TANAH STERIL DAN SABUN CAlR TANAH STERIL SEBAGAI BAHAN ANTIMIKROBA TERHADAP AIR LlUR ANJING
ABDULLAH HAND1 504104126
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
ABSTRAK Abdullah Handi. Tanah Steril dan Sabun Cair Tanah Steril sebagai Bahan Antimikroba terhadap Air Liur Anjing. Dibawah bimbingan Drh. Rahmat Hidayat, M.Si Dalam Hadist Nabi dijelaskan bahwa air liur anjing hukumnya najis besar (mughalladzah) apabila mengenai tubuh atau bejana. Cara untuk menghilangkan najis tersebut adalah mencucinya dengan air tujuh kali yang salah satu bilasannya harus menggunakan tanah. Tanah yang dipakai untuk mensucikan najis tersebut harus bersih, aman, dan bebas dari agen patogen. Penelitian ini bertujuan untuk melihat tanah steril dan sabun cair tanah steril sebagai alat untuk membersihkan air liur anjing. Penelitian ini menggunakan 3 ekor anjing (Golden retriever, Labrador retriever, dan anjing lokal) yang diidentifikasi mikroba dalam air liurnya. Kemudian dilanjutkan dengan mengamati daya kerja antimikroba dari tanah steril dan sabun cair tanah steril (konsentrasi bertingkat 0%, lo%, 20%, 30%, 40% dan 50%) terhadap air liur anjing, dan melihat pengaruh frekuensi pencucian terhadap jumlah bakteri. Jumlah bakteri yang tertinggal juga dipengaruhi oleh banyaknya intensitas dari pembilasan, semakin banyak intensitas pembilasan maka semakin sedikit bakteri yang tertinggal. Hasil menunjukkan bahwa tanah steril dan sabun cair tanah steril memiliki daya kerja antimikroba dan konsentrasi tanah steril dalam sabun cair mempengaruhi daya kerja antimikroba tersebut. Perbedaan berbeda nyata (P<0,05). Kata kunci : tanah steril, sabun cair tanah steril, air liur anjing, dan antimikroba.
TANAH STERIL DAN SABUN CAlR TANAH STERIL SEBAGAI BAHAN ANTlMlKROBA TERHADAP AIR LlUR ANJING
ABDULLAH HAND1
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITLIT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
JudulSkripsi
:
Tanah Steril dan Sabun Cair Tanah Sebagai Bahan Antimikroba Terhadap Air Liur Anjing
Nama
:
Abdullah Handi
NRP
:
B 04104126
Menyetujui
drh. Rahmat Hidavat. M.Si Pernbimbing
Tanggal Lulus :
1 0 SEF 2001
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 18 April 1986 dari ayah Toha Nursalarn dan ibu Sangatinah. Penulis rnerupakan putra pertarna dari tiga bersaudara. Penulis menyesaikan pendidikan dasar di SDN Polisi 1 Bogor pada tahun 1998, pendidikan sekolah rnenengah pertarna di SMPN 2 Bogor pada tahun 2001
dan pendidikan menengah atas di SMAN 3 Bogor pada tahun 2004 dan pada tahun yang sarna lulus seleksi rnasuk IPB rnelalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis rnernilih Fakultas Kedokteran Hewan. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif mengikuti organisasi intra dan ekstra karnpus. Organisasi intra kampus yang pernah diikuti rneliputi Hirnpro Satwa Liar 2005-2007 (Pengurus) dan Himpro Hewan Kesayangan dan Satwa Aquatik 200712008 (Kepala Div Satwa Aquatik den Eksotik). Organisasi ekstra kampus yang pernah diikuti ialah Hirnpunan Mahasiswa Islam 200712008 (Ketua Bidang Pernbinaan, Pengembangan, dan Penelitian Anggota). Di samping itu, penulis juga aktif dalarn beberapa kepanitiaan kegiatan yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
KATA PANGANTAR Bismillahirrahmanirrahim, puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas akhir kuliah di Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah Tanah Steril dan Sabun Cair Tanah Steril sebagai Bahan Antirnikroba terhadap Air Liur Anjing. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus 2007. Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada seluruh keluarga, khususnya kepada Bapak dan lbu adik-adikku M. lrfan Abdullah dan Fariza Fadillah atas segala untaian doa, kasih sayang serta bantuan moral maupun material yang selalu diberikan kepada penulis. Kepada Bapak Drh. Rahmat Hidayat, M.Si selaku Dosen Pembimbing, atas segala bimbingan dan pengarahan yang telah diberikan hingga selesai skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Jeffry Hakim Handoko teman sejawat yang selama ini bekerjasama dalam mengerjakan penelitian dan penulisan skripsi. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Agus Somantri, Bpk. Bayu Febram S.Si, M.Si yang telah banyak memberikan kesempatan dan fasilitanya dalam penelitian. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Mbak Selin, Pak Said, Pak Rafi, Pak Jumri, serta para sahabat (Gugi Argamula, Brian, Ulloh, Dian, Agus, Ester, Lissa, angkatan 39, angkatan 40, angkatan 42, angkatan 43, teman teman HKSA dan teman teman asteroidea lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu) yang telah membantu memberikan inspirasi dan ikut membantu kesuksesan penelitian penulis. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Afrida A'iuatun lstiqomah yang telah dengan sabar dan setia membantu dan memberikan masukan serta dukungan moril kepada penulis.
Bogor, Agustus 2008
Abdullah Handi
1
DAFTAR IS1 Halaman KATA PENGANTAR .................................................................................................. DAFTAR IS1............................................................................................................... DAFTAR TABEL ....................................................................................................... DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................
i ii
...
III
iv
PENDAHULUAN ....................................................................................................... I Latar Belakang ................................................................................................. I Perumusan Masalah ......................................................................................... 2 .. .............................................................................................. 3 Tujuan Penel~t~an Manfaat Penellt~an 3 . . ............................................................................................ .......................................................................................... 3 Hipotesis Peneltt~an TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 4 Anjing ............................................................................................................... 4 Tanah ............................................................................................................... 6 Antimikroba ...................................................................................................... 7 Sabun............................................................................................................... 9
..
METODOLOGI........................................................................................................ Tempat dan WaMu ......................................................................................... Alat dan Bahan............................................................................................ Sampel Tanah ................................................................................................ Hewan Percobaan.......................................................................................... Metode ...........................................................................................................
12 12 12 13 13 13
PembuatanTanah Steril................................................................................. 13 ldentifikasi BaMeri Air Liur Anjing ................................................................... 13 Uji Antimikroba Tanah Terhadap Air Liur Anjing ............................................. 15 Pembuatan Sabun Cair Tanah Sterit .............................................................. 15 Uji Swab 1 Tanah Steril Terhadap Air Liur Anjing ........................................... 18 Uji Swab 2 Sabun Cair Tanah Steril Terhadap Air Liur Anjing ........................ 18 Uji Antimikroba Sabun Cair Tanah Steril Terhadap Air Liur Anjing.................. 18 Analisa Data................................................................................................... 19 HASlL DAN PEMBAHASAN.................................................................................... 20 Pembuatan Tanah Steril................................................................................. 20 ldentifikasi Air Liur Anjing ............................................................................... 21 Antimikroba Tanah Steril Terhadap Air Liur Anjing ......................................... 22 Percobaan Pengujian Jumlah Bakteri Air Liur Anjing dengan Uji Swab .......... 23 Uji Swab 1 Tanah Steril Terhadap Air Liur Anjing ........................................... 23 Uji Swab 2 Sabun Cair Tanah Steril Terhadap Air Liur Anjing ........................ 24 Uji Antimikroba Sabun Cair Tanah Steril Terhadap Air Liur Anjing.................. 25 KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................................
28
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 29
DAFTAR TABEL Halaman 1 Syarat mutu sabun mandi berdasarkan SNI ........................................................ I 0 2 Komposisi bahan pembuatan sabun cair............................................................. 16
................................................................ Daya antimikroba tanah steril terhadap air liur anjing .........................................
3 ldentifikasi bakteri pada air liur anjing
22
4
23
......24 6 Jumlah bakteri setelah dicuci dengan sabun cair tanah ..................................... 25 7 Daya antimikroba sabun cair tanah steril terhadap air liur anjing......................... 26 5 Pengaruhjumlah bakteri yang dicuci dengan tanah terhadap pencucian air
DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Diagram Pembuatan Sabun Cair ........................................................................ 17 2 Media PCA yang telah diinokulasi tanah steril .................................................... 21
3 Media NA yang berisi koloni bakteri air liur anjing ............................................... 21 4 Hasil uji Antibiogram Kirby Bauer tanah steril dan air liur anjing
.........................
