Ruslan, Studi Kemampuan Praktek ARTL Siswa SMKN 5 Makassar
STUDI KEMAMPUAN PRAKTEK ALAT RUMAH TANGGA LISTRIK SISWA SMK NEGERI 5 MAKASSAR Ruslan1) dan Muh. Yusuf Mappeasse2)
Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik UNM e-mail: 1)
[email protected], 2)
[email protected]
Abstrak Penelitian ini adalah penelitian ex-post facto yang bersifat deskriptif yang bertujuan unuk mengetahui seberapa tinggi kemampuan praktek alat rumah tangga listrik (ARTL) siswa SMK Negeri 5 Makassar dari penilaian yang ditetapkan sebelumnya. Populasi sekaligus sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas II Jurusan Listrik SMK Negeri 5 Makassar Tahun Pelajaran 2007/2008 yang berjumlah 34 orang dan sedang mengikuti mata pelajaran ARTL. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa pencapaian hasil dari penilaian ujian kompotensi praktek ARTL siswa kelas II jurusan listrik di SMK Negeri 5 Makassar tergolong cukup baik. Ini terlihat dari persentase yang diperoleh seluruh siswa untuk lima kompotensi pada mata pelajaran praktikum ARTL di SMK Negeri 5 Makassar berada pada kategori sangat tinggi sampai dengan rendah, dengan rincian: 1). Untuk Ujian Kompotensi I ( UK I Seterika listrik), perolehan persentase dari keseluruhan aspek penilaian terlihat bahwa terdapat 4 aspek yaitu 3 orang (8,8%) siswa berada pada kategori sangat tinggi, 13 orang (38,2%) siswa berada pada kategori tinggi, 1 orang (3,0%) siswa yang berada pada kategori sedang, dan 17 orang (50,0%) siswa yang berada pada kategori rendah; 2). Untuk UK II (rice cooker), terdapat 3 aspek penilaian yaitu 3 orang (8,8%) berada pada kategori sangat tinggi, 30 orang (88,2%) berada pada kategori tinggi, dan 1 orang (3,0%) siswa berada pada kategori rendah; 3). Untuk UK III (dispenser), terdapat 2 aspek penilaian yaitu 6 orang (17,6%) siswa berada pada kategori tinggi, dan 28 orang (82,4%) siswa berada pada kategori sedang; 4). Untuk UK IV (kompor listrik), terdapat 3 aspek penilaian yaitu 12 orang (35,3%) siswa berada pada kategori sangat tinggi, 20 orang (58,8%) siswa berada pada kategori tinggi, dan 2 orang (5,9%) siswa berada pada kategori rendah; 5)Untuk UK V (oven listrik), terdapat 4 aspek penilaian yaitu 5 orang (14,7%) siswa berada pada kategori sangat tinggi, 7 orang (20,6%) siswa berada pada kategori tinggi, 18 orang (52,9%) siswa yang berada pada kategori sedang, dan 4 orang (11,8%) siswa yang berada pada kategori rendah. Jadi, secara umum dapat dikatakan bahwa kemampuan praktek ARTL siswa kelas II jurusan listrik di SMK Negeri 5 Makassar tergolong sudah cukup baik. Kata Kunci : Kemampuan, Praktek ARTL Siswa SMK Negeri 5 Makassar.
