PENGGUNAAN CITRA MODIS SATELIT SEASTAR BERBASIS PARAMETER SUHU PERMUKAAN LAUT DAN KLOROFIL_a DALAM MENGIDENTIFIKASI DAERAH N HASIL TANGKAPAN NELAYAN TANGKAPAN IKAN GUNA MENING T
yahoo. com Perikanan
Teguh Hariyanto dan Arif Suroso Fakultas Telcnologi Kclautan lnstitut Telcnologi Scpuluh November Surabaya
Abstrak ldentifikasi parameter oseanografi perairan dapat membantu dalam menentukan daerab tangkapan ikan pelagis, dengan menggunakan citra modis dapat mengetahui konsentrasi (SST dan Klorofil_a) pada area yang luas dan waktu yang cepat. Tujuan penelitian ini adalah I) menganalisa korclasi parameter Suhu pennukaan I aut (SSn dan klorofil_a dengan basil tangkapan ikan dengan citra Aqua Modis sate! it Scastar dan 2) mcngidcntifikasi daerah tangkapan ikan di WPP No.2 Laut Naruna dan Laut Cina Selatan. Ana!isis korclasi menggunakan pearson product moment, dcngan data basil tangkapan ikan dan basil ekstraksi citra modis Konsentrasi SST dan Klorofil_a selama Tabun 2007-2008. Hasil pcnelitian menunjukan terdapat korelasi positif signiflk.an antara basil tangkapan ikan denga,n klorofil_a (r:0,755 p:O,OOO
Latar Belakang Secara garis besar sumberdaya ikan yang ada di perairan Indonesia dapat digolongkan dalam dua kelompok besar, 1) swnberdaya ikan pelagis, yaitujenis-jenis ikan yang sebagian besar dari siklus kehidupannya menghuni perairan disekitar atau dekat permukaan perairan; dan 2) sumberdaya ikan damersal yaitu kelompok ilcan yang sebagian besar dari siklus kehidupannya menghuni dasar atau dekat dasar·perairan. Sedangkan berdasarkan lokasi dilakukannya kegiatan penangkapan ikan dapat digolongkan kedalam 3 kelompok; 1) perikanan lepas pantai (0/fthore Fisheris), 2) perikanan pantai (Coastal Fishery), 3) perikanan darat (BRKP. 2006). Semberdaya ikan pelagis terdiri atas dua kelompok, yaitu sumberdaya ikan pelagis besar seperti Thna (Thunidae) dan Cakalang (Katsuwonus pelamis), kelompok Marlin (Malcaira sp), kelompok Tongkol (Euthynnus spp) dan Tenggiri (Scomberomorus spp), dan sumberdaya ikan pelagis kecil yaitu jenis ikan layang (Decapterus ntsselli dan D. macrosoma), bentong (crumenophthalmus), banyar (Rastrel/iger kanagurta), juwi/tanjan (Sardinel/a spp), siro (Amblygaster sirm);japuh (Dussumieria acuta), dimana ciri utama dari sumberdaya ikan pelagis adalah sifat migrasi yang cukup jauh (BRKP. 2006). Swnberdaya perikanan tangkap di wilayah pengelolaan perikanan No.2 Laut Cina Selatan masih sangat menjanjikan, dimana berdasarkan data dari BRKP-DKP dan LIPI tatum 200 I, potensi sumberdaya ikan pelagis besar dan kecil yaitu 687,6 ( I 03tonlthn), dengan tingkat produksi 240,7 ( lOltonlthn), diroana Laut Cina Selatan masih dikategorikan sebagai wilayah yang masih perlu dikembangkan perikanan tangkapnya. Mengingat begitu besamya potensi swnberdaya kelautan tersebut maka tidak dapat disangk.al bahwa penguasaan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam sektor kelautan dan perikanan perlu mendapatkan perhatian (BRK.P. 2006). Karena sifat mobilitas yang tinggi, keberadaan daerah ikan di perairan Indonesia bersifat dinamis, selalu berubahlberpindah mengikuti pergerakan kondisi lingkungan, yang secara alamiah iJcan akan memilib habitat
138
... 'I
;
-.;
•
yang lebih sesuai. Sedangkan habitat tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi atau parameter oseonografi perairan seperti temperatur permukaan Iaut, salinitas, konsentrasi klorofillaut. cuaca dan sebagainya. Seperti peristiwa naiknya air dari dasar !aut ke permukaan sebagai perbedaan gradien suhu yang yang dinamakan Upwelling. Maka daerah Upwelling tersebut biasanya terdapat klorofil yang merupakan makanan ikan dan diduga daerah tersebut terdapat ban yak ikan yang disebut daerah fishing ground. Dengan mengetahui parameter tetSebut, maka ketika satelit melewati perairan Indonesia, informasi daerah-daerah yang diduga terdapat ibn dapat diketahui. lnformasi tersebut dapat digunakan oleh nelayan dalam kegiatan penangkapan ikan, sebingga penangkapan ikan akan menjadi lebih efesien dan efektif apabila daerah gerombolan ikan dapat diduga terlebih dabulu. Untuk keperluan pengelolaan sumberdaya ikan, perairan Indoesia dibagi kedalam 9 wilayah pengelolaan pcrikanan (WPP), yaitu ; I) Selat Malaka, 2) Laut Cina Selatan, 3) Laut Jawa, 4) Selat Makasar-Laut Flores, 5) Laut Banda, 6) Laut Arafura, 7) Teluk Tomini Laut Serarn, 8) Laut Malulru-Samudera Pasifik, 9) Samudera Hmdia (BRKP. 2006). Secara geografis kabupaten Sambas berbatasan langsung dengan !aut natuna yang merupakan bagian dari wilayah pengelolaan perikanan no.2 Laut Cina Selatan, perairan Laut Cina Selatan memiliki arti strategis baik ditinjau dari segi lalu lintas pelayaran serta memiliki nilai strategis karena berbatasan dengan Malaysia, SCngapura, Thailand dan Vietnam. Laut Cina Selatan dikategorikan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan sebagai salah satu Wilayah Pengelolaan Perikanan No 2 (WPP 2) dari 9 WPP lainnya (Gambar 1). Dimana saat ini dinas kelautan dan perikanan telah mengumpulkan data-data tentang daerah penangkapan ikan, yang smgat berguna dalam mengetahui pergerakan kapal penangkap ikan serta dapat dijadikan sebagai bahan .aalisis potensi perilcanan di suatu perairan.
