THE EFFECT OF ADVERTISING MEDIA ON PURCHASE INTENTION ACER NOTEBOOK IN STUDENTS
Apsilia Primandini Fakultas Psikologi, Universitas Ahmad Dahlan Jl. Kapas 9, Semaki Yogyakarta Telp. (0274) 563515 E-mail:
[email protected]
Abstract Manufacturers will try to market their business in such a way so that the product can be run as desired, by building effective communication with consumers, one of them through advertising. An advertising that could persuade the consumers successfully can not be separated from the role due to a media message through the right media advertising persuasion will be up to both the consumer. Each medium has a different effect on purchase intention and consumer behavior. The purpose of this study was to determine differences in the effect of media advertising on intention to buy Acer laptops to students. Researchers used the counterbalance experimental design those involving 36 subjects derived from industrial engineering students. Purchase intentions research subjects measured using a scale that is based on intention to purchase aspects of intention by Ajzen (2005) consists of 30 items. Based on the analysis of the paired sample t-test obtained p = 0, 403, p > 0.05 so it can be concluded that there is no difference in the effect of advertising media on intention to buy Acer notebook to students.
Keyword: counterbalance design, purchase intention, advertising media
Abstrak Produsen akan berusaha sedemikian rupa agar usahanya memasarkan produk dapat berjalan sesuai yang diinginkan, dengan cara membangun komunikasi yang efektif dengan konsumen salah satunya melalui iklan. Iklan yang berhasil mempersuasi konsumen tidak terlepas dari peranan penting sebuah media karena melalui media yang tepat pesan persuasi iklan akan sampai dengan baik pada konsumen. Masing-masing media memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap intensi membeli dan perilaku konsumen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruh media iklan terhadap intensi membeli laptop Acer pada mahasiswa. Peneliti menggunakan desain eksperimen counterbalance design dengan melibatkan 36 subjek penelitian yang berasal dari mahasiswa fakultas teknik industri. Subjek penelitian diukur intensi membelinya dengan menggunakan skala intensi membeli yang disusun berdasarkan aspek-aspek intensi menurut Ajzen (2005) terdiri dari 30 aitem. Berdasarkan hasil analisis uji t-paired sample diperoleh p = 0, 403; p > 0,05 sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan pengaruh media iklan terhadap intensi membeli laptop Acer pada mahasiswa.
Kata kunci: counterbalance design, intensi membeli, media iklan
PENDAHULUAN
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, mendorong banyak kebutuhan masyarakat yang menuntut untuk dipenuhi. Kebutuhan tersebut baik yang sifatnya primer atau kebutuhan pokok hingga kepada kebutuhan tersier yang lekat dengan harga diri dan life style. Masyarakat akan senantiasa berusaha memenuhi kebutuhan agar kehidupannya terhindar dari frustrasi, konflik, dan stress. Menurut Maslow (dalam Mangkunegara, 2002) apabila ada kebutuhan yang tidak terpuaskan maka akan menimbulkan kekecewaan. Dalam usahanya memenuhi kebutuhan, masyarakat sebagai konsumen seringkali memerlukan banyak pertimbangan serta melalui proses panjang sebelum membeli suatu barang atau jasa yang dibutuhkan. Salah satunya timbul intensi atau niat terlebih dahulu sebelum melakukan pembelian secara nyata. Menurut Ajzen (2005) dalam teori perilaku terencana, intensi menggambarkan kesediaan individu untuk mencoba melakukan suatu perilaku tertentu. Intensi memiliki korelasi yang tinggi dengan perilaku, oleh karena itu dapat digunakan untuk meramalkan perilaku. Intensi penting diperhatikan untuk meramalkan perilaku individu karena intensi mendorong timbulnya suatu perilaku. Salah satu perilaku yang dapat diramalkan dengan intensi adalah membeli. Mowen dan Minor (2002) mendefinisikan intensi membeli merupakan intensi perilaku yang berkaitan dengan keinginan konsumen untuk berperilaku menurut cara tertentu guna memiliki, mengganti, dan menggunakan produk. Intensi membeli menggambarkan kesediaan individu untuk membeli. Semakin besar atau kuat intensi yang dimiliki seseorang maka semakin besar kemungkinan seseorang itu membeli barang atau jasa. Intensi membeli menjadi hal penting yang harus diperhatikan produsen karena intensi merupakan permulaan munculnya perilaku membeli. Perilaku membeli dari konsumen menjadi tujuan utama yang ingin dicapai oleh produsen karena berkaitan dengan keuntungan yang diperoleh. Perilaku membeli konsumen dengan jumlah yang banyak akan mendatangkan keuntungan bagi pihak produsen. Semakin banyak jumlah konsumen yang melakukan perilaku membeli maka akan semakin banyak keuntungan yang diperoleh perusahaan, sebaliknya jika semakin sedikit konsumen yang melakukan perilaku membeli maka pihak produsen akan mengalami kerugian. Produsen melakukan berbagai usaha untuk menghindari resiko kerugian salah satunya dengan mencari cara untuk memicu timbulnya intensi membeli konsumen. Tjiptono (1997) menyatakan bahwa dalam memicu timbulnya intensi membeli dibutuhkan komunikasi yang efektif dalam penyampaian informasi. Konsumen akan mengumpulkan informasi, memprosesnya dengan menambah dan menyimpan sebagian informasi serta menggabungkan informasi baru dengan yang lama. Proses informasi tersebut akan membentuk persepsi konsumen, yang selanjutnya akan menghasilkan suatu evaluasi baik positif maupun negatif terhadap suatu produk yang dikomunikasikan. Konsumen sebelum memberikan evaluasi terhadap sesuatu, terlebih dahulu melalui proses persepsi. Schiffman dan Kanuk (2004) mendefinisikan persepsi sebagai proses seleksi, organisasi, dan interpretasi dari stimulus yang diterima oleh indera. Persepsi
