SUPLEMENTASI MINERAL ZINK DAN VITAMIN E DALAM RANSUM TERHADAP POTONGAN KARKAS AYAM BROILER
AYU MUFIDAH KARTIKA SARI
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
2
i
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Suplementasi Mineral Zink dan Vitamin E dalam Ransum terhadap Potongan Karkas Ayam Broiler adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2016
Ayu Mufidah Kartika Sari D24120042
ii
ABSTRAK AYU MUFIDAH KARTIKA SARI. D24120042. Suplementasi Mineral Zink dan Vitamin E dalam Ransum terhadap Potongan Karkas Ayam Broiler. Dibimbing oleh RITA MUTIA dan WIDYA HERMANA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari mineral Zink dan vitamin E dalam ransum terhadap potongan karkas ayam broiler. Ternak yang digunakan adalah ayam broiler jantan strain Cobb sebanyak 360 ekor. Terdapat sembilan ransum perlakuan dengan empat ulangan yang terdiri dari tiga tingkat pemberian mineral Zink (0, 40, dan 80 ppm) sebagai faktor pertama dan pemberian vitamin E (0, 125, dan 250 mg) sebagai faktor kedua dan kombinasinya. Rancangan percobaan menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial 3 x 3. Peubah yang diukur adalah bobot hidup akhir, persentase karkas, persentase potongan komersial dada, paha, sayap dan punggung, dan rasio tulang daging. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi mineral Zink dan vitamin E tidak berpengaruh signifikan terhadap persentase karkas dan persentase karkas komersial (dada, paha, sayap, dan punggung) dan meat bone ratio pada bagian dada. Suplementasi mineral Zink dalam ransum secara signifikan (P<0.05) mengurangi persentase potongan komersial sayap dan pemberian vitamin E dalam ransum dapat meningkatkan bobot hidup akhir. Kata kunci: broiler, karkas, vitamin E, Zink
ABSTRACT AYU MUFIDAH KARTIKA SARI. Suplementation of Mineral Zinc and Vitamin E in Diet on Carcass Cuts of Broiler Chicken. Supervised by RITA MUTIA and WIDYA HERMANA. This experiment was aimed to determine the effect of the mineral zinc and vitamin E in the diet on broiler chicken carcass. Animals used was male broiler chicken strain Cobb as many as 360 birds. Nine treatment diets with four replications were consisted of three levels of mineral Zinc (0, 40, and 80 ppm) as the first factor and vitamin E suplementation (0, 125, and 250 mg) as the second factor and its combinations. The experiment design was a completely randomized design with 3 x 3 factorial patern. Parameters measured were the final body weight, the percentage of carcass, percentage of commercial cuts of the chest, thighs, wings and backs, and meat bone ratio. The results showed that supplementation Zinc and vitamin E did not significantly influence the percentage of carcass and the percentage of commercial carcass (chest, thigh, wing, and back) and meat bone ratio. Supplementation of mineral Zinc in the diet significantly (P <0.05) decreased percentage of commercial cuts of wings and suplementation vitamin E in diet can increased the final body weight. Keywords: broiler, carcass, vitamin E, Zinc
iv
SUPLEMENTASI MINERAL ZINK DAN VITAMIN E DALAM RANSUM TERHADAP POTONGAN KARKAS AYAM BROILER
AYU MUFIDAH KARTIKA SARI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016
vi
viii
PRAKATA Alhamdulillahirobil ‘alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi dengan judul Suplementasi Mineral Zink dan Vitamin E dalam Ransum terhadap Potongan Karkas Ayam Broiler dengan baik. Sholawat serta salam tak lupa semoga selalu tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Penelitian dilakukan sejak bulan Juni hingga bulan Juli 2015. Ayam broiler yang umumnya diperlihara di Indonesia dengan iklim tropis banyak mengalami cekaman panas yang sehingga untuk mengurangi cekaman panas, ayam banyak mengkonsumsi air minum dan menurunkan nafsu makannya yang dapat berakibat pada penurunan bobot badan broiler. Mineral Zink dan vitamin E yang keduanya sama-sama merupakan antioksidan diharapkan dapat melawan radikal bebas akibat cekaman panas selama pemeliharaan broiler dengan cara ditambahkan di dalam ransum. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh penambahan mineral Zink dan vitamin E dalam ransum terhadap potongan karkas, dan perbandingan daging dan tulang pada bagian dada ayam broiler umur 5 minggu. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk kelulusan dan memperoleh gelar Sarjana Peternakan di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Kritik maupun saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca secara umumnya.
Bogor, Juni 2016
Ayu Mufidah Kartika Sari D24120042
x
DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Pendahuluan Tujuan Penelitian METODE Materi
xi xii xii 1 1 1 2 2
Ternak dan Kandang
2
Ransum
2
Lokasi dan Waktu
3
Prosedur
3
Pemeliharaan Ayam
3
Pemotongan Ayam
4
Pengukuran Persentase Potongan Karkas
4
Perhitungan meat bone ratio Bagian Dada
5
Rancangan Percobaan dan Analisis Data
5
Perlakuan
5
Rancangan Percobaan
5
Peubah yang Diamati
6
HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase Bagian-Bagian Karkas Ayam Broiler
6 6
Meat Bone Ratio bagian Dada Ayam Broiler
10
SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
11 11 12 16
xii
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6
Kandungan nutrien ransum fase starter Komposisi dan kandungan nutrien ransum fase finisher Kombinasi suplementasi pada ransum perlakuan Suhu harian kandang percobaan Bobot hidup akhir persentase karkas, dan bagian karkas ayam broiler Meat Bone Ratio pada bagian dada ayam broiler
2 3 5 6 8 10
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Hasil analisis ragam bobot hidup ayam broiler Hasil analisis Duncan bobot hidup akhir ayam broiler Hasil analisis ragam bobot karkas ayam broiler Hasil analisis ragam persentase karkas ayam broiler Hasil analisis ragam bobot paha ayam broiler Hasil analisis ragam persentase paha ayam broiler Hasil analisis ragam bobot dada ayam broiler Hasil analisis Duncan bobot dada ayam broiler Hasil analisis ragam persentase dada ayam broiler Hasil analisis ragam bobot sayap ayam broiler Hasil analisis ragam persentase sayap ayam broiler Hasil analisis Duncan persentase sayap ayam broiler Hasil analisis ragam bobot punggung ayam broiler Hasil analisis ragam persentase punggung ayam broiler Hasil analisis ragam meat bone ratio ayam broiler