Laju pembangunan nasional ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, diperlukan upaya yang sungguh-sungguh untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia melalui pendidikan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan
kualitas manusia yang diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan globalisasi. Tujuan pendidikan nasional tersebut tidak terlepas dari manusia sebagai subjek pembangunan. Hal tersebut dimaksudkan karena manusia merupakan tenaga kerja
Jurnal MEDTEK, Volume 1, Nomor 1, April 2009
yang profesional. Tenaga kerja yang profesional merupakan modal pembangunan di segala bidang, demikian pula untuk menghasilkan tenaga kerja yang produktif dibutuhkan suatu pembinaan melalui pendidikan dan latihan. Jumlah pertumbuhan tenaga kerja dewasa ini tidak berimbang dengan kesempatan kerja yang tersedia, sementara tingkat kemampuan dan keterampilan yang dimiliki tenaga kerja masih kurang atau tidak sesuai dengan kebutuhan permintaan tenaga kerja yang tersedia. Namun pembangunan yang sudah dilaksanakan maupun yang belum dilaksanakan semuanya memerlukan keahlian, baik secara nasional maupun regional. Sehubungan dengan itu maka untuk mencapai tenaga kerja yang memiliki kecakapan dan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan sangat memerlukan bekal pendidikan dan latihan bagi masyarakat pencari kerja. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam hal pengetahuan dan keterampilan maka pemerintah dan masyarakat menyelenggarakan berbagai macam kursus untuk berbagai disiplin ilmu dengan tujuan agar masyarakat bebas memilih program keterampilan dengan bakat, minat serta kemampuan. Jenis program keterampilan yang diikuti dapat menjadi bekal untuk mandiri atau menciptakan pekerjaan yang sesuai dengan dimana tamatan berada. Seorang siswa dalam melakukan praktek pengamatan sendiri sangat diperlukan, siswa akan memperoleh keterampilan yang dipelajari sepanjang aktivitas-aktivitas keterampilan kerja. Selain itu seorang siswa harus bisa mengembangkan potensinya secara penuh kepada situasi pekerjaannya. Menurut Lantan (1998), ada dua hal yang dituntut oleh latihan kerja yaitu: 1. Pengembangan keterampilan, memberikan pengembangan kemampuan melakukan tugas-tugas yang sangat khusus. 2. Menggunakan seluruh potensi yang ada pada diri orang itu, mengembangkan
pengertian dan kapasitas yang perlu, termasuk kemampuannya bercipta, berkonsepsi, mengambil keputusan yang didalam fungsi umumnya sebagai kekuatan penalaran. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai salah satu lembaga pendidikan yang membina berbagai bidang keterampilan dan kejuruan yang mana keluaran atau lulusannya ditekankan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan keterampilan dan keahlian yang diperlukan. SMK Negeri 5 Makassar sebagai lembaga pendidikan keterampilan atau kejuruan diharapkan memberikan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan dan permintaan dunia kerja terutama dalam berbagai bidang industri. Harapan ini tentunya tidak terlepas dari kesiapan sekolah kejuruan dalam melaksanakan seluruh sistem pendidikan yang diperlukan, termasuk kemampuan siswa mengetahui praktek alat rumah tangga listrik secara optimal, maka lulusan SMK diharapkan memiliki peluang lebih besar untuk diterima di dunia kerja atau pun di industri. Praktek Alat Rumah Tangga Listrik merupakan proses belajar yang menitikberatkan pada pendidikan keterampilan. Dalam usaha meningkatkan kemampuan individu untuk beradaptasi terhadap perubahan-perubahan, baik secara internal seperti sikap, maupun secara eksternal seperti perbuatan. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui: sebarapa besar kemampuan Praktek Alat Rumah Tangga Listrik (ARTL) siswa Jurusan Listrik SMK Negeri 5 Makassar. 1. Pengertian Kompetensi/kemampuan Kemampuan diartikan sebagai kematangan dan kesanggupan untuk menerima dan mempraktekkan tingkah laku tertentu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001), kemampuan berasal dari kata “mampu” diartikan sebagai dapat, sanggup, boleh, dan sebagainya. Semiawan (1990), menyatakan, bahwa kemampuan merupakan daya untuk
Ruslan, Studi Kemampuan Praktek ARTL Siswa SMKN 5 Makassar
melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Dengan demikian kemampuan adalah kualifikasi yang berupa kecakapan atau potensi yang dimiliki seseorang untuk memberikan kemudahan-kemudahan guna menguasai suatu keahlian dan kesanggupan dalam mengerjakan suatu tindakan tertentu. Julius Chandra (1994), menyatakan, bahwa kreatifitas merupakan kemampuan seorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun berupa karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang ada sebelumnya. Berdasarkan beberapa pendapat di atas tentang kemampuan maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kecakapan yang dimiliki seseorang yang diwujudkan dalam kematangan sikap, pengetahuan dan keterampilan sehingga dapat melakukan suatu aktivitas atau kegiatan. Bloom mengemukakan bahwa proses belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah menghasilkan tiga pembentukan kemampuan yang dikenal sebagai taxonomy Bloom, yaitu kemampuan kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan). Menurut Bloom ranah psikomotorik berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Ranah psikomotorik adalah ranah yang berhubungan aktivitas fisik, misalnya menulis, memukul, melompat, dan lain sebagainya. Ranah kognitif berhubungan erat dengan kemampuan berfikir, termasuk di dalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis dan kemampuan mengevaluasi. Ranah afektif mencakup watak perilaku, seperti sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral (Mimin, 2006). a. Kemampuan kognitif (pengetahuan) Kemampuan kognitif menggambarkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut Monty (2003), perkembangan kognitif meliputi: (1) Perkembangan ingatan, (2)
Perolehan informasi, (3) Proses berfikir logis, (4) Intelegensi, (5) Perkembangan bahasa. Kemampuan memperoleh informasi yang ada pada diri seseorang dilandasi oleh kepekaan sensori (penginderaan) dan keoptimalan fungsi saraf untuk mengolah rangsangan, kepekaan sensori dipengaruhi oleh aspek bawaan dan pelatihan. Muhibbin (2002), menyatakan bahwa ranah kognitif sebagai salah satu domain atau wilayah/ ranah psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertumbuhan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, dan keyakinan. Ranah psikologis siswa yang terpenting adalah ranah kognitif yang dalam perspektif psikologis kognitif adalah sumber sekaligus pengendali ranah kejiwaan lainnya yakni ranah afektif (rasa) dan ranah psikomotor (kerja). Dengan demikian bahwa perkembangan kognitif seorang siswa akan mampu mengkoordinasikan baik secara simultan (serentak) maupun berurutan dua ragam kemampuan kognitif, yakni: (1) kapasitas menggunakan hipotesis, (2) kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak. Dengan menggunakan hipotesis (anggaran dasar), seorang siswa akan mampu berfikir hipotesis, yakni berfikir mengenai sesuatu, khususnya dalam hal pemecahan masalah dengan menggunakan anggaran dasar yang relevan dengan lingkungan yang ia respon. Sedangkan dengan kapabilitas menggunakan prinsipprinsip abstrak, seorang siswa akan mampu mempelajari pelajaran yang abstrak seperti matematika, ilmu agama dan ilmu abstrak lainnya dengan luas dan mendalam. Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berpikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah sub taksonomi yang
Jurnal MEDTEK, Volume 1, Nomor 1, April 2009
mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi. Aspek kognitif terdiri atas enam tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda-beda. Keenam tingkat tersebut menurut (Mimin. 2006) yaitu: 1. Tingkat pengetahuan (knowledge), pada tahap ini menuntut siswa untuk mampu mengingat (recall) berbagai informasi yang telah diterima sebelumnya, misalnya fakta, rumus, terminology strategi problem solving dan lain sebagainya. 2. Tingkat pemahaman (comprenhension), pada tahap ini kategori pemahaman dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri. 3. Tingkat penerapan (application), penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari ke dalam situasi yang baru, serta memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari. 4. Tingkat analisis (analysis), analisis merupakan kemampuan mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konssep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada atau tidaknya kontradiksi. 5. Tingkat sintesis (synthesis), sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh. 6. Tingkat evaluasi (evaluation), evaluasi merupakan level tertinggi yang mengharapkan peserta didik mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu. b. Kemampuan afektif (sikap)