membeli adalah proses seleksi, organisasi, dan interpretasi stimulus pemasaran yang diterima konsumen. Stimuli pemasaran meliputi banyak variabel yang mempengaruhi persepsi konsumen, seperti keadaan produk, ciri fisiknya, rancangan kemasan, merk, iklan cetak dan iklan TV, posisi iklan cetak atau iklan TV, dan lingkungan editorial. Schiffman dan Kanuk (2004) menambahkan bahwa orang cenderung memperhatikan hal-hal yang dibutuhkan atau diinginkan dan cenderung mengabaikan stimuli yang tidak ada hubungannya di lingkungannya. Para produsen yang akan memasang iklan menggunakan alat-alat yang paling menarik perhatian untuk mencapai kontras maksimum, dengan demikian akan menembus βsekatβ persepsi konsumen. Media yang digunakan dalam mengirimkan stimuli pemasaran memiliki peran penting agar pesan informasi dapat efektif tersampaikan kepada konsumen. Media secara umum memiliki arti sebagai suatu saluran yang dilalui pesan dari pihak pengirim, untuk disampaikan kepada pihak penerima (Shimp, 2003). Produsen akan berusaha sedemikian rupa agar usahanya memasarkan produk dapat berjalan sesuai yang diinginkan, dengan cara membangun komunikasi yang efektif dengan konsumen salah satunya melalui iklan. Iklan sendiri merupakan semua bentuk aktivitas untuk menghadirkan dan mempromosikan ide, barang, atau jasa secara nonpersonal yang dibayar oleh sponsor tertentu (Duranto, et al,.dalam Liliweri, 2011). Iklan yang berhasil mempersuasi konsumen tidak terlepas dari peranan peting sebuah media karena melalui media yang tepat pesan persuasi iklan akan sampai dengan baik pada konsumen. Liliweri (2011) menjelaskan bahwa media iklan adalah alat perantara yang digunakan dalam menyalurkan pesan iklan atau penawaran kepada konsumen. Masing-masing media memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap intensi membeli dan perilaku konsumen. Data dari kompas, menyebutkan bahwa berdasarkan hasil survey dari Nielsen media promosi yang paling berpengaruh terhadap keputusan dan perilaku konsumen secara umum tanpa memperhatikan jenis produk adalah brosur yakni sebesar 74 persen. Kemudian disusul oleh televisi 46 persen, koran 28 persen, radio 8 persen, majalah 6 persen, dan tabloid 6 persen (Meryana, 2011). Hasil penelitian yang pernah dilakukan Ibrahim (2007) menyebutkan bahwa penggunaan media iklan melalui televisi, surat kabar, majalah, radio, papan reklame,dan spanduk secara simultan berpengaruh signifikan terhadap keputusan konsumen dalam membeli air minum kemasan merk Aqua. Dari ketiga iklan tersebut, pengaruh yang paling dominan terhadap pengambilan keputusan konsumen dalam membeli air minum kemasan merk Aqua adalah iklan televisi, diikuti media majalah dan media spanduk, sedangkan media iklan surat kabar berpengaruh sangat kecil. Media iklan surat kabar berpengaruh sangat kecil terhadap pengambilan keputusan konsumen dalam membeli air minum kemasan merk Aqua dikarenakan perhatian konsumen terhadap media ini rendah dan konsumen tidak terekspos dengan baik oleh media ini. Hal ini disebabkan timbulnya selective attention dan selective retention konsumen dalam menyikapi iklan tersebut. Hasil penelitian lainnya menyatakan bahwa ada perbedaan efektivitas media iklan televisi dan media iklan cetak dalam menstimulasi minat beli, dimana televisi lebih efektif daripada media cetak (Dinata, 2008). Produsen sangat mengharapkan iklan yang disampaikan kepada konsumen dapat mengenai sasaran dalam persepsi konsumen hingga membentuk sikap positif terhadap produk. Setelah sikap positif terhadap produk terbentuk, timbullah keinginan atau intensi untuk membeli yang nantinya akan dilanjutkan dalam pengambilan keputusan membeli produk tersebut. Produsen dituntut untuk mampu memilih media iklan yang paling efektif untuk menarik konsumen, dan memunculkan niat atau keinginan konsumen untuk membeli sehingga dapat meningkatkan penjualan. Bertolak belakang dengan yang diharapkan, ternyata tidak semua media iklan yang dipilih produsen efektif.
Iklan melalui berbagai media diperlukan sebagai sarana komunikasi maupun persuasif yang digunakan produsen dalam menawarkan suatu produk, salah satunya laptop. Laptop merupakan salah satu perangkat teknologi yang berkembang pesat saat ini untuk membantu dan mempermudah aktivitas masyarakat. Sebelum mengenal laptop masyarakat mengenal komputer PC (Personal Computer) yang terdiri dari beberapa perangkat keras seperti CPU (Central Processor Unit), monitor dan lain-lain, sehingga penggunaannya membutuhkan sambungan listrik secara langsung. Laptop sekarang ini lebih menjadi pilihan karena bentuknya kecil dan ringan, mudah digunakan dimana saja kapan saja yang mempermudah mobilitas masyarakat dibandingkan komputer PC (Seputar Indonesia, 2011). Masyarakat dengan mobilitas tinggi yang mendominasi penggunaan laptop salah satunya adalah kalangan mahasiswa. Berdasarkan survey awal dari hasil penyebaran kuesioner kepada 20 orang mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan 90% diantaranya menyatakan bahwa laptop sangat berperan penting untuk mahasiswa khususnya sebagai sarana penunjang kegiatan belajar mengajar. Mahasiswa juga memberikan penjelasan peranan penting laptop. Mahasiswa merasa membutuhkan perangkat teknologi yaitu laptop karena aktivitasnya yang dekat dengan mengerjakan laporan dan tugas-tugas yang dapat berjalan lancar dengan bantuan laptop. Mahasiswa memilih laptop yang akrab dengan jiwa muda mahasiswa karena praktis digunakan, efisien dan mudah dibawa kemana saja. Data yang tersedia menyebutkan bahwa di kota-kota besar sekitar 75% laptop yang terjual dari setiap produsen banyak dibeli kalangan mahasiswa (Macklin, 2009). Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa segmen yang paling banyak membeli komputer portable atau laptop adalah mahasiswa. Kelebihan laptop yang praktis digunakan dibandingkan komputer PC, membuat banyak orang khususnya mahasiswa ingin membeli laptop. Meningkatnya permintaan pasar pada kebutuhan laptop ini memacu persaingan produsen penyedia teknologi canggih ini. Banyak produsen merk laptop yang bersaing baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Acer merupakan salah satu merk produsen laptop yang telah dipercaya menjadi pilihan nomor satu masyarakat Indonesia selama tujuh tahun berturut-turut sejak tahun 2005 hingga 2011 untuk kategori notebook berdasarkan data dari hasil riset dari lembaga riset international IDC dan Gartner (Acer Magazine, 2012). Acer selalu berinovasi dan terus menjadi pelopor untuk segala kebutuhan konsumen. Acer juga mengerti kebutuhan konsumennya yang menginginkan performa namun tetap bergaya modern, untuk itu Acer menghadirkan notebook terbarunya yakni Slim Series. Di saat pesaing lain berlomba-lomba menghadirkan notebook yang lebih tipis, Acer telah menjadi pelopor dengan menghadirkan notebook tipis dengan berbagai model untuk menyesuaikan