14 14 14 14 14 15 15 15 15 15 16 16 16 16 16
1
PENDAHULUAN Pasokan daging ayam broiler untuk memenuhi penyediaan daging di Indonesia sebesar 62.56% (Poultry Indonesia 2014). Ayam broiler merupakan ayam yang dapat menghasilkan daging yang banyak dengan pertumbuhan yang cepat untuk mencapai bobot badan tertentu selain itu pemeliharaan ayam broiler relatif lebih singkat karena ayam broiler sudah dapat dipanen sekitar umur 5 - 6 minggu. Ayam broiler berbeda dengan ayam kampung yang relatif tahan panas, ayam ini umumnya dapat tumbuh secara optimal jika dipelihara pada suhu 18 - 21ºC. Pemeliharaan ayam broiler di Indonesia yang memiliki rata-rata suhu di musim kemarau pada siang hari mencapai 32 - 35ºC (BMKG 2015) diatas suhu nyaman, sehingga ternak akan menderita cekaman karena kesulitan membuang suhu tubuhnya ke lingkungan. Stress diartikan sebagai respon fisiologis, biokimia, dan tingkah laku terhadap faktor fisik, kimia, dan biologis lingkungan. Ayam yang menderita cekaman panas melepaskan berbagai jenis senyawa biokimia, seperti beberapa jenis hormon glukokortikoid dan sitokin yang menyebabkan terjadinya stres oksidatif, sehingga terjadi peningkatan jumlah radikal bebas. Radikal bebas kemudian akan mengambil partikel dari molekul lain, kemudian menimbulkan senyawa yang abnormal dan memulai reaksi berantai yang dapat merusak sel-sel dengan menyebabkan perubahan yang mendasar pada materi genetis serta bagian-bagian sel penting lainnya (Yoshikawa dan Naito 2002). Respon awal ternak yang menderita cekaman panas ini adalah menurunnya nafsu makan dan tingginya konsumsi air minum. Faktor lingkungan ini dapat menimbulkan kerugian seperti penurunan bobot badan, peningkatan rasio konversi pakan, dan adanya angka kematian (Kuczynski 2002). Turunnya bobot badan akan berpengaruh pula pada penurunan karkas dan bagian potongan karkas yang akan mengakibatkan kerugian bagi para peternak. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi kerugian akibat cekaman panas diantaranya adalah manipulasi nutrisi salah satunya dengan pemberian antioksidan dalam ransum. Peran antioksidan adalah mengubah radikal bebas menjadi ikatan-ikatan yang aman sehingga mengehentikan proses lipid peroksida. Beberapa mikronutrien yang mengandung antioksidan diantaranya adalah mineral Zink dan vitamin E. Swain et al. (2000) menyatakan bahwa pakan yang disuplementasikan dengan kombinasi vitamin E (150 IU kg-1) dan Se (0.1 mg kg-1) memiliki pengaruh yang lebih baik dalam menjaga peforma broiler, sementara pada penelitian lainnya menunjukkan bahwa pemberian kombinasi serbuk bawang putih (2.5%) dan mineral Zink (120 ppm) dalam ransum cenderung memperbaiki performa dan kadar kolesterol karkas (Purwanti et al. 2008). Mineral Zink merupakan prekursor dari enzim-enzim yang berperan menangkal radikal bebas dalam tubuh seperti enzim superokside dismustase (SOD) yang terbentuk karena adanya cekaman panas dan dapat meningkatkan respon imun. Selain itu, vitamin E dipilih sebagai vitamin tambahan karena merupakan bagian dari vitamin-vitamin yang larut dalam lemak sehingga lebih lama ada di dalam tubuh ayam. Penggunaan vitamin E sebagai antioksidan dan penambahan Zink sebagai prekursor enzim diharapkan dapat bekerja secara optimal dalam melawan radikal bebas dengan memperbaiki sel-sel sehingga broiler tidak banyak
2
mengalami cekaman panas yang berakibat pada penurunan bobot badan. Tujuan dari penelitian ini untuk menguji pengaruh penambahan mineral Zink dan vitamin E dalam ransum terhadap potongan karkas, dan perbandingan daging dan tulang pada bagian dada ayam broiler umur 5 minggu.
METODE
Materi Ternak dan Kandang Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah ayam broiler jantan strain Cobb sebanyak 360 ekor yang kemudian diambil sebanyak 36 ekor untuk digunakan sebagai sampel pengamatan. Ayam broiler tersebut dipelihara dari umur satu hari sampai dengan 35 hari. Kandang yang digunakan berupa kandang dengan sistem litter yang beralaskan sekam padi sebanyak 36 petak dengan ukuran (100 x 100 cm). Setiap petak kandang dilengkapi dengan tempat pakan, tempat air minum, dan lampu pijar 100 watt sebagai pemanas. Peralatan yang digunakan adalah timbangan digital, karung, plastik ransum, termometer, kipas angin, pisau, gunting, telenan, dan ember. Ransum Ransum yang digunakan adalah ransum starter komersial PT Charoen Pokphand dan ransum finisher yang diformulasikan sendiri, serta penambahan vitamin PT Trouw Nutrition. Komposisi dan kandungan nutrien ransum perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2. Tabel 1 Kandungan nutrien ransum fase starter Nutrien Jumlah Bahan kering (%) 89.57 Kadar air (%) 10.43 Abu (%) 5.97 Protein kasar (%) 21.88 Serat kasar (%) 2.56 Lemak kasar (%) 6.31 Beta-N (%) 52.85 Gross energy (kkal kg-1) 4348 Ca (%) 1.83 P (%) 0.46 Zink (ppm) 33.34 Vitamin E (mg) Hasil analisis ransum dilakukan di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (2015)
3
Tabel 2 Komposisi dan kandungan nutrien ransum fase finisher Bahan Pakan Jumlah (%) Jagung 60.97 Bungkil kedelai 26.00 Tepung ikan 7.00 Minyak sawit 4.00 CaCO3 1.08 Premix 0.50 NaCl 0.35 DL-Methionin 0.10 Total 100 Kandungan Nutrien Bahan kering (%) 90.07 Abu (%) 4.90 Protein kasar (%) 21.28 Serat kasar (%) 2.08 Lemak kasar (%) 5.35 Beta-N (%) 56.46 Gross energy (kkal kg-1) 4207 Ca (%) 1.54 P (%) 0.68 Zink (ppm) 56.78 Formulasi ransum menggunakan metode trial and eror dan berdasarkan rekomendasi Leeson and Summer (2005). *) Hasil analisis ransum dilakukan di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (2015)
Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium lapang blok C dan Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Teknologi Unggas, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2015.
