
1.830 1.704 1.013 1.993 2.063 1.036 1.550 1.099 8.347 20.636
1.000
1.071
2.293
3.941 3.666 2.181 4.288 4.438 2.229 3.040 1.545 17.959 43.288
91
Lampiran 15 Nilai simulasi model pendugaan Fox ikan kembung
f
y
f
y
f
y
f
y
0
0
8.000
3.392.904
15.500
1.678.809
24.000
553.385
1.000
1.516.257
8.500
3.291.393
17.000
1.401.381
24.500
515.776
1.500
2.076.554
9.000
3.181.871
17.500
1.317.117
25.000
480.523
2.000
2.527.908
9.500
3.066.499
18.000
1.236.910
25.500
447.501
2.500
2.885.030
10.000
2.947.124
18.500
1.160.691
26.000
416.588
3.000
3.160.901
10.500
2.825.315
19.000
1.088.373
26.500
387.666
3.500
3.366.951
11.000
2.702.399
19.500
1.019.854
27.000
360.624
4.000
3.513.241
11.500
2.579.490
20.000
955.020
27.500
335.354
4.500
3.608.608
12.000
2.457.517
20.500
893.749
28.000
311.751
5.000
3.660.803
12.500
2.337.246
21.000
835.911
28.500
289.717
5.500
3.676.616
13.000
2.219.305
21.500
781.373
29.000
269.157
6.000
3.661.981
13.500
2.104.198
22.000
729.998
29.500
249.982
6.500
3.622.074
14.000
1.992.325
22.500
681.649
30.000
232.107
7.000
3.561.404
14.500
1.883.993
23.000
636.188
30.500
215.450
7.500
3.483.884
15.000
1.779.433
23.500
593.478
31.000
199.934
92
Lampiran 16 Perkembangan produksi dan upaya tangkap tahunan ikan julung-julung tahun 1997-2005 Data produksi julung-julung Produksi (kg) Pure seine Pukat Pantai Jaring insang 1997 2.328.370 62.186 24.337 1998 2.784.511 79.278 25.871 1999 2.792.169 79.565 26.232 2000 2.467.546 96.077 27.036 2001 3.405.556 58.744 41.979 2002 2.779.600 73.800 56.937 2003 3.125.250 64.600 27.378 2004 3.271.000 30.060 13.861 2005 3.231.250 82.380 41.757 Jumlah 26.185.252 626.690 285.388 Rata-rata 2.909.472 69.632 31.710 Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara Tahun
Jumlah 2.414.893 2.889.660 2.897.966 2.590.659 3.506.279 2.910.337 3.217.228 3.314.921 3.355.387 27.097.330 3.010.814
Data upaya tangkap julung-julung Upaya tangkap (trip) Pure seine Pukat Pantai Jaring insang 1997 2.400 2.050 1.830 1998 2.450 2.052 1.704 1999 2.462 2.053 1.013 2000 2.700 1.049 1.993 2001 3.310 1.396 2.063 2002 3.420 1.240 1.036 2003 3.674 2.000 1.550 2004 3.100 1.072 1.099 2005 4.000 1.536 8.347 Jumlah 27.516 14.448 20.636 Rata-rata 3.057 1.605 2.293 Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara Tahun
Jumlah 6.280 6.206 5.528 5.742 6.769 5.696 7.224 5.271 13.883 62.600 6.956
93
Lampiran 17 Nilai CPUE, fishing power index dan effort standar ikan julung-julung tahun 1997-2005 Nilai CPUE Tahun
Pukat cincin
CPUE (kg/trip) Pukat Pantai
Jaring insang
970
30
1.137 1.134 914 1.029 813 851 1.055 808 8.710 968
39 39 92 42 60 32 28 54 415 46
1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Jumlah Rata-rata
Jumlah
Rata-rata
13
1.014
338
15 26 14 55 13 5 141 16
1.190 1.199 1.019 1.071 927 883 1.096 866 9.265 1.029
397 400 340 357 309 294 365 289 3.088 343
Nilai fishing power index Tahun 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Jumlah
Pukat cincin 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 9,00
Fishing power index Pukat Pantai 0,03 0,03 0,03 0,10 0,04 0,07 0,04 0,03 0,07 0,44
Jaring insang 0,01 0,01 0,02 0,01 0,00 0,07 0,00 0,01 0,01 0,15
Jumlah 1,04 1,05 1,06 1,12 1,04 1,14 1,04 1,04 1,07 9,60
Nilai effort standar Tahun 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Jumlah Rata-rata
Pure seine 2.400 2.450 2.462 2.700 3.310 3.420 3.674 3.100 4.000 27.516 3.057
Effort standar Pukat Pantai 64 70 70 105 57 91 76 28 102 663 74
Jaring insang 25 23 23 30 70 13 52 235 26
Jumlah 2.489 2.543 2.555 2.835 3.367 3.581 3.750 3.142 4.154 28.415 3.157
94
Lampiran 18 Nilai simulasi model pendugaan Fox ikan julung-julung
f
y
f
y
f
y
f
y
0
0
25.000
574.240
50.000
15.978
75.000
333
1.000
1.391.548
26.000
503.341
51.000
13.736
76.000
285
2.000
2.345.653
27.000
440.543
52.000
11.804
77.000
243
3.000
2.965.451
28.000
385.051
53.000
10.140
78.000
208
4.000
3.332.461
29.000
336.120
54.000
8.707
79.000
177
5.000
3.510.838
30.000
293.058
55.000
7.475
80.000
151
6.000
3.550.812
31.000
255.228
56.000
6.414
81.000
129
7.000
3.491.484
32.000
222.051
57.000
5.503
82.000
110
8.000
3.363.084
33.000
192.998
58.000
4.719
83.000
94
9.000
3.188.789
34.000
167.592
59.000
4.046
84.000
80
10.000
2.986.200
35.000
145.405
60.000
3.468
85.000
68
11.000
2.768.518
36.000
126.052
61.000
2.971
86.000
58
12.000
2.545.491
37.000
109.190
62.000
2.545
87.000
50
13.000
2.324.177
38.000
94.515
63.000
2.180
88.000
42
14.000
2.109.549
39.000
81.756
64.000
1.866
89.000
36
15.000
1.904.971
40.000
70.672
65.000
1.598
90.000
31
16.000
1.712.588
41.000
61.053
66.000
1.367
91.000
26
17.000
1.533.619
42.000
52.712
67.000
1.170
92.000
22
18.000
1.368.600
43.000
45.485
68.000
1.001
93.000
19
19.000
1.217.568
44.000
39.227
69.000
856
94.000
16
20.000
1.080.203
45.000
33.813
70.000
732
95.000
14
21.000
955.939
46.000
29.131
71.000
626
96.000
12
22.000
844.052
47.000
25.086
72.000
535
97.000
10
23.000
743.721
48.000
21.593
73.000
457
98.000
9
24.000
654.077
49.000
18.578
74.000
390
95
Lampiran 19 Perkembangan produksi bulanan ikan cakalang di PPN Ternate tahun 1998-2005 Produksi dengan alat tangkap huhte Bulan
Satuan: kg Tahun
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
Jumlah
Rata-rata
Januari
85994
68028
179911
230000
38284
14902
27290
32289
676698
84587
Februari
59822
63049
125156
160000
35483
27816
25292
41096
537714
67214
Maret
54962
129417
114986
147000
72834
241407
51916
36203
848725
106091
April
48979
16590
102471
131000
9338
94377
6656
62622
472033
59004
Mei
59074
31526
123591
158000
17742
55633
12647
17612
475825
59478
Juni
56832
71344
118898
152000
40152
29803
28620
20548
518197
64775
Juli
38137
270449
79787
102000
152204
39738
108491
62622
853428
106679
Agustus
53466
114486
111858
143000
64430
21856
45926
22505
577527
72191
September
96837
111166
202595
259000
62562
16889
44595
12721
806365
100796
Oktober
57953
56413
121245
155000
31748
12915
22630
16634
474538
59317
Nopember
34398
11615
71964
92000
6536
13908
4659
6849
241929
30241
Desember
13086
82957
27378
35000
46688
36757
33278
77299
352443
44055
Jumlah
659540
1027040
1379840
1764000
578001
606001
412000
409000
6835422
854428
Rata-rata
54962
85587
114987
147000
48167
50500
34333
34083
569619
71202
Produksi dengan alat tangkap pukat cincin Bulan
Satuan: kg Tahun
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
Jumlah
Rata-rata 895
Januari
0
0
0
0
2716
98
132
632
3578
Februari
0
0
0
0
2517
184
123
804
3628
907
Maret
0
0
0
0
5166
1593
252
708
7719
1930
April
0
0
0
0
662
623
32
1225
2542
636
Mei
0
0
0
0
1258
367
61
344
2030
508
Juni
0
0
0
0
2848
197
139
402
3586
896
Juli
0
0
0
0
10796
262
527
1225
12810
3202
Agustus
0
0
0
0
4570
144
223
440
5377
1344
September
0
0
0
0
4438
111
216
249
5014
1254
Oktober
0
0
0
0
2252
85
110
