STUDI EKPLORASI KEBUTUHAN DAN MINAT WIRASWASTA ANAK JALANAN WANITA SEBAGAI UPAYA PEMBERDAYAAN GENDER DI KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA Jun Surjanti,dkk * Abstract Sanggar Alang-Alang serves as a shelter for streetboys' community. Streetgirls are an interesting community for a study on gender empowerment. In general, they have no intention to pursue a formal education, with a percentage of 60% stating that they do not want to study. About 70% of them want to take the nonformal education conducted by Sanggar Alang-Alang. Some demanded entrepreneurship activities are bead handycraft making, sewing, starting a store, and streetvending. About 50% of them are interested in opening a store. They also state their need to have capital and skills to start the entrepreneurship. Key words: community, interest, entrepreneurship A. Pendahuluan Pengembangan model-model pengentasan anak jalanan ini sebenarnya sudah banyak dilakukan pemerintah bersama dengan pihak-pihak yang mempunyai kepedulian. Namun, permasalahan anak jalanan merupakan masalah yang komplek yang sulit diatasi, ini dibuktikan dari hasil survey Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial yang dilakukan oleh BPS dan Departemen Sosial pada tahun 1998 yang menyatakan bahwa “ jumlah anak terlantar usia 6-18 tahun di seluruh Indonesia sebanyak 2.767.629 anak, diperkotaan terdapat sebanyak 492.281 orang dan di pedesaan terdapat sejumlah 2.275.348 orang. Jumlah anak yang rawan terlantar adalah 10.322.674 anak, di perkotaan sejumlah 2.996.253 dan di pedesaan sebanyak 7.326.421. Jumlah ini menunjukkan bahwa penyelesaian permasalahan anak jalanan belum tuntas dan bahkan mungkin akan bertambah jumlahnya dari hari ke hari. * Dra. Jun Surjanti, SE., M.Si, Dra Ismojowati, SE., Dra. Indah Asrijanti, adalah staf pengajar Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Surabaya, sedangkan Dra. Gunarti Dwi Lestari adalah staf pengajar Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya.
147
Jun Surjanti,dkk, Studi Ekplorasi Kebutuhan Dan Minat Wiraswasta Anak Jalanan Wanita Sebagai Upaya Pemberdayaan Gender Di Kecamatan Wonokromo Surabaya
Salah satu kota sasaran program pengentasan terhadap anak terlantar dan anak jalanan tahap I (1998 - 1999) adalah kota Surabaya dengan program antara lain : 3 (tiga) model yang dikembangkan : Rumah Singgah, MSA, BH, 10 Rumah singgah di 7 (tujuh) kota dan memberikan bentuk pelayanan, antara lain bimbingan sosial dan budi pekerti, bantuan makan, bantuan bea siswa, pelayanan kesehatan, pelayanan ketrampilan dan pelayanan rujukan. Surabaya adalah kota besar nomor dua setelah Jakarta yang mempunyai kantong-kantong kemiskinan di beberapa tempat. Lokasi anak jalanan pada umumnya tersentral pada pusat keramaian, misalnya pasar Wonokromo, Stasiun Wonokromo, Terminal Joyoboyo, Terminal Bungurasih, di Pelabuhan Tanjung Perak, dll. Berdasarkan pengamatan peneliti, Kecamatan Wonokromo merupakan kecamatan yang mempunyai tiga lokasi besar tempat anak jalanan menjalankan kegiatannya yaitu Pasar Wonokromo, Terminal Joyoboyo dan Stasiun Wonokromo. Bahkan, ada sebagian anak jalanan yang terjun pada dunia prostitusi karena tekanan-tekanan ekonomi yang melanda. Program-program yang diperuntukkan pada anak jalanan sudah banyak dilakukan, terutama program rumah singgah, tetapi mengingat dana yang dibutuhkan tidak sedikit maka, lambat laun program ini tidak dilaksanakan lagi, dan dampak selanjutnya anak jalanan kembali ke jalan-jalan. Program yang dilakukan selama ini berdasarkan hasil evaluasi ditemukan banyak kelemahan dari pelaksanaan program, antara lain pelatihan ketrampilan tidak dilakukan, tetapi anak jalanan dimagangkan di wartel, pengantar jualan, jual tempe yang kurang dapat meningkatkan potensi anak jalanan. Untuk membantu merealisasikan salah satu program pemberdayaan anak jalanan di bidang pelayanan ketrampilan, maka akan diteliti tentang Studi Eksplorasi Kebutuhan dan Minat Wiraswasta Anak Jalanan Wanita sebagai Upaya Pemberdayaan Gender di Kecamatan Wonokromo Surabaya, yang selanjutnya dapat dilakukan kaji tindak atau action research dalam bentuk pengabdian kepada masyarakat atau penelitian dalam rangka memberdayaan anak jalanan sebagai calon gender dalam bentuk pemenuhan kebutuhan dan penumbuhan minat wiraswasta. B.