Gambar 1. Wilayah Pengelolaan Perikanan No.2 Laut Cina Selatan '·.
.·
Smnber: www.dkp.go.id Pola operasi penangkapan ikan nelayan kita selama ini adalah dengan mencari gerombolan ikan (fish schooling) kadang dapat memakan waktu sampai berhari-hari, ini sangat tidak efisien karena dalam mencari ~mbolan atau menentukan daerah tangkapan ikan akan berdampak meni ngkatkan biaya operasional. Guna ~rpendek waktu penangkapan ikan hal yang penting dilakukan adalah dengan merubah pola penangkapan an dengan mempersingkat wakn1 mencari daerah penangkapan ikan. Dalam menerapkan pola penangkapan bn yang efektif dan efisien, harus diketahui adalah karakteristik objek (ikan) yang akan ditangkap, kemudian :Dei~getahui pola sebaran atau migrasi ikan serta menetukan kapan dan dimana tempat untuk melakukan :!'~
139
' •
'
I
operasi panangkapan ikan. Untuk menentukan kapan dan dimana lcita akan menangkap ikan, kita harus dapat memprediksi daerah sebaran ikan dan mengetahui tingkab laku ikan (fish behaviour) ada 3 tingkah laku ikan merupakan pola yang mencerminkan pergerakan dan sebaran ikan yaitu; I) mencari makan, 2) mencari tempat berpijah, 3) menghindar dari serangan predator (Gunarso. I985). Tetapi permasalah utamanya, ikan adalah mahluk hidup yang berada di dalam air dan tidak terlihat dari darat serta mobilitasnya tinggi, bagaimana kita dapat menentukan serta mengetabui keberadaan dan sebaran ikan. Secara akurat keberadaan ikan didalam air tidak dapat diketahui, tetapi dapat melakukan pendekatan-pendekatan terhadap unsur-unsurymg berpengaruh terhadap keberadaan dan pola sebaran ikan. Berdasarkan beberapa sumber literatur dan pengalaman penulis di lapangan teknologi Inderaja sering dilalcukan dalam memprediksi sebaran ikan dengan melalcukan pendekatan terhadap unsur kondisi oseanografi perairan dalam hal ini suhu permukaan !aut dan klorofil_a, dimana pada suatu perairan yang memiliki klorofil_a identik dengan tempat makan ikan, maka dapat diidentifikasikan dengan banyaknya plankton yang menyebar di daerah tersebut, sehingga ikan-ikan kecil akan berkumpul untuk mencari makan serta memancing ikan-ikan yang besar ke daerah tersebut, sedangkan dengan mengetahui suhu permukaan !aut, maka dapat diprediksi daerah ikan berkumpul karena ikan akan berkumpul pada suatu perairan apabila suhu daerah perairan terse but dirasakan sesuai (Gunarso. I985). Nelayan Kalimantan Barat masih bersifat tradisional, dirn.ana para nelayan hanya mengandalkan pengalaman untuk menentukan daerah tangkapan ikan. Metode penangkapan seperti. ini menghabiskan banyak waktu, biaya, dan tenaga sedangkan basil yang didapat tidak sesuai dengan biaya operasional yang dikeluarkan. Permasalahan diatas dapat dijawab dengan adanya informasi data yang berhubungan dengan daerah tangkapan ikan. Untuk mengetahui suatu daerah perairan yang layalc. untuk diidentifikasikan sebagai daerah tangkapan ikan kita harus mengetahui t.:rlebih dahulu bagaimana korelasi atau hubungan antara suhu permukaan !aut dan klorofil_a dengan jumlah basil tangkapan ikan dan mengidentifikasi daerah-daerah perairan tersebut. Salah satu penelitian yang pernah dilakukan Mulyo 2004, menyatakan bahwa korelasi antara suhu permukaan laut dengan jumlah hasil tangkapan ikan akan sangat berpengaruh dengan menggunkan citra satelit NOON AVHRR, dimana ikan menyukai daerah yang merniliki suhu yang .rendah dibanding suhu tinggi dan kesimpulannya sebaran suhu permukaan Iaut mempengaruhi jumlah basil tangkapan ikan pelagis untuk daerah Selatan Jawa Timur, bertolak belakang dengan basil penelitian yang