kebutuhan konsumen. Salah satu produk terbaru yang diluncurkan adalah Acer Aspire Slim V Series yang menawarkan portabilitas tinggi dengan harga terjangkau, sehingga konsumen yang dituju adalah kalangan mahasiswa. Notebook tipe ini 30% lebih tipis dari notebook biasa, yang dilengkapi fitur-fitur mutakhir seperti kartu grafis Nvidia seri 600, serta tersedia dalam warna-warni yang menarik. Dalam usahanya meningkatkan penjualannya Acer telah mengkomunikasikan produk terbarunya melalui iklan di berbagai media. Penelitian ini lebih menekankan pada penggunaan media elektronik berupa iklan televisi dan media cetak berupa brosur yang digunakan Acer sebagai salah satu cara untuk mempengaruhi konsumen dalam mendorong timbulnya intensi membeli khususnya produk keluaran terbaru notebook Acer Aspire Slim V Series. Dipilihnya media tersebut karena hasil penjelasan sebelumnya bahwa kedua media tersebut menempati urutan teratas terhadap keputusan dan perilaku konsumen. Menurut fastrackindonesia iklan televisi merupakan media iklan yang paling diminati pada tahun 2010 (60% dari total belanja
iklan Indonesia). Kelebihan media iklan televisi yaitu memadukan penggunaan audio dan visual sekaligus dalam menyampaikan pesan iklan, sedangkan kekurangannya perusahaan harus membayar mahal 8 β 20 juta setiap 30 detik (diluar biaya produksi iklan). Berbeda dengan media televisi, media brosur lebih memainkan peranan penting pada visual atau tampilan dari iklan yang terdiri dari warna, tulisan, gambar yang dapat menarik konsumen (Anonim, 2011). Teori perilaku terencana milik Ajzen (2005) dianggap sesuai digunakan untuk penelitian ini karena terkait produk yang diteliti adalah laptop, laptop merupakan salah satu jenis produk hasil perilaku membeli yang terencana sehingga membutuhkan banyak pertimbangan mengenai spesifikasi, harga, maupun garansi serta servis center. Berbagai pertimbangan yang konsumen butuhkan akan berkaitan dengan intensi atau niat membeli hingga terbentuknya perilaku membeli. Berdasarkan penjelasan di atas, penulis tertarik untuk meneliti perbedaan pengaruh media iklan khususnya brosur dan iklan bergambar dalam televisi terhadap intensi membeli laptop pada mahasiswa. Intensi Membeli Manusia dalam kehidupan sehari-harinya seringkali menunjukkan perilaku sebagai respon terhadap sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitar. Sebelum bertindak, seseorang seringkali mengembangkan keinginan berperilaku berdasarkan kemungkinan tindakan yang akan dilakukan. Suatu perilaku dapat terjadi setelah adanya hal yang menjadi prediktor utama dalam menentukan perilaku, yakni intensi. Teori perilaku terencana menjelaskan bahwa intensi atau niat seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku adalah penentu langsung yang paling penting dari tindakan itu. Corsini (2002) dalam The Dictionary of Psychology mendefinisikan intensi sebagai suatu keputusan untuk berperilaku secara tertentu, sedangkan menurut Ajzen (2005), intensi menggambarkan kesediaan individu untuk mencoba melakukan suatu perilaku tertentu. Intensi memiliki korelasi yang tinggi dengan perilaku, oleh karena itu dapat digunakan untuk meramalkan perilaku. Salah satu yang dapat diramalkan melalui intensi adalah perilaku membeli. Menurut Mowen dan Minor (2002) mendefinisikan intensi membeli merupakan intensi perilaku yang berkaitan dengan keinginan konsumen untuk berperilaku menurut cara tertentu guna memiliki, mengganti, dan menggunakan produk. Peneliti menggunakan tiga determinan atau aspek intensi membeli yang berasal dari aspek-aspek intensi berperilaku dari Ajzen (2005), yaitu keyakinan mengenai outcome positif dari perilaku membeli dan evaluasi individu (sikap terhadap perilaku membeli), memenuhi harapan orang-orang terdekat dan adanya motivasi untuk mengikuti perilaku membeli (norma subjektif), dan keyakinan tentang ada atau tidaknya faktor-faktor yang memfasilitasi dan menghalangi konsumen untuk melakukan suatu perilaku membeli (kontrol perilaku). Intensi memiliki korelasi yang tinggi dengan perilaku, oleh karena itu dapat digunakan untuk meramalkan perilaku (Ajzen, 2005). Salah satunya dapat digunakan pula dalam memprediksi perilaku membeli seseorang, dengan mengukur intensi membeli individu dapat meramalkan bahwa individu tersebut akan melakukan perilaku membeli. Peneliti menggunakan tiga determinan atau aspek intensi membeli yang berasal dari aspek-aspek intensi berperilaku dari Ajzen (2005), yaitu sebagai berikut: Sikap konsumen terhadap perilaku membel: konsumen yang yakin bahwa perilaku membelinya dapat menghasilkan outcome yang positif, maka konsumen tersebut akan memiliki sikap yang positif, begitu pula sebaliknya. Konsumen yang yakin bahwa perilaku membelinya dapat menghasilkan outcome yang negative, maka konsumen tersebut akan memiliki sikap yang negatif. Norma subjektif terhadap perilaku membeli: konsumen yang yakin bahwa kebanyakan referent akan menyetujui dirinya menampilkan perilaku membeli dan memenuhi darapan-harapannya, serta adanya motivasi untuk mengikuti perilaku membeli orang-orang di sekitarnya yang berpengaruh untuk melakukan perilaku membeli suatu produk. Hal itu akan menyebabkan konsumen tersebut memiliki subjective
norm yang menempatkan tekanan pada dirinya untuk melakukan pembelian terhadap suatu produk. Kontrol perilaku terhadap perilaku membeli: kontrol perilaku merupakan keyakinan tentang ada atau tidaknya faktor-faktor yang memfasilitasi dan menghalangi konsumen untuk melakukan suatu perilaku membeli. Faktor-faktor yang memfasilitasi adalah misalnya tersedianya uang yang dapat digunakan konsumen untuk membeli suatu produk. Faktor-faktor yang menghalangi konsumen untuk membeli suatu produk adalah tidak adanya dana. Faktor-faktor intensi membeli berdasarkan teori faktor intensi menurut Ajzen (2005), yaitu: Faktor Personal (individu) yang terdiri atas: Sikap (Sikap adalah evaluasi individu secara positif atau negatif terhadap benda, orang, institusi, kejadian, perilaku atau minat tertentu); Sifat/ Kepribadian (Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda yang dapat mempengaruhi intensi membeli). Kepribadian adalah karakteristik psikologis yang terdapat pada seseorang yang menyebabkan respon yang relatif konsisten terhadap lingkungannya (Kotler dan Keller, 2006).; Nilai (Perbedaan nilai