PENGARUH PENINGKATAN KONSENTRASI PATI UBI JALAR (Ipomoea batatas L) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET HISAP EKSTRAK KENTAL JAHE MERAH (Zingiber officinale Rosc) DENGAN METODE GRANULASI BASAH THE EFFECT OF INCREASING CONCENTRATION OF SWEET POTATO STARCH AS A BINDER ON PHYSICAL PROPERTIES OF WET GRANULATION LOZENGES OF GINGER EXTRACT Septiana Tri Pamungkas, Naniek Setiadi R, dan Ari Widayanti Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi dan Sains UHAMKA Jakarta
ABSTRAK Pati merupakan bagian terbesar dalam ubi jalar dan amilopektin merupakan bagian terbesar dari pati ubi jalar sehingga dapat digunakan sebagai pengikat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah peningkatan konsentrasi pati ubi jalar dapat mempengaruhi sifat fisik tablet hisap ekstrak kental jahe merah. Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kental jahe merah dengan cara maserasi menggunakan etanol 70%. Ekstrak kental jahe merah yang diperoleh, dibuat menjadi 5 formula tablet hisap dengan kadar ubi jalar yang berbeda yaitu, 5, 10, 15, 20 dan 25% dengan metode granulasi basah. Kemudian dievaluasi sifat fisiknya, meliputi uji organoleptik, keseragaman bobot, kekerasan, keregasan dan keseragaman ukuran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan konsesntrasi pati ubi jalar dari 5% hingga 20% meningkatkan kekerasan dan menurunkan keregasan dari tablet hisap sedangkan pada konsentrasi 25%, menurunkan kekerasan dan meningkatkan keregasan tablet hisap. Kata kunci: pati ubi jalar, tablet hisap, ekstrak kental jahe merah
ABSTRACT Starch is the highest contain of sweet potato, and most of it is amylopectin, so it can be used as a tablet binder. This research is aimed at knowing whether increasing concentrations of sweet potato starch can affect the physical properties of ginger extract lozenges. This research was started by maceration 70% ethanol of red ginger, followed making wet granulation method of 5 formulas lozenges with different concentration of sweet potato starch, i.e. 5, 10, 15, 20, and 25%. Then the physical properties of the tablet are evaluated, for organoleptic, weight uniformity, hardness, friability, and size uniformity. The result showed that increasing of sweet potato starch concentration of lozenges, increasing the hardness and decreasing friability, whiles on 25% was decreasing hardness and increasing friability of lozenges. Keywords: sweet potato starch, lozenges, extract red ginger
PENDAHULUAN Salah satu tanaman berkhasiat yang banyak digunakan untuk pengobatan adalah jahe merah (Zingiber officinale Rosc). Pengembangan jahe di Indonesia sampai saat ini masih memiliki peluang dan prospek yang sangat baik. Saat ini penggunaan jahe selain sebagai bahan penyedap masakan, juga digunakan sebagai obat tradisional, bahan kosmetik, minuman dan makanan (BPOM,2006). Jahe memiliki beberapa khasiat, diantaranya yaitu antiemetik, antitusif dan ekspektoran, karminatif dan antidispepsia. (BPOM, 2007). Biasanya jahe merah dikonsumsi sebagai minuman penghangat atau jamu dengan cara diseduh air panas. Hal tersebut selain kurang praktis cara penggunaannya juga karena bau dan rasa pedas dari jahe merah yang yang tidak semua konsumen bisa menerimanya, terutama dikalangan anak-anak dan orangorang yang tidak suka minum jamu. Oleh karena itu jahe merah dibuat dalam bentuk sediaan tablet hisap yang diharapkan dapat menutupi rasa dan bau tidak enak dari jahe merah. Tablet hisap adalah bentuk sediaan obat tablet yang diberi penambah rasa untuk diisap (dikulum) dan didiamkan (ditahan) di dalam mulut atau faring. Sediaan ini dapat mengandung vitamin, antibiotik, antiseptik, anastetik lokal, antihistamin, dekongestan (obat hidung tersumbat), kortikosteroid, adstringensia, analgesik, aromatik, demulsen (pereda radang atau iritasi-penyejuk), atau kombinasi ingridien-ingridien tersebut (Siregar, 2010). Bahan-bahan utama untuk membuat produk tablet hisap adalah dasar atau pembawa tablet, pengikat, penambah rasa, pewarna dan lubrikan (Siregar, 2010). Salah satu bahan pengikat yang biasa digunakan dalam pembuatan tablet hisap adalah kelompok pati, salah satunya adalah
pati ubi jalar (Ipomoea batatas L). Pati merupakan bagian terbesar dalam ubi jalar dan amilopektin merupakan bagian terbesar dari pati ubi jalar. Kadar amilosa dalam pati ubi jalar sebesar 16,86-21,58% dan kadar amilopektinnya sebesar 20-28%. (Akhyar, 2009). Sebelumnya telah dilakukan penelitian mengenai penggunaan pati ubi jalar dalam tablet konvensional dan hasilnya yaitu, pati ubi jalar dapat digunakan sebagai bahan pengikat dalam sediaan tablet dengan konsentrasi sebesar 10% (Lutfi, 2009). Berdasarkan ulasan diatas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh peningkatan konsentrasi pati ubi jalar terhadap sifat fisik tablet hisap ekstrak kental jahe merah.