26
PENDAHULUAN Latar Belakang Air liur anjing dalam hukum Islam digolongkan dalam kelompok 'najis'. Hal ini dijelaskan dalam Hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Abuhurairah, Rasulullah bersabda "Jika anjing minum dalam bejanamu, maka harus dibasuh tujuh kali dengan air" sedangkan menurut riwayat Muslim "jika anjing telah menjilat bejanamu maka haws dibasuh tujuh kali salah satunya dengan tanah". Para ulama umumnya menggolongkan anjing ke dalam jenis najis yang berat atau sering juga disebut dengan istilah najis mughalladzah. Tetapi terdapat perbedaan pendapat dikalangan ulama, Mazhab Al-Hanafiyah menyebutkan bahwa yang najis dari anjing adalah air liur, mulut, dan kotorannya. Mazhab Al-Malikiyah menyebutkan air liumya saja yang najis, sedangkan Mazhab As-Syafi'ah dan AlHambali menyebutkan seluruh bagian tubuh anjing merupakan najis. Dalam AlQur'an terdapat 6 perkataan anjing, den sebagaimana terdapat ayat-ayat berikut (Qs. Al-Maidah:4, A/-A'raf:l76, Al-Kahfi:l8 dan 22). Air liur anjing dihasilkan oleh kelenjar saliva yang tenasuk didalam aksesoris sistem pencernaan (apparatus digestonus). Apparatus digestivus terdiri dari rongga mulut, pharynx, alimentary canal dan kelenjar aksesorius. Kelenjar aksesorius terdiri dari gigi, lidah, kelenjar ludah, hati, gallbladder, pancreas dan kantung anal (Evans 1993). Menurut Sjuhada (2006) fungsi dari air liur pada setiap spesies berbeda, umumnya air liur berfungsi sebagai pelumat makanan menjadi bolus agar mudah dicema, membasahi makanan, anti bakteri, mencerna polisakarida (alpha amylase), menetralkan asam dari makanan atau regurgitasi asam lambung dan pada anjing air liur berfungsi untuk mengeluarkan hawa panas dalam tubuhnya. Menurut Lisdar (1997), tanah memiliki lebih dari 100 ribu mikro organisme yang termasuk bakteri, aktinomices, jamur, algae, dan protozoa, mikroorganisme tersebut dapat menyebabkan keuntungan ataupun k e ~ g i a n terhadap lingkungan dan kesehatan mahkluk hidup lainnya. Mikroba tanah juga mempunyai sifat yang patogen terhadap manusia, ternak, tanaman dan hewan lainnya. Contoh mikroba patogen pada manusia dan hewan ternak antara lain Closfridium botulinum, Clostridium tetani den Bacillus anthracis mempunyai spora yang dapat bertahan hingga puluhan tahun sehingga dapat menyebabkan penyakit botulism, tetanus dan anthrax (Martin 1977). Penyakit zwnosis lainnya yang berbahaya adalah Toxoplasmosis dimana ookista dari Toxoplasma gondii membentuk sporozoit
yang dapat bertahan di tanah selama berbulan-bulan hingga setahun (Chahaya 2003). Antimikroba adalah suatu senyawa kimia khas yang dihasilkan oleh organisme hidup termasuk struktur analoginya yang dibuat secara sintetik yang dalam konsentrasi rendah marnpu menghambat proses penting dalam kehidupan suatu spesies atau lebih mikroorganisme. Berdasarkan perbedaan sensitivitas terhadap mikroba, antimikroba dapat dibedakan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama yaitu antimikroba berspektrum luas, artinya antimikroba tersebut mampu menghambat sejumlah besar bakteri Gram positif, Gram negatif dan mikoplasma. Kelompok kedua yaitu antimikroba berspektrum sempit, artinya antimikroba tersebut hanya mampu menghambat terhadap mikroba tertentu saja (Siswandono dan Soekardio 1995). Sabun seperti halnya produk kosmetik yang lain, terdiri dari bahan-bahan penyusun
yang
mempunyai
fungsi-fungsi
tertentu
dalam
campuran
(Wasitaatmadja 1997). Secara garis besar bahan-bahan pembuat sabun cair terdiri atas bahan dasar dan bahan tambahan. Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor 06-4085-1996 (Dewan Standarisasi Nasional 1996) rnendefinisikan sabun mandi cair sebagai sediaan pembersih kulit berbentuk cair yang dibuat dari bahan dasar sabun atau deterjen dengan penambahan bahan lain yang diijinkan dan digunakan untuk mandi tanpa menyebabkan iritasi pada kulit.
Perumusan Masalah Sebagaimana dijelaskan dalam latar belakang, bahwa dalam syariah Islam najis yang berasal dari air liur anjing dan atau tubuh anjing termasuk dalam najis besar atau najis mughalladzah. Untuk membersihkan najis ini harus dibilas sebanyak tujuh kali, dimana salah satunya harus menggunakan tanah. Dari kondisi tersebut perumusan masalah dalam penelitian ini adalah mengetahui potensi daya antimikroba pada tanah yang telah disterilkan terhadap air liur anjing dan melihat daya kerja antimikroba pada sabun cair yang dikombinasikan dengan tanah steril pada konsentrasi bertingkat (0%, lo%, 20%, 30%, 40% dan 50%). Berdasarkan permasalahan tersebut diatas maka telah dilakukan penelitian mengenai " Tanah Steril dan Sabun Cair Tanah Steril sebagai Bahan Antimikroba terhadap Air Liur Anjing".
Tujuan Penelitian Tujuan peneliian ini adalah untuk :
1. Melakukan sterilisasi tanah agar bebas dari agen patogen. 2. Mengetahui dan rnengindetifikasi bakteri yang terdapat pada air liur anjing. 3. Mengetahui potensi daya antimikroba pada tanah yang telah disterilkan terhadap air liur anjing. 4. Memberikan penjelasan secara ilrniah atau eksperimental rnengenai hukum
Islam yang rnengharuskan pencucian najis dari anjing sebanyak tujuh kali yang salah satunya menggunakan tanah. 5. Melihat daya kerja antirnikroba pada sabun cair yang dikombinasikan dengan tanah steril pada konsentrasi bertingkat (0%, 10%. 20%, 30%, 40% dan 50%). Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini antara lain adalah: 1. Bermanfaat
sewaktu
melakukan
pensucian
terhadap
najis
besar
(mughalldzah), yaitu dapat menggunakan tanah yang bersih atau telah disterilkan. 2. Dapat menggunakan sabun cair tanah steril sebagai bahan untuk mensucikanyang lebih praktis dan berpotensi sebagai antimikroba. Hipotesis Penelitian HO: Sernua perlakuan rnernberikan hasil yang tidak berbeda nyata
H I : Sernua perlakuan memberikan hasil yang berbeda nyata
TINJAUAN PUSTAKA Anjing Anjing adalah mamalia karnivora yang telah mengalami domestikasi dari serigala sejak 15.000 tahun yang lalu atau mungkin sudah sejak 100.000 tahun yang lalu berdasarkan bukti genetik berupa penemuan fosil dan tes DNA. Penelitian lain mengungkap sejarah domestikasi anjing yang belum begitu lama. Anjing telah berkembang menjadi ratusan ras dengan berbagai macam variasi, mulai dari anjing yang tinggi badannya hanya beberapa puluh sentimeter seperti Chihuahua hingga Irish Wolfhound yang tingginya lebih dari satu meter. Warna bulu anjing bisa beraneka ragam, mulai dari putih sampai hiiam, juga merah, abu-abu dan coklat. Selain itu, anjing memi\iki berbagai jenis bulu, mulai dari yang sangat pendek hingga yang panjangnya bisa mencapai beberapa sentimeter. Bulu anjing bisa lurus atau keriting, dan bertekstur kasar hingga lembut seperti benang wol (American Kannel Club 1992). Menurut American Kennel Club (1992) klasifikasi anjing adalah sebagai berikut: Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Mammalia
Ordo
: Canidae
Genus
: Canis
Species
: Canis lupus
Anjing pertama kali didomestikasi di Asia Timur, kemungkinan di Tiongkok. Manusia pertama yang menginjakkan kaki di Amerika Utara membawa serta anjing dari Asia. Penelitian genetika telah berhasil mengidentikasi 14 ras anjing kuno. Di antaranya adalah Chow chow, Sharpei, Akita, Shiba dan Basenji merupakan ras anjing yang tertua. Teori yang mengatakan anjing berasal dari
Asia mungkin bisa dipercaya karena sebagian besar dari 14 ras anjing kuno berasal dari China dan Jepang (Savolainen 2002). Neoteni anjing menurut American Kennel Club (1992) adalah: 1. Anjing gembala penjaga hewan temak menunjukkan sifat-sifat anjing pemburu, namun secara terkendali. Anggota kelompok ini seperti Border collies, Belgian Malinois dan German shepherd sedangkan Welsh corgi, Canaan,
dan
Australian
cattle
bertindak
lebih
agresif
sewaktu
menggembalakan ternak. 2. Anjing pemburu (gun dog atau bird dog) merupakan leman manusia sewaktu
berburu. Anjing pointing breed (penunjuk lokasi buruan), setter (pencari hewan buruan), spaniel dan retriever (pemungut buman) 3. Anjing pelacak (Scenthound) tetap mempunyai ukuran tubuh sedang dan
pola tingkah laku membuntuti mangsa dengan cara mengikuti jejak baunya. Anjing yang termasuk kedalam kelompok ini adalah Beagle, Bloodhound, Basset Hound, Coonhound, Dachshund, Fox Hound, Otter Hound, den Harrier. 4. Sighthound merupakan anjing yang mengejar dan menyerang segala mangsa yang terlihat. Anjing yang termasuk ke dalam kelompok ini tetap mempertahankan bentuk fisik anjing dewasa, dengan ciri fisik khas seperti dada sempit dan tubuh yang langsing. Tapi anjing jenis ini sudah tidak lagi memiliki daun telinga tegak dan bulu dua lapis mirip mantel seperti yang dimiliki serigala. Afghan, Borzoi, Saluki, Sloughi, Pharaoh Hound, Azawakh, Whippet, dan Greyhound termasuk ke dalam kelompok ini. 5. Jenis Mastiff yang bertubuh besar dan tinggi, memiliki bagian dada yang
, yang besar dan tengkorak yang tebal. Kelompok besar seperti d ~ mtulang anjing ini secara tradisional dibiakkan untuk perang dan anjing penjaga. 6 . Jenis Bulldog yang berukuran tubuh sedang, dibiakkan untuk berkelahi
melawan hewan peliharaan lain atau binatang liar. Anjing jenis ini memiliki tengkorak persegi, tulang yang besar, bahu yang lebar, dan berotot kuat.
