Buletin Veteriner Udayana p-ISSN: 2085-2495; e-ISSN: 2477-2712
Volume 7 No. 2: 107-113 Agustus 2015
Studi Histopatologi Organ Usus Dan Jantung Anjing Terinfeksi Virus Parvo (STUDY OF HISTOPATOLOGY OF INTESTINE AND HEART IN PARVOVIRUS INFECTED DOG) Ida Ayu Ary Purnamasari1, I Ketut Berata2, I Made Kardena2 1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana 2 Laboratorium Patologi Veteriner Universitas Udayana Jl. PB. Sudirman, Denpasar-Bali Email:
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi tingkat keparahan lesi histopatologi pada usus dan otot jantung anjing terinfeksi virus parvo. Penelitian ini menggunakan 15 sampel organ usus dan otot jantung yang positif terinfeksi canine parvovirosis yang diperoleh dari Laboratorium Patologi Veteriner, Universitas Udayana, Denpasar selama periode 2010-2012. Untuk perhitungan tingkat hemoragi dan peradangan disajikan dalam bentuk persentase. Gambaran umum histopatologi hemoragi dan peradangan dianalisis secara kualitatif, dengan membandingkan tingkat hemoragi dan peradangan pada anjing yang berumur kurang dari dua bulan dan lebih dari dua bulan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa lesi histopatologi usus berupa hemoragi dan peradangan pada infeksi parvovirus anjing umur lebih dari dua bulan lebih parah dari pada umur kurang dari dua bulan. Lesi histopatologi otot jantung berupa hemoragi dan peradangan pada infeksi parvovirus anjing umur kurang dari dua bulan lebih parah dari pada umur lebih dari dua bulan. Kata kunci : anak anjing, parvovirus, miokarditis, enteritis.
ABSTRACT This research aims were to determine the severity of histopatology lesion in intestine and myocardium of parvovirus infected dogs. This research used 15 samples of intestinal and myocardium, from does that were positively infected by canine parvovirus. The samples were obtained from Pathology Veterinary Laboratory, Udayana University Denpasar during periode 2011-2012. Hemorrhage inflammation levels on intestine and myocardium and were quantified with percentage. Histopathological changes of hemmorage and inflammation on intestine and myocardium were analyzed qualitatively, by comparing inflammation degrees based on the dog samples old less than two months old and more than two months. In conclusion, histopatological changes of hemmorage and inflammation degress on intestine in dog with more than two months old is to be more severe than the dog that less than two months old. According to the research, it can be concluded that intestine histopsthology lesion formed as hemorrhage and inflammation at dogs parvovirus infection more than two months old is more danger than less than two months old. Key words : puppies, parvovirus, myocarditis, enteritis.
fatal. Canine Parvovirus termasuk dalam famili parvoviridae (Hagiwara et al., 1980). Virus ini menyerang saluran pencernaan pada anjing, sangat stabil pada pH 3 hingga 9 dan pada suhu 60°C selama 60 menit. Karena virus ini tidak
PENDAHULUAN Penyakit parvovirosis pada anjing disebabkan oleh Canine Parvovirus tipe 2 (CPV-2) merupakan salah satu penyakit virus yang bersifat sangat kontagius dan 107
Buletin Veteriner Udayana
Purnamasari et al.
