STUDI EVALUASI PELAKSANAAN PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP SEBAGAI MUATAN PENGEMBANGAN KTSP ( Studi Pada SMP Negeri se Kota Singaraja) Oleh I Wayan Suwita ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi tentang kualitas pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup di SMP Negeri se kota Singaraja, ditinjau dari: (1) konteks, (2) input, (3) proses, dan (4) produk serta menemukan kendala atas penyelengaraannya. Penelitian ini termasuk jenis penelitian evaluatif yang mengadopsi model evaluasi CIPP. Variabel konteks, input, proses dan produk diukur dengan instrumen berupa kuesioner sebagai pengumpul data utama dan dilengkapi dengan metode wawancara serta studi dokumen. Sampel penelitian berjumlah 446 orang yang terdiri dari 33 responden untuk evaluasi latar, 102 orang untuk evaluasi variabel masukan, 102 orang untuk evaluasi variabel proses dan 209 orang untuk mengevaluasi variabel luaran, terdiri dari tim pengembang kurikulum sekolah (guru + kepala sekolah), guru, dan siswa kelas IX. Data berupa skor pada variabel konteks, input, proses, dan produk dianalisis menggunakan kriteria ideal teoretik dan mengubah skor tersebut ke dalam T-skor untuk dikonfirmasikan dengan kuadran Glickman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan kriteria ideal teoretik, pelaksanakan pendidikan kecakapan hidup sebagai muatan pengembangan KTSP di SMP Negeri se kota Singaraja adalah sebagai berikut. (1) Ditinjau dari segi konteks, pelaksanaannya tergolong sangat baik dengan rerata skor 226,64. (2) Ditinjau dari segi input, pelaksanaannya tergolong baik dengan rerata skor 242,31. (3) Ditinjau dari segi proses, pelaksanaannya tergolong baik, dengan rerata skor 237,74. (4) Ditinjau dari segi produk, pelaksanaannya tergolong baik, dengan rerata skor 458,35. (5) Kendala utama yang dihadapi dalam penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup adalah terbatasnya kemampuan guru dan terbatasnya sarana pembelajaran. Hasil analisis menggunakan T-Skor yang dikonfirmasikan ke dalam kuadran Glickman menunjukkan bahwa, pelaksanakan pendidikan kecakapan hidup sebagai muatan pengembangan KTSP di SMP Negeri se kota Singaraja berada pada kuadran I, tergolong sangat efektif. Kata kunci: kecakapan hidup, studi evaluasi
ABSTRACT This research aims to find out the description of the quality of life skills implementation in junior high school in Singaraja city, they were review from: (1) context, (2) input, (3) process, and (4) product, so with the lack of implementation. This research is included kind of evaluative research that adopted
1
CIPP evaluation style. Variable context, input, process and product were measured with the questioner instrument for the main data to complete the interview mode and study document. The sample of 33 respondent for evaluation context, 102 peoples for variable input, 102 peoples for variable evaluation process, and 209 students for variable product evaluated, consists of curriculum developers at school (teacher + had master), teacher and student in IX class. The data were about score in variable context, input, process, and analysis product were used ideal theoretic criteria and change the score into T score for confirmation with quadrants Glickman. The research showed, with used ideal theoretic criteria, the implementation of life skills as the development change of KTSP in SMP Negeri at Singaraja city that was. (1) From context, the implementation is the best category with average score 226,64. (2) From input, the implementation as good category with average score 242,31. (3) From process, the implementation as good category with average score 237,74. (4) From product, the implementation as good category with average score 458,35. (5) Constraint the implementation of life skills as limitation of teacher’s capability and the lack of facilities in teaching and learning process. Analysis with T-Score for confirmation with quadrants Glickman showed the implementation of life skills as the development change of KTSP in SMP Negeri at Singaraja city, quadrant I as very effective. Key word: life skills, study evaluation.