7. Jenis Terrier memiliki sifat agresif dan kurang tunduk pada anggota kawanan yang lebih senior. Kelompok ini memiliki ciri fisik anjing dewasa seperti telinga tegak, walaupun jenis yang disenangi kebanyakan berukuran tubuh kecil dan memiliki kaki yang pendek, sehingga anjing jenis ini bisa mengejar mangsa yang berada di dalam liang.
Tanah Pemahaman tanah sebagai media tumbuh dimulai sejak peradaban manusia. Pada mulanya, tanah dipandang sebagai lapisan permukaan bumi (natural bcdy) yang berasal dari bebatuan (natural material) yang telah mengalami serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam (natural force), sehingga membentuk regolit (lapisan berpartikel halus). Dinamika dan evolusi alam ini terhimpun dalam definisi bahwa tanah adalah " bahan mineral yang tidak dapat (unconsolidated) terletak di permukaan bumi, yang telah dan akan tetap mengalami pelakuan dan dipengaruhi oleh faktor-faktor genetik dan lingkungan yang meliputi bahan induk, iklim (termasuk kelembapan suhu), organisme (makro dan mikro) dan topografi pada suatu periode tertentu". Satu penciri-beda utama adalah tanah ini secara fisik, kimiawi, dan biologis, serta ciri-ciri lainya umumnya berbeda dibanding bahan induknya, yang variasinya tergantung dalam pembentukan tanah tersebut (Hanafiah 2005). Selanjutnya Hanafiah (2005) menjelaskan komponen tanah secara material tersusun oleh 4 bahan antara lain padatan (mineral dan bahan organik), air dan udara. Berdasarkan volumenya, maka tanah secara rerata terdiri: (1) 50% padatan, 45% bahan mineral dan 5% bahan organik, dan (2) 50% ruang pori, berisi 25% air dan 25% udara. Lapisan kerak bumi (lithosfer) tersusun oleh sumber potensial berbagai unsur kimiawi baik yang berfungsi lain. Unsur-unsur yang mendominasi lithosfer, meliputi oksigen (0) 446% dan silikon (Si) 27,7%, kemudian alumunium (Al) 13%, besi (Fe) 5%, kalsium (Ca) 3,59%, kalium (K) 2,6%, Magnesium (Mg) 2,09%, selain itu kurang dari 0,15% (Foth 1984). Tanah yang normal telah kita ketahui tersusun dari unsur-unsur padat, cair, dan gas, yang secara luas dibagi 5 kelompok , yaitu: 1. Partikel-partikel mineral, yang dapat berubah-ubah bentuk ukuran dan tingkat kehancuran mekanisme atau kimiawi. Meliputi kelompok batu kerikil, pasir haius, lempung, dan lumpur. 2. Sisa-sisa tanaman dan binatang, terdiri dari daun-daunan segar yang jatuh, tunggul, jerami dan bagian-bagian dari tanaman, serta berbagai bangkai binatang dan serangga yang kesemuanya rnembus.uk dan hancur menyatu. Residu atau sisa-sisa tanaman dapat bewujud humus.
3. Sistem-sistem kehidupan, termasuk berbagai kehidupan tanaman lebih tinggi,
sejumlah besar bentuk makhluk hidup dalam tanah seperti serangga, protozoa, cacing tanah, demikian pula alga, fungi, aktinomisetes dan bakteri. 4. Air, yang merupakan bentuk-bentuk cairan terdiri dari bebas dan air higroskopik, berkandungan berbagai konsentrasi larutan garam-garam anorganik dan carnpuran-campuran atau senyawa-senyawa organik tertentu. 5. Berbagai gas, atmosfer tanah terdiri dari karbon dioksida, oksigen, nitrogen dan sejumlah gas lainya dalam konsentrasi-konsentrasiyang lebih terbatas. Tanah tersusun dari tiga macam fase, setiap reaksi yang terjadi pada salah satu fase akan mempengaruhi kedua fase lainnya. sebagai contoh , reaksireaksi yang terjadi pada bahan padat akan berpengamh terhadap kualitas udara dan air serta kehidupan biologi tanah. Oleh karena itu, rentetan reaksi kimia yang terjadi akan menetukan sifat dan ciri tanah yang bersangkutan. Kimia tanah mempunyai dua cabang yaitu cabang organik (biokimia) dan anorganik. Walaupun cabang anorganik yang menyangkut reaksi-reaksi biokimia sangat penting. Komposisi dan kepekatan unsur-unsur esensial dalam suatu tanah akan berbeda dengan tanah lainnya. Mereka dipengaruhi oleh keadaan lingkungan yang berperan dalam proses pelapukan dan kegiatan biokimia. Dalam keadaan normal, faktor-faktor utama yang mempengaruhi ketersediaan hara bagi tanaman adalah: (1) ada atau tidaknya mereka dalam lamtan tanah, (2) tingkah interaksi dengan kecepatan pembebasan dari fase padat tanah, (3) aktifitas jasad renik, dan (4) seleksi oleh akar tanaman sewaktu penyerapan. Antimikroba Antirnikroba adalah senyawa kimia yang khas yang dihasilkan oleh organisma hidup terrnasuk struktur analoginya yang dibuat secara sintetik yang dalam konsentrasi rendah mampu menghambat proses penting dalam kehidupan satu spesies atau lebih mikroorganisme (Siswandono dan Soekardjo 1995). Senyawa antimikroba adalah senyawa kimia atau biologis yang dapat menghambat pertumbuhan dan aktiffias mikroba (Pelczar dan Chan 1986) Berdasarkan perbedaan sensitivitas terhadap mikroba, antimikroba dapat dibedakan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama yaitu antimikroba berspektrum luas, artinya antimikroba tersebut mampu menghambat sejumlah besar bakteri Gram positif, Gram negatif, dan mikoplasma. Kelompok kedua yaitu
antimikroba berspektrum sempit, artinya antimikroba tersebut hanya mampu menghambat mikroba tertentu saja (Siswandono dan Soekardjo 1995). Menurut Setiabudi dan Ganiswara (1995), mekanisme kerja antimikroba terhadap mikroba dibagi lima kelompok, yaitu: 1. Antimikroba yang mengganggu metabolisme sel mikroba, yaitu dengan menghambat pembentukan asam folat yang merupakan zat yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidupnya. Contohnya adalah trimetoprin dan golongan sulfonamid. 2. Antimikroba yang menghambat sintesa dinding sel mikroba, yaitu dengan
menghambat pembentukan polipeptidoglikan yang merupakan komponen penting dari dinding sel mikroba. Contohnya adalah penisilin dan sefalosporin; 3. Antimikroba yang mengganggu keutuhan membran sel mikroba, yaitu dengan
merusak perrneabilitas selektif dan membran tersebut. Contohnya adalah polimiksin dan golongan polien; 4. Antimikroba yang menghambat sintesa protein sel mikroba yang berlangsung
di ribosom. Contohnya adalah golongan tetrasiklin, kloramfenikol dan eritromisin; dan 5. Antimikmba yang mengahambat sintesa asam nukleat sel mikroba, yaitu
dengan menghambat DNA girase yang berfungsi dalam perantaraan kromosom sel mikroba. Contohnya adalah enrofloksasin. Menurut Fardiaz (1992) zat antimikroba dapat bersifat bakterisidal (membunuh bakteri), baktristatik (menghambat pertumbuhan bakteri), fungisidal (membunuh kapang), fungistatik (menghambat pertumbuhan kapang), dan germisidal (menghambat germinasi spora bakteri). Menurut Lay (1994) pengukuran daya antimikrobial dapat dilakukan dengan cam: 1. Uji pengenceran (Dilution test)
Antibiotik diencerkan, kemudian ditambahkan bakteri penguji. Dengan cara ini didapatkan jumlah terendah yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme secara invitro; jumlah terendah ini disebut minimal inhibitory concentration (MIC), yaitu metode penghambatan
