“Volume 6, No. 2, Desember 2014”
THE WINDOW OF OPPORTUNITY: Memahami Aspek Penting Masa Perkembangan Anak Usia Dini Oleh : Hariyanto1 Fakultas Tarbiyah IAI Ibrahimy Situbondo
[email protected] Abstract:
Window Of Opportunity is another term of the Golden Age that had been attached as an important period of the children, Window Of Opportunity is a period where the children learn the path of character, attitude, intellectual, emotional, and moral formed. The better the quality of parenting, it means more and good learning paths formed in his brain.
Key words : Window of Opportunity, Child Development A. Pendahuluan Masa keemasan (golden age) atau kesempatan emas (window of opportunity) seorang anak adalah merupakan masa paling penting bagi pembentukan pengetahuan dan prilaku anak. Oleh sebab itu, banyak para orang tua yang kemudian “menjejali” anaknya dengan berbagai hal sejak usia dini. Terlebih saat ini semakin banyak tawaran produk atau jasa yang ditujukan untuk anak-anak kita, dengan alasan yang kerap dipakai adalah window of opportunity manusia hanya terjadi pada anak-anak, sehingga sang orang tua hanya dihadapkan kepada dua pilihan mau Oleh karena itu, hal ini menjadi bahan kajian yang sangat penting bagi para orang tua maupun pendidik. Fokus utamanya adalah bagaimana menjadikan masa ini sebagai masa pendidikan dini bagi seorang anak. Sebab, kecerdasan emosional, spiritual, dan intelektual akan mulai terbina di masa-masa ini. Kreatifitas anak akan sangat tergantung pada siapa orang yang di sekelilingnya, seperti orang tua, guru, teman bermain, lingkungan tempat tinggal, dan yang terpenting adalah pola pendidikan anak itu sendiri. Betapa pentingnya pendidikan pada usia ini sehingga 1 Alumnus Graduate School UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Alumni Sekolah Pengelolaan Keragaman IV CRCS UGM Yogyakarta 2014, saat ini sebagai Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian pada Masayarakat (P3M) dan Ketua Kelas Diskusi Dosen IAI Ibrahimy Situbondo
335335 JURNAL LISAN AL-HAL
“Window Of Opportunity”
dapat dibayangkan, apabila pendidikan anak pada usia emas ini diabaikan, maka apa yang akan terjadi pada anak di masa depan. Bagi bangsa Indonesia yang kaya dengan sumber daya alam, dengan biodiversitas tertinggi di dunia sangat berkepentingan mempersiapkan generasi yang akan mengelola kekayaan alam tersebut. Karena itu, berbagai pihak, terutama orang tua dan praktisi pendidikan perlu secara lebih serius menggarap pendidikan anak usia dini. Salah satu hal yang perlu dipahami adalah mengenal lebih jauh tentang karakteristik dari masa keemasan tiap anak atau yang sering disebut dengan istilah lain window of opportunity. B. Makna Window Of Opportunity Sebagai dikutip dalam buku Pengantar Edutainment PAUD dijelaskan bahwa anak usia dini merupakan periode usia awal yang paling penting dan mendasar dalam sepanjang rentang pertumbuhan serta perkembangan kehidupan. Pada masa ini ditandai oleh berbagai periode penting yang fundamen dalam kehidupan anak selanjutnya sampai periode akhir perkembangannya. Salah satu periode yang menjadi ciri masa usia dini adalah the Golden Ages atau periode keemasan dengan kata lain Window Of Opportunity. Banyak konsep dan fakta yang ditemukan memberikan penjelasan periode keemasan pada masa usia dini, di mana semua potensi anak berkembang paling cepat. Beberapa konsep yang disandingkan untuk masa anak usia dini adalah masa eksplorasi, masa identifikasi/imitasi, masa peka, masa bermain dan masa trost alter 1 (masa membangkang tahap 1).2 Anak usia dini memiliki pikiran yang mampu menyerap ilmu pengetahuan. Ia memiliki kemampuan untuk mengajari dirinya sendiri. Pengamatan sederhana sudah cukup untuk membuktikan fakta ini. Anak tumbuh besar sambil mampu menggunakan bahasa orang tuanya, padahal mempelajari bahasa merupakan prestasi intelektual yang sangat besar bagi orang-orang dewasa. Tak seorang pun mengajari anak kecil, namun ia secara tak terduga mulai menggunakan nomina (kata benda), verba (kata kerja), dan kata sifat nyaris sempurna.3 Setiap anak mempunyai warna kecerdasan tersendiri, yang berbeda dari anak lain, bahkan berbeda pula dari saudara sekandungnya. Itulah sebabnya, dalam mengasuh tidak bisa menerapkan pola tindakan yang sama untuk semua anak-anak. Setiap 2 Hariyanto, Pengantar Edutainment Pendidikan Anak Usia Dini (Jember: Pena Salsabila, 2013), hlm. 6. 3 Maria Montessori, The Absorbent Mind, Pikiran Yang Mudah Menyerap,Terj. Dariyanto (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 6.
336JURNAL LISAN AL-HAL 336
“Volume 6, No. 2, Desember 2014”
anak sangatlah khusus dan membutuhkan pendekatan yang khusus pula. Anak yang satu tidak akan sama dengan anak yang lainnya.4 Window Of Opportunity merupakan masa di mana anak perlu distimulasi untuk pembentukan fondasi perkembangan dan pembentukan struktur otak yang paling pesat. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar sepanjang rentang pertumbuhan dan perkembangan kehidupan manusia. Pada masa usia dini, semua potensi anak berkembang sangat cepat. Fakta yang ditemukan oleh ahli-ahli neurologi, menyatakan bahwa sekitar 50% kapasitas kecerdasan manusia telah terjadi ketika usia 4 tahun dan 80% telah terjadi ketika berusia 8 tahun. Pertumbuhan fungsional sel-sel syaraf tersebut membutuhkan berbagai situasi pendidikan yang mendukung, baik situasi pendidikan keluarga, masyarakat maupun sekolah.5 Fase window of opportunity ini merupakan fase pertumbuhan dan perkembangan otak anak yang paling penting. Pada masa ini, otak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang paling cepat dan paling kritis. Kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan dan stimulus motorik dan psikis untuk perkembangan perlu dipenuhi. Jika tidak, tumbuh kembang otak anak tidak akan optimal. Tentang masa emas pertumbuhan dan perkembangan otak ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu fase dalam kandungan yaitu sejak mulainya konsepsi sampai kelahiran, dan fase usia 0-2/3 tahun. Pada fase-fase ini, terjadi pertambahan berat otak. Beberapa penelitian menyebutkan, bahwa jumlah sel dan koneksi antar sel mempengaruhi tingkat kecerdasan seorang anak. Pertumbuhan dan perkembangan otak anak pada masa emas paling tidak dipengaruhi oleh dua hal, yaitu gizi dan stimulus. Untuk itu, yang pertama perlu dilakukan agar masa emas terus berkembang adalah dengan memenuhi kebutuhan gizi anak. Gizi yang baik adalah yang mengandung karbohidrat (55-60%) seperti nasi, umbi-umbian, jagung, dan gandum. protein (15-20%) seperti ikan, telur, tahu, tempe, susu, dan keju. Protein yang sangat diperlukan adalah tirosin dan triptofan. Tirosin dapat membantu penyerapan informasi, sedangkan triptofan membantu meningkatkan kualitas tidur, yang juga akan memperbaiki pengolahan informasi. lemak (25-30%) seperti ikan sardine, tuna (DHA), kacangkacangan (omega 3), biji wijen (omega 6), atau susu yang telah diperkaya 4 Tim Pustaka Familia, Warna Warni Kecerdasan Anak (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2006), hlm. 13. 5 Depdiknas, Naskah Akademik PAUD, hlm. ii.