dilakukan oleh Mulyo 2004, Fitriah 2007 dengan citra MODIS dalam makalahnya menjelaskan bahwa antara suhu permukaan )aut dengan klorofil_a saling berhubungan sementara suhu permukaan laut dan klorofil_a tidak memiliki hubungan dengan jurnlah hasil tangkapan ikan di Samudera Hindia yaitu di Sebel~ Selatan Pelabuhan Ratu. Adanya dua penelitian yang saling bertolak belakang tentang validitas parameter subu permukaan )aut dan klorofil_a untuk menentu.kan daerah tangkapan ikan yang disebabkan Jokasi penelitian serta spesies sasaran yang berbeda, maka berdasarkan pemaparan tersebut dibutuhkan suatu penelitian tentang korelasi antara suhu permukaan !aut dan klorofil_a dengan hasil tangkapan ikan pelagis guna untuk melalcukan verifikasi tentang validitas dua parameter oseanografi tersebut sebagai indikator daerah tangkapan ikan, sehingga berdasarkan parameter tersebut dapat dibuat pemetaan lokasi potensial daerah penangkapan ikan di lokasi WPP No.2 di perairan Laut Natuna dan Laut Cina Selatan. Perumusan Masalab
Berdasarkan pemaparan pada Jatar belakang, permasalahan utama dalam penelitian ini adalah dimana daerah perairan yang poteosial sebagai daerah tangkapan ikan ?, untuk menjawab permasalahan tersebut dua hal dasar yang substansial akan dibahas terlebih dahulu, yaitu : I. Apakah terdapat korelasi antara parameter suhu permukaan laut dan klorofil_a melalui proyeksi citra Modis satelit seastar dengan hasil tangkapan ikan di WPP No.2 Laut Natuna dan Laut Cina Selatan? 2. Dimana daerah yang potensial sebagai daerah tangkapan ikan berbasis parameter suhu permukaan laut dan klorofil_a di WPP No.2 Laut Natuna dan Laut Cina Selatan ? Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : I. Mengetahui korelasi an tara parameter suhu permukaan Iaut dan klorofil-a melalui proyeksi citra satelit Seas tar dengan hasil tangkapan ikan di WPP No.2 Laut Natuna dan Laut Cina Selatan. 2. Mengidentifikasi daerah tangkapan ikan berbasis parameter suhu permukaan Iaut dan sebaran klorofil_a di WPP No.2 Laut Natuna dan Laut Cina Selatan 140
\
...,.aat ~ terdapat hubungan antara daerah penangkapan ikan dengan sebaran suhu pennukaan
Iaut dan klhorofil-
a 6algan jumlah hasiltangkapan ikan nelayan, maka manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini ..all : 1.
2.
Dapat mengetahui daerah yang potensial sebagai daerah penangkapan ikan di perairan WPP No.2 Laut Natuna dan Laut Cina Selatan berbasis parameter Klorofil_ a dan Suhu Permukaan Laut. Dapat memprediksi daerah tangkapan ikan.
ltdlcndaan ikan pada suatu perairan berhubungan dengan parameter-parameter oseanografi perairan seperti ..... salinitas, arus, dan kelimpahan fitoplankton atau sumber makanannya. Informasi mengenai parameter,.ameter oseanografi sangat dibutuhkan untuk pengelolaan sumber daya ikan secara optimal dan lestari. Warmasi ini dapat diperoleh dengan cara pengukuran i!15itu. Tetapi ada ca~ lain yang Iebih efisien yaitu ~akan metode penginderaanjauh, karena tidak menghabiskan biaya yang banyak dan tidak memakan WllbD yang lama untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Selain itu, dengan metode penginderaan )llllt menggunakan citra Modis selama bulan Juli sampai dengan Desember 2005 di Pelabuhan Ratu, dapat .-bcrikan informasi secara time series, dimana berdasarkan uji statistik, disimpulkan bahwa antara distribusi 51'1. deogan konsentrasi klorofil-a mempunyai hubungan yang signifikan, sedangkan antara produksi ikan Jdlcis dengan konsentrasi klorofil-a tidak ada korelasi, begitu juga antara produksi ikan pelagis dengan SPL ~2007).
