P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
Studi Formulasi Sediaan Lotion Anti Nyamuk dari Minyak Atsiri Daun Legundi (Vitex trifolia Linn) (Formulation Study in Anti Mosquito Lotion of Essential Oil from Leaves Legundi (Vitex trifolia Linn)) Amelia Sari*, Novira Ahada Putri Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh *Corresponding email:
[email protected] ABSTRAK
Tumbuhan legundi (Vitex trifolia L) merupakan tumbuhan liar yang tergolong dalam keluarga Verbenaceae. Dalam daun legundi terkandung senyawa kimia minyak atsiri yang dapat berfungi sebagai repellent yaitu zat yang memiliki kemampuan untuk melindungi manusia dari gangguan dan gigitan nyamuk. Tujuan dilakukan penelitian untuk memperoleh sediaan lotion yang memenuhi persyaratan farmasetika dan untuk mengetahui efektivitas lotion minyak atsiri sebagai repellent. Penelitian ini menggunakan konsentrasi 0,5%, kontrol negatif dan kontrol positif (Autan). Evaluasi lotion dilakukan selama 2 minggu meliputi: organoleptis sediaan memiliki warna, bentuk dan bau yang stabil, nilai pH 4,5-7, homogenitas yang baik, nilai viskositas meningkat pada hari ke 14, tidak terjadinya iritasi. Sediaan lotion konsenterasi 0,5% memiliki efektivitas repellent 100% selama pengujian 15 menit terhadap nyamuk Culex quinquefasciatus Say setara dengan kontrol positif (Autan). Berdasarkan hasil evaluasi ini disimpulkan bahwa minyak atsiri dari daun legundi dapat diformulasikan kedalam sediaan lotion dan ini memiliki efektivitas sebagai penggusir nyamuk 100%. Kata Kunci: repellent,
daun legundi dan lotion.
PENDAHULUAN
obat anti nyamuk jenis ini berisiko karena
Nyamuk merupakan salah satu penyebab
kandungan bahan kimianya. Hampir semua
terjadinya berbagai macam penyakit seperti
lotion anti nyamuk yang beredar di Indonesia
filariasis, malaria, chikungunya, dan demam
berbahan aktif DEET (Diethyl toluamide) yang
berdarah dengue (DBD). Banyaknya korban dan
merupakan bahan kimia sintetis beracun dalam
penyakit
konsentrasi 10-15% (Gunandini, 2006) .
yang
disebabkan
oleh
nyamuk
menuntut berbagai pihak untuk dapat mencegah
Oleh karena itu, saya memilih cara yang
dari gigitan nyamuk. Biasanya orang memilih
lebih ramah lingkungan, yakni memanfaatkan
cara praktis, yakni menggunakan obat anti
tanaman antinyamuk dengan memformulasikan
nyamuk cair maupun bakar. Meski cukup efektif,
tanaman tersebut menjadi sediaan farmasi.
1
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
Salah satu tanaman antinyamuk yang ada di
dan
Indonesia yaitu tanaman legundi (Vitex tifolia
orang.Tujuan Penelitian ini untuk memperoleh
L.). Daun legundi mengandung minyak atsiri dan
sediaan lotion antinyamuk dari minyak atsiri
alkaloid. Kandungan alkaloid pada daun 8,7%
daun legundi (Vitex trifolia L.) dan untuk
dan kandungan minyak atsiri pada daun
mengetahui lotion minyak atsiri daun legundi
berkisar 0,28% (Heyne, 1978).
efektif
Pada penelitian ini digunakan senyawa
dapat
dimanfaatkan
sebagai
penghalau
oleh
nyamuk
banyak
Culex
quinquefasciatus Say.
minyak atsiri karena peranan paling utama dari minyak atsiri terhadap tumbuhan itu sendiri
METODE PENELITIAN
adalah sebagai pengusir serangga (mencegah
Alat
daun dan bunga rusak) serta sebagai pengusir
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
hewan-hewan pemakan daun lainnya. Sediaan
timbangan analitik, lumpang dan alu, penangas
farmasi yang baik untuk tanaman legundi yaitu
air,
lotion.
