BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Kota Bandung ini sudah dikenal sebagai kota pariwisata yang di dalamnya
terdapat banyak pelaku-pelaku bisnis, salah satunya dalam bisnis industry clothing. Persaingan clothing sekarang ini sangat ketat. Hal ini dapat dibuktikan dengan beragamnya merek clothing di kota Bandung ini. Di kota Bandung pendiri dari clothing tersebut banyak dari sekumpulan anak-anak muda yang memiliki ide kreatif dalam mendesain dan memproduksi sesuatu yang menghasilkan sebuah produk yang banyak diminati. Kondisi tersebut menuntut setiap perusahaan untuk dapat
menentukan
strategi-stategi
serta
kebijakan-kebijakan
agar
dapat
memenangkan persaingan. Usaha di sektor industry fashion di kota Bandung ini memang kian hari kian menunjukan data dan fakta yang tertera pada table 1.1, bahkan pemerintah daerah telah menetapkan sektor industry fashion ini sebagai bagian penting dari sumber pendapatan daerah dan telah dicanangkan sebagai primadona andalan pondasi ekonomi kreatif Jawa Barat. Sementara itu ketua Kreatif Independent Clothing Komunity (KICK) Tb Fiki C.Satari menjelaskan, jumlah pelaku usaha clothing di kota Bandung saat ini mencapai 300 pelaku. (http://bandungcreativecityblog.wordpress.com/tag/clothing 23 April 2011)
Tabel 1.1 Jenis Industri Kreatif Fashion di Kota Bandung Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
(1997-1998)
2007
2008
2009
Distro
5-7 Gerai
200 Gerai
400 Gerai
480 Gerai
Clothing shop
20 Gerai
50 Gerai
50 Gerai
50 Gerai
Factoury outlet
20 Gerai
55 Gerai
70 Gerai
80 Gerai
Jenis usaha
(Sumber: sixtydegree magazine 2011, http://kompas.com 16 April 2011)
1
2
Banyak hal yang menjadi bahan pertimbangan dan harapan yang berbeda mengenai produk apa yang akan dibeli oleh para konsumen, yaitu dimana mereka akan membelinya, dengan berapa harga tersebut dibeli dan suasana bagaimana yang mereka harapkan. Suasana toko yang menyenangkan, menarik, nyaman dan mampu menciptakan store atmosphere yang secara positif dapat mempengaruhi perilaku konsumen sehingga menimbulkan minat mereka untuk mula-mula memasuki toko dan kemudian melihat-lihat ke dalam serta akhirnya melakukan pembelian. Sebaliknya suasana toko yang tidak teratur, penataan produknya yang kurang memuaskan akan menimbulkan minat konsumen untuk membeli suatu barang berkurang atau bahkan untuk selanjutnya konsumen akan merasa segan untuk kembali berbelanja di toko yang bersangkutan. Store Atmosphere memiliki elemen-elemen yang semuanya berpengaruh terhadap suasana toko yang ingin diciptakan. Elemen-elemen Store Atmosphere terdiri dari exterior, general exterior, store layout, dan interior display (Berman dan Evans, 2007;545. Retail Management). UNKL347 merupakan salah satu perusahaan pelopor yang bergerak di bidang industri clothing yang menawarkan produk-produk pakaian utama seperti t-shirt, kaos berkerah, kemeja, celana, jaket, sweater, topi, tas, ikat pinggang, dompet, sepatu, dan juga menawarkan produk diluar bidang pakaian seperti furniture rumah tangga, seperti kursi, sofa, meja, lukisan dan lainnya. Diluar menjual produknya sendiri UNKL347 juga menjual produk-produk import seperti cd music, kaos band dan produk-produk fotografi. UNKL347 berusaha untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen dengan semaksimal mungkin yaitu dengan memproduksi produknya dengan khas tersendiri, kuantiti yang terbatas serta mengembangkan produknya supaya mempunyai keunggulan tersendiri hingga dapat memenangkan persaingan. Tempat dan suasana toko pun di desain semenarik mungkin sehingga memberikan daya tarik tersendiri dan rasa nyaman, yang pada akhirnya akan merangsang konsumen untuk melakukan pembelian.
3
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian di UNKL347 Bandung tentang pelaksanaan store atmosphere yang dilakukan oleh UNKL347 Bandung sebagai salah satu bentuk komunikasi pemasaran agar konsumen merasa tertarik untuk melakukan pembelian di UNKL347 Bandung. Di dalam penyusunan skripsi ini penulis tertarik mengambil judul : “Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Minat Beli Konsumen Pada UNKL347 BANDUNG”.
1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan di atas
maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pelaksanaan store atmosphere yang dilakukan oleh UNKL347 Bandung? 2. Bagaimana tanggapan konsumen terhadap pelaksanaan store atmosphere yang dilakukan oleh UNKL347 Bandung? 3. Seberapa besar pengaruh store atmosphere terhadap minat beli konsumen UNKL347 Bandung?