METODOLOGI A. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah serbuk jahe merah, Manitol, Sukrosa, Mg. stearat, Aerosil, Nipagin, Nipasol, pati ubi jalar, etanol 70% dan Aquadest. B. Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : Mesin pencetak tablet single punch rotary, alat uji keregasan tablet (Friability tester), alat uji kekerasan tablet (Hardness tester), Granul Flow Tester, ayakan bertingkat, botol timbang, tanur, viscometer Brookfield, pH meter, timbangan analitik, oven, jangka sorong, stopwatch, dan alatalat gelas lainnya. C. Tahapan penelitian 1. Penyediaan bahan 2. Pembuatan ekstrak kental jahe merah
Serbuk jahe merah yang digunakan sebanyak 3,0 kg. Serbuk jahe merah dimaserasi dengan etanol 70% selama 3 hari. 3. Pengujian karakteristik ekstrak kental jahe merah Pengujian karakteristik meliputi uji organoleptis, susut pengeringan, kadar abu, pH dan viskositas. 4. Pembuatan pati ubi jalar Ubi jalar yang digunakan sebanyak 3,6 kg. Pati dibuat dengan cara menghaluskan ubi jalar, lalu disaring. Hasil saringan diendapkan selama ± 24 jam. Endapan yang diperoleh dikeringkan di dalam oven pada suhu 50ºC selama ± 24 jam. Lalu diayak dengan ayakan nomor 100. 5. Pengujian karakteristik pati ubi jalar Pengujian karakteristik meliputi uji organoleptis, kadar abu dan kadar air. 6. Formulasi tablet hisap 7. Pembuatan granul Granul dibuat dengan metode granulasi basah. 8. Evaluasi granul Evaluasi granul yang dilakukan meliputi uji distribusi ukuran partikel, waktu alir, sudut diam, kompresibilitas dan susut pengeringan. 9. Pembuatan tablet hisap 10. Evaluasi tablet hisap Evaluasi tablet yang dilakukan meliputi keseragaman bobot, kekerasan, keregasan dan keseragaman ukuran.
Tabel I. Formula Tablet Bahan Ekstrak Kental Jahe Merah Nipagin Nipasol Aerosil Mg. Stearat Pati Ubi Jalar Sukrosa Manitol ad
1 6,69
Formula (%) 2 3 4 6,69 6,69 6,69
5 6,69
Zat aktif
0,1 0,01 0,25 3 5
0,1 0,01 0,25 3 10
0,1 0,01 0,25 3 15
0,1 0,01 0,25 3 20
0,1 0,01 0,25 3 25
Pengawet Pengawet Glidan Lubricant Pengikat
20 100
20 100
20 100
20 100
20 100
Pemanis Pengisi
Fungsi
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Karakterisasi Ekstrak Tabel II. Karakteristik Ekstrak No Pemeriksaan Hasil 1. Organoleptis : a. Bentuk a. Ekstrak b. Aroma kental c. Rasa b. Khas d. Warna aromatis c. Pedas d. Coklat muda 2. Susut 15,75% Pengeringan 3. Kadar Abu 0,87% 4. pH 7,26 5. Viskositas 5.483,33 cps Karakterisasi ekstrak kental jahe merah dilakukan untuk menguji karakteristik dan identifikasi dari ekstrak kental jahe merah. Dari hasil uji organoleptis, ekstrak kental yang dihasilkan berwarna coklat muda dengan bau khas aromatis dan rasa pedas. pH yang dihasilkan dari ekstrak kental jahe merah pada suhu 25ºC yaitu, 7,26. Viskositas yang dihasilkan ekstrak kental jahe merah setelah diuji dengan spindle nomor 3 pada kecepatan 2 rpm adalah 5.483,33 cps.