yang dianut oleh setiap individu akan menyebabkan adanya perbedaan intensi membelinya); Perasaan/ Emosi (Suasana hati konsumen dapat mempengaruhi evaluasi yang menjadi salah satu aspek intensi. Suasana hati yang baik akan meningkatkan peluang evaluasi yang positif, demikian sebaliknya. Suasana hati yang sedang tidak baik akan memberikan peluang evaluasi yang negatif); Kecerdasan (Kecerdasaan yang dimiliki seseorang dapat mempengaruhi intensi membelinya. Semakin tinggi kecerdasan yang dimiliki konsumen akan melakukan banyak pertimbangan dalam memberikan evaluasi terhadap suatu produk sehingga tidak mudah terbujuk rayuan iklan saja, namun akan mencari pertimbangan lain yang lebih lengkap mengenai produk sehingga sampai memiliki niat untuk membeli produk tersebut); Faktor sosial yang terdiri dari: Usia dan jenis kelamin (Perbedaan usia dan jenis kelamin seseorang dapat mempengaruhi intensi membeli); Ras/ Etnis (Ras dan etnis merupakan bagian dari budaya. Perilaku seseorang dipelajari dari lingkungan sekitarnya). Sehingga nilai, persepsi, keinginan dan perilaku antara seseorang yang tinggal di daerah tertentu dapat berbeda dengan orang lain yang berada di lingkungan yang lain pula (Kotler dan Keller, 2006); Pendidikan (Tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi intensi membeli); Pendapatan (Keadaan ekonomi seseorang juga akan mempengaruhi pilihan produk yang akan dibelinya. Keadaan ekonomi terdiri dari penghasilan, tabungan dan aset, hutang, dan sikap terhadap membelanjakan uang untuk menabung (Kotler dan Keller, 2006)); Agama (Agama dipertimbangkan memegang peranan penting terhadap intensi seseorang); selain itu Faktor Informasi yang terdiri atas: Pengalaman (Salah satu aspek dalam intensi membeli adalah kontrol perilaku. Kontrol perilaku dapat ditentukan oleh pengalaman masa lalu individu dan juga perkiraan individu mengenai seberapa sulit atau mudahnya untuk melakukan suatu perilaku); Pengetahuan (Pengetahuan juga memiliki peran dalam intensi membeli konsumen. Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (1995) pengetahuan didefinisikan sebagai informasi yang disimpan di dalam memori dan meliputi aturan-aturan yang luas mengenai ketersediaan dan karakteristik dari suatu produk, dimana membeli suatu produk dan bagaimana menggunakan suatu produk); Exposure Media (Exposure media mempengaruhi intensi membeli konsumen pada suatu produk karena berkaitan dengan peranan media sebagai penyalur informasi/ iklan yang berkaitan dengan produk). Berdasarkan uraian di atas, faktor yang mempengaruhi intensi membeli adalah faktor personal, faktor sosial, dan faktor informasi. Penelitian ini membahas mengenai penyebab intensi membeli dari faktor informasi khususnya exposure media atau paparan media. Media Iklan Kata iklan (advertising) berasal dari bahasa Yunani, yang artinya menggiring orang pada gagasan. Adapun pengertian iklan secara komprehensif adalah semua bentuk
aktivitas untuk menghadirkan dan mempromosikan ide, barang, atau jasa secara nonpersonal yang dibayar oleh sponsor tertentu (Duranto, et al,.dalam Liliweri, 2011). Berbeda dengan pengertian sebelumnya menurut Lovelock dan Wright (dalam Liliweri, 2011) iklan adalah bentuk komunikasi nonpribadi yang dilakukan pemasar untuk menginformasikan, mendidik, atau membujuk pasar sasaran. Ducan (dalam Liliweri, 2011) menambahkan bahwa iklan baiknya digunakan untuk menjangkau sasaran yang luas, menciptakan brand awareness, menjadi sarana pembeda perusahaan dan produknya dari pesaing, dan membangun citra merek perusahaan dan produknya. Selain itu menurut Munandar (2008) iklan memiliki dua fungsi, yakni fungsi informatif dan fungsi persuatif. Fungsi informatif menekankan pada komunikasi, memberitahukan informasi tentang produk kepada konsumen. Dalam hal ini yang dipengaruhi ialah proses kognitif konsumen. Konsumen sadar akan adanya produk yang ditawarkan melalui iklan, mempersepsikannya, memahami dan mengolah data untuk kemudian disimpan atau tidak disimpan datanya. Iklan untuk dapat menawarkan produk secara efektif, perlu fungsi persuasif digunakan dalam periklanan. Penekanannya pada usaha menimbulkan niat atau intensi membeli. Konsumen tersentuh status afektifnya sehingga timbul niat atau intensi untuk membeli yang dimulai dengan pengenalan kebutuhan sampai kepada evaluasi konsumen terhadap produk yang akan dibeli sehingga nantinya akan mengarah kepada keputusan untuk membeli atau tidak. Perusahaan yang memasang iklan pasti memiliki pertimbangan berkenaan dengan tujuan iklan itu sendiri dalam menjalin komunikasi dengan konsumen. Secara umum tujuan iklan menurut Durianto, et al., (dalam Liliweri, 2011), antara lain untuk: Memberi informasi (informative), kepada khalayak tentang seluk-beluk suatu produk; Membujuk (persuasive), dilakukan dalam tahap kompetitif untuk membentuk permintaan selektif merek tertentu; Mengingatkan (reminding), yaitu untuk menyegarkan informasi yang pernah diterima masyarakat. Media secara umum memiliki arti sebagai suatu saluran yang dilalui pesan dari pihak pengirim, untuk disampaikan kepada pihak penerima (Shimp, 2003). Menurut Liliweri (2011) menjelaskan bahwa media iklan adalah alat perantara yang digunakan dalam menyalurkan pesan iklan atau penawaran kepada konsumen. Pengaruh iklan terhadap konsumen tidak dapat terlepas dari peranan media, karena melalui suatu medialah pesan dari produsen dapat sampai kepada konsumen. Menurut beberapa ahli komunikasi bahwa komunikasi tidak akan terjadi (apalagi dalam iklan) tanpa media (Liliweri, 2011). Pentingnya peranan media mendorong pemasar mengkaji terlebih dahulu dalam proses pemilihan media. Media iklan yang dipilih hendaknya diharapkan efektif pengaruhnya untuk membantu menyalurkan pesan-pesan iklan dan dapat mempengaruhi niat atau intensi membeli yang pada akhirnya akan berimbas kepada pengambilan keputusan membeli . Menurut Tjiptono (1997) secara umum media yang tersedia dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu media cetak (surat kabar, majalah, tabloid, brosur, dan selebaran); media elektronik (televisi dan radio); media luar ruang (billboard, baliho, poster, spanduk, umbul-umbul, panel bis, dan balon raksasa) dan media lini bawah (pameran, direct mail, point of purchase, merchandising schemes, dan kalender). Berdasarkan pemaparan di atas peneliti lebih menggunakan media elektronik khususnya media televisi dan media cetak khususnya brosur dalam mempengaruhi intensi membeli laptop pada mahasiswa. Pengaruh iklan terhadap konsumen tidak dapat terlepas dari peranan media, karena melalui suatu medialah pesan dari produsen dapat sampai kepada konsumen. Menurut beberapa ahli komunikasi bahwa komunikasi tidak akan terjadi (apalagi dalam iklan) tanpa media (Liliweri, 2011). Menurut Krugman (Dalam Liliweri, 2011), hal penting yang harus diperhatikan dalam peranan media adalah sebagai variasi penggunaan media yang