Pemberdayaan Anak Jalanan Landasan hukum yang utama adalah UUD 1945 pasal 34 tentang kesejahteraan sosial. Selanjutnya pemberdayaan anak jalanan diatur dan
148
LENTERA, Jurnal Studi Perempuan, Vol. 1/No. 2/ Desember 2005, ISSN 1858-4845
diterjemahkan dalam beberapa Udang-Undang. Pada hakekatnya masyarakat adalah bagian dari proses pembangunan nasional. Salah satu permasalahan yang harus dipecahkan dalam pembangunan nasional adalah pembangunan di bidang kesejahteraan anak. Dalam kenyatannya banyak anak-anak yang pola hidupnya jauh memenuhi standar kehidupan yang layak, antara lain anak terlantar dan anak jalanan. Penyelesaian masalah pembangunan ini diatur dalam UU no. 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-ketentuan pokok Kesejahteraan sosial yang menyebutkan bahwa usaha kesejahteraan sosial dilakukan bersama-sama oleh pemerintah dan masyarakat. Model yang dikembangkan untuk menanggapi Undang-Undang tersebut adalah UU No. 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak dalam menciptakan suatu tata kehidupan dan penghidupan anank yang dapat amenjamin pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar, baik secara mental, jasmani, rohani, maupun sosial. Pendekatan selama ini yang dilakukan oleh Departemen sosial ( 1999:30)adalah melalui pendekatan “ Street based (berpusat di jalanan), Community based, Bimbingan Sosial, dan Pemberdayaan “ Pendekatan ini seharusnya merupakan satu kesatuan dalam suatu pola pemberdayaan anak jalanan, namun sampai pada saat ini pemerintah dengan segala keterbatasan dan berbagai kendala kegiatannya masih belum ada program keterpaduan dari pendekatan tersebut,pola yang dikembangkan masih terpisah antara satu dengan yang lain. Meskipun demikian perlu selalu diupayakan keberadaan program melalui pendekatan-pendekatan tersebut. Kegiatan yang sudah dilakukan oleh pemerintah untuk mensingkronkan kegiatan yang ada adalah dengan sistem pembentukan rumah singgah. Undang Undang lain yang mendukung pemberdayaan anak jalanan adalah UU No. 10 Tahun 1992 tentang Kependudukan, UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan, Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 1988 tentang Usaha kesejahteraan bagi anak bermasalah dan Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1990 tentang pendidikan Pra sekolah. Untuk mendalami pemberdayaan anak jalanan dan anak terlantar dalam landasan hukumnya, sebaiknya kita simak pendapat Sukarno dalam pembicaraan hak asasi pada penyusunan UUD 1945, yang dikutip dari Sri Widoyati Wiratmo Soekito (1998: 136) antara lain sebagai berikut : Sekarno menyatakan bahwa buanglah fahan individualisme, kita menghendaki keadilan sosial, kita tidak bisa
149
Jun Surjanti,dkk, Studi Ekplorasi Kebutuhan Dan Minat Wiraswasta Anak Jalanan Wanita Sebagai Upaya Pemberdayaan Gender Di Kecamatan Wonokromo Surabaya
menghilangkan kelaparan orang yang mati kelaparan, leh karena itu saebaiknya negara kita berdasarkan pada paham kekeluargaan, tolong menolong dan keadilan sosial. Keadilan sosial harus dilaksanakan tanpa perbedaan, melainkan berdasarkan kesamaa derajad. Dan akhirnya timbullah hak-hak asasi dalam pasal 27, 28, 29, 30 dan 31 dalam UUD 1945. Hal ini menunjukkan bahwa anak terlantar dan anak jalannya merupakan warga negara yang harus diberdayakan dan dilindungi oleh Undang-Undang dan peraturan-peraturan negara. C. Motif dan Minat Kewiraswastaan Motif merupakan pengertian utama dalam uraian kegiatan-kegiatan dan tingkah laku manusia, baik secara umum maupun