pertumbuhan ditunjukan oleh penurunan derajat kekeruhan sampel yang diperiksa dibandingkan dengan sampel rujukan. 2. Uji difusi (Diffusion method) Metode cakram kertas, cara ini digunakan cakram kertas yang mengandung antibiotik dengan kosentrasi tertentu. Wilayah jernih di sekitar cakram kertas dipengaruhi oleh tebal medium, macam medium, inokulum, dan laju difusi antibiotik. Pengujian dengan cakram kertas menggunakan metode KirbyBauer. Pada metode ini penghambatan pertumbuhan diiunjukan oleh luasnya wilayah jernih sekitar cakram kertas. Sabun Sabun merupakan bahan kimia yang dibentuk melalui proses saponifikasi (reaksi kimia antara logam alkali dan asam lemak karboksilat). Didalam sabun terkandung surfaktan yang dapat mengikat kotoran dari permukaan kulit dan melarutkannya bersama air pada saat dibilas (Anonimous 2007). Menurut Salam (2003). sabun dapat mengangkat kotoran dari kulit karena memiliki dua gugus yang berbeda kepolarannya. Gugus non polar memiliki sifat hidrofobik dan dapat berikatan dengan kotoran, terutama lemak dan minyak. Gugus polar pada sabun yang bersifat hidrofilik dapat berikatan dengan air, sehingga pada saat pembilasan kotoran dapat terbawa dalam air bilasan. Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor 06-3532-1994 (Dewan Standarisasi Nasional 1994) mendefinisikan sabun mandi sebagai sabun yang dibuat dari natrium atau kalium dengan penambahan asam lemak yang berasal dari minyak nabati dan atau lemak hewani yang pada umumnya ditambahkan zat pewangi atau antiseptik dan digunakan untuk membersihkan tubuh manusia dan tidak membahayakan kesehatan. Sabun adalah bahan yang digunakan untuk tujuan mencuci dan mengemulsi, terdiri dari dua komponen utama yaitu asam lemak dengan rantai karbon dan sodium atau potasium. Sabun tersebut dapat berwujud padat, lunak atau cair, berbusa dan digunakan sebagai pembersih. Syarat mutu sabun mandi berdasarkan SNI Nomor 06-3532-1994 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Syarat mutu sabun mandi (SNI 06-3532-1994) No
I
Jenis Uji
I
Satuan
I
Standar
1
Jumlah asam lemak, (blb)
%
Min 70,OO
2
Kadar tak tersabunkan, (blb)
YO
Maks 2,5
3
Kadar alkali bebas dihitung sebagai
%
Maks 0,l
NaOH, (bib) 4
Kadar air dan zat menguap, (blb)
%
Maks 15'0
5
Minyak mineral
%
Negatif
6
Bahan tak larut dalam alkohol
%
Maks 2,5
Sumber : Dewan Standarisasi Nasionai(1994)
Sabun merupakan agen tertua dari semua agen pembersih kulii yang digunakan selama ini. Selama seabad, agen pembersih yang dikegunakan adalah sebagai berikut:
>
Sabun memiliki efek pembersih yang baik dan berkerjasama dengan surfaktan lain dalam menjaga kesehatan kulit.
>
Sabun dibuat dari bahan-bahan yang umum, mudah diperoleh dan tidak mahal serta cara pembuatannya dengan proses yang sederhana. Sabun diproduksi dan diklasifikasikan menjadi beberapa grade mutu.
Sabun dengan grade mutu A diproduksi dari bahan baku minyak atau lemak yang terbaik dan mengandung sedikii alkali bebas. Sabun grade A biasanya digunakan sebagai sabun mandi (toilet soap), sabun dengan grade B diperoleh dari bahan baku minyak atau lemak dengan kualitas yang lebih rendah dan mengandung sediki alkali tapi kandungan alkali pada sabun tersebut tidak menyebabkan iritasi pada kulii. Sabun ini biasanya digunakan untuk keperluan mencuci pakaian dan piring, sedangkan sabun berkualiias C mengandung alkali bebas yang relatif tinggi dan berasal dari bahan baku lemak atau minyak yang belwarna gelap (kualias rendah) (Kirk ef al., 1954). Proses pembersihan kotoran dengan menggunakan sabun tidak akan lepas dari air. Air (H20) merupakan cairan yang umumnya digunakan untuk membersihkan sesuatu yang memiliki tegangan permukaan. Setiap molekul dalam struMur molekul air, dikelilingi dan ditarik oleh molekul air yang terdapat pada pemukaan air ditarik ke tubuh air. Tegangan ini membangkiikan air membentuk butiran-butiran pada permukaan gelas atau kain yang lambat laun akan membasahi bagian pemukaan yang menghambat proses pembersihan.
Tegangan permukaan dalam proses dan membasahi seluruh permukaan. Bahan kimia yang dapat menurunkan tegangan permukaan pada air secara efektif disebut surface active agents atau surfaktan (Salam 2003) Hasil pencucian yang terbaik memerlukantiga macam energi, yaitu energi kimiawi yang dihasilkan oleh bahan pencuci yaitu sabun dan deterjen, energi panas yang dihasilkan oleh air pencucian yang hangat atau panas, dan energi mekanik yang dihasilkan oleh mesin atau tangan pada saat mencuci. Ketiga energi ini harus berinteraksi dan seimbang. Kotoran berupa minyak dan lemak tidak dapat dibersihkan hanya dengan air karena molekul-molekul yang terdapat pada minyak dan lemak tidak dapat berikatan dengan molekul air. Penambahan sabun akan menyebabkan komponen hidrofobik menarik molekul minyak, dan pada saat yang sama komponen hidrofilik akan menarik molekul air (Salam
2003).
METODOLOGI Ternpat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di dua laboratorium dengan waktu yang berbeda. Penelitian bakteriologi dilakukan tanggal 1-14 Juli dan tanggal 15-28 Agustus 2007 di Laboratorium Bakteriologi Terpadu, Bagian Mikrobiologi Medik, Departemen llmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (IPHK) serta Pembuatan sabun cair pada tanggal 1-14 Agustus 2007 di Laboratorium Farmasi, Bagian Farmasi, Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi (KRP), Fakultas Kedokteran Hewan, lnstitut Pertanian Bogor. Alat dan Bahan Alat Alat yang digunakan dalam perwbaan di Laboratorium Bakteriologi adalah cawan petri, pipet, pinset, tabung reaksi, rak tabung reaksi, cotton swab steril, aluminium foil, ose, needle, korek api, kertas label, object glass, cover glass, bunsen, spatula, inkubator, vortex mixer, autoclave, dan mikroskop. Alat yang digunakan dalam perwbaan di Laboratorium Farmasi adalah gelas piala, sendok tala, gelas ukur, blender, kompor listrik, timbangan, saringan termometer dan mixer. berukuran (mess) 150 9, Bahan Bahan yang digunakan dalam percobaan di Laboratorium Bakteriologi adalah air liur anjing, tanah, aquadestillata steril, kristal violet, safranin, aceton alkohol, KOH, reagens oksidase (2%
alpha-naphtol dan 1% dimetil-p-
fenillendiaminoksalat), reagens katalase (Larutan 3% H202), glukosa, sukrosa, manitol, malosa, laktosa, sitrat, indol, Blood Agar, Mac Conkey Agar (MCA) dan Simon's Citrat Agar (SCA), Plate Count Agar (PCA), Media Muller Hilton Agar, kertas cakram, biakan bakteri air liur anjing dan tanah, paper disc 10 ml dan kapas. Bahan yang digunakan dalam perwbaan di Laboratorium Farmasi adalah gom guar, asam sitrat, sodium klorida (NaCI), imidazolidinil urea, akuades, butylated hydroxy toluene (BHT), sodium lauril suffat (SLS), cocoamido propil betani, Quaterium-82, pewangi ,dan tanah steril untuk pembuatan sabun cair.
Sampel Tanah Tanah yang digunakan untuk penelitian ini diambil di daerah Ciheuleut Kelurahan. Baranangsiang Kota Bogor Provinsi Jawa Barat. Tanah seberat 500 gram pada 5 lokasi yang berbeda, diambil secara aseptis dengan menggunakan metode sampling acak. Pertimbangan menggunakan tanah di wilayah tersebut karena secara umum tanah tersebut dapat mewakili tanah yang ada di kota Bogor. Hewan Percobaan Hewan percobaan yang digunakan adalah anjing jenis Golden retriever (anjing I), Labrador retriever (anjing II),dan anjing lokal (anjing Ill).Masingmasing berumur 6 tahun, 5 tahun dan 2 tahun. Masing-masing anjing percobaan diberi makanan kering dan basah setiap harinya.