menuju
I. PENDAHULUAN Pendidikan sebagai proses
dengan
pendidikan
yang
terintegrasi dengan kecakapan hidup.
memanusiakan manusia, semestinya dilaksanakan
pola
Kecakapan
berorientasi
hidup
hasil dari pembelajaran
sebagai ada yang
pada: 1) penguasaan dan pemilikan
bersifat umum (general life skills)
kecakapan proses,
dan
dan
pemilikan
keilmuan,
dan
2) penguasaan konsep 3)
dasar
ada
yang
bersifat
khusus
(specific life skills). Pelaksanaannya
penguasaan
di
sekolah
dimaksudkan
untuk
kecakapan penerapan konsep dasar
menyiapkan siswa agar
mampu,
dalam
sanggup,
menjaga
kehidupan
sehari-hari
(Depdiknas, 2005:1). Dengan begitu,
dan
terampil
kelangsungan hidup.
arah dan pola pembelajaran menjadi
Konsep tentang pendidikan
sangat kontekstual, nyata dan dekat
kecakapan hidup telah dipolakan
dengan
dengan sangat jelas oleh Depdiknas,
sekaligus
kehidupan
sehari-hari,
mengantarkan
siswa
akan
2
tetapi
masyarakat
masih
memandang
bahwa
indikator
tahun program ini telah berjalan,
pembelajaran
belum ada laporan hasil yang bisa
lebih dominan diukur dari besaran
digunakan sebagai rujukan, apakah
perolehan
nasional.
program tersebut telah berhasil atau
Pandangan ini seolah “memaksa”
bahkan sebaliknya. Untuk itulah
pendidik
pola
penelitian ini dilakukan. Penelitian
pembelajaran yang “siap saji” agar
terbatas dilakukan pada SMP Negeri
bisa instan meraih nilai lulus dalam
se kota Singaraja, dan tinjauannya
ujian nasional.
dibatasi
keberhasilan
proses
nilai
ujian
mengantarkan
Hasil
survei
World
dari segi: 1) konteks, 2)
Input, 3) Proses, dan
4) Produk,
Competitiveness Year Book, data
dengan rumusan pokok masalah
Human Development Index (HDI)
ditekankan
maupun hasil penelitian program
pelaksanaannya serta apa kendala
pembangunan
dalam pelaksanaannya
PBB
(UNDP)
menunjukkan bahwa kualitas sumber
pada
Lingkup
bagaimana
kecakapan
hidup
daya manusia Indonesia berada jauh
yang dikembangkan melalui kegiatan
di
pembelajaran,
bawah,
dibandingkan dengan
negara lain di dunia. Banyak
kecakapan upaya
telah
sosial,
personal,
kecakapan
regulasi
mengevaluasi
kurikulum
pemberlakuan
yang
mengedepankan
meliputi: kecakapan
kecakapan akademik dan
dilakukan, mulai dari peremajaan sampai
jenisnya
vokasional.
Untuk
keterlaksanaannya
dilakukan evaluasi program.
kompetensi dalam wajah KBK, dan
Evaluasi program memiliki
disempurnakan lagi menjadi KTSP.
cakupan yang cukup luas, objek
Implementasinya di sekolah,
evaluasinya bervariasi, diantaranya
dilaksanakan bukan dalam bentuk
kebijakan
mata pelajaran, tetapi substansinya
program, dan efektivitas program (
merupakan
dari
Suharsimi, 2008 : 5). Informasi dan
beragam mata pelajaran. Semua SMP
simpulan dari hasil evaluasi program
di
akan
bagian
kabupaten
integral
Buleleng
telah
melaksanakan hal tersebut. Lima
program,
digunakan
pengambilan
3
implementasi
sebagai
keputusan
bahan tentang
pelaksanaan sebuah program secara
program dilaksanakan dengan langkah
utuh, mulai dari kesesuaian dengan
atau prosedur dan tujuan yang jelas.
