STUDI PENGARUH PEMBANGUNAN PLTP BATURADEN 220 MW DI GUNUNG SLAMET TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL JAWA TENGAH (STUDY DEVELOPMENT OF GEOTHERMAL POWER PLANT BATURADEN 2×110 MW IN SLAMET MOUNTAIN BASED ON REGIONAL ELECTRICITY TARIFF OF CENTRAL JAVA) Fira Nafiri Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh November Kampus ITS Gedung B dan C Sukolilo Surabaya 60111 Abstrak : Potensi panas bumi Indonesia yang mencapai ±40% dari cadangan dunia. yaitu 27.601 MW atau setara dengan 12,37 milyar barel minyak. Dari potensi tersebut baru ±4% yang telah dikembangkan dan dimanfaatkan terutama untuk pembangkit listrik tenaga panas bumi. Pembangunan pembangkit listrik panas bumi yang sedang digiatkan merupakan salah satu solusi untuk mengatasi kebutuhan energi di Jawa Tengah dan untuk mengurangi ketergantungan terhadap energi tak terbaharukan. Dengan pembangunan PLTP Baturaden 2×110 MW di proyeksikan untuk membantu memenuhi kebutuhan beban di Jawa Tengah. Selain itu PLTP Baturaden juga ramah lingkungan karena menghasilkan emisi yang rendah.. Kata kunci : Energi Listrik, Energi Panas Bumi, PLTP Baturaden, BPP, Biaya Pokok Penyediaan Tenaga Listrik, Tarif Listrik Regional..
mentargetkan peningkatan peran energi panas bumi menjadi 5% pada tahun 2025. Jawa Tengah sebagai propinsi dengan jumlah penduduk terbesar ke tiga di Indonesia, yang terletak di bagian tengah pulau Jawa dan dikenal sebagai jantung budaya Jawa. Lokasi daerah Jawa Tengah cukup strategis karena terletak di tengahtengah pusat kegiatan ekonomi di pulau Jawa. Beraneka ragam ciri khas kegiatan ekonomi di kabupaten atau kota di propinsi Jawa Tengah membuat propinsi ini tidak memiliki ciri dominan dalam kegiatan ekonomi. Berbagai sektor berperan secara berimbang seperti sektor industri pengolahan. sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Industri tekstil merupakan industri dengan nilai output terbesar. Seiring semakin berkembangnya perekonomian dan perencanaan pemerintahan daerah Jawa Tengah terkait pembangunan ketersediaan dan kualitas infrastruktur wilayah khususnya rencana pembangunan, pengembangan wilayah, pemukiman, dan industri dan tingkat laju pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi maka diperlukan pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik Baru. Untuk itu pembangunan PLTP Baturaden 2×110 MW di Gunung Slamet Jawa Tengah Diharapkan mampu menyumbangkan pasokan daya sebesar 220 MW untuk mendukung kebutuhan energi listrik pada rencana pembangunan tersebut, dan memberikan pengaruh terhadap tarif listrik regional Jawa Tengah.
I. PENDAHULUAN Fenomena krisis energi saat ini terjadi di seluruh dunia, meliputi krisis energi minyak bumi dan gas alam, bahan bakar fosil, serta energi listrik. Pemenuhan energi listrik di Indonesia menuju ambang kritis sejak tahun 2004, dimana pertumbuhan perekonomian mencapai lebih dari 5%, yang mendorong kebutuhan akan energi listrik juga semakin meningkat. Energi listrik merupakan kebutuhan primer yang vital untuk pembangunan ekonomi dan pembangunan sosial. Ketersediaan tenaga listrik yang mencukupi, aman merupakan faktor penting dalam rangka menggerakkan perekonomian yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat. Kebijakan pemanfaatan energi primer setempat untuk pembangkit tenaga listrik dapat terdiri dari fosil (migas) maupun non-fosil (air, panas bumi, biomassa, angin, panas dan cahaya matahari, arus dan gelombang pasang surut laut, dan nuklir). Sumber–sumber energi tersebut di atas, perlu dioptimalkan berdasarkan kajian pemerintah mengenai ”Skenario Energi Mix Nasional” dalam jangka waktu tertentu (2008-2025), yang
II. TEORI PENUNJANG 2.1 Panas Bumi Panas bumi didefinisikan sebagai panas yang berasal dari dalam bumi. Sedangkan energi panas bumi adalah energi yang ditimbulkan oleh panas tersebut. Panas bumi menghasilkan energi yang bersih (dari polusi) dan berkesinambungan atau dapat diperbarui. Sumberdaya energi panas bumi dapat ditemukan pada air dan batuan panas di dekat permukaan bumi sampai beberapa kilometer di bawah permukaan. Bahkan jauh lebih dalam lagi sampai pada sumber panas yang ekstrim dari batuan yang 1
