TANTANGAN PERUBAHAN KURIKULUM SEKOLAH DASAR: PEMBELAJARAN TEMATIK JAWABANNYA Oleh: Sa’dun Akbar
[email protected] Dosen Kependidikan SD dan Prasekolah FIP dan Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang
Abstrak: Secara periodik kurikulum mengalami perubahan. Kurikulum berubah karena perkembangan orientasi filosofis, sosiologis, psikologis, ipteks, dan harapan masa depan berubah. Setiap perubahan kurikulum menuntut perubahan proses pembelajaran yang disesuaikan dengan perkembangan orientasinya filosofis dan teoretiknya. Praktik pembelajaran yang terjadi di SD pada beberapa dekade akhir-akhir ini dipandang kurang mampu mengembangan seluruh kecerdasan (ganda), tingkat perkembangan fisik-psikologis dan sosiologis, karakter baik, serta tantangan masa depad murid-murid SD secara optimal. Pembelajatan Terpadu—tematik dipandang tepat sebagai jawaban perubahan kurikulum, walaupun pelaksanaan pembelajaran tematik dewasa ini masih terseok-seok. Rekonstruksi perencanaan dan implementasi pembelajaran tematik yang mengakomodasi seluruh kecerdasan ganda, pengayaan pembelajaran berbasis potensi lokal, menerapkan prinsip pembelajaran konstruktivistik, aktif dan bermakna, penggunaan pendekatan dan model pembelajaran bervariasi, guru yang memposisikan dirinya sebagai tenaga pengembang, rombel yang diperkecil, teamwork yang diperkuat, selingan penerapan model terpadu yang bervariasi, dan manajemen serta stakeholders yang mendukung dipandang sebagai upaya optimalisasi praktik pembelajaran tematik dalam impelementasi pembelajaran tematik dalam Kurikulum KTSP dan Kurikulum 2013.
Kata Kunci: Pembelajaran Tematik. TANTANGAN PERUBAHAN
berubahnya
KURIKULUM
perkembangan
Tantangan Filosofis dan Teoretik
perkembangan teori-teori belajar, dan
Pembelajaran
harapan-harapan peningkatan kualitas
Secara periodik kurikulum di negeri manapun mengalami perubahan sejalan
dengan
peubahan
Kurikulum
berubah
perkembangan
orientasi
sosiologis,
psikologis,
pikiran
orang, masyarakat,
hidup yang lebih baik. Jika diidentifikasi berdasarkan
zaman.
alasan filosofis mulai dari kurikulum
karena
1975-an
filosofis,
tahun
2015
ini,
misalnya, terdapat 3 landasan berpikir
dan
(filosofis)
harapan masa depan lulusan yang terus
melandasi
mengalami
Kurikulum 1975 misalnya kurikulum
perubahan.
ipteks,
sampai
Dari
awal
yang
mendasar
perubahan
yang
kurikulum.
kemerdekaan RI kurikulum di negeri
dikembangkan
tercinta ini sudah mengalami perubahan
behavorisme—yang memandang bahwa
sebanyak
perubahan
belasan
kali
karena
berdasarkan
perilaku
filsafat
seseorang
itu 1
ditentukan oleh kekuatan eksternal dan
tidak punya pikiran dan hati (spiritual),
berubahnya perilaku bersifat mekanis.
tidak
Orientasi
pengembangan
digerakkan oleh nilai-nilai. Keberadaan
kurikulumnya cenderung berbasis pada
manusia ditentukan oleh lingkungan
tujuan (Goal Based Curriculum). Dari
sedangkan manusia menentukan diri
filsafat
tersebut
mereka sendiri. Jadi manusia tidak sama
belajar
dengan hewan. Maka behaviorisme dan
teoretik
behaviorisme
dikembangkanlah
teori-teori
mempunyai
kehendak
yang dikenal dengan teori Stimulus-
teori-teori
Respon, atau teori Kondisioning, atau
behavioristik dipandang kurang tepat
Teori Laboratorium. Teori teori tersebut
jika digunakan sebagai landasan dan
dikembangkan dengan menggunakan
teori yang digunakan dalam praktik
hewan sebagai ujicoba. Nah teori-teori
pembelajaran
dari hasil uji coba hewan tersebutlah
manusia. Maka kurikulum 1984 dan
yang
untuk
1994 dikembangkan dengan landasan
pendidikan
yang cenderung pada pandangan filsafat
dan pembelajaran diberbagai satuan
Kognitivisme yang memandang bahwa
pendidikan. Teori hasil ujicoba hewan
perubahan perilaku manusia ditentukan
digunakan untuk membelajarkan dan
oleh pikiran (pengetahuan). Pikiranlah
mendidik
yang
kemudian
digunakan
mengoperasikan praktik
anak-anak
manusia.