Prosedur Pemeliharaan Ayam Kandang yang digunakan dalam penelitian ini terlebih dahulu disapu, disikat, dan dicuci dengan detergen dan karbol serta dilakukan pengapuran pada dinding dan lantai kandang dan sekat kandang yang kemudian dilakukan penyemprotan dengan desinfektan. Tempat pakan dan air minum dibersihkan dengan sabun dan air dan kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari hingga kering. Persiapan pakan dilakukan pada saat DOC datang yaitu hari pertama pemeliharaan. Ayam pada masing-masing kandang diberi salah satu dari 9 perlakuan ransum yaitu R0, R2, R3, R4, R5, R6, R7, dan R8. Proses pemeliharaan meliputi berbagai kegiatan seperti pelabelan, pemberian ransum dan air minum, penimbangan bobot badan, dan pengendalian penyakit. Penempatan ayam broiler dalam kandang dilakukan dengan acak. DOC yang baru
4
dimasukkan dalam kandang diberi air minum yang telah diberi vitamin. Ransum perlakuan diberikan setelah ayam diadaptasikan dengan ransum komersial terlebih dahulu. Pakan starter komersial diberikan sampai ternak umur 21 hari, sedangkan pakan finisher diberikan dari umur 22 - 35 hari sementara air minum diberikan ad libitum. Penimbangan bobot badan ayam broiler dilakukan setiap minggu dan dilakukan penimbangan bobot akhir saat ayam berumur 35 hari. Pemotongan Ayam Pemotongan ayam dilakukan saat ayam berumur 5 minggu (35 hari). Dilakukan pengambilan sampel ayam secara acak sebanyak 1 ekor tiap perlakuan dan ulangan yang sebelumnya sudah dipuasakan selama 12 jam. Tujuan dipuasakannya ayam agar ayam tidak mengalami stres sehingga pada saat disembelih darah dapat keluar sebanyak mungkin. Selain itu agar cukup tersedia energi, sehingga proses rigormortis (kejang otot) berlangsung secara sempurna. Pemotongan ayam dilakukan pada siang hari selama 2 hari. Ayam yang sudah dipotong dibiarkan dalam kondisi kepala berada di bawah selama 2 sampai 3 menit yang bertujuan agar darah dapat keluar dengan cepat dan sempurna. Ayam yang sudah dipotong selanjutnya direndam dalam air panas selama kurang lebih 2 menit kemudian dilakukan pencabutan bulu dengan menggunakan mesin pencabut bulu. Perendaman dengan air panas bertujuan untuk mempermudah proses pencabutan bulu. Selanjutnya dilakukan pemotongan karkas komersial serta penimbangan bagian-bagian karkas yang terdiri atas dada, paha atas, paha bawah, sayap, punggung, daging bagian dada, dan tulang bagian dada. Pengukuran Persentase Potongan Karkas Pengukuran karkas yang meliputi dada, paha, sayap, punggung dengan cara ayam broiler dipotong, kemudian karkas dipisahkan dari tubuh ayam yang telah dipotong dan ditimbang. Peubah yang diukur pada pengukuran potongan karkas adalah bobot hidup, bobot karkas, bobot dada, bobot paha atas, bobot paha bawah, bobot sayap, dan bobot punggung. Bobot hidup akhir diperoleh dengan penimbangan bobot badan ayam umur 35 hari sebelum dipotong atau disembelih (gram ekor-1), sedangkan bobot karkas diperoleh dari ayam yang telah disembelih tanpa bulu, darah, jeroan, kepala dan kaki (gram ekor-1). Dada, paha, sayap, dan punggung diambil untuk ditimbang. Persentase bobot dada, paha, sayap, dan punggung terhadap bobot hidup diperoleh dengan perhitungan: Bobot dada diperoleh dengan cara menimbang bagian karkas yang diambil pada daerah scapula sampai bagian tulang dada (g). Persentase bobot dada terhadap berat karkas diperoleh dengan rumus sebagai berikut: bobot dada (g)
% bobot dada = bobot karkas (g) × 100% Bobot paha diperoleh dengan cara menimbang bagian karkas yang diambil pada daerah tulang paha dan dipisahkan dengan persendian pinggul (g). Paha yang ditimbang meliputi paha bagian atas dan paha bagian bawah (drumstick). Persentase bobot paha terhadap berat karkas diperoleh dengan rumus sebagai berikut: bobot paha(g)
% bobot paha = bobot karkas (g) × 100%
5
Bobot punggung diperoleh dengan cara menimbang bobot karkas yang diambil pada daerah tulang belakang sampai tulang panggul (g). Persentase bobot punggung terhadap berat karkas diperoleh dengan rumus sebagai berikut: % bobot punggung =
bobot punggung (g) bobot karkas (g)
× 100%
Bobot sayap diperoleh dengan cara menimbang bagian karkas yang diambil pada daerah persendian antara lengan atas dengan scapula (g). Persentase bobot sayap terhadap berat karkas diperoleh dengan rumus sebagai berikut: bobot sayap (g)
% bobot sayap = bobot karkas (g) × 100% Perhitungan Meat Bone Ratio Bagian Dada Meat bone ratio dada merupakan perbandingan banyaknya daging bagian dada yang dihasilkan pada setiap satu satuan tulang dada. Meat bone ratio didapatkan dengan cara memisahkan daging dan tulang pada bagian dada (g).
Rancangan Percobaan dan Analisis Data Perlakuan Perlakuan merupakan kombinasi pemberian mineral Zink dan suplementasi vitamin E. Terdiri dari tiga tingkat pemberian mineral Zink (0, 40, dan 80 ppm) dan tiga tingkat suplementasi vitamin E (0, 125, dan 250 mg). Terdapat 9 kombinasi ransum perlakuan disajikan dalam Tabel 3.
