STUDI PENGELOLAAN SAMPAH B3 PERMUKIMAN DI KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA STUDY ON HOUSEHOLD HAZARDOUS WASTE MANAGEMENT AT WONOKROMO DISTRICT SURABAYA LISA STUROYYA FAAZ dan YULINAH TRIHADININGRUM Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya email:
[email protected] Abstrak Jumlah penduduk di Kecamatan Wonokromo (181.170) mempengaruhi jumlah timbulan sampah di kecamatan tersebut. Sampah yang dihasilkan belum dipisahkan dari komponen sampah B3. Hal inilah yang mendasari penggunaan Kecamatan Wonokromo sebagai wilayah studi tugas akhir ini. Tujuan penelitian ini adalah mengukur timbulan sampah B3 dan komposisinya, serta menentukan sistem pengelolaannya. Metode pelaksanaan pengambilan dan pengukuran contoh timbulan sampah berdasarkan SNI 19-3964-1995. Jumlah timbulan sampah B3 di Kecamatan Wonokromo adalah 88,62 kg/hari. Hasil studi merekomendasikan agar (i) kapasitas wadah sampah B3 untuk rumah tangga adalah 30 L,(ii) pengangkutan sampah B3 dari sumber ke TPS menggunakan motor boks, dan (iii) pengumpulan sampah B3 di TPS menggunakan kontainerberdasarkan karakteristik sampah B3nya dengan kapasitas masing-masing 4 m3.
Kata kunci: Kecamatan Wonokromo, sampah B3, pengelolaan sampah B3. Abstract The population of Wonokromo District (181,170) affects the solid waste generation. Until now the solid waste in this district has not been separated from the hazardous components by the community. Therefore, Wonokromo
1
District was selected as a study area for conducting this research, which was focused on the determination of hazardous waste generation and composition, and it’s management system. Measurements of solid waste generation and composition were done according to SNI 19-3964-1995 methods. The generation rate of HHW was 88.62 kg/day. This study recommended that: (i) household hazardous solid waste components should be placed in a 30 L container¸(ii) collection of the HHW to the transfer station should use a particular motor cycle, with a particular design, (iii) the flammable, corrosive, and toxic waste components should placed in different containers of 4 m3 capacity.
Keywords: Wonokromo District, household hazardous waste, solid waste management.
1.
Pendahuluan Kehadiran sampah B3 RT di dalam timbulan sampah kota relatif masih kecil, namun perlu
diupayakan penanganan yang komprehensif. Jelasnya adalah sampah tersebut memiliki karakteristik yang sangat berbahaya seperti beracun, korosif, mudah terbakar, mudah meledak, dan karsinogenik yang pada akhirnya menjadi ancaman bagi warga dan lingkungan di sekitar tempat pembuangan akhir sampah. Bagi masyarakat wajib memisahkan sampah B3-RT di rumah-rumah, ke dalam suatu wadah terpisah. Pada tugas akhir ini akan dibahas pengelolaan sampah B3 permukiman, dimana pengelolaannya tidak berbeda jauh dengan pengelolaan sampah biasa tetapi harus ada perlakuan yang lebih khusus. Wilayah studi untuk tugas akhir ini adalah Kecamatan Wonokromo karena di kecamatan tersebut belum ada pola pengelolaan sampah B3.
Berdasarkan dari rumusan masalah tersebut di atas maka dapat dirumuskan tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu: 1. Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat terhadap sampah B3. 2. Menghitung timbulan sampah B3 permukiman di Kecamatan Wonokromo Surabaya. 2
3. Menghitung komposisi sampah B3 permukiman di Kecamatan Wonokromo Surabaya. 4. Mengetahui kondisi fasilitas pewadahan, pengumpulan, dan pengangkutan sampah permukiman di sumber dan di TPS di Kecamatan Wonokromo Surabaya. 5. Menentukan pola pengelolaan sampah B3 permukiman di Kecamatan Wonokromo Surabaya.