Pembuatan Tanah Steril Tanah yang diambil kemudian dikeringkan hingga mendekati tiiik terendah terhadap kandungan air sehingga mempennudah perlakuan untuk melakukan penghalusan dan penyaringan yang menggunakan kawat saring dengan mess 1508. Tanah disterilisasi menggunakan autoclave, alat diisi dengan air kemudian tanah dimasukkan dan panaskan sampai mendidih, dan katup pengaman keluar uap air lalu autoclave ditutup. Setelah suhu mencapai 121 OC, suhu dipertahankan selama satu jam kemudian dimatikan dan dibiarkan selama 15 menit hingga dingin dan tekanan kembali normal kemudian klep pengaman dibuka. Setelah itu dilakukan pembuktian dengan cara menggoreskan tanah yang telah disterilisasi pada media PCA. ldentifikasi Bakteri Air Liur Anjing Metode yang dilakukan untuk mengidentifikasi bakteri pada air liur anjing, meliputi: pembiakan pada Agar Mac Conkey, pembiakan pada agar darah, uji gram, uji KOH 3%, uji katalase, uji oxidase, uji fermentasi karbohidrat, uji sitrat dan uji urease. Spesimen air liur anjing diambil langsung dan kemudian di tumbuhkan pada media agar darah dan MCA, lalu diinkubasi pada suhu 37' C selama 24 jam. Pengarnatan koloni dilakukan dengan memperhatikan tumbuhnya koloni yang berbeda pada masing-masing media. Koloni yang berbeda tersebut diambil
dan digoreskan pada media NA dengan menggunakan ose steril, lalu diinkubasi pada suhu 3PC selama 24 jam. Pewarnaan Gram dilakukan dari isolat pada media NA. Dengan menggunakan ujung ose yang bulat, object glass ditetesi dengan aquades steril. lsolat yang tumbuh pada media NA diambil dengan menggunakan ose steril lalu dihomogenkan dengan aquades yang ada pada object glass, kemudian difiksasi dengan cara dilewatkan diatas api. Zat warna pertama yang diberikan adalah kristal violet, kemudian ditambah dengan lugol masing-masing selama 1 menit lalu dicuci dengan air mengalir. Setelah itu diberikan aceton alkohol selama 20 detik dan segera dicuci dengan air mengalir. Zat warna terakhir yaitu safranin yang diberikan selama 1 menit, lalu dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan di udara atau dengan kertas saring. Selanjutnya diamati menggunakan mikroskop perbesaran 100 x dengan menggunakan minyak emersi. Sebelum dilakukan uji biokimia terlebih dahulu dilakukan uji motilitas, katalase dan oksidase. Uji motilitas dilakukan dengan menggunakan preparat tetes bergantung, sudut-sudut cover glass diberi vaselin secukupnya kemudian bagian tengahnya ditetesi dengan 1 mata ose aquades steril, lalu isolat dari media NA diambil dengan ose steril dan dihomogenkan menggunakan aquades yang ada pada cover glass. Object glass diletakkan di atas kaca penutup kemudian dibalikkan dengan cepat. Preparat tetes bergantung diperiksa dengan pembesaran objektii 10 x dan 45 x. Penentuan adanya katalase diuji dengan larutan H2023% pada koloni terpisah. Beberapa tetes reagens diambahkan pada masing-masing koloni terpisah dari suspensi biakan. Katalase positii ditandai oleh pembentukan gelembung udara pada koloni dan sekitarnya. Pengujian oksidase dilakukan dengan menambahkan reagens oksidase pada masing-masing koloni terpisah dari suspensi biakan. Oksidase positif ditandai dengan perubahan warna menjadi warna hitam dalam beberapa menit atau memerlukanwaktu 30 menit untuk beberapa bakteri. Uji fermentasi karbohidrat menggunakan kaldu karbohidrat yaitu glukosa, sukrosa, laktosa, maltosa dan manitol yang menggunakan indikator Brom Cresol Purple (BPC) atau Phenol Red (PR) sebagai indikator pH. Masing-masing isolat bakteri diinokulasikan ke tiaptiap karbohidrat tersebut dengan meggunakan ose steril secara hati-hati sehingga tidak menimbulkan gelembung gas dalam tabung Durham. Kemudian kelirna deret tabung karbohidrat tersebut diinkubasi dalarn
inkubator pada suhu 3 7 C selama 24 jam. Uji fenentasi positif menunjukan adanya gelembung gas yang terperangkap pada tabung Durham. Uji lndol menggunakan biakkan semi padat yang kaya triptofan dan reagens Kovacs untuk melihat pembentukan indol. lsolat diinokulasikan kedalam biakan semi padat dengan cara menusukkan needle steril sampai pada kedalaman 314 bagian dari permukaan media, lalu diinkubasikan pada suhu 37'C selama 24-48 jam. Pada hari kedua reagens Kovacs ditambahkan ke dalam biakan semi padat tersebut dan diamati setelah beberapa menit kemudian. Uji lndol positif ditunjukan dengan pertumbuhan bakteri yang menyebar disekiar bekas tusukan. Uji sitrat menggunakan media biakan Simmon's cifrate agar berupa medium padat dan berwarna hijau. lsolat diinokulasikan kedalam biakan dengan menggunakan goresan pada bagian yang miring lalu diinkubasi pada suhu 37'C selama 48 jam. Uji sitrat positif ditandai dengan terjadinya perubahan warna media dari hijau menjadi biru. Uji Antimikroba Tanah Steril Terhadap Air Liur Anjing Pengujian dilakukan dengan membuat pengenceran suspensi air liur anjing terlebih dahulu. Air liur anjing diencerkan dengan larutan fisiologis dengan perbandingan 1:9. Kemudian suspensi tersebut dihomogenkan dengan vortex mixer,
lalu diinokulasikan pada Media Muller Hillton Agar sebanyak 0,l ml
kemudian diratakan dan diletakkan paper disc yang telah diteteskan suspensi tanah steril dengan pengenceran 1:9 sebanyak 25 pl, setelah itu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37OC. Daya Kerja antimikroba diukur menggunakan menggunakan uji Antibiogram Kirby Bauer, dengan mengukur diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri untuk masing-masing paper disc. Pembuatan Sabun Cair Tanah Steril Proses pembuatan sabun cair tanah steril dilakukan dengan mencampur bahan-bahan sabun cair dengan tanah steril yang mempunyai konsentrasi bertingkat lo%, 20%, 30%, 40%, dan 50%. Secara nnci tahapan pembuatan sabun cair untuk menghasilkan200 ml sabun cair adalah sebagai berikut : 1. Akuades sebanyak 100 ml dimasukkan ke dalam gelas piala 400 ml
kemudian dipanaskan menggunakan kompor listrik sehingga mencapai suhu 80 OC
2. Butylafed Hydroxy Toluene (BHT) sebanyak 0,04 g dimasukan kedalam gelas piala 400 ml dan kemudian dimasukkan Sodium Lauril Sulfat (SLS) sebanyak 60 g sedikit demi sedikit agar lebih mudah dihomogenkan; 3. Campurkan 1 dan 2 di atas dihomogenkan selama 30 menit dengan kecepatan yang stabil. Setelah itu didinginkan hingga mencapai 30% 4. Cocoamido Propil Betani (CAPB) sebanyak 6 ml, 4 ml Quaterium-82 dan 2 ml
pewangi dihomogenkan terlebih dahulu didalam gelas pialalOO ml dan dimasukkan ke dalam campuran utama, kemudian dihomogenkan selama 5 menit. 5. Sodium Klorida (NaCI) sebanyak 4 g dilarutkan dalam 16 ml akuades untuk menghasilkan
larutan
garam
20%(v/v).
Larutan
garam
tersebut
dihomogenkan dengan 0,08 g lmidazolidinil urea (IU) di dalam gelas piala 100 ml dan dimasukan ke dalam campuran utama kemudian dihomogenkan selama 5 menl. 6. Gom guar sebanyak 4 g dimasukkan kedalam campuran no. 5 sedikii demi sedikii dan dihomogenkan selama 5 menit.