mempunyai kemampuan untuk melibatkan audiens pada tingkatan tertentu (tinggi-rendah). Pentingnya peranan media mendorong pemasar mengkaji terlebih dahulu dalam proses pemilihan media. Media iklan yang dipilih hendaknya diharapkan efektif pengaruhnya untuk membantu menyalurkan pesan-pesan iklan dan dapat mempengaruhi niat atau intensi membeli yang pada akhirnya akan berimbas kepada pengambilan keputusan membeli . Berbagai macam alternatif media iklan yang tersedia membuat pemasang iklan cenderung selektif dalam menentukan media mana yang akan digunakan dalam beriklan. Tak dipungkiri setiap media iklan memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing seperti yang disampaikan oleh Shimp (2003), sehingga tidak jarang penggunaan media iklan dipadukan antara satu dengan lainnya. Hipotesis Ada perbedaan pengaruh media iklan terhadap intensi membeli laptop Acer pada mahasiswa 1. Metode Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa fakultas teknik industri Universitas Ahmad Dahlan dengan karakteristik sebagai berikut: Mahasiswa aktif Fakultas Teknik Industri, jurusan Teknik Informatika semester III sampai VII, telah memiliki laptop atau belum memiliki laptop, pernah melihat iklan laptop Acer di media televisi maupun pernah membaca brosur iklan laptop Acer. Subjek penelitian yang diambil berjumlah 36 orang dari jurusan teknik informatika. Dipilihnya mahasiswa teknik informatika sebagai subjek penelitian karena mahasiswa teknik informatika dianggap lebih familiar pada istilah-istilah spesifikasi yang berkaitan dengan laptop daripada mahasiswa jurusan lainnya. Subjek penelitian kemudian dibagi kedalam dua kelompok yang sama. Setiap kelompok akan diberi kedua macam perlakuan yang sama namun hanya berbeda urutan pemberian perlakuannya saja. Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil skala intensi membeli. Skala intensi membeli laptop yang disusun oleh peneliti sendiri dengan menggunakan aspek-aspek intensi menurut Ajzen (2005) yaitu sikap konsumen terhadap perilaku, norma subjektif, dan kontrol perilaku. Skala pada penelitian ini menggunakan metode rating yang dijumlahkan atau lebih dikenal dengan nama penskalaan model Likert. Penskalaan model Likert ini berorientasi pada respon. Skala intensi membeli yang digunakan untuk penelitian berjumlah 30 aitem. Stimulus yang digunakan dalam skala ini berupa kalimat-kalimat pernyataan, dan pilihan jawaban yang disediakan untuk masing-masing pernyataan tersebut terdiri dari lima kemungkinan respon jawaban yaitu Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Netral (N), Setuju (S) dan Sangat Setuju (SS). Masing-masing jawaban akan memiliki skor yang berbeda karena menunjukkan adanya perbedaan intensi yang dimiliki subyek. Peneliti membuat 60 aitem skala intensi membeli. Penentuan jumlah aitem tersebut didasarkan pada penggunaan rumus Spearman-Brown. Penulis mengharapkan 30 aitem dalam skala intensi membeli kemudian peneliti melipatgandakan jumlah aitem tersebut untuk mengantisipasi banyaknya aitem yang gugur dalam uji coba. Koefisien reliabilitas yang diharapkan (ππ‘π‘ ) adalah sebesar 0,85. Hal ini didasarkan pada pendapat yang dikemukakan oleh Suryabrata (2005) bahwa untuk kepentingan diagnosis individu hendaknya tes yang digunakan memiliki koefisien reliabilitas 0,90 sedangkan untuk kepentingan diagnosis kelompok koefisien reliabilitas 0,70 sudah dapat dianggap memuaskan. Indeks daya beda aitem rata-rata (πππ‘ ) yang diinginkan adalah sebesar 0,40. Indeks daya beda aitem yang berkisar antara 0,30 s.d. 0,50 telah dapat memberikan kontribusi yang baik terhadap efisiensi suatu lembaga pelatihan (Azwar, 2009).
Perhitungan penentuan jumlah aitem dilakukan dengan menggunakan formula Spearman- Brown yaitu: ππ‘π‘ =
2 π (πΜ
Μ
Μ
) ππ‘ 2 1 + (π β 1)πΜ
Μ
Μ
ππ‘
Keterangan: ππ‘π‘ = koefisien reliabilitas skala yang diharapkan πππ‘ = kualitas aitem (indeks daya beda aitem rata-rata) π = kuantitas aitem Berdasarkan formula tersebut jika ππ‘π‘ = 0,85 dan πππ‘ = 0,40 maka jumlah aitem yang diharapkan adalah 30 aitem, namun untuk mengantisipasi aitem yang gugur saat uji coba, peneliti melipatgandakan menjadi 60 aitem. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen counterbalance design (desain eksperimen bergilir atau desain berimbang). Counterbalance design merupakan desain yang menghendaki subjek-subjek diuji coba pada semua perlakuan, tetapi dalam rangkaian yang berbeda. Pada desain ini hanya menggunakan post tes dan tidak ada pretes. Tiga klasifikasi yang digunakan, yaitu: kelompok, waktu, dan perlakuan (Latipun, 2010). nonR X1O β X2O nonR X2O β X1O Gambar 1. Rancangan Eksperimen Keterangan: X1O : Kelompok yang mendapat perlakuan pertama X2O : Kelompok yang mendapat perlakuan ke dua
Prosedur pelaksanaan penelitian meliputi: peneliti membagi nama seluruh subjek yang hadir menjadi dua kelompok yang sama untuk dimasukkan dalam kelompok eksperimen pertama dan kelompok eksperimen ke dua; subjek penelitian kemudian diminta memasuki ruang sesuai dengan kelompoknya; subjek penelitian dalam kelompok eksperimen pertama diberi tayangan iklan media televisi, sedangkan kelompok eksperimen ke dua diminta untuk membaca iklan di dalam media brosur; subjek dalam masing-masing kelompok eksperimen diberikan skala intensi membeli; setelah 10 menit, dalam kelompok eksperimen pertama berganti diminta untuk membaca brosur, sedangkan kelompok eksperimen kedua diberi tayangan iklan dalam media televisi; kemudian baik kelompok eksperimen pertama maupun kelompok eksperimen ke dua diberikan lagi skala intensi. Prosedur penelitian dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut: Subjek Penelitian
Kelompok I
Kelompok II
Diberi tayangan iklan dalam media televisi
Diberi brosur