Sampah B3 Menurut SNI 3242:2008, sampah domestik B3 adalah sampah yang berasal dari aktivitas rumah tangga, mengandung bahan dan atau bekas kemasan suatu jenis bahan berbahaya dan atau beracun, karena sifat atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak dan atau mencemarkan lingkungan hidup dan atau membahayakan kesehatan manusia.
Karakteristik Sampah B3 Sampah B3 adalah sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) dan sampah yang mengandung limbah berbahaya dan beracun (B3). Karakteristik sampah B3 sama dengan karakteristik limbah B3. Untuk mengetahui karakteristik limbah B3 dapat dilakukan uji karakteristik. Menurut Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 Tentang: Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, uji karakteristik limbah B3 meliputi: 1.
mudah meledak;
2.
mudah terbakar;
3.
bersifat reaktif; 3
2.
4.
beracun;
5.
menyebabkan infeksi; dan
6.
bersifat korosif.
Gambaran Umum Wilayah Studi Kecamatan Wonokromo termasuk wilayah Geografis Kota Surabaya yang merupakan
bagian dari Wilayah Surabaya Selatan. Luas wilayah Kecamatan Wonokromo ± 6,70 km 2 terbagi menjadi 6 kelurahan yaitu: 1. Sawunggaling 2. Wonokromo 3. Jagir 4. Ngagelrejo 5. Ngagel 6. Darmo
Batas wilayah Kecamatan Wonokromo antara lain:
Sebelah utara
: Kecamatan Tegalsari
Sebelah timur
: Kecamatan Gubeng
Sebelah selatan
: Kecamatan Wonocolo
Sebelah barat
: Kecamatan Dukuh Pakis
4
Kecamatan Wonokromo mempunyai jumlah penduduk yang cukup tinggi yang mempengaruhi jumlah timbulan sampah di kecamatan tersebut. Selama ini sampah yang dihasilkan belum dilakukan pemilahan dan pengelolaan sampah. Wadah sampah yang ada di Kelurahan Jagir dan Kelurahan Wonokromo terbuat dari ban bekas yang dicat tetapi ada juga wadah yang permanen yang terbuat dari beton. Wadah sampah di Kecamatan Wonokromo yang terbuat dari ban bekas. Pengangkutan sampah di Kecamatan Wonokromo menggunakan gerobak sampah dengan frekuensi pengambilan sampah dua hari sekali. TPS di Kelurahan Sawunggaling, Kelurahan Jagir, dan Kelurahan Wonokromo belum mempunyai fasilitas pengelolaan sampah dan hanya sebagai tempat pengumpulan sampah sementara yang selanjutnya akan ditimbun di TPA. Wilayah studi untuk pengambilan contoh timbulan sampah di Kecamatan Wonokromo meliputi 3 kelurahan, yaitu Kelurahan Jagir, Kelurahan Sawunggaling, dan Kelurahan Wonokromo.
3.
Hasil dan Pembahasan Alat yang digunakan untuk mengukur densitas sampah berupa kotak kayu berukuran 20 cm
× 20 cm × 100 cm dan berat 1,4 kg.. Metode pelaksanaan pengambilan dan pengukuran sampel timbulan sampah berdasarkan SNI 19-3964-1995 tentang metode pengambilan dan pengukuran sampel timbulan dan komposisi sampah perkotaan. Setelah diketahui densitasnya maka dapat dilakukan perhitungan volume sampah dengan rumus sebagai berikut: Volume sampah (m3)
=
Berat Sampah (kg) Densitas (kg/m3)
a. Kelurahan Jagir Timbulan sampah B3 di Kelurahan Jagir adalah 0,29 g/orang.hari atau 0,002 L/orang.hari. Komposisi sampah B3 di Kelurahan Jagir dapat dilihat pada Gambar 1.