Lotion
berbentuk
merupakan
cair
yang
spatula,
sudip,
wadah gelas
sediaan
farmasi
transparan,
alat-alat
digunakan
dalam
pengaduk,
cawan
lotion,
laboratorium,
porselen,
pemakaian topikal baik berbentuk emulsi
Brookfield dan pH universal.
maupun suspensi. Kestabilan fisik sediaan lotion
Bahan
kaca
viscometer
merupakan hal terpenting oleh karena itu
Minyak atsiri daun Legundi (Vitex
warna, konsistensi dan bau harus tetap terjaga
trifolia L.), asam stearat, gliserin, metil paraben,
mulai saat pembuatan sampai terpakai habis
trietanolamin dan aquadest.
oleh konsumen dengan kata lain kestabilan
Prosedur Penelitian
harus tetap di pertahanakan (Ansel, 1989).
1. Pengumpulan dan Penyediaan Bahan
Pemilihan sediaan lotion karena merupakan
Penelitian
sediaan yang berbentuk emulsi yang mudah
Simplisia yang diambil dalam penelitian ini
dicuci
dengan
lengket
adalah daun legundi (Vitex trifolia L.) kemudian
dibandingkan sediaan topikal lainnnya. Selain
dipilih daun legundi (Vitex trifolia L.) yang
itu
memungkinkan
segar, bagus dan berwarna hijau. Daun legundi
pemakaian yang cepat dan merata pada kulit
(Vitex trifolia L.) diperoleh di desa Lambhuk
(Balsam, 1970).
Kecamatan Ulee Kareng, Banda Aceh.
bentuknya
air
dan
yang
cair
tidak
Dari penelitian yang sudah dilakukan
2. Penyulingan Minyak Atsiri Daun Legundi
sebelumnya bahwa konsentrasi 1% dari ekstrak
Daun legundi segar sebanyak 5000 gram
etanol daun legundi didapatkan 95% kematian
diambil dan di bersihkan, dikering-anginkan
pada larva uji di menit ke-4320, jumlah yang
selama 3 hari. Kemudian dipotong kecil-kecil
paling
pada
dengan menggunakan pisau. Potongan daun
kelompok abate 1% dengan besar kematian
legundi dimasukkan ke lapisan atas bejana alat
100% (Cania, 2013). Berdasarkan uraian diatas
penyulingan dan pada lapisan bawah bejana
penulis ingin memformulasikan minyak atsiri
telah diisi air. Kemudian alat penyulingan
daun legundi sebagai sediaan lotion antinyamuk
ditekan tombol on dan ditunggu sampai air
(repellent) dalam konsentrasi 0,5%
dengan
mendidih (100˚C). Ketika air mendidih, uap air
harapan agar sediaan yang dibuat lebih aman
akan membawa partikel–partikel minyak atsiri
mendekati
kematian
larva
104
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
daun legundi ke bagian kondensor. Kemudian,
8) Ditambahkan sisa aquadest ke dalam wadah
uap air bersama komponen minyak di tampung
lotion sampai 100 mL.
kedalam corong pemisah untuk memisahkan
4. Evaluasi sediaan
minyak atsiri dengan air (Koensoemardyah,
a.
2010).
Pengamatan organoleptis meliputi pengamatan
3. Pembuatan Dasar Lotion
perubahan-perubahan bentuk, warna, dan bau
Formulasi Dasar Lotion
yang terjadi pada sediaan lotion, dilihat sediaan
R/
Pengamatan Organoleptis
Gliserin
2%
baik memiliki warna yang baik dan bau yang
Asam Stearat
3%
tengik. (Anief,1997).