Dilakukan pengukuran pertama (diberi skala)
Dilakukan pengukuran pertama (diberi skala)
10 menit
10 Menit
Kemudian
Kemudian
Diberi tayangan iklan dalam media televisi
Diberi brosur
Dilakukan pengukuran ke dua (diberi skala)
Dilakukan pengukuran ke dua (diberi skala)
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistic parametric, yaitu uji t-paired sample dengan bantuan program SPSS versi 18.00 for windows, sebelum dilakukan uji hipotesis, data yang diperoleh ditabulasikan dan dikenai uji asumsi terlebih dahulu, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. 2. Hasil dan Pembahasan Deskripsi data yang akan disajikan dari hasil penelitian ini untuk memberikan gambaran secara umum mengenai penyebaran data yang diperoleh di lapangan. Data penelitian ini meliputi data intensi membeli setelah diberi perlakuan media iklan televisi dan intensi membeli setelah diberi perlakuan media iklan brosur . Subjek penelitian yang diambil datanya dalam penelitian ini berjumlah 36 orang mahasiswa fakultas teknik industri. Deskripsi variabel berdasarkan hasil penyebaran skala kepada 36 subjek tersebut dan hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Deskripsi Data Penelitian Variabel Intensi Membeli perlakuan I Intensi Membeli perlakuan II
Mean
Skor Empirik SD Min
Maks
Mean
Skor Hipotetik SD Min Maks
85,11
20
34
118
90
20
30
150
84,19
19, 57
38
117
90
20
30
150
Keterangan: Perhitungan skor hipotetik 1) Skor minimal (X Min) adalah hasil perkalian jumlah butir skala dengan nilai terendah dari pembobotan pilihan jawaban
2) Skor maksimal (X Maks) adalah hasil perkalian jumlah butir skala dengan nilai tertinggi dari pembobotan pilihan jawaban. 3) Rerata hipotetik (Mean) dengan rumus Mean = jumlah aitem x skor tengah 4) Deviasi Standar (SD) hipotetik adalah SD = (skor max β skor min) : 6. Berdasarkan deskripsi data di atas dapat dilakukan pengkategorisasian pada kedua variabel penelitian. Kategorisasi pada masing-masing variabel dengan menetapkan kriteria kategori yang didasari oleh asumsi bahwa skor subjek dalam populasi terdistribusi menurut kurva normal (Azwar, 2010). Norma Kategorisasi Kategorisasi Tinggi Sedang Rendah
Deviasi Standar x β₯ M + 1 SD M β 1 SD β€ x < M + 1 SD x < M β 1 SD
Berdasarkan hasil kategorisasi variabel intensi membeli setelah diberi perlakuan media iklan televisi diperoleh informasi bahwa dari 36 subjek penelitian terdapat 10 subjek dengan proporsi 27, 78% yang termasuk dalam kategori tinggi, 23 subjek dengan proporsi 63, 89% termasuk dalam kategori sedang dan 3 subjek dengan proporsi 8, 33% yang termasuk dalam kategori rendah. Sedangkan Berdasarkan hasil kategorisasi variabel intensi membeli setelah diberi perlakuan media iklan brosur diperoleh informasi bahwa dari 36 subjek penelitian terdapat 8 subjek dengan proporsi 22, 22% yang termasuk dalam kategori tinggi, 23 subjek dengan proporsi 63, 89% termasuk dalam kategori sedang dan 5 subjek dengan proporsi 13, 89% termasuk dalam kategori rendah. Sebelum uji hipotesis, peneliti melakukan uji asumsi terlebih dahulu. Uji asumsi terdiri dari uji normalitas dan uji homogentitas. Uji normalitas yang dimaksud adalah sebaran skor atau data yang didapatkan dari pengumpulan data akan membentuk kurva normal jika disajikan dalam sebuah grafik. Uji normalitas dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada perbedaan sebaran skor pada sampel dan populasinya dengan menggunakan teknik One Sample Kolmogorov-Smirnov. Kaidah yang digunakan dalam uji normalitas yaitu jika p > 0,05 (tidak signifikan) berarti tidak ada perbedaan sebaran skor pada sampel dan populasinya, maka sebaran data tersebut normal. Hasil uji normalitas sebaran menunjukkan bahwa skor skala intensi membeli tergolong representative atau dapat mewakili populasi yang ada. Setelah terbukti bahwa data terdistribusi normal, maka peneliti melakukan pengujian homogenitas. Uji homogenitas digunakan untuk memastikan bahwa antara kelompok yang diperbandingkan memiliki varians skor yang setara, dengan kata lain uji homogenitas dilakukan untuk menguji tidak adanya perbedaan variansi skor antara kelompok. Kaidah uji signifikansi yang digunakan adalah p>0,05 maka tidak ada perbedaan variansi skor antara kelompok sehingga dinyatakan homogen atau setara. Sebaliknya apabila p<0,05 maka dinyatakan kelompok yang diperbandingkan heterogen atau tidak setara. Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa kelompok yang diperbandingkan memiliki variansi skor yang homogen atau setara. Setelah terbukti bahwa kelompok yang diperbandingkan memiliki variansi skor yang setara, maka peneliti melakukan pengujian hipotesis statistik parametrik untuk menganalisis data. Hasil korelasi paired sample menunjukkan bahwa p<0, 05 artinya ada hubungan intensi membeli antara media iklan televisi dan media iklan brosur. Jika r dikuadratkan maka menunjukkan sumbangan media iklan terhadap intensi membeli. Terlihat bahwa
sumbangan media iklan terhadap intensi membeli adalah 0,948Β² = 0, 90 (90%) kekuatan intensi membeli dikarenakan media iklan, sisanya 10% dikarenakan faktor lain. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen counterbalance design, maka analisis data dilakukan dengan uji t-paired sample. Uji t-paired sample ini bertujuan untuk membandingkan dua kelompok yang berpasangan dan menentukan besaran maupun arah perbedaan antara pasangan data yang diambil dari satu subyek atau dua subyek serta datanya bersifat interval. Pada kasus ini peneliti menggunakan uji t-paired sample yakni dengan membandingkan skor hasil pengukuran antara perlakuan pertama media iklan televisi dan perlakuan ke dua media iklan brosur dari kelompok yang ada. Peneliti meneliti dengan kaidah uji beda memakai p β€ 0,05 maka terdapat perbedaan pada taraf signifikansi 5%; p β€ 0, 01 maka terdapat perbedaan pada taraf signifikansi 10%; dan p > 0, 05 maka tidak ada perbedaan yang signifikan. Sebaran hasil penelitian yang akan analisis dapat dilihat pada tabel berikut: Sebaran Hasil Pengukuran Intensi Membeli Setelah diberi perlakuan media iklan televisi dan brosur Intensi Membeli Klmp.
Subyek
1(KE I)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Media Iklan Televisi
Media Iklan Brosur
95 76 60 59 57 109 101 83 77 97 98 82 102 50 64 108 109 118
94 71 60 57 61 117 99 80 73 95 89 71 99 50 62 96 103 114 Intensi Membeli
Klmp.