Waagkan berdasarkan basil penelitian lainnya yang dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Oktober
all di perairan Selatan Jawa Timur dengan citra NOOA-AVHRR, menyatakan bahwa sebaran suhu pnwtkaan !aut berpengaruh terhadap keberadaan ikan, dimana ikan lebih menyukai suhu permukaan yang II:Wa rendah dibandingkan dengan suhu yang tinggi ini dibuktikan dengan basil analisa, pada suhu yang ..tab 21-23°C basil tangkapan ikan yang dihasilkan Iebih banyak dari bulan-bulan Iainnya yaitu mencapai 1!24,.258 ton (Mulyo 2004).
Dlri basil studi Ieteratur antara kedua makalah yang didireviuw dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
,-c mencolok, yaitu tentang pengaruh suhu permukaan Iaut terhadap keberadaan ikan (basil tangkapan ._). Dari basil reviuw tersebut penulis mencoba melakukan analisa tentang pengaruh parameter oseanografi ioderaja dalam menentukan daerah tangkapan ikan. . _ _ mengetahui suhu permukaan )aut dan klorofil-a eli perairanllaut dapat dilakukan secara in situ/ secara a.pmg dilapang, tetapi akan memakan biaya yang san gat mahal dan waktu yang panjang, dengan memanfaatkan dllologi penginderaanjarakjauh dirasakan sangat tepat, karena dapat memproyeksi area yang sangat luas 6::llpn cepat dan biaya yang dikeluarlcan tidak terlalu besar. Teknologi penginderaanjauh dalam mendapatkan 61aatau informasi secara tidilk langsung, karena menggunakan fenomena merambatnya energi matahari ke ..U dan reaksi dari objek-objek di burni terhadap energi matahari tersebut. Reaksi objek-objek yang ada di ..U terhadap energi matahari beragam, seperti memantulkan, memancarkan, mengalirkan, dan menyerap -..ga tersebut. Agar reaksi objek di muka bumi terhadap energi matahari dapat digunakan sebagai informasi ~ukan adanya wahana dan sensor. Wahana sebagai kendaraan pembawa sensor dapat berupa pesawat lmbang, satelit, pesawat ulang alik, dan lain-lain. Sedangkan sensor adalah alat optik yang diletakkan di .-ma dan dapat merekam energi matahari yang dipantulkan oleh objek-objek di bumi (Mulyo 2004). Tcbologi yang tepat guna dan tepat waktu diperlukan dalam penyediaan infonnasi daerah potensi penangkapan ~ alrurat, mencakup w ilayah perairan !aut yang sangat luas. Perpaduan teknologi penginderaan jauh (adcraja) khususnya satelit dengan data oseanografi khususnya konsentrasi plankton dan suhu permukaan lml sma didukung dengan metode pengolahan dan analisis yang teruji akurasinya, merupakan salah satu *matifyang sangat tepat dalam mempercepat penyediaan informasi zona potensi ikan harian untuk keperluan palingkatan has;il tangkapan ikan (Hasyim 2004).
Citra Modis MOOis (Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer} adalah suatu instrument kl.mci yang terdiri atas • sate lit, yaitu ; Terra (Earth Observation System AM) dan Aqua (Earth Observation System PM) dimana
141
perbedaan antara kedua sate! it ini adalah perbedaaan garis edar yaitu untuk Terra melewati garis katulistiwa pada waktu pagi hari dengan arab Utara-Selatan, sedangkan Aqua melewati garis katulistiwa pada sore hari dengan arah kebalikan dari Terra, Selatan-Utara.Satelit Terra dan Aqua mengamati keseluruhan perrnukaan bumi setiap I atau 2 hari dimana data yang diperoleh diterirna dalam 36 band spectral dengan panjang gelombang berbeda. Data MODIS terdiri dari 36 kanallband spectral dengan kana! 1-19 dan 26 berada pada kisaran gelombang visible dan infra merah dekat, sedangkan kanal-kanal selebihnya berad!!,pada kisaran gelombang thermal. Dengan banyak kana! yang dipunyai oleh data tersebut yang mencakup kana! dari satelit NOAA, Sea Wifs, Landsat dan ·sebagainya, maka dapat digunakan untuk menentukan/mengukur parameter dari perrnukaan !aut hingga ke atmosphere seperti mengukur Temperatur Perrnukaan Laut (Sea Surface Temperature), konsentrasi klorofil. Kandungan uap air dan sebagainya.
Gambar 2. Citra Modis diolah dalam Software Seadas
(mg/rn")
.
