SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017
MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN
[AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS]
[Tingkah laku Ternak Unggas]
[Endang Sujana, S.Pt., MP.]
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2017
MATA PELAJARAN AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS
a. Kompetensi Inti : Menguasai struktur, materi, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran/paket keahlian Agribisnis Ternak Unggas yang diampu
b. Kompetensi Dasar (KD)/ Kelompok Kompetensi Dasar (KKD) : Mengerapkan tingkah laku ternak unggas
c. Materi Pembelajaran : II. Tingkah laku Ternak Unggas Tingkah laku ternak adalah suatu bentuk aktivitas ternak yang melibatkan fungsi fisiologis sebagai hasil dari perpaduan antara aktivitas keturunan dengan pengalaman individu dalam menanggapi atau menghadapi suatu objek, dengan tingkah laku memungkinkan seekor hewan menyesuaikan diri terhadap perubahan keadaan, baik eksternal maupun internal. Fungsi tingkah laku adalah menyesuaikan diri terhadap beberapa perubahan keadaan, baik dari luar maupun dari dalam. Tingkah laku pada tingkat adaptasi ditentukan dengan kemampuan belajar hewan untuk menyesuaikan tingkah laku terhadap suatu lingkungan yang baru. Tingkah laku dasar hewan merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir (innate behaviour), antara lain gerakan menjauh atau mendekat dari stimulus, perubahan pola tingkah laku akibat mekanisme fisiologi seperti tingkah laku jantan dan betina saat estrus. Tingkah laku merupakan suatu aktivitas yang melibatkan fungsi fisiologis. Setiap macam perilaku melibatkan penerimaan rangsangan melalui pancaindera, perubahan rangsanganrangsangan ini menjadi aktivitas neural, aksi integrasi susunan syaraf, dan akhirnya aktivitas organ motorik, baik internal maupun eksternal. Umumnya tingkah laku yang diarahkan untuk suatu tujuan (seperti makan, minum, tidur dan seksual) terdiri atas tiga tahap yang jelas dan terjadi secara siklis. Tiga tahap 1
tersebut yaitu perilaku apetitif, konsumatoris dan refraktoris. Tahap apetitif dapat sederhana dan kompleks, sering mencakup mencari dari perilaku yang diubah, dan yang banyak dipelajari. Tahap refraktoris mencakup hilang perhatian dan berhenti aktivitas konsumatoris, meskipun
kesempatan
untuk
memberi
respon
selalu
ada
(Tanudimadja
dan
Kusumamidihardja, 1985). Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pola tingkahlaku diantaranya : Faktor hereditas Faktor lingkungan (rangsangan) organ inderawi Proses belajar Pola Tingkah Laku Suatu segmen tingkah laku yang diorganisir dan mempunyai fungsi khusus Berhubungan dengan sistem anatomi dasar dan fisiologis Dipengaruhi faktor hereditas, dapat diubah dengan proses belajar Ternak domestikasi lebih stabil Sekelompok pola tingkah laku yang dengan fungsi-fungsi umum yang sama membentuk sistem tingkah laku 2.1. Sistem Indera Penglihatan (vision)
Warna yang disukai adalah oranye (kuning) dan ungu, sedangkan warna hijau kurang disukai
Bola mata dapat sedikit bergerak 260, tetapi posisinya tetap pada kedudukan perputaran 3000
Memiliki daya penglihatan yang lebih baik dari unggas lainnya
Mata memberi tanggapan terhadap sinar pada hari ke-17 periode inkubasi
Penglihatan dapat membedakan bentuk, ukuran, warna, pola dan ketajaman dari suatu objek sehingga mempengaruhi tingkah laku
Daya penglihatan sangat bergantung kepada optic locus dan olfactory lobus
2
Pendengaran (hearing)
Berkembang baik hampir sama dengan manusia dalam membedakan frekuensi dan kemampuan untuk menentukan arah suara
Frekuensi pendengaran unggas : 15 – 10.000 Hz
Frekuensi pendengaran ayam : 400 – 6.000 Hz
Pengecap (taste)
Berkembang dengan baik
Pusat rasa terletak pada dasar lidah dan langit-langit pharinx
Toleran terhadap rasa asam dan basa, sensitif terhadap rasa asin (0,9%)
2.2. Kemampuan Belajar 1. Simple Learning Belajar sederhana melalui latihan dan pengalaman dipengaruhi naluri (instinct) dan reflex. Diantaranya : Habituation (kebiasaan) Suatu tingkah laku yang menjadi biasa terhadap rangsangan tertentu atau tingkah laku mengabaikan rangsangan tertentu Contoh : ayam yang mendengar suara ventilation pan pada awalnya agak ketakutan dan bersembunyi, namun lama-lama menjadi terbiasa dan mengabaikan suara tersebut karena tidak adanya bahaya Conditioning Tipe belajar dari ternak dengan merespon rangsangan tertentu. Ayam sudah bisa memperkirakan suatu hal yang terjadi karena dikondisikan. Contoh : ayam jantan ditempatkan disuatu ruangan yang memiliki alat pendengung. Alat tersebut dibunyikan bersamaan dengan dimasukannya ayam betina, jantan girang dan setelah beberapa kali dilakukan ayam jantan akan girang jika mendengar bunyi berdengung.