Pembelajaran menjdi overbehavioristik.
yang
yang
dan
berorientasi
pendidikan
menentukanperilaku.
dengan
itu,
maka
bagi
Terkait orientasi
Awal tahun 1980-an tumbuh
pengembangan kurikulum 1984 dan
kesadaran baru bahwa manusia itu tidak
1994 cenderung berorientasi pada isi
sama dengan hewan. Bahwa manusia itu
(Content
adalah ciptaan mempunyai pikiran dan
berdasarkan pada isi materi pelajaran
hati. Dengan pikiran, seseorang punya
sehingga sering juga sisebut sebagai
kemampuan berpikir kreatif; manusia
(Material Based Curriculum). Dari
punya hati—dengan hati mereka bisa
filsafat
merasakan
dikembangkanlah
dan
bisa
menerima
Based
Curriculum),
kognitivisme teori-teori
itu belajar
kebenaran dari Tuhan, manusia juga
yang dikenal sebagai Teori Pemrosesan
mempunyai kemauan yang digerakkan
informasi.
oleh nilai-nilai; dengan pikiran dan hati
Kurikulum
menjadikan manusia berakal. Hewan
buku pelajaran (berupa diktat), dan
Dengan
Content
Based
dikembangkanlah
buku-
2
mengajar berarti memindah isi buku dan
memandang bahwa perubahan perilaku
memindah
manusia
isi
kepala
guru
(ke)
itu
ditentukan
oleh
diri
kepalanya siswa. Pembelajaran menjadi
manusia sendiri melalui proses interaksi
overkognitif.
Kalau
ingin
antara
menjadikan
anak
Anda
eksternalnya
berkelakuan baik, penuhi saja kepalanya
membangun
dengan informasi/pengetahuan tentang
Persepsi dan penghayatan diri sendiri
kebaikan.
itulah yang menentukan perilaku. Dari
Anda didik
Mengajar
didefinisikan
skemata
dengan yang
lingkungan kemudian
persepsi/penghayatan.
tranfer pengetahuan. Hasilnya, ditagih
filsafat
dengan ujian akhir smester, EBTANAS,
dikembangkanlah
dll yang cenderung kognitif. Kurikulum
aktif (Active Learning), dan dengan
yang Content Based ini telah berhasil
active learning praktik pembelajaran
menjadikan orang-orang pandai yang
dioperasikan.
berwawasan luas, nilai rapor dan nilai ujian yang tinggi, cerdas secara pikiran. Pada
awal
kemudian
teori-teori
belajar
Terkait dengan itu, maka diera 2000 an ini ada wacana perubahan
2000-an
kurikulum yang namanya berubah-ubah,
tumbuh kesadaran baru karena begitu
misalnya, pernah bernama Kurikulum
banyak fakta bahwa “begitu banyak
Berbasis Kompetensi (KBK), berubah
orang pandai yang perilakunya seperti
nama menjadi Kurikulum 2004, belum
orang bodoh”. Banyaknya orang pandai
sampai
yang perilakunya seperti orang bodoh
diberlakukan
inilah yang menumbuhkan kesadaran
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
bahwa Content Based Currikulum dan
(KTSP) pada 2006, dan berubah lagi
Teori Pemrosesan Informasi ini kurang
dengan
tepat diterapkan begitu saja pada anak-
kemudian dipending dan ada yang
anak
dikembalikan ke KTSP di 2014/2015
manusia,
tahun
konstruktivisme
karena
tranfer
KBK dan Kurikulum 2004
nama
berubah
menjadi
Kurikulum
2013,
pengetahuan tentang kebaikan kurang
akhir-akhir ini.
mampu
Kurikulum 2004, KTSP dan Kurikulum
menjadikan
manusia
yang
Jadi, sejak KBK,
perilakunya baik. Terkait dengan itu,
2013
terjadilah reorientasi filosofis dalam
berdasarkan filsafat konstruktivisme,
pengembangan kurikulum berdasarkan
sedangkan
orientasi
filsafat
kurikulumnya
sama-sama
Konstruktivisme
yang
dikembangkan
sama-sama
teoretik Berbasis
3
Kompetensi—yang lebih menekankan
pemecahan ganda bukan hanya satu
produk (hasil belajar) yang merupakan
jawaban yang benar, penerapan apa
satunya
nilai,
sebagai
sikap,
satu
dan
perilaku
yang dipelajari dalam konteks nyata dan
kesatuan
dalam
menekankan ketrampilan proses dalam
kemampuan-kemampuan riil.
kelompok.