beramplop maka virus ini sangat tahan terhadap pelarut lemak, tetapi virus CPV menjadi inaktif dalam formalin 1%, betapropiolakton, hidroksilamin, larutan hipoklorit 3%, dan sinar ultra violet (Jhonson dan Spradbrow, 1979). Derajat keparahan manifestasi klinis infeksi CPV sangat tergantung pada umur anjing, infeksi parasit, stress, status imun, dan status vaksinasi. Makin muda umur anjing yang terinfeksi makin parah klinis yang dihasilkan (Dharmojono, 2001). Infeksi oleh CPV-2 akan memperlihatkan gejala yang digolongkan menjadi radang otot jantung (miokarditis) dan radang usus (enteritis). Gejala miokarditis terjadi pada anjing yang terinfeksi CPV sudah sejak kandungan dan terutama pada induk yang belum pernah divaksinasi parvovirus. Pada kondisi ini semua anak anjing yang lahir akan menderita miokarditis. Infeksi CPV-2 menyebabkan pembengkakan atau pembesaran jantung sehingga jantung tidak mampu mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Bentuk miokarditis umumnya terjadi pada anjing muda, terutama anjing berumur di bawah empat minggu, yang ditandai dengan kematian anak anjing secara mendadak tanpa menimbulkan gejala klinis. Gambaran patologi anatomi akibat CPV-2 pada bentuk miokarditis yaitu gagal jantung yang ditandai dengan dilatasi ruangan jantung, edema pulmonum, dan kongesti pasif pada hati dan kadangkala terdapat ascites. Pada ventrikel dapat ditemukan garis putih akibat kematian jaringan otot jantung. Ventrikel kanan biasanya mengalami kerusakan yang lebih parah. Pada pengamatan patologi anatomi, anak anjing yang mati mendadak tidak menunjukkan adanya kelainan yang berarti pada jantung, tetapi edema paruparu sering tampak mulai dari derajat yang ringan hingga parah (Klinkam, 2006). Infeksi parvovirus bentuk enteritis,
sering juga disebut Canine parvovirus enteritis atau infectious hemorrhagic enteritis atau epidemic gastroenteritis atau canine panleucopenia. Perubahan patologi terjadi secara segmental berupa perubahan warna pada usus akibat kongesti dan perdarahan lapisan luar usus. Limfonodus mesenterika membesar disertai perdarahan. Timus pada hewan muda mengecil dan terjadi nekrosa. Pada kasus yang berat, timus menjadi sangat tipis. Bentuk enteritis berjalan sangat cepat, terkadang dua hari pasca infeksi mengalami kematian. Gejala khas pada anjing yang terinfeksi CPV-2 yaitu muntah berat, diare, anorexia, dehidrasi, feses berwarna abu kekuningan kadang bercampur darah. Diare berdarah pada kasus parvo enteritis biasanya disertai bau khas amis spesifik yang membedakan dengan diare berdarah dari penyakit lain. Pada kasus yang berat, gejala klinis tersebut biasanya dibarengi dengan demam, leukopenia, dan limfopenia (Honkins, 1995). Adanya variasi manifestasi klinis infeksi CPV berdasarkan umur anjing yang terinfeksi, kemungkinan juga disertai variasi lesi histopatologi. Tentang hal tersebut, belum ada yang melaporkan sehingga penting untuk diteliti. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi tingkat keparahan lesi histopatologi pada usus otot jantung anjing terinfeksi virus parvo. METODE PENELITIAN Materi Penelitian Penelitian ini menggunakan 15 sampel organ usus dan otot jantung positif terinfeksi canine parvovirosis yang diperoleh dari Laboratorium Patologi Veteriner, Universitas Udayana, Denpasar selama periode 2010-2012 yang telah di konfirmasi di Laboratorium Virologi Veteriner dengan uji PCR. Bahan lain yang digunakan adalah zat-zat untuk pembuatan preparat histopatologi 108
Buletin Veteriner Udayana p-ISSN: 2085-2495; e-ISSN: 2477-2712
Volume 7 No. 2: 107-113 Agustus 2015
seperti netral buffer formalin 10%, alkohol berbagai konsentrasi (70%, 95% dan 100%). Selain itu juga diperlukan : xylol, granul parafin, entelan, haematoksilin dan eosin. Peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah staining jar, microtome, waterbath, mikroskop, gelas objek dan gelas cover.
perdarahan dan nekrosis. Total 15 sampel anjing terinfeksi virus parvo terdapat lima sampel yang berumur kurang dari dua bulan dan 10 sampel yang berumur lebih dari dua bulan. Berdasarkan hasil pengamatan histopatologi usus dari anjing terinfeksi virus parvo diperoleh hasil bahwa pada sampel anjing umur kurang dari dua bulan lesi hemoragi usus mencapai 100% dengan kategori ringan, sedangkan infiltrasi sel radang usus terjadi pada 60% dengan sampel kategori ringan. Lesi hemoragi jantung pada anjing umur kurang dari dua bulan teramati pada 80% sampel dengan kategori sedang, sedangkan infiltrasi sel radang teramati pada 60% sampel dengan kategori ringan.