3
Imprinting Pemberian atau penanaman kesan pada sesuatu yang menonjol, bisa berupa hewan/benda yang bergerak maupun berbunyi, Pelajaran sosial dini dari menentas sampai 3 hari Contoh : ayam yang baru menentas akan mengikuti suatu yang bergerak 2. Complex Learning Kemampuan untuk belajar dari pengalaman dan memecahkan masalah
melalui
tingkat intelegensia Mencoba melalui pengamatan (observing) Dipengaruhi oleh otak kecil Contoh : jika seekor ayam celaka akibat sesuatu yang dilakukan maka ayam lain tidak akan menirunya.
2.3. Sistem Tingkah Laku 1. Tingkah Laku Makan (ingestive behaviour) - Ayam makan dengan cara mematuk, itik dengan cara menyudu - Anak ayam yang baru menetas akan mematuk setiap objek, kemudian akan belajar dan mematuk makanan saja - Proses belajar yang paling efektif 30 jam setelah menetas pusat belajar pada serebrum - Ayam menunjukkan pilihan pada warna, bentuk dan rangsangan sentuhan tertentu - Menyukai biji-bijian (crumble) - Ayam yang diasuh oleh induk lebih cepat belajar makan - Konsumsi ransum bergantung kepada kandungan energi - Jika pakan sering diganti konsumsi akan turun - Ayam yang tingkat hirarki tinggi akan makan lebih dulu - Suara ketukan akan meningkatkan nafsu makan - Ayam akan ikut makan bila melihat temananya makan
4
- Ayam minum pertama-tama dengan mematuk makanan pertama yang terapung di air, anak ayam tertarik dengan air yang terkena cahaya dan mematuknya - Sebaiknya ayam diberi minum dulu setelah 24 jam menetas - Ayam sangat membutuhkan air, lebih tahan lapar daripada haus 2. Tingkah Laku Seksual (Sexual Behaviour) - Dikendalikan oleh hormon - Bersifat poligami - Jika beberapa jantan dimasukkan ke dalam kandang betina, jantan yang dominan (peck order tinggi) paling banyak kawin - Proses kawin didahului oleh beberapa pola tingakh laku pinangan yang mengsingkronkan aktivitas sesual jantan dan betina Jantan •
Pinangan diekspresikan melalui : 1. Tarian Waltz, menggeleparkan sayap atau menari 2. Memanjangkan kepala dan menegakan jengger dan bulu leher, atau 3. Mengejar betina sambil menegakkan jengger dan bulu leher
•
Penunggangan, menegakkan jengger dan bulu leher
•
Mengangkat dan membuka kloaka
•
Ejakulasi
•
Turun ke arah depan
•
Tarian waltz atau berkeliling Betina
•
Respon betina :
1. Tidak peduli 2. Negatif, mungkin disertai suara dan pekikan lemah sampai pekikan keras, lalu : a. Melangkah ke samping b. Berjalan atau berlari c. Menyerang
5
3. Positif, menundukan badan, seiring dengan merendahkan kepala dan mengembangkan sayap (untuk keseimbangan menggerakan ekor ke sampai dan membuka kloaka. Berdiri dan menggetarkan badan atau berlari 3. Tingkah Laku Induk-Anak (Maternal Behaviour) -
Maternal behaviour dimulai dari peneluran, pengeraman merawat anak
-
Sifat mengeram dipengaruhi oleh hormon prolaktin
-
Hubungan yang paling penting melalui pendengaran
-
15 menit setelah menetas ayam akan menciap-ciap mencari induknya karena kedinginan
-
Saat tidur anak berlindung dibawah induknya
-
Induk menjaga anak dari musuh dengan cara mengembangkan sayap dan bulu leher
-
Anak disapih umur 12 -16 minggu, jika tidak mau sapih dipatuk
-
Anak jantan dewasa dominan terhadap induknya
-
Pada peternakan modern peran induk diganti oleh mesin tetas dan brooder (induk buatan)
4. Tingkah Bertarung (Agostik Behaviour) -
Meliputi tingkah laku menyerang (attack), melarikan diri (escape), menghindar dari bahaya (avoiding) dan kalah dalam bertarung (submissive)
-
Tingkah laku menyerang meliputi menyerang (fighting), memimpin kelompok (pecking) dan mengancam (threatening)
-
Bila sekelompok ayam dimasukkan ke dalam kandang akan terjadi perkelahian, pemenang berhak mematuk yang kalah (peck order)
-
Betina mempunyai dua peck order
-
Saling mematuk dimulai pada umur 16 hari
-
Kelompok yang berbeda umur jangan disatukan karena umur yang lebih tua akan dominan
6
-
Menjelang disapih anak ayam satu induk akan berkelahi dan yang menang akan dominan, prioritas dalam setiap kesempatan terutama makan sehingga pertumbuhan tidak seragam
5. Tingkah Laku Meniru (Alellomimetic Behaviour) -
Kalau salah satu anggota berbuat sesuatu yang lain cenderung berbuat sama > social facilitation
-
Tingkah laku mematuk dan makan
6. Tingkah Laku Berlindung (Shelter Behaviour) -
Ayam yang belum didomestikasi berlindung dari sinar matahari, angin, hujan, predator dna serangga
-
Berlindung dengan cara bertengger di dahan-dahan pohon
-
Anak ayam dan dewasa akan berdesakan bila kedinginan
7. Tingkah Laku Mengamati (Investigative Behaviour) -
Proses mengamati melalui suara, mendengan, mengecap
-
Proses mengamati dengan berjalan perlahan, melihat berhenti pada jarak tertentu dna kembali
8. Tingkah Laku Membuang Kotoran (Eliminative Behaviour) -
Ayam membuang kotoran dimana saja secara random
7