Metil Paraben
0,1%
b.
Trietanolamin
0,75%
Pengukuran pH dari formula lotion yang telah
Aquades ad
100%
Pengukuran pH
dibuat
menggunakan
pH
universal
yang
Formulasi Lotion minyak atsiri daun legundi
dilakukan selama 7 hari, dengan cara sebanyak
R/
Minyak Atsiri
0,5%
0,5 gram sediaan di encerkan dengan 5 mL
Gliserin
2%
aquadest didalam beaker glass, kemudian
Asam Stearat
3%
indikator pH dicelupkan ke dalam larutan
Metil Paraben
0,1%
tersebut, ditunggu beberapa saat. Warna yang
Trietanolamin
0,75%
ditunjukkan pH universal merupakan pH dari
Aquades ad
100 mL
sediaan tersebut. pH yang baik untuk kulit ialah
(Mustanir, et.al., 2011)
4,5 sampai dengan 7 (Safitri, 2010). c. Uji Homogenitas Lotion
Pembuatan lotion minyak atsiri daun legundi:
Uji homogenitas ditentukan dengan cara lotion
1) Dipanaskan
dioleskan pada sekeping kaca atau bahan
lumpang
terlebih
dahulu
menggunakan air panas.
transparan lain yang cocok harus menunjukkan
2) Gliserin dan metil paraben dilarutkan secara terpisah dalam aquades panas. 3) Dimasukkan asam stearat dalam cawan porselin dan dileburkan di atas penangas air (M1)
susunan yang homogen dan tidak adanya partikel-partikel kasar pada permukaan kaca transparan (Depkes RI, 1979). d. Pengukuran Viskositas Lotion Penentuan
4) Kemudian dimasukkan M1, gliserin, metil
viskositas
bertujuan
untuk
mengetahui adanya perubahan kekentalan pada
paraben, trietanolamin kedalam lumpang
tiap
panas dan gerus hingga terbentuk massa
dilakukan dengan menggunakan viskometer
lotion.
Brookfield (Martin, 1993).
5) Ditambahkan
minyak
atsiri
kedalam
lumpang. 6) Tambahkan sedikit demi sedikit aquadest kedalam lumpang gerus sampai homogen. 7) Selanjutnya dimasukkan ke dalam wadah lotion yang telah di kalibrasi.
formula
lotion.
Penentuan
viskositas
e. Uji Iritasi Uji ini dilakukan untuk memeriksa kepekaan kulit terhadap suatu bahan dilakukan terhadap sukarelawan selama 15 menit di punggung tangan. Kulit dikatakan teriritasi apabila terjadi pengkasaran
atau
gatal-gatal
pada
kulit
sukarelawan (Retno, 2007). 105
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
f.
Uji efektivitas antinyamuk
Pengujian
dilakukan
ke
iritasi. Evaluasi sediaan dilakukan selama 2
dalam
kurungan
nyamuk berukuran 40 x 50 x 60 cm, yang telah di masukkan nyamuk Culex quinquefasciatus
minggu yaitu pada hari 1,3,5,7,9,11 dan 14. 1. Pengujian Organoleptis
Say. 20 ekor kemudian lengan sukarelawan
Hasil pengamatan terhadap sediaan lotion yaitu
dioleskan lotion minyak atsiri daun legundi.
secara organoleptis selama 2 minggu berupa
Lalu
lotion
agak kental, warna krem dan bau khas. Warna
dimasukkan dalam kurungan nyamuk selama 15
krem pada sediaan lotion tersebut dihasilkan
menit. (Nunik, et.al., 1997).
oleh minyak atsiri yang memiliki warna kuning
5. Analisis data dan penyajian data
pucat. Pada proses pembuatan lotion dibuat
lengan
yang
telah
terolesi
Analisis data yang diperoleh pada penelitian
dengan metode pencampuran dua fase, yaitu
ini adalah secara deksriptif. Data hasil penelitian
fase minyak dengan fase air. Kedua fase
ini disajikan dalam bentuk tekstual dan tabular.