1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui sampai
sejauh mana store atmosphere berpengaruh terhadap minat beli, sedangkan tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pelaksanaan store atmosphere yang dilakukan oleh UNKL347 Bandung. 2. Untuk mempelajari bagaimana tanggapan konsumen terhadap pelaksanaan store atmosphere pada UNKL347 Bandung.
4
3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh store atmosphere terhadap minat beli pada konsumen UNKL347 Bandung.
1.4
Kegunaan Penelitian Dari hasil penelitian ini, penulis berharap dapat memberikan manfaat bagi
pihak-pihak berikut : 1. Bagi penulis, dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang konsep
pemasaran
khususnya
store
atmosphere,
serta
dapat
membandingkan teori-teori yang didapat dari perkuliahan dengan praktek yang sesungguhnya di dalam perusahaan. 2. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dalam menangani masalah yang sedang diharap berkaitan dengan store atmosphere yang dilakukan perusahaan. 3. Bagi pihak lain, tambahan informasi dan bahan perbandingan bagi peneliti lain yang meneliti pada bidang usaha yang sama maupun khalayak umum menambah pengetahuannya.
1.5
Kerangka Pemikiran Usaha retail dalam menjalankan kegiatannya memiliki bauran-bauran yang
penting untuk diperhatikan. Bauran tersebut adalah lokasi, produk, harga, promosi, suasana dalam gerai, dan pelayanan. Dari keterangan tersebut dapat diketahui bahwa store atmosphere merupakan salah satu dari bauran pemasaran yang penting untuk dikelola. Store atmosphere menurut Kotler, yang dikutip oleh Bob Foster (2008;61) adalah : “Suasana (atmosphere) setiap toko mempunyai tata letak fisik yang memudahkan atau menyulitkan untuk berputar-putar di dalamnya.” Setiap toko mempunyai penampilan yang berbeda-beda baik itu kotor, menarik, megah, dan suram. Suatu toko harus membentuk suasana terencana yang
5
sesuai dengan pasar sasarannya dan dapat menarik konsumen untuk membeli di toko tersebut. Konsumen tidak hanya merespon terhadap produk yang ditawarkan, tetapi juga memberikan responnya terhadap lingkungan tempat pembelian, seperti yang dikemukakan oleh Hendri Ma’aruf (2005;201) bahwa : “Store atmosphere adalah salah satu ritel marketing mix dalam gerai yang berperan penting dalam memikat pembeli, membuat mereka nyaman dalam memilih barang belanjaan, dan mengingatkan mereka produk apa yang ingin dimiliki untuk keperluan pribadi, maupun untuk keperluan rumah tangga”. Store atmosphere yang nyaman dapat membuat pembeli santai dan dapat berpikir barang apa yang dapat dibutuhkannya, bahkan dapat merangsang konsumen untuk melakukan pembelian terhadap barang atau jasa yang tidak dibutuhkan atau tidak direncanakan. Store atmosphere dapat berpengaruh dalam penentuan sikap konsumen dan pandangan mereka terhadap perusahaan. Seperti pernyataan menurut Levy & Weitz (2007;491) bahwa : “Specifically, retailers would like the store design to attract customes to the store, enable them to easily locate merchandise of interents, keep them in the store for a long time, motivate them to make unplanned, impuls purchases, and provide them with a satisfying shopping experience”. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa store atmosphere bertujuan untuk menarik perhatian konsumen untuk berkunjung, memudahkan mereka untuk membuat perencanaan secara mendadak, mempengaruhi mereka untuk melakukan pembelian. Untuk pengaruhnya terhadap pandangan konsumen kepada perusahaan, menurut Sutina (2002;164) : “Atmosfir toko juga akan menentukan citra toko itu sendiri.” Atmosfir yang baik akan menentukan citra yang baik. Store atmosphere juga menentukan citra dari sebuah gerai/toko. Jika suatu toko dilengkapi dengan sebuah penyejuk udara, pengaturan ruangan yang nyaman dan artistik, penggunaan warna cat dinding yang menarik, semua ini menunjukkan adanya atmosphere yang dapat mencitrakan kemewahan dan berkelas.
6
Sementara apabila ruangan toko terasa pengap dan panas, maka ruangan yang ada tidak tertata dengan rapih, pemilihan cat yang berselera rendah, dan lantai yang tidak bersih, maka hal ini akan menimbulkan atmosphere yang mencitrakan toko bagi orang yang berselera rendah. Menurut Berman dan Evans (2007;545), menyebutkan elemen-elemen Store Atmosphere dibagi kedalam empat elemen yaitu : 1. Exterior (bagian depan toko) Bagian depan toko adalah bagian yang termuka. Maka ia hendaknya memberikan kesan yang menarik. Dengan mencerminkan kemantapan dan kekokohan, maka bagian depan dan bagian luar ini dapat menciptakan kepercayaan dan goodwill. Di samping itu hendaklah menunjukan spirit perusahaan dan sifat kegiatan yang ada di dalamnya. Karena bagian depan dan exterior berfungsi sebagai identifikasi atau tanda pengenalan maka sebaiknya dipasang lambang-lambang. 2. General interior Berbagai motif konsumen memasuki toko, hendaknya memperoleh kesan yang menyenangkan. Kesan ini dapat diciptakan misalnya dengan musik yang diperdengarkan kepada kosumen, warna dinding di dalam toko yang dibuat semenarik mungkin, aroma/bau dan udara yang segar di dalam toko. 3. Store layout (tata letak) Merupakan rencana untuk menentukan lokasi tertentu dan pengaturan dari peralatan barang dagangan di dalam toko serta fasilitas toko. 4. Interior display Sangat menentukan bagi suasana toko karena memberikan informasi kepada konsumen. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan penjualan dan laba bagi toko. Yang termasuk interior display ialah: poster, tanda petunjuk lokasi, display barang-barang pada hari-hari khusus seperti lebaran dan tahun baru.