5
Gambar 1 Komposisi Sampah B3 di Kelurahan Jagir b. Kelurahan Wonokromo Timbulan sampah B3 di Kelurahan Wonokromo adalah 0,34 g/orang.hari atau 0,003 L/orang.hari. Komposisi sampah B3 di Kelurahan Wonokromo dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Komposisi Sampah B3 di Kelurahan Wonokromo c. Kelurahan Sawunggaling Timbulan sampah B3 di Kelurahan Sawunggaling adalah 0,84 g/orang.hari atau 0,006 L/orang.hari. Komposisi sampah B3 di Kelurahan Sawunggaling dapat dilihat pada Gambar 3
6
Gambar 3 Komposisi Sampah B3 di Kelurahan Sawunggaling. Jadi timbulan sampah B3 di Kecamatan WonokromoTahun 2010 adalah 88,62 kg/hari atau 660,49 L/hari.
Pengolahan Data Hasil Kuesioner Kuesioner dibagikan kepada responden yang berada di permukiman Kecamatan Wonokromo khususnya kepada aparat pemerintah antara lain ketua RW dan RT yang ada di Kelurahan Jagir, Kelurahan Wonokromo, dan Kelurahan Sawunggaling sebanyak 20 responden dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang sampah B3. Hasil kuesioner dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Frekuensi Penggunaan Produk yang Mengandung B3 7
Pada Gambar 4 pendapat aparat pemerintah tentang sampah B3 dapat diketahui bahwa sebanyak 85% responden sama sekali tidak mengetahui tentang sampah B3 dan 15% responden sedikit mengetahui tentang sampah B3. Maksud dari sedikit mengetahui adalah responden dapat menyebutkan beberapa produk rumah tangga yang mengandung B3 di antaranya pembersih lantai dan pembasmi serangga. Jika diadakan sosialisasi mengenai pemilahan sampah B3, sebanyak 25% responden memilih arisan sebagai forum, 65% responden memilih forum khusus, dan 10% responden memilih forum lainnya seperti rapat pengurus RT atau RW.
Pola Pewadahan Sampah B3 Pengambilan sampah B3 disarankan akan diambil petugas dari sumber ke TPS setiap 3 bulan sekali (90 hari). Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah B3 Penghasil Limbah B3 dapat menyimpan limbah B3 yang dihasilkannya paling lama 90 hari sebelum menyerahkannya kepada pengumpul atau pemanfaat atau pengolah atau penimbun limbah B3. Berdasarkan peraturan tersebut, maka disarankan sampah B3 disimpan di wadah sampah B3 paling lama 90 hari. Volume sampah B3 terkumpul
= Volume sampah tiap rumah × frekuensi = 0,02 L × 90 = 1,64 L
Karena volume sampah B3 terkumpul yang dihasilkan dari perhitungan terlalu kecil apabila untuk mendesain kapasitas wadah sampah B3 jadi volume wadah yang disarankan adalah 30 L dengan panjang 30 cm, lebar 20 cm, dan tinggi 50 cm. Wadah sampah B3 disarankan sesuai dengan SNI 19-2454-2002 yaitu dengan wadah warna merah yang diberi lambang khusus (simbol limbah
8
B3
klasifikasi
campuran).
Persyaratan
umum
wadah
sampah
B3
berdasarkan
Kep-
01/Bapedal/09/1995 Tata Cara Dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Pola Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah B3 Pengumpulan sampah B3 dari sumber ke TPS menggunakan motor box yang dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Motor Box Pengangkut Sampah B3
Dimensi boks untuk motor boks disarankan berdasarkan dimensi box yang ada di pasaran yaitu 160 cm × 125 cm × 110 cm. di dalam box akan diletakkan 9 buah wadah dengan dimensi masing-masing wadah adalah 50 cm × 30 cm × 60 cm. Wadah tersebut diperuntukkan untuk sampah B3 berdasarkan jenis dan karakteristiknya. Frekuensi pengumpulan sampah B3 dari rumah warga akan disarankan 3 bulan 1 kali. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema sistem pengumpulan sampah B3 pada Gambar 6.