mencair atau magma. Untuk menangkap panas bumi tersebut harus dilakukan pemboran sumur seperti yang dilakukan pada sumur produksi minyak bumi. Sumur tersebut menangkap air tanah yang terpanaskan, kemudian uap dan air panas dipisahkan. Uap air panas dibersihkan dan dialirkan untuk memutar turbin. Air panas yang telah dipisahkan dimasukkan kembali ke dalam reservoir melalui sumur injeksi yang dapat membantu untuk menimbulkan lagi sumber uap. Listrik tenaga panas bumi adalah listrik yang dihasilkan dari panas bumi. Panas bumi dapat menghasilkan listrik yang reliabel dan hampir tidak mengeluarkan gas rumah kaca. Panas bumi sebagaimana didefinisikan dalam Undangundang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas bumi, adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam air panas, uap air dan batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara genetik semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem panas bumi dan untuk pemanfaatannya diperlukan proses penambangan. Panas bumi mengalir secara kontinyu dari dalam bumi menuju ke permukaan yang manifestasinya dapat berupa: gunung berapi, mata air panas, dan geyser.
Tabel 3.1 Jumlah Pelanggan, dan Listrik Terjual di Propinsi Jawa Tengah Tahun 2000-2008
Sumber : Statistik PLN
3.1
Konsumsi Energi Listrik Kelompok Konsumen Konsumsi energi listrik di Propinsi Jawa Tengah menunjukkan pemakaian yang terus meningkat tiap tahunnya. Hal ini disebabkan jumlah penduduk yang cenderung meningkat setiap tahunnya, semakin berkembangnya sektor industri dan semakin meningkatnya kemajuan daerah di propinsi Jawa Tengah. Sektor industri merupakan sektor yang paling banyak membutuhkan energi diikuti dengan sektor komersil (bisnis), penerangan jalan, gedung pemerintah. Tabel 3.2 Konsumsi Energi Listrik Kelompok Konsumen GWh
2.2 Proses Terjadinya Energi Listrik Sebagian besar pembangkit listrik menggunakan uap. Uap dipakai untuk memutar turbin yang kemudian mengaktifkan generator untuk menghasilkan listrik. Banyak pembangkit listrik masih menggunakan bahan bakar fosil untuk mendidihkan air guna menghasilkan uap. Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) pada prinsipnya sama seperti Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), hanya saja pada PLTU, uap dibuat di permukaan menggunakan boiler, sedangkan pada PLTP uap berasal dari reservoir panas bumi. Pembangkit yang digunakan untuk merubah panas bumi menjadi tenaga listrik secara umum mempunyai komponen yang sama dengan power plant lain yang bukan berbasis panas bumi, yaitu terdiri dari generator, turbin sebagai penggerak generator, heat exchanger, chiller, pompa.
Sumber : Statistik PLN
3.2 Permintaan Energi Listrik di Jawa Tengah Permintaan energi listrik di Jawa Tengah dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Khususnya pada saat beban puncak terjadi peningkatan permintaan konsumsi listrik yang signifikan. Daya mampu dan beban puncak Propinsi Jawa Tengah disajikan pada Tabel 3.3 Tabel 3.3 Beban Puncak Propinsi Jawa Tengah
III. KONDISI SISTEM KETANAGALISTRIKAN DI JAWA TENGAH Dalam 5 tahun terakhir, yaitu pada tahun 2003-2008 permintaan tenaga listrik di Propinsi Jawa Tengah tumbuh sebesar 4,98 %, sedangkan permintaan energi di Indonesia tumbuh sebesar 42,65 %. Data distribusi listrik di Jawa Tengah Tabel 3.1
Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Daya Mampu (MW) 2.940 2.940 2.940 2.940 2.940 2.940 2.940 2.940 2.940
Sumber : Statistik PLN
2
Beban Puncak (MW) 2.413,52 2.443,83 2.474,14 2.504,45 2.534,76 2.565,07 2.595,38 2.625,69 2.656,00
Power Plants ini sebetulnya merupakan sistem tertutup. Jadi tidak ada yang dilepas ke atmosfer.