325
2772
693
Nopember
0
0
0
0
464
92
23
134
713
178
Desember
0
0
0
0
3312
243
162
1512
5229
1307
Jumlah
0
0
0
0
40999
3999
2000
8000
54998
13749,5
Rata-rata
0
0
0
0
3417
333
167
667
4583
1146
Produksi dengan alat tangkap jaring insang Bulan
stauan: kg Tahun
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
Jumlah
Rata-rata
Januari
0
0
0
0
0
0
0
79
79
79
Februari
0
0
0
0
0
0
0
100
100
100
Maret
0
0
0
0
0
0
0
89
89
89
April
0
0
0
0
0
0
0
153
153
153
Mei
0
0
0
0
0
0
0
43
43
43
Juni
0
0
0
0
0
0
0
50
50
50
Juli
0
0
0
0
0
0
0
153
153
153
Agustus
0
0
0
0
0
0
0
55
55
55
September
0
0
0
0
0
0
0
31
31
31
Oktober
0
0
0
0
0
0
0
41
41
41
Nopember
0
0
0
0
0
0
0
17
17
17
Desember
0
0
0
0
0
0
0
189
189
189
Jumlah
0
0
0
0
0
0
0
1000
1000
1000
Rata-rata
0
0
0
0
0
0
0
83
83
83
96
Lampiran 20 Perkembangan upaya tangkap bulanan ikan cakalang di PPN Ternate tahun 1998-2005 Upaya alat tangkap huhte
Satuan: trip Tahun
Bulan
2000
Januari
12
13
105
55
38
32
32
65
352
44
Februari
14
15
50
48
23
20
38
33
241
30
Maret
22
24
0
63
20
70
59
0
258
32
April
12
13
26
116
27
40
32
16
282
35
Mei
8
9
52
103
29
25
22
32
280
35
Juni
7
8
85
118
28
24
19
50
339
42
Juli
9
9
42
80
31
26
23
26
246
31
Agustus
6
7
64
92
27
23
17
40
276
35
September
9
10
60
121
34
29
25
38
326
41
Oktober
8
8
105
118
30
26
19
65
379
47
Nopember
23
24
51
144
21
18
60
32
373
47
Desember
20
21
32
73
28
24
52
20
270
34
150
161
672
1.131
336
357
398
417
3.622
453
13
13
56
94
28
30
33
35
302
38
Rata-rata
2002
2003
2004
2005
Rata-rata
1999
Jumlah
2001
Jumlah
1998
Upaya alat tangkap pukat cincin Bulan
Satuan: trip Tahun
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
Jumlah
Rata-rata 100
Januari
0
0
0
0
61
52
158
128
399
Februari
0
0
0
0
129
110
210
98
547
137
Maret
0
0
0
0
93
79
165
171
508
127
April
0
0
0
0
104
88
152
150
494
124
Mei
0
0
0
0
95
81
125
58
359
90
Juni
0
0
0
0
100
85
129
62
376
94
Juli
0
0
0
0
123
105
122
69
419
105
Agustus
0
0
0
0
102
87
177
126
492
123
September
0
0
0
0
84
71
147
148
450
113 103
Oktober
0
0
0
0
78
66
180
86
410
Nopember
0
0
0
0
83
71
129
106
389
97
Desember
0
0
0
0
103
88
158
96
445
111
Jumlah
0
0
0
0
1155
983
1852
1298
5288
1322
Rata-rata
0
0
0
0
96
82
154
108
441
110
Upaya alat tangkap jaring insang Bulan
Satuan: trip Tahun
1998
1999
2000
2001
Jumlah 2002
2003
2004
2005
Rata-rata
Januari
0
0
0
0
0
0
0
115
115
Februari
0
0
0
0
0
0
0
120
120
115 120
Maret
0
0
0
0
0
0
0
123
123
123
April
0
0
0
0
0
0
0
127
127
127
Mei
0
0
0
0
0
0
0
164
164
164
Juni
0
0
0
0
0
0
0
175
175
175
Juli
0
0
0
0
0
0
0
162
162
162
Agustus
0
0
0
0
0
0
0
149
149
149
September
0
0
0
0
0
0
0
138
138
138
Oktober
0
0
0
0
0
0
0
129
129
129
Nopember
0
0
0
0
0
0
0
132
132
132
Desember
0
0
0
0
0
0
0
176
176
176
Jumlah
0
0
0
0
0
0
0
1710
1710
1710
Rata-rata
0
0
0
0
0
0
0
143
143
143
97
Lampiran 21 Perhitungan ideks musim penangkapan ikan cakalang dengan metode rata-rata bergerak Tahun 1998
Bulan Januari
7.166
Februari
4.273
Rbi
0,772
2.498 4.082
Mei
7.384
Juni
8.119
5.569
Juli
4.237
5.408
5.488
Agustus
8.911
5.402
5.405
1,649
10.760
5.643
5.522
1,948
Oktober
7.244
5.409
5.526
1,311
Nopember
1.496
5.086
5.247
0,285
654
5.152
5.119
0,128
Januari
5.233
7.303
6.228
0,840
Februari
4.203
7.924
7.614
0,552
Maret
5.392
7.953
7.939
0,679
April
1.276
7.937
7.945
0,161
Mei
3.503
7.853
7.895
0,444
Juni
8.918
8.128
7.990
1,116
Juli
30.050
7.834
7.981
3,765
Agustus
16.355
7.693
7.764
2,107
September
11.117
7.243
7.468
1,489
Oktober
7.052
7.466
7.354
0,959
Nopember
484
7.372
7.419
0,065
Desember
3.950
6.745
7.058
0,560
Januari
1.713
4.399
5.572
0,308
Februari
2.503
3.182
3.791
0,660
2.537
2.859
0,000
Maret
0
April
3.941
2.046
2.291
1,720
Mei
2.377
2.123
2.084
1,140
Juni
1.399
1.865
1.994
0,702
Juli
1.900
2.071
1.968
0,965
Agustus
1.748
2.140
2.105
0,830
September
3.377
2.334
2.237
1,509
Oktober
1.155
2.100
2.217
0,521
Nopember
1.411
2.030
2.065
0,683
Desember 2001
RGPi
Maret
Desember
2000
RGi
April
September
1999
CPUE standar
856
2.020
2.025
0,422
Januari
4.182
1.968
1.994
2,097
Februari
3.333
1.952
1.960
1,700
Maret
2.333
1.849
1.901
1,228
April
1.129
1.862
1.856
0,609
Mei
1.534
1.798
1.830
0,838
Juni
1.288
1.767
1.782
0,723
Juli
1.275
1.502
1.635
0,780
Agustus
1.554
1.353
1.428
1,089
September
2.140
1.462
1.408
1,520
Oktober
1.314
1.397
1.430
0,919
Nopember
639
1.320
1.359
0,470
Desember
479
1.332
1.326
0,361
98
Lajutan Lampiran 21 Tahun 2002
2003
2004
2005
CPUE standar
RGi
RGPi
Rbi
Januari
Bulan
1.009
1.635
1.484
0,680
Februari
1.543
1.705
1.670
0,924
Maret
3.643
1.680
1.692
2,152
April
346
1.659
1.669
0,207
Mei
612
1.631
1.645
0,372
Juni
1.435
1.731
1.681
0,853
Juli
4.911
1.685
1.708
2,876
Agustus
2.387
1.673
1.679
1,422
September
1.842
1.656
1.664
1,106
Oktober
1.059
1.824
1.740
0,609
Nopember
311
1.959
1.891
0,165
Desember
1.668
1.943
1.951
0,855
466
1.661
1.802
0,258
Februari
Januari
1.391
1.541
1.601
0,869
Maret
3.449
1.436
1.488
2,317
April
2.359
1.389
1.413
1,670
Mei
2.225
1.428
1.408
1,580
Juni
1.242
1.416
1.422
0,873
Juli
1.528
1.448
1.432
1,067
Agustus
950
1.388
1.418
0,670
September
582
1.174
1.281
0,455
Oktober
497
995
1.084
0,458
Nopember
773
857
926
0,835
Desember
1.532
879
868
1,764
Januari
853
1.145
1.012
0,843
Februari
666
1.291
1.218
0,547
Maret
880
1.391
1.341
0,656
April
208
1.449
1.420
0,146
Mei
575
1.391
1.420
0,405
Juni
1.506
1.317
1.354
1,113
Juli
4.717
1.287
1.302
3,624
Agustus
2.702
1.335
1.311
2,061
September
1.784
1.262
1.299
1,374
Oktober
1.191
1.571
1.416
0,841
Nopember
78
1.569
1.570
0,049
Desember
640
1.477
1.523
0,420
Januari Februari
497
1.285
1.381
0,360
1.245
1.107
1.196
1,041
Maret
0
986
1.046
0,000
April
3.914
908
947
4,133
Mei
550
919
914
0,602
Juni
411
1.188
1.054
0,390
Juli
2.409
Agustus
563
September
335
Oktober
256
Nopember
214
Desember
3.865
99
Lanjutan lampiran 21 Jul-98 Jun-99
Jul-99 Jun-00
Jul-00 Jun-01
Jul-01 Jun-02
Jul-02 Jun-03
Jul-03 Jun-04
Jul-04 Jun-05
Juli
0,772
3,765
0,965
0,780
2,876
1,067
3,624
13,85
1,98
Agustus
1,649
2,107
0,830
1,089
1,422
0,670
2,061
9,83
1,40
139,937
September
1,948
1,489
1,509
1,520
1,106
0,455
1,374
9,40
1,34
133,883 79,988
Bulan
Total Rbi
RRBi
IMPi 197,218
Oktober
1,311
0,959
0,521
0,919
0,609
0,458
0,841
5,62
0,80
Nopember
0,285
0,065
0,683
0,470
0,165
0,835
0,049
2,55
0,36
36,349
Desember
0,128
0,560
0,422
0,361
0,855
1,764
0,420
4,51
0,64
64,239
Januari
0,840
0,308
2,097
0,680
0,258
0,843
0,360
5,39
0,77
76,694
Februari
0,552
0,660
1,700
0,924
0,869
0,547
1,041
6,29
0,90
89,621
Maret
0,679
0,000
1,228
2,152
2,317
0,656
0,000
7,03
1,00
100,145 123,123
April
0,161
1,720
0,609
0,207
1,670
0,146
4,133
8,65
1,24
Mei
0,444
1,140
0,838
0,372
1,580
0,405
0,602
5,38
0,77
76,637
Juni
1,116
0,702
0,723
0,853
0,873
1,113
0,390
5,77
0,82
82,166
JRRBi
12,04
FK
99,68
100