337337 JURNAL LISAN AL-HAL
“Window Of Opportunity”
dengan lemak baik. Lemak-lemak ini berperan penting dalam pertumbuhan dan pembentukan sinaps (koneksi) antar sel otak. Sisanya vitamin dan mineral terdapat pada buah dan sayur. Meski hanya diperlukan dalam jumlah yang sedikit, namun perannya sangat penting dalam regulasi proses tumbuh kembang otak. Selain gizi, pemberian stimulus, baik stimulus motorik maupun psikis, perlu juga diperhatikan. Untuk itu diperlukan pola asuh yang tepat untuk membentuk pola pikir, emosi, dan kepribadian anak. Beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua dalam memberikan stimulus ini, seperti memberi contoh yang baik, mendampingi anak saat nonton tv, dan memberi bacaan yang mendidik. 1. Makna Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak Usia Dini Sesuai dengan tujuan pendidikan anak usia dini, yaitu menyiapkan anak untuk berkembang secara komprehensif dan menyeluruh, pendidikan anak usia dini tidak hanya terbatas pada aspek pengembangan aspek kecerdasan saja, tetapi mencakup aspek-aspek perkembangan anak usia dini, yaitu aspek fisik dan motorik, aspek kognitif, aspek bahasa, aspek moral dan nilai-nilai agama, aspek sosio-emosional, aspek seni dan kreatifitas.6 Dengan demikian, upaya pengembangan seluruh potensi anak perlu dimulai pada usia dini agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal. Perkembangan anak dalam berbagai aspek dapat dicermati dalam uraian singkat di bawah ini. a. Physical And Motor Development Perkembangan fisik merupakan aspek perkembangan yang harus mendapatkan perhatian khusus, karena anak yang sehat adalah anak yang secara fisik maupun psikis sehat. Perkembangan seorang anak dipengaruhi oleh gizi dan kesehatan. Anak yang sehat akan mengalami lonjakan perkembangan yang lebih baik jika dibandingkan dengan anak yang tidak sehat. Anak yang sehat akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal dan wajar yaitu sesuai dengan standar pertumbuhan fisik anak secara umum pada tingkat usianya dan memiliki kemampuan yang sesuai dengan standar kemampuan fisik anak seusianya.7 perkembangan fisik anak akan mempengaruhi bagaimana anak itu memandang dirinya dan berarti perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot yang 6 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hal. 22. 7 Siti aisyah dkk, hlm. 4.17
338JURNAL LISAN AL-HAL 338
“Volume 6, No. 2, Desember 2014”
terkoordinasi. Perkembangan tersebut berasal dari perkembangan refleksi dan kegiatan massa yang ada pada waktu lahir.8 Perkembangan motorik anak mencakup motorik kasar (gross motor skills) dan motorik halus (fine motor skills).9 b. Language Development Sesuai dengan fungsinya, bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh anak dalam pergaulannya atau hubungannya dengan orang lain. Bahasa merupakan alat bergaul.10 John W. Santrock mendifinisikan Bahasa adalah suatu bentuk komunikasi -entah itu lisan-, tertulis atau isyarat yang berdasarkan pada suatu sistem dari simbol-simbol. Bahasa terdiri dari kata-kata yang digunakan oleh masyarakat beserta aturan-aturan untuk menyusun berbagai variasi dan mengkombinasikannya.11 Kebanyakan anak memulai perkembangan bahasanya dengan menangis untuk mengekspresikan responsnya terhadap bermacammacam stimulan. Setelah itu anak mulai belajar kalimat dengan satu kata seperti ’maem’ yang artinya minta makan. Sejalan dengan perkembangan kognitif anak, maka bahasa merupakan ungkapan pikiran. c. Cognitive Development Perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana pikiran anak berkembang dan berfungsi sehingga dapat berpikir. Setiap anak memiliki pola perkembangan kognitif yang sama, yaitu meliputi empat tahapan. Pertama, tahap sensori motorik (usia 0-2 tahun), di mana pengetahuan anak didapatkan dari tindakan-tindakan fisik yang mereka lakukan. Anak mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman sensorik dengan tindakantindakan fisik. Kedua, tahap praoperasional (usia 2-7 tahun), anak mulai menggunakan gambaran-gambaran mental untuk memehami dunianya . pikiran-pikiran simbolik, yang direfleksikan dalam penggunaan kata-kata dan gambar-gambar mulai digunakan dalam penggambaran mental, yang melampui hubungan informasi sensorik dengan tindakan fisik. Ketiga, tahap konkret operasional (usia 7-11 tahun), anak mulai berpikir logis mengenai kejadian-kejadian kongkret, memahami konsep percakapan, mengorganisasi objek menjadi kelas-kelas hierarki (klasifikasi) dan menempatkan objek-objek dalam urutan yang teratur (serialisasi). Ibid. hlm. 35 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini, hlm.23. 10 Sunarto & Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008), hlm. 136. 11 John W. Santrock, Perkembangan Anak (Jakarta : Penerbit Erlangga, 2007), hlm. 353 8 9
339339 JURNAL LISAN AL-HAL
“Window Of Opportunity”
Keempat, Remaja berpikir secara lebih abstrak, idealis dan logis (hipotesisdeduktif).12 d. The Development Of Moral And Religious Values Berkaitan dengan perkembangan moral, terutama anak usia 2-8 tahun, penalaran moral masih dikendalikan oleh hadiah dan hukuman (reward and punishment). Anak-anak taat karena diminta untuk taat, apa yang benar adalah apa yang dirasakan benar dan menghasikan hadiah. Untuk anak usia 9-13 tahun, anak mentaati standar-standar tertentu seperti menghargai kebenaran, kepedulian dan kesetiaan pada orang lain sebagai landasan pertimbangan moral, tetapi mereka tidak mentaati standar-standar orang lain seperti orang tua, atau aturan-aturan masyarakat. Pada usia 13 tahun ke atas, anak mengenal tindakan-tindakan moral alternatif, menjajaki pilihan-pilihan dan kemudian memutuskan suatu kode moral pribadi. Pada masa ini diharapkan anak sudah membentuk keyakinan sendiri, bisa menerima bahwa orang lain mempunyai keyakinan yang berbeda dan ia tidak mudah dipengaruhi orang lain. Berkaitan dengan perkembangan keagamaan, bayi yang baru lahir sudah memiliki instink keagamaan. Namun, pada tahap ini belum terlihat adanya tindak keagamaan pada anak karena fungsi kejiwaan yang menopang berfungsinya insting itu belum sempurna. Karenanya, nilai-nilai keagamaan perlu ditanamkan pada anak sejak usia dini dengan cara memberikan contoh yang baik bagi anak. e. Socio-Emotional Development Perkembangan sosial meliputi dua aspek yaitu kompetensi sosial yang menggambarkan kemampuan anak untuk beradaptasi dengan lingkungan sosialnya secara efektif, dan tanggung jawab sosial yang ditunjukkan oleh komitmen anak terhadap tugas-tugasnya, menghargai perbedaan individual, dan memperhatikan lingkungannya.13 Sedangkan emosi: An emotion, is an affective experience that accompanies generalized inner adjustment and mental and pshilogical stirred-up states in the individual, and that shows it self in his overt behavior.14 Erik Erikson berpendapat bahwa perkembangan emosi positif sangat penting dalam perkembangan jiwa anak, dan ini sangat tergantung pada perang orang tua. Setiap anak akan dihadapkan pada dua keadaan yang saling bertolak Ibid. hlm. 246. Taufik Pasiak, Manajemen Kecerdasan: Memberdayakan IQ, EQ, SQ untuk Kesuksesan Hidup, (Bandung: Mizan, 2006), hal. 27. 14 Sunarto & Agung Hartono, Perkembangan Peserta, hlm. 150. 12 13
340JURNAL LISAN AL-HAL 340
“Volume 6, No. 2, Desember 2014”
belakang; emosi positif dan negative. Pada setiap perkembangan seseorang akan mengalami konflik tarik menarik antara kedua emosi tersebut, keberhasilan dalam mengelola emosi ini terwujud apabila anak dapat mencapai emosi positif.15 emosi atau Emotional Intelligence memainkan peran penting dalam kehidupan dan menjadi pengendali terhadap perilaku anak serta menjadi bagian yang mempengaruhi tingkat kematangan perkembangan dan pertumbuhannya. Dengan kecerdasan emosi yang baik, seseorang akan dapat mengenali dan merespon terhadap perasaan diri dan orang lain secara tepat serta dapat memotivasi dirinya dan orang lain. Anak yang emosinya stabil akan lebih mudah berkonsentrasi dan berpikir logis, dan mampu menata perasaan yang ada dalam dirinya untuk fokus pada aktivitas yang konstruktif dan membina hubungan yang harmonis dengan lingkungan sekitar.16 f. The Development Of Art And Creativity Kreatifitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Perilaku yang mencerminkan kreatifitas alamiah pada anak usia dini adalah rasa ingin tahu yang besar, suka bertanya, spontan dalam menyatakan perasaan dan pikirannya, suka berpetualang, ingin mendapatkan pengalaman baru, suka bereksperimen, membongkar dan mencoba-coba berbagai hal, jarang merasa bosan, dan memiliki imajinasi tinggi. Kreatifitas banyak ditentukan faktor lingkungan, terutama pola asuh orang tua dalam mengkondisikan lingkungan yang dapat merangsang kreatifitas anak.17 Sebagai contoh, membiasakan anak untuk bertanya, karena pertanyaan dapat merangsang daya pikir anak, menghindari rutinitas, ketika anak tertarik pada hal-hal baru maka perlu diberi kebebasan untuk mengembangkan fantasinya. Orang tua pada saatnya akan merasakan bahwa kreatifitas laksana ruh yang mampu membangkitkan seluruh potensi anak. Dengan gambaran tersebut, maka usia lahir sampai memasuki pendidikan dasar merupakan masa keemasan sekaligus masa kritis dalam tahapan kehidupan, yang akan menentukan perkembangan anak selanjutnya
15 Ratna Megawangi, dkk, Pendidikan yang Patut dan Menyenangkan (Depok: Indonesia Heritage Foundation), hlm. 10. 16 Hariyanto, Emotional Smart: Mendiagnosis Anak Berprilaku Agresif (Situbondo: Jurnal Lisan Al-Hal, P3M IAI Ibrahimy, Vol 4, No.1 Juni 2012), hlm.. 101. 17 Conny R. Semiawan, Kreativitas Keberbakatan: Mengapa, Apa, dan Bagaimana, (Jakarta: Indeks, 2009), hlm. 117.