Metode Penelitian Asal sampel dikelompokan atas kelompok anjing umur kurang dari dua bulan yang berjumlah lima ekor dan umur lebih dari dua bulan yang berjumlah 10 ekor. Pemeriksaan preparat histopatologi dari organ anjing penderita canine parvo virus diamati pada mikroskop dengan pembesaran mulai dari 100x, 200x, 400x.
Tabel 1. Persentase derajat keparahan hemoragi dan peradangan pada anjing yang terinfeksi parvovirus
Analisis Data Data tentang histopatologi berupa hemoragi dan peradangan pada usus dan otot jantung sampel dari anjing terinfeksi virus parvo akan dianalisis secara deskriptif kualitatif.
Umur Organ
HASIL DAN PEMBAHASAN
Usus
Pemeriksaan dilakukan dengan memeriksa adanya hemoragi dan peradangan pada sampel organ usus dan otot jantung anjing yang positif terinfeksi virus parvo. Hasil pemeriksaan histopatologi pada organ usus dan otot jantung anjing terinfeksi parvovirus ditemukan adanya perubahan seperti adanya infiltrasi sel-sel radang dan perdarahan. Setelah ditabulasi berdasarkan umur maka diperoleh hasil persentase seperti yang disajikan pada Tabel 1. Pemeriksaan mikroskopis pada organ usus ditemukan sel-sel radang tersebar dari mukosa sampai di submukosa dan terlihat adanya perdarahan di submukosa. Nekrosis juga ditemukan pada kriptus liberkhun di daerah mukosa. Pada jantung ditemukan sel radang yang tersebar di miokardium juga dengan disertai
Perubahan
Tingkat
Hemoragi
Ringan
Peradangan
Jantung
Hemoragi
Peradangan
Sedang Berat Tidak Ada Lesi Ringan Sedang Berat Tidak Ada Lesi Ringan Sedang Berat Tidak Ada Lesi Ringan Sedang Berat Tidak Ada Lesi
109
≤2 Bulan 100% -
>2 Bulan 20% 10% 70%
-
-
60% -
40% 60%
40%
-
20% 80% -
10% 30% -
-
60%
60% -
30%
20%
-
20%
70%
Buletin Veteriner Udayana
Purnamasari et al.
Pada anjing umur lebih dari dua bulan lesi hemoragi usus terjadi pada 70% seluruh sampel dengan kategori berat, sedangkan infiltasi sel radang usus terjadi pada 60% dengan kategori berat. Pada otot jantung, sebanyak 60% tidak ditemukan lesi hemoragi dan 70% sampel tidak diinfiltasi sel radang. Pada anjing yang terinfeksi virus parvo, lesi hemoragi ringan pada usus anjing terinfeksi umur kurang dari dua bulan mencapai 100%, sedangkan pada anjing umur lebih dari dua bulan hemoragi parah teramati pada 70% sampel. Peradangan usus ringan terjadi pada umur kurang dari dua bulan sebanyak 60% sampel dari pada umur lebih dari dua bulan, peradangan yang berat terjadi pada 60% sampel.
dari dua bulan dan pada umur lebih dari dua bulan tidak teramati infiltrasi sel radang (70% sampel). Gambar lesi hemoragi dan peradangan pada usus maupun otot jantung, disajikan pada Gambar 1, 2, 3, dan 4. Pada anjing umur kurang dari dua bulan lebih banyak mengalami hemoragi dan peradangan pada jantung dibandingkan pada usus. Hal ini dapat disebabkan karena dari induk anjing penderita tidak divaksin sehingga anak anjing sekelahiran biasanya menderita parvovirus bentuk miokarditis (Honkins, 1995). Anjing berumur tiga sampai dengan enam minggu sel-sel jantungnya sedang aktif berkembang sehingga apabila pada umur tersebut anak anjing terinfeksi virus parvo, umumnya menyerang jantung. Hal ini dapat mengakibatkan kematian mendadak tanpa didahului dengan adanya gejala klinis, seperti: diare dan muntah pada anak anjing (Murphy et al., 2008).