dipanaskan terpisah, setelah melebur keduanya dicampur menjadi satu dalam keadaan panas,
HASIL DAN DISKUSI
kemudian diaduk sampai homogen. Setelah itu
Sampel yang digunakan pada penelitian ini
massa campuran digerus dalam lumpang hingga
adalah
pada
mencapai suhu kamar dan terbentuk massa
kandungan daun legundi tersebut terdapat
lotion yang homogen. Formula lotion yang
senyawa minyak atsiri. Metode yang dilakukan
dibuat ialah basis lotion sebagai kontrol negatif
untuk mendapat minyak atsiri dengan cara
dan
menggunakan alat destilasi uap. Daun legundi
konsentrasi
yang digunakan yaitu 5 kg. Untuk mendapatkan
apakah ada perbedaan antara basis lotion
senyawa minyak atsiri digunakan daun legundi
dengan
yang masih segar kemudian daun segar tersebut
diformulasikan dalam lotion serta pemilihan
di cuci lalu dikering-anginkan selama 3 hari dan
lotion antinyamuk autan sebagai kontrol positif.
daun
legundi
yang
mana
dalam
konsentrasi dilakukan
konsentrasi
0,5%. untuk
0,5%
Pemilihan mengetahui
yang
telah
dirajang kira-kira 2 cm. Kemudian daun legundi dimasukkan kedalam alat penyulingan untuk diambil
minyak
atsirinya,
Pada
proses
2. Hasil Uji pH Nilai pH ditentukan dengan menggunakan stik
penyulingan pertama di dapatkan 0,3 mL
pH.
minyak atsiri
dan pada proses selanjutnya di
memiliki nilai pH sebesar 6 dan 7. Uji pH
peroleh minyak atsiri sebanyak 0,2 mL. Dari
bertujuan untuk mengetahui tingkat keasaman
total minyak atsiri diperoleh 0,5 mL.
atau kebasaan dari sediaan yang dibuat.
Pengujian sediaan lotion dilakukan dengan cara mengevaluasi sediaan yang dibuat yaitu kontrol negatif dan konsentasi 0,5% , sediaan kontrol negatif dan kontrol positif. Evaluasi yang dilakukan diantaranya adalah uji organoleptis, uji pH, uji homogenitas, uji viskometer dan uji
Pengamatan
sediaan
lotion
tersebut
Menurut Wasitaatmadja (1997) menjelaskan bahwa derajat keasaman (pH)
merupakan
parameter yang sangat penting dalam suatu produk kosmetik karena pH dari kosmetik mempengaruhi daya absorbs kulit. Kosmetik dengan pH yang sangat tinggi atau rendah dapat meningkatkan daya absorbsi kulit sehingga
106
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
menjadi iritasi. Sediaan kontrol negatif dan
4. Hasil Uji Iritasi
konsentrasi 0,5% memiliki pH yang sama nilai
Uji iritasi dilakukan untuk mencegah terjadinya
ini masih berada dalam kisaran pH kulit 4,5 – 7.
efek
homogenitas
terhadap
kulit..
mengujian ini dilakukan oleh
3. Hasil Uji Homogenitas Uji
samping
Pada
saat
2 sukarelawan
untuk melihat sediaan lotion yang dihasilkan
dilakukan
untuk
tersebut terjadi pengkasaran atau menimbulkan
melihat
keseragaman zak aktif yang yang tercampur
merah pada kulit.
didalam basis lotion. Sediaan yang homogen
Hasil pengamatan yang yang dilakukan bahwa
akan memberikan hasil yang baik karena bahan
sediaan tersebut
obat terdispersi dalam bahan dasarnya secara
sehingga pada saat sediaan tersebut dioleskan
merata. Uji homogenitas dilakukan dengan cara
pada
dioleskan sediaan lotion pada kaca tranparan.
kemarahan
Sediaan lotion menunjukkan susunan yang
sukarelawan.
homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar.