7. Asam sitrat 50% sebanyak 0,02 ml dimasukan ke dalam campuran no. 6 sedikii demi sedikit dan kemudian dihomogenkan selama 5 menit. 8. Kemudian selanjutnya dicampurkan tanah steril dengan konsentrasi bertingkat lo%, 20%, 30%, 40%, dan 50% Tabel 2 Komposisi Bahan Pembuatan Sabun Cair
Bahan Baku Sodium Laud Sulfaf (Sls) Butylated Hydroxy ~oluene(Bht) Cocoamido Propil Betani Quaterium-82 Pewangi Sodium Klorida lmidazolidinil Urea Gom Guar Asam sitrat 50% Akuades Tanah Steril I
1 (%) 1 30
0,02 3 2 1 2 0,w 2 2 0,Ol 10,20,30,40, dan 50
Surnber : Engko (2001), yang telah dirnocliasi
I
BHT, Sodium Lauril Sulfat
Homogenisasi 30 rnenit dinginkan 30°C
Suhu 80°C
I Cocoamido
Homogenisasi
Quaterium pewangi
Hornogenisasi lidinil urea
I Gorn guar
Hornogenisasi 5 menit
1 Asam sitrat 50%
Homogenisasi 5 rnenit
Sabun Mandi Cair Tanah Steril
Gambar 1. Diagram Pembuatan Sabun Cair Sumber : Engko (2001), yang telah dimodifkasi
Uji Swab 1 :Tanah Steril Terhadap Air Liur Anjing Sampel diambil langsung dari tangan (2x2 cm2) yang telah dijilat anjing, kemudian pembilasan pertama tangan yang telah dijilat oleh anjing hanya dibilas menggunakan tanah steril dan diswab. Pada bilasan ke-2 tangan yang telah dibilas
menggunakan tanah
kemudian dibilas
kembali
menggunakan
aquadeatillata dan diswab, dan seterusnya sampai bilasan ke-7. Setelah itu masing-masing cotton swab dimasukkan ke dalam 7 tabung reaksi yang masingmasing berisi 10 ml larutan 0,1% buffered pepton water dan dihomogenkan. Kemudian dibuat pengenceran 1:10 dari tiap-tiap tabung reaksi, dengan cara mengambil 1 ml larutan yang berisi cotton swab dan dimasukkan ke dalam 9 ml buffered pepton water. Terakhir 1 ml larutan pengenceran 1K' diambil dan dibiakkan dengan metode agar tuang (40-50%) pada media PCA dan diinkubasi dengan suhu 37'C selama 24 jam dan dilakukan penghitungan jumlah bakteri yang tersisa pada bilasan ke 1, 3, 5, dan 7. Uji Swab 2 :Sabun Cair Tanah Steril Terhadap Air Liur Anjing Sampel diambil langsung dari tangan (2x2 cm2) yang telah dijilat anjing, kemudian pembilasan pertama tangan yang telah dijilat oleh anjing hanya dibilas menggunakan sabun tanah sterilO% dan diswab. Pada bilasan ke-2 tangan yang telah dibilas menggunakan tanah kemudian dibilas kembali menggunakan aquadeatillata dan diswab, dan seterusnya sampai bilasan ke-3. Setelah itu masing-masing cotton swab dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi yang masingmasing berisi 10 ml larutan 0,1% buffered pepton water dan dihomogenkan. Kemudian dibuat pengenceran 1:10 dari tiap-tiap tabung reaksi, dengan cara mengambil 1 ml larutan yang berisi cotton swab dan dimasukkan ke dalam 9 ml buffered pepton water. Terakhir I ml larutan pengenceran 10-I diambil dan dibiakkan dengan metode agar tuang (40-50%) pada media PCA dan diinkubasi dengan suhu 37'C selama 24 jam dan dilakukan penghitungan jumlah bakteri yang tersisa pada bilasan ke-3. Dilakukan proses yang sama dengan konsentrasi tanah steril yang berbeda dalam sabun cair yaitu lo%, 20%, 30%, 40%, dan 50% dengan jumlah bilasan air 3 kali. Uji Antimikroba Sabun Cair Tanah Steril Terhadap Air Liur Anjing Pengujian dilakukan dengan membuat pengenceran suspensi air liur anjing terlebih dahulu. Air liur anjing diencerkan dengan larutan fisiologis dengan perbandingan 1:9. Kemudian suspensi tersebut dihomogenkan dengan vortex
mixer, lalu diinokulasikan pada Media Muller Hillton Agar sebanyak 0 , l ml kemudian diratakan dan diletakkan paper disc yang telah diteteskan suspensi sabun cair tanah steril yang telah diencerkan dengan penambahan cairan fisiologis dengan perbandingan 1:9 sebanyak 25 p1, setelah itu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37OC. Daya Kerja antimikroba diukur menggunakan
menggunakan uji Antibiogram Kirby Bauer, dengan mengukur diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri untuk masing-masing paper disc. Pengujian dilakukan dengan menggunakan metode yang sama dengan uji antimikroba tanah steril terhadap air liur anjing, konsentrasi dengan tanah steril pada sabun cair sebanyak 0%' lo%, 20%, 30%, 40% dan 50%. Analisa Data Hasil pengamatan dan perhiungan persentase daya kerja antimikroba pada berbagai tingkat konsentrasi sabun tanah disusun sebagai rancang acak kelompok (RAK) kemudian dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA IAnalysis of Variance) dan dilanjutkan dengan uji Duncan untuk menguji perbedaan terhadap perlakuanyangada. Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu faktor. Alasannya tiap anjing merniliki jumlah bakteri yang berbeda. Ketiga anjing tersebut dikenai perlakuan berupa konsentrasi tanah yakni 0% (sebagai control negatif), lo%, 20%, 30%, 40%, dan 50%.
HASlL DAN PEMBAHASAN Pernbuatan Tanah Steril Menurut Ma'shum (2003), mikroba pada tanah tidak tersebar secara merata dan pola susunan mikroba yang terdapat dalam tanah sangat beragam dan sifatnya temporer karena dipengaruhi oleh ketersediaan substrat. Seperti dijelaskan oleh Lisdar (1997), bahwa tanah memiliki lebih dari 100 ribu mikroorganisme tersebut dapat menyebabkan keuntungan ataupun kerugian terhadap lingkungan dan kesehatan makhluk hidup lainnya. Contohnya jamur Penicillium yang mencemari Laboratorium Fleming tahun 1928 yang semula diduga airborne contaminant dan strain Bacillus subtillis menghasilkan bahan antimikroba yang sebenarnya semua berasal dari tanah, demikian juga dengan Streptomyces venezuela dan Streptomyces erythraeus yang menghasilkan antibiotika. Mikroba tanah juga mempunyai sifat yang patogen terhadap manusia, ternak, tanaman dan hewan lainnya. Penularannya dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Penyakii yang penularannya melalui media tanah disebut dengan penyakit tular tanah (soil borne disease). Contoh mikroba patogen pada manusia dan hewan ternak antara lain Bacillus anthracis mempunyai spora yang dapat bertahan hingga puluhan tahun sehingga dapat menyebabkan penyakit botulism, tetanus dan anthrax (Martin 1977). Penyakit zoonosis lainnya yang berbahaya adalah Toxoplasmosis dimana ookista dari Toxoplasma gondii membentuk sporozoit yang dapat bertahan di tanah selama berbulan-bulan hingga setahun (Chahaya 2003). Sterilisasi tanah
menggunakan autoclave.
Autoclave ini rnampu
menghasilkan suhu uap panas yang dibutuhkan sebesar 12I0C. Setelah uap panas dialirkan, suhu dalam tanah mencapai 12I0C. Penurunan suhu uap oleh sifat higroskopis tanah, sehingga terjadi penyerapan suhu uap panas oleh butiran tanah. Perbedaan waktu pencapaian suhu dalam tanah sangat bergantung pada tekstur tanah. Tanah bertekstur kasar lebih cepat rnencapai suhu tinggi dan distribusi uap panasnya lebih merata. Hasil pembuatan tanah steril diuji sterilitasnya pada PCA (lihat Gambar 2). yaitu tidak diiemukannya koloni mikroba yang tumbuh. Hal ini membuktikan bahwa tanah yang digunakan dalam penelitian ini sudah tidak mengandung mikroba den dapat dikatakan telah steril. Dalam penelitian pembuatan tanah steril dilakukan sterilisasi dengan menggunakan autoclave pada suhu 121
OC
selama 1 jam. Menurut Chahaya (2003) menyatakan bahwa pemanasan bakteri
dan mikroorganisme dapat mati bahkan spora anthrak yang pada dasarnya sulit dimusnahkan tetapi pada 120 OC selama 1 jam spora tersebut akan mati.
Gambar 2. Media PCA yang telah diinokulasi tanah steril. ldentitikasi Bakteri Air Liur Anjing Anjing banyak mengeluarkan air liur karena anjing tidak mempunyai kelenjar keringat, sehingga untuk mengatur suhu tubuhnya anjing menuwnkan panas tubuhnya dengan memproduksi air liur lebih banyak. Kelenjar saliva terbagi menjadi 2 bagian yaitu kelenjar saliva mayor (parotid, mandibularis, sublingual, dan zygomaticus), dan kelenjar saliva minor yang terdapat di daerah ventral buccalis (Peter 1997). Hasil identifikasi bakteri dengan pembiakan pada Agar Mac Conkey, pembiakan pada agar darah, uji gram, morfologi, struktur, uji KOH 3%, uji katalase, uji oxidase, uji fermentasi karbohidrat, uji sitrat dan uji urease disajikan pada Tabel 3. Berdasarkan kriteria koloni bakteri menurut Bergey et 81. (1984) dalam acuan Bergeys Manual of Determinative Bacteriology didapatkan genus bakteri pada air liur anjing koloni 1, 2, 3 dan 4 adalah Micrococcus sp, yang gambaran pertumbuhan koloninya disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3. Media NA yang berisi koloni bakteri air liur anjing
Tabel 3 ldentifikasi bakteri pada air liur anjing
Keterangan :Hemolisis : $ (Melisiskan sel darah rnerah), y (Tidak rnelisiskan sel darah rnerah), Sol (Soliter)
Micrococcus berasal dari kingdom bacteria, phylum actinobacteria, kelas actinobacteria, sub kelas actinobacteria, ordo actinomycetales, sub ordo micrococcineae, family micrococcaceae dan genus Micrococcus, species nya antara lain Micrococcus antarcticus, Micrococcus nevus, Micrococcus luteus, Micrococcus lylae, Micmcoccus mucilaginosis, dan Micrococcus roseus. Micrococcus merupakan bakteri Gram positif yang memiliki ukuran 0,5
-3
mikrometer, dan mempunyai dinding sel sebesar 50% dari berat tubuhnya (Cano 2004).