kebutuhan masyarakat hingga tuntutan
Mengevaluasi suatu program berarti
masa
mengumpulkan
depan,
dan
juga
untuk
informasi
pengkajian program-program sejenis
bagaimana
pada dekade berikutnya.
tentang dampak yang mungkin terjadi,
Evaluasi
itu
berjalan,
menurut
atau untuk menjawab pertanyaan yang
Marhaeni (2007:16) adalah kegiatan
diminati. Sehubungan dengan evaluasi
yang
program tentang pelaksanaan pendidikan
bertujuan
keberhasilan
program
program
tentang
untuk
sesuatu
mengukur yang
kecakapan hidup di SMP Negeri se-kota
telah
direncanakan atau diprogramkan. Dari
Singaraja,
difinisi tersebut sangat jelas bahwa
dinyatakan sebagai kegiatan mengukur
mengamati
kegiatan evaluasi terhadap program
diketahui dapat
maksudnya
efektivitasnya dibuatkan
”dilanjutkan”,
dapat
tentang melalui
langkah dan prosedur ilmiah untuk
agar
pengambilan
sehingga
keputusan
yang
dapat
dipertanggungjawabkan.
rekomendasi,
”diperbaiki”
objek/kegiatan
pendidikan kecakapan hidup,
yang telah terlaksana dalam kurun tertentu,
evaluasi
dan menilai informasi/tanggapan serta
substansi evaluasi program adalah
waktu
maka
Banyak cara yang disediakan
atau
untuk melaksanakan sebuah evaluasi program. Kaufman dan Thomas (dalam
“dihentikan”. Stufflebeam dan Fernandes
Suharsimi, 2009: 40) membedakannya
(dalam Suharsimi, 2009: 2) sebagai
menjadi delapan yaitu: 1) Goal oriented
pakar evaluasi program mengatakan
Evaluation Model,
pencarian
dan
pemberian informasi yang sangat bermanfaat bagi pengambil keputusan dalam
menentukan
mengisyaratkan
Evaluation
Model,
Evaluaton
Model
5)
Responsive
Evaluation
Model
6)
CSE-UCLA
bahwa
di
Countenance
Model, 8) Discrepancy Model. Penelitian
difinisi
4)
Evaluation Model, 7) CIPP Evaluation
alternatif
keputusan. Kedua
Free
Evaluation Model, 3) Formatif Summatif
bahwa evaluasi merupakan proses penggambaran,
2) Goal
ini
menggunakan
atas
model evaluasi program CIPP, dengan
evaluasi
pertimbangan bahwa model ini adalah
4
model evaluasi yang lengkap karena
konteks, input, dan proses untuk
mengevaluasinya dari empat sisi, yaitu
terciptanya produk secara maksimal.
konteks, input, proses dan produk. Pada
Kerangka
konsepnya
dasarnya life skills membantu siswa
penelitian)
dapat
untuk mengembangkan kemampuan
sebagai berikut.
(konstelasi digambarkan
belajar, menghilangkan kebiasaan dan pola pikir yang tidak tepat, menyadari dan mensyukuri potensi diri untuk dikembangkan dan diamalkan, berani menghadapi problema kehidupan dan memecahkan masalah secara kreatif. Pengintegrasian
pendidikan
kecakapan hidup dalam perencanaan pembelajaran dapat dilakukan secara eksplisit maupun implisit. Prosedur pengembangannya, dimulai dari: 1) mempelajari
kurikulum
mata
pelajaran, 2) memetakan kecakapan hidup dalam setiap kompetensi dasar, 3)
mengembangkan
bermuatan
pendidikan
silabus kecakapan
hidup, 4) mengembangkan rencana pembelajaran bermuatan kecakapan hidup, 5) melaksanakan rencana pembelajaran, dan 6) penilaian. II METODE PENELITIAN
Berdasarkan tinjauan teoretis
Penelitian
di atas, dibuat suatu kerangka konsep
evaluatif
ini,
pelaksanaan
populasinya terdiri dari guru dan
pendidikan kecakapan hidup sebagai
siswa pada SMP Negeri se kota
muatan pengembangan KTSP adalah
Singaraja.