0.02
0.10
1.00
Sumber : http://seadas.gsfc.nasa.gov/tutorial
142
10.00
50.00
Modis memiliki resolusi radiomelrik tinggi {12 bit) dalam 36 band spectral dengan panjang gelombang berkisar antara 0,4 ).l m- 14 ).l m, dua band dapat menarnpilkan citra pada suatu resolusi 250m, lima band berikutnya memililci nilai resolusi 500m, sedangkan selebihnya 29 band memiliki resolusi lkm. Dengan sudut penyiaman 55° dan orbit sepanjang 705 km hngga 2.330 lan dan dapat mencakup seluruh perrnukaan bumi da.lam I hingga 2 hari. Scanner dirakit dengan menggunakan cermin dua sisi yang dapat berputar secara terus-menerus untuk menyiami dengan sudut sia{n sekitar 550. Tabell. Karakteristik Sensor Modis Karakteristik Orbit Scan Rate Swat Dimensions Telescope Size Weight Power Data Rate Quantization Spasial Resolution
Desain Life
Keteran~an
705 km, 10:30 a.m. descending node (Terra) or 1:30 p.m. ascending node (Aqua) Sun-synchronous, near-polar, circular 20.3 rpm cross track 2330 km (cross track by 10 km (along track at nadir) 17.78 em diam.off-axis, afocal (collimated), with intermc:diate lield stop. 1.0 .t 1.6 :r 1.0 m 228.7 ka. 162.5 W (single orbit average} 10.6 Mbps (peak daytime); 6.1 Mbps (orbital average) 12 bits 250 m (band 1-2) 500 m (band 3-7 1000 m (bands 8-36) 6 years
Sumber : http://modis.gsfc.nasa.gov/about/specifications.php. Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi yang akan diamati adalah di Kota Pemangkat Kabupaten Sambas, tepatnya di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pemangkat (PPN Pemangkat) dengan pengambilan data-data selama 2 tahun 2007-2008. PPN Pemangkat adalah salah satu tempat pendaratan ikan yang berskala Nasional tipe B atau kelas II yang dapat didaratkan kapal perikanan berukuran besar (>15-16 Gt). Dimana pada penelitian yang akan dilakulcan penulis menggunakan metode deskriptif dan lrualitatifdengan tahapantahapan meliputi : Tahap 1. Studi literatur, Tahap 2. Identidikasi dan infestigasi pola penangkapan ikan, Tahap 3. Data kondisi oseanografi perairan, Tahap 4. Pencitraan satelit, Tahap S. Pengelompokan data, Tahap 6. Pengolahan data lapangan dan citra satelit (EXEL dan Seadass 5.1) Tahap 7. Pemetaan daerah penangkapan ikan, Tahap 8. Laporan. Secara garis besar proses penelitian yang akan dilaksanakan dapat dilihat pada diagram alir penelitian.
143
Diagram Alir Penelitian
ldentidikasi dan infestigasi pola penangkapan ikan - Jumlah kapal - Daerah penangkapan ikan - Hasil tangkapan ikan - Suhu Permukaan Laut dan Klorofil a
Validasi Tidak
r-
~~ -----------------~
"'-·
Parametrik
Asumsi Distribusi Data Non Parametrik
' ••• I
.
I
----~---------------~ ldentif"lkasi!Pemetaan Daerab Penangkapan lkan
Hasil dan Pembahasan Daerah penangkapan ikan Data mengenai daerah penangkapan ikan nelayan PPN Pemangkat penulis dapatkan dari data respon batik yang disampaikan oleh nelayan kepada pihak pelabuhan perikanan nusantara Pamangkat selama 2 tahun (2007-2008) per bulan, dan hasil wawancara dengan nelayan. Tabel 2. Daerah Tangkapan lkan Nelayan PPN Pemangkat Tabun 2008 .,:-· ... : . ~t~i~t< ;:.··;-..;_:· ...
·~~
· Np
. .. . ~
..
.
-~
... ..... :·:::~.
-~~-
.;,
...~ r•
1
Januui
0:2041'58"
02031'30"
10&028'20"
IOS0-46'48"
l 3 4 5
Pebruari Maret
03°42'51~
02000'32"
1070S6'.Sl"
OZ056'W
02000'11"
106°48'36" t()SQ01'14"
April
OlD49'37"
02010'3 1"
Mei
02054'51"
0Z003'02"
Juo.i
Juli
03°44'.56" 03°42'53"
OZ036'00"
108002'02" 107048'20"
AJUitu3
03042'32"
Olo.21'54"
100010'31"
6 7 8 9 10
02~1'52"
ScptembaOktober Novembct Dexmbct
11 12
JOS057'23" 108'13'02" 10&044'54"
107017'35" 107002'13"
10905 1'17" JOS05l'03" I()90()(r02"
Tldak Ada Data
Ket; - Bulan ScptembersfdDetc:mbctBclumacb data - JeniaK.apal }'UIA digunabnadalahPurse Sdne dan Gill Net Pen:nulcam Sumba-: Data Diolah dari Respon Billik Nel.ayan PPN Pem.anglclt dan Wawancua.
Tabel 3. Daerab Tangkapan Ikan Nelayan PPN Pemangkat Tabun 2007
.. : ~. f-=.Tr.iJ.f a 1!• ~~ R'•;~t'! tt,_.t :(~~)~~:~~~l~~~·~:-:~/~~ ~~~~~~ ql·~;t::.·,
''··' .
~'
f
~ ~-
;;z"'l~+P.tt{~~b.~~:~,_~ >,6T-•""-.,_-,,_~"- ~~ ~~1.11P11 =\ ,~. ·h. "'~;;.·ir~i:.f-;r,y,.;:.
~·
·-.. "~-
'~..