Gambar 1. Perdarahan serta peradangan pada vili usus (enteritis hemoragi). Hemoragi (tanda panah putih), sel radang (tanda panah hitam) (HE, 200x). Pada anjing yang terinfeksi virus parvo, lesi hemoragi jantung kategori sedang lebih banyak (80%) terjadi pada umur kurang dari dua bulan dibandingkan pada umur lebih dari dua bulan yaitu mencapai 30% dari jumlah sampel. Peradangan jantung kategori ringan lebih banyak (60%) dibandingkan dengan kategori berat (20%) pada umur kurang
Gambar 2. Perdarahan dan nekrosis pada villi usus. Perdarahan (panah putih), nekrosis (panah hitam) (HE, 200x). Pada anjing umur lebih dari dua bulan lebih banyak mengalami hemoragi yang disertai infiltrasi sel-sel radang pada ususnya. Hal ini dapat disebabkan karena 110
Buletin Veteriner Udayana p-ISSN: 2085-2495; e-ISSN: 2477-2712
Volume 7 No. 2: 107-113 Agustus 2015
anjing tersebut memiliki daya imunitas yang rendah karena gagalnya respon kekebalan tubuh anjing oleh vaksin anti parvovirus. Kegagalan vaksinasi dapat terjadi karena waktu vaksinasi yang tidak tepat dan tidak cukupnya antibodi yang dihasilkan untuk melindungi anjing dari infeksi Canine Parvovirus (Waner, 2007).
terinfeksi berumur lebih dari enam minggu dan vaksinasi belum dilakukan, maka tipe enteritis umumnya lebih sering terjadi jika anjing tersebut terinfeksi CPV, mengingat pada umur tersebut derajat pembelahan sel meningkat di kripta usus sedangkan di jantung pembelahan sel-sel telah mengalami penurunan (Sendow, 2003). Keparahan infeksi CPV sangat tergantung pada umur, infeksi parasit, stres, imunitas yang rendah, keadaan di dalam kandang yang terlalu padat, sanitasi yang buruk, titer antibodi induk rendah, kegagalan tubuh membentuk respon kekebalan, dan tidak divaksinasi. Semakin muda anjing yang terinfeksi CPV, maka gejala klinis yang dihasilkan semakin parah.
Gambar 3. Miokarditis et nekrotikan. Sel radang (tanda panah putih), nekrosis (tanda panah hitam) (HE, 400x). Jika infeksi CPV terjadi pada anjing yang berumur lebih tua, maka pembelahan selsel pada jantungnya mulai menurun sedangkan pembelahan pada ususnya mulai meningkat. Hal ini yang menyebabkan anjing yang terinfeksi CPV pada umur lebih dari dua bulan lebih banyak menderita bentuk enteritis dengan gejala seperti diare dan muntah (Klinkam, 2006). Peradangan jantung pada anjing umur kurang dari dua bulan hanya 20%, sehingga lebih banyak yang tidak menimbulkan peradangan. Hal ini dapat disebabkan karena umumnya induk anjing telah divaksinasi, sehingga anak yang dilahirkan mempunyai maternal antibodi, yang rata-rata dapat bertahan hingga enam minggu. Apabila anjing
Gambar 4. Miokarditis hemoragis. Perdarahan (tanda panah hitam), sel radang (tanda panah putih) (HE, 400x). Bentuk miokarditis terjadi pada anjing yang berumur kurang dari dua bulan ditandai dengan kematian mendadak. Hal ini disebabkan oleh dilatasi ruang pada jantung dan terjadi pembengkakan jantung kemudian kegagalan jantung yang mengakibatkan tidak berfungsinya peredaran darah. Bentuk miokarditis ini biasanya ditemukan pada anak anjing yang baru 111
Buletin Veteriner Udayana
Purnamasari et al.