Life skill merupakan bagian dari kompetensi lulusan sebagai hasil proses pembelajaran. Pophan dalam bukunya Mimin (2006), mengatakan bahwa ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang. Artinya ranah afektif sangat menentukan keberhasilan seorang peserta didik untuk mencapai ketuntasan dalam proses pembelajaran. Muhibbin (2002), menyatakan bahwa pengertian afektif mencakup berbagai proses mental yang melibatkan; emosi, perasaan, suasana hati, dan tempramen. Bahkan salah seorang pakar psikologo, Titchener, menambahkannya dengan pengertian keadaan yang menyenangkan dan tidak menyenangkan (pleasement & unpleasement). Secara umum, pengertian afektif terkait dengan hal-hal yang emosional sifatnya namun tidak termasuk yang bersifat volisional (volition) atau keinginankeinginan tertentu. Aspek utama dari emosi adalah pengalaman subjektif terkait dengan perubahan-perubahan fisiologis serta perilaku. Emosi meliputi perasaan seperti; sedih, gembira, dan takut merupakan hasil pengalaman subjektif individu. Setiap orang memiliki rentang jenis emosi yang lebih kurang sama akan tetapi secara individual setiap orang akan berbeda dalam merasakan, menampilkan, serta mengendalikannya. Perkembangan sosial siswa sangatlah tergantung pada kualitas hasil belajar (khususnya belajar sosial) siswa tersebut baik di lingkungan sekolah dan keluarga maupun di lingkungan yang lebih luas. Ini berarti bahwa proses belajar itu amat menentukan kemampuan siswa dalam bersikap dan berperilaku sosial yang selaras dengan norma moral agama, moral tradisi, moral hukum, dan norma moral lainnya yang berlaku dalam masyarakat siswa yang bersangkutan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keberhasilan ranah kognitif tidak hanya akan membuahkan kecakapan kognitif, tetapi juga menghasilkan kecakapan ranah afektif. Sehingga tujuan afektif berhubungan dengan perasaan,
Ruslan, Studi Kemampuan Praktek ARTL Siswa SMKN 5 Makassar
emosi, sikap hati, yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu, tujuan afektif yang paling sederhana yaitu memperhatikan suatu fenomena sampai dengan yang kompleks yang merupakan faktor internal seseorang seperti minat, sikap hati, sikap menghargai serta kecenderungan emosi. Penilaian pada aspek afektif dapat dilakukan dengan menggunakan angket/ kuesioner, inventori dan pengamatan/ observasi (Mimin. 2006). c. Kemampuan psikomotor (keterampilan) Dalam psikologi, kata motor diartikan sebagai istilah yang menunjuk pada hal, keadaan, dan kegiatan yang melibatkan otot-otot dan juga gerakan-gerakannya, demikian pula kelenjar-kelenjar juga sekresinya. Dapat pula diartikan sebagai keadaan yang meningkatkan atau menghasilkan stimulasi/ rangsangan terhadap kegiatan organ-organ fisik. Menurut Singer, mata ajar yang termasuk kelompok mata ajar psikomotor adalah mata ajar yang lebih berorientasi pada gerakan dan menekankan pada reaksireaksi fisik. Sedangkan Mager berpendapat bahwa mata ajar yang termasuk dalam kelompok mata ajar psikomotor adalah mata ajar yang mencakup gerakan fisik dan keterampilan tangan. Keterampilan tangan ini menunjuk pada tingkat keahlian seseorang dalam suatu tugas atau kumpulan tugas tertentu (Mimin. 2006). Menurut Muhibbin (2002), bekal yang dibawa oleh anak yang baru lahir sebagai dasar perkembangan kehidupannya yaitu: (1) bekal kapasitas motor (jasmani), dan (2) bekal kapasitas panca indera (sensori), kapasitas sensori seorang bayi lazimnya mulai berlaku bersama-sama dengan berlakunya refleks-refleks motor yang ada pada diri seorang anak. Kemampuan seseorang untuk belajar suatu tugas baru memang tergantung kepada keterampilan-keterampilan mereka untuk tugas itu. Belajar akan lebih mudah bila keterampilan-keterampilan baru berhubungan dengan kemampuankemampuan yang telah dipelajari pada