9
Rumah Warga (Sumber Sampah B3)
Rumah Warga (Sumber Sampah B3)
Rumah Warga 1 RW (Rukun Warga) (Sumber Sampah B3)
3 bulan 1 kali 1 Kecamatan
1 Kelurahan
Instansi Khusus Pengelola Sampah B3
Gambar 6 Skema Sistem Pengumpulan Sampah B3
Pada Gambar 6 menunjukkan bahwa dilakukan pengumpulan dari sumber sampah B3 secara door to door setiap 3 bulan 1 kali. Rute pengumpulan sampah adalah 1 RT (Rukun Tetangga). Setelah dilakukan pengumpulan, sampah B3 diangkut ke TPS sampah B3 untuk disimpan di kontainer sampah B3. Selanjutnya sampah B3 yang terkumpul akan dikelola oleh instansi yang khusus mengelola sampah B3. Pengangkutan sampah B3 yang disarankan berpedoman pada SK Direktur Jenderal Perhubungan Darat No. 725 Tahun 2004 Tentang Pengangkutan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) karena belum ada peraturan khusus yang mengatur pengangkutan sampah B3. Pengangkutan sampah B3 disarankan dilengkapi dokumen. Berdasarkan Kep. Bapedal No. 2 Tahun 1995 Tentang Dokumen Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, setiap pengangkutan limbah B3 harus dilengkapi dengan dokumen resmi. Dokumen sampah B3 yang disarankan tidak 10
terdiri dari tujuh rangkap seperti dokumen limbah B3. Dokumen sampah B3 hanya terdiri dari tiga rangkap dengan perincian sebagai berikut: a. Lembar pertama disimpan oleh penghasil sampah B3 b. Lembar kedua disimpan oleh petugas pengumpul sampah B3 c. Lembar ketiga disimpan oleh pengelola TPS sampah B3 Dokumen sampah B3 dibuat oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya dan BLH Kota Surabaya.Dokumen sampah B3/manifes sampah B3 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Manifes Sampah B3 MANIFES SAMPAH B3 RUMAH TANGGA Nama : Alamat : Kecamatan
:
Kelurahan
:
RT / RW
:
Lokasi TPS Sampah B3 No
: Jenis Sampah B3
1
Kemasan bekas pembersih WC/lantai/kaca
2
Kemasan bekas semir sepatu
3
Kemasan bekas pemutih pakaian dan pembersih lainnya
4
Kemasan bekas oli
5
Accu bekas
6
Kemasan bekas air accu
7
Kemasan bekas cat kuku dan pembersihnya
8
Kemasan bekas pewarna rambut
9
Kemasan bekas Hair Spray
10
Kemasan bekas cat dan thinner
(√)
Jumlah (buah)
Kemasan bekas obat pembasmi hama tanaman 11
(herbisida dan insektisida) 11
No
Jenis Sampah B3
(√)
12
Kemasan bekas pupuk kimia
13
Baterai
14
Tinta/cartridge
15
Lampu neon
16
Obat-obatan kadaluarsa
17
Kemasan bekas obat pembasmi serangga
18
Lain-lain:
Yang Menyerahkan :
Tanda Tangan :
Petugas Pengumpul
:
Tanda Tangan :
Tanggal
:
Jumlah (buah)
Kontainer Sampah B3 di TPS Sampah B3 yang telah diangkut dari sumber akan ditampung di TPS yang selanjutnya akan ditangani oleh instansi khusus yang mengelola limbah B3. Pada TPS disediakan kontainer yang akan menampung sampah B3 untuk sementara yang akan disimpan selama maksimal 90 hari dengan persyaratan lokasi penyimpanan sampah B3 berdasarkan Kep. Bapedal No. 1 Tahun 1995 Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Kontainer ini harus disediakan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya. Volume masing-masing kontainer sampah B3 di TPS disarankan berdasarkan Keputusan Kepala Bapedal No. 1 Tahun 1995 Tentang: Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yaitu berupa bak kontainer berpenutup dengan kapasitas 4 m3.