Diantara pandangan-pandangan Konstruktivisme yang terkait dengan
Guru
berperan
sebagai
mediator, fasilitator, memonitor dan mengevaluasi.
belajar pembelajaran adalah bahwa, misalnya:
bahwa
dibangun
sendiri
pengetahuan oleh
itu
siswa—
pengetahuan tidak bisa ditransfer, selalu berubah, tidak menentu dan temporer.
Tantangan Perubahan Masyarakat, IPTEKS,
dan Tuntutan
Depan. Perubahan
Belajar berarti aktivitas kolaborasi,
didasari
pengalaman
perkembangan
kongkrit,
refleksi,
dan
Masa
oleh
kurikulum
juga
perubahan
dan
masyakakat
interpretasi; mengajar berarti menata
seringkali
lingkungan, memotivasi dan menggali
perkembangan yang terjadi di satuan
makna, serta mementingkan seluruh
pendidikan. Di satu sisi, saat ini ada
kecakapan
persoalan-persoalan
pembelajaran
hidup.
Dalam
sangat
proses
lebih
yang
cepat
dari
yang
perlu
menghargai
diantisipasi
dengan
perubahan
kebebasan, interpretasi yang berbeda,
kurikulum,
diantaranya
persoalan-
siswa bebas mengatur dirinya sendiri,
persoalan: Globalisasi (WTO, ASEAN
pengendalian ada pada diri siswa, dan
Community,
belajar bagaimana belajar. Dalam hal
lingkungan hidup, Kemajuan teknologi
strategi
isi
informasi,
Konvergensi
lebih menekankan pada penggunaan
teknologi,
Ekonomi
berbasis
pengetahuan secara bermakna, berpola
pengetahuan,
Kebangkitan
industri
pikir dari keseluruhan ke bagian-bagian,
kreatif dan budaya, Pergeseran kekuatan
meladeni pertanyaan dan pandangan
ekonomi dunia, Pengaruh dan imbas
siswa, dan menekankan proses. Evaluasi
teknosains,
berarti menyusun makna dan kecakapan
transformasi pada sektor pendidikan,
secara terintegrasi dalam konteks nyata,
dll. Disisi lain,peserta didik masa kini
menggali munculnya berpikir devergen,
akan hidup di masa depan yang
pembelajaran—penyajian
APEC,
Mutu,
dll),
Masalah
ilmu
investasi
dan
dan
4
menuntut
kemampuan-kemampuan,
diantaranya:
Kemampuan
berkomunikasi; jernih
dan
kemampuan berpikir kriti;
kemampuan
adalah
kekurangmampuan
pembelajaran
memfasilitasi
kecenderungan kecerdasan tertentu dari peserta didik. Praktik pembelajaran
mempertimbangkan segi moral suatu
cenderung
permasalahan;
overbehavioristik
kemampuan
menjadi
proses
overcognitif dan
mengabaikan
warga negara yang bertanggungjawab;
kecenderungan
kemampuan mencoba untuk mengerti
peserta didik. Anak-anak seringkali
dan toleran terhadap pandangan yang
diajar dengan cara yang sama tetapi
berbeda;
dalam
akhirnya mereka menjadi orang-orang
masyarakat yang mengglobal; memiliki
yang dunianya, profesinya, berbeda-
minat luas dalam kehidupan; memiliki
beda.
kesiapan
menjadikan tema sebagai ikatan dalam
kemampuan
untuk
hidup
bekerja;
kecerdasan
sesuai
bakat/minatnya,
dan
memiliki dengan
Pembelajaran
suatu
kajian
dan
terjadi
tematik
pada
yang
pembelajaran
rasa
dipandang mampu menjawab persoalan
tanggungjawab terhadap lingkungan.