waktu lalu dan juga diperlukan adanya motivasi dan dorongan. Keterampilan dapat diartikan sebagai kecakapan untuk melakukan tugas. Lantan (1998), menyatakan bahwa keterampilan dapat dipandang sebagai suatu perubahan dari tugas, dan lainnya adalah sebagai indikator dari tingkat kemahiran. Keterampilan dapat pula dipandang sebagai aksi motorik dan persepsi yang diperoleh melalui belajar. Sehingga penguasaan maupun psikomotorik merupakan proses dimana seseorang mengembangkan seperangkat respon ke dalam suatu pola gerak yang terkoordinasi, terorganisasi dan terpadu. Berdasarkan uraian sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan keterampilan adalah kesanggupan yang dimiliki oleh seseorang berupa potensi dalam mengerjakan sesuatu guna menguasai suatu keahlian dalam mengerjakan suatu tindakan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka motor skill perlu dipelajari melalui aktivitas pengajaran dan latihan langsung, bisa juga melaukan pengajaran teori-teori pengetahuan yang berkaitan langsung dengan motor skill itu sendiri. Sedangkan aktivitas latihan perlu dilaksanakan dalam bentuk praktek berulang-ulang oleh siswa, termasuk praktek gerakan-gerakan yang salah dan yang tidak dibutuhkan, sehingga siswa memahami bagian mana yang keliru dan perbaikan segera dilakukan. Akan tetapi dalam hal itu hendaknya dilibatkan pengetahuan ranah akal siswa. Dengan demikian, kemampuan psikomotorik merupakan kemampuan untuk melakukan koordinasi kerja syaraf motorik yang dilakukan oleh saraf pusat untuk melakukan kegiatan. Tujuan psikomotorik berorientasi kepada keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh, atau tindakan yang memerlukan kondisi antara syaraf dan otot dan biasanya dihubungkan dengan keterampilan teknis. Berhubungan dengan hal tersebut, maka penilaian hasil belajar untuk psikomotorik atau keterampilan harus mencakup persiapan, proses dan
Jurnal MEDTEK, Volume 1, Nomor 1, April 2009
produk. Penilaian dapat dilakukan pada saat proses belajar (untuk kerja) berlangsung dengan cara mengetes peserta didik atau biasa juga setelah proses belajar (untuk kerja) selesai (Mimin. 2006). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik dipengaruhi oleh kematangan pertumbuhan fisik dan kemampuan berfikir. Karena kematangan pertumbuhan fisik dan kemampuan berfikir setiap orang berbeda-beda, maka hal ini akan membawa akibat terhadap kecakapan motorik masing-masing, dengan demikian kecakapan motorik setiap individu berbedabeda pula. 2. Praktek ARTL Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001), istilah praktek diartikan sebagai: (1) pelaksanaan secara nyata apa yang disebut dalam teori, (2) pelaksaan pekerjaan, (3) perbuatan melakukan teori (keyakinan). Praktek yang dilakukan berulangulang akan menjadi kebiasaan dan terbentuk suatu pengalaman. Praktek merupakan salah satu bentuk belajar untuk memperoleh keterampilan atau suatu proses belajar atau usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman sendiri. Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa praktek adalah aplikasi dari teori yang dilakukan berulang-ulang untuk memperoleh keterampilan. Praktikum menurut Zainuddin (2001), adalah merupakan strategi pengajaran atau bentuk pelajaran yang digunakan untuk membelajarkan secara bersama-sama kemampuan psikomotorik (keterampilan), kognitif (pengetahuan), dan afektif (sikap) menggunakan sarana laboratorium. Praktikum ARTL merupakan bentuk proses belajar-mengajar yang menitikberatkan pada pembentukan keterampilan dalam meningkatkan kemampuan individu untuk dapat mengadaptasikan ilmu yang diperolehnya tanpa mengesampingkan faktor-faktor lainnya seperti kemampuan kognitif dan afektif.
Materi praktek yang diajarkan pada praktek ARTL semester satu jurusan listrik SMK Negeri 5 Makassar antara lain seterika listrik, rice cooker, dispenser, kompor listrik dan oven listrik (pemanggang roti)
METODOLOGI
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif untuk memberikan gambaran mengenai tingkat kemampuan siswa pada praktek ARTL. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 2 Jurusan Listrik SMK Negeri 5 Makassar tahun pelajaran 2007/2008 yang berjumlah 34 orang. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 2 jurusan listrik SMK negeri 5 Makassar yang berjumlah 34 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik wawancara dan teknik dokumentasi. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif yang digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik responden yang dibagi dalam bentuk nilai tertinggi, nilai rendah, nilai rata-rata, simpangan baku, nilai minimum, dan maksimum serta tabel distribusi frekuensi dan persentase. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang tingkat kemampuan praktek siswa pada praktek alat rumah tangga listrik, maka distribusi frekuensi dibuat dengan cara membuat interval kelas. Interval kelas yang dimaksud di susun dalam empat kategori: 1. 2. 3. 4.