Dengan melihat uraian di atas dapat dilihat bahwa menyediakan toko dengan suasana yang baik merupakan salah satu faktor penting dalam pemasaran. Salah satu cara mencapai keuntungan itu adalah dengan mempengaruhi konsumen
7
agar melakukan keputusan pembelian produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan. Pemahaman terhadap hal tersebut memungkinkan pemasar untuk mengembangkan sebuah program pemasaran yang efektif dan penting artinya bagi pasar sasaran. Kotler
dalam
bukunya
Manajemen
Pemasaran
(2005;223)
mengemukakan tahap-tahap proses pembelian yang dilakukan oleh konsumen sebagai berikut: Gambar 1.1 Proses Keputusan Pembelian
Pengenalan Masalah
Pencarian Informasi
Evaluasi Alternatif
maa
Keputusan Pembelian v
Perilaku Pasca Pembelian
1. Pengenalan Masalah Proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali sebuah masalah atau kebutuhan. 2. Pencarian Informasi Konsumen yang tergugah kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Sumber-sumber informasi konsumen terbagi ke dalam empat kelmpok, yaitu: 1. Sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga, kenalan) 2. Sumber komersial (iklan, wiraniaga, penyalur) 3. Sumber publik (media massa) 4. Sumber pengalaman (penanganan, pengkajian, dan pemakaian produk) 3. Evaluasi Alternatif Konsumen membentuk penilaian atas produk terutama secara sadar dan rasional, konsumen melihat produk sebagai kumpulan sifat-sifat dan ciri-
8
ciri tertentu dengan kemampuan yang beragam dalam membatasi manfaat yang dicari dan dalam memuaskan kebutuhan tersebut. Ciri-ciri tersebut disebut atribut produk.
4. Keputusan Pembelian Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi atas merek-merek dalam kumpulan pilihan. Konsumen juga mungkin membentuk niat untuk membeli produk yang paling disukai. 5. Perilaku Pasca Pembelian Setelah membeli produk konsumen akan mengalami tingkat kepuasan atau ketidakpuasan tertentu. Apabila perusahaan dapat menyediakan toko dengan suasana yang baik dan nyaman untuk konsumen, maka akan terjadi hubungan yang saling menguntungkan antar semua pihak. Berdasarkan uraian diatas maka penulis menetapkan suatu hipotesis bahwa: “Store atmosphere berpengaruh terhadap minat beli konsumen”.
1.6
Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan deskriptif-verifikatif menurut
Malhotra dalam bukunya “Marketing Research An Applied Orientation (2007;78) menyatakan penelitian deskriptif adalah sebagai berikut : Metode deskriptif menurut Nazir (2003:63) adalah : “Suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun sekelompok kelas peristiwa pada masa sekarang”.
Adapun teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi :
9
1. Penelitian Lapangan ( Field Research) Yaitu pengumpulan data primer dengan melakukan peninjauan langsung ke perusahaan untuk mengadakan:
a. Wawancara Yaitu mengadakan pembicaraan langsung dengan pihak perusahaan, baik pada pimpinan maupun karyawan mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan topik yang di bahas dalam penyusunan skripsi ini.
b. Kuesioner Yaitu membagikan daftar pertanyaan, dengan maksud untuk mengetahui respon konsumen terhadap produk yang ditawarkan oleh perusahaan dan sejauh mana pelaksanaan store atmosphere berperan pada minat beli konsumen.
c. Pengamatan Langsung ( Observasi ) Yaitu penulis mengadakan penelitian langsung terhadap objek yang akan diteliti. Selanjutnya data-data tersebut akan diproses, di analisis dan kemudian akan ditarik kesimpulan.
2. Penelitian Kepustakaan ( library research ) Dalam mengumpulkan data ini penulis memperoleh data melalui literature yang sesuai dengan pokok-pokok masalah untuk mendapatkan landasan teori sebagai dasar dalam melakukan penelitian.
1.7
Lokasi dan Waktu Penelitian Untuk menunjang data-data yang diperlukan penulis melakukan survey
(pengambilan data) di kantor UNKL347 Bandung yang beralamat
di Jl.
Trunojoyo No. 4 Bandung. Penulis melakukan penelitian ini di mulai dari bulan Juli 2013 sampai dengan selesai.