Susut pengeringan yang dihasilkan pada pengujian terhadap ekstrak kental jahe merah sebesar 15,75%. Hal ini menunjukkan bahwa susut pengeringan dari ekstrak kental jahe merah tidak memenuhi syarat karena berada diatas 10,8% (BPOM, 2006). Kadar air yang tinggi dapat memacu tumbuhnya mikroba didalam ekstrak kental sehingga ekstrak tidak lagi menjadi stabil, rusak dan dapat menimbulkan bau tengik. Kadar abu dari ektrak kental jahe merah sebesar 0,87%. Hal ini menunjukkan bahwa kadar abu ekstrak kental jahe merah memenuhi syarat karena kadarnya dibawah 1,03% (BPOM, 2007). Kadar abu menunjukkan oksida-oksida logam atau garam-garam klorida. Kadar abu yang tinggi menunjukkan bahwa zat tersebut mengandung oksida logam yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa zat tersebut mengandung cemaran yang sangat tinggi sehingga kemurnian zat tersebut menjadi rendah. B. Hasil Karakterisasi Pati Ubi Jalar Tabel III. Karakteristik Pati Ubi Jalar No Pemeriksaan Hasil 1. Organoleptis : a. Bentuk a. Serbuk b. Aroma halus c. Rasa b. Tidak d. Warna berbau c. Tidak berasa d. Putih 2. Kadar Air 10,02% 3. Kadar Abu 0,69% Pati ubi jalar yang telah jadi, dilakukan uji karakteristik untuk identifikasi pati ubi jalar. Uji organolpetis menunjukkan bahwa pati ubi jalar yang diperoleh berbentuk
serbuk halus berwarna putih, tidak berbau dan tidak berasa. Kadar air yang dihasilkan sebesar 10,02%. Hal ini berarti sesuai dengan persyaratan kadar air pati singkong yang tertera pada Farmakope Indonesia edisi III yaitu tidak lebih dari 15,0%. Kadar abu yang diperoleh sebesar 0,69%. Hal ini berarti tidak sesuai dengan persyaratan kadar abu pati singkong yang tertera pada Farmakope Indonesia edisi III yaitu tidak lebih dari 0,6%. C. Hasil Evaluasi Granul Tabel IV. Hasil Evaluasi Granul Evaluasi Waktu Alir (detik) Sudut Diam (º) Kompresibilitas (%) Susut Pengeringan (%)
F1
F2
F3
F4
F5
7,13
6,92
6,55
6,42
6,55
31,91 ±0,95 2,86 ±0,13
31,38 ±0,42 3,95 ±0,06
29,92 ±1,23 5,90 ±0,09
30,57 ±1,71 6,01 ±0,09
31,79 ±0,83 3,07 ±0,08
2,88 ±0,04
0,72 ±0,07
1,07 ±0,06
1,26 ±0,09
1,39 ±0,05
Evaluasi granul dilakukan untuk mengetahui kualitas dari granul yang terbentuk pada masing-masing formula. Evaluasi yang dilakukan pada masa granul yang telah dibuat meliputi distribusi ukuran partikel, waktu alir, sudut diam, kompresibilitas, kadar air, dan susut pengeringan. Uji distribusi ukuran granul yang dimaksudkan untuk mengetahui ukuran granul dan penyebaran ukuran granul, hal ini perlu diketahui karena dapat mempengaruhi proses pencampuran yaitu partikel-partikel yang lebih besar cenderung memisah dari partikel-partikel yang lebih kecil dan bergerak kebawah sedangkan partikel-partikel kecil akan naik ke atas (Lachman, et al., 1990). Hasil uji distribusi ukuran partikel granul formula tablet hisap dengan kadar pati ubi jalar 5%, 20% dan 25%, granul
banyak tersebar pada ayakan dengan mesh 24 sedangkan untuk granul formula tablet hisap dengan kadar pati 10% dan 15%, granul lebih banyak tersebar padakan ayakan dengan mesh 18. Hasil uji distribusi ukuran partikel dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
granul formula 1 hingga formula 5 yaitu sebesar 2,86±0,13%, 3,95±0,06%, 5,90±0,09%, 6,01±0,09% dan 3,07±0,08%. Semakin kecil kerapatan bulk yang diperoleh maka akan semakin baik sifat alirnya. Hasil dari pengujian susut pengeringannya sebesar 2,88±0,04%, 0,72±0,07%,1,07±0,06%, 1,26±0,09% dan 1,39±0,05%. Hal ini menunjukkan bahwa kadar air dalam granul relatif kecil karena semakin besar kadar air, maka dikhawatirkan dapat terjadi penempelan granul pada punch pada saat pencetakkan. D. Hasil Evaluasi Tablet Tabel V. Hasil Evaluasi Tablet Evaluasi
Gambar 1.