Zn (A) A1 A2 A3
Tabel 3 Kombinasi suplementasi pada ransum perlakuan Vitamin E (B) B1 B2 B3 0 ppm , 0 mg 0 ppm , 125 mg 0 ppm , 250 mg (R0) (R1) (R2) 40 ppm , 0 mg 40 ppm , 125 mg 40 ppm , 250 mg (R3) (R4) (R5) 80 ppm , 0 mg 80 ppm , 125 mg 80 ppm , 250 mg (R6) (R7) (R8)
Rancangan Percobaan Penelitian menggunakan metode eksperimental. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap pola faktorial 3 x 3 dengan empat ulangan. Model matematik yang digunakan sebagai berikut (Steel dan Torrie 1995): Yijk = µ + αi+ βj+ (αβ)ij+ εijk Keterangan : Yijk = nilai pengamatan untuk perlakuan pakan yang diberikan. μ = nilai tengah populasi (rata-rata yang sesungguhnya) αi = pengaruh aditif taraf ke-i dari faktor A βj = pengaruh aditif taraf ke-j dari faktor B
6
(αβ)ij Εijk
= pengaruh interaksi taraf ke-i dari faktor A dan taraf ke-j faktor B = pengaruh galat dari satuan percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi perlakuan ij
Analisis Data Jika hasil sidik ragam signifikan maka dilakukan uji lanjut Duncan menggunakan SPSS 16 untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah karkas daging yang diamati. Peubah yang Diamati Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah bobot hidup akhir, bobot karkas, persentase potongan komersial dada, persentase potongan komersial paha, persentase potongan komersial sayap, persentase potongan komersial punggung, dan meat bone ratio bagian dada.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Suhu Rata-Rata Harian Kandang Selama 5 minggu pemeliharaan, ayam dikondisikan dalam suhu dan kelembaban alami (ruang kandang), terjadi perbedaan suhu dan kelembaban antara pagi, siang, dan sore. Berdasarkan suhu dan kelembaban rataan harian selama penelitian, pada pagi hari suhu kandang agak dingin dengan kelembaban tinggi, pada siang hari suhu kandang relatif panas dengan kelembaban yang semakin menurun, dan pada sore hari suhu mulai turun namun tetap agak panas dengan kelembaban yang semakin meningkat. Data suhu harian tersebut, menunjukkan bahwa cekaman panas yang dialami ayam selama pemeliharaan terjadi pada suhu dan kelembaban di siang hari pada selang waktu jam 12 siang yang merupakan waktu intensitas matahari paling tinggi dan jam 2 siang yang merupakan waktu dengan intensitas radiasi gelombang panjang matahari paling tinggi. Rataan suhu dan kelembaban harian kandang selama pemeliharaan disajikan pada Tabel 4.
Fase (minggu) Starter (1-3) Finisher (3-5)
Tabel 4 Suhu harian kandang percobaan Pagi Siang Suhu Kelembaban Suhu Kelembaban Suhu (ºC) (%) (ºC) (%) (ºC)
Sore Kelembaban (%)
26.04
76.26
33.73
52.05
32.07
57.42
24.13
72.31
32.30
50.29
31.99
51.50
7
Rataan suhu dan kelembaban harian dalam penelitian selama lima minggu yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa ayam broiler berada dalam cekaman panas karena baik suhu dan kelembaban yang ada di kandang lebih tinggi dibandingkan dengan rataan suhu dan kelembaban lingkungan pemeliharaan ayam broiler secara optimal yaitu 19°C dan 50% – 70% (Cobb Broiler Management Guide 2013). Ayam umumnya tidak mengalami cekaman panas pada saat malam menjelang pagi karena pada waktu tersebut merupakan waktu suhu terendah bumi. Adanya cekaman panas yang dialami oleh ayam broiler dapat dicirikan dengan ayam melakukan panting yaitu salah satu usaha ayam untuk mendinginkan kondisi tubuh dengan cara mengeluarkan uap air. Semakin banyak ayam yang mengalami panting maka akan semakin banyak ayam akan mengkonsumsi air minum. Selama penelitian didapatkan bahwa suhu lingkungan yang tinggi akan mempengaruhi ayam untuk panting yaitu saat kondisi suhu lingkungan yang panas, ayam akan berusaha untuk mengeluarkan produksi panas yang belebihan dari dalam tubuh sehingga tubuh akan meresponnya dengan panting. Ayam melakukan pengeluaran panas melalui panting karena ternak jenis unggas ini merupakan hewan homeothermic (berdarah panas) dengan ciri spesifik tidak memiliki kelenjar keringat serta hampir semua bagian tubuhnya tertutup bulu. Menurut North dan Bell (1990) panting akan mulai terjadi saat suhu berada di 29ºC.
Persentase Bagian-Bagian Karkas Ayam Broiler Rataan bobot akhir, persentase karkas, dan bagian potongan karkas ayam broiler umur 5 minggu disajikan pada Tabel 5. Bobot Hidup Akhir Hasil analisis ragam menunjukan tidak ada interaksi antara pemberian mineral Zink dan vitamin E dalam ransum ayam broiler terhadap bobot hidup akhir, namun pemberian vitamin E sebesar 125 - 250 mg berpengaruh dalam meningkatkan rataan bobot hidup akhir ayam. Rataan bobot hidup akhir ayam broiler berkisar antara 1591.67 - 1705.00 g ekor-1, lebih tinggi dibandingkan penelitian Dewi (2007) yaitu 1132 - 1658 g ekor-1 pada ayam broiler yang diberi ransum komersial. Penambahan vitamin E sebesar 125 dan 250 mg dalam ransum dapat meningkatkan antibodi sehingga menjaga sel – sel tubuh dari kerusakan stres oksidatif akibat cekaman panas. Menurut Parakkasi (1988) pemberian vitamin E yang melebihi kebutuhan normal dapat mempengaruhi mekanisme resistensi tubuh dengan meningkatnya pembentukan antibodi secara efisien pada ayam muda maupun dewasa. Tamzil (2014) juga menyatakan bahwa pemberian vitamin E sebesar 250 mg pakan cukup efektif untuk menangkal pengaruh negatif stres pada ayam broiler yang diperlihara pada lingkungan panas 32°C. Salah satu ciri utama ternak yang mengalami cekaman panas adalah kurangnya konsumsi pakan sehingga akan mempengaruhi produktivitas ternak itu sendiri namun pada konsumsi ransum pada penelitian sebesar 2841 g ekor-1 tidak jauh berbeda dari kebutuhan ransum yang direkomendasikan Brosur ayam Cobb 500 untuk ayam broiler berumur 5 minggu adalah 2943 g ekor-1 dengan bobot hidup akhir sebesar 1817 g ekor-1. Tingginya konsumsi ransum dalam penelitian menunjang tingginya bobot hidup akhir ayam.