341341 JURNAL LISAN AL-HAL
“Window Of Opportunity”
Dengan demikian, upaya pengembangan seluruh potensi anak perlu dimulai pada usia dini agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal. 2. Teori-Teori Perkembangan Anak Secara umum, paradigma teori perkembangan anak terbagi atas tiga bagian. Pertama, teori perkembangan anak yang berdasarkan sudut pandang behaviorisme, yang disebut dengan behavioristic theory of development. Kedua, teori perkembangan anak yang dibangun berdasarkan sudut pandang nativisme, yang biasa dikenal dengan nativistic theory of development. Ketiga, teori perkembangan anak yang dikembangkan berdasarkan sudut pandang konstruktivisme, atau disebut juga constructivistic theory of development.18 a. Prespektif Behaviorist terhadap teori perkembangan Teori behaviorisme merupakan teori yang dibuat dan dikembangkan berdasarkan filsafat empirisme yang dikembangkan oleh John Lock. Dia berkeyakinan bahwa anak terlahir seperti kertas putih. Kertas ini akan ditulisi oleh pendidik atau orang-orang yang ada di sekitar anak melalui pembentukan tingkah laku. Pembentukan tingkah laku tersebut ditekankan pada penerapan reward dan punishment. Dengan demikian, pengembangan kemampuan dan keterampilan anak usia dini ditentukan oleh orang dewasa yang menulis kertas putih tersebut. Oleh sebab itu, pendekatan pengembangan anak usia dini, bersifat teacher centered. b. Prespektif Nativist terhadap teori perkembangan Teori nativisme merupakan teori yang dikembangkan berdasarkan sudut pandang Jean Jacques Rousseau dan Schopenhauer. Menurut teori ini sejalan dengan kematangan yang dimilikinya, anak mempunyai kemampuan untuk mengembangkan dirinya sendiri secara ilmiah. Oleh sebab itu, intervensi orang dewasa, orang tua atau guru tidak diperlukan, sebab apabila tiba waktunya atau ketika anak telah matang, maka ia akan mampu mengembangkan dirinya sendiri. Dengan demikian, pendekatan pengembangan anak usia dini, bersifat child centered. Dalam pendidikan, salah satu contoh model penerapan teori ini adalah dengan pemberian reward and punishment. c. Prespektif Constructivist terhadap teori perkembangan Teori konstruktivisme merupakan teori yang dikembangkan oleh Vigotsky dan Jean Piaget. Kedua ahli perkembangan ini berkeyakinan 18 Martini Jamaris, Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanakkanak, (Jakarta: Grasindo, 2006), hlm.104.
342JURNAL LISAN AL-HAL 342
“Volume 6, No. 2, Desember 2014”
bahwa perkembangan manusia, di antaranya anak usia dini tidak dapat dijelaskan dari satu faktor saja, seperti yang berkaitan dengan kematangan sesuai dengan pandangan nativist atau pengaruh lingkungan sesuai pandangan behaviorist. Perkembangan manusia dipengaruhi oleh interaksi antara faktor-faktor yang berkaitan dengan biologis, kematangan, lingkungan, dan sosial. Berdasarkan berbagai sudut pandang teori perkembangan, maka dalam mendidik dan mengembangkan anak usia dini para orang tua, guru, serta pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan dan pengembangan anak tersebut perlu mempertimbangkan dengan cermat, paradigma teori perkembangan yang terbaik yang dapat diterapkan pada anak. Mengacu pada berbagai teori perkembangan di atas, maka ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pendidikan anak usia dini, yaitu:19 pertama, Berorientasi pada kebutuhan anak: Anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan baik fisik maupun psikis, yaitu intelektual, bahasa, motorik, dan sosio-emosional. Kedua, Belajar melalui bermain: Bermain pada usia dini dapat membantu aktualisasi potensi otak karena menyimpan lebih banyak variabilitas yang secara potensial sudah ada di dalam otak.20 Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan, dan mengambil kesimpulan mengenai benda di sekitarnya. Ketiga, Lingkungan yang kondusif: Lingkungan perlu diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan dengan memperhatikan keamanan dan kenyamanan yang dapat mendukung pembelajaran. Keempat, Menggunakan pembelajaran terpadu: Pembelajaran ini dilakukan melalui tema, di mana tema yang dibangun harus menarik dan dapat membangkitkan minat anak dan bersifat kontekstual. Ini dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep dengan mudah. Kelima, Mengembangkan kecakapan hidup: Pengembangan kecakapan hidup dapat dilakukan melalui pembiasaan. Hal ini dimaksudkan agar anak belajar mandiri dan bertanggung jawab serta memiliki disiplin diri. Keenam, Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar: Media dan sumber belajar bisa dari lingkungan sekitar atau bahan-bahan yang disiapkan oleh pendidik. Ketujuh, Dilaksanakan secara bertahap dan berulang-ulang: 19 Departemen Pendidikan Nasional, Naskah Akademik PG-PAUD) dan Rambu-rambu penyelenggaraan (Program S-1 PG-PAUD), (Jakarta: Dirjen Dikti Direktorat Ketenagaan, 2007) , hlm. 10-11. 20 A. Martuti, Mengelola PAUD dengan Aneka Permainan Meraih Kecerdasan Majemuk, (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2008), hlm. 14.
343343 JURNAL LISAN AL-HAL
“Window Of Opportunity”
Pembelajaran anak usia dini dilakukan secara bertahap, dimulai dari konsep yang sederhana dan dekat dengan anak. Agar konsep dapat dikuasai dengan baik hendaknya guru menyajikan kegiatan secara berulang-ulang. 3. Konstribusi Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan anak usia dini memiliki fungsi utama mengembangkan semua aspek perkembangan anak, yang meliputi perkembangan kognitif, bahasa, fisik (motorik kasar dan halus), sosial dan emosional. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat kuat antara perkembangan yang dialami anak pada usia dini dengan keberhasilan mereka dalam kehidupan mereka dalam kehidupan selanjutnya.21 Pendidikan anak usia dini pada berbagai kelembagaan sesungguhnya merupakan proses interaksi antara pendidik dengan anak didik untuk membantu anak mencapai tugas-tugas perkembangannya dan/atau memperoleh optimalisasi berbagai ragam potensi perkembangan. Dalam rangka membantu memenuhi kebutuhan anak usia dini pada bidang pendidikan, pemerintah telah memfasilitasi, mendorong, dan melengkapi berbagai kegiatan yang sudah ada agar jangkauan layanan dan mutu pendidikan yang telah diselenggarakan baik pada lembaga pendidikan formal (TK/RA), lembaga pendidikan nonformal (masyarakat), dan lembaga pendidikan informal (keluarga) terus meningkat. Pendidikan anak usia dini memiliki fungsi untuk mewujudkan berbagai tujuan dan agar dapat meneruskan perjuangan orang tuanya. Oleh karena itu, pendidikan anak di sini lebih ditekankan pada pendidikan keluarga terhadap anak usia dini. Dalam kaitannya dengan pendidikan berarti orang tua mempunyai tanggung jawab yang besar dalam mendidik anak-anaknya. Anak pada dasarnya merupakan amanat yang harus dipelihara dan dididik agar menjadi anak yang salih dan salihah dan berperilaku yang baik. Oleh karena itu, dalam membentuk karakter anak perlu lebih cermat dan teliti. Karena pendidikan pertama yang diterima oleh anak usia dini adalah pendidikan dalam keluarga terutama dari orang tua, maka perlakuan orang tua terhadap anaknya memberikan andil besar dalam proses pembentukan karakter anak.
21 Departemen Pendidikan Nasional, Naskah Akademik Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: Direktorat Ketenagaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2007), hlm. 6.
344JURNAL LISAN AL-HAL 344
“Volume 6, No. 2, Desember 2014”
Keluarga merupakan pusat pendidikan pertama yang nantinya akan menyediakan kebutuhan biologis dari anak dan sekaligus memberikan pendidikannya sehingga menghasilkan pribadi-pribadi yang dapat hidup dalam masyarakatnya sambil menerima dan mengolah serta mewariskan kebudayaannya. Dengan demikian, berarti orang tua perlu menciptakan suasana keluarga kondusif untuk mewujudkan pola asuh yang baik, sehingga tercipta perilaku yang baik dalam keluarga dan lingkungan masyarakat.22 Islam juga memandang keluarga sebagai lingkungan pertama bagi individu di mana ia berinteraksi atau memperoleh unsur-unsur dan ciriciri dasar dari kepribadian. Maka, kewajiban orang tualah yang bisa menciptakan pola asuh yang tepat dalam mendidik anak. Sat ini, banyak terjadi kenakalan anak akibat dari latar belakang kehidupan keluarga yang semrawut, karenanya diperlukan adanya kehidupan yang harmonis dalam keluarga terutama orang tua. Peran orang tua sebagai pengendali perbuatan anak terutama dalam menanggulangi kenakalan anak-anaknya. Dengan demikian, peran keluarga menjadi penting dalam mendidik anak-anaknya baik dari segi agama, sosial kemasyarakatan maupun individu. Persoalannya, bagaimana cara pendidikan keluarga dapat berlangsung dengan baik sehingga mampu menumbuhkan perilaku yang benar-benar baik dan perkembangan kepribadian anak menjadi manusia dewasa dan menjadi manusia yang berkualitas? Pendidikan anak dalam keluarga diharapkan agar anak mampu berkembang kepribadiannya, menjadi manusia dewasa yang memiliki sikap positif terhadap agama, kepribadian kuat dan mandiri, berperilaku baik, potensi jasmani dan rohani serta intelektual dapat berkembang secara optimal. Untuk mewujudkannya, faktor orang tua sebagai pendidik pertama dan utama dalam keluarga perlu mempunyai pengetahuan tentang ilmu dan cara dalam mendidik anak usia dini. Tingkat perkembangan anak akan berbeda terhadap orang tua yang berpandangan materialistis dengan orang tua yang mempunyai pandangan edukatif.23 a. Aspek latar belakang pendidikan orang tua Tingkatan pendidikan seseorang akan sangat mempengaruhi segala sikap dan tindakannya. Demikian juga sebagai orang tua dalam melaksanakan berbagai upaya baik spiritual (psikis) atau fisik juga akan dipengaruhi oleh tingkatan pendidikannya. Orang yang berpendidikan Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini, hlm.351. Najib Sulhan, Pembangunan Karakter pada Anak Manajemen Pembelajaran Guru Menuju Sekolah Efektif, (Surabaya: Surabaya Intelektual Club, 2006), hlm.29. 22 23