pengembangan kecerdasan ganda secara
Anak-anak kita yang sekarang sekarang
adil
sedang
mewadahi minat dan kemauan anak
belajar,
di
memiliki
yang
bahkan
masa
depan
diharapkan menjadi generasi yang aktif,
karena
pembelajaran
tematik
tentang apa yang ingin mereka pelajari.
kreatif, dan produksif. Mereka tidak
Dilihat
dari
perkembangan
sekedar sebagai konsumen melainkan
kemampuan berpikir anak-anak SD
produsen.
misalnya,
anak-anak
SD
masih
cenderung berada pada tahapan berpikir PEMBELAJARAN TEMATIK
kongkrit dan holistik. Pembelajaran
SEBAGAI JAWABAN
tematik
(terpadu)
diantara
Latar pentingnya pembelajaran
karakteristiknya adalah bersifat otentik
tematik, sesungguhnya adalah untuk
(asli) yakni menggunakan sumber dan
memfasilitasi perkembangan kecerdasan
media
ganda
linguistik,
kehidupan riil. Pemanfaatan situasi
interpersonal,
kehidupan riil ini akan memudahkan
(logis
kinestetik, intrapersonal,
matetatik, spasial, dll)
Problem pembelajaran
peserta
didik.
yang terjadi
pembelajaran
berupa
situasi
anak-anak memahami berbagai fakta, konsep,
dan
potensial
untuk
5
mengkonstruksi
teori
sendiri
dari
pengalaman
belajar
yang
berbagai sumber belajar dan media
bermakna.
pembelajaran secara otentik karena
dapat dilakukan dengan baik dalam
bersesuaian
pembelajaran tematik.
dengan
kemampuan
berpikir anak tersebut. Keadaan yang
Proses-proses
sangat
Ciri
lain
pembelajaran
holistik (utuh) adalah kehidupan riil,
tematik
ketika anak belajar melalui situasi
pembelajaran
kehidupan riil maka mereka akan
memanfaatkan berbagai sumber belajar
menemuka bagian-bagian yang lebih
secara otentik dapat memuci: keaktifan-
detail dari kehidupan riil itu dan mereka
keaktifan: berpikir, melihat-mengamati,
dapat
berbicara, mendengarkan, merasakan,
mengkonstruksi
pengetahuan
sendiri.
adalah
dari
scientific
“aktif”.
tematik
Melalui
yang
dapat
melakukan, motorik, menggambar, dll. Pembelajaran
tematik
juga
Seluruh indra dapat bekerja secara aktif.
mempunyai ciri sebagai pembelajaran
Pembelajaran tematik sangat baik untuk
yang
menciptakan
bermakna.
Pembelajaran
pembelajaran
bermakna dapat diartikan bahwa “apa
konstruktivistik.
yang dipelajari anak-anak SD misalnya
pembelajaran Tematik juga potensial
dari situasi kehidupan riil itu dapat
untuk
berfungsi (fungsional) atau berguna
kecakapan
bagi
personal, sosial, akademik, maupun
kehidupan
pembelajaran
anak
bermakna
itu juga
sendiri; dapat
Disamping
yang
mengembangkan hidup,
vocasional.
itu,
seluruh
baik
kecakapan
Pembelajaran
tematik
dimaknai dengan bahwa dalam proses
mampu memfasilitasi pengembangan
pembelajaran itu mengkaitkan skemata
seluruh kecakapan hidup. Masih banyak
(seperangkat pengetahuan, nilai-nilai,
lagi
pengalaman belajar) yang sudah ada
pembelajaran tematik.
kehebatan
dan
keunggulan
pada diri masing-masing peserta didik dikaitkan dengan pengalaman belajar baru sehingga terasa lebih mudah bagi peserta didik ketika sedang belajar.
PANDUAN TEKNIS
Dengan situasi kehidupan riil sebagai
PEMBELAJARAN DAN
sumber dan media pembelajaran maka
PENILAIAN
peserta
didik
akan
memperoleh
6
Pembelajaran Tematik Terpadu
penilaian
dalam Kurikulum 2013
memacu berbagai kecerdasan. Elemen
Dalam buku Panduan Teknis Pembelajaran
dan
Penilaian
dalam
yang
proses
terkait
dan
hasil
dengan
dapat
pembelajaran
tematik terpadu mencakup: berpikir
Kurikulum 2013 yang dikeluarkan oleh
reflektif,
Direktoran Pembinaan Sekolah Dasar
pengetahuan
(2014) Konsep pembelajaran Tematik
menyajikan isi-substansi pembelajaran
Terpadu
secara
dinyatakan
“pembelajaran
sebagai
terpadu
yang
memadukan dan
bermakna,
sikapketrampilan,
lingkungan
yang
memperkaya pembelajaran, bergerak
menggunakan tema sebagai pemersatu
memacu
kegiatan yang memadukan beberapa
pilihan-pilihan, optimasi waktu secara
mata pelajaran sekaligus dalam satu kali
tepat, kolaborasi, umpan balik segera,
tatap
dan
muka
pengalaman peserta
untuk yang
didik”.
memberikan
bermakna Penentuan
pembelajaran,
ketuntasan
membuka
aplikasi.