8
Wahju (2004) menyebutkan bahwa faktor - faktor yang mempengaruhi bobot hidup ayam broiler yaitu konsumsi ransum, kualitas ransum, jenis kelamin, lama pemeliharaan, dan aktivitas. Tabel 5 Bobot hidup akhir persentase karkas, dan bagian karkas ayam broiler umur 5 minggu Peubah Bobot hidup akhir (g)
Karkas (%)
Dada (%)
Paha (%)
Sayap (%)
Punggung (%)
Zn (ppm)
Vitamin E (mg) 0
125
250
Rataan
0
1700.00±118.88
1745.00±82.26
1825.00±138.92
1756.67±28.73
40
1345.00±286.30
1645.00±50.00
1565.00±59.72
1518.33±133.71
80
1730.00±124.90
1605.00±42.23
1725.00±52.60
1686.67±45.38
Rataan
1591.67±94.97b
1665.00±21.61a
1705.00±47.92a
0
66.01±7.78
69.18±9.50
68.94±4.52
68.72±9.01
40
66.07±3.81
71.27±9.91
66.89±6.09
68.08±3.08
80
69.85±7.17
69.08±8.03
65.03±4.16
67.99±2.03
Rataan
67.31±2.14
69.84±7.29
66.95±1.02
0
33.25±2.10
31.38±1.68
30.10±1.35
31.57±0.37
40
33.57±2.18
33.12±2.38
31.53±2.88
32.74±0.36
80
34.38±0.33
33.18±2.08
32.24±1.79
33.26±0.93
Rataan
33.73±1.04
32.56±0.36
32.62±0.79
0
30.27±1.06
33.07±2.86
31.45±1.78
31.60±0.91
40
30.04±1.80
29.88±1.85
29.29±1.95
29.73±0.08
80
30.72±1.88
30.90±1.42
30.89±0.70
30.84±0.59
Rataan
30.34±0.46
31.28±0.74
30.54±0.68
0
12.13±1.93
12.99±1.67
12.30±1.01
12.47±0.48b
40
11.23±0.51
11.03±1.32
11.33±0.67
11.20±0.43a
80
11.24±0.88
11.90±0.39
12.03±0.61
11.72±0.25ab
Rataan
11.53±0.74
11.97±0.67
11.89±0.21
0
19.66±2.17
20.42±1.75
22.15±1.40
20.75±0.39
40
19.64±1.23
21.27±0.96
19.96±1.24
20.29±0.16
80
20.24±1.35
20.99±1.78
19.86±1.76
20.37±0.24
Rataan
19.85±0.51
20.90±0.46
20.66±0.26
Persentase Karkas Persentase karkas merupakan faktor terpenting untuk menilai produksi ternak, karena produksi erat hubungannya dengan bobot hidup, dimana semakin bertambah bobot hidupnya, diharapkan produksi karkas juga akan meningkat. Penambahan mineral Zink dan vitamin E pada penelitian ini secara statistik tidak berpengaruh terhadap pesentase karkas ayam broiler. Persentase karkas ayam pada penelitian ini antara 66.95% - 69.84% dari bobot hidup. Persentase karkas dalam pada penelitian ini tidak jauh berbeda dari penelitian yang dilakukan Lubis et al. (2007) dengan pemberian onggok fermentasi hingga taraf 15% memperoleh persentase karkas sebesar 68.89% - 70.78%. Persentase karkas selain disebabkan oleh bobot hidup yang dihasilkan, dipengaruhi pula oleh penanganan dalam proses
9
pemotongan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Murugesan et al. (2005) yang menyatakan penanganan yang dilakukan saat proses pemotongan dapat mempengaruhi produksi karkas. Persentase Potongan Komersial Dada Potongan komersial dada merupakan bagian dari karkas yang paling banyak disukai masyarakat pada umumnya. Di negara maju, salah satu bagian potongan karkas ini harganya paling mahal dibandingkan potongan karkas lainnya. Pemberian mineral Zink dan vitamin E dalam ransum perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap potongan komersial dada (Tabel 5), hal ini disebabkan karena baik mineral Zink maupun vitamin E sama-sama belum bisa mempengaruhi pertambahan otot bagian dada sehingga tidak menghasilkan pertumbuhan persentase potongan komersial yang nyata. Hasil rata-rata persentase potongan komersial dada pada penelitian ini yaitu 32.62% - 33.73%, lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian Bannowati (2006) memperoleh persentase potongan komersial dada sebesar 24.01% - 32.05%. pada ayam broiler yang diberi tepung daun salam. Tingginya persentase potongan komersial dada disebabkan oleh tingginya potongan persentase karkas ayam broiler umur 5 minggu. Persentase dada akan bertambah dengan bertambahnya bobot badan dan bobot karkas. Besarnya dada dijadikan ukuran menilai kualitas perdagingan karena sebagian besar otot yang merupakan komponen karkas paling besar terdapat disekitar dada (Hayse dan Morion 1973). Persentase Potongan Komersial Paha Potongan komersial paha merupakan bagian karkas yang banyak mengandung jaringan otot sehingga perkembangannya lebih banyak dipengaruhi oleh zat makanan khususnya protein (Bahij 1991). Terdapat dua bagian pada paha, yaitu paha bawah dan paha atas. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa suplementasi mineral Zink dan vitamin E dalam ransum tidak memberikan pengaruh yang nyata pada persentase bobot paha, artinya, penambahan mineral Zink dan vitamin E belum mampu meningkatkan persentase potongan komersial bagian paha. Pada penelitian ini, rataan persentase potongan karkas bagian paha berkisar antara 29.73% - 31.60% dari bobot hidup. Rataan persentase dalam penelitian ini tidak jauh berbeda dibandingkan dengan yang dilaporkan Megawati (2011) sebesar 29.73% - 30.77% pada ayam broiler yang diberi pakan komersial. Persentase Potongan Komersial Sayap Sayap merupakan bagian karkas yang lebih banyak mengandung jaringan tulang daripada jaringan otot, sehingga yang lebih berpengaruh adalah mineral ransum untuk masa pertumbuhannya (Basoeki 1983). Suplementasi mineral Zink dan vitamin E dalam ransum ayam broiler umur 5 minggu tidak menunjukkan hasil interaksi keduanya, namun pada suplementasi mineral Zink sebesar 40 ppm dalam ransum yang berpengaruh nyata (P<0.05) menurunkan persentase potongan komersial sayap. Persentase potongan komersial sayap pada pemberian mineral Zink sebesar 40 ppm dalam ransum sebesar 11.20% lebih rendah dibandingkan perlakuan lainnya. Tatli et al. (2007) menyatakan bahwa tanpa keadaan heat stress dan pakan yang diberikan sesuai dengan kebutuhannya, persentase sayap ayam broiler
10
berkisar 10%. Shidiq (2015) bahwa tingginya persentase bobot sayap dan paha tidak diikuti oleh persentase bobot dada. Pemberian Zink sebanyak 40 ppm sudah cukup dalam mempertahankan sistem tanggap kebal tubuh secara optimal (Adawiah et al. 2007). Peran Zink juga dilaporkan terhadap kemampuannya di dalam meningkatnya aktivitas enzim superokside dismutase (SOD). Aktivitas SOD sangat membantu dalam menjaga kerusakan sel akibat adanya radikal bebas sebagai akibat terjadi stres oksidatif (Rink dan Kirchner 2000). Persentase Potongan Komersial Punggung Potongan komersial punggung adalah bagian karkas yang sedikit dagingnya, dipotong pada batas persendian tulang belikat yang berbatasan dengan potongan dada sampai dengan bagian persendian tulang paha kiri dan kanan. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa suplementasi mineral Zink dan vitamin E dalam ransum tidak berbeda nyata terhadap persentase potongan komersial punggung. Hal ini menandakan bahwa suplementasi mineral Zink dan vitamin E dalam ransum ayam broiler memberikan respon yang sama terhadap persentase potongan komersial punggung. Penelitian ini, rataan persentase potongan karkas bagian punggung berkisar antara 19.85% - 20.90% dari bobot hidup. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Zaenab et al. (2005) persentase karkas punggung sekitar 20%.