4> -..:
._, "
.,. •
•
.c.l
•
•
r ~".t
l• ~~~ •;:; l{.~·.;l:', "" I
I
Januari
03049'32"
02008'14"
107015'02"
108016'35"
l
Februari
03°40'54"
03040'54"
106040' 13"
107<151'06"
3
Maret
02°53'42''
01045'03"
108001'32"
108057'19"
4
April
02°55'06"
02°15'35"
107°15'34"
108021'02"
5
Mei
03044'16''
02000'52"
107013'48"
toa0s6'17"
6
Junl
030SJ'04"
02°52'11"
108002'37"
1()9017'33"
7
Juli
03°53'32"
020:Zl'06"
107037'16"
I 08°4 3'28"
8
AtuJtuJ
04027'05"
OJ0S7'18"
107001'34"
109057'32"
9
Seutcmber
04020'11'
01003'28"
107003'04"
1()9059'47"
10 Oktober
04019'51"
010J7'26M
107006'14"
I0804.S'51"
11 November
04°43' 18"
01°42'36"
107012'03"
1080S4'5S"
12 Desembet 040J0'11" 01000'59" 107008'13" 108°52'44" Ket : Alai tangkap yang digunakan adalah )tillS Purse seu1e dan Gill Net. Sumber : Data respon balik nelayan PPN dan wawancara.
145
Tabel 4. Komposisi Hasil Tangkapan dan Jenis Alat Tangkap
Gambar 2. Grafik Hasil Tangkllpan Nelayan Purse Seine dan Gill Net PPN Pemangkat Tabun 2007
Hasil Tangakapan lkan Nelayan PPN Pemanakat Tahun 2007 900 800 700 600
-PurseSdne
c soo ~ 400
- -GII Nd
300 200 100
--Total Produbl
0
/.,./
.;~
.t• J'
"
-1
/.,/' / / /
Sumber ; Data Diolah Gambar 3. Grafik Hasil Tangkapan Nelayan Purse Seine dan Gill Net PPN Pemangkat Tabun 2008 noo
·•••
§
...
... l90
Hasll Tangakapan lkan Netayan PPN Pemangkat Tahun 2008
_____...
~
...,_,--
---
-
... ~
PurseS~ne
---
.... ~------------------------------------------------------Sumber ; Data Diolah
146
»
O:S-10
29
•
n
7
33
0}.10
7,6
0,4
.,...,.
0.3
.5
7.,4
0,5
ll
s
&,4
n
QS-10
i
'1,4
n
J,l
3,1
l,7
33
4,1
4,1
l,7
34
1,3
s
l ,l
l3
3,6
3,5
l,l
2t
10
7
i,l
0,4
0,5
Sumber; Dc:partemcn Kelauatm Dan Perikanan. 2004 Gambar 4. Grafik Rata-rata SST Tahun 2007
,._Rata-rata SST Tahun 2007
31
.........
30
29
7
~ 28
,..
I
27 ~
-·
26
25 24
•
,I'
'{l'v
Yl~- ill'
....f' ~·
147
......
'
~
~ ~ SST
Gam barS. Graflk Rata-rata SST Tahun 2008
Rata-rata SST Tahun 2008 34
32 30 ~
26
/
/
'v
28
.....
........
....
...-ssr
24 JaniArf Februarl
Maret
Mel
April
Junl
JuQ
Acustus
Gambar 6. Grafik Rata-rata klorofil_a Tahun 2007
Rata-rata Klorofil_a Tahun 2007
Gambar 7. Grafik Rata-rata klorofil_a Tahun 2008
Rata.rata Klorofil_a Tahun 2008 1.5
e ~
1
r
0.5 0 Jenunl
Februarl
Maret
April
Mel
Junl
Asumsi Normalitas Data Asumsi uji nonnalitas data digunakan untuk menentukan bentuk alat uji, dimanajika data berdistribusi nonnal maka akan digunakan uj i korelasi parametrik pearson product moment, sebaliknya jika data tidak berdistribusi nonnal akan digunakan alat uji korelasi non parametrik spearman s rho. Asurnsi dipenuhinya nonnalitas dalam data akan dilihat berdasarkan nilai skewness value dari rnasing-masing variable. Rule of thumb nilai 148
skewness berkisar ± I menunjukan asimetris sebaran data berada pada asimetris distribusi normal (SPSS result coach: 2006). Serta dengan melihat distribusi normalitas berdasarkan grafik histrogram data. Tabel 6. Statistik Uji Kenormalan Data SST dan lkan
Ikan 20
SST N
20
Valid
Missing
Skewness Std. Error of Skewness
.
0
0
-0.299 0 512
0,374 0 512
Sumber ; Data Diolah dalam SPSS 13 Tabel7. Statistik Uji Kenormalan Data Klorofil dan lkan
Valid Missing
N
Klororu 20
Skewness Std. Error of Skewness
Ikan 20 0
0 0,885
0,374
0,512
0,512
Sumber ; Data D10lah dalam SPSS Tabel 8. Basil Korelasi SST dan BTl Tahun 2007-2008
SST
SST
Pearson Correlation
lkan 1
Sig (2-tailed)
,155 ... ,000
N
Ibn Pearson Correlation
20
20
.755 ..