berfungsinya
tekhnik
bahwa
efektivitas
semua
komponen
5
Dengan
menggunakan
kluster random sampling
yakni pengambilan sampel berupa
Sampel G-L (guru yang tidak
kelompok secara sederhana, disertai
menjadi tim pengembang kurikulum
randomisasi
sekolah) sebagai responden variabel
2007:
kelompok ( Dantes,
44),
diperoleh
sampel
input, diambil 50 % dari jumlah G-L
penelitian sebagai berikut.
yang ada di sekolah sampling ( 102
Dari jumlah SMP Negeri di
orang). Landasan teorinya adalah
kota Singaraja sebanyak 7 buah
bahwa
untuk
jumlah
populasi
diambil sampel sebanyak 50% dari 7
dibawah 1000, kuota sampel yang
sekolah, sehingga ditetapkan 4 buah
ditarik adalah sekitar 25% (Dantes,
sekolah sampling yakni 1) SMP
2007:46).
Negeri 1 Singaraja (berstatus RSBI),
Sampel untuk G-L yang akan
2) SMP Negeri 2 Singaraja (berstatus
digunakan sebagai responden variabel
SSN), 3) SMP Negeri 4 Singaraja
proses, diambil 50 % dari jumlah G-L
(berstatus SSN), dan 4) SMP Negeri
yang ada di sekolah sampling (102
3
orang). Landasan teorinya adalah
Singaraja
(
berstatus
sebagai
Sekolah Standar). Landasan teorinya
bahwa
adalah bahwa untuk jumlah populasi
dibawah 1000, kuota sampel yang
dibawah 100, kuota sampel yang
ditarik adalah sekitar 25% (Dantes,
ditarik adalah sekitar 50% (Dantes,
2007:46).
2007:46).
untuk
jumlah
populasi
Sampel siswa (S-IX) sebagai
Sampel untuk G-TPK (kepala
responden variabel produk diambil
sekolah dan guru yang ditunjuk
20% dari rekapitulasi jumlah siswa
sebagai tim pengembang kurikulum
kelas IX yang ada di sekolah sampling
sekolah), sebagai responden variabel
(209 orang). Hal ini didukung oleh
konteks, diambil 60 % dari jumlah G-
landasan teori bahwa untuk jumlah
TPK yang ada di sekolah sampling (
populasi diatas 1000 orang ditetapkan
33 orang). Landasan teorinya adalah
mengambil sampel sebanyak 15 % (
bahwa
Dantes, 2007:46).
untuk
jumlah
populasi
dibawah 100, kuota sampel yang
Instrumen yang digunakan
ditarik adalah sekitar 50% (Dantes,
untuk
2007:46).
6
mengukur
keterlaksanaan
pendidikan
kecakapan
hidup
variabel konteks, 53 butir item
berjumlah 4 jenis, masing-masing
didapat koefisiennya = 0,98, variabel
untuk mengukur variabel konteks,
input 61 butir item dengan koefisien
input, proses dan produk. Keempat
= 1,00, variabel proses, dengan 64
jenis
butir
instrumen
kuesioner
ini
berbentuk
sehingga
koefisiennya
= 1,00,
dan
hasil
variabel produk dengan
data
item koefiennya = 1,00. Karena
interval. Data yang diperoleh dengan
koefisiennya > 0,90 maka intrumen
kuesioner tersebut merupakan data
tersebut bisa digunakan.
pengukurannya
berbentuk
125 butir
utama. Data pelengkap akan digali
Data yang diperoleh dari
untuk keperluan proses triangulasi,
penyebaran kuesioner tersebut akan
melalui wawancara, observasi dan
dianalisis menggunakan kriteria ideal
dokumentasi.