Meat Bone Ratio (MBR) bagian Dada Ayam Broiler Hasil perbandingan rasio daging dan tulang bagian dada disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6 Meat Bone Ratio pada bagian dada ayam broiler umur 5 minggu Vitamin E (mg) Zn Peubah (ppm) 0 125 250 Rataan 0 371.00±34.59 335.50±72.40 347.50±37.24 351.33±48.08 Dada + 40 386.25±26.29 387.00±50.51 336.50±15.84 369.92±30.88 kulit 80 437.50±47.56 359.25±55.24 362.50±42.26 386.42±48.35 (g) Rataan 398.25±36.15 360.58±59.38 348.83±31.78 0 281.00±36.53 264.00±56.85 296.00±40.82 280.33±44.73 40 314.25±27.29 301.25±24.38 265.00±19.88 293.50±23.85 Daging (g) 80 351.75±34.04 288.75±51.82 285.50±36.61 308.67±40.82 Rataan 315.67±32.42 284.67±44.35 282.17±32.44 0 84.25±7.63 69.25±15.41 51.00±9.42 68.17±10.82 40 70.75±18.37 83.75±25.36 68.25±17.86 74.25±20.53 Tulang (g) 80 81.25±29.80 68.00±21.46 74.75±17.58 74.67±22.95 Rataan 78.75±18.60 73.67±20.73 64.67±14.95 0 3.34 3.81 5.80 MBR 40 4.44 3.60 3.88 80 4.33 4.25 3.82
11
Karkas yang telah dipisah bagian-bagiannya kemudian dihitung rasio antara daging dan tulang pada bagian komersil dada. Bobot dada meningkat seiring bertambahnya umur. Dada termasuk organ yang masak lambat artinya pertumbuhan dan bobotnya terus meningkat seiring bertambahnya umur (Muryanto 2002). Berbeda dengan daging, tulang dada termasuk organ yang masak dini dan pertumbuhannya lambat. Hasil penelitian menunjukkan suplementasi Zink dan vitamin E tidak berbeda nyata terhadap perbandingan daging dan tulang bagian dada. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan perbandingan daging per tulang pada bagian dada berkisar antara 3.34 – 5.80. Hasil ini berbeda dari penelitian Shidiq (2015) pada ayam broiler yang diberi tepung pucuk Indigofera zollingeriana memiliki rasio daging per tulang yaitu 5.24 – 6.11. Hal tersebut terjadi salah satunya karena perbedaan bobot daging dada ayam.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Suplementasi mineral Zink dan vitamin E dalam ransum tidak berpengaruh terhadap persentase karkas, persentase potongan komersial bagian dada, paha, sayap, dan punggung, serta meat bone ratio bagian dada. Penambahan vitamin E dalam ransum dapat meningkatkan bobot hidup akhir serta penambahan mineral Zink dengan taraf 40 ppm dapat menurunkan persentase potongan komersial sayap pada ayam broiler umur 5 minggu. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai batas maksimal kebutuhan vitamin E dalam ransum ayam broiler pada masa pertumbuhan yang dipelihara pada suhu diatas suhu nyaman ayam broiler.