1
.ooo
Sig (2-tailed)
20
N
20
Ket; •• CorrelatiOn 1S stgmficant at the O,Ollevel Sumber ; Data Diolah Tabel9. Korelasi antara Klorofil_a dan BTl Tahun 2007-2008
Klorom SST
Peuson Correlation
1
Ikan ,458**
0,42
Sig (2-tailed) N
lkan Peaxson Correlation
Sig (2-tailed)
20
20
,458**
1
0,42
N
20
.
20
Ket : •. Correlatlon ts stgmficant at the o.os level (2- talled) Sumber ; Data Diolah dalam SPSS 149
Berdasarkan hasil korelasi antra klorofil_a dan SST dengan hasil tangkapan ikan (Gambar 4.17, 4.18), maka dapat ditarik kesimpulan hubungan asosiatif dari masing-masing variabel sebagai berikut : I. Variabel suhu permukaan )aut berdasarkan perhitungan diperoleh nilai (r:0,755 p:O,OOO
dan
variabel klorofil_a dan Berdasarkan basil anal isis yang menunjukan adanya korelasi posit if signifikan subu pennukaan !aut dengan basil tangkapan ikan, maka parameter oseanografi ini valid secara statistik untuk digunakan sebagai indikator posisi ikan.
A. Pemetaan Tahun 2007 A.I.Daerah Penangkapan lkan, Ekstraksi Klorofil_a dan SST Musim Barat Februari 2007 Secara garis besar untuk musim Barat bulan Februari tabun 2007 (Gambar 8) daerab penangkapan yang potensial berada pada koordinat- 0 I0 s/d 02° Bujur Timur dan 108° s/d 109° Lintang Utara. Sedangkan daerab penangkapan nelayan PPN Pemangkat berada pada koordinat 03°40'54" s/d 03°40'54" Bujur Timur dan 106°40' 13" s/d I 07°51'06" Lintang Utara. Eksraksi Citra Modis Februari 2007 (Kiorofil_a) (SSl)
Gambar 8. Komposit Ekstraksi Klorofil_a dan SST Musim Barat Februari 2007
Sumber ; Data Diolab
ISO
A.2. Daerah Penangkapan Ikan, Klorofil_a dan SST Musim Peralihan I Mei 2007 Musim peralihan I bulan Mei Tahun 2007 (Gambar 9) daerah penangkapan yang potensial berada pada lcoordinat- 0 I0 s/d 02° Bujur limur dan I08" s/d I09" Lintang Utara. Sedanglean daerah penangkapan nelayan PPN Pemangkat berada pada koordinat 031'44.16" s/d 02000'52" Bujur Timur dan I07°13 '48" s/d 108°56' I 7" Lintang Utara. Eksraksi Citra Modis Mei 2007 (Klorofil_a) (SST) Gambar 9. Komposit Elutrak.si Klorofil_a dan SST Musim Peralihan I Mei 2007
s..ber ; Data Diolah
151
A.3 Daerah Penangkapan Ikan, Klorofil dan SST Musim Timur Agustus 2007 Daerah penangkapan yang potensial untuk musim Timur Agustus 2007 bcrada hapir disemua perairan di Kalimantan Barat (Gambar I 0). Sedangkan daerah penangkapan nelayan PPN Pemangkat berada pada koordinat 04°27'05" sld 0 I0 57' 18" Bujur Timur dan I 07°0 I '34" sld I ()9057'32" Lin tang Utara. Eksraksi Citra Modis Agustus 2007 (Kiorofil_a) (SST)
Gambar 10. Komposit Ekstraksi Klorofil_a dan SST Musim Timur Agustus 2007
Sumber ; Data Diolah
152
A.4. Daerah penangkapan yang potensial untuk musi peralihan II November Tah\Ul 2007 berada pada koordinat - 01° s/d 02° Bujur Timur dan 107° s/d 109° Lintang Utara (Garnbar II). Sedangkan daerah penangkapan nelayan PPN Pemangkat berada pada koordinat 04°43 ' 18" s/d 0 I042'36" Bujur Timur dan 1070 12'03" s/d I 08°54' 55" Lin tang Utara. Eksraksi Citra Modis November 2007 (I<Jorofil_a) (SST) Gambar 11. Komposit Ekstraksi Klorofil_a dan SST Muslm Peralihan II November 2007
Surnber ; Data Diolah
153
Pemetaan Tabun 2008 B.l. Daerah Penangkapan Ikan, Klorofil_a dan SST Musim Barat Februari 2008 Ekstraksi citra modis parameter Klorofil_a dan SST rnusim Barat Februari Tahun 2008 daerah penangkapan yang potensial bedara pada koordinat - 0 I0 s/d 02° BujurTimur dan I06° sld I ()90 Lintang Utara (Gam bar 12). Sedangkan daerah penangkapan nelayan PPN Pemangkat berada pada koordinat 03°42' 51" s/d 02000'32" Bujur Timur dan I06°48'36" sld I 0']056'5 1" Lintang Utara.