teoretik dan dianalisis pula dengan
Instrument dalam
yang digunakan
penelitian
ini,
mengikuti
aturan
instrument
secara
T-Skor.
dirancang penyusunan
ilmiah
III. HASIL PENELITIAN DAN
dan
PEMBAHASAN
divalidasi sampai tahap validitas isi,
Setelah dihitung, diperoleh
dengan cara meminta penilaian 2
rekapitulasi hasil sebagai berikut.
pakar (judges). Hasil penilaian dari kedua pakar dimasukkan ke dalam tabulasi silang ( 2 x 2 ), dan dihitung dengan rumus Gregory, 2000 (dalam Candiasa : 2010 : 24). Berdasarkan penilaiaan pakar (Prof. Dr. I Wayan Koyan, M.Pd sebagai judges I
dan Prof. Dr. I
Made Candiasa, M.I Komp. sebagai judges
II),
diperoleh
koefisien
Berdasarkan hasil wawancara
sebagai berikut. Untuk instrumen
yang dilakukan secara terstruktur
7
dengan kepala sekolah dan guru, dipandu
dengan
pertanyaan
delapan
utama,
5) Untuk
butir
pengintegrasian
diperoleh
perencanaannya
responden telah memahami arah
kecakapan
dituangkan
secara implisit pada RPP.
pendidikan
hidup,
pendidikan
responden mengatakan bahwa
1) Pada dasarnya sebagian besar
pelaksanaan
tentang
kecakapan hidup, sebagian besar
deskripsi hasil sebagai berikut.
dari
merancang
6) Hasil pelaksanaan pendidikan
yakni
kecakapan hidup, oleh sebagian
menyiapkan siswa untuk berani
besar
menghadapi problema hidup dan
sudah cukup baik, dan beberapa
mampu memecahkan masalah
orang
kehidupannya tanpa perasaan
variatif tergantung kemampuan
tertekan.
guru.
2) Terkait
pola pelaksanaannya,
responden
dinyatakan
menyatakan
7) Terungkap
hasilnya
bahwa
kendala
semua responden memberikan
utama pelaksanaan pendidikan
tanggapan sangat setuju bahwa
kecakapan hidup di SMP adalah
pengintegrasian
pendidikan
berkaitan dengan keterbatasan
kecakapan hidup tersebut dapat
kemampuan guru menjabarkan
dilakukan dalam pembelajaran
pengintegrasian sub kecakapan
beragam mata pelajaran,
hidup
3) Menanggapi
apakah
penting
tersebut
ke
dalam
kompetensi dasar pembelajaran.
dicantumkan dalam kurikulum
Kendala
sekolah (KTSP), sebagian besar
adalah terbatasnya penyediaan
responden menyatakan penting,
sarana pembelajaran.
namun sebagian besar tidak
lain
yang
muncul
8) Diajukan saran oleh responden,
paham tentang regulasinya.
agar ada diklat khusus tentang
4) Seluruh responden menyatakan
pengintegrasian
kecakapan
bahwa pendidikan kecakapan
hidup dimaksud disertai dengan
hidup dapat diintegrasikan pada
model yang direkomendasikan,
semua mata pelajaran di SMP.
disosialisasikan dan kontinu.
8
lebih
sering,
Dari
hasil
wawancara
kognitif,
tersebut di atas, terungkap adanya keselarasan
antara
data
jarang
ditemukan
adanya penilaian aspek afektif.
hasil
Untuk
menjawab
pokok
penelitian yang diungkap dengan
permasalahan utama dalam rumusan
kuesioner
hasil
masalah, hasil penelitian dianalisis
wawancara. Kualifikasi pelaksanaan
dengan dua cara. Cara pertama
pendidikan
menggunakan kriteria ideal teoretik,
dengan
data
kecakapan
hidup
kategori baik, melebihi dari mean
dan
ideal teoretik, telah mampu dicapai
analisis T-skor.