12
Standar Operasional Prosedur Standar operasional prosedur untuk penghasil sampah B3 adalah: 1. Penghasil sampah B3 menyimpan sampah B3 yang dihasilkannya pada wadah sampah B3 yang tertutup rapat. 2. Sampah B3 disimpan di dalam kemasan aslinya pada wadah sampah B3. Untuk lampu neon, selain disimpan masih pada kemasan aslinya juga dibungkus kantong plastik untuk keamanan apabila pecah. 3. Sampah B3 yang dihasilkan dalam jumlah besar sehingga tidak muat apabila disimpan di wadah sebaiknya disimpan di tempat yang aman dan jauh dari jangkauan anak-anak seperti garasi, gudang, dan sebagainya. 4. Penghasil sampah B3 menyimpan sampah B3 yang dihasilkannya si wadah sampah B3 selama-lamanya 90 hari sampai dikumpulkan oleh petugas pengumpul sampah B3. 5. Penghasil sampah B3 menyerahkan sampah B3 yang disimpannya selama 90 hari kepada petugas pengumpul sampah yang mengambil sampah B3 tiap 3 bulan 1 kali. 6. Penghasil sampah B3 wajib mengisi manifes sampah B3 yang diserahkan oleh petugas pengumpul sampah B3.
Standar operasional prosedur untuk petugas pengumpul sampah B3 adalah: 1. Petugas pengumpul sampah B3 wajib memenuhi persyaratan umum dan khusus pengemudi kendaraan pengangkut sampah B3. 2. Petugas pengumpul sampah B3 mengambil sampah B3 yang dikumpulkan oleh penghasil sampah B3 tiap 3 bulan 1 kali.
13
3. Petugas pengumpul sampah B3 memilah sampah B3 yang dihasilkan penghasil sampah B3 berdasarkan jenisnya untuk dimasukkan ke masing-masing wadah berdasarkan jenis sampah B3nya pada box kendaraan pengangkut. 4. Petugas pengumpul sampah B3 mengambil manifes di kantor kecamatan dan menyerahkan manifes ke penghasil sampah B3 untuk diisi. 5. Petugas pengumpul sampah B3 menyimpan salah satu manifes yang telah diisi oleh penghasil dan menyerahkan satu manifes yang lain ke pengelola kontainer sampah B3 di TPS sampah B3.
Standar operasional prosedur untuk pengurus TPS sampah B3 adalah: 1. Menerima sampah B3 berdasarkan karakteristiknya dari petugas pengumpul sampah B3. 2. Menempatkan sampah B3 berdasarkan karakteristiknya pada kontainer sampah B3. 3. Menerima dan menyimpan manifes sampah B3 dari petugas pengumpul sampah B3. 4. Menyerahkan sampah B3 yang telah disimpan paling lama 90 hari di TPS ke instansi khusus pengelola sampah B3.
Rekomendasi Rekomendasi untuk pengelolaan sampah B3 di Kecamatan Wonokromo antara lain: 1. Tingkat pengetahuan masyarakat tentang sampah B3 sangat rendah sehingga perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang bahaya sampah B3, upaya reduksi sampah B3, dan pengelolaan sampah B3. 2. Dari hasil sampling masih ditemukan sampah B3 yang cukup banyak sehingga masyarakat perlu melakukan upaya reduksi untuk megurangi timbulan sampah B3. 14
3. Sampah B3 permukiman yang diperoleh dari hasil sampling berupa sampah B3 karakteristik mudah terbakar, korosif, dan beracun. Masyarakat sebaiknya lebih cermat dalam memilih produk yang mengandung B3 atau dapat mengganti produk yang berpotensi mengandung B3 dengan produk alternatif yang aman. 4. Wadah sampah yang digunakan di Kecamatan Wonokromo berupa wadah sampah yang terbuat dari ban bekas dan beton. Wadah sampah untuk sampah basah dan sampah kering masih
tercampur karena belum
dilakukan
pemilahan sampah.