345345 JURNAL LISAN AL-HAL
“Window Of Opportunity”
rendah, setiap tindakannya kurang mempunyai dasar sehingga mudah dipengaruhi orang lain. Dalam melaksanakan pendidikan anak cenderung ikut-ikutan sehingga kurang menjaga baik psikis maupun fisik anak usia dini. Adapun orang yang berpendidikan tinggi, setiap tindakannya berdasar pegalaman-pengalaman sehingga langkahnya menjadi mantap, tenang, dan tidak mudah dipengaruhi orang lain sehingga dalam melaksanakan pendidikan anak usia dini cenderung lebih tenang, mantap dan sabar. Dalam masyarakat primitif, anak-anak umumnya dididik di lingkungan keluarga dan masyarakat lingkungannya. Pendidikan secara kelembagaan belum diperlukan, karena variasi profesi dalam kehidupan belum ada. Sebagai contoh, anak petani akan menjadi petani seperti orang tuanya, demikian juga nelayan, dan pemburu. Kemampuan untuk menguasai cara bertani, menangkap ikan atau berburu binatang diperoleh anak melalui bimbingan orang tua dan masyarakat. Karena kehidupan masyarakat bersifat homogen, maka kemampuan profesional di luar tradisi yang diwariskan secara turun-temurun tidak bias berkembang. Karenanya, lembaga pendidikan khusus menyatu dengan kehidupan keluarga dan masyarakat. Sedang dalam masyarakat yang berperadaban modern, untuk menyelaraskan diri dengan perkembangan kehidupan masyarakatnya seseorang memerlukan pendidikan. Sekolah pada hakikatnya merupakan lembaga pendidikan yang sengaja dibuat (artificial) sebagai pelanjut dari pendidikan keluarga. Karena keterbatasan orang tua untuk mendidik anak-anak mereka, maka sekolah adalah alternatif terbaik dalam memenuhi pendidikan anak. b. Aspek Spiritual orang tua Orang tua yang memiliki dasar agama yang kuat, akan kaya dengan berbagai cara untuk melaksanakan pendidikan baik psikis maupun fisik terhadap anaknya. Orang tua yang kuat agamanya akan mudah memotivasi anak untuk memahami nilai-nilai agama. Sebab pendidikan agama pada hakikatnya merupakan pendidikan nilai. Oleh karena itu, pendidikan agama lebih dititikberatkan pada bagaimana membentuk kebiasaan yang selaras dengan tuntunan agama dengan cara pengulangan dan disengaja atau direncanakan. c. Aspek lingkungan orang tua Lingkungan di mana orang tua tinggal sangat berpengaruh terhadap upaya pendidikan anak usia dini. Pengaruh lingkungan yang baik seperti lingkungan yang taat pada aturan-aturan agama, menjunjung tinggi nilainilai kemanusiaan, dan sebagainya. Hal itu akan berpengaruh besar
346JURNAL LISAN AL-HAL 346
“Volume 6, No. 2, Desember 2014”
terhadap individu yang ada di sekitarnya. Pengaruh lingkungan yang tidak baik seperti perjudian dan orang nakal dapat dengan mudah mempengaruhi individu di sekitarnya. Lebih-lebih anak usia dini jika hidup di lingkungan yang tidak baik akan selalu teringata dan terekam dalam memori anak sehingga anak akan terkena pengaruhnya. Oleh karena itu orang tua harus bias memilih lingkungan yang baik dan aman demi pendidikan anak usia dini. Dari berbagai pengaruh tersebut, anak yang sedang berada pada usia emas perlu dijaga pendidikan agar semua potensi yang dimiliki berkembang dengan optimal. Untuk itu, pendidikan selama di keluaga, di masyarakat, dan melalui pendidikan anak usia dini perlu bersinergi dalam proses optimalisasi potensi tiap anak. C. Kesimpulan Uraian dari pembahasan secara singkat, ada beberapa poin yang dapat digarisbawahi, yaitu: 1]. The Window Of Opportunity atau golden age merupakan masa di mana perkembangan ruang intelektual, emosi, spiritual dan motorik anak terjadi dengan gemilang. Biasanya hal ini terjadi pada lima tahun pertama usia anak sebab perkembangan inteligensi anak 50% berlangsung pada usia 1-4 tahun. 2]. Pada masa golden ages perkembangan anak terjadi secara cepat, baik dalam hal fisikmotorik, kognitif, bahasa, moral-keagamaan, sosial-emosional, dan seni dan kreatifitas. DAFTAR PUSTAKA A. Martuti, Mengelola PAUD dengan Aneka Permainan Meraih Kecerdasan Majemuk, Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2008. A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, Perkembangan Intelegensi Anak dan Pengukuran IQ-nya, Bandung: Angkasa, 1993. Achmad Saifullah, Rahasia Anak Cerdas: Belajar Bersama Anak Melihat Cermin Diri, Yogyakarta: Katahati, 2005. Anggani Sudono dkk., Pengembangan Anak Usia Dini, Jakarta: Grasindo, 2009. Conny R. Semiawan, Kreativitas Keberbakatan: Mengapa, Apa, dan Bagaimana, Jakarta: Indeks, 2009 Departemen Pendidikan Nasional, Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan, 2007. Departemen Pendidikan Nasional, Naskah Akademik Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: Direktorat Ketenagaan
347347 JURNAL LISAN AL-HAL
“Window Of Opportunity”
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2007 Departemen Pendidikan Nasional, Naskah Akademik PG-PAUD) dan Rambu-rambu penyelenggaraan (Program S-1 PG-PAUD), Jakarta: Dirjen Dikti Direktorat Ketenagaan, 2007 Hariyanto, Emotional Smart: Mendiagnosis Anak Berprilaku Agresif, Situbondo: Jurnal Lisan Al-Hal, P3M IAI Ibrahimy, Vol 4, No.1 Juni 2012 Hariyanto, Pengantar Edutainment Pendidikan Anak Usia Dini, Jember: Pena Salsabila, 2013 John W. Santrock, Perkembangan Anak, Jakarta : Penerbit Erlangga, 2007 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007 Maria Montessori, The Absorbent Mind, Pikiran Yang Mudah Menyerap,Terj. Dariyanto Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008 Martini Jamaris, Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-kanak: Pedoman bagi Orang Tua dan Guru, Jakarta: Grasindo, 2006. Moeslichatoen R., Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Rineka Cipta, 2004. Najib Sulhan, Pembangunan Karakter pada Anak Manajemen Pembelajaran Guru Menuju Sekolah Efektif, Surabaya: Surabaya Intelektual Club, 2006 Najib Sulhan, Pembangunan Karakter pada Anak: Manajemen Pembelajaran Guru menuju Sekolah Efektif, Surabaya: SIC dan Yayasan Al-Azhar, 2006. Ratna Megawangi, dkk, Pendidikan yang Patut dan Menyenangkan, Depok: Indonesia Heritage Foundation Seto Mulyadi, Home Schooling Keluarga Kak Seto: Mudah, Murah, Meriah dan Direstui Pemerintah, Bandung: Kaifa, 2007. Sunarto & Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008 T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, Bandung: Refika Aditama, 2007. Taufik Pasiak, Manajemen Kecerdasan: Memberdayakan IQ, EQ, SQ untuk Kesuksesan Hidup, Bandung: Mizan, 2006 Tim Pustaka Familia, Warna Warni Kecerdasan Anak, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2006 www.linatussophy.blogspot.com/2009/04/golden-age.html www.tertiga.wordpress.com. www.WRM-indonesi.org.
348JURNAL LISAN AL-HAL 348
“Volume 6, No. 2, Desember 2014”
KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DALAM PENINGKATAN KINERJA GURU Oleh : Eriyanto Fakultas Tarbiyah IAI Ibrahimy Situbondo
[email protected] Abstract:
The advantage of a nation no longer marked by the abundant natural wealth, but on the excellence of its human resources. A qualified education is one of the determinants the availability of excellent human resources. This will be achieved when the quality of education inputs, processes, outputs, teachers, facilities, infrastructure and expenses already met the standards properly. However, the major component of such a role is a teacher professionalism. This study used a qualitative approach, carried out in SMK 1 Panji Situbondo using case study design. Data collection techniques used include: (1) indepth interviews, (2) participation observation, and (3) documentation. Informants purposively selected using a sampling technique combined with snowball sampling. Data collected through these techniques were organized, interpreted, and analyzed within analysis as well as crosscase analysis. Credibility of the data checked by triangulation procedures, data verification / cross check, and check on the adequacy of the reference. While dependability and conformability reviewed by the supervisor. The findings of this study were as follows: (1) Planning conducted by the head of a Panji Situbondo SMK include: (a) Planning based on the vision, mission, school goals, and needs (needs assessment), (b) Involve the whole school elements , (c) Undertaking a new GTT teacher recruitment and job title analysis, (d) conducting working conferences. (2) Development conducted by the head of a Panji Situbondo SMK include: (a) providing opportunities to follow training, seminars, or workshops, (b) providing further education, (c) establishing Support Groups renewal, (d) Establishing a forum of silaturrahim (gathering) among teachers, (e ) promoting teachers’ welfare, (f) adding facilities, (g) Optimizing counseling, (h) conducting comparative study to other schools / madrasah, and (i) supporting teacher certification. While the evaluation made by the head of a Panji Situbondo SMK include: (a) supervision, either personally or in groups, (b) The technique used is directive and non directive, (c) supervision
349349 JURNAL LISAN AL-HAL
“Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah”
assessment elements were the presence of teachers, teacher performance, student development, lesson plans, and syllabus. (d) the use of Work Valuation List (DP3) forms. Key words: Principal’s Managerial Competence, Teacher Performance.