Lampiran 22 Perkembangan produksi, upaya tangkap dan CPUE bulanan ikan tuna di PPN Ternate tahun 1998-2005 Produksi dengan alat tangkap pancing tonda Bulan
satuan: kg Tahun
1998
1999
2000
2001
Jumlah 2002
2003
2004
Rata-rata
2005
Januari
2000
6830
3000
1000
950
0
586
0
14366
1796
Februari
363
6830
760
1000
5000
0
586
54
14593
1824
Maret
3500
12269
750
0
0
14000
6000
0
36519
4565
April
727
8180
1521
0
1890
16000
4500
108
32926
4116
Mei
5400
511
1200
0
0
1000
0
0
8111
1014
Juni
364
5462
2770
8000
950
0
6000
54
23600
2950
Juli
7350
0
2281
0
2840
0
5800
1243
19514
2439
Agustus
6380
0
1522
0
1890
0
0
108
9900
1238
September
4300
7450
2500
2450
24300
9200
7300
5500
63000
7875
Oktober
1090
12290
9000
18000
2760
0
4690
162
47992
5999
Nopember
3190
6830
760
1000
950
0
586
54
13370
1671
Desember
1460
0
3055
0
3780
0
0
217
8512
1064
36124
66652
29119
31450
45310
40200
36048
7500
292403
36550
Rata-rata 3010 5554 2427 2621 3776 3350 3004 625 Lampiran 27 Perkembangan upaya tangkap bulanan ikan tuna di PPN Ternate tahun 1998-2005
24367
3046
Jumlah
Upaya alat tangkap pancig tonda Bulan
satuan: trip Tahun
1998
Jumlah
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
Rata-rata
Januari
98
19
20
80
26
68
24
19
354
Februari
75
55
58
55
28
52
70
54
447
44 56
Maret
59
86
92
63
29
41
110
86
566
71
April
81
72
76
69
29
56
91
71
545
68
Mei
79
63
66
76
38
55
80
62
519
65
Juni
49
47
50
73
40
34
60
47
400
50
Juli
81
52
55
63
37
56
66
51
461
58
Agustus
85
53
57
60
34
59
68
53
469
59
September
79
46
49
58
32
55
59
46
424
53
Oktober
92
53
56
36
30
64
67
52
450
56
Nopember
79
44
46
47
30
55
56
43
400
50
Desember Jumlah Rata-rata
95
63
66
63
40
66
80
62
535
67
952
653
691
743
393
661
831
646
5570
696
79
54
58
62
33
55
69
54
464
58
101
Lampiran 23 Perhitungan ideks musim penangkapan ikan tuna dengan metode rata-rata bergerak Tahun 1998
Bulan Januari Februari Maret
2000
RGPi
Rbi
1,738
4,84 59,32 8,98
Mei
68,35
Juni
7,43
38
Juli
90,74
66
52
Agustus
75,06
76
71
1,052
September
54,43
83
80
0,682
Oktober
11,85
92
88
0,135
Nopember
40,38
87
89
0,451 0,168
15,37
96
91
Januari
359,47
88
92
3,898
Februari
124,18
82
85
1,456
Maret
142,66
91
87
1,646
April
113,61
109
100
1,133
Mei
8,11
119
114
0,071
Juni
116,21
118
118
0,981
Juli
0,00
100
109
0,000
Agustus
0,00
91
96
0,000
September
161,96
80
85
1,895
Oktober
231,89
72
76
3,053
Nopember
155,23
73
72
2,142
Desember
0,00
68
70
0,000
Januari
150,00
71
70
2,157
Februari
13,10
74
72
0,181
Maret
8,15
81
77
0,105
April
20,01
150
116
0,173
Mei
18,18
138
144
0,126
Juni
55,40
142
140
0,395
Juli
41,47
131
136
0,304
Agustus
26,70
131
131
0,204
255,10
130
131
1,952
September Oktober
2001
RGi
20,41
April
Desember 1999
CPUE standar
1053,57
129
129
8,136
Nopember
16,52
127
128
0,129
Desember
46,29
132
129
0,358
Januari
12,50
128
130
0,096
Februari
0,143
18,18
126
127
Maret
0,00
108
117
0,000
April
0,00
62
85
0,000
Mei
0,00
63
62
0,000
Juni
109,59
59
61
1,809
Juli
0,00
61
60
0,000 0,000
Agustus September Oktober
0,00
74
67
42,24
74
74
0,571
500,00
79
77
6,516
Nopember
21,28
79
79
0,268
Desember
0,00
72
76
0,000
102
Lajutan Lampiran 23 Tahun 2002
CPUE standar
RGi
RGPi
Rbi
Januari
Bulan
36,54
79
75
0,484
Februari
178,57
83
81
2,204
Maret
0,00
143
113
0,000
April
65,17
109
126
0,517
Mei
0,00
110
110
0,000
Juni
23,75
118
114
0,209
Juli
76,76
115
116
0,660
Agustus
55,59
100
107
0,518
September Oktober
2003
124
6,110
167
158
0,583
31,67
169
168
0,189
Desember
94,50
167
168
0,564
Januari
0,00
160
163
0,000
Februari
0,00
156
158
0,000
Maret
585,37
106
131
4,472
April
285,71
99
102
2,790
Mei
18,18
96
97
0,187
Juni
0,00
88
92
0,000
Juli
0,00
90
89
0,000 0,000
September Oktober
0,00
91
90
167,27
47
69
2,436
0,00
27
37
0,000
Nopember
0,00
25
26
0,000
Desember
0,00
34
30
0,000 0,654
Januari
24,42
41
37
Februari
8,37
41
41
0,204
Maret
54,55
37
39
1,392
April
49,45
43
40
1,228
Mei
0,00
44
44
0,000
Juni
100,00
44
44
2,269
Juli
87,88
42
43
2,041
0,00
41
42
0,000
Agustus September
2005
149
92,00
Nopember
Agustus
2004
759,38
123,73
37
39
3,160
Oktober
70,00
33
35
2,007
Nopember
10,46
33
33
0,318
Desember
0,00
25
29
0,000 0,000
Januari
0,00
19
22
Februari
1,00
20
19
0,051
Maret
0,00
19
19
0,000
April
1,52
14
16
0,093
Mei
0,00
13
13
0,000
Juni
1,15
13
13
0,089
Juli
24,37
Agustus September
2,04 119,57
Oktober
3,12
Nopember
1,26
Desember
3,50
103
Lanjutan lampiran 23 Jul-98 Jun-99
Jul-99 Jun-00
Jul-00 Jun-01
Jul-01 Jun-02
Jul-02 Jun-03
Jul-03 Jun-04
Jul-04 Jun-05
Juli
1,738
0,000
0,304
0,000
0,660
0,000
2,041
4,743
0,678
Agustus
1,052
0,000
0,204
0,000
0,518
0,000
0,000
1,774
0,253
26,765
September
0,682
1,895
1,952
0,571
6,110
2,436
3,160
16,807
2,401
253,515
Bulan
Total Rbi
RRBi
IMPi 71,542
Oktober
0,135
3,053
8,136
6,516
0,583
0,000
2,007
20,430
2,919
308,167
Nopember
0,451
2,142
0,129
0,268
0,189
0,000
0,318
3,497
0,500
52,751
Desember
0,168
0,000
0,358
0,000
0,564
0,000
0,000
1,090
0,156
16,436
Januari
3,898
2,157
0,096
0,484
0,000
0,654
0,000
7,289
1,041
109,941
Februari
1,456
0,181
0,143
2,204
0,000
0,204
0,051
4,240
0,606
63,950
Maret
1,646
0,105
0,000
0,000
4,472
1,392
0,000
7,616
1,088
114,873 89,501
April
1,133
0,173
0,000
0,517
2,790
1,228
0,093
5,933
0,848
Mei
0,071
0,126
0,000
0,000
0,187
0,000
0,000
0,384
0,055
5,796
Juni
0,981
0,395
1,809
0,209
0,000
2,269
0,089
5,752
0,822
86,763
JRRBi FK
11,365 105,589
104
Lampiran 24 Perkembangan produksi bulanan ikan tongkol di PPN Ternate tahun 1998-2005 Produksi dengan alat tangkap huhte Bulan
Satuan: kg Tahun
1998
1999
2000
Jumlah
2001
2002
2003
2004
Rata-rata
2005
Januari
5203
8732
2298
6527
21970
10328
851
27436
83345
10418
Februari
9666
16217
4048
12122
6818
18197
1581
32580
101229
12654
Maret
8922
14969
4705
11189
10606
21147
1459
27436
100433
12554
April
2230
3743
2298
2797
15152
10328
365
8574
45487
5686
Mei
3716
6237
1094
4662
23485
4918
608
32580
77300
9663
Juni
23790
39917
1204
29838
9848
5410
3892
33438
147337
18417
Juli
1487
2495
3501
1865
1515
15738
243
90881
117725
14716 16566
Agustus
5204
8732
7003
6527
7576
31475
851
65160
132528
September
9665
16218
7988
12122
3788
35902
1581
46298
133562
16695
Oktober
9664
16217
7112
12121
12121
31967
1581
63446
154229
19279
Nopember
18585
31186
3610
23311
6818
16230
3042
42011
144793
18099
Desember
11895
19959
1860
14919
5303
8360
1946
65160
129402
16175
110027
184622
46721
138000
125000
210000
18000
535000
1367370
170921
9169
15385
3893
11500
10417
17500
1500
44583
113948
14243
Jumlah Rata-rata
Produksi dengan alat tangkap pukat cincin Bulan
Satuan: kg Tahun
1998
1999
2000
2001
Jumlah
2002
2003
2004
2005
Ratarata
Januari
378
633
2375
473
7030
10672
19534
3282
44377
5547
Februari
700
1175
4185
878
2182
18803
36277
3897
68097
8512
Maret
646
1085
4864
811
3394
21853
33486
3282
69421
8678
April
162
270
2375
203
4848
10672
8372
1026