Adapun
bagi
tahapannya mencakup tema ditentukan
tema
pengambil
kebijakan,
mendesain
dilakukan dengan prinsip: tema tidak
rencana pembelajaran, melaksanakan
terlalu luas dan dapat memadukan
aktivitas pembelajaran, dan penilaian.
seluruh mata pelajaran; membekali
Dengan konsep, ciri, dan elemen
belajar lebih lanjut; disesuaikan dengan
tersebut di atas pembelajaran tematik
tingkat perkembangan peserta didik;
mempunyai
fungsi
dan
tujuan
dapat mewadahi sebagian besar minat
memudahkan
peserta
didik
dalam
anak;
memahami
mempertimbangkan
peristiwa
konsep
tema,
yang tergabung
otentik yang terjadi dalam rentang
dalam
menambah
waktu belajar; sesuai kurikulum yang
mengesankan
berlaku; dan sesuai ketersediaan sumber
dipelajari merupakan materi yang nyata
belajar.
(kontekstual—dengan
karena
semangat,
materi
situasi
yang
riil).
Ciri-ciri pembelajaran tematik
Tujuannya adalah untuk memudahkan
adalah: terpusat pada anak; memberikan
karena perhatian terfokus pada tema,
pengalaman langsung; dan pemisahan
mengembangkan
antar mata pelajaran tidak begitu jelas—
dan kecakapan hidup secara terpadu
penyajian
dalam waktu yang bersamaan; lebih
konsep
secara
terpadu,
bersifat luwes, aktif, bermakna, dan
menggairahkan,
seluruh
kecerdasan
bermanfaat,
dan
7
bermakna;
menghemat
waktu;
dan
laporan dan presentasi—publikasi hasil
pendidikan karakter terintegrasi melalui
proyek, dan evaluasi proses dan hasil
cara-cara pembelajaran yang dilakukan.
proyek; (2) pembelajaran berbasis
Dalam Kurikulum 2013, Silabus
masalah
dengan
langkah-langkah:
dan Bahan Ajar yang berupa Buku
pengorentasian peserta didik terhadap
Tematik
masalah,
untuk
Siswa,
dan
Buku
mengorganisasikan
Tematik untuk Guru dikembangkan dan
didik
disediakan
penyelidikan
oleh
pemerintah
pusat
untuk
belajar,
kelompok—membantu
untuk seluruh negeri. Sekolah dan guru-
masalah,
guru
menyajikan
melaksanakan
dengan
membimbing
individual
(Kemendikbud RI) yang diberlakukan
tinggal
peserta
maupun
memecahkan
mengembangkan hasil
dan
karya,
dan
berpedoman kepada Panduan Teknis
menganalisis dan mengevaluasi proses
Pembelajaran
pemecahan; (3) discovery learning
dan
Penilaian
yang
disusun dan dikeluarkan oleh Direktorat
dengan
terkait.
dengan penyediaan fakta awal untuk di
Proses pembelajaran yang
dilakukan
dengan
menggunakan
langkah-langkah:
amati,
identifikasi
stimulasi
masalah,
Pendekatan scientific dengan harapan
pengumpulan data, pengolahan data,
dapat mengoptimalkan rasa ingin tahu,
pembuktian, dan menarik kesimpulan.
ketrampilan
mengamati,
menanya—
Penilaian
proses
dan
hasil
mempertanyakan,
menganalisis—
pembelajaran menggunakan penilaian
menalar,
mencoba
otentik yang mencakup aspek sikap,
mencipta,
dan
berkomunikasi.
pengetahuan,
Diantara
model
direkomendasikan menggunakan:
langkah:
ketrampilam.