pertama kali terinfeksi CPV (Sajuthi, 2001). Bentuk enteritis terjadi pada anjing yang berumur lebih dari dua bulan ditandai dengan muntah dan diare. Hal ini disebabkan oleh CPV merusak villi usus dan kripta intestinal. Bentuk enteritis infeksinya berjalan sangat cepat terkadang dua hari pasca infeksi, anjing sudah mengalami kematian. Di samping itu, ada faktor lain seperti komplikasi, malnutrisi, infeksi sekunder dan lain-lain yang dapat mempengaruhi kondisi tubuh anjing. Jika kondisi tubuh lemah maka virus akan mudah menginfeksi anjing tersebut (Honkins, 1995). Hasil evaluasi gambaran umum histopatologi berupa hemoragi dan peradangan pada organ usus dan otot jantung pada anjing terinfeksi virus parvo pada pembesaran 200x terlihat adanya hemoragi pada dinding usus, adanya infiltrasi sel radang pada vili usus, yang disertai nekrosis. Vili usus memendek dan menyebabkan lapisan mukosa usus menghilang sehingga lapisan submukosa usus terangkat keluar pada daerah lumen usus (Dharmojono, 2001). Faktor lain yang dapat mempengaruhi keparahan infeksi CPV selain umur yaitu dari ras anjing dan status vaksinasi. Kemungkinan ada rasras anjing tertentu misalnya rottweiler, pomerian, minipincher, dan chihuahua yang mempunyai genetic lineages yang sama dan rentan terhadap parvovirus dibandingkan jenis ras lain (Decaro et al., 2007). Pada status anjing yang tidak divaksin atau divaksin tetapi tidak lengkap berisiko 10 kali lebih tinggi terserang parvovirus dibandingkan dengan anjing yang memiliki vaksinasi lengkap. Kejadian parvovirus sangat tinggi pada anjing yang tidak divaksinasi atau tidak dilakukan booster vaksinasi. Vaksinasi dapat membantu mengontrol penyebaran virus parvo (Carter dan Wise, 2005).
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Lesi hemoragi dan peradangan usus akibat infeksi parvovirus pada anjing umur lebih dari dua bulan lebih parah dari pada umur dua bulan. Sedangkan lesi hemoragi dan peradangan otot jantung akibat infeksi parvovirus pada anjing umur kurang dari dua bulan lebih parah dari pada lebih dari dua bulan. Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang hubungan infeksi parvo virus dengan faktor-faktor resiko lainnya, misalkan ras, status vaksinasi, jenis kelamin dan pakan. UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih disampaikan kepada Kepala Laboratorium Patologi Veteriner atas fasilitas penelitian dan Kepala Laboratorium Virologi Veteriner atas konfirmasi uji PCR dan semua pihak yang telah mendukung penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Carter GR, Wise DJ, Flores EF. 2005. Parvoviridae. in: a concise review of veterinary virology. J Vet, 34: 105. Decaro N, Desario C, Addie DD, Martella V, Vieira MJ, Elia G, Zicola A, Thompson GD, Thiry’s C, Truyen U, Buonavoglia G. 2007. Molecular epidemiology of canine parvovirus, Europe. J Emerg Infect Dis, 13(8): 1222-1224. Dharmojono H. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Hewan Veteriner (Hewan Kecil). Pustaka Populer Obor. Jakarta. Hagiwara MK, July JR, Baccaro MR, Angelo MJO. 1980. Enterite hemoraghi caes a associada 112
Buletin Veteriner Udayana p-ISSN: 2085-2495; e-ISSN: 2477-2712
Volume 7 No. 2: 107-113 Agustus 2015
Virology. 3th Ed. Academic Press. USA.
infeccao por um parvovirus. Arquivos do Instituto de Biology, 12(7): 47- 49.
Sajuthi CK. 2001. Diagnosa dan pengobatan Infeksi Virus Parno pada Anjing. Di dalam: Dunia Veteriner Indonesia. PDHI, 4th Ed:16- 17.
Honkins JD. 1995. Canine parvovirus, the evolving syndrome. J Infect Dis Bul, 19(8): 1-5. Johnson RH, Spradbrow PB. 1979. Isolation from dogs with severe enteritis of a parvovirus related to feline panleucopenia virus. Aust J Vet, 55: 151.
Sendow I. 2003. Canine parvovirus pada anjing. Wartazoa, 13(2): 56-64. Waner T. 2007. Response of puppies to vaccination with canine distemper and canine parvovirus. Rehovot. Israel. Rehovot Veterinary Referral Clinic. Rehovot. J Imunol, 27: 344349.
Klinkam M. 2006. Parvo and Parvovirus of the Canine Dog. North West K9 Training. NorthWest. p. 1. Murphy FA, Gibbs EPJ, Horzinek MC, Studdert MJ. 2008. Veterinary
113