Grafik Distribusi Ukuran Partikel
Selanjutnya dilakukan pengujian terhadap waktu alir dan sudut diam. Hasil waktu alir yang diperoleh dari formula 1 hingga formula 5 yaitu sebesar 7,13 detik, 6,92 detik, 6,55 detik, 6,42 detik dan 6,55 detik. Hal ini menunjukkan bahwa waktu alir seluruh formula sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan yaitu kurang dari 10 detik (Siregar, 2010). Hasil sudut diam yang diperoleh dari formula 1 hingga formula 5 yaitu sebesar 31,91±0,95º, 31,38±0,42º, 29,92±1,23º, 30,57±1,71º dan 31,79±0,83º. Hal ini menunjukkan bahwa granul seluruh formula sesuai dengan persyaratan yaitu kurang dari 40° (Lachman, et al., 1990). Semakin datar sudut yang dihasilkan, artinya sudut kemiringannya semakin kecil, semakin baik sifat aliran serbuk tersebut. Hasil uji persen indeks kompresibilitas granul setelah dilakukan pengetapan pada 100 ml
F1 F2 F3 F4 F5 Putih Putih Putih Putih Putih Warna Kecoklat- Kecoklat- Kecoklat- Kecoklat- Kecoklatan an an an an Bentuk Bundar Bundar Bundar Bundar Bundar Pedas Pedas Pedas Pedas Pedas Rasa Manis Manis Manis Manis Manis Keseragaman 751,44 751,28 753,40 750,92 753,71 Bobot (mg) ±0,79 ±1,05 ±0,69 ±0,64 ±0,57 Kekerasan 6,00 8,37 12,77 12,82 9,39 (kg/cm2) ±0,45 ±0,33 ±0,93 ±0,38 ±0,44 Keregasan 2,26 2,15 0,84 0,74 1,29 (%) ±0,06 ±0,05 ±0,06 ±0,04 ±0,04 Ketebalan 5,63 5,73 5,74 5,60 5,82 (mm) ±0,05 ±0,03 ±0,04 ±0,03 ±0,04 Diameter 12,02 12,03 12,03 12,06 12,02 (mm) ±0,01 ±0,01 ±0,01 ±0,01 ±0,01
Evaluasi tablet yang dilakukan pada tablet hisap jahe merah yang telah dibuat meliputi warna, bentuk, rasa, keseragaman ukuran, keseragaman bobot, kekerasan dan keregasan tablet. Tablet hisap yang dihasilkan memiliki warna putih gading, berbentuk bundar dan memiliki rasa pedas. Uji keseragaman bobot tablet dilakukan dengan menguji bobot dari 20 tablet. Hasil keseragaman bobot tablet dari formula 1 hingga formula 5
yaitu 751,44±0,79 mg, 751,28±1,05 mg, 753,40±0,69 mg, 750,92±0,64 mg dan 753,71±0,57 mg. Hasil pengujian keseragaman bobot tablet dari formula 1 hingga formula 5 memenuhi syarat karena yaitu tidak ada 2 tablet yang mempunyai penyimpangan bobot 5% dari bobot tablet rata-rata dan tidak terdapat satu tablet pun yang mempunyai penyimpangan bobot 10% dari bobot rata-rata. Kekerasan tablet merupakan salah satu parameter untuk tablet hisap. Uji kekerasan tablet dilakukan menggunakan sampel sebanyak 10 tablet. Hasil uji kekerasan tablet yang diperoleh dari formula 1 sampai formula 5 yaitu sebesar 6,00±0,45 kg, 8,37±0,33 kg, 12,77±0,93 kg, 12,82±0,38 kg dan 9,39±0,44 kg. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tablet formula 1, formula 2 dan formula 5 tidak memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi dari pati ubi jalar yang digunakan dapat mempengaruhi daya ikat granul sehingga dapat mempengaruhi kekerasan tablet. Keregasan tablet juga merupakan salah satu parameter dari tablet hisap. Uji keregasan tablet dilakukan menggunakan sampel sebanyak 10 tablet. Hasil uji keregasan tablet yang diperoleh dari formula 1 hingga formula 5 yaitu 2,26±0,06%, 2,15±0,05%, 0,84±0,06%, 0,74±0,04% dan 1,29±0,04%. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa keregasan tablet dari formula 1, formula 2 dan formula 5 tidak memenuhi syarat karena nilainya diatas 1%. Keregasan tablet dilakukan untuk mengetahui kemampuan tablet untuk bertahan dari pengaruh goncangan mekanik selama proses pembuatan, pengepakan dan pengangkutan (Lachman, et al., 1990). Uji keseragaman ukuran tablet dilakukan dengan mengukur diameter