IV. ANALISA PEMBANGUNAN PLTP Baturaden 2×110 MW 4.1 Potensi Panas Bumi Baturaden di Gunung Slamet PLTP Baturaden 2×110 MW terletak di Jawa Tengah, wilayah administratif Kabupaten Baturaden adalah di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Cilacap, di sebelah barat dengan Kabupaten Brebes, di sebelah timur dengan Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Kebumen, di sebelah utara dengan Kabupaten Tegal dan Kabupaten Pemalang. Rencana pengembangan panas bumi di Jawa Tengah sebagai optimalisasi pemanfaatan dan pengembangan potensi panas bumi serta Mendukung percepatan peningkatan kapasitas pembangkit listrik dalam program percepatan pembangunan pembangkit tahap ke-2, salah satunya adalah di gunung Slamet Baturaden Jawa Tengah yang berkapasitas 2×110 MW. Posisi gunung Slamet Baturaden dapat dilihat pada Gambar 4.1
4.2 Peramalan dengan Metode DKL 3.01 Tabel 4.1 Proyeksi Konsumsi Energi Listrik per Kelompok Pelanggan (GWh) Jawa Tengah
4.3 Neraca Daya Sistem Kelistrikan Jawa Tengah Dengan dibangunnya PLTP Baturaden 2×110 MW pada tahun 2017 maka akan didapatkan neraca daya Propinsi Jawa Tengah seperti pada Tabel 4.4. Pada tahun 2017 PLTP Baturaden 2×110 MW beroperasi dan menambah pasokan daya 220 MW.
Gambar 4.1 Posisi Gunung Slamet Jawa Tengah Propinsi Jawa Tengah memiliki potensi panas bumi sekitar 724 MWe dari total Indonesia (27.601 MWe). Kontribusi energi panas bumi Jawa Tengah terhadap nasional 2008 adalah 60 MW dari total 857 MW (90,43%). Diperlukannya eksplorasi panas bumi lebih lanjut, sehingga potensi panas bumi yang ada di Jawa Tengah dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit PLTP. Sumber panas bumi di Gunung Slamet Baturaden adalah sumber uap panas, sehingga cocok apabila digunakan jenis teknologi binary cycle sebagai pambangkitan energi listrik. Pada sistem binary cycle, air panas bumi digunakan untuk memanaskan apa yang disebut dengan working fluid pada heat exchanger. Working fluid kemudian menjadi panas dan menghasilkan uap berupa flash. Uap yang dihasilkan di heat exchanger tadi lalu dialirkan untuk memutar turbin dan selanjutnya menggerakkan generator untuk menghasilkan sumber daya listrik. Uap panas yang dihasilkan di heat exchanger inilah yang disebut sebagai secondary (binary) fluid. Binary Cycle
Tabel 4.2 Proyeksi Neraca Daya (MW) di Jawa Tengah
3
Dengan harga pembangkitan total pada suku bunga 6% sebesar Rp.1001/kwh, sehingga menunjukkan bahwa harga jual listrik PLTP Baturaden masih di atas daya beli masyarakat. Agar masyarakat sebagai konsumen mampu membeli energi tersebut maka diadakan subsidi oleh pemerintah.