khusus dalam interaksi sosial dalam kegiatan kewiraswastaan. Minat kewiraswastaan tumbuh karena seseorang mempunyai sikap yang positif terhadap suatu kegiatan kewiraswastaan. Motif merupakan berkaitan dengan semua penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan ia bergerak atau berbuat sesuatu. Menurut Gerungan (1988:140) semua tingkah laku manusia pada hakekatnya mempunyai motif. Motif-motif manusia dapat bekerja secara sadar dan tidak sadar dalam kata lain sebaiknya setiap manusia harus berdasarkan know, what, know how dan know why dari setiap tingkah lakunya. Motif manusia merupakan dorongan, keinginan, hasrat dan tenaga penggerak lainnya yang berasak dari dalam dirinya, untuk melakukan sesuatu. Motif-motif itu memberi tujuan dan arah kepada tingkah laku kita. Setiap individu dilahirkan dalam lingkungan, baik lingkungan fisik, psikis atau spiritual, yang didalamnya ada hubungan timbal balik diantaranya. Dan dalam hubungan timbal balik terdapat hubungan saling mempengaruhi. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat seseorang menurut Gerungan (1988:180-1996) adalah : (1) lingkungan keluarga (2) Status sosial ekonomi (3) lingkungan sekolah (4) Lingkungan pergaulan dan kemasyarakatan. Minat berusaha akan muncul pada saat seseorang termotivasi. Jadi minat merupakan keinginan ysng kuat dari seseorang untuk melakukan sesuatu, dalam hal ini adalah minat berwirausaha pada anak jalanan wanita. Menurut As'ad (1995:145) Wiraswasta menunjuk pada kepribadian tertentu, yakni pribadi yang mampu berdiri sendiri di atas kekuatan sendiri. Manusia yang mampu berdiri sendiri, mampu menetapkan tujuan yang ingin dicapai atas dasar
150
LENTERA, Jurnal Studi Perempuan, Vol. 1/No. 2/ Desember 2005, ISSN 1858-4845
pertimbangannya sendiri. Sehingga seorang wiraswastawan ini adalah seorang yang merdeka lahir dan batin. Sedangkan entrepeneur kewiraswastaan yang menekankan pada keserasian, keselarasan dan keseimbangan anatara individu yang besangkutan dengan masyarakat. Untuk menumbuhkan sikap di atas dibutuhkan motivasi dari dalam diri individual dan dorongan eksternal (keluarga, masyarakat, lingkungan pergaulan dan sekolah). Tujuan Penelitian ini adalah mendeteksi kebutuhan dan ketrampilan yang mendukung pemberdayaan gender yang diharapkan oleh anak jalanan wanita sebagai calon gender untuk dapat dikembangkan dalam bentuk wiraswasta, mengali minat anak jalanan wanita dalam melakukan kegiatan wiraswasta, mendata lingkungan dan sumber yang mendorong dan Penghambat yang timbul dalam kegiatan usaha yang diminati di masa yang akan datang serta menggali data tentang harapan anak jalanan wanita sebagai calon gender. D. Kebutuhan Anak Jalanan Wanita Yang Mendukung Potensi Wiraswasta Kebutuhan Terhadap Pendidikan formal dan non formal merupakan kebutuhan bagi anak jalanan guna mendukung pengembangan potensi di masa yang akan datang. Mengingat mereka juga manusia normal yang menginginkan hidup layak maka mereka juga ingin pendidikan formal dan non formal. Dengan pendidikan non formal dan formal maka dapat diperoleh kemampuan membaca, berhitung, penegtahuan dan ketrampilan yang tidak diperoleh di keluarga. Adapun Kebutuhan mereka sampai pada saat ini pada pendidikan formal dan non formal adalah sebagai berikut :
151
Jun Surjanti,dkk, Studi Ekplorasi Kebutuhan Dan Minat Wiraswasta Anak Jalanan Wanita Sebagai Upaya Pemberdayaan Gender Di Kecamatan Wonokromo Surabaya
Tabel 1 Kebutuhan Pendidikan Formal dan Non Formal Pada Anak Jalanan Wanita No.