Sangat tinggi : ( M+1,5SD ) s/d maks Tinggi : M s/d (M +1,5 SD ) Sedang : (M -1,5 SD) s/d M Rendah : Min s/d ( M-1,5 SD )
Keterangan : M = Nilai rata-rata ideal = 0,5x(nilai tertinggi+nilai terendah) SD = Standar deviasi = 1/6x (nilai tertinggi+nilai terendah) (Sutrisno Hadi, 2000). Untuk menghitung persentase tingkat kemampuan praktek siswa, maka digunakan rumus:
Ruslan, Studi Kemampuan Praktek ARTL Siswa SMKN 5 Makassar
= × 100%
Di mana: P : Persentase F : Frekuensi tingkat kemampuan N : Jumlah sampel (AdiNugroho,2000)
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Kemampuan Siswa pada Praktek Seterika Listrik Interval 7,99 – 8,00 7,50 – 7,99 7,01 – 7,50 7,00 – 7,01
1. Hasil Penelitian Untuk Ujian Kompetensi Seterika Listrik Hasil analisis data menunjukkan bahwa skor rata-rata tingkat kemampuan siswa tentang seterika listrik adalah 7.286, standar deviasi 0,33, varians 0,107, range 1,00, skor maksimun 8,00, dan skor minimun 7.00 berikut ini adalah distribusi frekuensi tentang kemampuan praktek setrika. Berdasarkan. tabel 1, dari 34 orang siswa, 3 orang (8,8%) siswa yang memiliki kemampuan memahami praktek tentang seterika listrik berada pada kategori sangat tinggi, 13 orang (38,2%) siswa berada pada kategori tinggi, 1 orang (3,0%) siswa yang berada pada kategori sedang, dan 17 orang (50,0%) siswa yang berada pada kategori rendah. Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa pada praktek seterika listrik umumnya berada pada kategori rendah.
F
Sangat Tinggi 3 Tinggi 13 Sedang 1 Rendah 17
Jumlah
HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini dideskripsikan hasil penelitian tentang variabel melaksanakan pelaksanaan alat rumah tangga listrik seperti; seterika listrik, rice cooker, dispenser, kompor listrik, dan oven listrik. Dalam bentuk rerata, median, standar deviasi dan distribusi frekuensi. Dalam melaksanakan praktek alat rumah tangga listrik (ARTL) siswa jurusan listrik SMK Negeri 5 Makassar. Data yang disajikan adalah data tentang kemampuan praktek alat rumah tangga listrik Siswa SMK Negeri 5 Makassar yang diperoleh melalui data dokumentasi pada laboratorium alat rumah tangga listrik.
Kategori
34
Persentase (%) Rel. Kom. 8,8 8,8 38,2 47,1 3,0 50 50 100,0 100
2. Hasil Penelitian Untuk Ujian Kompetensi Rice Cooker Hasil analisis data menunjukkan bahwa skor rata-rata tingkat kemampuan siswa pada praktek rice cooker adalah 7.52, standar deviasi 0,17, varians 0,029, range 1,00, skor maksimun 8,00, dan skor minimun 7.00 berikut ini adalah distribusi frekuensi tentang kemampuan praktek rice cooker. Tabel. 2. Distribusi Frekuensi Kemampuan Siswa pada Praktek Rice Cooker Interval 7,75 – 8,00 7,50 – 7,75 7,25 – 7,50 7,00 – 7,25
Kategori Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Jumlah
F 3 30 0 1 34
Persentase (%) Rel. Kom. 8,8 8,8 88,2 97,1 0 97,1 3,0 100,0 100
Berdasarkan tabel 2, dari 34 orang siswa, 3 orang (8,8%) berada pada kategori sangat tinggi, 30 orang (88,2%) berada pada kategori tinggi, tidak ada siswa berada pada kategori sedang, dan 1 orang (3,0%) siswa berada pada kategori rendah. Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam praktek rice cooker berada pada kategori tinggi. 3. Hasil Penelitian Untuk Ujian Kompetensi Dispenser Hasil analisis data menunjukkan bahwa skor rata-rata tingkat kemampuan siswa pada praktek dispenser adalah 7.62, standar deviasi 0,18, varians 0,033, range 0,50, skor maksimun 8,00, dan skor minimun 7.50 berikut ini adalah distribusi frekuensi kemampuan siswa pada praktek dispenser.