A. Pendahuluan Sejalan dengan tantangan dan kehidupan global, pendidikan merupakan hal yang sangat penting karena pendidikan merupakan salah satu penentu mutu sumber daya manusia (SDM). Keunggulan suatu bangsa tidak lagi di tandai dengan melimpahnya kekayaan alam, melainkan pada keunggulan sumber daya manusia. Mutu SDM berkorelasi positif dengan mutu pendidikan, dan mutu pendidikan sering diindikasikan dengan kondisi yang baik, memenuhi syarat, dan segala komponen yang harus terdapat dalam pendidikan. Komponen – komponen tersebut adalah masukan, proses, keluaran, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana serta biaya. Mutu pendidikan tercapai apabila Masukan (In Put), Proses, Keluaran (out Put) guru (pendidik), sarana dan prasarana serta biaya tersedia dan terlaksana dengan baik. Namun dari beberapa komponen tersebut yang lebih banyak berperan adalah tenaga pendidik yang bermutu atau berkualitas yaitu yang mampu menjawab tantangantantangan dengan cepat dan tanggung jawab.1 Seorang guru di tuntut untuk dapat memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap pendidikan dilingkungan sekolah terutama dalam hal belajar. Guru memegang peranan sentral dalam proses belajar mengajar, untuk itu mutu pendidikan di suatu lembaga pendidikan sangat di tentukan oleh kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru dalam menjalankan tugasnya.2 Guru merupakan faktor penentu dalam keberhasilan proses belajar mengajar di lembaga pendidikan. Guru merupakan komponen yang sangat penting dalam menentukan mutu pendidikan di sekolah/madrasah, dan ini menunjukkan bahwa profesionalisme seorang guru sangat menentukan mutu pendidikan. Berkaitan dengan pentingnya tenaga pendidik dalam meningkatkan kualitas/mutu pendidikan, Tilaar mengatakan pendidik (guru) abad 21 ini harus memenuhi empat kreteria yaitu : (1) mempunyai kepribadian yang 1 Sri Damayanti, 2008, Profesionalisme Kepala Sekolah. (online) (http:)\\AkmadSudrajat.wordpress.com, diakses 10 Mei 2012 2Zainal Aqib, Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran, (Surabaya : Cendikia, 2002), hlm. 22
350JURNAL LISAN AL-HAL 350
“Volume 6, No. 2, Desember 2014”
matang (mature and developing personality), (2) menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, (3) mempunyai ketrampilan untuk meningkatkan minat peserta didik, dan (4) mengembangkan profesi secara berkesinambungan.3 Dari pendapat Tilaar tersebut tugas pendidik sangat berat, komplek dan penuh tantangan untuk di aplikasikan dalam profesinya. Berdasarkan konteks penelitian, maka fokus dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1). Bagaimana kompetensi Manajerial Kepala Sekolah dalam perencanaan Peningkatan kinerja guru di SMKN I Panji Situbondo?, 2). Bagaimana Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah dalam Peningkatan kinerja guru di SMKN I Panji Situbondo? Dalam rangka mendapatkan data yang valid maka Pendekatan dan Jenis Penelitianini menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian kualitatif manusia adalah sebagai sumber data utama dan hasil penelitiannya berupa pernyataan yang sesuai dengan keadaan sebenarnya (alamiah). Hal ini sesuai dengan pendapat Denzin dan Lincoln yang mangatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.4 Menurut Donal Ary, penelitian kualitatif memiliki enam ciri yaitu: (1) memperdulikan konteks dan situasi (concern of context), (2) berlatar alamiah (natural setting), (3) manusia sebagai instrumen utama (human instrument), (4) data bersifat deskriptif (descriptive data),(5) rancangan penelitian muncul bersamaan dengan pengamatan (emergent design), (6) analisis data secara induktif (inductive analysis).5 Penelitian kualitatif menurut Muhajir setidak-tidaknya mengakui empat kebenaran, yaitu kebenaran empirik senual, empirik logik, teoritik, dan empirik etik, dan kebenaran empirik transendental. Kemampuan dan pemaknaan manusia atas indikasi empirik manusia menjadi mampu mengenal keempat kebenaran tersebut.6 Menurut Williams penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan
3H.
A. R. Tilaar, Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional Dalam Perspektif 21 (Magelang : Indonesia Tera, 1999), hlm. 23 4Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 5 5 Donal Ary, An Invitation to Research in Social Education (Baverly Hills: Sage publication, 2002), hlm. 424, 425 6Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1988) hlm. 19, 118
351351 JURNAL LISAN AL-HAL
“Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah”
menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah.7 Studi tentang kompetensi manajerial kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru akan dikaji dengan menggunakan pendekatan fenomenologi, sebab dalam studi atau penelitian ini memerlukan penghayatan dan interpretasi terhadap perilaku kepala sekolah, guru-guru maupun tenaga pendukung lainnya. Selanjutnya mengenai penelitian kualitatif menurut Marriam dan Simpson dalam buku Sardjan yang dijelaskan dalam penelitian Maidatul Jannah terdapat enam jenis, yaitu: (1) etnografi, (2) studi kasus; (3) grounded teori; (4) interaktif; (5) ekologi dan (6) fututre.8 Dari enam rancangan penelitian tersebut yang dipergunakan peneliti dalam penelitian ini adalah studi kasus (case study) yang menurut Bogdan adalah suatu strategi penelitian yang mengkaji secara rinci suatu latar atau suatu subyek atau suatu tempat penyimpanan dokumen atau suatu pristiwa tertentu. Menurut Donal Ary studi kasus adalah: “In case study the investigator attemp to examine an individual or unit in depth. The investigator tries to discover all the variables that are important in the history or development of the subject”.9 Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Kehadiran peneliti pada penelitian kualitatif merupakan suatu keharusan. Karena penelitian ini lebih mengutamakan temuan observasi terhadap fenomena yang ada maupun wawancara yang dilakukan peneliti sendiri sebagai instrument penelitian (key instrument) pada latar alami peneliti secara langsung. Untuk itu, kemampuan pengamatan peneliti untuk memahami fokus penelitian secara mendalam sangat dibutuhkan dalam rangka menemukan data yang optimal dan kredibel, itulah sebabnya kehadiran peneliti untuk mengamati fenomena-fenomena secara intensif ketika berada di setting penelitian merupakan suatu keharusan. Analisis data merupakan proses mencari dan mengatur secara sistematis transkip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain yang telah dihimpun oleh peneliti untuk menambah pemahaman peneliti sendiri dan untuk memungkinkan peneliti melaporkan apa yang telah ditemukan pada pihak lain. Oleh karena itu, analisis dilakukan melalui kegiatan menelaah data, manata membagi menjadi satuan-satuan yang 7Lexy
J. Moleong. Metodologi Penelitian ....hlm.12 Jannah, Manajemen Kinerja Guru Dalam Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru Studi Kasus di MTsN 1 Malang (Malang: Tesis pada Program Magister MPI Universitas Islam Malang, 2004), hlm.: 58 9Donal Ary, An Invitation...., hlm. 440. 8Maidatul
352JURNAL LISAN AL-HAL 352
“Volume 6, No. 2, Desember 2014”
dapat dikelola, mensintesiskan, mencari pola, menemukan apa yang bermakna, dan apa yang akan diteliti dan diputuskan peneliti untuk dilaporkan secara sistematis.10 Secara umum, langkah-langkah menganalisis data adalah sebagai berikut; 1) Penyajian data; dimaksudkan untuk memaparkan data secara rinci dan sistematis setelah dianalisis ke dalam format yang disiapkan untuk itu. Namun data yang disajikan masih dalam bentuk data sementara untuk kepentingan peneliti dalam rangka pemeriksaan lebih lanjut secara cermat, sehingga diperoleh tingkat keabsahannya. Jika ternyata data yang disajikan telah teruji kebenarannya maka akan bisa dilanjutkan pada tahap pemeriksaan kesimpulankesimpulan sementara. Akan tetapi jika ternyata data yang disajikan belum sesuai, maka konsekuensinya belum dapat ditarik kesimpulan melainkan harus dilakukan reduksi data kembali. 2) Reduksi data; merupakan bentuk analisis untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang data yang tidak relevan, dan mengorganisasikannya, sehingga kesimpulan akhir dapat dirumuskan, menseleksi data secara ketat, membuat ringkasan dan rangkuman inti, merupakan kegiatan-kegiatan mereduksi data. Dengan demikian reduksi data ini akan berlangsung secara terus menerus selama penelitian berlangsung, dan 3) Penarikan kesimpulan (verifikasi): hal ini dimaksudkan untuk memberi arti atau memakai data yang diperoleh baik melalui observasi, wawancara, maupun dokumentasi.11 Analisis data dilakukan setelah data terkumpul melalui suatu siklus yang bersifat interaktif antara peneliti dan data-data yang diperoleh di lapangan. Oleh karena itu harus bergerak diantara keempat sumbu tersebut diatas selama pengumpulan data. Hal ini tersebut seperti yang digambarkan dalam diagram dibawah ini: PENGUMPULAN PENYAJIAN DATA
Reduksi Data
PENARIKAN KESIMPULAN
10Bogdan dan Biklen, Qualitatif Research for Education an Introduction the Theory and Methode (London : Tanpa penerbit, 1982), hlm. 145 11Lihat: Miles dan Huberman, Qualitatif Data Analysis, (California: Sage Publication Inc, 1988), hlm.: 21-23.