Penilaian aspek sikap dilakukan dalam bentuk
observasi,
penilaian
diri,
pembelajaran
penilaian antar teman, dan jurnal—
dengan langkah-
catatan guru dilakukan di dalam dan di
penentuan
perancangan penyelesaian
adalah (1)
berbasis proyek
yang
dan
proyek,
luar jam pelajaran, bisa dilakukan
langkah-langkah
secara berkala atau disesuaikan dengan
penyusunan
kebutuhan. Penilaian aspek pengetahuan
proyek,
dilakukan dalam bentuk tes lisan, tes
penyelesaian proyek dengan fasilitasi
tertulis, dan penugasan dan dilakukan
dan
dalam bentuk kuis, tanya jawab, tes
jadwal
proyek, pelaksanaan
monitoring
guru,
penyusunan
8
objectif-subjectif, kelompok. dilakukan
tes
individu
Penilaian
dan
ketrampilan
karena pembelajaran yang dirancang dalam
buku
guru
dan
siswa
dalam
bentuk
penilaian
dimungkinkan dapat terlepas dengan
proyek,
dan
portofolio.
konteks dan situasi-situasi kehidupan
Penilaian ketrampilan ini sesungguhnya
riil yang terjadi diberbagai daerah.
merupakan aplikasi KI-1, KI-2, KI-3,
Dijadikannya
dan KI-4 yang menckup (plan, act, dan
seragam
report). Nilai akhir dinyatakan dengan
pemanfaatan
predikat: A, A-; B+, B, B-; C+, C, C-;
menjadi kurang begitu bervariasi. Jika,
D+ dan D. Masing-masing predikat
kualitas buku guru dan buku siswa
pada nilai kompetensi pengetahuan dan
kurang mampu memandu pengalaman
ketrampilan terdapat rentangan nilai
belajar
(indeks
memenuhi
kinerja,
prestasi)
masing-masing.
buku
“paket”
menjadikan
sumber
media
peserta
dan
pembelajaran
didik
syarat
yang
dan
dan
kurang rukunnya
Sedangkan penilaian sikap dinyatakan
pembelajaran tematik, maka bisa jadi
dengan Sangat Baik, Baik, Cukup, dan
pembelajaran tematik kurang mampu
Kurang, atau SB, B, C, dan K.
menjawab
Akhirnya, berdasarkan proses penilaian
kurikulum.
proses
dan
pengisian
hasil
raport
tersebut yang
maka
mencakup
tantangan
Penentuan tersentral
dan
perubahan
Tema
secara
bersifat
seragam
penilaian kemampuan pada aspek sikap
dimungkinkan
(KI-1 dan KI-2), pengetahuan (KI-3)
memfasilitasi
dan
mempelajari peristiwa-peristiwa tematik
ketrampilan
(KI-4)
dinyatakan
secara deskriptif kualitatif.
kurang minat
mampu
anak
untuk
tertentu yang terjadi pada lingkungan terdekat anak—yang potensial untuk memicu perkembangan minat dan bakat
PROBLEM IMPLEMENTASI Dengan penyeragaman Tema,
anak secara individual. Peserta didik
Buku Tematik untuk Siswa dan Buku
masih saja dibelajarkan dengan cara
Tematik untuk guru secara nasional
yang sama secara nasional walaupun
maka
akhirnya
prinsip
kebermaknaan tematik
bisa
keotentikan dalam jadi
diimplementasikan
dan
pembelajaran kurang
secara
bisa
optimal,
mereka
akan
menekuni
berbagai bidang pekerjaan dan profesi yang
berbeda-beda.
penyeragaman
ini
kurang
Artinya, mampu
9
merangsang
tumbuh
dan
Learning,
berkembangnya minat-minat dan bakat
misalnya,
yang bersifat khusus. Bagi anak-anak di
pembelajaran tematik kurang luwes dan
tingkat
Sekolah
dan Discovery Learning menjadikan
praktik
Dasar
fasilitasi
kurang luas. Tidak seluruh urusan
Tematik
untuk
pembelajaran dapat diselesaikan dengan
seluruh
pendekatan scientific dengan model-
dipandang
model pembelajaran tersebut. Dunia
sangat penting yang pada saatnya nanti
anak adalah bermain, model-model
mereka dapat memilih kecenderungan
permainan untuk pembelajaran tidak
minat dan bakat mana yang dirasakan
selalu tepat dilakukan dengan langkah-
sangat menonjol dan perlu ditekuni
langkah
secara lebih mendalam.