Jurnal MEDTEK, Volume 1, Nomor 1, April 2009
Tabel. 3. Distribusi Frekuensi Kemampuan Siswa pada Praktek Dispenser Interval
Kategori
F
8,02 – 9,00 Sangat Tinggi 7,75 – 8,02 Tinggi 7,48 – 7,75 Sedang 7,00 – 7,48 Rendah Jumlah
0 6 28 0 34
Persentase (%) Rel. Kom. 0 0 17,6 17,6 82,4 100,0 0 100,0 100
Berdasarkan tabel 3, dari 34 orang siswa, 6 orang (17,6%) siswa berada pada kategori tinggi, tidak ada siswa berada pada kategori sangat tinggi dan rendah, dan 28 orang (82,4%) siswa berada pada kategori sedang. Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa pada praktek dispenser berada pada kategori sedang. 4. Hasil Penelitian Untuk Ujian Kompetensi Kompor Listrik Hasil analisis data menunjukkan bahwa skor rata-rata tingkat kemampuan siswa tentang kompor listrik adalah 7.66, standar deviasi 0,27, varians 0,077, range 1,00, skor maksimun 8,00, dan skor minimun 7.00. Distribusi frekuensi kemampuan siswa pada praktek kompor listrik ditunjukkan pada tabel 4. Tabel. 4. Distribusi Frekuensi Kemampuan Siswa pada Praktek Kompor Listrik Interval
Kategori
7,92 – 8,00 Sangat Tinggi 7,50 – 7,92 Tinggi 7,08 – 7,50 Sedang 7,00 – 7,08 Rendah Jumlah
F 12 20 0 2 34
Persentase Rel. Kom. 35,3 35,3 58,8 94,1 0 94,1 5,9 100,0 100
Berdasarkan tabel 4, dari 34 orang siswa, 12 orang (35,3%) siswa berada pada kategori sangat tinggi, 20 orang (58,8%) siswa berada pada kategori tinggi, tidak ada siswa berada pada kategori sedang, dan 2 orang (5,9%) siswa berada pada kategori rendah. Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa pada praktek kompor listrik berada pada kategori tinggi. 5. Hasil Penelitian untuk Ujian Kompetensi Oven Listrik
Hasil analisis data menunjukkan bahwa skor rata-rata tingkat kemampuan siswa tentang oven listrik adalah 7,139, standar deviasi 1,03, varians 1,076, range 3,75, skor maksimun 9,25, dan skor minimun 6,50 berikut ini adalah distribusi frekuensi tentang kemampuan praktek oven listrik. Tabel. 5. Distribusi Frekuensi Kemampuan Siswa pada Praktek Oven Listrik Interval
Kategori
F
8,93 – 9,25 Sangat Tinggi 5 7,37 – 8,93 Tinggi 7 5,81 – 7,37 Sedang 18 5,50 – 5,81 4 Rendah Jumlah 34
Persentase (%) Rel. Kom. 14,7 14,7 20,6 35,3 52,9 88,2 11,8 100,0 100
Berdasarkan tabel 5, dari 34 orang siswa, 5 orang (14,7%) siswa berada pada kategori sangat tinggi, 7 orang (20,6%) siswa berada pada kategori tinggi, 18 orang (52,9%) siswa berada pada kategori sedang, dan 4 orang (11,8%) siswa berada pada kategori rendah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam praktek alat rumah tangga listrik seperti oven listrik berada pada kategori sedang. 5. Nilai Rata-rata Kemampuan Praktek Hasil analisis data menunjukkan bahwa skor rata-rata tingkat kemampuan siswa adalah 7,139, standar deviasi 0,34, varians 0,116, range 1,25, skor maksimun 8,25, dan skor minimun 7,00. Distribusi frekuensi nilai kemampuan rata-rata siswa pada praktek ARTL ditunjukkan pada tabel 6. Tabel. 6. Distribusi Frekuensi Kemampuan Siswa pada Praktek ARTL Interval
Kategori
8,13 – 8,25 Sangat Tinggi Tinggi 7,62 – 8,13 7,11 – 7,62 Sedang 7;00 – 7,11 Rendah Jumlah
F 3 3 23 5 34