353353 JURNAL LISAN AL-HAL
“Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah”
Gambar 2.1 Komponen dan siklus analisis data model interaktif.12 Rancangan penelitian ini adalah studi kasus. Menurut Yin yang dikutip oleh Imron Arifin13 rancangan penelitian kasus dalam menganalisis data dilakukan dengan dua tahap yaitu (1) analisis individu (individual cases), dan (2) analisis lintas kasus (cross-cases analysis). B. Telaah Manajemen Manajemen secara terminologi sebagaimana dikemukakan oleh Fridreck Taylor adalah : “Management, the art of management is defined as knowing exactly what you want to do, and the seeing that they do in the said in the bestand cheapest way.”14Manajemen adalah seni yang ditentukan untuk mengetahui dengan sungguh-sungguh apa yang ingin kamu lakukan, dan mengawasi bahwa mereka mengerjakan sesuatu dengan sebaikbaiknya dan dengan cara yang semudah-mudahnya. Dimek menyebutkan bahwa : management is knowing where you want to go, what shall you must avoid, what the forces are with to which you must deal. And how to handle your ship, and your crew effectively and withoutwaste. In the process of gitting there.15 Sedangkan Monday, Sharplin, dan Flippo mengartikan manajemen sebagai “the proces of getting thing done through the effort of other people’16 manajemen adalah suatu disiplin ilmu untuk mengetahui kemana arah yang dituju, kesukaran apa yang harus dihindari, kekuatan-kekuatan apa yang harus di jalankan. Dan bagaimana memimpin para guru dan staf secara efektif tanpa adanya pemborosan dalam proses mengerjakannya. Melayu S.P. Hasibuan mengartikan manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainya secara efektif dan efesien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.17 Dari beberapa definisi tersebut di atas, maka dapat di ketahui bahwa manajemen merupakan suatu ilmu dan seni yang dimiliki oleh manusia dalam upaya memanfaatkan sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya yang lain dalam kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Yang dilakukan secara efektif dan efesien 12Lihat:
Imron Arifin, Kemampuan Kepala Sekolah. hlm. 80 Imron Arifin, Kemampuan Kepala Sekolah. hlm. 80 14Fridreck Taylor, Scientific Manajemen, Happer and Breos (New Yor, 1974), hlm. 2 15 Dimeck, The Excuitve in Action ( New York. Harpen and Bross, 1954). hlm. 10 16Mondy, R.W., Sharplin, A. and Flippo. Management Concep and Practices (Boston : Allyn and Bacon, 1988) hlm.9. 17Malayu. S.P. Hasibuan, Manajemen Dasar Pengertian dan Masalah (Jakarta : Bumi Aksara, 2001), hlm. 2 13Lihat:
354JURNAL LISAN AL-HAL 354
“Volume 6, No. 2, Desember 2014”
dengan melibatkan seluruh anggota secara efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada prinsipnya pengertian manajemen mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut : (1) ada tujuan yang ingin dicapai ; (2) sebagai perpaduan ilmu dan seni; (3) merupakan proses yang sistematis, terkoordinasi, koperatif, dan terintegrasi dalam memanfaatkan unsurunsurnya; (4) ada dua orang atau lebih yang bekerjasama dalam suatu organisasi; (5) di dasarkan pada pembagian kerja, tugas dan tanggung jawab; (6) mencakup beberapa fungsi; (7) merupakan alat untuk mencapai tujuan. 18 Manajemen merupakan suatu proses pengelolaan sumber daya yang ada mempunyai empat fungsi yaitu perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan. Sesuai dengan pendapat George R. Terry dalam Sutopo yang menyatakan bahwa fungsi manajemen mencakup kegiatan-kegiatan : a. Perencanaan (planning), : Budgetting, Programming, Decision Making, Forecasting; b. Pengorganisasion (organizing) : Structuring, Assembling Resourse, Staffing; c. Penggerakan (directing) : Coordinating, Directing, Commanding, Motivating dan Leading. d. Pengawasan (Controling) : Monitoring, Evaluating, Reporting yang dilakukan untuk mancapai sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. 19 Seorang manajer dalam hal ini adalah kepala sekolah, disamping harus mampu melaksanakan proses manajemen yang merujuk pada fungsi-fungsi manajemen (Planing, organizing, actuating dan controlling), juga dituntut memahami sekaligus menerapkan seluruh substansi kegiatan pendidikan. Wayan Koster mengemukakan bahwa dalam konteks MPMBS. Kepala sekolah dituntut untuk memiliki kemampuan : (1) menjabarkan sumber daya sekolah untuk mendukung pelaksanaan proses belajar mengajar, (2) Kepala administrasi, (3) sebagai manajer perencanaan dan pemimpin pengajaran, dan (4) mempunyai tugas untuk mengatur, mengorganisir dan memimpin keseluruhan pelaksanaan tugas18Malaya, S.P. Hasibuan, Manajemen Dasar Pengertian dan Masalah (Jakarta : Bumi Aksara, 2001). hlm. 3 19Sutopo, Administrasi, Manajemen dan Organisasi (Jakarta : Lembaga Administrasi Negara, 1999) hlm. 14
355355 JURNAL LISAN AL-HAL
“Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah”
tugas pendidikan disekolah. Dikemukakan pula bahwa sebagai administrasi, kepala sekolah bertugas untuk membangun manajemen sekolah serta bertanggungjawab dalam pelaksanaan keputusan manajemen dan kebijakan sekolah20. Sementera itu, menurut pendapat sanusi yang dikutip M. Idochi Anwar dan Yayat Hidayat Amir dalam Ahmad Sudrajat menjelaskan : “Perubahan dalam peranan dan fungsi sekolah dari yang statis di jaman lampau kepada yang dinamis dan fungsional konstruktif di era globalisasi, membawa tanggung jawab yang lebih luas kepala sekolah, khususnya kepada administrator kepala sekolah. Pada mereka harus tersedia pengetahuan yang cukup tentang kebutuhan nyata masyarakat serta kesediaan dan ketrampilan untuk mempelajari secara kontinyu perubahan yang sedang terjadi dimasyarakat sehingga sekolah melalui program-program pendidikan yang disajikannya dapat senantiasa menyesuaikan diri dengan kebutuhan baru dan kondisi baru”.21 Diisyaratkan oleh pendapat tersebut, bahwa kepala sekolah sebagai salah satu katagori administrator pendidikan perlu melengkapi wawasan kepemimpinan pendidikannya dengan pengetahuan dan sikap yang antisipatif terhadap perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, termasuk perkembangan kebijakan makro pendidikan. Wujud perubahan dan perkembangan yang paling actual saat ini makin tingginya aspirasi masyarakat terhadap pendidikan. Dan gencarnya tuntutan kebijakan pendidikan yang meliputi peningkatan aspek-aspek pemerataan kesempatan, mutu, efisiensi dan relevansi. Pada bagian lain, Idochi Anwar dan Yayat Hidayat Amir dengan mengutip dari Dirawat mengemukakan tentang pemikiran Bogdan bahwa dalam perspektif peningkatan mutu pendidikan terdapat empat kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin pendidikan, yaitu : (1) Kemampuan mengorganisasikan dan membantu staf di dalam merumuskan perbaikan pengajaran di sekolah dalam bentuk program yang lengkap, (2) Kemampuan untuk membangkitkan dan memupuk kepercayaan pada diri sendiri dari guru-guru dan anggota staf sekolah lainnya, (3) kemampuan untuk membina dan memupuk kerjasama dalam mengajukan dan melaksanakan program-program supervise; dan (4) Kemampuan untuk mendorong dan membimbing guru-guru serta segenap 20Akmad Sudrajat, Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah, www. Andalascommunity. Di akses pada Tanggal 15 Agustus 2012 21Akmad Sudrajat, Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah, www. Andalascommunity. Di akses pada Tanggal 15 Agustus 2012
356JURNAL LISAN AL-HAL 356
“Volume 6, No. 2, Desember 2014”
staf sekolah lainnya agar mereka dengan penuh kerelaan dan tanggung jawab dan berpartisipasi secara aktif pada setiap usaha-usaha sekolah untuk mencapai tujuan-tujuan sekolah itu sebaik-baiknya.22 Diantara tugas dan fungsi seorang kepala sekolah adalah kepala sekolah sebagai seorang manajer. Menurut A. F. Stoner mengemukakan bahwa keberadaan manajer pada suatu organisasi sangat diperlukan. Menurut Stoner ada delapan fungsi seorang manajer yang perlu dilaksanakan dalam suatu organasasi yaitu : (1) bekerja dan dengan melalui orang lain; (2) dengan waktu dan sumber yang terbatas mampu menghadapi berbagai persoalan; (3) bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan; (4) berpikir secara realistik dan konseptual; (5) adalah juru penengah; (6) adalah seorang politis; (7) adalah seorang diplomat; (8) mengambil keputusan yang sulit. Kedelapan fungsi manajer dikemukakan oleh Stoner tersebut tentu saja berlaku bagi setiap manajer dari suatu organisasi apapun. Termasuk kepala sekolah.23 Manajemen pada hakekatnya merupakan proses merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, memimpin dan mengendalikan usaha pada anggota organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dikatakan suatu proses karena semua manajer dengan ketangkasan dan ketrampilan yang dimilikinya mengusahakan dan mendayagunakan berbagai kegiatan yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan. Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah harus mempunyai strategi yang tepat untuk meningkatkan kinerja guru melalui kerjasama yang kooperatif, memberikan dorongan dan kesempatan bagi guru untuk meningkatkan profesinya. Menurut Mulyasa ada beberapa strategi yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam peningkatan kerja guru sebagai berikut : Pertama, memberdayakan tenaga kependidkan melalui kerjasama yang dimaksudkan bahwa dalam peningkatan kinerja tenaga kependidikan. Kepala sekolah harus mementingkan kerjasama dengan tenaga kependidikan dan pihak lain yang terkait dalam melaksanakan setiap kegiatan. Sebagai manajer kepala sekolah harus mendayagunakan sumber daya sekolah dalam rangka mewujudkan visi, misi dan mencapai tujuan. Kepala sekolah harus mampu bekerja melalui orang lain (wakil22Akmad Sudrajat, Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah, www. Andalascommunity. Di akses pada Tanggal 15 Agustus 2012 23James A.F. Stoner, Management (Second Edition, Englewood Cliffs : Prantice Hal Inc, 1982). hlm. 8-13
357357 JURNAL LISAN AL-HAL
“Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah”
wakilnya).24 Kedua, memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, sebagai manajer kepala sekolah harus meningkatkan profesi secara persuasif dan dari hati ke hati. Kepala sekolah harus bersikap demokratis dan memberi kesempatan kepada seluruh tenaga kependidikan untuk mengembangkan potensinya. Ketiga, mendorong seluruh keterlibatan seluruh tenaga kependidikan, dimaksudkan bahwa kepala harus berusaha untuk mendorong keterlibatan semua tenaga kependidikan dalam setiap kegiatan di sekolah (partisipatif). Dalam hal ini kepala sekolah bisa perpedoman pada asas tujuan, keunggulan, mufakat, persatuan, empiris, keakraban dan asas integritas. Kepala Sekolah Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang dberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana selenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang member pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.25 Rahman mengungkapkan bahwa “kepala sekolah adalah guru (jabatan fungsional) yang di angkat untuk menduduki jabatan struktural disekolah” 26. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah adalah seorang guru yang mempunyai kemampuan untuk memimpin segala sumber daya yang ada pada suatu sekolah sehingga dapat di daya gunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan bersama. Jabatan kepala sekolah/madrasah bila dikaitkan dengan pengertian professional adalah suatu bentuk komitmen suatu anggota suatu profesi untuk selalu meningkatkan dan mengembangkan kompetensinya yang bertujuan agar kualitas kinerjanya dalam menjalankan dan memimpin segala sumberdaya yang ada pada suatu sekolah/madrasah untuk mau bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Menjadi seorang kepala sekolah yang professional tidaklah mudah, karena ada beberapa syarat dan kreteria (standar) yang harus dipenuhi, misalnya seorang kepala sekolah harus memenuhi standar tertentu seperti kualifikasi umum dan khusus, serta harus mempunyai kompetensikompetensi tertentu. Oleh sebab itu, pemerintah mengeluarkan peraturan 24E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Prefesional (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2007), hlm. 103. 25Wadjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), hlm. 83. 26Rahman, Et., al. Peran Strategis Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan (Jatinangor: Alqaprint, 2006), hlm.106.