Jenis Pendidikan
Jumlah
Prosentase
1 Formal :
4 orang
20 %
SD
:
2 orang
10 %
SMP
:
2 orang
10 %
SMU/SMK :
12 orang
60 %
Alang-Alang :
14 orang
70 %
Kejar Paket :
6 orang
30 %
Tidak ingin sekolah : 2
Non Formal :
Dari hasil penelitian penelitian menunjukkan hal yang kontradiktif, yaitu sebagian besar mengatakan bahwa mereka tidak ingin sekolah, yaitu sebesar 60%. Kondisi ini sangat memprihatinkan terhadap perkembangan pendidikan di negara kita. Anak jalanan wanita tidak termotivasi untuk sekolah. Apabila mereka tidak mempunyai ketrampilan, maka tidak menutup kemungkinan mereka akan berada di jalanan seterusnya, bahkan memungkinkan untuk terjun ke dunia prostitusi. Sebagaian besar dari mereka, yaitu saebesar 70% ternyata menginginkan pendidikan non formal yang dikelola Sanggar Alang-Alang. Pada saat ini di Sangar Alang-Alang telah mengelola ketrampilan bagi Anak Jalanan, antara lain kerajinan bambu, monte, sulam, bordir, dll. Tetapi, mengingat dana, tenaga dan modal, maka kegiatan yang ada belum berjalan secara intensif. Bentuk produk unggulan yang sudah diekspor adalah kerajinan bamboo. Sedangkan yang lain belum memperoleh pasar yang baik. Adapun Jenis ketrampilan yang diinginkan oleh anak jalanan wanita adalah sebagai berikut:
152
LENTERA, Jurnal Studi Perempuan, Vol. 1/No. 2/ Desember 2005, ISSN 1858-4845
Tabel 2 Kegiatan Wiraswasta Yang diinginkan Anak Jalanan Wanita No.
Kegiatan Wiraswasta
Jumlah
Prosentase
1
Kerajinan monte
7 orang
35 %
2
Ketrampilan menjahit
1 orang
5%
3
Membuka Warung
10 orang
50 %
4
Asongan
2 orang
10 %
Paling banyak dari mereka mengingkan membuka warung, yaitu 50%. Oleh sebab itu keinginan ini diharapkan dapat dukungan dari pihak ke tiga, misalnya bank atau perusahaan yang membina, mengingat dalam mendukung kegiatan ketrampilan dibutuhkan modal, alat dan ketrampilan. Adapun kebutuhan untuk masing-masing anak jalanan wanita dalam kegiatan wiraswastanya adalah sebagai berikut : Tabel 3 Kebutuhan Pendukung Kegiatan Wiraswasta Anak Jalanan Wanita No.
Jumlah
Prosentase
Kebutuhan Wiraswasta 1
Modal
16 orang
80%
2
Ketrampilan
13 orang
65%
3
Alat
1 orang
5%
Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa mereka menginginkan modal sebanyak 80 % dan ketrampilan sebanyak 65%. Jumlah secara keseluruhan tidak 100%, mengingat bahwa mereka menjawab memerlukan kedua hal tersebut. Sedangkan yang membutuhkan alat (mesin jahit) hanya 1 orang atau 5 persen dari seluruh responden. E.
Mengali minat anak jalanan wanita dalam Kegiatan Wiraswasta Asal minat sangat menentukan untuk pengembangan kegiatan wiraswasta di
153
Jun Surjanti,dkk, Studi Ekplorasi Kebutuhan Dan Minat Wiraswasta Anak Jalanan Wanita Sebagai Upaya Pemberdayaan Gender Di Kecamatan Wonokromo Surabaya
masa yang akan datang. Asal minat merupakan dorongan yang memotivasi seseorang untuk mewujudkan keinginannya di masa yang akan datang. Asal minat anak jalanan wanita dalam kegiatan wiraswasta adalah sebagai berikut : Tabel 4 Asal Minat Wirausaha No.
Jenis Kebutuhan/ Harapan
1
Intern
2
Ekstern
Prosentase Jumlah 7 orang
35 %
Ibu Asuh di Alang-
12 orang
60%
Alang
1 orang
5%
Orang Tua
Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa minat wiraswasta yang berasal dari diri anak jalanan wanita sendiri adalah 35%. Sedangkan yang 65% berasal dari minat yang ditumbuhkan orang lain, yaitu Ibu asuh di Alang-Alang dan dari orang tua . Minat terbesar ditumbuhkan oleh Ibu Asuh Alang-Alang yaitu Ibu Budha Ersa yang selama ini membimbing anak jalanan. Ibu Ersa memberikan ketrampilan dan seni untuk anak-anak jalanan, oleh sebab itu memang benar jika anak-anak mempunyai minat wiraswasta dari dorongan moril dan spiritul dari ibu asuh Alang-Alang. Setelah diteliti lebih lanjut melalui berbagai pertanyaan yang berkaitan dengan minat maka dapat dilihat gambaran minat wiraswasta dari anak jalanan wanita sebgai berikut : Tabel 5 Minat Wiraswasta Anak Jalanan Wanita No.