4.4 Analisa Ekonomi 4.4.1. Analisa Biaya Pembangkitan PLTP Untuk menentukan biaya pembangkit di Jawa Tengah ini ada beberapa parameter yang harus diperhitungkan. Parameter-parameter tersebut adalah biaya modal, biaya operasi dan maintenance (O&M) dan Biaya bahan bakar (Fuel cost) Biaya pembangkitan total didapat dengan persamaan BP = CC + FC + O&M Cost
4.4.3 •
Sehingga biaya pembangkitan / KWh pada PLTP Baturaden adalah : Tabel 4.3 Biaya pembangkitan pada PLTP Baturaden
•
4.5 Analisa Perhitungan Harga Jual per Kelompok Konsumen Setelah PLTP Baturaden Beroperasi Biaya Pokok Penyediaan (BPP) Tenaga Listrik Sebelum Pembangunan PLTP Baturaden 2×110 MW dan Masih Mendapatkan Subsidi Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1985 untuk wilayah Jawa Tengah adalah sebesar Rp. 670,51,-, sedangkan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) Tenaga Listrik Setelah Pembangunan PLTP Baturaden 2×110 MW dan dianggap terisolasi dan tanpa subsidi dari pemerintah Berdasarkan UU No. 30 Th. 2009 dengan harga jual yang baru adalah sebesar Rp. 741,88,Tabel 4.4 Harga Jual Listrik Baru di Jawa Tengah setelah PLTP Baturaden Beroperasi Tanpa Subsidi (Rp./kWh)
4.4.2 Analisa Daya Beli Masyarakat Daya beli masyarakat Propinsi Jawa Tengah adalah sebagai berikut:
Daya ( P ) = 900 × 0,8 = 720W Maka kita dapat mengetahui jumlah Kwh/bulan dengan cara: Kwh/Bulan = 0,72 x 30 x 24 x0,8 = 414,72 KWh/ bulan Bila tarif untuk biaya beban tarif tegangan 900 VA = Rp 20.000,-
N o
Blok I 20 kwh, yaitu pemakaian 0-20 KWh Blok II 60 kwh, pemakaian 20-60 KWh Blok III > 60 kwh, pemakaian di atas 60 KWh
1 2 3
Dengan Tarif Dasar Listrik pada sektor rumah tangga sebesar Rp 525,07,Maka: Daya beli = (414,72 x Rp 525,07/KWh) + 20.000 = Rp 237.757,03.-
4 5
DAE RA H Jaten g lama Jaten g baru Jawa Luar Jawa Indon esia
RT
Ind
Bis nis
Sosi al
Pem.
P.Jla n
Total
525,1
642,8
884
552,6
871,9
635,7
670,5
636
778,7
770,1
741,8
587,6
629,1
1.070 ,8 862,5
660,7
650,4
584,8
643
588
622,04
579,8
1.056 ,2 800,4
837,9
585,3
913,8
611,7
664,9
850,6
580,9
847,2
665,1
653
669,4
4.6. Analisa Lingkungan Prakiraan dampak penting dalam pembangunan PLTP Baturaden ini, Upaya pemantauan lingkungan untuk kegiatan Pembangunan PLTP ini prakiraan dampak yang terjadi akan ditinjau dalam 4 (empat) tahapan: 1. Tahap Persiapan 2. Tahap Konstruksi 3. Tahap Operasional 4. Tahap Pasca Operasi
Perbandingan antara daya beli Listrik dengan pendapan perkapita yang digunakan untuk keperluan listrik = Daya beli =
Analisa Perhitungan Harga Pokok Penyediaan setelah pembangunan PLTP BPP Tenaga Listrik Sebelum Pembangunan PLTP Baturaden 2×110 MW dan Masih Mendapatkan Subsidi Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1985 adalah sebesar Rp. 670,51,BPP Tenaga Listrik Setelah Pembangunan PLTP Baturaden 2×110 MW dan dianggap terisolasi dan tanpa subsidi dari pemerintah adalah sebesar Rp. 741,88,-
250.040 × 525,07 = 552,19 KWh 237.757,03
4
2.
Pada tahap operasi ini pula PLTP Baturaden mempunyai dampak lingkungan yang sekarang menjadi pusat perhatian dunia, yaitu mengenai pemanasan global (global warming) yang diakibatkan dari gas CO2. Panas bumi termasuk energi terbarukan yang bersih lingkungan, lebih kecil daripada pembangkit yang lainnya seperti PLTU dan PLTD. “kyoto protocol” menunjukkan komitmen negara maju tekait global warming untuk insentif atau carbon credit terhadap pembangunan (clean development mecahnism) berdasarkan seberapa besar pengurangan CO2 dibandingkan dengan base line yang telah ditetapkan.
3.
Potensi panas bumi Baturaden yang dimanfaatkan untuk energi listrik sebesar 220 MW dari potensi terduga sebesar 222,43 MW. Luas daerah potensi sebesar 16 km2 dan suhu bawah permukaan 240º. Karena emisi PLTP Baturaden yang kecil maka di hitung mekanisme CDM yakni sebesar 3,88 cent/KWh, akan tetapi PLTP Baturaden beroperasi pada tahun 2017 sementara Kyoto protocol hanya berlaku pada tahun 2013 maka CDM PLTP Baturaden masih menunggu konferensi selanjutnya, apakah diperpanjang atau tidak. DAFTAR PUSTAKA
1.