358JURNAL LISAN AL-HAL 358
“Volume 6, No. 2, Desember 2014”
Menteri Pendidikan Nasional tentang standar kepala sekolah/madrasah nomor 13 tahun 2007. Standar Kualifikasi dan Kompetensi Kepala Sekolah/ Madrasah Adapun rinci Permendiknas nomor 13 tahun 2007 tersebut adalah sebagai berikut: a. Kualifikasi Umum 1) Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) Diploma empat (D-IV) kependidikan non pendidikan pada perguruan tinggi terakreditasi; 2) Pada waktu di angkat kepala sekolah berusia setinggi-tingginya 56 tahun; 3) Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun menurut jenjang sekolah masing-masing, kecuali ditaman kanakkanak/Raudlatul Athfal (TK/RA) memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun di TK/RA ; dan 4) Memilki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi pegawai negeri sipil (PNS) dan bagi non-PNS disetarakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh yayasan atau lembaga yang berwenang.27 b. Kualifikasi khusus menyangkut: 1) Berstatus sebagai guru sesuai jenjang mana akan menjadi kepala sekolah; 2) Mempunyai sertifikat pendidik sebagai guru sesuai dengan jenjangnya; 3) Mempunyai sertifikat kepala sekolah sesuai jenjangnya yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan pemerintah.28 Sedangkan standar kompetensi yang harus dikuasai oleh kepala sekolah/madrasah sebagai berikut : (1) Kompetensi Kepribadian (2) Kompetensi Manajerial; (3) Kompetensi Kewirausahaan: (4) Kompetensi Supervisi, (5) Kompetensi Sosial.29 c. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 Tanggal 17 April 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah Melihat Standar Kompetensi menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional di atas khususnya pada Kompetensi manajerial, 27Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 Tanggal 17 April 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah 28Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 Tanggal 17 April 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah 29Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 Tanggal 17 April 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah
359359 JURNAL LISAN AL-HAL
“Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah”
menurut Akhmad Sudrajat kalau di jabarkan/dikembangkan lagi seorang kepala sekolah dituntut menguasai hal-hal sebagai berikut : 1) Mampu menyusun perencanaan sekolah untuk berbagai tingkatan perencanaan, dalam hal ini seorang kepala sekolah dituntut mempunyai keahlian diantaranya adalah : a) Menguasai teori perencanaan dan seluruh kebijakan pendidikan nasional sebagai landasan dalam perencanaan sekolah, baik perencanaan strategis, perencanaan operasional, perencanaan tahunan, maupun rencana anggaran pendapatan dan belanja sekolah. b) Mampu menyusun rencana strategis (renstra) pengembangan sekolah berlandaskan kepada keseluruhan kebijakan pendidikan nasional, melalui pendekatan, strategis dan proses penyusunan perencanaan strategis yang memegang teguh prinsip-prinsip penyusunan renstra dengan baik. c) Mampu menyusun rencana operasional (Renop) pengembangan sekolah berlandaskan kepada seluruhan rencana strategis yang telah disusun, melalui pendekatan, strategis, dan proses penyusunan perencanaan renop yang memegang teguh prinsip-prinsip penyusunan rencana operasional yang baik.30 d) Mampu menyusun rencana tahunan pengembangan sekolah berlandaskan kepada seluruhan rencana operasional yang telah disusun, melalui pendekatan, strategis, dan proses penyusunan perencanaan tahunan yang memegang teguh prinsip-prinsip penyusunan rencana tahunan dengan baik. e) Mampu menyusun renacana anggaran belanja sekolah (RAPBS) berlandaskan kepada keseluruhan rencana tahunan yang telah disusun, melalui pendekatan, strategis, dan proses penyusunan RAPBS yang memegang teguh prinsip-prinsip penyusunan RAPBS yang baik. f) Mampu menyusun perencanaan program kegiatan berlandaskan pada keseluruhan rencana tahunan dan RAPBS yang telah disusun, melalui pendekatan, strategi, dan proses penyusunan perencanaan program kegiatan yang memegang teguh prinsip-prinsip penyusunan perencanaan yang baik.
30Akhmad Sudrajat, Kompetensi Kepala (http://akhmadsudrajat.Wordpress.com) di akses Tgl 15 Agustus 2012
360JURNAL LISAN AL-HAL 360
Sekolah,
“Volume 6, No. 2, Desember 2014”
g) Mampu menyusun proposal kegiatan melalui pendekatan, strategi, dan proses penyusunan perencanaan program kegiatan yang memegang teguh prinsip-prinsip penyusunan proposal yang baik.31 2) Menguasai teori dan seluruh kebijakan pendidikan nasional dalam pengorganisasian kelembagaan sekolah dalam mengorganisasikan kelembagaan maupun program insidental sekolah. a) Mampu mengembangkan struktur organisasi formal kelembagaan sekolah yang efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan melalui pendekatan, strategi, dan proses pengorganisasian yang baik; b) Mampu mengembangkan diskripsi tugas pokok dan fungsi setiap unit kerja melalui pendekatan, strategi, dan proses pengorganisasian yang baik; c) Menempatkan personalia yang sesuai dengan kebutuhan; d) Mampu mengembangkan standar operasional prosedur pelaksanaan tugas pokok dan fungsi setiap unit kerja melalui pendekatan, strategi, dan proses pengorganisasian yang baik; e) Mampu malakukan penempatan pendidik dan tenaga kependidikan sesuai dengan prinsip-prinsip tepat kualifikasi, tepat jumlah dan tepat persebaran; f) Mampu mengembangkan aneka ragam organisasi informal sekolah yang efektif dalam mendukung implementasi pengorganisasian formal sekolah dan sekaligus pemenuhan kebutuhan, minat dan bakat perseorangan pendidikan dan tenaga kependidikan; 3) Mampu memimpin guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal :32 a) Mampu mengkomunikasikan visi, misi, tujuan, sasaran dan program strategis sekolah kepada keseluruhan guru dan staf; b) Mampu mengkoordinasikan guru dan staf dalam merealisasikan keseluruhan rencana untuk mengapai visi, mengemban misi, mengapai tujuan dan sasaran sekolah; c) Mampu berkomunikasi, memberikan pengarahan penugasan, dan memotivasi guru dan staf agar melaksanakan tugas pokok 31Akhmad Sudrajat, Kompetensi Kepala (http://akhmadsudrajat.Wordpress.com) di akses Tgl 15 Agustus 2012 32Akhmad Sudrajat, Kompetensi Kepala (http://akhmadsudrajat.Wordpress.com) di akses Tgl 15 Agustus 2012
Sekolah, Sekolah,
361361 JURNAL LISAN AL-HAL
“Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah”
dan fungsinya masing-masing sesuai dengan standar operasional prosedur yang telah ditetapkan; d) Mampu membangun kerjasama tim (team work) antar guru, staf, dan antara guru dengan staf dalam memajukan sekolah; e) Mampu melengkapi guru dan staf dengan ketrampilanketrampilan professional agar mereka mampu melihat sendiri apa yang mereka lakukan sesuai tugas pokok dan fungsinya masing-masing; f) Mampu melengkapi staf dengan ketrampilan-ketrampilan agar mereka mampu melihat sendiri apa yang perlu diperbaharui untuk kemajuan sekolahnya; g) Mampu memimpin rapat dengan guru-guru, staf, orang tua siswa dan komite sekolah; h) Mampu melakukan pengambilan keputusan dengan menggunakan strategi yang tepat; i) Mampu menerapkan manajemen konflik.33 4) Mampu mengelola guru dan staf dalam rangka pendaya gunaan sumber daya manusia secara optimal. a) Mampu merencanakan kebutuhan guru dan staf berdasarkan rencana pengembangan sekolah; b) Mampu melaksanakan rekrutmen dan seleksi guru dan staf sesuai dengan tingkat kewenangan yang dimiliki oleh sekolah; c) Mampu mengelola kegiatan pembinaan dan pengembangan professional guru dan staf; d) Mampu melaksanakan mutasi dan promosi guru dan staf sesuai dengan kewenangan yang dimiliki kepala sekolah; e) Mampu mengelola pemeberian kesejahteraan kepada guru dan staf sesuai dengan kemampuan dan kemampuan sekolah. Kinerja Guru Pengertian kinerja ada bermacam-macam, ada yang mengatakan prestasi kerja atau pelaksanaan. Pada prinsipnya kinerja dapat disimpulkan sebagai kontribusi yang dapat diberikan oleh suatu unit/divisi bagi pencapaian tujuan perusahaan/instansi pemerintah. Pengertian Komprehensif Kinerja : The complete performance, figure depict the whole proses of performance. In the center is unanalyzed, holisticwork performance of person doing their jobs and getting work done. 33Akhmad Sudrajat, Kompetensi Kepala (http://akhmadsudrajat.Wordpress.com) di akses Tgl 15 Agustus 2012