DAFTAR PUSTAKA Adawiah T, Sutardi T, Toharmat W, Manalu N, Ramli, Tanuwiria UH. 2007. Respon terhadap sabun mineral dan mineral organik serta kacang kedelai sangrai pada indikator fermentabilitas ransum dalam rumen domba. Med Pet. 20(1):6370 [BMKG] Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. 2016. Suhu rata-rata wilayah Indonesia tahun 2015 [internet]. [diunduh 2016 Juni 7]. Tersedia dari: http://meteo.bmkg.go.id/prakiraan/indonesia
12
Bannowati A. 2006. Persentase karkas, potongan komersial serta kandungan kolesterol karkas ayam broiler yang diberi tepung daun salam (Syzygium Polyantum Weight) dalam ransum [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Bahij A. 1991. Tumbuh kembang potongan karkas komersial ayam broiler akibat penurunan tingkat protein ransum pada minggu ketiga-keempat [karya ilmiah] Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Basoeki BDA. 1983. Pengaruh tingkat pemberian ampas tahu dalam ransum terhadap potongan karkas komersial ayam broiler betina strain hybro umur 6 minggu [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Broiler Management Guide. 2013. COBB Broiler Management Guide [internet]. [diunduh 2016 Maret 30]. Tersedia dari: cobb-vantress.com Dewi HRK. 2007. Evaluasi beberapa ransum komersial terhadap persentase bobot karkas, lemak abdomen, dan organ dalam ayam broiler [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Fadilah. 2008. Panduan Mengelola Peternakan Ayam Broiler Komersial. Edisi Revisi. Depok (ID): Agromedia Pustaka. Hayse PL, Morion W. 1973. Eviscerated field component parts and meat, skin, and bone ratios in the chicken broiler. Poultry Sci. 52:718–722. Kuczynski T. 2002. The application of poultry behaviour responses on heat stress to improve heating and ventilation system efficiency. Electr. Jpol Agric Univ. 5:1-11. Lubis AD, Suhartono, Darmawan B, Ningrum H, Noormasari IY, Nakagoshi N. 2007. Evaluation of fermented cassava (Manihot esculenta Crantz) pulp as feed ingredient for broiler. J Tropics. 17:73–80. Megawati DH. 2011. Persentase karkas dan potongan komersial ayam broiler yang diberi pakan nabati dan komersial [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Murugesan GS, Sathishkumar M, Swarninathan K. 2005. Suplementation of waste tea fungal biomass as a dietary ingredient for broiler chicken. Bioresource Technol. 96:1743-1748. Muryanto. 2002. Pertumbuhan alometri ayam kampung dan persilangannya dengan ayam ras petelur [thesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. North MO, Bell DD. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4th ed. An AVI Book. New York (ID): Van Nostrand Reinhold. [NRC] National Research Council. 1994. Nutrient Requirements of Poultry. Ed Rev ke-9. Washington DC (ID): Academy Press. Parakkasi A. 1988. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Vol IB. Monogastrik. Jakarta (ID): UI Press. Poultry Indonesia. 2014. Kontribusi daging ayam di indonesia [internet]. [diunduh 2015 Des 27]. Tersedia dari: http:// www.poultryindonesia.com /?s=kontribusi +daging+ayam+di+indonesia Purwanti S, Mutia R, Widhyari SD, Winarsih W. 2008. Kajian efektivitas pemberian kunyit, bawang putih, dan mineral zink terhadap peforma, kolesterol, karkas, dan status kesehatan broiler [prosiding]. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008. Bandung (ID): Universitas Padjajaran. Hlm 420423. Rink L, Kirchner H. 2000. Zinc-altered immune function and cytokine production. J Nutr. 130:1407-1411
13
Shidiq F. 2015. Pengaruh pemberian tepung pucuk Indigofera zollingeriana untuk substitusi bungkil kedelai terhadap komposisi karkas dan non karkas ayam broiler [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Steel RGD, Torrie JH. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Geometrik. Sumantri B, penerjemah. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka. Swain BK, Johri TS, Majumdar S. 2000. Effects of supplementation of vitamin E, selenium and their different combination on the performance and immune response of broilers. Br Poult Sci. 41:287–292. Tamzil MH. 2014. Stres panas pada unggas: metabolisme, akibat dan upaya penanggulangannya. Wartazoa. 24(2):57-66. Tatli P, Seven I, Yilmaz M, Simsek UG. 2007. The effect of Turkish propolis on growth and carcass characteristics in broiler under heat stress. Anim Feed Sci Technol. 146:137-148. Wahju J. 2004. llmu Ternak Unggas. Cetakan Kelima. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Yoshikawa T, Naito Y. 2002. What is oxidative stress?. JMAJ. 45:271–276. Zaenab, Bakrie AB, Ramadhan T, Nasrullah. 2005. Pengaruh pemberian jamu ayam terhadap kualitas karkas ayam buras potong [laporan]. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian DKI Jakarta.
14
Lampiran 1 Hasil analisis ragam bobot hidup ayam broiler umur 5 minggu SK db JK KT F sig Zn 2 360155.556 180077.778 10.929 0.000 Vitamin E 2 79288.889 39644.778 2.406 0.109 Zn * Vit E 4 185911.111 46477.778 2.821 0.045 Eror 27 444900.000 16477.778 Total 35 1070255.556 SK: sumber keragaman, db: derajat bebas, JK: jumlah kuadrad, KT: kuadrat tengah, F: nilai F Sig: signifikasi
Lampiran 2 Hasil analisis Duncan bobot hidup akhir ayam broiler umur 5 minggu Subset for Alpha = 0.05 Perlakuan N 1 2 1 12 1.591,667 2 11 1.664,899 3 12 1.704,899 Sig. 1.000 0.269 Lampiran 3 Hasil analisis ragam bobot karkas ayam broiler umur 5 minggu SK db JK KT F sig Zn 2 52676.222 26338.111 1.872 0.173 Vitamin E 2 73819.056 36909.528 2.624 0.091 Zn * Vit E 4 48559.278 12139.819 0.863 0.499 Eror 27 379805.750 14066.880 Total 35 554860.306 SK: sumber keragaman, db: derajat bebas, JK: jumlah kuadrad, KT: kuadrat tengah, F: nilai F Sig: signifikasi
Lampiran 4 Hasil analisis ragam persentase karkas ayam broiler umur 5 minggu SK db JK KT F sig Zn 2 53.686 26.843 1.253 0.302 Vitamin E 2 15.794 7.897 0.369 0.695 Zn * Vit E 4 15.658 3.915 0.183 0.945 Eror 27 578.204 21.415 Total 35 663.342 SK: sumber keragaman, db: derajat bebas, JK: jumlah kuadrad, KT: kuadrat tengah, F: nilai F Sig: signifikasi