Antirnikroba Tanah Steril Terhadap Bakteri Air Liur Anjing Dalam uji antimikroba ini digunakan uji Antibiogram Kirby Bauer, dengan mengukur diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri untuk masing-masing paper disc. Antimikroba dapat dikatakan efektii jika terlihat daerah jemih di sekeliling kertas cakram (Lay 1994). Sedangkan menurut Edrada (1998) daya antimikroba dikatakan efektif apabila hambatan yang terbentuk lebih besar atau sama dengan diameter paper disc yaitu 10 mm. Zona bening di sekitar cakram kertas merupakan petunjuk kepekaan mikrwrganisme terhadap senyawa antimikroba. Berdasarkan diameter yang terbentuk dari pengujian daya antimikroba tanah steril terhadap bakteri air liur anjing dipengaruhi hasil disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4 Daya antimikroba tanah steril terhadap air liur anjing lsolat Asal DS * DS 1 DS 2
BaMeri
Diameter (mm) 11,7 11,5 12.1
Micrococcus sp. Micrococcus sp. Micrococcus sp. Micmcoccus sp. Micmcoccus sp.
Keterangan : DS =Dog saliva, DS* =Total Air Liur ; DS1 = koloni 1, dst
Hasil uji antimikroba aktiiRas tanah steril terhadap mikroba air liur anjing memperlihatkan bahwa tanah steril yang digunakan sebagai antimikroba dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan diameter zona hambat 11,7 mm. Kemudian dalam percobaan tanah steril yang diinokulasikan terhadap individu bakteri yang aktivitas tertinggi antimikoba yang membentuk zona hambatnya dari tanah steril adalah 12,l mm yang berarti zona lisis yang lebih besar menunjukkan daya aktifitas antimikroba yang lebih besar dan terendah yaitu 10,9 mm yang menunjukan zona lisis yang kecil menunjukkan adanya aktifitas antirnikroba yang rendah pula. Dari data pada Tabel 4 membuktikan bahwa tanah steril merniliki zaffsenyawa yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Percobaan Pengujian Jumlah Mikroba dalam Air Liur Anjing dengan Uji Swab Uji Swab 1:Air Liur Anjing dengan Tanah Steril Dari hasil uji Swab 1, dimana air liur anjing dibersihkan dengan tanah steril dan dibilas dengan aquadestillata steril sebanyak 1, 3, 5, dan 7 kali menghasilkan data sebagaimana disajikan dalam Tabel 5. Dari tabel tersebut jumlah bakteri pada pencucian 1 diperoleh jumlah bakteri pada anjing I, II,dan Ill sebanyak 2.1x102 du/cm2,2.7x102cfu/cm2, dan 2.3x102 cfulml dengan rataan 2 . 3 ~ 1 0du/cm2, ~ pencucian 3 sebanyak >I00 est dulcm2, 1.5~10'du/cm2, dan >?00 est cfu/cm2 dengan rataan >I00 est cfu/cm: ditemukan adanya koloni yang tumbuh.
pencucian 5 dan 7 tidak
Tabel 5 Pengaruh jumlah bakteri yang dicuci dengan tanah terhadap pencucian air Pencucian
Anjing I
Jumlah Bakteri (cfulcm2) Anjing II Anjing Ill
Rata-rata
1
2.1x102
2.7x102
2.3x102
2.3x102
3
>I00 est
1.5~10'
>I00 est
>I00 est
5
0
0
0
0
7
0
0
0
0
Keterangan : 1.3,5,7 merupakanjumlah penwcian aquadest Hal ini menunjukkan bahwa bakteri yang tertinggal pada tangan merupakan bakteri yang berasal dari air liur anjing. Frekuensi pembilasan membantu mengurangi jumlah bakteri, jadi semakin banyak frekuensi pembilasan maka semakin sedikit bakteri yang tertinggal. Selain dari frekuensi proses pembilasan yang mempengaruhi jumlah bakteri yang tertinggal, dengan dilakukanya pembilasan menggunakan tanah akan mengurangi bakteri yang tertinggal sebab struktur dari tanah tenebut memiliki ukuran partikel yang cukup besar. Adanya partikel tersebut yang berfungsi seperti scurb, yang memilki pernlukaan yang sedikit
kasar. Dan hasil percobaan ini sebagaimana yang
disajikan pada Tabel 5, terlihat percobaan yang menggunakan tanah steril pada pencucian satu sampai dengan tiga masih terlihat jumlah bakteri. Bakteri tidak ditemukan lagi setelah pembilasan kelima dan seterusnya.
Uji Swab 2 :Air Liur Anjing dengan Sabun Cair Tanah Steril Sebagaimana percobaan dalam uji Swab 1, maka telah dilakukan dalam uji Swab 2 untuk melihat jumlah bakteri air liur anjing setelah dicuci sabun cair tanah steril dengan konsentrasi 0%, lo%, 20%, 30%, 40%, dan 50%. Hasil uji Swab 2 tersebut di sajikan dalam Tabel 6.
Berdasarkan uji Swab 2 pada Tabel 6, jumlah bakteri yang bertahan saat dicuci dengan sabun cair dengan konsentrasi tanah steril 0% sebagai kontrol negat't diperoleh jumlah bakteri pada anjing I , II, dan Ill sebanyak 2.2x102 du/cm2, 1.7x102 dulcm2, dan 1.8x102 cfulcmZ dengan jumlah bakteri rataan sebanyak 1.9x102 cfu/cmz. Sedangkan pencucian dengan sabun cair dengan konsentrasi tanah steril lo%, 20%, 30%, 40%, dan 50% tidak ditemukan bakteri
yang tumbuh. Hal ini disebabkan sabun cair yang tidak diberikan tanah steril tidak mempunyai daya antimikroba yang baik sehingga masih dapat ditemukannya bakteri yang tumbuh. Dari data tersebut pada Tabel 6, maka campuran tanah steril untuk sabun cair tanah steril cukup 10 % dengan tiga kali pencucian. Tabel 6 Jumlah bakteri setelah dicuci dengan sabun cair tanah Jumlah Bakteri (cfulcm2)
KonsentrasiTanah (%)
Anjing I
Anjing II
Anjing Ill
Rata-rata
50 0 0 0 0 Keterangan : (') konsentrasisabun cair tanah 0% sebagai kontrol negatif, sampel diambil pada pencucian ke 3 Dari hasil Uji Swab 2, maka dapat dilihat bahwa komposisi sabun dan tanah steril menghasilkan efek yang optimal dalam menghilangkan bakteri yang disebabkan air liur anjing. Hal ini sejalan dengan pendapat Winarno (1992), yang menyatakan bahwa bagian molekul sabun yang non polar yaitu gugus R akan mengikat kotoran, sedangkan gugus COONa akan mengikat air karena samasama polar. Kotoran dapat lepas karena kotoran terikat pada sabun dan sabun terikat pada air. Kotoran pada kulit umumnya berasal dari minyak, lemak, keringat dll. Seperti pada Uji Swab yang dilakukan menggunakan air liur anjing yang termasuk kotoran pada kulit. Zat-zat tersebut sukar larut dalam air karena bersifat non polar. Sabun diperlukan untuk melarutkan kotoran-kotoran pada kulit. Uji Antimikroba Sabun Cair Tanah Steril Terhadap Air Liur Anjing
Senyawa antimikroba adalah senyawa kimia atau biologis yang dapat menghambat pertumbuhan dan aktivitas mikroba (Pelczar dan Chan 1986). Protein
akan mengurangi daya
kerja desinfektan,
sedangkan
panas
mempercepat daya kerjanya. Berdasarkan sifatnya bahan kimia yang mematikan pertumbuhan disebut bakterisidal, sedangkan bahan kimia yang menghambat pertumbuhan bakteri disebut bakteriostatik (Lay 1994).
1
Untuk melihat kerja antimikroba sabun cair tanah steril maka telah dilakukan pengujian uji Antibiogram Kirby Bauer. Pengujian dilakukan dengan menggunakan metode yang sama dengan uji antimikroba tanah steril terhadap air liur anjing, konsentrasi dengan tanah steril pada sabun cair sebanyak 0%,
lo%, 20%, 30%. 40% dan 50%. Hasil selengkapnya uji daya antimikroba sabun cair tanah steril terhadap air liur anjing disajikan pada Tabel 7. Dan dapat dilihat gambaran lasan diameter pada Garnbar 3. Tabel 7 Daya antimikroba sabun cair tanah steril terhadap air liur anjing
sama rnenunjukkan perbedaan yang berbeda nyata (Pc0.05), Paper Disk 10 rnrn.
Gambar 4. Hasil uji Antibiogram Kirby Bauer tanah steril dan air liur anjing Dari Tabel 7 terlihat diameter spektrum yang terbentuk dari pengujian diperoleh hasil pada sabun tanah steril dengan konsentrasi 0% sebagai kontrol negatif terhadap anjing I, II, dan Ill adalah seluas 16,70 mm, 17,00mm, dan 17,20 mm, dengan rataan 17,00*0,26mm, konsentrasi 10% seluas 17,60mm,
18,10 mm, dan 17,50 mm, dengan rataan 17,73*0,32mm, konsentrasi 20% seluas 18,60 mm, 18,40mm, dan 18,60mrn, dengan rataan 18,60*0,12mm,
konsentrasi 30% seluas 18,90 mm, 18,50 mm, dan 19,OO mm, dengan rataan 18,80*0,26 mm, konsentrasi 40% seluas 18,40 mm, 19,lO mm, dan 18,90 mm, dengan rataan 18,80*0,36 mm, konsentrasi 50% seluas 18,80 mm, 19,10 mm, dan 19.10 mm, dengan rataan 19,00*0,17 mm. Berdasarkan zona bening yang terbentuk dari pengujian Tabel 7, hasil yang diperoleh pada sabun cair dengan konsentrasi tanah steril 0-20% memberikan perbedaan yang nyata. Hal berdasarkan uji ANOVA dan uji Duncan memberikan hasil Duncan Grouping A, B, dan C atau superscript
(A,
)'
sebagaimana pada Tabel 7. Hal ini menunjukkan bahwa sabun cair tanah steril memiliki daya antimikroba yang baik. Konsentrasi tanah steril dalam sabun cair memberikan pengaruh yang signifikan terhadap luas spektmm zona bening atau berbeda nyata (P<0,05).Hal ini dapat disebabkan oleh banyak faktor, baik disebabkan oleh sifat fisik maupun kimiawi dari tanah tersebut.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Pensterilan tanah dimaksudkan untuk menghindari adanya infeksi yang berasal dari mikroba tanah.