Hasil
pengamatan
atau
gatal-gatal
pada
kulit
lakukan pada hari ke 1 dan 14. Tujuan dilakukannya pengujian viskositas pada sediaan
diinginkan yaitu tidak adanya butir-butir kasar dioleskan diatas
pengkasaran,
alat viscometer hot and plate. Pengujian di
yang homogen dan memenuhi kriteria yang sediaan
terjadinya
Uji viskositas dilakukan dengan menggunakan
minggu menunjukkan sediaan memiliki susunan
saat
tidak
5. Hasil Uji Viskositas
homogenitas
dilakukan terhadap sediaan lotion selama 2
pada
kulit
menunjukkan efek negatif
lotion ini adalah untuk melihat nilai kekentalan
kaca
pada sediaan lotion.
transparan.
Tabel 1. Hasil Uji Viskositas Sediaan Lotion Hari ke
Sediaan
1
14
Kontrol negatif (-)
411,5 cP
472,3 cP
Kontrol positif (+)
5527,7 cP
5675,3 cP
Konsentrasi 0,5 %
502,7 cP
603,6 cP
Hal ini menunjukkan bahwa lotion tersebut
dan 472,3 cP pada hari ke 14. Pada sediaan
memenuhi syarat homogenitas dalam waktu
konsentrasi 0,5% didapatkan hasil 502,7 cP
pengamatan.
lotion
pada hari pertama dan 603,6 cP untuk pengujian
menggunakan viskometer Brookfield. Pengujian
viskositas pada hari ke 14, dan tidak memenuhi
viskometer ini dilakukan pada hari pertama dan
syarat SNI dari range viskositas 2.000 cP –
hari ke 14. Hasil pengujian kekentalan pada di
50.000 cP.
Evaluasi
viskositas
hari pertama dan pada hari terakhir formula lotion mengalami peningkatan kekentalan pada
6. Uji Daya Tolak Nyamuk
kontrol negatif (-) pada hari pertama 411,5 cP
107
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
Tabel 2. Hasil Uji Daya Tolak Nyamuk Jumlah Nyamuk
Banyak Nyamuk
(ekor)
yang Hinggap
Kontrol Negatif (-)
20 ekor
9 ekor
55
Kontrol Positif (+)
20 ekor
0
100
Konsentrasi 0,5%
20 ekor
0
100
Sediaan
Reppelent adalah zat memiliki efektifitas
Daya Proteksi (%)
KESIMPULAN
sebagai penghalau nyamuk. Pada pengamatan
Pada penelitian ini telah didapatkan fase
yang diperoleh bahwa uji efektivitas repelan
gerak terbaik yang dapat digunakan untuk
dilakukan dalam kandang yang telah diisikan 20
analisis ibuprofen yaitu kloroform : metanol
ekor
(10:1). Validasi metode analisis ibuprofen
nyamuk
pengujian
Culex
dilakukan
quenquifasciatus dengan
Say.
menggunakan
dengan
Kromatografi
Lapis
Tipis
(KLT)-
ketiga sediaaan lotion yang terdiri dari sediaan
Densitometri mempunyai linieritas yang telah
kontrol negatif (-), kontrol positif (+) dan
memenuhi syarat validasi yaitu didapatkan
sediaan dengan konsentrasi 0,5%. Pengujian
koefisien korelasi 0,9973, batas deteksi 0,81
dilakukan selama 15 menit dengan pengamati
mg/mL dan batas kuantifikasi 2,70 mg/mL,
nyamuk yang hinggap pada tangan sukarelawan.