2. 3. Gambar 4.2 Grafik Emisi Gas dari Bermacammacam Pembangkit
4.
Dari gambar grafik 4.3 untuk pembangkit dengan bahan bakar panas bumi memiliki emisi yang paling rendah yaitu 100kg/KWh. Jika Pembangunan PLTP Baturaden 2×110 MW tidak menghasilkan karbon kredit maka mendapat uang sebesar 4,5 cent./KWh. Karena PLTP memiliki 100 kg/KWh dengan batas rata-rata 728 kg/KWh maka CDM yang di dapat adalah sebagai berikut: 728 − 100 CDM = × 4,5cent 728
5.
6.
7. 8.
= 3,88cent Jadi PLTP akan mendapat 3,88 cent/kWh atau Rp.388/kWh. Kredit karbon atau disebut Clean Development Mechanism (CDM) ini berlaku jika pembangunan PLTP Baturaden 2×110 MW bisa beroperasi pada tahun 2017, karena prosedur tetap dari “Kyoto Protocol” hanya berlaku sampai pada tahun 2013 dan masih menunggu konfrensi selanjutnya apakah diperpanjang atau tidak.
9.
10. 11. 12.
1.
5. KESIMPULAN Pada tahun 2011 beban puncak di Propinsi Jawa Tengah mengalami defisit 130,40 MW dari daya mampu Jawa Tengah yang sebesar 2.940 MW maka perlu segera di bangun pembangkit baru karena semakin bertambahnya konsumsi energi di propinsi Jawa Tengah.
13. 14.
15.
16. 5
Direktorat Jenderal Geologi Dan Sumber Daya Mineral, 2004, Berita DJGSM : Pengembangan Energi Panas Bumi, Tanggal 7 Januari 2004, Jakarta Djiteng Marsudi Ir, 2005, “Pembangkitan Energi Listrik”, Erlangga, Jakarta. Djoko Santoso Ir, 2006, “Pembangkitan Tenaga Listrik”, Diktat Kuliah, Teknik Elektro ITS, Surabaya Ferianto Raharjo, 2007, “Ekonomi Teknik Analisis Pengambilan Keputusan”, ANDI, Yogyakarta. Herman, Danny Z., 2003, Makalah : Studi Sistem Panas Bumi Aktif Dalam Rangka Penyiapan Konservasi Energi Panas Bumi, Yogyakarta. Menko Kesra dan TKPK, 2006, Buku Panduan Kongres Nasional Pembangunan Manusia Indonesia, Jakarta Purnomo Yusgiantoro, 2000, “Ekonomi Energi Teori dan Praktek”. LP3ES, Jakarta. Syariffuddin, Mahmudsyah, 2008, “Energi Panas Bumi”, Surabaya. Wahyuningsih, R. 2005, “Potensi dan Wilayah Kerja Pertambangan Panas Bumi di Indonesia”, Kolokium Hasil Lapangan Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Jakarta http:// www.bappedajateng/jateng dalam angka 2007.html http://www.plnjateng.com/sektorpemb/jateng.html http://www.indonesiapower.co.id/leaflet/semar ang.pdf http://www.esdm.go.id/renew.html http://www.djlpe.go.id/keputusan menteri energi dan sumber daya mineral/no:55k/30/mem/2003.html http://www.pertamina.com/index.php?option= com_content&task=view&id=3015&Itemid=3 41 http:// www.pemdajateng.com
17. 18. 19. 20. 21.
http:// hdks.pln-jawa-bali.co.id http:// bps-jateng.com Statistik PLN 2006 Statistik PLN 2007 Statistik PLN 2008 Fira Nafiri, dilahirkan di Sidoarjo pada tanggal 28 Januari 1981. Pada tahun 2000 penulis lulus dari SMUN 4 Sidoarjo, dan melanjutkan studi di politeknik elektronika negeri Surabaya (PENS). dan lulus pada tahun 2003, dan bekerja di PT. JVC Electronic sampai tahun 2007, kemudian melanjutkan studi S1 di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) jurusan Teknik Elektro bidang studi Sistem Tenaga. Penulis dapat dihubungi melalui alamat email
[email protected]
6