proses pembelajaran tematik kurang
pembelajaran merangsang
perkembangan
kecerdasan (ganda) anak
Jika
guru-guru
memposisikan
diri
sebagai
tanpa
ada
demikian
SD
bisa menggunakan pendekatan, model-
tenaga
model, metode, teknik, dan taktik
teknis, sebagai pelaksana teknis begitu saja
scientific.Dengan
pembelajaran yang kurang bervariasi.
upaya-upaya
Pembelajaran
tematik
sangat
diimplementasikan
pada
pengembangan bahan pembelajaran dan
sukses
meode-metode
yang
sekolah-sekolah di negera-negara maju
dan
dengan ukuran kelas yang relatif kecil
sebagai
dan dibelajarkan lebih dari seorang
pembelajaran
disesuaikan
dengan
lingkungan
terdekat
konteks siswa
pelengkap maka praktik pembelajaran
guru.
akan mundur menjadi sangat mekanik.
diimplementasikan
Kemauan guru untuk mengembangkan
berukuran besar (30-40 siswa) dengan
dunianya
terbangun
seorang guru, bahkan di daerah-daerah
melalui proses-proses sertifikasi guru,
tertentu guru harus mengajar kelas
PLPG,
rangkap,
sendiri
PKB,
dan
yang
lain-lain
akan
Ketika
pembelajaran
maka
pada
tematik
kelas-kelas
pelaksanaan
terpatahkan oleh penyeragaman yang
pembelajaran tematik dirasakan sebagai
mekanik.
beban yang sangat berat bagi guru,
Tuntutan pembelajaran dengan
apalagi pembelajaran tematik menuntut
pendekatan scientific dengan model-
proses penilaian proses yang begitu
model pembelajaran misalnya Problem
rinci, penilaian karakter terintegrasi
Based
dengan penilaian sikap selama proses
Learning,
Project
Based
10
dan
diluar
pembelajaran
sangat
indikator dan tujuan pembelajaran, serta
memerlukan waktu dan tenaga ekstra
metodologi pembelajaran yang benar-
yang cukup banyak sehingga sangat
benar operasional. Manfaatkan sumber
membebani guru.
dan media pembelajaran yang bervariasi tanpa
meningggalkan
pembelajaran
yang ada di buku paket untuk Guru.
STRATEGI OPTIMALISASI
Kedua,
IMPLEMENTASI
tuntutan pembelajaran
Pertama, jadikan buku “paket”
dengan pendekatan scientific pandang
Tematik baik Buku Siswa maupun
saja sebagai kecenderungan karena
Buku Guru sebagai bahan pembelajaran
memang pendekatan scientifik tidak
minimal.
perlu
akan mampu menyelesaikan seluruh
menjabarkan
urusan pembelajaran. Sepanjang bisa di-
“Konsep Tema” berdasarkan tema-tema
scintific-kan dikira baik, akan tetapi
yang
jangan
Guru-guru
mengembangkan
ditentukan
masih
dan
dalam
Kurikulum
dipaksakan
ketika
didekatkan dengan situasi riil, konteks-
memungkinkan
konteks pembelajaran dengan sumber
pendekatan
scientific.
dan
pendekatan,
model-model,
media
pembelajaran
terdekat
dengan dunia anak-anak yang bersifat
teknik,
lokal. Dengan demikian konsep-konsep
bervariasi.
tema
yang
dijabarkan
benar-benar
taktik
Ketiga,
kurang
menggunakan Gunakanlah metode,
pembelajaran
meskipun
yang
dengan
kongkrit, riil, dekat dengan kehidupan
pembelajaran tematik beban guru relatif
anak
secara
pembelajaran memudahkan
lokal
sehingga
lebih berat karena ukuran kelasnya
tematik
menjadi
masih berukuran besar (30-40 siswa)
untuk
namun usahakan tetap tampil dalam
peserta
didik
mempelajari berbagai konsep dan dalam
proses
kerangka mengkonstruksi pengetahuan
pandang yang luas dengan bermata
sendiri. Guru-guru dipandang perlu
lebar, telinga lebar, bermulut kecil, dan
mengembangkan bahan ajar Suplemen
kedua
yang bersifat memperkaya khasanah
sebaliknya: bermata sipit, bertelinga
pembelajaran yang memudahkan siswa
kecil, bermulut lebar, dan dengan
belajar.
tangan yang main tunjuk.