Jenis Kebutuhan/
Jumlah
Prosentase
Harapan
154
1
Tinggi
1 orang
5%
2
Sedang
13 orang
65 %
3
Rendah
5 orang
25 %
LENTERA, Jurnal Studi Perempuan, Vol. 1/No. 2/ Desember 2005, ISSN 1858-4845
Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa minat wiraswasta anak jalanan wanita ternyata pada tingkat rendah 25%, sedang 65% dan tinggi 5%. Jadi sebagian besar dari mereka hanya mempunyai minat yang sedang dalam kegiatan wiraswasta. Bahkan berdasarkan hasil wawancara dengan mereka sebagian masih ingin tetap dijalan, karena lebih mudah mencari uang. Situasi ini merupakan tanggung jawab bersama antara masyarakat, Sanggar Alang-Alang dan semua pihak untuk menumbuhkan minat wiraswasta dan mengangkat anak jalanan wanita untuk dapat hidup secara normal di masyarakat bukan menjadi penyakit social yang selama ini melekat pada anak jalanan secara umum. F.
Simpulan Anak jalanan wanita yang tidak mengingkan pendidikan formal sebanyak 60% dengan pernyataan bahwa tidak ingin sekolah. Sebanyak 70% dari mereka menyatakan ingin pendidikan non formal yang diselenggarakan Sanggar AlangAlang. Kegiatan Wiraswasta yang diinginkan atau diminati adalah kerajinan monte, ketrampilan menjahit, membuka warung dan membuka asongan. Terbanyak dari mereka (50%) menginginkan membuka warung. Kebutuhan yang diharapkan dapat dipenuhi dalam kegiatan wiraswasta adalah modal, ketrampilan dan alat. Pada umumnya minat berwiraswasta tumbuh berasal dari luar (eksternal), yaitu motivasi yang diberikan oleh Ibu Asuh (Ibu Budha Ersa) yang selama ini membimbing mereka. Minat wiraswasta adalah mereka pada umumnya ( 65%) sedang. Daftar Pustaka Anak Agung Gde Agung 1999 S a m b u t a n M e n t e r i N e g a r a M a s a l a h - M a s a l a h Kemasyarakatan/Kepala Badan Kesejahteraan Sosial Nasional pada Pembukaan Social Protection Sector Development Programme II (SPSDP II) serta Health and Nutrition Sector Development Programe (HNSDP). Jakarta.
155
Jun Surjanti,dkk, Studi Ekplorasi Kebutuhan Dan Minat Wiraswasta Anak Jalanan Wanita Sebagai Upaya Pemberdayaan Gender Di Kecamatan Wonokromo Surabaya
Badjuri Basuki 2000 Laporan Penanggung Jawab Program Jaring Pengaman Sosial Bidang Sosial Pada Pembukaan Pertemuan Sosialisasi SPSDP II dan HNSDP. Jakarta. Departemen Sosial RI 2000 Pedoman Penyelenggaraan Pembinaan Anak Jalanan melalui Rumah Singgah. Jakarta : Bagian Proyek Pembinaan Kesejahteraan Sosial Anak Jalanan Jawa Timur 1999/2000 Gerungan Tt
Psikologi Sosial. Bandung : PT Erasco
Hasil Survei BPS dan Departemen Sosial 1998 Masalah Kesejahteraan Sosial Moh. As'ad 1995 Psikologi Industri. Yogyakarta : Liberty Singgih Gunarso 1991 Psikologi Praktis : Anak Remaja dan Keluarga (Edisi I). Jakarta : BP Gunung Mulia. Susy Sanie Y.R dan Murniati Agustian 2000 Potret Anak Jalanan Perempuan. Jakarta : Pusat Kajian Pembangunan Masyarakat Unika Soekito, Sri Widoyati 1983 Anak dan Wanita Dalam Hukum. Jakarta : Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial.
156