27928
3491
Mei
269
452
1130
338
7515
5082
13953
3897
32636
4080
Juni
1724
2893
1244
2162
3152
5590
89297
4000
110062
13758
Juli
108
181
3617
135
485
16262
5580
10872
37240
4655
Agustus
377
633
7239
473
2424
32525
19534
7795
71000
8875
September
700
1175
8250
878
1212
37098
36277
5538
91128
11391
Oktober
700
1175
7350
879
3879
33033
36277
7590
90883
11360
Nopember
1347
2260
3730
1689
2182
16770
69764
5026
102768
12846
Desember
862
1446
1920
1081
1697
8640
44649
7795
68090
8511
7973
13378
48279
10000
40000
217000
413000
64000
813630
101704
664
1115
4023
833
3333
18083
34417
5333
67803
8475
Jumlah Rata-rata
Produksi dengan alat tangkap bagan Bulan
stauan: kg Tahun
1998
1999
2000
2001
Jumlah
2002
2003
2004
2005
Rata-rata
Januari
0
0
0
0
0
0
3027
1282
4309
539
Februari
0
0
0
0
0
0
5622
1522
7144
893
Maret
0
0
0
0
0
0
5189
1282
6471
809
April
0
0
0
0
0
0
1297
401
1698
212
Mei
0
0
0
0
0
0
2162
1522
3684
461
Juni
0
0
0
0
0
0
13838
1563
15401
1925
Juli
0
0
0
0
0
0
865
4247
5112
639
Agustus
0
0
0
0
0
0
3027
3045
6072
759
September
0
0
0
0
0
0
5622
2163
7785
973
Oktober
0
0
0
0
0
0
5622
2965
8587
1073
Nopember
0
0
0
0
0
0
10810
1963
12773
1597
Desember
0
0
0
0
0
0
6919
3045
9964
1246
Jumlah
0
0
0
0
0
0
64000
25000
89000
11125
Rata-rata
0
0
0
0
0
0
5333
2083
7417
927
105
Lampiran 25 Perkembangan upaya tangkap bulanan ikan tongkol di PPN Ternate tahun 1998-2005 Upaya alat tangkap huhte Bulan
Satuan: trip Tahun
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
Jumlah
Rata-rata 44
Januari
12
13
105
55
38
32
32
65
352
Februari
14
15
50
48
23
20
38
33
241
30
Maret
22
24
0
63
20
70
59
0
258
32
April
12
13
26
116
27
40
32
16
282
35
Mei
8
9
52
103
29
25
22
32
280
35
Juni
7
8
85
118
28
24
19
50
339
42
Juli
9
9
42
80
31
26
23
26
246
31
Agustus
6
7
64
92
27
23
17
40
276
35
September
9
10
60
121
34
29
25
38
326
41
8
8
105
118
30
26
19
65
379
47
23
24
51
144
21
18
60
32
373
47
Oktober Nopember Desember Jumlah Rata-rata
20
21
32
73
28
24
52
20
270
34
150
161
672
1131
336
357
398
417
3622
453
13
13
56
94
28
30
33
35
302
38
Upaya alat tangkap pukat cincin Bulan
Satuan: trip Tahun
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
Jumlah
Rata-rata 63
Januari
25
43
15
25
61
52
158
128
507
Februari
52
57
12
23
129
110
210
98
691
86
Maret
37
45
21
21
93
79
165
171
632
79
April
42
41
18
22
104
88
152
150
617
77
Mei
38
34
7
21
95
81
125
58
459
57
Juni
40
35
7
14
100
85
129
62
472
59
Juli
50
33
8
17
123
105
122
69
527
66
Agustus
41
48
15
22
102
87
177
126
618
77
September
34
40
18
30
84
71
147
148
572
72
Oktober
32
49
10
30
78
66
180
86
531
66
Nopember
34
35
13
23
83
71
129
106
494
62
Desember Jumlah Rata-rata
42
43
12
14
103
88
158
96
556
70
467
503
156
262
1155
983
1852
1298
6676
835
39
42
13
22
96
82
154
108
556
70
Upaya alat tangkap bagan Bulan
Satuan: trip Tahun
1998
1999
2000
2001
Jumlah
2.002
2003
2004
2005
Rata-rata
Januari
0
0
0
0
0
0
73
43
116
Februari
0
0
0
0
0
0
50
45
95
15 12
Maret
0
0
0
0
0
0
57
47
104
13
April
0
0
0
0
0
0
62
48
110
14
Mei
0
0
0
0
0
0
69
61
130
16
Juni
0
0
0
0
0
0
66
66
132
17
Juli
0
0
0
0
0
0
57
61
118
15
Agustus
0
0
0
0
0
0
55
56
111
14
September
0
0
0
0
0
0
53
52
105
13
Oktober
0
0
0
0
0
0
33
48
81
10
Nopember
0
0
0
0
0
0
43
49
92
12
Desember
0
0
0
0
0
0
57
66
123
15
Jumlah
0
0
0
0
0
0
675
642
1317
165
Rata-rata
0
0
0
0
0
0
56
54
110
14
106
Lampiran 26 Perhitungan ideks musim penangkapan ikan tongkol dengan metode rata-rata bergerak Tahun 1998
1999
Bulan Januari
434,11
Februari
690,69
Maret
406,30
April
185,91
2001
RGi
RGPi
Rbi
0,19
Mei
464,61
Juni
3399,12
858,46
Juli
165,25
878,29
868,37
Agustus
867,43
910,86
894,57
0,97
September
1074,28
929,05
919,95
1,17
Oktober
1208,40
937,57
933,31
1,29
Nopember
809,99
956,62
947,09
0,86
Desember
595,46
1089,28
1022,95
0,58
Januari
672,01
1098,62
1093,95
0,61
Februari
1081,53
1130,29
1114,45
0,97
Maret
624,64
1175,96
1153,13
0,54
April
288,07
1244,22
1210,09
0,24
Mei
693,26
1285,27
1264,74
0,55
Juni
4990,99
1314,95
1300,11
3,84
277,33
1356,23
1335,59
0,21
Agustus
1247,57
1398,04
1377,13
0,91
September
1622,33
1345,99
1372,01
1,18
Oktober
2027,41
1345,76
1345,87
1,51
Nopember
1302,63
1392,96
1369,36
0,95
Desember
951,62
1164,03
1278,50
0,74
Januari
1167,36
1352,22
1258,13
0,93
Februari
1,14
Juli
2000
CPUE standar
1583,26
1434,75
1393,49
Maret
0,00
1442,14
1438,45
0,00
April
285,36
1943,48
1692,81
0,17
Mei
1259,68
1937,75
1940,62
0,65
Juni
2243,82
1899,99
1918,87
1,17
Juli
2535,66
1812,86
1856,43
1,37
Agustus
2237,91
1702,44
1757,65
1,27
September
1711,02
1717,94
1710,19
1,00
Oktober
8043,50
1696,47
1707,21
4,71
Nopember
1233,82
1595,74
1646,10
0,75
Desember
498,56
1437,69
1516,72
0,33
Januari
121,69
1228,55
1333,12
0,09
Februari
258,31
1048,52
1138,53
0,23
Maret
186,00
914,99
981,75
0,19
April
27,64
253,96
584,47
0,05
Mei
50,99
167,40
210,68
0,24
Juni
347,18
145,32
156,36
2,22
Juli
26,02
185,27
165,30
0,16
Agustus
77,46
188,53
186,90
0,41
September
108,73
217,43
202,98
0,54
Oktober
111,08
262,22
239,82
0,46
Nopember
195,19
326,10
294,16
0,66
Desember
233,54
326,71
326,40
0,72
107
Lajutan Lampiran 26 Tahun 2002
2003
2004
CPUE standar
RGi
RGPi
Rbi
Januari
Bulan
601,13
328,64
327,68
1,83
Februari
297,40
345,74
337,19
0,88
Maret
532,81
346,12
345,93
1,54
April
565,06
371,04
358,58
1,58
Mei
817,55
382,01
376,52
2,17
Juni
354,54
378,45
380,23
0,93
Juli
49,19
366,12
372,28
0,13
Agustus
282,61
419,84
392,98
0,72
September
113,28
421,72
420,78
0,27
Oktober
410,15
400,89
411,30
1,00
Nopember
326,80
350,82
375,86
0,87
Desember
190,83
341,66
346,24
0,55
Januari
453,25
391,31
366,49
1,24
Februari
941,96
490,31
440,81
2,14
Maret
555,39
602,41
546,36
1,02
April
315,16
687,67
645,04
0,49
Mei
216,73
740,73
714,20
0,30
Juni
244,60
756,16
748,45
0,33
Juli
644,93
768,51
762,33
0,85
Agustus
1470,61
8797,13
4782,82
0,31
September
1458,53
8897,50
8847,32
0,16
Oktober
1433,24
8986,72
8942,11
0,16
Nopember
963,54
9033,52
9010,12
0,11
Desember
376,01
9225,32
9129,42
0,04
Januari
601,36
9196,70
9211,01
0,07
97285,50
9171,78
9184,24
10,59
Maret
1759,80
9136,06
9153,92
0,19
April
1385,78
9067,27
9101,67
0,15
Mei
778,36
9490,42
9278,84
0,08
Juni
2546,22
9704,65
9597,54
0,27
Februari
301,49
9689,85
9697,25
0,03
Agustus
1171,54
2004,45
5847,15
0,20
September
1029,90
1857,80
1931,12
0,53
607,75
1787,16
1822,48
0,33
Nopember
6041,30
1807,57
1797,36
3,36
Desember
1,70
Juli
Oktober
2005
2946,86
1651,64
1729,60
Januari
423,65
1918,41
1785,02
0,24
Februari
5060,72
1956,75
1937,58
2,61
Maret
0,00
1972,89
1964,82
0,00
April
538,10
2004,50
1988,69
0,27
Mei
1023,29
1610,71
1807,61
0,57
Juni
675,09
1636,91
1623,81
0,42
Juli
3502,70
Agustus
1631,69
September
1223,50
Oktober
987,10
Nopember
1315,87
Desember
3261,19
108
Lanjutan lampiran 26 Jul-98 Jun-99
Jul-99 Jun-00
Jul-00 Jun-01