Guru-guru
perlu
pembelajaran
tangan
terbuka,
dengan
dan
cara
bukan
mengembangkan RPP dengan indikator-
11
Keempat, guru-guru hendaknya
peristiwa
penting
yang
di
tetap memposisikan diri sebagai seorang
lingkungan
profesional
mampu
sarana-sarana tertentu yang bersifat
sendiri,
lokal,
mampu
permainan tertentu yang bersifat lokal,
perangkat
memanfaatkan keunggulan-keunggulan
yang
mengembangkan termasuk
dunianya
didalamnya
mengembangkan
berbagai
setempat,
terjadi
menggunakan
menggunakan
pembelajaran tematik. Pengembangan:
lokal,
silabus, sumber dan media, model-
kearifan-kearifan lokal, bahkan tematik
model, bahan ajar, dan insrumen untuk
untuk
asesmen—evaluasi—dan
sebagai selingan,
pembelajaran
penilaian
tematik
memanfaatkan
permainan-
pembelajaran
budaya
mapel
dan
tertentu
dengan tema-tema
sebagai
hasil negosiasi antara siswa dengan
pelengkap yang bersifat memudahkan
guru atau tema-tema yang ditentukan
peserta didik.
siswa yang tidak terlepas dari tema
Kelima, pembelajaran tematik
besar yang ditentukan oleh pusat.
perlu depelajari secara lebih mendalam oleh guru-guru SD, dukungan sarana dan
prasarana
memadai
oleh
pembelajaran pihak
yang
sekolah
dan
pemerintah, pemahaman yang memadai oleh
seluruh
stakeholders
satuan
pendidikan, tambahan guru bantu atau coo-observer (mahasiswa ppl, orang tua sukarelawan,
dll)
yang
membantu
proses pembelajaran dan penilaian, dan pembentukan rombel-rombel yang lebih kecil. Keenam, praktik pembelajaran tematik
perlu
implementasi pembelajaran
diselingi
dengan
berbagai
jenis
terpadu
yang
lain
misalnya Integrated Day, Pembelajaran Tematik yang memanfaatkan peristiwa-
DAFTAR RUJUKAN/BACAAN Agius, Robin, dkk 1992. Active Answers: Practical Ideas for Integrating The Curriculum. Oxford university Press. 12
Akbar, Sa’dun, 2006. Pengembangan Model-Model Pembelajaran Tematik SD. Laporan Penelitian Hibah Bersaing Tahun pertama: Identifikasi Masalah-masalah Pembelajaran Tematik SD di Jawa Timur, Malang: Lembaga Penelitian UM. Akbar, Sa’dun, 2009, 2010, 2011. Pembelajaran Tematik SD (Jilid 1 A), Buku Berbasis Riset.Yogyakarta: Penerbit Cipamedia. Akbar, Sa’dun, 2009, 2010, Pembelajaran Tematik SD (Jilid 2 A). Buku Berbasis Riset, Yogyakarta: Penerbit Cipamedia. Akbar, Sa’dun, 2014: Pengembangan Perangkat dan Implementasi Pembelajaran Tematik SD. Laporan Penelitian Hibah Program Pascasarjana, LP2M Universitas Negeri Malang. Akbar, Sa’dun, 2013. Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: Penerbit Rosda Karya. Brown Marry dan Norman Precious, 1973. Integrated Day in The Primary School. London: Cox and Wyman, Ltd.
Christine C Pappas; Barbara Z Kieffer; Linda S Levstik, 1990. An Integrated Language Perspective in The Elementary School : Theory into Action. Longman. Departeman Pendidikan Nasional, 2004, Pedoman Penilaian di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Direktorat TK/SD. Forgartry, Robin, 1991. How to Integrate The Curricula. Illinois: IRI/Skylight Publishing, Inc. Peigdon, dkk, 1992. The Big Picture Integrated Children Learning. Eleanor Curtain Publishing. Kovalik, Susan dan Karen Olsen, 1994. ITI: The Model: Integrated Thematic Instruction. Published by Susan Kovalik & Associated. Kemendikbud, 2014. Panduan Teknis Pembelajaran dan Penilaian. Jakarta: Ditjen Dikdas. Dit. Pembinaan Sekolah Dasar. Kemendikbud, 2014. Panduan Teknis Penilaian dan Pengisian Rapor di SD. Jakarta: Ditjen Dikdas.. Dit. Pembinaan Sekolah Dasar.
13