362JURNAL LISAN AL-HAL 362
Sekolah,
“Volume 6, No. 2, Desember 2014”
Perhaps they are not doing it well enough and they need help to do it better. How shall this be communicated to them? The every day term “knowledge”, “skill”, ” abilities”, “effort”, “responsibility” and “working” condition” would appear tobe the ones to use for this communication. Cooper dan Yugi mengungkapkan kinerja sebagai berikut : A general term applied to part all of the conduct or activities of an organization over period of time, often with to same standard such as past pro-fected cost, an efficiency base, management responsibility or accountability, or the like. Menurut Patriacia King, kinerja merupakan aktivitas seseorang dalam melaksanakan tugas pokok yang dibebankan. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab tersebut merupakan pengekpresian seluruh potensial dan kemampuan yang dimiliki seseorang serta untuk adanya kepemilikan yang penuh dan menyeluruh.34 Dari semua keterangan diatas dapat kita simpulkan bahwa kinerje adalah tingkat pelaksanaan tugas yang bisa dicapai oleh seseorang, unit, atau divisi, dengan menggunakan kemampuan yang ada dan batasanbatasan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan lembaga pendidikan. Sehingga pada tingkat divisi/unit penilaian kinerja mempunyai tujuan: a) menentukan kontribusi suatu unit/divisi dalam lembaga. b) memberikan dasar bagi penilaian mutu prestasi manajer atau kepala sekolah dalam lembaga. c) memberikan motivasi bagi pimpinan dalam mengelola divisi seirama dengan tujuan umum. Sementara pada tingkat individual/karyawan penilaian kinerja mempunyai tujuan untuk : a) membedakan tingkat kinerja setiap karyawan. b) pengambilan keputusan seperti : seleksi, promosi, retention, demotion, transfer, termination dan kenaikan gaji. Pemberian finalti, bimbingan untuk meningkatkan motivasi dan diklat untuk mengembangkan keahlian. Para ahli telah memberikan definisi terhadap kinerja, di antaranya adalah kinerja merupakan sebutan yang mengacu pada sikap mental dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesionalnya.35 Kinerja adalah proses usaha untuk menuju ke arah terpenuhinya persyaratan suatu jenis model pekerjaan ideal berkemampuan, mendapat perlindungan, mempunyai kode etik profesionalisasi. Serta upaya perubahan struktur 34Patria King, 1993. Performance Planning and Appraisal, New York : Mcgraw-Hill Book Company, h. 19 35Muhammad Surya, 2007. Organisasi Profesi, Kode Etik dan Kehormatan Guru, h. 14
363363 JURNAL LISAN AL-HAL
“Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah”
jabatan sehingga dapat direfleksikan model profesional sebagai jabatan elit.
Gambar : 1.3 Proses Perencanaan Sumber Daya Manusia/ Guru Sekolah.36 C. Kesimpulan Sesuai dengan fokus utama penelitian ini yaitu kompetensi manajerial kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru studi di SMK Negeri 1 Panji Situbondo dengan sub fokus penelitian yaitu: 1) kompetensi manajerial kepala SMK Negeri 1 Panji dalam perencanaan peningkatan kinerja guru, 2) kompetensi manajerial kepala SMK Negeri 1 Panji dalam peningkatan kinerja guru, dan 3) kompetensi manjerial kepala SMK Negeri 1 Panji dalam mengevaluasi kinerja guru, maka berdasarkan paparan data, analisis kasus, temuan penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kompetensi Manajerial Kepala SMK Negeri 1 Panji Situbondo dalam perencanaan peningkatan kinerja guru: a). Perencanaan peningkatan kinerja guru yang dilakukan oleh kepala SMA Negeri 1 Panji adalah berdasarkan visi, misi, tujuan sekolah, dan kebutuhan (need assesment). 2). Dalam merencanakan peningkatan kinerja guru kepala SMK Negeri 1 Panji Situbondo melibatkan seluruh unsur civitas akademika sekolah termasuk guru. 3). Dalam merencanakan peningkatan kinerja guru kepala SMK Negeri 1 Panji melakukan rekrutmen guru GTT baru dan melakukan analisis jabatan pekerjaan, dalam melakukan proses rekrutmen kepala SMK Negeri 1 Panji melalui prosedur seleksi yang komprehensif (comprehensive selection). 4). Perencanaan peningkatan kinerja guru dilakukan dalam rapat kerja dan dijabarkan dalam rencana strategis dan rencana operasional sekolah. 36Adopsi
dari Tjutju Yuniarsih, Manajemen Sumber …,h. 97
364JURNAL LISAN AL-HAL 364
“Volume 6, No. 2, Desember 2014”
2. Kompetensi manajerial Kepala SMK Negeri 1 Panji dalam peningkatan kinerja guru dengan melakukan berbagai upaya diantaranya adalah: (1) Mengikutkan dalam berbagai forum ilmiah (seperti diklat, penataran, seminar, maupun workshop), (2) Studi lanjut, (3) Revitalisasi MGMP, (4) Membentuk forum silaturrahim antar guru (SMK Negeri 1 Panji), (5) Meningkatkan kesejahteraan guru, (6) Penambahan fasilitas penunjang dan layanan serta penambahan koleksi perpustakaan, (7) Mengoptimalkan layanan bimbingan konseling, (8) Studi banding ke sekolah/madrasah lain secara personal, dan (9) sertifikasi guru. 3. Kompetensi manajerial Kepala SMK Negeri 1 Panji dalam mengevaluasi peningkatan kinerja guru. 1). Evaluasi dan pengawasan yang dilakukan oleh kepala SMK Negeri 1 Panji dalam meningkakan kinerja guru adalah dengan melakukan supervisi pendidikan bagi guru, baik secara personal maupun kelompok. 2). Teknik supervisi pendidikan yang digunakan adalah secara langsung (directive) dan tidak langsung (non direcvtive). 3). Aspek penilaian dalam supervisi pendidikan adalah presensi guru, kinerja guru di sekolah, perkembangan siswa (hasil tes dan prestasi siswa), RPP, dan silabus. 4). Dalam melakukan evaluasi, kepala SMK Negeri 1 Panji disamping menggunakan supervisi pendidikan, juga menggunakan format Daftar Penilaian Pekerjaan (DP3). DAFTAR PUSTAKA Aqib. Zainal, Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran Surabaya: Cendikia, 2002 Bogdan. RC dan Biklen. SK, Qualitative Research fo Educational to theory and methods, London; Allyn and Bacon. Inc. 1992 Damayanti. Sri, Profesionalisme Kepala Sekolah (online) (http://akhhmadsudarajat.wordpress.com), 2012 Dimeck, The Executive in Action, New York : Harpen and Bross, 1954. Fridreck Taylor W, Scientific Management, Happer and Breos : New York Hasibuan. Malayu SP, Manajemen: Dasar, Pengertian dan Masalah Jakarta: Penerbit Bumi Aksara, 2001. Moleong.Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya Bandung, 2002 Mondy, R.W., Sharplin, A. dan Flippo, Management, Concept and Practices Boston : Allyn and Bacon, Inc. 1988 Muhadjir. Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
365365 JURNAL LISAN AL-HAL
“Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah”
Rosdakarya, 1993 Mulyasa, E. Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya, cet ke-VII, 2007 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Tentang Standar Kepala Sekolah/madrasah Nomor 13 Tanggal Tahun 2007 Rahman (at all). Peran Strategis Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Jatinangor: Alqaprint, 2006. Stoner.James A.F., Management, Secont Edition. Englewood Cliffs: Prentice Hal Inc, 1982. Sutopo, Administrasi manajemen dan Organisasi. Jakarta: lembaga Administrasi Negara, 1999. Tilaar. H.A.R, Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional Dalam Perspektif 21. Magelang: Indonesia Tera, 1999.
366JURNAL LISAN AL-HAL 366