oleh SMP Negeri se kota Singaraja,
cara kedua menggunakan
Proses Analisis data dengan
namun belum sampai pada target
kriteria
ideal
yang maksimal.
sebagai berikut.
teoretik
hasilnya
Dari kegiatan studi dokumen secara
acak
pada
rencana
pembelajaran guru mata pelajaran Agama Hindu, Bahasa Indonesia, Bhs Inggris, Matematika, IPA, dan IPS kelas IX semester ganjil tahun 2011/2012 diperoleh fakta bahwa : 1)
Semua mata pelajaran tersebut telah
memiliki
dokumen
pemetaan SK-KD, namun belum mengintegrasikan
pendidikan
kecakapan hidup. 2)
Pada Silabus, pengintegrasian dilakukan guru secara implisit.
3)
Pada RPP, pengintegrasiannya implisit,
Analisis data menggunaka
namun penilaian pembelajaran
Skor T, diperoleh hasil sebagai
dominan mengarah pada aspek
berikut.
dilakukan
secara
9
ideal teoretik, kualitas konteksnya tergolong sangat baik, dan dengan Tskor dinyatakan efektif. Kondisi ini ditemui
pada
semua
komponen
konteks pada semua sekolah sampel. walaupun hasilnya sudah sangat baik dan tergolong efektif, posisi sentral yang
dipandang
mendapat
masih
perhatian
perlu
serius
dari
semua sekolah sampel adalah bahwa Untuk mengetahui kualitas
prioritas tujuan pembelajaran masih
keterlaksanaanya, berikut disajikan
dominan diarahkan pada penguasaan
skor variabel konteks, input, proses
bidang kognitif.
dan produk
Berdasarkan acuan kriteria
dalam hubungannya ideal
dengan skor-t sebagai berikut.
teoretik,
kualitas
inputnya
tergolong baik, dan dengan T-skor dinyatakan efektif, kecuali untuk komponen 1 tentang pemahaman guru
terhadap
pendidikan berkaitan
regulasi
bidang
khususnya
yang
dengan
pendidikan
kecakapan hidup dirasakan masih kurang. Hal ini didukung oleh data temuan
pada
SMP
Negeri
3
Singaraja, bahwa kualitas komponen Atas hasil penelitian tersebut
1 tergolong tidak baik. Hal ini
di atas dapat dilakukan pembahasan
disebabkan karena guru lebih fokus
sebagai berikut.
pada
Pelaksanaan
regulasi
langsung
pendidikan
asuhannya.
kecakapan hidup di SMP Negeri sekota Singaraja berdasarkan kriteria
10
pada
yang
menukik
mata
pelajaran
Pada
bagian
lain
juga
Negeri 2 Singaraja, disusul kemudian
jawaban
yang
perlu
oleh SMP Negeri 3 Singaraja, SMP
mendapat penegasan secara serius
Negeri 4 Singaraja, dan terakhir oleh
bahwa masih banyak guru yang
SMP Negeri 1 Singaraja. Urutan
memandang
satu
produk yang demikian tampaknya
kecakapan hidup diintegrasikan pada
tidak logis mengingat SMP Negeri 1
satu
ditemukan
ideal
kompetensi
Pemahaman
ini
kecakapan
jika
dasar
(KD).
Singaraja
keliru,
sebab
Setelah
hidup
bersifat
1
terungkap
variabel bahwa
sekolah
dilakukan
RSBI.
pendalaman,
ditemukan bahwa siswa SMP Negeri
komprehensif. Pada
adalah
proses,
Singaraja
komponen
masih 3
lemah pada
tentang
pemilikan
perencanaan
kecakapan hidup sosial dan lemah
pembelajaran yang tertuang dalam
pada komponen 6 tentang pemilikan
bentuk RPP telah mengintegrasikan
kecakapan hidup vokasional.
pendidikan kecakapan hidup tersebut secara
implisit,
dan
Posisi lemah pada komponen
umumnya
tersebut, disebabkan karena siswa
termuat pada kegiatan pembelajaran.