Persentase Rel. Kom. 8,8 8,8 8,8 7,6 67,6 85,3 14,7 100,0 100
Ruslan, Studi Kemampuan Praktek ARTL Siswa SMKN 5 Makassar
Berdasarkan tabel 6, dari 34 orang siswa, 3 orang (8,8%) siswa berada pada kategori sangat tinggi, 3 orang (8,8%) siswa berada pada kategori tinggi, 23 orang (67,6%) siswa berada pada kategori sedang, dan 5 orang (14,7%) siswa berada pada kategori rendah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam praktek alat rumah tangga listrik seperti oven listrik berada pada kategori sedang.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa: 1. Kemampuan siswa jurusan listrik SMK Negeri 5 Makassar pada praktek seterika listrik berada pada kategori rendah dengan persentase 50,0%. 2. Kemampuan siswa jurusan listrik SMK Negeri 5 Makassar pada praktek rice cooker berada pada kategori tinggi dengan persentase 88,2%. 3. Kemampuan siswa jurusan listrik SMK Negeri 5 Makassar pada praktek dispenser berada pada kategori sedang dengan persentase 82,4%. 4. Kemampuan siswa jurusan listrik SMK Negeri 5 Makassar pada praktek kompor listrik pada berada pada kategori tinggi dengan persentase 58,8%. 5. Kemampuan siswa mengenai oven listrik pada jurusan listrik di SMK Negeri 5 Makassar berada pada kategori sedang dengan persentase 52,9%. 6. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa mengenai alat rumah tangga listrik (seterika listrik, rice cooker, dispenser, kompor listrik dan oven listrik) pada jurusan listrik di SMK Negeri 5 Makassar berada pada kategori sedang dengan persentase 67,6%. Berdasarkan simpulan di atas, disarankan kepada pengelola dan instruktur untuk lebih meningkatkan kualitas pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan/kompetensi siswa.
DAFTAR PUSTAKA Daryanto. 2002. Perawatan Alat Rumah Tangga. Semarang: CV Aneka Ilmu. Julius Chandra. 1994. Kriativitas Bagaimana Menanam, Membangun, dan Mengembangkannya, konisius. Jakarta. Lantan, R .1998. Belajar Keterampilan Motorik Pengantar Teori dan Peraktek. Jakarta. P2LPIK. Muhibbin. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Mimin
Haryati. 2006. Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi. Teori dan Peraktek. Jakarta: Gaung Persada Press Jakarta.
Nugroho, Adi. 2000. Pengetahuan Praktis Modern untuk Menanagani Peralatan Rumah Tangga Modern. Yogyakarta: CV. Aneka Solo. Ruslan, 2007. Alat Rumah Tangga Listrik. JPTE, FT, UNM. Semiawan, Cony R. 1990. Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah. Jakarta: Gramedia Soedjono, Hartanto, H. 1992. Merawat dan Memperbaiki Listrik Alat-alat Rumah Tangga. Semarang: Effhar dan Dhahar Prize. Suciwati. 2005. Taksonomi Tujuan Instruksional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Sutrisno, Hadi. 2000. Statistik, Jilid 1. Yokyakarta: Andi Ofiset. Tim Pengajar Jurusan Listrik. 2006. Modul ARTL. Makassar: SMK Negeri 5 Makassar. Zainuddin, M. 2001. Praktikum. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional ____________, 2007. Silabus, Kurikuluim. Departemen Pendidikan Nasinal: Jakarta ____________, 2007. Daftar Penilaian. Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta
Jurnal MEDTEK, Volume 1, Nomor 1, April 2009