Lampiran 5 Hasil analisis ragam bobot paha ayam broiler umur 5 minggu SK db JK KT F sig Zn 2 3060.056 1530.028 1.039 0.367 Vitamin E 2 5736.056 2868.028 1.948 0.162 Zn * Vit E 4 6640.611 1660.153 1.128 0.364 Eror 27 39745.500 1472.056 Total 35 55182.223 SK: sumber keragaman, db: derajat bebas, JK: jumlah kuadrad, KT: kuadrat tengah, F: nilai F Sig: signifikasi
15
Lampiran 6 Hasil analisis ragam persentase paha ayam broiler umur 5 minggu SK db JK KT F sig Zn 2 21.103 10.551 3.278 0.053 Vitamin E 2 5.922 2.961 0.920 0.411 Zn * Vit E 4 11.255 2.814 0.874 0.492 Eror 27 86.917 3.219 Total 35 125.197 SK: sumber keragaman, db: derajat bebas, JK: jumlah kuadrad, KT: kuadrat tengah, F: nilai F Sig: signifikasi
Lampiran 7 SK Zn Vitamin E Zn * Vit E Eror Total
Hasil analisis ragam bobot dada ayam broiler umur 5 minggu db JK KT F sig 2 7393.722 3696.861 1.807 0.184 2 15955.389 7997.694 3.908 0.032 4 8992.611 2248.153 1.009 0.377 27 55252.500 2046.389 35 87594.222
SK: sumber keragaman, db: derajat bebas, JK: jumlah kuadrad, KT: kuadrat tengah, F: nilai F Sig: signifikasi
Lampiran 8 Hasil analisis Duncan bobot dada ayam broiler umur 5 minggu Subset for Alpha = 0.05 Perlakuan N 1 2 3 12 348,8333 2 12 360,5833 360,5833 1 12 398,2500 Sig. 0.530 0.051 Lampiran 9 Hasil analisis ragam persentase dada ayam broiler umur 5 minggu SK db JK KT F sig Zn 2 1.745 0.872 0.222 0.802 Vitamin E 2 10.428 5.214 1.327 0.282 Zn * Vit E 4 23.455 5.864 1.492 0.232 Eror 27 106.116 3.930 Total 35 141.744 SK: sumber keragaman, db: derajat bebas, JK: jumlah kuadrad, KT: kuadrat tengah, F: nilai F Sig: signifikasi
Lampiran 10 Hasil analisis ragam bobot sayap ayam broiler umur 5 minggu SK db JK KT F sig Zn 2 519.056 259.528 0.741 0.486 Vitamin E 2 440.222 220.111 0.628 0.541 Zn * Vit E 4 609.944 152.486 0.435 0.782 Eror 27 9462.000 350.444 Total 35 11031.222 SK: sumber keragaman, db: derajat bebas, JK: jumlah kuadrad, KT: kuadrat tengah, F: nilai F Sig: signifikasi
16
Lampiran 11 Hasil analisis ragam persentase sayap ayam broiler umur 5 minggu SK db JK KT F sig Zn 2 7.451 3.726 3.764 0.036 Vitamin E 2 1.063 0.532 0.537 0.591 Zn * Vit E 4 1.571 0.393 0.397 0.809 Eror 27 26.728 0.990 Total 35 36.813 SK: sumber keragaman, db: derajat bebas, JK: jumlah kuadrad, KT: kuadrat tengah, F: nilai F Sig: signifikasi
Lampiran 12 Hasil analisis Duncan persentase sayap ayam broiler umur 5 minggu Subset for Alpha = 0.05 Perlakuan N 1 2 2 12 19,5292 3 12 20,0075 20,0075 1 12 20,6400 Sig. 0.249 0.131 Lampiran 13 Hasil analisis ragam bobot punggung ayam broiler umur 5 minggu SK db JK KT F Sig Zn 2 1379.389 689.694 1.532 0.234 Vitamin E 2 1097.056 548.528 1.219 0.311 Zn * Vit E 4 4190.444 1047.611 2.327 0.082 Eror 27 12153.000 450.111 Total 35 18819.889 SK: sumber keragaman, db: derajat bebas, JK: jumlah kuadrad, KT: kuadrat tengah, F: nilai F Sig: signifikasi
Lampiran 14 Hasil analisis ragam persentase punggung ayam broiler umur 5 minggu SK db JK KT F sig Zn 2 0.673 0.336 0.278 0.760 Vitamin E 2 3.679 1.840 1.519 0.237 Zn * Vit E 4 7.231 1.808 1.493 0.232 Eror 27 32.689 1.211 Total 35 44.273 SK: sumber keragaman, db: derajat bebas, JK: jumlah kuadrad, KT: kuadrat tengah, F: nilai F Sig: signifikasi
Lampiran 15 Hasil analisis ragam meat bone ratio ayam broiler umur 5 minggu SK db JK KT F sig Zn 2 22.102 11.051 0.423 0.659 Vitamin E 2 40.775 20.388 0.781 0.468 Zn * Vit E 4 282.002 70.501 2.699 0.052 Eror 27 705.258 26.121 Total 35 10311.313 SK: sumber keragaman, db: derajat bebas, JK: jumlah kuadrad, KT: kuadrat tengah, F: nilai F Sig: signifikasi
17
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Ayu Mufidah Kartika Sari dilahirkan pada tanggal 10 Februari 1994 di Kabupaten Pamekasan, Madura, Jawa Timur. Penulis adalah anak kedua dari 3 bersaudara dari pasangan Bapak Imam Supardi dan Ibu Nur Solichah. Penulis mengawali pendidikan dasar pada tahun 2000 di Sekolah Dasar Negeri Pademawu Timur V dan diselesaikan pada tahun 2006. Pendidikan lanjutan tingkat menengah pertama dimulai pada tahun 2006 dan diselesaikan pada tahun 2009 di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Pademawu. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Pamekasan pada tahun 2009 dan diselesaikan pada tahun 2012. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2012 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dengan keilmuan Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan. Selama mengikuti jenjang perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan diantaranya Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak (HIMASITER) selama dua periode yaitu 2013/2014 dan 2014/2015 dengan bidang khusus Pengabdian Masyarakat. Penulis juga aktif dalam kegiatan kepanitian seperti D’ Catra pada tahun 2014, Meet Cowboy pada tahun 2014, Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Mahasiswa (LKMM) pada tahun 2014, dan Feed Formulation and Training pada tahun 2015.
UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih penulis sampaikan kepada Dr Ir Rita Mutia, MAgr selaku dosen pembimbing akademik sekaligus dosen pembimbing utama skripsi dan Dr Ir Widya Hermana, MSi selaku pembimbing kedua skripsi atas segala bimbingan, kesabaran, dukungan, sumbangan ide, dan materi yang telah diberikan. Prof Dr Ir Dewi Apri Astuti, MS selaku dosen pembahas seminar pada tanggal 23 Desember 2015. Dr Ir Asep Sudarman MrurSc dan Dr Ir Niken Ulupi MS selaku dosen penguji sidang skripsi pada 3 Juni 2016. Atas selesainya penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak khususnya dana hibah Program Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi oleh Dr Ir Rita Mutia MAgr. Dengan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda dan Ibunda yang telah menjadi inspirasi hidup dan membantu dalam berbagai hal baik berupa finansial maupun kasih sayangnya yang tulus. Di samping itu ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada staf Laboratorium Nutrisi Ternak Unggas yang telah membantu selama penelitian ini dilaksanakan, kepada Kak Tera, Dinda, dan Fauzan, selaku teman satu penelitian selama pengumpulan data, Jawahirul Arifah selaku sahabat, Irene Sinung, Aryo Faqih, Evelyn Patricia, kakak kelas INTP 47, 48, dan keluarga INTP 49 (CENTAURUS) atas semua bantuan dan dukungannya.