Hasil
studi
ini
merekomendasikan agar mayarakat mengganti wadah sampah yang digunakan di Kecamatan Wonokromo dengan wadah sampah berdasarkan komposisi sampahnya antara lain sampah basah, sampah kering, dan sampah B3 sehingga pemilahan sampah telah dilakukan di sumbernya. 5. Hasil studi merekomendasikan agar kapasitas wadah sampah B3 untuk skala rumah tangga adalah 30 L, pengangkutan sampah B3 dari rumah penduduk (sumber) ke TPS menggunakan motor box, pengumpulan sampah B3 karakteristik mudah terbakar, korosif, dan beracun di TPS menggunakan bak kontainer berpenutup dengan kapasitas 4 m3. Untuk jenis sampah B3 yang dimensinya besar dan jumlahnya banyak sehingga tidak muat apabila disimpan di wadah sampah B3, masyarakat dapat langsung membuangnya pada kontainer sampah B3 di TPS khusus sampah B3 di kelurahan.
15
Kesimpulan dan Saran
4.
Kesimpulan Setelah dilakukan analisis data dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan antara lain: 1. Berdasarkan hasil perhitungan kuesioner yang dibagikan kepada 20 aparat pemerintah (staf kelurahan, ketua RT, dan ketua RW) dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat terhadap sampah B3 sangat rendah. 2. Timbulan sampah B3 permukiman di Kecamatan Wonokromo adalah 88,62 kg/hari atau 660,49 L/hari. 3. Hasil penelitian menunjukkan komposisi sampah B3 yang ada di Kelurahan Jagir, Kelurahan Wonokromo, dan Kelurahan Sawunggaling terdiri dari sampah B3 karakteristik mudah terbakar, beracun, dan korosif. 4. Wadah sampah yang ada di Kelurahan Jagir dan Kelurahan Wonokromo terbuat dari ban bekas yang dicat tetapi ada juga wadah yang permanen yang terbuat dari beton. Pengangkutan sampah di Kecamatan Wonokromo menggunakan gerobak sampah dengan frekuensi pengambilan sampah dua hari sekali. 5. Pola pengelolaan sampah B3 terdiri dari pewadahan sampah B3 dengan wadah berkapasitas 30 L, pengumpulan sampah B3 dari sumber ke TPS dilakukan dengan pengangkutan menggunakan motor box, pengumpulan sampah B3 karakteristik korosif, mudah terbakar, dan beracun di TPS menggunakan bak kontainer berpenutup dengan kapasitas 4 m3.
Saran Saran untuk penelitian selanjutnya adalah sebaiknya melakukan analisis biaya untuk pola pengelolaan sampah.
16
5.
Daftar Pustaka
Anonim. 1995a. “Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan (SNI 19-3964-1995)”. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta Anonim. 1995b. “Keputusan Kepala Bapedal No. 1 Tahun 1995 Tentang: Tata Cara Dan Persyaratan Teknis Penyimpanan Dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun”. Anonim. 1995c. “Keputusan Kepala Bapedal No. 5 Tahun 1995 Tentang: Simbol dan Label Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun”. Anonim. 1999a. “.Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun”. Anonim. 1999b. “Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 Tentang: Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun”. Anonim. 2004. “SK Direktur Jenderal Perhubungan Darat No. 725 Tahun 2004 Tentang Pengangkutan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)”. Anonim. 2008. “Pengelolaan Sampah di Permukiman (SNI 3242-2008)”. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.
17