2. Bakteri yang diternukan pada air liur anjing dalam penelitian ini adalah bakteri Gram positif (micrococcus sp) dengan 4 koloni yang berbeda.
3. Tanah steril memiliki zaffsenyawa yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
4. Dapat dibuktikan secara ilmiah tanah sebagai bahan pencuci terhadap air liur anjing (najis) dan rnencucinya sebanyak 7 kali dengan air yang sebagaimana telah dikutip dari Hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Abuhurairah dan Muslim. 5. Sabun cair tanah steril mempunyai daya kerja antimikroba yang baik dan sernakin banyak konsentrasi tanah steril dalam sabun maka daya kerja antirnikroba yang dihasilkan akan semakin baik. Saran 1. Penggunaan sabun cair tanah steril dapat memudahkan pencucian air liur anjing (najis) sehingga lebih praktis. 2. Pencucian terhadap air liur anjing sebaiknya dilakukan dengan tanah yang steril.
DAFTAR PUSTAKA Al-Furqon : Tafsir Qur'an. Anonimous. 2007. Cosmetics. w.bookrags.com 110 November 20071 American Kennel Club. 1992. The Complete Dog Book: The Photograph, History and Official Standard of Every Breed Admitted to AKC Registration, and the selection, Training, Breeding, Care and Feeding of Pure-Bred Dogs. 1 8 Edition., ~ hlm 724 Bergey, D.H, et al. 1984. Bergey's Manual of Systematic Bacteriology. Volume. 2 Williams and Wilkins. Baltimore. London. Cano, R.J, et a/. (2004). "Micrococcus Luteus - Survival in Amber". Microbial [I3 Maret 20071 Ecology. htt~:/en.wiki~edia.om/wiki/Micrococcus. Chahaya Indra. 2003. Epidemiologi Toxoplasma Gondii. Bagian Kesehatan Lingkungan Universitas Sumatera Utara. USU Digital Library. Dewan Standarisasi Nasional. 1996. Sabun Mandi Cair (06-4085-1996). Departemen Perdagangan, Jakarta. Dewan Standarisasi Nasional. 1994. Sabun Mandi (SNI. 06-3532-1994). Departemen Perdagangan, Jakarta Edrada, R. A. 1998. Isolation and Structure Elducidation of Bioative Secondaly Metabolites. Dissertation Zur Erlangung des Natunvissenschafflitchen Doctorgrades der Bayerischern Julius. Maximilians. Universitat Wurrburg. Philipinen. Engko, H. C. 2001. Aplikasi minyak biji adas (Foeniculum Vulgare Mill) dan gelatin tipe B dari kulit sapi dan forrnulasi sabun mandi cair. Skripsi Fakultas Teknologi Pertanian. lnstitut Pertanian Bogor. Evans, Howards E. 1993. Miller's Anatomy Of The Dog 3" Edition. W.B Saunders Company, USA. Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. PT. Garmedia Pustaka Utama Berkeja Sama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi lnsttut Pertanian Bogor, Jakarta.
Foth, D.H 1984. Fundamental of Soil Science. Jhon Wiley & Sons, Inc. Singapore Hanafiah, K.A 2005. Dasar-Dasar llmu Tanah. PT Raja Garafindo Persada. Jakarta. Kirk, R. E., D. F. Othmer, J. D. Scott dan A. Standen. 1954. Encyclopedia of Chemical Technology. Vol 12. Interscene Publisher's a Division of John Wiley and Sons, Inc., New York. hlm 573-592. Lay, BW. 1994. Analisis Mikroba di Laboraturium. Persada.
Jakarta: Raja Grafindo
Lisdar, I.S. 1997. Potensi Keragaman Hayati Mikroorganisme dalam Menghasilkan Senyawa Antimikroba. Kumpulan Abstrak. Konas 7. Perhimpunan Mikrobiologi Indonesia. Denpasar, Bali. 8-10 Desember 1997. Martin, Alexander. 1977. Introduction to Soil Microbiology Y d~dition.John Wiley and Sons, Inc. Canada. USA. Ma'shum M, Soedarsono J, dan E S Lolita. 2003. Biologi Tanah. CPlU Pasca IAUEP. Bagpro Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Pelczar, M.J. dan E.C.S. Chan. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi Diterjemahkan oleh: R.S. Hadioetomo, T. Imas, S.S. Tjitrosomo, dan S.L. Angka. UI Press. Jakarta. Peter C. Goody. 1997. Dog Anatomy. J. A Allen London. Salam RRS. 2003. Kualitas Sabun Mandi Cair dengan Penambahan Madu dan Ekstrak Polen. Skripsi. llmu Produksi Ternak, FAPET, IPB, Bogor. Savolainen. 2002. The History Dog. vvww.Wiki~edia.OrqMlik'iDoq[I3 Maret 20071 Setiabudy, R dan V. H. S. Ganiswara. 1995. Pengantar Antimikroba. Dalam: S. G. Ganiswara, R . Setiabudy, F. D.Sunyatna, Punrvantyastuti dan Nafrialdi Farmakologi da Terapi. Edisi Ke-4. FKUI, Jakarta. Siswandono dan B. Soekardjo. 1995. Kimia Medisinal. Airfangga University Press Surabaya.
Sjuhada, A. 2006. Cairan Rongga Mulut. Kumpulan Makalah Seminar Nasional. Surabaya: lkatan Ahli llmu Faal Indonesia. Wasitaatmadja, S.M. 1997. Penuntun llmu Kosmetik Medik. Penerbit Universitas Indonesia (UI- Press), Jakarta. Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Giii. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Lampiran 1. proses uji Swab
Lampiran 2,hasil uji Swab
Lampiran 3. Hasil uji Antibiogram Kirby Bauer
Lampiran 4. Sabun Cair Tanah Steril
Lampiran 5. Uji Rancang acak kelompok
PENGARUH TANAH STERIL Simpulan: karena p-value untuk kelas perlakuan <<< a=0,05, maka, kita tolak HO untuk hipotesis perlakuan, sehingga dapat dipastikan minimal ada 1perlakuan yang memberikan pengarnh berbeda terhadap respon (penambahan zona bersihlluas spektrum). (rancangan acak kelonpok) PENGARUH M A R TANAH STERIL
3
03 :33 Monday,
A p r i l 28. 2003 The GLM Procedure class Level Information class
Levels
6
persen-tanah
Values
10% 20% 30% 40% 50% kntrolne
Sedangkan p-value uantuk blok >>> a=0,05, sehigga belum cukup bukti bagi untuk meyatakan bahwa blok berpengaruh terhadap respon. no-an j ing
3
1 2 3
18 18
Number of observations ~ e a d Number of observations used
PENGARUH KbDAR TANAH STERIL
4
03 :33 Monday,
A p r i l 28, 2003 The GLM Procedure Dependent variable: Y
DIAMETER CAKRAM mm2 DF
sum o f Squares
Mean square
F value
uodel
7
9.48555556
1.35507937
20.36
Error
10
0.66555556
0.06655556
Corrected Total
17
10.15111111
source
Pr > F
<.0001
source Pr > F
<.0001 0.2383
0.2383
c o e f f var
0.934435
1.408037
ROO^ MSE
0.257984
Y Mean
18.32222
DF
Type ISs
Mean Square
F value
OF
Type 111 SS
Mean Square
F value
persen-tanah
5
9.26444444
1.85288889
27.84
no-anjing
2
0.22111111
0.11055556
1.66
persen-tanah no-anji ng
source Pr > F
<.0001
R-square
Lampiran 6.Uji Duncan's Duncan's M u l t i p l e Range Test f o r Y NOTE: hi: t e s t controls t h e Type I comparisonwise e r r o r r a t e , not the expenmenrmse e r r o r r a t e .
~l pha 0.05 Error Degrees o f Freedom 10 Error Mean Square 0.066556 6
.5161
Number o f Means
2 .4693
C r i t i c a l Range
3 .4905
4 .5029
5 .5 108
Means w i t h the same l e t t e r a r e not s i g n i f i c a n t l y d i f f e r e n t .
N
persex tanah
19.0000
3
50%
18.8000 18.8000
3 3
40% 30%
A A
18.6000
3
20%
B
17.7333
3
10%
C
17.0000
3
kntrolne
Duncan Grouping A
~ean
A A A A