Jul-01 Jun-02
Jul-02 Jun-03
Jul-03 Jun-04
Jul-04 Jun-05
Juli
0,190
0,208
1,366
0,157
0,132
0,843
0,141
3,038
0,434
Agustus
0,970
0,906
1,273
0,414
0,719
1,888
0,219
6,389
0,913
96,919
September
1,168
1,182
1,000
0,536
0,269
1,726
0,787
6,668
0,953
101,154
Oktober
1,295
1,506
4,711
0,463
0,997
1,581
0,633
11,187
1,598
169,693
Nopember
0,855
0,951
0,750
0,664
0,869
1,049
4,759
9,896
1,414
150,117
Desember
0,582
0,744
0,329
0,716
0,551
0,363
1,807
5,092
0,727
77,240
Januari
0,614
0,928
0,091
1,835
1,237
0,593
0,290
5,587
0,798
84,755
Februari
0,970
1,136
0,227
0,882
2,137
1,003
0,597
6,952
0,993
105,458
Maret
0,542
0,000
0,189
1,540
1,017
2,020
0,000
5,308
0,758
80,519
April
0,238
0,169
0,047
1,576
0,489
0,325
0,312
3,156
0,451
47,874
Mei
0,548
0,649
0,242
2,171
0,303
0,427
0,692
5,033
0,719
76,343
Juni
3,839
1,169
2,220
0,932
0,327
1,781
0,533
10,801
1,543
163,849
Bulan
Total Rbi
JRRBi FK
RRBi
11,301 106,184
IMPi 46,079
109
Lampiran 27 Perkembangan produksi bulanan ikan layangl di PPN Ternate tahun 1998-2005 Produksi dengan alat tangkap pukat cincin Bulan
stuan: kg Tahun
1998
1999
2000
2001
Jumlah
2002
2003
2004
Rata-rata
2005
Januari
10330
21830
8564
10000
118000
142000
35682
101754
448160
56020
Februari
11032
21522
8442
25000
126000
140000
89205
150963
572164
71521
Maret
11819
33052
12966
23000
135000
215000
82068
180989
693894
86737
April
21100
29363
11519
11000
241000
191000
39250
169312
713544
89193
Mei
15934
33514
13147
9000
182000
218000
32113
159304
663012
82877
Juni
14884
34436
13509
9000
170000
224000
32112
191831
689772
86222
Juli
16109
43199
16946
103000
184000
281000
367524
156801
1168579
146072
Agustus
16548
21830
8564
55000
189000
142000
196250
206010
835202
104400
September
11557
18755
7357
56000
132000
122000
199818
286079
833566
104196
Oktober
13658
13528
5307
74000
156000
88000
264045
99252
713790
89224
Nopember
11206
19678
7719
80000
128000
128000
285455
113432
773490
96686
Desember
18823
20293
7960
73000
215000
132000
260478
124273
851827
106478
173000
311000
122000
528000
1976000
2023000
1884000
1940000
8957000
1119625
14417
25917
10167
44000
164667
168583
157000
161667
746417
93302
Jumlah Rata-rata
Produksi dengan alat tangkap jaring insang Bulan
stuan: kg Tahun
1998
Jumlah
1999
2000
2001
2002
2003
2004
Rata-rata
2005
Januari
0
0
0
0
0
0
1477
944
2421
Februari
0
0
0
0
0
0
3693
1401
5094
303 637
Maret
0
0
0
0
0
0
3398
1679
5077
635
April
0
0
0
0
0
0
1625
1571
3196
400
Mei
0
0
0
0
0
0
1330
1478
2808
351
Juni
0
0
0
0
0
0
1330
1780
3110
389
Juli
0
0
0
0
0
0
15216
1455
16671
2084
Agustus
0
0
0
0
0
0
8125
1912
10037
1255
September
0
0
0
0
0
0
8273
2654
10927
1366
Oktober
0
0
0
0
0
0
10932
921
11853
1482
Nopember
0
0
0
0
0
0
11818
1052
12870
1609
Desember
0
0
0
0
0
0
10783
1153
11936
1492
Jumlah
0
0
0
0
0
0
78000
18000
96000
12000
Rata-rata
0
0
0
0
0
0
6500
1500
8000
1000
Produksi dengan alat tangkap bagan Bulan
stauan: kg Tahun
1998
Jumlah
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
Rata-rata
Januari
0
0
0
0
0
0
0
19879
19879
Februari
0
0
0
0
0
0
0
29492
29492
2485 3687
Maret
0
0
0
0
0
0
0
35358
35358
4420
April
0
0
0
0
0
0
0
33077
33077
4135
Mei
0
0
0
0
0
0
0
31122
31122
3890
Juni
0
0
0
0
0
0
0
37476
37476
4685
Juli
0
0
0
0
0
0
0
30633
30633
3829
Agustus
0
0
0
0
0
0
0
40246
40246
5031
September
0
0
0
0
0
0
0
55889
55889
6986
Oktober
0
0
0
0
0
0
0
19390
19390
2424
Nopember
0
0
0
0
0
0
0
22160
22160
2770
Desember
0
0
0
0
0
0
0
24278
24278
3035
Jumlah
0
0
0
0
0
0
0
379000
379000
47375
Rata-rata
0
0
0
0
0
0
0
31583
31583
3948
110
Lampiran 28 Perkembangan upaya tangkap bulanan ikan layang di PPN Ternate tahun 1998-2005 Upaya alat tangkap pukat cincin Bulan
stuan: trip Tahun
1998
1999
2000
2001
Jumlah
2002
2003
2004
2005
Rata-rata
Januari
25
43
15
25
61
52
158
128
507
Februari
52
57
12
23
129
110
210
98
691
63 86
Maret
37
45
21
21
93
79
165
171
632
79
April
42
41
18
22
104
88
152
150
617
77
Mei
38
34
7
21
95
81
125
58
459
57
Juni
40
35
7
14
100
85
129
62
472
59
Juli
50
33
8
17
123
105
122
69
527
66
Agustus
41
48
15
22
102
87
177
126
618
77
September
34
40
18
30
84
71
147
148
572
72
Oktober
32
49
10
30
78
66
180
86
531
66
Nopember
34
35
13
23
83
71
129
106
494
62
Desember Jumlah Rata-rata
42
43
12
14
103
88
158
96
556
70
467
503
156
262
1155
983
1852
1298
6676
835
39
42
13
22
96
82
154
108
556
70
Upaya alat tangkap jaring insang Bulan Januari
stuan: trip Tahun
Jumlah
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
0
0
0
0
0
0
195
115
310
39
134
120
254
32
153
123
276
35
166
127
293
37
183
164
347
43
176
175
351
44
153
162
315
39
147
149
296
37
140
138
278
35
88
129
217
27
132
246
31
Februari Maret
0
0
0
0
0
0
April Mei
0
0
0
0
0
0
Juni Juli
0
0
0
0
0
0
Agustus September
0
0
0
0
0
0
Oktober Nopember
Rata-rata
1998
0
0
0
0
0
0
114 152
176
328
41
Jumlah
0
0
0
0
0
0
1801
1710
3511
439
Rata-rata
0
0
0
0
0
0
150
143
293
37
Desember
Upaya alat tangkap bagan Bulan
Satuan: trip Tahun
1998
Jumlah
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
Rata-rata
Januari
0
0
0
0
0
0
0
43
43
Februari
0
0
0
0
0
0
0
45
45
5 6
Maret
0
0
0
0
0
0
0
47
47
6
April
0
0
0
0
0
0
0
48
48
6
Mei
0
0
0
0
0
0
0
61
61
8
Juni
0
0
0
0
0
0
0
66
66
8
Juli
0
0
0
0
0
0
0
61
61
8
Agustus
0
0
0
0
0
0
0
56
56
7
September
0
0
0
0
0
0
0
52
52
7
Oktober
0
0
0
0
0
0
0
48
48
6
Nopember
0
0
0
0
0
0
0
49
49
6
Desember
0
0
0
0
0
0
0
66
66
8
Jumlah
0
0
0
0
0
0
0
642
642
80
Rata-rata
0
0
0
0
0
0
0
54
54
7
111
Lampiran 29 Perhitungan ideks musim penangkapan ikan layang dengan metode rata-rata bergerak Tahun 1998
1999
Bulan Januari
434,11
Februari
690,69
Maret
406,30
April
185,91
2001
RGi
RGPi
Rbi
0,19
Mei
464,61
Juni
3399,12
858,46
Juli
165,25
878,29
868,37
Agustus
867,43
910,86
894,57
0,97
September
1074,28
929,05
919,95
1,17
Oktober
1208,40
937,57
933,31
1,29
Nopember
809,99
956,62
947,09
0,86
Desember
595,46
1089,28
1022,95
0,58
Januari
672,01
1098,62
1093,95
0,61
Februari
1081,53
1130,29
1114,45
0,97
Maret
624,64
1175,96
1153,13
0,54
April
288,07
1244,22
1210,09
0,24
Mei
693,26
1285,27
1264,74
0,55
Juni
4990,99
1314,95
1300,11
3,84
277,33
1356,23
1335,59
0,21
Agustus
1247,57
1398,04
1377,13
0,91
September
1622,33
1345,99
1372,01
1,18
Oktober
2027,41
1345,76
1345,87
1,51
Nopember
1302,63
1392,96
1369,36
0,95
Desember
951,62
1164,03
1278,50
0,74
Januari
1167,36
1352,22
1258,13
0,93
Februari
1,14
Juli
2000
CPUE standar
1583,26
1434,75
1393,49
Maret
0,00
1442,14
1438,45
0,00
April
285,36
1943,48
1692,81
0,17
Mei
1259,68
1937,75
1940,62
0,65
Juni
2243,82
1899,99
1918,87
1,17
Juli
2535,66
1812,86
1856,43
1,37
Agustus
2237,91
1702,44
1757,65
1,27
September
1711,02
1717,94
1710,19
1,00
Oktober
8043,50
1696,47
1707,21
4,71
Nopember
1233,82
1595,74
1646,10
0,75
Desember
498,56
1437,69
1516,72
0,33
Januari
121,69
1228,55