dan tebal tablet. Untuk pengujian diameter tablet dari formula 1 hingga formula 5 diperoleh hasil sebesar 12,02±0,01 mm, 12,03±0,01 mm, 12,03±0,01 mm, 12,06±0,01 mm dan 12,02±0,01 mm sedangkan hasil pengujian tebal tablet diperoleh hasil sebesar 5,63±0,05 mm, 5,73±0,03 mm, 5,74±0,04 mm, 5,60±0,03 mm dan 5,82±0,04 mm. Dari hasil tersebut, dapat dilihat bahwa seluruh formula tablet memenuhi persyaratan keseragaman ukuran yang ditetapkan oleh Farmakope Indonesia edisi III. Selanjutnya dilakukan analisa data terhadap kekerasan dan keregasan dari tablet hisap. Analisa statistik menggunakan anova satu arah dan uji Tukey HSD (Honestly Significant Differences). Hasil uji normalitas pada kekerasan menghasilkan nilai sig sebesar 0,084 lebih besar dari 0,05 hal ini menunjukkan bahwa data terdistribusi secara normal. Hasil uji homogenitas dari data kekerasan yaitu menghasilkan nilai sig sebesar 0,051 lebih besar dari 0,05, hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima, berarti data kekerasan memiliki varian yang sama (homogen). Hasil uji analisis varian terhadap data kekerasan menghasilkan nilai sig sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05, hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak, berarti ada perbedaan bermakna dari kelima formula. Kemudian dilanjutkan uji tukey HSD dan hasilnya menunjukkan tidak ada perbedaan nyata antara formula 3 dan formula 4 dan adanya perbedaan nyata antara formula 1, formula 2, formula 3 dan formula 5. Hasil uji normalitas pada keregasan menghasilkan nilai sig sebesar 0,377 lebih besar dari 0,05 hal ini menunjukkan bahwa data terdistribusi secara normal. Hasil uji homogenitas dari data keregasan yaitu menghasilkan nilai sig sebesar 0,835 lebih besar dari 0,05, hal ini
menunjukkan bahwa H0 diterima, berarti data keregasan memiliki varian yang sama (homogen). Hasil uji analisis varian terhadap data keregasan menghasilkan nilai sig sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05, hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak, berarti ada perbedaan bermakna dari kelima formula. Kemudian dilanjutkan uji tukey HSD dan hasilnya menunjukkan tidak ada perbedaan nyata antara formula 1 dan formula 2 serta formula 3 dan formula 4 dan adanya perbedaan nyata antara formula 1, formula 3 dan formula 5. Berdasarkan penelitian pengaruh peningkatan konsentrasi pati ubi jalar sebagai bahan pengikat pada tablet hisap ekstrak kental jahe merah, konsentrasi pati ubi jalar 15% dan 20% menghasilkan tablet hisap dengan kekerasan dan keregasan yang memenuhi persyaratan, sedangkan konsentrasi pati ubi jalar 5%, 10% dan 25%, menghasilkan tablet hisap dengan kekerasan dan keregasan yang tidak memenuhi persyaratan. KESIMPULAN Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pati ubi jalar dapat digunakan sebagai bahan pengikat. Pati ubi jalar hingga konsentrasi 20%, dapat meningkatkan kekerasan dan menurunkan keregasan dari tablet hisap, sedangkan pati ubi jalar dengan konsentrasi 25% dapat menurunkan kekerasan dan meningkatkan keregasan dari tablet hisap.
DAFTAR PUSTAKA BPOM (Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional Kosmetik dan Produk Komplemen Direktorat Obat Asli Indonesia). 2006. Serial Tanaman Obat, Jahe. BPOM RI, Jakarta. Hal. 4, 16-17.
Badan POM. 2007. Acuan Sediaan Herbal. BPOM RI, Jakarta. Hal. 27, 29. Siregar. 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar-Dasar Praktis. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Hal. 35, 193-195, 202, 505523. Ali,
Akhyar. 2009. Ubi Jalar pada Pembuatan Mi Kering. Dalam: Jurnal Pertanian. Teknologi dan Industri, Bandung.
Febrina, Lutfi. 2009. Potensi Pati Ubi Jalar (Ipomoea batatas L) sebagai Bahan Penghancur dan Pengikat dalam Formula Tablet Acetaminophen. Dalam: Jurnal Teknologi Farmasi. UI, Jakarta. Lachman, L., Lieberman, H.A. 1990. Pharmaceutical Dosage Forms : Tablets Volume 2. United States of America, New York. Hal. 254, 299300, 330.