Subyek
2 (KE II)
19 20
Media Iklan Televisi
Media Iklan Brosur
115 78
113 78
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
95 94 94 62 34 111 90 68 58 86 92 91 66 98 99 88
102 87 79 78 38 111 85 69 60 98 93 91 70 96 110 82
Berdasarkan hasil hasil uji t-paired sample menunjukkan dapat bahwa p > 0, 05 artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara skor intensi membeli setelah diberikan perlakuan media iklan baik pada skor media iklan televisi, maupun media iklan brosur, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis ditolak. Pembahasan Penelitian ini menggunakan metode eksperimen counterbalance design, peneliti melakukan pertukaran urutan perlakuan pada setiap kelompok eksperimen. Analisis data diawali dengan menguji normalitas data penelitian. Hasil analisis menunjukkan bahwa skor skala intensi membeli tergolong representative atau dapat mewakili populasi yang ada. Setelah terbukti bahwa data terdistribusi normal, maka peneliti melakukan pengujian homogenitas. Hasil analisis menunjukkan bahwa kelompok yang diperbandingkan memiliki variansi skor yang homogen atau setara. Setelah itu peneliti memutuskan untuk menganalisis lebih lanjut dengan analisis statistik parametrik. Peneliti melakukan pengujian lanjutan dengan uji t- paired sample untuk membandingkan skor yang diperoleh setelah perlakuan pertama dan perlakuan ke dua. Hasil analisis uji hubungan paired sample menunjukkan adanya hubungan intensi membeli antara media iklan televisi dan media iklan brosur dan sumbangan media iklan terhadap intensi membeli cukup besar yakni 90%, ini artinya intensi membeli 90% dikarenakan faktor media iklan. Dengan adanya hubungan intensi membeli antara media iklan televisi dan media iklan brosur, peneliti menduga adanya perbedaan skor yang diperoleh subjek pada perlakuan pertama dan perlakuan ke dua dengan uji t -paired sample. Mean empirik yang diperoleh media televisi (85,11) dan media brosur (84,19) memperlihatkan bahwa keduanya sama-sama tinggi. Dari segi kelebihan, iklan di kedua media tersebut cukup berimbang, di mana di masing-masing media, iklan yang ditampilkan melalui media televisi memperlihatkan baik keunggulan produk maupun hiburan kepada pemirsa. Iklan yang ditayangkan di media televisi memiliki kelebihan, yaitu adanya gambar bergerak dan suara yang dapat membangun sebuah cerita maupun informasi yang lebih menarik. Media iklan brosur juga memiliki kelebihan menyampaikan informasi dalam pesan iklan secara lebih lengkap dan terperinci mengenai spesifikasi laptop, manfaat yang diperoleh bila membeli laptop yang diiklankan, fasilitas yang ada dalam laptop, serta tempat membeli laptop yang diiklankan.
Berdasarkan hasil analisis uji t-paired sample, maka peneliti menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan pengaruh media iklan televisi dan media iklan brosur terhadap intensi membeli laptop Acer V5 pada mahasiswa. Hal ini mungkin disebabkan oleh desain eksperimen yang memberikan dua jenis perlakuan secara bergantian pada setiap subjek dalam waktu yang paralel. Desain eksperimen ini memiliki kelemahan yakni adanya perlakuan ganda akan dimungkinkan adanya pencemaran dari perlakuan yang lain (Latipun, 2010). Penelitian ini hanya memberikan jeda 10 menit antara pengukuran pertama dengan perlakuan ke dua, sehingga dimungkinkan masih adanya efek dari perlakuan sebelumnya. Pernyataan tersebut diperkuat Christensen (Dalam Seniati, Yulianto, dan Setiadi, 2009) adanya kelemahan pada desain eksperimen ini pengaruh dari perlakuan yang diterima subjek sebelumnya belum hilang benar sehingga dapat berinteraksi dengan perlakuan selanjutnya dalam mempengaruhi variabel tergantung atau yang sering disebut sebagai interaction effect. Hal itu menyebabkan hubungan sebab akibat yang dihasilkan akan lemah, sehingga mengurangi validitas internal penelitian. Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dinata (2008) menggunakan desain eksperimen one shot only design dimana salah satu kelompok mendapatkan tayangan iklan di media televisi dan kelompok lain mendapat iklan di media brosur sehingga jelas perbedaannya. Selain itu adanya pembelajaran yang terjadi karena peneliti hanya menggunakan satu jenis skala intensi membeli laptop Acer V5 yang sama untuk dua jenis perlakuan yang berbeda. Bentuk pengukuran yang paralel antara tes yang pertama dan tes yang ke dua dilakukan dengan alat ukur yang sama membuat subjek dapat mengingat-ingat tes yang pertama, sehingga pada tes ke dua subjek dapat mengingat-ingat soal-soal dan jawaban yang diberikan pada saat tes pertamanya (Latipun, 2010). Peneliti telah berusaha meminimalisir adanya faktor belajar yang timbul dengan cara mengacak nomor aitem pada skala, dengan demikian diharapkan subjek tidak menyadari jika sebenarnya dihadapkan pada skala yang sama. Berdasarkan hasil observasi secara keseluruhan saat penelitian berlangsung, sebagian besar peserta pada setiap kelompok menunjukkan adanya kejenuhan saat mengerjakan skala intensi membeli yang diberikan pada pengukuran ke dua. Hal ini disebabkan karena peserta harus mengisi skala yang sama yang diberikan pada pengukuran pertama. Pernyataan tersebut didukung oleh hasil wawancara yang diperoleh dari beberapa subjek yang mengatakan bahwa merasa sedikit bosan dan agak malas ketika membaca skala kedua yang diberikan, sehingga dalam memberikan jawaban mengingat-ingat jawaban yang telah diberikan pada skala pertama. Penelitian ini juga tidak menggunakan screening atau seleksi subjek, sehingga peneliti tidak mengetahui seberapa besar tingkat kebutuhan mahasiswa akan membeli laptop dan siapa saja dari subjek yang benar-benar memerlukan informasi berupa iklan yang berkaitan dengan laptop. Hal ini sesuai dengan persepsi selektif menurut Schiffman dan Kanuk (2004) yang menyatakan bahwa konsumen akan memperhatikan iklan secara selektif sehingga konsumen akan mengabaikan iklan-iklan yang tidak sesuai dengan kebutuhan mereka. Keterbatasan penelitian lainnya yang menyebabkan tidak adanya perbedaan pengaruh media iklan televisi dan media iklan brosur adalah peneliti menggunakan produk yang cukup dikenal mahasiswa, sehingga dapat menimbulkan bias mengenai kesadaran subjek mengenai produk, faktor loyalitas terhadap suatu merk, dan pengalaman subjek dalam mengakses informasi. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Senthilnathan dan Tharmi (2012) menyatakan bahwa ada hubungan yang positif antara brand equity dengan intensi membeli, dari penelitian tersebut dapat diketahui bahwa semakin kuat brand equity yang dimiliki suatu produk maka akan diikuti pula dengan tingginya intensi membeli yang dimiliki konsumen. Brand equity yang kuat
dimiliki akan membuat konsumen loyal pada merek tersebut (Ferrinadewi, 2008). Hal tersebut dikuatkan dengan hasil wawancara subjek yang tidak memiliki niat atau intensi membeli memberikan alasan bahwa tidak menyukai laptop merk Acer yang ada dalam iklan karena merk Acer dianggap kurang bagus kualitasnya dan kurang tahan lama daripada merk lainnya, sedangkan bagi subjek yang memiliki intensi membeli laptop Acer mengatakan bahwa laptop merk Acer mudah digunakan dan mudah mengakses complain dan servisnya Berdasarkan hasil wawancara terhadap subjek yang memiliki skor tertinggi, skor terendah, selisih terendah dan selisih tertinggi dapat disimpulkan bahwa bagi subjek yang berniat maupun tidak berniat membeli laptop merk Acer dalam iklan yang disampaikan melalui kedua media tersebut mengatakan bahwa kedua media sama-sama dapat memberikan informasi mengenai produk tersebut. Subjek-subjek yang diwawancara menjelaskan bahwa media televisi memiliki kelebihan dalam hal memberikan hiburan yang menarik serta dapat melihat secara langsung visual bentuk, dan desain dari laptop yang diiklankan. Para subjek selain menuturkan kelebihan, juga mengatakan bila media televisi memiliki kelemahan dalam hal menyampaikan informasi tentang laptop merk Acer, yaitu dirasa informasi yang diperoleh dari media televisi kurang lengkap karena hanya menampilkan kesan desainnya saja yang slim sedangkan untuk spesifikasinya tidak dijelaskan. Berbeda dengan media televisi, informasi yang disampaikan dalam media brosur menurut para subjek sangat lengkap sehingga dapat mengetahui secara rinci spesifikasi yang dimiliki laptop merk Acer tersebut. Subjek juga menambahkan adanya kelemahan yang dimiliki media brosur yang menyebabkan subjek kesulitan/ tidak bisa membayangkan visual bentuk dan desain laptop. Berdasarkan pemaparan kelebihan dan kelemahan yang dimiliki media iklan televisi dan media iklan brosur di atas diperoleh bahwa tidak ada perbedaan pengaruh media iklan terhadap intensi membeli laptop Acer pada mahasiswa. Hal itu berarti bahwa kedua jenis media tersebut memiliki pengaruh yang sama terhadap intensi membeli laptop Acer pada mahasiswa. 3. Simpulan Penelitian ini dilaksanakan untuk menguji perbedaan pengaruh media iklan terhadap intensi membeli laptop Acer pada mahasiswa. Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, serta pembahasan pada bagian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan pengaruh media iklan terhadap intensi membeli laptop Acer pada mahasiswa.