1333,12
0,09
Februari
258,31
1048,52
1138,53
0,23
Maret
186,00
914,99
981,75
0,19
April
27,64
253,96
584,47
0,05
Mei
50,99
167,40
210,68
0,24
Juni
347,18
145,32
156,36
2,22
Juli
26,02
185,27
165,30
0,16
Agustus
77,46
188,53
186,90
0,41
September
108,73
217,43
202,98
0,54
Oktober
111,08
262,22
239,82
0,46
Nopember
195,19
326,10
294,16
0,66
Desember
233,54
326,71
326,40
0,72
112
Lajutan Lampiran 29 Tahun 2002
2003
2004
CPUE standar
RGi
RGPi
Rbi
Januari
Bulan
601,13
328,64
327,68
1,83
Februari
297,40
345,74
337,19
0,88
Maret
532,81
346,12
345,93
1,54
April
565,06
371,04
358,58
1,58
Mei
817,55
382,01
376,52
2,17
Juni
354,54
378,45
380,23
0,93
Juli
49,19
366,12
372,28
0,13
Agustus
282,61
419,84
392,98
0,72
September
113,28
421,72
420,78
0,27
Oktober
410,15
400,89
411,30
1,00
Nopember
326,80
350,82
375,86
0,87
Desember
190,83
341,66
346,24
0,55
Januari
453,25
391,31
366,49
1,24
Februari
941,96
490,31
440,81
2,14
Maret
555,39
602,41
546,36
1,02
April
315,16
687,67
645,04
0,49
Mei
216,73
740,73
714,20
0,30
Juni
244,60
756,16
748,45
0,33
Juli
644,93
768,51
762,33
0,85
Agustus
1470,61
8797,13
4782,82
0,31
September
1458,53
8897,50
8847,32
0,16
Oktober
1433,24
8986,72
8942,11
0,16
Nopember
963,54
9033,52
9010,12
0,11
Desember
376,01
9225,32
9129,42
0,04
Januari
601,36
9196,70
9211,01
0,07
97285,50
9171,78
9184,24
10,59
Maret
1759,80
9136,06
9153,92
0,19
April
1385,78
9067,27
9101,67
0,15
Mei
778,36
9490,42
9278,84
0,08
Juni
2546,22
9704,65
9597,54
0,27
Februari
301,49
9689,85
9697,25
0,03
Agustus
1171,54
2004,45
5847,15
0,20
September
1029,90
1857,80
1931,12
0,53
607,75
1787,16
1822,48
0,33
Nopember
6041,30
1807,57
1797,36
3,36
Desember
1,70
Juli
Oktober
2005
2946,86
1651,64
1729,60
Januari
423,65
1918,41
1785,02
0,24
Februari
5060,72
1956,75
1937,58
2,61
Maret
0,00
1972,89
1964,82
0,00
April
538,10
2004,50
1988,69
0,27
Mei
1023,29
1610,71
1807,61
0,57
Juni
675,09
1636,91
1623,81
0,42
Juli
3502,70
Agustus
1631,69
September
1223,50
Oktober
987,10
Nopember
1315,87
Desember
3261,19
113
Lanjutan lampiran 29 Jul-98 Jun-99
Jul-99 Jun-00
Jul-00 Jun-01
Jul-01 Jun-02
Jul-02 Jun-03
Jul-03 Jun-04
Jul-04 Jun-05
Juli
0,190
0,208
1,366
0,157
0,132
0,843
0,141
3,038
0,434
Agustus
0,970
0,906
1,273
0,414
0,719
1,888
0,219
6,389
0,913
96,919
September
1,168
1,182
1,000
0,536
0,269
1,726
0,787
6,668
0,953
101,154
Oktober
1,295
1,506
4,711
0,463
0,997
1,581
0,633
11,187
1,598
169,693
Nopember
0,855
0,951
0,750
0,664
0,869
1,049
4,759
9,896
1,414
150,117
Desember
0,582
0,744
0,329
0,716
0,551
0,363
1,807
5,092
0,727
77,240
Januari
0,614
0,928
0,091
1,835
1,237
0,593
0,290
5,587
0,798
84,755
Februari
0,970
1,136
0,227
0,882
2,137
1,003
0,597
6,952
0,993
105,458
Maret
0,542
0,000
0,189
1,540
1,017
2,020
0,000
5,308
0,758
80,519
April
0,238
0,169
0,047
1,576
0,489
0,325
0,312
3,156
0,451
47,874
Mei
0,548
0,649
0,242
2,171
0,303
0,427
0,692
5,033
0,719
76,343
Juni
3,839
1,169
2,220
0,932
0,327
1,781
0,533
10,801
1,543
163,849
Bulan
Total Rbi
JRRBi FK
RRBi
11,301 106,184
IMPi 46,079
114
Lampiran 30 Perkembangan produksi bulanan ikan kembung di PPN Ternate tahun 1998-2005 Produksi dengan alat tangkap pukat cincin Bulan
1998
1999
Januari
2293
1351
Februari
5733
831
Maret
5160
830
April
0
208
5733
1351
Mei
stuan: kg Tahun 2000
Jumlah
2001
2002
3680
0
9200
0
8280 0 9200
Rata-rata
2003
2004
2005
3000
4000
12916
1604
28844
3606
0
10000
7948
987
34699
4337
10000
2000
9000
7948
987
44205
5526
0
0
0
1987
247
2442
305
2000
0
10000
12916
1604
42804
5351 1477
Juni
574
623
920
2000
0
1000
5961
740
11818
Juli
1147
104
1840
1000
0
2000
994
123
7208
901
Agustus
2867
1143
4600
27000
0
5000
10929
1356
52895
6612
September
8027
5403
12880
0
2000
14000
51662
6416
100388
12549
Oktober
5733
2909
9200
0
0
10000
27817
3455
59114
7389
Nopember
3440
208
5520
3000
2000
6000
1987
247
22402
2800
Desember
2293
1039
3680
0
0
4000
9935
1234
22181
2773
43000
16000
69000
45000
9000
75000
153000
19000
429000
53625
17
26
302
41
29
215
222
56
429000
4469
Jumlah Rata-rata
Produksi dengan alat tangkap jaring insang Bulan
stuan: kg Tahun
1998
1999
2000
Jumlah
2001
2002
2003
2004
2005
Rata-rata
Januari
0
0
0
0
0
0
253
10045
10298
1287
Februari
0
0
0
0
0
0
156
6182
6338
792
Maret
0
0
0
0
0
0
156
6182
6338
792
April
0
0
0
0
0
0
39
1545
1584
198
Mei
0
0
0
0
0
0
253
10045
10298
1287
Juni
0
0
0
0
0
0
117
4636
4753
594
Juli
0
0
0
0
0
0
19
774
793
99
Agustus
0
0
0
0
0
0
214
8500
8714
1089
September
0
0
0
0
0
0
1014
40182
41196
5150
Oktober
0
0
0
0
0
0
545
21636
22181
2773
Nopember
0
0
0
0
0
0
39
1545
1584
198
Desember
0
0
0
0
0
0
195
7728
7923
990
Jumlah
0
0
0
0
0
0
3000
119000
122000
15250
17
26
302
41
29
215
222
56
Rata-rata
1271
Produksi dengan alat tangkap bagan Bulan
stauan: kg Tahun
1998
1999
2000
2001
Jumlah 2002
2003
2004
2005
Rata-rata
Januari
0
0
0
0
0
0
0
1351
1351
Februari
0
0
0
0
0
0
0
831
831
169 104
Maret
0
0
0
0
0
0
0
830
830
104
April
0
0
0
0
0
0
0
208
208
26
Mei
0
0
0
0
0
0
0
1351
1351
169
Juni
0
0
0
0
0
0
0
623
623
78
Juli
0
0
0
0
0
0
0
104
104
13
Agustus
0
0
0
0
0
0
0
1143
1143
143
September
0
0
0
0
0
0
0
5403
5403
675 364
Oktober
0
0
0
0
0
0
0
2909
2909
Nopember
0
0
0
0
0
0
0
208
208
26
Desember
0
0
0
0
0
0
0
1039
1039
130
16000
2000
Jumlah Rata-rata
0
0
0
0
0
0
0
16000
17
26
302
41
29
215
222
56
167
115
Lampiran 31 Perkembangan upaya tangkap bulanan ikan kembung di PPN Ternate tahun 1998-2005 Upaya alat tangkap pukat cincin Bulan
stuan: trip Tahun
1998
1999
Jumlah
2000
2001
2002
2003
2004
2005
Rata-rata
Januari
20
72
24
60
22
20
195
115
528
66
Februari
56
49
25
46
62
55
134
120
547
68
Maret
71
56
25
37
98
70
153
123
633
79
April
40
61
26
52
81
40
166
127
593
74
Mei
64
67
34
49
71
63
183
164
695
87
Juni
47
65
36
30
53
47
176
175
629
79
Juli
52
56
33
50
58
52
153
162
616
77
Agustus
54
54
31
53
61
54
147
149
603
75
September
48
50
28
49
53
47
140
138
553
69
Oktober
54
32
26
57
60
53
88
129
499
62
Nopember
45
42
27
49
50
45
114
132
504
63
Desember
64
56
36
59
71
63
152
176
677
85
615
660
351
591
740
609
1801
1710
7077
885
17
26
302
41
29
215
222
56
Jumlah Rata-rata
74
Upaya alat tangkap jaring insang Bulan
stuan: trip Tahun
1998
Jumlah
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
Rata-rata
Januari
0
0
0
0
0
0
158
128
286
Februari
0
0
0
0
0
0
210
98
308
36 39
Maret
0
0
0
0
0
0
165
171
336
42
April
0
0
0
0
0
0
152
150
302
38
Mei
0
0
0
0
0
0
125
58
183
23
Juni
0
0
0
0
0
0
129
62
191
24
Juli
0
0
0
0
0
0
122
69
191
24
Agustus
0
0
0
0
0
0
177
126
303
38
September
0
0
0
0
0
0
147
148
295
37
Oktober
0
0
0
0
0
0
180
86
266
33
Nopember
0
0
0
0
0
0
129
106
235
29
Desember
0
0
0
0
0
0
158
96
254
32
Jumlah
0
0
0
0
0
0
1852
1298
3150
394
17
26
302
41
29
215
222
56
Rata-rata
33
Upaya alat tangkap bagan Bulan
Satuan: trip Tahun
1998
Jumlah