Akurasi pada tablet generik ibuprofen dan tablet
Sediaan kontrol negatif (-) didapatkan
ibuprofen
dengan
nama
dagang
Proris®
sebanyak 9 nyamuk yang hinggap pada tangan
mempunyai % perolehan kembali memenuhi
sukarelawan, Pada sediaan konsentrasi 0,5%
rentang yaitu 80-110%. Presisi intraday dan
dan kontrol positif tidak ditemukan nyamuk
interday mempunyai keterulangan yang baik
yang
karena %RSD ≤ 16%. Kadar tablet generik
hinggap
sehingga
daya
pada
tangan
proteksi
sukarelawan, nyamuk
yang
ibuprofen adalah 99,54% ± 2,99% dan kadar
didapatkan pada sediaan tersebut yakni pada
tablet ibuprofen dengan nama dagang Proris®
sebesar 100%. Ini menunjukkan bahwa sediaan
adalah
pada konsentrasi 0,5% efektif dijadikan sebagai
didapatkan telah memenuhi syarat sesuai
repellent, dikarenakan daya penghalau nyamuk
Farmakope Indonesia edisi V yaitu 90-110%.
103,75%
±
4,25%,
kadar
yang
pada konsentrasi 0,5% sama dengan daya proteksi pada sediaan kontrol positif yaitu Autan. DAFTAR PUSTAKA Anief, M. (1997). Formularium Obat Topika Dengan Dasar Penyakit Kulit (cetakan 1st). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Ansel, H. C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi (4th ed). diterjemahkan oleh Ibrahim, Farida. Jakarta: Universitas Indonesia Press Asman, Ariful. (2009). Memproduksi 15 Minyak Atsiri Berkualitas. Jakarta: Penebar Swadaya.
Balsam, M. S., & Sagarin, E. (1970). Cosmetic Science and Technology (2nd ed, I vol). New York: Willey Intersceince.181-211 Cania, E., & Endah S. (2013). Uji Efektivitas Larvasida Ekstrak Daun Legundi (Vitex trifolia) Terhadap Larva Aedes Aegypti. Medical Journal of Lampung University, 2(4), 57. Dalimartha, S. (2005). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia (4th ed). Jakarta: Puspa Swara.
108
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
Departemen Kesehatan RI. (1997). Buku Panduan Manajemen Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Tingkat Propinsi. Jakarta: Depkes RI. Guenther. (1987). Minyak Atsiri I. Diterjemahan Ketaren. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Gunandini. (2006). Bioekologi dan Pengendalian Nyamuk Sebagai Vektor Penyakit. Seminar Nasional Peptisida Nabati III, Balittro. 43-48 Hariana, A. (2005). Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 3. Jakarta: Penebar Swadaya. Heyne, K. (1987). Tanaman Berguna Indonesia IV. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Departemen Kehutanan RI Koensoemardiyah. (2010). Minyak Atsiri untuk Industri Makanan, Kosmetik, dan Aromaterapi. Yogyakarta Martin, A. (1993). Physical pharmacy (4th ed). Philadelphia: Lea & fabringer. Mustanir, et.al. (2011). Aktifitas Repellent Nyamuk Lotion Kombinasi Ekstrak Batang Vitex trifolia L. dan
n,n-dietil-meta-toluamida. Jurnal farmasi Indonesia, 5(4), 172-179. Nunik, S. A., Singgih, S., & Soetiyono, P. (1997). Respon S. Rarak, D. Metel Dan S. Prostrate Sebagai Repelan Untuk Nyamuk Aedes Aegypti. Kesehatan Masyarakat. 25(7), 482-483 Safitri, N. A., et.al. (2010). Optimasi Formula Sediaan Krim Ekstrak Stroberri (fragaria x annassa). Jurnal Program Studi Farmasi FKUB Bandung Syamsuhidayat, S.S., & Hutapea, J.R. (1991). Inventaris Tanaman Obat Indonesia (1st ed). Jakarta: Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI. Retno, T. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama Wasitaatmadja, S. M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Universitas Indonesia
109