SMP Negeri 1 Singaraja adalah
Namun belum membuat pemetaan
siswa
secara administratif, pada KD mana
berkemampuan
kecakapan tertentu akan ditonjolkan.
cenderung
Pelaksanaan
pendidikan
yang
secara
umum
akademik
kompetitif
baik,
sehingga
kecakapan sosialnya menjadi agak
kecakapan hidup di SMP Negeri se-
terganggu.
Siswa SMP Negeri 1
kota Singaraja berdasarkan acuan
Singaraja
adalah
kriteria
kualitas
umumnya berasal dari golongan
tergolong baik, dan
ekonomi menengah ke atas, memiliki
dengan T-skor dinyatakan efektif.
cita-cita karir yang relatif tinggi
Kondisi ini ditemui pada semua
sehingga kecakapan vokasional dasar
sekolah sampel.
maupun kewirausahaan untuk saat
ideal
produknya
teoretik,
Dari perhitungan persentase
siswa
yang
ini kurang mendapat perhatian.
nilai T pada variabel produk, urutan
Alasan tersebut di atas adalah
kondisi terbaik diperoleh oleh SMP
logis, tetapi keliru jika kondisi itu
11
dibiarkan. Agar logis dan benar,
membahana, berjalan beberapa tahun
maka
kecakapan
kemudian ”melemah”, lalu ”sirna”.
sosial dan vokasional harus tetap
Karena itu, perlu konsistensi dari
diupayakan.
hulu hingga hilir.
pengembangan
Sekolah
sebagai
lembaga pendidikan wajib untuk tetap menyelenggarakan pendidikan kecakapan
hidup
menyesuaiakan
IV. PENUTUP
tersebut,
dengan
Setelah
tuntutan
tahapan
karakteristik siswa asuhannya.
kepada
sejumlah
responden
dalam
kapasitasnya
penelitian,
,
semua diperoleh
kesimpulan terkait dengan rumusan
Dari hasil wawancara yang dilakukan
melewati
masalah, sebagai berikut. 1) Pelaksanaan
pendidikan
kecakapan hidup di SMP
sebagai guru mata pelajaran/, pada
Negeri
umumnya menyatakan bahwa ada 2
ditinjau dari segi konteks
jenis hambatan yang dirasakan yaitu:
tergolong
1) hambatan yang terkait dengan
kualitas sangat baik.
pemenuhan sarana pembelajaran, dan
se-kota
Singaraja,
efektif
2) Pelaksanaan
dengan
pendidikan
2) hambatan yang terkait dengan
kecakapan hidup di SMP
kemampuan sumberdaya manusia,
Negeri
se-kota
khususnya kemampuan guru mata
ditinjau
dari
pelajaran dalam mengintegrasikan
tergolong
kecakapan
kualitas baik.
hidup
dimaksud.
Keterbatasan ini muncul karena guru
Singaraja, segi
efektif
3) Pelaksanaan
input dengan
pendidikan
”miskin” dengan sumber belajar
kecakapan hidup di SMP
yang berafiliasi dengan kecakapan
Negeri
se-kota
hidup. Pemahaman guru tentang
ditinjau
dari
kecakapan hidup masih beragam,
tergolong
bahkan
kualitas baik.
cenderung
”dangkal”.
Dukungan pemerintah nampaknya juga
memakai
segi
efektif
4) Pelaksanaan
”kecenderungan”.