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
Rata-rata
Januari
0
0
0
0
0
0
0
43
43
Februari
0
0
0
0
0
0
0
45
45
5 6
Maret
0
0
0
0
0
0
0
47
47
6
April
0
0
0
0
0
0
0
48
48
6
Mei
0
0
0
0
0
0
0
61
61
8
Juni
0
0
0
0
0
0
0
66
66
8
Juli
0
0
0
0
0
0
0
61
61
8
Agustus
0
0
0
0
0
0
0
56
56
7
September
0
0
0
0
0
0
0
52
52
7
Oktober
0
0
0
0
0
0
0
48
48
6
Nopember
0
0
0
0
0
0
0
49
49
6
Desember
0
0
0
0
0
0
0
66
66
8
Jumlah
0
0
0
0
0
0
0
642
642
80
17
26
302
41
29
215
222
56
Rata-rata
7
116
Lampiran 32 Perhitungan ideks musim penangkapan ikan kembung dengan metode rata-rata bergerak Tahun 1998
Bulan Januari
114,65
Februari
102,38
Maret
1999
RGPi
Rbi
0,329
72,68 0,00
Mei
89,58
Juni
12,21
71
Juli
22,06
63
67
Agustus
53,09
56
59
0,893
September
167,23
51
54
3,125
Oktober
106,17
51
51
2,072
Nopember
76,44
46
48
1,577
Desember
35,83
45
45
0,788
Januari
18,76
44
45
0,421
Februari
16,96
41
42
0,400
Maret
14,82
36
39
0,384
April
3,41
35
35
0,096
Mei
20,16
29
32
0,633
Juni
9,58
27
28
0,340
Juli
1,86
39
33
0,056
21,17
68
53
0,397
108,06
94
81
1,333
90,91
94
94
0,966
Nopember
4,95
115
104
0,047
Desember
18,55
116
116
0,161
Januari
153,33
121
118
1,295
Februari
368,00
131
126
2,921
Maret
331,20
161
146
2,269
April
0,00
183
172
0,000
Mei
270,59
199
191
1,418
Juni
25,56
206
203
0,126
Juli
55,76
193
200
0,279
Agustus
148,39
163
178
0,834
September
460,00
158
160
2,872
Oktober
353,85
158
158
2,244
Nopember
204,44
139
148
1,380
Desember
102,22
142
140
0,729
Januari
0,00
139
141
0,000
Februari
0,00
169
154
0,000
271,74
131
150
1,812
April
0,00
101
116
0,000
Mei
40,82
89
95
0,428
Juni
66,67
81
85
0,784
Juli
20,00
92
87
0,231
509,43
92
92
5,526
September
0,00
71
82
0,000
Oktober
0,00
71
71
0,000
Nopember
61,22
68
70
0,880
Desember
0,00
62
65
0,000
September Oktober
2001
RGi
April
Agustus
2000
CPUE standar
Maret
Agustus
117
Lajutan Lampiran 32 Tahun 2002
Bulan Januari
Rbi
61
2,219
0,00
18
39
0,000
21
20
1,034
April
0,00
21
21
0,000
Mei
0,00
20
20
0,000
Juni
0,00
20
20
0,000
Juli
0,00
25
22
0,000
Agustus
0,00
40
32
0,000
37,74
49
45
0,848
Oktober Nopember
0,00
49
49
0,000
40,00
62
56
0,719
0,00
64
63
0,000
Januari
200,00
67
66
3,048
Februari
181,82
75
71
2,558
Maret
128,57
97
86
1,499
April
0,00
112
104
0,000
Mei
158,73
120
116
1,366
Juni
21,28
125
123
0,173
Juli
38,46
114
120
0,321
Agustus
92,59
104
109
0,848
September
297,87
98
101
2,953
Oktober
188,68
99
98
1,922
Nopember
133,33
91
95
1,404
Desember
63,49
92
92
0,691
Januari
66,27
90
91
0,728
Februari
59,32
88
89
0,667
Maret
51,96
94
91
0,570
April
11,98
105
99
0,120
Mei
70,64
95
100
0,707
Juni
33,89
95
95
0,356
Juli
6,50
134
114
0,057
Desember
74,37
173
153
0,485
September
369,14
186
180
2,055
Oktober
Agustus
2005
RGPi
61
20,41
September
2004
RGi
136,36
Maret
Februari
2003
CPUE standar
316,13
191
189
1,677
Nopember
17,44
445
318
0,055
Desember
65,39
555
500
0,131
Januari
526,26
569
562
0,937
Februari
533,48
609
589
0,906
Maret
209,75
733
671
0,313
April
66,15
917
825
0,080
Mei
3126,72
926
922
3,392
Juni
1347,54
1.002
964
1,398
Juli
170,31
Agustus
554,94
September
1864,16
Oktober
2527,11
Nopember
125,03
Desember
966,61
118
Lanjutan lampiran 32 Jul-98 Jun-99
Jul-99 Jun-00
Jul-00 Jun-01
Jul-01 Jun-02
Jul-02 Jun-03
Jul-03 Jun-04
Jul-04 Jun-05
Juli
0,329
0,056
0,279
0,231
0,000
0,321
0,057
1,273
0,182
20,032
Agustus
0,893
0,397
0,834
5,526
0,000
0,848
0,485
8,983
1,283
141,308
September
3,125
1,333
2,872
0,000
0,848
2,953
2,055
13,186
1,884
207,417
Oktober
2,072
0,966
2,244
0,000
0,000
1,922
1,677
8,881
1,269
139,697
Nopember
1,577
0,047
1,380
0,880
0,719
1,404
0,055
6,062
0,866
95,359
Desember
0,788
0,161
0,729
0,000
0,000
0,691
0,131
2,499
0,357
39,311
Januari
0,421
1,295
0,000
2,219
3,048
0,728
0,937
8,648
1,235
136,040
Februari
0,400
2,921
0,000
0,000
2,558
0,667
0,906
7,453
1,065
117,241
Maret
0,384
2,269
1,812
1,034
1,499
0,570
0,313
7,882
1,126
123,986
April
0,096
0,000
0,000
0,000
0,000
0,120
0,080
0,297
0,042
4,668
Mei
0,633
1,418
0,428
0,000
1,366
0,707
3,392
7,943
1,135
124,956
Juni
0,340
0,126
0,784
0,000
0,173
0,356
1,398
3,177
0,454
49,984
Bulan
Total Rbi
JRRBi FK
RRBi
10,898 110,115
IMPi
119
Lampiran 33 Perkembangan produksi dan upaya tangkap bulanan ikan julung-julung di PPN Ternate tahun 1998-2005 Produksi dengan alat tangkap pukat cincin Bulan Januari
stuan: kg Tahun
1998
1999
2000
Jumlah
2001
2002
2003
2004
Rata-rata
2005
0
0
0
0
8000
0
0
2455
10455
1307
Februari
500
1220
0
11000
0
5000
7028
2455
27203
3400
Maret
200
1224
0
11000
0
0
7027
0
19451
2431
April
1200
222
0
2000
0
0
1278
2455
7155
894
0
778
0
7000
0
0
4472
3271
15521
1940
Juni
0
0
0
0
2000
0
0
0
2000
250
Juli
100
0
0
0
2000
2000
0
0
4100
513
Agustus
0
226
0
2000
0
11000
1278
0
14504
1813
September
0
0
0
0
0
11000
0
3273
14273
1784 1807
Mei
Oktober
0
0
0
0
0
12000
0
2455
14455
Nopember
0
0
0
0
0
1000
0
818
1818
227
Desember
0
330
0
3000
0
2000
1917
818
8065
1008
2000
4000
0
36000
12000
44000
23000
18000
139000
17375
167
333
0
3000
1000
3667
1917
1500
11583
1448
Jumlah Rata-rata
Upaya alat tangkap pukat cincin Bulan
stuan: trip Tahun
1998
1999
2000
2001
2002
Jumlah 2003
2004
2005
Rata-rata
Januari
25
43
15
25
61
52
158
128
507
63
Februari
52
57
12
23
129
110
210
98
691
86
Maret
37
45
21
21
93
79
165
171
632
79
April
42
41
18
22
104
88
152
150
617
77
Mei
38
34
7
21
95
81
125
58
459
57
Juni
40
35
7
14
100
85
129
62
472
59
Juli
50
33
8
17
123
105
122
69
527
66
Agustus
41
48
15
22
102
87
177
126
618
77
September
34
40
18
30
84
71
147
148
572
72
Oktober
32
49
10
30
78
66
180
86
531
66
Nopember
34
35
13
23
83
71
129
106
494
62
Desember Jumlah Rata-rata
42
43
12
14
103
88
158
96
556
70
467
503
156
262
1155
983
1852
1298
6676
835
39
42
13
22
96
82
154
108
556
70
120
Lampiran 34 Perhitungan ideks musim penangkapan ikan julung-julung dengan metode rata-rata bergerak Tahun 1998
1999
2000
2001
Bulan
CPUE standar
Januari
0,00
Februari
9,62
RGi
RGPi
Rbi
Maret
5,41
April
28,57
Mei
0,00
Juni
0,00
3,80
Juli
2,00
3,80
3,80
0,53
Agustus
0,00
4,78
4,29
0,00
September
0,00
6,60
5,69
0,00
Oktober
0,00
4,67
5,63
0,00
Nopember
0,00
6,58
5,62
0,00
Desember
0,00
6,58
6,58
0,00
Januari
0,00
6,41
6,49
0,00
Februari
21,40
6,80
6,60
3,24
Maret
27,20
6,80
6,80
4,00
April
5,41
6,80
6,80
0,80
Mei
22,88
6,80
6,80
3,36
Juni
0,00
7,44
7,12
0,00
Juli
0,00
7,44
7,44
0,00
Agustus
4,71
5,66
6,55
0,72
September
0,00
3,39
4,52
0,00
Oktober
0,00
2,94
3,16
0,00
Nopember
0,00
1,03
1,99
0,00
Desember
7,67
1,03
1,03
7,44
Januari
0,00
1,03
1,03
0,00
Februari
0,00
0,64
0,84
0,00
Maret
0,00
0,64
0,64
0,00
April
0,00
0,64
0,64
0,00
Mei
0,00
0,64
0,64
0,00
Juni
0,00
0,00
0,32
0,00
Juli
0,00
0,00
0,00
0,00
Agustus
0,00
39,86
19,93
0,00
September
0,00
83,51
61,68
0,00
Oktober
0,00
91,08
87,29
0,00
Nopember
0,00
118,86
104,97
0,00
Desember
0,00
118,86