4. Daftar Pustaka Acer Magazine. 2012. Here Comes The Slim Family. Jakarta. Ajzen, I. 2005. Attitudes, Personality, and Behavior. Maidenhead, Berkshire, England ; New York : Open University Press. Alsa, A. 2003. Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif Serta Kombinasinya Dalam Penelitian Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. American Psychological Association. 2006. APA Dictionary of Psychology. Gary R. Vandenbos (editor). Washington DC.
Anonim. 2007. Pengguna Notebook. http://laptopindonesia.blogspot.com. 23 April 2012. Anonim. 2011. Pasar Laptop Indonesia. http://yosancyber.blogspot.com/2011/07/pasarlaptop-indonesia.html. 25 April 2012. Azwar, S. 2009. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Azwar, S. 2009. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. 2010. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Corsini, R. J. 2002. The Dictionary of Psychology. New York: Brunner/ Mazel. Diekhoff, G. 1992. Statistics For The Social And Behavioral Sciences. US of America: Wm. C. Brown Publishers. Dinata, B. O.L. 2008. Perbedaan Efektivitas Media Iklan Televisi dan Media Iklan Cetak Dalam Menstimulasi Minat Beli Konsumen. Skripsi. (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Engel, J. F., Blackwell, R. D., Miniard, P. W. 1995. Perilaku Konsumen. Tangerang : Binarupa Aksara. Ferrinadewi, E. 2008. Merek dan Psikologi Konsumen. Yogyakarta : Graha Ilmu. Ibrahim, N. 2007. Analisis Pengaruh Media Iklan terhadap Pengambilan Keputusan Membeli Air Minum Kemasan Merek Aqua Pada Masyarakat Kota Palembang. Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya. 5 : 44- 70. Kim, J., Sung, Y. 2008. Dimensions of Purchase- Decision Involvement : Affective and Cognitive Involvement in Product and Brand. Journal of Brand Management. 16 : 504- 519. Kotler. P., & Keller, K. L. 2006. Marketing Management. New Delhi India: Pearson Prentice. Kristianto, P. L. 2011. Psikologi Pemasaran. Jakarta: Center of Academic Publishing Service. Latipun. 2011. Psikologi Eksperimen. Malang: UMM Press. Li, H., Daugherty. T., Biocca. F. 2002. Impact of 3-D Advertising on Product Knowledge, Brand Attitude, and Purchase Intention : The Mediating Role of Presence. Journal of Advertising. 31 : 43- 57. Liliweri, A. 2008. Komunikasi: Serba Ada Serba Makna. Jakarta : Kencana. Macklin, B. 2009. Meningkatnya Demand Laptop di Era Konektivita Online. http://onlinebuku.com. 25 April 2012.
Mahadi, T. 2012. Penjualan Perangkat Komputer .http://industri.kontan.co.id. 23 April 2012. Mangkunegara, A.A.A.P. (2002). Perilaku Konsumen (Edisi Revisi). Bandung: PT. Refika Aditama. Meryana, E. 2011. Nielsen: Brosur Efektif sebagai Alat Promosi. Dalam Kompas 1 November 2011. http// www.kompas.com. 25 April 2012. Mowen, J. C. & Minor. M. 2002. Perilaku Konsumen. Jilid 1 dan 2. Edisi kelima. Jakarta: Erlangga. Munandar, A.S. 2008. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Myers, A. dan Hansen, C. 2002. Eksperimental Psychology (5thedition). California: Wadsworth. Nugroho, P. W. 2009. Pengaruh Pesan Iklan Televisi Terhadap Intensi Pembelian Produk Pemutih Kulit Pada Remaja Putri. Skripsi. (tidak diterbitkan). Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. Peter, J.P. dan Olson, J.C. 1990. Consumer Behavior and Marketing Strategy. Boston: Richard D. Irwin, Inc. Qader, I. K. A. 2011. The Impact of Media Exposure on Intention to Purchase Green Electronic Products amongst Lecturers. Journal of Business and Management. 6: 240248. Schiffman, L., Kanuk, L. L. 2004. Perilaku Konsumen edisi ke tujuh. Penerjemah: Zoelkifli Kasip. Jakarta : Indeks. Seniati, L., Yulianto, A., Setiadi, B. N. 2009. Psikologi Eksperimen. Jakarta: Indeks. Senthilnathan, S. & Uthayakumar, T. 2012. The Relationship of Brand Equity to Purchase Intention. Journal of Marketing Management. 11: 7- 26. Seputar Indonesia. 2011. Konsumen Pilih yang Praktis. Seputar Indonesia 7 Maret 2011 hlm 22. http://www.bsn.go.id/news. 25 April 2012. Setiadi, N. J. 2010. Perilaku Konsumen. Jakarta: Kencana Prenada Media. Shimp, T. A. 2003. Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta: Erlangga. Solomon, M. R. 2002. Consumer Behavior (5thedition). New Jersey : Prentice Hall. Soscia, Isabella, Simona, G., & Bruno, B. 2010. The Effect of Comparative Advertising on Consumer Perceptions: Similarity or Differentiation. Journal Business Psychology. 25: 109-118.
Sternberg, R. J. 2008. Psikologi Kognitif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Suryabrata, S. 2005. Pengembangan Alat Ukur Psikologi. Yogyakarta: Andi Offset. Tim UAD. 2008. Pedoman Akademik 2008-2009. Yogyakarta: UAD Press. Tjiptono, F. 1997. Strategi Pemasaran Edisi Ke Dua. Yogyakarta: ANDI.