Eksraksi Citra Modis Februari 2008 (Kiorofil_a) (SS1) Gambar 12. Komposit Ekstraksi Kloroftl_a dan SST Musim Barat Februari 2008
Sumber ; Data Diolah
154
B.2. Daerah Penangkapan Ikan, Klorofil_a dan SST Musim Peralihan I Mei 2008. Ekstraksi citra modis musim Peralihan I Mei Tahun 2008 daerah penangkapan yang potensial bedara pada koordinat - 0 I 0 s/d 02° Bujur Timur dan I 06° s/d I 09° Lintang Utara (Gambar 13). Sedangkan daerah penangkapan nelayan PPN Pemangkat berada pada koordinat 02°54'57" s/d 02003'02" Bujur Timur dan 107°02'13" s/d IOS044'54" Lintang Utara. Eksraksi Citra Modis Mei 2008 (Klorofii_a) (SST)
Gambar 13. Komposit Ekstraksi Klorofil_a dan SST Musim Peralihan I Mei 2008
Sumber ; Data Dioiah
!55
8.3. Daerah Penangkapan Ikan, Klorofil_a dan SST Musim Timur Agustus 2008 Ekstraksi citra modis musim Timur Agustus Tahun 2008 daerah penangkapan yang potensial bedara hampir disemua perairan Kalimantan Barat (Gambar 14). Sedangkan daerah penangkapan nelayan PPN Pemangkat berada padakoordinat 03°42'32" sld 01 OZI '54" Bujur Timur dan I06°10'31" s/d 109000'02" Lintang Utara. Eksraksi Citra Modis Agustus 2008 (Kiorofil_a) (SST) Gambar 14. Komposit Ekstraksi Klorofil_a dan SST Musim Timur Agustus 2008
Sumber ; Data Diolab Efektifitas Penggunaan Tek.nologi Citra Modis ini terhadap Kelompok Masyarakat (Nelayan)
Penggunaan teknologi ini pertama-tama dilakukan pada tahap proses penyadaran ditengah keluarga khususnya kelompok masyarakat nelayan. Dilakukan pertemuan dengan masyarakat setempat. Sedikit demi sedikit, anggota keluarganya teryakinkan. Kalau ingin berubah pola hidup, mestilab mengembangkan diri. Setelah dinilainya pencerahan mengenai keefektifan menggunakan teknologi ini. maka sebetulnya teknologi satelit ini sangat efektif untuk memetakan daerah-daerah potensial yang dapat dikategorikan sebagai daerab penangkapan ikan berdasarkan parameter suhu permukaan Iaut yang berkorelasi positif signifikan pada taraf 5% dengan basil tangkapan ikan. Artinya semalcin tinggi suhu permukaan Iaut maka semakin tinggi tangkapan ikan Dengan derajat korelasi masuk kategori tinggi. Sedangkan klorofil_a yang dinyatkan dalam penelitian ini berkorelasi positif signifikan pada taraf 5% dengan basil tangkapan ikan. Artinya semakin tinggi klorofil maka semakin tinggi tangkapan ikan, Dengan derajat hubungan masuk kategori substansial (menengah cenderung kuat) Berdasarkan basil analisis yang menunjukan adanya korelasi positif signifikan dari variabel klorofil_a dan subu permukaan laut dengan basil tangkapan ikan, maka parameter oseanografi ini valid secara statistik untuk digunakan sebagai indikator posisi ikan.
156
K.eefektifan penggunaan teknologi ini sangat bennanfaat bagi nelayan maupWl perusahaan perikanan dalam menentukan daerah tangkapan ikan karena sebelum nelayan kelaut, nelayan telah mengetahui daerah penangkapan ikan yang akan dituju sehingga biaya penggunaan bahan bakar dan operasional dapat diminimalisir dan meningkatkan basil tangkapan nelayan. Daftar Pust2ka
Fitriah. N, (2007), ~'Aplikasi data inderaja multispektral dalam estimasi kondisi perairan dan hubungannya dengan basil tangkapan ikan pelagis di pelabuhan ratu" Proceeding geo-marine researchjo1um. Gunarso. W, (1985), nnglcah Lalcu /Jean., IPB Bogor. Hasyim, B. (2004), "Penerapan informasi zona potensi penangkapan ikan (zppi) untuk mendukung usaha peningkatan produksi dan efisiensi operasi penangkapan ikan", Ma/calah pribadi Pengantar ke Falsafah Sains (PPS702) Sekolah Pasca Sarjana I $3 Institut Pertanian Bogor. Mulyo. B.S, (2004), "Pemanfaatan Teknologi Spasial Untuk lnventarisasi Potensi Produk Perikanan Tangkap Dalam Upaya Peninglcatan Perekooomian Daerah", Prosiding Pertemuan llmiah Tahunan /ITS. 8adan Riset Perikanan Tangkap (BRKP), (2006), Peng/cajian Stock Jkan Indonesia 2005. www.dkp.go.id, (2008), Peta Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia. bupJ/modis.gsfc.nasa.gov/ bttpJ/modis.gsfc.nasa.gov/about/specifications.php. bapJ/seadas.gsfc.n.asa.gov/tutorial.
157