118,86
0,00
Januari
0,00
118,86
118,86
0,00
Februari
478,26
126,44
122,65
3,90
Maret
523,81
126,44
126,44
4,14
April
90,91
126,44
126,44
0,72
Mei
333,33
126,44
126,44
2,64
Juni
0,00
144,29
135,36
0,00
Juli
0,00
155,22
149,76
0,00
90,91
115,37
135,29
0,67
September
0,00
71,72
93,54
0,00
Oktober
0,00
64,14
67,93
0,00
Nopember
0,00
36,36
50,25
0,00
Desember
214,29
38,03
37,20
5,76
Agustus
121
Lajutan Lampiran 34 Tahun 2002
2003
2004
2005
Bulan
CPUE standar
RGi
RGPi
Rbi
131,15
39,38
38,71
3,39
Februari
0,00
31,81
35,60
0,00
Maret
0,00
31,81
31,81
0,00
April
0,00
31,81
31,81
0,00
Mei
0,00
31,81
31,81
0,00
Juni
20,00
13,95
22,88
0,87
Juli
Januari
16,26
3,02
8,49
1,92
Agustus
0,00
6,81
4,92
0,00
September
0,00
6,81
6,81
0,00
Oktober
0,00
6,81
6,81
0,00
Nopember
0,00
6,81
6,81
0,00
Desember
0,00
5,14
5,98
0,00
Januari
0,00
5,38
5,26
0,00
Februari
45,45
15,91
10,64
4,27
Maret
0,00
28,82
22,37
0,00
April
0,00
43,97
36,40
0,00
Mei
0,00
45,15
44,56
0,00
Juni
0,00
47,04
46,09
0,00
Juli
19,05
47,04
47,04
0,40
Agustus
126,44
46,04
46,54
2,72
September
154,93
49,59
47,82
3,24
Oktober
181,82
50,29
49,94
3,64
Nopember
14,08
53,27
51,78
0,27
Desember
22,73
53,27
53,27
0,43
Januari
0,00
51,69
52,48
0,00
Februari
33,47
41,75
46,72
0,72
Maret
42,59
28,84
35,30
1,21
April
8,41
13,69
21,26
0,40
Mei
35,78
12,52
13,10
2,73
Juni
0,00
11,63
12,07
0,00
Juli
0,00
13,23
12,43
0,00
Agustus
7,22
12,53
12,88
0,56
September
0,00
8,98
10,76
0,00
Oktober
0,00
9,64
9,31
0,00
Nopember
0,00
11,36
10,50
0,00
Desember
12,13
11,36
11,36
1,07
Januari
19,18
11,36
11,36
1,69
Februari
25,05
10,76
11,06
2,26
Maret
0,00
12,60
11,68
0,00
April
16,37
14,98
13,79
1,19
Mei
56,40
15,63
15,30
3,69
Juni
0,00
15,32
15,47
0,00
Juli
0,00
Agustus
0,00
September
22,11
Oktober
28,55
Nopember
7,72
Desember
8,52
122
Lanjutan lampiran 34 Bulan
Jul-98 Jun-99
Jul-99 Jun-00
Jul-00 Jun-01
Jul-01 Jun-02
Jul-02 Jun-03
Jul-03 Jun-04
Jul-04 Jun-05
Total Rbi
RRBi
IMPi
Juli
0,53
0,00
0,00
0,00
1,92
0,40
0,00
2,85
0,41
45,82
Agustus
0,00
0,72
0,00
0,67
0,00
2,72
0,56
4,67
0,67
75,12
September
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
3,24
0,00
3,24
0,46
52,14
Oktober
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
3,64
0,00
3,64
0,52
58,59
Nopember
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,27
0,00
0,27
0,04
4,38
Desember
0,00
7,44
0,00
5,76
0,00
0,43
1,07
14,69
2,10
236,45
Januari
0,00
0,00
0,00
3,39
0,00
0,00
1,69
5,08
0,73
81,69
Februari
3,24
0,00
3,90
0,00
4,27
0,72
2,26
14,39
2,06
231,61
Maret
4,00
0,00
4,14
0,00
0,00
1,21
0,00
9,35
1,34
150,46
April
0,80
0,00
0,72
0,00
0,00
0,40
1,19
3,10
0,44
49,84
Mei
3,36
0,00
2,64
0,00
0,00
2,73
3,69
12,42
1,77
199,82
Juni
0,00
0,00
0,00
0,87
0,00
0,00
0,00
0,87
0,12
14,07
JRRBi FK
10,65 112,65
123
Lampiran 35 Lokasi perairan dan titik koordinat rumpon bantuan Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara Lokasi Perairan
Titik Koordinat
02° 31' 55"LU, 128° 04' 47" BT Perairan P. Morotai 02° 01'08" LU, 128° 37' 10" BT Perairan P. Morotai 02° 22' 48"LU, 127° 39' 31" BT Perairan Loloda Utara 01° 34' 14"LU, 127° 12' 23" BT Laut Maluku 01° 16' 24"LU, 127° 03' 04" BT Laut Maluku 00° 24' 38"LS, 126° 55' 47" BT Perairan P. Kasiruta 00° 47' 32"LS, 126° 49' 36" BT Perairan P. Mandioli 01° 08' 05"LS, 127° 24' 10" BT Perairan P. Tapat 00° 58' 04"LS, 127° 41' 51" BT Selat Obi 00° 52' 21"LS, 126° 37' 11" BT Laut Maluku 00° 36' 20"LU, 129° 30' 57" BT Laut halmahera 00° 18' 51"LU, 129° 16' 39" BT Laut Halmahera 00° 09' 00"LU, 128° 13' 40" BT Perairan Teluk Weda 00° 00' 55"LU, 129° 35' 13" BT Perairan P. Gebe 00° 14' 21"LU, 129° 03' 07" BT Perairan Patani Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara
124
Lampiran 36 Data posisi lokasi sebaran ikan pelagis di perairan Maluku Utara Januari Buzur Lintang 125.00 -1.70 124.80 -2.00 127.00 -1.50 127.50 2.50 127.40 1.00 128.00 -2.30 129.00 2.00
Februari Buzur Lintang 124.00 -1.50 126.00 0.00 127.00 1.80 127.00 3.00 128.00 0.00 128.00 -1.00 124.54 -1.47 124.20 -2.18 125.46 -2.09 124.35 -1.58 125.30 -1.67 126.28 -1.73 127.26 1.05 128.55 1.61 128.08 2.45 128.08 -0.35 129.17 -2.28 124.09 1.16 124.55 1.69 124.67 -1.55 126.10 -1.64 127.91 2.30 127.27 1.30 128.25 -1.40 129.90 0.64 Sumber : Badan Riset Kelutan dan Perikanan
Maret Buzur Lintang 125.37 -1.47 125.81 -1.55 126.26 -1.50 128.00 -1.11 127.37 1.27 127.37 1.71 126.29 -2.19 128.49 2.19 128.80 2.87 126.72 1.77 125.98 -2.16 127.79 -2.12 128.28 -1.10 129.77 0.08 129.34 0.62 126.00 -0.44 125.31 -2.00 125.31 -2.95 126.02 -1.01 127.02 -1.03 127.53 -2.52
satuan (derajat) April Buzur Lintang 124.32 1.35 124.50 -0.54 124.73 0.38 124.92 2.00 125.03 -1.50 125.31 1.15 125.70 0.42 125.02 2.40 125.26 -0.37 125.29 -1.72 127.01 1.17 127.59 2.21 127.77 2.80 127.81 -1.22 128.47 -0.10 128.89 1.60 128.93 0.33 129.27 -1.58 129.37 -0.77 129.38 0.95 129.78 -0.42 124.42 -1.51 124.73 0.21 125.32 1.71
125
Lanjutan lampiran 36 Mei Buzur 124.58 126.15 126.69 127.44 127.44 128.31 128.45 128.03 129.92 129.77 124.43 124.61 124.78 126.57 127.16 129.61 129.64 125.31 125.51 126.59 127.22 127.35 128.29 128.81 129.62 124.77 125.38 126.36 126.71 127.19 128.00 128.93 129.67 129.67 129.92
Lintang -1.48 -2.20 -1.85 1.63 -1.29 2.67 -1.26 1.74 -2.69 -1.51 -1.50 2.77 0.57 -2.36 1.34 -1.77 -2.63 1.83 0.76 -2.91 -2.53 1.90 1.94 1.11 -2.58 0.20 0.99 1.50 -2.60 1.97 -2.20 1.18 1.18 -2.67 -1.58
Juni Buzur Lintang 124.52 -1.35 126.92 -1.70 127.09 -1.75 126.63 -1.65 126.80 0.37 126.89 -1.90 127.15 0.88 127.17 -0.25 128.47 -1.14
Juli Buzur 125.44 127.56 127.69 128.65 129.35 129.64 129.84 129.95
Lintang 1.79 2.24 -2.90 -1.88 1.68 -1.31 -1.71 -2.28
satuan (derajat) Agustus Buzur Lintang 126.12 -2.90 126.59 -2.84 128.18 -2.87 129.02 2.64 128.47 1.78 127.49 2.14 127.83 -2.56 129.33 -0.28 128.38 3.03 128.22 3.07 125.44 1.51 124.40 -2.31 125.55 2.82 127.71 -2.72 128.52 1.87 129.19 1.49 124.77 1.74 125.21 2.81 128.01 -1.89 128.21 1.83 128.66 0.71 129.23 -0.42 129.55 1.79 129.67 -1.74
126
Lanjutan lampiran 36 September Buzur Lintang 124.02 1.04 12.64 2.34 128.03 -2.01 128.40 -0.07 128.72 0.73 129.27 0.11 129.95 0.94
Oktober Buzur Lintang 128.40 -2.09 128.60 -2.77 129.38 -0.24 128.85 -1.90 124.51 0.05 124.65 1.81 125.82 1.20 126.19 -2.97 127.19 1.61 127.58 2.32 128.82 0.17 128.08 -0.37 128.09 0.19
November Buzur Lintang 124.51 0.05 124.65 1.81 124.92 -2.36 125.82 1.20 126.19 -2.40 127.58 2.32 128.04 -2.46 128.45 1.80 128.82 0.17
satuan (derajat) Desember Buzur Lintang 124.03 1.27 124.37 -0.35 124.65 -0.17 124.96 0.77 125.24 -2.65 127.54 2.35 128.13 0.23 128.62 -1.65 128.74 -2.59 128.85 1.55 129.22 0.42 125.02 2.07 125.51 -2.26 125.91 1.01 126.18 2.62 127.21 1.84 127.26 2.46 128.21 -0.06 128.96 -2.47 129.22 0.92 129.71 2.57 129.78 1.32 129.92 -2.22