Singaraja, proses dengan
pendidikan
kecakapan hidup di SMP
Pada tahap sosialisasi, gaungnya
Negeri
12
se-kota
Singaraja,
ditinjau dari segi produk tergolong
efektif
3. Kepala sekolah bersama Tim
dengan
Pengembang Kurikulum Sekolah
kualitas baik.
dianjurkan
5) Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
untuk
merancang
secara eksplisit pengintegrasian
pendidikan
pendidikan
kecakapan
kecakapan hidup umumnya
dimaksud
mengarah pada penyediaan
dalam setiap mata pelajaran, agar
sarana
kualitas keterlaksanaannya dapat
pembelajaran
dan
pada
KD
hidup
kendala substantifnya terkait
ditingkatkan
dengan keterbatasan sumber
monitoring pelaksanaan
daya
menjadi lebih intensif.
manusia
khususnya
dangkalnya pemahaman guru mata
pelajaran
simpulan
pelaksanaan PKH
4. Direkomendasikan kepada guru
tentang
mata pelajaran untuk melakukan
kecakapan hidup dimaksud. Berdasarkan
dan
tertentu
tersebut,
pengembangan
diri
berkelanjutan,
termasuk
secara pula
diajukan rekomendasi antara lain:.
pengembangan diri menyangkut
1. Pendidikan
pendidikan
yang
kecakapan
merupakan
pengembangan KTSP dilaksanakan. bersama
Kepala
Tim
hidup muatan
kecakapan
hidup,
agar kualitas kinerja bisa tercapai
wajib
pada kualifikasi minimal baik.
sekolah
5.
Kepada
peneliti
lain,
Pengembang
direkomendasikan memperdalam
Kurikulum Sekolah diharapkan
kajian studi evaluasi ini dengan
mampu menyusun juklak dan
menambah populasi, sampel, dan
juknis pelaksanaannya.
penambahan
2. Kepala sekolah SMP Negeri 1, 2,
masing-masing
3 dan 4 Singaraja, diharapkan mampu
untuk
indikator
pada
variabel
yang
digunakan.
meningkatkan
kualitas pelaksanaan kecakapan
DAFTAR PUSTAKA
hidup di satuan pendidikannya,
Anwar.
karena akan berpengaruh pada citra sekolah.
13
2004. Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education). Bandung: Alfabeta.
Arikunto Suharsimi. Abdul Jabar Cepi Safruddin. 2009. Evaluasi Program Pendidikan. Pedoman Teoretis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Candiasa. 2010. Pengujian Instrumen Penelitian Disertai Aplikasi ITEMAN dan BIGSTEPS. Singaraja : Undiksha Dantes. 2007. Metodologi
Husaini Usman dan Purnomo Setyadi Akbar. 2000. Pengantar Statistika. cetakan kedua. Jakarta: PT Bumi Aksara Koyan. I Wayan. 2007a. Assesmen dalam Pendidikan. Singaraja: Undiksha Koyan. I Wayan. 2007b. Statistika Terapan (Teknik Analisis Data Kuantitatif ) Buku Ajar. Singaraja: Undiksha Mulyasa. E. 2002. Manajemen Berbasis Sekolah. Badung: PT Remaja Rosdakarya Offset Masnur Muslich. 2008. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual (Panduan Bagi Guru.Kepala Sekolah. dan Pengawas Sekolah). Jakarta: Bumi Aksara Marhaeni. 2007. Evaluasi Program Pendidikan. Singaraja: Program Pasca sarjana Universitas Pendidikan Ganesha Nasution.S. 1996. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito Safari. 2003. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas Stuflebeam. Daniel L. and Shinkfield. Anthony J. 1986. Systematic Evaluation. KhuwerNijhoff Publishing. USA Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Penelitian Untuk Ilmu-Ilmu Sosial
dan
Humaniora.
Singaraja : Undiksha Depdiknas. 2005. Pedoman Implementasi Kecakapan Hidup Dalam Kurikulum 2004 Di Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Bagian Proyek Pengembangan Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup Sekolah Menengah Pertama. Depdiknas. 2005. Konsep Pendidikan Kecakapan Hidup Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Bagian Proyek Pengembangan Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup Sekolah Menengah Pertama. Depdiknas. 2007. Buku Saku Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Direktorat PSMP. Farida Yusuf Tayibnafis. 2000. Evaluasi Program. Jakarta: Rineka Cipta
14